21
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Terry (1972) kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin. Menurut Stogdill(1950) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisir dalam usaha mereka menetapkan tujuan dan mencapai tujuan. Dalam kehidupan ini, semua orang adalah pemimpin terhadap dirinya sendiri. Jadi semua orang memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya. Tetapi kepemimpinan yang seperti apakah yang mereka miliki. Sulit untuk di ketahui gaya kepemimpinan apa yang kita miliki. Ada beberap teori kepemimpinan yang di ketahui antara lain, kepemimpinan karismatik, transpormasional, situasional, transaksional, dan lain-lain. Dalam makalah ini, kami menjelaskan salah satu dari teori kepemimpinan yaitu kepemimpinan situasional yang dimana kami menggali teori yang menjelaskan tentang kepemimpinan situasional ini. Mulai dari pengertian hingga penyseuaiannya.

kepemimpinan situasional

  • Upload
    hayun

  • View
    239

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahan tugas kepemimpinan situasional

Citation preview

14

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Terry (1972) kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin. Menurut Stogdill(1950) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisir dalam usaha mereka menetapkan tujuan dan mencapai tujuan.

Dalam kehidupan ini, semua orang adalah pemimpin terhadap dirinya sendiri. Jadi semua orang memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya. Tetapi kepemimpinan yang seperti apakah yang mereka miliki. Sulit untuk di ketahui gaya kepemimpinan apa yang kita miliki. Ada beberap teori kepemimpinan yang di ketahui antara lain, kepemimpinan karismatik, transpormasional, situasional, transaksional, dan lain-lain.

Dalam makalah ini, kami menjelaskan salah satu dari teori kepemimpinan yaitu kepemimpinan situasional yang dimana kami menggali teori yang menjelaskan tentang kepemimpinan situasional ini. Mulai dari pengertian hingga penyseuaiannya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian kepemimpinan situasional?

2. Bagaimana gaya kepemimpinan situasional?

3. Bagaimana keterampilan kepemimpinan situasional?

4. Bagaimana penyesuaian gaya kepemimpinan situasional?

C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian kepemimpinan situasional

2. Mengetahui gaya kepemimpinan situasional

3. Mengetahui model-model kepemimpinan situasional

4. Mengetahui keterampilan kepemimpinan situasional

5. Mengetahui untuk mengetahui kepemimpinan situasional

6. Mengetahui Penyesuaian gaya kepemimpinan situasional

II. PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan Situasional

Teori kepemimpinan situasionalatauthe situational leadership theoryadalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis bukuSituational Leader, danKen Blanchard, pakar dan penulisThe Minute Manager, yang kemudian menulis pula bukuManagement of Organizational Behavior(sekarang sudah terbit dalam edisi yang ke-9). Teori ini pada awalnya diintrodusir sebagai Life Cycle Theory of Leadership. Sampai kemudian pada pertengahan 1970an Life Cycle Theory of Leadership berganti dengan sebutan Situational Leadership Theory. Di akhir 1970an dan awal 1980an, masing-masing penulis mengembangkan teori kepemimpinannya sendiri-sendiri. HerseymengembangkanSituational Leadership Model dan Blancard mengembangkanSituational Leadership ModelII.

Definisi kepemimpinan situasional adalah a leadership contingency theory that focuses on followers readiness/maturity. Inti dari teori kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya.

Jadi kepemimpinan situasional merupakan suatu proses, usaha, seni membujuk dan mempengaruhi orang lain untuk bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan yang didasarkan pada situasi tertentu.

B. Dasar Model Kepemimpinan Situasional

1. Kadar bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan (perilaku tugas).

2. Tingkat kesiapan atau kematangan yang diperhatikan oleh anggota dalam melaksanakan tugas dan fungsi mereka dalam mencapai tujuan tertentu.

3. Kadar dukungan sosio emosional yang disediakan oleh pemimpin (perilaku hubungan).

C. Pendekatan Situasional

Pendekatan ini menekankan pada pentingnya factor-faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pemimpin, sifat lingkungan eksternal, dan karakteristik para pengikut. Pendekatan ini berasumsi tidak satupun sifat yang secara umum dimiliki oleh pemimpin dan tidak satupun gaya yang efektif untuk semua situasi oleh karena itu, para ahli mencoba mencari beberapa faktor dalam setiap situasi yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan tertentu, seperti:

1. Tuntutan tugas

2. Harapan dan perilaku rekan

3. Karakteristik

4. Budaya organisasi dan kebijakannya.

D. Model Kepemimpinan Situasional

1. Model kepemimpinan Situasional menurut Hersey dan Blanchard

Hersey dan Blanchard mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif bervariasi dengan kesiapan karyawan, yang disebut dengan kematangan karyawan (pengikut). Hubungan pimpinan dan pengikut bergeser melalui empat fase menurut tingkat kematangan pengikut dan perubahan gaya kepemimpinan si pemimpin. Tingkat kematangan pengikut diharapkan berkembang sedikit demi sedikit sehingga pemimpin dapat mengurangi peranannya menurut fase perkembangan tingkat kematangan para pengikut. Hubungan situasional dapat dilihat pada gambar berikut:

Situational Leadership Model by Paul Hersey and Ken BlanchardKeterangan:a. S1:Telling(Pemberitahu) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah (R1). Ini menekankan perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas. Gaya kepemimpinan telling(kadang-kadang disebutdirecting) adalah karakteristik gaya kepemimpinan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara langsung.b. S2:Selling(Penjual) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat (R2). Ini menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun ia menggunakan komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara emosional terhadap individu atau kelompok guna memotivasi dan rasa percaya diri pengikut, serta mendengarkan saran input terhadap keputusan yang akan diambil. Gaya ini muncul kala kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat individu atau kelompok belum siap mengambil tanggung jawab penuh atas proses dalam pekerjaan.c. S3:Participating(Partisipatif) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi moderat (R3). Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau kelompok untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar individu atau kelompok.d. S4:Delegating(Pendelegasian) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi (R4). Ini menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan.

Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu:tingkat kesiapan/kematanganindividu atau kelompok sebagai pengikut dangaya kepemimpinan.

a. Tingkat Kesiapan Pengikut (Follower Readiness)Gaya kepemimpinan yang tepat bergantung pula oleh kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut. Teori kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat level kesiapan pengikut dalam notasi R1 hingga R4. Tingkat kesiapan/kematangan pengikut ditandai oleh dua karakteristik sebagai berikut:1) theability and willingness for directing their own behavior: kemampuan dan kemauan untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri.2) the extent to which people have and willingness to accomplish a specific task: sejauh mana orang memiliki kemauan untuk menyelesaikan tugas tertentu.Berdasarkan kriteria mampu dan mau, maka diperoleh empat tingkat kesiapan/kematangan para pengikut sebagai berikut:

Keterangan:

a) R1:Readiness 1 Kesiapan tingkat 1 menunjukkan bahwa pengikut tidak mampu dan tidak mau mengambil tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas. Pada tingkat ini, pengikut tidak memiliki kompetensi dan tidak percaya diri (dikatakan Ken Blanchard sebagai The honeymoon is over).b) R2:Readiness 2 Menunjukkan pengikut tidak mampu melakukan suatu tugas, tetapi ia sudah memiliki kemauan. Motivasi yang kuat tidak didukung oleh pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas.c) R3:Readiness 3 Menunjukkan situasi di mana pengikut memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas. Tetapi pengikut tidak mau melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpinnya.d) R4:Readiness 4 Menunjukkan bahwa pengikut telah memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas, disertai dengan kemauan yang kuat untuk melaksanakannya.

b. Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku/perilaku yang ditampilkan ketika orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain sebagaimana mereka sendiri menganggap demikian. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dari satu situasi ke situasi lain. Tiga gaya kepemimpinan yang pokok yaitu gaya kepemimpinan Otokratis, Demokratis, Laissez Faire adapun pengembangannya menghasilkan beberapa teori gaya kepemimpinan, yaitu:

1) Gaya Kepemimpinan Otokratis

Gaya kepemimpinan Otokratis ini meletakkan seorang pemimpin sebagai sumber kebijakan. Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan dipandang sebagai orang yang melaksanakan perintah. Oleh karena itu bawahan hanya menerima instruksi saja dan tidak diperkenankan membantah maupun mengeluarkan ide atau pendapat. Dalam posisi demikian anggota atau bawahan tidak terlibat dalam soal keorganisasian. Pada tipe kepemimpinan ini segala sesuatunya ditentukan oleh pemimpin sehingga keberhasilan organisasi terletak pada pemimpin.

2) Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini memberikan tanggungjawab dan wewenang kepada semua pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi, anggota diberi kesempatan untuk memberikan usul serta saran dan kritik demi kemajuan organisasi. Gaya kepemimpinan ini memandang bawahan sebagai bagian dari keseluruhan organisasinya, sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Pemimpin mempunyai tanggungjawab dan tugas untuk mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi serta mengkoordinasi.

3) Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Pada prinsipnya gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak kepada para bawahan. Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan diserahkan sepenuhnya kepada bawahan. Dalam hal ini pemimpin bersifat pasif dan tidak memberikan contoh-contoh kepemimpinan. (Ngalim Purwanto, 1992:48-50)

4) Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik

Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikapover-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

5) Tipe Kepemimpinan Kharismatis

Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

6) Tipe Kepemimpinan Populistis

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7) Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

Dari beberapa gaya kepemimpinan tersebut akan mempunyai tingkat efektivitas yang berbeda-beda, tergantung pada faktor yang mempengaruhi perilaku pemimpin. Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya sangat dipengaruhi oleh faktor, baik yang berasal dari dalam diri pribadinya maupun faktor yang berasal dari luar individu pemimpin tersebut.

Dalam kenyataannya tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang terbaik karena:

a) Para pemimpin yang berhasil adalah mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan situasi

b) Pemimpin yang mau berhasil harus mampu memilih/menggunakan gaya yang mana pada suatu situasi tertentu.

c) Unsur-unsur yang mengurangi suatu gaya kepemimpipnan tertentu menjadi tepat guna adalah:

Unsur waktu

Tuntunan tugas

Iklim organisasi

Atasan

Kerabat kerja

Keterampilan

Harapan-harapan bawahan

2. Model Kepemimpinan Situasional menurut Fiedler

Fiedler berasumsi bahwa cukup sulit bagi manager untuk mengubah gaya managemen/kepemimpinan yang membuat mereka sukses. Alat ukur yang digunakan Fiedler adalah Least Preferred Co-Worker (LPC) atau teman sekerja yang paling tidak disukai dan sulit diajak bekerjasama. Cara menyatakan /menguraikan rekan sekerja yang paling tidak disukai, ada 2 yaitu:

a. Relatif Menguntungkan

Indikatornya bahwa ia suka memberi kebebasan, berorientasi pada hubungan antar manusia, dan memperhatikan perasaan anggota. Orang yang bersikap semacam ini menandakan seorang dengan LPC tinggi, yang mana orang ini menandakan sebagai pemimpin yang lebih memperhatikan prestasi hubungan.

b. Relatif Merugikan

Indikatornya bahwa ia cenderung mengatur, mengendalikan tugas, kurang memperhatikan aspek hubungan antar manusia dalam pekerjaan. Orang yang semacam ini menandakan seorang dengan LPC rendah, yang mana orang ini menandakan sebagai pemimpin yang lebih memperhatikan prestasi tugas

Situasi yang dijadikan variabel dalam dalam menentukan gaya kepemimpinan telah di identifikasikan oleh Fiedler, yaitu:

1) Hubungan pemimpin dengan anggota yang dinyatakan apakah baik atau kurang baik.

2) Struktur tugas yang dinyatakan sebagai terstruktur (mempunyai ketentuan, prusedur, langkah-langkah teratur), atau tidak terstruktur (peran yang dirasa masih meragukan dalam komite atau tim tertentu).

3) Posisi kekuasaan pemimpin yang dinyatakan apakah kuat atau lemah.

Ketiga situasi tersebut, dikombinasikan menjadi kombinasi-tiga, sehingga diperoleh delapan kombinasi-tiga. Selanjutnya sikap terhadap LPC dikombinasikan dengan delapan kombinasi. Suatu situasi yang dalam penelitian Fiedler menggambarkan situasi mana yang cocok bagi seorang pemimpin tertentu.

Fiedler telah menjawab kecaman, dan perdebatan mengenai validitas model. Namun, ketertarikan dalam teori ini telah melemah seiring waktu disaat teori situasional yang lebih baik dikembangkan. Sebagai teori kepemimpinan situasional yang pertama paling tidak model ini telah memberikan kontribusi yang baik sebagai pendorong ketertarikan yang lebih besar pada variable situasional dalam menjelaskan efektivitas seorang pemimpin.

III. PENUTUP

Kesimpulan

Kepemimpinan situasional merupakan suatu proses mempengaruhi yang didasarkan pada situasi tertentu. Dimana menurut kepemimpinan situasional ini tidak ada suatau gaya kepemimpinan yang paling efektif pada semua situasi, karena menurut metode ini gaya kepemimpinan dapat disesuaikan dengan karakter bawahan serta situasi yang dihadapi.

Gaya kepemimpinan situasional mempunyai tiga gaya kepemimpinan pokok, yaitu demokratik, otokratik, dan laissez faire. Namun pada pengembangannya timbul gaya kepemimpinan lain sesuai dengan perkembangan zaman. Model kepemimpinan situasional ada 2, yaitu:

1. Model kepemimpinan situasional Fiedler

Fiedler berasumsi seorang manager sangat sulit untuk mengerahkan bawahan sehingga muncul alat ukur untuk mengetahui tingkat loyalitas bawahan dengan menggunakan metode LPC (Least preferred co-worker), teman sekerja yang paling tidak disukai dan sulit diajak bekerja sama.

2. Model kepemimpinan Situasional Herley dan Blanchard

Menurut herley dan Blanchard gaya kepemimpinan bervariasi disesuaikan dengan tingkat kesiapan karyawan.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, A.Pi., MM. Modul Dasar-dasar Manajemen. Bogor: Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor, 2012.

Anonym. http://perilakuorganisasi.com/teori-kepemimpinan-situasional.html di unduh pada hari Senin, 03 Nopember 2014 tanggal 03 Nopember 2014 pukul 21.33.

Anonym. http://almaulidta.blogspot.com/2012/06/teori-kepemimpinan-situasional-hersey.html diunduh pada hari senin tanggal o3 nopember 2014 pada pukul 21;41.

Anonym. http://firmansyahdsini.blogspot.com/2012/04/teori-kepemimpinan-situasional.html diunduh pada hari senin, 03 nopember 2014 pukul 21:41.

Drs. Brantas, M. Pd. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta, 2009.

1

3

13