140
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS SUKARAMI PALEMBANG SKRIPSI Oleh : M. ARIEF RAHMAN HAKIM 30.01.09.0206 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES PERDHAKI CHARITAS PALEMBANG 2013

Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) RUMAH TANGGA DENGAN

KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS SUKARAMI

PALEMBANG

SKRIPSI

Oleh :

M. ARIEF RAHMAN HAKIM

30.01.09.0206

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSTIKES PERDHAKI CHARITAS PALEMBANG

2013

Page 2: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) RUMAH TANGGA DENGAN

KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS SUKARAMI

PALEMBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Keperawatan

Oleh :

M. ARIEF RAHMAN HAKIM

30.01.09.0206

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSTIKES PERDHAKI CHARITAS PALEMBANG

2013

Page 3: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Halaman Persembahan

MOTTO : TIDAK ADA YANG TIDAK BISA DILAKUKAN

JIKA KITA PERCAYA DAN BERUSAHA

KITA PASTI BISA MELAKUKANNYA

Skripsi ini saya persembahkan

kepada : Kedua orangtuaku Izwardi & Nilaini yang selalu

memberikan semangat, tenaga, dan do’anya

sampai saya berhasil mencapai cita-cita

Kakak dan adiku yang kucintai dan kusayangi, yang

selalu memberikan semangat untuk ku

Page 4: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

ABSTRAK

M. Arief Rahman Hakim 30.01.09.0206Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

Hasil Penelitian Prodi S1 Keperawatan 2013Kata Kunci : PHBS, Diare, Balita

xv i+ 79 halaman + 11 lampiran + 11 tabel

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan lendir dalam feses. Secara klinis, diare dibedakan menjadi tiga macam sindrom yaitu : Diare akut (gastroenteritis), disentri, dan diare persisten. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013. Penelitian menggunakan metode survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang datang dengan membawa balita ke Puskesmas Sukarami Palembang. Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling dengan accidental sampling yang berjumlah 40 responden. Dari hasil penelitian didapatkan ASI eksklusif (52,5%) tidak ASI eksklusif (47,5%), mencuci tangan dengan baik (67,5%) mencuci tangan kurang baik (32,5%), air bersih (75%) air kurang bersih (25%), jamban sehat (75%) jamban kurang sehat (25%), diare (52,5%) dan tidak diare (47,5%). Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara PHBS rumah tangga dalam memberi ASI eksklusif dengan kejadian diare dengan p value = 1,000, tidak ada hubungan yang signifikan antara PHBS rumah tangga dalam mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,314, tidak ada hubungan yang signifikan antara PHBS rumah tangga dalam menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,148, tidak ada hubungan yang signifikan antara PHBS rumah tangga dalam menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,473. Saran bagi pihak Puskesmas Sukarami Palembang diharapkan Puskesmas Sukarami memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyebab, tanda gejala, dan pencegahan diare.

Daftar Pustaka : 22 (2009-2013)

Page 5: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

ABSTRACT

M. Arief Rahman Hakim 30.01.09.0206The Relationship between clean and healthy lifestyle behavior in the household and the insidence of Diarrhea in children under five years old at Puskesmas Sukarami Palembang in 2013

Undergraduate nursing research 2013Keywords: behavior, Diarrhea, children under five years old

xvi + 79 pages + 11 tables + 11 attachment

Diarrhea is the passage of 3 or more loose or liquid stools per day with or without blood and mucus in the stool. Clinically, diarrhea can be divided into three of syndrome, namely: Acute diarrhea (gastroenteritis), dysentery, and persistent diarrhea. The study aimed to determine the relationship between clean and healthy behaviors in households and the incidence of diarrhea in children under five years old at Puskesmas Sukarami Palembang in 2013. The method used analytical survey with cross-sectional approach. The study population included all families who come with children under five years to puskesmas Sukarami Palembang. Sampling was done by non-probability sampling with accidental sampling, total samples 40 respondents. The test results showed there was no significant relationship between household PHBs in exclusively breast-feeding with diarrhea with p value = 1.000, there was no significant relationship between PHBs in the household wash hands with soap and clean water with the incidence of diarrhea in infants with p value = 0.314, there was no significant relationship between clean and healthy behaviors in households and the incidence of diarrhea in children under five years old with p value = 0.148, there was no significant relationship between clean and healthy behaviors in households and the incidence of diarrhea in children under five years old with p value = 0.473. the advice for the Puskesmas Sukarami Palembang to give information of the public about the causes, signs symptoms, and prevention of diarrhea.

Bibliography: 22 (2009-2013)

Page 6: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia yang diberikan-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal ini yang

berjudul “Hubungan Perilaku Hidup dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga dengan

Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang 2013”.

Penulis menyadari dalam penyusunan Proposal ini masih terdapat banyak

kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penulisan. Untuk itulah penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang

akan datang.

Dalam penulisan dan penyusunan Proposal ini penulis banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, dorongan, serta saran yang

sangat bermanfaat, untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Ketua STIKES Perdhaki Charitas Palembang

2. Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang

3. Kepala Puskesmas Sukarami Palembang

4. Staff Bagian MTBS di Puskesmas Sukarami Palembang

5. Staff / Pegawai Puskesmas Sukarami Palembang

6. Ketua Program Studi S1 Keperawatan Palembang.

7. Pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran

untuk membimbing, mendidik dengan penuh kesabaran, memberi arahan,

Page 7: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

saran, kritik serta semangat kepada penulis selama penyusunan Proposal

ini.

8. Penguji yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan

pengarahan dan masukan yang amat berharga dalam penyusunan Proposal

ini.

9. Seluruh Staf dosen program studi S1 Keperawatan Stikes Perdhaki

Charitas Palembang yang telah memberikan bimbingan selama

pendidikan.

10. Teman-teman angkatan ke-4 Stikes Perdhaki Charitas Palembang.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada

kita semua. Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat berguna bagi

kita semua.

Amin.

Palembang, Juni 2013

Peneliti

Page 8: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.................................................................................... iHALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................ iiHALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iiiHALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... ivHALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vSUSUNAN PANITIA .................................................................................. viHALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. viiABSTRAK BAHASA INDONESIA .......................................................... viiiABSTRAK BAHASA INGGRIS ................................................................ ixKATA PENGANTAR ................................................................................. xDAFTAR ISI ................................................................................................ xiiDAFTAR TABEL ........................................................................................ xiiiDAFTAR BAGAN ....................................................................................... xivDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................... 4C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 8F. Penelitian Terkait .............................................................................. 8G. Definisi Istilah Kunci ........................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Konsep Perilaku ................................................................................ 11

1. Pengertian Perilaku ....................................................................... 112. Pengukuran Perilaku Kesehatan ................................................... 12

B. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ............................ 201. Pengertian ..................................................................................... 202. Macam-macam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) .......... 233. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga ........... 23

C. Konsep Diare...................................................................................... 321. Pengertian Diare ........................................................................... 322. Jenis Diare ..................................................................................... 333. Etiologi .......................................................................................... 334. Manifestasi Klinis ......................................................................... 355. Patofisilogi .................................................................................... 366. Komplikasi .................................................................................... 377. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 378. Pencegahan Diare ......................................................................... 38

D. Konsep Balita .................................................................................... 381. Pengertian ..................................................................................... 38

Page 9: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

BAB III KERANGKA KONSEPA. Definisi Konsepsional ....................................................................... 40B. Operasional Variabel ......................................................................... 41C. Hipotesis ............................................................................................ 44

BAB IV METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian .................................................................................. 45B. Tempat/Lokasi dan Waktu Penelitian................................................ 45C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 46D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 47E. Alat Pengumpul Data ........................................................................ 47F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 49G. Jadwal pelaksanaan ........................................................................... 51H. Etika Penelitian .................................................................................. 52

BAB V HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran Puskesmas ........................................................................ 54B. Hasil Penelitian .................................................................................. 62C. Pembahasan ....................................................................................... 70D. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ........................................................................................ 77 B. Saran .................................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 10: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 53Tabel 5.1 Peta Demografi di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Tahun

2012........................................................................................... 57Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Memberi ASI Eksklusif di Puskesmas

Sukarami Palembang Tahun 2013............................................. 63Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan dengan Air Bersih

dan Sabun di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013..... 64Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Menggunakan Air Bersih di Puskesmas

Sukarami Palembang Tahun 2013............................................. 65Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Menggunakan Jamban Sehat di Puskesmas

Sukarami Palembang Tahun 2013............................................. 65Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Menggunakan Jamban Sehat di Puskesmas

Sukarami Palembang Tahun 2013............................................. 66Tabel 5.7 Hubungan Antara Memberi ASI Eksklusif dengan Kejadian

Diare Pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013........................................................................................... 67

Tabel 5.8 Hubungan Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas SukaramiPalembang Tahun 2013.............................................................. 68

Tabel 5.9 Hubungan Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.... 69

Tabel 5.10 Hubungan Menggunakan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013................................................................................. 70

Page 11: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

DAFTAR BAGAN

HalamanBagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................. 39Bagan 3.1 Kerangka Konsep .............................................................. 41

Page 12: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1 Jadwal Penelitian Lampiran 2 Surat Calon Responden Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Lampiran 5 Surat Izin Kesediaan Menjadi Pembimbing Lampiran 6 Surat Izin PenelitianLampiran 7 Lembar Konsultasi Bimbingan Lampiran 8 Lembar Undangan Seminar SkripsiLampiran 9 Format Usulan Seminar SkripsiLampiran 10 Pengolahan Data

Page 13: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan

anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut,

masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan dan penataan

pembangunan bangsa (Hidayat, 2008). Dalam profil kesehatan provinsi

SUMSEL 2010 dikatakan bahwa gambaran derajat kesehatan dapat dilihat

dari beberapa indikator seperti mortalitas dan morbiditas. Salah satu

penyebab kematian balita terbesar di Indonesia adalah penyakit diare.

Menurut badan kesehatan Dunia (WHO), diare menjadi penyebab

nomor satu kematian balita di seluruh Dunia. Selama lima tahun terakhir

kejadian diare dan presentasi kematiannya di dunia mengalami

peningkatan/penurunan dari tahun 2008 sampai dengan 2012, berdasarkan

penelitian WHO (2008), 15% kematian anak dibawah 5 tahun disebabkan

oleh penyakit diare.

Di Indonesia diare adalah pembunuh nomor dua setelah inpeksi

saluran napas atas ISPA. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan

mortalitas-nya yang masih tinggi. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia

kejadian diare pada pasien rawat inap berada di posisi pertama, pada tahun

2009 angka kejadian diare sebesar 143.696 kasus dan jumlah pasien yang

Page 14: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

meninggal sebanyak 1.747, pada tahun 2010 angka kejadian diare sebesar

71.889 kasus dan jumlah pasien yang meninggal sebanyak 1.289.

Berdasarkan data DINKES provinsi SUMSEL pada tahun 2010,

penemuan penderita diare balita di kabupaten/kota dengan target SPM 70%.

capaian 15 kabupaten/kota rata-rata 3,24%, yang berarti bahwa persentase

penderita balita yang ditangani terhadap jumlah perkiraan penderita diare di

wilayah tersebut adalah 3,24%. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya

terjadi peningkatan jumlah penderita yaitu dari 67.391 penderita (capaian

SPM 2,23%) pada tahun 2008 menjadi 98.890 penderita (capaian SPM

3,24%) pada tahun 2009.

Dari data DINKES Kota Palembang persentase kejadian diare pada

tahun 2009 sebanyak 54.612 penderita, pada tahun 2010 kejadian diare

sebanyak 49.897 penderita, pada tahun 2011 sebanyak 45.593 penderita, pada

tahun 2012 kejadian diare terus meningkat pada bulan Januari angka kejadian

sebanyak 3.616 kasus dan sampai bulan Agustus angka kejadian diare

meningkat menjadi 5.049 kasus dan terjadi peningkatan pada bulan Januari

sampai ke Februari 2013 sebesar 7,3%.

Pada dasarnya penyakit diare dapat dicegah, salah satu cara yang

dapat digunakan untuk mencegah diare yaitu dengan menerapkan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga. Dari data yang di dapat untuk

tingkat keberhasilan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah

tangga di Indonesia sebanyak 7.961.965 rumah tangga yang ber-PHBS dari

59.118.900 rumah tangga jika di persentasekan sebanyak 53,89%, sedangkan

Page 15: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

untuk data keberhasilan program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

rumah tangga Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 409.897 rumah tangga

yang ber-PHBS dari 1.714.700 rumah tangga, jika di persentasekan sebanyak

46,49% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012).

Berdasarkan data Puskesmas Sukarami untuk pencapaian program perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga sebanyak 80,3%, dari 10

indikator ada beberapa yang belum mencapai target yaitu merokok dan

perilaku mencuci tangan.

Ada beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan jika kita melaksanakan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga yaitu : setiap rumah

tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat

dan cerdas, produktifitas kerja anggota keluarga meningkat dengan

meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga, maka biaya yang tadinya di

alokasikan untuk kesehatan dapat di alihkan untuk biaya investasi seperti

biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk

peningkatan pendapatan keluarga.

Hasil penelitian Kusumawati (2010) di Desa Tegowawu Grobongan,

didapatkan 17 (36,2%) balita yang tidak mengalami diare, sedangkan yang

mengalami diare sebanyak 30 (63,8%). Hasil penelitian Supiyan (2012) di

Kelurahan Rejo Sari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru didapatkan

24 balita yang diare, sedangkan yang balita yang tidak mengalami diare

sebanyak 73 balita.

Page 16: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Sukarami Palembang

pada tanggal 17 Mei 2013, terjadi peningkatan kejadian diare pada balita,

pada bulan Februari 28 kasus, bulan Maret 33 kasus, dan pada bulan April 36

kasus. setelah peneliti melakukan wawancara pada 5 orang tua yang datang

ke puskesmas dengan balita mengalami diare, 3 diantaranya belum

melakukan PHBS rumah tangga secara keseluruhan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menarik kesimpulan

bahwa kejadian diare pada setiap tingkat angka kejadianya masih tinggi oleh

karena itu, maka penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat Rumah Tangga dengan Kejadian Diare Pada Balita di

Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013”.

B. Rumusan Masalah

Diare masih merupakan masalah utama pada anak balita, khususnya

di negara berkembang seperti Indonesia. Masih tingginya angka kejadian

diare dan pelaksanaan PHBS rumah tangga yang belum maksimal oleh

keluarga, berdasarkan latar belakang yang peneliti susun, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga dengan kejadian diare pada balita di

Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.

Page 17: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

rumah tangga dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas

Sukarami Palembang Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) rumah tangga dalam memberi ASI eksklusif pada keluarga

yang datang ke puskesmas dengan membawa balita di Puskesmas

Sukarami Palembang Tahun 2013.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) rumah tangga dalam mencuci tangan menggunakan air

bersih dan sabun pada keluarga yang datang ke puskesmas dengan

membawa balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.

c. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) rumah tangga dalam menggunakan air bersih pada

keluarga yang datang ke puskesmas dengan membawa balita di

Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.

d. Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) rumah tangga dalam menggunakan jamban sehat pada

keluarga yang datang ke puskesmas dengan membawa balita di

Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.

Page 18: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

e. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian diare pada balita,

terhadap keluarga yang datang ke puskesmas dengan membawa

balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.

f. Diketahuinya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

rumah tangga dalam memberi ASI eksklusif dengan kejadian diare

pada balita terhadap keluarga yang datang ke puskesmas dengan

membawa balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.

g. Diketahuinya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

rumah tangga dalam mencuci tangan menggunakan air bersih dan

sabun dengan kejadian diare pada balita terhadap keluarga yang

datang ke puskesmas dengan membawa balita di Puskesmas

Sukarami Palembang Tahun 2013.

h. Diketahuinya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

rumah tangga dalam menggunakan air bersih dengan kejadian diare

pada balita terhadap keluarga yang datang ke puskesmas dengan

membawa balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.

i. Diketahuinya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

rumah tangga dalam menggunakan jamban sehat dengan kejadian

diare pada balita terhadap keluarga yang datang ke puskesmas

dengan membawa balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun

2013.

Page 19: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

D. Manfaat Peneltian

1. Bagi Puskesmas Sukarami Palembang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

Puskesmas Sukarami dalam upaya meningkatkan perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) rumah tangga.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan informasi khususnya pengetahuan dibidang

keperawatan komunitas serta dapat digunakan sebagai referensi untuk

dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dan

mahasiswi STIKes Perdhaki Charitas mengenai hubungan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga dengan kejadian diare

pada balita.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini untuk menambah wawasan, pengetahuan metode

penelitian dalam keperawatan komunitas dan hubungan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga dengan kejadian diare pada

balita.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

informasi untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga dengan kejadian diare

pada balita.

Page 20: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam area masalah keperawatan komunitas

pada balita yang difokuskan untuk mengetahui hubungan perilaku hidup

bersih dan sehat dengan kejadian diare, pada keluarga yang datang ke

puskesmas dengan membawa balita ke Puskesmas Sukarami. Responden

dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang datang ke puskesmas

dengan membawa balita ke Puskesmas Sukarami Palembang. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Juni 2013. Metode yang digunakan adalah jenis

penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.

F. Penelitian Terkait

1. Supiyan (2012) meneliti “Hubungan Penerapan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian Diare Pada

Balita di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru

tahun 2012”. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian

deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Penerapan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada

Balita di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru.

2. Arie, K (2011) meneliti “Pengaruh PHBS Tatanan Rumah Tangga

Terhadap Diare Balita di Kelurahan Gandus Palembang”. Penelitian ini

merupakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain

metodelogi yang digunakan adalah korelasi. Populasi yaitu ibu-ibu yang

Page 21: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

memiliki anak balita. Hasil uji statistik menjelaskan tidak adanya

hubungan yang signifikan antara pemberian ASI ekslusif dengan

kejadian diare, ada hubungan bermakna antara penggunaan air bersih

dengan kejadian diare pada balita, ada hubungan bermakna antara

penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita di kelurahan

gandus palembang tahun 2011.

3. Kusumawati (2011) meneliti “Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 1-3 Tahun Studi Kasus di

Desa Tegowawu Wetan Kecamatan Tegowawu Grobongan”. Penelitian

ini merupakan observasional dengan pendekatan cross sectional.

Populasi yaitu keluarga yang memliliki balita usia 1-3 tahun. Hasil uji

statistik ini menjelaskan dari 10 indikator PHBS ada dua indikator yang

memiliki hubungan yang signifikan dengan diare yaitu sumber air

minum dan perilaku mencuci tangan.

G. Definisi Kata Kunci

Kata kunci : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Diare dan

Balita.

1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga adalah upaya

untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu

mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatan di masyarakat yang meliputi : persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita setiap

Page 22: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

bulan, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, ketersediaan air

bersih, ketersediaan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali

seminggu, melakukan aktifitas fisik, makan buah dan sayur setiap hari,

dan tidak merokok di dalam rumah, (Maryunani, 2013).

2. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal,

ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuesnsi lebih

dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau

tanpa lendir darah, (Hidayat, 2008).

3. Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih

populer dengan pengertian usia di bawah 5 tahun, (Septiari, 2012).

Page 23: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan

perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, di gambarkan dan

dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku

diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan

antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan

perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa di dalam lingkungan

yang menyebabkan perilaku tersebut (Maryunani, 2013).

