1
KERINDUAN masyarakat ter- hadap zaman Orde Baru (Orba) disebabkan bangsa ini sedang dipimpin oleh orang bingung dan mengedepankan citra. Mantan Ketua Umum Pengu- rus Pusat Muhammadiyah Syai Maarif di Jakarta, kemarin, me- nilai respons masyarakat dalam survei Indo Barometer disebab- kan kesulitan riil yang dialami masyarakat. Ia menambahkan, Presiden Soeharto memiliki gaya kepe- mimpinan otoriter dan terkesan kejam semasa memimpin rezim Orba. Lalu, pada era reformasi, mendiang Presiden Abdurrah- man Wahid atau yang kerap dipanggil Gus Dur dan Presiden Megawati Soekarnoputri ha- nya sempat memimpin dalam waktu singkat. Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menurut dia, memperlihatkan sosok yang mengedepankan citra dengan gaya bicara yang sangat meme- sona. Selain itu, ujar Syai, SBY lebih banyak mengurusi konik internal partai. “Megawati hanya seben- tar, Gus Dur pun begitu, yang sudah agak panjang ini, lima tahun lebih malah kelihatan bingung dengan dirinya dan partainya. Jadi, kita ini dipimpin orang bingung,” ujar Syai. Dalam dialog di Kantor PP Muhammadiyah tersebut, juga dihadiri anggota Dewan Pem- bina Partai Demokrat Agus Abubakar selaku peserta dis- kusi. Agus sempat menyatakan bahwa Presiden Yudhoyono kerap sulit untuk bertindak karena dikerangkeng sistem kepartaian. Ia mengatakan Presiden sebe- narnya enggan untuk berkoalisi dengan banyak partai. Hanya saja, sistem yang ada memaksa SBY untuk berkoalisi. Saat mendengar pernyataan tersebut, Syai menjawab, tidak seharusnya seorang pemimpin dikerangkeng sistem. Syafii mengatakan seorang pemimpin harus berani mendobrak sistem dan menciptakan sistem baru. “Sebenarnya, seorang pe- mimpin yang bertindak tidak perlu dipenjara oleh sistem. Dia (SBY) seakan-akan dikerang- keng sistem.” (Mad/P-1) 2 KAMIS, 26 MEI 2011 P OL KAM NASIONAL Demokrat se- bagai sebuah organisasi ke- masyarakatan (ormas) harus tetap kritis untuk merealisasi- kan perubahan yang lebih baik bagi Indonesia. Demikian ditegaskan Ketua Umum Nasional Demokrat Surya Paloh saat membuka ra- pat koordinasi dan pertemuan Dewan Pengurus Pusat Nasio- nal Demokrat dengan pengurus wilayah dan pengurus daerah se-Kalimantan Tengah (Kal- teng) di Palangkaraya, Kalteng, kemarin. Ia melanjutkan, kekritisan dan ide Nasional Demokrat juga bisa dititipkan kepada pihak yang dirasa mampu seperti Partai Nasdem yang mendeklarasikan diri belum lama ini. “Kalau ada Partai Nasdem, kita doakan mereka, dan kalau bagus, kita titipkan ide kita kepada mereka. Sebab, kalau tidak kita titipkan ide dan ga- gasan kita, kita semua akan rugi,” ujarnya. Dalam Pemilu 2014, Surya Paloh melihat ada dua pilih- an yang dimiliki masyarakat Indonesia. Pilihan pertama, masyarakat akan memilih pada rezim yang memerintah dan berkuasa saat ini, dan pilihan kedua masyarakat akan memi- lih yang di luar rezim atau seba- gai penantang. Partai Nasdem dilihatnya sebagai penantang yang harus mengerti etika berpolitik dan tidak berpura- pura. “Ini harus saya perjelas, ke- pentingan pribadi itu tidak boleh berhenti, tapi harus ada koma kepentingan kelompok koma kepentingan bangsa dan negara. Sebab kita ini manusia biasa yang masih ada rasa nafsu, ambisi dan interest di diri kita,” tegasnya. Di sisi lain, imbuh Surya Paloh, ormas Nasional Demokrat tetap di jalur dan visinya yakni merestorasi In- donesia menuju kemerdekaan yang utuh. Semakin koruptif Wakil Sekjen Bidang Lit- bang Nasional Demokrat Willy Aditya mengatakan politik pencitraan menjadikan Indone- sia tidak memiliki karakter ke- bangsaan yang jelas dan tegas. Hal itu semakin diperparah dengan realitas kekuasaan yang semakin koruptif ketim- bang kekuasaan Orde Baru sebelumnya, sehingga krisis kepercayaan menjadi suatu yang tak terelakkan. Untuk memperbaiki itu, bu- tuh komitmen besar untuk kembali ke Pancasila. “Dalam situasi dan kondisi kekinian Indonesia, yang menjadi titik sentral untuk menjawab tan- tangan zaman tidak hanya restorasi nilai-nilai luhur Pan- casila. Namun