42
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga ini diarahkan pada dua kelompok responden sebagai sampel yaitu keluarga yang dibantu dan keluarga yang tidak dibantu. Keluarga yang dibantu adalah keluarga yang mendapat bantuan pengobatan secara gratis dari pemerintah melalui program DOTS (Directly Observerd Treatment Short Course) dimana keluarga- keluarga ini berobat ke Puskesmas-Puskesmas di Kabupaten Bandung. Sedangkan Keluarga yang tidak dibantu yaitu keluarga yang tidak mendapatkan bantuan pengobatan dari pemerintah yang pada umumnya berobat ke Rumah Sakit di Kab. Bandung (RS. Majalaya, RS.Soreang dan RS.Cibabat). Sumber Kopine Keluarea Boss dalam Sussman dan Steinmetz (1988) mengatakan bahwa surnber koping keluarga merupakan kekuatan individual dan kekuatan bersama pada saat menghadapi stressor sebagai penyebab stress. Sumber koping keluarga dalam menghadapi kejadian penyakit TB p a n di Keluarga terdiri dari : karakteristik individu dan keluarga, pengetahuan keluarga tentang TB Paru, sikap keluarga mengenai pengobatan TB paru, ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan, dukungan kerabat, dukungan sosial/masyarakat dan Lingkungan rumah. Karakteristik individu dan keluarga Karakteristik individu dan keluarga terdiri dari jumlah anggota keluarga, usia penderita TB paru, lama pendidikan pasangan dan penderita, pekerjaan dan pendapatan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB

Paru di keluarga ini diarahkan pada dua kelompok responden sebagai sampel yaitu

keluarga yang dibantu dan keluarga yang tidak dibantu. Keluarga yang dibantu adalah

keluarga yang mendapat bantuan pengobatan secara gratis dari pemerintah melalui

program DOTS (Directly Observerd Treatment Short Course) dimana keluarga-

keluarga ini berobat ke Puskesmas-Puskesmas di Kabupaten Bandung. Sedangkan

Keluarga yang tidak dibantu yaitu keluarga yang tidak mendapatkan bantuan

pengobatan dari pemerintah yang pada umumnya berobat ke Rumah Sakit di Kab.

Bandung (RS. Maj alaya, RS. Soreang dan RS.Cibabat).

Sumber Kopine Keluarea

Boss dalam Sussman dan Steinmetz (1988) mengatakan bahwa surnber

koping keluarga merupakan kekuatan individual dan kekuatan bersama pada saat

menghadapi stressor sebagai penyebab stress. Sumber koping keluarga dalam

menghadapi kejadian penyakit TB pan di Keluarga terdiri dari : karakteristik

individu dan keluarga, pengetahuan keluarga tentang TB Paru, sikap keluarga

mengenai pengobatan TB paru, ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan, dukungan

kerabat, dukungan sosial/masyarakat dan Lingkungan rumah.

Karakteristik individu dan keluarga

Karakteristik individu dan keluarga terdiri dari jumlah anggota keluarga, usia

penderita TB paru, lama pendidikan pasangan dan penderita, pekerjaan dan

pendapatan.

Page 2: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Jumlah anegota keluar~a. Jumlah anggota turut mempengaruhi perilaku koping

keluarga dalam dalam menghadapi kasus penyakit TB Pam di keluarga. Dengan

besarnya jumlah anggota keluarga diharapkan akan lebih memperingan tugas

perawatan terhadap penderita penyakit TB Paru di keluarga. Dari-sisi ini, keluarga

yang dihuni banyak anggota keluarga memperoleh keringanan dalam ha1 tenaga

perawatan, namun disisi lain si penderita penyakit TB Paru bisa mengalami tingkat

Stress yang lebih tinggi karena terlalu beragamnya metode perawatan yang diberikan

oleh anggota keluarga. Pada penelitian ini diketahui bahwa tipe keluarga penderita

TB paru ini pada umumnya adalah keluarga inti (Nuclear Familyl yaitu sebanyak

120 keluarga (80%)

Dari penelitian diperoleh data bahwa jumlah anggota keluarga 5 4 orang

menempati m t a n terbanyak, baik pada keluarga yang mendapat bantuan maupun

pada kelompok keluarga yang tidak mendapat bantuan. Pada keluarga yang

mendapat bantuan sebesar 61,33%, sedilut dibawah keluarga yang tidak mendapat

bantuan 70,67%. Sedangkan Jumlah keluarga yang 2 9 orang sedikit jumlahnya, yaitu

pada keluarga yang mendapat bantuan hanya 9,33%, serta pada kelompok keluarga

yang tidak dibantu lebih sedilut yang hanya 1,33%. Sedangkan rata-rata jumlah

anggota keluarga pada kedua kelompok keluarga adalah 4,22, yang berarti bahwa

keluarga penderita penyakit TB Paru di kabupaten Bandung termasuk keluarga kecil.

Dengan memakai uji t, perbedaan jumlah anggota keluarga antara kelompok yang

dibantu dengan kelompok yang tidak di bantu tidak berbeda nyata pada taraf

kekeliruan 5% ( p = 0,062). . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Page 3: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tabel 1. Jumlah anggota keluarga berdasarkan kelompok keluarga dibantu dan tidak dibantu

Jumlah anggota Keluarga I

Di bantu / Tidak dibantu Total (n =150) / I keluarga

" I

2 9 orang; 1 7 1 9.33 1 1 I 1.33 1 8 1 5,33 1

Usia dan Jenis Kelamin Penderita TB Paru. Usia diklasifikasikan menurut Berger

(1980) adalah usia dewasa awal (17-39 tahun), usia setengah baya (40-60 tahun) dan

(n=75) 1 n

lanjut usia (lebih dari 60 tahun). Sebaran usia penderita penyakit TB Paru pada

(n=75) O/U

61.33 29.33

1 4 orang 5 - 8 orang;

keluarga yang mendapat bantuan dan keluarga yang tidak mendapat bantuan

46 22

mayoritas berada pada usia dewasa awal(17-39 tahun), yaitu 42,67% untuk keluarga

yang dibantu dan 48,00% untuk keluarga yang tidak Qbantu. Paling sedikit adalah

n o/o

kelompok usia lebih dari 60 tahun untuk kedua kelompok keluarga. Sebaran usia

n O / U 53 21

penderita penyakit TB Paru keluarga yang mendapat bantuan dan keluarga yang

99 43

70.67 28.00

tidak mendapat bantuan hampir sama. Rata-rata usia pasangan penderita penyalut TB

66,OO 28.67

Paru keluarga yang mendapat bantuan lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata usia

pasangan penderita penyakit TB Paru keluarga yang tidak mendapat bantuan.

Meskipun ada perbedaan secara kuantitas, tetapi setelah melalui uji t tidak terdapat

perbedaan yang nyata rata-rata usia penderita penyakit TB Paru keluarga yang

mendapat bantuan dengan yang tidak mendapat bantuan (p=0.956). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

Page 4: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tabel 2. Usia penderita penyakit TB Pam berdasarkan kelompok keluarga dibantu dan tidak dibantu

I Usia Peoderita I 72;. 1 Tidak dibantu Total (n =150) (n=75) ,

1 Keluarga -- 1 1

17-39 tahun 40-60 tahun

Sedangkan untuk jenis kelamin penderita TB Paru ternyata antara laki-laki

> 60 tahun Rata-rata

maupun perempuan memiliki persentase yang sama yaitu 50% laki-laki clan 50 %

32 28

perempuan dan dari aspek bantuan pengobatan yang diberikan ternyata lebih banyak

15 120.00 34.67

untuk penderita lalu-laki (52 %).

42.67 37.33

16 1 21.33 1 31 1 20,67 34.80 1 34.73

Tabel 3. Jenis Kelamin penderita TB Pam berdasarkan kelompok keluarga dibantu dan tidak dibantu

36 23

Jenis

Lama pendidikan formal. Secara keseluruhan lama pendidikan penderita penyakit

TB Paru paling banyak (46,67 %) adalah 6 tahun (SD). Pada kelompok keluarga

yang dibantu berada pada tingkat pendidikan sekolah dasar (49,33%), hampir sama

dengan kelompok keluarga yang tidak dibantu tingkat pendidikannya paling banyak

pada tingkat sekolah dasar (44,00%). Yang berpendidikan 9 tahun (SLTP) untuk

48.00 30.67

Perempuan LA-laki

Keluarga Di bantu / Tidak dibantu

68 51

Total (n =l5O)

36 39

45,33 34.00

48.00 52.00

39 36

52.00 48.00

75 75

50 5 0

Page 5: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

kelompok keluarga yang mendapat bantuan sebesar 32,00%, kemudran yang

berpendidikan 12 tahun (SLTA) ada sebanyak 1 7,3 3 %. Sedangkan yang melanjutkan

pendidikan sampai ke jenjang perguman tinggi hanya 1,33%. Untuk keluarga yang

tidak mendapat bantuan, yang berbendidikan 9 tahun (SLTP) sama dengan yang

berpendidikan 12 tahun (SLTA) 26,67%,. Sedangkan yang mendapat kesempatan

melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi hanya 2.00%. Sedangkan

rata-rata lama pendidikan formal penderita TB Paru baik pada keluarga yang dibantu

maupun pada keluarga yang tidak dibantu menunjukkan tidak berbeda jauh yaitu

berkisar pada pendidikan SLTP. Hal ini hampir sama dengan laporan tim survey

epidemiologi kabupaten Bandung tahun 2000 yang menunjukkan bahwa rata-rata

pendidikan penderita Tb Pam antara SD dan SLTP. Untuk melihat perbedaan antara

dua kelompok keluarga secara statistika terlihat perbedaan dalam ha1 lama mengikuti

pendidrkan formal dm si penderita penyakit TB Paru antara keluarga yang dibantu

dengan keluarga yang tidak dibantu (p= 0.008).

Tabel 4. Lama Pendidikan formal penderita penyalut TB Pam berdasarkan kelompok keluarga dibantu dan tidak dibantu

1 Keluarga I 1 t

I Lama Pendidikan I I I

Di bantu 1 Tidak dibantu / Total (n =150)

6 tahun ( SD) 9 tahun ( SLTP) 12 tahun ( SLTA)

17 tahun( PT)

(n=75)

37 24 13 1

49,33 32,OO 17,33 1.33

(n=75)

Rata-rata

1 n I O/O I n I % I n I % I

I

P-value =0.008 1 7.84

33 20 20 2

7.41

44,OO 26,67 26,67 2,67

7,625

70 44 33 3

46,67 29,33 22,OO 2,OO

Page 6: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Sedangkan lama pendidikan pasangan penderita TB Paru terlihat bahwa sebaran

terbanyak lama pendidikan pada pasangan penderita penyakit TB Paru kelompok

keluarga yang dibantu berada pada tingkat pendidikan sekolah dasar (36,00%), sama

halnya dengan kelompok keluarga yang tidak dibantu tingkat pendidikannya paling

banyak pada tingkat sekolah dasar (49,33%). Yang berpendidikan SLTP untuk

kelompok keluarga yang mendapat bantuan sebesar 26,67%, kemudian yang

berpendidikan SLTA juga ada sebanyak 26,67%. Sedangkan yang melanjutkan

pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi hanya 10,67%. Untuk keluarga yang

tidak mendapat bantuan, yang berbendidikan SLTP 18,67%, kemudlan yang

berpendidikan SLTA 28,00%. Sedangkan yang mendapat kesempatan melanjutkan

pendidikan sarnpai ke jenjang perguruan tinggi hanya 4%.

Rata-rata lama pendidikan formal pasangan baik pada keluarga yang dibantu

maupun pada keluarga yang tidak dibantu menunjukkan tidak berbeda jauh yaitu

berlusar pada pendidikan SLTP. Meskipun secara kuantitatif terlihat perbedaan dalam

ha1 lama mengikuti pendldikan formal dari si penderita penyaht TB Paru antara

keluarga yang dibantu dengan keluarga yang tidak dibantu, tetapi setelah dilakukan

pengujian dengan uji t terhadap perbedaan tersebut diperoleh hasil yang secara

statistika menyatakan tidak ada perbedaan lama pendidikan antara kedua kelompok

tersebut (p= 0.100).

Page 7: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tabel 5. Lama Penchdikan formal pasangan penderita penyalut TB Pam berdasarkan kelompok keluarga dibantu dan tidak dibantu

1 Lama Pendidibn yz;

I

Pekeriaan Pasangan. Pekerjaan pasangan responden dari kedua kelompok keluarga

pada umumnya adalah buruh (41,333%). Hal ini sesuai dengan letak daerah

Keluarga

6 tahun (SD) 9 tahun (SLTP) 12 tahun (SLTA) 17 tahun ( PT)

Rata-rata

kabupaten Bandung yang banyak terdapat pabrik-pabrik dan sebagan daerah

1 Tidak dibantu

(n=75)

pertanian yang umumnya dimiliki oleh orang yang berada di luar daerah tersebut.

Total (n =150)

P-value =O. I00

n 27 20 20 8

Tabel 6. Jenis pekerjaan pasangan penderita TB Paru berdasarkan kelompok keluarga dibantu dan tidak dbantu

% 36.00 26.67 26.67 10.67

Penciapatan Keluarga. Banyak pendapat yang menerangkan, bahwa makin

meningkatnya pendapatan keluarga, maka peluang untuk meningkatnya distribusi

tingkat kesejahteraan kepada seluruh anggota keluarga juga makin meningkat. Pada

9.57

I

Pekerjaan

Tani Buruh

Kary. Swasta Peg.Negeri

ABRI Lainnya

8.68

n %

P-value = 0.0231

-pppp. 9,125

N 64 34 41 11

37 14 21 3

Kelompok

% 1 42,67 22,67 27,33 7,33

49.33 18.67 28.00 4.00

Total Dibantu (n=75)

n 14 62 3 2 8 1

3 3

n 4 34 17 - 1

19

Tidak dibantu(n=75) %

9.33 4 1.33 21.33 5.33 0.67

22.00

YO 5.33

45.33 22.67

- 1.33

25.33

n 10 28 15 8 -

14

YO 13.33 37.33 20.00 10.67

- 18.67

Page 8: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

umumnya kedua kelompok keluarga ( yang d~bantu dan yang tidak dibantu)

mempunyai pendapatan dibawah Rp 500.000,- (47,,33%) bila dibandingkan dengan

Upah Minimal Regional (UMR) kabupaten Bandung menunjukkan data yang lebih

rendah yakni sebesar Rp 520.000. Jika dilihat dari perbedaan pendapatan kedua

kelompok keluarga menunjukkan sebaran terbanyak pendapatan keluarga yang

dibantu adalah kurang dari Rp.500.000,- sedangkan untuk keluarga yang tidak

dibantu sebaran terbanyak pada selang pendapatan Rp.500.000,- s/d Rp. 1.000.000,-.

Rata-rata pendapatan keluarga pada keluarga yang mendapat bantuan (Rp.470.400,-),

lebih rendah sebesar Rp.303.400,- bila dibandingkan dengan rata-rata pendapatan

keluarga pada keluarga yang tidak mendapat bantuan. Jadi dengan demihan bantuan

yang diberikan tepat kepada orang yang benar-benar membutuhkannya. Hasil uji t

untuk melihat perbedaan rata-rata pendapatan kedua kelompok keluarga tersebut

menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p=O.000) antara keluarga yang lbantu

dengan keluarga yang tidak dibantu dalam pengobatan TB paru. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 7. Pendapatan Keluarga berdasarkan kelompok keluarga yang dibantu dan tidak dibantu

Pendapatan (ribu)

<Rp. 500 Rp.500- Rp. 1.000

>Rp. 1.000- Rp. 1.500 >Rp. 1.500- Rp.2.000 --

>Rp. 2.000 Rata-rata

Total (n =150)

n 1 YO

Keluarga

48 22

Di bantu (n=75)

n 1 %

P value =0.000

2 1 2

Tidak dibantu (n=75)

n 1 % 64.00 29.33 2.67 1.33 2.67

23 35

Rp. 470.400

13 3 1

30.67 46.67

Rp. 773.800 622,100

17.33 4

1.33

71 57

47,33 38,OO

15 4 3

10,OO 2,67 2,OO

Page 9: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Pengetahuan keluarga (pasanpan) mengenai penvakit TB Paru.

Untuk melihat seberapa jauh pengetahuan si pasangan penderita mengenai

penyakit TB Paru, peneliti melakukan pengukuran dengan memberikan kuesioner

yang terdiri dari 11 buah pernyataan, dimana masing-masing pernyataan diberi skor 1

jika responden menjawab benar dan 0 jika salah. Dari penelitian diperoleh garnbaran

bahwa secara keseluruhan tingkat pengetahuan pasangan penderita mengenai

penyakit TB Paru paling banyak termasuk dalam katagori kurang (40,67%). Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian B.Lapau (1987) dan Khairil Anwar (2000) yang

mengatakan bahwa pada umumnya penderita TB Paru dan keluarganya kurang

mengetahui tentang penyakit TB paru terutama dalam ha1 penularannya. Sedangkan

untuk kelompok yang dibantu masuk kategori cukup, sementara pengetahuan untuk

keluarga yang tidak dibantu paling banyak pada kategori kurang. Setelah melalui

pengujian secara statistika melalui uji t-student diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan pengetahuan si pasangan mengenai penyakit TB paru untuk kelompok

yang dibantu dengan kelompok yang tidak dibantu (P = 0,000), lmana pengetahuan

kelompok yang dibantu lebih baik dibanding kelompok yang tidak dibantu mengenai

penyakit TB paru. Dengan demikian maka bantuan yang diberikan mempunyai

dampak terhadap pengetahuan penderita TB karena menurut program

penanggulangan TB Pam Dep Kes (1999) setiap bantuan pengobatan harus selalu

diikuti dengan penjelasan mengenai penyakit tersebut,penularan dan pengobatannya.

Sebaran tingkat pengetahuan si pasangan penderita penyakit TB Paru dapat

dilihat pada tabel 8 berikut:

Page 10: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tabel 8. Pengetahuan pasangan penderita mengenai penyalut TB Paru berdasarkan kelompok keluarga yang dibantu dan tidak dibantu

/ Pengetahuan 1 (n=75) - 1 (n=75) 1 Tingkat

Apabila tingkat pengetahuan ini dibedakan menurut jenis kelamin maka

Keluarga Di bantu 1 Tidak dibantu

Baik Cukup Kurang

Mean Skor

terdapat sedikit perbedaan, dimana pada jenis kelamin pasangan perempuan 44,00%

Total (n =150) ,

yang memiliki pengetahuan mengenai penyakit TB paru kurang, sedangkan pada

n 25 31 19

pasangan laki-laki terdapat 37,33 % yang kurang . Namun perbedaan ini setelah diuji

ternyata tidak cukup bermakna perbedaanya antara pasangan laki-laki dan perempuan

YO 33.33 41.33 25.33

(p =0,200). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

7,6533

Tabel 9. Tingkat pengetahuan pasangan penderita Tb Paru berdasarkan Jenis kelarnin pasangan.

n 7

26 42

Tingkat Pengetahuan

5,8133 6,733 -

Yo 9.33

34.67 56.00

I n I % , 32 57 61

21,33 38,OO 40,67

Page 11: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Sikap Keluarpa Mengenai Pengobatan TB Paru

Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa secara keseluruhan sikap

keluarga mengenai pengobatan lebih banyak yang optimis (62,67%) dari pada yang

pesimis. Sedangkan bila dilihat perbedaan antar keluarga, keluarga yang mendapat

bantuan lebih bersikap optimis mengenai pengobatan TB paru dibanding dengan

keluarga yang tidak dibantu. Hal ini digambarkan oleh banyaknya keluarga yang

bersikap optimis pa& keluarga yang mendapat bantuan, yaitu sebesar 73,33%,

sedangkan keluarga yang tidak dibantu hanya 52,00% yang bersikap optimis

mengenai pengobatan TB paru. Dari hasil pengujian secara statistik (Kruskal- Wallis)

menunjukkan bahwa memang terdapat perbedaan yang nyata antara sikap keluarga

yang dibantu dengan keluarga yang tidak dibantu mengenai pengobatan TB paru (p =

0.006). Hal ini menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan dapat meningkatkan rasa

optimisme keluarga akan kesembuhan penyakit TB paru yang di derita anggota

keluarganya. Adapun sebaran data untuk sikap keluarga mengenai pengobatan TB

Paru dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10. Sikap keluarga mengenai pengobatan TB Paru berdasarkan kelompok

keluarga yang dibantu dan tidak dibantu

Sikap keluarga

Optimis Pesimis

Mean Skor 1 7.93

Keluarga

P-value =0.006 6.95

Total (n =150)

n %

7.44

Di bantu (n=75)

94 56

Tidak dibantu (n=75)

n 55 20

62.67 37.33

n 39 36

% 73.33 26.67

YO 52.00 48.00

Page 12: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Apabila sikap keluarga ini dibedakan menurut jenis kelamin ternyata terdapat

perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin pasangan laki-laki dan perempuan

(p= 0,038), dimana laki-laki lebih banyak yang bersikap optimis menghadapi masalah

penyakit TB paru di keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 1. Sebaran data sikap keluarga tentang penyakit Tb Paru berdasarkan Jenis kelamin.

Ketersediaan Sarana dan Fasilitas Kesehatan.

Ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan Rurnah sakit

disekitar tempat tinggal sangat mendukung suksesnya pelayanan kesehatan terhadap

penderita penyakit TB paru dalam keluarga (B.Lapau , 1987). Dari hasil penelitian

didapatkan garnbaran bahwa lebih dari setengah keluarga yang dibantu, disekitar

tempat tinggalnya terdapat Puskesmas yaitu sebanyak 56%. Demikian juga untuk

keluarga yang tidak dibantu, pada umurnnya disekitar tempat tinggalnya tersedia

sarana kesehatan seperti Puskesmas yaitu sebanyak 52 %. Sedangkan Rurnah sakit

mayoritas dari keluarga yang dibantu, disehtar tempat tinggalnya belurn tersedia

sarana Rumah sakit yaitu sebanyak 76%. Demikian juga untuk keluarga yang tidak

Page 13: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

hbantu, pada umumnya disekitar tempat tinggalnya belum tersedia sarana kesehatan

seperti Rumah sakit yaitu sebanyak 68 %.

Sebaran data sarana dan fasilitas kesehatan seperti ketersediaan Puskesmas dan

- Rumah sakit dapat dilihat pada tabel 12 berikut.

Tabel 12. Sarana dan Fasilitas Kesehatan berdasarkan kelompok keluarga yang dibantu dan tidak dibantu

Dukunean Dari Keluarea/Ikatan kekerabatan

Dukungan dan keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat dibutuhkan

untuk meningkatkan strategi koping keluarga dalam menghadapi kasus penyakit TB

paru di keluarga. Dukungan keluarga yang dimaksud adalah seberapa besar perhatian

yang diberikan oleh setiap anggota keluarga pada si penderita penyakit TB Paru

dalam ha1 terapi pengobatan. Dari tabel 13 kelihatan bahwa sebaran terbanyak

dukungan keluarga pada si penderita penyakit TB Pam kelompok keluarga yang

dibantu berada pada tingkat dukungan yang tinggi (68,00%), sama halnya dengan

kelompok keluarga yang tidak dibantu aukungannya paling banyak pada tingkat

dukungan yang tingg (56,00%). Secara kualitatif terlihat perbedaan dalam ha1 tingkat

dukungan keluarga terhadap penderita penyakit TB Paru antara keluarga yang dibantu

Page 14: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

dengan keluarga yang tidak dibantu, setelah dilakukan pengujian terhadap perbedaan

tersebut diperoleh hasil yang secara statistika ('ruskal- Wallis) menyatakan terdapat

perbedaan dukungan keluarga dari si penderita penyakit TB Paru antara kedua

kelompok keluarga tersebut (p= 0.006) dimana dukungan dari keluarga yang dibantu

lebih tinggi dibanding kelompok yang tidak dibantu.

Sebaran data dukungan dari keluargdlkatan kekerabatan si penderita penyakit

TB Paru dapat dilihat pada tabel 1 3 berikut.

Tabel 13. Dukungan keluargakerabat penderita penyakit TB Paru berdasarkan kelompok keluarga yang dibantu dan tidak dibantu

Dukungan keluarga

Tinggi Rendah

Dukungan Dari Masvarakat

Dukungan masayarakat dapat dilihat pula dari bagaimana reaksi masyarakat

dan tokoh masyarakat disekitar keluarga Penderita terhadap Penderita Penyakit TB

Paru, apakah mengetahui ada yang menderita TB paru, ikut terlibat atau tidak dalam

pengobatan dan atau memotivasi untuk berobat atau malahan mengucilkannya.

Secara keseluruhan terlihat bahwa 58 % masyarakat memberikan dukungan terhadap

keluarga penderita TB paru, namun sisanya tidak mendukung. Hal ini kurang sejalan

dengan program penanggulangan TB paru melalui strategi DOTS yang salah satu

Mean Skor 1 20.71

Keluarga

P-value = 0.006 19.29

Total (n =150)

20.00

Di bantu (n=75)

n 93 57

n 51 24

Tidak dibantu (n=75)

% 62.00 38.00

YO 68.00 32.00

n 42 33

YO 56.00 44.00

Page 15: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

cirinya adalah adanya keterlibatan penuh clan masyarakat melalui keterlibatannya

sebagai PMO (Pengawas Minurn Obat). Dilihat dari tabel 14 terlihat bahwa sebaran

terbanyak dukungan masyarakat pada keluarga yang dibantu (64,00%), sedangkan

-pada kelompok keluarga yang tidak dibantu dukungan masyarakat pada keluarga

penderita penyakit TB Paru sebesar 52,00%.

Meskipun secara kuantitatif terlihat perbedaan dalam ha1 dukungan masyarakat

pada si penderita penyakit TB Paru kelompok keluarga yang dibantu dengan keluarga

yang tidak dibantu, setelah dilakukan - pengujian terhadap perbedaan tersebut

diperoleh hasil yang secara statistika (Kruskal-Wallis) menyatakan tidak terdapat

perbedaan dukungan masyarakat pada si penderita penyakit TB Paru antara kedua

kelompok tersebut (p= 0.343).

Tabel 14. Dukungan Masyarakat berdasarkan kelompok keluarga yang dibantu dan tidak dibantu

/ masyarakat I (n=75) (n=75) 1

Dukungan Keluarga

Di bantu / Tidak dibantu

Ada Tidak

Lingkungan Tem~at Tinggal (rumah)

Untuk melihat kondisi Lingkungan Tempat Tinggal responden, peneliti

memberikan kuesioner yang terdiri dari 12 bush pernyataan, dimana masing-masing

pernyataan dijawab oleh responden sesuai dengan keadaan lingkungan tempat

tinggalnya. Kemudian disusun rating (kualitas) tempat tinggal responden sehingga

Total (n =150)

MeanSkor 1 6.96

n 48 27

P-value =0.343 6,75

YO 64.00 36.00

6.855

n 39

- 36

yo

52.00 48.00

n 87 63

% 58.00 42.00

Page 16: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

akan diperoleh gambaran tentang kualitas lingkungan tempat tinggal seperti yang

tertera pada tabel 1 5.

Secara umurn lingkungan tempat tinggal keluarga penderita TB paru termasuk

dalam katagori tidak memadai dan bila dibandingkan antara keluarga yang dibantu

dengan tidak dibantu menunnjukkan tidak ada perbedaan diantara keduanya

(p=0,955) dan mempunyai rata-rata skor yang sama yakni pada katagori tidak

memadai. Lingkungan rumah yang berpengaruh terutama dalam ha1 ventilasi yang

kurang memadai dan kondisi pencahayaan yang kurang terutama menyangkut alat

penerangan yang pada urnumnya petromak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Kusdinar (1993) dalam Atrnosukarto (2000) yang membuktikan bahwa banyaknya

tuberculosis paru dalam rurnah tergantung dari intensitas cahaya serta luas lubang

penghawaan (ventilasi). Untuk lebih jelasnya dapat dillhat dalam tabel berikut :

Tabel 15. Kualitas Lingkungan Tempat Tinggal berdasarkan kelompok keluarga yang dibantu dan tidak dibantu

Persepsi Keluar~a Mengenai Penyakit TB Paru

Mc. Cubbin dan Patterson (1980) dalam Sussman dan Steinrnetz (1988) salah

satu faktor yang berpengaruh terhadap stress keluarga dan penentuan strate@ koping

Page 17: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

keluarga adalah persepsi keluarga tersebut terhadap stressor. Persepsi keluarga

mengenai penyakit TB paru adalah cara pandang keluarga penderita TB paru

mengenai penyakit TB paru dari sudut pandang kesehatan. Jadi dari persepsi keluarga

yang positif mengenai penyakit TB paru nantinya akan sangat membantu si penderita

dalam pemulihan kesehatannya. Berdasarkan tabel 16 diperoleh gambaran bahwa

pada umumnya persepsi keluarga mengenai penyakit TB paru adalah positif. Dimana

sebanyak 72% keluarga yang mendapat bantuan mempunyai persepsi yang positif

mengenai penyalut TB paru dan 58,67% keluarga yang tidak dibantu mempunyai

persepsi yang positif mengenai penyakit TB paru. .Meskipun secara kuantitatif

terlihat perbedaan persepsi antara keluarga yang mendapat bantuan dengan keluarga

yang tidak mendapat bantuan, akan tetapi setelah dilakukan pengujian secara

statistika (Kruskal-Wallis) ternyata tidak terdapat perbedaan yang berarti antara

keluarga yang mendapat bantuan dengan keluarga yang tidak mendapat bantuan(p =

0.292). Tetapi apabila ditinjau dari tingkat pengetahuan pasangan si penderita

penyakit TB paru terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pengetahuan yang

baik, cukup dan kurang tentang persepsi mengenai penyalut TB paru (p = 0.001). jadi

dengan demikian makin baik pengetahuan si pasangan penderita penyakit TB paru

mengenai penyakit TB paru itu sendiri, maka akan memberikan persepsi yang lebih

positif mengenai penyakit TB paru. Sebaran data tentang persepsi keluarga mengenai

TB paru dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

Page 18: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tabel 16. Persepsi Keluarga Mengenai Penyakit TB Paru berdasarkan kelompok keluarga yang dibantu dan tidak dibantu

Persepsi keluarga

Positif Negati f

Apabila persepsi ini dibedakan menurut jenis kelamin ternyata tidak terdapat

Mean Skor 1 18,02

perbedaaan yang berrnakna antara jenis kelamin pasangan laki-laki dan perempuan

Total (n =150)

n 1 010

Keluarga

54 21

(p= 0,268). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

Di bantu - (n=75)

P (K-W) = 0.296 17,52

Tabel 17. Persepsi keluarga tentang penyakit TB Paru berdasarkan Jenis kelamin.

Tidak dibantu (n=75)

72.00 28.00

17.770 /

Strategi Koping Keluarga ( Suami 1 Istri ) Dalam Menghadapi Kasus Penyakit TB Paru di Keluartza

n 1 '10 , n 1 O/O

Perilaku koping adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh keluarga (Suami/Istri)

44 31

dalam menghadapi berbagai masalah/kesulitan sehubungan dengan adanya penderita

penyakit TB paru dalam keluarga. Menurut M.A. McCubbin (1987) Strategi atau

58.67 41.33

perilaku koping keluarga dikelompokkan menjadi tiga pola penanggulangan yaitu :

98 52

65.33 34.67

Page 19: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Pola I. Mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan rasa optimis

menghadapi keadaan; Pola 11. Mempertahankan dukungan sosial, kepercayaan

diri dan rasa stabilitas psikologis; Pola ID. Memahami situasi medis melalui

komunikasi dengan keluarga lain dan konsultasi dengan tenaga kesehatan.

Berdasarkan tabel 18 diperoleh gambaran mengenai perilaku koping keluarga

dalam menghadapi berbagai kesulitan sehubungan dengan adanya penderita penyakit

TB paru, pada keluarga yang di bantu mayoritas berprilaku positifladaptif yaitu

sebanyak 61.33%. Sedangkan dalam keluarga yang tidak dibantu, perilaku koping

keluarganya sebanding antara yang positif/adaptif dengan yang negatif lmaladaptif

dalam menghadapi berbagai kesulitan sehubungan dengan adanya penderita penyakit

TB paru dalam keluarga. Setelah diuji secara statistika ternyata terdapat perbedaan

perilaku koping keluarga dalam menghadapi berbagai kesulitan sehubungan dengan

adanya penderita penyakit TB paru dalam keluarga antara kelompok yang di bantu

dengan yang tidak dibantu (p- 0.019). Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah

perbedaan perilaku koping keluarga tersebut disebabkan oleh karena kelompoknya

yang berbeda atau mungkin karena disebabkan faktor lain, maka untuk menguji ha1

tersebut dlakukan analisis kovarians (jumlah anggota keluarga, pendapatan

keluarga,pengetahuan si pasangan penderita TB paru, sikap keluarga, Dukungan

keluarga, dan persepsi sebagai kovariat). Dan setelah dilakukan pengujian ternyata

kelompok (yang dibantu dan yang tidak dibantu) tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap perilaku koping keluarga (~(Ancova) = 0.274).

Page 20: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Sebaran data untuk perilaku koping keluarga dalam menghadapi berbagai

masalah/kesulitan sehubungan dengan adanya penderita penyakit TB paru dalam

keluarga dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Perilaku koping keluarga dalam menghadapi kasus penyakit TB paru berdasarkan kelompok keluarga yang dibantu dan tidak dibantu

Perilaku koping keluarga

Positif Negatif

Bila dilihat dari pola penerapan strategi koping keluarga yang paling dominan

dilakukan oleh keluarga dalam menghadapi berbagai kesulitan sehubungan adanya

penderita penyakit TB paru, baik pada keluarga yang dibantu maupun yang tidak di

bantu diperoleh gambaran bahwa mayoritas menerapkan pola pertama

(mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama danrasa optimis menghadapi

Keluarga I I

Mean Skor 1 83.56

keadaan) yaitu 70,67%. Pola penanggulangan atau strategi koping pada kasus Tb paru

orang tua (pasien dewasa) di keluarga ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan

pola penanggulangan pada kasus penyalut jantung iskemik, Qmana hasil penelitian

Molarejo (1983) dalam M A.McCubbin (1987) pada kasus jantung iskemik

menunjukkan pola I11 (memahami situasi medis dengan komunikasi dengan petugas

kesehatan dan keluarga lain) lebih banyak digunakan. Hal ini dapat dimengerti karena

pada umumnya penderita penyakit jantuing adalah keluarga dari tingkat sosial

ekonomi cukup tinggi sehingga mempunyai kemampuan untuk konsultasi pada

46 29

Total (n =150)~

n 1 %

Di baotu (n=75)

n 1 %

I P-value = 0.019 1

77.56

- Tidak dibantu (n=75)

n 1 % 61.33 38.67

80.560 ,

36 39

48.00 52.00

82 68

54.67 45.33

Page 21: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

tenaga kesehatan lebih baik bila dibandingkan dengan kasus TB paru yang pada

umumnya terjadi pada keluarga menengah kebawah.

Sedangkan dilihat dari uji statistik chi kuadrat menunjukkan tidak ada hubungan

antara kelompok keluarga (dibantu dan tidak dibantu) dengan pola penerapan strategi

koping. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini :

Tabel 19. Pola strategi koping keluarga dalam menghadapi Penyakit TB Pam berdasarkan keloinpok keluarga yang dibantu dan tidak dibantu

Pola I: Mempertahankan keutuhan keluarga

Mempertahankan keutuhan keluarga, ke rjasama dan rasa optimis menghadapi

keadaan merupakan aspek dari perilaku koping keluarga dalam menghadapi berbagai

kesulitan sehubungan dengan adanya penderita penyalut TB paru dalam keluarga.

Berdasarkan tabel 20 diperoleh gambaran mengenai mempertahankan keutuhan

keluarga, kerjasarna dan rasa optimis menghadapi keadaan sehubungan dengan

adanya penderita penyakit TB paru dalam keluarga, kelompok yang di bantu

mayoritas mempertahankan yaitu sebanyak 64%. Sedangkan dalam keluarga yang

tidak dibantu, mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan rasa optimis

menghadapi keadaan sebanding antara yang mempertahankan dengan yang tidak

mempertahankan dalam menghadapi berbagai kesulitan sehubungan dengan adanya

Page 22: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

penderita penyakit TB paru dalam keluarga. Setelah diuji secara statistika ternyata

terdapat perbedaan perilaku mempertahankan keutuhan keluarga, ke rjasama dan rasa

optimis menghadapi keadaan dalam menghadapi berbagai kesulitan sehubungan

dengan adanya penderita penyakit TB paru dalam keluarga antara kelompok yang di

bantu dengan yang tidak dibantu (p = 0.049). Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah

apakah perbedaan perilaku mempertahankan keutuhan keluarga, ke rjasama dan rasa

optimis menghadapi keadaan tersebut disebabkan oleh karena kelompoknya yang

berbeda atau mungkin karena disebabkan faktor lain, maka untuk menguji ha1

tersebut dilakukan analisis kovarians (jumlah anggota keluarga, pendapatan

keluarga,pengetahuan si pasangan penderita TB paru, sikap keluarga, dukungan

keluarga, dan persepsi sebagai kovariat). Dan setelah dilakukan pengujian ternyata

kelompok (yang dibantu dan yang tidak lbantu) tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap perilaku koping keluarga (p(Ancova) = 0.932). Sebaran data aspek

mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan rasa optimis menghadapi

keadaan dapat dilihat pada tabel 20 lbawah ini.

Tabel 20. Aspek mempertahankan keutuhan keluarga, kerjasama dan rasa optimis berdasarkan kelompok keluarga

dibantu dan tidak dibantu

Keluarga I Tirlnk rli hnnt~~

Mempertahankan Tidak mempertahankan

Mean skor

4 8 27

P (K-W) = 0.004) 37.87

64.00 36.00

34.83

3 6 39

48.00 52.00

Page 23: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Pola 11: Mempertahankan dukunpan sosial

Mempertahankan dukungan sosial, kepercayaan diri dan rasa stabilitas

psikologis merupakan aspek dari perilaku koping keluarga dalam menghadapi

berbagai kesulitan sehubungan dengan adanya penderita penyakit TB paru dalam

keluarga. Berdasarkan tabel 2 1 diperoleh gambaran mengenai mempertahankan

dukungan sosial, kepercayaan diri dan stabilitas psikologis sehubungan dengan

adanya penderita penyakit TB paru dalam keluarga, kelompok yang di bantu

mayoritas mempertahankan yaitu sebanyak 60%. Sedangkan dalam keluarga yang

tidak dibantu, mempertahankan dukungan sosial, kepercayaan diri dan stabilitas

psikologis lebih banyak yang tidak mempertahankan dalam menghadapi berbagai

kesulitan sehubungan dengan adanya penderita penyakit TB paru dalam keluarga.

Setelah diuji secara statistika ternyata terdapat perbedaan perilaku mempertahankan

dukungan sosial, kepercayaan diri dan stabilitas psikologis dalarn menghadapi

berbagai kesulitan sehubungan dengan adanya penderita penyalut TB paru dalam

keluarga antara kelompok yang di bantu dengan yang tidak dibantu (p = 0.036).

Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah perbedaan perilaku mempertahankan

dukungan sosial, kepercayaan &ri dan stabilitas psikologts sehubungan dengan

adanya penderita penyakit TB paru dalam keluarga tersebut disebabkan oleh karena

kelompoknya yang berbeda atau mungkin karena disebabkan faktor lain, maka untuk

menguji ha1 tersebut dilakukan analisis kovarians (jumlah anggota keluarga,

pendapatan keluarga,pengetahuan si pasangan penderita TB paru, sikap keluarga,

dukungan keluarga, dan persepsi sebagai kovariat). Dan setelah dilakukan pengujian

Page 24: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

ternyata kelompok (yang dibantu dan yang tidak dbantu) tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap perilaku koping keluarga (~(Ancova) = 0.496).

Sebaran data aspek mempertahankan dukungan sosial, kepercayaan diri dan

stabilitas psikologis dapat dilihat pada tabel 21 dibawah ini.

Tabel 2 1. Aspek mempertahankan dukungan sosial, kepercayaan diri dan stabilitas psikologis

Mempertahankan dukungan sosial

Pola III: Memahami situasi medis

Memahami situasi medis melalui komunikasi dengan keluarga lain dan

konsultasi dengan tenaga kesehatan merupakan salah satu aspek dari perilaku koping

keluarga dalam menghadapi berbagai kesulitan sehubungan dengan adanya penderita

penyakit TB paru dalam keluarga. Berdasarkan tabel 22 diperoleh gambaran

mengenai aspek memahami situasi medis melalui komunikasi dengan keluarga lain

dan konsultasi dengan tenaga kesehatan sehubungan dengan adanya penderita

penyakit TB paru dalam keluarga, kelompok yang di bantu mayoritas memahami,

yaitu sebanyak 60%. Sedangkan dalam keluarga yang tidak dibantu, aspek

memahami situasi medis melalui komunikasi dengan keluarga lain dan konsult~si

dengan tenaga kesehatan sebanding antara yang memahami dengan yang tidak

memahami dalam menghadapi berbagai kesulitan sehubungan dengan adanya

Mempertahankan Tidak mempertahankan

Mean skor

Keluarga Dibantu

n=75 / %

P (K-Wl= 0.036

45 3 0

Tidak di bantu n= 75 1 %

60.00 40.00

30.07 27.28

3 5 40

46.67 53.33

Page 25: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

penderita penyakit TB paru dalam keluarga. Setelah diuji secara statistika ternyata

tidak terdapat perbedaan perilaku memahami situasi medis melalui komunikasi

dengan keluarga lain dan konsultasi dengan tenaga kesehatan dalam menghadapi

berbagai kesulitan sehubungan dengan adanya penderita penyakit TB paru dalam

keluarga antara kelompok yang di bantu dengan yang tidak dibantu (p = 0.328).

Sebaran data aspek memahami situasi medis melalui komunikasi dengan keluarga

lain dan konsultasi dengan tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel 22 dibawah ini.

Tabel 22. Aspek memahami situasi medis melalui komunikasi dengan keluarga lain dan konsultasi dengan tenaga kesehatan

I Keluarga 1 Memahami situasi medis

Memahami Tidak memahami

Faktor-faktor yang mempen~aruhi Strategi Koping keluarga.

Pada analisa bivariabel akan menilai hubungan antara variabel independent

Dibantu n=75 1 %

Mean skor

dengan variabel dependent dan hubungan antara sesama variabel independent dengan

Tidak di bantu n=75 1 %

45 30

menggunakan ukuran koefisien korelasi, sesuai dengan kerangka konsep maka

P (K-W) = 0.328 15.92

variabel independent (Jumlah anggota keluarga, Usia penderita TB Paru, Jenis

60.00 40.00

15.45

kelamin, Lama pendidikan pasangan si penderita TB Paru,Pendapatan keluarga,

pengetahuan,sikap keluarga, Dukungan kel~arga~dukungan masyarakat,kondisi

37 3 8

lingkungan tempat tingga1,persepsi keluarga, ketersediaan sarana dan prasarana

49.33 50.67

Page 26: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

kesehatan) dilihat hubungannya satu persatu dengan variabel dependent (Strateg

koping keluarga dalam menghadapi penderita penyakit TB Paru dalam keluarga).

Diantara variabel independent yang hubungannya siknifikan dengan strategi

koping keluarga dalam menghadapi berbagai kesulitan sehubungan dengan adanya

penderita penyakit TB paru dalam keluarga pada tingkat kekeliruan 5%, yaitu: Lama

pendidikan formal pasangan si penderita TB Paru, Pendapatan keluarga penderita TB

Paru, Pengetahuan pasangan si penderita TB Paru, Sikap keluarga penderita TB Paru,

Dukungan keluarga penderita TB Pam, Dukungan masyarakat, Persepsi keluarga

penderita TB Paru dan Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan.

Dan hasil analisa bivariabel antar sesama variabel independent diperoleh

kesimpulan bahwa diantara sesama variabel independent yang hubungannya

siknifkan tidak ada yang hubungannya masuk dalam kategori tinggi, dimana untuk

keperluan analisis regresi linier berganda (multipel) salah satu asumsi yang hams

dipenuhi yaitu diantara sesama variabel independent tidak boleh berkorelasi tinggi

(Multicolinierity). Batasan nilai untuk dua variabel dikatakan berkolinieritas tinggi

bisa dilihat melalui nilai VIF (Variance Inflation Factors). Apabila nilai VIF untuk

variabel independent lebih besar dari 10, maka salah satu diantara variabel yang

berkorelasi tinggi tersebut harus direduksi dari model regresi. Untuk lebih jelasnya

berikut ini hasil out put software SPSS dengan mengunakan metode enter

diperoleh koefisien regresi dan tingkat siknifikansi untuk masing - masing variabel

bebas sebagai berikut:

Page 27: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tabel. 23 Analisis regresi berganda dan faktor-faktor yang mempengaruhi strateg koping keluarga penderita TB paru

Independent Variable (Constant) Jumlah Anggota Keluarga Usia

* Siknifikan pads tingkat kekeliruan 5%

Lingkungan tempat tinggal (O=rnemadai, l=tidak memadai) Persepsi Ketersediaan Sarana dan prasarana kesehatan (O=tidak ada, l=ada) Kelompok(O=dibantu, l=tidak dibantu) Dependent Variable: Strategi Koping

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

B 42.753 180 0.346834 0.008436

Strategi koping keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan: "Kasus Penyakit TB

* * Siknifikan pada tingkat kelceliruan 1 %

-2.580689

0.727935

6.719039

1.571948

Paru" & Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut :

Beta

0.03690 0.00665

Lama pendidikan pasanpan. Lama pendidikan pasangan si penderita TB Paru

-0.02507

0.12384

0.17524

0.04254

memberikan pengaruh yang s ihf ikan terhadap Strategi Koping Keluarga dalam

Sig. O.OOOO* * 0.3527 0.8660

R' = 0.818

menghadapi masalah kesehatan: " Kasus penyakit TB Pam" di Kabupaten Bandung.

V E

1.16880 1.15386

F = 46.953

0.5079

0.0323"

0.0002**

0.3 182

Karena koefisien regresinya bernilai positif berarti pengaruhnya positif, artinya

1.06446

2.44758

1.52363

1.34589

semakin lama pasangan si penderita mengikuti pendidikan formal semakin baik

penerapan Strategi Koping Keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan: '' Kasus

penyakit TB Paru" di Kabupaten Bandung.

Page 28: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tinekat pengetahuan Pasangan. Tingkat pengetahuan pasangan memberikan

pengaruh yang siknifikan terhadap Strategi Koping Keluarga dalam menghadapi

masalah kesehatan: " Kasus penyakit TB Pam" di Kabupaten Bandung. Karena

koefisien regresinya bernilai positif berarti pengaruhnya positif, artinya semakin baik

pengetahuannya semakin baik penerapan Strategi Koping Keluarga dalam

menghadapi masalah kesehatan: " Kasus penyakit TB Pam" di Kabupaten Bandung.

Sikap Keluarga. Sikap Keluarga mengenai pengobatan TB Paru memberikan

pengaruh yang siknifikan terhadap Strategi Koping Keluarga dalam menghadapi

masalah kesehatan: " Kasus penyakit TB Paru" di Kabupaten Bandung. Karena

koefisien regresinya bernilai positif berarti pengaruhnya positif, artinya semakin baik

Sikap Keluarga mengenai pengobatan TB Paru semakin baik penerapan Strateg

Koping Keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan: " Kasus penyakit TB Pam"

di Kabupaten Bandung.

Dukungan Keluarga. Dukungan Keluarga memberikan pengaruh yang siknifikan

terhadap Strateg Koping Keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan: " Kasus

penyakit TB Pam" di Kabupaten Bandung. Karena koefisien regresinya bernilai

positif berarti pengaruhnya positif, artinya semakin tingg Dukungan Keluarga

semakin baik penerapan Strategi Koping Keluarga dalam menghadapi masalah

kesehatan: " Kasus penyakit TB Paru" di Kabupaten Bandung.

Ketersediaan Sarana dan Fasilitas Kesehatan. Ketersediaan Sarana clan Fasilitas

Kesehatan, yaitu yang ada Puskesmas/Rumah sakit dengan yang tidak ada

Puskesmas/Rumah sakit memberikan pengaruh yang siknifikan terhadap Strategi

Koping Keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan: " Kasus penyakit TB Pam"

Page 29: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

di Kabupaten Bandung. Karena koefisien regresinya bernilai positif berarti

pengaruhnya positif, artinya semakin tersedia Sarana dan Fasilitas Kesehatan semakin

baik penerapan Strategi Koping Keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan: "

Kasus penyakit TB Pam" di Kabupaten Bandung (terutama Puskesmas).

Persepsi Keluarga men~enai pennyakit TB Paru. Dalam analisis ini variabel

Persepsi Keluarga mengenai penyakit TB Paru merupakan variabel kuantitatif dan

diukur dari tingkat persetujuan si responden mengenai pernyataan-pernyataan yang

berhubungan dengan " Kasus penyakit TB Pam7' . Jadi dari hasil persamaan model

regresi yang diperoleh bisa terlihat bahwa Persepsi Keluarga mengenai pennyakit TB

Paru memberikan pengaruh yang siknifikan (pada tingkat kekeliman 5 %) terhadap

Strateg Koping Keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan: " Kasus penyakit

TB Pam" & Kabupaten Bandung. Karena koefisien regresinya bernilai positif berarti

pengaruhnya positif, artinya semakin baik Persepsi Keluarga mengenai pennyakit TB

Paru semalun baik penerapan Strategi Koping Keluarga dalam menghadapi masalah

kesehatan: " Kasus penyakit TB Paru" di Kabupaten Bandung.

Dari hasil analisis regresi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

koping keluarga dalam kasus TB paru menunjukkan bahwa sumber daya keluarga

(lama pendidikan, pengetahuan pasangan tentang TB paru, sikap keluarga, dukungan

keluarga dan ketersediaan fasilitas) dan persepsi keluarga mengenai penyalt TB paru

berpengaruh terhadap strategi koping keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Boss

dan McCubbin dalam Sussman dan Steinmetz (1988) yang menyebutitan bahwa

koping keluarga merupakan manajemen kejadian stress dimana dalam ha1 ini

Page 30: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

sumberdaya keluarga dan persepsi akan stressor mempunyai pengaruh terhadap upaya

penanggulangan terhadap stressor yang terjadi pada keluarga.

Pada uji Manova (multivariate analysis of variance) akan menilai pengaruh

variabel independent dengan variabel dependent (dalam ha1 ini Pola strategi koping

keluarga), sesuai dengan kerangka konsep maka variabel independent (Jumlah

anggota keluarga, Usia penderita TB Paru, Jenis kelamm, Lama pendidikan pasangan

si penderita TB Pam, pendapatan keluarga, pengetah~an~sikap keluarga, dukungan

keluarga, dukungan masyarakat, kondisi lingkungan tempat tinggal, persepsi

keluarga, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan kemudian kelompok

responden) dilihat pengaruhnya satu persatu dengan variabel dependent (Pola Strategi

koping keluarga dalam menghadapi penderita penyakit TB Paru dalam keluarga).

Dari hasil uji Manova maka faktor-faktor yang mempenganh Pola Strategi

koping keluarga dalarn menghadapi masalah kesehatan: "Kasus Penyalut TB Pam" di

Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut :Lama pendidikan pasanpan. Lama

pendidikan pasangan si penderita TB Paru memberikan pengaruh yang siknifikan

terhadap ketiga Pola Strategi Koping Keluarga dalam menghadapi masalah

kesehatan: " Kasus penyakit TB Paruy' di Kabupaten Bandung. Besar pengaruhnya

terhadap Pola 1 sebesar 15,2%, terhadap Pola 2 sebesar 13,4% dan terhadap Pola 3

sebesar 3,8%. Dukungan Masvarakat. Dukungan masyarakat memberikan pengaruh

yang siknifikan terhadap Pola 1 dan Pola 2 dari Strategi Koping Keluarga dalam

menghadapi masalah kesehatan: " Kasus penyakit TB Paru" di Kabupaten Bandung.

Besar pengaruhnya terhadap pola 1 sebesar 2,9% dan terhadap pola 2 sebesar 6,6%.

Jumlah anggota keluarga. Persepsi Keluarga mengenai penyakit TB Paru

Page 31: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

memberikan pengaruh yang siknifikan terhadap Pola 3 dari Strategi Koping Keluarga

dalam menghadapi masalah kesehatan: " Kasus penyakit TB Pam" di Kabupaten

Bandung. Besar pengaruhnya terhadap pola 3 sebesar 6%. Ketersediaan Sarana

dan Fasilitas Kesehatan. Ketersediaan Sarana dan Fasilitas Kesehatan, yaitu yang

ada Puskesmas/Rumah sakit dengan yang tidak ada Puskesmas/Rumah sakit

memberikan pengaruh yang siknifikan terhadap Pola 1, Pola2 dan Pola 3 dari Strategi

Koping Keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan: " Kasus penyakit TB Pam"

di Kabupaten Bandung. Besar pengaruhnya terhadap pola 1 adalah 4,9%, terhadap

pola 2 sebesar 11,9% dan terhadap pola 2 sebesar 10,8%. Kelompok

keluarealresponden. Kelompok responden, yaitu yang dibantu dengan yang tidak

dibantu memberikan pengaruh yang siknifikan terhadap Pola 3 dari Strategi Koping

Keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan: " Kasus penyakit TI3 Paru" di

Kabupaten Bandung. Besar pengaruhnya terhadap pola 3 adalah 3,3%. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 24 sebagai berikut:

Page 32: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tabel 24. Hasil analisis multivariate (Manova) dari faktor-faktor yang mempengaruhi

Corrected Model

Jenis kelamin pasangan

Lingkungan Tempat Tinggal

Kelompok responden

Ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan

Jumlah anggota.Keluarga.

Usia

Lama pendidikan pasangan

Pendapatan keluarga

Pengetahuan Pasangan

Sikap Keluarga

Dukungan keluargakerabat

Dukungan masyarakat

Persepsi

* * Siknifikan pada * Siknifikan pada tingkat kekeliruan 5%

Pola3 Polal Pola2 Pola3 Polal Pola2 Pola3 Polal Pola2 Pola3 Polal Pola2 Pola3 Pola 1 Pola2 Pola3 Polal Pola2 Pola3 Pola I Pola2 Pola3 Pola 1 Pola2 Pola3 Polal Pola2 Pola3 Polal Pola2 Pola3

tingkat kekeliruan 1 %

1 I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4.700 7.009 18.306 16.447 0.594 3.788 8.692 0.287 0.011 2.794 24.361 21.059 5.403 0.026 0.144 0.164 0.272 0.096 0.680 1.140 1.252 0.523 3.749 0.048 0.766 3.998 9.671 1.583 2.377 0.041 0.227

0.032* 0.009** O.OOO** O.OOO** 0.442 0.054

0.004** 0.593 0.917 0.097

O.OOO** O.OOO** 0.022* 0.873 0.705 0.686 0.603 0.757 0.41 1 0.288 0.265 0.471 0.055 0.827 0.383 0.048* 0.002** 0.210 0.125 0.840 0.635

0.033 0.049 0.119 0.108 0.004 0.027 0.060 0.002 0.000 0.020 0.152 0.134 0.038 0.000 0.001 0.001

- 0.002 0.00 1 0.005 0.008 0.009 0.004 0.027 0,000 0.006 0.029 0.066 0.012 0.017 0.000 0.002

Page 33: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tingkat Stress Penderita TB Paru

Tingkatan stress penderita penyakit TB Paru terdiri dari dua aspek, yaitu

stress psikis dan stress fisik, tingkatan sterss pada penderita penyakit TB Pam bisa

disebabkan oleh banyak faktor, seperti pendapatan keluarga yang tidak mencukupui,

dukungan keluarga dan masyarakat yang kurang, tingkat pengetahuan pasangan yang

kurang tentang penyakit TB Paru dan lain-lain. Berdasarkan tabel 25 diperoleh

gainbaran bahwa tingkatan stress penderita penyakit TB pam dalam keluarga yang di

bantu mayoritas rendah yaitu sebanyak 58,67%. Sedangkan dalam keluarga yang

tidak dibantu, tingkatan stress penderita penyakit TB paru mayoritas tinggi, yaitu

sebanyak 60%. Setelah diuji secara statistika (Kruskal-Wallis) ternyata terdapat

perbedaan tingkatan stress penderita penyakit TB paru dalam keluarga antara

kelompok yang di bantu dengan yang tidak dibantu (p = 0.027). Tetapi yang menjadi

pertanyaan adalah apakah perbedaan tingkatan stress penderita penyakit TB paru

tersebut disebabkan oleh karena kelompoknya yang berbeda atau munglun karena

disebabkan faktor lain?, maka untuk menguji ha1 tersebut dilakukan analisis

kovarians (jumlah anggota keluarga, pendapatan kel~arga~pengetahuan si pasangan

penderita TB paru, sikap keluarga, tingkat pendidikan penderita TB Pam, dukungan

keluarga dan persepsi sebagai kovariat). Dan setelah dilakukan pengujian ternyata

kelompok (yang dibantu dan yang tidak dibantu) tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap tingkatan stress penderita penyakit TB paru (~(Ancova) = 0.086). Bila

dilihat dari jenis kelamin penderita TB paru ternyata perempuan mempunyai tingkat

stress yang tingg (58,67 %) sedangkan pada laki-laki sebaliknya (.57,33%) tingkat

stresnya rendah.

Page 34: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Sebaran data mengenai tingkatan stress pada penderita TB paru dapat dilihat

pada tabel 25 berikut.

Tabel 25. Tingkatan Stress Penderita TB Pam berdasarkan keluarga dibantu dan tidak dibantu

1 L Keluarga ] Total (n =150) (

Apabila tingkat stress penderita Tb paru ini dibedakan menurut jenis kelamin

Tinggi Rendah

Mean Skor

maka terdapat sedikit perbedaan antara laki-laki dan perempuan (p=0,073), dimana

pada perempuan lebih banyak mengalami stress dari pada lalu-lalu. Hal ini dapat

P (K-W) = 0.027

31 44

memperkuat pendapat Stuart and Sandeen (1987) yang menyatakan bahwa

perempuan lebih banyak mengalami stress dibandingkan laki-lalu apabila

41.33 58.67

menghadapi masalah kesehatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel

40.55

berikut ini .

Tabel 26. Tingkat stress penderita Tb Paru berdasarkan Jenis kelamin.

44.49

45 30

42.520

76 74

60.00 40.00

50.67 49.33

Page 35: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tingkatan Stress Psikis 1 Jiwa. Tingkatan stress psikis penderita penyakit TB

Paru disebabkan oleh rasa takut,cemas dalam menghadapi situasi lingkungan, baik

lingkungan eksternal maupun lingkungan internal. Berdasarkan tabel 27 diperoleh

gambaran bahwa tingkatan stress psikis penderita penyakit TB paru dalam keluarga

yang di bantu lebih banyak yang rendah dibanding yang tinggi. Sedangkan dalam

keluarga yang tidak dibantu, tingkatan stress psikis penderita penyakit TB paru pada

uinumnya tinggi, yaitu sebanyak 65,33%. Setelah diuji secara statistika (Kruskul-

Wallis) ternyata terdapat perbedaan tingkatan stress psilus penderita penyakit TB paru

dalam keluarga antara kelompok yang di bantu dengan yang tidak dibantu (p= 0.007).

yang menjadi pertanyaan adalah apakah perbedaan tingkatan stress penderita penyakit

TB paru tersebut disebabkan oleh karena kelompoknya yang berbeda atau mungkin

karena disebabkan faktor lain?, maka untuk menguji ha1 tersebut dilakukan analisis

kovarians Cjumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga,pengetahuan si pasangan

penderita TB paru, sikap keluarga, tingkat pendidikan penderita TB Paru, dukungan

keluarga dan persepsi sebagai kovariat). Dan setelah dilakukan pengujian ternyata

kelompok (yang lbantu dan yang tidak dibantu) memberikan pengaruh yang nyata

terhadap tingkatan stress psikis penderita penyakit TB paru (~(Ancova) = 0.021).

Sebaran data mengenai tingkatan stress psikis pada penderita TB paru dapat

dilihat pada tabel 27 berikut.

Page 36: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tabel 27 Tingkatan Stress psikis Penderita TB Pam berdasarkan keluarga dibantu dan tidak dibantu

Tingkat Stress Psi kis

Tin~katan Stress Fisik. Berdasarkan tabel 28 diperoleh gambaran mengenai

tingkatan stress fisik penderita penyakit TB paru, dalam keluarga yang di bantu pada

urnumnya rendah. Sedangkan dalam keluarga yang tidak dibantu, tingkatan stress

fisik penderita penyakit TB paru pada urnumnya tinggi, yaitu sebanyak 62,67%..

Meslupiun secara kuantitatif terlihat perbedaan tingkat stress fisik antar kedua

kelompok tersebut, tetapi setelah diuji secara statistika ternyata tidak terdapat

perbedaan tingkatan stress fisik penderita penyakit TB paru antara kelompok yang di

bantu dengan yang tidak dibantu (p = 0.096).

Sebaran data mengenai tingkatan stress fisik pada penderita TB paru dapat

I n

dilihat pada tabel 28 berikut.

Total (n =150) Keluarga

YO

46.67 53.33

Tinggi Rendah

Tabel 28. Tingkatan Stress fisik Penderita TB Paru berdasarkan keluarga

Di bantu (n=75)

35 40

Tidak dibantu (n=75)

n 49 26

i Mean Skor 20.32 17.89

dibantu dan tidak dibantu

19.105

YO

65.33 34.67

i - - . - - - - - - - - -

Keluarga

Tingkat Stress Fisik

1 ! ~.- --

P (K-W) = 0.096 .- - 2

7

Tinggi Rendah

Mean Skor

n 84 66

Di bantu n=75

% 56.00 44.00

n 32 43

Tidak dibantu (n=75)

Total (n =150)

% 42.67 57.33

22.65

n 47 28

24.17 23.41 0

% 62.67 37.33

n i % 79 71

52.67 47.33

Page 37: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Tingkat Kepatuhan Penderita TB Paru

Kepatuhan si penderita dalam menjalani terapi pengobatan penyakit TB paru

sangat erat kaitamya dengan keberhasilan pelaksanaan strategi koping keluarga

inenghadapi berbagai masalah/kesulitan sehubungan dengan adanya penderita

penyakit TB paru dalam keluarga.

Tingkat kepatuhan penderita penyakit TB paru dapat dilihat dari keteraturan

dalam minum obat dan keteraturan dalam kontrol berobat. Dikatakan patuh apabila si

penderita mentaati segala aturan yang telah dianjurkan dalam pengobatan dan

dikatakan tidak patuh apabila si penderita tidak mentaati salah satu atau lebih aturan

pengobatan yang telah dianjurkan. Dari tabel 29 didapatkan gambaran bahwa

kelompok keluarga yang mendapat bantuan lebih patuh dalam terapi pengobatan

dibandingkan dengan kelompok keluarga yang tidak mendapat bantuan. Hal ini

&dukung oleh hasil pengujian secara statistika yang memperlihatkan assosiasi yang

nyata antar kedua kelompok dalam ha1 kepatuhan dalam berobat (p = 0.005). Sebaran

data kepatuhan &lam berobat dapat dilihat pada tabel 29 berikut.

Tabel 29. Kepatuhan Penderita TB Paru dalam berobat berdasarkan kelompok keluarga dibantu dan tidak dibantu.

Page 38: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Apabila tingkat kepatuhan ini dihubungkan dengan jenis kelamin penderita,

maka ternyata tidak berhubungan secara nyata antara laki-laki dan perempuan

(p=0,870). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 30. Tingkat kepatuhan penderita Tb Paru berdasarkan Jenis kelamin .

Hubungan Tingkat Kepatuhan Penderita TB Paru dengan Perilaku Koping Keluarga Penderita TB Paru.

Perilaku koping adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh keluarga (SuamiIIstri)

dalam menghadapi berbagai masalahkesulitan sehubungan dengan adanya penderita

penyakit TB paru &lam keluarga. Dari tabel 3 1 &pat dilihat gambaran sebaran

data antara tingkat kepatuhan dengan perilaku koping keluarga penderita TB Paru.

Apabila di perhatikan secara seksama, terlihat adanya perbedaan tingkat kepatuhan

dalam minurn obat dan kontrol berobat antara perilaku koping keluarga yang

posifladaptif dengan yang negatiflmal adaptif, dimana untuk perilaku koping keluarga

yang positifladaptif mayoritas penderita penyakit TB paru patuh dalam menjalani

terapi pengobatan. Sedangkan untuk perilaku koping keluarga yang

negatiflmaladaptif lebih banyak yang tidak patuh dalam menjalani terapi pengobatan.

Hal ini didukung dengan pengujian tabel kontingensi secara statistika, dimana

diperoleh p-value = 0,000 dan dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan

Page 39: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

(hubungan) antara Tingkat kepatuhan dengan perilaku koping keluarga penderita TB

paru. (Tabel 3 1)

Tabel 3 1. Hubungan antara tingkat kepatuhan dengan perilaku koping keluarga penderita TB Pam.

Hubungan Tingkat Ke~atuhan Penderita TB Paru dengan Tingkat Stress Penderita TB Paru.

Tingkat kepatuhan penderita TB Pam diihat dari keteraturan si penderita

dalam minum obat dan dan keteraturan dalam kontrol berobat. Apabila sipenderita

TB paru tidak teratur dalam melakukan kedua ha1 diatas sesuai anjuran tim medis,

maka dianggap si penderita tidak patuh . Tingkat stress penderita TB paru

dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu tingkat stress tinggi dan rendah. Berikut

disajikan tabel kontingensi antara tingkat kepetuhan dengan tingkat stress penderita

TB paru untuk melihat apakah terdapat keterkaitan antara kedua aspek tersebut.

Tabel 32. Hubungan antara tingkat kepatuhan dengan tingkat stress penderita TB Paru.

Page 40: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Dari tabel 32 diatas dapat dilihat gambaran sebaran data antara tingkat

kepatuhan dengan tingkat stress penderita TB Pam. Apabila di perhatikan secara

seksama, terlihat adanya perbedaan tingkat kepatuhan dalam minum obat dan kontrol

berobat antara tingkat stress rendah dan tingkat stress tinggi, dimana untuk tingkat

stress rendah mayoritas penderita penyakit TB paru patuh dalam menjalani terapi

pengobatan. Sedangkan untuk tingkat stress tinggi lebih banyak yang tidak patuh

dalam inenjalani terapi pengobatan. Hal ini didukung dengan pengujian tabel

kontingensi secara statistika, dimana diperoleh p-value = 0,000 dan dapat

disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan (hubungan) antara Tingkat kepatuhan dengan

tingkat stress pa& penderita TB Paru.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan penderita TB Paru

dalam berobat.

Variabel yang diduga mempengaruhi kepatuhan Penderita TB Paru di

Kabupaten Bandung dalam berobat terdiri dari 3 variabel, yaitu: Strategi koping

keluarga, kelompok keluarga dan tingkat stress penderita. Dalam pengujian secara

bivariat ternyata dari ketiga variable tersebut sangat s ipf ikan berhubungan dengan

adanya tingkat kepatuhan (tabel 29, 3 1, dan 32). Narnun setelah dilakukan pengujian

dengan regresi logistik ternyata terdapat dua variable saja yang mempengaruhi

tingkat kepatuhan yaitu variable strategi koping dan tingkat stress penderita,

sedangkan variable kelompok keluarga dibantu dan tidak dibantu tidak secara

signifikan mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita dalam berobat. Hal ini terjadi

karena kelompok keluarga dibantu dan tidak dibantu secara nyata (p=0.0212)

Page 41: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

mempengaruhi tingkat stress (lampiran 5) dan variable tingkat stress mempengaruhi

secara nyata terhadap tingkat kepatuhan. Dengan demikian pengaruh variable

kelompok keluarga dibantu dan tidak dibantu tidak secara langsung mempengaruhi

tingkat kepatuhan (p=O, 1026) tetapi hams melalui variable tingkat stress dulu.

Walaupun demikian dari hasil pengujian koefisien regresi baik secara

simultan inaupun secara parsial (individu) menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini

mengindikasikan bahwa variabel-variabel yang ada dalam model persamaan regresi

logistik tersebut, berperan atau berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan penderita

TB Paru di Kabupaten Bandung. Dari 3 buah variabel yang diuji pengaruhnya dua

variabel diantaranya sigknifikan pengaruhnya terhadap Kepatuhan Penderita TB Pam

di Kabupaten Bandung pada taraf kekeliruan 5%. Dibawah ini akan dijelaskan

masing-masing variabel yang pengaruhnya secara statistika siknifikan terhadap

Kepatuhan Penderita TB Paru di Kabupaten Bandung.

Tinekat Stress Penderita TB paru. Dalam analisis ini variabel tingkat stress telah

dikonversikan menjadi variabel kualitatif (tinggi dan rendah). Jadi dari tabel koefisien

regresi logistik yang diperoleh bisa terlihat bahwa tingkat stress penderita TB p a n

memberikan pengaruh yang siknifikan terhadap Kepatuhan Penderita TB Pam di

Kabupaten Bandung @-value = 0.000). Dimana untuk penderita TB paru yang tingkat

stressnya rendah 11,9 kali lebih patuh dalam menjalani terapi pengobatan

dibandingkan dengan penderita TB paru yang tingkat stressnya tinggi .

Page 42: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id V... · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai strategi koping keluarga dalam menghadapi penyakit TB Paru di keluarga

Perilaku koping keluar~a. Dalam analisis ini variabel perilaku koping keluarga

telah dikonversikan menjadi variabel halitatif (membantu dan tidak membantu). Jadi

dari tabel koefisien regresi logistik yang diperoleh bisa terlihat bahwa perilaku koping

keluarga penderita TB paru memberikan pengaruh yang siknifikan terhadap

Kepatuhan Penderita TB Paru di Kabupaten Bandung @-value = 0.000). Dimana

untuk penderita TB paru yang perilaku koping keluarganya positif 28,9 kali lebih

patuh dalam menjalani terapi pengobatan dibandingkan dengan penderita TB paru

yang perilaku koping keluarganya negatif.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel; berikut :

Tabel 33. Hasil pengujian Regresi Logistik Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam berobat

* * Signrfikan pada taraf kekeliruan I % *Sign$kan pada taraf kekeliruan 5%