26
. ISSN: 2088-6241 [Halaman 100 125] . Jurnal Review Politik Volume 05, Nomor 01, Juni 2015 GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK DALAM PILPRES 2014 DI SURABAYA Sayekti Dwi Purboningsih Yayasan Al-Furqan Sidoarjo [email protected] Abstract The article aims to answer the questions about the commencement process of volunteer group as a new social movement and to analyze it in a critical perspective. The research employed a descriptive-quali- tative method based on case study. The results of the research show that the establishment of political volunteer groups has been mainly triggered by people’s dissatisfaction over the policies promulgated by the previous Indonesian government. These people have organized themselves to support Joko Widodo as the presidential candidates. The second reason, based the critical perspective, is closely related to individual and collective actions to act voluntarily based on rational awareness. These people see Joko Widodo as a humble and honest person who possesses high integrity and personality of leadership and also has experiences in managing two big cities, i.e. Solo and Jakarta Key Words: New Social Movement, critical, political volunteer, 2014Presidential Elections Abstrak Tulisan ini berusaha menjawab pertanyaan tentang proses terbentuk- nya kelompok relawan sebagai sebuah gerakan sosial baru dan mendeskripsikan proses terbentuknya kelompok relawan serta meng- analisa dalam perspektif kritis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif berbasis studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, kelompok relawan dilatar bela- kangi oleh kegelisahan dan kekecewaan terhadap kebijakan atau pemerintahan terdahulu. Relawan politik bertujuan untuk mendu- kung calon presiden Joko Widodo. Kedua, berdasarkan perspektif kritis, faktor tindakan individu maupun kelompok melakukan kegiatan sukarela dengan menggunakan kesadaran rasional. Karena melihat sosok Jokowi yang sederhana, jujur, bersih, dan mempunyai integritas tinggi dalam memimpin, serta lebih berpengalaman menjadi pemimpin di Kota Solo dan DKI Jakarta. Kata Kunci : Gerakan sosial baru, kritis, relawan politik, pilpres 2014

GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

. ISSN: 2088-6241 [Halaman 100 – 125] .

Jurnal Review Politik Volume 05, Nomor 01, Juni 2015

GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK DALAM PILPRES 2014

DI SURABAYA

Sayekti Dwi Purboningsih

Yayasan Al-Furqan Sidoarjo

[email protected]

Abstract

The article aims to answer the questions about the commencement

process of volunteer group as a new social movement and to analyze it

in a critical perspective. The research employed a descriptive-quali-

tative method based on case study. The results of the research show

that the establishment of political volunteer groups has been mainly

triggered by people’s dissatisfaction over the policies promulgated by

the previous Indonesian government. These people have organized

themselves to support Joko Widodo as the presidential candidates. The

second reason, based the critical perspective, is closely related to

individual and collective actions to act voluntarily based on rational

awareness. These people see Joko Widodo as a humble and honest

person who possesses high integrity and personality of leadership and

also has experiences in managing two big cities, i.e. Solo and Jakarta

Key Words: New Social Movement, critical, political volunteer,

2014Presidential Elections

Abstrak

Tulisan ini berusaha menjawab pertanyaan tentang proses terbentuk-

nya kelompok relawan sebagai sebuah gerakan sosial baru dan

mendeskripsikan proses terbentuknya kelompok relawan serta meng-

analisa dalam perspektif kritis. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif berbasis studi kasus. Hasil

penelitian ini menunjukkan, pertama, kelompok relawan dilatar bela-

kangi oleh kegelisahan dan kekecewaan terhadap kebijakan atau

pemerintahan terdahulu. Relawan politik bertujuan untuk mendu-

kung calon presiden Joko Widodo. Kedua, berdasarkan perspektif

kritis, faktor tindakan individu maupun kelompok melakukan

kegiatan sukarela dengan menggunakan kesadaran rasional. Karena

melihat sosok Jokowi yang sederhana, jujur, bersih, dan mempunyai

integritas tinggi dalam memimpin, serta lebih berpengalaman menjadi

pemimpin di Kota Solo dan DKI Jakarta.

Kata Kunci : Gerakan sosial baru, kritis, relawan politik, pilpres 2014

Page 2: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

101 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

Pendahuluan

Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 telah memberikan

banyak perubahan terhadap kehidupan berbangsa dan ber-

negara di Indonesia termasuk dari sisi reformasi politik. Pada

tahun 1999, Indonesia telah melakukan pemilihan umum

presiden dan wakil presiden secara langsung.

Perubahan dimulai pada tahun 2004 yaitu dimulainya

episode baru dalam perubahan politik di Indonesia yang berupa

pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh

rakyat. Ini merupakan amanat Undang-Undang Dasar 1945

Pasal 22E ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan pemilihan

umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),

presiden dan wakil presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD).

Rakyat Indonesia saat ini memiliki hak untuk menentukan

siapa pemimpin Bangsa Indonesia dalam 5 Tahun mendatang.

Mereka bisa memilih calon presiden dan wakil presiden secara

langsung dan demokratis dalam sebuah pemilihan umum yang

dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pada masa

sebelumnya, rakyat Indonesia tidak memiliki hak untuk

memilih presiden pilihan rakyat karena pada sistem yang

terdahulu presiden dan wakilnya dipilih oleh para anggota

MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) dalam sebuah rapat

paripurna yang diadakan selama lima tahun sekali.

Pada pemilihan umum tahun 2009, terdapat perubahan

sistem pemilu calon anggota legislatif dari daftar calon tertutup

dengan calon terpilih berdasar nomor urut, berubah menjadi

sistem daftar calon terbuka dengan calon terpilih berdasar

suara terbanyak. Perubahan sistem ini tentu membawa

implikasi pada pelaksanaan pemilu di Indonesia, termasuk

membawa pengaruh pada liberalisasi politik di Indonesia.

Pemilihan umum 2014 adalah pemilu keempat di era

reformasi. Sedangkan pemilihan umum Presiden 2014 adalah

pemilhan presiden dan wakil presiden secara langsung yang

Page 3: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

102

ketiga kali. Pemilu 2014, baik pemilu legislatif maupun pemilu

presiden dan wakil presiden, diselenggarakan di tengah

kejenuhan dan sikap skeptis rakyat terhadap politik. Hal ini

disebabkan kasus korupsi yang terus menghiasi pemberitaan

media massa sepanjang periode 2009-2014. Partai dan elit

politik kehilangan pamor, bahkan cenderung dipandang sinis

oleh publik.

Pada pemilu presiden dan wakil presiden 2014, hanya

terdapat dua calon kandidat yang bersaing untuk mendapatkan

mandat dari rakyat Indonesia. Kedua kandidat tersebut adalah

pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-M.

Jusuf Kalla. Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa

didukung oleh partai-partai besar, yaitu: Partai Gerakan

Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golongan Karya (Golkar),

Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera

(PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Koalisi pendu-

kung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sering menye-

but Koalisi Merah Putih.

Sedangkan pasangan Joko Widodo-M.Jusuf Kalla diusung

oleh gabungan partai politik yang terdiri dari Partai PDI

Perjuangan, Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai

Keadilan Bangsa (PKB), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura),

dan Partai Keadilan dan Persatua Indonesia (PKPI). Koalisi

pendukung pasangan Jokowi-JK sering menyebut diri sebagai

Koalisi Indonesia Hebat.

