7
OPEN ACCES Vol. 13 No. 2: 173-174 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.173-174 Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Di Kabupaten Wajo Propinsi Sulawesi Selatan: Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Arsen (As) (Suckermouth Catfish (Pterygoplichthys pardalis) In Wajo Regency, South Sulawesi Province: The Heavy Metal Content of Lead (Pb), Mercury (Hg) and Arsenic (As)) Nursinah Amir 1 , Syahrul 1 , dan Nursyamsi Djamaluddin 2 1 Dosen pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea, Makassar 90245, Makassar, Indonesia 2 Dosen pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea, Makassar 90245, Makassar, Indonesia Info Artikel: Diterima: 01 Sept. 2020 Disetujui: 11 Okt. 2020 Dipublikasi: 11 Okt. 2020 Research Article Keyword: Ikan sapu-sapu, Wajo, logam berat, Timbal, Merkuri, Arsen Korespondensi: Nursinah Amir Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia Email : [email protected] Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN Abstrak. Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) merupakan jenis ikan asing (Amerika Selatan) yang dilarang pemasukannya ke Indonesia karena dapat membahayakan ekosistem dan lingkungan perairan dengan sifatnya yang invasive. Keberadaan ikan sapu-sapu mengancam keberlanjutan ikan endemik Danau Tempe Kabupaten Wajo. Sampai saat ini belum ada kajian terkait mutu dan keamanan untuk pemanfaatan ikan sapu- sapu di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Arsen (As) ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo. Sampel ikan sapu-sapu diambil dari tiga kecamatan di Kabupaten Wajo menggunakan teknik purpossive sampling. Analisis logam Pb, Hg dan As pada daging, sisik/kulit, dan tulang/sirip ikansapu-sapu, mengacu pada SNI 2354.5:2011, SNI 2354.6-2016 dan SNI 01-4866-1998. Hasil menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu dari tiga kecamatan tidak mengandung Pb tetapi mengandung Hg dan As yang tidak melewati persyaratan batas kandungan cemaran logam berdasarkan SNI 2729:2013 tentang persyaratan mutu dan keamanan ikan segar. Abstract. Suckermouth catfish (Pterygoplichthys pardalis) is a type of foreign fish (South America) which is prohibited from entering Indonesia because it can endanger ecosystems and the aquatic environment by its invasive nature. The existence of janitor fish threatens the sustainability of the endemic fish of Tempe Lake in Wajo Regency. Until now, there has been no study regarding the quality and food safety for the use of suckermouth catfish in the regency. This study aims to analyzed the heavy metal content of lead (Pb), mercury (Hg) and arsenic (As) of janitor fish in Wajo Regency. Samples of janitor fish were taken from three districts in Wajo Regency used a purpossive sampling technique. Analysis of Pb, Hg and As metals on meat, scales/skin, and bones/fins of suckermouth catfish, refers to SNI 2354.5: 2011, SNI 2354.6-2016 and SNI 01-4866-1998. The results show that suckermouth catfish from the three districts are not contains Pb but contains Hg and As which do not exceed the requirements for metal contamination content limits based on SNI 2729: 2013 concerning requirements for quality and safety of fresh fish. I. PENDAHULUAN Kabupaten Wajo merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam ruang lingkup daerah Provinsi Sulawesi Selatan, dengan ibu kotanya Sengkang. Pada bagian barat kabupaten, terdapat Danau Tempe yang merupakan salah satu danau yang terkenal di Sulawesi Selatan dan menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Wajo. Danau Tempe yang luasnya sekitar 13.000 hektare ini memiliki spesies ikan air tawar yang jarang ditemui di tempat lain. Sebanyak 19 jenis ikan perairan Danau Tempe yaitu Trichopodus trichopterus, T. pectoralis, Pangasianodon hypopthalmus, Monopterus albus, Barbonymus gonionotus, Channa striata, Anabas testudineus, Clarias batrachus, Glossogobius giuris, G. aureus, Osteochilus vittatus, Oreochromis niloticus, Oxyeleotris marmorata, Stenogobius gymnopomus, Stenogobius sp., Megalops cyprinoides, Caranx sexfasciatus, Anguilla marmorata dan Liposarcus pardalis. Selain itu juga ditemukan ikan asing di Danau Tempe yaitu ikan sapu-sapu (Dina, dkk., 2019). Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis), merupakan ikan asing (Amerika Selatan dan Amerika Tengah) (Armbruster 2004) dalam (Aksari, dkk., 2015), secara morfologi memiliki tubuh yang ditutupi dengan sisik keras yang fleksibel, bagian abdomen memiliki pola titik-titik hitam yang terpisah (Bhagawati et al. 2013) dalam

Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Di Kabupaten

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Di Kabupaten

OPEN ACCES

Vol. 13 No. 2: 173-174 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.173-174

Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Di Kabupaten Wajo Propinsi Sulawesi Selatan: Kandungan Logam Berat Timbal (Pb),

Merkuri (Hg) dan Arsen (As)

(Suckermouth Catfish (Pterygoplichthys pardalis) In Wajo Regency, South Sulawesi Province: The Heavy Metal Content of Lead (Pb),

Mercury (Hg) and Arsenic (As))

Nursinah Amir1, Syahrul1, dan Nursyamsi Djamaluddin2

1 Dosen pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10

Kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea, Makassar 90245, Makassar, Indonesia 2 Dosen pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Kampus

Universitas Hasanuddin Tamalanrea, Makassar 90245, Makassar, Indonesia Info Artikel:

Diterima: 01 Sept. 2020

Disetujui: 11 Okt. 2020

Dipublikasi: 11 Okt. 2020

Research Article

Keyword:

Ikan sapu-sapu, Wajo, logam

berat, Timbal, Merkuri, Arsen

Korespondensi:

Nursinah Amir

Universitas Hasanuddin,

Makassar, Indonesia

Email : [email protected]

Copyright© Oktober 2020

AGRIKAN

Abstrak. Ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) merupakan jenis ikan asing (Amerika Selatan) yang

dilarang pemasukannya ke Indonesia karena dapat membahayakan ekosistem dan lingkungan perairan dengan

sifatnya yang invasive. Keberadaan ikan sapu-sapu mengancam keberlanjutan ikan endemik Danau Tempe

Kabupaten Wajo. Sampai saat ini belum ada kajian terkait mutu dan keamanan untuk pemanfaatan ikan sapu-

sapu di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam berat Timbal (Pb),

Merkuri (Hg) dan Arsen (As) ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo. Sampel ikan sapu-sapu diambil dari tiga

kecamatan di Kabupaten Wajo menggunakan teknik purpossive sampling. Analisis logam Pb, Hg dan As pada

daging, sisik/kulit, dan tulang/sirip ikansapu-sapu, mengacu pada SNI 2354.5:2011, SNI 2354.6-2016 dan

SNI 01-4866-1998. Hasil menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu dari tiga kecamatan tidak mengandung Pb

tetapi mengandung Hg dan As yang tidak melewati persyaratan batas kandungan cemaran logam berdasarkan

SNI 2729:2013 tentang persyaratan mutu dan keamanan ikan segar.

Abstract. Suckermouth catfish (Pterygoplichthys pardalis) is a type of foreign fish (South America) which is

prohibited from entering Indonesia because it can endanger ecosystems and the aquatic environment by its

invasive nature. The existence of janitor fish threatens the sustainability of the endemic fish of Tempe Lake in

Wajo Regency. Until now, there has been no study regarding the quality and food safety for the use of

suckermouth catfish in the regency. This study aims to analyzed the heavy metal content of lead (Pb), mercury

(Hg) and arsenic (As) of janitor fish in Wajo Regency. Samples of janitor fish were taken from three districts in

Wajo Regency used a purpossive sampling technique. Analysis of Pb, Hg and As metals on meat, scales/skin,

and bones/fins of suckermouth catfish, refers to SNI 2354.5: 2011, SNI 2354.6-2016 and SNI 01-4866-1998.

The results show that suckermouth catfish from the three districts are not contains Pb but contains Hg and As

which do not exceed the requirements for metal contamination content limits based on SNI 2729: 2013

concerning requirements for quality and safety of fresh fish.

I. PENDAHULUAN

Kabupaten Wajo merupakan salah satu

kabupaten yang berada dalam ruang lingkup

daerah Provinsi Sulawesi Selatan, dengan ibu

kotanya Sengkang. Pada bagian barat kabupaten,

terdapat Danau Tempe yang merupakan salah satu

danau yang terkenal di Sulawesi Selatan dan

menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Wajo.

Danau Tempe yang luasnya sekitar 13.000

hektare ini memiliki spesies ikan air tawar yang

jarang ditemui di tempat lain. Sebanyak 19 jenis

ikan perairan Danau Tempe yaitu Trichopodus

trichopterus, T. pectoralis, Pangasianodon

hypopthalmus, Monopterus albus, Barbonymus

gonionotus, Channa striata, Anabas testudineus,

Clarias batrachus, Glossogobius giuris, G. aureus,

Osteochilus vittatus, Oreochromis niloticus,

Oxyeleotris marmorata, Stenogobius gymnopomus,

Stenogobius sp., Megalops cyprinoides, Caranx

sexfasciatus, Anguilla marmorata dan Liposarcus

pardalis. Selain itu juga ditemukan ikan asing di

Danau Tempe yaitu ikan sapu-sapu (Dina, dkk.,

2019).

