Upload
lamhuong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN USIA MENOPAUSE PADA WANITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEKAR KOTA KENDARI
PROPINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
WULAN PURNAMA P00324014039
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN KENDARI
2017
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
a. Nama : Wulan Purnama
b. Tempat Tanggal Lahir : Dopi, 02 Januari 1996
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
e. Agama : Islam
f. Alamat : Desa Kontunaga Kec. Kontunaga
II. Jenjang Pendidikan
a. SD Negeri 2 Kontunaga Tamat Tahun 2008
b. SMP Negeri 4 Kosambi Tamat Tahun 2011
c. SMA Swasta Wamelai raha Tamat tahun 2014
d. Sejak Tahun 2014 Melanjutkan Pendidikan di Politeknik Kemenkes
Kendari Sampai Sekarang.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “gambaran
usia menopause pada wanita di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016”.
Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini ada banyak pihak
yang membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan
segala kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima
kasih sebesar-besarnya terutama kepada Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes
selaku Pembimbing I dan Ibu Andi Malahayati, S.Si.T, M.Kes selaku
Pembimbing II yang telah banyak membimbing sehingga karya tulis ilmiah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini pula
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kendari.
3. Ibu Hj. Hadijah, SKM, M.Kes sebagai Kepala Puskesmas Mekar Kota
Kendari.
4. Ibu Hasmia Naningsih, SST, M.Keb, Ibu Aswita, S.Si.T, MPH, Ibu
Farming, SST, M.Keb selaku penguji dalam proposal karya tulis ilmiah
ini.
vi
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu
pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.
6. Kedua orang tua yaitu bapak La Famili dan ibu Wa Hina serta
saudaraku Maya Sari, AM.Keb.
7. Seluruh teman-teman D-III Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta
sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah
selanjutnya.
Kendari, Juli 2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
BIODATA.......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR......................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ ix
ABSTRAK............................................................................................. X
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 6
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 6
B. Landasan Teori.......................................................................... 23
C. Kerangka Teori.......................................................................... 24
D. Kerangka Konsep...................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 26
A. Jenis Penelitian......................................................................... 26
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 26
D. Variabel Penelitian..................................................................... 26
E. Definisi Operasional.................................................................. 27
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 28
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 28
H. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 28
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 30
A. Hasil Penelitian.......................................................................... 30
B. Pembahasan............................................................................. 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 44
A. Kesimpulan................................................................................ 44
B. Saran......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 46
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Responden .................................................... 32
Tabel 2. Distribusi Usia Menopause Pada Wanita di Wilayah Kerja
Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016........................................................
33
Tabel 3. Distribusi Usia Menopause Berdasarkan Paritas Pada
Wanita di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari
Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016...........................
34
Tabel 4. Distribusi Usia Menopause Berdasarkan Riwayat
Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita di
Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016.........................................
35
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Master Tabel
2. Output Analisis Data
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Surat Izin Pengambilan Data
5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Puskesmas Mekar
Kota Kendari
6. Dokumentasi
xi
ABSTRAK
GAMBARAN USIA MENOPAUSE PADA WANITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEKAR KOTA KENDARI
PROPINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
Wulan Purnama 1 Melania Asi2 Andi Malahayati2
Latar belakang: Menopause merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti akan dialami oleh semua wanita. Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan gambaran usia menopause pada wanita di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan ialah deskriptif. Sampel penelitian adalah wanita di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016 yang berjumlah 36 orang. Instrumen pengumpulan data berupa cheklis mengenai usia menopause, paritas, riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal. Data dianalisis dengan uji deskriptif. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar usia menopause dalam kategori normal (usia 45-55 tahun). Sebagian besar usia menopause dalam kategori normal dan lambat memiliki paritas yaitu multipara. Sebagian besar usia menopause dalam kategori normal dan lambat memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal.
Kata kunci : usia menopause, paritas, riwayat KB hormonal
1 Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Poltekkes Kendari 2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menopause merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti
akan dialami oleh semua wanita. Menopause merupakan periode peralihan
dari masa subur menuju masa tua. Menopause terjadi pada akhir suatu
siklus yang dimulai pada masa remaja dengan munculnya menarche.
Umumnya wanita barat pertama kali mendapat menstruasi pada usia 12
tahun, sedangkan haid berakhir pada usia 45 sampai 53 tahun. Relatif
sedikit wanita mulai menopause pada usia 40 tahun dan beberapa
mengalaminya setelah berusia 40 tahun. Masa ini dikenal dengan
masa pramenopause (Depkes RI, 2015). Menurut Boyke di Indonesia
sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun. Namun, proses
perubahan kearah menopause itu sendiri sudah mulai sejak wanita
berusia 40 tahun. Masa ini dikenal sebagai masa pra-menopause
(Northrup, 2015).
Wanita yang mengalami menopause dini memiliki risiko 1,83 untuk
mengalami osteoporosis pada usia 77 tahun dan 1,68 kali berisiko
mengalami patah tulang (Northrup, 2015). Wanita yang mengalami
menopause lambat meningkatkan risiko kanker payudara, kanker
endometrium dan ovarium (Wendy, 2015).
Pada masa menopause terjadi penurunan fungsi generatif dan
endokrinologik serta terjadi perubahan psikologis sehingga mempengaruhi
2
kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause.
Beberapa perubahan yang terjadi pada masa menopause yaitu perubahan
mood, kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak berdaya, merasa tidak
berharga, sering keringat malam, jantung berdebar-debar (Glasier, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa prevalensi
sindrom diseluruh dunia sebesar 70-80%, di Eropa 60%, di Amerika 57%,
di Malaysia 18%, di Cina dan10% dan 10% di Jepang dan Indonesia 40%.
Gejala yang dirasakan yaitu hot flashes 38%, sulit tidur 37%, cepat lelah
dalam bekerja 35%, sering lupa 33%, mudah tersinggung 26%, nyeri pada
sendi dan merasa sakit kepala yang berlebihan (Saifuddin, 2012).
Banyak faktor yang berpengaruh pada usia menopause, diantaranya
faktor sosial demografi (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan,
status pekerjaan) (Baziad (2013). Faktor reproduksi yang berpengaruh yaitu
paritas, usia menarche, usia pertama melahirkan, riwayat penggunaan
kontrasepsi oral (Rebbeca & Brown, 2015). Faktor gaya hidup yang
berpengaruh yaitu status merokok, aktivitas fisik (Wendy, 2015).
Ibu yang mengalami menarche lebih awal berisiko 0,3 tahun lebih
cepat mengalami menopause dibandingkan ibu yang mengalami
menarche yang lambat (Sprinzer dan Denise, 2013). Semakin sering
seorang wanita melahirkan, semakin lama mengalami menopause. Hal ini
dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja
organ reproduksi wanita dan juga dapa memperlambat penuaan tubuh
(Yatim 2011). Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal akan
3
lebih lama mengalami menopause dibandingkan yang tidak pernah
menggunakan. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang
menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur
(Rebbeca & Brown, 2015).
Hasil studi awal yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar
Kota Kendari diperoleh data jumlah wanita menopause tahun 2014
sebanyak 191 wanita, tahun 2015 sebanyak 573 wanita dan tahun 2016
sebanyak 1162 wanita. Selain jumlah wanita menopause, beberapa
penyakit yang dialami wanita menopause tahun 2016 yaitu jantung
sebanyak 6 orang, osteoporosis sebanyak 15 orang, diabetes melitus
sebanyak 8 orang dan hipertensi sebanyak 12 orang (Puskesmas Mekar,
2017).
Kesimpulan yang diperoleh dari data tersebut adalah terjadinya
peningkatan jumlah ibu yang mengalami menopause dan banyaknya
wanita menopause yang mengalami penyakit sebagai salah satu dampak
dari menopause. Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik
melakukan penelitian mengenai gambaran usia menopause pada wanita
di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian
adalah bagaimanakah gambaran usia menopause pada wanita di
4
Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran usia menopause pada wanita di
Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran usia menopause pada wanita di
Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
b. Mengetahui usia menopause pada wanita berdasarkan paritas
di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
c. Mengetahui usia menopause pada wanita berdasarkan
riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal di Wilayah Kerja
Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Wanita Menopause
Untuk menambah wawasan masyarakat khususnya wanita
tentang usia menopause dan faktor yang berperan dalam
5
menopause sehingga dapat menjalani masa menopause dengan
baik.
2. Manfaat Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan program Kesehatan reproduksi
wanita terutama pada wanita menopause.
3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Anindita (2015) berjudul faktor-faktor
yang berhubungan dengan usia menopause pada wanita di RW 01
Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Jakarta menyatakan bahwa
wanita nullipara, usia menarche yang lebih cepat, menggunakan
kontrasepsi oral, merokok berhubungan dengan usia menopause yang
lebih cepat.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Anindita (2015) adalah
variabel penelitian, jenis penelitian dan tempat penelitian. Variebel dalam
penelitian ini adalah umur menarch, paritas, usia pertama melahirkan,
riwayat penggunaan kontrasepsi oral dan jenis penelitian adalah deskriptif.
Variabel penelitian penelitian Anindita adalah faktor sosial demografi,
reproduksi, gaya hidup dan jenis penelitiannya adalah cross sectional
study.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Usia Menopause
a. Pengertian Menopause
Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh
setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Menopause
merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti. Men dan pauseis
adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan
berhentiya haid. Menurut kepustakaan abad ke-17 dan ke-18, menopause
dianggap suatu bencana dan malapetaka, sedangkan wanita post-
menopause dianggap tidak berguna dan tidak menarik lagi (Rebbecca dan
Brown, 2015).
Kata menopause yang berasal dari kata Yunani yang berarti
“bulan” dan “penghentian sementara”, yang secara linguistik lebih
tepat disebut menocease. Secara medis istilah menopause berarti
menocease, karena berdasarkan defenisinya menopause itu berarti
berhentinya menstruasi (bukan istirahat). Arti menopause yang tidak jelas
ini dikarenakan gejala-gejala yang muncul sebelum menstruasi juga
berhenti (Rebbecca adn Brown, 2015).
Menopause merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus
menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen
yang dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa dampak
7
pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis (Yudomustopo,
2015).
b. Batasan Usia Menopause
Menopause terjadi pada akhir suatu siklus yang dimulai pada masa
remaja dengan munculnya menarche. Umumnya wanita barat pertama kali
mendapat menstruasi pada usia 12 tahun, sedangkan haid berakhir
pada usia 45 sampai 53 tahun. Relatif sedikit wanita mulai
menopause pada usia 40 tahun dan beberapa mengalaminya setelah
berusia 40 tahun. Masa ini dikenal dengan masa pra- menopause
(Depkes RI, 2015). Menurut Boyke di Indonesia sendiri, usia menopause
bervariasi antara 45-50 tahun. Namun, proses perubahan kearah
menopause itu sendiri sudah mulai sejak wanita berusia 40 tahun. Masa
ini dikenal sebagai masa pra-menopause (Northrup, 2015).
c. Fisiologis Menopause
Menurut Aina (2013) secara endokrinologis, wanita mengalami
proses menua sejak di kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur
(folikel) terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 22-24 minggu
dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel
bayi wanita tinggal 2.000.000 buah. Jumlah tersebut menjadi 200.000
saat mendapat haid pertamanya pada masa pubertas. Semakin sedikit
folikel berkembang, semakin kurang pembentukan hormon di ovarium,
yaitu hormon progesteron dan estrogen. Haid akan menjadi tidak teratur
hingga akhirnya endometrium akan kehilangan rangsangan hormon
8
estrogen. Lambat laun haid pun berhenti, disebut proses menopause
(Rebbecca adn Brown, 2015).
Pandangan konvensional mengenai apa yang terjadi pada masa
pra menopause adalah bahwa kadar estrogen turun drastis. Ini
merupakan penyederhanaan yang terlalu berlebihan dan terlalu sering
mengakibatkan timbulnya gejala-gejala yang tidak terlalu nyaman
menjadi semakin parah.
Dalam menopause alamiah, perubahan hormonal pertama yang
terjadi adalah turunnya kadar progesteron secara gradual, sementara
kadar estrogen tetap berada dalam kisaran normal atau bahkan
meningkat. Karena progesteron dan estrogen saling mengimbangi satu
sama lain selama siklus menstruasi, jika yang satu turun maka yang lain
naik, penurunan drastis pada kadar progesteron memungkinkan kadar
estrogen naik tanpa terhalang yaitu tanpa penyeimbang yang biasanya
ada. Akibatnya adalah terjadi ekses estrogen, suatu kondisi yang
sering dinamakan dominasi estrogen yang justru merupakan kebalikan
dari pandangan konvensional (Northrup, 2015).
d. Jenis Menopause
Adapun jenis-jenis menopause yaitu (Northrup, 2015):
1. Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia
45 dan 55, pada diri wanita yang paling tidak punya satu indung
telur. Durasinya dalam kebanyakan kasus, adalah lima hingga
sepuluh tahun, meskipun seluruh proses itu kadang kadang
9
waktu tiga belas tahun. Selama itu menstruasi mungkin
berhenti selama beberapa bulan dan kemudian kembali dan
durasi intensitas dan alirannya mungkin bertambah atau
berkurang.
2. Menopause prematur terjadi agak lebih cepat dibanding yang
pertama, pada wanita di usia 30 tahun atau awal 40 tahun
yang mempunyai setidak tidaknya satu indung telur. Durasinya
biasanya lebih pendek dari pada menopause alamiah, satu
hingga tiga tahun.
3. Menopause buatan dapat terjadi secara sangat mendadak,
karena terdorong oleh operasi pengangkatan atau gangguan
pada fungsi reproduksi termasuk pengangkatan indung telur.
e. Perubahan Yang Terjadi Karena Adanya Menopause
1. Perubahan Fisik
Menurut Aina (2013), yang mengutip pendapat Hurlock,
ketika seorang memasuki menopause, fisik mengalami
ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi
secara tiba–tiba disekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher, dan
dada bagian atas. Kadang–kadang rasa kaku ini dapat diikuti
dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah,
cepat marah, dan berdebar-debar. Beberapa keluhan fisik yang
merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
10
a. Menurunnya gairah seks (Hilangnya hasrat seksual). Wanita
mengalami penurunan dalam kadar testosteron mereka
selama pra menopause ini dapat mengakibatkan hilangnya
hasrat seksual. Tapi bagi sebagian wanita masalah libido
terkait dengan kurangnya hormon estrogen atau menipisnya
jaringan vagina (Northrup, 2015).
