142
GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA PENGEPAK AIR MINUM DALAM KEMASAN FA MARINSON PEMATANGSIANTAR TAHUN 2020 SKRIPSI Oleh RIZKA AULIYA SITORUS NIM. 161000006 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

  • Upload
    others

  • View
    35

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN

MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA PENGEPAK AIR MINUM

DALAM KEMASAN FA MARINSON

PEMATANGSIANTAR TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh

RIZKA AULIYA SITORUS

NIM. 161000006

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN

MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

PADA PEKERJA PENGEPAK AIR MINUM

DALAM KEMASAN FA MARINSON

PEMATANGSIANTAR TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIZKA AULIYA SITORUS

NIM. 161000006

PROGRAM STUDI S1 KESEHATANMASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

ii

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 7 September 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Ir. Kalsum, M.Kes

Anggota : 1. Dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S.

2. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa Skripsi saya yang berjudul

“Gambaran Sikap Kerja dan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

Pekerja Pengepak Air Minum Dalam Kemasan Fa. Marinson

Pematangsiantar Tahun 2020” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya

sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang

tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kelilmuan

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar

pustaka. Atas penyataan ini, saya siap menangung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Medan, September 2020

Rizka Auliya Sitorus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

iv

Abstrak

Keluhan musculoskeletal disorders dapat terjadi pada pekerja apa saja, salah satunya adalah pada pekerja sektor informal seperti pada pekerja pengepak air

minum dalam kemasan yang ada di Pematangsiantar. Pekerjaan yang masih

dilakukan berulang-ulang dengan menyusun dan pelakbanan menggunakan

kecepatan tangan dan tekanan beban tubuh pada industri berisiko terhadap keluhan musculoskeletal. Beberapa penyebab terjadinya keluhan musculoskeletal

disorders yaitu karena faktor pekerjaan seperti beban kerja, sikap kerja dan

stasiun kerja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan musculoskeletal disorders. Penelitian ini merupakan penelitian yang

bersifat kualitatif deskriptif. Cara penilaian sikap kerja menggunakan Rapid

Upper Limb Assessment (RULA) untuk postur duduk dan Rapid Entire body

Essessment (REBA) untuk postur berdiri. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 8 orang pekerja pengepak terdiri dari 5 orang bagian penyusun 3 orang

bagian pelakbanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap kerja dan keluhan

musculoskeletal disorders dengan tingkat risiko sedang sebanyak 5 orang (62,5%) dan pekerja dengan tingkat risiko tinggi sebanyak 3 orang (37,5%) semuanya

(100%) mengalami keluhan musculoskeletal disorders dan diperlukan investigasi

dan perbaikan sikap kerja atau postur duduk dan berdiri. Kesimpulan dari penelitian ini adalah gambaran sikap kerja dan keluhan musculoskeletal pada

pekerja pengepak air minum dalam kemasan di pematangsiantar dengan risiko

tinggi dapat terjadi karena kondisi stasiun kerja yang tidak baik.

Kata kunci: Sikap kerja, keluhan musculoskeletal disorders

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

v

Abstract

Complaints of musculoskeletal disorders can occur in any worker, one of which is

the informal sector workers such as bottled water packing workers in Pematangsiantar. The work that is still being done repetitively by compiling and

performing services using hand speed and body weight pressure in the industry is

at risk of musculoskeletal complaints. Some of the causes of musculoskeletal

disorders complaints are due to work factors such as workload, work attitude and work stations. The purpose of this study was to describe the work attitude and

complaints of musculoskeletal disorders. This research is a descriptive qualitative

research. How to assess work attitude using Rapid Upper Limb Assessment (RULA) for sitting posture and Rapid Entire body Essessment (REBA) for

standing posture. The number of samples in this study were 8 packing workers

consisting of 5 members of the compiler, 3 people of the act. The results showed that 5 people (62.5%) of working attitudes and complaints of musculoskeletal

disorders with moderate risk level and 3 workers with high risk levels (37.5%) all

(100%) experienced complaints of musculoskeletal disorders and required

investigation. and improvement of work postures or sitting and standing postures. The conclusion of this study is a description of the work attitude and

musculoskeletal complaints of bottled water packing workers in Pematangsiantar

with a high risk of being caused by poor work station conditions.

Key words: Work attitude, complaints musculoskeletal disorders

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

vi

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW

yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang

benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian

syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas

Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sekaligus dosen Penasehat

Akademik penulis.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. dr. Mhd. Makmur Sinaga, M. S., selaku Sekretaris Departemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara dan dosen Penguji Skripsi I yang telah berkenan memberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

vii

tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam

penulisan skripsi ini.

5. Ir. Kalsum M.Kes., selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia

membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi dan

memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan

dalam penulisan skripsi ini.

6. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M, M.Kes., selaku dosen Penguji Skripsi II yang

telah berkenan memberikan tambahan ilmu, kritikan guna penyempurnaan

skripsi dan memberikan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam

penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat telah memberikan

pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

8. Seluruh Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

9. Teristimewa kedua orang tua, ayahanda tercinta Alm. Darma Sitorus dan

ibunda tersayang Nurlaily, S.Ag yang telah memberikan dukungan baik moril

maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

10. Terkhusus untuk saudara dan saudari (Rahmi Abdiyah Sitorus dan Mhd.

Rasyad Al-Fauzan Sitorus) yang telah memberikan semangat kepada penulis

11. Seluruh teman-teman seangkatan 2016, teman departeman K3 Dara, Balqis,

Rica, Cindi yang selalu sabar dengan kejahilan penulis dan teman terbaik

yang selalu berjuang bersama sedih dan susah Rara, Indah, Ayu yang selalu

mengisi hari-hari menjadi sangat menyenangkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

viii

12. Rinaldi Pratama, yang telah membantu, memberikan masukan dan semangat

setiap harinya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan

kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang keselamatan dan

kesehatan kerja.

Medan, September 2020

Rizka Auliya Sitorus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

ix

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetepan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Tujuan Umum 6

Tujuan Khusus 6

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8

Sikap Kerja 8

Pengertian sikap kerja 8

Jenis-jenis sikap kerja 8

Sikap tubuh alamiah 11

Sikap kerja tidak alamiah 13

Sikap kerja berulang (aktivitas berulang) 14

Masa kerja 14

Musculoskeletal Disorders (MSDs) 15

Pengertian MSDs 15

Anatomi dan fisiologi sistem MSDs 16

Keluhan MSDs 18

Faktor-faktor risiko MSDs 24

Tanda-tanda gejala MSDs 32

Metode Penilaian Keluhan MSDs 33

Metode RULA (The Rapid Upper Limb Assesment) 33

Metode REBA 36

Landasan Teori 50

Kerangka Konsep 51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

x

Metode Penelitian 52

Jenis Penelitian 52

Lokasi dan Waktu Penelitian 52

Populasi dan Sampel 52

Variabel dan Defenisi Operasional 52

Metode Pengumpulan Data 54

Data Primer 54

Data Sekunder 54

Metode Pengukuran 55

Metode Analisis Data 58

Hasil Penelitian 59

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 59

Gambaran umum perusahaan 59

Identitas perusahaan 59

Visi 59

Misi 60

Jumlah tenaga kerja 60

Pelaksanaan proses produksi 60

Material 62

Gambaran Proses Produksi Air Minum dalam Kemasan Bagian

Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar 63

Gambaran Pekerja bagian Pengepakan 66

Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders Pekerja bagian pengepakan 69

Gambaran Sikap Kerja Duduk dan Berdiri dan Keluhan 72

Pembahasan 74

Gambaran Postur Duduk Pekerja Penyusunan Bagian Pengepakan di Fa.

Marinson Pematangsiantar 74

Gambar Postur Berdiri Pekerja Pelakbanan Bagian Pengepakan di Fa.

Marinson Pematangsiantar 82

Gambaran keluhan Musculoskeletal Disorders Pekerja Bagian

pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar 85

Keterbatasan Penelitian 90

Kesimpulan dan Saran 91

Kesimpulan 91

Saran 92

Daftar Pustaka 94

Lampiran 97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

xi

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1. Skor Range Pergerakan Leher 40

2. Skor Pergerekan Punggung 41

3. Skor Pergerakan Kaki 41

4. Skor Tabel A 42

5. Skor Pergerakan Lengan Atas 44

6. Skor Pergekan Lengan Bawah 45

7. Skor Pergerakan Pergelangan Tangan 46

8. Skor Tabel B 46

9. Skor Tabel C 48

10. Tabel Resiko Ergonomi 50

11. Tingkat Aksi yang Diperlukan Berdasarkan Grand Skor 56

12. Jumlah Tenaga Kerja Fa. Marinson 60

13. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Pengepakan Berdasarkan Postur

Duduk di Fa Marinson Pematangsiantar 68

14. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Pengepakan Berdasarkan Postur

Berdiri di Fa Marinson Pematangsiantar 68

15. Distribusi Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Bagian

Pengepakan di Fa Marinson Pematangsiantar 69

16. Distribusi Titik Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja

Bagian Pengepakan di Fa Marinson Pematangsiantar 70

17. Distribusi Lama Keluhan Musculoskeletal Disorders Lebih dari Satu

Tahun yang Dirasakan Pekerja Bagian Pengepakan dia Fa. Marinson

Pematangsiantar 70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

xii

18. Distribusi Keluhan Musculoskeletal Disorders yang Dirasakan

Pekerja Pengepakan di Fa marinson Pematangsiantar 71

19. Distribusi Waktu Keluhan Musculoskeletal Disorders Lebih Satu

Minggu yang Dirasakan Pekerja Bagian Pengepakan dia Fa.

Marinson Pematangsiantar 71

20. Distribusi Frekuensi Keluhan Musculoskeletal Disorders pada

Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar 72

21. Gambaran Postur Duduk dan Keluhan Musculoskeletal Disorders

pada Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar 72

22. Gambaran Postur Duduk dan Keluhan Musculoskeletal Disorders

pada Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar 73

23. Besaran Sudut Postur Duduk Penyusun 1 78

24. Besaran Sudut Postur Berdiri Pelakban 6 83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

xiii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1. Postur tubuh tunggal 25

2. Postur leher 40

3. Postur tulang belakang/punggung 40

4. Postur pergerakan kaki 41

5. Postur lengan atas 44

6. Postur lengan bawah 45

7. Postur pergelangan tangan 45

8. Proses penyusunan air minum dalam kemasan 64

9. Proses pelakbanan air minum dalam kemasan 64

10. Bentuk kursi yang digunakan pekerja bagian pengepakan 65

11. Posisi kerja pekerjan dan mesin kerja bagian penyusunan 65

12. Postur duduk penyusun 1 77

13. Postur duduk operator 3 81

14. Postur berdiri pelakban 6 82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

xiv

Daftar Istilah

AMDK Air Minum Dalam Kemasan

BB Berat Badan

CTDs Cummulative Trauma Disorders

CTS Carpal Tunnel Syndrome

HSE Health Safety Environment

ILO Internasional Labour Organization

IMT Indeks Masa Tubuh

KEPMENAKER Keputusan Menteri Ketenagakerjaan

KEPMENPERINDAG Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

LBP Low Back Pain

MSDs Musculoskeletal Disorders

NBM Nordic Body Map

NIOSH Nasional Institute of Occupational Safety and Health

OCD Occupational Cervicubrachial Disorders

OS Overuse Syndrome

REBA Rapid Entire Body Assessment

TB Tinggi Badan

TTS Tension Tunnel Syndrome

UU Undang-undang

WHO World Health Organization

WRMSDs Work Related Musculoskeletal Disorders

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

xv

Riwayat Hidup

Penulis bernama Rizka Auliya Sitorus berumur 22 Tahun, dilahirkan di

Dolok Sinumbah pada Tanggal 26 Mei 1998. Penulis beragama Islam, anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Alm. Darma Sitorus dan Ibu

Nurlaily, S.Ag.

Pendidikan formal dimulai di TK Al-Qur’an Al-Ikhlas Bahjambi Tahun

2004. Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 091566 Bahjambi Tahun 2005-

2010, Sekolah Menengah Pertama di MTs Negeri Pematangsiantar Tahun 2011-

2013, Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Pematangsiantar Tahun 2014-2016, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan

di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Medan, September 2020

Rizka Auliya Sitorus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Penerapan ergonomi di lingkungan kerja merupakan salah satu upaya

kesehatan dan keselamatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan

melalui penerapan ergonomi, diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan

kerja. Ergonomi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah

manusia dalam kaitan dengan pekerjannya. Ergonomi mempelajari cara- cara

penyesuaian pekerjaan, alat kerja, dan lingkungan kerja dengan manusia dengan

memerhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia yang bersangkutan sehingga

tercapai suatu keserasian antara manusia dan pekerjaannya yang akan

meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja. Alat kerja dan lingkungan

fisik yang tidak sesuai dengan kemampuan alamiah tenaga kerja akan

menyebabkan hasil kerja tidak optimal, bahkan berpotensi menimbulkan keluhan

kesehatan dan penyakit akibat kerja (Anies, 2014).

Menurut Anies (2014) sikap tubuh serta aktivitas tertentu terhadap alat

kerja, berpotensi menimbulkan suatu gangguan kesehatan, bahkan penyakit. Sikap

tubuh saat bekerja yang salah juga dapat menjadi penyebab timbulnya masalah

kesehatan antara lain nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan. Selain itu, sikap kerja

yang statis baik itu sikap duduk atau sikap berdiri dalam jangka waktu yang lama

juga dapat menyebabkan permasalahan tersebut. Dampak negatif tersebut akan

terjadi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.

Menurut ILO (International Labour Organization) tahun 2013, setiap

tahun terjadi 2,3 juta kematian yang disebabkan oleh kecelakaan kerja dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

2

penyakit akibat kerja. Data tersebut juga menyebutkan bahwa 2 juta kematian

terjadi disebabkan oleh penyakit akibat kerja. Menurut Departemen Kesehatan RI

tahun 2013, di Indonesia terdapat 428.844 kasus penyakit akibat kerja. Selain

penyakit akibat kerja, masalah kesehatan lain pada pekerja yang perlu mendapat

perhatian antara lain ketulian, gangguan musculoskeletal, gangguan reproduksi,

penyakit jiwa, sistem syaraf dan sebagainya. ILO juga melaporkan bahwa

gangguan musculoskeletal saat ini mengalami peningkatan kasus di banyak

negara. Contohnya, di Republik Korea gangguan musculoskeletal mengalami

peningkatan sekitar 4.000 kasus dalam kurun waktu 9 tahun dan di Inggris, 40%

kasus penyakit akibat kerja merupakan gangguan musculoskeletal.

Gangguan musculoskeletal adalah gangguan pada bagian otot rangka yang

disebabkan karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus

dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan pada sendi,

ligamen dan tendon. Menurut Humantech yang dikutip Bukhori (2010), pada

awalnya keluhan musculoskeletal menyebabkan rasa sakit, nyeri, mati rasa,

kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar yang

pada akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan

pergerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh atau ekstremitas sehingga dapat

mengakibatkan efisiensi kerja berkurang dan produktivitas kerja menurun.

Menurut hasil laporan, diketahui bahwa keluhan MSDs pada pekerja akan

berpengaruh pada hilangnya jam kerja seseorang. Sekitar 8.784.000 hari kerja

hilang akibat MSDs yang terjadi di tempat kerja menurut Labour Force Survey.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

3

Sedangkan sekitar 34% dari seluruh hari kerja hilang akibat keluhan MSDs di

tempat kerja (HSE, 2015).

Pekerjaan fisik yang berat tentunya akan membutuhkan kekuatan otot

lebih besar dan memiliki risiko terhadap timbulnya keluhan pada tubuh yang akan

berdampak pada kesehatan. Keluhan muskuloskeletal akan meningkat apabila otot

menerima beban yang terlalu berat dan terus-menerus berulang ditambah dengan

durasi waktu yang lama. Keluhan pada otot tidak terjadi apabila kontraksi dari

otot hanya digunakan sekitar 15–20% dari keseluruhan kekuatan otot maksimum.

Jika kontraksi otot yang dilakukan > 20% dapat menyebabkan peredaran darah ke

otot berkurang. Sehingga menyebabkan penurunan suplai O2 yang dibawa oleh

otot, proses karbohidrat terhambat dan menimbulkan penimbunan asam laktat

yang berdampak pada timbulnya rasa tidak nyaman bahkan rasa nyeri pada otot

(Tarwaka, 2015).

Penelitian Amelinda, I (2017) tentang Hubungan Sikap Kerja Dengan

Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Unit Weaving Di PT Delta Merlin Dunia

Textile IV Boyolali tahun 2017 menjelaskan bahwa terdapat keluhan

muskuloskeletal dengan menggunakan Nordic Body Map (NBM) didapatkan

bahwa responden 5 pekerja mengalami keluhan dengan tingkat aksi 3 yaitu tinggi

dan 5 pekerja mengalami keluhan dengan tingkat aksi 2 yaitu sedang. Dengan

demikian, besar tingkat posisi kerja yang tidak ergonomis memengaruhi besar

tingkat keluhan muskuloskeletal pada pekerja, yaitu semakin tinggi besar tingkat

posisi kerja yang tidak ergonomis maka semakin tinggi besar keluhan

muskuloskeletal. Penelitian Utami, C (2017) tentang Hubungan Lama Kerja,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

4

Sikap Kerja dan Beban Kerja dengan Muskuloskeletal Disorders (Msds) pada

Petani Padi di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe Tahun 2017

yaitu beban kerja yang dialami petani sangatlah berat karena para petani setelah

melakukan aktivitas menanam padi sawah sangatlah tinggi karena gerakkan tubuh

yang sangat rentan dan sangat menguras tenaga karena pekerjaan yang dilakukan

berulang ulang.

Penelitian Tjahayuningtyas, A (2019) tentang Faktor Yang

Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal Disorders (Msds) pada Pekerja

Informal menjelaskan bahwa pada tahun 2017 sampai tahun 2019 terjadi

keluhan rasa tidak nyaman, rasa pegal, nyeri, kesemutan bahkan timbul rasa

sakit pada pekerja diseluruh bagian tubuh. Pada umumnya ada atau tidaknya

keluhan muskuloskeletal pada bagian tubuh responden, diketahui bahwa paling

banyak sekitar 86% (33 responden) dari seluruh responden merasakan keluhan

pada bagian pergelangan tangan kanan, sekitar 81% merasakan keluhan pada

bagian bahu kanan dan bahu kanan. Sekitar 68% merasakan keluhan pada

bagian kaki kanan dan 65% pada bagian kaki kiri.

Perindustrian Fa Marinson Pematangsiantar merupakan perusahaan yang

bergerak dibidang air minum dalam kemasan. Pekerjaan yang dilakukan para

pekerja di Fa Marinson adalah melakukan filling cup yang menggunakan mesin,

pengepakan, pelakbanan, penyusunan dan penjualan. Proses kerja di perusahaan

ini dimulai dari filling cup pengisian air minum dalam kemasan mengunakan

mesin, dilakukan proses pengepakan dengan mesin ban berjalan, penyusunan

dilakukan didalam dus/ kotak yang diisi dengan air minum dalam kemasan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

5

sedotan dibelakang punggung pekerja, selanjutnya proses pelakbanan

mengunakan roda besi putar menuju mesin pelakbanan dan kemudian proses

pengangkatan, penyusunan dus/ kotak yang terisi dengan air minum dalam

kemasan diletakkan digudang dan proses terakhir penjualan.

Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara singkat kepada para pekerja pada

bulan Oktober tahun 2019 di Fa Marinson tersebut, didapatkan informasi bahwa

kejadian MSDs paling tinggi terjadi bagian pengepakan. Pekerjaan mereka

umumnya dilakukan dengan cara duduk yaitu dimulai dari jam delapan (08.00

A.M) sampai dengan jam empat sore (16.00 P.M) WIB. Waktu istirahat yang

diberikan oleh perusahaan selama 1 jam yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB. Rata-

rata pekerja yang bekerja di Fa Marinson tersebut sudah bekerja selama kurang

lebih 15 tahun. Melalui pengamatan singkat dilihat bahwa pekerja pengepakan air

minum dalam kemasan bekerja dengan posisi duduk statis diatas tempat duduk

dengan meja di depan pekerja. Tempat duduk berbentuk persegi dan terdapat

sekitar 5 pekerja dalam satu barisan tempat duduk. Posisi duduk pekerja juga

cenderung membungkuk karena tempat duduk tidak memiliki sandaran. Pekerjaan

yang dilakukan adalah mengambil dan memasukan air minum dalam kemasan

diatas mesin ban berjalan pada saat sortasi awal dan dilakukan dengan

menggunakan kedua tangan. Pekerjaan dilakukan dengan satu tangan

menggenggam kardus/ kotak dan tangan lainnya mengambil dan memasukan air

minum dalam kemasan dan sedotan ke kardus/ kotak dengan cepat secara

berulang-ulang. Pekerja melakukan pekerjaan dengan posisi duduk statis tersebut

selama kurang lebih 8 jam satu hari. Posisi kaki pekerja agak sedikit tertekuk pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

6

pijakan dibawah tempat duduk. Terkadang posisi kaki pekerja berada di tempat

duduk dengan posisi bersila . Dalam wawancara singkat tersebut, didapatkan juga

informasi bahwa beberapa pekerja mengalami keluhan di pinggang, bahu, lengan

dan bokong.

