40
37 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Program Lifeskill Wanita Pra dan Usia Lanjut di Bogor Program Lifeskills Wanita Pra dan Usia Lanjut (WULAN) adalah suatu program pemberdayaan usia lanjut yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional dan bekerjasama dengan Yayasan Aspirasi Muslimah Indonesia (YASMINA), dan Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Program tersebut diikuti oleh wanita pra usia lanjut dan usia lanjut yang berumur 45-85 tahun. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh program pemberdayaan usia lanjut ini yaitu: 1. Perawatan usia lanjut, kegiatan ini mendidik usia lanjut untuk merawat diri sendiri di usianya sekarang meliputi pengetahuan tentang makanan, gizi seimbang dan olahraga yang baik untuk menjaga kesehatan usia lanjut. 2. Kemandirian sosial, kegiatan ini meliputi penyuluhan tentang cara berkomunikasi yang baik kepada orang lain dan membuat social group seperti kelompok pengajian agar para usia lanjut dapat berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang-orang sekitarnya. 3. Kemandirian ekonomi, dalam kegiatan ini usia lanjut diajarkan untuk berkreatifitas seperti menyulam dan mendaur ulang sampah plastik. Tujuan umum dari program pemberdayaan usia lanjut ini adalah meningkatkan kemandirian sosial ekonomi dari usia lanjut, sedangkan tujuan khususnya adalah: meningkatkan kesehatan usia lanjut; memperbaiki pola hidup yang baik; meningkatkan status gizi; dan meningkatkan keterampilan untuk menunjang perekonomian. Keluaran dari program pemberdayaan usia lanjut tersebut adalah meningkatkan pendapatan peserta program. Peserta program terdiri dari kelompok pengajian ibu-ibu Agrianita dan kelompok pengajian ibu-ibu Desa Babakan. Kedua kelompok pengajian ini berada dalam binaan Agrianita Institut Pertanian Bogor. Kelompok pengajian ibu- ibu Agrianita terdiri dari istri pensiunan, dosen ataupun pegawai IPB. Sebagian besar anggota kelompok pengajian Agrianita bertempat tinggal di Perumahan Dosen dalam komplek lingkar kampus IPB. Ada juga ibu-ibu kelompok pengajian Agrianita yang tinggal di daerah Kota Bogor. Ibu-ibu kelompok pengajian Desa Babakan bertempat tinggal di daerah Babakan Raya yang tersebar antara RT 01, 02, 03, 04, dan 07.

HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

37

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Program Lifeskill Wanita Pra dan Usia Lanjut di Bogor

Program Lifeskills Wanita Pra dan Usia Lanjut (WULAN) adalah suatu

program pemberdayaan usia lanjut yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan

Nasional dan bekerjasama dengan Yayasan Aspirasi Muslimah Indonesia

(YASMINA), dan Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Program

tersebut diikuti oleh wanita pra usia lanjut dan usia lanjut yang berumur 45-85

tahun.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh program pemberdayaan

usia lanjut ini yaitu:

1. Perawatan usia lanjut, kegiatan ini mendidik usia lanjut untuk merawat diri

sendiri di usianya sekarang meliputi pengetahuan tentang makanan, gizi

seimbang dan olahraga yang baik untuk menjaga kesehatan usia lanjut.

2. Kemandirian sosial, kegiatan ini meliputi penyuluhan tentang cara

berkomunikasi yang baik kepada orang lain dan membuat social group

seperti kelompok pengajian agar para usia lanjut dapat berkomunikasi

dan menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang-orang sekitarnya.

3. Kemandirian ekonomi, dalam kegiatan ini usia lanjut diajarkan untuk

berkreatifitas seperti menyulam dan mendaur ulang sampah plastik.

Tujuan umum dari program pemberdayaan usia lanjut ini adalah

meningkatkan kemandirian sosial ekonomi dari usia lanjut, sedangkan tujuan

khususnya adalah: meningkatkan kesehatan usia lanjut; memperbaiki pola hidup

yang baik; meningkatkan status gizi; dan meningkatkan keterampilan untuk

menunjang perekonomian. Keluaran dari program pemberdayaan usia lanjut

tersebut adalah meningkatkan pendapatan peserta program.

Peserta program terdiri dari kelompok pengajian ibu-ibu Agrianita dan

kelompok pengajian ibu-ibu Desa Babakan. Kedua kelompok pengajian ini

berada dalam binaan Agrianita Institut Pertanian Bogor. Kelompok pengajian ibu-

ibu Agrianita terdiri dari istri pensiunan, dosen ataupun pegawai IPB. Sebagian

besar anggota kelompok pengajian Agrianita bertempat tinggal di Perumahan

Dosen dalam komplek lingkar kampus IPB. Ada juga ibu-ibu kelompok pengajian

Agrianita yang tinggal di daerah Kota Bogor. Ibu-ibu kelompok pengajian Desa

Babakan bertempat tinggal di daerah Babakan Raya yang tersebar antara RT 01,

02, 03, 04, dan 07.

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

38

Kedua kelompok pengajian ini mengadakan pengajian bersama setiap

satu bulan sekali yang biasanya dilakukan pada hari rabu minggu kedua atau

ketiga setiap bulannya. Tempat dilaksanakannya pengajian adalah Wisma Land

Huis lingkar kampus IPB. Setiap acara pengajian juga diisi dengan beberapa

kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya.

Karakteristik Sosial Ekonomi

Pendidikan. Sebagian besar populasi menempuh pendidikan formal

sampai tingkat sekolah dasar (SD), yaitu sebesar 45.2%. Sisanya menempuh

pendidikan hingga perguruan tinggi sebanyak 25.8%, SMA 19.4%, dan SMP

sebanyak 3.2%. Terdapat dua orang populasi yang tidak menamatkan

pendidikannya di sekolah dasar. Populasi tersebut berusia 80 tahun ke atas.

Penyebab dari populasi tidak bersekolah adalah karena kesulitan mendapatkan

akses untuk sekolah. Populasi yang tamat SD dan tidak tamat SD digolongkan

sebagai tingkat pendidikan rendah, yaitu sebesar 51.6%. Populasi yang

menamatkan sekolah hingga SMP dan SMA digolongkan dalam tingkat

pendidikan sedang, yaitu sebesar 22.6%. Populasi yang digolongkan dalam

tingkat pendidikan tinggi adalah yang menamatkan pendidikan hingga perguruan

tinggi, yaitu sebesar 25.8%.

Hasil uji korelasi Spearman’s rho menunjukkan bahwa pendidikan

berhubungan sangat nyata dengan pendapatan keluarga (r = 0.767, p < 0.01),

dan besar keluarga (r = -0.458, p < 0.05). Hal tersebut berarti bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan, semakin besar pendapatan keluarga dan semakin

sedikit jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Tingkat

pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan seseorang mendapatkan pekerjaan

yang lebih baik sehingga mendapatkan penghasilan yang lebih baik juga. Jumlah

anggota keluarga yang besar menyebabkan beban perkapita yang besar.

Pendapatan. Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata

penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga (Susanti dalam

Mutingatun 2006). Tingkat pendapatan populasi ditentukan berdasarkan

pendapatan keluarga perkapita. Rata-rata pendapatan perkapita populasi adalah

Rp 887 741 ± 598 769. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya

hubungan yang nyata antara besar keluarga dengan pendapatan keluarga (r = -

0.507, p < 0.05). Mayoritas populasi adalah ibu rumah tangga (83.9%). Sekitar

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

39

14.1% populasi masih bekerja. Pekerjaan yang dilakukan populasi meliputi

bidang jasa (bibi cuci dan tukang pijat) dan PNS.

Mutingatun (2006) menyatakan bahwa usia lanjut di Indonesia masih

banyak bergantung pada orang lain terutama anak. Ketergantungan pada anak

lebih banyak diderita oleh wanita usia lanjut dan persentasenya naik dengan

bertambahnya usia. Banyak faktor yang menentukan status ekonomi usia lanjut.

Hal ini dapat disebabkan oleh produktivitas usia lanjut yang semakin berkurang

dengan bertambahnya usia sehingga pendapatan yang didapat tidak murni hasil

kerja usia lanjut.

Ada beberapa kondisi yang membatasi kesempatan kerja bagi pekerja

usia lanjut: (1) Wajib pensiun, pemerintah dan sebagian besar

industri/perusahaan mewajibkan pekerja pada usia tertentu untuk pensiun.

Mereka tidak mau lagi merekrut pekerja yang mendekati usia wajib pensiun,

karena waktu, tenaga dan biaya untuk melatih mereka sebelum bekerja relatif

mahal; (2) Jika personalia perusahaan dijabat orang yang lebih muda, maka para

usia lanjut sulit mendapatkan pekerjaan; (3) Sikap sosial. Kepercayaan bahwa

pekerja yang sudah tua mudah terkena kecelakaan, karena kerja lamban, perlu

dilatih agar menggunakan teknik-teknik modern merupakan penghalang utama

bagi perusahaan untuk mempekerjakan orang usia lanjut; (4) Fluktuasi dalam

daur usaha. Jika kondisi usaha suram maka usia lanjut adalah yang pertama kali

harus diberhentikan dan kemudian digantikan orang yang lebih muda apabila

kondisi usaha sudah membaik (Hurlock dalam Marga 2007).

Besar Keluarga. Besar keluarga menurut BKKBN (1998) dibagi menjadi

keluarga kecil jika anggota keluarga ≤4 orang, sedang jika terdiri dari 5-6 orang

dan besar jika ≥7 orang dalam satu keluarga. Populasi yang tergolong keluarga

kecil sejumlah 61.3%. Populasi yang tergolong keluarga sedang sebanyak 38.7%

dan tidak ada populasi yang tergolong keluarga besar. Populasi dengan besar

keluarga sedang biasanya tinggal bersama anak, menantu dan cucu. Mayoritas

(61.3%) populasi tinggal terpisah dari anak dan hanya berdua dengan suami.

Sebagian besar populasi masih terikat perkawinan, yaitu sebanyak 48.4%.

Populasi yang bercerai sejumlah 6.5% sedangkan populasi yang merupakan

janda meninggal sebanyak 45.2%. Sebagian besar populasi yang suaminya telah

meninggal, berusia lebih dari 65 tahun.

Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah akan

mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang disediakan dalam keluarga.

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

40

Menurut Puspita (2010), semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin

mudah terpenuhi kebutuhan makanan seluruh anggota keluarga. Tabel 12

menunjukkan sebaran populasi menurut usia, status perkawinan, besar keluarga,

tingkat pendidikan, dan pendapatan.

Tabel 12 Sebaran populasi menurut karakteristik individu

Variabel

Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

n % n % n %

Status Perkawinan Kawin 11 57.9 4 33.3 15 48.4

Cerai 2 10.5 0 0 2 6.4

Cerai mati 6 31.6 8 66.7 14 45.2

Total 19 100.0 12 100.0 31 100.0

Besar Keluarga ≤4 (kecil) 10 52.6 9 75 19 61.3

5-7 (sedang) 9 47.4 3 25 12 38.7

>7 (besar) 0 0 0 0 0 0

Total 19 100.0 12 100.0 31 100.0

Pendidikan Rendah 9 47.4 7 58.3 16 51.6

Sedang 5 26.3 2 16.7 7 22.6

Tinggi 5 26.3 3 25.0 8 25.8

Total 19 100.0 12 100.0 31 100.0

Pendapatan ≤ Rp 500.000 2 10.5 4 33.3 6 19.4

Rp 500.000-Rp 1.000.000 7 36.8 3 25.0 10 32.2

Rp 1.000.000-3.000.000 10 52.6 5 41.7 15 48.4

Total 19 100.0 12 100.0 31 100.0

Karakteristik Individu

Usia

Peserta Program Lifeskill Wanita dan Usia Lanjut di Bogor berusia 55-85

tahun, yaitu sejumlah 39 orang. Peserta program yang dapat diambil seluruhnya

sebagai populasi dalam penelitian adalah sejumlah 31 orang, yaitu sekitar

44.6%. Jumlah tersebut didapat setelah dikenai kriteria inklusi dan eksklusi.

Menurut Departemen Kesehatan (1991), pengelompokan usia lanjut dini yaitu

kelompok dalam masa prasenium adalah 55-64 tahun dan kelompok usia lanjut

dalam masa senium berusia 65 tahun ke atas. Populasi yang berusia 55-64

tahun sekitar 61.3% dari seluruh populasi yang diambil, sedangkan yang berusia

65 tahun ke atas sejumlah 38.7%. Populasi tertua dalam penelitian ini berusia 85

tahun. Rataan usia populasi dalam penelitian ini adalah 64.5 ± 9.0 tahun.

Sebaran populasi menurut usia dapat dilihat pada tabel 13.

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

41

Tabel 13 Sebaran populasi menurut usia

Usia (tahun) Rataan Jumlah

n %

55-64 58.6±3.4 19 61,3

≥65 73.8±6.6 12 38,7

Total 31 100

Usia Menarche

Menarche merupakan saat wanita mengeluarkan haid yang pertama. Usia

terjadinya haid yang pertama pada umumnya sekitar 11-13 tahun (Oswari 1997).

Usia menarche populasi pada penelitian ini tersebar antara usia 11 tahun hingga

17 tahun. Rata-rata usia menarche populasi adalah 13.42 ± 1.78 tahun. Hal ini

sejalan dengan WHO (1995) dalam Lusiana (2008) bahwa rata-rata usia

menarche wanita yang dilahirkan sekitar tahun 1940 adalah 13.3 tahun. Sebaran

populasi menurut usia menarche dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14 Sebaran populasi menurut usia menarche

Usia Menarche

Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

n % n % n %

<11 tahun 0 0 0 0 0 0

11 tahun 3 15.8 2 16.7 5 16.1

12 tahun 1 5.3 2 16.7 3 9.7

13 tahun 4 21.1 3 25.0 7 22.6

>13 tahun 11 57.9 5 41.7 16 51.6

Total 19 100 12 100 31 100

Menurut penelitian yang dilakukan Bagga dan Kulkarni (2000), usia

menarche terbagi dalam kategori: cepat (<11 tahun), Ideal (11-13 tahun),

terlambat (>13 tahun). Menurut Jones et al. (1996), rata-rata usia wanita ketika

pertama kali menstruasi yaitu ketika berusia 13 tahun. Sebagian besar populasi

menarche pada usia ideal, yaitu sebesar 58.1% dan populasi mengalami

menarche yang terlambat sebesar 41.9%. Menurut Vandeloo (2007) faktor-faktor

yang mempengaruhi menarche cepat antara lain: Indeks Massa Tubuh (IMT),

kebiasaan minum minuman bersoda (soft drink), tingkat pendidikan orang tua,

konsumsi daging, dan aktifitas fisik. Pada orang dengan aktivitas tinggi umumnya

menarche datang terlambat.

Berdasarkan hasil Riskesdas (2010) persentase usia menarche di

Provinsi Jawa Barat terjadi pada usia 13-14 tahun, yaitu sebesar 38.1%; usia

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

42

menarche 6-8 tahun sudah terjadi sebanyak 0.1% anak-anak baik di perkotaan

dan perdesaan. Untuk usia menarche 9-10 tahun, 11-12 tahun, serta 13-14 tahun

terjadi lebih banyak pada anak-anak di perkotaan dibanding perdesaan;

sebaliknya pada usia menarche 15-16 tahun ke atas lebih banyak terjadi di

perdesaan dibanding perkotaan. Berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat

pengeluaran terlihat kecenderungan persentase umur menarche 13-14 tahun

cenderung lebih rendah pada tingkat pendidikan/status ekonomi terendah

dibanding tingkat pendidikan/status ekonomi teratas.

Pengetahuan Gizi dan Menopause

Pengetahuan gizi dan menopause adalah pengetahuan menopause yang

dikaitkan dengan gizi tentang bagaimana menopause dan penanganannya.

Rata-rata populasi memiliki pengetahuan gizi cukup. Populasi yang memiliki

pengetahuan gizi menopause baik berjumlah 3 orang (9.7%) dan semuanya

menempuh pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Sebagian besar populasi

memiliki pengetahuan gizi menopause cukup, yaitu sebesar 71%. Populasi yang

memiliki pengetahuan gizi menopause kurang sebesar 19.3%. Pengetahuan itu

diperoleh dari beberapa hal seperti pengalaman, pendidikan yang diperoleh,

ataupun dari lingkungan.

Tabel 15 Sebaran populasi menurut pengetahuan gizi menopause dan pendidikan

Pendidikan

Kategori Pengetahuan Gizi Menopause

Baik >80 Cukup 60-80 Kurang <60 Total

n % n % n % n %

Usia 55-64 tahun

Rendah 0 0 7 50.0 2 66.7 9 45.0

Sedang 0 0 4 28.6 1 33.3 5 25.0

Tinggi 3 100.0 3 21.4 0 0 6 30.0

Jumlah 3 100.0 14 100.0 3 100.0 20 100.0

Usia 65-85 tahun

Rendah 0 0 5 62.5 2 66.7 7 63.6

Sedang 0 0 1 12.5 1 33.3 2 18.2

Tinggi 0 0 2 25.0 0 0 2 18.2

Jumlah 0 0 8 100.0 3 100.0 11 100.0

Total

Rendah 0 0 12 54.6 4 66.7 16 51.6

Sedang 0 0 5 22.7 2 33.3 7 22.6

Tinggi 3 100.0 5 22.7 0 0 8 25.8

Total 3 100.0 22 100.0 6 100.0 31 100.0

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

43

Data diatas menunjukkan bahwa pendidikan formal terbanyak populasi

adalah sampai tingkat SD (51.6%). Hal ini berarti tingkat pengetahuan populasi

melalui pendidikan formal tidak terlalu baik yang dapat berpengaruh terhadap

wawasan pengetahuan populasi. Populasi lebih banyak menjawab pertanyaan

berdasarkan pengalaman pribadi dan informasi yang didapat secara informal

melalui kegiatan-kegiatan sosial. Hasil uji korelasi Spearman’s rho menunjukkan

adanya hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan mengenai gizi dan

menopause dengan tingkat pendidikan (r = 0.714, p < 0.01). Hal tersebut berarti

bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi menjadikan pengetahuan gizi dan

menopause lebih baik.

Seluruh populasi (100%) mengetahui pengertian menopause walaupun

ada beberapa populasi yang tidak biasa dengan kata menopause. Pengajuan

pertanyaan tentang pengertian menopause, diterjemahkan dalam bahasa daerah

setempat (baqi) sehingga populasi dapat menjawab dengan baik. Hampir seluruh

populasi (96.8%) mengetahui usia awal seorang wanita biasanya mengalami

menopause. Populasi menjawab pertanyaan tentang usia menopause

berdasarkan pengalaman populasi mendapat menopause. Pengetahuan

populasi tentang gejala menopause sebesar 93.5%. Populasi jarang

memeperhatikan gejala yang timbul sebelum ataupun saat menopause.

Beberapa gejala yang tampak mencolok saja yang diketahui populasi, seperti

haid yang menjadi jarang dan akhirnya berhenti. Sebesar 58% populasi

mengetahui penyebab menopause. Keluhan menopause yang timbul jarang

disadari oleh populasi. Sebanyak 51.6% populasi mengetahui tentang keluhan-

keluhan yang terjadi saat menopause. Populasi menjawab pertanyaan tesebut

lebih banyak berdasarkan pengalaman pribadi dan informasi dari orang lain.

Hanya sebagian kecil populasi (35.5%) mengetahui hormon yang

berperan terhadap menopause. Ketidaktahuan disebabkan oleh tidak adanya

atau kurangnya informasi yang diterima terutama pada saat jenjang pendidikan

formal. Regulasi menopause diatur oleh beberapa hormon wanita. Dalam

kuesioner pengetahuan gizi menopause hanya menyorot tentang estrogen.

Hormon estrogen merupakan hormon utama dalam regulasi menopause. Ada

hormon lain yang berperan terhadap regulasi menopause, seperti progesteron.

Pengetahuan responden tentang makanan yang baik untuk menopause

hanya 16.1% populasi yang menjawab pertanyaan dengan benar. Hal ini

dikarenakan populasi kurang menerima informasi mengenai makanan-makanan

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

44

yang baik untuk wanita menopause. Kesibukan populasi seperti mengurusi

rumah tangga juga menyebabkan populasi kurang menggali informasi mengenai

makanan yang baik untuk wanita menopause. begitu juga dengan pengetahuan

mengenai makanan yang dapat mempercepat datangnya menopause. Sebanyak

12.9% populasi yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

Seluruh populasi (100%) tidak dapat menjawab dengan benar mengenai

zat gizi makanan yang berperan dalam menopause. hal ini dikarenakan populasi

tidak begitu memperhatikan zat gizi dalam pemilihan makanan terutama zat gizi

yang baik untuk wanita menopause. ketidaktahuan populasi dapat juga

disebabkan oleh tidak adanya atau kurangnya informasi tentang zat gizi

makanan. Sebesar 38.7% populasi mampu menjawab dengan benar tentang

cara yang tepat menanggulangi keluhan menopause. Populasi menjawab

pertanyaan berdasarkan pengalaman pribadi dan informasi yang telah didapat

sebelumnya.

Karakteristik Fisik

Berat Badan. Berat badan adalah jumlah seluruh unsur tubuh dan

merupakan ukuran kasar simpanan jumlah energi tubuh (Shahar et al. 2007).

Oleh karena itu, perubahan berat badan umumnya selaras dengan

keseimbangan energi dan protein (WHO 1995). Rata-rata berat badan populasi

adalah 58.6 kg dengan standar deviasi sebesar 10.15 kg. Data ukuran berat

badan penting digunakan dalam menilai Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai

gambaran status gizi.

Wanita yang berat badannya lebih besar biasanya memasuki masa

menopause lebih lambat daripada wanita dengan berat badan lebih kecil. Hal ini

terjadi karena wanita dengan berat badan lebih besar memiliki sel-sel lemak lebih

banyak daripada wanita dengan berat badan yang lebih kecil. Sel-sel lemak ini

memproduksi estrogen (Wirakusumah 2004).

Tabel 16 Rataan pengukuran fisik populasi menurut usia

Variabel

Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

n=19 n=12 n=31

Berat badan (kg) 61.6±9.9 53.7±8.9 58.6±10.1

Tinggi badan (cm) 150.7±4.7 145.3±6.4 148.6±5.9

LLA (cm)

29.5±3.7 27.2±3.6 28.6±3.8

Lingkar betis (cm) 34.4±3.0 31.3±2.9 33.2±3.3

Lingkar pinggang (cm) 92.9±12.1 92.6±7.5 92.8±10.4

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

45

Tinggi Badan. Tinggi badan usia lanjut umumnya sulit untuk diukur. Oleh

karena itu, dalam pengambilan populasi, dikenai kriteria eksklusi yaitu bungkuk

dan kriteria inklusi dapat berdiri tegak. Tinggi badan populasi rata-rata sebesar

148.6 ± 5.9 cm. Secara umum, telah diterima bahwa seseorang akan kehilangan

tinggi badan kurang lebih 1 cm setiap dekade setelah berumur 20 tahun yang

disebabkan oleh penyempitan ruang invertebrae disk (Lipschitz dalam Shahar et

al. 2007). Chumlea et al. (1988) menemukan bahwa usia lanjut kulit putih yang

berusia 60-80 tahun akan kehilangan sekitar 0.5 cm setiap tahun. Penemuan

yang sama dikemukakan oleh Dey et al. (1999) yang menemukan bahwa tinggi

badan turun sebanyak 4 cm dan 4.9 cm masing-masing pada laki-laki dan wanita

yang berusia antara 70-95 tahun.

Lingkar Lengan Atas (LLA). LLA adalah ukuran lemak subkutan dan

otot lengan. Perubahan nilai LLA menunjukkan penumpukan atau kehilangan

otot. Menurut James et al. (1994), ukuran LLA merupakan indeks atrofi jaringan

terhadap berat badan yang lebih sensitif. Penurunan nilai LLA menunjukkan

kehilangan berat badan sewaktu termasuk jaringan lemak dan massa tubuh

tanpa lemak. Kriteria penilaian penyusutan periferi dengan menggunakan LLA

berdasarkan nilai rujukan Ferro-Luzzi dan James (1996). Hampir seluruh

populasi (96.8%) memiliki nilai LLA yang cukup, yaitu lebih dari 22 cm untuk

wanita.

Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa asupan energi berpengaruh

secara nyata terhadap LLA dengan persamaan

y = 22.968 + 0.004x (R2 = 0.130, p <0.05)

Dimana: y = LLA (cm)

X = asupan energi (kkal)

Asupan energi yang berlebihan dapat meningkatkan berat badan dan

berimplikasi terhadap penambahan ukuran LLA.

Lingkar Betis. Penilaian status gizi yang juga umum dilakukan adalah

pengukuran lingkar betis. Pengukuran lingkar betis relatif mudah dan dapat

digunakan untuk menilai status gizi seseorang. Titik penentu lingkar betis untuk

mengetahui usia lanjut beresiko malnutrisi adalah lebih dari 31.0 cm (Guigoz,

Vella & Garry 1996). Namun, hal tersebut kurang cocok dilakukan bagi populasi

Asia sehingga digunakan titik penentu lingkar betis >30.0 cm bagi laki-laki dan

>27.5 cm bagi wanita. Hampir seluruh populasi (96.8%) memiliki lingkar betis

>27.5 cm yang menunjukkan status gizi normal. Lingkar betis juga merupakan

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

46

indikator kemerosotan otot. Pada usia lanjut terjadi penurunan massa otot. Salah

satu penyebab kemorosotan otot adalah berkurangnya aktivitas yang melibatkan

otot. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

nyata antara aktivitas fisik dengan lingkar betis (r = 0.368, p < 0.05). Berdasarkan

data tidak terlihat adanya kemerosotan otot yang terjadi.

