36
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Penyakit 1. Anatomi dan fisiologi saluran pencernaan. Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses Pencernaan (pengunyahan, penelanan dan percampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus. (Syaifuddin, 1996). Saluran pencernaan terdiri dari: mulut, faring, osofagus, lambung, usus halus, usus besar, rectum, anus. a. Anatomi mulut (oris) Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian yaitu: 1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi. 2) Bagian rongga mulut/bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah belakang bersambung dengan faring. 1

Gastroenteritis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Gastroenteritis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Anatomi dan fisiologi saluran pencernaan.

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan

dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses

Pencernaan (pengunyahan, penelanan dan percampuran) dengan enzim dan

zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.

(Syaifuddin, 1996).

Saluran pencernaan terdiri dari: mulut, faring, osofagus, lambung, usus

halus, usus besar, rectum, anus.

a. Anatomi mulut (oris)

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian

yaitu:

1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi,

bibir dan pipi.

2) Bagian rongga mulut/bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi

sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah

belakang bersambung dengan faring.

a) Kelenjar parotis

b) Kelenjar submaksilaris

c) Kelenjar sublingualis (Syaifuddin, 1996).

b. Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (osofagus), di dalam lengkungan faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung

limfosis dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini terletak

bersimpangan antara jalan napas dan jalan makanan (Syaifuddin, 1996).

1

Page 2: Gastroenteritis

2

c. Osofagus.

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,

panjangnya kurang lebih 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk

kardiak dibawah lambung (Syaifuddin, 1996).

d. Lambung

Bagian lambung terdiri dari:

1) Fundus Ventrikuli

2) Korpus ventrikuli

3) Antrum Pilorus

4) Kurvatura Minor

5) Kurvatura Mayor

6) Osteum Kardiakum.

Susunan lapisan dari dalam keluar terdiri dari: lapisan selaput lendir,

lapisan otot melingkar, lapisan otot miring, lapisan otot panjang, dan

lapisan jaringan ikat/serosa.

Fungsi lambung terdiri dari:

1) Makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik

lambung dan getah lambung.

2) Getah cerna lambung yang dihasilkan:

a) Pepsin fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino

(albumin dan pepton).

b) Asam garam (HCL) fungsinya: mengasamkan makanan, sebagai

antiseptik dan desinfektan, dan membuat Suasana asam pada

pepsinogen sehingga menjadi pepsin.

c) Renin fungsinya, sebagai ragi membekukan susu dan membentuk

kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).

d) Lapisan lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi

asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung (syaifuddin,

1996).

Page 3: Gastroenteritis

3

e. Usus Halus

Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter

panjang dalam keadaan hidup dan merupakan saluran pencernaan diantara

lambung dan usus besar. Usus halus panjang, tube yang berliku-liku yang

memenuhi sebagian rongga abdomen.

Usus halus terdiri dari duodenum, yeyenum dan ileum.

1) Duodenum

adalah tube yang berbentuk huruf C dengan panjang kira-kira 25 cm,

pada bagian belakang abdomen, melengkung melingkari pancreas.

Duodenum di gambarkan kedalam 4 bagian:

Bagian I : menjalar kearah kanan

Bagian II : menjalar kearah bawah

Bagian III : menjalar kearah tranversal kiri dan disebelah depan

vena kava inferior dan aorta.

Bagian IV : menjalar kearah atas untuk selanjutnya bergabung

dengan yeyenum.

Bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang

membukit disebut papilla vateri, pada papilla vateri ini bermuara

saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pancreas (duktus

wirsungi/duktus pankreatikus). Empedu di buat di hati untuk

dikeluarkan keduodenum melalui duktus koledokus yang fungsinya

mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase. Dinding duodenum

mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar-

kelenjar brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum

(Syaifuddin, 1996).

2) Yeyenum dan Ileum

Yeyenum merupakan bagian pertama dan ileum merupakan

bagian kedua dari saluran usus halus. Semua bagian usus tersebut

mempunyai panjang yang bervariasi dari 300 cm sampai 900 cm.

Page 4: Gastroenteritis

4

Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen

posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas

dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan

keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika

suporior, pembuluh limfe dan saraf keruang antara 2 lapisan

peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara

yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.

Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan

perantaraan lubang yang bernama orifisium Ileoseckalis. Orifisium ini

diperkuat oleh spinter ileuseikalis dan pada bagian ini terdapat katup

valvula seikalis atau valvula Baukini yang berfungsi untuk mencegah

cairan dalam kolon asendens tidak masuk kembali keadaan ileum

(Syaifuddin, 1996).

Fungsi usus halus adalah:

a) Mensekresi cairan usus.

b) Menerima cairan empedu dan pancreas.

c) Mencerna makanan.

d) Mengabsorbsi air, garam dan vitamin.

e) Menggerakkan kandungan kandungan usus sepanjang usus oleh

kontraksi segmental pendek dan gelombang cepat yang

menggerakkan kandungan usus sepanjang usus menjadi lebih

cepat.

f. Usus Besar.

Usus besar mempunyai panjang kurang lebih 1,5 meter dengan lebar

5-6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam keluar adalah:

1) Selaput lendir

2) Lapisan otot melingkar.

3) Lapisan otot penampang.

4) Jaringan ikat.

Page 5: Gastroenteritis

5

Fungsi usus besar, terdiri dari menyerap air dari makanan, tempat

tinggal bakteri koli dan tempat feses (Syaifuddin, 1996).

Adapun bagian-bagian dari usus besar adalah sebagai berikut:

1. Seikum

Di bawah seikum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk

seperti cincin sehingga disebut umbai cacing, dengan panjang 6 cm.

Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum, mudah bergerak walaupun tidak

mempunyai mensentrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen.

(Syaifuddin, 1996).

2. Colon Asenden

Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kalon

membujur keatas dari ileum kebawah hati. Dibawah hati membengkok

kekiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica dan dilanjutkan

sebagian kolon transversum (Syaifuddin, 1996).

3. Apendiks

Bagian usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum,

mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat

dilewati oleh beberapa isi usus (Syaifuddin, 1996).

4. Colon Transversum

Panjangnya kurang lebih 38 cm, membujur dari kolon asendes sampai

kekolon desendens berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat

fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksula lienalis

(Syaifuddin, 1996).

5. Colon Desendens

Panjangnya kurang lebih 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri

membujur dari atas kebawah dari fleksura lienalis sampai kedepan

ileum kiri, bersambung dengan colon sigmoid (Syaifuddin, 1996).

Page 6: Gastroenteritis

6

6. Colon Sigmoid

Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring, dalam

rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung

bawahnya berhubungan dengan rectum (Syaifuddin, 1996).

7. Rektum

Terletak dibawah colon sigmoid yang menghubungkan intestinum

mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvic didepan oscracum

dan oscogcigis (Syaifuddin, 1996).

8. Anus

Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum

dengan dunia luar. Terletak didasar pelvik, dindingnya diperkuat oleh

tiga spincter:

a) Spincter Ani Internus, bekerja tidak menurut kehendak.

b) Spincter Levator Ani, bekerja tidak menurut kehendak.

c) Spincter Ani Eksternus, bekerja menurut kehendak (Syaifuddin,

1996).

2. Definisi

a. Gastroentiris akut adalah defekasi yang terjadi secara mendadak dan

berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat

(Mansjoer Arief, et al., 1999).

b. Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal

(lebih dari 3 kali/hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram/hari)

dan konsistensi feses cair (Smeltzer dan Bare, 2001)

c. Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan

gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. (Kapita selekta.edisi 3.

1999)

d. Diare adalah defekasi yang tidak normal, baik frekuensi maupun

konsiistensinya.frekuensi diare lebih dari 4X/hr (Kapita selekta,edisi 3.

1999).

Page 7: Gastroenteritis

7

3. Etiologi

Gastroenteritis dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian

hormon tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik, kemoterapi, dan

antasida), selain itu semua gastroenteritis dapat juga disebabkan oleh:

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai

berikut:

a) Infeksi bakteri: vibria, E.Coli, salmonella, shigella,

compylobacter, yersiria, aeromonas dan sebagainya.

b) Infeksi virus: Enterovirus, (virus Echo,

Coxsackie,Poliomielitis) Adenovirus, Rofavirus, Astrovirus,

Trichuris, Oxyuris, strongy loides, Protozoa, (Entomoeba

histolyfica, giardia, lamblia, Trichomonas hominis), jamur

(candida albicans).

2) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti

otitis media akut (OMA), Tonsillitis/tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, ensefalitis, pemberian makanan perselang,

gangguan metabolic dan endokrin (Diabetes, Addison, Tirotoksikosis)

serta proses infeksi virus/bakteri (disentri, shigellosis, keracunan

makanan).

Page 8: Gastroenteritis

8

b. Faktor Malabsorbsi

- Mal absrobsi karbohidrat: disakarida, (Intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa): monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang tersering intoleransi laktosa)

- Mal absorbsi lemak

- Mal absorbsi protein.

c. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. faktor psikologis

rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih

besar)

e. Malnutrisi

f. Gangguan imunologi

4. Patofisiologi Gastroenteritis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah:

a. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik meninggi dalam rongga usus. Isi rongga

usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul gastroenteritis.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan

selanjutnya timbul gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi rongga

usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul gastroenteritis. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,

Page 9: Gastroenteritis

9

selanjutnya timbul pula gasteoenteritis. Berdasarkan cairan yang hilang

tingkat dehidrasi terbagi menjadi:

1) Dehidrasi ringan, jika kekurangan cairan 5% atau 25 ml/kg/bb.

2) Dehidrasi sedang, jika kekurangan cairan 5-10% atau 75 ml/kg/bb.

3) Dehidrasi berat, jika kekurangan cairan 10-15% atau 125 ml/kg/bb.

Gastroenteritis dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri secara

langsung atau oleh efek dari nurotoxin yang diproduksi oleh bakteria.

Infeksi ini menimbulkan peningkatan produksi air dan garam ke dalam

lumen usus dan juga peningkatan motilitas, yang menyebabkan sejumlah

besar makanan yang tidak dicerna dan cairan dikeluarkan. Dengan

gastroenteritis yang hebat, sejumlah besar cairan dan elektrolit dapat

hilang, menimbulkan dehidrasi, hyponatremi dan hipokalemia (Long,

1996).

Selain itu juga gastroenteritis yang akut maupun yang kronik dapat

meyebabkan gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang,

pengeluaran bertambah), hipoglikamik, dan gangguan sirkulasi darah.

Page 10: Gastroenteritis

10

PATOFLO DIAGRAM

Bakteri, virus, parasit

Masuk dalam saluran cerna

Berkembangbiak di usus

Reaksi pertahanan dari E.Coli

Pertahanan tubuh

Inflamasi usus

Makanan, zat Peningkatan sekresi air Hiperperistaltik

Tidak dapat diserap dan elektrolit usus

Tekanan osmatik dalam Penurunan absorbsi Penurunan

Rongga usus dalam usus fungsi usus dalam

Mengabsorbsi makanan

Pergeseran air dan elek- Diare Diare

Trolit dalam rongga

Usus Kurang pemasukan Pola defekasi tergang-

Makanan gu (lebih sering)

Isi rongga usus ber-

lebihan

Merangsang usus untuk Pertanyaan orangtua

Mengeluarkannya klien tentang penyakit

Kembung

Kematia

(Smeltzer dan Bare, 2001, h 1093; Long. C Barbara, 1996).

Risiko kekurangan volume cairan

Kurangpengetahuan

Risiko gangguan Integritas kulit

anus

Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Gangguan cairan dan elektrolit

Syok hipovolemik

Gangguan rasa nyaman

Page 11: Gastroenteritis

11

5. Tanda dan gejala

Menurut Mansjoer Arief (2000), tanda dan gejala gastroenteritis atau diare

adalah:

a. Mula-mula bayi atau anak cengeng, gelisah.

b. Suhu badan mungkin meningkat.

c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada.

d. Diare.

e. Feses cair dengan darah atau lendir.

f. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu.

g. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.

h. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

i. Dehidrasi, bila banyak cairan keluar mempunyai tanda-tanda ubun-ubun

besar cekung, tonus dan turgor kulit menurun, selaput lendir mulut dan

bibir kering.

j. Berat badan turun.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Mansjoer Arief (2000), pemeriksaan diagnostik pada klien

gastroenteritis adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis.