Berdasarkan uraian diatas dan alasan terkait survei pendahuluan dan

wawancara tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui dan meneliti

Gambaran Sikap Kerja dan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja

Pengepakan Air Minum Dalam Kemasan Fa. Marinson Pematangsiantar Tahun

2020”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu

Bagaimana gambaran sikap kerja dan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

pada pekerja pengepakan air minum dalam kemasan Fa. Marinson

Pematangsiantar Tahun 2019.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan

musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja pengepakan air minum dalam

kemasan Fa. Marinson Pematangsiantar Tahun 2020.

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui sikap kerja pekerja bagian pengepakan di Fa.

Marinson Pematangsiantar

2. Untuk mengetahui keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

pekerja bagian pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

7

3. Untuk mengetahui pengukuran dan evaluasi pekerja pengepakan di Fa

Marinson Pematangsiantar.

Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

Perusahaan

1. Menambah informasi bagi perusahaan mengenai sikap kerja dan

MSDs di Fa Marinson Pematangsiantar

2. Menambah pengetahuan pekerja Fa Marinson Pematangsiantar

mengenai sikap kerja dan MSDs.

Peneliti. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan serta

pengalaman dalam mengidentifikasi masalah di lingkungan tempat kerja dan

pemecahannya mengenai sikap kerja dan MSDs.

Masyarakat. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan

melakukan penelitian tentang sikap kerja dan MSDs pengepakan air minum dalam

kemasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

8

Tinjauan Pustaka

Sikap Kerja

Pengertian sikap kerja. Sikap kerja merupakan tindakan yang diambil

pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan oleh pekerja tersebut yang

hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan (Purwanto, 2008). Sikap kerja

juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas atau tidak puas

terhadap pekerjaannya (Purwanto, 2008). Sikap kerja adalah penilaian kesesuaian

antara alat kerja yang digunakan oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran

antropometri pekerja dengan ukuran yang sudah ditentukan (Rahayu, 2005). Pada

saat bekerja sangat perlu diperhatikan dimana sikap kerja harus dalam keadaan

seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan tahan lama (Merulalia, 2010).

Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur dalam

proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran

atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon,

dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan

MSDs dan sistem tubuh yang lain (Merulalia, 2010).

Jenis-jenis sikap kerja. Bambang, (2008) mengemukakan 3 (tiga) sikap

kerja yaitu: duduk, duduk berdiri, dan berdiri.

a. Posisi/Sikap Kerja Duduk. Kuswana, (2014) menyatakan bekerja dengan

posisi duduk mempunyai keuntungan yaitu pembebanan pada kaki yang

minimal sehingga pemakaian energi dan keperluan untuk sirkulasi darah

dapat dikurangi. Posisi kerja duduk mempunyai derajat stabilitas tubuh yang

tinggi, dapat mengurangi kelelahan dan keluhan subyektif bila bekerja lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

9

b. dari 2 jam. Di samping itu, tenaga kerja juga dapat mengendalikan tungkai

dan kaki untuk melakukan gerakan. Sebaliknya, kerja dengan posisi duduk

yang terlalu lama dapat menyebabkan tonus otot perut menurun dan tulang

belakang akan melengkung sehingga dapat menyebabkan pekerja mudah

lelah. Kuswana, (2014) menyatakan bahwa pekerjaan yang paling baik

dilakukan dengan posisi duduk adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki.

2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada

tangan.

3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar.

4. Objek yang dipegang tidak melebihi ketinggian lebih dari 15 cm dari

landasan kerja.

5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi.

6. Pekerjaan dilakukan dalam waktu yang lama.

7. Seluruh objek dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan

dengan posis duduk.

b. Posisi/Sikap Kerja Duduk Berdiri. Posisi kerja duduk berdiri ini

merupakan pilihan kedua terhadap hampir seluruh jenis pekerjaan dan

biasanya lebih sesuai digunakan terhadap jenis pekerjaan yang terdiri dari

beberapa sub bagian tugas dan sering melakukan gerak di dalam ruang

kerja (Bambang, 2008). Pengguna dapat memilih salah satu sikap kerja

yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

10

Berdasarkan kedua sikap kerja duduk dan berdiri (Kuswana, 2014)

mencoba memadukan satu desain dengan batasan sebagai berikut:

1. Pekerjaan dilakukan dengan duduk pada satu saat dan pada saat lainnya

dilakukan dengan berdiri daling bergantian

2. Perlu menjangkau sesuatu lebih dari 40 cm ke depan atau 15 cm di atas

landasan kerja

3. Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90-120 cm merupakan

ketinggian yang paling tepat baik untuk posisi duduk maupun posisi

berdiri

c. Posisi/Sikap Berdiri Posisi tubuh sewaktu bekerja sangat ditentukan oleh jenis

pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing jenis pekerjaan mempunyai

pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh. Kuswana, (2014) menjelaskan

posisi kerja berdiri merupakan posisi siaga baik fisik maupun mental sehingga

aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Tetapi pada

dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energy yang

dikeluarkan untuk berdiri 10%-15% lebih banyak dibandingkan dengan

duduk. Pada posisi kerja berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja pada

periode yang lama, maka sering menimbulkan kelelahan.

Posisi/sikap kerja berdiri membutuhkan pengurangan beban fisiologis tubuh

pada periode panjang, utamanya pergerakan darah dan penumpukan cairan

tubuh di daerah paha (leg). Terkadang pembebanan berulang pada perut dan

leher untuk jenis gerak menjangkau meraih maupun memutar. Keluhan

biasanya terjadi karena lambat laun terasa berat pada otot vena, jarak raih di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

11

luar toleransi jangkauan normal, luasan kerja yang ketinggian atau

kependekan, tidak tersedianya ruang gerak kaki (knee). Taha, 2006

menyatakan pertimbangan pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan sikap

kerja berdiri adalah sebagai berikut :

1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut

2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg) 3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah dan ke samping

4. Sering dilakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah

5. Diperlukan mobilitas tinggi

Sikap tubuh alamiah. Sikap tubuh alamiah yaitu sikap atau postur dalam

proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran

atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon,

dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan

muskuloskeletal dan sistem tubuh yang lain (Baird dalam Merulalia, 2010).

a. Pada tangan dan pergelangan tangan.

Sikap normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah berada

dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah tidak miring ataupun mengalami

fleksi atau ekstensi.

b. Pada leher.

Sikap atau posisi normal leher, lurus dan tidak miring atau memutar ke

samping kiri atau kanan sehingga tidak terjadi penekanan pada discus tulang

cervical.

c. Pada bahu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

12

Sikap atau posisi normal pada bahu adalah dalam keadaan tidak mengangkat

dan siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan

lurus dan proporsional.

d. Pada punggung

Sikap atau postur normal dari tulang belakang untuk bagian toraks adalah

kiposis dan bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kiri atau ke kanan.

Kasus umum yang berkaitan dengan sikap kerja adalah :

a) Leher dan kepala inklinasi ke depan karena medan display terlalu rendah dan

objek terlalu kecil.

b) Sikap kerja membungkuk, karena medan kerja terlalu rendah dan objek diluar

medan jangkauan.

c) Lengan terangkat yang diiringi dengan bahu terangkat, fleksi dan abduksi pada

muskulus trapesius dan levator pada skapula seratus anterior, deltoid dan supra

spinator bisep. Ketentuan bahu terangkat dan terabduksi.

d) Pada sikap asimetris terjadi perbedaan beban pada kedua sisi tulang belakang.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh

dalam melakukan pekerjaan adalah:

1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri

secara bergantian.

2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini

tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil.

3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani,

melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai

untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

13

Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah

dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat

mengganggu aktivitas.

Sikap kerja tidak alamiah. Menurut Tarwaka (2004), sikap kerja tidak

alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak

menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung

terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi

bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko

terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umunya

karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai

dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

Indonesia sikap kerja tidak alamiah ini lebih banyak disebabkan oleh

adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran

tubuh pekerja. Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak

ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan berbagai

gangguan kesehatan pada pekerja antara lain:

a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan

seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan lain-lain.

b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.

c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan

kaki, tangan atau leher/kepala).

d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring,

bongkok). Untuk bisa mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

14

optimal serta memberikan rasa nyaman pada saat bekerja bisa dilakukan

dengan cara :

a. Menghindarkan sikap tubuh yang tidak alamiah.

b. Mengusahakan agar beban statis sekecil mungkin.

c. Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang sarana

kerja (meja, kursi, dll.) yang sesuai dengan antropometri pemakainya.

d. Mengupayakan agar sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dengan

sikap duduk atau kombinasi duduk dan berdiri. Sikap kerja berulang (aktivitas berulang). Aktivitas berulang adalah

pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul,

membelah kayu besar, angkat-angkut, dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena

otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh

kesempatan untuk relaksasi (Tarwaka, 2004). Ketika bergerak ,otot dan tendon

bekerja dengan memendek dan memanjang. Peradangan pada tendon dan ligamen

sangat mungkin terjadi jika gerakan yang dilakukan berulang secara terus-

menerus tanpa istirahat yang cukup (Hardianto dan Yassierli, 2014).

Masa Kerja. Masa kerja merupakan akumulasi waktu tenaga kerja yang

telah memegang pekerjaannya. Tenaga kerja yang memiliki masa kerja yang lebih

lama akan semakin banyak menyimpan informasi dan ketrampilan dalam bekerja.

Masa kerja yang lebih lama cenderung lebih mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungan berdasarkan pengalaman yang dimiliki, emosi yang ebih stabil

sehingga lancer dan mantap dalam bekerja. Namun masa kerja yang semakin lama

juga dapat memberikan pengaruh negative apabila semakin lama bekerja akan

menimbulkan kelelahan dan kebosanan (Suma’mur, 2009). Menurut Wulandari

(2011), pembebanan otot secara statis dalam waktu lama akan menyebabkan nyeri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

15

otot, tulang, dan tendon karena pekerjaan berulang yang dilakukan dalam waktu

yang lama. Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3 menurut

Kurniawan (2006)

a. Masa kerja <6 tahun

b. Masa kerja 6-10 tahun

c. Masa kerja >10 tahun

Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Pengertian MSDs. Musculoskeletal Disorders atau gangguan otot

rangka adalah gangguan yang dialami karena kerusakan pada otot, saraf,

tendon, ligamen, persendian, kartilago, dan diskus invertebralis. Gangguan

dapat berupa kerusakan pada otot yang dapat berupa ketegangan otot,

inflamasi, dan degenerasi. Sementara itu, kerusakan pada tulang dapat berupa

memar, mikrofaktur, patah, atau terpelintir (Suma’mur, 2014).

Menurut NIOSH (1997) yang dimaksud dengan Musculuskeletal

Disorders (MSDs) adalah sekelompok kondisi patologis yang mempengaruhi

fungsi normal dari jaringan halus sistem muskuloskeletal yang mencakup syaraf,

tendon, otot, dan struktur penunjang seperti discus intervertebral. Istilah MSDs

pada beberapa negara mempunyai sebutan berbeda, misalnya di Amerika istilah

ini dikenal dengan nama Cumulative Trauma Disorders (CTDs), di Inggris dan

Australia disebut dengan nama Repetitif Strain Injury (RSI), sedangkan di Jepang

dan Skandinavia dikenal dengan sebutan Occupational Cervicubrachial

Disorders (OCD). Istilah lain yang beredar Overuse Syndrome (Pheasant, 1991

dalam Fuady, 2013). Studi tentang MSDs pada berbagai macam jenis industri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

16

telah banyak dilakukan, beberapa studi tersebut menunjukkan bahwa otot yang

sering kali dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot – otot

leher, bahu, lengan, tangan, pinggang, jari, punggung, dan otot – otot bagian

bawah tubuh lainnya (Tarwaka et al, 2004 dalam Fuady, 2013).

Dalam melakukan aktvitasnya, penggunaan kerja otot yang tidak

terkontrol dapat menimbulkan gangguan pada otot rangka, yang dikenal dengan

gangguan otot rangka (musculoskeletal disorders, MSDs), yaitu:

1. Kelelahan dan keletihan terus- menerus yang disebabkan oleh kegiatan

yang dilakukan dengan frekuensi atau periode waktu yang lama dari upaya

otot, pengulangan aktivitas atau upaya yang terus-menerus dari bagian

tubuh yang sama pada posisi tubuh yang statis.

2. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/ berat

atau pergerakan yang tidak terduga (Suma’mur, 2014).

Anatomi dan Fisiologi Sistem MSDs.

a) Sistem Rangka.

Sistem rangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam

tulangyang satu sama lainnya saling berhubungan. Tulang tidak hanya kerangka

penguat tubuh, tetapi juga merupakan bagian susunan sendi, sebagai pelindung

tubuh, serta melekatnya origo dan insertio dari otot–otot yang menggerakkan

kerangka tubuh. Tulang juga mempunyai fungsi sebagai tempat mengatur dan

menyimpan kalsium, fosfat, magnesium, dan garam. Bagian ruang di tengah

tulang – tulang tertentu memiliki jaringan hemopoietik yang berfungsi untuk

memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (Helmi, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

17

b) Sistem Otot.

Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak,

menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Otot merupakan alat gerak

aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit, dan rambut setelah mendapat

rangsangan. Otot mengubah energi kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga

dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka (Helmi, 2012).

c) Mekanisme Energi dalam Otot

Sumber energi utama bagi otot iyalah dari pemecahan senyawa phospat

kaya energi (energy-rich phospat compound) dari kondisi energi tinggi ke energi

rendah, dimana dalam kurun waktu yang sama akan menghasilkan muatan

elektron statis dan menyebabkan gerakan dari molekul aktin dan myosin. Hal

tersebut di tunjukkan pada proses berikut (Nurmianto, 2004 dalam Westriani,

2014) :

ATP ADP+P

d) Inervasi Saraf

Saraf – saraf otonom dan sensorik tersebar luas pada ligamen, kapsul

sendi, dan sinovium. Saraf – saraf ini berfungsi untuk memberikan sensitivitas

pada struktur – struktur ini terhadap posisi dan pergerakan. Ujung – ujung saraf

pada kapsul, ligamen, dan adventisia pembuluh darah sangat sensitif terhadap

peregangan dan perputaran (Helmi, 2012).

e) Jaringan Penghubung

Jaringan – jaringan penghubung yang terpenting pada sistem kerangka otot

adalah ligamen, tendon dan fasciae. Jaringan ini terdiri dari kolagen dan serabut

elastis dalam beberapa proporsi (Nurmianto, 2004 dalam Westriani, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

18

Tendon merupakan suatu berkas (bundel) serat kolagen yang

melekatkan otot ke tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh

kontraksi otot ke tulang. Serat kolagen dianggap sebagai jaringan ikat dan

dihasilkan oleh sel – sel fibroblas. Ligamen adalah taut fibrosa kuat yang

menghubungkan tulang ke tulang, biasanya di sendi. Ligamen memungkinkan

dan membatasi gerakan sendi. Tendon dan ligamen tidak memiliki kemampuan

untuk berkontraksi seperti jaringan otot, tetapi dapat memanjang. Kedua

jaringan ini bersifat elastis dan akan kembali ke posisi panjang awalnya setelah

direnggangkan, kecuali bila direnggangkan melampaui batas elastisitasnya

(Helmi, 2012). Sedangkan Fasciae berfungsi sebagai pengumpul dan pemisah

otot, yang terdiri dari sebagian besar serabut elastis dan mudah sekali

terdeformasi.

Keluhan MSDs. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian –

bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat

ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang

dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan

pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya

diistilahkan dengan Keluhan musculoskeletal Disorders (MSDs) atau cidera pada

sistem muskuloskeletal (Tarwaka et. al, 2004 dalam Fuady, 2013).

Secara garis besar keluhan muskuloskeletal dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

19

a) Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot

menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang

apabila pembebanan dihentikan.

b) Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.

Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot

masih terus berlanjut (Tarwaka et al, 2004).

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang

berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi

pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi

apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15 – 20 % dari kekuatan otot

maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20 % maka peredaran darah

ke otot berkurang menurut kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang

diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme kerbohidrat

terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang

menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.

Keluhan utama yang sering terjadi pada pekerja dengan gangguan

Muskuloskeletal adalah sebagai berikut

a) Nyeri.

Nyeri merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada gangguan

muskuloskeletal baik yang terjadi pada otot, tulang, maupun sendi. Nyeri

tulang dapat dijelaskan secara khas sebagai nyeri dalam dan tumpul yang

berisfat menusuk, sementara nyeri otot dijelaskan sebagai adanya rasa

pegal. Nyeri fraktur tajam dan menusuk dan dapat dihilangkan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

20

imobilisasi. Nyeri tajam juga bisa ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat

spasme otot atau penekanan pada saraf sensoris. Kebanyakan nyeri

muskuloskeletal dapat dikurangi dengan istirahat. Nyeri yang bertambah

karena aktivitas menujukkan memar sendi atau otot. Sementara nyeri pada

satu titik yang terus bertambah merupakan proses infeksi (osteomielitis),

tumor ganas atau komplikasi vaskuler. Nyeri menyebar terdapat pada

keadaan yang mengakibatkan tekanan pada serabut saraf (Helmi, 2012).

b. Deformitas atau kelainan bentuk

c. Kekakuan/instabilitas pada sendi

d. Pembengkakan/benjolan

Keluhan karena adanya pembengkakan pada ekstremitas merupakan

suatu tanda adanya bekas trauma. Pembengkakan dapat terjadi pada

jaringan lunak, sendi atau tulang

e. Kelemahan otot

Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum misalnya

pada penyakit distrofi muskular atau bersifat lokal karena gangguan

neurologis pada otot.

f. Gangguan atau hilanngnya fungsi

Keluhan gangguan dan hilangnya fungsi dari organ muskuloskeletal ini

merupakan gejala yang sering menjadi keluhan utama pada masalah

gangguan sistem muskuloskeletal. Gangguan atau hilangnya fungsi pada

sendi dan anggota gerak dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

21

gangguan fungsi karena nyeri yang terjadi setelah trauma, adanya

kekakuan sendi, atau kelemahan otot.

g) Gangguan sensibilitas

Keluhan adanya gangguan sensibiltas terjadi apabila melibatkan

kerusakan saraf pada upper/lower motor neuron, baik bersifat lokal

maupun menyeluruh. Gangguan sensibilitas dapat pula terjadi apabila

terdapat trauma atau penekanan pada saraf. Gangguan sensoris sering

berhubungan dengan masalah muskuloskeletal. Gejala yang menunjukkan

tingkat keparahan MSDs (Oborne, 1995 dalam Bukhori, 2010) dapat

dilihat dari tingkatan sebagai berikut :

1) Tahap pertama: Timbulnya rasa nyeri dan kelelahan saat bekerja

tetapi setelah beristirahat akan pulih kembali dan tidak mengganggu

kapasitas kerja.

2) Tahap kedua: Rasa nyeri tetap ada setelah semalaman dan tetap

mengganggu waktu istirahat.

3) Tahap ketiga: Rasa nyeri tetap ada walaupun telah istirahat yang

cukup, nyeri ketika melakukan pekerjaan yang berulang, tidur

menjadi terganggu, kesulitan menjalankan pekerjaan yang akhirnya

mengakibatkan terjadinya inkapasitas.

