77
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SMKS KHAZANAH KEBAJIKAN TANGERANG SELATAN Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun Oleh : Rendika Fajryah Utami NIM 11161030000029 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN

KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA

SMKS KHAZANAH KEBAJIKAN

TANGERANG SELATAN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh :

Rendika Fajryah Utami

NIM 11161030000029

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

ii

Page 3: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

iii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

iv

Page 5: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan

Shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad SAW, berkat rahmat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Selama penelitian ini penulis menyadari

bahwa banyak sekali mendapatkan bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM selaku dekan FK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua

Program Studi Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh

staf dosen pengajar di prodi ini yang telah memberikan banyak ilmu kepada

penulis selama menjalani pendidikan di Program Studi Kedokteran FK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr.dr. Raendi Rayendra, SpKK., M.Kes dan dr. Fika Ekayanti, M.Med selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan

pikirannya dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama

penelitian ini berlangsung.

3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset Program

Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. dr. Rahmatina, Sp.KK dan dr. Sity Kunarisasi, MARS yang telah bersedia

menjadi penguji penulis dalam sidang skripsi penelitian ini.

5. Muhammad Sediawan selaku kepala sekolah SMKs Khazanah Kebajikan

Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian di Khazanah Kebajikan.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

vi

6. Seluruh keluarga besar terutama kedua orang tua tercinta, Darmadi, S.Pd dan

Renda Susanti, Str.Keb yang tak henti-hentinya memberikan dukungan moral,

materil dan doa sepanjang waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini.

7. Untuk adik-adik tercinta, Daffa Alhamiidu Rahman, Alwafi Khairil Hanif dan

Rania Talita Sakhi yang menjadi penyemangat penulis dalam menyelasaikan

penelitian ini.

8. Teman-teman satu kelompok riset, Rara Syifa Izdihariyah dan Salwa

Luthfianissofa yang telah berjuang dan bekerjasama dalam menyelesaikan

penelitian ini.

9. Teman-teman satu tempat pengambilan data riset “Pejuang Khazanah”, Rara

Syifa Izdihariyah, Salwa Luthfianissofa, Laksana Firman Latief dan Devin

Septia Bramanda yang telah bekerjasama selama penelitian.

10. Teman-teman SCOPE dan Official CIMSA FK UIN “locomotive”.

11. Seluruh teman seperjuangan saya, angkatan 2016 PACEMAKER FK UIN.

12. Sahabat tersayang “Nikah habis S.Ked”, Andi Asri Ainun Panggeleng, Rara

Syifa Izdihariyah, Salwa Luthfianissofa ,Ananda Chairia Maya Putri, Salsabilla

Alkhansa Ardifansya, Putri Amalia Nasution, dan Dheasita Permata.

13. Untuk sahabat terbaik saya, Hafidzah Khairi Dafnaz, Medisa Hardoseti,

Silvinia Humaira, Septia Hasanul Irsyad dan Nuwairy Elfurqony.

14. Seluruh responden yang sudah meluangkan waktunya untuk mengikuti

penelitian ini sampai selesai.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari

pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Ciputat, 1 November 2019

Page 7: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

vii

Penulis

ABSTRAK

Rendika Fajryah Utami. Program Studi Kedokteran. Hubungan antara tingkat

stress dengan kejadian akne vulgaris pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan

Tangerang Selatan. 2019.

Akne vulgaris pada remaja dapat disebabkan oleh pengaruh hormon. Stres diduga dapat

meningkatkan hormon androgen yang menyebabkan peningkatan produksi sebum dan

merangsang keratinosit yang dapat menyebabkan timbulnya akne vulgaris. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian

akne vulgaris. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan

pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel dengan total sampling dan

didapatkan responden sebanyak 175 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi. Penelitian ini menggunakan kuesioner tingkat stres DASS dan pemeriksaan

pada wajah untuk mendapatkan data. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 77,1%

siswa menderita akne vulgaris dengan penderita akne terbanyak berjenis kelamin laki-

laki (52,6%), berusia 17 tahun (37%), dan di kelas XII (37,8%). Setengah dari sampel

(50,9%) tidak mengalami stres. Siswa berjenis kelamin perempuan (52,3%), berusia 17

tahun (41,9%), dan di kelas XII (40%) paling banyak mengalami stres. Pada uji Chi-

Square didapatkan p = 0,972, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris.

Kata kunci: akne vulgaris, tingkat stres, remaja

ABSTRACT

Rendika Fajryah Utami. Medical Study Program. Correlation between stress

level and acne vulgaris in vocational students of Khazanah Kebajikan South

Tangerang. 2019.

Acne vulgaris in adolescents can be caused by hormonal. Stress can increase androgen

hormone that cause increase sebum production and stimulate keratinocyte cell and

cause of acne vulgaris. The purpose of this study is to know the correlation between

stress level and acne vulgaris. This study uses analytic observational method with

cross-sectional approach. Sampling method with total sampling and obtained a sample

of 175 students who met the inclusion and exclusion criteria.This study uses DASS

questionnaire and facial examination to obtain data. The results of this study found of

77,1% of students suffered from acne vulgaris with most male students (52,6%), aged

17 years old (37%) and in class XII (37,8%). half of the samples (50.9%) did not

experience stress. Female students (52,3%), aged 17 years old (41,9%) and in class XII

(40%) experienced stress the most. p value of 0.972 is obtained from Chi-square test,

which means there is no significant correlation between stress levels and acne vulgaris.

Keywords: acne vulgaris, stress level, adolescence

Page 8: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ........................................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... ii

DLEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii

DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3

1.3 Hipotesis ............................................................................................................. 3

1.4 Tujuan................................................................................................................. 3

1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 3

1.4.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4

1.5.1 Bagi Peneliti.............................................................................................. 4

1.5.2 Bagi Ilmu Pengetahuan ............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5

2.1 Landasan Teori ................................................................................................... 5

2.1.1 Definisi akne vulgaris................................................................................ 5

Page 9: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

ix

2.1.2 Epidemiologi Akne Vulgaris ..................................................................... 5

2.1.3 Faktor Resiko dan Etiologi Akne Vulgaris ................................................ 7

2.1.4 Patogenesis ............................................................................................... 9

2.1.5 Manifestasi Klinis .................................................................................... 11

2.1.6 Lesi pada Akne Vulgaris .......................................................................... 11

2.1.7 Diagnosis Akne Vulgaris .......................................................................... 15

2.1.8 Penatalaksanaan ....................................................................................... 16

2.1.9 Definisi Stres ........................................................................................... 18

2.1.10 Etiologi dan Sumber Stres ...................................................................... 18

2.1.11 Tingkatan stres ....................................................................................... 19

2.1.12 Pengukuran Tingkat Stres ....................................................................... 20

2.1.13 Respons Fisiologis Tubuh terhadap Stres................................................ 20

2.1.14 Hubungan stres dengan kejadian akne vulgaris ....................................... 21

2.2 Kerangka Teori Penelitian .................................................................................. 24

2.3 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................................. 25

2.4 Definisi Operasional Penelitian .......................................................................... 26

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 27

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 27

3.2.1 Tempat Penelitian .................................................................................... 27

3.2.2 Waktu Penelitian ...................................................................................... 27

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................................... 27

3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................................... 27

3.3.2 Sampel Penelitian ..................................................................................... 28

3.3.3 Besar sampel ............................................................................................ 28

3.4 Teknik Pengambilan Sampel .............................................................................. 29

Page 10: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

x

3.5 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 29

3.6 Prosedur Pengumpulan Data .............................................................................. 31

3.6.1 Tahap persiapan pengumpulan data .......................................................... 31

3.6.2 Tahap pengumpulan data .......................................................................... 31

3.7 Pengolahan Data ................................................................................................ 32

3.8 Analisa Data ...................................................................................................... 32

3.9 Etika Penelitian .................................................................................................. 33

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 34

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................................ 34

4.2 Karakteristik Responden .................................................................................... 34

4.3 Analisis Bivariat ................................................................................................ 36

4.4 Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Akne Vulgaris .................................. 38

4.5 Pembahasan ....................................................................................................... 38

4.6 Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 42

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 44

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 44

5.2 Saran .................................................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 45

LAMPIRAN ............................................................................................................... 50

Page 11: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bentuk Lesi Akne Vulgaris ...................................................................... 14

Tabel 2.2 Derajat Keparahan Akne Vulgaris Menurut GAGS ................................... 15

Tabel 2.3 Derajat Keparahan Akne Vulgaris Menurut Lehmann............................... 16

Tabel 2.4 Algoritma Tatalaksana Akne .................................................................... 17

Tabel 3.1 Pengkategorian Stres DASS ..................................................................... 31

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin .......................................... 34

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Usia ......................................................... 35

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Kelas........................................................ 35

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Status Akne Vulgaris ............................... 35

Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Tingkat Stres ............................................ 36

Tabel 4.6 Distribusi dan Frekuensi Akne Vulgaris ................................................... 36

Tabel 4.7 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Stres ..................................................... 37

Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Akne Vulgaris ......................... 38

Page 12: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patogenesis akne vulgaris ..................................................................... 10

Gambar 2.2 Komedo terbuka (blackheads) .............................................................. 11

Gambar 2.3 Komedo tertutup (whiteheads) .............................................................. 12

Gambar 2.4 Papul .................................................................................................... 12

Gambar 2.5 Pustul ................................................................................................... 13

Gambar 2.6 Nodul ................................................................................................... 13

Gambar 2.7 Pengaruh stres terhadap terjadinya akne vulgaris .................................. 21

Page 13: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan dan Informasi serta Informed Consent .................................. 50

Lampiran 2 Kuesioner .............................................................................................. 51

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian .......................................................... 52

Lampiran 4 Surat Persetujuan Etik ........................................................................... 53

Lampiran 5 Hasil Uji Statistik SPSS ........................................................................ 54

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian......................................................................... 61

Lampiran 7 Riwayat Penulis .................................................................................... 62

Page 14: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

xiv

DAFTAR SINGKATAN

IKKK = Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

FK UI = Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

RSCM = Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

CRF = Corticotropin Releasing Factor

ACTH = Adenocorticotropin Hormon

SMA = Sekolah Menengah Atas

SMK = Sekolah Menengah Kejuruan

UIN = Universitas Islam Negeri

HPA axis = Hypothalamus Pituitary Adrenal axis

P acnes = Propionibacterium acnes

GAGS = Global Acne Grading System

BPO = Benzoyl peroxide

DASS = Depression Anxiety Stress Scale

CRH = Corticotropin Releasing Hormone

DHT = Dihydrotestosterone

SPSS = Statistical Program for Social Science

Page 15: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akne vulgaris atau lebih umum dikenal dengan nama jerawat, adalah suatu

penyakit inflamasi kulit kronis yang mengenai kelenjar pilosebasea dengan

gambaran klinis berupa komedo, papul, kista, dan pustul. Umumnya terjadi pada

masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Tempat predileksi terjadinya akne vulgaris

yaitu di daerah yang banyak ditemukan kelenjar pilosebasea, terutama pada wajah,

bahu, lengan atas, dada, dan punggung.1,2

Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang umum, sekitar 80% remaja

dan dewasa muda mulai dari umur 11 sampai 30 tahun pernah mengalami akne

vulgaris.3 Berdasarkan The Global Burden of Skin Diseases in 2010 pada 187

negara, akne vulgaris menempati peringkat kedelapan penyakit dengan kasus

terbanyak secara global, dengan prevalensi sebanyak 9,4% atau sekitar 645 juta

kasus.4,5 Dari survei di kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus akne

vulgaris sedangkan menurut catatan studi Dermatologi Kosmetika Indonesia kasus

akne vulgaris terus mengalami peningkatan setiap tahun, di mana terdapat 60%

kunjungan pasien kulit pada tahun 2006 merupakan kasus akne vulgaris, 80% pada

tahun 2007, dan 90% pada tahun 2009.6

Berdasarkan laporan kunjungan pasien poliklinik devisi Dermatologi

Kosmetik Departemen IKKK FK UI/ RSCM Jakarta, jumlah kunjungan pasien

akne vulgaris pada tahun 2010 mencapai 2489 kali kunjungan, dengan jumlah

kasus baru mencapai 756 pasien (30,37%).6 Di Indonesia sendiri tidak ada data

nasional untuk akne vulgaris dan hanya ada data dari penelitian-penelitian terpisah

di beberapa daerah. Sebuah penelitian oleh Tjekyan di Palembang pada 5.204

Page 16: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

2

sampel (usia 14-21 tahun) mendapatkan hasil sebanyak 68,2% menderita akne

vulgaris, laki-laki (78,9%) lebih banyak dibandingkan perempuan (58,4%).

Page 17: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

2

Akne paling sering terjadi pada remaja, di mana prevalensi tertinggi usia

15-16 tahun pada wanita maupun pria, meskipun akne biasanya sudah muncul sejak

umur 9 tahun.7 Prevalensi akne vulgaris yang tinggi pada usia remaja diakibatkan

oleh perubahan hormon pada tubuh, terutama peningkatan hormon androgen, yang

mengakibatkan pembesaran kelenjar sebasea dan peningkatan sekresi sebum

sehingga mengakibatkan terbentuknya akne.8 Terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi keparahan akne vulgaris, mulai dari riwayat akne vulgaris di

keluarga, usia pubertas, fase premenstruasi, stres mental, dan makanan manis.9

Stres psikologis diduga dapat memengaruhi terjadinya akne vulgaris secara

signifikan.10 Stres psikologis merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya akne

vulgaris atau memperberat kondisi akne vulgaris yang telah ada.10 Stres psikologis

akan merangsang hipotalamus untuk memproduksi Corticotropin Releasing Faktor

(CRF) sehingga terjadi peningkatan kadar Adenocorticotropin Hormon (ACTH)

yaitu hormon androgen yang berperan penting dalam timbulnya jerawat.11

Stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri

individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara

harapan dan kenyataan yang diinginkan oleh individu, baik yang diinginkan yang

bersifat jasmaniah maupun rohaniah.12 Dalam proses pendidikan di sekolah siswa

tidak jarang juga mengalami stres karena ketidakmampuannya beradaptasi dengan

program di sekolah. Stres yang dialami siswa di lingkungan sekolah akan

terakumulasi terhadap gangguan psikologis dan penyakit fisik.13 Stres yang sering

dialami oleh siswa adalah stres akademik.14

Pada sebuah penelitian di departemen Dermatologi Klinik Fakultas

Kedokteran di Carolina Utara, Amerika tahun 2007 dengan sampel siswa sekolah

menengah yang berumur 14-15 tahun di Singapura, disebutkan pada keadaan stres

tinggi terjadi serangan jerawat yang cukup signifikan yaitu 95% pada siswa laki-

laki dan 92% pada siswa wanita.15 Beberapa penelitian di Indonesia juga

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan akne

vulgaris, seperti penelitian yang dilakukan oleh Perumal tahun 2010 dan Alexander

Page 18: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

3

tahun 2015 pada mahasiswa kedokteran.15,1617 Sedangkan menurut penelitian oleh

Suel Septia Utari tahun 2016 pada mahasiswa kedokteran dan Kusumoningtyas

tahun 2012 pada siswa-siswi SMA di Surakarta, tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris.18,19 Hal ini didukung

dengan penelitian Devi Miranda tahun 2018 pada siswa Madrasah Padang yang

juga menyatakan tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian akne

vulgaris.20

Berdasarkan data dan adanya perbedaan hasil dalam penelitian-penelitian

sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk mengidentifikasi apakah terdapat

hubungan antara stres dengan timbulnya akne vulgaris pada siswa SMKs Khazanah

Kebajikan yang penulis tuangkan di dalam penelitian yang berjudul ”Hubungan

antara tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris pada siswa SMKs

Khazanah Kebajikan”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara tingkat stres dengan akne vulgaris pada

siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan?

1.3 Hipotesis

Terdapat hubungan antara tingkat stres terhadap kejadian akne vulgaris

pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan kejadian akne

vulgaris pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui prevalensi akne vulgaris pada siswa SMKs

Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan.

2. Untuk mengetahui prevalensi tingkat stres pada siswa SMKs Khazanah

Kebajikan Tangerang Selatan.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

4

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian akne

vulgaris pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan

ilmu yang telah dipelajari di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

1.5.2 Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat membantu

memberikan gambaran mengenai hubungan tingkat stres dengan kejadian akne

vulgaris yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi akne vulgaris

Akne vulgaris merupakan penyakit kronis dengan gambaran klinis

polimorfik yang terasa gatal akibat terjadinya sumbatan atau peradangan pada

unit pilosebasea. Tempat predileksi terjadinya akne vulgaris yaitu di daerah

yang banyak ditemukan kelenjar pilosebasea, terutama pada wajah, bahu,

lengan atas, dada, dan punggung.3,21

Salah satu penyakit kulit yang selalu mendapat perhatian bagi para

remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne

vulgaris. Akne vulgaris adalah suatu keadaan dimana pori-pori kulit tersumbat

sehingga timbul bruntusan (bintik merah) dan abses (kantong nanah) yang

meradang dan terinfeksi pada kulit. Jerawat sering terjadi pada kulit wajah,

leher dan punggung baik laki-laki maupun perempuan.2

Kondisi ini sangat umum terjadi pada masa remaja dan tidak

memerlukan terapi khusus untuk menyembuhkannya. Keadaan ini sering

dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda serta akan

menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun.22

2.1.2 Epidemiologi Akne Vulgaris

Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum diderita

oleh masyarakat. Dapat diperkirakan 75% dari remaja di dunia mengalami akne

pada beberapa waktu dan hampir 80% dari semua orang pernah mengalami

akne vulgaris. Akne vulgaris mengenai sebanyak 80% orang pada usia 11

sampai 30 tahun. Selama masa remaja, akne vulgaris lebih sering terjadi pada

pria.3 Akne paling sering terjadi pada remaja, di mana didapatkan

Page 21: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

6

prevalensi tertinggi pada umur 15-16 tahun pada wanita maupun pria,

meskipun akne biasanya sudah muncul sejak umur 9 tahun.7 Pada usia dewasa,

akne vulgaris lebih sering terjadi pada wanita, dimana akne bisa muncul pada

20% wanita dan 8% pria untuk pertama kali pada usia 25 tahun atau lebih.3

Akne vulgaris menempati peringkat kedelapan penyakit dengan kasus

terbanyak secara global di tahun 2010, dengan prevalensi sebanyak 9,4% atau

sekitar 645 juta kasus.4,5 Di Amerika Serikat, diperkirakan prevalensi akne

vulgaris mencapai 17 sampai 45 juta penderita.22 Sedangkan di Eropa,

kunjungan pasien akne vulgaris per tahunnya bisa mencapai lebih dari 3,5 juta

kasus.3 Kasus akne vulgaris di Indonesia terlihat terus mengalami peningkatan

setiap tahun, dimana menurut catatan studi dermatologi kosmetika Indonesia

terdapat sebanyak 60% kunjungan pasien kulit pada tahun 2006 merupakan

kasus akne vulgaris, menjadi 80% pada tahun 2007, dan 90% pada tahun 2009.6

Pada umumnya akne vulgaris dimulai pada usia 12-15 tahun, dengan

puncak tingkat keparahan pada usia 17-21 tahun. Sekitar 99% kejadian akne

vulgaris terjadi pada wajah, 60% pada punggung, dan 15% terjadi di dada. Pada

anak perempuan, timbulnya jerawat dapat terjadi sebelum menarche (haid

pertama) lebih dari setahun.24

Tjekyan di tahun 2008 telah melakukan penelitian di Palembang dengan

5.204 sampel berusia 14 sampai 21 tahun. Didapatkan hasil sebanyak 68,2%

menderita akne vulgaris, dengan 58,4% wanita dan 78,9% pria. Akne vulgaris

tipe papulopustular merupakan jenis akne yang paling banyak ditemukan, yaitu

sebanyak 35,8%, disusul dengan tipe komedoal 30,1%, noduler 2,2% dengan

lokasi terutama bilateral pada wajah.7

Page 22: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

7

2.1.3 Faktor Resiko dan Etiologi Akne Vulgaris

Penyebab yang pasti belum diketahui tetapi banyak faktor yang

berpengaruh, diantaranya :

a. Sebum

Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Sebum

adalah minyak yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea.25 Sebum yang

dihasilkan oleh kelenjar sebasea merupakan faktor penting terjadinya akne

vulgaris.26

b. Bakteria

Mikroba yang terlihat pada terbentuknya akne adalah

Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum

ovale. Dari ketiga mikroba ini yang terpenting yakni P acnes, yang bekerja

secara tak langsung.25 Infeksi bakteri pada folikel yang tersumbat

diperparah oleh higiene yang kurang, gizi buruk, dan stres.29 P acnes

berperan dalam iritasi epitel folikel dan mempermudah terjadinya akne.27

c. Herediter

Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas

kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut

bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan terkena akne.25 Sebagian

individu mungkin secara genetik rentan terhadap akne yang mungkin

berkaitan dengan sensitivitas berlebihan kelenjar sebasea terhadap

androgen.27

Akne muncul lebih dini dan dengan derajat yang lebih berat pada

penderita dengan riwayat keluarga yang positif.28 Riwayat keluarga yang

positif memiliki akne vulgaris, melipatgandakan resiko terjadinya akne

secara signifikan, seperti yang terlihat dalam penelitian terhadap 1.002 anak

Page 23: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

8

berusia 16 tahun di Iran, di mana didapatkan angka heritabilitas akne

sebesar 78%.21

d. Obat-obatan

Obat-obatan seperti anti-epilepsi biasanya menyebabkan terjadinya

akne monomorfik, dan erupsi akne telah dikaitkan dengan obat anti-kanker

seperti gefitinib. Penggunaan steroid anabolik untuk meningkatkan jumlah

otot bisa menyebabkan bentuk jerawat yang parah.21

e. Hormon

Hormon androgen memegang peranan yang penting karena kelenjar

sebasea sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari

kelenjar adrenal. Hormon ini menyebabkan kelenjar sebasea bertambah

besar dan produksi sebum meningkat. Pembentukan sebum dirangsang oleh

androgen, terutama testosteron. Peningkatan tajam androgen pada remaja

putri dan remaja putra selama pubertas merupakan penyebab munculnya

akne dengan tingkat keparahannya.25

f. Psikis

Pada beberapa penderita stres dan gangguan emosi dapat

menyebabkan eksaserbasi akne. Stres akan mengakibatkan teraktivasinya

HPA axis. Kondisi stres tersebut selain dapat memicu timbulnya akne

vulgaris juga dapat memperberat kondisi akne vulgaris yang sudah ada.29

Page 24: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

9

2.1.4 Patogenesis

Terdapat empat proses yang berperan penting dalam pembentukan akne

vulgaris : 1,25,30,31,32

a. Peningkatan produksi sebum.

Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar

sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Produksi sebum

yang meningkat menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan

inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne. Pertumbuhan kelenjar sebasea

dan produksi sebum ada di bawah pengaruh hormon androgen. Pada penderita

akne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang normal berada

dalam darah (testosteron) ke bentuk metabolit yang lebih aktif (5-alfa

dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan

akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum. Kulit yang mudah

terkena akne terlihat memiliki kepadatan reseptor androgen yang lebih tinggi

dan juga enzim 5-alfa reduktase yang lebih aktif.

Meningkatnya produksi sebum pada penderita akne disebabkan oleh

respon yang berlebihan pada kelenjar sebasea terhadap kadar normal androgen

dalam darah. Terbukti bahwa pada kebanyakan penderita, lesi akne hanya

ditemukan di beberapa tempat yang kaya akan kelenjar sebasea.

b. Adanya keratinisasi folikel

Keratinisasi pada folikel pilosebasea disebabkan oleh adanya

penumpukan korniosit dalam folikel pilosebasea. Keratinisasi dalam folikel

yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sulit lepas

dari saluran folikel tersebut.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

10

c. Kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes di folikel

Bakteri propionibacterium acnes merupakan bakteri anaerob gram

positif lemah non motil berbentuk batang yang telah lama terlibat dalam

patogenesis jerawat. Bakteri P acnes yang merupakan flora normal di folikel

kelenjar pilosebasea akan memecahkan trigliserida dalam sebum menjadi asam

lemak bebas, yang nantinya mengurangi kadar oksigen dalam folikel, dan

melakukan kolonisasi. Kolonisasi bakteri P acnes ini yang diduga dapat

menimbulkan inflamasi pada kejadian akne vulgaris.

d. Inflamasi

Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses

inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada

patogenesis penyakit.

Gambar 2.1. Patogenesis Akne

(Sumber : Adhi, 2008)30

Page 26: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

11

2.1.5 Manifestasi Klinis

Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas, dan

punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas, dan glutea

kadang-kadang terkena. Akne yang berat bisa meluas ke bawah, ke arah tangan dan

sepanjang seluruh bagian tengah punggung.33 Lesi yang paling dini yang tampak

pada kulit adalah komedo.23

Efloresensi akne terbagi menjadi:

Lesi non inflamasi: berupa komedo terbuka, komedo tertutup, dan

Lesi inflamasi: berupa papul, pustul, nodul, dan kista

2.1.6 Lesi pada Akne Vulgaris

Akne ditandai dengan kemunculan dari beberapa lesi, yaitu :

a. Komedo terbuka (Blackheads)

Hal ini disebabkan oleh pelebaran folikel terbuka yang disebabkan

adanya akumulasi dari material keratin yang padat dan sebum. Warna hitam

terlihat pada pori di kulit yang muncul dari adanya pigmen dan juga ditemukan

diantara substansi yang menyumbat folikel terbuka.34

Lesi peradangan yang telah sembuh akan meninggalkan banyak bintik

hitam, terutama pada bahu dan tubuh bagian atas. Adanya komedo hitam

bersifat patognomonik (memunculkan gejala atau keluhan) untuk akne pada

pasien muda.33

Gambar 2.2 Komedo Terbuka

Page 27: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

12

b. Komedo tertutup (Whiteheads)

Hal ini muncul saat folikel terbuka tetap tertutup. Material keratin yang

padat dan sebum berakumulasi dibawah folikel terbuka. Komedo tertutup

bukanlah lesi yang beradang tetapi ia hanyalah inisial lesi pada akne vulgaris

yang dapat berkembang menjadi inflamasi.34

Komedo tertutup lebih mudah diraba daripada dilihat. Komedo ini

berupa papula yang sangat kecil dengan titik atau penonjolan di tengah. Lesi ini

paling banyak terdapat di dahi dan pipi. Sedikit sekali peradangan atau bahkan

tidak ada.33

Gambar 2.3 Komedo Tertutup

c. Papul

Papul adalah sumber lesi beradang. Berukuran kecil dengan ketinggian

hingga diameter >0,5 cm dan biasanya berwarna merah atau merah jambu.34

Papula cepat sekali timbul, sering hanya dalam beberapa dan kemudian

biasanya berkembang menjadi pustule.33

Gambar 2.4 Papul

Page 28: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

13

d. Pustul

Lesi yang mengandung nanah. Berwarna putih atau kuning hingga

oranye atau hijau.34 Pustul dapat mengindikasikan adanya infeksi namun tidak

selalu.35

Gambar 2.5 Pustul

e. Nodul

Saat sisa keratin dan akumulasi sebum di dalam folikel, hal tersebut

membuatnya menjadi lebih besar dan dalam sehingga menghasilkan nodul.

Nodul adalah pembengkakan lesi beradang yang terletak lebih dalam pada kulit

dibanding papul. Perbedaan yang jelas antara papul dan nodul bisa diketahui

dengan merasakan lesi tersebut menggunakan jari.

Gambar 2.6 Nodul

Page 29: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

14

Tabel 2.1. Bentuk Lesi Akne Vulgaris

Bentuk lesi Gambaran klinis Gambar

Komedo terbuka Diameter 0,1-0,3 mm. Dapat berbentuk

datar atau meninggi, puncaknya berwarna

hitam dikarenakan terdapat banyak pigmen

melanin.

Komedo tertutup Lesi kecil dan jelas dengan diameter 0,1-

0,3 mm. Lesi mengalami perbaikan dalam

waktu 3-4 hari sebanyak 25% dan akan

berkembang menjadi lesi inflamasi

sebanyak 75%

Papul 50% berasal dari mikrokomedo. Terdapat 2

tipe papul, yaitu aktif dan tidak aktif,

dimana untuk yang tidak aktif, berwarna

kurang merah dan lebih kecil dari yang

aktif, berdiameter 4 mm.

Pustul Letaknya dalam ataupun superfisial. Lebih

jarang dijumpai daripada papul. Pustul

terbentuk dari papul atau nodul yang

mengalami inflamasi, dapat bertahan

selama 7 hari atau lebih.

Nodul Nodul terletak lebih dalam dan dapat

bertahan selama 8 minggu dan kemudian

mengecil. Namun, tidak semua nodul dapat

menghilang, sebagian dapat menjadi parut.

Kista Kista jarang terjadi, bila terbentuk,

diameter mencapai beberapa sentimeter.

Bila diaspirasi dengan jarum besar akan

didapati material kental berupa krem

berwarna kuning.

(Sumber : Bernadette, 2015, Zaenglein, 2012)24

Page 30: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

15

2.1.7 Diagnosis Akne Vulgaris

2.1.7.1 Derajat Keparahan Akne Vulgaris menurut Global Acne

Grading System (GAGS)

GAGS diperkenalkan oleh Doshi et al (1997). GAGS mengintegrasikan

faktor yang menentukan lesi individu yang tergantung kepada keparahan dan

lokasi.

Sistem ini membagi wajah, dada dan punggung menjadi enam lokasi

yaitu dahi, kedua pipi, hidung, dagu, dada, dan punggung. Keenam lokasi ini

dinilai secara terpisah dari skala 0-4, tergantung lesi yang muncul pada lokasi

tersebut (0 = tidak ada lesi, 1 = komedo, 2 = papul, 3 = pustul, dan 4 = nodul).

Skor untuk masing-masing area ditentukan dari lesi yang paling parah. Skor

yang diperoleh kemudian dijumlahkan untuk diperoleh total skor.36

Tabel 2.2 Derajat Keparahan Akne Vulgaris Menurut GAGS

Lokasi Faktor

(f)

Keparahan

(s)

Skor lokal

(fxs)

Derajat keparahan

akne

Dahi 2 0 tidak ada lesi 1-18 Ringan

Pipi kiri 2 1 komedo 19-30 Sedang

Pipi kanan 2 2 papul 30-38 Berat

Hidung 1 3 pustul >39 Sangat berat

Dagu 1 4 nodul

Dada dan

punggung

3

(Sumber : Ramli, 2012)36

2.1.7.2 Derajat Keparahan Akne Vulgaris menurut Lehmann

Diagnosis akne vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Saat ini klasifikasi yang digunakan di Indonesia

(FKUI/RSCM) untuk menentukan derajat akne vulgaris adalah klasifikasi

menurut Lehmann. Klasifikasi Lehmann yang menggunakan metode

menghitung jumlah lesi total akne dapat digunakan untuk menentukan derajat

keparahan akne vulgaris pada semua tipe kulit dengan akurat, cepat, dan

sederhana.31

Page 31: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

16

Tabel 2.3 Derajat Keparahan Akne Vulgaris Menurut Lehmann

Derajat Lesi Gambar

Akne Vulgaris Ringan Komedo < 20, atau

Lesi inflamasi < 15, atau

Total lesi < 30

Akne Sedang Komedo 20-100, atau

Lesi inflamasi 15-50, atau

Total lesi 30-125

Akne Berat Kista > 5, atau

Komedo > 100, atau

Lesi inflamasi > 50, atau

Total lesi > 125

Sumber : Bernadette, 2015, Rook, 2010.

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah terjadinya

erupsi dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi. Kedua usaha tersebut

harus dilakukan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh

berbagai faktor baik faktor internal (ras, familial, hormonal) maupun faktor

eksternal (makanan, musim, stres) yang kadang-kadang tidak dapat dihindari oleh

penderita.1

Page 32: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

17

Penatalaksanaan umum akne vulgaris dimulai dengan mencuci wajah

minimal 2 kali dalam sehari menggunakan sabun. Beberapa sabun sudah

mengandung antibakteri, misalnya triklosan yang menghambat kokus gram positif.

Penatalaksanaan medikamentosa berupa pemakaian bahan topikal untuk

pengobatan akne sangat beragam. Sulfur, sodium sulfasetamid, resorsinol, dan

asam salisilat, sering ditemukan sebagai obat bebas.

Antibiotik topikal yang sering digunakan adalah klindamisin dan

eritromisin. Keduanya dapat digunakan dengan kombinasi bersama benzoil

peroksida dan terbukti mengurangi resistensi.

Tabel 2.4 Algoritma Tatalaksana Akne.31

Pilihan

pertama

Ringan Sedang Berat

Komedoal Papular/

pustular

Papular/

pustular

Nodular Nodular/

conglobata

Retinoid

topikal

Retinoid

topikal +

antimikroba

topikal

Antibiotik oral

+ retinoid

topikal +/- BPO

Antibiotik oral +

retinoid topikal

+/- BPO

Isotretinoin

oral

Alternatif

Alt. Retinoid

topikal atau

azelaic acid

atau asam

salisilat

Alt. Agen

antimikroba

topikal + alt.

Retinoid

topikal atau

azelaic acid

Alt. Antibiotik

oral + retinoid

topikal +/- BPO

Isotretinoin oral

atau alt.

Antibiotik oral +

retinoid topikal

+/- BPO

Antibiotik oral

dosis tinggi +

retinoid topikal

+ BPO

Alternatif

untuk

perempuan

Lihat pilihan

pertama

Lihat pilihan

pertama

Anti androgen

oral + topical

retinoid/azelaic

acid topikal +/-

antimikroba

topikal

Anti androgen

oral + retinoid

topikal +/-

antibiotik oral

+/- alt.

Antimikroba

Anti androgen

oral dosis

tinggi +

retinoid topikal

+/- alt.

Antimikroba

topikal

Terapi

maintenance

Retinoid topikal Retinoid topikal +/- BPO

Sumber : Sitohang dan Wasitaatmaja, 2015

Page 33: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

18

2.1.9 Definisi Stres

Stres merupakan reaksi tubuh terhadap stressor yang muncul yang dapat

menjadi salah satu bentuk pertahanan diri terhadap stressor yang muncul. Kondisi

stres merupakan suatu kondisi seseorang merasa tertekan dikarenakan tuntutan

yang ada dan merasa bahwa situasi tersebut merupakan beban yang berada di luar

batas kemampuan seseorang untuk memenuhi tuntutan tersebut.37

Definisi stres secara terpadu antara lain merupakan gabungan dari beberapa

kejadian yang terdiri atas stimulus berupa stresor, yang memicu reaksi di otak

berupa persepsi stres, yang mengaktifkan sistem fisiologis fight or flight di dalam

tubuh sebagai respons terhadap stres.38

Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa stres adalah reaksi tubuh terhadap stresor yang memicu reaksi di otak

sehingga merasa tertekan akibat ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan

dengan harapan, di mana terdapat kesenjangan antara tuntutan lingkungan dengan

kemampuan individu untuk memenuhinya.

2.1.10 Etiologi dan Sumber Stres

Etiologi dan sumber stres antara lain: 39

a. Kondisi biologis, meliputi berbagai penyakit infeksi, trauma fisik, dan

mal nutrisi.

b. Kondisi psikologis, seperti konflik dan frustasi, kondisi yang

mengakibatkan perasaan rendah diri, berbagai keadaan kehilangan,

berbagai kondisi perasaan bersalah, pelajaran sekolah maupun

pekerjaan yang membutuhkan jadwal waktu yang ketat.

c. Kondisi sosial kultural, seperti fluktuasi ekonomi, perceraian, keretakan

rumahtangga, persaingan keras dan tidak sehat, serta diskriminasi.

d. Kejadian hidup sehari-hari, seperti menikah atau mempunyai anak,

mulai tempat kerja baru, dan pindah rumah.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

19

2.1.11 Tingkatan stres

Tingkat stres merupakan tinggi rendahnya kondisi yang disebabkan oleh

reaksi dan persepsi seseorang pada beban dan tuntutan tertentu yang berdampak

pada emosional, fisik, dan spiritual sehingga dapat mengganggu kinerja seseorang

dalam menjalankan aktifitasnya.40

Tingkatan stres berdasarkan skala pengukuran menggunakan DASS

(Depression Anxiety Stress Scale) menurut Psychology Foundation of Australia

(2014) yaitu :

a. Normal

Dikatakan normal apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS tidak

pernah dialami atau jarang dialami.

b. Stres ringan

Dikatakan stres ringan apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS

jarang dialami hingga dialami tetapi hanya kadang-kadang.

c. Stres sedang

Dikatakan stres sedang apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS

terkadang dialami hingga sering dialami, namun lebih dominan terjadi

kadang-kadang saja.

d. Stres berat

Dikatakan stres berat apabila gejala stres yang tercantum dalam DASS

terkadang dialami hingga sering dialami, namun yang lebih dominan

sering.

e. Stres sangat berat

Dikatakan stres sangat berat apabila gejala stres yang tercantum dalam

DASS sering dialami.

2.1.12 Pengukuran Tingkat Stres

Page 35: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

20

Depression Anxiety Stress Scale (DASS) adalah seperangkat dari tiga skala

laporan diri yang dirancang untuk mengukur emosi negatif yang terdiri dari depresi,

kecemasan dan stres. DASS telah memenuhi persyaratan dari para peneliti dan

dokter-dokter yang menjadi ilmuwan profesional.41

Skala dalam DASS telah terbukti memiliki konsistensi internal yang tinggi

untuk mengukur keadaan saat ini atau perubahan pada suatu bagian dari waktu ke

waktu, sehingga instrumen ini tidak memerlukan uji validitas maupun reliabilitas.

2.1.13 Respons Fisiologis Tubuh terhadap Stres

Sebagian besar dari efek fisiologis dari stres dimediasi oleh dua sistem

neuroendokrin utama, yaitu HPA axis dan sistem saraf simpatis.42 Terdapat tiga

respons terhadap stres melalui dua jalur ini, yaitu respons dari hormon,

neurotransmitter, dan imun.43

Ketika persepsi stres diterima oleh korteks integratif, CRH disekresikan

oleh ini paraventrikular hipotalamus ke dalam sistem portal hipofisis. Hal ini

menginduksi hipofisis anterior untuk melepaskan ACTH ke dalam sirkulasi

sistemik yang selanjutnya menyebabkan glukokortikoid dan epinefrin dikeluarkan

dari korteks adrenal. Secara kolektif, sistem neuroendokrin ini dikenal sebagai

HPA axis.42

Seiring dengan aktivasi HPA axis, CRH menstimulasi lokus koeruleus yang

merupakan sistem noradrenergik otak untuk melepaskan katekolamin dari sistem

saraf otonom. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya sintesis norepinefrin di

otak, yang kemudian dilepaskan dari ujung saraf simpatik.43,44 Banyak molekul lain

yang juga memiliki reseptor pada sel imun dilepaskan sehubungan dengan

terjadinya stres, seperti vasopresin, endorfin, dopamin, dan serotonin. Namun,

glukokortikoid, epinefrin, dan norepinefrin merupakan tiga hormon yang utama.43

2.1.14 Hubungan stres dengan kejadian akne vulgaris

Page 36: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

21

Secara fisiologis kondisi stres akan mengakibatkan teraktivasinya HPA axis

yang dapat meningkatkan konsentrasi ACTH dan glukokortikod yang

berkepanjangan. Peningkatan ACTH akan memicu peningkatan hormon androgen

yang berperan dalam merangsang peningkatan produksi sebum dan merangsang

keratinosit. Peningkatan sebum dan keratinosit akan mengakibatkan timbulnya

akne vulgaris.29

Gambar 2.7. Pengaruh stres terhadap terjadinya akne vulgaris

(Sumber : Rahmawati, 2012).

Page 37: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

22

Hubungan antara tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Stres membuat tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi dan keganasan

Salah satu penyebab patogenesis dari akne vulgaris adalah infeksi oleh P

acnes.29 Stres telah terbukti dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap terjadinya

infeksi, sehingga infeksi oleh P acnes yang merupakan flora normal pada kulit

untuk menyebabkan akne vulgaris lebih gampang terjadi.42

2. Pengekspresian CRH yang kuat pada sel kelenjar sebasea.

Kelenjar sebasea yang merupakan bagian yang penting dari sistem

kekebalan tubuh, di mana peptida antimikroba, neuropeptida, dan asam lemak

antibakterial seperti sapienic acid diproduksi, dapat berfungsi sebagai organ

endokrin independen di bawah pengaruh CRH.21 Pada penderita akne vulgaris,

terlihat pengekspresian CRH yang sangat kuat dibandingkan dengan kulit tanpa

akne pada sel kelenjar sebasea. Reseptor CRH dengan reaksi yang paling kuat

terdapat pada sebosit.29

3. Pengaruh stres terhadap peningkatan glukokortikoid dan androgen adrenal.

Beberapa penelitian membutikan bahwa peningkatan hormon

glukokortikoid dan androgen adrenal dapat memperparah akne dan dapat

menginduksi hiperplasia kelenjar sebasea yang terjadi selama stres psikologis.44

4. Stres dapat memengaruhi terjadinya peningkatan hormon testosteron.

Saat seseorang mengalami stres, terjadi aktivasi hipotalamus oleh HPA

axis, yang nantinya meningkatkan kadar CRH. Peningkatan CRH kemudian akan

meningkatkan produksi hormon androgen.45 Hormon androgen dapat menyebabkan

ukuran kelenjar sebasea menjadi membesar serta merangsang produksi sebum.

Hormon androgen juga dapat merangsang proliferasi keratinosit pada duktus

seboglandularis dan akroinfundibulum.46 Testosteron merupakan androgen yang

paling berpengaruh dalam stimulasi produksi kelenjar sebasea, dan merupakan

hormon androgen utama yang dirangsang produksinya oleh peningkatan CRH.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

23

Testosteron kemudian diubah menjadi bentuk aktif oleh enzim 5α-reduktase yang

memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah berjerawat seperti wajah dan

punggung menjadi DHT, yaitu hormon androgen terampuh dalam merangsang

hiperproliferasi keratinosit. Terangsangnya hiperproliferasi keratinosit oleh DHT

inilah yang menghubungkan kondisi stres dengan eksaserbasi akne vulgaris.45

Page 39: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

24

2.2 Kerangka Teori Penelitian

TINGKAT

STRES

Hiperproliferasi

keratinosit

Peningkatan

DHT

Peningkatan produksi

hormon androgen

Peningkatan kadar

CRH

Hiperproliferasi

folikel sebasea

Aktivasi HPA axis

Instrumen pengukur

tingkat stres : DASS 42

Tidak stres

Meningkatkan

kerentanan tubuh

terhadap infeksi

Stres ringan Stres berat Stres sedang Stres sangat berat

Peningkatan

produksi sebum

Mikrokomedo dan

komedo

Mempermudah

kolonisasi bakteri

P.acnes

Inflamasi

Papul, pustul,

dan nodul

AKNE

VULGARIS

Penilaian derajat

keparahan

GAGS

Lehmann

Akne ringan, sedang,

berat, sangat berat

(grade I-IV)

Akne ringan,

sedang, berat

Faktor resiko penyebab

akne vulgaris lainnya :

-hormonal

-usia

-genetik

-obat-obatan

-iklim

Page 40: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

25

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

V

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak dihubungkan

Keadaan stres Tingkat keparahan stres

(variabel independen)

Pengukuran dengan

kuesioner DASS 42

Tidak stres Stres ringan Stres sedang Stres berat Stres sangat

berat

Akne vulgaris

(variabel dependen)

Klasifikasi

Lehmann

Akne ringan Akne sedang Akne berat

Faktor resiko penyebab

akne vulgaris lainnya :

-hormonal

-usia

-genetik

-obat-obatan

-iklim

Page 41: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

26

2.4 Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat

Ukur

Skala Hasil Ukur

Variabel Dependen

1. Akne vulgaris Suatu kondisi

wajah mengalami

peradangan yang

ditandai dengan

adanya komedo,

papul, pustul, dan

nodul pada tempat

predileksi

Pemeriksaan

dilakukan oleh

umum. Akne

yang diperiksa

hanya akne yang

terdapat pada

wajah

Dilihat

secara

langsung

dengan

mata

Nominal 1.Akne :

menderita akne

vulgaris

2.Tidak akne :

tidak menderita

akne vulgaris

Variabel Independen

2. Tingkat stres Tinggi rendahnya

kondisi yang

disebabkan oleh

reaksi

dan persepsi

seseorang pada

beban dan tuntutan

tertentu

yang berdampak

pada emosional,

fisik dan spiritual

sehingga dapat

mengganggu

kinerja seseorang

dalam

menjalankan

aktifitasnya

Mengukur

tingkatan stres

berdasarkan

kuesioner

Depresion

Anxiety Stress

Scale (DASS) 42.

Kuesioner Ordinal 1.Tidak stres jika

skor 0-14

2.Stres ringan jika

skor 15-18

3.Stres sedang jika

skor 19-25

4.Stres berat jika

skor 26-33

5.Stres sangat

berat jika skor ≥34

Page 42: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

27

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode pengumpulan

data yang digunakan adalah cross sectional yaitu bentuk metode yang

mengidentifikasi korelasi antar faktor risiko dengan efek melalui pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

Dimana setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran

dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.47

Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara

tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan

Tangerang Selatan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian telah dilakukan di sekolah SMKs Khazanah Kebajikan

Tangerang Selatan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan juli-agustus 2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian atau objek yang

diteliti.48 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMKs Khazanah

Kebajikan Tangerang Selatan.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

28

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah subjek yang akan diambil sebagian dari keseluruhan

populasi yang diteliti. Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan

teknik atau cara-cara tertentu sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi

yang diteliti.48 Sampel penelitian adalah seluruh siswa SMKs Khazanah

Kebajikan yang memenuhi:

1. Kriteria Inklusi

a. Terdaftar sebagai siswa SMKs Khazanah Kebajikan Ciputat

tahun ajaran 2019/2020.

b. Hadir saat penelitian berlangsung

c. Bersedia menjadi sampel penelitian dan menandatangani

persetujuan

d. Melengkapi kuesioner secara lengkap

2. Kriteria Eksklusi

a. Tidak lengkap mengisi kuesioner yang diberikan.

b. Menderita penyakit kulit lain di wajah.

c. Sedang menjalani terapi akne vulgaris.

3.3.3 Besar sampel

Besar sampel ditentukan dengan rumus:

Page 44: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

29

n= (1,35+0,57

0,2)

2

n= 92,16 ≈ 92.

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal

Z= derivat baku alfa (1,96; dengan ditetapkan kesalahan tipe I sebesar 5%)

Z = derivat baku beta (0,84; dengan ditetapkan kesalahan tipe II sebesar 20%)

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya (0,5)

Q2 = 1 - P2 = 1 - 0,5 = 0,5

P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti

= P2 + 0,2 = 0,5 + 0,2 = 0,7

Q1= 1 - P1 = 1 - 0,7 = 0,3

P1-P2= selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,2

P = proporsi total = (P1 + P2)/2 = (0,7 + 0,5)/2 = 0,6

Q = 1 - P = 1 - 0,6 = 0,4

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan cara total sampling, yaitu semua subjek yang

memenuhi kriteria inklusi penelitian diikutkan dalam penelitian.49

3.5 Instrumen Penelitian

1. Lembar penjelasan dan informasi

2. Lembar data diri dan Informed Consent

3. Kuesioner

Page 45: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

30

Kuesioner di dalam penelitian menggunakan kuesioner DASS 42

sebagai alat ukur stres yang terdiri dari 14 pertanyaan.

Lovibond dalam Psychology Foundation of Australia (2014)

mengatakan bahwa, tiap-tiap dari 3 skala DASS memiliki 14 hal, dibagi

menjadi 2-5 subskala dengan isi yang sama. Skala depresi melihat adanya

disforia, keputusasaan, devaluasi hidup, celaan diri sendiri, kurangnya minat

atau keikutsertaan, anhedonia, dan inersia. Skala kecemasan melihat adanya

gairah otonom, efek otot lurik, kecemasan situasional, dan pengalaman

subjektif dari pengaruh kecemasan. Skala stres sensitive terhadap tingkatan dari

gairah kronik non spesifik, skala tersebut melihat adanya kesulitan relaks,

gairah saraf, dan mudah menjadi sedih atau agitasi, iritabel atau over-reaktif,

dan tidak sabaran. Subjek diminta untuk mengisi 4 poin dari skala keparahan

atau frekuensi untuk menilai apakah mereka pernah mengalami tiap keadaan

tersebut selama minggu-minggu terakhir.Skor untuk depresi, kecemasan, dan

stres dihitung dengan menjumlahkan skor-skor dari hal-hal relevan tersebut.

- Item skala depresi : 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42.

- Item skala kecemasan: 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41

- Item skala stres : 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.

Responden akan diminta untuk mengindikasikan seberapa sering

perasaan ataupun pikiran dengan membulatkan jawaban atas pertanyaan.

- Tidak pernah diberi skor 0

- Kadang-kadang diberi skor 1

- Lumayan sering diberi skor 2

- Sering sekali diberi skor 3

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan

tingkatan stres sebagai berikut :

Page 46: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

31

Tabel 3.1 Pengkategorian Stres DASS42

Tingkat Stress

Normal 0-14

Ringan 15-18

Sedang 19-25

Berat 26-33

Sangat berat >34

3.6 Prosedur Pengumpulan Data

3.6.1 Tahap persiapan pengumpulan data

Tahapan persiapan pengumpulan data berupa adanya izin

administrasi yang berasal dari Fakultas Kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta untuk melakukan pengambilan data di lokasi

penelitian.

3.6.2 Tahap pengumpulan data

a. Peneliti mengajukan surat izin melakukan penelitian dari Fakultas

Kedoteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kemudian akan

disampaikan ke SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan.

b. Setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah peneliti melakukan

penelitian di lokasi yaitu SMKs Kazanah Kebajikan.

c. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

d. Siswa yang bersedia menjadi responden diminta untuk mengisi

lembaran Informed Consent dan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk

mengukur skala stres.

e. Selama pengisian kuesioner, responden akan didampingi oleh peneliti,

sehingga ketika ada pertanyaan yang membingungkan responden dapat

dijelaskan oleh peneliti.

f. Setelah responden mengisi kuesioner, peneliti akan mengambil foto

wajah responden dan diperiksa apakah terdapat akne atau tidak pada

wajah.

g. Hasil pemeriksaan dicatat

h. Data dikumpulkan untuk pengolahan data.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

32

3.7 Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data pada umunya melalui langkah-

langkah sebagai berikut 47 :

1. Editing

Hasil kuesioner yang telah diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya

diperiksa oleh peneliti untuk melihat kelengkapan dari identitas dan menjawab

isi kuesioner.

2. Coding

Peneliti mengolah informasi dengan mengubah data menjadi angka lalu

memasukkan data yang telah diubah ke dalam sistem komputerisasi. Hasil akne

diberi angka 1, tidak akne diberi angka 2, tidak stres diberi angka 1, stres ringan

diberi angka 2, stres sedang diberi angka 3, stres berat diberi angka 4, dan stres

sangat berat diberi angka 5.

3. Processing

Peneliti memasukkan data yang didapatkan ke dalam program

Statistical Program for Social Science (SPSS) 25.0 untuk diolah.

4. Cleansing

Peneliti memeriksa kembali data-data yang telah dimasukkan ke dalam

program statistik komputer untuk menghindari adanya kesalahan

pemrograman.

3.8 Analisa Data

Setelah dilakukan pengolahan data, data dianalisis dengan sistem

komputerisasi menggunakan program Statistical Program for Social Science

(SPSS) agar data mempunyai arti yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah penelitian. Analisis data dilakukan bertahap mulai dari analisis univariat

dan bivariat.

Page 48: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

33

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada masing-masing variabel, yaitu tingkat

stres sebagai variabel independen dan kejadian akne vulgaris sebagai variabel

dependen untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensinya dengan

menggunakan SPSS 25.0.

2. Analisis Bivariat

Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa analisis bivariat dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisa ini

berfungsi untuk mengetahui hubungan yang bermakna antara stres dengan

kejadian jerawat (akne vulgaris) dengan menggunakan uji Chi-Square.

Confidence interval yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 95% dengan

taraf significance α = 5% (0,05). Jika pada tabel ditemukan nilai harapan

(expected) < 5 dan lebih 20% maka tidak memenuhi syarat uji Chi-Square,

sehingga dilakukan penggabungan sel dan di uji kembali.

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan surat lulus uji etik dari Tim Komite Etik

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (lampiran 4). Hal-hal yang

terkait etika penelitian pada penelitian ini adalah :

1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan pada pihak SMKs

Khazanah Kebajikan sebagai permohonan izin untuk melakukan

penelitian.

2. Memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan

meminta persetujuan kepada responden secara lisan maupun tertulis

dengan menandatangani form persetujuan bersedia mengikuti

penelitian.

3. Menyertakan surat komisi etik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

34

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMKs Khazanah Kebajikan yang berlokasi di Jalan

Talas 1 Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten.

SMKs Khazanah Kebajikan didirikan pada bulan Juni tahun 1998. SMKs Khazanah

Kebajikan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Yayasan

Khazanah Kebajikan adalah wujud kepedulian untuk membantu pemerintah dalam

pemerataan kesempatan pendidikan terutama pendidikan keterampilan kejuruan bagi

segenap lapisan masyarakat baik dari kalangan mampu maupun tidak.

Fasilitas yang terdapat di SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan

diantaranya adalah ruang kelas, ruang perpustakaan dan media, laboratorium dan

bengkel elektronika, laboratorium komputer, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala

sekolah, ruang bimbingan konseling, ruang kantor tata usaha, musholah, aula, kantin,

lapangan olahraga, kamar mandi dan tempat wudhu. Kemudian untuk kegiatan

ekstrakurikuler berupa Pramuka, Rohis, Jurnalis, Musik dan lain-lain.

Siswa kelas X, XI dan XII SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan

berjumlah 203 siswa dengan pembagian siswa laki-laki 92 orang dan siswa perempuan

111 orang. Baik kelas X, XI maupun XII terdiri atas 3 kelas.

4.2. Karakteristik responden

Karakteristik responden mencakup jenis kelamin, usia, kelas, status akne, dan

tingkat keparahan stres. Dari 175 responden dilakukan pendistribusian berdasarkan

karakteristik-karakteristik tersebut.

Tabel 4.1 Distribusi responden menurut jenis kelamin

Jenis kelamin n %

Laki-laki 78 44,6

Perempuan 97 55,4

Total 175 100,0

Page 50: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

35

Dari tabel di atas, terlihat bahwa kebanyakan responden berjenis kelamin

perempuan yaitu berjumlah 97 orang (55,4%) dari keseluruhan sampel. Sedangkan

laki-laki berjumlah 78 orang (44,6%) dari keseluruhan sampel.

Tabel 4.2 Distribusi responden menurut usia

Usia (tahun) n %

13 1 0,6

14 6 3,4

15 44 25,1

16 49 28

17 61 34,9

18 12 6,9

19 2 1,1

Total 175 100

Dari tabel di atas, terlihat bahwa kebanyakan responden berusia 17 tahun yaitu

sebanyak 61 orang (34,9% dari total responden). Dan yang paling sedikit berusia 13

tahun yaitu hanya 1 orang (0,6% dari total responden).

Tabel 4.3 Distribusi responden menurut kelas

Kelas Frekuensi Persen (%)

X 56 32

XI 56 32

XII 63 36

Total 175 100

Dari tabel di atas, terlihat bahwa responden terdiri atas 56 siswa (32%) kelas X,

56 siswa (32%) kelas XI dan 63 siswa (36%) kelas XII. Dari tabel diatas terlihat bahwa

responden terbanyak berada di kelas XII.

Tabel 4.4 Distribusi responden menurut status akne vulgaris

Status akne Frekuensi Persen (%)

Akne 135 77,1

Tidak akne 40 22,9

Total 175 100

Dari tabel di atas, terlihat bahwa kebanyakan responden menderita akne

vulgaris yaitu sebanyak 135 orang (77,1% dari keseluruhan sampel) sedangkan yang

tidak akne sebanyak 40 orang (22,9% dari keseluruhan sampel). Jadi, terlihat bahwa

responden dengan status akne lebih banyak daripada yang tidak akne.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

36

Tabel 4.5 Distribusi responden menurut tingkat keparahan stres

Tingkat stres Frekuensi Persen (%)

Tidak stres 89 50,9

Stres ringan 45 25,7

Stres sedang 32 18,3

Stres berat 5 2,9

Stres sangat berat 4 2,3

Total 175 100

Dari tabel di atas, terlihat hasil interpretasi skor DASS yang menunjukkan

sebagian besar sampel, yaitu sebanyak 89 orang (50,9% dari total responden) tidak

mengalami stres. Sebanyak 86 orang (49,1%) mengalami stres dengan pembagian

tingkat stres yaitu, 45 orang (25,7%) mengalami stres ringan, 32 orang (18,3%)

mengalami stres sedang, 5 orang (2,9%) mengalami stres berat, dan 4 orang (2,3%)

mengalami stres sangat berat.

4.3. Analisis Bivariat

Tabel 4.6 Distribusi dan Frekuensi Akne Vulgaris

Karakteristik

Akne vulgaris Jumlah Akne Tidak akne

n % n % n %

Jenis kelamin

Perempuan 64 47,4% 33 82,5% 97 55,4%

Laki-laki 71 52,6% 7 17,5% 78 44,6%

Usia

13 1 0,7% 0 0% 1 0,6%

14 4 3% 2 5% 6 3,4%

15 33 24,4% 11 27,5% 44 25,1%

16 34 25,2% 15 37,5% 49 28%

17 50 37% 11 27,5% 61 34,9%

18 11 8,1% 1 2,5% 12 6,9%

19 2 1,5% 0 0% 2 1,1%

Kelas

X 44 32,6% 12 30% 56 32%

XI 40 29,6% 16 40% 56 32%

XII 51 37,8% 12 30% 63 36%

Total 135 77,1% 40 22,9% 175 100%

Dari tabel di atas, terlihat jumlah penderita akne vulgaris yang didapatkan yaitu

sebanyak 135 orang (77,1%) dari keseluruhan sampel. Tabel tersebut menunjukkan

bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita akne vulgaris, yaitu sebanyak 71

orang (52,6%) dari jumlah penderita akne vulgaris, sedangkan pada perempuan yang

menderita akne vulgaris sebanyak 64 orang (47,4%) dari jumlah penderita akne

vulgaris.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

37

Penderita akne vulgaris terbanyak berdasarkan usia terdapat pada usia 17 tahun,

yaitu sebanyak 50 orang (37%) dari jumlah penderita akne vulgaris, disusul dengan

usia 16 tahun dengan jumlah penderita 34 orang (25,2%), 15 tahun berjumlah 33 orang

(24,4%), 18 tahun berjumlah 11 orang (8,1%), 14 tahun berjumlah 4 orang (3%), 19

tahun berjumlah 2 orang (1,5%), dan 13 tahun berjumlah 1 orang (0,7%).

Penderita akne vulgaris terbanyak jika dilihat berdasarkan kelas terdapat di

kelas XII, yaitu sebanyak 51 orang atau 37,8% dari jumlah penderita akne vulgaris,

disusul dengan kelas X dengan jumlah penderita 44 orang (32,6%), dan kelas XI

dengan jumlah penderita akne paling sedikit yaitu sebanyak 40 orang (29,6%), seperti

yang terlihat pada tabel 4.3.1.

Tabel 4.7 Distribusi dan Frekuensi Tingkat Stres

Karakteristik

Tingkat Stres

Jumlah Tidak Stres Stres

Ringan

Stres

Sedang

Stres

Berat

Stres

Sangat

Berat

n % n % n % n % n % n %

Jenis Kelamin

Perempuan 52 58,4% 22 48,9% 19 59,4% 2 40% 2 50% 97 55,4%

Laki-laki 37 41,6% 23 51,1% 13 40,6% 3 60% 2 50% 78 44,6%

Usia

13 0 0% 1 2,2% 0 0% 0 0% 0 0% 1 0,6%

14 4 4,5% 1 2,2% 1 3,1% 0 0% 0 0% 6 3,4%

15 26 29,2% 9 20% 8 25% 1 20% 0 0% 44 25,1%

16 26 29,2% 12 26,7% 8 25% 1 20% 2 50% 49 28%

17 25 28,1% 22 48,9% 11 34,4% 2 40% 1 25% 61 34,9%

18 8 9% 0 0% 3 9,4% 0 0% 1 25% 12 6,9%

19 0 0% 0 0% 1 3,1% 1 20% 0 0% 2 1,1%

Kelas

X 29 32,6% 14 31,1% 9 28,1% 3 60% 1 25% 56 32%

XI 31 34,8% 13 28,9% 9 28,1% 0 0% 3 75% 56 32%

XII 29 32,6% 18 40% 14 43,8% 2 40% 0 0% 63 36%

Total 89 50,9% 45 25,7% 32 18,3% 5 2,9% 4 2,3% 175 100%

Dari tabel di atas, terlihat hasil interpretasi skor DASS yang menunjukkan

sebagian besar sampel, yaitu sebanyak 89 orang (50,9% dari total responden) tidak

mengalami stres dan sebanyak 86 orang (49,1%) mengalami stres. Tabel 4.7

menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan paling banyak mengalami stres yaitu

sebanyak 45 orang (52,3% dari seluruh penderita stres) dengan pembagian tingkat stres

Page 53: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

38

yaitu 22 orang stres ringan, 19 orang stres sedang, 2 orang stres berat, dan 2 orang stres

sangat berat.

Siswa berusia 17 tahun paling banyak mengalami stres, yaitu sebanyak 36

orang (41,9% dari seluruh penderita stres) dengan pembagian tingkat stres yaitu 22

orang stres ringan, 11 orang stres sedang, 2 orang stres berat, dan 1 orang stres sangat

berat.

Responden dengan tingkat stres paling tinggi terdapat pada kelas XII yaitu

sebanyak 34 orang (40% dari seluruh penderita stres) dimana 18 orang stres ringan, 14

orang stres sedang, 2 orang stres berat, dan tidak didapatkan siswa kelas XII dengan

stres sangat berat.

4.4. Hubungan Tingkat Stres dengan Akne Vulgaris

Dari 89 responden yang tidak mengalami stres terdapat 68 orang dengan status

akne dan 21 orang tidak akne. Dari 45 responden yang mengalami stres ringan ada 35

orang dengan status akne dan 10 orang tidak akne. Kemudian dari 41 responden yang

mengalami stres sedang hingga sangt berat ada 32 orang dengan status akne dan 9 orang

tidak akne.

Hasil uji chi-square pada tabel 5x2 menunjukkan 4 sel dengan angka expected

count kurang dari 5 dan lebih 20% sehingga dilakukan penggabungan sel dan didapat

tabel 3x2 dan dilakukan uji chi-square ulang. Di uji chi-square yang kedua ini

menunjukkan 0 sel yang angka expected count kurang dari 5 dan tidak lebih dari 20%

sehingga layak uji dan didapatkan hasil p-value = 0,972 atau p > 0,05 yang berarti tidak

terdapat hubungan antara tingkat keparahan stres dengan kejadian akne vulgaris.

Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Akne Vulgaris

Tingkat Stres

Akne Vulgaris Jumlah

P-value Akne Tidak Akne

n % n % n %

Tidak Stres 68 50,4% 21 52,5% 89 50,9%

0,972

Stres Ringan 35 25,9% 10 25% 45 25,7%

Stres Sedang-Sangat Berat 32 23,7% 9 22,5% 41 23,4%

Total 135 100% 40 100% 175 100%

Page 54: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

39

4.5. Pembahasan

Kejadian akne vulgaris didapatkan sebanyak 135 orang (77,1%) dari

keseluruhan responden. Hasil penelitian ini tidak jauh beda dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Kusumoningtyas pada tahun 2012, di mana terdapat 50%

penderita akne vulgaris pada siswa-siswi kelas XII.18 Prevalensi akne yang didapatkan

pada penelitian ini juga tidak jauh beda dengan hasil penelitian oleh Devi Miranda pada

tahun 2018, dimana juga didapatkan 56,3% penderita akne vulgaris, meskipun pada

penelitian tersebut jumlah responden lebih sedikit, hanya pada satu jenis kelamin saja.20

Pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita akne

vulgaris, yaitu 52,6% dari jumlah penderita akne vulgaris. Angka ini sesuai dengan

kepustakaan yang mengatakan selama masa remaja, akne vulgaris lebih sering terjadi

pada pria.3

Penderita akne pada penelitian ini paling banyak ditemukan pada usia 17 tahun,

yaitu 34,9% dari jumlah penderita akne vulgaris, disusul dengan usia 16 tahun, 15

tahun, 18 tahun, 14 tahun, 19 tahun, dan 13 tahun. Angka ini juga sesuai dengan

kepustakaan yang mengatakan bahwa pada umumnya akne vulgaris dimulai pada usia

12-15 tahun, dengan puncaknya pada usia 17-21 tahun.24

Pada penelitian ini siswa kelas XII paling banyak menderita akne vulgaris,

dengan angka kejadian sebanyak 37,8% dari jumlah penderita akne. Hasil ini

kemungkinan dikarenakan oleh siswa kelas XII rata-rata berusia 16-17 tahun, yang

merupakan usia di mana akne vulgaris banyak ditemukan.24 Hal ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari pada tahun 2017 di Denpasar dan Devi

Miranda pada tahun 2018 di Padang, dimana siswa kelas X merupakan penderita akne

terbanyak dengan angka kejadian 61,6% dan 50%.20,50 Prevalensi akne vulgaris yang

tinggi pada remaja ini diakibatkan oleh perubahan hormon yang terjadi pada tubuh,

terutama peningkatan hormon androgen, yang mengakibatkan pembesaran kelenjar

sebasea dan peningkatan sekresi sebum sehingga mengakibatkan terbentuknya akne.8

Page 55: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

40

Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar responden tidak mengalami stres,

yaitu sebanyak 50,9% dari jumlah responden. Tingkat stres yang rendah pada siswa

SMKs Khazanah Kebajikan ini kemungkinan disebabkan karena siswa telah melewati

masa-masa ujian dan telah selesai melewati masa libur, di mana biasanya tingkat stres

akan meningkat di saat ujian.

Responden dengan tingkat stres paling tinggi terdapat pada jenis kelamin

perempuan, yaitu sebanyak 45 orang (52,3% dari seluruh penderita stres) dengan

pembagian tingkat stres yaitu 22 orang stres ringan, 19 orang stres sedang, 2 orang stres

berat, dan 2 orang stres sangat berat. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

mengatakan bahwa stres lebih banyak dialami oleh perempuan yaitu sebanyak 135.000

kasus dan pria sebanyak 86.000 kasus.51 Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang

dilakukan McDonough dan Walter, menemukan bahwa skor stres pada perempuan

lebih tinggi 23% daripada laki-laki.52

Penderita akne pada penelitian ini paling banyak ditemukan pada usia 17 tahun,

yaitu sebanyak 36 orang (41,9% dari seluruh penderita stres) dengan pembagian tingkat

stres yaitu 22 orang stres ringan, 11 orang stres sedang, 2 orang stres berat, dan 1 orang

stres sangat berat. Belum ada kepustakaan yang membahas mengenai tingkat stres

dengan usia 17 tahun pada remaja, namun hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh

toleransi usia terhadap stres. Pada usia remaja biasanya seseorang tidak mampu

mengontrol stres yang terjadi dibandingkan usia dewasa.52

Responden dengan tingkat stres paling tinggi terdapat pada kelas XII yaitu

sebanyak 34 orang (40% dari seluruh penderita stres), dimana 18 orang stres ringan,

14 orang stres sedang, 2 orang stres berat, dan tidak didapatkan siswa kelas XII dengan

stres sangat berat. Jika dilihat dari keseluruhan kelas XII pada penelitian, sebanyak

54% siswa kelas XII mengalami stres. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Devi Miranda pada tahun 2018 di Madrasah Aliyah Swasta Ar-

Risalah Padang yang mendapatkan hasil sebanyak 57,6% siswa kelas XII menderita

stres dengan tingkatan yang berbeda-beda.20 Hal ini kemungkinan disebabkan karena

siswa kelas XII akan melaksanakan Ujian Nasional sehingga meningkatkan tingkat

Page 56: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

41

stres pada responden kelas XII. Siswa mengalami stres karena ketidakmampuannya

beradaptasi dengan program di sekolah. Stres yang sering dialami oleh siswa adalah

stres akademik.14

Stres pada remaja umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang

diduga paling mempengaruhi tingkat stres pada remaja adalah hubungan dengan orang

tua, akademik, dan teman sebaya.14 Menurut asumsi peneliti kondisi stres pada tiap

orang berbeda-beda tergantung pada keadaan orang itu sendiri. Setiap orang selalu

mempunyai konflik entah itu dengan teman, keluarga, ataupun guru. Masa remaja

merupakan masa yang akan dihadapkan dalam berbagai macam pilihan dan tujuan

hidup, jika mereka tidak dapat memilih kebutuhan dan tujuan hidup, maka akan

menimbulkan konflik dalam diri mereka sendiri. Hal ini yang akan dapat

mengakibatkan kondisi stres dikalangan remaja.

Hasil analisis menggunakan uji chi-square dengan penggabungan sel

didapatkan p-value sebesar 0,972. Karena p-value > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho

diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan

kejadian akne vulgaris. Hasil pada penelitian ini sama dengan hasil yang didapatkan

oleh Devi Miranda pada tahun 2018 di kalangan siswa MAS Padang, di mana nilai p

0,076 yang artinya juga tidak didapatkan hubungan antara tingkat stres dengan kejadian

akne vulgaris.20 Penelitian tersebut juga menggunakan kuesioner yang sama dengan

penelitian ini, serta juga mendapatkan hasil bahwa sebagian responden tidak

mengalami stres, akan tetapi jumlah respondennya lebih sedikit dibandingkan dengan

penelitian ini karena hanya pada satu jenis kelamin saja.20

Hasil penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya, seperti

yang dilakukan oleh Alexander di tahun 2015 pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.17 Pada penelitian tersebut didapatkan

keluhan akne vulgaris yang meningkat seiring dengan peningkatan tingkat stres.

Penelitian yang dilakukan oleh Zari pada tahun 2017 di universitas Jeddah juga

mendapatkan hasil yang berbeda dengan penelitian ini, di mana stres berkolerasi positif

dengan tingkat keparahan jerawat.53

Page 57: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

42

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa terdapat hubungan

antara tingkat stres dengan kejadian akne vulgaris. Stres yang terjadi pada seseorang

akan mengakibatkan teraktivasinya HPA axis yang dapat meningkatkan konsentrasi

ACTH dan glukokortikod yang berkepanjangan. Peningkatan ACTH akan memicu

peningkatan hormon androgen yang berperan dalam merangsang peningkatan produksi

sebum dan merangsang keratinosit. Peningkatan sebum dan keratinosit akan

mengakibatkan timbulnya akne vulgaris.29

Peneliti berasumsi terdapat banyak faktor yang mengakibat akne vulgaris pada

responden. Sebagian besar responden bertempat tinggal di asrama yang mungkin air

yang digunakan kurang bersih sehingga pada responden yang memiliki kulit sensitif

akan muncul akne vulgaris. Selain itu makanan juga dapat memicu munculnya akne

vulgaris, diantaranya adalah makanan tinggi lemak (gorengan, kacang, susu, keju dan

sejenisnya), makanan tinggi karbohidrat (makanan manis, coklat, dll), makanan pedas

dan makanan tinggi garam. Sebagian besar responden mengonsumsi makanan disekitar

sekolah yang berdasarkan pengamatan peneliti makanan yang tersedia didominasi oleh

makanan tinggi lemak. Dari pengakuan beberapa responden juga kejadian akne hanya

ketika mereka mengalami stres, seperti ujian, masalah pribadi atau ketika menstruasi

saja. Namun hal tersebut tidak mendominasi.

4.6 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian dilaksanakan saat siswa baru saja melewati masa liburan sehingga

tidak banyak siswa yang mengalami stres.

2. Akne yang diperiksa hanya pada wajah karena pihak sekolah tidak mengizinkan

untuk melakukan pemeriksaan pada tubuh, sehingga kemungkinan predileksi

akne vulgaris pada tempat predileksi lain seperti dada, bahu, dan punggung

tidak diketahui.

3. Faktor penyebab akne lain seperti genetik, perilaku merokok, dan kebersihan

wajah tidak dicatat dan diekslusi sehingga bisa menjadi variabel perancu.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

43

4. Karena keterbatasan tenaga dan waktu, pengisian kuesioner tiap angkatan

dilakukan bersama sehingga tiap siswa dapat melihat jawaban kuesioner siswa

lain didekatnya. Hal ini menyebabkan pengisian kuesioner tidak sesuai dengan

apa yang dialami dan rasakan sehingga dapat menimbulkan bias pada penelitian

ini.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

44

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Penderita akne vulgaris pada siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang

Selatan terbanyak berusia 17 tahun (37%), prevalensi laki-laki lebih tinggi

(52,6%), dan di kelas XII (37,8%).

2. Sebagian besar siswa SMKs Khazanah Kebajikan Tangerang Selatan tidak

mengalami stres (50,9%). Siswa dengan stres paling banyak terdapat pada

usia 17 tahun (41,9%), prevalensi perempuan lebih tinggi (52,3%), dan di

kelas XII (40%).

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kejadian

akne vulgaris (p-value = 0,972).

5.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan mengambil data kuesioner pada

masa-masa sebelum ujian sehingga tingkatan stres yang didapatkan lebih

beragam.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan pencatatan faktor genetik,

makanan yang sering dikonsumsi, dan kebersihan wajah.

3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan pemeriksaan pada seluruh

tempat predileksi.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

45

DAFTAR PUSTAKA

1. Syarif M Wasitaatmadja. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI. 2011.

2. Susanto RC, Made AM.Penyakit Kulit Dan Kelamin. Yokyakarta : Nuha

Medika. 2013.

3. Mahto A. Acne vulgaris. Elsevier Med 2017;45(6):386-389

4. Hay RJ, Johns NE, Williams HC, Bolliger IW, Dellavalle RP, Margolis DJ, et

al. The global burden of skin disease in 2010: An analysis of the prevalence and

impact of skin conditions. J Invest Derm 2014;134:1527–1534

5. Vos T, Flaxman AD, Naghavi M, Lozano R, Michaud C, et al. Years lived with

disability (YLDs) for 1160 sequelae of 289 diseases and injuries 1990–2010: a

systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010. Lancet

2012;380:2163–96

6. Sitohang IBS. Patogenesis terkini akne vulgaris. Jakarta : Departemen IKKK

FK UI/ RSCM Jakarta 2011; 149-150.

7. Tjekyan RMS. Kejadian dan faktor resiko akne vulgaris. Media Med Ind

2008;43(1):37-43. 6

8. Zouboulis CC. Acne and sebaceous gland function. J Clin Derm 2004;22:360-

366

9. J. A. A. Hunter, J. A. Savin, M. V. Dahl. Clinical Dermatology 3rd edition.

United Kingdom : Blackwell Science. 2002:148-156.

10. Zouboulis CC. Acne vulgaris and rosacea. In: Granstein RD, Luger TA.

Neuroimmunology of the skin. Berlin: Springer 2009:219-232

11. Guyton, Arthur C & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 13. Jakarta:

Penerbit EGC. 2016.

12. Sukadiyanto. Stres dan cara menanggulanginya. Cakrawala Pendidikan

2010;29(1):55-56.

Page 61: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

46

13. Hidayat, A.A. Konsep Stres dan Adaptasi Stres. Jakarta : Salemba.2014.

14. Taufik, Ifdil.Kondisi Stres Akademik Siswa SMA Negeri di Kota Padang.

Jurnal Konseling dan Pendidikan. 2013;1(2), 143-150.

15. Yosipovitch. Et al. Study of Psychological Stress, Sebum Production and Acne

Vulgaris in Adolescents. Jurnal ncbi;2017.

16. Perumal N. Hubungan stres dengan kejadian akne vulgaris di kalangan

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2007-

2009 (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara; 2010.

17. Alexander N. Hubungan stres dengan keluhan akne vulgaris pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (skripsi).

Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala; 2015.

18. Kusumoningtyas DS. Hubungan antara stres dengan timbulnya akne Vulgaris

pada siswa-siswi kelas III SMAN 7 Surakarta (skripsi). Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta; 2012.

19. Utari, S.S. Hubungan stres dengan kejadian akne vulgaris pada mahasiswa

kedokteran (skripsi). Lampung : Universitas Lampung. 2016.

20. Miranda D. Hubungan tingkst stres dengan kejadian akne vulgaris pada siswa

Madrasah Aliyah Swasta Ar-risalah Padang (skripsi). Padang : Universitas

Andalas ; 2018

21. Williams HC, Dellavalle RP, Garner S. Acne vulgaris. Lancet 2012;379:361-

372.

22. Price, S.A., Wilson, L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Edisi VI. Jakarta: EGC.2013.

23. Goldberg DJ, Berlin AL. Acne and rosacea: Epidemiology, diagnosis and

treatment. Boca Raton: Manson Publishing;2012.

24. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM. 2012. Acne vulgaris and acneiform

eruption. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff

K. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine 8th ed. New York :McGraw-

Hill : 897-905.

25. Harahap, M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

47

26. Siregar, R. S. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Erlangga.2005;55-65.

27. Corwin. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

28. Bhate K dan Williams HC. Epidemiology of acne vulgaris. Brit J Derm

2012;168:474-485

29. Ganceviciene R, Bohm M, Fimmel S, Zouboulis CC. 2009. The role of

neuropeptides in the multifactorial pathogenesis of acne vulgaris.

Dermatoendocrinol 2009;1(3):170-176

30. Adhi, D., Hamzah, M., Aisyah, S. Akne vulgaris. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit

Dan Kelamin, Edisi 5, Jakarta: FKUI.2008.

31. Sitohang IBS, Wasitatmadja SM. Akne vulgaris. In: Djuanda A. Ilmu penyakit

kulit dan kelamin, edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2015;288-294.

32. Zouboulis CC, Eady A, Philpott M, Goldsmith LA, Orfanos C, Cunliffe WC,

et al. What is the pathogenesis of acne?. Exp Derm 2005;14:143-152

33. Graham, R., Brown, Lecture Notes Dermatologi, diterjemahkan oleh Anies, Z.

M., Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga.

34. Baran, R. dan Maibach, H. Aging and Photoaging, ke-3. ed. Chemical Rubber

Company Press.2010.

35. Gawkrodger D, Ardern-Jones MR. Dermatology: AnIllustrated Colour Text.

5th ed. London: Churchill Livingstone. 2012.

36. Ramli, R., Malik, A.S., Hani, A.F.M., & Jamil, A. Acne Analysis, Grading and

Computational Assessment Methods : An Overview. Skin Reasearch and

Technology.2012.

37. Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith. Dasar-dasar Keperawatan jiwa, Pengantar

dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. 2011.

38. Dhabhar FS. Effects of psychological stress on skin immune function:

Implications for immunoprotection versus immunopathology. In: Granstein

RD, Luger TA. Neuroimmunology of the skin. Berlin: Springer; 2009. p. 113-

123

39. Lukaningsih, Zuyina Luk dan Bandiyah, Siti. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta

: Nuha Medika.2011.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

48

40. Gunawan S.G. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

41. Parkitny, L. and McAuley, J. The Depression Anxiety Stress Scale (DASS).

Journal of Physiotherapy. Elsevier, 56(3);2010. p. 204. doi: 10.1016/S1836-

9553(10)70030-8.

42. Engeland CG, Marucha PT. Wound healing and stress. In: Granstein RD, Luger

TA. Neuroimmunology of the skin. Berlin: Springer; 2009. p. 233-247

43. Dimsdale JE, Keefe FJ, Stein MB. Stress and psychiatry. In: Sadock BJ, Sadock

VA, editors. Kaplan & Sadock's comprehensive textbook of psychiatry. 7th ed.

New York: Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 2000.

44. Chiu A, Chon SY, Kimball AB. The response of skin disease to stress. Arch

Dermatol 2003;39:897-900

45. Hodgson TK, Braunstein GD. Physiological effects of androgen in women.

New Jersey: Human Press. 2006;1:49-62

46. Movita T. Acne vulgaris. CDK-203 2013;40(3):269-272

47. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

48. Sopiyudin Dahlan. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 6. Jakarta

: Salemba Medika. 2014.

49. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis edisi 4.

Jakarta: Sagung Seto; 2011

50. Ratnasari LPA. Profil tingkat stres psikologis terhadap derajat keparahan akne

vulgaris pada siswa SMA di Denpasar (skripsi). Denpasar: Universitas

Udayana; 2017

51. Health and Safety Executive. Stres and Psychological Disorders in Great

Britain, 2013.

52. McDonough P. & Walters V. Gender and health: Reassessing patterns and

explanations. Social Science and Medicine, 2001; 52:547-559.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

49

53. Zari S. The association between stress and acne among female medical

students in Jeddah, Saudi Arabia (skripsi). Saudi Arabia: Universitas Jeddah.

2017.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

50

LAMPIRAN

Lampiran 1

Penjelasan dan Informasi serta Informed Consent

Page 66: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

51

Lampiran 2

Kuesioner DASS 42

Page 67: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

52

Lampiran 3

Surat Permohonan Izin Penelitian

(Surat Pengantar)

Page 68: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

53

Lampiran 4

Surat Persetujuan Etik

Page 69: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

54

Lampiran 5

Hasil Uji Statistik SPSS

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perempuan 97 55.4 55.4 55.4

Laki-Laki 78 44.6 44.6 100.0

Total 175 100.0 100.0

Kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid X 56 32.0 32.0 32.0

XI 56 32.0 32.0 64.0

XII 63 36.0 36.0 100.0

Total 175 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 13 1 .6 .6 .6

14 6 3.4 3.4 4.0

15 44 25.1 25.1 29.1

16 49 28.0 28.0 57.1

17 61 34.9 34.9 92.0

18 12 6.9 6.9 98.9

19 2 1.1 1.1 100.0

Total 175 100.0 100.0

Page 70: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

55

(lanjutan)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 175 13 19 16.18 1.067

Valid N (listwise) 175

Status Akne

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Akne 135 77.1 77.1 77.1

Tidak Akne 40 22.9 22.9 100.0

Total 175 100.0 100.0

Tingkat Stres

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Stres 89 50.9 50.9 50.9

Stres Ringan 45 25.7 25.7 76.6

Stres Sedang 32 18.3 18.3 94.9

Stres Berat 5 2.9 2.9 97.7

Stres Sangat Berat 4 2.3 2.3 100.0

Total 175 100.0 100.0

Setelah kategori tingkat stres digabungkan

Tingkat Stres

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Stres 89 50.9 50.9 50.9

Stres Ringan 45 25.7 25.7 76.6

Stres Sedang-Sangat Berat 41 23.4 23.4 100.0

Total 175 100.0 100.0

(lanjutan)

Page 71: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

56

Tingkat Stres * Status Akne Crosstabulation

Status Akne

Total Akne Tidak Akne

Tingkat Stres Tidak Stres Count 68 21 89

% within Tingkat Stres 76.4% 23.6% 100.0%

% within Status Akne 50.4% 52.5% 50.9%

% of Total 38.9% 12.0% 50.9%

Stres Ringan Count 35 10 45

% within Tingkat Stres 77.8% 22.2% 100.0%

% within Status Akne 25.9% 25.0% 25.7%

% of Total 20.0% 5.7% 25.7%

Stres Sedang Count 24 8 32

% within Tingkat Stres 75.0% 25.0% 100.0%

% within Status Akne 17.8% 20.0% 18.3%

% of Total 13.7% 4.6% 18.3%

Stres Berat Count 4 1 5

% within Tingkat Stres 80.0% 20.0% 100.0%

% within Status Akne 3.0% 2.5% 2.9%

% of Total 2.3% 0.6% 2.9%

Stres Sangat Berat Count 4 0 4

% within Tingkat Stres 100.0% 0.0% 100.0%

% within Status Akne 3.0% 0.0% 2.3%

% of Total 2.3% 0.0% 2.3%

Total Count 135 40 175

% within Tingkat Stres 77.1% 22.9% 100.0%

% within Status Akne 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 77.1% 22.9% 100.0%

(lanjutan)

Page 72: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

57

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Point

Probability

Pearson Chi-Square 1.329a 4 .856 .892

Likelihood Ratio 2.219 4 .696 .804

Fisher's Exact Test .912 .952

Linear-by-Linear

Association

.299b 1 .585 .651 .331 .064

N of Valid Cases 175

a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .91.

b. The standardized statistic is -.546.

Hasil Analisis SPSS Chi-square tabel 5x2 tidak memenuhi syarat uji karena terdapat

4 cell yang memiliki nilai ekspektasi kurang dari 5 (>20%). Maka dari itu, dilakukan

penggabungan cell.

Setelah kategori stres digabungkan.

Tingkat Stres * Status Akne Crosstabulation

Status Akne

Total Akne Tidak Akne

Tingkat Stres Tidak Stres Count 68 21 89

% within Tingkat Stres 76.4% 23.6% 100.0%

% within Status Akne 50.4% 52.5% 50.9%

% of Total 38.9% 12.0% 50.9%

Stres Ringan Count 35 10 45

% within Tingkat Stres 77.8% 22.2% 100.0%

% within Status Akne 25.9% 25.0% 25.7%

% of Total 20.0% 5.7% 25.7%

Stres Sedang-Sangat Berat Count 32 9 41

% within Tingkat Stres 78.0% 22.0% 100.0%

% within Status Akne 23.7% 22.5% 23.4%

% of Total 18.3% 5.1% 23.4%

Total Count 135 40 175

% within Tingkat Stres 77.1% 22.9% 100.0%

% within Status Akne 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 77.1% 22.9% 100.0%

(lanjutan)

Page 73: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

58

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Pearson Chi-Square .057a 2 .972

Likelihood Ratio .057 2 .972

Linear-by-Linear Association .051 1 .821

N of Valid Cases 175

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 9.37.

Hasil Analisis SPSS Chi-square setelah penggabungan sel (tabel 3x2) memenuhi

syarat uji dan didapatkan p=0,972

Output jika kategori tidak stres dihilangkan

*Tidak Signifikan, p-value 0.728> Alpha (0.05)

(lanju tan)

Tingkat Stres * Status Akne Crosstabulation

Count

Status Akne

Total Akne Tidak Akne

Tingkat

Stres

Stres Ringan 35 10 45

Stres Sedang 24 8 32

Stres Berat 4 1 5

Stres Sangat Berat 4 0 4

Total 67 19 86

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.305a 3 .728

Likelihood Ratio 2.163 3 .539

Linear-by-Linear Association .396 1 .529

N of Valid Cases 86

a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .88.

Page 74: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

59

Output jika kategori tidak stres dihilangkan dan klasifikasi stres digabung.

Tingkat Stres * Status Akne Crosstabulation

Count

Status Akne

Total Akne Tidak Akne

Tingkat Stres Stres Ringan 35 10 45

Stres Sedang-Sangat Berat 32 9 41

Total 67 19 86

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .001a 1 .976

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .001 1 .976

Fisher's Exact Test 1.000 .592

Linear-by-Linear Association .001 1 .976

N of Valid Cases 86

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.06.

b. Computed only for a 2x2 table

*Tidak Signifikan, p-value 0.976> Alpha (0.05)

(lanjutan)

Page 75: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

60

Output jika kategori stres dijadikan nominal.

Stres Status * Status Akne Crosstabulation

Count

Status Akne

Total Akne Tidak Akne

Stres Status Tidak Stres 68 21 89

Stres 67 19 86

Total 135 40 175

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .056a 1 .813

Continuity Correctionb .003 1 .955

Likelihood Ratio .056 1 .813

Fisher's Exact Test .858 .478

Linear-by-Linear Association .056 1 .813

N of Valid Cases 175

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.66.

b. Computed only for a 2x2 table

*Tidak Signifikan, P-Value 0.813 > Alpha (0.05)

Lampiran 6

Page 76: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

61

Dokumentasi Penelitian

Pengisian kuesioner oleh responden

Responden dikumpulkan dalam satu ruangan

Penjelasan mengenai penelitian oleh peneliti

Salah satu wajah responden yang diinspeksi

Page 77: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN AKNE

62

Lampiran 7

Riwayat Hidup Penulis

Identitas

Nama : Rendika Fajryah Utami

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Lubuk Jaya, 28 Agustus 1998

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pasar baru-asam kumbang kenagarian sawah

laweh, kab. Pesisir selatan, bayang, sumatera barat 25652

No. Hp : 081277701890

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2003-2004 : TK Pertiwi Pasar Baru

2004-2010 : SDN 05 Pasar Baru

2010-2013 : SMP N 1 Bayang

2013-2016 : SMA N 3 Painan

2016-sekarang : Fakultas Kedokteran Program Studi Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta