Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PEMBIAYAAN TANPA AGUNAN (PTA) DI BMT
TARUNA SEJAHTERA CABANG SURUH KABUPATEN
SEMARANG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH:
DESTIANI
64010160065
PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
i
ANALISIS PEMBIAYAAN TANPA AGUNAN (PTA) DI
BMT TARUNA SEJAHTERA CABANG SURUH
KABUPATEN SEMARANG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DisususnOleh:
DESTIANI
64010160065
PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
KEMENTERIAN AGAMA REPUBIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JL. TentaraPelajar No. 02 Telp. 0298(323433) Salatiga 50721
Website: www.febi.iainsalatiga.ac.id
ii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JL. TentaraPelajar No. 02 Telp. 0298(323433) Salatiga 50721
Website: www.febi.iainsalatiga.ac.id
iii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JL. TentaraPelajar No. 02 Telp. 0298(323433) Salatiga 50721
Website: www.febi.iainsalatiga.ac.id
iv
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah termasuk
orang-orang yang beruntung”(QS. Albaqarah: 5)
Persembahan
“Terimakasih kupersembahkan kepada orang tua, Saudaraku, yang senantiasa
menjadi penyemangatku ”
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“ANALISIS PEMBIAYAAN TANPA AGUNAN (PTA) DI BMT TARUNA
SEJAHTERA CABANG SURUH KABUPATEN SEMARANG” ini dengan baik.
Tugas Akhir ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan program Diploma III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penulisan Tugas Akhir
ini banyak pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan, maka
selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin, M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr Anton Bawono,S.E.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Ari Setiawan, S.Pd., M.M. selaku Ketua Prodi DIII Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga, dan juga selaku dosen
pembimbing magang di BMT Taruna Sejahtera Cabang Suruh.
4. Bapak Dr. Abdul Aziz Nugraha Pratama, M.M. selaku Dosen Pembimbing
Tugas Akhir yang telah membantu memberikan pengarahan dalam Tugas
Akhir ini.
5. Bapak Nur Huri Mustofa, S.Ag., M.Si. selaku pembimbing akademik yang
telah dengan sabar melayani dan memberikan support kepada para
mahasiswanya.
ix
6. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga, khususnya
Program Studi Perbankan Syariah D III yang telah memberikan bekal berbagai
teori, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Seluruh staf dan karyawan di lingkungan IAIN Salatiga khususnya Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam atas segala bentuk bantuannya.
8. Segenap karyawan BMT Taruna Sejahtera Cabang Suruh yang telah membantu
kelancaran kegiatan penelitian ini.
9. Staf Perpustakaan IAIN Salatiga terimakasih atas bantuan penyediaan buku-
buku kepada penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
10. Seluruh teman-teman DIII Perbankan Syariah angkatan Tahun 2016.
11. Teman-Temanku OMNIVORA.
12. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
dengan senang hati telah membantu dan terlibat, baik dalam kelancaran
pelaksanaan kegiatan penelitian maupun dalam penyelesaian penyusunan
laporan penelitian ini.
x
Dalam penulisan Tugas Akhir penulis sadar bahwa tidak ada satupun
yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis
menerima kritik serta saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Salatiga, 14 Agustus 2019
Penulis,
Destiani
NIM: 64010160065
xi
ABSTRAK
Destiani. Analisis Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA) Di BMT Taruna Sejahtera
Cabang Suruh Kabupaten Semarang. Tugas Akhir. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam. Program Studi DIII Perbankan Syariah (PS). Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Abdul Aziz Nugraha Pratama, M.M.
Latar belakang penelitian ini adalah Lembaga perbankan merupakan
lembaga yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat lalu menyalurkan
kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana bagi pihak yang
membutuhkan. Saat ini banyak sekali Pembiayaan Tanpa Agunan dengan tujuan
memberikan kemudahan bagi masyarakat. BMT Taruna Sejahtera adalah salah
satu yang mengeluarkan pembiayaan tanpa agunan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dua hal, yaitu untuk mengetahui bagaimana implementasi
pembiayaan tanpa agunan (PTA) dan bagaimana analisis SWOT pembiayaan
tanpa agunan (PTA) di BMT Taruna Sejahtera. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan selama periode
Februari-Maret 2019 pada BMT Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten
Semarang. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini, pertama, dalam sistem dan
prosedur pemberian pembiayaan tanpa agunan di BMT Taruna Sejahtera KC
Suruh Kabupaten Semarang. Pihak BMT menjalankan proses pembiayaan kepada
calon anggota pembiayaan sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan. Begitupun
calon anggota pembiayaan, sejauh ini telah memenuhi kriteria dalam pemberian
pembiayaan tanpa agunan. Kedua, hasil analisis SWOT menyebutkan bahwa
BMT Taruna Sejahtera kuat dan berpeluang. BMT Taruna Sejahtera dalam
kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi serta memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
disarankan dalam melaksanakan proses pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera,
unit kerja harus berhati-hati dalam mengecek kebenaran berkas maupun keaslian
dokumen yang dipersyaratkan, dan juga dalam menganalisis data-data yang
diperoleh dari debitur, agar tidak terjadi pembiayaan macet. Sebaiknya agar lebi
teliti dalam menganalisa usaha yang dimiliki debitur sebelum pembiayaan
tersebut diberikan apakah layak atau tidak nasabah tersebut diberikan
pembiayaan. Agar proses penyaluran kredit lebih optimal maka diperlukan
pemisah fungsi survei, analisis dan penagihan.
Kata Kunci: Pembiayaan Tanpa Agunan, Proses Pembiayaan, Analisis SWOT.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI........................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix
ABSTRAK ................................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
E. Metode Penelitian........................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan..................................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka ............................................................................................... 13
B. Kerangka Teori............................................................................................... 19
1. Pengertian Pembiayaan ............................................................................ 19
2. Jenis-Jenis Pembiayaan ............................................................................ 20
xiii
3. Pembiayaan Tanpa Agunan...................................................................... 22
4. Penilaian Pembiayaan Yang di Dipergunakan Sebagai Syarat
Pemberian Pembiayaan Tanpa Agunan ................................................... 24
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdiri BMT Taruna Sejahtera.......................................................... 27
B. Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera ............................................................ 29
C. Struktur Organisai .......................................................................................... 29
D. Tugas dan Wewenang ................................................................................... 31
E. produk BMT Taruna Sejahtera....................................................................... 48
BAB IV ANALISIS DATA
A. Implementasi Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA).......................................... 54
B. Analisis SWOT Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA) ...................................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 70
B. Saran ............................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera ........................................... 30
Gambar 4.1 Proses Pembiayaan Tanpa Agunan ........................................................ 55
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 16
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran B Formulir Putusan Pembiayaan
Lampiran C Slip Angsuran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang mengatur sebuah cara hidup. Dengan
kata lain, Islam dikatakan sebagai way of life. Ajaran Islam merupakan
sebuah ajaran yang tidak hanya terbatas pada masalah hubungan pribadi
antara seorang individu dengan penciptanya (Hablum Minaallah), namun
mencakup pula masalah antar manusia (Hablum Minannas), bahkan juga
hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya termasuk dengan alam
dan lingkungan (Karim, 2006).
Petunjuk Allah dalam Al-Qur’an dan sunah yang paling menonjol
ialah dalam mengatur sistem perekonomian manusia, sebagaimana yang
dilihat. Bahkan menjadi perhatian utama para ulama dan cendekiawan
muslim seluruh dunia begitu juga Indonesia secara khususnya baik itu
dalam larangan praktek riba dan hal-hal yang dilarang dalam
bermuamalah menurut Islam (Antonio, 2001).
Kegiatan perekonomian terus berkembang dan berubah, sejalan
dengan perkembangan dan perubahan zaman. Pada saat ini, perekonomian
tidak bisa terlepas dari peran jasa lembaga keuangan. Dari sekian banyak
lembaga keuangan syariah, BMT merupakan lembaga ekonomi Islam yang
dibangun berbasis keumatan, sebab dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat, dari segi jumlah BMT merupakan lembaga keuangan syariah
2
yang paling banyak apabila dibanding dengan lembaga-lembaga keuangan
syariah lainya (Hendi, dkk, 2004).
Dengan dikeluarkannya UU Perbankan No. 10 tahun 1998 harus
ditanggapi positif bahwa ini merupakan salah satu bentuk perhatian
pemerintah terhadap bank bagi hasil dari lebih populer dengan bank
syariah. Menyadari hal itu prinsip bank syariah perlu dipertegas kembali,
agar persepsi masyarakat yang memandang perbankan syariah sama
dengan bank konvensional dapat dihilangkan. Karena hal ini akan
menghambat proses sosialisasi yang terus digulirkan, sehingga sikap
masyarakat yang meliputi sikap terhadap sistem dan produk perbankan
syariah menunjukkan prospek yang menggembirakan terhadap sistem
maupun produk perbankan syariah. Untuk itu, perlu diciptakan daya
inovasi baru untuk mendapatkan new product sebagai variasi dan produk
yang telah ada dan akhirnya mampu menciptakan fragmentasi pasar baru
diantara pasar yang telah ada (Tjiptono, 1997).
Sejarah perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia
diawali dari aspirasi masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim untuk
memiliki sebuah alternatif sistem perbankan yang Islami. Perkembangan
dunia terus mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Diawali dengan
berdirinya PT. Bank Muamalat Indonesia tahun 1992, yang dalam kurun
waktu hanya 7 tahun mampu memiliki lebih dari 45 outlet yang tersebar di
Jakarta, Bandung, Balikpapan, Semarang, dan Makassar. Perkembangan
perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya UU
3
No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci
landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat di operasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga
memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang
syariah atau bahkan mengkonversikan diri secara total menjadi bank
syariah (Antonio, 2001).
Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul
peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah.
Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan
menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga
keuangan mikro, seperti BPR Syariah dan BMT yang bertujuan untuk
mengatasi hambatan operasionalisasi BMI tersebut. Di samping itu di
tengah-tengah kehidupan masyarakat yang hidup serba berkecukupan
muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan akidah. Pengikisan
akidah ini bukan hanya dipengaruhi dari aspek syiar Islam tetapi juga
dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat, maka keberadaan BMT
diharapkan mampu mengatasi masalah ini lewat pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan ekonomi masyarakat (Sudarsono, 2003).
Kehadiran BMT di Indonesia, selain untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi, juga memiliki
misi penting bagi pemberdayaan usaha kecil menengah di wilayah
kerjanya. Hal ini didasarkan pada visi BMT bahwa pembangunan ekonomi
hendaknya dibangun dari bawah melalui kemitraan usaha. Dengan
4
lahirnya lembaga keuangan mikro syariah BMT yang beroperasi
berdasarkan sistem bagi hasil sebagai alternatife pengganti bunga,
merupakan peluang bagi umat Islam untuk memanfaatkan jasa BMT
seoptimal mungkin dan tanpa adanya keraguan (Sumitro, 2002).
Peran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) cukup besar dalam
membantu kalangan usaha kecil dan menengah. Peranan BMT tersebut
sangat penting dan membangun kembali iklim usaha yang sehat di
Indonesia. BMT juga melakukan strategi yang tepat bagi pemberdayaan
usaha kecil dan menengah. Strategi itu diharapkan menjadi salah satu alat
untuk membangun kembali kekuatan ekonomi rakyat yang berakar pada
masyarakat dan mampu memperkokoh sistem perekonomian nasional
sehingga problem kemiskinan dan tuntunan ekonomi di masyarakat secara
berangsur-angsur dapat teratasi. Kelebihan BMT dibanding perbankan
adalah keluwesannya dan kesempatannya melayani masyarakat.
Persyaratan dan prosedur dibuat sederhana mungkin dengan tetap
memperhatikan resiko dan keamanan (Ridwan, 2004).
Keberadaan BMT merupakan representasi dari kehidupan
masyarakat dimana BMT mampu mengakomondir kepentingan ekonomi
masyarakat dengan menghimpun dan menyalurkan dana kehidupan
masyarakat serta menawarkan produk-produk perbankan dengan
menggunakan prinsip-prinsip syariah yang bertujuan mencari keuntungan
tanpa meninggalkan jiwa sosial di dalamnya (Soemitra, 2004).
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
5
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak dan
yang merupakan defisit unit (Antonio, 2001).
Salah satu prinsip sebelum mengeluarkan pembiayaan adalah
dengan melakukan analisis 5C, yaitu: character, capacity, capital,
collateral dan condition of economi. Collateral berarti jaminan. Aktifa
yang diberikan sebagai penjamin untuk suatu pinjaman sampai pinjaman
tersebut dibayar kembali. Apabila peminjam gagal mengembalikan
pinjaman tersebut, maka pemberi pinjaman mempunyai hak untuk menyita
jaminan dan menjualnya untuk melunasi hutang (Muda, 2003).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jaminan berasal
dari jamin yang artinya adalah menanggung. Jaminan adalah tanggungan
atas pinjaman yang diterima atau garansi atau janji seorang untuk
menanggung hutang atau kewajiban tersebut tidak terpenuhi. Agunan
adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank
dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan prinsip syariah.
Agunan hanya salah satu syarat yang diharuskan dalam pemberian fasilitas
kredit selain bank juga harus menilai watak, kemampuan, modal, dan
prosek usaha dari nasabah debitur. Namun agunan merupakan “benteng”
dalam upaya pengembalian kredit apabila terjadi kegagalan pembayaran
kredit yang bersumber dari firs way out. Oleh karena itu agunan sangat
penting sebagai indikator pembayaran kembali kegagalan pembayaran
kredit.
6
Jaminan pembiayaan adalah hak dan kekuasaan atas barang
jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada lembaga keuangan guna
menjamin pelunasan utangnya apabila pembiayaan yang diterimanya tidak
dapat dilunasi sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian
pembiayaan.
Dalam fatwa yang dikeluarkan oleh DSN MUI nomor 92 tahun
2014 dinyatakan bahwa semua bentuk pembiayaan/penyaluran dana
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh dijamin dengan agunan. Namun
terdapat alternative lain yang dapat menggantikan jaminan sebagai
penjamin dalam pembiayaan yaitu dengan adanya pembiayaan tanpa
agunan. Pembiayaan tanpa agunan menjadi pilihan terbaru bagi nasabah
yang ingin mengembangkan usahanya. Salah satunya adalah seperti apa
yang diterapkan pada BMT Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten
Semarang.
BMT Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten Semarang,
adalah sebuah lembaga keuangan yang dalam pengelolaannya
menggunakan sistem syariah. Lembaga keuangan ini mulai beroperasi
tanggal 18 Pebruari 2000 yang telah mendapatkan pengesahan akte
perubahan Badan Hukum No.: 019/BH/PAD/KDK/11.1/II/2000. Dalam
menjalankan usahanya, BMT Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten
Semarang menerima pembiayaan usaha yang diajukan oleh anggotanya.
Dalam menerima pembiayaan, BMT Taruna Sejahtera Cabang Suruh
Kabupaten Semarang tidak mensyaratkan bagi pemohon untuk
7
mengajukan agunan sebagai jaminan untuk mengembalikan pinjaman,
namun pemohon harus mempunyai simpanan aktif baik simpanan amanah
maupun simpanan berkah yang sudah berjalan minimal selama 1 (satu)
bulan.
Fasilitas pembiayaan atau pinjaman guna memenuhi kebutuhan
modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola
secara halal sesuai syariah dengan akad murabahah (Ba’i Bitsaman Ajil)
dan Qardul Hasan. Pembiayaan ini juga sebagai akad jual beli barang
pada harga asal (harga perolehan) dengan tambahan keuntungan (margin)
yang disepakati oleh kedua belah pihak. Cara pembayaran dan jangka
waktu disepakati bersama dan dapat secara angsuran.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
meneliti dan mengkaji terkait bagaimana penanganan pembiayaan tanpa
agunan yang ada di BMT Taruna Sejahtera cabang Suruh Kabupaten
Semarang dalam Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS PEMBIAYAAN
TANPA AGUNAN (PTA) DI BMT TARUNA SEJAHTERA
CABANG SURUH KABUPATEN SEMARANG”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA) di BMT
Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten Semarang ?
8
2. Bagaimana analisis SWOT Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA) di BMT
Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Pembiayaan Tanpa
Agunan (PTA) di BMT Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten
Semarang.
2. Untuk mengetahui bagaimana analisis SWOT Pembiayaan Tanpa
Agunan (PTA) di BMT Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten
Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA) di BMT serta menjadi bekal
dimasa yang akan datang untuk dapat menerapkan dalam suatu
keadaan baik dalam teknis maupun teknisi.
2. Bagi IAIN Salatiga
Untuk menambah referensi dan informasi khususnya bagi
mahasiswa Perbankan Syariah dan bagi Mahasiswa IAIN Salatiga
pada umumnya mengenai Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA) dan
dapat dijadikan masukan untuk penelitian selanjutnya.
9
3. Bagi BMT
Laporan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan pedoman untuk terus memajukan lembaga keuangan syariah
beserta produk-produknya terutama produk Pembiayaan Tanpa
Agunan (PTA).
E. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah metode penelitian yang kadar
kajiannya semata-mata ingin mengungkapkan suatu gejala atau petanda
keadaan sebagaimana adanya. Kualitatif adalah penelitian yang datanya
disajikan dalam bentuk kata-kata yang mempunyai makna (Simanjuntak
dan Sosrodiharjo, 2014).
1. Jenis Data
Adapun jenis data menurut sumbernya dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa
wawancara dan pendapat dari individu atau kelompok (orang)
maupun hasil observasi dari suatu obyek.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen,
buku-buku dan arsip-arsip data yang akan diteliti dengan metode
penulisan kualitatif. Sumber data sekunder penulis peroleh dari
10
buku-buku yang berkaitan dengan judul, penelitian-penelitian yang
berkaitan dengan tugas akhir yang penulis lakukan, mengambil
Tugas Akhir yang sudah ada sebelumnya dan memiliki tema yang
berkaitan, serta dokumen-dokumen yang relevan (Daymon, 2008)
2. Teknik Pengambilan Data
Data pendukung yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh
dengan pengumpulan data yang relevan. Metode yang digunakan
yaitu:
a. Observasi
Metode observasi digunakan untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA). Observasi
adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan
observasi disebut pengobservasi (observer) dan pihak yang
terobservasi (observee) (Fatoni, 2011).
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong, 2010).
11
Dalam hal ini wawancara yang penulis lakukan adalah
dengan manager BMT Taruna Sejahtera cabang Suruh, khususnya
yang menangani Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA). Metode ini
digunakan untuk melengkapi data-data yang telah diperoleh dari
metode observasi.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan memberikan gambaran kepada pembaca
tentang penulisan yang diuraikan dari BAB I hingga BAB V dan
merupakan informasi mengenai materi yang penulis dan tiap tiap bab.
Sistematika penulisan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Pembahasan teori dalam bab ini dimaksudkan sebagai bab untuk
mengantarkan pada pembahasan-pembahasan teori dan penelitian
sebelumnya tentang Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA).
BAB III Laporan Objek Penelitian
Bab ini memaparkan mengenai gambaran umum perusahaan yang
sedang di teliti yaitu BMT Taruna Sejahtera cabang Suruh.
BAB IV Analisia Data
12
Analisis data merupakan bagian inti dari penelitian, di dalamnya
memberikan suatu analisis data dari data-data yang telah diteliti.
BAB V Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian ini dan berisi
tentang kesimpulan dari penelitian serta saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telah Pustaka
Menurut Zaenal Abidin (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pinjaman Tanpa Agunan di UPK
PNPM”, penelitian ini menjelaskan tentang Hukum Islam praktek
pinjaman tanpa agunan di PNPM kelurahan Panggaron Lor dikategorikan
dalam Al-qardh. Dalam literatur fiqh klasik, Al-qardh dikategorikan dalam
aqd ta’awuni yaitu akad tolong menolong kerena dalam PNPM dana yang
diberikan hanya untuk warga miskin. Keberadaan PNPM memberikan
maslahah bagi warga miskin. Dalam Islam juga mewajibkan seluruh
umatnya untuk saling tolong-menolong sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan tolong-menolonglah engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan”.
Menurut Winne Fauza Primadewi (2012) dalam penelitianya yang
berjudul “Tinjauan Yuridis Tehadap Pemberian Kredit Tanpa Agunan
Untuk Perorangan (Studi Kasus Pada Bank Mandiri)”. Penelitian ini
menjelaskan tentang penyaluran Mandiri Kredit Tanpa Agunan telah
dilaksanakan oleh Bank Mandiri dengan berpedoman kepada prinsip
kehatian-hatian. Penilaian dan analisis dilakukan secara mendalam
terhadap aspek-aspek kredit itu sendiri yang dikenal dengan formula 5C.
Perjanjian kredit mandiri kredit tanpa agunan merupakan perjanjian baku
yang berbentuk pengisian aplikasi atau pengisian formulir kredit tanpa
agunan sehingga sistem pelayanan lebih cepat. Selain dari pada formulir
14
yang harus diisi oleh calon debitur atau untuk selanjutnya disebut sebagai
perjanjian kredit, ada syarat-syarat umum kredit konsumtif atau (SUKK)
yang juga harus diperhatikan oleh calon debitur. SUKK tersebut
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kredit. Pihak
Bank telah menguraikan secara jelas klausula-klausula yang mengikat para
pihak dan telah sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang
berlaku. Sehingga dengan demikian para calon debitur harus juga berhati-
hati dalam membaca klausula-klausula yang tercantum dalam perjanjian
kredit tersebut.
Menurut Puspita Jayanti (2013) dalam penelitian yang berjudul
“Penyelesaian Wanprestasi Pemberian Kredit Tanpa Agunan dalam
Pelaksanaan Penyediaan Dana Bergulir Dan Kredit Mikro Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Penelitian ini
bersifat deskriptif kualitatif. Dengan hasil bahwa wanprestasi kredit tanpa
agunan pada program PNPM Mandiri merupakan wanprestasi dalam
bentuk terlambat berprestasi. Wanprestasi yang diakibatkan karena
terlambat berprestasi ini terjadi karena beberapa sebab yaitu anggota
debitur mengalami gagal usaha, serta usaha kurang lancar, meninggal
dunia dan terdapat KSM yang berpindah domisili. Wanprestasi tersebut
menyebabkan kredit yang diberikan oleh BKM desa Jambangan tidak
dapat dikumpulkan tepat pada waktunya, sehingga BKM mengalami
kesulitan dana dalam memberikan kredit kepada KSM lain yang
mengajukan kredit. Upaya penyelesaian wansprestasi PNPM Mandiri telah
15
diselesaikan melalui 3R yaitu recheduling atau penjadwalan kembali,
rechonditioning atau persyaratan kembali,dan restructuring atau penataan
kembali. Terjadinya wanprestasi ini membuat BKM melakukan perubahan
atas isi perjanjian kredit untuk calon anggota KSM baru. Isi perjanjian
kredit ini bila ditelaah dapat memenuhi prinsip 5C.
Kemudian menurut, Aprina Levy Wulandari (2018) yang berjudul
“Pembiayaan Tanpa Agunan” yang menjelaskan tentang semua
pembiayaan dalam lembaga keuangan syariah dapat di back up dengan
agunan. Namun dalam akad-akad yang bersifat amanah, agunan tidak
dapat dilakukan kecuali jika pemegang amanah melampaui batas, lalai
ataupun menyalahi kesepakatan. Beberapa pertimbangan yang dijadikan
acuan bagi pengurus koperasi Anazta Nusantara Sejahtera Jawa Timur
dalam memberikan pembiayaan antara lain karakter, integritas, utilitas,
kapasitas, kredibilitas, dan penjamin. Akad-akad yng digunakan oleh
koperasi syariah Anazta masih terdapat ketidaksesuaian dengan fikih
muamalah. Kemudian secara prinsip dan spirit berekonomi Islam, akad
yang digunakan masih kurang sesuai.
Menurut Aristamaya Widyasari(2018) dengan judul “Perlindungan
Hukum Terhadap Debitur Dalam Pemberian Kredit Tanpa Jaminan”
menjelaskan tentang pengaturan kredit tanpa jaminan di Indonesia sendiri
belum ada dalam peraturan perundang-undangan. Namun terdapat pasal
yang sepertinya menjadi acuan memberikan kredit tanpa jaminan yakni
Pasal 8 ayat (1) UU Perbankan, dimana jaminan itu hanya keyakinan atas
16
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai
dengan perjanjian. Dalam Pasal 1131 KUH Perdata menyatakan bahwa
segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang
sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-
perikatan perorangan debitur ini. Artinya pasal ini dapat menimbulkan
interpretasi merugikan terhadap debitur kredit tanpa jaminan. Secara
perlindungan hukum belum terlindungi hak nasabah karena nyatanya
berdasar pasal tersebut yang dijadikan pelunasan hutang adalah seluruh
harta kekayaan debitur yang tidak diperjanjikan sebelumnya.
Untuk mengetahui perbedaan penelitian sebelumnya maka
disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Zaenal abidin Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Pinjaman
Tanpa Agunan di UPK
PNPM.
Pinjaman tanpa agunan di PNPM
kelurahan Panggaron Lor
dikategorikan dalam Al-qardh, yaitu
akad tolong menolong kerena dalam
PNPM dana yang diberikan hanya
untuk warga miskin. Keberadaan
PNPM memberikan maslahah bagi
warga miskin. Dalam Islam jga
mewajibkan seluruh umatnya untuk
saling tolong-menolong.
2. Winne Fauza Tinjauan Yuridis Penyaluran Mandiri Kredit Tanpa
17
Primadewi Tehadap Pemberian
Kredit Tanpa Agunan
Untuk Perorangan (Studi
Kasus Pada Bank
Mandiri).
Agunan telah dilaksanakan oleh
Bank Mandiri dengan berpedoman
kepada prinsip kehatian-hatian.
Penilaian dan analisis dilakukan
secara mendalam terhadap aspek-
aspek kredit itu sendiri yang dikenal
dengan formula 5C. Namun
terhadapnya berlaku ketentuan pasal
1131 Kitab Undang-Undang
Hukumm Perdata.
3. Puspita Jayanti Penyelesaian
Wanprestasi Pemberian
Kredit Tanpa Agunan
dalam Pelaksanaan
Penyediaan Dana
Bergulir Dan Kredit
Mikro Program Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM)
Mandiri.
Wanprestasi yang diakibatkan
karena terlambat berprestasi ini
terjadi karena beberapa sebab yaitu
anggota debitur mengalami gagal
usaha, serta usaha kurang lancar,
meninggal dunia dan terdapat KSM
yang berpindah domisili. Upaya
peyelesaian wansprestasi PNPM
Mandiri telah diselesaikan melalui
3R dan perubahan atas isi perjanjian
kredit untuk calon anggota KSM
baru. Isi perjanjian kredit ini bila
ditelaahdapat memenuhi prinsip 5C.
18
4. Aprina Levy
Wulandari
Pembiayaan Tanpa
Agunan
Semua pembiayaan dalam lembaga
keuangan syariah dapat di back up
dengan agunan. Namun dalam akad-
akad yang bersifat amanah, agunan
tidak dapat dilakukan kecuali jika
pemegang amanah melampaui batas,
lalai ataupun menyalahi
kesepakatan.
5. Aristamaya
Widyasari
Perlindungan Hukum
Terhadap Debitur Dalam
Pemberian Kredit Tanpa
Jaminan
Acuan memberikan kredit tanpa
jaminan yakni Pasal 8 ayat (1) UU
Perbankan, dimana jaminan itu
hanya keyakinan atas kemampuan
dan kesanggupan deitur untuk
melunasi hutangnya sesuai dengan
perjanjian.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada
penelitian ini lebih menekankan bagaimana proses pelaksanaan sampai
terealisasinya pembiayaan tanpa agunan dari pihak BMT Taruna Sejahtera
KC Suruh Kabupaten Semarang kepada calon anggota pembiayaan. Jenis
penelitian yang menggunakan deskriptif kualitatif.
19
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Pembiayaan
Keutaman dari lembaga keuangan atau bank adalah menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, simpanan giro, deposito,
dan kemudian disalurkan nya kembali ke masyarakat yang
membutuhkan dana. Penyaluran dana tersebut dapat diwujudkan dalam
bentuk pinjaman. Dalam arti sempit, pembiyaan dipakai untuk
mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan
atau bank kepada nasabah. Pembiayaan dalam arti luas adalah
financing, pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak
lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri atau lembaga (Muhammad, 2005).
Istilah pembiayaan pada intinya berarti I believe, I trust, saya
percaya atau saya menaruh kepercayaan. Perkataan pembiayaan yang
artinya kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayaan selaku
shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk
melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan
dengan benar, dan adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-
syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak
(Rivai, dan Arvian, 2010). Sebagaimana dalam Al Hadist menjelaskan:
20
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
Allah SWT berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang yang
bersyarikat selama salah satunya tidak mengkhianati temannya. “(H.R
Abu Dawud No. 2936, dalam kitab Al Buyu dan Hakim).
2. Jenis-Jenis Pembiayaan
Pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang memerlukan. Menurut sifat penggunaannya,
pembiayaan dapat dibagi menjadi dua macam (Naja, 2005), yaitu ;
a. Pembiayaan produktif
Yaitu pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas yaitu untuk meningkatkan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut
keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1) Pembiayaan modal kerja
Yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan :
a) Peningkatan produksi baik secara kuantitatif, yaitu jumlah
hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan
kualitas atau mutu hasil produksi.
b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of
place dari suatu barang.
21
2) Pembiayaan investasi
Yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat hubungannya
dengan barang-barang modal. Pembiayaan investasi diberikan
kepada para nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan
penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasaan
usaha, ataupun pendirian objek baru.
a) Pembiayaan konsumtif
Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi. Yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Kebutuhan konsumsi dapat di
bedakan atas kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok baik barang,
seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal,
maupun berupa jasa, seperti pendidikan dasar dan
pengobatan.
Adapun kebutuhan sekunder adalah kebutuhan
tambahan, yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih
tinggi ataau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik
berupa barang, seperti makanan dan minuman,
pakaian/perhiasan, bangunan rumah, kendaraan dan
sebagainya, maupun berupa jasa, seperti pendidikan,
22
pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan, dan sebagainya
(Julius, 2014).
Sedangkan jenis pembiayaan ditinjau dari segi
jangka waktunya (Kasmir, 2008):
1) Pembiayaan jangka pendek
Pembiayaan jangka pendek, yaitu pembiayaan yang
diberikan dengan tidak melebihi jangka waktu 1 (satu)
tahun.
2) Pembiayaan jangka menengah
Pembiayaan jangka menengah yaitu pembiayaan
yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 1 (satu)
tahun tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) tahun.
3) Pembiayaan jangka panjang
Pembiyaan jangka panjang, yaitu pembiyaan yag
diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 (tiga)
tahun.
3. Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA)
Pembiayaan tanpa agunan (PTA) adalah salah satu produk
pinjaman yang memberikan fasilitas kredit tanpa membebankan calon
nasabah untuk mempersiapkan suatu aset untuk dijadikan jaminan
(agunan) atas pinjaman tersebut. Pembiayaan tanpa agunan menjadi
alternatif baru bagi masyarakat untuk mengembangkan usahanya atau
23
untuk kebutuhan konsumtif lainya. Peraturan tentang kredit tanpa
jaminan ini banyak orang belum mengetahuinya (Fajriah, 2006).
Adapun peraturanya terdapat dalam Undang-Undang Perbankan.
Namun tidak mengatur secara khusus mengenai kredit tanpa jaminan.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang
berbunyi:
“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis
yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan
nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan
pembiayaan yang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan”.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), jaminan berasal
dari jamin yang artinya adalah menanggung. Jaminan adalah
tanggungan atas pinjaman yang diterima atau garansi atau janji
seseorang untuk menanggung hutang atau kewajiban tersebut tidak
terpenuhi. Sama halnya yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 2
Februari 1991 Tentang Jaminan yang berbunyi :
“Jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur
untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.”
24
Sedangkan pengertian agunan diatur didalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 Terdapat dalam Pasal 1 angka 23 yang
berbunyi :
“Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah
Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.”
Jaminan pembiayaan adalah hak dan kekuasaan atas barang
jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada lembaga keuangan guna
menjamin pelunasan utangnya apabila pembiayaan yang diterimanya
tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian
pembiayaan (Rivai, 2008).
4. Penilaian Pembiayaan Yang Dipergunakan Sabagai Syarat
Pemberian Pembiayaan Tanpa Agunan.
Penerapan proses pelaksanaan pengendalian intern dalam prosedur
pemberian pembiayaan tanpa agunan agar pemberian kredit dapat
dilakukan sesuai dengan prosedur dan juga dapat memberikan kepada
masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki agar terhindar
terjadinya pembiayaan macet. Tahap-tahap prosedur dalam pemberian
pembiayaan yang biasa dilakukan dalam perbankan yaitu
(Hermansyah, 2005) dan ( Ningsih, 2012);
a. Prosedur permohonan pembiayaan
b. Penyelidikan dan analisis pembiayaan
c. Keputusan atas permohonan pembiayaan
25
d. Penolakan permohonan pembiayaan
e. Persetujuan permohonan pembiayaan
f. Pencairan fasilitas pembiayaan
Untuk memperoleh keyakinan, bank harus melakukan penilaian
pembiayaan secara seksama dan menyeluruh. Pemberian pembiayaan
terhadap calon debitur umumnya menggunakan lima prinsip penilaian
yakni, Character (watak atau kepribadian), Capacity (kemampuan),
Capital (modal), Condition of economy (kondisi perekonomian),
Collateral (jaminan).
Selain lima penilaian pembiayaan tersebut, pada dasarnya
pemberian pembiayaan kepada debitur berpedoman pada dua prinsip
(Hermansyah, 2005), yaitu :
1. Prinsip kepercayaan, yakni bank mempunyai kepercayaan bahwa
pembiayaan yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah sesuai
dengan peruntukannya dan bank percaya debitur yang
bersangkutan dapat melunasi dalam jangka waktu yang
diperjanjikan.
2. Prinsip kehati-hatian, dalam memberikan pembiayaan kepada
nasabah harus selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-
hatian. Bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan itikad baik
terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan pemberian pembiayaan dari bank yang
bersangkutan.
26
Berdasarkan penilaian pembiayaan diatas, pada
dasarnya penilaian pembiayaan tanpa jaminan hampir sama dengan
pembiayaan dengan jaminan. Hanya saja perbedaan terletak pada
penilaian tentang Collateral atau jaminan yang lebih bersifat
imateril.
27
BAB III
LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya BMT Taruna Sejahtera
Krisis moneter tahun 1997-1998 yang mengakibatkan fluktuatif
harga bahan makanan dan pertanian sejak pertengahan tahun 1997. Selama
periode puncak harga krisis pangan pasar ritel meningkat pada tingkat
yang lebih tinggi hingga 3-25 kali lipat pertumbuhan harga sebelum krisis,
telah mendorong sekelompok pemuda Kota Ungaran untuk membentuk
lembaga usaha yang bertujuan untuk meringankan beban rakyat kecil
akibat himpitan ekonomi dapat krisis moneter. Sehingga pada tanggal 24
Agustus 1998 setelah peringatan kemerdekaan RI ke-54 telah berdiri
lembaga usaha yang diberi nama koperasi warung Taruna Sejahtera
dengan kegiatan usaha penyaluran sembako khususnya penjualan beras
murah dan telah mendapatkan pengesahan badan hukum dari kementerian
koperasi pengusaha kecil dan menengah Kabupaten Semarang
No.:007/BH/KWK.11.1/IX/1998 Tanggal 23 September 1998.
Tetapi pada perkembangannya usaha tersebut tidak dapat berjalan
dengan baik dan mengalami kerugian terus menerus, sehingga pada tahun
2000 koperasi menutup usaha penyaluran sembako dan memilih fokus
pada usaha simpan pinjam dengan sistem syariah yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan modal usaha mikro dan kecil yang diberi nama
Taruna Sejahtera yang telah mendapatkan pengesahan akte
28
perubahan badan hukum No.019/BH/PAD/KDK/11.1/II/2000 Tanggal 18
Februari.
Usaha simpan pinjam dengan pola syariah diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi kemajuan koperasi, tetapi usaha tersebut
belum dapat beroperasi dengan baik dan koperasi tidak mengalami
pertumbuhan, sehingga pada awal tahun 2011 koperasi melakukan
perubahan besar meliputi perubahan manajemen dengan menerapkan IMS
(Incentive Manajemen System). Perubahan sistem akuntansi dengan
mengimplementasikan aplikasi Core Banking IBS Realtime serta
memperluas jaringan kerja dengan membuka kantor kas di seluruh wilayah
Kabupaten Semarang, ada saat yang bersamaan terbit pula produk-produk
BMT, dan telah mendapatkan pengesahan akte perubahan Anggaran Dasar
Koperasi Simpan Pinjam Syariah dari Gubernur Jawa Tengah
No.:035/PAD/X/IV/2015 Tanggal 30 April 2015.
Perubahan bagi pola operasional lama ke pola operasional baru
membawa dampak pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini dapat dilihat
dari pertumbuhan simpanan yang semula pada tahun 2017, sedang
pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang semula pada akhir 2011
sebesar 1,5 Milyar tumbuh menjadi 37 Milyar pada akhir tahun 2017
untuk 9.100 orang usaha ekonomi lemah. Sedangkan pertumbuhan Asset
yang semula pada awal tahun 2011 sebesar 3,9 Milyar menjadi 5,9 Milyar
rupiah di akhir tahun 2017.
29
Disamping perubahan pola operasional, pada RAT tahun 2012
Pada tanggal 23 April 2013 kantor pusat BMT Taruna Sejahtera yang
semula masih kontrak di Jl. HOS Cokroaminoto No. 416 Ungaran pindah
menempati gedung baru milik sendiri di Jl. Gatot Subroto N0. 133 Mutiara
Ungaran Square Kav. 3 Ungaran.
B. Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera
1. Visi BMT Taruna Sejahtera
Mewujudkan BMT Taruna Sejahtera sebagai lembaga keuangan
syariah yang mampu melayani kebutuhan usaha bagi anggota guna
menunjang kesejahteraan bersama yang diridhoi Allah SWT.
2. Misi BMT Taruna Sejahtera
a. Pemberdayaan usaha ekonomi untuk khususnya ekonomi lemah di
wilayah Jawa Tengah.
b. Menyelenggarakan usaha simpan pinjam untuk melayani anggota
prinsip-prinsip koperasi.
c. Menjalankan usaha simpan pinjam yang sesuai prinsip syariah
dengan efektif, efisien dan transparan.
C. Struktur Organisasi
Suatu kegiatan usaha agar berjalan sesuai dengan tujuan suatu
lembaga atau perusahaan, maka diperlukannya adanya struktur organisasi
yang baik. Struktur organisasi yang ditentukan dengan baik juga harus
didukung moral karyawan untuk membantu kerja yang royal dan
harmonis.
30
Dalam menentukan struktur organisasi, tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan dan pertumbuhan lembaga. Hal ini dimaksudkan agar
pekerjaan yang ada dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Adapun
bagian-bagian dalam struktur organisasi koperasi BMT adalah sebagai
berikut:
1. Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera
Gambar 2.1 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera
(Sumber: SOP BMT Taruna Sejahtera)
31
Keterangan:
a. Pengurus
CEO : Yahsun, S.E
Sekertaris : Maftria Yuliana
Bendahara : Supriyadi
b. General Manager : Yayuk Ardiani
: Hadi Solechan
c. Penagihan : Shodiq
2) Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera Kantor Cabang
Bringin
a. Manager Cabang : Mamik Ponco Arianto
b. Teller : Bulan Purnamasari
c. Account Officer : Rizwan Thohir
: Endi Yetik
: Heru Suprihono
: Muhamad Basri
D. Tugas dan Wewenang Masing-masing Bagian
1. Chief ExecutiveOfficer (CEO)
a. Identitas Jabatan
Posisi dalam organisasi: Dibawah Pengurus: Membawahi
langsung General Manajer (GM), Manajer Cabang (MC), Kepala
Kas (KK), Supervisor dan Internal Audit (IA).
32
b. Fungsi Utama Jabatan
1) Memimpin usaha BMT Taruna Sejahtera sesuai dengan tujuan
dan kebijakan yang telah ditentukan BMT.
2) Merencanakan, Mengkoordinasikan dan Mengendalikan
seluruh aktivitas lembaga yang melibatkan meliputi
Penghimpunan Dana dari Anggota dan lainnya serta
penyaluran dana yang merupakan keiatan utama lembaga serta
kegiatan-kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan
aktivitas utama tersebut dalam upaya mencapai target.
3) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggungjawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota, calon anggota, dan pihak
lain (Customer) yang dilayani dengan tujuan untuk
mengembangkan pelayanan yang lebih baik.
5) Membina hubungan kerjasama eksternal dan internal baik
dengan para Pembina koperasi setempat, badan usaha lainnya
(Dep Kop UKM, INKOPSYAH, Dinas Pasar, Perusahaan
Pengelola Pasar dan lain-lain) maupun secara internal dengan
seluruh aparat pelaksana, demi meningkatkan produktivitas
usaha.
33
c. Tanggung Jawab
1) Menjabarkan kebijakan umum BMT Taruna Sejahtera yang
telah dibuat pengurus dan disetujui Rapat Anggota.
2) Menyusun dan menghasilkan rancangan anggaran BMT Taruna
Sejahtera dan rencana jangka pendek, rencana jangka panjang,
serta proyeksi (Finansial maupun Non Financial) kepada
pengurus yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat Anggota.
3) Mengusulkan kepada pengurus tentang penambahan,
pengangkatan, pemberhentian karyawan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan operasional BMT.
4) Mengelola pemasukan biaya-biaya harian dan tercapainya
target yang telah ditetapkan secara keseluruhan.
5) Mengamankan harta kekayaan BMT Taruna Sejahtera agar
terlindungi dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan dan
kerusakan, serta seluruh asset BMT
6) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan
membuat laporan secara periodik kepada Badan Pengurus
berupa:
a) Bertanggung jawab atas selesainya tugas dan kewajiban
harian seluruh bidang atau bagian.
b) Tercapainya lingkup kerja yang nyaman untuk semua
pekerja yang berorientasi pada pencapaian target
34
c) Bertanggung jawab atas terealisasinya semua program
kerja.
d) Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain secara baik dan
menguntungkan dalam rangka memenuhi kebutuhan
lembaga.
e) Bertanggung jawab atas terciptanya suasana kerja yang
dinamis dan harmonis.
f) Bertanggung jawab atas tersedianya bahan rapat anggota
tahunan.
g) Menandatangani dan menyetujui permohonan
pembiayaan dengan batas wewenang.
h) Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serentak
mengawasi operasional Kantor Cabang Utama atau
Kantor Cabang.
d. Wewenang
1) Memimpin Rapat Komite untuk memberikan keputusan
terhadap pengajuan pembiayaan.
2) Menyetujui/menolak secara tertulis pengajuan rapat komite
secara musyawarah dengan alasan-alasan yang jelas.
3) Menyetujui/menolak pencairan dropping pembiayaan
sesuai dengan batasan wewenang.
4) Menyetujui pengeluaran uang untuk pembelian aktiva tetap
sesuai dengan batas wewenang.
35
5) Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil
dan biaya operasional lain sesuia dengan batas wewenang.
6) Menyetujui/menolak penggunaan keuangan yang diajukan
tidak melalui prosedur.
7) Memberikan teguran dan sanksi atas pelanggaran yang
dilakukan bawahan.
8) Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
9) Mengadakan kerja sama dengan pihak lain untuk
kepentingan lembaga dalam upaya mencapai target
proyeksi dan tidak merugikan lembaga.
10) Memutuskan menolak atau menrima kerja sama dengan
pihak lain dalam sesuai dengan kegiatan utama BMT
Taruna Sejahtera dengan alasan-alasan yang dapat diterima.
2. Internal Audit (IA)
a. Identitas Jabaran
Posisi dalam Organisasi: Chief Executive Officer (CEO) dan
membawahi asisten auditor.
b. Fungsi Utama Jabatan
Melakukan pengawasan atau kontrol terhadap semua kegiatan
usaha operasional dan pembiayaan BMT Taruna Sejahtera dengan
tujuan dan sasaran BMT Taruna Sejahtera dalam mengamankan
dan mengembangkan asset dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.
36
Sekaligus agar pelaksanaan operasional dan pembiayaan BMT
Taruna Sejahtera dijalankan sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang telah ditetapkan serta tidak bertentangan dengan prinsip
syariah, yang meliputi:
1) Pengumpulan data/informasi, pencatatan, pengumpulan/
klasifikasi, menyimpulkan atas segala transaksi operasiosnal.
2) Pengumpulan data/informasi, pencatatan, pengumpulan/
klasifikasi, menyimpulkan atas segala transaksi dan proses
pembiayaan yang diperlukan.
3) Memonitor seluruh kegiatan transaksi operasinal dan
pembiayaan, dan memastikan tidak terjadinya penyimpangan
atas Standard Operating Procedur, Memorandum, SK, SE dan
Fatwa DSN yang dikeluarkan serta membuat laporan hasil
kinerja Pengawasan Internal kepada Chief Executive Officer
(CEO).
c. Tanggung Jawab
1) Bertanggung jawab langsung dengan pimpinan dan
memberikan internal memorandum kepada Chief Executive
Officer (CEO).
2) Bertanggung jawab memberikan informasi dan advis sesuai
dengan kebutuhan manajemen dan perkembangan baik di
bidang operasional maupun pemasaran serta memikirkan cara-
cara alternatif yang baik bagi BMT.
37
3) Bertanggung jawab dalam pengarsipan bukti-bukti nota debet
atau nota kredit, voucher, bilyet dan lain-lain yang
berhubungan dengan seluruh kegiatan transaksi harian.
4) Membuat laporan berkaitan dengan hasil-hasil pemeriksaan
secara periode.
d. Wewenang
1) Dapat menggunakan fungsi pengawasan sebagai alat kontrol
mekanisme operasioanal, pembiayaan dan bidang lainnya.
2) Memeriksa semua catatan BMT, hak milik dan hutang,
memeriksa semua tingkat manajemen (kecuali top manajemen)
dan dapat memasuki semua bagian dan unit kerja serta
melakukan berbagai teknik pemeriksaan.
3) Meminta data/informasi yang berkaitan dengan hal audit
kepada manajemen.
4) Meminta fasilitas ke bagian umum untuk kebutuhan audit
(ATK, dan lain-lain).
3. General Manager (GM)
a. Identitas Jabatan
Posisi dalam organisasi: dibawah General Manajer (GM):
Membawahi Account Officer (AO) dan Teller.
38
b. Fungsi Utama Jabatan
1) memimpin Usaha BMT Taruna Sejahtera di Wilayah Kantor
Cabang Utama sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah
ditentukan CEO.
2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh
aktifitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari
anggota (nasabah) dan lainnya serta penyaluran dana yang
merupakan kegiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan
yang secara langsung berhubungan dengan aktifitas utama
tersebut dalam upaya mencapai target Kantor Cabang Utama.
3) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggung jawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota (nasabah), dan pihak lain
(customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan
pelayanan yang lebih baik.
c. Tanggung Jawab
1) Menjabarkan kebijakan umum BMT Taruna Sejahtera yang
telah dibuat Chief Executive Officer (CEO).
2) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tak melampaui batas
Wewenang manajemen.
3) Mengusulkan kepada CEO tentang penambahan,
pengangkatan, pemberhentian karyawan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan operasional BMT.
39
4) Mengamankan harta BMT Taruna Sejahtera agar terlindung
dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan, dan kerusakan
serta seluruh aset BMT.
5) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan
membuat laporan secara periode kepada CEO:
a) Bertanggung jawab atas selesainya tugas dan kewajiban
harian seluruh bidang/bagian.
b) Tercapainya lingkup kerja yang nyaman untuk semua
pekerja yang berorientsi kepada pencapaian terget.
c) Bertanggung jawab atas terealisasinya semua program
kerja.
d) Terjalinnya kerja sama dengan pihak lain secara baik dan
menguntungkan dalam rangka memenuhi kebutuhan
lembaga.
e) Bertanggung jawab atas terciptanya suasana kerja yang
dinamis dan harmonis.
6) Menandatangani dan menyetejui permohonan permbiayaan
dengan batas wewenang yang ada di wilayah kantor cabang
utama.
7) Meringankan pendapatan dan menekan biaya serta mengawasi
operasional kantor cabang.
40
d. Wewenang
1) Memimpin Rapat Komite untuk memberikan keputusan
terhadap kemajuan pembiayaan.
2) Menyetujuai atau menolak secara tertulis pengajuan rapat
komite secara musyawarah dengan alasan-alasan yang jelas.
3) Menyetujui atau menolak pencairan dropping pembiayaan
sesuai dengan batasan wewenang.
4) Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan
biaya operasional lain sesuai dengan batas wewenang.
5) Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
6) Mengusulkan promosi, rotasi dan PHK seuai dengan ketentuan
yang berlaku.
4. Manajer Cabang (MC/Kepala Kas (KK))
a. Identitas Jabatan
Posisi dalam organisasi: dibawah General Manajer (GM):
Membawahi Account Officer (AO) dan Teller.
b. Fungsi Utama Jabatan
1) Memimpin BMT Taruna Sejahtera di wilayah kantor cabang
atau kantor kas sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah
ditentukan BMT.
2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh
aktivitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari
41
anggota atau nasabah dan lainnya serta penyaluran dana yang
merupakan kegiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan
yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas utama
tersebut dalam upaya mencapai target.
3) Melindungi dan menjaga aaset perusahaan yang berada dalam
tanggung jawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota dan nasabah, dan pihak
lain atau customer yang dilayani dengan tujuan untuk
mengembangkan pelayanan yang lebih baik.
5) Merencanakan, mengarahkan serta mengevaluasi target
financing dan funding serta memastikan strategi yang
digunakan sudah tepat dalam upaya mencapai sasaran
termaksud dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah.
c. Tanggung Jawab
1) Menjabarkan kebijakan umum BMT Taruna Sejahtera yang
telah dibuat General Manajer (GM).
2) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui
batas wewenang manajemen.
3) Mengusulkan kapada GM tentang penambahan, pengangkatan,
pemberhentian karyawan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
operasional BMT.
42
4) Pengamatan harta kekayaan BMT Taruna Sejahtera agar
terlindung dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan dan
kerusakan, serta seluruh asset BMT.
5) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan
membuat laporan secara periode kepada badan GM.
6) Menandatangani dan menyetujui permohonan pembiayaan
dengan batas wewenang yang di wilayah kantor cabang atau
kantor kas.
7) Tercapainya target pemasaran baik funding, financing maupun
collecting.
8) Terselenggaranya rapat pemasaran dan terselesaikan
permasalahan ditingkat pemasaran.
9) Menilai dan mengevaluasi kinerja bagian pemasaran.
10) Bertanggung jawab dalam proses pengajuan pembiayaan dan
melakukan penilaian terhadap potensi pasar dan pengembangan
pasar serta proses penyelesaian pembiayaan bermasalah
d. Wewenang
1) Menyetujui/menolak secara tertulis pengajuan pembiayaan
dengan alasan-alasan yang jelas.
2) Menyetujui/menolak pencairan dropping pembiayaan sesuai
dengan batasan wewenang.
3) Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan
biaya operasional lain sesuai dengan batas wewenang.
43
4) Memberi teguran dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan
bawahan.
5) Mengadakan kerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan
lembaga dalam upaya mencapai target proyeksi dan tidak
merugikan lembaga.
6) Memberi usulan untuk pengembangan pasar, potensi bisnis dan
strategi-strategi lainnya yang berhubungan dengan bisnis
existing, peluang bisnis dan penyelesaian pembiayaan
bermasalah kepada manajer BMT.
7) Menentukan target funding, financing dan penyelesaian
pembiayaan bermasalah bersama dengan Manajer BMT.
8) Memimpin dan menetukan agenda rapat pemasaran.
9) Melakukan penilaian terhadap Staf Pemasaran (AO/FO) dan
Staf Penagihan.
5. Account Officer (AO)
a. Identitas Jabatan
Unit Kerja: Bagian Pemasaran. Posisi dalam Organisasi di bawah:
CEO, GM, Manajer Cabang/Kepala Kas.
b. Fungsi Utama Jabatan:
1) Melayani pengajuan pembiayaan, melakukan analisi kelayakan
serta memberikan rekomendasi atas pengajuan pembiayaan
sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan.
44
2) Melayani permohonan penyimpanan dana (tabungan &
deposito) dengan bekerjasama dengan bagian Layanan Anggota
(nasabah) Usaha.
3) Melakukan sosialisasi seluruh produk BMT Taruna Sejahtera
dan melakukan upaya kerjasama atau sindikasi dengan pihak
lembaga lainnya.
4) Mengelola administrasi data anggota (nasabah), melakukan
proses pembiayaan mulai dari pembiayaan hingga pelunasan,
membuat akad-akad dan surat-surat perjanjian lain.
c. Tanggung Jawab :
1) Memastikan seluruh pengajuan pembiayaan telah diproses
sesuai dengan proses sebenarnya.
2) Memastikan analisis pembiayaan telah dilakukan dengan tepat
dan lengkap sesuai dengan kebutuhan dan mempresentasikan
dalam rapat komite.
3) Memastikan proses penyimpanan dana telah dilakukan dengan
tepat dan lengkap serta sesuai dengan sistem dan prosedur yang
dimiliki.
4) Membantu terselesaikannya pembiayaan bermasalah.
5) Melihat peluang dan potensi pasar yang ada dalam upaya
pengembangan pasar (funding dan financing).
6) Melakukan monitoring atas ketepatan penggunaan dana serta
ketepatan angsuran pembiayaan anggota (nasabah).
45
7) Penyiapan admiunistrasi pencairan pembiayaan (dropping).
8) Pengarsipan seluruh berkas pembiayaan.
9) Pengarsipan jaminan pembiayaan.
10) Penerimaan angsuran dan pelunasan pembiayaan.
11) Membuat surat teguran dan peringatan kepada anggota
(nasabah) yang menunggak dan telah jatuh tempo.
12) Pemeliharaan arsip-arsip dari pengajuan sampai terealisir
pembiayaan.
13) Selalu mengontrol masa berlaku persyaratan administrasi
pemohon (KTP, Izin Usaha, Sewa Kios/Toko dan lain-lain).
d. Wewenang
1) Memberi usulan untuk pengembangan pasar kepada
Manajemen BMT.
2) Menentukan target funding dan financing bersama dengan
Manajer BMT.
3) Ikut menentukan dan mengatur agenda rapat bagian pemasaran.
4) Melakukan koordinasi dengan staf penagihan untuk target
penyelesaian pembiayaan bermasalah.
5) Melakukan pengamanan atas data-data pembiayaan serta arsip-
arsip pendukung.
6) Tidak memberikan berkas/arsip kepada pihak pihak yang tidak
berkepentingan.
7) Ikut memberikan kontribusi/usulan dalam rapat komite.
46
6. Petugas Penagihan
a. Identitas Jabatan
Unit Usaha: Bagian Pemasaran.
Posisi dalam Organisasi, Dibawah CEO, GM, Manajer
Cabang/Kepala Kas.
b. Fungsi Utama Jabatan
1) Melakukan Penagihan terhadap angsuran/pembayaran yang
bermasalah.
2) Memberikan jalan keluar dan langkah-langkah penyelesaian
bagi anggota (nasabah) yang bermasalah serta melakukan
tindakan penarikan, penyitaan, penjualan jaminan dan lain-lain
yang berhubungan dengan aspek hukum.
c. Tanggung Jawab
1) Memastikan angsuran yang harus dijemput telah ditagih sesuai
dengan waktunya.
2) Memastikan tidak ada selisih antara dana yang dijemput
dengan dana yang disetorkan ke BMT.
3) Menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah
d. Wewenang
1) Menerima setoran dana atas nama BMT Taruna Sejahtera
terhadap anggota (nasabah) pembiayaan maupun anggota
(nasabah) penabung (sesuai dengan kebijakan yang ada).
47
2) Melakukan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan aspek
hukum terhadap anggota (nasabah) yang bermasalah.
7. Teller
a. Identitas Jabatan
Unit Kerja: Bagian Operasional.
b. Fungsi Utama Jabatan
1) Merencanakan dan melaksanakan seluruh transaksi yang
sifatnya tunai.
2) Memberikan pelayanan prima kepada anggota (nasabah)
sehubungan dengan produk funding (Penghimpunan Dana)
yang dimiliki oleh BMT, dalam hal ini Simpanan Lancar
(Tabungan) dan Simpanan Berjangka (Deposito).
3) Memberi informasi hak dan kewajiban anggota (nasabah)
secukupnya dan informasi lain yang diperlukan dan
mengarahkan anggota (nasabah) pada pilihan produk sesuai
dengan kebutuhannya.
c. Tanggung Jawab
1) Mengelola fisik kas dan terjaganya keamanan kas.
2) Terselesaikannya laporan harian kas harian.
3) Tersedianya laporan arus kas pada akhir bulan untuk keperluan
evaluasi.
4) Menerima setoran dan penarikan tabungan serta simpanan
berjangka.
48
5) Melaksanakan akad dan realisasi pembiayaan
6) Menerima setoran angsuran Pembiayaan.
7) Pelayanan terhadap pembukuan dan penutupan rekening
tabungan dan Simpanan Berjangka.
8) Pengarsipan tabungan dan Simpanan Berjangka.
9) Perhitungan bagi hasil dan pembukuannya.
10) Pelaporan tentang perkembangan dana masyarakat.
11) Register awal pengajuan pembiayaan/ilustrasi/wawancara.
E. Produk-Produk di BMT Taruna Sejahtera
1. Simpanan Amanah
Simpanan amanah adalah simpanan anggota yang dapat
melakukan penyetoran dan penarikan sewaktu-waktu pada jam kerja
BMT sesuai kebutuhan anggota, yang dikelola secara halal sesuai
syariah. Dana simpanan amanah diperuntukkan untuk membiayai
berbagai macam usaha produktif dan konsumtif yang bermanfaat untuk
kepentingan umat.
Adapun persyaratan untuk membuka rekening Simpanan
Amanah adalah sebagai berikut:
a. Mengisi formulir aplikasi permohonan Simpanan Amanah.
b. Melampirkan foto copy KTP (yang berlaku).
c. Setoran pertama minimal Rp 10.000. Setoran selanjutnya minimal
Rp 5.000. Menyetorkan setoran pokok sebesar Rp 100.000 (dapat
diangsur 10 kali).
49
Fasilitas yang ditawarkan pada produk Simpanan Amanah
adalah sebagai berikut;
a. Dapat melakukan penyetoran dan penarikan sewaktu-waktu pada
jam kerja BMT Taruna Sejahtera.
b. Dapat melakukan penyetoran dan penarikan ditempat
(rumah/warung/pasar).
Sedangkan keuntungan yang ditawarkan pada produk
Simpanan Amanah adalah sebagai berikut;
a. Dikelola dengan akad mudhorobah, bebas riba, menentramkan dan
menenangkan hati.
b. Memperoleh bagi hasil yang menarik dan kompetitif setiap bulan
yang akan ditambahkan pada saldo simpanan.
c. Berhadiah menarik (mobil, sepeda motor, TV, Kulkas, mesin cuci,
dll) yang diundi setiap 6 (enam) bulan, setiap kelipatan saldo Rp
500.000 mendapatkan 1 (satu) kupon undian, saldo minimal Rp
1.000.000. Gratis biaya administrasi (saldo simpanan tidak akan
berkurang).
2. Simpanan Berkah
Simpanan Berkah adalah simpanan berjangka anggota
merupakan investasi dengan waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan.
Diperuntukkan bagi anggota BMT yang ingin berinvestasi secara halal
sesuai dengan syariah. Dana tersebut diperuntukkan untuk membiayai
50
berbagai macam usaha produktif dan konsumtif yang bermanfaat untuk
kepentingan umat.
Adapun persyaratan untuk membuka rekening Simpanan
Berkah adalah sebagai berikut:
a. Mengisi formulir aplikasi permohonan Simpanan Berkah
b. Melampirkan foto kopi KTP (yang berlaku)
c. Setoran minimal Rp 1.000.000. Menyetorkan setoran pokok
sebesar Rp 100.000 (dapat diangsur 10 kali) bagi anggota baru.
Fasilitas yang ditawarkan pada produk Simpanan Berkah
adalah sebagai berikut:
a. Jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan.
b. Dapat melakukan penyetoran dan penarikan ditempat (rumah/
warung/ pasar)
c. Dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over)
d. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan (pinjaman) di BMT Taruna
Sejahtera.
Adapun Keuntungan yang ditawarkan bagi nasabah pada
produk Simpanan Berkah adalah sebagai berikut:
a. Dikelola dengan akad mudhorobah, bebas riba, menentramkan dan
menenangkan hati.
b. Memperoleh bagi hasil yang menarik dan kompetitif setiap bulan
yang langsung dilakukan pada Simpanan Amanah.
1) Jangka waktu 1-3 bulan, nisbah 33,34 atau setara 12.00%
51
2) Jangka waktu 6 bulan, nisbah 36,67 atau setara 13,20%
3) Jangka waktu 12 bulan, nisbah 36,67 atau setara 13,20%
c. Gratis biaya administrasi.
3. Simpanan Berkah dibayar dimuka (Discounted)
Adalah simpanan berkah yang dibagi hasilnya di bayar di muka pada
saat pembukaan rekening atau penyetoran. Simpanan Berkah
Discounted.
a. Bagi hasil Simpanan Berkah Discounted (dibayar dimuka) sesuai
dengan waktu dan besarnya bagi hasil.
1) Jangka waktu 1-3 bulan Nisbah 33,34% atau setara 12,00%-
2,00% = 10,00%
2) Jangka waktu 6 bulan Nisbah 36,67% atau setara 13,20%-
2,00% = 11,20%
3) Jangka waktu 12 bulan Nisbah 40,00% atau setara 14,40%-
2,00% = 12,40%
b. Simpanan Berkah Discounted tidak dapat diambil atau dicairkan
sebelum berakhir jangka waktu.
c. Dalam keadaan darurat (biaya pengobatan, biaya pendidikan)
Simpanan Berkah Discounted dapat dicairkan sebelum jatuh tempo
jangka waktu setelah mendapat persetujuan dari pusat (ketua)
dengan ketentuan jumlah yang akan dibayar sebesar nominal
Simpanan Berkah Discounted dikurangi bagi hasil yang sudah
dibayar.
52
d. Simpanan Berkah Discounted hanya dapat diambil atau dicairkan
di kantor-kantor BMT dimana Simpanan Berkah dibuka atau
disetorkan.
4. Pembiayaan Murobahah
Pembiayaan Murobahah adalah akad jual beli barang pada
harga asal (harga perolehan) dengan tambahan keuntungan (margin)
yang disepakati oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli) cara
pembayaran dan jangka waktu disepakati bersama dapat secara
angsuran murobahah dengan cara angsuran sering disebut Ba’i
Bistaman Ajil (BAA).
a. Rukun Murobahah;
1) Pihak yang berakad (penjual dan pembeli)
2) Objek yang diakadkan (barang yang diperjual belikan dan
harga)
3) Sighat/akad (serah terima)
b. Kebijakan pembiayaan;
1) Pembiayaan dapat diberikan sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan memiliki landasan syariah yang
jelas.
2) Pembiayaan harus didasarkan dengan prinsip hati-hati dan
selalu memperhatikan:
a) Pembiayaan akan memberi manfaat pada yang menerima.
53
b) Diyakini bahwa pembiayaan dapat dibayar kembali sesuai
dengan perjanjian.
c. Kebijakan mengenai jumlah pembiayaan harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut;
1) Pemanfaatan pembiayaan oleh calon nasabah.
2) Kemampuan calon nasabah untuk membayar kewajiban.
3) Likwiditas BMT dengan memperhatikan cadangan Kas Primer
dan Sekunder.
d. Persyaratan umum pembiayaan:
1) Anggota atau calon anggota di wilayah jangkauan BMT.
2) Mempunyai usaha/penghasilan tetap.
3) Mempunyai simpanan aktif baik simpanan amanah maupun
simpanan berkah yang sudah 1 bulan.
4) Tidak sedang menikmati pembayaran BMT
5) Tidak memiliki tunggakan (pembiayaan bermasalah).
6) Tidak pernah tersangkut masalah pidana.
7) Memiliki karakter dan moral yang baik.
54
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Implementasi Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA) di BMT Taruna
Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten Semarang.
BMT Taruna Sejahtera memiliki beberapa produk pembiayaan
yaitu, pembiayaan dengan agunan dan tanpa agunan. Tetapi pada
kenyataan di lapangan pembiayaan tanpa agunan jarang ditawarkan karena
besarnya resiko yang dihadapi BMT. Dalam mengimplementasikan
pembiayaan tanpa agunan memiliki persyaratan di antaranya:
1. Anggota atau calon anggota di wilayah jangkauan BMT Taruna
Sejahtera Cabang Suruh.
2. Mempunyai usaha/penghasilan tetap.
3. Mempunyai simpanan aktif baik simpanan amanah maupun simpanan
berkah yang sudah berjalan 1 (satu) bulan dan jumlah tabungan
minimal 1 juta rupiah.
4. Tidak sedang menikmati pembiayaan BMT
5. Tidak memiliki tunggakan (pembiayaan bermasalah)
6. Tidak pernah tersangkut masalah pidana.
7. Memiliki karakter dan moral yang baik.
55
Dari hasil wawancara pihak manajer Bapak Frendy Adetya di
BMT Taruna Sejahtera Suruh Kabupaten Semarang (Rabu,05 Maret
2019), setelah anggota mengetahui persyaratan pembiayaan tanpa agunan
maka prosedur-prosedur yang harus dilewati oleh para anggota yang akan
mengajukan pembiayaan tanpa agunan diantaranya adalah sebagai berikut;
Gambar 4.1 Proses Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA).
Untuk menjaga kedisiplinan dan kepatuhan, bagi setiap pejabat
pembiayaan BMT Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten Semarang,
haruslah mengikuti langkah-langkah dan prosedur pembiayaan yang
meliputi :
1. Syarat-Syarat Pembiayaan.
a) Pemohon pembiayaan
BMT Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten Semarang hanya
akan memberikan fasilitas pembiayaan yang diajukan secara tertulis,
baik untuk pembiayaan baru maupun pembaharuan pembiyaan dengan
Syarat-Syarat Pembiayaan
Inisiasi
Solisitas Analisa Pembiayaan
Prinsip-Prinsip Pemberian
Pembiayaan
Akad Pembiayaan
Proses Realisasi
Pembiayaan
56
menggunakan formulir yang disediakan oleh BMT Taruna Sejahtera
Cabang Suruh Kabupaten Semarang. Pemohonan pembiayaan yang
berisi:
1) Gambaran Umum Usaha.
2) Rencana atau prospek usaha.
3) Tujuan penggunaan dana.
4) Jangka waktu penggunaan dana.
5) Proyeksi penggunaan dana.
b) Legalitas
Pembiayaan yang diberikan tidak ilegal. Serta melampirkan surat-
surat resmi seperti:
1) Foto copy KTP suami istri (yang masih berlaku)
2) Foto copy Kartu Keluarga (KK)
3) Foto copy rekening listrik dan telpon
4) Surat keterangan usaha
5) Peta lokasi rumah tempat tinggal dan usaha
6) Foto copy buku simpanan amanah
c) Pembiayaan Pabrik
Pembiayaan pabrik bisa diajukan melalui supervisor/pembantu
pengawas dengan persyaratan yang harus dilampirkannya:
1) Foto copy KTP suami istri (yang masih berlaku)
2) Foto copy kartu keluarga(KK)
3) Foto copy rek. listrik dan telepon
57
4) ATM dan Buku Tabungan Bank
5) Daftar Perincian Gaji
6) Kartu BPJS
7) Peta lokasi rumah tempat tinggal dan pekerjaan
8) Foto copy buku simpanan amanah
2. Inisiasi
Kemampuan Account Officer untuk mencari informasi terhadap calon
debitur. Dengan tahap seperti berikut ;
a. Pengumpulan informasi
b. Calon debitur yang datang ke kantor BMT Taruna Sejahtera Cabang
Suruh Kabupaten Semarang untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan.
Account Officer dalam melakukan proses awal dan analisa terhadap
calon debitur tersebut harus ekstra hati-hati.
c. Calon debitur yang kualifikasinya baik harus segera ditangani oleh
account officer agar pembiayaan yang disalurkan berjalan dengan
aman dan menghasilkan secara optimal.
d. Taaruf (perkenalan/wawancara)
Dalam taaruf dipersiapkan dan dilakukan hal-hal sebagai berikut:
Cakupan materi penting dalam wawancara
1) Kelengkapan data pemohon
2) Penjelasan data pendukung
3) Pemerikasaan kembali kebenaran dan konsistensi data
pemohon.
58
e. Menentukan calon debitur
Dari hasil taaruf dapat ditentukan calon debitur pembiayaan
potensial menurut standart kualifikasi BMT Taruna Sejaahtera
Cabang Suruh Kabupaten Semarang.
3. Sosialisasi
Dasar pelaksanaan sosialisasi adalah untuk mengetahui tentang
kondisi usaha dan membicarakan hal-hal khusus yang menjadi
perhatian BMT yang meliputi:
a. Eksistensi usaha
b. Kebutuhan calon debitur
c. Resiko
Pihak BMT dan calon anggota mempunyai kesepakatan dengan
pihak kedua (debitur). Calon debitur harus ada penanggung jawab
(pihak ketiga) apabila terjadi resiko.
4. Analisa pembiayaan
Faktor-faktor yang dianalisa sebagai dasar penilaian kelayakan
untuk memberikan pembiayaan meliputi:
a. Kemauan (Niat bayar).
Account officer harus memperoleh informasi yang benar terhadap
calon debitur tentang:
1) Character (akhlak)
Account Officer harus menghindari orang yang berperilaku
boros dan tidak amanah.
59
2) Integritas
Calon debitur yang mempunyai komitmen terhadap janji,
waktu, tata nilai aturan, hutang dan ucapannya tidak
menyimpang dari perbuatannya.
3) Kemampuan membayar.
Accoount officer harus mengetahui keberadaan dari
kemampuan usaha calon debitur meliputi:
a) Tujuan penggunaan usaha.
Account officer harus mengetahui secara pasti tentang
tujuan penggunaan dana oleh calon debitur.
b) Analisa keberadaan usaha
Account officer harus menilai bahwa usaha yang
dijalankan tidak bertentangan dengan yuridis.
c) Analisa kondisi usaha
Untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan oleh
calon debitur cukup baik, dalam arti hasil usahanya mampu
untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan menutupi biaya
operasional usahanya dan ada kelebihan pendapatanya
untuk mengangsur pembiayaan.
d) Analisa kemapuan usaha dan manajemen
Calon debitur harus mempunyai kemampuan mengelola
usaha secara profesional, tangguh dan ulet.
60
e) Analisa keuangan.
Dalam mengelola usaha calon debitur harus mampu
mengatur keuangan degan baik, sehingga mampu
mengumpulkan sebagian keuntungannya untuk mengangsur
pembiayaan.
4) Prinsip-Prinsip Pemberian Pembiayaan
a) Setiap pemberian persetujuan pembiayaan harus
berdasarkan kepada analisa dan rekomendasi tertulis
usulan putusan pembiayaan.
b) Dalam hal keputusan pembiyaan tidak sejalan dengan
rekomendasi tertulis pembiayaan harus dijelaskan secara
tertulis dan alasan apa yang mempertimbangkan dan
meyakinkan pejabat pemutus pembiayaan yang
bersangkutan.
5) Akad Pembiayaan
a) Setiap pembiayaan yang telah disetujui dan disepakati
oleh pemohon dengan BMT Taruna Sejahtera Cabang
Suruh Kabupaten Semarang, maka wajib dibuatkan
akad secara tertulis.
b) Setiap akad pembiayaan yang dibuat BMT Taruna
Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten Semarang harus
ditandangani dikantor BMT oleh para pihak.
6) Proses Realisasi Pembiayaan
61
a) Proses realisasi pembiayaan adalah proses pencairan
dana setelah mendapatkan persetujuan putusan
pembiayaan oleh pejabat pemutus pembiayaan.
b) Pemeriksaan kepatuhan ketentuan intern dan ekstern
yang berlaku yang menjamin perlindungan bagi BMT
Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten Semarang
telah dipenuhi dan diselesaikan.
Pemberian fasilitas pembiayaan BMT Taruna
Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten Semarang kepada
nasabah dilakukan melalui serangkaian proses. Mulai dari
pemohon, pengumpulan informasi, pencairan pembiayaan
hingga pelunasan kembali pembiayaan. Setelah ada
pemohonan nasabah pembiayaan, proses pemberian
pembiayaan dari awal sampai akhir (Suyatno, 2016) yaitu:
a) Debitur pembiayaan
1. Mengajukan pemohon pembiayaan kepada BMT
Taruna Sejahtera Cabang Suruh Kabupaten
Semarang untuk membeli atau belanja modal atau
barang yang dibutuhkan untuk usahanya. Serta
sumber dana dan cara untuk mengangsur/
melunasi pembiayaan tersebut.
2. Menyampaikan data data persyaratan
pembiayaan.
62
b) Account officer ( AO).
1. Menganalisa usaha debitur baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, dari segi syariah maupun
yuridis, kelengkapan dokumen.
2. Hasil analisa disampaikan kepada pejabat
perekomendasi atau pemutus baik dengan
presentasi maupun secra tertulis dalam format
putusan pembiayaan.
3. Pejabat pemutus pembiayaan
(manajer/kepala kas, general manajer/CEO)
4. Bila usaha debitur dinilai tidak layak, maka seluruh
dokumen debitur harus kembali serkan kepada
account officer.
5. Bila usaha debitur dinilai layak, serta memenuhi
kriteria pembiayaan, maka pejabat pemutus akan
memberi persetujuan pembiayaan.
c) Account officer
Setelah menerima persetujuan putusan
pembiayaan dari pejabat pemutus pmbiayaan,
selanjutnya account officer memberitahukan kepada
debitur untuk melaksanakan realisasi pencairan
pembiayaan di kantor cabang/kantor kas/kantor
63
cabang utama atau kantor pusat BMT Taruna
Sejahtera.
d) Setelah menerima putusan persetujuan pembiayaan
dari pejabat pemutus pembiayaan maka :
1. Akad pembiayaan
2. Kuitansi realisai pembiayaan
3. Tanda setoran pelunasan (pembiayaan lama)
4. Kartu pembiayaan
5. Dan kelengkapan pembiayaan lain
Sebelum melaksanakan realisasi pembiayaan,
teller harus penyampaikan pertanyaan kepada
debitur untuk memastikan antara lain :
1. Bahwa yang akan menerima realisasi
pembiayaan adalah orang yang bersangkutan
(cek KTP dan KK), tidak boleh diwakilkan atau
dikuasakan oleh orang lain.
2. Bahwa yang akan menikmati fasilitas
pembiayaan adalah orang nya sendiri, tidak
boleh dipakai bersama orang lain termasuk
dipakai bersama karyawan/karyawati BMT.
3. Bahwa pembiayaan yang diterima dipergunakan
sesuia dengan kebutuhan seperti yang tertera
64
pada formulir pemohonan pembiayaan atau
pada saat wawancara dengan debitur.
4. Teller harus melaksanakan akad mewakili BMT
Taruna Sejahtera dengan debitur menyebutkan
atau menyampaikan pokok-pokok akad
pembiayaan antara lain:
a. Jumlah plafon realisasi pembiayaan
b. Tujuan penggunaan pembiayaan
c. Jangka waktu pembiayaan
d. Jumlah kewajiban angsuraan pembiayaan
e. Tanggal jatuh tempo angsuran
5. Teller harus memastikan bahwa input transaksi
relisasi pembiayaan sudah dimaksukan ke data
account officer yang bersangkutan sesuai
dengan putusan pembiayaan, tidak boleh
dimasukan ke data account officer lain yang
tidak memproses realisasi pembiayaan dan tidak
diperbolehkan adanya penitipan data accounnt
officer ke account officer lain dengan alasan
apapun.
f. Ketentuan besarnya plafon, besarnya bagi hasil (Mark Up),
biaya administrasi pembiayaan tanpa agunan.
65
Pembiayaan tanpa agunan baru (pertama) maksimal plafon
tidak lebih dari Rp. 2.000.000 , dan pembiayaan berikutnya
maksimal Rp. 5.000.000,-. Bagi hasil (mark up) 2,50%
perbulan, Biaya administrasi 3% dari pinjaman dan asuransi
kematian 0.5 % dari pinjaman.
Dalam sistem dan prosedur pemberian pembiayaan tanpa
agunan di BMT Taruna Sejahtera KC Suruh Kabupaten
Semarang. Pihak BMT menjalankan proses pembiayaan
kepada calon anggota pembiayaan sesuai dengan apa yang
sudah ditetapkan. Begitupun calon anggota pembiayaan, sejauh
ini telah memenuhi kriteria dalam pemberian pembiayaan
tanpa agunan tersebut.
Adapun kendala yang di hadapi oleh pihak BMT dalam
pemberian pembiayaan kepada calon anggotanya sebagai
berikut:
1) Usaha yang dibiayai kurang memenuhi syarat.
2) Waktu pembiyaan yang begitu singkat.
3) Jangkauan tempat yang tidak hanya disekitar kantor
cabang suruh saja.
Upaya dalam menyikapi kendala tersebut pihak BMT
menganalisa keseluruhan data tidak sepenuhnya diambil dari
calon debitur saja. Namun sebagian di ambil dari analisa
66
lapangan. Dengan begitu pihak BMT dapat meminimalisir
resiko yang akan dihadapi.
B. Analisis SWOT Pembiayaan Tanpa Agunan (PTA) di BMT Taruna
Sejahtera cabang Suruh Kabupaten Semarang.
Analisis SWOT (SWOT analisis) yakni mencakup upaya-upaya
untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
menentukan kinerja perusahaan (Nisak, 2013). Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan (Rangkuti, 2004). Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threats). Dengan demikian perencanaan strategi harus
menganalisa faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman) dalam kondisi saat ini (Nisak, 2013)
1. Internal
a. Kekuatan (Strength)
Kekuatan disini merupakan hal-hal yang dapat menjadi kekuatan
yang dimiliki oleh pihak BMT. Kekuatan ini dapat meminimumkan
ancaman pembiayaan tanpa agunan maupun dampak yang diakibatkan
oleh ancaman lingkungan penyaluran pembiayaan tanpa agunan.
Kekuatan usaha BMT ini dapat dikontrol dan diawasi untuk
kepentingan atau pengembangan yang bersumber dari dalam BMT
sehingga penggunanya memungkinkan untuk direncanakan maupun
67
dijadwalkan. Pada BMT Taruna Sejahtera KC Suruh Kabupaten
Semarang dalam penyaluran pembiayaan tanpa agunan terletak pada:
1) Sebagai media menyalurkan Pembiayaan Tanpa Agunan bagi
masyarakat dengan usaha mikro.
2) Syarat dan ketentuan dalam pengajuan Pembiayaan Tanpa
Agunan mudah dalam pemenuhannya.
3) Kelebihan dari produk yaitu mudah dan cepat dalam proses
pencairan dananya.
4) Meminimalisir terjadinya pembiayaan macet karena pihak BMT
sudah mengetahui karakter dari anggota yang mengajukan
pembiayaan melalui jumlah nominal atau frekuensi
menabungnya.
b. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan merupakan sesuatu kendala yang menyebabkan
BMT sulit untuk berkembang atau meningkatkan kinerja
karyawan, kelemahan ini juga berasal dari dalam BMT. Dengan
kelemahan ini BMT harus dapat menutupi agar produk yang
ditawarkan dapat layak dipasarkan, walaupun pada dasarnya
Pembiayaan Tanpa Agunan ini bukan suatu produk yang
diunggulkan. Kelemahan BMT Taruna Sejahtera KC Suruh dalam
penyaluran Pembiyaan Tanpa Agunan terletak pada;
68
1) Dengan penyaluran Pembiayaan Tanpa Agunan BMT Taruna
sejahtera memilliki resiko yang tinggi dalam pembiayaan
macet karena hanya mengandalkan tabungan sebagai jaminan.
2) Tingkat bagi hasil yang ditawarkan lebih tinggi karena resiko
yang tinggi.
3) Tidak adanya brosur tentang produk pembiayaan tanpa agunan.
2. Eksternal
a. Peluang (opportunity)
Peluang merupakan kesempatan bagi BMT dalam mengembangkan
produk yang akan disalurkan. Peluang dilihat dari kebutuhan
masyarakat yang memerlukan pinjaman tetapi tidak memiliki agunan.
Adapun peluang dari BMT Taruna Sejahtera dalam penyaluran
Pembiayaan Tanpa Agunan adalah sebagai berikut:
1) Dapat memasarkan produk Pembiayaan Tanpa Agunan dengan
radius wilayah yang luas, tidak hanya di daerah Suruh saja.
2) Dengan potongan biaya administrasi yang lebih rendah
dibandingkan bank-bank besar dapat menarik minat para calon
peminjam.
3) Sistem pendekatan yang mengandalkan kekeluargaan karena
melewati Account Officer dalam persaingan sehingga
mendapatkan nasabah lebih mudah.
69
b. Ancaman (threats)
Ancaman adalah suatu situasi yang dapat mengurangi kemampuan
bisnis suatu BMT dalam memperoleh profit. Dengan demikian
ancaman disini harus dapat dijadikan sebagai batasan dalam
pelaksanaan pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Banyak BMT yang mengalami keuntungan kecil, pembiayaan macet
tinggi, yang dianggap sebagai penghalang bisnis. Adapun faktor-
faktor yang menjadi ancaman bagi BMT Taruna Sejahtera dalam
penyaluran Pembiayaan Tanpa Agunan diantaranya:
1) Gencarnya promosi, iklan dari competitor dengan tawaran KTA
yang lebih menarik terutama pada bank-bank besar.
2) Besarnya pinjaman yang diajukan anggota, dibandingkan dengan
persediaan dana yang cukup minim dari pihak BMT.
Dari analisis SWOT dapat dilihat bahwa faktor kekuatan
dan peluang dibandingkan dengan faktor kelemahan dan
ancaman. Oleh karena itu, merupakan posisi yang
menguntungkan. BMT Taruna Sejahtera mempunyai peluang dan
kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang yang ada
secara maksimal. Yakni memperkuat pangsa pasar, peningkatan
promosi pada media sosial maupun sekitar lingkungan.
Analisis SWOT menunjukan bahwa BMT Taruna Sejahtera
kuat dan berpeluang. BMT Taruna Sejahtera dalam kondisi prima
dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
70
melakukan ekspansi serta memperbesar pertumbuhan dan meraih
kemajuan secara maksimal. BMT taruna sejahtera mempunyai
peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang
yang ada secara maksimal.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam sistem dan prosedur pemberian pembiayaan tanpa agunan di BMT
Taruna Sejahtera KC Suruh Kabupaten Semarang. Pihak BMT menjalankan
proses pembiayaan kepada calon anggota pembiayaan sesuai dengan apa yang
sudah ditetapkan. Begitupun calon anggota pembiayaan, sejauh ini telah
memenuhi kriteria dalam pemberian pembiayaan tanpa agunan tersebut.
2. Dari pembahasan analisis SWOT merupakan instrumen yang ampuh dalam
melakukan analisis strategi. Hasil analisis SWOT menyebutkan bahwa BMT
Taruna Sejahtera kuat dan berpeluang. BMT Taruna Sejahtera dalam kondisi
prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi serta memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal. BMT taruna sejahtera mempunyai peluang dan kekuatan sehingga
ia dapat memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal.
B. Saran
Adapun saran yang bisa diberikan peneliti :
1. BMT Taruna Sejahtera disarankan dalam melaksanakan proses pembiayaan,
unit kerja harus berhati-hati dalam mengecek kebenaran berkas maupun
keaslian dokumen yang dipersyaratkan, dan juga dalam menganalisis data-
data yang diperoleh dari debitur, agar tidak terjadi pembiayaan macet.
Sebaiknya agar lebih teliti dalam menganalisa usaha yang dimiliki debitur
sebelum pembiayaan tersebut diberikan apakah layak atau tidak nasabah
72
2. tersebut diberikan pembiayaan. Agar proses penyaluran kredit lebih optimal
maka diperlukan pemisah fungsi survei, analisis dan penagihan.
3. Diharapkan penelitian dapat dijadikan panduan berikutnya yang sama sama
membahas tentang Pembiayaan Tanpa Agunan maupun dengan agunan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal. 2015. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pinjaman Tanpa Agunan
di UPK PNPM Panggaran Lor. Tesis. UIN Walisongo.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dan Teori Ke Praktik Jakarta:
Gema Insani Press.
Buku SOP BMT Taruna Sejahtera
Daymon, Crhistine. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relation
dan Marketing. Benteng. Yogyakarta.
Fajriah, Nurjanatula. 2006. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur (Bank) dan
Debitur (Nasabah) dalam Perjanjian Kredit Tanpa Agunan (KTA) Bank
X. Jurnal Hukum dan Pembangunan, Vol. 36 No. 2 (April-Juni).
Fatoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.
Hendi, Suhendi, dkk. 2004. BMT dan Bank Islam: Instrumen Lembaga Keuangan
Syariah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Kencana.
Jayanti, Puspita. 2013. Penyelesaian Wanprestasi Pemberian Kredit Tanpa
Agunan dalam Pelaksanaan Penyediaan Dana Bergulir Dan Kredit Mikro
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Skripsi.
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Universitas Brawijaya.
Julius R, Latumaerissa. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salempa Empat.
Karim, Adiwarman. 2006. Bank Islam-Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta : PT.
Grafindo Persada.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainya. Edisi Revisi 2008. Jakarta:
PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bndung: Remaja Rosda
Karya.
Muda, Ahmad Antoni K. 2003. Kamus Lengkap Ekonomi. t.t: Gita Media Press
Muhammad. 2005.Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakata: UPP AMP
YKPN
74
Naja, Daeng. 2005.Hukum Kredit Dan Bank Garansi The Bankers Hand Book.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Ningsih, Tri Wulan. 2012. Sistem Akuntansi Pemberian Kredit Pada BPR
Kartasura Sari Bumi Randudongkal Pemalang.
Nisak, Zuhrotun. 2013. Analisis SWOT untuk Menentukan Setrategi Kompetitif.
Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol. 9. No. 2.
Primadewi, Winnie, Fauza. 2012. Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian Kredit
Tanpa Agunan Untuk Perorangan (Studi Kasus Pada Bank Mandiri.
Skripsi. Universitas Indonesia Depok.
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT Graedia.
Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil. Yogyakarta:
UII Press.
Rivai, Veithzal & Arvian Arifin. 2010. Islamic Banking. Jakarta: Bumi Aksara.
Rivai, Veithzal. 2008. Islamic financial Management. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Salim, H.S. 2014. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Simanjuntak, Bungaran Antonius dan Soedijto Sosrodiharjo. 2014. Metodologi
Penelitian Sosial (Edisi Revisi). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
Soemitra, Andi. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Ekonisia.
Yogyakarta.
Sumitro, Warkum. 2002. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga
Terkait BMI & Takaful di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suyatno, Anton. 2016. Kapastian Hukum dalam Penyelesaian Kredit Macet
melalui Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan tanpa Proses Gugatan
Pengadian. Jakarta: Prenadamedia Grup.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 384
Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Edisi 1. Penerbit Andi. Yogyakarta.
75
Widyasari, Aristamaya. 2018. Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Dalam
Pemberian Kredir Tanpa Jaminan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Wulandari, Levy, Lavina. 2018. Pembiayaan Tanpa Agunan. Skripsi. Pancsarjana
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Peraturan perundang-undangan:
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 Juncto Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan.
Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR
tanggal 2 Februari 1991 Tentang Jaminan.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Terdapat dalam Pasal 1 angka 23
Tentang Pengertian Agunan.
Fatwa DSN MUI nomor 92 tahun 2014
LAMPIRAN
Lampiran A Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran B Formulir Putusan Pembiayaan
Lampiran C Slip Angsuran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Destiani
2. Tempat/Tgl Lahir : Kab. Semarang 23 Desember 1996
3. Alamat Rumah : Noloprayan rt 6 rw 4 Jatirejo Suruh
Kec. Suruh Kab. Semaranng
4. Agama : Islam
5. Status Perkawinan : Belum Kawin
6. Kewarganegaraan : WNI
7. E-mail : [email protected]
B. RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 1 Jatirejo : 2004-2010
2. SMP Negeri 1 Suruh : 2010-2013
3. SMK Negeri 1 Pabelan : 2013-2016
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Menjadi anggota PASKIBRAKA tahun 2014
D. HOBBY
1. Bersepeda
Salatiga , 29 Mei 2019
Destiani