Adapun gangguan musculoskeletal yang sering terjadi akibat pekerjaan:

a) Cidera pada tangan

1) Tendinitis merupakan peradangan pada tendon. Keadaan tersebut akan

semakin berkembang ketika tendon terus menerus digunakan untuk

mengerjakan hal-hal yang tidak biasa seperti tekanan yang kuat pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

22

tangan, membengkokkan pergelangan tangan selama bekerja, atau

menggerakkan pergelangan tangan secara berulang. Pekerjaan yang

berpotensi antara lain adalah Industri perakitan automobile, pengemasan

makanan/ minuman, juru tulis, sales, manufaktur.

2) Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu tekanan pada syaraf di pergelangan

tangan yang mempengaruhi syaraf medianus dapat menyebabkan sulitnya

seseorang menggenggam sesuatu pada tangannya. Faktor risiko yang dapat

menyebabkan CTS Manual handling, postur, getaran, repetisi, force gaya

yang membutuhkan peregangan, frekuensi, durasi, suhu. Pekerjaan yang

berpotensi adalah pekerjaan mengetik dan proses pemasukan data,

kegiatan manufaktur, perakitan, penjahit, dan pengepakan/ pembungkusan.

3) Trigger finger. Tekanan yang berulang pada jari-jari (pada saat

menggunakan alat kerja yang memiliki pelatuk) dimana menekan tendon

secara terus menerus hingga ke jari-jari dan mengakibatkan rasa sakit dan

tidak nyaman pada bagian jari-jari.

4) Epycondylitis merupakan rasa nyeri atau sakit pada bagian siku. Rasa sakit

ini berhubungan dengan perputaran ekstrim pada lengan bawah dan

pembengkokan pada pergelangan tangan. Kondisi ini juga biasa disebut

tennis elbow atau golfer’s elbow.

b) Cidera Pada Bahu dan Leher

1) Bursitis adalah peradangan yang terjadi pada jaringan ikat yang berada pada

sekitar persendian. Penyakit ini akibat posisi bahu yang janggal seperti

mengangkat bahu di atas kepala dan bekerja dalam waktu yang lama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

23

2. Tension Neck Syndrome terjadi pada leher yang mengalami ketegangan pada

otot-ototnya disebabkan postur leher menengadah ke atas dalam waktu yang

lama. Sindroma ini mengakibatkan kekakuan pada otot leher, kejang otot,

dan rasa sakit yang menyebar ke bagian leher.

c) Cidera Pada Punggung dan Lutut

1) Low Back Pain merupakan kondisi patologis yang mempengaruhi tulang,

tendon, syaraf, ligamen, intervertebral disc dari lumbar spine (tulang

belakang). Cidera pada punggung dikarenakan otot otot tulang belakang

mengalami peregangan jika postur punggung membungkuk. Apabila

postur membungkuk ini berlangsung terus menerus, maka diskus akan

melemah yang pada akhirnya menyebabkan putusnya diskus (disc

rupture) atau biasa disebut herniation. Faktor risiko yang dapat

menimbulkan LBP adalah pekerjaan manual yang berat, postur janggal,

force/gaya, beban objek, getaran, repetisi, dan ketidakpuasan terhadap

pekerjaan. Pekerjaan yang berisiko antara lain pekerja lapangan atau

bukan lapangan, pelayan, operator, tekhnisian dan manajernya,

profesional, sales, pekerjaan yang berhubungan dengan tulis menulis dan

pengetikan, supir truk, pekerjaan manual handling, penjahit, dan

perawat.

d) Penyakit musculoskeletal yang terdapat di bagian lutut berkaitan dengan

tekanan pada cairan di antara tulang dan tendon. Tekanan yang berlangsung

terus menerus akan mengakibatkan cairan tersebut (bursa) tertekan,

membengkak, kaku, dan meradang atau biasa disebut bursitis Tekanan dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

24

luar ini juga menyebabkan tendon pada lutut meradang yang akhirnya

menyebabkan sakit (tendinitis).

Faktor-Faktor Risiko MSDs

Faktor risiko MSDs menurut Sutalaksana (2006) terbagi menjadi faktor

pekerjaan, faktor individu, faktor lingkungan.

1. Faktor Pekerjaan

Menurut Shofwati (2010) faktor risiko pekerjaan adalah karakteristik

pekerjaan yang dapat meningkatkan risiko cedera pada sistem otot rangka.

Faktor risiko ergonomic adalah sifat/karakteristik pekerja atau lingkungan

kerja yang dapat meningkatkan kemungkinan pekerja menderita gejala

MSDs. Ada beberapa faktor yang terbukti berkontribusi menyebabkan MSDs

yaitu pekerjaan yang dilakukan dengan sikap kerja, beban, gerakan

repetitive/frekuensi, lama kerja, dan genggaman.

a. Sikap Kerja/Postur Kerja. Postur tubuh adalah posisi relatif dari bagian

tubuh tertentu. Dewi (2015) menyatakan bahwa postur didefinisikan

sebagai orientasi rata-rata bagian tubuh dengan memperhatikan satu

sama lain antara bagian tubuh yang lain. Postur dan pergerakan

memegang peranan penting dalam ergonomi. Posisi tubuh yang

menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat melakukan

pekerjaan dapat menyebabkan stress mekanik lokal pada otot, ligamen,

dan persendian. Hal ini mengakibatkan cedera pada leher, tulang

belakang, bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain. Namun di lain hal,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

25

meskipun postur terlihat nyaman dalam bekerja, dapat berisiko juga jika

mereka bekerja dalam jangka waktu yang lama.

Gambar 1. Postur tubuh janggal

b. Beban atau Tenaga (Force). Beban dapat diartikan sebagai muatan

(berat) dan kekuatan pada struktur tubuh. Satuan beban dinyatakan

dalam newton atau pounds, atau dinyatakan sebagai sebuah proporsi dari

kapasitas kekuatan individu (Handayani, 2011). Beban merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan otot rangka. Berat

beban yang direkomendasikan adalah 23-25 kg, sedangkan menurut

Departemen Kesehatan (2009) mengangkat beban sebaiknya tidak

melebihi dari aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita

(16-18 tahun) sebesar 12-15 kg. Pekerja yang melakukan aktivitas

mengangkat barang yang berat memiliki kesempatan 8 kali lebih besar

untuk mengalami Low Back Pain (LBP) dibandingkan pekerja yang

bekerja statis. Penelitian lain membuktikan bahwa hernia diskus lebih

sering terjadi pada pekerja yang mengangkat barang berat dengan postur

membungkuk dan berputar (Auliya, 2015). Dalam berbagai penelitian

dibuktikan cedera berhubungan dengan tekanan pada tulang akibat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

26

membawa beban. Semakin berat benda yang dibawa semakin besar

tenaga yang menekan otot untuk menstabilkan tulang belakang dan

menghasilkan tekanan yang lebih besar pada bagian tulang belakang.

Pembebanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang tidak

melebihi 30-40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam

8 jam sehari dengan memperhatikan peraturan jam kerja yang

berlaku.semakin berat beban maka semakin singkat pekerjaan (Sari,

2014).

c. Lama Kerja. Lama kerja sangat berkaitan dengan keadaan fisik tubuh

pekerja. Pekerjaan fisik yang berat akan mempengaruhi kerja otot,

kardiovaskular, sistem pernapasan dan lainnya. Jika pekerjaan

berlangsung dalam waktu yang lama tanpa istirahat, kemampuan tubuh

akan menurun dan dapat menyebabkan kesakitan pada anggota tubuh.

Lama kerja dibagi menjadi durasi singkat yaitu kurang dari 1 jam/hari,

durasi sedang yaitu antara 1-2 jam/hari dan durasi lama yaitu lebih dari 2

jam/hari (Sari, 2014).

d. Pekerjaan Berulang (Frequency). Setyaningsih dan Kurniawan (2009)

menyatakan bahwa aktivitas berulang, pergerakan yang cepat dan

membawa beban yang berat dapat menstimulasikan saraf reseptor

mengalami sakit. Frekuensi terjadinya sikap tubuh yang salah terkait

dengan beberapa kali terjadi repetitive motion dalam melakukan suatu

pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat

beban kerja terus menerus tanpa memperolah kesempatan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

27

relaksasi. Menurut Bukhori (2010), posisi tangan dan pergelangan

tangan berisiko apabila dilakukan gerakan berulang/frekuensi sebanyak

30 kali dalm semenit dan sebanyak 2 kali per menit untuk anggota tubuh

seperti bahu, leher, punggung dan kaki. Berdasasarkan studi yang

dilakukan European Campaign on Musculoskeletal Disorders pada

tahun 2008 terhadap 235 juta orang pekerja di Eropa, melaporkan 62%

telah terpapar MSDs pada tangan akibat adanya gerak

repetitive/berulang dan 46% dilaporkan akibat posisi tubuh yang

melelahkan selama bekerja.

e. Genggaman. Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak.

Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan

otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan

alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot

yang menetap (Amelinda, 2017). Menurut Bukhori (2010) memegang

diusahakan dengan tangan penuh dan memegang dengan hanya beberapa

jari yang dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari tersebut

harus dihindarkan.

2. Faktor Individu

a. Umur. Santiasih (2013) menjelaskan bahwa umur berhubungan dengan

keluhan pada otot. Pada umumnya keluhan musculoskeletal mulai

dirasakan pada usia kerja, yaitu antara 25-65 tahun. Keluhan pertama

biasa dirasakan pada usia 35 tahun dan akan terus meningkat sejalan

dengan bertambahnya umur (Santiasih, 2013). Akan tetapi berdasarkan

hasil penelitian Maijunidah (2011), diperoleh tidak ada hubungan antara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

28

munculnya keluhan MSDs dengan usia pekerja, hal tersebut dibuktikan

bahwa pada tangan pekerja yang sudah tua tidak mengalami penurunan

kekuatan ototnya. Maijunidah (2011) menemukan bahwa tidak ada

hubungan antara keluhan MSDs dengan usia, akan tetapi mereka

hubungan yang sangat kuat antara beban kerja (dengan kategori rendah,

sedang, berat) dengan gejala atau diagnosis MSDs.

b. Masa Kerja. Santiasih (2013) menjelaskan bahwa masa kerja

mempunyai hubungan yang kuat dengan keluhan otot. Puput, 2015

mengatakan bahwa pada pekerja perusahaan kayu dan furnitur, diketahui

bahwa MSDs berhubungan dengan usia dan masa kerja yang lebih lama.

Berdasarkan penilitian yang dilakukan Octarisya (2009), didapatkan

bahwa sebesar 66,7% pekerja yang bekerja lebih dari 15 tahun telah

mengalami MSDs, diantaranya pada bagian bahu kanan dan kiri, leher

dan punggung bawah.

c. Indeks Masa Tubuh. Indeks masa tubuh dapat digunakan sebagai

indikator kondisi status gizi pekerja. Dihitung dengan rumus BB²/TB

(berat badan²/tinggi badan), adapun menurut WHO (2008) dikategorikan

menjadi tiga yaitu kurus (<18,5) normal (18,5-25) dan gemuk (25-30)

serta obesitas (>30). Kaitan IMT dengan MSDs adalah semakin gemuk

seseorang makan bertambah besar risikonya untuk mengalami MSDs.

Hal ini dikarenakan seseorang dengan kelebihan berat badanakan

berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan

mengontraksikan otot punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

29

menerus, akan meyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang

belakang yang mengakibatkan hernia nucleus pulposus (Firman, 2014).

d. Jenis Kelamin. Secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah

dibanding pria. Mulyono (2009) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita

hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria sehingga daya tahan otot

pria lebih tinggi dibandingkan otot wanita. Penelitian Korovessis, et al

(2005) dari 1.263 siswa yang berumur 12-18 tahun didapat siswa yang

berjenis kelamin perempuan lebih sering merasakan keluhan

muskuloskeletal. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot

wanita lebih rendah dari pada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar

dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun

lebih tinggi dibandingkan wanita. Rerata kekuatan otot wanita kurang

lebih 60% dari kekuatan otot pria. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia (2005) menyatakan bahwa batasan angkat maksimum pada

wanita dewasa apabila dilakukan dengan cara menjunjung beban adalah

15 sampai 20 kg atau tidak lebih dari 30% sampai 40% berat badan.

e. Kebiasaan Merokok. Meningkatnya keluhan otot sangat erat

hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Risiko

meningkat 20% untuk tiap 10 batang rokok per hari. Mereka yang telah

berhenti merokok selama setahun memiliki risiko MSDs sama dengan

mereka yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akan menurunkan

kapasitas paru-paru, sehingga kemampuannyauntuk mengkonsumsi

oksigen akan menurun. kebiasaan merokok dibagi menjadi 4 kategori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

30

yaitu, kebiasaan merokok berat (>20 batang/hari), sedang (10-20

batang/hari), ringan (<10 batang/hari) dan tidak merokok. Hubungan

merokok dengan keluhan muskuloskeletal disebabkan karena batuk yang

meningkatkan tekanan pada perut dan menimbulkan ketegangan pada

tulang belakang atau punggung (Bukhori, 2010). Penelitian yang

dilakukan Ariani (2009) pada tukang angkut barang di Stasiun Jatinegara

Jakarta dan penelitian yang dilakukan Soleha (2009) pada operator Can

Plant PT X menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok

dengan keluhan muskuloskeletal. Hasil tabulasi data pada penelitian

Ariyanto (2012) antara kebiasaan merokok dengan kejadian keluhan

muskuloskeletal pada aktivitas manual handling menunjukan bahwa

responden yang mengalami kejadian keluhan muskuloskeletal tertinggi

terdapat pada responden dengan kategori kebiasaan merokok perokok

atau mantan perokok yaitu sejumlah 26 orang (74.3%).

3. Faktor Lingkungan

a. Getaran. Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi

otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak

lancer, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa

nyeri otot. Paparan vibrasi/ getaran pada seluruh tubuh merupakan factor

resiko yang dapat berkontribusi untuk menyebabkan cidera, khususnya

di tulang belakang dan leher serta punggung bagian bawah. Paparan

jangka panjang akan menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Paparan

dari getaran local terjadi ketika bagian tubuh tertentu kontak dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

31

objek yang bergetar. Paparan getaran seluruh tubuh dapat terjadi ketika

berdiri atau duduk dalam lingkungan atau objek yang bergetar, seperti

ketika mengoprasikan kendaraan atau mesin yang besar (Bukhori, 2010).

b. Mikroklimat/suhu. Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan

sirkulasi udara dan alat-alat pendingin dapat mengurangi keterampilan

tangan dan merusak daya sentuh. penggunaan otot yang berlebihan

untuk memegang alat kerja dapat menurunkan resiko ergonomi. Beda

suhu lingkungan dengan suhu tubuh mengakibatkan sebagian energi di

dalam tubuh dihabiskan untuk mengadaptasikan suhu tubuh terhadap

lingkungan. Apabila tidak disertai pasokan energi yang cukup akan

terjadi kekurangan suplai energi ke otot (Nurjannah, 2014). Berdasarkan

rekomendasi National Institute of Occupational Safety and Health

(NIOSH) (2010) tentang kriteria suhu nyaman, suhu udara dalam ruang

yang dapat diterima adalah berkisar antara 20-24ºC (untuk musim

dingin) dan 23-26ºC (untuk musim panas) pada kelembapan 35-65%.

Rata-rata gerakan udara dalam ruang yang ditempati tidak melebihi 0.15

m/det untuk musim dingin dan 0.25 m/det untuk musim panas.

Kecepatan udara di bawah 0.07 m/det akan memberikan rasa tidak enak

di badan dan rasa tidak nyaman. Beberapa penelitian menyimpulkan

bahwa pada temperature 27-30ºC, maka performa kerja dalam pekerjaan

fisik akan menurun (Astuti, 2007).

c. Pencahayaan. Pencahayaan akan mempengaruhi ketelitian dan performa

kerja. Bekerja dalam kondisi cahaya yang buruk, akan membuat tubuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

32

beradaptasi untuk mendekati cahaya. Jika hal tersebut terjadi dalam

waktu yang lama meningkatkan tekanan pada otot bagian atas tubuh

(Bukhori, 2010). Pencahayaan yang inadekuat dapat merusak salah satu

fungsi organ tubuh. Hal ini berkaitan dengan tingkat pekerjaan yang

membutuhkan tingkat ketilitian yang tinggi atau tidak. Bila pencahayaan

yang inadekuat pada ruangan kerja akan menyebabkan postur leher lebih

condong kedepan (fleksi) begitupun dengn postur tubuh, postur seperti

ini dapat menambah risiko MSDs.

4. Faktor Psikososial

Faktor psikososial yaitu kepuasan kerja, stress mental, organisasi kerja (shift

kerja, waktu istirahat, dll) (Widyastoeti, 2008). Organisasi kerja didefinisikan

sebagai distribusi dari tugas kerja tiap waktu dan diantara para pekerja, durasi dari

tugas kerja dan durasi serta distribusi dari periode istirahat. Durasi kerja dan

periode istirahat memiliki pengaruh pada kelelahan jaringan dan pemulihan. Studi

khusus pada pengaruh organisasi kerja pada gangguan leher telah dilakukan.

Bukhori (2010) menyatakan bahwa walaupun banyak penelitian yang

menunjukkan MSDs dipengaruhi oleh faktor psikososial tetapi umumnya

memiliki kekuatan yang lemah.

Tanda dan Gejala MSDs

Menurut Zulfiqor (2011) gejala-gejala MSDs yang biasa dirasakan oleh

seseorang adalah:

1. Leher dan punggung terasa kaku

2. Bahu terasa nyeri, kaku ataupun kehilangan fleksibelitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

33

3. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk

4. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak dan kaku

5. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeri disertai

bengkak

6. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat

7. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan kehilangan kekuatan serta

kehilangan kepekaan

8. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun sensasi rasa

panas.

Metode Penilaian Keluhan Musculoskeletal Disorers (MSDs)

Ukuran tubuh yang penting dalam postur kerja dengan penentuan sudut

leher, kaki, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan batang tubuh

untuk mengetahui resiko terjadinya Musculoskeletal Disorder pada pekerja. (Joshi

& Lal, 2014; Varmazyar et al., 2012).

Metode RULA (The Rapid Upper Limb Assessment). Metode ini pertama

kali dikembangkan oleh Lynn McAtamney dan Nigel Corlett, E. (1993), seorang

ahli ergonomi dan Nottingham’s Institute of Occupational Ergonomics England.

Metode ini prinsip dasarnya hampir sama dengan metode REBA (Rapid Entire

Body Assessment maupun metode OWAS (Ovako Postur Analysis System). Ketiga

metode ini (RULA, REBA dan OWAS) sama-sama mengobservasi segmen tubuh

khususnya upper limb dan mentransfernya dalam bentuk skoring. Selanjutnya,

skor final yang diperoleh akan digunakan sebagai pertimbangan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

34

memberikan saran perbaikan secara tepat. Berdasarkan alasan tersebut, maka pada

topik ini hanya akan didiskusikan secara detail tentang aplikasi metode RULA.

Metode RULA merupakan suatu metode dengan menggunakan target

postur tubuh untuk mengestimasi terjadinya risiko gangguan sistem

muskuloskeletal, khususnya pada anggota tubuh bagian atas (upper limb

disorders), seperti; adanya gerakan repetitif, pekerjaan diperlukan pengerahan

kekuatan, aktivitas otot statis pada sistem muskuloskeletal, dan lain-lain. Penilaan

dengan metode RULA mi merupakan penilaian yang sistematis dan cepat

terhadap risiko terjadinya gangguan dengan menunjuk bagian anggota tubuh

pekerja yang mengalami gangguan tersebut. Analisa dapat dilakukan sebelum dan

sesudah intervensi, untuk menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan akan

dapat menurunkan risiko cedera.

Di dalam aplikasinya, metode RULA dapat digunakan untuk menentukan

prioritas pekerjaan berdasarkan faktor risiko cedera. Hal ini dilakukan dengan

membandingkan nilai tugas-tugas yang berbeda yang dievaluasi menggunakan

RULA. Metode mi juga dapat digunakan untuk mencari tindakan yang paling

efektif untuk pekerjaan yang memiliki risiko relatif tinggi. Analisa dapat

menentukan kontribusi tiap faktor terhadap suatu pekerjaan secara keseluruhan

dengan cara melalui nilai tiap faktor risiko. Di samping itu, Metode RULA

merupakan Alat untuk melakukan analisa awal yang mampu menentukan

seberapa jauh risiko pekerja yang terpengaruh oleh faktor-faktor penyebab cedera,

yaitu:

1. Postur tubuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

35

2. Kontraksi otot statis

3. Gerakan repetitif

4. Pengerahan tenaga dan pembebanan

Aplikasi metode RULA dimulai dengan mengobservasi aktivitas pekerja.

