Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANG
TUA DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA 9
SAMPAI 11 TAHUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Stephina Valencia Harda Sutejo
139114022
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai
kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.
(Matius 6 : 34)
Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya dipukul ombak.
Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan
gelombang itu.
(Marcus Aurelius)
Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan
dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi
menciptakan kasih.
(Lao Tse)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai,
memberkati, dan memberikan pertolongan.
Papi, Mami, dan Fani yang selalu mendukung dan memberikan semangat.
Kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses
pengerjaan tugas skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA
DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA 9 SAMPAI 11
TAHUN
Stephina Valencia Harda Sutejo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan
kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat
hubungan yang positif antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia
9 sampai 11 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian
korelasional. Responden dalam penelitian ini adalah 133 siswa. Metode pengumpulan data
menggunakan skala pola asuh otoritatif orang tua dan skala kompetensi sosial. Koefisien reliabilitas
skala pola asuh otoritatif orang tua sebesar 0,774, sedangkan koefisien reliabilitas skala kompetensi
sosial sebesar 0,705. Teknik analisis yang digunakan adalah Spearman’s rho. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua
dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun. Hasil uji korelasi Spearman’s rho
menunjukkan koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,368 dengan taraf signifikansi 0,000
(p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin positif pola asuh otoritatif orang tua, maka
kompetensi sosial akan meningkat.
Kata kunci : pola asuh otoritatif orang tua, kompetensi sosial, anak usia 9 sampai 11 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
CORRELATION BETWEEN AUTHORITATIVE PARENTING AND SOCIAL
COMPETENCE AMONG 9 TO 11 YEARS OLD CHILDREN
Stephina Valencia Harda Sutejo
ABSTRACT
This study aimed to examine the correlation between authoritative parenting and social competence
among 9 to 11 years old children. The hypothesis of this study was a positive relationship between
authoritative parenting and social competence among 9 to 11 years old children. This study was a
quantitative methods using correlational study. Participants of this study were 133 students. Data
were collected using authoritative parenting scale and social competence scale. The reliability
coefficient of authoritative parenting scale is 0,774, while the reliability coefficient of social
competence scale is 0,705. The analysis technique used in this study was spearman’s rho
correlation. The result shows that there is a positive and significant correlation between
authoritative parenting and social competence among 9 to 11 years old children. The result of
Spearman’s rho correlation shows the correlation coefficient is 0,368 with a significance level of
0,000 (p<0,05). This data means the positive authoritative parenting, the better social competence.
Keywords : authoritative parenting, social competence, 9 to 11 years old children
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan pernyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi di
Universitas Sanata Dharma. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan menyertai penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan juga sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.
Terima kasih atas bimbingan, bantuan, dan kesabaran yang telah Ibu berikan
kepada penulis.
3. Ibu Monica E. Madyaningrum, M.Psych., PhD. selaku Ketua Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., M.Si. dan Bapak Minta Istono, M.Si. selaku
Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dukungan kepada
penulis selama menjalani perkuliahan.
5. Bapak/Ibu dosen dan staf karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang telah banyak memberikan pengetahuan serta pengalaman
kepada penulis.
6. Kepala SDN Timbulharjo, SD Budya Wacana, SD BOPKRI Gondolayu,
SDN Serayu yang telah memberikan izin untuk penulis melakukan
penyebaran skala.
7. Seluruh responden yang telah membantu.
8. Papi, Mami, dan Fani yang selalu memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis.
9. Teman-teman sekelompok bimbingan skripsi Putri, Sonya, Tia, Monic yang
telah membantu dan mendukung penulis.
10. Teman-teman penulis semasa kuliah Nana, Visky, Jeje, Andina, Syifa, Aji
yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING........................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iii
HALAMAN MOTTO.............................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT............................................................................................................viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............................ix
KATA PENGANTAR..............................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................10
C. TUJUAN PENELITIAN............................................................................10
D. MANFAAT PENELITIAN........................................................................10
1. Manfaat Teoritis...................................................................................10
2. Manfaat Praktis.....................................................................................10
BAB II. LANDASAN TEORI................................................................................12
A. KOMPETENSI SOSIAL............................................................................12
1. Definisi Kompetensi Sosial..................................................................12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2. Aspek-aspek Kompetensi Sosial...........................................................13
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kompetensi Sosial..........................18
B. POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA .............................................28
1. Definisi Pola Asuh................................................................................28
2. Definisi Pola Asuh Otoritatif Orang tua................................................29
3. Aspek-aspek Pola Asuh Otoritatif Orang tua........................................31
C. ANAK USIA 9 SAMPAI 11 TAHUN........................................................33
1. Definisi Anak Usia 9 Sampai 11 Tahun................................................33
2. Karakteristik Anak Usia 9 Sampai 11 Tahun........................................34
D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF
ORANG TUA DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA
9 SAMPAI 11 TAHUN..............................................................................37
E. SKEMA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF
ORANG TUA DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA
9 SAMPAI 11 TAHUN..............................................................................44
F. HIPOTESIS................................................................................................45
BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................46
A. JENIS PENELITIAN.................................................................................46
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN............................................46
1. Variabel Bebas.....................................................................................46
2. Variabel Tergantung.............................................................................46
C. DEFINISI OPERASIONAL.......................................................................46
1. Pola Asuh Otoritatif Orang tua.............................................................46
2. Kompetensi Sosial................................................................................47
D. RESPONDEN PENELITIAN....................................................................48
E. METODE PENGUMPULAN DATA........................................................48
1. Penyusunan Blue Print.........................................................................48
2. Penulisan Item......................................................................................50
3. Review dan Revisi Item........................................................................51
4. Penghitungan Validitas Isi....................................................................51
5. Uji Coba Pendahuluan..........................................................................54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
6. Uji Coba Alat Ukur...............................................................................55
F. PEMERIKSAAN RELIABILITAS ALAT UKUR PENELITIAN............61
G. METODE ANALISIS DATA....................................................................61
1. Uji Asumsi............................................................................................61
1.1. Uji Normalitas...............................................................................61
1.2. Uji Linearitas.................................................................................62
2. Uji Hipotesis.........................................................................................62
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................64
A. HASIL PENELITIAN................................................................................64
1. Pelaksanaan Penelitian.........................................................................64
2. Deskripsi Responden............................................................................65
3. Deskripsi Data Penelitian.....................................................................66
3.1. Mean Empiris dan Mean Teoritik..................................................66
3.2.Kategorisasi Skala..........................................................................67
4. Reliabilitas Data Penelitian...................................................................69
5. Hasil Uji Asumsi...................................................................................70
5.1. Uji Normalitas...............................................................................70
5.2.Uji Linearitas..................................................................................70
6. Hasil Uji Hipotesis...............................................................................71
7. Analisis Tambahan...............................................................................72
B. PEMBAHASAN........................................................................................72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................77
A. KESIMPULAN..........................................................................................77
B. KETERBATASAN PENELITIAN............................................................77
C. SARAN......................................................................................................78
1. Bagi Peneliti Selanjutnya......................................................................78
2. Bagi Orang tua......................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................79
LAMPIRAN...........................................................................................................83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua................................... 49
Tabel 2. Blue Print Skala Kompetensi Sosial........................................................50
Tabel 3. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban.......................................................51
Tabel 4. Distribusi Item Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua (sebelum uji
coba).........................................................................................................53
Tabel 5. Distribusi Item Skala Kompetensi Sosial (sebelum uji coba)....................54
Tabel 6. Distribusi Item Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Sebelum Uji Coba..........57
Tabel 7. Distribusi Item Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Setelah Uji Coba............58
Tabel 8. Distribusi Item Kompetensi Sosial Sebelum Uji Coba..............................59
Tabel 9. Distribusi Item Kompetensi Sosial Setelah Uji Coba................................60
Tabel 10. Data Responden Penelitian….................................................................65
Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian........................................................................66
Tabel 12. Norma Kategorisasi Dan Tingkat Pola Asuh Otoritatif Orang Tua.........68
Tabel 13. Norma Kategorisasi Dan Tingkat Kompetensi Sosial.............................68
Tabel 14. Hasil Reliabilitas Data Penelitian............................................................69
Tabel 15. Hasil Uji Normalitas...............................................................................70
Tabel 16. Hasil Uji Linearitas.................................................................................71
Tabel 17. Hasil Uji Hipotesis..................................................................................71
Tabel 18. Koefisien Determinasi Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dengan
Kompetensi Sosial..................................................................................72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi Pola Asuh
Otoritatif Orang Tua..........................................................................84
Lampiran 2. Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi Kompetensi
Sosial.................................................................................................97
Lampiran 3. Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Pola Asuh Otoritatif Orang
Tua...................................................................................................107
Lampiran 4. Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Kompetensi Sosial................110
Lampiran 5. Skala Uji Coba Pola Asuh Otoritatif Orang Tua...............................114
Lampiran 6. Skala Uji Coba Kompetensi Sosial...................................................122
Lampiran 7. Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Pola Asuh Otoritatif Orang
Tua Uji Coba....................................................................................129
Lampiran 8. Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Kompetensi Sosial Uji
Coba................................................................................................135
Lampiran 9. Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial
Pengambilan Data............................................................................144
Lampiran 10. Reliabilitas Data Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi
Sosial Pengambilan Data...............................................................153
Lampiran 11. Uji Normalitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi
Sosial.............................................................................................155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 12. Uji Linearitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi
Sosial.............................................................................................157
Lampiran 13. Uji Hipotesis Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi
Sosial.............................................................................................159
Lampiran 14. Uji One Sample T-Test Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan
Kompetensi Sosial.........................................................................161
Lampiran 15. Skor Maksimum dan Skor Minimum Pola Asuh Otoritatif Orang
Tua dan Kompetensi Sosial...........................................................163
Lampiran 16. Surat Izin dan Keterangan Penelitian..............................................165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kekerasan banyak terjadi di berbagai tempat. Tidak hanya di rumah, di
tempat kerja, dan di lingkungan masyarakat, tetapi juga terjadi di lingkungan
sekolah. Kekerasan dapat terjadi baik dalam bentuk verbal maupun non verbal.
Salah satu bentuk kekerasan adalah bullying. Menurut Setyawan (2014),
berdasarkan data yang diperoleh dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), kasus bullying berada pada peringkat teratas dalam pengaduan
masyarakat. Menurut KPAI, bullying merupakan bentuk kekerasan di sekolah,
yang mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun juga
pungutan liar. Terdapat 369 pengaduan terkait kasus bullying yang terjadi dari
tahun 2011 sampai Agustus 2014 di Indonesia. Jumlah tersebut 25% dari total
pengaduan pada bidang pendidikan yang sebanyak 1.480 kasus.
Kasus kekerasan yang dilakukan anak sekolah dasar kepada temannya
juga terjadi di Bukittinggi. Kekerasan tersebut terlihat dari isi video yang
beredar mengenai anak yang dipukul oleh teman-temannya (Hermawan, 2014).
Selain itu, kasus kenakalan anak sekolah dasar juga terjadi di Sukabumi. Kasus
tersebut terjadi adanya perkelahian yang sampai mengakibatkan korban
meninggal dunia (Safutra, 2017). Kekerasan dan kenakalan tersebut
merupakan suatu perilaku agresi yang dilakukan anak. Agresi memiliki
hubungan pada masalah terhadap kompetensi sosial (Coie & Dodge; Coie,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dodge, & Kupersmidt, dalam Semrud-Clikeman, 2007). Menurut McGee dan
Williams (dalam Semrud-Clikeman, 2007) masalah yang terkait kesedihan,
kecemasan, agresi, serta perilaku pada masa kanak-kanak yang kemudian
berlanjut hingga remaja terkait dengan kesulitan pada kompetensi sosial di
masa remaja. Crick & Dodge (dalam Semrud-Clikeman, 2007) mengatakan
bahwa perilaku agresif berhubungan dengan masalah dalam fungsi sosial dan
juga pemrosesan informasi. Pada pengolahan informasi sosial, remaja yang
agresif mengalami kesulitan, hal itu disebabkan karena dirinya tidak mampu
untuk memecahkan masalah sosial dengan menggunakan strategi maupun
kemampuan bahasa. Remaja yang salah dalam memproses suatu informasi,
maka dirinya tidak mampu dalam memecahkan masalah serta tidak mampu
untuk menyesuaikan perilaku terhadap suatu situasi. Menurut Orpinas dan
Horne (2006), kemampuan untuk memecahkan masalah merupakan hal penting
dalam kognisi serta dapat memiliki pengaruh terhadap kompetensi sosial.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nation, Vieno, Perkins, dan
Santinello (2008), salah satu penyebab terjadinya bullying di sekolah adalah
kurangnya kompetensi sosial. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh
Houbre, Tarquinio, Thuillier, dan Hergott (2006) pada responden siswa
sekolah dasar, didapati hasil bahwa pengendalian diri, kompetensi sosial,
penampilan fisik, dan harga diri pada pelaku atau korban bullying memiliki
nilai terendah dibandingkan dengan kemampuan atletik. Selain itu, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Garner dan Hinton (2010) pada siswa kelas
kelas tiga sampai kelas lima yang berusia 7 sampai 11 tahun didapati hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bahwa bullying memiliki hubungan yang negatif terhadap regulasi emosi diri.
Hasil penelitian mengenai agresi yang dilakukakan pada siswa kelas tiga
hingga kelas enam sekolah dasar oleh Schoffstall dan Cohen (2011)
menunjukkan bahwa cyber aggression memiliki hubungan dengan kompetensi
sosial yang negatif. Selain itu, cyber aggression terkait dengan tingginya
tingkat kesepian, rendahnya harga diri global, optimisme pada teman sebaya
yang rendah, jumlah persahabatan timbal balik yang semakin sedikit,
rendahnya penerimaan sosial, serta popularitas yang rendah. Berdasarkan
fenomena dan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu
faktor yang dapat menimbulkan bullying dan agresi adalah kurangnya
kompetensi sosial.
Berdasarkan kasus-kasus tersebut, dapat diketahui bahwa anak yang
melakukan agresi merupakan siswa sekolah dasar, sehingga pada kasus-kasus
tersebut menunjukkan pentingnya kompetensi sosial pada siswa sekolah dasar.
Kompetensi sosial merupakan suatu hal yang penting untuk kesehatan mental,
penyesuaian pribadi, serta keberhasilan sosial ataupun akademik pada kanak-
kanak awal hingga dewasa (Boyum & Parke; Mendes, McDermott, &
Fantuzzo, dalam Chae & Lee, 2011). Anak usia dini yang tidak membentuk
keterampilan sosial secara tepat, maka dapat menunjukkan negatifnya pola
dalam kompetensi sosial yang berakibat pada risiko awal dalam masalah
penyesuaian yang kronis (von Klitzing, Stadelmann, & Perren, dalam Chae &
Lee, 2011). Selain itu, menurut Voeller (dalam Semrud-Clikeman, 2007)
mengatakan penurunan kompetensi sosial terkait dengan agresi dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mampu untuk mengatur dirinya. Hal ini yang membuat peneliti ingin meneliti
mengenai kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah pengetahuan dan
kemampuan seseorang untuk membangun dan berinteraksi dengan orang lain
secara positif (Orpinas & Horne, 2006; Semrud-Clikeman, 2007; Upton, 2012).
Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi kompetensi sosial, yaitu
pola asuh orang tua (Akhtar, Malik, & Begeer, 2016; Chae & Lee, 2011; Garcia
& Gracia, 2009; Jabagchourian, Sorkhabi, Quach, dan Strage, 2014; Kazemi,
Ardabili, & Solokian, 2010; Ren & Edwards, 2015); kelekatan (attachment)
(Booth-Laforce, Oh, Kim, Rubin, Rose-Krasnor, & Burgess, 2006); dukungan
dari guru (Camodeca, Caravita, & Coppola, 2015; Elias, & Haynes, 2008),
dukungan orang tua (Burt, Obradović, Long, Masten, 2008), dan regulasi emosi
(Penela, 2013). Di antara beberapa faktor tersebut, pada penelitian ini peneliti
akan meneliti pola asuh orang tua. Hal ini dikarenakan pola asuh yang berbeda-
beda yang berasal dari orang tua memiliki hubungan terhadap perilaku serta
sifat kepribadian yang juga berbeda-beda pada anak (Baumrind; Maccoby &
Martin, dalam Ormrod, 2009). Orang tua merupakan faktor yang penting
karena sebagian besar waktu yang dimiliki anak dihabiskan di dalam rumah,
sehingga anak lebih sering berinteraksi dengan orang tua. Selain itu, orang tua
memiliki peran yang penting dalam kehidupan anak. Menurut Santrock (2007),
peran orang tua seperti melihat orang tua sebagai seorang manajer dalam
kehidupan anak. Peran tersebut diantaranya menentukan sekolah untuk anak,
memberitahu anak mengenai pakaian yang akan digunakan serta membuat
kegiatan untuk anak setelah pulang sekolah. Peran manajerial tersebut penting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
untuk perkembangan sosioemosional anak, seperti orang tua dapat mengatur
anak ketika melakukan kontak sosial bersama teman sebaya, serta orang
dewasa (Parke; Parke & Buriel, dalam Santrock, 2007). Peran lainnya seperti
pemantauan yang efektif pada anak, seperti mengawasi tempat sosial yang
dipilih anak, pilihan aktivitas dari anak, dan juga teman yang anak pilih
(Santrock, 2007).
Menurut Berk (2010), pola asuh adalah perilaku pengasuhan yang
terjadi melalui suatu rentang situasi yang menimbulkan suasana pengasuhan
yang berkepanjangan. Baumrind (dalam Santrock, 2012) mengatakan bahwa
terdapat 4 pola asuh orang tua, yaitu otoritarian (authoritarian), otoritatif
(authoritative), melalaikan (neglectful), dan memanjakan (indulgent). Pola
asuh otoritarian (authoritarian) adalah pola pengasuhan yang tidak
memberikan kesempatan anak untuk berbicara dan juga memberikan batasan,
hukuman serta kendali secara tegas kepada anak. Pola asuh otoritatif
(authoritative) adalah pola asuh yang memberikan peluang kepada anak untuk
berbicara dan mendorong anak supaya mandiri, tetapi memberikan batasan dan
juga kendali kepada anak. Pola asuh melalaikan (neglectful) adalah kehidupan
anak yang berjalan tanpa ada keterlibatan sama sekali dari orang tua. Pola asuh
memanjakan (indulgent) adalah orang tua yang kurang dalam memberikan
tuntutan dan kendali, namun masih terlibat dalam memberikan pengasuhan.
Beberapa penelitian menemukan ada pengaruh pola asuh dengan
kompetensi sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Akhtar, Malik, dan Begeer
(2016) mendapatkan hasil bahwa pengasuhan ayah dan ibu berkorelasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dimensi kompetensi sosial anak. Penelitian yang dilakukan oleh Garcia dan
Gracia (2009) menunjukkan bahwa remaja dengan orang tua indulgent
(memanjakan) memiliki kecenderungan yang lebih positif pada kompetensi
personal daripada remaja dari keluarga dengan pola asuh authoritarian
(otoriter) dan neglectful (melalaikan). Remaja dengan orang tua authoritative
(otoritatif) mendapatkan hasil yang lebih positif daripada remaja dengan orang
tua authoritarian (otoriter) pada kompetensi sosial. Jabagchourian, Sorkhabi,
Quach, dan Strage (2014) menemukan bahwa pola asuh otoritatif ibu memiliki
korelasi positif dan signifikan dengan nilai anak, kompetensi sosial,
pengambilan perspektif, dan pengaturan diri dan berkorelasi negatif dengan
agresi anak-anak. Pola asuh otoritatif ayah berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap keterlibatan akademis, kompetensi sosial, dan pengambilan
perspektif anak-anak.
Penelitian lain dari Ren dan Edwards (2015) menemukan bahwa pola
asuh otoritatif berhubungan positif dengan kompetensi sosial anak-anak,
sedangkan pola asuh otoriter berhubungan negatif dengan kompetensi sosial
anak-anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kazemi, Ardabili, dan
Solokian (2010), ibu yang menggunakan teknik pengasuhan permisif dan
otoritatif cenderung menunjukkan kompetensi sosial anaknya yang lebih tinggi
daripada gaya pengasuhan ibu otoriter dan melalaikan. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Chae dan Lee (2011) menunjukkan bahwa perilaku pengasuhan
ayah yang dipengaruhi oleh kelekatan masa anak-anak para ayah memiliki
dampak langsung pada kompetensi sosial anak laki-laki. Selain itu, perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pengasuhan para ayah memiliki dampak langsung pada kompetensi sosial anak
perempuan.
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah usia responden yang akan digunakan dalam penelitian ini. Meskipun
pada penelitian serupa sebelumnya tersebut pernah meneliti responden dengan
usia 11 tahun, tetapi hanya pada responden perempuan dengan pola asuh ibu.