juga, komit- men besar para masyarakat politik, masyarakat sipil, alim ulama, tokoh masyarakat, dan elemen-elemen bangsa lain- nya atas dasar common interest sebagai rule of game,” terang Willy, dalam seminar Ini Me- dan Demokrasi, Bung, yang berlangsung di Kampus Uni- versitas Sumatera Utara (USU), Medan, kemarin. Budayawan Franz Magnis Suseno yang juga pembicara dalam seminar itu menyata- kan pemimpin negara harus menunjukkan karakter dan keberanian untuk bicara jelas kepada rakyat, bahwa me- reka tidak akan menoleransi berlangsungnya kekerasan di negeri ini. “Kita memerlukan pemimpin yang berani mengecam semua pihak yang meremehkan Pan- casila. Tidak ada yang berhak menggunakan kekerasan di negara ini,” kata Franz. Disebutkan Franz, ada em- pat sumber konflik dan ke- kerasan dalam masyarakat Indonesia pada saat ini, yaitu premanisme, konflik tanah maupun penggusuran, pe- mekaran daerah, dan agama. (SS/YN/P-3) Pemimpin Bingung Rakyat Rindu Orba MI/USMAN ISKANDAR PENYERAHAN SKW: Wartawan senior harian Media Indonesia Djaffar Assegaf (kanan) menerima sertifikat kompetensi wartawan (SKW) yang diserahkan Ketua Dewan Pers Bagir Manan, di Jakarta, kemarin. Sebanyak 100 wartawan senior menerima SKW atas pengabdian mereka pada profesi wartawan. Ganti Andi Mallarangeng SUDAHLAH... DPR mengumpulkan mereka agar dilihat pu- blik mereka bekerja. Padahal apa? Enggak ada hasil kan? Ganti aja Menpora, karena dia enggak becus, dan jelas-jelas memihak K78. Erick Vazillah Ulah Mister Kumis JELAS yang membuat persoalan seperti ini adalah Menpora, yang mengesahkan LPI. Seharusnya, AP dan AG juga mengerti bahwa yang membuat mereka dicekal seperti ini ulah Mr Kumis. Kalau LPI tidak diizinkan, pasti kedua orang tersebut boleh mencalon- kan ketua PSSI. Mr Mallarangeng Sayang tapi Malang AKIBAT perseteruan beberapa elite sepak bola Indonesia, harapan masyarakat yang menginginkan kesebelasan Indonesia berkiprah di kancah internasional hanya tinggal mimpi belaka. Makanya, sepak bola jangan diurus oleh orang-orang yang pernah terjun di dunia politik. Akibatnya, luar biasa... Kepentingan yang bicara dalam PSSI. PSSI-ku sayang, PSSI-ku malang. Wannasri Berbagi Simpati SOAL DPR mendukung KN soal lain, yang jelas saya bukan pendukung K-78. Tetapi, saya ingin berbagi simpati dengan K-78. Kenapa? Dulu waktu Nurdin Halid berkuasa di PSSI, tidak ada yang berani berteriak kecuali K-78. Pak George Toisutta dan Pak Arin Panigoro-lah yang pertama USULAN agar PSSI segera menggelar kongres secepatnya untuk memilih kepengurusan baru mendapat tentangan. PSSI lebih didorong untuk me- minta keringanan kepada FIFA supaya dapat melaksanakan lagi kongres dalam kurun wak- tu enam bulan ke depan sambil melakukan pembenahan. Pandangan tersebut menge- muka dalam Rapat Kerja Komi- si X dengan Menpora, KONI, KOI, dan KN di Gedung DPR Senayan, Jakarta. Raker kali ini dihadiri oleh Menpora Andi Mallarangeng, Ketua KONI Rita Subowo, Ketua Komite Nor- malisasi (KN) Agum Gumelar, dan seluruh anggota KN. Atas peristiwa itu, berbagai tanggapan pembaca disam- paikan melalui Mediaindonesia. com, Facebook Harian Umum Media Indonesia, dan Interup- [email protected]. Ber- ikut ini petikannya. ANTARA Cuma Habiskan Energi bersuara, ketika PSSI tidak pernah kongres yang katanya ini dan itulah. Ketika pemerintah bersuara lantang tidak mendukung PSSI Kepengurusan NH dan NB, barulah keran-keran orang-orang yang mengatasnamakan suara-suara rakyat dan demi kepentingan PSSI, berebut kursi ketum PSSI. Padahal, waktu kepengurusan NH dan NB pada bungkam semua. Opini berada di tangan pers yang tidak seimbang men- jatuhkan K-78. Saya sebagai orang awam ingin mengatakan Kelompok 78 adalah orang-orang yang memiliki hati nurani ingin memajukan sepak bola, kenapa mereka K-78 ikut berperang sedangkan KN dan calon ketua umum yang lain hanya mendompleng, meman- faatkan situasi yang kisruh. Supangat PSSI yang Bijak KN yang sebenarnya bisa mendinginkan suasana sudah tidak pada porsinya sebagai komisi yang normal. Memimpin kongres gagal malah memanas-manasi rakyat In- donesia dengan kata-kata sanksi dari FIFA. Yang memberi sanksi itu bukan FIFA-nya, tapi kongres FIFA... sedangkan Indonesia, aset dan pangsa pasar besar bagi persepak- bolaan. Apa bedanya KN dengan PSSI Nurdin Halid yang bisanya mengadu domba? Aji8 Tidak Butuh Ketua PEMILIHAN pengurus saja enggak bisa, apalagi pemilihan untuk pemain. Indonesia, penduduknya kurang lebih 150 juta jiwa. Milih 11 pemain saja enggak ada. M Rahmat Politisi Ikut Bicara WALAH... DPR malah ikut angkat bicara. Kalau sudah dicampuri sama orang-orang partai, hmm... tambah enggak profesional nih PSSI! Deka Cavallica Rebutan Pohon Duit PADA rebutan pohon duit. Pada miskin cita-cita. Sudah kayak sapiii kabeh.... Darussalam Natanegara B ENDAHARA Umum Partai Demokrat Mu- hammad Nazaruddin akhirnya diberhentikan dari jabatannya oleh Dewan Kehor- matan yang dipimpin Ketua Dewan Pembina Susilo Bam- bang Yudhoyono. Nazarud- din pun heran. Berikut petikan wawancaranya dengan Media Indonesia, kemarin. Sekjen MK sebut Anda pelobi ulung untuk golkan proyek di MK? Aduh... bohong itu Janedjri kalau dia ngomong begitu. Malah dia yang melobi saya. Janedjri berturut-turut, tiga hingga empat kali, pada tiga bulan terakhir, menemui saya di rumah. Dia sangat aktif dan sibuk menyuruh sopirnya untuk mencari ru- mah saya. Dia bahkan minta saya melo- bi Menkeu untuk menyetujui proyek pembangunan rumah dinas hakim. Waktu itu saya tidak menentukan keputusan. Saya bilang, itu tidak mungkin karena semua ada mekanis- menya. Tapi laporan MK ke SBY yang membuat Anda diber- hentikan sebagai bendahara umum? Makanya saya heran. Apa maunya mereka? Alasannya apa? Saya sampai sekarang penasaran, ada apa dengan Dewan Kehormatan sampai putuskan begitu. Akan Anda persoalkan? Saya tidak akan persoalkan. Tapi saya mengharapkan rapat pleno DPP bisa menjelaskan lebih lanjut. Karena semestinya pemberhentian melalui rapat pleno DPP. Dengan putusan Dewan Kehormatan, Anda masih percaya SBY? Saya lebih percaya per- kataan SBY. Dia itu seperti ayah bagi saya dan kami itu anak-anaknya. Kader dan elite Demokrat lain tidak paham persoalan tentang kasus yang menimpa saya. SBY lebih tahu dari yang lainnya. Dia orang baik. Banyak faksi di DPP Partai Demokrat sehingga Anda se- perti ini? Antara elite Demokrat tidak ada faksi. Tapi, ada elite yang saling sikut dan ingin mem- promosikan diri di hadapan SBY. Seperti Kastorius Sinaga? Itu saya maklumi karena dia ingin populer dan cari muka. Apa urusannya dia dengan saya? Apa haknya dia? Dia sama sekali tidak punya kewe- nangan. Benar Choel Mallarangeng terlibat banyak proyek di Ke- menpora? Silakan tanya mereka. Me- reka tahu kok. Saya enggak enak ngomongin. Tanya saja ke Menpora (Andi Mallarangeng). Saya tidak dalam posisi bisa menjelaskan kasus itu secara detail. Anda merasa dipojokkan atas kasus suap Kemenpora? Memang saya selalu dipo- jokkan. Padahal, semestinya fokus penyelidikan harus pada kasus Seskemenpora sendi- ri. Bukan dipolitisasi dengan melibatkan saya sebagai kader Demokrat. KPK silakan fokus pada kasus suapnya itu. Ini jangan jadikan masalah politik. Kalau benar- benar masalah hu- kum, ungkap saja kasus suap yang ada di Menpora. (*/P-4) Elite Demokrat Saling Sikut PENGANTAR Interupsi Selengkapnya di mediaindonesia.com Kader Nasional Demokrat Harus Kritis MI/SURYA SRIYANTI RAKOR KALTENG: (Dari kiri) Ketua Pengurus Nasional Demokrat Kalteng Faridawati, Ketua Umum Nasional Demokrat Surya Paloh, Ketua Dewan Pertimbangan Nasional Demokrat Kalteng Riban Satia, dan Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Ferry Mursyidan Baldan di Palangkaraya, Kalteng, kemarin. Muhammad Nazarudin Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat MI/M IRFAN Megawati hanya sebentar, Gus Dur pun begitu, yang sudah agak panjang ini, lima tahun lebih malah kelihatan bingung dengan dirinya dan partainya.” Syafii Maarif Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah

HAL-2-POLKAM-26 Mei 11 di Jakarta, kemarin, me-nilai respons masyarakat dalam survei Indo Barometer disebab-kan kesulitan riil yang dialami masyarakat. Ia menambahkan, Presiden Soeharto

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HAL-2-POLKAM-26 Mei 11 di Jakarta, kemarin, me-nilai respons masyarakat dalam survei Indo Barometer disebab-kan kesulitan riil yang dialami masyarakat. Ia menambahkan, Presiden Soeharto

KERINDUAN masyarakat ter-hadap zaman Orde Baru (Orba) disebabkan bangsa ini sedang dipimpin oleh orang bingung dan mengedepankan citra.

Mantan Ketua Umum Pengu-rus Pusat Muhammadiyah Syafi i Maarif di Jakarta, kemarin, me-nilai respons masyarakat dalam survei Indo Barometer disebab-kan kesulitan riil yang dialami masyarakat.

Ia menambahkan, Presiden Soeharto memiliki gaya kepe-mimpinan otoriter dan terkesan kejam semasa memimpin rezim Orba. Lalu, pada era reformasi, mendiang Presiden Abdurrah-man Wahid atau yang kerap dipanggil Gus Dur dan Presiden Megawati Soekarnoputri ha-nya sempat memimpin dalam waktu singkat.

Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menurut dia, memperlihatkan sosok yang mengedepankan citra dengan gaya bicara yang sangat meme-sona. Selain itu, ujar Syafi i, SBY lebih banyak mengurusi konfl ik internal partai.

“Megawati hanya seben-tar, Gus Dur pun begitu, yang sudah agak panjang ini, lima tahun lebih malah kelihatan bingung dengan dirinya dan partainya. Jadi, kita ini dipimpin orang bingung,” ujar Syafi i.

Dalam dialog di Kantor PP Muhammadiyah tersebut, juga dihadiri anggota Dewan Pem-bina Partai Demokrat Agus Abubakar selaku peserta dis-kusi. Agus sempat menyatakan bahwa Presiden Yudhoyono kerap sulit untuk bertindak karena dikerangkeng sistem kepartaian.

Ia mengatakan Presiden sebe-narnya enggan untuk berkoalisi dengan banyak partai. Hanya saja, sistem yang ada memaksa SBY untuk berkoalisi.

Saat mendengar pernyataan tersebut, Syafi i menjawab, tidak seharusnya seorang pemimpin dikerangkeng sistem. Syafii mengatakan seorang pemimpin harus berani mendobrak sistem dan menciptakan sistem baru.

“Sebenarnya, seorang pe-mimpin yang bertindak tidak perlu dipenjara oleh sistem. Dia (SBY) seakan-akan dikerang-keng sistem.” (Mad/P-1)

2 KAMIS, 26 MEI 2011POLKAM

NASIONAL Demokrat se-bagai sebuah organisasi ke-masyarakatan (ormas) harus tetap kritis untuk merealisasi-kan perubahan yang lebih baik bagi Indonesia.

Demikian ditegaskan Ketua Umum Nasional Demokrat Surya Paloh saat membuka ra-pat koordinasi dan pertemuan Dewan Pengurus Pusat Nasio-nal Demokrat dengan pengurus wilayah dan pengurus daerah se-Kalimantan Tengah (Kal-teng) di Palangkaraya, Kalteng, kemarin.

Ia melanjutkan, kekritisan dan ide Nasional Demokrat juga bisa dititipkan kepada pihak yang dirasa mampu seperti Partai Nasdem yang mendeklarasikan diri belum lama ini.

“Kalau ada Partai Nasdem, kita doakan mereka, dan kalau bagus, kita titipkan ide kita kepada mereka. Sebab, kalau tidak kita titipkan ide dan ga-gasan kita, kita semua akan rugi,” ujarnya.

Dalam Pemilu 2014, Surya Paloh melihat ada dua pilih-an yang dimiliki masyarakat Indonesia. Pilihan pertama, masyarakat akan memilih pada rezim yang memerintah dan berkuasa saat ini, dan pilihan kedua masyarakat akan memi-lih yang di luar rezim atau seba-gai penantang. Partai Nasdem dilihatnya sebagai penantang yang harus mengerti etika berpolitik dan tidak berpura-pura.

“Ini harus saya perjelas, ke-pentingan pribadi itu tidak boleh berhenti, tapi harus ada koma kepentingan kelompok koma kepentingan bangsa dan

negara. Sebab kita ini manusia biasa yang masih ada rasa nafsu, ambisi dan interest di diri kita,” tegasnya.

Di sisi lain, imbuh Surya P a l o h , o r m a s N a s i o n a l Demokrat tetap di jalur dan visinya yakni merestorasi In-donesia menuju kemerdekaan yang utuh.

Semakin koruptifWakil Sekjen Bidang Lit-

bang Nasional Demokrat Willy Aditya mengatakan politik pencitraan menjadikan Indone-sia tidak memiliki karakter ke-bangsaan yang jelas dan tegas. Hal itu semakin diperparah dengan realitas kekuasaan yang semakin koruptif ketim-bang kekuasaan Orde Baru sebelumnya, sehingga krisis

kepercayaan menjadi suatu yang tak terelakkan.

Untuk memperbaiki itu, bu-tuh komitmen besar untuk kembali ke Pancasila. “Dalam situasi dan kondisi kekinian Indonesia, yang menjadi titik sentral untuk menjawab tan-tangan zaman tidak hanya restorasi nilai-nilai luhur Pan-casila. Namun juga, komit-men besar para masyarakat politik, masyarakat sipil, alim ulama, tokoh masyarakat, dan elemen-elemen bangsa lain-nya atas dasar common interest sebagai rule of game,” terang Willy, dalam seminar Ini Me-dan Demokrasi, Bung, yang berlangsung di Kampus Uni-versitas Sumatera Utara (USU), Medan, kemarin.

Budayawan Franz Magnis

Suseno yang juga pembicara dalam seminar itu menyata-kan pemimpin negara harus menunjukkan karakter dan keberanian untuk bicara jelas kepada rakyat, bahwa me-reka tidak akan menoleransi berlangsungnya kekerasan di negeri ini.

“Kita memerlukan pemimpin yang berani mengecam semua pihak yang meremehkan Pan-casila. Tidak ada yang berhak menggunakan kekerasan di negara ini,” kata Franz.

Disebutkan Franz, ada em-pat sumber konflik dan ke-kerasan dalam masyarakat Indonesia pada saat ini, yaitu premanisme, konflik tanah maupun penggusuran, pe-mekaran daerah, dan agama. (SS/YN/P-3)

Pemimpin BingungRakyat Rindu Orba

MI/USMAN ISKANDAR

PENYERAHAN SKW: Wartawan senior harian Media Indonesia Djaffar Assegaf (kanan) menerima sertifikat kompetensi wartawan (SKW) yang diserahkan Ketua Dewan Pers Bagir Manan, di Jakarta, kemarin. Sebanyak 100 wartawan senior menerima SKW atas pengabdian mereka pada profesi wartawan.

Ganti Andi MallarangengSUDAHLAH... DPR mengumpulkan mereka agar dilihat pu-blik mereka bekerja. Padahal apa? Enggak ada hasil kan? Ganti aja Menpora, karena dia enggak becus, dan jelas-jelas memihak K78.

Erick Vazillah

Ulah Mister KumisJELAS yang membuat persoalan seperti ini adalah Menpora, yang mengesahkan LPI. Seharusnya, AP dan AG juga mengerti bahwa yang membuat mereka dicekal seperti ini ulah Mr Kumis. Kalau LPI tidak diizinkan, pasti kedua orang tersebut boleh mencalon-kan ketua PSSI.

Mr Mallarangeng

Sayang tapi MalangAKIBAT perseteruan beberapa elite sepak bola Indonesia, harapan masyarakat yang menginginkan kesebelasan Indonesia berkiprah di kancah internasional hanya tinggal mimpi belaka.

Makanya, sepak bola jangan diurus oleh orang-orang yang pernah terjun di dunia politik.

Akibatnya, luar biasa... Kepentingan yang bicara dalam PSSI. PSSI-ku sayang, PSSI-ku malang.

Wannasri

Berbagi SimpatiSOAL DPR mendukung KN soal lain, yang jelas saya bukan pendukung K-78. Tetapi, saya ingin berbagi simpati dengan K-78. Kenapa? Dulu waktu Nurdin Halid berkuasa di PSSI, tidak ada yang berani berteriak kecuali K-78.

Pak George Toisutta dan Pak Arifi n Panigoro-lah yang pertama

USULAN agar PSSI segera menggelar kongres secepatnya untuk memilih kepengurusan baru mendapat tentangan. PSSI lebih didorong untuk me-minta keringanan kepada FIFA supaya dapat melaksanakan lagi kongres dalam kurun wak-tu enam bulan ke depan sambil melakukan pembenahan.

Pandangan tersebut menge-muka dalam Rapat Kerja Komi-si X dengan Menpora, KONI, KOI, dan KN di Gedung DPR Senayan, Jakarta. Raker kali ini dihadiri oleh Menpora Andi Mallarangeng, Ketua KONI Rita Subowo, Ketua Komite Nor-malisasi (KN) Agum Gumelar, dan seluruh anggota KN.

Atas peristiwa itu, berbagai tanggapan pembaca disam-paikan melalui Mediaindonesia.com, Facebook Harian Umum Media Indonesia, dan [email protected]. Ber-ikut ini petikannya.

ANTARA

Cuma Habiskan Energibersuara, ketika PSSI tidak pernah kongres yang katanya ini dan itulah.

Ketika pemerintah bersuara lantang tidak mendukung PSSI Kepengurusan NH dan NB, barulah keran-keran orang-orang yang mengatasnamakan suara-suara rakyat dan demi kepentingan PSSI, berebut kursi ketum PSSI.

Padahal, waktu kepengurusan NH dan NB pada bungkam semua. Opini berada di tangan pers yang tidak seimbang men-jatuhkan K-78.

Saya sebagai orang awam ingin mengatakan Kelompok 78 adalah orang-orang yang memiliki hati nurani ingin memajukan sepak bola, kenapa mereka K-78 ikut berperang sedangkan KN dan calon ketua umum yang lain hanya mendompleng, meman-faatkan situasi yang kisruh.

Supangat

PSSI yang BijakKN yang sebenarnya bisa mendinginkan suasana sudah tidak pada porsinya sebagai komisi yang normal.

Memimpin kongres gagal malah memanas-manasi rakyat In-donesia dengan kata-kata sanksi dari FIFA.

Yang memberi sanksi itu bukan FIFA-nya, tapi kongres FIFA... sedangkan Indonesia, aset dan pangsa pasar besar bagi persepak-bolaan.

Apa bedanya KN dengan PSSI Nurdin Halid yang bisanya mengadu domba?

Aji8

Tidak Butuh KetuaPEMILIHAN pengurus saja enggak bisa, apalagi pemilihan untuk pemain. Indonesia, penduduknya kurang lebih 150 juta jiwa. Milih 11 pemain saja enggak ada.

M Rahmat

Politisi Ikut BicaraWALAH... DPR malah ikut angkat bicara. Kalau sudah dicampuri sama orang-orang partai, hmm... tambah enggak profesional nih PSSI!

Deka Cavallica

Rebutan Pohon DuitPADA rebutan pohon duit. Pada miskin cita-cita. Sudah kayak sapiii kabeh....

Darussalam Natanegara

BENDAHARA Umum Partai Demokrat Mu-hammad Nazaruddin

akhirnya diberhentikan dari jabatannya oleh Dewan Kehor-matan yang dipimpin Ketua Dewan Pembina Susilo Bam-bang Yudhoyono. Nazarud-din pun heran. Berikut petikan wawancaranya dengan Media Indonesia, kemarin.

Sekjen MK sebut Anda pelobi ulung untuk golkan proyek di MK?

Aduh... bohong itu Janedjri kalau dia ngomong begitu. Malah dia yang melobi saya. Janedjri berturut-turut, tiga hingga empat kali, pada tiga bulan terakhir, menemui saya di rumah. Dia sangat aktif dan sibuk menyuruh sopirnya untuk mencari ru-mah saya.

Dia bahkan minta saya melo-bi Menkeu untuk menyetujui proyek pembangunan rumah dinas hakim. Waktu itu saya tidak menentukan keputusan. Saya bilang, itu tidak mungkin karena semua ada mekanis-menya.

Tapi laporan MK ke SBY yang membuat Anda diber-hentikan sebagai bendahara umum?

Makanya saya heran. Apa maunya mereka? Alasannya apa? Saya sampai sekarang penasaran, ada apa dengan Dewan Kehormatan sampai putuskan begitu.

Akan Anda persoalkan?Saya tidak akan persoalkan.

Tapi saya mengharapkan rapat pleno DPP bisa menjelaskan lebih lanjut. Karena semestinya pemberhentian melalui rapat pleno DPP.

Dengan putusan Dewan Kehormatan, Anda masih percaya SBY?

Saya lebih percaya per-kataan SBY. Dia itu seperti ayah bagi saya dan kami itu anak-anaknya.

Kader dan elite Demokrat lain tidak paham persoalan tentang kasus yang menimpa saya. SBY lebih tahu dari yang lainnya. Dia orang baik.

Banyak faksi di DPP Partai Demokrat sehingga Anda se-perti ini?

Antara elite Demokrat tidak ada faksi. Tapi, ada elite yang saling sikut dan ingin mem-promosikan diri di hadapan SBY.

Seperti Kastorius Sinaga?Itu saya maklumi karena dia

ingin populer dan cari muka. Apa urusannya dia dengan saya? Apa haknya dia? Dia sama sekali tidak punya kewe-nangan.

Benar Choel Mallarangeng terlibat banyak proyek di Ke-menpora?

Silakan tanya mereka. Me-reka tahu kok. Saya enggak enak ngomongin. Tanya saja ke Menpora (Andi Mallarangeng). Saya tidak dalam posisi bisa menjelaskan kasus itu secara detail.

Anda merasa dipojokkan atas kasus suap Kemenpora?

Memang saya selalu dipo-jokkan. Padahal, semestinya fokus penyelidikan harus pada kasus Seskemenpora sendi-ri. Bukan dipolitisasi dengan melibatkan saya sebagai kader Demokrat.

KPK silakan fokus pada kasus suapnya itu. Ini jangan jadikan masalah politik. Kalau benar-

benar masalah hu-kum, ungkap

saja kasus suap yang ada di M e n p o r a .

(*/P-4)

Elite DemokratSaling Sikut

PENGANTAR

Interupsi Selengkapnya di mediaindonesia.com

Kader Nasional Demokrat Harus Kritis

MI/SURYA SRIYANTI

RAKOR KALTENG: (Dari kiri) Ketua Pengurus Nasional Demokrat Kalteng Faridawati, Ketua Umum Nasional Demokrat Surya Paloh, Ketua Dewan Pertimbangan Nasional Demokrat Kalteng Riban Satia, dan Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan Ferry Mursyidan Baldan di Palangkaraya, Kalteng, kemarin.

Muhammad NazarudinMantan Bendahara Umum Partai Demokrat

MI/M IRFAN

Megawati hanya sebentar, Gus

Dur pun begitu, yang sudah agak panjang ini, lima tahun lebih malah kelihatan bingung dengan dirinya dan partainya.”Syafii MaarifMantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah