46
Penyehatan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman A. Pengertian Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci piring, membuang makanan yang rusak. Pengertian higiene menurut Dr. Azrul Azwar adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajaripennngaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya pencegahan timbulnya karena pengaruh lingkungan kesehatan, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa hingga terjamin pemeliharaan lingkungan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah dan lain-lain. Menurut Ehlers dan Stell (1958), sanitasi adalah usaha- usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit. Jadi kesimpulannya, Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman di Rumah Sakit adalah salah satu upaya untuk mengamankan makanan dan minuman yang disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang dijual didalam

3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PENYEHATAN MAKANAN DAN LINEN

Citation preview

Page 1: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

Penyehatan Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman

A. Pengertian

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci piring, membuang

makanan yang rusak.

Pengertian higiene menurut Dr. Azrul Azwar adalah usaha kesehatan

masyarakat yang mempelajaripennngaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan

manusia, upaya pencegahan timbulnya karena pengaruh lingkungan kesehatan,

serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa hingga terjamin pemeliharaan

lingkungan.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih, menyediakan tempat

sampah dan lain-lain.

Menurut Ehlers dan Stell (1958), sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan

yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai

penularan penyakit.

Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman

yang disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan

minuman yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah

sakit.

Jadi kesimpulannya, Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman di Rumah

Sakit adalah salah satu upaya untuk mengamankan makanan dan minuman yang

disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman

yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit dari

kemungkinan risiko gangguan penyakit bawaan makanan terutama yang disebabkan

oleh mikroba.

B. Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan

1. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/ gr sampel makanan dan pada

minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.

Page 2: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

2. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-

banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.Coli.

3.  Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari

65,5° atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C. Untuk makanan yang disajikan

lebih dari 6 jam disimpan suhu – 5°C sampai -1°C.

4.  Maknaan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10°C.

5.  Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut :

Suhu Peyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan

Jenis Bahan

Makanan

Digunakan untuk

3 hari atau kurang 1 minggu atau

kurang

1 minggu atau

lebih

Ikan, udang dan

olahannya

-50 C sampai 00 C -100 C sampai -

50 C

Kurang dari -100

C

Telur, susu dan

olahannya

50 C sampai 70 C -50 C sampai 00

C

Kurang dari -50 C

Sayur, buah dan

minuman

100 C 100 C 100 C

Tepung dan biji 250 C 250 C 250 C

6. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.

7.  Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding,

atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm

b.  Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm

c.  Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

C.Tata Cara Pelaksanaan

1. Bahan Makanan dan Makanan Jadi

a. Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan berkualitas baik.

b. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari instalasi Gizi atau dari

luar rumah sakit/jasaboga harus diperiksa secara fisik, dan laboratorium

minimal 1 bulan Peraturan Mnteri Kesehatan No. 715/MenKes/SK/V/2003

tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga.

c. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain

diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.

Page 3: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

d. Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merek serta

dalam keadaan baik.

2. Bahan Makanan Tambahan

Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan) harus

sesuai dengan ketentuan.

3. Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi

Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam

keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan

hewan lain.

a. Bahan Makanan Kering

1. Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi.

2. Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air bersih

maupun air limbah) untuk menghindari terkena bocoran.

3. Tidak ada drainase disekitar gudang makanan

4. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan

ketinggian rak terbawah 15 cm – 25 cm.

5. Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 220 C.

6. Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga.

7. Penempatan bahan makanan harus rapih dan ditata tidak padat untuk

menjaga sirkulasi udara.

b. Bahan Makanan Basah / Mudah Membusuk dan Minuman

1. Bahan seperti buah, sayur, dan minuman, disimpan pada suhu

penyimpanan sejuk (cooling) 100 C - 150 C.

2. Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali, disimpan

pada suhu penyimpanan dingin (chilling) 40 C - 100 C.

3. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai

24 jam disimpan pada penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu

00 C - 40 C.

4. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu kurang

dari 24 jam disimpan pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu 00 C.

5. Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu.

6. Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus tertutup.

Page 4: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

7. Pengambilan dengan cara First In First Out (FIFO), yaitu yang disimpan

lebih dahulu digunakan dahulu, agar tidak ada makanan yang busuk.

c. Makanan Jadi

1) Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan

ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan logam berat dan residu

pestisida tidak boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut

ketentuan yang berlaku.

2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan

tertutup serta segera disajikan.

4. Pengolahan Makanan

Unsur-unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :

a. Tempat Pengolahan Makanan

1) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan

persyaratan konstruksi, bangunan dan ruangan dapur.

2) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan

dengan antiseptik.

3) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup

asap.

4) Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 lux.

b. Peralatan Masak

Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses

pengolahan makanan.

1) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat bercun kepada makanan.

2) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.

3) Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam / basa atau garam-garam

yang lazim dijumpai dalam makanan.

4) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya

didesinfeksi dan dikeringkan.

5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dean

disimpan pada rak terlindung dari vektor.

c. Penjamah Makanan

1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

Page 5: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

2) Secara berkala minimal 2 kali diperiksa kesehatannya oleh dokter yang

berwenang.

3) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung

pengolahan makanan dapur.

4) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar

kecil.

d. Pengankutan Makanan

Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara

pengangkutannya, yaitu:

1) Makanan diangkut dengan kereta dorong yang tertutup dan bersih.

2) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia udara

untuk ruang gerak.

3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk

mengangkut bahan/barang kotor.

e. Penyajian Makanan

1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan

yang dipakai harus bersih.

2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.

3) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada

fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 600 C dan 40 C untuk

makanan dingin.

4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian

bersih.

5) Makanan jadi harus segera disajikan.

6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.

5. Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman

Pengawasan dilakukan secara :

a. Internal

Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas penanggung

jawab kesehatan lingkungan rumah sakit.

Page 6: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan sampel

makanan dan minuman meliputi bahan makanan dan minuman yang

mengandung protein tinggi, makanan siap santap, air bersih, alat makanan

dan masak serta usap dubur penjamah.

Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan sampel minuman

berwarna, makanan yang diawetkan, sayuran, daging, ikan laut.

Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal 2

(dua) kali dalam setahun.

Bila terjadi keracuan makanan dan minuman di rumah sakit maka petugas

sanitasi harus mengambil sampel makanan dan minuman untuk diperiksakan

ke laboraturium.

b. Eksternal

Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi Dinas

Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil atau mendadak

menilai kualitas.

Cheklis Tentang Hygiene dan Sanitasi Pengolahan Makanan Minuman di

Rumah Sakit

No. variabel Komponen yang Diamati Ya Tidak

1. Pemilihan bahan

makanan

a. Bahan makanan dalam kualitas baik,

tidak rusak dan tidak membusuk

b. Bahan makanan yang dibeli dari

sumber yang resmi atau jelas

c. Kemasan bahan makanan terdaftar

pada Departemen Kesehatan RI

d. Melakukan pemeriksaan organoleptik

seperti memegang, meraba, atau

mencium bahan makanan

Buah-buahan :

a. Utuh dan segar

Page 7: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

b. Kulit Tidak rusak

c. Tidak ada warna tambahan

d. Tidak ada bau busuk

Sayuran :

a. Daun segar

b. Utuh

c. Kulit tidak rusak atau tidak ada gigitan

serangga

d. Bersih dan tidak berubah warna

Jenis biji-bijian :

a. Bersih

b. Kering

c. Utuh

d. Berwarna mengkilap

e. Tidak berlubang

Jenis ikan :

a. Warna kulit cerah dan tidak rusak

b. Dagingnya segar, elastis bila ditekan

dengan jaribekasnya kembali keposisi

semula

c. Bau tidak busuk

d. Lendir pada permukaan tidak

berlebihan

Jenis daging :

a. Bau tidak busuk dan segar

b. Elastis dan tidak kaku

c. Warna cerah

d. Bila dipegang tidak rekat pada tangan

dan masih terasa kebasahannya

Page 8: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

Jenis telur :

a. Tidak rusak atau pecah

b. Bersih fisik

c. Tidak berbau busuk

d. Tidak kering

2. Penyimpanan

bahan makanan

a. Bahan makanan kering :

1. Semua gudang bahan makanan

berada dibagian yang tinggi

2. Bahan makanan tidak diletakkan

dibawah saluran atau pipa air untuk

menghindari terkena bocoran

3. Tidak ada drainase disekitar gudang

makanan

4. Semua bahan makanan disimpan

pada rak-rak dengan ketinggian rak

terbawah 15 cm – 25 cm

5. Gudang terbuat dari anti tikus dan

serangga

6. Penempatan bahan makanan rapi dan

ditata tidak padat

b. Bahan makanan basah / mudah

membusuk :

1. Bahan makanan seperti buah, sayuran

disimpan pada suhu penyimpanan

sejuk

2. Bahan makanan berprotein yangakan

segera diolah kembali disimpan pada

suhu penyimpanan dingin

3. Bahan makanan berprotein yang

mudah rusak untuk jangka waktu

sampai 24 jam disimpan pada

penyimpanan dingin sekali

4. Bahan makanan berprotein yang

Page 9: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

mudah rusak untuk jangka waktu

kurang dari 24 jam disimpan pada

penyimpanan beku

5. Pintu tidak sering dibuka

6. Makanan yang berbau tajam (udang,

ikan, dan lain-lain) harus tertutup

3. Cara pebgolahan

makanan

a. Mencuci bahan makanan

1. Buah-buahan dan sayur-sayuran yang

dimakan mentah dicuci menggunakan

air hangat

2. Mencuci bahan makanan sebelum

dipotong-potong atau diracik

3. Mencuci bahan makanan dengan air

mengalir

4. Wadah yang digunakan untuk

menyimpan bahan yang telah dicuci

dalam keadaan bersih

b. Memotong dan merajang makanan

1. Memotong dan merajang bahan

makanan tidak terlalu kecil

2. Bahan makanan yang sudah dirajang

langsung dimasak

3. Bahan makanan yang sudah dipotong

langsung dipisahkan tempatnya sesuai

dengan jenisnya

4. Alat untuk merajang bersih

c. Pembuatan bumbu :

1. Bahan yang busuk dibuang

2. Bumbu yang sudah jadi langsung

digunakan dan bumbu yang sisa

diletakkan di lemari es

3. Alat yang digunakan untuk

Page 10: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

menghaluskan tidakmengandung zat

beracun dan berkarat

4. Alat yang digunakan dalam kondisi

bersih

d. Memasak bahan makanan :

1. Bahan makanan mencapai tingkat

kematangan yang diinginkan

2. Alat yang digunakan bersih fisik

3. Mencicipi makanan dengan alat

khusus

4. Tempat

pengolahan

makanan

a. Lantai :

1. Bersih fisik

2. Kedap air

3. Tidak licin dan rata

4. Berwarna terang

5. Tidak terdapat retak

6. Konus

b. Dinding :

1. Bersih fisik

2. Kedap air dan rata

3. Berwarna terang

c. Pintu dan jendela :

1. Terbuat dari bahan yang kuat dan

mudah dibersihkan

2. Rapat dari serangga dan tikus

3. Menutup dengan baik dan membuka

kearah luar

4. Jumlah jendela mencukupi

5. Jendela dilengkapi kassa

Page 11: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

d. Ventilasi :

1. Tersedia dan berfungsi dengan baik

2. Cukup menjamin rasa aman\

e. Langit-langit

1. Rata dan bersih secara fisik

2. Tinggi minimal 2,5 m dari lantai

3. Tidak terdapat lubang-lubang

4. Berwarna terang

5. Peralatan

pengoolahan

makanan

a. Bahan peralatan :

1. Bahan kuat

2. Permukaan alat halus

3. Mudah dibersihkan

4. Tidak mengandung bahan berbahaya

(timah, arsen, tembaga, seng,

cadmium, dan lain-lain)

5. Tidak rusak atau utuh

b. Pencucian peralata :

1. Pencucian menggunakan detergent

2. Pembilasan dengan air mengalir

3. Dibebashamakan dengan air panas

c. Penyimpana peralatan :

1. Peralatan pengolahan disimpan

didalam rak tertutup

2. Peralatan pengolahan disimpan dalam

keadaan kering

3. Rak penyimpanan peralatan terbuat

dari anti karat dan tidak rusak

4. Ruang penyimpanan peralatan tidak

lembab terlindung dari sumber

pencemar, dan binatang pengganggu

Page 12: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

6. Tenaga

pengolah/penjamah

makanan

1. Sehat atau bebas dari penyakit

2. Tidak merokok pada saat mengolah

makanan

3. Tidak mengobrol pada saat mengolah

makanan

4. Tidak menggaruk-garuk anggota

tubuh dengan tangan pada saat

mengolah makanan

5. Tidak menggunakan perhiasan

6. Menggunakan alat bantu saat

mencicipi makanan

7. Tidak berkuku panjang

8. Selalu mencuci tangan sebelum,

setelah mengolah makanan

9. Menggunakan penutup kepala

10.Menggunakan celemek

11.Menggunakan sarung tangan

12.Menggunakan seragam

13.Berpakaian rapih

14.Tidak terdapat luka terbuka pada

anggota tubuh

7. Fasilitas sanitasi a. Penyediaan Air Bersih :

1. Tidak berbau, tidak berasa, tidak

berwarna

2. Jumlah mencukupi

3. Angka kuman tidak melebihi nilai

ambang batas

b. Tempat pencucian peralatan

1. Tersedia air panas

2. Tersedia air dingin untuk membilas

3. Tersedia bahan pembersih atau

Page 13: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

detergent

4. Terdapat 3 bak pencuci

5. Tempat pencucian peralatan

berhubungan dengan saluran

pembuangan air limbah

c. Tempat cuci tangan

1. Terpisah dengan tempat cuci

peralatan

2. Terdapat sabun

3. Terdapat pengering tangan

4. Saluran pembuangan air tertutup

5. Air yang digunakan bersih secara fisik

(tidak bau, tidak berwarna, dan tidak

berasa)

d. Toilet :

1. Terdapat sabun didalam toilet

2. Air mengalir dengan lancar

3. Jumlah toilet mencukupi kebutuhan (1

buah untuk 10 orang karyawan)

4. Toilet jauh dari tempat pengolahan

makanan

e. Tempat sampah :

1. Terbuat dari bahan kedap air

2. Memiliki penutup

3. Mudah dibersihkan

4. Dilapisi dengan kantong plastik

5. Terdapat tempat sampah organik dan

anorganik

f. Pembuangan asap :

1. Terdapat cerobong asap

Page 14: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

2. Terdapat saringan lemak pada

cerobong

3. Terdapat penyedot asap (extractor

fan)

4. Cerobong asap lancar

g. Pembuangan air limbah :

1. Terdapat saluran pembuangan air

limbah

2. Air limbah mengalir dengan lancar

3. Saluran kedap air

4. Saluran tertutup

5. Terdapat grace trap

h. Pengendalian serangga dan tikus :

1. Ventilasi dipasang dengan kawat

kassa

2. Pintu dilengkapi dengan tirai plastik

3. Terdapat alat listrik atau jenis lainnya

untuk penangkal lalat

Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)

Pengertian

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana

penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler)

pengeringan, meja dan meja setrika.

Page 15: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

Menurut Wikipedia Indonesia, linen merupakan bahan yang terbuat dari serat

tumbuhan rami (Linum usitatissium). Biasanya digunakan untuk membuat pakaian.

Menurut Arifin yang dikutip dari Lencir Kuning menyatakan bahwa Sanitasi adalah

suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan

memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan

masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor

lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah

upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju

keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin

meningkat. (Kuning, 2012)

a. Pengertian Laundry

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan

sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap

(steam boiler), pengering, meja dan meja setrika. (KESEHATAN, 2004)

b. Pengertian Linen

Menurut Departemen Kesehatan RI dalam buku Pedoman Sanitasi Rumah

Sakit Di Indonesia, dikatakan bahwa :

c. Karakteristik Linen

Karakteristik Linen menurut Menurut Djasio Sanropie, dkk dalam buku

Sanitasi Rumah Sakit Untuk Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi dibagi

menjadi 2, yaitu :

1. Solied Linen (Linen Non infeksius)

Yang dimaksud dengan solied linen adalah kain-kain yang sudah terpakai

dan tidak fresh lagi.

Sumber Solied linen berasal dari :

Page 16: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

1. Ruang Administrasi

2. Apotik

3. Ruang Tunggu

4. Ruang Perawatan Non infection disease

5. Dapur

6. Laboratorium

2. Fouled dan Infected Linen (Linen Infeksius)

Yang dimaksud dengan fauled dan infected linen ialah kain yang kumuh

(sangat kotor/dan juga kain yang terkontaminasi oleh kuman-kuman

penyakit menular. Sumber fouled dan infected linen berasal dari ruang

operasi, isolasi, ruang perawatan penyakit menular, poliklinik dan lain-

lain). (Sanropie, Djasio, dkk, 1989, hal. 38-39)

d. Tahapan-Tahapan Sanitasi Pengelolaan Linen

Sanitasi Pengelolaan Linen di Rumah Sakit menurut Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :

1. Pengumpulan

1. Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari

sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai

jenisnya serta diberi label.

2. Menghitung dan mencatat linen di ruangan. (KESEHATAN, 2004)

Kain kotor dari masing-masing ruang perlu dicuci sesuai

dengan karakteristik kain kotor, maka dalam pengumpulannya perlu

dibedakan antara linen infeksius dan non infeksius. Kain kotor non

infeksius perlu dikumpulkan dalam kantong yang berbeda dengan

Page 17: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

kantong pengumpulan linen infeksius. Hal ini untuk mempermudah

penanganan selanjutnya. (Sanropie Djasio, dkk, 1989, hal. 39)

2. Pengangkutan

Pengangkutan kain kotor harus segera dibawa dari tiap tiap ruang dan

langsung ketempat pencucian dengan menggunakan trolly. Trolly

pengangkut linen tidak dibawa masuk keruangan, cukup di depan pintu

saja. (Sanropie, Djasio, dkk, 1989, hal. 39)

1. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan

kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor.

2. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen

bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan

setelah digunakan mengangkut linen kotor.

3. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan

bersamaan.

4. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong ayng berbeda warna.

5. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,

pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus menggunakan

mobil khusus. (KESEHATAN, 2004)

Linen kotor merupakan sumber kontaminasi penting di rumah sakit.

Penanganan linen rutin waktu membersihkan temat tidur, pengangkutan

linen sepanjang koridor dan ruang-ruang rumah sakit. (DEPKES RI, 1992,

p. 94)

3. Penerimaan

1. Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius dan

non-infeksius.

2. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya. (KESEHATAN, 2004)

4. Pencucian

Page 18: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

1. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin

cuci dan kebutuhan deterjen dan disinfektan.

2. Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah, dan muntahan

kemudian merendamnya dengan menggunakan disinfektan.

3. Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya.

(KESEHATAN, 2004)

Dalam buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di indonesia, langkah-

langkah pencucian linen adalah sebagai berikut :

1. Pembilasan Pertama

Guyuran air dingan yang bertujuan untuk menghilangkan noda-noda,

terutama noda darah, tetapi kadang-kadang sebagian laundry tidak

mempraktekkannya kecuali bila jelas nampak noda pada linen yang

akan dicuci.

2. Penyabunan

Kegiatan pokok terjadi pada tahap penyabunan, suhu yang digunakan

bervariasi. Namun disarankan untuk menggunakan air panas 65˚C-

77˚C selama 30 menit. Sabun yang digunakan juga bervariasi, bahan

pemutih yang digunakan biasanya Chlorin (100 ppm) yang mampu

untuk menghancurkan bakteri vegetatif dan terutama ditujukan untuk

membunuh kuman.

3. Pembilasan akhir

Pembilasan akhir biasanya menggunakan air panas dengan dengan

suhu 74˚C-77˚C. Asam lemah seperti asam asetic atau Sodium

Metasilikat sering juga ditambahkan untuk menghilangkan deterjen

yang menempel pada linen dan memutihkan linen.

Dari proses pencucian terlihat jelas bahwa siklus pencucian linen dan

kontak dengan air panas serta bahan kimia berfungsi untuk membunuh

mikroba, tetapi meningkatnya bahan sintetis dengan warna yang lebih

cemerlang bahan tersebut tidak dapat dicuci dengan temperature yang

Page 19: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

lebih tinggi (maksimum 50C) dan sering kali tidak perlu menggunakan

beaching. Dengan demikian daya hancur terhadap mikroba juga

menurun. (DEPKES RI, 1992)

5. Pengeringan

6. Penyetrikaan

7. Penyimpanan

1. Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya.

2. Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian bawah.

3. Pintu lemari selalu tertutup. (KESEHATAN, 2004)

8. Distribusi

Pendistribusian dilakukan berdasarkan kartu tenda terima dari petugas

penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih

kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima. (KESEHATAN, 2004)

e. Penanganan Linen Bersih

Walau proses pencucian hampir telah mampu memberikan perlindungan

terhadap linen, tetapi proses tersebut bukan sterilisasi. Perlu di ingatkan

bahwa setelah linen dicuci dan kemudia linen dipindahkan ke mesin pemeras,

pengering, penyeterika atau proses lainnya, sehingga masih mungkin

terkontaminasi ulang. Tenaga bagian pencucian perlu menyadari hal ini dan

sejauh mungkin diupayakan mengurangi kontaminasi. (DEPKES RI, 1992)

Terlepas dari desain yang ada, desain dasar ruang pencucian yang harus di

perhatikan adalah :

1. Harus ada pemisahan antara penyortiran linen kotor dan linen bersih.

2. Mengurangi jarak transportasi antara satu proses dan proses berikutnya.

Page 20: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pekerja yang menangani linen

bersih hendaknya menggunkaka seragam yang bersih dan terlatih dalam

teknik kebersihan, mengenakan topi bagi yang berambut panjang dan

selalu mempraktekan perilaku mencuci yang benar.

4. Sebagai pembungkus linen bersih lebih baik menggunakan plastik

daripada kertas. (DEPKES RI, 1992)

f. Sarana dan Peralatan Sanitasi Pengelolaan Linen

Sehubungan dengan sarana dan peralatan dalam peyelenggaraan Sanitasi

Pengelolaan Linen di Rumah Sakit menurut Permenkes RI No.

1204/MENKES/SK/2004 tentang persyaratan kesehatan RI Rumah Sakit :

1. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan

aliran yang memadai, air panas untuk disinfeksi dan tersedia disinfektan.

2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran

pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci

jenis-jenis linen yang tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis

linen yang berbeda.

3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan

non infeksius.

4. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi

dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi

pengolahan air limbah.

5. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu

ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan

kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi

dan ruang peniris atau pengering untuk alat-alat termasuk linen.

Page 21: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

6. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai Laundry tersendiri,

pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain

tersebut harus mengikuti persyaratan dan tatalaksana yang telah

ditetapkan.

7. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus

menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan

pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta dianjurkan memperoleh

imunisasi hepatitis B.

g. Bahan Sanitasi Pengelolaan Linen

Menurut Djasio Sanropie, dkk dalam buku Komponen Sanitasi Rumah Sakit

Untuk Instutusi Pendidikan Tenaga Sanitasi bahan yang diperlukan dalam

sanitasi pengelolaan linen:

1. Cygnetbleach

2. Desinfektan

3. Hamix

4. Nobla

5. Cygnet

6. Sour

(Sanropie, Djasio, dkk, 1989)

CHECKLIST PENGELOLAAN LINEN

HASIL PENGAMATAN TAHAP PENGUMPULAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

Page 22: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

No Tahap Pengumpulan Keterangan

Ya Tidak

1 Pemilihan antara linen infeksius

dan linen non infeksius

2 Linen infeksius dan non infeksius

dipisahkan dimasukkan ke

kantong sesuai dengan jenisnya

dan diberi label

3 Linen kotor tidak diletakkan

dilantai

4 Linen kotor yang dikumpulkan,

dicatat petugas ruangan

5 Linen infeksius diperlakukan

khusus dan dimasukan terlebih

dahulu

6 Pengambilan linen tidak dikibas-

kibas

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah tahun 2013

Page 23: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

HASIL PENGAMATAN TAHAP PENGANGKUTAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

No Tahap Pengangkutan Keterangan

Ya Tidak

1 Menggunakan trolley yang

berbeda dan tertutup antara

linen bersih dan kotor

2 Trolley dalam keadaan bersih

(secara fisik)

3 Trolley tidak dibawa masuk

keruangan/kamar

4 Bagian dalam trolley dilapisi

dengan plastik

5 Waktu pengangkutan linen kotor

berbeda dengan linen bersih

6 Trolley langsung di bersihkan/

dicuci setelah digunakan

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah tahun 2013

HASIL PENGAMATAN TAHAP PENERIMAAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

Page 24: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

No Tahap Penerimaan Keterangan

Ya Tidak

1 Mencatat linen yang diterima

2 Linen yang diterima telah

dipisahkan antara infeksius dan

non infeksius

3 Linen dipisahkan berdasarkan

dan warna tingkat kekotorannya

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah tahun 2013

HASIL PENGAMATAN TAHAP PENCUCIAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

No Tahap Pencucian Keterangan

Ya Tidak

1 Menimbang berat linen terlebih

dahulu

2 Pada saat penerimaan linen tidak

diletakkan dilantai

3 Linen infeksius langsung

didesinfeksi

4 Linen yang bernoda darah

dibersihkan terlebih dahulu

5 Pencucian linen infeksius dan

non infeksius dipisahkan

6 Suhu air panas yang digunakan

65°C - 77°C selama 30 menit

7 Proses pencucian menggunakan

Page 25: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

deterjen

8 Proses pencucian menggunakan

desinfektan

9 Proses pencucian menggunakan

pemutih

10 Proses pencucian menggunakan

pelembut

11 Proses pencucian menggunakan

mesin cuci

12 Proses desinfeksi menggunakan

suhu air panas 700 C selama 25

atau 950 C selam 10 menit

13 Petugas linen kotor kontak

dengan linen bersih

14 Semua linen yang dicuci

langsung dikeringkan

15 Linen kotor yang ada di cuci

habis dalam waktu satu hari

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah tahun 2013

Page 26: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

HASIL PENGAMATAN TAHAP PENGERINGAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

No Tahap Pengeringan Keterangan

Ya Tidak

1 Setelah linen melalui proses

pencucian, linen langsung

dikeringkan

2 Seluruh linen dikeringkan dengan

mesin pengering (maks. 700C)

3 Tidak kontak dengan linen kotor

4 Linen tidak kontak langsung

dengan petugas

5 Linen dikeringkan habis dalam

waktu 1 x 24 jam

6 Linen yang telah dikeringkan

ditempatkan pada trolly yang

telah dibersihkan terlebih dahulu

menuju ruang setrika

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah tahun 2013

Page 27: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

HASIL PENGAMATAN TAHAP PENYETRIKAAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

No Tahap Penyetrikaan Keterangan

1 Linen yang sudah kering

langsung disetrika

2 Linen di setrika satu per satu

3 Linen langsung dipisahkan sesuai

dengan jenisnya

4 Menggunakan mesin plat press

maupun roll pess untuk

menyetrika dengan suhu min

120°C

5 Linen tidak ada yang berjatuhan

dan menyentuh lantai

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah tahun 2013

Page 28: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

HASIL PENGAMATAN TAHAP PENYIMPANAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RUMAH SAKIT

No Tahap Penyimpanan Keterangan

Ya Tidak

1 Linen disimpan ditempat yang

tertutup (lemari)

2 Linen dipisahkan sesuai jenisnya

3 Linen dibungkus dengan plastik

4 Lipatan linen harus menghadap

keluar agar memudahkan

penghitungan maupun

pengambilan

5 Ruang penyimpanan bersih,

bebas debu dan tidak lembab

6 Pintu lemari penyimpanan selalu

tertutup

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah tahun 2013

Page 29: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

HASIL PENGAMATAN TAHAP PENDISTRIBUSIAN

SANITASI PENGELOLAAN LINEN

RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

TAHUN 2013

No Tahap Pendistribusian Keterangan

Ya Tidak

1 Penyerahan linen bersih kepada

petugas ruangan sesuai kartu

tanda terima

2 Pendistribusian linen terbungkus

rapi dengan menggunakan plastik

transparan di buat paket

3 Petugas pendistribusian berbeda

dengan petugas pengumpul linen

kotor

4 Menggunakan trolley yang

berbeda dengan trolley linen

kotor

5 Trolley untuk pengambilan linen

bersih tertutup

6 Pendistribusian dilakukan oleh

petugas laundry

7 Pendistribusian linen

berdasarkan blanko pengiriman

8 Petugas menyerahkan linen

bersih kepada petugas ruangan

sesuai dengan linen yang

diterima

9 Pengambilan linen harus dengan

sistem FIFO (first in first out)

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah tahun 2013

Page 30: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen
Page 31: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

HASIL PENGAMATAN BAHAN - BAHAN YANG DIGUNAKAN

DALAM PENGELOLAAN LINEN

DI UNIT PELAYANAN LAUNDRY RS

No Bahan-Bahan yang Digunakan Keterangan

Ya Tidak

1 Tersedia Deterjen

2 Tersedia Desinfektan

3 Tersedia Pemutih

4 Tersedia Pelembut dan Pewangi

5 Bahan-bahan yang tersedia diberi

label/keterangan

6 Bahan-bahan yang tersedia

disimpan di tempat khusus

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah Tahun 2013

Page 32: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

HASIL PENGAMATAN SARANA YANG DIGUNAKAN

DALAM PENGELOLAAN LINEN

DI UNIT LAUNDRY RS

No Sarana yang Tersedia Keterangan

Ya Tidak

1 Lokasi jauh dari pasien

2 Lantai di plester dan kuat

3 Lantai tidak licin dan kering

4 Lantai rata dengan kemiringan 2-

3%

5 Tersedian kran air bersih untuk

mencuci

6 Tersedian kran air panas untuk

mencuci

7 Terdapat ruangan khusus untuk

pencucian

8 Saluran pembuangan air kotor

tertutup

9 Tersedia pre-treatment khusus

laundry sebelum di alirkan ke

IPAL

10 Tersedia ruangan linen bersih

dan linen kotor yang terpisah

11 Tersedia gudang penyimpanan

trolly

12 Tersedia gudang untuk

penyimpanan bahan dan alat

13 Tersedia ruangan untuk

penerimaan dan pencatatan linen

14 Tersedia kamar mandi dan WC

dan wastafel untuk petugas

Page 33: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

15 Ventilasi udara cukup (10% dari

luas lantai)

16 Pencahayaan cukup (200 lux)

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah Tahun 2013

Page 34: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

HASIL PENGAMATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN

DALAM PENGELOLAAN LINEN

DI UNIT LAUNDRY RS

No Peralatan yang Digunakan Keterangan

Ya Tidak

1 Tersedia mesin cuci

2 Tersedia mesin pemeras

3 Tersedia lemari penyimpanan

linen bersih

4 Tersedia mesin pengering

5 Tersedia trolly yang berbeda

untuk linen kotor dan bersih

6 Trolly pengeringan linen bersih

7 Trolly terbuat dari bahan anti

karat, mudah dibersihkan dan

tertutup

8 Tersedia kantong pengumpul

linen yang berbeda

9 Kantong pengumpul linen sekali

pakai

10 Tersedia alat seterika

11 Tersedia meja penerimaan linen

yang sudah disetrika

12 Tersedia timbangan duduk

13 Tersedia mesin jahit

Jumlah

Presentase (%)

Sumber: Data primer terolah Tahun 2011

Page 35: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

Sumber: Data primer terolah Tahun 2011

REFERENSI :

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit .

2. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit dirjen PPM dan PLP, Dirjen Pelayanan Medik

dan Departemen Kesehatan RI tahun 2002.

3. Karya Tulis Ilmiah Milik Anita Widyastuti “Studi Deskriptif Tentang Sanitasi

Pengelolaan Linen Di Rsupn Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat Tahun

2013”

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Rumah Sakit.

Page 36: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen

SANITASI RUMAH SAKIT

TINGKAT 3-B

KELOMPOK PKL

BAGAS FALAH HAFIYYAN

M. BUDI SULISTYO

HANA NOVAYANTI

SRI SHANTI WAHYUNI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

TAHUN 2013

Page 37: 3b-Sanitasi Rumah Sakit- Pmm Dan Linen