Upload
valtaftazany
View
84
Download
20
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SKRIPSI - Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Konflik Peran Ganda Pada Perawat Wanita
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN
KONFLIK PERAN GANDA PADA PERAWAT
WANITA RUMAH SAKIT DELTA SURYA
SKRIPSI
Diajukan oleh :
ASTRIE EKA SETYARINI
110610192
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN
KONFLIK PERAN GANDA PADA PERAWAT
WANITA RUMAH SAKIT DELTA SURYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Universitas Airlangga Surabaya
Diajukan oleh :
ASTRIE EKA SETYARINI
110610192
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini adalah
benar adanya dan merupakan hasil karya saya sendiri. Segala kutipan karya pihak
lain telah saya tulis dengan menyebutkan sumbernya. Apabila dikemudian hari
ditemukan adanya plagiasi maka saya rela gelar kesarjanaan saya dicabut.
Surabaya, 22 Juli 2010
Penulis
Astrie Eka Setyarini
NIM. 110610192
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh
Dosen Pembimbing Penulisan Skripsi
Pada Tanggal 22 Juli 2010
Prof. Dr. Mareyke M.W. Tairas, MBA, MA. ProCoun.
NIP. 194703131987032001
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Pada hari Kamis, tanggal 29 Juli 2010
Dengan Susunan Dewan Penguji
Ketua
Drs. Duta Nurdibyanandaru, MS., Psi.
NIP. 195501031984031001
Sekretaris Anggota
Endah Mastuti, S.Psi., M.Si. Prof. Dr. M.M.W. Tairas, MBA., MA. ProCoun.
NIP. 197401271998022001 NIP. 194703131987032001
HALAMAN MOTTO
Selalu aSelalu aSelalu aSelalu ada da da da yang indah dibalikyang indah dibalikyang indah dibalikyang indah dibalik rencana rencana rencana rencana Allah ketika akan Allah ketika akan Allah ketika akan Allah ketika akan
memberikan memberikan memberikan memberikan sesuatusesuatusesuatusesuatu kekekekepada hambapada hambapada hambapada hamba----NyaNyaNyaNya ........................
Rasa syukur serta sikap tawwadu’ atas segala hal yang Rasa syukur serta sikap tawwadu’ atas segala hal yang Rasa syukur serta sikap tawwadu’ atas segala hal yang Rasa syukur serta sikap tawwadu’ atas segala hal yang
diberikan Allah merupakan manifestasi positif dari jidiberikan Allah merupakan manifestasi positif dari jidiberikan Allah merupakan manifestasi positif dari jidiberikan Allah merupakan manifestasi positif dari jiwa wa wa wa
yangyangyangyang sadar akan eksistensinya di alam inisadar akan eksistensinya di alam inisadar akan eksistensinya di alam inisadar akan eksistensinya di alam ini ....................
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini Kupersembahkan untuk…
Bapak, Mama
serta ketiga adikku tersayang
atas semua dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas segala anugerah
yang telah Ia berikan dan tak terhingga nilainya serta kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi
ini dapat selesai dengan baik; tidak lain dan tidak bukan, karena bantuan berbagai
pihak kepada penulis. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Seger Handoyo,. M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga Surabaya.
2. Ibu Prof. Dr. Mareyke M.W. Tairas, MBA., MA. ProCoun. selaku dosen
pembimbing penulis, yang telah memberikan motivasi kepada penulis
selama ini serta, yang juga dengan sabar membimbing penulis selama
proses pengerjaan skripsi ini..Terimakasih banyak Ibu..
3. Ibu Ika Yuniar Cahyanti, S.Psi., M.Psi., Psi. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan saran dan motivasi kepada penulis.
4. Bapak Drs. Duta Nurdibyanandaru, MS., Psi., Bapak Tino Leonardi,
S.Psi., M.Psi., psi, Ibu Pramesti Pradna Paramita, S.Psi., M.Ed. Psych, dan
Bapak Akhmad Fatoni B., S.Psi atas kesediaanya menjadi Professional
Judgement terkait dengan penciptaan alat ukur penelitian yang telah
berhasil dibuat oleh peneliti.
5. Segenap Staff Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, yang telah memberikan penulis
banyak wawasan, pengetahuan, pelajaran, bimbingan dan pengalaman
berharga selama menempuh studi dan pengerjaan skripsi. Semoga ilmu
yang telah penulis dapatkan dapat bermanfaat. Amien.
6. Segenap Staff Tenaga Kependidikan Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga atas bantuannya sehingga dapat memberikan kelancaran
pelaksanaan studi dan penulisan skripsi ini.
7. Perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya, terima kasih atas kesediannya
berpartisipasi dalam penelitian ini.
8. Bapakku tersayang Ir. Tony Trie Artono dan mamaku tersayang
Sulistiyanti, B.Sc. terima kasih telah mendukung penulis selama ini
dengan dorongan, doa, semangat, kasih sayang dan semua pelajaran
berharga yang telah diberikan pada penulis. Bapak, mama akhirnya aku
bisa menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk Baskoro, Cahya dan
Dewinta, ketiga adikku tersayang yang telah mendukung penulis untuk
selalu semangat mengerjakan skripsi. Semoga penyelesaian skripsi ini
memacu semangat adik-adikku untuk lebih giat belajar.
9. Untuk seseorang yang selalu setia mendukung dan menyemangatiku.
Terima kasih mas Arqom.
10. Terima kasih untuk Tika, saudara sepupu penulis yang telah menjadi
sahabat serta saudara yang baik bagi penulis. Putri, Mbak Happy, Ajeng,
Wulan, Intan, Fina, Titi, dan Iin terima kasih untuk hari-hari yang indah
semasa kuliah. Terima kasih untuk teman-teman psikologi angkatan 2006,
atas persahabatan dan kekompakan kita selama kuliah.
11. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Surabaya, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
ABSTRAKSI ........................................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 17
1.3 Batasan Masalah ............................................................................... 18
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................ 19
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 19
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................ 19
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konflik Peran Ganda ........................................................................ 21
2.1.1 Pengertian Konflik ........................................................................... 21
2.1.2 Peran Dalam Rumah Tangga ........................................................... 21
2.1.3 Pengertian Konflik Peran Ganda ..................................................... 24
2.1.4 Dimensi Konflik Peran Ganda ......................................................... 25
2.1.5 Tipe Konflik Peran Ganda ............................................................... 26
2.1.6 Resiko Konflik Peran Ganda ........................................................... 27
2.1.7 Sebab-Sebab Konflik Peran Ganda .................................................. 28
2.2 Konsep Diri ...................................................................................... 35
2.2.1 Pengertian Konsep Diri .................................................................... 35
2.2.2 Perkembangan Konsep Diri ............................................................. 37
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ............................ 38
2.2.4 Kualitas Konsep Diri ....................................................................... 40
2.2.5 Aspek-Aspek Konsep Diri ............................................................... 44
2.2.6 Struktur Konsep Diri ........................................................................ 46
2.2.7 Peran Konsep Diri ............................................................................ 48
2.3 Perawat ............................................................................................ 49
2.3.1 Definisi Perawat .............................................................................. 49
2.3.2 Fungsi Perawat ................................................................................ 49
2.3.3 Peran Perawat .................................................................................. 50
2.3.4 Standar Profesi Perawat ................................................................... 52
2.3.5 Standar Asuhan Keperawatan ......................................................... 53
2.4 Masa Dewasa Awal ......................................................................... 54
2.4.1 Pengertian Masa Dewasa Awal ....................................................... 55
2.4.2 Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal ..................................... 55
2.5 Hubungan antara Konsep Diri dengan Konflik Peran Ganda pada
Perawat Wanita ................................................................................ 56
2.6 Kerangka Konseptual ...................................................................... 63
2.7 Hipotesis .......................................................................................... 65
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian .................................................................................. 66
3.2 Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ 66
3.3 Definisi Operasional ......................................................................... 67
3.4 Populasi dan Sampling ..................................................................... 72
3.4.1 Populasi ........................................................................................... 72
3.4.2 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 73
3.4.3 Jumlah Sampel ................................................................................ 74
3.5 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 75
3.6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ............................................... 79
3.6.1 Validitas ........................................................................................... 79
3.6.2 Reliabilitas ....................................................................................... 80
3.7 Teknik Analisa Data ........................................................................ 80
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 82
4.1.1 Rumah Sakit Delta Surya ................................................................ 82
4.1.2 Gambaran Khusus Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit
Delta Surya .................................................................................... 84
4.1.3 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Delta Surya .............................. 85
4.1.4 Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................... 86
4.2 Gambaran Umum Subyek Penelitian .............................................. 87
4.3 Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 89
4.3.1 Persiapan Penelitian ........................................................................ 89
4.3.2 Hasil Uji Validitas ........................................................................... 92
4.3.2.1 Hasil Uji Validitas Skala Konsep Diri .......................................... 92
4.3.2.2 Hasil Uji Validitas Skala Konflik Peran Ganda ............................ 93
4.3.3 Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................... 94
4.3.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 95
4.4 Hasil Penelitian ................................................................................ 96
4.4.1 Deskripsi Data Penelitian ................................................................ 96
4.4.2 Hasil Uji Asumsi ........................................................................... 101
4.4.2.1 Uji Normalitas ............................................................................. 101
4.4.2.2 Uji Linearitas ............................................................................... 104
4.4.3 Hasil Uji Hipotesis (Korelasi) ....................................................... 104
4.5 Pembahasan ................................................................................... 108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 115
5.2 Saran .............................................................................................. 115
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Skor Penskalaan Likert yang Dimodifikasi ...................................... 77
Tabel 3.2. Blue Print Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba ............................ 78
Tabel 3.3. Blue Print Skala Konflik Peran Ganda Sebelum Uji Coba .............. 78
Tabel 4.1. Frekuensi Subjek Berdasarkan Usia .................................................. 87
Tabel 4.2. Frekuensi Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........................ 88
Tabel 4.3. Frekuensi Subjek Berdasarkan Jumlah Anak .................................... 88
Tabel 4.4. Saran dan Pendapat dari Rater.......................................................... 91
Tabel 4.5. Blue Print Skala Konsep Diri Sesudah Uji Coba ............................. 93
Tabel 4.6. Blue Print Skala Konflik Peran Ganda Sesudah Uji Coba ............... 94
Tabel 4.7. Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ................................. 95
Tabel 4.8. Statistik Prosedur Frekuensi ............................................................ 97
Tabel 4.9. Kategori Skala .................................................................................. 99
Tabel 4.10. Kategori Skala Konsep Diri ............................................................. 99
Tabel 4.11. Kategori Skala Konflik Peran Ganda ............................................. 100
Tabel 4.12. Kategori Konsep Diri ..................................................................... 100
Tabel 4.13. Kategori Konflik Peran Ganda ....................................................... 100
Tabel 4.14. Uji Normalitas Skewness ................................................................ 102
Tabel 4.15. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ............................................ 103
Tabel 4.16. Hasil Uji Korelasi Product Moment .............................................. 105
Tabel 4.17. Standar Nilai Korelasi Cohen ......................................................... 107
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Konsep Diri .................................................................... 47
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Hubungan antara Konsep Diri dengan
Konflik Peran Ganda .................................................................... 64
Gambar 3.1. Skema Hubungan antara Variabel X dan Variabel Y ................... 67
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Delta Surya ............................. 84
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skor Subjek Variabel X ................................................................. 122
Lampiran 2 : Skor Subjek Variabel Y ................................................................. 128
Lampiran 3 : Blue Print Skala Konsep Diri ........................................................ 134
Lampiran 4 : Blue Print Skala Konflik Peran Ganda .......................................... 135
Lampiran 5 : Kuisioner Sebelum Uji Coba ......................................................... 136
Lampiran 6 : Kuisioner Sesudah Uji Coba .......................................................... 144
Lampiran 7 : Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Skala Konsep Diri ............ 151
Lampiran 8 : Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Skala Konflik Peran
Ganda ............................................................................................. 159
Lampiran 9 : Hasil Uji Normalitas Skewness ...................................................... 167
Lampiran 10 : Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ................................ 168
Lampiran 11 : Hasil Uji Analisis Korelasi Product Moment .............................. 169
ABSTRAK
Astrie Eka Setyarini, 110610192, Hubungan Antara Konsep Diri dengan Konflik
Peran Ganda pada Perawat Wanita Rumah Sakit Delta Surya Sidoarjo, Skripsi,
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, 2010.
xviii + 117 halaman, 11 lampiran
Perawat wanita yang telah menikah dan mempunyai anak, memiliki peran
ganda sebagai pekerja rumah sakit dan ibu rumah tangga. Peran ganda itu
memberikan masalah tersendiri bagi perawat wanita yang tidak bisa mengatasi
konflik yang timbul akibat perannya itu. Berhasil tidaknya seorang perawat wanita
mengatasi masalah peran gandanya, tergantung dari konsep diri yang dimilikinya.
Menurut William D. Brooks (dalam Rakhmat, 2008:99-100) mengatakan
bahwa konsep diri merupakan persepsi fisik, sosial dan psikologis tentang dirinya
yang berasal dari pengalaman dan interaksinya dengan orang lain. Konsep diri
positif akan membebaskan perawat wanita dari konflik peran ganda yang
disandangnya, sedangkan konsep diri negatif akan menyulitkan posisi perawat
wanita dalam mengatasi konflik peran ganda.
Tarik menarik antara konsep diri dengan konflik peran ganda akan
menentukan berhasil tidaknya seorang perawat apakah juga mampu menempatkan
dirinya sebagai ibu rumah tangga. Konflik peran ganda bisa mengakibatkan
ketegangan, kecemasan serta perasaan gelisah yang timbul akibat pelaksanaan dua
peran atau lebih; pemenuhan peran-peran tersebut saling terkait dan saling
mempengaruhi, hal itu akan terlihat ketika pemenuhan peran yang satu
mempersulit pemenuhan peran yang lain. Cara untuk melihat ada atau tidak
adanya konflik peran ganda dapat menggunakan time-based conflict, strain-based
conflict, dan behaviour-based conflict sebagai alat ukurnya, sesuai dengan
pendapat dari Greenhaus dan Beutell (dalam Jones & Bright, 2001:202).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri
dengan konflik peran ganda pada perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya.
Hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan adalah sebagai berikut: adanya hubungan
antara konsep diri dengan konflik peran ganda pada perawat wanita Rumah Sakit
Delta Surya. Penelitian bertipe korelasional yang menggunakan pendekatan
kuantitatif dan bertipe explanatory research, karena penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis yang
sebelumnya telah dirumuskan.
Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas (X), yaitu konsep
diri dan variabel terikat (Y), yaitu konflik peran ganda. Penelitian ini memiliki
populasi perawat wanita yang sudah menikah dan memiliki anak serta berusia
antara 21-40 tahun.
Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling, yaitu tiap-
tiap individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk ditugaskan
menjadi anggota sampel. Populasi penelitian adalah perawat wanita sejumlah 87
orang dan sampel yang diperoleh sejumlah 72 orang. Alat pengumpulan data
berupa kuesioner konsep diri sebanyak 39 butir dan kuesioner konflik peran ganda
sebanyak 38 butir. Uji reliabilitas kedua skala menggunakan Alpha Cronbach.
Skala konsep diri memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,939 dan skala konflik
peran ganda memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,886. Teknik analisis data
dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment oleh Karl Pearson
dengan bantuan SPSS versi 14.0 for Windows.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh korelasi kedua variabel adalah -
0,648 dengan p sebesar 0,000. Besar signifikansi 0,000 menunjukkan bahwa Ha
diterima (<0,005). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsep diri
dengan konflik peran ganda pada perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya
Sidoarjo. Arah hubungan kedua variabel tersebut negatif yang berarti semakin
tinggi konsep diri yang dimiliki oleh perawat wanita, maka semakin rendah
konflik peran ganda yang dialami perawat wanita; sebaliknya semakin rendah
konsep diri yang dimiliki oleh perawat wanita, maka semakin tinggi konflik peran
ganda yang dialami perawat wanita.
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu peneliti sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan metode kualitatif agar lebih banyak faktor yang
diungkap, karena penelitian metode ini sangat mendalam serta dibantu oleh
ketrampilan observasi dan wawancara untuk dapat menggali data dari subyek
penelitian.
Kata Kunci: konsep diri, konflik peran ganda, perawat wanita
Daftar Pustaka, 56 (1981-2010)
ABSTRACT
Astrie Eka Setyarini, 110610192, The relationship between Self Concept with
Double Roles Conflict of the Female Nurses who work at Delta Surya Hospital
Sidoarjo, Bachelor Thesis, Faculty of Psychology of Airlangga University
Surabaya, 2010.
xviii + 117 pages, 11 appendixes.
The married female nurse and have had children, having double roles,
besides working as a nurse and she is also a house wife. This double roles will
result a problem to a female nurse who fail to solve a conflict which is arisen
because of her roles. She will succeed or not as a female nurse, it depends on her
belonging self concept.
According to William D. Brooks (in Rakhmat, 2008:99-100), he said that self
concept is physical, social and psychological perceptions about one which come
from the experience and interaction with other people. Positive self concept will
release the female nurse from double roles conflict that burdened her, otherwise
the negative self concept will complicate female nurse position in handling double
roles conflict.
Push and pull between self concept and double roles conflict will determine
to succeed or not the female nurse in placing herself as house wife. Double roles
conflict can result stress, nervous and upset feeling which emerged because of
executing two or more roles; the accomplishment of these roles chained and
influenced to each other. This problem will be apparent when the accomplishment
of one role will complicate the other role. The methods to check whether the
double role conflict is exist or not, can use time-based conflict, strain-based
conflict, and behavior-based conflict as measuring tools, in accordance with the
opinion of Greenhaus and Beutell (in Jones & Bright, 2001:202).
The purpose of this study is to know the relationship between self concept
with double roles conflict which happened to the female nurses of Delta Surya
Hospital Sidoarjo. The proposed alternative hypothesis (Ha) is described, as
follows: The existence of relationship between self concept with double roles
conflict of the nurses of Delta Surya Hospital. The study has a correlation type
that use a quantitative approach and an explanatory research type, because, the
purpose of this study is explaining the intra variables relationship by using
hypothetic examination that already been formulated before.
This study consist of two variables, there are Independence Variable (X),
which is termed as Self Concept, and Dependence Variable (Y), which is called as
Double Roles Conflict. The study has female married nurse population, and those
also have had children, with the age of the nurses varied about 21 – 40 years old.
The usage of Sampling Technique is Simple Random Samplings; that every
individual of the population is given the equal opportunity to be the sampling
member. Population for this study equal to 87 female nurses and the quantity of
the samples, which are used for this study: 72 people. The data collector’s tools
are self concept questionnaire which consist of 39 questions and double roles
conflict questionnaire consist of 38 questions. The reliability tests of both scales
applied Alpha Cronbach. Self concept scale has reliability coefficient equal to
0.939 and double role conflict scale has reliability coefficient equal to 0.886.
Data analysis technique is executed by using product moment correlation analysis
data technique of Karl Pearson with the application of SPSS 14.0 version for
Windows software.
Based on the result of data analysis have been gathered the correlation of
both variables such as: -0.648 and p=0.000. The value of significance equal to
0.0000 showed that accepted Ha(<0.005). It showed that there are relationships
between self concept with double role conflict for female nurses of Delta Surya
Hospital Sidoarjo. The negative direction of relationship of both variables, it
means that the higher gained self concept the lower double role conflict suffered
by a female nurse; oppositely the lower self concept which is owned by a female
nurse, will result higher double roles conflict that is suffered by a female nurse.
Suggestion for the next study, the student should consider to use qualitative
method in order to gain more factors; because this type of method is very deep
and also need to be assisted by observation skill and interview to dig the data
from the study’s subject.
Keywords: Self Concept, Double Roles Conflict, Female Nurse.
Refference, 56 (1981-2010)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri yang sangat pesat di Indonesia telah menyerap
banyak tenaga kerja, termasuk di dalamnya tenaga kerja wanita. Peningkatan
jumlah tenaga kerja wanita di sektor industri berjalan seiring dengan munculnya
emansipasi wanita. Emansipasi wanita yang banyak disorot saat ini semakin
membuka kesempatan bagi wanita untuk berkarya dan bekerja di berbagai bidang
pekerjaan. Arus globalisasi dan perkembangan informasi yang menyebabkan
kaum wanita tidak hanya berdiam diri di rumah namun menyetarakan diri dengan
kaum pria. Faktor yang turut berpengaruh terhadap pergeseran nilai tentang
peranan wanita adalah adanya tuntutan ekonomi yang semakin tinggi serta
semakin luas kesempatan bagi wanita untuk mencapai jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
Diketahui dari tahun ke tahun jumlah wanita Indonesia yang bekerja memang
terus meningkat, data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki 108,13 juta angkatan kerja, sekitar 37,17% atau 40, 19
juta adalah tenaga kerja wanita. Setiap tahun angkatan kerja wanita bertambah
setidaknya 1,96%, angka itu menggambarkan betapa besarnya jumlah wanita
bekerja saat ini. Tingginya peningkatan penduduk wanita yang bekerja karena
dorongan ekonomi, yaitu tuntutan keluarga untuk menambah penghasilan,
disamping semakin terbukanya kesempatan bekerja pada kaum wanita.
(http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei07.pdf)
Pada umumnya peran wanita hanya berkutat di sektor domestik dan pria
berperan dalam sektor publik. Adanya pembagian peran antara pria dan wanita
dipengaruhi adanya gambaran tentang sifat pribadi yang khas dari masing-masing
jenis kelamin. Karakteristik yang khas dari seorang pria yakni mencirikan sifat
maskulin seperti: agresif, aktif, memiliki jiwa petualang, dominan, bebas,
sedangkan karakteristik yang khas dari seorang wanita ditunjukkan dengan adanya
sifat feminim seperti: emosional, penuh kasih sayang, penakut, sentimentil (Sears,
1985:196). Perbedaan sifat pribadi yang khas tersebut yang cenderung
memposisikan wanita sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab
mengurus anak, menyiapkan makanan, melayani suami serta mengurus urusan
rumah tangga lainnya, sedangkan pria sebagai suami memiliki tugas mencari
nafkah keluarga dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah (Gunarsa &
Gunarsa, 1991: 31-37). Penerapan pembagian peran yang demikian di dalam
masyarakat kemudian menimbulkan kerugian dan ketidakadilan, terutama bagi
wanita.
Kerugian dan ketidakadilan yang dialami wanita terjadi ketika wanita
memiliki dua peran, yakni peran dalam sektor domestik dan sektor publik.
Dinyatakan oleh Eviota (dalam Indraswari, 2004:45) bahwa wanita memiliki dua
peran yakni peran dalam kerja produksi (bekerja) dan peran dalam kerja repoduksi
(mengurus rumah tangga), yang keduanya sama-sama penting dan wanita berpikir
bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk melaksanakan kedua peran tersebut
sebaik mungkin. Terlebih menurut (Hamid, 2005:129) bahwa wanita yang
memiliki dua peran seringkali timbul kompetisi dalam pembagian waktu, tenaga,
pikiran, perhatian dan komitmen. Adanya kompetisi tersebut yang kemudian
mengakibatkan wanita sulit menjalankan kedua perannya sebaik mungkin, dan
lebih lanjut memunculkan peluang mengalami konflik.
Sejumlah survey di Inggris menemukan, ibu muda cenderung memilih
keluarga sebagai prioritas di atas karier. Pada 1998, hanya satu dari empat ibu
muda yang mengaku kehilangan waktu bersama keluarga karena bekerja. Mulai
2006, semakin banyak perempuan yang merasa bersalah ketika harus memilih
bekerja full time, yang akhirnya mengorbankan waktu bersama keluarga.
Sedangkan dari penelitian majalah Elle terlihat bahwa kebanyakan perempuan
menomorsatukan kehidupan keluarga daripada kesuksesan kariernya. Meski
begitu, para ibu muda ini tetap memiliki dilema. Sekalipun menjadikan keluarga
sebagai prioritas, tuntutan ekonomi dan pekerjaan membuat mereka tetap harus
bekerja full time. Tujuannya tetap akan kembali untuk keluarga.
(http://www.infoanak.com/dilema-ibu-muda-keluarga-atau-karier)
Menurut Anoraga (2006:121-122) yang dimaksud wanita berperan ganda
yaitu wanita yang memiliki peran sebagai wanita pekerja secara fisik dan psikis,
baik di sektor pemerintahan, swasta maupun wiraswasta dengan tujuan
mendatangkan suatu kemajuan dalam karirnya, sekaligus berperan juga sebagai
ibu dan atau istri yang bertanggung jawab mengurus rumah tangga. Dengan
demikian dapat dijelaskan bahwa wanita yang bekerja di sektor publik disebut
wanita bekerja. Menurut Isparijanti (2004:88-89) bahwa wanita bekerja berbeda
dengan wanita karir. Wanita bekerja adalah wanita yang bekerja dalam sektor
informal yang tidak memiliki jenjang jabatan dalam pekerjaannya, dapat
dicontohkan jenis pekerjaan seperti: berdagang, menjahit, warung, berjualan
makanan. Wanita karir diartikan sebagai wanita yang bekerja dan dalam
pekerjaannya mendapat atau mengalami perkembangan dan kemajuan dalam
pekerjaan, jabatan, dan karir (Anoraga, 2006:121). Dapat dicontohkan pekerjaan
yang dimaksud yaitu pekerjaan yang menerapkan disiplin kerja dan waktu,
seperti: guru, karyawan perusahaan, PNS, perawat.
Pada beberapa pekerjaan wanita karir yang memiliki disiplin kerja dan
disiplin waktu, profesi perawat dianggap peneliti memiliki beban yang lebih berat
dibandingkan pekerjaan lain. Berbeda dengan profesi karyawan bank, guru
maupun PNS yang memiliki waktu kerja yang cenderung statis, perawat bertugas
di rumah sakit selama 24 jam guna menggantikan peran dokter dalam merawat
pasien, selama dokter tidak bertugas. Menurut Praptianingsih (2006:34) tanpa
perawat, tugas dokter akan semakin berat dalam menangani pasien, karena
perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien, mengingat
pelayanan keperawatan berlangsung terus-menerus selama 24 jam sehari.
Profesi perawat menuntut tanggung jawab yang besar pada pelakunya. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Lumenta (dalam Widyarini, 2005:230-231)
yang menyebutkan beberapa karakteristik pekerjaan perawat, yakni: 1). membantu
aktivitas sehari-hari yang tidak mampu dilakukan sendiri oleh pasien, membantu
menciptakan dan meningkatkan kebersihan pasien dan lingkungan; 2).
meningkatkan kemampuan diri pasien dalam aktivitas dan fungsi, seperti: gerakan
tubuh, makan, minum dan pergaulan; 3). memberikan dorongan atau menunjang
kehidupan pasien, seperti: pemberian infus, obat dan menciptakan lingkungan
yang aman dan menyenangkan; 4). memberikan tindakan preventif, seperti:
pencegahan infeksi, luka, komplikasi, kecelakaan, dan lain-lain; 5). melakukan
observasi, seperti: pemeriksaan fisik secara keseluruhan, pengamatan perilaku dan
respon pasien terhadap tindakan medis dan perawatan yang sudah diterima; 6).
memberikan pendidikan yaitu pemberian informasi penting kepada pasien dan
keluarganya untuk mempercepat proses penyembuhan.
Profesi perawat mempunyai keunikan dibandingkan dengan profesi kerja
wanita lainnya, yaitu perawat melakukan interaksi sosial dan emosional dengan
pasien yang berbeda-beda pada setiap selang waktu tertentu. Perawat juga
dihadapkan pada tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan pasien,
sehingga ada gambaran tentang konsekuensi yang harus ditanggung apabila
melakukan kesalahan (Andarika, 2004:2).
Besarnya tanggung jawab yang diemban wanita yang berprofesi sebagai
perawat, tidak kemudian mengurangi besarnya tanggung jawab peran dalam
sektor domestik sebagai ibu rumah tangga. Menurut Anoraga (2006:21) wanita
karir yang juga memiliki peran di sektor domestik sebagai ibu rumah tangga,
memiliki beban yang lebih besar daripada wanita karir yang belum memiliki peran
sebagai ibu rumah tangga. Perawat wanita yang memiliki peran di sektor publik
dan sektor domestik memiliki tanggung jawab besar yang berpotensi
memunculkan situasi dilematis. Menurut Soetrisno (1997:61) wanita dewasa ini
merupakan sosok yang harus hidup dalam situasi dilematis, sebab di satu sisi
dituntut untuk berperan dalam semua sektor, termasuk sektor publik yakni bekerja
dan berkarir, namun di sisi lain juga tidak boleh melupakan kodrat wanita sebagai
ibu rumah tangga. Didukung pula pendapat Rini (2002:2) bahwa budaya di
Indonesia masih sangat terpengaruh kuat oleh sistem paternalistik yang memiliki
pemahaman bahwa pria tidak boleh mengerjakan pekerjaan wanita, termasuk
mengurus rumah tangga. Hal tersebut membuat tugas dan tanggung jawab wanita
yang bekerja di sektor publik semakin berat.
Pada hasil penelitian Putri dan Himam (2002:51) dinyatakan bahwa wanita
berperan ganda mengalami situasi dilematis karena ada keinginan dalam diri
wanita untuk menyeimbangkan perannya di sektor domestik dan di sektor publik,
mengingat di satu sisi dalam menjalankan perannya di sektor domestik ada
keinginan dalam dirinya untuk mengaktualisasikan diri di bidang pekerjaan. Di
sisi lain, pelaksanaan peran di sektor publik tidak melepaskan perannya sebagai
ibu rumah tangga. Akibatnya yang nampak kemudian adalah karir tidak
maksimal, menjadi ibu pun juga tidak bisa maksimal (tidak bisa sepenuhnya
mengeluarkan potensi dalam karir dan tidak bisa setiap saat mendampingi anak-
anaknya) karena mereka harus membagi dua waktu, perhatian dan segala sumber
daya yang dimiliki. Situasi dilematis juga ditemui pada penelitian kualitatif dari
Suryadi, dkk. (2004:17) bahwa dari empat wanita sebagai subjek penelitian
menunjukkan adanya konflik emosional dalam menjalankan peran ganda.
Situasi dilematis yang terjadi pada wanita sebagai pelaku peran ganda terjadi
karena tugas dan tanggung jawab antara peran sektor publik (pekerjaan) dan peran
sektor domestik (keluarga) merupakan dua hal yang terkait dan saling
mempengaruhi. Hal ini disebabkan karena peran ganda memiliki dua dimensi:
pertama, Work Interfering with Family (WIF) yaitu pemenuhan peran dalam
pekerjaan dapat menimbulkan kesulitan pemenuhan peran dalam keluarga. Kedua,
Family Interfering with Work (FIW) yaitu pemenuhan peran dalam keluarga dapat
menimbulkan kesulitan pemenuhan peran dalam pekerjaan (Frone, dkk., dalam
Irawaty dan Kusumaputri, 2008: 19). Dapat dicontohkan terjadinya Work
Interfering with Family (WIF) seperti kesibukan di kantor membuat ibu terlambat
pulang ke rumah, sedangkan contoh terjadinya Family Interfering with Work
(FIW) seperti saat anak sedang sakit, ibu terpaksa meminta ijin untuk tidak
bekerja di kantor.
Pada dua dimensi konflik peran ganda tersebut terdapat tiga bentuk konflik
yang terjadi pada pelakunya yaitu: a). konflik yang didasarkan waktu yaitu konflik
peran yang disebabkan oleh keterbatasan waktu yang dimiliki pelaku peran ganda,
waktu yang digunakan untuk pekerjaan seringkali berakibat terbatasnya waktu
untuk keluarga, demikian sebaliknya, b). konflik yang didasarkan ketegangan
yaitu konflik peran yang disebabkan oleh tekanan dalam satu peran yang akhirnya
mempengaruhi kinerja peran yang lain, c). konflik yang didasarkan perilaku yaitu
konflik peran yang disebabkan karena adanya kesulitan melakukan perubahan
perilaku dari peran yang satu ke peran lain (Greenhaus dan Beutell, dalam Jones
dan Bright, 2001: 202).
Konflik peran ganda yang tergambar melalui tipe-tipe konflik tersebut juga
ditemui pada perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan di bulan Maret 2010 pada 3 perawat
Rumah Sakit Delta Surya, ditemukan 2 perawat mengalami konflik peran ganda
dengan adanya keluhan mengenai kurangnya waktu yang dimilikinya untuk
mengasuh anak sehingga membutuhkan bantuan orang lain, dalam hal ini keluarga
atau tetangga, atau menitipkan anak pada penitipan anak. Kondisi yang dialami
perawat kemudian lebih lanjut memunculkan kekhawatiran mengenai kesehatan,
kondisi fisik serta kondisi psikologis anak bila diasuh oleh orang lain. Dinyatakan
pula timbul perasaan bersalah dan kurang puas dalam diri perawat karena
kurangnya waktu untuk bercengkrama dengan keluarga akibat pekerjaan di rumah
sakit. Perasaan cemas juga dirasakan perawat ketika harus meninggalkan
pekerjaan rumah yang belum selesai dikerjakan karena harus berangkat bekerja.
Selanjutnya ditemukan pula adanya kesulitan perubahan perilaku dari perannya
sebagai ibu rumah tangga ke perannya sebagai perawat, hal ini ditunjukkan
dengan kesulitan mengambil keputusan saat bekerja karena di rumah terbiasa
menurut kepada suami.