Pengukuran terhadap postur tubuh dengan metode RULA pada dasarnya adalah

mengukur sudut dasar yaitu sudut yang dibentuk oleh perbedaan anggota tubuh

(limbs) dengan titik tertentu pada postur tubuh yang dinilai. Pengukuran ini dapat

secara langsung dilakukan pada pekerja dengan menggunakan peralatan pengukur

sudut, seperti : busur, elektro-goniometer, atau peralatan ukur sudut lainnya atau

juga dengan kamera.

Metode ini, harus dilakukan terhadap kedua sisi anggota tubuh kiri dan

kanan. Metode RULA membagi anggota tubuh ke dalam dua (2) segmen yang

membentuk dua (2) group yang terpisah yaitu group A dan group B. Group A

meliputi anggota tubuh bagian atas (lengan atas, lengan bawah dan pergelangan

tangan). Sementara itu, group B meliputi kaki, badan (trunk) dan leher.

Selanjutnya skor A dan B dihitung dengan menggunakan tabel dengan

memasukkan skor untuk masing-masing postur tubuh secara individu. Skor postur

tubuh untuk masing-masing anggota tubuh didapatkan dari pengukuran sudut

yang dibentukmoleh perbedaan anggota tubuh pekerja.

Prosedur penggunaan metode RULA secara ringkas sebagai berikut :

1. Menentukan siklus kerja dan mengobservasi pekerja selama variasi siklus

kerja tersebut.

2. Memilih postur tubuh yang akan dinilai. 3. Memutuskan untuk menilai kedua sisi anggota tubuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

36

4. Menentukan skor postur tubuh untuk masing-masing anggota tubuh.

5. Menghitung grand skor dan action level untuk menilai kemungkinan risiko

terjadi.

6. Merevisi skor postur tubuh untuk anggota tubuh yang berbeda yang

digunakan untuk menentukan dimana perbaikan diperlukan.

7. Redesain stasiun kerja atau mengadakan perubahan untuk perbaikan postur

tubuh saat kerja bila diperlukan.

8. Jika perubahan untuk perbaikan telah dilakukan, perlu melakukan penilaian

kembali terhadap postur tubuh dengan metode RULA untuk memastikan

bahwa perbaikan telah berjalan sesuai yang diinginkan.

Untuk mengaplikasikan metode RULA digunakan teknik pengukuran.

Teknik pengukuran ini dengan menggunakan ilustrasi gambar piktogram pada

masing-masing anggota tubuh yang dinilai berdasarkan group segmen tubuh dan

cara membuat skor penilaian.

Rapid Entire Body Assessment (REBA). REBA (Highnett and

McAtamney,2000) dikembangkan untuk mengkaji postur bekerja yang ditemukan

pada industri pelayanan kesehatan dan industri pelayanan lainnya. Data yang

dikumpulkan termasuk postur badan, kekuatan yang digunakan, tipe dari

pergerakan, gerakan berulang, dan gerakan berangkai. Skor akhir REBA

diberikan untuk memberi sebuah indikasi pada tingkat risiko mana dan pada

bagian mana yang harus dilakukan tindakan penaggulangan. Metode REBA

digunakan untuk menilai postur pekerjaan berisiko yang berhubungan dengan

musculoskeletal disorders/work related musculoskeletal disorders (WRMSDs).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

37

Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah cara penilaian tingkat

risiko dari repetitive motion dengan melihat pergerakan/postur yang dilakukan

oleh pekerja. Pengukuran dilakukan menggunakan task analysis (tahapan kegiatan

kerja dari awal hingga akhir). Sistem penilaian REBA digunakan untuk

menghitung tingkat risiko yang dapat terjadi sehubungan dengan pekerjaan yang

dapat menyebabkan MSDs dengan menampilkan serangkaian tabel-tabel untuk

melakukan penilaian berdasarkan postur-postur yang terjadi beberapa bagian

tubuh dan melihat beban atau tenaga yang dikeluarkan serta aktivitasnya.

Perubahan nilai-nilai disediakan untuk setiap bagian tubuh untuk memodifikasi

nilai dasar jika terjadi perubahan atau penambahan faktor risiko dari setiap

pergerakan postur yang dilakukan (Muhamad, 2014).

Untuk mendapatkan skor REBA secara keseruhan, peneliti harus

melakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Mengambil foto dari postur yang akan dianalisis

2. Mengestimasi sudut dari enam bagian tubuh yang dianalisis

3. Mengubah informasi sudut menjadi klasifikasi postur menurut REBA

4. Menentukan beberapa adjustment seperti: apakah ada gaya yang

dikeluarkan dari tubuh dalam postur tersebut?

Prosedur Penilaian Metode REBA

1. Observasi Pekerjaan, Mengobservasi pekerjaan untuk mendapatkan formula

yang tepat dalam pengkajian faktor ergonomik ditempat kerja, termasuk

dampak dari desain tempat kerja dan lingkungan kerja, penggunaan

peralatan, dan perilaku pekerja yang mengabaikan risiko. Jika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

38

memungkinkan, data disimpan dalam bentuk foto atau video. Bagaimana

juga, dengan menggunakan banyak peralatan observasi sangat dianjurkan

untuk mencegah kesalahan parallax.

2. Memilih Postur Tubuh yang Akan Dikaji, Memutuskan postur yang mana

untuk dianalisa dapat dengan menggunakan kriteria dibawah ini :

a. Postur yang sering dilakukan

b. Postur dimana pekerja lama pada posisi tersebut

c. Postur yang membutuhkan banyak melakukan aktivitas otot atau yang

banyak menggunakan tenaga

d. Postur yang diketahui menyebabkan ketidaknyamanan

e. Postur tidak stabil atau postur janggal, khususnya postur yang

mengunakan kekuatan

f. Postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh intervensi, kontrol, atau

perubahan lainnya.

Keputusan dapat didasari pada satu atau lebih kriteria diatas.

3. Memberikan Penilaian Pada Postur Tersebut, Menggunakan kertas penilaian

dan penilaian bagian tubuh untuk menghitung skor postur. Penilaian awal

dibagi dua grup :

a. GrupA : Punggung, leher, kaki

b. Grup B : Lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan

4. Proses Penilaian, Gunakan tabel A untuk menghasilkan skor tunggal dari

beban, leher, dan kaki. Kemudian dicatat dalam kotaknya dan dimasukkan

kedalam Tabel A untuk menghasilkan skor A. Sama seperti sebelumnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

39

penilaian lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan digunakan

untuk menghasilkan nilai tunggal yang menggunakan Tabel B. Penilaian ini

akan kembali dilakukan apabila risiko terhadap musculoskeletal berbeda.

Penilaian kemudian dimasukan kedalam nilai gabungan untuk menghasilkan

nilai B. Nilai A dan B dimasukan kedalam Tabel C dan kemudian nilai

tunggal didapatkan. Nilai tunggal ini adalah skor C atau skor keseluruhan.

a. Menetapkan Skor REBA, Tipe dari aktifitas otot yang sedang

bekerja kernudian diwakilkan oleh nilai aktifitas, dimana dimasukan

untuk memberi nilai akhir dari REBA.

b. Mendapatkan tingkat Tindakan, Nilai REBA yang sudah ada

dicocokan dengan tabel tingkat aktivitas.

Hasil Pengukuran REBA. Hasil akhir dari pengukuran adalah tingkat

risiko berupa skoring dengankriteria:

1. Skor 1 mempunyai tingkat resiko sangat rendah

2. Skor 2-3 mempunyai tingkat resiko rendah 3. Skor4-7 mempunyai tingkat risiko sedang

4. Skor8-10 mempunyai tingkat risiko tinggi 5. Skor 11-15 mempunyai tingkat resiko sangat tinggi

Langkah-langkah Metode REBA. Penilaian postur tubuh pada grup A

yaitu postur leher (Gambar 2), Punggung (Gambar 3), dan kaki (Gambar 4) juga

terdapat penambahan nilai jika terdapat postur lain yang ekstrim dan penilaian

pada grup B yaitu lengan atas (Gambar 5), lengan bawah (Gambar 6),

pergelangan tangan (Gambar 7), juga terdapat penambahan nilai jika terdapat

postur lain yang ekstrim. Kemudian penentuan nilai beban sesuai dengan berat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

40

beban yang ditangani oleh pekerja, lalu penentuan nilai untuk kondisi genggaman

dengan melihat sebaik apa pekerja dapat menggenggam beban/objek berikut

keterangan dan langkah-langkah dalam menggunakan REBA.

Gambar 2. Postur leher

Skor untuk pergerakan leher dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:

Tabel 1

Skor Range Pergerakan Leher

Pergerakan Skor Perubahan Skor

0- 20 flexion 1 + jika memutar >20 flexion atau extension 2 miring/kesamping

Sumber: Ergonomi Industri

Gambar 3. Postur tulang belakang/ punggung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

41

Skor pergerakan punggung dapat dilihat ditabel 4 berikut ini:

Tabel 2

Skor Pergerakan Punggung

Sumber: Ergonomi Industri

Gambar 4. Postur pergerakan kaki

Skor untuk pergerakan kaki dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini

Tabel 3

Skor Pergerakan Kaki

Pergerakan Skor Perubahan

Kaki tertopang, bobot atau duduk 1 +1 jika lutut antara Terseb

ar

merata, jalan30 dan 60

flexion

Kaki tidak tertopang, bobot 2 +2 jika lutut >60 flexion

tersebar merata/ postur tidak sehat (tidak ketika duduk)

Sumber: Ergonomi Industri

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal (tegak) 1 +1 jika batang tubuh

0- 20 flexion 2 berputar/bengkok/

0- 20 extension Bungkuk

20 - 60 flexion 3

>20

>60 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

42

Tabel 4

Skor Tabel A

Leher

Punggung

1 2 3

Kaki

Kaki

Kaki

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Beban

0 1 2 +1

Penambahan Beban <5 kg 5-10 kg >10 kg secara tiba-tiba atau

secara cepat

Sumber: Ergonomi Industri

Langkah-Langkah Penilaian dan Skoring dengan Metode REBA (Grup A):

1. Menilai Postur Leher (Locate Neck Posture)pada postur leher ini kitaakan

mengobservasi pekerja dan menilai berapa sudut yang dibentuk olehleher

pekerja.

2. Menilai Postur Punggung/Badan, Sama halnya dengan postur leher, setelah

kita tau berapa skor batang tubuhnya pekerja, cuss langsung diisi skor di

kotak total punggung.

3. Menilai Postur Kaki, Skor kaki bias kita dapatkan dari gambar di atas.

Kalkulasi Total Postur Leher, Punggung/Batang tubuh, dan kaki dengan

menggunakan tabel A di atas. Jadi kalo kita sudah dapat skor postur leher (1

atau 2 atau 3), kita lingkari di di tabel bagian leher tersebut skornya, lalu

lingkari juga skor punggung (range 1 – 5) dan yangterakhir skor kaki (range

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

43

1 -4). Setelah ketemu masing-masing tarik garis lurus untuk nemuin ketiga

skor tersebut, maka dapat skor grup A.

Contohnya sebagai berikut:

a. Nilai leher: 1

b. Nilai kaki: 3

c. Nilai punggung: 3

Maka skor grup A adalah 5 :

1. Menambahkan nilai beban dan gaya (force)

2. Dalam Observasi ergonomi dengan menggunakan metode REBA, diperlukan

pula perhitungan beban. Setelah kita mendapatkan total skor grup A (Leher,

Punggung, dan Kaki), selanjutnya kita tambahkan dengan skor beban.

Interpretasinya adalah sebagai berikut : total skor grup A tadi ditambahkan

dengan beban dan gaya. Jika beban yang didapatkan oleh pekerja kurang dari

5kg maka tidak perlu ada penambahan, jika beban diantara 5 – 10 kg, maka

skor ditambahkan +1, dan jika beban lebih dari 10 kg maka skor ditambahkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

44

+2. Jika ada gaya yang terjadi (secara cepat atau tiba-tiba) skor ditambahkan

+1.

Contoh :

Kita sudah dapat skor untuk total postur grup A adalah 5, lalu pada observasi

pekerja mengangkat beban sebesar 6 kg, dan tidak ada penambahan beban

yang secara cepat atau tiba-tiba. Maka skor A adalah 5 + 1 = 6

Gambar 5. Postur lengan atas

Skor pada pergerakan lengan dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 5

Skor Pergerakan Lengan Atas

Sumber: Ergonomi Industri

Pergerakan Skor Perubahan

20 extension sampai 1 +1 jika posisi lengan Adduced

20 flexion Rotated

>20 extension 2 +1 jika bahu ditinggikan

20- 45 flexion

45- 90 flexion 3 +1 jika besandar, bobot lengan ditopang atau sesuai gravitasi

>90 flexion 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

45

Gambar 6. Postur lengan bawah

Skor terhadap pergerakan lengan bawah dapat dilihat ditabel 7 berikut

Tabel 6

Skor Pergerakan Lengan Bawah

Sumber: Ergonomi Industri

Gambar 7. Postur pergelangan tangan

Skor terhadap pergerakan tangan dapat dilihat ditabel 8 berikut:

Pergerakan Skor

60-100 flexion 1

<20 flexion atau 100 flexion 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

46

Tabel 7

Skor Pergerakan Pergelangan Tangan

Pergerakan Skor Perubahan

0-15 flexion/extension 1 + jika pergelangan tangan

15 flexion/extension 2 Menyimpang/berputar Sumber: Ergonomi Industri

Tabel 8

Skor Tabel B

Lengan

Lengan Bawah

1 2

Pergelangan Tangan Pergelangan Tangan

1 2 3 1 2 3

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4 3 3 3 4 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Coupling

0-Good 1-Fair 2-Poor 3-Unacceptable

Pegangan pas dan tepat ditengah,

genggaman kuat

Pegangan tangan bisa diterima tapi

tidak ideal/couping lebih sesuai

digunakan oleh bagian lain dari

tubuh

Pegangan tangan tidak bisa diterima

walaupun memungkinkan

Dipaksakan genggaman yang tidak aman, tanpa pegangan coupling

tidak sesuai digunakan oleh bagian lain dari

tubuh

Sumber: Ergonomi Industri

Langkah-Langkah Penilaian dan Skoring dengan Metode REBA (Grup B):

1. Menilai Postur Lengan bagian atas (Bahu)

2. Pada saat kita melaksanakan observasi untuk menilai postur lengan bagian

atas (bahu), kita dapat menggunakan acuan pada gambar 7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

47

3. Menilai Postur Tangan/Lengan Bagian Bawah (Siku). Pada saat kita

melaksanakan observasi untuk menilai postur tangan bagian bawah (siku),

kita dapat menggunakan acuan pada gambar 8.

4. Menilai Postur Pergelangan Tangan. Pada saat kita melaksanakan observasi

untuk menilai postur pergelangan tangan, kita dapat menggunakan acuan

pada gambar 9.

Kalkulasi Total Postur Lengan Atas, Bawah, dan PergelanganTangan

dengan menggunakan tabel B di atas.

Contoh : Jika didapatkan rata-rata skor Lengan Bagian atas kanan & kiri =3, Skor

rata-rata Pergelangan tangan kanan dan kiri = 2 dan skor rata-rataLengan Bagian

Bawah (siku) kanan dan kiri = 2, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Maka skor table B adalah 5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

48

Setelah skor didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah

mencariskor coupling (pegangan/handle) dengan table 10 Skor dilihat

postur kanan dan kiri, selanjutnya dapat dicari rata-rata darikedua

coupling kanan dan kiri. Setelah didapatkan skor coupling,tambahkan

dengan skor pada tabel B.

Contoh : Skor Tabel B = 5, Skor Coupling = 1, maka 5+1 = 6, skor

iniakan digunakan untuk mencari skor pada tabel C.

Tabel 9

Skor Tabel C

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

Skor B

7

4

5

6

7

8

9

9

10

11

11

12

12

8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Activity Skor

+1 Jika pengulangan +1 Jika gerakan

+1 Jika 1 atau lebih gerakan dam rentang

menyebabkan perubahan

bagian tubuh statis, waktu singkat, diulang

atau pergeseran atau

ditahan lebih dari 1 lebih dari 4 kali

pergeseran postur yang

menit permenit (tidak

cepat dari posisi awal

termasuk berjalan)

Sumber: Ergonomi Industri

Skor A didapatkan dari penjumlahan Skor Tabel A dengan beban, lalu

hasilnya bisa diberi tanda di lajur skor A, Skor B didapatkan dari penjumlahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

49

Skor Tabel B dengan kondisi genggaman , lalu hasilnya bisadiberi lajur skor B.

Cara penilaian skor C adalah sebagai berikut:

Total Skor A dan Skor B dengan menggunakan Tabel C untuk

mendapatkan Skor C

Contohnya: Diketahui bahwa skor A adalah 6, Skor B adalah 6, maka akan

didapatkan Skor C dengan menggunakan tabel C.

Maka didapatkan Skor C adalah 8.

Skor akhir dengan metode REBA, Skor dari tabel C, ditambah dengan

skor aktivitas. Skor aktivitasdidapatkan dengan menggunakan table 11 Contoh

Final Score : Skor C = 8+1+0+0 = 9

Skor Akhir dari contoh ini adalah 9, Langkah selanjutnya adalah

membandingkan

dengan tabel Action Level.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

50

Tabel 10

Tabel Resiko Ergonomi

REBA Skor Risk Level Tindakan

1 Diabaikan Tidak Diperlukan 2-3 Rendah Mungkin Diperlukan

4-7 Sedang Diperlukan

8-10 Tinggi Sangat Diperlukan

11-15 Sangat Tinggi Diperlukan Sekarang Sumber: Hignett and Atamney (2000)

Landasan Teori

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang

berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi

pembebanan yang panjang. Bila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran

darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh

besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses

metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan

asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada otot (Grandjean, 1988).

Peter Vi (2000) dalam Tarwaka (2004) menjelaskan bahwa terdapat

beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan muskuloskeletal yaitu

peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap kerja tidak alamiah,

faktor penyebab sekunder (tekanan, getaran, dan mikrolimat) dan penyebab

kombinasi (umur, jenis kelamin, kesegaran jasmani, kekuatan fisik dan ukuran

tubuh). Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi

bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan

tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan

sebagainya. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya terjadi karena karakteristik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

51

tuntutan tugas, fasilitas (alat) kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan pekerja.

Kerangka Konsep

Postur Duduk dan Berdiri

Pekerja Pengepak Air

Minum Dalam Kemasan

Keluhan Musculoskeletal

Disorders Pekerja pengepak

Air Minum Dalam Kemasan

1. Postur Ergonomis

2. Postur Tidak Ergonomis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

52

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui

gambaran sikap kerja dan keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja

pengepakan air minum dalam kemasan Fa. Marinson Pematangsiantar tahun 2020.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan pada pekerja bagian

pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar dan waktu penelitian direncanakan

dari bulan Januari 2020 sampai dengan selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi adalah semua pekerja bagian pengepakan di Fa.

Marinson Pematangsiantar yang berjumlah 8 orang pekerja.

Sampel. Berdasarkan data yang diperoleh dari personalia, Fa. Marinson

Pematangsiantar tercatat 5 orang sampel pekerja aktif di bagian penyusunan, 3

orang sampel pekerja bagian pelakbanan Fa. Marinson Pematangsiantar. Sampel

adalah seluruh pekerja bagian pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar yang

berjumlah 8 orang sampel.

Variabel dan Definisi Operasional

1. Pekerja adalah orang yang melakukan kegiatan bagian pengepak air minum

dalam kemasan

2. Sikap kerja adalah gerakan-gerakan tubuh dan posisi tubuh yang terbentuk

karena adanya hubungan pekerja dengan mesin / alat yang digunakan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

53

saat pekerja sedang melakukan pekerjaannya dibagian masing-masing stasiun

produksi penerimaan pengepak air minum dalam kemasan dalam kotak.

a. Posisi/ sikap kerja duduk adalah posisi duduk mempunyai keuntungan

yaitu pembebanan pada kaki yang minimal sehingga pemakaian energi

dan keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi. Posisi kerja duduk

mempunyai derajat stabilitas tubuh yang tinggi, dapat mengurangi

kelelahan dan keluhan subyektif bila bekerja lebih dari 2 jam. Tenaga

kerja juga dapat mengendalikan tungkai dan kaki untuk melakukan

gerakan. Kerja dengan posisi duduk yang terlalu lama dapat

menyebabkan tonus otot perut menurun dan tulang belakang akan

melengkung sehingga dapat menyebabkan pekerja mudah lelah.

b. Posisi/sikap kerja berdiri membutuhkan pengurangan beban fisiologis

tubuh pada periode panjang, utamanya pergerakan darah dan

penumpukan cairan tubuh di daerah paha (leg). Terkadang pembebanan

berulang pada perut dan leher untuk jenis gerak menjangkau meraih

maupun memutar. Keluhan biasanya terjadi karena lambat laun terasa

berat pada otot vena, jarak raih di luar toleransi jangkauan normal,

luasan kerja yang ketinggian atau kependekan, tidak tersedianya ruang

gerak kaki (knee).

3. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan- keluhan terhadap otot-otot tubuh

pada bagian otot rangka, terutama pada daerah bahu, pinggang, punggung,

leher, pergelangan tangan dan bagian tubuh lainnya yang dialami pekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

54

pengepakan air minum dalam kemasan pada saat bekerja yang ditinjau dari

sikap kerja.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber

dan berbagai cara. Dilihat dari sumber data, maka pengumpulan data dapat

menggunakan data primer dan sekunder. Selanjutnya, dilihat dari segi cara atau

teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner, dan

observasi (Sugiyono, 2013). Selain menggunakan lembar kuesioner peneliti juga

menggunakan kamera untuk mendokumentasikan sikap kerja yang terbentuk saat

pekerja bagian pengepakan melakukan pekerjaannya di Fa. Marinson

Pematangsiantar Pengumpulan data diklasifikasikan menjadi 2 bagian utama

yaitu:

1. Penilaian sikap kerja duduk dan berdiri. Data dikumpulkan berdasarkan

observasi dengan lembar observasi untuk melihat sikap kerja pada pekerja

pengepakan Fa. Marinson Pematangsiantar

2. Penilaian keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) menggunakan metode

RULA (The Rapid Upper Limb Assessment) untuk postur kerja duduk dan

metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) untuk postur kerja berdiri

yang dibantu oleh asisten laboratorium ergonomi teknik industri fakultas

teknik Universitas Sumatera Utara

Data sekunder. Data sekunder berupa gambaran umum Fa. Marinson

Pematangsiantar yang diperoleh dari bagian pengepakan personalia Fa. Marinson

Pematangsiantar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

55

Metode Pengukuran

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Untuk mengetahui keluhan

musculoskeletal disorders pekerja bagian pengepakan di Fa. Marinson

Pematangsiantar, maka dilakukan pengukuran dengan metode RULA dan metode

REBA, menggunakan ilustrasi gambar piktogram yang dinilai berdasarkan group

segmen tubuh. Penggunaan metode RULA dan REBA untuk mengetahui postur

duduk dan berdiri pekerja dapat dilihat di lampiran.

Postur duduk. Untuk mengetahui postur duduk pekerja bagian

penyusunan pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar dilakukan pengukuran

dengan metode RULA, menggunakan ilustrasi gambar piktogram yang dinilai

berdasarkan group segmen tubuh.

Langkah-langkah dari pengukuran dengan menggunakan metode RULA

adalah sebagai berikut :

1. Menentukan siklus kerja pekerja yang akan di ukur dan mengobservasi

selama variasi siklus kerja tersebut.

2. Mengambil foto pekerja dengan menggunakan kamera.

3. Membagi segmen tubuh pekerja yang akan di ukur dalam beberapa group,

yaitu group A untuk menentukan skor anggota tubuh pada upper limbs, group

B untuk leher, badan, dan kaki.

4. Menentukan sudut yang terbentuk dari postur pekerja dengan

menggunakan software auto CAD.

5. Menetukan skor postur tubuh untuk masing-masing segmen tubuh

6. Menentukan skor group A dan group B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

56

7. Menghitung grand skor dan action level untuk menilai kemungkinan risiko

yang terjadi.

Menurut Tarwaka (2015) sikap kerja/postur tubuh diukur menggunakan

metode RULA yaitu:

Tabel 11

Tingkat Aksi yang Diperlukan Berdasarkan Grand Skor

Skor Akhir Tingkat Kategori

Tindakan RULA Risiko Risiko

1-2 0 Rendah Tidak ada masalah dengan postur tubuh

3-4 1 Sedang Diperlukan investigasi lebih lanjut,

mungkin diperlukan adanya perubahan

untuk perbaikan sikap kerja

5-6 2 Tinggi Diperlukan adanya investigasi dan

perbaikan segera

7+ 3 Sangat Diperlukan adanya investigasi dan

Tinggi perbaikan secepat mungkin

Postur berdiri. Untuk mengetahui postus berdiri perkerja bagian pelakbanan

pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar dilakukan pengukuran dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

57

metode REBA, menggunakan ilustrasi gambar piktogram yang dinilai

berdasarkan group segmen tubuh

Langkah-langkah dari pengukuran dengan menggunakan metode REBA

adalah sebagai berikut :

1. Menilai Postur Lengan bagian atas (Bahu)

2. Menilai Postur Tangan/Lengan Bagian Bawah (Siku).

3. Menilai Postur Pergelangan Tangan

4. Selanjutnya adalah kalkulasi Total Postur Bahu + Siku + Pergelangan

tangan dengan menggunakan tabel B

5. Setelah skor didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah mencari skor

coupling (pegangan/handle).

6. Total Skor A dan Skor B dengan menggunakan Tabel C untuk

mendapatkan Skor C

7. Skor akhir dengan metode REBA

8. Membandingkan dengan Tabel Action Level, maka didapatkan sebagai

berikut:

Menurut Hignett (2000) dalam Tarwaka (2015) postur tubuh diukur

menggunakan metode REBA yaitu :

REBA Skor Risk Level Tindakan

1 Diabaikan Tidak Diperlukan 2-3 Rendah Mungkin Diperlukan

4-7 Sedang Diperlukan

8-10 Tinggi Sangat Diperlukan

11-15 Sangat Tinggi Diperlukan Sekarang

Cara perhitungan adalah dengan memberi nilai pada setiap postur yang

terjadi, yang terdiri dari tiga group, yakni: pertama pada bagian leher, punggung,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

58

dan kaki; kedua pada bagian lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan;

ketiga merupakan penggabungan antara bagian pertama dan bagian kedua. Bagian

pertama dijumlahkan dengan berat sedangkan bagian kedua dijumlahkan dengan

coupling, dan ketiga dijumlahkan dengan aktivitas yang dilakukan. Setelah

didapatkan hasilnya maka dapat ditentukan rekomendasi untuk tindakan

pengendalian, berdasarkan atas tingkat risiko yang terjadi (Muhamad, 2014).

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu

teknik analisa yang menguraikan, menggambarkan, dan menjelaskan data secara

sistematis yang telah diperoleh dari lokasi penelitian guna mendapatkan gambaran

yang jelas, dan objektif kemudian di narasikan dan di sajikan. Pada jenis analisis

ini lebih merinci hasil informasi dengan menggambarkan fakta yang didapat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

59

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum perusahaan. Fa. Marinson Pematangsiantar didirikan

atas dasar semangat dan keinginan untuk perluasan usaha, memenuhi kebutuhan

dan permintaan yang tinggi. Fa. Marinson didirikan pada tahun 2011 oleh Julian

Martin.

Fa. Marinson merupakan suatu industri yang bergerak dibidang

pengolahan air yang mengolah bahan baku air menjadi air minum dalam kemasan

(AMDK). Bahan tambahan yang digunakan adalah Ozon. Pada proses pembuatan

air minum dalam kemasan menggunakan alat berkualitas tinggi dan penerapan

teknologi jepang dalam produksi air minum dalam kemasan berkualitas

Internasional.

Identitas perusahaan. Identitas dari lokasi penelitian adalah sebagai

berikut.

Nama Perusahaan : Fa. Marinson

Alamat : Jalan Prambanan No. 39 Pematangsiantar

Kode Pos : 21144

No. Telepon : (0622) 22731

NPWP : 01.229.352.8.117.000

Bidang Bisnis : Industri produksi air minum dalam kemasan (AMDK)

Visi. Visi Fa. Marinson Pematangsiantar:

a. Menjadi Perusahaan yang mempunyai reputasi tinggi sebagai Market

Leader untuk Perusahaan AMDK.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

60

b. Menjadi Perusahaan AMDK yang mempunyai Product image yang

berkualitas tinggi untuk memberikan kepuasan pelanggan.

Misi. Misi Fa Marinson Pematangsiantar:

a. Memberikan jaminan harga yang komperatif kepada pelanggan.

b. Memberikan pelayanan terbaik untuk mencapai kepuasan pelanggan

melalui profesionalisme, jaringan yang luas, sistem manajemen terpadu,

teknologi tepat guna dan penggunaan standar yang diakui nasional dan

internasional yaitu SNI-01-3553-2015.

c. Mengembangkan sumber daya manusia secara efektif dan efisien,

sehingga menjadi aset perusahaan yang paling bernilai.

Jumlah tenaga kerja. Fa. Marinson Pematangsiantar memiliki jumlah

pekerja sebanyak 18 pekerja. Data karyawan dan karyawati di Fa. Marinson

Pematangsiantar dapat dilihat melalui tabel 11 berikut :

Tabel 12

Jumlah Tenaga Kerja Fa. Marinson

Bagian Jumlah

Direktur 1 General Manager 1

Administrasi 1

Mesin Filling Cup 1

Penyusunan (Pengepakan) 5

Packingan (Lakban) 3

Penjualan 6

Total 18

(Sumber: Data perusahaan Tahun 2019)

Pelaksaan proses produksi. Adapun proses pengolahan air mium dalam

kemasan yang dilakukan Fa. Marinson Pematangsiantar dimulai dari :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

61

1. Mesin Filling Cup

Pada proses ini wadah cup air akan diambil sesuai kebutuhan produksi,

kemudian wadah cup air tersebut akan disusun sesuai dengan wadah pada

mesin produksi, yang bertujuan agar proses penuangan air tepat pada wadah

cup yang sudah disusun dengan ukuran air yang sudah diatur sesuai ukuran

cup air.

2. Conveyer Belt

Pada proses Coveyer belt, cup air minum dalam kemasan yang sudah selesai

dari mesin produksi akan diterima Coveyer belt (Mesin ban hitam berjalan)

dan dilakukan penyusunan sesuai dengan kebutuhan dan pemesanan.

3. Roller Conveyer

Pada proses Roller conveyer cup air minum dalam kemasan yang sudah

melalui proses penyusunan dengan rapi menggunakan kotak/dus akan

didorong mengunakan Roller conveyer (alat roda besi) untuk memudahkan

para pekerja menggerakan kotak/ dus yang sudah berisi cup air minum dalam

kemasan menuju mesin pelakbanan.

a. Mesin Pelakbanan

Pada bagian Mesin pelakbanan cup air minum dalam kemasan yang

sudah rapi disusun kembali dengan memastikan jumlah didalam 1

kotak/dus berisi 48 cup dibantu dengan tangan untuk ketepatan kerapian

proses pelakbanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

62

b. Pallet

Pada bagian Pallet air minum dalam kemasan yang sudah melewati

proses pelakbanan, kotak/dus disusun diatas pallet dengan rapi untuk

dipindahkan ke gudang penjualan.

Material. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi di Fa.

Marinson Pematangsiantar adalah :

a. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk pabrik pengolahan air minum dalam

kemasan adalah air tanah yang berasal dari mata air di bawah permukaan dan

diambil dengan cara pemboran (air sumur bor) menggunakan alat filterisasi.

Dimana kegiatan filterisasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan,

ketika permintaan meningkat maka pesanan bahan baku juga meningkat..

b. Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang digunakan untuk proses pengolahan air minum dalam

kemasan berupa Ozon yang dilakukan terhadap pencemaran mikroba dalam

proses disinfeksi air minum dalam kemasan, sehingga didapat air dengan

cemaran mikroba yang memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia.

c. Bahan Penolong

Bahan penolong yang digunakan untuk proses pengolahan air minum dalam

kemasan berupa cup plastik dan karton kotak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

63

d. Bahan Jadi

Bahan jadi proses pengolahan adalah air minum dalam kemasan yang sudah

berada dalam kemasan kotak dan sudah diberi label.

Hasil produksi. Hasil produksi yang dihasilkan dari bahan baku dan

proses produksi di Fa. Marinson Pematangsiantar adalah :

1. Air minum dalam kemasan (AMDK)

Gambaran Proses Produksi Air Minum dalam Kemasan Bagian

Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar

Dari Hasil penelitian yang telah dilakukan di bagian Pengepakan Fa.

Marinson Pematangsiantar, proses kerja yang dilakukan di bagian Pengepakan

yaitu menyusun dan melakban cup air minum dalam kemasan yang telah dihitung

dan dimasukkan kedalam kotak/dus sesuai dengan pesanan. Air minum dalam

kemasan diolah dengan mesin dibantu oleh pekerja dengan menyusun cup air

minum dalam kemasan yang telah dibentuk ke bagian produksi mesin filling cup

dengan proses kerja duduk. Setelah air minum dalam kemasan melewati proses

penyusunan, proses kerja berdiri dilakukan pekerja untuk melakukan proses

pelakbanan air minum dalam kemasan. Pekerjaan dimulai pada pukul 08.00

sampai dengan pukul 16.00 WIB dengan waktu istirahat selama 1 jam yaitu pada

pukul 12.00-13.00 WIB. Berikut dapat dilihat proses kerja bagian pengepakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

64

Gambar 8. Proses penyusunan air minum dalam kemasan

Gambar 9. Proses pelakbanan air minum dalam kemasan

Kursi yang digunakan pekerja tidak memiliki sandaran dan ditimpa

menggunakan alas karton sesuai dengan kebutuhan pekerja. Sikap kerja duduk

dan berdiri yang terbentuk disaat pekerja tersebut melakukan pekerjaannya adalah

membungkuk kesamping, kedepan dan tangan menggantung menyusun air minum

dalam kemasan dengan menggunakan conveyer belt berjalan yang diatasnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

65

sudah terdapat cup air minum dalam kemasan. Bentuk kursi yang digunakan

pekerja bagian pengepakan dapat dilihat pada gambar 10.

Pada proses kerja, pekerja mengendalikan 2 alat mesin sehingga pekerja

harus memutar badan lebih kurang 90º ke arah mesin satunya lagi untuk

menggeser kotak yang sudah tersusun air minum dalam kemasan yang akan di

terima di mesin pelakbanan. Posisi pekerja dan mesin dapat dilihat pada gambar

9.

Gambar 10. Bentuk kursi yang digunakan pekerja bagian pengepakan

Gambar 11. Posisi kerja pekerja dan mesin kerja bagian penyusunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

66

Gambaran Pekerja bagian Pengepakan

Postur duduk. Pekerja penyusunan dibagian pengepakan Fa. Marinson

Pemtangsiantar bekerja dengan postur duduk. Pekerja melakukan aktivitas dengan

kecepatan dan ketepatan dalam penyusunan air minum dalam kemasan,

diantaranya pekerja melakukan pengambilan kotak/ dus yang dibentuk terlebih

dahulu untuk tempat penyusunan cup air minum dalam kemasan yang sudah

selesai dari mesin produksi (filling cup), proses pengambilan cup air ditampung

oleh mesin coveyer belt (mesin ban hitam berjalan) kemudian pekerja

penyusunan mulai untuk menyusun cup dengan kecepatan dengan postur duduk

membungkuk kesamping, menghitung dengan tepat sampai dus berisi cup air

minum dalam kemasan berjumlah 48 cup didalam dus, lalu pekerja penyusun

mengambil pipet kebelakang badan dengan tangan kanan pekerja, selanjutnya

pekerja penyusun mendorong dus berisi cup air minum dalam kemasan ke roller

conveyer (alat roda besi) untuk pelakbanan kotak/dus menggunakan mesin

pelakbanan.

Pengukuran terhadap postur duduk dilihat dari nilai aktivitas yang diha-

silkan oleh grand skor RULA yang merupakan kombinasi skor C dan skor D. Per-

hitungan dilakukan terhadap kedua sisi anggota tubuh kiri dan kanan. Anggota

tubuh dibagi ke dalam dua (2) segmen yang membentuk dua (2)

group yang terpi-sah yaitu group A dan group B. Group A meliputi

anggota tubuh bagian atas (le-ngan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan).

Sementara itu, group B meli-puti kaki, badan (trunk) dan leher. Skor postur yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

67

diperoleh dari group A dan B akan diubah dengan mempertimbangkan

penggunaan otot dan pengerahan tenaga selama melakukan pekerjaan.

Hasil penelitian mengenai gambaran postur duduk pada pekerja bagian

penyusunan pengepakan berdasarkan tingkatan risikonya yang didapatkan dari

perhitungan grand skor RULA dapat dilihat pada tabel 11.

Postur berdiri. Pekerja pelakbanan bagian pengepak Fa. Marinson

Pematangsiantar melakukan aktivitas kerjanya dengan postur berdiri dengan

kegiatan yang berulang dalam jangka waktu yang lama. Pekerja pelakbanan

bagian pengepak terus menerus berdiri untuk melakukan pelakbanan

kotak/dus yang sudah selesai dari penyusun dengan jumlah pekerja yang sedikit

yaitu 3 orang sedangkan pekerja penyusunan dengan 5 orang membuat pekerja

bagian pelakbanan terus menerus memperhatikan, menunggu dan mendorong

kotak/dus selesai dari penyusunan menuju mesin pelakbanan dengan kedua tangan

mendorong kedepan secara bersamaan agar proses pelakbanan tidak menumpuk,

pembagian pekerja pelakbanan setelah selesai dari mesin pelakbanan pekerja

yang lain mengangkat kotak/dus dan meletakkan kotak/dus disusun di atas pallet

dengan menumpuk ke atas secara terus menerus sampai akhirnya pekerja

pelakbanan menarik pallet yang sudah tersusun dengan kotak/dus yang sudagh

berisi cup air minum dalam kemasan menggunakan alat berat beroda.

Pengukuran terhadap postur berdiri dilihat dari nilai aktivitas yang diha-silkan

oleh grand skor REBA yang merupakan kombinasi skor Aktivitas dan skor C.

Per-hitungan dilakukan terhadap tiga group, yakni: pertama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

68

(1) pada bagian leher, punggung, dan kaki; kedua (2) pada bagian lengan atas,

lengan bawah, dan pergelangan tangan; ketiga (3) merupakan penggabungan

antara bagian pertama (A) dan bagian kedua (B). Bagian pertama (A) dijumlahkan

dengan berat sedangkan bagian kedua (B) dijumlahkan dengan coupling (nilai

genggaman), dan ketiga (C) dijumlahkan dengan aktivitas yang dilakukan. Setelah

didapatkan hasilnya maka dapat ditentukan rekomendasi untuk tindakan

pengendalian, berdasarkan atas tingkat risiko yang terjadi.

Hasil penelitian mengenai gambaran postur berdiri pada pekerja bagian

pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar berdasarkan tingkatan risikonya

yang didapatkan dari perhitungan grand skor REBA dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Pekerja bagian Pengepakan berdasarkan Postur Duduk di Fa. Marinson Pematangsiantar

Tingkat Risiko N (%) Tindakan

Sedang (duduk) 5 62,5 Diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya

perubahan untuk perbaikan sikap

Kerja

Tinggi 3 37,5 Diperlukan adanya investigasi dan

perbaikan segera Tabel 14

Distribusi Frekuensi Pekerja bagian Pengepakan berdasarkan Postur Berdiri di Fa. Marinson Pematangsiantar

Tingkat Risiko N (%) Tindakan

Sedang 5 62,5 Diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya

perubahan untuk perbaikan sikap

Kerja

Tinggi (beridiri) 3 37,5 Diperlukan adanya investigasi dan

perbaikan segera

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

69

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 5 responden (62,5%)

memiliki postur duduk dengan tingkat risiko sedang, dan sebanyak 3 orang

responden (37,5%) memiliki postur berdiri dengan tingkat risiko tinggi, serta

semua responden memerlukan investigasi dan perbaikan lebih lanjut.

Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders Pekerja Bagian Pengepakan

Postur duduk dan berdiri yang salah ketika bekerja dapat meningkat risiko

keluhan musculoskeletal disorders. Untuk mengetahui keluhan musculoskeletal

disorders menggunakan lembaran kuesioner. Dengan hasil pada tabel 12.

Tabel 15

Distribusi Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar

Pertanyaan Keluhan Jumlah Persentase

Ada Tidak

(n) (%)

Sebelum bekerja di perusahaan 0 8 8 100,0 merasakan keluhan otot dan tulang

Mengalami kecelakaan atau trauma 0 8 8 100,0

sendi sebelumnya

Saat bekerja merasakan keluhan pada 8 0 8 100,0

otot dan tulang

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua pekerja bagian

pengepakan sebelum bekerja di Fa. Marinson Air Minum dalam Kemasan tidak

mengalami keluhan pada bagian otot dan tulang, dan juga tidak pernah

mengalami kecelakaan atau trauma sendiri sebelumnya, tetapi memiliki keluhan

pada otot dan tulang saat melakukan pekerjaannya saat ini yaitu sebanyak 8 orang

(100,0%).

Hasil dari distribusi keluhan misculoskeletal disoerders yang telah

dilakukan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

70

Tabel 16

Distribusi Titik Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar

Keluhan

Bagian Tubuh Sakit %

Tidak %

Total %

Sakit

Pinggang belakang 8 100,0 0 0 8 100 Pinggul belakang 6 75,5 2 25,5 8 100

Bokong 4 50,0 4 50,0 8 100

Kaki/tungkai 5 62,5 3 37,5 8 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pekerja bagian pengepakan

mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders terbanyak yaitu keluhan pada

pinggang sebanyak 8 orang (100,0%), pinggul sebanyak 6 orang (75,5%),

kemudian bokong sebanyak 4 orang (50,0%) dan penjalaran ke kaki atau tungkai

sebanyak 5 orang (62,5%).

Tabel 17

Distribusi Lama Keluhan Musculoskeletal Disorders Lebih dari Satu Tahun yang Dirasakan Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar

Keluhan

musculoskeletal Ya Tidak (n) (%)

Disorders

Pinggang Belakang 8 0 8 100 Pinggul belakang 6 2 8 100

Bokong 4 4 8 100

Kaki 5 3 8 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua pekerja bagian forged yaitu 8

orang (100,0) merasakan keluhan pada pinggang belakang, 6 orang (75,5%)

merasakan keluhan pada bagiang pinggul belakang, 4 orang pada bagian bokong

(50,0%), dan 5 orang merasakan keluhan yang menjalar ke kaki atau tungkai

(62,5%). Keluhan dirasakan lebih dari 1 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

71

Tabel 18

Distribusi Keluhan Musculoskeletal Disorders yang Dirasakan Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar

Keluhan Kapan dirasakan saat Tidak

Musculoskeletal bekerja Ada (n) (%)

Disorders Sebelum Setelah Keluhan

Pinggang Belakang 0 8 0 8 100,0 Pinggul belakang 0 6 2 8 100,0

Bokong 0 4 4 8 100,0

Kaki atau tungkai 0 5 3 8 100,0

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pekerja bagian pengepakan yang

merasakan keluhan MSDs dirasakan setelah bekerja melakukan pekerjaannya.

Tabel 19

Distribusi Waktu Keluhan Musculoskeletal Disorders Lebih Satu Minggu yang Dirasakan Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar

Keluhan Ya Tidak (n) (%)

Musculoskeletal

Disorders

Pinggang Belakang 8 0 8 100,0

Pinggul belakang 6 2 8 100,0

Bokong 4 4 8 100,0

Kaki atau Tungkai 5 3 8 100,0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pekerja bagian pengepakan

merasakan keluhan musculoskeletal disorders berlangsung lebih dari satu minggu

pada bagian pin-ggang belakang sebanyak 8 orang (100,0%), pinggul belakang

sebanyak 6 orang (75,5%), pada bagian bokong sebanyak 4 orang (50,0%), dan

keluhan penjalaran ke kaki dan tungkai sebanyak 5 orang (62,5%).

Hasil penelitian terkait keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja

bagian pengepakan Fa. Marinson Pematangsiantar dapat dilihat pada tabel 17.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

72

Tabel 20

Distribusi Frekuensi Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar

Musculoskeletal disorders N %

Ada keluhan 8 100,0

Tidak ada keluhan 0 0

Jumlah 8 100,0

Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa semua pekerja bagian pengepakan

mengalami keluhan Musculoskeletal disoreders, yaitu sebanyak 8 orang

(100,0%).

Gambaran Sikap Kerja Duduk dan Berdiri dan Keluhan Musculoskeletal

Disorders Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar

Tahun 2020

Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan tingkat risiko dari postur

duduk dan beridiri dengan keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja bagian

pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar, dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 21

Gambaran Postur Duduk dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar

Postur duduk Keluhan MSDs

Tindakan dan berdiri Ada Tidak (%)

n% n%

Resiko Sedang 5 0 62,5 Diperlukan investigasi lebih lanjut, (duduk) mungkin diperlukan adanya

perubahan untuk perbaikan sikap

Kerja

Resiko Tinggi 3 0 37,5 Diperlukan adanya investigasi dan

perbaikan segera

Total 8 0 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

73

Tabel 22

Gambaran Postur Berdiri dan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pekerja Bagian Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar

Hasil analisis gambaran antara postur duduk dan berdiri dengan keluhan

musculoskeletal disorders didapatkan bahwa pekerja dengan tingkat risiko

sedang sebanyak 5 orang (62,5%) dan pekerja dengan tingkat risiko tinggi

sebanyak 3 orang (37,5%) semuanya (100%) mengalami keluhan

musculoskeletal disorders dan diperlukan investigasi dan perbaikan sikap kerja

atau postur duduk dan berdiri. Oleh sebab itu dapat disimpulkan semua pekerja

di bagian Pengepakan Fa. Marinson Pematangsiantar dengan postur duduk dan

berdiri berisiko dan perlu tindakan mengalami keluhan musculoskeletal

disorders.

Postur duduk Keluhan MSDs

Tindakan dan berdiri Ada Tidak (%)

n% n%

Resiko Sedang 5 0 62,5 Diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya

perubahan untuk perbaikan sikap

Kerja

Resiko Tinggi 3 0 37,5 Diperlukan adanya investigasi dan

(berdiri) perbaikan segera

Total 8 0 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

74

Pembahasan

Gambaran Postur Duduk Pekerja Penyusunan Bagian Pengepakan di Fa.

Marinson Pematangsiantar

Proses kerja yang dilakukan di bagian penyusunan yaitu menyusun air

minum dalam kemasan yang telah dibentuk sesuai dengan pesanan. Air minum

dalam kemasan yang sudah selesai dari mesin produksi dibantu oleh pekerja

dengan menggeser air minum dalam kemasan ke alat besi berputar (roller

conveyer) menuju mesin pelakanan. Proses kerja dilakukan dengan posisi duduk.

Pekerjaan dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB dengan

waktu istirahat selama 1 jam yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penyusunan bagian

pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar diketahui bahwa kursi yang

digunakan pekerja dalam melakukan pekerjaannya tidak memiliki sandaran dan

alas duduk menggunakan kardus yang ditumpuk sesuai dengan kebutuhan

pekerja. Meja kerja tidak memiliki penopang untuk tangan, sehingga tangan

pekerja menggantung memegang kardus air minum dalam kemasana hingga

kardus terhitung penuh dan digeser ke mesin pelakbanan. Postur duduk yang

terbentuk disaat pekerja tersebut melakukan pekerjaannya adalah cendrung

membungkuk kesamping dan kedepan, sehingga postur duduk yang terbentuk

ketika operator melakukan pekerjaannya tidak ergonomis.

Postur duduk pekerja bagian penyusunan juga dipengaruhi oleh bentuk

kursi yang digunakan oleh pekerja, dimana kursi yang digunakan tidak memiliki

sandaran, sehingga pekerja tidak bisa duduk dengan posisi tegak dengan

punggung yang disangga oleh sandaran kursi tersebut, karena sandaran punggung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

75

yang tepat akan mengurangi tekanan di diskus lumbal sampai 30%. Duduk

dengan postur tegak dianggap sebagai postur duduk yang baik. Duduk tegak

sangat cocok untuk pekerjaan yang menggunakan mesin.

Pengukuran terhadap postur duduk pekerja penyusunan bagian

pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar dilihat dari nilai aktivitas yang

dihasilkan oleh grand skor RULA berbeda beda setiap penyusun, tergantung dari

besaran sudut yang terbentuk disaat pekerja melakukan gerakan dalam aktivitas

kerjanya.

Pada penyusun 1 sampai dengan 5 pemberian skor untuk setiap segmen

tubuh sama karena proses kerja dan gerakan yang dilakukan oleh pekerja tersebut

sama.

Lengan atas. Kisaran sudut ergonomis pada lengan atas dari tabel

piktogram kisaran sudut RULA (The Rapid Upper Limb Assessment) adalah

ekstensi (gerakan ke belakang bagian tubuh) sebesar 20º sampai fleksi (gerakan

menekuk ke depan/ mengangkat ke atas) sebesar 20º dengan skor 1. Pada

penyusun 1 sampai dengan 5 Skor lengan atas diberikan skor tambahan satu (+1)

karena mengalami modifikasi, dimana pada saat proses kerja lengan di angkat

menjauh dari badan, hal ini disebabkan karena penyusun atau pekerja harus

menggeser kardus air minum dalam kemasan yang akan digeser menuju mesin

pelakbanan

Lengan bawah. Kisaran sudut ergonomis pada lengan bawah dari tabel

piktogram kisaran sudut RULA (The Rapid Upper Limb Assessment) adalah fleksi

60º - 100º dengan skor 1. Lengan bagian bawah penyusun 1 sampai 5 mengalami

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

76

modifikasi sehingga menerima penambahan skor satu (+1), karena lengan bawah

bekerja pada luar sisi tubuh, terutama disaat pekerja harus mengendalikan 2 mesin

sekaligus.

Pergelangan tangan. Posisi ergonomis pada pergelangan tangan jika

pergelangan tangan berada pada posisi netral atau lurus dengan lengan bagian

bawah, diberi skor 1. Pada penyusun 1 sampai 5 Pergelangan tangan tidak

mengalami deviasi ke atas maupun ke bawah, posisi pergelangan pekerja tetap

mengikuti gerakan lengan bawah, oleh karena itu pergelangan tangan tidak

mendapat penambahan skor.

Leher. Posisi dan kisaran sudut yang ergonomis untuk leher berdasarkan

piktogram kisaran sudut RULA adalah fleksi 0º - 15º dengan skor 1. Pada leher

tidak menerima penambahan skor, karena posisi leher tidak memuntir atau

menekuk pada saat menggeser kardus air minum dalam kemasan ke mesin

pelakbanan. Tetapi, leher memuntir mengikuti pergerakan badan atau mengikuti

posisi badan yang memuntir ketika pekerja harus mengendalikan 2 mesin ketika

bekerja.

Badan. Posisi ergonomis untuk badan pada saat duduk dengan kedua kaki

dan telapak kaki tertopang dengan dan sudut antara badan dan tulang pinggul

membentuk sudut ≥ 90º. Pekerja mengendalikan 2 mesin sekaligus ketika bekerja,

sehingga badan penyusun memuntir ketika mengendalikan 2 mesin tersebut.

karena badan memuntir ketika bekerja, maka badan mengalami modifikasi dan

mendapatkan skor tambahan. Skor tambahannya dimasukkan ke bagian segmen

badan sesuai dengan cara penilaian metode RULA.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

77

Kaki. Posisi ergonomis untuk kaki jika kaki dan telapak kaki tertopang

dengan baik pada saat duduk, dan diberi skor 1. Pemberian skor pada kaki sama

pada setiap pekerja bagian penyusun pengepak, pada saat duduk kedua kaki dan

telapak kaki operator tertopang dengan baik. Sehingga skor untuk kaki diberi 1.

Berikut Contoh perhitungan sudut dari segmen postur duduk yang

terbentuk pada operator 1 sampai dengan 5.

Gambar. 12 Postur duduk penyusun 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

78

Tabel 23

Besaran Sudut Postur Duduk Penyusun 1

Gerakan Sudut (º) Skor Skor Tambahan Total

Lengan atas 42 2 - 2

Lengan bawah - 1 - 1

Pergelangan tangan 46 4 1 5

Posisi pergelangan tangan - 1 1 2

Leher 14 1 - 1

Badan 90 1 - 1

Kaki - 1 - 1

Lengan atas. Berdasarkan hasil pengukuran sudut dan skor yang di dapat

pada postur duduk penyusun 1, diketahui bahwa sudut lengan atas yang terbentuk

adalah fleksi (terangkat ke atas) sebesar 42º. Pada perhitungan piktogram segmen

tubuh untuk lengan atas dengan besaran sudut 42º diberikan skor 2 (piktogram

lengan atas fleksi 20º-45º adalah skor 2). Pada saat operator melakukan proses

kerja lengan atas tidak menjauh dari badan, sehingga mendapatkan skor tidak

tambahan satu, (piktogram posisi yang dimodifikasi jika lengan diangkat menjauh

dari badan diberi skor +1).

Lengan bawah dan pergelangan tangan. Pada operator 1 Lengan bawah

fleksi sebesar 0º dengan skor 1 dan tidak mendapat skor tambahan 1 karena

lengan bekerja pada luar sisi tubuh. Pada penyusun 1 pergelangan tangan fleksi

sebesar 46º dengan skor 4, dan mendapat skor tambahan 1 karena menekuk ke

atas maupun ke bawah. Posisi pergelangan tangan dengan skor 4 karena memuntir

melebihi batas maksimal puntiran. Perhitungan skor segmen tubuh group A

berdasarkan tabel postur group A tabel RULA didapatkan empat (4).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

79

Leher. Pada penyusun 1 Leher fleksi sebesar 14º dengan skor 1 (pada

piktogram kisaran sudut leher fleksi <20º adalah skor 1), tetapi tidak mendapat

skor tambahan karena posisi leher saat bekerja tidak menekuk maupun memuntir.

Badan. Besaran sudut yang terbentuk pada badan yaitu fleksi 90º dengan

skor 1 (piktogram kisaran sudut pada leher jika fleksi 0º sampai dengan 20º

adalah skor 1). Kemudian mendapat tidak tambahan skor satu (+1) karena pada

saat proses kerja mengendalikan 2 mesin penyusun tidak memuntir badannya

kesamping yang melibatkan leher juga ikut memuntir.

Kaki. Skor untuk kaki diberi 1. karena kaki dan telapak kaki tertopang

dengan baik pada saat duduk. Perhitungan skor segmen tubuh group B

berdasarkan tabel perhitungan skor group B pada tabel RULA didapatkan empat

(4).

Setelah di dapatkan skor untuk postur tubuh pada group A dan B,

selanjutnya dihitung kombinasi untuk kedua group tersebut dengan

mempertimbangkan lama penggunaan otot dan pengerahan tenaga selama

melakukan pekerjaan. Skor postur tubuh A dan B ditambah dengan 1 (+1), Jika

sikap tubuh pada saat bekerja dalam keadaan statis untuk waktu yang lebih dari 1

menit, atau pekerjaan dilakukan secara repetitif lebih dari 4 kali permenit.

Penggunaan otot pada proses pekerjaan bagian penyusun tidak

mengerahkan tenaga lebih dari 1 menit dan tidak terdapat pula gerakan repetitif

lebih dari 4 kali permenit, oleh sebab itu skor pada segmen tubuh group A dan B

tidak mendapat nilai tambahan. Selanjutnya dapat dihitung grand skor RULA dari

total skor yang didapat dari segmen tubuh group A dan B akibar postur duduk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

80

yang terbentuk dari proses kerjanya. Perhitungan Grand Skor merupakan

kombinasi dari hasil perhitungan skor group A dan B pada tabel RULA.

Berdasarkan hasil perhitungan grand skor postur duduk pada penyusun 1

didapatkan skor 4, dan termasuk ke dalam kategori sedang. Sehingga tindakan

yang dibutuhkan yaitu perlunya investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan

adanya perubahan untuk perbaikan sikap kerja. Hasil tersebut di dapat dari

kombinasi perhitungan total skor setiap segmen tubuh yang dinilai berdasarkan

ketentuan RULA, yaitu lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, leher,

badan, dan kaki. Segmen tubuh tersebut juga telah diberikan penilaian

berdasarkan penggunaan dan pembebanan pada otot, serta lama postur tersebut

berlangsung.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pada operator 3 dan 5 posisi kaki

saat bekerja terkadang menekuk ke dalam bawahan kursi yang digunakan ketika

bekerja. Hal ini disebabkan karena pekerja memiliki postur tubuh yang tinggi.

Tetapi kaki masih dapat dapat tertopang dengan baik karena memilki ruang untuk

bergerak (posisi kaki tidak selalu menekuk ke kolong kursi) serta, berat badan

masih terdistribusi dengan seimbang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

81

Gambar 13. Postur duduk operator 3

Posisi punggung pekerja berada dalam kondisi condong ke depan sejauh

7º, posisi ergonomis pada bagian punggung berdasarkan piktogram kisaran sudut

pada badan berdasarkan metode RULA adalah jika pada saat duduk dengan kedua

kaki dan telapak kaki tertopang dengan baik dan sudut antara badan dan tulang

pinggul membentuk sudut > 90º. Pada operator 3 sudut yang terbentuk antara

badan dan tulang pinggul adalah 7º, oleh sebab itu berdasarkan penilaian metode

RULA diberikan skor 2 (skor 2 jika fleksi 0º-20º).

Pergerakan leher membentuk sudut 26º dan terdapat beberapa kali gerakan

punggung berputar selama proses kerja berlangsung, dikarenakan mengendalikan

2 mesin kerja. Posisi kaki tidak tegak lurus dengan lantai dan lutut, sehingga kaki

harus di tekuk sedikit, tetapi tetap tertopang dengan baik.

Lengan atas bergerak sejauh 68º dan lengan bawah. Selain itu pergerakan

pada pergelangan tangan bengkok membentuk sudut 37º. Berdasarkan skor maka

pekerja dikategorikan berisiko mengalami MSDs tinggi (posisi duduk tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

82

ergonomis) sehingga diperlukan adanya investigasi dan perbaikan segera, untuk

mencegah dan mengurangi kemungkinan pekerja mengalami MSDs (Ritonga,

2016).

Gambaran Postur Berdiri Pekerja Pelakbanan Bagian Pengepakan di Fa.

Marinson Pematangsiantar

Untuk pelakban enam dan delapan menerima penambahan skor pada

lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Pada saat pekerja pelakbanan

kardus berisi air minum dalam kemasan sudah rapi disusun proses selanjutnya ke

mesin pelakbanan untuk melakban kardus yang nanti akan dipindahkan ke pallet,

tangan pekerja akan bergerak menjauhi badan, kemudian pergelangan tangan saat

bekerja menekuk ke atas maupun ke bawah. Contoh penilaian postur berdiri

pelakbanan 6.

Gambar 14. Postur beridiri pelakban 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

83

Tabel 24

Besaran Sudut Postur Duduk Pelakban 6

Gerakan Sudut Skor Skor Tambahan Total

Leher - 1 1 1

Kaki 152 1 2 3

Badan 81 4 1 4

Pergelangan Tangan - 1 - 1

Lengan Atas 81 3 1 4

Lengan Bawah 53 2 - 3

Dari tabel 14 dapat dilihat besaran sudut yang terbentuk pada pelakban

enam (6) saat melakukan proses kerja. Berdasarkan tabel diketahui bahwa sudut

lengan atas yang terbentuk adalah fleksi 81º dengan skor 3, posisi lengan atas

pada pelakban 6 adalah tidak ergonomis. kemudian mendapatkan skor tambahan

satu (1) karena gerakan pada lengan atas saat melakukan proses kerja menjauh

dari badan (penambahan skor +1 jika lengan diangkat menjauh dari badan).

Lengan bawah fleksi sebesar 53º dengan skor 2, pada panilaian metode

REBA posisi ergonomis pada lengan bawah jika sudut yang terbentuk fleksi 0º -

60º dengan skor 2. Kemudian mendapat skor tambahan 1 karena lengan bekerja

pada luar sisi tubuh.

Pergelangan tangan fleksi sebesar 0º dengan skor 1, dan tidak mendapat

skor tambahan karena tidak menekuk ke atas maupun ke bawah pada saat

mengankat kardus air minum dalam kemasan ke papan pallet penggumpul

sementara. Posisi pergelangan tangan dengan skor 1 karena tidak memuntir

melebihi batas maksimal puntiran.

Leher fleksi sebesar 0º dengan skor 1, posisi ergonomis pada leher jika

kisaran sudut pada leher fleksi 0º - 15º dengan skor 1. Tetapi tidak mendapat skor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

84

tambahan karena posisi leher saat bekerja tidak menekuk maupun memuntir.

Besaran sudut yang terbentuk pada badan yaitu fleksi 81º dengan skor 4,

kemudian tidak mendapat skor tambahan karena pada saat proses kerja pekerja

tidak memuntir kesamping serta tidak mengendalikan 2 mesin. Skor untuk kaki

satu (1) karena kaki dan telapak kaki tertopang dengan baik pada saat berdiri.

Perhitungan skor segmen tubuh group A berdasarkan tabel postur group A tabel

REBA didapatkan empat (3).

Berdasarkan tabel perhitungan REBA untuk skor group postur B dapat

dilihat nilai skor untuk lengan atas yaitu tiga (3), skor lengan bawah (2), skor

untuk pergelangan tangan (1). Jadi skor untuk postur group B didapatkan tiga (4).

Karena Proses pekerjaan yang dilakukan menggunakan otot dan

pengerahan tenaga dalam keadaan statis untuk waktu lebih dari 1 menit, atau

pekerjaan dilakukan secara repetitif lebih dari 4 kali permenit, maka ada

penambahan skor untuk postur group A maupun group B. Sehingga ada

penambahan skor yang akan dimuat pada perhitungan skor C maupun aktivitas.

Pengukuran terhadap postur duduk dilihat dari nilai aktivitas yang

dihasilkan oleh grand skor RULA didapatkan risiko paling banyak dengan tingkat

sedang yaitu sebanyak 5 orang (62.5%). Postur duduk pekerja bagian penyusun

semuanya memiliki risiko dan perlu tindakan. Pengendalian pada tingkat risiko

sedang diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan

untuk perbaikan sikap kerja yaitu dengan memperbaiki postur duduk yang baik.

(Ritonga, 2016).

Risiko MSDs ringan-tinggi (skor 3-6) dikategorikan posisi duduk tidak

ergonomis dialami sebanyak 5 orang pekerja (100,0%). Postur duduk yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

85

ergonomis adalah duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu kebelakang. Paha

menempel di dudukan kursi dan bokong harus menyentuh bagian belakang kursi.

Tulang punggung memiliki bentuk yang sedikit melengkung ke depan pada

bagian pinggang, sehingga dapat diletakkan bantal untuk menyangga

kelengkungan tulang punggung tersebut.

Pengukuran terhadap postur berdiri dilihat dari nilai aktivitas yang

dihasilkan oleh grand skor REBA didapatkan risiko paling banyak dengan tingkat

sedang yaitu sebanyak 3 orang (37.5%). Postur beridri pekerja bagian pelakbanan

semuanya memiliki risiko dan perlu tindakan. Pengendalian pada tingkat risiko

sedang diperlukan investigasi lebih lanjut, mungkin diperlukan adanya perubahan

untuk perbaikan sikap kerja yaitu dengan memperbaiki postur berdiri yang baik.

(Ritonga, 2016).

Risiko MSDs sedang (skor 4-7) dikategorikan posisi berdiri tidak

ergonomis dialami sebanyak 3 orang pekerja (100,0%). Postur berdiri yang

ergonomis adalah berdiri tegak dengan punggung lurus dan bahu kebelakang.

Paha menempel di dudukan kursi dan bokong harus menyentuh bagian belakang

kursi. Tulang punggung memiliki bentuk yang sedikit melengkung ke depan pada

bagian pinggang, sehingga dapat diletakkan bantal untuk menyangga

kelengkungan tulang punggung tersebut.

Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders Pekerja Bagian

Pengepakan di Fa. Marinson Pematangsiantar

Berdasarkan hasil penilitian diketahui semua pekerja bagian pengepakan,

yaitu sebanyak 8 orang (100%) mengalami keluhan musculoskeletal disorders.

Selain itu, di dapatkan data keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

86

bagian pengepakan dimana semua pekerja yaitu 8 orang (100%) sebelum bekerja

di Fa. Marinson Pematangsiantar tidak pernah merasakan keluhan pada otot dan

tulang. Serta tidak memiliki riwayat kecelakaan atau trauma sendi sebelumnya.

Keluhan yang dirasakan pekerja yaitu setelah melakukan pekerjaannya, dan

berlangsung lebih dari satu minggu.

Data ini menunjukkan bahwa pekerja bagian pengepakan di Fa. Marinson

Pematangsiantar mengalami keluhan musculoskeletal disorders. Pernyataan ini

sesuai dengan NIOSH, 2005. Dimana NIOSH mengelompokkan keluhan

musculoskeletal disorders apabila :

1. Merasakan ketidaknyamanan dalam satu tahun terakhir

2. Rasa ketidaknyamanan dirasakan setelah bekerja pada pekerjaan saat ini

3. Tidak ada kecelakaan atau trauma sendi sebelumnya

4. Rasa ketidaknyamanan berlangsung lebih dari satu minggu, atau terjadi

lebih dari 3 kali pada tahun sebelumnya

Penilaian keluhan musculoskeletal disorders yaitu pinggang bagian

belakang, pinggul, pantat dan tungkai kaki. Didapatkan hasil penilaian yang

paling banyak pada pinggang belakang dan pinggul yaitu sebanyak 8 orang

(100,0%), Keluhan myeri, pegal dan panas pada bagian pantat sebanyak 4 orang

(50,0%). Keluhan paling banyak pada bagian pinggang, pinggul belakang

disebabkan oleh postur duduk dan berdiri yang tidak ergonomis, posisi segmen

anggota tubuh yang tidak ergonomis berdasarkan sudut yang terbentuk sesuai

dengan penilaian metode RULA (duduk) dan REBA (berdiri), sehingga

menimbulkan tekanan pada bagian pinggang, pinggul dan bokong yang memicu

timbulnya rasa nyeri. Kemudian duduk statis yang terlalu lama, serta kursi yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

87

digunakan tidak memiliki sandaran sehingga pekerja tidak dapat rileks dalam

melakukan pekerjaannya. Keluhan panas pada bokong disebabkan karna kursi

yang digunakan pekerja tidak memiliki bantalan, serta proses kerja yang

dilakukan dengan duduk dan berdiri dalam waktu yang lama.

Terdapat keluhan nyeri, pegal dan panas pada bagian tungkai kaki

sebanyak 5 orang (62,5%) hal ini disebabkan karena pekerja tersebut memiliki

tungkai yang panjang, keadaan tersebut terkadang membuat pekerja sedikit

menekuk kakinya kedalam. Jika postur duduk dan berdiri tersebut dalam waktu

yang lama maka akan terasa kesemutan dan nyeri pada tungkai atau kaki. Rata-

rata pekerja bekerja dengan posisi duduk dan beridiri statis selama 3 jam dalam

satu trip air minum dalam kemasan yang disusun dan pergeseran air minum dalam

kemaan ke mesin pelakbanan. Hal ini semakin diperberat oleh kondisi

bantalan/sandaran kursi yang tidak nyaman sehingga risiko mengalami nyeri

punggung bawah semakin besar.

Kejadian tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu, dimana pekerja yang

memiliki postur tubuh tinggi lebih banyak mengeluhkan nyeri pada punggung

bawah. Hal ini didukung dengan penelitian NIOSH (1992) yang dikutip oleh

Armands (2010) mendapatkan hasil 90% pekerja (tinggi) mengeluhkan

ketidaknyamanan pada daerah tulang belakangnya setelah bekerja. Pegal-pegal

disebabkan adanya akumulasi produk sisa berupa asam laktat pada jaringan

(Bridger, 2003). Rasa pegal yang dialami pekerja adalah cara identifikasi awal

bahwa pekerja mengalami ketidaknyamanan saat bekerja atau mengalami

gangguan musculoskeletal disorders. Banyaknya aktivitas pekerjaan dengan

penanganan secara manual dapat menyebabkan cedera jaringan otot dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

88

persendian jika terjadi salah pergerakan, terlebih jika dilakukan dengan teknik

yang tidak benar.

Gambaran Postur Duduk dan Berdiri dan Keluhan Musculoskeletal

Disorders Pada Pekerja Penyusun Bagian Pengepakan Fa. Marinson

Pematangsiantar

Postur duduk yang salah dapat menimbulkan masalah-masalah pada

punggung. Pada saat duduk tekanan di tulang belakang akan meningkat

dibandingkan ketika berdiri atau berbaring (Nurmianto, 1996). Postur duduk tidak

baik pada waktu yang cukup lama menyebabkan rasa pegal, bahkan kejang otot

atau kram pada bagian tubuh tertentu (Bendix et al., 1996 ; brunswic, 1984).

Postur duduk tidak baik, terutama dengan waktu yang cukup lama dapat

menyebabkan nyeri punggung bawah (Troussier et al., 1994). terkadang nyeri

disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki.

Berdasarkan hasil observasi pada pekerja penyusunan, diketahui bahwa

postur duduk yang cendrung terbentuk disaat pekerja melakukan pekerjaannya

adalah condong ke depan, dan hanya sedikit yang duduk dengan postur tegak

dalam waktu yang lama. Seandainya tekanan pada tulang belakang sebesar 100%,

maka postur duduk yang tegang atau kaku akan menyebabkan tekanan tadi naik

menjadi 140% dan postur duduk membungkuk kedepan yang terjadi saat bekerja

dapat menyebabkan tekanan tersebut naik sampai 190%. (Santoso, 2004).

Hasil analisis gambaran antara postur duduk menggunakan metode RULA

dengan keluhan musculoskelatal disorders diketahui bahwa semua pekerja yaitu 5

orang (62,5%) dengan postur duduk tidak ergonomis mengalami keluhan

musculoskelatal disorders. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

89

oleh Aditya Tahun 2012 terhadap pekerja bagian pelintingan rokok di Pt. Djitoe

Indonesia Tobacco menunjukkan bahwa ada pengaruh sikap kerja duduk atau

postur kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja tersebut.

Dari 40 responden diketahui bahwa 37 responden (92,5%) mengalami nyeri

punggung bawah akibat sikap atau posisi duduk yang tidak ergonomis.

Postur kerja berdiri merupakan posisi siaga baik fisik maupun mental

sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Tetapi pada

dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energy yang

dikeluarkan untuk berdiri 10%-15% lebih banyak dibandingkan dengan duduk.

Pada posisi kerja berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja pada periode yang

lama, maka sering menimbulkan kelelahan (Kuswana, 2014)

Berdasarkan hasil observasi pada pekerja pelakbanan, diketahui bahwa

postur berdiri yang cendrung terbentuk disaat pekerja melakukan pekerjaannya

adalah condong ke depan, dan hanya sedikit yang duduk dengan postur tegak

dalam waktu yang lama.

Hasil analisis gambaran antara postur berdiri menggunakan metode REBA

dengan keluhan musculoskelatal disorders diketahui bahwa semua pekerja yaitu 3

orang (37,5%) dengan postur berdiri tidak ergonomis mengalami keluhan

musculoskelatal disorders. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan

oleh Aditya Tahun 2012 terhadap pekerja bagian pelintingan rokok di Pt. Djitoe

Indonesia Tobacco menunjukkan bahwa ada pengaruh sikap kerja duduk atau

postur kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja tersebut.

Dari 40 responden diketahui bahwa 37 responden (92,5%) mengalami nyeri

punggung bawah akibat sikap atau posisi duduk yang tidak ergonomis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

90

Perbedaan keluhan musculoskelatal disorders tersebut terlihat dari postur

duduk yang tidak ergonomis berdasarkan piktogram kisaran sudut yang terbentuk

pada anggota tubuh yang dinilai untuk dicari risiko MSDsnya, semakin besar

sudut yang terbentuk dari setiap segmen tubuh yang dinilai semakin tinggi tingkat

risiko MSDs yang dihasilkan, hal ini berbanding lurus dengan keluhan

musculoskelatal disorders yang dirasakan oleh pekerja. Pekerja dengan postur

duduk yang salah akan menimbulkan nyeri atau keluhan pada punggungnya.

Posisi menyandar mengikuti proporsi tubuh dapat mengurangi tekanan discus

25% sehingga merupakan posisi yang paling nyaman, namun permasalahan pada

posisi ini target visual terlalu jauh atau terlalu rendah.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah waktu berdiskusi

dengan responden penelitian yang kurang oleh karena waktu dalam pekerjaaan

yang tidak bisa diganggu lama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

91

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Postur duduk pekerja penyusun bagian pengepakan di Fa. Marinson

Pematangsiantar adalah tidak ergonomis, pekerja melakukan kegiatan yang

berulang-ulang dengan menggunakan kecepatan tangan dan postur duduk

yang membungkuk kedepan dan dan kesamping. Lamanya bekerja dengan

postur duduk dan banyak aktivitas/ beban kerja yang harus diselesaikan

sesuai kebutuhan pesanan, pekerja sering merasakan keluhan pada bagian

pungung belakang, pinggul belakang, bokong, dan kaki atau tungkai dengan

tingkat risiko MSDs pekerja penyusun bagian pengepakan yang diperoleh

yaitu tingkat risiko sedang sebanyak 5 orang dan diperlukan perbaikan sikap

kerja.

2. Postur berdiri pekerja pelakbanan bagian pengepakan di Fa. Marinson

Pematangsiantar adalah tidak ergonomis. Pekerja pelakbanan melakukan

kegiatan dengan postur berdiri dalam jagak waktu yang lama dan berulang-

ulang, kegiatan pekerja pelakbanan mendorong, mengangkat, meletakkan

dan menarik pekerja lakukan setiap bekerja dengan beban kerja yang banyak

sesuai kebutuhan pesanan. Keluhan dirasakan pekerja dibagian punggung

belakang, pinggul belakang, bokong dan menjalar kaki atau tungkai.

Pekerja mengalami tingkat risiko MSDs pekerja pelakbanan bagian

pengepakan yang diperoleh yaitu tingkat risiko sedang sebanyak 3 orang dan

diperlukan perbaikan sikap kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

92

3. Keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja bagian pengepakan di Fa.

Marinso Pematangsiantar mayoritas mengeluhkan pegal-pegal dan nyeri

pada bagian pinggang belakang sebanyak 8 orang (100,0%), pinggul

belakang sebanyak 8 orang (100,0%), bagian bokong sebanyak 4 orang

(50,0%). Serta nyeri yang dirasakan menjalar hingga ke kaki atau tungkai

dirasakan oleh 5 orang pekerja (62,5%).

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan beberapa upaya

yang dilakukan untuk mengurangi adanya keluhan musculoskeletal disorders pada

pekerja bagian pengepakan di Fa. Marinso Pematangsiantar sebagai berikut :

1. Sebaiknya pekerja bekerja dengan postur duduk yang ergonomis, dagu

ditarik ke dalam, kepala tidak membungkuk ke depan, punggung tetap

tegak dengan bantalan kursi menopang punggung bawah, posisi

punggung santai dan tidak membungkuk (Lumbal tetap lordosis), tibia

(betis) tegak lurus dengan lantai, posisi paha horizontal, sejajar dengan

lantai, posisi telapak kaki menapak ke lantai. Dalam melakukan pekerjaan

sebaiknya pekerja duduk dengan postur tegak, agar tekanan pada lumbal

tidak terlalu besar sehingga dapat meminimalisir keluhan musculoskeletal

disorders.

Menggunakan Kursi yang sesuai prosedur ergonomi dengan postur duduk

(Sanders & McCormick, 1987)

a. Meja dapat diatur naiik turun

b. Ketinggian kursi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

93

Pria: 550 (tinggi lutut) + 25(sepatu) + 25 (kelonggaran) = 600 mm

Wanita: 540 (tinggi lutut) + 40 (sepatu) + 25 (kelonggaran) = 645 mm

2. Pekerja yang bekerja dengan postur berdiri diharapkan agar

memperbanyak kegiatan olahraga untuk pencegahan, melakukan istirahat

dan untuk peregangan otot apabila merasakan keluhan-keluhan selama

bekerja.

Menggunakan Kursi yang sesuai prosedur ergonomi untuk postur berdiri

(R. Farley) yaitu : Idealnya ketinggian bangku 5 cm dibawah tinggi siku

operator, perancangan untuk persentil 95 dan diberi platform lantai utk

operator yg lebih kecil, Perancangan utk persentil 5 dan menambah tinggi

bangku utk operator yang lebih besar

3. Sebaiknya perusahaan menyediakan kursi yang digunakan pekerja bagian

pengepakan dan pelakbanan dilengkapi dengan bantalan dan sandaran.

Sehingga pekerja dapat bekerja dengan postur duduk yang nyaman,

mencegah dan mengurangi risiko terjadinya keluhan musculoskeletal

disorders. Memberikan himbauan untuk pekerja agar melakukan

stretching sekitar 5-10 menit sebelum bekerja atau pada saat istirahat

disela waktu kerja untuk memudahkan kerja otot, dan menghindari

kontraksi otot secara tiba-tiba dan kontraksi berlebihan.

4. Jika keluhan nyeri tidak berkurang atau semakin parah disarankan untuk

melakukan pemeriksaan serta perawatan secara medis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

94

Daftar Pustaka

Anies.(2014). Kedokteran okupasi berbagai penyakit akibat kerja dan upaya penanggulangan dari aspek kedokteran. Yogyakarta: ArRuzz.

Auliya, S. A. (2015). Pengaruh pendidikan, pelatihan dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan. (pada PT. Inti Sukses Garmindo Semarang). Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Amelinda, I (2017). Hubungan sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja unit weaving di PT Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali. Universitas Sebelas Maret. Diakses dari

https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST_FT/a

rticle/view/1841/1896.

Bukhori E. (2010). Hubungan faktor resiko pekerjaan dengan terjadinya keluhan musculosketal disorder (msds) pada tukang angkut beban penambang emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1224/1/ENDAN

G%20BUKHORI-FKIK.PDF

Departemen Kesehatan RI. (2009). Metode Penghitungan Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja (Workload Indikator Staff Need). Jakarta: Badan PPSDM

Fuady, A, R. (2013). Faktor – faktor yang berhubungan dengan musculoskeletal

disorders (msds) pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Hardianto, I. Yassierli. (2014). Ergonomi suatu pengantar. Jakarta: Rosda Jaya Putra.

Helmi, Zairin N. (2012). Buku ajar gangguan muskuloskeletal. Jakarta: Salemba medika.

Hignett, S., & McAtamney, L. (2000). Rapid entire body assessment (REBA). Applied Ergonomics, 31(2), 201–205.

International Labour Organization (ILO). (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana Untuk Produktivitas. Jakarta, Indonesia: International Labour Organization.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

95

Joshi EG, Lal H. (2014). REBA Technique on small scale casting industry.

International Journal Of Emerging Technology. 5(2): 61- 65.

Karwowski, W. (Ed). (2006). International Encyclopedia Of Ergonomics and Human Factors, (Edisi ke-2). Kentucky: CRC Press.

Kemenperindag RI. Kepmenperindag 2003. No.705/MPP/Kep/11/2003 tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya. Kemenperindag RI, Jakarta.

Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 197 Tahun 2017 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Minuman Bidang Industri Air Minum Dalam Kemasan Sub Bidang Produksi.

Kurniawan, A. (2006). Transformasi pelayanan publik. Yogyakarta: Penerbit Pembaharuan

Kuswana S,W. (2014). Ergonomi dan keselamatan dan kesehatan kerja.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Merulalia. (2010). Postur tubuh yang ergonomis saat bekerja. Diakses dari

http://www.K3(OHAS).ac.id

Muhammad, A & Ali, M. (2014). Metodologi dan aplikasi riset pendidikan.

Jakarta : PT Bumi Aksara

NIOSH. (1997). Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors: A Critical

Review Of Epidemiologic Evidence For Work Related Musculoskeletal Disorders. NIOSH: Center of Disease Control and Prevention

Noor Zairin H. (2012). Buku ajar gangguan muskuloskeletal. Jakarta: Salemba

Medika.

Nurmianto, E. (2004). Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya (Edisi ke-2).

Surabaya: Guna Widya.

Purwanto, S. (2008). Sikap kerja perawat. Diakes 20 Januari 2020 dari http://www.Artikel Psikologis Klinis Dan Perkembangan.htm.id.

Rahayu, I, I. (2005). Hubungan antara sikap kerja duduk terhadap produktivitas kerja pada penjahit konveksi rumah tangga panca daya sakti Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Santiasih, Indri. (2013). Kajian manual material handling terhadap kejadian low back pain pada pekerja tekstil 2013. Vol Viii, No 1, Januari 2013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

96

Santoso, G. (2014). Ergonomi manusia, peralatan dan lingkungan. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Shofwati I, Rosidati C, Nourmayanti D. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer. Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/412/1/91962-

DIAN%20NOURMAYANTI-FKIK.pdf

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

Sunaryo, W. (2014). Ergonomi dan K3 kesehatan dan keselamatan kerja.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Suma’mur, P. K. (2009). Higiene perusahaan dan keselamatan kerja (HIPERKES). Jakarta: CV. Sagung Seto.

Suma’mur P. K. (2014). Kesehatan kerja dalam perspektif hiperkes dan keselamatan kerja. Ciracas, Jakarta: Erlangga.

Sutalaksana, Iftikar Z. (2006). Teknik tata cara kerja. laboratorium tata cara kerja dan ergonomi. Departemen Teknik Industri ITB. Bandung.

Tarwaka. (2004). Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas.

Surakarta. UNIBA Press.

Tarwaka. (2015). Ergonomi indutri: dasar-dasar ergonomi dan implementasidi tempat kerja. Surakarta. Harapan Press.

Tjahayuningtyas, A (2019). faktor yang mempengaruhi keluhan musculoskeletal disorders (msds) pada pekerja informal. Diakses dari https://ejournal.unair.ac.id/IJOSH/article/view/5668/pdf

Utami, C. (2017). Hubungan lama kerja, sikap kerja dan beban kerja dengan muskuloskeletal disorders (msds) pada petani padi di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe. Diakses dari http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/viewFile/2921/2179

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. 25 Maret 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 39.

Wulandari, L. (2011). Kromatografi lapis tipis. Jember: PT Taman Kampus Presindo

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

97

Lampiran

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

98

Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

99

Lampiran 3. Surat Balasan Pengukuran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

100

Lampiran 5. Kuesioner Penelitian

Kuesioner penelitian Gambaran Sikap Kerja dan Keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pengepakan Air Minum Dalam Kemasan Fa.

Marinson Pematangsiantar Tahun 2019

oleh : Rizka Auliya Sitorus

Nim : 161000006

Saya mahasiswa Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan

Masyarakat peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sedang

melakukan penelitian. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir dari peneliti

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon dengan segala

kerendahan hati agar kiranya Bapak/Ibu/Saudara bersedia meluangkan

waktunya untuk menjawab pertanyaan berikut. Kejujuran Bapak/Ibu/Saudara

dalam menjawab pertanyaan sangat saya hargai.

Ucapan terimakasih yang sebesarnya saya ucapkan atas bantuan dan

partisipasi Bapak/Saudara dalam menjawab kuesioner ini.

Responden

Berikan tanda √ pada salah satu kotak yang tersedia dan isilah titik-titik yang

tersaji di bawah ini sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu.

1. Nama : .................................

2. Usia : ................................. Tahun

3. Jenis Kelamin :

Pria

Wanita

4. Pendidikan : SD SMP SMU PT

5. Status : Kawin Belum kawin

6. Masa kerja : ..................................

Nordic Body Map Questioner

1. Apakah sebelum bekerja di Air Minum Dalam Kemasan Fa. Marinson

Pematangsiantar anda pernah merasakan nyeri/panas/kejang/mati rasa/

pegal pada otot dan tulang atau kecelakaan/ trauma sendi ? a. Ya, (SELESAI) b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

101

2. Apakah saat bekerja anda pernah merasakan nyeri/panas/kejang/mati

rasa/pegal pada otot dan tulang ? a. Ya b. Tidak

Jika Iya, coba perhatikan gambar berikut, gambaran berikut adalah potongan

dari badan yaitu punggung bawah

Keterangan :

7. pinggang

belakang

8. pinggul belakang

9. bokong

3. Apakah anda merasakan nyeri/panas/kejang/mati rasa/pegal pada bagian

pinggang belakang ? a. Ya b. Tidak

4. Apakah anda merasakan nyeri/panas/kejang/mati rasa/pegal pada bagian

pinggang belakang ? a. Ya b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

102

5. Apakah anda merasakan nyeri/panas/kejang/mati rasa/pegal pada bagian

pinggul belakang ? a. Ya b. Tidak

6. Apakah anda merasakan nyeri/panas/kejang/mati rasa/pegal pada bagian

pantat ? a. Ya b. Tidak

7. Apakah rasa nyeri disertai dengan penjalaran kearah tungkai dan

kaki?

a. Ya b. Tidak

8. Sejak kapan anda merasakan nyeri/panas/kejang/mati rasa/pegal tersebut ? a. < 1 tahun b. > 1 tahun

9. Kapan anda merasakan nyeri/panas/kejang/mati rasa/pegal tersebut ? a. Sebelum bekerja b. Setelah bekerja

10. Berapa lama nyeri/panas/kejang/mati rasa/pegal berlangsung ? a. > 1 minggu b. < 1 minggu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

103

Lampiran 6. Tabel RULA dan REBA

RULA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

104

REBA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

105

Lampiran 7. Pengukuran Piktogram Besaran Sudut Anggota Tubuh

1. Penyusun 1 (RULA)

Tabel 1

Besaran Sudut Postur Duduk Penyusun 1

Gerakan Sudut (º) Skor Skor Total

Tambahan

Lengan atas 42 2 - 2

Lengan bawah - 1 - 1

Pergelangan tangan 46 4 1 5

Posisi pergelangan tangan - 1 1 2

Leher 14 1 - 1

Badan 90 1 - 1

Kaki - 1 - 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

106

Tabel 2

Skor Postur Group A Penyusun 1

Lengan Lengan Pergelangan Tangan

Atas Bawah 1 2 3 4

Pergelangan Pergelangan

Pergelanga

n Pergelangan

tangan tangan tangan tangan

memuntir memuntir memuntir memuntir

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 2 2 2 3 3 3 4 4

2 1 2 3 3 3 3 3 4 4

2 2 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

3 1 3 3 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

4 1 4 4 4 4 4 5 5 5

2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

5 1 5 5 5 5 5 6 6 7

2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

6 1 7 7 7 7 7 8 8 9

2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel 3

Skor Postur Group B Penyusun 1

Leher Badan (Tubuh)

1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

107

Tabel 4

Perhitungan Grand Skor Berdasarkan Kombinasi Skor C dan D Penyusun 1

Skor C 1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

2. Penyusun 2 (RULA)

Tabel 1

Besaran Sudut Postur Duduk Penyusun 2

Gerakan Sudut (º) Skor Skor Total

Tambahan

Lengan atas 29 4 - 4

Lengan bawah 39 1 - 1

Pergelangan tangan 40 1 1 1

Posisi pergelangan tangan - 1 1 2

Leher - 1 - 1

Badan 10 1 - 1

Kaki 74 1 - 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

108

'Tabel 2

Skor Postur Group A Penyusun 2

Lengan Lengan Pergelangan Tangan

Atas Bawah 1 2 3 4

Pergelangan Pergelangan

Pergelanga

n Pergelangan

tangan tangan tangan tangan

memuntir memuntir memuntir memuntir

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 2 2 2 3 3 3 4 4

2 1 2 3 3 3 3 3 4 4

2 2 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

3 1 3 3 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

4 1 4 4 4 4 4 5 5 5

2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

5 1 5 5 5 5 5 6 6 7

2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

6 1 7 7 7 7 7 8 8 9

2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel 3

Skor Postur Group B Penyusun 2

Leher Badan (Tubuh)

1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

109

Tabel 4

Perhitungan Grand Skor Berdasarkan Kombinasi Skor C dan D Penyusun 2

Skor C 1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

3. Penyusun 3 (RULA)

Tabel 1

Besaran Sudut Postur Duduk Penyusun 3

Gerakan Sudut (º) Skor Skor Total

Tambahan

Lengan atas 68 3 - 3

Lengan bawah - 2 - 2

Pergelangan tangan 37 1 1 2

Posisi pergelangan tangan - 1 1 2

Leher 26 3 - 3

Badan 7 2 - 2

Kaki 75 1 - 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

110

Tabel 2

Skor Postur Group A Penyusun 3

Lengan Lengan Pergelangan Tangan

Atas Bawah 1 2 3 4

Pergelangan Pergelangan

Pergelanga

n Pergelangan

tangan tangan tangan tangan

memuntir memuntir memuntir memuntir

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 2 2 2 3 3 3 4 4

2 1 2 3 3 3 3 3 4 4

2 2 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

3 1 3 3 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

4 1 4 4 4 4 4 5 5 5

2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

5 1 5 5 5 5 5 6 6 7

2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

6 1 7 7 7 7 7 8 8 9

2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel 3

Skor Postur Group B Penyusun 3

Leher Badan (Tubuh)

1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

111

Tabel 4

Perhitungan Grand Skor Berdasarkan Kombinasi Skor C dan D Penyusun 3

Skor C 1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

4. Penyusun 4 (RULA)

Tabel 1

Besaran Sudut Postur Duduk Penyusun 4

Gerakan Sudut (º) Skor Skor Total

Tambahan

Lengan atas 41 2 - 2

Lengan bawah - 1 - 1

Pergelangan tangan 19 3 1 4

Posisi pergelangan tangan - 1 1 2

Leher 33 2 - 2

Badan 8 2 - 2

Kaki 85 1 - 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

112

Tabel 2

Skor Postur Group A Penyusun 4

Lengan Lengan Pergelangan Tangan

Atas Bawah 1 2 3 4

Pergelangan Pergelangan Pergelangan Pergelangan

tangan tangan tangan tangan

memuntir memuntir memuntir memuntir

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 2 2 2 3 3 3 4 4

2 1 2 3 3 3 3 3 4 4

2 2 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

3 1 3 3 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

4 1 4 4 4 4 4 5 5 5

2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

5 1 5 5 5 5 5 6 6 7

2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

6 1 7 7 7 7 7 8 8 9

2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel 3

Skor Postur Group B Penyusun 4

Leher Badan (Tubuh)

1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 130: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

113

Tabel 4

Perhitungan Grand Skor Berdasarkan Kombinasi Skor C dan D Penyusun 4

Skor C 1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

5. Penyusun 5 (RULA)

Tabel 1

Besaran Sudut Postur Duduk Penyusun 5

Gerakan Sudut (º) Skor Skor Total

Tambahan

Lengan atas 51 3 - 3

Lengan bawah - 2 - 2

Pergelangan tangan 40 1 1 2

Posisi pergelangan tangan - 1 1 2

Leher - 1 - 1

Badan - 1 - 1

Kaki 105 1 - 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 131: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

114

Tabel 2

Skor Postur Group A Penyusun 5

Lengan Lengan Pergelangan Tangan

Atas Bawah 1 2 3 4

Pergelangan Pergelangan Pergelangan Pergelangan

tangan tangan tangan tangan

memuntir memuntir memuntir memuntir

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 2 2 2 3 3 3 4 4

2 1 2 3 3 3 3 3 4 4

2 2 3 3 3 3 4 4 4

3 3 4 4 4 4 4 5 5

3 1 3 3 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 4 4 4 4 4 5 5 5

4 1 4 4 4 4 4 5 5 5

2 4 4 4 4 4 5 5 5

3 4 4 4 5 5 5 6 6

5 1 5 5 5 5 5 6 6 7

2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

6 1 7 7 7 7 7 8 8 9

2 8 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel 3

Skor Postur Group B Penyusun 5

Leher Badan (Tubuh)

1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 132: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

115

Tabel 4

Perhitungan Grand Skor Berdasarkan Kombinasi Skor C dan D Penyusun 5

Skor C 1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

6. Pelakbanan 1 (REBA)

Tabel 1

Besaran Sudut Postur Duduk Pelakbanan 1

Gerakan Sudut (º) Skor Skor Total

Tambahan

Leher 51 3 - 3

Kaki - 2 - 2

Badan 40 1 - 2

Posisi pergelangan tangan - 1 2 3

Lengan atas - 1 - 1

Lengan bawah - 1 - 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 133: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

116

Tabel 2

Skor Postur Group A Pelakbanan 1

Tabel A Leher

1 2 3

Kaki

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

Skor Postur 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

Punggung 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Tabel 3

Skor Postur Group B Pelakbanan 1

Tabel B Lengan Bawah

1 2

Pergelangan Tangan 1 2 3 1 2 3

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

Lengan 3 3 4 5 4 5 5

Atas 4 4 5 5 5 6 7

5 5 7 8 7 8 8

6 6 8 8 8 9 9

Tabel 4

Perhitungan Grand Skor Berdasarkan Kombinasi Skor C dan Aktivitas

Pelakbanan 1

Skor A

Skor B

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 10 11 11

8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 11 12

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 134: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

117

Tabel 4

Perhitungan Grand Skor Berdasarkan Kombinasi Skor C dan Aktivitas

Pelakbanan 1

Skor A

Skor B

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12

12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

7. Pelakbanan 2

Tabel 1

Besaran Sudut Postur Duduk Pelakbanan 2

Gerakan Sudut (º) Skor Skor Total

Tambahan

Leher - 1 - 1

Kaki 169 1 - 1

Badan - 1 2 3

Posisi pergelangan tangan 37 2 1 3

Lengan atas 51 2 - 2

Lengan bawah 125 1 - 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 135: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

118

Tabel 2

Skor Postur Group A Pelakbanan 2

Tabel A Leher

1 2 3

Kaki

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

Skor Postur 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

Punggung 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Tabel 3

Skor Postur Group B Pelakbanan 2

Tabel B Lengan Bawah

1 2

Pergelangan Tangan 1 2 3 1 2 3

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

Lengan Atas 3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 5 7 8 7 8 8

6 6 8 8 8 9 9

Tabel 4

Perhitungan Grand Skor Berdasarkan Kombinasi Skor C dan Aktivitas

Pelakbanan 2

Skor B

Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 A

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 10 11 11

8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 11 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 136: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

119

Tabel 4

Perhitungan Grand Skor Berdasarkan Kombinasi Skor C dan Aktivitas

Pelakbanan 2

Skor B

Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12

12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

8. Pelakbanan 3

Tabel 1

Besaran Sudut Postur Duduk Pelakbanan 3

Gerakan Sudut (º) Skor Skor Total

Tambahan

Leher 34 2 - 2

Kaki - 1 - 1

Badan 26 2 - 2

Posisi pergelangan tangan 1 2 3

Lengan atas 52 3 - 3

Lengan bawah 45 2 - 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 137: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

120

Tabel 2

Skor Postur Group A Pelakbanan 1

Tabel A Leher

1 2 3

Kaki

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

Skor Postur 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

Punggung 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Tabel 3

Skor Postur Group B Pelakbanan 3

Tabel B Lengan Bawah

1 2

Pergelangan Tangan 1 2 3 1 2 3

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

Lengan Atas 3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 5 7 8 7 8 8

6 6 8 8 8 9 9

Tabel 4

Perhitungan Grand Skor Berdasarkan Kombinasi Skor C dan Aktivitas

Pelakbanan 3

Skor B

Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 A

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 10 11 11

8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 11 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 138: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

121

Tabel 4

Perhitungan Grand Skor Berdasarkan Kombinasi Skor C dan Aktivitas

Pelakbanan 3

Skor B

Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12

12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 139: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

122

Lampiran 9. Master Data

Tabel Data Perhitungan Skor RULA Group A (Penyusun)

N Lengan atas Lengan bawah

Pergelangan

Skor

tabel

A

o tangan

mem

unti

r

Sk

or

akh

ir

beb

an

Sudut

(º)

skor

Skor

(+)

tota

l

Sudut

(º)

skor

Skor

(+)

tota

l

Sudut

(º)

skor

Skor

(+)

tota

l

oto

t

1 42 2 - 2 - 1 - 1 46 4 1 5 1 4 0 0 4

2 29 4 - 4 39 1 - 1 40 1 1 2 1 4 0 0 4

3 68 3 - 3 - 2 - 2 37 1 1 2 1 3 0 0 4

4 41 2 - 2 - 1 - 1 19 3 1 4 1 3 0 0 4

5 51 3 - 3 - 1 - 1 40 1 1 2 1 3 0 0 4

Tabel Data Perhitungan Skor RULA Group B

N Leher

Tubuh

Sk

or

Tab

el B

o

Skor

Akhir

Sudut

(º)

Skor

Skor

(+)

To

tal

Sudut

(º)

Skor

Skor

(+)

To

tal

Kak

i

Oto

t

Beb

an

1 14 1 - 1 - 1 - 1 1 1 0 0 4

2 - 1 - 1 10 1 - 1 1 1 0 0 4

3 26 3 - 3 7 2 - 2 1 3 0 0 4

4 33 2 - 2 8 2 - 2 1 2 0 0 3

5 - 1 - 1 - 1 - 1 1 1 0 0 3

Tabel Data Perhitungan Skor REBA Group A (Pelakbanan)

N Leher

Kaki

Badan

o

Skor

tabel

A

Skor

akhir

Sudut

(º)

skor

Sk

or

(+)

tota

l

Sudut

(º)

skor

Sk

or

(+)

tota

l

Sudut

(º)

skor

Sk

or

(+)

tota

l

beb

an

6 - 1 - 1 152 1 - 1 81 4 1 5 3 - 3

7 - 1 - 1 169 1 - 1 - 1 2 3 1 2 3

8 34 2 - 2 - 1 - 1 26 2 - 2 3 - 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 140: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

123

Tabel Data Perhitungan Skor REBA Group B (Pelakbanan)

N Pergelangan Lengan atas Lengan bawah

o tangan

Sk

or

tab

el B

Sk

or

tab

el C

Skor

akhir

akti

vit

as

Sudut

(º)

skor

Sk

or

(+)

To

tal

Sudut

(º)

skor

Sk

or

(+)

tota

l

Sudut

(º)

skor

Sk

or

(+)

tota

l

6 - 1 - 1 81 2 - 2 53 3 - 3 6 5 1 6

7 37 2 1 3 51 2 - 2 125 1 - 1 3 3 1 4

8 - 1 2 3 52 3 - 3 45 2 - 2 6 5 1 6

Tingkat Risiko MSDs Pekerja Bagian Musculoskeletal Disorders

Pekerja Bagian Pengepak di Fa. Marinson Pematangsiantar

Penyusun (RULA)

Skor

Skor

Grand Kategori postur

No. Nama skor Risiko

tabel A tabel B

Duduk tabel C

1 Penyusun 1

5

2

4

Sedang Tidak

Ergonomis

2 Penyusun 2

5

2

4

Sedang Tidak

Ergonomis

3 Penyusun 3

4

4

4

Sedang Tidak

Ergonomis

4 Penyusun 4

4

3

3

Sedang Tidak

Ergonomis

5 Penyusun 5

4

2

3

Sedang Tidak

Ergonomis

Pelakbanan (REBA)

Skor Skor Skor Aktivitas

Kategori

No. Nama tabel tabel tabel Risiko

Skor postur duduk A

B

C

6 Pelakban

3

6

5

6

Sedang Tidak

6

Ergonomis

7 Pelakban

3

3

3

4

Sedang Tidak

7

Ergonomis

8 Pelakban

3

6

5

6

Sedang Tidak

8

Ergonomis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 141: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

124

Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders Pekerja Bagian Pengepak di Fa. Marinson Pematangsiantar

sebe

lum

bek

erja

dipe

rusa

haan

,kec

elak

aan/

traum

asen

di

Kapan

Waktu Lama

kel

uhan

ato

t/ t

ula

ng

kel

uhan

ato

t/ t

ula

ng

Pin

ggan

g b

elak

ang

keluhan

Pin

ggul

bel

akan

g

dirasakan dirasakan

Penj

alar

an k

etun

gkai

/kak

i

berlangsung Keluhan

Punggung

(tahun) (bekerja)

Bo

ko

ng

(minggu) Muscolo

Nama

seb

elu

m

skeletal

sete

lah

Disorde

<1 >1 >1 <1 rs

Penyusun 1 Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya

Penyusun 2 Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya

Penyusun 3 Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya

Penyusun 4 Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya

Penyusun 5 Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya

Pelakban 6 Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya

Pelakban 7 Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya

Pelakban 8 Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 142: GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL …

125

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA