Upload
others
View
22
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN PELAYANAN UNIT LINEN LAUNDRY RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (RS USU) TAHUN
2018
SKRIPSI
Oleh
SAHAT PARULIAN SIMATUPANG
NIM : 141000255
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
GAMBARAN PELAYANAN UNIT LINEN LAUNDRY RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (RS USU) TAHUN
2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SAHAT PARULIAN SIMATUPANG
NIM : 141000255
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul „Gambaran
Pelayanan Unit Linen Laundry Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS
USU) Tahun 2018‟ beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara – cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Juli 2019
Sahat Parulian Simatupang
i
Universitas Sumatera Utara
Judul Skripsi : Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU)
Tahun 2018
Nama Mahasiswa : Sahat Parulian Simatupang
Nomor Induk Mahasiswa : 141000255
Departemen : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Peminatan : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui
Pembimbing :
(Destanul Aulia, SKM., MBA., M.Ec., Ph.D)
NIP. 197512282005011002
Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
(Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes)
NIP. 196410041991031005
Tanggal Sidang : 06 Februari 2019.
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan tempat pengobatan, rawat inap, rawat jalan dan berbagai
aktivitas lainnya sebagai pelayanan kesehatan dan merupakan tempat bekerjanya
para tenaga kerja baik medis maupun non medis yang mempunyai potensi bahaya
yang sangat berisiko. Lingkungan rumah sakit yang kurang baik merupakan
sumber potensi terjadinya infeksi nosokomial, salah satu lingkungan tersebut
adalah pengelolaan linen, jika penanganan dilakukan tidak baik, maka dapat
menyebabkan penyebaran penyakit dari ruangan satu ke ruangan yang lain, dari
orang sakit ke orang sehat ataupun pasien ke petugas rumah sakit. Unit linen
laundry rumah sakit adalah penyumbang limbah cair terbesar yaitu 40% dari
jumlah limbah cair rumah sakit. Pelayanan unit linen laundry dilaksanakan harus
berdasarkan SOP dan menggunakan alat pelindung diri (APD) agar terhindar dari
infeksi nosokomial dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Logistik
pelayanan linen harus disesuaikan juga dengan jumlah pasien di rumah sakit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelayanan unit linen laundry RS
USU tahun 2018. Metode penelitian adalah deskriptif bersifat kualitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah petugas unit linen laundry RS USU sedangkan
informan utama adalah kepala unit linen laundry dan kepala sub bagian sarana RS
USU. Hasil penelitian menujukkan bahwa unit linen laundry RS belum
menjalankan pelayanan linen sesuai SOP dan masih banyak petugas yang tidak
menggunakan APD lengkap. Logistik unit linen laundry masih belum lengkap
termasuk jumlah petugas masih kekurangan. Perencanaan peramalan kebutuhan
linen belum baik karena dilakukan berdasarkan asumsi linen yang hilang dan
rusak, proses pemesanan linen belum berjalan dengan baik karena belum ada
petugas khusus yang melakukannya, pengadaan kebutuhan linen belum berjalan
baik karena belum ada standar baku pengadaan linen serta pengendalian
persediaan linen belum berjalan dengan baik karena perhitungan kebutuhan linen
yang masih kurang dan belum menggunakan standar 3 kali jumlah tempat tidur.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan perhitungan kebutuhan linen supaya
dilakukan berdasarkan jumlah tempat tidur yaitu 3 par stok linen setiap tempat
tidur, perlu dibuat prosedur kerja tetap dalam pengelolaan linen. Petugas bekerja
seharusnya sesuai SOP dan selalu menggunakan APD lengkap. Unit linen laundry
RS USU seharusnya dilengkapi sarana dan peralatan yang dibutuhkan serta
petugasnya harus ditambahi agar bisa lebih maksimal pelayananannya.
Kata kunci: Alat Pelindung Diri (APD), Infeksi Nosokomial, Laundry, Linen.
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
The hospital is a place of treatment, in-patient care, out-patient care and various
health services activities and also a place of both medical and non-medical
workers who have the potential for very risky hazards. Poor hospital environment
is a potential source of nosocomial infection, one of these environments is linen
management. If the handling is not precise, it can cause the spread of disease
from one room to another; from sick people to healthy people or patients to
hospital’s officers. The hospital linen laundry unit is the largest contributor of
liquid waste, which is 40% of the total hospital waste. The service of laundry linen
units must be based on precise Standard Operational Procedure (SOP) and using
personal protective equipment (PPE) to avoid nosocomial infections and improve
the quality of hospital services. The linen service logistics must also be adjusted to
the number of patients in the hospital. The purpose of this study was to determine
the service of laundry linen units at USU Hospital in 2018. This research is using
descriptive qualitative method. The sampling model in this study are officers of
the USU Hospital's laundry laundry unit; while the main informants are the head
of the laundry linen unit and the head of the sub-section of USU Hospital
facilities. The results of the study show that the hospital linen laundry units have
not yet run linen services according to the SOP and there are still many officers
who did not use complete PPE. The logistics of the laundry linen unit is still
incomplete including the lack number of officers. Forecast planning of linen needs
is not good because it is proceeded based on missing and damaged linen
assumptions, poor linen ordering process due to no availability of professional
officers, the procurement of linen needs has not run well because there is no
standard for procurement of linen, and control of linen inventory well because the
calculation of linen needs is still lacking and has not used the standard 3 times the
number of beds. Based on the results of the study, it is suggested that the
calculation of linen needs be done based on the number of beds, namely 3 par
linen stock per bed. It is necessary to make a permanent working procedure in
linen management. Officers work should be in accordance with the SOP and
always use a complete PPE. The laundry linen unit at USU Hospital should be
equipped with the necessary facilities and equipment, and the officers must be
added to be able to maximize their services.
Keywords: Personal Protective Equipment (PPE), Nosocomial Infection,
Laundry, Linen.
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara (RS USU) Tahun 2018”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dra. Jumirah, Apt.,M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik Peneliti di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
5. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing
sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasehat serta pengarahan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. dr. Fauzi, S.K.M., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
bimbingan, saran, nasehat, dan arahan untuk kesempurnaan penulisan
skripsi ini.
7. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji
II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan serta
saran-saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.
v
Universitas Sumatera Utara
8. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama
penulis menjalani pendidikan.
9. Dr. dr. Syah Mirsya Warli, Sp.U (K), selaku Direktur Utama RS USU Kota
Medan yang memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian
skripsi di RS USU.
10. Satrio Utomo, S.E., selaku Kepala Sub Bagian Sarana Medik RS USU
sekaligus sebagai informan penelitian yang membantu memberikan
informasi penelitian skripsi kepada peneliti.
11. Masdi Olimpic, S.E., selaku Kepala Unit Linen Laundry RS USU sekaligus
informan penelitian yang membantu memberikan informasi penelitian
skripsi kepada peneliti.
12. Abang dan Kakak petugas unit linen laundry RS USU yang ikut turut
menjadi informan penelitian membantu peneliti memberikan informasi
seputar pelayanan unit linen laundry RS USU (Bang Petra, Bang Akhmal,
Bang Faisal, Bang Choky, Kak Trisnawati, Kak Beby dan Kak Gusti).
13. Kak Mutia, selaku staff administrasi RS USU yang turut membantu peneliti
dalam membantu dan melengkapi administrasi penelitian selama beberapa
bulan di RS USU.
14. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Mentawai Sumatera Utara (IMMSU) baik
yang ada di Kota Medan maupun di luar Kota Medan yang mendoakan,
mendukung, dan memotivasi peneliti mengerjakan skripsi ditengah
kesibukan dalam kegiatan dan organisasi.
15. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Papua Sumatera Utara (IMP Sumut) yang
mendoakan dan mendukung serta memotivasi peneliti mengerjakan skripsi,
khususnya buat adik Marlon Imburi dan Jorgen Swabra yang membantu
dalam penulisan skripsi peneliti.
16. Teristimewa kepada orang tua peneliti yakni Bapak Anggiat Timbul
Parulian Simatupang (+), seorang Bapak tersayang yang kini telah tiada
namun semasa hidupnya selalu memotivasi peneliti untuk bekerja keras dan
belajar keras dan Ibu Ertaniar Samaloisa yang adalah sosok ibu yang kuat
vi
Universitas Sumatera Utara
tanpa kenal lelah membiayai kami anak-anaknya ditengah-tengah seorang
bapak yang kami sayangi telah tiada serta kedua adek peneliti yang sangat
peneliti sayangi selalu mendoakan dan mendukung peneliti mengerjakan
penelitian skripsi (Yosua Simatupang dan Welly Simatupang).
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2019
Sahat Parulian Simatupang
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR ISTILAH xii
RIWAYAT HIDUP xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 11
Tujuan Penelitian 11
Manfaat Penelitian 12
TINJAUAN PUSTAKA 13
Rumah Sakit 13
Pengertian Rumah Sakit 13
Jenis & Klasifikasi Rumah Sakit 14
Rumah Sakit Umum Kelas B 15
Laundry Rumah Sakit 16
Persyaratan Umum Laundry Rumah Sakit 16
Unit Laundry Rumah Sakit Kelas B 17
Manajemen Linen Rumah Sakit 20
Linen 20
Linen Bersih 22
Linen Kotor 22
Linen Kotor Terinfeksi 23
Peran dan Fungsi 23
Tata Laksana Pengelolaan 24
Sarana Fisik dan Peralatan 27
Sarana Fisik 27
Peralatan dan Bahan Pencucian 29
Prosedur Pelayanan Linen 30
Tenaga Laundry 32
Penatalaksanaan Linen 32
Prosedur Penanganan Linen Kotor 36
Proses Pencucian Linen Kotor 37
Perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) 38
viii
Universitas Sumatera Utara
Kerangka Pikir 42
METODE PENELITIAN 43
Jenis Penelitian 43
Lokasi dan Waktu Penelitian 43
Lokasi Penelitian 43
Waktu Penelitian 44
Informan Penelitian 44
Metode Pengumpulan Data 44
Instrumen Penelitian 45
Validasi Data 46
Definisi Operasional 47
Metode Pengukuran 51
Metode Analisis Data 52
HASIL DAN PEMBAHASAN 54
Gambaran Umum RS USU Kota Medan 54
Unit Linen Laundry RS USU 55
Observasi Pengelolaan Linen Laundry Infeksius dan Non Infeksius
RS USU Sesuai SOP 63
Proses Pengumpulan Linen 63
Proses Penerimaan/Penimbangan Linen 64
Proses Pemilahan/Perhitungan Linen 64
Proses Perendaman Linen 65
Proses Pencucian Linen 66
Proses Pengeringan Linen 67
Proses Penyetrikaan & Pelipatan Linen 67
Proses Penjahitan Linen 68
Proses Penyimpanan&Pendistribusian Linen 69
Proses Pengangkutan Linen 69
Sumber Daya Pelaksanaan Pengelolaan Linen Laundry RS USU 76
Sumber Daya Manusia (Man) 76
Pembiayaan (Money) 77
Sarana & Prasarana (Machines) 78
Hasil Wawancara Mendalam 80
Petugas (Staff Pelaksana) 80
Kepala Unit Linen Laundry RS USU 87
Kepala Sub Bagian Sarana Medik RS USU 91
KESIMPULAN DAN SARAN 95
Kesimpulan 95
Saran 100
DAFTAR PUSTAKA 102
DAFTAR LAMPIRAN
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Perlengkapan Pelindungan Diri (APD) yang dianjurkan Dalam
Memproses Linen 39
2 Karakteristik Informan Unit Linen Laundry RS USU 56
3 Sumber Linen & Jumlah Berat Cucian Unit Linen Laundry RS USU 57
(Januari s.d Desember Tahun 2018)
4 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 70
Komponen Penilaian pada Tahap Pengumpulan
5 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 71
Komponen Penilaian pada Tahap Penerimaan/Penimbangan
6 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 72
Komponen Penilaian pada Tahap Pencucian
7 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 73
Komponen Penilaian pada Tahap Pengeringan
8 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 73
Komponen Penilaian pada Tahap Penyetrikaan
9 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 74
Komponen Penilaian pada Tahap Penyimpanan
10 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 74
Komponen Penilaian pada Tahap Pendistribusian
11 Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan 75
Komponen Penilaian pada Tahap Pengangkutan
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Alur Aktivitas Fungsional Instalasi Laundry RS USU Medan 25
2 Manajemen Linen di Rumah Sakit 26
3 Kerangka Pikir 42
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISTILAH
APD Alat Pelindung Diri
DepKes Departemen Kesehatan
IPAL RS Instalasi Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit
KepMenkes Keputusan Menteri Kesehatan
K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
PerMenkes Peraturan Menteri Kesehatan
PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
RS Rumah Sakit
SPA Sarana-Prasarana-Alat
UU Undang-Undang
xii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Sahat Parulian Simatupang berumur 23 tahun, dilahirkan
di Seay Baru (Kab.Kepulauan Mentawai) pada tanggal 04 November 1995.
Penulis beragama Kristen Protestan, anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Anggiat Timbul Parulian Simatupang (+) dan Ibu Ertaniar
Samaloisa.
Pendidikan formal dimulai di Pendidikan Sekolah Dasar di SDK.St.
Vincentius Sikakap (Kab.Kep.Mentawai) tahun 2002 – 2008, Sekolah Menengah
Pertama di SMP Swasta Fatima 1 Sibolga tahun 2008 – 2011, Sekolah Menengah
Atas di SMA Swasta Khatolik Sibolga tahun 2011 – 2014, selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juli 2019
Sahat Parulian Simatupang
xiii
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal : Rabu, 6 Februari 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Destanul Aulia, S.K.M.,MBA.,M.Ec.,Ph.D
Anggota : 1. dr. Fauzi,S.K.M
2. Putri Citra Cinta Asyura Nasution,S.K.M.,M.Kes
xiv
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumah sakit merupakan tempat pengobatan, rawat inap, rawat jalan dan
berbagai aktivitas lainnya sebagai pelayanan kesehatan dan merupakan tempat
bekerjanya para tenaga kerja baik medis maupun non medis yang mempunyai
potensi bahaya yang sangat berisiko. Pekerja medis di rumah sakit seperti dokter,
suster/perawat, apoteker, dll. Pekerja non medis di rumah sakit seperti pekerja
administrasi, pekerja office boy/girl, pekerja laundry, dll (Mungesti, 2016).
Seiring dengan laju pembangunan disegala bidang dan derasnya arus
informasi dalam era globalisasi ini telah membentuk opini masyarakat terhadap
pelayanan kepada masyarakat. Tuntutan terhadap mutu pelayanan rumah sakit
semakin lama semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya pendidikan
dan kesejahteraan masyarakat (Aini, 2013).
Menurut Douglas dalam Buku Manajemen Logistik, salah satu upaya yang
banyak dilakukan oleh pihak rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan
kepada masyarakat adalah dengan pendekatan sistem yaitu memanfaatkan semua
sumber daya yang ada yang meliputi pengoptimalan input, pelaksanaan proses
yang tepat dan baik, output yang berkualitas dan bermanfaat.
Logistik merupakan bagian yang penting dalam menunjang kegiatan
operasional rumah sakit. Penyelenggaraan logistik memberikan kegunaan waktu
dan tempat (time and place utility). Aktifitas pelayanan rumah sakit sangat
1
Universitas Sumatera Utara
tergantung dengan tersedianya peralatan dan perlengkapan yang dimiliki.
Ketepatan dalam perencanaan, pengadaan, pemanfaatan dan pemeliharaannya
akan sangat menentukan keberhasilan dalam peningkatan mutu pelayanan.
Dalam pelaksanaan kegiatan perlu diketahui keterbatasan-keterbatasan
(limitation) kemampuan logistik. Salah satu keterbatasan dalam hal ini
diantaranya ialah faktor pembiayaan yang tercermin pada terbatasnya anggaran.
Keterbatasan lainnya berupa sarana material yang tidak tersedia dalam kondisi
siap untuk segera dapat dipergunakan secara efektif pada tempat dan waktu yang
telah ditentukan.
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara adalah entitas Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI yang ditempatkan dibawah pengelolaan USU.
Selain memberikan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara mempunyai fungsi utama sebagai tempat pendidikan/ pelatihan tenaga
profesional dan penelitian kesehatan/ kedokteran. Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara berfungsi sebagai sebuah institusi yang menghasilkan tenaga
kesehatan yang berkualitas, penyedia jasa pelayanan kesehatan dan sebagai
sebuah wahana penelitian. Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara merupakan
rumah sakit negeri dibawah universitas dan kemenristekdikti yang melayani
masyarakat umum, karyawan, pasien JKN, BPJS Kesehatan (Profil Kesehatan
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Tahun 2016).
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara yang kemudian disingkat RS
USU merupakan rumah sakit pendidikan dan sejak Juni 2018 RS USU sudah
2
Universitas Sumatera Utara
menjadi rumah sakit tipe B serta terletak di Kota Medan. Dalam upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat, pihak RS USU sudah mempunyai beberapa
ruangan/ unit pelayanan maupun unit penunjang mulai dari lantai 1 hingga lantai 4
yaitu Instalasi Radiologi, IGD, Psioterapi, Poli Rawat Jalan, umum (kelas VIP,
kelas I, kelas II, kelas III), Poli Gigi, ICU, PICU, VK (ruang bersalin), Maternitas,
Instalasi Bedah Sentral/ Ruang Bedah (OK), Poli Anak, Ruang Hemodialisis,
Instalasi Laboratorium, Instalasi Gizi dan Instalasi Laundry/ Linen.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang medik, salah satunya dalam upaya pengelolaan linen
di rumah sakit. Linen di rumah sakit dibutuhkan di setiap ruangan. Kebutuhan
akan linen di setiap ruangan ini sangat bervariasi baik jenis, jumlah dan
kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan banyak
keterlibatan tenaga kesehatan dengan bermacam-macam klasifikasi. Untuk
mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai diperlukan
perhatian khusus seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek
penggunaan bahan kimia (Panduan Pengelolaan Linen RS. AT Medika Tahun
2014).
Unit Laundry RS USU sebagai unit pelayanan penunjang dalam
pengelolaan dan penyediaan kebutuhan linen di rumah sakit merupakan salah satu
mata rantai yang sangat berperan penting dalam penularan infeksi nosokomial
baik bagi pasien, pegawai maupun pengunjung rumah sakit. Hal ini dimungkinkan
karena selama proses pengelolaan linen mulai dari pengadaan bahan linen, proses
desinfeksi linen, proses pencucian linen kotor, penggunaan bahan kimia pencuci,
xvii
3
Universitas Sumatera Utara
proses pengeringan, penyetrikaan, cara melipat dan menyimpan linen sampai pada
proses pendistribusian linen bersih ke ruangan dapat menjadi media tumbuh
kembangnya mikroorganisme pathogen atau menjadi perantara penyebaran bibit
penyakit dari satu orang ke orang lain.
Linen adalah istilah untuk meyebutkan seluruh produk tekstil yang berada
di rumah sakit yang meliputi linen di ruang perawatan maupun baju bedah di
ruang operasi (OK), sedangkan baju perawat, jas dokter dan baju kerja biasanya
tidak dikelompokkan pada kategori linen tetapi dikategorikan sebagai seragam
(uniform). Menurut bidang laundry, ada linen kotor (soiled linen) dan ada linen
terinfeksi (fouled and infected linen) serta linen yang terinfeksi hepatitis. Ruang
yang perlu disediakan adalah ruang linen kotor, ruang linen bersih, gudang kereta
linen, gudang untuk penyimpanan perlengkapan bersih dan perlengkapan cuci
(Nauli, 2015).
Harus pula diingat bahwa unit laundry rumah sakit adalah penyumbang
limbah cair terbesar yang dihasilkan dari proses penanganan linen yaitu sebesar
40% dari jumlah limbah cair rumah sakit, belum lagi beban yang harus
dikeluarkan untuk perawatan fasilitas dan sarana, kemungkinan terjadinya infeksi,
pemantauan kualitas air dan dampak dari penggunaan bahan-bahan kimia
menyebabkan alur pengelolaan linen cukup panjang dan membutuhkan
penanganan serius serta melibatkan banyak tenaga kerja.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung kepada Pak Amri
Arifin (Lulusan SMK, 30 tahun) selaku Petugas IPAL RS USU (Instalasi
xviii
4
Universitas Sumatera Utara
Pengolahan Air Limbah) mengatakan bahwa berdasarkan Keputusan Walikota
Medan No 660.2/399k/2017 dan No 660/1402/DLH/IV/2017 Tentang Izin
Pembuangan Air Limbah Kepada RS USU dan Izin Penyimpanan Sementara
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Kepada RS USU, pihak IPAL RS USU
sejauh ini sudah sesuai SOP dalam melakukan pengolahan air limbah RS USU
termasuk limbah instalasi unit laundry. Air yang sudah di filter di tahap akhir
dibuang di tanah dan belum ada tempat penampungan khusus serta belum ada
pemanfaatan air limbah yang sudah di filter tersebut. Hasil air bersih yang
dihasilkan IPAL RS USU ini diuji di laboratorium Scupindo setiap sekali sebulan.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL RS USU) secara umum dianggap
masih dalam ambang batas aman atau tidak mencemari. Demikian antara lain
hasil penilaian dari berita acara pengawasan/pembinaan/evaluasi pengelolaan
lingkungan yang dilakukan UPT Pengelolaan Kualitas Air Sungai Belawan-Deli
Dinas Lingkungan Hidup Pemprov Sumut. Direktur Sarana Prasarana dan
Pelayanan Penunjang Dr Achmad Delianur Nasution,ST.MT didampingi Eko
Wibowo, AMKL selaku Kepala Unit IPAL RS USU saat dihubungi
menyampaikan RS USU dibangun dengan dana IDB. Sejak proposal hingga
pembangunan ikut diawasi langsung oleh pihak IDB yang termasuk sangat konsen
terhadap standarisasi penanganan limbah rumah sakit, sehingga dari awal desain
IPAL RS USU sudah sesuai dengan standar-standar yang berlaku.
Jumlah linen yang harus disediakan oleh pihak RS USU tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien, semakin
banyak kunjungan pasien maka semakin banyak pula kebutuhan linen yang harus
xix
5
Universitas Sumatera Utara
disediakan oleh rumah sakit (Pedoman Pengorganisasian Unit Laundry RS USU
Tahun 2016).
Menurut penelitian sebelumnya tentang analisis pelaksanaan pengelolaan
sanitasi laundry di Rumah Sakit Martha Friska Tahun 2013 tentang sanitasi
pengelolaan linen merupakan salah satu upaya sanitasi khusus di rumah sakit yang
dapat menimbulkan bahaya/ resiko tinggi bagi petugas, penderita maupun
pengunjung rumah sakit apabila tidak dilakukan sanitasi pengelolaan linen yang
tidak memenuhi syarat dapat memicu timbulnya bakteri, kuman atau virus yang
dapat tumbuh sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.
Menurut Center of Disease Control, di AS tahun 1995 sebanyak 88.000
kematian disebabkan oleh infeksi nosocomial, di Prancis prevalensi infeksi
nosocomial sebesar 6,87-7,5%. Di Italia tahun 2000 sekitar 6,7% pasien di rumah
sakit terinfeksi oleh infeksi nosocomial. Infeksi nosocomial banyak terjadi pada
negara berkembang karena kebersihan yang buruk dan perilaku masyarakat
ataupun petugas kesehatan yang tidak mengikuti SOP yang sesuai.
Penderita infeksi nosokomial sebesar 9% dengan variasi antara 3%-20%
dari penderita rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia. Di Negara berkembang
termasuk Indonesia, rata-rata prevalensi infeksi nosocomial adalah sekitar 9,1%
dengan variasi 6,1%-16,0%. Di Indonesia kejadian infeksi nosocomial pada jenis/
tipe rumah sakit sangat beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI pada
tahun 2004 diperoleh data proporsi kejadian infeksi nosocomial di rumah sakit
pemerintah dengan jumlah pasien 1.527 orang dari jumlah pasien berisiko
xx
6
Universitas Sumatera Utara
160.417 (55,1%), sedangkan untuk rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991
pasien dari jumlah pasien berisiko 130.047 (35,7%). Untuk Rumah Sakit ABRI
dengan jumlah pasien 254 pasien dari jumlah pasien berisiko 1.672 (9,1%)
(Depkes RI, 2004).
Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial disejumlah rumah sakit di
Indonesia cukup tinggi, tingginya angka kejadian infeksi nosocomial
mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Infeksi
nosocomial dapat terjadi mengingat rumah sakit merupakan “gudang” mikroba
pathogen menular yang bersumber terutama dari penderita penyakit menular.
Disisi lain, petugas kesehatan dapat pula sebagai sumber, disamping keluarga
pasien yang lalu lalang, peralatan medis dan lingkungan rumah sakit itu sendiri
(Darmadi, 2008).
Infeksi nosokomial selain menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas juga menyebabkan kerugian lain seperti rasa tidak nyaman bagi pasien,
perpanjangan hari rawat, menambah biaya perawatan dan pengobatan serta
masalah social ekonomi lainnya. Infeksi nosocomial dapat bersumber dari factor
endogen dan eksogen yang berasal dari lingkungan yang dapat berupa benda
hidup maupun benda mati yang terkontaminasi oleh manusia. Berdasarkan
keterangan Kepala Unit Laundry RS USU bahwa sampai saat ini di RS USU
belum ada terjadi infeksi nosocomial khususnya yang disebabkan oleh Instalasi
Linen-Laundry RS USU.
7
Universitas Sumatera Utara
Suatu hal yang cukup memprihatinkan adalah adalah sedikitnya Binatu
RSU Pemerintah yang memiliki ruang linen yang terpisah antara ruang linen yang
infeksius dan non infeksius. Hal ini memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi
nosokomial (hospital acquired infections/ HAI‟s) (Rifakes, 2011).
Agar pelaksanaan operasional linen dan laundry dapat berjalan dengan
baik dibutuhkan pedoman pengorganisasian yang membahas stuktur organisasi
serta uraian tugas dari masing-masing jabatan unit linen dan laundry untuk
mengetahui tingkat pengetahuan petugas laundry dalam memahami SOP.
Berdasarkan wawancara survei pendahulu yang peneliti telah laksanakan
mengenai pengetahuan responden tentang linen di bagian laundry RS USU,
pendapat responden mengenai kebersihan, kerapian dan ketersediaan linen di
bagian laundry RS USU dengan responden yang ada di ruangan ditemukan bahwa
responden mengaku belum mengetahui keberadaan laundry RS USU apakah
sudah memiliki unit sendiri dan lainnya, dan ada responden yang menilai cukup
baik dan cukup memuaskan mengenai kualitas linen yang mencakup kebersihan,
kerapian, dan ketersediaan linen di RS USU serta responden memberikan
penilaian sudah baik dan banyak responden mengharapkan pihak laundry RS USU
memberikan informasi mengenai keberadaan linen dan laundry RS USU sehingga
setiap pasien dapat mengetahuinya juga serta kualitas linen lebih ditingkatkan lagi
sehingga setiap pasien merasa puas atas pelayanan pihak laundry RS USU.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti bulan
Agustus 2018 kepada Kepala Unit Linen Laundry RS USU bahwa RS USU
8
Universitas Sumatera Utara
memiliki 1 ruangan khusus laundry dan telah memiliki sarana laundry sendiri
artinya dalam pengelolaan linen di bagian laundry tidak bekerja sama dengan
pihak ketiga. Unit Laundry RS USU aktif beroperasi sejak Maret 2016 dan diawal
aktif beroperasi masih bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu bersama RS Adam
Malik selama 4 bulan (Maret-Juni 2016). Adapun pihak Laundry RS USU
memilih untuk tidak bekerja sama dengan pihak ketiga karena memiliki banyak
keuntungan diantaranya adalah lebih efisien dari segi biaya, pengelolaan linen
lebih cepat dari segi waktu dan pengontrolan/ pengawasan pengelolaan linen
menjadi lebih mudah.
Berdasarkan informasi Kepala Unit Laundry RS USU bahwa petugas
laundry berjumlah 8 orang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan.
Unit Laundry RS USU masih kekurangan tenaga kerja, kain-kain linen masih
kurang, mesin cuci kurang serta peralatan/ perlengkapan lainnya masih kurang
namun surat pengajuan penambahan kapasitas kelengkapan laundry sudah
diajukan tetapi hingga saat ini belum mendapat respon positif. Adapun faktor
yang mempengaruhi kepuasan pengelolaan linen adalah kecepatan pencucian
linen, kebersihan dan kerapian linen serta ketersediaan linen.
Permasalahan Unit Laundry RS USU sesuai studi pendahuluan peneliti
adalah pertama, belum baiknya manajemen perencanaan linen terlihat dari jumlah
par stoke linen belum memenuhi standar minimal yaitu 3 kali jumlah tempat tidur.
Tempat tidur RS USU berjumlah 150 tempat tidur namun yang aktif adalah 100
tempat tidur dan pihak laundry hanya menyediakan 200 par stoke sedangkan yang
seharusnya disediakan adalah sebanyak 300 par stoke. Namun saat ini, pihak unit
9
Universitas Sumatera Utara
laundry telah membagi linen setiap ruangan berdasarkan kebutuhan masing-
masing. Kedua, belum baiknya manajemen pelaksanaan linen terlihat dari
pelaksanaan sistem pendistribusian linen yang kurang baik, banyaknya kain linen
tertukar antar unit/ ruangan dan belum ada penyusunan jobdesk karena tenaga
kerja yang masih kurang. Ketiga, belum baiknya manajemen pengendalian linen
terlihat dari sering hilangnya linen di beberapa ruangan disebabkan karena
kurangnya pengawasan/ pengendalian linen yang baik oleh petugas. Hal ini
tentunya akan berpengaruh terhadap ketersediaan linen yang tidak seimbang
karena jumlah par stoke linen akan berkurang dan menjadi tidak seimbang.
Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan bahwa di bagian laundry RS
USU juga ditemukan beberapa masalah lainnya sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1204 Tahun 2004, Departemen Kesehatan RI Dirjend
Pelayanan Medik Tahun 2004 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 340
Tahun 2010 serta Pedoman Laundry RS USU Tahun 2016 yaitu pertama,
mengenai prosedur kerja yang baku tidak dilaksanakan semuanya seperti kurang
lengkapnya penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada petugas unit laundry,
pemusnahan linen tidak ada dan lainnya. Kedua, mengenai identifikasi dan
pengelolaan linen yang baik tidak semua dilaksanakan seperti pemerasan tidak
dilakukan dan lainnya. Ketiga, mengenai sarana seperti mesin cuci, mesin
pengering dan mesin setrika roll belum mencukupi di unit ini sehingga linen yang
di cuci, di keringkan dan di setrika dikerjakan dalam waktu yang lama ditambah
lagi jumlah petugas yang masih kekurangan.
10
Universitas Sumatera Utara
Terakhir, berdasarkan keterangan Kepala Unit Laundry RS USU bahwa
mengenai staff pelaksana (tenaga/petugas unit laundry) belum ada pembagian
tugas pokok (jobdesk) tetapi masih bersifat acak (semua bergantian
melakukannya) ditambah lagi bahwa standar pendidikan dibagian laundry tidak
terlalu dipermasalahkan meskipun tidak ada yang jurusan kesehatan (minimal
pendidkan SLTA). Sesuai Pedoman Pelayanan Laundry RS USU bahwa Staff
Pelaksana Unit Laundry RS USU belum memenuhi syarat salah satu nya karena
belum lengkap memiliki 3 (tiga) buah sertifikat pelatihan laundry.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang didapat adalah
bahwa Petugas Unit Linen Laundry RS USU bekerja belum sesuai SOP &
Peraturan DepKes RI Dirjend Pelayanan Medik Tahun 2004, belum menggunakan
APD sesuai aturan yang berlaku serta belum adanya pemanfaatan sisa air limbah
yang sudah diolah tetapi dibuang langsung ke tanah, pembiayaan linen di Instalasi
Laundry RS USU belum maksimal/ tidak berjalan sesuai yang diharapkan serta
staff pelaksana unit laundry belum memiliki sertifikat pelatihan laundry sebagai
syarat utama.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Kota Medan
Tahun 2018 baik dari segi sarana & prasarana, Pembiayaan, staff pelaksana/
tenaga (input), dan Kegiatan Unit Laundry RS USU (mulai dari pengumpulan,
penerimaan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan, hingga
11
Universitas Sumatera Utara
distribusi) serta mengetahui kepuasan pasien terhadap pelayanan Unit Laundry RS
USU dan membandingkannya dengan Peraturan Departemen Kesehatan RI
Dirjend Pelayanan Medik Tahun 2004 Tentang Pedoman Manajemen Linen
Rumah Sakit (output).
Manfaat Penelitian
a. Untuk tambahan referensi bagi peminatan Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan (AKK) tentang gambaran pengelolaan linen di bagian laundry
rumah sakit
b. Untuk bahan informasi bagi RS USU Kota Medan dalam upaya peningkatan
pelayanan penunjang medik di rumah sakit khususnya bagian laundry rumah
sakit
c. Untuk bahan evaluasi bagi tenaga kerja/ petugas Unit Laundry RS USU Kota
Medan
d. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis/ peneliti tentang
pengelolaan linen bagian laundry rumah sakit
e. Untuk menambah informasi kepada pembaca tentang pelayanan unit laundry
rumah sakit khususnya Unit Laundry RS USU Kota Medan
f. Untuk mengetahui pelayanan unit laundry rumah sakit yang baik dan benar
yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian linen.
12
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah Sakit
Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU RI No 44 Tahun 2009).
Menurut American Hospital Association (1974), rumah sakit adalah
organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran
yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita pasien. Sementara itu, menurut Wolper dan Pena (1987), rumah sakit
adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran
serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan
berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan (Adisasmito, 2007).
Rumah sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-
kurangnya pelayanan medik, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan,
rawat inap, operasi/ bedah, pelayanan medik spesialisasi dasar, penunjang medik,
farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen,
penyuluhan kesehatan masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, ambulance,
pemeliharaan sarana rumah sakit serta pengolahan limbah (PerMenkes RI No 340
Tahun 2010).
13
Universitas Sumatera Utara
Jenis & Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan UU RI No 44 Tahun 2009, Rumah Sakit dapat dibagi
berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan jenis pelayanan
yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah
Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya. Berdasarkan
pengelolaannya, rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah
sakit privat. Rumah Sakit Publik dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit Privat dikelola oleh
badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.
Rumah Sakit USU merupakan Rumah Sakit Pendidikan yang saat ini
adalah Rumah Sakit Kelas B sejak Juni 2018. Rumah Sakit dapat ditetapkan
menjadi rumah sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah
sakit pendidikan dan rumah sakit ini ditetapkan oleh Menteri setelah
berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan. Rumah Sakit
Pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan
penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan
kedokteran berkelanjutan dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan
fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Klasifikasi Rumah
14
Universitas Sumatera Utara
Sakit Umum berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan dapat dibedakan
menjadi 4 jenis yaitu Rumah Sakit Umum Kelas A,B,C, dan D. Klasifikasi Rumah
Sakit Khusus berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan dapat dibedakan
menjadi 3 jenis yaitu Rumah Sakit Khusus Kelas A,B,dan C (PerMenkes RI No
340 Tahun 2010).
Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4
(empat) pelayanan spesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik
spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan RSU Kelas B meliputi pelayanan medik
umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan
spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik
spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan
kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non medik.
Sarana prasarana rumah sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan
oleh Menteri. Peralatan yang dimiliki rumah sakit harus memenuhi standar yang
ditetapkan oleh menteri. Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus
memenuhi standar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Jumlah tempat
tidur minimal 200 buah.
Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata
laksana. Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau
Direktur Rumah Sakit, Unsur pelayanan medis, Unsur keperawatan, unsur
15
Universitas Sumatera Utara
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal serta administrasi
umum dan keuangan. Tata laksana meliputi tata laksana organisasi, standar
pelayanan, standar operasional prosedur, sistem informasi manajemen rumah
sakit, hospital by laws dan medical staff bg laws.
Laundry Rumah Sakit
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah
melalui pelayanan penunjang non medik, khususnya dalam pengelolaan linen di
rumah sakit (DepKes RI, 2004).
Laundry rumah sakit adalah tempat penyucian linen yang dilengkapi
dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan bahan desinfektan,
mesin uap, pengering, meja dan meja setrika. Unit laundry merupakan unit yang
melakukan pengolahan linen rumah sakit, khususnya linen yang merupakan
kelengkapan tempat tidur pasien rawat inap (Jumadewi, 2014).
Persyaratan Umum Laundry
Persyaratan umum untuk laundry di rumah sakit berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1204 Tahun 2004 adalah:
1. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan
aliran yang memadai, air panas untuk desinfeksi dan tersedia desinfektan
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci
jenis-jenis linen yang berbeda
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan
non infeksius
16
Universitas Sumatera Utara
4. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi
dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi
pengolahan air limbah
5. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai dengan
kegunaannya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk
perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen,
kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk alat-alat termasuk
linen
6. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pencuciannya dapat bekerja sama dengan pihak lain dan pihak lain
tersebut harus mengikuti persyaratan tata laksana yang telah ditetapkan.
Unit Laundry Rumah Sakit Kelas B
Laundry RS adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana
penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler),
pengering, meja dan mesin setrika.
Lingkup sarana pelayanan:
1. Pengumpulan
a. Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber dan
memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi
label.
b. Menghitung dan mencatat linen di ruangan
17
Universitas Sumatera Utara
2. Penerimaan
a. Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara infeksius dan non
infeksius
b. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya
3. Pencucian
a. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci
dan kebutuhan deterjen dan desinfektan
b. Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah, dan muntahan kemudian
merendamnya dengan menggunakan desinfektan
c. Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya
4. Pengeringan
5. Penyetrikaan
6. Penyimpanan
7. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas, penerima,
kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai
kartu tanda terima.
8. Pengangkutan
a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong
untuk membungkus linen kotor
b. Menggunakan kereta dorong yang berbeda warna dan tertutup antara linen
bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan desinfektan
setelah digunakan mengangkut linen kotor.
c. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna
18
Universitas Sumatera Utara
d. RS yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pengangkutannya dari dan ke
tempat laundry harus menggunakan mobil khusus.
Ketentuan-ketentuannya berdasarkan Pedoman Teknis Bangunan Rumah
Sakit Kelas B Tahun 2012:
a. Kebutuhan Ruangan dan Fasilitas:
1. Ruangan administrasi dan pencatatan
2. Ruang Kepala Laundry
3. Ruang penerimaan dan sortir
4. Ruang dekontaminasi/ perendaman linen
5. Ruang cuci dan pengeringan linen
6. Ruang setrika dan lipat linen
7. Ruang perbaikan linen
8. Ruang penyimpanan linen
9. Ruang dekonminasi trolly
10. Ruang penyimpanan trolly
11. Gudang bahan kimia
12. Kamar mandi/ WC Petugas
b. Persyaratan Khusus:
1. Tersedia kran air bersih dengan dengan kualitas dan tekanan aliran
yang memadai, air panas untuk desinfeksi dengan desinfektan yang
ramah terhadap lingkungan. Suhu air panas mencapai 70 dalam
waktu 25 menit atau 95 dalam waktu 10 menit untuk pencucian
pada mesin cuci.
18
Universitas Sumatera Utara
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan
saluran pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang
dapat mencuci jenis - jenis linen yang berbeda.
3. Tersedia saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan
pengolahan awal (pre-treatment) khusus laundry sebelum dialirkan
ke IPAL RS (Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit).
4. Untuk linen non infeksius (misalnya dari ruang-ruang administrasi
perkantoran) dibuatkan akses ke ruang pencucian tanpa melalui
ruang dekontaminasi.
5. Tidak disarankan untuk mempunyai tempat penyimpanan linen
kotor.
Manajemen Linen Rumah Sakit
Linen
Linen adalah bahan/ alat yang terbuat dari kain tenun. Menurut bidang
laundry, ada linen kotor (soiled linen) dan linen terinfeksi (fouled dan infected
linen) serta linen yang terkontaminasi hepatitis (Djojodibroto, 1997).
Linen juga dapat diartikan sebagai bahan-bahan dari kain yang digunakan
dalam fasilitas perawatan kesehatan oleh staf rumah tangga (kain tempat tidur dan
handuk), staf pembersih (kain pembersih, gaun, dan kap), personel bedah (kap,
masker, baju cuci, gaun bedah, drapes dan pembungkus), serta staf di unit khusus
seperti ICU dan unit-unit lain yang melakukan prosedur medic invasive (seperti
anestesiologi, radiologi atau kardiologi) (Tietjen dkk, 2004).
20
Universitas Sumatera Utara
Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit. Jenis linen
dimaksud antara lain (DepKes RI, 2004):
1. Sprei/ laken
2. Steek laken
3. Perlak/ zeil
4. Sarung bantal
5. Sarung guling
6. Selimut
7. Boven laken
8. Alas Kasur
9. Bed cover
10. Tirai/ gorden
11. Vitage
12. Kain penyekat/ scherm
13. Kelambu
14. Taplak
15. Barak schort (tenaga kesehatan dan pengunjung)
16. Celemek, topi, lap
17. Baju pasien
18. Baju operasi
19. Kain penutup (tabungan gas, troli dan alat kesehatan lainnya)
20. Macam-macam dock
21. Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi
21
Universitas Sumatera Utara
22. Steek laken bayi
23. Kelambu bayi
24. Laken bayi
25. Selimut bayi
26. Masker
27. Gurita
28. Topi kain
29. Wash lap
30. Handuk
31. Linen operasi (baju, celana, jas, macam-macam laken, topi, masker, doek,
sarung kaki, sarung meja mayo, alas meja instrument, mitela, barak
schort).
Linen Bersih (clean linen)
Menurut Peninsula Community Health (2012), linen bersih adalah linen
yang tidak digunakan sejak terakhir di laundry.
Linen Kotor (soiled used linen)
Linen kotor yang sudah digunakan baik terkena darah ataupun cairan
tubuh lain dan semua linen yang digunakan oleh pasien yang terkena infeksi (baik
kotor/ternoda ataupun tidak) (Peninsula Community Health, 2012). Ada
penjelasan lain menurut Laundry Management Policy (2013), linen kotor adalah
linen yang sudah digunakan tetapi tetap digunakan.
22
Universitas Sumatera Utara
Linen Kotor Terinfeksi (fouled and infected linen)
Adalah linen yang terkominasi dengan darah/ cairan tubuh yang masih
basah atau linen yang sudah digunakan oleh pasien dari sumber isolasi (Laundry
Management Policy, 2013). Menurut Depkes RI (2004), linen kotor terinfeksi
adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan feses terutama
yang berasal dari infeksi TB Paru, infeksi Salmonella dan Shigella (sekresi dan
eksresi), HBV dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang
spesifik (SARS).
Peran dan Fungsi
Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting. Diawali
dari perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian.
Alur aktivitas fungsional dimulai dari linen kotor, penimbangan, pemilahan,
proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen
rusak, pelipatan, merapikan, mengepak atau mengemas, menyimpan dan
mendistribusikan ke unit-unit yang membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak
dikirim ke kamar jahit (Depkes RI, 2004).
Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan baik, maka
diperlukan alur yang terencana dengan baik, peran sentral lainnya adalah
perencanaan, pengadaan, pemusnahan, control dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan, dan lain-lain, sehingga linen dapat tersedia di unit - unit yang
membutuhkan.
23
Universitas Sumatera Utara
Tata Laksana Pengelolaan
Dalam Buku Pedoman Manajemen Linen Rumah Sakit, Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI (2004), tata laksana dalam pengelolaan
linen terdiri dari:
1. Perencanaan
2. Penerimaan linen kotor
3. Penimbangan
4. Pensortiran/ pemilahan
5. Proses pencucian
6. Pemerasan
7. Pengeringan
8. Sortir noda
9. Penyetrikaan
10. Sortir linen rusak
11. Pelipatan
12. Merapikan, pengepakan/ pengemasan
13. Penyimpanan
14. Distribusi
15. Perawatan kualitas linen
16. Pencatatan dan pelaporan
24
Universitas Sumatera Utara
Alur Aktivitas Fungsional Instalasi Laundry
RUANGAN
TERKAIT
Pengumpulan
Pewadahan
INSTALASI
LAUNDRY
PENIMBANGAN, PEMILIHAN DAN
PENCATATAN
LINEN NON INFEKSIUS
LINEN
INFEKSIUS
PENERIMAAN
PENCUCIAN
PENGERINGA
PENYETRIKA
PELIPATAN
PENYIMPANAN
PENDISTRIBUSIAN
Kurang Linen PENJAHITAN
Gambar 2.1 Alur Aktivitas Fungsional
Instalasi Laundry RS USU Medan
25
Universitas Sumatera Utara
Manajemen Linen Laundry di Rumah Sakit
Perencanaan
Proses Pengadaan
Pengadaan
Penerimaan
Pemberian Identitas
Distribusi ke unit-unit
terkait
Yang membutuhkan
Pemanfaatan linen oleh
unit - unit terkait
Hilang Rusak
Perbaikan
Pencatatan/Pelaporan
Pemusnahan
Gambar 2.2 Manajemen
Linen di Rumah Sakit
(Depkes, 2004)
26
Universitas Sumatera Utara
Sarana Fisik dan Peralatan
Sarana Fisik
Sarana fisik untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan tersendiri,
terutama untuk pemasangan peralatan pencucian yang baru. Sebelum
pemasangan, data lengkap SPA (sarana, prasarana, alat) diperlukan untuk
memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya. Tata letak dan
hubungan antar ruangan memerlukan perencanaan teknik yang matang, untuk
memudahkan penginstalan termasuk instalan listrik, uap, air panas dan penunjang
lainnya, misalnya mendekatkan power house dengan steam boiler dan penunjang
lainnya. Sarana fisik instalansi pencucian terdiri dari beberapa ruang antara lain:
1. Ruang Penerimaan Linen
Ruangan ini memuat:
a. Meja penerima yaitu linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi.
Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantung warna kuning untuk
yang terinfeksi dan kantung warna putih untuk tidak terinfeksi
b. Timbangan duduk
c. Ruang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan
desinfektan sesuai standart sanitasi rumah sakit
d. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan atau exhaust
fan dan penerangan minimal kategori pencahayaan D = 100 - 200 lux
(sesuai pedoman pencahayaan rumah sakit).
27
Universitas Sumatera Utara
2. Ruang Pemisahan Linen
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang tidak
terinfeksi. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan
penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200-500 lux sesuai
pedoman pencahayaaan rumah sakit, lantai dan ruangan ini tidak boleh
dari bahan licin.
3. Ruang Pencucian dan Pengeringan Linen
Ruang ini memuat:
a. Mesin cuci
b. Mesin pengering
4. Ruang Penyetrikaan Linen
Ruang ini memuat:
a. Penyetrikaan linen menggunakan flatwork ironers, pressing ironers
yang membutuhkan tenaga listrik sekitar 3,8 Kva per alat atau jenis
yang menggunakan uap dari boiler dengan tekanan kerja sekitar 5
kg/ dan tenaga listrik sekitar 1 Kva per unit alat
b. Alat setrika biasa yang menggunakan listrik sekitar 200 va per alat
c. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan exhaust
fan untuk penerangan minimal kategori pencahayaan D=200-500 lux
sesuai pedoman pencahayaan rumah sakit.
5. Ruang Penyimpanan Linen
Ruangan ini memuat:
a. Lemari dan rak untuk menyimpan linen
28
Universitas Sumatera Utara
b. Meja administrasi
6. Ruang Distribusi Linen
Ruang ini memuat meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada
pengguna.
Peralatan dan Bahan Pencucian
Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci kimiawi
dengan komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan yang dicuci/linen,
mesin pencuci, kulit petugas yang melaksanakan dan limbah buangannya tidak
merusak lingkungan.
a. Peralatan pada instalasi pencuci antara lain:
1. Mesin cuci/ washing machine
2. Mesin peras/ washing extractor
3. Mesin pengering/ drying tumbler
4. Mesin penyetrika/ flatwork ironer
5. Mesin penyetrika press/ presser ironer
6. Mesin jahit/ sewing machine
b. Produk bahan kimia
Bahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari:
1. Alkali
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran detergen dan
emulsifier serta membuka pori linen
2. Detergen= sabun pencuci
29
Universitas Sumatera Utara
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara
global
3. Emulsifier
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk minyak
dan lemak
4. Bleach = pemutih
Mengangkat kotoran/ noda, mencemerlangkan linen dan bertindak
sebagai desinfektan baik pada linen yang berwarna (ozone) dan yang
putih (chlorine)
5. Sout/ penetral
Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga PH nya menjadi 7
atau netral
6. Softener
Melembutkan linen yang digunakan pada proses akhir pencucian
7. Starch/ kanji
Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen menjadi
kaku juga sebagai pelindung linen terhadap noda sehingga noda tidak
sampai ke serat.
Prosedur Pelayanan Linen
Sentralisasi Linen
Sentralisasi merupakan suatu keharusan yang dimulai dari prsoes
perencanaan, pemantauan dan evaluasi dimana merupakan suatu siklus berputar.
30
Universitas Sumatera Utara
Sifat linen adalah barang habis pakai. Supaya terpenuhi persyaratan mutlak yaitu
diadakan sistem pengadaan satu pintu yang sudah terprogram dengan baik.
Standarisasi Linen
Standarisasi linen antara lain:
1. Standar produk
Berhubung sarana kesehatan bersifat universal, maka sebaiknya setiap
rumah sakit mempunyai standar produk yang sama agar bisa diproduksi
massal dan mencapai skala ekonomi.
2. Standar desain
Pada dasarnya baju rumah sakit lebih mementingkan fungsinya daripada
estetikanya , maka desain yang sederhana, ergonomis dan unisex
merupakan pilihan yang ideal.
3. Standar material
Pemilihan material harus disesuaikan dengan fungsi, cara perawatan dan
penampilan yang diharapkan.
4. Standar ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi
penggunanya, tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya operasional yang
timbul.
5. Standar jumlah
Idealnya stok linen 5 par (kapasitas) dengan posisi 3 par berputar di
ruangan: stok 1 par dicuci, stok 1 par cadangan dan 2 par mengendap di
logistik: 1 par sudah dijahit, 1 par berupa kain.