Keinginan perawat wanita untuk menjalankan berbagai peran dengan
sempurna kemudian mengakibatkan munculnya konflik dalam dirinya. Menurut
Shaevitz (1995:15-19) konflik yang tidak dapat diatasi dengan baik dan
berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan berbagai
gangguan fisik maupun psikis pada wanita yang bersangkutan. Gejala fisik yang
dialami antara lain keletihan yang mengakibatkan kehilangan gairah hidup dan
menyebabkan berbagai macam gejala gangguan psikosomatik. Gejala lainnya
berupa rasa tegang, cemas, dan terancam, frustasi, sukar konsentrasi saat sedang
bekerja, insomnia, kehilangan nafsu makan, dan lain-lain (Shaevitz, 1995:18).
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti mendukung
penelitian Prawitasari, dkk. (2007:9) bahwa ada hubungan negatif antara konflik
pekerjaan dan keluarga dengan kepuasan dalam keluarga. Ketidakpuasan dalam
keluarga ditunjukkan seperti keluhan perawat wanita mengenai kurangnya waktu
yang dimiliki untuk keluarga, adanya perasaan bersalah dan cemas ketika tidak
dapat mengasuh anak secara penuh.
Diferensiasi dalam beberapa peran dapat menimbulkan kompetisi dalam
penggunaan waktu, energi, perhatian dan komitmen. Timbulnya kompetisi
tersebut membuat perawat yang berperan ganda menjadi tidak maksimal dalam
menjalankan perannya, kemudian dapat berdampak negatif pada diri perawat itu
sendiri maupun orang-orang sekitar, termasuk di dalamnya berimbas pada
keluarga (suami dan anak), pada perusahaan dalam hal ini rumah sakit tempat
perawat tersebut bekerja, dan sekaligus pada pasien yang sedang dirawat oleh
perawat yang bersangkutan. Menurut pendapat Shaevitz (1995:19-20) bahwa
tempat yang seringkali menjadi area konflik pada perawat yang bersangkutan
ialah rumah dan tempat kerja yang berdampak negatif pada komunitasnya di
rumah, serta dapat mempengaruhi hubungan dengan rekan-rekan kerja yang pada
akhirnya dapat mengurangi kualitas kinerjanya.
Tampak dari hasil wawancara dan observasi bahwa perawat wanita
mengalami konflik yang lebih bersifat psikologis, ditunjukkan dengan munculnya
perasaan bersalah, pesimis, gelisah, dan cemas. Keadaan psikologis yang
demikian akan membawa dampak negatif. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kustono (dalam Prawitasari, dkk., 2007:6-7) bahwa banyak wanita bekerja yang
menunjukkan kecemasan dan bersalah terhadap perannya sebagai ibu rumah
tangga.
Kecemasan dan perasaan bersalah sebagai ibu rumah tangga dialami perawat
saat anggota keluarga membutuhkan perannya sebagai ibu rumah tangga yang
tidak bisa digantikan oleh orang lain, tetapi pada kenyataannya yang bersangkutan
tidak dapat melaksanakan perannya karena terbentur tugasnya sebagai perawat.
Adanya kecemasan dan perasaan bersalah tersebut, kemudian mempengaruhi
kondisi psikisnya yang di dalamnya terdapat perasaan dan pikirannya yang
kemudian mempengaruhi konsentrasi dalam bekerja. Hal ini terdapat dalam
penelitian Putri dan Himam (2002:51) yang juga menyebutkan bahwa akibat
nampak dari pelaksanaan peran ganda adalah karir yang tidak maksimal, menjadi
ibu rumah tangga juga tidak maksimal karena harus membagi dua waktu,
perhatian dan segala sumber daya yang dimiliki.
Perawat wanita yang mengalami konflik peran ganda yang tinggi akan
mengalami stres yang dapat mengganggu interaksi sosialnya, baik itu dengan
rekan kerja, dokter maupun pasien. Efektivitas kerja dapat pula menjadi
terganggu, sehingga ia tidak akan mampu lagi melakukan pekerjaannya sebagai
perawat dan pada akhirnya dapat dipastikan perawat wanita tersebut mengambil
keputusan untuk meninggalkan pekerjaannya dan memilih peran tunggal sebagai
ibu rumah tangga saja (Andarika, 2004:3).
Adanya dampak-dampak negatif yang dialami perawat wanita yang berperan
ganda seharusnya dapat dihindari atau setidaknya diminimalisir. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Hurlock (2004:278) yang menyatakan bahwa wanita yang
sudah memasuki masa dewasa diharapkan mampu menjalankan tugas
perkembangannya yang berkaitan dengan masalah keluarga dan pekerjaannya.
Oleh sebab itu seorang perawat yang berperan ganda diharapkan mampu
menyelesaikan seluruh tugas perkembangan pada masa kanak-kanak sampai
dewasa dengan baik, agar dapat menjadi manusia dewasa yang utuh dan siap
menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan keluarga dan pekerjaan,
termasuk peran ganda yang dijalankan.
Walaupun sebagian wanita mengeluh karena harus melakukan pekerjaan
rumah tangga sekaligus bekerja di sektor publik secara penuh, banyak di antara
wanita mampu menggabungkan sekaligus peran-peran kehidupannya tersebut.
Wanita tahu bagaimana menangani peran ganda tersebut dengan menganggap
sebagai tugas rutin dan wajar dalam kehidupannya, sebab wanita telah belajar
berbuat demikian sewaktu masih gadis; yang kemudian menambah dan mengubah
sifat peran-peran itu setelah kelak berkeluarga (Wolfman, dalam Hamid,
2005:131). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa wanita tidak akan
mengalami kesulitan dalam menjalankan peran gandanya sebab wanita
menganggap hal tersebut sebagai suatu rutinitas dan kewajaran yang harus
dijalankan.
Fenomena konflik peran ganda yang ditemui serta membawa dampak negatif,
membuat permasalahan tentang konflik peran ganda pada perawat wanita
dianggap penting untuk diteliti. Terlebih pelaksanaan peran ganda memiliki
keterlibatan luas, bukan hanya berdampak pada pelaku peran ganda namun juga
berdampak pada keluarga serta organisasi atau perusahaan yang
mempekerjakannya (Sekaran, 1986:1). Menurut (Gunarsa & Gunarsa, 2008:11-
12) perawat memegang peran cukup penting untuk keberhasilan layanan
kesehatan secara keseluruhan, karena perawat merupakan komunikator dan
mediator antar pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Peran dalam sektor publik
yang cukup penting tersebut, tidak dapat mengurangi peran perawat wanita di
sektor domestik sebagai ibu rumah tangga. Menurut anggapan masyarakat, peran
wanita di sektor domestik meliputi: tugas-tugas rumah tangga dan pengasuhan
anak, walaupun wanita tersebut juga bekerja di luar rumah (Suryadi,dkk.,
2004:12). Oleh sebab itu, perawat wanita yang memiliki peran ganda diasumsikan
memiliki keterlibatan yang cukup luas dan penting, baik di lingkungan kantor
(rumah sakit) maupun lingkungan keluarga, sehingga permasalahan tentang
konflik peran ganda dianggap cukup penting untuk diteliti.
Menurut Hoffman dan Nye (1984:40-60) bahwa konflik peran ganda muncul
bukan tanpa sebab, namun hal tersebut terjadi pada wanita dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu: a). faktor eksternal, yakni faktor finansial dan peningkatan standar
hidup keluarga; b). faktor internal, yakni kepribadian individu. Faktor eksternal
yakni faktor finansial menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konflik peran
ganda karena daya tarik finansial menjadi sangat penting sebagai bahan
pertimbangan wanita untuk bekerja di sektor publik. Besarnya tawaran finansial
pekerjaan di sektor publik menuntut tanggung jawab yang besar, namun di sisi
lain wanita memiliki tanggung jawab di sektor domestik. Hal tersebut berpotensi
menimbulkan konflik peran ganda.
Peningkatan standar hidup keluarga yang termasuk faktor eksternal juga
merupakan faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda. Peningkatan standar
hidup keluarga membutuhkan adanya penghasilan tambahan. Wanita yang bekerja
di luar rumah untuk mendapatkan penghasilan tambahan bagi keluarga kadang
menjadi kurang memiliki waktu dan perhatian untuk keluarga (Suryadi, dkk.,
2004:13). Keadaan ini tidak sesuai dengan tujuan awal wanita bekerja, yaitu
meningkatkan standar hidup dan memberikan yang terbaik bagi keluarga. Hal ini
yang kemudian memunculkan konflik peran ganda pada wanita yang
bersangkutan.
Faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap konflik peran ganda pada wanita
yaitu kepribadian individu. Kepribadian diartikan sebagai suatu organisasi yang
dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan
pemikiran individu secara khas (Allport, dalam Koswara, 1991:11). Dalam
kepribadian terdapat sifat unik dan khas yang mempengaruhi keputusan wanita
untuk bekerja, serta mempengaruhi sikap wanita dalam menghadapi peran
gandanya menurut Hoffman dan Nye (dalam Irawaty & Kusumaputri, 2008:16);
sebab menurut Hoffman dan Nye dalam kepribadian meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kesadaran akan kepemilikan kompetensi, dan menentukan sikap
terhadap peran yang khas dan unik pada tiap individu. Kekhasan dan keunikan
dalam kepribadian tersebut diperoleh dari beberapa unsur, salah satunya yaitu
konsep diri.
Pengertian konsep diri secara umum merupakan persepsi fisik, sosial, dan
psikologis tentang dirinya yang berasal dari pengalaman dan interaksinya dengan
orang lain menurut William D. Brooks (dalam Rakhmat, 2008:99-100). Menurut
Burns (Pudjijogyanti, 1993:2), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri. Konsep diri seseorang dapat dinyatakan
melalui pandangan tentang pribadinya. Dalam diri seorang perawat wanita akan
muncul perasaan-perasaan tertentu sesuai dengan bagaimana cara ia memandang
dirinya, yang merupakan fungsi dari konsep dirinya. Selanjutnya, konsep diri ini
akan mampu membawa perawat wanita dalam menunjukkan identitas-indentitas
sosialnya. Dimana, identitas-identitas ini digunakan sebagai dasar tingkah laku,
yang menyediakan isyarat-isyarat bagi perawat wanita untuk memudahkan dalam
berkomunikasi dengan masyarakat dengan menunjukkan ”siapa” dia sebenarnya
pada waktu dan tempat tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rogers
(dalam Alwisol, 2004:322) bahwa dalam kepribadian terdapat unsur konsep diri
(self concept). Konsep diri didefinisikan sebagai evaluasi, penilaian atau
penaksiran individu mengenai dirinya sendiri (Chaplin, 2004: 450). Melalui
konsep diri, seorang wanita akan memperoleh gambaran, penilaian dan evaluasi
mengenai dirinya sendiri yang digunakan untuk mengatasi lingkungannya, baik
lingkungan di sektor domestik maupun sektor publik.
Konsep diri mempunyai peranan sangat penting dalam perilaku manusia,
dalam hal ini termasuk perawat wanita. Pentingnya konsep diri biasanya
didasarkan pada adanya premis yang menyatakan bahwa konsep diri tinggi
(positif) akan berhubungan dengan perasaan berharga terhadap diri sendiri (self
worth) dan penerimaan diri. Perasaan berharga terhadap diri sendiri yang positif
disertai penerimaan diri, akan membuat individu berkembang secara optimal
dalam konteks kemasyarakatan melalui pengenalan tahap-tahap perkembangan
dengan pemahaman yang cerdik, pengambilan keputusan yang matang,
pengaturan diri yang bertanggung jawab dan moral yang otonom.
Konsep diri ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan
konsep diri negatif, dimana masing-masing memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
Ciri konsep diri positif adalah dimana seorang perawat wanita akan memiliki
keyakinan untuk mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menyadari
bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang
seluruhnya tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu memperbaiki dirinya.
Sehingga perawat wanita yang memiliki konsep diri positif akan terlihat lebih
optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu,
juga terhadap kegagalan yang dialaminya (Rakhmat, 2008:106). Kegagalan bukan
dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan
pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang
positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang
dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.
Sedangkan seseorang yang memiliki konsep diri negatif adalah peka terhadap
kritik, mudah marah, responsif terhadap pujian, dan merasa tidak disenangi orang
lain (Rakhmat, 2008:105-106). Ia meyakini dan memandang bahwa dirinya
lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang,
tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang
dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap
kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai
kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif,
akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak
yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau
menyalahkan orang lain.
Penelitian ini akan membahas mengenai hubungan konsep diri dengan
konflik peran ganda pada perawat wanita. Dari fakta-fakta tersebut, konsep diri
positif dan konsep diri negatif dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah
konsep diri positif agar perawat wanita tidak mudah mengalami konflik peran
ganda. Sedangkan perawat wanita yang memiliki konsep diri negatif akan
cenderung mudah mengalami konflik peran ganda. Dengan demikian perawat
wanita yang memiliki konsep diri negatif dapat berusaha merubah konsep dirinya
menjadi lebih positif, sehingga mereka tidak mudah terjebak dalam konflik peran
ganda.
Individu yang menilai, menaksir serta menggambarkan dirinya sendiri secara
positif menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki konsep diri positif
cenderung dicirikan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, merasa selalu dihargai
oleh orang di sekitar, dapat menilai hubungan dengan orang lain secara tepat dan
memiliki penyesuaian sosial yang baik (Rakhmat, 2008:106). Karakterisitik
konsep diri positif tersebut yang merupakan bagian dari kepribadian kemudian
turut menentukan kesadaran akan kompetensi menjadi positif, kebutuhan
berprestasi menjadi tinggi serta ada kejelasan terhadap peran yang dijalani.
Melalui hal tersebut, seorang perawat wanita akan mengoptimalkan kemampuan
yang dimiliki untuk menjalankan peran-perannya, serta menjalankan secara
efektif. Dengan demikian, perawat wanita dengan konsep diri positif yang
memiliki peran di sektor domestik, akan melaksanakan kedua peran dengan
efektif dan sebaik mungkin sehingga dalam dirinya tidak muncul perasaan
bersalah, cemas maupun ketegangan akibat pelaksanaan peran gandanya.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk
mengetahui tentang hubungan antara konsep diri dengan konflik peran ganda pada
perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya.
1.2. Identifikasi Masalah
Dalam menentukan fokus permasalahan diperlukan sebuah identifikasi
masalah. Penelitian ini difokuskan kepada wanita yang bekerja sebagai perawat,
karena seorang wanita yang bekerja sebagai perawat akan memiliki peran ganda
sebagai seorang ibu dan istri yang harus mengurus rumah tangga dan sebagai
seorang perawat yang harus melaksanakan tugas pekerjaan dengan baik karena
karakteristik pekerjaan perawat yang demikian berat mengharuskannya tidak
hanya mempertanggungjawabkan pekerjaannya pada perusahaan (rumah sakit)
seperti pada profesi lain, tetapi juga mempertanggungjawabkan pada pasien dan
keluarga pasien yang dirawat. Besarnya tanggung jawab yang diemban wanita
yang berprofesi sebagai perawat, tidak kemudian mengurangi besarnya tanggung
jawab peran dalam sektor domestik sebagai ibu rumah tangga, tidak cukupnya
waktu dan energi untuk memenuhi kedua peran cenderung menimbulkan konflik
peran ganda karena tuntutan pekerjaan dan keluarga sama-sama membutuhkan
perhatian yang sama besar.
Sebagai dampak lebih lanjut perawat wanita akan mengalami kecemasan
terhadap peran gandanya, yang akan menimbulkan reaksi-reaksi psikologis,
fisiologis dan ditampakkan dalam perilakunya. Beberapa hal yang dikabarkan
dapat mempengaruhi konflik peran ganda pada wanita yaitu kepribadian individu,
dimana kekhasan dan keunikan dalam kepribadian tersebut diperoleh dari
beberapa unsur, salah satunya konsep diri. Melalui konsep diri, seorang wanita
akan memperoleh gambaran, penilaian dan evaluasi mengenai dirinya sendiri
yang digunakan untuk mengatasi lingkungannya, baik lingkungan di sektor
domestik maupun sektor publik. Konsep diri kemudian ikut menentukan tingkah
laku dan pemikiran dalam menjalankan peran gandanya, termasuk dalam
menghadapi dampak dari pelaksanaan peran ganda. Hal inilah yang akan diteliti
berkaitan dengan konflik peran ganda pada perawat wanita.
1.3. Batasan Masalah
Untuk dapat mencapai hasil penelitian yang baik, perlu dilakukan pembatasan
masalah. Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian ini tidak melebar. Dalam
penelitian ini pembatasan masalah dirumuskan sebagai berikut:
1. Menurut William D. Brooks (dalam Rakhmat, 2008:99-100) mengatakan
bahwa konsep diri merupakan persepsi fisik, sosial dan psikologis tentang dirinya
yang berasal dari pengalaman dan interaksinya dengan orang lain.
2. Konflik peran ganda adalah ketegangan, kecemasan serta perasaan gelisah
yang timbul akibat pelaksanaan dua peran atau lebih, yang pemenuhan peran-
peran tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi, ditunjukkan dengan
pemenuhan peran yang satu mempersulit pemenuhan peran yang lain.
3. Menurut Ellis dan Hartley (dalam Gaffar, 1999) perawat adalah seseorang
yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi
seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan. Subjek penelitian yang dipilih
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah perawat wanita dengan usia 21-40 tahun
karena pada usia tersebut wanita sudah mempunyai pilihan struktur kehidupan
yang mantap, baik dalam kehidupan berkeluarga maupun kehidupan dalam dunia
kerja, selain itu subyek haruslah sudah menikah dengan mempertimbangkan
faktor sudah memiliki anak dengan alasan subyek mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai ibu rumah tangga di luar tugasnya sebagai perawat, hal ini dapat
menunjukkan bahwa wanita mengalami sendiri konflik tersebut.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan
konflik peran ganda pada perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya?”
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri
dengan konflik peran ganda pada perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
Manfaat Teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
mengembangkan teori dan memberikan informasi serta pengetahuan tentang
wanita yang bekerja, khususnya tentang wanita yang bekerja sebagai perawat dan
hal-hal yang terkait dengannya, sehingga akan memacu peneliti lain untuk
memperdalam dan memperbanyak penelitian-penelitian lanjutan tentang faktor-
faktor lain yang masih sangat luas sehingga penerapan teori akan semakin
menyeluruh.
Manfaat Praktis:
Manfaat praktis penelitian ini yaitu melalui hasil penelitian ini diharapkan
perawat wanita dapat mengetahui dan memahami mengenai hubungan antara
konsep diri dengan konflik peran ganda yang dialami oleh perawat wanita,
sehingga perawat wanita bisa mengantisipasi konflik peran ganda yang muncul
dengan memiliki konsep diri positif.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Konflik Peran Ganda
2.1.1. Pengertian Konflik
Konflik (berasal dari kata con-fligure, conffictum yang artinya berbenturan),
yaitu semua bentuk benturan, tabrakan, ketidak sesuaian, pertentangan,
perkelahian, oposisi dan interaksi-interaksi yang antagonistis, bertentangan
(Kartini Kartono, 1994:328).
Menurut Coleman (1970), konflik adalah suatu pertentangan antara dua (atau
lebih) ambisi atau dorongan atau keinginan yang sifatnya berlawanan. Masing-
masing dorongan itu merupakan suatu keinginan yang sama-sama menarik atau
sama-sama tidak menarik, sehingga pilihan menjadi tidak mudah, sulit dan bahkan
mungkin tidak memilih (dalam Indra & Hidayat, 1995:29).
Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidak cocokkan antara nilai-nilai
atau tujuan yang ingin dicapai baik yang ada dalam diri individu maupun
hubungannya dengan orang lain (Killman & Thomas, 1978 dalam Wijono,
1993:4).
2.1.2. Peran Dalam Rumah Tangga
Tiap individu memiliki peran masing-masing dalam kehidupannya. Dalam
menjalankan perannya, individu selalu dituntut untuk berperilaku sosial sesuai
dengan harapan dan norma dalam masyarakat yang digunakan untuk pedoman
mengatur perilaku individu dalam bermacam-macam situasi sosial, termasuk
situasi sosial yang dihadapi wanita dalam perannya di sektor domestik. Peran
yang dijalankan wanita di sektor domestik sebagai ibu rumah tangga memiliki
karakteristik tugas dan tanggung jawab yang telah diatur oleh norma yang ada di
sekitar wanita.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2006:253-255), sebagai seorang istri, wanita
memiliki peran membantu suami dalam menentukan nilai-nilai yang akan menjadi
tujuan hidup yang mewarnai hidup sehari-hari dan keluarga, yaitu:
1. Menjadi kekasih suami.
2. Menjadi pengabdi dalam membantu meringankan beban suami.
3. Menjadi pendamping suami, bila perlu membina relasi-relasi dalam
pelaksanaan tanggung jawab sosial, menghadapi, mengatasi masalah baik
diatasi sendiri atau bersama-sama dengan suami.
4. Menjadi manajer keuangan yang dilimpahkan oleh suami.
Sedangkan peranan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga adalah:
1. Mengatur seluruh kehidupan dan kelancaran rumah tangga.
2. Mengatur dan mengusahakan suasana rumah yang nyaman.
Peran wanita sebagai ibu bagi anak-anaknya:
1. Menjadi model tingkah laku anak yang mudah diamati atau ditiru.
2. Menjadi pendidik, memberi pengarahan, dorongan dan contoh bagi anak untuk
berperilaku.
3. Menjadi konsultan, memberi nasehat, pertimbangan, pengarahan dan
bimbingan.
4. Menjadi sumber informasi, memberikan pengetahuan, pengertian dan
penerangan.
Peran yang ada pada wanita menurut Wolfman (1989:2-15;31) berasal dari
beberapa sumber diantaranya adalah:
1. Para ibu atau pembimbing wanita
Kaum wanita memperoleh contoh-contoh dari para ibu atau terkadang mereka
memperoleh contoh dari nenek mereka yang memikul banyak tanggung jawab
dimana para ibu bertanggung jawab atas rumah, hidangan, makan, perawatan
umum seluruh keluarga. Kebanyakan para wanita tidak belajar sejak dini apa yang
diharapkan dari mereka dengan cara bertindak sebagai anak perempuan seperti
berperilaku hormat, sopan dan memperhatikan tugas-tugas kewanitaan.
2. Dari segi keagamaan
Kaum wanita memperoleh pengarahan tentang peran-peran yang berdasarkan
tradisi. Kaum wanita diberitahukan bahwa mereka seharusnya bersahaja dan
hormat seperti yang tercantum dalam kitab suci agamanya.
3. Kebudayaan populer (musik, film, bacaan-bacaan yang ada dalam masyarakat
kita)
Dari kebudayaan populer itulah masyarakat belajar secara tidak langsung
mengenai peran-peran wanita. Sebagai contohnya dalam film biasa diperlihatkan
seorang wanita yang sudah menjadi ibu mengurus rumah dengan baik, memasak
dan mengurus anak-anak.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran wanita dalam
rumah tangga adalah menjadi pendamping suami, mengatur keuangan keluarga,
mengatur segala kegiatan rumah tangga, mengurus segala keperluan keluarga,
termasuk kebutuhan anak dan suami serta mengatur dan mengusahakan suasana
rumah yang nyaman, mendidik dan mengasuh anak.
Pengertian Konflik Peran Ganda
Peran atau role dijelaskan oleh Biddle (dalam Neumann, 1984: 18 dan
1999:81) sebagai perangkat perilaku yang disetujui secara sosial, ditetapkan serta
diterima sebagai sebuah norma. Peran juga merupakan harapan orang lain tentang
perilaku yang tepat terhadap posisi yang disandangnya (Muchinsky, 2000:253).
Biddle dan Thomas (dalam Sarwono, 2002:216-220) menjelaskan beberapa
istilah tentang perilaku yang dikaitkan dengan peran dan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Expectation, yaitu harapan orang lain tentang perilaku yang pantas dan
semestinya ditampakkan seseorang yang mempunyai peran tersebut.
2. Norm, yaitu harapan yang terselubung dari masyarakat walaupun tidak
diungkapkan, tetapi tetap ada.
3. Performance, atau disebut sebagai perilaku nyata yang menurut Sarbin (1966)
dikenal dengan role enactment yang diukur berdasarkan keterlibatan diri
dalam peran.
4. Penilaian dan sanksi yang didasarkan pada harapan masyarakat atau orang lain
tentang norma sehingga akan diberikan kesan positif berupa penilaian dan
kesan negatif (sanksi) yang datang dari lingkungan eksternal (orang lain) atau
internal yaitu diri sendiri.
Masing-masing peran dihubungkan dengan perilaku yang diharapkan dan
kadang-kadang seseorang mengalami konflik antara dua atau lebih peran yang
dilakukan secara bersamaan. Katz dan Kahn (dalam Jones, dkk, 2001:201)
menyebut konflik peran ganda sebagai reaksi yang terjadi secara bersama
berkaitan dengan pemenuhan berbagai peran, yang disebabkan karena adanya
konflik batin antara harapan dan sikap seseorang dengan perannya yang juga
merupakan harapan orang lain tentang perilaku yang tepat terhadap posisi yang
disandangnya (Peterson, 1996:527).
Dari definisi tentang konflik peran ganda dapat disimpulkan bahwa konflik
peran ganda adalah ketegangan, kecemasan serta perasaan gelisah yang timbul
akibat pelaksanaan dua peran atau lebih, yang pemenuhan peran-peran tersebut
saling terkait dan saling mempengaruhi, ditunjukkan dengan pemenuhan peran
yang satu mempersulit pemenuhan peran yang lain.
2.1.4. Dimensi Konflik Peran Ganda
Greenhaus & Beutell (dalam Rusita, 2005: 15) membagi konflik peran ganda
yang bersangkut paut dengan wanita yang bekerja menjadi dua dimensi, yaitu:
1. Konflik dari pekerjaan yang mempengaruhi keluarga (Work Interfering with
Family = WIF) yaitu pemenuhan peran dalam pekerjaan dapat menimbulkan
kesulitan pemenuhan peran dalam keluarga.
2. Konflik dari keluarga yang mempengaruhi pekerjaan (Family Interfering with
Work = FIW) yaitu pemenuhan peran dalam keluarga dapat menimbulkan
kesulitan pemenuhan peran dalam pekerjaan.
2.1.5. Tipe Konflik Peran Ganda
Greenhaus dan Beutell (dalam Jones & Bright, 2001:202) merumuskan tiga
jenis tipe konflik peran ganda, yaitu:
1. Time-based conflict, yaitu ketegangan, kecemasan serta perasaan gelisah yang
timbul akibat keterbatasan waktu yang dimiliki pelaku peran ganda, waktu yang
digunakan untuk pekerjaan sering kali berakibat terbatasnya waktu untuk
keluarga, demikian sebaliknya. Dapat dicontohkan: ” Saya merasa bersalah karena
pulang lebih awal dari jam kerja sebab masih ada pekerjaan lain yang menunggu
di rumah.”. Atau ”Ada perasaan cemas ketika harus menitipkan anak untuk diasuh
orang lain, karena saya harus bekerja”.
2. Strain – based conflict, yaitu ketegangan, kecemasan serta perasaan gelisah
yang timbul akibat tekanan dalam satu peran yang akhirnya mempengaruhi
kinerja peran yang lain. Setiap peran memiliki tugas dan tanggung jawab masing-
masing. Pada tiap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut selalu saja
timbul permasalahan, baik permasalahan yang timbul karena faktor internal
seperti keletihan, kesedihan, emosi yang meningkat dan lain sebagainya, maupun
dari faktor eksternal seperti perbedaan pendapat, overload pekerjaan,
permasalahan interpersonal, dan lain-lain. Timbulnya permasalahan yang
demikian pada salah satu peran dapat memunculkan ketegangan yang kemudian
mempengaruhi kinerja pelaksanaan peran lain. Dicontohkan: ”Saya sulit bersantai
saat bersama anak-anak bila masih ada pekerjaan kantor yang belum selesai.”
Atau sebaliknya ” Saya mendapat kabar anak sakit, saya menjadi cemas dan
kurang fokus dalam bekerja karena ingin segera pulang melihat kondisi anak”.
3. Behaviour – based conflict, yaitu ketegangan, kecemasan serta perasaan gelisah
yang timbul akibat adanya kesulitan melakukan perubahan perilaku dari peran
yang satu ke peran lain. Perilaku yang tepat untuk suatu peran belum tentu tepat
untuk peran lain. Misal, sebagai seorang ibu diharapkan memiliki figur yang
lembut, perhatian, penuh kasih sayang, dan pengertian. Berbeda dengan figur
sebagai ibu, saat bekerja di kantor seorang wanita diharapkan dapat bersikap
profesional dan objektif. Ketidakmampuan wanita untuk mengubah perilaku dari
peran satu ke peran yang lain membuat wanita mengalami kebingungan,
ketidaktepatan dalam bersikap pada suatu peran, dan rasa tertekan. Dapat
dicontohkan: ”Sikap tegas di rumah sama seperti sikap tegas di kantor, namun hal
itu membuat saya sulit bercengkrama dengan anak-anak”. Atau ”Sikap penurut
saya pada suami, mempersulit saya mengambil keputusan ketika bekerja di
kantor”.
2.1.6. Resiko Konflik Peran Ganda
Resiko yang akan dihadapi oleh ibu yang berperan ganda akan berbeda
dengan ibu yg hanya mengurusi keluarganya. Resiko yang umum dihadapi dalam
konflik peran ganda menurut Amran (1994:4) adalah:
1. Terabaikannya keluarga.
2. Terkurasnya tenaga dan pikiran
3. Sulitnya menghadapi konflik peran antara kedudukan sebagai ibu rumah tangga
dan sebagai pekerja
4. Timbulnya stress dan beban pikiran.
5. Berkurangnya waktu untuk diri sendiri.
2.1.7. Sebab-Sebab Konflik Peran Ganda
Dalam beberapa tahun ini penelitian konflik peran lebih dikhususkan pada
konflik pekerjaan dan keluarga, dimana ada beberapa hal yang menjadi penyebab
potensialnya yaitu, pertambahan jumlah wanita yang bekerja dan pembagian
peran yang tidak jelas antara laki-laki dan wanita terutama yang sudah menikah
serta adanya seseorang yang juga melaksanakan pekerjaan di rumah sehingga
terdapat pengaburan antara peran seseorang dalam rumah tangga dan
pekerjaannya. Tekanan dalam mengelola peran semakin berat ketika tanggung
jawab konflik pekerjaan dan keluarga lebih berat dan pekerjaan dirasakan sebagai
kesempatan bukan hanya sebatas mendapat imbalan (Jones & Bright, 2001:202).
Rabinowitz dan Stumpf (dalam Peterson, 1996:527) menjelaskan beberapa
faktor penyebab konflik peran yang terjadi secara internal pada wanita yang
bekerja, diantaranya adalah:
1. Person – role clash, yaitu wanita yang merasa bahwa pekerjaannya akan
menimbulkan perasan bersalah atas perannya.
2. Internal conflict, yaitu wanita yang merasa peran yang dilakukan membentuk
konflik dengan orang lain yang terkait dengan dirinya.
3. Person – person clash, yaitu wanita yang merasa tidak mampu menjalankan
keinginan lebih banyak orang karena keterbatasannya.
4. Role – role clash, yaitu wanita yang menginginkan dirinya untuk melakukan
sesuatu tapi tidak mendapatkan kesempatan.
Permasalahan yang dialami para wanita yang memiliki peran ganda
cenderung hampir sama. Berbagai hambatan dan kesulitan yang dihadapi juga
berasal dari sumber-sumber yang hampir sama. Menurut Rini (2002:1-2) faktor-
faktor yang biasanya menjadi sumber persoalan bagi wanita yang menjalankan
peran ganda, antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal yang dianggap mempengaruhi konflik peran ganda yaitu
persoalan yang timbul dalam diri pribadi wanita yang bersangkutan. Adanya
diantara para wanita yang bekerja di luar rumah bukan karena keinginan pribadi,
tetapi karena tuntutan ekonomi. Kondisi tersebut mudah menimbulkan stres dan
cenderung merasa lelah (terutama secara psikis) karena seharian memaksakan diri
bertahan di tempat kerja. Kemampuan manajemen diri dan waktu turut
mempengaruhi timbulnya konflik peran ganda, mengingat tugas dan tanggung
jawab wanita bukan hanya untuk keluarga tetapi juga untuk pekerjaan di kantor.
Wanita yang tidak memiliki manajemen diri dan waktu yang baik maka cenderung
mengalami konflik karena ketidakmampuan mengatur waktu, tenaga, pikiran
maupun komitmen sehingga membuat wanita tidak dapat bekerja secara maksimal
pada salah satu peran atau kedua peran yang dijalani.
2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud faktor eksternal adalah permasalahan yang timbul dari luar
pribadi wanita yang bersangkutan yang kemudian mempengaruhi wanita tersebut
dalam menjalankan peran gandanya. Faktor eksternal yang dimaksud antara lain:
a. Dukungan Suami
Dukungan suami dapat diartikan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang
ditunjukkan dalam bentuk kerjasama yang positif, ikut membantu menyelesaikan
pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-anak serta memberikan
dukungan moral dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istri. Dukungan
suami yang demikian sangat dibutuhkan oleh wanita yang bekerja, namun
kenyataan di Indonesia yang masih sangat terpengaruh kuat oleh sistem
paternalistik dimana terdapat pemahaman bahwa pria tidak boleh mengerjakan
pekerjaan wanita termasuk mengurus rumah tangga, membuat tugas dan tanggung
jawab wanita yang bekerja di luar rumah semakin berat. Keadaan yang demikian
akan menjadi sumber tekanan yang berat bagi wanita, dan wanita yang
bersangkutan akan sulit merasakan kepuasan dalam bekerja. Selain itu, kurangnya
dukungan suami membuat peran wanita di rumah menjadi tidak optimal karena
terlalu banyak pekerjaan yang harus dikerjakan di rumah padahal merasa lelah
sesudah bekerja di kantor. Hal tersebut berakibat timbulnya rasa bersalah karena
merasa tidak dapat menjadi ibu dan istri yang baik.
b. Kehadiran anak
Masalah pengasuhan anak pada umumnya dialami oleh para wanita bekerja
yang mempunyai anak kecil atau balita. Semakin kecil usia anak maka semakin
besar tingkat stres yang dirasakan. Rasa bersalah karena meninggalkan anak untuk
bekerja seharian merupakan persoalan yang sering dipendam oleh para wanita
yang bekerja.
c. Masalah pekerjaan
Pekerjaan dapat menjadi sumber ketegangan stress yang besar bagi para
wanita bekerja. Hal yang dapat menjadi sumber ketegangan tersebut, antara lain:
peraturan kerja yang kaku, atasan yang kurang bijaksana, beban kerja yang berat,
rekan-rekan kerja yang sulit bekerjasama, waktu kerja yang panjang, atau
ketidaknyamanan psikologis yang dialami akibat dari problem sosial-politik di
tempat kerja. Situasi yang demikian akan membuat wanita menjadi lelah, padahal
kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis
dan fisik yang dialami kemudian dapat membuat wanita cenderung lebih sensitif
dan emosional, baik terhadap anak maupun suami.
3. Faktor Relasional
Waktu yang dimiliki wanita yang bekerja di luar rumah lebih terbatas
dibandingkan dengan wanita yang hanya menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya.
Hal tersebut yang dapat memicu masalah kebersamaan dengan suami dan anak-
anak. Kebersamaan dengan suami dalam suasana rileks, santai dan hangat
merupakan kegiatan penting yang tidak bisa diabaikan untuk membina,
mempertahankan dan menjaga kedekatan relasi serta keterbukaan komunikasi satu
dengan yang lain. Adanya keterbatasan waktu untuk keluarga, tidak jarang
membuat wanita merasa bahwa dirinya tidak bisa berbicara secara terbuka dengan
suami, bertukar pikiran, mencurahkan pikiran dan perasaan, atau merasa suami
tidak lagi mengerti dirinya, dan pada akhirnya akan memunculkan peluang
munculnya ketegangan dalam diri wanita yang bersangkutan. (http:/www.e-
psikologi.com/dewasa/160502.htm)
Menurut Shaw dan Castanzo (dalam Soeharto, 2004) dalam menjalankan
perannya, individu selalu dituntut untuk berperilaku sosial sesuai dengan harapan
dan norma dalam masyarakat yang digunakan untuk pedoman mengatur perilaku
individu dalam bermacam-macam situasi sosial, termasuk situasi sosial yang
dihadapi wanita dalam perannya di sektor domestik sebagai ibu rumah tangga
memiliki karakteristik tugas dan tanggung jawab yang telah diatur oleh norma
yang ada di sekitar wanita.
Pendapat lain dinyatakan Hoffman dan Nye (1984:40-60) bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda wanita sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal, yakni terdiri dari:
a. Finansial
Finansial (uang) yang diperoleh wanita dari hasil bekerja di sektor publik
sebagai karyawati merupakan uang pribadi, sehingga wanita merasa mempunyai
keleluasaan dan kebebasan untuk menggunakannya. Selain itu, uang tersebut juga
memberikan kontribusi untuk ikut membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga
selain kepala rumah tangga (suami), membuat peran wanita menjadi penting.
Tuntutan peran di sektor publik yang muncul dari perusahaan maupun dalam diri
wanita itu sendiri membuat wanita harus dapat mencurahkan tenaga, pikiran,
maupun komitmen sebagai karyawati, namun di sisi lain tetap tidak mengabaikan
peran di sektor tradisional sebagai ibu rumah tangga. Keadaan demikian yang
memungkinkan konflik peran ganda pada wanita.
b. Peningkatan standar hidup keluarga
Peningkatan kebutuhan dan fasilitas keluarga membutuhkan biaya ekstra.
Untuk menyediakan biaya ekstra tersebut keluarga membutuhkan adanya
penghasilan tambahan di luar penghasilan tetap kepala keluarga (suami), yakni
pemasukan dari ibu yang bekerja. Terlebih wanita pada umumnya memiliki naluri
keibuan yakni ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, sehingga tidak
jarang ditemui wanita yang bekerja karena ingin memberikan fasilitas yang
terbaik bagi keluarga, khususnya anak.
Wanita bekerja di luar rumah secara tidak langsung akan mengalami
pembagian waktu, tenaga, pikiran, serta perhatian antara keluarga dengan
pekerjaan di kantor. Adanya pembagian waktu, tenaga, pikiran, serta perhatian
yang sedemikian akan berpotensi berkurangnya waktu serta perhatian yang
diberikan wanita kepada keluarga khususnya anak sehingga berakibat munculnya
konflik peran (Greenhaus dan Beutell, dalam Jones & Bright, 2001:202). Apabila
keadaan ini terjadi maka bertentangan dengan tujuan awal wanita bekerja yaitu
salah satunya ingin memberikan fasilitas yang terbaik bagi keluarga khususnya.
2. Faktor Internal
Faktor internal yang dimaksud yaitu kepribadian. Kepribadian diartikan
sebagai organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan
tingkah laku, pemikiran serta penyesuaian diri yang khas dan unik terhadap
lingkungan (Allport, dalam Koswara, 1991:11). Dalam kepribadian terdapat sifat
unik dan khas yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja, serta
mempengaruhi sikap wanita dalam menghadapi peran gandanya (Hoffman dan
Nye, 1984:40-60); sebab dalam kepribadian meliputi kebutuhan untuk berprestasi,
kesadaran akan kepemilikan kompetensi, dan menentukan sikap terhadap peran
yang khas dan unik pada tiap individu. Oleh sebab itu, walau diketahui berada
pada situasi, tingkat pendidikan, sumber pemasukan, kesempatan kerja dan
memiliki anak yang usianya hampir sama, hal yang mempengaruhi munculnya
atau tidak munculnya konflik peran ganda pada wanita salah satunya yakni
kepribadian.
Kepribadian wanita dewasa terbentuk melalui konsep diri, hal tersebut sesuai
pernyataan Rogers (dalam Davidoff, 1991:156) menyatakan bahwa konsep diri
(self concept) juga merupakan salah satu unsur dari kepribadian. Pada umumnya
orang dewasa normal mengerti serta menyadari apa yang dikerjakan dan mengapa
sesuatu hal tersebut dikerjakan, hal tersebut merupakan gambaran kepribadian
orang dewasa yang ideal. Salah satu faktor seseorang dapat dikatakan memiliki
kematangan atau kedewasaan penuh yaitu melalui self objectification (objektivitas
diri) berupa insight. Adapun yang dimaksud insight disini yaitu kecakapan
seseorang untuk mengenal dan mengerti dirinya sendiri (Sujanto, dkk.,2001).
Kecakapan mengenal dan mengerti dirinya sendiri diperoleh melalui konsep diri.
Melalui konsep diri individu akan memiliki evaluasi, penilaian atau penaksiran
individu mengenai dirinya sendiri (Chaplin, 2004:450).
Melalui hal tersebut, individu akan memperoleh pengetahuan tentang dirinya
sendiri yang meliputi kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki sehingga lebih
lanjut memperoleh gambaran mengenai kebutuhan untuk berprestasi, kesadaran
akan kepemilikan kompetensi, dan menentukan sikap terhadap pesan yang
merupakan bagian dari kepribadian serta turut mempengaruhi keputusan wanita
untuk bekerja, serta mempengaruhi sikap wanita dalam menghadapi peran
gandanya.
Berpijak pada uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya
konflik peran ganda pada wanita dipengaruhi oleh faktor eksternal yang terdiri
dari finansial, peningkatan standar hidup, serta faktor internal yaitu kepribadian.
Pendapat lain juga menyatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi munculnya
konflik peran ganda pada wanita, antara lain: faktor internal, faktor eksternal, dan
faktor relasional. Melalui dua pendapat di atas telah diuraikan bahwa dalam faktor
internal yakni kepribadian yang mempengaruhi munculnya konflik peran ganda
tersebut di dalamnya dipengaruhi oleh konsep diri yang merupakan variabel bebas
dalam penelitian ini.
Konsep diri dipilih sebagai variabel bebas dalam penelitian ini karena konsep
diri turut mempengaruhi terjadinya konflik peran ganda. Selain hal tersebut,
menurut Rini (2002:1-2) bahwa masalah-masalah rumit yang dialami individu
seing bahkan hampir semua berasal dari problem konsep diri. Lebih lanjut Fitts
(dalam Agustiani, 2006:138) menyatakan bahwa konsep diri merupakan aspek
penting dalam diri seseorang, karena konsep diri merupakan kerangka acuan
(frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan, termasuk lingkungan
tempat tinggal menjalankan peran gandanya, yakni lingkungan keluarga dan
lingkungan tempat kerja.
2.2. Konsep Diri
2.2.1. Pengertian Konsep Diri
Berbagai tokoh berusaha menjelaskan definisi mengenai konsep diri
berdasarkan pandangannya masing-masing.
Konsep diri merupakan evaluasi, penilaian atau penaksiran individu
mengenai dirinya sendiri (Chaplin, 2004:450).
Menurut Burns (Pujijogyanti, 1993:2), konsep diri adalah hubungan antara
sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri.
Menurut Roger (dalam Alwisol, 2007:322), konsep diri menggambarkan
persepsi orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi
bagian dari dirinya sendiri dan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai
perannya dalam kehidupan dan hubungan interpersonal.
Menurut Joan Rais (Gunarsa & Gunarsa, 2006:237), konsep diri adalah
merupakan pendapat kita mengenai diri sendiri dan hanya terdapat dalam pikiran
seseorang dan bukan dalam realitas yang konkrit. Namun konsep diri mempunyai
pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan oleh
seseorang.
Menurut William D. Brooks (dalam Rakhmat, 2008:99-100) mengatakan
bahwa konsep diri merupakan persepsi fisik, sosial dan psikologis tentang dirinya
yang berasal dari pengalaman dan interaksinya dengan orang lain.
Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif tetapi juga penilaian
seseorang tentang dirinya. Konsep diri mencakup seluruh pandangan individu
akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, kelemahannya, kepandaiannya,
motivasinya, kegagalannya dan lain sebagainya. Jadi konsep diri merupakan
jumlah total keyakinan individu mengenai atribut personalnya (Brehm & Saul,
1996:41).
Fitss (dalam Agustiani, 2006:138) mengemukakan bahwa konsep diri
merupakan kerangka acuan (frame reference) dalam interaksi dengan lingkungan
dan aspek penting dalam diri seseorang. Secara fenomenologis, ketika individu
mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan
penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu
kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri
untuk melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia di luar dirinya.
Dari berbagai definisi tentang konsep diri, dapat disimpulkan bahwa konsep
diri adalah penggambaran seseorang terhadap dirinya sendiri mengenai kondisi
fisik, sosial, psikologisnya, serta mendapat tambahan pengaruh berdasarkan
persepsi (sudut pandang) dari orang yang melakukan hubungan interpersonal
dengan dirinya, yang kemudian mempengaruhi terbentuknya kepribadian dan
selanjutnya mengarahkan individu pada kemampuan mengatasi lingkungannya.
2.2.2. Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan
faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan
dengan individu lain. Dalam interaksi ini, setiap individu akan menerima
tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan cermin bagi
individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Jadi, konsep diri
terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu lain (Pudjijogyanti,
1993:12).
Pada dasarnya, konsep diri itu tersusun atas tahapan-tahapan. Yang paling
dasar adalah konsep diri primer, dimana konsep ini terbentuk atas dasar
pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan keluarga.
Pengalaman-pengalaman yang berbeda yang ia terima melalui anggota keluarga,
dari orangtua, nenek, kakek, paman, bibi, ataupun misalnya saudara-saudara
lainnya. Konsep tentang bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan
antara dirinya dengan saudara-saudara yang lainnya. Sedang konsep tentang
bagaimana perannya, aspirasi-aspirasinya ataupun tanggung jawabnya dalam
kehidupan ini, banyak ditentukan atas dasar didikan ataupun tekanan-tekanan
yang datang dari orangtuanya.
Setelah anak bertambah besar, ia mempunyai hubungan yang lebih luas
daripada hanya sekedar hubungan dalam lingkungan keluarganya. Ia mempunyai
lebih banyak teman, lebih banyak kenalan dan sebagai akibatnya, ia mempunyai
lebih banyak pengalaman. Akhirnya, anak akan memperoleh konsep diri yang
baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan keluarganya. Ia
menghasilkan suatu Konsep Diri Sekunder.
Bagaimana konsep diri sekunder ini terbentuk, banyak ditentukan pula oleh
bagaimana konsep diri primer-nya. Jadi apabila konsep diri primer yang dipunyai
seseorang adalah bahwa ia tergolong sebagai orang yang pendiam, penurut, tidak
nakal atau tidak suka untuk membuat keributan, maka ia akan cenderung untuk
memilih teman bermain yang sesuai dengan konsep diri yang sudah dipunyainya
itu dan teman-teman barunya itulah yang nantinya menunjang terbentuknya
konsep diri sekunder (Gunarsa & Gunarsa, 2006:238-239).
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Lovinger (dalam Anastasi & Urbina, 1997:455), aspek-aspek yang
dapat mempengaruhi konsep diri adalah sebagai berikut:
1. Usia
Konsep diri terbentuk secara bertahap. Ketika masih bayi, seorang bayi
membentuk pandangan yang masih kabur tentang dirinya sebagai seorang
individu. Pada usia 6-7 tahun, batas-batas dari diri individu mulai menjadi lebih
jelas sebagai hasil eksplorasi dan pengalaman dengan tubuhnya sendiri. Masa
anak pertengahan dan akhir, anak makin mengidentifikasi diri dengan anak-anak
seusianya dan mengadopsi bentuk-bentuk tingkah laku dari kelompok teman
sebaya dari jenis kelamin yang sama. Selama masa akhir anak konsep diri yang
terbentuk sudah agak stabil. Ketika masa remaja mulai terarah pada pengaturan
tingkah laku mereka sendiri. Nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan bagian
dari konsep diri pada akhir masa remaja cenderung menetap dan relatif merupakan
pengatur tingkah laku yang bersifat permanen. Pada usia 25-30 tahun biasanya
ego orang dewasa sudah terbentuk dengan lengkap dan konsep diri menjadi
semakin sulit berubah (Agustiani, 2006: 143-144).
2. Intelegensi
Berpengaruh pada penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan, orang
lain, dan dirinya sendiri. Adanya usaha untuk menyesuaikan diri dengan harapan
sosialnya, jika ingin diterima oleh lingkungannya. Kesadaran akan hal tersebut
akan berpengaruh pada konsep dirinya. Makin tinggi taraf intelegensi yang
dimiliki seseorang maka makin baik dan mampu ia untuk bereaksi terhadap
rangsangan lingkungan dengan cara-cara yang dapat diterimanya.
3. Pendidikan
Pengaruh pendidikan pada konsep diri dipengaruhi oleh pendidikan yang
ditempuh oleh keluarga dan teman-temannya. Apabila lingkungannya rata-rata
berpendidikan tinggi maka akan meningkatkan prestise. Prestise ini akan
mengubah konsep diri yang dimiliki individu.
4. Status sosial ekonomi
Individu yang mempunyai status sosial ekonomi lebih tinggi cenderung
mengembangkan konsep diri positif karena lebih mudah diterima oleh
lingkungannya, demikian pula sebaliknya.
Menurut Fitts (1971, dalam Agustiani 2006:139), konsep diri seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan
positif dan perasaan berharga.
2. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.
3. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang
sebenarnya.
2.2.4. Kualitas Konsep Diri
Dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, persepsi, nilai, sikap dan
kepercayaan individu akan dipengaruhi oleh kualitas konsep diri yang dipunyai
individu tersebut. Rakhmat (2008:105) mengungkapkan bahwa kualitas konsep
diri pada individu dibagi menjadi dua macam, yaitu konsep diri positif dan konsep
diri negatif.
Menurut Brooks dan Emmert dalam Rakhmat (2008:105-106), ada lima ciri
orang yang memiliki konsep diri negatif, yaitu:
1. Peka terhadap kritik
Individu ini sangat tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya, dan mudah
marah atau naik pitam. Bagi individu ini, koreksi seringkali dipersepsikan
sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.
2. Responsif sekali terhadap pujian
Pada individu ini, segala atribut yang menunjang harga dirinya menjadi pusat
perhatiannya. Walaupun individu ini mungkin berpura-pura menghindari
pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima
pujian. Bersamaan dengan kesenangan terhadap pujian, merekapun bersikap
hiperkritik terhadap orang lain.
3. Sikap Hiperkritis
Individu ini bersikap hiperkritis terhadap orang lain. Individu selalu mengeluh,
mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Individu ini tidak pandai dan
tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan
orang lain.
4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain
Individu ini merasa tidak diperhatikan. Oleh karena itu, ia bereaksi pada orang
lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan
keakraban dalam persahabatan. Ia tidak pernah mempersalahkan dirinya,
tetapi akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak
beres.
5. Pesimis terhadap kompetisi
Individu ini enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat
prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang
merugikan dirinya.
Sedangkan orang yang memiliki konsep diri positif, ditandai dengan lima hal,
yaitu:
1. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah.
2. Merasa setara dengan orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan, dan perilaku
yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
5. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Dalam kenyataannya memang tidak ada orang yang betul-betul sepenuhnya
memilih konsep diri positif atau negatif, karena itu efektivitas eksternal dapat
diperoleh sebanyak mungkin melalui tanda-tanda konsep diri positif. Menurut
Hamacek dalam Rakhmat (2008:106). Ada sebelas karakteristik orang yang
memiliki konsep diri positif, yaitu:
1. Ia meyakini bentuk nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia
mempertahankannya. Walaupun menghadapi pendapat kelompok kuat, tetapi
ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu bila
pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah.
2. Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah
yang berlebih-lebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak
menyetujuinya.
3. Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang
terjadi besok, apa yang telah terjadi pada waktu yang lalu, dan apa yang
sedang terjadi di waktu yang sekarang.
4. Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan
bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran.
5. Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah.
Walaupun terdapat perbedaan kemampuan tertentu, latar belakang keluarga
atau sikap orang lain terhadapnya.
6. Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi
orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.
7. Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima
penghargaan tanpa merasa bersalah.
8. Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.
9. Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan, berbagi
dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai
bahagia, dari kekecewaan mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.
10. Ia mampu menikmati dirinya sendiri secara utuh dalam berbagai kegiatan
yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan,
atau sekedar mengisi waktu.
11. Ia peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang
diterimanya, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-
senang dengan mengorbankan orang lain.
2.2.5 Aspek-Aspek Konsep Diri
Fitts (dalam Agustiani, 2006: 141-142) menyatakan ada lima aspek konsep
diri yang dapat digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya konsep diri
seseorang. Kelima aspek konsep diri tersebut, yaitu:.
a. Nilai diri fisik (physical self)
Nilai diri fisik merupakan cara pandang individu terhadap dirinya sendiri dari
segi fisik yang meliputi cara memandang tubuh, penampilan fisik, kondisi
kesehatan dan gerakan motorik. Cara individu memandang dirinya dari segi fisik
akan berkaitan dengan sikap individu terhadap caranya bekerja, dapat
dicontohkan: ”Saya merasa mempunyai wajah yang menarik”.
b. Nilai diri sosial (social self)
Nilai diri sosial yaitu cara individu merasakan dirinya mampu dan berharga
dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Dapat dicontohkan: “Saya
mudah menyesuaikan diri dalam segala situasi”.
c. Nilai diri pribadi (personal self)
Nilai diri pribadi yaitu cara individu memandang kemampuan dirinya,
menggambarkan identitas dirinya, serta mengevaluasi kepribadiannya. Individu
yang dapat menilai kemampuannya dengan baik maka senantiasa melakukan
pekerjaannya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Sebaliknya, individu yang tidak dapat mengenali kemampuannya dengan baik
maka akan kesulitan dalam melaksanakan tugas dengan maksimal karena individu
kurang mengenal sampai sejauhmana kemampuan yang dimiliki untuk
melaksanakan tugas. Dapat dicontohkan: “Saya berani menyampaikan gagasan
demi kemajuan bersama”.
d. Nilai diri keluarga (family self)
Nilai diri keluarga merupakan cara individu merasakan untuk dihargai dan
berarti bagian dari anggota keluarga serta masyarakat. Dicontohkan:”Saya selalu
dilibatkan dalam setiap kegiatan keluarga.”
e. Nilai diri moral dan etika (moral ethical self)
Nilai diri moral dan etika adalah cara pandang individu dalam konteks moral
dan etika, hubungan individu dengan Tuhan, perasaan menjadi orang baik atau
buruk, serta mengenai kepuasan atau ketidakpuasan terhadap agama yang dianut.
Dicontohkan: “Saya sudah menjalani hidup berdasarkan ajaran agama yang saya
anut”.
Ahli lain Berzonsky (1981) menyatakan bahwa dalam konsep diri terdapat
empat aspek, meliputi:
a. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang
dimilikinya, seperti tubuh, pakaian, benda yang dimilikinya, dan lain sebagainya.
Contoh, individu yang menilai dirinya memiliki penampilan yang menarik akan
merasa percaya diri.
b. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki oleh individu
terhadap dirinya sendiri. Contoh, “Saya yakin dapat melakukan pekerjaan dengan
semaksimal mungkin”.
c. Aspek sosial, meliputi bagaimana perasaan terhadap peranan sosial yang sedang
dimainkan individu tersebut. Contoh, “Saya merasa pendapat saya cukup dihargai
oleh orang-orang yang ada di sekitar”.
d. Aspek moral, di dalamnya meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti serta
arah bagi kehidupan seseorang. Dapat dicontohkan: “Saya memiliki kewajiban
untuk mengungkapkan kebenaran”.
2.2.6 Struktur Konsep Diri
Konsep diri dapat dipandang paling baik sebagai hirarki struktur dan terlihat
seperti gambar dibawah ini, dimana melukiskan global konsep diri, yang mewakili
semua kemungkinan cara individu menyusun dirinya. William James
berkontribusi dalam struktur konsep diri dengan ”arus kesadarannya”. Diri global
tersusun dari dua aspek yang saling mempengaruhi, yaitu:
a. Diri sebagai pengenal, atau I, yaitu proses yang mengalami aktif.
b. Diri sebagai Dikenal, atau Me, yaitu kadar dari pengalaman tadi.
Kadar dari pengalaman Diri sebagai Dikenal pada lain pihak merupakan
konsep ideografis, yaitu spesifik orangnya. Dengan kata lain, konsep diri
merupakan ”individu sebagai dikenal pada individu tersebut” suatu konfigurasi
yang unik. Aspek dari Diri global ini, konsep diri, atau Me, merupakan hal-hal
yang dipersepsikan oleh individu itu, konsep-konsep dan evaluasi mengenai
dirinya sendiri, termasuk gambaran dari orang lain terhadap dia rasakan dan
gambaran tentang pribadi yang dia inginkan, dipelihara dari suatu diet
pengalaman lingkungan yang dievaluasikan secara pribadi.
Semua orang yang Diri Global
sadar dapat
mengalami totalitas
dari Diri
Dua Aspek pembeda Diri sebagai Diri sebagai
dari W.James pengenal atau I pengenal atau Me
Tingkat Citra-diri atau
Idiografik gambaran (Struktur)
Masing-masing
Orang mempunyai Evaluasi Diri
sebuah perasaan harga
diri atau
dan dapat menjalankan Penerimaan
Diri (Proses)
Sikap-sikap Diri atau
Konsep Diri
Diri yang Diri lainnya atau Diri Diri Ideal atau Diri
Dikognisikan atau Diri sebagai individu yakin sebagai individu
sebagai dikenal pada orang-orang lain yang akan
Individu mempersepsikannya dijadikan
= keterangan/ penjelasan
Gambar 2.1. Struktur Konsep Diri (Burns, 1993:64-65) dengan
Penyesuaian
2.2.7. Peran Konsep Diri
Mengingat konsep diri merupakan arah dari seseorang bertingkah laku, maka
perlu dijelaskan peran penting konsep diri tersebut.
Menurut Felker (1974), ada 3 peran penting dari konsep diri, yaitu:
1. Konsep diri merupakan pemelihara keseimbangan dalam diri seseorang
manusia memang cenderung untuk bersikap konsisten dengan pandangannya
sendiri.
2. Konsep diri mempengaruhi cara seseorang menginterpretasi pengalamannya.
Hal ini tergantung dari bagaimana individu tersebut memandang dirinya.
3. Konsep diri mempengaruhi harapan seseorang terhadap dirinya. Setiap orang
mempunyai suatu harapan tertentu terhadap dirinya, dan hal itu tergantung
dari bagaimana individu itu melihat, dan mempersepsi diri sebagaimana
adanya.
Sedangkan menurut Stanford & Donovan (Kozier & Erb, 1987), pengaruh
konsep diri dalam kehidupan individu berupa:
1. dapat mempengaruhi cara berpikir dan berbicara seseorang.
2. dapat mempengaruhi cara individu melihat dunia luar.
3. dapat mempengaruhi individu dalam memperlakukan orang lain.
4. dapat mempengaruhi pilihan seseorang.
5. dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk menerima dan memberi
kasih sayang.
6. dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu.
2.3. Perawat
2.3.1. Definisi Perawat
Perawat atau nurse berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti
merawat atau memelihara, menurut Ellis dan Hartley (dalam Gaffar, 1999)
perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara,
membantu dan melindungi seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan.
Sedangkan menurut Undang-undang nomor 23 tahun 1992 perawat adalah mereka
yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindak keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan
keperawatan.
2.3.2. Fungsi perawat
Fungsi perawat dalam melaksanakan tugasnya, (Mubarak, dkk., 2006:11-12)
adalah antara lain:
1. Fungsi independent yaitu fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara
mandiri, tidak tergantung pada orang lain atau tim kesehatan lainnya. Kegiatan ini
dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat, dan perawat bertanggung jawab serta
bertanggung gugat atas rencana dan keputusan tindakannya. Contoh tindakan
perawat dalam menjalankan fungsi independent adalah:
1. pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasien atau keluarganya dan
menguji secara fisik untuk menentukan status kesehatan;
2. mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin dilakukan untuk
memelihara atau memperbaiki kesehatan;
3. membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari;
4. mendorong pasien untuk berperilaku secara wajar.
2. Fungsi dependent yaitu kegiatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang
perawat atas instruksi dari tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, radiologi dan
lainnya).
3. Fungsi interdependent yaitu fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling
ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan.
2.3.3. Peran Perawat
Dalam melaksanakan pekerjaannya seorang perawat memiliki 4 peran,
(Praptianingsih, 2006:34-36) yaitu:
a. Perawat sebagai pelaksana:
Perawat baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien individu, keluarga, ataupun masyarakat. Sebagai
pelaksana perawat bertindak sebagai comforter (mengupayakan keamanan dan
kenyamanan pasien), protector dan advocat (berupaya melindungi pasien,
mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan
kesehatan), communicator (bertindak sebagai mediator antara pasien dengan
anggota tim kesehatan), serta rehabilitator (mengembalikan fungsi organ atau
bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal). Peran perawat sebagai
communicator ini terkait dengan keberadaan perawat yang mendampingi pasien
selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sementara itu, perawat berperan sebagi
rehabilisator karena tujuan pemberian asuhan keperawatan adalah
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi
normal. Perawat membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan
tubuhnya.
Peran perawat sebagai pelaksana dapat bertindak lebih efektif dan efisien
sehingga tujuan asuhan keperawatan tercapai, maka perawat harus melaksanakan
proses asuhan keperawatan yang terdiri dari assesment, diagnosis, planning,
implementation, dan evaluation. Dalam menjalankan peran inilah perawat
berhubungan langsung dengan pasien selama 24 jam. Oleh karena itulah perawat
rentan terhadap kesalahan dan kelalaian yang menimbulkan tuntutan
pertanggungjawaban dan tanggung gugat manakala pasien dan atau keluarganya
tidak bisa menerima kegagalan upaya pelayanan kesehatan yang sudah dilakukan
terhadap pasien.
b. Perawat sebagai pendidik:
Perawat memberikan penyuluhan kepada klien yang berada di bawah
tanggung jawabnya. Dengan penyuluhan yang tepat, asuhan keperawatan akan
mendapat hasil yang lebih baik.
c. Perawat sebagai pengelola:
Peran ini dimiliki perawat dengan jabatan struktural dalam rumah sakit.
Perawat harus memantau dan menjamin kualitas asuhan keperawatan serta
mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan.
d. Perawat sebagai peneliti:
Dalam upaya untuk ikut berperan serta dalam mengembangkan body of
knowledge keperawatan, maka perawat harus mempunyai kemampuan untuk
melakukan penelitian di bidangnya. Dengan kemampuan meneliti, perawat akan
dapat mengidentifikasi masalah keperawatan, menerapkan prinsip dan metode
yang tepat. Hasil penelitian akan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
dan pendidikan keperawatan.
2.3.4. Standar Profesi Perawat
Pasal 24 ayat (1) PP 23/1996 tentang Tenaga Kesehatan menentukan bahwa
perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugas
sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan. Standar profesi merupakan
ukuran kemampuan rata-rata tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya.
Sampai saat ini perawat belum mempunyai standar profesi yaang dapat
berfungsi sebagai sarana perlindungan hukum. Dengan memenuhi standar profesi
dalam melaksanakan tugasnya, perawat terbebas dari pelanggaran kode etik.
Sebagai tolok ukur kesalahan perawat dalam melaksanakan tugasnya, dapat
dipergunakan pendapat Leenen (dalam Praptianingsih, 2006:52) sebagai standar
pelaksanaan profesi keperawatan, yang meliputi:
a. Terapi harus dilakukan dengan teliti.
b. Harus sesuai dengan ukuran ilmu pengetahuan keperawatan.
c. Sesuai dengan kemampuan rata-rata yang dimiliki oleh perawat dengan kategori
keperawatan yang sama.
d. Dengan sarana dan upaya yang wajar dan sesuai dengan tujuan konkret upaya
pelayanan kesehatan yang dilakukan.
2.3.5. Standar Asuhan Keperawatan
Standar asuhan keperawatan yang disusun oleh Tim Departemen Kesehatan
Republik Indonesia diberlakukan sebagai Standar Asuhan Perawatan di Rumah
Sakit berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik nomor Y.M.
00.03.2.6.7637, pada tanggal 18 agustus 1993. Keputusan ini mengacu pada
Sistem Kesehatan Nasional dan UU 23/1992 yang pada pokoknya menentukan
antara lain bahwa tenaga kesehatan mempengaruhi keberhasilan pembangunan
pada umumnya dan pembangunan kesehatan pada khususnya, untuk itu perlu
diupayakan tenaga kesehatan yang berkualitas. Standar asuhan keperawatan terdiri
dari delapan standar yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan. Adapun
standar asuhan keperawatan adalah:
1. Standar I berisi falsafah keperawatan yang berisi nilai-nilai yang dijadikan
pedoman dan harus ada dalam pemberian asuhan keperawatan.
2. Standar II berisi tujuan asuhan keperawatan, dimana pada dasarnya tujuan
asuhan keperawatan adalah meningkatkan status kesehatan, mencegah
penyakit, memperbaiki status kesehatan, dan membantu pasien mengatasi
masalah kesehatan.
3. Standar III menentukan pengkajian keperawatan. Untuk memberikan asuhan
keperawatan yang paripurna diperlukan data yang lengkap dan dikumpulkan
secara terus-menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan.
4. Standar IV tentang diagnosa keperawatan. Diagnosis ini dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien yang dihasilkan pada fase pengkajian
untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data dianalisis dan
dibandingkan dengan norma yang berlaku dan pola fungsi kehidupan pasien.
5. Standar V tentang perencanaan keperawatan. Perencanaan keperawatan disusun
berdasarkan diagnosis keperawatan. Didalamnya menunjukkan prioritas
masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan berikut rencana
tindakan yang akan dilakukan perawat untuk mencapainya.
6. Standar VI mencakup penentuan intervensi keperawatan yang merupakan
pelaksanaan tindakan yang telah ditentukan dalam rencana keperawatan.
7. Standar VII merupakan penentuan evaluasi keperawatan yang dilakukan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini dilakukan
secara periodik, sistematis dan berencana.
8. Standar VIII mencakup pencatatan asuhan keperawatan. Setiap informasi
tentang pasien yang berkaitan dengan kondisi kesehatan, analisis perawat dan
kesimpulannya, rencana dan tujuan tindakan serta implementasi dari rencana
beserta hasilnya harus dicatat (Praptianingsih, 2006:51-62).
2.4. Masa Dewasa Awal
Subyek penelitian di sini adalah perawat wanita yang sudah menikah dan
memiliki anak yang berada dalam usia dewasa awal.
2.4.1. Pengertian Masa Dewasa Awal
Masa muda (youth) adalah istilah ahli sosiologi Kenneth Keniston untuk
periode transisi antara masa remaja dan masa dewasa yang merupakan
perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi yang sementara (Santrock, 1995: 73).