2) Biarkan kumanuntuk mencari kuman penyebab.

3) Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten).

4) PH dan kadar gula jika diduga ada toleransi gula (sugar Intolerance).

b. Pemeriksaan darah

1) Darah perifer lengkap.

2) Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,K, Ca dan P serum pada

diare yang disertai kejang).

3) PH dan cadangan alkali untuk menentukan gangguan keseimbangan

asam basa.

Page 12: Gastroenteritis

12

4) Kadar uream dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

c. Duodenal intubation

Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif

terutama pada diare kronik.

7. Penatalaksanaan

Menurut Mansjoer Arief (2000), penatalaksanaan gastroenteritis adalah terdiri

dari:

a. Simtomatis

1). Terapi rehidrasi

Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan

elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai

diarenya berhenti dengan cara memberikan oralit, cairan infus yaitu

Ringer Laktat, Dekstrose 5%. Dekstrosa dalam salin, dll.

2). Antispasmodik, Antikolinergik (Antagonis stimulus kolinergik pada

reseptor muskarinik), contoh obat: Papaperin.

3). Obat anti diare:

a). Obat anti motilitas dan sekresi usus (Loperamid).

b). Oktreotid (Sondostatin) sudah dicoba dengan hasil memuaskan pad

diare sklerotik.

c). Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksik

yaitu: Norit 1-2 tablet diulang sesuai kebutuhan.

4). Antiemetik (metoclopramid).

5). Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu vitamin B1, asam

folat.

6). Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare

untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi.

b. Kausal

Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi, pada kasus

kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.

Page 13: Gastroenteritis

13

8. Komplikasi

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan elektrokardiogram).

d. Hipoglikemia.

e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi

enzim laktosa.

f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau

kronik).

B. Konsep Dasar Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam

praktik keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai pendekatan problem solving

(pemecahan masalah) yang memerlukan ilmu, tehnik dan ketrampilan

interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau keluarga

dengan memberikan asuhan keperawatannya sesuai dengan lima tahap proses

keperawatan, yaitu: pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi (Nursalam, 2001).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber dan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (Nursalam, 2001).

Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan cara anamnesa

yang diperoleh dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan penunjang, serta mempelajari status klien.

Ada dua tipe data pada pengkajian yaitu: data subjektif dan data objektif.

Page 14: Gastroenteritis

14

Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan

pasien atau keluarga. Data objektid adalah data yang diperoleh dari data

pengukuran, pemeriksaan dan pengamatan.

Setelah pengumpulan data langkah berikutnya dalam pengkajian

adalah pengelompokan data yang terdiri atas data fisiologis, psikologis,

social dan spiritual (PPNI, 1994). Pengelompokan data akan memudahkan

perawatan dalam menegakkan masalah keperawatan klien.

Untuk kasus gastroenteritis, pengkajian yang dilakukan meliputi:

a. Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tanggal lahir, nama orang

tua, pekerjaan dan pendidikan.

b. Riwayat kesehatan yang lalu

Penyakit yang pernah diderita, apakah sebelumnya pernah menderita

gastroenteritis atau penyakit lain, kebiasaan hidup, riawayat alergi dan

lain-lain.

c. Riwayat kesehatan saat sakit

1). Keluhan utama: Keluhan yang sering ditemukan adalah BAB encer

lebih dari empat kali sehari, warna feses kuning kehijauan, hijau,

bentuk mukoid dan mengandung darah.

2). Riwayat perjalanan penyakit: beberapa lama penyakit diderita, hal-

hal yang meringankan dan memperberat penyakit.

3). Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan.

d. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu

Kehamilan dengan gawat janin, diabetes mellitus, malnutrisi,

intrauteri, infeksi intra-natal, persalinan dengan ada komplikasi,

persalinan dengan tindakan karena ada komplikasi, penolong

persalinan.

e. Riwayat penyakit keluarga

Ada riwayat penyakit gastroenteritis

Page 15: Gastroenteritis

15

f. Riwayat alergi juga penting karena dapat juga menjadi indicator

penyakit terutama obat.

g. Riwayat pemberian imunisasi

Imunisasi lengkap atau tidak.

h. Pengkajian fisik

1) Tanda-tanda vital: tekanan darah menurun akibat

ketidakseimbangan cairan elektrolit, suhu meningkat, nadi cepat,

lemah, respirasi meningkat akibat asidosis metabolic.

2) Keadaan penyakit

Penyakit akut bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan

dehidrasi yang ditandai depresi fontanel anterior, mata cekung,

turgor kulit buruk, selaput lendir kering, tidak ada air mata bila

menangis, sehingga klien dapat jatuh kedalam syok hipovolemik dan

dapat meyebabkan kematian.

3) Keadaan umum klien

Mula-mula jatuh pada dehidrasi ringan yang apabila tidak segera

diatasi maka akan jatuh pada dehidrasi sedang dan berat, yang

diawali kelemahan fisik.

4) Sistem integumen

Eksoriasi bokong akibat tinja asam, turgor kulit baik dan bila jatuh

pada tahap dehidrasi berat maka turgor kulit buruk.

5) Sistem hemotologi

Hiponatremia atau hipernatremia akibat kekurangan natrium,

hipokalemia atau hiperkalemia akibat kekurangan kalium, asidosis

metabolic.

6) Sistem pernapasan

Respiratori meningkat akibat adanya asidosis metabolic apabila jatuh

pada dehidrasi berat.

7) Sistem gastrointestinal

Nyeri atau kram abdomen, dehidrasi abdomen, hiperperistaltik usus.

Page 16: Gastroenteritis

16

a. Pola fungsi kesehatan

Pola fungsi kesehatan dapat di kaji melalui pola Gordon dimana

pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan data

secara sistematis dengan cara

mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik

pada masalah khusus.

b. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Kaji persepsi keluarga terhadap kesehatan dan upaya-upaya keluarga

untuk mempertahankan kesehatan. Termasuk juga penyakit anak

sekarang ini dan upaya yang diharapkan.

c. Pola nutrisi metabolik

Kaji pola nutrisi anak dan bagaimana dengan pemberian ASI. Klien

mengalami gangguan nafsu makan, mual, muntah dan diare.

d. Pola eliminasi

Kaji pola eliminasi feses dan urin, berapa frekuensinya dan bagaimana

sifatnya, BAB lebih empat kali sehari, BAK tak terkaji, berat jenis urine

tinggi, oliguria.

m. Pola istirahat-tidur

Gangguan tidur biasanya disebabkan oleh badan panas atau demam,

BAB yang sering.

n. Pola kognitif perseptual

Pola ini sulit dan tak bisa dikaji/dilakukan

o. Pola peran hubungan

Kaji siapa yang mengasuh bayi. Klien sering digendong karena rewel.

p. Pola aktivitas dan latihan

Kaji tingkat perkembangan atau tumbuh kembang sesuai dengan usia.

q. Pola reproduksi

Tidak bisa di kaji pada bayi, tapi dapat dilihat dari cara orang tua

memperlakukan anaknya sesuai dengan jenis kelamin (pakaian, alat

permainan).

Page 17: Gastroenteritis

17

r. Pola koping dan toleransi terhadap stress.

Untuk mengkaji pola ini sulit karena bahasa untuk bayi tidak dimengerti

(menangis).

s. Pola keyakinan

Kajian tentang pola keyakinan ini lebih banyak pada bagian bagaimana

pola keyakinan orang tua klien.

2. Diagnosa keperawatan

Gastroenteritis mungkin menyebabkan interaksi fungsi normal dari

system tubuh yang dipengaruhi. Berdasarkan data pengkajian diagnosa

keperawatan pasien yang utama yang berhubungan dengan gastroenteritis

meliputi: sesuai teori, bukan askep

a. Risiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasase

feses yang sering dan kurangnya asupan cairan.

b. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pasase

feses yang sering atau encer (Smeltzer dan Bare, 2001)

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan makanan tak adekuat.

d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang mengenal informasi tentang

kondisi ( Doenges, 2000).

e. Perubahan pola eliminasi Bab, diare berhubungan dengan proses infeksi

pada saluran cerna.

f. Perubahan ketidak nyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen,

diare, dan muntah sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan

hiperperistaltik.

3. Perencanaan

Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu system untuk

menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali. Salah satu

Page 18: Gastroenteritis

18

system yang bisa digunakan adalah hirarki kebutuhan manusia “ Fyer et

al, 1996 “ ( Nursalam, 2001). Perencanaan meliputi pengembangan

strategi untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah

yang akan diidentifikasi pada diagnosa kutipan dari Fiyer, taptik dan

bernocehi, 1996 ( Nursalam, 2001), dalam pengaturan prioritas,

perencanaan ada dua hirarki yang bisa digunakan:

1) Hirarki Maslow

Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dibagi dalam lima tahap:

fisiologi, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualitas diri. Dia

mengatakan bahwa klien memerlukan suatu tahapan kebutuhan. Jika klien

menghendaki suatu tindakan yang memuaskan. Dengan kata lain

kebutuhan fisiologis biasanya sebagai prioritas utama bagi klien dari pada

kebutuhan lain. ( Nursalam, 2001).

Dimana Maslow menggambarkan dengan skema piramida yang

menunjukkan bagaimana seseorang bergerak dari pemenuhan kebutuhan

dasar dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dengan tujuan akhir adalah

fungsi dan kesehatan manusia yang terintergrasi.

Page 19: Gastroenteritis

19

Aktualisasi diri

Harga diri

Mencintai dan dicintai

Kebutuhan keselamatan

Dan keamanan

Kebutuhan fisiologis

(O2, Co2, Elektrolit,

makanan, dan sex).

Hirarki Abraham Maslow

Keterangan:

a). Kebutuhan fisiologis O2, Co2, Elektrolik, makanan, sex .

b). Kebutuhan keselamatan dan keamanan, terhindar dari penyakit, pencuri

dan perlindungan hokum.

c). Mencintai dan dicintai : kasih sayang, mencintai, dicintai, diterima

kelompok.

d). Harga diri: dihargai dan menghargai (Respek dan toleransi).

e). Aktualisasi diri: ingin diakui, berhasil dan menonjol

( Smeltzer and Bare, 2002)

Page 20: Gastroenteritis

20

2) Hirarki “ kalish”

Kalish 1983, lebih menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi

kebutuhan fisiologi menjadi kebutuhan untuk “bertahan dan stimulasi”.

Kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk mempertahankan hidup: udara,

air, temperatur, eliminasi, istirahat dan menghindari nyeri, jika terjadi

kekurangan kebutuhan tersebut, klien cenderung menggunakan prasarana

untuk memuaskan kebutuhan tertentu, hanya saja mereka akan

mempertimbangkan terlebih dahulu kebutuhan yang paling tinggi

prioritasnya, misalnya keamanan dan harga diri. (Nursalam, 2001)

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien

dengan gastroenteritis maka rencana keperawatan yang dapat dirumuskan

adalah:

1) Risiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pasase feses yang sering dan kurangnya asupan cairan.

Tujuan: volume cairan seimbang.

Kriteria hasil:

- BAB tidak lebih dari satu kali perhari.

- Intake dan out put seimbang.

- Turgor kulit baik.

- Mata tidak cekung.

Intervensi:

a). Kaji adanya dehidrasi (penurunan turgor kulit, tacikardi, nadi

lemah, penurunan natrium serum, haus).

Rasional: keseimbangan cairan sulit di pertahankan selama episode

akut. Karena feses di dorong melalui usus terlalu cepat untuk

memungkinkan absorbsi air; haluaran melebihi asupan

b). Mencatat intake dan output.

Rasional: Mengetahui kesimbangan antara intake dan output klien

dan mengetahui banyak pergantian cairan yang di perlukan.

c). Timbang berat badan setiap hari.

Page 21: Gastroenteritis

21

Rasional: sebagai indikasi dalam pemenuhan cairan dan nutrisi.

d). Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.

Rasional: memperbaiki kehilangan cairan.

(Smeltzer and Bare, 2002).

2) Risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pasase

feses yang sering atau encer.

Tujuan: menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa

konplikasi.

Kriteria evaluasi: menunjukkan prilaku orang tua untuk

mempertahankan kulit halus, kenyal dan utuh.

Intervensi:

a). Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.

Rasional: Area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan

memerlukan pengobatan lebih intensif.

b). Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.

Rasional: melicinkan kulit dan menurunkan gatal.

c). Tekankan pentingnya masukan nutrisi atau cairan adekuat.

Rasional: perbaiki nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi

kulit.

d). Dorong mandi dua hari satu kali, pengganti mandi tiap hari.

Rasional: sering mandi menyebabkan kekeringan kulit.

(Doenges, 2000).

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan makanan tak adekuat.

Tujuan: kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi .

Kriteria hasil: dapat menghabiskan porsi makanan yang di hidangkan.

Intervensi:

a). Kaji dan catat masukan oral klien.

Rasional: mengetahui perkembangan nafsu makan klien dan

memantau peningkatan masukan oral.

Page 22: Gastroenteritis

22

b). berikan klien makan dengan diet lunak, diet dengan porsi kecil tapi

sering.

Rasional: mencegah kekosongan lambung yang dapat mengiritasi

lambung . (Doenges, 2002).

4) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang mengenal informasi tentang

kondisi.

Tujuan: keluarga memahami proses penyakit dan pengobatan.

Kriteria hasil:

- Keluarga mengerti tentang penyakit dan pengobatan.

- Keluarga berpartisipasi dalam pengobatan dan perawatan.

Intervensi:

a). Tentukan persepsi keluarga tentang proses penyakit.

Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan dasar tentang proses

penyakit dan pengobatan.

b). Kaji ulang proses penyakit, penyebab yang menimbulkan gejala.

Rasional: pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan

keluarga untuk membuat keputusan tentang penyakitnya.

c). Kaji ulang obat, tujuan, frekwensi, dosis dan kemungkinan efek

samping.

Rasional: memungkinkan pemahaman dan dapat meningkatkan

kerja sama dalam program.

d). Tekankan pentingnya perawatan kulit seperti tehnik. Cuci tangan

yang bersih dan perawatan perineal.

Rasional: Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit.

(Doenges, 2002).

Page 23: Gastroenteritis

23

5) Perubahan pola eliminasi Bab: diare berhubungan dengan proses

infeksi pada saluran cerna.

Tujuan : Pola eliminasi kembali normal.

Kirteria hasil : BAB tidak lebih dari satu kali perhari, intake dan

output seimbang, konsistensi feses lembek.

Rencana tindakan:

a) Kaji dan catat frekwensi BAB, karakteristik feses dan faktor

pencetus.

Rasional: Mengetahui penyebab diare dan menentukan tindakan

selanjutnya.

b) Berikan istirahat yang cukup bagi klien.

Rasional: Membantu menurunkan mobilitas usus dan menurunkan

metabolisme bila ada infeksi.

c) Observasi tanda-tanda vital

Rasional: Melalui tanda-tanda vital dapat diketahui perubahan

suhu, nadi, tekanan darah dan pernapasan yang abnormal atau

kemungkinan terjadinya pre syok atau syok.

d) Berikan oral yang adekuat, porsi kecil tapi sering.

Rasional: Mempertahankan kondisi tubuh klien dan mencegah

kekosongan lambung.

e) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

Rasional: Mengobati sufuratif lokal.

6) Perubahan ketidaknyaman yang berhubungan dengan kram abdomen,

diare, dan muntah sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan

hiperperistaltik.

Tujuan : Rasa ketidaknyaman berkurang sampai hilang.

Kriteria hasil:

- Klien tidak rewel atau gelisah

- Hiperperistaltik dan diare sudah tidak ada lagi.

Rencana tindakan:

Page 24: Gastroenteritis

24

a) Baringkan klien dalam posisi terlentang dengan bantalan

penghangat diatas abdomen.

Rasional: Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan

mengurangi kram.

b) Berikan masukan cairan sedikit tapi sering.

Rasional: Cairan dalam jumlah yang kecil tidak akan mendesak

area gastrik dengan demikian tidak memperberat gejala.

c) Lindungi daerah perianal dari iritasi.

Rasional: Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat

mengiritasi kulit perianal (Carpenito, 1999).