b. Menstruasi yang tidak teratur atau abnormal (yang paling
sering, perdarahan vagina yang berlebihan). Ketika seorang
wanita mengalami perubahan hormon di masa pra
menopause, segala macam perdarahan mungkin terjadi,
mulai dari menstruasi yang menjadi sangat ringan dan
sebentar sampai menstruasi yang berjarak tiga bulan atau
lebih. Dan sebagian wanita mempunyai pola perdarahan
yang begitu tidak menentu sehingga tampak seperti bukan
menstruasi sama sekali.
c. Pembengkakan (retensi air). Ketidak nyamanan menahan
kencing (lepasnya air kencing saat batuk, bersin, tertawa dsb)
terjadi dikarenakan menipisnya lapisan saluran kencing
luar yang sangat bergantung pada estrogen. Gejala gejala
kencing sering dapat diatasi dengan penggunaan secolek
kecil krim estrogen di lokasi tersebut. Latihan kegel juga dapat
meningkatkan aliran darah ke area itu dan membanu
11
mengatasi ketidak mampuan menahan kencing (Northrup,
2015).
d. Mengembang dan melembutnya payudara. Banyak wanita
mengalami payudaranya melembut tepat sebelum menstruasi
mereka datang. Tapi selama pra menopause, payudara
akan terus lembut atau membesar jauh lebih sering. Ini
jauh lebih umum jika seorang wanita mengalami dominasi
estrogen.
e. Perubahan suasana hati (yang paling sering rasa kesal dan
depresi). Banyak wanita merasakan bahwa perubahan
suasana hati mereka lebih parah dibanding sebelumnya
menjelang haid mereka datang, meningkatnya suasana hati
yang negatif dan gelap, bersifat abnormal.
f. Berkeringat di Malam hari. Berkeringat di malam hari
merupakan suatu kesatuan dengan gelora panas. Terlebih
pada pukul 3 dan 4 pagi merupakan saat yang paling umum
dimana wanita pra menopause mandi keringat. Sehingga
perlu mengganti pakaian dimalam hari. Berkeringat malam
hari tidak saja mengganggu tidur melainkan juga teman
atau pasangan tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa
lelah dan lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur
nyenyak. Cara kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi
pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang
12
mengatur thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah.
Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman,
mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi
panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan
diri.
g. Jantung berdebar-debar. Seperti gelora panas, debaran
jantung dapat berkisar dari ringan sampai berat. Gejala ini
jarang yang berbahaya, meskipun kadang-kadang bisa terasa
sangat menakutkan. Itu merupakan akibat ketidak
seimbangan antara sistem syaraf simpatik dan para simpatik
dan sering terkait dengan ketakutan dan kecemasan.
h. Sakit kepala, terutama sebelum menstruasi. Kadar hormon
yang tidak seimbang ikut menambah apa yang dinamakan
migrain menstruasi selama masa pra menopause dan
menopause. Jenis sakit kepala ini biasanya datang tepat
sebelum menstruasi, ketika kadar estrogen maupun
progesteron dapat turun secara drastis. Ratusan wanita dapat
sembuh dari migrain menstruasi dan migrain menopause
mereka sepenuhnya dengan menggunakan krim progesteron
(Yatim, 2011).
i. Gelora Panas. Gelora panas adalah gejala pra menopause
yang paling umum dalam budaya kita terjadi sekitar 70
sampai 85% dari semua wanita pra menopause. Gelora
13
panas itu bisa sangat ringan atau sangat berat sehingga
mengakibatkan kurang tidur dan depresi. Itu dimulai dengan
sensasi hangat yang muncul tiba-tiba dan selintas yang
kemudian dapat menjadi sangat panas di wajah, kulit kepala,
dan area dada, kadang kadang bisa disertai dengan kulit
kemerahan dan keringat. Kadang-kadang itu disertai
frekuensi jantung yang meningkat, diikuti dengan rasa
kedinginan. Pada kebanyakan wanita, gelora panas sering
dimulai tepat sebelum atau selama periode menstruasi di
masa pra menopause (Hurlock, 2013).
2. Perubahan Psikologis
Seperti halnya gangguan gelombang hormon dan kebutuhan
untuk beradaptasi dengan cara-cara baru membuat masa
pubertas dan remaja menjadi masa yang sulit. Beberapa wanita
menemukan perubahan gelombang hormon dan kebutuhan untuk
menyesuaikan dengan perubahan membuat menopause menjadi
sangat sulit (Jones, 2015).
Perubahan ini seperti kehilangan seseuatu yang
dibayangkan tentang kehidupan dan harus menyesuaikan gejala
menopause yang asing baginya. Ketidak teraturan haid secara
bawah sadar meningkatkan kecemasan wanita bahwa daya tarik
seksual dan fisiknya berkurang. Menjadi tua, merasa ditolak dan
14
mencapai akhir dari kehidupan. Emosi yang negatif ini tentu saja
hanya berlangsung sementara (Mustopo, 2015).
Psikiatris menemukan, banyak wanita pada masa
menopause melampaui tiga tahap sebelum menyesuaikan
dengan kehidupan barunya. Pertama adalah tahap dimana
perasaan cemas makin menonjol biasanya periode ini cukup
singkat. Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlangsung
berbulan-bulan, ketika ganggua n depresi dan perubahan
suasana hati yang lainya muncul. Yang ketiga merasa ditolak
oleh semua orang. Semua anggapan itu tidak benar kelak si
wanita akan memasuki tahap penyesuaian ulang. Semua
kesedihan dari bulan-bulan sebelumnya tinggal sebagai mimpi
buruk (Yatim, 2011).
Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun
hormon tubuh pada saat menopause mempengaruhi berbagai
keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan-
keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-
hari (Glasier & Gebbie, 2015) seperti :
1. Depresi.
Ini adalah kondisi gejala yang pasti dan sering dialami pada
ibu menopause yang dikarenakan perubahan–perubahan
yang ada pada diri setiap seorang wanita karena perubahan
fisik dan psikologi pada tubuh (Nirmala, 2015).
15
2. Kecemasan.
Gangguan kecemasan dianggap sebagai bagian dari
satu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara alamiah
oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang
mengancam atau membahayakan dirinya. Namun kecemasan
ini umumnya bersifat relatif artinya ada orang–orang yang
cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapat dukungan
dari orang-orang di sekitarnya namun ada juga orang-orang
yang terus menerus cemas meskipun orang disekitarnya
memberikan dukungan.
Kecemasan yang timbul pada wanita menopause sering
di hubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah
dikhawatikan. Meski cemas dengan berakhirnya masa
reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik.
Apalagi menyadari bahwa dirinya akan menjadi tua yang
berarti kecantikan akan mundur. Seiring dengan hal itu
vilatitas dan fungsi organ-organ tubunya akan menurun. Hal
ini dapat menghilangkan kebanggaannya sebagai seorang
wanita. Keadaan ini dikhawatirkannya akan mempengaruhi
hubungannya dengan suami maupun dengan lingkungan
sosialnya.
3. Mudah tersinggung.
16
Gejala ini lebih mudah terlihat di bandingkan kecemasan.
Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu
yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu. Ini mungkin
disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita
menjadi sangat menyadari proses yang sedang berlangsung
dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap
sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya, terutama jika
sikap dan prilaku tersebut di persiapkan sebagai proses
penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
4. Stres.
Perubahan yang terjadi pada massa menopause dengan
menyebabkan stres pada wanita serta merupakan reaksi
tubuh terhadap kecemasan yang di hadapinya pada saat
situasi yang menakutkan atau tidak nyaman. Tidak ada
orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan
cemas termasuk wanita menopause. Ketegangan perasaan
atau stres selalu berdebar dalam lingkungan pekerjaan,
pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan
menyusup ke dalam tidur. Kalau tidak di tanggulangi stres
dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja, dan
menurunkan kekebalan terhadap penyakit. Namun demikian
stres tidak hanya memberikan dampak negatif tetapi juga
dampak positif tergantung bagaimana individu memandang
17
dan mengendalikannya karena stres sangat individual sifatnya
(Anwar, 2013).
f. Dampak Yang Terjadi Karena Menopause
Menurut Mustopo (2015) gangguan-gangguan yang sering terjadi
selama menopause adalah:
1. Osteoporosis.
2. Penyakit jantung koroner.
Kolesterol baik yang tinggi pada wanita muda dipengaruhi oleh
estrogen.Setelah menopause risiko terkena penyakit jantung koroner
dua kali lipat pada wanita karena lemak golongan atherogenik (yang
memproduksi lemak pada arteri) meningkat pada sekitar usia 60
tahun.
3. Kanker.
Pada masa menopause terjadi proses degenerasi sehingga
menyebabkan perubahan-perubahan tidak saja pada organ
reproduksi juga bagian tubuh lainnya, salah satu proses degenerasi
tersebut adalah penyakit kanker. Kondisi ini adalah suatu keadaan
pertumbuhan jaringan yang abnormal.
4. Demensia tipe alzhaimer.
Selama periode pra menopause dan pasca menopause terjadi
penurunan kadar hormon seks steroid. Penurunan ini menyebabkan
beberapa perubahan neuro endokrin sistem susunan saraf pusat,
maupun kondisi biokimiawi otak. Padahal sistem susunan saraf pusat
18
merupakan target organ yang penting bagi hormon seks steroid
seperti estrogen. Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel
neuron (kesatuan saraf) pada hampir seluruh bagian otak, terutama
didaerah yang berkaitan dengan fungsi ingatan.
5. Berat badan meningkat.
Usia menopause terjadi peningkatan berat badan akibat turunnya
estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak.
Selain pada usia ini biasanya aktivitas tubuh berkurang, selain itu
daya elastis kulit juga menurun, yang memudahkan lemak disimpan
dalam tubuh.
6. Perubahan kulit.
Gangguan diatas dasarnya terjadi karena hormon estrogen yang
mulai tertekan. Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit,
ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa tipis, kurang elastis
terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di
bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan
lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas.
g. Upaya Menghadapi Menopause
1. Pola Makan yang Tepat dan Aktivitas Fisik yang Cukup
Kehilangan estrogen pada wanita menopause
menimbulkan berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung
dan osteoporosis. Karena itu pengaturan asupan gizi sangat
berpengaruh untuk mempertahankan kondisi tubuh yang
19
maksimal. Aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi keluhan-
keluhan yang terjadi pada wanita menopause. Selain itu,
akupuntur juga dapat menolong untuk mengurangi
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh menopause (Rosenthal,
2013).
Alternatif lain yang dapat dicoba adalah yoga. Yoga dapat
menyeimbangkan perubahan hormonal, mengurangi keluhan fisik
dan psikis, memperkuat tulang dan mencegah kerapuhan tulang,
mencegah penyakit jantung, serta meningkatkan daya tahan
tubuh (Francine, 2014). Menurut Rosenthal (2013), ada
beberapa hal yang harus diperhatikan
a. Kebutuhan kalori dan zat gizi harus cukup
b. Makanan yang tinggi serat dan rendah lemak
c. Makanan yang tinggi kalsium dan zat besi
d. Vitamin. Vitamin yang diperlukan antara lain vitamin A, C dan
E untuk antioksidan, vitamin D untuk penyerapan kalsium,
vitamin B kompleks.
e. Hindari kafein, kopi, alkohol, minuman bersoda, rempah-
rempah, dan makanan berlemak. Kopi dan alkohol dapat
menghambat absorbsi kalsium.
2. Terapi Sulih Hormon
Terapi sulih hormon atau HRT (Hormon Replacement
Therapy) merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan-keluhan
20
yang timbul pada wanita yang mengalami menopause (Baziad,
2013). Atas dasar bahwa keluhan-keluhan tersebut terutama
disebabkan oleh kekurangan hormon estrogen, maka pengobatan
pilihan utama adalah pemberian substitusi estrogen dengan
ketentuan tidak menderita tumor yang bergantung estrogen
(estrogen dependent), misalnya miom uterus (Jones, 2015).
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian
estrogen saja, terutama estrogen lemah seperti estriol, selama 21
hari berturut-turut disusul dengan masa istirahat selama 7 hari.
Selama masa istirahat itu perlu diperhatikan apakah keluhan-
keluhan telah hilang atau menetap.
Jika keluhannya hilang maka pengobatan dapat
dihentikan, tetapi jika tidak berubah maka pengobatan dilanjutkan.
Namun demikian, mengingat bahwa estrogen juga dapat
mempengaruhi payudara dan mungkin dapat menimbulkan
keganasan. Maka sangat dianjurkan untuk selalu
menggabungkan pengobatan estrogen itu dengan progesteron.
Pemberian estrogen beberapa tahun ternyata dapat menurunkan
kejadian patah tulang sebesar 50-60%, dan mencegah terjadinya
penyakit jantung koroner sebesar 40-50%. Atas dasar ini
dianjurkan untuk memberikan estrogen sejak awitan masa
perimenopause. Estrogen dapat diberikan 8-10 tahun, bahkan bila
perlu bisa sampai 30-40 tahun (Jones, 2015).
21
Menurut Jacoeb (2008), sediaan estrogen tidak diberikan
jika ditemukan keadaan-keadaan berikut 1) tromboemboli,
penderita penyakit hati, kolelitiasis, 2) sindrom Dubin Johnson-
Rotor (gangguan sekresi bilirubin), 3) riwayat ikterus dalam
kehamilan, 4) karsinoma endometrium, karsinoma mamma,
riwayat gangguan penglihatan, anemia berat, 5) varises berat,
tromboflebitis, 6) penyakit ginjal.
Syarat minimal yang harus dipenuhi sebelum pemberian
estrogen dimulai adalah tekanan darah tidak boleh tinggi,
pemeriksaan sitologik (uji Pap) normal, besar uterus normal (tidak
ada miom uterus), tidak ada varises di ekstremitas bawah, tidak
terlalu gemuk, kelenjar tiroid normal, kadar normal: Hemoglobin,
kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, dan fungsi hati, nyeri
dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes melitus perlu
dikonsultasikan lebih dahulu ke spesialis penyakit dalam.
Perlu diketahui bahwa tidak semua keluhan yang ada
dapat dihilangkan hanya dengan pemberian substitusi hormonal
(estrogen dan progesteron). Semua faktor yang dapat
menimbulkan keluhan seorang pasien perlu dipelajari terlebih
dahulu, seperti faktor psikis, sosio-budaya, atau memang hanya
terdapat kekurangan estrogen. Jika ada, maka keluhan-keluhan
tersebut diatasi sesuai dengan penyebabnya (Jones, 2015).
22
Bilamana telah diputuskan untuk melakukan substitusi
estrogen, maka pemberiannya harus lebih dahulu dimulai
dengan estrogen lemah (estriol) dan juga dimulai dengan dosis
rendah. Pemberian estrogen lemah pada umumnya tidak perlu
digabung dengan progesteron. Pada pemakaian jangka panjang,
pengaruhnya terhadap endometrium dan payudara sangat lemah,
sehingga jarang terjadi perdarahan maupun keganasan. Tetapi
penggunaan estrogen jenis lain, seperti etinil estradiol maupun
estrogen konjugasi perlu digabung dengan progesteron (Jones,
2015).
2. Faktor Yang mempengaruhi Usia Menopause
Faktor-faktor yang berpengaruh pada usia menopause, diantaranya
a. Faktor sosial demografi (tahun lahir, status perkawinan, status
pendidikan, status pekerjaan) (Baziad (2013).
b. Faktor reproduksi yang berpengaruh yaitu paritas, usia menarche,
usia pertama melahirkan, riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal
(Rebbeca & Brown, 2015).
c. Faktor gaya hidup yang berpengaruh yaitu status merokok, aktivitas
fisik (Wendy, 2015).
23
B. Landasan Teori
Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh
setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan
suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena
penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan indung telur.
Berhentinya haid akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan
baik fisik maupun psikis (Yudomustopo, 2015). Usia menopause
bervariasi antara 45-50 tahun. Namun, proses perubahan kearah
menopause itu sendiri sudah mulai sejak wanita berusia 40 tahun. Masa
ini dikenal sebagai masa pra-menopause (Northrup, 2015).
Faktor-faktor yang berpengaruh pada usia menopause, diantaranya
faktor sosial demografi (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan,
status pekerjaan) (Baziad (2013). Faktor reproduksi yang berpengaruh yaitu
paritas, usia menarche, usia pertama melahirkan, riwayat penggunaan
kontrasepsi hormonal (Rebbeca & Brown, 2015). Faktor gaya hidup yang
berpengaruh yaitu status merokok, aktivitas fisik (Wendy, 2015).
24
C. Kerangka Teori
Faktor Sosio Demografi
1. Tahun Lahir
2. Status Perkawinan
3. Status Pendidikan
4. Status Pekerjaan
Faktor Reproduksi
1. Paritas
2. Usia Menarche
3. Usia Pertama
Melahirkan
4. Riwayat
Penggunaan
Kontrasepsi
Hormonal
Faktor Gaya Hidup
1. Status Merokok
2. Aktifitas Fisik
Usia Menopause
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Dimodifikasi dari Yudomustopo (2015);
Northrup (2015); Baziad (2013); Lestary (2010); Rebbecca and
Brown (2015); Wendy, (2015)
25
D. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
Variabel terikat (dependent): usia menopause.
Variabel bebas (independent): paritas, riwayat penggunaan
kontrasepsi hormonal.
Paritas
Riwayat
Penggunaan
Kontrasepsi
Hormonal
Usia Menopause
26
BAB III
METODE PENELITIAN
F. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran usia menopause
pada wanita di Puskesmas Mekar Kota Kendari (Nursalam, 2013).
G. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Mekar Kota Kendari
pada bulan Juli tahun 2017.
H. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita di Wilayah
Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2016 yang berjumlah 36 orang.
2. Sampel dalam penelitian adalah wanita di Wilayah Kerja
Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara tahun
2016 yang berjumlah 36 orang. Teknik pengambilan sampel
secara total sampling, dimana semua ibu menopause dijadikan
sebagai sampel.
I. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu usia menopause.
2. Variabel bebas (independent) yaitu paritas, riwayat penggunaan
kontrasepsi hormonal.
27
J. Definisi Operasional
1. Usia menopause adalah usia terakhir mengalami menstruasi
setelah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-
turut. Skala ukur adalah nominal.
Kriteria objektif
a. Cepat: bila usia menopause <45 tahun
b. Normal: bila usia menopause 45 hingga 55 tahun
c. Lambat: bila usia menopause >55 tahun
2. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan responden.
Skala ukur adalah nominal.
Kriteria objektif
a. Primipara: paritas 1
b. Multipara: paritas 2-4
c. Grandemultipara: paritas ≥5
3. Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal adalah riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal yang pernah digunakan oleh
wanita menopause. Skala ukur adalah nominal.
Kriteria objektif
a. Pernah menggunakan kontrasepsi hormonal.
b. Tidak pernah menggunakan kontrasepsi hormonal.
28
K. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data sekunder. Data sekunder berupa data
usia menopause, paritas, riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal,
gambaran wilayah Puskesmas Mekar Kota Kendari tahun 2016. Data
diperoleh dari Medical Record Puskesmas Mekar Kota Kendari.
L. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah cheklis
mengenai usia menopause, paritas, riwayat penggunaan kontrasepsi
hormonal.
M. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai
dengan petunjuk.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk
tabel distribusi.
29
b. Analisis data
Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan uraikan
dalam bentuk table dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
f : variabel yang diteliti
n : jumlah sampel penelitian
K: konstanta (100%)
X : Persentase hasil yang dicapai
Kxn
fX
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian gambaran usia menopause pada wanita di Wilayah Kerja
Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
telah dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2017. Sampel penelitian adalah
wanita di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi
Sulawesi Tenggara yang berjumlah 36 wanita. Data yang telah terkumpul
diolah dan dianalisis menggunakan SPSS versi 24. Data yang telah
dianalisis disajikan dalam bentuk tabel yang disertai penjelasan. Hasil
penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik
responden, distribusi usia menopause berdasarkan paritas, riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian akan ditampilkan
sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Mekar terletak di pinggir jalan di Kelurahan Kadia Jl. La
Remba Lrg. RCTI yang bisa dijangkau oleh masyarakat dengan
kendaraan roda dua maupun roda empat. Luas wilayah kerja Puskesmas
Mekar 7,30 km2. Wilayah kerja Puskesmas Mekar meliputi 2 (dua)
kelurahan yaitu
a. Kelurahan Kadia
b. Kelurahan Pundambea
31
Visi puskesmas mekar adalah terwujudnya pelayanan prima di unit
kerja puskesmas mekar untuk memberdayakan masyarakat berperilaku
hidup sehat. Misinya mengembangkan standar pelayanan kesehatan yang
efektif dan efisien sesuai prosedur administrasi, medis, keperawatan,
kebidanan dan standar pelayanan kesehatan lainnya di puskesmas,
mencegah, menanggulangi dan menangani timbulnya penyakit dan
masalah kesehatan lainnya guna meningkatkan kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat. Motto Puskesmas Mekar adalah pelayanan mekar
(Mudah,Empati, Kreatif, Asri, Ramah) adalah tujuan kami.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Mekar adalah
sebanyak 18.171 jiwa. Pada umumnya penduduk yang berdomisili
diwilayah kerja Puskesmas Mekar bermata pencaharian sebagai petani
selebihnya adalah pegawai negeri sipil, TNI/Polri, Tukang, Buruh dan
pedagang. Penjual ikan.
Sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Mekar adalah
Puskesmas Induk satu buah, Posyandu Balita 9 budah dan Posyandu
Lansia dua buah, Dokter Praktek Swasta duah buah. Jumlah Tenaga
Kesehatan Puskesmas Mekar sebanyak 69 orang terdiri dari 48 orang
PNS dan 21 orang tenaga Sukarela.
2. Karakteristik Responden
Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat pada diri
responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang
32
lainnya. Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur,
paritas. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah
n %
Umur
40-50
51-60
8
28
22,2
77,8
Paritas
Primipara
Multipara
Grande Multipara
0
32
4
0
88,9
11,1
Sumber: Data Primer
Setelah dilakukan analisis data, dapat dilihat bahwa umur
responden yang terbanyak pada umur 51-60 tahun sebanyak 28 wanita
(77,8%), paritas terbanyak adalah multipara sebanyak 32 ibu (88,9%).
Kesimpulan dari karakteristik responden adalah sebagian besar wanita di
Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi
Tenggara berusia 51-60 tahun dan telah memiliki anak 2-4 orang
(multipara).
3. Distribusi Usia Menopause Pada Wanita di Wilayah Kerja
Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2016
33
Usia menopause adalah usia terakhir mengalami menstruasi
setelah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Usia
menopause dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu
cepat (bila usia menopause <45 tahun), normal (bila usia menopause 45
hingga 55 tahun), lambat (bila usia menopause >55 tahun). Hasil
penelitian tentang pengetahuan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Distribusi Usia Menopause Pada Wanita di Wilayah Kerja Puskesmas
Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
Usia Menopause Jumlah
n %
Cepat
Normal
Lambat
0
28
8
0
77,8
22,2
Total 36 100
Sumber: Data Primer
Usia menopause pada wanita di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar
Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara terbanyak pada kategori normal
sebanyak 28 orang (77,8%). Hal ini berarti bahwa sebagian besar usia
menopause pada wanita dalam kategori normal (usia 45-55 tahun).
4. Distribusi Usia Menopause Pada Wanita Berdasarkan Paritas di
Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016
Usia menopause pada wanita berdasarkan paritas adalah usia
terakhir mengalami menstruasi setelah tidak mengalami menstruasi
34
selama 12 bulan berturut-turut berdasarkan jumlah anak yang dimiliki.
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Distribusi Usia Menopause Berdasarkan Paritas Pada Wanita di Wilayah
Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
Paritas
Usia Menopause Total
Cepat Normal Lambat
n % n % n % n %
Primipara
Multipara
Grande
Multipara
0
0
0
0
0
0
0
24
4
0
66,7
11,1
0
8
0
0
22,2
0
0
32
4
0
88,9
11,1
Total 0 0 28 77,8 8 22,2 36 100
Sumber: Data Primer
Tabel 3 menyatakan bahwa usia menopause dalam kategori normal
terbanyak pada multipara sebanyak 24 orang (66,7%), demikian pula usia
menopause dalam kategori lambat terbanyak pada multipara sebanyak 8
orang (22,2%). Kesimpulan yang diperoleh bahwa sebagian besar ibu
menopause telah memiliki anak 2-4 orang.
5. Distribusi Usia Menopause Pada Wanita Berdasarkan Riwayat
Penggunaan Kontrasepsi Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas
Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
Usia menopause pada wanita berdasarkan riwayat penggunaan
kontrasepsi hormonal adalah usia terakhir mengalami menstruasi setelah
tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut berdasarkan
35
riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel 4.
Tabel 4 Distribusi Usia Menopause Berdasarkan Riwayat Penggunaan
Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016
Riwayat
Penggunaan
Kontrasepsi
Hormonal
Usia Menopause Total
Cepat Normal Lambat
n % n % n % n %
Ya
Tidak
0
0
0
0
20
8
71,4
22,2
6
2
16,7
5,6
26
10
72,2
27,8
Total 0 0 28 77,8 8 22,2 36 100
Sumber: Data Primer
Tabel 4 menyatakan bahwa usia menopause dalam kategori normal
terbanyak pada responden yang memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi
hormonal sebanyak 20 orang (71,4%), demikian pula usia menopause
dalam kategori lambat terbanyak pada responden yang memiliki riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal sebanyak 6 orang (16,7%).
Kesimpulan yang diperoleh bahwa sebagian besar ibu menopause
memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal.
B. Pembahasan
Penelitian gambaran usia menopause pada wanita di Wilayah Kerja
Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
telah dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2017. Hasil penelitian
36
menyatakan bahwa sebagian besar usia menopause dalam kategori
normal. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ari (2012) yang
menyatakan bahwa usia menopause wanita dalam kategori normal.
Demikian pula hasil penelitian Fivi (2014) menyatakan bahwa usia
menopause wanita dalam kategori normal.
Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh
setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Menopause
merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti. Men dan pauseis
adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan
berhentiya haid. Menurut kepustakaan abad ke-17 dan ke-18, menopause
dianggap suatu bencana dan malapetaka, sedangkan wanita post-
menopause dianggap tidak berguna dan tidak menarik lagi (Rebbecca dan
Brown, 2015). Menopause merupakan suatu akhir proses biologis dari
siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon
estrogen yang dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa
dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis
(Yudomustopo, 2015).
Menurut Aina (2013) secara endokrinologis, wanita mengalami
proses menua sejak di kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur
(folikel) terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 22-24 minggu
dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel
bayi wanita tinggal 2.000.000 buah. Jumlah tersebut menjadi 200.000
saat mendapat haid pertamanya pada masa pubertas. Semakin sedikit
37
folikel berkembang, semakin kurang pembentukan hormon di ovarium,
yaitu hormon progesteron dan estrogen. Haid akan menjadi tidak teratur
hingga akhirnya endometrium akan kehilangan rangsangan hormon
estrogen. Lambat laun haid pun berhenti, disebut proses menopause
(Rebbecca adn Brown, 2015). Pandangan konvensional mengenai apa
yang terjadi pada masa pra menopause adalah bahwa kadar estrogen
turun drastis. Ini merupakan penyederhanaan yang terlalu berlebihan
dan terlalu sering mengakibatkan timbulnya gejala-gejala yang tidak
terlalu nyaman menjadi semakin parah.
Dalam menopause alamiah, perubahan hormonal pertama yang
terjadi adalah turunnya kadar progesteron secara gradual, sementara
kadar estrogen tetap berada dalam kisaran normal atau bahkan
meningkat. Karena progesteron dan estrogen saling mengimbangi satu
sama lain selama siklus menstruasi, jika yang satu turun maka yang lain
naik, penurunan drastis pada kadar progesteron memungkinkan kadar
estrogen naik tanpa terhalang yaitu tanpa penyeimbang yang biasanya
ada. Akibatnya adalah terjadi ekses estrogen, suatu kondisi yang
sering dinamakan dominasi estrogen yang justru merupakan kebalikan
dari pandangan konvensional (Northrup, 2015).
Menopause dikategorikan menjadi tiga, yaitu menopause dini,
normal, terlambat. Menopause dini atau yang dikenal menopause
prematur yaitu adalah masa menopause yang datang lebih awal atau
sebelum waktunya yaitu batasan terendah usia menopause adalah 40
38
tahun. Hal ini terjadi karena gangguan tubuh tertentu sehingga seorang
wanita harus mengalami menopause dini. Selain itu adapun faktor-faktor
yang menyebabkan menopause dini yaitu herediter, gangguan gizi yang
cukup berat, penyakit menahun, serta penyakit yang mengganggu kedua
ovarium. Menopause prematur tidak memerlukan terapi, kecuali
penerangan kepada wanita yang bersangkutan (Dini, 2012).
Menopause terlambat yaitu apabila seseorang wanita masih
mendapat haid di atas umur 52 tahun, maka hal itu merupakan indikasi
untuk penyelidikan lebih lanjut. Sebab dapat dihubungkan dengan
menopause terlambat adalah: konstitusional, fibrioma uteri, tumor ovarium
yang menghasilkan estrogen, wanita dengan karsinoma endometrium
sering dalam anamnesis mengemukakan menopausenya terlambat
(Dini, 2012).
Menopause terjadi pada akhir suatu siklus yang dimulai pada masa
remaja dengan munculnya menarche. Umumnya wanita barat pertama
kali mendapat menstruasi pada usia 12 tahun, sedangkan haid berakhir
pada usia 45 sampai 53 tahun. Relatif sedikit wanita mulai
menopause pada usia 40 tahun dan beberapa mengalaminya setelah
berusia 40 tahun. Masa ini dikenal dengan masa pra- menopause
(Depkes RI, 2015). Menurut Boyke di Indonesia sendiri, usia menopause
bervariasi antara 45-50 tahun. Namun, proses perubahan kearah
menopause itu sendiri sudah mulai sejak wanita berusia 40 tahun. Masa
ini dikenal sebagai masa pra-menopause (Northrup, 2015).
39
Banyak faktor yang berpengaruh pada usia menopause, diantaranya
faktor sosial demografi (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan,
status pekerjaan) (Baziad (2013). Faktor reproduksi yang berpengaruh yaitu
paritas, usia menarche, usia pertama melahirkan, riwayat penggunaan
kontrasepsi oral (Rebbeca & Brown, 2015). Faktor gaya hidup yang
berpengaruh yaitu status merokok, aktivitas fisik (Wendy, 2015).
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar usia
menopause baik dalam kategori normal maupun lambat memiliki paritas
dalam kategori multipara. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fivi
(2014) bahwa paritas berpengaruh pada usia menopause. Semakin
banyak anak maka semakin lambat usia menopause. Beberapa peneliti
menemukan bahwa semakin sering seseorang melahirkan maka semakin
tua atau semakin lama mereka memasuki menopause (Kumalasari,
2012).
Penelitian yang dilakukan Beth Israel Deaconess Centre di Boston
mengungkapkan bahwa wanita yang masih melahirkan diatas usia 40
tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua (Sibagariang,
2014). Kevenaar (2014) menjelaskan bahwa adanya hubungan antara
jumlah paritas dan usia menopause ini dimungkinkan oleh karena
keterlibatan gen polimorfisme yang mengatur reseptor Anti Mullerian
Hormone (AMH) yang dikenal sebagai AMHR2. Anti Mullerian
Hormone sendiri pada dasarnya adalah suatu hormon yang berfungsi
untuk menginhibisi proses initial recruitment, yaitu suatu proses aktivasi
40
folikel primordial menjadi growing follicle pool yang akan
mengalami degradasi (peluruhan) di setiap siklus menstruasi jika tidak
terjadi proses fertilisasi. Seiring dengan peningkatan jumlah paritas,
gen AMHR2 tersebut akan mengalami aktivasi akibat pengaruh
fluktuasi hormon progesterone selama kehamilan. Aktivasi gen ini akan
mengakibatkan terjadinya up regulation reseptor AMH sehingga
meningkatkan efek AMH terhadap folikel dalam ovarium wanita.
Terjadinya peningkatan efek AMH tersebut, maka proses initial
recruitment akan diinhibisi sehingga jumlah folikel dalam ovarium yang
mengalami degradasi juga akan lebih sedikit. Keseluruhan proses ini pada
akhirnya akan memperlambat habisnya persediaan folikel dalam ovarium
wanita yang dengan demikian juga akan memperlambat usia menopause
wanita tersebut (Kevenaar, 2014). Wanita yang memiliki 1 anak
cenderung cepat mengalami menopause, hal ini disebabkan karena
wanita menstruasi yang tidak disertai dengan proses pembuahan atau
tidak terjadi proses fertilisasi akan menyebabkan jumlah folikel dalam
ovarium yang mengalami degradasi atau mengalami penurunan
jumlah folikel (struktur berisi cairan yang merupakan tempat pertumbuhan
sel-telur).
Keadaan ini akan mempercepat habisnya persediaan folikel-folikel
dalam ovarium tersebut sudah tidak sanggup mengeluarkan estrogen.
Pengaruh estrogen yang lain ialah pertumbuhan genetalia yang terhenti
seperti ovarium tidak bisa berproduksi, hal inilah yang dapat
41
menyebabkan terjadinya menopause dini atau lebih muda. Semakin
sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama memasuki
menopause.
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar ibu menopause
memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Ulfatut (2015) bahwa wanita yang pernah
menggunakan kontrasepsi usia menopausenya dalam kategori normal dan
lambat.
Menurut Harianto dan Mutiara (2015) kontrasepsi hormonal
mengandung kombinasi hormon yaitu estrogen dan progesteron yang
menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur dan
mencegah ovulasi. Oleh karena itu, sesuai dengan teori bahwa
responden yang memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal
akan lebih lama atau tua memasuki masa menopausenya karena
terpapar oleh hormon estrogen dan progesteron.
Hormon estrogen dan progestron memberikan umpan balik
terhadap kelenjar hipofise melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Cara kerja kontrasepsi
hormonal yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak
memproduksi sel telur maka tidak terjadi pengurangan sel telur
sehingga masa menstruasi lebih panjang sampai sel telur tersebut
habis, akan tetapi terdapat (4,8%) responden yang menggunakan
kontrasepsi non hormonal dan mengalami menopause lambat, untuk itu
42
tidak sepenuhnya usia menopause di pengaruhi oleh kontrasepsi, karena
masih banyak faktor lain yang bisa mempengaruhi usia menopause
antara lain, faktor psikis, nutrisi, dan gaya hidup.
Kandungan hormon estrogen dan progesteron yang ada pada
kontrasepsi hormonal berdampak pada perubahan hormonal pada
ovarium, Karena tubuh terus menerus diberikan maka merangsang
hipofisis tidak memproduksi kedua hormon tersebut sehingga hormon
estrogen dan progesteron tidak diproduksi. Perubahan hormon tersebut
menyebabkan perubahan haid, ada yang tidak teratur bahkan ada yang
mundur, seperti diketahui menstruasi terjadi karena adanya hormone
estrogen dan progesterone yang secara stimulant merangsang
pembentukan endometrium. Pembentukan hormon-hormon tersebut
dilakukan oleh kedua indung telur.
Perangsangan dari terbentuknya hormone tersebut karena adanya
FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone). Pengaruh
negative dari ketidakseimbangn hormone tersebut bisa menyebabkan
mundurnya siklus menstruasi. Kontrasepsi hormonal juga bisa
menyebabkan resiko terjadinya kanker rahim dan payudara.
Penelitian yang dilakukan oleh indah mustika (2009) mengatakan jenis
penggunaan kontrasepsi pil dan lama penggunaan Kontrasepsi hormonal
berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara. Bagi wanita yang telah
mengalami menopause hendaknya melakukan pemeriksaan teratur untuk
menghindari adanya faktor risiko terjadinya gangguan kesehatan di usia
43
menopause serta mempertahankan pola hidup yang sehat untuk
menghadapi usia menopause.
Bagi institusi kesehatan hendaknya melakukan penyuluhan serta
pendidikan kesehatan pada wanita yang akan dan telah mengalami
menopause serta memberikan KIE bagi akseptor KB hormonal baik dari
segi kelebihan maupun kekurangannya sehingga wanita bisa menentukan
pilihannya secara tepat dan manfaat bagi kesehatan reproduksinya.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Usia menopause wanita di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016 sebagian besar
dalam kategori usia menopause normal (usia 45-55 tahun).
2. Paritas pada wanita di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016 sebagian besar
dalam kategori multipara.
3. Wanita di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Propinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016 sebagian besar memiliki riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal.
B. Saran
1. Wanita usia subur diharapkan dapat meningkatkan informasi
tentang jenis alat kontrasepsi yang berhubungan dengan usia
menopause sehingga responden dapat memilih dan menentukan
alat kontrasepsi yang tepat untuk digunakan dan jumlah anak
yang dianjurkan.
2. Bidan agar lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat
tentang faktor yang mempengaruhi usia menopause baik melalui
konseling maupun penyuluhan, sehingga diharapkan dapat
dilakukan penanganan atau upaya secara dini terhadap wanita
sebelum memasuki masa menopause.
45
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan program Kesehatan
reproduksi wanita terutama pada wanita menopause.
46
DAFTAR PUSTAKA
Aina, S, (2013) Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Usia Menopause
Pada Wanita Di Kelurahan Titi Papan Kota Medan Tahun 2009.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara Medan.
Anwar, Q. (2013) Manajemen stres. Jakarta: P.T. Al. Mawar di Prima. Baziad, A. (2013) Menopause dan Andropause. Edisi 1., Jakarta: EGC. Chandra, B. (2014) Biostatistik Untuk Kedoktran & Kesehatan. Jakarta:
EGC. Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., 2010.
Obstetrical hemmorrhage. In: Williams Obstetric. 23rd Ed. New
York: McGrawHill Medical.
Depkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Depkes RI.
Dewi, Wawan, A. ( 2010) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fritz, M.A., Speroff, L. ( 2010) Clinical Gynecologic Endrocinology and Infertility. Lippincott Williams & Wilkins.
Glasier, A., Gebbie, A. (2015) Keluarga berencana & kesehatan reproduksi, Jakarta: EGC.
Guyton AC, Hall JE. (2011) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 11. Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: EGC.
Francine R, Pascale S, Aline H. ( 2 0 1 4 ) Congenital Anomalies:
Prevalence and risk factors. Univers J Public Health. 2014; 2(2):58-63.
Hurlock B.E. (2013). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed. Lima. Jakarta: Erlangga.
Indriani, N. (2007) Perbedaan Sikap Wanita dalam Menghadapi Masa
Klimakterium Dilihat dari Pengetahuan Tentang Menopause di Desa
Kampung Islam Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten
Klungkung Bali, Malang. Naskah Publikasi. Fakultas Psikologi
47
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Available from: lib.uin-malang.ac.id/abstrak/a03410068.pdf. [Accesed 1 Desember 2016].
Jones, (2015) Setiap Wanita. Jakarta: Della Pratasa Publishing.
Kuncara, Z.S. (2014) Menopause. http://www.e-
psikologi.com/usia/270902.htm. Diakses tanggal 15 Desember
2016.
Kuswita, ( 2012) Gambaran Pengetahuan Wanita Menopause
Tentang Masa Klimakterium. KTI.
Lestary, D. (2010) Seluk Beluk Menopause. Jogjakarta: Gerai Ilmu. Manuaba, IBG, (2012) Ilmu Kebinanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Mansjoer, A., (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapsius. Mustopo, S. (2015) Perawatan Kesehatan Menopause Alami.
Jakarta: Harapan Baru. Nirmala, (2015) Hidup Sehat Dengan Menopause. Jakarta : Buku Populer
Nirmala. Northrup, C. (2015) Bijak di Saat Menopause. Bandung: Q-press. Nursalam, ( 2009) Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan.
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Northrup, C. (2016) Bijak di Saat Menopause. Bandung: Penerbit Pustaka
Hidayah. Proverawati (2013) Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Jogjakarta: Nuha
Medika. Rebbecca, F.S., Brown, P. (2015) Menopause. Jakarta: Erlangga.
Saifuddin, A.B. (2012) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo.
Sastrawinata, S., (2014) Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan
Reproduksi, ed.2. Jakarta: EGC.
48
Spritzer, Denise, L. (2013) Panic and Panaceas: Hormon Replacement Therapy and the Menopausal Syndrome. Journal of Atlantis. 27, 2.
Wendy, G. (2015) 50 Hal Yang Bisa Anda Lakukan Hari Ini Untuk
Mengatasi Menopause. Jakarta: Gramedia. Wijayanti, D. ( 2013) Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jogjakarta: Bookmarks.
Yatim, F (2011).Haid Tidak Wajar dan Menopause. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Yudomustopo, B. (2015) Problema Wanita Menghadapi Menopause.
Kumpulan Makalah Ilmiah Populer. Jakarta: Penerbit Rumah
Sakit Pertamina.
LAMPIRAN
NO NAMA ALAMAT UMUR PARITAS RIWAYAT KB USIA MENOPAUSE
1 NY. WA JL. C ANWAR 49 5 SUNTIK 46
2 NY. L JL. C ANWAR 52 3 SUNTIK 50
3 NY. WY JL. C ANWAR 50 4 PIL 49
4 NY. Y JL. MEKAR BARU 53 3 IUD 50
5 NY. M JL. BUDI UTOMO 56 5 SUNTIK 54
6 NY. K JL. MEKAR JAYA 50 3 SUNTIK 48
7 NY. WH JL. BUDI UTOMO 60 4 SUNTIK 56
8 NY. I JL. MEKAR 58 4 PIL 56
9 NY. R JL. MEKAR 57 7 PIL 53
10 NY. N JL. MEKAR 54 4 PIL 52
11 NY. H JL. MEKAR 54 2 IUD 52
12 NY. S JL. MAREMBA 50 5 IUD 49
13 NY. TW JL. BALKOT 3 60 4 IUD 58
14 NY. M JL. BALKOT 3 53 2 IUD 52
15 NY. S JL. MANDIRI 55 2 SUNTIK 53
16 NY. N JL. MEKAR BARU 49 3 IUD 46
17 NY. A JL. PIDA 54 2 PIL 52
18 NY. N JL. MEKAR 52 4 IUD 49
19 NY. S JL. MEKAR 48 3 IUD 46
20 NY. S JL. MEKAR 58 2 SUNTIK 56
21 NY. N JL. LORONG IKLAS 52 3 IUD 49
22 NY. Y JL. SEGAR 58 2 IUD 57
23 NY. A JL. BUDI UTOMO 58 3 SUNTIK 49
24 NY. E JL. BALKOT 3 52 3 PIL 47
25 NY. O JL. FALENTINE 60 3 SUNTIK 54
26 NY. N JL. TRANSITO 58 4 SUNTIK 54
27 NY. R JL. NASIONAL 59 3 SUNTIK 56
28 NY. D JL. MEKAR 59 3 SUNTIK 57
29 NY. S JL. PERTANIAN 56 4 PIL 50
30 NY. Y JL. ANDONOHU 58 3 SUNTIK 52
31 NY. S JL. MEKAR 60 3 SUNTIK 53
32 NY. A JL. WAYONG 53 3 SUNTIK 51
33 NY. L JL. CHAIRIL ANWAR60 4 SUNTIK 56
34 NY. L JL. CHAIRIL ANWAR55 3 SUNTIK 54
35 NY. N JL. MEKAR 59 3 SUNTIK 55
36 NY. N JL. BALKOT 3 56 3 SUNTIK 47
MASTER TABEL
DOKUMENTASI