Upload
casillas-junior
View
210
Download
17
Embed Size (px)
DESCRIPTION
opuoip[
Citation preview
11
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
~ Nama dulu : - Toksemia gravidarum ternyata tidak ada toksin
Ada sewaktu hamil
~ Sebagai salah satu sebab kematian ibu
~ Juga ada yang menamakan : EP GestosisEklamsia – Pre-eklamsia
Khusus untuk : Gestosis PE ringan PE berat Eklamsi
22
PRE EKLAMSIA (PE)
Definisi : “PE adalah salah satu komplikasi kehamilan setelah 20 minggu
yang ditandai timbulnya hipertensi
dan proteinuria”
Bila disertai kejang : Eklamsia
Hipertensi : TD 140/90 mmHg
33
KLASIFIKASI H.D.K.
I. HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN (H.GESTATIONAL)
1. Hipertensi : Hipertensi akibat kehamilan tanpa proteinuria
- TD naik > mmHg (D) dalam 2 kali ukur
dengan jarak 2 – 4 jam - Proteinuria (−) - Hamil ≥2 0 minggu - TD > 140/90
2. PE (Pre-eklamsia) Ringan- TD (D) naik 15 mmHg atau > 90 mmHg
dalam 2 kali ukur dengan jarak 2 – 4 jam - Hamil ≥ 20 mgg, proteinuria : (+) 1+- TD > 140/90
44
3. PE Berat : - TD (D) > 110 mmHg- Proteinuria 2+, oligouria, hiperrefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium
4. Eklamsia : - Hipertensi, proteinuria, usia hamil > 20 mgg.,
kejang - Atau : gejala PE + kejang/koma
55
II. HIPERTENSI KRONIK
1. Hipertensi Kronik : - Hipertensi (TD >140/90)
- Hamil < 20 mgg.
2. Superimposed Pre-eclampsia :
- Hipertensi kronik , TD 140/90 mmHg
- Proteinuria : > 300 mg/24 jam sesudah hamil
20 mgg.
- Ada tanda-tanda lain PE
- Juga dikatakan hipertensi kronik dengan pre-eklamsia
(Pada hamil < 20 minggu sebagai hipertensi kronik,
sesudah hamil 20 mgg, disertai tanda-tanda PE lainnya)
66
Gejala dan tanda yang selalu ada
Gejala dan tanda kadang ada
Kemungkinan diagnosis
TD TD (D) (D) 90 mmHg90 mmHg Hamil < 20 mgg.Hamil < 20 mgg.
Hipertensi kronikHipertensi kronik
TD TD (D) 90-110 (D) 90-110 mmHgmmHg
Hamil > 20 mggHamil > 20 mgg Prot. <++Prot. <++
Hipertensi kronik Hipertensi kronik dengan dengan superimposed superimposed
PE ringanPE ringan TD TD (D) 90-110 (D) 90-110
mmHg (2 ukur, mmHg (2 ukur, jarak 4 jam)jarak 4 jam)
Hamil >20 mgg.Hamil >20 mgg. Prot. (−)Prot. (−)
Hipertensi Dalam Hipertensi Dalam KehamilanKehamilan
TD TD (D) 90-110 (D) 90-110 mmHg (2 ukur, mmHg (2 ukur, jarak 4 jam)jarak 4 jam)
Hamil >20 mgg.Hamil >20 mgg.Prot. Sampai ++Prot. Sampai ++
PE RinganPE Ringan
77
Gejala dan tanda yang selalu ada
Gejala dan tanda kadang ada
Kemungkinan diagnosis
TD TD (D) (D) 90 mmHg90 mmHgHamil > 20 mgg.Hamil > 20 mgg.Prot. Prot. ++++++
Hiperrefleksia Hiperrefleksia (())
Nyeri kepala Nyeri kepala (tidak hilang (tidak hilang dengan anal-dengan anal-getika biasa) getika biasa) (−)(−)
Penglihatan kabur Penglihatan kabur (−)(−)
Oligouria (<4cc/ Oligouria (<4cc/ jam) jam) (())
Nyeri abd. atas Nyeri abd. atas (epigastrium) (epigastrium) (−) (−)
Edema paru Edema paru (())
PE BeratPE Berat
KejangKejangTD TD (D) (D) 90 mmHg90 mmHgHamil > 20 mgg.Hamil > 20 mgg.Prot. Prot. ++++
Koma/kejangKoma/kejang Sama seperti PEBSama seperti PEB
EklamsiaEklamsia
88
FAKTOR PREDISPOSISI DAN KOMPLIKASI P.E.