31
Universitas Sumatera Utara
6. Standar penggunaan
Linen yang baik seharusnya tahan cuci sampai 350 kali dengan prosedur
normal
Tenaga Laundry
Untuk mencegah infeksi yang terjadi dalam pelaksanaan kerja terhadap
tenaga pencuci maka perlu ada pencegahan dengan:
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala
b. Pemberian imunisasi poliomyelitis, tetanus, BCG dan Hepatitis
c. Pekerja yang memiliki permasalahan kulit: luka-luka, ruam, kondisi kulit
eksfolatif tidak boleh melakukan pencucian
Penatalaksanaan Linen
Tahapan Pencucian Linen
1. Pengumpulan, dilakukan:
a. Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari sumber dan
memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya dan diberi label.
b. Menghitung dan mencatat linen di ruangan
2. Penerimaan linen kotor dan penimbangan prosedur pencatatan
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan sedangkan
jumlah satuan berasal dari informasi ruangan dengan formulir yang sudah
distandarkan. Membersihkan linen kotor dan tinja, darah, urin dan muntahan
kemudian merendamnya menggunakan desinfektan. Mencuci dikelompokkan
berdasarkan tingkat kekotorannya. Penimbangan sesuai dengan kapasitas
32
Universitas Sumatera Utara
dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan bahan-bahan kimia dalam tahapan
proses pencucian.
1. Pencucian
Pencucian mempunyai tujuan selain untuk menghilangkan noda (bersih), awet
(tidak cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari
mikroorganisme pathogen). Sebelum melakukan pencucian setiap harinya lakukan
pemanasan-desinfeksi untuk membunuh seluruh mikroorganisme yang mungkin
tumbuh dalam semalam di mesin-mesin cuci. Untuk dapat mencapai tujuan
pencucian harus mengikuti persyaratan teknis pencucian:
a. Waktu
Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan temperature dan
bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih dan sehat.
b. Suhu
Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil yaitu katun 90 , polykatun <
80 , polyester < 75 , woll dan silk <30 , sedangkan suhu terkait
dengan pencampuran bahan kimia dan proses:
- Proses pra cuci dengan tanpa/bahan kimia dengan suhu normal
- Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergen untuk linen warna
putih 40-50 , untuk linen warna 60-80
- Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65 atau 71
- Proses bilas I dan II dengan suhu normal
- Proses penetralan dengan suhu normal
- Proses pelembut/ pengkanjian dengan suhu normal
33
Universitas Sumatera Utara
c. Bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari alkali, emulfisier, detergen,
bleach, sour, softener dan starch. Masing-masing mempunyai fungsi
sendiri penanganan linen infeksius dipersyaratkan menggunakan bahan
kimia chlorine formulasi 1% atau 10.000 ppm.
d. Mechanical action
Adalah perputaran mesin pada saat proses pencucian. Factor-faktor yang
mempengaruhinya adalah:
- Loading muatan yang tidak sesuai dengan kapasitas mesin dimana
mesin harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin
- Level air yang tidak tepat
- Motor penggerak yang tidak stabil
- Takaran detergen yang berlebihan
2. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/ drying yang mempunyai
suhu sampai 70 selama 10 menit. Pada proses ini jika mikroorganisme
yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang diharapkan dapat mati
3. Penyetrikaan
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika besar dapat di setel
sampai dengan suhu 120 namun harus diingat bahwa linen mempunyai
keterbatasan terhadap suhu sehingga disetel antara 70-80
34
Universitas Sumatera Utara
4. Penyimpanan
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi
ulang baik dari bahaya seperti mikroorganisme dan pes juga mengontrol
posisi linen yang terdapat di ruang penyimpanan dipisahkan menurut
masinhg-masing ruangan dan diberi obat ngengat yaitu kapur barus.
5. Distribusi
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting yaitu
pencatatan linen yang keluar. Disini diterapkan sistem FIFO yaitu linen
yang tersimpan sebelumnya 1,5 par yang mengendap di penyimpanan
harus dikeluarkan dilakukan berdasarkan kartu tanda penerima dari
petugas penerima kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada
petugas ruangan sesuai kartu tanda terima. Setiap linen yang dikeluarkan
dicatat sesuai identitas yang tertera disetiap linen, nomor berapa yang
keluar dan nomor berapa yang disimpan dengan pencatatan tersebut dapat
diketahui berapa kali linen dicuci dan linen mana saja yang mengendap
tidak digunakan.
6. Pengangkutan
a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan
kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor
b. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen
kotor dan linen bersih
c. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna
35
Universitas Sumatera Utara
d. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry sendiri, pengangkutannya
dari dan ke tempat laundry harus menggunakan mobil khusus
e. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus
menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala serta dianjurkan memperoleh
imunisasi hepatitis B
Prosedur Penanganan Linen Kotor Infeksius dan Linen Kotor Tidak
Terinfeksi
A. Linen Kotor Infeksius
1. Biasakan mencuci tangan hygenis dengan sabun paling tidak 10-15 detik
sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
2. Gunakan APD: Sarung tangan, masker dan apron
3. Pesiapkan alat dan bahan: sikat, spayer, ember, dengan tulisan linen
infeksius, lem warna merah untuk tutup dan sebagai segel
4. Lipat bagian yang terinfeksi di bagian dalam lalu masukan linen kotor
infeksius ke dalam ember tertutup dan bawa ke spoel hock
5. Noda darah atau feses dibuang ke dalam baskom, basahkan dengan air dalam
sprayer dan masukan ke dalam kantung transparan dengan pemisahan antara
linen warna dan linen putih (kantung khusus linen kotor).
6. Lakukan penutupan kantung dengan bahan lem kuat yang berwarna merah
yang juga berfungsi sebagai segel.
36
Universitas Sumatera Utara
7. Beberapa kantung linen kotor infeksius yang sudah tertutup/ segel
dimasukkan kembali ke dalam kantung luar berwarna (sesuai dengan
standart).
8. Siapkan troli linen kotor dekat dengan ruang spoel hock
9. Kumpulkan ke troli linen kotor siap dibawa ke laundry dalam keadaan
tertutup
B. Linen Kotor Tidak Terinfeksi
1. Biasakan mencuci tangan hygenic dengan sabun paling tidak 10 -15 detik
sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
2. Gunakan APD: sarung tangan, masker dan apron
3. Persiapkan alat dan bahan
Proses Pencucian Linen Kotor Infeksius dan Linen Kotor Non Infeksius
A. Linen Kotor Non Infeksius
Proses pencucian linen non infeksius adalah linen dimasukkan ke dalam
mesin cuci kemudian ditambahkan air dan merendamnya selama 5 menit, petugas
linen mengganti air pencucian sekitar 15 menit. (Nugraheni, 2013).
B. Linen Kotor Infeksius
Menurut Nugraheni (2013) proses pencucian linen kotor infeksius hamper
sama dengan pencucian linen kotor ringan yaitu dimulai dari penimbangan,
perendaman, penggantian air dan penambahan detergen, pembilasan dan
pengering.
Pemerasan adalah proses pengurangan kadar air setelah tahap pencucian
selesai. Lama proses pemerasan selama 5-8 menit dengan mesin pada putaran
37
Universitas Sumatera Utara
tinggi, sedangkan pengeringan dilakukan dengan mesin pengering yang
mempunyai suhu 70 selama 10 menit.
Setelah proses pencucian selesai, linen kemudian dibawa ke bagian proses
finishing untuk dilakukan pengerolan, penyetrikaan dan pelipatan. Setelah selesai
dilipat, linen disimpan di tempat penyimpanan sementara sebelum akhirnya
didistribusikan ke bangsal-bangsal sesuai dengan fungsinya.
Perlengkapan Pelindungan Diri (APD) Dalam Memproses Linen
Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas berat
untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan. Kini, resiko
pekerja yang umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan adalah kontak
dengan darah dan tubuh sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap
pathogen ini meningkatkan risiko mereka terhadap infeksi yang serius dan
kemungkinan kematian (Tietjen dkk, 2004).
38
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1
Perlengkapan pelindungan diri yang dianjurkan dalam memproses linen
Jenis APD (Alat Pelindung Diri) Keterangan
1. Sarung tangan karet (Handscun) Sebaiknya digunakan pada saat petugas
melakukan penanganan menghitung
dan memilah linen kotor atau pekerjaan
yang memungkinkan menyentuh dan
kontak langsung dengan linen kotor
tersebut. Sarung tangan jenis ini harus
diganti setiap kali prosedur kerja telah
dilaksanakan.
2. Sarung tangan tahan panas Sebaiknya dipakai pada saat
melaksanakan kegiatan memasukkan
dan mengeluarkan linen dari mesin
pengering atau pekerjaan yang
berhubungan dengan panas.
3. Baju kerja Dapat memberikan proteksi lebih baik
dan harus digunakan pada saat
menangani pekerjaan yang
diperkirakan akan menimbulkan
cipratan cairan tubuh atau bahan kimia.
4. Apron Sebaiknya yang digunakan adalah
apron berlengan panjang dipakai pada
saat melaksanakan pekerjaan yang
39
Universitas Sumatera Utara
berkaitan dengan air atau cairan bahan
kimia yang mungkin terciprat atau
mengenai bagian tubuh.
5. Masker Harus digunakan pada saat
melaksanakan pekerjaan yang dapat
menimbulkan cipratan cairan tubuh dan
bahan kimia atau pemaparan
kontaminan (debu kain) yang
berhubungan dengan membrane
mukosa mulut dan hidung. Idealnya,
seluruh pekerja di instalasi laundry
harus menggunakan masker yang harus
selalu diganti setelah setiap kali selesai
melaksanakan satu pekerjaan atau bila
sudah terlihat lembab.
6. Penutup kepala Dipakai pada saat melaksanakan
pekerjaan yang berkaitan dengan
cipratan cairan tubuh atau bahan kimia
yang mungkin mengenai bagian
kepala.
7. Kaca mata (Gogle) Dipakai untuk melindungi mata dari
cipratan cairan tubuh dan bahan kimia
atau pemaparan kontaminan.
40
Universitas Sumatera Utara
8. Sepatu boot Digunakan untuk melindungi kaki dari
cipratan cairan tubuh dan bahan kimia
atau mencegah kemungkinan
tertusuknya kaki oleh benda tajam
seperti jarum suntik dan pisau operasi.
9. Alat Pemadam Api Ringan
(APAR)
Digunakan pada saat terjadi kebakaran
untuk mencegah agar kobaran api tidak
menjalar lebih luas. Alat ini diletakkan
pada tempat yang dapat terlihat dan
mudah dijangkau oleh seluruh
pegawai.
Sumber: Pedoman Pelayanan Laundry Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara (RS USU) Tahun 2016.
40
Universitas Sumatera Utara
2.8 KERANGKA PIKIR
INPUT PROSES OUTPUT
1. Sarana &
Prasarana
(Machines)
2. Petugas/ Staff
Pelaksana
(Man)
3. Pembiayaan
(Money)
Kegiatan Unit Linen
Laundry:
1. Pengumpulan/
Pengangkutan
2. Penerimaan/
Penimbangan
3. Pemilahan &
Perhitungan
4. Perendaman
5. Pencucian
6. Pengeringan
7. Penyetrikaan
8. Pelipatan
9. Penjahitan
10. Penyimpanan
11. Pendistribusian
Memenuhi
syarat atau
tidak
memenuhi
syarat
Peraturan
Departemen
Kesehatan RI
Dirjend
Pelayanan
Medik Tahun
2004 Tentang
Pedoman
Manajemen
Linen Rumah
Sakit
41
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Berdasarkan jenis data dan analisis yang peneliti lakukan di
lapangan maka peneliti menggunakan jenis penelitian bersifat kualitatif
dengan metode penelitian deskriptif. Peneliti turun langsung ke lapangan
untuk melihat dan mengamati secara langsung penelitian di lapangan
dengan mengumpulkan bukti-bukti dan menuliskan fakta yang ada di
lokasi penelitian baik menggunakan wawancara maupun observasi
langsung.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran pelayanan
Unit Laundry RS USU yang mencakup sarana, prasarana, dan tenaga
kerja/Staff Pelaksana (input), proses pengelolaan linen mulai dari
pengumpulan linen kotor hingga pendistribusian linen bersih ke setiap
ruangan lalu membandingkannya dengan Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Tahun 2004 Tentang Pedoman
Manajemen Linen Rumah Sakit (output).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Unit Instalasi Laundry Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara (RS USU) yang terletak di Jl. Dr. T. Mansyur No. 66
42
Universitas Sumatera Utara
Kampus USU 20154, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan
lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan yaitu RS USU adalah salah
satu rumah sakit pemerintah sekaligus rumah sakit pendidikan yang
memiliki unit instalasi pengelolaan linen dan laundry sendiri artinya tidak
bekerja sama lagi dengan pihak ketiga. Unit Laundry RS USU aktif
beroperasi sejak tahun 2016 dan RS USU sejak Juni 2018 sudah menjadi
rumah sakit tipe B sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.
Terakhir, sebab lokasi penelitian dekat dengan lokasi kampus dan belum
ada dari Peminatan AKK FKM USU yang melakukan penelitian ini.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 – Selesai.
Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Bagian Penunjang Medis RS
USU, Kepala Unit Laundry RS USU, Staff Pelaksana.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
wawancara mendalam, teknik observasi dan teknik dokumentasi.
1. Teknik Wawancara (interview)
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan Tanya jawab dengan bertatapan muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai (Sumantri, 2013). Teknik ini
43
Universitas Sumatera Utara
berpedoman kepada instrument penelitian yang telah dipersiapkan. Teknik
ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran pelayanan Unit
Laundry Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) Tahun 2018.
2. Teknik Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis
mengenai fenomena sosial dengan gejala - gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui pelayanan
Unit Laundry RS USU Tahun 2018 secara langsung.
3. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugyono, 2011). Dokumen yang ditunjukkan dalam penelitian ini adalah
segala dokumen yang berhubungan dengan gambaran pelayanan Unit
Laundry RS USU Tahun 2018 yang telah dijalankan. Dokumentasi disini
berupa Peraturan Menteri Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan
yang berhubungan dengan penelitian, data Profil RS USU Tahun 2016 dan
data mengenai Unit Laundry RS USU.
Instrumen Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yaitu instrument penelitian
adalah peneliti sendiri. Dalam wawancara mendalam (indepth interview), peneliti
menggunakan pedoman wawancara mendalam disertai dengan pertanyaan terbuka
yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan menggunakan alat bantu
44
Universitas Sumatera Utara
berupa: buku catatan (notes), perekam suara (voice recorder/ tape recorder), dan
alat tulis.
Validasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembanding terhadap data itu (Afrizal, 2014).
Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau
kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling
terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Menurutnya, triangulasi
meliputi 4 (empat) hal yaitu: triangulasi metode, triangulasi antar - peneliti
(penelitian kelompok), triangulasi sumber data, triangulasi teori. Dalam penelitian
ini, ada 2 jenis triangulasi yang digunakan peneliti yaitu:
a. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau
data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
menggunakan metode wawancara, observasi dan survei. Untuk
memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh
mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode
wawancara dan observasi atau pengamatan untuk mengecek
kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang
berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap
ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau
informan penelitian diragukan kebenarannya.
45
Universitas Sumatera Utara
b. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu
melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain
melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi
terlibat (participant observation), dokumen tertulis, arsip, dokumen
sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.
Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda
yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda
pula mengenai fenomena yang diteliti. Triangulasi ini juga didefinisikan
mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama
yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan
jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2013).
Menurut Patton dalam Moleong (2010) triangulasi sumber berarti dengan
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat, yang berbeda dalam penelitian
kualitatif yakni dengan membandingkan hasil wawancara yang diperoleh
dari masing-masing sumber atau informan penelitian sebagai pembanding
untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan.
Definisi Operasional
1. Sarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Dengan kata lain, sarana lebih ditunjukkan
untuk benda - benda atau peralatan yang bergerak. Menurut PerMenkes RI
No 340 Tahun 2010, sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat
46
Universitas Sumatera Utara
tervisualisasi oleh mata maupun teraba oleh panca-indera dan dengan
mudah dapat dikenali oleh pasien dan umumnya merupakan bagian dari
suatu bangunan gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri.
Contoh: meja penerima, timbangan, troli, mesin cuci, mesin pengering,
alat setrika biasa atau manual, lemari, rak, meja administrasi.
2. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses. Adapun proses tersebut dapat berupa suatu
usaha, pembangunan ataupun proyek. Dengan kata lain, prasarana lebih
ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak. Menurut PerMenkes RI
No 340 Tahun 2010, prasarana adalah benda maupun jaringan/ instansi
yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
Contoh: prasarana listrik, prasarana air, dan prasarana uap.
3. Tenaga Kerja/Staff Pelaksana adalah orang yang mampu melakukan
pekerjaan sesuai bidangnya guna menghasilkan barang atau jasa dan
memberikan pelayanan kepada orang banyak. Dalam hal ini, orang yang
bekerja di instalasi unit laundry yang sudah memiliki kemampuan
memberikan pelayanan laundry kepada pasien/pengunjung di RS USU.
4. Unit Linen Laundry RS USU adalah unit pelayanan penunjang dalam
pengelolaan dan penyediaan kebutuhan linen di rumah sakit dengan tugas
utama memperoses, menyelenggarakan dan membantu menyiapkan
kebutuhan linen bersih, baik, higienis, nyaman, cukup dan layak pakai
untuk tindakan bedah dan perawatan pasien serta kerumah tanggaan semua
47
Universitas Sumatera Utara
unit yang membutuhkan dan menggunakan linen di rumah sakit khususnya
di RS USU mulai dari pengumpulan linen kotor/ perencanaan kebutuhan
hingga pendistribusian linen bersih ke setiap ruangan. Secara singkat
bahwa Laundry Rumah Sakit adalah tempat pencucian linen yang
dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika
(Kepmenkes RI No 1204 Tahun 2004).
5. Pengumpulan & Perencanaan
Perencanaan adalah proses menentukan dan mengusulkan
kebutuhan linen rumah sakit disesuaikan dengan jumlah, jenis bahan,
ukuran dan warna linen yang diinginkan termasuk juga kebutuhan
peralatan, bahan kimia pencuci dan barang habis pakai.
Pengumpulan adalah pemilahan antara linen infeksius dan non-
infeksius dimulai dari sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong
plastic sesuai jenisnya serta diberi label.
6. Penerimaan adalah proses serah terima linen kotor dari petugas ruangan
pengguna linen dengan petugas penerima unit laundry.
7. Penimbangan adalah proses untuk mengetahui berat linen kotor yang telah
diserahterimakan oleh petugas unit laundry yang berguna untuk mengukur
berapa banyak dosis bahan kimia pencuci yang dibutuhkan.
8. Pemilahan dan Perhitungan adalah rangkaian proses pemeriksaan dan
pemisahan benda padat atau tajam berbahaya yang terdapat dalam linen
kotor, menyortir linen berdasarkan karakteristiknya (linen kotor infeksius
48
Universitas Sumatera Utara
dan linen kotor non infeksius), tingkat kekotorannya (ringan, sedang, dan
berat), jenisnya (laken, stek laken, selimut, baju pasien) maupun warnanya
kemudian menghitung dan mencatat jumlah linen yang diterima kedalam
bon serah terima linen.
9. Perendaman adalah proses desinfeksi linen kotor infeksius dan atau linen
kotor yang tingkat kekotorannya sangat sulit untuk dibersihkan atau
dihilangkan.
10. Pencucian adalah proses membersihkan noda kotor dan menghilangkan
mikroorganisme pathogen pada linen dengan menggunakan mesin cuci
(washing machine) dan bahan kimia pencuci.
11. Pengeringan adalah proses pemerasan dan pengurangan kadar air yang
terdapat pada linen yang telah selesai dicuci dengan menggunakan mesin
pengeringan (drying tumbler) bersuhu sampai 70 dan uap panas
bertekanan (steam) dari boiler.
12. Penyetrikaan adalah proses merapikan linen dengan mesin gosok (ironer)
agar linen tidak kelihatan kusut sehingga mudah untuk dilipat, juga
dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pathogen
yang menempel pada serat linen melalui pemanasan.
13. Pelipatan adalah proses membentuk linen dalam bagian-bagian terkecil
dari ukuran linen yang sebenarnya sehingga linen tidak kusut kembali,
mudah menyusunnya, mudah menyimpannya dan mudah saat digunakan di
ruangan.
49
Universitas Sumatera Utara
14. Penjahitan adalah proses memperbaiki linen yang koyak, sobek atau retas
jahitannya yang diperkirakan masih layak pakai sehingga dapat
dipergunakan kembali oleh ruangan sebagaimana fungsinya.
15. Penyimpanan adalah proses mengatur, menata dan menyusun semua linen
yang telah dilipat ke dalam rak atau lemari berdasarkan jenis dan
ruangannya agar kelihatan rapi, mudah pada saat pengambilannya serta
menghindari kontaminasi ulang dari mikroorganisme dan pest.
16. Pendistribusian adalah proses serah terima linen bersih dari unit laundry
kepada ruangan pengguna linen sesuai dengan jumlah kebutuhan ruangan
masing-masing.
17. Linen adalah Semua bahan yang terbuat dari kain/ barang tenun atau
semua produk tekstil yang digunakan dalam tindakan bedah dan perawatan
serta kerumah tanggaan di rumah sakit.
Metode Pengukuran
Metode pengukuran adalah melihat gambaran pelayanan Unit Laundry RS
USU Kota Medan dengan melihat bagian Input berupa sarana & prasarana,
tenaga kerja/staff pelaksana, melihat kegiatan Unit Laundry RS USU
(Proses) yang meliputi pengumpulan, penerimaan, penimbangan,
pemilahan dan perhitungan, perendaman, pencucian, pengeringan,
penyetrikaan, pelipatan, penjahitan, penyimpanan hingga pendistribusian.
Aspek pengukuran tersebut akan disesuaikan dengan Kepmenkes RI
Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit dan Departemen Kesehatan RI Direktorat
50
Universitas Sumatera Utara
Jenderal Pelayanan Medik Tahun 2004 Tentang Pedoman Manajemen
Linen Rumah Sakit (Output).
Metode Analisis Data
Menurut Miles (2013) dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung terus-menerus. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan lain disusun agar dapat dipahami dan
diinformasikan kepada orang lain. Pada penelitian kualitatif dilakukan langkah-
langkah analisis dan interpretasi data sebagai berikut:
1. Reduksi data adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data.
2. Transkripsi data adalah proses menerjemahkan hasil rekaman wawancara,
tulisan yang berisi pembicaraan selama wawancara antara peneliti dengan
responden apa adanya, tidak ada yang dikurangi atau ditambahkan.
3. Penyajian data dalam penelitian kualitatif selain dengan teks naratif,
penyajian data juga dapat dilakukan dengan grafik, matrix dan chart. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan matrix dalam penyajian data.
4. Interpretasi data adalah proses memaknai data. Interpretasi ini dapat
berupa interpretasi pribadi peneliti dengan berpijak pada pengalaman dan
kemampuan pribadinya, maupun berupa makna yang berasal dari
51
Universitas Sumatera Utara
perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari
perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari
literature atau teori (Sugiyono, 2010).
Secara singkat dan sederhana dapat dijelaskan mengenai metode analisis data
sebagai berikut:
a. Dimulai dari proses perencanaan kegiatan, mengumpulkan data dari
informasi yang didapat baik dari catatan maupun hasil rekaman pada saat
wawancara mendalam yang telah dilakukan dengan informan yang ada.
b. Membuat transkrip catatan dan rekaman hasil wawancara yaitu dengan
cara memindahkan data tersebut kedalam bentuk tulisan.
c. Melakukan klasifikasi data dengan mengkategorikan data yang
mempunyai karakteristik yang sama dengan mengelompokkan untuk
memudahkan interpretasi data.
d. Membuat matriks untuk mengklasifikasikan data yang sesuai dengan data
yang diinginkan.
e. Hasil pengamatan maupun literature buku kemudian dihubungkan dengan
masalah pokok penelitian juga faktor - faktor pendukung atau penghambat
yang memberikan pengaruh.
f. Dari rangkaian analisis tersebut, diungkapkan evaluasi kegiatan yang
dilakukan, ditarik kesimpulan untuk memberikan alternatif jalan keluar
dari permasalahan yang ada sebagai jawaban dari rumusan masalah.
52
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) Kota
Medan
Sejarah pendirian RS USU sebenarnya telah dimulai pada tahun 2003
dengan diajukannya usulan proyek pembangunan Pusat Penelitian dan Diagnostik
Kesehatan (PPDK) USU ke Bappenas yang kemudian direvisi menjadi usulan
pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) USU. Antara tahun 2007 - 2009
berlangsung proses lelang pelaksanaan pembangunan RSP USU yang akhirnya
menetapkan PT Waskita Karya sebagai pelaksana pembangunan RSP USU (19
Juli 2009).
Rumah Sakit Pendidikan USU dibangun diatas lahan seluas 38.000 m²
dengan sertifikat hak pakai dan berlokasi di pusat kota Jln. DR. Mansyur
berseberangan dengan Kampus USU. Bangunan berlantai 5 (lima) yang
menempati sekitar 35% dari tapak lahan tersebut memiliki luas bangunan sekitar
52.252 m² dan masing-masing lantai dihubungkan melalui lift maupun tangga.
Undang-Undang Rumah Sakit menyatakan bahwa rumah sakit harus
berstatus BLU. Universitas Sumatera Utara (USU) pada saat ini berstatus
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH), oleh sebab itu Pengelolaan
RS USU menjadi bagian dari pola pengelolaan PTN BH USU. Organisasi dan tata
kelola RS USU tetap mengacu kepada UU Rumah Sakit dan disesuaikan dengan
53
Universitas Sumatera Utara
situasi, kondisi dan kebutuhan USU. Posisi RS USU berada dibawah Rektorat
USU, setara dan interaksi kegiatan dengan fakultas, LPP/LPM, Laboratorium dan
UPT lainnya. Kelembagaan, pengelolaan keuangan, asset, SDM dan perencanaan
program menjadi tanggung jawab universitas.
VISI
Sebagai Pusat Pengembangan IPTEKDOK 2025 di Wilayah Indonesia
Barat.
MISI
1. Meningkatkan mutu dokter, dokter spesialis dan tenaga kesehatan serta
mutu pelayanan kesehatan khususnya di Sumatera Bagian Utara
2. Mengembangkan IPTEKDOK secara terpadu antara berbagai cabang
ilmu kedokteran dan kesehatan maupun ilmu-ilmu lain yang
menunjang.
Unit Linen Laundry RS USU
Rumah Sakit USU sudah memiliki Unit Linen Laundry sendiri yang sudah
berdiri sejak Mei 2016 artinya dalam pengelolaan linen tidak bekerja sama dengan
pihak ketiga. Unit Laundry RS USU sudah berdiri selama 2,5 tahun yang
ditanggung jawab oleh Bagian Penunjang Medis Rumah Sakit dan dipimpin oleh
oleh seorang Kepala Unit Laundry. Jumlah staff pelaksana yang bertugas
berjumlah sebanyak 7 orang terdiri dari 4 laki-laki dan 3 orang perempuan.
Petugas pada unit laundry hanya memiliki 1 (satu) waktu sift yaitu pagi hari
54
Universitas Sumatera Utara
dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Latar belakang
pendidikan petugas yang bekerja di unit laundry tersebut adalah SMA sebanyak 3
orang dan Sarjana sebanyak 4 orang sedangkan Kepala Unit Linen Laundry RS
USU tamatan Sarjana.
Tabel 2
Karakteristik Informan Unit Laundry RS USU
No Nama Lengkap Pendidikan Umur
(Tahun)
Keterangan
1 Satrio Utomo, SE S1-Ekonomi
(Manajemen)
53 Kasubbag Sarana
Medik RS USU
2 Masdi Olimpic, SE S1-Ekonomi
(Manajemen)
26 Kepala Unit
Linen Laundry
RS USU
3 Husni Akhmal, S.Pd S1-Pendidikan
Bahasa
Indonesia
27 Staff Pelaksana
4 Petra Singarimbun S1-Pendidikan
Olahraga
31 Staff Pelaksana
5 Trisnawati, S.Pd S1-Pendidikan
Bahasa Inggris
45 Staff Pelaksana
55
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3
Sumber Linen dan Jumlah Berat Cucian Unit Laundry RS USU (Januari s.d
Desember 2018)
Waktu (Bulan)
Berat Cucian (Kg)
Infeksius Non Infeksius
Januari 389 3507
Februari 424 3222
Maret 424 3860
April 958 3550
Mei 280 3548
Juni 371 3060
Juli 400 3800
Agustus 388 3776
September 394 3875
Oktober 446 4153
November 470 4179
Desember 442 4100
Berdasarkan tabel diatas bahwa tahun 2018 linen infeksius terbanyak ada di
bulan April (958 kg) sedangkan linen non infeksius ada di bulan November (4179
kg). Berdasarkan observasi dan keterangan Kepala Unit Linen Laundry RS USU
bahwa jumlah berat cucian linen baik infeksius dan non infeksius tiap tahun
berbeda yang jumlahnya tak bisa ditentukan tergantung jumlah pasien yang
56
Universitas Sumatera Utara
berobat di RS USU. Adapun total jumlah linen infeksius tahun 2018 adalah 5386
kg ( 448,83 kg/bulan dan 14,96 kg/hari) sedangkan linen non infeksius adalah
sebanyak 44630 kg ( 3719,16 kg/bulan dan 123,972 kg/hari). Adapun sarana
mesin cuci linen infeksius ada 2 buah (kapasitas 25 kg) sedangkan linen non
infeksius hanya 1 buah saja (kapasitas 45 kg).
Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Mengenai Pengelolaan
Tempat Pencucian Linen (Laundry) adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU sudah sesuai
dengan pengertian laundry yang diuraikan hanya saja laundry RS USU memiliki
setrika roll (bukan meja setrika) untuk tahap penyetrikaan linen.
Persyaratan
Suhu air panas untuk pencucian 70 dalam waktu 25 menit atau
95 dalam waktu 10 menit.
Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian
yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah
terurai oleh lingkungan
Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung spora spesies bacillus per inci persegi
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU sudah
sesuai dengan ketentuan persyaratan diatas.
57
Universitas Sumatera Utara
Perlakuann terhadap linen:
1. Pengumpulan, dilakukan:
a. Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari
sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong plastic sesuai
jenisnya dan diberi label
b. Menghitung dan mencatat linen di ruangan
Hasil Penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU bahwa saat
pengumpulan tidak ada pemilahan linen kotor yang infeksius dan
non infeksius digabungkan ke dalam 1 kantong plastic di trolly
yang sama juga. Pemilahan dilakukan di ruangan laundry sekaligus
menghitung dan mencatat linen di ruangan.
2. Penerimaan
a. Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara
infeksius dan non infeksius
b. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya
c. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas
mesin cuci dan kebutuhan deterjen dan desinfektan
Hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU petugas
mencatat linen kotor yang diterima bukan di ruangan pasien namun
di ruangan laundry lalu dipisahkan linen kotor yang infeksius
maupun non infeksius di ruangan laundry sedangkan yang lainnya
sudah sesuai dengan aturan diatas.
58
Universitas Sumatera Utara
3. Pencucian
a. Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah dan muntahan
kemudian merendamnya dengan menggunakan desinfektan
b. Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya
Hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU tidak
melaksanakan tahap perendaman linen sesuai SOP yang berlaku
melainkan langsung memasukkan linen kotor ke msin cuci sesuai
jenis linen kotor (linen kotor infeksius dan non infeksius dibedakan
mesin cucinya).
4. Pengeringan
Dilakukan dengan mesin pengering yang mempunyai suhu
sampai dengan 70 selama 10 menit. Pada proses ini, jika
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang
diharapkan dapat mati.
Hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU memiliki
1 mesin pengering dan dilakukan pengeringan setelah tahap
pencucian. Tahap pengeringan ini masih belum sesuai ketentuan
yaitu hanya terjadi sekali tahap pengeringan tanpa memastikan
kontaminasi ulang dan mikroorganisme masih ada atau tidak ada
alasannya karena sudah diatur suhu untuk pengeringan.
59
Universitas Sumatera Utara
5. Penyetrikaan
Biasanya dilakukan secara manual dengan menyemprotkan
pewangi dan pelicin, mesin pelipat otomatis juga tersedia untuk
sprei dan handuk baik skala kecil sampai skala besar.
Hasil Penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU memiliki
1 mesin setrika roll untuk menyetrika linen yang sudah
dikeringkan. Tahap ini tidak ada menyemprotkan pewangi dan
pelican namun langsung memasukkan linen ke mesin setrika roll
dan dilipat di meja pelipatan linen tanpa ada tahap desinfektan
meja pelipatan linen. Tempat melipat sprei dan handuk serta
selimut dibedakan dengan linen lainnya.
6. Penyimpanan
a. Linen harus dipisah sesuai jenisnya
b. Linen baru yang diterima ditempatkan dilemari gudang
penyimpanan
c. Pintu lemari selalu ditutup
Hasil penelitian bahwa Unit Linen Laundry RS USU memiliki
lemari penyimpanan linen yang masih terbatas yaitu 4 lemari
penyimpanan linen yang disusun berdasarkan jenis linennya dan
sebagian masih bercampur dan selalu ditutup. Unit ini belum
memiliki ruang khusus gudang penyimpanan linen namun lemari
penyimpanan linen ini berada di ruang Kepala Unit Linen Laundry
RS USU.
60
Universitas Sumatera Utara
7. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas
penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada
petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.
8. Pengangkutan
a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan
dengan kantong yang digunakan untuk membungkus linen
kotor
b. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara
linen kotor dan linen bersih. Kereta dorong harus dicuci dengan
desinfektan setelah digunakan mengangkut linen kotor
c. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh
dilakukan bersamaan
d. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda
warna
e. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus
menggunakan mobil khusus.
Hasil penelitian bahwa Unit Linen RS USU belum sesuai SOP
dan ketentuan mengenai tahap pengangkutan dilihat dari kereta
dorong atau trolly yang digunakan masih terbuka dan jarang dicuci
dengan desinfektan dengan alasan karena linen yang diangkut
sudah terbungkus plastik linen begitu juga dengan warna kereta
dorong tidak ada dibedakan.
61
Universitas Sumatera Utara
Disini, Unit Linen Laundry RS USU sudah membungkus linen
bersih sesuai plastiknya begitu juga linen kotor sesuai plastic linen
baik infeksius maupun non infeksius. Waktu pengangkutannya
juga dibedakan yaitu linen kotor diangkut pagi hari sedangkan
linen bersih di didistribusikan sore hari dan RS USU sudah
memiliki unit linen laundry sendiri sejak Juli 2016.
Petugas yang bekerja dalam pengelolaan linen harus menggunakan
pakaian kerja khusus, alat pelindung diri seperti masker dan sarung
tangan dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala serta
dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B.
Hasil penelitian bahwa APD yang disediakan RS USU sudah ada
dan lengkap namun petugas tidak menggunakan APD secara lengkap
dengan alasan suasana ruangan yang panas dan tidak cocok. Saat
peneliti melakukan penelitian, belum ada dilakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala kepada petugas, setelah petugas bekerja
langsung kembali ke tempat tinggal masing-masing begitulah
seterusnya.
Rumah Sakit USU Kota Medan telah memiliki instalasi laundry
sendiri dengan 3 mesin cuci ( 2 buah mesin cuci linen kotor infeksius
dan 1 buah mesin cuci linen kotor non infeksius), 1 mesin pengering,
mesin pemeras belum ada saat ini, 1 alat mesin penyetrika, 3 buah troli
linen bersih dan 3 buah troli linen kotor dengan jumlah petugas/ staff
62
Universitas Sumatera Utara
pelaksana sebanyak 7 orang yang dibawahi oleh seorang Kepala Unit
Linen Laundry RS USU dan seorang Kepala Penunjang Pelayanan
Medis yang bertanggung jawab untuk mengawasi.
A. Observasi pengelolaan linen laundry infeksius dan non infeksius di RS
USU sesuai SOP di Unit Linen Laundry RS USU
Peneliti melihat dan mendapat informasi dari Kepala Unit Linen
Laundry RS USU bahwa tidak semua kegiatan laundry tersebut dijalankan
seperti perendaman dan penjahitan. Namun walaupun kegiatan laundry
yang lainnya dijalankan, masih ada yang tidak sesuai SOP. Adapun
kegiatan observasi yang peneliti lakukan di Unit Linen Laundry RS USU
adalah pengumpulan, penerimaan/ penimbangan, pencucian, pengeringan,
penyetrikaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengangkutan dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Proses Pengumpulan Linen
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, perawat yang melakukan
verbeden (penggantian linen) ketikkan memasukkan linen kotor ke dalam
tempat pengumpulan sementara sering tidak melakukan pemisahan antara
linen kotor infeksius dan non infeksius sehingga ketika petugas
mengumpulkan linen kotor langsung memasukkan ke dalam kantong
pengumpulan tanpa melakukan pemisahan. Selain itu, perawat juga tidak
melakukan pengecekan kembali linen yang dikumpulkan saat peneliti
melakukan observasi, ketika di ruangan instalasi petugas melakukan
pemisahan atau penyortiran linen kotor infeksius dan non infeksius sedangkan
63
Universitas Sumatera Utara
untuk pencatatan jumlah linen kotor di ruangan, perawat sering tidak
melakukan pencatatan sehingga kadang terjadi kehilangan atau
ketidaksesuaian jumlah linen yang dikumpulkan dengan jumlah linen bersih
yang didistribusikan. Beberapa kali saat peneliti melakukan observasi, kadang
pasien tidak sengaja juga membawa linen saat keluar dari rumah sakit.
Pemilihan linen secara aman itu penting sekali dan harus dilakukan secara
baik dan benar karena linen kotor dari kamar bedah atau area prosedur lainnya
tidak jarang mengandung benda tajam (misalnya: scalpel, gunting tajam,
jarum suntik dan jahit, jepitan handuk yang tajam). Selain itu, dari
pembersihan kamar tidur pasien dapat diperoleh kain atau kasa yang kotor
atau terkena darah atau dibasahi dengan cairan tubuh lainnya, maka harus
ditangani secara baik dengan menggunakan APD seperti sarung tangan
pelindung dan lainnya.Walaupun jarang, infeksi yang berhubungan dengan hal
tersebut dihubungkan dengan gagalnya mencuci tangan dan penggunaan APD
(Tietjen, 2004).
2. Proses Penerimaan/ Penimbangan Linen
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap petugas
laundry diketahui bahwa pada tahap peerimaan sudah cukup sesuai, sebelum
linen ditimbang petugas melakukan pemisahan linen sesuai dengan tingkat
kekotorannya setelah itu linen yang diterima dari setiap ruangan dicatat oleh
petugas di ruangan laundry bukan di ruangan paerawat ruangan namun
biasanya sesuai dengan jumlah dan jenis saat pendistribusian dilakukan
64
Universitas Sumatera Utara
walaupun kadangkala ada hambatan juga seperti linen tertukar danada yang
robek ketika didistribusikan. Setelah itu dilakukan proses penimbangan, pada
proses penimbangan disesuaikan dengan kapasitas mesin cuci yang dimiliki
oleh instalasi yaitu sebanyak 2/3 dari kapasitas mesin cuci agar mesin awet
dan linen mudah dicuci.
3. Proses Pemilahan/ Perhitungan Linen
Berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Laundry RS USU bahwa
pemilahan linen dimaksudkan untuk mengelompokkan linen berdasarkan
warna, jenis dan tingkat kekotorannya.Pada saat melakukan penerimaan,
pemilahan untuk linen kotor infeksius sangat tidak dianjurkan.Idealnya,
pemilahan linen kotor infeksius ini harus dimulai ketika linen dikumpulkan
dan dikemas dalam wadah kantongan plastic di ruangan pengguna linen.Hal
ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah penyebaran dan berkembangnya
mikroorganisme.
Proses pemilahan (sortir) linen kotor seharusnya dilaksanakan pada area
atau ruangan tertentu atau ruangan khusus yang tersedia untuk itu dan petugas
yang menanganinya harus memakai alat proteksi yang lengkap dan sesuai
standard. Langkah ini kadang-kadang menjadi sangat penting mengingat
bahwa pada tumpukan linen kotor tersebut sering dijumpai benda tajam seperti
pisau operasi (scalpel), gunting, jarum suntik, jarum infus (abocate) atau
benda asing lainnya yang apabila tidak diantisipasi akan dapat mengakibatkan
timbulnya kecelakaan kerja akibat tertusuk benda tajam dan pekerja dapat
65
Universitas Sumatera Utara
terpapar dengan mikroorganisme pathogen penyebab penyakit (Pedoman
Pelayanan Laundry RS USU).
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa Unit Linen
Laundry RS USU masih kekurangan petugas sehingga tidak ada petugas
khusus yang menangani hal ini. Mengenai pemilahan linen ini belum
dijalankan oleh petugas laundry RS USU sesuai SOP dan Pedoman Pelayanan
Laundry RS USU, linen kotor infeksius dan non infeksius sama-sama diangkut
dari utility kotor lalu dipilah di ruangan laundry bukan di ruangan khusus
sehingga tidak sesuai dengan SOP atau pedoman pelayanan laundry.
4. Proses Perendaman Linen
Berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Laundry RS USU bahwa
perendaman hanya dilakukan terhadap linen kotor infeksius dan atau pada
linen kotor yang tingkat kekotorannya sangat sulit untuk dibersihkan atau
dihilangkan. Perlakuan ini dimaksudkan adalah untuk mengurangi bahkan
menghilangkan mikroorganisme pathogen dan noda yang melekat pada linen
sebelum dilakukan proses pencucian. Pemakaian desinfektan yang memiliki
kandungan khlorin 0,5-1,0% (5.000-10.000 ppm) sangat tepat digunakan
dengan lama perendaman harus mampu menutupi seluruh linen yang direndam
(posisi linen tenggelam dalam air).
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa di Unit Linen
Laundry RS USU belum melaksanakan proses perendaman linen. Setelah
dilakukan pemilahan linen kotor infeksius dan non infeksius di ruangan
66
Universitas Sumatera Utara
laundry, petugas langsung memasukkan linen kotor ke dalam mesin cuci untuk
masuk pada tahap pencucian linen tanpa ada tahap perendaman linen.
5. Proses Pencucian Linen
Berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Laundry RS USU bahwa
pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih), awet (tidak
cepat rapuh) namun juga harus memenuhi persyaratan higienis (bebas dari
mikroorganisme pathogen). Agar tujuan pencucian dapat tercapai dengan baik,
maka harus diikuti persyaratan teknis yang baik dan benar.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa tahap pencucian
linen ini belum sempurna dilakukan petugas sesuai SOP yang seharusnya
masih ada yang menyimpang dari pedoman pelayanan laundry. Unit Linen
Laundry RS USU memiliki 3 (tiga) buah mesin cuci yaitu 2 (dua) buah mesin
cuci khusus linen kotor infeksius dengan kapasitas mesin cuci 25 kg dan 1
(satu) buah lagi untuk linen kotor non infeksius dengan kapasitas mesin cuci
45 kg namun di lapangan terlihat oleh peneliti bahwa linen kotor yang
dimasukkan ke dalam mesin cuci melewati ambang batas dan bahkan sampai
penuh.
Adapun permasalahan mengenai mesin cuci adalah terkadang
mesin cuci yang digunakan tidak sesuai dengan pemakaiannya, mesin cuci
khusus linen kotor infeksius kadang digunakan untuk mencuci linen kotor
non infeksius begitu pula sebaliknya dikarenakan mesin cuci yang ada
masih kurang dan petugas mengejar waktu agar bisa cepat selesai. Siklus
67
Universitas Sumatera Utara
pencucian rata-rata 5-6 kali setiap hari. Mengenai waktu, suhu, dan bahan
kimia pencuci sudah cukup baik dan sesuai pedoman pelayanan laundry
RS USU.
6. Proses Pengeringan Linen
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa pengeringan di
unit laundry RS USU menggunakan 1(satu) unit mesin pengering dengan
kapasitas tabung 38 kg pada suhu 70 selama 10-15 menit bahkan kadang 20-
30 menit dengan alasan agar linen yang dicuci kering dengan sempurna atau
tidak lembab (Pedoman Pelayanan Laundry RS USU). Proses ini seharusnya
dilakukan lebih dari sekali untuk pengeringan linen jika linen nya lembab atau
masih basah dan petugas jarang sekali memeriksa linen apakah sudah steril
atau sudah terkontaminasi virus.
7. Proses Penyetrikaan & Pelipatan Linen
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa proses
penyetrikaan linen laundry RS USU sudah sesuai dengan pedoman pelayanan
laundry RS USU dimana unit laundry sendiri memiliki hanya 1 (satu) mesin
setrika besar (setrika roll) yang terlebih dahulu dipanaskan beberapa menit
lalu disetel suhu sampai dengan 70-80 dan sesuai dengan standar (Depkes,
2004).
Pelipatan linen dilakukan setelah linen selesai disetrika dengan tujuan
disamping untuk kerapian juga untuk dimaksudkan mempermudah pada saat
68
Universitas Sumatera Utara
penyimpanan, pemakaian di ruangan, perhitungan dan menjaga agar linen
tidak kusut lagi sekaligus melakukan pemantauan dan pemeriksaan ataupun
pemilahan terhadap linen koyak atau retas jahitannya sehingga perlu dijahit
ulang atau linen yang sudah using dan rusak sehingga tidak layak dipakai lagi.
Upayakan agar sebelum melakukan pelipatan, permukaan meja tempat melipat
sudah didesinfeksi dengan cairan alcohol 70%.
Teknik melipat linen umumnya hampir sama dengan melipat kain biasa
hanya saja ada linen yang perlu mendapatkan perhatian khusus cara
melipatnya. Perlakuan ini berguna untuk memudahkan penggunaannya di
ruangan dan penandaan kepemilikian linen saat disimpan dan didistribusikan.
Berdasarkan hasil observasi peneliti lakukan bahwa proses pelipatan linen
kurang sesuai dengan pedoman pelayanan laundry RS USU yaitu saat
pelipatan linen, permukaan meja yang digunakan untuk tempat melipat linen
tidak selalu didesinfeksi dengan cairan alcohol 70%. Pelipatan linen di unit
laundry RS USU juga pernah ditemukan linen yang retas jahitannya da nada
yang robek namun karena laundry RS USU belum memiliki mesin jahit
sendiri maka linen yang robek dan retas jahitannya dikumpulkan terlebih
dahulu dan akan dijahitkan ke pihak luar unit laundry.Pelipatan linen juga
disamakan semuanya tanpa ada perlakuan khusus untuk linen tertentu
dikarenakan kekurangan petugas sehingga tidak ada jobdesk khusus mengenai
hal ini.
69
Universitas Sumatera Utara
8. Proses Penjahitan Linen
Penjahitan linen dimaksudkan untuk memperbaiki linen yang koyak, sobek
atau retas jahitannya yang diperkirakan masih dapat layak pakai sehingga
dapat dipergunakan kembali oleh ruangan sebagaimana fungsinya.Penjahitan
linen ini harus dilakukan sesegera mungkin apabila ditemukan ada linen yang
memang perlu dijahit agar tidak mengganggu sirkulasi linen di rumah sakit.
Penjahitan linen kadang-kadang dimanfaatkan untuk membuat linen baru
apabila memang bahan linen tersedia untuk itu. Berdasarkan hasil observasi
yang peneliti lakukan bahwa Unit Linen Laundry RS USU belum memiliki
mesin jahit sendiri sehingga disaat ada linen yang robek dan retas jahitannya
akan dikumpulkan terlebih dahulu lalu dijahitkan di luar laundry RS USU.
9. Proses Penyimpanan & Pendistribusian Linen
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa proses
penyimpanan sudah cukup sesuai dengan pedoman pelayanan laundry RS
USU yakni pemisahan linen berdasarkan jenisnya, linen baru yang diterima
ditempatkan pada bagian bawah dan pintu lemari selalu ditutup namun tidak
selalu diberi obat anti ngengat. Selanjutnya mengenai proses pendistribusian
linen yaitu dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas
menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima
sudah dilaksanakan namun masih ada yang kurang sesuai dengan pedoman
pelayanan laundry RS USU yakni pendistribusian belum dilaksananakan
dengaan sistem FIFO (mendistribusikan linen yang tersimpan sebelumnya
70
Universitas Sumatera Utara
atau yang mengendap di ruang penyimpanan lebih dahulu sedangkan linen
yang sedang dicuci disiapkan untuk pendistribusian berikutnya sehingga tidak
ada penundaan pemenuhan kebutuhan ruangan setiap harinya).
Pada saat pendistribusian saja dilakukan komunikasi antara petugas
laundry dan perawat ruangan yang bertugas sebelumnya pada saat
pengambilan linen kotor dari ruangan tidak ada komunikasi jadi perawat tidak
tahu linen kotor dan linen bersih yang diangkut, namun sejauh ini yang
peneliti perhatikan belum ada kendala yang serius dan masih aman saja.
10. Proses Pengangkutan Linen
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa linen kotor yang
diangkut dari utility kotor baik linen kotor infeksius maupun non infeksius
dalam satu trolly linen kotor dengan dibungkus plastik berwarna kuning untuk
infeksius dan warna merah untuk non infeksius. Permasalahan dalam proses
pengangkutan linen adalah baik trolly linen bersih maupun trolly linen kotor
jarang dibersihkan dengan desinfektan alasannya karena linen sudah
dibungkus dengan plastik masing-masing. Selanjutnya, linen bersih yang
kembali di bawa ke utility bersih hanya diletakkan di lantai ruangan tanpa ada
lemari khusus untuk penyimpanan linen bersih begitu juga linen kotor hanya
diletakkan di lantai bersama plastik linen nya.
71
Universitas Sumatera Utara
1. Proses Pengelolaan Linen Tahap Pengumpulan
Tabel 4
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Pengumpulan
No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius
Ya Tidak Ya Tidak
Pengumpulan
1 Pemilahan linen non infeksius dengan
menempatkan linen non infeksius ke dalam
kantong plastik
2 Pencatatan jumlah linen di ruangan
Berdasarkan observasi dan keterangan petugas bahwa pemilahan linen baik non
infeksius dan infeksius belum ada dilakukan dan seharusnya perlu dilakukan juga
karena belum ada pembagian jobdesk tiap petugas yang mengumpulkan linen di
tiap ruangan sedangkan untuk pencatatan jumlah linen hanya dilakukan di
ruangan unit linen laundry bukan di ruangan perawat petugas ruangan.
72
Universitas Sumatera Utara
2. Proses Pengelolaan Linen Tahap Penerimaan/Penimbangan
Tabel 5
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Penerimaan/Penimbangan
No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius
Ya Tidak Ya Tidak
Penerimaan/Penimbangan
1 Pencatatan linen yang diterima
2 Penimbangan linen untuk menyesuaikan
dengan kapasitas mesin cuci:
a. Ukuran besar diatas 100 kg
b. Ukuran sedang dan kecil 25-100 kg
73
Universitas Sumatera Utara
3. Proses Pengelolaan Linen Tahap Pencucian
Tabel 6
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Pencucian
No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius
Ya Tidak Ya Tidak
Pencucian
1 Memasukkan linen keember khusus berisi
brodklin dan herviklir dengan air panas selama
1 hari
2 Melakukan pemanasan deterjen desinfeksi
selama 5 menit pada mesin cuci sebelum
melakukan proses pencucian
3 Melakukan penambahan deterjen untuk proses
pencucian sebelum melakukan proses
pemcucian selama 20 menit
4 Melakukan pembilasan sebanyak 2 kali
5 Menambahkan softener pada bilasan terakhir
Berdasarkan observasi bahwa di unit linen laundry RS USU tidak ada
kegiatan perendaman linen sebelum dilakukan pencucian linen. Hal ini
dikarenakan linen tidak ada masalah jika langsung masuk ke tahap
pencucian langsung.
74
Universitas Sumatera Utara
4. Proses Pengelolaan Linen Tahap Pengeringan
Tabel 7
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Pengeringan
No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius
Ya Tidak Ya Tidak
Pengeringan
1 Pengeringan dilakukan dengan menggunakan
mesin pengering/ drying yang mempunyai suhu
70 selama 10 menit
5. Proses Pengelolaan Linen Tahap Penyetrikaan
Tabel 8
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Penyetrikaan
No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius
Ya Tidak Ya Tidak
Penyetrikaan
1 Suhu mesin setrika disetel antara 70-80
75
Universitas Sumatera Utara
6. Proses Pengelolaan Linen Tahap Penyimpanan
Tabel 9
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Penyimpanan
No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius
Ya Tidak Ya Tidak
Penyimpanan
1 Pemisahan linen berdasarkan jenisnya
2 Linen yang baru diterima ditempatkan pada
bagian bawah
3 Pintu lemari selalu ditutup
7. Proses Pengelolaan Linen Tahap Distribusi
Tabel 10
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Distribusi
No Prosedur Kerja Infeksius Non Infeksius
Ya Tidak Ya Tidak
Distribusi
1 Dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari
petugas penerima, kemudian petugas
menyerahkan linen bersih kepada petugas
ruangan sesuai kartu tanda terima
8. Proses Pengelolaan Linen Tahap Pengangkutan
Tabel 11
76
Universitas Sumatera Utara
Hasil Observasi Pengelolaan Linen Laundry di RS USU dengan
Komponen Penilaian pada Tahap Pengangkutan
No Prosedur Kerja Infeksius Non
Infeksius
Ya Tidak Ya Tidak
Pengangkutan
1 Perlindungan khusus berupa kantong yang
membungkus linen bersih harus dibedakan
dengan linen kotor
2 Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor
tidak pada waktu yang bersamaan
3 Alat angkut linen bersih dan linen kotor
berbeda dan tertutup
4 Pemberian desinfektan pada kereta dorong
setelah mengangkut linen kotor
Berdasarkan observasi bahwa pengangkutan linen kotor setiap utilitas
kotor ruangan dilakukan pagi hari sedangkan pendistribusian linen bersih
dilakukan sore hari sebelum jam pulang kantor petugas sedangkan petugas jarang
sekali memberikan desinfektan pada kereta dorong untuk linen kotor dengan
alasan tidak perlu dilakukan karena masih aman-aman saja seharusnya hal itu
perlu dilakukan agar menjaga linen tetap bisa digunakan.
B. Sumber daya pelaksanaan pengelolaan linen Laundry RS USU
77
Universitas Sumatera Utara
1. Sumber Daya Manusia (Man)
Berdasarkan Buku Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit sesuai
ketentuan Departemen Kesehatan RI Dirjend Pelayanan Medik Tahun 2004
bahwa sumber daya manusia untuk unit laundry terdiri dari tenaga perawat
(Akper, SPK), tenaga kesehatan dan tenaga non medis pendidikan minimal
SMP dengan latihan khusus.
Kualifikasi tenaga yang dibutuhkan untuk pekerja di unit laundry
dibedakan berdasarkan kapasitas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Untuk tingkat manajerial hendaknya berpendidikan diploma atau sederajat,
untuk posisi kepala unit linen laundry dan staff pelaksana setidaknya
berpendidikan SMA atau sederajat dan memiliki kemampuan dan tanggung
jawab melaksanakan bidang tugasnya masing-masing.
Untuk menjaga dan menjamin kesehatan dan keselamatan petugas pada
waktu melakukan pekerjaannya, kepada setiap petugas sebaiknya dilakukan:
a) pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan secara
berkala minimal setahun sekali, b) pemberian imunisasi hepatitis B,
poliomyelitis, BCG dan tetanus minimal setahun sekali, dan c) bagi petugas
yang mempunyai kulit sensitive atau yang mempunyai masalah dengan kulit
sebaiknya tidak ditempatkan pada bagian yang berhubungan dengan sumber
infeksi dan bahan kimia pencuci.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang bertugas dalam pelaksanaan
linen laundry di RS USU Kota Medan sebanyak 7 (tujuh) orang staff
78
Universitas Sumatera Utara
pelaksana dan seorang Kepala Unit Linen Laundry dan belum ada pembagian
tugas masing-masing petugas dengan alasan masih kekurangan tenaga jadi
bekerja gotong royong dan secara acak. Tenaga laundry di unit linen laundry
RS USU bagian kesehatan tidak ada dan hanya 1 (satu) orang tenaga bagian
keperawatan selebihnya tamatan SMA dan sarjana non kesehatan maupun non
keperawatan.
Unit Linen Laundry RS belum ada menjalankan aturan sesuai pedoman
pelayanan laundry RS USU diatas seperti pemeriksaan kesehatan berkala dan
pemberian imunisasi hepatitis B begitu juga yang lainnya serta belum ada
pembagian kerja dikarenakan petugas masih sedikit.
Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga pengelola linen laundry rumah
sakit belum menggunakan APD yang lengkap sesuai KepMenkes
1204/Menkes/SK/X/2004.Dari hasil observasi, petugas hanya menggunakan
masker, sarung tangan dan alas kaki khusus ruangan padahal rumah sakit telah
menyediakan APD agar terhindar dari infeksi nosocomial dan kecelakaan
kerja namun petugas tidak menggunakan dengan alasan suasana panas dan
kurang nyaman dipakai.
2. Pembiayaan (Money)
Pembiayaan merupakan salah satu hal yang penting dalam mencapai
tujuan dimana besar kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang
yang beredar. Pada penelitian ini, penulis mendapatkan informasi langsung
dari Kepala Unit Linen Laundry RS USU bahwa pihak laundry sudah
79
Universitas Sumatera Utara
mengajukan surat pengadaan dan Rancangan Kerja Anggaran tiap tahun ke
pihak RS USU namun sudah lama belum ada tanggapan dan respon positif
dari atasan sehingga persediaan linen masih yang lama. Berdasarkan
keterangan Kepala Unit Linen Laundry bahwa mengenai RKA RS USU
(Rencana Kerja dan Anggaran) diserahkan dan diajukan langsung kepada
Direktur RS USU dan di dalamnya sudah menyangkut semua kebutuhan unit
yang dibutuhkan seperti stok linen, sarana dan bahan kimia (deterjen,
pewangi, dll).
3. Sarana & Prasarana (Machines)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan pengelolaan laundry belum lengkap dengan alasan anggaran
belum terealisasi dari pihak RS USU untuk Unit Linen Laundry RS USU.
Sarana dan Prasarana yang ada seperti mesin cuci masih 3 buah seharusnya
ada penambahan khusus untuk pencucian linen infeksius dan linen non
infeksius, setrika masih 1 buah yaitu setrika steam, lemari juga masih kurang
dan ruangan yang dibutuhkan masih kurang namun proses pendistribusian
masih berjalan lancar.
a. Linen kotor baik infeksius maupun non infeksius yang diangkut dari
utilitas kotor ruangan di letakkan di lantai ruangan yang dilakukan
pemilahan linen kotor dan penimbangan.
80
Universitas Sumatera Utara
b. Trolly yang digunakan terbatas yang digunakan saat ini dan menurut
Kepala Unit bahwa jumlah trolly disesuaikan dengan jumlah linen yang
diangkut setiap hari baik linen bersih maupun kotor
c. Belum ada meja panjang khusus untuk pemilahan linen melainkan
diletakkan di lantai ruangan lalu dipilah linen infeksius maupun non
infeksius.
d. Mesin cuci dan mesin pengering disesuaikan dengan kebutuhan linen yang
digunakan di ruamh sakit. Saat ini unit linen laundry RS USU masih
kekurangan mesin cuci dan mesin pengering, masih dibutuhkan mesin cuci
khusus linen kotor yang infeksius dan non infeksius sehingga kualitas
linen tetap terjaga baik begitu juga mesin pengering masih dibutuhkan 2
hingga 3 buah lagi sehingga mempercepat kinerja petugas.
e. Penyetrikaan linen masih menggunakan 1 (satu) buah mesin roll dan hal
ini juga perlu penambahan mesin setrika agar mempercepat kinerja
petugas.
f. Lemari dan rak untuk menyimpan linen serta meja administrasi masih
kekurangan juga dan sudah diajukan kepada pihak RS USU sesuai
kebutuhan jumlah linen yang tersedia.
g. Saat penyerahan linen di tahap distribusi tidak menggunakan meja panjang
melainkan petugas meletakkan linen bersih yang dibungkus plastik putih
ke utilitas bersih lalu menyerahkan tanda terima ke petugas ruangan untuk
di tandatangani.
81
Universitas Sumatera Utara
h. Mengenai penerangan tidak terlalu diperhatikan yang penting bisa
menerangi ruangan laundry dan begitu juga sirkulasi udara tidak ada hal
khusus setidaknya ada jalan keluar masuk udara di ruangan laundry
i. Ruangan unit linen laundry belum ada pembagian khusus masih ruangan
besar tanpa ada pemisahan kecuali gudang bahan kimia ada ruangan
khusus.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa peralatan pada instalasi pencucian di
unit linen laundry RS USU belum lengkap yaitu mesin peras, mesin
penyetrika pres dan mesin jahit belum ada sedangkan mesin lainnya sudah ada
namun masih kekurangan jumlahnya. Selanjutnya mengenai bahan kimia yang
digunakan sudah lengkap dan digunakan di unit laundry RS USU sesuai SOP
yang berlaku dalam penggunaan bahan kimia pencucian linen.
Mengenai persyaratan mesin cuci bahwa mesin cuci yang digunakan di
Unit Linen Laundry RS USU dari segi merek, kapasitas, voltase dan tahun
pemakaian dikatakan masih layak dan sesuai peraturan kemenkes dan
pedoman laundry RS USU, hanya saja jumlah mesin cuci, mesin pengering
dan setrika roll yang menjadi masalahnya. Mesin cuci yang digunakan ada 3
buah yakni 2 mesin cuci linen infeksius ( merek Aquastar, tahun pakai 2017,
kapasitas 25 kg, pemakaian 3-4 kali/hari) dan hanya 1 mesin cuci linen non
infeksius ( merek Elextrolux, tahun pakai 2013, kapasitas 45 kg, pemakaian 4-
5 kali/hari) serta hanya 1 mesin cuci pengering linen (elextrolux) dan mesin
roll setrika linen (elextrolux). Berdasarkan keterangan Kepala Unit bahwa
mesin cuci linen infeksius masih menggunakan yang 1 (satu) pintu sedangkan
82
Universitas Sumatera Utara
seharusnya saat ini harus yang 2 (dua) pintu agar sesuai peraturan kemenkes
dan pedoman laundry RS USU.
Pemakaian mesin cuci dan mesin pengering linen seringkali diluar batas
kapasitas bahkan hingga penuh karena sarana yang terbatas sehingga terjadi
hal seperti ini agar kinerja petugas dapat berjalan cepat sedangkan mengenai
limbah cair menurut Kepala Unit Linen Laundry RS USU kurang mengetahui
hal ini melainkan diserahkan langsung kepada IPAL RS USU dan menurut
keterangan bahwa limbah dari unit laundry langsung dialirkan ke IPAL RS
USU bersamaan dengan limbah unit lainnya yang ada di rumah sakit.
C. Hasil Wawancara Mendalam
1. Petugas (Staff Pelaksana) Pengelolaan Linen Laundry RS USU Tahun
2018
a. Pengetahuan Petugas Mengenai Pengertian Linen
Sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada petugas,
mereka memahami mengenai linen tidak secara teori melainkan
melalui pengamatan atau yang tergambar dari apa yang dilihat oleh
informan sesuai dengan jawaban wawancara informan berikut ini:
“Linen itu adalah….hmmm apa ya? Yang adek lihat selama di
laundry ini lah yaitu kain-kain yang ada di rumah sakit, itu aja sih
intinya, linen rumah sakit ada 3 jenis lagi dek ada linen bersih,
linen kotor dan linen untuk operasi terus nanti linen kotor ada
yang infeksius dan non infeksius dek”.
83
Universitas Sumatera Utara
b. Pengetahuan Petugas Mengenai Pengertian Linen Kotor Infeksius
dan Linen Kotor Non Infeksius
Petugas di Unit Linen Luandry RS USU sudah mengetahui dan dapat
membedakan linen kotor infeksius dan linen kotor non infeksius
terbukti dari petikan wawancara yang peneliti lakukan sebagai berikut:
“Begini dek, kalau bicara linen kotor itu terbagi 2 yaitu
seperti tadi ada yang infeksius dan ada yang non infeksius. Nah,
kalau infeksius itu secara sederhana ya bahwa linen itu terdapat
darah, urin, tinja, muntahan pasien sedangkan non infeksius itu
sebaliknya dek nggak ada kita temukan di linen itu darah, tinja,
urin, muntahan pasien, kira-kira gitu penjelasan sederhananya
dek, terus penanganannya untuk linen kotor infeksius khusus
sedangkan non infeksius tidak terlalu ribet lah dek”.
c. Pengetahuan Petugas Mengenai Pencucian Linen kotor Infeksius
dan Linen Kotor Non Infeksius berdasarkan SOP (Standar
Operasional Prosedur)
Dari hasil wawancara mendalam dapat diketahui bahwa 3 (tiga) orang
informan secara teori mengetahui cukup baik bagaimana penanganan
atau proses pencucian linen infeksius dan non infeksius walaupun
masing-masing memberikan jawaban yang tidak terlalu panjang lebar
namun sebenarnya mereka setidaknya sudah paham mengenai hal ini
serta ada yang menjawab sesuai peraturan yang berlaku namun ada
yang tidak sesuai di praktekkan dilapangan seperti yang diungkapkan
dalam petikan wawancara berikut:
“Berdasarkan SOP ya dek? Kalau berdasarkan SOP yaaa
ada 3 hal yang harus kita ketahui yaitu pertama berdasarkan
84
Universitas Sumatera Utara
warna, berdasarkan ketebalan, berdasarkan kotor ringan dan
berat. Bicara secara SOP, kain yang berwarna itu gak boleh
dicampur, kalau hijau ya hijau merah ya merah dan seterusnya
gitu lho dek. Kalau berdasarkan ketebalan itu seperti selimut gak
boleh dicampur ke tempat lain dek terus mengenai kotor ringan itu
mesinnya khusus kotor berat itu juga khusus harusnya seperti itu
dek kalau bicara SOP namun dilapangan faktanya tidak semua
seperti itu dek. Petugas nya juga seharusnya ya dek kalau soal
SOP harus khusus juga yang menangani gak boleh silang atau
ganti-ganti, terus APD yang dipakai sekali pakai langsung ganti.
Gitulah dek kalau bicara soal SOP ya dek namun gak seperti itu
semuanya di lapangan dek yahhh setidaknya masih mendekati
sesuai SOP dek”.
d. Pengetahuan Petugas Mengenai Proses Pendistribusian Linen ke
Ruangan dan Tempat Penyimpanan Berdasarkan SOP (Standar
Operasional Prosedur)
Pada saat peneliti mewawancarai informan untuk menanyakan
mengenai distribusi linen yang dilakukan di Unit Linen Laundry RS
USU, informan menjelaskan tahap yang dimulai dari proses pencucian
hingga linen diantar ke setiap ruangan dan sampai saat ini masih
menggunakan tanda serah terima kartu dengan perawat setiap ruangan
saat melakukan pendistribusian linen seperti tergambar dalam kutipan
wawancara berikut:
“Kalau dia pendistribusiannya berdasarkan catatan linen
kotor masuk berapa maka itulah yang akan dikembalikan juga ke
unit ruangan, itu diletakkan di utilitas bersih yang mana
sebelumnya harus ada jumpa coordinator unit ruangan dan
petugas laundry lalu ditandatangani di lembar catatan linen, kira-
kira begitu singkatnya dek, hehehe…”.
e. Pengetahuan Informan Terhadap Penggunaan APD Saat Bekerja
Saat peneliti melakukan wawancara seluruh informan baik
menyampaikan jawaban yang seharusnya namun ketika ditanya fakta
85
Universitas Sumatera Utara
di Unit Linen Laundry RS USU mereka tersenyum bertanda bahwa
mereka tidak lengkap menggunakan APD salah satu alasannya karena
ruangan yang panas dan agak gerah menggunakan APD yang lengkap
dan lebi nyaman hanya 2 jenis APD saja seperti dikutip pada
wawancara berikut ini:
“Nggak dek, hehehe….kami disini nggak lengkap dalam
pemakaian APD dek namun seharusnya harus lengkap dek cuman
kami disini merasa nyaman hanya pakai masker dan sarung
tangan saja dek, APD RS USU sudah ada dek lengkap cuman
factor suasana ruangan kurang nyaman dek pakai semuanya”.
f. Pengetahuan Informan Terhadap Alur Sistematis Pencucian
Sesuai SOP yang ditetapkan untuk Laundry
Pada saat peneliti mewawancarai informan bahwa informan tersebut
sudah bisa dikatakan dapat mengetahui dan dapat menjelaskan alur
sistem pencucian sesuai SOP terlihat dalam wawancara berikut:
“Seperti yang adek lihat tadi bahwa kami pertama-tama ambil
linen kotor disetiap ruangan lalu dibawak ke unit laundry kita ini
menggunakan troli lalu ditimbang disini dek, lalu kami pisahkan
linen kotor infeksius dan non infeksius setelah itu kami masukkan
ke mesin cuci untuk dicuci dengan suhu dan deterjen yang sudah
diatur dek,lalu siap dicuci kami masukkan ke mesin pengering dek
sebelum nantinya kami gosok dek,kira-kira begitu dek yang bisa
abg jelaskan dek”.
g. Pengetahuan Informan Mengenai Pemberian Pelatihan dari Pihak
Rumah Sakit
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan
menyatakan sudah pernah diberikan pelatihan atau informasi mengenai
laundry yang didapat dari pelatihan PPI (Pengendalian Penyakit
86
Universitas Sumatera Utara
Menular) dan yang lainnya belum didapatkan informan begitupun
hampir semua petugas belum lengkap, hanya 1 (satu) staff dan Kepala
Unit Laundry yang sudah lengkap yaitu memiliki 3 sertifikat seperti
kutipan wawancara berikut:
“Ada dek kalau pelatihan diberikan kepada kami dek, cuman
kakak yang lengkap bersama Kepala Unit Linen Laundry RS USU
yang lainnya masih pelatihan PPI dek”.
h. Pengetahuan Informan Mengenai Pemberian Sertifikat Pelatihan
Dari Pihak Rumah Sakit
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan
menyatakan sudah pernah diberikan sertifikat bersamaan dengan
pelatihan dari pihak Laundry RS USU dan seharusnya petugas
mendapatkan 3 jenis sertifikat namun sebagian besar petugas laundry
hanya mendapatkan 1 (satu) sertifikat saja yaitu sertifikat PPI
(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) dan 2 (dua) sertifikat lagi
belum dimiliki yaitu Sertifikat Dasar-Dasar Pengelolaan Linen-
Laundry dan Sertifikat Kesehatan & Keselamatan Kerja RS (K3)
seperti kutipan wawancara berikut:
“Kalau saya sudah lengkap dek juga Kepala Unit Linen
Laundry RS USU dek, kami berdua yang masih lengkap punya 3
sertifikat pelatihan dek, petugas lainnya hanya punya cuman 1
sertifikat dek, gitu dek”.
i. Mengenai Variasi/Beraneka Ragam Tingkat Pendidikan
Saat peneliti menanyakan hal ini kepada informan, informan tersebut
merasa terkejut dan sedikit bingung mengenai hal ini dan sempat
87
Universitas Sumatera Utara
peneliti menyinggung sedikit pendidikan di instalasi Laundry RS USU
tidak ada yang jurusan kesehatan spesialisasi bagian laundry dan hanya
ada seorang petugas yang jurusan keperawatan, namun ketiga informan
yang peneliti tanyakan tetap mau memberikan keterangan dan jawaban
yang serius walau sedikit santai dan tak merasa terbebani
menjawabnya seperti kutipan wawancara berikut:
“Begini dek ya, supaya adek ini juga bisa kasih info sama
dosen nya di kampus atau sama pihak-pihak lain yang butuh info
ini,hmmm…….gini dek, di Laundry RS USU yang dibutuhkan
petugasnya minimal tamatan SMA tapi pada saat penerimaan, RS
USU mengajukan persyaratan bahwa pelamar wajib pernah
bekerja di laundry dan dilampirkan syarat keterangan bahwa
sudah bekerja di laundry minimal 1 tahun dan ini dek nggak harus
pernah kerja di laundry rumah sakit ya, yang penting di bagian
laundry lah dek kayak di luar sana dek,jadi kan dek kami petugas
semua disini sudah punya pengalaman bekerja di laundry tapi
tidak harus laundry sebuah rumah sakit dek dan kami punya surat
keterangan kok dek, disini hanya 1 orang saja jurusan
keperawatan dek yang lainnya sarjana non kesehatan dan tamatan
SMA dek”.
j. Pendapat Petugas Mengenai Pengolahan Air Limbah RS USU
Termasuk Limbah Unit Linen Laundry RS USU
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, ketiga informan yang
peneliti tanyakan sedikit bingung menjawabnya namun tetap
memberikan keterangan sesuai pendapat masing-masing karena alasan
mereka kurang tahu banyak mengenai limbah RS USU termasuk
Limbah Unit Linen Laundry RS USU seperti kutipan wawancara
berikut:
“Kalau abang pribadi dek, kurang tahu banyak soal
pengolahan limbah RS USU ini termasuk limbah Laundry RS USU
kita ini, cuman sampai saat ini saya pribadi lihat ya, itu masih
88
Universitas Sumatera Utara
aman-aman saja kok dek dan pasti mereka punya SOP tersendiri
yang harus mereka ikutin dek dan sampai saat ini juga lingkungan
RS USU tidak terlalu dipermasalahkan dek apalagi karena limbah
ini dek, masih aman-aman lah menurut abang dek, hahaha…..”.
k. Pendapat Petugas Mengenai Permasalahan Kondisi Linen (Robek,
Rusak, Hilang, Ketersediaan Linen) RS USU
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada ketiga informan
bahwa seorang informan mengatakan ada permasalahan dan dua orang
informan mengatakan itu bukan menjadi permasalahan yang serius
seperti kutipan wawancara berikut:
“Mengenai kondisi linen disini dek menurut saya pribadi dek
ada dek salah satunya koyak, hilang dan bahkan warna linen
sudah kelihatan luntur dek. Kita sudah dan akan tetap mengajukan
pengusulan penambahan linen baru kepada pimpinan yang
membawahi unit laundry kita ini dek, setelah itu unit laundry ini
tinggal menunggu hasil dari pengusulan tersebut, kira-kira gitu lah
dek yang abang sampaikan mengenai ini “. (Informan 3 & 4).
“Nggak ada dek sampai saat ini menurut kakak pribadi dek,
kalaupun ada dek itu tidak sudah biasa dek dan masih bisa
disesuaikan dan ditutupin dek walau kita disini sudah usulkan
kepada pimpinan yang membawahi Unit Linen Laundry RS USU
ini dek, yahhhh….kita tunggu hasil aja dek kalau belum ada
balasan dari atasan yah kita tetap pakai linen yang ada sampai
saat ini dek tapi walau kita pakai stok lama dek belum ada
permasalahan dari pasien dek,hehehe….”. (Informan 5).
l. Respon Petugas Unit Linen Laundry RS USU Mengenai Keluhan
Pasien/Pengunjung Terhadap Kualitas dan Ketersediaan Linen
Saat peneliti melakukan wawancara, ketiga informan memberikan
jawaban yang santai dan mengatakan bahwa kualitas linen di RS USU
ini masih dalam keadaan aman-aman saja dan jika ada keluhan tidak
langsung disampaikan kepada pihak Unit Linen Laundry RS USU
tetapi melalui perawat setiap ruangan. Kondisi linen sudah lama dan
89
Universitas Sumatera Utara
seharusnya sudah saatnya untuk diganti dengan linen yang baru namun
belum ada ada respon positif dari atasan yang membawahi Unit Linen
Laundry RS USU seperti kutipan wawancara berikut:
“Sampai saat ini belum ada permasalahan yang serius dek,
walaupun ya dek dari kita berharapnya kain-kain linen di rumah
sakit ini seharusnya sudah saatnya untuk diganti dek sebelum
terjadi permasalahan serius di rumah sakit ini dek, melalui Kepala
Unit Linen Laundry RS USU sudah diusulkan dengan dengan
sudah membuat surat usulan dek mengenai ini namun belum ada
balasan sampai saat ini dek, yahhh…gimana lah dek, kita hanya
bisa nunggu aja dek “
m. Pendapat Petugas Mengenai Pembagian Shift Kerja Unit Linen
Laundry RS USU
Saat peneliti melakukan wawancara, informan memberikan keterangan
mengenai shift kerja saat ini sudah cukup karena dikondisikan dengan
keadaan Unit Linen Laundry RS USU yang kekurangan linen dan
kekurangan tenaga kerja juga jadi saling berhubungan antar keduanya dan
petugas laundry sudah bisa mengatasi atas kekurangan baik jumlah linen
dan jumlah tenaga kerja dalam meningkatkan mutu pelayanan di RS USU
dalam hal pelayanan laundry seperti kutipan wawancara berikut ini:
“Untuk saat ini sudah cukuplah dek 1x (satu kali) saja tapi
yang perlu ditambah hanya petugasnya saja dek disini allias SDM
nya lah dek, karyawan nya gitu dek itu yang perlu dek dan saat ini
kami juga belum ada pembagian kerja dek disini jadi masih acak-
acak dek, intinya tenaga petugas kita masih kurang dan persedian
linen disini masih bisa dikendalikan dengan jumlah petugas saat
ini dek”.
90
Universitas Sumatera Utara
2. Kepala Unit Linen Laundry RS USU
a. Perencanaan Terhadap SOP (Standar Operasional Prosedur)
Pencucian Linen Laundry RS USU
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, informan menjawab
dengan sederhana dan santai serta menyimpulkan masih ada SOP yang
belum dijalankan di Unit Linen Laundry RS USU seperti kutipan
wawancara berikut ini:
“SOP Pencucian kita ada dek cuman nggak semua kita
jalankan dek tapi kita sudah punya aturan SOP tersebut dek,
seperti penjahitan kita nggak ada dek yahhh karena mesin jahit
kita nggak ada, petugas kita pun kurang dalam hal ini jikapun ada
mesin jahit kita dek, terus perendaman kita nggak ada dek,
mungkin 2 (dua) hal ini SOP yang belum kita jalankan dek “.
b. Mengenai Pembagian Shift Kerja Unit Linen Laundry RS USU
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, informan menjelaskan
dengan singkat dan dengan alasan karyawan atau petugas masih
kurang serta jumlah ketersediaan linen yang masih kurang seperti
kutipan wawancara berikut ini:
“Kami di unit laundry ini belum ada menggunakan pembagian
shift kerja dek, yahhhh…hanya 1 shift kerja saja dek, kami masuk
kerja pagi dan pulang sore dek yahhh kami disini kekurangan
petugas dan jumlah linen stok nya pun masih dikit dek jadi sudah
cukuplah sementara kami aja disini yang mengerjakan dek,kira-
kira gitu lah dek “.
c. Mengenai Pembagian Tugas Pokok Kepada Petugas Laundry RS
USU
Dari hasil wawancara peneliti kepada informan, informan menjelaskan
singkat saja bahwa di unit laundry RS USU belum ada pembagian
91
Universitas Sumatera Utara
tugas pokok dengan alasan yang sama yaitu petugas masih kurang dan
dikerjakan dengan gotong royong seperti kutipan wawancara berikut
ini:
“Nggak ada dek kita disini pembagian tugas pokok dek,
yahhh…. kayak tadi yang udah dijelasin karena kita disini masih
kekurangan SDM dek, jadi kerjaannya disini saling kerja sama
gitu dek yaa gotong royong dek acak-acakan gitu dek, ada yang
menggosok,melipat, dan seterusnya dek saling bergantianlah
mengerjakannya “.
d. Pengadaan Linen di Unit Linen Laundry RS USU
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, informan menjelaskan
bahwa pengadaan linen tergantung anggaran yang sudah diusulkan
kepada pihak yang berwenang dan saat ini masih belum terealisasi
seperti kutipan wawancara berikut:
“Kalau mengenai pengadaan linen disini itu semua tergantung
anggaran dan kita sudah usulkan kita dah buat surat ke atasan dek
namun yahhhh…gini lah dek belum ada balasan lah sama kita
disini yaa intinya belum terealisasi 100% dek “.
e. Pendapat Kepala Unit Linen Laundry RS USU Mengenai
Penanganan Linen Rusak
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, informan menyatakan
bahwa belum maksimalnya dalam penanganan linen yang rusak, robek
bahkan hilang dikarenakan anggaran/biaya yang tidak mendukung dan
belum ada respon dari pihak RS USU. Linen yang rusak atau Robek
jika memang ada dan sudah didata, maka akan dijahitkan atau
diperbaiki di luar laundry RS USU seperti kutipan wawancara berikut
ini:
92
Universitas Sumatera Utara
“Masih dikumpulkan dan didata kalau ada anggaran atau
biaya dek maka akan kami jahitkan atau perbaiki tapi jadinya di
luar laundry RS USU ini dek. Penanganan linen kita disini belum
maksimal lah dek jikapun ada yang rusak dan robek contohnya yak
an, maka kita kumpulkan dulu nggak langsung kita jahitkan karena
kita nggak punya peralatan dek, hehehe…”.
f. Pengecekan Kelayakan Linen
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, informan menjelaskan
bahwa tindakan pengecekan ada dilakukan namun tindakan setelah
pengecekan belum ada dilakukan bahwa pemakaian linen sudah lebih
pemakaian standar karena alasan anggaran dan respon dari pihak RS
USU belum ada keterangan seperti kutipan wawancara berikut ini:
“Ada pengecekan tetapi belum ada pengganti linen yang sudah
tidak layak pakai lagi sebenarnya dek, bahkan ada linen yang
sudah dipakai sampai 120 kali bahkan lebih dari situ dek, intinya
sudah tidak sesuai aturan departemen kesehatan lah dek,
yahhh…kalau ngecek kami lakukan disini dek cuman gitulah dek
nggak ada tindakan lanjutan dek “.
g. Pengadaan Bahan Baku Cucian
Saat peneliti melakukan wawancara, informan menjelaskan bahwa
bahan baku cucian disesuaikan dengan jumlah cucian tiap hari nya dan
bekerja sama dengan bagian perbekalan, seperti kutipan wawancara
berikut:
“Pengadaan bahan bakunya nanti kita sampaikan sama bagian
perbekalan dek sesuai yang kita sini butuhkan dek,
yahhhh….intinya pengadaan dilakukan sesuai jumlah cucian/hari
nya dek, gitu dek “.
h. Mengenai Anggaran/Pembiayaan Pengadaan Linen di Unit Linen
Laundry RS USU
93
Universitas Sumatera Utara
Saat Peneliti mewawancarai informan mengenai hal ini, informan
menjelaskan bahwa Dia selaku Kepala Unit sudah membuat
Rancangan Kerja Anggaran Tahunan namun sampai saat ini belum
terealisasi, seperti kutipan wawancara berikut:
“Begini dek, hmmm….gimana ya dek, kalau kami pihak
laundry RS USU ya dek melalui saya sendiri yang sudah lama
membuat RKAT (Rancangan Kerja Anggaran Tahunan) namun
banyak yang belum terealisasi ataupun belum dipenuhi dek tapi
kami sudah usulkan ke atasan dek “.
i. Mengenai Keluhan Pasien/Pengunjung Terhadap Kualitas Linen
RS USU
Saat peneliti menanyakan hal ini kepada informan, informan
menjelaskan sejauh ini belum ada keluhan langsung yang datang
kepada pihak Unit Linen Laundry RS USU, kemungkinan keluhannya
kepada perawat setiap ruangan dan sejauh ini kepada kami tidak ada
langsung datang dari pasien atau pengunjung, seperti kutipan
wawancara berikut:
“Keluhan dari pasien atau pengunjung langsung kepada kami
nggak ada dek sejauh ini ya dek, cuman kadang kami dikasih
keluhan lewat perawat setiap ruangan dek dan itupun jarang dek
hanya sekali-kali aja dek seperti noda masih ada,koyak, warna
kain nya, gitu-gitu aja dek dan nggak terlalu fatal dek, dan
seharusnya memang linen di RS USU sudah saatnya diganti
karena kebanyakan linen dari segi warna lah dulu sudah banyak
yang luntur dek dan ini sudah sering kita sampaikan kepada
atasan kita dek, yah gini lah masih nunggu kami dek “.
94
Universitas Sumatera Utara
j. Mengenai Sistem Pengolahan Air Limbah RS USU Khususnya
Limbah Laundry
Saat peneliti melakukan wawancara mengenai hal ini, informan
menjelaskan sesuai dengan peneliti lihat bersama-sama langsung ke
lokasi IPAL RS USU (Instalasi Pembuangan Air Limbah), seperti
kutipan wawancara berikut ini:
“Seperti sama-sama kita lihat langsung ke lokasi IPAL RS
USU dek yah sejauh ini belum ada permasalahan serius dek untuk
lingkungan RS USU sendiri termasuk mengenai limbah Laundry
RS USU kita ini dek, semua jenis limbah di RS USU ini termasuk
unit laundry kita ini dibuat satu tempat dan proses nya sama
semua dek, namun pembuangan air yang sudah di filter masih
belum ada pemanfaatannya masih dibuang di tanah dan sebagian
digunakan untuk mencuci dan menyiram atau buat yang lainnya
dek seperti yang kita lihat tadi dek, intinya sejauh ini belum ada
permasalahan serius dek”.
k. Mengenai Keseuaian Kualitas Unit Linen Laundry RS USU
Terhadap Akreditasi RS USU Sekarang
Saat Peneliti menanyakan hal ini, informan hanya bisa tertawa kecil
dan tersenyum menanggapi hal ini namun tetap menjelaskan sedikit
bahwa walaupun RS USU sejak Juni 2018 sudah mendapatkan
akreditasi B namun keadaan Unit Linen Laundry RS USU masih sama
seperti yang sebelumnya belum ada perkembangan dan
permasalahannya tetap saja mengenai anggaran yang belum terealisasi,
seperti kutipan wawancara berikut ini:
“Hmmm….gimana dibilang ya dek, hahaha…mengenai apakah
sesuai dengan akreditasi yaaaa abang bisa jawab belum dek masih
sama kayak yang kemarin dek, harapannya y ajika kita sudah
akreditasi B sejak Juni 2018 ini, harusnya unit kita ini juga
diperhatikan agar ada perkembangan dan sesuai dengan penilaian
95
Universitas Sumatera Utara
akreditasi saat ini dek, cuman ya gini lah dek. Intinya belum sesuai
dek dan tetap juga alasannya terkendala dengan anggaran
sehingga belum dapat terealisasi dek dengan maksimal dan kita
masih berharap ada perkembangan dek “.
l. Mengenai Perbedaan Kualitas Linen Setiap Ruangan RS USU
Saat peneliti menanyakan hal ini, informan memberikan keterangan
bahwa tidak ada perbedaan khusus setiap ruangan dikarenakan juga
jumlah dan persediaan linen RS USU belum banyak jadi tidak terlalu
ada perbedaan dan termasuk dalam hal pencucian linen tidak ada
perbedaan, seperti kutipan wawancara berikut ini:
“Kalau masalah perbedaan kualitas linen setiap ruangan
yahhh…gak ada perbedaan khusus kita buat saat ini dek, palingan
perbedaan warna linen, ketebalan linen seperti selimut misalnya
selimut di ruangan VIP ketebalannya beda di ruangan lainnya,
warna linen begitu juga dek setiap ruangan beda dek hanya
sebagai tanda aja dek, terus mengenai pencucian yahhh kami
satukan di unit laundry kita ini dek seperti yang adek lihat selama
ini, di mesin cuci yang sama dengan bahan cucian yang sama juga
dek, intinya nggak ada perbedaan terlalu khusus dek “.
m. Mengenai Survey Pihak Unit Linen Laundry RS USU Terkait
Pelayanan Laundry Kepada Pasien/Pengunjung
Saat peneliti menanyakan hal ini, informan menjelaskan bahwa pihak
laundry belum pernah melakukan survey mengenai hal ini karena tidak
sempat melakukannnya apalagi petugas yang bekerja masih
kekurangan, seperti kutipan wawancara berikut ini:
“Hmmm….mengenai survei ya dek, jujur ya dek, kami belum
pernah sejauh ini melakukan siurvey nanya ke pasien atau
pengunjung secara langsung atau pakai angket seperti itu dek
karena kita nggak sempat dek apalagi kan petugas kita sini
kekurangan jadi nggak ada yang handle nanti nya dek, cuman
kami hanya menerima keluhan atau masukan nanti nya lewat
96
Universitas Sumatera Utara
setiap perawat ruangan yang bertugas dan menyampaikan kepada
kami langsung dek “.
3. Kepala Sub Bagian Sarana Medik RS USU
Informan selanjutnya adalah seorang Kepala Sub Bagian (Kasubbag)
Sarana Medik RS USU yang langsung membawahi Unit Linen Laundry
RS USU untuk diminta keterangan mengenai pelayanan Unit Linen
Laundry RS USU Tahun 2018. Menurut keterangan dari RS USU bahwa
beliau belum lama ini menjadi Kasubbag Sarana Medik RS USU sehingga
beliau pun dalam memberikan keterangan seputar wawancara kurang
mengetahu detail sehingga saat peneliti melakukan wawancara dengan
informan didampingi langsung oleh Kepala Unit Linen Laundry RS USU
untuk membantu memberikan keterangan kepada peneliti.
Adapun hal-hal yang peneliti wawancarai kepada informan dalam hal
ini Kasubbag Sarana Medik RS USU sebagai berikut:
a. Mengenai RS USU Memiliki Unit Linen Laundry Sendiri
“Ohh…tepatnya Juli 2016 dek kita punya unit laundry
sendiri”.
b. Perencanaan SOP Unit Linen Laundry RS USU
“Iya dek, kita punya perencanaan SOP tersebut dan kita
jalankan dek didiskusikan juga dengan PPI dan Sarpras. PPI itu
singkatan dari Pengendalian Penyakit Infeksi dan Sarpras itu
sarana dan prasarana dek”.
c. Mengenai Pelatihan Khusus RS USU Untuk Petugas Laundry
97
Universitas Sumatera Utara
“Pernah kok dek ada dibuat tapi masih pelatihan PPI tadi
itu”.
d. Sistem Pembiayaan Pengadaan Linen RS USU
“Sistem nya itu yahhh….berdasarkan RKA RS USU yang
sudah dibuat dek, itulah system untuk pengadaan linen dek
mengenai pembiayaan”.
e. Pihak Yang Mengawasi Unit Linen Laundry RS USU
“Kalau itu kita serahkan kepada Kepala Unit Linen
Laundry RS USU ini dek untuk mengawasi nya dan segala sesuatu
kalau ada apa-apa keperluannya lapor nya sama kita dek kita yang
membawahi bagian laundry juga dek”.
f. Jumlah Tenaga Laundry & Kebutuhan RS USU
“Belum sesuai dek kalau saat ini yahhh mengenai jumlah
tenaga di bagian laundry dengan kebutuhan RS USU saat ini”.
g. Mengenai APD Pengelola Limbah Padat RS USU
“Mengenai limbah padat sana yahhh….APD nya ya
dek, yaaa biasa-biasa lah dek yang dipakai seperti masker,
kacamata, sepatu boot, dan lainnya dek”.
h. Fasilitas dan Peralatan RS USU Menunjang Pengelolaan Linen
Laundry RS USU
“Disini ada Kepala Unit Linen Laundry RS USU
langsung dek bisa nanti menjawabnya lebih detail cuman
seperti yang kita lihat di ruangan ini dek ada mesin cuci 2
buah untuk infeksius dan satu lagi non infeksius, ada mesin
pengering juga itu, itu ada lemari 4 buah, gudang bahan
kimia juga ada, trolly bersih juga ada trolly kotor masing-
masing 3 buah, itu lah mungkin dek”.
98
Universitas Sumatera Utara
i. Hambatan Bagian Pengelolaan Linen Laundry RS USU
“Kata Kepala Unit Linen Laundry pernah ada
hambatan disini dek, seperti mesin-mesin disini bermasalah
jadi menghambat kerja petugas disini, belum lagi yang lain
pasti ada aja disini hambatan cuman bisa diatasi kok dek”.
j. Apakah Petugas Laundry RS USU Sudah Memenuhi Stnadar
dan Memiliki Sertifikat Lengkap Sesuai SOP dan Peraturan?
“Belum memenuhi standar dek kalau mengenai
sertifikat yang mereka miliki, kemarin itu pelatihan PPI
lalu mereka dapat sertifikat pelatihan tersebut, tapi mereka
sudah punya kemampuan mengenai laundry ini”.
k. Mengenai Pengolahan Air Limbah RS USU Termasuk Limbah
Unit Linen Laundry Dampaknya Terhadap Kesehatan
Lingkungan RS USU
“Sejauh ini nggak ada kami dengar disini
dampaknya terhadap kesehatan lingkungan RS USU dan di
bagian limbah sana ada selalu pengecekan rutin dari dinas
kesehatan dan masih aman-aman sejauh ini, nanti kalau
mau detail bisa tanya bagian IPAL sana ya dek”.
l. Mengenai Latar Belakang Pendidikan Petugas Unit Linen
Laundry RS USU dan Trainning RS USU
“Tidak ada permasalahan sejauh ini soal itu di RS
USU ini dan sudah disesuaikan dengan prosedur rumah
sakit ini juga yang penting mereka sediakan berkas yang
diminta dan punya pengalaman dengan tanda bukti
keterangan aja dek, terus mengenai training diawal masuk
mereka diberikan training seperti yang tadi hanya PPI
pelatihan yang diberikan”.
m. Mengenai Keluhan Pasien/Pengunjung Terkait Pelayanan Unit
Linen Laundry RS USU
“Kalau soal ini lebih jelasnya nanti bisa tanyakan
langsung ke Kepala Unit Laundry nya ini orangnya dek,
cuman sejauh ini yaaahhh belum ada lah dek keluhan
99
Universitas Sumatera Utara
langsung kepada mereka yang saya dengar dan ketahui
sampai saat ini apalagi keluhan fatal cuman kalau mau
complain entah masih ada noda nya, robek kainnya, atau
tertukar atau lainnya biasanya perawat tiap ruangan yang
sampaikan sama petugas laundry dek”.
n. Sejak Juni 2018 RS USU Termasuk Rumah Sakit Tipe B,
Apakah Unit Linen Laundry RS USU Sudah Sesuai Standar
Kelas B?
“Memang betul dek kita sudah kelas B,
yahhh…cuman belum sesuai dek kapsitas kita khususnya
unit laundry ini dengan Tipe kelas B tersebut masih banyak
PR-PR yang mau dikerjakan yang akan kita usahakan
semua kekurangan di bagian laundry kita ini”.
100
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap unit linen laundry
RS USU Kota Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Internal (Input)
1. Mengenai sarana dan prasarana (machine) bahwa unit linen laundry RS
USU belum lengkap memiliki sarana – prasarana seperti mesin peras,
mesin penyetrika pres dan mesin jahit, sedangkan mesin pencucian
linen lainnya sudah ada namun yang tersedia masih kurang dalam hal
kuantitasnya. Selanjutnya mengenai ruangan yang ada belum ada
ruangan khusus yang disediakan masih ruangan besar tanpa ada
penyekat ruangan khusus baik itu ruang penerimaan linen, ruang
pemisahan linen, ruang pencucian & pengeringan linen, ruang
penyimpanan hingga ruang distribusi. Ruang penyimpanan khususnya
masih berada di dalam ruangan Kepala Unit Linen Laundry RS USU,
ruang penerimaan linen belum ada meja penerima untuk linen yang
terinfeksi dan non terinfeksi dan lemari yang tersedia serta trolly masih
kekurangan selain kekurangan mesin pencucian linen.
2. Mengenai sumber daya manusia (man) yang menyangkut staff
pelaksana (petugas) masih kekurangan tenaga petugas yang saat ini
masih tersedia 7 petugas dan menurut Kepala Unit Linen Laundry RS
101
Universitas Sumatera Utara
USU perlu penambahan petugas disesuaikan dengan kebutuhan saat ini
sehingga dapat dilakukan pembagian tugas pokok masing-masing
(jobdesk) dan jika memungkinkan akan dilaksanakan 2 shifft
pembagian waktu kerja petugas. Selanjutnya mengenai syarat menjadi
staff pelaksana atau petugas sesuai ketentuan Depkes RI Dirjend
Pelayanan Medik Tahun 2014 bahwa selain tenaga non medik harus
ada tenaga kesehatan dan tenaga keperawatan di dalamnya namun
kenyataannya bahwa hanya ada 1 (satu) orang petugas tenaga
keperawatan di dalamnya selebihnya tamatan SMA dan Sarjana non
kesehatan/keperawatan.
3. Mengenai pembiayaan atau anggaran (money) hingga saat ini
berdasarkan keterangan pihak unit laundry RS USU bahwa sudah
diajukan RKA sejak 2018 hingga tahun 2019 ini dan belum ada
keterangan positif dari pihak pimpinan RS USU menanggapinya
sehingga persediaan linen lama yang masih digunakan di rumah sakit
dengan alasan anggaran yang belum ada termasuk pemenuhan sarana
unit laundry terkendala karena anggaran atau biaya yang belum
terealisasi penuh.
Kegiatan Unit Linen Laundry (Proses)
1. Pengumpulan/ Pengangkutan linen
Tahap pengumpulan/ pengangkutan linen masih ada ketidaksesuaian
SOP yang berlaku yaitu petugas laundry dan perawat petugas ruangan
tidak ada komunikasi di awal terkait informasi linen kotor yang
102
Universitas Sumatera Utara
dibawak ke ruangan laundry.Komunikasi petugas laundry dan perawat
petugas ruangan berlangsung saat pendistribusian linen bersih di sore
hari.Petugas setiap pagi hari datang mengambil linen kotor dari utilitas
kotor dan langsung diantar ke ruangan laundry tanpa komunikasi
dengan perawat petugas ruangan dan petugas mengangkut linen kotor
terkadang digabungkan dalam 1 (satu) plastik dan tidak ada pemisahan
linen kotor infeksius dan yang mana non infeksius tetapi dipisahkan di
ruang laundry. Trolly yang digunakan baik linen bersih dan linen kotor
memang dibedakan namun sesuai yang peneliti lihat jarang sekali
petugas membersihkan trolly dengan desinfektan terkhusus linen kotor
dengan alasan karena linen sudah dibawak menggunakan plastic linen
masing-masing.
2. Penerimaan / Penimbangan
Pada tahap ini sudah cukup sesuai SOP yang berlaku. Linen kotor yang
dibawa diterima dan ditimbang di ruangan laundry dengan timbangan
duduk yang sudah tersedia namun permasalahannya adalah linen yang
diterima dan akan ditimbang diletakkan di lantai ruangan dan tidak ada
meja panjang khusus sesuai ketentuan Depkes RI Dirjend Pelayanan
Medik Tahun 2004.
3. Pemilahan / Perhitungan
Tahap ini sudah dilaksanakan oleh pihak laundry yaitu memilah linen
kotor infeksius dan linen kotor non infeksius lalu dihitung banyak
masing-masing sehingga petugas mengetahui banyak linen kotor
103
Universitas Sumatera Utara
infeksius dan non infeksius yang akan dicuci dan dimasukkan ke
dalam mesin cuci selain itu pemilahan linen berdasarkan warna dan
dan jenis linen tersebut. Mesin cuci yang digunakan dibedakan antara
linen kotor infeksius maupun linen kotor non infeksius.
4. Perendaman linen
Tahap ini tidak dilaksanakan di Unit Linen Laundry RS USU
melainkan langsung dimasukkan ke dalam mesin cuci untuk masuk ke
tahap pencucian linen setelah tahap pemilahan dan perhitungan.
5. Pencucian linen
Tahap pencucian sudah cukup baik namun masih ada perbaikan sesuai
ketentuan Peraturan dan SOP yang berlaku seperti mesin cuci yang
digunakan untuk mencuci linen kotor infeksius maupun non
infeksius.Terkadang mesin cuci khusus linen kotor infeksius
digunakan untuk mencuci linen kotor non infeksius begitu juga
sebaliknya dengan alasan karena mesin cuci terbatas dan mempercepat
kerja petugas.Mesin cuci sebagai sarana unit laundry masih
kekurangan persediannya dan belum ada respon pimpinan RS USU.
Bahan kimia yang digunakan untuk pencucian linen sudah sesuai dan
suhu serta waktu pencucian juga sudah cukup sesuai SOP dan
peraturan.
6. Pengeringan linen
Mesin pengering linen yang tersedia hanya ada 2 buah (infeksius dan
non infeksius) dan masih kekurangan persediaannya.Terkadang mesin
104
Universitas Sumatera Utara
pengering linen infeksius digunakan untuk non infeksius begitu juga
sebaliknya dengan alasan mempercepat kerja petugas. Tahap
pengeringan ini sebaiknya diharapkan dilakukan pengecekan apakah
tidak ada mikroorganisme pathogen dan kontaminasi ulang sehingga
perlu dilakukan pengeringan ulang namun faktanya di unit laundry
tidak ada pengecekan hanya sekali dilakukan pengeringan linen setelah
itu langsung masuk tahap pengeringan, mengenai suhu dan waktu
pengeringan sudah cukup sesuai SOP.
7. Penyetrikaan linen
Tahap ini sudah cukup sesuai namun kekurangan mesin penyetrika
linen padahal selalu banyak linen yang masuk untuk didistribusikan.
Pengeringan linen dengan 1 (satu) buah mesin roll dengan diatur suhu
yang cukup sesuai ketentuan berlaku. Linen yang akan disetrika
diharapkan rapi saat pelipatan nanti, tahap ini hanya sekali pelipatan
dan terkadang masih terlihat linen yang masih kusut dan langsung
dilipat selain itu saat penyetrikaan tidak diberikan pewangi pada linen.
Selain itu, sebelum linen disetrika petugas memeriksa linen yang
masih ada noda nya dan selalu ditemukan linen yang masih basah dan
tampak noda yang tertinggal seperti bekas darah,dll.
8. Pelipatan linen
Tahap ini dilakukan setelah penyetrikaan linen agar linen terlihat lebih
rapi. Sesuai ketentuan, saat pelipatan linen dibutuhkan meja tempat
melipat yang sudah di desinfeksi dengan cairan alkohol 70% namun di
105
Universitas Sumatera Utara
unit laundry RS USU tidak dilakukan hal ini hanya tinggal langsung
dilipat linen yang sudah disetrika.Tahap pelipatan linen ini terkadang
ditemukan linen yang robek atau retas jahitannya lalu dikumpulkan
terlebih dahulu untuk dibawak ke pihak luar dilakukan penjahitan
linen.
9. Penjahitan linen ; tahap ini tidak dilaksanakan karena Unit Linen
Laundry RS USU tidak memiliki mesin jahit sendiri. Linen yang robek
atau retas jahitannya dikumpulkan terlebih dahulu hingga banyak
terkumpul lalu dijahitkan di luar RS USU.
10. Penyimpanan linen ; tahap ini dilakukan ketika ada linen yang tersisa.
Penyimpanan linen tersedia ada 4 buah lemari yang tertutup dan ruang
khusus penyimpanan belum ada masih diletakkan di ruang Kepala Unit
Linen Laundry RS USU.
11. Pendistribusian linen ; tahap ini dilakukan petugas di sore hari untuk
mengantarkan linen bersih ke utilitas bersih setiap ruangan rumah
sakit. Tahap ini petugas laundry melakukan komunikasi kepada
perawat petugas ruangan bahwa linen bersih sudah diantarkan ke
utilitas bersih dan langsung ditandatangani. Lemari khusus linen bersih
di ruangan utilitas bersih tidak ada melainkan linen bersih dalam
plastik putih hanya diletakkan di lantai utilitas bersih.
Keluaran (Output)
Masih ada hal yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan seperti
yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya baik KepMenkes No 1204
106
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2004 mengenai Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit maupun Departemen Kesehatan RI Dirjend Pelayanan Medik
Tahun 2004 tentang Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit.
B. Saran
Dari penelitian yang dilakukan, ada beberapa hal yang dapat disarankan:
1. Pihak Unit Linen Laundry RS USU harus lebih memperhatikan SOP
(Standar Operasional Prosedur) kegiatan laundry mulai dari tahap
pengumpulan hingga pengangkutan agar lebih diperhatikan lebih baik
lagi. Sebaiknya juga SOP yang belum dijalankan seperti pemerasan
dan penjahitan agar dilakukan sehingga kualitas linen lebih baik lagi.
Mengenai ini, pihak RS USU harus turun langsung sesekali
memperhatikan hal ini di unit laundry agar yang belum baik bisa
dibenahi.
2. Pihak RS USU harusnya lebih memberikan respon positif dan cepat
kepada pihak Unit Linen Laundry RS USU mengenai pengadaan bahan
linen dan penambahan fasilitas serta petugas yang bertugas agar ada
pembagian jobdesk sesuai bidangnya. Pihak laundry melalui Kepala
Unit Linen Laundry RS USU sudah lama mengusulkan hal ini melalui
surat yang sudah dibuat ke pihak RS USU namun sampai saat ini
belum ada respon positif.
3. Sebaiknya saat tahap pengumpulan seharusnya sesuai SOP yaitu
adanya komunikasi petugas laundry dengan perawat petugas ruangan
mengenai linen kotor yang diambil dari ruangan namun selama ini
107
Universitas Sumatera Utara
komunikasi itu terjadi saat pendistribusian linen bersih ke setiap
ruangan sehingga linen kotor yang diambil kadangkala tidak sesuai
dengan linen bersih yang didistribusikan kembali.
4. Kepala Unit Linen Laundry RS USU harus lebih tegas lagi
memperhatikan semua petugas yang tidak mau memakai APD (Alat
Pelindung Diri) lengkap padahal sudah disediakan RS USU dan harus
memperhatikan kinerja petugas diharapkan lebih disiplin lagi sesuai
prosedur agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi seperti infeksi
dikarenakan penanganan linen yang tidak baik atau tidak sesuai.
5. Pihak RS USU melalui Kepala Unit Linen Laundry dan Kasubbag
Sarana Medik RS USU yang langsung membawahi unit linen laundry
harus lebih memperhatikan pelayanan laundry RS USU harus sesuai
dengan SOP dan ketentuan Departemen Kesehatan RI Dirjend
Pelayanan Medik Tahun 2004 tentang Pedoman Manajemen Linen di
Rumah Sakit dan ketentuan KepMenkes RI No
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Syarat Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit khususnya mengenai laundry.
108
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito. 2007. TentangRumahSakit. Jakarta
Afrizal. 2004. Validasi Data. Jakarta
America Hospital Association. 1974. TentangRumahSakit. AmerikaSerikat
Aini, NurMuhamad. 2013. AnalisisPengelolaan Linen di
InstalasiRawatInapRumahSakitPermataBundaPurwodadiTahun 2010.
(Skripsi). Semarang:
FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasDiponegoro.
Centerof Disease Control. 1995. InfeksiNosokomial. AmerikaSerikat.
Darmadi. 2008. InfeksiNosokomial. Jakarta.
Depkes RI. 2004. Manajemen Linen RumahSakit. Jakarta: KementerianKesehatan
RI.
Depkes RI DirjendPelayananMedikTahun 2004. PedomanManajemen Linen
RumahSakit. Jakarta: KementerianKesehatan RI.
Djojodibroto. 1997. Manajemen Linen RumahSakit. Jakarta.
Jumadewi. 2014. Laundry RumahSakit. Jakarta.
KeputusanMenteriKesehatan RI No. 1204 Tahun 2004.
TentangPersyaratanKesehatanLingkunganRumahSakit. Jakarta:
KementerianKesehatan RI.
KeputusanWalikota Medan No. 660/1402/DLH/2017. TentangIzinPembuangan
Air LimbahKepada RS USU. Kota Medan.
KeputusanWalikota Medan No. 660.2/399k/2017.
TentangIzinPenyimpananSementaraLimbahBahanBerbahayadanBeracunK
epada RS USU. Kota Medan.
Laundry Management Policy. 2013. Jakarta.
Mungesti, Mentari. 2016. GambaranPengelolaan Linen di Bagian Laundry
RSPAU Dr. SuhardiHardjolukito Yogyakarta. (Skripsi).Yogyakarta:
KesehatanLingkungan STIKES Wirahusada.
109
Universitas Sumatera Utara
Nauli, Mutiara. 2015. AnalisisPengelolaan Linen Laundry di RumahSakitUmum
X Kota Medan. Medan: FakultasKesehatanMasyarakatUniversitas
Sumatera Utara.
Nugraheni. 2013. Linen Kotor Non Infeksius. Jakarta.
Patton &Moleong. 2010. TriangulasiSumber. Jakarta.
PedomanTeknisBangunan RS Kelas B. 2012. Jakarta: KementerianKesehatan RI.
Peninsula Community Health. 2012. Jakarta.
PeraturanDirekturRumahSakit No.
962/PER/RS/I/2014.TentangPedomanOrganisasiBagian Laundry
RumahSakit. Jakarta: KementerianKesehatan RI.
PeraturanMenteriKesehatan RI No. 340 Tahun 2010.KlasifikasiRumahSakit.
Jakarta: KementerianKesehatan RI.
Rifakes. 2011. InfeksiNosokomial. Jakarta: KementerianKesehatan RI.
RS A.T. Medika. 2014. PanduanPengelolaan Linen. Kota Palopo.
RS USU. 2016.LaporanBulanan Laundry RS USU. 2016.Kota Medan.
RS USU. 2016.PedomanPelayanan Laundry RS USU. Kota Medan.
RS USU. 2016.PedomanPengorganisasian Unit Laundry.Kota Medan.
RS USU. 2016.ProfilKesehatan RS USU. Kota Medan.
RS USU. 2016.Program Kerja Unit Laundry.Kota Medan.
RS USU. 2016. Program Orientasi Laundry RS USU. Kota Medan.
RS USU. 2016. Program Pelatihan Laundry RS USU. Kota Medan.
Sugiyono.2013. Analisis Data Kualitatif. Jakarta.
Sumantri. 2013. TeknikWawancaraPenelitianKualitatif. Jakarta.
Tietjen.2004. Manajemen Linen RumahSakit. Jakarta.
UU RI No. 44 Tahun 2009 tentangRumahSakit. Jakarta: Presiden RI
Wolpor& Pena. 1987. TentangRumahSakit. AmerikaSerikat.
110
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1. Surat Permohonan Menjadi Responden
2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
3. Pedoman Wawancara Mendalam
4. Pedoman Observasi Pengelolaan Unit Linen-Laundry RS USU
5. Surat Permohonan Survei Pendahuluan
6. Surat Izin Survei Awal Penelitian
7. Memo Pengantar Izin Survei Awal Penelitian
8. Daftar Hadir Survei Awal Penelitian
9. Surat Permohonan Survei Penelitian
10. Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kesehatan USU
11. Memo Pengantar Izin Penelitian Kepada Kepala Sub Bagian Sarana Medik
RS USU
12. Memo Pengantar Izin Penelitian Kepada Kepala Unit Linen Laundry RS
USU
13. Memo Pengantar Izin Penelitian Kepada Kepala Instalasi Rawat Jalan RS
USU
14. Daftar Hadir Penelitian di RS USU Tahun 2018
15. Surat Keterangan Tanda Selesai Penelitian di RS USU
16. Matriks Hasil Wawancara Peneliti Terhadap Informan
17. Dokumentasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Calon Responden
Di-
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Sahat Parulian Simatupang
NIM : 141000255
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat USU
Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul:
“ Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara (RS USU) Tahun 2018 ”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi
responden. Semua informasi dari hasil penelitian akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara/I bersedia, maka
peneliti mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan yang
saya lampirkan.
Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Sahat P Simatupang
NIM.141000255
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN
( INFORMED CONSENT )
Saya yang bertandatangan dibawah ini bersedia menjadi responden
setelah diberikan penjelasan dalam penelitian yang dilakukan peneliti
yaitu:
Nama : Sahat Parulian Simatupang
NIM : 141000255
Judul : Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry Rumah
Sakit USU Tahun 2018
Demikianlah surat persetujuan ini saya tandatangani tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun. Saya menyadari bahwa penelitian ini
tidak akan merugikan saya sebagai responden, oleh sebab itu saya
bersedia menjadi responden.
Responden,
( )
Universitas Sumatera Utara
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018
Tanggal wawancara :
1. Karakteristik Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Posisi : Kepala Sub Bagian Sarana Medik RS USU
Lama Kerja :
2. Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Sudah berapa lama RS USU memiliki Unit Laundry sendiri?
2. Apakah dilakukan perencanaan SOP (Standar Operasional Prosedure)
untuk laundry RS USU?
3. Apakah pihak rumah sakit pernah memberikan pelatihan khusus untuk
penanganan laundry di rumah sakit?
4. Bagaimana sistem pembiayaan untuk pengadaan linen rumah sakit?
5. Siapakah yang berkewajiban mengawasi Unit Laundry RS USU?
6. Apakah tenaga pengelola linen laundry yang tersedia sudah sesuai
dengan kebutuhan rumah sakit?
7. Apa saja APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan petugas pengelola
limbah padat rumah sakit?
8. Fasilitas dan peralatan apa saja yang disediakan rumah sakit dalam
membantu melancarkan proses pengelolaan linen bagian laundry?
9. Apakah pengelolaan linen bagian laundry pernah mengalami
hambatan?
10. Apakah staff pelaksana/ petugas sudah memenuhi standar menjadi
petugas Unit Linen Laundry RS USU seperti sertifikat yang dimiliki
apakah sudah lengkap sesuai standar?
Universitas Sumatera Utara
11. Mengenai pengolahan air limbah RS USU khususnya limbah Unit
Linen Laundry RS USU, apakah ada permasalahan dengan hal itu
seperti dampak terhadap kesehatan lingkungan RS USU ?
12. Mengenai pendidikan Staff pelaksana (petugas), apakah tidak terlalu
dipermasalahkan? Apakah tidak ada pendidikan dengan jurusan khusus
menjadi staff pelaksana? Apakah di awal masuk, staff pelaksana
diberikan pelatihan awal/ training sesuai prosedur yang berlaku?
13. Apakah sejauh ini, ada keluhan pasien/ pengunjung yang masuk
mengenai kualitas Unit Linen Laundry RS USU? Jika ya, apakah
langkah yang saudara/i lakukan?
14. Saat ini sejak Juni 2018, RS USU sudah masuk Kelas B, apakah
standar Unit Linen Laundry RS USU sudah sesuai atau masih jauh dari
standar RSU Kelas B? Mohon penjelasannya!
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Universitas Sumatera Utara
Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018
Tanggal wawancara :
1. Karakteristik Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Posisi : Kepala Unit Linen-Laundry RS USU
Lama Kerja :
2. Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Adakah perencanaan terhadap SOP (Standar Operasional Prosedure)
pencucian linen di Unit Laundry RS USU?
2. Bagaimanakah pembagian shift kerja di unit laundry, apakah sudah
cukup 1 (satu) shift kerja saja?
3. Bagaimanakah pembagian tugas pokok kepada petugas pencucian di
unit laundry?
4. Bagaimanakah pengadaan linen di unit laundry?
5. Jika terdapat linen rusak, bagaimana cara penanganannya?
6. Apakah dilakukan pengecekan kelayakan linen? Jika “ya” kapan
dilakukan dan oleh siapa?
7. Bagaimana pengadaan bahan baku cucian?
Universitas Sumatera Utara
8. Bagaimana anggaran/ pembiayaan pengadaan linen di Unit Linen-
Laundry RS USU ini?
9. Apakah banyak keluhan pasien/ pengunjung terhadap kualitas linen di
RS USU? Jika ya, apa respon dan solusi yang dilakukan untuk
mengatasinya?
10. Bagaimana alur/ sistem pengolahan air limbah khusus bagian Unit
Linen-Laundry RS USU ini, apakah sejauh ini ada permasalahan
seperti mencemari lingkungan RS USU?
11. Saat ini RS USU sejak Juni 2018 sudah masuk Kelas B, apakah
kualitas Unit Linen-Laundry RS USU ini sudah sesuai standar Kelas
B? Mohon penjelasannya!
12. Apakah ada perbedaan kualitas linen setiap unit ruangan perawatan di
RS USU? Jika ya, berikan alasannya!
13. Apakah Unit Linen-Laundry RS USU sudah pernah melakukan survey
pelayanan Unit Linen-Laundry RS USU kepada pasien/ pengunjung
RS USU? Bagaimana hasilnya dan apakah sudah ada tindakan
selanjutnya?
Universitas Sumatera Utara
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018
Tanggal wawancara :
1. Karakteristik Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Posisi : Staff Pelaksana (Petugas)
Lama Kerja :
2. Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Apakah yang saudara/i ketahui mengenai linen rumah sakit?
2. Apakah yang saudara/i ketahui mengenai linen kotor infeksius dan
linen kotor non infeksius?
3. Bagaimanakah perbedaan prosedur pencucian linen kotor infeksius dan
linen kotor non infeksius berdasarkan SOP (Standar Operasional
Prosedure) ?
4. Bagaimana proses pendistribusian linen ke ruangan dan tempat
penyimpanan berdasarkan SOP?
5. Apakah dalam melakukan pencucian linen semua petugas
menggunakan APD? Sebutkan!
6. Bagaimana alur Sistematis pencucian sesuai SOP yang ditetapkan unit
laundry?
7. Apakah ada pelatihan yang diberikan sebelum bekerja di instalasi
laundry?
8. Apakah sertifikat pelatihan yang saudara/i miliki sudah lengkap sesuai
standar?
9. Apakah ada permasalahan mengenai tingkat pendidikan yang berbeda
dengan pekerjan di unit laundry?
Universitas Sumatera Utara
10. Bagaimana alur/ sistematis pengolahan air limbah unit linen laundry,
apakah sejauh ini ada permasalahan dengan kesehatan lingkungan?
11. Apakah sudah ada permasalahan dengan kondisi linen di RS USU
seperti rusak atau robek, kekurangan linen dan lainnya? Jika ya,
bagaimana mengatasi nya?
12. Apa saja keluhan pasien/ pengunjung terhadap kualitas linen RS USU?
Apa respon dan solusi dari pihak unit laundry menanggapinya?
13. Mengenai pembagian shift kerja, apakah saudara/i merasa sudah cukup
1 (satu) shift kerja saja? Berikan alasannya!
Universitas Sumatera Utara
Lembar Observasi Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Kota
Medan Tahun 2018.
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir :
5. Tanggal pemeriksaan :
1. Prosedur Kerja Pengelolaan Linen Non Infeksius di Unit
Linen-Laundry RS USU Medan Tahun 2018
No Prosedur Kerja Pelaksanaan Keterangan
Ya Tidak
1. PENGUMPULAN
1. Pemilahan linen non infeksius
dengan menempatkan linen non
infeksius ke dalam kantong plastik
putih
2. Pencatatan jumlah linen di ruangan
2. PENERIMAAN/ PENIMBANGAN
1. Pencatatan linen yang diterima
2. Penimbangan linen untuk
menyesuaikan dengan kapasitas
mesin cuci:
Universitas Sumatera Utara
a. Ukuran besar diatas 100 kg
b. Ukuran sedang dan kecil 25-100
kg
3. PENCUCIAN
1. Melakukan pemanasan desinfeksi
selama 5 menit pada mesin cuci
sebelum melakukan proses
pencucian
2. Melakukan penambahan deterjen
untuk proses pencucian selama 20
menit
3. Melakukan pembilasan sebanyak 2
kali
4. Menambahkan softener pada bilasan
terakhir
4. PENGERINGAN
1. Pengeringan dilakukan dengan
menggunakan mesin
pengering/drying yang mempunyai
suhu 70UUC selama 10 menit
5. PENYETRIKAAN
1. Suhu mesin setrika disetel antara 70-
80UUC
Universitas Sumatera Utara
6. PENYIMPANAN
1. Pemisahan linen berdasarkan
jenisnya
2. Linen baru yang diterima
ditempatkan pada bagian bawah
3. Pintu lemari selalu ditutup
7. DISTRIBUSI
1. Dilakukan berdasarkan kartu tanda
terima dari petugas penerima,
kemudian petugas menyerahkan
linen bersih kepada petugas ruangan
sesuai kartu tanda terima
8. PENGANGKUTAN
1. Perlindungan khusus berupa kantong
untuk membungkus linen bersih
harus dibedakan dengan linen kotor
2. Waktu pengangkutan linen bersih
dan kotor tidak pada waktu
bersamaan
3. Alat angkut linen bersih dan linen
kotor berbeda dan tertutup
4. Pemberian desinfektan pada kereta
dorong setelah mengangkut linen
Universitas Sumatera Utara
kotor
2. Prosedur Kerja Pengelolaan Linen Infeksius di Unit Linen-
Laundry RS USU Kota Medan Tahun 2018
No Prosedur Kerja Pelaksanaan Keterangan
Ya Tidak
1. PENGUMPULAN
1. Pemilahan linen infeksius dengan
menempatkan linen infeksius ke
dalam kantong plastic kuning
2. Pencatatan jumlah linen
2. PENERIMAAN/ PENIMBANGAN
1. Pencatatan linen yang diterima
2. Penimbangan linen untuk
menyesuaikan dengan kapasitas
mesin cuci:
a. Ukuran besar diatas 100 kg
b. Ukuran sedang dan kecil 25-100
kg
3. PENCUCIAN
Universitas Sumatera Utara
1. Linen dimasukkan ke ember khusus
yang berisi brodklin dan herviklir
dengan air panas selama 1 hari
2. Melakukan pemanasan desinfeksi
selama 5 menit pada mesin cuci
sebelum melakukan proses
pencucian
3. Melakukan penambahan deterjen,
alkali, bleach untuk proses pencucian
selama 20 menit
4. Melakukan pembilasan sebanyak 2
kali
5. Menambah softener pada bilasan
terakhir
4. PENGERINGAN
1. Pengeringan dilakukan dengan
menggunakan mesin
pengering/drying yang mempunyai
suhu 70UUC selama 10 menit
5. PENYETRIKAAN
1. Suhu mesin setrika disetel antara 70-
80UUC
6. PENYIMPANAN
Universitas Sumatera Utara
1. Pemisahan linen berdasarkan
jenisnya
2. Linen baru yang diterima
ditempatkan pada bagian bawah
3. Pintu lemari selalu ditutup
7. DISTRIBUSI
1. Dilakukan berdasarkan kartu tanda
terima dari petugas penerima,
kemudian petugas menyerahkan
linen bersih kepada petugas ruangan
sesuai kartu tanda terima
8. PENGANGKUTAN
1. Perlindungan khusus berupa kantong
untuk membungkus linen bersih
harus dibedakan dengan linen kotor
2. Waktu pengangkutan linen bersih
dan kotor tidak pada waktu
bersamaan
3. Alat angkut linen bersih dan linen
kotor berbeda dan tertutup
4. Pemberian desinfektan pada kereta
dorong setelah mengangkut linen
kotor
Universitas Sumatera Utara
Lampiran : Matriks Hasil Wawancara Peneliti Terhadap Informan
Matriks 1. Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018
Menurut Kasubbag Sarana Medik RS USU
No Pertanyaan Jawaban
1 RS USU memiliki unit linen
laundry sendiri
“Ohh…tepatnya Juli 2016 dek kita punya
unit linen laundry sendiri”.
2 Perencanaan SOP unit linen
laundry RS USU
“Iya dek, kita punya perencanaan SOP
tersebut dan kita jalankan dek didiskusikan
juga dengan PPI dan sarpras. PPI itu
singkatan dari Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi dan sarpras itu sarana dan prasarana
dek”.
3 Mengenai pelatihan khusus
RS USU untuk petugas
laundry
“Pernah kok dek ada dibuat tapi masih
pelatihan PPI tadi itu”.
4 Sistem pembiayaan
pengadaan linen RS USU
“Sistemnya itu yahhh…berdasarkan RKA
RS USU yang sudah dibuat dek, itulah
sistem untuk pengadaan linen dek mengenai
pembiayaan”.
5 Pihak yang mengawasi unit
linen laundry RS USU
“Kalau itu kita serahkan kepada Kepala Unit
Linen Laundry RS USU ini dek untuk
mengawasinya dan segala sesuatu kalau ada
apa-apa keperluannya lapornya sama kita
dek kita yang membawahi bagian laundry
juga dek”.
6 Jumlah tenaga laundry &
kebutuhan RS USU
“Belum sesuai dek kalau saat ini yahhh
mengenai jumlah tenaga dibagian laundry
dengan kebutuhan RS USU saat ini”.
7 Mengenai APD pengelola
limbah padat RS USU
“Mengenai limbah padat itu yahhh….APD
nya ya dek, yaaa biasa-biasa lah dek yang
dipakai seperti masker, kacamata, sepatu
boot dan lainnya dek”.
8 Fasilitas & peralatan RS
USU menunjang
pengelolaan linen laundry
RS USU
“Disini ada Kepala Unit Linen Laundry RS
USU langsung dek bisa nanti menjawabnya
lebih detail cuman seperti yang kita lihat di
ruangan ini dek ada mesin cuci 2 buah untuk
infeksius dan 1 lagi non infeksius dek, ada
mesin pengering juga itu, itu ada lemari 4
buah, gudang bahan kimia juga ada, trolly
bersih juga ada trolly kotor masing-masing 3
buah, itulah mungkin dek”.
9 Hambatan bagian
pengelolaan linen laundry
“Kata Kepala Unit Linen Laundry RS USU
pernah ada hambatan disini dek seperti
Universitas Sumatera Utara
RS USU mesin-mesin disini bermasalah jadi
menghambat kerja petugas disini, belum lagi
yang lain pasti ada aja disini hambatan
cuman bisa diatasi kok dek”.
10 Apakah petugas sudah
memenuhi standar dan
memiliki sertifikat sesuai
SOP?
“Belum memenuhi standar dek kalau
mengenai sertifikat yang mereka miliki,
kemarin itu pelatihan PPI lalu mereka dapat
sertifikat pelatihan tersebut tapi mereka
sudah punya kemampuan mengenai laundry
ini”.
11 Pengolahan air limbah RS
USU termasuk limbah unit
linen laundry serta
dampaknya terhadap
kesehatan lingkungan RS
USU
“Sejauh ini nggak ada kami dengar disini
dampaknya terhadap kesehatan lingkungan
RS USU dan dibagian limbah sana ada selalu
pengecekan rutin dari dinas kesehatan dan
masih aman-aman sejauh ini, nanti kalau
mau detail bisa Tanya bagian IPAL sana ya
dek”.
12 Latar belakang pendidikan
petugas unit linen laundry
RS USU & Trainning
“Tidak ada permasalahan sejauh ini soal itu
di RS USU ini dan sudah disesuaikan dengan
prosedur rumah sakit ini juga yang penting
mereka sediakan berkas yang diminta dan
punya pengalaman dengan tanda bukti
keterangan aja dek terus mengenai training
diawal masuk mereka diberikan training
seperti yang tadi hanya PPI pelatihan yang
diberikan”.
13 Keluhan pasien/pengunjung
terkait pelayanan unit linen
laundry RS USU
“Kalau soal ini lebih jelasnya nanti bisa
tanyakan langsung ke Kepala Unit Linen
Laundry ini orangnya dek, cuman sejauh ini
yaaahh….belum ada dek keluhan langsung
kepada mereka yang saya dengar dan ketahui
sampai saat ini apalagi keluhan fatal cuman
kalau mau complain entah masih ada
nodanya, robek kainnya atau tertukar atau
lainnya biasanya perawat tiap ruangan yang
sampaikan sama petugas laundry dek”.
14 Sejak Juni 2018 RS USU
termasuk tipe B, apakah unit
linen laundry RS USU
sudah sesuai standar kelas
B?
“Memang betul dek kita sudah kelas B,
yahhh….cuman belum sesuai dek kapasitas
kita khususnya unit linen launrdry ini dek
dengan kelas B tesebut masih banyak PR-PR
yang mau dikerjakan yang akan kita
usahakan semua kekurangan dibagian
laundry kita ini”.
Universitas Sumatera Utara
Matriks 2. Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018
Menurut Kepala Unit Linen Laundry RS USU
No Pertanyaan Jawaban
1 Perencanaan terhadap SOP
Pencucian Linen Laundry
RS USU
“SOP pencucian kita ada dek cuman nggak
semua kita jalankan dek tapi kita sudah
punya aturan SOP tersebut dek, seperti
penjahitan kita nggak ada dek
yahhh….karena mesin jahit kita nggak ada,
petugas kita pun kurang dalam hal ini
jikapun ada mesin jahit kita dek, terus
perendaman kita nggak ada dek, mungkin 2
(dua) hal ini SOP yang belum kita jalankan
dek”.
2 Pembagian shift kerja Unit
Linen Laundry RS USU
“Kami di unit laundry ini belum ada
menggunakan pembagian shift kerja dek,
yahhh….hanya 1 shift kerja saja dek, kami
masuk kerja pagi dan pulang sore dek
yahhh…kami disini kekurangan petugas dan
jumlah linen stoknya pun masih dikit dek
jadi sudah cukuplah sementara kami aja
disini yang mengerjakan dek, kira-kira
gitulah dek”.
3 Pembagian tugas pokok
kepada petugas laundry RS
USU
“Nggak ada dek kita disini pembagian tugas
pokok dek, yahhhh….kayak tadi yang udah
djelasin karena kita disini masih kekurangan
SDM dek, jadi kerjaannya disini saling kerja
sama gitu dek yaa gotong royong dek acak-
acakan gitu dek, ada yang menggosok,
melipat dan seterusnya dek saling
bergantianlah mengerjakannya”.
4 Pengadaan linen di unit linen
laundry RS USU
“Kalau mengenai pengadaan linen disini itu
semua tergantung anggaran dan kita sudah
usulkan kita dah kita buat surat ke atasan
dek namun yahhhh…ginilah dek belum ada
balasan lah sama kita disini ya intinya
belum terealisasi 100% dek”.
5 Penanganan linen rusak “Masih dikumpulkan dek dan didata kalau
ada anggaran atau biaya dek dek maka akan
kami jahitkan atau perbaiki tapi jadinya di
luar laundry RS USU ini dek. Penanganan
linen kita disini belum maksimal lah dek
jikapun ada yang rusak dan robek contohnya
yak an maka kita kumpulkan dulu nggak
langsung kita jahitkan karena kita nggak
Universitas Sumatera Utara
punya peralatan dek, hehehe….”
6 Pengecekan kelayakan linen “Ada pengecekan tetapi belum ada
pengganti linen yang sudah tidak layak
pakai lagi sebenarnya dek, bahkan ada linen
yang sudah dipakai sampai 120 kali bahkan
lebih dari situ dek, intinya sudah tidak
sesuai aturan departemen kesehatan lah dek,
yahhh….kalau ngecek kami lakukan disini
dek cuman gitulah dek nggak ada tindakan
lanjutan dek”.
7 Pengadaan bahan baku
cucian
“Pengadaan bahan bakunya nanti kita
sampaikan sama bagian perbekalan dek
sesuai yang kita sini butuhkan dek,
yahhh….intinya pengadaan dilakukan sesuai
jumlah cucian/hari nya dek”.
8 Anggaran/pembiayaan
pengadaan linen di unit linen
laundry RS USU
“Begini dek, hmmmm..gimana ya dek,
kalau kami pihak laundry RS USU yaa dek
melalui saya sendiri yang sudah lama
membuat RKAT (Rancangan Kerja &
Anggaran Tahunan) namun banyak yang
belum terealisasi ataupun belum dipenuhi
dek tapi kami sudah usulkan ke atasan dek”.
9 Keluhan pasien/pengunjung
terhadap kualitas linen RS
USU
“Keluhan dari pasien/pengunjung langsung
kepada kami nggak ada dek sejauh ini ya
dek, cuman kadang kami dikasih keluhan
lewat perawat setiap ruangan dek dan itupun
jarang dek hanya sekali-kali aja dek seperti
noda masih ada, koyak, warna kainnya,
gitu-gitu aja dek dan nggak terlalu fatal dek
dan seharusnya memang linen di RS USU
sudah saatnya diganti karena kebanyakan
linen dari segi warna lah dulu sudah banyak
yang luntur dek dan ini sudah sering kita
sampaikan kepada atasan kita dek, yah
ginilah masih nunggu kami dek”.
10 Sistem pengolahan air
limbah RS USU khususnya
limbah laundry
“Seperti sama-sama kita lihat langsung ke
lokasi IPAL RS USU dek yahh sejauh ini
belum ada permasalahan serius dek untuk
lingkungan RS USU sendiri termasuk
mengenai limbah laundry RS USU kita ini
dek, semua jenis limbah di RS USU ini
termasuk unit laundry kita ini dibuat satu
tempat dan prosesnya sama semua dek,
namun pembuangan air yang sudah difilter
masih belum ada pemanfaatannya masih
dibuang di tanah dan sebagian digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk mencuci dan menyiram atau dibuat
yang lainnya dek seperti yang kita lihat tadi
dek intinya sejauh ini belum ada
permasalahan serius dek”.
11 Mengenai kesesuaian
kualitas unit linen laundry
RS USU terhadap akreditasi
RS USU sekarang
“Hmmm…. Gimana dibilang ya dek,
hahhaa…..mengenai apakah sesuai dengan
akreditasi ya abang bisa jawab belum dek
masih kayak yang kemarin dek, harapannya
ya jika kita sudah akreditasi B sejak Juni
2018 ini, harusnya unit kita ini juga
diperhatikan agar ada perkembangan dan
sesuai dengan penilaian akreditasi saat ini
dek, cuman ya gini lah dek. Intinya belum
sesuai dek dan tetap juga alasannya
terkendala dengan anggaran sehingga belum
dapat terealisasi dek dengan maksimal dan
kita masih berharap ada perkembangan
dek”.
12 Perbedaan kualitas linen
setiap ruangan RS USU
“Kalau masalah perbedaan kualitas linen
setiap ruangan yahhh…gak da perbedaan
khusus kita buat saat ini dek, palingan
perbedaan warna linen, ketebalan linen
seperti selimut misalnya selimut di ruangan
VIP ketebalannya beda di ruangan lainnya,
warna linen begitu juga dek setiap ruangan
beda dek hanya sebagai tanda aja dek, terus
mengenai pencucian yahhh kami satukan di
unit laundry kita ini dek seperti yang adek
lihat selama ini, dimesin cuci yang sama
dengan bahan cucian yang sama juga dek,
intinya nggak ada perbedaan terlalu khusus
dek”.
13 Survey pihak unit linen
laundry RS USU terkait
pelayanan laundry kepada
pasien/pengunjung
“Hmmm….mengenai survey ya dek, jujur
ya dek kami belum pernah sejauh ini
melakukan survey dek nanya ke pasien atau
pengunjung secara langsung atau pakai
angket seperti itu dek karena kita nggak
sempat dek apalagi kan petugas kita sini
kekurangan jadi nggak ada yang handle
nanti nya dek cuman kami hanya menerima
keluhan atau masukan nantinya lewat setiap
perawat ruangan yang bertugas dan
menyampaikan kepada kami langsung dek”.
Universitas Sumatera Utara
Matriks 3. Gambaran Pelayanan Unit Linen Laundry RS USU Tahun 2018
Menurut Staff Pelaksana (Petugas) Unit Linen Laundry RS USU
No Pertanyaan Jawaban
1 Pengetahuan petugas
mengenai pengertian linen
P1: “Linen itu adalah….hmmm apa ya?
Yang adek lihat selama di laundry inilah
yaitu kain-kain yang ada di rumah sakit, itu
aja sih intinya”.
P2: “Linen itu gimana ya, begini dek…kalau
kita sebut linen berarti linen itu kain yang
dipakai untuk keperluan rumah sakit,
contohnya apa? Yahhh seperti sprei, sarung
bantal, stike laken dan lain-lain sejenisnya
dek”.
P3: “Tentang linen ya dek?
Hmmm…sederhananya gini dek, linen
rumah sakit terdiri dari banyak item seperti
sprei, sarung bantal, selimut, gorden,dll.
Selama di rumah sakit dikategorikan dia
linen rumah sakit. Linen rumah sakit itu
terbagi 3 lagi dek yaahh….digolongkan linen
bersih, linen kotor, linen untuk operasi satu
lagi, terus nihh yang dari 3 tadi itu terbagi 2
lagi dek itulah ada infeksius dan non
infeksius, gitu kira-kira dek”.
2 Pengetahuan petugas
mengenai pengertian linen
kotor infeksius dan linen
kotor non infeksius
P1: “Begini dek, kalau bicara linen kotor itu
terbagi 2 yaitu seperti tadi ada yang infeksius
da nada yang non infeksius. Nah, kalau
infeksius itu secara sederhana ya bahwa linen
itu terdapat darah, urin, tinja, muntahan
pasien sedangkan non infeksius itu
sebaliknya dek nggak ada kita temukan di
linen itu darah, tinja, urin, muntahan pasien,
kira-kira gitu penjelasan sederhananya dek”.
P2: “Linen kotor infeksius adalah linen kotor
yang telah terkena cairan tubuh pasien
misalnya: darah, urin, tinja, nanah, dan
lainnya, sedangkan yang satu lagi yaitu non
infeksius itu sebaliknya yaitu linen yang
tidak terkena cairan tubuh pasien”.
P3: “Kalau linen kotor non infeksius
penanganannya tidak terlalu ribet lah gitu
dek, sedangkan linen kotor infeksius
penanganannya ya harus khusus”.
Universitas Sumatera Utara
3 Pengetahuan petugas
mengenai pencucian linen
kotor infeksius dan linen
kotor non infeksius
berdasarkan SOP (Standar
Operasional Prosedur)
P1: “Pencucian linen infeksius jauh lebih
lama dan bahan kimia yang digunakan lebih
banyak terus suhunya lebih tinggi diatur dek
kalau non infeksius sebaliknya dek”.
P2: “Kalau pencucian linen kotor infeksius
pada saat pencucian jumlah air yang
digunakan memakai steam atau air panas
serta ada beberapa tambahan chemical atau
bahan kimia pada saat bahan pencucian.
Contoh bahan kimia yang dimaksud itu
yaaaa…ada oxy aktif dan chloryn dek itu
tambahan chemical yang dimaksud dek,
sedangkan pencucian linen kotor non
infeksius tidak perlu memakai air panas dan
bahan kimia yang dipakai nggak terlalu
banyak lah gitu. Bahan kimia untuk non
infeksius hmmm…seperti ada HD1, Alkali,
Chlorisol, Rosoft dan Rinse. Intinya kan dek
kalau yang infeksius itu jumlah bahan kimia
yang digunakan lebih banyak sedangkan non
infeksius jumlah bahan kimia lebih sedikit
dek”.
P3: “Berdasarkan SOP ya dek? Kalau
berdasarkan SOP yaa ada 3 hal yang harus
kita ketahui yaitu pertama berdasarkan
warna, ketebalan, kotor ringan dan berat.
Bicara secara SOP, kain yang berwarna itu
gak boleh dicampur, kalau hijau ya hijau
merah ya merah dan seterusnya gitu lho dek.
Kalau berdasarkan ketebalan itu seperti
selimut gak boleh dicampur ke tempat lain
dek terus mengenai kotor ringan itu
mesinnya khusus kotor berat itu juga khusus
harusnya seperti itu dek kalau bicara SOP
namun di lapangan faktanya tidak semua
seperti itu dek. Petugasnya juga seharusnya
ya dek kalau soal SOP harus khusus juga
menangani nggak boleh silang atau ganti-
ganti, terus APD yang dipakai sekali pakai
langsung ganti. Gitulah dek kalau bicara soal
SOP ya dek namun gak seperti itu semuanya
di lapangan dek yahhh setidaknya masih
mendekati sesuai SOP dek”.
4 Pengetahuan petugas
mengenai proses
pendistribusian linen ke
P1: “Kain-kain itu didistribusikan ke masing-
masing ruangan dan ditarok ke tempat utilitas
bersih”.
Universitas Sumatera Utara
ruangan dan tempat
penyimpanan berdasarkan
SOP
P2: “Setelah dicuci, tentunya digosok
terlebih dahulu dan dilakukan
pengepakan/pelipatan lalu dimasukkan ke
dalam kantong plastic putih bersih per
ruangan kemudian dilakukan pendistribusian
ke masing-masing ruangan dan petugas yang
menerima melakukan pengepakan ke lemari
linen ruangan”.
P3: “Kalau itu pendistribusiannya
berdasarkan catatan linen kotor masuk
berapa maka itulah yang akan dikembalikan
juga ke unit ruangan, itu diletakkan di utilitas
bersih yang mana sebelumnya harus ada
jumpa coordinator unit ruangan dan petugas
laundry lalu ditandatangani di lembar catatan
linen, kira-kira begitu singkatnya dek,
hehehe….”
5 Pengetahuan informan
terhadap penggunaan APD
saat bekerja
P1: “Begini dek, hmmm…kalau mengenai
APD harusnya harus lengkap digunakan
terlebih juga di unit laundry ini karena perlu
kan terhindar dari virus dan sebagainya,
cuman kalau menurut abg perlu kali harus
lengkap dalam penggunaan APD dek,
hehehe…kira-kira begitu jawaban yang bisa
abg kasih dek”.
P2: “Nggak dek, hehehe….kami disini nggak
lengkap dalam pemakaian APD dek namun
seharusnya harus lengkap dek cuman disini
merasa nyaman hanya pakai masker dan
sarung tangan saja dek”.
P3: “APD di instalasi laundry harus lengkap
dek nggak boleh nggak lengkap dek karena
bahaya banget dek dan kami disini ya kakak
rasa dah lengkap APD kami dek cuman
nggak semua kami pakai dek, hehehe…”.
6 Pengetahuan informan
terhadap alur sistematis
pencucian sesuai SOP yang
ditetapkan untuk laundry
P1: “Seperti yang adek lihat tadi bahwa kami
pertama-tama ambil linen kotor di setiap
ruangan lalu dibawak ke unit laundry kita ini
menggunakan trolly lalu ditimbang disini
dek, lalu kami pisahkan linen kotor infeksius
dan non infeksius setelah itu kami masukkan
ke mesin cuci untuk dicuci dengan suhu dan
deterjen yang sudah diatur dek, lalu siap
dicuci kami masukkan ke mesin pengering
dek sebelum nanti nya kami gosok dek, kira-
kira begitu dek yang bisa abg jelaskan dek”.
Universitas Sumatera Utara
P2: “Pertama-tama diambil dari ruangan dan
setelah itu dibawak ke unit laundry
ditimbang, dilakukan perhitungan dan
pemilahan mana yang infeksius dan mana
yang non infeksius, setelah itu dicuci
menurut jenis kotoran yang tadi lah dan
setelah itu dipilah mana yang kurang bersih
akan diulang lagi dan yang sudah bersih akan
dimasukkan ke dalam mesin pengering”.
P3: “Dari semua unit ruangan, linen kotornya
ditimbang kemudian dari masing-masing unit
dipilah mana yang infeksius dan mana yang
non infeksius dan mana yang kotor biasa
terus mana yang kotor berat berapa jumlah
itemnya seperti sprei, sarung bantalnya lalu
dicuci dengan suhu 95 ”.
7 Pengetahuan informan
mengenai pemberian
pelatihan dari pihak rumah
sakit
P1: “Ada dek…”.
P2: “Ada, hmmm….seminggu lamanya itu
dek”.
P3: “Ada dek, kalau pelatihan diberikan
kepada kami dek”.
8 Pengetahuan informan
mengenai pemberian
sertifikat pelatihan dari
pihak rumah sakit
P1: “Ada dek, hmmm….cuman nggak
lengkap sih dek, hehehe…”
P2: “Ada dek, cuman belum lengkap dek,
sebagian besar kami hanya punya sertifikat
PPI dek dan yang 2 lagi itu kami belum
punya dek, gitu dek”.
P3: “Kalau saya sudah lengkap dek juga
Kepala Unit Linen Laundry RS USU ini dek,
kami berdua yang masih lengkap punya 3
sertifikat pelatihan dek, petugas lainnya
hanya punya cuman 1 sertifikat dek, gitu
dek”.
9 Mengenai variasi/beraneka
ragam tingkat pendidikan
P1: “Menurut abang sih ya dek, itu nggak
masalah dan sampai saat ini nggak ada
bermasalah dek di unit laundry kita ini,
nah…hmmm, mengenai latar pendidikan
kami yang berbeda-beda gitu ya dek tentunya
itu kami sudah ikutin procedural dari pihak
rektorat USU ini yang membuka lowongan
kerja disini karena kami disini kan kami pasti
ditanyain juga sudah punya pengalaman atau
belum dibagian laundry, gitu dek. kalau
abang pribadi, kemarin pas ditanyain yahhh
abg jawab sudah punya pengalaman
walaupun bukan bagian laundry rumah sakit
Universitas Sumatera Utara
tapi laundry biasa di luar sana ada sekitar
kurang lebih 2 tahun dek pengalaman
pribadi, begitu juga dengan kawan-kawan
disini dek. Kira-kira itulah yang bisa abang
bantu jawab dek mengenai ini, hahaha……”.
P2: “Begini dek ya, supaya adek ini juga bisa
kasih info sama dosennya di kampus atau
sama pihak-pihak lain yang butuh info ini,
hmmmm….gini dek, di laundry RS USU
yang dibutuhkan petugasnya minimal
tamatan SMA tapi pada saat penerimaan, RS
USU mengajukan persyaratan bahwa
pelamar wajib pernah bekerja di laundry dan
dilampirkan syarat keterangan bahwa sudah
bekerja di laundry minimal 1 tahun dan ini
dek nggak harus pernah bekerja di laundry
rumah sakit ya, yang penting dibagian
laundry lah dek kayak di luar sana dek, jadi
kan dek kami petugas semua disini sudah
punya pengalaman bekerja di laundry tapi
tidak harus laundry sebuah rumah sakit dek
dan kami punya surat keterangan kok dek,
hahaha….gitu dek”.
P3: “Mengenai hal ini dek sampai saat ini
nggak ada masalah kok dek karena kita sini
sama-sama bekerja dan gotong royong yang
penting punya skill tanpa membedakan
pendidikan dek, yahhh….gimana ya
dek,hmmm….kami sini memang hanya 1
(satu) orang jurusan kesehatan itupun
keperawatan dek dan selebihnya kami beda-
beda jurusan dek dan nggak ada lagi yang
jurusan kesehatan dek kecuali yang tadi dek.
Itu saja sih dek, punya skill dan punya
pengalaman aja dek di bagian laundry dek”.
10 Pendapat petugas mengenai
pengolahan air limbah RS
USU termasuk limbah unit
linen laundry RS USU
P1: “Kalau abang pribadi dek kurang tahu
banyak soal pengolahan limbah RS USU ini
termasuk limbah laundry RS USU kita ini,
cuman sampai saat ini saya pribadi lihat ya
itu masih aman-aman saja kok dek dan pasti
mereka punya SOP tersendiri yang harus
mereka ikutin dek dan sampai saat ini juga
lingkungan RS USU tidak terlalu
dipermasalahkan dek apalagi karena limbah
ini dek, masih aman-aman lah menurut abang
dek, hahaha…”
Universitas Sumatera Utara
P2: “Kurasa nggak ada masalah karena tidak
pernah ada komplain dari sekitar lingkungan
RS USU dek, jadi masih aman-aman lah dek
kita katakana seperti itu”.
P3: “Menurut kakak sih nggak ada masalah
dek sampai saat ini, yah kalau detail dan
pastinya mungkin kakak kurang tau pasti dek
karena kurang tau banyak juga info
pengolahan limbah di rumah sakit ini dek
tapi yahhh….sampai saat ini kakak pribadi
lihat masih aman-aman kok lingkungan RS
USU kita ini dek, gitulah mungkin bisa
kakak kasih info dek”.
11 Pendapat petugas mengenai
permasalahan kondisi linen
(Robek, Rusak, Hilang,
Ketersediaan Linen) RS
USU
P1: “Menurut saya pribadi ya dek, saat ini
permasalahan mengenai linen yang rusak,
robek, hilang dan kurang tersedia itu tidak
terlalu jadi permasalahan dek, stok linen kita
disini masih ada dek dan sampai saat ini
melalui Kepala Unit Linen Laundry RS USU
sudah mengajukan surat pengadaan linen dan
anggaran untuk instalasi laundry ini sampai
saat ini belum ada respon positif dek dan kita
masih pakai linen yang ada tersedia saat ini
dan sampai saat ini walau ada linen kita yang
rusak, robek, hilang namun masih bisa kita
sesuaikan dek jadi masih masih aman-aman
saja dek sekarang”.
P2: “Mengenai kondisi linen disini dek
menurut saya pribadi dek salah satunnya
koyak, hilang dan bahkan warna linen sudah
kelihatan luntur dek. Kita sudah dan akan
tetap mengajukan pengusulan penambahan
linen baru kepada pimpinan yang
membawahi unit laundry kita ini dek, setelah
itu unit laundry ini tinggal menunggu hasil
dari pengusulan tersebut, kira-kira gitulah
dek yang abang sampaikan mengenai ini”.
P3: “Nggak ada dek sampai saat ini menurut
kakak pribadi dek, kalaupun ada dek itu
sudah biasa dek dan masih bisa disesuaikan
dan ditutupin dek walau kita disini sudah
usulkan kepada pimpinan yang membawahi
unit linen laundry RS USU ini dek,
yahhh….kita tunggu hasil aja dek kalau
belum ada balasan dari atasan yah kita tetap
pakai linen yang ada sampai saat ini dek tapi
Universitas Sumatera Utara
walau kita pakai stok lama dek belum ada
permasalahan dari pasien dek, hehehe….”.
12 Respon petugas unit linen
laundry RS USU mengenai
keluhan pasien/pengunjung
terhadap kualitas dan
ketersediaan linen
P1: “Sampai saat ini belum ada permasalahan
yang serius dek, walaupun ya dek dari kita
berharapnya kain-kain linen di rumah sakit
ini seharusnya sudah saatnya untuk diganti
dek sebelum terjadi permasalahan serius di
rumah sakit ini dek, melalui Kepala Unit
Linen Laundry RS USU sudah diusulkan
dengan sudah membuat surat usulan dek
mengenai ini namun belum ada balasan
sampai saat ini dek, yahh…gimana lah dek,
kita hanya bisa nunggu aja dek”.
P2: “Hmmmm….gini dek, biasanya unit
laundry kita ini tidak pernah menerima
keluhan dari pasien/pengunjung itu
komplainnya dek ke perawat ruangan
masing-masing dek”.
P3: “Sampai saat ini dek belum ada keluhan
langsung sama kita dek dan juga belum ada
keluhan-keluhan fatal yang sampai sama kita
disini dek, gitu dek”.
13 Pendapat petugas mengenai
pembagian shift kerja unit
linen laundry RS USU
P1: “Oooo….mengenai shift kerja ya dek,
kalau abang pribadi rasa kayaknya sudah
cukup dek karena dari segi jumlah pasien
yang nggak terlalu membludak di RS USU
ini dek terus dek jumlah linen kita disini
belum terlalu banyak dek persediannya dek,
jadi nggak perlu ditambahkan lagi shift kerja
nya dek disini”.
P2: “Untuk saat ini sudah cukuplah dek 1x
(satu kali) saja tapi yang perlu ditambah
hanya petugas nya saja dek disini alias SDM
nya lah dek, karyawan nya gitu dek itu yang
perlu dek dan saat ini kami juga belum ada
pembagian kerja dek disini jadi masih acak-
acak dek, gitulah dek kira-kira”.
P3: “Mengenai shift kerja saat ini dek
yaaa….untuk sementara dek cukup 1x
(sekali) saja lah dek karena kita sesuaikan
dengan kondisi dan keadaan unit laundry RS
USU kita ini dek”.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran : Dokumentasi Pengelolaan Linen Unit Laundry RS USU 2018
Gambar 1.1 Peneliti Bersama Petugas Unit Linen Laundry RS USU
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.2 Peneliti Bersama Pasien Kelas I & VIP
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.3 Peneliti Bersama Pasien Anak
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.4 Peneliti Bersama Pasien Kelas II
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.5 Mesin Cuci Linen Non Infeksius, Bahan Kimia dan Plastik Linen
Kotor
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.6 Mesin Cuci Linen Infeksius
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.7 Mesin Setrika Roll dan Mesin Pengering Linen
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.8 Peneliti Bersama Kasubbag Sarana RS USU dan Petugas Laundry
RS USU (Peneliti Memegang Plastik Linen Bersih)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.9 Ruang Kepala Unit Linen Laundry RS USU Sekaligus Ruang
Penyimpanan Linen
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.10 Wawancara Peneliti dan Petugas Unit Linen Laundry
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.11 Wawancara Peneliti dan Petugas (Kiri) serta Kepala Unit Linen
Laundry RS USU (Kanan)
Universitas Sumatera Utara