Menurut Sulzer, Azaroff, Mayer: 1977 dalam teori ABC atau

yang dikenal dengan model ABC mengungkapkan bahwa perilaku

adalah merupakan suatu proses dan sekaligus hasil interaksi antara :

Antecedent, Behavior, Concequences (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku

kesehatan dan membedakan menjadi tiga, yakni :

a. Perilaku sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan

meningkatakan kesehatan.

b. Perilaku sakit (illness behavior) adalah berkaitan dengan tindakan

atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau terkena masalah

Page 24: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

kesehatan atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau

teratasi masalah kesehatan lain.

c. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior) dari segi sosiologi,

orang yang sedang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-

haknya (rights), dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).

2. Pengukuran Perilaku Kesehatan

Cara pengukuran sangat berperan dalam menentukan hasil

penelitian tersebut. Metode-metode yang sering digunakan untuk

mengukur perilaku kesehatan, biasanya tergantung dari beberapa hal

antara lain : ranah perilaku yang diukur (pengetahuan, sikap, dan

tindakan / praktek) dan juga tergantung pada jenis dan metode penelitian

yang digunakan.

Perilaku manusia adalah kognitif, afektif (emosi) dan konasi yang

dalam bentuk operasionalnya adalah ranah pengetahuan (knowledge),

sikap (attitude) dan tindakan atau praktek (practice) (Notoatmodjo,

2010).

a. Pengetahuan (knowledge)

1) Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu (Notoatmodjo, 2003) dalam (Budiman dan Agus,

2013).

Page 25: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia,

yang sekadar menjawab “what”, misalnya apa air, apa manusia,

apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang

atau responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan,

misalnya : tentang penyakit (penyebab, cara penularan dan cara

pencegahan) (Notoatmodjo, 2010).

2) Tahapan pengetahuan

Tahapan pengetahuan menurut Benjamin. S Bloom

(1956) dalam (Budiman dan Agus, 2013) ada enam tahapan,

yaitu :

a) Tahu (know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan

mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola,

urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi tersebut secara benar.

Page 26: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

d) Analisis (analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian–bagian didalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (evaluation)

Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau

objek.

3) Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu

pendidikan, informasi / media massa, social, budaya dan

ekonomi, lingkungan, pengalaman, usia (Budiman dan Agus,

2013).

4) Pengukuran tingkat pengetahuan

Menurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab

mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan,

maka dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut.

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

Page 27: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek

penelitian atau responden.

b. Sikap (Attitude)

1) Pengertian

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang,

atau peristiwa (Stepan, 2007). Menurut Fishbein dan Ajzen

(1975) Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk

merespons secara positif atau negatif terhadap suatu objek,

situasi, konsep, atau orang (Budiman dan Agus, 2013).

Sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang

atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan,

sehat-sakit dan faktor terkait dengan faktor risiko kesehatan,

misalnya : bagaimana pendapat responden terhadap penyakit

demam berdarah, anak gizi buruk dan lain-lain (Notoatmodjo,

2010).

2) Komponen sikap

Menurut Breckler (1984), komponen utama sikap adalah

sebagai berikut (Budiman dan Agus, 2013).

a) Kesadaran.

b) Perasaan.

c) Perilaku.

Page 28: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

(Azwar, 2007) dalam (Budiman dan Agus, 2013).

a) Pengalaman pribadi.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

c) Pengaruh budaya.

d) Media massa.

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama.

f) Pengaruh faktor emosional.

4) Tahapan sikap

Dalam taksonomi Bloom (1956) tahapan domain sikap

adalah sebagai berikut (Budiman dan Agus, 2013).

a) Menerima

Tahap sikap menerima adalah kepekaan seseorang

dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang

datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi,

gejala, dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini, misalnya

adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus.

b) Menanggapi

Tahap sikap menanggapi adalah kemampuan yang

dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya

secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi

terhadapnya.

Page 29: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

c) Menilai

Tahap sikap menilai adalah memberikan nilai atau

memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau

objek sehingga apabila kegiatan tersebut tidak dikerjakan,

dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.

d) Mengelola

Tahap sikap mengelola adalah mempertemukan

perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang

universal, yang membawa pada perbaikan umum.

e) Menghayati

Tahap sikap mengahayati adalah keterpaduan

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

5) Pengukuran sikap

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah

kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur

adalah : menerima (memperhatikan), merespons, menghargai,

mengorganisasi, dan menghayati. Hasil pengukuran berupa

kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif),

dan netral (Budiman dan Agus, 2013).

Page 30: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

c. Tindakan (Practice)

1) Pengertian

Praktek adalah hal apa yang dilakukan oleh responden

terhadap terkait dengan kesehatan misalnya : cara pencegahan

penyakit, cara peningkatan kesehatan, cara memperoleh

pengobatan yang tepat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

2) Tingkatan praktik menurut kualitasnya menurut Notoatmodjo

2010

a) Praktik terpimpin (guide response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan

sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau

menggunakan panduan.

b) Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau

mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut

praktik atau tindakan mekanis.

c) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang

sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak

sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang

berkualitas.

Page 31: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

3) Pengukuran tindakan (practice)

Mengukur perilaku terbuka, praktek atau tindakan,

relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan mengukur

perilaku tertutup (pengetahuan dan sikap). Secara garis besar

mengukur perilaku terbuka atau praktek dapat dilakukan melalui

dua metode (Notoatmodjo, 2010), yakni :

a) Langsung

Mengukur perilaku terbuka secara langsung, berarti

peneliti langsung mengamati atau mengobservasi perilaku

subjek yang akan diteliti. Untuk memudahkan pengamatan,

maka hal-hal yang akan diamati tersebut dituangkan atau

dibuat lembar tilik atau (chechk list).

b) Tidak langsung

Pengukuran perilaku secara tidak langsung ini,

berarti peneliti tidak secara langsung mengamati perilaku

orang yang diteliti. Oleh sebab itu pengukuran tidak

langsung ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni :

(1) Metode mengingat kembali atau “recall”

Metode “recall” ini dilakukan dengan cara

responden atau subjek penelitian diminta untuk

mengingat kembali terhadap perilaku atau tindakan

beberapa waktu lalu. Lamanya waktu yang diminta

untuk diingat responden berbeda-beda. Untuk perilaku

Page 32: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

makan atau asupan makanan, oleh para ahli gizi telah

ditetapkan 24 jam maka disebut “24 hours recall”.

(2) Melalui orang ketiga atau orang lain yang “dekat”

dengan subjek atau responden

Pengukuran perilaku terhadap seseorang atau

responden dilakukan oleh orang yang terdekat dengan

responden yang diteliti.

(3) Melalui “indikator” (hasil perilaku) responden

Pengukuran ini dilakukan melalui indikator

hasil perilaku orang yang diamati. Misalnya peneliti

akan mengamati atau mengukur perilaku kebersihan

diri seorang murid sekolah. Maka yang diamati adalah

hasil dari perilaku kebersihan diri tersebut, antara lain :

kebersihan kuku, telinga, kulit, gigi, dan seterusnya

B. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Pengertian

a. Pengertian perilaku sehat

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan

proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit,

melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam

gerakan kesehatan masyarakat.

Page 33: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Menurut Gochman dalam Notoatmodjo (2003), health behaviour

dapat di lihat sebagai atribut-atribut personal seperti kepercayaan-

kepercayaan, harapan-harapan, motif-motif, nilai-nilai, persepsi dan

unsur-unsur kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi

unsur-unsur dan keadaan afeksi dan emosi dan sebagai pola perilaku

yang tampak yakni tindakan-tindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang

berhubungan dengan mempertahankan, memilhara dan untuk

meningkatkan kesehatan (Maryunani, 2013).

b. Pengertian perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat (PHS) adalah perilaku yang bekaitan

dengan upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan

meningkatkan kesehatannya.

c. Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS)

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua

perilaku yang dilakukan atas keadaan sehingga anggota keluarga

atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan

dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

(Pusat Promkes Depkes RI, 2008).

Menurut (Poverawati, A dan Rahmawati, E, 2012) bahwa

perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup

keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan

seluruh anggota keluarga.

Page 34: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

d. Pengertian program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Program perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah

upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan

suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat

dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan

melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana dan

pemberdayaan masyarakat (empowerment).

e. Pengertian tatanan dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Yang dimaksud dengan tatanan dalam perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS), dapat di jabarkan sebagai berikut :

1) Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup,

bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain.

2) Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat

kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum.

3) Pembinaan PHBS dilakukan melalui pendekatan tatanan,

karena setiap orang hidup dalam tatanannya, yang saling

mempengaruhi dan menimbulkan interaksi yang dinamis antar

berbagai pribadi dalam tatanannya, sehingga di harapkan dapat

memacu peningkatan perilaku positif antar anggota dalam

tatanan tersebut.

Page 35: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

2. Macam-macam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

a. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah tangga.

b. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah.

c. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat.

d. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di institusi kesehatan.

e. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di tempat kerja.

f. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di tempat-tempat umum.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga

a. Pengertian

PHBS rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikan

perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan

kesehatan di masyarkat (Promosi Kesehatan, 2012).

b. Tujuan PHBS di rumah tangga

1) Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas

kesehatan, petugas lintas sektor, media massa, organisasi

masyarakat, LSM, tokoh masyrakat, tim penggerak PKK dan

dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.

2) Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS

berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

c. Sasaran PHBS rumah tangga

Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota

keluarga secara keluarga, yaitu :

Page 36: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

1) Pasangan usia subur.

2) Ibu hamil dan atau ibu menyusui.

3) Anak dan remaja.

4) Usia lanjut.

