252
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN TERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA DESA DEMPET KABUPATEN DEMAK

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Dengan Terapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga Desa Dempet Kabupaten Demak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi

Citation preview

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN TERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA DESA DEMPET KABUPATEN DEMAK

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

Siti Nurhamidah Eka Wahyuni

NIM 6450402549

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

2007

ABSTRAK

Siti Nurhamidah Eka Wahyuni, 2007, Hubungan antara Pengetahuan Ibu Rumah

Tangga dengan Terapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Tatanan Rumah Tangga Masyarakat Desa Dempet Kabupaten Demak, Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Dosen pembimbing: I. Drs. Sugiharto, M. Kes., II. Dr. Yuni Wijayanti.

Kata kunci: Pengetahuan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan PHBS di Desa Dempet. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan PHBS di Desa Dempet.

Jenis penelitian ini adalah explanatory survey dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu rumah tangga dan variabel terikat adalah terapan PHBS. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga Desa Dempet berdasarkan kepemilikan rumah yaitu sejumlah 1.719 rumah. Sampel yang diambil berdasarkan perolehan sampel minimal yaitu 91 rumah. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan data skunder diperoleh dari dokumen Puskesmas Kecamatan Dempet. Data yang diperoleh dalam penelitian diolah menggunakan statistik uji Chi Square dengan derajat kemaknaan () = 0,05.

Hasil analisis data diperoleh p value 0,777 untuk hubungan pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan PHBS. Berdasarkan data tersebut disimpulkan tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan PHBS.

Saran yang diajukan dalam penelitian ini antara lain: (1) Diharapkan ada kebijaksanaan yang jelas mengenai jadwal pelaksanaan kegiatan program PHBS dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak sehingga mempermudah sosialisasi dan pengenalan PHBS ke masyarakat, (2) Diharapkan ada peningkatan tenaga promosi kesehatan di puskesmas dari segi kualitas dan kuantitasnya serta puskesmas menggandakan buku pedoman dan kartu PHBS agar petugas yang melaksanakan tugas mempunyai sarana dan mamapu meningkatkan kualitas pemahaman petugas, (3) Diharapkan ada peningkatan peran serta masyarakat dalam mengenal PHBS dengan mengikuti penyuluhan yang dilaksanakan oleh pihak Puskesmas.

ii

ABSTRACT

Siti Nurhamidah Eka Wahyuni. 2007. The Correlation Between the Knowledge of

House Wifes Toward the Implementation of Health Behaviour in the Structure of Society Family in Dempets Vilage Demak Regency. Script. Study Programe of Publich Health Science. Sports Science Faculty. Semarang State University. First Advisor Drs. Sugiharto, M. Kes., Second Advisor dr. Yuni Wijayanti.

Key words: Knowledge and Health Behaviour

The problem of this study is the relation between the knowledge of house wifes toward the implementation health behaviour in Dempet Vilage. The objective of this study is to know the correlation between the knowledge of house wifes toward the implementation health behaviour in Dempet Vilage.

Kind of this research is explanatory survey with cross sectional approach. The independent variable in this research is the knowledge of house wifes and the dependent variable is the implementation health behaviour. Population in this study is house wifes in Dempet Vilage based on their house, that is 1.719 houses. Sample was taken from the obtained samples, that are 91 houses. Questionnaire used as the instrument. The primary data obtained through questionnaire and the secondary data obtained from the document from public health center in Dempet district. The data obtained in this research was examined by using Chi square with alpha () =0,005.

The result of this analysis obtained p value 0,777 for the relation house wifes knowledge toward the implementation PHBS. Based on the data, it is concluded that there is no correlation between house wifess knowledge toward the implementation of health behaviour.

the suggestion proposed are : (1) It is expected that there is same clear policy about the program and the activity of health behaviour from health officials in Demak regency so it can ease the socialization and introduction of health behaviour to thesociety, (2) It is expected there isshould be some improvement relatedto the

promotion staff from public health center in quality and quantity and also theyhave to

copy the guidance book and health behaviour card in order to facilitate the official in improving the quality of officials understanding, (3) It is expected that there is same improvement in the participation of society in knowing health behaviour following to health promotion which executed by public health center.

iii

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pada hari : Selasa

Tanggal: 5 Juni 2007

Panitia Ujian,

Ketua,Sekretaris,

Drs. Sutardji, M. S.Drs. Herry Koesyanto, M.

S.NIP.130523506NIP.131571546

Penguji,

1. Eram T. P., SKM., M. Kes.(Ketua)

NIP.132303558

2. Drs. Sugiharto, M. Kes.(Anggota)

NIP. 131 674 366

3. dr. Yuni Wijayanti.(Anggota)

NIP. 132 296 578

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Masyarakat hanya akan sehat, apabila setiap insan ikut serta menyehatkan dirinya sendiri serta lingkungannya (Juli Soemirat Slamet, 2002:5).

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk:

Ayah dan Ibu sebagai Darma Bakti

Putrimu

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi berjudul Hubungan antara Pengetahuan Ibu Rumah Tangga dengan Terapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga Desa Dempet Kabupaten Demak dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.Sehubungan dengan penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini, dengan rendah hati disampaikan rasa terimakasih yang setulusnya kepada:1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Dr. Khomsin, M.Pd., atas ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, Ibu dr. Hj. Oktia Woro K.H., M. Kes. atas persetujuan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Pembimbing I, Bapak Drs. Sugiharto, M. Kes., atas arahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini. 4. Pembimbing II, Ibu dr. Yuni Wijayanti atas arahan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Kepala Puskesmas Kecamatan Dempet Bapak dr. H. Lega Waspada, M. Kes, atas kerjasamanya. 6. Kepala Desa Dempet Kabupaten Demak Bapak H. Santoso, atas kerjasamanya.

vi

7. Ibu Rumah Tangga Desa Dempet Kabupaten Demak, atas kesediannya menjadi responden. 8. Ayah dan Ibu atas kepercayaan, motivasi, doa dan bimbingannya.

9. Adikku tersayang, atas motivasi dan doanya.

10. Mas Dias, Ning, Didik, Arifin, Aan, Umi, dan teman-teman yang tidak dapat penyusun sebutkan atas perhatian, bantuan, motivasi dan doa dalam penyusunan skripsi ini. Semoga perbuatan baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.Disadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.Semarang, Maret 2007

Penyusun

vii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL.................................................................................................................i

ABSTRAK ............................................................................................................ii

ABSTRACT..........................................................................................................iii

PENGESAHAN....................................................................................................iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.......................................................................v

KATA PENGANTAR..........................................................................................vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xii

DAFTAR GRAFIK ..............................................................................................xiii

DAFTAR DOKUMENTASI ...............................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv

BAB IPENDAHULUAN .................................................................................1

1.1Latar Belakang ................................................................................1

1.2Permasalahan ..................................................................................4

1.3Tujuan .............................................................................................4

1.4Manfaat ...........................................................................................4

1.5Keaslian Penelitian ..........................................................................5

1.6Ruang Lingkup ................................................................................8

BAB IILANDASAN TEORI ............................................................................10

2.1Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ......................................10

viii

2.1.1Pengertian .............................................................................10

2.1.2Tujuan ..................................................................................10

2.1.3Sasaran .................................................................................10

2.1.4Tatanan .................................................................................11

2.2PHBS Tatanan Rumah Tangga .......................................................13

2.2.1Pengertian .............................................................................13

2.2.2Tujuan ..................................................................................14

2.2.3Manfaat ................................................................................14

2.3Indikator PHBS ...............................................................................15

2.3.1Indikator ...............................................................................15

2.3.2Indikator PHBS ....................................................................15

2.3.3Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga .............................18

2.4Perilaku ..........................................................................................20

2.4.1Konsep Perilaku ...................................................................20

2.4.2Teori Perilaku .......................................................................24

2.4.3Pembentukan Perilaku...........................................................28

2.5Kerangka Teori ...............................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................30

3.1Kerangka Konsep ...........................................................................30

3.2Hipotesis .........................................................................................31

3.3Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Data .........................31

3.4Variabel Penelitian .........................................................................32

3.5Jenis dan Rancangan Penelitian .....................................................33

ix

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian34

3.7 Instrumen Penelitian36

3.8 Teknik Pengambilan Data41

3.9 Tahap Penelitian42

3.10 Analisis Data42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN45

4.1 Hasil Penelitian45

4.2 Pembahasan48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN52

5.1 Simpulan52

5.2 Saran52

DAFTAR PUSTAKA53

LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

TabelHalaman

1. Keaslian penelitian5

2. Sasaran PHBS11

3. Definisi operasional31

4. Hasil uji validitas kuesioner38

5. Tingkat realibilitas berdasarkan Alpha Cronbach40

6. Pedoman interpretasi terhadap koefisien korelasi44

7. Frekuensi tingkat pengetahuan responden45

8. Frekuensi terapan PHBS tatanan rumah tangga responden47

9. Hasil Crosstab uji Chi Square antara pengetahuan mengenai PHBS

dengan terapan PHBS48

xi

DAFTAR GAMBAR

GambarHalaman

1. Kerangka teori dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003:15)29

2. Kerangka konsep30

xii

DAFTAR GRAFIK

GrafikHalaman

1. Distribusi pengetahuan responden45

2. Distribusi terapan PHBS responden46

xiii

DAFTAR DOKUMENTASI

DokumentasiHalaman

1. Wawancara dengan responden88

2. Penggunaan air sungai oleh masyarakat88

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranHalaman

1. Kuesioner penelitian55

2. Daftar nama responden uji validitas dan reabilitas kuesioner57

3. Data jawaban uji kuesioner item pengetahuan ibu rumah tangga

tentang PHBS58

4. Validitas dan reabilitas kuesioner untuk item pengetahuan ibu

rumah tangga tentang PHBS60

5. Nilai-nilai r Product Moment.61

6. Nama responden berdasarkan nama suami62

7. Data penelitian66

8. Tabulasi nilai item pengetahuan70

9. Distribusi data responden76

10. Analisis univariat78

11. Analisis bivariat79

12. Surat keterangan dosen pembimbing skripsi80

13. Surat ijin penelitian untuk Kesbanglinmas Kabupaten Demak81

14. Surat ijin penelitian untuk Puskesmas Kecamatan Dempet82

15. Surat ijin penelitian untuk Kepala Desa Dempet83

16. Surat rekomendasi mengadakan penelitian dari Kesbanglinmas

Kabupaten Demak84

xv

17. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari Puskesmas

Kecamatan Dempet85

18. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari Kepala Desa Dempet86

19. Surat keputusan dewan penguji87

20. Dokumentasi88

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan Indonesia diarahkan untuk mencapai visi Indonesia sehat 2010 yaitu masa depan di mana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah faktor resiko, terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, 2002:1).

Pembangunan dibidang kesehatan juga berjalan dengan cepat, untuk itu diperlukan arah kebijakan dan prioritas pembangunan dibidang kesehatan. Pencapaian kemajuan pembangunan dibidang kesehatan dapat dinilai dengan pencapaian target pembangunan kesehatan, salah satu target pembangunan dibidang kesehatan adalah tercapainya 65% rumah tangga yang mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat (Departemen Kesehatan RI, 2004:1).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan agar

1

2

masyarakat mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006:3).Seiring dengan cepatnya pekembangan dalam era globalisasi serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan berperilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks (Jean Henry Raule, 2004). Perbaikan tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan (Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan, 2002:2).Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Program ini telah dilaksanakan mulai tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi Kesehatan. Program PHBS dilaksanakan dalam berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tatanan pasar dan sebagainya. Provinsi Jawa Tengah memfokuskan pada tiga tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat ibadah dan institusi pendidikan. Alasan pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut karena ketiganya mempunyai daya ungkit yang besar dalam pencapaian derajat kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004:2).

3

Perilaku sehat merupakan salah satu pilar utama dalam upaya pencapaian Indonesia sehat 2010, oleh karena itu data perilaku perlu sungguh-sungguh diupayakan dan perlu didapatkan secara berkesinambungan melalui program PHBS yang telah dilakukan selama ini adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, yang bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatan fisik, mental dan spiritual (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004:1).

Upaya peningkatan perilaku sehat di rumah tangga belum menunjukan hasil optimal, hal ini antara lain dapat dilihat dari data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2004 menunjukan bahwa Indonesia sebesar 35% masyarakat merokok dalam rumah ketika bersama anggota keluarga yang lain. Perokok laki-laki lebih tinggi dari perempuan (63% dibanding 45%). sebanyak 82% penduduk usia 15 tahun keatas kurang melakukan aktivitas fisik, dengan katagori (75%) kurang bergerak dan (9%) tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006:2). Berdasarkan hasil pendataan untuk PHBS tatanan rumah tangga provinsi Jawa Tengah 73% keluarga belum menjadi peserta dana sehat dan sebesar 68% keluarga belum bebas asap rokok (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006:2).

Berdasarkan hasil survey cepat pemetaan PHBS yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2004, dari 16 indikator PHBS Kabupaten Demak hanya 8 indikator yang mencapai target. Indikator yang belum memenuhi syarat yaitu cakupan bebas asap rokok, NAPZA, air bersih, sampah, saluran pembuangan air limbah, pemberantasan sarang nyamuk, dana sehat dan tanaman obat

4

keluarga, sehingga Kabupaten Demak untuk PHBS dikategorikan sehat madya (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004:56).Rekapitulasi data pengkajian PHBS tatanan rumah tangga Kabupaten Demak dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 belum terdata, jadi untuk indeks potensi keluarga sehat belum dapat diklasifikasikan dan dipersentasekan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, dari hasil survey yang dilakukan terhadap 14 puskesmas Kabupaten Demak di tahun 2005, Kabupaten Demak dikategorikan sehat paripurna. Berdasarkan data dari puskesmas Dempet Kelurahan Dempet dikategorikan sehat madya, hasil survey tersebut diambil dari sampel 34 rumah.

Berdasarkan dari uraian di atas maka akan diadakan penelitian dengan judul Hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga masyarakat Desa Dempet Kabupaten Demak.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: adakah hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga mengenai PHBS dengan terapan PHBS masyarakat Desa Dempet Kabupaten Demak?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah: untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga mengenai PHBS dengan terapan PHBS masyarakat Desa Dempet Kabupaten Demak.

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan dalam penentuan intervensi dari permasalahan kesehatan yang terjadi yang berhubungan dengan PHBS.

1.4.2 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan PHBS pada tatanan rumah tangga masyarakat Desa Dempet Kabupaten Demak.

1.4.3 Bagi Pembaca

1) Dapat memberikan informasi tentang hubungan antara pengetahuan dengan terapan PHBS pada tatanan rumah tangga masyarakat Desa Dempet Kabupaten Demak. 2) Sebagai bahan masukan dan dokumen ilmiah yang bermanfaat dalam mengembangkan ilmu serta dapat digunakan dan bahan perbandingan penelitian selanjutnya terutama untuk penelitian yang serupa di daerah lain.

1.5 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian digunakan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dengan penelitian sebelumnya, keaslian penelitian selengkapnya diterangkan pada (tabel 1) berikut ini:

Tabel 1

Keaslian penelitian

6

JudulNamaWaktuRancanganVariabelHasil

Nodan

PenelitianPenelitiPenelitianPenelitianPenelitian

Tempat

1234567

1.AnalisisJeanTumintingCross1. Pengetahuan.Ada

berbagai faktorHenryKotasectional2. Sikap.hubungan

yangRauleManado3. Praktekantara

Lanjutan (tabel 1)

1234567

mempengaruPHBS tatananvariabel

hirumah tanggasikap dan

pelaksanaandanpengetahuan

perilakulingkunganPHBS

hidup bersihpemukimantatanan

dan sehatproviderrumah

tatanankesehatan.tangga KK

rumah tagga.4. Tokohdi Kelurahan

masyarakat.Sindulang I

5. Kaderdan II,

kesehatan.sedang

variabel

pengetahuan

terhadap

sikap

maupun

praktek tidak

ada

hubungan

Ada

perbedaan

7

pengetahuan dan sikap PHBS tatanan rumah tangga KK di Kelurahan Sindulang I

Lanjutan (tabel 1)

1234567

dan II,

PHBS

tatanan

sakit dan

orang yang

didengar

(Significant

Other)

antara

masyarakat

Kelurahan

Sindurang I

dan II.

8

2.HubunganHariAgustusEksplanato-VariablePendapatan

karakteristik,Iskriyanti2002ry surveybebas:mempunyai

pengetahuanKota Gededengan1. Umur ibuhubungan

dan sikap ibuYogyakartapendekatanrumah tanggabermakna

rumah tanggaCross2. Pekerjaandengan

tentang perilakusectionalibu rumahkesehatan

hidup besih dantanggalingkungan

sehat dengan3. Pendidikantetapi tidak

praktekibu rumahmempunyai

kesehatan dantanggahubungan

kesehatan4. Jumlahdengan

lingkungan dianggotapraktek

Kelurahankeluargakesehatan

Rejowinangun5. Persepsi ibukeluarga.

Kecamatanrumah tangga

Kota Gedetentang

Lanjutan (tabel 1)

1234567

Kota6. PHBS

YogyakartaPengetahuan

Agustus tahunibu rumah

2002.tangga

tentang

PHBS.

7. Sikap hidup

ibu rumah

tangga.

Variabel

terikat:

1. Praktek

kesehatan

9

keluarga. 2. Praktek

kesehatan lingkungan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada variabelnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu rumah tangga sedangkan variabel terikatnya adalah terapan PHBS.

1.6 Ruang Lingkup

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Lingkup penelitian ini mencakup Desa Dempet Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Desa dempet terdiri dari dua dusun yaitu Botorejo dan Dempet.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari pengambilan data sampai dengan terapan ujian skripsi tahun 2007.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah tentang hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan PHBS masyarakat Desa Dempet.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.1.1 Pengertian

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatanya (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006:3). PHBS merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan, 2000:4)

2.1.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaaan program PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat baik tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2003:4).

2.1.3 Sasaran

10

11

Sasaran dari program PHBS dapat dijelaskan dalam (tabel 2) sebagai berikut:Tabel 2

Sasaran PHBS

TatananPrimerSkunderTersier

1234

Rumah TanggaAnggota keluargaTokoh masyarakatKades atau Lurah

KaderCamat

DPRD

Bupati atau

Walikota

InstitusiSiswaKepala SekolahDinas P dan K

PendidikanGuruPengawas SekolahDEPAG

DPRD

Bupati atau

Walikota

Tempat ibadahJamaahPengurus tempatDEPAG

Remaja masjidibadahDPRD

Pemuda gerejaTakmirBupati atau

LSM AgamaWalikota

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2006:6).

2.1.4 Tatanan

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2003:2) program PHBS dapat dilakukan pelbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tempat ibadah, instansi pendidikan, warung makan, pasar dan sebagainya. Khusus untuk Provinsi Jawa Tengah memfokuskan pada 3 jenis tatanan yaitu tatanan rumah tangga, tatanan

12

instansi pendidikan dan tatanan tempat ibadah. Pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa ketiga tatanan tersebut mempunyai daya ungkit yang besar dalam pencapaian derajat kesehatan.

2.1.4.1 Tatanan Rumah Tangga

Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Bertolak dari pengertian di atas sehingga PHBS ditatanan rumah tangga adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

2.1.4.2 Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya. PHBS di institusi pendidikan berarti suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengajar maupun anak didiknya dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Institusi pendidikan yang dimaksud adalah tingkat SD atau MI, SLTP atau MTS-SLTA atau MA.

2.1.4.3 Tempat Ibadah

Tempat ibadah adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan keagamaan atau ibadah bagi masyarakat sesuai dengan agama yang dianut. PHBS ditempat ibadah adalah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan

13

meningkatkan kemampuan pengurus maupun pengunjung dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga

2.2.1 Pengertian

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian rumah dan PHBS tatanan rumah tangga, untuk penjelasan lebih rinci sebagai berikut:

2.2.1.1 Rumah

1) Tempat untuk tumbuh dan berkembang baik secara jasmani, rohani dan sosial, definisi ini membawa banyak konsekwensi selain kualitas rumah yang harus ada dalam membangun rumah adalah fasilitas untuk tumbuh dan kembang anggota keluarga (Juli Soemirat, 2000:143). 2) Salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia dengan tetap memperhatikan faktor lingkungan, kemampuan ekonomi teknologi dan kebijakan yang menyangkut tata guna tanah dalam membangun suatu rumah (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:149).

3) Keputusan Menteri Kesehatan RI. NO.829/MENKES/SK/VII/1999 rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga dalam Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2005:1). 4) UU NO.4 Tahun 1992 rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

2.2.1.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga

14

PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku bersih dan sehat (Departemen Kesehatan RI, 2004:3).

2.2.2 Tujuan

Adapun tujuan pelaksanaan program PHBS di tatanan rumah tangga adalah sebagai berikut:

2.2.2.1 Umum

Peningkatan hidup bersih dan sehat di tatanan rumah tangga adalah peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku dan kemandirian keluarga dalam mengatasi kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2004:5).Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2006:3) tujuan umum dari pelaksanaan PHBS tatanan rumah tangga adalah meningkatkan rumah tangga sehat di kabupaten atau kota.

2.2.2.2 Khusus

Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota keluarga di tatanan rumah tangga terhadap program kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup sehat dan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2004:5).Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2006:3) menjelaskan tujuan khusus dari program PHBS adalah meningkatkan pengetahuan dan kemauan

15

anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS dan agar anggota rumah tangga berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.

2.2.3 Manfaat

Manfaat dilaksanakanya program PHBS ini adalah:

1) Setiap anggota rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit. 2) Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota rumah tangga. 3) Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi lain seperti pendidikan dan usaha lain. 4) Guna meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

5) Sebagai salah satu indikator keberhasilan pemerintah kabupatenataukota dalam bidang pembangunan kesehatan.

6) Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

2.3 Indikator PHBS

2.3.1 Indikator

Indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian (Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan, 2002:21).Persyaratan indikator yaitu: (1) Sahih dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya diukur oleh indikator tersebut, (2) Obyektif harus memberikan hasil

16

walaupun dipakai orang yang berbeda pada waktu yang berbeda, (3) Sensitif dapat mengukur perubahan sekecil apapun, (4) Spesifik dapat mengukur perubahan situasi yang dimaksud (Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan, 2002:21).

2.3.2 Indikator PHBS

Indikator PHBS merupakan suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian, adapun indikator PHBS yang digunakan Jawa Tengah meliputi tiga tatanan yaitu: tatanan rumah tangga 16 indikator, tatanan institusi pendidikan 12 indikator dan tatanan tempat ibadah 8 indikator (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2003:11). Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktivitas pokok telah sesuai dengan rencana dan menhasilkan dampak yang diharapkan. Mengacu pada pengertian pada perilaku sehat indikator ditetapkan pada area atau wilayah yaitu:

2.3.2.1 Indikator Nasional

Menurut Dinas Keshatan Provinsi Jateng (2006:11) Indikator nasional terdiri dari 10 indikator yaitu:1) Bagi ibu hamil apakah pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan. 2) Bagi ibu rumah tangga yang memiliki bayi apakah bayinya mendapat ASI eksklusif selama usia 06 bulan. 3) Anggota rumah tangga mengkonsumsi keanekaragaman makanan dalam jumlah cukup mencapai gizi seimbang.

17

4) Anggota Rumah tangga memanfaatkan air bersih.

5) Anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat.

6) Anggota rumah tangga menempati ruangan minimal 9 m2 atau orang.

7) Anggota rumah tangga menggunakan lantai rumah kedap air.

8) Anggota rumah tangga melakukan aktivitas fisik.

9) Anggota rumah tangga tidak merokok.

10) Anggota keluarga tidak merokok menjadi peserta JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan).

2.3.2.2 Indikator Lokal Spesifik

Indikator lokal spesifik yaitu indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.

Ada 16 indikator yang dapat digunakan untuk perilaku sehat adalah sebagai berikut:1) Ibu hamil memeriksakan kehamilan.

2) Ibu melahirkan ditolong tenaga kesehatan.

3) Pasangan usia subur memakai alat kontrasepsi (KB).

4) Bayi ditimbang.

5) Penduduk sarapan pagi sebelum melaksanakan aktivitas.

6) Bayi diimunisasi lengkap.

7) Penduduk minum air bersih yang dimasak.

8) Penduduk menggunakan jamban sehat.

18

9) Penduduk mencuci tangan pakai sabun.

10) Penduduk menggosok gigi sebelum tidur.

11) Penduduk tidak menggunakan NAPZA.

12) Penduduk mempunyai askes atau tabungan atau emas atau uang.

13) Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). 14) Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi. 15) Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Papsmear.

16) Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah kesehatan yang ada di daerah.

2.3.3 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga

Indikator PHBS tatanan rumah tangga yaitu suatu alat ukur atau suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan rumah tangga. Indikator PHBS tatanan rumah tangga diarahkan pada aspek program prioritas yaitu: kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup dan upaya kesehatan masyarakat.

Indikator lokal Jawa Tengah menggunakan 10 indikator nasional ditambah dengan 6 indikator lokal menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2006:12) yaitu:1) Persalinan dengan tenaga kesehatan.

2) Pemberian ASI eksklusif pada bayi.

3) Penimbangan balita.

19

4) Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang seimbang.

5) Memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.

6) Menggunakan jamban sehat.

7) Membuang sampah pada tempatnya.

8) Setiap anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi. 9) Lantai rumah kedap air.

10) Anggota rumah tangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari, dilakukan 3-5 kali per minggu. 11) Anggota keluarga tidak merokok.

12) Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar.

13) Menggosok gigi minimal 2 kali sehari.

14) Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba.

15) Menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

16) Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali. Berdasarkan indikator tersebut dapat ditentukan klasifikasi PHBS ditunjukkan melalui nilai indeks potensi keluarga sehat (IPKS) yaitu:

1) Sehat pratama (warna merah) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara 0-5.

2) Sehat madya (warna kuning) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara 6-10. 3) Sehat utama (warna hijau) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara 11-

15.

20

4) Sehat paripurna (warna biru) : apabila indikator rumah tangga mempunyai nilai 16. Berdasarkan strata PHBS tatanan rumah tangga, dapat dirumuskan strata

kelompok (RT, RW, desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten atau kota) yaitu:

1) Sehat pratama (warna merah) apabila jumlah rumah tangga yang mencapai sehat utama dan paripurna mencapai 0-24,4%. 2) Sehat madya (warna kuning) apabila jumlah rumah tangga yang mencapai sehat utama dan paripurna mencapai 24,5%-49,4%. 3) Sehat utama (warna hijau) apabila jumlah rumah tangga yang mencapai sehat utama dan paripurna mencapai 49,5%-74,4%. 4) Sehat paripurna (warna biru) apabila jumlah rumah tangga yang mencapai sehat utama dan paripurna mencapai 74,5%. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2004:18)

2.4 Perilaku

2.4.1 Konsep Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:118). Menurut ensiklopedi Amerika bahwa perilaku

21

diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi perilaku tertentu (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:123). Robert Kwick (1994) dalam Soekidjo Notoatmodjo (1997:123) menyatakan perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.Irwanto (2002:4) sebagai obyek empiris, perilaku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:1) Perilaku itu kasat mata tapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati secara langsung. 2) Perilaku mengenal berbagai tingkatan, ada perilaku sederhana (perilaku binatang atau sel) dan juga perilaku yang kompleks (perilaku sosial manusia). Ada perilaku yang sederhana seperti refleks tetapi ada juga yang melibatkan proses-proses mental fisiologis yang lebih tinggi.

3) Perilaku bervariasi menurut jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan. Salah satu klasifikasi yang dikenal adalah kognitif, afektif dan psikomotorik masing-masing merujuk pada sifat rasional, emosional dan gerakan fisik dalam berfikir. 4) Perilaku bisa disadari dan tidak disadari, walau sebagian besar perilaku sehari-hari disadari tetapi terkadang kita bertanya pada diri sendiri kenapa berperilaku seperti itu. Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003:121)

22

membagi perilaku manusia dalam 3 domain. Ketiga domain tesebut adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan (Domain Kognitif)

Pengetahuan merupakan suatu hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121).Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:122) pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:1) Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan masyarakat dalam mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

2) Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mempraktekan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang dipelajari. 3) Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

23

4) Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5) Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

2. Sikap (Domain Afektif)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:124). Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap derajat sosial. Necomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan presdeposisi tindakan suatau perilaku, sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu obyek (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:124).

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:126) sikap terdiri dari berbagai tindakan yaitu:

24

1) Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. 2) Merespon, diartikan memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indiksi dari sikap. 3) Menghargai, diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanya bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu obyek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:126).

3. Praktik (Domain Psikomotor)

Suatu sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untukmewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Selain faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Soekidjo Notatmodjo, 2003:127).Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:127) praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu:

1) Persepsi, diartikan dapat mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat I.

25

2) Respon terpimpin, diartikan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat II.

3) Mekanisme, diartikan apabila seseorang telah dapat melaksanakan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan, maka ia telah mencapai praktik tingkat III.

4) Adopsi, merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.4.2 Teori Perilaku

Perilaku manusia tidak lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan di mana individu itu berada. Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia berperilaku, Bimo Walgito (2003:17) menjelaskan teori perilaku sebagai berikut:

1) Teori insting, menurut teori ini perilaku manusia disebabkan oleh insting. Insting merupakan perilaku innate (perilaku yang bawaan), insting juga akan mengalami perubahan karena pengalaman. 2) Teori dorongan, teori ini menerangkan bahwa manusia mempunyai dorongan-dorongan yang berkaitan dengan kebutuhan, dan manusia ingin memenuhi kebutuhannya maka terjadi ketegangan dalam diri manusia. Bila manusia mampu berperilaku untuk memenuhi kebutuhannya makaakan terjadi pengurangan dorongan-dorongan tersebut.

26

3) Teori insentif, menurut teori ini perilaku manusia timbul karena disebabkan karena adanya insentif. Insentif disebut juga reinforcement, ada yang positif (berkaitan dengan hadiah) dan negatif (berkaitan dengan hukuman). 4) Teori atribusi, terori ini menganggap perilaku manusia disebabkan oleh disposisi internal (misalnya motif, sikap dan sebagainya) atau keadaan eksternal (misalnya situasi). 5) Teori kognitif, menurut teori ini dimana seseorang harus memilih perilaku mana yang harus dilakukan, maka yang bersangkutan akan memilih alternatif perilaku yang akan membawa manfaat bagi yang bersangkutan. Kemampuan berfikir seseorang sebagai penentu dalam menentukan pilihan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku, karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:134). Perubahan perilaku kesehatan merupakan tujuan pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori dari Lawrence Green (1980) dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003:13) perilaku dipengaruhi 3 faktor yaitu:

1) Faktor Pemudah, faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, tingkat sosial, tingkat ekonomi, budaya dan sebagainya.

2) Faktor Pemungkin, faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan

27

terwujudnya perilaku kesehatan. Maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.

3) Faktor Penguat, faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, teman sebaya serta sikap dan perilaku para petugas kesehatan untuk berperilaku sehat, kadang-kadang bukan hanya pengetahuan saja yang positif dan dukungan fasilitas saja melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas (lebih-lebih petugas kesehatan), keluarga, teman sebaya dan guru.

Berdasarkan Skiner (1938) dalam Soekidjo Notoatmodjo (1997:118) pembentukan perilaku pada masyarakat dibedakan menjadi 2 respon yaitu:

1) Respondent respons yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu, perangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2) Operant respons adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli, atau reirforcer, karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat perilaku yang telah dilakukan.

Berdasarkan Soekidjo Notoatmodjo (2003:121), bahwa proses pembentukan dan perubahan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam individu dan dari luar individu yaitu:

28

1) Faktor dari dalam individu, berupa karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. 2) Faktor dari luar individu, berupa lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sehubungan dengan kesehatan menurut Eunike R. Rustiana (2005:75) antara lain: 1) Faktorfaktor umum dalam perilaku kesehatan, beberapa faktor umum yang memepengaruhi perilaku kesehatan seseorang yaitu: (1) Keturunan, (2) Belajar dengan operan conditing dengan tipe seperti penguatan, pemadaman dan hukuman, (3) Belajar dengan meniru, (4) Status emosional seseorang, (5) gejala kesakitan

yang dirasakan seseorang, (6) Kognitif.

1) Peranan stres, dalam teori konflik mengambarkan tahap-tahap yang dipakai seseorang untuk mengambil keputusan-keputusan penting termasuk keputusan yang berhubungan dengan kesehatan dengan memperkenalkan pengaruh stes pada kognisi. 2) Peranan personal control, perilaku kesehatan dipengaruhi aspek locus control

yaitu dimana orang memandang peristiwa dalam kehidupannya sebagai konsekuensi dari perbuatannya jadi dapat dikontrol (kontrol internal) atau sesuatu yang tidak berhubungan dengan perilakunya (kontrol eksternal). Ataupun aspek

29

self efficacy merupakan kemampuan membentuk perilaku yang relevan pada tugas atau situasi khusus.

3) Penanan kenyakinan kesehatan, apa yang difikirkan manusia amat penting bagi perilakunya, tetapi juga amat sukar diantisipasi. Apa yang difikirkan manusia dapat mempengaruhi apa yang dirasakannya.

2.4.3 Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia sebagian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat dipelajari, berkaitan dengan itu Bimo Walgito (2003:16) menerangkan cara terbentuknya perilaku seseorang sebagai berikut:

1) Kebiasaan, terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang dilakukan. Misal mengosok gigi sebelum tidur, bangun pagi dan sarapan pagi.

2) Pengertian (insight), terbentuknya perilaku ditempuh dengan pengertian, misalnya bila naik montor harus memakai helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri.

3) Penggunaan model, pembentukan perilaku melalui contoh atau model. Model yang dimaksud adalah pemimpin, orang tua dan tokoh panutan lainnya.

Perilaku dapat dibentuk, dimana pengetahuan selalu menjadi andalan untuk membentuk perilaku seseorang, padahal perlu juga diperhatikan faktor-faktor lain yang membuat stabil perilaku seseorang (Bart Smet, 1994:32). Menurut Ajazen (1981) dalam Saifuddin Aswar (2000:13) untuk membuat seseorang berperilaku seperti yang dianjurkan harus ada kenyakinan mengenai tersedia-tidaknya kesempatan dan sumber daya yang diperlukan.

30

2.5 Kerangka Teori

Pelayanan

kesehatan

Keturunan

Status kesehatanLingkungan

Faktor Pemudah

1) Pengetahuan 2) Sikap 3) Kepercayaan 4) Tradisi 5) Nilai 6) Tingkat sosial

7) Tingkat ekonomi

Perilaku

Faktor Penguat Sikap dan contoh perilaku petugas kesehatan, tokoh

masyarakat, tokoh agama, teman sebaya

Gambar 1

Faktor Pendukung

1) Ketrampilan petugas kesehatan 2) Ketersediaan Sumber dan fasilitas kesehatan 3) Komitmen masyarakat dan pemerintah terhadap kesehatan

Kerangka teori dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003:15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Variabel bebas

Pengetahuan

Variabel terikat

Terapan PHBS

Variabel pengganggu

1. Teladan dan penyuluhan petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh agama*

Gambar 2 2. Karakteristik Masyarakat meliputi: 1) Umur ibu rumah tangga* Kerangka Konsep 2) Pendidikan ibu rumah tangga* 3) Jumlah keluarga* 4) Pekerjaan Suami *

Gambar 2

Kerangka konsep

Keterangan:

* = variabel dikendalikan, penjelasan pengendalian variabel sebagai berikut:

1. Teladan dan penyuluhan dari petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam penelitian ini diambil yang tidak ada teladan dan penyuluhan dari petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan tokoh agama. 2. Karakteristik Masyarakat meliputi:

30

31

1) Umur ibu rumah tangga dalam penelitian diambil usia produktif (15-60 tahun).

2) Pendidikan ibu rumah tangga dalam penelitian diambil minimal lulus SD.

3) Jumlah keluarga dalam penelitian diambil satu keluarga dalam satu rumah.

4) Pekerjaan kepala keluarga diambil kepala keluarga yang bukan pengangguran.

3.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: ada hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga mengenai PHBS dengan terapan PHBS masyarakat Desa Dempet Kabupaten Demak.

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Data

Definisi Operasional diterangkan (tabel 3) berikut:

Tabel 3

Definisi operasional

NoVariabelDefinisi OperasionalSkalaCara

Pengukuran

12344

1.TerapanTerapan PHBS adalah pelaksaananOrdinalKartu PHBS

PHBSperilaku hidup bersih dan sehat yang

masing-masing indikatornya

tercantum dalam kartu PHBS.

Tabulasi nilai masing-masing

indikator diperoleh dari puskesmas

32

Dempet. Pelaksanaan PHBS diukur dengan strata:

Lanjutan (tabel 3)

1234

1.Sehat pratama: nilai 0-5

2.Sehat madya: nilai 6-10

3.Sehat utama: nilai 11-15

4.Sehat paripurna : nilai 16

2.Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan iniOrdinal Kuesione

terjadi setelah seseorang melakukanr

pengindraan terhadap suatu objek

(Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121).

Pengetahuan yang dimaksud adalah

pengetahuan ibu rumah tangga

mengenai perilaku hidup bersih dan

sehat.

Jawaban pernyataan positif:

1.Benar : nilai 1

2.Salah : nilai 0

Jawaban pernyataan negatif:

1. Benar : nilai 0

2. Salah : nilai 1

Kategori untuk pengetahuan:

X = 17,29 dan sd = 2,414

1.Rendah: bila nilai sd atau 15

X

2.Sedang: bila nilai > sd sampai

X

15 sampai

X

0,20-0,40Agak rendah

>0,40-0,60Cukup

>0,60-0,80Reliabel

>0,80-1,00Sangat realibel

Setelah dilakukan uji coba kuesioner pada 21 pada responden, diperoleh alpha cronbach 0,961 untuk item pengetahuan ibu rumah tangga, berdasarkan tabel 5 di atas maka intrumen yang dinyatakan reliabel.

42

3.7.2 Kartu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk Tatanan Rumah

Tangga

Kartu PHBS memuat data skor untuk indikator perilaku hidup bersih dan sehat masing-masing keluarga. Pemakaian kartu PHBS ini tujuannya untuk mengetahui indeks potensi keluarga sehat dan untuk mengetahui praktik perilaku hidup bersih sehat untuk tatanan rumah tangga.

3.8 Teknik Pengambilan Data

Metode pengambilan data dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan jenis data yang diambil, untuk penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:

3.8.1 Data Primer

Data primer adalah bila pengambilan data dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran atau obyek penelitian (Eko Budiarto, 2001:5). Data primer diperoleh dari kuesioner. Kuesioner yaitu cara pengumpulan data atau suatu masalah yang pada umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:112).

3.8.2 Data Sekunder

Data sekunder bila pengambilan data yang diinginkan diperoleh dari orang lain atau tempat laindan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri (Eko Budiarto, 2001:5) Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari puskesmas Dempet mengenai indeks potensi keluarga sehat dalam kartu PHBS.

43

3.9 Tahap Penelitian

Adapun tahap penelitian dibagi menjadi 2 tahap:

3.9.1 Persiapan

Adapun hal-hal yang dilakukan dalam persiapan adalah:

1) Perolehan data kepemilikan rumah dari Puskesmas Dempet.

2) Perolehan data jumlah RW dan RT dari Kelurahan Dempet.

3) Mendatangi ketua RT sebagai resonden pertama.

4) Dari responden pertama responden selanjutnya dipilih secara acak, dengan menanyakan pendidikan minimal SD dengan letak rumah terdekat dengan responden pertama, berdasarkan pemetaan rumah. 3.9.2 Pelaksanaan

Adapun yang dilakukan dalam pelaksanaan adalah:

1) Melakukan wawancara untuk memperoleh data primer dengan mengisi kuesioner.

2) Penjumlahan nilai untuk masing-masing responden.

3) Mengkopi data sekunder (terapan PHBS) dari Puskesmas Dempet.

4) Tabulasi data primer dan data sekunder.

3.10 Analisis Data

Analisis data yang dialakukan meliputi:

3.10.1 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan antara lain:

1. Editing data dan kuesioner yang telah diisi.

44

2. Pengkodean jawaban dari responden.

3. Penentuan variabel yang akan dihubungkan.

4. Pemasukan data ke piranti komputer.

5. Pembuatan tabel.

3.10.2 Analisis Data

Analisis data yang digunakan meliputi: 3.9.2.1 Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:188). Pada analisis ini akan menghasilkan distribusi dan persentase dari masing-masing variabel.

3.9.2.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dari variabel yang diteliti. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan terhadap terapan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat Desa Dempet Kecamatan Dempet Kabupaten Demak tahun 2006. Analisis hubungan ini dengan uji Chi Square dengan rumus dalam Sugiyono (2004:104) sebagai berikut:X = k ( f o fh )

i =1fh

Keterangan:

X2 = Chi Square

45

fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan

Menurut Singgih Susilo (2000:236) sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan adalah berdasarkan probabilitas yaitu bila probabilitas >0,05 maka Ha ditolak (tidak ada hubungan), sebaliknya jika probabilitas