Dalam Pemilu 2014, terdapat fenomena menarik terkait

kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden. Kedua

kandidat pasangan sama-sama menyatakan bahwa mereka

didukung oleh simpul-simpul kekuatan masyarakat yang

menyebut diri sebagai relawan dan memberikan sumbangan

berupa tenaga, dukungan, dan ide kepada kedua pasangan

tersebut tanpa mau diberi imbalan tertentu.

Fenomena hadirnya relawan merupakan satu hal yang

menonjol dalam pilpres 2014 ini. Seperti diketahui, relawan

bekerja keras mendukung calonnya untuk memperoleh suara

Page 4: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

103 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

terbanyak dari rakyat. Dukungan tersebut datang dari

masyarakat biasa, bukan berasal dari partai politik. Perlahan

tetapi pasti, dukungan itu terus mengalir. Mulai dari pekerja

kreatif, aktivis, para pendidik sampai ke rakyat biasa semua

beramai-ramai memberikan dukungan. Mereka disebut sebagai

relawan yang mendukung calon pasangan capres dan wapres.

Oleh karena itu, relawan bisa dikatakan sebagai penggerak.

Kelompok relawan bukan aktifis partai politik, tetapi terlibat

dalam gerakan besar bersifat politis (Majalah Tempo, 2014: 31).

Relawan yang mendukung Jokowi-JK berjumlah sangat

banyak. Berikut 18 organisasi relawan yang cukup besar yaitu

Seknas Jokowi, Pro Jokowi (PROJO), Garda Pemuda Nasdem,

Garda Bangsa, Jasmev, Barisan Relawan Jokowi Presiden

(Bara JP), Pusat Informasi Relawan Jokowi-JK, Duta Jokowi,

Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (Almisbat),

Posko Perjuangan Rakyat (Pospera), Enterpreneur and

Professional for Jokowi (EP for Jokowi), Kebangkitan Indonesia

Baru (KIB), Aliansi Rakyat Merdeka (ARM), Forum Alumni

Perguruan Tinggi, Relawan Penggerak Jakarta Baru (RPJB),

Jenggala Center, Kawan Jokowi, dan Revolusi Harmoni

(Samah dan Fransisca Ria Susanti,2014: 20). Adapun relawan

Jokowi pada tingkat lokal yaitu Pondok Jokowi Presiden, Rejo

Jatim Bang Wetan, Jokowi Maniak, Laskar Jokowi.

Penelitian ini memfokuskan pada dua kelompok relawan

yaitu kelompok Pondok Jokowi Presiden (PJP) Surabaya dan

kelompok Rejo Jatim Bang Wetan Surabaya. Pada halaman

facebook, Pondok Jokowi Presiden yang biasa disingkat dengan

PJP adalah sebuah grup komunitas tempat untuk membahas

Jokowi sebagai Presiden RI secara santai, open mind, dan

penuh rasa persaudaraan, yang beranggotakan 6000 anggota,

tetapi grup baru ini beranggotakan 2.102 anggota dikarenakan

grup facebook lama terkena hacker (https://www.facebookcom-

/groups/pondokjokowipresiden/, diakses 30 Maret 2015, pukul

16.00 WIB).

Page 5: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

104

Selanjutnya, kelompok relawan Rejo Jatim Brang Wetan

Surabaya yang dideklarasikan pada tanggal 18 Mei 2014.

Dalam hal mendukung Jokowi, kelompok ini mempunyai cara

tersendiri dengan cara door to door memberikan pendidikan

politik kepada masyarakat menjelang pemilihan presiden 9 Juli

2014. Selain itu, nantinya sukarelawan ini yang dapat mem-

bantu Jokowi menjadi presiden. Sukarelawan ini di luar

struktur partai, tetapi dikoordinasi secara nasional (http://-

pemilu.tempo.co/read/news/2014/05/19/269578622/TimRelawan-

Jokowi-Jatim-Dibentuk. diakses 1 April 2015 pukul 19.30).

Anggota komunitas kelompok ini kebanyakan dari seniman

jalanan, pedagang asongan. Menariknya, mereka telah

menciptakan lirik lagu, dengan judul Semoga Jokowi Jadi

Presiden, dan Jokowi Presiden Rakyat. Armada (sebutan untuk

pengamen) Raja Rejo menyanyikan lagu tersebut di bus kota

dan bus antar kota yang berangkat dari Terminal Purabaya

Bungurasih (http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/05/19/2695-

78622/Tim-Relawan-Jokowi-Jatim-Dibentuk. diakses 1 April

2015 pukul 19.30).

Dari pemaparan tersebut, kelompok PJP Surabaya

memiliki daya tarik, pertama, kelompok ini hanya dikoordinasi

dari satu kota yaitu Surabaya, tetapi bisa melangkah hingga se

Jawa Timur maupun Jawa Tengah. Kedua, tidak terkait

dengan partai dan berdiri secara independen. Ketiga, pertama

kali mendeklarasikan kelompok di Surabaya. Keempat, terdiri

dari banyak golongan.

Sedangkan kelompok Rejo Jatim Brang Wetan Surabaya

juga memiliki keunikan, antara lain: pertama, kelompok ini

memiliki garis koordinasi secara nasional. Kedua, kebanyakan

berasal dari golongan seniman jalanan, pedagang asongan dan

pengamen. Ketiga, memberikan pendidikan politik secara door

to door.

Di sisi lain, ada beberapa permasalahan yang menjadi fokus

utama dalam penelitian ini. Masalah-masalah tersebut adalah

bagaimana proses terbentuknya kelompok Pondok Jokowi

Page 6: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

105 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

Presiden dan Rejo Jatim Brang Wetan Surabaya dan

bagaimana gerakan relawan Pondok Jokowi Presiden dan Rejo

Jatim Bang Wetan Surabaya dalam pilpres 2014 perspektif

kritis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif berbasis studi kasus. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik

analisis data pada penelitian ini adalah analisis kualitatif yang

terdiri dari tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data

serta verifikasi (Sugiyono, 2010: 246).

Gerakan Sosial Lama

Ciri-ciri gerakan sosial lama adalah memiliki struktur

organisasi (rantai komondo kepemimpinan), ada pelekat

ideologi (dasar pemikiran yang digunakan sebagai landasan

perjuangan), dan harus go public artinya kelompok itu memiliki

identitas yang jelas dan dikenal oleh khalayak umum. Contoh

organisasi ini adalah kelompok-kelompok mahasiswa, kelompok

agama seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, dan

kelompok masyarakat atau ormas. Gerakan sosial lama

menekankan bahwa politik selalu berbicara kepentingan orang

banyak yang harus diperjuangkan ke pemerintah. Anggota

gerakan sosial bisa dikatakan lebih plural karena memiliki

anggota yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Terkadang

gerakan sosial ini dalam pergerakannya bisa sangat bersifat

revolusioner dalam melakukan aksinya. Mereka dalam

melakukan aksinya dilatarbelakangi oleh kegelisahaan atau

kekecewaan terhadap kebijakan maupun pemerintahan.

Gerakan Sosial Baru (GSB)

Merupakan bentuk lain dari gerakan sosial itu sendiri.

Merujuk ke Pichardo dan Singh, ciri menonjol GSB yang

dianggap membedakannya dari gerakan sosial ’lama’ atau

tradisional, dapat diformulasikan sebagai berikut (Singh, 2010:

15).

1. Ideologi dan Tujuan

Page 7: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

106

Gerakan Sosial Baru (GSB) menanggalkan orientasi

ideologis yang melekat kuat pada gerakan sosial lama,

sebagaimana sering terungkap dalam ungkapan-ungkapan

’antikapitalisme’, ’revolusi kelas’, dan ’perjuangan kelas’. GSB

menepis semua asumsi Marxian bahwa semua perjuangan dan

pengelompokan didasarkan atas konsep kelas.

2. Taktik dan Pengorganisasian

Gerakan Sosial Baru umumnya tidak lagi mengikuti model

pengorganisasian serikat buruh industri dan model politik

kepartaian. GSB lebih memilih saluran di luar politik normal,

menerapkan taktik yang mengganggu (disruptive), dan

memobilisasi opini publik untuk mendapatkan daya tawar

politik. Para aktivis GSB cenderung menggunakan bentuk-

bentuk demonstrasi yang sangat dramatis dan direncanakan

matang sebelumnya, lengkapdengan kostum dan representasi

simboliknya.

3. Partisipan atau Aktor

Partisipan Gerakan Sosial Baru (GSB) berasal dari

berbagai basis sosial yang melintasi kategori-kategori sosial

seperti gender, pendidikan, okupasi dan kelas. Mereka tidak

terkotakkan pada penggolongan tertentu seperti kaum proletar,

petani, dan buruh, sebagaimana aktor-aktor gerakan sosial

lama yang biasanya melibatkan kaum marginal dan

teralienasi. Para aktor GSB berjuang melintasi sekat-sekat

sosial demi kepentingan kemanusiaan. Karena itu, aktor-aktor

GSB juga berbeda dari gerakan sosial lama yang biasanya

melibatkan kaum marginal dan teralienasi.

4. Medan atau Area

Medan atau area aksi-aksi GSB juga melintasi batas-batas

region: dari aras lokal hingga internasional, sehingga mewujud

menjadi gerakan transnasional. Karena itu pula strategi dan

cara mobilisasi mereka pun bersifat global. Isu-isu yang

menjadi kepedulian GSB melintasi sekat-sekat bangsa dan

masyarakat, bahkan melintasi dunia manusia, menuju dunia

alami. Dalam hal ini, GSB menampakkan wajah transmanusia

Page 8: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

107 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

dengan mendukung kelestarian alam di mana manusia

merupakan salah satu bagiannya. Ini secara jelas terpantul

dari gerakan-gerakan anti nuklir, ekologi, perdamaian, dan

sebagainya, yang menghamparkan kebersamaan warga dari

beragam nasionalitas, kebudayaan dan sistem politik. Dengan

ciri-ciri tersebut di atas, GSB menampakkan wajah gerakan

sosial yang plural.

5. Partisipasi Publik

Proses mewujudkan partisipasi publik dalam pemerintahan

daerah di Indonesia bukanlah hal yang mudah karena

masyarakat belum terbiasa dengan partisipasi aktif dan

sukarela. Upaya ini merupakan hal yang penting karena

Indonesia merupakan negara yang sedang dalam masa transisi

menuju demokrasi. Masyarakat masih terbiasa dengan

mobilized participation yang dipergunakan secara eksentrik

oleh rezim Orde Baru maupun Orde Lama. Pada era reformasi

ini, mekanisme partisipasi publik dalam pemerintah daerah

juga dapat dibilang masih lemah.

Dasar dari gerakan sosial baru seperti yang diungkapkan

oleh Miriam Budiarjo (2010: 320) adalah “protes”. Mereka

sangat kritis terhadap cara-cara berpolitik dari para politisi

dan pejabat, dan merasa terasingkan dari masyarakat. Mereka

menginginkan desentralisasi kekuasaan negara, desentralisasi

pemerintah, partisipasi dalam peningkatan swadaya

masyarakat, terutama masyarakat lokal. Tujuannya antara

lain meningkatkan kualitas hidup. Salah satu caranya ialah

dengan mendirikan berbagai kelompok yang peduli pada

masalah-masalah baru seperti lingkungan, gerakan

perempuan, hak asasi manusia, dan gerakan antinuklir

(Budiarjo, 2010: 384).

Selain itu, gerakan sosial baru ini lebih menekankan

kebebasan pada gerakan mereka itu sendiri seperti tidak

memiliki struktur organisasi, tidak terbirokratisasi,

mempunyai kepentingan atau isu perjuangan yang sama.

Gerakan sosial baru nantinya akan membentuk sebuah

Page 9: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

108

identitas politik tersendiri pada anggotanya dengan fokus

usaha untuk menekan pemerintah lebih perhatian dengan di

luar kepentingan materil.

6. Relawan

Relawan berarti orang yang rela, bersedia tanpa syarat,

untuk melakukan aktivitas tertentu. Relawan adalah orang

yang bekerja dengan semangat pengabdian dan karenanya

mereka bekerja mengabdikan dirinya tanpa pamrih. Mereka

bekerja tanpa tendensi kepentingan. Kalaupun kepentingan

tersirat, itu kepentingan bersama, bukan kepentingan pribadi

dan golongan.

Politik hampir identik dengan kepentingan. Adagium-

adagium politik sudah jelas, misalnya dalam politik tak ada

kawan yang abadi, tak ada lawan yang abadi, yang ada adalah

kepentingan yang abadi. Hal ini menggambarkan betapa

kepentingan itu melekat dalam politik. Adagium lain

mengatakan, dalam politik,“there is no such thing as a free

lunch”, tak ada yang namanya makan siang gratis. Itu berarti

hampir mustahil jika berpolitik tanpa kepentingan, termasuk

mendukung kegiatan politik seseorang yang sedang berpolitik,

tanpa kepentingan tertentu. Kepentingan dalam politik bisa

bermacam-macam, bisa saja berupa harta (uang) atau juga

tahta (kekuasaan, jabatan).

Teori Kritis Habermas

Teori kritis bertujuan untuk menelusuri sejarah

penderitaan manusia sebagai sejarah penindasan dan

membuka praktek emansipatif. Dengan menemukan

penyelewengan ideologis teori tradisional, ia membuka

perspektif pembebasan yang mengembalikan hubungan antar

manusia yang tidak lagi ditentukan oleh mekanisme-

mekanisme sistem pasar, melainkan sesuai dengan cita-cita

manusia sendiri. Teori kritis bermaksud membuka

kemungkinan untuk mendobrak irasionalitas masyarakat

modern (Suseno, 2005: 161).

Page 10: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

109 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

Esai berjudul Thechnology and Scienceas Ideology

(selanjutnya disingkat TSI) adalah usaha awal Habermas

untuk merekonstruksi kembali teori Weber. Dalam esai itu,

Habermas memusatkan diri pada “tindakan sosial”, suatu

subjek yang memiliki ciri-ciri mendasar sekaligus dapat

diobservasi secara empiris. Dia bertolak dari distingsi yang

ditemukannya dalam “praksis”.

Praksis adalah tindakan dasar manusia dalam dunia luar

dirinya, dalam alam atau masyarakat. Habermas membedakan

dua dimensi dalam praksis hidup manusia dan yang satu tidak

bisa dikesampingkan demi yang lain. Keduanya adalah “kerja”

dan “interaksi” atau “komunikasi”. Dalam TSI, kedua dimensi

itu dijelaskan sebagai tindakan sosial, sebuah konsep yang

sangat penting dalam teori Weber. Habermas membedakan dua

macam tindakan yaitu, “tindakan rasional-bertujuan” (tercakup

dalam dimensi kerja) dan “teori tindakan komunikatif”

(Hardiman, 2009: 99).

Masyarakat komunikatif bukanlah masyarakat yang

melakukan kritik lewat revolusi dengan kekerasan, akan tetapi

dengan memberikan argumentasi. Habermas lalu membedakan

dua macam argumentasi, yaitu perbincangan atau diskursus

dan kritik. Dilakukan perbincangan jika mengandaikan

kemungkinan untuk mencapai konsensus. Meskipun dimak-

sudkan untuk konsensus, komunikasi juga bisa terganggu,

sehingga tak perlu mengandaikan konsensus. Dalam hal ini

Habermas mengedepankan kritik. Bentuk kritik itu dibagi

menjadi dua, kritik estetis dan kritik terapeutis. Kritik estetis,

jika yang dipersoalkan adalah norma-norma sosial yang

dianggap objektif. jika diskursus praktis mengandaikan

objektivitas norma-norma, kritik dalam arti ini adalah

mempersoalkan kesesuaiannya dengan penghayatan dunia

batiniah. Sedangkan kritik terapeutis, jika itu dimaksudkan

untuk menyingkapkan penipuan diri masing-masing pihak

yang berkomunikasi.

Proses Awal Terbentuknya Pondok Jokowi Presiden

Page 11: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

110

Volunterisme adalah sebuah bentuk kegiatan sukarelawan,

yang sedang berlangsung, terencana, perilaku menolong yang

meningkatkan kesejahteraan orang lain, tidak menawarkan

kompensasi keuangan, dan biasanya terjadi dalam konteks

keorganisasian (Hanifah, 2012: 2).

Gerakan relawan politik merupakan salah satu gerakan

volunterisme yang bergerak di bidang sosial-politik dan

bertujuan untuk mendukung orang baik untuk masuk ke dunia

politik, salah satunya adalah dengan mendukung Jokowi yang

dianggap memiliki kompetensi dan track record baik untuk

memenangkan kursi nomor satu di Indonesia.

Relawan Pondok Jokowi Presiden ini menginginkan

perubahan bagi negara Indonesia. Relawan melihat pergantian

pemimpin hingga enam kali, dan Indonesia belum juga

mengalami kemajuan yang signifikan. Oleh karena itu, dengan

sekumpulan orang yang mempunyai tujuan, visi dan misi yang

sama untuk melakukan perubahan, mereka menyebut dirinya

sebagai relawan Pondok Jokowi Presiden (PJP). Relawan ini

bertujuan mencalonkan Jokowi sebagai presiden ketujuh

Republik Indonesia.

Gerakan Relawan Pondok Jokowi Presiden tercetus pada

tanggal 4 September 2013, yang dideklarasikan di lantai III

Museum Nahdlatul Ulama di kawasan Pagesangan, Kota

Surabaya. Sesuai namanya, organisasi ini bertujuan

mendorong Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon

presiden periode 2014-2019. Kelompok relawan ini tidak

mempunyai struktur organisasi yang prosedural, hanya saja

ada koordinator, sekertaris, bendahara, dan selebihnya

anggota. Hariyawan Nugroho adalah koordinator kelompok

relawan ini, yang berprofesi sebagai karyawan perusahaan dan

mempunyai ambisi yang sangat kuat untuk mendukung

Jokowi. Anggotanya pun tidak dibedakan berdasarkan kelas

sosial ataupun profesi yang dimiliki seseorang, semua kalangan

boleh bergabung dengan alasan mempunyai visi dan misi yang

sama. Hanya saja, kelompok ini membatasi mereka yang tidak

Page 12: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

111 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

suka dengan Jokowi. Apabila motifnya hanya sekedar memata-

matai, dengan tegas relawan PJP menolak.

Ketokohan Jokowi yang mulai dikenal oleh masyarakat luas

karena sifatnya yang suka turun langsung ke lapangan untuk

melihat keadaan masyarakat, menyebabkan PJP memiliki

ketertarikan untuk mencalonkan Jokowi sebagai presiden.

Baru setahun menjabat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi dinilai

layak menjadi Presiden Republik Indonesia. Sehingga ada

sebagian kalangan rakyat yang menginginkan sosok Jokowi

maju sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2014.

Oleh karena itu, relawan PJP bergerak sebelum PDIP

secara resmi mencapreskan Jokowi sebagai calon presiden.

Dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang riill, mereka

mendesak partai agar Jokowi dicalonkan sebagai presiden.

Kegiatan pertama dilakukan oleh PJP yaitu peluncuran buku

yang ditulis oleh anggota PJP, dengan menceritakan sosok

Jokowi. Karena relawan menganggap bahwa dengan media

buku lebih representatif masuk ke kelompok-kelompok

masyarakat. Relawan juga menganggap buku bisa menjadi

media untuk menghadapi berita-berita negatif tentang Jokowi.

Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis, maka bisa

dikatakan bahwa kelompok relawan PJP merupakan gerakan

sosial baru yang menginginkan perubahan bagi Indonesia

dengan cara-cara mereka sendiri, yang sudah tersusun

sebelumnya. Seperti halnya di PJP, relawan ini melakukan

kegiatan sebagai berikut.

o Deklarasi PJP (Museum NU Surabaya)

o Membuat buku tentang Jokowi yang ditulis oleh anggota

Relawan PJP

o Bedah buku yang telah ditulis tentang Jokowi (Menanggal,

Surabaya)

o Launching Kedai Kopi Pondok Jokowi (Posko Pondok

Jokowi Jl. Ngagel Jaya No.79 Surabaya)

Page 13: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

112

o Pengumpulan tanda tangan dukungan masyarakat kepada

Jokowi (Taman Bungkul Surabaya) memperingati hari

Pahlawan

o Pengamen musik jalanan (Arena Car Freeday, Jl. Raya

Darmo, Surabaya)

o Nonton bareng film Jokowi

o Istighosah dan Buka puasa bersama (Yayasan Ittaqu Bany

Yaqub, Gayungsari Surabaya)

o Senam bersama di CFD

Kegiatan tersebut murni ide dari kelompok relawan Pondok

Jokowi Presiden dan tidak ada keterikatan dari pihak pusat

atau Jokowi sendiri. Relawan bergerak dengan bebas, tidak ada

aturan yang mengatur. Hal ini sesuai dengan pengertian

gerakan sosial yang lebih menekankan kebebasan. Kelompok

relawan Pondok Jokowi Presiden, tidak memiliki struktur

organisasi yang jelas. Mereka menggunakan jalur sifatnya

lebih koordinatif dan saling bekerja sama sesama anggota

maupun koordinator. Untuk anggotanya sendiri juga bebas,

semua orang boleh bergabung dari kalangan apapun, tidak ada

perbedaan berdasarkan strata kelas maupun profesi. Hal ini

berbeda dengan gerakan sosial lama yang lebih menekankan

pada masyarakat yang tertindas atau kurang mampu.

