Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN PERILAKU
SOSIAL REMAJA DI SMA KOLOMBO SLEMAN
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun Oleh :
SELLY WIDYANTI
NPM : 2212068
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2018
ii ii
1
1
THE RELATION OF PARENTS’ COMMUNICATION WITH
TEENAGER’S SOCIAL BEHAVIOR IN KOLOMBO SENIIOR HIGH
SCHOOL SLEMAN YOGYAKARTA
Selly Widyanti1, Tri Prabowo
2, Muhamat Nofiyanto
3
ABSTRACT
Background: the first teenager’s environment is family. Communication
becomes a basic thing in having interaction with family.
Purpose: to analyze the relation between parents’ communication with
teenager’s social behavior in Kolombo Senior High School Sleman
Research Methodology: this research used descriptive correlation design. The
numbers of samples are 81 students by implementing Proportionale stratified
random sampling. Data analysis used chi-square with 95% confidence level.
Result of the Study: parents’ communication pattern in permissive category is
66,7% (54 respondents). Teenagers’ social behavior in bad category is 55,6% (45
respondents). The relation of parents’ communication pattern with teenager’s
social behavior in Kolombo Senior High School Sleman is p =0,000.
Conclusion: democratic communication pattern is better in creating teenager’s
social behavior
Keywords: parents’ communication, social behavior, teenager
1 Student of Nursing S1 Jenderal Achmad Yani University Yogyakarta
2Lecture of Poltekes Kemenkes Yogyakarta
3Lecture og Nursing Study Program Jenderal Achmad Yani University Yogyakarta
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa kanak-kanak
dan dewasa. Dikatakan remaja antara
usia 11 atau 12 tahun hingga 20
tahun. Perjalanan remaja menuju
kedewasaan, harus mempunyai peran
dalam kehidupan sosial. Keluarga
mempunyai pengaruh penting
terhadap perkembangan remaja
karena keluarga merupakan
lingkungan sosial pertama yang
meletakkan dasar kepribadian
remaja.1
Remaja dikatakan tumbuh
dengan baik jika melalui tahap-tahap
perkembangan dengan baik. Akan
tetapi, banyak remaja yang tidak
mampu berhasil melalui tahap
perkembangan seperti tidak mampu
menghadapi masalah, tergesa-gesa
dalam mengambil keputusan, tidak
2
mampu menempatkan diri
dilingkungan sosial serta
ketidakharmonisan dengan keluarga.2
Interaksi dimulai dengan
adanya komunikasi interpersonal
dalam keluarga. Komunikasi
merupakan kunci penting dalam
menjalankan tugas dimana orang tua
memberikan hubungan yang positif
pada anak. Kurangnya komunikasi
seperti kesibukan orang tua, faktor
ekonomi, serta konflik keluarga
yang berdampak besar
mempengaruhi perilaku remaja.3
Perilaku menyimpang
dikalangan remaja menjadi tumpuan
kesalahan yang ditunjukkan kepada
orang tua meskipun faktor teman
juga mempengaruhi dalam
pembentukan pribadi, sikap,
komunikasi dan minat. Komunikasi
orang tua yang buruk maka dampak
negatif dirasakan oleh remaja akan
mendorong munculnya kepribadian
antisosial, ketergantungan, tidak
percaya diri dan pergaulan
lingkungan tidak baik.4
Hasil studi pendahuluan pada
bulan juli 2017 didapatkan siswa
kelas X, XI, dan XII berjumlah 293
siswa. Hasil wawancara kepada 10
siswa mengenai komunikasi dengan
orang tua menunjukkan 6
mengatakan kurangnya komunikasi
orang tua pada mereka karena sibuk
kerja serta tidak tahu bagaimana
perilaku mereka saat disekolah
dengan temannya. Hasil wawancara
dengan guru BK perilaku siswa
sendiri ada yang membolos saat jam
pelajaran berlangsung, merokok
dilingkungan sekolah, terdapat
perilaku bullying kepada teman
sekolah. Hasil wawancara dengan
beberaa orang tua mengatakan bahwa
terdapat oarng tua yang mendapati
panggilan dari sekolah karena
anaknya tidak masuk sekolah tanpa
izin.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan komunikasi
orang tua dengan perilaku sosial
remaja di SMA Kolombo Sleman.
BAHAN DAN CARA
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif korelasi
menggunakan metode cross
sectional. Desain ini digunakan
untuk melakukan pengukuran
variabel pada satu saat tertentu.5
3
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai
karakteristik tertentu yang sudah
ditetapkan oelh peneliti utnuk diteliti.
