147
HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC ) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2019 SKRIPSI Oleh: FIEKI AMALIA 11151010000067 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1441 H/ 2019 M

HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC ) DENGAN KEJADIAN

ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT KOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh:

FIEKI AMALIA

11151010000067

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

TAHUN 1441 H/ 2019 M

Page 2: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC ) DENGAN KEJADIAN

ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT KOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2019

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh:

FIEKI AMALIA

11151010000067

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

TAHUN 1441 H/ 2019 M

Page 3: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

i

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

Skripsi, November 2019

Fieki Amalia, NIM: 11151010000067

HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC ) DENGAN

KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS

CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2019

xviii + 101 halaman + 11 tabel + 2 bagan + 6 lampiran

ABSTRAK

Anemia pada ibu hamil masih menjadi salah satu masalah kesehatan ibu di

Indonesia. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih cukup tinggi yaitu

sebesar 37,1%. Sedangkan prevalensi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat

lebih tinggi dari angka nasional yaitu 48,8%. Ibu hamil yang mengalami anemia

sangat rentan untuk mengalami perdarahan, kesakitan bahkan kematian. Upaya

pemerintah dalam mencegah anemia salah satunya dengan adanya kunjungan ANC

bagi ibu hamil sehingga deteksi dini bahaya dan komplikasi kehamilan dapat

dicegah. Tujuan penelitian ini untuk mengatahui hubungan kunjungan antenatal

care (ANC) dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Ciputat

tahun 2019.

Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Teknik

pengambilan data penelitian menggunakan purposive sampling dengan jumlah

sampel 145 sampel ibu hamil trimester tiga. Data dikumpulkan menggunakan

kuesioner melalui wawancara langsung pada ibu hamil. Analisis yang digunakan

adalah analisis regresi logistik berganda model faktor resiko.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ibu hamil

yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai dengan ibu hamil yang melakukan

kunjungan ANC sesuai terhadap kejadian anemia setelah dikontrol oleh variabel konsumsi

tablet Fe dengan nilai OR 1,276 (CI 95% = 0,536-3,036). Oleh karena itu, peneliti

menyarankan kepada bidan Puskesmas Ciputat untuk melakukan pemantauan

konsumsi tablet Fe pada ibu hamil serta penekanan konsumsi tablet Fe pada ibu

hamil yang mengalami anemia.

Kata kunci: Anemia, kunjungan Antenatal Care (ANC), ibu hamil

Referensi: 87 (1998-2019)

Page 4: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

ii

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY

FACULTY OF HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

MAJORING IN EPIDEMIOLOGY

Undergraduated Thesis, November 2019

Fieki Amalia, NIM: 11151010000067

THE RELATIONSHIP BETWEEN ANTENATAL CARE VISIT AND

ANEMIA AMONG PREGNANT WOMEN IN THE WORKING AREA OF

CIPUTAT COMMUNITY HEALTH CENTER IN SOUTH TANGERANG

CITY IN 2019

xviii+ 101 pages + 11 tables + 2 chart + 6 attachment

ABSTRACT

Anemia in pregnant women is still one of the maternal health problems in

Indonesia. The prevalence of anemia in pregnant women in Indonesia is still high

at 37,1%. While the prevalence of anemia among pregnant women at the Ciputat

Community health Center is higher than national rate (48,8%). Pregnant women

with anemia are high risk to bleeding, morbidity and death. One of the

government’s efforts to prevent anemia is doing antenatal care visit for pregnant

women as early detection of the dangers and prevention of complications during

pregnancy. The aim of this study was to determine the relationship of antenatal care

visits (ANC) and anemia among pregnant women in the working area of Ciputat

community health center in South Tangerang City in 2019.

This study used a cross sectional study design. The sampling technique in

this study was a purposive sampling technique by involving 145 pregnant women

with third trimester as the respondents. Data were collected using a questionnaire

through interviews with the pregnant women. The data were analyzed using

multiple logistic regression analysis of risk factor models.

The result of this study indicates that there was no difference between

pregnant women who did ANC visit inappropriately and those who did ANC visits

appropriately to anemia after being controlled by the Fe tablets consumption (Odd

Ratio 1,276; CI 95% = 0,536-3,036). Therefore, the researcher suggests that Ciputat

community health center’s midwife should monitor the consumption of Fe tablets

among pregnant women and encourage consumption of Fe tablets among pregnant

women with anemia.

Keyword: Anemia, Antenatal Care (ANC) visit, pregnant women

Reference: 87 (1998-2019)

Page 5: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

iii

Page 6: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

iv

Page 7: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

v

Page 8: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Fieki Amalia

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 09 April 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan K.H. Maulana Hasanudin RT 002

RW 03 No. 132 Kelurahan Poris Gaga

Kecamatan Batu Ceper Kota Tangerang

Email : [email protected]

No. Hp : 081314410807

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar Negeri Poris Gaga 03 Kota Tangerang

2. Sekolah Menengah Pertama La Tansa Islamic Boarding School Lebak

Banten tahun 2009-2012

3. Sekolah Menengah Atas La Tansa Islamic Boarding School Lebak

Banten tahun 2012-2015

4. Peminatan Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2015-2019.

Pengalaman Organisasi

1. Anggota Departemen Media dan Komunikasi, Epidemiology Student

Association (ESA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2018-

2019.

Page 9: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

vii

2. Anggota Departemen Komunikasi, Media dan Informasi Himpunan

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta periode 2016-2017.

3. Kepala Departemen Komunikasi, Media dan Informasi Himpunan

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta periode 2017-2018.

Pengalaman Karir Dan Pelatihan

1. Praktik Belajar Lapangan di Puskesmas Ciputat pada Juni 2018-

September 2018.

2. Magang di Dinas Kesehatan Kota Tangerang pada bulan Februari –

Maret 2019.

3. Pelatihan Basic Life Training yang diadakan oleh Program Studi

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

Page 10: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, krena atas berkah

dan rahmat-Nya, skripsi dengan judul “Hubungan Kunjungan (ANC) dengan

Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota

Tangerang Selatan Tahun 2019” dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima

kasih penulis sampaikan kepada:

1. Allah SWT yang telah memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Kedua orang tua H. Drs. Sudirman dan Hj. Ulianah, S. Pd, Kakak Adik

Maulidia Fitri, Marsuli Kurniawan, Dini Fathini dan Muhammad Rizal

Pahlevi yang telah memberikan dukungan penuh dan motivasi serta doa

yang tiada henti.

3. Ibu Dr. Zilhadia, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Narila Mutia Nasir, SKM, M.Kes, Ph.D selaku pembimbingan terbaik

yang telah banyak memberikan arahan, bimbingannya dan motivasi kepada

saya dalam penyusunan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Dela Aristi, MKM dan Ibu Dr.Laily Hanifah, M.Kes selaku penguji

skripsi ini yang telah memberikan banyak masukan sehingga skripsi ini

terselesaikan dengan baik.

7. Puskesmas Ciputat yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian

di wilayah kerjanya.

Page 11: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

ix

8. Azmi Aghnia Jannati, Syifa Putri Permatasari, dan Ainun Nurul Azizah

yang telah memberikan banyak warna sejak awal perkuliahan.

9. Teman-teman kamar 15 (Nindiya Fazriani, Sonia Qori, Ghina Sabrina), Kos

Kuning (Sarah Kholisoh, Alya Salsabila), Nurlisna Fauziyah, Selvi Audina,

Hanifati Safira, Zahra Saniyah, Bellie, Ivi, Rabiatul, Viqha, Nadya, Ani,

teman seperbimbingan Ibu Narila Mutia Nasir, teman seperjuangan

peminatan Epidemiologi, teman-teman HMPS Kesehatan Masyarakat dan

teman angkatan 2015 Program Studi Kesehatan Masyarakat yang selalu

memberi dukungan dan semangat kepada penulis.

10. Semua pihak yang mendukung kelancaran penelitian ini yang tidak bisa

disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran apabila

ada kesalahan dalam penulisan sehingga penulis dapat memperbaikai.

Teimakasih.

Jakarta, November 2019

Fieki Amalia

Page 12: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

x

DAFTAR ISI

1. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan masalah .................................................................................. 5

C. Pertanyaan penelitian .................................................................................. 6

D. Tujuan ........................................................................................................ 7

1. Tujuan umum ............................................................................................ 7

2. Tujuan khusus ........................................................................................... 7

E. Manfaat ........................................................................................................ 8

1. Manfaat bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat .................................. 8

2. Manfaat bagi peneliti selanjutnya .............................................................. 8

3. Manfaat bagi Puskesmas Ciputat ............................................................ 8

F. Ruang lingkup ....................................................................................... 8

2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10

A. Definisi Anemia ...................................................................................... 10

1. Klasifikasi anemia ................................................................................... 12

2. Etiologi anemia ....................................................................................... 15

3. Patofisiologi anemia ................................................................................ 17

4. Gejala anemia.......................................................................................... 18

5. Pengertian kehamilan .............................................................................. 20

6. Anemia pada ibu hamil ............................................................................ 20

Page 13: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

xi

7. Patofisiologis anemia pada ibu hamil ....................................................... 21

8. Penyebab anemia pada ibu hamil ............................................................. 21

9. Dampak anemia pada ibu hamil ............................................................... 24

B. Faktor-faktor langsung yang berhubungan dengan anemia ....................... 25

1. Jarak kehamilan ................................................................................... 25

2. Konsumsi tablet Fe .............................................................................. 26

3. Paritas .................................................................................................. 28

4. Status gizi ............................................................................................ 29

5. Penyakit infeksi ................................................................................... 30

6. Usia kehamilan .................................................................................... 31

7. Asupan makanan ..................................................................................... 32

C. Faktor Tidak Langsung yang Mempengaruhi Anemia .............................. 37

1. Antenatal Care ........................................................................................ 37

D. Penanggulangan anemia pada ibu hamil .................................................. 42

E. Kerangka teori ......................................................................................... 42

3. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESISOPERASIONAL DAN HIPOTESIS ............................................... 44

A. Kerangka konsep ..................................................................................... 44

B. Definisi operasional................................................................................. 46

C. Hipotesis ................................................................................................. 50

4. METODE PENELITIAN ............................................................................ 51

Page 14: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

xii

A. Desain penelitian ..................................................................................... 51

B. Waktu dan lokasi penelitian ..................................................................... 51

C. Populasi dan sampel ................................................................................ 51

1. Populasi ............................................................................................... 51

2. Sampel ................................................................................................. 51

D. Metode pengumpulan data dan instrumen penelitian ................................ 53

E. Manajemen data ...................................................................................... 54

1. Pengumpulan data ................................................................................ 54

2. Pengolahan data ...................................................................................... 55

F. Analisis data ............................................................................................ 56

1. Analisis univariat ................................................................................. 56

2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 57

G. Uji validitas ............................................................................................. 58

5. HASIL PENELITIAN ................................................................................ 59

A. Gambaran Puskesmas Ciputat ................................................................. 59

B. Analisis Univariat.................................................................................... 60

1. Gambaran Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Ciputat Tahun 2019 .................................................................................... 60

2. Gambaran Karakteristik Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun

2019 ........................................................................................................... 61

Page 15: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

xiii

3. Gambaran Kunjungan Antenatal Care (ANC) Berdasarkan Anemia pada

Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019...................... 61

4. Gambaran karakteristik berdasarkan anemia pada ibu hamil di Wilayah

Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019 ......................................................... 62

C. Uji Hipotesis ........................................................................................... 64

6. PEMBAHASAN ......................................................................................... 69

A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 69

B. Gambaran Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat

Tahun 2019 .................................................................................................... 69

C. Hubungan Antenatal Care (ANC) dengan Anemia pada Ibu Hamil di

Wilayah Puskesmas Ciputat............................................................................ 80

7. PENUTUP .................................................................................................. 86

A. Simpulan ................................................................................................. 86

B. Saran ....................................................................................................... 87

8. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 89

9. LAMPIRAN ............................................................................................. 103

Page 16: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Mineral Untuk Orang Indonesia (Per Hari) ........... 36

Tabel 3.1Definisi operasional ............................................................................. 46

Tabel 4.1 Besar sampel ...................................................................................... 53

Tabel 4.2 Pengkodean variabel ........................................................................... 55

Tabel 5.1 Gambaran Status Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Ciputat Tahun 2019 ........................................................................................... 60

Tabel 5.2 Gambaran Usia Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun

2019................................................................................................................... 61

Tabel 5.3 Gambaran Status Anemia pada Ibu Hamil Berdasarkan Kunjungan

Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019 .......... 61

Tabel 5.4 Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Status Anemia di

Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2019 .............................................................. 62

Tabel 5.5 Gambaran Komponen Antenat Care (ANC) pada Ibu Hamil di Puskesmas

Ciputat ............................................................................................................... 63

Tabel 5.6 Seleksi Kandidat Variabel Independen dan Variabel Kontrol dengan

Analisis Bivariat ................................................................................................ 64

Tabel 5.7 Hasil Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan Status

Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019 ........ 66

Tabel 5.8 Nilai OR Crude Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan

Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019

.......................................................................................................................... 66

Page 17: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

xv

Tabel 5.9 Hasil OR Adjusted Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan

Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun

2019................................................................................................................... 66

Tabel 5.10 Hasil OR Adjusted Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan

Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun

2019................................................................................................................... 67

Tabel 5.11 Hasil Akhir Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan

Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019

.......................................................................................................................... 68

Page 18: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka teori ................................................................................... 43

Bagan 3.1 Kerangka konsep ............................................................................... 44

Page 19: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ..................................................................... 104

Lampiran 2 Frequency Food Questionnaire (FFQ) .......................................... 108

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ...................................................................... 111

Lampiran 4 Persetujuan Etik ............................................................................ 112

Lampiran 5 Dokumentasi ................................................................................. 113

Lampiran 6 Output SPSS ................................................................................. 114

Page 20: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

xviii

DAFTAR SINGKATAN

AKG : Angka Kecukupan Gizi

ANC : Antenatal Care

DJJ : Denyut Jantung Janin

FFQ : Food Frequency Questionnaire

Hb : Hemoglobin

KEK : Kurang Energi Kronik

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

LILA : Lingkar Lengan Atas

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

USAID: United States Agency for International Development

Page 21: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dapat diakibatkan oleh komplikasi saat

kehamilan dan setelah persalinan. Komplikasi utama yang menyebabkan

hampir 75% dari semua kematian ibu salah satunya adalah perdarahan hebat

(WHO, 2019b). Perdarahan erat kaitannya dengan anemia pada ibu hamil

karena, ibu hamil yang mengalami perdarahan dapat diakibatkan oleh

anemia, Hb yang <10 gr% mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa

ke sel tubuh maupun otak dan uterus (Aryani, 2017)

Menurut World Health Organization (WHO, 2019) anemia

merupakan suatu kondisi dimana sel darah merah berkurang sehingga

kapasitas pengangkutan oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

fisiologis tubuh. Kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab paling

umum anemia secara global. Meskipun ada beberapa hal lain yang bisa

menyebabkan seseorang anemia seperti kekurangan folat, vitamin B12,

penyakit kronik, penyakit infeksi dan kelainan bawaan.

Sebagian ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 41,8%,

disebabkan karena kekurangan zat besi. Ibu hamil dikatakan anemia jika

hemoglobin kurang dari 11 gr/dl (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2016).

Secara global, 38,2% anemia terjadi pada wanita hamil, dan negara

bagian Asia Tenggara memiliki prevalensi tertinggi anemia sebesar 48,7%.

Page 22: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

2

(WHO, 2016). Hasil Riset Kesehatan Dasar menyebutkan terdapat 37,1%

kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia, 36,4% ibu hamil perkotaan

dan 37,8% ibu hamil di perdesaan (Kemenkes RI, 2016)

Prevalensi anemia pada kehamilan di Provinsi Banten pada tahun

2017 menduduki posisi ketiga penyebab kematian maternal setelah

perdarahan dan pre-eklampsia. Angka kejadian anemia pada kehamilan

sebesar 13,6% (Achadi, 2017). Anemia memiliki hubungan yang erat

dengan perdarahan, yang salah satunya disebabkan karena berkurangnnya

kadar oksigen, hal ini juga mengakibatkan kurang maksimalnya uterus

berkontraksi saat persalinan.

Kasus perdarahan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2015,

merupakan penyebab utama kematian ibu. Proporsi kasus pendarahan pada

ibu hamil sebesar 66,67% sedangkan prevalensi anemia di Kota Tangerang

Selatan tahun 2015 sebesar 6,26%. Jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, anemia pada ibu hamil di tahun 2015 mengalami peningkatan

kasus sebesar 1,72% dimana, prevalensi anemia pada ibu hamil sebelumnya

mencapai angka 4,93% (Profil Dinas kesehatan, 2015). Keeratan anemia

dengan perdarahan dijelaskan oleh Handaria, dkk (2011) dari hasil

penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara

anemia dengan perdarahan saat hamil. Ibu hamil dengan anemia memiliki

resiko 4 kali mengalami perdarahan daripada ibu hamil yang tidak anemia.

Data rekam medik, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menunjukkan

bahwa dari bulan Januari sampai Juni tahun 2019 di Puskesmas Ciputat,

Page 23: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

3

prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia <11 gr/dl sebesar 48,8% dari

499 total ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.

Dampak anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan kematian ibu

dan anak, meningkatnya penyakit infeksi dan meningkatnya kelahiran

prematur. Selain itu juga, anemia defisiensi besi pada ibu hamil dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin atau bayi, saat

kehamilan, maupun setelahnya. (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2017). Upaya pemerintah dalam menanggulangi kejadian anemia

yang diakibatkan defisiensi zat besi pada ibu hamil, yakni dengan cara

pemberian tablet Fe (tambah darah) dimana, tablet Fe tersebut harus

dikonsumsi setiap hari minimal selama 90 hari dalam masa kehamilan.

Data statistik Provinsi Banten pada tahun 2018 menyebutkan

bahwa, cakupan ibu hamil yang menerima tablet Fe sebesar 87,1% (Badan

Pusat Statistik Provinsi Banten, 2018). Data Profil Dinas kesehatan Kota

Tangerang Selatan (2015) menyebutkan bahwa cakupan ibu hamil yang

mendapatkan tablet Fe sebesar 97,04%. Sedangkan data LB3 Puskesmas

Ciputat tahun 2018, ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe saat kunjungan

(ANC) sebanyak 91,5%. Namun, jika dibandingkan dengan indikator

Renstra tahun 2015 pencapaian cakupan pemberian tablet Fe adalah sebesar

98%. Maka, ketiga angka capaian cakupan pemberian tablet Fe pada ibu

hamil diatas masih dibawah target nasional (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2015)

Pemberian tablet Fe didapatkan pada saat ibu melakukan kunjungan

ibu hamil (ANC). Berdasarkan hasil Survei Demografi Keseharan Indonesia

Page 24: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

4

(SDKI), tahun 2017 pemeriksaan kehamilan di Indonesia meliputi

pengukuran tinggi badan, berat badan, pengukuran tekanan darah,

pemberian tablet Fe, imunisasi tetanus toksoid, pemeriksaan tinggi fundus,

dan konsultasi kehamilan untuk persiapan kehamilan. Selain itu setiap

kunjungan pemeriksaan kehamilan, ibu hamil harus mendapatkan

penjelasan tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan, dan pemeriksaan

darah dan urin rutin. (BKKBN, 2017)

Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil adalah

usia ibu, tingkat pendidikan, status gizi kurang energi kronis, frekuensi

kehamilan, jarak kehamilan, konsumsi tablet besi dan (ANC) (Tanziha dkk,

2016)

Penelitian lain menemukan adanya hubungan antara kunjungan

ANC dengan anemia pada ibu hamil. Ibu hamil yang mendapatkan

pelayanan ANC tidak baik memiliki peluang 1,82 kali lebih tinggi untuk

tidak mengkonsumsi tablet besi secara teratur dibandingkan ibu hamil yang

mendapatkan pelayanan ANC baik (Subarda, 2011). Sejalan dengan

penelitian Lesilolo (2016), bahwa adanya hubungan yang bermakna antara

antenatal care terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil. (Lesilolo dkk,

2016)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tadesse dkk (2017),

durasi menstruasi, usia kehamilan, penyakit kronis, frekuensi konsumsi

ayam dan pengobatan merupakan determinan anemia pada ibu hamil yang

melakukan ANC. Selain itu didapatkan hasil yang signifikan variabel usia

Page 25: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

5

kehamilan terdapat hubungannya dengan kejadian anemia pada ibu hamil

dengan Pvalue <0,000 (Lelissa, 2015).

Hasil penelitian Gebreweld dan Tsegaye (2018) juga menyebutkan

terdapat hubungan yang signifikan antara usia kehamilan, dan konsumsi

suplemen Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil yang melakukan ANC.

Peningkatan anemia pada ibu hamil juga dapat terjadi dikarenakan

usia kehamilan. Berdasarkan penelitian, sebesar 7,8% ibu hamil mengalami

anemia pada usia kehamilan trimester pertama dan 45,5% pada usia

kehamilan trimester kedua serta sebesar 46,7% pada usia kehamilan

trimester ketiga (Lelissa, 2015). Maka dari itu, peneliti ingin melihat apakah

terdapat hubungan antara kunjungan Antenatal Care (ANC) dengan

kejadian anemia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.

B. Rumusan masalah

Anemia masih menjadi masalah kesehatan pada ibu hamil di

Puskesmas Ciputat. Anemia berpengaruh pada morbiditas dan secara tidak

langsung dapat menyebabkan kematian ibu. Dari 499 ibu hamil yang

berkunjung ke Puskesmas Ciputat sebesar 48,8% ibu hamil mengalami

anemia dimana sebagian besar anemia terjadi pada ibu hamil trimester III.

Hal ini dapat disebabkan oleh cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil

yang didapatkan ibu hamil saat kunjungan ANC di Puskesmas Ciputat

belum mencapai cakupan Renstra. yaitu sebesar 98%. Namun, cakupan

pemberian tablet Fe di Puskesmas Ciputat baru mencapai 91,5%.

Tablet Fe didapatkan oleh ibu hamil jika, ibu hamil melakukan

kunjungan Antenatal Care (ANC). Cakupan pemberian tablet Fe yang

Page 26: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

6

belum mencapai target Renstra, secara tidak langsung memungkinan

kunjungan Antenatal Care (ANC) dapat mempengaruhi kejadian anemia

pada ibu hamil. Berdasarkan gambaran kejadian anemia dan cakupan

pemberian tablet Fe tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

terkait hubungan kunjungan Antenatal Care (ANC) dengan kejadian anemia

pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat.

C. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gambaran distribusi kunjungan ANC di wilayah kerja

Puskesmas Ciputat tahun 2019?

2. Bagaimana hubungan antara kunjungan ANC dengan kejadian anemia

pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Ciputat tahun 2019?

3. Bagaimana gambaran distribusi faktor-faktor (konsumsi tablet Fe,

paritas, status gizi, dan jarak kehamilan, usia kehamilan dan asupan

konsumsi) yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di wilayah

Puskesmas Ciputat tahun 2019?

4. Bagaimana hubungan faktor-faktor (konsumsi tablet Fe, paritas, status

gizi, jarak kehamilan, usia kehamilan dan asupan konsumsi) dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Ciputat tahun

2019?

Page 27: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

7

D. Tujuan

1. Tujuan umum

Diketahuinya hubungan antara kunjungan ANC dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat

tahun 2019.

2. Tujuan khusus

1. Diketahuinya gambaran anemia pada ibu hamil di wilayah kerja

puskesmas Ciputat tahun 2019.

2. Diketahuinya gambaran anemia pada ibu hamil berdasarkan

kunjungan ANC di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun

2019.

3. Diketahuinya gambaran ibu hamil berdasarkan karakteristik ibu

(usia ibu) di wilayah Puskesmas Ciputat tahun 2019.

4. Diketahuinya gambaran anemia pada ibu hamil berdasarkan

faktor fisiologis ibu (paritas, jarak kahamilan, usia kehamilan,

konsumsi tablet Fe, status gizi, dan asupan makanan) di wilayah

Puskesmas Ciputat tahun 2019.

5. Diketahuinya pengaruh kunjungan ANC dengan kejadian

anemia pada ibu hamil setelah dikontrol oleh paritas, jarak

kahamilan, usia kehamilan, konsumsi tablet Fe, status gizi, dan

asupan makanan di wilayah kerja puskesmas Ciputat tahun

2019.

Page 28: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

8

E. Manfaat

1. Manfaat bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Dapat digunakan sebagai baha referensi bagi mahasiswa

berkaitan dengan Antenatal care dan anemia pada ibu hamil.

2. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Sebagai informasi ilmiah dan dapat menjadi sumber dasar

bagi peneliti untuk melanjutkan penelitian kejadian anemia pada ibu

hamil.

3. Manfaat bagi Puskesmas Ciputat

Dapat menjadi dasar dalam membuat kebijakan dan

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kunjungan ANC dan

anemia pada ibu hamil. Serta informasi data yang dapat dijadikan

evaluasi program.

F. Ruang lingkup

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

gambaran kejadian anemia ibu hamil dan mengetahui hubungan

kunjungan ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2019.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

tahun 2019. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif

analitik dengan desain studi cross sectional.

Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu dengan

wawancara, kuesioner dan observasi rekam medik. Subyek

Page 29: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

9

penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di

Puskesmas Ciputat.

Page 30: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Anemia

Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat pada

manusia dan hewan. Jumlah zat besi pada manusia terdapat sebanyak 3-

5 gram. Besi memiliki fungsi esensial bagi tubuh diantaranya adalah

sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, sebagai alat

angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi

enzim dalam tubuh. (Almatsier, 2001)

Anemia merupakan kurangnya satu atau lebih parameter sel darah

merah. Konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah

merah (Oehadian, 2012). Menurut WHO (2011) anemia merupakan

suatu kondisi dimana sel darah merah berkurang sehingga kapastitas

oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi. Kekurangan zat

besi dianggap sebagai penyebab anemia paling umum secara global,

tetapi defisiensi nutrisi lainnya (termasuk folat, vitamin B12 dan vitamin

A), peradangan akut dan kronis, infeksi parasit, dan gangguan yang

diturunkan atau didapat yang mempengaruhi sintesis hemoglobin, sel

darah merah produksi atau kelangsungan hidup sel darah merah, semua

bisa menyebabkan anemia. Konsentrasi hemoglobin saja tidak dapat

digunakan untuk mendiagnosis defisiensi zat besi (World Health

Organization, 2011).

Page 31: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

11

Gejala Klinis

Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan

terjadinya anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih

ringan pada anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan

bagi mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan dengan berkurangnya

kemampuan darah membawa oksigen. Gejala anemia disebabkan oleh 2

faktor yaitu, berkurangnya pemasukan oksigen ke jaringan Adanya

hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif) dan

pemasukan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan

mekanisme kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan

curah jantung pada kadar Hb mencapai 5 g% (Ht 15%).

Gejala timbul bila kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb

yang lebih tinggi selama aktivitas, atau ketika terjadi gangguan mekanisme

kompensasi jantung karena penyakit jantung yang mendasarinya. Gejala

utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue,

gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar,

dan telinga berdenging). Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi,

konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa (gagal jantung, angina,

aritmia dan/ atau infark miokard).

Anemia yang disebabkan perdarahan akut berhubungan dengan

komplikasi berkurangnya volume intraseluler dan ekstraseluler. Keadaan ini

menimbulkan gejala mudah lelah, lassitude (tidak bertenaga), dan kram

otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural dizzines, letargi, sinkop pada

Page 32: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

12

keadaan berat, dapat terjadi hipotensi persisten, syok, dan kematian.

(Oehadian, 2012).

1. Klasifikasi anemia

Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia diklasifikasikan menjadi:

• Anemia makrositik

Anemia makrositik merupakan anemia dengan karakteristik

MCV di atas 100 fL. Anemia makrositik dapat disebabkan oleh 1,6

peningkatan retikulosit. Peningkatan MCV merupakan karakteristik

normal retikulosit. Semua keadaan yang menyebabkan peningkatan

retikulosit akan memberikan gambaran peningkat-an MCV,

metabolisme abnormal asam nukleat pada prekursor sel darah merah

(defisiensi folat atau cobalamin, obat-obat yang mengganggu sintesa

asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea), gangguan maturasi sel

darah merah (sindrom mielodisplasia, leukemia akut), dan

penggunaan alkohol penyakit hati Hipotiroidisme.

• Anemia mikrositik

Anemia mikrositik merupakan anemia dengan karakteristik

sel darah merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL). Anemia

mikrositik biasanya, disertai penurunan hemoglobin dalam eritrosit.

Dengan penurunan MCH (mean concentration hemoglobin) dan

MCV, akan didapatkan gambaran mikrositik hipokrom pada apusan

darah tepi. Penyebab anemia mikrositik hipokrom berkurangnya Fe,

anemia defisiensi Fe, anemia penyakit kronis/anemia inflamasi,

Page 33: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

13

defisiensi tembaga, berkurangnya sintesis heme: keracunan logam,

anemia sideroblastik kongenital dan berkurangnya sintesis globin,

talasemia dan hemoglobinopati.

• Anemia normositik

Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal

(antara 80-100 fL). Keadaan ini dapat disebabkan oleh: Anemia

pada penyakit ginjal kronik, sindrom anemia kardiorenal: anemia,

gagal jantung, dan penyakit ginjal kronik.

Anemia hemolitik

Anemia hemolitik dikarenakan kelainan intrinsik sel darah merah:

Kelainan membran (sferositosis herediter), kelainan enzim (defi

siensi G6PD), kelainan hemoglobin (penyakit sel sabit). Anemia

hemolitik karena kelainan ekstrinsik sel darah merah: imun,

autoimun (obat, virus, berhubungan dengan kelainan limfoid,

idiopatik), alloimun (reaksi transfusi akut dan lambat, anemia

hemolitik neonatal), mikroangiopati (purpura trombositopenia

trombotik, sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria), dan zat

kimia (bisa ular) (Oehadian, 2012).

Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi eritrosit (Bakta, 2014)

1. Anemia hipokronik mikrositer

Anemia defisiensi besi

Thalasemia

Page 34: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

14

Anemia akibat penyakit kronik

Anemia sideroblastik

2. Anemia normokromik normositer

Anemia pascaperdarahan akut

Anemia aplastik-hipoplastik

Anemia hemolitik-terutama bentuk yang didapat

Anemia akibat penyakit kronik

Anemia mieloptisik

Anemia pada gagal ginjal kronik

Anemia pada mielofibrosis

Anemia pada sindrom mielodisplastik

Anemia pada leukimia akut

3. Anemia makrosite

1. Anemia megaloblastik

Yaitu anemia akibat defisiensi folat dan defisiensi vitamin B12.

2. Nonmegaloblastik

Yaitu anemia pada penyakit hati kronik, pada hippotiroid dan

sindroma mielodisplastik.

Kalsifikasi anemia berdasarkan etiopatogenesis

a. Produksi eritrosit menurun

Page 35: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

15

1. Kekurangan bahan untuk eritrosit yaitu besi: anemia defisiensi besi

dan vitamin B12 dan asam folat disebut sebagai anemia

megaloblastik.

2. Gangguan utilisasi besi yaitu anemia akibat penyakit kronik dan

anemia sideroblastik.

3. Kerusakan jaringan sumsum tulang yaitu atrofi dengan penggantian

oleh jaringan lemak: anemia aplastik/hipoplastik dan penggantian

oleh jaringan fibrotik/tumor: anemia leukoeritroblastik/mieleoptisik

b. Kehilangan eritosit dari tubuh yaitu anemia pasca perdarahan akut dan

pasca perdarahan kronik.

c. Peningkatan penghancuran eritrosit dari tubuh (hemolisis) dikarenakan

dua faktor yaitu faktor ekstrakorpuskuler seperti antibodi terhadap

eritrosit, hiperplenisme, paparan terhadap bahan kimia, akibat infeksi

bakteri/parasit dan kerusakan mekanik. Dan faktor intrakorpuskuler

seperti gangguan membran, gangguan enzim dan gangguan

hemoglobin.

d. Bentuk campuran

e. Bentuk yang patogenesisinya belum jelas

2. Etiologi anemia

Terdapat dua pendekatan untuk menentukan penyebab anemia:

1. Pendekatan kinetik Pendekatan ini didasarkan pada mekanisme

yang berperan dalam turunnya Hb.

Page 36: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

16

2. Pendekatan morfologi Pendekatan ini mengkategorikan anemia

berdasarkan perubahan ukuran eritrosit (Mean corpuscular volume

/MCV) dan respons retikulosit.

Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme

independen: berkurangnya produksi sel darah merah, meningkatnya

destruksi sel darah merah dan kehilangan darah. Berkurangnya

produksi sel darah merah Anemia disebabkan karena kecepatan

produksi sel darah merah lebih rendah dari destruksinya. Penyebab

berkurangnya produksi sel darah merah: Kekurangan nutrisi: Fe,

B12, atau folat; dapat disebabkan oleh kekurangan diet, malaborpsi

(anemia pernisiosa, sprue) atau kehilangan darah (defisiensi Fe),

kelainan sumsum tulang (anemia aplastik, pure red cell aplasia,

mielodisplasia, inflitrasi tumor), supresi sumsum tulang (obat,

kemoterapi, radiasi) rendahnya trophic hormon untuk stimulasi

produksi sel darah merah (eritropoietin pada gagal ginjal, hormon

tiroid [hipotiroidisme] dan androgen [hipogonadisme]) anemia

penyakit kronis/anemia inflamasi, yaitu anemia dengan karakteristik

berkurangnya Fe yang efektif untuk eritropoiesis, karena

berkurangnya absorpsi Fe dari traktus gastrointestinal, dan

berkurangnya pelepasan Fe dari makrofag, berkurangnya kadar

eritropoietin (relatif) dan sedikit berkurangnya masa hidup erirosit.

Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena

berkurangnya masa hidup sel darah merah (kurang dari 100 hari).

Pada keadaan normal, umur sel darah merah 110 atau 120 hari.

Page 37: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

17

Anemia hemolitik terjadi bila, sumsum tulang tidak dapat mengatasi

kebutuhan untuk mengganti lebih dari 5% sel darah merah/hari yang

berhubungan dengan masa hidup sel darah merah kira-kira 20 hari.

(Oehadian, 2012)

3. Patofisiologi anemia

Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah)

dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat.

Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk

mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen

(oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan

gejala yang khas (asimptomatik) sehingga anemia pada balita sukar

untuk dideteksi. Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan

menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi

zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas

pengikatan besi.

Pada tahap yang lebih lanjut, berupa habisnya simpanan zat

besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah

protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan

menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya, terjadi anemia dengan

cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb. Bila sebagian dari

feritin jaringan meninggalkan sel, akan mengakibatkan konsentrasi

feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan

keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian, kadar

feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam

Page 38: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

18

keadaan anemia gizi bila, kadar feritin serumnya <12 mg/ml. Hal

yang perlu diperhatikan adalah bila kadar feritin serum normal tidak

selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Karena

status besi yang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadar

feritin (Masrizal, 2007).

Pada dasarnya, gejala anemia timbul karena anoksia organ target

karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah

ke jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.

Kombinasi kedua peyebab ini, akan menimbulkan gejala yang

disebut sebagai sindrom anemia. Gejala anemia biasanya timbul

apabila hemoglobin menurun kurang dari 7 atau 8 g/dl. Berat atau

ringannya gejala anemia tergantung pada (Bakta, 2014):

1. Beratnya penurunan kadar hemoglobin

2. Kecepatan penurunan hemoglobin

3. Umur

4. Adanya kelainan kardiovaskuler sebelumnya

4. Gejala anemia

Gejala anemia sangat bervariasi namun, dapat dibagi menjadi 3

golongan:

1. Gejala umum anemia

Gejala umum anemia disebut juga sindrom anemia, atau anemic

syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala

yang timbul pada semua jenis anemia, pada kadar hemoglobin yang

Page 39: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

19

sudah menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini

timbul karena anoksia organ target, dan mekanisme kompensasi

tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut jika

diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah sebagai

berikut:

a. Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi

sesak waktu kerja, angina pectoris dan gagal jantung

b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing , telinga mendenging, mata

berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabel, lesu, perasaan

dingin pada ekstremitas.

c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun

d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit

menurun, rambut tipis dan halus.

2. Gejala khas masing-masing anemia

Gejala yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia,

seperti:

a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis

angularis

b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

c. Anemia hemolitik: ikterus dan hapatosplenomegali

d. Anemia aplastik: perdaraha kulit atau mukosa dan tanda-tanda

infeksi

3. Gejala akibat penyakit dasar

Page 40: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

20

Gejala ini terjadi karena penyakit-penyakit yang mendasari

anemia tersebut seperti halnya, anemia defisiensi besi karena

terinfeksi cacing tambang yang dapat menimbulkan gejala seperti

pembesaran parotis dan telapak tangan berawarna kuning seperti

jerami. Kemudian kanker kolon yang dapat menimbulkan gejala

berupa perubahan sifat defekasi (change of bowel habit), feses

bercampur darah atau lendir (Bakta, 2014).

5. Pengertian kehamilan

Menurut Depkes RI (2007) dalam Sri Agustinia (2012) kehamilan

adalah masa dimulai dari saat konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung

dari pertama haid terakhir, kehamilan dibagi dalam 3

triwulan/trimester. Yaitu triwulan/trimester pertama dimulai dari

konsepsi sampai 3 bulan, triwulan/trimester kedua dari bulan keempat

sampai 6 bulan. Triwulan/timester ketiga dari bulan ketujuh sampai

bulan kesembilan (Sri Agustini, 2012).

6. Anemia pada ibu hamil

Anemia pada ibu hamil jika, kadar Hb saat hamil < 11 g/dl (pada

trimester I dan III) atau <10,5 g/dl (pada trimester II) (Kemenkes RI,

2013). Berdasarkan infodatin gizi (2016) ibu hamil dikatakan anemia

jika hemoglobin kurang dari 11 mg/L (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2016)

Page 41: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

21

7. Patofisiologis anemia pada ibu hamil

Menurut Manuaba (1998) jika didalam tubuh persediaan cadangan

Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh

dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada

kehamilan, relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami

hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai

40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah

peningkatan sel darah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%.

Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11% maka, dengan

terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan

Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr%. (Manuaba, 1998)

8. Penyebab anemia pada ibu hamil

1. Anemia defisiensi besi

Defisiensi besi dan perdarahan merupakan penyebab

tersering anemia selama masa kehamilan. Keduanya memiliki

kaitan erat, karena pengeluaran darah yang berlebihan disertai

hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya simpanan besi, pada

suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting anemia defisiensi

besi pada kehamilan berikutnya. Pada gestasi satu janin, kebutuhan

ibu akan besi yang dipicu oleh kehamilannya rata-rata mendekati

800mg atau sekitar 500mg bila, tersedia untuk ekspansi massa

hemoglobin ibu sekitar 200mg atau lebih keluar melalui usus, urin

dan kulit. Jika di total, menjadi 1000 mg yang dimana hal ini

melebihi cadangan besi pada sebagian wanita.

Page 42: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

22

Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat

selama trimester kedua maka, kekurangan besi sering

bermanifestasi sebagai penurunan tajam konsentrasi hemoglobin.

Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume darah

tidak terlalu besar, kebutuhan akan besi tetap meningkat karena

peningkatan massa hemoglobin ibu berlanjut, dan banyak besi yang

sekarang disalurkan kepada janin.

2. Anemia akibat perdarahan akut

Pada awal kehamilan, anemia akibat perdarahan sering

terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan mola

hidatidosa. Perdarahan membutuhkan terapi segera untuk

memulihkan dan mempertahanlan perfusi di organ-organ vital

walaupun jumlah darah yang diganti umumnya tidak mengatasi

difisit hemoglobin akibat perdarahan secara tuntas, secara umum

apabila hipovolemia yang berbahaya teratasi dan hemostatis

tercapai maka, anemia dapat diatasi terapi dengan besi.

3. Anemia pada penyakit kronik

Berbagai penyakit terutama infeksi kronik dan neoplasma

menyebabkan anemia derajat sedang, dan kadang-kadang berat,

biasanya dengan eritrosit yang sedikit hipokromik dan mikrositik.

Selama kehamilan, jumlah penyakit kronik dapat menyebabkan

anemia. Beberapa diantaranya adalah penyakit ginjal kronik,

supurasi, penyakit peradangan usus (inflammantory bowel disease),

lupus, eritematosus sistemetik, infeksi granulomatosa, keganasan

Page 43: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

23

dan arthritis remotoid. Anemia biasanya semakin berat seiring

dengan meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel

darah merah.

4. Defisiensi vitamin B12/ defisiensi megaloblastik

Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan

vitamin B12 selama kehamilan sangat jarang terjadi, hal ini ditandai

oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B12, karena tidak adanya

faktor instrinsik dan hal ini merupakan penyakit autoimun yang

jarang terjadi pada wanita. Defisinesi vitamin B12 pada wanita

hamil, mungkin dijumpai pada wanita yang menjalani reseksi

lambung parsial atau total atau penyebab lain adalah penyakit

Crohn, reseksi ileum dan pertumbuhan bakteri berlebihan di usus

halus.

5. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel

darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Hal ini dapat

disebabkan oleh faktor-faktor intrakopuskuler dan faktor

ekstrakorpuskuler. faktor intrakopuskuler dapat dijumpai pada

anemia hemolitik herediter, talasemia, anemia sel sickle (sabit),

hemoglobin, C, D, G, H I dan paraksimal nokturnal

hemoglobinuria. Sedangkan faktor ekstrakorpuskuler disebabkan

malaria, sepsis, keracunan zat logam dan dapat beserta obat-obatan,

leukimia, penyakit hodgkin dan lain-lain. Gejala utama anemia

hemolitik adalah anemia dengan kalainan-kelainan gambaran

Page 44: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

24

darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi

kelainan pada organ-organ vital.

6. Anemia aplastik dan hipoplastik

Pada sekitar sepertiga kasus, anemia dipicu oleh obat atau

zat kimia lain, infeksi, radiasi, leukimia dan gangguan imunologis.

Kelainan fungsional mendasar tampaknya penurunan mencolok sel

induk yang terikat di sumsum tulang. Beberapa bukti menyatakan

bahwa penyakit ini diperantai oleh proses imunologis (Roosleyn,

2016).

9. Dampak anemia pada ibu hamil

Menurut Manuaba (1998) anemia pada kehamilan dapat berdampak

pada kehamilan dan janin (Manuaba, 1998):

1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan

Dapat terjadi abortus

Persalinan prematuritas

Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

Mudah terjadi infeksi

Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr%)

Mola hidatidosa

Hipermesis gravidarum

Perdarahan antepartum

Ketuban pecah dini (KPD)

2. Pengaruh anemia terhadap janin

Page 45: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

25

Anemia pada ibu hamil mampu mengurangi kemampuan

metabolisme tubuh sehingga, mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi

gangguan dalam bentuk:

Abortus

Terjadi kematian intrauterin

Persalinan prematuritas tinggi

Berat badan lahir rendah

Dapat terjadi cacat bawaan

Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

Inteligensia rendah

B. Faktor-faktor langsung yang berhubungan dengan anemia

1. Jarak kehamilan

Menurut SDKI 2012 jarak kelahiran yang panjang selain

dapat menguntungkan bayi, juga meningkatkan status kesehatan ibu

dimana jarak antara kehamilan diatas 2 tahun memberi kesempatan

kepada ibu untuk pulih secara fisik, dan emosi sebelum mengalami

kehamilan berikutnya. Studi tentang jarak kehamilan menggunakan

dua ukuran yaitu, median jarak antara kelahiran dan proporsi

kelahiran kedua atau lebih yang terjadi dengan jarak waktu kurang

atau lebih 24 bulan sejak kelahiran sebelumnya. Jarak kehamilan

yang pendek antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan yang

kedua atau lebih dapat mengakibatkan kematian anak. Menurut

Page 46: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

26

SDKI 2012 secara umum, median jarak antar kelahiran adalah 60,2

bulan. (Kemenkes, 2013).

The American College of Obstetricians and Gynecologists

(the College), The Society for Maternal-Fetal Medicine (SMFM)

mendukung adanya keseragaman dalam rekomendasi jarak

kehamilan yang dapat digunakan oleh semua dokter, peneliti dan

kesehatan masyarakat. Klasifikasi Pengiriman yang

Direkomendasikan dari 37 Minggu Gestasi:

1. Jangka awal: 37 0/7 minggu hingga 38 6/7 minggu

2. Jangka waktu penuh: 39 0/7 minggu hingga 40 6/7 minggu

3. Jangka panjang: 41 0/7 minggu sampai 41 6/7 minggu

4. Postterm: 42 0/7 minggu dan seterusnya (Academy et al. 2004)

Menurut Hartono (2010) dalam Shandra Riestya Prihandini

(2016) jarak kehamilan <2 tahun dapat mengakibatkan abortus, berat

badan bayi lahir rendah, nutrisi kurang dan waktu/lama menyusui

berkurang untuk anak sebelumnya. (Prihandini dkk, 2016).

2. Konsumsi tablet Fe

Spesifikasi Teknis Tablet Tambah Darah

1. Deskripsi Tablet Tambah Darah Bagi Wanita Usia Subur dan Ibu

Hamil Tablet tambah darah berbentuk bulat/lonjong warna merah

tua.

Page 47: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

27

2. Komposisi Setiap tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan

ibu hamil sekurangnya mengandung : Zat besi setara dengan 60

mg besi elemental (dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat, Ferro

Fumarat atau Ferro Gluconat) dan Asam Folat 0,400 mg.

3. Spesifikasi Produk

Warna : Merah tua

bentuk : Bulat atau lonjong

Tablet salut gula.

4. Kemasan: sachet, blister, strip, botol dengan dimensi yang

proporsional dengan isi tablet. Kemasan harus dapat menjamin

stabilitas dan kualitas tablet tambah darah bagi wanita usia subur

dan ibu hamil. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2014)

Berdasarkan penelitian (Ristica, 2013) mengatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifkan antara konsumsi tablet Fe

dengan anemia pada ibu hamil dengan pvalue 0,001. Ibu hamil

yang mengonsumsi zat besi <30 butir/bulan lebih beresiko 3,3

kali menderita anemia dibandingkan ibu hamil yang

mengonsumsi zat besi ≥ 30 butir/bulan. Penelitian ini sejalan

dengan (Wabula dkk, 2014) yang menemukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara konsumsi tablet Fe dengan

anemia pada ibu hamil. Dimana, ibu hamil yang tidak patuh

Page 48: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

28

mengonsumsi tablet Fe memiliki peluang 4,6 kali menderita

anemia disbandingkan dengan yang patuh.

3. Paritas

Paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang

ibu, baik melahirkan yang lahir hidup ataupun lahir mati. Resiko

ibu mengalami anemia dalam kehamilan salah satu penyebabnya

adalah ibu yang sering melahirkan dan pada kehamilan

berikutnya ibu kurang memperhatikan asupan nutrisi yang baik

dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karena dalam masa

kehamilan zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang

dikandung (Aryani, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa terdapat

hubungan antara status paritas pada ibu hamil dengan kejadian

anemia pada ibu hamil dimana ibu hamil dengan status paritas <3

kali dan anemia sebesar 66,7% sedangkan ibu hamil dengan

status paritas ≥3 kali dan anemia sebesar 34,8% (Hidayati dan

Andyarini, 2018).

Penelitian lain juga menemukan bahwa antara paritas

dengan anemia pada ibu hamil memiliki hubungan yang

signifikan dimana, ibu hamil dengan paritas ≥3 orang lebih

beresiko 5 kali menderita anemia dibandingkan ibu hamil dengan

paritas <3 orang. Penelitian tersebut menunjukkan presentase

anemia lebih banyak pada ibu hamil dengan paritas ≥3 orang

Page 49: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

29

(70,4%) dibandingkan yang <3 orang (33,8%) (Ristica, 2013)

Sejalan dengan penelitian Willy, (2017) menemukan bahwa

terdapat hubungan anatara paritas dengan anemia pada ibu hamil.

Dimana proporsi ibu yang beresiko dan anemia lebih banyak

(46%) dibandingkan dengan yang tidak beresiko (27,5%).

4. Status gizi

Status gizi pada ibu hamil sangat penting terlebih lagi

keperluan atau asupan gizi dapat mempengaruhi perkembangan

fisik dan kognitif janin yang berusia 1000 hari pertama kehidupan

karena gizi janin tergatung pada nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu.

Selain itu kurangnya status gizi pada ibu hamil dapat

menyebabkan beberapa penyakit yang diakibatkan oleh gizi yaitu

KEK (kekurangan energi kronis).

Ibu hamil yang mengalami KEK jika, memiliki LILA <23,5

cm. Selain itu dampak yang dapat terjadi adalah anemia pada ibu

hamil. Anemia pada ibu hamil terjadi jika Hb <11mg/L. Baik

KEK ataupun anemia keduanya sangat bedampak bagi

pertumbuhan dan perkembangan janin (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2016).

Berdasarkan penelitian Ristica, (2013) terdapat hubungan

yang signifikan antara status KEK ibu hamil dengan kejdian

anemia pada ibu hamil dengan pvalue 0,001. Ibu hamil dengan

Page 50: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

30

status gizi KEK lebih beresiko 4,5 kali menderita anemia

dibandingkan ibu hamil dengan status gizi tidak KEK.

5. Penyakit infeksi

5.1. Infeksi cacing

Menurut penelitian (Mengist, 2017) prevalensi cacing

usus sebesar 24,7% . Dimana empat dari wanita hamil yang

diteliti terinfeksi dengan dua atau lebih cacing usus. Cacing usus

yang dominan adalah cacing tambang dengan kejadian 15,1%

diikuti oleh Ascaris lumbricoides sebesar 6,5%, Hymenolepis

nana sebesar 1,6% spesies Taenia sebesar 1,3% dan

Strongyloides stercoralis sebesar 0,3%.

Jika dilihat dari penyebab terjadinya infeksi cacing pada

ibu hamil diantaranya adalah wanita hamil yang yang

menggunakan sumber air minum yang tidak terlindungi, tidak

memilikinya jamban, mengonsumsi buah mentah atau tidak

dicuci, buang air besar di kebun, kebiasaan mencuci tangan,

makan daging mentah/setengah matang, kebiasan memakai

sepatu tertutup dan kebiasaan memakan tanah masing-masing

merupakan faktor risiko yang signifikan terjadinya infeksi cacing.

(Mengist dkk, 2017)

Beberapa penelitian mengatakan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit infeksi

kecacingan dengan anemia pada ibu hamil (Tambunan, 2011).

Page 51: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

31

5.2. Infeksi malaria

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan

parasit Plasmodium sp. dan dapat bersifat kronis karena parasit

dapat bersembunyi dalam tubuh pejamu dan menimbulkan

manifestasi klinis sewaktu-waktu. Hal ini dapat terjadi ketika

daya tahan tubuh pejamu menurun. Pada tahun 2013 proporsi ibu

hamil yang positif malaria sebesar 1,9% (Riskesdas, 2013).

Malaria pada kehamilan, seringkali menimbulkan

komplikasi yang berbahaya bagi ibu, janin dan bayinya. Jika hal

tersebut terjadi maka, berpotensi menyumbang kematian ibu di

Indonesia (Permenkes, 2014). Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit

infeksi malaria sebelumnya dengan anemia pada ibu hamil

(Tambunan, 2011). Namun, hasil ini tidak sejalan dengan

penelitian (Wabula dkk, 2014) yang dilakukan di Kota Ambon

yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara infeksi malaria dengan anemia pada ibu hamil. Hal ini

dikarenakan Kota Ambon merupakan wilayah endemis penyakit

malaria.

6. Usia kehamilan

Usia kehamilan menurut American Academy of Pediatrics

adalah waktu antara hari pertama saat menstruasi dan sampai

dengan melahirkan. Hari pertama dari periode menstruasi terakhir

Page 52: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

32

terjadi sekitar 2 minggu sebelum ovulasi dan sekitar 3 minggu

sebelum implantasi blastokista.(Academy dkk, 2004).

Usia kehamilan didefinisikan sebagai hari pertama

menstruasi terkahir, pemeriksaan fisik ibu, ultrasonografi

prenatal, dan dengan riwayat reproduksi. Menurut American

Academy of Pediatric terdapat terminologi standar yang harus

digunakan untuk mendefiniskan usia kehamilan. Beberapa

terminologi adalah sebagai berikut :

a. Usia kehamilan (completed week) merupakan usia kehamilan

dihitung hari pertama periode menstruasi terakhir dengan hari

kelahiran

b. Usia kronologis merupakan usia (hari, minggu, bulan, atau

tahun): waktu yang berlalu sejak lahir.

c. Usia pascamenstruasi (minggu) : usia kehamilan ditambah usia

kronologis.

d. Usia yang dikoreksi (minggu atau bulan) merupakan kronologis

usia dikurangi dengan jumlah minggu lahir sebelumnya 40

minggu kehamilan. (Academy dkk, 2004)

7. Asupan makanan

Selama kehamilan, ibu hamil dianjurkan untuk mendapatkan

makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang. Karena,

asupan makanan ibu mempengaruhi proses tumbuh kembang janin

dan derajat kesehatan ibu.

Page 53: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

33

Secara rata-rata, wanita mendapatkan Fe melalui diet

makanan. Namun, kecukupan intake Fe tidak hanya dipenuhi dari

konsumsi makanan sumber Fe saja seperti daging sapi, ayam, ikan

dan telur tetapi, dipengaruhi juga oleh variasi penyerapan Fe. Variasi

ini disebabkan oleh perubahan fisiologis tubuh seperti hamil dan

menyusui sehingga, kebutuhan Fe tubuh meningkat. Peningkatan

kebutuhan Fe pada wanita hamil untuk memenuhi Fe yang

berkurang akibat dari peningkatan volume darah, menyediakan Fe

bagi janin dan plasensta dan menggantikan kehilangan darah saat

persalinan (Tambunan, 2011).

Berdasarkan penelitian (Azra dan Rosha, 2017)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

asupan makanan seperti konsumsi zat besi, konsumsi lemak,

konsumsi protein dan konsumsi vitamin C dengan kejadian anemia

pada ibu hamil.

7.1 Pola konsumsi makanan sumber zat besi heme

Asupan makanan mengacu pada jenis dan jumlah Fe yang

diserap oleh tubuh. Defisiensi besi terjadi saat jumlah Fe yang

diabsorpsi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Hal ini dikarenakan intake Fe dalam tubuh rendah sedangkan

kebutuhan Fe dalan tubuh meningkat karena perubahan

fisiologis karena kehamilan dan proses pertumbuhan. Defisiensi

besi atau anemia defisiensi besi diakibatkan oleh rendahnya

Page 54: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

34

asupan besi makanan terutama besi heme (Tambunan, 2011).

Makanan yang dapat meningkatkan asupan Fe dan asam folat

yang berusmber protein hewani yaitu daging, hati sapi, ungags,

seafood, telur, susu, ikan, dan hasil olahannya (yoghurt dan

makanan fermentasi) Roosleyn (2016).

7.2 Pola konsumsi makanan sumber zat besi non heme

Zat besi non heme yang membentuk zat Fe dari makanan non

daging termasuk biji-bijian (beras merah, jagung, kacang bakar,

kacang polongan, kacang tanah, tempe, tahu, kacang almond,

dan kacang hijau) dan sayuran (bayam, kapri, kangkung, brokoli,

apricot kering, asparagus, buncis, kembang kol, selada) serta

buah yang mengandung vitamin C biasanya terdapat pada buah

yang berwarna jingga dan merah segar seperti jeruk, pisang,

kiwi, semangka dan nanas Roosleyn (2016)

7.3 Pola konsumsi makanan peningkat absorpsi zat besi

Peningkatan penyerapan Fe antara lain asam askorbat atau

vitamin C dan protein hewani dalam daging sapi, ayam, ikan

karena mengandung asam amino pengikat Fe untuk

meningkatkan absorpsi Fe. (Tambunan, 2011) makanan

fortifikasi seperti susu, keju, es krim, dan makanan berdasar

tepung Roosleyn (2016). Vitamin C dalam meningkatkan

penyerapan zat besi nonheme sampai empat kali lipat. Bahan-

bahan seperti sitrat, malat, laktat, suksinat dan asam tartat dapat

Page 55: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

35

meningkatkan penyerapan zat besi pada kondisi tertentu. Hal ini

dikarenakan vitamin C memiliki faktor reduksi yang dapat

meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi besi ferri menjadi

ferro sehingga absorpsi besi menjadi efisien Rimawati dkk

(2018).

7.4 Pola konsumsi makanan penghambat absorpsi zat besi

Penghambat penyerapan Fe adalah fitat dan polifenol. Fitat

terutama ditemukan pada biji-bijian seperti sereal dan kacang,

serta beberapa sayuran. Polifenol dijumpai dalam minuman

kopi, teh, sayuran, dan kacang-kacangan dan kalsium dosis

tinggi berupa suplemen menghambat penyerapan besi.

Berdasarkan penelitian Alamsyah dkk (2018) menunjukan

terdapat hubungan yang bermakna antara pola konsumsi

penghambat absorpsi zat besi dengan status anemia. Minuman

yang dapat menghambat penyerapan zat besi dalam penelitian

ini adalah kopi dan teh. Kopi dan teh mengandung tanin yang

dapat mengikat mineral-mineral seperti zat besi.

7.5 Kecukupan zat besi pada ibu hamil

Pada kehamilan biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu

akan besi yang dipicu oleh kehammilannya rata-rata mendekati

800 mg, sekitar 500 mg dan untuk ekspansi massa hemoglobin

ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan kulit

sehingga jumlah total yang dibutuhkan ibu adalah 1000 mg

Page 56: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

36

Roosley (2016). Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan

menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi. Jika perhitungan makan

3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg

zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari,

ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga

kebutuhan zat besi masih kurang untuk wanita hamil

(Salmariantity, 2012).

7.6 Keperluan zat besi menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Gizi seimbang untuk ibu hamil harus terpenuhi, karena

makanan yang dikonsumsi oleh ibu sangat memengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin. Maka dari itu kebutuhan

zat gizi ibu hamil akan lebih banyak daripada biasanya.

Janin dalam kandungan, akan mengambil zat-zat gizi

dari makanan yang dikonsumsi ibu, dan simpanan zat gizi dalam

tubuh ibu. Oleh karena itu, jumlah makanan ibu harus ditambah

agar kebutuhan pertumbuhan janin dan kebutuhan ibu yang

mengandung terpenuhi (Kemenkes RI, 2014).

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Mineral Untuk Orang Indonesia (Per Hari)

Kelompok umur (perempuan) Kebutuhan besi (mg)

10-12 tahun 20

13-15 tahun 26

16-18 tahun 26

19-29 tahun 26

30-49 tahun 26

Page 57: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

37

50-64 tahun 12

65-80 tahun 12

80+ tahun 12

Hamil (+an)

Trimester 1 +0

Trimester 2 +9

Trimester 3 +1

Menyusui

6 bulan +6

6 bulan kedua +8

Sumber: Pedoman Gizi Seimbang Kemenkes RI Tahun 2014

C. Faktor Tidak Langsung yang Mempengaruhi Anemia

1. Antenatal Care

Menurut Profil Kesehatan 2017 pelayanan kesehatan

diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di

fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang

usia kehamilan ibu yang dikelompokkan sesuai usia kehamilan

menjadi trimester pertama, trimester kedua dan trimester ketiga

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Menurut Manuaba (2007) dalam Rizki (2017) Antenatal

care merupakan pemerikasaan kehamilan oleh bidan atau dokter

dalam rangka mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu

didalam ANC ini dipantau melalui kunjungan baru kehamilan (K1)

minimal 4 kali kunjungan (K4) pada setiap triwulannya pelayanan

ini meliputi pemeriksaan berat badan, pemeriksaan tensi atau

tekanan darah dan pemeriksaan anemia (Amartami dkk, 2017).

Page 58: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

38

Menurut Permenkes Republik Indonesia No.97 tahun 2014 indikator

antenatal care meliputi:

1. Kunjungan pertama (K1)

K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan

yang mempunyai kompetensi untuk mendapatkan pelayanan

terpadu sesuai standar

2. Kunjungan ke-4 (K4)

K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan

tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk

mendapatkan pelayanan terpadu sesuai standar. Kontak 4 kali

dapat dilakukan sebagai berikut: minimal satu kali pada

trimester I (0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester

kedua (>12-24 minggu), dan minimal 2 kali pada trimester ke-3

(>24 minggu sampai dengan kelahiran).

3. Penanganan komplikasi (PK)

Penanganan komplikasi penyakit menular, penyakit tidak

menular dan masalah gizi yang terjadi pada ibu hamil.

Dalam melaksanakan antenatal care tenaga kesehatan harus

memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri atas:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan bertujuan untuk mengetahui

perkembangan janin, penambahan berat badan yang kurang dari

9 kg selama kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap bulannya

menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Sedangkan

Page 59: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

39

pengukuran tinggi badan bertujuan untuk mengurangi adanya

faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu yang kurang dari

145 cm dapat meningkatkan risiko terjadinya CPD (Cephalo

Pelvic Disproportion)

2. Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah bertujuan untuk mendeteksi adanya

hipertensi pada kehamilan dan risiko preeklampsia.

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LILA)

Pengukuran LILA bertujuan untuk melihat risiko KEK yaitu ibu

hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung

lama dengan ukuran LILA <23,5cm. Hal ini dapat berdampak

terjadinya BBLR.

4. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus bertujuan untuk mendeteksi

pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.

Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan usia kehamilan maka

kemungkinan ada gangguan pada pertumbuhan janin.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Dalam menentukan presentasi janin dan denyut jantung dapat

dilakukan pada akhir trimester II dan seterusnya. Pengukuran ini

bertujuan untuk mengetahui letak janin. Jika denyut jantung ,

<120 kali/menit maka termasuk kedalam DJJ lambat dan jika

denyut jantung >160 kali/menit menunjukkan adanya gawat

janin.

Page 60: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

40

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imuniasi tetanus

toksoid (TT) bila diperlukan

Skrining imunisasi TT betujuan untuk mencegah terjadinya

tetanus neonatorum dan mendapatkan perlindungan terhadap

infeksi tetanus, pemberian imunisasi harus sesuai status ibu.

7. Pemberian tablet Fe (tambah darah)

Pemberian tablet Fe bertujuan untuk mencegah terjadinya

anemia akibat defisiensi besi. Setiap ibu hamil harus

mendapatkan tablet tambah darah dan asam folat minimal 90

tablet selama kehamilan.

8. Pemeriksaan laboratorium

Terdapat dua pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan rutin

dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan

laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamul

meliputi golongan darah, hemoglobin dan spesifik daerah

endemis/epidemi. Sedangkan pemeriksaan laboratorium khusus

adalah pemeriksaan lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu

hamil yang melakukan antenatal care.

9. Penanganan kasus

Jika terdapat atau terdiagnosisnya kelainan yang ditemukan pada

ibu hamil berdasarkan pemeriksaan antenatal maka harus

ditangani sesuai standar dan kewenangan tenaga kesehatan.

10. Konseling

Konseling dapat dilakukan setiap kali kunjungan meliputi

Page 61: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

41

1. Kesehatan ibu

2. Perilaku hidup bersih dan sehat

3. Peran suami/keluarga

4. Tanda bahaya pada kehamilan

5. Asupan gizi seimbang

6. Gejala penyakit menular dan tidak menular

7. Penawaran tes HIV

8. Inisiasi menyusu dini

9. KB paska persalinan

10. Imunisasi

11. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan

(Permenkes, 2014)

Selain tindakan yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan

ibu hamil juga harus memenuhi frekuensi minimal ditiap

trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia

kehamilan 0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester kedua

(usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali pada

trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan).

Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk

menjamin perlindungan pada ibu hamil dan atau janin berupa

deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini

komplikasi kehamilan. (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2017).

Page 62: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

42

Berdasarkan beberapa penelitian, hubungan frekuensi

kunjungan periksa kehamilan dengan kejadian anemia ibu hamil

memiliki hubungan yang signifikan, dimana ibu hamil yang

kunjungan periksa kehamilan tidak sesuai dan mengalami

anemia memiliki proporsi sebesar 87,5% (Tambunan, 2011).

Berdasarkan penelitian (Fatimah dan Ernawati, 2016)

menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pelayanan antenatal care dengan anemia pada ibu hamil. Ibu

hamil yang mendapatkan antenatal care memiliki peluang untuk

tidak anemia sebesar 9,8 kali dibandingkan ibu hamil yang tidak

mendapatkan antenatal care.

D. Penanggulangan anemia pada ibu hamil

Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat melalui pemberian

tablet Fe atau tablet tambah darah (TTD) yang dilengkapi dengan asam folat

sehingga dapat menanggulangi anemia akibat kekurangan asam folat. Cara

untuk meningkatkan Fe dan asam folat dapat mengkonsumsi protein hewani

seperti daging, unggas, seafood, telur, susu dan hasil olahannya. Sedangkan

makanan sumber asam folat antara lain asparagus, bayam, buncis, hati sapi,

kapri, kacang tanah, jus jeruk, almond, beras merah/tumbuk, kembang kol,

telur, selada dan sereal instant. Selain itu buah berwarna jingga dan merah

segar seperti jeruk, pisang, kiwi, semangka, atau nanas dan makanan

forifikasi seperti susu, keju, es krim, dan makanan berbasis tepung.

(Roosleyn, 2016).

Page 63: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

43

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia juga

menyebutkan bahwa ibu hamil harus mendapatkan pelayanan antenatal

terpadu. Dimana salah satu pelayanan antenatal terpadu ini mendeteksi dini

masalah dan penyakit yang daialami ibu hamil. Selain itu terdapat pelayanan

yang berkualitas sesuai standar dalam kunjungan ANC salah satunya adalah

pemberian tablet Fe dan pengukuran kadar hemoglobin darah (Hb)

(Permenkes, 2014).

Page 64: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

42

E. Kerangka teori

Kerangka teori pada penelitian ini menggunakan teori adaptasi

kerangka kerja konseptual anemia multisektoral dari USAID yaitu causes

and consequences of maternal and child anemia. Terdapat tiga kerangka

pada teori adaptasi ini. Dimana pada kerangka pertama merupakan

penyebab yang mendasari anemia, kerangka kedua merupakan penyebab

langsung dan kerangka ketiga merupakan akibat dari penyebab langsung

dan tidak langsung. Penyebab langsung pada anemia termasuk didalamnya

paritas, usia kehamilan, jarak kehamilan, konsumsi tablet Fe status gizi dan

penyakit infeksi. Sedangkan, penyebab yang mendasari anemia dapat

berperan dalam mengakibatkan anemia adalah kunjungan ANC (USAID,

2013).

Page 65: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

43

Bagan 2.1 Kerangka teori

Sumber: Modifikasi Conceptual Frameworks. Multisectoral Anemia Partners Meeting, hosted by

the USAID (2013), Irul Hidayati (2018), Willy Astriana (2017), Desi Winda (2016)

Tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan antara kunjungan

Antenatal Care (ANC) dengan kejadian anemia pada ibu hamil, maka peneliti

menggunakan kerangka teori hanya sampai pada akibat. Kerangka pertama

(penyebab yang mendasar) pada penelitian ini adalah kunjungan ANC, sedangkan

untuk kerangka kedua adalah faktor langsung yang menyebabkan anemia pada ibu

hamil yaitu paritas, status gizi, penyakit infeksi, jarak kehamilan konsumsi tablet

Fe dan usia kehamilan. Dan akibat dari penyebab dasar dan penyebab langsung

adalah anemia.

Pen

yebab

lang

sung

Pen

yebab

das

ar

Penyakit

infeksi

Status

gizi

Anemia pada ibu hamil

Paritas

Konsumsi

tablet Fe

Jarak

kehamilan

Usia

kehamilan

Antenatal Care (kunjungan K1,K2 dan

K4 selama kehamilan)

Asupan

konsumsi

Page 66: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

44

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3. 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESISOPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka konsep

Variabel independen

Bagan 3.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini merupakan bentuk sederhana dari

kerangka teori dimana terdapat variabel independen yaitu kunjungan ANC

kemudian variabel kontrol yang terdiri dari variabel usia kehamilan, paritas,

status gizi, jarak kehamilan dan usia kehamilan. Sedangkan variabel

dependen penelitian ini adalah anemia pada ibu hamil. Variabel kunjungan

ANC merupakan variabel tidak langsung terhadap anemia pada ibu hamil

maka dari itu perlu adanya kontrol dari faktor langsung yang menyebabkan

anemia pada ibu hamil agar tidak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

diteliti. Terdapat variabel yang tidak diteliti yaitu penyakit infeksi. Hal ini

dikarenakan variabel penyakit infeksi dapat menjadi variabel confounding

Kunjungan

Antenatal care

Anemia pada ibu

hamil

1. Konsumsi tablet Fe

2. Paritas

3. Status gizi

4. Jarak kehamilan

5. Usia kehamilan

6. Asupan makanan

Variabel dependen

Variabel kontrol

Page 67: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

45

pada penelitian ini. Sedangkan penelitian ini ingin mengontrol variabel

langsung yang menyebabkan anemia pada ibu hamil. Dan fokus penelitian

ini juga pada anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi akibat perubahan

fisiologi kehamilan. Oleh karena itu variabel penyakit infeksi dalam

penelitian ini termasuk kedalam kriteria ekslusi dalam pengambilan sampel.

Page 68: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

46

B. Definisi operasional

Tabel 3.1Definisi operasional

No. Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Anemia Ibu hamil yang terdiagnosis

anemia berdasarkan hasil

pemeriksaan kadar Hb pada saat

melakukan kunjungan ANC

Data

sekunder

Rekam

medik

0. Anemia (<11 mg/L)

1. Tidak Anemia (11

mg/L)

(Kemenkes RI, 2013)

Ordinal

2. Kunjungan Antenatal

care

Ibu hamil yang datang ke

pelayanan kesehatan untuk

memeriksa kehamilan

berdasarkan usia kehamilan

(minimal 1 kali trimester 1, 1 kali

trimester 2 dan 1 kali trimester 3)

dan mendapatkan pemberian

tablet Fe oleh petugas.

Data

sekunder

Rekam

medik/

buku KIA

0. Tidak sesuai

1. Sesuai

Ordinal

3. Konsumsi tablet Fe Tablet Fe yang di konsumsi ibu

selama hamil sampai saat

penelitian berlangsung

Wawancara Kuesioner 0. Tidak cukup (<90

tablet Fe)

1. Cukup (≥90 tablet Fe)

Ordinal

Page 69: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

47

(Permenkes 2014)

4. Paritas Pernyataan responden terkait

jumlah anak yang pernah

dilahirkan baik hidup maupun

mati sampai saat penelitian

berlangsung dimana jika ibu

dengan status paritas <3

merupakan resiko anemia

sedangkan ibu dengan status

paritas ≥3 bukan resiko anemia.

Wawancara Kuesioner 0. berisiko

1. tidak berisiko

2. Belum pernah

melahirkan

Andyarini (2018)

Ordinal

5. Status gizi Ibu hamil yang diukur lingkar

lengan atas (LILA) oleh petugas

kesehatan. Jika LILA <23,5 cm

maka ibu hamil beresiko KEK

Wawancara Kuesioner 0. status gizi kurang

1. status gizi cukup

Ordinal

6. Jarak kehamilan Jarak antara kehamilan ibu

sebelumnya dengan kehamilan

ibu pada saat penelitian

dilakukan

Wawancara Kuesioner 0. <2 tahun

1. >2 tahun

2. belum pernah

melahirkan

Ordinal

Page 70: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

48

7. Usia kehamilan Usia kandungan ibu hamil yang

memasuki Trimester 3 dalam

hitungan minggu/bulan yang

dijalani oleh ibu selama

kehamilan dihitung sejak hari

pertama haid terakhir sampai saat

penelitian berlangsung

Wawancara Kuesioner 0. minggu ke 28-33

1. minggu ke 34-37

2. minggu ke 38-40

Rizki dkk, (2018)

Nominal

8. Asupan makanan Jumlah asupan zat besi ke dalam

tubuh yang berasal dari makanan

dan minuman sehari-hari dan

diukur dengan menggunakan

FFQ

Pengisian

FFQ oleh

responden

Frequency

Food

Quesionare

(FFQ)

0. Kurang,jika konsumsi

zat besi total dalam

mg/hari kurang dari

Angka Kecukupan

Gizi (AKG) yang

dianjurkan

1. Cukup, jika konsumsi

zat besi total dalam

mg/ hari sesuai/cukup

dengan Angka

Kecukupan Gizi

(AKG) yang

dianjurkan

Ordinal

Page 71: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

49

Page 72: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

50

C. Hipotesis

Ada pengaruh kunjungan ANC dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan setelah

dikontrol oleh paritas, jarak kehamilan, usia kehamilan, konsumsi tablet Fe,

status gizi, dan konsumsi makanan.

Page 73: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

51

BAB IV

METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan desain

studi cross sectional. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada

satu waktu. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena untuk

melihat gambaran dan hubungan antara kunjungan ANC dan variabel

kontrol dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

B. Waktu dan lokasi penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada tahun 2019 di

wilayah kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang

yang datang dan melakukan kunjungan (ANC) ke Puskesmas

Ciputat dari bulan Juli sampai dengan bulan September pada tahun

2019.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia

kandungan trimester 3 dan tercatat melakukan kunjungan ANC di

Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan pada tahun 2019.

Adapun kriteria inklusi dan ekslusi sampel penelitian.

Page 74: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

52

1. Kriteria inklusi

1. Ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal care

di Puskesmas Ciputat saat penelitian berlangsung.

2. Ibu hamil yang diperiksa kadar Hb darah oleh tenaga

kesehatan saat melakukan kunjungan antenatal care

(ANC).

3. Ibu hamil yang diukur LILA.

2. Kriteria ekslusi

1. Ibu hamil yang terkena infeksi (cacing dan malaria) atau

parasit lainnya pada saat kehamilan.

2. Ibu hamil yang memiliki riwayat anemia sebelumnya

3. Ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit kelainan darah

seperti talasemia.

3. Besar sampel

Besar sampel pada penelitian ini menggunakan

rumus uji beda dua proporsi

Keterangan:

n : Besar sampel minimum

: Nilai Z pada derajat kemaknaan 95%

: Nilai Z pada kekuatan uji power 80%

Page 75: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

53

P1 : Proporsi kejadian pada kelompok yang beresiko

P2 :Proporsi kejadian pada kelompok yang tidak

beresiko

Dari perhitungan sampel menggunakan uji hipotesis

beda dua proporsi didapatkan jumlah minimal responden 66

kemudian besar sampel dikali 2 menjadi 132. Untuk

menghindari drop out maka besar sampel ditambah 10%

sehingga total sampel yang dibutuhkan adalah 145 ibu hamil.

Tabel 4.1 Besar sampel

Variabel Sumber P1 P2 N

Antenatal care (ANC)

(Fatimah and

Ernawati 2016)

0,84 0,36 16

Paritas (Hidayati and

Andyarini 2018)

0,66 0,34 38

Status gizi

(Purwaningtyas and

Prameswari 2017)

0,85 0,33 13

Konsumsi tablet Fe

(Wati, Febry, and

Rahmiwati 2016)

0,56 0,32 66

D. Metode pengumpulan data dan instrumen penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara

purposive sampling. Teknik ini digunakan oleh peneliti dikarenakan sampel

penelitian yang harus memenuhi kriteria inklusi. Beberapa variabel seperti

konsumsi tablet Fe, paritas, status gizi, jarak kehamilan, usia kehamilan dan

asupan makanan di kontrol secara statistik dalam penelitian ini, hal tersebut

dimaksudkan agar tidak ada variabel lain yang mempengaruhi hubungan

antara variabel independen dengan dependen.

Page 76: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

54

Sampel pada penelitian ini didapatkan dari ibu hamil yang datang

untuk memeriksakan kehamilan di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang

Selatan pada tahun 2019 saat penelitian berlangsung. Peneliti bertanya

secara langsung pada responden, saat responden menunggu antrian

pelayanan kunjungan ANC di Puskesmas Ciputat.

Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner, Frequency Food

Questionnaire (FFQ) dan rekam medik kunjungan ANC. Alat ukur

kuesioner digunakan dengan cara wawancara langsung kepada responden

yaitu ibu hamil. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data usia

kehamilan, paritas, jarak kehamilan, pemberian tablet Fe dan status gizi.

Sedangkan, Frequency Food Questionnaire (FFQ) akan diisi oleh

responden sesuai dengan yang konsumsi sehari-hari. Data hasil

pemeriksaan kadar Hb pada ibu hamil didapatkan melalui rekam medik

kunjungan ANC atau buku KIA yang dimiliki ibu hamil. Kuesioner yang

digunakan penelitian ini menggunakan kuesioner individu (RKD13 IND)

Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS).

E. Manajemen data

1. Pengumpulan data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara

menggunakan kuesioner sedangkan, data sekunder didapatkan dari

rekam medik berupa hasil pemeriksaan kadar Hb yang dilakukan oleh

petugas puskesmas atau buku KIA ibu selama penelitian berlangsung

yaitu pada tahun 2019.

Page 77: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

55

2. Pengolahan data

2.1 Editing

Merupakan tahap awal setelah pengambilan dan

pengumpulan data. Data yang telah dikumpulkan diperiksa kembali

kelengkapannya data diperiksa untuk memastikan agar semua

variabel-variabel yang ada dalam kuesioner terisi.

2.2 Coding

Setelah dipastikan variabel yang ada didalam kuesioner

terisi, selanjutnya dilakukan pemberian kode pada setiap variabel.

Pemberian kode pada variabel menggunakan angka dimulai dari

angka 0 sampai 2 untuk pengelompokkan pada variabel katagorik.

Tabel 4.2 Pengkodean variabel

No. Variabel Katagori variabel

1. Anemia 0. Anemia

1. Tidak anemia

2. Kunjungan

antenatal care

0. Tidak sesuai

1. Sesuai standar

3. Konsumsi tablet Fe 0. Tidak cukup (<90 tablet Fe)

1. Cukup (≥ 90 tablet Fe)

4. Paritas 0. Berisiko

1. Tidak berisiko

2. Belum pernah melahirkan

5. Status gizi 0. Status gizi kurang

1. Status gizi cukup

6. Jarak kehamilan 0. <2 tahun

1. >2 tahun

2. Belum pernah melahirkan

7. Usia kehamilan 0.Minggu ke 28-33

1. Minggu ke 34-37

2. Minggu ke 38-40

8. Asupan makanan 0. Kurang

1. Cukup

Page 78: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

56

2.3 Entry

Setelah dilakukan pemberian kode pada setiap variabel,

selanjutnya memasukan data kedalam template yang telah dibuat

sebelumnya menggunakan software SPSS.

2.4 Cleaning

Setelah dimasukannya data dilakukan, cleaning atau

pengecekan kembali untuk memastikan variabel yang terisi

sudah sesuai dengan kode yang ditentukan dan tidak ada

pertanyaan dari kuesioner yang terlewati atau belum terisi. Yang

selanjutnya akan dianalisis menggunakan software SPSS.

F. Analisis data

1. Analisis univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi

variabel dependen dan melihat distribusi frekuensi variabel

dependen, independen dan variabel kontrol. Variabel dependen

dari penelitian ini adalah anemia pada ibu hamil, variabel

independen dari penelitian ini adalah kunjungan ANC, dan

variabel kontrol dari penelitian ini adalah konsumsi tablet Fe,

paritas, status gizi, jarak kehamilan, usia kehamilan dan asupan

makanan. Hasil dari analisis univariat ini berupa, frekuensi dan

presentase variabel dependen dan independen dari penelitian ini.

Page 79: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

57

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis

multivariat yaitu analisis regresi logistik ganda dengan tujuan

untuk mengestimasi secara valid hubungan satu variabel

independen dengan variabel dependen dengan mengontrol

variabel paritas, jarak kehamilan, usia kehamilan, konsumsi

tablet Fe, status gizi dan asupan konsumsi.

Adapun tahap pemodelan dalam analisis ini adalah:

1. Pemodelan pertama adalah melakukan seleksi bivariat.

Seleksi bivariat dilakukan pada variabel independen dengan

vaiabel dependen. Variabel yang masuk kedalam model

multivariat jika pada uji bivariat variabel memiliki pvalue

<0,25. Namun, jika terdapat variabel yang memiliki nilai

pvalue >0,25 dan secara substansi variabel tersebut penting

terhadap variabel dependen maka, ketentuan pvalue <0,25

tidak harus dipenuhi.

2. Kemudian melakukan full model mencangkup variabel

independen, dependen dan kandidat interaksi (kandidat

interaksi ini dibuat antara variabel independen dengan

variabel kontrol).

3. Melakukan penilaian interaksi. Dengan cara mengeluarkan

variabel yang memiliki pvalue >0,05 satu per satu dimulai

dengan variabel yang memiliki pvalue terbesar.

Page 80: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

58

4. Tahap terakhir adalah penilaian konfonding. Tahap ini

dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel kovariat dari

model satu per satu dimulai dari yang memiliki nilai pvalue

terbesar. Bila sudah dilakukan eleminasi maka, selanjutnya

penilaian OR. Jika terdapat perbedaan selisih OR > 10%

antara sebelum dan sesudah eliminasi maka variabel tersebut

dianggap sebagai konfonding dan harus tetap berada dalam

model.

G. Uji validitas

Uji validitas pada penelitian ini tidak dilakukan secara

statistik. Validitas pada penelitian ini adalah validitas isi dimana

dalam mengukur variabel yang diteliti, dengan cara melihat

apakah responden dapat memahami dan menjawab pertanyaan

secara tepat. Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner

yang diambil dari SKRT (RKD13IND).

H. Etika penelitian

Penelitian ini sudah diaukan ethical clearance-nya kepada

Komisi Etik penelitian Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan disetujui dengan

nomor surat berikut Un.01/F10/KP.01.1/KE.SP/09.00.014/2019.

Setelah mendapatkan persetujuan etik. Peneliti mulai melakukan

penelitian. Hal ini dilakukan untuk melindungi dan menjamin

kerahasiaan responden.

Page 81: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

59

BAB V

HASIL PENELITIAN

5. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Puskesmas Ciputat

Puskesmas Ciputat terletak di Kecamatan Ciputat yang merupakan

salah satu kecamatan yang ada di Kota Tangerang Selatan. Puskesmas

Ciputat terletak ± 6 km sebelah utara Kota Tangerang Selatan dan beralamat

di Jalan Ki Hajar Dewantara No.7 Kelurahan Ciputat, Kota Tangerang

Selatan propinsi Banten. Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang

Selatan membawahi 2 Kelurahan dengan total luas wilayah 42.843 km2

dengan rincian Kelurahan Ciputat memiliki luas wilayah 18.334 km2 dan

Kelurahan Cipayung 24.509 km2.

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya antenatal care

(ANC) yang ada di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan dilakukan

oleh bidan terlatih. Pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Ciputat

mencakup 10 T yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu

pengukuran tinggi badan, berat badan, pengukuran tekanan darah, pemberian

tablet Fe, imunisasi tetanus toksoid, pemeriksaan tinggi fundus, pemeriksaan

darah, urin utin, pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ), konsultasi dan

penjelasan tentang komplikasi kehamilan. Pemberian makanan tambahan

akan diberikan kepada ibu hamil yang memiliki Hb dibawah 11gr/dl yaitu

biskuit yang mengandung Fe untuk tambahan zat besi ibu. Selain itu, ibu

hamil juga akan mendapatkan tablet Fe yang diberikan setiap kunjungan. Ibu

hamil akan mendapatkan buku KIA sejak pemerikasaan kehamilan pertama

Page 82: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

60

untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan janin serta kesehatan ibu.

Kelas ibu hamil juga disediakan oleh Puskesmas Ciputat Kota Tangerang

Selatan pada waktu tertentu serta pemeriksaan ultrasonografi (USG)

kehamilan.

B. Analisis Univariat

1. Gambaran Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019

Status anemia pada ibu hamil dibagi menjadi dua katagori, yaitu

anemia dan tidak anemia. Kemudian data dianalisis dan menghasilkan

informasi, terkait dengan gambaran anemia pada ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan. Berikut merupakan,

hasil distribusi frekuensi status anemia pada ibu hamil di wilayah

Puskesmas Ciputat.

Tabel 5.1 Gambaran Status Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah

Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019

Status anemia pada

ibu hamil Jumlah (n) Presentase (%)

Anemia 58 40,0

Tidak anemia 87 60,0

Total 145 100,0

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa berdasarkan status

anemia pada ibu hamil, sebagian besar ibu hamil tidak mengalami

anemia yaitu sebanyak 87 orang dengan presentase 60,0%.

Page 83: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

61

2. Gambaran Karakteristik Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota

Tangerang Selatan Tahun 2019

Karakteristik ibu dalam penelian ini terdapat satu variabel yaitu usia

ibu. Setelah variabel dianalisis, maka didapatkan informasi distribusi

usia dari ibu hamil. Berikut adalah distribusi deskriptif usia ibu.

Tabel 5.2 Gambaran Usia Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019

Usia ibu Jumlah

(n=145)

Presentase

(%)

< 20 tahun 2 1,4

20-35 tahun 133 91,7

>35 tahun 10 6,9

Total 145 100,0

Dari tabel 5.2, dapat diketahui bahwa, sebagian besar ibu hamil di

Puskesmas Ciputat berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 133 orang

(91,7%).

3. Gambaran Kunjungan ANC Berdasarkan Anemia pada Ibu Hamil Di

Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019

Dalam penelitian ini, kunjungan antenatal care dibagi menjadi dua

kategori yaitu tidak sesuai standar minimal dan sesuai standar minimal

kemudian dianalisis dan didapatkan informasi distribusi frekuensi nya

berdasarkan anemia pada ibu hamil. Berikut adalah hasilnya.

Tabel 5.3 Gambaran Status Anemia pada Ibu Hamil Berdasarkan Kunjungan

ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun

2019

Kunjungan Antenatal care

(ANC)

Status anemia

Anemia Tidak anemia

N % N %

Tidak sesuai 22 56,4 17 43,6

Sesuai 36 34,0 70 66,0

Page 84: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

62

Dari tabel 5.3, dapat diketahui bahwa, ibu hamil yang melakukan

kunjungan ANC tidak sesuai dan berstatus anemia sebanyak 22 orang

(56,4%) sedangkan, ibu hamil dengan kunjungan ANC sesuai dan

berstatus anemia sebanyak 36 orang (34,0%).

4. Gambaran karakteristik berdasarkan anemia pada ibu hamil di Wilayah

Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019

Tabel 5.4 Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Status Anemia di

Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019

Karakteristik ibu

Status anemia

Anemia Tidak anemia

n = 58 % n = 87 %

Paritas

Berisiko 25 40,3 37 59,7

Tidak berisiko 18 46,2 21 53,8

Belum pernah

melahirkan 15 34,1 29 65,9

Status gizi

Status gizi kurang 23 67,6 11 32,4

Status gizi cukup 35 31,5 76 68,5

Jarak kehamilan

< 2 tahun 6 75,0 2 25,0

≥ 2 tahun 37 40,2 55 59,8

Belum pernah

Melahirkan 15 33,3 30 66,7

Usia kehamilan

Preterm 40 40,8 58 59,2

Late preterm 12 35,3 22 64,7

Aterm 6 46,2 7 53,8

Konsumsi tablet Fe

Tidak cukup 41 66,1 21 33,9

Page 85: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

63

Cukup 17 20,5 66 79,5

Asupan makanan

Kurang dari AKG 52 39,1 81 60,9

Cukup dari AKG 6 50,0 6 50,0

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang

mengalami anemia terjadi pada ibu dengan status paritasnya tidak

berisiko sebesar (46,2%), status gizi kurang (67,6%), jarak kehamilan

≤2 tahun (75,0%), usia kehamilan aterm (46,2%), konsumsi tablet Fe

yang tidak cukup (66,1%) dan asupan makanan yang cukup dari Angka

Kecukupan Gizi (AKG) (50,0%).

Tabel 5.5 Gambaran Komponen Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil di

Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019

Komponen ANC

Ya Tidak

N % N %

Pemeriksaan tinggi badan 139 95,9 6 4,1

Pemeriksaan berat badan 145 100,0 0 0,0

Pemeriksaan tekanan darah 145 100,0 0 0,0

Pemeriksaan LILA 145 100,0 0 0,0

Pemeriksaan tinggi Rahim 145 100,0 0 0,0

Pemeriksaan letak janin 145 100,0 0 0,0

Pemeriksaan denyut jantung janin 145 100,0 0 0,0

Konseling 57 39,3 88 60,7

Tindakan/tatalaksana 60 41,4 85 59,6

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu

hamil diperiksa tinggi badan (95,9%), ditimbang berat badan (100%),

diperiksa tekanan darah (100%), diukur lingkar lengan atas (100%),

Page 86: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

64

diperiksa tinggi rahim (100%), diperiksa letak janian (100%), diperiksa

denyut jantung janin (100%), tidak diberikan konseling (60,7%) dan

diberikan tindakan/tatalaksana (59,6%).

C. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji multivariat

tujuannya untuk mengotrol variabel langsung (kontrol) yang memengaruhi

variabel dependen yaitu anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Ciputat. Langkah pertama dalam melakukan uji multivariat ini adalah

melakukan uji bivariat. Dari uji bivariat kemudian, dilihat pvalue hubungan

dari setiap variabel independen dan variabel kontrol dengan variabel

dependen. Apabila pvalue ≤0,25 maka, variabel independen dan variabel

kontrol tersebut masuk kedalam model uji multivariat. Berikut hasil analisis

bivariat.

Tabel 5.6 Seleksi Kandidat Variabel Independen dan Variabel Kontrol dengan

Analisis Bivariat

No. Variabel

independen

Variabel

dependen

Jenis uji Pvalue

1. Kunjungan ANC Status anemia Chi square 0,014*

Variabel kontrol

2. Status paritas

Status anemia

Chi square 0,250*

3. Jarak kehamilan Chi square 0,085

4. Status gizi Chi square 0,000*

5. Konsumsi tablet Fe Chi square 0,000*

6. Umur kehamilan Chi square 0,760

7. Asupan konsumsi Chi square 0,544

Ket: * masuk kedalam model multivariat

Page 87: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

65

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa, variabel yang masuk

kedalam kandidat analisis multivariat adalah variabel kunjungan ANC,

status paritas, status gizi, dan konsumsi tablet Fe.

Tahap kedua dalam analisis ini adalah melakukan pemodelan

lengkap (full model) dan penilaian interaksi. Pada tahap model lengkap

dilakukan dengan memasukan variabel status anemia, semua variabel

kandidat kovariat (kunjungan ANC, status gizi, konsumsi tablet Fe dan

paritas) serta semua variabel interaksi (kunjungan ANC dengan status gizi,

kunjungan ANC dengan konsusmsi tablet Fe dan kunjungan ANC dengan

paritas). Kemudian dilakukan penilaian interaksi, dengan cara, melihat

pvalue dari variabel interaksi. Variabel dikatakan berinteraksi jika pvalue

<0,05 jika, pvalue variabel >0,05 maka akan dikeluarkan. Pengeluaran

variabel dilakukan secara bertahap. Dilakukan dari pvalue yang terbesar.

Dari hasil penelitian ini interaksi “kunjungan ANC by status gizi”

(p=0,745), “kunjungan ANC by paritas” (p=0,249) dan “kunjungan ANC by

konsumsi Fe” (p=0,202) dikeluarkan secara berurutan dari model.

Tahap ketiga penilaian konfonding, dilihat berdasarakan hasil OR

dari masing-masing variabel yang memiliki pvalue ≤0,05. Dikatakan

variabel konfonding jika hasil OR > 10%. Pada penelitian ini, variabel status

paritas dikeluarkan dalam model. Berikut adalah hasil uji multivariat.

Page 88: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

66

Tabel 5.7 Hasil Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan Status

Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang

Selatan Tahun 2019

No. Variabel Pvalue

1. Kunjungan ANC 0,496

2. Status paritas 0,354

3. Status gizi 0,003

4. Konsumsi tablet Fe 0,000

Dari tabel diatas didapatkan hasil bahwa terdapat interaksi antara

kunjungan ANC dengan variabel kovariat yaitu variabel status gizi (pvalue=

0,003) dan variabel konsumsi tablet Fe (pvalue= 0,000). Dari tabel diatas

diketahui juga bahwa status paritas memiliki pvalue 0,354 dan tidak ada

interaksi dengan variabel kunjungan ANC. Maka variabel status paritas

akan dikeluarkan dari model.

Tabel 5.8 Nilai OR Crude Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan

Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota

Tangerang Selatan Tahun 2019

No. Variabel OR

1. Kunjungan ANC 1,359

2. Status gizi 4,571*

3. Konsumsi tablet Fe 6,881*

Ket: * pvalue <0,05

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai OR crude kunjungan

ANC sebesar 1,359. OR crude didapatkan dari analisis dengan mengontrol

variabel status gizi dan variabel konsumsi tablet Fe.

Tabel 5.9 Hasil OR Adjusted Analisis Multivariat Faktor Yang

Berhubungan Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019

No. Variabel *OR Adjusted

1. Kunjungan ANC 1,276

2. Konsumsi tablet Fe 7,044

Page 89: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

67

Ket: *OR Adj merupakan OR kunjungan ANC yang didapatkan setelah mengeleminasi variabel status paritas

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat nilai OR adjusted

variabel ANC sebesar 1,276. Nilai OR tersebut akan dimasukan kedalam

rumus perhitungan delta OR untuk melihat interaksi variabel yang diduga

variabel konfonding.

Delta OR = 𝑂𝑅 𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑−𝑂𝑅 𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒

𝑂𝑅 𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒 x 100%

Delta OR = 1,276−1,359

1,359 x 100%

Delta OR = -6,1%

Dari hasil perhitungan nilai OR dan Delta OR didapatkan bahwa

Delta OR < 10% artinya, variabel status gizi bukan merupakan variabel

konfonder dari hubungan variabel kunjungan ANC dengan status anemia

pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Ciputat.

Tabel 5.10 Hasil OR Adjusted Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan

Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat

Tahun 2019

No. Variabel *OR Adjusted

1. Kunjungan ANC 2,516 Ket: *OR Adj merupakan OR kunjungan ANC yang didapatkan setelah mengontrol variabel konsumsi tablet Fe

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat nilai OR Adjusted

setelah mengontrol variabel tablet Fe. Nilai OR Adjusted yang didapat

sebesar 2,516. Kemudian nilai tersebut dimasukan kedalam rumus

perhitungan Delta OR.

Delta OR = 𝑂𝑅 𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑−𝑂𝑅 𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒

𝑂𝑅 𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒 x 100%

Page 90: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

68

Delta OR = 2,516−1,359

1,359 x 100%

Delta OR = 85,13%

Dari perhitungan Delta OR diatas dapat diketahui bahwa nilai delta

OR kunjungan ANC dengan mengontrol variabel konsumsi tablet Fe

didapatkan nilai bahwa Delta OR > 10% artinya, variabel konsumsi tablet

Fe merupakan variabel konfonding, sehingga tidak dikeluarkan dari model

analisis.

Tabel 5.11 Hasil Akhir Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan

Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota

Tangerang Selatan Tahun 2019

Variabel Constant Pvalue OR CI 95%

Kunjungan ANC

0,029

0,582 1,276 0,536-3,036

Konsumsi tablet

Fe 0,000 7,044 3,201-15,502

Berdasarkan hasil uji statistik diatas didapatkan pvalue untuk

kunjungan ANC sebesar 0,582 artinya pada alpha 5% tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara kunjungan ANC dengan status anemia

setelah dikontrol variabel konsumsi tablet Fe dan didapatkan nilai OR

sebesar 1,276 artinya, tidak ada perbedaan antara ibu yang melakukan

kunjungan ANC tidak sesuai standar dengan ibu hamil yang melakukan

kunjungan ANC sesuai dengan standar terhadap kejadian anemia pada ibu

hamil setelah dikontrol dengan variabel “konsumsi tablet Fe”.

Page 91: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

69

BAB VI

PEMBAHASAN

6. PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya adalah tempat

penelitian ini hanya sampai pada wilayah kerja puskesmas dan teknik

pengambilan data tidak menggunakan simple random sampling tetapi

menggunakan purposive sampling sehingga data tidak dapat digeneralisir

ke area yang lebih luas karena keterbatasan waktu dan biaya selain itu juga

daerah Kota Tangerang Selatan yang luas.

B. Gambaran Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019

Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah

dan oksigen yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan fisiologis

(WHO, 2018). Menurut kementerian kesehatan, anemia ibu hamil adalah

ibu hamil yang memiliki kadar Hb <11 mg/L (infodatin gizi, 2016). Dan

dalam penelitian ini anemia didefinisikan kadar Hb ibu yang kurang dar

11mg/L dengan usia kehamilan trimester 3.

Dalam hasil penelitian ini, yang dilakukan pada 145 ibu hamil

trimester 3 memiliki presentase kejadian anemia pada ibu hamil sebesar

40%. Presentase kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat

memiliki presentase yang lebih tinggi dibandingkan nasional. Data SDKI

(2017) menunjukkan bahwa diantara 8% dari keluhan kehamilan, salah

satunya adalah terkait anemia.

Page 92: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

70

Menurut Serudji (2017) anemia sering terjadi pada trimester ke-3

kehamilan. Kemungkinan hal ini dikarenakan pada trimester ke-3

kehamilan merupakan titik tertinggi peningkatan volume plasma

dibandingkan massa eritrosit. Dan peningkatan kebutuhan oksigen

bersamaan dengan pertumbuhan janin yang semakin membesar.

Adapun faktor yang paling sering menyebabkan anemia adalah

defisiensi besi, anemia dapat mempegaruhi perkembangan janin yang ada

didalam kandungan. Oleh karena itu, perkembangan dan pertumbuhan janin

dalam kandungan sangat tergantung pada gizi yang ibu konsumsi. Makanan

yang ibu konsumsi akan disalurkan kepada janin melalui plasenta. Selain

itu, plasenta juga menyalurkan beberapa antibodi ibu sebagai barrier

terhadap janin dari kuman atau mikroorganisme. Maka, jika plasenta

mengalanmi disfungsi, hal ini akan berakibat gangguan pada pertumbuhan

janin. (Sulistyawati, 2011) dalam Rahmi (2016).

Akibat dari anemia pada kehamilan adalah dapat menjadi salah satu

pemicu terjadinya perdarahan, terutama perdarahan atonia uteri. Hal ini

disebabkan oleh berkurangnya jumlah oksigen yang diikat dalam darah dan

menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi secara baik yang akhirnya

timbul atonia uteri yang menyebabkan perdarahan postpartum. Wuryanti

(2010) hal ini juga dibenarkan oleh Saputri (2017) menyatakan bahwa

semakin rendah kadar Hb pada ibu hamil semakin besar resiko ibu

mengalami pendarahan postpartum. Handaria dkk (2011) juga menyatakan

bahwa kadar Hb yang rendah memiliki resiko 4 kali untuk mengalami

perdarahan postpartum.

Page 93: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

71

Ibu hamil dengan usia kandungan memasuki trimester 3 dan

mengalami anemia memiliki resiko yang mempengaruhi ibu dan anaknya.

Audrey (2016) mengatakan bahwa ibu hamil pada trimester 3 dan anemia

memiliki resiko yang besar terhadap berat bayi lahir rendah (BBLR). Resiko

BBLR terjadi dikarenakan tidak optimalnya metabolisme tubuh ibu akibat

dari kurangnya suplai oksigen. Tambunan (2011) juga mengatakan bahwa

ibu hamil dengan usia kehamilan trimester ke-3 memiliki hubungan yang

signifikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Sehingga untuk mencegah adanya defesiensi besi ibu perlu

mengonsumsi makanan yang mengandung besi seperti ikan atau daging

yang memang memiliki banyak kandungan Fe. Islam mengajarkan kita

untuk memakan makanan yang halal dan baik untuk tubuh. Seperti firman

Allah dalam surat An-Nahl ayat 14:

Artinya: “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar

kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu

mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu

melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan)

dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”.

Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir (Muhammad, 2003) dari ayat diatas

Allah telah memberi anugerah kepada hamba-Nya dengan apa yang Dia

Page 94: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

72

ciptakan di dalam lautan untuk mereka (hamba), membuatnya mudah untuk

mengarungi lautan dan menjadikan didalam laut terdapat ikan besar dan

ikan kecil dan dijadikan-Nya daging yang halal. Selain itu, dalam penelitian

(Usman, 2013) Ayat ini menjelaskan bahwa memakan daging yang segar

seperti daging ikan dapat membantu tumbuh kembang janin dalam rahim.

Hal ini merupakan suatu bukti bahwa di dalam daging ikan terdapat salah

satu sumber zat besi yang dapat dikonsumsi oleh ibu hamil yang sangat

dibutuhkan dalam proses kehamilan.

Selain makanan bersumber heme, beberapa makanan non heme

seperti buah-buahan juga terdapat unsur zat besi yang dapat dikonsumsi ibu.

Sebagaimana dalam surat An-Nahl ayat 10-11:

Artinya: dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kammu

tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan.

Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran

Allah) bagi orang yang berpikir.

Maksud dari ayat ini adalah Allah memberi kenikmatan melalui air

hujan. Dimana air hujan yang turun dari langit dapat menumbuhkan

tumbuhan-tumbuhan yang ada di muka bumi. Kemudian, keluarlah berbagai

macam buah dengan segala perbedaan macamnya, rasanya, warnanya,

Page 95: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

73

baunya dan bentuknya (Muhammad, 2003). Anemia defisiensi besi selain

dapat ditanggulangi dengan banyak mengonsumsi makanan bersumber zat

besi daging, buah-buahan yang juga merupakan sumber makanan yang

mengandung vitamin C yang membantu penyerapan zat besi dalam tubuh.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dari ayat diatas, Allah telah memberikan

anugerah berupa aneka jenis buah dari warna sampai rasa. Hal ini

merupakan sebuah bukti, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-quran,

anggur merupakan salah satu buah yang kaya akan vitamin C dan sangat

bermanfaat untuk mencegah terjadinya anemia.

Didalam Islam, kesehatan anak dan ibu sangat diperhatikan, karena

apa yang ibu lakukan, dan apa yang ibu makan akan memengaruhi janin

dalam rahim. Sehingga dianjurkan untuk ibu agar tidak berperilaku dan

mengomsumsi makanan yang dapat merugikan ibu dan janin. Rosulullah

bersabda:

Artinya: “anak yang celaka adala anak yang telah mendapat

kesempitan di masa dalam perut ibunya” (HR. Imam Muslim).

Selain itu, faktor lain seperti kunjungan ANC, paritas, status gizi,

konsumsi tablet Fe, jarak kehamilan, umur kehamilan dan asupan konsumsi

diduga dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Pada hasil

penelitian ini, kejadian anemia paling banyak terjadi pada ibu yang berstatus

paritas tidak berisiko (≤3 anak) yaitu sebesar 46,2%. Hal ini dapat terjadi

dikarenakan ibu hamil memasuki usia kehamilan trimester 3 sehingga

Page 96: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

74

walaupun ibu dengan status paritas tidak berisiko, kejadian anemia masih

dapat terjadi seperti yang dikatakan oleh (Darlina, 2003) usia kehamilan

trimester 3 memiliki kontribusi terbesar dan bermakna secara statistik

terhadap kejadian anemia. Jika berdasarkan teori jumlah anak yang

dilahirkan oleh seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

umur pertama kali melahirkan, jarak antar kelahiran dan kesuburan.

Menunda kelahiran pertama dan menjarangkan kelahiran dapat menurunkan

tingkat fertilitas dan berdampak positif terhadap kesehatan (SDKI, 2017)

Data SDKI 2017 menunjukan angka fertilitas total sebesar 2,4 yang

artinya seorang wanita di Indonesia rata-rata melahirkan 2,4 anak selama

hidupnya dimana presentase lebih tinggi pada daerah perkotaan yaitu

sebanyak 13% (2,3 anak). Selain usia kehamilan, jarak kehamilan yang

kurang dari 2 tahun juga dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil.

Walaupun ibu hamil tidak berisiko dalam status paritas namun, jarak

kehamilan yang kurang dari 2 tahun masih dapat mengakibatkan anemia

pada ibu hamil. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dimana, sebagian

besar ibu hamil yang mengalami anemia adalah ibu yang jarak

kehamilannya kurang dari 2 tahun. (Nurhidayati, 2013) mengatakan bahwa

jarak kehamilan yang kurang dari 2 tahun memiliki hubungan yang bermana

dengan kejadian anemia. Jarak yang terlalu dekat membuat ibu tidak

memperoleh kesempatan memperbaiki tubuhnya sendiri.

Selain paritas, konsumsi tablet Fe juga merupakan faktor yang

diduga memegaruhi anemia. Dalam penelitian ini sebagian besar ibu hamil

yang mengalami anemia, tidak cukup mengkonsumsi tablet Fe (90 tablet)

Page 97: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

75

selama kehamilan yaitu sebesar 66,1%. Sebesar 7,29% pemberian tablet Fe

dapat meningkatkan kadar Hb. Penelitian tersebut dilakukan oleh Andaruni

dan Nurbaety (2018) setelah 4, 6 dan 8 minggu intervensi. Hasil penelitian

Ratih (2018) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian Fe terhadap

penigkatan hematokrit pada ibu hamil. Hematokrit merupakan pemeriksaan

yang bertujuan untuk mengetahui volume eritrosit dalam darah yang

dinyatakan dalam (%). Sehingga jika ibu meminum tablet Fe sesuai dengan

keteraturan kunjungan ANC maka semakin baik nilai hematokrit.

Hal ini sejalan dengan penelitian Darwanty (2018) yang mengatakan

bahwa ibu hamil yang mengonsumsi tablet Fe <90 tablet berstatus anemia

sebesar 29,4%. Putri (2015) juga mengatakan 20% ibu hamil yang

mengalami anemia tidak baik dalam mengonsumsi tablet Fe, tidak ada

kesesuaian konsumsi dengan jumlah konsumsi tablet Fe didapat.

Status anemia pada ibu hamil juga diduga dipengaruhi oleh status

gizi ibu hamil. Dalam penelitian ini, sebagian besar ibu hamil memiliki

status gizi kurang yaitu sebesar 67,6%. Hal ini kemungkinan terjadi karena

status gizi ibu dipengaruhi oleh zat gizi yang ibu konsumsi. Sedangkan,

konsumsi setiap ibu hamil berbeda-beda. Rini (2019) mengatakan bahwa

banyak ibu hamil yang mengalami anemia berstatus gizi kurang dan asupan

gizi makro dan mikro juga kurang. Asupan zat gizi yang rendah juga

kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan ibu hamil yang minim akan zat

gizi yang cukup dan kurang Mulyani (2013). Hal ini didukung oleh

Mutiarasari (2019) yang mengatakan bahwa ukuran LILA <23,5 dapat

diakibatkan dari kurangnya asupan zat besi dan protein dalam makanan

Page 98: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

76

sehari-hari. Status gizi ibu hamil dapat dilihat dari kekurangan energi kronis

berdasarkan ukuran LILA, ibu hamil yang mengalami status gizi kurang

akibat yang akan timbul adalah keguguran, bayi lahir mati, BBLR dan

kematian neonatal (Chandradewi, 2015).

Faktor selanjutnya yang diduga menyebabkan anemia adalah jarak

kehamilan. Dalam penelitian ini sebagian besar ibu hamil memiliki jarak

kehamilan anak < 2 tahun (75,0%). Jarak kehamilan yang kurang dari 2

tahun dapat berisiko untuk terjadinya anemia menurut Anggraini (2018) ibu

hamil yang memiliki jarak <2 tahun lebih berisiko mengalami anemia

dikarenakan sistem reproduksi belum kembali seperti keadaan semula saat

sebelum hamil dan berisiko mengalami anemia. Dan anemia terjadi pada

ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan terlalu dekat akibat dari tubuh dari

ibu yang belum cukup untuk memenuhi cadangan nutrisi setelah melalui

hamil sebelumnya Husin (2014)

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Sulistiani (2009) yang

mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jarak

kehamilan dengan kejadian pada ibu hamil. Kesamaan hasil penelitian ini

mungkin dikarenakan desain studi yang digunakan sama dan dengan sampel

yang sama yaitu ibu hamil trimester ke-3 dan pengambilan data yang

bertempat langsung di Puskesmas dengan cara wawancara.

Secara teoritis jarak kehamilan memiliki hubungan terhadap

kejadian anemia pada ibu hamil. Akibatnya, jarak kehamilan yang kurang

dari 24 bulan memiliki risiko tinggi kesakitan dan kematian anak (SDKI,

2017). Selain itu, persepsi orang tua terhadap nilai anak juga diduga dapat

Page 99: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

77

memengaruhi pengaturan jarak kehamilan. Dalam mengatur jarak

kehamilan orang tua akan mempertimbangkan soal biaya yang dikeluarkan

untuk membesarkan dan memberikan pendidikan anak, serta menganggap

anak sebagai beban juga masih menjadi pertimbangan untuk mengatur jarak

kehamilan Sahrul (2014). Berdasarkan hasil penelitian ini maka terdapat

fakta bahwa tidak terdapat hubungan antara jarak kehamilan dengan

anemia. Maka variabel tersebut, tidak masuk dalam model dan tidak diuji

hipotesis.

Selain jarak kehamilan, umur kehamilan juga diduga memengaruhi

anemia pada ibu hamil. Dalam penelitian ini, sebagian besar ibu hamil yang

mengalami anemia terjadi pada usia kehamilan aterm yaitu sebesar 46,2%.

Menurut Susianty (2017) Usia kehamilan pada trimester ke-3 termasuk

kedalam usia kehamilan yang berisiko untuk mengalami anemia. Tambunan

(2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa proporsi terbesar anemia

terdapat pada usia kehamilan trimester ke-3.

Secara teori, usia kehamilan dapat memengaruhi anemia pada ibu

hamil. Hal itu dikarenakan pada usia 5-8 bulan terjadi pengenceran darah

(hemodilusi) mencapai maksimal. Akibatnya, kadar Hb dalam darah

menurun dan menyebabkan anemia pada ibu. Sehingga semakin besar usia

kandungan maka semakin berisiko terjadinya anemia Lestari (2010).

Menurut Manuaba (1998) dalam Windarti (2012) puncak terjadinya

hemodilusi pada ibu hamil terjadi usia kehamilan 34 minggu. Hal ini sejalan

dengan penelitian ini, sebagian besar usia kehamilan pada ibu hamil adalah

aterm (38-40 minggu) kehamilan. Hal ini yang memungkinkan masih

Page 100: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

78

terdapatnya ibu hamil yang mengalami anemia pada usia kehamilan akhir

dalam penelitian ini. Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini dan

penjelasan sebelumnya terdapat fakta bahwa diantara usia kehamilan, usia

aterm paling banyak terjadi anemia pada ibu hamil.

Asupan makanan juga diduga dapat menyebabkan anemia pada ibu

hamil. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil

mengonsumsi makanan yang bersumber zat besi cukup dari AKG yaitu

sebesar 50,0%. Selama masa kehamilan asupan makanan ibu akan

mempengaruhi keadaan ibu hamil. Terutama makanan yang bersumber zat

besi yang diperlukan oleh tubuh. Jika asupan makanan ibu kurang baik

terutama zat besinya, kemungkinan dapat terjadi anemia pada ibu hamil.

Hasil dari penelitian ini, sebagian besar ibu hamil yang mengalami

anemia memiliki asupan gizi cukup hal ini kemungkinan terjadi karena ibu

hamil mengonsumsi makanan atau minuman yang dapat menghambat

penyerapan zat besi seperti konsumsi teh atau kopi. Kopi atau teh dapat

mengikat zat mineral salah satunya zat besi. Sehingga zat besi yang diserap

oleh tubuh tidak sesuai dengan yang dikonsumsi oleh ibu hamil yang

diperoleh dari makanan. Ibu hamil yang memiliki kebiasaan mengonsumsi

teh beresiko mengalami anemia 2,785 kali lebih besar dibandingkan ibu

yang tidak memiliki kebiasaan minum teh (Septiawan dkk, 2015).

(Darmawansyah, 2017) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara

mengonsumsi teh dengan anemia pada ibu hamil, tanin yang merupakan

polifenol yang terdapat dalam teh atau kopi yang dapat menghambat

absorpsi dengan cara mengikat besi. (Afiyah, 2015) mengatakan bahwa ibu

Page 101: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

79

hamil yang mengonsumsi teh sebagian besar mengalami anemi sedangkan

dari 7 ibu hamil yang tidak mengonsumsi teh seluruhnya tidak mengalami

anemia. Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin C yang

membantu penyerapan zat besi kedalam tubuh juga dapat menyebabkan

anemia pada ibu hamil (Azra, 2017).

Tambunan (2011) mengatakan bahwa tidak adanya hubungan antara

pola konsumsi non heme dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Sejalan

dengan Mandasari (2015) mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan

antara asupan zat besi dengan anemia pada ibu hamil. Namun, jika dilihat

berdasarkan data SDKI 2017 mengatakan bahwa ibu hamil yang

mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi dapat dipengaruhi oleh usia

dan daerah tempat tinggal dimana, pada ibu yang berusia 30-39 sebanyak

71,2% yang mengonsumsi makanan yang bersumber zat besi, dan bertempat

tinggal di perkotaan (74,0%).

Berdasarkan hasil uji diagnosis hubungan asupan makanan dengan

anemia pada ibu hamil, faktor lain yang paling memungkinkan terjadi

anemia adalah konsumsi tablet Fe yang kurang dari 90 tablet, dan

berdasarkan hasil akhir multivariat, variabel konsumsi tablet Fe merupakan

konfonding. Selain itu, dari hasil penelitian ini sebagian besar ibu yang

mengonsumsi asupan zat besi cukup dari AKG yaitu sebesar 50,0%.

Ditambah lagi dengan usia kehamilan ibu dalam penelitian ini yaitu

memasuki usia kehamilan trimester ke-3. Dari hasil penelitian ini, ibu

dengan usia kehamilan aterm sebesar 46,2%. Berdasarkan teori usia 34

minggu kehamilan merupakan puncak hemodilusi pada darah. Oleh karena

Page 102: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

80

itu variabel asupan makanan tidak terdapat hubungan dan tidak masuk

kedalam model multivariat.

C. Hubungan Kunjungan ANC dengan Anemia pada Ibu Hamil di

Wilayah Puskesmas Ciputat

Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang berkompeten. Tenaga kesehatannya meliputi

dokter umum dan atau dokter kandungan, bidan dan perawat. Terdapat dua

kategori dalam pemeriksaan ANC yaitu pemeriksaan kehamilan K1

pelayanan masa kehamilan yang dilakukan oleh ibu hamil sebanyak satu

kali tanpa memperhitungkan periode waktu. Dan pemeriksaan kehamilan

K4 yaitu pemeriksaan yang dilakukan 1 kali pada trimester pertama, 1 kali

pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 SDKI (2017). Sedangkan,

pada penelitian ini Kunjungan ANC didefiniskan sebagai ibu hamil dengan

usia kehamilan trimester ke-3 yang melakukan kunjungan ANC sesuai

minimal (1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 1 kali pada

trimester III) dan ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai

(jumlah kunjungan yang kurang di setiap trimester dari standar minimal).

Salah satu upaya pemerintah adalah adanya program ANC yang

harus dilakukan sedini mungkin oleh ibu hamil dalam mencegah terjadinya

anemia pada ibu hamil, meningkatkan deteksi dini resiko kehamilan, dan

mencegah terjadinya komplikasi kehamilan. Berdasarkan data SDKI (2017)

menyebutkan bahwa sebanyak 8 dari 10 wanita hamil yang mulai

memeriksakan kehamilannya pada trimester ke-1, atau saat umur

kandungan kurang dari 4 bulan.

Page 103: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

81

Kunjungan ANC menjadi suatu hal yang penting karena pada saat

ibu hamil melakukan kunjungan ANC, ibu hamil tersebut akan

mendapatkan 10 komponen pelayanan secara bersamaan pada satu kali

kunjungan. Komponen pelayanan yang akan ibu dapat pada saat kunjungan

ANC adalah pemeriksaan perut, tekanan darah, denyut jantung janin, tinggi

rahim, lingkar lengan atas, tinggi badan, darah, timbang berat badan,

konseling, dan pemberian tablet Fe SDKI (2017).

Berdasarkan hasil penelitian pada 145 ibu hamil didapatkan bahwa

sebagian besar responden yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai

minimal standar yaitu sebanyak 56,4%. Ibu hamil yang melakukan

kunjungan ANC tidak sesuai dengan standar minimal kemungkinan tidak

dapat mengetahui resiko atau resiko-resiko yang dapat terjadi terhadap

kehamilan. Hal ini dikemukakan oleh Wiknjosastro (2006) dalam Vati

(2015) bahwa kunjungan ANC bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan

yang kemungkinan timbul pada kehamilan agar segera diketahui dan diatasi

serta tidak berpengaruh buruk terhadap kehamilan.

Pada hasil penelitian ini kunjungan ANC dapat memengaruhi

kejadian anemia pada ibu hamil. Hasilnya menunjukkan bahwa ibu hamil

yang melakukan ANC tidak sesuai standar minimal dan mengalami anemia

sebanyak 22 orang dengan presentase 56,4%. Hal ini diduga bahwa

berdasarkan data primer ibu hamil yang mengalami anemia, beberapa

diantaranya melakukan kunjungan ANC tidak sesuai standar minimal dan

memulai kunjungan bukan di awal trimester. Sehingga responden tidak

Page 104: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

82

dapat mengetahui resiko yang terjadi dalam kehamilannya dan tidak dapat

mencegahnya sehingga terjadi anemia pada kehamilan.

Berdasarkan uji regresi logistik berganda dapat diketahui bahwa

kunjungan ANC bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian

anemia di Puskesmas Ciputat. Mamonto dkk (2014) menyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan yang nyata antara kunjungan ANC dengan kejadian

anemia pada ibu hamil. Selain itu, Tristiyanti (2006) mengatakan bahwa

tidak adanya hubungan antara kunjungan ANC dengan kadar Hb. Namun,

ANC merupakan suatu hal yang penting untuk pencegahan terhadap

anemia. Karena jika ibu tidak melakukan kunjungan ANC, ibu tidak

mendapatkan tablet Fe dan tidak ada tindakan jika terjadinya tanda-tanda

komplikasi pada ibu. Menurut Subarda, dkk (2011) kunjungan ANC

memiliki pengaruh terhadap pencegahan anemia. Asyirah (2012) juga

mengatakan bahwa kunjungan ANC merupakan variabel paling

berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

Dalam penelitian ini, hubungan kunjungan ANC dengan kejadian

anemia pada ibu hamil dipengaruhi oleh variabel konsumsi tablet Fe. Dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi tablet

Fe <90 butir selama kehamilan memiliki resiko 7,044 mengalami anemia

dari pada responden yang mengkonsumsi tablet Fe >90 butir. Hal in diduga

bahwa konsumsi tablet Fe merupakan variabel konfonding terhadap status

anemia Ristica (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa konsumsi

tablet Fe merupakan salah satu variabel yang mengontrol faktor-faktor yang

berhubungan dengan anemia.

Page 105: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

83

Hal ini mungkin dapat terjadi karena tidak semua tablet Fe yang ibu

dapat dari kunjungan ANC diminum oleh ibu hamil. Sehingga

memungkinkan masih adanya kejadian anemia pada ibu hamil. Berdasarkan

Hasil penelitian ini, sebagian besar ibu hamil mendapatkan tablet Fe lebih

dari 90 tablet yaitu sebesar 75, 2%. Kemungkinan lain terkait kurangnya

jumlah konsumsi tablet Fe dengan yang diterima oleh ibu adalah faktor

internal dari ibu. Faktor internal ibu meliputi pengetahuan tentang manfat

tablet Fe, cara meminum tablet dengan benar, waktu yang tepat untuk

meminum tablet dan efek samping dari tablet tersebut. Efek samping dari

obat berupa rasa mual, bau obat yang tidak enak dan muntah setelah

konsumsi obat. Yang akhirnya membuat ibu untuk tidak patuh

mengonsumsi tablet setiap hari sesuai dosis Wahyuni (2010). Puspasari dkk

(2008) menyatakan kepatuhan konsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan

jumlah tablet yang di minum, ketepatan cara mengonsumsi tablet dan

frekuensi konsumsi tablet per hari. Budiarti dkk (2011) mengatakan bahwa

ibu hamil yang tidak patuh mengonsumsi tablet Fe 4 kali lebih berisiko

untuk mengalami anemia dibandingkan ibu hamil yang patuh mengonsumsi

tablet Fe.

Berdasarkan hasil analisis silang konsumsi tablet Fe dengan

kunjungan ANC, dapat diketahui bahwa ibu hamil yang konsumsi tablet Fe

<90 tablet adalah yang melakukan kunjungan ANC sesuai standar minimal

yaitu sebesar 32,1%. Ibu yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai

standar minimal memiliki risiko sebesar 5,019 kali untuk mengonsumsi <90

tablet Fe dibandingkan ibu yang melakukan kunjungan ANC sesuai standar

Page 106: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

84

minimal. Hasil ini mendukung pengaruh konsumsi tablet Fe terhadap

hubungan kunjungan ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Dukungan variabel konsumsi tablet Fe dalam hubungan anemia

pada ibu hamil dapat terjadi dikarenakan hal ini sesuai dengan teori yang

ada. Secara teori, konsumsi tablet Fe <90 tablet dapat menjadi resiko

terjadinya anemia pada ibu hamil. Dalam penelitian ini, sebagian besar ibu

hamil yang mengalami anemia adalah yang mengonsumsi tablet Fe <90.

Selain itu secara teori mengosumsi tablet Fe sebanyak 90 butir selama

kehamilan sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi bagi ibu

hamil dan janin Milah (2019). Selain itu, konsumsi tablet Fe > 90 tablet

memiliki resiko yang rendah terhadap kejadian anemia dibandingkan

konsumsi <90 tablet Fe (Aryani, 2016). Dan pada penelitian ini, didapatkan

hasil bahwa konsumsi tablet Fe memiliki pengaruh terhadap kejadian

anemia dengan OR>1.

Selain dipengaruhi oleh konsumsi tablet Fe, penelitian ini juga

menemukan fakta bahwa hubungan ANC dengan kejadian anemia tidak

dipengaruhi oleh status gizi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa

faktor.

Dalam penelitian ini, status gizi merupakan salah satu faktor yang

tidak memengaruhi anemia pada ibu hamil. Hal ini dapat terjadi karena

berdasarkan teori, ibu hamil yang memiliki status gizi LILA <23,5 beresiko

untuk terjadinya KEK yang nantinya akan memengaruhi terjadinya anemia

pada ibu hamil. Ukuran LILA yang rendah menggambarkan kekurangan

Page 107: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

85

energy dan protein dalam intake makanan sehari-hari yang biasanya juga

diiringi kekurangan zat gizi lain. Dan ibu hamil yang memiliki KEK

berpeluang untuk menderita anemia Darlina (2003). Sandrayayuk dkk

(2013) mengatakan bahwa ibu hamil yang memiliki status gizi beresiko

KEK memiliki peluang untuk anemia dari pada ibu hamil yang memilki

status gizi tidak beresiko KEK.

Walaupun dalam penelitian ini, sebagian besar ibu hamil yang

mengalami anemia adalah ibu hamil yang memiliki status gizi kurang atau

beresiko KEK. Berdasrkan hasil uji hipotesis dalam penelitian ini

menemukan fakta bahwa status gizi tidak berhubungan signifikan dengan

kejadian anemia pada ibu hamil.

Berdasarkan pembahasan diatas, walaupun kunjungan ANC tidak

berpengaruh secara langsung terhadap anemia namun, kunjungan ANC

masih perlu dilakukan sebagai salah satu pencegahan dengan

mempertimbangkan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil yang memengaruhi

hubungan kunjungan ANC dengan anemia. Oleh karena itu pemantauan

konsumsi tablet Fe setiap kali kunjungan dirasa perlu untuk mengontrol

jumlah konsumsi tablet Fe yang seharusnya diminum oleh ibu hamil.

Page 108: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

86

BAB VII

PENUTUP

7. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Presentase kejadian anemia pada ibu hamil di Ciputat tahun 2019

masih tinggi yaitu sebesar 40,0%.

2. Anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun

2019 banyak terjadi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC

yang tidak sesuai.

3. Sebagian besar ibu hamil di Puskesmas Ciputat tahun 2019 berusia

20-35 tahun.

4. Anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat sebagian

besar konsumsi tablet Fe <90 tablet, status paritas tidak berisiko,

jarak kehamilan <2 tahun, usia kehamilan aterm, asupan makanan

cukup dari AKG dan status gizi kurang.

5. Tidak ada hubungan antara ibu hamil yang melakukan kunjungan

ANC tidak sesuai dengan ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC

sesuai terhadap kejadian anemia setelah dikontrol variabel konsumsi

tablet Fe.

Page 109: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

87

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dimana

hubungan kunjungan ANC pada ibu hamil dipengaruhi oleh konsumsi tablet

Fe. Maka peneliti mengajukan beberapa saran.

1. Puskesmas Ciputat

a. Memantau konsumsi tablet Fe pada ibu hamil sesuai dengan yang di

berikan dan yang harus diminum, bidan diharapkan bertanya tentang

konsumsi tablet Fe dan mencatat di buku KIA saat ibu

memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Ciputat. Serta

penekanan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil yang mengalami

anemia.

b. Para bidan diharapkan agar meningkatkan pemberian konsultasi

pada ibu hamil terkait bahaya anemia yang terjadi pada kehamilan

sejak trimester pertama, pengaruh Hb terhadap kehamilan dan janin.

c. Meningkatkan kerjasama dengan kader terkait informasi pelayanan

pemeriksaan kehamilan. Dan memaksimalkan kader dalam

mengajak ibu hamil melakukan kunjungan ANC.

2. Ibu hamil

a. Agar selalu memeriksa kehamilan setiap minggu sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan berdasarkan anjuran bidan.

b. Membuat jadwal harian sebagai pengingat konsumsi tablet Fe sesuai

dosis.

c. Ibu hamil diharapkan untuk tetap meminum tablet Fe yang telah

diberikan oleh bidan, walaupun terjadi rasa mual atau efek samping

pada obat salah satunya dengan makanan pendamping yang

Page 110: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

88

mengurangi rasa mual tanpa mengurangi penyerapan zat besi saat

mengonsumsi tablet Fe.

d. Diharapkan ibu hamil bertanya pada setiap kali kunjungan selain

kehamilan dan kesehatan janin namun, dirasa perlu untuk

menanyakan asupan gizi yang harus dipenuhi, dan dikurangi saat

hamil dan melakukan semua saran yang diberikan oleh bidan.

3. Penelitian selanjutnya

a. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut

variabel-variabel eksternal kehamilan yang berhubungan dengan

anemia.

b. Agar meneliti lebih lanjut tentang anemia pada ibu hamil dengan

memperluas area penelitian agar dapat digeneralisir di berbagai

tingkat.

Page 111: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

89

8. DAFTAR PUSTAKA

Academy, American, O. F. Pediatrics, Age Terminology During, and Perinatal

Period. 2004. “Age Terminology During the Perinatal Period.” Pediatrics

114(5):1362–64.

Achadi, Endang L. 2017. “Kematian Maternal Dan Neonatal Di Indonesia.” 47.

Afiyah, R. Khairiyatul. 2015. “Konsumsi Teh Mempengaruhi Kejadian Anemia

Pada Ibu Hamil Di Wilayah BPS NY. Nurs Isnafiyah Bringin Wetan Taman

Sidoarjo.” 143–51.

Alamsyah, Putri Rahmah and Dini Ririn Andrias. 2018. “Hubungan Kecukupan Zat

Gizi Dan Konsumsi Makanan Penghambat Zat Besi Dengan Kejadian Anemia

Pada Lansia.” Media Gizi Indonesia 11(1):48.

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Ana Samiatul Milah. 2019. “Hubungan Konsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian

Anemia Pada Ibu Hamil Di Desa Baregbeg Wilayah Kerja Puskesmas

Baregbeg Kabupaten Ciamis Tahun 2018.” Jurnal Keperawatan Galuh

1(1):12–36.

Anggraini, Putri Dewi. 2018. “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Page 112: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

90

Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Pinang Tahun 2018.” 7(15):33–38.

Aryani, Feny. 2017. “Hubungan Anemia Pada Saat Kehamilan Dengan Kejadian

Perdarahan Postpartum Di RSUD Panembahan Senopati Bantul.” FIK

Univesitas Aisyiyah.

Aryani, Rizqi. 2016. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada

Ibu Hamil Trimester III Di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban Kabupaten

Sukoharjo.” Naskah Publikasi 1–16.

Asyirah, Sitti. 2012. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu

Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten

Gowa Tahun 2012.”

Audrey, Hillary Meita. 2016. “Hubungan Antara Status Anemia Ibu Hamil

Trimester III Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Wilayah Kerja

Puskesmas Halmahera, Semarang.” Jurnal Kedokteran Diponegoro 5(4):966–

71.

Azra, Putri Aulia and Bunga Christitha Rosha. 2017. “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Status Anemia Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas

Air Dingin Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.” Jurnal Kesehatan

Reproduksi 6(2):89–96.

Page 113: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

91

Bakta, I. Made. 2014. Hematologi Klinik Ringkas. edited by D. L. & K. Purba.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Budiarti, Meilina and Lider Umar. 2011. “Hubungan Jarak Kehamilan Dan

Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu

Hamil Di Puskesmas Rumbia Lampung Tengah Tahun 2011.” IV(1):35–44.

Chandradewi, AASP. 2015. “Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap

Peningkatan Berat Badan Ibu Hamil Kek (Kurang Energi Kronis) Di Wilayah

Kerja Puskesmas Labuan Lombok.” Jurnal Kesehatan Prima 9(1):1391–1402.

Darlina. 2003. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Gizi

Pada Ibu Hamil Skipsi. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat Dan

Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.”

Darlina and Hardinsyah. 2003. “Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Kota

Bogor.” Media Gizi & Keluarga 27(2):34–41.

Darmawansyah, Eliza Epina, and Kartika Muryaningrum. 2017. “Apakah

Kebiasaan Minum Teh Berisiko Anemia Pada Ibu Hamil.” 5(2):9–13.

Darwanty, Jundra. 2018. “Hubungan Konsumsi FE Terhadap Kejadian Anemia

Pada Ibu Hamik Di Kabupaten Karawang Tahun 2014.” Jurnal Kebidanan

7(1):14–22.

Page 114: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

92

Dinas kesehatan, KotaTangerang Selatan. 2015. “Profil Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan 2015.”

Fatimah and Susi Ernawati. 2016. “Pelaksanaan Antenatal Care Berhubungan

Dengan Anemia Pada Kehamilan Trimester III Di Puskesmas Sedayu I

Yogyakarta.” Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia 3(3):134–39.

Fida, Dyah Puspasari, Saryono, and Rahmawati Dian. 2008. “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi Di

Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.” 5(3):174–

81.

Gebreweld, Angesom and Aster Tsegaye. 2018. “Prevalence and Factors

Associated with Anemia among Pregnant Women Attending Antenatal Clinic

at St. Paul’s Hospital Millennium Medical College, Addis Ababa, Ethiopia.”

Advances in Hematology 2018:3942301.

Handaria, Diana, Andra Novitasari, and Anada Kaporina. 2011. “Perdarahan Post

Partum Akibat Anemia Pada Ibu Hamil Di RSUD Tugurejo Semarang.” 4.

Hidayati, Irul and Esti Novi Andyarini. 2018. “Hubungan Jumlah Paritas Dan Umur

Kehamilan Dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil.” Journal of Health Science

and Prevention 2(April):42–47.

Husin. 2014. “Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti Paradigma Baru Dalam Asuhan

Page 115: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

93

Kebidanan.”

Ita Sulistiani, Sulistyaningsih. 2009. “Hubungan Jarak Kehamilan Dengan

Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta

Tahun 2009.”

Kemenkes. 2013. “SDKI.” Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia 266.

Kemenkes RI. 2013. “Buku Saku Kesehatan Ibu Fasilitas Kesehatan Dasar Dan

Rujukan.”

Kemenkes RI. 2014. “Pedoman Gizi Seimbang Kementerian Kesehatan RI 2014.”

62.

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. “PERATURAN MENTERI

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014

TENTANG.” British Journal of Psychiatry 205(01):76–77.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. ProfKementrian Kesehatan

Republik Indonesia (2017) Profile Kesehatan Indonesia Tahun 2017, Ministry

of Health Indonesia. Edited by R. Kurniawan et Al. Jakarta: Kementrian

Kesehatan RI 2018. Doi: 10.1002/Qj.Ile Kesehatan Indonesia Tahun 2017.

edited by R. Kurniawan, Yudianto, B. Hardhana, and T. Siswanti. Jakarta:

Page 116: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

94

Kementrian Kesehatan RI 2018.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. n.d. “Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2015-2019.”

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. “Situasi Gizi.” Pusat Data Dan

Infromasi Kementrian Kesehatan RI.

Lelissa, Dereje. 2015. “Prevalence of Anemia Among Women Receiving Antenatal

Care at Boditii Health Center, Southern Ethiopia.” Clinical Medicine Research

4(3):79.

Lesilolo, Theresia Nancy, Joice N. A. Engka, and Herlina I. S. Wungouw. 2016.

“HUBUNGAN PEMBERIAN TABLET BESI DAN ANTENATAL CARE.”

4.

Mamonto, Taufik, Anita Basuki, Maureen I. Punuh, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, and Universitas Sam Ratulangi. 2014. “Kosumsi Tablet Fe

Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil DI Puskesmas Bilalang Kota

Kotamobagu.”

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. I. edited by Setiawan. Jakarta:

Buku Kedokteran ECG.

Page 117: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

95

Marlapan, Sandrayayuk, Benny Wantouw, and Jolie Sambeka. 2013. “Hubungan

Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tuminting Kec. Tuminting Kota Manado.” Jurnal Keperawatan

UNSRAT 1(1):1–7.

Masrizal. 2007. “Anemia Defisiensi Besi.” Jurnal Kesehatan Masyarakat

II(1):140–45.

Mengist, Hylemariam Mihiretie, Olifan Zewdie, and Adugna Belew. 2017.

“Intestinal Helminthic Infection and Anemia among Pregnant Women

Attending Ante-Natal Care (ANC) in East Wollega, Oromia, Ethiopia.” BMC

Research Notes 10(1):1–9.

Muhammad, Abdullah Bin. 2003. “Tafsir Ibnu Katsir.” Bogor: Pustaka Imam asy-

Syafi’i.

Mutiara Sabrina, Cut and Joserizal Serudji. 2017. “Gambaran Anemia Pada

Kehamilan Di Bagian Obstetri Dan Ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang

Periode 1 Januari 2012 Sampai 31 Desember 2012.” Jurnal Kesehatan

Andalas 6(1):142–46.

Nurhidayati Rohmah Dyah. 2013. “Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia

Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten

Sukoharjo.” Naskah Publikasi 1–16.

Page 118: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

96

Oehadian, Amaylia. 2012. “Pendekatan Klinis Dan Diagnosis Anemia.” Cdk

39(6):407–12.

Organization, world health. 2016. “WHO Recommendation on Antenatal Care for

Positive Pregnancy Experience.” WHO Recommendation on Antenatal Care

for Positive Pregnancy Experience 152.

Permenkes. 2014. “Permenkes RI.No. 97 Tahun 2014.”

Prihandini, Shandra Riestya, Wahyu Pujiastuti, and Tulus Puji Hastuti. 2016. “Usia

Reproduksi Tidak Sehat Dan Jarak Kehamilan Yang Terlalu Dekat

Meningkatkan Kejadian Abortus Di Rumah Sakit Tentara Dokter Soedjono

Magelang.” Jurnal Kebidanan 5(10):47–57.

Purwaningtyas, M. and G. Prameswari. 2017. “Faktor Kejadian Anemia Pada Ibu

Hamil.” Higeia : Journal of Public Health 1(1):1–7.

Putri, Septianas. 2015. “Hubungan Cara Konsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian

Anemia Pada Ibu Hamil Trimester II Dan III Di Puskesmas Tegalrejo

Yogyakarta Tahun 2015.”

Rachmawati, Oktavia Mandasari. 2015. “Hubungan Konsumsi Asupan Protein, Zat

Besi Dan Vitamin C Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di Desa Joho

Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.” Publikasi Karya Ilmiah

151:10–17.

Page 119: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

97

Rahmi, Laila. 2016. “Gambaran Berat Plasenta Terhadap Berat Lahir Bayi.” Jurnal

Kesehatan Medika Saintika Volume 10 No 1(1):11–24.

Ratih, Rini Hariani. 2018. “Pengaruh Pemberian Zat Besi (Fe) Terhadap

Peningkatan Kadar Hematokrit Pada Ibu Hamil Yang Mengalami Anemia.”

Prodi D III Kebidanan Universitas Abdurrab, Pekanbaru, Riau 34–38.

Rimawati, Eti, Erna Kusumawati, Elviera Gamelia, Sumarah Sumarah, and Sri

Achadi Nugraheni. 2018. “Intervensi Suplemen Makanan Untuk

Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil.” Jurnal Ilmu Kesehatan

Masyarakat 9(3):161–70.

Rini, Astuti. 2019. “Gambaran Status Gizi Dan Asupan Zat Gizi Pada Ibu Hamil Di

Kota Semarang.” Journal of Nutrition and Helath 8(5):55.

Riskesdas. 2013. “Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.” Laporan Nasional

2013 1–384.

Rista Andaruni, Nurul Qamariah and Baiq Nurbaety. 2018. “Efektivitas Pemberian

Tablet Zat Besi (Fe), Vitamin C Dan Jus Buah Jambu Biji Terhadap

Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) Remaja Putri Di Universitas

Muhammadiyah Mataram.” Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM.

Mataram 3(2):104.

Ristica, Octa Dwienda. 2013. “Faktor Risiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Page 120: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

98

Risk Factors Related to Anemia in Pregnant Women.” Jurnal Kesehatan

Komunitas 2(2):78–82.

Rizki, Fadina, Nur Indrawati Lipoeto, and Hirowati Ali. 2018. “Hubungan

Suplementasi Tablet Fe Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester

III Di Puskesmas Air Dingin Kota Padang.” Jurnal Kesehatan Andalas

6(3):502–6.

Roosleyn, Intan Parulian Tiurma. 2016. “Strategi Dalampenanggulangan

Pencegahan Anemia Padakehamilan.” Jurnal Ilmiah Widya 3(3):1–9.

Sahrul, Mulya Sari and Handini Listyani Refti. 2014. “Persepsi Nilai Anak Dalam

Pengaturan Kelahiran Pada Pasangan Usia Subur.”

Salmariantity. 2012. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu

Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten

Indragiri Hilir Tahun2012.” Skripsi.

Saputri, Helda Elita. 2017. “Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian

Perdarahan Pasca Bersalin Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun

2016.”

SDKI. 2017. Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2017.

Septiawan, Yudi and Erta Sugerta. 2015. “Hubungan Kebiasaan Minum Teh Pada

Page 121: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

99

Ibu Hamil Trimester II Di Puskesmas Kotabumi.” Jurnal Kesehatan 6(2):117–

22.

Sri Agustini. 2012. Pengetahuan Ibu..., Sri Agustini, FKM UI, 2012.

Sri, Mulyani. 2013. “Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kadar Hemoglobin

Pada Ibu Hamil Trimester II Di Puskesmas Bandarharo Semarang Utara.”

Statistik, Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi. 2018. “Provinsi Banten

Dalam Angka 2018.” edited by Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi

Statistik. BPS Provinsi Banten.

Subarda, Muhammad Hakimi, and Siti Helmyati. 2011. “Berhubungan Dengan

Kepatuhan Ibu Hamil Minum Tablet Besi.” 8(1):7–13.

Subarda, Subarda, Mohammad Hakimi, and Siti Helmyati. 2011. “Pelayanan

Antenatal Care Dalam Pengelolaan Anemia Berhubungan Dengan Kepatuhan

Ibu Hamil Minum Tablet Besi.” Jurnal Gizi Klinik Indonesia 8(1):7.

Tadesse, Sisay Eshete et al. 2017. “Determinants of Anemia among Pregnant

Mothers Attending Antenatal Care in Dessie Town Health Facilities, Northern

Central Ethiopia, Unmatched Case -Control Study.” PLoS ONE 12(3):1–9.

Tambunan, Dameria Magdalena. 2011. “Gambaran Kejadian Anemia Ibu Hamil

Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei

Page 122: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

100

Apung Kabupaten Asahan Tahun 2011.” Skripsi.

Tanziha, Ikeu, M. Rizal M. Damanik, Lalu Juntra Utama, and Risti Rosmiati. 2016.

“Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil Di Indonesia.” Jurnal Gizi Pangan

11(2):143–52.

Tristiyanti, Wara Fitria. 2006. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Anemia

Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.”

3(2):41–53.

USAID. 2013. “Conceptual Frameworks for Anemia.” Usaid Task Force for

Anaemia (October).

Usman, Arifa. 2013. “Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Care Pada NY, ‘J’

Gestasi 32 Minggu 4 Hari Dengan Anemia Berat Di RSIA Sitti Fatimah

Makassar Tanggal 24-30 Juni 2010.” Karya Tulis Ilmiah 53(9).

Vati, Saras. 2015. “Hubungan Keteraturan Antenatal Care Dengan Kejadian

Anemia Di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta.”

Wabula, Widy Markosia, Nyoman Tigeh Suryadhi, and Luh Seri Ani. 2014.

“Hubungan Antara Konsumsi Tablet Besi Dan Infeksi Malaria Dengan

Anemia Pada Ibu Hamil Di Kota Ambon.” Public Health and Preventive

Medicine Archive 2(2):131.

Page 123: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

101

Wahyuni, Tri. 2010. “Compliance Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi

Yang Dipengaruhi Sosial Budaya Kutai Di Kotamadya Samarinda : Study

Grounded Theory.” Universitas Indonesia 142.

Wati, Desi Winda, Fatmalina Febry, and Anita Rahmiwati. 2016. “FAKTOR-

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEFISIENSI ZAT BESI

FACTORS OF IRON DEFICIENCY ON PREGNANT WOMAN IN

GANDUS PUBLIC HEALTH CENTER WORKING AREA IN

PALEMBANG Menurut Manuaba , Kejadian Anemia Dampak Negatif Pada

Ibu Hamil Seperti Puskesmas Gandus Merupa.” 7(1):42–47.

WHO. 2019a. “Anaemia.”

WHO. n.d. “Anemia.” Retrieved (https://www.who.int/topics/anaemia/en/).

WHO. 2019b. “Maternal Mortality.” Retrieved (https://www.who.int/news-

room/fact-sheets/detail/maternal-mortality).

Windarti. 2012. “Gambaran Kejadian Anemia Ibu Hami Dan Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kismantoro Wonogiri Tahun

2012.”

World Health Organization. 2011. “The Global Prevalence of Anaemia in 2011.”

WHO Report 48.

Page 124: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

102

Wuryanti, Ayu. 2010. “Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Perdarahan

Postpartum Karena Atonia Uteri Di RSUD Wonogiri.” Karya Tulis Ilmiah

(February):210.

Page 125: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

103

9. LAMPIRAN

LAMPIRAN

Page 126: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

104

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN

KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

CIPUTAT TAHUN 2019

Assalamua’alaikum, Wr Wb

Saya Fieki Amalia, mahasiswa semester akhir peminatan Epidemiologi Program

Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sedang melakukan penelitian terkait dengan “Hubungan Antara Kunjungan Antenatal

Care (ANC) dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019”. Secara umum tujuan penelitian ini yaitu

untuk mengetahui faktor-faktor yang behubungan antara kunjungan Antenatal Care (ANC)

dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat agar mengetahui

bagaimana hubungan ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil sehingga dapat

dilakukan upaya pencegahan.

Dengan demikian, peneliti memohon kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini dengan memberikan informasi sesuai dengan pertanyaan yang ada di dalam

kuesioner dan Frequency food recall (FFQ) di bawah ini. Ibu berhak menerima atau

menolak keikutsertaan dalam penelitian ini. Selain itu, Ibu dapat memastikan bahwa

informasi yang telah Ibu berikan terjamin kerahasiaannya dan Ibu berhak untuk mengakses

hasil penelitian ini dengan menghubungi No. telepon 081314410807.

Wassalamualaikum, Wr. Wb

Dengan ini saya BERSEDIA ikut serta dalam penelitian ini

Ciputat, ………………2019

Peneliti

(…………………)

Responden

(……………………)

Page 127: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

105

Petunjuk pengisian :

Pilihlah jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan

jawaban yang tersedia!

No. Pertanyaan Hasil Kode

A Karakteristik responden

A1 Nomor responden

A2 Tanggal pengisian

A3 Nama responden

A4 Umur responden

A5 Alamat

A6 Usia kehamilan ibu (dilihat dari HPHT di buku

KIA/ rekam medik)

A7 Kadar Hb (dilihat dari rekam medis/ buku KIA) gr/dl

A8 Ukuran Lingkar lengan atas (LILA) cm

A9 Jumlah anak _______ anak ( )

A10 Persalinan terakhir pada tahun

A11 Jarak kehamilan sekarang dengan persalinan

terakhir

( ) tahun / ( ) bulan

A12 Apakah saat ibu hamil menderita penyakit dibawah ini? (dilihat dari rekam

medik)

1. Malaria 1. Ya 2. Tidak ( )

2. Cacingan 1. Ya 2. Tidak ( )

3. Lainnya, sebutkan……….

B Masa kehamilan

B1 Apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan

ke tenaga kesehatan (dokter spesialois, dokter

umum bidan, atau perawat)?

1. Ya

2. Tidak

B7

( )

B2 Berapa bulan umur kehamilan ibu saat

memeriksakan kehamilan pertama kali? ______ bulan ( )

B3 Berapa kali ibu melakukan pemeriksaan

kehamilan oleh tenaga kesehatan?

a. 0-3 bulan (trimester I)

b. 4-6 bulan (trimester II)

c. 7- 9 bulan (trimester III)

________kali

________kali

________kali

( )

B4 Siapa yang paling sering memeriksa kehamilan

ibu?

1. Dokter spesialis

2. Dokter umum

3. Bidan

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

( )

Page 128: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

106

4. Perawatan

B5 Dimana ibu paling sering melakukan

pemeriksaan kehamilan (ANC)?

1. RS Pemerintah

2. RS Swasta

3. Klinik

4. Puskesmas/Pustu/Pusling

5. Praktek dokter mandiri

6. Praktek bidan mandiri

7. Poskendes/Polindes

8. Posyandu

9. Praktek perawat

10. Rumah

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

( )

B6 Selama kehamilan ibu, apakah ibu mendapat

pemeriksaan

a. Pengukuran tinggi badan 1. Ya 2. Tidak ( )

b. Penimbangan berat badan 1. Ya 2. Tidak ( )

c. Pengukuran tekanan darah 1. Ya 2. Tidak ( )

d. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) 1. Ya 2. Tidak ( )

e. Pengukuran tinggi Rahim 1. Ya 2. Tidak ( )

f. Penentuan letak janin 1. Ya 2. Tidak ( )

g. Perhitunga denyut jantung janin (DJJ) 1. Ya 2. Tidak ( )

h. Konseling dan tata laksana kasus

(tindakan)

1. Konseling/penjelasan/nasehat

2. Tindakan/tata laksana

3. Tidak memperoleh keduanya

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

1. Ya 2. Tidak

( )

B7 a. Apakah selama kehamilan ibu, mendapat

tablet Fe?

1. Ya

2. Tidak B9

( )

b. Pada usia kehamilan berapa pertama kali ibu

mendapatkan tablet Fe?

( )

minggu/bulan ( )

c. Berapa butir tablet Fe yang ibu dapatkan pada

setiap trimester dibawah ini

Trimester I

Trimester II

Trimester III

( ) butir

( ) butir

( ) butir

( )

d. Berapa total butir tablet Fe yang diperoleh

sampai saat ini? ( ) butir

e. Berapa jumlah tablet Fe yang ibu minum

selama kehamilan? ( ) butir

B8 Jika yang diminum lebih sedikit dari yang diperoleh, apa alasan utama tablet Fe

tidak minum/ tidak menghabiskan?

a. Tidak suka 1. Ya 2. Tidak ( )

b. Mual/ muntah karena proses kehamilan 1. Ya 2. Tidak ( )

c. Bosan 1. Ya 2. Tidak ( )

d. Lupa 1. Ya 2. Tidak ( )

e. Efek samping (mual, sembelit) 1. Ya 2. Tidak ( )

Page 129: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

107

f. Belum wakutnya habis 1. Ya 2. Tidak ( )

B9 Apakah saat hamil, ibu melakukan pemeriksaan laboratorium?

a. Tes gluko-protein

urin

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu ( )

b. Tes darah

hemoglobin (Hb)

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu ( )

c. Tes HIV 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu ( )

d. Tes golongan

darah

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu ( )

e. Tes lainnya,

sebutkan…….

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu ( )

Page 130: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

108

Lampiran 2 Frequency Food Questionnaire (FFQ)

Frequency Food Questionnaire (FFQ) selama 1 bulan terakhir Pola Konsumsi

Makanan Ibu Hamil yang Mengandung Fe dan asam folat

No. Jenis bahan

makanan

Frekuensi

Per /hari Per/ minggu Per/ bulan Tidak

pernah

1. Heme

Hati sapi

Hati ayam

Daging sapi

Ayam

Ikan

2. Non heme

Sayur bayam

Brokoli

Kubis

Page 131: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

109

Kangkung

Rumput laut

Kacang tanah

Kacang hijau

Kacang kedelai

Tempe

Tahu

3. Peningkatan absrobsi zat besi (yang mengandung vitamin C)

Kiwi

Jambu biji

Jeruk

Papaya

Pisang

Nanas

Page 132: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

110

Strawberi

Anggur

Apel

Pear

4. Penghambat absorbsi zat besi

Kopi

Teh

Page 133: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

111

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Page 134: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

112

Lampiran 4 Persetujuan Etik

Page 135: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

113

Lampiran 5 Dokumentasi

DOKUMENTASI

Page 136: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

114

Lampiran 6 Output SPSS

ANALISIS FREKUENSI DESKRIPTIF

1. Anemia pada ibu hamil

status_anemia

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid anemia 58 40.0 40.0 40.0

tidak anemia 87 60.0 60.0 100.0

Total 145 100.0 100.0

2. Antenatal care

kunjungan_ANC

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak sesuai standar

minimal 42 29.0 29.0 29.0

sesuai standar minimal 103 71.0 71.0 100.0

Total 145 100.0 100.0

3. Konsumsi tablet Fe

konsumsi_tablet_Fe

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak cukup 62 42.8 42.8 42.8

Cukup 83 57.2 57.2 100.0

Total 145 100.0 100.0

4. Paritas

status_paritas

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Beresiko 119 82.1 82.1 82.1

tidak beresiko 26 17.9 17.9 100.0

Total 145 100.0 100.0

Page 137: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

115

5. Status gizi

status_gizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid status gizi kurang 34 23.4 23.4 23.4

status gizi cukup 111 76.6 76.6 100.0

Total 145 100.0 100.0

6. Jarak kehamilan

jarak_hamil

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <2 tahun 84 57.9 57.9 57.9

>2 tahun 61 42.1 42.1 100.0

Total 145 100.0 100.0

7. Usia kehamilan

umur_kehamilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Preterm 98 67.6 67.6 67.6

late preterm 34 23.4 23.4 91.0

Aterm 13 9.0 9.0 100.0

Total 145 100.0 100.0

8. Asupan makanan

asupan_iron

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 133 91.7 91.7 91.7

1 12 8.3 8.3 100.0

Total 145 100.0 100.0

Page 138: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

116

9. Usia ibu

Usia_ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang dari 20 tahun 2 1.4 1.4 1.4

20-35 tahun 133 91.7 91.7 93.1

lebih dari 35 tahun 10 6.9 6.9 100.0

Total 145 100.0 100.0

Page 139: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

117

UJI DIAGNOSA

1. Hubungan ANC dengan anemia

kunjungan_ANC * status_anemia Crosstabulation

status_anemia

Total anemia tidak anemia

kunjungan_ANC tidak sesuai standar

minimal

Count 26 16 42

% within

kunjungan_ANC 61.9% 38.1% 100.0%

sesuai standar

minimal

Count 32 71 103

% within

kunjungan_ANC 31.1% 68.9% 100.0%

Total Count 58 87 145

% within

kunjungan_ANC 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 11.821a 1 .001

Continuity Correctionb 10.571 1 .001

Likelihood Ratio 11.706 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear

Association 11.739 1 .001

N of Valid Cases 145

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.80.

b. Computed only for a 2x2 table

2. Hubungan tablet Fe dengan anemia

konsumsi_tablet_Fe * status_anemia Crosstabulation

status_anemia

Total anemia

tidak

anemia

konsumsi_tablet_Fe tidak cukup Count 41 21 62

% within

konsumsi_tablet_Fe 66.1% 33.9% 100.0%

cukup Count 17 66 83

Page 140: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

118

% within

konsumsi_tablet_Fe 20.5% 79.5% 100.0%

Total Count 58 87 145

% within

konsumsi_tablet_Fe 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significanc

e (2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 30.812a 1 .000

Continuity

Correctionb 28.939 1 .000

Likelihood Ratio 31.628 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 30.599 1 .000

N of Valid Cases 145

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

24.80.

b. Computed only for a 2x2 table

3. Hubungan status gizi dengan anemia

status_gizi * status_anemia Crosstabulation

status_anemia

Total anemia

tidak

anemia

status_gizi status gizi kurang Count 23 11 34

% within status_gizi 67.6% 32.4% 100.0%

status gizi cukup Count 35 76 111

% within status_gizi 31.5% 68.5% 100.0%

Total Count 58 87 145

% within status_gizi 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 14.145a 1 .000

Page 141: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

119

Continuity Correctionb 12.680 1 .000

Likelihood Ratio 13.997 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear

Association 14.048 1 .000

N of Valid Cases 145

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.60.

b. Computed only for a 2x2 table

4. Hubungan paritas dengan anemia

status_paritas * status_anemia Crosstabulation

status_anemia

Total anemia tidak anemia

status_paritas beresiko Count 44 75 119

% within status_paritas 37.0% 63.0% 100.0%

tidak beresiko Count 14 12 26

% within status_paritas 53.8% 46.2% 100.0%

Total Count 58 87 145

% within status_paritas 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.531a 1 .112

Continuity Correctionb 1.877 1 .171

Likelihood Ratio 2.484 1 .115

Fisher's Exact Test .126 .086

Linear-by-Linear

Association 2.513 1 .113

N of Valid Cases 145

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.40.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 142: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

120

5. Hubungan jarak kehamilan dengan anemia

jarak_hamil * status_anemia Crosstabulation

status_anemia

Total anemia tidak anemia

jarak_hamil <2 tahun Count 37 47 84

% within jarak_hamil 44.0% 56.0% 100.0%

>2 tahun Count 21 40 61

% within jarak_hamil 34.4% 65.6% 100.0%

Total Count 58 87 145

% within jarak_hamil 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.363a 1 .243

Continuity Correctionb .992 1 .319

Likelihood Ratio 1.372 1 .242

Fisher's Exact Test .303 .160

Linear-by-Linear

Association 1.354 1 .245

N of Valid Cases 145

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.40.

b. Computed only for a 2x2 table

6. Hubungan usia kehamilan dengan anemia

umur_kehamilan * status_anemia Crosstabulation

status_anemia

Total anemia tidak anemia

umur_kehamilan preterm Count 40 58 98

% within

umur_kehamilan 40.8% 59.2% 100.0%

late preterm Count 12 22 34

% within

umur_kehamilan 35.3% 64.7% 100.0%

aterm Count 6 7 13

Page 143: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

121

% within

umur_kehamilan 46.2% 53.8% 100.0%

Total Count 58 87 145

% within

umur_kehamilan 40.0% 60.0% 100.0%

7. Hubungan asupan makanan dengan anemia

asupan_iron * status_anemia Crosstabulation

status_anemia

Total anemia tidak anemia

asupan_iron kurang dar AKG Count 52 81 133

% within asupan_iron 39.1% 60.9% 100.0%

cukup dari AKG Count 6 6 12

% within asupan_iron 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 58 87 145

% within asupan_iron 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .545a 1 .460

Continuity Correctionb .185 1 .667

Likelihood Ratio .535 1 .464

Fisher's Exact Test .544 .329

Linear-by-Linear Association .541 1 .462

N of Valid Cases 145

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.80.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 144: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

122

UJI HIPOTESIS

1. Full model

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step

1a

antenatal_care .588 1.104 .284 1 .594 1.801 .207 15.687

PARITAS -.001 .401 .000 1 .998 .999 .455 2.191

konsumsi_tablet_Fe 3.263 1.147 8.093 1 .004 26.138 2.759 247.579

status_gizi 1.051 1.031 1.039 1 .308 2.860 .379 21.566

anc_by_status_gizi .378 1.164 .106 1 .745 1.459 .149 14.278

anc_by_status_paritas -.940 .815 1.329 1 .249 .391 .079 1.931

anc_by_konsumsi_fe -1.591 1.247 1.628 1 .202 .204 .018 2.347

Constant -1.872 .996 3.528 1 .060 .154

a. Variable(s) entered on step 1: anc_by_status_gizi, anc_by_status_paritas, anc_by_konsumsi_fe.

2. Penilaian interaksi variabel independen dengan variabel kontrol

a. Pengeluaran variabel anc by status gizi

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step

1a

antenatal_care .897 .586 2.340 1 .126 2.452 .777 7.738

PARITAS -.014 .399 .001 1 .971 .986 .451 2.154

konsumsi_tablet_Fe 3.263 1.155 7.984 1 .005 26.123 2.717 251.148

status_gizi 1.351 .483 7.807 1 .005 3.860 1.497 9.954

anc_by_status_paritas -.971 .808 1.443 1 .230 .379 .078 1.846

anc_by_konsumsi_fe -1.596 1.253 1.624 1 .203 .203 .017 2.361

Constant -2.099 .749 7.857 1 .005 .123

a. Variable(s) entered on step 1: anc_by_status_paritas, anc_by_konsumsi_fe.

b. Pengeluaran variabel anc by status paritas

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step

1a

antenatal_care .801 .584 1.881 1 .170 2.228 .709 7.000

PARITAS .307 .302 1.037 1 .308 1.359 .753 2.455

konsumsi_tablet_Fe 3.335 1.163 8.226 1 .004 28.089 2.875 274.404

Page 145: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

123

status_gizi 1.399 .483 8.397 1 .004 4.052 1.573 10.438

anc_by_konsumsi_fe -1.732 1.254 1.907 1 .167 .177 .015 2.067

Constant -2.535 .684 13.744 1 .000 .079

a. Variable(s) entered on step 1: anc_by_konsumsi_fe.

c. Pengeluaram variabel anc konsumsi tablet Fe

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step

1a

antenatal_care .317 .466 .463 1 .496 1.373 .551 3.419

PARITAS .273 .295 .860 1 .354 1.314 .738 2.341

konsumsi_tablet_Fe 1.938 .424 20.865 1 .000 6.945 3.024 15.952

status_gizi 1.445 .482 8.991 1 .003 4.243 1.650 10.915

Constant -2.249 .635 12.556 1 .000 .106

a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care, PARITAS, konsumsi_tablet_Fe, status_gizi.

3. Penilaian konfonding

a. Full model

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step

1a

antenatal_care .317 .466 .463 1 .496 1.373 .551 3.419

PARITAS .273 .295 .860 1 .354 1.314 .738 2.341

konsumsi_tablet_Fe 1.938 .424 20.865 1 .000 6.945 3.024 15.952

status_gizi 1.445 .482 8.991 1 .003 4.243 1.650 10.915

Constant -2.249 .635 12.556 1 .000 .106

a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care, PARITAS, konsumsi_tablet_Fe, status_gizi.

b. Mengeluarkan variabel paritas

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step

1a

antenatal_care .307 .465 .435 1 .510 1.359 .546 3.381

konsumsi_tablet_Fe 1.929 .423 20.833 1 .000 6.881 3.006 15.753

status_gizi 1.520 .474 10.276 1 .001 4.571 1.805 11.575

Constant -1.988 .561 12.569 1 .000 .137

a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care, konsumsi_tablet_Fe, status_gizi.

Page 146: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

124

c. Mengeluarkan variabel status gizi

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step

1a

antenatal_care .244 .442 .303 1 .582 1.276 .536 3.036

konsumsi_tablet_Fe 1.952 .402 23.529 1 .000 7.044 3.201 15.502

Constant -.805 .368 4.785 1 .029 .447

a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care, konsumsi_tablet_Fe.

d. Mengeluarkan variabel konsumsi tablet Fe

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step 1a antenatal_care .923 .383 5.819 1 .016 2.516 1.189 5.326

Constant -.258 .323 .637 1 .425 .773

a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care.

4. Model akhir

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step

1a

antenatal_care .244 .442 .303 1 .582 1.276 .536 3.036

konsumsi_tablet_Fe 1.952 .402 23.529 1 .000 7.044 3.201 15.502

Constant -.805 .368 4.785 1 .029 .447

a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care, konsumsi_tablet_Fe.

ANALISIS SILANG

Hubungan kunjungan ANC dengan konsumsi tablet Fe

antenatal_care * konsumsi_tablet_Fe Crosstabulation

konsumsi_tablet_Fe

Total tidak cukup cukup

antenatal_care tidak sesuai standar

minimal

Count 28 11 39

% within antenatal_care 71.8% 28.2% 100.0%

Page 147: HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC DENGAN …

125

sesuai standar minimal Count 34 72 106

% within antenatal_care 32.1% 67.9% 100.0%

Total Count 62 83 145

% within antenatal_care 42.8% 57.2% 100.0%

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for antenatal_care (tidak

sesuai standar minimal / sesuai standar

minimal)

5.390 2.403 12.092

For cohort konsumsi_tablet_Fe = tidak

cukup

2.238 1.594 3.144

For cohort konsumsi_tablet_Fe = cukup .415 .247 .697

N of Valid Cases 145

Kunjungan ANC

Konsumsi tablet Fe

<90 Konsumsi tablet Fe ≥ 90

N % n %

Tidak sesuai standar 28 71,8 11 28,2

Sesuai standar 34 32,1 72 67,9