79
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi pada Kepala Desa dan Aparat Desa Purworejo, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah) (Skripsi) Oleh Rinaldo Sinaga FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN

KEMATANGAN BAWAHAN

(Studi pada Kepala Desa dan Aparat Desa Purworejo, Kecamatan

Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah)

(Skripsi)

Oleh

Rinaldo Sinaga

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

ABSTRACT

RELATIONS WITH SITUATIONAL LEADERSHIP STYLE

SUBORDINATE MATURITY

By

RINALDO SINAGA

Government organizations Purworejo village has a maturity of subordinates or

members of the organization in the span interval was high in that it has the ability

but do not have the willingness to accept and carry out the task or command given

by a leader, sehinggan subordinates who do not have the willpower will be

difficult, and would not the commands given.

Formulation of the problem in this research is: "What direction situational

leadership style relationship with subordinate maturity", the purpose of this study

was to: "Knowing the direction of situational leadership style relationship with

subordinate maturity" in the village of Purworejo, Kota Gajah districts, Central

Lampung regency.

Page 3: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

This type of research is a correlational study with a quantitative approach to

determine the direction of the relationship situational leadership style,

The object of this study is the community members who participated in

governmental organizations Purworejo village of 30 people, data collection was

done by questionnaire and data are then analyzed using Spearman rank

correlation.

These results indicate that the relationship between the situational leadership style

with subordinate maturity members Purworejo village organizations have

correlational relationship of 0.916 or 91%, which means a very strong and has a

characteristic village head Purworejo run style directive in leading and directing

subordinate.

Keywords: leadership style is situational, Maturity Liege,

Page 4: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

ABSTRAK

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN

KEMATANGAN BAWAHAN

Oleh

RINALDO SINAGA

Organisasi pemerintahan desa Purworejo memiliki kematangan bawahan atau

anggota organisasi dalam rentang interval sedang-tinggi dalam hal ini

memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan untuk menerima dan

menjalankan tugas atau perintah yang diberikan oleh seorang pemimpin,

Sehinggan bawahan yang belum memiliki kemauan akan akan kesulitan serta

tidak mau menjalankan perintah yang diberikan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana arah hubungan

gaya kepemimpinan situasional dengan kematangan bawahan”, tujuan

penelitian ini adalah untuk: “Mengetahui arah hubungan gaya kepemimpinan

situasional dengan kematangan bawahan” di desa Purworejo, kecamatan Kota

Gajah, kabupaten Lampung Tengah.

Page 5: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

Tipe penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan

kuantitatif untuk mengetahui arah hubungan gaya kepemimpinan situasional,

Objek penelitian ini adalah anggota masyarakat yang ikut dalam organisasi

pemerintahan desa Purworejo sebanyak 30 orang, pengumpulan data

dilakukan dengan kuisioner dan data kemudian di analisis dengan

menggunakan metode korelasi Rank Spearman.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hubungan antara gaya kepemimpinan

situasional dengan kematangan bawahan anggota organisasi desa Purworejo

memiliki hubungan korelasional sebesar 0,916 atau 91% yang artinya sangat

kuat, dan kepala desa Purworejo memiliki ciri menjalankan gaya direktif

dalam memimpin dan mengarahkan bawahanya.

Kata Kunci: Gaya kepemimpinan situasional, Kematangan Bawahan,

Page 6: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN

KEMATANGAN BAWAHAN

(Studi pada Kepala Desa dan Aparat Desa Purworejo, Kecamatan

Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

RINALDO SINAGA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU

PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 7: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi
Page 8: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi
Page 9: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi
Page 10: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotagajah pada tanggal 27

September 1993. Nama lengkap penulis Rinaldo Sinaga,

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Bapak Robinson Sinaga dan Ibu Lusia

Sihaloho, Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan

Taman Kanak-Kanak di TK Yohana Kotagajah lulus pada tahun 1999, dilanjutkan

dengan menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN 02 Kotagajah yang

diselesaikan pada tahun 2005, dilanjutkan dengan menempuh pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMPN 02 Kotagajah yang diselesaikan pada tahun 2008,

dan dilanjutkan dengan menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN

01 Seputih Raman yang di selesaikan pada tahun 2011. Tahun 2011, penulis

terdaftar menjadi mahasiswa Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Ujian

Mandiri (UM).

Page 11: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

MOTTO

Perjalanan Sejauh 1000 Km, Awalnya Hanya Dimulai

Dari 1 Langkah KakI

(Rinaldo Sinaga)

Page 12: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, nikmat dan

kasih-Nya yang

tiada pernah berhenti diberikan kepadaku selama ini.

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bukti dan cinta kasihku

kepada:

Ayah dan Ibu, yang telah membesarkan dan mendidikku dengan cinta dan

kasihnya. Selalu

memberikan dukungan, nasihat, harapan yang terbaik untuk diriku dan setiap saat

namaku

disebut dalam doanya yang tidak pernah ada hentinya menyertaiku menuju

kesuksesan.

Saudara dan sahabat ku yang terbaik

Terima kasih untuk semua warna dan suka duka kebersamaannya

Almamaterku tercinta “Universitas Lampung”

Page 13: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA

atas karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul

“HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN

KEMATANGAN BAWAHAN (Studi pada Kepala Desa dan Aparat Desa

Purworejo, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah)” sebagai

salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sebagai akibat dari

keterbatasan yang ada pada penulis dan faktor-faktor lainnya.

Pada kesempatan ini, penulis sampaikan rasa terimakasih kepada pihak-pihak

yang telah banyak membantu antara lain, yaitu:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

serta sebagai pembimbing akademik dan penguji yang telah memberikan

kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 14: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

3. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah

banyak membantu, membimbing, mengarahkan, memberikan kritik-saran,

dan motivasi.

4. Bpk. Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku pembahas dan penguji yang

telah memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Unila, terimakasih atas ilmu yang telah

diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu

Pemerintahan.

6. Staf akademik, staf kemahasiswaan, Ibu Riyanti dan Pakde Jum yang telah

membantu kelancaran administrasi dan skripsi, yang telah banyak sekali

membantu dan mempermudah proses administrasi dari awal hingga akhir

perkuliahan.

7. Kepada kedua orang tuaku, Ayahku Robinson Sinaga dan Ibuku Lusia

Sihaloho yang telah menjadi orang tua yang sangat luar biasa, yang selalu

menyayangi, mendidik, membimbing, memberikan motivasi dan dukungan

baik ecara moriil maupun materiil kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman Sepermainan Ilmu Pemerintahan 2011, Dwiki Caprinara, Indra

Rinaldi Silalahi, Marendra Ramadhani, Merari Defri Prhamathana, Randy

Mase Bustami, Redo Putra Ramadhan, dan Yandi Darma Wijaya, selama

empat tahun kita mengenal arti lain dari sebuah persahabatan.

9. Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan Angkatan 2011 Christian,

Ekoman, Ezis, Faisal, Feby, Felik, Hazi, Imam, Jeri, Meta, Meyliza, Nadia

Page 15: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

Panggih, Putri, Rendra, Riyadhi, Rizky, Shedy, Siti, Asep, Tina, Wilanda,

Wirda, Yoga Yuanita, Yuyun, Zakiyah, Kiki, Dimas, Yoga, Rizal Sitorus,

dan semua teman teman angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu

per satu. Terimakasih atas pengalaman dan kebersamaan selama ini.

Semoga kelak kesuksesan menyertai kita semua, Amin.

10. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Andi sipayung, Pandri Hamijaya, Angga

Gendon, Maruli Sinaga, Kabul Prasetyo, Wawan, Mas Fery, Mulyadi Jaya,

Mas Anton, Nizi, Aji Windu, Joshua Fanny Permadi, Jepi, Kabul

Prasetyo, Aji windu, dan Evan Kosan Terimakasih atas do’a, dukungan

dan kebersamaannya selama ini baik dalam suka maupun duka.

11. Pakde dan Bukde serta teman-teman dan warga dilokasi KKN Kampung

Labuhan Makmur Mesuji, Teman-teman KKN penulis Bang Tama, Bang

Tohir, Bang Ridwan, Lugito, Mbak catur, Mbak rini, Mbak Rizqi, Lita,

dan Putri serta Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan

segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan selama proses penulisan

skripsi ini, Semoga TUHAN YANG MAHA ESA memberikan balasan terbaik

atas bantuan yang telah diberikan.

Bandar Lampung, 23 Juli 2016

Penulis

Rinaldo Sinaga

Page 16: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 7

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kepemimpinan ...................................................................... 8

1.Teori Kepemimpinan ......................................................................... 8

2.Fungsi Kepemimpinan ...................................................................... 12

3.Asas Kepemimpinan ......................................................................... 12

4.Tugas kepemimpinan ........................................................................ 13

B. Gaya Kepemimpinan Situasional ......................................................... 14

C. Kematangan Bawahan .......................................................................... 16

D. Kepala Desa ......................................................................................... 17

E. Kerangka Pikir ...................................................................................... 20

F. Hipotesis ............................................................................................... 24

III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian .................................................................................... 25

B. Definisi Konseptual Variabel Penelitian .............................................. 26

C. Definisi Operasional ............................................................................. 27

D. Populasi dan Sampel ............................................................................ 30

E. Jenis Data .............................................................................................. 32

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 32

G. Teknik Pengolahan Data ...................................................................... 33

H. Pengujian Instrumen ............................................................................ 35

I . Teknik Analisis Data ............................................................................ 35

Page 17: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Kecamatan Kota Gajah Dan Desa Purworejo ......................... 38

B. Luas Wilayah Dan Batas Desa ............................................................. 38

C. Struktur Organisasi Desa Purworejo .................................................... 39

D. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Aparatur Desa ........................................ 41

E. Demografi ............................................................................................. 52

F. Sosial Ekonomi 52

G. Pendidikan ............................................................................................ 54

V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 55

1. Uji Validitas 55

2. Uji Reliabilitas .................................................................................. 56

B. Deskripsi Karakteristik Responden ...................................................... 57

C. Analisis Kuantitatif Variabel X Gaya Kepemimpinan Situasional ...... 59

D. Analisis Kuantitatif Vaiabel Y Kematangan Bawahan ........................ 71

E. Kategorisasi Jawaban Responden pada Variabel Penelitian ................ 78

F. Analisis Hubungan Korelasi Spearman antara

Gaya Kepemimpinan Situasional dengan Kematangan Bawahan ....... 93

G. Uji Hipotesis ........................................................................................ 95

H. Pembahasan .......................................................................................... 95

VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 108

B. Saran ..................................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi-Kisi Angket ............................................................................................29

2. Populasi ..........................................................................................................31

3. Indikator Tingkat Hubungan Korelasi ...........................................................36

4. Jumlah Penduduk Yang Ikut Dalam Struktur Organisasi

Pemerintahan Desa .........................................................................................41

5. Jumlah Penduduk Menurut Usia Di Desa Purworejo ....................................52

6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ........................................53

7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......................................54

8. Hasil Uji Validitas Hubungan Gaya Kepemimpinan Situasional Dengan

Kematangan Bawahan ....................................................................................56

9. Hasil Uji Reliabilitas ......................................................................................57

10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................57

11. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................................58

12. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...........................58

13. Pemimpin/ Kepala Desa Dalam Memerintah

Memiliki Ketepatan Dalam Pemberian Tugas ..............................................59

14. Pemimpin Atau Kepala Desa Memberikan Solusi Disetiap

Pengambilan Keputusan .................................................................................60

15. Pemimpin/ Kepala Desa Melakukan Pengawasan

Terhadap Instruksi Yang Diberikan ...............................................................61

16. Pemimpin/ Kepala Desa Memberikan Motivasi Kepada

Page 19: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

Bawahan Dan Masyarakat ..............................................................................62

17. Pemimpin/ Kepala Desa Memberikan Penjelasan Dalam

Melaksanakan Tugas ......................................................................................63

18. Pemimpin/ Kepala Desa Membangun Komunikasi Yang

Baik Kepada Bawahan Dan Masyarakat ........................................................64

19. Pemimpin/ Kepala Desa Melibatkan Masyarakat Dalam

Setiap Pengambilan Keputusan ......................................................................65

20. Pemimpin/ Kepala Desa Ikut Berpartisipasi Dalam

Penyelesaian Tugas Aparat Desa ...................................................................66

21. Pemimpin/ Kepala Desa Ikut Serta Dalam Kegiatan Desa ............................67

22. Pemimpin/ Kepala Desa Memberikan Wewenang Kepada Aparat Desa .......68

23. Pemimpin/ Kepala Desa Mempercayai Bawahan Untuk Dapat

Menyelesaikan Tugas .....................................................................................69

24. Pemimpin/ Kepala Desa Mengimbau Kepada Masyarakat Untuk

Bertanggung Jawab Atas Kepentingan Desa ..................................................70

25. Perangkat Desa Belum Memiliki Motivasi Untuk Mengerjakan

Tugas Yang Diberikan ....................................................................................71

26. Perangkat Desa Belum Memiliki Pengalaman Untuk

Mengerjakan Tugas Yang Diberikan .............................................................72

27. Perangkat Desa Belum Mampu Menyelesaikan Tugas

Yang Diberikan Tetapi Mau Mendengarkan Instruksi ...................................73

28. Perangkat Desa Belum Mampu Menyelesaikan Tugas Yang

Diberikan Tetapi Siap Melaksanakan Tugas ..................................................74

29. Perangkat Desa Mampu Menyelesaikan Tugas Yang Diberikan

Tetapi Belum Mampu Menyelesaikan Masalah Yang Diberikan ..................75

30. Perangkat Desa Mampu Menyelesaikan Tugas Yang Diberikan

Tetapi Tidak Mau Menyelesaikan Masalah Yang Diberikan .........................76

31. Perangkat Desa Sepenuhnya Paham Dan Efisien

Dalam Menyelesaikan Tugas .........................................................................77

32. Perangkat Desa Sepenuhnya Paham

Dan Siap Dalam Melaksanakan Tugas ...........................................................78

33. Kategorisasi Gaya Direktif .............................................................................79

Page 20: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

34. Kategorisasi Gaya Konsultatif ........................................................................81

35. Kategorisasi Gaya Partisipatif ........................................................................82

36. Kategorisasi Gaya Delegatif ...........................................................................83

37. Kategorisasi Gaya Kepemimpinan Situasional ..............................................84

38. Kategorisasi Tingkat Kematangan Rendah ....................................................85

39. Kategorisasi Tingkat Kematangan Rendah ke Sedang ...................................87

40. Kategorisasi Tingkat Kematangan Sedang ke Tinggi ....................................88

41. Kategorisasi Tingkat Kematangan Tinggi ......................................................90

42. Kategorisasi Kematangan Bawahan ...............................................................90

43. Hubungan Indikator Gaya Kepemimpinan Situasional Dengan

Indikator Kematangan Bawahan. ...................................................................92

44. Interval Koefisien Korelasi.............................................................................93

45. Hasil Korelasi Menggunakan SPSS ...............................................................94

Page 21: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gaya kepemimpinan digunakan untuk mencapai keselarasan dan tujuan

organisasi dan seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi anggota

organisasinya agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu

sendiri, selain itu motivasi kerja yang tinggi turut mempengaruhi pencapaian

keselarasan tujuan. Kepuasan kerja serta prestasi kerja merupakan tujuan

yang ingin dicapai oleh organisasi begitu juga dalam menjalakan

pemerintahan ada tujuan yang ingin dicapai seorang pemimpin dan

bawahannya.

Pada kenyataannya bawahan atau anggota pemerintahan Desa Purworejo

masih ada yang memiliki kematangan rendah dalam menjalankan tugas yang

diberikan oleh Kepala Desa, dengan ditandai dengan ciri-ciri bawahan belum

mampu menjalankan tugas dan tidak mau menjalakan tugas yang diberikan

oleh pemimpinnya, Pada penelitian ini peneliti ingin meneliti tentang gaya

kepemimpinan situasional yang dengan judul hubungan gaya kepemimpinan

situasional dengan kematangan bawahan, karena gaya kepemimpinan

situasional ini menjelaskan interaksi atau hubungan antara pemimpin dengan

bawahannya dalam kegiatan organisasi dan juga tentunya dalam organisasi

Page 22: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

2

pemerintahan desa yang dipimpin Kepala Desa, karena pada kenyataannya di

Desa Purworejo masih banyak orang yang tidak tahu secara nyata bagaimana

tingkat kematangan atau kesanggupan bawahan aparatur Desa dalam

pelaksanaan tugas, dan masih ada bawahan yang belum siap atau matang,

dalam hal ini adalah kesiapan atau kematangan dalam menerima perintah atau

tugas dari pemimpin, tingkat kematangan bawahan aparat desa inilah yang

dalam gaya kepemimpinan situasional ada indikatornya dan dapat

digolongkan kedalam golongan apa tingkat kematangan bawahan aparatur

Desa Purworejo, begitu juga ada indikator dari gaya kepemimpinan

situasional untuk menilai seorang pemimpin.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan di Desa,

pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah Desa adalah Kepala

Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Pada pelaksanakan tugasnya, seorang pemimpin atau Kepala Desa memakai “

style ”yang berarti corak atau mode dalam mengerjakan sesuatu hal, hal ini

karena “ style ” atau bisa juga berarti gaya merupakan kesanggupan,

kekuatan, cara, irama, ragam, metode yang khas dari seseorang untuk

bergerak dan berbuat sesuatuSyafi’ie (2009:27).

Page 23: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

3

Gaya kepemimpinan ada bermacam-macam, ada gaya kepemimpinan

demokratis, birokratis, kebebasan, otokratis, situasional dan yang lainnya.

Gaya kepemimpinan itu lah menjadi corak salah satu kepemimpinan seorang

pemimpin yang dalam hal ini adalah Kepala Desa, Kepala Desa dalam

melaksanakan kepemimpinannya di Desa, dan juga digunakan dalam

pelaksanaan tugas di Desa, jadi gaya kepemimpinan dipadukan dengan

karakteristik sorang pemimpin.

Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti arah hubungan antara gaya

kepemimpinan situasional dengan kesiapan atau kematangan pegawai pada

Desa Purworejo, gaya kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan

yang diterapkan oleh seorang pemimpin dalam mengatur bawahannyadengan

melihat tingkat kematangan bawahannya.

Sebagai indikatornya gaya kepemimpinan situasional adalah seorang

pemimpin yang direktif yaitu mengarahkan bawahan kearah yang lebih baik,

konsultatif yaitu memberikan pengarahan dan dukungan kepada bawahan,

partisipatif dalam hal ini pemimpin memberikan motivasi kepada bawahanya

untuk maju kedepan, delegatif dalam hal ini pemimpin memberikan tugas tapi

tugas itu memberikan kewenangan untuk memutuskan kapan dikerjakan dan

bagaimana cara melakukan pekerjaan itu, keempat perilaku pemimpin

tersebut dapat diterapkan dengan melihat tingkat kematangan pegawai atau

bawahan yang dapat diidentifikasi ke dalam 4 kelas yaitu tingkat kematangan

rendah, rendah ke sedang, sedang ke tinggi, dan kematangan tinggi,

sedangkan kematangan bawahan adalah sebagai kemauan dan kemampuan

Page 24: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

4

dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya

sendiri, dengan begitu nantinya akan diketahui adakah hubungan antara gaya

kepemimpinan situasional yang dilakukan Kepala Desa dengan tingkat

kematangan bawahan dalam tugas.

Beberapa hasil penelitian tentang gaya kepemimpinan dan kaitannya dengan

kegiatan mengarahkan bawahan atau pegawai:

1. Hasil penelitian terdahulu oleh Ida Ayu Brahmasari dengan judul

Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Situasional dan, Pola

Komunikasi Terhadap Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan Menggunakan

Teori gaya kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard dengan metode

penelitian explanatory mengambil kesimpulan gaya/kepemimpinan

situasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja kerja

karyawan dan disiplin kerja karyawan.

2. Hasil penelitian terdahulu oleh Nurul Hidayat dengan judul Pengaruh Gaya

Kepemimpinan Situasional dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan kerja

yang menggunakan teori dan varibel gaya kepemimpinan situasional dengan

metode penelitian explanatory mengambil kesimpulan bahwa variabel gaya

kepemimpinan situasional berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.

3. Hasil penelitian terdahulu oleh Jesie Grace Runtu dengan judul Gaya

Kepemimpinan Camat Dalam Peningkatan Pelayanan Publik di Kecamatan

Tenga Kabupaten Minahasa Selatan dengan menggunakan teori gaya

kepemimpinan situasional dan tingkat kematangan/kemampuan bawahan

menggunakan metode penelitian deskriptif mengambil kesimpulan bahwa

Page 25: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

5

gaya kepemimpinan situasional pada indikator gaya instruksi dan konsultatif

paling sering digunakan dalam pemberian tugas, gaya delegatif dan dan

partisipatif masih kurang aktif digunakan atau diterapkan karena pemimpin

kurang berkoordinasi dengan bawahan seperti aparat desa.