5) Pengasuh anak.

d. Manfaat PHBS bagi rumah tangga

1) Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah

sakit.

2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.

3) Produktifitas kerja anggota keluarga meningkat dengan

meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga, maka biaya

yang tadinya di alokasikan untuk kesehatan dapat di alihkan

untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi,

keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan

keluarga.

e. Sepuluh (10) indikator PHBS di tatanan rumah tangga (Proverawati,

A & Rahmawati, E, 2012) :

1) Persallinan di tolong oleh tenaga kesehatan.

2) Memberi ASI eksklusif.

3) Menimbang balita setiap bulan.

4) Menggunakan air bersih.

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

6) Menggunakan jamban sehat.

Page 37: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.

8) Makan buah dan sayur setiap hari.

9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

10) Tidak merokok di dalam rumah.

f. Cara mengukur perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah

tangga

Dengan menggunakan pertanyaan tertutup berupa lembar

wawancara dan observasi berbentuk lembar cheklist tentang

penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tatanan rumah

tangga yang telah baku berdasarkan Kemenkes RI 2011 dengan

alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”. Jika responden menjawab

“Ya” diberi nilai = 1 dan jika responden menjawab “tidak” diberi

nilai = 0, kemudian hasil pengukuran variabel PHBS tatanan rumah

tangga dikategorikan menjadi dua kategori :

1) Rumah tangga tidak ber-PHBS = melakukan < 10 Indikator

PHBS tatanan rumah tangga.

2) Rumah tangga ber-PHBS = melakukan 10 indikator PHBS

tatanan rumah tangga.

g. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan

1) Pengertian

Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan adalah

persalinan yang di tolong tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan

tenaga para medis lainnya).

Page 38: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

2) Alasan mengapa setiap persalinan harus di tolong oleh tenaga

kesehatan :

a) Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam

membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu bayi lebih

terjamin.

b) Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera di

tolong atau di rujuk ke puskesmas atau rumah sakit.

c) Persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan

menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril

sehingga mencegah terjadinya terjadinya infeksi dan

bahaya kesehatan lainnya.

h. Memberi bayi ASI eksklusif

1) Pengertian bayi di beri ASI eksklusif

Bayi di beri ASI eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan

hanya di beri ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan

atau minuman lain.

2) Pengertian ASI

ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan

kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi,

sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI

pertama berupa cairan bening bewarna kekuningan (kolostrum)

yang sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan

terhadap penyakit.

Page 39: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

3) Manfaat memberikan ASI

a) Manfaat ASI bagi ibu

(1) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan

bayi.

(2) Mengurangi pendarahan setelah persalinan.

(3) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.

(4) Mengurangi resiko terkena kanker payudara.

b) Manfaat ASI bagi bayi

(1) Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.

(2) Bayi tidak sering sakit.

i. Menimbang bayi dan balita

1) Pengertian

Menimbang bayi dan balita adalah menimbang bayi /

balita setiap bulan dan mencatat dalam kartu menuju sehat

(KMS).

2) Alasan mengapa bayi harus ditimbang setiap bulan

Penimbangan bayi dan balita di maksudkan untuk

memantau pertumbuhan bayi dan balita setiap bulan.

j. Menggunakan air bersih

1) Pengertian

Air adalah kebutuhan dasar yang di pergunakan sehari-

hari untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya

agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit.

Page 40: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

2) Syarat-syarat air bersih

a) Air tidak berwarna (jernih).

b) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur,

sampah, dan lain-lain.

c) Air tidak berasa.

d) Air tidak berbau seperti bau amis, dan belerang.

3) Manfaat air bersih

a) Terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera,

disentri, dan penyakit kulit.

b) Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.

4) Asal sumber air bersih

a) Mata air.

b) Air sumur / sumur pompa.

c) Air ledeng.

d) Air hujan.

e) Air dalam kemasan.

k. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

1) Pengertian

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air

ataupun cairan lainnya oleh manusia untuk tujuan menjadi

bersih.

Page 41: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

2) Manfaat mencuci tangan

a) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.

b) Mencegah penyakit seperti diare, kecacingan, penyakit kulit

dan lain-lain.

c) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

l. Menggunakan jamban sehat

1) Pengertian

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat duduk

dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan

kotoran dan air untuk membersihkannya.

2) Jenis jamban yang digunakan

a) Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya

berupa lubang.

b) Jamban tangki septik adalah jamban berbentuk leher angsa

yang penampunganya berupa tangki septik.

3) Syarat-syarat jamban sehat

a) Tidak mencemari sumber air minum, jarak antara sumber

air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter.

b) Tidak berbau.

c) Kotoran tidak dapat di jamah oleh serangga dan tikus.

d) Tidak mencemari tanah disekitarnya.

e) Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

Page 42: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

f) Di lengkapi dinding dan atap pelindung.

g) Penerangan dan ventilisai yang cukup.

h) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.

i) Tersedia air, sebun dan alat pembersih.

m. Memberantas jentik nyamuk di rumah sekali seminggu

1) Pengertian rumah bebas jentik

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah

dilakukan pemerikasaan jentik secara berkala tidak terdapat

jentik nyamuk.

2) Manfaat rumah bebas jentik

a) Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan

penyakit dengan perantara nyamuk dapat di cegah atau di

kurangi.

b) Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin

besar seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria

cikungunya atau kaki gajah.

c) Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.

n. Makan buah dan sayur setiap hari

1) Pentingnya makan sayuran dan buah

a) Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur

pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.

b) Mengandung serat yang tinggi.

Page 43: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

2) Manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah

a) Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata.

b) Vitamin D untuk kesehatan tulang.

c) Vitamin E untuk kesuburan.

d) Vitamin K untuk pembekuan darah.

e) Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

infeksi.

f) Vitamin B mencegah penyakit beri-beri.

g) Vitamin B12 meningkatkan nafsu makan.

3) Manfaat makanan berserat

a) Mencegah diabetes.

b) Melancarkan buang air besar.

c) Menurunkan berat badan.

d) Membantu proses pembersihan racun.

e) Mencegah kanker.

o. Melakukan akrivitas fisik setiap hari

Aktifitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh

yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi

pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas

hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

p. Tidak merokok di dalam rumah

Tidak merokok di dalam rumah. Setiap anggota keluarga

tidak boleh merokok di dalam rumah. Berdasarkan hasil SUSENAS

Page 44: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

(Survey sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001 menyatakan bahwa

92,0%, dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok didalam

rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya.

C. Konsep Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan

atau tanpa darah dan lendir dalam feses. Secara epidemiologik, biasanya

diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses lunak atau cair tiga kali

atau lebih dalam satu hari, tetapi ibu mungkin menggunakan istilah

berbeda-beda untuk menggambarkan diare. Secara lebih praktis diare

didefinisikan sebagai frekuensi feses menjadi lebih lunak pada anak

sehingga dianggap abnorma oleh ibu anak tersebut (Sodikin, 2012).

Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab

lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala

dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar

saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit

diare”, karena dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat

tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu

mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bila

terlambat (Ngastiyah, 2012).

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak

normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume,

Page 45: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus

lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2008).

2. Jenis Diare

Secara klinis, diare dibedakan menjadi tiga macam sindrom yaitu :

a. Diare akut (gastroenteritis) adalah yang terjadi secara mendadak

pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare akut lebih sering

terjadi pada bayi dari pada anak yang lebih besar.

b. Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan

anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat dan kerusakan

mukosa usus akibat bakteri invasif.

c. Diare persisten adalah diare yang pada mulanya akut, tetapi

berlangsung lebih dari 14 hari. Kejadian dapat dimulai sebagai diare

cair atau disentri (Sodikin, 2012).

3. Etiologi

Secara garis besar, penyebab diare dikelompokan menjadi

penyebab langsung atau faktor yang dapat mempermudah atau

mempercepat terjadinya diare. Penyebab diare akut dapat dibagi menjadi

dua golongan, yaitu diare sekresi dan diare osmotik.

Kuman penyebab diare menyebar melalui mulut (orofekal), di

antaranya melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh feses atau

kontak langsung dengan feses penderita. Beberapa perilaku khusus

menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko

terjadinya diare, yaitu :

Page 46: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

a. Tidak memberi ASI eksklusif selama 4-6 bulan pertama kehidupan.

risiko menderita diare berat beberapa kali lebih besar pada bayi yang

tidak mendapat ASI dibandingkan bayi yang mendapat ASI

eksklusif. risiko kematian karena diare juga lebih besar.

b. Menggunakan botol susu yang tidak bersih. Penggunaan botol ini

memudahkan pencemaran oleh kuman yang berasal dari feses dan

sukar dibersihkan. Sewaktu susu dimasukan kedalam botol yang

tidak bersih, terajadi kontaminasi kuman dan bila tidak segera

diminum, kuman dapat berkembangbiak di dalamnya.

c. Menyimpan makanan matang pada suhu kamar. Penyimpanan

makanan yang sudah dimasak untuk digunakan kemudian

memudahkan pencemaran, salah satunya melalui kontak dengan

permukaan peralatan yang terpajan.

d. Menggunakan air minum tercemar bakteri yang berasal dari feses.

Air mungkin terpajan pada sumbernya atau pada saat disimpan di

rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi jika tempat penyimpanan

tidak tertutup atau jika tangan tercemar kuman saat kontak dengan

air sewaktu mengambilnya dari tempat penyimpanan.

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang

feses, atau sebelum memasak makanan.

f. Membuang feses (termasuk feses bayi) dengan tidak benar. Di

masyarakat ada anggapan bahwa feses bayi tidak membahayakan

kesehatan, padahal sebenarnya feses bayi mengandung virus atau

Page 47: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

bakteri dalam jumlah besar. Feses binatang dapat pula menyebabkan

infeksi pada manusia.