Selain itu, pada penelitian sebelumnya meneliti menggunakan responden
remaja, orang tua, dan siswa kelas V sekolah dasar. Siswa kelas V sekolah
dasar yang digunakan pada penelitian sebelumnya berada di California,
sehingga peneliti ingin meneliti pada responden usia anak pertengahan yang
berusia 9 sampai 11 tahun serta menggunakan responden siswa laki-laki dan
perempuan dengan pola asuh orang tua (ayah dan ibu) di Indonesia, khususnya
di Yogyakarta. Adanya perbedaan budaya yang digunakan pada penelitian
sebelumnya dengan budaya di Indonesia inilah yang membuat peneliti tertarik
melakukan penelitian ini. Menurut Morris (dalam Brooks, 2011) budaya
merupakan nilai, adanya keyakinan, cara pandang seseorang, ritual, serta
institusi yang berasal dari suatu kelompok atau populasi. Budaya memberikan
tempat dalam perkembangan seperti latar belakang dalam hal fisik dan juga
sosial untuk orang tua serta anak, karakter psikologis yang digunakan orang
tua serta anak, dan perilaku yang ditetapkan untuk anggota keluarga (Harkness
& Super, dalam Brooks, 2011). Menurut Brooks (2011) budaya memengaruhi
aktivitas dalam pengasuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti mengenai hubungan
antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia
9 sampai 11 tahun. Pola asuh otoritatif orang tua dipilih dikarenakan pola asuh
tersebut dianggap lebih baik dibandingkan dengan pola asuh yang lainnya
dalam hal mengasuh anak. Menurut J. M. T. Walker dan Hoover-Dempsey
(dalam Ormrod, 2009) mengatakan bahwa anak yang mendapatkan
pengasuhan otoritatif akan terlihat gembira, memiliki semangat, percaya diri,
serta mandiri. Anak dapat lebih mudah dalam menjalin hubungan pertemanan,
mempunyai keterampilan sosial, memiliki kepedulian dengan hak dan juga
kebutuhan orang lain, serta memiliki motivasi untuk berprestasi. Selain itu,
pada hasil penelitian sebelumnya, pola asuh otoritatif orang tua memiliki
pengaruh dengan kompetensi sosial. Akan tetapi, responden yang digunakan
pada penelitian sebelumnya adalah orang tua, remaja, anak perempuan berusia
11 tahun dengan pola asuh ibu, dan siswa sekolah dasar kelas V di California,
sehingga peneliti ingin meneliti pada responden lain yaitu, anak yang berusia
9 sampai 11 tahun pada laki-laki dan perempuan yang tergolong pada tahap
perkembangan usia pertengahan yang dilakukan di Indonesia, secara khusus di
Yogyakarta serta pola asuh yang digunakan pada penelitian ini adalah pola
asuh orang tua (ayah dan ibu). Pola asuh otoritatif orang tua yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah pola asuh otoritatif orang tua yang
dipersepsi anak. Persepsi adalah proses mengatur, memberikan makna serta
menginterpretasi informasi sensorik melalui stimulus yang bersumber dari cara
pandang seseorang memandang orang lain serta lingkungan di sekitarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
menggunakan indra yang dimilikinya (Beebe, Beebe, & Redmond, 2011;
DeVito, 2011; Halonen & Santrock, 1999; Hybels & Weaver, 2004; King,
2010; Santrock, 2012).
Responden yang ingin peneliti teliti adalah anak usia 9 sampai 11 tahun.
Peneliti ingin meneliti anak pada usia tersebut dikarenakan pada rentang usia
ini, anak berada pada kategori industri versus rasa rendah diri di periode
psikososial Erikson (dalam Feist & Feist, 2010). Menurut Erikson (dalam Feist
& Feist, 2010) pada periode perkembangan tersebut, anak belajar untuk dapat
bekerja serta bermain pada suatu aktivitas yang nantinya anak dapat memiliki
kemampuan untuk bekerja dan dapat belajar mengenai suatu aturan sehingga
dirinya dapat bekerja sama dengan orang lain. Hal tersebut dapat
mengembangkan rasa industri seperti kesungguhan, keinginan untuk
melakukan sesuatu, dan menyelesaikan suatu pekerjaan dalam dirinya. Akan
tetapi, saat anak tidak dapat melakukan suatu pekerjaan dengan baik dalam
mencapai tujuan, maka anak akan merasa rendah diri. Berdasarkan hal tersebut,
pada tahap ini, anak belajar untuk dapat mengembangkan kompetensi seperti
rasa percaya diri dalam menggunakan kemampuan secara fisik dan kognitif
ketika menyelesaikan masalah yang ada pada usia sekolah. Selain itu, tahap
perkembangan kognitif menurut Piaget pada anak usia 9 sampai 11 tahun
termasuk dalam tahap operasional konkret. Anak dapat berpikir secara logis
serta dapat memecahkan masalah yang konkret (Papalia, Olds, dan Feldman,
2008). Hal tersebut yang membuat kompetensi sosial dapat dikembangkan
pada usia ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia
9 sampai 11 tahun?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah menguji adanya hubungan antara pola asuh
otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ada dua, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat untuk melengkapi mengenai
penelitian sebelumnya dalam bidang psikologi perkembangan dan
psikologi pendidikan, secara khusus mengenai hubungan antara pola asuh
otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11
tahun. Selain itu, dapat menambah pengetahuan mengenai faktor yang
memengaruhi kompetensi sosial.
2. Manfaat Praktis
2.1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai
hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi
sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun. Selain itu, hasil penelitian ini
dapat memberi wawasan mengenai hubungan antara pola asuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai
11 tahun.
2.2. Bagi Orang tua
Penelitian ini diharapkan supaya orang tua dapat menerapkan
pola asuh otoritatif yang baik dan juga dapat meningkatkan
kompetensi sosial anak yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KOMPETENSI SOSIAL
1. Definisi Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial menurut Orpinas dan Horne (2006) adalah
pengetahuan dan keterampilan seseorang yang sesuai dengan usianya serta di
dalam komunitas atau lingkungan sosialnya, hal tersebut dapat berfungsi
secara baik. Kompetensi sosial yang dimiliki anak berasal dari keterampilan
yang dimilikinya dan juga adanya karakteristik lingkungan anak. Artinya anak
secara sosial dapat kompeten dalam suatu lingkungan, tetapi tidak kompeten
di lingkungan yang lain.
Menurut Semrud-Clikeman (2007) kompetensi sosial adalah
kemampuan seseorang untuk mengambil pandangan lain tentang suatu situasi
dan juga belajar dari pengalaman masa lalu serta dapat menerapkan hal
tersebut sebagai pembelajaran mengenai pandangan sosial yang dapat selalu
berubah. Kemampuan seseorang untuk dapat merespon dengan fleksibel dan
tepat dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengatasi
tantangan sosial yang dipertunjukkan kepada kita semua. Harapan untuk
membangun interaksi dengan orang lain di masa depan serta anak-anak dapat
mengembangkan persepsi mereka mengenai perilakunya sendiri merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dasar dari kompetensi sosial. Upton (2012) mengemukakan bahwa kompetensi
sosial adalah kemampuan seseorang untuk dapat menjalin relasi dengan orang
lain, mengetahui situasi sosial, menjalin interaksi sosial yang positif dengan
teman sebaya.
Berdasarkan definisi dari beberapa tokoh tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kompetensi sosial adalah pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang untuk membangun dan melakukan interaksi secara positif
dengan orang lain.
2. Aspek-aspek Kompetensi Sosial
Terdapat 4 aspek kompetensi sosial menurut Orpinas dan Horne (2006);
Schneider, Attili, Nadel, dan Weissberg (1989); Semrud-Clikeman (2007),
yaitu:
2.1. Kemampuan mengelola emosi
Saarni, Mumme, dan Campos (dalam Papalia, Olds, & Feldman,
2008) mengatakan bahwa saat usia pada anak semakin bertambah, maka
anak dapat memiliki kepekaan yang lebih pada perasaan diri anak sendiri
serta perasaan orang lain. Selain itu, anak dapat mengelola ekspresi
emosional dengan lebih baik pada situasi sosial dan anak memiliki
kemampuan untuk merespon tekanan emosional dari orang lain.
Halberstadt, Denham, Dunsmore (dalam Semrud-Clikeman, 2007)
mengatakan bahwa bagian penting yang lainnya mengenai adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kompetensi sosial adalah kemampuan yang secara akurat dalam
mengirim serta menerima suatu pesan emosional. Menurut Semrud-
Clikeman (2007) mengatakan memahami keadaan emosi yang dimiliki
orang lain melalui adanya perilaku/isyarat non-verbal, seperti ekspresi
wajah, dan gerak tubuh. Orpinas dan Horne (2006) mengemukakan
bahwa kemampuan untuk dapat mengelola emosi merupakan bagian
dalam kecerdasan sosial, seperti kemampuan untuk dapat mengatur emosi
dan menjalin relasi dengan orang lain. Contohnya adalah dapat mengenali
serta memahami perasaan diri sendiri dan dapat mengidentifikasi emosi
serta kebutuhan yang dialami orang lain. Indikator kemampuan
mengelola emosi adalah merespon secara fleksibel, dan memahami
perasaan orang lain.
2.2. Kemampuan untuk berkomunikasi
Shannon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004) mengatakan bahwa
komunikasi merupakan interaksi yang dilakukan oleh manusia untuk
saling memengaruhi, baik disengaja maupun tidak disengaja. Komunikasi
tidak terbatas hanya pada komunikasi verbal saja, tetapi juga pada
komunikasi nonverbal seperti ekspresi wajah, lukisan, seni, dan
teknologi. Semrud-Clikeman (2007) mengatakan bahwa kompetensi
sosial termasuk adanya keterampilan sosial, komunikasi sosial, serta
komunikasi secara interpersonal. Burleson, Applegate, Burke, Clark,
Delia, dan Kline (dalam Semrud-Clikeman, 2007) menyatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kemampuan untuk dapat berkomunikasi ini dapat dilihat melalui
komunikasi yang jelas dan memiliki sikap yang responsif. Selain itu,
menurut Putallaz dan Wasserman (dalam Semrud-Clikeman, 2007)
mengatakan bahwa anak-anak yang dapat masuk di dalam suatu
pembicaraan serta menyesuaikan perilaku dengan percakapan yang
sedang terjadi dapat lebih berhasil dalam melakukan interaksi. Menurut
Spitzberg (dalam Semrud-Clikeman, 2007) saat memulai interaksi, perlu
memiliki pemahaman mengenai konteks budaya, waktu, hubungan,
situasi, dan fungsi yang ada didalamnya. Contohnya adalah kedekatan
pada saat berinteraksi dengan orang lain, volume suara, dan memahami
mengenai konteks budaya terkait pada saat berkomunikasi. Indikator
kemampuan untuk berkomunikasi adalah mampu memulai interaksi
dengan orang lain secara verbal dan non-verbal, dan mampu merespon
lawan bicara saat berkomunikasi.
2.3. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah
Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2008), perkembangan
kognitif menurut kategori Piaget pada anak usia 7 sampai 11 tahun adalah
tahap operasi konkret, yaitu kemampuan anak untuk dapat berpikir
rasional dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan
baik. Perkembangan ketika anak berinteraksi dengan orang lain ditahap
ini serta melihat berbagai sudut pandang yang berbeda, maka anak
memiliki kemampuan untuk mengetahui konsep mengenai kebenaran dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
keadilan, serta dapat mempertimbangkan suatu hal berdasarkan situasi
yang sedang berlangsung.
Semrud-Clikeman (2007) mengatakan bahwa kemampuan
menyelesaikan masalah seperti kemampuan untuk menggunakan
pengalaman sebelumnya secara fleksibel sebagai cara dalam mencari
jalan keluar. Selanjutnya, anak dapat berpikir mengenai pola pikir orang
lain yang berbeda dengan dirinya, sehingga anak perlu untuk memiliki
kemampuan dalam mengambil sudut pandang yang berbeda. Menurut
Ciarrochi, Scott, Deane, dan Heaven (dalam Semrud-Clikeman, 2007)
kemampuan dalam memecahkan masalah merupakan cara yang
digunakan untuk dapat memecahkan masalah dan untuk dapat memahami
situasi serta dapat menemukan solusi yang adaptif.
Orpinas dan Horne (2006) mengatakan bahwa kemampuan
memecahkan masalah adalah suatu hal yang penting di dalam kognisi dan
kemampuan yang relevan dalam mengembangkan kompetensi sosial.
Menurut Spivack, Platt dan Shure (dalam Schneider, Attili, Nadel, &
Weissberg, 1989) kemampuan untuk menyelesaikan masalah termasuk
kepekaan terhadap adanya permasalahan sosial, mempertimbangkan cara
yang lain dalam menyelesaikan masalah, dan mempertimbangkan setiap
konsekuensi. Indikator kemampuan untuk menyelesaikan masalah adalah
membuat suatu keputusan yang tepat, dan memahami bahwa orang lain
memiliki sudut pandang yang berbeda dengan dirinya mengenai sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.4. Kesadaran sosial
Orpinas dan Horne (2006) mengatakan bahwa kesadaran sosial
adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengetahui perilaku yang
tidak dapat diterima secara sosial. Menurut Chandler; Flavell; Selman;
dan Shantz (dalam Schneider, Attili, Nadel, & Weissberg, 1989)
kesadaran sosial dipengaruhi oleh adanya keterampilan, kemampuan,
serta proses yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai tujuan
sosialnya dan untuk dapat menguasai lingkungan sosial. Hal ini
merupakan suatu kemampuan untuk dapat terlibat di dalam interaksi
interpersonal yang efektif, serta dapat memahami orang lain yang
disebut kognisi sosial.
Menurut Greenspan (dalam Schneider, Attili, Nadel, &
Weissberg, 1989) terdapat beberapa hal yang berbeda dalam kesadaran
sosial yaitu, pertama, kepekaan sosial seperti adanya pengambilan peran
dan juga inferensi sosial. Kedua, wawasan sosial yang meliputi adanya
pemahaman sosial, wawasan psikologis, serta penilaian moral. Ketiga,
komunikasi sosial yang meliputi komunikasi referensial dan
penyelesaian suatu masalah sosial. Indikator kesadaran sosial adalah
memahami bahwa perilaku yang dilakukan dapat diterima orang lain,
dan memahami tanda-tanda bahwa suatu perilaku tidak dapat diterima
orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kompetensi Sosial
Faktor-faktor yang memengaruhi kompetensi sosial dibedakan menjadi
2, yaitu faktor eksternal dan faktor internal menurut Orpinas dan Horne (2006);
Semrud-Clikeman (2007), yaitu:
3.1. Faktor Eksternal
3.1.1. Relasi dengan Guru
Guru adalah seseorang yang memiliki tugas utama untuk
mendidik dan juga seseorang yang memiliki kesempatan dalam
adanya perkembangan pribadi dan juga sosial yang dimiliki siswa
(Woolfolk, 2009). Menurut Pianta (dalam Semrud-Clikeman,
2007) anak yang memiliki kelekatan aman dengan guru ketika
prasekolah, akan siap untuk menghadapi lingkungan fisik dan
sosial mereka dengan tepat. Selain itu, menurut Pianta, Steinberg,
dan Rollins (dalam Semrud-Clikeman, 2007) anak yang memiliki
konflik terhadap gurunya, tampak memiliki kesulitan untuk dapat
membentuk hubungan sosial dan juga mengalami kesulitan dalam
belajar. Sementara itu, anak yang dependen memiliki masalah
terkait dalam membentuk hubungan dengan teman sebaya. Hamre
dan Pianta (dalam Semrud-Clikeman, 2007) mengatakan bahwa
hubungan tersebut terlihat stabil dan akan berlanjut di masa
sekolah dasar. Coplan dan Rubin (dalam Semrud-Clikeman,
2007) mengemukakan bahwa anak yang berpartisipasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tepat ketika adanya permainan sosial bersama dengan guru dapat
mengembangkan kemampuan anak dalam berkomunikasi dan
berbagi. Selain itu, dapat sebagai prediktor dalam penerimaan
dengan teman sebayanya pada masa anak usia dini.
3.1.2. Teman Sebaya (Peer)
Santrock (2007) mengatakan bahwa sebaya adalah orang
yang memiliki kesamaan dalam usia dan kedewasaan. Menurut
McHale, Dariotis, dan Kauh (dalam Semrud-Clikeman, 2007)
mengemukakan bahwa sosialisasi pada anak usia sekolah dasar
dan menengah adalah teman sebaya. Tugas perkembangan pada
anak diusia ini adalah dapat memahami hubungan sosial. Selain
itu, perkembangan yang lain adalah dapat untuk mengembangkan
kompetensi sosial. Pada masa ini, anak lebih banyak untuk berada
di luar rumah. Hart, Newell, dan Olsen (dalam Semrud-Clikeman,
2007) mengatakan bahwa pengakuan dari kelompok teman sebaya
memiliki hubungan terhadap sehatnya konsep diri anak dan juga
kesuksesan akademis yang dimilikinya. Pada saat adanya
penerimaan dari teman sebaya merupakan bentuk adanya
kompetensi sosial. Penting adanya hubungan dengan teman
sebaya untuk pertumbuhan kognitif serta sosial (Hartup; Sullivan,
dalam Rubin, Bukowski, & Laursen, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3.1.3. Pengasuhan Orang tua
Menurut McDowell, Parke, dan Wang (dalam Semrud-
Clikeman, 2007) mengatakan bahwa jenis kelamin orang tua
memiliki pengaruh terhadap kompetensi sosial. Ayah yang
direktif cenderung membuat anak memiliki kompetensi sosial
yang rendah dari pada ibu dengan pedoman yang direktif.
Menurut McDowell dan Parke; Olsen, Yang, Hart, Robinson, Wu,
Nelson, Nelson, Jin, dan Wo (dalam Semrud-Clikeman, 2007)
gaya interaksi maternal yang positif dan memiliki kepekaan
terhadap anak memiliki hubungan dengan kompetensi sosial.
Akan tetapi, ibu yang sering mengendalikan anak, dapat membuat
anak memiliki penerimaan teman sebaya yang buruk serta
memiliki keterampilan sosial yang lebih rendah. Menurut Wilson
(dalam Semrud-Clikeman, 2007) kemampuan untuk dapat
memperhatikan self-regulate seorang anak dapat menjadi dasar
untuk respons emosional dan kognitif yang secara tidak langsung
dapat memengaruhi kompetensi sosial.
Parke, Simpkins, McDowell, Kim, Killian, Dennis, Flyr,
Wild, dan Rah (dalam Semrud-Clikeman, 2007) mengatakan
bahwa orang tua memiliki pengaruh secara langsung dalam
hubungan teman sebaya anak. Banyaknya interaksi yang
dilakukan orang tua dengan temannya, dapat memengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kompetensi sosial pada anak, seperti anak yang memiliki
kesempatan untuk bermain bersama anak-anak dari teman orang
tua mereka. Semrud-Clikeman (2007) mengatakan orang tua yang
semakin bahagia dengan hubungan pertemanan yang dimilikinya,
maka persepsi yang dimiliki anak terhadap teman sebayanya dapat
semakin positif. Hubungan sosial yang dimiliki oleh orang tua,
memiliki kaitan terhadap kompetensi sosial anak. Ayah yang tidak
merasakan kesenangan ketika melakukan interaksi sosial bersama
teman-temannya, akan cenderung berpengaruh kepada anak,
sehingga anak tidak disukai oleh teman-temanya serta memiliki
kecenderungan untuk berperilaku agresif. Selain itu, ibu yang
secara sosial terisolasi, maka akan memiliki anak-anak yang
menghindari dalam hubungan persahabatan dengan temannya.
Tidak hanya dari perkataan yang dikatakan oleh orang tua kepada
anaknya, tetapi juga dari hal yang diamati oleh anak. Contohnya
seperti hubungan sosial dan kenyamanan yang dimiliki oleh orang
tua dalam suatu interaksi.
3.1.4. Status Sosial Ekonomi
Santrock (2012) mengatakan bahwa status sosial ekonomi
lebih menunjukkan kearah pada kedudukan yang dimiliki oleh
seseorang berdasarkan kepada pekerjaan, pendidikan, dan
ekonominya. Menurut Patterson, Vaden, Griesler, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Kupersmidt (dalam Semrud-Clikeman, 2007) keluarga yang
memiliki penghasilan yang sangat terbatas, akan membuat anak
memiliki persahabatan yang kurang, lebih terisolasi sosial, serta
memiliki sedikit kesempatan dalam menjalin persahabatan dengan
teman sebaya. Bates, Luster, dan Vandenbelt (dalam Semrud-
Clikeman, 2007) menemukan bahwa adanya kemiskinan dan juga
adanya orang tua tunggal dalam mengasuh anak dapat
memengaruhi keterampilan sosial anak.
Semrud-Clikeman (2007) mengatakan anak-anak yang
memiliki keterampilan sosial yang lebih tinggi serta memiliki
masalah dalam perilaku yang lebih sedikit, dipengaruhi oleh
baiknya dalam hal pengasuhan, lebih tinggi dalam keterampilan
akademik serta lebih rendah dalam tingkat kemiskinan daripada
anak-anak dengan keterampilan sosial yang buruk. Keterampilan
akademik memiliki hubungan dengan kompetensi sosial, seperti
adanya stabilitas sekolah. Anak-anak yang berasal dari status
sosial ekonomi yang rendah yang mempunyai rumah serta sekolah
yang stabil, akan sangat mungkin diberikan waktu serta memiliki
keterampilan untuk dapat mengembangkan hubungan
persahabatan dan juga pengetahuan, dibandingkan dengan anak-
anak yang sering berpindah serta mempunyai tekanan di rumah.
Menurutt Ormrod (2009) lingkungan yang dimiliki seseorang dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
status sosial ekonomi yang rendah seperti adanya kejahatan,
kekerasan, perilaku vandalisme, penggunaan alkohol serta obat
terlarang, dan teman sebaya yang antisosial.