Masa dewasa atau yang dikenal dengan adult berasal dari bahasa latin
”adultus” yang memiliki arti tumbuh menjadi dewasa atau tumbuh menjadi
ukuran yang sempurna. Arti yang lain adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya dalam masyarakat bersama
dengan orang dewasa yang lainnya (Hurlock, 2004: 246).
Masa dewasa awal dimulai sejak masa transisi dari masa adolensi, dan pada
masa saat itu tugas-tugas perkembangan individu berubah menjadi tugas-tugas
perkembangan masa dewasa. Dalam masa dewasa awal ini seseorang mulai
belajar untuk mandiri, lepas dari orang tuanya.
Batasan usia dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira 40
tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai
berkembangnya kemampuan reproduktif (Hurlock, 2004: 246).
2.4.2. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal
Harapan masyarakat untuk orang dewasa awal cukup jelas digariskan dan
telah diketahui oleh mereka bahkan sebelum mereka mencapai kedewasaan secara
hukum. Pada usia itu, mereka benar-benar telah mengetahui harapan-harapan yang
ditujukan masyarakat pada mereka (Hurlock, 2004: 252).
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 2004) pada masa dewasa awal terdapat
tugas-tugas perkembangan. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal
antara lain:
1. Mulai bekerja
2. Memilih pasangan
3. Belajar hidup dengan tunangan
4. Mulai membina keluarga
5. Mengasuh anak
6. Mengelola rumah tangga
7. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara
8. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan
2.5. Hubungan antara Konsep Diri dengan Konflik Peran Ganda pada
Perawat Wanita
Profesi perawat dalam sebuah rumah sakit memiliki peranan penting. Selain
bertugas membantu pekerjaan dokter, perawat juga dihadapkan pada tanggung
jawab atas kesehatan dan kesejahteraan pasien hingga ada gambaran tentang
konsekuensi yang harus ditanggung apabila melakukan kesalahan (Andarika,
2004:2). Adanya tugas dan tanggung jawab perawat terhadap rumah sakit dan
pasien yang sedemikian besar membutuhkan adanya reaksi dan interaksi yang
tepat oleh seorang perawat. Untuk dapat bereaksi dan berinteraksi dengan tepat
pada suatu situasi maka dibutuhkan pengenalan diri yang diperoleh melalui
konsep diri. Sebab melalui konsep diri individu akan memperoleh kerangka acuan
(frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan, serta menjadi dasar
dalam menentukan tingkah laku, pemikiran, dan penyesuaian diri dalam segala
situasi (dalam Agustiani, 2006:138).
Konsep diri diartikan sebagai penghayatan individu terhadap karakteristik
”me” dan mencakup kesadaran pengenalan diri serta kemampuannya sendiri yang
akan mempengaruhi persepsinya terhadap dunia sekitar maupun perilakunya
(Rogers, dalam Davidoff, 1991:156). Begitu pula konsep diri pada perawat
mencakup kesadaran pengenalan diri dan kemampuannya sendiri yang
mempengaruhi persepsi perawat terhadap dunia sekitar serta perilakunya. Dalam
hal ini konsep diri mempengaruhi persepsi terhadap lingkungan sekitar serta
perilakunya di rumah sakit dalam perannya di sektor publik sebagai perawat dan
di rumah dalam perannya di sektor domestik ssebagai ibu rumah tangga.
Saat seorang perawat memiliki penghayatan terhadap kesadaran pengenalan
diri negatif maka memiliki kecenderungan mempersepsi lingkungan sekitar
negatif, yang kemudian lebih lanjut memunculkan perilaku negatif terhadap
pelaksanaan perannya sebagai perawat. Berbeda dengan seorang perawat yang
memiliki penghayatan terhadap kesadaran pengenalan diri dan kemampuan diri
positif maka mempengaruhi persepsi perawat menjadi positif terhadap lingkungan
sekitar, dan lebih lanjut berdampak positif pula pada perilaku perawat dalam
melaksanakan peran gandanya yang memiliki tugas dan tanggung jawab berat
(Rogers, dalam Davidoff, 1991:157).
Adanya perbedaan antara individu yang memiliki penghayatan negatif
dengan positif terhadap kesadaran pengenalan diri dan kemampuan diri, maka
memunculkan karakteristik perilaku yang berbeda pula. Menurut Hamacek dalam
Rakhmat (2008:106) menunjukkan bahwa individu dengan konsep diri positif
cenderung dicirikan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, merasa selalu dihargai
oleh orang disekitar, dapat menilai hubungan dengan dengan orang lain secara
tepat serta memiliki penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya, menurut Brooks
dan Emmert dalam Rakhmat (2008:105-106) individu dengan konsep diri negatif
dicirikan memiliki rasa percaya diri yang rendah, memiliki anggapan bahwa
dirinya kurang dianggap oleh orang sekitarnya, kurang dapat menilai hubungan
dengan orang lain secara tepat serta kurang memiliki penyesuaian sosial yang
baik.
Melalui karakteristik-karakteristik konsep diri dapat diketahui bahwa pada
situasi yang sama akan memunculkan persepsi tehadap lingkungan dan perilaku
yang berbeda antara perawat yang memiliki konsep diri positif dengan perawat
yang memiliki konsep diri negatif. Mengingat pada situasi yang dialami perawat
wanita yang memiliki peran ganda, adanya diferensiasi dalam beberapa peran
dapat menimbulkan kompetisi dalam penggunaan waktu, energi, perhatian, dan
komitmen. Perawat wanita menjalankan peran gandanya dengan bertolak ukur
pada konsep diri agar memiliki persepsi yang tepat terhadap lingkungan dan
perilaku yang sesuai terhadap peran, mengingat adanya kompetisi dalam
penggunaan waktu, energi, perhatian dan komitmen dalam melaksanakan peran
ganda. Oleh sebab itu, perawat yang berperan ganda membutuhkan adanya konsep
diri positif. Berbeda dengan perawat yang berperan ganda yang memiliki konsep
diri negatif yang kurang memiliki persepsi yang tepat terhadap lingkungan dan
perilaku terhadap perannya.
Perbedaan persepsi dan tingkah laku pada situasi yang sama antara perawat
yang memiliki konsep diri positif dengan perawat yang memiliki konsep diri
negatif tercermin dalam sifat kepribadian yang khas dan unik. Perawat yang
memiliki konsep diri positif, cenderung memiliki penilaian terhadap dirinya yang
realistis dan stabil, dan kemudian mempengaruhi pola kepribadian yang dapat
terintegrasi dengan baik. Sedangkan perawat yang memiliki konsep diri yang
negatif, cenderung memiliki penilaian terhadap dirinya yang tidak realistis dan
tidak stabil, yang kemudian mempengaruhi pola kepribadian yang terintegrasi
dengan buruk. Oleh sebab itu, dapat diartikan bahwa konsep diri selalu bekerja
dalam membentuk perilaku seseorang dan cara kerja ini terintegrasi dalam
kepribadian (Alwisol, 2007:322).
Kepribadian yang didalamnya terdapat unsur konsep diri merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda pada perawat. Kepribadian
mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja, serta mempengaruhi dalam
menghadapi peran gandanya sebab dalam kepribadian meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kesadaran akan kepemilikan kompetensi, dan menentukan sikap
terhadap peran (Hoffman dan Nye, 1984:40). Hal ini dapat diartikan bahwa
konsep diri memiliki cara kerja yang terintegrasi dalam kepribadian melalui
evaluasi, gambaran dan penaksiran mengenai dirinya sendiri,dan menjadi dasar
dalam menentukan tingkah laku, pemikiran serta penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekitar melalui kebutuhan untuk berprestasi, kesadaran akan
kepemilikan kompetensi, dan menentukan sikap terhadap peran. Oleh sebab itu,
peneliti berasumsi bahwa konsep diri cenderung berpengaruh terhadap tingkat
konflik peran ganda.
Konsep diri seseorang dapat diindikasikan berdasarkan lima aspek menurut
Fitts (dalam Agustiani, 2006:141-142) yaitu nilai diri fisik, nilai diri sosial, nilai
diri pribadi, nilai diri keluarga, serta nilai diri moral dan etika. Nilai diri fisik
merupakan cara pandang individu terhadap dirinya sendiri dari segi fisik yang
meliputi cara memandang tubuh, penampilan fisik, kondisi kesehatan dan gerakan
motorik. Melalui aspek nilai diri fisik seorang perawat wanita memiliki
pandangan mengenai kemampuan fisik. Mengingat dalam pelaksanaan peran
ganda menimbulkan kompetisi dalam penggunaan energi dan perhatian (Hamid,
2005:129). Terlebih diketahui bahwa karena pelaksanaan peran ganda membuat
wanita merasa mudah lelah (fisik dan emosional) yang akhirnya berpandangan
negatif terhadap dirinya sendiri karena tidak mampu menjalankan kedua peran
dengan maksimal. Oleh sebab itu, pandangan kemampuan fisik tersebut
digunakan sebagai tolak ukur perawat wanita dalam bersikap yang tepat agar
dapat bekerja dengan maksimal ditengah keterbatasan fisik yang dimilikinya
untuk melaksanakan peran gandanya. Perawat wanita yang tidak memiliki
pandangan kemampuan fisik dengan tepat, mengalami kesulitan dalam membagi
penggunaan energi dan perhatian pada peran di sektor domestik dan peran di
sektor publik. Ketidakmampuan perawat wanita menjalankan peran di kedua
sektor tersebut dengan baik yang kemudian memunculkan perasaan bersalah dan
ketegangan. Perasaan bersalah dan ketegangan yang berkepanjangan
mengindikasikan adanya konflik peran ganda.
Nilai diri pribadi yaitu cara individu memandang kemampuan dirinya,
menggambarkan identitas dirinya, serta mengevaluasi kepribadiannya (Fitts,
dalam Agustiani, 2006:142). Melalui evaluasi kepribadian tersebut, seorang
perawat wanita memiliki kesadaran akan kompetensi yang dimilikinya. Hal
tersebut mengingat bahwa dalam kepribadian meliputi salah satunya kesadaran
akan kepemilikan kompetensi (Hoffman dan Nye, 1984:40). Kesadaran
kepemilikan kompetensi diperoleh melalui penggambaran identitas dan evaluasi
kepribadian dilakukan guna mengetahui sikap serta perilaku apa saja yang dapat
menunjang pelaksanaan peran ganda berjalan efektif dan terhindar dari konflik
peran ganda. Selain itu, penggambaran identitas dan evaluasi kepribadian yang
kurang tepat, cenderung menyebabkan kesulitan menentukan maupun
membedakan sikap terhadap peran satu dengan peran yang lain, hal tersebut
merupakan bentuk dari konflik perilaku.
Nilai diri sosial merupakan cara individu merasakan dirinya mampu dan
berharga dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Sedangkan nilai diri
keluarga merupakan cara individu merasakan untuk dihargai dan berarti sebagai
bagian dari anggota keluarga serta masyarakat (Fitts, dalam Agustiani, 2006:142).
Melalui aspek diri sosial dan nilai diri keluarga seorang perawat memiliki
pandangan mengenai apa yang dilakukan serta bagaimana keluarga dan
lingkungan sekitar menghargainya. Seorang perawat yang tidak merasa dihargai
oleh lingkungan sekitar, dalam hal ini oleh keluarga maka berpotensi mengalami
kekecewaan dan perasaan cemas. Kekecewaan dan perasaan cemas yang terjadi di
lingkungan keluarga dan lingkungan kantor menyebabkan kebutuhan akan
berprestasi yang rendah. Kebutuhan prestasi rendah pada diri perawat wanita
tersebut menyebabkan pelaksanaan peran menjadi tidak maksimal dan muncul
keluahan dari orang-orang sekitar. Keluhan dari orang sekitar menimbulkan
kecemasan, rasa bersalah dan ketegangan dalam diri perawat wanita yang
bersangkutan. Hal yang dialami oleh perawat wanita tersebut pada salah satu
peran, akan mempengaruhi kinerja pada peran di sektor lain (Greenhaus dan
Beutell, dalam Burke, 1996: 213).
Nilai diri moral dan etika adalah cara pandang invidu dalam konteks moral
dan etika, hubungan individu dengan Tuhan, perasaan menjadi orang baik atau
buruk, serta mengenai kepuasan atau ketidakpuasan terhadap agama yang dianut
(Fitts, dalam Agustiani, 2006: 141). Cara pandangan terhadap moral dan etika erat
kaitannya dengan penilaian baik dan buruk dari masyarakat, termasuk penilaian
masyarakat terhadap peran ganda wanita. Diketahui bahwa norma yang berlaku di
masyarakat menyebutkan bila wanita berperan di sektor publik, tidak dapat
melepaskan perannya di sektor domestik sebagai ibu rumah tangga (Putri dan
Himam, 2002:51). Adanya tuntutan moral dan etika dari masyarakat untuk
melakukan kedua peran dengan sebaik-baiknya, namun terbentur adanya
kompetisi penggunaan waktu, energi, perhatian dan komitmen yang kemudian
memunculkan situasi dilematis pada perawat wanita tersebut. Situasi dilematis
tersebut lebih lanjut memunculkan konflik peran ganda, mengingat konflik peran
terjadi pada individu yang harus memenuhi dua tuntutan harapan peran yang
berbeda dan harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan (Myers, dalam
Irawaty dan Kusumaputri, 2008: 18). Kedua peran yang harus dijalankan dengan
sebaik mungkin dalam waktu yang hampir bersamaan, memunculkan keterbatasan
waktu. Waktu yang digunakan untuk pekerjaan sering kali berakibat terbatasnya
waktu untuk keluarga, demikian sebaliknya (Greenhaus dan Beutell, dalam Jones
& Bright, 2001:202).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan bahwa
konsep diri mempunyai peran yang cukup penting bagi perawat wanita untuk
bersikap, termasuk bersikap dalam menghadapi peran gandanya. Perawat wanita
yang tidak memiliki konsep diri positif cenderung menilai dirinya lebih rendah
dan kurang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hal tersebut turut
membentuk kepribadian yang terintegrasi dengan buruk, yang meliputi: kesadaran
akan kompetensi yang rendah, kebutuhan prestasi yang rendah dan kurangnya
kejelasan terhadap peran, kemudian akan mempengaruhi munculnya konflik pada
perawat wanita yang berperan ganda. Dengan demikian perawat wanita dengan
konsep diri negatif memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami konflik
peran ganda.
Dinamika psikologis antara konsep diri dengan konflik peran ganda pada
perawat dapat terlihat pada kerangka konseptual berikut:
2.6. Kerangka Konseptual
Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gam
bar 2
.2. K
erangka K
onse
ptu
al H
ubungan A
nta
ra K
onse
p D
iri D
engan K
onflik
Peran G
anda P
ada P
eraw
at W
anita
PE
RA
WA
T
WA
NIT
A
Peran:
- Ib
u R
um
ah T
angga
- Peraw
at Profe
sional
F
AK
TO
R Y
AN
G M
EM
PE
NG
AR
UH
I
- A
spek
fis
ik
-
K
eluar
ga
- P
endid
ikan
- A
spek
pri
badi
-
A
ktu
alis
asi
dir
i -
U
sia
- A
spek
so
sial
-
P
engala
man
-
Inte
legen
si
- A
spek
mora
l -
K
om
pete
nsi
-
Sta
tus
So
s-eko
d
an e
tika
K
ON
SEP D
IRI
KO
NSE
P D
IRI N
EG
AT
IF
- P
eka t
erhadap
kri
tik
- R
esp
onsi
f se
kal
i te
rhadap
puji
an
- Hiperkritis
(sel
alu
men
cela
apap
un d
an s
iap
apun)
- M
erasa
tid
ak d
isen
angi
ora
ng l
ain
- P
esim
is t
erhadap
kom
pet
ensi
KO
NSE
P D
IRI P
OSIT
IF
- Y
akin
akan k
emam
puan m
engata
si m
asal
ah
- T
idak m
enghabis
kan
wak
tu u
ntu
k m
ence
mas
kan
apa
yan
g t
erj
adi
- M
era
sa s
etara
den
gan o
rang l
ain
- M
ener
ima
puji
an t
anpa
rasa
malu
- M
am
pu m
enik
mat
i dir
inya s
eca
ra u
tuh d
alam
berb
agai
keg
iata
n y
ang m
eli
puti
pek
erja
an a
tau
perm
ain
an
- P
eka
pad
a k
ebutu
han o
rang l
ain
- M
am
pu b
erti
ndak b
erd
asar
kan
pen
ilai
an y
ang
baik
KO
NFLIK
PE
RA
N G
AN
DA
2.7. Hipotesis
Hipotesa adalah pernyataan yang masih lemah dan perlu dibuktikan
kebenarannya (Hadi, 2000:257). Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan
pustaka yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan
hipotesis:
(Ho) : Tidak ada hubungan antara konsep diri dengan konflik peran ganda pada
perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya.
(Ha) : Ada hubungan antara konsep diri dengan konflik peran ganda pada perawat
wanita Rumah Sakit Delta Surya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
penjelasan (explanatory), karena penelitian ini menyoroti hubungan antara
variabel-variabel penelitian dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Effendi, 1989:3).
Penelitian ini juga merupakan penelitian korelasional, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua fenomena atau lebih tanpa
mencari kemungkinan sebab akibat di antara dua fenomena tersebut (Arikunto,
1996:31). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini yang ingin mengetahui
hubungan antara konsep diri dengan konflik peran ganda pada perawat wanita.
3.2. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu sifat yang dapat memiliki bermacam-macam nilai atau
seringkali diartikan sebagai simbol yang padanya dapat melekatkan bilangan atau
nilai (Kerlinger, 1995:49). Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari
orang maupun obyek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:60).
Berdasarkan landasan teori dan hipotesis penelitian, maka pada penelitian ini
variabel-variabel penelitian dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang dipandang sebagai sebab kemunculan
variabel terikat yang diduga sebagai akibatnya (Kerlinger, 1995: 58). Dalam
penelitian ini, variabel independent atau variabel bebasnya adalah konsep diri.
2. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
adanya varibel bebas. Variabel ini didesain untuk mengukur efek dari variabel
bebas. Variabel ini tidak dimanipulasi, melainkan bervariasi mengikuti
perubahan atau mengikuti variasi dari variasi bebas sebagai dampak dari
manipulasi terhadap variasi tersebut (Kerlinger, 1995:59). Variabel dependent
atau terikat dalam penelitian ini adalah konflik peran ganda.
Gambar 3.1
Skema Hubungan antara Variabel X dan Variabel Y
3.3. Definisi Operasional
Agar variabel dapat diamati dan dapat diukur maka setiap konsep yang ada
dalam permasalahan atau dalam hipotesis harus disusun suatu definisi operasional
(Zainuddin, 2000:24). Definisi operasional dari variabel sangatlah penting,
terutama untuk menentukan alat atau instrumen yang akan digunakan dalam
Variabel bebas (X):
Konsep Diri
Variabel terikat (Y):
Konflik Peran
Ganda
pengumpulan data. Definisi operasional dari variabel-variabel pada penelitian ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Konsep Diri
Konsep diri adalah penggambaran seseorang terhadap dirinya sendiri
mengenai kondisi fisik, sosial, psikologisnya, serta mendapat tambahan pengaruh
berdasarkan persepsi (sudut pandang) dari orang yang melakukan hubungan
interpersonal dengan dirinya.
Indikator-indikator yang digunakan untuk pengukuran konsep diri menurut
Fitts (dalam Agustiani, 2006:139) terdiri dari:
a. Nilai diri fisik (physycal self)
b. Nilai diri sosial (social self)
c. Nilai diri pribadi (personal self)
d. Nilai diri keluarga (family self)
e. Nilai diri moral dan etika (moral ethical self)
Uraian mengenai indikator-indikator yang digunakan untuk pengukuran
konsep diri adalah sebagai berikut:
a. Nilai diri fisik (physycal self)
Nilai diri fisik merupakan cara pandang individu terhadap dirinya sendiri dari
segi fisik yang meliputi cara memandang tubuh, penampilan fisik, kondisi
kesehatan dan gerakan motorik. Cara individu memandang dirinya dari segi fisik
akan berkaitan dengan sikap individu terhadap caranya bekerja, dapat
dicontohkan: ”Saya merasa mempunyai wajah yang menarik”.
b. Nilai diri sosial (social self)
Nilai diri sosial yaitu cara individu merasakan dirinya mampu dan berharga
dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Dapat dicontohkan: “Saya
mudah menyesuaikan diri dalam segala situasi”.
c. Nilai diri pribadi (personal self)
Nilai diri pribadi yaitu cara individu memandang kemampuan dirinya,
menggambarkan identitas dirinya, serta mengevaluasi kepribadiannya. Individu
yang dapat menilai kemampuannya dengan baik maka senantiasa melakukan
pekerjaannya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Sebaliknya, individu yang tidak dapat mengenali kemampuannya dengan baik
maka akan kesulitan dalam melaksanakan tugas dengan maksimal karena individu
kurang mengenal sampai sejauhmana kemampuan yang dimiliki untuk
melaksanakan tugas. Dapat dicontohkan: “Saya berani menyampaikan gagasan
demi kemajuan bersama”.
d. Nilai diri keluarga (family self)
Nilai diri keluarga merupakan cara individu merasakan untuk dihargai dan
berarti bagian dari anggota keluarga serta masyarakat. Dicontohkan:”Saya selalu
dilibatkan dalam setiap kegiatan keluarga.”
e. Nilai diri moral dan etika (moral ethical self)
Nilai diri moral dan etika adalah cara pandang individu dalam konteks moral
dan etika, hubungan individu dengan Tuhan, perasaan menjadi orang baik atau
buruk, serta mengenai kepuasan atau ketidakpuasan terhadap agama yang dianut.
Dicontohkan: “Saya sudah menjalani hidup berdasarkan ajaran agama yang saya
anut”.
Dalam penelitian ini, konsep diri diukur berdasarkan jumlah skor yang
diperoleh individu atas respon yang diberikannya terhadap pernyataan-pernyataan
dalam kuesioner. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek dalam Skala Konsep
Diri maka semakin positif pula konsep dirinya. Sebaliknya semakin rendah skor
yang diperoleh subjek melalui Skala Konsep Diri maka semakin negatif pula
konsep dirinya.
2. Konflik Peran Ganda
Konflik peran ganda adalah ketegangan, kecemasan serta perasaan gelisah
yang timbul akibat pelaksanaan dua peran atau lebih, yang pemenuhan peran-
peran tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi, ditunjukkan dengan
pemenuhan peran yang satu mempersulit pemenuhan peran yang lain. Indikator-
indikator yang digunakan untuk pengukuran konflik peran ganda menurut
Greenhaus dan Beutell (dalam Jones & Bright, 2001:202) terdiri dari:
a. Konflik waktu (Time-based conflict)
b. Konflik ketegangan (Strain – based conflict)
c. Konflik didasarkan perilaku (Behaviour – based conflict)
Penjelasan mengenai indikator tersebut diatas, dapat diuraikan secara rinci
sebagai berikut:
a. Konflik waktu (Time-based conflict), yaitu ketegangan, kecemasan serta
perasaan gelisah yang timbul akibat keterbatasan waktu yang dimiliki pelaku
peran ganda, waktu yang digunakan untuk pekerjaan sering kali berakibat
terbatasnya waktu untuk keluarga, demikian sebaliknya. Dapat dicontohkan:
”Saya merasa bersalah karena pulang lebih awal dari jam kerja sebab masih ada
pekerjaan lain yang menunggu di rumah”. Atau ”Ada perasaan cemas ketika harus
menitipkan anak untuk diasuh orang lain, karena saya harus bekerja”.
b. Konflik ketegangan (Strain – based conflict), yaitu ketegangan, kecemasan
serta perasaan gelisah yang timbul akibat tekanan dalam satu peran yang akhirnya
mempengaruhi kinerja peran yang lain. Setiap peran memiliki tugas dan tanggung
jawab masing-masing. Pada tiap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut
selalu saja timbul permasalahan, baik permasalahan yang timbul karena faktor
internal seperti keletihan, kesedihan, emosi yang meningkat dan lain sebagainya,
maupun dari faktor eksternal seperti perbedaan pendapat, overload pekerjaan,
permasalahan interpersonal, dan lain-lain. Timbulnya permasalahan yang
demikian pada salah satu peran dapat memunculkan ketegangan yang kemudian
mempengaruhi kinerja pelaksanaan peran lain. Dicontohkan: ”Saya sulit bersantai
saat bersama anak-anak bila masih ada pekerjaan kantor yang belum selesai.”
Atau sebaliknya ” Saya mendapat kabar anak sakit, saya menjadi cemas dan
kurang fokus dalam bekerja karena ingin segera pulang melihat kondisi anak”.
c. Konflik didasarkan perilaku (Behaviour – based conflict), yaitu ketegangan,
kecemasan serta perasaan gelisah yang timbul akibat adanya kesulitan melakukan
perubahan perilaku dari peran yang satu ke peran lain. Perilaku yang tepat untuk
suatu peran belum tentu tepat untuk peran lain. Misal, sebagai seorang ibu
diharapkan memiliki figur yang lembut, perhatian, penuh kasih sayang, dan
pengertian. Berbeda dengan figur sebagai ibu, saat bekerja di kantor seorang
wanita diharapkan dapat bersikap profesional dan objektif. Ketidakmampuan
wanita untuk mengubah perilaku dari peran satu ke peran yang lain membuat
wanita mengalami kebingungan, ketidaktepatan dan bersikap pada suatu peran,
dan rasa tertekan. Dapat dicontohkan: ”Sikap tegas di rumah sama seperti sikap
tegas di kantor, namun hal itu membuat saya sulit bercengkrama dengan anak-
anak”. Atau ”Sikap penurut saya pada suami, mempersulit saya mengambil
keputusan ketika bekerja di kantor”.
Dalam penelitian ini, konflik peran ganda diukur berdasarkan jumlah skor
yang diperoleh individu atas respon yang diberikannya terhadap pernyataan-
pernyataan dalam kuesioner. Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek dalam
skala konflik peran ganda maka semakin tinggi pula konflik peran gandanya,
sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh suyjek melalui skala konflik peran
ganda maka semakin rendah pula konflik peran gandanya.
3.4. Populasi dan Sampling
3.4.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,1999:55).
Populasi sebagai suatu kelompok subyek yang hendak dikenai hasil penelitian
(Azwar, 2001:77).
Agar tidak mengalami bias yang terlalu besar, maka ciri-ciri populasi ikut
dipertimbangkan dengan tujuan mengontrol perbedaan-perbedaan yang dapat
mempengaruhi variabel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat
wanita Rumah Sakit Delta Surya, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perawat wanita yang sudah menikah dan memiliki anak
Alasan pemilihan populasi dengan karakteristik ini karena perawat yang
sudah menikah dan memiliki anak mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
ibu rumah tangga di luar tugasnya sebagai perawat. Pemilihan populasi dengan
karakteristik tersebut untuk menunjukkan bahwa wanita mengalami sendiri
konflik tersebut. Dan adanya peran ganda yang dijalankan oleh perawat dapat
menimbulkan kompetisi dalam penggunaan waktu, energi, perhatian, dan
komitmen (Hamid, 2005:129).
2. Usia antara 21-40 tahun
Usia yang dijadikan sasaran penelitian adalah dewasa yang berusia antara
21-40 tahun. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada usia tersebut
wanita sudah mempunyai struktur kehidupan yang mantap, baik dalam kehidupan
berkeluarga maupun kehidupan dalam dunia kerja (Monks, 1998:291).
3.4.2. Teknik Pengambilan Sampel
Setelah penentuan populasi, maka langkah selanjutnya adalah penentuan
sampel. Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari suatu populasi.
Adapun proses pengambilan sampel dari populasi dikatakan sebagai sampling
(Zainuddin, 2000:76). Sampling ini penting sekali dalam suatu penelitian, karena
dengan adanya sampling, akan memudahkan penelitian dan hanya membutuhkan
waktu, tenaga dan biaya yang relatif lebih kecil, terutama pada populasi yang
cukup besar (Arikunto, 1998:106).
Sampel diambil dari populasi yang dijadikan subyek penelitian yang
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan populasi (Azwar, 1998:79). Sampel yang
digunakan dalam penelitian diperoleh dengan cara merandom anggota populasi
yang berjumlah 87 orang. Adapun teknik untuk merandom adalah dengan
menggunakan simple random sampling. Simple random sampling, yaitu tiap-tiap
individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk ditugaskan menjadi
anggota sampel (Hadi, 2000: 184). Disini setiap individu subyek penelitian dipilih
secara acak (random). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Buat daftar yang berisi semua subyek/ individu dalam populasi.
2. Beri nomor urut kepada semua subyek/ individu dalam populasi.
3. Pilih secara acak subyek/ individu sebanyak sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian.
Keuntungan dari teknik ini adalah harga rata-rata sampel merupakan
estimator rata-rata populasi yang ”unbias” dan pelaksanaannya mudah.
3.4.3. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 72 orang sesuai
dengan tabel jumlah sampel menurut Sugiyono (2009:87) untuk taraf signifikansi
5 %.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 72 orang, oleh karena itu
proses undian dilakukan sebanyak 72 kali, hingga didapat jumlah sampel yang
dibutuhkan.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian.
Pengumpul data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh
data yang diperlukan (Nazir, 2006:56). Penentuan kebenaran teknik pengumpulan
data akan tampak dalam ketepatan mendapatkan dan mengungkapkan data
sebagaimana yang diinginkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan kuisioner agar data yang dihasilkan relevan dengan tujuan
penelitian serta memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Metode kuisioner
yang digunakan adalah bersifat langsung dan berdasarkan laporan mengenai diri
sendiri atau setidak-tidaknya berdasar pada pengetahuan dan keyakinan atas
dirinya sendiri (Hadi, 1991:157). Pada penelitian ini digunakan kuisioner dengan
skala likert. Ada dua kuisioner dengan skala likert yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu kuisioner konsep diri dan kuisioner konflik peran ganda.
Kuisioner dijadikan sebagai alat pengumpul data, didasarkan pada asumsi bahwa
(Hadi, 1991: 157):
1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2. Keterangan yang diberikan subjek pada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya
adalah sama dengan apa yang dimaksud peneliti.
4. Administrasi sederhana dan dapat diberikan kepada sejumlah responden secara
serentak.
Kuisioner juga dipilih karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
1. Waktu mendapatkan data relatif singkat dan memungkinkan diperoleh
pengumpulan informasi atau data dalam jumlah besar.
2. Dapat dilakukan sekaligus pada subyek yang besar dan sifatnya tidak harus
personal.
3. Biaya yang dibutuhkan relatif murah.
Kuisioner juga tetap memiliki kelemahan, yaitu :
1. Unsur yang tidak disadari tidak terungkap
2. Ada kecenderungan jawaban dipengaruhi oleh keinginan pribadi
3. Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan
4. Kesulitan untuk merumuskan keadaan diri sendiri ke dalam bahasa
5. Ada kecenderungan untuk mengkonstruksikan unsur-unsur yang dirasakan
kurang berhubungan secara logis (Hadi, 1991:158).
Adapun langkah-langkah untuk menyusun skala Likert yang dimodifikasi
adalah sebagai berikut:
1. Menyusun blue print yang akan memandu dalam penyusunan alat ukur. Blue
print yang dibuat berisikan dimensi variabel penelitian dan proporsi aitem-
aitem fovorable dan unfavorable dalam alat ukur.
2. Membuat pernyataan-pernyataan dalam penyususnan pengukuran perilaku
3. Memilih pernyataan pengukuran perilaku dalam skala Likert
4. Menyusun pernyataan terpilih menjadi satu set alat ukur
Skala Likert disini telah dimodifikasi karena terdiri atas 4 option jawaban.
Skala Likert ini terdiri dari aitem-aitem favorabel dan unfavorabel. Aitem
favorabel adalah aitem yang mendukung atau menyetujui indikator-indikator dari
konstruk sedangkan aitem unfavorabel adalah aitem yang tidak mendukung atau
menyetujui. Penilaian dalam skala likert berdasarkan pembedaan jenis aitem
(favorabel dan unfavorabel) disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Skor Penskalaan Likert yang Dimodifikasi
Skala Sikap Kategori Aitem
Favorable Unfavorable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
Kategori jawaban ragu-ragu atau ditengah pada skala Likert penelitian ini
ditiadakan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Seringkali alternatif jawaban memiliki arti ganda (multiple interpretable).
2. Dapat menimbulkan kecenderungan menjawab di tengah (central tendency
efect).
3. Alternatif jawaban di tengah akan mengurangi banyaknya informasi yang
dapat diperoleh dari responden (Hadi, 1991:20).
Adapun blue print yang berisi rancangan garis besar aitem dalam skala
konsep diri dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2.
Blue Print Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba
No. Indikator Favorabel Unfavorabel N %
1. Nilai diri fisik 1, 2, 24, 33, 34 15, 16, 17, 40, 44 10 20%
2. Nilai diri sosial 3, 25, 35, 36,
50
9, 10, 31, 32, 41 10 20%
3. Nilai diri pribadi 4, 5, 18, 19, 37 13, 14, 26, 42, 43 10 20%
4. Nilai diri keluarga 20, 21, 38, 48,
49
8, 12, 27, 30, 45 10 20%
5. Nilai diri moral
dan etika
22, 23, 39, 46,
47
6, 7, 11, 28, 29 10 20%
Jumlah 25 25 50 100%
Sedangkan blue print yang berisi rancangan garis besar item dalam skala
konflik peran ganda dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3.
Blue Print Skala Konflik Peran Ganda Sebelum Uji Coba
No. Indikator Favorabel Unfavorabel N %
1. Konflik waktu
(time based
conflict)
1, 2, 9, 23, 24,
39, 40, 43, 44
12, 13, 14, 29, 30,
31, 34, 45, 47
18 36%
2. Konflik
ketegangan (strain
based conflict)
3, 4, 16, 17, 25,
26, 41, 46
7, 8, 19, 20, 32,
33, 35, 48
16 32%
3. Konflik perilaku
(behavior based
conflict
18, 27, 28, 36,
37, 38, 42, 49
5, 6, 10, 11, 15,
21, 22, 50
16 32%
Jumlah 25 25 50 100%
3.6. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
3.6.1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya.
Validitas adalah kesahihan atau validitas berarti sampai berapa jauh hasil tes dapat
dipakai untuk tujuan yang dimaksudkan (Azwar, 2004:99). Alat ukur konsep diri
dan konflik peran ganda akan di uji validitasnya menggunakan:
a. Validitas isi
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi
tes dengan analisa rasional atau melalui professional judgment. Untuk menguji
validitas-validitas item instrumen tersebut maka selanjutnya akan dikonsultasikan
dengan ahli. Hal ini berguna untuk melihat apakah item-item di dalam instrumen
penelitian telah sesuai dengan tujuan serta pengukuran dan juga apakah telah
sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan skala yang benar.
b. Validitas item
Validitas item bertujuan untuk menguji apakah item-item pernyataan benar-
benar telah mengungkapkan indikator yang ingin diteliti. Instrumen yang telah
dikonsultasikan kepada professional judgmen selanjutnya diujicobakan dan
dianalisis dengan analisis item (Sugiyono, 2010:272). Analisis validitas item
dilakukan dengan melakukan korelasi koefisien yang tinggi menunjukkan item-
item tersebut dapat mengungkap indikator yang ingin di ungkap. Pengujian
validitas ini menggunakan progam SPSS 14.0 for windows. Aitem-aitem yang
dinyatakan sahih adalah aitem-aitem dengan r ≥ 0,3, namun apabila jumlah aitem
yang tidak lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, dapat dipertimbangkan
untuk menurunkan sedikit batasan kriteria 0,3 menjadi 0, 25 (Azwar, 2004:65).
3.6.2. Reliabilitas
Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai sejauhmana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya atau diandalkan (Azwar, 2004:4). Reliabilitas yang tinggi pada
alat ukur akan menunjukkan tingkat kosintensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat
ukur. Untuk pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan SPSS 14.0 for
windows dengan teknik Alpha Cronbach. Uji reliabilitas dengan menggunakan
teknik Alpha Cronbach yang menyajikan satu skala hanya satu kali sehingga
dapat menghindarkan problem-problem yang timbul dalam pendekatan reliabilitas
lainnya.
3.7. Teknik Analisa Data
Setelah semua data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka data
tersebut dapat segera dianalisis oleh peneliti. Tujuannya agar data yang diperoleh
mudah dibaca dan diinformasikan. Analisis data dimaksudkan untuk melakukan
pengujian hipotesis dan menjawab rumusan masalah yang diajukan. Metode
analisa data dalam penelitian ini menggunakan rumus perhitungan koefisien
korelasi Pearson Product Moment. Metode ini digunakan untuk mengetahui
adanya hubungan pada dua jenis data yang mengukur kosntrak yang berbeda.
Teknik analisis ini pun digunakan untuk melukiskan hubungan antara dua variabel
yang datanya sama-sama interval atau rasio (Sugiyono, 2010:215). Analisis data
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14.0 for Windows.
Asumsi korelasi Pearson Product Moment adalah:
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini harus diambil secara random.
2. Hubungan antara kedua variabel merupakan hubungan linear.
3. Distribusi kedua variabel dalam populasi merupakan distribusi normal
(Hadi, 2001: 303).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Rumah Sakit Delta Surya
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Delta Surya dimana Rumah Sakit
Delta Surya adalah rumah sakit swasta kelas madya yang didirikan oleh Yayasan
Delta Surya dimana pendiri yayasan ini adalah tokoh-tokoh masyarakat serta
sekelompok dokter dari Surabaya dan Sidoarjo yang peduli akan perlunya
pelayanan kesehatan yang berkualitas, profesional namun tetap dengan biaya yang
terjangkau. Ide tersebut muncul sekitar tahun 1989, saat sedang terjadi outbreak di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo yang menyebabkan peningkatan
pasien yang sedemikian besar, sehingga tidak tertampung lagi di rumah sakit yang
ada di Sidoarjo. Untuk itu sekelompok dokter yang idealis baik dari Surabaya
maupun dari Sidoarjo berusaha mencari jalan keluar. Mula-mula dengan praktek
bersama dan merencanakan Klinik Spesialis, akhirnya menjadi Rumah Sakit.
Tanggal 24 Agustus 1989 terbentuk Yayasan Delta Surya, dengan penasehat
H. Moch. Noer (mantan Gubernur Jawa Timur) dan dengan pelindung Bapak
Mayjen Purn. H. Ibnu Hartomo, PhD dan Bapak Gubernur KDH. tingkat I Jawa
Timur.
Tanggal 17 September 1989, peletakan batu pertama pendirian rumah sakit
oleh :
a. Bapak Mayjen. (purn) Ibnu Hartomo, PhD
b. Bapak Mayjen Pol. (purn) A. Yasin
c. Bapak Soegondo, Bupati KDH tingkat II Sidoarjo
Tanggal 24 juni 1990 pelantikan pengurus Koperasi Jasa Kesehatan Delta
Surya. Tanggal 27 September 1990 pembukaan Rumah Sakit Delta Surya oleh
Bapak Gubernur KDH. Tingkat I Jawa Timur. Sejak tanggal 27 September 1990
maka diresmikanlah rumah sakit yang bertaraf internasional, tetapi dengan tarif
lokal. Meskipun sumberdaya manusianya 100% lokal, namun ada beberapa dokter
yang memperdalam keahliannya di manca negara. Dengan demikian atribut
internasional pada Rumah Sakit Delta Surya dapat dipertanggung jawabkan, baik
secara profesi maupun keilmuan.
Rumah Sakit Delta Surya memiliki fasilitas pelayanan berupa rawat jalan,
rawat inap, penunjang medis dan penunjang non medis. Layanan rawat inap
Rumah Sakit Delta Surya mempunyai berbagai macam ruangan yang terdiri dari:
a. Anggrek (Super VIP dan VIP) umum.
b. Mawar (Kelas IA dan IIA) umum.
c. Cempaka (Kelas IB dan IIB) umum.
d. Melati (Kelas III) umum.
e. Teratai (SuperVIP) obsgyn.
f. Flamboyan (Kelas I dan VIP) obsgyn.
g. Dahlia (Kelas II dan III) obsgyn.
Dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 108 tempat tidur, Rumah Sakit Delta
Surya tergolong rumah sakit tipe madya (setaraf tipe C). Rumah Sakit Delta Surya
sudah terakreditasi (5 pelayanan) dan pernah memperoleh penghargaan sebagai
juara nasional kedua kategori rumah sakit tipe madya. Selain itu Rumah Sakit
Delta Surya juga pernah menerima penghargaan tingkat dunia berupa platinum
award dari Spanyol. Dibawah ini terdapat bagan yang menggambarkan struktur
organisasi Rumah Sakit Delta Surya.
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Delta Surya
4.1.2. Gambaran Khusus Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit Delta Surya
Rumah Sakit Delta Surya memiliki tenaga perawat wanita sebanyak 114
orang dengan pendidikan bermacam-macam mulai dari SPK, Akper sampai
sarjana keperawatan. Para perawat tersebut ditempatkan di berbagai tempat
pelayanan seperti ruang perawatan mulai VIP sampai kelas III, UGD, ICU, OK
dan VK. Dalam dinasnya para perawat dibagi menjadi 3 kelompok dinas yaitu
pagi, siang, dan malam.
Pelindung
Yayasan Delta
Surya
BOD
Board of Director
Koperasi Delta
Surya
Direktur Utama
As. Dirut
Direktur
Umum
Direktur
Yan Med
Direktur
Jang Med
Direktur
Keuangan
Direktur Lit
Bang Dik
Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para perawat, Rumah
Sakit Delta Surya memberi kesempatan mereka untuk mengikuti pendidikan
dengan beasiswa maupun dengan biaya sendiri. Selain itu juga secara berkala para
perawat ditambah ilmunya dengan beberapa pelatihan baik medis maupun non
medis. Untuk menghilangkan kejenuhan kerja, setiap tahun juga diadakan acara
rekreasi untuk para perawat selain olah raga rutin yang diadakan seminggu sekali.
Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Delta Surya
1. Visi
Menjadi Rumah Sakit pilihan pertama bagi masyarakat di bidang pelayanan
kesehatan.
2. Misi
1. Memberikan layanan kesehatan yang berkualitas, profesional, paripurna
dan manusiawi kepada pasien
2. Meningkatkan keterampilan dan pengembangan profesionalisme sumber
daya manusia sesuai dengan tugasnya
3. Meningkatkan kualitas Sarana dan Parasarana serta peralatan kedokteran
dalam menunjang layanan kesehatan kepada pasien
4. Mengutamakan keselamatan dan kepuasaan pasien dengan biaya
terjangkau
3. Motto
Melayani dengan sepenuh hati
4.1.4. Gambaran Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Delta Surya berlokasi di tempat yang cukup strategis yaitu
dekat dengan pintu masuk tol Sidoarjo.
Rumah Sakit Delta Surya terletak di Jalan Pahlawan No. 9 Sidoarjo, Desa
Jati, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur dengan luas tanah
14.825 meter persegi, luas bangunan 7.289 meter persegi. Arsitektur bangunan
dibuat sedemikian rupa, sehingga para penderita tidak merasa di rumah sakit,
tetapi seperti di rumah sendiri, sehingga proses penyembuhan dapat dipercepat.
Rumah Sakit Delta Surya terletak di kabupaten Dati II Sidoarjo pada :
Garis Peta
• 112,5' - 112,9' BT
• 7,3' - 7,5' LS
Batas-Batas
• Utara : Kota madya Surabaya dan Kabupaten Gresik.
• Timur : Selat Madura.
• Selatan : Kabupaten Pasuruan.
• Barat : Kabupaten Mojokerto.
Jarak Tempuh
• 23 Km / 10 menit dari Kota Surabaya.
• 10 Km dari Bandara Internasional Juanda.
Gambaran Umum Subyek Penelitian
Jumlah keseluruhan perawat wanita di Rumah Sakit Delta Surya sebanyak
114 orang. Subyek dalam penelitian ini adalah perawat wanita Rumah Sakit Delta
Surya yang sudah sesuai dengan karakteristik populasi pada penelitian yaitu:
1. Perawat wanita yang sudah menikah dan memiliki anak.
2. Usia antara 21-40 tahun
Berdasarkan karakteristik tersebut maka didapatkan populasi sebesar 87
perawat. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dan
menggunakan media kuesioner dalam pengumpulan data. Jumlah sampel yang
digunakan pada penelitian ini sebanyak 72 perawat sesuai dengan tabel jumlah
sampel menurut Sugiyono (2010:87) untuk taraf signifikansi 5 %.
Gambaran lebih lanjut mengenai subyek penelitian akan diuraikan sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Frekuensi Subjek Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi %
21-25 18 25
25-30 17 23,61
30-35 22 30,56
35- 40 15 20,83
Jumlah 72 100
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa 18 perawat wanita yang menjadi
subjek penelitian (25%) berusia 21-25 tahun, 17 perawat wanita yang menjadi
subjek penelitian (23,61%) berusia 25-30 tahun, 22 perawat wanita yang menjadi
subjek penelitian (30,56%) berusia 30-35 tahun, dan 15 perawat wanita yang
menjadi subjek penelitian (20,83%) berusia 35-40 tahun.
Tabel 4.2 Frekuensi Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Frekuensi %
SPK 16 22,22
Bidan 17 23,61
Akper 32 44,44
Lain-lain (S1) 7 9,72
Jumlah 72 100
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa 16 perawat wanita yang menjadi
subjek penelitian (22,22%) pendidikan terakhirnya adalah SPK, sebanyak 17
perawat wanita yang menjadi subjek penelitian (23,61%) pendidikan terakhirnya
adalah bidan, sebanyak 32 perawat wanita yang menjadi subjek penelitian
(44,44%) pendidikan terakhirnya adalah Akper, dan sebanyak 7 perawat wanita
yang menjadi subjek penelitian (9,72%) pendidikan terakhirnya adalah S1.
Tabel 4.3 Frekuensi Subjek Berdasarkan Jumlah Anak
Jumlah Anak Frekuensi %
1 28 38,89
2 32 44,44
>2 12 16,67
Jumlah 72 100
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa 28 perawat wanita yang menjadi
subjek penelitian (38,89%) memiliki 1 anak, 32 perawat wanita yang menjadi
subjek penelitian (44,44%) memiliki 2 anak, dan 12 perawat wanita yang menjadi
subjek penelitian (16,67%) memiliki anak lebih dari 2.
4.3. Pelaksanaan Penelitian
4.3.1. Persiapan Penelitian
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti sebelum
melaksanakan penelitian, antara lain :
1. Memilih dan merumuskan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian.
Masalah-masalah penelitian dapat diidentifikasi dari pengalaman pribadi
maupun analisis terhadap literatur serta hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan topik yang akan diteliti.
2. Melakukan studi literatur dari buku-buku tentang konsep diri, perawat wanita
serta konflik peran ganda baik berupa buku yang berisi tentang teori-teori
maupun buku-buku populer. Selain itu peneliti juga mencari jurnal penelitian
yang relevan serta artikel pendukung melalui internet. Studi literatur dilakukan
untuk penyusunan dasar teoritis, metodologi dari konsep-konsep dan hipotesa
yang digunakan dalam penelitian.
3. Mengkonsultasikan proposal penelitian dengan dosen pembimbing skripsi
untuk lebih memberikan pemahaman mengenai konsep, teori dan prosedur
penelitian.
4. Melakukan konsultasi dengan Sekretaris Direktur, Kepala Bagian
Keperawatan serta Kepala Bagian Personalia Rumah Sakit Delta Surya terkait
dengan penelitian peneliti untuk mendapatkan tambahan data maupun
informasi terkait dengan topik yang diangkat.
5. Menyusun instrumen untuk mengukur kedua variabel yang digunakan peneliti,
yaitu konsep diri dan konflik peran ganda dengan menggunakan skala Likert
yang telah dimodifikasi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Penetapan tujuan atau kawasan ukur
2. Melakukan pendefinisian secara konseptual
3. Menyusun definisi operasional
4. Mengidentifikasi indikator perilaku
5. Membuat blue print alat ukur
6. Penyusunan item-item per indikator
7. Membuat format untuk proses penilaian. Setiap item diberikan alternatif
respon dengan 4 pilihan, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan
Sangat Tidak Setuju.
8. Peneliti meminta bantuan kepada beberapa ahli (rater) yang merupakan
dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang juga berkompeten
dalam memahami teori-teori psikologi untuk melakukan uji content
validity atau validitas isi agar pernyataan-pernyataan dalam skala ini, dapat
mewakili atribut yang akan diukur.
Tabel 4.4. Saran dan Pendapat dari Rater
Nama Ahli /Rater Pendapat & Saran yang diberikan
Pramesti Pradna Paramita,
S.Psi., MEd. Psych (Dosen
Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga)
SS Skala konsep diri:
Perbaiki aitem yang masih rancu dan kurang
mengarah pada indikator, misal indikator 3.
Perbaiki beberapa aitem yang kurang relevan.
SS Skala konflik peran ganda:
Perjelas beberapa aitem yang kurang mudah
dipahami.
Lebih baik “Saya….walau….” daripada
“Walau…..saya….” karena aitem “Saya…..” akan
lebih mudah dipahami dan tidak lelah
membacanya.
Perbaiki beberapa aitem yang masih kurang
relevan, terutama pada indikator 3.
Tino Leonardi, S.Psi., M.Psi.,
psi. (Dosen Fakultas
Psikologi Universitas
Airlangga)
Skala konsep diri:
Perhatikan tata tulis.
Skala konflik peran ganda:
Perhatikan tata tulis yang baku dan efisien.
Kurangi penggunaan kata-kata negatif (misal:
”tidak”).
Drs. Duta Nurdibyanandaru,
M.S., Psi. (Dosen Fakultas
Psikologi Universitas
Airlangga)
Skala konsep diri:
Redaksional dari beberapa pernyataan mirip.
Redaksional aitem ada yang perlu dikoreksi.
Belum ada pernyataan yang berkait dengan
pimpinan dan staf di tempat kerja serta pekerjaan
di RS.
Terdapat pernyataan /aitem yang kurang relevan.
Skala konflik peran ganda:
Terdapat aitem/ pernyataan yang kurang jelas
(bukti nomor 5, 22, 38, 39); tidak lengkap (butir/
nomor 40) dan tidak relevan, seperti (bukti/
nomor 3) karena bias dikerjakan orang lain.
Perhatikan: pada pekerjaan perawat terdapat shift
(pergantian pekerja/ perawat jaga). Hal ini harap
dijadikan pertimbangan penyusunan aitem/
pernyataan.
Pada prinsipnya antara kedua skala dengan
“rumah sakit” harus terkait.
Akhmad Fatoni B., S.Psi
(Dosen Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga)
Skala konsep diri:
Coba buat aitem lebih spesifik.
Skala konflik peran ganda:
Spesifikkan aitem ke arah konflik peran ganda.
9. Setelah mendapat masukan dari beberapa ahli (rater), alat ukur diperbaiki
dan kemudian kuisioner disusun untuk diujicobakan.
10. Melakukan ujicoba alat ukur kepada kelompok subyek yang sama dengan
karakteristik sampel penelitian, namun bukan sampel penelitian. Jumlah
subyek yang digunakan untuk ujicoba alat ukur sebanyak 30 orang. Uji coba
dilakukan untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas pada instrumen
penelitian. Uji coba dilakukan di Rumah Sakit Daerah Kabupaten Sidoarjo,
pada perawat ruang rawat inap mawar kuning dan mawar ungu. Ujicoba
dilakukan pada tanggal 14 Mei 2010 sampai tanggal 17 Mei 2010. Kuisioner
yang diberikan diserahkan pada pihak rumah sakit dan dikembalikan kepada
peneliti pada tanggal 17 Mei 2010, karena perawat wanita yang sudah
berkeluarga belum tentu sedang bertugas saat dibagikan kuisioner, hal ini
disebabkan perawat wanita ketika bekerja terbagi dalam 3 shift yaitu shift
pagi, siang, dan malam, selain itu juga ada perawat wanita yang sedang cuti.
4.3.2 Hasil Uji Validitas
4.3.2.1 Hasil Uji Validitas Skala Konsep Diri
Peneliti memperoleh validitas aitem skala konsep diri dengan menggunakan
teknik Alpha Cronbach melalui program SPSS versi 14.0 for windows.
Perhitungan Alpha Cronbach tersebut kemudian dihasilkan koefisien korelasi
item-total, sehingga dapat dilakukan pemilihan aitem.
Koefisien korelasi item-total bergerak dari 0 – 1. Semakin baik daya
diskriminasi item maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1.
Koefisien yang mendekati angka 0 atau yang memiliki tanda negatif
mengindikasikan daya diskriminasi yang tidak baik (Azwar, 2007:64).
Briggs dan Cheek (dalam Parllant, 2001:85) merekomendasikan jarak
optimal untuk korelasi aitem-total sebesar 0,2 – 0,4. Koefisien korelasi item-total
> 0,4 dianggap memuaskan.
Hasil uji validitas skala konsep diri diperoleh 39 aitem valid dan 11 aitem
gugur. Aitem yang gugur sebanyak 11 aitem, yaitu nomor 2, 4, 10, 15, 17, 19, 24,
33, 35 37, 44.
Rentang angka koefisien terendah dan tertinggi dari aitem-aitem yang valid
yaitu antara 0,249 pada aitem 40 sampai 0,800 pada aitem 27.
Tabel 4.5. Blue Print Skala Konsep Diri Sesudah Uji Coba
No. Indikator Favorabel Unfavorabel N %
1. Nilai diri fisik 1, 26 12, 30 4 10,26%
2. Nilai diri sosial 2,18, 27, 39 7, 24, 25, 31 8 20,51%
3. Nilai diri pribadi 3, 13 10, 11, 19, 32,
33
7 17,95%
4. Nilai diri keluarga 14, 15, 28, 37, 38 6, 9, 20, 23, 34 10 25,64%
5. Nilai diri moral
dan etika
16, 17, 29, 35, 36 4, 5, 8, 21, 22 10 25,64%
Jumlah 18 21 39 100%
4.3.2.2 Hasil Uji Validitas Skala Konflik Peran Ganda
Peneliti memperoleh validitas aitem skala konflik peran ganda dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach melalui program SPSS versi 14.0 for
windows. Perhitungan Alpha Cronbach tersebut kemudian dihasilkan koefisien
korelasi item-total, sehingga dapat dilakukan pemilihan aitem.
Koefisien korelasi item-total bergerak dari 0 – 1. Semakin baik daya
diskriminasi item maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1.
Koefisien yang mendekati angka 0 atau yang memiliki tanda negatif
mengindikasikan daya diskriminasi yang tidak baik (Azwar, 2007:64).
Briggs dan Cheek (dalam Parllant, 2001:85) merekomendasikan jarak
optimal untuk korelasi aitem-total sebesar 0,2 – 0,4. Koefisien korelasi item-total
> 0,4 dianggap memuaskan.
Hasil uji validitas skala konflik peran ganda diperoleh 38 aitem valid dan 12
aitem gugur. Aitem yang gugur sebanyak 12 aitem, yaitu nomor 3, 5, 9, 10, 19,
22, 28, 31, 35, 36, 41, 43.
Rentang angka koefisien terendah dan tertinggi dari aitem-aitem yang valid
yaitu antara 0,212 pada aitem 8 sampai 0,574 pada aitem 14 dan 50.
Tabel 4.6. Blue Print Skala Konflik Peran Ganda Sesudah Uji Coba
No. Indikator Favorabel Unfavorabel N %
1. Konflik waktu
(time based
conflict)
1, 2, 17, 18, 29,
30, 32
8, 9, 10, 22, 23,
26, 33, 35
15 39,47%
2. Konflik
ketegangan (strain
based conflict)
3, 12, 13, 19, 20,
34
5, 6, 15, 24, 25,
36
12 31,58%
3. Konflik perilaku
(behavior based
conflict
14, 21, 27, 28,
31, 37
4, 7, 11, 16, 38 11 28,95%
Jumlah 19 19 38 100%
4.3.3. Hasil Uji Reliabilitas
Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala
alpha 0 sampai dengan 1. Menurut Triton (2006:248) skala tersebut
dikelompokkan ke dalam dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan
alpha dapat diinterpretasi seperti yang terlihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d. 0,20 Kurang reliabel
> 0,20 s.d. 0,40 Agak reliabel
> 0,40 s.d. 0,60 Cukup reliabel
> 0,60 s.d. 0,80 Reliabel
> 0,80 s.d. 1,00 Sangat reliabel
Penghitungan uji reliabilitas skala konsep diri dengan perhitungan Alpha
Cronbach diperoleh estimasi reliabilitas sebesar 0,939. Pada skala konflik peran
ganda dengan perhitungan Alpha Cronbach diperoleh estimasi reliabilitas sebesar
0,886. Nilai reliabilitas kedua skala tersebut berada pada range > 0,800 – 1,000,
sehingga dapat diinterpretasikan bahwa reliabilitas skala konsep diri dan skala
konflik peran ganda adalah sangat reliabel.
4.3.4. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2010 hingga 28 Mei 2010 di
Rumah Sakit Delta Surya. Peneliti melakukan penyebaran skala pada perawat
yang dilakukan secara random. Jumlah perawat wanita yang dijadikan sampel
penelitian adalah 72 orang yang diminta mengisi dua kuesioner sekaligus yaitu
kuesioner yang berisi skala konsep diri dan skala konflik peran ganda. Kedua
skala tersebut digabung menjadi satu, namun dipisahkan menjadi dua bagian.
Selama penelitian berlangsung, peneliti dibantu oleh pihak rumah sakit dalam
menyebarkan kuisioner karena pihak rumah sakit menyuruh peneliti agar
kuisioner diserahkan dan disebarkan oleh pihak rumah sakit sendiri. Peneliti
menyerahkan kuisioner kepada pihak rumah sakit pada hari Jumat (21 Mei 2010)
pukul 13.00. Pada hari Rabu (26 Mei 2010) pukul 13.00 peneliti datang ke rumah
sakit untuk mengambil kuisioner. Kuisioner yang berhasil terkumpul sebanyak 32
kuisioner. Pada hari Kamis (27 Mei 2010) pukul 13.30 peneliti datang kembali ke
Rumah Sakit Delta Surya untuk mengambil kuisioner. Kuisioner yang berhasil
terkumpul sebanyak 21 kuisioner. Pada hari Kamis (28 Mei 2010) pukul 13.30
peneliti datang kembali ke Rumah Sakit Delta Surya untuk mengambil kuisioner
yang belum terkumpul. Pada hari itu juga kuisioner terkumpul telah mencapai
target yang ditentukan yaitu 19 kuisioner.
Selama penelitian berlangsung, peneliti merasa dimudahkan oleh pihak
rumah sakit dalam mengambil data untuk penelitian yaitu kuisioner dapat
terkumpul sesuai target dalam waktu yang lumayan cepat, walau peneliti tidak
diperbolehkan untuk menyebarkan sendiri ke bangsal-bangsal rumah sakit karena
terkait dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit.
4.4. Hasil Penelitian
4.4.1. Deskripsi Data Penelitian
Peneliti menggunakan prosedur frekuensi untuk melakukan pendeskripsian
data penelitian. Prosedur frekuensi merupakan salah satu jenis prosedur analisis
statistik deskriptif. Prosedur frekuensi memiliki kegunaan pokok untuk melakukan
pengecekan terhadap input data dan untuk menyediakan informasi deskripsi data
yang menggambarkan demographic characteristics dari sampel yang diambil
secara lengkap. Berikut ini adalah tabel frekuensi dari konsep diri dan konflik
peran ganda dari SPSS 14.0 for Windows.
Tabel 4.8. Statistik Prosedur Frekuensi
Statistics
konsep diri
konflik peran
ganda
N Valid 72 72
Missing 0 0
Mean 126.71 73.08
Std. Error of Mean 1.152 .918
Median 126.00 74.00
Std. Deviation 9.777 7.793
Variance 95.590 60.725
Skewness .460 -.141
Std. Error of Skewness .283 .283
Kurtosis -.627 .128
Std. Error of Kurtosis .559 .559
Range 36 40
Minimum 113 51
Maximum 149 91
Percentiles 10 114.00 64.00
25 118.00 67.00
50 126.00 74.00
75 132.75 78.00
90 142.70 83.70
Berdasarkan data hasil penelitian terdapat 72 data yang valid. Dari hasil data
penelitian yang diperoleh, untuk variabel X (konsep diri) terdapat nilai maksimum
sebesar 149 dan minimum sebesar 113 dengan mean (rata-rata) sebesar 126,71.
Dan untuk variabel Y (konflik peran ganda) terdapat nilai maksimum sebesar 91
dan minimum sebesar 51 dengan mean (rata-rata) sebesar 73,08. Data percentile
values menampilkan data-data secara berkelompok menjadi sebuah prosentase.
Untuk konsep diri didapatkan bahwa rata-rata skor 10% di bawah nilai 114, rata-
rata skor 25% dibawah nilai 118, rata-rata skor 50% dibawah nilai 126, rata-rata
skor 75% dibawah nilai 132,75, dan rata-rata skor 90% di bawah nilai 142,70.
Untuk konflik peran ganda didapatkan bahwa rata-rata skor 10% di bawah nilai
64, rata-rata skor 25% dibawah nilai 67, rata-rata skor 50% dibawah nilai 74, rata-
rata skor 75% dibawah nilai 78, dan rata-rata skor 90% di bawah nilai 83,70.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh data bahwa skor-skor dalam suatu
distribusi tidak semuanya sama sehingga didapatkan keragaman atau variasi skor.
Semakin besar variabilitas berarti skor dalam distribusi semakin beragam,
sedangkan bila variabilitas kecil berarti skor-skor dalam distribusi cenderung
seragam atau disebut homogen. Ukuran variabilitas skor dari suatu distribusi atau
variabel disebut varian. Selain dinyatakan dengan varian, ukuran variabilitas skor
sering pula dinyatakan dalam standar deviasi (Azwar, 2004). Standar deviasi pada
variabel konsep diri adalah 9,777 dan varians yang merupakan kelipatan standar
deviasi adalah 95,590 sedangkan standar deviasi pada variabel konflik peran
ganda adalah 7,793 sehingga variansnya sebesar 60,725. Sesuai dengan penjelasan
diatas, semakin besar standar deviasi atau varians menunjukkan data yang
semakin bervariasi.
Pada penelitian ini menggunakan kategori skala untuk dibagi pada 3
kelompok. Berikut ini adalah pembagian kelompoknya.
Tabel 4.9 Kategori Skala
Klasifikasi Kategori
(Mean + 1,0 SD) ≤ X Tinggi
(Mean – 1,0 SD) ≤ X < (Mean + 1,0 SD) Sedang
X < (Mean – 1,0 SD) Rendah
Dari data deskripsi pada tabel 4.1 ditunjukkan adanya 72 subjek penelitian.
Dari data tersebut akan diperoleh norma untuk skala konsep diri terhadap skala
konflik peran ganda pada perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya, seperti di
bawah ini:
Tabel 4.10. Kategori Skala Konsep Diri
Klasifikasi Kategori
136,487 ≤ X Tinggi
116,933 ≤ X < 136,487 Sedang
X < 116,933 Rendah
Tabel 4.11. Kategori Skala Konflik Peran Ganda
Klasifikasi Kategori
80,873 ≤ X Tinggi
65,287 ≤ X < 80,873 Sedang
X < 65,287 Rendah
Berdasarkan norma kategori yang telah ditetapkan pada masing-masing
variabel didapatkan hasil pengkategorian sebagai berikut:
Tabel 4.12 Kategori Konsep Diri
Jumlah subjek Kategori
12 perawat Tinggi
46 perawat Sedang
14 perawat Rendah
Tabel 4.13. Kategori Konflik Peran Ganda
Jumlah subjek Kategori
10 perawat Tinggi
48 perawat Sedang
14 perawat Rendah
4.4.2. Hasil Uji Asumsi
4.4.2.1. Uji Normalitas
Sebelum menggunakan teknik statistik, maka langkah yang perlu dikerjakan
adalah menguji kenormalan data dengan uji normalitas. Hal ini dikarenakan
normal atau tidaknya suatu data akan menentukan pula teknik statistik apa yang
akan digunakan. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik statistik
parametrik dimana asumsinya distribusi data pada penelitian ini adalah normal.
Apabila data didapatkan tidak normal, maka statistik parametrik tidak dapat
digunakan, sehingga peneliti harus menggunakan teknik statistik non-parametrik.
Santoso (2005) mengatakan bahwa uji normalitas adalah apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan
bentuk lonceng (bell shape).
Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan dua bentuk pengujian
agar hasil dapat saling menguatkan yaitu dengan melihat ukuran skewness pada
tabel frekuensi dan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan
program statistik SPSS versi 14.0 for windows. Berikut adalah tabel hasil uji
normalitas:
a. Hasil uji normalitas berdasarkan ukuran skewness
Tabel 4.14. Uji Normalitas Skewness
Statistics
konsep diri
konflik peran
ganda
N Valid 72 72
Missing 0 0
Mean 126.71 73.08
Std. Error of Mean 1.152 .918
Median 126.00 74.00
Std. Deviation 9.777 7.793
Variance 95.590 60.725
Skewness .460 -.141
Std. Error of Skewness .283 .283
Kurtosis -.627 .128
Std. Error of Kurtosis .559 .559
Range 36 40
Minimum 113 51
Maximum 149 91
Percentiles 10 114.00 64.00
25 118.00 67.00
50 126.00 74.00
75 132.75 78.00
90 142.70 83.70
Tabel frekuensi ini dapat digunakan untuk melihat distribusi data normal atau
tidak, yaitu dari hasil pengukuran skewness. Uji skewness bertujuan untuk
pengecekan atas distribusi data yang menunjukkan apakah data tersebut tergolong
sebagai distribusi normal atau tidak normal. Ukuran skewness didapatkan dari
nilai skewness dibagi dengan standard error skewness.
Dalam uji skewness dikatakan bahwa sebuah data dikatakan sebagai distribusi
normal apabila berada diantara nilai -2 sampai dengan 2. Dapat dilihat dari tabel
frekuensi di atas, bahwa distribusi data konsep diri adalah 1,63 dan untuk
distribusi data konflik peran ganda sebesar -0,49. Sehingga dapat dikatakan bahwa
distribusi data kedua variabel yang digunakan oleh peneliti adalah distribusi
normal. Dari hasil distribusi data normal ini, peneliti bisa menggunakan
pendekatan statistik parametrik yakni teknik korelasi product moment dari
Pearson.
b. Hasil uji normalitas berdasarkan teknik Kolmogorov-Smirnov
Tests of Normality
Tabel 4.15. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
konsep diri .091 72 .200(*) .946 72 .004
konflik peran ganda .076 72 .200(*) .985 72 .529
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction
Sama halnya dengan tabel frekuensi, uji normalitas Kolmogorov-Smirnov ini
juga dibantu oleh program statistik SPSS versi 14.0 for windows. Dalam
Kolmogorov-Smirnov bila nilai p > 0,05 berarti data normal dan sebaliknya bila p
< 0,05 berarti data tidak normal (Santoso, 2005).
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov diatas menunjukkan bahwa
signifikansi pada data variabel konsep diri sebesar 0,091 dan data variabel konflik
peran ganda sebesar 0,076, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua data tersebut
berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah data dengan distribusi
normal.
4.4.2.2 Uji Linearitas
Linearitas adalah keadaan dimana hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen bersifat linier (garis lurus) dalam range variabel independen
tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menguji linearitas dengan
menggunakan scatter plot (diagram pencar) dengan menggunakan SPSS versi
14.0 for windows. Menurut scatter plot Normal Q-Q Plot variabel konsep diri dan
konflik peran ganda menunjukkan bahwa plot-plot yang berada pada grafik tidak
jauh menyimpang dari garis linear. Hal ini menunjukkan sebaran data pada kedua
variabel mendekati garis linear (kurva terlampir).
4.4.3 Hasil Uji Hipotesis (Korelasi)
Berdasarkan hasil uji asumsi sebelumnya, yaitu uji normalitas dan uji
linearitas, maka didapatkan bahwa bentuk distribusi data pada kedua variabel
penelitian ini adalah normal. Oleh karena itu, uji korelasi akan dilakukan dengan
menggunakan metode analisis parametrik pada data di masing-masing variabel
penelitian ini.
Sesuai dengan tujuan awal dalam penelitian ini, yaitu ingin menguji
hubungan antara variabel konsep diri dan konflik peran ganda, maka metode yang
digunakan adalah uji korelasi product moment dari Pearson yang dibantu dengan
program SPSS versi 14.0 for windows. Uji korelasi yang akan dilakukan adalah
mengkorelasikan variabel X (Konsep Diri) dengan variabel Y (Konflik Peran
Ganda). Berikut ini adalah hasil yang diperoleh berdasarkan penghitungan
product moment oleh Pearson.
Tabel 4.16. Hasil Uji Korelasi Product Moment
Correlations
konsep diri konflik_peran_
ganda
konsep diri Pearson Correlation 1 -.648(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 72 72
konflik_peran_ganda Pearson Correlation -.648(**) 1
Sig. (2-tailed) .000
N 72 72
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel uji korelasi diatas diperoleh bahwa jumlah (N) subjek yang
dapat digunakan dalam analisis penelitian ini adalah 72 subjek penelitian,
sehingga dapat dikatakan bahwa keseluruhan data penelitian dapat digunakan
sebagai analisis yang nantinya digunakan untuk memperoleh informasi terkait
dengan topik penelitian.
Dari tabel hasil uji korelasi yang dilakukan dengan menggunakan teknik
korelasi product moment oleh Pearson tersebut diperoleh koefisien korelasi
sebesar -0,648 dengan signifikasi 0,000. Besar signifikansi 0,000 ini secara
langsung menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada
hubungan antara kedua variabel dalam penelitian ini. Jadi secara lebih jelas dapat
disebutkan bahwa “Ada hubungan antara konsep diri terhadap konflik peran
ganda pada perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya.”
Nilai korelasi antara konsep diri terhadap konflik peran ganda sebesar -0,648.
Tanda negatif (-) yang berada didepan angka koefisien korelasi yaitu 0,648,
menyatakan bahwa arah hubungan kedua variabel tersebut negatif atau hubungan
yang berpola kebalikan arah. Semakin tinggi nilai variabel X, maka justru
semakin rendah nilai variabel Y, atau sebaliknya, semakin rendah nilai variabel X,
maka justru semakin tinggi nilai variabel Y (Triton, 2006:90). Jadi, semakin tinggi
konsep diri yang dimiliki oleh perawat wanita, maka semakin rendah konflik
peran ganda yang dialami perawat wanita; dan sebaliknya, semakin rendah konsep
diri yang dimiliki oleh perawat wanita, maka semakin tinggi konflik peran ganda
yang dialami perawat wanita.
Perhitungan yang dilakukan dengan teknik korelasi product moment oleh
Pearson menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar -0.648. Koefisien korelasi
hasil perhitungan dapat dikatakan signifikan setelah dibandingkan dengan r tabel.
Bila taraf kesalahan ditetapkan 5% (taraf kepercayaan 95%) dan N (jumlah
subyek) sebesar 72 orang, maka r tabel = 0,227. Nilai koefisien korelasi lebih
besar daripada r tabel sehingga pada uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara konsep diri terhadap konflik peran
ganda pada perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya. Hasil perhitungan di atas
juga menunjukkan arah hubungan kedua variabel yang negatif, yang berarti bahwa
semakin tinggi konsep diri yang dimiliki oleh perawat, maka semakin rendah
konflik peran ganda yang dialami perawat; dan sebaliknya, semakin rendah
konsep diri yang dimiliki oleh perawat, maka semakin tinggi konflik peran ganda
yang dialami perawat.
Adapun kekuatan hubungan antara dua variabel dapat diketahui dengan
melihat besarnya nilai koefisien hubungan. Range dari kekuatan hubungan
berkisar antara -1,00 hingga 1,00 dan nilai tersebut mengindikasikan kekuatan
hubungan kedua variabel. Korelasi dengan nilai 0 menunjukkan tidak adanya
hubungan sama sekali, nilai 1 menunjukkan hubungan yang sempurna antar dua
variabel, dan nilai -1 mengindikasikan hubungan yang negatif antar dua variabel.
Intrepretasi nilai koefisien pada penelitian ini menggunakan standar Cohen (1988)
sebagai berikut:
Tabel 4.17. Standar Nilai Korelasi Cohen
Kecil r = 0,10 – 0,29
Sedang r = 0,30 – 0, 49
Besar r = 0,50 – 1,0
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai korelasi product moment Pearson sebesar
-0,648 pada penelitian ini memiliki arah (direction) yang besar (r = 0,50 – 1).
Berdasarkan tabel korelasi diatas diperoleh bahwa jumlah subjek pada
penelitian ini sejumlah 72 subjek yang diintepretasikan bahwa jumlah subjek pada
penelitian ini tergolong kecil (N = <100) (Cohen, 1988).
4.5. Pembahasan
Dengan terpenuhinya semua uji asumsi yang diperlukan dalam pembahasan
data ini, maka peneliti telah mendapatkan hasil pengujian hipotesis yang nantinya
akan digunakan sebagai dasar analisis dalam penelitian kali ini. Seperti yang
disebutkan di atas, hasil uji korelasi product moment oleh Pearson
memperlihatkan bahwa besar signifikansi yang diperoleh adalah 0.000. Hal ini
menjelaskan adanya hubungan antara konsep diri terhadap konflik peran ganda
pada perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa ada hubungan antara konsep diri dengan konflik peran ganda pada perawat
wanita Rumah Sakit Delta Surya (rxy -0,648; p< 0,05), berarti semakin positif
konsep diri maka kecenderungan konflik peran ganda pada perawat wanita Rumah
Sakit Delta Surya semakin rendah, sebaliknya semakin negatif konsep diri maka
kecenderungan konflik peran ganda pada perawat wanita Rumah Sakit Delta
Surya semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini diterima.
Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa konsep diri
dianggap sebagai salah satu faktor yang turut menentukan adanya konflik peran
ganda pada perawat wanita dalam penelitian ini. Menurut Rogers (dalam
Davidoff, 1991:156) konsep diri merupakan penghayatan individu terhadap
karakteristik “me” dan mencakup kesadaran pengenalan diri serta kemampuannya
sendiri yang mempengaruhi persepsi individu terhadap dunia sekitar, yang
kemudian mempengaruhi perilaku individu itu sendiri. Seperti halnya subjek
dalam penelitian ini yang sudah memiliki kesadaran terhadap pengenalan serta
kemampuan dirinya, yang kemudian mempengaruhi persepsinya terhadap
lingkungan sekitar yakni lingkungan rumah sakit sebagai tempat kerja maupun
lingkungan rumah sebagai tempat tinggal, sehingga pelaksanaan peran ganda
menjadi cenderung tidak mengalami kesulitan.
Chaplin (2004: 450) menyatakan bahwa konsep diri sebagai evaluasi,
penilaian atau penaksiran individu mengenai dirinya sendiri. Konsep diri
diasumsikan sebagai salah satu potensi yang dapat digunakan oleh perawat wanita
dalam penelitian ini untuk menjadi dasar dalam menentukan tingkah laku,
pemikiran, dan penyesuaiandiri dalam menghadapi peran gandanya, yakni melalui
penilaian dan penaksiran yang dilakukan perawat mengenai dirinya sendiri.
Menurut (Hamid, 2005:129) pelaksanaan peran ganda berpeluang memunculkan
kompetisi dalam penggunaan waktu, energi, perhatian serta komitmen.
Dampak negatif konflik peran ganda mampu diminimalisir perawat wanita
dalam penelitian ini, salah satunya melalui konsep diri positif yang dimilikinya.
Konsep diri positif dimulai dengan mengukur serta meyakini kemampuan yang
dimiliki untuk menjalankan peran gandanya. Seorang perawat yang memiliki
penghayatan positif terhadap kesadaran pengenalan diri dan kemampuan diri
maka mempengaruhi persepsi perawat menjadi positif terhadap lingkungan
sekitar, dan lebih lanjut berdampak positif pula pada perilaku perawat dalam
melaksanakan perannya, terlebih dalam melaksanakan peran gandanya yang
memiliki tugas dan tanggung jawab berat. Berbeda dengan perawat yang memiliki
penghayatan negatif terhadap kesadaran pengenalan diri dan kemampuan diri
maka memiliki kecenderungan mempersepsi lingkungan sekitar negatif, yang
kemudian lebih lanjut memunculkan perilaku negatif terhadap pelaksanaan
perannya sebagai perawat sekaligus peran sebagai ibu rumah tangga (Rogers,
dalam Davidoff, 1991:157).
Adanya perbedaan antara individu yang memiliki penghayatan negatif
dengan positif terhadap kesadaran pengenalan diri dan kemampuan diri, maka
memunculkan karakteristik perilaku yang berbeda pula. Individu yang memiliki
konsep diri negatif dicirikan memiliki rasa percaya diri yang rendah, memiliki
anggapan bahwa dirinya kurang dianggap oleh orang lain secara tepat serta kurang
memiliki penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya, individu yang memiliki
konsep diri positif cenderung dicirikan memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
merasa selalu dihargai oleh orang disekitar, dapat menilai hubungan dengan orang
lain secara tepat dan memiliki penyesuaian sosial yang baik (Rakhmat, 2008:106).
Karakteristik konsep diri positif tersebut yang merupakan bagian dari
kepribadian kemudian turut menentukan kesadaran akan kompetensi menjadi
positif, kebutuhan berprestasi menjadi tinggi serta ada kejelasan terhadap peran
yang dijalani. Melalui hal tersebut, seorang perawat wanita akan mengoptimalkan
kemampuan yang dimiliki untuk menjalankan peran-perannya, serta menjalankan
secara efektif. Dengan demikian, perawat wanita dengan konsep diri positif yang
juga memiliki peran di sektor domestik, akan melaksanakan kedua peran dengan
efektif dan sebaik mungkin sehingga dalam dirinya tidak muncul perasaan
bersalah, cemas maupun ketegangan akibat pelaksanaan peran gandanya.
Lebih lanjutnya dinyatakan oleh Hardy dan Heyes (1998) bahwa dalam
konsep diri meliputi penilaian, perkiraan mengenai kelebihan dan keterbatasan
diri sendiri. Oleh sebab itu, melalui konsep diri subjek dalam penelitian ini bukan
hanya mampu menentukan tingkah laku, pemikiran maupun penyesuaian diri
terhadap peran ganda, namun lebih lanjut mampu memperkirakan dan menyadari
kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki guna mendukung pelaksanaan tugas
yang diemban. Melalui kesadaran akan kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki,
diharapkan subjek penelitian ini dapat menonjolkan kelebihan dan mengatasi
keterbatasan dalam menjalani hidup, salah satunya dalam menjalankan peran
gandanya sehingga dalam menjalankan peran akan lebih efektif dan terhindar dari
konflik peran ganda.
Apabila melihat hasil uraian di atas berarti subjek yang mempunyai konsep
diri positif akan cenderung diikuti dengan konflik peran ganda yang cenderung
rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil kategorisasi konsep diri menunjukkan
bahwa subjek penelitian yang memiliki konsep diri tinggi sebanyak 12 orang
(16,67%) artinya perawat wanita tersebut telah memegang teguh konsep diri
realistiknya, sangat menghargai dirinya sendiri, mampu mengandalkan dirinya
sendiri, serta menggunakan kemampuan-kemampuan dirinya secara optimal.
Subjek penelitian yang memiliki konsep diri sedang sebanyak 46 orang (63,89%)
artinya perawat wanita tersebut sudah mulai memegang teguh konsep diri
realistiknya, namun masih dapat berubah mengingat konsep diri merupakan hal
yang bersifat dinamis (Rini, 2002:1), dan subjek penelitian yang memiliki konsep
diri rendah sebanyak 14 orang (19,44%) artinya perawat wanita tersebut belum
memegang eguh konsep diri realistiknya, kurang dapat menghargai dirinya
sendiri, serta belum menggunakan kemampuan dirinya secara optimal.
Sedangkan hasil kategorisasi konflik peran ganda menunjukkan bahwa subjek
penelitian yang memiliki konflik peran ganda tinggi sebanyak 10 orang (13,89%)
artinya perawat wanita tersebut mengalami konflik peran ganda yaitu mengalami
kesulitan menjalankan peran gandanya di sektor domestik dan sektor publik, yang
memiliki konflik peran ganda sedang sebanyak 48 orang (66,67%) artinya perawat
wanita tersebut mengalami konflik peran namun dapat diatasi melalui konsep diri
realistiknya, dan yang memiliki skor konflik peran ganda rendah sebanyak 14
orang (19,44%) artinya perawat wanita dalam penelitian ini tidak mengalami
kesulitan menjalankan peran gandanya di sektor domestik dan sektor publik.
Berdasarkan hasil kategorisasi skor subjek pada masing-masing variabel,
menunjukkan bahwa tingkat konsep diri subjek penelitian ini cenderung sedang
dan memiliki tingkat konflik peran ganda cenderung sedang.
Fungsi perawat dalam menjalankan tugasnya yang paling dominan dari
penelitian ini adalah fungsi interdependent dimana fungsi ini berupa kerja tim
yang sifatnya saling ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan.
Hal ini terlihat ketika peneliti datang ke rumah sakit dan melihat secara langsung
bagaimana seorang perawat bekerja sama dengan perawat lainnya saat melakukan
tugasnya. Fungsi interdependent pada perawat tidak hanya berlangsung di rumah
sakit, tetapi fungsi ini juga berlangsung di rumah karena perawat wanita ini juga
membutuhkan bantuan serta dukungan dari keluarganya agar dapat menjalankan
fungsi gandanya dengan baik.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara konsep diri dengan konflik peran ganda pada perawat wanita Rumah Sakit
Delta Surya. Perawat wanita dalam penelitian ini pada umumnya telah memiliki
konsep diri yang positif sehingga secara tidak langsung disertai dengan rendahnya
konflik peran ganda, karena melalui konsep diri perawat wanita dapat melakukan
pengenalan serta mengevaluasi diri sendiri dengan mengetahui kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, sehingga perawat dapat menyesuaikan diri guna
mengatasi permasalahan yang muncul akibat tugas dan tanggung jawab yang berat
sebagai perawat sekaligus sebagai ibu rumah tangga.
Berdasarkan ulasan pembahasan dan didukung dengan hasil observasi serta
wawancara yang dilakukan peneliti di tahap awal, peneliti menyimpulkan bahwa
konflik peran ganda pada perawat wanita Rumah Sakit Delta Surya termasuk
dalam kategori tinggi, namun setelah dilakukan penelitian dengan mengukur
tingkat konfllik peran ganda pada perawat wanita diperoleh bahwa tingkat konflik
peran ganda pada subjek penelitian ini termasuk dalam kategori sedang. Adanya
perbedaan antara asumsi awal peneliti dengan hasil penelitian disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain kurangnya jumlah subjek pada penelitian awal
sehingga asumsi awal peneliti dianggap kurang mewakili permasalahan pada
subjek penelitian.
Hal lain yang perlu dicermati yakni pelaksanaan penelitian, peneliti tidak
secara langsung memberikan alat ukur penelitian pada subjek sehingga peneliti
tidak dapat mengawasi secara langsung penyebaran maupun pengisian alat ukur.
Selain itu, waktu penyebaran skala terlalu lama cenderung mempengaruhi
objektivitas subjek saat menjawab pertanyaan pada alat ukur. Banyaknya waktu
yang dimiliki subjek untuk menjawab pertanyaan alat ukur membuat subjek
memiliki banyak waktu untuk berpikir,hal tersebut yang kemudian berpeluang
memunculkan jawaban yang bersifat subjektif berdasarkan norma yang berlaku di
masyarakat. Oleh sebab itu peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya
lebih memperhatikan dalam pengambilan data awal dan data penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara konsep diri dengan konflik peran ganda pada perawat wanita
Rumah Sakit Delta Surya. Arah hubungan antara kedua variabel tersebut adalah
negatif atau hubungan yang berpola kebalikan arah yang berarti tingginya konsep
diri akan cenderung diikuti dengan konflik peran ganda rendah pada perawat
wanita; sebaliknya semakin rendah konsep diri akan cenderung diikuti dengan
konflik peran ganda tinggi pada perawat wanita. Hal tersebut tampak pada hasil
korelasi yang diperoleh koefisien korelasi (rxy) sebesar -0,648 dengan taraf
signifikansi 0,000 (p< 0,05).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang perlu peneliti
ajukan:
1. Bagi perawat wanita
Penelitian ini memperlihatkan bahwa konsep diri memiliki hubungan negatif
dengan konflik peran ganda pada perawat wanita. Pada penelitian ini konsep diri
perawat cenderung sedang diikuti dengan konflik peran ganda cenderung sedang.
Apabila konsep diri serta konflik peran ganda tidak diperhatikan secara khusus
dan cenderung diabaikan maka tidak menutup kemungkinan terbentuknya konsep
diri positif akan beralih menjadi konsep diri negatif mengingat bahwa konsep diri
memiliki sifat dinamis. Konsep diri tidak luput dari perubahan yakni bersifat
dinamis. Konsep diri yang bersifat dinamis dipengaruhi oleh lingkungan yang
selalu berubah. Oleh sebab itu perawat diharapkan dapat tetap mempertahankan
konsep diri positif guna memperkecil konflik peran ganda yang komplek.
Untuk mempertahankan konsep diri positif tersebut individu perlu memiliki
penyesuaian diri baik, memegang dengan teguh konsep diri positif yang
mencakup seluruh karakteristik yang penting dalam menentukan perilakunya.
Perawat wanita dengan konsep diri demikian akan mengandalkan dirinya pada
pengalaman yang dipelajari selama itu untuk mencapai tujuan, yakni tujuan
menjalankan peran-perannya sebaik mungkin. Kemudian dapat diasumsikan
bahwa perawat wanita dengan konsep diri positif, mengandalkan dirinya sendiri
untuk mencapai tujuan dengan menggunakan kemampuan-kemampuan dirinya
secara optimal sehingga pelaksanaan peran gandanya menjadi optimal sekaligus
cenderung terhindar dari konflik peran ganda.
2. Bagi rumah sakit
Bagi rumah sakit diharapkan untuk memberikan pelatihan-pelatihan kepada
perawat untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan kerja yang ditunjang
dengan pembekalan untuk meningkatkan konsep diri perawat ke arah yang lebih
positif dan keinginan meningkatkan mutu secara pribadi melalui ilmu
pengetahuan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti hendaknya memperhatikan pemilihan populasi dan mengetahui
lebih jauh tentang karakteristik populasi. Hal ini dimaksudkan agar penelitian
yang dilakukan dapat benar-benar diterapkan pada orang yang tepat dan dapat
benar-benar mengukur aspek yang hendak diukur, selain itu diperhatikan pula
jumlah pengambilan sampel, sehingga nanti hasilnya dapat digeneralisasikan pada
populasi yang dimaksud.
Penelitian ini hanya memfokuskan penelitian pada hubungan antara
konsep diri dengan konflik peran ganda. Untuk penelitian selanjutnya disarankan
tidak hanya meneliti tentang hubungan saja, tetapi juga meneliti seberapa besar
pengaruh konsep diri terhadap konflik peran ganda.
Disarankan pula, peneliti selanjutnya lebih memperhatikan lagi mengenai
pembuatan alat ukur skala konflik peran ganda. Kemudian disarankan pula alat
ukur langsung diberikan kepada subjek penelitian.
Peneliti hendaknya mempertimbangkan penggunaan metode penelitian
kualitatif agar lebih banyak faktor yang dapat diungkap, karena penelitian metode
ini sangat mendalam serta dibantu oleh ketrampilan observasi dan wawancara
untuk dapat menggali data dari subyek penelitian.
Peneliti menyarankan agar dalam penelitian selanjutnya lebih memperhatikan
variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh dan dapat menjelaskan variasi
tingkat konflik peran ganda.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya
dengan Konsep diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika
Aditama.
Alwisol. (2007). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Amran, T.S.B. (1994). Kiat Wanita Meniti Karier. Jakarta: Pustaka Bina Mandiri,
Pressindo.
Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological Testing. (7th
Edition). New
Jersey: Prentice – Hall International Inc.
Andarika. R. (2004). Burnout pada Perawat Puteri Rumah Sakit St. Elizabeth
Semarang Ditinjau dari Dukungan Sosial. Jurnal Psyche, 1(1), 1-8.
Anoraga, P. (2006). Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2001). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, S. (1995). Sikap Manusia: Teori dan Pengukuran. Edisi ke-2. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Pelajar.
________. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________. (2000). Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik Tahun 2007. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari
2007 http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei07.pdf. Diakses April 2010.
Berzonsky, M. D. (1981). Adolescent Development. New York: Mac Millan
Publishing Co. Inc.
Brehm, S.S., & Kassin, S.M. (1996). Social Psychology (3rd ed.). USA. Houghton
Mifflin Company.
Burke, R. J. (1996). Work Experience, Stress and Health among Managerial and
Professional Women (dalam Cooper, C.L., Schabracq, M.J., & Winnbust,
J.A.M., Hand Book of Work and Health Psychology. New York: John Willey
& Sons.
Burns, R.B. (1993). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan
Perilaku. (Alih Bahasa: Eddy.) Jakarta: Penerbit Archan.
Chaplin, J. P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. (Alih Bahasa: Kartini Kartono.)
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Cohen, J. (1988). Statistical Power and Analysis for the Behavioral Sciences (2nd
ed.). Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Davidoff, L.L, (1991). Psikologi Suatu Pengantar.(Alih Bahasa: M. Juaniati.)
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gaffar, L.J., (1999). Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG.
Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. (2008). Psikologi Perawatan. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.
Hadi, S. (1991). Analisis Butir untuk Instrumen: Angket, tes dan skala dengan
basica. Yogyakarta: Andi Offset.
Hadi, S. (2000). Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Hamid, H. (2005). Hubungan antara Androginitas dengan Konflik Peran Ganda
pada Wanita. Jurnal Intelektual, 3(2), 129-136.
Hardy, M. & Heyes, S. (1988). Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Hofman, L. W., & Nye, F.I. (1984). Working Mothers. San Francisco: Jossey-
Bass Publisher.
Hurlock, E.B., (2004). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. (Alih Bahasa: Istiwidayanti & Soedjarwo.) Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Indraswari, 2004, 24 Mei. Perempuan dan Kerja. Kedaulatan Rakyat.
Irawaty & Kusumaputri, E. S. (2008). Pengaruh Manajemen Diri terhadap
Intensitas Konflik Peran Ganda (Studi pada Wanita yang Bekerja di Lembaga
Pendidikan). Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi,
10(1), 14-33.
Isparijanti, I. (2004). Peran Perempuan Ibu Rumah Tangga dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Sosial Keluarga Melalui Kegiatan Ekonomi Produktif. Media
Informasi Penelitian,177(28), 88-93.
Jones, F. & Bright J., (2001). Stress, Myth, Theory & Research. England: Prentice
Hall.
Kartono, K., (2004). Psikologi Wanita Jilid I: Gadis Remaja dan Wanita Dewasa.
Bandung: Alumni.
Keluarga atau Karier?. Kompas(on-line).http://www.infoanak.com/dilema-ibu-
muda-keluarga-atau-karier/. Diakses April 2010.
Kerlinger, F. N., (1995). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Koswara, E. (1991). Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (1998). Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Muchinsky, P. M., (1997). Psychology Applied to Work: An inroducing and
organizational psychology 5th Ed. California: Brooks/ Cole Publishing.
Nazir, M., (2006). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Neuman, N. (1984). Development Through Life A Psychosocial Approach.
Chicago: The Dorsey Press.
Neuman, N. (1999). Development Through Life A Psychosocial Approach. USA:
Wadsworth Publishing Company.
Parllant, J., (2001). SPSS Survival Guide: A Step by Step Guide to Data Analysis
Using SPSS. Victoria. McPherson’s Printing Group.
Peterson, C., (1996). Looking Forward Through The Lifespan Developmental
Psychology (3rd. Ed) Australia: Prentice Hall.
Praptianingsih, S., (2006). Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Prawitasari, A.K., Purwanto,Y., & Yuwono, S. (2007). Hubungan Work-Family
Conflict dengan Kepuasan Kerja pada Karyawati Berperan Jenis Kelamin
Androgini di PT. Tiga Putera Abadi Perkasa Cabang Purbalingga.Indigenous
Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, 9(2), 1-13.
Pudjijogyanti, C.R. (1993). Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan.
Putri, A. F & Himam, F. (2002). Ibu dan Karir: Kajian Fenomenologi terhadap
Dual-Career Family. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rini, J. F. (2002). Konsep Diri. Jakarta: Team e-psikologi ://www.e-
psikologi.com/dewasa/. Diakses April 2010.
Rini, J.F. (2002). Wanita Bekerja. Jakarta: Team e-psikologi http://www.e-
psikologi.com/dewasa/. Diakses April 2010.
Rusita, F. (2005). Hubungan antara Konflik Kerja-Keluarga dengan Kepuasan
Kerja. Skripsi. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Santoso, S. (2005). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 14.
Jakarta: PT.Elex Media Komputindo Gramedia.
Santrock, J.W. (1995). Life-Span Development, Brown and Benchmark, Times
Mirror International Publisher Ltd.
Sarwono, S.W., (2002). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sears, D.O., Freedman, J.L.,& Peplau, L.A. (1985). Psikologi Sosial. (Alih
Bahasa: Aminuddin Ram). Jakarta: Erlangga.
Sekaran, U. (1986). Dual-Career Families. San Fransisco: Jossey Bass Publishers
Shaevit, M. H. (1989). Wanita Super. Yogyakarta: Kanisius.
Singarimbun, M. & Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Soetrisno, L. (1997). Kemiskinan Perempuan dan Pemberdayaan. Yogyakarta:
Kanisius.
Sugiyono. (1999). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, S. (1991). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
Suryabrata, S. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi
offset.
Suryabrata, S. (2003). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suryadi, D., Satiadarma, M.P., & Wirawan, H.E. (2004). Gambaran Konflik
Emosional Perempuan dalam Menentukan Prioritas Peran Ganda. Jurnal
Ilmiah Psikologi ”ARKHE”, 9(1), 11-22.
Triton, P.B. (2006). SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta.:
CV. Andi Offset.
Widyarini, M.M.N. (2005, Agustus). Makna Profesionalisme Perawat dalam
Perspektif Pasien (Pendekatan Kualitatif). Makalah dipresentasikan pada
Seminar Nasional PESAT, Jakarta.
Wolfman, R., & Brunetta. (1989). Peran Kaum Wanita: Bagaimana menjadi
cakap dan seimbang dalam aneka peran. Yogyakarta: Kanisius.
Zainuddin, M. (2000). Metodologi Penelitian. Surabaya: Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga.
LA
MPIR
AN
1 (S
kor S
ubje
k - V
aria
bel X
)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
26
27
28
29
30
1
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
2
3
2
3
2
3
3
3
3
4
3
4
4
3
4
4
3
3
3
6
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
2
3
4
3
2
3
2
4
3
3
3
4
4
2
4
3
2
3
3
3
3
3
3
4
3
7
3
3
3
4
3
4
4
3
4
3
2
3
4
4
2
3
2
4
3
4
3
4
4
2
4
3
2
3
3
4
3
3
3
4
3
8
3
3
3
4
3
4
4
3
4
3
2
3
4
4
2
3
2
4
3
4
3
4
4
2
4
3
2
3
3
4
3
3
3
4
3
9
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
2
3
4
3
2
3
2
4
3
3
3
4
4
2
4
3
2
3
3
3
3
3
3
4
3
10
3
3
3
4
3
4
4
3
4
3
2
3
1
4
2
3
3
2
4
3
4
4
2
4
3
2
3
2
3
4
3
3
3
4
3
11
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
4
4
4
3
4
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
12
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
2
4
4
3
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
4
3
3
13
3
3
3
4
4
4
3
2
4
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
4
3
2
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
14
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
2
4
2
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
4
3
3
4
4
15
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
4
4
4
16
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
17
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
18
4
3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
4
4
2
4
2
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
4
3
3
4
4
19
4
3
3
4
4
3
3
4
4
3
3
3
4
3
2
4
2
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
4
3
3
4
4
20
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
4
4
4
21
3
3
4
2
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
2
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
4
2
3
22
3
3
4
2
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
2
3
4
4
3
3
4
3
4
4
3
3
4
3
3
3
4
2
4
23
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
2
3
4
3
4
4
4
3
3
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
24
3
3
4
2
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
3
3
2
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
4
2
3
25
3
3
4
2
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
4
2
3
26
3
3
3
4
4
3
4
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
27
3
3
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
28
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
29
3
3
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
1
4
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
30
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
2
3
2
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
3
3
3
4
31
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
2
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
4
4
4
4
4
32
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
4
3
4
2
4
2
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
26
27
28
29
30
33
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
34
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
35
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
3
4
2
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
36
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
37
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
4
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
38
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
39
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
2
4
3
3
3
2
3
2
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
40
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
41
4
3
4
3
4
4
3
3
4
3
3
4
3
4
3
4
2
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
4
3
4
3
4
42
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
3
3
4
3
3
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
2
4
3
4
4
4
43
3
3
3
4
4
4
3
3
4
3
3
4
3
3
2
3
2
3
3
4
2
3
4
3
3
4
2
3
3
3
3
3
3
4
4
44
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
45
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
2
3
4
4
4
2
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
46
2
4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
4
3
3
3
3
4
3
4
4
3
4
3
4
2
4
3
3
2
47
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
48
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
49
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
50
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
51
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
2
4
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
52
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
4
3
3
3
2
4
3
4
3
3
3
3
4
3
4
3
4
3
4
3
3
3
4
53
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
3
4
4
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
4
3
4
4
3
3
3
3
54
4
3
3
4
4
3
3
4
4
3
4
4
3
4
3
3
2
3
4
4
3
4
4
1
4
4
2
3
4
3
4
3
3
4
4
55
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
3
4
2
4
2
3
4
2
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
56
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
4
4
4
3
4
2
4
2
3
4
2
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
57
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
2
4
2
3
4
2
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
58
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
59
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
60
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
61
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
2
4
2
4
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
62
3
3
4
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
63
3
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
2
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
64
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
65
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
66
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
4
4
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
3
4
4
4
67
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
2
3
4
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
26
27
28
29
30
68
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
69
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
70
4
4
4
4
4
4
4
1
4
4
4
4
4
4
3
3
2
3
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
4
4
4
4
4
71
3
3
3
2
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
72
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
32
33
34
35
36
37
38
39
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
3
3
2
3
3
3
3
3
4
6
3
3
3
3
4
3
3
3
3
7
3
3
3
4
4
3
3
3
3
8
3
3
3
4
4
3
3
3
3
9
3
3
3
3
3
3
3
3
3
10
3
4
3
4
2
3
3
3
3
11
4
3
3
3
3
3
3
3
3
12
3
2
2
3
4
4
3
4
4
13
3
2
3
4
4
4
4
4
3
14
3
2
3
3
4
4
4
4
4
15
3
3
3
3
4
4
4
4
4
16
3
3
3
3
4
4
4
4
4
17
4
4
4
4
3
3
3
3
3
18
3
2
3
3
4
4
4
4
4
19
3
2
3
3
4
4
4
4
4
20
3
3
3
3
4
4
4
4
4
21
4
4
2
3
3
3
3
4
3
22
4
4
2
3
3
3
3
3
3
23
4
4
3
4
4
4
4
4
4
24
4
4
2
3
3
3
4
4
3
25
4
4
2
3
3
3
4
4
3
26
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
3
4
3
3
3
3
3
4
3
28
3
4
3
2
3
3
4
3
3
29
3
4
3
3
3
3
3
4
3
30
4
4
3
3
3
3
4
4
3
31
4
4
2
2
4
4
4
4
4
32
4
4
2
4
4
3
4
4
4
31
32
33
34
35
36
37
38
39
33
3
3
3
3
3
3
3
3
3
34
3
3
3
3
3
3
3
3
3
35
3
4
1
3
4
4
4
4
4
36
4
4
3
1
4
3
4
4
3
37
4
4
3
4
4
4
3
4
3
38
3
3
3
3
3
3
3
3
3
39
3
3
2
3
3
3
3
3
3
40
3
3
2
3
3
3
3
3
3
41
3
3
3
4
4
3
4
4
3
42
3
3
3
3
4
4
4
4
3
43
4
3
2
3
3
3
4
3
2
44
4
4
3
4
4
4
4
4
3
45
3
3
3
4
3
3
4
3
3
46
4
4
1
4
3
3
4
2
2
47
4
4
4
3
3
3
4
4
3
48
3
3
2
3
3
3
3
3
3
49
3
3
2
3
3
3
3
3
3
50
3
3
2
3
3
3
3
3
3
51
4
3
3
3
4
4
4
4
4
52
4
3
3
3
3
3
3
3
3
53
4
3
2
3
3
3
3
3
2
54
4
3
2
4
3
3
4
4
2
55
4
4
2
4
3
3
3
4
4
56
4
4
2
4
3
3
3
4
4
57
4
3
2
4
4
4
4
4
4
58
3
3
2
3
3
3
3
3
3
59
3
3
2
3
3
3
3
3
3
60
3
3
2
3
3
3
3
3
3
61
4
4
3
4
4
4
4
4
4
62
3
3
1
3
3
4
4
4
4
63
2
3
2
3
3
3
3
3
2
64
3
3
3
3
3
3
3
3
3
65
3
3
3
3
3
3
3
3
3
66
3
3
3
3
3
3
3
3
3
67
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
1
32
33
34
35
36
37
38
39
68
3
3
3
4
4
3
3
4
3
69
4
4
3
3
4
3
3
3
3
70
3
4
3
3
4
4
4
4
4
71
3
3
3
3
3
3
3
3
3
72
3
3
3
3
3
3
3
3
3
LA
MPIR
AN
2 (Skor S
ubje
k –
Varia
bel Y
)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
26
27
28
29
30
1
2
2
1
3
1
3
2
2
2
1
1
2
3
2
1
1
1
1
2
2
3
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
3
1
2
3
3
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
3
1
3
3
1
2
3
1
2
2
2
2
2
1
3
4
1
1
2
2
2
2
3
4
2
1
2
1
2
2
2
3
2
3
1
2
3
1
4
3
2
3
2
1
3
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
1
2
2
2
2
2
3
2
3
2
1
5
2
3
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
4
2
1
2
2
3
3
4
3
2
1
1
1
1
3
3
3
2
2
3
2
2
2
6
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
1
2
3
2
2
2
2
2
2
1
2
7
4
1
2
2
1
1
1
2
2
2
2
3
4
1
1
2
2
2
2
3
1
2
2
2
1
2
3
2
2
1
4
1
2
2
1
8
2
1
2
2
1
1
1
2
2
2
2
3
4
1
1
2
2
2
2
3
1
2
2
2
1
2
3
2
2
1
2
1
2
2
1
9
2
2
3
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
1
10
3
1
2
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
1
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
1
3
2
2
1
3
1
2
3
2
11
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
2
2
2
3
2
2
3
3
3
3
3
2
2
12
3
2
3
2
2
1
1
2
2
1
2
2
3
2
1
1
1
2
2
2
4
2
2
2
2
2
1
2
2
2
3
2
3
2
2
13
2
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
1
4
4
2
1
2
1
3
2
2
3
1
2
2
1
2
1
14
2
2
2
3
1
2
2
3
1
1
1
2
4
1
1
1
1
1
4
3
4
1
1
2
1
1
3
3
4
1
2
2
2
3
1
15
1
4
4
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
4
1
1
1
1
1
2
4
2
2
1
4
4
2
1
16
2
4
4
3
1
1
2
1
2
2
2
2
4
2
2
1
2
2
2
4
4
1
2
2
2
1
2
4
2
2
2
4
4
3
1
17
2
1
1
3
1
3
1
1
1
1
1
1
2
3
1
1
1
1
1
3
4
1
1
1
1
1
2
3
3
1
2
1
1
3
1
18
2
2
2
3
1
2
3
3
1
1
1
2
4
1
1
1
1
1
4
3
4
1
1
1
1
1
3
3
4
1
2
2
2
3
1
19
2
2
2
3
1
2
2
3
1
1
1
2
4
1
1
1
1
1
4
3
4
1
1
1
1
1
3
3
4
1
2
2
2
3
1
20
1
4
4
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
4
1
1
1
1
1
2
4
2
2
1
4
4
2
1
21
2
1
3
2
2
3
1
2
1
1
1
1
4
2
1
2
2
2
2
2
3
1
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
3
2
2
22
2
1
3
2
2
3
1
2
1
1
1
1
4
2
1
2
2
2
2
2
3
1
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
3
2
2
23
3
2
3
2
2
2
1
3
2
2
1
2
1
2
2
2
1
1
2
3
3
2
2
2
1
2
2
3
2
2
3
2
3
2
2
24
2
1
2
2
2
3
1
2
1
1
1
1
4
2
1
2
2
2
2
2
4
1
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
25
2
1
3
2
2
3
1
2
1
1
1
1
4
2
1
2
2
2
2
2
4
1
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
3
2
2
26
2
2
2
3
1
2
1
2
2
1
2
1
2
1
1
2
1
2
2
2
3
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
3
1
27
2
1
1
3
1
2
1
1
1
1
1
1
3
2
1
1
1
1
1
2
4
3
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
3
1
28
2
1
1
3
1
2
1
1
1
1
1
1
3
2
1
1
1
1
1
2
4
3
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
3
1
29
2
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
3
2
1
1
1
1
1
2
4
3
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
30
2
1
1
3
1
2
2
2
2
2
1
1
3
2
1
1
1
2
2
2
4
3
1
2
1
2
1
1
1
1
2
1
1
3
1
31
2
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
3
1
2
1
1
4
2
3
4
4
1
2
1
1
1
4
4
4
2
2
2
2
2
1
32
2
1
2
2
2
3
2
1
2
1
1
2
3
1
2
2
1
1
2
3
3
2
1
1
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
26
27
28
29
30
33
2
2
2
3
2
2
1
1
2
1
1
3
4
2
1
1
1
2
1
2
4
3
4
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
34
3
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
2
2
35
3
2
2
3
1
2
1
1
2
2
1
2
3
2
1
1
1
2
2
2
4
1
1
1
1
2
2
2
2
1
3
2
2
3
1
36
2
1
2
3
2
2
1
2
1
1
2
2
3
2
1
1
2
3
1
3
4
3
2
1
1
3
3
2
3
1
2
1
2
3
2
37
3
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
3
2
1
1
2
3
1
3
4
3
2
1
1
3
3
2
3
1
3
2
2
2
2
38
2
2
2
3
2
2
1
2
2
1
2
2
3
2
2
2
1
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
39
4
3
2
2
2
1
2
1
1
2
1
4
3
2
1
1
2
2
2
3
4
2
1
3
1
2
2
3
4
2
4
3
2
2
2
40
2
2
1
3
2
2
2
2
1
1
2
2
3
2
2
2
1
2
2
3
3
2
2
1
2
2
2
3
2
1
2
2
1
3
2
41
3
4
3
3
1
1
2
2
1
1
1
4
4
2
1
1
1
2
2
3
4
3
1
1
1
3
1
2
3
2
3
4
3
3
1
42
3
2
1
3
1
2
2
3
1
1
1
2
2
2
2
1
1
1
2
3
4
3
1
2
1
2
2
2
3
2
3
2
1
3
1
43
3
3
2
2
2
1
3
3
1
2
3
3
2
1
2
1
2
2
3
3
4
2
2
3
1
3
2
3
3
1
3
3
2
2
2
44
2
2
2
4
1
1
2
2
1
1
1
2
4
1
1
1
1
2
2
3
4
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
4
1
45
2
3
1
3
1
1
3
1
2
2
2
3
1
1
1
2
1
1
2
2
4
2
2
2
1
3
3
2
4
2
2
3
1
3
1
46
4
2
2
3
1
3
3
2
1
2
3
3
2
1
2
3
2
2
2
4
4
2
2
3
2
2
2
3
3
3
4
2
2
3
1
47
2
1
2
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
1
2
1
2
1
2
4
1
48
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
49
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
50
3
3
3
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
51
3
2
4
3
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1
1
1
2
3
1
2
4
2
1
1
1
2
2
3
2
1
3
2
4
3
2
52
2
2
3
3
1
2
2
1
1
1
1
1
2
2
2
1
2
3
2
3
3
2
1
1
1
2
2
3
3
2
2
2
3
3
1
53
2
3
2
2
1
1
1
1
1
2
2
1
4
1
1
2
2
2
2
2
3
1
1
1
2
2
2
2
3
1
2
3
2
2
1
54
3
3
3
2
1
1
2
2
1
1
1
1
4
1
1
1
1
4
1
2
4
1
1
1
1
2
2
1
4
1
3
3
3
2
1
55
3
3
2
1
1
4
2
2
1
1
2
2
3
2
1
1
2
2
2
4
3
1
2
2
1
3
2
2
4
2
3
3
2
1
1
56
4
4
4
1
1
3
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
2
2
2
4
4
1
2
2
2
3
2
2
4
2
4
4
4
1
1
57
3
3
2
1
1
4
2
2
1
1
2
2
3
2
1
1
2
2
2
4
3
1
1
2
2
2
2
3
4
2
3
3
2
1
1
58
2
2
2
3
1
2
1
1
1
1
1
2
3
1
1
1
1
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
3
1
59
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
2
2
2
2
60
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
61
2
1
2
3
2
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
1
3
4
1
1
1
1
1
1
1
4
1
2
1
2
3
2
62
2
3
2
3
2
2
2
2
1
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
3
4
1
1
1
1
2
2
2
3
2
2
3
2
3
2
63
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
3
3
2
64
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
65
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
66
2
1
1
4
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
1
1
4
1
67
2
2
1
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
4
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
26
27
28
29
30
68
2
2
2
4
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
4
2
69
3
2
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
3
2
1
2
1
2
2
3
4
3
2
2
1
4
2
2
2
2
3
2
1
2
1
70
2
1
2
3
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
3
3
2
2
1
1
2
2
3
3
2
2
1
2
3
1
71
2
1
1
3
1
2
2
2
1
1
1
1
3
2
1
2
2
2
2
2
4
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
3
1
72
3
2
2
2
3
1
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
1
1
3
3
3
2
2
3
2
2
2
3
3
1
32
33
34
35
36
37
38
1
3
1
2
2
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
4
3
2
3
2
2
2
2
2
5
3
2
1
2
2
1
2
2
6
2
2
2
2
2
2
2
2
7
2
2
1
2
1
2
1
2
8
2
2
1
2
1
2
1
2
9
2
2
2
2
2
2
2
2
10
2
4
3
3
1
3
1
2
11
3
3
2
2
2
2
2
2
12
3
2
2
3
2
2
2
2
13
3
2
2
2
1
1
2
1
14
1
1
2
2
1
1
2
1
15
4
2
2
2
1
1
2
1
16
4
2
1
2
2
2
2
1
17
2
2
2
2
2
2
2
2
18
1
1
2
2
1
1
3
1
19
1
1
2
2
1
1
2
1
20
4
2
2
2
1
1
2
1
21
1
1
1
2
1
2
2
1
22
1
1
1
2
1
2
2
1
23
2
2
3
2
2
2
2
2
24
1
1
1
2
1
2
2
1
25
1
1
1
2
1
2
2
1
26
2
1
3
2
2
2
1
2
27
3
1
1
1
1
2
2
2
28
3
1
1
1
1
2
2
2
29
3
1
1
1
1
2
2
2
30
3
1
2
2
1
2
2
2
31
4
2
1
3
1
1
2
1
32
2
2
2
1
2
2
1
2
3
1
32
33
34
35
36
37
38
33
3
1
4
1
1
2
2
2
34
2
2
2
2
2
2
2
3
35
4
2
1
2
1
1
2
1
36
2
1
2
1
2
2
2
2
37
2
1
2
1
2
2
2
2
38
2
2
2
2
2
2
2
2
39
2
2
2
2
1
1
3
2
40
3
2
2
2
2
2
2
2
41
2
2
2
1
1
1
1
1
42
3
2
2
2
2
2
2
1
43
2
2
2
2
2
2
2
2
44
1
2
2
1
1
1
1
2
45
1
2
1
2
2
2
3
2
46
2
2
2
3
3
2
2
2
47
2
1
1
1
1
1
1
2
48
2
2
2
2
2
2
2
2
49
2
2
2
2
2
2
2
2
50
2
2
2
2
2
2
2
2
51
3
2
1
2
1
1
1
1
52
3
2
2
2
1
1
2
2
53
2
2
2
1
2
2
2
2
54
3
1
1
1
1
1
1
1
55
2
2
1
2
2
2
2
1
56
2
2
1
2
2
2
2
1
57
2
2
1
2
2
2
2
1
58
2
2
2
2
2
2
2
2
59
2
3
2
2
2
2
2
2
60
3
2
2
2
2
2
2
2
61
3
1
1
1
1
1
1
1
62
3
2
2
2
2
2
2
2
63
3
2
3
2
2
2
3
2
64
3
2
2
2
2
2
2
2
65
3
2
2
2
2
2
2
2
66
3
1
1
2
1
1
2
2
67
3
1
1
1
1
1
2
2
3
1
32
33
34
35
36
37
38
68
3
1
1
1
1
1
2
2
69
2
2
4
2
2
2
2
2
70
2
2
2
2
2
1
2
2
71
2
2
2
2
2
2
2
2
72
2
2
2
2
2
2
2
2
LAMPIRAN 3
Blue Print Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba
No. Indikator Favorabel Unfavorabel N %
1. Nilai diri fisik 1, 2, 24, 33, 34 15, 16, 17, 40, 44 10 20%
2. Nilai diri sosial 3, 25, 35, 36,
50
9, 10, 31, 32, 41 10 20%
3. Nilai diri pribadi 4, 5, 18, 19, 37 13, 14, 26, 42, 43 10 20%
4. Nilai diri keluarga 20, 21, 38, 48,
49
8, 12, 27, 30, 45 10 20%
5. Nilai diri moral
dan etika
22, 23, 39, 46,
47
6, 7, 11, 28, 29 10 20%
Jumlah 25 25 50 100%
Blue Print Skala Konsep Diri Sesudah Uji Coba
No. Indikator Favorabel Unfavorabel N %
1. Nilai diri fisik 1, 26 12, 30 4 10,26%
2. Nilai diri sosial 2,18, 27, 39 7, 24, 25, 31 8 20,51%
3. Nilai diri pribadi 3, 13 10, 11, 19, 32,
33
7 17,95%
4. Nilai diri keluarga 14, 15, 28, 37, 38 6, 9, 20, 23, 34 10 25,64%
5. Nilai diri moral
dan etika
16, 17, 29, 35, 36 4, 5, 8, 21, 22 10 25,64%
Jumlah 18 21 39 100%
LAMPIRAN 4
Blue Print Skala Konflik Peran Ganda Sebelum Uji Coba
No. Indikator Favorabel Unfavorabel N %
1. Konflik waktu
(time based
conflict)
1, 2, 9, 23, 24,
39, 40, 43, 44
12, 13, 14, 29, 30,
31, 34, 45, 47
18 36%
2. Konflik
ketegangan (strain
based conflict)
3, 4, 16, 17, 25,
26, 41, 46
7, 8, 19, 20, 32,
33, 35, 48
16 32%
3. Konflik perilaku
(behavior based
conflict
18, 27, 28, 36,
37, 38, 42, 49
5, 6, 10, 11, 15,
21, 22, 50
16 32%
Jumlah 25 25 50 100%
Blue Print Skala Konflik Peran Ganda Sesudah Uji Coba
No. Indikator Favorabel Unfavorabel N %
1. Konflik waktu
(time based
conflict)
1, 2, 17, 18, 29,
30, 32
8, 9, 10, 22, 23,
26, 33, 35
15 39,47%
2. Konflik
ketegangan (strain
based conflict)
3, 12, 13, 19, 20,
34
5, 6, 15, 24, 25,
36
12 31,58%
3. Konflik perilaku
(behavior based
conflict
14, 21, 27, 28,
31, 37
4, 7, 11, 16, 38 11 28,95%
Jumlah 19 19 38 100%
LAMPIRAN 5 (KUISIONER SEBELUM UJI COBA)
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga semester
8, saat ini saya sedang menyusun skripsi dengan bimbingan dosen Prof. Dr.
Mareyke M.W. Tairas, MBA., MA. ProCoun. Berkenaan dengan penyelesaian
skripsi tersebut, saya mohon kesediaan anda mengisi kuesioner ini dengan jujur
dan sesuai dengan keadaan Anda sebenarnya tanpa ada pengaruh dari pihak
manapun.
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlampir, saya
mengharapkan Anda mengisi data diri pada lembar jawaban dengan lengkap dan
MEMBACA PETUNJUK terlebih dahulu. Sebelum diserahkan, pastikan tidak
ada pernyataan yang terlewati untuk dijawab. Jawablah pada lembar jawaban yang
tersedia.
Tidak ada maksud tertentu dalam kuesioner ini, selain untuk penyelesaian
skripsi saya. Hasil isian kuesioner ini akan saya jamin kerahasiaannya. Saya
mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi anda dalam pengisian kuesioner
ini. Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua.
Hormat saya,
Astrie Eka Setyarini
(110610192)
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang sesuai dengan diri anda.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Sebelum mengisi kuesioner ini, kami mengharapkan anda untuk mengisi
identitas dibawah ini :
Nama :
Usia :
Status : Menikah/ Belum Menikah*
Jumlah Anak :
Pendidikan Terakhir:
(* coret yang tidak perlu
)
KUISIONER KONSEP DIRI
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
1. Saya tampak lebih rapi dengan seragam
perawat yang saya kenakan.
SS S TS STS
2. Saya mempunyai wajah yang menarik
untuk dilihat pasien.
SS S TS STS
3. Saya mudah menyesuaikan diri dalam
segala situasi.
SS S TS STS
4. Saya berani menyampaikan gagasan
demi kemajuan bersama.
SS S TS STS
5. Saya memiliki keyakinan dapat
mengerjakan tugas perawat sebaik
mungkin.
SS S TS STS
6. Saya tidak mempunyai kewajiban
mematuhi aturan yang berlaku di
masyarakat.
SS S TS STS
7. Saya termasuk orang yang suka
melanggar peraturan kerja rumah sakit.
SS S TS STS
8. Saya merasa tidak memiliki sesuatu
yang dibanggakan bagi keluarga
SS S TS STS
9. Saya hanya dapat berbaur dalam
lingkungan tertentu.
SS S TS STS
10. Saya mengalami kesulitan untuk
memulai pembicaraan dengan orang
lain.
SS S TS STS
11. Saya akan membela teman baik saya
walaupun hal tersebut keliru.
SS S TS STS
12. Saya merasa kurang dihargai oleh
keluarga saya.
SS S TS STS
13. Saya merasa ragu saat akan mengambil
suatu keputusan.
SS S TS STS
14. Saya takut menyampaikan ide-ide walau
itu untuk kemajuan bersama.
SS S TS STS
15. Saya kadang mengalami pusing-pusing
ketika akan mulai bekerja.
SS S TS STS
16. Kesehatan saya mudah menurun saat
melakukan pekerjaan perawat yang
berat.
SS S TS STS
17. Saya merasa tenaga yang saya miliki
tidak cukup untuk melaksanakan semua
pekerjaan perawat.
SS S TS STS
18. Merawat pasien saya lakukan
sesempurna mungkin, karena hal itu
menjadi kepuasan tersendiri bagi saya.
SS S TS STS
19. Nilai prestasi saya sebagai perawat, di
atas rata-rata nilai prestasi perawat-
perawat lainnya.
SS S TS STS
20. Saya merasa keluarga selalu memberi
dukungan setiap saya mengalami
kesulitan.
SS S TS STS
21. Anak-anak menjadi penurut, ketika saya
ada di rumah.
SS S TS STS
22. Saya sudah menjalani hidup berdasarkan
ajaran agama yang saya anut.
SS S TS STS
23. Saya merasa kurang enak karena pulang
kerja larut malam.
SS S TS STS
24. Saya mempunyai cukup tenaga untuk
mengerjakan semua tugas perawat.
SS S TS STS
25. Saya dapat bekerja sama dengan sesama
perawat.
SS S TS STS
26. Saya tidak begitu menguasai ilmu
keperawatan.
SS S TS STS
27. Keluarga saya acuh tak acuh bila saya
ada di rumah.
SS S TS STS
28. Saya tidak memperdulikan penilaian
masyarakat sekitar tentang cara saya
berperilaku.
SS S TS STS
29. Saya merasa bahwa berperilaku yang
tidak sesuai dengan aturan yang berlaku
di masyarakat merupakan hal yang
biasa.
SS S TS STS
30. Saya merasa tidak nyaman tinggal di
lingkungan keluarga saya.
SS S TS STS
31. Saya membutuhkan waktu lama untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru.
SS S TS STS
32. Saya merasa kehadiran saya sepertinya
kurang diterima oleh orang di sekitar.
SS S TS STS
33. Saya merasa bangga terhadap kondisi
fisik saya.
SS S TS STS
34. Sebagai perawat, saya menjaga
kebersihan badan saya.
SS S TS STS
35. Saya percaya diri untuk memulai
pembicaraan dengan orang lain.
SS S TS STS
36. Saya menjalin hubungan yang akrab
dengan setiap orang yang ada di sekitar
saya.
SS S TS STS
37. Saya merasa mampu memecahkan
segala permasalahan yang sedang saya
hadapi.
SS S TS STS
38. Saya memiliki peran penting dalam
keluarga.
SS S TS STS
39. Saya menyapa tetangga, ketika
berangkat dan pulang kerja.
SS S TS STS
40. Saya merasa kurang percaya diri dengan
wajah saya.
SS S TS STS
41. Saya hanya menyapa teman yang saya
anggap baik.
SS S TS STS
42. Saya bukan perawat handal, karena
kondisi pasien yang saya rawat semakin
memburuk.
SS S TS STS
43. Saya jengkel jika pasien mencela hasil
kerja saya.
SS S TS STS
44. Saya merasa dapat tampil lebih menarik
bila tidak menggunakan seragam
perawat.
SS S TS STS
45. Saya kurang dilibatkan dalam
pengambilan keputusan keluarga.
SS S TS STS
46. Saya sudah hidup di jalan yang lurus
sesuai dengan agama yang saya anut.
SS S TS STS
47. Saya sudah bersikap sesuai dengan
aturan yang berlaku di masyarakat.
SS S TS STS
48. Saya memiliki hak yang sama untuk
berpendapat dalam keluarga.
SS S TS STS
49. Keluarga saya merasa bangga
mempunyai istri atau ibu seorang
perawat.
SS S TS STS
50. Saya hanya membutuhkan waktu
singkat untuk menyesuaikan diri di
lingkungan baru.
SS S TS STS
KUISIONER KONFLIK PERAN GANDA
No Pernyataan Alternatif Jawaban
1. Tugas jaga perawat secara bergilir
(shift) mengganggu situasi dan waktu
kebersamaan keluarga.
SS S TS STS
2. Meluangkan waktu untuk membantu
anak belajar adalah hal yang jarang saya
lakukan karena terlalu sibuk bekerja
sebagai perawat.
SS S TS STS
3. Saya tidak memiliki tenaga yang
maksimal untuk bekerja di rumah sakit
karena sudah terlalu lelah mengerjakan
pekerjaan rumah.
SS S TS STS
4. Saya sulit bersantai saat bersama anak-
anak bila masih ada pekerjaan dari
tempat kerja yang belum selesai.
SS S TS STS
5. Saya membedakan sikap tegas ketika
berada di rumah sakit dengan sikap
tegas ketika berada di rumah.
SS S TS STS
6. Sangat kontras antara suasana kerja di
rumah sakit yang serba teratur dengan
kerja di rumah secara serabutan.
SS S TS STS
7. Bila sedang bercengkrama bersama
anak-anak, saya mencoba melupakan
beban kerja saya di rumah sakit.
SS S TS STS
8. Kemarahan saya di rumah bukan karena
permasalahan yang sedang saya hadapi
di tempat kerja, tetapi karena anak-anak
tidak mematuhi aturan di rumah.
SS S TS STS
9. Ketika anak-anak masih bayi, waktu
untuk menyususi sangat kurang karena
saya harus bekerja sebagai perawat.
SS S TS STS
10. Keakraban kerja dengan perawat pria
tidak mengurangi rasa cinta saya kepada
suami.
SS S TS STS
11. Pekerjaan perawat yang sistematis serta
menyenangkan tidak membuat saya
jenuh melakukan pekerjaan rumah
tangga yang serabutan.
SS S TS STS
12. Saya tetap membuat masakan untuk
keluarga, meskipun waktu yang sangat
sempit karena tersita oleh tugas saya
sebagai perawat.
SS S TS STS
13. Kurangnya waktu bersama keluarga
yang disebabkan pekerjaan saya di
SS S TS STS
rumah sakit, tidak menyebabkan
keluarga menjauhi saya.
14. Meski harus menyelesaikan pekerjaan
rumah terlebih dahulu, saya tidak
terlambat sampai di rumah sakit untuk
bekerja.
SS S TS STS
15. Perawat memerlukan pendidikan formal,
ibu rumah tangga hanya menggunakan
intuisi, tetapi kedua tugas itu bisa saya
lakukan dengan baik.
SS S TS STS
16. Pekerjaan rumah menjadi terbengkalai
karena saya terlalu lelah setelah bekerja
di rumah sakit.
SS S TS STS
17. Perasaan saya menjadi sedih ketika
dicurigai oleh suami atas keterlambatan
saya pulang bekerja dari rumah sakit.
SS S TS STS
18. Saya kurang bisa bekerjasama dengan
rekan sekerja, karena sedang ada
masalah rumah tangga.
SS S TS STS
19. Saya tetap merawat pasien dengan
sebaik mungkin walau kondisi fisik saya
menurun karena terlalu lelah
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
SS S TS STS
20. Saya merawat pasien dengan ramah
walau sebenarnya ada permasalahan di
rumah yang belum selesai.
SS S TS STS
21. Dokter memimpin perawat sesuai aturan
baku rumah sakit; suami memimpin
keluarga dengan aturannya sendiri,
tetapi saya mampu mematuhi keduanya
dengan baik.
SS S TS STS
22. Perhatian yang saya berikan pada suami
dan anak-anak merupakan bentuk kasih
sayang, berbeda dengan bentuk
perhatian pada rekan kerja merupakan
profesionalisme kerja.
SS S TS STS
23. Terlambat masuk kerja merupakan hal
yang biasa terjadi karena sebelum
berangkat kerja saya harus
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga
terlebih dulu.
SS S TS STS
24. Karena harus berbelanja sehabis
bekerja, keterlambatan saya tiba di
rumah menjadi alasan keluarga untuk
memprotes saya.
SS S TS STS
25. Saya menjadi murung saat tiba di SS S TS STS
rumah, karena sebelumnya mendapat
teguran dari atasan.
26. Saat mendapat kabar anak sakit, saya
menjadi kurang fokus dalam bekerja
karena ingin segera pulang melihat
kondisi anak.
SS S TS STS
27. Pikiran saya sedang kacau disebabkan
oleh masalah rumah tangga, tetapi tugas
saya sebagai perawat menuntut
ketenangan dan konsentrasi yang tinggi.
SS S TS STS
28. Saya merawat anak yang sedang sakit
sama seperti saat saya merawat pasien di
rumah sakit.
SS S TS STS
29. Bukan hal yang harus disesali bila
bekerja di luar rumah membuat waktu
bersama anak menjadi sempit.
SS S TS STS
30. Pekerjaan rumah tangga mampu saya
selesaikan tanpa harus absen kerja.
SS S TS STS
31. Keluarga dapat memahami situsainya
jika saya sedang bekerja lembur.
SS S TS STS
32. Kelelahan setelah bekerja di rumah sakit
tidak menghalangi saya untuk
mengerjakan pekerjaan rumah dengan
sebaik mungkin.
SS S TS STS
33. Kekecewaan karena dimarahi oleh
dokter ataupun pasien, tidak saya
lampiaskan kepada keluarga saya.
SS S TS STS
34. Saya percaya bahwa anak-anak mampu
belajar sendiri ketika saya mendapat
giliran tugas jaga malam hari.
SS S TS STS
35 Meski sebelum berangkat kerja terjadi
pertengkaran dengan suami, semangat
saya untuk merawat pasien tetap tinggi.
SS S TS STS
36. Kerjasama yang baik diantara perawat
harus dijaga, meskipun kelakuan rekan
kerja saya menjengkelkan.
SS S TS STS
37. Keadaan di rumah sering berantakan
dan kotor sangat menjengkelkan,
berbeda dengan kondisi rumah sakit
yang rapi dan bersih.
SS S TS STS
38. Saya jadi bingung sendiri, di rumah
anak saya sedang sakit, di tempat tugas
saya harus merawat anak orang lain.
SS S TS STS
39. Karena ada kerja lembur, membuat
waktu saya sempit untuk mengerjakan
pekerjaan rumah tangga.
SS S TS STS
40. Saya pulang lebih awal dari jam kerja
karena masih ada pekerjaan lain yang
menunggu di rumah.
SS S TS STS
41. Saya harus bersikap ramah di depan
pasien, padahal perasaan saya sedang
kacau karena habis bertengkar dengan
suami.
SS S TS STS
42. Sikap tegas saya pada anak-anak sama
persis dengan sikap tegas saat bekerja di
rumah sakit.
SS S TS STS
43. Disaat keluarga-keluarga lainnya
menikmati libur nasional, sebagai
perawat saya tetap harus bertugas.
SS S TS STS
44. Saya merasa tidak dapat membagi
waktu dengan baik sehingga pekerjaan
di rumah sakit mengganggu peran saya
untuk mengurus keluarga.
SS S TS STS
45. Saya berprinsip bahwa kualitas waktu
bersama keluarga dapat menggantikan
waktu yang hilang berkenaan tugas saya
sebagai perawat.
SS S TS STS
46. Kepala saya pusing jika memikirkan
keadaan rumah ketika saya bekerja di
rumah sakit.
SS S TS STS
47. Saya merasa yakin pekerjaan sebagai
perawat tidak akan mengganggu peran
untuk mengurus keluarga di rumah
karena saya dapat membagi waktu
secara tepat.
SS S TS STS
48. Saya dapat mengendalikan perasaan
agar situasi kerja di rumah sakit tidak
mengganggu suasana di rumah.
SS S TS STS
49. Perasaan saya tertekan oleh kerja rumah
tangga yang saya kerjakan sendirian,
berbeda dengan kerja bersama rekan-
rekan di rumah sakit.
SS S TS STS
50. Sikap penurut saya pada suami, tidak
mempersulit saya mengambil keputusan
ketika bekerja di rumah sakit.
SS S TS STS
LAMPIRAN 6 (KUISIONER SESUDAH UJI COBA)
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga semester
8, saat ini saya sedang menyusun skripsi dengan bimbingan dosen Prof. Dr.
Mareyke M.W. Tairas, MBA., MA. ProCoun. Berkenaan dengan penyelesaian
skripsi tersebut, saya mohon kesediaan anda mengisi kuesioner ini dengan jujur
dan sesuai dengan keadaan Anda sebenarnya tanpa ada pengaruh dari pihak
manapun.
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlampir, saya
mengharapkan Anda mengisi data diri pada lembar jawaban dengan lengkap dan
MEMBACA PETUNJUK terlebih dahulu. Sebelum diserahkan, pastikan tidak
ada pernyataan yang terlewati untuk dijawab. Jawablah pada lembar jawaban yang
tersedia.
Tidak ada maksud tertentu dalam kuesioner ini, selain untuk penyelesaian
skripsi saya. Hasil isian kuesioner ini akan saya jamin kerahasiaannya. Saya
mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi anda dalam pengisian kuesioner
ini. Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua.
Hormat saya,
Astrie Eka Setyarini
(110610192)
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang sesuai dengan diri
anda.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Sebelum mengisi kuesioner ini, kami mengharapkan anda untuk mengisi
identitas dibawah ini :
Nama :
Usia :
Status : Menikah/ Belum Menikah*
Jumlah Anak :
Pendidikan Terakhir:
(* coret yang tidak perlu
)
KUISIONER KONSEP DIRI
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
1. Saya tampak lebih rapi dengan seragam
perawat yang saya kenakan.
SS S TS STS
2. Saya mudah menyesuaikan diri dalam
segala situasi.
SS S TS STS
3. Saya memiliki keyakinan dapat
mengerjakan tugas perawat sebaik
mungkin.
SS S TS STS
4. Saya tidak mempunyai kewajiban
mematuhi aturan yang berlaku di
masyarakat.
SS S TS STS
5. Saya termasuk orang yang suka
melanggar peraturan kerja rumah sakit.
SS S TS STS
6. Saya merasa tidak memiliki sesuatu
yang dibanggakan bagi keluarga
SS S TS STS
7. Saya hanya dapat berbaur dalam
lingkungan tertentu.
SS S TS STS
8. Saya akan membela teman baik saya
walaupun hal tersebut keliru.
SS S TS STS
9. Saya merasa kurang dihargai oleh
keluarga saya.
SS S TS STS
10. Saya merasa ragu saat akan mengambil
suatu keputusan.
SS S TS STS
11. Saya takut menyampaikan ide-ide walau
itu untuk kemajuan bersama.
SS S TS STS
12. Kesehatan saya mudah menurun saat
melakukan pekerjaan perawat yang
berat.
SS S TS STS
13. Merawat pasien saya lakukan SS S TS STS
sesempurna mungkin, karena hal itu
menjadi kepuasan tersendiri bagi saya.
14. Saya merasa keluarga selalu memberi
dukungan setiap saya mengalami
kesulitan.
SS S TS STS
15. Anak-anak menjadi penurut, ketika saya
ada di rumah.
SS S TS STS
16. Saya sudah menjalani hidup berdasarkan
ajaran agama yang saya anut.
SS S TS STS
17. Saya merasa kurang enak karena pulang
kerja larut malam.
SS S TS STS
18. Saya dapat bekerja sama dengan sesama
perawat.
SS S TS STS
19. Saya tidak begitu menguasai ilmu
keperawatan.
SS S TS STS
20. Keluarga saya acuh tak acuh bila saya
ada di rumah.
SS S TS STS
21. Saya tidak memperdulikan penilaian
masyarakat sekitar tentang cara saya
berperilaku.
SS S TS STS
22. Saya merasa bahwa berperilaku yang
tidak sesuai dengan aturan yang berlaku
di masyarakat merupakan hal yang
biasa.
SS S TS STS
23. Saya merasa tidak nyaman tinggal di
lingkungan keluarga saya.
SS S TS STS
24. Saya membutuhkan waktu lama untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru.
SS S TS STS
25. Saya merasa kehadiran saya sepertinya
kurang diterima oleh orang di sekitar.
SS S TS STS
26. Sebagai perawat, saya menjaga
kebersihan badan saya.
SS S TS STS
27. Saya menjalin hubungan yang akrab
dengan setiap orang yang ada di sekitar
saya.
SS S TS STS
28. Saya memiliki peran penting dalam
keluarga.
SS S TS STS
29. Saya menyapa tetangga, ketika
berangkat dan pulang kerja.
SS S TS STS
30. Saya merasa kurang percaya diri dengan
wajah saya.
SS S TS STS
31. Saya hanya menyapa teman yang saya
anggap baik.
SS S TS STS
32. Saya bukan perawat handal, karena
kondisi pasien yang saya rawat semakin
memburuk.
SS S TS STS
33. Saya jengkel jika pasien mencela hasil
kerja saya.
SS S TS STS
34. Saya kurang dilibatkan dalam
pengambilan keputusan keluarga.
SS S TS STS
35. Saya sudah hidup di jalan yang lurus
sesuai dengan agama yang saya anut.
SS S TS STS
36. Saya sudah bersikap sesuai dengan
aturan yang berlaku di masyarakat.
SS S TS STS
37. Saya memiliki hak yang sama untuk
berpendapat dalam keluarga.
SS S TS STS
38. Keluarga saya merasa bangga
mempunyai istri atau ibu seorang
perawat.
SS S TS STS
39. Saya hanya membutuhkan waktu
singkat untuk menyesuaikan diri di
lingkungan baru.
SS S TS STS
KUISIONER KONFLIK PERAN GANDA
No Pernyataan Alternatif Jawaban
1. Tugas jaga perawat secara bergilir
(shift) mengganggu situasi dan waktu
kebersamaan keluarga.
SS S TS STS
2. Meluangkan waktu untuk membantu
anak belajar adalah hal yang jarang saya
lakukan karena terlalu sibuk bekerja
sebagai perawat.
SS S TS STS
3. Saya sulit bersantai saat bersama anak-
anak bila masih ada pekerjaan dari
tempat kerja yang belum selesai.
SS S TS STS
4. Sangat kontras antara suasana kerja di
rumah sakit yang serba teratur dengan
kerja di rumah secara serabutan.
SS S TS STS
5. Bila sedang bercengkrama bersama
anak-anak, saya mencoba melupakan
beban kerja saya di rumah sakit.
SS S TS STS
6. Kemarahan saya di rumah bukan karena
permasalahan yang sedang saya hadapi
di tempat kerja, tetapi karena anak-anak
tidak mematuhi aturan di rumah.
SS S TS STS
7. Pekerjaan perawat yang sistematis serta
menyenangkan tidak membuat saya
jenuh melakukan pekerjaan rumah
tangga yang serabutan.
SS S TS STS
8. Saya tetap membuat masakan untuk
keluarga, meskipun waktu yang sangat
sempit karena tersita oleh tugas saya
sebagai perawat.
SS S TS STS
9. Kurangnya waktu bersama keluarga
yang disebabkan pekerjaan saya di
rumah sakit, tidak menyebabkan
keluarga menjauhi saya.
SS S TS STS
10. Meski harus menyelesaikan pekerjaan
rumah terlebih dahulu, saya tidak
terlambat sampai di rumah sakit untuk
bekerja.
SS S TS STS
11. Perawat memerlukan pendidikan formal,
ibu rumah tangga hanya menggunakan
intuisi, tetapi kedua tugas itu bisa saya
lakukan dengan baik.
SS S TS STS
12. Pekerjaan rumah menjadi terbengkalai
karena saya terlalu lelah setelah bekerja
di rumah sakit.
SS S TS STS
13. Perasaan saya menjadi sedih ketika
dicurigai oleh suami atas keterlambatan
saya pulang bekerja dari rumah sakit.
SS S TS STS
14. Saya kurang bisa bekerjasama dengan
rekan sekerja, karena sedang ada
masalah rumah tangga.
SS S TS STS
15. Saya merawat pasien dengan ramah
walau sebenarnya ada permasalahan di
rumah yang belum selesai.
SS S TS STS
16. Dokter memimpin perawat sesuai aturan
baku rumah sakit; suami memimpin
keluarga dengan aturannya sendiri,
tetapi saya mampu mematuhi keduanya
dengan baik.
SS S TS STS
17. Terlambat masuk kerja merupakan hal
yang biasa terjadi karena sebelum
berangkat kerja saya harus
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga
terlebih dulu.
SS S TS STS
18. Karena harus berbelanja sehabis
bekerja, keterlambatan saya tiba di
rumah menjadi alasan keluarga untuk
memprotes saya.
SS S TS STS
19. Saya menjadi murung saat tiba di
rumah, karena sebelumnya mendapat
teguran dari atasan.
SS S TS STS
20. Saat mendapat kabar anak sakit, saya
menjadi kurang fokus dalam bekerja
karena ingin segera pulang melihat
kondisi anak.
SS S TS STS
21. Pikiran saya sedang kacau disebabkan
oleh masalah rumah tangga, tetapi tugas
saya sebagai perawat menuntut
ketenangan dan konsentrasi yang tinggi.
SS S TS STS
22. Bukan hal yang harus disesali bila
bekerja di luar rumah membuat waktu
bersama anak menjadi sempit.
SS S TS STS
23. Pekerjaan rumah tangga mampu saya
selesaikan tanpa harus absen kerja.
SS S TS STS
24. Kelelahan setelah bekerja di rumah sakit
tidak menghalangi saya untuk
mengerjakan pekerjaan rumah dengan
sebaik mungkin.
SS S TS STS
25. Kekecewaan karena dimarahi oleh
dokter ataupun pasien, tidak saya
lampiaskan kepada keluarga saya.
SS S TS STS
26. Saya percaya bahwa anak-anak mampu
belajar sendiri ketika saya mendapat
giliran tugas jaga malam hari.
SS S TS STS
27. Keadaan di rumah sering berantakan
dan kotor sangat menjengkelkan,
berbeda dengan kondisi rumah sakit
yang rapi dan bersih.
SS S TS STS
28. Saya jadi bingung sendiri, di rumah
anak saya sedang sakit, di tempat tugas
saya harus merawat anak orang lain.
SS S TS STS
29. Karena ada kerja lembur, membuat
waktu saya sempit untuk mengerjakan
pekerjaan rumah tangga.
SS S TS STS
30. Saya pulang lebih awal dari jam kerja
karena masih ada pekerjaan lain yang
menunggu di rumah.
SS S TS STS
31. Sikap tegas saya pada anak-anak sama
persis dengan sikap tegas saat bekerja di
rumah sakit.
SS S TS STS
32. Saya merasa tidak dapat membagi
waktu dengan baik sehingga pekerjaan
di rumah sakit mengganggu peran saya
untuk mengurus keluarga.
SS S TS STS
33. Saya berprinsip bahwa kualitas waktu
bersama keluarga dapat menggantikan
waktu yang hilang berkenaan tugas saya
sebagai perawat.
SS S TS STS
34. Kepala saya pusing jika memikirkan
keadaan rumah ketika saya bekerja di
rumah sakit.
SS S TS STS
35. Saya merasa yakin pekerjaan sebagai
perawat tidak akan mengganggu peran
untuk mengurus keluarga di rumah
karena saya dapat membagi waktu
secara tepat.
SS S TS STS
36. Saya dapat mengendalikan perasaan
agar situasi kerja di rumah sakit tidak
mengganggu suasana di rumah.
SS S TS STS
37. Perasaan saya tertekan oleh kerja rumah
tangga yang saya kerjakan sendirian,
berbeda dengan kerja bersama rekan-
rekan di rumah sakit.
SS S TS STS
38. Sikap penurut saya pada suami, tidak
mempersulit saya mengambil keputusan
ketika bekerja di rumah sakit.
SS S TS STS
LAMPIRAN 7
Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Skala Konsep Diri
PUTARAN I
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.920 50
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 3.00 .643 30
VAR00002 3.27 .450 30
VAR00003 3.07 .254 30
VAR00004 3.20 .407 30
VAR00005 3.27 .450 30
VAR00006 3.30 .535 30
VAR00007 3.40 .498 30
VAR00008 3.17 .592 30
VAR00009 3.30 .535 30
VAR00010 3.23 .430 30
VAR00011 3.33 .547 30
VAR00012 3.40 .498 30
VAR00013 2.87 .507 30
VAR00014 3.03 .320 30
VAR00015 3.27 .640 30
VAR00016 2.70 .596 30
VAR00017 3.13 .571 30
VAR00018 3.30 .535 30
VAR00019 2.90 .305 30
VAR00020 3.37 .490 30
VAR00021 3.07 .450 30
VAR00022 3.47 .507 30
VAR00023 3.20 .407 30
VAR00024 3.40 .498 30
VAR00025 3.37 .490 30
VAR00026 3.03 .490 30
VAR00027 3.50 .572 30
VAR00028 2.90 .662 30
VAR00029 3.30 .596 30
VAR00030 3.27 .521 30
VAR00031 2.83 .648 30
VAR00032 3.03 .490 30
VAR00033 3.20 .551 30
VAR00034 3.57 .504 30
VAR00035 3.30 .466 30
VAR00036 3.43 .626 30
VAR00037 3.03 .320 30
VAR00038 3.30 .466 30
VAR00039 3.30 .466 30
VAR00040 2.97 .718 30
VAR00041 3.40 .563 30
VAR00042 3.30 .535 30
VAR00043 2.73 .450 30
VAR00044 2.77 .568 30
VAR00045 3.27 .450 30
VAR00046 3.43 .504 30
VAR00047 3.40 .498 30
VAR00048 3.50 .509 30
VAR00049 3.37 .490 30
VAR00050 2.97 .669 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 157.10 129.266 .481 .918
VAR00002 156.83 135.799 .068 .921
VAR00003 157.03 134.654 .339 .920
VAR00004 156.90 136.438 .012 .922
VAR00005 156.83 133.730 .267 .920
VAR00006 156.80 130.166 .513 .918
VAR00007 156.70 130.010 .568 .917
VAR00008 156.93 131.789 .337 .920
VAR00009 156.80 128.234 .676 .916
VAR00010 156.87 135.016 .151 .921
VAR00011 156.77 128.668 .625 .917
VAR00012 156.70 128.010 .750 .916
VAR00013 157.23 132.944 .300 .920
VAR00014 157.07 131.789 .657 .918
VAR00015 156.83 135.523 .052 .923
VAR00016 157.40 131.490 .356 .919
VAR00017 156.97 136.102 .021 .923
VAR00018 156.80 133.683 .222 .920
VAR00019 157.20 137.545 -.129 .922
VAR00020 156.73 129.168 .656 .917
VAR00021 157.03 131.551 .481 .918
VAR00022 156.63 128.240 .715 .916
VAR00023 156.90 133.748 .298 .920
VAR00024 156.70 135.941 .045 .922
VAR00025 156.73 130.133 .567 .917
VAR00026 157.07 132.340 .367 .919
VAR00027 156.60 126.110 .799 .915
VAR00028 157.20 127.476 .589 .917
VAR00029 156.80 130.028 .466 .918
VAR00030 156.83 129.592 .578 .917
VAR00031 157.27 125.720 .728 .915
VAR00032 157.07 132.754 .329 .919
VAR00033 156.90 134.852 .122 .921
VAR00034 156.53 129.775 .582 .917
VAR00035 156.80 133.959 .235 .920
VAR00036 156.67 131.126 .362 .919
VAR00037 157.07 135.789 .110 .921
VAR00038 156.80 133.683 .261 .920
VAR00039 156.80 133.476 .280 .920
VAR00040 157.13 131.568 .281 .921
VAR00041 156.70 126.286 .799 .915
VAR00042 156.80 130.786 .461 .918
VAR00043 157.37 133.137 .325 .919
VAR00044 157.33 135.402 .075 .922
VAR00045 156.83 130.420 .593 .917
VAR00046 156.67 128.437 .702 .916
VAR00047 156.70 130.769 .500 .918
VAR00048 156.60 127.834 .750 .916
VAR00049 156.73 128.478 .720 .916
VAR00050 157.13 126.257 .666 .916
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
160.10 136.714 11.692 50
PUTARAN II
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.938 40
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 3.00 .643 30
VAR00003 3.07 .254 30
VAR00005 3.27 .450 30
VAR00006 3.30 .535 30
VAR00007 3.40 .498 30
VAR00008 3.17 .592 30
VAR00009 3.30 .535 30
VAR00011 3.33 .547 30
VAR00012 3.40 .498 30
VAR00013 2.87 .507 30
VAR00014 3.03 .320 30
VAR00016 2.70 .596 30
VAR00018 3.30 .535 30
VAR00020 3.37 .490 30
VAR00021 3.07 .450 30
VAR00022 3.47 .507 30
VAR00023 3.20 .407 30
VAR00025 3.37 .490 30
VAR00026 3.03 .490 30
VAR00027 3.50 .572 30
VAR00028 2.90 .662 30
VAR00029 3.30 .596 30
VAR00030 3.27 .521 30
VAR00031 2.83 .648 30
VAR00032 3.03 .490 30
VAR00034 3.57 .504 30
VAR00035 3.30 .466 30
VAR00036 3.43 .626 30
VAR00038 3.30 .466 30
VAR00039 3.30 .466 30
VAR00040 2.97 .718 30
VAR00041 3.40 .563 30
VAR00042 3.30 .535 30
VAR00043 2.73 .450 30
VAR00045 3.27 .450 30
VAR00046 3.43 .504 30
VAR00047 3.40 .498 30
VAR00048 3.50 .509 30
VAR00049 3.37 .490 30
VAR00050 2.97 .669 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 125.70 121.045 .531 .936
VAR00003 125.63 127.137 .310 .937
VAR00005 125.43 125.909 .284 .938
VAR00006 125.40 122.800 .497 .936
VAR00007 125.30 122.631 .552 .936
VAR00008 125.53 124.602 .304 .938
VAR00009 125.40 120.731 .677 .935
VAR00011 125.37 121.275 .615 .935
VAR00012 125.30 120.010 .798 .934
VAR00013 125.83 125.592 .275 .938
VAR00014 125.67 124.644 .592 .936
VAR00016 126.00 123.724 .369 .937
VAR00018 125.40 125.628 .255 .938
VAR00020 125.33 121.816 .640 .935
VAR00021 125.63 124.033 .473 .936
VAR00022 125.23 120.254 .761 .934
VAR00023 125.50 126.052 .302 .938
VAR00025 125.33 122.092 .613 .935
VAR00026 125.67 124.782 .361 .937
VAR00027 125.20 118.717 .796 .933
VAR00028 125.80 119.338 .636 .935
VAR00029 125.40 122.455 .467 .937
VAR00030 125.43 121.978 .585 .935
VAR00031 125.87 118.120 .741 .934
VAR00032 125.67 124.989 .342 .937
VAR00034 125.13 122.189 .586 .935
VAR00035 125.40 127.007 .167 .939
VAR00036 125.27 124.133 .319 .938
VAR00038 125.40 126.041 .260 .938
VAR00039 125.40 125.490 .313 .938
VAR00040 125.73 124.478 .248 .939
VAR00041 125.30 118.907 .794 .934
VAR00042 125.40 122.800 .497 .936
VAR00043 125.97 125.757 .299 .938
VAR00045 125.43 122.668 .613 .935
VAR00046 125.27 120.478 .745 .934
VAR00047 125.30 122.976 .520 .936
VAR00048 125.20 119.890 .793 .934
VAR00049 125.33 120.713 .745 .934
VAR00050 125.73 118.271 .705 .934
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
128.70 128.976 11.357 40
PUTARAN III
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.939 39
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 3.00 .643 30
VAR00003 3.07 .254 30
VAR00005 3.27 .450 30
VAR00006 3.30 .535 30
VAR00007 3.40 .498 30
VAR00008 3.17 .592 30
VAR00009 3.30 .535 30
VAR00011 3.33 .547 30
VAR00012 3.40 .498 30
VAR00013 2.87 .507 30
VAR00014 3.03 .320 30
VAR00016 2.70 .596 30
VAR00018 3.30 .535 30
VAR00020 3.37 .490 30
VAR00021 3.07 .450 30
VAR00022 3.47 .507 30
VAR00023 3.20 .407 30
VAR00025 3.37 .490 30
VAR00026 3.03 .490 30
VAR00027 3.50 .572 30
VAR00028 2.90 .662 30
VAR00029 3.30 .596 30
VAR00030 3.27 .521 30
VAR00031 2.83 .648 30
VAR00032 3.03 .490 30
VAR00034 3.57 .504 30
VAR00036 3.43 .626 30
VAR00038 3.30 .466 30
VAR00039 3.30 .466 30
VAR00040 2.97 .718 30
VAR00041 3.40 .563 30
VAR00042 3.30 .535 30
VAR00043 2.73 .450 30
VAR00045 3.27 .450 30
VAR00046 3.43 .504 30
VAR00047 3.40 .498 30
VAR00048 3.50 .509 30
VAR00049 3.37 .490 30
VAR00050 2.97 .669 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 122.40 118.800 .556 .937
VAR00003 122.33 125.264 .295 .939
VAR00005 122.13 123.844 .296 .939
VAR00006 122.10 120.714 .511 .937
VAR00007 122.00 120.621 .561 .937
VAR00008 122.23 122.737 .299 .939
VAR00009 122.10 118.783 .681 .936
VAR00011 122.07 119.375 .614 .936
VAR00012 122.00 118.138 .796 .935
VAR00013 122.53 123.844 .257 .939
VAR00014 122.37 122.792 .580 .937
VAR00016 122.70 121.597 .385 .938
VAR00018 122.10 123.541 .267 .939
VAR00020 122.03 119.895 .640 .936
VAR00021 122.33 122.299 .453 .938
VAR00022 121.93 118.340 .762 .935
VAR00023 122.20 124.166 .295 .939
VAR00025 122.03 120.171 .614 .936
VAR00026 122.37 122.930 .353 .938
VAR00027 121.90 116.783 .800 .934
VAR00028 122.50 117.293 .647 .936
VAR00029 122.10 120.576 .464 .938
VAR00030 122.13 120.120 .580 .937
VAR00031 122.57 116.185 .745 .935
VAR00032 122.37 123.137 .334 .939
VAR00034 121.83 120.144 .598 .936
VAR00036 121.97 122.516 .296 .939
VAR00038 122.10 124.093 .260 .939
VAR00039 122.10 123.541 .314 .939
VAR00040 122.43 122.530 .249 .940
VAR00041 122.00 116.966 .798 .935
VAR00042 122.10 120.852 .499 .937
VAR00043 122.67 123.885 .292 .939
VAR00045 122.13 120.809 .606 .937
VAR00046 121.97 118.585 .744 .935
VAR00047 122.00 121.103 .516 .937
VAR00048 121.90 117.955 .796 .935
VAR00049 122.03 118.792 .746 .935
VAR00050 122.43 116.392 .705 .935
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
125.40 127.007 11.270 39
LAMPIRAN 8
Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Skala Konflik Peran
Ganda
PUTARAN I
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.868 50
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 3.03 .615 30
VAR00002 2.53 .571 30
VAR00003 3.33 .547 30
VAR00004 2.83 .379 30
VAR00005 2.63 .490 30
VAR00006 1.37 .490 30
VAR00007 1.50 .509 30
VAR00008 1.80 .407 30
VAR00009 1.77 .430 30
VAR00010 1.40 .498 30
VAR00011 3.13 .346 30
VAR00012 1.73 .521 30
VAR00013 1.73 .521 30
VAR00014 1.67 .606 30
VAR00015 1.53 .629 30
VAR00016 2.83 .379 30
VAR00017 2.57 .504 30
VAR00018 2.00 .788 30
VAR00019 2.83 .379 30
VAR00020 1.33 .479 30
VAR00021 1.73 .450 30
VAR00022 1.23 .430 30
VAR00023 1.80 .551 30
VAR00024 3.17 .461 30
VAR00025 2.17 .592 30
VAR00026 3.57 .504 30
VAR00027 2.60 .563 30
VAR00028 1.63 .490 30
VAR00029 1.83 .379 30
VAR00030 1.57 .679 30
VAR00031 1.70 .535 30
VAR00032 1.53 .507 30
VAR00033 1.77 .626 30
VAR00034 1.97 .556 30
VAR00035 1.83 .461 30
VAR00036 2.97 .414 30
VAR00037 2.20 .551 30
VAR00038 2.57 .679 30
VAR00039 2.67 .547 30
VAR00040 2.03 .320 30
VAR00041 1.37 .490 30
VAR00042 2.60 .498 30
VAR00043 3.27 .450 30
VAR00044 1.93 .365 30
VAR00045 3.53 .571 30
VAR00046 2.10 .481 30
VAR00047 2.13 .629 30
VAR00048 1.83 .461 30
VAR00049 2.17 .592 30
VAR00050 1.90 .607 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 105.90 84.852 .457 .863
VAR00002 106.40 85.559 .428 .864
VAR00003 105.60 89.766 .033 .871
VAR00004 106.10 88.507 .247 .867
VAR00005 106.30 89.872 .032 .870
VAR00006 107.57 87.909 .246 .867
VAR00007 107.43 85.357 .510 .863
VAR00008 107.13 88.464 .232 .867
VAR00009 107.17 89.730 .061 .870
VAR00010 107.53 90.257 -.010 .871
VAR00011 105.80 88.303 .306 .866
VAR00012 107.20 87.200 .302 .866
VAR00013 107.20 87.062 .316 .866
VAR00014 107.27 83.651 .576 .861
VAR00015 107.40 86.041 .341 .866
VAR00016 106.10 87.817 .345 .866
VAR00017 106.37 86.723 .366 .865
VAR00018 106.93 83.513 .436 .864
VAR00019 106.10 90.990 -.100 .871
VAR00020 107.60 87.834 .261 .867
VAR00021 107.20 85.752 .535 .863
VAR00022 107.70 90.355 -.016 .871
VAR00023 107.13 87.085 .294 .866
VAR00024 105.77 85.978 .493 .863
VAR00025 106.77 85.771 .391 .865
VAR00026 105.37 86.171 .426 .864
VAR00027 106.33 87.678 .229 .868
VAR00028 107.30 89.666 .054 .870
VAR00029 107.10 86.990 .463 .864
VAR00030 107.37 86.102 .305 .867
VAR00031 107.23 87.978 .214 .868
VAR00032 107.40 87.145 .317 .866
VAR00033 107.17 84.006 .524 .862
VAR00034 106.97 86.309 .367 .865
VAR00035 107.10 88.300 .219 .867
VAR00036 105.97 88.585 .212 .868
VAR00037 106.73 86.754 .327 .866
VAR00038 106.37 84.309 .452 .863
VAR00039 106.27 85.444 .462 .863
VAR00040 106.90 88.231 .345 .866
VAR00041 107.57 88.323 .200 .868
VAR00042 106.33 87.609 .274 .867
VAR00043 105.67 88.920 .152 .868
VAR00044 107.00 87.655 .383 .865
VAR00045 105.40 86.593 .328 .866
VAR00046 106.83 85.868 .484 .863
VAR00047 106.80 86.028 .342 .866
VAR00048 107.10 86.300 .455 .864
VAR00049 106.77 84.116 .547 .862
VAR00050 107.03 83.689 .572 .861
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
108.93 90.409 9.508 50
PUTARAN II
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.885 42
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 3.03 .615 30
VAR00002 2.53 .571 30
VAR00004 2.83 .379 30
VAR00006 1.37 .490 30
VAR00007 1.50 .509 30
VAR00008 1.80 .407 30
VAR00011 3.13 .346 30
VAR00012 1.73 .521 30
VAR00013 1.73 .521 30
VAR00014 1.67 .606 30
VAR00015 1.53 .629 30
VAR00016 2.83 .379 30
VAR00017 2.57 .504 30
VAR00018 2.00 .788 30
VAR00020 1.33 .479 30
VAR00021 1.73 .450 30
VAR00023 1.80 .551 30
VAR00024 3.17 .461 30
VAR00025 2.17 .592 30
VAR00026 3.57 .504 30
VAR00027 2.60 .563 30
VAR00029 1.83 .379 30
VAR00030 1.57 .679 30
VAR00031 1.70 .535 30
VAR00032 1.53 .507 30
VAR00033 1.77 .626 30
VAR00034 1.97 .556 30
VAR00035 1.83 .461 30
VAR00036 2.97 .414 30
VAR00037 2.20 .551 30
VAR00038 2.57 .679 30
VAR00039 2.67 .547 30
VAR00040 2.03 .320 30
VAR00041 1.37 .490 30
VAR00042 2.60 .498 30
VAR00044 1.93 .365 30
VAR00045 3.53 .571 30
VAR00046 2.10 .481 30
VAR00047 2.13 .629 30
VAR00048 1.83 .461 30
VAR00049 2.17 .592 30
VAR00050 1.90 .607 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 87.80 80.855 .469 .881
VAR00002 88.30 81.666 .429 .882
VAR00004 88.00 84.414 .267 .884
VAR00006 89.47 84.120 .229 .885
VAR00007 89.33 81.471 .511 .881
VAR00008 89.03 84.516 .232 .885
VAR00011 87.70 84.355 .306 .884
VAR00012 89.10 83.266 .303 .884
VAR00013 89.10 82.783 .355 .883
VAR00014 89.17 79.937 .564 .879
VAR00015 89.30 82.286 .328 .884
VAR00016 88.00 83.862 .348 .883
VAR00017 88.27 82.961 .349 .883
VAR00018 88.83 79.454 .452 .882
VAR00020 89.50 83.845 .267 .884
VAR00021 89.10 82.093 .506 .881
VAR00023 89.03 82.999 .311 .884
VAR00024 87.67 82.299 .467 .882
VAR00025 88.67 81.678 .410 .882
VAR00026 87.27 82.271 .426 .882
VAR00027 88.23 83.357 .267 .885
VAR00029 89.00 82.759 .510 .881
VAR00030 89.27 82.547 .277 .885
VAR00031 89.13 84.395 .177 .886
VAR00032 89.30 83.597 .276 .884
VAR00033 89.07 79.926 .545 .880
VAR00034 88.87 82.189 .389 .883
VAR00035 89.00 84.621 .187 .885
VAR00036 87.87 84.740 .198 .885
VAR00037 88.63 82.723 .339 .883
VAR00038 88.27 80.271 .468 .881
VAR00039 88.17 81.247 .495 .881
VAR00040 88.80 84.303 .343 .884
VAR00041 89.47 84.533 .183 .886
VAR00042 88.23 83.633 .278 .884
VAR00044 88.90 83.541 .411 .883
VAR00045 87.30 82.907 .306 .884
VAR00046 88.73 81.995 .482 .881
VAR00047 88.70 82.010 .352 .883
VAR00048 89.00 82.276 .470 .881
VAR00049 88.67 79.954 .577 .879
VAR00050 88.93 79.857 .570 .879
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
90.83 86.420 9.296 42
PUTARAN III
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.886 38
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 3.03 .615 30
VAR00002 2.53 .571 30
VAR00004 2.83 .379 30
VAR00006 1.37 .490 30
VAR00007 1.50 .509 30
VAR00008 1.80 .407 30
VAR00011 3.13 .346 30
VAR00012 1.73 .521 30
VAR00013 1.73 .521 30
VAR00014 1.67 .606 30
VAR00015 1.53 .629 30
VAR00016 2.83 .379 30
VAR00017 2.57 .504 30
VAR00018 2.00 .788 30
VAR00020 1.33 .479 30
VAR00021 1.73 .450 30
VAR00023 1.80 .551 30
VAR00024 3.17 .461 30
VAR00025 2.17 .592 30
VAR00026 3.57 .504 30
VAR00027 2.60 .563 30
VAR00029 1.83 .379 30
VAR00030 1.57 .679 30
VAR00032 1.53 .507 30
VAR00033 1.77 .626 30
VAR00034 1.97 .556 30
VAR00037 2.20 .551 30
VAR00038 2.57 .679 30
VAR00039 2.67 .547 30
VAR00040 2.03 .320 30
VAR00042 2.60 .498 30
VAR00044 1.93 .365 30
VAR00045 3.53 .571 30
VAR00046 2.10 .481 30
VAR00047 2.13 .629 30
VAR00048 1.83 .461 30
VAR00049 2.17 .592 30
VAR00050 1.90 .607 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 79.93 73.513 .478 .882
VAR00002 80.43 74.599 .406 .883
VAR00004 80.13 76.878 .287 .885
VAR00006 81.60 76.731 .228 .886
VAR00007 81.47 73.913 .544 .881
VAR00008 81.17 77.247 .212 .886
VAR00011 79.83 77.109 .280 .885
VAR00012 81.23 75.702 .326 .885
VAR00013 81.23 75.151 .388 .883
VAR00014 81.30 72.631 .574 .880
VAR00015 81.43 74.806 .343 .885
VAR00016 80.13 76.464 .350 .884
VAR00017 80.40 75.697 .340 .884
VAR00018 80.97 72.102 .464 .882
VAR00020 81.63 76.516 .260 .886
VAR00021 81.23 75.013 .477 .882
VAR00023 81.17 75.454 .331 .885
VAR00024 79.80 74.993 .466 .882
VAR00025 80.80 74.441 .405 .883
VAR00026 79.40 75.145 .404 .883
VAR00027 80.37 75.895 .277 .886
VAR00029 81.13 75.361 .520 .882
VAR00030 81.40 75.834 .223 .887
VAR00032 81.43 76.530 .241 .886
VAR00033 81.20 72.786 .538 .881
VAR00034 81.00 74.828 .394 .883
VAR00037 80.77 75.357 .342 .884
VAR00038 80.40 72.869 .483 .882
VAR00039 80.30 73.734 .522 .881
VAR00040 80.93 76.961 .333 .885
VAR00042 80.37 76.309 .273 .885
VAR00044 81.03 76.102 .423 .883
VAR00045 79.43 75.771 .285 .885
VAR00046 80.87 74.878 .459 .882
VAR00047 80.83 74.764 .347 .884
VAR00048 81.13 74.809 .490 .882
VAR00049 80.80 72.786 .573 .880
VAR00050 81.07 72.616 .574 .880
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
82.97 78.930 8.884 38
LAMPIRAN 9
HASIL UJI NORMALITAS SKEWNESS
Statistics
konsep diri
konflik peran
ganda
N Valid 72 72
Missing 0 0
Mean 126.71 73.08
Std. Error of Mean 1.152 .918
Median 126.00 74.00
Std. Deviation 9.777 7.793
Variance 95.590 60.725
Skewness .460 -.141
Std. Error of Skewness .283 .283
Kurtosis -.627 .128
Std. Error of Kurtosis .559 .559
Range 36 40
Minimum 113 51
Maximum 149 91
Percentiles 10 114.00 64.00
25 118.00 67.00
50 126.00 74.00
75 132.75 78.00
90 142.70 83.70
LAMPIRAN 10
HASIL UJI NORMALITAS KOLMOGOROV-SMIRNOV
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
konsep diri .091 72 .200(*) .946 72 .004
konflik peran ganda .076 72 .200(*) .985 72 .529
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
LAMPIRAN 11
HASIL UJI ANALISIS KORELASI PRODUCT MOMENT
Correlations
konsep diri konflik_peran_
ganda
konsep diri Pearson Correlation 1 -.648(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 72 72
konflik_peran_ganda Pearson Correlation -.648(**) 1
Sig. (2-tailed) .000
N 72 72
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
140120100
Observed Value
2
0
-2
Expected Normal
Normal Q-Q Plot of konsep diri
140120
Observed Value
0.6
0.4
0.2
0.0
-0.2
Dev from Normal
Detrended Normal Q-Q Plot of konsep diri
konsep diri
140
120
1008060
Observed Value
2.5
0.0
-2.5
Expected Normal
Normal Q-Q Plot of konflik peran ganda
1008060
Observed Value
0.25
0.00
-0.25
-0.50
-0.75
Dev from Normal
Detrended Normal Q-Q Plot of konflik peran ganda
konflik peran ganda
100
80
60