Faktor-faktor penyebab Diare :

Faktor infeksi

a. Infeksi enternal ; infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi

enternal sebagai berikut :

1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.

2) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis) Adeno-virus Rotavirus, Astrovirus,dan lain-lain.

3) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris,

Oxyuris,Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica,

Giardia lambia, Trichomonas hominis); jamur (Candida

albicans).

b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan

seperti otitis media akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, ensefaliti dan sebagainya. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun (Sodikin,

2012).

4. Manifestasi Klinis

Gambaran awal diare dimulai dengan bayi atau anak cengeng,

gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau

Page 48: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

tidak ada, kemudian timbul diare. Fases makin cair, mungkin

mengandung darah atau lendir, dan fases berubah menjadi kehijauan

karena becampur empedu (Sodikin, 2012).

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam basa dan eletrolit, gejala dehidrasi mulai nampak ;

yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar

menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit

tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi

menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat (Ngastiyah, 2012).

5. Patofisiologi

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai

kemungkinan faktor di antaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat

diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran

pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel

mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.

Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya

mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan

elektrolit.

Kedua faktor malabsorpsi merupakan kegagalan dalam

melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat

meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadila diare. Ketiga faktor

Page 49: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap

dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang

mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang

kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat

mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya

mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan

diare (Hidayat, 2008).

6. Komplikasi

Komplikasi kehilangan akibat diare.

a. Dehidrasi

1) Ringan (≤5%BB).

2) Sedang (≤5-10%BB).

3) Berat (≤10-15%BB).

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan elektrokardiogram).

d. Hipoglikemia.

e. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

f. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau

kronik) (Arief & Kristiyanasari, W, 2009).

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemerikasaan objektif utama pada pasien penderita diare akut

adalah penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deplesi elektrolit.

Page 50: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Adanya demam menunjukan infeksi oleh salmonella, shigella, atau

campylobacter. Pemeriksaaan colok dubur dan sigmoidoskopi harus

dilakukan. Keduanya bertujuan menilai tingkat radang rektal (Sodikin,

2012).

8. Pencegahan Diare

a. Memberi ASI eksklusif kepada bayi usia 4-6 bulan.

b. Menghindari penggunaan susu botol.

c. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan

pendamping ASI.

d. Menggunakan air bersih untuk minum.

e. Mencuci tangan dengan baik sesudah buang air besar dan setelah

membuang feses bayi, serta sebelum makan.

f. Membuang feses secara benar.

D. Konsep Balita

1. Pengertian

Balita adalah anak dengan usia di bawah 5 tahun dengan

karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun

dimana umur 5 bulan berat badan naik 2x berat badan lahir, dan 3x berat

badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Balita

juga diartikan anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih

populer dengan pengertian usia anak di bawah 5 tahun (Septiari, 2012).

Page 51: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : PUSPROMKES DEPKES RI, 2006, Maryunani, A 2013, Budiman

dan Agus, 2013, Notoatmodjo, 2010

Prilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga

Menggunakan Jamban Sehat

Mencuci Tangan Dengan Air Bersih dan Sabun

Menggunakan Air Bersih

Memberi ASI Eksklusif

Makan Buah dan Sayur Setiap Hari

Memberantas Jentik Nyamuk di Rumah Sekali

Seminggu

Menimbang Bayi Setiap Bulan

Persalinan Di Tolong Tenaga Kesehatan

Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari

Tidak Merokok di Dalam Rumah

Page 52: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Definisi Konsepsional

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah suatu uraian dan

visiualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang

lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari

masalah yang ingin diteliti. Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk

dengan menggeneralisasi suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat

diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur,

maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Dari

variabel itulah konsep dapat diamati dan diukur (Notoatmodjo, 2012).

Jenis variabel diklasifikasikan menjadi bermacam-macam tipe untuk

menjelaskan penggunaannya dalam penelitian. Beberapa variabel

dimanipulasi, yang lainnya sebagai kontrol. Beberapa variabel diidentifikasi

tetapi tidak diukur dan yang lainnya diukur dengan pengukuran sebagian.

Macam-macam tipe variabel meliputi : independen, dependen, moderator,

perancu, kontrol dan random (Nursalam, 2008).

Peneliti membahas hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

rumah tangga, dari 10 indikator peneliti mengambil memberi ASI eksklusif,

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan air bersih, dan

menggunakan jamban sehat sebagai variabel independen dan kejadian diare

pada balita sebagai variabel dependen.

Page 53: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Bagan 3.1 : Kerangka Konsep

B. Operasional Variabel

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012).

Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan

SabunKejadian Diare

Menggunakan Air

Bersih

Menggunakan Jamban

Sehat

Memberi ASI Eksklusif

Page 54: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Tabel 3.1 Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang 2013

VariabelDefinisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil UkurSkala Ukur

Memberi ASI Eksklusif

Bayi diberi ASI saja tanpa

makanan tambahan

selama 6 bulan

Wawancara Kuesioner

1. ASI eksklusif jika bayi diberi ASI sampai umur 6 bulan tanpa makanan tambahan

2. Tidak ASI eksklusif jika bayi diberi ASI dan makanan tambahan sampai umur 6 bulan

(Kemenkes RI 2011)

Ordinal

Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan

Sabun

Salah satu tindakan

sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan

air ataupun cairan lainnya

Wawancara Kuesioner

1. Baik jika nilai = 6

2. Kurang baik jika nilai < 6

(Kemenkes RI 2011)

Ordinal

Menggunakan Air Bersih

Air yang dipergunakan

sehari-hari untuk minum,

mandi, mencuci dan sebagainya

Wawancara Kuesioner

1. Air bersih jika nilai = 4

2. Air kurang bersih jika nilai < 4

Ordinal

Page 55: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

(Kemenkes RI 2011)

Menggunakan Jamban Sehat

Suatu ruangan yang

mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia

Wawancara Kuesioner

1. Jamban sehat jika nilai = 9

2. Jamban kurang sehat jika nilai < 9

(Kemenkes RI 2011)

Ordinal

Kejadian Diare

Suatu peristiwa yang menerangkan jumlah penderita diare

Wawancara Kuisioner

1. Diare jika BAB cair > 3x sehari dalam 6 bulan terakhir.

2. Tidak diare jika BAB cair ≤ 3x sehari dalam 6 bulan terakhir

Ordinal

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya

dalam penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut

kemampuanya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Di dalam

Page 56: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

penelitian ada dua jenis hipotesis yang digunakan yaitu hipotesis kerja atau

disebut dengan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) (Arikunto,

2010).

Bedasarkan tujuan dan kerangka konsep penelitian, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha :

1. Ada hubungan memberi ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita.

2. Ada hubungan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan

kejadian diare pada balita.

3. Ada hubungan menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita.

4. Ada hubungan menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare pada

balita.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Page 57: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan

menggunakan survei analitik melalui pendekatan cross sectional, yaitu suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoadmodjo, 2012).

Peneliti membahas perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah

tangga dalam memberi ASI eksklusif, mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun, menggunakan air bersih, dan menggunakan jamban sehat sebagai

variabel independen dan kejadian diare sebagai variabel dependen.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Sukarami Palembang.

Pengumpulan data yang telah dilakukan melalui pengisian kuesioner pada

tanggal 12 Juni 2013 – 22 juni 2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi penelitian ini adalah keluarga yang datang dengan membawa

Page 58: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

balita ke Puskesmas Sukarami Palembang pada saat penelitian. Perkiraan

besar populasi keluarga yang membawa balita ke puskesmas 4 bulan

terakhir pada tahun 2013 adalah sebanyak 740 orang, rata-rata perbulan

adalah 185 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2010). Pengambilan sampel dalam peneltian ini dilakukan

dengan metode non random (non probability) sampling yaitu pengambilan

sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat

diperhitungkan, dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu

pengambilan sampel secara accidental ini dilakukan dengan mengambil

kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2012). Jumlah sampel

dalam penelitian ini berjumlah 40 responden.

Dengan kriteria inklusi responden :

a. Keluarga yang bersedia untuk menjadi responden.

b. Keluarga yang membawa balita ke Puskesmas Sukarami Palembang.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber

a. Data Primer

Page 59: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

responden dengan menggunakan kuesioner untuk variabel perilaku

hidup bersih dan sehat rumah tangga dengan kejadian diare pada

balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari Profil

DINKES Kota Palembang, Puskesmas Sukarami Palembang, dari

buku ajar keperawatan anak, data tertulis dari media cetak maupun

elektronik.

E. Alat Pengumpul Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk

mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat

alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian (Hidayat,

Aziz Alimul, 2009).

Alat ukur pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa sebagai

berikut :

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner

dengan beberapa pertanyaan. Pembuatan kuesioner ini dibuat oleh peneliti

sendiri berdasarkan teori dan mengacu kepada permasalahan yang akan

diteliti dengan menggunakan skala Guttman. Skala Guttman ini pada

Page 60: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila

skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2009).

a. Pada variabel dependen kejadian diare dalam 6 bulan terakhir, hasil

ukur yang digunakan adalah “diare” jika nilai jawaban 1 dan “tidak

diare” jika jawaban nilai 0.

b. Pada variabel independen memberi ASI eksklusif, hasil ukur yang

digunakan adalah “ASI eksklusif” jika nilai jawaban 1 dan “tidak ASI

eksklusif” jika nilai jawaban 0.

c. Pada variabel independen mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,

hasil ukur yang digunakan adalah “baik” jika nilai jawaban = 6 dan

“kurang baik” jika nilai jawaban < 6.

d. Pada variabel independen menggunakan air bersih, hasil ukur yang

digunakan adalah “air bersih” jika nilai jawaban = 4 dan “air kurang

bersih” jika nilai jawaban < 4.

e. Pada variabel independen menggunakan jamban sehat, hasil ukur yang

digunakan adalah “jamban sehat” jika nilai jawaban = 9 dan “jamban

kurang sehat” jika nilai jawaban > 9.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden yang akan diteliti, metode ini

memberikan hasil secara langsung dan bertujuan untuk mengetahui hal-hal

dari responden secara mendalam. Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian kuantitatif. Oleh karena itu wawancara yang dilakukan tidak

Page 61: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

secara mendalam.untuk mendapatkan data yang mendukung variabel

penelitian serta untuk memberikan penjelasan kepada responden yang

tidak mengerti maksud dari pertanyaan yang dibuat peneliti dalam

kuesioner.