Hariyawan Nugroho sebagai koordinator Pondok Jokowi

Presiden mengatakan,

“Tidak ada perekrutan, di sini bergabung atas kesadaran, dan

anggota siapa saja bisa. Hanya sedikit membatasi untuk yang

tidak suka Jokowi memang kami tolak. Jadi kalau hanya sekedar

memata-matai dengan tegas kami tolak dan apabila tujuan dan

arah sudah tidak sesuai ya terpaksa kami keluarkan. Tetapi

hubungan pertemanan tetap jalan.“ (Nugroho, Wawancara,

2015)

Anggota Pondok Jokowi Presiden jika dilihat dari profesi

dan pendidikan bisa diklasifikasikan pada kalangan berpendi-

dikan, kalangan yang relatif makmur. Karena anggotanya

Page 14: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

113 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

memiliki pendidikan cukup tinggi. Anggota relawan ini

kebanyakan adalah sarjana, mempunyai pekerjaan yang bisa

dibilang mapan, untuk akses jaringannya pun juga luas

meskipun menjadi relawan ini adalah kegiatan politik yang

dilakukan pertama kali oleh PJP. PJP tidak memandang

tingkatan umur sebagai patokan dalam status relawan. Di PJP,

semua boleh berpendapat dan selalu mengedepankan kekeluar-

gaan. Jika ada relawan dari partai, maka harus meninggalkan

statusnya sebagai anggota partai. Hal ini juga bisa dibuktikan

ketika wawancara kepada sekretaris Relawan Pondok Jokowi

Presiden dan anggotanya mereka mengatakan,

“Tidak ada bantuan sama sekali. Contohnya buku kita cetak

sendiri, pakai uang kita sendiri. Dengan iuran sama teman-teman,

tetapi untuk pendanaaan yang terbesar adalah Pak Wawan.

Tetapi untuk atribut yang besar-besaran sampai 4 ton itu memang

jadi Jokowi bukan dari partai loh mbak dari timnya Jokowi

langsung. “ (Subekti, Wawancara, 2015)

Fakta yang kedua dikatakan oleh anggota PJP seorang

mahasiswa,

“Dana yang diperoleh dari iuran dan itu jelas digunakan untuk

dana apa saja. Tetapi untuk relawan yg tidak memiliki pekerjaan

atau mahasiswa tidak ditarik iuran, hanya menyumbang tenaga

dan pikiran. “ (Admanata, Wawancara, 2015)

Para relawan Pondok Jokowi Presiden bergerak dengan

inisiatif mereka sendiri. Mereka tidak mendapatkan kompen-

sasi uang ataupun imbalan, justru tak jarang mereka harus

mengorbankan dan ikut menyumbang baik secara materil

maupun non materil agar tujuan gerakan kelompok relawan

PJP dapat tercapai. Hal ini mengindikasikan adanya altruisme

yang ditunjukkan dengan kerelaan setiap relawan untuk

menyumbangkan kemampuan yang dimilikinya dan memprio-

ritaskan kepentingan gerakan relawan dibandingkan kepen-

tingan dirinya. Altruisme merupakan keinginan untuk

menguntungkan orang lain demi kepentingan orang lain ter-

sebut daripada untuk kepentingan pribadi.

Page 15: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

114

Relawan Pondok Jokowi presiden memandang sisi baik

dalam menjalankan sebuah kegiatan dengan mengedepankan

nurani. Relawan dalam bidang politik meyakini akan ada

perubahan yang lebih baik di masa mendatang. Hal itu yang

mendorong nurani untuk menjadi relawan. Relawan bekerja

atas kemauan sendiri tanpa imbalan apapun. Itulah mengapa

disebut relawan, bukan pekerja. Ada beberapa hal yang

mendorong anggota Pondok Jokowi Presiden menjadi relawan

Jokowi: 1) track record Jokowi yang berhasil memimpin Solo

menjadi walikota selama 1,5 periode; 2) keberhasilan

menertibkan pasar Tanah Abang yang menjadi penyakit kronis

selama puluhan tahun waktu menjadi gubernur Jakarta; 3)

Prabowo memiliki track record yang buruk akibat isu kasus

HAM berat terkait penculikan mahasiswa sampai isu

pemecatan Prabowo oleh Wiranto pada tahun 1998; 4) relawan

percaya keduanya (Prabowo dan Jokowi) memiliki ambisi tetapi

dalam kadar yang berbeda, Jokowi hanya menginginkan

menjadi presiden jika dicalonkan meskipun ia berkata "ndak

mikir". Sedangkan Prabowo mempunyai ambisi yang sangat

kuat untuk menjadi presiden, bahkan selama 5 tahun lebih

rutin mengiklankan visi misi partainya di televisi pada jam

prime time, ambisi yang terlalu kuat inilah yang menjadi

ketakutan relawan PJP (rencana apa yang ada dibalik

ambisinya yang kuat).

Relawan dalam kelompok ini mayoritas diisi oleh

masyarakat yang bertahun-tahun telah golput, dan mereka

akhirnya tersadar pada tahun 2014 sudah saatnya memilih

pemimpin yang berintegritas tinggi dan sudah berpengalaman.

Oleh karena itu sosok Jokowi adalah pilihan relawan PJP

menjadi calon presiden pada pilpres 2014, dan relawan yakin

Jokowi akan merubah Indonesia seperti pada keberhasilan

kepemimpinan sebelumnya.

Sesuai dengan salah satu Nawa Cita Jokowi yang berbunyi,

“Kami akan meningkatkan kualitas hidup manusia” melalui

peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan

Page 16: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

115 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

program “Indonesia Pintar” dengan wajib belajar 12 tahun

bebas pungutan, peningkatan layanan kesehatan masyarakat

dengan menginisiasi kartu “Indonesia Sehat”, serta pening-

katan kesejahteraan masyarakat dengan program “Indonesia

Kerja” dan “Indonesia Sejahtera”. Juga mendorong land reform

dan program kepemilikan tanah seluas sembilan juta hektar,

program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang

disubsidi serta jaminan sosial untuk seluruh rakyat di tahun

2019.

Berdasarkan data-data tersebut, penulis bisa menyim-

pulkan bahwa gerakan relawan PJP merupakan gerakan sosial

baru. Hal ini disebabkan beberapa hal: 1) sifat relawan yang

hanya sementara, namun hingga sekarang masih aktif di grup

facebook; 2) tidak ada struktur dan aturan yang prosedural; 3)

mayoritas diisi dengan masyarakat yang tadinya golput; 4)

mendukung Nawa Cita Jokowi; 5) bisa diklasifikasi sebagai

relawan independen yang benar-benar mengandalkan prinsip

kesukarelawanan. Hal ini berarti eksistensi relawan tidak

mengandalkan dukungan logistik dari kelompok kepentingan

tertentu, baik dari partai maupun pelaku usaha. Dengan

demikian relawan tidak ditunggangi oleh kepentingan

kelompok yang ingin menyandarkan diri dan membebani

pemerintahan Jokowi-JK.

Terbentuknya Kelompok Relawan Rejo Jatim Brang

Wetan

Rejo dalam bahasa Jawa bermakna harfiah meriah, berbeda

dengan rame yang bermakna ramai dari segi suara atau bisa

juga diartikan terkait dengan bising suara. Rejo lebih merujuk

pada makna semantik meriahnya kehidupan, karena itu dalam

cerita legenda penamaan tempat muncul kalimat “mbesuk yen

ono rejo rejaning jaman, tak tengeri panggonan iki kasebut

(besok kalau ada keramaian jaman tempat ini disebut):

Banyuwangi/Jember/Salatiga/dan lain sebagainya.” Rejo adalah

kata jadian karena proses-proses budaya yang sesungguhnya

berawal dari kata arjo/harjo (bahasa Jawa kuno), nama

Page 17: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

116

Kartoharjo; Sukoarjo; Umbulharjo; Sidoarjo, merujuk pada kata

dasar yang lebih tua. Karena pergeseran bentuk dan

pengucapan, kita temui nama-nama tempat (desa/kecama-

tan/kabupaten di Jawa denga nama: Tegalrejo, Sumberrejo,

Mulyorejo, Sidorejo). Sehingga diharapkan dengan pemakaian

nama ini didapatkan kesan yang positif, akrab, dan merakyat.

Di samping itu penamaan “rejo” menjadi ikatan batin atau

ikatan moral antara para relawan dan warga pendukung

dengan calon presiden Joko Widodo. Rakyat mendukung Jokowi

dengan harapan besar apabila mendapatkan amanah menjadi

Presiden Republik Indonesia, bisa mengangkat kehidupan

rakyat menjadi lebih baik. Karena itu Rejo Jatim akan

mengembangkan divisi tim relawan atas dasar profesi sebagai

berikut.

1. Rejo Tani yang diharapkan Jokowi bisa mewujudkan

kemandirian pangan (pertanian dalam arti luas seperti tani,

kebun, nelayan, ternak, dan lain lain.

2. Rejo Dagang yang diharapkan Jokowi bisa mewujudkan

kemudahan berdagang (difasilitasi kredit, tempat berusaha

yang layak dan strategis, perlindungan berusaha, dan lain-lain.

3. Rejo Pasar yang diharapkan Jokowi bisa mewujudkan

tempat berusaha yang aman, nyaman, dan rejo, sehingga

pedagang senang, pembeli riang.

4. Rejo Santri yang diharapkan Jokowi bisa mewujudkan

kehidupan yang religius, toleran, rukun dan damai.

5. Rejo Taruno yang diharapkan Jokowi bisa mendukung

aspirasi kaum muda sehingga dalam masa tumbuh kembang

mereka mendapatkan fasilitas untuk mengembangkan segenap

potensi dirinya untuk kejayaan nusa dan bangsa. Tentu masih

akan banyak muncul divisi baru untuk memenuhi harapan

rakyat. Sehingga boleh jadi akan muncul Rejo Bengkel, Rejo

Warung, Rejo Guru, Rejo Buruh, Rejo Tukang, Rejo Budoyo,

dan lain-lain.

Page 18: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

117 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

Dengan demikian secara umum diharapkan kehidupan

rakyat bersuasana tentrem karto raharjo, subur kang sarwo

tinandur murah kang sarwo tinuku. Rejo Jatim Brang Wetan

dibentuk pada sekitar bulan April 2014, tetapi pembicaraan

mengenai Jokowi sudah dimulai sejak bulan Januari 2014 dan

dideklarasikan pada bulan Mei 2014. Posko relawan ini

terletak di Ruko Mega Raya Rungkut Blok I. Pembina

kelompok ini adalah Heri Purwanto seorang Kepala Pengawas

Kebun Binatang Surabaya. Heri adalah mantan anggota DPRD

Provinsi Jawa Timur periode 2004-1009, sehingga beliau

mempunyai banyak jaringan untuk mengajak teman-temannya

mendukung Jokowi. Oleh karena itu terbentuklah Rejo Jatim

Brang Wetan.

Kelompok relawan Rejo Jatim Brang Wetan mempunyai

tujuan yang hampir sama dengan Pondok Jokowi Presiden,

yaitu Indonesia butuh perubahan yang lebih baik sehingga

membutuhkan pemimpin yang bisa bersentuhan dengan

masyarakat secara langsung. Berbeda dengan relawan Pondok

Jokowi Presiden, Rejo Jatim Brang Wetan lebih menfokuskan

diri pada program masalah mata pencaharian terutama

masalah agraris dan maritim karena kelompok relawan ini

melihat bahwa Indonesia itu kaya dan luas pada bidang

kelautan maupun hasil tanamnya, tetapi sangat lemah dalam

pengelolaannya. Sehingga relawan ini mengklasifikasikan

anggotanya dengan membentuk Rejo Tani, Rejo Nelayan, Rejo

Dagang, Rejo Seni, dan lain-lain pada lingkup Surabaya.

Mencermati data di atas, penulis bisa menganalisa bahwa

kelompok relawan Rejo Jatim Brang Wetan merupakan

gerakan sosial baru yang menginginkan sebuah perubahan bagi

Indonesia dengan cara-cara mereka sendiri yang sudah

tersusun sebelumnya. Di kelompok relawan Rejo Jatim Brang

Wetan, relawan ini juga bebas dalam menentukan kegiatan

untuk mendukung Jokowi contohnya seperti: 1) seribu tanda

tangan untuk Jokowi (Taman Bungkul Surabaya); 2) deklarasi

rejo nelayan (Pantai Kenjeran); 3) sosialisasi pemenangan

Page 19: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

118

Jokowi (Hotel Fortuna); 4) penggalangan dana dalam penjualan

atribut (Terminal Bungurasih); 5) deklarasi rejo pedagang

(Terminal Bungurasih); 6) sosialisasi rejo pasar (pasar

Keputran); 7) pembagian bantuan sosial kepada anak

berprestasi (Wonokromo); 8) pembagian bantuan kepada

keluarga miskin (Lumumba dalam); 9) atraksi seni budaya

(Taman Bungkul); 10) door to door (komunitas masyarakat

banyu urip, komunitas masyarakat Kenjeran, komunitas

sepeda juang).

Relawan Rejo Jatim Brang Wetan bergerak bukan karena

mendapatkan imbalan sebagaimana gerakan sosial baru yang

lebih mengedepankan cara merubah negara menjadi lebih baik

tanpa mengharapkan imbalan dari siapapun. Dengan itu

relawan Rejo Jatim Brang Wetan bergerak menggunakan dana

dari hasil sumbangan, seperti yang diungkapkan oleh pembina

Rejo Jatim Brang Wetan,

“Dari sumbangan banyak orang, misal teman-teman saya

pengusaha-pengusaha Tionghoa itu bantu, ada yang bantu 5 juta,

10 juta, 500 ribu. Sampai pada bulan Februari 1 rupiah pun,

selembar uang pun, 1 benang pun tidak terima dari Jokowi. Itu

sungguh murni uang dari teman-teman saya. Dan saya

mendapatkan bantuan dari Jokowi itu kira-kira bulan April dan

sampai akhir itu mendapat bantuan sama sekali tidak berupa

uang 1 rupiah pun. Mendapat bantuan material kampanye

spanduk dan kaos, dan memang kalau kaos saya tidak mampu

bikin karena mahal toh, dan memang saya ngarep-ngarep dapet

dari Jokowi dan memang saya dapet atribut itu dari Jokowi. Bisa

dibilang mulai awal hingga akhir saya habis 400 juta dan itu

boleh dibilang 100 persen sumbangan.” (Purwanto, Wawancara,

2015)

Kelompok relawan Rejo Jatim Brang Wetan dan Pondok

Jokowi Presiden, setelah mendukung Jokowi dan hingga

Jokowi ditetapkan sebagai Presiden tidak sedikit pun berfikir

menginginkan imbalan atau jabatan pemerintahan yang

diberikan oleh Jokowi, sebagaimana diungkapkan koordinator

Pondok Jokowi Presiden,

Page 20: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

119 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

“Untuk jabatan-jabatan di pemerintahan sama sekali tidak

berfikir ke sana, kalau dipikir-pikir malah jadi stres dengan

situasi yang seperti ini. Dari teman-teman juga tidak

menginginkan apa-apa, dan setelah pilpres juga saya sebagai

orang yang namanya relawan Mbak. Kita enjoy menjadi relawan,

dan kita tidak benci kepada Jokowi kita tidak apa-apa dari

beliau.” (Nugroho, Wawancara, 2015)

Demikian juga ungkapan Sekretaris Rejo Jatim Brang

Wetan,

“Kalau dari sudut pandang saya, relawan rejo tidak ada yang

menginginkan jabatan politik atau yang lainnya, hanya meng-

inginkan sebuah perubahan di Indonesia. Indonesia butuh seorang

pemimpin yang lahirnya dari masyarakat. Intinya ingin Indo-

nesia berubah. Kalau sekarang Jokowi tidak menganggap kita,

kita juga gak papa, kita juga mempunyai keahlian lain.” (Bisma,

Wawancara, 2015)

Relawan Rejo Jatim Brang Wetan ini juga bersifat

sementara, setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden Republik

Indonesia, relawan ini membubarkan diri dan kembali fokus

pada pekerjaannya masing-masing. Tetapi masih ada

komunikasi antar individu atau sekedar berkumpul dan

membahas tentang Jokowi setelah ditetapkan sebagai Presiden.

Gerakan Relawan Pondok Jokowi Perspektif Kritis

Gerakan relawan Pondok Jokowi Presiden, sebagaimana

diungkapkan oleh koordinator PJP dengan program

melanjutkan Nawa Citanya, jalan perubahan yang dilakukan

adalah jalan ideologis, yang secara historis bersumber pada

Proklamasi, Pancasila 1 Juni 1945, dan pembukaan UUD 1945,

sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Jalan

perubahan yang dilakukan mencakup semua aspek norma-

norma sosial yang objektif.

Dalam bidang sosial, ada lima prioritas utama yaitu,

pertama, bersikap tegas terhadap segala upaya yang

bertentangan dengan hak-hak warga dan nilai-nilai

kemanusiaan seperti yang tercantum dalam Pancasila dan

pembukaan konstitusi NKRI. Kedua, membangun kembali

Page 21: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

120

modal sosial bisa dengan metode rekonstruksi sosial, yakni

membangun kembali kepedulian sosial, pranata gotong royong,

melindungi lembaga-lembaga sosial adat di tingkat lokal,

membangun kembali karakter bangsa, membersihkan diri-

sendiri dari berbagai prasangka sosial-kultural politik,

membangun kepercayaan di antara anak bangsa dan mencegah

diskriminasi. Ketiga, berkomitmen menyelesaikan konflik

dapat dilakukan melalui dua cara, mengoptimalkan pranata-

pranata sosial dan budaya yang ada selama ini dan

penyelesaian lewat penegakan hukum berdasarkan derajat

persoalan dan jenis konflik yang ada. Keempat, membentuk

lembaga kebudayaan sebagai basis pembangunan budaya dan

karakter bangsa. Kelima, membangun pusat-pusat kebu-

dayaan, kesenian, museum dan sebagai sarana menumbuhkan

semangat gotong royong, musyawarah dan kebhinekaan yang

ika.

Dalam hal ini yang diharapkan PJP adalah Jokowi mampu

menjalankan Nawa Citanya yang sesuai dengan visi misi pada

saat kampanye. Karena perubahan-perubahan sosial yang lebih

ditekankan pada kerangka kritis estetis. Kelompok ini juga

bersikap kritis dalam mengawal perolehan suara Jokowi

khususnya di Surabaya seperti yang dikatakan oleh

Koordinator PJP,

”Iya mengikuti, kita jadi center, di mana ada infomasi di daerah

langsung upload lewat facebook, kirim lewat BBM, WA, SMS.

Kebetulan juga kita mempunyai link dengan orang KPU dan kita

juga tahu persis bahwa kepolisian juga menjaga secara ketat. Dan

dengan perhitungan itu kita sudah yakin bahwa Jokowi menang,

kalaupun tidak menang berarti ada apa-apa.” (Nugroho,

Wawancara, 2015)

Menurut wawancara di atas, relawan PJP bergerak bukan

hanya dalam hal mendukung saja, tetapi hingga mengawal

perolehan suara yang dari tiap TPS di Surabaya relawan

melakukannya. Memang pertarungan pilpres tahun 2014

sangat sengit. Sehingga relawan bekerja sangat ekstra, seperti

yang dikatakan oleh anggota relawan,

Page 22: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

121 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

“Kita mendukung Jokowi itu Mbak siang jadi malam, malam jadi

siang. Tidak ada waktu untuk tidur, sukanya keliling-keliling

terus. Memang jadi relawan itu adalah panggilan, tidak harus

dipaksa dan atas kemauan sendiri.” (Sofyan, Wawancara, 2015)

Menjadi relawan memang atas kemauan sendiri dan tidak

ada paksaan, karena relawan tidak mendapatkan imbalan,

tetapi banyak menambah teman untuk berkomunikasi. Ketika

Jokowi menjadi presiden, relawan juga tidak membutuhkan

kursi jabatan pemerintahan, relawan PJP kembali pada

pekerjaannya masing-masing.

Kesadaran relawan dalam memilih Jokowi bukan seolah-olah

terpengaruh oleh media atau ajakan orang, tetapi anggota relawan ini

memang melihat sosok Jokowi yang dikatakan,

“Bukan masalah media yang sering memunculkan di media... akan

tetapi keyakinan saya terhadap Jokowi yang mampu merubah

Solo dan Jakarta menjadi lebih baik... dari segi ekonomi, tata kota

dan perombakan birokrasi... semua berhasil karena dia membuat

sistem yang bagus.” (Admanata, Wawancara, 2015)

Sesuai dengan Habermas dalam esainya mengatakan

bahwa Hegel memahami praksis bukan hanya sebagai “kerja”,

melainkan juga “komunikasi”. Karena praksis dilandasi

kesadaran rasional, rasio tidak hanya tampak dalam kegiatan

menaklukan alam dengan kerja, melainkan juga dalam

interaksi intersubjektif dengan bahasa sehari-hari (Hardiman,

2009: xx). Anggota relawan ini memilih Jokowi bukan seolah-

olah hanya soal media, tetapi mempunyai alasan tersendiri

dan alasan tersebut secara sadar diungkapkan dan dilakukan

dengan mendukung Jokowi hingga menjadi presiden.

Bukan hanya sebatas itu, relawan juga bersikap kritis

ketika Jokowi sudah ditetapkan sebagai presiden. Anggota PJP

menilai kebijakan Jokowi sebagai berikut,

“Jokowi tidak pantas menjadi pemimpin. Apa yang dilakukannya

sekarang jauh dari ekspektasi saya yang melihat track record

beliau ketika memimpin Solo dan Jakarta. Kebijakan-kebijakan

mengenai hukum amburadul semua, KPK ompong, BG dijadikan

Page 23: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

122

Wakapolri dan tahun depan naik jadi Kapolri karena Badrodin

Haiti pensiun (akal-akalan politik). Jokowi tidak pantas menjadi

pemimpin karena ada beberapa hal, yang pertama adalah

pemimpin itu mempunyai prinsip yang kuat tidak mudah

dikendalikan oleh orang lain. Kedua, adalah pemimpin harus

menepati janjinya sewaktu kampanye.” (Admanata, Wawancara,

2015)

Gerakan Relawan Rejo Jatim Brang Wetan Perspektif

Kritis

Kelompok relawan Rejo Jatim Brang Wetan mempunyai

alasan untuk memilih Jokowi sebagai calon Presiden Republik

Indonesia yang ketujuh, yang diungkapkan oleh Pembina Rejo

Jatim Brang Wetan,

“Melihat ketika Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kebetulan

saya ini ikut pergerakan 1998, karena kejadian pada waktu 1998

itu sangat-sangat menyakitkan, dan kita tidak menghapus ingatan

begitu saja. Prabowo mempunyai catatan tersendiri. Meskipun

pada waktu itu calonnya Prabowo dan Samin, contoh lagi Prabowo

dengan Puan, kita milih Puan, intinya kita emoh Prabowo. Jika

pada waktu itu pilihannya ada tiga kandidat, misal Prabowo,

Jokowi, Pakdhe Karwo, kita bisa memilih Pakdhe Karwo atau

Jokowi yang penting bukan Prabowo.” (Purwanto, Wawancara,

2015)

Sesuai dengan program-program Rejo Jatim Brang Wetan

di atas, fokus garapan tim relawan Jokowi Brang Wetan adalah

masyarakat kelas menengah ke bawah atau yang dikenal

dengan istilah wong cilik. Alasannya, 60 persen pemilih adalah

lulusan SD dan tidak lulus SD. Sehingga perlu dilakukan

pendekatan dan sosialisasi dengan menyapa langsung

masyarakat agar nantinya mudah menerima penjelasan

kenapa sebaiknya memilih Jokowi dibanding capres yang lain.

Jokowi itu bisa dibilang seperti kebanyakan masyarakat yakni

opo anane (jujur), merakyat dan sederhana. Masyarakat sudah

bosan dipimpin orang pintar tapi hasilnya bangsa kita masih

seperti ini. Jadi sudah waktunya pemimpin sederhana

memimpin Indonesia. Sehingga program-program di atas bisa

Page 24: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

123 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

diklasifikasikan dalam kritik estetis karena menginginkan

perubahan dalam norma-norma sosial.

Adapun terkait dengan kebijakan Jokowi yang telah dilaksanakan,

anggota Rejo Jatim Brang Wetan mengatakan,

“Dalam menilai kebijakan Jokowi saya belum 70 persen

mengatakan berhasil karena janji-janji Jokowi ketika kampanye

belum semuanya terpenuhi. Kalau saya boleh menilai 50 persen

banding 50 persen, karena saya menganggap masih ada waktu 4

tahun untuk membenahi Indonesia.” (Irawan, Wawancara, 2015)

Penutup

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

relawan terbentuk karena mempunyai visi dan misi yang sama

menginginkan perubahan Indonesia, dengan mencalonkan

Jokowi sebagai calon presiden. Dalam hal ini ada dua kelompok

relawan yaitu, Pondok Jokowi Presiden yang dideklarasikan

pada tanggal 4 September 2013. Bergerak sebelum, Jokowi

dicapreskan karena melihat kepemimpinan Jokowi semasa

menjabat Walikota Solo dan Guberbur DKI Jakarta

mempunyai integritas yang tinggi, jujur, dan sederhana.

Gerakan ini berdiri secara independen. Tidak bergabung

dengan partai atau kelompok kepentingan yang lain, oleh

karena itu anggota dari kelompok ini adalah murni dari

masyarakat biasa. Gerakan ini juga merupakan kegiatan

politik yang pertama kali diikuti. Lebih mengedepankan sifat

musyawarah atau gotong royong. Sehingga kelompok ini tidak

mempunyai struktur organisasi yang prosedural hanya saja

bersifat koordinatif. Gerakan ini juga memfokuskan kepada

Nawa Cita Jokowi untuk perubahan Indonesia yang lebih maju

yaitu Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Sejahtera,

dan Indonesia Kerja.

Kelompok yang kedua adalah Rejo Jatim Brang Wetan.

Kelompok ini dideklarasikan pada tanggal 18 Mei 2014.

Kelompok ini terbentuk setelah Jokowi resmi dicapreskan,

karena kelompok ini melihat kepemimpinan Jokowi semasa

menjabat Gubernur DKI Jakarta dan berdiri secara

Page 25: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Gerakasn Sosial Baru Perspektif Kritis

Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

124

independen. Tetapi untuk anggotanya adalah orang-orang yang

mempunyai latar belakang politik sebelumnya. Kegiatan politik

menjadi relawan bukan kegiatan pertama kali yang diikuti oleh

anggota kelompok ini. Oleh karena itu, kelompok ini

mempunyai struktur organisasi yang prosedural dan cara

bekerjanya pun sesuai dengan jabatan masing-masing.

Gerakannya juga memfokuskan pada garapan wong cilik

terutama pada persoalan maritim dan agraris. Oleh karena itu,

kelompok ini terdiri dari berbagai jenis profesi yang diberi

nama rejo tani, rejo dagang, rejo nelayan, dan lain-lain.

Daftar Rujukan

Agger, Ben. 2003. Teori Sosial Kritis: Kritik, Penerapan dan Implikasinya. Yogyakarta:Kreasi Wacana.

Budiarjo,Miriam, 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Habermas, Jurgen. 2006. Teori Tindakan Komunikatif I: Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat. Yogyakarta:Kreasi Wacana.

Hardiman, F. Budi. 2009. Menuju Masyarakat Komunikatif: Ilmu, Masyarakat, Politik, dan Postmodernisme Menurut Jurgen Habermas. Yogyakarta: Kanisius.

Heywood, Andrew. 2013. Politik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

K. Bertens. 2013. Sejarah Filsafat Kontemporer Jerman dan Inggris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maran, Rafael Raga. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Moleong, J, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nugroho, Bimo dan Yamin Panca Setia. 2014. Jokowi People Power. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sahid, Kamarudin. 2011. Memahami Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia.Samah, Kristin dan Fransisca Ria Susanti. 2014. Berpolitik Tanpa Partai: Fenomena Relawan Dalam Pilpres. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Singh, Rajendra Singh. 2010. Gerakan Sosial Baru. Yogyakarta: Resist Book

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Soenyono. 2005. Teori-Teori Gerakan Sosial. Surabaya: Yayasan Kampusina.

Page 26: GERAKAN SOSIAL BARU PERSPEKTIF KRITIS: RELAWAN POLITIK

Sayekti Dwi Purboningsih

125 Jurnal Review Politik

Volume 05, No 01, Juni 2015

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta CV.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV.

https://www.facebook.com/groups/pondokjokowipresiden/

http://www.tempo.co/read/news/2013/09/04/078510348/Jokowi-Presi-denku-Dideklarasikan-di-Museum-NU

http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/05/19/269578622/Tim-Relawan-Jokowi-Jatim-Dibentuk

https://suzieitaco.wordpress.com/2013/08/04/manfaat-gerakan-sosial-dan volunteering/?relatedposts_hit=1&relatedposts_origin=1248&relatedposts_position=0

http://m.kompasiana.com/post/read/672849/1/fenomena-dukungan-jokowi-dan-gerakan-sosial-politik.html

http://www.surabaya.go.id/profilkota/index.php?id=21 (baca:Ini Strategi KPUAmankanPenghitunganSuara)(http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/07/17/269593658/Jokowi-JK-Raih-64-Persen-Suara-di-Surabaya)

Majalah Tempo edisi 15 Desember 2014

Wawancara:

Pondok Jokowi Presiden : Hariyawan Nugroho, Bayu Subekti, Sofyan, Pandu Arief Admanata.

Rejo Jatim Brang Wetan : Heri Purwanto,Rangga Bisma Aditya, Dodi Irawan, Eni Rahmawati