Usia Paritas R a s Gene-tik
Ling-kungan
Sos Ek
Hiper-plantosi
s
Gizi
AAEPA
TxA2PGI2PE
PREDISPOSISI
Edema serebri
Edema paru
Fungsi ginjal/ hati
Sirkulasi uterus-plasenta
IUFD(KJDK
)
Preterm
Hipoksia janin
PJT
KOMPLIKASI TxA2 : Tromboxan
PGI2 : ProstacyclinAA : Arachidonic AcidEPA : Eicosapentaenoic Acid
99
Dari gejala, tanda tsb. Ada penyakit lain dengan disertai gejala seperti :
~ Tetanus
~ Malaria
~ Epilepsia
~ Meningitis / ensefalitis
~ Migrain
~ Trauma kepala
1010
TrismusTrismus Kaku kudukKaku kuduk Punggung melengkungPunggung melengkung Perut kakuPerut kaku Spasme spontanSpasme spontan
TetanusTetanus
KejangKejang Riwayat kejangRiwayat kejang TD : NTD : N
EpilepsiEpilepsi
DemamDemam MenggigilMenggigil Nyeri kepalaNyeri kepala Nyeri otot sendiNyeri otot sendi
Limpa >Limpa > MalariaMalaria
DemamDemam MenggigilMenggigil Nyeri kepalaNyeri kepala Nyeri otot/sendiNyeri otot/sendi KomaKoma AnemiaAnemia
KejangKejang JaundiceJaundice
Malaria dengan komplikasiMalaria dengan komplikasi
Nyeri kepala, kaku Nyeri kepala, kaku kuduk, fotofobia, demamkuduk, fotofobia, demam
KejangKejang GelisahGelisah KomaKoma
Meningitis/ensefalitisMeningitis/ensefalitis
Nyeri kepalaNyeri kepala Penglihatan kaburPenglihatan kabur
MuntahMuntah MigrainMigrain
1111
ETIOLOGI
Secara pasti : Belum diketahui “THE DISEASE OF THEORIES”
Hipotesa :
1. Iskhemia plasenta Pada PE, perubahan pada a.spiralis pada lapisan desidua, perubahan ± 35 – 50% perfusi darah ke plasenta
Iskhemia plasenta.
2. Maladaptasi imum Hal ini sebabkan dangkalnya invasi a.spiralis oleh sel-sel sitotrofoblast endovaskuler dan disfungsi sel endotel.
3. Genetic Imprinting (kel. genetik)
4. Perbandingan VLDL dan toxicity preventing activity (TxPA)
1212
PATOFISIOLOGI PE Sindroma, manifestasi : ibu dan janin
~ Ibu : ► Vasospasmus ► Aktivasi sistem koagulasi ► Perubahan pada sistem yang kontrol
volume dan tekanan darah ► Dasarnya : Proses iskhemia pada
plasenta, ginjal, hepar, otak ► Vasospasmus penyempitan vaskuler
hipertensi arterial
Disfungsi sel endotel - Peran penting dari patofisiologi PE - Dapat rusak endotel lihat :
= di glomerulus ginjal= di plasenta= pembuluh darah uterus
- Sel endotel rusak relaksasi pembuluh darah tahanan perifer TD
1313
ISKHEMIA UTEROPLASENTA
Hamil normal, arteri spiralis dapat alami penyusutan untuk hadapi kebutuhan darah di uterus (sampai 10 kali).
Terjadi dengan cara : invasi fisiologis sel-sel trofoblas ke lapisan otot tunika media dan tunika intima a.sppiralis dan gantikan dengan jaringan elastis – arteri dapat melebar TD
Pada PE :
~ Invasi trofoblast pada a.spiralis tidak sempurna (hanya
pada daerah desidua, ±30 – 50% saja)
~ A.spiralis didaerah otot rahim tetap – tidak dapat dilatasi.
terjadi vasokonstriksi – kurang darah ke plasenta
mortalitas morbiditas perinatal.
1414
TEKANAN DARAH
Pada PE : a. Ada kerusakan sel endotel sensitif terhadap penyebab vasokonstriksi.
b. Sel endotel rusak gangguan produk relaksasi
pembuluh darah tahanan perifer TD
PROTEINURIA.
Protein di urin : 3 mg/24 jam atau 3 mg/dl = 1+
Pada PE : - Perfusi darah ginjal dan kecepatan filtrasi (20 – 25%) PE ringan
- PE berat sampai 50% - Penurunan ini kerusakan endotel kapiler
glo- merulus vasokonstriksi proteinuria
1515
KLASIFIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
I. Hipertensi Gestational = Hipertensi karena kehamilan
TD 140/90 mmHg pertama sekali selama kehamilan,
tanpa proteinuria. TD kembali normal < 12 minggu p.p. Diagnosa akhir ditegakkan p.p. Dapat disertai tanda-tanda lain PE : - Nyeri epig.
- Trombositopenia
II. Pre EklampsiaKriteria umum : TD 140/90 mmHg, setelah kehamilan 2 minggu (dua
kali ukur, jarak 4 jam) Proteinuria : 300 mg/24 jam atau 1+ dengan Dipstick/
dengan cara biasa : 2+ Gejala tersebut menghilang : < 12 minggu p.p.
1616
VLDL : Very Low Density Lipoprotein
~ Bila kadar VLDL melebihi TxPA sebabkan Disfungsi
Endotel
~ Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan akhirnya :
- Invasi sel trofoblast abnormal
- Iskhemia plasenta
- Kerusakan sel-sel endotel
Bersatu menjadi fenomena PE
1717
a. PE Ringan : - TD S : > 120 , < 160 D : >90 , < 110
- Keluhan subjektif : (-) - Proteinuria : 1+ 2+
b. PE Berat : - Hiperrefleksia - TD S 160
- TD D 110 - Keluhan subjektip : = Kel. Serebral : Sakit kepala
frontal = Gangguan penglihatan : kabur,
di- plopia = Nyeri epigastrium : mual, mau
muntah = Edema pulmonum – sesak
- Oligouria :≤ 400 cc/24 jam - Proteinuria : 5 g/24 jam
Impending Ekl.(Ekl. mengancam)- Kel. subj- Tanda obj
EklampsiaYunani : Halilintar
1818
c. Eklampsia : - Kejang yang bukan disebabkan penyakit
lainnya pada wanita dengan PE - PE : Kejang/koma - Saat : Ekl. Gravidarum
Ekl. Parturientum Ekl. Puerperale
Kepastian PE meningkat :
TD 160/110 mmHg Proteinuria : 2.0 g/24 jam ( 24 jam) Serum kreatinin > 1.2 mg/dl Trombosit < 100.000/mm3 Microangiopathic hemolysis (LDH)
LDH = Lactic Dehidrogenase Peningkatan ALT (Alanine Amino Transferase) Nyeri kepala : menetap atau gangguan serebral
atau visual Nyeri epigastrium menetap
1919
III. Superimposed PE (Pada hipertensi kronis)
Timbulnya proteinuria 3 mg/24 jam pada wanita hi- pertensi, tetapi tidak ada sebelum kehamilan 20
mgg.
Peningkatan yang tiba-tiba sesudah hamil 20 mgg. dari :
- Proteinuria- TD- Trombosit – menurun < 100.000/cc
pada wanita hamil dengan hipertensi sebelumnya.
IV. Hipertensi kronis TD : 140/90 mmHg sebelum hamil atau hipertensi pertama didiagnosa setelah kehamilan 20 mgg. dan akan tetap menetap
setelah 12 mgg. p.p.
2020
PENILAIAN KLINIS
1. Anamnesa : - Cari faktor predisposisi : usia, paritas, sos-ek,
gizi, penyakit sebelumnya. Ingat : Primi muda, primi tua - Keluhan subjektif - Tanda-tanda objektif
2. Pemeriksaan : a. Umum : Kesadaran, tanda vital :TD S/D,
respirasi, nadi, suhu.
b. Lokal : - Inspeksi : - Muka/tubuh, oedem luas
- Kesadaran - Palpasi : - Tanda PJT
(pertumbuhan janin terhambat)
c. Reflek : - KPR – lutut - APR – achilles
Jangan lupa faktor lain : Gemelli, mola hidatidosa, bayi besar, DM,
Hidramnion, obesitas
2121
d. Penunjang
Jumlah urine : 4 jam, 24 jam
Lab. : Analisa protein di urine (darah)
Darah :
= Fungsi hati : bilirubin, LDH,SGOT
= Fungsi ginjal : serum kreatinin
= Jumlah trombosit
= LDH
= ALT dan AST (Aspartat Amino
Tranferase)
Funduskopi
USG : Tanda PJT / KJDK
2222
TANDA DAN GEJALA TD Sist. : Dipengaruhi emosi Diast. : Indikator prognosis. Ukur tahanan
perifer 2 kali jarak 4 jam ; TD (D) 90 mmHg –
hipertensi
Proteinuria : protein di urine
Hiperrefleksia : Reflek lutut : KPR Reflek kaki : APR
Nyeri kepala : Nyeri serebral ; sakit kepala frontal
Gangguan penglihatan : Kabur, diplopia
Nyeri epigastrium : Mual, mau muntah
Kejang : Tonik/klonik
Koma : Tidak sadar
Edema : - Edema tungkai sampai keatas - Edema paru
2323
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
TD (D) 90 mmHg, 2x dalam jarak > 4 jam dan usia hamil >20
Minggu, bersamaan dengan proteinuria Diag. Pre Eklampsia
Penyebab Proteinuria lainnya :
• Infeksi tract. urinarius• Anemia berat• Gagal jantung• Partus lama• Haematuria• Kontaminasi darah dari vagina
Penapisan : Uji DipstikUrin dalam tabung reaksi, panaskan,
teteskan 1 tetes as. Asetat 2%.Endapan : tetap – proteinuria.Ambil urin : Midstream
2424
PENANGANAN H.D.K.
I. Pencegahan HDK
Pembatasan kalori, cairan, garam Tidak dapat cegah HDK, bahkan berbahaya pada janin.
Manfaat aspirin, kalsium, obat cegah hipertensi belum terbukti.
Deteksi dini + penanganan ibu hamil dengan faktor resiko penting
- Follow up teratur
- Nasihat jelas
- Keluarga : juga tahu (tanda-tanda).
Perlu dukungan: sosial/moral kepada pasien
2525
KOMPLIKASI H.D.K.
PJT terminasi
Kesadaran/koma – perdarahan serebral
Turunkan TD pelan-pelan
Gagal jantung, ginjal, hati
Kuagulopati – HELLP SYNDROME
Infeksi nosokomial : infus/kateter
Infus – overload cairan
2626
HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN TANPA PROTEINURIA
RAWAT JALAN
Pantau TD, urin (protein) dan kondisi janin setiap minggu
Bila TD, rawat sebagai PE ringan
Kalau kondisi janin buruk (PJT) rawat : nilai keadaan janin
Beritahu pasien dan keluarga : tanda bahaya dan gejala PE/E
TD stabil, janin dapat lahir normal
2727
HIPERTENSI KRONIK
o Anjurkan istirahat lebih banyak
o Penurunan TD tiba-tiba ganggu perfusi bahaya pada janin
Tidak ada bukti : TD (N) akan perbaiki keadaan janin
- Jika sebelum hamil sudah dapat obat anti hipertensi/ terkontrol teruskan- Jika TD(D) 100 mmHg ; (S) 160 mmHg beri obat anti hipertensi - Jika prot. (+), atau tanda-tanda lain kemungkinan superimposed PE rawat sebagai PE
2828
o Pantau pertumbuhan / kondisi janin
o Bila tidak ada komplikasi, tunggu aterm
o Bila DJJ (<100/m , >180/m) gawat janin
o Bila petumbuhan janin terhambat :
Nilai serviks :
- Serviks matang : amniotomi + induksi
- Serviks belum matang : matangkan (PGS/kateter
foley)
2929
P.E. RINGAN
Hamil < 37 minggu :
Belum ada perbaikan
Lakukan penilaian 2 kali/minggu (rawat jalan)
- Pantau TD, urin (prot.), reflek, kondisi janin
- Konseling : pasien/keluarga, tanda-tanda bahaya
PE/E
Istirahat lebih banyak
Tidak perlu obat-obat (penenang, anti hipertensi)
3030
Kalau rawat tidak mungkin rawat inap (RS)
- Diet biasa
- Pantau TD 2x/hari, urin (prot.) 1x/hari
- Obat-obat tidak perlu
- Diuretik (-), kecuali ada oedem paru, dekompensasi
jantung, gagal ginjal akut.
- Jika TD(D) - normal – dapat pulang
Nasihat : istirahat, tanda-tanda PE berat.
Kontrol 2x/minggu : pantau TD, urin (prot.), keadaan
janin, gejala/tanda PEB
3131
Jika TD(D) lagi rawat kembali :
- Tidak ada perbaikan tetap rawat, penanganan dan
observasi kesehatan janin
- Jika terdapat tanda PJT, pertimbangkan terminasi keha-
milan
- Jika tidak terdapat, rawat sampai aterm
- Jika proteinuria , tangani seperti PEB
KEHAMILAN > 37 MINGGU :
Serviks matang : pecahkan + induksi
Serviks belum matang : matangkan atau SC
3232
PE BERAT DAN EKLAMPSIA
Penanganan : SamaSifatnya : Aktif
PENANGNAN UMUM
TD(D) tetap ≥ 110 mmHg beri obat hipertensi
Tujuan : - Pertahankan TD(D) 90 - 110 mmHg - Cegah perdarahan serebral
Obat : = Hidralazin 5 mg i.v. pelan-pelan. Tiap 5 menit TD(D). Dapat ulang tiap jam, k/p beri 12,5 mg
im. tiap 2 jam.
= Labetolol 10 mg i.v. ; respon tidak ada, beri 20 mg iv.
Dapat naikkan dosis sampai 40 mg dan 80 mg sesu-
dah 1 menit (bila tidak respon)
3333
= Nefedipin 5 mg sublingual tidak turun 10 menit,
dapat tambah 5 mg sublingual
= Metil Dopa : 3x250-500 mg/hari
~ Pasang infus dengan jarum besar (16 gauge)~ Ukur keseimbangan cairan (jangan berlebihan)~ Pasang kateter urin ; pantau pengeluaran urin/protein~ Jika jumlah urin < 30 cc/jam, hentikan pemberian MgSO4 (Magnesium Sulfat) dan berikan cairan i.v. (NaCl 0,9%/Ringer Laktat 1 liter/ jam). Hati-hati edema paru~ Jangan tinggalkan pasien sendirian (Kejang + aspirasi muntah kematian ibu/janin)~ Awasi tanda-tanda vital, refleks, djj/jam.~ Awasi paru (auskultasi) – tanda oedema paru
- Hentikan pemberian/perlambat cairan i.v.- Beri diuretik (furosemid) 4 mg i.v. (satu
kali saja)
3434
~ Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test, COT)
- Ambil 2 cc darah vena, masuk tabung reaksi kaca yang bersih, kering.
- Pegang tabung dalam genggaman (jaga tetap hangat)
- Setelah 4 menit, ketuk tabung secara perlahan – lihat
apakah pembekuan sudah terbentuk. Kemudian ketuk
tiap menit sampai darah beku dan tabung dapat diba-
lik
~ Kegagalan terbentuknya bekuan setelah 7 menit/ada bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah Koagulopati (Kegagalan pembekuan darah)
- Dapat menjadi penyebab dan akibat perdarahan hebat
- Juga pada solusio plasenta- KJDK- Eklampsia- Emboli air ketuban
3535
PENANGANAN KEJANG
Beri obat anti konvulsan - Magnesium Sulfat (MgSO4) – obat pilihan - MgSO4 tidak ada Diazepam Resiko depresi pernafasan neonatal Beri sekali – tidak ada bahaya – beri i.v. terus menerus (bayi iskhemia uteroplacental prematur)
DIAZEPAM diberi, bila MgSO4 tidak ada
Pemberian i.v.
= Dosis awal : - 10 mg i.v. pelan – 2 menit - Kejang ulang – ulangi dosis awal
= Dosis pemeliharaan : - 40 mg dalam 500 cc lar. RL – infus- Dosis > 30 mg/jam – depresi pernf.
neonatal - Pemberian peroral bila i.v. tidak
mungkin- 20 mg dalam spuit tanpa jarum ke
rektum
3636
PEMBERIAN S.M. PADA PE BERAT/EKLAMPSI
Dosis Awal
• MgSO4 4 gr i.v., lar. 40% 10 menit
• Segera lanjutkan : 8 gr MgSO4 40% - boka/boki i.m. ditambah 1 cc Lignokain 2%
• Kejang ulang setelah 15 menit, berikan 2 gr larutan 40% i.v. 5 menit
Dosis Pemeliharaan
• MgSO4 1 – 2 gr/jam infus
• Lanjutkan sampai 24 jam PP/kejang berakhir (6 gr 40% dalam 500 cc infus RL, 20 – 30 gtt/menit)
3737
SEBELUM BERI MgSO4 PERIKSA :
• Frek. Resp. 16 kali/menit
• Reflek patell (+)
• Urin > 30 cc/jam, pada 4 jam terakir
HENTIKAN MgSO4 :
• Frek. Resp. < 16 kali/menit
• Reflek patella (-)
• Urin < 30 cc/jam, pada 4 jam terakhir
SIAPKAN ANTIDOTUM :
• Henti nafas : ventilasi (masker, balon)
• Beri kalsium glukonat 1 gr (20 cc lar. 10%) i.v. pelan-pelan sampai nafas spontan
3838
PERLENGKAPAN UNTUK TANGANI KEJANG(Jalan nafas, sedotan, masker dan balon, O2)
Beri O2 4 – 6 L/menit Lindungi pasien dari trauma (jangan ikat keras) Baringkan pasien pada sisi kiri kurangi resiko
aspirasi Setelah kejang : aspirasi mulut dan tenggorokan
jika perlu.
INGAT : Penilaian dan penataan awal Eklampsia
Berteriak minta tolong – mobilisasi Cepat evaluasi pernafasan, kesadaran Periksa jalan nafas, TD, nadi Miringkan ke kiri Lindungi – jangan cedera Infus, O2, kateter, dan jangan tinggalkan ibu
tanpa penjaga
3939
PENATALAKSANAAN SESUDAH KEJANG (KONVULSI)
Cegah kejang lanjutan
Kendalikan TD (D) : 90 - 110
Persiapan untuk kelahiran (jika belum partus)
INGAT : JANGAN BERIKAN ERGOMETRIN/METERGIN
PADA IBU DENGAN PE/E, HIPERTENSI :
DAPAT MENINGKATKAN RESIKO KEJANG
DAN GANGGUAN CEREBRO VASKULER
4040
STRATEGI UNTUK CEGAH EKELAMPSIA
Asuhan ANC dan kenal hipertensi
Identifikasi dan perawatan PE oleh penolong yang terampil
Kelahiran tepat waktu
3 – 4% wanita dengan PEB akan alami konvulsi
Eklampsia merupakan salah satu sebab kematian ibu
4141
PEMATAUAN SETIAP JAM
EvaluasiEvaluasi Penemuan normalPenemuan normal
Tingkat kesadaranTingkat kesadaran Mengantuk tapi bisa Mengantuk tapi bisa dibangunkandibangunkan
TD DiastolikTD Diastolik 90 – 110 mmHg90 – 110 mmHg
Jalan pernafasanJalan pernafasan 16x/menit16x/menit
Reflek tendonReflek tendon Minimal, masih adaMinimal, masih ada
DjjDjj Penurunan dalam variabilitasPenurunan dalam variabilitas
EvaluasiEvaluasi Penemuan Penemuan abnormalabnormal
PenatalaksanaaPenatalaksanaann
ParuParu Edema pulmonumEdema pulmonum Hentikan SMHentikan SM
Output urineOutput urine <30 cc/jam atau <30 cc/jam atau <120 cc/4 jam<120 cc/4 jam
Hentikan SMHentikan SM
Uterus Uterus (setelah (setelah partus)partus)
Atonia uteri Atonia uteri ((PPPPPP)) Oksitosin Oksitosin selama 24 jam selama 24 jam PPPP
4242
KEJANG (KONVULSI) PADA EKLAMPSIA
4 TINGKAT
I. AWAL (AURA) : ± 30 DETIK
~ Mata buka – tanpa lihat~ Kel. ata – bergetar~ Tangan – bergetar~ Kepala : putar ka/ki
II. KEJANG : TONIK : ± 30 DETIK~ Otot muka dan seluruh otot : kaku~ Tangan : genggam~ Kaki : membengkak kedalam~ Nafas : berhenti~ Wajah : sianopsis~ Lidah : dapt tergigit
4343
III. KEJANG : KLONIK : ± 1 – 2 MENIT- Semua otot : kontraksi/ulang cepat- Mulut : tutup/buka- Lidah : dapat tergigit- Bola mata : menonjol- Kejang hebat : dapat jatuh dari tempat tidur- Akhirnya kejang berhenti : os tarik nafas – dengkur
IV. K O M A- Lamanya tidak tentu- Perlahan-lahan dapat sadar- Dapat serangan kejang baru tanpa sadar/sadar dulu atau tanpa sadar tetap koma (bervariasi)
Selama serangan kejang : - TD - Nadi - Temp.
INGAT : SERANGAN KEJANG : PERMUDAH/RANGSANG : - SUARA RIBUT - CAHAYA - MANIPULASI (VT, INJEKSI)
4444
PERAWATAN KEJANG Baik di Ruang Intensif/Ruang Khusus (Isolasi)
- Kamar tenang- Ventilasi baik- Diawasi terus- Peralatan tersedia
= Spatel lidah = Jalan nafas bersih = Kepala sedikit rendahkan – miring = Fiksasi badan ke tempat tidur (tidak bahaya) = O2 = Cairan infus = Obat-obat = Kateter
Bila koma > 24 jam, cegah decubitus, beri makan (kalori) dengan NGT (Naso-Gastric Tube)
4545
PERSALINAN
Usahakan segera setelah keadaan pasien stabil (penundaan : resiko ibu/janin)
Periksa serviks :
= Matang : pecahkan + induksi
= Persalinan pervaginam tidak dapat diharapkan dalam
2 jam (eklampsia) atau dalam 24 jam (PE) SC
Jika DJJ < 100/menit atau > 180/menit SC
Serviks belum matang, janin hidup SC
Jika : Anestesia untuk SC tidak ada Janin mati
Janin terlalu kecil - Usahakan lahir pervaginam - Matangkan serviks
4646
BILA SC AKAN DILAKUKAN
~ Tidak ada koagulopati
~ Anestesi yang aman – anestesi umum Anestesi spinal – resiko hipotensi (beri 500 – 1000 cc cairan sebelum anestesi)
~ Anestesi umum tidak tersedia dan janin mati atau janin hidup, kemungkinan hidup kecil partus pervaginam
PERAWATAN PASCA PERSALINAN
- Anti konvulsan teruskan sampai 24 jam postpartum/ kejang berakhir- Anti hipertensi : teruskan bila TD(D) 100 mmHg- Pantau urin (prot.)
4747
R U J U K A N Oligouria (> 400 cc/24 jam) selama 4 jam postpartum
Koagulopati (+), sindrom HELLP (+)
Koma > 24 jam, sesudah kejang
KOMPLIKASI H.D.K.
• Pertumbuhan janin terhambat terminasi kehamilan
• Jika kesadaran/koma, kemungkinan perdarahan serebral
TD pelan-pelan + terapi suportif
• Jika ada gagal jantung, ginjal, hati terapi suportif
• Jika ada uji beku darah (+) koagulopati
• Pasien dapat infus/kateter hati-hati infeksi nosokomial(perlu PI)
• Pasien infus – balans cairan
4848
PENGAWASAN (MONITORING) PE/E RAWAT INAP
1) Anam. : keluhan subjektif
2) Pemeriksaan : ~ Vital sign, TD, nadi, resp., temp. ~ Reflek ~ Paru : oedema pulmo ~ Mata : funduskopi (k/p) ~ Kesadaran
3) Jumlah cairan keluar/masuk/jumlah urine
4) Keadaan janin : djj, tinggi FU ; k/p USG - PJT - KJDK
5) Lab. : - Protein di urine
- Dll : = Fungsi hati : Bilirubin, SGOT, LDH
= Fungsi ginjal : ureum, kreatinin = Trombosit
4949
PRINSIP PENANGANAN PE/E
PER PEB E
Prognosa : E lebih jelek daripada PEB PEB lebih jelek daripada PER
Sebab : tidak tahu
Tujuan : - Cegah komplikasi pada ibu/janin - Lahirkan janin hidup dan trauma
minimal pada ibu/janin
Terapi : Sifatnya simptomatis. Bila anak/plasenta lahir – keadaan membaik
Dasar penanganan :- Medik : obat simptomatis- Obstetrik : Lahirkan bayi cukup optimal
5050
I N G A T :
• PER sering tanpa gejala• Proteinuria memburuknya PE• Edema pada tungkai – bukan tanda sahih PE• PER PEB E • Kejang :
= Dapat terjadi tanpa hubungan dengan beratnya hipertensi= Sukar diramalkan – dapat terjadi : tanpa hiperrefleksia, nyeri kepala atau gangguan penglihatan= 25% pasca persalinan= Dapat ulang-ulang mati= Dapat ikuti koma
Ergometrin : jangan berikan pada ibu dengan PE, E
Hipertensi - resiko kejang - Gangguan serebro vaskuler
5151
KOMPLIKASI KEJANG
1) Lidah tergigit2) Luka fraktur3) Gangguan pernafasan4) Sol. Plasenta5) Perdarahan otak6) Keluhan mata ablatio retina7) Nekrosis hati8) Kel. ginjal
HELLP Syndrom
H : HaemolisisEL : Elevated Liver enzymLP : Low Platelet count (trombosit)
-Aspirasi
- Oedema paru
5252
Sebelum peberian ulangan MgSO4, periksa :
- Frekuensi respirasi, minimal 16x/menit - Reflek patella (+) - Urin minimal 30 cc/jam – dalam 4 jam terakhir
Hentikan pemberian MgSO4 : - Frekuensi respirasi < 16x/menit - Reflek patella (-) - Urin <30 cc/jam dalam 4 jam terakhir
Kalau henti nafas bantu dengan masker dengan balon ventilator Beri antidotum : kalsium glukonat 1 g (20 cc dalam larutan 10%) i.v. pelan-pelan sampai pernafasan mulai lagi
5353
DARI PROGNOSA :
Kematian ibu : 9,8 – 25,5%
Karena : = Perdarahan otak
= Decompensasi cordis
= Edema paru
= Gagal ginjal
= Aspirasi – isi lambung ke jalan nafas
= HELLP syndrom
Kematian bayi : 42 – 48%
Karena : = Hipoksia
= PJT – dismatur
= Prematuritas
5454
PENCEGAHAN
~ PER PEB Kenali di ANC Tangani di ANC – k/p RS Cari faktor prerdisposisi Nasihat pekerjaan sehari-hari (istirahat) Pengawasan terus menerus ; juga dari keluarga Diet : kontroversi
~ PEB E Rawat di RS Awasi tanda-tanda tidak baik Berikan perawatan sebagai Eklampsia Ada petunjuk – dapat terminasi
~ Eklampsia : aktif bila kondisi sudah memungkinkan
5555
M A S A L A H Wanita hamil/baru melahirkan : mengeluh nyeri
kepala hebat/penglihatan kabur (PEB)
Wanita hamil/baru melahirkan : kejang/koma (Ekl.)
PENANGANAN UMUM Ibu tidak sadar/kejang/koma – mobilisasi. Siapkan
fasilitas gawat darurat
Segera nilai KU, tanda vital (TD, nadi, pernaf.) dan cari riwayat penyakit sekarang/dulu/kel.
Jika tidak bernafas/nafas dangkal :
- Periksa, bebaskan jalan nafas- Tidak nafas, ventilasi dengan masker dan balon,
k/p intubasi- Jika nafas : beri O2 4 – 6 L/menit dengan masker/kanul
5656
Jika tidak sadar/koma :
- Bebaskan jal;an nafas
- Baringkan pada sisi kiri
- Ukur suhu
- Periksa apa ada kaku kuduk
- Jika syok – atasi
- Jika perdarahan – atasi
- Jika kejang :
= Baringkan pada sisi kiri, kepala sedikit ditinggikan
(cegah aspirasi muntah/sekret)
= Bebaskan jalan nafas
= Hindari jatuh dari tempat tidur
= Pengawasan ketat
5757
Jika diagnosa EKLAMPSIA beri SM
Dapat berguna : kepekaan syaraf pusat
TD
Utama diuresis
anti kejang
Jika penyebab kejang belum diketahui, tangani sebagai eklampsia sambil mencari penyebab lainnya
5858
PRONOSA EKLAMPSIA (KRITERIA EDEN)BILA DIDAPAT > 1 JELEK
1) Koma lama ( 6 jam)2) Nadi : > 120x/menit3) Suhu : > 39ºC4) TD-S : > 200 mmHg ; D : > 120 mmHg5) Protein > 10 g/L6) Kejang > 10 x7) Tidak ada edema8) Gagal kardiovaskuler (oedem paru, sianosis
TD)9) Elektrolit imbalance10) Gagal terapi :
- Hentikan kejang- Urine tetap < 30 cc/jam- Gagal hemodilusi : HT 10%
11) HELLP Syndrome (+)
5959
PEMBERIAN MgSO4 PADA PE BERAT, EKLAMPSIA
DOSIS AWAL
~ MgSO4 4 gr i.v. , larutkan 20% - 5 menit.
~ Segera lanjutkan pemberian gr MgSO4 40%, masing-
masing 4 gr diboka/ki i.m. dalam (+ 1 cc Lignokain 2%
pada tempat yang sama. Rasa panas waktu pemberian.
~ Jika kejang berulang setelah 15 menit, beri MgSO4 2 gr
(larutan 40%) i.v. selama 10 menit
DOSIS PEMELIHARAAN
~ 4 gr MgSO4 tiap jam (40%), bila tidak ada kontraindikasi
~ Lanjutkan pemberian sampai 24 jam pasca persalinan
atau kejang terakhir.
6060
PE BERAT
1) TD > 160/110 mmHg
2) Proteinuria > 2 gr/24 jam > 2+
3) Keluhan subjektif
4) Serum kreatinin
5) Oligouria < 500 cc/24 jam
6) Trombositopenia
7) Enzym hati
8) P J T
9) Edema paru / cyanosis
6161
DOSIS PEMELIHARAAN
1 – 2 gr./jam / infus
2 gr./jam 500 cc 5½ jam, 20-30 tetes/menit
Bulatkan 5 jam 10 gr
25 cc 40% SM dalam 500 cc
20-30 gtt/menit
50 cc, 20% SM dalam 500 cc (20-30 gtt/menit)
6262
PERSALINAN
• Terapi definitif PE, cegah PER + PEB (ibu)
Janin : apakah intra uterin lebih baik dari ekstra uterin
• Diuretik – vasokonstriksi – TD
Antihipertensi – aliran darah
Pengaruhi janin
Indikasi partus :
~ Ibu : - Usia hamil 37 minggu - Trombosit < 100.000/cc - Gangguan fungsi hati/ginjal (agresif) - Solusio plasenta - Keluhan subjektif : menetap
~ Janin : - Oligohidramnion - PJT
6363
MgSO4
Tujuan : ~ Cegah, timbul kejang dan komplikasi (akibatnya)
~ mortalitas dan morbiditas ibu/janin
Cara kerja : a. Neuro-muscular junction – s.s. pusat
Hantaran impuls kontraksi otot
b. Hambat/blok sistem neuromuskuler perifer
(kemampuan otot berkontraksi )
Juga : Vasodilatasi - TD
Iskemia cerebral
Kadar terapeutik : 4 – 7 mEq/L
6464
RESIKO PREMATURITAS
Kortikosteroid :
Usia 24 – 34 minggu dengan resiko :
~ Betametason 12 mg. 2x interval 24 jam (i.m.)
~ Deksametason 6 mg. 4x interval 12 jam (i.m.)
6565
PROTOKOL P.E.B. (R.S. PENDIDIKAN - MEDAN)
Obat : 1. Tirah baring2. O23. Kateter menetap4. IVFD : R.laktat, kolloid input 2000 cc/24
jam (input/output)
5. MgSO4
I. a. Awal : 4 gr. , 20% i.v. (4 – 5 menit) IVFD 1 gr/jamb. Mantenance : 4 gr., 40%/4 jam
II. a. Awal : 4 gr, 20% i.v. (4 – 5 menit) IVFD 1 gr./jam 6 gr., 40% (15 cc) – RL 500 cc – 2 gtt/menit
b. Anti hipertensi : D 110 mmHg Nifedipin 10 mg
sublingual. 1 jam tidak turun – ulang 5 – 10 mg.
sublingual/oraljarak 1 – 2 jam (turun max. 30%) 90
mmHg : Diastole
6666
DIURETIKA TIDAK DIBERI, KECUALI :
- Edema paru- Gagal jantung- Edema anasarka
OBSTETRIK : PEB hamil ≥ 37 minggua. Belum Inpartu
- Induksi, sesudah beri SM ke-2- Amniotomi + oksitosin drip (pelvic score ≥ 5)- SC : - Syarat drip tidak terpenuhi
- 12 jam post drip, anak tidak lahir - Pada primi – cenderung SC
b. InpartuFase laten : 6 jam tidak masuk fase aktif SCFase aktif : - amniotomi k/p oksitosin
- 6 jam pembukaan tidak lengkap SC
c. Kala-II dipercepat EV/EF
6767
d. Persalinan sudah harus selesai kurang dari 12 jam setelah amniotomi dan drip ; atau 6 jam tidak ada kemajuan SC
e. Ergometrin rutin tidak diberikan kecuali atonia uteri
f. SM dapat diberi sampai 24 jam p.p. jika TD masih tinggiMgSO4 henti : - Ada tanda-tanda intoksikasi
- 8 jam p.p. – TD normal
PEB, usia hamil < 37 minggu- Obat : MgSO4, 1x24 jam- Obst. : 24 jam sesudah MgSO4 tidak ada
perbaikan SC
6868
SINDROMA “HELLP”DIAGNOSA
a. Gejala Klinik~ Nyeri epigastrium~ Sakit kepala~ Mual, muntah~ Malaise~ Tanda hemolise : perdarahan gusi, vagina
b. Laboratorium~ Darah tepi : - Burr Cell
- Spherocytes - Schistocytes
- Trianguler cell ~ LDH > w/l
~ Bilirubin > 1,2 mg% ~ SGOT > 70 IU/L
~ Trombosit < 100.000/mm³~ Enzym hepar : Aspartate, alanine, laktat
~ Hipertensi~ Ikterus~ Edema~ Perut kanan atas tegang
6969
PENANGANAN
- PE Berat / Ekl. Bukan indikasi
- Stabilisasi – yang utama
SINDROMA HELLP : 50% Eklampsi menjadi “SH” 12% PE menjadi “SH”
21% PEB menjadi “SH”
ETIOLOGI~ Belum pasti~ Kejadian akhir dari kerusakan endotel
mikrovaskuler dan aktivasi dari platelet (intravaskuler)
BAGI1. Parsial : Salah satu atau lebih berubah [H],[EL],
[LP]2. Murni : Perubahan ketiganya
7070
PENGOBATAN
• Tirah baring• O2• Kateter menetap• IVFD : Ringer Laktat Koloid
Input : 2000 cc/24 jampedoman : diuresis
• SMSerupa
• Anti hipertensi : D : > 40 mmHg
Nifedepin sublingual 10 mg sesuai kebutuhan (1 jam dapat diulang) 5 – 10 mg
TD (tidak boleh Diast. < 90 mmHg)
7171
PENANGANAN “SH”
Prinsip : - Seperti penanganan PEB - Bukan indikasi untuk SS - Stabilitas ibu yang utama
Tambahan :• Deksametason 10 mg i.v./12 jam – 2x• N. acetyl systen : 3x600 mg• Trombosit - <50.000 mm³ beri trombosit 10 U• Anemi Fresh Whole Blood• AB• Koma ICU
Trombosit , periksa : - Fibrinogen - Protrombin Time Partial
Tromboplastin - D-dimer
7272
Diuretikum
Indikasi : - Edema paru - Edema anasarka - Gagal jantung kongestif
Deksametason : 10 mgi.v./12 jam ; 2x Oradexon (5 mg/ampul)
N. asetil systen (fluimucil) 3x600 mg
Beri trombosit kl. Tromb. < 50.000/mm³ 10 menit ; atau beri transf. (whole blood)
AB
Kalau koma ICU
Anemi tranf. darah segar
7474
OBST.
Ibu stabil : = Terminasi : Harus selesai < 4 jam
= Konservatif : - TD < 160/110 mmHg- Oligo membaik setelah
IVFD- Nyeri epig. (-)- Usia hamil ≥ 37 minggu
Terminasi : - Serviks matang, tidak ada kontra indikasi obst.
induksi + amniotomiKala II percepatSS : - Skor pelvik < 5 - Induksi > 12 jam tidak ada
kemajuan - Obst.
SS : - Insisi midline - Plika vesika uterine : terbuka - Pasang drain abdomen - Post SC : ICU
7575
ANESTESI
Epidural / Umum Bila trombosit < 50.000 mm³
- Edema laring - Gemuk - Leher pendek
PASCA PERSALINAN~ Awasi tanda vital, balans cairan, tanda perdarahan~ Deksametason dapat diteruskan. Dosis : 10 mg, 10 mg, 5 mg, 5 mg interval, 12 jam~ SM : Dapat diteruskan – 24 jam (TD normal, sesudah 8 jam terakhir)~ Lab. : Tiap hari (48 jam I)
7676
LIHAT TANDA D.I.C. (Disseminated Intravascular Coagulation)
Suatu kumpulan gejala (sindroma)
Sekunder dari satu penyakit
Sistem pembekuan darah aktif secara menyeluruh (disseminated)
Hasil pembentukan fibrin i. vaskuler
Dapat menyebabkan penyumbatan thrombosis pada pembuluh darah
Dapat berakhir dengan perdarahan masif (faktor pembekuan darah sudah habis)
7777
D.I.C. : Penyakit akibat kelainan darah, dengan tanda
klinis :
- Perdarahan, petechie, pervaginam- Lab. : ~ Masa protrombin (≥14”)- Masa tromboplastin partial (≥40”)- Trombositopenia : < 100.000/mm³- Fibrinogen : <300 mg/dl
Edema paru : Tertumpuknya cairan pada paru akibat
ekstravasasi cairan ke jaringan ekstra-
seluler dengan tanda :
- Sesak nafas, batuk, sianosis - Periksa Ronkhi basah (basal) - Foto thorax : gambaran edema
paru