Berdasarkan pada teori dan studi empiris maka kesimpulannya dapat

dikemukakan lebih detil (lebih rinci) bahwa:

1. Gaya Kepemimpinan bisa mempengaruhi;

2. Gaya Kepemimpinan berpengaruh terhadap Jalannya Organisasi;

3. Gaya Kepemimpianan berpengaruh terhadap Bawahan;

4. Gaya Kepemimpinan berpengaruh berpengaruh terhadap jalannya

pelayanan publik.

dari penjelasan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan berpengaruh dan memberikan gambaran tentang gaya apa

yang dipakai seorang pemimpin dalam menjalankan tugas, meningkatkan

kinerja karyawan, dan mengarahkan bawahan kearah yang pemimpin

harapkan, dalam hal ini konsep kepemimpinan merupakan hal yang pokok

dalam kaitanya dengan gaya kepemimpinan dimana kepemimpinan dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Menurut Siagian (2002:62) bahwa kepemimpinan adalah kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian

rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun

secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya.

Page 26: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

6

Menurut Stoner (1996:165) fungsi kepemimpinan adalah seseorang beroprasi

secara efektif kelompok memerlukan seseorang untuk melakukan 2 hal fungsi

utama yaitu:

1. Berhubungan dengan tugas atau memecahkan masalah;

2. Memelihara atau kelompok sosial, yaitu tindakan seperti

menyelesaikan perselisihan dan memastikan bahwa individu dihargai

oleh kelompok.

Menurut Rivai (2006:96) fungsi kepemimpinan adalah:

1. menciptakan visi dan rasa komunitas

2. membantu mengembangkan komitmen dara pada sekedar

mempengaruhinya;

3. menginspirasi kepercayaan,mengintegrasikan pandangan yang

berlainan;

4. mendukung pembicaraan yang cakap melalui dialog;

5. membantu menggunakan pengaruh mereka;

6. memfasilitas;

7. memberi semangat pada yang lain;

8. menopang tim;

9. bertindak sebagai model.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitiakan melakukan

penelitiantentang hubungan gaya kepemimpinan situasional dengan

kematangan bawahan, dalam pelaksanaan tugas pemerintahan Desa

Purworejo, maka peneliti mengambil judul “Hubungan Gaya Kepemimpinan

Situasional Dengan Kemampuan Bawahan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana arah Hubungan Gaya Kepemimpinan Situasional

dengan Kematangan Bawahan ?

Page 27: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui arah hubungan Gaya Kepemimpinan Situasional dengan

Kematangan Bawahan.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut;

1.Kegunaan teoritis

hasil penelitian ini dapat berguna dalam menggambarkan kenyataan dari teori

gaya kepemimpinan situasional terhadap kematangan bawahan serta memberi

gambaran tentang disiplin ilmu pemerintahan khususnya berkaitan dengan

Gaya Kepemimpinan situasional.

2.Kegunaan praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberi gambaran tentang hasil penelitian

gaya kepemimpinan situasional bagi pembaca dan memberi gambaran nyata

dalam mengetahui hubungan gaya kepemimpinan situasional yang dipakai

Kepala Desa Purworejo, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah.

Page 28: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kepemimpinan

1.Teori Kepemimpinan

Kegiatan manusia secara bersama-sama membutuhkan kepemimpinan, jadi

harus ada pemimpin demi sukses dan efisiensi kerja untuk bermacam-macam

usaha dan kegiatan manusia yang jutaan banyaknya ini diperlukan upaya

terencana dan sistematis untuk melatih dan mempersiapkan pemimpin-

pemimpin baru, oleh karena itu banyak studi dan penelitian dilakukan orang

untuk mempelajari masalah kepemimpinan, dan para sarjana telah

memberikan berbagai definisi tentang kepemimpinan.

Pemimpin menurut Pasolong (2008:1) adalah orang yang berfungsi sebagai

pemimpin atau orang yang berfungsi membimbing atau menuntun.

Sedangkan kepemimpinan yaitu kemampuan seseorang dalam mempengaruhi

orang lain dalam mencapai tujuan, sedangkan pemimpin menurut Kartono

(Pasolong, 2008:2) adalah seorang pribadi yang memiliki superioritas

tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk

menggerakkan orang lain melaksanakan usaha bersama guna mencapai

sasaran tertentu.

Page 29: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

9

Menurut Rivai (Pasolong, 2008:2) pemimpin adalah anggota dari suatu

kumpulan yang diberi kedudukan tertentu dan diharapkan dapat bertindak

sesuai kedudukannya, jadi pemimpin adalah juga seseorang dalam suatu

perkumpulan yang diharapkan dapat menggunakan pengaruhnya untuk

mewujudkan dan mencapai tujuan kelompok.

Menurut Syafi’ie (Pasolong, 2008:3) pemimpin adalah: orang yang

mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga

orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan

tertentu.sedangkan Nawawi (Pasolong, 2008:3) pemimpin adalah orang yang

memimpin.

Menurut Sudriamunawar (Pasolong, 2008:3) pemimpin adalah seseorang

yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para

pengikutnya untuk melakukan kerja sama kearah pencapaian tujuan yang

telah ditentukan sebelumnya, perbedaan antara pemimpin dan pimpinan dapat

di telusuri melalui pendapat seorang ahli antara lain: menurut Rukmana

(Pasolong, 2008:3) pejabat sudah pasti pimpinan, tapi belum tentu dapat

berperan sebagai pemimpin.

Berbagai literatur kepemimpinan dapat dipahami bahwa pemimpin adalah

orang yang menjalan kan atau melakukan kepemimpinan, sedangkan

pimpinan adalah mencerminkan kedudukan seseorang atau kelompok orang

pada hirarkhi tertentu dalam organisasi formal maupun informal, maka dari

Page 30: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

10

penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bedanya pemimpin dan pimpinan

adalah: pemipin adalah orang yang memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain dalam rangka pencapaian tujuan tertentu,

sedangkan pimpinan adalah orang yang menduduki jabatan dalam suatu

organisasi.

Teori kepemimpinan menurut Kartono (2008:31-32) adalah:

penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep

kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-

musabab timbulnya kepemimpinan,persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat

utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi

kepemimpinan.

Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan

dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan

mengemukakan beberappa segi antara lain:

a. Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan;

b. Sebab-musabab muncul nya kepemimpinan;

c. Tipe dan gaya kepemimpinan;

d. Syarat syarat kepemimpinan.

Teori dasar muncul nya kepemimpinan menurut Siagian (Pasolong, 2008:85)

a. Teori genetik: menjelaskan bahwa pimpinan tidak dibangun, tetapi

seeorang akan menjadi pemimpin karena bakat yang di miliki luar

biasa atau dengan kata lain seorang menjadi pemimpin karena

memang di takdirkan menjadi pemimpin;

Page 31: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

11

b. Teori sosial: menjelaskan bahwa pemimpin harus dibangun atau di

bentuk,tidak begitu saja muncul atau di takdirkan, jadi seorang

menjadi pemimpin karena melalui proses pendidikan dan pelatihan

yang cukup mendukung;

c. Teori ekologis: menjelaskan bahwa merupakan gabungan dari teori

genetik dan teori social, teori berasumsi bahwa seorang sukses

menjadi pemimpin jika sejak lahir sudah mempunyai bakat

kepemimpinan, kemudian di kembangkan melalui pendidikan dan

pengalaman serta di sesuaikan dengan lingkungan

Kepemimpinan menurut menurut Rauch dan Behling (Gary Yukl, 1998:2)

adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang

diorganisasi kearah pencapaian tujuan.Sedangkan menurut Siagian (2002:62)

bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi

orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau

melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin

tidak disenanginya.

Sedangkan menurut Rivai (2004:2) kepemimpinan (leadership) adalah

proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya

lewat proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi, dari

penjelasan para tokoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang

lain untuk mengikuti dan menjalan kan tugas yang diberikan oleh seorang

pemimpin kepada bawahan nya demi kepentingan bersama walaupun orang

yang yang diberikan tugas tidak memiliki kemauan.

Page 32: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

12

2. Fungsi Kepemimpinan

Menurut Kartono (2008:93) fungsi kepemimpinan adalah memandu,

menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan

motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan

komunikasi yang baik memberikan supervisi atau pengawasan yang efisien,

dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin di setujui, sesuai

dengan ketentuan waktu dan perencanaan.

Menurut Stoner (1996:165) fungsi kepemimpinan adalah seseorang

beroperasi secara efektif kelompok memerlukan seseorang untuk melakukan

2 hal fungsi utama yaitu:

1. Berhubungan dengan tugas atau memecahkan masalah;

2. Memelihara atau kelompok sosial, yaitu tindakan seperti

menyelesaikan perselisihan dan memastikan bahwa individu dihargai

oleh kelompok.

Menurut Rivai (2006:96) fungsi kepemimpinan adalah:

1. Menciptakan visi dan rasa komunitas;

2. Membantu mengembangkan komitmen dari pada sekedar

mempengaruhinya;

3. Menginspirasi kepercayaan, mengintegrasikan pandangan yang

berlainan;

4. Mendukung pembicaraan yang cakap melalui dialog;

5. Membantu menggunakan pengaruh mereka;

6. Memfasilitas;

7. Memberi semangat pada yang lain;

8. Menopang tim;

9. Bertindak sebagai model.

3.Asas Kepemimpinan

Menurut Kartono asas kepemimpinan (2008:94) meliputi:

a. Kemanusiaan: mengutamakan sifat sifat manusia kemanusiaan, yaitu

pembimbingan manusia oleh manusia, untuk mengembangkan potensi

dan kemampuan setiap individu demi tujuan-tujuan kemanusian;

b. Efisien: efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya

sumber-sumber, materi, dan jumlah manusia, atas prinsip

penghematan, adanya nilai ekonomis, serta asas-asas manajemen

modern;

c. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf

kehidupan yang lebih tinggi.

Page 33: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

13

4.Tugas Kepemimpinan

Tugas kepemimpinan umumnya memiliki dua bidang utama,yaitu pencapaian

tujuan dan pencapaian kekompakan orang yang dipimpinnya.Tugas

berhubungan dengan pekerjaan disebut relationship function, tugas yang

berhubungan dengan kekompakan juga disebut relationship function.

Menurut Keating (Pasolong, 2008:21) mengatakan bahwa tugas

kepemimpinan adalah yang berhubungan dengan kelompok yaitu:

1. Memulai yaitu usaha agar kelompok memulai usaha agar kelompok

memulai kegiatan atau gerakan tertentu;

2. Mengatur yaitu tindakan untuk arah dan langkah kegiatan kelompok;

3. Memberitahu yaitu tindakan memberi informasi data,fakta,pendapat

para anggota dan meminta dari mereka informasi data, fakta, dan

pendapat yang diperlukan;

4. Mendukung yaitu usaha untuk menerima gagasan, pendapat, usul dari

bawah dan menyempurnakan nya dengan menambah atau mengurangi

untuk digunakan dalam rangka penyelesaian tugas bersama;

5. Menilai yaitu tindakan untuk menguji gagasan yang muncul atau cara

kerja yang di ambil dengan menunjukan konsekuensi-konsekuensi dan

untung ruginya;

6. Menyimpulkan: yaitu kegiatan untuk mengumpulkan dan

merumuskan gagasan, pendapat, dan usul yang muncul,

menyingkat,lalu menyimpulkan sebagai landasan untuk memikirkan

lebih lanjut.

Page 34: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

14

B. Gaya Kepemimpinan Situasional

Menurut Syafi’ie (2009:27) Gaya dalam bahasa inggris“ style ” yang berarti

corak atau mode dalam mengerjakan sesuatu hal, hal ini karena “ style ” atau

bisa juga berarti gaya merupakan kesanggupan, kekuatan, cara, irama, ragam,

metode yang khas dari seseorang untuk bergerak dan berbuat sesuatu.

Beberapa gaya kepemimpinan menurut Syafi’ie (2009:27):

1. Gaya Kepemimpinan demokratis: gaya demokratis dalam

kepemimpinan pemerintahan adalah cara dan irama seorang pemimpin

pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan

memakai metode pembagian tugas dengan bawahan, begitu juga antar

bawahan dibagi tugas secara adil dan merata, kemudian pemilihan

tugas tersebut dilakukan secara terbuka, baik bawahan yang terendah

sekalipun boleh menyampaikan saran serta diakui haknya, dengan

demikian dimiliki persetujuan dan konsensus atas kesepakatan

bersama.

2. Gaya Birokratis: adalah cara dan irama seseorang pemimpin

pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan masyarakat nya

dengan memakai metode tanpa pandang bulu, artinya setiap bawahan

harus diperlakukan sama disiplinnya, spesialisasi tugas yang khusus,

kerja yang ketat dengan aturan sehingga bawahan menjadi kaku tetapi

sederhanana. Dalam gaya kepemimpinan ini segala sesuatunya

dilaksanakan secara resmi di kantor pada jam dinas tertentu dengan

cara formal.

3. Gaya Kebebasan: adalah cara dan irama seseorang pemimpin

pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan

melakukan metode pemberian keleluasaan pada bawahan seluas-

luasnya,metode ini di kenal dengan metode Laissez faire, dengan

begitu dalam gaya ini setiap bawahan bebas bersaing dalam berbagai

strategi ekonomi, politik, hukum, dan administrasi, jadi pemimpin

memberikan peluang besar pada kegiatan organisasi. Gaya ini hanya

bisa diterapkan pada daerah yang sudah modern yang memiliki pola

pikir yang bisa dipertanggung jawabkan, dan sebaliknya kalau

diterapkan di daerah yang tradisional maka akan membuat

masyarakatnya menjadi terbelakang.

4. Gaya Otokratis: adalah cara dan irama seorang pemimpin dalam

menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode

paksaaan kekuasaan. Cara ini cocok digunakan pada kalangan militer

karena itu diterapkan dengan menggunakan one way traffic dalam

Page 35: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

15

komunikasi pemerintahannya sehingga efeketif hasilnya, tetapi akan

berakibat fatal hasilnya bagi daerah yang sudah maju karena ketakutan

bawahan hanya ada ketika pemimpin pemerintahan sedang memiliki

kekuasaan saja, jadi gaya ini hanya diterapkan pada saat keadaan dan

situasi antara lain untuk menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan,

untuk keseragaman antar bawahan, agar pemimpin pemerintahan tidak

diganggu gugat, untuk meningkatkan pengawasan.

Gaya kepemimpinan situasional, menurut Hersey dan Blanchard (Pasolong,

2008:47) bahwa kepemimpinan situasional, tidak ada satu cara terbaik untuk

mempengaruhi perilaku orang-orang. Gaya kepemimpinan mana yang harus

diterapkan pemimpin terhadap orang-orang atau sekelompok orang

bergantung pada level kematangan dari orang-orang yang akan dipengaruhi

oleh pemimpin, sedangkan Stoner (Pasolong, 2008:7) menyatakan gaya

kepemimpinan situasional adalah pendekatan kepemimpinan yang oleh

Hersey Blanchard yang menguraikan bagaimana pemimpin harus

menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respon pada keinginan

untuk berhasil dalam pekerjaan, pengalaman, kemampuan, dan kemauan dari

bawahan mereka yang terus berubah.

Menurut Tjiptono (Pasolong, 2008:47) kepemimpinan situasional adalah

kepemimpinan tidak tetap atau kontingesi, dengan asumsi tidak ada satu pun

gaya kepemimpinanyang tepat bagi seorang pemimpin dalam segala kondisi,

sedangkan menurut Rivai (Pasolong, 2008: 48) gaya kepemimpinan

situasional mendasarkan diri pada saling berhubungan antara sejumlah

petunjuk, pengarahan, dan dukungan sosioemosional yang diberikan

pemimpin.

Page 36: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

16

Gaya kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard (Pasolong,

2008:50) adalah:

1. Gaya Instruksi pemimpin (direktif)

Yaitu diterapkan kepada yang memiliki tingkat kematangan yang

rendah, dalam hal ini bawahan yang tidak mampu dan tidak mau

memikul tangung jawab dan melaksanakan tugas.

2. Gaya Konsultasi pemimpin (konsultatif)

Yaitu diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan

bawahan rendah ke sedang, dalam hal ini bawahan yang tidak mampu

tapi berkeinginan untuk memikul tanggung jawab, yaitu memiliki

keyakinan tetapi kurang memiliki keterampilan dan pengetahuan.

3. Gaya partisipasi pemimpin (partisipatif)

Yaitu diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan

dari sedang ke tinggi, bawahan pada tingkat ini memiliki kemampuan

tapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tugas yang diberikan

4. Gaya delegasi pemimpin (delegatif)

Yaitu diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan

tinggi, dalam hal ini bawahan dengan tngkat kematangan ini adalah

mampu dan mau atau memiliki keyakinan untuk memikul tanggung

jawab.

C. Kematangan Bawahan

Kematangan Bawahan dalam kepemimpinan situasional di rumuskan oleh

Miftah Thoha (Pasolong, 2008:52) sebagai kemampuan dan kemauan dari

orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya

sendiri, sedangkan menurut Rivai (Pasolong, 2008:52) menyatakan bahwa

kematangan dipandang sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan-tujuan

yang betapapun tingginya dapat dicapai (motivasi keberhasilan), kesediaan

dan kemampuan untuk mengambil tanggung jawab, pendidikan dan atau

pengalaaman seseorang atau kelompok, hal ini juga dirumuskan oleh Silalahi

(Pasolong, 2008:52) bahwa kematangan adalah sebagai kemampuan dan

Page 37: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

17

kemauan orang-orang untuk memikul tanggung jawab untuk mengerahkan

perilaku mereka sendiri.

Tingkat kematangan bawahan dalam gaya kepemimpinan situasional ditandai

dengan adanya 4 tingkatan menurut Hersey dan Blanchard (Pasolong,

2008:50)

1. Tingkat kematangan rendah yang ditunjukan dengan indikasi bawahan

yang tidak mampu dan tidak mau memikul tanggung jawab.

2. Tingkat kematangan rendah ke sedang yang ditunjukan dengan

indikasi bawahan yang tidak mampu tapi memiliki keinginan untuk

memikul tanggung jawab

3. Tingkat kematangan sedang ke tinggi yang ditunjukan dengan indikasi

bawahan memiliki kemampuan tapi tidak memiliki kemauan untuk

melakukan suatu tugas yang diberikan

4. Tingkat kematangan tinggi yang ditunjukan dengan indikasi bawahan

mampu dan mau memikul atau melaksanakan tanggung jawab yang

diberikan.

D. Kepala Desa

Berdasarkan pasal 25 Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa,

Kepala Desa merupakan pejabat dan penyelengara pemerintahan di desa

yang bertugas melaksanakan pembangunan desa,pembinaan masyarakat

desa,dan melaksanakan pemberdayaan masyarakat Desa.

Page 38: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

18

Menurut Surianingrat (1985:81) kepala desa adalahpenguasa tunggal dalam

pemerintahan desa bersama-sama dengan pembantunya Ia merupakan

pamong desa,Ia adalah pelaksana dan penyelenggara urusan rumah tangga

dan pemerintahan di desa, berdasarkan pasal 26 Undang-undang no 6 tahun

2014 tentang Desa, Kepala Desa bertugas:

Menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa,

pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Berdasarkan ayat 1 kepala desa berwenang dalam:

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

d. Menetapkan Peraturan Desa;

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

f. Membina kehidupan masyarakat Desa;

g. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h. Membina danmeningkatkan perekonomian Desa serta

mengintegrasikannya agar mencapaiperekonomian skala produktif

untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i. Mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara

guna meningkatkankesejahteraan masyarakat Desa;

k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;

l. Memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

Page 39: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

19

n. Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinyasesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangandan;

o. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

Kepala Desa juga memiliki kewajiban:

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

c. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

d. Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;

e. Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;

f. Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang

akuntabeltransparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta

bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme;

g. Menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh

pemangku.kepentingan di Desa;

h. Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik.

i. Mengelola Keuangan dan Aset Desa;

j. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;

k Menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;

l. Mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;

Page 40: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

20

m Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;

n. Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup dan;

p. Memberikan informasi kepada masyarakat Desa;

Kepala Desa juga memiliki hak:

a. Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa.

b. Mengajukan rancangan dan menetapkan Peraturan Desa;

c. Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan, dan penerimaan

lainnya yang sah, sertamendapat jaminan kesehatan;

d. Mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan

dan;

e. Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada

perangkat Desa.

E. Kerangka Pikir

Menurut Syafi’ie (2009:27) Gaya dalam bahasa inggris“ style ” yang berarti

corak atau mode dalam mengerjakan sesuatu hal, hal ini karena “ style ” atau

bisa juga berarti gaya merupakan kesanggupan, kekuatan, cara, irama, ragam,

metode yang khas dari seseorang untuk bergerak dan berbuat sesuatu.

Beberapa gaya kepemimpinan menurut menurut Syafi’ie (2009:27):

1. Gaya Kepemimpinan demokratis;

2. Gaya Birokratis;

Page 41: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

21

3. Gaya Kebebasan;

4. Gaya otokratis.

Gaya kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard (Pasolong,

2008:47) bahwa kepemimpinan situasional, tidak ada satu cara terbaik untuk

mempengaruhi perilaku orang-orang. Gaya kepemimpinan mana yang harus

diterapkan pemimpin terhadap orang-orang atau sekelompok orang

bergantung pada level kematangan dari orang-orang yang akan dipengaruhi

oleh pemimpin, sedangkan Stoner (Pasolong, 2008:7) menyatakan gaya

kepemimpinan situasional adalah pendekatan kepemimpinan yang oleh

Hersey Blanchard yang menguraikan bagaimana pemimpin harus

menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respon pada keinginan

untuk berhasil dalam pekerjaan, pengalaman, kemampuan, dan kemauan dari

bawahan mereka yang terus berubah.

Gaya kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard (Pasolong,

20018:50) adalah

1. Gaya Instruksi pemimpin (direktif)

Yaitu diterapkan kepada yang memiliki tingkat kematangan yang

rendah, dalam hal ini bawahan yang tidak mampu dan tidak mau

memikul tangung jawab dan melaksanakan tugas.

Pada situasi ini pemimpin dicirikan memberikan instruksi kepada

bawahan tentang apa, bagaimana, dan dimana harus melaksanakan

tugas tertentu.

2. Gaya Konsultasi pemimpin (konsultatif)

Yaitu diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan

bawahan rendah ke sedang, dalam hal ini bawahan yang tidak mampu

tapi berkeinginan untuk memikul tanggung jawab, yaitu memiliki

keyakinan tetapi kurang memiliki keterampilan dan pengetahuan, pada

situasi ini pemimpin melakukan sesuatu dengan memberikan

dukungan dan pengarahan serta konsultasi kepada bawahan untuk

mempertahankan motivasi bawahannyadan mencari tahu masalah

yang dialami bawahan dan mencarika solusinya.

Page 42: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

22

3. Gaya partisipasi pemimpin (partisipatif)

Yaitu diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan

dari sedang ke tinggi, bawahan pada tingkat ini memiliki kemampuan

tapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tugas yang diberikan,

pada situasi ini pemimpin melakukan tukar-menukar ide atau gagasan

dengan bawahan dalam melaksanakan tugas dan memberikan fasilitas

untuk terjadinya komunikasi ini.

4. Gaya delegasi pemimpin (delegatif)

Yaitu diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan

tinggi, dalam hal ini bawahan dengan tngkat kematangan ini adalah

mampu dan mau atau memiliki keyakinan untuk memikul tanggung

jawab, pada situasi ini pemimpin memberikan tanggung jawab penuh

kepada bawahannya untuk melaksanakan tugas dan memperkenankan

bawahannya untuk menentukan kapan baiknya tugas dilaksanakan.

Dalam menjalankan atau menerapkan gaya kepemimpinan ini yang harus

diperhatikan adalah tingkat kematangan bawahan, kematangan Bawahan

dalam kepemimpinan situasional di rumuskan oleh Miftah Thoha (Pasolong,

2008:52) sebagai kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk

bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri, sedangkan

menurut Rivai (Pasolong, 2008:52) menyatakan bahwa kematangan

dipandang sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan-tujuan yang betapapun

tingginya dapat dicapai (motivasi keberhasilan), kesediaan dan kemampuan

untuk mengambil tanggung jawab, pendidikan dan atau pengalaaman

seseorang atau kelompok, hal ini juga dirumuskan oleh Silalahi (Pasolong,

2008:52) bahwa kematangan adalah sebagai kemampuan dan kemauan orang-

orang untuk memikul tanggung jawab untuk mengerahkan perilaku mereka

sendiri.

Page 43: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

23

Tingkat kematangan bawahan dalam gaya kepemimpinan situasional ada 4

tingkatan:

1. Tingkat kematangan rendah yang ditunjukan dengan indikasi bawahan

yang tidak mampu dan tidak mau memikul tanggung jawab.

2. Tingkat kematangan rendah ke sedang yang ditunjukan dengan

indikasi bawahan yang tidak mampu tapi memiliki keinginan untuk

memikul tanggung jawab

3. Tingkat kematangan sedang ke tinggi yang ditunjukan dengan indikasi

bawahan memiliki kemampuan tapi tidak memiliki kemauan untuk

melakukan suatu tugas yang diberikan

4. Tingkat kematangan tinggi yang ditunjukan dengan indikasi bawahan

mampu dan mau memikul atau melaksanakan tanggung jawab yang

diberikan

Gaya kepemimpinan sangat berkaitan dengan kepemimpinan dan pemimpin

karena gaya kepemimpinan memberikan corak dan bentuk kepemimpinan

pada seorang pemimpin dalam mengarakan dan membimbing bawahan dan

masyarakatnya untuk maju ke arah yang lebih baik,dan dengan gaya

kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang Kepala Desa maka akan terlihat

bentuk dan cara seorang kepala desa dalam membina dan mengarahkan

bawahan dan masyarakatnya untuk mencapai tujuan atau visi dan misi

seorang kepala desa dalam memajukan daerahnya, pada penelitian ini penulis

mengungkapkan bagaimana hubungan Gaya Kepemimpinan situasional

dengan kematangan bawahan.

Page 44: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

24

Gambar. 1 Kerangka Pikir.

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah,

Dalam teori gaya kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard, dijelaskan

adanya hubungan antara gaya kepemimpinan situasional dengan kematangan

bawahan maka untuk penelitian ini hipotesisnya adalah

Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan positif antara Gaya

kepemimpinan situasional sebagai variabel bebas (X), dengan

kematangan bawahan sebagai variabel terikat (Y)

Ha: Terdapat hubungan yang signifikan positif antara Gaya kepemimpinan

situasional sebgai variabel bebas (X), dengan kematangan bawahan

sebagai variabel terikat (Y).

Gaya Kepemimpinan

Situasional (X)

1. Gaya Direktif

2. Gaya Konsultatif

3. Gaya Partisipatif

4. Gaya Delegatif

Tingkat Kematangan

Bawahan (Y)

1. Rendah

2. Rendah ke Sedang

3. Sedang ke Tinggi

4. Tinggi

Page 45: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

25

III.METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan

kuantitatif, menurut Husaini Usman (2004:4) penelitian korelasional adalah

bermaksud mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu factor-faktor

berhubungan dengan variasi-variasi atau lebih faktor lainnya berdasarkan

koefisiennya kemudian menurut Morissan (2012:77), penelitian deskriptif

adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan situasi kemudian

peneliti menjelaskan apa yang diamatinya, penelitian kuantitatif ini digunakan

untuk meneliti dan menggambarkan hubungan gaya kepemimpinan

situasional dengan kematangan bawahan.

Penelitian kuantitatif menurut Arikunto (2006:12) adalah penelitian yang

banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

penafsiran terhadap data, serta menampilkan hasilnya, oleh sebab itu

pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai tabel.

Page 46: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

26

B. Definisi Konseptual Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah hal-hal yang dapat membedakan atau membawa

variasi pada nilai (Ferdinand 2006), penelitian ini menggunakan 2 jenis

variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

1. Variabel bebas (independen)

Adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang

pengaruhnya positif maupun negatif (Ferdinand 2006), sebagai variabel

bebas dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan situasional (X).

Gaya kepemimpinan situasional, menurut Hersey dan Blanchard

(Pasolong, 2008:47) bahwa kepemimpinan situasional, tidak ada satu cara

terbaik untuk mempengaruhi perilaku orang-orang. Gaya kepemimpinan

mana yang harus diterapkan pemimpin terhadap orang-orang atau

sekelompok orang bergantung pada level kematangan dari orang-orang

yang akan dipengaruhi oleh pemimpin

2. Variabel terikat (dependen)

Adalah variabel yang menjadi perhatian peneliti hakekat sebuah masalah,

mudah terlihat dan mengenali berbagai variabel, variabel dependen yang

digunakan dalam sebuah model (Ferdinand 2006), dalam penelitian ini

yang menjadi variabel terikat adalah kematangan bawahan (Y).

Kematangan Bawahan dalam kepemimpinan situasional di rumuskan oleh

Miftah Thoha (Pasolong, 2008:52) sebagai kemampuan dan kemauan dari

Page 47: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

27

orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya

sendiri.

C. Definisi Operasional

Secara umum definisi operasional adalah operasionalisasi dari konsep yang

digunakan, sehingga memudahkan untuk mengaplikasikannya di lapangan.

Menurut Masri singarimbun dan Sofyan effendi (1989:37) definisi

operasional adalah petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur, untuk

menghindari penyimpangan dan memberi arah dalam menafsirkan konsep-

konsep yang ada maka dalam penelitian ini dilakukan secara operasional.

Mengacu pada perumusan masalah dan tujuan penelitian operasionalisasi dari

penelitian ini di arahkan pada hubungan gaya kepemimpinan situasional

dengan kematangan bawahan.

Indikator gaya kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard

adalah:

1. Gaya Instruksi pemimpin (direktif)

Yaitu diterapkan kepada yang memiliki tingkat kematangan yang

rendah, dalam hal ini bawahan yang tidak mampu dan tidak mau

memikul tangung jawab dan melaksanakan tugas. Pada situasi ini

pemimpin dicirikan memberikan instruksi kepada bawahan tentang

apa, bagaimana, dan dimana harus melaksanakan tugas tertentu.

2. Gaya Konsultasi pemimpin (konsultatif)

Yaitu diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan

bawahan rendah ke sedang, dalam hal ini bawahan yang tidak mampu

tapi berkeinginan untuk memikul tanggung jawab, yaitu memiliki

keyakinan tetapi kurang memiliki keterampilan dan pengetahuan, pada

situasi ini pemimpin melakukansesuatu dengan memberikan dukungan

dan pengarahan serta konsultasi kepada bawahan untuk

Page 48: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

28

mempertahankan motivasi bawahannya dan mencari tahu masalah

yang dialami bawahan dan mencarika solusinya.

3. Gaya partisipasi pemimpin (partisipatif)

Yaitu diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan

dari sedang ke tinggi, bawahan pada tingkat ini memiliki kemampuan

tapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tugas yang diberikan,

pada situasi ini pemimpin melakukan tukar-menukar ide atau gagasan

dengan bawahan dalam melaksanakan tugas dan memberikan fasilitas

untuk terjadinya komunikasi ini.

4. Gaya delegasi pemimpin (delegatif)

Yaitu diterapkan kepada bawahan yang memiliki tingkat kematangan

tinggi, dalam hal ini bawahan dengan tngkat kematangan ini adalah

mampu dan mau atau memiliki keyakinan untuk memikul tanggung

jawab, pada situasi ini pemimpin memberikan tanggung jawab penuh

kepada bawahannya untuk melaksanakan tugas dan

memperkenankan bawahannya untuk menentukan kapan baiknya

tugas dilaksanakan.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui Kematangan bawahan adalah

1. Tingkat kematangan rendah yang ditunjukan dengan indikasi bawahan

yang tidak mampu dan tidak mau memikul tanggung jawab.

2. Tingkat kematangan rendah ke sedang yang ditunjukan dengan

indikasi bawahan yang tidak mampu tapi memiliki keinginan untuk

memikul tanggung jawab

3. Tingkat kematangan sedang ke tinggi yang ditunjukan dengan indikasi

bawahan memiliki kemampuan tapi tidak memiliki kemauan untuk

melakukan suatu tugas yang diberikan

4. Tingkat kematangan tinggi yang ditunjukan dengan indikasi bawahan

mampu dan mau memikul atau melaksanakan tanggung jawab yang

diberikan.

Page 49: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

29

Tabel 1. Kisi-Kisi Angket Hubungan Gaya Kepemimpinan Situasional

Dengan Kematangan Bawahan

Variabel Indikator Sub indikator No item

Gaya

Kepemimpinan

Situasional

1.gaya direktif

2.gaya konsultatif

3.gaya partisipatif

4.gaya delegatif

a. Ketepatan dalam

pemberian tugas

b. memberikan

solusi setiap

pengambilan

keputusan

c. melakukan

pengawasan

terhadap intruksi dan

tugas yang diberikan

a. memberikan

motivasi kepada

bawahan dan

masyarakat.

b. memberikan

penjelasan dalam

pelaksanaan tugas

c. membangun

komunikasi yang

baik kepada

bawahan dan

masyarakat.

a. melibatkan

masyarakat dalam

setiap pengambilan

keputusan.

b. ikut berpartisipasi

dalam penyelesaian

tugas aparat desa

c. ikut serta dalam

kegiatan desa

a. memberikan

wewenang kepada

aparat desa

b. mempercayai

bawahan untuk dapat

menyelesaikan tugas

c. mengimbau

kepada masyarakat

untuk bertanggung

jawab atas

kepentingan desa

1, 2, 3

4, 5, 6

7, 8, 9

10, 11, 12

Page 50: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

30

Kematangan

Bawahan

1.tingkat

kematangan rendah

2.tingkat

kematangan rendah

ke sedang

3.tingkat

kematangan sedang

ke tinggi

4.tingkat

kematangan tinggi

Perangkat Desa

belum memiliki

pengalaman dan

motivasi untuk

mengerjakan tugas

yang diberikan

Perangkat Desa

belum mampu

menyelesaikan tugas

yang diberikan tetapi

mau mendengarkan

instruksi

Perangkat Desa

mampu

menyelesaikan tugas

yang diberikan tetapi

belum mampu

menyelesaikan

masalah yang

diberikan

Perangkat Desa

sepenuhnya paham

dan efisien dalam

menyelesaikan tugas

13, 14

15, 16

17, 18

19, 20

D. Populasi dan Sampel

1.Populasi

Populasi menurut Sangadji dan Sopiah (2010:185) adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek dengan kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan, populasi bisa berupa manusia, hewan,

tumbuhan, produk, bahkan dokumen.

Page 51: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

31

Dari penjelasan diatas maka kesimpulan bahwa populasi yang peneliti akan

pilih adalah manusia atau orang-orang yang menjabat di dalam organisasi

pemerintahan desa dan warga desa yang dipimpin, untuk mendukung

penelitian ini, jumlah anggota organisasi pemerintahan desa purworejo ada 26

orang dan 4 orang warga desa, jadi total ada 30 orang.

Tabel 2. Populasi

Sekertaris Kampung 1 orang

Kepala urusan 5 orang

Kepala dusun 4 orang

Ketua RT 14 orang

Ketua karang taruna 1 orang

LPMK 1 orang

Ketua Gapoktan

Ketua Karang Taruna

Ketua Pemuda

1 orang

1 orang

2 orang

2.Sampel

Sampel menurut Sangadji dan Sopiah (2010:186) adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki populasi, teknik sampling yang peneliti pakai

adalah Quota Sample dimana dalam memilih sampel peneliti menetapkan

jumlah tertentu dan kriterianya, kriterianya adalah orang yang memiliki

persyaratan ciri-ciri populasi tanpa menghiraukan darimana asal subjek

selama masih dalam populasi, ikut dalam organisasi pemerintahan desa dan

warga yang dipimpin. Jadi total sampel yang peneliti ambil adalah 30 orang.

Page 52: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

32

Menurut Suharsimi (Firdaus 2012:33) dengan jumlah sampel 30 orang, maka

penelitian ini disebut penelitian populasi atau sensus karena kurang dari 100

orang.

E. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang akan digunakan berasal dari data primer

dan sekunder.

1. Data primer yang digunakan dan diperoleh dari lokasi penelitian

langsung, data primer dalam penelitian ini adalah hasil perolehan skor

kuisioner yang diberikan kepada pihak-pihak yang berkompeten dalam

hal ini adalah anggota organisasi pemerintahan Kampung Purworejo.

2. Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari sumber yang

terkait dengan penelitian,seperti buku, majalah, jurnal, atau literatur lain

yang berguna bagi penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuisioner, yaitu daftar pertanyaan terbuka yang diajukan kepada

responden penelitian yaitu anggota organisasi pemerintahan Kampung

Purworejo untuk mendapatkan gambaran yang sesuai dengan

permasalahan yang akan diteliti.

Page 53: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

33

Kuisioner disebarkan pada tanggal 1 oktober 2015 dan kemudian

diambil kembali tanggal 8 oktober 2015

2. Observasi, pada saat observasi peneliti mengamati dan menggali

informasi mengenai perilaku dan kondisi lingkungan penelitian menurut

kondisi sebenarnya, pengamatan dilakukan di desa Puworejo karena

lokasi ini penelitian dilakukan untuk mengetahui penerapan gaya

kepemimpinan situasioal yang dilakukan Kepala Kampung Purworejo,

pengamatan dilakukan saat Kepala Kampung Memberikan tugas atau

memberikan tanggung jawab kepada bawahannya dan melihat

interaksinya.

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah data dari lapangan sudah terkumpul maka tahap selanjutnya yang

dilakukan adalah mengolah data tersebut, dan teknik yang digunakan dalam

mengolah data adalah:

1.Editing

Setelah data didapat maka pemeriksaan data yang sudah diperoleh untuk

menghindari kekeliruan dan kesalahan, pemerikasaan ini berguna bagi

keabsahan dan kesempurnaan data yang diperoleh demi mengahasilkan

penelitian yang akurat.

Page 54: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

34

2.Kode (Coding)

Setelah melakukan penelitian maka proses kode untuk identifikasi dan

klarifikasi data penelitian kedalam skor numerik atau karakter simbol

dilakukan.

3.Pemberian skor.

Pemberian skor dilakukan dengan memberi klasifikasi dan kategori atas

jawaban dari pertanyaan kuisioner sesuai tanggapan responden, responden

menjawab pertanyaan kuisioner dengan memberi tanda ceklis pada jawaban

yang ada pada lembar kuisioner, setiap jawaban reponden diberi nilai skor

atau bobot yang disusun secara bertingkat berdasarkan skala likert, skor yang

diberikan pada tiap-tiap pertanyaan adalah sebagai berikut:

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2 = Tidak Setuju (TS)

3 = Kurang Setuju (KS)

4 = Setuju (S)

5 = Sangat Setuju (SS)

4.Tabulasi

Setelah data didapat maka dilakukan proses memasukan data-data kedalam

tabel-tabel agar lebih mudah di interpretasikan secara kuantitatif.

Page 55: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

35

H. Pengujian Instrumen

1.Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk, uji reabilitas akan dilakukan

dengan metode one shot atau pengukuran sekali saja suatu kuisioner akan

dikatakan reliabel bila memberikan nilai Cronbach alpha >0,70 Nunnaly

(Ghozali 2013:47).

2.Uji Validitas

Menurut Ghozali (2013:52) Uji ini dipakai untuk menentukan sah atau

validnya suatu kuisioner, kuisioner dikatan valid jika pertanyaan pada

kuisioner itu mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang dapat diukur oleh

kuisioner tersebut.

I. Teknik Analisis Data

1.Analisis Korelasi

Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan

situasional dengan kematangan bawahan, peneliti menggunakan rumus

korelasi spearman’s Rho (rs), rumus korelasi Spearman dirumuskan sebagai

berikut:

Page 56: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

36

6 i 2

rs = 1

n(n2 -1)

Keterangan:

rs = Koefisien Korelasi rank

b = Selisih rank

n = Banyaknya pasangan rank

menurut pendapat D.A. de Vaus untuk untuk dapat memberikan penafsiran

terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil maka

dapat berpedoman pada:

Tabel 3. Indikator Tingkat Hubungan Korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 Tidak ada hubungan

0,01-0,09 Hubungan kurang berarti

0,10-0,29 Hubungan lemah

0,30-0,49 Hubungan moderat

0,50-0,69 hubungan kuat

>0,70 Hubungan sangat kuat

Uji korelasi menggunakan korelasi Spearman’s Rho (rs) dengan tujuan

menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan

terikat. Penelitian ini ingin melihat hubungan gaya kepemimpinan situasional

dengan kematangan bawahan.

2.Uji Hipotesis

Dasar pengambilan keputusan Nilai korelasi Spearman hitung ini rs hitung ini

lalu diperbandingkan dengan Spearman Tabel /rs tabel dengan nilai

signifikansi 0,01 .Keputusan diambil dari perbandingan tersebut jika nilai rs

hitung > rs tabel, kemudian dasar pengambilan keputusan tingkat hubungan

yang signifikan atau tidaknya menggunakan syarat jika nilai sig hitung <

Page 57: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

37

signifikansi 0,01, maka hipotesis Ha tentang adanya hubungan yang positif

dan signifikan dapat diterima dan Ho tentang tidak adanya hubungan yang

signifikan ditolak dan Jika nilai rs hitung > rs tabel dan jika nilai sig hitung <

signifikansi 0,01 , maka hipotesis Ha tentang adanya hubungan yang

signifikan ditolak dan Ho tentang tidak adanya hubungan yang signifikan

diterima.

Page 58: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

38

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Kecamatan Kotagajah dan Desa Purworejo

Kecamatan Kotagajah berdiri sejak tahun 1994 sebagai Kecamatan Pembantu

asalnya pecahan Kecamatan Punggur, yang dimekarkan ada 6 (enam) Desa.

Kotagajah menjadi kecamatan Defnitif berdasarkan Perda no.10/2001 tentang

pembentukan 13 Kecamatan Wilayah Kabupaten Lampung Tengah, sejak

tanggal 14 Agustus 2001. Desa Purworejo berdiri pada 19 Maret 1956, berada

pada kecamatan Kotagajah Kabupaten Lampung Tengah yang memilki luas

wilayah 525 Ha terdiri dari 4 Dusun dan 14 RT.

B. Luas Wilayah Dan Batas Desa

Desa Purworejo memilki luas wilayah 525 Ha terdiri dari 4 Dusun dan 14 RT

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kotagajah, Pasar dua.

2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Purwosari

3. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Bangunrejo

4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sumberjo

Page 59: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

39

Secara geografis Desa Purworejo merupakan daerah daratan dengan

ketinggian 2700 M dari permukaan laut memiliki curah hujan 247.858.833

mm/th dengan dataran rendah suhu udara rata-rata 36 derajat.

Jarak dari Desa Purworejo

a. Kepusat Pemerintahan kecamatan 3 Km

b. Jarak antara Ibu Kota Kabupaten 17 Km

c. Jarak dari Ibu Kota Propinsi 76 Km

d. Jarak dari Ibu Kota Negara 270 Km

C. Struktur Organisasi Desa Purworejo

Struktur organisasi pemerintahan desa Purworejo dipimpin oleh seorang

Kepala Desa yang membawahi beberapa orang yang membantu menjalankan

pemerintahan dan menjalankan tugas pemerintahan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah menyebutkan bahwa Kecamatan merupakan perangkat daerah

Kabupaten Kota yang dipimpin oleh Kepala Kecamatan yang disebut Camat.

Camat diangkat oleh Bupati Walikota atas usul Sekretaris Daerah dari

Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. Selanjutnya camat menerima

pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati Pemerintah

Kabupaten Lampung Tengah kemudian Camat membawahi Kepala Desa.

Unsur jumlah dan kualitas pegawai Desa merupakan salah satu yang terhadap

beban kerja yang dipikul oleh Kepala Desa. Kualitas dan kuantitas pegawai

yang memadai akan memungkinkan Kepala Desa mendelegasikan

Page 60: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

40

wewenangnya terutama untuk hal-hal yang bersifat teknis kepada

bawahannya. Sehingga sebagai manajer, Kepala Desa memiliki cukup waktu

untuk membina wilayah ataupun menyusun pemikiran-pemikiran yang

bersifat strategis.

Citra organisasi Desa dimata masyarakat sangat tergantung pada kehandalan,

profesionalisme serta sikap dan tingkah laku mereka. Oleh karena itu upaya

meningkatkan mutu pelayanan aparatur di tingkat Desa terlebih dahulu

dimulai dengan meningkatkan dan mengembangkan keterampilan kelompok

strategis tersebut. Hal ini sesuai dengan kebijakan nasional mengenai

pengembangan sumber daya manusia, pengembangan diarahkan kepada jalur

professional.

Daya guna dan hasil guna suatu organisasi dipengaruhi pula oleh kualitas

personilnya. Sejalan dengan tuntutan perkembangan masyarakat peningkatan

keterampilan perangkat kecamatan dilaksanakan secara berkesinambungan,

seperti kursus, pelatihan, seminar, dan lain-lain yang ada saat ini lebih banyak

ditujukan kepada camat, sehingga menimbulkan kesenjangan pengetahuan

antara manajer puncak dengan bawahannya. Ada beberapa kursus yang

seharusnya dapat dilimpahkan kepada perangkat kecamatan namun tidak

dilimpahkan.

Page 61: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

41

Tabel 4. Jumlah penduduk yang ikut dalam struktur organisasi pemerintahan desa

No Jabatan Jumlah

1

2

3

4

5

6

Kepala Desa

Sekretaris Desa

Kepala Urusan

Kepala Dusun

Ketua RT

Ketua LPMK

1

1

5

4

14

1

Jumlah 26 orang

Sumber : Profil Desa Purworejo

Berdasarkan tabel diatas maka jumlah orang yang ikut dalam struktur

pemerintahan desa Purworejo adalah berjumlah 26 orang.

D. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Aparatur Desa

a. Kepala Desa

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa Purworejo dari calon yang

memenuhi syarat. Kepala Desa memimpin penyelenggaraan pemerintahan

desa berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan bersama Badan

Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD dan

menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati dengan

tembusan kepada camat. Secara rinci dapat diketahui bahwa tugas Kepala

Desa, yakni:

Sebagai alat pemerintah, dan Pemerintah Daerah, dan alat Pemerintah Desa

yang memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Page 62: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

42

Tugas dan Wewenang Kepala Desa

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintah Desa.

2. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa

3. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan Aset Desa.

4. Menetapkan peraturan Desa.

5. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa.

6. Membina kehidupan masyarakat desa.

7. Membina dan meningkatkan perekonomian desa

8. mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk

sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa.

9. Mengembangkan sumber pendapatan desa.

10. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

11. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa.

12. memanfaatkan teknologi tepat guna.

13. Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

Page 63: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

43

14. Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; dan

15. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Kewajiban

Untuk melaksanakan tugas tersebut, kepala desa mempunyai kewajiban :

1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta

mempertahankan dan memlihara keutuhan NKRI, dan Bhinneka Tunggak

Ika;

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

3. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa;

4. Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;

5. Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang bersih dan baik;

6. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;

7. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;

Page 64: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

44

Selain mempunyai kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas, Kepala

Desa mempunyai kewajiban juga untuk memberikan laporan

penyelenggaraan Pemerintah Desa kepada Bupati dan memberikan laporan

keterangan pertanggungjawaban kepada BPD serta menginformasikan

laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat.

b. Sekretaris Desa

Sebagai unsur staf pembantu Kepala Desa dan memimpin Sekretaris Desa

Tugasnya menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan di desa serta memberikan pelayanan administrasi Kepala

Desa.

Fungsinya untuk:

1. Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan;

2. Melaksanakan urusan keuangan;

3. Melaksanakan tugas dan fungsi Kepala Desa berhalangan melakukan

tugasnya.

c. Kepala Urusan

Kedudukan kepala urusan yaitu sebagai unsur pembantu sekretaris desa

dalam bidang tugasnya. Tugas utama kepala urusan yaitu menjalankan

kegiatan-kegiatan sekretaris desa dalam bidang tugasnya masing-masing.

Page 65: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

45

Kepala Urusan Pemerintahan

a. Kedudukan:

sebagai unsur pembantu Sekretaris Desa dalam bidang pemerintahan

b. Tugas:

Menjalankan kegiatan Sekretaris Desa dalam bidang pemerintahan

c.Fungsi:

1. melaksanakan kegiatan pencatatan administrasi penduduk

2. melaksanakan kegiatan pencatatan RW, RT serta ketentraman dan

ketertiban

3. Melaksanakan kegiatan pencatatan buku keputusan desa, buku tanah,

buku aparata desa, buku kekayaan desa, dan buku jumlah penduduk

4. Merumuskan progam kegiatan Sub Tata Pemerintahan Desa berdasarkan

hasil evaluasi kegiatan tahun lalu sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku serta sumber data yang tersedia sebagai pedoman

pelaksanaan kegiatan;

5. Menjabarkan perintah atasan melalui pengkajian permasalahan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku agar pelaksanaan tugas

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan kebijakan atasan;

6. Membagi tugas bawahan sesuai bidang tugasnya baik secara lisan

maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas;

Page 66: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

46

7. Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Sub Bagian di lingkungan

Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan instansi terkait baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan masukan, data dan

informasi untuk memperoleh hasil kerja yang optimal;

8. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan kebijakan Bupati di bidang

Tata Pemerintahan Desa;

9. Melaksanakan pengkajian dan penelitian dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa;

10. Melaksanakan monitoring penyelenggaraan pemerintahan desa dan

melakukan inventarisasi permasalahan yang muncul dalam

penyelenggaraan pemerintah desa;

11. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan menilai prestasi kerja bawahan

secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia sesuai ketentuan

yang berlaku;

12. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai dasar

pengambilan kebijakan;

13. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan baik secara lisan

maupun tertulis sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan

tugas.

Page 67: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

47

Kepala Urusan Pembangunan

a. kedudukan:

Sebagai unsur pembantu Sekretaris Desa dalam bidang pembangunan

b. Tugas:

Menjalankan kegiatan Sekretaris Desa dalam bidang pembangunan

c. Fungsi:

1. Melaksanakan pembinaan masyarakat di wilayah dusun

2. Melakasanakan pencatatan mutasi penduduk yang meliputi datang,

pindah, lahir, dan mati.

3. Menggerakan gotong-royong masyarakat dusun.

4. Penyiapan bantuan-bantuan analisa dan kajian perkembangan ekonomi

masyarakat;

5. Pelaksanaan kegiaatan administrasi pembangunan;

6. Pengelolaan tugas pembantuan;

7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa

Kepala Urusan Umum

a. Kedudukan

Sebagai unsur pembantu Sekretaris Desa dalam bidang pemerintahan

b. Tugas

Menjalankan kegiatan Sekretaris Desa dalam bidang umum

Page 68: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

48

c. Fungsi

1. Menerima, mencatat, dan mengendalikan surat-surat masuk dan keluar

serta melaksanakan tata kearsipan

2. Melaksanakan persiapan penyelenggaraan rapat dan penerimaan tamu

dinas dan urusan rumah tangga desa pada umumnya.

3. Melaksanakan, menyediakan, menyimpan, dan mendistribusikan alat-alat

tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor

4. Menyelenggarakan penyusunan, pengetikan/penggandaan dan proses surat

menyurat beserta pengirimannya;

5. Mengatur dan menata surat-surat yang dimintakan tanda tangan Kepala

Desa/Carik;

6. Mengatur rumah tangga Sekretariat Desa, tamu-tamu, kebutuhan kantor,

penyimpanan dan pemeliharaannya, menyimpan, memelihara dan

mengamankan arsip, mensistematisasikan buku-buku inventaris,

dokumen-dokumen, absensi Perangkat Desa dan memberikan pelayanan

administratif kepada semua urusan;

7. Mengurus pemeliharaan kendaraan dinas, kebersihan kantor dan

sebagainya;

8. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala desa dalam bidang

umum;

Page 69: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

49

9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.

Kepala Urusan Keuangan

a. Kedudukan

Sebagai unsur pelaksanaan pemerintah desa di wilayah desa

b Fungsi

1. Penyususnan program dan rencana pemerintah desa dalam

penyelenggaraan keuangan desa

2. Penyususunan rencana dalam rangka pelayanan kepada masyarakat

dibidang keuangan Desa.

3. Penyusunan data laporan penyelenggaraan keuangana Desa,

4. Pelaporan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan keuangan Desa.

5. Mengelola administrasi keuangan Desa, mempersiapkan data guna

menyusun rancangan anggaran, perubahan dan perhitungan, penerimaan

dan pengeluaran keuangan Desa, melaksanakan tata pembukuan secara

teratur;

6. Menyelesaikan administrasi pelaksanaan pembayaran, upah dan gaji

perangkat desa;

7. Mengadakan penilaian pelaksanaan APBDes dan mempersiapkan secara

periodik program kerja di bidang keuangan;

Page 70: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

50

8. Membantu kelancaran pemasukan pendapatan Daerah, menginventaris

kekayaan Desa, Bondo Desa (luas, status, penggunaan dan lain-lain);

9. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Carik dalam bidang

keuangan; dan

10. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.

11. Melaksanakan penyusunan anggaran serta ketatausahaan, membantu

tugas-tugas dibidang perpajakan dan menyususn pertanggungjawaban

keuangan

Kepala Urusan Kesejahteraan

a. Tugas

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa meliputi pembinaan

dibidang agama, kesehatan, pendidikan, olahraga, dan kesenian.

2. membantu kepala desa dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis

3. penyususan program keagamaan serta melaksanakan program

pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasayrakatan.

Page 71: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

51

b. Fungsi

1. Penyiapan dan pelaksanaan program perkembangan kehidupan beragama

2. penyiapan bahan pelaksaan program, pemberdayaan masyarakat dan

sosial kemasyarakatan.

3. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Desa.

d. Kepala Dusun

a .Kedudukan

Sebagai unsur pelaksanaan pemerintah Desa di wilayah Desa

b. Tugas

Melaksanakan tugas-tugas Kepala Desa di Wilayah Desa

c. Fungsi

1. Melaksanakan pembinaan masyarakat di Wilayah Desa

2. Melaksanakan pencatatan mutasi penduduk yang meliputi dating, pindah,

lahir, dan mati.

3. Menggerakan gotong-royong masyarakat Desa

Page 72: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

52

E. Demografi

Penduduk Desa Purworejo terdiri atas berbagai suku bangsa (Heterogen),

tidak hanya masyarakat bersuku Lampung tapi terdapat banyak suku lainnya

seperti Jawa, Bali, Palembang, Sunda, bahkan Tiong hoa. Menurut data

sampai Oktober tahun 2012 jumlah penduduk yang ada di Desa Purworejo

yaitu sebanyak 2.948 jiwa yang terdiri dari 1.386 laki-laki dan 1.562

perempuan.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut usia di Desa Purworejo

No. Kelompok Umur Jumlah Jiwa

1

2

3

4

0-6 Tahun

7-12 Tahun

13-18 Tahun

18 Tahun Keatas

375

532

968

1.073

Jumlah 2.948

Sumber : Profil Desa Purworejo

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa untuk jumlah

penduduk bila dilihat dari kelompok umur dapat disimpulkan untuk jumlah

penduduk yang ada pada masing-masing kelompok umur tersebut paling

banyak adalah pada kelompok umur 19 tahun keatas yaitu sebanyak 1.073

jiwa.

F. Sosial Ekonomi

Hampir sebagian penduduk yang ada di Desa Purworejo memiliki mata

pencaharian sebagai buruh, Pedagang, Petani, dan PNS yang secara rinci

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 73: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

53

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang)

1

2

3

4

PNS

Pedagang

Petani

Tukang

97

197

486

124

Jumlah 904

Sumber: Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian, Desa Purworejo

Pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan

mata pencaharian yang ada di Desa Purworejo yang terbagi menurut jenis

kelamin dan pekerjaannya, yaitu penduduk yang bekerja sebagai PNS yang

sebanyak 97 orang dan untuk penduduk yang bekerja sebagai pedagang yaitu:

sebanyak 197 orang, untuk penduduk dengan pekerjaan petani sebanyak 486

orang, untuk penduduk dengan pekerjaan sebagai tukang sebanyak 124 orang.

Dalam tabel diatas, maka terlihat jelas bahwa jumlah penduduk pada masing

masing bagian pekerjaan paling banyak didominasi oleh penduduk yang

memiliki pekerjaan sebagai petani.

Page 74: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

54

G. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Desa Purworejo yang secara

rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah (orang)

1

2

3

4

5

6

Sarjana

Sarjana Muda

SMU

SLTP

SD

Tidak Bersekolah

152

238

962

428

535

633

Jumlah 2.948

Sumber : Profil Desa Purworejo

Tabel di atas menerangkan bahwa jumlah penduduk di Desa Purworejo

berdasarkan tingkat pendidikan yaitu terbagi dari penduduk yang memeiliki

tingkat pendidikan Sarjana berjumlah 152 orang, Sarjana Muda berjumlah

238 orang, SMU berjumlah 962 orang, SLTP berjumlah 428 orang, SD

berjumlah 535 orang. Dilihat dari jumlah penduduk menurut tingkat

pendidikannya tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk

yang ada di Desa Purworejo didominasi oleh pendidikan SMU.

Page 75: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

108

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa

1. Terdapat hubungan yang sangat kuat dan arah hubungan yang positif

antara gaya kepemimpinan situasional dengan kematangan bawahan

sehingga Ha diterima dan Ho ditolak hubungan ini ditunjukan dengan nilai

hasil perhitungan menggunakan aplikasi pengolah data SPSS 16 dengan

nilai korelasi 0,91 atau 91% yang bila dibandingkan dengan spearman

tabel maka di dapatkan perbandingan nilai 0.91 > nilai interval dari 0,70

yang berarti hubungan sangat kuat dan arah hubungan yang positif.

2. Terdapat hubungan yang signifikan positif antara gaya kepemimpinan

situasional dengan kematangan bawahan dengan sehingga Ha diterima dan

Ho ditolak, hubungan ini ditunjukan diperoleh hasil pengolahan data dari

variabel X dan Y dengan nilai sig (2 tailed) korelasi 0,0 yang ada pada

tabel 36 yang kemudian dibandingkan dengan nilai signifikansi yang

nilainya 0,01 dengan dasar ketentuan jika nilai sig hitung < signifikansi 0,1

maka terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut,

kemudian ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

Page 76: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

109

antara variabel X dengan Y yang dibuktikan dengan nilai sig hitung 0,0 <

nilai signifikansi 0,01 dengan demikian kesimpulannya adalah Ho ditolak

dan Ha diterima.

3. Dari keempat indikator gaya kepemimpinan situasional, yang paling

mencolok adalah indikator gaya direktif dengan hasil cukup efektif dan

memperoleh nilai 63,33% dari 30 orang responden, hal ini menunjukkan

bahwa Kepala Desa Purworejo dalam menjalankan tugas

kepemimpinannya lebih terlihat mengutamakan gaya direktif dalam

memerintah dan dalam tugas kepemimpinannya kepada anggota organisasi

desa Purworejo.

4. Dari keempat indikator kematangan bawahan, yang paling dominan ada di

desa Purworejo adalah kematangan bawahan yang berada pada

kematangan sedang ke tinggi dengan memperoleh nilai 70% dari 30

responden yang masuk kategori sedang.

5. Dari keempat indikator itu yang paling besar kesesuaian hubungannya

antara variabel X dan Y adalah pada gaya direktif dengan kematangan

rendah dengan memperoleh nilai rata-rata 61,65% dibandingkan dengan

indikator yang lain.

Page 77: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

110

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang peneliti kemukakan, maka peneliti

mengemukakan saran yang dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan

antara lain:

1. Kepada kepala desa Purworejo diharapkan mampu untuk mempertahankan

atau menambah kefektifan gaya kepemimpinan situasional dan lebih

mempererat hubungan kepada bawahan agar dalam kepemimpinannya

mampu untuk menginstruksikan, memberikan konsultasi, melakukan

partisipasi dan, mampu untuk mempercayakan kan tugas kepada bawahan,

sehingga bawahan juga secara tidak langsung bisa diarahkan kearah yang

lebih baik.

2. Dengan hasil penelitian ini diharapkan kepala desa Purworejo terus

mempertahankan sikap kepemimpinan situasional ini terhadap bawahanya

dan mampu untuk melaksankan tugas pokoknya membangun desa

Purworejo.

3. Kepada anggota organisasi pemerintahan desa purworejo untuk tidak

segan-segan berbicara meminta bimbingan atau saran kepada warga atau

pemimpin dalam bekerja melayani masyarakat, dan kepada Kepala desa

agar mampu dan mau melaksakan tugas yang diberikan dan menyelesaikan

tugas yang ada.

Page 78: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

Daftar Pustaka

CST, Kansil. 2003. Sistem Pemerintahan Indonesia.Bumi Aksara.Jakarta.

Firdaus, M. Aziz. 2012. Metode Penelitian. Tanggerang. Jelajah Nusa.

Ghozali, H. Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM

SPSS 21. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kartono, Kartini. 1983, Pemimpin dan Kepemimpinan Apakah Kepemimpinan

Abnormal Itu. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Morissan, dan Andy, Hamid Farid. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta.

Prenada Media Group.

Pasolong, Harbani. 2008. kepemimpinan Birokrasi. Bandung. Penerbit Alfabeta.

Rivai,Veithzal. 2006. Kiat Kepemimpinan Dalam Abad ke 21. Jakarta. Murai

Kencana.

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan

Praktis Dalam Penelitian. Yogyakarta. Penerbit ANDI.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai .Jakarta.

LP3S.

Stoner, James A. F. dkk. 1996. Manajemen. Jakarta. PT Indeks Gramedia Group.

Surianigrat, Bayu. 1985. Pemerintahan Administrasi Desa dan Kelurahan.Jakarta

.Aksara Baru.

Page 79: HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN …digilib.unila.ac.id/23773/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DENGAN KEMATANGAN BAWAHAN (Studi

Syafi’ie, Inu Kencana. 2009. Kepemeimpinan Pemerintahan Indonesia. Bandung.

Refika Aditama.

Usman, Husaini dan Purnomo Stiadi. 2004. Metodelogi Penelitian Sosial. Bumi

Aksara. Jakarta.

Yukl, Gary. 1998. Kepemimpinan Dalam Organisasi.Jakarta. Prehalindo.

Sumber Skripsi dan Jurnal

Brahmasari, Ida Ayu. Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Situasional

dan, Pola Komunikasi Terhadap Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan pada

PT Central Proteinaprima Tbk. Jurnal Aplikasi Manajeman Vol. 7, No. 1,

Februari 2009

Hidayat, Nurul. Pengaruh Gaya Kepemipinan Situasional dan Budaya Organisasi

Terhadap kepuasan Kerja,Jurnal administrasi bisnis Vol. 4, No. 4 tahun 2013

Runtu, Jesie Grace. Gaya Kepemimpinan Camat Dalam Peningkatan Pelayanan

Publik di Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan, Jurnal Governance

Vol. 5 No. 1 Tahun 2013

Dokumen:

Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Website

http://www.rumusstatistik.com/2013/07/uji-hipotesis-rata-rata-satu-populasi.html

(5 mei 2015)

http://setabasri01.blogspot.com/2012/04/uji-korelasi-spearman-dengan-spss-

dan.html (13 mei 2015)

http://hariscompwt.blogspot.com/2013/03/uji-korelasi-spearman-dengan-spss-

dan.html (13 mei 2015)