Populasi penelitian ini sejumlah 293
siswa. Sampel sebagian besar dari
populasi. Jumlah sampel sebanyak
81 siswa. Sampel penelitian ini
menggunakan proportionale
stratified random sampling.6
Variabel dalam penelitian ini
ada 2 yaitu varibale bebas yaitu
komunikasi orang tua dan variabel
terikat yaitu perilaku sosial remaja.
Metode pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Analisa
data menggunakan analisis univariat
dan bivariat. Univariat untuk
diketahui karakteristik usia, jenis
kelamin, wilayah, status tinggal,
status orang tua sedangkan bivariat
untuk mengetahui hubungan
komunikasi orang tua dengan
perilaku sosial remaja mengunakan
uji korelasi Chi square.6
HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Karakteristik
Responden di SMA Kolombo
Sleman Karakteristik
Responden (n) (%)
Usia
a. 16 tahun
b. 17 tahun
c. 18 tahun
9
56
16
11,1
69,1
19,8
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
35
46
43,2
56,8
Wilayah
a. Kota Yogyakarta
b. Kab. Sleman
14
67
17,3
82,7
Status Tinggal
a. Orangtua
b. Wali
c. Kos
69
7
5
85,2
8,6
6,2
Status Orangtua
a. Orang tua Lengkap
b. Orang tua Tunggal
70
11
86,4
13,6
Jumlah 81 100
Sumber: Data Primer (2017)
Berdasarkan hasil analisis
univariat tentang karakteristik
responden berdasarkan kategori usia
yang paling banyak usia 17 tahun
yaitu 69,1% berjumlah 56 responden.
Pada usia 15-18 tahun merupakan
remaja yang meliki emosi labil dan
sangat kritis menanggapi apapun.
Usia belasan juga terjadi perubahan
diri secara fisik, psikis, maupun
sosial sehingga menimbulkan
kecenderungan perilaku
menyimpang. Kenakalan remaja saat
ini memprihatinkan dari media masa,
4
cetak maupun elektronik
memberitakan aktivitas remaja yang
membahayakan.7
Berdasarkan kategori jenis
kelamin menunjukkan sebagian besar
responden penelitian ini adalah
perempuan 56,8% berjumlah 46
responden. Hasil observasi
dilingkungan sekolah untuk remaja
perempuan tidak jauh beda dengan
remaja laki-laki ada yang membolos
saat jam pelajaran, tidak masuk
sekolah tnpa keterangan, terlibat
pergaulan bebas. Berdasarkan
kategori wilayah menunjukkan
sebagian besar tinggal di kabupaten
sleman dengan nilai 82,7%
berjumlah 67 responden dari hasil
observasi bahwa responden wilayah
tinggal di sleman cenderung arogan
bisa dilihat dari perilaku remaja saat
ada pertandingan bola suporter bola
seperti membawa senjata tajam,
balapan liar, dan tawuran.
Berdasarkan kategori status
tinggal sebagian besar tinggal
bersama orang tua dengan nilai
85,2% berjumlah 69 responden
meskipun ada beberapa tinggal
bersama wali maupun kos.
Berdasarkan status orang tua
sebagian besar orang tua lengkap
dengan nilai 86,4% berjumlah 70
responden, sedangkan orang tua
tunggal 13,6% berjumlah 11
responden dari hasil status orang tua
disini juga mempengaruhi perilaku
remaja karena komunikasi pada
orang tua tunggal tidak seperti orang
tua lengkap yang dapat membantu
perkembangan remaja secara baik
serta adanya perbedaan kasih sayang.
Cara komunikasi dengan anaknya
menentukan cara anak
berkomunikasi dilingkungannya. Jika
komunikasi buruk dampak negatif
akan dirasakan oleh anaknya.8
2. Gambaran Pola Komunikasi
Orang Tua
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pola
Komunikasi Orang Tua di SMA
Kolombo Sleman Variabel (n) (%)
a. Pola Komunikasi
Orangtua
Demokratis
b. Pola Komunikasi
Orang tua
Otoriter
c. Pola Komunikasi
Orang tua
Permissive
18
9
54
22,2
11,1
66,7
Jumlah 81 100
Sumber: Data Primer (2107)
Berdasarkan hasil analisis
univariat tentang komunikasi
orangtua pada anak remaja di SMA
Kolombo Sleman Yogyakarta
5
menunjukkan bahwa pola
komunikasi orangtua dengan
kategori demokratis yaitu 22,2%
berjumlah 18 responden, pola
komunikasi orangtua dengan
kategori otoriter yaitu 11,1%
berjumlah 9 responden, sedangkan
pola komunikasi orangtua dengan
kategori permissive yaitu 66,7%
berjumlah 54 responden.
Berdasarkan hasil dari
pengisian kuesioner mayoritas pola
komunikasi orangtua berada dalam
pola komunikasi permissive dimana
orangtua cenderung memberikan
kebebasan, membiarkan anak, tidak
peduli, dan kurang sekali terlibat saat
berkomunikasi dengan anak.
Orangtua kurang menggunakan
haknya untuk membuat atau
menerapkan aturan pada anak jika
anak melakukan kesalahan dan
kurangnya kontrol dari orangtua
terkait aktifitas sehari-hari pada
anak.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang
dilakukan yang menyatakan bahwa
telah terjadi komunikasi yang kurang
aktif antara anak dan orangtua,
dimana orangtua tidak ikut
mencampuri urusan anaknya dan
lebih membebaskan anaknya dalam
mengambil keputusan atau jalan
yang akan ditempuh dan menemukan
ketidakharmonisan berkomunikasi
dalam suatu keluarga yang
disebabkan oleh perilaku orangtua
dalam mengurus anak.9
3. Gambaran Perilaku Sosial
Remaja
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Perilaku Sosial Remaja di
SMA Kolombo Sleman
Variabel (n) (%)
Perilaku baik
Perilaku buruk
36
45
44,4
56,6
Jumlah 81 100
Sumber: Data Primer (2017)
Hasil penelitian ini perilaku
sosial remaja dengan kategori
perilaku sosial baik berjumlah 44,4%
dengan 36 responden, sedangkan
perilaku sosial buruk berjumlah
55,6% dengan 45 responden.
Berdasarkan pengisian kuesioner
mayoritas perilaku sosial berada
dalam perilaku sosial buruk. Dimana
6
perilaku sosial anak hanya
menunjukkan suatu interaksi yang
dilakukan oleh anak dengan
lingkungan keluarga atau lingkungan
sosial, dikarenakan saat perilaku
sosial anak berkembang akan terlihat
kemampuan anak dalam berinteraksi
dengan orang lain.10
mengatakan
bahwa perilaku sosial berkembang
saat individu melakukan interkasi
dengan orang lain.
Apabila lingkungan
memberikan peluang terhadap
perkembangan anak secara positif
maka anak mampu mencapai
perkembangan sosialnya secara
matang. Namun, jika lingkungan
tersebut kurang kondusif seperti
perlakuan orangtua yang kasar,
membentak, dan sering memarahi
anak perilaku anak akan cenderung
minder, senang menyendiri, bersifat
egois, kurang memiliki tenggang
rasa, kurang memperdulikan norma
dalam berperilaku dan bisa jadi anak
akan memberontak.11
4. Hubungan komunikasi orangtua dengan perilaku sosial remaja di SMA
Kolombo Sleman
Tabel 4. Hubungan komunikasi orangtua dengan perilaku sosial
remaja di SMA Kolombo Sleman
Pola Komunikasi
Orangtua
Perilaku Sosial
Total P-Value
C Perilaku
Baik
Perilaku
Buruk
N % N % N %
Pola Komunikasi
Demokratis
Pola Komunikasi
Otoriter
Pola Komunikasi
Permissive
15
7
24
18,5
8,6
17,3
3
2
30
3,7
2,5
49,4
18
9
54
22,2
11,1
66,7 0,000
0,508
Total 36 44,4 45 55,6 81 100
Sumber: Data Primer (2017)
Berdasarkan pada tabel.
Menunjukkan bahwa polakomunikasi
demokratis cenderung memiliki
perilaku baik dengan hasil 18,5%
sebanyak 15 responden, sedangkan
untuk pola komunikasi otoriter
cenderung memiliki perilaku baik
dengan hasil 18,6% sebanyak 7
7
responden dan pola komunikasi
permissive cenderung memiliki
perilaku buruk dengan hasil 49,4%
sebanyak 40 responden Berdasarkan
hasil uji statistik menggunakan chi-
square diperoleh nilai X2
hitung
22,575 dengan signifikansi 0,000 (sig
< 0,05). Jadi dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pola komunikasi
orangtua dengan perilaku sosial
remaja di SMA Kolombo Sleman
Yogyakarta.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa komunikasi
permissive yang diterapkan oleh
orang tua sehingga terjadi perilaku
buruk pada remaja. Seharusnya
komunikasi demokratis yang lebih
diterapkan semua orang tua supaya
hasil dari perilaku remaja menjadi
baik. Komunikasi demokratis dengan
cara memberikan kebebasan kepada
anak yang masih dalam pengawasan
orang tua untuk mejalani tahap
perkembangan secara baik.
Hal ini didukung oleh12
bahwa
lingkungan pendidikan yang pertama
dan utama bagi anak adalah keluarga,
karena di keluargalah anak mulai
mengenal segala sesuatu sehingga
mereka menjadi tahu dan mengerti.
Orangtua di dalam keluarga
memeran penting bagi kehidupan
anaknya, oleh karena itu orangtua
bertanggung jawab atas proses
pembentukan perilaku sosial anak,
sehingga orangtua diharapakan selalu
memantau dan membimbing
perkembangan anak dengan cara
interaksi dengan anak. Interkasi
dimulai dengan adanya komunikasi
interpersonal dalam keluarga.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil dari penelitian
inimenunjukkan bahwa terdapat
hubungan pola komunikasi orang tua
dengan perilaku sosial remaja di
SMA Kolombo. Pola komunikasi
demokratis lebih baik dalam
membentuk perilaku sosial remaja.
Sementara itu ada beberapa
saran yang dapat diberikan
berdasarkan hasil dari penelitian ini,
seperti:
1. Bagi SMA Kolombo
Perlu ada upaya untuk
meningkatkan perilaku sosial
siswa menjadi lebih baik, seperti
mengadakan kelompok belajar
atau serta memberi informasi
8
terkait kenakalan remaja yang
akan berdampak pada keluarga,
diri sendiri dalam proses belajar
mengajar.
2. Bagi Orangtua
Pola komunikasi orangtua disini
masuk dalam kategori pola
komunikasi permissive yang
cenderung membiarkan atau
membebaskan anak tanpa
memberikan pengawasan dari
orangtua sehingga perlu adanya
peningkatan komunikasi orangtua
dengan anak remaja.
3. Bagi Remaja
Perlu adanya peningkatan perilaku
sosial karena siswa di SMA
Kolombo masuk dalam kategori
perilaku sosial buruk sehingga
perlu adanya upaya pembenahan
diri seperti bergaul dengan teman
dalam hal yang positif dan
menjalin hubungan komunikasi
yang baik dengan orangtua.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu
rujukan untuk mengembangkan
penelitian-penelitian sejenis
dimasa mendatang, sebab masih
banyak aspek yang perlu dikaji
mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku
sosial. Selain itu, perlu dilakukan
penelitian yang lebih mendalam
selain menggunakan kuesioner,
seperti dengan penelitian
kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjiningsih. (2010). Tumbuh
Kembang Remaja Dan
Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto
2. Hurlock, Elizabeth B. (2011).
Psikologi Perkembangan. Edisi 5.
Jakarta: Erlangga
3. Witanto. (2015). Hubungan
Antara Pola Komunikasi Orang
Tua Dengan Perilaku Sosial Anak
Kelas IV dan V Di SDN Sugihmas
I Grabag Magelang. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Keperawatan Jenderal Achmad
Yani
4. Wijaya, R. C. (2012). Hubungan
Perilaku Sosial dalam
Beraktivitas di Situs Jejaring
Sosial dan Dunia Nyata pada
Remaja di Jakarta. Skripsi.
Jakarta. Fakultas Psikologi
9
Universitas Bina Nusantara
Jakarta
5. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Aplikasi.
Jakarta :Rineka Cipta
6. Sugiyono. (2011). Metode
Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV Afabeta
7. Chairani, M. (2009). Komunikasi
Interpersonal Guru dan Orang
Tua dalam Mencegah Kenakalan
Remaja pada Siswa Kelas XI SMA
Kolombo Sleman. Junal Ilmu
Komunikasi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta
8. Miasari, A. (2012). Hubungan
Antara Komunikasi Positif dalam
Keluarga dengan Asertivitas pada
Siswa SMP Negeri 2 Depok
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:
Program Fakultas Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan
9. Gunawan, H. (2003). Jenis Pola
Komunikasi Orang Tua dengan
Anak Perokok Aktif di Desa
Jembayan Kecamatan Loa Kulu
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Junal Ilmu Komunikasi
Universitas Mulawarman
10. Setyowati. (2005). Pola
Komunikasi Keluarga dan
Perkembnagan Emosi Anak
Terhadap Perkembangan Emosi
Anak Pada Keluarga Jawa. [Studi
Kasus]. Ilmu Komunikasi
11. Yusuf, S. (2011). Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdkarya
12. Somantri, S. (2006). Psikologi
Anak Luar Biasa. Bandung: PT.
Refika Aditama