F. Tehnik Analisis Data

1. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang

harus ditempuh, diantaranya (Hidayat, 2009) :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik

(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian

kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data

menggunakan komputer. Biasanya dalam pembeian kode dibuat juga

daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk

memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu

variabel.

c. Entry data

Page 62: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Data entri adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kotigensi.

d. Pembersihan Data (cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi

(Notoatmodjo, 2010).

2. Analisis Data

a. Univariat

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi

dari tiap variabel yang diteliti baik dependen maupun independen.

Analisa univariat ini untuk melihat karakteristik dan kualitas tiap

variabel dengan tujuan untuk melihat kelayakan data yang

dikumpulkan. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel

yakni kejadian diare pada balita, ASI eksklusif, mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun, menggunakan air bersih dan

menggunakan jamban sehat.

b. Bivariat

Page 63: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. (Notoatmodjo,

2012). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi-

square untuk mengetahui hubungan variabel dependen (kejadian

diare) dan variabel independen (perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) Rumah Tangga dalam memberi ASI eksklusif, mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan air bersih dan

menggunakan jamban sehat). Data yang telah di tabulasi diolah

dengan menggunakan komputer menurut distribusi frekuensi dan

tabulasi silang kemudian di analisis dengan menggunakan uji chi-

square dengan tingkat kemaknaan 0,05, dengan kriteria uji apabila p

value > dari taraf kesalahan yang ditetapkan (nilai α) maka tidak ada

hubungan. Bila p value ≤ taraf kesalahan yang ditetapkan (nilai α)

maka ada hubungan (Hidayat 2009).

G. Jadwal Penelitian

Jadwal pelaksanaan tahun 2013, yaitu penyusunan proposal dilakukan

pada tanggal 04 Mei-04 Juni 2013. Pengajuan seminar proposal pada tanggal

04 Mei 2013. Seminar proposal pada tanggal 12 Juni 2013. Perbaikan

proposal pada tanggal 13-24 Juni 2013. Pengamatan dan pengumpulan data

tanggal 13-22 Juni 2013. Analisa data dan interpretasi pada tanggal 23-17

Juli 2013. Pengajuan seminar hasil dan komprehensif pada tanggal 17 Juli

2013. Ujian skripsi pada tanggal 23 Juli 2013. Perbaikan skripsi pada tanggal

Page 64: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

24-27 Juli 2013. Penyerahan skripsi dan buku ke Program Studi pada tangaal

27 Juli.

H. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, maka dari segi etika penelitian harus

diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai

berikut :

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent ini diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak tersedia, maka

peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anomity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

Page 65: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2009).

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Page 66: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.

A. Gambaran Umum Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah satuan organisasi

fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat

dengan peran serta aktif masyarakat yang menggunakan hasil pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul

oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan

dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas, guna

mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan

perorangan.

Pelayanan kesehatan menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang

meliputi promotif (penyuluhan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif

(penyembuhan penyakit) maupun rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dan

ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis kelamin.

Puskesmas Sukarami sebagai Unit Pelayanan Kesehatan terdepan

tingkat dasar, harus mampu mandiri dan bertanggung jawab terhadap

kesehatan masyarakat khususnya di wilayah kerjanya yang meliputi 2 (dua)

keluarahan yakni Kelurahan Kebun Bunga dan Kelurahan Sukarami dalam

membantu Dinas Kesehatan Kota Palembang untuk mencapai Visi

Palembang Sehat Tahun 2013.

Page 67: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

1. Letak Geografi

Puskesmas Sukarami berdiri tahun 1990 dengan luas bangunan

kurang lebih 200 m2, ditambah enam unit rumah dinas untuk dokter dan

paramedis sehingga luas seluruhnya mencakup kurang lebih 450 m2.

Lokasi Puskesmas Sukarami berada di Jalan Kebun Bunga Kelurahan

Kebun Bunga Kecamatan Sukarami, berdekatan dengan beberapa instansi

seperti kantor kecamatan sukarami, kantor Kelurahan Kebun Bunga,

Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan kantor KUA kecamatan

Sukarami. Berjarak ± 1 km dari Jalan Kolonel H. Burlian Km 9.

Puskesmas Sukarami dapat ditempuh dengan kendaraan umum, baik roda

dua maupun kendaraan roda empat. Wilayah kerja Puskesmas meliputi

tiga kelurahan :

a. Kelurahan Kebun Bunga

b. Kelurahan Sukarami

c. Kelurahan Karya Baru

Luas keseluruhan wilayah tersebut adalah 1.550 km2 yang

sebagian besar hanya dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua ataupun

belum ada kendaraan umum dengan kondisi tanah perbukitan dan dataran

rendah serta jumlah penduduk 51.859 jiwa.

2. Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami

Adapun batas wilayah puskesmas Sukarami Palembang meliputi:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Srijaya, Suka Bangun.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kenten.

Page 68: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Karya Baru.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sukajadi

3. Visi dan Misi Puskesmas

Visi dan misi serta tujuan dari Puskesmas Sukarami Palembang adalah :

a. Visi

Tercapainya wilayah kerja puskesmas Sukarami yang sehat optimal

tahun 2014

b. Misi

1) Meningkatkan sarana dan prasarana dan pelayanan bermutu prima

2) Meningkatkan kemitraan pada semua pihak

3) Meningkatkan sumber daya manusia di Puskesmas Sukarami

4) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat

5) Menciptakan suasana nyaman dilingkungan kerja

c. Tujuan Pokok Puskesmas

1) Menyelenggarakan segala urusan rumah tangga daerah dalam

bidang kesehetan yang menjadi tanggung jawabnya dan tugas

pembantuan yang diberikan oleh pemerintah tingkat I dan

pemerintah kota.

2) Pembinaan umum bidang kesehatan meliputi pendekatan promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif berdasarkan kebijaksanaan yang

ditetapkan oleh Gubernur.

Page 69: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

3) Pembinaan teknis upaya kesehatan dasar dan upaya pelayanan

kesehatan rujukan berdasarkan kebijaksanaan teknis yang

ditetapkan oleh menteri kesehatan.

4) Pembinaan operasional sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan

oleh Bupati / Walikota Kepala Daerah Tingkat I.

4. Demografi

Adapun peta demografi di wilayah kerja puskesmas Sukarami Tahun

2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1 Peta Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Tahun 2012

No Kondisi DemografiKelurahan

JumlahKebun Bunga

Sukarami

1. Jumlah Penduduk 32223 19636 51859

2. Jumlah Kepala Keluarga 5505 3153 3663

3. Jumlah Bayi 440 274 318

4. Jumlah Balita 1229 661 1880

5. Jumlah Posyandu 6 11 17

6. Jumlah Kader 9 2 8

Sumber : Profil Puskesmas Sukarami Tahun 2013

5. Sarana dan Prasarana

a. Sumber dana

1) Retribusi 40%

2) ASKES

3) APBD

4) JPS BK

Page 70: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

b. Sarana transportasi

1) Mobil ambulance pusling 1 unit

2) Sepeda motor 2 unit

c. Sarana administrasi

Sampai saat ini Puskesmas Sukarami memiliki satu unit komputer

yang digunakan semaksimal mungkin untuk pembuatan laporan dan

pembukuan di Puskesmas.

6. Kegiatan dan Program

a. Kesehatan Ibu dan Anak

1) Pemeriksaan antenatal, buteki, nifas

2) Pemeriksaan MTBS

3) Keluarga berencana

4) Pembinaan posyandu

5) Pembinaan TK

6) Pemberian kapsul vitamin A

7) pemberian tablet penambah darah

8) Penyuluhan pemanfaatan pekarangan

9) Penyuluhan PMT

10) Pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah

11) Penyuluhan gilingan emas

b. Kesehatan lingkungan

1) Penyuluhan kesehatan lingkungan sekolah, posyandu, dan

pemukiman

Page 71: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

2) Pendataan rumah sehat

3) PHBS

4) Pendataan TPM-TPU

5) Penyuluhan gilingan emas

c. P2P

1) P2 ISPA

a) Penyuluhan penyakit ISPA

b) Penemuan penderita ISPA

c) Pengobatan penderita ISPA

2) P2 Diare

a) Penyuluhan penyakit diare

b) Pengobatan penderita diare

c) Rehidrasi rumah tangga

3) P2 TB paru

a) Penyuluhan penyakit TB paru

b) Pengobatan penderita TB paru

c) Pemeriksaan dahak dirujuk ke puskesmas Dempo karena

puskesmas Ariodillah merupakan puskesmas satelit

4) DHF

a) Penyuluhan penyakit DHF

b) Pengobatan penderita DHF

5) Imunisasi

a) Penyuluhan imunisasi

Page 72: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

b) Pelayanan imunisasi bayi, bumil, dan caten

c) Pelayanan imunisasi anak SD

6) Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan

a) Pengobatan umum

b) Penyuluhan peserta dan keluarga Askes

c) Pengobatan keluarga miskin dan JPS-BK

d) Rujukan

7) Penyuluhan kesehatan masyarakat

a) Didalam gedung puskesmas

b) Diluar gedung puskesmas

8) Usaha kesehatan sekolah (UKS)

a) Pendataan dan penimbangan anak TK

b) Pendataan dan skrining anak SD kelas I

c) Imunisasi (Bias)

9) Perawatan kesehatan masyarakat

a) Rujukan kasus risiko tinggi

b) Kunjungan rumah penderita TB paru dan lain-lain

c) Kunjungan rumah bumil, bayi, balita berisiko tinggi

10) Kesehatan gigi dan mulut

a) Pengelolaan penyakit gigi dan mulut

b) Penyuluhan penyakit gigi dan mulut di Posyandu

c) Penyuluhan dan pemeriksan gigi di TK dan SD

Page 73: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

11) Laboratorium sederhana

a) Untuk bumil, pemeriksaan Hb

b) Pemeriksaan kehamilan dengan gravindica stick secara

sederhana

c) Sputum BTA

d) Pemeriksaan widal

12) Kesehatan mata

a) Penyuluhan penyakit mata

b) Pencarian penderita penyakit mata

c) Pengobatan penderita penyakit mata

d) Merujuk penderita kelainan mata

13) Pencatatan dan pelaporan

a) Laporan bulanan

b) Laporan mingguan

c) Laporan PWS KIA, Gizi, Imunisasi

d) Laporan KB

e) Laporan P2M

f) Laporan tahunan

g) Laporan stratifikasi

h) Laporan keuangan

14) Kesehatan usia lanjut

a) Pendataan usia lanjut

b) Pengobatan usia lanjut

Page 74: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Dalam analisa univariat dihasilkan distribusi frekuensi jumlah dan

persentase dari masing-masing kategori variabel independen (memberi

ASI eksklusif, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan

air bersih dan menggunakan jamban sehat) dan variabel dependen

(kejadian diare pada balita).

a. ASI eksklusif

Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel

memberi ASI eksklusif menjadi 2 kategori yaitu ASI eksklusif dan

tidak ASI eksklusif, hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Memberi ASI Eksklusif

di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

No Memberi ASI eksklusif Frekuensi Persentase

1 ASI eksklusif 21 52,5

2 Tidak ASI eksklusif 19 47,5

Total 40 100

Distribusi memberi ASI eksklusif berdasarkan kategori pada

tabel 5.2, hasil penelitian didapatkan responden yang memberi ASI

ekslusif sebanyak 21 keluarga (52,5%), dan responden yang tidak

memberikan ASI eksklusif sebanyak 19 keluarga (47,5%) dari 40

keluarga.

Page 75: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

b. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun menjadi 2 kategori, yaitu

baik dan kurang baik. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

NoMencuci Tangan dengan

Air Bersih dan SabunFrekuensi Persentase

1 Baik 27 67,5

2 Kurang Baik 13 32,5

Total 40 100

Distribusi mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

berdasarkan kategori pada tabel 5.3, hasil penelitian didapatkan

responden yang baik dalam mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun sebanyak 27 keluarga (67,5%), dan responden yang kurang

baik sebanyak 13 keluarga (32,5%) dari 40 keluarga.

c. Menggunakan air bersih

Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel

menggunakan air bersih menjadi 2 kategori, yaitu air bersih dan air

kurang bersih. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.4.

Page 76: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Menggunakan Air Bersih di

Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

No Menggunakan Air Bersih Frekuensi Persentase

1 Air Bersih 30 75

2 Air Kurang Bersih 10 25

Total 40 100

Distribusi menggunakan air bersih berdasarkan kategori pada

tabel 5.4, hasil penelitian didapatkan responden yang menggunakan

air bersih sebanyak 30 keluarga (75%), dan responden yang

menggunakan air kurang bersih sebanyak 10 keluarga (25%) dari 40

keluarga.

d. Menggunakan jamban sehat

Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel

menggunakan jamban sehat menjadi 2 kategori, yaitu jamban sehat

dan jamban kurang sehat. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Menggunakan Jamban

Sehat di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

NoMenggunakan Jamban

SehatFrekuensi Persentase

1 Jamban Sehat 30 75

2 Jamban Kurang Sehat 10 25

Total 40 100

Page 77: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Distribusi menggunakan jamban sehat berdasarkan kategori

pada tabel 5.5, hasil penelitian didapatkan responden yang

menggunakan jamban sehat sebanyak 30 keluarga (75%), dan

responden yang menggunakan jamban kurang sehat sebanyak 10

keluarga (25%) dari 40 keluarga.

e. Kejadian diare

Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel

kejadian diare menjadi 2 kategori, yaitu diare dan tidak diare. Hasil

analisis dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare di

Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

No Kejadian Diare Frekuensi Persentase

1 Diare 19 52,5

2 Tidak Diare 21 47,5

Total 40 100

Distribusi kejadian diare berdasarkan kategori pada tabel 5.6,

hasil penelitian didapatkan responden yang balitanya mengalami diare

dalam 6 bulan terakhir sebanyak 19 keluarga (47,5%), dan responden

yang balitanya tidak mengalami diare dalam 6 bulan terakhir

sebanyak 21 keluarga (52,5%) dari 40 keluarga.

Page 78: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen (memberi ASI eksklusif, mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun, menggunakan air bersih dan menggunakan jamban sehat)

dengan variabel dependen (kejadian diare pada balita), uji hubungan pada

penelitian ini menggunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan 5 %

(0,05).

a. Hubungan antara Memberi ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare

Pada Balita.

Tabel 5.7Hubungan antara Memberi ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare

Pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

NoMemberi ASI

Eksklusif

Kejadian Diare

Total OR 95% CI

PValue

Tidak Diare

Diare

n % n % n %

1. ASI Eksklusif 11 52,4 10 47,6 21 100 1,010(,292-3,500)

1,0002,

Tidak ASI Eksklusif

10 52,6 9 47,4 19 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Dari tabel 5.7, dapat diketahui bahwa keluarga yang memberikan

ASI eksklusif dari 21 responden, balita yang mengalami diare 10

(47,6%), lebih besar bila dibandingkan dengan keluarga yang tidak

memberikan ASI eksklusif, balita yang mengalami diare 9 (47,4%)

dari 19 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 1,000

Page 79: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti tidak

ada hubungan yang signifikan antara memberi ASI eksklusif dengan

kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun

2013.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Rotio) = 1,010

artinya keluarga yang tidak memberikan ASI eksklusif mempunyai

peluang 1,01 kali balitanya terkena diare dari pada keluarga yang

memberikan ASI eksklusif.

b. Hubungan antara Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun

dengan Kejadian Diare pada Balita

Tabel 5.8Hubungan antara Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun

dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

No

Mencuci Tangan

dengan Air Bersih dan

Sabun

Kejadian Diare

Total OR 95% CI

PValue

Tidak Diare

Diare

n % n % n %

1. Baik 16 59,3 11 40,7 27 100 0,430 (,111-1,667)

0,3702, Kurang Baik 5 38,5 8 61,5 13 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Dari tabel 5.8, dapat diketahui bahwa keluarga yang mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun baik dari 27 responden, balita

yang mengalami diare 11 (40,7%), lebih kecil bila dibandingkan

dengan keluarga yang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Page 80: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

kurang baik balita yang mengalami diare 8 (61,5%) dari 13

responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,370 maka

dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami

Palembang tahun 2013.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio) = 0,430

artinya keluarga yang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

yang kurang baik mempunyai peluang 0,430 kali balitanya terkena

diare dari pada keluarga yang mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun yang baik.

c. Hubungan antara Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare

pada Balita

Tabel 5.9Hubungan antara Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare

pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

NoMenggunakan

Air Bersih

Kejadian Diare

Total OR 95% CI

PValue

Tidak Diare

Diare

n % n % n %

1. Air Bersih 18 60 12 40 30 100 0,430 (,111-1,667)

0,1482,

Air Kurang Bersih

3 30 7 70 10 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Page 81: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Dari tabel 5.9, dapat diketahui bahwa keluarga yang menggunakan

air bersih dari 30 responden, balita yang mengalami diare 12 (40%),

lebih kecil bila dibandingkan dengan keluarga yang menggunakan air

kurang bersih, balita yang mengalami diare 7 (70%) dari 10 responden.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,148 maka dapat

disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti tidak ada hubungan

yang signifikan antara menggunakan air bersih dengan kejadian diare

pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio) = 0,430

artinya keluarga yang tidak menggunakan air bersih terkena

peluang ,430 kali balitanya mengalami diare dari pada keluarga yang

menggunakan air kurang bersih.

d. Hubungan antara Menggunakan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare

pada Balita

Tabel 5.10Hubungan antara Menggunakan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare

pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

NoMenggunakan Jamban Sehat

Kejadian Diare

Total OR 95% CI

PValue

Tidak Diare

Diare

n % n % n %

1. Jamban Sehat 17 56,7 13 43,3 30 100 0,510 (,119-2,188)

0,4732,

Jamban Kurang Sehat

4 40 6 60 10 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Page 82: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Dari tabel 5.10, dapat diketahui bahwa keluarga yang

menggunakan jamban sehat dari 30 responden, balita yang mengalami

diare 13 (43,3%), lebih kecil bila dibandingkan dengan keluarga yang

menggunakan jamban kurang sehat, balita yang mengalami diare 6

(60%) dari 10 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =

0,473 maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti

tidak ada hubungan yang signifikan antara menggunakan jamban

dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang

tahun 2013.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio) = 0,51,

artinya keluarga yang tidak menggunakan jamban sehat mempunyai

peluang 0,51 kali balitanya terkena diare dari pada keluarga yang

menggunakan jamban kurang sehat.

C. Pembahasan

1. Pembahasan

a. Diare

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan

atau tanpa darah dan lendir dalam feses. Secara epidemiologik,

biasanya diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses lunak atau

cair tiga kali atau lebih dalam satu hari, tetapi ibu mungkin

menggunakan istilah berbeda-beda untuk menggambarkan diare.

Secara lebih praktis diare didefinisikan sebagai frekuensi feses

Page 83: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

menjadi lebih lunak pada anak sehingga dianggap abnorma oleh

ibu anak tersebut (Sodikin, 2012).

Hasil penelitian ini didapatkan balita yang mengalami diare

dalam 6 bulan terakhir sebanyak 19 (47,5%) keluarga dan

responden yang balitanya tidak mengalami diare dalam 6 bulan

terakhir sebanyak 21 (52,5%) keluarga dari 40 keluarga.

b. Hubungan Memberi ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada

Balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value = 1,000

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup

bersih dan sehat rumah tangga dalam memberi ASI eksklusif

dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami

Palembang tahun 2013.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Arie, K (2011), yang

menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

pemberian ASI ekslusif dengan kejadian diare. Berdasarkan

penelitian Supiyan (2012), di dapatkan p value = 0,867 ini

menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

memberi ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita.

Menurut Maryunani (2013), bahwa ASI berperan dalam

pencegahan agar bayi tidak sering sakit. Dengan adanya peran dari

keluarga dalam menerapkan ASI eksklusif dapat mencegah balita

Page 84: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

untuk tidak sering sakit, salah satunya diare. Menurut Arief dan

Weni. K.(2009), salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya

diare pada balita yaitu memberikan ASI eksklusif dari usia 4-6

bulan.

Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara ASI

eksklusif dengan kejadian diare pada balita dikarenakan penelitian

ini di tujukan pada balita usia 1-5 tahun. Di samping itu anak balita

pada umumnya sudah memiliki intensitas bermain yang sering dan

frekuensi jajan pada anak balita juga sudah tinggi sehingga rentan

terkena infeksi saat bermain atau dari jajanan.

c. Hubungan Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun dengan

Kejadian Diare pada Balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value = 0,370

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup

bersih dan sehat rumah tangga dalam mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2013.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Supiyan (2012) di

dapatkan p value = 0,766 ini menunjukan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun dengan kejadian diare pada balita.

Page 85: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Menurut Maryunani (2013), mencuci tangan adalah salah satu

tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari

dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia

untuk tujuan menjadi bersih. Menurut Arief dan Weni. K.(2009),

salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya diare pada balita

yaitu mencuci tangan dengan baik sesudah buang air besar dan

setelah membuang feses bayi, serta sebelum makan.

Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kejadian diare

pada balita dikarenakan penelitian ini di tujukan pada balita usia 1-

5 tahun. Di samping itu anak balita pada umumnya sudah memiliki

intensitas bermain yang sering dan frekuensi jajan pada anak balita

juga sudah tinggi sehingga rentan terkena infeksi saat bermain atau

dari jajanan.

d. Hubungan Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada

Balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value = 0,148

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup

bersih dan sehat rumah tangga dalam menggunakan air bersih

eksklusif dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2013.

Page 86: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Supiyan (2012), di

dapatkan p value = 0,433 ini menunjukan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara menggunakan air bersih dengan

kejadian diare pada balita.

Menurut Maryunani (2013), air adalah kebutuhan dasar yang

di pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,

mencuci dan sebagainya agar kita tidak terkena penyakit atau

terhindar dari sakit. Adapun syarat-syarat air bersih yaitu tidak

berwarna (jernih), tidak keruh, (harus bebas dari pasir, debu,

lumpur, sampah), tidak berasa, dan tidak berbau (bau amis, dan

belerang). Menurut Arief dan Weni. K.(2009), salah satu cara

untuk mencegah terjadinya diare pada balita yaitu dengan

menggunakan air bersih untuk minum.

Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara

menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita

dikarenakan penelitian ini di tujukan pada balita usia 1-5 tahun. Di

samping itu anak balita pada umumnya sudah memiliki intensitas

bermain yang sering dan frekuensi jajan pada anak balita juga

sudah tinggi sehingga rentan terkena infeksi saat bermain atau dari

jajanan.

Page 87: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

e. Hubungan antara menggunakan jamban sehat dengan kejadian

diare pada balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value = 0,473

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup

bersih dan sehat rumah tangga dalam menggunakan jamban sehat

dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami

Palembang tahun 2013.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Supiyan (2012),

didapatkan p value = 0,107 ini menunjukan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara menggunakan jamban sehat

dengan kejadian diare pada balita.

Menurut Maryunani (2013), Jamban adalah suatu ruangan

yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang

terdiri atas tempat duduk dengan leher angsa yang dilengkapi

dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya. Adapun syarat-syarat jamban sehat yaitu tidak

mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum

dengan lubang penampungan minimal 10 meter), tidak berbau,

kotoran tidak dapat di jamah oleh serangga dan tikus, tidak

mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman

digunakan, di lengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan

dan ventilisai yang cukup, lantai kedap air dan luas ruangan

Page 88: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

memadai, dan tersedia air, sebun dan alat pembersih. Menurut

Arief dan Weni. K.(2009), salah satu cara untuk mencegah

terjadinya diare pada balita yaitu dengan menggunakan air bersih

untuk minum.

Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara

menggunakan jamban sehat kejadian diare pada balita dikarenakan

penelitian ini di tujukan pada balita usia 1-5 tahun. Di samping itu

anak balita pada umumnya sudah memiliki intensitas bermain yang

sering dan frekuensi jajan pada anak balita juga sudah tinggi

sehingga rentan terkena infeksi saat bermain atau dari jajanan.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Waktu penelitian yang disediakan sangat singkat dan proses saat

pengumpulan data penelitian terhambat karena diharuskan melakukan

dinas selama penelitian sehingga mempengaruhi jumlah sampel untuk

penelitian ini.

Page 89: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) rumah tangga dengan kejadian diare pada balita di

Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013 adalah sebagai berikut :

1. Proporsi memberi ASI eksklusif didapatkan yang memberi ASI ekslusif

sebanyak 21 responden (52,5%), dan responden yang tidak memberikan

ASI eksklusif sebanyak 19 responden (47,5%).

2. Proporsi mencuci tangan dengan air bersih dan sabun didapatkan

responden yang baik dalam mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

sebanyak 27 responden (67,5%), dan responden yang kurang baik

sebanyak 13 responden (32,5%).

3. Proporsi menggunakan air bersih didapatkan responden yang

menggunakan air bersih sebanyak 30 responden (75%), dan responden

yang menggunakan air kurang bersih sebanyak 10 responden (25%).

4. Proporsi menggunakan jamban sehat didapatkan responden yang

menggunakan jamban sehat sebanyak 30 responden (75%), dan responden

yang menggunakan jamban kurang sehat sebanyak 10 responden (25%).

5. Distribusi frekuensi kejadian diare didapatkan responden yang balitanya

mengalami diare dalam 6 bulan terakhir sebanyak 19 responden (47,5%),

Page 90: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

dan responden yang balitanya tidak mengalami diare dalam 6 bulan

terakhir sebanyak 21 responden (52,5%).

6. Tidak ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah

tangga dalam memberi ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita di

Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013

7. Tidak ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah

tangga dalam mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan

kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013

8. Tidak ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah

tangga dalam menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita di

Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013

9. Tidak ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah

tangga dalam menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare pada

balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013

B. SARAN

1. Bagi Puskesmas Sukarami Palembang

Pada operasional variabel perilaku hidup bersih dan sehat rumah

tangga, diharapkan Puskesmas Sukarami memberikan informasi kepada

masyarakat tentang penyebab dan tanda gejala diare, dan memberikan

informasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengawasi perilaku

bermain dan perilaku jajan untuk mencegah terjadinya penyakit diare

pada balita.

Page 91: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

2. Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga selalu memperaktikan perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS), mengawasi perilaku bermain dan jajan balita untuk

mencegah terjadinya penyakit diare ataupun penyakit lainnya.

3. Bagi Peneliti Yang Akan Datang

Diharapkan adanya peneliti yang lebih lanjut untuk mengetahui

hubungan perilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga dengan kejadian

diare pada balita dan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya diare, dengan jumlah dan kuesioner yang lebih besar.

Page 92: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

DAFTAR PUSTAKA

Arief dan Weni. K. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Bea. S, Bety. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta : Nuha Medika.

Budiman dan Agus. R. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemban Medika.

Hidayat A. A. A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Maryunani, Anik. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta : TIM.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

. 2012. Metodeogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Salemba Medika.

Proverawati, A dan Eni. R. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta : Nuha Medika.

Sodikin. 2011. Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan. Jakarta : EGC.

Ari, K. 2011. Pengaruh PHBS Tatanan Rumah Tangga Terhadap Diare Balita Di Kelurahan Gandus Palembang [skripsi], (online). PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

http://eprints.unsri.ac.id/889/1/makalah_PHBS_keluarga_diare.pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

Supiyan. 2012. Hubungan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru [skirpsi], (online). PSIK, Universitas Riau.

http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1882/1/JURNAL%20SUPIYAN%20pdf..pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

Page 93: Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Seha1

Kusumawati, O. 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 1-3 Tahun Studi Kasus Di Desa Tegowanu Wetan Kecamatan Tegowanu Grobongan [Jurnal], (online). Alumni Program Studi S1Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/69 (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

Furwanto, R. 2013. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan PenerapanPerilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga di Kelurahan Suka Mulia Kecamatan Sail Kota Pekanbaru [Jurnal], (online).

http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1951/1/pdf%20roby.pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/112/jtptunimus-gdl-hermilawat-5564-2-babi.pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

http://datadokter.blogspot.com/2012/12/diare-pada-anak.html (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Mencuci_tangan (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN 2009.pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN 2010.pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA TAHUN_2011.pdf (online) Diakses Tanggal 9 Mei 2013.