26
Gangguan Refraksi Miopia ODS dan Ambliopia OS Cinthya Ayu Christine 10.2009.068 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jalan Arjuna Utara No 6 – Jakarta Barat 11470 Email : [email protected] Pendahuluan Kelainan refraksi atau ametropia merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan astigmatisma. Hampir setiap saat kita menjumpai kasus kelainan refraksi di lingkungan kita dan angka ini secara teoritis meningkat terus tiap tahunnya. 1 Salah satu kelainan refraksi yang pada kasus dibawah ini adalah miopi. Miopi mempunyai keluhan sering kabur melihat jauh. Miopi berati menutup mata. Istilah ini mungkin berawal dari perlunya penderita miopi menyipitkan atau menutup matanya sebagian untuk memperjelas objek yang dilihat pada jarak jauh. Hal ini terlihat pada penderita miopi yang koreksinya tidak sempurna atau tidak menggunakan koreksi sama sekali. Miopi memiliki prevalensi tinggi di dunia tanpa memandang jenis kelamin, usia maupun kelompok etnis. 1

Gangguan Refraksi Pada Miopi ODS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Gangguan Refraksi Miopia ODS dan Ambliopia OSCinthya Ayu Christine 10.2009.068 Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)Jalan Arjuna Utara No 6 Jakarta Barat 11470Email : [email protected]

Pendahuluan Kelainan refraksi atau ametropia merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan astigmatisma. Hampir setiap saat kita menjumpai kasus kelainan refraksi di lingkungan kita dan angka ini secara teoritis meningkat terus tiap tahunnya.1 Salah satu kelainan refraksi yang pada kasus dibawah ini adalah miopi. Miopi mempunyai keluhan sering kabur melihat jauh. Miopi berati menutup mata. Istilah ini mungkin berawal dari perlunya penderita miopi menyipitkan atau menutup matanya sebagian untuk memperjelas objek yang dilihat pada jarak jauh. Hal ini terlihat pada penderita miopi yang koreksinya tidak sempurna atau tidak menggunakan koreksi sama sekali. Miopi memiliki prevalensi tinggi di dunia tanpa memandang jenis kelamin, usia maupun kelompok etnis.Skenario Pasien anak perempuan umur 10 tahun datang dibawa oleh orang tuanya ke poli umum Ukrida dengan keluahan kabur pada saat melihat jauh. Pasien sering memicingan mata bila melihat TV atau melihat obyek yang didepannya, pasien juga seekali mengucek kedua matanya, tidak ada mata merah, atau berair, tidak ada riwayat alergi, pada pemeriksaan ketajaman penglihatan, mata kanan 6/60 dan mata kiri 6/18, mata kanan dapat terkoreksi menjadi 6/6, tapi mata kiri terkoreksi menjadi 6/10.

