Upload
vothuy
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LATIH DIRI DALAM KEBENARAN 30 Jun, 2019
"Tetapi aku melatih tubuhku dan
menguasainya seluruhnya,
supaya sesudah memberitakan
Injil kepada orang lain, jangan
aku sendiri ditolak."
1 Korintus 9:27
Ayat di atas adalah ayat yang sangat menarik untuk dipelajari sekaligus
ayat penting untuk mengingatkan kita semua. Rasul Paulus adalah
hamba Tuhan dengan segudang reputasi pelayanan. Ia:
menulis sebagian besar dari kitab Perjanjian Baru,
berkeliling dari satu kota ke kota lain,
mengajar pemimpin-pemimpin Jemaat,
menguatkan Jemaat,
memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus,
banyak menderita demi Injil dan lain sebagainya.
Ia menyatakan betapa perlunya melatih tubuh dan menguasainya
seluruhnya. Bahwa, sekalipun sudah melakukan segala pelayanan
untuk Tuhan, ia tetap dapat ditolak juga. Dua kata yang sangat menarik
untuk kita semua pelajari dan sekaligus menjadi pengingat buat kita
adalah kata ‘melatih' tubuhku dan ‘menguasai' seluruhnya. Sejenak kita
lihat teks asli yang disampaikan oleh Rasul Paulus:
Kata ‘melatih' dalam teks aslinya (Bahasa Yunani) digunakan kata
HUPOPIAZO, yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan menjadi: to
keep under/to conquer. Secara bebas diterjemahkan menaklukkan atau
mengalahkan.
Kata ‘menguasai' dalam teks aslinya digunakan kata DOULAGOGEO,
yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi bring it into
subjection/to enslave. Secara bebas diterjemahkan memperhamba atau
memperbudak.
Ketika Rasul Paulus menggunakan kalimat tersebut dalam suratnya
kepada Jemaat di Korintus, sebenarnya Rasul Paulus sedang mengajak
kita semua bukan hanya berlatih seperti berlatih sekedarnya saja.
Contohnya seperti seseorang yang secara sekilas saja berlatih
bagaimana cara menyajikan suatu masakan, atau orang yang hanya
mau tahu bagaimana cara menyanyi, atau seorang anak yang secara
terpaksa berlatih mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Tetapi Rasul Paulus sedang mengajak kita semua untuk punya
keinginan, menaklukkan/mengalahkan tubuh (daging) dengan segala
keinginannya, mengingatkan kita bahwa tubuh (daging) adalah
hamba/budak, bukan tuan yang mengatur kehidupan kita. Diri kita,
tubuh kita, hidup kita harus dapat dikuasai/ditaklukkan untuk selalu
tunduk dalam kebenaran.
Melatih diri untuk hidup dalam kebenaran memiliki arti bahwa kita harus
mampu menguasai dan menaklukan diri kita sendiri untuk tetap hidup
dalam Kebenaran. Pikiran, perasaan, keinginan, ucapan, tingkah laku
kita harus dikendalikan supaya tunduk dalam kebenaran.
Paulus memberikan contoh bagaimana ia berkomitmen dalam hidup ini.
Walaupun ia sangat berhasil dalam pelayanan - sebagai Rasul, sebagai
Pengajar, sebagai Penulis Kitab, sebagai Penginjil, sebagai Pengkotbah
- namun ia tetap mempunyai kesadaran, yaitu bahwa keberhasilan
dalam pelayanan menjadi tidak berarti kalau tidak dapat menjaga hidup
kita dengan cara menguasai (mengalahkan) tubuh atau daging. Ingat
sekali lagi tubuh atau daging adalah hamba bukan tuan.
Dalam kitab Matius dan Markus, Yesus Kristus sendiri pernah
mengatakan bahwa "roh memang penurut, tapi daging lemah."
Perkataan Yesus menyadarkan kita bahwa tubuh harus dikuasai - kita
tidak boleh menuruti tubuh yang lemah, sebaliknya tubuh tersebut harus
dikuasai dan ditaklukkan supaya menjadi alat yang efektif untuk selalu
tetap dalam kebenaran.
Keberhasilan dalam hal keseharian pun membutuhkan niat yang
sungguh-sungguh kuat untuk mengalahkan keinginan tubuh ini. Sebagai
contoh: Seorang atlet yang berhasil adalah atlet yang punya kegigihan
dalam berlatih, pagi-pagi benar ia sudah bangun dari tidurnya,
mengalahkan keinginan tubuh yang maunya tetap terlelap di atas
kasurnya, selama berjam-jam ia harus dengan gigih terus berlatih,
bukan dalam hal berlatih saja, ia pun harus disiplin dalam menjaga apa
yang ia makan dan minum - walaupun mungkin punya keinginan untuk
mengkonsumsi makan dan minuman yang tidak sehat. Seorang pelajar
dapat lulus dengan nilai yang sangat memuaskan hanya jika ia dengan
gigih belajar dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Hal
tersebut dapat ia lakukan dengan tidak sedikit berkorban untuk tidak
melakukan hal-hal yang sebetulnya ia sukai, seperti bermain bersama
dengan teman, menonton acara kesukaan, dan lain sebagainya. Jika
dalam hal sehari-hari untuk mencapai keberhasilan saja dibutuhkan niat
yang sungguh-sungguh dan kegigihan untuk mengalahkan kedagingan
ini, apalagi untuk hidup dalam Kebenaran, dibutuhkan kesungguhan
yang jauh lebih besar karena berakibat kepada keselamatan.
Beberapa bentuk praktis melatih diri untuk tetap dalam kebenaran
adalah dengan tetap setia dan disiplin dalam melakukan hal-hal rohani
yang di antaranya adalah membaca dan mempelajari Firman Tuhan,
terlibat dalam Menara Doa, berkomitmen dalam Saat Teduh, setia dalam
Pertemuan-pertemuan Ibadah bersama dengan Persekutuan dengan
sesama anggota tubuh Kristus.
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita,
seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling
menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang
mendekat." Ibrani 10:25
Waktu kita sungguh-sungguh memperhatikan sekeliling kita, baik dari
kejadian sehari-hari, dari berita yang kita baca dan dengar, kita
mendapat sebuah kesimpulan bahwa memang kita hidup di saat-saat
akhir di mana kita semua sedang menantikan kedatangan Yesus Kristus
yang kedua kali. Tetapi ironisnya, di tengah-tengah kesadaran bahwa
hari Tuhan yang semakin mendekat, sebagian orang Kristen malah
memiliki kebiasaan yang sangat berlawanan dengan komitmen awal
sebagai pengikut Kristus. Mereka memilih untuk memiliki kebiasaan
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah, dengan berbagai
macam alasan - kemalasan, keinginan daging, kesibukan, dan lain
sebagainya. Sebenarnya waktu kita sadar dan mengakui bahwa hari
Tuhan semakin mendekat, seharusnya kita semakin rajin bertemu,
bersekutu, berhimpun untuk beribadah kepada Tuhan. Tetaplah setia,
tetaplah berkomitmen, tetaplah disiplin dalam membaca dan
mempelajari Firman Tuhan, terlibat dalam Menara Doa, dalam Saat
Teduh, juga dalam Pertemuan-pertemuan Ibadah bersama dengan
Persekutuan dengan sesama anggota tubuh Kristus. Ingat Tuhan sudah
memberikan kita tujuh hari seminggu, dua puluh empat jam dalam
sehari; masakan kita tidak menggunakannya untuk membangun hidup
tetap dalam kebenaran? (NS)