3.2.Faktor Internal
3.2.1. Gender
Santrock (2004) mengatakan bahwa gender adalah
dimensi mengenai sosiokultural dan psikologis yang berasal dari
seseorang laki-laki dan perempuan. Peran gender merujuk kepada
cara perempuan dan laki-laki dalam berpikir, berperasaan, dan
bertingkah laku. Menurut Pellegrini, Kato, Blatchfor, dan Baines
(dalam Semrud-Clikeman, 2007) anak laki-laki memiliki
kecenderungan dalam permainan fisik, sedangkan anak
perempuan memiliki kecenderungan dalam permainan verbal.
Menurut Benson (2014) pada saat anak-anak memiliki suatu
kenyamanan serta pengalaman yang lebih baik ketika bersama
teman-teman yang mempunyai gender yang sama dengan dirinya,
maka akan meningkatkan keterampilan dan kompetensi sosial
anak untuk dapat bermain dan juga bekerja bersama dengan
berbagai rekan kerja, sehingga dapat melakukan interaksi dengan
laki-laki maupun perempuan.
Gender menentukan dalam persahabatan, seperti dalam
menjalin persahabatan, anak perempuan lebih eksklusif dan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
laki-laki lebih inklusif dan lebih kepada kelompok (Samter;
Thorne, dalam Semrud-Clikeman, 2007). Anak perempuan lebih
banyak untuk berbicara dengan yang lainnya apabila
dibandingkan dengan anak laki-laki (Leaper; Raffaelli & Duckett,
dalam Semrud-Clikeman, 2007). Maccoby dan Jacklin (dalam
Semrud-Clikeman, 2007) mengatakan bahwa anak laki-laki dan
perempuan memiliki minat dalam menjalin pertemanan dan juga
kebutuhan di dalam lingkungan sosial. Mayeux dan Cillessen
(dalam Semrud-Clikeman, 2007) mengatakan bahwa antar jenis
kelamin, memiliki rasa responsivitas terhadap orang lain, dapat
mengetahui mengenai adanya perspektif yang lain serta pada
adanya minat terhadap aktivitas di dalam kelompok dan juga
individu.
3.2.2. Inteligensi
Menurut Santrock (2004), inteligensi adalah kemampuan
seseorang untuk dapat memecahkan masalah dan juga dapat
menyesuaikan diri serta dapat belajar dari pengalamannya.
Pellegrini (dalam Semrud-Clikeman, 2007) meninjau ulang
mengenai hubungan antara kompetensi sosial dan kecerdasan
akademis yang kemudian menemukan anak-anak yang memiliki
keterampilan dalam penalaran yang baik, terlihat lebih baik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
hal perilaku sosial dan juga dalam hal memanfaatkan konteks
sosial bagi keuntungan diri mereka.
3.2.3. Karakter (character)
Samuel Johnson pada abad ke 18 (dalam Orpinas & Horne,
2006) mengatakan bahwa menyatukan karakter dan keterampilan
merupakan suatu hal yang penting. Hal tersebut seperti integritas
tanpa disertai oleh adanya pengetahuan merupakan suatu hal yang
lemah serta tidak memiliki arti. Begitu juga sebaliknya,
pengetahuan tanpa disertai oleh adanya integritas merupakan
suatu hal yang membahayakan dan mengerikan. Pendidikan
karakter merupakan suatu cara untuk dapat memberitahukan
mengenai kebaikan, sedangkan cara untuk mencegah kekerasan
berguna dalam mengurangi hal yang buruk (Orpinas & Horne,
2006). Heraclitus yang merupakan seorang filsuf Yunani (dalam
Orpinas & Horne, 2006) lebih fokus kepada pentingnya karakter
yang menyatakan bahwa karakter adalah sebuah takdir.
Pendidikan karakter merupakan suatu usaha dalam membantu
siswa untuk berperilaku yang sesuai dengan etika atau kebajikan
secara keseluruhan.
Menurut Samani dan Hariyanto (2014) mengatakan bahwa
karakter adalah cara berpikir seseorang dan juga berperilaku yang
merupakan ciri dalam dirinya untuk dapat hidup dan bekerjasama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
di dalam lingkungannya serta dapat diwujudkan dalam kehidupan
keseharian. Lingkungan tersebut termasuk keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara. Seorang yang memiliki karakter yang baik,
akan bertanggungjawab terhadap setiap akibat dari keputusan
yang sudah dibuatnya. Karakter dipengaruhi oleh adanya faktor
hereditas dan faktor lingkungan.
3.2.4. Temperamen (temperament)
Santrock (2004) mengatakan bahwa temperamen memiliki
hubungan dengan kepribadian seseorang, gaya belajar seseorang,
dan juga cara seseorang untuk berpikir. Temperamen merupakan
suatu perilaku dan merupakan suatu ciri yang dimiliki seseorang
dalam memberikan suatu respon. Menurut Semrud-Clikeman
(2007) temperamen adalah respons biologis yang dimiliki
seseorang dalam merespon lingkungannya. Kemauan untuk
berteman yang dimiliki oleh seseorang memberikan sumbangan
atau berpengaruh terhadap kompetensi sosial. Anak-anak akan
lebih senang untuk memilih adanya kehadiran orang lain dan juga
menghargai interaksi bersama orang lain daripada saat dirinya
sendirian. Menurut Diener dan Kim (dalam Semrud-Clikeman,
2007) mengatakan bahwa ketidakmampuan anak untuk mengatur
emosinya, akan mengalami hambatan dalam perilaku dan
kompetensi sosialnya. Eisenberg dan Fabes (dalam Semrud-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Clikeman, 2007) mengatakan bahwa anak yang mempunyai emosi
negatif yang tinggi namun dapat mengembangkan pengaturan diri
yang baik, maka dapat mempunyai perilaku prososial yang baik.
Akan tetapi, anak yang mempunyai emosi negatif yang tinggi
tetapi memiliki pengaturan diri yang rendah, maka akan
mengalami kesulitan dalam perkembangan sosial dan emosional.
Chess dan Thomas (dalam Santrock, 2004)
menggolongkan temperamen menjadi tiga, yaitu anak mudah
(easy child), anak sulit (difficult child), dan anak lambat bersikap
hangat (slow-to-warm-up child). Pertama, anak mudah adalah
anak yang memiliki suasana hati yang positif, dapat menciptakan
suatu rutinitas, serta dapat menyesuaikan diri terhadap suatu
pengalaman yang baru. Kedua, anak sulit adalah anak yang
memiliki kecenderungan untuk bersikap negatif, seperti bersikap
agresif, kurang mampu untuk mengontrol dirinya, serta lambat
terhadap pengalaman baru. Ketiga, anak lambat bersikap hangat
adalah anak yang memiliki sikap yang lamban dalam melakukan
kegiatannya, seperti dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya, memiliki suasana hati yang buruk. Rothbard dan
Bates (dalam Santrock, 2004) mengolongkan temperamen
menjadi tiga, yaitu memiliki sikap dan pendekatan yang positif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
memiliki sikap yang negatif, dan adanya usaha untuk mengontrol
diri.
B. POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA
1. Definisi Pola Asuh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), pola asuh berasal dari
kata pola dan asuh. Pola yang berarti sistem, cara kerja, sedangkan asuh yang
berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil. Menurut Berk (2010),
gaya pengasuhan adalah suatu perilaku pengasuhan yang terjadi pada situasi
yang membuat adanya pengasuhan yang berkepanjangan.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola
asuh adalah perilaku atau cara kerja yang merawat dan mendidik anak kecil
yang terjadi pada suatu situasi sehingga adanya pengasuhan yang
berkepanjangan.
Olds dan Feldman (dalam Helmawati, 2016) mengatakan bahwa pola
asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya dapat menentukan dan
memengaruhi kepribadian dan perilaku anak. Menurut Berk (2010) terdapat 4
pola asuh orang tua, yaitu otoritatif, otoritarian, permisif, dan tak acuh.
1.1. Pola asuh otoritatif (authoritative child-rearing style) adalah menerapkan
tingginya penerimaan dan keterlibatan pada anak. Selain itu, menggunakan
teknik pengendalian yang adaptif, dan juga memberikan kepada anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
otonomi yang wajar (Gray & Steinberg; Hart, Newell, & Olsen, dalam
Berk, 2010).
1.2. Pola asuh otoritarian (authoritarian child-rearing style) adalah
menerapkan rendahnya dalam penerimaan dan keterlibatan dengan anak.
Selain itu, melakukan pengendalian kepada anak dengan paksa, serta
sedikitnya otonomi yang diberikan kepada anak (Gray & Steinberg; Hart,
Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010).
1.3. Pola asuh permisif (permissive child-rearing style) adalah menerapkan
sifat yang hangat dan menerima anak, namun tidak terlibat (uninvolved).
Hal tersebut seperti orang tua yang kurang dalam memberikan perhatian
kepada anak, sehingga orang tua tidak memberikan pengawasan kepada
anak (Gray & Steinberg; Hart, Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010).
1.4. Pengasuhan tidak acuh (uninvolved child-rearing style) adalah
menerapkan rendahnya dalam hal penerimaan dan keterlibatan kepada
anak dengan adanya sedikit pengendalian serta pengabaian dalam otonomi
(Gray & Steinberg; Hart, Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010).
2. Definisi Pola Asuh Otoritatif Orang tua
Menurut Baumrind (dalam Santrock, 2012) pola asuh otoritatif adalah
pola asuh yang bersifat hangat dan juga mengasuh serta mendorong anak untuk
dapat mandiri, tetapi masih menerapkan batas dan kendali serta adanya
komunikasi antara orang tua dengan anak. Selain itu, Ormrod (2009)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif akan
memberikan lingkungan rumah penuh kasih dan memberikan dukungan
kepada anak. Orang tua juga memberikan harapan dan menerapkan standar
yang tinggi terhadap performa serta memberikan pengertian kepada anak
mengenai perilaku yang baik dan perilaku yang buruk. Selain itu, orang tua
menerapkan aturan di dalam keluarga secara konsisten, mengajak anak untuk
pengambilan keputusan serta memberikan kesempatan kepada anak untuk
dapat merasakan kebebasan dalam berperilaku yang sesuai dengan usianya.
Menurut Gray dan Steinberg; Hart, Newell, dan Olsen (dalam Berk, 2010) pola
asuh otoritatif adalah memberikan tingginya dalam hal penerimaan dan
keterlibatan kepada anak, serta menerapkan teknik pengendalian yang adaptif,
dan juga memberikan otonomi kepada anak yang wajar.
Menurut Papalia dan Feldman (2014) pola asuh otoritatif adalah pola
asuh yang lebih kepada individualitas anak yang berdasarkan pada adanya
aturan sosial. Orang tua percaya kepada dirinya mengenai kemampuan yang
dimilikinya untuk dapat membimbing anaknya, namun orang tua menghargai
setiap keputusan, keinginan, pendapat serta pribadi yang dimiliki anaknya.
Selain itu, orang tua juga mencintai dan menerima anaknya. Orang tua
meminta anak untuk dapat bersikap yang baik serta tegas dalam mengelola
aturan yang dibuat. Orang tua memberikan batasan, hukuman yang bijaksana
dengan cara yang hangat serta melalui hubungan yang mendukung. Selain itu,
orang tua senang terhadap disiplin yang induktif, memberikan alasan mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
keputusan yang orang tua berikan, serta mendorong anak secara verbal dalam
hal memberi dan menerima.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh
otoritatif adalah pola asuh yang lebih fokus mengarah kepada individualitas
anak, namun tetap menggunakan aturan sosial serta memberikan penerimaan
dan keterlibatan yang tinggi, adaptif dalam pengendalian, dan memberikan
otonomi yang wajar pada anak.
3. Aspek-aspek Pola Asuh Otoritatif Orang tua
Aspek-aspek gaya pengasuhan otoritatif menurut Gray dan Steinberg;
Hart, Newell, dan Olsen (dalam Berk, 2010), yaitu:
3.1. Penerimaan dan Keterlibatan
Orang tua dengan gaya pengasuhan otoritatif adalah orang tua yang
hangat, penuh perhatian, dan peka pada kebutuhan anak. Selain itu, orang
tua membangun hubungan yang menyenangkan dan memuaskan dengan
anak, sehingga anak merasa terikat dengan orang tuanya. Orang tua
memiliki sikap yang hangat, tanggap, penuh perhatian, sabar, peka
terhadap kebutuhan anak (Kuczynski & Lollis; Russel, Mize, & Bissaker,
dalam Berk, 2010). Menurut Hart, Newell, Olsen (dalam Greene &
Burleson, 2003) tingkat dukungan yang berasal dari orang tua kepada
anak seperti adanya penerimaan, kasih sayang, keterlibatan dari orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tua, dan pengasuhan. Indikator penerimaan dan keterlibatan adalah
hangat, penuh perhatian, dan peka terhadap kebutuhan anak.
3.2. Kendali
Orang tua dengan gaya pengasuhan otoritatif melakukan kendali
dengan tegas dan wajar. Selain itu, orang tua juga memerintahkan
perilaku yang dewasa, memberikan penjelasan kepada anak mengenai
larangan yang diberikan, menggunakan disiplin untuk pembelajaran
supaya anak dapat mengatur dirinya. Orang tua memberikan tuntutan
yang wajar mengenai kedewasaan serta mendorong dan menjelaskan
tuntutan tersebut kepada anak secara konsisten (Kuczynski & Lollis;
Russel, Mize, & Bissaker, dalam Berk, 2010). Menurut Hart, Newell,
Olsen (dalam Greene & Burleson, 2003) tingkat kendali perilaku dari
orang tua yang diberikan kepada anak seperti adanya pengaturan batas,
adanya pengawasan, adanya penalaran dan mengikuti suatu konsekuensi.
Indikator kendali adalah memberikan tuntutan yang wajar mengenai
kedewasaan, mendorong tuntutan mengenai kedewasaan secara
konsisten, dan menjelaskan tuntutan mengenai kedewasaan secara
konsisten.
3.3. Pemberian otonomi
Orang tua otoritatif akan bertahap dalam memberikan otonomi yang
sesuai kepada anak. Selain itu, membebaskan anak untuk membuat
keputusannya sendiri pada bidang yang dikuasainya. Orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
membebaskan anak untuk membuat keputusan sesuai kesiapannya,
mendorong anak untuk dapat mengatakan pikiran, perasaan, dan
keinginan yang ada di dalam dirinya, melibatkan anak dalam mengambil
keputusan ketika ada perbedaan pendapat antara orang tua dan anak
(Kuczynski & Lollis; Russel, Mize, & Bissaker, dalam Berk, 2010).
Menurut Hart, Newell, Olsen (dalam Greene & Burleson, 2003) orang tua
memberikan suatu fasilitas untuk perkembangan otonomi psikologis serta
emosional kepada anak seperti adanya pemberian pilihan kepada anak,
melibatkan pendapat anak ketika membuat aturan, memungkinkan
adanya ekspresi ide dari anak, serta menghindari suatu perilaku yang
intrusif. Indikator pemberian otonomi adalah membebaskan anak untuk
membuat keputusan sesuai kesiapannya, mendorong anak untuk dapat
mengatakan perasaan yang ada di dalam dirinya, dan melibatkan anak
dalam mengambil keputusan ketika adanya perbedaan pendapat antara
orang tua dan anak.
C. ANAK USIA 9 SAMPAI 11 TAHUN
1. Definisi Anak Usia 9 Sampai 11 Tahun
Santrock (2004) mengatakan bahwa periode perkembangan anak usia
tengah dan akhir yang dimulai pada usia 6 sampai dengan 11 tahun, sehingga
anak yang berusia 9 sampai 11 tahun termasuk dalam periode perkembangan
anak usia tengah dan akhir. Pada usia ini, anak-anak menguasai dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
membaca, menulis, dan menghitung. Prestasi menjadi hal yang utama dan
meningkatnya kemampuan dalam pengendalian diri. Pada periode ini, anak
melakukan interaksi dengan dunia luar yang lebih luas.
2. Karakteristik Anak Usia 9 Sampai 11 Tahun
Santrock (2012) membagi perkembangan masa anak-anak pertengahan
dan akhir menjadi 3 kategori, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan
sosioemosi.
2.1. Perkembangan fisik
Menurut Santrock (2012), pada masa ini, proses pertumbuhan
berlangsung lambat dan konsisten. Selain itu, adanya peningkatan pada
fungsi di korteks prefrontal. Hal tersebut dapat meningkatkan perhatian,
penalaran serta kendali kognitif. Pada masa ini anak-anak sudah dapat
memiliki keterampilan fisik. Keterampilan fisik yang dimaksudkan
seperti berlari, memanjat, bermain lompat tali, olah raga berenang,
bermain sepeda, dan bermain sepatu es. Hal itu dikarenakan pada masa
ini, anak-anak sudah memiliki keterampilan motorik yang lebih halus dan
lebih terkoordinasi. Selain itu, anak-anak pada masa ini lebih baik dalam
menggunakan tangannya seperti untuk menulis pada anak usia 8 sampai
10 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2.2. Perkembangan kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2012) mengatakan pada masa
anak-anak pertengahan dan akhir merupakan masa perkembangan
kognitif pada tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret ini
terjadi pada anak sekitar usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini, apabila
dapat diterapkan pada hal-hal yang spesifik atau konkret, maka anak
dapat bernalar secara logis. Selain itu, terjadinya peningkatan pada
memori jangka panjang. Pengetahuan dan keahlian yang dimiliki anak
memengaruhi memori. Pada inteligensi, anak dapat memecahkan
masalah, dapat beradaptasi serta belajar dari pengalaman. Selain itu,
adanya perkembangan membaca, menulis, dan mempelajari bahasa
kedua. Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2008), pemikiran anak
masih terbatas pada situasi yang terjadi pada saat itu.
2.3. Perkembangan sosioemosi
Menurut Erikson (dalam Santrock, 2012) mengatakan bahwa pada
masa ini anak tergolong tahap industri versus inferioritas (rasa rendah
diri). Pada masa ini, anak tertarik pada suatu hal. Hal tersebut seperti anak
berusaha untuk membuat, membangun, dan menjadikan suatu benda
dapat berkerja, sehingga perasaan industri meningkat. Akan tetapi,
pandangan negatif dari orang lain dapat menimbulkan rasa inferioritas
(rasa rendah diri) pada anak. Menurut Hurlock (1980) mengatakan bahwa
pada masa anak-anak akhir, anak memiliki minat untuk melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
aktivitas bersama teman-temannya dan adanya keinginan untuk diterima
oleh teman-temannya dalam suatu kelompok.
Santrock (2012) pada masa perkembangan ini, penting untuk
memiliki relasi yang positif dengan teman sebaya. Menurut Huston dan
Ripke (dalam Santrock, 2012) mengatakan bahwa anak yang memiliki
interaksi dengan teman sebaya yang positif, dapat menyelesaikan konflik
secara baik dengan teman sebaya, serta adanya persahabatan yang baik
pada masa perkembangan ini, akan memiliki keterkaitan dengan relasi
yang positif pada masa remaja dan masa dewasa.
Collins, Madsen, dan Susman-Stillman (dalam Berk, 2010)
mengatakan bahwa orang tua pada tahun awal sudah membentuk gaya
pengasuhan otoritatif, maka pengasuhan terhadap anak dapat menjadi
lebih mudah. Penalaran anak menjadi lebih efektif dikarenakan anak yang
memiliki kemampuan yang lebih baik saat berpikir secara logis serta rasa
hormat yang tinggi terhadap pengetahuan luas yang dimiliki oleh orang
tua. Berk (2010) mengatakan saat anak-anak dapat menunjukkan bahwa
dirinya dapat mengatur aktivitas serta tanggung jawab setiap hari, maka
secara bertahap orang tua akan memindahkan kendali dari dirinya sendiri
kepada anak. Kendali tersebut tidak orang tua lepaskan secara
keseluruhan, namun terlibat dalam koregulasi. Koregulasi merupakan
suatu bentuk pengawasan sacara umum yang dilakukan orang tua dan
membebaskan anaknya untuk mengambil keputusan seiring berjalannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
waktu. Koregulasi berasal dari hubungan yang hangat dan juga kooperatif
antara orang tua dan juga anak yang berdasarkan sikap saling
menghormati serta saling memberi. Orang tua tetap membimbing dan
mengawasi serta dapat mengomunikasikan secara efektif pengharapan
saat dirinya berada dengan anak-anaknya. Anak tetap harus memberitahu
mengenai keberadaan, kegiatan, serta masalah yang mereka hadapi
kepada orang tua, sehingga memungkinkan orang tua untuk dapat
membantu jika diperlukan (Maccoby, dalam Berk, 2010). Koregulasi
dapat mendukung serta melindungi anak dan juga dapat untuk
mempersiapkan dirinya memasuki masa remaja, masa dimana dirinya
akan mengambil keputusan yang penting.
D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANG
TUA DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA 9 SAMPAI 11
TAHUN
Olds dan Feldman (dalam Helmawati, 2016) mengemukakan bahwa pola
asuh yang diberikan orang tua terhadap anak membentuk kepribadian dan perilaku
anak. Salah satu jenis pola asuh orang tua adalah pola asuh otoritatif. Gray dan
Steinberg; Hart, Newell, dan Olsen (dalam Berk, 2010) mengatakan bahwa
terdapat tiga aspek pola asuh otoritatif, yaitu penerimaan dan keterlibatan, kendali,
dan pemberian otonomi. Penerimaan dan keterlibatan dalam pola asuh otoritatif
meliputi kehangatan, perhatian, dan kepekaan terhadap kebutuhan anak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
diberikan oleh orang tua. Selain itu, adanya hubungan yang menyenangkan serta
memuaskan dari orang tua, membuat anak merasa memiliki keterikatan
(Kuczynski & Lollis; Russel, Mize, & Bissaker, dalam Berk, 2010). Kendali dalam
pola asuh otoritatif adalah orang tua menggunakan kendali yang tegas serta wajar.
Orang tua meminta perilaku dewasa, menjelaskan pada anak tentang larangan yang
diberikannya, serta membuat anak untuk dapat mengatur dirinya dengan cara
menggunakan disiplin (Kuczynski & Lollis; Russel, Mize, & Bissaker, dalam
Berk, 2010). Pemberian otonomi dalam pola asuh otoritatif adalah otonomi yang
diberikan orang tua secara bertahap. Orang tua memberikan kebebasan kepada
anak dalam membuat keputusan sesuai hal yang dikuasainya (Kuczynski & Lollis;
Russel, Mize, & Bissaker, dalam Berk, 2010).
Aspek pertama dari pola asuh otoritatif adalah penerimaan dan keterlibatan
(Gray & Steinberg; Hart, Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010). Orang tua dengan
pola asuh otoritatif memiliki sifat yang hangat, perhatian, dan peka kepada
kebutuhan anaknya. Adanya hubungan yang menyenangkan dan juga memuaskan,
membuat anak memiliki keterikatan terhadap orang tuanya. Pengasuhan tersebut
dapat membuat anak merasa diterima oleh orang tuanya (Berk, 2010). Perlakuan
orang tua tersebut dapat berpengaruh pada saat anak menjalin relasi dengan orang
lain. Hal ini membuat anak dapat memahami emosi dan kebutuhan orang lain.
Selain itu, anak juga dapat memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain.
Menurut Berk (2010), saat anak ikut terlibat di dalam suatu pembandingan sosial
serta semakin memiliki kepedulian kepada persetujuan dengan teman sebayanya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
maka anak akan semakin belajar untuk dapat mengelola emosi yang negatif di
dalam diri mereka yang dapat mengancam pada penghargaan dirinya. Melalui
interaksi yang dilakukan anak dengan orang tua, guru, serta teman sebayanya,
dapat membuat anak lebih mengerti tentang cara yang secara sosial dapat diterima
ketika mengekspresikan emosi negatif (Shipman, Zeman, Nesin, & Fitzgerald,
dalam Berk, 2010). Selain itu, anak usia sekolah yang memiliki orang tua dengan
kepekaan dalam merespon dan membantu anak ketika mengalami kesulitan, maka
anak dapat mengatur emosi dengan baik (Davidov & Grusec; Zeman, Shipman, &
Suveg, dalam Berk, 2010).
Saarni (dalam Berk, 2010) mengatakan bahwa saat pengaturan emosi anak
dapat berkembangan dengan baik, maka anak dapat mempunyai perasaan cakap
diri secara emosional, seperti anak akan merasa memiliki kemampuan untuk dapat
mengendalikan pengalaman emosionalnya. Hal ini sesuai dengan aspek
kemampuan untuk mengelola emosi menurut pernyataan Orpinas dan Horne
(2006) bahwa kemampuan mengelola emosi termasuk bagian dalam kecerdasan
sosial, seperti kemampuan untuk mengatur emosi serta dapat menjalin relasi
bersama orang lain. Contohnya seperti kemampuan mengelola emosi diri sendiri
dan dapat mengenali emosi yang dirasakan oleh orang lain Selain itu, Saarni,
Mumme, dan Campos (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2008) mengatakan bahwa
bertambahnya usia anak, maka anak memiliki kemampuan untuk dapat mengelola
emosi seperti memiliki kepekaan pada perasaan dirinya sendiri dan juga perasaan
yang dirasakan oleh orang lain. Selain itu, anak juga mampu mengelola ekspresi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
emosional di situasi sosial serta mampu untuk merespon tekanan emosional yang
dimiliki oleh orang lain. Halberstadt, Denham, Dunsmore (dalam Semrud-
Clikeman, 2007) juga mengatakan mengenai hal penting yang lainnya terkait
kompetensi sosial yaitu kemampuan untuk dapat mengirim serta menerima secara
akurat suatu pesan emosional.
Aspek kedua dari pola asuh otoritatif adalah kendali (Gray & Steinberg;
Hart, Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010). Orang tua otoritatif akan memberikan
kendali kepada anak secara tegas dan wajar, membuat anak berperilaku dewasa
serta juga memberikan penjelasan kepada anak mengenai suatu hal yang orang tua
larang. Selain itu, menggunakan disiplin supaya anak mampu mengatur dirinya.
Melalui cara ini, anak dapat belajar, mengerti, dan juga menyadari hal yang tidak
baik serta tidak dapat diterima di lingkungan sosial. Menurut Shipman, Zeman,
Nesin, dan Fitzgerald (dalam Berk, 2010) dengan adanya interaksi bersama orang
tua, guru, dan juga teman sebayanya, anak menjadi lebih mengerti mengenai cara
mengungkapkan emosi negatif yang adaptif. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Orpinas dan Horne (2006) yang mengungkapkan bahwa kesadaran sosial yaitu
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui suatu perilaku yang secara
sosial tidak dapat diterima.
Aspek ketiga dari pola asuh otoritatif adalah pemberian otonomi (Gray &
Steinberg; Hart, Newell, & Olsen, dalam Berk, 2010). Orang tua otoritatif
memberikan otonomi kepada anak secara bertahap dan akan membebaskan anak
dalam menentukan keputusan berdasarkan bidang yang dirinya kuasai. Pemberian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
otonomi misalnya anak didorong untuk mengatakan pikiran, perasaan, dan
keinginannya. Selain itu, orang tua juga akan melibatkan anaknya ketika adanya
perbedaan pendapat antara dirinya dengan anaknya. Orang tua yang menerapkan
hal tersebut, dapat membuat anak belajar dalam menemukan solusi, anak dapat
belajar menyelesaikan masalah yang terjadi, dan melatih anak untuk dapat
mengetahui bahwa orang lain memiliki sudut pandang yang berbeda. Selain itu,
dapat membuat anak berlatih untuk dapat melakukan komunikasi dengan baik
bersama dengan orang lain. Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2008) tahap
perkembangan kognitif anak menurut Piaget, mengatakan bahwa pada tahap
perkembangan anak-anak tengah, masuk ke dalam tahap operasional konkret. Pada
perkembangan kognitif ini, anak sudah dapat memecahkan masalah. Menurut Berk
(2010), pada masa anak-anak pertengahan, anak mengalami perkembangan dalam
hal pengambilan perspektif, seperti kemampuan untuk melihat mengenai
kemungkinan hal yang sedang orang lain pikirkan dan rasakan. Robert Selman
(dalam Berk, 2010) mengatakan bahwa anak akan dapat semakin sadar mengenai
orang lain yang memiliki pandangan yang berbeda pada suatu kejadian yang sama.
Selain itu, anak dapat melihat pikiran, perasaan, dan perilaku diri sendiri
berdasarkan dari cara pandang orang lain.
Menurut Santrock (2012) pada masa sekolah dasar, anak belajar untuk
menggunakan bahasa yang lebih memiliki kaitan satu sama lainnya. Anak dapat
menggabungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya, sehingga dapat
menghasilkan deskripsi, definisi, serta narasi. Menurut Everett M. Rogers dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Lawrence Kincaid (dalam Wiryanto, 2004) komunikasi merupakan proses
pertukaran informasi antara dua orang atau pun lebih yang pada saatnya terjadi
adanya saling pengertian satu sama lain yang mendalam. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Orpinas dan Horne (2006) dimana kemampuan memecahkan masalah
merupakan hal penting pada kognisi serta kemampuan yang relevan untuk dapat
mengembangkan kompetensi sosial. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan pendapat
Ciarrochi, Scott, Deane, dan Heaven (dalam Semrud-Clikeman, 2007) yang
mengatakan bahwa kemampuan untuk memecahkan masalah dapat menjadi cara
yang bisa diterapkan untuk memecahkan masalah dan juga memahami situasi serta
menemukan solusi. Selanjutnya, Semrud-Clikeman (2007) mengatakan bahwa
anak dapat mengerti mengenai orang lain yang memiliki sudut pandang berbeda
dengan dirinya. Hal tersebut membuat anak perlu memiliki kemampuan untuk
melihat dari perspektif yang berbeda. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan
pernyataan pada aspek kemampuan berkomunikasi menurut Semrud-Clikeman
(2007) yang mengungkapkan kompetensi sosial seperti adanya keterampilan
sosial, adanya komunikasi sosial, serta adanya komunikasi interpersonal.
Papalia dan Feldman (2014) mengatakan bahwa orang tua yang otoritatif
membuat suatu harapan dan juga standar secara realistis kepada anak serta
memberikan penjelasan, memberikan aturan secara konsisten, dan membiarkan
anak-anak mengerti mengenai hal yang diharapkan oleh orang tuanya dapat
memungkinkan untuk meningkatkan kompetensi sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
pola asuh otoritatif orang tua, maka anak akan memiliki kompetensi sosial yang
tinggi. Akan tetapi, jika semakin rendah pola asuh otoritatif orang tua, maka anak
akan memiliki kompetensi sosial yang rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
E. SKEMA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITATIF ORANG
TUA DENGAN KOMPETENSI SOSIAL PADA ANAK USIA 9 SAMPAI 11
TAHUN
Pola Asuh Otoritatif Orang tua
Tercapainya aspek-aspek dalam kompetensi sosial,
yaitu:
- Kemampuan mengelola emosi
- Kemampuan untuk berkomunikasi
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah
- Kesadaran sosial
Penerimaan dan keterlibatan
Kendali
Pemberian otonomi
- Kehangatan
- Penuh perhatian
- Peka terhadap
kebutuhan anak
- Memberikan tuntutan
yang wajar mengenai
kedewasaan
- Mendorong tuntutan
mengenai kedewasaan
secara konsisten
- Menjelaskan tuntutan
mengenai kedewasaan
secara konsisten
- Membebaskan anak
untuk membuat
keputusan sesuai
kesiapannya
- Mendorong anak
untuk dapat
mengatakan perasaan
yang ada di dalam
dirinya
- Melibatkan anak
dalam mengambil
keputusan ketika ada
perbedaan pendapat
antara orang tua dan
anak
Kompetensi Sosial Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
F. HIPOTESIS
Berdasarkan teori diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
hubungan yang positif antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi
sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah
penelitian korelasional. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan
antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9
sampai 11 tahun.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel bebas : Pola asuh otoritatif orang tua
2. Variabel tergantung : Kompetensi sosial
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pola asuh otoritatif orang tua
Pola asuh otoritatif orang tua adalah pola asuh yang lebih fokus
mengarah kepada individualitas anak, namun juga menggunakan aturan sosial
serta orang tua menunjukkan adanya penerimaan dan keterlibatan yang tinggi,
adanya pengendalian, serta memberikan otonomi kepada anak. Pola asuh
otoritatif orang tua dalam penelitian ini menggunakan pola asuh otoritatif
orang tua yang dipersepsi oleh anak. Pada penelitian ini, pola asuh otoritatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
orang tua diukur menggunakan skala pola asuh otoritatif orang tua yang dibuat
oleh peneliti berdasarkan tiga aspek menurut Gray dan Steinberg; Hart,
Newell, dan Olsen (dalam Berk, 2010), yaitu penerimaan dan keterlibatan,
kendali, dan pemberian otonomi. Skor skala pola asuh otoritatif orang tua dapat
diketahui dari menjumlahkan skor total dari masing-masing aspek pola asuh
otoritatif orang tua. Semakin tinggi skor total yang didapatkan, maka semakin
positif pola asuh otoritatif orang tua, begitu juga sebaliknya.
2. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah pengetahuan dan juga kemampuan yang
seseorang miliki untuk membangun dan dapat berinteraksi dengan orang lain
secara positif. Pada penelitian ini, kompetensi sosial diukur dengan skala
kompetensi sosial yang dibuat oleh peneliti bersama dengan Ismadiyani,
Napitupulu, Padang, dan Wisung yang berkontribusi bersama dalam
pembuatan alat ukur berdasarkan empat aspek menurut Orpinas dan Horne
(2006); Schneider, Attili, Nadel, dan Weissberg (1989); Semrud-Clikeman
(2007), yaitu kemampuan mengelola emosi, kemampuan untuk
berkomunikasi, kemampuan untuk menyelesaikan masalah, dan kesadaran
sosial. Skor skala kompetensi sosial dapat diketahui dari menjumlahkan skor
total dari masing-masing aspek kompetensi sosial. Semakin tinggi skor total
yang didapatkan, maka semakin tinggi kompetensi sosial, begitu juga
sebaliknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
D. RESPONDEN PENELITIAN
Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling.
Purposive sampling adalah suatu metode dalam memilih responden yang akan
digunakan sebagai sampel dalam penelitian yang didasarkan kepada kriteria
tertentu (Siregar, 2013). Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah
anak laki-laki maupun anak perempuan yang berusia 9 sampai 11 tahun.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan
skala kepada responden untuk diisi. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data terdiri dari dua skala, yaitu skala pola asuh otoritatif orang tua dan skala
kompetensi sosial. Tahap-tahap penyusunan alat pengumpul data terdiri dari:
1. Penyusunan blue print
1.1. Pola asuh otoritatif orang tua
Blue print pada penelitian ini disusun berdasarkan aspek pola asuh
otoritatif orang tua menurut Gray dan Steinberg; Hart, Newell, dan Olsen
(dalam Berk, 2010), yaitu penerimaan dan keterlibatan, kendali, dan
pemberian otonomi. Item yang disusun peneliti pada variabel ini memiliki
item dengan total keseluruhan sebanyak 36 item yang terdiri dari 18 item
favorable dan 18 item unfavorable.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 1. Blue Print Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua
Aspek Indikator Bobot Total
Penerimaan
dan
keterlibatan
Hangat 11,11%
33,33% Penuh perhatian 11,11%
Peka terhadap kebutuhan anak 11,11%
Kendali
Memberikan tuntutan yang wajar
mengenai kedewasaan
11,11%
33,33% Mendorong tuntutan mengenai
kedewasaan secara konsisten
11,11%
Menjelaskan tuntutan mengenai
kedewasaan secara konsisten
11,11%
Pemberian
otonomi
Membebaskan anak untuk membuat
keputusan sesuai kesiapannya
11,11%
33,33%
Mendorong anak untuk dapat
mengatakan perasaan yang ada di
dalam dirinya
11,11%
Melibatkan anak dalam mengambil
keputusan ketika adanya perbedaan
pendapat antara orang tua dan anak
11,11%
Total 100%
1.2. Kompetensi sosial
Penyusunan blue print dalam penelitian ini didasarkan pada aspek
kompetensi sosial menurut Orpinas dan Horne (2006); Schneider, Attili,
Nadel, dan Weissberg (1989); Semrud-Clikeman (2007), yaitu kemampuan
mengelola emosi, kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan untuk
menyelesaikan masalah, dan kesadaran sosial. Peneliti menyusun item
pada variabel kompetensi sosial dengan total keseluruhan item adalah 32
item yang terdiri dari 16 item favorable dan 16 item unfavorable.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 2. Blue Print Skala Kompetensi Sosial
Aspek Indikator Bobot Total
Kemampuan
mengelola emosi
Merespon secara fleksibel 12,5% 25%
Memahami perasaan orang lain 12,5%
Kemampuan untuk
berkomunikasi
Mampu memulai interaksi dengan
orang lain secara verbal dan non-
verbal
12,5%
25%
Mampu merespon lawan bicara saat
berkomunikasi
12,5%
Kemampuan untuk
menyelesaikan
masalah
Membuat suatu keputusan yang tepat 12,5%
25% Memahami bahwa orang lain memiliki
sudut pandang yang berbeda dengan
dirinya mengenai sesuatu
12,5%
Kesadaran sosial
Memahami bahwa perilaku yang
dilakukan dapat diterima orang lain
12,5%
25% Memahami tanda-tanda bahwa suatu
perilaku tidak dapat diterima orang
lain
12,5%
Total 100%
2. Penulisan item
Penulisan item pada skala penelitian ini berdasarkan blue print yang
telah disusun. Jumlah item yang direncanakan dalam pengambilan data pada
skala pola asuh otoritatif orang tua adalah 18 item, sedangkan untuk jumlah
item yang direncanakan pada skala kompetensi sosial adalah 16 item. Pada
penyusunan item, jumlah item yang direncanakan dikalikan dua untuk
mengantisipasi terjadinya item mortality, sehingga terdapat 36 item untuk
skala pola asuh otoritatif orang tua dan 32 item untuk skala kompetensi sosial.
Pada setiap skala, peneliti membuat dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan
favorable dan unfavorable. Penelitian ini menggunakan skala likert. Masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
masing skala memiliki empat pilihan jawaban yaitu, sangat sesuai (SS), sesuai
(S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS).
Tabel 3. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban
Jawaban Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
3. Review dan revisi item
Setelah membuat item, peneliti meminta masukan kepada dosen
pembimbing skripsi mengenai aspek, konteks, indikator, dan item. Peneliti
akan melakukan revisi item-item yang kurang sesuai berdasarkan masukan dari
dosen pembimbing.
4. Penghitungan validitas isi
Validitas adalah suatu kualitas esensial untuk menunjukkan sejauh
mana alat tes dapat benar-benar mengukur atribut psikologis yang akan diukur
(Supratiknya, 2014). Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi.
Validitas isi memiliki kaitan terhadap kemampuan alat ukur untuk mengukur
suatu konsep yang harus diukur (Siregar, 2013). Validitas isi dalam penelitian
ini dilakukan oleh professional judgement dan peer review. Peneliti meminta
bantuan kepada dosen pembimbing skripsi sebagai professional judgement dan
kepada 5 orang mahasiswa yang juga sedang mengerjakan skripsi sebagai peer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
review. Professional judgement dan peer review memberikan penilaian
mengenai kesesuaian antara aspek, indikator, dan item yang kemudian indeks
validitas isinya dihitung oleh peneliti. Cara menghitung validitas isi adalah
dengan memberi nilai relevansi pada setiap item berdasarkan penilaian sebagai
berikut: 1 = tidak relevan, 2 = kurang relevan (diberi saran), 3 = relevan, 4 =
sangat relevan. Taraf relevansi merupakan sejauh mana suatu item dapat
mencerminkan komponen atribut psikologis yang akan diukur (Supratiknya,
2016).
Setelah memberikan nilai, kemudian menghitung indeks validitas isi
pada tiap item IVI-I. Kategori penilaian disederhanakan menjadi dua, yaitu
nilai 1 dan 2 tidak relevan dan diberikan skor 0, sedangkan nilai 3 dan 4 relevan
dan diberikan skor 1. Cara menghitung IVI-I adalah jumlah penilai yang
memberikan skor 3 dan 4 dibagi jumlah total penilai. Item dapat dikatakan
relevan jika mencapai skor ≥ 0,78. Jika item mendapatkan nilai kurang dari
0,78, maka item tersebut akan direvisi atau digugurkan (Supratiknya, 2016).
Setelah mendapatkan hasil IVI-I, kemudian menghitung Indeks
Validitas Isi Skala (IVI-S). IVI-S yaitu proporsi dari item-item yang
memperoleh nilai 3 dan 4 oleh penilai. Cara menghitung IVI-S adalah jumlah
IVI-I dibagi jumlah item. Skala dapat dikatakan memiliki validitas yang baik
jika IVI-S ≥ 0,90 (Supratiknya, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
4.1. Skala pola asuh otoritatif orang tua
Skala pola asuh otoritatif orang tua terdapat 36 item yang terdiri
dari 18 item favorable dan 18 item unfavorable. Pada penelitian ini,
terdapat 33 item yang relevan dan 3 item tidak relevan, sehingga peneliti
melakukan revisi agar item tersebut dapat dikatakan relevan. Uji validitas
menunjukkan hasil indeks validitas isi skala (IVI-S) sebesar 0,939.
Menurut Supratiknya (2016), skala dapat dikatakan baik jika memiliki
validitas isi skala (IVI-S) ≥ 0,90. Hal ini dapat dikatakan bahwa skala pola
asuh otoritatif orang tua memiliki validitas isi yang baik. Orang tua yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ayah dan ibu, yang diukur pada
anak usia 9 sampai 11 tahun. Distribusi item pada skala pola asuh otoritatif
orang tua dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Item Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua
(sebelum uji coba)
Aspek Favorable Unfavorable Total
Penerimaan dan keterlibatan 6 16,66% 6 16,66% 12 33,33%
Kendali 6 16,66% 6 16,66% 12 33,33%
Pemberian otonomi 6 16,66% 6 16,66% 12 33,33%
TOTAL ITEM 36 100%
4.2. Skala kompetensi sosial
Skala kompetensi sosial terdapat 32 item yang terdiri dari 16 item
favorable dan 16 item unfavorable. Pada penelitian ini, terdapat 29 item
yang relevan dan 3 item tidak relevan, sehingga peneliti melakukan revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
agar item tersebut dapat dikatakan relevan. Uji validitas menunjukkan hasil
indeks validitas isi skala (IVI-S) sebesar 0,927. Menurut Supratiknya
(2016), skala dapat dikatakan baik jika memiliki validitas isi skala (IVI-S)
≥ 0,90. Hal ini dapat dikatakan bahwa skala kompetensi sosial memiliki
validitas isi yang baik. Distribusi item pada skala kompetensi sosial dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Item Skala Kompetensi Sosial (sebelum uji coba)
Aspek Favorable Unfavorable Total
Kemampuan mengelola
emosi 4 12,5% 4 12,5% 8 25%
Kemampuan untuk
berkomunikasi 4 12,5% 4 12,5% 8 25%
Kemampuan untuk
menyelesaikan masalah 4 12,5% 4 12,5% 8 25%
Kesadaran sosial 4 12,5% 4 12,5% 8 25%
TOTAL ITEM 32 100%
5. Uji coba pendahuluan
Peneliti selanjutnya melakukan uji coba pendahuluan kepada 8 orang
sampel responden yang memiliki karakteristik sama dengan responden
penelitian secara informal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
petunjuk pengerjaan dapat dipahami oleh responden, sehingga dapat
mencegah terjadinya kesalahan mengerjakan. Selain itu, uji coba pendahuluan
dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang telah dibuat dapat
dipahami dan dikerjakan oleh responden, serta dapat mengetahui rata-rata
waktu yang dibutuhkan responden dalam menyelesaikan pengisian skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
(Supratiknya, 2014). Pertanyaan dan masukan dari responden dalam uji coba
pendahuluan ini, digunakan oleh peneliti untuk dapat menyempurnakan skala
penelitian.
6. Uji coba alat ukur
Setelah melakukan uji coba pendahuluan, peneliti melakukan uji coba
alat ukur yang bertujuan untuk menguji kelayakan skala sebelum dilakukan
pengambilan data yang sesungguhnya, seperti untuk menguji reliabilitas dan
melakukan seleksi item. Tujuan dilakukan seleksi item untuk memilih item-
item dengan daya diskriminasi item yang tinggi, supaya skala tersebut dapat
membedakan responden yang berdasarkan tinggi rendahnya atribut yang
diukur (Supratiknya, 2014). Uji coba alat ukur dilakukan pada 13 Desember
2017 untuk skala kompetensi sosial dan 15 Januari 2018 untuk skala pola asuh
otoritatif orang tua dan kompetensi sosial dengan membagikan skala penelitian
yang telah disusun dan juga telah divalidasi. Alat ukur diujicobakan kepada
kelompok responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok
responden penelitian yang sesungguhnya, yaitu 60 siswa dan siswi kelas IV 2,
V 1, V 2, V 3 SD Budya Wacana untuk skala pola asuh otoritatif orang tua
yang dilakukan di dalam kelas. Skala kompetensi sosial dibagikan kepada 45
siswa dan siswi kelas IV dan V SDN Timbulharjo dan 15 siswa dan siswi kelas
IV 1 SD Budya Wacana yang dilakukan di dalam kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Peneliti membagikan skala kepada responden, selanjutnya peneliti
meminta responden untuk membaca petunjuk mengenai cara pengisian skala
dan menulis identitas mereka. Responden diminta untuk mengisi skala tersebut
sesuai dengan keadaan responden.
Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan seleksi item dengan
bantuan SPSS 24 for windows. Suatu item memiliki daya diskriminasi yang
baik apabila memiliki nilai koefisien ≥ 0,30 (Azwar, 2012). Jika jumlah item
yang lolos masih tidak mencukupi dengan jumlah yang diinginkan, dapat
mempertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria hingga 0,20 (Azwar,
2012). Seleksi item pada penelitian ini berdasarkan dari korelasi item total
yang memiliki batasan rix ≥ 0,20. Berdasarkan perhitungan skala pola asuh
otoritatif orang tua, diperoleh jumlah item yang gugur sebanyak 9 item,
sehingga tersisa 27 item yang baik. Setelah itu, peneliti menggugurkan 9 item
lagi dengan alasan untuk menyamakan jumlah item pada setiap indikator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 6. Distribusi Item Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Sebelum Uji
Coba
Aspek Indikator Sebaran Item
Total Favorable Unfavorable
Penerimaan
dan
keterlibatan
Hangat 1,7 4,10 4
Penuh perhatian 13, 19 16, 22 4
Peka terhadap kebutuhan anak 25, 31 28, 34 4
Kendali Memberikan tuntutan yang
wajar mengenai kedewasaan
5, 11 2, 8 4
Mendorong tuntutan
mengenai kedewasaan secara
konsisten
17, 23 14, 20 4
Menjelaskan tuntutan
mengenai kedewasaan secara
konsisten
29, 35 26, 32 4
Pemberian
otonomi
Membebaskan anak untuk
membuat keputusan sesuai
kesiapannya
3, 9 6, 12 4
Mendorong anak untuk dapat
mengatakan perasaan yang
ada di dalam dirinya
15, 21 18, 24 4
Melibatkan anak dalam
mengambil keputusan ketika
adanya perbedaan pendapat
antara orang tua dan anak
27, 33 30, 36 4
Total 18 18 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 7. Distribusi Item Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Setelah Uji Coba
Aspek Indikator Sebaran Item
Total Favorable Unfavorable
Penerimaan
dan
keterlibatan
Hangat 1(1), 7(10) 4,10 2
Penuh perhatian 13, 19 (4) 16, 22(13) 2
Peka terhadap kebutuhan
anak
25(7), 31 28(16), 34 2
Kendali Memberikan tuntutan
yang wajar mengenai
kedewasaan
5, 11(2) 2(11), 8 2
Mendorong tuntutan
mengenai kedewasaan
secara konsisten
17(5), 23(14) 14, 20 2
Menjelaskan tuntutan
mengenai kedewasaan
secara konsisten
29(8), 35(17) 26, 32 2
Pemberian
otonomi
Membebaskan anak untuk
membuat keputusan sesuai
kesiapannya
3(3), 9(12) 6, 12 2
Mendorong anak untuk
dapat mengatakan
perasaan yang ada di
dalam dirinya
15(6), 21(15) 18, 24 2
Melibatkan anak dalam
mengambil keputusan
ketika adanya perbedaan
pendapat antara orang tua
dan anak
27(9), 33(18) 30, 36 2
Total 15 3 18
Keterangan :
1. Item yang dicetak tebal adalah item yang gugur
2. Item yang dicetak miring adalah item yang digugurkan untuk
menyeimbangkan jumlah item antar aspek
3. Item di dalam tanda kurung (()) adalah nomer item yang digunakan dalam
pengambilan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pada skala kompetensi sosial diseleksi menggunakan rix 0,2. Terdapat
9 item yang gugur, sehingga tersisa 23 item yang lolos. Kemudian peneliti
memutuskan untuk menggugurkan 7 item lagi dengan alasan untuk
menyamakan jumlah item pada setiap indikator. Setelah disetarakan jumlah
item pada setiap indikator, ada 1 item yang memiliki nilai kurang dari 0,2,
sehingga peneliti menggugurkan 1 item tersebut.
Tabel 8. Distribusi Item Kompetensi Sosial Sebelum Uji Coba
Aspek Indikator Sebaran Item
Total Favorable Unfavorable
Kemampuan
mengelola
emosi
Merespon secara fleksibel
1, 5 17, 21 4
Memahami perasaan
orang lain
9, 13 25, 29 4
Kemampuan
untuk
berkomunikasi
Mampu memulai interaksi
dengan orang lain secara
verbal dan non-verbal
18, 22 2,6 4
Mampu merespon lawan
bicara saat berkomunikasi
26, 30 10, 14 4
Kemampuan
untuk
menyelesaikan
masalah
Membuat suatu keputusan
yang tepat
3, 7 19, 23 4
Memahami bahwa orang
lain memiliki sudut
pandang yang berbeda
dengan dirinya mengenai
sesuatu
11, 15 27, 31 4
Kesadaran
sosial
Memahami bahwa
perilaku yang dilakukan
dapat diterima orang lain
20, 24 4, 8 4
Memahami tanda-tanda
bahwa suatu perilaku
tidak dapat diterima orang
lain
28, 32 12, 16 4
Total 16 16 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 9. Distribusi Item Kompetensi Sosial Setelah Uji Coba
Aspek Indikator Sebaran Item
Total Favorable Unfavorable
Kemampuan
mengelola
emosi
Merespon secara
fleksibel
1, 5(1) 17, 21(9) 2
Memahami perasaan
orang lain
9, 13(5) 25, 29(13) 2
Kemampuan
untuk
berkomunikasi
Mampu memulai
interaksi dengan orang
lain secara verbal dan
non-verbal
18, 22(10) 2(2),6 2
Mampu merespon lawan
bicara saat
berkomunikasi
26(6), 30 10, 14(14) 2
Kemampuan
untuk
menyelesaikan
masalah
Membuat suatu
keputusan yang tepat
3, 7 19(3), 23(11) 2
Memahami bahwa orang
lain memiliki sudut
pandang yang berbeda
dengan dirinya
mengenai sesuatu
11, 15(15) 27(7), 31 2
Kesadaran
sosial
Memahami bahwa
perilaku yang dilakukan
dapat diterima orang lain
20, 24 4(4), 8(12) 2
Memahami tanda-tanda
bahwa suatu perilaku
tidak dapat diterima
orang lain
28, 32 12, 16(8) 1
Total 5 10 15
Keterangan :
1. Item yang dicetak tebal adalah item yang gugur
2. Item yang dicetak miring adalah item yang digugurkan untuk
menyeimbangkan jumlah item antar aspek
3. Item di dalam tanda kurung (()) adalah nomer item yang digunakan dalam
pengambilan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
F. PEMERIKSAAN RELIABILITAS ALAT UKUR PENELITIAN
Reliabilitas yang digunakan menggunakan Alpha Cronbach. Alpha
cronbach digunakan untuk dapat menghitung reliabilitas dari suatu alat ukur yang
tidak memiliki pilihan jawaban ‘benar’ atau ‘salah’ ataupun ‘ya’ atau ‘tidak’, tetapi
digunakan untuk dapat menghitung reabilitas dari suatu alat ukur yang mengukur
mengenai sikap atau perilaku (Siregar, 2013). Penghitungan reliabilitas ini
menggunakan alat bantu SPSS 24 for Windows. Koefisien reliabilitas berada pada
rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Jika koefisien reliabilitas semakin mendekati
angka 1, maka dapat dikatakan bahwa semakin reliabel pengukuran tersebut
(Azwar, 2012). Koefisien reliabilitas pada skala pola asuh otoritatif orang tua
adalah sebesar 0,822 dari 18 item dan pada skala kompetensi sosial sebesar 0,767
dari 15 item. Hal tersebut menunjukkan bahwa skala pola asuh otoritatif orang tua
dan kompetensi sosial memiliki reliabilitas yang baik.
G. METODE ANALISIS DATA
Uji hipotesis dilakukan setelah melakukan uji asumsi terlebih dahulu.
1. Uji Asumsi
1.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidak nilai
distribusi atau sebaran data pada variabel pola asuh otoritatif orang tua
dan kompetensi sosial. Uji normalitas merupakan uji yang digunakan
untuk melihat apakah data penelitian bersumber dari suatu populasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Pada penelitian ini, uji
normalitas menggunakan Kolmogorof Smirnov dengan alat bantu SPSS
24 for Windows. Data dapat dikatakan memiliki sebaran yang normal jika
memiliki taraf signifikansi > 0,05 (Santoso, 2010).
1.2. Uji Linearitas
Uji linearitas menyatakan mengenai hubungan antar variabel yang
akan dianalisis mengikuti garis lurus (Santoso, 2010). Penelitian ini
menggunakan alat bantu SPSS 24 for Windows untuk melakukan uji
linearitas. Suatu data dapat dikatakan linear jika memiliki taraf
signifikansi < 0,05 (Santoso, 2010).
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan korelasi Product
Moment Pearson. Korelasi Product Moment Pearson yaitu mencari arah serta
kekuatan pada hubungan antara variabel independen (bebas) dengan variabel
dependen (terikat) serta data yang berbentuk interval dan juga rasio (Siregar,
2013). Teknik ini digunakan untuk menguji hubungan antara pola asuh
otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11
tahun. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS 24 for
Windows. Hipotesis penelitian diterima jika memiliki nilai signifikasi < 0,05
(Santoso, 2010). Uji korelasi Product Moment Pearson dapat digunakan
apabila data berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
uji hipotesis dilakukan menggunakan statistik non parametrik Spearman’s rho
(Siregar, 2013). Pada uji korelasi, nilai koefisien korelasi berada pada rentang
-1 sampai 1 yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif atau
negatif pada kedua variabel penelitian (Santoso, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua sekolah yang berbeda. Pada tanggal
30 Januari 2018 dan 2 Februari 2018 di SD BOPKRI Gondolayu yang
terdiri dari 4 kelas. Jumlah siswa kelas IV dan V di SD BOPKRI Gondolayu
yang mengisi skala adalah 128 siswa. Akan tetapi, hanya 121 siswa yang
datanya sesuai kriteria dan dapat digunakan. Siswa di SD BOPKRI
Gondolayu yang datanya dapat digunakan terdiri dari kelas IV 1 sejumlah
34 siswa, kelas IV 2 sejumlah 36 siswa, kelas V 1 sejumlah 27 siswa, kelas
V 2 sejumlah 24 siswa. Peneliti juga melakukan pengambilan data di SD
Negeri Serayu pada tanggal 13 Februari 2018 di kelas V C kepada 12 siswa.
Cara pengambilan data dengan membagikan kuesioner kepada para siswa
di dalam kelas. Pertama-tama, peneliti menjelaskan mengenai cara
pengisian identitas dan petunjuk pengisian kuesioner, selanjutnya peneliti
meminta para siswa untuk mengerjakan kuesioner tersebut. Setelah selesai
dikerjakan, langsung diminta untuk mengumpulkan kembali kepada
peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2. Deskripsi Responden
Responden penelitian berjumlah 133 siswa dengan data demografi
seperti terlihat pada tabel 10.
Tabel 10. Data Responden Penelitian
Keterangan Jumlah Total
Jenis Kelamin Laki-laki 73 133
Perempuan 60
Kelas IV 70 133
V 63
Urutan Kelahiran Anak Tunggal 20
133
Anak Pertama 47
Anak Kedua 49
Anak Ketiga 10
Anak Keempat 5
Anak Kelima 1
Anak Ketujuh 1
Pekerjaan Ayah PNS 4
133
Pegawai Swasta 70
Wiraswasta 39
Pendeta 7
Atlet 1
Arsitek 1
Polisi 3
Dosen 2
Guru 4
Pensiun 1
Dokter 1
Pekerjaan Ibu PNS 6
133
Ibu Rumah Tangga 50
Pegawai Swasta 40
Wiraswasta 21
Guru 6
Dokter 4
Arsitek 1
Polisi 2
Dosen 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
3. Deskripsi Data Penelitian
3.1. Mean Empiris dan Mean Teoritik
Deskripsi data dari variabel pola asuh otoritatif orang tua dan
kompetensi sosial dihitung menggunakan SPSS 24 for windows yang
dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian
Statistik
Pola Asuh Otoritatif
Orang Tua Kompetensi Sosial
Teoritik Empirik Teoritik Empirik
Skor
Minimum
18 41 15 34
Skor
Maksimum
72 72 60 60
Mean 45 60,99 37,5 50,66
Standar
Deviasi
9 5,737 7,5 4,852
Koefisien
One
Sampel
Test
122,601 120,411
Signifikansi
One
Sampel
Test
0,000 0,000
Berdasarkan hasil uji beda one sample t-test, dapat dilihat
bahwa variabel pola asuh otoritatif orang tua memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,000, yang menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara mean empirik dan mean teoritik. Pada variabel pola
asuh otoritatif orang tua memiliki mean empirik lebih besar daripada
mean teoritik (60,99>45). Hal tersebut menunjukkan bahwa pola asuh
otoritatif orang tua pada penelitian ini adalah tinggi. Selain itu,
berdasarkan hasil uji beda one sample t-test pada variabel kompetensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
sosial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000, yang menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antara mean empirik dan mean
teoritik. Pada variabel kompetensi sosial memiliki mean empirik lebih
besar daripada mean teoritik (50,66>37,5). Hal tersebut menunjukkan
bahwa kompetensi sosial pada penelitian ini adalah tinggi.
3.2. Kategorisasi Skala
Kategorisasi skala bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi
dan seberapa rendah skor pola asuh otoritatif orang tua dan
kompetensi sosial yang diperoleh responden dalam penelitian ini.
Kategorisasi skala yang digunakan mengacu pada ketegori skala oleh
Azwar (2012). Rumusan interval yang digunakan sebagai berikut:
µ - t(α/2,n-1)(s/√n) ≤ X ≤ µ + t(α/2,n-1)(s/√n)
Keterangan:
µ : Mean teoritis pada skala
t(α/2,n-1) : Harga t pada α/2 dan derajat kebebasan n-1
s : Deviasi standar skor
n : Banyaknya responden
Norma kategorisasi dan pengelompokkan responden
berdasarkan skor pola asuh otoritatif orang tua dapat dilihat pada tabel
12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 12. Norma Kategorisasi Dan Tingkat Pola Asuh Otoritatif
Orang Tua
Kategorisasi Skor
Pola Asuh Otoritatif
Orang Tua Kategori
Jumlah Presentase
X < µ - t(α/2,n-
1)(s/√n)
X < 44,016 2 1,5% Rendah
µ - t(α/2,n-1)(s/√n) ≤
X ≤ µ + t(α/2,n-
1)(s/√n)
44,016 ≤ X ≤
45,984 1 0,75% Sedang
µ + t(α/2,n-1)(s/√n) <
X
45,984 < X 130 97,74% Tinggi
Berdasarkan tabel 12, sebanyak 130 responden dengan
persentase 97,74% memiliki skor pola asuh otoritatif orang tua yang
masuk dalam kategori tinggi. Responden dengan persentase 1,5%
memiliki skor pola asuh otoritatif orang tua yang masuk dalam
kategori rendah. Terdapat responden dengan persentase 0,75% pada
skor pola asuh otoritatif orang tua yang termasuk dalam ketegori
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki skor pola asuh otoritatif orang tua yang tinggi.
Tabel 13. Norma Kategorisasi Dan Tingkat Kompetensi Sosial
Kategorisasi Skor Kompetensi Sosial
Kategori Jumlah Presentase
X < µ - t(α/2,n-
1)(s/√n)
X < 36,668 2 1,5% Rendah
µ - t(α/2,n-1)(s/√n) ≤
X ≤ µ + t(α/2,n-
1)(s/√n)
36,668 ≤ X ≤
38,332 1 0,75% Sedang
µ + t(α/2,n-1)(s/√n)
< X
38,332 < X 130 97,74% Tinggi
Skala kompetensi sosial menunjukkan bahwa terdapat 130
responden dengan persentase sebesar 97,74% memiliki skor
kompetensi sosial dalam kategori tinggi. Terdapat responden dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
persentase 1,5% pada skor kompetensi sosial yang termasuk dalam
kategori rendah. Responden dengan persentase 0,75% memiliki skor
kompetensi sosial yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki skor
kompetensi sosial yang tinggi.
4. Reliabilitas Data Penelitian
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, didapatkan nilai
reliabilitas dari masing-masing skala seperti dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Hasil Reliabilitas Data Penelitian
Skala Cronbach’s Alpha Interpretasi
Pola asuh otoritatif
orang tua 0,774 Reliabel
Kompetensi sosial 0,705 Reliabel
Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa reliabilitas data
penelitian lebih rendah daripada data uji coba. Menurut Azwar (2012)
mengatakan penurunan nilai reliabilitas terjadi karena responden yang
tidak sungguh-sungguh ketika mengisi skala, responden dalam kondisi
lelah, ataupun responden tidak siap dalam mengisi skala. Selain itu,
responden yang memiliki rasa penolakkan terhadap isi skala yang membuat
responden menjawab tidak dengan sungguh-sungguh (Azwar, 2012).
Sikap, persepsi, dan motivasi dalam diri responden ketika memberikan
jawaban juga dapat memengaruhi reliabilitas. (Azwar, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
5. Hasil Uji Asumsi
5.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat sebaran data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Data dapat dikatakan
berdistribusi normal jika memiliki taraf signifikansi (p) lebih besar
dari 0,05 (p>0,05) (Santoso, 2010). Hasil uji normalitas menggunakan
Kolmogorof Smirnov dengan alat bantu SPSS 24 for Windows yang
dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Hasil Uji Normalitas
Variabel Signifikansi Keterangan
Pola asuh otoritatif
orang tua 0,000 Tidak normal
Kompetensi sosial 0,001 Tidak normal
Berdasarkan hasil uji normalitas tersebut, dapat dilihat bahwa
pola asuh otoritatif orang tua dan kompetensi sosial tidak terdistribusi
secara normal.
5.2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat kedua variabel yang
akan diuji hubungannya memiliki hubungan yang linear atau tidak.
Kedua variabel dapat dikatakan linear jika taraf signifikansi (p) lebih
kecil dari 0,05 (p<0,05) (Santoso, 2010). Hasil uji linearitas
menggunakan test for linearity pada alat bantu SPSS 24 for Windows
yang dapat dilihat pada tabel 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel 16. Hasil Uji Linearitas
Uji Linearitas Sig Keterangan
Pola Asuh
Otoritatif
Orang Tua
dengan
Kompetensi
Sosial
0,000 Linear
Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa linearity memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dan kompetensi sosial
mengikuti fungsi linear.
6. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik non
parametrik Spearman’s rho dengan bantuan SPSS 24 for Windows, karena
data pola asuh otoritatif orang tua dan kompetensi sosial bersifat tidak
normal. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Hasil Uji Hipotesis
Spearman’s rho Sig
Hubungan antara pola asuh otoritatif
orang tua dengan kompetensi sosial pada
anak
0,368 0,000
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa nilai korelasi
Spearman’s rho sebesar 0,368 dan nilai signifikansi sebesar 0,000
(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial
pada anak, sehingga semakin tinggi pola asuh otoritatif orang tua, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
semakin tinggi pula kompetensi sosialnya. Dengan demikian, hipotesis
pada penelitian ini diterima.
7. Analisis Tambahan
Peneliti melakukan analisis tambahan dengan menguji besarnya
kontribusi atau sumbangan yang diberikan. Pengujian kontribusi atau
sumbangan dengan cara menghitung koefisien determinasinya. Koefisien
determinasi merupakan angka yang dapat menyatakan besarnya suatu
kontribusi yang diberikan (Siregar, 2013).
Tabel 18. Koefisien Determinasi Pola Asuh Otoritatif Orang tua
dengan Kompetensi Sosial
Variabel Independen Variabel Dependen Koefisien Determinasi
Pola asuh otoritatif
orang tua Kompetensi sosial 13,54%
Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pola asuh otoritatif orang tua
memberikan kontribusi sebesar 13,54% pada kompetensi sosial.
B. PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menunjukkan ada
hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua
dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun (r = 0,368; p =
0,000). Semakin tinggi pola asuh otoritatif orang tua, maka semakin tinggi pula
kompetensi sosialnya. Dengan demikian, hipotesis pada penelitian ini diterima.
Pada hasil hipotesis dalam penelitian ini sesuai dengan hasil pada
penelitian sebelumnya yang mengatakan adanya hubungan yang positif antara
pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak (Akhtar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Malik, & Begeer, 2016; Chae & Lee, 2011; Garcia & Gracia, 2009;
Jabagchourian, Sorkhabi, Quach, & Strage, 2014; Kazemi, Ardabili, &
Solokian, 2010; Ren & Edwards, 2015). Hubungan tersebut dapat terjadi
karena anak merasa bahwa orang tua akan selalu ada untuk dirinya. Selain itu,
anak juga dapat merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh orang tua. Hal tersebut
cenderung membuat anak dapat melakukan interaksi sosial dengan orang lain.
Pola asuh otoritatif orang tua seperti adanya penerimaan dan
keterlibatan dari orang tua terhadap anak dapat meningkatkan rasa kepercayaan
diri pada anak. Menurut Pomerantz, Grolnick, dan Price (dalam Brooks, 2011)
adanya keterlibatan dari orang tua dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam
diri anak terhadap kemampuan yang dimilikinya, sehingga dapat mengarah
kepada prestasi. Selain itu, menurut Fredricks dan Eccles (dalam Brooks, 2011)
orang tua yang memiliki keyakinan kepada kemampuan yang dimiliki anak
dapat mendorong perasaan kompetensi dalam diri anak. Brooks (2011)
mengatakan penampilan fisik serta penerimaan sosial seperti dari orang tua dan
teman merupakan area kompetensi yang memiliki peran pada nilai diri. Bentuk
penerimaan dan keterlibatan orang tua dalam penelitian ini seperti adanya
kehangatan dan juga kepekaan. Menurut McDowell dan Parke; Olsen, Yang,
Hart, Robinson, Wu, Nelson, Nelson, Jin, dan Wo (dalam Semrud-Clikeman,
2007) mengatakan bahwa positifnya gaya interaksi maternal dan adanya
kepekaan terhadap anak memiliki hubungan terhadap kompetensi sosial,
sedangkan adanya perilaku ibu yang terlalu banyak dalam hal mengendalikan
atau adanya perasaan negatif dari ibu memiliki pengaruh terhadap buruknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
penerimaan dari teman sebaya dan juga memiliki rendahnya dalam
keterampilan sosial.
Menurut Eisenberg, Zhou, Spinrad, Valiente, Fabes, dan Liew (dalam
Brooks, 2011) sikap yang hangat dan adanya ekspresi yang positif dari orang
tua dapat membantu anak untuk mengembangkan kontrol seperti kemampuan
untuk dapat mengamati serta merencanakan suatu perilaku. Berk (2010)
mengatakan adanya pengasuhan yang hangat serta positif dari orang tua dapat
membuat anak-anak mengerti bahwa dirinya diterima sebagai seorang yang
memiliki kompeten dan juga seorang yang berguna. Adanya penerimaan dan
keterlibatan dari orang tua, dapat berpengaruh pada kompetensi sosial yang
dimiliki anak. Anak dapat melakukan interaksi sosial dengan orang lain.
Salah satu bentuk kendali dari orang tua kepada anak dalam penelitian
ini adalah adanya pemberian tuntutan. Menurut Maccoby (dalam Brooks,
2011) saat orang tua memberikan suatu tuntutan kepada anak, pada anak laki-
laki akan meningkatkan tanggung jawab sosial di dalam dirinya, sedangkan
pada anak perempuan akan meningkatkan ketegasan di dalam dirinya.
Mattanah (dalam Brooks, 2011) mengatakan orang tua memiliki wewenang
untuk menggabungkan antara kehangatan dan kontrol yang tegas mengenai
perilaku anak dengan cara menghargai individualitas dan juga kemandirian
anak, sehingga akan membantu anak untuk dapat menghadapi perubahan dari
rumah ke sekolah. Brooks (2011) mengatakan ibu yang secara konsisten
mendorong kemandirian anak mulai dari prasekolah sampai awal tahun sekolah
dasar, maka anak akan mempunyai tingginya nilai akademik serta mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
tingginya kompetensi sosial, dan juga memiliki rendahnya tingkat dalam
penimbulan masalah. Melalui adanya kendali dari orang tua kepada anak, dapat
membuat anak memiliki interaksi sosial dengan orang lain yang dapat memiliki
pengaruh pada kompetensi sosial yang dimiliki anak.
Pemberian otonomi yang berasal dari orang tua pada penelitian ini salah
satu bentuknya adalah melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Orang
tua yang melibatkan anak dalam pengambilan keputusan dapat melatih anak
dalam memecahkan masalah. Denham (dalam Semrud-Clikeman, 2007)
mengatakan bahwa adanya ikatan antara orang tua dengan anak juga
mempelajari keterampilan dasar dalam suatu hubungan. Kemampuan untuk
dapat mengendalikan perasaan dan juga memecahkan masalah diperoleh
melalui hubungan awal ini dan kemudian digunakan dalam hubungan dengan
teman sebaya selanjutnya. Keterampilan yang dimiliki seseorang seperti
pemahaman emosional yang terkait kompetensi dengan teman sebaya dan juga
keterampilan ini dikembangkan melalui keluarga dan kemudian
menerapkannya kedalam interaksi dengan teman sebaya. Jika adanya
pemberian otonomi tersebut, maka dapat memengaruhi kompetensi sosial
anak.
Hasil analisis pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa pola asuh
otoritatif orang tua memiliki sumbangan sebesar 13,54% terhadap kompetensi
sosial. Hal tersebut berarti terdapat 86,46% faktor lain yang memengaruhi
kompetensi sosial yang tidak diteliti pada penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Pada hasil kategorisasi skala, pola asuh otoritatif orang tua yang
dimiliki oleh responden cenderung tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh
budaya. Budaya mencakup adanya latar belakang yang meliputi fisik serta
sosial untuk orang tua dan juga anak, adanya karakter psikologis dimana
karakter tersebut dihargai orang tua dan juga anak, dan adanya perilaku yang
disarankan untuk anggota keluarga. Oleh karena itu, budaya tersebut dapat
berpengaruh pada perilaku pengasuhan, seperti nilai-nilai yang diajarkan oleh
orang tua hingga pada hal yang nyata pada keseharian seperti tempat untuk
anak makan dan juga tidur (Harkness & Super, dalam Brooks, 2011).
Kategorisasi skala menunjukkan hasil bahwa responden yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki kompetensi sosial yang cenderung
tinggi. Kompetensi sosial yang tinggi dapat disebabkan oleh adanya cara anak
melihat otoritas orang tua. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Jabagchourian, Sorkhabi, Quach, dan Strage (2014) mengatakan bahwa anak
yang melihat sedikitnya otoritas yang dimiliki oleh ibunya, maka memiliki
pengaturan diri yang tinggi serta memiliki agresi yang rendah. Selain itu, anak
yang melihat sedikitnya otoritas yang dimiliki oleh ayahnya, maka anak akan
lebih terlibat dalam akademis, dapat memiliki kompeten secara sosial, serta
memiliki tingginya kemampuan dalam pengambilan perspektif. Orang tua
memiliki peran yang penting bagi kompetensi dalam perkembangan anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pola asuh
otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada anak usia 9 sampai 11 tahun.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, ditemukan adanya hubungan yang positif dan
signifikan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial pada
anak usia 9 sampai 11 tahun. Hubungan yang positif dan signifikan tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi pola asuh otoritatif orang tua yang dimiliki
oleh anak usia 9 sampai 11 tahun, maka semakin tinggi tingkat kompetensi
sosial yang dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah pola asuh otoritatif orang tua
yang dimiliki oleh anak usia 9 sampai 11 tahun, maka semakin rendah tingkat
kompetensi sosial yang dimiliki. Pola asuh otoritatif orang tua memiliki
sumbangan sebesar 13,54% terhadap kompetensi sosial, sehingga 86,46%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah orang tua yang dipersepsi
tidak seragam. Ayah dan ibu bisa jadi beda pola asuhnya. Selain itu, pada skala
tidak dituliskan pertanyaan mengenai orang tua (ayah atau ibu) yang paling
signifikan atau yang dipersepsi oleh anak. Selanjutnya, responden belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
mampu untuk membedakan pilihan respon antara sangat tidak sesuai (STS)
dengan tidak sesuai (TS) dan sangat sesuai (SS) dengan sesuai (S).
C. SARAN
1. Bagi peneliti selanjutnya
Data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal. Peneliti
selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah responden dalam
pengambilan data, supaya sebaran data dapat semakin merata dan
memperoleh data yang dapat mewakili populasi normal.
2. Bagi orang tua
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan antara pola asuh otoritatif orang tua dengan kompetensi sosial.
Responden juga memiliki mean empirik lebih besar daripada mean teoritik
dalam kompetensi sosial yang menunjukkan bahwa responden memiliki
tingkat kompetensi sosial tinggi. Oleh karena itu, orang tua diharapkan
untuk lebih dapat membuat adanya penerimaan dan keterlibatan kepada
anak, memberikan kontrol yang wajar, dan memberikan otonomi kepada
anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, P., Malik, J. A., & Begeer, S. (2016). The grandparents’ influence:
parenting styles and social competence among children of joint families.
Journal of Child and Family Studies, 1–9.
Azwar, S. (1998). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi (edisi 2). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Beebe, S. A., Beebe, S. J., & Redmond, M. V. (2011). Interpersonal
communication: Relating to others (6th edition). Boston: Allyn & Bacon,
Inc.
Benson, J. B. (2014). Advances in child development and behavior. USA: Elsevier.
Berk, L. E. (2010). Development through the lifespan: Dari prenatal sampai remaja
(Transisi menjelang dewasa) (edisi 5 jilid 1). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Booth-Laforce, C., Oh, W., Kim, A. H., Rubin, K. H., Rose-Krasnor, L., & Burgess,
K. (2006). Attachment, self-worth, and peer-group functioning in middle
childhood. Attachment & Human Development, 8(4), 309–325.
Brooks, J. (2011). The process of parenting (edisi 8). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burt, K. B., Obradović, J., Long, J. D., & Masten, A. S. (2008). The interplay of
social competence and psychopathology over 20 years: Testing
transactional and cascade models. Child development, 79(2), 359–374.
Camodeca, M., Caravita, S. C. S., & Coppola, G. (2015). Bullying in preschool:
The associations between participant roles, social competence, and social
preference. Aggressive behavior, 41(4), 310–321.
Chae, J.-Y., & Lee, K. Y. (2011). Impacts of Korean fathers’ attachment and
parenting behavior on their children’s social competence. Social Behavior
and Personality: an international journal, 39(5), 627–643.
DeVito, J. A. (2011). Komunikasi antarmanusia (edisi 5). Tangerang Selatan:
Karisma.
Elias, M. J., & Haynes, N. M. (2008). Social competence, social support, and
academic achievement in minority, low-income, urban elementary school
children. School Psychology Quarterly, 23(4), 474-495.
Feist, J. & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian (edisi 1 buku 1). Jakarta: Salemba
Humanika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Garcia, F., & Gracia, E. (2009). Is always authoritative the optimum parenting
style? Evidence from Spanish families. Adolescence, 44(173), 101–131.
Garner, P. W., & Hinton, T. S. (2010). Emotional display rules and emotion self-
regulation: Associations with bullying and victimization in community-
based after school programs. Journal of Community & Applied Social
Psychology, 20(6), 480–496.
Greene, J. O., & Burleson, B. R. (2003). Handbook of communication and social
interaction skills. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Halonen, J. S., & Santrock, J. W. (1999). Psychology: Contexts & applications (3th
edition). Boston: McGraw-Hill.
Helmawati. (2016). Pendidikan keluarga teoretis dan praktis. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hermawan, B. (2014). Ini video murid SD dihajar temannya di Bukittinggi. Diakses
dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/10/12/ndbuwg-ini
video-murid-sd-dihajar-temannya-di-bukittinggi pada 7 April 2018 pukul
09:47
Houbre, B., Tarquinio, C., Thuillier, I., & Hergott, E. (2006). Bullying among
students and its consequences on health. European Journal of Psychology
of Education, 21(2), 183–208.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hybels, S., & Weaver, R. L. (2004). Communicating effectively (7th Edition).
Boston: McGraw-Hill.
Jabagchourian, J. J., Sorkhabi, N., Quach, W., & Strage, A. (2014). Parenting styles
and practices of Latino parents and Latino fifth graders’ academic,
cognitive, social, and behavioral outcomes. Hispanic Journal of Behavioral
Sciences, 36(2), 175–194.
Kazemi, A., Ardabili, H. E., & Solokian, S. (2010). The association between social
competence in adolescents and mothers’ parenting style: A cross sectional
study on Iranian girls. Child and Adolescent Social Work Journal, 27(6),
395–403.
King, L. A. (2010). Psikologi umum: Sebuah pandangan apresiatif (buku 1).
Jakarta: Salemba Humanika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Nation, M., Vieno, A., Perkins, D. D., & Santinello, M. (2008). Bullying in school
and adolescent sense of empowerment: An analysis of relationships with
parents, friends, and teachers. Journal of community & applied social
psychology, 18(3), 211–232.
Ormrod, J. E. (2009). Psikologi pendidikan: Membantu siswa tumbuh dan
berkembang (edisi 6 jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Orpinas, P., & Horne, A. M. (2006). Bullying prevention: Creating a positive school
climate and developing social competence. Washington, DC: APA.
Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014). Menyelami perkembangan manusia (Edisi
12 Buku 1). Jakarta: Salemba Humanika.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development:
Psikologi perkembangan bagian I sampai dengan bagian IV (edisi 9).
Jakarta: Kencana.
Penela, E. C. (2013). The influences of early temperament and emotion regulation
on social competence in middle childhood (PhD Thesis). University of
Miami.
Ren, L., & Edwards, C. P. (2015). Pathways of influence: Chinese parents’
expectations, parenting styles, and child social competence. Early Child
Development and Care, 185(4), 614–630.
Rubin, K. H., Bukowski, W. M., & Laursen, B. (2009). Handbook of peer
interactions, relationships, and groups. New York: The Guilford Press.
Safutra, I. (2017). Fakta-fakta miris dari kasus tewasnya siswa SD di
Sukabumi. Diakses dari https://www.jawapos.com/read/2017/08/10/149936/fakta-fakta-miris-dari-
kasus-tewasnya-siswa-sd-di-sukabumi pada 7 April 2018 pukul 14:36
Samani, M., & Hariyanto. (2014). Konsep dan model pendidikan karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Santrock, J. W. (2004). Psikologi pendidikan (edisi 2). Jakarta: Kencana.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak (edisi 11 jilid 2). Jakarta:
Erlangga.
Santrock, J. W. (2012). Life span development (13th edition). Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Schneider, B. H., Attili, G., Nadel, J., & Weissberg, R. P. (1989). Social competence
in developmental perspective. Netherlands: Kluwer Academic Publishers.
Schoffstall, C. L., & Cohen, R. (2011). Cyber aggression: The relation between
online offenders and offline social competence. Social Development, 20(3),
587–604.
Semrud-Clikeman, M. (2007). Social competence in children. USA: Springer.
Setyawan, D. (2014). KPAI : Kasus bullying dan pendidikan karakter. Diakses dari
http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/
pada 20 Maret 2017 pukul 11:28 WIB.
Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif dilengkapi dengan perbandingan
perhitungan manual & SPSS. Jakarta: Kencana.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas
Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi validitas isi dalam asesmen psikologis.
Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995). Kamus
besar bahasa indonesia (edisi 2 cetakan 4). Jakarta: Balai Pustaka.
Upton, P. (2012). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga
Wiryanto. (2004). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Woolfolk, A. (2009). Educational psychology active learning edition (Edisi
10 Bagian 1). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 1.
Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi Pola Asuh Otoritatif Orang Tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PENILAIAN VALIDITAS ISI
POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Yogyakarta, …………………………….
Yang terhormat
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i
Yang berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang beridentitas di bawah ini:
Nama : Stephina Valencia Harda Sutejo
NIM : 139114022
Memohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi penilaian validitas isi item “pola asuh otoritatif
orang tua” dalam rangka tugas akhir saya. Validitas isi item yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah taraf sejauh mana isi
item relevan dengan atribut psikologis yang diukur (pola asuh otoritatif orang tua). Saya mengucapkan terima kasih atas
bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi penilaian validitas isi item ini.
Hormat Saya,
Stephina Valencia Harda Sutejo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PERNYATAAN KESEDIAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
NIM/NIP :
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia mengisi penilaian validitas isi item dengan sukarela tanpa paksaan
dari pihak tertentu demi membantu terlaksananya penelitian.
Yogyakarta, …………………………….
(…………………………….)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Penilaian Validitas Isi Item
Alat ukur atau skala ini bertujuan mengukur pola asuh otoritatif orang tua yang dibagi kedalam 3 aspek. Definisi
konseptual atribut psikologis beserta aspek dan indikatornya adalah sebagai berikut:
Atribut Psikologis Komponen
Pola asuh otoritatif orang tua
Pola asuh otoritatif orang tua adalah pola asuh orang tua
yang lebih fokus mengarah kepada individualitas anak,
namun tetap menggunakan aturan sosial serta memberikan
penerimaan dan keterlibatan yang tinggi, menggunakan
pengendalian yang adaptif, dan memberikan otonomi yang
wajar pada anak.
Aspek penerimaan dan keterlibatan
Orang tua yang hangat, penuh perhatian, dan juga peka
terhadap kebutuhan anak. Adanya hubungan yang
menyenangkan dan memuaskan yang dibuat oleh orang tua
dengan anak, yang dapat membuat anak merasa memiliki
keterikatan dengan orang tuanya.
Indikator:
a. Hangat
b. Penuh perhatian
c. Peka terhadap kebutuhan anak
Aspek kendali
Orang tua memberikan kendali secara tegas dan wajar.
Orang tua juga memerintahkan perilaku yang dewasa,
memberikan penjelasan kepada anak mengenai larangan
yang diberikan, menggunakan disiplin untuk pembelajaran
supaya anak dapat mengatur dirinya.
Indikator:
a. Memberikan tuntutan yang wajar mengenai
kedewasaan
b. Mendorong tuntutan mengenai kedewasaan secara
konsisten
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
c. Menjelaskan tuntutan mengenai kedewasaan secara
konsisten
Aspek pemberian otonomi
Orang tua akan secara bertahap untuk memberikan otonomi
yang sesuai terhadap anak, membebaskan anak dalam
membuat keputusannya pada bidang yang dikuasainya dan
sesuai kesiapannya.
Indikator:
a. Membebaskan anak untuk membuat keputusan sesuai
kesiapannya
b. Mendorong anak untuk dapat mengatakan perasaan
yang ada di dalam dirinya
c. Melibatkan anak dalam mengambil keputusan ketika
adanya perbedaan pendapat antara orang tua dan anak
Tugas Anda adalah sebagai berikut:
a. Terhadap setiap item berikut ini, berikanlah penilaian anda terkait taraf relevansinya.
b. Taraf relevansi yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah taraf sejauh mana item yang bersangkutan mencerminkan
atribut psikologis atau komponen atribut psikologis yang hendak diukur. Relevansi ini tercemin dari kesesuaian isi
item dengan definisi konseptual tentang atribut psikologis atau komponen atribut psikologis yang diukur.
c. Untuk memberikan penilaian terhadap taraf relevansi item, gunakanlah skala penilaian berikut:
1 = Tidak relevan
2 = Kurang relevan
3 = Relevan
4 = Sangat relevan
d. Nyatakanlah penilaian anda dengan cara memberikan tanda centang (√)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
e. Berikanlah saran perbaikan pada kolom yang telah disediakan apabila menurut Anda item-item yang tersedia
tidak/kurang relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Penilaian Item
Pola asuh otoritatif orang tua
Pola asuh otoritatif orang tua adalah pola asuh orang tua yang lebih fokus mengarah kepada individualitas anak, namun tetap
menggunakan aturan sosial serta memberikan penerimaan dan keterlibatan yang tinggi, menggunakan pengendalian adaptif,
dan memberikan otonomi yang wajar pada anak.
Komponen Indikator No Item
Taraf
Relevansi Saran Perbaikan Item
1 2 3 4
Aspek penerimaan
dan keterlibatan
Orang tua yang
hangat, penuh
perhatian, dan juga
peka terhadap
kebutuhan anak.
Adanya hubungan
yang menyenangkan
dan memuaskan
yang dibuat oleh
orang tua dengan
anak, yang dapat
membuat anak
merasa memiliki
Hangat 1. Orang tuaku memberikan
aku semangat ketika aku
kalah dalam perlombaan.
(F)
2. Orang tuaku memberikan
aku nasihat saat nilaiku
jelek. (F)
3. Orang tuaku marah saat
aku bertengkar dengan
teman. (UF)
4. Orang tuaku memarahi
aku saat aku lupa
mengerjakan PR. (UF)
Penuh
perhatian
5. Orang tuaku perhatian
pada kegiatanku. (F)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
keterikatan dengan
orang tuanya.
6. Orang tuaku membantu
aku saat aku kesulitan
mengerjakan PR. (F)
7. Orang tuaku menyuruh
aku untuk menyapu saat
aku sedang belajar. (UF)
8. Orang tuaku menyalakan
televisi dengan suara
yang keras saat aku
sedang belajar. (UF)
Peka terhadap
kebutuhan
anak
9. Orang tuaku mengetahui
kebutuhan aku. (F)
10. Orang tuaku memberikan
barang kebutuhan sekolah
kepadaku sebelum aku
memintanya. (F)
11. Orang tuaku menyuruh
aku untuk mengatur
sendiri mengenai
kebutuhan aku. (UF)
12. Orang tuaku memberikan
hal yang aku butuhkan
saat aku memintanya.
(UF)
Aspek kendali
Orang tua
memberikan kendali
secara tegas dan
wajar. Orang tua
Memberikan
tuntutan yang
wajar
mengenai
kedewasaan
13. Orang tuaku memintaku
untuk datang sekolah
tepat waktu. (F)
14. Orang tuaku menyuruh
aku untuk belajar. (F)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
juga memerintahkan
perilaku yang
dewasa, memberikan
penjelasan kepada
anak mengenai
larangan yang
diberikan,
menggunakan
disiplin untuk
pembelajaran supaya
anak dapat mengatur
dirinya.
15. Orang tuaku
membebaskan aku untuk
bermain bersama teman
terlebih dahulu setelah
selesai sekolah. (UF)
16. Orang tuaku
membebaskan aku untuk
bermain sampai larut
malam. (UF)
Mendorong
tuntutan
mengenai
kedewasaan
secara
konsisten
17. Orang tuaku
mengingatkanku untuk
bersikap sopan terhadap
orang lain. (F)
18. Orang tuaku
mengingatkanku untuk
mengakui kesalahan yang
aku buat. (F)
19. Orang tuaku
membebaskan aku untuk
tidur larut malam. (UF)
20. Orang tuaku
membebaskan aku untuk
membuang sampah
sembarangan. (UF)
Menjelaskan
tuntutan
mengenai
kedewasaan
21. Orang tuaku menjelaskan
bahwa mendengarkan
orang lain yang sedang
berbicara adalah
perbuatan yang baik. (F)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
secara
konsisten
22. Orang tuaku menjelaskan
bahwa meminta maaf
kepada teman adalah
perbuatan yang baik. (F)
23. Orang tuaku diam setelah
mengatakan kepada aku
untuk meminjamkan alat
tulis kepada teman. (UF)
24. Orang tuaku memintaku
untuk menghibur teman
yang sedih tanpa
menjelaskan alasannya.
(UF)
Aspek pemberian
otonomi
Orang tua akan
secara bertahap
untuk memberikan
otonomi yang sesuai
terhadap anak,
membebaskan anak
dalam membuat
keputusannya pada
bidang yang
dikuasainya dan
sesuai kesiapannya.
Membebaskan
anak untuk
membuat
keputusan
sesuai
kesiapannya
25. Orang tuaku memberikan
kebebasan kepada aku
untuk menentukan pilihan
saat aku merasa siap. (F)
26. Orang tuaku
membebaskan aku untuk
memilih kegiatan yang
akan aku ikuti. (F)
27. Orang tuaku mengatur
aku dalam menentukan
jadwal kegiatanku. (UF)
28. Orang tuaku memilihkan
ekstrakulikuler yang akan
aku ikuti. (UF)
Mendorong
anak untuk
29. Orang tuaku memberikan
aku kesempatan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dapat
mengatakan
perasaan yang
ada di dalam
dirinya
mengungkapkan
perasaanku. (F)
30. Orang tuaku meminta aku
untuk menceritakan
perasaan yang aku
rasakan. (F)
31. Orang tuaku meminta aku
diam saat aku ingin
mengatakan perasaanku.
(UF)
32. Orang tuaku menolak
untuk mendengarkan
cerita tentang perasaanku.
(UF)
Melibatkan
anak dalam
mengambil
keputusan
ketika adanya
perbedaan
pendapat
antara orang
tua dan anak
33. Orang tuaku menanyakan
pendapatku saat akan
mengambil keputusan.
(F)
34. Orang tuaku memberikan
aku kesempatan untuk
menyampaikan
pendapatku. (F)
35. Orang tuaku memutuskan
segala sesuatu sendiri.
(UF)
36. Orang tuaku akan
mencari penyelesaiannya
sendiri saat adanya
perbedaan pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 2.
Form Penilaian dan Inform Consent Validitas Isi Kompetensi Sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PENILAIAN VALIDITAS ISI
KOMPETENSI SOSIAL
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i
Yang berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat,
Kami mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang beridentitas di bawah ini:
1. Stephina Valencia H. S (139114022)
2. Ignatia R. S. R. N (139114085)
3. Putri Ismadiyani (139114117)
4. Philosophia N. A. Wisung (139114157)
5. Monica Angelina I. A. P (139114172)
Memohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi penilaian validitas isi item “Kompetensi Sosial Siswa di
Sekolah” dalam rangka tugas akhir kami. Validitas isi aitem yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah taraf sejauh mana isi aitem
relevan dengan atribut psikologis yang diukur (kompetensi sosial siswa di sekolah). Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi penialaian validitas isi aitem isi.
Hormat kami,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PERNYATAAN KESEDIAAN
Aku yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
NIM/NIP :
Dengan ini menyatakan bahwa aku bersedia mengisi penilaian validitas isi aitem dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak
tertentu demi membantu terlaksananya penelitian.
Yogyakarta, ………………………………
(……………………………………..)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Penilaian Validitas Isi Aitem
Alat ukur atau skala ini bertujuan mengukur kompetensi sosial yang dibagi kedalam 4 aspek. Definisi konseptual atribut psikologis
beserta aspek dan indikatornya adalah sebagai berikut:
Atribut Psikologis Komponen
Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah
pengetahuan dan kemampuan untuk
membangun dan melakukan
interaksi secara positif dengan orang
lain.
Aspek kemampuan mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi adalah kepekaan terhadap perasaan orang lain.
Indikator :
a. Memahami perasaan orang lain
b. Merespon secara fleksibel
Aspek kemampuan untuk berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi adalag kemampaun utuk memulai interaksi dan merespon
secara verbal dan non-verbal.
Indikator :
a. Mampu memulai interaksi dengan orang lain secara verbal dan non-verbal
b. Mampu berkomunikasi secara responsive pada lawan bicara
Aspek kemampuan menyelesaikan masalah
Kemampuan menyelesaikan masalah adalah kemampuan untuk menemukan cara agar dapat
menyelesaikan masalah.
Indikator :
a. Memahami bahwa orang lain memiliki sudut pandang yang berbeda dengan dirinya
mengenai sesuatu
b. Membuat suatu keputusan secara tepat
Aspek kesadaran sosial
Kesadaran sosial dalah kemampuan seseorang untuk dapat mengetahui perilaku yang dapat
dan tidak dapat diterima secara sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Indikator :
a. Memahami tanda-tanda bahwa suatu perilaku dapat diterima orang lain
b. Memahami tanda-tanda bahwa suatu perilaku tidak dapat diterima orang lain.
Tugas Anda adalah sebagai berikut:
1. Terhadap setiap item berikut ini, berikanlah penilaian anda terkait taraf relevansinya.
2. Taraf relevansi yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah taraf sejauh mana item yang bersangkutan mencerminkan atribut
psikologis atau komponen atribut psikologis yang hendak diukur. Relevansi ini tercemin dari kesesuaian isi item dengan
definisi konseptual tentang atribut psikologis atau komponen atribut psikologis yang diukur.
3. Untuk memberikan penilaian terhadap taraf relevansi item, gunakanlah skala penilaian berikut:
1 = Tidak relevan
2 = Kurang relevan
3 = Relevan
4 = Sangat relevan
4. Nyatakanlah penilaian anda dengan cara memberikan tanda centang (√)
5. Berikanlah saran perbaikan pada kolom yang telah disediakan apabila menurut Anda item-item yang tersedia tidak/kurang
relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Penilaian Item
Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah pengetahuan dan kemampuan untuk membangun dan melakukan interaksi secara positif dengan orang lain.
Komponen Indikator No Item Taraf Relevansi
Saran Perbaikan Item 1 2 3 4
Aspek
kemampuan
mengelola
emosi
Merespon
secara fleksibel
1. Aku tidak mengejek teman
yang telah mengejekku. (F)
2. Walaupun kalah, aku
memberikan selamat pada
temanku yang menang
dalam lomba cerdas cermat
(F)
3. Aku mengejek teman yang
telah mengejekku. (UF)
4. Ketika kalah, aku
menghindari teman yang
menang dalam lomba cerdas
cermat. (UF)
Memahami
perasaan orang
lain
5. Aku tahu temanku merasa
sedih ketika dimarahi guru
(F)
6. Aku tahu temanku merasa
gembira saat mendapat nilai
yang bagus (F)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
7. Aku tahu temanku merasa
senang saat dimarahi guru
(UF)
8. Aku tahu temanku merasa
sedih saat mendapat nilai
yang bagus (UF)
Aspek
kemampuan
untuk
berkomunikasi
Mampu
memulai
interaksi
dengan orang
lain secara
verbal dan non-
verbal
9. Aku mengajak temanku ke
kantin saat istirahat. (F)
10. Aku mengajak temanku
untuk bermain bersama. (F)
11. Aku diajak temanku untuk
ke kantin saat istirahat. (UF)
12. Aku bermain sendiri di
dalam kelas saat istirahat.
(UF)
Mampu
merespon
lawan bicara
saat
berkomunikasi
13. Aku akan menjawab
pertanyaan dari temanku. (F)
14. Aku memberikan pendapat
ketika mengerjakan tugas
kelompok. (F)
15. Aku mengabaikan
pertanyaan temanku. (UF)
16. Aku diam ketika
mengerjakan tugas
kelompok. (UF)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Kemampuan
menyelesaikan
masalah
Membuat suatu
keputusan yang
tepat
17. Aku mengerjakan tugas
kelompok sebelum bermain
(F)
18. Aku melerai temanku yang
berkelahi. (F)
19. Aku lebih memilih untuk
bermain sebelum
mengerjakan tugas
kelompok. (UF)
20. Aku menyemangati temanku
ketika berkelahi.. (UF)
Memahami
bahwa orang
lain memiliki
sudut pandang
yang berbeda
dengan dirinya
mengenai
sesuatu
21. Aku mendengarkan ide
temanku saat kerja
kelompok. (F)
22. Aku mendengarkan usulan
permainan dari teman. (F)
23. Aku merasa ideku yang
paling benar saat kerja
kelompok. (UF)
24. Aku ingin usulan
permainanku yang dipakai
untuk bermain. (UF)
Kesadaran
Sosial
Memahami
bahwa perilaku
yang dilakukan
25. Temanku akan
mengucapkan terima kasih
saat aku membantunya piket
kelas. (F)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
dapat diterima
orang lain
26. Temanku akan tersenyum
saat aku membagikan
makanan. (F)
27. Aku tidak mengerti alasan
temanku tidak mengucapkan
terima kasih saat aku
membantunya piket kelas
(UF)
28. Aku tidak mengerti alasan
temanku menolak saat aku
membagikan makanan. (UF)
Memahami
tanda-tanda
bahwa suatu
perilaku tidak
dapat diterima
orang lain.
29. Aku mengerti alasan
temanku pergi saat aku
menggejeknya (F)
30. Aku tahu temanku cemberut
saat aku memamerkan
barang baru milik aku. (F)
31. Aku tidak mengerti alasan
teman aku pergi saat aku
mengejeknya. (UF)
32. Aku tidak mengerti bahwa
memamerkan barang baru
adalah hal yang salah. (UF)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 3.
Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Pola Asuh Otoritatif Orang Tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Aspek Indikator Item
No.
Taraf Relevansi Tindakan
P1 P2 P3 P4 P5 P6 IVI-I
Penerimaan
dan
Keterlibatan
Hangat 1 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
2 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
3 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
4 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Penuh Perhatian 5 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
6 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
7 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
8 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Peka terhadap
kebutuhan anak
9 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
10 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
11 1 0 0 1 1 1 0,67
Diganti dengan item baru:
Orang tuaku sibuk dengan
pekerjaanya
12 1 1 0 1 1 1 0,83 Dipakai
Kendali Memberikan
tuntutan yang
wajar mengenai
kedewasaan
13 1 0 1 1 1 1 0,83 Dipakai
14 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
15 0 0 1 1 1 1 0,67
Diganti dengan item baru:
Orang tuaku diam saja saat aku
mengejek temanku
16 0 1 1 1 1 1 0,83 Dipakai
Mendorong
tuntutan
mengenai
kedewasaan
secara konsisten
17 1 0 1 1 1 1 0,83 Dipakai
18 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
19 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
20 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
21 1 1 0 1 1 1 0,83 Dipakai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Menjelaskan
tuntutan
mengenai
kedewasaan
secara konsisten
22 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
23 0 1 0 1 1 1 0,67
Diganti dengan item baru:
Orang tuaku memintaku untuk
berbagi makanan kepada teman
tanpa menjelaskan alasannya
24 0 1 1 1 1 1 0,83 Dipakai
Pemberian
Otonomi
Membebaskan
anak untuk
membuat
keputusan sesuai
kesiapannya
25 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
26 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
27 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
28 1 0 1 1 1 1 0,83 Dipakai
Mendorong
anak untuk
dapat
mengatakan
perasaan yang
ada di dalam
dirinya
29 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
30 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
31 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
32 1 1 1 1 1 1 1
Dipakai
Melibatkan anak
dalam
mengambil
keputusan ketika
adanya
perbedaan
pendapat antara
orang tua dan
anak
33 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
34 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
35 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
36 1 1 1 1 1 1 1
Dipakai
IVI-S 0,939
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 4.
Perhitungan IVI-I dan IVI-S Variabel Kompetensi Sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Aspek Indikator Item
No.
Taraf relevansi Tindakan
P1 P2 P3 P4 P5 P6 IVI-I
Kemampuan
Mengelola
Emosi
Merespon secara
fleksibel
1 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
2 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
3 1 1 1 1 1 1 1
Diganti dengan item baru:
Aku marah pada temanku
karena ia menginjak kakiku
dengan tidak sengaja
4 1 1 1 1 1 1 1
Diganti dengan item baru:
Aku menjauh dari teman-teman
yang mendapatkan nilai tinggi
di kelas
Memahami perasaan
oranglain
5 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
6 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
7 1 1 0 1 0 1 0,67
Diganti dengan item baru:
Aku tidak tahu apa yang
temanku rasakan saat ia
menangis
8 1 1 0 1 0 1 0,67
Diganti dengan item baru:
Aku mengabaikan temanku
yang menangis
Kemampuan
untuk
berkomunikasi
Mampu memulaiinteraksi
dengan orang lain secara
verbal dan non-verbal
9 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
10 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
11 1 0 0 1 1 1 0,67
Diganti dengan item baru:
Aku menunggu untuk diajak
temanku ke kantin saat istirahat
12 1 1 1 1 1 1 1 Diganti dengan item baru:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Aku lebih suka bermain sendiri
di dalam kelas saat istirahat
Mampu merespon lawan
bicara saat
berkomunikasi
13 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
14 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
15 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
16 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Kemampuan
Menyelesaikan
Masalah
Membuat suatu
keputusan yang tepat
17 1 1 0 1 1 1 0,83 Dipakai
18 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
19 1 0 1 1 1 1 0,83
Diganti dengan item baru:
Aku lebih suka bermain
daripada membantu temanku
yang kesulitan mengerjakan
tugas
20 1 1 0 1 1 1 0,83 Dipakai
Memahami bahwa orang
lain memiliki sudut
pandang yang berbeda
sengan dirinya mengenai
sesuatu
21 1 0 1 1 1 1 0,83 Dipakai
22 1 0 1 1 1 1 0,83 Dipakai
23 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
24 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
Kesadaran
Sosial
Memahami bahwa
perilaku yang dilakukan
dapat diterima orang lain
Memahami tanda-tanda
bahwa suatu perilaku
tidak dapat diterima
orang lain
25 1 1 1 1 1 1 1
Diganti dengan item baru:
Aku mengerjakan ujian tanpa
mencontek
26 1 1 1 1 1 1 1
Diganti dengan item baru:
Aku membantu temanku saat
sedang piket kelas
27 1 1 0 1 1 1 0,83
Diganti dengan item baru:
Aku suka menyalin tugas dari
temanku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
28 1 1 0 1 1 1 0,83
Diganti dengan item baru:
Aku menggangu temanku yang
sedang mengerjakan tugas
29 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
30 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
31 1 1 1 1 1 1 1 Dipakai
32 1 1 0 1 1 1 0,83
Diganti dengan item baru:
Aku merasa guru tidak akan
marah ketika aku mencontek
saat ujian
IVI-S 0,927
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 5.
Skala Uji Coba Pola Asuh Otoritatif Orang Tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
SKALA POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA
Disusun Oleh:
Nama : Stephina Valencia Harda Sutejo
NIM : 139114022
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Yth. Adik-adik
Yang berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang beridentitas di
bawah ini:
Nama : Stephina Valencia Harda Sutejo
NIM : 139114022
Memohon bantuan dan kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner dalam
rangka tugas akhir saya. Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kesediaan
Adik-adik untuk mengisi kuesioner ini.
Hormat Saya,
Stephina Valencia Harda Sutejo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PERNYATAAN KESEDIAAN
Aku yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Urutan Kelahiran : anak ke…… dari…… bersaudara
Pekerjaan Ayah :
Pekerjaan Ibu :
Dengan ini menyatakan bahwa aku bersedia mengisi kuesioner ini dengan
sukarela tanpa paksaan dari pihak tertentu demi membantu terlaksananya penelitian.
Yogyakarta, ………………………….
(……………………………..)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PETUNJUK CARA MENJAWAB
Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan, baca dan pahami pernyataan tersebut
dengan baik-baik dan berikan tanda silang (x) pada kolom pilihan jawaban yang
tersedia. Pilihan jawaban tersebut, yaitu :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang kamu pilih:
Contoh :
Pertanyaan STS TS S SS
Saya menyukai bunga X
Jika ingin memperbaiki jawaban, berikan garis pada jawaban pertama, lalu
memberikan jawaban kedua di kolom pilihan.
Contoh :
Pertanyaan STS TS S SS
Saya menyukai bunga X X
Tidak ada jawaban yang salah dan benar. Semua pernyataan harus diisi. Setiap orang
mempunyai jawaban yang pasti berbeda-beda, maka pilihlah jawaban yang paling
sesuai dengan dirimu.
-Selamat mengerjakan, jangan sampai ada yang terlewatkan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Orang tuaku memberikan aku semangat ketika aku
kalah dalam perlombaan.
2. Orang tuaku diam saja saat aku mengejek temanku.
3. Orang tuaku memberikan kebebasan kepada aku
untuk menentukan pilihan saat aku merasa siap.
4. Orang tuaku marah saat aku bertengkar dengan
teman.
5. Orang tuaku memintaku untuk datang sekolah tepat
waktu.
6. Orang tuaku mengatur aku dalam menentukan
jadwal kegiatanku.
7. Orang tuaku memberikan aku nasihat saat nilaiku
jelek.
8. Orang tuaku membebaskan aku untuk bermain
sampai larut malam.
9. Orang tuaku membebaskan aku untuk memilih
kegiatan yang akan aku ikuti.
10. Orang tuaku memarahi aku saat aku lupa
mengerjakan PR.
11. Orang tuaku menyuruh aku untuk belajar.
12. Orang tuaku memilihkan ekstrakulikuler yang akan
aku ikuti.
13. Orang tuaku perhatian pada kegiatanku.
14. Orang tuaku membebaskan aku untuk tidur larut
malam.
15. Orang tuaku memberikan aku kesempatan untuk
mengungkapkan perasaanku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
No. Pernyataan STS TS S SS
16. Orang tuaku menyuruh aku untuk menyapu saat aku
sedang belajar.
17. Orang tuaku mengingatkanku untuk bersikap sopan
terhadap orang lain.
18. Orang tuaku meminta aku diam saat aku ingin
mengatakan perasaanku.
19. Orang tuaku membantu saat aku kesulitan
mengerjakan PR.
20. Orang tuaku membebaskan aku untuk membuang
sampah sembarangan.
21. Orang tuaku meminta aku untuk menceritakan
perasaan yang aku rasakan.
22. Orang tuaku menyalakan televisi dengan suara yang
keras saat aku sedang belajar.
23. Orang tuaku mengingatkanku untuk mengakui
kesalahan yang aku buat.
24. Orang tuaku menolak untuk mendengarkan cerita
tentang perasaanku.
25. Orang tuaku mengetahui kebutuhanku.
26. Orang tuaku memintaku untuk berbagi makanan
kepada teman tanpa menjelaskan alasannya.
27. Orang tuaku menanyakan pendapatku saat akan
mengambil keputusan.
28. Orang tuaku sibuk dengan pekerjaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
No. Pernyataan STS TS S SS
29. Orang tuaku menjelaskan bahwa mendengarkan
orang lain yang sedang berbicara adalah perbuatan
yang baik.
30. Orang tuaku memutuskan segala sesuatu sendiri.
31. Orang tuaku memberikan barang kebutuhan sekolah
kepadaku sebelum aku memintanya.
32. Orang tuaku memintaku untuk menghibur teman
yang sedih tanpa menjelaskan alasannya.
33. Orang tuaku memberikan aku kesempatan untuk
menyampaikan pendapatku.
34. Orang tuaku memberikan hal yang aku butuhkan
saat aku memintanya.
35. Orang tuaku menjelaskan bahwa meminta maaf
kepada teman adalah perbuatan yang baik.
36. Orang tuaku akan mencari penyelesaiannya sendiri
saat adanya perbedaan pendapat antara orang tuaku
dengan aku.
-Periksa kembali jawaban Adik-adik, jangan sampai ada yang terlewati-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
UJI COBA PENDAHULUAN
SKALA KOMPETENSI SOSIAL
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Yth. Adik-adik
Yang berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat,
Kami mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang beridentitas di
bawah ini:
1. Stephina Valencia H. S (139114022)
2. Ignatia R. S. R. N (139114085)
3. Putri Ismadiyani (139114117)
4. Philosophia N. A. Wisung (139114157)
5. Monica Angelina I. A. P (139114172)
Memohon bantuan dan kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner dalam
rangka tugas akhir kami. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kesediaan
Adik-adik untuk mengisi kuesioner ini.
Hormat kami,
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PERNYATAAN KESEDIAAN
Aku yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Urutan Kelahiran : anak ke …… dari …… bersaudara
Pekerjaan Orang tua :
Dengan ini menyatakan bahwa aku bersedia mengisi kuesioner ini dengan
sukarela tanpa paksaan dari pihak tertentu demi membantu terlaksananya penelitian.
Yogyakarta, …. Desember 2017
(……………………………..)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PETUNJUK CARA MENJAWAB
Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan, baca dan pahami pernyataan tersebut
dengan baik dan berikan tanda silang (x) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia.
Pilihan jawaban tersebut, yaitu :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang kamu pilih:
Contoh :
Pertanyaan STS TS S SS
Saya menyukai bunga X
Jika ingin memperbaiki jawaban, berikan garis pada jawaban pertama, lalu
memberikan jawaban kedua di kolom pilihan.
Contoh :
Pertanyaan STS TS S SS
Saya menyukai bunga X X
Beberapa pernyataan ini tentang hubunganmu teman-temanmu di sekolah. Tidak ada
jawaban yang salah dan benar. Semua pernyataan harus diisi. Setiap orang mempunyai
jawaban yang pasti berbeda-beda, maka pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan
dirimu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Aku tidak mengejek teman yang telah mengejekku.
2. Aku menunggu untuk diajak temanku ke kantin
saat istirahat.
3. Aku mengerjakan tugas kelompok sebelum
bermain.
4. Aku suka menyalin tugas dari temanku.
5. Walaupun kalah, aku memberikan selamat pada
temanku yang menang dalam lomba cerdas cermat.
6. Aku lebih suka bermain sendiri di dalam kelas saat
istirahat.
7. Aku memisahkan temanku yang berkelahi.
8. Aku menggangu temanku yang sedang
mengerjakan tugas.
9. Temanku merasa sedih ketika dimarahi guru.
10. Aku mengabaikan pertanyaan temanku.
11. Aku mendengarkan ide temanku saat kerja
kelompok.
12. Aku tidak mengerti alasan temanku pergi saat aku
mengejeknya.
13. Temanku merasa gembira saat mendapat nilai yang
bagus.
14. Aku hanya diam ketika mengerjakan tugas
kelompok.
15. Aku mendengarkan ide permainan dari temanku.
16. Aku merasa guru tidak akan marah ketika aku
mencontek saat ujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
No. Pernyataan STS TS S SS
17. Aku marah pada temanku karena ia menginjak
kakiku dengan tidak sengaja.
18. Aku mengajak temanku ke kantin saat istirahat.
19. Aku lebih suka bermain daripada membantu
temanku yang kesulitan mengerjakan tugas.
20. Aku mengerjakan ujian tanpa mencontek.
21. Aku menjauh dari teman-teman yang mendapatkan
nilai tinggi di kelas.
22. Aku mengajak temanku untuk bermain bersama.
23. Aku ikut menyemangati temanku ketika berkelahi.
24. Aku membantu temanku saat sedang piket kelas.
25. Aku tidak tahu apa yang temanku rasakan saat ia
menangis.
26. Aku akan menjawab pertanyaan dari temanku.
27. Aku merasa ideku yang paling benar saat kerja
kelompok.
28. Aku mengerti alasan temanku pergi, saat aku
menggejeknya.
29. Aku mengabaikan temanku yang menangis.
30. Aku memberikan pendapat ketika mengerjakan
tugas kelompok.
31. Aku ingin usulan permainanku yang dipakai untuk
bermain.
32. Aku tahu temanku cemberut saat aku memamerkan
barang baru milikku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Lampiran 7.
Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua Uji Coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 60 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,740 36
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 112,60 58,854 ,398 ,728
item2 112,52 58,491 ,431 ,726
item3 112,88 60,308 ,211 ,735
item4 114,00 65,492 -,256 ,766
item5 112,37 60,406 ,298 ,733
item6 114,23 64,351 -,176 ,762
item7 112,52 58,627 ,514 ,725
item8 112,53 58,999 ,312 ,730
item9 112,88 59,800 ,238 ,734
item10 113,97 62,880 -,075 ,753
item11 112,48 60,322 ,262 ,734
item12 113,33 62,701 -,060 ,752
item13 112,73 59,012 ,334 ,730
item14 112,80 58,603 ,253 ,733
item15 112,85 55,214 ,553 ,714
item16 112,47 60,321 ,293 ,733
item17 112,33 60,090 ,305 ,732
item18 112,78 58,647 ,341 ,729
item19 112,65 58,943 ,383 ,728
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
item20 112,40 59,431 ,279 ,732
item21 112,90 56,973 ,473 ,721
item22 112,42 58,790 ,464 ,726
item23 112,70 58,383 ,423 ,726
item24 112,60 57,498 ,478 ,722
item25 112,55 58,760 ,417 ,727
item26 113,57 60,894 ,049 ,748
item27 112,93 57,216 ,395 ,725
item28 113,63 57,151 ,355 ,727
item29 112,62 57,868 ,399 ,725
item30 112,95 57,642 ,421 ,724
item31 113,20 61,959 -,002 ,748
item32 114,03 61,287 ,027 ,750
item33 112,73 58,131 ,453 ,724
item34 114,65 63,316 -,109 ,752
item35 112,40 59,329 ,400 ,729
item36 113,20 59,044 ,194 ,738
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Setelah item yang dibawah 0,2 digugurkan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 60 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,852 27
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 91,13 55,779 ,414 ,847
item2 91,05 55,845 ,396 ,847
item3 91,42 56,993 ,249 ,851
item5 90,90 57,414 ,300 ,850
item7 91,05 55,506 ,541 ,844
item8 91,07 56,165 ,300 ,850
item9 91,42 56,484 ,274 ,851
item11 91,02 57,034 ,304 ,850
item13 91,27 55,419 ,405 ,847
item14 91,33 55,785 ,242 ,854
item15 91,38 52,613 ,530 ,842
item16 91,00 57,356 ,291 ,850
item17 90,87 57,202 ,293 ,850
item18 91,32 55,542 ,358 ,848
item19 91,18 55,678 ,422 ,846
item20 90,93 56,979 ,225 ,852
item21 91,43 53,673 ,513 ,843
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
item22 90,95 55,506 ,511 ,844
item23 91,23 55,029 ,472 ,845
item24 91,13 54,321 ,507 ,843
item25 91,08 55,400 ,470 ,845
item27 91,47 53,473 ,470 ,844
item28 92,17 54,006 ,374 ,849
item29 91,15 54,842 ,410 ,847
item30 91,48 55,034 ,390 ,847
item33 91,27 54,707 ,512 ,844
item35 90,93 55,962 ,458 ,846
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Setelah jumlah item disetarakan pada setiap indikator
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 60 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,822 18
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 59,12 28,681 ,372 ,815
item2 59,03 28,812 ,340 ,817
item3 59,40 29,024 ,292 ,819
item7 59,03 28,304 ,534 ,808
item9 59,40 28,990 ,262 ,821
item11 59,00 29,559 ,263 ,820
item15 59,37 26,168 ,526 ,806
item17 58,85 29,655 ,257 ,820
item19 59,17 28,243 ,443 ,811
item21 59,42 27,027 ,496 ,808
item22 58,93 28,640 ,438 ,812
item23 59,22 28,105 ,438 ,812
item25 59,07 27,928 ,515 ,808
item27 59,45 26,252 ,534 ,805
item28 60,15 27,757 ,295 ,824
item29 59,13 27,643 ,423 ,812
item33 59,25 27,343 ,568 ,804
item35 58,92 28,552 ,465 ,811
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Lampiran 8.
Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Kompetensi Sosial Uji Coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 60 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,772 32
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 99,13 76,897 ,354 ,762
item2 99,42 78,315 ,260 ,768
item3 98,57 78,046 ,327 ,764
item4 98,58 77,298 ,372 ,762
item5 98,15 80,570 ,274 ,767
item6 98,10 81,515 ,199 ,770
item7 98,52 80,051 ,223 ,769
item8 98,32 79,847 ,231 ,768
item9 99,20 80,264 ,123 ,776
item10 98,53 78,490 ,311 ,765
item11 98,58 78,756 ,249 ,768
item12 98,72 81,630 ,073 ,777
item13 98,15 79,960 ,316 ,766
item14 98,32 77,779 ,400 ,761
item15 98,63 78,914 ,338 ,764
item16 97,97 79,694 ,521 ,762
item17 98,60 80,346 ,188 ,770
item18 98,55 79,845 ,195 ,771
item19 98,38 77,630 ,333 ,763
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
item20 98,18 81,576 ,070 ,777
item21 98,28 76,410 ,508 ,756
item22 98,28 80,105 ,278 ,767
item23 98,10 77,142 ,482 ,758
item24 98,38 80,851 ,204 ,769
item25 98,98 79,000 ,236 ,769
item26 98,72 77,156 ,406 ,760
item27 98,70 78,485 ,316 ,765
item28 99,10 78,634 ,202 ,772
item29 98,33 75,718 ,547 ,754
item30 98,72 78,817 ,277 ,766
item31 98,98 82,051 ,058 ,777
item32 99,58 77,434 ,269 ,768
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Setelah item yang dibawah 0,2 digugurkan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 60 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,785 25
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 77,10 59,481 ,326 ,778
item2 77,38 60,715 ,233 ,784
item3 76,53 60,016 ,335 ,777
item4 76,55 59,438 ,373 ,775
item5 76,12 61,935 ,325 ,779
item7 76,48 61,813 ,229 ,782
item8 76,28 61,732 ,228 ,782
item10 76,50 59,712 ,376 ,775
item11 76,55 60,625 ,256 ,782
item13 76,12 62,071 ,289 ,780
item14 76,28 59,901 ,400 ,774
item15 76,60 61,193 ,310 ,778
item16 75,93 61,826 ,487 ,776
item19 76,35 59,316 ,366 ,775
item21 76,25 58,699 ,508 ,768
item22 76,25 61,784 ,296 ,779
item23 76,07 59,724 ,446 ,772
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
item24 76,35 62,672 ,197 ,783
item25 76,95 61,167 ,219 ,784
item26 76,68 59,406 ,401 ,773
item27 76,67 60,158 ,345 ,776
item28 77,07 60,979 ,177 ,789
item29 76,30 58,146 ,542 ,766
item30 76,68 60,661 ,288 ,780
item32 77,55 59,709 ,257 ,783
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Digugurkan lagi item nomer 24 dan 28 karena dibawah 0,2
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 60 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,785 23
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item1 71,05 53,167 ,300 ,780
item2 71,33 54,362 ,205 ,786
item3 70,48 53,305 ,338 ,777
item4 70,50 52,593 ,390 ,774
item5 70,07 55,080 ,335 ,778
item7 70,43 54,894 ,242 ,782
item8 70,23 55,029 ,222 ,783
item10 70,45 53,099 ,372 ,775
item11 70,50 54,424 ,216 ,785
item13 70,07 55,351 ,283 ,780
item14 70,23 53,233 ,401 ,774
item15 70,55 54,692 ,287 ,780
item16 69,88 55,054 ,490 ,775
item19 70,30 52,010 ,420 ,772
item21 70,20 51,790 ,539 ,766
item22 70,20 54,875 ,312 ,779
item23 70,02 53,068 ,447 ,772
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
item25 70,90 54,532 ,210 ,785
item26 70,63 52,779 ,400 ,773
item27 70,62 53,630 ,331 ,777
item29 70,25 51,377 ,562 ,764
item30 70,63 53,728 ,306 ,779
item32 71,50 53,610 ,218 ,787
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Setelah jumlah item disetarakan pada setiap indikator
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 60 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,749 16
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item2 50,00 27,932 ,246 ,748
item4 49,17 27,294 ,369 ,733
item5 48,73 29,385 ,270 ,742
item8 48,90 28,803 ,233 ,746
item13 48,73 29,385 ,251 ,743
item14 48,90 27,685 ,392 ,732
item15 49,22 28,884 ,258 ,743
item16 48,55 28,828 ,537 ,730
item19 48,97 26,677 ,422 ,728
item21 48,87 26,660 ,531 ,719
item22 48,87 28,965 ,292 ,740
item23 48,68 27,000 ,521 ,721
item26 49,30 27,332 ,392 ,731
item27 49,28 27,935 ,324 ,738
item29 48,92 26,078 ,593 ,712
item32 50,17 28,921 ,110 ,767
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Digugurkan item nomer 32 karena dibawah 0,2
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 60 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 60 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,767 15
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item2 47,82 25,983 ,209 ,775
item4 46,98 24,864 ,391 ,753
item5 46,55 27,133 ,256 ,764
item8 46,72 26,884 ,181 ,772
item13 46,55 27,133 ,237 ,765
item14 46,72 25,630 ,362 ,756
item15 47,03 27,050 ,190 ,770
item16 46,37 26,338 ,585 ,748
item19 46,78 23,766 ,507 ,741
item21 46,68 24,017 ,593 ,734
item22 46,68 26,491 ,318 ,759
item23 46,50 24,356 ,584 ,736
item26 47,12 25,190 ,377 ,754
item27 47,10 25,549 ,338 ,758
item29 46,73 23,792 ,607 ,732
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Lampiran 9.
Skala Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial Pengambilan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
SKALA PENELITIAN
Disusun Oleh:
Nama : Stephina Valencia Harda Sutejo
NIM : 139114022
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Yth. Adik-adik
Yang berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang beridentitas
di bawah ini:
Nama : Stephina Valencia Harda Sutejo
NIM : 139114022
Memohon bantuan dan kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner dalam
rangka tugas akhir saya. Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner ini.
Hormat Saya,
Stephina Valencia Harda Sutejo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PERNYATAAN KESEDIAAN
Aku yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Urutan Kelahiran : anak ke…… dari…… bersaudara
Pekerjaan Ayah :
Pekerjaan Ibu :
Dengan ini menyatakan bahwa aku bersedia mengisi kuesioner ini dengan
sukarela tanpa paksaan dari pihak tertentu demi membantu terlaksananya
penelitian.
Yogyakarta, ………………………….
(……………………………..)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PETUNJUK CARA MENJAWAB
Skala ini terdiri dari 2 bagian, pada masing-masing bagian terdapat beberapa
pernyataan. Baca dan pahami pernyataan tersebut dengan baik-baik dan berikan
tanda silang (x) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia. Pilihan jawaban
tersebut, yaitu :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang kamu pilih:
Contoh :
Pertanyaan STS TS S SS
Saya menyukai bunga X
Jika ingin memperbaiki jawaban, berikan garis pada jawaban pertama, lalu
memberikan jawaban kedua di kolom pilihan.
Contoh :
Pertanyaan STS TS S SS
Saya menyukai bunga X X
Tidak ada jawaban yang salah dan benar. Semua pernyataan harus diisi. Setiap
orang mempunyai jawaban yang pasti berbeda-beda, maka pilihlah jawaban yang
paling sesuai dengan dirimu.
-Selamat mengerjakan, jangan sampai ada yang terlewatkan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Bagian Pertama
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Orang tuaku memberikan aku semangat ketika
aku kalah dalam perlombaan.
2. Orang tuaku menyuruh aku untuk belajar.
3. Orang tuaku memberikan kebebasan kepada aku
untuk menentukan pilihan saat aku merasa siap.
4. Orang tuaku membantu saat aku kesulitan
mengerjakan PR.
5. Orang tuaku mengingatkanku untuk bersikap
sopan terhadap orang lain.
6. Orang tuaku memberikan aku kesempatan untuk
mengungkapkan perasaanku.
7. Orang tuaku mengetahui kebutuhanku.
8. Orang tuaku menjelaskan bahwa mendengarkan
orang lain yang sedang berbicara adalah
perbuatan yang baik.
9. Orang tuaku menanyakan pendapatku saat akan
mengambil keputusan.
10. Orang tuaku memberikan aku nasihat saat
nilaiku jelek.
11. Orang tuaku diam saja saat aku mengejek
temanku.
12. Orang tuaku membebaskan aku untuk memilih
kegiatan yang akan aku ikuti.
13. Orang tuaku menyalakan televisi dengan suara
yang keras saat aku sedang belajar.
14. Orang tuaku mengingatkanku untuk mengakui
kesalahan yang aku buat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
No. Pernyataan STS TS S SS
15. Orang tuaku meminta aku untuk menceritakan
perasaan yang aku rasakan.
16. Orang tuaku sibuk dengan pekerjaannya.
17. Orang tuaku menjelaskan bahwa meminta maaf
kepada teman adalah perbuatan yang baik.
18. Orang tuaku memberikan aku kesempatan untuk
menyampaikan pendapatku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Bagian Kedua
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Walaupun kalah, aku memberikan selamat
pada temanku yang menang dalam lomba
cerdas cermat.
2. Aku menunggu untuk diajak temanku ke
kantin saat istirahat.
3. Aku lebih suka bermain daripada membantu
temanku yang kesulitan mengerjakan tugas.
4. Aku suka menyalin tugas dari temanku.
5. Temanku merasa gembira saat mendapat nilai
yang bagus.
6. Aku akan menjawab pertanyaan dari
temanku.
7. Aku merasa ideku yang paling benar saat
kerja kelompok.
8. Aku merasa guru tidak akan marah ketika aku
mencontek saat ujian.
9. Aku menjauh dari teman-teman yang
mendapatkan nilai tinggi di kelas.
10. Aku mengajak temanku untuk bermain
bersama.
11. Aku ikut menyemangati temanku ketika
berkelahi.
12. Aku menggangu temanku yang sedang
mengerjakan tugas.
13. Aku mengabaikan temanku yang menangis.
14. Aku hanya diam ketika mengerjakan tugas
kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
15. Aku mendengarkan ide permainan dari
temanku.
-Periksa kembali jawaban Adik-adik, jangan sampai ada yang terlewati-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Lampiran 10.
Reliabilitas Data Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial
Pengambilan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Reliabilitas Data Pola Asuh Otoritatif Orang Tua
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,774 18
Reliabilitas Data Kompetensi Sosial
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,705 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran 11.
Uji Normalitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Uji Normalitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pola Asuh ,140 133 ,000 ,946 133 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Normalitas Kompetensi Sosial
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kompetensi Sosial ,106 133 ,001 ,957 133 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Lampiran 12.
Uji Linearitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Uji Linearitas Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Kompetensi
Sosial * Pola
Asuh
Between
Groups
(Combined) 1246,588 27 46,170 2,605 ,000
Linearity 375,701 1 375,701 21,195 ,000
Deviation from
Linearity
870,887 26 33,496 1,890 ,013
Within Groups 1861,186 105 17,726
Total 3107,774 132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Lampiran 13.
Uji Hipotesis Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Uji Hipotesis Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial
Correlations
Kompetensi
Sosial Pola Asuh
Spearman's rho Kompetensi Sosial Correlation Coefficient 1,000 ,368**
Sig. (1-tailed) . ,000
N 133 133
Pola Asuh Correlation Coefficient ,368** 1,000
Sig. (1-tailed) ,000 .
N 133 133
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Lampiran 14.
Uji One Sample T-Test Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan Kompetensi Sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Uji One Sample T-Test
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pola Asuh 133 60,99 5,737 ,497
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pola Asuh 122,601 132 ,000 60,992 60,01 61,98
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kompetensi Sosial 133 50,66 4,852 ,421
One-Sample Test
Test Value = 0
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Kompetensi
Sosial
120,411 132 ,000 50,662 49,83 51,49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Lampiran 15.
Skor Maksimum dan Skor Minimum Pola Asuh Otoritatif Orang Tua dan
Kompetensi Sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Skor Maksimum dan Skor Minimum Pola Asuh Otoritatif Orang Tua
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pola Asuh 133 41 72 60,99 5,737
Valid N (listwise) 133
Skor Maksimum dan Skor Minimum Kompetensi Sosial
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kompetensi Sosial 133 34 60 50,66 4,852
Valid N (listwise) 133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI