29
ICASERD WORKING PAPER No.33 DAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI INDONESIA : SUATU KAJIAN INDIKATIF Nyak Ilham Maret 2004 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

ICASERD WORKING PAPER No.33

DAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGATERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI INDONESIA : SUATU KAJIAN INDIKATIF

Nyak Ilham

Maret 2004

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian(Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development)Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian

Page 2: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

ICASERD WORKING PAPER No.33

DAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGATERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRODI INDONESIA : SUATU KAJIAN INDIKATIF

Nyak Ilham

Maret 2004

Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian mengenai hasil penelitian, gagasan ilmiah, opini, pengembangan metodologi, pengembangan alat analisis, argumentasi kebijakan, pandangan ilmiah, dan review hasil penelitian. Penanggung jawab Working Paper adalah Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, dengan Pengelola : Dr. Handewi P. Saliem, Dr. A. Rozany Nurmanaf, Ir. Tri Pranadji MSi, dan Dr. Yusmichad Yusdja. Redaksi: Ir. Wahyuning K. Sejati MSi; Ashari SP MSi; Sri Sunari, Kardjono dan Edi Ahmad Saubari. Alamat Redaksi: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Jalan A. Yani No.70 Bogor 16161, Telp. 0251-333964, Fax. 0251-314496, E-mail : [email protected]

No. Dok.048.33.04..04

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian(Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development)Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian

Page 3: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

1

DAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGATERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI INDONESIA:

SUATU KAJIAN INDIKATIF

Nyak Ilham

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian BogorJl. A. Yani 70 Bogor 16161

ABSTRAK

Salah satu tujuan kebijakan harga pertanian adalah menstabilkan harga pertanian agar mengurangi ketidakpastian petani, dan menjamin harga pangan yang stabil bagi konsumen dan stabilitas harga di tingkat makro. Untuk mencapai pembangunan ekonomi diperlukan stabilitas ekonomi makro. Bedasarkan hal tersebut paper ini bertujuan mengkaji dampak stabilisasi harga terhadap stabilitas indikator ekonomi makro. Data yang digunakan merupakan data sekunder series waktu lingkup nasional bersumber dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, BULOG dan Departemen Keuangan. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan teknik grafik. Dalam studi ini stabilisasi harga diproksi dari besarnya dana yang dikeluarkan pemerintah untuk subsidi pupuk dan operasi pasar oleh BULOG. Hasil studi menghasilkan tiga kesimpulan penting yaitu: (1) Dana subsidi pupuk cenderung dapat menekan laju inflasi, namun pengaruhnya tidak signifikan, sehingga respon indikator ekonomi makro terhadap perubahan dana subsidi pupuk relatif lemah; (2) Ada indikasi bahwa operasi pengadaan dan penyaluran gabah/beras oleh Bulog mampu menstabilkan inflasi, kecuali pada kondisi anomali. Pengaruh tersebut ada kecenderungan ditransmisikan ke indikator ekonomi makro; (3) Pengamatan lebih mendalam menunjukkan adanya bias yang berkaitan dengan tenggang waktu (time lag) antara operasi pasar dengan indikator ekonomi makro. Saran dan implikasi kebijakan hasil studi ini adalah: (1) Kebijakan subsidi pupuk kepada petani tidak efektif digunakan untuk stabilisasi indikator ekonomi makro; (2) Kebijakan operasi pasar oleh Bulog dapat digunakan untuk menstabilkan indikator ekonomi makro di Indonesia; dan (3) Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dengan pendekatan kuantitatif.

Kata Kunci: stabilitas harga, pangan, ekonomi makro.

PENDAHULUAN

Untuk mencapai pembangunan ekonomi yang diharapkan perlu stabilitas

ekonomi makro. Karena hal tersebut menjamin kepastian bagi investor untuk berinvestasi

sehingga mampu mengerakkan sektor riil yang dapat menciptakan lapangan kerja.

Salah satu tujuan kebijakan harga pertanian adalah menstabilkan harga pertanian agar

mengurangi ketidakpastian usaha petani, dan menjamin harga pangan yang stabil bagi

konsumen dan stabilitas harga di tingkat makro (Ellis, 1992:69).

Stiglitz (1997: 565) mengatakan tiga tujuan kebijakan ekonomi makro adalah

kesempatan kerja tinggi, inflasi yang rendah dan pertumbuhan yang cepat. Menurut

Dornbusch, Fisher, dan Startz (1998:3) variabel ekonomi makro yang menjadi isu adalah

pertumbuhan output, laju inflasi, pengangguran, dan neraca pembayaran. Variabel

Page 4: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

2

ekonomi makro tersebut saling terkait secara langsung atau melalui variabel ekonomi

makro lain, seperti nilai tukar dan tingkat suku bunga. Melalui pasar barang, pasar uang,

pasar tenaga kerja, dan pasar saham.yang membentuk keseimbangan internal dan

keseimbangan eksternal (balance of payment).

Indikator makro yang penting dan berkaitan dengan kebijakan stabilisasi harga

adalah inflasi. Indikator tersebut secara mikro terkait dengan kondisi pasar barang

melalui harga-harga komoditas. Namun, tingkat inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh

harga-harga komoditas yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan dan

berkurangnya penawaran, tetapi juga oleh faktor-faktor lain yang berkaitan dengan sektor

riil dan moneter (Gunawan, 1991: 60-142; Perwira, 2001; CSIS, 2001a; 2001b; 2001c;

2001d; 2002a; 2002b; 2002c; dan 2002d), serta pengaruh faktor kebijakan Romer

(1996:403-412).

Makalah ini difokuskan pada inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga

pangan, khususnya beras. Perspektif ke depan kajian ini menjadi penting mengingat

kecenderungan pasar yang dihadapi setiap negara semakin mengglobal. Dimana dengan

perubahan lingkungan strategis tersebut, menurut Simatupang dan Syafa’at (2002),

menyebabkan harga komoditas pertanian di pasar domestik semakin terbuka terhadap

gejolak pasar. Dengan perkataan lain, dinamika harga produk domestik dipengaruhi oleh

keadaan pada tiga jenis pasar secara simultan, yaitu (1) pasar komoditas internasional,

(2) pasar komoditas domestik, dan (3) pasar valuta asing.

Artinya intervensi pemerintah untuk kebijakan stabilisasi harga di pasar domestik

semakin mengecil. Keadaan yang demikian dapat mempengaruhi ketidakstabilan

indikator ekonomi makro. Di Indonesia, banyak tulisan yang membahas hal tersebut,

namun yang menggunakan pendekatan kuantitatif masih sangat terbatas. Timmer,

(1996) dalam: Simatupang (1999) menyatakan beberapa ilmuwan kompeten di bidang ini

beranggapan bahwa peranan stabilisasi harga beras dalam perekonomian nasional tak

terhingga nilainya.

Berdasarkan hal tersebut, studi ini sifatnya indikatif dengan pendekatan grafik

bertujuan mengkaji dampak stabilisasi harga terhadap stabilitas indikitor ekonomi makro.

Dari hasil kajian tersebut diharapkan dapat memberikan rekomendasi dalam upaya

meredam ketidakstabilan indikator ekonomi makro.

Page 5: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

3

METODOLOGI

Kerangka Pemikiran

Di Indonesia (Gunawan, 1991), ketatnya pengaturan harga menyebabkan

berkurangnya instabilitas ekonomi makro. Hal yang sama terjadi di beberapa negara,

seperti yang disitir maupun yang dihasilkan dari studi Kannapiran (2000), menunjukkan

bahwa skim stabilitas harga komoditas dapat mengurangi instabilitas ekonomi makro,

tetapi ada juga yang menciptakan sedikit fluktuasi, khususnya pada balance of payment

(BOP) dan stabilitas moneter, karena kebijakan stabilitas harga tidak memberikan

kontribusi yang baik terhadap manajemen ekonomi makro.

Keterkaitan antara harga dan indikator ekonomi makro ditransmisikan melalui

harga komoditas di pasar barang yang membentuk harga umum kemudian menentukan

tingkat inflasi. Tingkat inflasi akan mempengaruhi keseimbangan di pasar uang, pasar

tenaga kerja, pasar barang, dan daya saing produk di pasar internasional yang akhirnya

akan mempengaruhi keseimbangan makro.

Tingkat harga bahan pangan memberikan pengaruh yang relatif lebih tinggi

terhadap tingkat inflasi umum di Indonesia dibandingkan produk lain (Ilham, 2003).

Menurut Irawan, et al., (2002), pada umumnya harga beras merupakan acuan bagi harga

komoditas pangan lainnya dan tingkat upah pertanian, sehingga perubahan harga

pangan lain dan upah tenaga kerja cenderung sejalan dengan perubahan harga gabah.

Dengan demikian sebarapa jauh fluktuasi harga beras mempengaruhi stabilitas ekonomi

makro perlu menjadi perhatian, terutama pada kondisi pasar yang derajat liberalisasinya

semakin meningkat.

Kebijakan harga yang merupakan upaya untuk menstabilkan harga pertanian,

khususnya beras, dapat dilakukan melalui berbagai instrument. Menurut Ellis (1992:71),

ada empat instrumen kebijakan harga, yaitu: kebijakan perdagangan; kebijakan nilai

tukar; pajak dan subsidi; dan intervensi langsung.

Untuk melihat dampak kebijakan harga terhadap stabilitas ekonomi makro,

berbagai bentuk kebijakan harga tersebut dapat diproksi dengan berbagai indikator.

Kebijakan perdagangan dapat didekati dengan volume impor dan ekspor komoditas;

kebijakan nilai tukar didekati dengan kurs nilai tukar itu sendiri; pajak dan subsidi didekati

dengan nilai pajak yang diterima atau nilai subsidi yang diberikan; dan intervensi

langsung didekati dengan volume fisik pengadaan atau penyaluran komoditas yang

dilakukan dalam operasi pasar.

Page 6: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

4

Selain melalui kebijakan harga, secara tidak langsung stabilisasi harga dapat juga

dilakukan melalui kebijakan pemasaran output dan kebijakan input (Ellis, 1992:101 dan

125). Kebijakan pemasaran secara umum bertujuan menghindari produsen dan

konsumen dari eksploitasi pedagang. Kebijakan input antara lain berupa subsbsidi harga

sarana produksi diberlakukan pemerintah terhadap pupuk, benih, pestisida dan kredit. Di

Indonesia, pupuk mendapat subsidi terbesar, dengan argumen pemberian subsidi pupuk

adalah untuk: (1) merangsang penggunaan pupuk oleh petani sebagai bagian dari

penerapan teknologi pertanian dan peningkatan produksi pangan; (2) menstabilkan

harga di tingkat petani; dan (3) lebih mengefisienkan transfer sumberdaya dari

pemerintah ke petani guna membantu pembangunan di pedesaan (Rusastra, Sayaka,

dan Saptana, 2002).

Kerangka Teoritis

Penyebab Inflasi

Menurut Shapiro (1978:445), walaupun teori inflasi bukan hanya berdasarkan

inflasi tarikan-permintaan dan inflasi dorongan-biaya, namun pendekatan tersebut selalu

digunakan. Beberapa pendekatan lain adalah: Pendekatan Kurva Philips (Mankiw, 2000:

338); Teori Dinamika Inkonsistensi Kebijakan Inflasi Rendah (Romer, 1996: 403-412);

Hubungan Keterbukaan Ekonomi dengan Inflasi (Romer, 1993 dalam:Temple, 2002); dan

hubungan antara inflasi domestik dengan inflasi luar negeri (McCallum, 1989:271-296).

Analisis selanjutnya menggunakan pendekatan inflasi tarikan-permintaan dan inflasi

dorongan-biaya.

Inflasi Tarikan-Permintaan (Demand-Pull Inflation)

Menurut teori ini, meningkatnya tingkat harga umum disebabkan oleh permintaan

terhadap barang dan jasa melebihi penawaran yang tersedia pada harga yang berlaku

(Shapiro, 1978:446). Kelebihan permintaan yang disebabkan bergesernya kurva

permintaan agregat ke kanan merupakan inflationary gap, sehingga menekan harga

untuk naik (Gunawan, 1991:11).

Berdasarkan kerangka kerja kurva IS-LM, kelebihan permintaan yang

menyebabkan kenaikan harga dapat berasal dari pergeseran kurva IS atau kurva LM.

Penyebab bergesernya kurva IS adalah faktor-faktor riil dan penyebab bergesernya

kurva LM adalah faktor-faktor moneter.

Page 7: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

5

(1) Inflasi tarikan-permintaan yang berasal dari faktor-faktor riil

Faktor-faktor yang menyebabkan bergesernya kurva IS ke kanan adalah

peningkatan pengeluaran pemerintah tanpa perubahan penerimaan pajak; penurunan

penerimaan pajak tanpa perubahan pengeluaran pemerintah; peningkatan pengeluaran

pemerintah yang lebih besar dari peningkatan penerimaan pajak; penurunan fungsi

tabungan; peningkatan ekspor; penurunan impor; dan peningkatan permintaan investasi.

Prosesnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 (A) menunjukkan tiga posisi kurva LM, yaitu LM1, LM2, dan LM3 dengan

jumlah uang beredar nominal tertentu dengan tingkat harga yang meningkat dari P1, ke

P2, ke P3. Dengan cara yang sama penurunan harga akan menggeser kurva IS ke

kanan, sebaliknya peningkatan harga dari P1 ke P2 ke P3 akan menggeser kurva IS ke

kiri dari IS1 ke IS2 ke IS3. Perpotongan kurva IS1 dan LM1, IS2 dan LM2, IS3 dan LM3

menunjukkan jumlah permintaan barang tertentu pada tingkat harga P1, P2, dan P3.

Ketiga titik potong ini membentuk kurva permintaan AD1 pada Gambar 1 (B) dan

berpotongan dengan kurva AS pada P1 dan Yf yang merupakan keseimbangan awal.

Perubahan salah satu dari faktor riil akan menggeser kurva IS ke kanan atau ke

kiri, tergantung faktor yang mana yang berubah dan arah perubahannya. Peningkatan

permintaan terhadap investasi, akan menggeser IS ke kanan, dari IS1 ke IS’1; dari IS2 ke

IS’2; dari IS3 ke IS’3. Pada kondisi kurva LM yang tetap, melalui perpotongan IS’1, IS’2

dan IS’3 dengan LM1, LM2, dan LM3 diperoleh kurva AD2. Pada harga P1 terjadi excess

demand, sehingga harga naik ke P2 saat AD2 memotong AS pada keseimbangan baru.

Keadaan ini menyebabkan terjadinya inflasi.

Mc Callum (1989: 272) menurunkan fungsi IS sebagai berikut :

Y = C(Y- , r) + I(Y, r) + G + NX (e) (1)

Persamaan (1) dapat disederhanakan dalam bentuk berikut:

Y = f(r, , G, e) ; f1 < 0 , f2 < 0 , f3> 0 , f4 > 0 (2)

dimana:Y = Pendapatan nasional; C = Konsumsi masyarakat; = Pajak pendapatan; r = Suku bunga riil;I = Investasi swasta; G = Pengeluaran pemerintah;NX = Net ekspor impor; e = Nilai tukar riil

Dari persamaan (2) dapat diidentifikasi penyebab bergsernya kurva IS yang akan

menyebabkan inflasi dengan mekanisme seperti Gambar 1.

Page 8: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

6

r P=P2 P=P1

P=P3

P=P1 P=P3

P=P2

P=P3 P=P2

r2 P=P1

LM3 IS’1

IS’2

r1 IS’3

LM2 IS1

IS2

LM1 IS3

0 Yf Y1 Y

(A)

P AS

P3

P2

P1

AD1 AD2

0 Yf Y1 Y(B)

Gambar 1. Inflasi Tarikan-Permintaan yang Berasal dari Faktor-faktor Riil

Sumber: Shapiro, 1978:447

Page 9: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

7

(2) Inflasi tarikan-permintaan yang berasal dari faktor-faktor moneter

Dari sisi moneter, interaksi tarikan permintaan dapat berasal dari penurunan

permintaan uang atau peningkatan penawaran uang. Tetapi yang terakhir pengaruhnya

sangat besar (Shapiro, 1978:448). Gambar 2 menunjukkan mekanisme inflasi dari sisi

moneter pada kodisi full employment. Dimana kondisi awal, dengan IS dan LM tertentu

pada tingkat harga P1, P2, dan P3. Perpotongan IS1 dan LM1, IS2 dan LM2, IS3 dan LM3

menghasilkan kurva AD1. Dengan kurva AS tertentu keseimbangan terjadi pada tingkat

harga P1.

Jika terjadi peningkatan penawaran uang, menggeser LM1 ke LM’1, LM2 ke LM’2

dan LM3 ke LM’3. Perpotongan kurva IS dengan LM’ menghasilkan kurva AD2. Pada

harga P1 terjadi excess demand, sehingga harga meningkat ke P2. Keseimbangan

baru terjadi pada perpotongan AD2 dengan AS. Keadaan ini menyebabkan terjadinya

kenaikan harga atau inflasi.

Kurva LM merepresentasikan keseimbangan di pasar uang, yaitu saat penawaran

uang sama dengan permintaan uang, dengan formula sebagai berikut:

M/P = L(r,Y) (3)

Persamaan (3), jika diekspresikan dalam bentuk umum, diperoleh kurva LM merupakan

kombinasi anatara r dan Y, sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = g (r, M, P) (4)

Persamaan (4) menunjukkan kurva LM akan bergeser jika terjadi perubahan pada

penawaran uang dan harga. Dampaknya akan menyebabkan inflasi (Gambar 2).

Inflasi Dorongan-Biaya (Cost-Push Inflation)

Inflasi dorongan biaya disebut juga inflasi dari sisi penawaran (supply shock

inflation). Ada dua prinsip yang menyebabkan inflasi dari sisi penawaran. Pertama,

disebabkan oleh kenaikan upah yang merupakan tuntutan serikat pekerja, yang disebut

juga wage-push inflation. Kedua, disebabkan penetapan harga yang tinggi oleh industri

monopolistik atau oligopolistok, yang disebut juga profit-push inflation (Shapiro,

1978:451-459). Dalam makalah ini hanya penyebab utama yang dibahas.

Prasyarat terjadinya wage-push adanya pasar tenaga kerja yang tidak kompetitif,

terutama dengan adanya serikat pekerja. Peningkatan harga faktor, dengan cara yang

sama seperti wage-push menyebabkan bergesernya kurva penawaran agregat ke kiri

menyebabkan inflasi yang disebut cost-push inflation (Shapiro, 1978:460).

Page 10: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

8

P=P3

r P=P2

P=P1

P=P1 P=P3

P=P2 P=P2

P=P3 P=P1

r2

LM3

LM2

r1 LM1

LM’3 IS1

LM’2 IS2

LM’1 IS3

0 Yf Y1 Y

(A)

P AS

P3

P2

P1

AD1 AD2

0 Yf Y1 Y(B)

Gambar 2. Inflasi Tarikan-Permintaan yang Berasal dari Faktor-faktor MoneterSumber: Shapiro, 1978:447

Page 11: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

9

Mekanisme pergeseran kurva penawaran agregat, akibat terjadi perubahan di

pasar tenaga kerja, dalam hal ini tuntutan serikat pekerja untuk menaikan upah dapat

dilihat pada Gambar 3 (Branson, 1979:378-380; dan McCallum, 1989: 101). Dengan

kondisi kurva AD tertentu, keseimbangan awal terjadi pada saat kurva AD1 berpotongan

dengan kurva AS1 pada tingkat upah W1, tenaga kerja N1, produksi Y1 dan harga P1.

W W2S P

AD! AS2

W1S AS1

W2 P2

W1 P1

W1D

0 N1 N 0 Y2 Y1 Y

Y

0 N2 N1 N 0 Y2 Y1 Y

Gambar 3. Inflasi Dorongan-Biaya yang Berasal dari Tuntutan Serikat Pekerja terhadap Kenaikan Upah

Sumber: Branson, 1979:378-380; dan McCallum, 1989: 101

Jika serikat pekerja menuntut kenaikan upah, pada tingkat harga tetap di P1,

permintaan tenaga kerja tetap di W1D, sedangkan upah meningkat dari W1 ke W2.

Akibatnya kurva penawaran tenaga kerja bergeser ke kiri dari W1S ke W2S dan

Page 12: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

10

menyebabkan jumlah faktor yang digunakan menurun dari N1 ke N2, sehingga output

menurun dari Y1 ke Y2.

Dengan harga tetap di P1, penurunan output dari Y1 ke Y2 menyebabkan kurva

penawaran agregat bergeser dari AS1 ke AS2. Akibatanya terjadi excess demand yang

menyebabkan harga meningkat ke P2. Kenaikan harga ini disebut wage-push inflation.

Grafik kiri bawah merupakan kurva produksi dengan fungsi:Y = f (N) (5)

Grafik di kiri atas merupakan kurva penawaran dan permintaan tenaga kerja di pasar

tenaga kerja. Bentuk fungsi permintaan dan penawaran tenaga kerja direpresentasikan

pada persamaan (6) dan persamaan (7).

f’ (N) = W/P (6)

N = h (W/P) (7)

Pada permintaan tenaga kerja yang tetap, perubahan W menyebabkan

pergeseran kurva penawaran tenaga kerja, WS. Hal ini menyebabkan kurva AS

bergeser. Shiffter AS adalah upah, W. Jika dianalogkan upah sebagai input, maka

harga input lain, seperti harga pupuk dan harga BBM, juga merupakan shiffter kurva AS

pada keseimbangan makro.

Dari dua penyebab inflasi tersebut, secara makro dapat dilihat adanya kaitan

antara pergeseran permintaan agregat dan pergeseran penawaran agregat dengan

peningkatan harga umum dan sebaliknya. Tingkat harga umum itu sendiri berkaitan

dengan tingkat harga komoditas di tingkat mikro.

Beberapa studi menunjukkan bahwa di Indonesia sebagian besar pendapatan

masih digunakan untuk pangan, terutama pangan pokok berupa beras. Dengan

demikian perubahan harga pangan pengaruhnya terhadap inflasi cukup besar.

Selanjutnya inflasi mempengaruhi penawaran uang riil yang akan menggeser kurva LM

dan menyebabkan pergerakan suku bunga. Di sisi lain tingkat harga umum juga

mempengaruhi daya beli dan dan daya saing ekspor yang dapat menggeser kurva IS

dan menyebabkan pergerakan suku bunga. Pergeseran tersebut akan mempengaruhi

pertumbuhan pada keseimbangan internal.

Pada keseimbangan eksternal, suku bunga akan mempengaruhi net capital inflow

dan tingkat harga umum akan mempengaruhi balance of trade, dimana keduanya

mempengaruhi balance of payment (BOP) dengan formulasi sebagai berikut:

BOP = (X - M) + (CI – CO)

BOP = [X(P, E) – M(P,Y,E)] – NCI(i – i*) (8)

Page 13: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

11

dimana:CI = Capital inflow; CO = Captal outflowE = Nilai tukar ; P = Tingkat harga umum

X = Ekspor; M = ImporY = Pendapatan domestik; NCI = Net capital inflow i = Sukubunga domestik; i* = Sukubunga foreign

Selanjutnya perubahan BOP, apakah surplus atau defisit, akan mempengaruhi

penawaran dollar di pasar valuta asing di pasar uang domestik. Pada kondisi surplus

menyebabkan peningkatan penawaran dollar yang menyebabkan apresiasi rupiah

terhadap dollar AS, sebaliknya pada kondisi defisit.

Metode Analisis

Data dan informasi dianalisis secara deskriptif dengan teknik grafik. Dalam studi

ini, kebijakan harga, dalam hal ini harga beras, yang bertujuan menstabilkan harga beras

diproksi dari besarnya dana yang dikeluarkan pemerintah untuk subsidi pupuk, volume

pengadaan dan penyaluran beras oleh BULOG.

Dampaknya terhadap indikator ekonomi makro dilihat dari peubah inflasi, tingkat

suku bunga bank, neraca pembayaran (BOP), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika

Serikat, dan produk domestik bruto (PDB).

Data

Data yang digunakan merupakan data sekunder series waktu lingkup nasional.

Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, BULOG dan

Departemen Keuangan.

HASIL EMPIRIS DAN PEMBAHASAN

Dalam analisis ini, instrumen kebijakan harga merupakan peubah eksogen yang

mempengaruhi indikator ekonomi makro sebagai peubah endogen. Berikut akan

disajikan analisis deskriptif menggunakan teknik grafik dari masing-masing pengaruh

peubah eksogen terhadap peubah endogen.

Pengaruh Subsidi Input

Data subsidi pupuk yang tersedia merupakan data tahunan. Oleh karena itu data

indikator ekonomi makro yang digunakan juga merupakan data tahunan. Karena

tanaman padi siklus produksinya selama tiga bulanan, maka efek subsidi terhadap harga

Page 14: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

12

Page 15: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

13

Page 16: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

14

Page 17: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

15

Page 18: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

16

Page 19: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

17

Page 20: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

18

Page 21: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

19

Gambar 16. Hubungan Pengadaan dan penyaluran gabah/beras Bulog dengan pertumbuhan GDP di Indonesia, 1985.1-2002.4

0.0

100000.0

200000.0

300000.0

400000.0

500000.0

600000.0

700000.0

85.1

85.4

86.3

87.2

88.1

88.4

89.3

90.2

91.1

91.4

92.3

93.2

94.1

94.4

95.3

96.2

97.1

97.4

98.3

99.2

2000

.1

2000

.4

2001.

3

2002

.2

-25.00

-20.00

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

P.adaan ton P.aluran ton Gr.GDP %

Dari kajian indikatif dengan teknik grafik tersebut masih dapat dilihat adanya bias

yang berkaitan dengan tenggang waktu (time lag) antara operasi pasar dengan indikator

ekonomi makro. Hal tersebut dapat disebabkan dampak kebijakan operasi pasar

tersebut membutuhkan tenggang waktu terhadap indikator ekonomi makro, atau

memang kegiatan di lapangnya tidak sesuai dengan jadwal dimana seharusnya kegiatan

tersebut dilakukan. Kedua kegiatan ini akan efektif jika dilakukan pada waktu yang tepat,

jika tidak tepat maka hasil yang diharapkan akan kontraproduktif,

Di samping itu sejak tahun 1999, pemerintah telah membebaskan semua pihak

untuk melakukan impor beras, baik BULOG sendiri, swasta maupun LSM. Dikhawatirkan

jumlah impor atau ekspor beras akan sulit dikontrol oleh pemerintah, sehingga harga

beras domestik bisa tidak stabil (Sudaryanto, et al., 2002). Atau dapat saja lembaga

tersebut dengan motif keuntungan tidak mendistribusikan beras sesuai yang diinginkan.

KESIMPULAN

Dari uraian yang telah diutarakan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan dan

saran sebagai berikut:

1. Dana subsidi pupuk cenderung dapat menekan laju inflasi. Namun dari perilaku yang

ada pengaruhnya tidak signifikan. Tidak signifikannya dana subsidi pupuk terhadap

inflasi melemahkan transmisi pengaruh dana subsidi pupuk ke indikator ekonomi

makro seperti suku bunga, BOP, nilai tukar dan pertumbuhan GDP menjadi tidak

ditransmisikan. Atau dapat dikatakan respon indikator makro tersebut terhadap

Page 22: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

20

perubahan dana subsidi pupuk relatif lemah. Hal ini selain disebabkan dampaknya

yang lemah juga dapat disebabkan kebijakan stabilitas harga melalui peningkatan

dana subsidi input produksi gabah berupa pupuk tidak memberikan kontribusi yang

baik terhadap manajemen ekonomi makro.

2. Ada indikasi bahwa operasi pengadaan dan penyaluran gabah/beras oleh Bulog

mampu menstabilkan inflasi, kecuali pada kondisi anomali, seperti krisis ekonomi

pada medio 1997 dimana faktor lain, dalam hal ini depresiasi nilai tukar yang cukup

tajam, mendominasi penyebab terjadinya inflasi yang tinggi.

3. Pengaruh operasi pasar Bulog terhadap stabilitas inflasi, ada kecenderungan

ditransmisikan ke indikator ekonomi makro lain, yaitu: suku bunga, BOP, nilai tukar

dan pertumbuhan GDP.

4. Kajian indikatif hanya melihat kecenderungan. Pengamatan lebih rinci masih

terdapat adanya bias yang berkaitan dengan tenggang waktu (time lag) antara

operasi pasar dengan indikator ekonomi makro. Bias tersebut dapat disebabkan oleh

adanya time lag antara pelaksanaan kebijakan dengan respon indikator ekonomi

makro dan kegiatan di lapangnya tidak sesuai dengan jadwal dimana seharusnya

kegiatan tersebut dilakukan.

5. Dari fenomena data yang disajikan dalam grafik, dapat juga dilihat adanya

kecenderungan stabilitas ekonomi makro di Indonesia sudah mulai membaik seperti

kondisi sebelum krisis ekonomi.

SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

1. Kebijakan pemberian subsidi pupuk kepada petani tidak efektif digunakan untuk

stabilisasi indikator ekonomi makro. Karena kebijakan ini tidak secara langsung

mempengaruhi harga gabah, tetapi lebih efektif untuk tujuan meningkatkan

pendapatan petani, melalui adopsi teknologi penggunaan pupuk yang dapat

meningkatkan produktivitas ushatani padi.

2. Mengingat pengeluaran utama sebagian besar masyarakat Indonesia masih pada

produk pangan dan ada kecenderungan operasi pasar gabah/beras mampu

menstabilkan inflasi, maka kebijakan ini dapat digunakan untuk menstabilkan

indikator ekonomi makro di Indonesia.

3. Untuk mempertegas adanya bias tersebut, maka diperlukan penelitian lebih lanjut

untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dengan pendekatan kuantitatif.

Page 23: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

21

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 1999 – 2002. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta.

______________ 1983 – 2002. Laporan Tahunan 1982 - 2001 Bank Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta.

BPS. 1983-2003. Indikator Ekonomi. BPS. Jakarta.

Branson, W.H. 1979. Macroeconomic Theory and Policy. Second Edition. Harper International Edition. New York.

Bulog. 2000. Statistik Intern BULOG Tahun 1985-1998. Biro Analisis Harga dan Pasar, Badan Urusan Logistik. Jakarta.

Bulog. 2000. Statistik Penyaluran Beras BULOG Tahun 1985-1998. Biro Analisis Harga dan Pasar, Badan Urusan Logistik. Jakarta.

CSIS. 2001a. Tinjauan Perkembangan Ekonomi : Skenarion Pertumbuhan 2001: Creative destruction, Muddling - Through atau Sky Dive ?. Tahun XXX/2001 No.1: 6 – 7. Center For Strategic And International Studies. Jakarta.

____. 2001b. Tinjauan Perkembangan Ekonomi: Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian. Tahun XXX/2001 No. 2: 108 - 109. Center For Strategic And International Studies. Jakarta

____. 2001c. Tinjauan Perkembangan Ekonomi: Perkembangan Ekonomi Makro Kuartal Kedua 2001.Tahun XXX/2001 No.3: 243-245.Center For Strategic And International Studies. Jakarta

____. 2001d. Tinjauan Perkembangan Ekonomi: Indonesia Tenggelam Berdiri. Tahun XXX/2001 No.4: 384-3856. Center For Strategic And International Studies. Jakarta

____. 2002a. Tinjauan Perkembangan ekonomi. Tahun XXXI/2002 No.1: 36-38. Center For Strategic And International Studies. Jakarta

____. 2002b. Tinjauan Perkembangan Ekonomi. Tahun XXXI/2002 No.2: 156-158. Center For Strategic And International Studies. Jakarta

____. 2002c. Tinjauan Perkembangan Ekonomi: Membaiknya Indikator Perekonomian Indonesia. Tahun XXXI/2002 No.3: 297-298. Center For Strategic And International Studies. Jakarta

____. 2002d. Tinjauan Perkembangan Ekonomi: Pemulihan Lambat yang Terus Terhambat. Tahun XXXI/2002 No.4: 414-416. Center For Strategic And International Studies. Jakarta

Dornbusch, R. , S. Fischer, and R. Srartz. 1998. Macroeconomics. Seventh Ed.Edition. McGraw-Hill Companies, Inc. Boston, United States.

Page 24: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

22

Ellis, F. 1992. Agricultural Policies In Developing Countries. Cambridge University Press. Cambridge.

Gunawan, A. H. 1991. Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ilham, N. 2003. Perilaku Inflasi di Indonesia: Bagaimana Kontrtibusi Bahan Pangan terhadap Inflasi ? Makalah (unpublish) Sebagai Tugas pada Mata Kuliah Makroekonomi Lanjutan pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor

Irawan, B., G.S. Budhi, dan Supriyati. 2002. Penyesuaian Harga Komoditas Pangan dan Sarana Produksi pada Priode Krisis Ekonomi. Dalam: Monograph Series No. 21: 105-111. Analisis Kebijaksanaan: Paradigma Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agro Industri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Kannapiran, C.A. 2000. Commodity Price Stabilisation: Macroeconomic Impacts and Policy Option. Agricultural Economics No. 23 June 2000: 17-30.

Mankiw, N. G. 2000. Teori Ekonomi makro. Edisi keempat. Worth Publishers, Inc., New York, United States. Alih bahasa: Imam Nurmawan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

McCallum B.T. 1989. Monetary Economics: Theory and Policy. Macmillan Publishing Company. New York.

Perwira, D. 2001. Pengaruh Perubahan Kondisi Ekonomi Makro Terhadap Permintaan Saham Sektor Pertanian di Indonesia. EKI, Vol. XLIX No.4-2001: 357-374. Universitas Indonesia. Jakarta

Republik Indonesia. 1985-2001. Nota Keuangan. Republik Indonesia. Jakarta

Romer, D. 1996. Advanced Macroeconomics. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York, United States.

Rusastra, I.W., B. Sayaka, dan Saptana. 2002. Kebijaksanaan Harga dan Subsidi Faktor Produksi. Dalam: Monograph Series No. 21: 91-104. Analisis Kebijaksanaan: Paradigma Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agro Industri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Shapiro, E. 1978. Macroeconomic Analysis. Fourth Edition. Harcourt Brace Jovanovich, Inc. New York, United States.

Simatupang, P. 1999. Alternatif Baru Kebijaksanaan Perberasan: Stabilisasi Harga On Trend, Intensifikasi Berkelanjutan dan Jaring Pengaman Ketahanan Pangan. Dalam: Monograph Series No. 20: 1-19. Analisis dan Perspektif Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian Pasca Krisis Ekonomi. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Page 25: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

23

Simatupang, P. dan N. Syafa’at. 2002. Analisis Penyebab Anjloknya Harga Komoditas Pertanian Selama Smester-I 1999. Dalam: Monograph Series No. 21: 165-174. Analisis Kebijaksanaan: Paradigma Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agro Industri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Stiglitz, J. E. 1997. Economics. Second edition. W.W. Norton & Company. New York -London.

Sudaryanto, T., P.U. Hadi, Sri Hery S., dan E. Suryani. 2002. Perkembangan Kebijaksanaan Harga dan Perdagangan Komoditas Pertanian. Dalam: Monograph Series No.21: 131-164. Analisis Kebijaksanaan: Paradigma Pembangunan dan Kebijaksanaan Pengembangan Agrto Indusrtri. Penyunting: T. Sudaryanto, I W. Rusastra, A. Syam, dan M. Ariani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Temple, J. 2002. Openness, Inflation, and the Phillips Curve: A Puzzle. Journal of Money, Credit, and Banking, Vol. 34. No. 2 (May 2002):450-468.

Page 26: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

24

Lampiran 1. Data Subsidi Pupuk dan Beberapa Indikator Ekonomi Makro di Indonesia, 1980/1981-2002

Tahun Pengadaan(ton)

Penyaluran(ton)

Gr.GDP(%)

BOP(Mil.US$)

SB.WK(%)

EXR(Rp/US$)

Inflasi(%)

Subsidi ppk(Mil.Rp)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

80/81 na na na -1165 na 632.2 na 284

81/82 na na na -2050 na 642.7 9.80 371

82/83 na na na -2121 na 703.4 8.40 420

83/84 na na na 247 na 988.9 12.63 324

84/85 na na 8.615 -91 na 1056.5 3.64 732

85/86 162759.7 179684.3 10.714 -498 na 1124.8 5.66 477

86/87 137252.5 150318.5 9.588 -1262 21.37 1432.3 8.83 467

87/88 101131.5 191767.8 21.099 57 21.89 1654.4 8.29 756

88/89 150084.0 148052.6 17.101 -1432 22.18 1716.5 6.55 200

89/90 181611.0 134370.7 18.159 -558.0 21.26 1796.5 5.48 278

90/91 111121.9 154970.7 19.272 263 22.07 1881.3 9.11 265

91/92 144836.6 182434.3 15.584 -218 25.36 1982.8 9.78 302

92/93 197736.9 143631.4 14.298 -1199 23.27 2055.4 10.03 175

93/94 145176.3 185151.1 15.994 -2044 19.71 2115.3 7.04 175

94/95 78988.8 246645.2 17.864 -646 17.76 2196.0 8.57 815

95/96 88021.1 199066.3 17.395 -1825 19.12 2283.4 8.86 212

96/97 150529.4 183935.8 17.532 -700 19.14 2364.9 5.17 368

97/98 113988.8 355157.1 24.733 -747 23.66 5077.8 34.22 547

98/99 69963.0 382678.9 46.554 2782 34.10 10265.7 39.74 0

1999 204062.8 769105.2 8.791 -3292 27.66 7970.8 2.01 0

2000 181233.9 780832.6 13.310 -5042 18.46 8558.2 9.35 0

2001 167470.9 111206.7 16.162 1378 18.44 10383.9 12.55 0

2002 176948.5 176474.5 17.111 - 18.9 9396.8 9.94 0

Page 27: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

25

Lampiran 2. Pengadaan dan Penyaluran Gabah/Beras Bulog dan Beberapa Indikator Ekonomi Makro di Indonesia, 1985.1-2002.4

Tahun/Triwulan

Pengadaan(ton)

Penyaluran(ton)

Gr.GDP(%)

BOP(Mil.US$)

SB.WK(%)

SB.INV(%)

EXR(Rp/US$)

Inflasi(%)

(1) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

85.1 40246.7 157326.7 10.90 -303.0 na na 1096.0 0.18

85.2 413489.0 147359.7 6.03 -116.0 na na 1118.0 3.79

85.3 199688.7 158905.0 1.05 -53.0 na na 1123.0 -0.34

85.4 23401.7 211117.0 -5.41 329.0 na na 1127.3 0.72

86.1 14459.3 201355.7 10.77 368.0 21.80 na 1130.7 1.54

86.2 356086.3 136213.3 -3.40 -479.0 21.80 na 1131.7 1.61

86.3 129647.3 136838.7 5.01 356.0 21.40 na 1304.0 2.78

86.4 2911.0 175589.3 3.59 -228.0 21.17 na 1649.3 2.92

87.1 60365.3 152632.7 8.03 626.0 21.10 na 1644.0 1.54

87.2 340423.3 138520.3 9.39 -186.0 21.20 na 1650.0 2.25

87.3 52047.3 138273.3 2.74 305.0 22.13 na 1648.3 1.64

87.4 79.0 226086.3 -5.29 638.0 22.23 na 1655.0 3.54

88.1 11976.3 264191.0 9.23 771.0 22.00 na 1664.3 0.92

88.2 399815.0 137681.7 10.28 -369.0 22.00 na 1680.3 2.04

88.3 19031.3 151668.0 -0.13 157.0 22.13 na 1703.7 1.47

88.4 13993.3 157409.0 -4.54 261.0 22.26 na 1728.7 1.11

89.1 167496.3 145451.7 16.17 706.0 22.32 19.67 1753.2 1.95

89.2 567355.7 102972.7 5.91 -196.0 21.40 19.43 1774.3 1.99

89.3 105773.7 135952.3 2.93 195.0 21.77 19.53 1788.3 0.77

89.4 18466.3 140940.7 -5.38 1336.0 21.30 19.40 1801.3 1.21

90.1 34848.3 157617.0 11.53 -298.0 20.57 18.97 1822.0 1.51

90.2 330094.7 142105.3 2.19 602.0 19.73 18.33 1843.3 2.17

90.3 44336.3 137988.7 7.51 -898.0 20.40 18.50 1863.0 3.87

90.4 14205.7 162331.3 4.36 1277.0 22.60 19.83 1890.7 1.82

91.1 55851.0 177457.3 6.69 1235.0 25.53 21.93 1928.2 1.12

91.2 382396.0 153162.7 -0.54 -390.0 27.00 24.53 1953.3 2.29

91.3 24047.3 149714.7 7.41 -539.0 24.67 19.53 1970.3 3.59

91.4 14161.7 211573.0 0.38 1131.0 24.93 19.43 1990.7 2.25

92.1 158741.3 215286.7 3.30 997.0 24.83 19.37 2016.7 1.32

92.2 519612.0 141608.3 3.03 965.0 24.63 19.23 2035.0 1.74

92.3 130186.0 138043.3 5.78 348.0 24.00 19.53 2043.7 0.86

92.4 46431.3 145193.3 0.67 1039.0 22.67 18.83 2066.0 0.98

93.1 94718.3 149680.7 5.78 286.0 21.76 18.33 2077.0 5.39

93.2 373556.3 146824.3 4.50 1196.0 21.38 17.87 2090.8 1.98

93.3 153640.0 163162.0 5.11 986.0 20.17 17.10 2108.7 1.18

93.4 32476.7 195282.7 0.12 1196.0 19.03 16.23 2115.5 1.35

94.1 21032.0 235335.3 2.93 -607.0 18.26 15.34 2146.0 3.18

94.2 264628.3 152952.3 5.69 -462.0 17.55 14.89 2174.8 1.68

94.3 22788.3 206924.0 7.34 1521.0 17.57 14.75 2183.0 2.41

94.4 4333.7 326911.7 1.64 596.0 17.66 14.88 2192.3 2.04

95.1 24205.0 299792.7 5.03 -393.0 18.24 15.20 2233.7 2.74

95.2 212569.7 192978.0 4.81 455.0 18.79 15.65 2244.7 2.91

Page 28: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

26

Lampiran 2. Lanjutan

95.3 45522.3 180543.0 4.88 896.0 19.11 16.00 2264.7 1.33

95.4 25363.0 213427.0 1.76 2871.0 19.27 16.06 2293.3 1.55

96.1 68629.3 209317.0 2.81 255.0 19.30 16.30 2331.0 3.80

96.2 309753.0 179578.3 5.15 -595.0 19.24 16.46 2345.3 0.95

96.3 71235.0 197610.3 6.28 713.0 19.17 16.49 2351.7 0.83

96.4 27401.0 179979.0 5.34 2815.0 19.16 16.43 2360.0 1.04

97.1 193728.7 178575.7 -0.90 1666.0 18.98 16.38 2402.7 2.26

97.2 404031.3 193619.7 4.15 1124.0 18.72 16.28 2450.3 0.90

97.3 50881.0 167713.3 6.16 395.0 23.38 18.68 2937.7 1.64

97.4 962.7 484931.3 11.13 -8674.0 26.21 19.62 4380.0 5.01

98.1 80.3 574364.0 17.97 -5203.0 26.33 19.43 10543.3 20.42

98.2 42350.3 271317.3 3.46 874.0 32.16 22.39 11379.3 16.84

98.3 7884.3 441887.7 22.80 -1656.0 34.93 24.16 12288.0 20.01

98.4 32710.7 434831.7 -1.97 -475.0 35.20 25.84 8332.3 4.78

99.1 196906.7 180822.3 6.66 1746.0 34.11 25.98 9063.0 4.78

99.2 310756.7 202775.6 -1.32 1048.0 30.34 23.39 7853.7 -0.69

99.3 267015.3 185452.5 2.20 -372.0 24.52 20.60 7765.3 -2.20

99.4 41572.3 200054.8 -0.79 -174.0 21.68 18.80 7201.0 -0.07

2000.1 107825.3 194262.7 6.54 -2808.0 19.59 17.01 7510.7 2.41

2000.2 448075.7 195390.3 4.50 -371.0 18.46 16.35 8486.0 1.01

2000.3 118490.7 195361.6 6.89 -564.0 17.98 16.09 8772.0 2.23

2000.4 50544.0 195818.0 -2.81 -1300.0 17.80 16.86 9464.0 2.85

2001.1 133902.3 108410.3 8.52 721.0 17.85 16.84 7510.7 2.96

2001.2 275256.3 112660.0 6.41 35.0 18.08 16.90 8486.0 2.67

2001.3 196193.3 116344.7 0.80 -319.0 18.67 17.07 8772.0 3.71

2001.4 64531.7 107411.7 -1.99 941.0 19.16 17.64 9464.0 2.74

2002.1 90892.7 162090.7 8.46 12.0 19.32 18.01 10128.0 4.70

2002.2 400185.0 171281.3 2.17 -1275.0 19.18 18.10 9335.0 0.90

2002.3 183548.7 179298.0 22.97 -762.0 18.87 18.10 9055.3 1.70

2002.4 33167.7 193228.0 -18.54 -1996.0 18.42 17.94 9068.7 2.65

Page 29: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_33_2004.pdfDAMPAK KEBIJAKAN STABILISASI HARGA TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

27

Lampiran 3. Daftar Sumber Data yang Digunakan dalam Studi

No. Notasi Peubah Nama Peubah Sumber(2) PDNG Pengadaan gabah/beras Bulog Statistik Bulog(3) PLNB Penyaluran beras Bulog Statistik Bulog(4) Gr.GDP Pertumbuhan GDP nominal -Bank Indonesia,SEKI

dan Laporan Tahunan-BPS, Indikator Ekonomi

(5) BOP Neraca pembayaran Bank Indonesia, SEKI dan Laporan Tahunan

(6) SB.WK Suku bunga modal kerja Bank Indonesia, SEKIBPS, Indikator Ekonomi

(7) EXR Nilai tukar rupiah terhadap US $ BPS, Indikator Ekonomi(8) INF Inflasi BPS, Indikator Ekonomi(9) SUB.PPK Dana subsidi pupuk Nota keuangan, Depkeu

(15) SB.INV Suku bunga investasi Bank Indonesia, SEKIBPS, Indikator Ekonomi