Lingkar Pinggang. Rata-rata populasi tergolong obesitas abdominal

(Tabel 17). Pengukuran lingkar pinggang tepat digunakan untuk mengetahui

penumpukan lemak pada bagian abdomen. Pengukuran ini merupakan indeks

antara pinggang dan pinggul (Shahar et al. 2007). Lemak abdominal erat

kaitannya dengan resiko berbagai macam penyakit degeneratif. deposisi lemak

pada bagian tengah tubuh sekitar pinggang dan perut dinamakan deposisi lemak

android (Laquatra dalam Mahan 2000).

Status Gizi. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang

diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan penggunaan (utilisasi)

zat gizi makanan. Status gizi diukur menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh),

klasifikasi LLA, lingkar betis, dan lingkar pinggang. Kategori status gizi populasi

digolongkan menurut klasifikasi IMT WHO 2005 dan juga resiko penyakit. Hasil

studi mengenai IMT menunjukkan bahwa banyak populasi Asia yang memiliki

proporsi lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kaukasoid pada

usia, jenis kelamin, dan IMT yang sama. Berdasarkan hasil studi tersebut juga

menunjukkan bahwa orang Asia resiko terkena penyakit kardiovaskular dan

diabetes melitus meningkat pada level IMT yang relatif rendah menurut klasifikasi

IMT WHO 1998. Oleh karena itu, WHO merevisi standar IMT untuk populasi Asia

dimana IMT 23 kg/m2 atau lebih memiliki resiko penyakit sedang, dan IMT diatas

27.5 kg/m2 mepresentasikan resiko kesehatan tinggi. Sebaran populasi menurut

IMT WHO 2005 untuk orang Asia dapat dilihat pada tabel 16.

Tsukamoto dan Sano (1990) dalam Shahar et al. (2007) melaporkan

bahwa seseorang yang mengalami kelebihan berat badan mempunyai usia yang

cenderung panjang. Namun, masalah obesitas yang merupakan keadaan profil

lemak dalam tubuh yang berlebihan sering dikaitkan dengan resiko hipertensi,

penyakit kardiovaskular, dan diabetes melitus. Menurut Perissinotto et al. (2002),

keadaan ini lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.

Menurut Satoto (2004) dalam Mutingatun (2007), status gizi merupakan

hasil konsumsi pangan ke dalam tubuh dengan berbagai perubahan kesehatan

dalam bentuk ukuran dan struktur tubuh manusia yang biasanya diukur dengan

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

47

antropometri. Tidak hanya dengan IMT, penilaian status gizi juga dapat

ditentukan dengan LLA (Lingkar Lengan Atas) (Ferro-Luzzi & James 1996),

lingkar betis (Sakinah et al. 2004), dan lingkar pinggang (Scott et al. 2004). Tabel

18 menunjukkan sebaran populasi menurut IMT WHO 2005 untuk orang Asia,

Lingkar Lengan Atas (LLA), lingkar betis, dan lingkar pinggang.

Tabel 17 Sebaran populasi menurut status gizi

Penilaian Status Gizi Kategori Standar

Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

n % n % n %

IMT WHO 2005 Normal 18.5-22.9 4 21.1 2 16.7 6 19.3

Gemuk 23.0-27.5 7 36.8 7 58.3 14 45.2

Obesitas 27.6-40.0 8 42.1 3 25 11 35.5

Total

19 100 12 100 31 100

LLA Normal >22.0 cm 19 100 11 91.7 30 96.8

Kurus <22.0 cm 0 0 1 8.3 1 3.2

sangat kurus <19.0 cm 0 0 0 0 0 0

Total 19 100 12 100 31 100

Lingkar Betis Kurus ≤27.5 cm 0 0 1 8.3 1 3.2

Normal >27.5 cm 19 100 11 91.7 30 96.8

Total 19 100 12 100 31 100

Lingkar Pinggang Gemuk >80.0 cm 16 84.2 12 100 28 90.3

Normal ≤80.0 cm 3 15.8 0 0 3 9.7

Total 19 100 12 100 31 100

Penilaian status gizi menurut IMT WHO 2005, LLA, dan lingkar pinggang

menunjukkan populasi memiliki status gizi normal dan cenderung gemuk bahkan

obesitas. Penilaian status gizi berdasarkan lingkar betis menunjukkan adanya

populasi yang mengalami status gizi kurang. hal itu diduga terjadi karena

aktivitas fisik yang melibatkan kaki berkurang sehingga terjadi penyusutan massa

otot betis. Otot-otot yang tidak terlatih (jarang digerakkan) akan mengalami atrofi

(pengecilan) dan melemah (Giriwijoyo 2005).

Rendahnya aktivitas fisik juga mengakibatkan penumpukan meningkatkan

massa lemak tubuh. menurut Forbes (1987) dalam Ferro-Luzzi (1996),

kehilangan massa otot berbanding terbalik dengan proporsi lemak dalam tubuh.

Lemak tubuh yang meningkat akan disimpan terutama dalam jaringan lemak

bagian abdominal. Hampir seluruh populasi (93.5%) menunjukkan status gemuk

abdominal (WHO/IASO/IOTF 2000). Menurut Manual of Medical Nutritional

Therapy (2011), kelebihan jaringan lemak abdominal merupakan salah satu

faktor resiko terjadinya penyakit. Lingkar pinggang lebih dari 80 cm untuk wanita

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

48

merupakan faktor resiko bagi penyakit diabetes, dislipidemia, hipertensi, dan

jantung. Resiko kesehatan tersebut dapat meningkat apabila individu berusia 55

tahun ke atas bagi wanita dan 45 tahun ke atas bagi laki-laki.

Penurunan faktor resiko untuk mencegah penyakit degeneratif, yaitu

dengan menurunkan berat badan. pengelolaan penurunan berat badan untuk

menurunkan resiko penyakit menurut Manual of Medical Nutritional Therapy

(2011) dapat dilakukan dengan terapi diet, peningkatan aktivitas fisik, modifikasi

perilaku, dan farmakoterapi. Bagi individu dengan IMT lebih dari 27 dapat

dilakukan penurunan berat badan dengan farmakoterapi, atau individu dengan

IMT 35 atau 40 ke atas dapat dilakukan pembedahan untuk mengangkat jaringan

lemak yang menumpuk. Penggunaan obat harus dilakukan sebagai bagian dari

program komprehensif bersama dengan pengaturan diet, terapi modifikasi

perilaku dan aktivitas fisik. Apabila upaya tersebut gagal, maka dapat dilakukan

pembedahan tentunya dengan mempertimbangkan aspek psikologis.

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dalam penelitian ini meliputi aktivitas individu dalam satu

hari dan kebiasaan olahraga. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh dalam

mengeluarkan energi. Aktivitas fisik sangat dipengaruhi oleh jenis, frekuensi, dan

waktu melakukan aktivitas. Semakin aktif seseorang melakukan aktivitas fisik,

energi yang dibutuhkan semakin banyak. Pola aktivitas wanita usia lanjut dapat

dilihat dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara

rutin dan berulang-ulang (FAO/WHO/UNU 2001). Rata-rata populasi memiliki

aktivitas yang tergolong ringan dengan nilai tingkat aktivitas sebesar 1.69. Tabel

18 memperlihatkan sebaran populasi menurut tingkat aktivitas.

Tabel 18 Sebaran populasi menurut tingkat aktivitas

Tingkat Aktivitas Fisik

Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

n % n % n %

Sangat ringan (1.20-1.40) 0 0 0 0 0 0

Ringan (1.40-1.69) 7 36.8 7 58.3 14 45.2

Sedang (1.70-1.99) 12 63.2 5 41.7 17 54.8

Total 19 100 12 100 31 100.0

Menurut teori aktivitas, usia lanjut dapat memperoleh kebahagiaan dan

kepuasan hanya dengan terus melakukan aktivitas. Seseorang yang tidak

dibutuhkan lagi dalam kehidupan sosial, merasa tidak memiliki fungsi lagi maka

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

49

tidak akan merasa puas dan bahagia. Laki-laki dan wanita usia lanjut cenderung

untuk tetap tertarik pada kegiatan yang sifatnya rekreasi yang biasa dinikmati

pada usia mudanya. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh golongan usia

lanjut adalah membaca, menulis, mendengarkan radio, menonton televisi,

menyulam, menjahit, piknik, jalan-jalan dan turut serta dalam kegiatan

keagamaan dan kemasyarakatan (Hurlock dalam Mutingatun 2007).

Sebagian besar aktivitas fisik populasi adalah melakukan aktivitas santai

dan pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan membersihkan rumah.

Sebanyak 67.7% populasi memiliki kebiasaan berolahraga setiap harinya.

Sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa berolahraga membuat badan

menjadi lebih bugar. Beberapa orang menyatakan merasa senang ketika

melakukan olahraga. Tabel 19 berikut adalah sebaran populasi yang memiliki

kebiasaan berolahraga menurut jenis olahraga yang dilakukan.

Tabel 19 Sebaran populasi terbiasa berolahraga menurut jenis olahraga

Jenis Olahraga

Kelompok Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

n % n % n %

Jalan kaki 6 42.8 5 71.4 11 52.4

senam 1 7.1 0 0 1 4.8

tenis 1 7.1 1 14.3 2 9.5

Jalan kaki & senam 6 42.8 1 14.3 7 33.3

Total 14 100 7 100 21 100.0

Sebagian besar populasi memiliki kebiasaan olahraga jalan kaki (52.4%).

Olahraga jalan kaki memang olahraga yang memiliki tingkat cedera paling

rendah sehingga cocok untuk para wanita usia lanjut. Rata-rata populasi

melakukan olahraga jalan kaki selama 1 jam setiap hari dan dilakukan pada pagi

hari. Pada masa menopause disarankan memilih olahraga yang tidak terlalu

berat, seperti jalan kaki, yang dilakukan secara teratur dan kontinu

(Wirakusumah 2004).

Olahraga selain dapat membuat badan menjadi sehat juga memiliki fungsi

rekreasional. Menurut Giriwijoyo (2005), olahraga terbagi menjadi 4 berdasarkan

sifat atau tujuannya, yaitu: olahraga prestasi, olahraga rekreasi, olahraga

kesehatan, dan olahraga pendidikan. Biasanya olahraga jenis game memiliki

fungsi rekreasional seperti tenis.

Olahraga juga dapat meningkatkan kadar endorfin dalam darah. Endorfin

adalah salah satu jenis neurotransmitter yang berfungsi mempengaruhi persepsi

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

50

rasa nyeri, suhu tubuh, tekanan darah, pernapasan, nafsu makan, ingatan, serta

tingkah laku seksual. Endorfin sangat responsif terhadap fluktuasi kadar estrogen

dan progesteron.

Populasi yang tidak memiliki kebiasaan berolahraga sejumlah 32.3%.

Alasan populasi tidak terbiasa melakukan olahraga adalah karena tidak ada

waktu, merasa lelah dengan kegiatan rumah tangga, dan malas untuk

berolahraga.

Tabel 20 Sebaran populasi menurut alasan tidak rutin olahraga

Alasan Tidak Olahraga

Kelompok Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

n % n % n %

Lelah 2 40 4 80 6 60.0

Sibuk 2 40 0 0 2 20.0

Malas 1 20 1 20 2 20.0

Total 5 100 5 100 10 100

Proses penuaan menyebabkan perubahan komposisi tubuh. hal ini

ditandai dengan penurunan 2%-3% massa tubuh tanpa lemak per dekade.

Kondisi ini akan membatasi aktivitas yang menuntut ketangkasan fisik

(Wirakusumah 2001). Bagi wanita menopause, olahraga sangat banyak

manfaatnya karena bukan hanya akan meningkatkan kesehatan tubuh secara

keseluruhan tapi juga untuk mengontrol berat badan, mencegah osteoporosis,

menghilangkan depresi, rasa cemas, insomnia, dan memperbaiki rasa percaya

diri (Wirakusumah 2004).

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan meliputi jenis, frekuensi, dan jumlah asupan makanan.

Perilaku konsumsi pangan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok

manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap,

kepercayaan, dan pemilihan pangan (Suhardjo et al. 1988). Kelebihan atau

kekurangan zat gizi dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk

terhadap kesehatan (Almatsier 2006).

Jenis dan Frekuensi Konsumsi Pangan. Jenis konsumsi pangan

dihitung berdasarkan golongan makanan yang paling sering dikonsumsi populasi.

Golongan makanan terdiri atas pangan sumber karbohidrat, protein hewani,

kacang-kacangan, sayur dan buah serta air. Frekuensi makan diambil dari

frekuensi makan terbanyak dari setiap jenis makanan yang paling sering

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

51

dikonsumsi. Jenis dan frekuensi makan dikelompokkan berdasarkan golongan

makanan.

Pangan sumber karbohidrat dianjurkan memenuhi 50% kecukupan

energi. Pangan sumber karbohidrat yang paling sering dikonsumsi adalah nasi.

Nasi merupakan makanan pokok. Roti tawar dikonsumsi oleh populasi sebagai

pengganti nasi untuk sarapan. Kentang sering dikonsumsi sebagai kondimen

dalam sup ataupun dalam jenis masakan lainnya. Ubi jalar dan singkong

dikonsumsi sebagai camilan. Pengolahan yang biasa dilakukan terhadap ubi jalar

dan singkong adalah direbus dan digoreng. Dalam hal ini terlihat bahwa kurang

beragamnya jenis pangan sumber karbohidrat yang dikonsumsi populasi sebagai

makanan utama. Pangan yang sering dikonsumsi populasi dari golongan

makanan pokok dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21 Frekuensi makan sumber karbohidrat

Jenis pangan

Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu)

Usia (tahun)

55-64 (n=19) 65-85 (n=12) Total (n=31)

Makanan Pokok

Nasi 20.6±1.6 20.4±2.0 20.5±1.7

14;21 14;21 14;21

roti 6.1±1.4 5.5±1.9 5.9±1.6

3;7 2;7 2;7

kentang 1.8±1.1 2.7±1.4 2.2±1.3

1;5 1;5 1;5

Ubi jalar 2.2±1.1 1.7±0.9 2.0±1.0

1;4 1;4 1;4

Singkong 1.6±0.9 1.6±1.0 1.6±0.9

1;4 1;4 1;4

Protein hewani yang paling sering dikonsumsi adalah susu, yaitu rata-rata

dikonsumsi 5 kali dalam seminggu. Protein hewani yang sering dijadikan sebagai

lauk adalah telur dengan rataan frekuensi per minggu sebanyak 3.6 ± 3.4 kali.

Konsumsi ikan populasi rata-rata adalah sekitar 2 kali per minggu. Jenis ikan

segar yang biasa dikonsumsi adalah ikan mas (24.5%), ikan kembung (20.8%),

ikan mujaer (15.1%), ikan tongkol (11.3%), dan ikan lainnya yang dikonsumsi

mencapai 28.3%. Daging ayam merupakan jenis protein hewani yang juga sering

dikonsumsi populasi karena enak juga harganya relatif murah. Biasanya populasi

mengolahnya dengan cara digoreng. Protein hewani yang jarang dikonsumsi

populasi adalah daging sapi jarang dikonsumsi oleh populasi. Hal tersebut

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

52

diduga karena faktor ekonomi, yaitu harga daging sapi lebih mahal dibandingkan

harga protein hewani lainnya.

Tabel 22 Frekuensi makan protein hewani

Jenis pangan

Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu)

Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

Protein Hewani

Susu 5.2±5.0 5.5±5.9 5.3±5.2

0;14 0;14 0;14

telur 3.5±3.7 3.7±3.1 3.6±3.4

0;14 0;7 0;14

Ikan asin 3.5±3.5 2.0±3.1 2.3±3.3

0;14 0;7 0;14

Ikan 2.4±2.3 1.2±1.3 1.9±2.0

0;7 0;3 0;7

ayam 2.1±2.0 3.7±3.1 1.9±1.8

0;7 0;7 0;7

Daging sapi 1.1±1.7 0.8±1.1 0.9±1.5

0;7 0;3 0;7

Kacang-kacangan disajikan sebagai lauk nabati. Lauk nabati seperti tahu

dan tempe biasa dikonsumsi populasi setiap hari namun berselang-seling antara

tahu dan tempe. Frekuensi konsumsi tahu yang lebih sering, yaitu sekitar 4-5 kali

dalam seminggu sedangkan tempe sekitar 4 kali dalam seminggu. Tahu dan

tempe biasanya diolah dengan cara digoreng, disemur ataupun dijadikan

kondimen dalam tumisan. Oncom tidak begitu diminati oleh populasi. Hal ini

terlihat dari frekuensi konsumsi oncom populasi 1 kali seminggu. Jenis pangan

kacang-kacangan lain yang juga dikonsumsi populasi adalah taucho, kacang

tanah, dan kacang hijau dengan frekuensi kurang dari 3 kali sebulan.

Tabel 23 Frekuensi makan kacang-kacangan

Jenis pangan

Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu)

Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

Kacang-kacangan

Tahu 4.6±1.5 4.8±1.8 4.7±1.6

3;7 1;6 1;7

Tempe 4.1±1.5 4.3±1.0 4.2±1.3

0;7 3;5 0;7

Oncom 1.5±1.5 0.8±1.3 1.2±1.5

0;5 0;3 0;5

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

53

Mentimun merupakan jenis sayuran yang dikonsumsi sebanyak 8.1 kali

dalam seminggu dan merupakan yang paling sering dikonsumsi. Hal ini berarti

mentimun rata-rata dikonsumsi setiap hari oleh populasi sebanyak 1 kali.

Mentimun biasanya dikonsumsi sebagai lalapan. Mentimun mengandung

fitoestrogen dan boron serta banyak mengandung air. Kulitnya mengandung

beberapa mineral penting sehingga menjadikan mentimun baik untuk dikonsumsi

olah wanita usia lanjut (Wirakusumah 2004). Wortel, bayam, buncis, dan

kangkung rata-rata dikonsumsi 2 kali dalam seminggu. Populasi biasanya

mengonsumsi sayuran secara berselang-seling dalam seminggu. Wortel, buncis,

dan kangkung biasanya diolah menjadi tumisan.

Tabel 24 Frekuensi makan sayur dan buah

Jenis pangan

Rataan Frekuensi kali/minggu

Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

Sayur dan Buah

Wortel 2.4±1.2 2.2±1.2 2.3±1.2

1;4 1;4 1;4

Bayam 2.2±1.1 2.2±1.1 2.4±1.1

1;4 1;4 1;4

Buncis 2.2±1.3 1.8±1.0 2.0±1.2

1;4 1;4 1;4

Mentimun 8.8±5.2 7.0±4.5 8.1±5.0

2;14 2;14 2;14

Kangkung 2.4±1.2 2.8±1.0 2.5±1.1

1;4 1;4 1;4

Pisang 1.8±1.0 2.3±1.1 2.0±1.0

1;4 1;4 1;4

Jeruk 1.9±1.0 2.5±1.3 2.2±1.2

1;4 1;4 1;4

Pepaya 2.4±1.1 2.9±2.2 2.6±1.6

1;4 1;7 1;7

Melon 1.9±1.1 1.9±0.9 1.9±1.0

1;4 1;3 1;4

Jambu air 1.8±1.0 1.3±0.7 1.6±0.9

1;4 1;3 1;4

Hampir seluruh populasi mengonsumsi buah hampir setiap hari. Jenis

buah yang sering dikonsumsi adalah pepaya, pisang, dan jeruk. Pisang yang

dikonsumsi paling sering adalah pisang ambon yang dapat langsung dimakan,

tetapi terdapat juga populasi yang sering mengonsumsi pisang yang diolah

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

54

terlebih dahulu seperti direbus. Pepaya, melon, dan semangka biasanya

dikonsumsi dalam bentuk buah potong.

Menurut Judith Wurtman, Ph.D dari Massachusetts Institut of Technology,

dalam Gittleman (1998), sekitar 65% hingga 75% wanita mengalami kenaikan

berat badan selama menopause. Kenaikan berat badan tersebut diduga

diakibatkan oleh kurangnya hormon progesteron dan dominasi estrogen. Kadar

estrogen yang tidak seimbang terhadap progesteron dapat mengakibatkan

kenaikan berat badan. Penyebab lain dari kenaikan berat badan adalah selama

10 hari pertama atau 2 minggu dalam siklus menstruasi, tubuh wanita

menghasilkan beberapa substansial kalori dalam proses ovulasi. Ketika sudah

berhenti berovulasi (memasuki masa menopause) tubuh akan meninggalkan sisa

kalori hingga 300 kkal perhari dan tidak dimetabolisme. Sisa kalori ini kemudian

menumpuk dan menyebabkan kenaikan berat badan. Kenaikan berat badan

selama menopause juga merupakan hasil dari perilaku negatif tentang penuaan

dan kehilangan daya tarik seksualitas.

Jumlah Konsumsi Pangan. Konsumsi pangan sangat erat kaitannya

dengan aspek gizi dan kesehatan. Konsumsi pangan adalah informasi tentang

jenis dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau sekelompok orang pada

waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992). Energi dibutuhkan oleh tubuh

untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut metabolisme basal sebesar

60%-70% dari kebutuhan energi total.

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara asupan energi dengan status gizi menurut IMT (r = 0.170, p >

0.05). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Mutingatun (2006) dimana

sebanyak 66.7% populasi memiliki status gizi normal, sebagian (11.1%) kurus,

9.1% kurus sekali, dan 4.5% gemuk sekali dengan rata-rata Indeks Massa Tubuh

(IMT) 20.9. Uji korelasi dalam penelitian tersebut, menunjukkan adanya

hubungan yang nyata antara status gizi dan konsumsi energi.

Tingkat kecukupan energi dihitung berdasarkan proses estimasi Angka

Kecukupan Energi (AKE) pada WNPG VIII bagi orang dewasa yang dihitung

dengan menggunakan Oxford Equation berdasarkan Energi Basal Metabolisme

(EMB). Kecukupan energi populasi rata-rata per hari adalah 1663 kkal. Jumlah

pangan yang dikonsumsi populasi rata-rata memenuhi 90.6% dari rata-rata

kecukupan energi populasi per hari. Rata-rata konsumsi protein populasi 46.4

gram/hari. Tingkat kecukupan protein populasi rata-rata sebesar 94.1%.

Page 19: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

55

Tabel 25 Rataan asupan serta kecukupan energi dan zat gizi populasi dalam sehari

Variabel Usia (tahun)

55-64 (n=19)

65-85 (n=12)

Total (n=31)

Asupan energi (kkal) 1517±319 1496±222 1509±282

(1073;2371) (1081;1874) (1073;2371)

Angka Kecukupan Energi (kkal/hari) 1739±105 1542±134 1663±150

(1409;1979) (1239;1600) (1239;1979)

Tingkat Kecukupan Energi (%) 86.6±18.7 96.9±10.6 90.6±16.6

(61.3-135.5) (84.4-117.1) (61.3-135.5)

Asupan protein (g) 47.5±15.1 44.7±10.6 46.4±13.4

(26.2;81.9) (20.9;67.8) (20.9;81.9)

Angka Kecukupan Protein (g/hari) 49.7±2.9 48.2±4.2 49.1±3.5

(40.3;56.5) (38.7;50.0) (38.7;56.5)

Tingkat Kecukupan Protein (%) 95.0±29.8 92.7±21.8 94.1±26.7

(52.4-163.8) (52.6-135.6) (52.4-163.8)

Asupan lemak (g)* 60.1±20.5 62.1±22.0 60.9±20.8

(28.9;109.1) (23.6;102) (23.6;109.1)

Asupan karbohidrat (g)* 201.8±54.0 194.1±43.9 198.8±49.4

(132.7;350.9) (140.9;301) (132.7;350.9)

Asupan kalsium (mg) 340.3±53.9 393.9±266.4 361.0±216.9

(108.4;743.3) (79.3;901.1) (79.3;901.1)

Angka Kecukupan Kalsium (mg/hari) 800 800 800

Tingkat Kecukupan Kalsium (%) 42.5±23 49.2±33.3 45.1±26.7

(13.6-92.9) (9.9-112.6) (9.9-112.6)

*) Angka kecukupan tidak tercantum dalam WNPG VIII

Tingkat kecukupan zat gizi merupakan perbandingan antara konsumsi zat

gizi dengan angka kecukupan gizi populasi. Klasifikasikan tingkat kecukupan

energi dan protein menurut Depkes tahun 1996 (halaman 33). Tingkat kecukupan

energi populasi rata-rata tergolong normal, yaitu sebesar 90.6%. Populasi yang

berusia 55-64 tahun memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong defisit

tingkat ringan yaitu sebesar 86.6%. Sedangkan populasi yang berusia 65 tahun

keatas, tingkat kecukupan energinya tergolong normal, yaitu 96.9%. Rataan

tingkat kecukupan protein populasi tergolong normal, yaitu sebesar 94.1%.

Rataan tingkat kecukupan protein populasi baik yang berusia 55-64 tahun

ataupun 65 tahun keatas, tergolong normal yaitu sebesar 95% dan 92.7%.

Rataan tingkat kecukupan energi total masih kurang jika dibandingkan

dengan rataan tingkat kecukupan energi nasional berdasarkan Depkes 2003,

yaitu sebesar 90.26% (Tanziha 2005). Pada populasi yang berusia 65-85 tahun,

rataan tingkat kecukupan energi sudah berada diatas rataan tingkat kecukupan

Page 20: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

56

energi nasional. Tingkat kecukupan protein rata-rata harian populasi adalah

sebesar 94.1%. Jumlah tersebut masih kurang bila dibandingkan dengan rataan

tingkat kecukupan protein nasional yaitu sebesar 108.84%.

Asupan kalsium populasi hanya memenuhi 45.1% dari kecukupannya.

Jumlah tersebut tergolong kurang untuk memenuhi kebutuhan kalsium menurut

Hardinsyah et al. (2002) dimana asupan mineral kurang dari 65% tergolong

kurang. Asupan kalsium yang memadai dapat mencegah naiknya tekanan darah

sebagai efek dari keberadaan natrium. Penelitian di University of Texas Health

Science Centre menunjukkan bahwa asupan 800 mg kalsium perhari dapat

menurunkan tekanan darah sebanyak 20% populasi, yaitu sekitar 20-30 poin

(Wirakusumah 2001). Pemenuhan kecukupan kalsium per hari dapat diperoleh

dari satu cangkir susu rendah lemak dan satu potong ukuran besar tahu murni.

Penyerapan kalsium dari makan sekitar 30%-50%. Oleh karena itu, diperlukan

sumber zat gizi lain yang dapat meningkatkan daya serap kalsium (seperti

vitamin D, laktosa, magnesium) (Wirakusumah 2001).

Konsumsi Air. Tubuh manusia mengandung 60%-70% air dari seluruh

berat badan sehingga bila tubuh kehilangan 20% saja dapat menyebabkan

kematian. Fungsi air dalam tubuh adalah melancarkan transportasi zat gizi,

mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu

tubuh, dna mengeluarkan sisa metaboisme dari tubuh (Hardinsyah et al. 2002).

Kehilangan air karena kekeringan, buang air, dan keringat harus segera

digantikan. Oleh karena itu disarankan agar kita mengonsumsi air minimal setara

dengan 8 gelas atau 2 L air sehari (Whitmire dalam Mahan 2000).

Mayoritas populasi mengonsumsi air lebih dari 7 gelas sehari. Kebutuhan

air bagi usia lanjut adalah 1500 ml atau berkisar 8 gelas/hari (Proboprastowo &

Dwiriani 2004). Konsumsi 5-7 gelas perhari bagi usia lanjut sudah tergolong baik,

namun akan lebih baik lagi jika konsumsi sesuai dengan anjuran, yaitu sekitar 8

gelas.

Sebanyak 16.1% populasi mengaku berusaha mengurangi minum dan

menghindari makanan berkadar air tinggi agar tidak sering buang air kecil. Pada

wanita menopause, dapat terjadi atrofi pada saluran kemih bagian bawah,

sehingga otot penyangga uretra dan kandung kemih menjadi lemah. Hilangnya

tonus otot uretra karena menurunnya kadar estrogen. Hal tersebut

mengakibatkan terjadinya gangguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran

urine menjadi tidak normal sehingga fungsi kandung kemih tidak dapat

Page 21: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

57

dikendalikan (inkontinensia urine). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi

pada saluran kemih bagian bawah (Kasdu 2004).

Tabel 26 Sebaran populasi menurut konsumsi air dan kelompok usia

Konsumsi air/hari

Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

n % n % n %

<5 gelas 0 0 2 16,7 2 6,5

5-7 gelas 9 47,4 4 33,3 13 41,9

>7 gelas 10 52,6 6 50 16 51,6

Total 19 100 12 100 31 100

Kebutuhan cairan tiap individu akan sangat bervariasi tergantung pada

aktivitas fisik, kelompok umur, berat badan, iklim atau suhu (ekologi) serta diet.

Penurunan total air tubuh akan mengurangi volume cairan intraseluler maupun

ekstraseluler. Berdasarkan Manual of Medical Nutrition Theraphy (2011),

kebutuhan cairan untuk seseorang yang berusia 55-65 tahun adalah 30-35 ml/kg

sedangkan untuk yang berusia diatas 65 tahun sebesar 30 ml/kg. Secara

keseluruhan, rataan kebutuhan cairan populasi adalah sebesar 1.9 liter. Rata-

rata kebutuhan cairan populasi yang berusia 55-64 tahun adalah 2.2 liter

sedangkan populasi yang berusia 65 tahun keatas sebesar 1.6 liter.

Secara umum, 1 gelas air kira-kira berisi 250 ml. Sebagian besar asupan

air populasi lebih dari 7 gelas per hari sehingga sebagian besar populasi telah

memenuhi kebutuhan cairan dalam sehari. Menurut Wiseman (2000),

peningkatan usia dapat menurunkan rasa haus sehingga terjadi penurunan

asupan air. Selain itu, pada usia lanjut terjadi penurunan bertahap kemampuan

ginjal untuk mengkonsentratkan urin sehingga volume urin meningkat dan

meningkatkan kehilangan air. Bagi usia lanjut sangatlah penting untuk

memastikan konsumsi air yang cukup sehingga dapat memenuhi kebutuhan air.

Kebiasaan Konsumsi Kedelai dan Produk Turunannya

Penilaian konsumsi pangan kedelai dan produk turunannya dilakukan

secara kualitatif dengan menggunakan Food Frequency Questionaires (FFQ).

Menurut Supariasa (2001), metode ini untuk mengetahui frekuensi pangan,

frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan dan menggali informasi tentang

kebiasaan makan. Frekuensi konsumsi dapat dipakai untuk mengukur asupan

pangan dan gizi jangka panjang dan merupakan alat yang biasa digunakan untuk

Page 22: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

58

menentukan perkiraan konsumsi pangan individu termasuk kelompok dalam

waktu lama (Spark 2007).

Produk kedelai yang sering dikonsumsi oleh populasi adalah tahu, tempe,

oncom, taucho, dan susu kedelai. Kedelai dalam bentuk utuh jarang dikonsumsi

sehari-hari. Diantara makanan kedelai dan produk turunannya, makanan yang

sering dikonsumsi populasi adalah tahu, tempe, oncom, dan taucho. Tahu dan

tempe biasanya dikonsumsi setiap hari berselang-seling. Mayoritas (53.3%)

populasi mengonsumsi tahu dengan frekuensi 2-5 kali per minggu. Sebanyak

54.8% populasi mengonsumsi tempe dengan frekuensi 2-5 kali per minggu.

Tabel 27 Sebaran populasi berdasarkan frekuensi konsumsi produk kedelai dan usia

Frekuensi konsumsi kedelai dan produk turunannya

Usia (tahun)

55-64 65-85 Total

n % n % n %

Tinggi 2 10,5 1 8,3 3 9,7

Sedang 13 68.4 9 75.0 22 71.0

Rendah 4 21.1 2 16.7 6 19.4

Total 19 100 12 100 31 100

Rata-rata asupan isoflavon kedelai yang dikonsumsi oleh populasi adalah

20.0 ± 6.0 mg/hari. Jumlah tersebut memenuhi 25% dari kecukupan isoflavon

yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan (Mulyati et al. 2009) untuk wanita

usia lanjut yaitu sebesar 80 mg/hari. Sumber asupan isoflavon populasi yang lain

adalah mentimun dan wortel. Mentimun dan wortel kaya akan isoflavon yang

diduga dapat memenuhi asupan isoflavon populasi dalam sehari. Pemenuhan

isoflavon juga dapat berasal dari jenis pangan lain yang tidak tercatat dalam

penelitian ini.

Asupan isoflavon yang aman untuk mencegah dan mengurangi sindrom

menopause dan penyakit kardiovaskular menurut Han et al. (2002) adalah 100

mg/hari. Berdasarkan hal tersebut, populasi mendapatkan isoflavon dari

konsumsi kedelai hanya memenuhi 20.1% untuk dapat mencegah dan mengobati

sindrom menopause serta mencegah panyakit kardiovaskular. Indikator

pencegahan penyakit kardiovaskular dalam penelitian Han et al. (2002) adalah

penurunan kadar total kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol VLDL, dan

peningkatan kadar kolesterol HDL serum.

Jumlah asupan isoflavon populasi yang terendah adalah 8.0 mg/hari dan

jumlah asupan isoflavon tertinggi adalah sebesar 38.3 mg per hari. Berbagai

kajian isoflavon dalam mencegah sindrom menopause menganjurkan asupan 50-

Page 23: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

59

200 mg isoflavon per hari. Asupan isoflavon 100 mg/hari efektif meringankan

keluhan vasomotor menopause seperti hot flush. Jumlah tersebut juga terbukti

efektif untuk menurunkan beberapa keluhan subjektif dengan penggunaan

kurang dari 50 mg genistein dan daidzein (Han et al. 2002).

Isoflavon merupakan senyawa mirip estrogen dan sering juga disebut

sebagai fitoestrogen karena berasal dari bahan nabati (fito; nabati). Fitoestrogen

berfungsi meningkatkan aktivitas estrogen dalam tubuh. Pada masa menopause

dimana kadar estrogen sangat rendah, asupan fitoestrogen mampu berfungsi

sebagai estrogen yang melindungi tubuh dari sindrom menopause dan

osteoporosis (Wirakusumah 2004). Isoflavon adalah komponen biologis aktif

yang memiliki efek estrogenik ataupun antiestrogenik sesuai dengan jaringan

target. Isoflavon yang terdapat pada kedelai merupakan golongan glikon, yaitu

isoflavon yang masi tersalut dengan glukosa. Isoflavon aglikon merupakan

isoflavon yang memiliki aktivitas biologis paling baik di dalam tubuh. Aktivitas

mikroorganisme dapat mengubah bentuk isoflavon dari glikon menjadi aglikon

yang lebih mudah diserap oleh tubuh.

Pangan sumber isoflavon lainnya adalah apel, anggur, bawang putih,

brokoli, cabe, kol, strawberry, ketimun, tomat, serta wortel. Dari beberapa pangan

sumber isoflavon, kacang kedelai merupakan bahan makanan yang paling dekat

dengan masyarakat Indonesia. Hasil studi mengenai kedelai menyebutkan

bahwa wanita Jepang dan Indonesia mengalami sindrom menopause lebih

sedikit dibanding wanita dari negara lain. Hal ini disebabkan makanan tradisional

mereka banyak mengandung fitoestrogen yang berasal dari kedelai.

Selain sebagai sumber fitoestrogen atau isoflavon, menurut Mark

Messina, Ph. D, menyatakan bahwa ditemukan tujuh komponen dalam kacang

kedelai yang dapat melindungi tubuh dari kanker, yaitu inhibitor protease yang

menghambat kegiatan sel yang berhubungan dengan kanker kolon, paru-paru,

pankreas, dan payudara; fitat yang berperan sebagai antioksidan menghambat

kanker kolon dan payudara; fitosterol yang melindungi usus besar dari gangguan

asam empedu dan dapat menurunkan resiko kanker kolon sebanyak 50%;

saponin dan asam fenolat yang mencegah terjadinya mutasi sel; lesitin yang

dapat menurunkan resiko tumor paru-paru pada tikus percobaan; dan

fitoestrogen (Wirakusumah 2004).

Tahu dan tempe sebagai produk olahan kacang kedelai juga merupakan

sumber kalsium (124 mg/100 g tahu dan 129 mg/100 g tempe). Hal ini

Page 24: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

60

memberikan efek positif karena tahu dan tempe juga merupakan sumber

fitoestrogen yang dapat membantu mencegah osteoporosis. Peningkatan asupan

kalsium tidak akan berpengaruh terhadap terapi osteoporosis apabila tidak

diimbangi dengan peningkatan asupan estrogen. Minimnya estrogen dapat

menyebabkan hilangnya massa tulang pada wanita menopause (Wirakusumah

2004). Kedelai memiliki kandungan asam amino bersulfur yang rendah. Asam

amino bersulfur dapat menghambat resorpsi kalsium oleh ginjal yang

menyebabkan lebih banyak kehilangan kalsium dalam urine (Koswara 2006).

Sebuah studi meta-analisis dari 38 studi mengenai pengaruh kedelai

terhadap profil lipid darah menunjukkan bahwa konsumsi protein kedelai 25-50

gram sehari dapat menurunkan kadar kolesterol LDL darah hingga 10% pada

mereka yang terkena hiperkolesterolemia (Anderson et al. dalam Mahan 2000).

Protein kedelai membantu menurunkan penyerapan kolesterol dan garam

empedu pada usus halus demi menginduksi peningkatan ekskresi fekal asam

empedu dan steroid. Hal ini mengakibatkan hati lebih banyak merubah kolesterol

dalam tubuh menjadi empedu yang akibatnya dapat menurunkan kolesterol dan

meningkatkan aktivitas reseptor kolesterol LDL sehingga terjadi peningkatan laju

penurunan kolesterol (Koswara 2006).

Protein kedelai juga kaya akan asam amino glisin dan arginin yang

mempunyai kecenderungan dapat menurunkan asam insulin darah yang diikuti

dengan penurunan sintesa kolesterol. Jenis protein terbesar dalam kedelai

adalah dua jenis globulin yang diberi nama 115 dan 75. Kedua jenis globulin ini

terutama 75 telah terbukti dapat menstimulir tingginya afinitas reseptor kolesterol

LDL dalam hati manusia yang akna menyebabkan penurunan kolesterol darah

(Koswara 2006). Penurunan kadar kolesterol darah dapat mengakibatkan

penurunan resiko penyakit kardiovaskular. Aktivitas antioksidan isoflavon kedelai

juga dapat berkontribusi terhadap penurunan oksidasi lemak.

Sindrom Menopause

Usia Menopause

Menopause terjadi pada saat menstruasi yang paling akhir hingga tidak

lagi mendapat menstruasi selama satu tahun. Memasuki masa menopause

seringkali ditandai dengan menstruasi yang berkurang secara bertahap dan

kemudian akan berhenti total. Usia memasuki masa menopause berbeda-beda

pada setiap orang. Pada umumnya, menopause dapat terjadi pada usia 35-55

Page 25: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

61

tahun (Wirakusumah 2004). Menurut Oswari (1997), menopause biasanya terjadi

pada usia 40-45 tahun.

Sebagian besar populasi mengalami menopause pada usia kurang dari

50 tahun (61.3%). Sebesar 38.7% populasi mengalami menopause pada usia

lebih dari 50 tahun. Usia memasuki menopause dapat berbeda-beda pada setiap

wanita. Setelah menopause, wanita akan mengalami masa Senile, yaitu masa

dimana terjadi keseimbangan hormonal sehingga tidak ada lagi gangguan psikis

maupun fisiologis.

Menurut hasil studi berbasis komunitas di Alexandria oleh Hidayet et al.

(1999), rataan usia awal menopause yang terjadi secara alamiah adalah 46.7 ±

5.4 tahun (kurang dari 50 tahun). Hasil observasi di Thailand menunjukkan

bahwa rataan usia awal menopause yang lebih tinggi pada tahun 1993, yaitu

49.5 tahun dan 50.1 tahun pada tahun 1997. Menopause yang lebih dini terjadi

pada wanita yang tinggal di daerah semiurban, menjanda, wanita dengan

pendidikan rendah, dan wanita yang menikah ataupun hamil di usia muda.

Cepat lambatnya awal menstruasi turut mempengaruhi usia menopause.

Wanita yang terlambat menstruasi, misalnya pada usia 16 atau 17 tahun, akan

mengalami menopause lebih awal. Sedangkan wanita yang cepat mendapat

menstruasi, cenderung lebih lambat memasuki menopause. Populasi yang

mengalami menopause pada usia ≤50 tahun rata-rata mengalami menstruasi

usia 13.9 ± 1.8 tahun. Sedangkan wanita yang mengalami menopause pada usia

di atas 50 tahun rata-rata mendapatkan menstruasi pertama pada usia 13.1 ± 1.5

tahun.

Usia menopause dapat diperkirakan dari usia menopause ibu karena

hereditas merupakan faktor pengaruh yang paling signifikan. Menopause dini

umumnya dialami oleh wanita yang kurang gizi, atlet wanita, dan wanita yang

mengalami anoreksia karena kurangnya kandungan lemak tubuh dan kolesterol.

wanita dengan status sosial ekonomi yang rendah, juga dapat mengalami

menopause lebih awal dibanding dengan wanita berstatus ekonomi lebih tinggi.

Wanita yang melahirkan anak setelah usia 40 tahun, sering mengalami

keterlambatan menopause. Faktor lain yang mempengaruhi menopause dini

adalah tidak pernah melahirkan, kelebihan berat badan, dan masa pubertas yang

terlambat (Gittleman 1998).

Berdasarkan data, populasi dengan pendidikan lebih rendah cenderung

mengalami menopause lebih awal. Hasil uji korelasi Spearman’s rho

Page 26: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

62

menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan (r = 0.370, p < 0.05)

antara pendidikan dengan usia awal menopause. Tingkat pendidikan yang lebih

tinggi memungkinkan seseorang mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak.

Data penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sangat berhubungan

dengan pengetahuan gizi populasi mengenai menopause (Tabel 15).

pengetahuan gizi tentang menopause yang baik menjadikan seseorang dapat

mengatur pola makan sehingga dapat mengalami usia menopause yang lebih

lama. Hal ini sesuai dengan hasil studi yang dilakukan oleh Hidayet et al. (1999)

bahwa tingkat pendidikan (r = 0.19, p < 0.01) berkorelasi positif terhadap usia

awal menopause.

Tabel 28 Sebaran populasi menurut usia awal menopause dan pendidikan

Pendidikan

Usia Awal Menopause

<50 tahun >50 tahun Total

n % n % n %

Usia 55-64 tahun

Rendah 6 66.7 3 30.0 9 47.4

Sedang 2 22.2 3 30.0 5 26.3

Tinggi 1 11.1 4 40.0 5 26.3

Jumlah 9 100.0 10 100.0 19 100.0

Usia 65-85 tahun

Rendah 4 80.0 3 42.9 7 58.3

Sedang 1 20.0 1 14.3 2 16.7

Tinggi 0 0.0 3 42.9 3 25.0

Jumlah 5 100.0 7 100.0 12 100.0

Total Rendah 10 71.4 6 35.3 16 51.6

Sedang 3 21.4 4 23.5 7 22.6

Tinggi 1 7.1 7 41.2 8 25.8

Jumlah 14 100.0 17 100.0 31 100.0

Keluhan Menopause

Menopause menjadikan banyak perubahan terhadap tubuh baik secara

hormonal maupun fisiologis. Ketidakseimbangan hormonal, menyebabkan

berbagai rasa tidak nyaman yang sering dikeluhkan ketika menopause. Keluhan

menopause bersifat sangat individual dan tidak setiap wanita mengalami hal

yang sama. Hal tersebut bergantung pada kondisi kesehatan, emosi (daya tahan

terhadap stres), asupan makanan, dan aktivitas fisik seseorang (Wirakusumah

2004). Jenis keluhan yang paling banyak dialami adalah berkeringat 54.8%, sulit

Page 27: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

63

tidur 45.2%, sakit kepala 45.2%, kelelahan 38.7%, mudah tersinggung 32.3%,

hot flush 32.3%, rasa dingin 25.8%, kurang bersemangat 22.6%, dan depresi

12.9%. Jenis keluhan dan sebarannya menurut usia dapat dilihat pada tabel 29.

Hot flush biasanya berlangsung 2-5 tahun sebelum menopause, pada saat

menopause, dan akan menghilang sekitar 4-5 tahun setelah menopause (Kasdu

2004).

Jenis keluhan lain pada saat menopause adalah badan menjadi gemuk,

sakit ketika berhubungan, merasa tidak diperhatikan, dan pusing. Selain

perubahan fisik, perubahan psikologis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup

seorang wanita dalam menjalani masa menopause. Perubahan yang terjadi pada

wanita menopause adalah perubahan mood, irritabilitas, kecemasan, labilitas

emosi, merasa tidak berdaya, gangguan ingatan, konsentrasi berkurang, sulit

mengambil keputusan, merasa tidak berharga (Gebbie & Glasier 2005).

Tabel 29 Sebaran populasi menurut usia dan jenis keluhan menopause

Jenis Keluhan

Usia (tahun)

55-64 (n=19) 65-85 (n=12) Total (n=31)

n % n % n %

Mudah tersinggung 7 36.8 3 25.0 10 32.3

Sulit tidur 10 52.6 4 33.3 14 45.2

Hot flush 8 42.1 2 16.7 10 32.3

Depresi 3 15.8 1 8.3 4 12.9

Kelelahan 7 36.8 5 41.7 12 38.7

Kurang bersemangat 6 31.6 1 8.3 7 22.6

Berkeringat 11 57.9 6 50.0 17 54.8

Rasa dingin 5 26.3 3 25.0 8 25.8

Sakit kepala 8 42.1 6 50.0 14 45.2

Menurut hasil penelitian Departemen Obsetri dan Ginekologi di Sumatera,

keluhan masalah kesehatan yang dihadapi oleh perempuan menopause terkait

dengan rendahnya kadar estrogen atau androgen di dalam sirkulasi darah,

sehingga muncul keluhan nyeri senggama (93,33 %), keluhan pendarahan pasca

senggama (84,44 %), vagina kering (93,33 %), dan keputihan (75,55 %), keluhan

gatal pada vagina (88,88%), perasaan panas pada vagina (84,44 %), nyeri

berkemih (77,77 %), inkontenensia urin (68,88 %) (Marga 2007).

Gambaran Diri

Stres kehidupan setengah baya dapat memperburuk keadaan

menopause. Keadaan stres tersebut terkait gambaran diri seseorang. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa wanita yang memiliki gambaran diri menerima

Page 28: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

64

adalah sebesar 96.8% sedangkan yang memiliki gambaran diri menolak sebesar

3.2%. Populasi yang menopause pada usia diatas 50 tahun, cenderung memiliki

gambaran diri menerima. Hasil uji korelasi Spearman’s rho menunjukkan tidak

adanya korelasi yang signifikan (r = -0.075, p > 0.05) antara usia awal

menopause dengan gambaran diri. Semakin awal usia menopause, semakin

lama populasi menjalani masa menopause sehingga semakin menerima

keadaan diri pada saat menopause.

Tabel 30 Sebaran populasi menurut gambaran diri dan usia menopause

Usia Menopause

Gambaran Diri Total

Menolak Menerima

n % n % n %

Usia 55-64 tahun

≤50 tahun 1 100.0 8 44.4 9 47.4

>50 tahun 0 0 10 55.6 10 52.6

Jumlah 1 100.0 18 100.0 19 100.0

Usia 65-85 tahun

≤50 tahun 0 0 5 41.7 5 41.7

>50 tahun 0 0 7 58.3 7 58.3

Jumlah 0 0 12 100.0 12 100.0

Total

≤50 tahun 1 100 13 43.3 14 45.2

>50 tahun 0 0 17 56.7 17 54.8

Jumlah 1 100 30 100.0 31 100.0

Mayoritas populasi memiliki gambaran diri menerima karena kebanyakan

populasi telah mengalami menopause lebih dari 2 tahun. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Purwita (2003) bahwa semakin lama wanita mengalami

menopause, maka semakin berkurang keluhan-keluhan psikologisnya karena

sudah dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Berdasarkan

data, terdapat kecenderungan positif antara usia awal menopause dengan

gambaran diri.

Berdasarkan data mayoritas (53.3%) populasi yang memiliki gambaran

diri menerima adalah populasi dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hasil uji

korelasi Spearman’s rho menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan (r = -0.341, p > 0.05) antara tingkat pendidikan dengan gambaran.

Populasi dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung lebih menerima

keadaan menopause dikarenakan pengetahuan yang diperoleh populasi juga

terbatas. Sebaran gambaran diri populasi dengan tingkat pendidikan dapat

dilihat dalam tabel 31.

Page 29: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

65

Tabel 31 Sebaran populasi menurut gambaran diri dan pendidikan

Pendidikan

Gambaran Diri

Menolak Menerima Total

n % n % n %

Usia 55-64 tahun

Rendah 0 0 9 50.0 9 47.4

Sedang 0 0 5 27.8 5 26.3

Tinggi 1 100.0 4 22.2 5 26.3

Jumlah 1 100.0 18 100.0 19 100.0

Usia 65-85 tahun

Rendah 0 0 7 58.3 7 58.3

Sedang 0 0 2 16.7 2 16.7

Tinggi 0 0 3 25.0 3 25.0

Jumlah 0 0 12 100.0 12 100.0

Total

Rendah 0 0 16 53.3 16 51.6

Sedang 0 0 7 23.3 7 22.6

Tinggi 1 100.0 7 23.3 8 25.8

Jumlah 1 100.0 30 100.0 31 100.0

Kecemasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 93.5% populasi

mengalami tingkat kecemasan ringan dan 6.5% populasi mengalami tingkat

kecemasan sedang. Terdapat kecenderungan bahwa sebagian besar populasi

yang memiliki tingkat kecemasan ringan mengalami menopause pada usia lebih

dari 50 tahun. Usia menopause yang lebih matang diduga membuat populasi

merasa lebih siap menghadapi sindrom menopause sehingga tingkat kecemasan

menjadi lebih ringan.

Kecemasan ringan sebagian besar (58.6%) dialami wanita yang

menopause pada usia di atas 50 tahun. Hasil uji korelasi Spearman’s rho

menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara usia awal menopause

dengan kecemasan (r = -0.335, p > 0.05). Hal tersebut diduga karena pada usia

menopause di atas 50 tahun, keluhan menopause jarang terjadi dan wanita usia

di atas 50 tahun sudah dapat menerima keadaan dirinya yang akan mengalami

menopause.

Page 30: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

66

Tabel 32 Sebaran populasi menurut usia menopause dan tingkat kecemasan

USIA menopause

Tingkat Kecemasan Total

Ringan Sedang

n % n % n %

Usia 55-64 tahun

≤50 8 44.4 1 100.0 9 47.4

>50 10 55.6 0 0 10 52.6

Jumlah 18 100.0 1 100.0 19 100.0

Usia 65-85 tahun

≤50 4 36.4 1 100.0 5 41.7

>50 7 63.6 0 0 7 58.3

Jumlah 11 100.0 1 100.0 12 100.0

Total

≤50 12 41.4 2 100 14 45.2

>50 17 58.6 0 0 17 54.8

Jumlah 29 100 2 100 31 100.0

Hasil uji korelasi Spearman’s rho menunjukkan tidak adanya hubungan

yang signifikan antara pendidikan dan tingkat kecemasan (r = -0.344, p > 0.05).

Berdasarkan data, terlihat bahwa tingkat kecemasan sedang cenderung dialami

oleh populasi dengan pendidikan rendah. Tingkat pendidikan yang lebih rendah

mengakibatkan lebih sedikit informasi dan pengetahuan yang diterima secara

formal dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Tabel 33 Sebaran populasi menurut pendidikan dan tingkat kecemasan

Pendidikan

Kecemasan

Ringan Sedang Total

n % n % n %

Usia 55-64 tahun

Rendah 8 44.4 1 100.0 9 47.4

Sedang 5 27.8 0 0 5 26.3

Tinggi 5 27.8 0 0 5 26.3

Jumlah 18 100.0 1 100.0 19 100.0

Usia 65-85 tahun

Rendah 6 54.5 1 100.0 7 58.3

Sedang 2 18.2 0 0 2 16.7

Tinggi 3 27.3 0 0 3 25

Jumlah 11 100.0 1 100.0 12 100.0

Rendah 14 48.3 2 100.0 16 51.6

Sedang 7 24.1 0 0 7 22.6

Tinggi 8 27.6 0 0 8 25.8

Total 29 100.0 2 100.0 31 100.0

Page 31: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

67

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purwita (2007) dalam Marga (2007)

menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap

keluhan-keluhan psikologis pada saat menopause. Wanita yang mengalami

keluhan psikologis berat sebagian besar adalah wanita dengan pendidikan

rendah (60%). Menjadi cemas pada tahap tertentu dapat dianggap sebagai

bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bila kecemasan

berlebihan dan tidak sebanding dengan situasi, hal tersebut dianggap sebagai

hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis (Anwar 2007).

Hubungan Antar Variabel

IMT, LLA, Lingkar Betis, dan Lingkar Pinggang

Penilaian status gizi juga dapat ditentukan dengan melihat besar LLA

(Lingkar Lengan Atas), lingkar betis, dan lingkar pinggang. Hasil uji korelasi

Pearson menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan IMT berhubungan secara

signifikan dengan LLA (r = 0.842, p = 0.000), lingkar betis (r = 0.675, p = 0.000),

dan lingkar pinggang (r = 0.730, p = 0.000). Tabel korelasi Pearson dapat dilihat

pada lampiran 1. Penilaian status gizi dengan IMT menunjukkan hubungan

positif yang kuat dengan penilaian status gizi menggunakan LLA, lingkar betis,

dan lingkar pinggang. IMT dan LLA menunjukkan korelasi yang paling erat. Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ferro-Luzzi & James (1996) bahwa

dalam penilaian status gizi dapat menggunakan hubungan antara IMT dan LLA.

Sesuai dengan penelitian Ferro-Luzzi & James (1996) yang menyatakan

bahwa penilaian status gizi dengan menggunakan LLA sebagai substitusi atau

tambahan pada penilaian IMT sebagai dasar, tidak hanya menunjukkan

hubungan epidemiologis namun juga berhubungan dengan observasi klinis dan

psikologis yang terkait dengan deplesi cadangan energi tubuh.

LLA berkorelasi positif secara signifikan terhadap status gizi (r = 0.842, p

= 0.000), lingkar betis (r = 0.685, p = 0.000), dan lingkar pinggang (r = 0.691, p =

0.000). Lingkar betis berkorelasi secara signifikan terhadap status gizi (r = 0.675,

p = 0.000) dan LLA (r = 0.685, p = 0.000) dan tidak berkorelasi secara signifikan

terhadap lingkar pinggang (r = 0.339, p > 0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa

massa tubuh yang meningkat dapat terlihat dari peningkatan LLA, lingkar betis,

dan lingkar pinggang.

Berdasarkan penelitian Shahar et al. (2007), analisis hubungan antara

IMT, SGA (Subjective Global Assessment) dan LLA, semua subjek yang

Page 32: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

68

dikategorikan normal menurut penggolongan SGA juga berada dalam kategori

normal menurut kriteria IMT dan LLA. Sebaliknya, semua subjek yang

dikategorikan mengalami malnutrisi menurut IMT juga dikategorikan mengalami

malnutrisi menurut SGA. Namun, 68.4% dan 24.2% subjek yang dikategorikan

IMT normal dan obesitas dikategorikan mengalami malnutrisi ringan menurut

SGA. Hal ini diduga karena subjek mengalami penurunan berat badan sebanyak

5%, kurang nafsu makan atau mengalami gejala gastrousus dalam jangka waktu

tertentu. Penemuan ini menunjukkan bahwa subjek mengalami kehilangan lemak

subkutan atau kehilangan otot yang hanya dapat dideteksi melalui penilaian SGA

tetapi tidak ditemukan pada penilaian IMT.

Aktivitas Fisik dengan Status Gizi

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan hubungan yang tidak signifikan

antara aktivitas fisik terhadap status gizi berdasarkan IMT (r = 0.142, p > 0.05),

LLA (r = 0.231, p > 0.05), dan lingkar pinggang (r = 0.003, p > 0.05). Tetapi, hasil

korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara

aktivitas fisik dan lingkar betis (r = 0.368, p < 0.05). Hal tersebut berarti bahwa

semakin tinggi tingkat aktivitas berhubungan dengan perbesaran otot betis. Kaki

merupakan bagian tubuh yang menumpu seluruh beban tubuh. Otot-otot daerah

kaki, termasuk otot betis, menjadi tumpuan tubuh saat berjalan atau beraktivitas.

Aktivitas fisik juga dapat berpengaruh terhadap lingkar betis. Hasil uji

regresi linier menunjukkan bahwa aktivitas fisik berpengaruh secara signifikan

sebesar 13% terhadap lingkar betis. Persamaan regresi linier yang diperoleh

adalah

y = 4.712 + 16.846x (R2 = 0.135, p < 0.05)

Dimana: y = lingkar betis

X = aktivitas fisik

Sebagian besar populasi memiliki kebiasaan olahraga jalan kaki (Tabel

18). Saat berjalan kaki, seluruh otot betis bergerak aktif untuk menopang bobot

tubuh. Aktivitas fisik yang tinggi seperti berolahraga dapat menyebabkan otot

membesar. Perbesaran terjadi karena bertambahnya unsur kontraktil di dalam

serabut otot yang menyebabkan meningkatnya kekuatan kontraksi otot,

menebalnya sarcolema dan bertambahnya jaringan ikat di antara serabut-serabut

otot yang menyebabkan meningkatnya kekuatan pasif otot (Giriwijoyo 2005).

Page 33: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

69

Gambaran diri dengan Keluhan Menopause

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara gambaran diri dan keluhan menopause (r = -0.058, p > 0.05).

Berdasarkan data, populasi yang memiliki gambaran diri menerima cenderung

memiliki keluhan menopause yang lebih ringan bahkan tidak mengalami keluhan

menopause (Tabel 34). Berat dan ringannya keluhan menopause yang dialami

populasi tidak berhubungan dengan penerimaan populasi terhadap kondisi diri.

Keluhan menopause hadir sebagai akibat dari ketidakseimbangan hormonal yaitu

penurunan kadar estrogen dan progesteron yang mempengaruhi metabolisme.

Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima reaksi dari

tubuhnya dan menerima stimulus dari orang lain. Kemudian mulai memanipulasi

lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan. Gambaran diri

berhubungan erat dengan kepribadian. Keluhan menopause umumnya keluhan

yang terjadi secara fisik akibat perubahan fisiologis dan hormonal wanita

menopause.

Tabel 34 Sebaran populasi menurut keluhan menopause dan gambaran diri

Keluhan Menopause

Gambaran Diri

Menolak Menerima Total

n % n % n %

Usia 55-64 tahun

Tidak ada 0 0 1 5,6 1 5,3

Ringan 1 100,0 14 77,8 15 78,9

Sedang 0 0 3 16,7 3 15,8

Jumlah 1 100,0 18 100,0 19 100,0

Usia 65-85 tahun

Tidak ada 0 0 1 8,3 1 8,3

Ringan 0 0 9 75,0 9 75,0

Sedang 0 0 2 16,7 2 16,7

Jumlah 0 0 12 100,0 12 100,0

Total

Tidak ada 0 0 2 6,7 2 6,5

Ringan 1 100,0 23 76,7 24 77,4

Sedang 0 0 5 16,7 5 16,1

Jumlah 1 100,0 30 100,0 31 100,0

Gambaran Diri dan Kecemasan

Hasil uji secara deskriptif menggambarkan bahwa sebagian besar

(96.6%) wanita menopause yang memiliki gambaran diri menerima memiliki

tingkat kecemasan ringan. Tingkat kecemasan sedang yang dialami oleh

Page 34: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

70

sebagian kecil populasi (6.5%) memiliki gambaran diri menerima. Berdasarkan

penelitian Marga (2007) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara

konsep diri dengan derajat stres pada wanita menopause. Apabila konsep diri

meningkat, derajat stres akan turun. Penurunan derajat stres dapat memperbaiki

kondisi kecemasan.

Tabel 35 Hubungan gambaran diri dengan tingkat kecemasan

Gambaran Diri

Tingkat Kecemasan

Ringan Sedang Total

n % n % n %

Usia 55-64 tahun

Menolak 1 5.6 0 0 1 5.3

Menerima 17 94.4 1 100.0 18 94.7

Jumlah 18 100.0 1 100.0 19 100.0

Usia 65-85 tahun

Menolak 0 0 0 0 0 0

Menerima 11 100.0 1 100.0 12 100.0

Jumlah 11 100.0 1 100.0 12 100.0

Total

Menolak 1 3.4 0 0 1 3.2

Menerima 28 96.6 2 100.0 30 96.8

Jumlah 29 100.0 2 100.0 31 100.0

Terdapat kecenderungan bahwa pada populasi yang menerima kondisi

menopause cenderung memiliki tingkat stres yang lebih ringan. Hasil uji korelasi

Pearson gambaran diri menunjukkan hubungan yang tidak signifikan terhadap

kecemasan (r = 0.186, p > 0.05). Pada masa menopause, kecemasan

ditimbulkan oleh ancaman integritas fisik karena penurunan kadar estrogen dan

progesteron yang mengakibatkan penurunan fungsi beberapa organ tubuh.

Menurut Stuart (2001), kecemasan pada wanita menopause dapat

mengakibatkan ancaman terhadap sistem diri oleh karena menurunnya harga diri

akibat perubahan-perubahan fisik yang terjadi yang menyebabkan perubahan

gambaran diri. Dengan kata lain, menurut Stuart (2001), gambaran diri dapat

berhubungan dengan kecemasan.

Hasil penelitian Marga (2007) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif

dengan interpretasi sedang yang signifikan antara gambaran diri dengan

kecemasan (r = 0.39, p < 0.05). Kuntjoro (2007) mengemukakan bahwa

kecemasan pada wanita menopause umumnya bersifat relatif. Artinya, ada orang

yang cemas dan dapat kembali tenang setelah mendapat dukungan dari orang

lain. Namun, ada juga orang yang terus-menerus cemas walaupun sudah

Page 35: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

71

mendapat banyak dukungan dan semangat dari orang-orang disekitarnya. Akan

tetapi, banyak juga wanita menopause yang tidak mengalami perubahan yang

berarti dalam kehidupannya.

Keluhan Menopause dengan Kecemasan

Berdasarkan data, terlihat bahwa populasi yang mengalami keluhan

menopause ringan atau bahkan tidak ada, cenderung memiliki tingkat stres yang

ringan. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan positif dengan

interpretasi sedang yang signifikan (r = 0.473, p < 0.01) antara keluhan

menopause dengan kecemasan. Semakin tinggi keluhan menopause berupa

gangguan fisik dan psikologis yang dialami wanita menopause, semakin tinggi

pula tingkat kecemasan yang dialami.

Tabel 36 Sebaran populasi menurut tingkat kecemasan dan keluhan menopause

Keluhan Menopause

Tingkat Kecemasan

Ringan Sedang Total

n % n % n %

Usia 55-64 tahun

Tidak ada 1 5.6 0 0 1 5.3

Ringan 15 83.3 0 0 15 78.9

Sedang 2 11.1 1 100.0 3 15.8

Jumlah 18 100.0 1 100.0 19 100.0

Usia 65-85 tahun

Tidak ada 1 9.1 0 0 1 8.3

Ringan 9 81.8 0 0 9 75.0

Sedang 1 9.1 1 100.0 2 16.7

Jumlah 11 100.0 1 100.0 12 100.0

Total

Tidak ada 2 6.9 0 0 2 6.5

Ringan 24 82.8 0 0 24 77.4

Sedang 3 10.3 2 100.0 3 9.7

Jumlah 29 100.0 2 100.0 31 93.5

Tingkat kecemasan ringan yang dialami populasi menurut Stuart (2001)

berhubungan dengan ketegangan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari

sebagai dampak dari penurunan fungsi-fungsi tubuh yang mengakibatkan

keluhan/gangguan pada masa menopause. Berdasarkan data hasil penetian

didapatkan bahwa sebagian besar populasi dengan tingkat kecemasan ringan

merupakan wanita yang menopause pada usia diatas 50 tahun. Keluhan

menopause menimbulkan rasa yang tidak nyaman sehingga dapat

Page 36: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

72

mempengaruhi persepsi psikologis. Persepsi psikologis negatif memunculkan

rasa cemas.

Menurut Stuart (2001), respon terhadap kecemasan meliputi respon

fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif. Keluhan menopause terjadi sebagai

akibat dari adanya perubahan fisiologis seperti sering berkemih, kulit menjadi

kendur, hot flush, berkeringat. Respon fisiologis akibat perubahan neuromuskular

seperti mudah terkejut, reflek meningkat, dan gelisah. Respon pada perilaku

meliputi gelisah, ketegangan fisik, terkejut, kurang koordinasi, dan cenderung

menarik diri dari lingkungan. Respon pada kognitif mencakup sulit

berkonsentrasi, hambatan berpikir, produktivitas menurun, mudah bingung,

ketakutan pada gambaran visual. Respon pada afekti adalah tidak sabar, gelisah,

tegang, kekhawatiran, kecemasan, dan malu.

Status Gizi (IMT), Aktivitas Fisik, Konsumsi Kedelai dan Sindrom Menopause

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara status gizi (IMT) dengan gambaran diri (r = -0.287, p > 0.05),

keluhan menopause (r = -0.299, p > 0.05), ataupun dengan kecemasan (r = -

0.38, p > 0.05). Aktifitas fisik berhubungan nyata dengan gambaran diri (r = -

0.454, p < 0.05). Hal tersebut berarti bahwa semakin ringan aktivitas fisik,

populasi semakin menerima kondisi dirinya. Aktivitas fisik yang ringan

menjadikan populasi tidak terlalu merasakan keluhan ataupun ketidaknyamanan

saat menopause. Konsumsi kedelai berhubungan negatif secara nyata terhadap

tingkat kecemasan populasi (r = -0.445, p < 0.05). Semakin tinggi konsumsi

kedelai, semakin rendah tingkat kecemasan populasi. Kedelai merupakan salah

satu pangan sumber protein yang dapat membantu mengatasi kecemasan

(Wirakusumah 2004).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sindrom Menopause

Penilaian sindrom menopause dengan menggunakan data gambaran diri,

tingkat kecemasan, dan keluhan menopause. Faktor-faktor yang diduga

berpengaruh terhadap sindrom menopause adalah aktivitas fisik (x1), status gizi

menurut IMT (x2), dan konsumsi isoflavon kedelai (x3).

Gambaran Diri. Hasil uji Regresi Linier Berganda antara pengaruh

aktivitas fisik, konsumsi kedelai, dan status gizi terhadap gambaran diri. Faktor

Page 37: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

73

yang berpengaruh secara signifikan terhadap gambaran diri adalah aktivitas fisik

dengan persamaan sebagai:

(1) y = 17.465 – 7.060x1 (R2 =0.206, p < 0.05)

Dimana: y = gambaran diri

x1 = aktivitas fisik

Faktor aktivitas fisik memiliki pengaruh sebesar 20.6% terhadap

gambaran diri. Aktivitas fisik yang tinggi menuntut performa tubuh yang baik.

Wanita usia lanjut tidak lagi dapat beraktivitas selayaknya wanita dengan usia

yang lebih muda. Oleh sebab itu, aktivitas fisik yang tinggi semakin menjadikan

wanita usia lanjut menyadari akan kondisi dirinya yang telah menua. Para wanita

usia lanjut mulai membatasi aktivitas sesuai dengan kemampuan.

Kecemasan. Uji regresi linier berganda antara faktor-faktor yang diduga

berpengaruh terhadap tingkat kecemasan. Hasil uji menunjukkan bahwa

konsumsi isoflavon kedelai berpengaruh secara nyata terhadap tingkat

kecemasan populasi dengan persamaan:

(2) y = 13.011 – 0.308x3 (R2 = 0.198, p < 0.05)

Dimana: y = tingkat kecemasan

X3 = konsumsi isoflavon kedelai

Konsumsi isoflavon kedelai berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

kecemasan sebesar 19.8%. Tingkat kecemasan cenderung lebih banyak

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mungkin tidak terukur dalam penelitian.

Kecemasan lebih sebagai gangguan alam perasaan (Marga 2007) yang bersifat

sangat intrapersonal.

Keluhan Menopause. Faktor-faktor keluhan menopause didapat

persamaan

(3) y = 21.448 – 0.388x2 – 0.246x3 (R2 = 0.238, p < 0.05)

Dimana: y = keluhan menopause

x2 = status gizi menurut IMT

x3 = konsumsi isoflavon kedelai

Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsumsi isoflavon kedelai dan

status gizi berpengaruh terhadap keluhan menopause yang dialami populasi.

Faktor status gizi menurut IMT dan konsumsi isoflavon kedelai memiliki pengaruh

sebesar 23.8% terhadap keluhan menopause. Ketika faktor status gizi atau

konsumsi isoflavon kedelai diuji secara mandiri dengan menggunakan regresi

Page 38: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

74

linier, tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap keluhan

menopause.

Berdasarkan hasil uji regresi linier tersebut, gambaran diri dipengaruhi

secara signifikan oleh faktor aktivitas. Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh

konsumsi kedelai secara nyata. Keluhan menopause dipengaruhi secara nyata

oleh konsumsi kedelai dan status gizi apabila digabung dengan faktor aktivitas

fisik.

Kedelai merupakan salah satu pangan sumber fitoestrogen/isoflavon

yang dapat berfungsi sebagai pengganti estrogen dalam tubuh. wanita

menopause, memiliki kadar estrogen yang rendah yang dapat berhubungan

dengan neurotransmiter. Neurotransmiter, diantaranya endorfin, serotonin, dan

dopamin, merupakan sistem kimia otak yang berfungsi membawa pesan dari

organ dan kelenjar menuju otak dan sebaliknya. Endorfin sangat responsif

terhadap kadar estrogen dan progesteron. Pada saat menopause, saat sangat

dibutuhkan, kadar endorfin turun. Kadar endorfin dapat ditingkatkan dengan

berolahraga. Fungsi neurotransmiter endorfin adalah mempengaruhi persepsi

rasa nyeri, pernapasan, nafsu makan, tekanan darah, ingatan, serta tingkah laku

seksual (Wirakusumah 2004). Olahraga mencerminkan tingkat aktivitas yang

tinggi dapat mempengaruhi persepsi penerimaan gambaran diri wanita

menopause.

Kecemasan adalah gangguan perasaan alam, ketakutan, atau

kekhawatiran yang mendalam dan dapat menyebabkan depresi. Neurotransmiter

serotonin sangat berpengaruh terhadap suasana hati dan aktivitas tidur. Kadar

serotonin yang yang menurun, akan menyebabkan seseorang sulit tidur dan

mengalami depresi. Kadar serotonin berhubungan dengan endorfin, yaitu apabila

kadar endorfin rendah, kadar serotonin pun rendah. Neurotransmiter dopamin

mempengaruhi emosi, sistem kekebalan tubuh, motivasi, dan perilaku seksual

(Wirakusumah 2004). Keluhan meopause dapat berupa gangguan secara fisik

ataupun psikologis. Emosi yang tidak terkendali, motivasi yang menurun dan

perubahan perilaku seksual akibat keluhan menopause dapat dikarenakan kadar

dopamin dalam tubuh menurun. Kadar dopamin sangat dipengaruhi estrogen.

Makanan tinggi protein, seperti kedelai, dapat meningkatkan produksi dopamin.

Gambaran diri, kecemasan, dan keluhan menopause yang digabungkan

menjadi satu dapat digunakan untuk menilai sindrom menopause secara

Page 39: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

75

keseluruhan baik dari aspek fisik maupun psikologis. Hasil regresi linier berganda

didapatkan persamaan

(4) y = 24.525 – 0.495x3 (R2 = 0.190, p < 0.05)

Dimana: y = skor komposit

x3 = konsumsi isoflavon kedelai

Faktor konsumsi isoflavon kedelai berpengaruh secara signifikan

terhadap skor keseluruhan dari sindrom menopause. Berdasarkan uji regresi

tersebut aktivitas fisik dan status gizi tidak berpengaruh secara nyata terhadap

sindrom menopause. Konsumsi isoflavon kedelai berpengaruh sebesar 19%

terhadap sindrom menopause. Sindrom menopause terdiri dari berbagai macam

keluhan dan gangguan baik secara fisik maupun psikologis.

Banyak kajian yang menyebutkan manfaat kedelai bagi wanita

menopause. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas fisik tidak berpengaruh

secara nyata terhadap sindrom menopause. Kandungan isoflavon pada kedelai

berupa fitoestrogen bersifat esterogenik dalam tubuh. Hasil penelitian Han et al.

(2002) ditemukan bahwa aktivitas fitoestrogen kedelai yang paling utama adalah

daidzein dan genistein. Target utama fitoestrogen pada jaringan tubuh yang

pertama adalah sistem reproduksi karena pada organ tersebut jumlah estrogen

reseptor cukup tinggi. Pada fase menstruasi efek fitoestrogen memperpanjang

fase luteal. Sedangkan pada fase premenopause fitoestrogen menimbulkan efek

estrogenik yang bermanfaat mencegah kanker payudara. pada fase menopause

fitoestrogen terbukti dapat mengurangi gejolak panas. Berdasarkan penelitian

terhadap 58 wanita menopause yang diberi tepung kedelai dan tepung terigu

selama 12 minggu gejolak panas berkurang secara signifikan sebesar 40% dan

25%.

Sebuah studi ginekoligis oleh Han et al. (2002) menunjukkan bahwa

terdapat penurunan sindrom menopause yang signifikan pada wanita

menopause yang mengonsumsi 100 mg isoflavon kedelai per hari selama 4

bulan. Skor sindrom menopause wanita yang mengonsumsi kedelai 40% lebih

rendah dibandingkan wanita yang tidak mengonsumsi kedelai. Penelitian

tersebut juga menunjukkan adanya penurunan kolesterol LDL dan VLDL secara

signifikan serta meningkatnya kadar HDL dalam darah. Berdasarkan American

Journal of Obstetrics and Gynecology, studi terhadap dua kelompok wanita

postmenopause obesitas yang diberikan minuman berbasis susu sapi dan susu

kedelai 2-3 kali sehari selama satu bulan. Hasil studi menunjukkan bahwa

Page 40: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · kegiatan seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Karakteristik Sosial Ekonomi ... Wajib pensiun, pemerintah dan

76

terdapat penurunan 7.5% lemak abdominal pada kelompok wanita yang

mengonsumsi susu kedelai dan sebaliknya terdapat peningkatan sebesar 8.8%

lemak abdominal pada wanita yang mengonsumsi susu sapi (Williams 2010).

Terapi pengganti hormon (HRT: Hormon Replacement Therapy)

digunakan untuk mengobati sindrom menopause. terapi hormon adalah

pemberian hormon estrogen dan progesteron sebagai pengganti kedua hormon

yang berkurang jumlahnya dalam tubuh. Terapi ini mungkin meningkatkan resiko

terjadinya kanker payudara. Resiko lain penggunaan HRT adalah meningkatnya

berat badan, sakit kepala, rasa mual, perut kembung, dan bahkan mengalami

menstruasi kembali. Isoflavon kedelai dapat digunakan sebagai alternatif terapi

pengganti hormon yang aman dan efektif bagi wanita menopause. isoflavon

adalah fitoestrogen yang berfungsi meningkatkan aktivitas estrogen dalam tubuh

(Wirakusumah 2004).