Ikan sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis),

merupakan ikan asing (Amerika Selatan dan

Amerika Tengah) (Armbruster 2004) dalam

(Aksari, dkk., 2015), secara morfologi memiliki

tubuh yang ditutupi dengan sisik keras yang

fleksibel, bagian abdomen memiliki pola titik-titik

hitam yang terpisah (Bhagawati et al. 2013) dalam

Page 2: Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Di Kabupaten

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

169

(Elfidasari, dkk, 2016). Ikan sapu-sapu mampu

hidup di perairan kotor dan berlumpur

(Munandar, 2016). Mempunyai kemampuan hidup

di dalam kolam, parit, got dan bahkan lingkungan

yang sudah tercemar dengan limbah (Dhika, 2013)

dalam Munandar dan Eurika, 2016).

Keberadaan ikan sapu-sapu di Danau

Tempe Kabupaten Wajo, selama ini tidak

termanfaatkan bahkan dianggap sebagai penyebab

hilangnya sebagian spesies ikan di danau tersebut.

Hal ini disebabkan karena dampak yang

ditimbulkan oleh ikan sapu-sapu meliputi

perubahan struktur lingkungan perairan,

gangguan rantai makanan, persaingan dengan

spesies endemik dalam hal pemanfaatan sumber

daya seperti makanan dan ruang hidup, perubahan

komunitas tumbuhan air dan kerusakan pada alat

tangkap ikan. Jika tertangkap, ikan ini dibuang

begitu saja atau atau dimusnahkan. Kalau

dikonsumsi, belum ada kajian terkait kandungan

gizi dan bahan cemaran didalamnya. Sebagian

besar beranggapan bahwa ikan sapu-sapu tidak

untuk dikonsumsi, melihat morfologi dan tempat

hidup dari ikan tersebut.

Kajian tentang cemaran ikan sapu-sapu

ditemukan telah dilakukan di daerah lain seperti

kajian tentang kandungan Timbal pada ikan sapu-

sapu yang diambil dr Majalaya dan Sapan

(Budiman, dkk., 2012), konsentrasi logam berat

Kadmium, Merkuri dan Timbal pada daging ikan

sapu-sapu di Sungai Ciliwung (Ernawati, 2014),

kandungan logam berat (Cd, Hg, dan Pb) pada

ikan sapu-sapu, Pterygoplichthys pardalis

(Castelnau, 1855) di Sungai Ciliwung (Aksari, dkk.

2015), kandungan logam berat Pb dan Cd pada

ikan sapu-sapu yang tertangkap di Sungai

Bedadung Kabupaten Jember (Munandar, 2016),

kandungan 10 Jenis logam berat pada daging ikan

sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) asal Sungai

Ciliwung Wilayah Jakarta (Ismi, dkk., 2019).

Dalam artikel ini, disajikan hasil kajian tentang

kandungan logam berat pada ikan sapu-sapu yang

ada di Danau Tempe Kabupaten Wajo.

II. METODE PENELITIAN

Sampel ikan sapu-sapu diambil dari Danau

Tempe mewakili tiga kecamatan di Kabupaten

Wajo, yaitu Kecamatan Tempe (kawasan

pemukiman), Kecamatan Tanasitolo (kawasan

industri), dan Kecamatan Sabbangparu (kawasan

pertanian). Pengambilan sampel dilakukan pada

Bulan Juni 2020 menggunakan metode purpossive

sampling. Analisis logam berat Timbal (Pb),

Merkuri (Hg) dan Arsen (As) dilakukan di Balai

Besar Laboratorium Kesehatan Makassar. Analisis

logam berat dilakukan terhadap sisik/sirip, daging

dan tulang ikan sapu-sapu.

Analisis logam berat Timbal (Pb) dilakukan

mengacu pada SNI 2354.5:2011 (Badan Standarisasi

Nasional, 2011), dengan prosedur:

Mencuci dan menghaluskan sampel

menggunakan blender/homogenizer sampai

homogen. Sampel ditempatkan dalam wadah

polystyrene yang bersih dan bertutup. Jika

tidak langsung dianalisis, sampel disimpan

dalam refrigerator atau freezer

Menimbang sampel basah sebanyak 2 g dalam

tabung sampel (vessel) kemudian dicatat

beratnya (W)

Untuk kontrol positif (spiked 0,1 mg/kg),

ditambahkan masing-masing 0,2 ml larutan

standar Pb 1 mg/l atau larutan standar Pb 200

µg/l sebanyak 1 ml ke dalam sampel kemudian

di vortex

Menambahkan 5 ml – 10 ml HNO3 65% dan 2

ml H2O2 secara berurutan ke dalam sampel

Mendestruksi larutan dengan mengatur

program microwave

Memindahkan hasil destruksi ke dalam labu

takar 50 ml dan menambahkan larutan matrik

modifier, sampai tanda batas dengan air

deionisasi

Menyiapkan larutan standar kerja Pb masing-

masing minimal 5 titik konsentrasi

Membaca larutan standar kerja, sampel dan

spiked pada alat spektrofotometer serapan

atom graphite fumace pada panjang

gelombang 283,3 nm

Menghitung Kadar Pb (µg/g) dengan rumus:

Pb = (D - E) x Fp x V

W

Keterangan: D adalah konsentrasi sampel

(µg/l) dari hasil pembacaan SSA; E adalah

konsentrasi blanko sampel (µg/l) dari hasil

pembacaan SSA; Fp adalah faktor

pengenceran; V adalah volume akhir larutan

sampel yang disiapkan (ml), harus diubah ke

dalam satuan liter; W adalah berat sampel (g).

Analisis logam berat Merkuri (Hg)

dilakukan mengacu pada SNI 2354.6:2016 (Badan

Standarisasi Nasional, 2016), dengan prosedur:

Mencuci dan menghaluskan sampel sampai

homogen dan menempatkan homogenate

dalam wadah polystyrene yang bersih dan

Page 3: Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Di Kabupaten

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

170

bertutup. Jika contoh tidak langsung diuji,

sampel disimpan dalam freezer

Menimbang sampel basah sebanyak 1 g ke

dalam tabung sampel (vessel) kemudian

mencatat beratnya (W)

Menambahkan 0,5 mL larutan standar Hg 1

mg/L ke dalam sampel untuk kontrol positif

(spiked 0,5 mg/kg), kemudian divortex selama

1 menit

Menambahkan volume larutan standar sesuai

dengan konsentrasi yang diinginkan untuk

control positif dengan konsentrasi spiked yang

berbeda

Menambahkan 5 mL HNO3 65%

Melakukan destruksi dengan menggunakan

program microwave yang sesuai dengan

sampel yang digunakan

Memindahkan hasil destruksi ke labu takar 50

mL dan ditepatkan sampai tanda batas dengan

larutan pengencer HNO3-H2SO4

Menyiapkan larutan standar minimal dengan

lima titik kadar 1 μg/L, 5 μg/L, 10 μg/L, 15 μg/L

dan 20 μg/L

Sampel, spiked dan larutan standar kemudian

dibaca pada panjang gelombang (λ) 253,7 nm

Menentukan kadar sampel berdasarkan kurva

kalibrasi

Menghitung kadar Hg (µg/g), menggunakan

rumus:

Hg = (D – E) x Fp x V x (L/1000 mL)

W

Keterangan: D adalah kadar sampel μg/L) dari

hasil pembacaan SSA; E adalah kadar blanko

sampel μg/L) dari hasil pembacaan SSA; W adalah

berat contoh (g); V adalah volume akhir larutan

sampel yang disiapkan (mL); Fp adalah faktor

pengenceran.

Analisis logam berat Arsen (As) dilakukan

mengacu pada SNI 01-4866-1998 (Badan

Standarisasi Nasional, 1998), dengan prosedur

sebagai berikut:

Menimbang 10 g sampel, dan dimasukkan ke

dalam gelas kimia 100 mL ditambahkan 15 mL

larutan HNO3 dan dipanaskan di atas hot plate

pada suhu 2500C selama 16 jam. Diencerkan

dengan air suling hingga 50 mL ke dalam labu

takar kemudian disaring menggunakan kertas

saring Whatman

Membuat larutan standar As 10 ppm

dengan cara memipet 5 mL larutan standar

1000 ppm, diencerkan dengan HNO3

hingga 50 mL (100 ppm). Kemudian

dipipet 10 mL larutan standar 100 ppm, di

encerkan dengan HNO3 hingga 100 mL (10

ppm)

Larutan standar 5, 10, 15 dan 20 ppm

Dipipet masing – masing 25, 50, 75 dan 100

mL larutan standar 10 ppm, diencerkan

dengan HNO3 P hingga 50 mL, sehingga

diperoleh konsentrasi 5, 10, 15 dan 20 ppm

Konsentrasi logam Arsen dihitung pada

panjang gelombang 193,7 nm.

Hasil analisis kandungan logam berat pada

sisik/sirip, daging dan tulang ikan sapu-sapu

disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb)

Hasil analisis kandungan logam berat

Timbal ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo, dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Kandungan Logam Berat

Timbal (Pb) pada Ikan Sapu-Sapu di Kab.

Wajo

Lokasi

Sampling

Sisik/Sirip

(µg/g)

Daging

(µg/g)

Tulang

(µg/g)

Tempe 0.0000 0.0000 0.0000

Tanasitolo 0.0000 0.0000 0.0000

Sabbangparu 0.0000 0.0000 0.0000

Timbal (Pb) merupakan logam berat yang

sangat beracun dan tidak dibutuhkan oleh

manusia. Tubuh akan mengeluarkannya jika

manusia mengkonsumsi makanan yang tercemar

oleh logam tersebut (Hardiani, dkk. 2011).

Widowati, dkk (2008) dalam Arsad, dkk (2012)

menjelaskan bahwa sebagian kecil logam Pb

dieksresikan lewat urin atau feses dan sebagian

terikat oleh protein, serta terakumulasi dalam

ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut.

Logam berat Pb apabila terakumulasi pada

biota-biota laut termasuk ikan dapat

menimbulkan masalah bagi keamanan pangan.

Hal ini disebabkan ikan merupakan sumber

makanan yang banyak dikonsumsi manusia.

Apabila ikan telah tercemar Pb, maka dapat

menjadi sumber kontaminan dan berakumulasi

pada tubuh manusia (Diana, dkk., 2017).

Hasil analisis ikan sapu-sapu yang diambil

dari Danau tempe Kabupaten Wajo menunjukkan

bahwa sisik/sirip, daging dan tulang ikan sapu-

sapu tidak mengandung Timbal. Hal ini

Page 4: Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Di Kabupaten

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

171

menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu di

Kabupaten Wajo bisa dimanfaatkan sebagai salah

satu sumber protein. Aksari, dkk (2015)

menemukan bahwa rata-rata konsentrasi Pb pada

insang, hati, dan otot ikan sapu-sapu di Sungai

Ciliwung berturut-turut 0,002571 μg/g, 0,005467

μg/g dan 0,001609 μg/g atau berada di bawah batas

yang dipersyaratkan SNI. Temuan ini bertolak

belakang dengan hasil penelitian Ismi, dkk. (2019)

yang menemukan bahwa ikan sapu-sapu di Sungai

Ciliwung wilayah Jakarta tidak layak dikonsumsi

karena mengandung logam Pb melebihi batas

yang dipersyaratkan. Batas kandungan Timbal

pada ikan sesuai persyaratan mutu dan kemanan

ikan segar berdasarkan SNI 2729:2013 (Badan

Standarisasi Nasional, 2013) adalah maksimum 0.3

mg/kg (μg/g).

Diana, dkk. (2017) yang menganalisis

kandungan Timbal pada ikan cendro

memperlihatkan nilai konsentrasi Pb masih

tergolong rendah dan masih jauh di bawah nilai

batas ambang baku. konsentrasi Pb ikan cendro

yang terdapat di wilayah Pesisir Krueng Raya

tergolong rendah, sehingga ikan Cendro ini aman

dikonsumsi. Hutagalung (2001) dalam Saenab

dkk. (2014) menjelaskan bahwa kecilnya kadar Pb

yang terakumulasi dalam insang ikan

dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel

ikan dilakukan pada musim hujan. Penjelasan ini

dianggap sesuai dengan keadaan yang terjadi pada

saat pengambilan sampel ikan sapu-sapu di

Kabupaten Wajo, yang dilakukan saat musim

hujan dan Danau tempe sedang meluap. Kondisi

ini yang dianggap sebagai salah satu alasan tidak

adanya Timbal pada ikan sapu-sapu di Kabupaten

Wajo. Adanya hujan turut berpengaruh terhadap

konsentrasi, dimana pada musim penghujan

konsentrasi logam berat cenderung lebih rendah

karena terencerkan oleh air hujan. Selain itu tinggi

rendahnya konsentrasi logam berat juga

disebabkan oleh jumlah masukan limbah logam

berat ke perairan. Semakin besar limbah yang

masuk ke dalam suatu perairan, semakin besar

konsentrasi logam berat di perairan.

3.2. Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg)

Hasil analisis kandungan logam berat

Merkuri ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo, dapat

dilihat pada Tabel 2.

Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam

berat yang sangat beracun dan sangat

bioakumulatif (Chen, et.al., 2012), tersebar luas di

alam dan kebanyakan membahayakan manusia

karena konsumsi ikan. Peristiwa keracunan

karena konsumsi ikan yang mengandung Merkuri

terjadi di Minamata Jepang dan Irak (Bernhoft,

2012). Manusia dapat terpapar merkuri melalui

konsumsi makanan yang tercemar, ikan dan

kerrang (Narasiang, dkk., 2015).

Tabel 2. Rata-rata Kandungan Logam Berat

Merkuri (Hg) pada Ikan Sapu-Sapu di

Kab. Wajo

Lokasi

Sampling

Sisik/Sirip

(µg/g)

Daging

(µg/g)

Tulang

(µg/g)

Tempe 0.0276 0.0000 0.0132

Tanasitolo 0.0622 0.0513 0.0346

Sabbangparu 0.0095 0.0243 0.0298

Logam Hg ini dapat terserap ke dalam tubuh

melalui saluran pencernaan dan kulit. Di dalam

tubuh manusia, Merkuri dapat menyebabkan

hilangnya kemampuan enzim untuk bertindak

sebagai katalisator. Karena sifat beracun dan

cukup volatil, maka uap merkuri sangat berbahaya

jika terhisap, meskipun dalam jumlah yang sangat

kecil. Merkuri bersifat racun yang komulatif,

dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap

dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan

menimbulkan bahaya. Bahaya penyakit yang

ditimbulkan oleh senyawa merkuri diantaranya

adalah kerusakan rambut dan gigi, hilang daya

ingat dan terganggunya sistem syaraf (Setiabudi,

2005) dalam Mirdad (2013).

Hasil analisis Merkuri (Hg) terhadap

sisik/sirip, daging dan tulang ikan sapu-sapu di

Kabupaten Wajo menunjukkan bahwa ikan sapu-

sapu mengandung Merkuri dengan kadar tertinggi

pada ikan sapu-sapu yang diambil dari Kecamatan

Tanasitolo, berturut-turut Kecamatan Sabbangparu

dan Kecamatan Tempe. Kecamatan Tanasitolo

merupakan sentra industri sarung sutradi

Kabupaten Wajo. Riani (2010), menuliskan bahwa

kegiatan yang terdapat di daratan berupa industri

akan menyumbangkan bahan pencemar terutama

logam berat. Selin (2009) dan Sinderman (2006)

dalam Purbonegoro (2014) menjelaskan bahwa

kejadian keracunan Merkuri yang dikenal luas

sebagai tragedi Minamata di Jepang pada tahun

1950an, disebabkan oleh limbah yang dikeluarkan

oleh perusahaan penghasil bahan kimia yang

mencemari Teluk Minamata termasuk populasi

ikan dan kerrang-kerangan yang ada di dalamnya.

Kandungan Merkuri pada ikan sapu-sapu di

Kabupaten Wajo masih berada di bawah nilai

ambang batas SNI 2729:2013 (Badan Standarisasi

Page 5: Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Di Kabupaten

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

172

Nasional, 2013) yaitu maksimum 0.5 mg/kg (μg/g).

sehingga menurut peraturan, ikan sapu-sapu di

kabupaten tersebut aman untuk dikonsumsi.

Aksari, dkk (2015) menuliskan bahwa Badan

Kesehatan Dunia (WHO) dan FAO menetapkan

batas aman pemasukan Hg per minggu adalah

sebanyak 200 µg per 70 kg berat badan. Berbeda

dengan hasil penelitian Ismi, dkk (2019) yang

menemukan bahwa logam Hg pada daging ikan

sapu-sapu di Sungai Ciliwung memiliki

konsentrasi sebesar 0,3±0,3 mg/kg melebihi nilai

ambang batas (NAB).

3.3. Kandungan Logam Berat Arsen (As)

Hasil analisis kandungan logam berat Arsen

ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo, dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Kandungan Logam Berat Arsen

(As) pada Ikan Sapu-Sapu di Kab. Wajo

Lokasi

Sampling

Sisik/Sirip

(µg/g)

Daging

(µg/g)

Tulang

(µg/g)

Tempe 0.0627 0.0000 0.0807

Tanasitolo 0.0454 0.0000 0.0143

Sabbangparu 0.0404 0.0089 0.0121

Arsen (As) merupakan salah satu elemen

yang paling toksik dan merupakan racun

akumulatif. Arsen anorganik sangat beracun,

dibandingkan arsen organic (Rumampuk dan

Warouw, 2015). Arsen dalam lingkungan akuatik

akibat aktivitas antropogenik menyebabkan

konsentrasi arsenik yang tinggi dalam sedimen,

air, dan invertebrata bentik (Culioli, et. Al., 2009).

Arsen yang merupakan unsur metaloid tersebar

luas di lingkungan perairan karena proses alam

dan antropogenik. Menjadi kontaminan

lingkungan yang penting, yang dapat

menyebabkan risiko keracunan pada manusia.

Arsen (As) ditemukan di perairan seperti air laut,

air tanah, sungai, dan danau. Penggunaan

pestisida, aktivitas industri, dan operasi

penambangan yang tidak dibatasi dapat

menyebabkan terjadinya akumulasi As pada

lingkungan (Kumari, et. Al., 2016).

Hasil analisis kandungan Arsen pada

sisik/sirip, daging dan tulang, menunjukkan

bahwa ikan sapu-sapu di Kabupaten Wajo

mengandung Arsen dengan kadar tertinggi pada

ikan sapu-sapu yang diambil dari Kecamatan

Tempe, berturut-turut dari Kecamatan

Sabbangparu dan Tanasitolo. Kecamatan Tempe

sebagai tempat sampling yang mewakili Kawasan

pemukiman penduduk. Tingginya kandungan

Arsen ikan sapu-sapu di Kecamatan Tempe diduga

diakibatkan oleh aktivitas penduduk yang

menggunakan logam berat dalam berbagai

keperluan sehari-hari dan secara langsung

maupun tidak langsung dapat mencemari

lingkungan. Kusumawarni, dkk (2020)

menuliskan bahwa kepadatan penduduk

mengakibatkan terjadinya peningkatan buangan

logam berat Arsen (As) ke pantai yang dapat

mengontaminasi ikan dan kerang, akan berbahaya

apabila dikonsumsi dalam konsentrasi tinggi.

Kandungan Arsen pada ikan sapu-sapu di

Kabupaten Wajo berada di bawah batas

maksimum kandungan Arsen pada ikan segar

sesuai SNI 2729:2013 (Badan Standarisasi Nasional,

2013) yaitu maksimum 1.0 mg/kg (μg/g). Nilai ini

menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu di

Kabupaten Wajo aman untuk dikonsumsi.

Berbeda dengan hasil penelitian Ismi, dkk. (2019)

yang menemukan bahwa ikan sapu-sapu di Sungai

Ciliwung mengandung Arsen yang melebihi batas

persyaratan keamanan ikan segar.

IV. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan, ikan sapu-sapu dari tiga kecamatan

tidak mengandung Pb tetapi mengandung Hg dan

As yang tidak melewati persyaratan batas

kandungan cemaran logam berdasarkan SNI

2729:2013 tentang persyaratan mutu dan keamanan

ikan segar.

REFERENSI

Aksari, Y. D., Dyah. Perwitasari, dan N. A. Butet. Kandungan Logam Berat (Cd, Hg, dan Pb) pada Ikan

Sapu-Sapu, Pterygoplichthys pardalis (Castelnau, 1855) di Sungai Ciliwung. Jurnal Iktiologi

Indonesia 15(3): 257-266

Arsad, M., I. Said dan Suherman. 2012. Akumulasi Logam Timbal (Pb) dalam Ikan Belanak (Liza

melinoptera) yang Hidup Di Perairan Muara Poboya. Jurnal Akademika Kimia 1(4): 187-192

Page 6: Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Di Kabupaten

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

173

Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-4866-1998 Cara Uji Cemaran Arsen Dalam Makanan. Badan

Standarisasi Nasional. Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 2354.5:2011 Cara Uji Kimia Bagian 5: Penentuan Kadar Logam

Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional.

Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI 2729:2013 Ikan Segar. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 2016. SNI 2354.6:2016 Cara Uji Kimia Bagian 6: Penentuan Kadar Logam

Berat Merkuri (Hg) pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta

Bernhoft, R. A. 2012. Mercury Toxicity and Treatment: A Review of the Literature. Journal of

Environmental and Public Health: 1-10

Budiman, B. T. P., Y. Dhahiyat dan H. Hamdani. 2012. Bioakumulasi Logam Berat Pb (Timbal) dan Cd

(Kadmium) pada Daging Ikan yang Tertangkap Di Sungai Citarum Hulu. Jurnal Perikanan dan

Kelautan 3(4): 261-270

Chen, C. W., C. F. Chen, and C. D. Dong. 2010. Contamination and potential ecological of mercury in

sediments of Kaohsiung river mouth, Taiwan. International Journal of Environmental Science

and Development 3(1): 66-71

Culioli, J. L., S. Calendini, C. Mori and A. Orsini. 2009. Arsenic Accumulation in A Freshwater fish

Living in A Contaminated River of Corsica, France. Ecotoxicology and Environmental Safety

72:1440-1445

Diana, Rinidar, dan T. R. Armansyah. 2017. Cemaran Logam Berat Timbal (Pb) Pada Insang Ikan Cendro

(Tylosurus crocodilus) Di Pesisir Krueng Raya Kabupaten Aceh Besar. JIMVET 01(3): 258-264

Dina, R., Lukman, G. Wahyudewantoro. 2019. Status jenis iktiofauna Danau Tempe, Sulawesi Selatan.

Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversiti Indonesia 5(2): 251-255.

Elfidasari, D., F. D. Qoyyimah, M. R. Fahmi, dan R. L. Puspitasari. 2016. Variasi Ikan Sapu-Sapu

(Loricariidae) Berdasarkan Karakter Morfologi Di Perairan Ciliwung. Jurnal AL-AZHAR

INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI 3(4): 221-225

Ernawati, Y. 2014. The analysis of the concentration of heavy metals cadmium, mercury and lead in the

flesh of suckermouth catfish (Pterygoplichthys pardalis) in Ciliwung River, Indonesia.

Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation International Journal of the Bioflux

Society 7(1): 33-42

Hardiani, H., T. Kardiansyah dan S. Sugesty. 2011. Bioremediasi logam timbal (Pb) Dalam Tanah

Terkontaminasi Limbah Sludge Industri Kertas Proses Deinking. Jurnal Selulosa,1(1): 31-41

Ismi, L. N., D. Elfidasari, R. L. Puspitasari, dan I. Sugoro. 2019. Kandungan 10 Jenis Logam Berat pada

Daging Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Asal Sungai Ciliwung Wilayah Jakarta.

Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI 5(2): 56-59

Kumari, B., V. Kumar, A. K. Sinha, J. Ahsan, A. K. Ghosh, H. Wang and G. DeBoeck. 2016. Toxicology of

Arsenic in Fish and Aquatic Systems. Environmental Chemistry Letters 14(55): 1-22

Page 7: Ikan Sapu-Sapu (Pterygoplichthys pardalis) Di Kabupaten

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

174

Kusumawarni, M., A. Daud, dan E. Ibrahim. 2020. Analisis Risiko Arsen (As) dalam Ikan

Kembung dan Kerang Darah Di Wilayah Pesisir Makassar. Online

(https://core.ac.uk/download/pdf/25495855.pdf) Tanggal 31 Agustus 2020

Mirdat, Y. S. Patadungan, dan Isrun. 2013. Status Logam Berat Merkuri (Hg) dalam Tanah pada Kawasan

Pengolahan Tambang Emas Di Kelurahan Poboya, Kota Palu. e-J. Agrotekbis 1(2): 127-134

Munandar, K. 2016. Kandungan Logam Berat Pb dan Cd Pada Ikan Sapu-Sapu Yang Tertangkap Di

Sungai Bedadung Kabupaten Jember. Prosiding Seminar Nasional II Kerjasama Prodi

Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang: 85-93

Munandar, K. dan N. Eurika. 2016. Keanekaragaman Ikan yang Bernilai Ekonomi dan Kandungan

Logam Berat Pb dan Cd pada Ikan Sapu-Sapu di Sungai Bedadung Jember. Proceeding Biology

Education Conference 13(1): 717-722

Narasiang, A. A., M. T. Lasut, dan N. J. Kawung. 2015. Akumulasi Merkuri (Hg) pada Ikan di Teluk

Manado. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis 1(1): 8-14

Purbonegoro, T. 2014. Bioakumulasi dan Toksisitas Merkuri (Hg) pada Ikan. Oseana 39(4): 23-28

Riani, E. 2010. Kontaminasi Merkuri (Hg) dalam Organ Tubuh Ikan Petek (Leiognathus equulus) Di

Perairan Ancol, Teluk Jakarta. Jurnal Teknik. Lingkungan 11(2): 313-322

Rumampuk, N. D. C dan V. Warouw. 2015. Bioakumulasi Total Merkuri, Arsen, Kromium, Cadmium,

Timbal Di Teluk Totok dan Teluk Buyat, Sulawesi Utara. Jurnal LPPM Bidang Sains dan

Teknologi 2(2): 49-59

Saenab, S., Nurhaedah dan C. Muthiadin. 2014. Studi Kandungan Logam Berat Timbal pada Langkitang

(Faunus ater) Di Perairan Desa Maroneng Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang Sulawesi

Selatan. Jurnal Bionature 15(1): 29-34