11
BED SIDE TEACHING TINEA CRURIS Oleh : Maria Agustina Sulistyo Wulandari 1301-1213- 0544 Muhammad Naufal Fadhillah 1301-1214- 0660 Atiqah Zainal Abidin 1301-1214- 2544 Preceptor : Muljaningsih Sasmojo, dr., SpKK(K)

BST Tinea Cruris Wulan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kulit

Citation preview

Page 1: BST Tinea Cruris Wulan

BED SIDE TEACHING

TINEA CRURIS

Oleh :

Maria Agustina Sulistyo Wulandari 1301-1213-0544

Muhammad Naufal Fadhillah 1301-1214-0660

Atiqah Zainal Abidin 1301-1214-2544

Preceptor :

Muljaningsih Sasmojo, dr., SpKK(K)

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

Page 2: BST Tinea Cruris Wulan

2015

KETERANGAN UMUM

Nama : Tn. M

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 17 thn

Alamat : Riung Bakti II No. 166

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Pendidikan : SMP

Status Marital : Belum menikah

Tanggal Pemeriksaan : 8 April 2015

ANAMNESIS

Keluhan utama: Bercak kecoklatan bersisik yang terasa gatal di kedua lipat paha.

Anamnesis khusus:

Sejak 2 minggu sebelum datang ke Puskesmas, penderita awalnya

merasakan bercak putih yang berubah kemerahan pada keesokan harinya disertai

beruntus-beruntus yang terasa gatal di daerah kedua lipat paha dan semakin

bertambah luas. Rasa gatal terutama dirasakan apabila berkeringat.

Penderita sudah mengobati sendiri dengan salep kalpanax dan skizon yang

dioleskan dua kali sehari dan mengaku rasa gatal serta beruntusnya berkurang.

Penderita juga mengeluh bercak tersebut berubah warna menjadi kecoklatan dan

sering menggaruknya sehingga timbul sisik. Namun, karena rasa gatal tidak

kunjung menghilang, penderita akhirnya berobat ke Puskesmas Pasundan.

Penderita mandi dua kali sehari dengan sabun dan handuk sendiri.

Penderita mengganti celana dalam dua kali sehari. Penderita tidak saling tukar

menukar pakaian dengan orang lain. Penderita tidur sendiri di kasur pribadi.

Riwayat sering terpapar suhu panas dan mengenakan celana ketat berbahan tebal

diakui penderita. Riwayat penderita sering berolahraga diakui yaitu seminggu

sekali. Riwayat penderita hobi berkebun maupun memelihara binatang peliharaan

Page 3: BST Tinea Cruris Wulan

disangkal. Riwayat penderita sedang dalam pengobatan atau minum obat-obatan

dalam jangka waktu yang lama disangkal. Riwayat sering haus, banyak makan

dan sering buang air kecil disangkal. Riwayat timbulnya sisik yang tebal dan

berlapis-lapis juga disangkal. Riwayat penyakit serupa dalam keluarganya

disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit ringan

Tanda Vital : T: 120/80 mmHg N: 88 x/m

R: 22x/m S: afebris

Gizi : Obesitas

STATUS GENERALIS

Kepala : Bentuk simetris

Konjungtiva : tidak anemis,

Sclera : tidak ikterik

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP tidak meningkat

Thoraks : Bentuk dan gerak simetris

Pulmo : sonor, VBS ki=ka, wheezing -/-, ronkhi -/-

Cor : S1 S2 (+) N , Murmur (-)

Abdomen : Datar, lembut

Hepar Lien : tidak teraba membesar

Bising usus : (+) N

Ekstremitas : Edema/ clubbing/ cyanosis : -/-/-

Page 4: BST Tinea Cruris Wulan

STATUS DERMATOLOGIKUS

Distribusi : lokalisata

Ad regio : lipat paha

Karakteristik lesi : Jumlah multipel diskret

Bentuk tidak beraturan

Ukuran 1x1 cm s/d 10x7 cm

Tepi tampak aktif (central healing)

Tidak menimbul

Batas tegas

Lesi kering

Efloresensi : Makula hiperpigmentasi dan skuama

USULAN PEMERIKSAAN

1. Skin scraping

2. Kultur jamur

Page 5: BST Tinea Cruris Wulan

DIAGNOSIS BANDING

1. Tinea cruris

2. Kandidiasis intertriginosa

3. Dermatitis seboroik

DIAGNOSIS KERJA

Tinea cruris

PENATALAKSANAAN

UMUM :

1. Menjaga kulit tetap kering

2. Mengurangi kegiatan yang menimbulkan banyak keringat

3. Menggunakan pakaian yang longgar dan menyerap keringat

KHUSUS :

1. Krim ketokonazole 2% pagi dan sore selama 4 minggu, dioles sampai 3

cm di luar batas lesi

2. Cetirizine 1 x 10 mg

PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Page 6: BST Tinea Cruris Wulan

TINEA CRURIS

DEFINISI

Tinea cruris merupakan suatu infeksi jamur golongan Dermatophyta yang

mengenai daerah inguinal, genitalia, pubis, perineum dan kulit perianal. Jamur

Dermatophyta yang sering ditemukan pada kasus tinea cruris adalah E. floccosum,

T. rubrum dan T. mentagrophytes.

EPIDEMIOLOGI

Pria lebih sering terkena daripada wanita. Maserasi dan oklusi kulit lipat

paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan

memudahkan infeksi. Tinea cruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari

bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan

individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung

skuama terinfeksi, misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur, dan lain-

lain.

GEJALA KLINIS

Tinea cruris biasanya terdapat pada daerah genitokrural atau sisi medial

paha atas, dapat asimetris atau bilateral. Keluhan utama adalah rasa gatal yang

terasa hebat. Lesi berbatas tegas, tepi meninggi yang dapat berupa papulovesikel

eritematosa atau kadang terlihat pustula. Bagian tengah menyembuh berupa derah

coklat kehitaman berskuama. Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran

likenifikasi. Skrotum sangat jarang menunjukkan gambaran klinis, meskipun

pemeriksaan mikologis dapat positif; hal yang berbeda dengan kandidiasis yang

sering menunjukkan keterlibatan klinis pada skrotum dan penis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada tinea cruris maupun tinea corporis, bahan untuk pemeriksaan

mikologi sebaiknya diambil dengan mengerok tepi lesi yang meninggi atau aktif.

Khusus untuk lesi berbentuk vesikel, seluruh atapnya harus diambil untuk bahan

Page 7: BST Tinea Cruris Wulan

pemeriksaan. Pemeriksaan mikroskopik secara langsung menunjukkan hifa yang

bercabang atau artrospora yang khas pada infeksi dermatofita.

Isolasi agen penyebab pada media biakan akan dapat menentukan spesies

jamur yang terlibat. Hal ini akan memberikan informasi tentang sumber infeksi

dan pemilihan terapi yang tepat.

PENATALAKSANAAN

UMUM :

1. Menerangkan bahwa penyakitnya kronis residif

2. Menerangkan supaya daerah lesi selalu kering dengan memakai celana

yang menyerap keringat

3. Cara pengobatan

KHUSUS :

1. Obat anti jamur topikal

Obat anti jamur topikal ideal bersifat fungisidal, spektrum luas, keratinofilik, non-

iritan, hipoalergenik, tidak diabsorbsi secara sistemik, aktif pada konsentrasi

sangat rendah, mempunyai formula beragam dan spesifik, efek samping

minimal/tidak ada, dengan manfaat tambahan untuk kelainan yang biasa

menyertai infeksi jamur dan harganya murah.

Cara penggunaan obat anti jamur topikal :

- Daerah terinfeksi dibersihkan dengan air dan sabun, kemudian keringkan

- Obat dioleskan tipis-tipis di atas lesi dan meluas hingga 3cm di luar lesi

- Obat digunakan 2 kali sehari, pagi dan sore hari.

- Hasil maksimal diperoleh bila lesi dijaga agar tetap bersih dan kering

Contoh obat anti jamur topikal yang biasa digunakan adalah :

1. Derivat imidazole : klotrimazole 1%, mikonazole 1%, ketokonazole 2%,

ekonazole 1%, tiokonazole 1%, bufonazole 1%, isokonazole 1% serta

konazole 2%. Derivat ini bekerja dengan menghambat enzim 14-α-

demetilase pada pembentukan ergosterol membran sel jamur.

Page 8: BST Tinea Cruris Wulan

2. Golongan allilamin : naftifin 1%, butenafin 1% dan terbinafin 1%; yang

mampu bertahan hingga 7 hari setelah pemakaian selama 7 hari berturut-

turut. Golongan ini bekerja menghambat enzim epoksidase skualen pada

proses pembentukan ergosterol membran sel jamur.

2. Obat anti jamur sistemik

Indikasi terapi ini adalah jika lesi luas atau gagal dengan pengobatan topikal. Obat

oral yang dapat digunakan adalah :

1. Ketokonazole 200 mg/hari selama kurang lebih 4 minggu

2. Itrakonazole 100 mg/hari selama 2 minggu atau 200 mg/hari selama 1

minggu

3. Terbinafin 250 mg/hari selama 1-2 minggu

4. Griseofulvin 500-1000 mg/hari selama 2-6 minggu