Anamnesis Anamnesis adalah komunikasi antara dokter dengan pasien atau keluarga pasien atau orang terdekat dari pasien tersebut. Yang perlu kita tanyakan secara umum dan terarah pada kasus diatas yaitu :2 Identitas pasien yang terdiri dari nama, umur, alamat, pekerjaan, status, agama, pendidikan terakhir. Keluhan utama digolongkan menurut lama, frekuensi, hilang timbul, dan cepat timbulnya gejala. Lokasi, berat, dan keadaan lingkungan saat timbulnya keluhan harus diperhatikan. Riwayat ocular sebelumnya (misal penglihatan buruk pada satu mata sejak lahirm rekurensi penyakit sebelumnya, terutama peradangan). Riwayat medis sebelumnya (misal hipertensi yang dapat terkait dengan beberapa penyakit vaskular mata seperti oklusi vena retina sentral; diabetes yang dapat menyebabkan retinopati, dan penyakit peradangan sistemik seperti sarkoid yang juga dapat menyebabkan peradangan ocular). Riwayat pengobatan, karena beberapa obat seperti isoniazid dan klorokuin dapat toksik terhadap mata. Riwayat keluarga yang berhubungan dengan sejumlah gangguan mata seperti retinitis pigmentosa penyakit ocular yang diturunkan, strabismus, ambliopia, glaucoma, atau katarak, ablasio retina atau degenari makula. Alergi Gejala mata yang umum 3Agar dapat melakukan pemeriksaan mata dengan benar diperlukan pemahaman dasar mengenai gejala pada mata. Gejala-gejala mata dapat dibagi dalam tiga kategori dasar: kelainan penglihatan, kelainan tampilan mata, dan kelainan sensasi mata-nyeri dan rasa tidak nyaman. Gejala dan keluhan harus selalu terinci lengkap. Apakah onsetnya (muncul gejala) perlahan,cepat, atau asimptomatik? (Mis, apakah penglihatan kabur di satu mata tidak diketahui sampai mata sebelahnya tanpa sengaja ditutup?) apakah durasinya singkat, atau gejalanya menetap sampai kunjungan ke dokter? Jika gejalanya hilang-timbul, bagaimana frekuensinya? Apakah lokasinya setempat (fokal) atau difus, unilateral atau bilateral? Akhirnya, bagaimana derajat gejalanya menurut pasien-ringan, sedang atau berat?Perlu juga diketahui tindakan pengobatan yang telah dijalani dan seberapa besar efeknya. Apakah pasien menyebut keadaan-keadaan yang memicu atau memperberat gejala itu? Apakah keadaan serupa pernah terjadi sebelumnya dan adakah gejala tambahan lain?Pemeriksaan Fisik dan PenunjangPemeriksaan Fisik1. Inspeksi mata4 Adakah kelainan yang terlihat jelas (misal: proptosis, mata merah, asimetris, nistagmus yang jelas atau ptosis)?Lihat konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan kelopak mata. Apakah pupil simetris? Bagaimana ukurannya? Apakah keduanya merespon normal atau seimbang pada cahaya dan akomodasi? Adakah ptosis? Periksa menutup kelopak mata.2. Tajam penglihatan atau visus Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Biasanya pemeriksaam tajam penglihatan ditentukan dengan melihat kemampuan mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu. Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan diukur dengan melihat jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi sinar.Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 (atau 20/15 atau 20/20 kaki). Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti: Bila tajam penglihatan 6/6 berati ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter Bila hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berati tajam penglihatan pasien 6/30 Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berati ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dilihat pada jarak 60 meter Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada Snellen maka dilakukan hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter Dengan ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berati hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter Dengan uji lambaian tangan, maka dinyatakan penglihatannya lebih buruk dari daripada 1/60. Orang normal dapat melihat lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berati tajam penglihatan adalah 1/300 Terkadang mata hanya dapat melihat sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~ Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar makan dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total. Hal diatas dapat dilakukan pada orang dewasa atau dapat berkomunikasi. Pada bayi adalah tidak mungkin dilakukan. Pada bayi yang belum mempunyai penglihatan seperti orang dewasa secara fungsional dapat dinilai apakah penglihatannya akan berkembang normal adalah dengan melihat reflex fiksasi. Bayi normal akan berfiksasi pada usia 6 minggu, sedang mempunyai mengikuti sinar pada usia 2 bulan. Pada anak yang lebih besar menggunakan benda lebih besar dan bewarna untuk digunakan dalam pengujian penglihatan.Bila seseorang diragukan apakah penglihatannya berkurang akibat kelainan refraksi, maka dilakukan uji pinhole. Penghilatan kabur akibat ( mis. Miopi, hiperopia, astigmatisma) disebabkan oleh banyaknya berkas sinar tak terfokus yang masuk ke pupil dan mencapai retina.Melihat kartu Snellen melalui sebuah plakat dengan lubang kecil mencegah sebagian besar berkas tak terfokus yang memasuki mata. Hanya sejumlah kecil berkas sejajar-sentral yang bisa mencapai retina sehingga dihasilkan bayangan yang lebih tajam. Dengan demikan, pasien dapat membaca huruf pada satu dua baris dari barisan huruf yang bisa terbaca saat memakai kacamata koreksi sesuai.Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata tidak terakomodasi, mata tersebut mengalami miopi atau nearsighted.Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan fundus3Kegunaan utama oftalmoskop direk adalah untuk memeriksa fundus. Menggelapkan ruang periksa biasanya cukup menyebabkan dilatasi pupil alami untuk mengevaluasi fundus sentral, termasuk diskus, makula, dan struktur pembuluh darah retina proksimal.3Kelainan refraksi pasien dan pemeriksa akan menetukan kekuatan lensa yang diperlukan untuk membawa fundus dalam fokus optimal.3Untuk memeriksa retina perifer, yang diperjelas dengan melebarkan pupil, pasien diminta melihat kearah kuadran yang ingin diperiksa. Jadi retina temporal mata kanan terlihat bila pasien melihat ke temporal kanan, sedangkan retina superior terlihat bila pasien melihat ke atas. Saat bola mata berputar, retina dan kornea akan bergerak dalam arah berlawanan. Saat pasien melihat ke atas, retina superior bergerak ke bawah-ke dalam garis pandang pemeriksa.3Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit pada polus posterior fundus mata myopia sklera oleh koroid. Pada mata miopi tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi retina bagian perifer.2. Daya pembedaan warnaTes dengan menggunakan kartu ishihara. Untuk menguji daya pisah warna mata penderita menguji adanya buta warna. Pada derajat miopi tinggi biasanya terdapat gangguan membedakan warna biru, oleh karena adanya aberasi khromatis. Perubahan daya pembedaan warna menunjukkan adanya perubahan pole posterior.3. Lapang pandangan Dengan menggunakan uji konfortasi, kampimeter, dan perimeter. Perubahan lapang-pandangan tergantung berat ringannya atrofi koroido-retina. 4. Pemeriksaan lainPemeriksaan darah lengkap (leukosit, limfosit, monosit,eusinofil IgE)Diagnosis Banding Hipermetropia Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina.5 Bahan sinar sejajar tanpa akomodasi akan difokuskan dibelakang bola mata ( fokus imajiner ). Pada saat sinar datang diretina masih belum terfokus, sehingga terbentuk lingkaran yang kabut ( lingkaran difus) sehingga terbentuk bayangan kabur dan pengamat melihat objek tanpa kabur. Penyebab utama hipermetropi adalah pemendekan aksis anteroposterior bola mata ( hipermetropia aksis). Setiap pendekatan aksis anteroposterior bola mata sebesar 1 mm akan menyebabkan hipermetrop 2 dioptri.6Untuk mengoreksi hipermetropinya, pasien melakukan akomodai, sehingga hipermetrop derajat rendah dapat dikoreksi dengan akomodasi ini. Tetapi hipermetrop derajat lebih tinggi tidak dapat dikoreksi secara penuh. Hipermetrop ini juga akan lebih nyata pada saat pasien bertambah tua sebagai akibat makin berkurangnya akomodasi. Ada 2 macam hipermetrop yaitu : 1. Hipermetrop manifes yang terdiri : a. Hipermetrop fakultatif yaitu hipermetrop yang masih dapat diatasi dengan akomodasi b. Hipermetrop absolut yaitu hipermetrop yang tidak dapat diatasi dengan akomodasi2. Hipermetrop laten yaitu hipermetrop yang secara fisiologis dapat diatasi oleh tonus otot siliaris. Hipermetrop manifes ditambah hipermetrop laten disebut hipermetrop total. Jadi misalnya orang hipermetrop dengan visus 6/30 : Dengan koreksi S+2 menjadi 6/6 Dengan koreksi S+3 juga menjadi 6/6 Dan dengan koreksi S+4 malah memburuk menjadi 6/7,5 maka : Kaca mata S+2 mengoreksi hipermetrop absolut Kaca mata S+3 mengoreksi hipermetrop absolut dan fakultatif ( koreksi fakultatifnya adalah S+1) Maka kaca mata yang diberikan adalah S+3 yang juga menghilang akomodasi saat melihat jauh sehingga terasa lebih enak daripada S+2 Sisanya yang berupa hipermetrop laten hanya dapat diukur dengan pemberian obat tetes mata sikloplegik saat pengukuran koreksi tetapi hal ini tidak dapat dilakukan karena pasien sudah enak dengan koreksi tanpa sikloplgik ( koreksi hipermetrop total). Penyebab hipermetrop adalah faktor genetis dan lingkungan sehingga hipermetrop diwarisan secara polifaktorial/ multifaktorial.6 Hipermetopia dapat disebabkan :5a. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek. b. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina. c. Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optik mata. Gejala yang ditemukan pada hipermetropia adalah penglihatan dekat dan jauh kabur, sakit kepala, silau, dan kadang rasa juling atau lihat ganda. Pasien hipermetropia sering disebut sebagai pasien rabun dekat. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling ke dalam. Pada hipermetrop yang ringan ( tidak lebih dari 1,50 dioptri ) dan pasien muda, tidak memperlihatkan keluhan saat melihat jauh sedangan pada hipermetrop yang lebih tinggi akan mengeluh kekaburan saat melihat jauh. Penanganan hipermetrop adalah dengan pemberian lensa sferis positif ( konveksi/cembung ) yang membantu mengkonvergensikan ( mengumpulkan cahaya ) sehingga cahaya akan difokuskan lebih kedepan dari belakang retina menjadi terfokus di retina.6a. Pada hipermetrop derajat rendah dan pasien masih berumur muda ( masih cukup akomodasi ) yang tidak mengeluh maka tidak perlu koreksi kaca mata.b. Kalau tidak ada keluhan melihat jauh tetapi ada keluhan melihat dekat pada oramg muda maka diberikan koreksi lensa cembung saat melihat dekat atau membaca. c. Pada pasien yang umurnya makin tua perlu koreksi saat melihat jauh dan penambahan lensa baca ( addisi) untuk membaca. Dengan demikian diberikan kaca mata bifokus yaitu kaca mata dengan dua segmen : segmen atas untuk melihat jauh dan segmen bawah untuk melihat dekat. Astigmatisma Pada astigmat berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Pada mata dengan astigmat lengkungan jari-jari meridian yang tegak lurus padanya.5 Bayi baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut sebagai astigmatisme with the rule ( astigmat lazim ) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang ventrikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal. Pada keadaan astigmat lazim ini diperlukan lensa silinder negatif dengan sumbu 180 derajat untuk memperbaiki kelainan refraksi yang terjadi.5Pada usia pertengahan kornea menjadi lebih sferis kembali sehingga astigmat menjadi againts the rule ( astigmat tidak lazim ). Aztigmat tidak lazim adalah suatu kelainan refraksi astigmat dimana koreksi dengan silinder negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus ( 60-120 derajat ) atau dengan silinder positif sumbu horizontal ( 30-150 derajat ). Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian horizontal lebih kuat dibandingan kelengkungan kornea vertikal. Hal ini sering ditemukan pada usia lanjut. Bentuk astigmat :5 a. Astigmat regular : astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigmat regular dengan bentuk yang teratur dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran. b. Astigmat iregular : astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus. Astigmat iregular dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi iregular. Astigmat iregular terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.Pengobatan dengan lensa kontak keras bila epitel tidak rapuh atau lensa kontak lembek bila disebabkan infeksi, trauma dan distrofi untuk memberikan efek permukaan yang iregular.5Pada pasien plasidoskopi terdapat gambaran yang iregular. Koreksi dan pemeriksaan astigmat, pemeriksaan mata dengan sentris pada permukaan kornea. Dengan alat ini dapat dilhat kelengkungan kornea yang regular ( konsentris ), iregular kornea dan adanya astigmatisme kornea.5 Juring atau kipas astigmat : garis berwarna hitam yang disusun radial dengan bentuk semisirkular dengan dasar yang putih, dipergunakan untuk pemeriksaan subyektif ada dan besarnya kelainan refraksi astigmat.5

Diagnosis Kerja Miopia Miopi adalah kelainan refraksi yang ditandai dengan terfokusnya sinar sejajar yang masuk mata di depan retina. Dengan gejala Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak jauh (anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis, tetapi dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku).6Usaha pasien untuk mengatasi miopi kalau tidak dilakukan koreksi mata biasanya adalah mengosok-gosok (mengucek-ucek) mata sehingga kurvatura kornea lebih datar dan penglihatan akan lebih jelas sementara, menyempitkan celah mata sehingga ada efek celah yang menghasilkan penglihatan jelas, untuk melihat jauh ia harus mendekati obyek sehingga fokus akan mundur dari bdan kaca retina dengan hasil penglihatan yang jelas. Ini sering dikeluhkan orang tua saat anak-anak mereka melihat TV atau membaca buku terlalu dekat.6Masih diperlukan tes ketajaman penglihatan dengan menggunakan snellen chart, funduskopi, pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis yang lain karena dengan mengucek mata dapat menimbulkan suatu radang.6

KlasifikasiPada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.Dikenal beberapa bentuk miopia seperti :5a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat. b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal. Menurut derajat beratnya miopi dibagi dalam :5a. Miopi ringan : dimana miopi kecil daripada 1-3 dioptrib. Miopi sedang : dimana miopi lebih antara 3-6 dioptric. Miopi berat atau tinggi : dimana miopi lebih besar dari 6 dioptri Menurut perjalanan miopi dikenal bentuk :5a. Miopi stasioner : miopi yang menetap setelah dewasab. Miopi progresif : miopi yang bertambah terus menerus pada usia dewasa akibat bertambahny panjangnya bola matac. Miopi maligna : miopi yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan Miopi pernisiosa=miopi maligna=miopi degenarif. Miopi degenerative biasanya bila miopi lebih dari 6 dioptri diserai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum terletak di temporal papil disertai atrofi korioretina. Atrofi retina berjalan setelah terjadinya atrofi sclera dan terkadang rupture membrane Brunch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina.5

EpidemiologiDi negara maju persentase penduduk yang menderita miopi biasanya lebih tinggi. Di AS, sekitar 25% dari penduduk dewasa menderita myopia. Di jepang, Singapura, dan Taiwan, persentasenya lenih besar mencapai 44%.7Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa. 7Etiologi dan Patofisiologi Masalah utama dalam miopia adalah karena panjang bola mata. Panjang bola mata cukup panjang dan ini adalah miopia aksial. Dalam miopia kelengkungan masalahnya adalah di kornea, dan miopia indeks masalahnya adalah di mana lensa refraksi yang terjadi banyak dan sinar mendapatkan konvergensi lebih dari biasanya. Hal ini menyebabkan sinar cahaya yang jatuh di depan retina. Hal ini juga dapat terjadi jika ada peningkatan dalam akomodasi seperti dalam penyebab fungsional seperti histeria atau obat-obatan, yang menghasilkan kejang otot cilliary.8Faktor etiologi lainnya adalah dari faktor keturunan dengan cara tranmisi autosomal resesif, autosomal dominan, sex linked dan derajat myopia yang diturunkan bervariasi. Faktor perkembangan saat prenatal dan perinatal. Penyakit ibu yang berkaitan dengan myopia congenital adalah hipertensi sistemik, toksemia, dan penyakit retina. Selain itu kelahiran premature berat badan kurang dari 2500gr. Hal ini berkaitan dengan defek mesodermal yang berkaitan dengan prematuritas.8Manifestasi Klinik Gejala yang sering di alami oleh pasien miopia yaitu :6 Pandangan kabur saat melihat objek yang jauh Gejala ketegangan mata: sakit kepala, sering disertai juling dan celah kelopak sempit Mempunyai kebiasaan buruk memegang buku terlalu dekat dengan mata, mengeryitkan matanya untuk mencegah aberasi subfebris atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil) Gejala umum seperti mual dan kelelahanPenatalaksanaan Pemberian lensa sferis negative (lensa cekung)Pemberian lensa sferis negative (lensa cekung), sehingga cahaya sebelum memasuki mata akan disebarkan (divergensi) dahulu sebelum mencapai kornea sehingga focus yang tadinya di badan kaca akan digeser ke belakang yaitu tepat pada retina61. Pada miopi ringan pemberian koreksi bisa penuh dan pada miopi tinggi diberikan koreksi tidak penuh2. Perlu diperhatikan apakah pasien masih cukup muda (cukup akomodasi) atau sudah tua sebab pemberian kaca mata akan membuat mata kea rah hipermetropi sehingga merangsang akomodasi3. Pasien dengan miopi tinggi perlu dipikirkan kaca mata bacanya, misalnya miopi S-5 diberikan kaca mata S-% untuk melihat jauhnya sedang untuk melihat dekat bisa disisakan miopi minus 3 misalnya sehingga untuk membaca dipakai S-2. Namun perlu dibicarakan dengan pasien termasuk juga mengingat umur pasien sebab ada yang merasa tidak enak4. Pada miopi tinggi perlu dilakukan evaluasi fundus dan fungsi penglihatan serta ada tidaknya glaucoma secara berkala. Penggunaan lensa kontak Penggunaan lensa kontak memberikan keuntungan yang lebih banyak, sebab dapat mempercantik penampilan, memperlua lapang pandang serta mengurangi distorsi dan aberasi. Tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan ketelitian pemakaiannya. Selain masalah pemakaiannya, perlu diperhatikan masalah lama pemakaian, infeksi, dan alergi terhadap bahan yang dipakai.7 Modifikasi lingkunganBeberapa penelitian mendukung efektivitas diet dalam pengelolaan miopi. Telah dianjurkan penderita miopi yang terpapar generic untuk meningkatkan konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula. Duke Elder menyarankan diit kaya vitamin D dan kalsium untuk penderita miopi.7 Operasi refraksi (LASIK)Metode operatif yang mulai popular di Indonesia saat ini adalah LASIK (Laser-Assisted in Situ Keratomileusis) yang mana laser digunakan mengurangi lapisan kornea sehingga kornea menjadi lebih datar yang menyebabkan bayangan benda lebih fokus ke retina.KomplikasiBeberapa komplikasi yang di alami pasien miopia yaitu : 7 Ablasio retina : merupakan komplikasi yan tersering biasanya disebabkan karena didahului dengan timbulnya hole pada daerah perifer retina akibat proses-proses degenerasi si daerah ini Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat mata berkovergensi terus menerus Glaucoma simple : komplikasi ini merupakan akibat dari artrofi menyeluruh dari koroid Floaters : kekeruhan badan kaca yang disebabkan proses pengenceran dan organisasi sehingga menimbulkan bayangan pada penglihatan Ambliopia terutama pada myopia dan anisometropia PrognosisMiopia sangat dipengaruhi oleh usia. Setiap derajat miopi yang kurang dari 4 tahun dianggap serius. Pada usia lebih dari 4 tahun dan terutama 8-10 tahun, miopi sampai dengan -6D harus diawasi dengan hati-hati. Jika melewati 21 tahun tanpa progresivitas serius prognosis baik. Bila progresif miopi prognosisnya buruk terutama bila di sertai oleh perubahan koroid dan vitreus, sedangkan pada miopi maligna prognosisny sangat jelek.7Pencegahan Sejauh ini, hal yang dilakukan adalah mencegah dari kelainan mata sejak dari anak dan menjaga jangan sampai kelainan mata menjadi parah. Biasanya dokter akan melakukan beberapa tindakan seperti pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu penglihatan, operasi, penggunaan lensa kontak dan penggunaan kacamata. Tindakan pencegahan yang lain adalah dengan cara :61. Pemeliharaan kesehatan secara umum. Gizi yang berimbang bila diperlukan sesuai aktifitas2. Mengurangi kerja dekat (membaca, menulis menjahit) yang berlebihan 3. Menghindari kerja fisik yang berat termasuk juga olahraga yang bagi pasien yang mempunyai miopi tinggi. 4. Mengatur program harian anak (sekolah,ekstra kurikuler). Seharusnya diharuskan aktifitas luar misalnya kegiatan olah raga, musik dan lain- lainAmbliopia Ambliopia adalah gangguan mata berupa penurunan tajam penglihatan akibat adanya gangguan perkembangan penglihatan selama masa kanak-kanak. Keadaan ini juga dikenal dengan istilahlazy eyeatau mata malas. Bila salah satu mata memiliki tajam penglihatan yang baik sedangkan mata yang lainnya tidak, maka mata dengan tajam penglihatan yang lebih buruk akan mengalami ambliopia. Umumnya hanya satu mata yang mengalami ambliopia, namun tidak menutup kemungkinan gangguan ini bisa terjadi pada dua mata sekaligus.9EtiologiAmbliopia disebabkan oleh berbagai macam kondisi yang mempengaruhi perkembangan penglihatan. Umumnya kondisi ini bersifat diturunkan. Ada 3 penyebab utama ambliopia, yaitu:9a. Strabismus (Juling)Ambliopia umumnya muncul pada mata yang mengalami strabismus (juling). Mata juling terjadi untuk menghindari penglihatan ganda (double) oleh anak tersebut. Anak juga biasanya lebih senang memakai mata sebelahnya dengan tajam penglihatan yang lebih baik. Mata yang juling adalah mata dengan tajam penglihatan yang lebih buruk.b. Kelainan refraksi yang tidak seimbang antar kedua mata.Kelainan tajam penglihatan bisa diatasi dengan kaca mata. Namun, ambliopia bisa muncul bila salah satu mata tidak fokus oleh karena ukuran minus, plus, atau silinder yang lebih besar bila dibandingkan dengan mata sebelahnya. Ambliopia juga bisa muncul pada dua mata sekaligus bila tajam penglihatan pada kedua mata sangat buruk. Keadaan ini muncul pada penderita minus, plus atau silinder tinggi.c. Kekeruhan pada jaringan mata yang normalnya jernih.Katarak (kekeruhan pada lensa mata) dapat menimbulkan ambliopia. Setiap kondisi yang mencegah masuknya bayangan objek ke dalam mata bisa menyebabkan ambliopia. Keadaan ini adalah penyebab ambliopia yang paling buruk.PatofisiologiDalam studi eksperimental pada binatang serta studi klinis pada bayi dan balita, mendukung konsep adanya suatu periode tersebut yang peka dalam berkembangnya keadaan ambliopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem penglihatan anak yang peka terhadap masukan abnormal yang diakibatkan rangsangan seperti deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan.Periode kritis tersebut adalah :91. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hingga 20/20 (6/6) yaitu pada saat lahir sampai usia 3-5 tahun.2. Periode yang berisko (sangat) tinggi untuk terjadinya ambliopia deprivasi yaitu di usia beberapa bulan hingga usia 7-8 tahun.3. Periode dimana kesembuhan ambliopia masih dapat dicapai yaitu sejak terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.Ambliopia seharusnya tidak dilihat hanya dari masalah di mata saja tetapi juga kelainan diotak akibat rangsangan visual abnormal selama periode kritis perkembangan penglihatan. Pada penelitian yang menggunakan hewan menunjukan bahwa ada pola distorsi pada retina dan strabismus pada perkembangan penglihatan awal dan bisa mengakibatkan kerusakan struktural dan fungsional Nukleus Genikulatum Lateral dan Korteks Ambang sistem penglihatan pada bayi baru lahir adalah di bawah orang dewasa meskipun sistem optik mata memiliki kejernihan 20/20. Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan khususnya interaksi antara kedua jalur lintasan mata kanan dan kiri di korteks penglihatan untuk berkembang menjadi penglihatan seperti orang dewasa yaitu visus menjadi 20/20. Pada Ambliopia terdapat defek pada visus sentral, sedangkan medan penglihatan perifer tetap normal.Gejala klinisTanda ambliopia dapat dilihat dari kebiasaan sehari-hari penderita dalam melihat sebuah objek. Tanda-tanda tersebut meliputi:91. Memicing-micingkan mata2. Memiringkan kepala untuk melihat objek3. Duduk terlalu dekat dengan objek4. Menutup sebelah mata saat membaca5. Mata terasa lelah6. Memanfaatkan telunjuk saat membaca7. Peka terhadap cahaya8. Sering mengeluh sakit kepalaPenatalaksanaanAmbliopia, pada kebanyakkan kasus dapat ditatalaksana dengan efektif selama 1 dekade pertama. Lebih cepat tindakan terpeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula peluang keberhasilannya. Pada awal terapi sudah berhasil hal ini tidak dapat menjamin penglihatan yang optimal akan tetap bertahan, para klinisi harus tetap waspada dan bersiap untuk melanjutkan penatalaksanaan hingga penglihatan matang (sekitar umur 10 tahun).Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah-langkah berikut:91. menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak.2. Koreksi kelainan refraksi3. Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan mata yang lebih baik.Kesimpulan Miopi adalah kelainan refraksi yang ditandai dengan terfokusnya sinar sejajar yang masuk mata di depan retina. Ambliopia adalah Ambliopia adalah gangguan mata berupa penurunan tajam penglihatan akibat adanya gangguan perkembangan penglihatan selama masa kanak-kanak. Untuk mengetahuin kelainan ini maka dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang. Jadi hipotesi pada diskusi kelompok kemarin diterima yaitu seorang anak perempuan berumur 10 tahun dengan keluahan kabur saat melihat kejauhan dan mata tidak merah serta tidak berair ini menderita gangguan refraksi miopia ODS dan ambliopia OS.Daftar Pustaka 1. Hartonto Willy dan Sri Inakawati. Kelainan refraksi tak terkoreksi penuh. Artikel asli fakultas kedokteran universitas diponogoro. Nomor 4. Januari-Maret 2010. Diunduh dari : http://eprints.undip.ac.id/22190/1/05_asli_-_kelainan_refraksi_-_willy_hartanto_-_25-30.pdf , 15 Maret 2014. 2. James B, Chew C, Bron A. Oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta: Erlangga; 2003.h.18-20.3. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan& Asbury: oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2009.h.28-42.4. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2003.h.44-5.5. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta : FKUI; 2012.h.64-8,76-8.6. Morosidi SA, Paliyana MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Ukrida; 2011.h.23-5,37-42.7. Widodo A, Prilia T. Miopati patologi. Jurnal Oftalmologi Indonesia 2007. Vol.5, No. 1; 19-26. Diunduh dari : http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2750&med=33&bid=3 . 15 Maret 2014.8. Agarwal S, Agarwal A, Aplle DJ, Lucio B, Alio JL, Pandey SK, Agarwal A. Textbook of ophalmology. India: Jaypee brothers medical publishers; 2002.h.165-70.9. Kids Health. Amblyopia. Diunduh dari : www.kidshealth.com , 15 Maret 2014 .

17