Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC ) DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT KOTA
TANGERANG SELATAN TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh:
FIEKI AMALIA
11151010000067
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
TAHUN 1441 H/ 2019 M
HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC ) DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT KOTA
TANGERANG SELATAN TAHUN 2019
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh:
FIEKI AMALIA
11151010000067
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
TAHUN 1441 H/ 2019 M
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
Skripsi, November 2019
Fieki Amalia, NIM: 11151010000067
HUBUNGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC ) DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS
CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2019
xviii + 101 halaman + 11 tabel + 2 bagan + 6 lampiran
ABSTRAK
Anemia pada ibu hamil masih menjadi salah satu masalah kesehatan ibu di
Indonesia. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih cukup tinggi yaitu
sebesar 37,1%. Sedangkan prevalensi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat
lebih tinggi dari angka nasional yaitu 48,8%. Ibu hamil yang mengalami anemia
sangat rentan untuk mengalami perdarahan, kesakitan bahkan kematian. Upaya
pemerintah dalam mencegah anemia salah satunya dengan adanya kunjungan ANC
bagi ibu hamil sehingga deteksi dini bahaya dan komplikasi kehamilan dapat
dicegah. Tujuan penelitian ini untuk mengatahui hubungan kunjungan antenatal
care (ANC) dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Ciputat
tahun 2019.
Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Teknik
pengambilan data penelitian menggunakan purposive sampling dengan jumlah
sampel 145 sampel ibu hamil trimester tiga. Data dikumpulkan menggunakan
kuesioner melalui wawancara langsung pada ibu hamil. Analisis yang digunakan
adalah analisis regresi logistik berganda model faktor resiko.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ibu hamil
yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai dengan ibu hamil yang melakukan
kunjungan ANC sesuai terhadap kejadian anemia setelah dikontrol oleh variabel konsumsi
tablet Fe dengan nilai OR 1,276 (CI 95% = 0,536-3,036). Oleh karena itu, peneliti
menyarankan kepada bidan Puskesmas Ciputat untuk melakukan pemantauan
konsumsi tablet Fe pada ibu hamil serta penekanan konsumsi tablet Fe pada ibu
hamil yang mengalami anemia.
Kata kunci: Anemia, kunjungan Antenatal Care (ANC), ibu hamil
Referensi: 87 (1998-2019)
ii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
MAJORING IN EPIDEMIOLOGY
Undergraduated Thesis, November 2019
Fieki Amalia, NIM: 11151010000067
THE RELATIONSHIP BETWEEN ANTENATAL CARE VISIT AND
ANEMIA AMONG PREGNANT WOMEN IN THE WORKING AREA OF
CIPUTAT COMMUNITY HEALTH CENTER IN SOUTH TANGERANG
CITY IN 2019
xviii+ 101 pages + 11 tables + 2 chart + 6 attachment
ABSTRACT
Anemia in pregnant women is still one of the maternal health problems in
Indonesia. The prevalence of anemia in pregnant women in Indonesia is still high
at 37,1%. While the prevalence of anemia among pregnant women at the Ciputat
Community health Center is higher than national rate (48,8%). Pregnant women
with anemia are high risk to bleeding, morbidity and death. One of the
government’s efforts to prevent anemia is doing antenatal care visit for pregnant
women as early detection of the dangers and prevention of complications during
pregnancy. The aim of this study was to determine the relationship of antenatal care
visits (ANC) and anemia among pregnant women in the working area of Ciputat
community health center in South Tangerang City in 2019.
This study used a cross sectional study design. The sampling technique in
this study was a purposive sampling technique by involving 145 pregnant women
with third trimester as the respondents. Data were collected using a questionnaire
through interviews with the pregnant women. The data were analyzed using
multiple logistic regression analysis of risk factor models.
The result of this study indicates that there was no difference between
pregnant women who did ANC visit inappropriately and those who did ANC visits
appropriately to anemia after being controlled by the Fe tablets consumption (Odd
Ratio 1,276; CI 95% = 0,536-3,036). Therefore, the researcher suggests that Ciputat
community health center’s midwife should monitor the consumption of Fe tablets
among pregnant women and encourage consumption of Fe tablets among pregnant
women with anemia.
Keyword: Anemia, Antenatal Care (ANC) visit, pregnant women
Reference: 87 (1998-2019)
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Fieki Amalia
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 09 April 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan K.H. Maulana Hasanudin RT 002
RW 03 No. 132 Kelurahan Poris Gaga
Kecamatan Batu Ceper Kota Tangerang
Email : [email protected]
No. Hp : 081314410807
Riwayat Pendidikan
1. Sekolah Dasar Negeri Poris Gaga 03 Kota Tangerang
2. Sekolah Menengah Pertama La Tansa Islamic Boarding School Lebak
Banten tahun 2009-2012
3. Sekolah Menengah Atas La Tansa Islamic Boarding School Lebak
Banten tahun 2012-2015
4. Peminatan Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015-2019.
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Departemen Media dan Komunikasi, Epidemiology Student
Association (ESA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2018-
2019.
vii
2. Anggota Departemen Komunikasi, Media dan Informasi Himpunan
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2016-2017.
3. Kepala Departemen Komunikasi, Media dan Informasi Himpunan
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2017-2018.
Pengalaman Karir Dan Pelatihan
1. Praktik Belajar Lapangan di Puskesmas Ciputat pada Juni 2018-
September 2018.
2. Magang di Dinas Kesehatan Kota Tangerang pada bulan Februari –
Maret 2019.
3. Pelatihan Basic Life Training yang diadakan oleh Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, krena atas berkah
dan rahmat-Nya, skripsi dengan judul “Hubungan Kunjungan (ANC) dengan
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota
Tangerang Selatan Tahun 2019” dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada:
1. Allah SWT yang telah memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi.
2. Kedua orang tua H. Drs. Sudirman dan Hj. Ulianah, S. Pd, Kakak Adik
Maulidia Fitri, Marsuli Kurniawan, Dini Fathini dan Muhammad Rizal
Pahlevi yang telah memberikan dukungan penuh dan motivasi serta doa
yang tiada henti.
3. Ibu Dr. Zilhadia, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Narila Mutia Nasir, SKM, M.Kes, Ph.D selaku pembimbingan terbaik
yang telah banyak memberikan arahan, bimbingannya dan motivasi kepada
saya dalam penyusunan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Dela Aristi, MKM dan Ibu Dr.Laily Hanifah, M.Kes selaku penguji
skripsi ini yang telah memberikan banyak masukan sehingga skripsi ini
terselesaikan dengan baik.
7. Puskesmas Ciputat yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian
di wilayah kerjanya.
ix
8. Azmi Aghnia Jannati, Syifa Putri Permatasari, dan Ainun Nurul Azizah
yang telah memberikan banyak warna sejak awal perkuliahan.
9. Teman-teman kamar 15 (Nindiya Fazriani, Sonia Qori, Ghina Sabrina), Kos
Kuning (Sarah Kholisoh, Alya Salsabila), Nurlisna Fauziyah, Selvi Audina,
Hanifati Safira, Zahra Saniyah, Bellie, Ivi, Rabiatul, Viqha, Nadya, Ani,
teman seperbimbingan Ibu Narila Mutia Nasir, teman seperjuangan
peminatan Epidemiologi, teman-teman HMPS Kesehatan Masyarakat dan
teman angkatan 2015 Program Studi Kesehatan Masyarakat yang selalu
memberi dukungan dan semangat kepada penulis.
10. Semua pihak yang mendukung kelancaran penelitian ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran apabila
ada kesalahan dalam penulisan sehingga penulis dapat memperbaikai.
Teimakasih.
Jakarta, November 2019
Fieki Amalia
x
DAFTAR ISI
1. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .................................................................................. 5
C. Pertanyaan penelitian .................................................................................. 6
D. Tujuan ........................................................................................................ 7
1. Tujuan umum ............................................................................................ 7
2. Tujuan khusus ........................................................................................... 7
E. Manfaat ........................................................................................................ 8
1. Manfaat bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat .................................. 8
2. Manfaat bagi peneliti selanjutnya .............................................................. 8
3. Manfaat bagi Puskesmas Ciputat ............................................................ 8
F. Ruang lingkup ....................................................................................... 8
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10
A. Definisi Anemia ...................................................................................... 10
1. Klasifikasi anemia ................................................................................... 12
2. Etiologi anemia ....................................................................................... 15
3. Patofisiologi anemia ................................................................................ 17
4. Gejala anemia.......................................................................................... 18
5. Pengertian kehamilan .............................................................................. 20
6. Anemia pada ibu hamil ............................................................................ 20
xi
7. Patofisiologis anemia pada ibu hamil ....................................................... 21
8. Penyebab anemia pada ibu hamil ............................................................. 21
9. Dampak anemia pada ibu hamil ............................................................... 24
B. Faktor-faktor langsung yang berhubungan dengan anemia ....................... 25
1. Jarak kehamilan ................................................................................... 25
2. Konsumsi tablet Fe .............................................................................. 26
3. Paritas .................................................................................................. 28
4. Status gizi ............................................................................................ 29
5. Penyakit infeksi ................................................................................... 30
6. Usia kehamilan .................................................................................... 31
7. Asupan makanan ..................................................................................... 32
C. Faktor Tidak Langsung yang Mempengaruhi Anemia .............................. 37
1. Antenatal Care ........................................................................................ 37
D. Penanggulangan anemia pada ibu hamil .................................................. 42
E. Kerangka teori ......................................................................................... 42
3. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESISOPERASIONAL DAN HIPOTESIS ............................................... 44
A. Kerangka konsep ..................................................................................... 44
B. Definisi operasional................................................................................. 46
C. Hipotesis ................................................................................................. 50
4. METODE PENELITIAN ............................................................................ 51
xii
A. Desain penelitian ..................................................................................... 51
B. Waktu dan lokasi penelitian ..................................................................... 51
C. Populasi dan sampel ................................................................................ 51
1. Populasi ............................................................................................... 51
2. Sampel ................................................................................................. 51
D. Metode pengumpulan data dan instrumen penelitian ................................ 53
E. Manajemen data ...................................................................................... 54
1. Pengumpulan data ................................................................................ 54
2. Pengolahan data ...................................................................................... 55
F. Analisis data ............................................................................................ 56
1. Analisis univariat ................................................................................. 56
2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 57
G. Uji validitas ............................................................................................. 58
5. HASIL PENELITIAN ................................................................................ 59
A. Gambaran Puskesmas Ciputat ................................................................. 59
B. Analisis Univariat.................................................................................... 60
1. Gambaran Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2019 .................................................................................... 60
2. Gambaran Karakteristik Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun
2019 ........................................................................................................... 61
xiii
3. Gambaran Kunjungan Antenatal Care (ANC) Berdasarkan Anemia pada
Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019...................... 61
4. Gambaran karakteristik berdasarkan anemia pada ibu hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019 ......................................................... 62
C. Uji Hipotesis ........................................................................................... 64
6. PEMBAHASAN ......................................................................................... 69
A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 69
B. Gambaran Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Tahun 2019 .................................................................................................... 69
C. Hubungan Antenatal Care (ANC) dengan Anemia pada Ibu Hamil di
Wilayah Puskesmas Ciputat............................................................................ 80
7. PENUTUP .................................................................................................. 86
A. Simpulan ................................................................................................. 86
B. Saran ....................................................................................................... 87
8. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 89
9. LAMPIRAN ............................................................................................. 103
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Mineral Untuk Orang Indonesia (Per Hari) ........... 36
Tabel 3.1Definisi operasional ............................................................................. 46
Tabel 4.1 Besar sampel ...................................................................................... 53
Tabel 4.2 Pengkodean variabel ........................................................................... 55
Tabel 5.1 Gambaran Status Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Tahun 2019 ........................................................................................... 60
Tabel 5.2 Gambaran Usia Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun
2019................................................................................................................... 61
Tabel 5.3 Gambaran Status Anemia pada Ibu Hamil Berdasarkan Kunjungan
Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019 .......... 61
Tabel 5.4 Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Status Anemia di
Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2019 .............................................................. 62
Tabel 5.5 Gambaran Komponen Antenat Care (ANC) pada Ibu Hamil di Puskesmas
Ciputat ............................................................................................................... 63
Tabel 5.6 Seleksi Kandidat Variabel Independen dan Variabel Kontrol dengan
Analisis Bivariat ................................................................................................ 64
Tabel 5.7 Hasil Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan Status
Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019 ........ 66
Tabel 5.8 Nilai OR Crude Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019
.......................................................................................................................... 66
xv
Tabel 5.9 Hasil OR Adjusted Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun
2019................................................................................................................... 66
Tabel 5.10 Hasil OR Adjusted Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun
2019................................................................................................................... 67
Tabel 5.11 Hasil Akhir Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2019
.......................................................................................................................... 68
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka teori ................................................................................... 43
Bagan 3.1 Kerangka konsep ............................................................................... 44
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ..................................................................... 104
Lampiran 2 Frequency Food Questionnaire (FFQ) .......................................... 108
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ...................................................................... 111
Lampiran 4 Persetujuan Etik ............................................................................ 112
Lampiran 5 Dokumentasi ................................................................................. 113
Lampiran 6 Output SPSS ................................................................................. 114
xviii
DAFTAR SINGKATAN
AKG : Angka Kecukupan Gizi
ANC : Antenatal Care
DJJ : Denyut Jantung Janin
FFQ : Food Frequency Questionnaire
Hb : Hemoglobin
KEK : Kurang Energi Kronik
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
LILA : Lingkar Lengan Atas
SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga
USAID: United States Agency for International Development
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dapat diakibatkan oleh komplikasi saat
kehamilan dan setelah persalinan. Komplikasi utama yang menyebabkan
hampir 75% dari semua kematian ibu salah satunya adalah perdarahan hebat
(WHO, 2019b). Perdarahan erat kaitannya dengan anemia pada ibu hamil
karena, ibu hamil yang mengalami perdarahan dapat diakibatkan oleh
anemia, Hb yang <10 gr% mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa
ke sel tubuh maupun otak dan uterus (Aryani, 2017)
Menurut World Health Organization (WHO, 2019) anemia
merupakan suatu kondisi dimana sel darah merah berkurang sehingga
kapasitas pengangkutan oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis tubuh. Kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab paling
umum anemia secara global. Meskipun ada beberapa hal lain yang bisa
menyebabkan seseorang anemia seperti kekurangan folat, vitamin B12,
penyakit kronik, penyakit infeksi dan kelainan bawaan.
Sebagian ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 41,8%,
disebabkan karena kekurangan zat besi. Ibu hamil dikatakan anemia jika
hemoglobin kurang dari 11 gr/dl (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2016).
Secara global, 38,2% anemia terjadi pada wanita hamil, dan negara
bagian Asia Tenggara memiliki prevalensi tertinggi anemia sebesar 48,7%.
2
(WHO, 2016). Hasil Riset Kesehatan Dasar menyebutkan terdapat 37,1%
kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia, 36,4% ibu hamil perkotaan
dan 37,8% ibu hamil di perdesaan (Kemenkes RI, 2016)
Prevalensi anemia pada kehamilan di Provinsi Banten pada tahun
2017 menduduki posisi ketiga penyebab kematian maternal setelah
perdarahan dan pre-eklampsia. Angka kejadian anemia pada kehamilan
sebesar 13,6% (Achadi, 2017). Anemia memiliki hubungan yang erat
dengan perdarahan, yang salah satunya disebabkan karena berkurangnnya
kadar oksigen, hal ini juga mengakibatkan kurang maksimalnya uterus
berkontraksi saat persalinan.
Kasus perdarahan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2015,
merupakan penyebab utama kematian ibu. Proporsi kasus pendarahan pada
ibu hamil sebesar 66,67% sedangkan prevalensi anemia di Kota Tangerang
Selatan tahun 2015 sebesar 6,26%. Jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, anemia pada ibu hamil di tahun 2015 mengalami peningkatan
kasus sebesar 1,72% dimana, prevalensi anemia pada ibu hamil sebelumnya
mencapai angka 4,93% (Profil Dinas kesehatan, 2015). Keeratan anemia
dengan perdarahan dijelaskan oleh Handaria, dkk (2011) dari hasil
penelitiannya yang menunjukkan adanya hubungan signifikan antara
anemia dengan perdarahan saat hamil. Ibu hamil dengan anemia memiliki
resiko 4 kali mengalami perdarahan daripada ibu hamil yang tidak anemia.
Data rekam medik, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menunjukkan
bahwa dari bulan Januari sampai Juni tahun 2019 di Puskesmas Ciputat,
3
prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia <11 gr/dl sebesar 48,8% dari
499 total ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
Dampak anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan kematian ibu
dan anak, meningkatnya penyakit infeksi dan meningkatnya kelahiran
prematur. Selain itu juga, anemia defisiensi besi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin atau bayi, saat
kehamilan, maupun setelahnya. (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2017). Upaya pemerintah dalam menanggulangi kejadian anemia
yang diakibatkan defisiensi zat besi pada ibu hamil, yakni dengan cara
pemberian tablet Fe (tambah darah) dimana, tablet Fe tersebut harus
dikonsumsi setiap hari minimal selama 90 hari dalam masa kehamilan.
Data statistik Provinsi Banten pada tahun 2018 menyebutkan
bahwa, cakupan ibu hamil yang menerima tablet Fe sebesar 87,1% (Badan
Pusat Statistik Provinsi Banten, 2018). Data Profil Dinas kesehatan Kota
Tangerang Selatan (2015) menyebutkan bahwa cakupan ibu hamil yang
mendapatkan tablet Fe sebesar 97,04%. Sedangkan data LB3 Puskesmas
Ciputat tahun 2018, ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe saat kunjungan
(ANC) sebanyak 91,5%. Namun, jika dibandingkan dengan indikator
Renstra tahun 2015 pencapaian cakupan pemberian tablet Fe adalah sebesar
98%. Maka, ketiga angka capaian cakupan pemberian tablet Fe pada ibu
hamil diatas masih dibawah target nasional (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015)
Pemberian tablet Fe didapatkan pada saat ibu melakukan kunjungan
ibu hamil (ANC). Berdasarkan hasil Survei Demografi Keseharan Indonesia
4
(SDKI), tahun 2017 pemeriksaan kehamilan di Indonesia meliputi
pengukuran tinggi badan, berat badan, pengukuran tekanan darah,
pemberian tablet Fe, imunisasi tetanus toksoid, pemeriksaan tinggi fundus,
dan konsultasi kehamilan untuk persiapan kehamilan. Selain itu setiap
kunjungan pemeriksaan kehamilan, ibu hamil harus mendapatkan
penjelasan tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan, dan pemeriksaan
darah dan urin rutin. (BKKBN, 2017)
Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil adalah
usia ibu, tingkat pendidikan, status gizi kurang energi kronis, frekuensi
kehamilan, jarak kehamilan, konsumsi tablet besi dan (ANC) (Tanziha dkk,
2016)
Penelitian lain menemukan adanya hubungan antara kunjungan
ANC dengan anemia pada ibu hamil. Ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan ANC tidak baik memiliki peluang 1,82 kali lebih tinggi untuk
tidak mengkonsumsi tablet besi secara teratur dibandingkan ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan ANC baik (Subarda, 2011). Sejalan dengan
penelitian Lesilolo (2016), bahwa adanya hubungan yang bermakna antara
antenatal care terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil. (Lesilolo dkk,
2016)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tadesse dkk (2017),
durasi menstruasi, usia kehamilan, penyakit kronis, frekuensi konsumsi
ayam dan pengobatan merupakan determinan anemia pada ibu hamil yang
melakukan ANC. Selain itu didapatkan hasil yang signifikan variabel usia
5
kehamilan terdapat hubungannya dengan kejadian anemia pada ibu hamil
dengan Pvalue <0,000 (Lelissa, 2015).
Hasil penelitian Gebreweld dan Tsegaye (2018) juga menyebutkan
terdapat hubungan yang signifikan antara usia kehamilan, dan konsumsi
suplemen Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil yang melakukan ANC.
Peningkatan anemia pada ibu hamil juga dapat terjadi dikarenakan
usia kehamilan. Berdasarkan penelitian, sebesar 7,8% ibu hamil mengalami
anemia pada usia kehamilan trimester pertama dan 45,5% pada usia
kehamilan trimester kedua serta sebesar 46,7% pada usia kehamilan
trimester ketiga (Lelissa, 2015). Maka dari itu, peneliti ingin melihat apakah
terdapat hubungan antara kunjungan Antenatal Care (ANC) dengan
kejadian anemia di wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
B. Rumusan masalah
Anemia masih menjadi masalah kesehatan pada ibu hamil di
Puskesmas Ciputat. Anemia berpengaruh pada morbiditas dan secara tidak
langsung dapat menyebabkan kematian ibu. Dari 499 ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Ciputat sebesar 48,8% ibu hamil mengalami
anemia dimana sebagian besar anemia terjadi pada ibu hamil trimester III.
Hal ini dapat disebabkan oleh cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil
yang didapatkan ibu hamil saat kunjungan ANC di Puskesmas Ciputat
belum mencapai cakupan Renstra. yaitu sebesar 98%. Namun, cakupan
pemberian tablet Fe di Puskesmas Ciputat baru mencapai 91,5%.
Tablet Fe didapatkan oleh ibu hamil jika, ibu hamil melakukan
kunjungan Antenatal Care (ANC). Cakupan pemberian tablet Fe yang
6
belum mencapai target Renstra, secara tidak langsung memungkinan
kunjungan Antenatal Care (ANC) dapat mempengaruhi kejadian anemia
pada ibu hamil. Berdasarkan gambaran kejadian anemia dan cakupan
pemberian tablet Fe tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terkait hubungan kunjungan Antenatal Care (ANC) dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat.
C. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana gambaran distribusi kunjungan ANC di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2019?
2. Bagaimana hubungan antara kunjungan ANC dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Ciputat tahun 2019?
3. Bagaimana gambaran distribusi faktor-faktor (konsumsi tablet Fe,
paritas, status gizi, dan jarak kehamilan, usia kehamilan dan asupan
konsumsi) yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di wilayah
Puskesmas Ciputat tahun 2019?
4. Bagaimana hubungan faktor-faktor (konsumsi tablet Fe, paritas, status
gizi, jarak kehamilan, usia kehamilan dan asupan konsumsi) dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Ciputat tahun
2019?
7
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Diketahuinya hubungan antara kunjungan ANC dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat
tahun 2019.
2. Tujuan khusus
1. Diketahuinya gambaran anemia pada ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas Ciputat tahun 2019.
2. Diketahuinya gambaran anemia pada ibu hamil berdasarkan
kunjungan ANC di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2019.
3. Diketahuinya gambaran ibu hamil berdasarkan karakteristik ibu
(usia ibu) di wilayah Puskesmas Ciputat tahun 2019.
4. Diketahuinya gambaran anemia pada ibu hamil berdasarkan
faktor fisiologis ibu (paritas, jarak kahamilan, usia kehamilan,
konsumsi tablet Fe, status gizi, dan asupan makanan) di wilayah
Puskesmas Ciputat tahun 2019.
5. Diketahuinya pengaruh kunjungan ANC dengan kejadian
anemia pada ibu hamil setelah dikontrol oleh paritas, jarak
kahamilan, usia kehamilan, konsumsi tablet Fe, status gizi, dan
asupan makanan di wilayah kerja puskesmas Ciputat tahun
2019.
8
E. Manfaat
1. Manfaat bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Dapat digunakan sebagai baha referensi bagi mahasiswa
berkaitan dengan Antenatal care dan anemia pada ibu hamil.
2. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Sebagai informasi ilmiah dan dapat menjadi sumber dasar
bagi peneliti untuk melanjutkan penelitian kejadian anemia pada ibu
hamil.
3. Manfaat bagi Puskesmas Ciputat
Dapat menjadi dasar dalam membuat kebijakan dan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kunjungan ANC dan
anemia pada ibu hamil. Serta informasi data yang dapat dijadikan
evaluasi program.
F. Ruang lingkup
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran kejadian anemia ibu hamil dan mengetahui hubungan
kunjungan ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2019.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus
tahun 2019. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif
analitik dengan desain studi cross sectional.
Pengumpulan data menggunakan data primer yaitu dengan
wawancara, kuesioner dan observasi rekam medik. Subyek
9
penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di
Puskesmas Ciputat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Anemia
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat pada
manusia dan hewan. Jumlah zat besi pada manusia terdapat sebanyak 3-
5 gram. Besi memiliki fungsi esensial bagi tubuh diantaranya adalah
sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, sebagai alat
angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi
enzim dalam tubuh. (Almatsier, 2001)
Anemia merupakan kurangnya satu atau lebih parameter sel darah
merah. Konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah
merah (Oehadian, 2012). Menurut WHO (2011) anemia merupakan
suatu kondisi dimana sel darah merah berkurang sehingga kapastitas
oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi. Kekurangan zat
besi dianggap sebagai penyebab anemia paling umum secara global,
tetapi defisiensi nutrisi lainnya (termasuk folat, vitamin B12 dan vitamin
A), peradangan akut dan kronis, infeksi parasit, dan gangguan yang
diturunkan atau didapat yang mempengaruhi sintesis hemoglobin, sel
darah merah produksi atau kelangsungan hidup sel darah merah, semua
bisa menyebabkan anemia. Konsentrasi hemoglobin saja tidak dapat
digunakan untuk mendiagnosis defisiensi zat besi (World Health
Organization, 2011).
11
Gejala Klinis
Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat dan kecepatan
terjadinya anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan lebih
ringan pada anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan
bagi mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan dengan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen. Gejala anemia disebabkan oleh 2
faktor yaitu, berkurangnya pemasukan oksigen ke jaringan Adanya
hipovolemia (pada penderita dengan perdarahan akut dan masif) dan
pemasukan oksigen dapat dipertahankan pada keadaan istirahat dengan
mekanisme kompensasi peningkatan volume sekuncup, denyut jantung dan
curah jantung pada kadar Hb mencapai 5 g% (Ht 15%).
Gejala timbul bila kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb
yang lebih tinggi selama aktivitas, atau ketika terjadi gangguan mekanisme
kompensasi jantung karena penyakit jantung yang mendasarinya. Gejala
utama adalah sesak napas saat beraktivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue,
gejala dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi kuat, jantung berdebar,
dan telinga berdenging). Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul letargi,
konfusi, dan komplikasi yang mengancam jiwa (gagal jantung, angina,
aritmia dan/ atau infark miokard).
Anemia yang disebabkan perdarahan akut berhubungan dengan
komplikasi berkurangnya volume intraseluler dan ekstraseluler. Keadaan ini
menimbulkan gejala mudah lelah, lassitude (tidak bertenaga), dan kram
otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural dizzines, letargi, sinkop pada
12
keadaan berat, dapat terjadi hipotensi persisten, syok, dan kematian.
(Oehadian, 2012).
1. Klasifikasi anemia
Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia diklasifikasikan menjadi:
• Anemia makrositik
Anemia makrositik merupakan anemia dengan karakteristik
MCV di atas 100 fL. Anemia makrositik dapat disebabkan oleh 1,6
peningkatan retikulosit. Peningkatan MCV merupakan karakteristik
normal retikulosit. Semua keadaan yang menyebabkan peningkatan
retikulosit akan memberikan gambaran peningkat-an MCV,
metabolisme abnormal asam nukleat pada prekursor sel darah merah
(defisiensi folat atau cobalamin, obat-obat yang mengganggu sintesa
asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea), gangguan maturasi sel
darah merah (sindrom mielodisplasia, leukemia akut), dan
penggunaan alkohol penyakit hati Hipotiroidisme.
• Anemia mikrositik
Anemia mikrositik merupakan anemia dengan karakteristik
sel darah merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL). Anemia
mikrositik biasanya, disertai penurunan hemoglobin dalam eritrosit.
Dengan penurunan MCH (mean concentration hemoglobin) dan
MCV, akan didapatkan gambaran mikrositik hipokrom pada apusan
darah tepi. Penyebab anemia mikrositik hipokrom berkurangnya Fe,
anemia defisiensi Fe, anemia penyakit kronis/anemia inflamasi,
13
defisiensi tembaga, berkurangnya sintesis heme: keracunan logam,
anemia sideroblastik kongenital dan berkurangnya sintesis globin,
talasemia dan hemoglobinopati.
• Anemia normositik
Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal
(antara 80-100 fL). Keadaan ini dapat disebabkan oleh: Anemia
pada penyakit ginjal kronik, sindrom anemia kardiorenal: anemia,
gagal jantung, dan penyakit ginjal kronik.
Anemia hemolitik
Anemia hemolitik dikarenakan kelainan intrinsik sel darah merah:
Kelainan membran (sferositosis herediter), kelainan enzim (defi
siensi G6PD), kelainan hemoglobin (penyakit sel sabit). Anemia
hemolitik karena kelainan ekstrinsik sel darah merah: imun,
autoimun (obat, virus, berhubungan dengan kelainan limfoid,
idiopatik), alloimun (reaksi transfusi akut dan lambat, anemia
hemolitik neonatal), mikroangiopati (purpura trombositopenia
trombotik, sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria), dan zat
kimia (bisa ular) (Oehadian, 2012).
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi eritrosit (Bakta, 2014)
1. Anemia hipokronik mikrositer
Anemia defisiensi besi
Thalasemia
14
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia sideroblastik
2. Anemia normokromik normositer
Anemia pascaperdarahan akut
Anemia aplastik-hipoplastik
Anemia hemolitik-terutama bentuk yang didapat
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia mieloptisik
Anemia pada gagal ginjal kronik
Anemia pada mielofibrosis
Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia pada leukimia akut
3. Anemia makrosite
1. Anemia megaloblastik
Yaitu anemia akibat defisiensi folat dan defisiensi vitamin B12.
2. Nonmegaloblastik
Yaitu anemia pada penyakit hati kronik, pada hippotiroid dan
sindroma mielodisplastik.
Kalsifikasi anemia berdasarkan etiopatogenesis
a. Produksi eritrosit menurun
15
1. Kekurangan bahan untuk eritrosit yaitu besi: anemia defisiensi besi
dan vitamin B12 dan asam folat disebut sebagai anemia
megaloblastik.
2. Gangguan utilisasi besi yaitu anemia akibat penyakit kronik dan
anemia sideroblastik.
3. Kerusakan jaringan sumsum tulang yaitu atrofi dengan penggantian
oleh jaringan lemak: anemia aplastik/hipoplastik dan penggantian
oleh jaringan fibrotik/tumor: anemia leukoeritroblastik/mieleoptisik
b. Kehilangan eritosit dari tubuh yaitu anemia pasca perdarahan akut dan
pasca perdarahan kronik.
c. Peningkatan penghancuran eritrosit dari tubuh (hemolisis) dikarenakan
dua faktor yaitu faktor ekstrakorpuskuler seperti antibodi terhadap
eritrosit, hiperplenisme, paparan terhadap bahan kimia, akibat infeksi
bakteri/parasit dan kerusakan mekanik. Dan faktor intrakorpuskuler
seperti gangguan membran, gangguan enzim dan gangguan
hemoglobin.
d. Bentuk campuran
e. Bentuk yang patogenesisinya belum jelas
2. Etiologi anemia
Terdapat dua pendekatan untuk menentukan penyebab anemia:
1. Pendekatan kinetik Pendekatan ini didasarkan pada mekanisme
yang berperan dalam turunnya Hb.
16
2. Pendekatan morfologi Pendekatan ini mengkategorikan anemia
berdasarkan perubahan ukuran eritrosit (Mean corpuscular volume
/MCV) dan respons retikulosit.
Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme
independen: berkurangnya produksi sel darah merah, meningkatnya
destruksi sel darah merah dan kehilangan darah. Berkurangnya
produksi sel darah merah Anemia disebabkan karena kecepatan
produksi sel darah merah lebih rendah dari destruksinya. Penyebab
berkurangnya produksi sel darah merah: Kekurangan nutrisi: Fe,
B12, atau folat; dapat disebabkan oleh kekurangan diet, malaborpsi
(anemia pernisiosa, sprue) atau kehilangan darah (defisiensi Fe),
kelainan sumsum tulang (anemia aplastik, pure red cell aplasia,
mielodisplasia, inflitrasi tumor), supresi sumsum tulang (obat,
kemoterapi, radiasi) rendahnya trophic hormon untuk stimulasi
produksi sel darah merah (eritropoietin pada gagal ginjal, hormon
tiroid [hipotiroidisme] dan androgen [hipogonadisme]) anemia
penyakit kronis/anemia inflamasi, yaitu anemia dengan karakteristik
berkurangnya Fe yang efektif untuk eritropoiesis, karena
berkurangnya absorpsi Fe dari traktus gastrointestinal, dan
berkurangnya pelepasan Fe dari makrofag, berkurangnya kadar
eritropoietin (relatif) dan sedikit berkurangnya masa hidup erirosit.
Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena
berkurangnya masa hidup sel darah merah (kurang dari 100 hari).
Pada keadaan normal, umur sel darah merah 110 atau 120 hari.
17
Anemia hemolitik terjadi bila, sumsum tulang tidak dapat mengatasi
kebutuhan untuk mengganti lebih dari 5% sel darah merah/hari yang
berhubungan dengan masa hidup sel darah merah kira-kira 20 hari.
(Oehadian, 2012)
3. Patofisiologi anemia
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah)
dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat.
Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk
mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen
(oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan
gejala yang khas (asimptomatik) sehingga anemia pada balita sukar
untuk dideteksi. Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan
menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi
zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas
pengikatan besi.
Pada tahap yang lebih lanjut, berupa habisnya simpanan zat
besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah
protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan
menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya, terjadi anemia dengan
cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb. Bila sebagian dari
feritin jaringan meninggalkan sel, akan mengakibatkan konsentrasi
feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan
keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian, kadar
feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam
18
keadaan anemia gizi bila, kadar feritin serumnya <12 mg/ml. Hal
yang perlu diperhatikan adalah bila kadar feritin serum normal tidak
selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Karena
status besi yang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadar
feritin (Masrizal, 2007).
Pada dasarnya, gejala anemia timbul karena anoksia organ target
karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah
ke jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
Kombinasi kedua peyebab ini, akan menimbulkan gejala yang
disebut sebagai sindrom anemia. Gejala anemia biasanya timbul
apabila hemoglobin menurun kurang dari 7 atau 8 g/dl. Berat atau
ringannya gejala anemia tergantung pada (Bakta, 2014):
1. Beratnya penurunan kadar hemoglobin
2. Kecepatan penurunan hemoglobin
3. Umur
4. Adanya kelainan kardiovaskuler sebelumnya
4. Gejala anemia
Gejala anemia sangat bervariasi namun, dapat dibagi menjadi 3
golongan:
1. Gejala umum anemia
Gejala umum anemia disebut juga sindrom anemia, atau anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala
yang timbul pada semua jenis anemia, pada kadar hemoglobin yang
19
sudah menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini
timbul karena anoksia organ target, dan mekanisme kompensasi
tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut jika
diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah sebagai
berikut:
a. Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi
sesak waktu kerja, angina pectoris dan gagal jantung
b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing , telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabel, lesu, perasaan
dingin pada ekstremitas.
c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun
d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia,
seperti:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis
b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hapatosplenomegali
d. Anemia aplastik: perdaraha kulit atau mukosa dan tanda-tanda
infeksi
3. Gejala akibat penyakit dasar
20
Gejala ini terjadi karena penyakit-penyakit yang mendasari
anemia tersebut seperti halnya, anemia defisiensi besi karena
terinfeksi cacing tambang yang dapat menimbulkan gejala seperti
pembesaran parotis dan telapak tangan berawarna kuning seperti
jerami. Kemudian kanker kolon yang dapat menimbulkan gejala
berupa perubahan sifat defekasi (change of bowel habit), feses
bercampur darah atau lendir (Bakta, 2014).
5. Pengertian kehamilan
Menurut Depkes RI (2007) dalam Sri Agustinia (2012) kehamilan
adalah masa dimulai dari saat konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari pertama haid terakhir, kehamilan dibagi dalam 3
triwulan/trimester. Yaitu triwulan/trimester pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan/trimester kedua dari bulan keempat
sampai 6 bulan. Triwulan/timester ketiga dari bulan ketujuh sampai
bulan kesembilan (Sri Agustini, 2012).
6. Anemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamil jika, kadar Hb saat hamil < 11 g/dl (pada
trimester I dan III) atau <10,5 g/dl (pada trimester II) (Kemenkes RI,
2013). Berdasarkan infodatin gizi (2016) ibu hamil dikatakan anemia
jika hemoglobin kurang dari 11 mg/L (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2016)
21
7. Patofisiologis anemia pada ibu hamil
Menurut Manuaba (1998) jika didalam tubuh persediaan cadangan
Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh
dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada
kehamilan, relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% sampai
40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah
peningkatan sel darah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%.
Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11% maka, dengan
terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan
Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr%. (Manuaba, 1998)
8. Penyebab anemia pada ibu hamil
1. Anemia defisiensi besi
Defisiensi besi dan perdarahan merupakan penyebab
tersering anemia selama masa kehamilan. Keduanya memiliki
kaitan erat, karena pengeluaran darah yang berlebihan disertai
hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya simpanan besi, pada
suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting anemia defisiensi
besi pada kehamilan berikutnya. Pada gestasi satu janin, kebutuhan
ibu akan besi yang dipicu oleh kehamilannya rata-rata mendekati
800mg atau sekitar 500mg bila, tersedia untuk ekspansi massa
hemoglobin ibu sekitar 200mg atau lebih keluar melalui usus, urin
dan kulit. Jika di total, menjadi 1000 mg yang dimana hal ini
melebihi cadangan besi pada sebagian wanita.
22
Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat
selama trimester kedua maka, kekurangan besi sering
bermanifestasi sebagai penurunan tajam konsentrasi hemoglobin.
Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume darah
tidak terlalu besar, kebutuhan akan besi tetap meningkat karena
peningkatan massa hemoglobin ibu berlanjut, dan banyak besi yang
sekarang disalurkan kepada janin.
2. Anemia akibat perdarahan akut
Pada awal kehamilan, anemia akibat perdarahan sering
terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan mola
hidatidosa. Perdarahan membutuhkan terapi segera untuk
memulihkan dan mempertahanlan perfusi di organ-organ vital
walaupun jumlah darah yang diganti umumnya tidak mengatasi
difisit hemoglobin akibat perdarahan secara tuntas, secara umum
apabila hipovolemia yang berbahaya teratasi dan hemostatis
tercapai maka, anemia dapat diatasi terapi dengan besi.
3. Anemia pada penyakit kronik
Berbagai penyakit terutama infeksi kronik dan neoplasma
menyebabkan anemia derajat sedang, dan kadang-kadang berat,
biasanya dengan eritrosit yang sedikit hipokromik dan mikrositik.
Selama kehamilan, jumlah penyakit kronik dapat menyebabkan
anemia. Beberapa diantaranya adalah penyakit ginjal kronik,
supurasi, penyakit peradangan usus (inflammantory bowel disease),
lupus, eritematosus sistemetik, infeksi granulomatosa, keganasan
23
dan arthritis remotoid. Anemia biasanya semakin berat seiring
dengan meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel
darah merah.
4. Defisiensi vitamin B12/ defisiensi megaloblastik
Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan
vitamin B12 selama kehamilan sangat jarang terjadi, hal ini ditandai
oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B12, karena tidak adanya
faktor instrinsik dan hal ini merupakan penyakit autoimun yang
jarang terjadi pada wanita. Defisinesi vitamin B12 pada wanita
hamil, mungkin dijumpai pada wanita yang menjalani reseksi
lambung parsial atau total atau penyebab lain adalah penyakit
Crohn, reseksi ileum dan pertumbuhan bakteri berlebihan di usus
halus.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel
darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Hal ini dapat
disebabkan oleh faktor-faktor intrakopuskuler dan faktor
ekstrakorpuskuler. faktor intrakopuskuler dapat dijumpai pada
anemia hemolitik herediter, talasemia, anemia sel sickle (sabit),
hemoglobin, C, D, G, H I dan paraksimal nokturnal
hemoglobinuria. Sedangkan faktor ekstrakorpuskuler disebabkan
malaria, sepsis, keracunan zat logam dan dapat beserta obat-obatan,
leukimia, penyakit hodgkin dan lain-lain. Gejala utama anemia
hemolitik adalah anemia dengan kalainan-kelainan gambaran
24
darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi
kelainan pada organ-organ vital.
6. Anemia aplastik dan hipoplastik
Pada sekitar sepertiga kasus, anemia dipicu oleh obat atau
zat kimia lain, infeksi, radiasi, leukimia dan gangguan imunologis.
Kelainan fungsional mendasar tampaknya penurunan mencolok sel
induk yang terikat di sumsum tulang. Beberapa bukti menyatakan
bahwa penyakit ini diperantai oleh proses imunologis (Roosleyn,
2016).
9. Dampak anemia pada ibu hamil
Menurut Manuaba (1998) anemia pada kehamilan dapat berdampak
pada kehamilan dan janin (Manuaba, 1998):
1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan
Dapat terjadi abortus
Persalinan prematuritas
Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
Mudah terjadi infeksi
Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr%)
Mola hidatidosa
Hipermesis gravidarum
Perdarahan antepartum
Ketuban pecah dini (KPD)
2. Pengaruh anemia terhadap janin
25
Anemia pada ibu hamil mampu mengurangi kemampuan
metabolisme tubuh sehingga, mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi
gangguan dalam bentuk:
Abortus
Terjadi kematian intrauterin
Persalinan prematuritas tinggi
Berat badan lahir rendah
Dapat terjadi cacat bawaan
Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
Inteligensia rendah
B. Faktor-faktor langsung yang berhubungan dengan anemia
1. Jarak kehamilan
Menurut SDKI 2012 jarak kelahiran yang panjang selain
dapat menguntungkan bayi, juga meningkatkan status kesehatan ibu
dimana jarak antara kehamilan diatas 2 tahun memberi kesempatan
kepada ibu untuk pulih secara fisik, dan emosi sebelum mengalami
kehamilan berikutnya. Studi tentang jarak kehamilan menggunakan
dua ukuran yaitu, median jarak antara kelahiran dan proporsi
kelahiran kedua atau lebih yang terjadi dengan jarak waktu kurang
atau lebih 24 bulan sejak kelahiran sebelumnya. Jarak kehamilan
yang pendek antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan yang
kedua atau lebih dapat mengakibatkan kematian anak. Menurut
26
SDKI 2012 secara umum, median jarak antar kelahiran adalah 60,2
bulan. (Kemenkes, 2013).
The American College of Obstetricians and Gynecologists
(the College), The Society for Maternal-Fetal Medicine (SMFM)
mendukung adanya keseragaman dalam rekomendasi jarak
kehamilan yang dapat digunakan oleh semua dokter, peneliti dan
kesehatan masyarakat. Klasifikasi Pengiriman yang
Direkomendasikan dari 37 Minggu Gestasi:
1. Jangka awal: 37 0/7 minggu hingga 38 6/7 minggu
2. Jangka waktu penuh: 39 0/7 minggu hingga 40 6/7 minggu
3. Jangka panjang: 41 0/7 minggu sampai 41 6/7 minggu
4. Postterm: 42 0/7 minggu dan seterusnya (Academy et al. 2004)
Menurut Hartono (2010) dalam Shandra Riestya Prihandini
(2016) jarak kehamilan <2 tahun dapat mengakibatkan abortus, berat
badan bayi lahir rendah, nutrisi kurang dan waktu/lama menyusui
berkurang untuk anak sebelumnya. (Prihandini dkk, 2016).
2. Konsumsi tablet Fe
Spesifikasi Teknis Tablet Tambah Darah
1. Deskripsi Tablet Tambah Darah Bagi Wanita Usia Subur dan Ibu
Hamil Tablet tambah darah berbentuk bulat/lonjong warna merah
tua.
27
2. Komposisi Setiap tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan
ibu hamil sekurangnya mengandung : Zat besi setara dengan 60
mg besi elemental (dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat, Ferro
Fumarat atau Ferro Gluconat) dan Asam Folat 0,400 mg.
3. Spesifikasi Produk
Warna : Merah tua
bentuk : Bulat atau lonjong
Tablet salut gula.
4. Kemasan: sachet, blister, strip, botol dengan dimensi yang
proporsional dengan isi tablet. Kemasan harus dapat menjamin
stabilitas dan kualitas tablet tambah darah bagi wanita usia subur
dan ibu hamil. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2014)
Berdasarkan penelitian (Ristica, 2013) mengatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifkan antara konsumsi tablet Fe
dengan anemia pada ibu hamil dengan pvalue 0,001. Ibu hamil
yang mengonsumsi zat besi <30 butir/bulan lebih beresiko 3,3
kali menderita anemia dibandingkan ibu hamil yang
mengonsumsi zat besi ≥ 30 butir/bulan. Penelitian ini sejalan
dengan (Wabula dkk, 2014) yang menemukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara konsumsi tablet Fe dengan
anemia pada ibu hamil. Dimana, ibu hamil yang tidak patuh
28
mengonsumsi tablet Fe memiliki peluang 4,6 kali menderita
anemia disbandingkan dengan yang patuh.
3. Paritas
Paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang
ibu, baik melahirkan yang lahir hidup ataupun lahir mati. Resiko
ibu mengalami anemia dalam kehamilan salah satu penyebabnya
adalah ibu yang sering melahirkan dan pada kehamilan
berikutnya ibu kurang memperhatikan asupan nutrisi yang baik
dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karena dalam masa
kehamilan zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang
dikandung (Aryani, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa terdapat
hubungan antara status paritas pada ibu hamil dengan kejadian
anemia pada ibu hamil dimana ibu hamil dengan status paritas <3
kali dan anemia sebesar 66,7% sedangkan ibu hamil dengan
status paritas ≥3 kali dan anemia sebesar 34,8% (Hidayati dan
Andyarini, 2018).
Penelitian lain juga menemukan bahwa antara paritas
dengan anemia pada ibu hamil memiliki hubungan yang
signifikan dimana, ibu hamil dengan paritas ≥3 orang lebih
beresiko 5 kali menderita anemia dibandingkan ibu hamil dengan
paritas <3 orang. Penelitian tersebut menunjukkan presentase
anemia lebih banyak pada ibu hamil dengan paritas ≥3 orang
29
(70,4%) dibandingkan yang <3 orang (33,8%) (Ristica, 2013)
Sejalan dengan penelitian Willy, (2017) menemukan bahwa
terdapat hubungan anatara paritas dengan anemia pada ibu hamil.
Dimana proporsi ibu yang beresiko dan anemia lebih banyak
(46%) dibandingkan dengan yang tidak beresiko (27,5%).
4. Status gizi
Status gizi pada ibu hamil sangat penting terlebih lagi
keperluan atau asupan gizi dapat mempengaruhi perkembangan
fisik dan kognitif janin yang berusia 1000 hari pertama kehidupan
karena gizi janin tergatung pada nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu.
Selain itu kurangnya status gizi pada ibu hamil dapat
menyebabkan beberapa penyakit yang diakibatkan oleh gizi yaitu
KEK (kekurangan energi kronis).
Ibu hamil yang mengalami KEK jika, memiliki LILA <23,5
cm. Selain itu dampak yang dapat terjadi adalah anemia pada ibu
hamil. Anemia pada ibu hamil terjadi jika Hb <11mg/L. Baik
KEK ataupun anemia keduanya sangat bedampak bagi
pertumbuhan dan perkembangan janin (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2016).
Berdasarkan penelitian Ristica, (2013) terdapat hubungan
yang signifikan antara status KEK ibu hamil dengan kejdian
anemia pada ibu hamil dengan pvalue 0,001. Ibu hamil dengan
30
status gizi KEK lebih beresiko 4,5 kali menderita anemia
dibandingkan ibu hamil dengan status gizi tidak KEK.
5. Penyakit infeksi
5.1. Infeksi cacing
Menurut penelitian (Mengist, 2017) prevalensi cacing
usus sebesar 24,7% . Dimana empat dari wanita hamil yang
diteliti terinfeksi dengan dua atau lebih cacing usus. Cacing usus
yang dominan adalah cacing tambang dengan kejadian 15,1%
diikuti oleh Ascaris lumbricoides sebesar 6,5%, Hymenolepis
nana sebesar 1,6% spesies Taenia sebesar 1,3% dan
Strongyloides stercoralis sebesar 0,3%.
Jika dilihat dari penyebab terjadinya infeksi cacing pada
ibu hamil diantaranya adalah wanita hamil yang yang
menggunakan sumber air minum yang tidak terlindungi, tidak
memilikinya jamban, mengonsumsi buah mentah atau tidak
dicuci, buang air besar di kebun, kebiasaan mencuci tangan,
makan daging mentah/setengah matang, kebiasan memakai
sepatu tertutup dan kebiasaan memakan tanah masing-masing
merupakan faktor risiko yang signifikan terjadinya infeksi cacing.
(Mengist dkk, 2017)
Beberapa penelitian mengatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit infeksi
kecacingan dengan anemia pada ibu hamil (Tambunan, 2011).
31
5.2. Infeksi malaria
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
parasit Plasmodium sp. dan dapat bersifat kronis karena parasit
dapat bersembunyi dalam tubuh pejamu dan menimbulkan
manifestasi klinis sewaktu-waktu. Hal ini dapat terjadi ketika
daya tahan tubuh pejamu menurun. Pada tahun 2013 proporsi ibu
hamil yang positif malaria sebesar 1,9% (Riskesdas, 2013).
Malaria pada kehamilan, seringkali menimbulkan
komplikasi yang berbahaya bagi ibu, janin dan bayinya. Jika hal
tersebut terjadi maka, berpotensi menyumbang kematian ibu di
Indonesia (Permenkes, 2014). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit
infeksi malaria sebelumnya dengan anemia pada ibu hamil
(Tambunan, 2011). Namun, hasil ini tidak sejalan dengan
penelitian (Wabula dkk, 2014) yang dilakukan di Kota Ambon
yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara infeksi malaria dengan anemia pada ibu hamil. Hal ini
dikarenakan Kota Ambon merupakan wilayah endemis penyakit
malaria.
6. Usia kehamilan
Usia kehamilan menurut American Academy of Pediatrics
adalah waktu antara hari pertama saat menstruasi dan sampai
dengan melahirkan. Hari pertama dari periode menstruasi terakhir
32
terjadi sekitar 2 minggu sebelum ovulasi dan sekitar 3 minggu
sebelum implantasi blastokista.(Academy dkk, 2004).
Usia kehamilan didefinisikan sebagai hari pertama
menstruasi terkahir, pemeriksaan fisik ibu, ultrasonografi
prenatal, dan dengan riwayat reproduksi. Menurut American
Academy of Pediatric terdapat terminologi standar yang harus
digunakan untuk mendefiniskan usia kehamilan. Beberapa
terminologi adalah sebagai berikut :
a. Usia kehamilan (completed week) merupakan usia kehamilan
dihitung hari pertama periode menstruasi terakhir dengan hari
kelahiran
b. Usia kronologis merupakan usia (hari, minggu, bulan, atau
tahun): waktu yang berlalu sejak lahir.
c. Usia pascamenstruasi (minggu) : usia kehamilan ditambah usia
kronologis.
d. Usia yang dikoreksi (minggu atau bulan) merupakan kronologis
usia dikurangi dengan jumlah minggu lahir sebelumnya 40
minggu kehamilan. (Academy dkk, 2004)
7. Asupan makanan
Selama kehamilan, ibu hamil dianjurkan untuk mendapatkan
makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang. Karena,
asupan makanan ibu mempengaruhi proses tumbuh kembang janin
dan derajat kesehatan ibu.
33
Secara rata-rata, wanita mendapatkan Fe melalui diet
makanan. Namun, kecukupan intake Fe tidak hanya dipenuhi dari
konsumsi makanan sumber Fe saja seperti daging sapi, ayam, ikan
dan telur tetapi, dipengaruhi juga oleh variasi penyerapan Fe. Variasi
ini disebabkan oleh perubahan fisiologis tubuh seperti hamil dan
menyusui sehingga, kebutuhan Fe tubuh meningkat. Peningkatan
kebutuhan Fe pada wanita hamil untuk memenuhi Fe yang
berkurang akibat dari peningkatan volume darah, menyediakan Fe
bagi janin dan plasensta dan menggantikan kehilangan darah saat
persalinan (Tambunan, 2011).
Berdasarkan penelitian (Azra dan Rosha, 2017)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
asupan makanan seperti konsumsi zat besi, konsumsi lemak,
konsumsi protein dan konsumsi vitamin C dengan kejadian anemia
pada ibu hamil.
7.1 Pola konsumsi makanan sumber zat besi heme
Asupan makanan mengacu pada jenis dan jumlah Fe yang
diserap oleh tubuh. Defisiensi besi terjadi saat jumlah Fe yang
diabsorpsi tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Hal ini dikarenakan intake Fe dalam tubuh rendah sedangkan
kebutuhan Fe dalan tubuh meningkat karena perubahan
fisiologis karena kehamilan dan proses pertumbuhan. Defisiensi
besi atau anemia defisiensi besi diakibatkan oleh rendahnya
34
asupan besi makanan terutama besi heme (Tambunan, 2011).
Makanan yang dapat meningkatkan asupan Fe dan asam folat
yang berusmber protein hewani yaitu daging, hati sapi, ungags,
seafood, telur, susu, ikan, dan hasil olahannya (yoghurt dan
makanan fermentasi) Roosleyn (2016).
7.2 Pola konsumsi makanan sumber zat besi non heme
Zat besi non heme yang membentuk zat Fe dari makanan non
daging termasuk biji-bijian (beras merah, jagung, kacang bakar,
kacang polongan, kacang tanah, tempe, tahu, kacang almond,
dan kacang hijau) dan sayuran (bayam, kapri, kangkung, brokoli,
apricot kering, asparagus, buncis, kembang kol, selada) serta
buah yang mengandung vitamin C biasanya terdapat pada buah
yang berwarna jingga dan merah segar seperti jeruk, pisang,
kiwi, semangka dan nanas Roosleyn (2016)
7.3 Pola konsumsi makanan peningkat absorpsi zat besi
Peningkatan penyerapan Fe antara lain asam askorbat atau
vitamin C dan protein hewani dalam daging sapi, ayam, ikan
karena mengandung asam amino pengikat Fe untuk
meningkatkan absorpsi Fe. (Tambunan, 2011) makanan
fortifikasi seperti susu, keju, es krim, dan makanan berdasar
tepung Roosleyn (2016). Vitamin C dalam meningkatkan
penyerapan zat besi nonheme sampai empat kali lipat. Bahan-
bahan seperti sitrat, malat, laktat, suksinat dan asam tartat dapat
35
meningkatkan penyerapan zat besi pada kondisi tertentu. Hal ini
dikarenakan vitamin C memiliki faktor reduksi yang dapat
meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi besi ferri menjadi
ferro sehingga absorpsi besi menjadi efisien Rimawati dkk
(2018).
7.4 Pola konsumsi makanan penghambat absorpsi zat besi
Penghambat penyerapan Fe adalah fitat dan polifenol. Fitat
terutama ditemukan pada biji-bijian seperti sereal dan kacang,
serta beberapa sayuran. Polifenol dijumpai dalam minuman
kopi, teh, sayuran, dan kacang-kacangan dan kalsium dosis
tinggi berupa suplemen menghambat penyerapan besi.
Berdasarkan penelitian Alamsyah dkk (2018) menunjukan
terdapat hubungan yang bermakna antara pola konsumsi
penghambat absorpsi zat besi dengan status anemia. Minuman
yang dapat menghambat penyerapan zat besi dalam penelitian
ini adalah kopi dan teh. Kopi dan teh mengandung tanin yang
dapat mengikat mineral-mineral seperti zat besi.
7.5 Kecukupan zat besi pada ibu hamil
Pada kehamilan biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu
akan besi yang dipicu oleh kehammilannya rata-rata mendekati
800 mg, sekitar 500 mg dan untuk ekspansi massa hemoglobin
ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan kulit
sehingga jumlah total yang dibutuhkan ibu adalah 1000 mg
36
Roosley (2016). Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8-10 mg zat besi. Jika perhitungan makan
3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20-25 mg
zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari,
ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga
kebutuhan zat besi masih kurang untuk wanita hamil
(Salmariantity, 2012).
7.6 Keperluan zat besi menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Gizi seimbang untuk ibu hamil harus terpenuhi, karena
makanan yang dikonsumsi oleh ibu sangat memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin. Maka dari itu kebutuhan
zat gizi ibu hamil akan lebih banyak daripada biasanya.
Janin dalam kandungan, akan mengambil zat-zat gizi
dari makanan yang dikonsumsi ibu, dan simpanan zat gizi dalam
tubuh ibu. Oleh karena itu, jumlah makanan ibu harus ditambah
agar kebutuhan pertumbuhan janin dan kebutuhan ibu yang
mengandung terpenuhi (Kemenkes RI, 2014).
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Mineral Untuk Orang Indonesia (Per Hari)
Kelompok umur (perempuan) Kebutuhan besi (mg)
10-12 tahun 20
13-15 tahun 26
16-18 tahun 26
19-29 tahun 26
30-49 tahun 26
37
50-64 tahun 12
65-80 tahun 12
80+ tahun 12
Hamil (+an)
Trimester 1 +0
Trimester 2 +9
Trimester 3 +1
Menyusui
6 bulan +6
6 bulan kedua +8
Sumber: Pedoman Gizi Seimbang Kemenkes RI Tahun 2014
C. Faktor Tidak Langsung yang Mempengaruhi Anemia
1. Antenatal Care
Menurut Profil Kesehatan 2017 pelayanan kesehatan
diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang
usia kehamilan ibu yang dikelompokkan sesuai usia kehamilan
menjadi trimester pertama, trimester kedua dan trimester ketiga
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
Menurut Manuaba (2007) dalam Rizki (2017) Antenatal
care merupakan pemerikasaan kehamilan oleh bidan atau dokter
dalam rangka mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
didalam ANC ini dipantau melalui kunjungan baru kehamilan (K1)
minimal 4 kali kunjungan (K4) pada setiap triwulannya pelayanan
ini meliputi pemeriksaan berat badan, pemeriksaan tensi atau
tekanan darah dan pemeriksaan anemia (Amartami dkk, 2017).
38
Menurut Permenkes Republik Indonesia No.97 tahun 2014 indikator
antenatal care meliputi:
1. Kunjungan pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi untuk mendapatkan pelayanan
terpadu sesuai standar
2. Kunjungan ke-4 (K4)
K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan
tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk
mendapatkan pelayanan terpadu sesuai standar. Kontak 4 kali
dapat dilakukan sebagai berikut: minimal satu kali pada
trimester I (0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester
kedua (>12-24 minggu), dan minimal 2 kali pada trimester ke-3
(>24 minggu sampai dengan kelahiran).
3. Penanganan komplikasi (PK)
Penanganan komplikasi penyakit menular, penyakit tidak
menular dan masalah gizi yang terjadi pada ibu hamil.
Dalam melaksanakan antenatal care tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan bertujuan untuk mengetahui
perkembangan janin, penambahan berat badan yang kurang dari
9 kg selama kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap bulannya
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Sedangkan
39
pengukuran tinggi badan bertujuan untuk mengurangi adanya
faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu yang kurang dari
145 cm dapat meningkatkan risiko terjadinya CPD (Cephalo
Pelvic Disproportion)
2. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah bertujuan untuk mendeteksi adanya
hipertensi pada kehamilan dan risiko preeklampsia.
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LILA)
Pengukuran LILA bertujuan untuk melihat risiko KEK yaitu ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama dengan ukuran LILA <23,5cm. Hal ini dapat berdampak
terjadinya BBLR.
4. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus bertujuan untuk mendeteksi
pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan usia kehamilan maka
kemungkinan ada gangguan pada pertumbuhan janin.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Dalam menentukan presentasi janin dan denyut jantung dapat
dilakukan pada akhir trimester II dan seterusnya. Pengukuran ini
bertujuan untuk mengetahui letak janin. Jika denyut jantung ,
<120 kali/menit maka termasuk kedalam DJJ lambat dan jika
denyut jantung >160 kali/menit menunjukkan adanya gawat
janin.
40
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imuniasi tetanus
toksoid (TT) bila diperlukan
Skrining imunisasi TT betujuan untuk mencegah terjadinya
tetanus neonatorum dan mendapatkan perlindungan terhadap
infeksi tetanus, pemberian imunisasi harus sesuai status ibu.
7. Pemberian tablet Fe (tambah darah)
Pemberian tablet Fe bertujuan untuk mencegah terjadinya
anemia akibat defisiensi besi. Setiap ibu hamil harus
mendapatkan tablet tambah darah dan asam folat minimal 90
tablet selama kehamilan.
8. Pemeriksaan laboratorium
Terdapat dua pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan rutin
dan khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan
laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamul
meliputi golongan darah, hemoglobin dan spesifik daerah
endemis/epidemi. Sedangkan pemeriksaan laboratorium khusus
adalah pemeriksaan lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu
hamil yang melakukan antenatal care.
9. Penanganan kasus
Jika terdapat atau terdiagnosisnya kelainan yang ditemukan pada
ibu hamil berdasarkan pemeriksaan antenatal maka harus
ditangani sesuai standar dan kewenangan tenaga kesehatan.
10. Konseling
Konseling dapat dilakukan setiap kali kunjungan meliputi
41
1. Kesehatan ibu
2. Perilaku hidup bersih dan sehat
3. Peran suami/keluarga
4. Tanda bahaya pada kehamilan
5. Asupan gizi seimbang
6. Gejala penyakit menular dan tidak menular
7. Penawaran tes HIV
8. Inisiasi menyusu dini
9. KB paska persalinan
10. Imunisasi
11. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan
(Permenkes, 2014)
Selain tindakan yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan
ibu hamil juga harus memenuhi frekuensi minimal ditiap
trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester kedua
(usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan).
Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk
menjamin perlindungan pada ibu hamil dan atau janin berupa
deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini
komplikasi kehamilan. (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2017).
42
Berdasarkan beberapa penelitian, hubungan frekuensi
kunjungan periksa kehamilan dengan kejadian anemia ibu hamil
memiliki hubungan yang signifikan, dimana ibu hamil yang
kunjungan periksa kehamilan tidak sesuai dan mengalami
anemia memiliki proporsi sebesar 87,5% (Tambunan, 2011).
Berdasarkan penelitian (Fatimah dan Ernawati, 2016)
menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pelayanan antenatal care dengan anemia pada ibu hamil. Ibu
hamil yang mendapatkan antenatal care memiliki peluang untuk
tidak anemia sebesar 9,8 kali dibandingkan ibu hamil yang tidak
mendapatkan antenatal care.
D. Penanggulangan anemia pada ibu hamil
Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat melalui pemberian
tablet Fe atau tablet tambah darah (TTD) yang dilengkapi dengan asam folat
sehingga dapat menanggulangi anemia akibat kekurangan asam folat. Cara
untuk meningkatkan Fe dan asam folat dapat mengkonsumsi protein hewani
seperti daging, unggas, seafood, telur, susu dan hasil olahannya. Sedangkan
makanan sumber asam folat antara lain asparagus, bayam, buncis, hati sapi,
kapri, kacang tanah, jus jeruk, almond, beras merah/tumbuk, kembang kol,
telur, selada dan sereal instant. Selain itu buah berwarna jingga dan merah
segar seperti jeruk, pisang, kiwi, semangka, atau nanas dan makanan
forifikasi seperti susu, keju, es krim, dan makanan berbasis tepung.
(Roosleyn, 2016).
43
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia juga
menyebutkan bahwa ibu hamil harus mendapatkan pelayanan antenatal
terpadu. Dimana salah satu pelayanan antenatal terpadu ini mendeteksi dini
masalah dan penyakit yang daialami ibu hamil. Selain itu terdapat pelayanan
yang berkualitas sesuai standar dalam kunjungan ANC salah satunya adalah
pemberian tablet Fe dan pengukuran kadar hemoglobin darah (Hb)
(Permenkes, 2014).
42
E. Kerangka teori
Kerangka teori pada penelitian ini menggunakan teori adaptasi
kerangka kerja konseptual anemia multisektoral dari USAID yaitu causes
and consequences of maternal and child anemia. Terdapat tiga kerangka
pada teori adaptasi ini. Dimana pada kerangka pertama merupakan
penyebab yang mendasari anemia, kerangka kedua merupakan penyebab
langsung dan kerangka ketiga merupakan akibat dari penyebab langsung
dan tidak langsung. Penyebab langsung pada anemia termasuk didalamnya
paritas, usia kehamilan, jarak kehamilan, konsumsi tablet Fe status gizi dan
penyakit infeksi. Sedangkan, penyebab yang mendasari anemia dapat
berperan dalam mengakibatkan anemia adalah kunjungan ANC (USAID,
2013).
43
Bagan 2.1 Kerangka teori
Sumber: Modifikasi Conceptual Frameworks. Multisectoral Anemia Partners Meeting, hosted by
the USAID (2013), Irul Hidayati (2018), Willy Astriana (2017), Desi Winda (2016)
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan antara kunjungan
Antenatal Care (ANC) dengan kejadian anemia pada ibu hamil, maka peneliti
menggunakan kerangka teori hanya sampai pada akibat. Kerangka pertama
(penyebab yang mendasar) pada penelitian ini adalah kunjungan ANC, sedangkan
untuk kerangka kedua adalah faktor langsung yang menyebabkan anemia pada ibu
hamil yaitu paritas, status gizi, penyakit infeksi, jarak kehamilan konsumsi tablet
Fe dan usia kehamilan. Dan akibat dari penyebab dasar dan penyebab langsung
adalah anemia.
Pen
yebab
lang
sung
Pen
yebab
das
ar
Penyakit
infeksi
Status
gizi
Anemia pada ibu hamil
Paritas
Konsumsi
tablet Fe
Jarak
kehamilan
Usia
kehamilan
Antenatal Care (kunjungan K1,K2 dan
K4 selama kehamilan)
Asupan
konsumsi
44
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3. 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESISOPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka konsep
Variabel independen
Bagan 3.1 Kerangka konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini merupakan bentuk sederhana dari
kerangka teori dimana terdapat variabel independen yaitu kunjungan ANC
kemudian variabel kontrol yang terdiri dari variabel usia kehamilan, paritas,
status gizi, jarak kehamilan dan usia kehamilan. Sedangkan variabel
dependen penelitian ini adalah anemia pada ibu hamil. Variabel kunjungan
ANC merupakan variabel tidak langsung terhadap anemia pada ibu hamil
maka dari itu perlu adanya kontrol dari faktor langsung yang menyebabkan
anemia pada ibu hamil agar tidak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti. Terdapat variabel yang tidak diteliti yaitu penyakit infeksi. Hal ini
dikarenakan variabel penyakit infeksi dapat menjadi variabel confounding
Kunjungan
Antenatal care
Anemia pada ibu
hamil
1. Konsumsi tablet Fe
2. Paritas
3. Status gizi
4. Jarak kehamilan
5. Usia kehamilan
6. Asupan makanan
Variabel dependen
Variabel kontrol
45
pada penelitian ini. Sedangkan penelitian ini ingin mengontrol variabel
langsung yang menyebabkan anemia pada ibu hamil. Dan fokus penelitian
ini juga pada anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi akibat perubahan
fisiologi kehamilan. Oleh karena itu variabel penyakit infeksi dalam
penelitian ini termasuk kedalam kriteria ekslusi dalam pengambilan sampel.
46
B. Definisi operasional
Tabel 3.1Definisi operasional
No. Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
1. Anemia Ibu hamil yang terdiagnosis
anemia berdasarkan hasil
pemeriksaan kadar Hb pada saat
melakukan kunjungan ANC
Data
sekunder
Rekam
medik
0. Anemia (<11 mg/L)
1. Tidak Anemia (11
mg/L)
(Kemenkes RI, 2013)
Ordinal
2. Kunjungan Antenatal
care
Ibu hamil yang datang ke
pelayanan kesehatan untuk
memeriksa kehamilan
berdasarkan usia kehamilan
(minimal 1 kali trimester 1, 1 kali
trimester 2 dan 1 kali trimester 3)
dan mendapatkan pemberian
tablet Fe oleh petugas.
Data
sekunder
Rekam
medik/
buku KIA
0. Tidak sesuai
1. Sesuai
Ordinal
3. Konsumsi tablet Fe Tablet Fe yang di konsumsi ibu
selama hamil sampai saat
penelitian berlangsung
Wawancara Kuesioner 0. Tidak cukup (<90
tablet Fe)
1. Cukup (≥90 tablet Fe)
Ordinal
47
(Permenkes 2014)
4. Paritas Pernyataan responden terkait
jumlah anak yang pernah
dilahirkan baik hidup maupun
mati sampai saat penelitian
berlangsung dimana jika ibu
dengan status paritas <3
merupakan resiko anemia
sedangkan ibu dengan status
paritas ≥3 bukan resiko anemia.
Wawancara Kuesioner 0. berisiko
1. tidak berisiko
2. Belum pernah
melahirkan
Andyarini (2018)
Ordinal
5. Status gizi Ibu hamil yang diukur lingkar
lengan atas (LILA) oleh petugas
kesehatan. Jika LILA <23,5 cm
maka ibu hamil beresiko KEK
Wawancara Kuesioner 0. status gizi kurang
1. status gizi cukup
Ordinal
6. Jarak kehamilan Jarak antara kehamilan ibu
sebelumnya dengan kehamilan
ibu pada saat penelitian
dilakukan
Wawancara Kuesioner 0. <2 tahun
1. >2 tahun
2. belum pernah
melahirkan
Ordinal
48
7. Usia kehamilan Usia kandungan ibu hamil yang
memasuki Trimester 3 dalam
hitungan minggu/bulan yang
dijalani oleh ibu selama
kehamilan dihitung sejak hari
pertama haid terakhir sampai saat
penelitian berlangsung
Wawancara Kuesioner 0. minggu ke 28-33
1. minggu ke 34-37
2. minggu ke 38-40
Rizki dkk, (2018)
Nominal
8. Asupan makanan Jumlah asupan zat besi ke dalam
tubuh yang berasal dari makanan
dan minuman sehari-hari dan
diukur dengan menggunakan
FFQ
Pengisian
FFQ oleh
responden
Frequency
Food
Quesionare
(FFQ)
0. Kurang,jika konsumsi
zat besi total dalam
mg/hari kurang dari
Angka Kecukupan
Gizi (AKG) yang
dianjurkan
1. Cukup, jika konsumsi
zat besi total dalam
mg/ hari sesuai/cukup
dengan Angka
Kecukupan Gizi
(AKG) yang
dianjurkan
Ordinal
49
50
C. Hipotesis
Ada pengaruh kunjungan ANC dengan kejadian anemia pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan setelah
dikontrol oleh paritas, jarak kehamilan, usia kehamilan, konsumsi tablet Fe,
status gizi, dan konsumsi makanan.
51
BAB IV
METODE PENELITIAN
4. METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan desain
studi cross sectional. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada
satu waktu. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena untuk
melihat gambaran dan hubungan antara kunjungan ANC dan variabel
kontrol dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
B. Waktu dan lokasi penelitian
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada tahun 2019 di
wilayah kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang
yang datang dan melakukan kunjungan (ANC) ke Puskesmas
Ciputat dari bulan Juli sampai dengan bulan September pada tahun
2019.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia
kandungan trimester 3 dan tercatat melakukan kunjungan ANC di
Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan pada tahun 2019.
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi sampel penelitian.
52
1. Kriteria inklusi
1. Ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal care
di Puskesmas Ciputat saat penelitian berlangsung.
2. Ibu hamil yang diperiksa kadar Hb darah oleh tenaga
kesehatan saat melakukan kunjungan antenatal care
(ANC).
3. Ibu hamil yang diukur LILA.
2. Kriteria ekslusi
1. Ibu hamil yang terkena infeksi (cacing dan malaria) atau
parasit lainnya pada saat kehamilan.
2. Ibu hamil yang memiliki riwayat anemia sebelumnya
3. Ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit kelainan darah
seperti talasemia.
3. Besar sampel
Besar sampel pada penelitian ini menggunakan
rumus uji beda dua proporsi
Keterangan:
n : Besar sampel minimum
: Nilai Z pada derajat kemaknaan 95%
: Nilai Z pada kekuatan uji power 80%
53
P1 : Proporsi kejadian pada kelompok yang beresiko
P2 :Proporsi kejadian pada kelompok yang tidak
beresiko
Dari perhitungan sampel menggunakan uji hipotesis
beda dua proporsi didapatkan jumlah minimal responden 66
kemudian besar sampel dikali 2 menjadi 132. Untuk
menghindari drop out maka besar sampel ditambah 10%
sehingga total sampel yang dibutuhkan adalah 145 ibu hamil.
Tabel 4.1 Besar sampel
Variabel Sumber P1 P2 N
Antenatal care (ANC)
(Fatimah and
Ernawati 2016)
0,84 0,36 16
Paritas (Hidayati and
Andyarini 2018)
0,66 0,34 38
Status gizi
(Purwaningtyas and
Prameswari 2017)
0,85 0,33 13
Konsumsi tablet Fe
(Wati, Febry, and
Rahmiwati 2016)
0,56 0,32 66
D. Metode pengumpulan data dan instrumen penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara
purposive sampling. Teknik ini digunakan oleh peneliti dikarenakan sampel
penelitian yang harus memenuhi kriteria inklusi. Beberapa variabel seperti
konsumsi tablet Fe, paritas, status gizi, jarak kehamilan, usia kehamilan dan
asupan makanan di kontrol secara statistik dalam penelitian ini, hal tersebut
dimaksudkan agar tidak ada variabel lain yang mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan dependen.
54
Sampel pada penelitian ini didapatkan dari ibu hamil yang datang
untuk memeriksakan kehamilan di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2019 saat penelitian berlangsung. Peneliti bertanya
secara langsung pada responden, saat responden menunggu antrian
pelayanan kunjungan ANC di Puskesmas Ciputat.
Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner, Frequency Food
Questionnaire (FFQ) dan rekam medik kunjungan ANC. Alat ukur
kuesioner digunakan dengan cara wawancara langsung kepada responden
yaitu ibu hamil. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data usia
kehamilan, paritas, jarak kehamilan, pemberian tablet Fe dan status gizi.
Sedangkan, Frequency Food Questionnaire (FFQ) akan diisi oleh
responden sesuai dengan yang konsumsi sehari-hari. Data hasil
pemeriksaan kadar Hb pada ibu hamil didapatkan melalui rekam medik
kunjungan ANC atau buku KIA yang dimiliki ibu hamil. Kuesioner yang
digunakan penelitian ini menggunakan kuesioner individu (RKD13 IND)
Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS).
E. Manajemen data
1. Pengumpulan data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara
menggunakan kuesioner sedangkan, data sekunder didapatkan dari
rekam medik berupa hasil pemeriksaan kadar Hb yang dilakukan oleh
petugas puskesmas atau buku KIA ibu selama penelitian berlangsung
yaitu pada tahun 2019.
55
2. Pengolahan data
2.1 Editing
Merupakan tahap awal setelah pengambilan dan
pengumpulan data. Data yang telah dikumpulkan diperiksa kembali
kelengkapannya data diperiksa untuk memastikan agar semua
variabel-variabel yang ada dalam kuesioner terisi.
2.2 Coding
Setelah dipastikan variabel yang ada didalam kuesioner
terisi, selanjutnya dilakukan pemberian kode pada setiap variabel.
Pemberian kode pada variabel menggunakan angka dimulai dari
angka 0 sampai 2 untuk pengelompokkan pada variabel katagorik.
Tabel 4.2 Pengkodean variabel
No. Variabel Katagori variabel
1. Anemia 0. Anemia
1. Tidak anemia
2. Kunjungan
antenatal care
0. Tidak sesuai
1. Sesuai standar
3. Konsumsi tablet Fe 0. Tidak cukup (<90 tablet Fe)
1. Cukup (≥ 90 tablet Fe)
4. Paritas 0. Berisiko
1. Tidak berisiko
2. Belum pernah melahirkan
5. Status gizi 0. Status gizi kurang
1. Status gizi cukup
6. Jarak kehamilan 0. <2 tahun
1. >2 tahun
2. Belum pernah melahirkan
7. Usia kehamilan 0.Minggu ke 28-33
1. Minggu ke 34-37
2. Minggu ke 38-40
8. Asupan makanan 0. Kurang
1. Cukup
56
2.3 Entry
Setelah dilakukan pemberian kode pada setiap variabel,
selanjutnya memasukan data kedalam template yang telah dibuat
sebelumnya menggunakan software SPSS.
2.4 Cleaning
Setelah dimasukannya data dilakukan, cleaning atau
pengecekan kembali untuk memastikan variabel yang terisi
sudah sesuai dengan kode yang ditentukan dan tidak ada
pertanyaan dari kuesioner yang terlewati atau belum terisi. Yang
selanjutnya akan dianalisis menggunakan software SPSS.
F. Analisis data
1. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi
variabel dependen dan melihat distribusi frekuensi variabel
dependen, independen dan variabel kontrol. Variabel dependen
dari penelitian ini adalah anemia pada ibu hamil, variabel
independen dari penelitian ini adalah kunjungan ANC, dan
variabel kontrol dari penelitian ini adalah konsumsi tablet Fe,
paritas, status gizi, jarak kehamilan, usia kehamilan dan asupan
makanan. Hasil dari analisis univariat ini berupa, frekuensi dan
presentase variabel dependen dan independen dari penelitian ini.
57
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis
multivariat yaitu analisis regresi logistik ganda dengan tujuan
untuk mengestimasi secara valid hubungan satu variabel
independen dengan variabel dependen dengan mengontrol
variabel paritas, jarak kehamilan, usia kehamilan, konsumsi
tablet Fe, status gizi dan asupan konsumsi.
Adapun tahap pemodelan dalam analisis ini adalah:
1. Pemodelan pertama adalah melakukan seleksi bivariat.
Seleksi bivariat dilakukan pada variabel independen dengan
vaiabel dependen. Variabel yang masuk kedalam model
multivariat jika pada uji bivariat variabel memiliki pvalue
<0,25. Namun, jika terdapat variabel yang memiliki nilai
pvalue >0,25 dan secara substansi variabel tersebut penting
terhadap variabel dependen maka, ketentuan pvalue <0,25
tidak harus dipenuhi.
2. Kemudian melakukan full model mencangkup variabel
independen, dependen dan kandidat interaksi (kandidat
interaksi ini dibuat antara variabel independen dengan
variabel kontrol).
3. Melakukan penilaian interaksi. Dengan cara mengeluarkan
variabel yang memiliki pvalue >0,05 satu per satu dimulai
dengan variabel yang memiliki pvalue terbesar.
58
4. Tahap terakhir adalah penilaian konfonding. Tahap ini
dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel kovariat dari
model satu per satu dimulai dari yang memiliki nilai pvalue
terbesar. Bila sudah dilakukan eleminasi maka, selanjutnya
penilaian OR. Jika terdapat perbedaan selisih OR > 10%
antara sebelum dan sesudah eliminasi maka variabel tersebut
dianggap sebagai konfonding dan harus tetap berada dalam
model.
G. Uji validitas
Uji validitas pada penelitian ini tidak dilakukan secara
statistik. Validitas pada penelitian ini adalah validitas isi dimana
dalam mengukur variabel yang diteliti, dengan cara melihat
apakah responden dapat memahami dan menjawab pertanyaan
secara tepat. Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner
yang diambil dari SKRT (RKD13IND).
H. Etika penelitian
Penelitian ini sudah diaukan ethical clearance-nya kepada
Komisi Etik penelitian Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan disetujui dengan
nomor surat berikut Un.01/F10/KP.01.1/KE.SP/09.00.014/2019.
Setelah mendapatkan persetujuan etik. Peneliti mulai melakukan
penelitian. Hal ini dilakukan untuk melindungi dan menjamin
kerahasiaan responden.
59
BAB V
HASIL PENELITIAN
5. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Puskesmas Ciputat
Puskesmas Ciputat terletak di Kecamatan Ciputat yang merupakan
salah satu kecamatan yang ada di Kota Tangerang Selatan. Puskesmas
Ciputat terletak ± 6 km sebelah utara Kota Tangerang Selatan dan beralamat
di Jalan Ki Hajar Dewantara No.7 Kelurahan Ciputat, Kota Tangerang
Selatan propinsi Banten. Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang
Selatan membawahi 2 Kelurahan dengan total luas wilayah 42.843 km2
dengan rincian Kelurahan Ciputat memiliki luas wilayah 18.334 km2 dan
Kelurahan Cipayung 24.509 km2.
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya antenatal care
(ANC) yang ada di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan dilakukan
oleh bidan terlatih. Pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Ciputat
mencakup 10 T yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu
pengukuran tinggi badan, berat badan, pengukuran tekanan darah, pemberian
tablet Fe, imunisasi tetanus toksoid, pemeriksaan tinggi fundus, pemeriksaan
darah, urin utin, pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ), konsultasi dan
penjelasan tentang komplikasi kehamilan. Pemberian makanan tambahan
akan diberikan kepada ibu hamil yang memiliki Hb dibawah 11gr/dl yaitu
biskuit yang mengandung Fe untuk tambahan zat besi ibu. Selain itu, ibu
hamil juga akan mendapatkan tablet Fe yang diberikan setiap kunjungan. Ibu
hamil akan mendapatkan buku KIA sejak pemerikasaan kehamilan pertama
60
untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan janin serta kesehatan ibu.
Kelas ibu hamil juga disediakan oleh Puskesmas Ciputat Kota Tangerang
Selatan pada waktu tertentu serta pemeriksaan ultrasonografi (USG)
kehamilan.
B. Analisis Univariat
1. Gambaran Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019
Status anemia pada ibu hamil dibagi menjadi dua katagori, yaitu
anemia dan tidak anemia. Kemudian data dianalisis dan menghasilkan
informasi, terkait dengan gambaran anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan. Berikut merupakan,
hasil distribusi frekuensi status anemia pada ibu hamil di wilayah
Puskesmas Ciputat.
Tabel 5.1 Gambaran Status Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019
Status anemia pada
ibu hamil Jumlah (n) Presentase (%)
Anemia 58 40,0
Tidak anemia 87 60,0
Total 145 100,0
Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa berdasarkan status
anemia pada ibu hamil, sebagian besar ibu hamil tidak mengalami
anemia yaitu sebanyak 87 orang dengan presentase 60,0%.
61
2. Gambaran Karakteristik Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota
Tangerang Selatan Tahun 2019
Karakteristik ibu dalam penelian ini terdapat satu variabel yaitu usia
ibu. Setelah variabel dianalisis, maka didapatkan informasi distribusi
usia dari ibu hamil. Berikut adalah distribusi deskriptif usia ibu.
Tabel 5.2 Gambaran Usia Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019
Usia ibu Jumlah
(n=145)
Presentase
(%)
< 20 tahun 2 1,4
20-35 tahun 133 91,7
>35 tahun 10 6,9
Total 145 100,0
Dari tabel 5.2, dapat diketahui bahwa, sebagian besar ibu hamil di
Puskesmas Ciputat berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 133 orang
(91,7%).
3. Gambaran Kunjungan ANC Berdasarkan Anemia pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019
Dalam penelitian ini, kunjungan antenatal care dibagi menjadi dua
kategori yaitu tidak sesuai standar minimal dan sesuai standar minimal
kemudian dianalisis dan didapatkan informasi distribusi frekuensi nya
berdasarkan anemia pada ibu hamil. Berikut adalah hasilnya.
Tabel 5.3 Gambaran Status Anemia pada Ibu Hamil Berdasarkan Kunjungan
ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun
2019
Kunjungan Antenatal care
(ANC)
Status anemia
Anemia Tidak anemia
N % N %
Tidak sesuai 22 56,4 17 43,6
Sesuai 36 34,0 70 66,0
62
Dari tabel 5.3, dapat diketahui bahwa, ibu hamil yang melakukan
kunjungan ANC tidak sesuai dan berstatus anemia sebanyak 22 orang
(56,4%) sedangkan, ibu hamil dengan kunjungan ANC sesuai dan
berstatus anemia sebanyak 36 orang (34,0%).
4. Gambaran karakteristik berdasarkan anemia pada ibu hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019
Tabel 5.4 Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Status Anemia di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019
Karakteristik ibu
Status anemia
Anemia Tidak anemia
n = 58 % n = 87 %
Paritas
Berisiko 25 40,3 37 59,7
Tidak berisiko 18 46,2 21 53,8
Belum pernah
melahirkan 15 34,1 29 65,9
Status gizi
Status gizi kurang 23 67,6 11 32,4
Status gizi cukup 35 31,5 76 68,5
Jarak kehamilan
< 2 tahun 6 75,0 2 25,0
≥ 2 tahun 37 40,2 55 59,8
Belum pernah
Melahirkan 15 33,3 30 66,7
Usia kehamilan
Preterm 40 40,8 58 59,2
Late preterm 12 35,3 22 64,7
Aterm 6 46,2 7 53,8
Konsumsi tablet Fe
Tidak cukup 41 66,1 21 33,9
63
Cukup 17 20,5 66 79,5
Asupan makanan
Kurang dari AKG 52 39,1 81 60,9
Cukup dari AKG 6 50,0 6 50,0
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang
mengalami anemia terjadi pada ibu dengan status paritasnya tidak
berisiko sebesar (46,2%), status gizi kurang (67,6%), jarak kehamilan
≤2 tahun (75,0%), usia kehamilan aterm (46,2%), konsumsi tablet Fe
yang tidak cukup (66,1%) dan asupan makanan yang cukup dari Angka
Kecukupan Gizi (AKG) (50,0%).
Tabel 5.5 Gambaran Komponen Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil di
Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019
Komponen ANC
Ya Tidak
N % N %
Pemeriksaan tinggi badan 139 95,9 6 4,1
Pemeriksaan berat badan 145 100,0 0 0,0
Pemeriksaan tekanan darah 145 100,0 0 0,0
Pemeriksaan LILA 145 100,0 0 0,0
Pemeriksaan tinggi Rahim 145 100,0 0 0,0
Pemeriksaan letak janin 145 100,0 0 0,0
Pemeriksaan denyut jantung janin 145 100,0 0 0,0
Konseling 57 39,3 88 60,7
Tindakan/tatalaksana 60 41,4 85 59,6
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu
hamil diperiksa tinggi badan (95,9%), ditimbang berat badan (100%),
diperiksa tekanan darah (100%), diukur lingkar lengan atas (100%),
64
diperiksa tinggi rahim (100%), diperiksa letak janian (100%), diperiksa
denyut jantung janin (100%), tidak diberikan konseling (60,7%) dan
diberikan tindakan/tatalaksana (59,6%).
C. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji multivariat
tujuannya untuk mengotrol variabel langsung (kontrol) yang memengaruhi
variabel dependen yaitu anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat. Langkah pertama dalam melakukan uji multivariat ini adalah
melakukan uji bivariat. Dari uji bivariat kemudian, dilihat pvalue hubungan
dari setiap variabel independen dan variabel kontrol dengan variabel
dependen. Apabila pvalue ≤0,25 maka, variabel independen dan variabel
kontrol tersebut masuk kedalam model uji multivariat. Berikut hasil analisis
bivariat.
Tabel 5.6 Seleksi Kandidat Variabel Independen dan Variabel Kontrol dengan
Analisis Bivariat
No. Variabel
independen
Variabel
dependen
Jenis uji Pvalue
1. Kunjungan ANC Status anemia Chi square 0,014*
Variabel kontrol
2. Status paritas
Status anemia
Chi square 0,250*
3. Jarak kehamilan Chi square 0,085
4. Status gizi Chi square 0,000*
5. Konsumsi tablet Fe Chi square 0,000*
6. Umur kehamilan Chi square 0,760
7. Asupan konsumsi Chi square 0,544
Ket: * masuk kedalam model multivariat
65
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa, variabel yang masuk
kedalam kandidat analisis multivariat adalah variabel kunjungan ANC,
status paritas, status gizi, dan konsumsi tablet Fe.
Tahap kedua dalam analisis ini adalah melakukan pemodelan
lengkap (full model) dan penilaian interaksi. Pada tahap model lengkap
dilakukan dengan memasukan variabel status anemia, semua variabel
kandidat kovariat (kunjungan ANC, status gizi, konsumsi tablet Fe dan
paritas) serta semua variabel interaksi (kunjungan ANC dengan status gizi,
kunjungan ANC dengan konsusmsi tablet Fe dan kunjungan ANC dengan
paritas). Kemudian dilakukan penilaian interaksi, dengan cara, melihat
pvalue dari variabel interaksi. Variabel dikatakan berinteraksi jika pvalue
<0,05 jika, pvalue variabel >0,05 maka akan dikeluarkan. Pengeluaran
variabel dilakukan secara bertahap. Dilakukan dari pvalue yang terbesar.
Dari hasil penelitian ini interaksi “kunjungan ANC by status gizi”
(p=0,745), “kunjungan ANC by paritas” (p=0,249) dan “kunjungan ANC by
konsumsi Fe” (p=0,202) dikeluarkan secara berurutan dari model.
Tahap ketiga penilaian konfonding, dilihat berdasarakan hasil OR
dari masing-masing variabel yang memiliki pvalue ≤0,05. Dikatakan
variabel konfonding jika hasil OR > 10%. Pada penelitian ini, variabel status
paritas dikeluarkan dalam model. Berikut adalah hasil uji multivariat.
66
Tabel 5.7 Hasil Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan Status
Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang
Selatan Tahun 2019
No. Variabel Pvalue
1. Kunjungan ANC 0,496
2. Status paritas 0,354
3. Status gizi 0,003
4. Konsumsi tablet Fe 0,000
Dari tabel diatas didapatkan hasil bahwa terdapat interaksi antara
kunjungan ANC dengan variabel kovariat yaitu variabel status gizi (pvalue=
0,003) dan variabel konsumsi tablet Fe (pvalue= 0,000). Dari tabel diatas
diketahui juga bahwa status paritas memiliki pvalue 0,354 dan tidak ada
interaksi dengan variabel kunjungan ANC. Maka variabel status paritas
akan dikeluarkan dari model.
Tabel 5.8 Nilai OR Crude Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota
Tangerang Selatan Tahun 2019
No. Variabel OR
1. Kunjungan ANC 1,359
2. Status gizi 4,571*
3. Konsumsi tablet Fe 6,881*
Ket: * pvalue <0,05
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai OR crude kunjungan
ANC sebesar 1,359. OR crude didapatkan dari analisis dengan mengontrol
variabel status gizi dan variabel konsumsi tablet Fe.
Tabel 5.9 Hasil OR Adjusted Analisis Multivariat Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019
No. Variabel *OR Adjusted
1. Kunjungan ANC 1,276
2. Konsumsi tablet Fe 7,044
67
Ket: *OR Adj merupakan OR kunjungan ANC yang didapatkan setelah mengeleminasi variabel status paritas
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat nilai OR adjusted
variabel ANC sebesar 1,276. Nilai OR tersebut akan dimasukan kedalam
rumus perhitungan delta OR untuk melihat interaksi variabel yang diduga
variabel konfonding.
Delta OR = 𝑂𝑅 𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑−𝑂𝑅 𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒
𝑂𝑅 𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒 x 100%
Delta OR = 1,276−1,359
1,359 x 100%
Delta OR = -6,1%
Dari hasil perhitungan nilai OR dan Delta OR didapatkan bahwa
Delta OR < 10% artinya, variabel status gizi bukan merupakan variabel
konfonder dari hubungan variabel kunjungan ANC dengan status anemia
pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Ciputat.
Tabel 5.10 Hasil OR Adjusted Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Tahun 2019
No. Variabel *OR Adjusted
1. Kunjungan ANC 2,516 Ket: *OR Adj merupakan OR kunjungan ANC yang didapatkan setelah mengontrol variabel konsumsi tablet Fe
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat nilai OR Adjusted
setelah mengontrol variabel tablet Fe. Nilai OR Adjusted yang didapat
sebesar 2,516. Kemudian nilai tersebut dimasukan kedalam rumus
perhitungan Delta OR.
Delta OR = 𝑂𝑅 𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑−𝑂𝑅 𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒
𝑂𝑅 𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒 x 100%
68
Delta OR = 2,516−1,359
1,359 x 100%
Delta OR = 85,13%
Dari perhitungan Delta OR diatas dapat diketahui bahwa nilai delta
OR kunjungan ANC dengan mengontrol variabel konsumsi tablet Fe
didapatkan nilai bahwa Delta OR > 10% artinya, variabel konsumsi tablet
Fe merupakan variabel konfonding, sehingga tidak dikeluarkan dari model
analisis.
Tabel 5.11 Hasil Akhir Analisis Multivariat Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota
Tangerang Selatan Tahun 2019
Variabel Constant Pvalue OR CI 95%
Kunjungan ANC
0,029
0,582 1,276 0,536-3,036
Konsumsi tablet
Fe 0,000 7,044 3,201-15,502
Berdasarkan hasil uji statistik diatas didapatkan pvalue untuk
kunjungan ANC sebesar 0,582 artinya pada alpha 5% tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara kunjungan ANC dengan status anemia
setelah dikontrol variabel konsumsi tablet Fe dan didapatkan nilai OR
sebesar 1,276 artinya, tidak ada perbedaan antara ibu yang melakukan
kunjungan ANC tidak sesuai standar dengan ibu hamil yang melakukan
kunjungan ANC sesuai dengan standar terhadap kejadian anemia pada ibu
hamil setelah dikontrol dengan variabel “konsumsi tablet Fe”.
69
BAB VI
PEMBAHASAN
6. PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya adalah tempat
penelitian ini hanya sampai pada wilayah kerja puskesmas dan teknik
pengambilan data tidak menggunakan simple random sampling tetapi
menggunakan purposive sampling sehingga data tidak dapat digeneralisir
ke area yang lebih luas karena keterbatasan waktu dan biaya selain itu juga
daerah Kota Tangerang Selatan yang luas.
B. Gambaran Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019
Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah
dan oksigen yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
(WHO, 2018). Menurut kementerian kesehatan, anemia ibu hamil adalah
ibu hamil yang memiliki kadar Hb <11 mg/L (infodatin gizi, 2016). Dan
dalam penelitian ini anemia didefinisikan kadar Hb ibu yang kurang dar
11mg/L dengan usia kehamilan trimester 3.
Dalam hasil penelitian ini, yang dilakukan pada 145 ibu hamil
trimester 3 memiliki presentase kejadian anemia pada ibu hamil sebesar
40%. Presentase kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat
memiliki presentase yang lebih tinggi dibandingkan nasional. Data SDKI
(2017) menunjukkan bahwa diantara 8% dari keluhan kehamilan, salah
satunya adalah terkait anemia.
70
Menurut Serudji (2017) anemia sering terjadi pada trimester ke-3
kehamilan. Kemungkinan hal ini dikarenakan pada trimester ke-3
kehamilan merupakan titik tertinggi peningkatan volume plasma
dibandingkan massa eritrosit. Dan peningkatan kebutuhan oksigen
bersamaan dengan pertumbuhan janin yang semakin membesar.
Adapun faktor yang paling sering menyebabkan anemia adalah
defisiensi besi, anemia dapat mempegaruhi perkembangan janin yang ada
didalam kandungan. Oleh karena itu, perkembangan dan pertumbuhan janin
dalam kandungan sangat tergantung pada gizi yang ibu konsumsi. Makanan
yang ibu konsumsi akan disalurkan kepada janin melalui plasenta. Selain
itu, plasenta juga menyalurkan beberapa antibodi ibu sebagai barrier
terhadap janin dari kuman atau mikroorganisme. Maka, jika plasenta
mengalanmi disfungsi, hal ini akan berakibat gangguan pada pertumbuhan
janin. (Sulistyawati, 2011) dalam Rahmi (2016).
Akibat dari anemia pada kehamilan adalah dapat menjadi salah satu
pemicu terjadinya perdarahan, terutama perdarahan atonia uteri. Hal ini
disebabkan oleh berkurangnya jumlah oksigen yang diikat dalam darah dan
menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi secara baik yang akhirnya
timbul atonia uteri yang menyebabkan perdarahan postpartum. Wuryanti
(2010) hal ini juga dibenarkan oleh Saputri (2017) menyatakan bahwa
semakin rendah kadar Hb pada ibu hamil semakin besar resiko ibu
mengalami pendarahan postpartum. Handaria dkk (2011) juga menyatakan
bahwa kadar Hb yang rendah memiliki resiko 4 kali untuk mengalami
perdarahan postpartum.
71
Ibu hamil dengan usia kandungan memasuki trimester 3 dan
mengalami anemia memiliki resiko yang mempengaruhi ibu dan anaknya.
Audrey (2016) mengatakan bahwa ibu hamil pada trimester 3 dan anemia
memiliki resiko yang besar terhadap berat bayi lahir rendah (BBLR). Resiko
BBLR terjadi dikarenakan tidak optimalnya metabolisme tubuh ibu akibat
dari kurangnya suplai oksigen. Tambunan (2011) juga mengatakan bahwa
ibu hamil dengan usia kehamilan trimester ke-3 memiliki hubungan yang
signifikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Sehingga untuk mencegah adanya defesiensi besi ibu perlu
mengonsumsi makanan yang mengandung besi seperti ikan atau daging
yang memang memiliki banyak kandungan Fe. Islam mengajarkan kita
untuk memakan makanan yang halal dan baik untuk tubuh. Seperti firman
Allah dalam surat An-Nahl ayat 14:
Artinya: “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar
kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu
mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu
melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan)
dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”.
Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir (Muhammad, 2003) dari ayat diatas
Allah telah memberi anugerah kepada hamba-Nya dengan apa yang Dia
72
ciptakan di dalam lautan untuk mereka (hamba), membuatnya mudah untuk
mengarungi lautan dan menjadikan didalam laut terdapat ikan besar dan
ikan kecil dan dijadikan-Nya daging yang halal. Selain itu, dalam penelitian
(Usman, 2013) Ayat ini menjelaskan bahwa memakan daging yang segar
seperti daging ikan dapat membantu tumbuh kembang janin dalam rahim.
Hal ini merupakan suatu bukti bahwa di dalam daging ikan terdapat salah
satu sumber zat besi yang dapat dikonsumsi oleh ibu hamil yang sangat
dibutuhkan dalam proses kehamilan.
Selain makanan bersumber heme, beberapa makanan non heme
seperti buah-buahan juga terdapat unsur zat besi yang dapat dikonsumsi ibu.
Sebagaimana dalam surat An-Nahl ayat 10-11:
Artinya: dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kammu
tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berpikir.
Maksud dari ayat ini adalah Allah memberi kenikmatan melalui air
hujan. Dimana air hujan yang turun dari langit dapat menumbuhkan
tumbuhan-tumbuhan yang ada di muka bumi. Kemudian, keluarlah berbagai
macam buah dengan segala perbedaan macamnya, rasanya, warnanya,
73
baunya dan bentuknya (Muhammad, 2003). Anemia defisiensi besi selain
dapat ditanggulangi dengan banyak mengonsumsi makanan bersumber zat
besi daging, buah-buahan yang juga merupakan sumber makanan yang
mengandung vitamin C yang membantu penyerapan zat besi dalam tubuh.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dari ayat diatas, Allah telah memberikan
anugerah berupa aneka jenis buah dari warna sampai rasa. Hal ini
merupakan sebuah bukti, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-quran,
anggur merupakan salah satu buah yang kaya akan vitamin C dan sangat
bermanfaat untuk mencegah terjadinya anemia.
Didalam Islam, kesehatan anak dan ibu sangat diperhatikan, karena
apa yang ibu lakukan, dan apa yang ibu makan akan memengaruhi janin
dalam rahim. Sehingga dianjurkan untuk ibu agar tidak berperilaku dan
mengomsumsi makanan yang dapat merugikan ibu dan janin. Rosulullah
bersabda:
Artinya: “anak yang celaka adala anak yang telah mendapat
kesempitan di masa dalam perut ibunya” (HR. Imam Muslim).
Selain itu, faktor lain seperti kunjungan ANC, paritas, status gizi,
konsumsi tablet Fe, jarak kehamilan, umur kehamilan dan asupan konsumsi
diduga dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Pada hasil
penelitian ini, kejadian anemia paling banyak terjadi pada ibu yang berstatus
paritas tidak berisiko (≤3 anak) yaitu sebesar 46,2%. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan ibu hamil memasuki usia kehamilan trimester 3 sehingga
74
walaupun ibu dengan status paritas tidak berisiko, kejadian anemia masih
dapat terjadi seperti yang dikatakan oleh (Darlina, 2003) usia kehamilan
trimester 3 memiliki kontribusi terbesar dan bermakna secara statistik
terhadap kejadian anemia. Jika berdasarkan teori jumlah anak yang
dilahirkan oleh seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
umur pertama kali melahirkan, jarak antar kelahiran dan kesuburan.
Menunda kelahiran pertama dan menjarangkan kelahiran dapat menurunkan
tingkat fertilitas dan berdampak positif terhadap kesehatan (SDKI, 2017)
Data SDKI 2017 menunjukan angka fertilitas total sebesar 2,4 yang
artinya seorang wanita di Indonesia rata-rata melahirkan 2,4 anak selama
hidupnya dimana presentase lebih tinggi pada daerah perkotaan yaitu
sebanyak 13% (2,3 anak). Selain usia kehamilan, jarak kehamilan yang
kurang dari 2 tahun juga dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil.
Walaupun ibu hamil tidak berisiko dalam status paritas namun, jarak
kehamilan yang kurang dari 2 tahun masih dapat mengakibatkan anemia
pada ibu hamil. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dimana, sebagian
besar ibu hamil yang mengalami anemia adalah ibu yang jarak
kehamilannya kurang dari 2 tahun. (Nurhidayati, 2013) mengatakan bahwa
jarak kehamilan yang kurang dari 2 tahun memiliki hubungan yang bermana
dengan kejadian anemia. Jarak yang terlalu dekat membuat ibu tidak
memperoleh kesempatan memperbaiki tubuhnya sendiri.
Selain paritas, konsumsi tablet Fe juga merupakan faktor yang
diduga memegaruhi anemia. Dalam penelitian ini sebagian besar ibu hamil
yang mengalami anemia, tidak cukup mengkonsumsi tablet Fe (90 tablet)
75
selama kehamilan yaitu sebesar 66,1%. Sebesar 7,29% pemberian tablet Fe
dapat meningkatkan kadar Hb. Penelitian tersebut dilakukan oleh Andaruni
dan Nurbaety (2018) setelah 4, 6 dan 8 minggu intervensi. Hasil penelitian
Ratih (2018) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian Fe terhadap
penigkatan hematokrit pada ibu hamil. Hematokrit merupakan pemeriksaan
yang bertujuan untuk mengetahui volume eritrosit dalam darah yang
dinyatakan dalam (%). Sehingga jika ibu meminum tablet Fe sesuai dengan
keteraturan kunjungan ANC maka semakin baik nilai hematokrit.
Hal ini sejalan dengan penelitian Darwanty (2018) yang mengatakan
bahwa ibu hamil yang mengonsumsi tablet Fe <90 tablet berstatus anemia
sebesar 29,4%. Putri (2015) juga mengatakan 20% ibu hamil yang
mengalami anemia tidak baik dalam mengonsumsi tablet Fe, tidak ada
kesesuaian konsumsi dengan jumlah konsumsi tablet Fe didapat.
Status anemia pada ibu hamil juga diduga dipengaruhi oleh status
gizi ibu hamil. Dalam penelitian ini, sebagian besar ibu hamil memiliki
status gizi kurang yaitu sebesar 67,6%. Hal ini kemungkinan terjadi karena
status gizi ibu dipengaruhi oleh zat gizi yang ibu konsumsi. Sedangkan,
konsumsi setiap ibu hamil berbeda-beda. Rini (2019) mengatakan bahwa
banyak ibu hamil yang mengalami anemia berstatus gizi kurang dan asupan
gizi makro dan mikro juga kurang. Asupan zat gizi yang rendah juga
kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan ibu hamil yang minim akan zat
gizi yang cukup dan kurang Mulyani (2013). Hal ini didukung oleh
Mutiarasari (2019) yang mengatakan bahwa ukuran LILA <23,5 dapat
diakibatkan dari kurangnya asupan zat besi dan protein dalam makanan
76
sehari-hari. Status gizi ibu hamil dapat dilihat dari kekurangan energi kronis
berdasarkan ukuran LILA, ibu hamil yang mengalami status gizi kurang
akibat yang akan timbul adalah keguguran, bayi lahir mati, BBLR dan
kematian neonatal (Chandradewi, 2015).
Faktor selanjutnya yang diduga menyebabkan anemia adalah jarak
kehamilan. Dalam penelitian ini sebagian besar ibu hamil memiliki jarak
kehamilan anak < 2 tahun (75,0%). Jarak kehamilan yang kurang dari 2
tahun dapat berisiko untuk terjadinya anemia menurut Anggraini (2018) ibu
hamil yang memiliki jarak <2 tahun lebih berisiko mengalami anemia
dikarenakan sistem reproduksi belum kembali seperti keadaan semula saat
sebelum hamil dan berisiko mengalami anemia. Dan anemia terjadi pada
ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan terlalu dekat akibat dari tubuh dari
ibu yang belum cukup untuk memenuhi cadangan nutrisi setelah melalui
hamil sebelumnya Husin (2014)
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Sulistiani (2009) yang
mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jarak
kehamilan dengan kejadian pada ibu hamil. Kesamaan hasil penelitian ini
mungkin dikarenakan desain studi yang digunakan sama dan dengan sampel
yang sama yaitu ibu hamil trimester ke-3 dan pengambilan data yang
bertempat langsung di Puskesmas dengan cara wawancara.
Secara teoritis jarak kehamilan memiliki hubungan terhadap
kejadian anemia pada ibu hamil. Akibatnya, jarak kehamilan yang kurang
dari 24 bulan memiliki risiko tinggi kesakitan dan kematian anak (SDKI,
2017). Selain itu, persepsi orang tua terhadap nilai anak juga diduga dapat
77
memengaruhi pengaturan jarak kehamilan. Dalam mengatur jarak
kehamilan orang tua akan mempertimbangkan soal biaya yang dikeluarkan
untuk membesarkan dan memberikan pendidikan anak, serta menganggap
anak sebagai beban juga masih menjadi pertimbangan untuk mengatur jarak
kehamilan Sahrul (2014). Berdasarkan hasil penelitian ini maka terdapat
fakta bahwa tidak terdapat hubungan antara jarak kehamilan dengan
anemia. Maka variabel tersebut, tidak masuk dalam model dan tidak diuji
hipotesis.
Selain jarak kehamilan, umur kehamilan juga diduga memengaruhi
anemia pada ibu hamil. Dalam penelitian ini, sebagian besar ibu hamil yang
mengalami anemia terjadi pada usia kehamilan aterm yaitu sebesar 46,2%.
Menurut Susianty (2017) Usia kehamilan pada trimester ke-3 termasuk
kedalam usia kehamilan yang berisiko untuk mengalami anemia. Tambunan
(2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa proporsi terbesar anemia
terdapat pada usia kehamilan trimester ke-3.
Secara teori, usia kehamilan dapat memengaruhi anemia pada ibu
hamil. Hal itu dikarenakan pada usia 5-8 bulan terjadi pengenceran darah
(hemodilusi) mencapai maksimal. Akibatnya, kadar Hb dalam darah
menurun dan menyebabkan anemia pada ibu. Sehingga semakin besar usia
kandungan maka semakin berisiko terjadinya anemia Lestari (2010).
Menurut Manuaba (1998) dalam Windarti (2012) puncak terjadinya
hemodilusi pada ibu hamil terjadi usia kehamilan 34 minggu. Hal ini sejalan
dengan penelitian ini, sebagian besar usia kehamilan pada ibu hamil adalah
aterm (38-40 minggu) kehamilan. Hal ini yang memungkinkan masih
78
terdapatnya ibu hamil yang mengalami anemia pada usia kehamilan akhir
dalam penelitian ini. Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini dan
penjelasan sebelumnya terdapat fakta bahwa diantara usia kehamilan, usia
aterm paling banyak terjadi anemia pada ibu hamil.
Asupan makanan juga diduga dapat menyebabkan anemia pada ibu
hamil. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil
mengonsumsi makanan yang bersumber zat besi cukup dari AKG yaitu
sebesar 50,0%. Selama masa kehamilan asupan makanan ibu akan
mempengaruhi keadaan ibu hamil. Terutama makanan yang bersumber zat
besi yang diperlukan oleh tubuh. Jika asupan makanan ibu kurang baik
terutama zat besinya, kemungkinan dapat terjadi anemia pada ibu hamil.
Hasil dari penelitian ini, sebagian besar ibu hamil yang mengalami
anemia memiliki asupan gizi cukup hal ini kemungkinan terjadi karena ibu
hamil mengonsumsi makanan atau minuman yang dapat menghambat
penyerapan zat besi seperti konsumsi teh atau kopi. Kopi atau teh dapat
mengikat zat mineral salah satunya zat besi. Sehingga zat besi yang diserap
oleh tubuh tidak sesuai dengan yang dikonsumsi oleh ibu hamil yang
diperoleh dari makanan. Ibu hamil yang memiliki kebiasaan mengonsumsi
teh beresiko mengalami anemia 2,785 kali lebih besar dibandingkan ibu
yang tidak memiliki kebiasaan minum teh (Septiawan dkk, 2015).
(Darmawansyah, 2017) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara
mengonsumsi teh dengan anemia pada ibu hamil, tanin yang merupakan
polifenol yang terdapat dalam teh atau kopi yang dapat menghambat
absorpsi dengan cara mengikat besi. (Afiyah, 2015) mengatakan bahwa ibu
79
hamil yang mengonsumsi teh sebagian besar mengalami anemi sedangkan
dari 7 ibu hamil yang tidak mengonsumsi teh seluruhnya tidak mengalami
anemia. Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin C yang
membantu penyerapan zat besi kedalam tubuh juga dapat menyebabkan
anemia pada ibu hamil (Azra, 2017).
Tambunan (2011) mengatakan bahwa tidak adanya hubungan antara
pola konsumsi non heme dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Sejalan
dengan Mandasari (2015) mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara asupan zat besi dengan anemia pada ibu hamil. Namun, jika dilihat
berdasarkan data SDKI 2017 mengatakan bahwa ibu hamil yang
mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi dapat dipengaruhi oleh usia
dan daerah tempat tinggal dimana, pada ibu yang berusia 30-39 sebanyak
71,2% yang mengonsumsi makanan yang bersumber zat besi, dan bertempat
tinggal di perkotaan (74,0%).
Berdasarkan hasil uji diagnosis hubungan asupan makanan dengan
anemia pada ibu hamil, faktor lain yang paling memungkinkan terjadi
anemia adalah konsumsi tablet Fe yang kurang dari 90 tablet, dan
berdasarkan hasil akhir multivariat, variabel konsumsi tablet Fe merupakan
konfonding. Selain itu, dari hasil penelitian ini sebagian besar ibu yang
mengonsumsi asupan zat besi cukup dari AKG yaitu sebesar 50,0%.
Ditambah lagi dengan usia kehamilan ibu dalam penelitian ini yaitu
memasuki usia kehamilan trimester ke-3. Dari hasil penelitian ini, ibu
dengan usia kehamilan aterm sebesar 46,2%. Berdasarkan teori usia 34
minggu kehamilan merupakan puncak hemodilusi pada darah. Oleh karena
80
itu variabel asupan makanan tidak terdapat hubungan dan tidak masuk
kedalam model multivariat.
C. Hubungan Kunjungan ANC dengan Anemia pada Ibu Hamil di
Wilayah Puskesmas Ciputat
Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang berkompeten. Tenaga kesehatannya meliputi
dokter umum dan atau dokter kandungan, bidan dan perawat. Terdapat dua
kategori dalam pemeriksaan ANC yaitu pemeriksaan kehamilan K1
pelayanan masa kehamilan yang dilakukan oleh ibu hamil sebanyak satu
kali tanpa memperhitungkan periode waktu. Dan pemeriksaan kehamilan
K4 yaitu pemeriksaan yang dilakukan 1 kali pada trimester pertama, 1 kali
pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 SDKI (2017). Sedangkan,
pada penelitian ini Kunjungan ANC didefiniskan sebagai ibu hamil dengan
usia kehamilan trimester ke-3 yang melakukan kunjungan ANC sesuai
minimal (1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 1 kali pada
trimester III) dan ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai
(jumlah kunjungan yang kurang di setiap trimester dari standar minimal).
Salah satu upaya pemerintah adalah adanya program ANC yang
harus dilakukan sedini mungkin oleh ibu hamil dalam mencegah terjadinya
anemia pada ibu hamil, meningkatkan deteksi dini resiko kehamilan, dan
mencegah terjadinya komplikasi kehamilan. Berdasarkan data SDKI (2017)
menyebutkan bahwa sebanyak 8 dari 10 wanita hamil yang mulai
memeriksakan kehamilannya pada trimester ke-1, atau saat umur
kandungan kurang dari 4 bulan.
81
Kunjungan ANC menjadi suatu hal yang penting karena pada saat
ibu hamil melakukan kunjungan ANC, ibu hamil tersebut akan
mendapatkan 10 komponen pelayanan secara bersamaan pada satu kali
kunjungan. Komponen pelayanan yang akan ibu dapat pada saat kunjungan
ANC adalah pemeriksaan perut, tekanan darah, denyut jantung janin, tinggi
rahim, lingkar lengan atas, tinggi badan, darah, timbang berat badan,
konseling, dan pemberian tablet Fe SDKI (2017).
Berdasarkan hasil penelitian pada 145 ibu hamil didapatkan bahwa
sebagian besar responden yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai
minimal standar yaitu sebanyak 56,4%. Ibu hamil yang melakukan
kunjungan ANC tidak sesuai dengan standar minimal kemungkinan tidak
dapat mengetahui resiko atau resiko-resiko yang dapat terjadi terhadap
kehamilan. Hal ini dikemukakan oleh Wiknjosastro (2006) dalam Vati
(2015) bahwa kunjungan ANC bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan
yang kemungkinan timbul pada kehamilan agar segera diketahui dan diatasi
serta tidak berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
Pada hasil penelitian ini kunjungan ANC dapat memengaruhi
kejadian anemia pada ibu hamil. Hasilnya menunjukkan bahwa ibu hamil
yang melakukan ANC tidak sesuai standar minimal dan mengalami anemia
sebanyak 22 orang dengan presentase 56,4%. Hal ini diduga bahwa
berdasarkan data primer ibu hamil yang mengalami anemia, beberapa
diantaranya melakukan kunjungan ANC tidak sesuai standar minimal dan
memulai kunjungan bukan di awal trimester. Sehingga responden tidak
82
dapat mengetahui resiko yang terjadi dalam kehamilannya dan tidak dapat
mencegahnya sehingga terjadi anemia pada kehamilan.
Berdasarkan uji regresi logistik berganda dapat diketahui bahwa
kunjungan ANC bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian
anemia di Puskesmas Ciputat. Mamonto dkk (2014) menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang nyata antara kunjungan ANC dengan kejadian
anemia pada ibu hamil. Selain itu, Tristiyanti (2006) mengatakan bahwa
tidak adanya hubungan antara kunjungan ANC dengan kadar Hb. Namun,
ANC merupakan suatu hal yang penting untuk pencegahan terhadap
anemia. Karena jika ibu tidak melakukan kunjungan ANC, ibu tidak
mendapatkan tablet Fe dan tidak ada tindakan jika terjadinya tanda-tanda
komplikasi pada ibu. Menurut Subarda, dkk (2011) kunjungan ANC
memiliki pengaruh terhadap pencegahan anemia. Asyirah (2012) juga
mengatakan bahwa kunjungan ANC merupakan variabel paling
berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.
Dalam penelitian ini, hubungan kunjungan ANC dengan kejadian
anemia pada ibu hamil dipengaruhi oleh variabel konsumsi tablet Fe. Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi tablet
Fe <90 butir selama kehamilan memiliki resiko 7,044 mengalami anemia
dari pada responden yang mengkonsumsi tablet Fe >90 butir. Hal in diduga
bahwa konsumsi tablet Fe merupakan variabel konfonding terhadap status
anemia Ristica (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa konsumsi
tablet Fe merupakan salah satu variabel yang mengontrol faktor-faktor yang
berhubungan dengan anemia.
83
Hal ini mungkin dapat terjadi karena tidak semua tablet Fe yang ibu
dapat dari kunjungan ANC diminum oleh ibu hamil. Sehingga
memungkinkan masih adanya kejadian anemia pada ibu hamil. Berdasarkan
Hasil penelitian ini, sebagian besar ibu hamil mendapatkan tablet Fe lebih
dari 90 tablet yaitu sebesar 75, 2%. Kemungkinan lain terkait kurangnya
jumlah konsumsi tablet Fe dengan yang diterima oleh ibu adalah faktor
internal dari ibu. Faktor internal ibu meliputi pengetahuan tentang manfat
tablet Fe, cara meminum tablet dengan benar, waktu yang tepat untuk
meminum tablet dan efek samping dari tablet tersebut. Efek samping dari
obat berupa rasa mual, bau obat yang tidak enak dan muntah setelah
konsumsi obat. Yang akhirnya membuat ibu untuk tidak patuh
mengonsumsi tablet setiap hari sesuai dosis Wahyuni (2010). Puspasari dkk
(2008) menyatakan kepatuhan konsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan
jumlah tablet yang di minum, ketepatan cara mengonsumsi tablet dan
frekuensi konsumsi tablet per hari. Budiarti dkk (2011) mengatakan bahwa
ibu hamil yang tidak patuh mengonsumsi tablet Fe 4 kali lebih berisiko
untuk mengalami anemia dibandingkan ibu hamil yang patuh mengonsumsi
tablet Fe.
Berdasarkan hasil analisis silang konsumsi tablet Fe dengan
kunjungan ANC, dapat diketahui bahwa ibu hamil yang konsumsi tablet Fe
<90 tablet adalah yang melakukan kunjungan ANC sesuai standar minimal
yaitu sebesar 32,1%. Ibu yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai
standar minimal memiliki risiko sebesar 5,019 kali untuk mengonsumsi <90
tablet Fe dibandingkan ibu yang melakukan kunjungan ANC sesuai standar
84
minimal. Hasil ini mendukung pengaruh konsumsi tablet Fe terhadap
hubungan kunjungan ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Dukungan variabel konsumsi tablet Fe dalam hubungan anemia
pada ibu hamil dapat terjadi dikarenakan hal ini sesuai dengan teori yang
ada. Secara teori, konsumsi tablet Fe <90 tablet dapat menjadi resiko
terjadinya anemia pada ibu hamil. Dalam penelitian ini, sebagian besar ibu
hamil yang mengalami anemia adalah yang mengonsumsi tablet Fe <90.
Selain itu secara teori mengosumsi tablet Fe sebanyak 90 butir selama
kehamilan sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi bagi ibu
hamil dan janin Milah (2019). Selain itu, konsumsi tablet Fe > 90 tablet
memiliki resiko yang rendah terhadap kejadian anemia dibandingkan
konsumsi <90 tablet Fe (Aryani, 2016). Dan pada penelitian ini, didapatkan
hasil bahwa konsumsi tablet Fe memiliki pengaruh terhadap kejadian
anemia dengan OR>1.
Selain dipengaruhi oleh konsumsi tablet Fe, penelitian ini juga
menemukan fakta bahwa hubungan ANC dengan kejadian anemia tidak
dipengaruhi oleh status gizi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa
faktor.
Dalam penelitian ini, status gizi merupakan salah satu faktor yang
tidak memengaruhi anemia pada ibu hamil. Hal ini dapat terjadi karena
berdasarkan teori, ibu hamil yang memiliki status gizi LILA <23,5 beresiko
untuk terjadinya KEK yang nantinya akan memengaruhi terjadinya anemia
pada ibu hamil. Ukuran LILA yang rendah menggambarkan kekurangan
85
energy dan protein dalam intake makanan sehari-hari yang biasanya juga
diiringi kekurangan zat gizi lain. Dan ibu hamil yang memiliki KEK
berpeluang untuk menderita anemia Darlina (2003). Sandrayayuk dkk
(2013) mengatakan bahwa ibu hamil yang memiliki status gizi beresiko
KEK memiliki peluang untuk anemia dari pada ibu hamil yang memilki
status gizi tidak beresiko KEK.
Walaupun dalam penelitian ini, sebagian besar ibu hamil yang
mengalami anemia adalah ibu hamil yang memiliki status gizi kurang atau
beresiko KEK. Berdasrkan hasil uji hipotesis dalam penelitian ini
menemukan fakta bahwa status gizi tidak berhubungan signifikan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil.
Berdasarkan pembahasan diatas, walaupun kunjungan ANC tidak
berpengaruh secara langsung terhadap anemia namun, kunjungan ANC
masih perlu dilakukan sebagai salah satu pencegahan dengan
mempertimbangkan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil yang memengaruhi
hubungan kunjungan ANC dengan anemia. Oleh karena itu pemantauan
konsumsi tablet Fe setiap kali kunjungan dirasa perlu untuk mengontrol
jumlah konsumsi tablet Fe yang seharusnya diminum oleh ibu hamil.
86
BAB VII
PENUTUP
7. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Presentase kejadian anemia pada ibu hamil di Ciputat tahun 2019
masih tinggi yaitu sebesar 40,0%.
2. Anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2019 banyak terjadi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC
yang tidak sesuai.
3. Sebagian besar ibu hamil di Puskesmas Ciputat tahun 2019 berusia
20-35 tahun.
4. Anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat sebagian
besar konsumsi tablet Fe <90 tablet, status paritas tidak berisiko,
jarak kehamilan <2 tahun, usia kehamilan aterm, asupan makanan
cukup dari AKG dan status gizi kurang.
5. Tidak ada hubungan antara ibu hamil yang melakukan kunjungan
ANC tidak sesuai dengan ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC
sesuai terhadap kejadian anemia setelah dikontrol variabel konsumsi
tablet Fe.
87
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dimana
hubungan kunjungan ANC pada ibu hamil dipengaruhi oleh konsumsi tablet
Fe. Maka peneliti mengajukan beberapa saran.
1. Puskesmas Ciputat
a. Memantau konsumsi tablet Fe pada ibu hamil sesuai dengan yang di
berikan dan yang harus diminum, bidan diharapkan bertanya tentang
konsumsi tablet Fe dan mencatat di buku KIA saat ibu
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Ciputat. Serta
penekanan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil yang mengalami
anemia.
b. Para bidan diharapkan agar meningkatkan pemberian konsultasi
pada ibu hamil terkait bahaya anemia yang terjadi pada kehamilan
sejak trimester pertama, pengaruh Hb terhadap kehamilan dan janin.
c. Meningkatkan kerjasama dengan kader terkait informasi pelayanan
pemeriksaan kehamilan. Dan memaksimalkan kader dalam
mengajak ibu hamil melakukan kunjungan ANC.
2. Ibu hamil
a. Agar selalu memeriksa kehamilan setiap minggu sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan berdasarkan anjuran bidan.
b. Membuat jadwal harian sebagai pengingat konsumsi tablet Fe sesuai
dosis.
c. Ibu hamil diharapkan untuk tetap meminum tablet Fe yang telah
diberikan oleh bidan, walaupun terjadi rasa mual atau efek samping
pada obat salah satunya dengan makanan pendamping yang
88
mengurangi rasa mual tanpa mengurangi penyerapan zat besi saat
mengonsumsi tablet Fe.
d. Diharapkan ibu hamil bertanya pada setiap kali kunjungan selain
kehamilan dan kesehatan janin namun, dirasa perlu untuk
menanyakan asupan gizi yang harus dipenuhi, dan dikurangi saat
hamil dan melakukan semua saran yang diberikan oleh bidan.
3. Penelitian selanjutnya
a. Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut
variabel-variabel eksternal kehamilan yang berhubungan dengan
anemia.
b. Agar meneliti lebih lanjut tentang anemia pada ibu hamil dengan
memperluas area penelitian agar dapat digeneralisir di berbagai
tingkat.
89
8. DAFTAR PUSTAKA
Academy, American, O. F. Pediatrics, Age Terminology During, and Perinatal
Period. 2004. “Age Terminology During the Perinatal Period.” Pediatrics
114(5):1362–64.
Achadi, Endang L. 2017. “Kematian Maternal Dan Neonatal Di Indonesia.” 47.
Afiyah, R. Khairiyatul. 2015. “Konsumsi Teh Mempengaruhi Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil Di Wilayah BPS NY. Nurs Isnafiyah Bringin Wetan Taman
Sidoarjo.” 143–51.
Alamsyah, Putri Rahmah and Dini Ririn Andrias. 2018. “Hubungan Kecukupan Zat
Gizi Dan Konsumsi Makanan Penghambat Zat Besi Dengan Kejadian Anemia
Pada Lansia.” Media Gizi Indonesia 11(1):48.
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Ana Samiatul Milah. 2019. “Hubungan Konsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil Di Desa Baregbeg Wilayah Kerja Puskesmas
Baregbeg Kabupaten Ciamis Tahun 2018.” Jurnal Keperawatan Galuh
1(1):12–36.
Anggraini, Putri Dewi. 2018. “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
90
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Pinang Tahun 2018.” 7(15):33–38.
Aryani, Feny. 2017. “Hubungan Anemia Pada Saat Kehamilan Dengan Kejadian
Perdarahan Postpartum Di RSUD Panembahan Senopati Bantul.” FIK
Univesitas Aisyiyah.
Aryani, Rizqi. 2016. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil Trimester III Di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo.” Naskah Publikasi 1–16.
Asyirah, Sitti. 2012. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten
Gowa Tahun 2012.”
Audrey, Hillary Meita. 2016. “Hubungan Antara Status Anemia Ibu Hamil
Trimester III Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Wilayah Kerja
Puskesmas Halmahera, Semarang.” Jurnal Kedokteran Diponegoro 5(4):966–
71.
Azra, Putri Aulia and Bunga Christitha Rosha. 2017. “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Anemia Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Air Dingin Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.” Jurnal Kesehatan
Reproduksi 6(2):89–96.
91
Bakta, I. Made. 2014. Hematologi Klinik Ringkas. edited by D. L. & K. Purba.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Budiarti, Meilina and Lider Umar. 2011. “Hubungan Jarak Kehamilan Dan
Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Rumbia Lampung Tengah Tahun 2011.” IV(1):35–44.
Chandradewi, AASP. 2015. “Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap
Peningkatan Berat Badan Ibu Hamil Kek (Kurang Energi Kronis) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Labuan Lombok.” Jurnal Kesehatan Prima 9(1):1391–1402.
Darlina. 2003. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Gizi
Pada Ibu Hamil Skipsi. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat Dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.”
Darlina and Hardinsyah. 2003. “Faktor Risiko Anemia Pada Ibu Hamil Di Kota
Bogor.” Media Gizi & Keluarga 27(2):34–41.
Darmawansyah, Eliza Epina, and Kartika Muryaningrum. 2017. “Apakah
Kebiasaan Minum Teh Berisiko Anemia Pada Ibu Hamil.” 5(2):9–13.
Darwanty, Jundra. 2018. “Hubungan Konsumsi FE Terhadap Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamik Di Kabupaten Karawang Tahun 2014.” Jurnal Kebidanan
7(1):14–22.
92
Dinas kesehatan, KotaTangerang Selatan. 2015. “Profil Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan 2015.”
Fatimah and Susi Ernawati. 2016. “Pelaksanaan Antenatal Care Berhubungan
Dengan Anemia Pada Kehamilan Trimester III Di Puskesmas Sedayu I
Yogyakarta.” Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia 3(3):134–39.
Fida, Dyah Puspasari, Saryono, and Rahmawati Dian. 2008. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi Di
Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.” 5(3):174–
81.
Gebreweld, Angesom and Aster Tsegaye. 2018. “Prevalence and Factors
Associated with Anemia among Pregnant Women Attending Antenatal Clinic
at St. Paul’s Hospital Millennium Medical College, Addis Ababa, Ethiopia.”
Advances in Hematology 2018:3942301.
Handaria, Diana, Andra Novitasari, and Anada Kaporina. 2011. “Perdarahan Post
Partum Akibat Anemia Pada Ibu Hamil Di RSUD Tugurejo Semarang.” 4.
Hidayati, Irul and Esti Novi Andyarini. 2018. “Hubungan Jumlah Paritas Dan Umur
Kehamilan Dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil.” Journal of Health Science
and Prevention 2(April):42–47.
Husin. 2014. “Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti Paradigma Baru Dalam Asuhan
93
Kebidanan.”
Ita Sulistiani, Sulistyaningsih. 2009. “Hubungan Jarak Kehamilan Dengan
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta
Tahun 2009.”
Kemenkes. 2013. “SDKI.” Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia 266.
Kemenkes RI. 2013. “Buku Saku Kesehatan Ibu Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan.”
Kemenkes RI. 2014. “Pedoman Gizi Seimbang Kementerian Kesehatan RI 2014.”
62.
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. “PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014
TENTANG.” British Journal of Psychiatry 205(01):76–77.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. ProfKementrian Kesehatan
Republik Indonesia (2017) Profile Kesehatan Indonesia Tahun 2017, Ministry
of Health Indonesia. Edited by R. Kurniawan et Al. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI 2018. Doi: 10.1002/Qj.Ile Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
edited by R. Kurniawan, Yudianto, B. Hardhana, and T. Siswanti. Jakarta:
94
Kementrian Kesehatan RI 2018.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. n.d. “Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019.”
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. “Situasi Gizi.” Pusat Data Dan
Infromasi Kementrian Kesehatan RI.
Lelissa, Dereje. 2015. “Prevalence of Anemia Among Women Receiving Antenatal
Care at Boditii Health Center, Southern Ethiopia.” Clinical Medicine Research
4(3):79.
Lesilolo, Theresia Nancy, Joice N. A. Engka, and Herlina I. S. Wungouw. 2016.
“HUBUNGAN PEMBERIAN TABLET BESI DAN ANTENATAL CARE.”
4.
Mamonto, Taufik, Anita Basuki, Maureen I. Punuh, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, and Universitas Sam Ratulangi. 2014. “Kosumsi Tablet Fe
Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil DI Puskesmas Bilalang Kota
Kotamobagu.”
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. I. edited by Setiawan. Jakarta:
Buku Kedokteran ECG.
95
Marlapan, Sandrayayuk, Benny Wantouw, and Jolie Sambeka. 2013. “Hubungan
Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tuminting Kec. Tuminting Kota Manado.” Jurnal Keperawatan
UNSRAT 1(1):1–7.
Masrizal. 2007. “Anemia Defisiensi Besi.” Jurnal Kesehatan Masyarakat
II(1):140–45.
Mengist, Hylemariam Mihiretie, Olifan Zewdie, and Adugna Belew. 2017.
“Intestinal Helminthic Infection and Anemia among Pregnant Women
Attending Ante-Natal Care (ANC) in East Wollega, Oromia, Ethiopia.” BMC
Research Notes 10(1):1–9.
Muhammad, Abdullah Bin. 2003. “Tafsir Ibnu Katsir.” Bogor: Pustaka Imam asy-
Syafi’i.
Mutiara Sabrina, Cut and Joserizal Serudji. 2017. “Gambaran Anemia Pada
Kehamilan Di Bagian Obstetri Dan Ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang
Periode 1 Januari 2012 Sampai 31 Desember 2012.” Jurnal Kesehatan
Andalas 6(1):142–46.
Nurhidayati Rohmah Dyah. 2013. “Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia
Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo.” Naskah Publikasi 1–16.
96
Oehadian, Amaylia. 2012. “Pendekatan Klinis Dan Diagnosis Anemia.” Cdk
39(6):407–12.
Organization, world health. 2016. “WHO Recommendation on Antenatal Care for
Positive Pregnancy Experience.” WHO Recommendation on Antenatal Care
for Positive Pregnancy Experience 152.
Permenkes. 2014. “Permenkes RI.No. 97 Tahun 2014.”
Prihandini, Shandra Riestya, Wahyu Pujiastuti, and Tulus Puji Hastuti. 2016. “Usia
Reproduksi Tidak Sehat Dan Jarak Kehamilan Yang Terlalu Dekat
Meningkatkan Kejadian Abortus Di Rumah Sakit Tentara Dokter Soedjono
Magelang.” Jurnal Kebidanan 5(10):47–57.
Purwaningtyas, M. and G. Prameswari. 2017. “Faktor Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil.” Higeia : Journal of Public Health 1(1):1–7.
Putri, Septianas. 2015. “Hubungan Cara Konsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil Trimester II Dan III Di Puskesmas Tegalrejo
Yogyakarta Tahun 2015.”
Rachmawati, Oktavia Mandasari. 2015. “Hubungan Konsumsi Asupan Protein, Zat
Besi Dan Vitamin C Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di Desa Joho
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.” Publikasi Karya Ilmiah
151:10–17.
97
Rahmi, Laila. 2016. “Gambaran Berat Plasenta Terhadap Berat Lahir Bayi.” Jurnal
Kesehatan Medika Saintika Volume 10 No 1(1):11–24.
Ratih, Rini Hariani. 2018. “Pengaruh Pemberian Zat Besi (Fe) Terhadap
Peningkatan Kadar Hematokrit Pada Ibu Hamil Yang Mengalami Anemia.”
Prodi D III Kebidanan Universitas Abdurrab, Pekanbaru, Riau 34–38.
Rimawati, Eti, Erna Kusumawati, Elviera Gamelia, Sumarah Sumarah, and Sri
Achadi Nugraheni. 2018. “Intervensi Suplemen Makanan Untuk
Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil.” Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat 9(3):161–70.
Rini, Astuti. 2019. “Gambaran Status Gizi Dan Asupan Zat Gizi Pada Ibu Hamil Di
Kota Semarang.” Journal of Nutrition and Helath 8(5):55.
Riskesdas. 2013. “Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.” Laporan Nasional
2013 1–384.
Rista Andaruni, Nurul Qamariah and Baiq Nurbaety. 2018. “Efektivitas Pemberian
Tablet Zat Besi (Fe), Vitamin C Dan Jus Buah Jambu Biji Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) Remaja Putri Di Universitas
Muhammadiyah Mataram.” Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM.
Mataram 3(2):104.
Ristica, Octa Dwienda. 2013. “Faktor Risiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
98
Risk Factors Related to Anemia in Pregnant Women.” Jurnal Kesehatan
Komunitas 2(2):78–82.
Rizki, Fadina, Nur Indrawati Lipoeto, and Hirowati Ali. 2018. “Hubungan
Suplementasi Tablet Fe Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester
III Di Puskesmas Air Dingin Kota Padang.” Jurnal Kesehatan Andalas
6(3):502–6.
Roosleyn, Intan Parulian Tiurma. 2016. “Strategi Dalampenanggulangan
Pencegahan Anemia Padakehamilan.” Jurnal Ilmiah Widya 3(3):1–9.
Sahrul, Mulya Sari and Handini Listyani Refti. 2014. “Persepsi Nilai Anak Dalam
Pengaturan Kelahiran Pada Pasangan Usia Subur.”
Salmariantity. 2012. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun2012.” Skripsi.
Saputri, Helda Elita. 2017. “Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian
Perdarahan Pasca Bersalin Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Tahun
2016.”
SDKI. 2017. Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2017.
Septiawan, Yudi and Erta Sugerta. 2015. “Hubungan Kebiasaan Minum Teh Pada
99
Ibu Hamil Trimester II Di Puskesmas Kotabumi.” Jurnal Kesehatan 6(2):117–
22.
Sri Agustini. 2012. Pengetahuan Ibu..., Sri Agustini, FKM UI, 2012.
Sri, Mulyani. 2013. “Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kadar Hemoglobin
Pada Ibu Hamil Trimester II Di Puskesmas Bandarharo Semarang Utara.”
Statistik, Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi. 2018. “Provinsi Banten
Dalam Angka 2018.” edited by Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi
Statistik. BPS Provinsi Banten.
Subarda, Muhammad Hakimi, and Siti Helmyati. 2011. “Berhubungan Dengan
Kepatuhan Ibu Hamil Minum Tablet Besi.” 8(1):7–13.
Subarda, Subarda, Mohammad Hakimi, and Siti Helmyati. 2011. “Pelayanan
Antenatal Care Dalam Pengelolaan Anemia Berhubungan Dengan Kepatuhan
Ibu Hamil Minum Tablet Besi.” Jurnal Gizi Klinik Indonesia 8(1):7.
Tadesse, Sisay Eshete et al. 2017. “Determinants of Anemia among Pregnant
Mothers Attending Antenatal Care in Dessie Town Health Facilities, Northern
Central Ethiopia, Unmatched Case -Control Study.” PLoS ONE 12(3):1–9.
Tambunan, Dameria Magdalena. 2011. “Gambaran Kejadian Anemia Ibu Hamil
Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei
100
Apung Kabupaten Asahan Tahun 2011.” Skripsi.
Tanziha, Ikeu, M. Rizal M. Damanik, Lalu Juntra Utama, and Risti Rosmiati. 2016.
“Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil Di Indonesia.” Jurnal Gizi Pangan
11(2):143–52.
Tristiyanti, Wara Fitria. 2006. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Anemia
Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.”
3(2):41–53.
USAID. 2013. “Conceptual Frameworks for Anemia.” Usaid Task Force for
Anaemia (October).
Usman, Arifa. 2013. “Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Care Pada NY, ‘J’
Gestasi 32 Minggu 4 Hari Dengan Anemia Berat Di RSIA Sitti Fatimah
Makassar Tanggal 24-30 Juni 2010.” Karya Tulis Ilmiah 53(9).
Vati, Saras. 2015. “Hubungan Keteraturan Antenatal Care Dengan Kejadian
Anemia Di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta.”
Wabula, Widy Markosia, Nyoman Tigeh Suryadhi, and Luh Seri Ani. 2014.
“Hubungan Antara Konsumsi Tablet Besi Dan Infeksi Malaria Dengan
Anemia Pada Ibu Hamil Di Kota Ambon.” Public Health and Preventive
Medicine Archive 2(2):131.
101
Wahyuni, Tri. 2010. “Compliance Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi
Yang Dipengaruhi Sosial Budaya Kutai Di Kotamadya Samarinda : Study
Grounded Theory.” Universitas Indonesia 142.
Wati, Desi Winda, Fatmalina Febry, and Anita Rahmiwati. 2016. “FAKTOR-
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEFISIENSI ZAT BESI
FACTORS OF IRON DEFICIENCY ON PREGNANT WOMAN IN
GANDUS PUBLIC HEALTH CENTER WORKING AREA IN
PALEMBANG Menurut Manuaba , Kejadian Anemia Dampak Negatif Pada
Ibu Hamil Seperti Puskesmas Gandus Merupa.” 7(1):42–47.
WHO. 2019a. “Anaemia.”
WHO. n.d. “Anemia.” Retrieved (https://www.who.int/topics/anaemia/en/).
WHO. 2019b. “Maternal Mortality.” Retrieved (https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/maternal-mortality).
Windarti. 2012. “Gambaran Kejadian Anemia Ibu Hami Dan Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kismantoro Wonogiri Tahun
2012.”
World Health Organization. 2011. “The Global Prevalence of Anaemia in 2011.”
WHO Report 48.
102
Wuryanti, Ayu. 2010. “Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Perdarahan
Postpartum Karena Atonia Uteri Di RSUD Wonogiri.” Karya Tulis Ilmiah
(February):210.
103
9. LAMPIRAN
LAMPIRAN
104
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CIPUTAT TAHUN 2019
Assalamua’alaikum, Wr Wb
Saya Fieki Amalia, mahasiswa semester akhir peminatan Epidemiologi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sedang melakukan penelitian terkait dengan “Hubungan Antara Kunjungan Antenatal
Care (ANC) dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2019”. Secara umum tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui faktor-faktor yang behubungan antara kunjungan Antenatal Care (ANC)
dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat agar mengetahui
bagaimana hubungan ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil sehingga dapat
dilakukan upaya pencegahan.
Dengan demikian, peneliti memohon kesediaan Ibu untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini dengan memberikan informasi sesuai dengan pertanyaan yang ada di dalam
kuesioner dan Frequency food recall (FFQ) di bawah ini. Ibu berhak menerima atau
menolak keikutsertaan dalam penelitian ini. Selain itu, Ibu dapat memastikan bahwa
informasi yang telah Ibu berikan terjamin kerahasiaannya dan Ibu berhak untuk mengakses
hasil penelitian ini dengan menghubungi No. telepon 081314410807.
Wassalamualaikum, Wr. Wb
Dengan ini saya BERSEDIA ikut serta dalam penelitian ini
Ciputat, ………………2019
Peneliti
(…………………)
Responden
(……………………)
105
Petunjuk pengisian :
Pilihlah jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan
jawaban yang tersedia!
No. Pertanyaan Hasil Kode
A Karakteristik responden
A1 Nomor responden
A2 Tanggal pengisian
A3 Nama responden
A4 Umur responden
A5 Alamat
A6 Usia kehamilan ibu (dilihat dari HPHT di buku
KIA/ rekam medik)
A7 Kadar Hb (dilihat dari rekam medis/ buku KIA) gr/dl
A8 Ukuran Lingkar lengan atas (LILA) cm
A9 Jumlah anak _______ anak ( )
A10 Persalinan terakhir pada tahun
A11 Jarak kehamilan sekarang dengan persalinan
terakhir
( ) tahun / ( ) bulan
A12 Apakah saat ibu hamil menderita penyakit dibawah ini? (dilihat dari rekam
medik)
1. Malaria 1. Ya 2. Tidak ( )
2. Cacingan 1. Ya 2. Tidak ( )
3. Lainnya, sebutkan……….
B Masa kehamilan
B1 Apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan
ke tenaga kesehatan (dokter spesialois, dokter
umum bidan, atau perawat)?
1. Ya
2. Tidak
B7
( )
B2 Berapa bulan umur kehamilan ibu saat
memeriksakan kehamilan pertama kali? ______ bulan ( )
B3 Berapa kali ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan oleh tenaga kesehatan?
a. 0-3 bulan (trimester I)
b. 4-6 bulan (trimester II)
c. 7- 9 bulan (trimester III)
________kali
________kali
________kali
( )
B4 Siapa yang paling sering memeriksa kehamilan
ibu?
1. Dokter spesialis
2. Dokter umum
3. Bidan
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
( )
106
4. Perawatan
B5 Dimana ibu paling sering melakukan
pemeriksaan kehamilan (ANC)?
1. RS Pemerintah
2. RS Swasta
3. Klinik
4. Puskesmas/Pustu/Pusling
5. Praktek dokter mandiri
6. Praktek bidan mandiri
7. Poskendes/Polindes
8. Posyandu
9. Praktek perawat
10. Rumah
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
( )
B6 Selama kehamilan ibu, apakah ibu mendapat
pemeriksaan
a. Pengukuran tinggi badan 1. Ya 2. Tidak ( )
b. Penimbangan berat badan 1. Ya 2. Tidak ( )
c. Pengukuran tekanan darah 1. Ya 2. Tidak ( )
d. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) 1. Ya 2. Tidak ( )
e. Pengukuran tinggi Rahim 1. Ya 2. Tidak ( )
f. Penentuan letak janin 1. Ya 2. Tidak ( )
g. Perhitunga denyut jantung janin (DJJ) 1. Ya 2. Tidak ( )
h. Konseling dan tata laksana kasus
(tindakan)
1. Konseling/penjelasan/nasehat
2. Tindakan/tata laksana
3. Tidak memperoleh keduanya
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
1. Ya 2. Tidak
( )
B7 a. Apakah selama kehamilan ibu, mendapat
tablet Fe?
1. Ya
2. Tidak B9
( )
b. Pada usia kehamilan berapa pertama kali ibu
mendapatkan tablet Fe?
( )
minggu/bulan ( )
c. Berapa butir tablet Fe yang ibu dapatkan pada
setiap trimester dibawah ini
Trimester I
Trimester II
Trimester III
( ) butir
( ) butir
( ) butir
( )
d. Berapa total butir tablet Fe yang diperoleh
sampai saat ini? ( ) butir
e. Berapa jumlah tablet Fe yang ibu minum
selama kehamilan? ( ) butir
B8 Jika yang diminum lebih sedikit dari yang diperoleh, apa alasan utama tablet Fe
tidak minum/ tidak menghabiskan?
a. Tidak suka 1. Ya 2. Tidak ( )
b. Mual/ muntah karena proses kehamilan 1. Ya 2. Tidak ( )
c. Bosan 1. Ya 2. Tidak ( )
d. Lupa 1. Ya 2. Tidak ( )
e. Efek samping (mual, sembelit) 1. Ya 2. Tidak ( )
107
f. Belum wakutnya habis 1. Ya 2. Tidak ( )
B9 Apakah saat hamil, ibu melakukan pemeriksaan laboratorium?
a. Tes gluko-protein
urin
1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu ( )
b. Tes darah
hemoglobin (Hb)
1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu ( )
c. Tes HIV 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu ( )
d. Tes golongan
darah
1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu ( )
e. Tes lainnya,
sebutkan…….
1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu ( )
108
Lampiran 2 Frequency Food Questionnaire (FFQ)
Frequency Food Questionnaire (FFQ) selama 1 bulan terakhir Pola Konsumsi
Makanan Ibu Hamil yang Mengandung Fe dan asam folat
No. Jenis bahan
makanan
Frekuensi
Per /hari Per/ minggu Per/ bulan Tidak
pernah
1. Heme
Hati sapi
Hati ayam
Daging sapi
Ayam
Ikan
2. Non heme
Sayur bayam
Brokoli
Kubis
109
Kangkung
Rumput laut
Kacang tanah
Kacang hijau
Kacang kedelai
Tempe
Tahu
3. Peningkatan absrobsi zat besi (yang mengandung vitamin C)
Kiwi
Jambu biji
Jeruk
Papaya
Pisang
Nanas
110
Strawberi
Anggur
Apel
Pear
4. Penghambat absorbsi zat besi
Kopi
Teh
111
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
112
Lampiran 4 Persetujuan Etik
113
Lampiran 5 Dokumentasi
DOKUMENTASI
114
Lampiran 6 Output SPSS
ANALISIS FREKUENSI DESKRIPTIF
1. Anemia pada ibu hamil
status_anemia
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid anemia 58 40.0 40.0 40.0
tidak anemia 87 60.0 60.0 100.0
Total 145 100.0 100.0
2. Antenatal care
kunjungan_ANC
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak sesuai standar
minimal 42 29.0 29.0 29.0
sesuai standar minimal 103 71.0 71.0 100.0
Total 145 100.0 100.0
3. Konsumsi tablet Fe
konsumsi_tablet_Fe
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak cukup 62 42.8 42.8 42.8
Cukup 83 57.2 57.2 100.0
Total 145 100.0 100.0
4. Paritas
status_paritas
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Beresiko 119 82.1 82.1 82.1
tidak beresiko 26 17.9 17.9 100.0
Total 145 100.0 100.0
115
5. Status gizi
status_gizi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid status gizi kurang 34 23.4 23.4 23.4
status gizi cukup 111 76.6 76.6 100.0
Total 145 100.0 100.0
6. Jarak kehamilan
jarak_hamil
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <2 tahun 84 57.9 57.9 57.9
>2 tahun 61 42.1 42.1 100.0
Total 145 100.0 100.0
7. Usia kehamilan
umur_kehamilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Preterm 98 67.6 67.6 67.6
late preterm 34 23.4 23.4 91.0
Aterm 13 9.0 9.0 100.0
Total 145 100.0 100.0
8. Asupan makanan
asupan_iron
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 133 91.7 91.7 91.7
1 12 8.3 8.3 100.0
Total 145 100.0 100.0
116
9. Usia ibu
Usia_ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang dari 20 tahun 2 1.4 1.4 1.4
20-35 tahun 133 91.7 91.7 93.1
lebih dari 35 tahun 10 6.9 6.9 100.0
Total 145 100.0 100.0
117
UJI DIAGNOSA
1. Hubungan ANC dengan anemia
kunjungan_ANC * status_anemia Crosstabulation
status_anemia
Total anemia tidak anemia
kunjungan_ANC tidak sesuai standar
minimal
Count 26 16 42
% within
kunjungan_ANC 61.9% 38.1% 100.0%
sesuai standar
minimal
Count 32 71 103
% within
kunjungan_ANC 31.1% 68.9% 100.0%
Total Count 58 87 145
% within
kunjungan_ANC 40.0% 60.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 11.821a 1 .001
Continuity Correctionb 10.571 1 .001
Likelihood Ratio 11.706 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
Association 11.739 1 .001
N of Valid Cases 145
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.80.
b. Computed only for a 2x2 table
2. Hubungan tablet Fe dengan anemia
konsumsi_tablet_Fe * status_anemia Crosstabulation
status_anemia
Total anemia
tidak
anemia
konsumsi_tablet_Fe tidak cukup Count 41 21 62
% within
konsumsi_tablet_Fe 66.1% 33.9% 100.0%
cukup Count 17 66 83
118
% within
konsumsi_tablet_Fe 20.5% 79.5% 100.0%
Total Count 58 87 145
% within
konsumsi_tablet_Fe 40.0% 60.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significanc
e (2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 30.812a 1 .000
Continuity
Correctionb 28.939 1 .000
Likelihood Ratio 31.628 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 30.599 1 .000
N of Valid Cases 145
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
24.80.
b. Computed only for a 2x2 table
3. Hubungan status gizi dengan anemia
status_gizi * status_anemia Crosstabulation
status_anemia
Total anemia
tidak
anemia
status_gizi status gizi kurang Count 23 11 34
% within status_gizi 67.6% 32.4% 100.0%
status gizi cukup Count 35 76 111
% within status_gizi 31.5% 68.5% 100.0%
Total Count 58 87 145
% within status_gizi 40.0% 60.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 14.145a 1 .000
119
Continuity Correctionb 12.680 1 .000
Likelihood Ratio 13.997 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 14.048 1 .000
N of Valid Cases 145
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.60.
b. Computed only for a 2x2 table
4. Hubungan paritas dengan anemia
status_paritas * status_anemia Crosstabulation
status_anemia
Total anemia tidak anemia
status_paritas beresiko Count 44 75 119
% within status_paritas 37.0% 63.0% 100.0%
tidak beresiko Count 14 12 26
% within status_paritas 53.8% 46.2% 100.0%
Total Count 58 87 145
% within status_paritas 40.0% 60.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.531a 1 .112
Continuity Correctionb 1.877 1 .171
Likelihood Ratio 2.484 1 .115
Fisher's Exact Test .126 .086
Linear-by-Linear
Association 2.513 1 .113
N of Valid Cases 145
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.40.
b. Computed only for a 2x2 table
120
5. Hubungan jarak kehamilan dengan anemia
jarak_hamil * status_anemia Crosstabulation
status_anemia
Total anemia tidak anemia
jarak_hamil <2 tahun Count 37 47 84
% within jarak_hamil 44.0% 56.0% 100.0%
>2 tahun Count 21 40 61
% within jarak_hamil 34.4% 65.6% 100.0%
Total Count 58 87 145
% within jarak_hamil 40.0% 60.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.363a 1 .243
Continuity Correctionb .992 1 .319
Likelihood Ratio 1.372 1 .242
Fisher's Exact Test .303 .160
Linear-by-Linear
Association 1.354 1 .245
N of Valid Cases 145
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.40.
b. Computed only for a 2x2 table
6. Hubungan usia kehamilan dengan anemia
umur_kehamilan * status_anemia Crosstabulation
status_anemia
Total anemia tidak anemia
umur_kehamilan preterm Count 40 58 98
% within
umur_kehamilan 40.8% 59.2% 100.0%
late preterm Count 12 22 34
% within
umur_kehamilan 35.3% 64.7% 100.0%
aterm Count 6 7 13
121
% within
umur_kehamilan 46.2% 53.8% 100.0%
Total Count 58 87 145
% within
umur_kehamilan 40.0% 60.0% 100.0%
7. Hubungan asupan makanan dengan anemia
asupan_iron * status_anemia Crosstabulation
status_anemia
Total anemia tidak anemia
asupan_iron kurang dar AKG Count 52 81 133
% within asupan_iron 39.1% 60.9% 100.0%
cukup dari AKG Count 6 6 12
% within asupan_iron 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 58 87 145
% within asupan_iron 40.0% 60.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .545a 1 .460
Continuity Correctionb .185 1 .667
Likelihood Ratio .535 1 .464
Fisher's Exact Test .544 .329
Linear-by-Linear Association .541 1 .462
N of Valid Cases 145
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.80.
b. Computed only for a 2x2 table
122
UJI HIPOTESIS
1. Full model
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
antenatal_care .588 1.104 .284 1 .594 1.801 .207 15.687
PARITAS -.001 .401 .000 1 .998 .999 .455 2.191
konsumsi_tablet_Fe 3.263 1.147 8.093 1 .004 26.138 2.759 247.579
status_gizi 1.051 1.031 1.039 1 .308 2.860 .379 21.566
anc_by_status_gizi .378 1.164 .106 1 .745 1.459 .149 14.278
anc_by_status_paritas -.940 .815 1.329 1 .249 .391 .079 1.931
anc_by_konsumsi_fe -1.591 1.247 1.628 1 .202 .204 .018 2.347
Constant -1.872 .996 3.528 1 .060 .154
a. Variable(s) entered on step 1: anc_by_status_gizi, anc_by_status_paritas, anc_by_konsumsi_fe.
2. Penilaian interaksi variabel independen dengan variabel kontrol
a. Pengeluaran variabel anc by status gizi
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
antenatal_care .897 .586 2.340 1 .126 2.452 .777 7.738
PARITAS -.014 .399 .001 1 .971 .986 .451 2.154
konsumsi_tablet_Fe 3.263 1.155 7.984 1 .005 26.123 2.717 251.148
status_gizi 1.351 .483 7.807 1 .005 3.860 1.497 9.954
anc_by_status_paritas -.971 .808 1.443 1 .230 .379 .078 1.846
anc_by_konsumsi_fe -1.596 1.253 1.624 1 .203 .203 .017 2.361
Constant -2.099 .749 7.857 1 .005 .123
a. Variable(s) entered on step 1: anc_by_status_paritas, anc_by_konsumsi_fe.
b. Pengeluaran variabel anc by status paritas
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
antenatal_care .801 .584 1.881 1 .170 2.228 .709 7.000
PARITAS .307 .302 1.037 1 .308 1.359 .753 2.455
konsumsi_tablet_Fe 3.335 1.163 8.226 1 .004 28.089 2.875 274.404
123
status_gizi 1.399 .483 8.397 1 .004 4.052 1.573 10.438
anc_by_konsumsi_fe -1.732 1.254 1.907 1 .167 .177 .015 2.067
Constant -2.535 .684 13.744 1 .000 .079
a. Variable(s) entered on step 1: anc_by_konsumsi_fe.
c. Pengeluaram variabel anc konsumsi tablet Fe
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
antenatal_care .317 .466 .463 1 .496 1.373 .551 3.419
PARITAS .273 .295 .860 1 .354 1.314 .738 2.341
konsumsi_tablet_Fe 1.938 .424 20.865 1 .000 6.945 3.024 15.952
status_gizi 1.445 .482 8.991 1 .003 4.243 1.650 10.915
Constant -2.249 .635 12.556 1 .000 .106
a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care, PARITAS, konsumsi_tablet_Fe, status_gizi.
3. Penilaian konfonding
a. Full model
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
antenatal_care .317 .466 .463 1 .496 1.373 .551 3.419
PARITAS .273 .295 .860 1 .354 1.314 .738 2.341
konsumsi_tablet_Fe 1.938 .424 20.865 1 .000 6.945 3.024 15.952
status_gizi 1.445 .482 8.991 1 .003 4.243 1.650 10.915
Constant -2.249 .635 12.556 1 .000 .106
a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care, PARITAS, konsumsi_tablet_Fe, status_gizi.
b. Mengeluarkan variabel paritas
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
antenatal_care .307 .465 .435 1 .510 1.359 .546 3.381
konsumsi_tablet_Fe 1.929 .423 20.833 1 .000 6.881 3.006 15.753
status_gizi 1.520 .474 10.276 1 .001 4.571 1.805 11.575
Constant -1.988 .561 12.569 1 .000 .137
a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care, konsumsi_tablet_Fe, status_gizi.
124
c. Mengeluarkan variabel status gizi
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
antenatal_care .244 .442 .303 1 .582 1.276 .536 3.036
konsumsi_tablet_Fe 1.952 .402 23.529 1 .000 7.044 3.201 15.502
Constant -.805 .368 4.785 1 .029 .447
a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care, konsumsi_tablet_Fe.
d. Mengeluarkan variabel konsumsi tablet Fe
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step 1a antenatal_care .923 .383 5.819 1 .016 2.516 1.189 5.326
Constant -.258 .323 .637 1 .425 .773
a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care.
4. Model akhir
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
antenatal_care .244 .442 .303 1 .582 1.276 .536 3.036
konsumsi_tablet_Fe 1.952 .402 23.529 1 .000 7.044 3.201 15.502
Constant -.805 .368 4.785 1 .029 .447
a. Variable(s) entered on step 1: antenatal_care, konsumsi_tablet_Fe.
ANALISIS SILANG
Hubungan kunjungan ANC dengan konsumsi tablet Fe
antenatal_care * konsumsi_tablet_Fe Crosstabulation
konsumsi_tablet_Fe
Total tidak cukup cukup
antenatal_care tidak sesuai standar
minimal
Count 28 11 39
% within antenatal_care 71.8% 28.2% 100.0%
125
sesuai standar minimal Count 34 72 106
% within antenatal_care 32.1% 67.9% 100.0%
Total Count 62 83 145
% within antenatal_care 42.8% 57.2% 100.0%
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for antenatal_care (tidak
sesuai standar minimal / sesuai standar
minimal)
5.390 2.403 12.092
For cohort konsumsi_tablet_Fe = tidak
cukup
2.238 1.594 3.144
For cohort konsumsi_tablet_Fe = cukup .415 .247 .697
N of Valid Cases 145
Kunjungan ANC
Konsumsi tablet Fe
<90 Konsumsi tablet Fe ≥ 90
N % n %
Tidak sesuai standar 28 71,8 11 28,2
Sesuai standar 34 32,1 72 67,9