162
GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM (RSU) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : NURIL HIDAYAH ALHASANAH 1112101000010 MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2016

GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN

KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT UMUM (RSU) KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM)

Oleh :

NURIL HIDAYAH ALHASANAH

1112101000010

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …
Page 3: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

i

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

Skripsi, Desember 2016

Nuril Hidayah Alhasanah, NIM: 1112101000010

Gambaran Kinerja Perawat Berdasarkan Beban Kerja Di Instalasi Rawat Inap

Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun

2016

xix+124 Halaman, 10 Tabel, 2 Bagan, 7 Lampiran

ABSTRAK

RSU Kota Tangerang Selatan merupakan rumah sakit milik pemerintah Kota

Tangerang Selatan. Salah satu indikator kinerja pelayanan rumah sakit adalah angka

BOR. Pada bulan maret 2016 angka BOR di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

tergolong tinggi dan rasio jumlah perawat yang tidak seimbang. Sedangkan

berdasarkan studi pendahuluan ditemukan bahwa kinerja perawat di instalasi rawat

inap penyakit dalam belum sesuai dengan standar praktik keperawatan. Oleh karena

itu perlu dilakukan analisis beban kerja perawat serta melihat gambaran kinerja

perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kinerja perawat

berdasarkan beban kerjanya di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota

Tangerang Selatan. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif. Untuk

mengetahui beban kerja perawat metode yang digunakan adalah metode pengamatan

work sampling. Artinya semua kegiatan yang dilakukan oleh perawat akan diamati

selama tujuh hari setiap perawatnya, dengan interval 5 menit pada setiap shift.

Sedangkan untuk mengetahui gambaran kinerja perawat, metode yang digunakan

adalah pengamatan asuhan keperawatan dan wawancara mendalam.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, beban kerja produktif

semua perawat berkisar antara 80,15% - 82,39%, artinya beban kerja perawat di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan tergolong tinggi.

Beban kerja perawat yang tinggi ini menyebabkan kinerja perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan belum sesuai dengan standarnya, perawat sering

tidak sempat atau bahkan lupa untuk melakukan pencatatan dan pelaporan terkait

status pasien dikarenakan banyaknya pasien dan pekerjaan yang harus diselesaikan.

Selain itu, perawat hanya melakukan sesuai dengan kebiasaan yang mereka lakukan.

Saran yang diajukan adalah diharapkan pihak rumah sakit melakukan

penambahan tenaga perawat serta selalu melakukan evaluasi secara rutin tentang

pelaksanaan praktek keperawatan dan menindaklanjuti pelaksanaannya dengan

memberikan sanksi dan reward kepada perawat. Selain itu mengadakan pelatihan

atau bimbingan dan pengawasan terhadap sistim pelaporan.

Kata Kunci: Beban Kerja, Kinerja, Perawat.

Daftar Bacaan: 68 (1996 – 2014)

Page 4: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE

HEALTHCARE MANAGEMENT

Undergraduate thesis, December 2016

Nuril Hidayah Alhasanah, NIM: 1112101000010

Workload-based Performance of Nurses in Internal Medicine Inpatient Ward in

South Tangerang General Hospital in 2016: A Descriptive Study

xix+124 Pages, 10 Table, 2 Graphic, 7 Appendix

ABSTRACT

ABSTRACT

South Tangerang General Hospital is a hospital owned by South Tangerang

government. One of the hospital performance indicators is BOR. On March 2016, the

BOR number in Internal Medicine Inpatient Ward was high, with imbalance nurses

ratio.Meanwhile, according to prior study, it was discovered that the nurse

performance in Internal Medicine Inpatient Ward did not met the nurse practice

standard.Therefore, it was necessary to analyze nurse workload and to describe nurse

performance in South Tangerang General Hospital Internal Medicine Inpatient Ward.

This research aimed to describe nurse performance based on their workload

in South Tangerang General Hospital Internal Medicine Inpatient Ward. This

research is a qualitative research. Work-sampling observation method was used to

understand nurse workload. This means that every nurse activities were being

observed for seven days for each nurse, with five minutes interval for changing

shifts.And to understand and describe nurse performance, we used nurse care

observation and in depth interview method.

Result showed that the productive workload for all nurserange between

80.15% - 82.39%.This means that nurse workload in South Tangerang General

Hospital Internal Medicine Inpatient Wardis relatively high. High nurse workload

caused nurse performance to not meet the standard; nurses frequently did not have

time and even forgot to record and report patient status because of the high number

of patients and works that need to be done. Besides, nurses only did what have

become their habits.

The proposed suggestions for the hospital is to create SOP for nurse practice

and socialize it, increase the number of the nurse, and routinely evaluate nurse

practice and follow-up on their work while giving rewards and punishment

accordingly. Training and guidance can also be done in reporting system

Keyword: Workload, performance, nurse.

Bibliography: 68 (1996 – 2014)

Page 5: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

iii

Page 6: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

iv

Page 7: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

v

RIWAYAT PENULIS

Nama : Nuril Hidayah Alhasanah

NIM : 1112101000010

Tempat Tanggal Lahir : Gresik, 30 Agustus 1994

Alamat : Tlogo Bedah, Hulaan RT 03/02 Menganti, Gresik.

Telepon : 081333165738

Status : Mahasiswa

e-mail : [email protected]

Agama: : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Riwayat Pendidikan

2012 – sekarang : Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2009 – 2012 : SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT Jombang.

2006 – 2009 : MTS Assa’adah II Unggulan Bungah, Gresik.

2001 – 2006 : MI Roudlotul Ulum Hulaan, Menganti, Gresik.

1999 – 2001 : RA Roudlotul Ulum Hulaan, Menganti, Gresik.

Pengalaman Organisasi

2012–2014 : Divisi Humas IMADU (Ikatan Mahasiswa Alumni

Darul Ulum) Tangerang Selatan

2014 – Sekarang : Anggota Health Care Management Student

Assotiation (HACAMSA)

Page 8: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

vi

Pengalaman Kepanitiaan

2011 : Divisi Kesekretariatan National Science and Social Olympiad

XII

2012 : Divisi Humas Acara Silaturrahmi alumni Pondok Pesantren

Darul Ulum Jombang dan Pembentukan Pengurus IMADU

Tangerang Selatan

2014 : Bendahara Panitia Pengawas Pemilu (PANWASLU)

Pemilihan Umum Raya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2015 : Ketua Pelaksana Penyuluhan dan Talkshow Kesehatan

tentang Diare dan Pneumonia di RW Kelurahan Ciater

Kecamatan Serpong

2015 : Divisi Acara Buka Bersama dan Santunan Anak Yatim di

Panti Asuhan Amal Wanita Ciputat

2015 : Divisi Publikasi dan Humas Seminar Nasional Rumah Sakit

Berbasis Syariah

2015 : Divisi Konsumsi Seminar Profesi Manajemen Pelayanan

Kesehatan 2015 “Bagaimana Potret KIA di Era JKN?”

Pengalaman Kerja

Januari – Maret 2014 : Pengalaman Belajar Lapangan di Puskesmas

Rawabuntu.

Februari – Maret 2016 : Magang di bagian kepegawaian RSU Kota Tangerang

Selatan

Page 9: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan kuasa-Nya sehingga penulisan Laporan Magang

yang berjudul “Gambaran Pelaksanaan Rekrutmen dan Seleksi Perawat NonPNS di

Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan” berhasil diselesaikan tepat pada

waktunya. Penyusunan Laporan Magang ini merupakan salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada program studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penyelesaian Laporan Magang ini tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan kelancaran sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian inidengan lancar.

2. Kedua orang tua yang selalu mendoakan, memberi dukungan dan semangat,

serta selalu memberikan kasih sayangnya yang tiada henti kepada penulis.

3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Fajar Ariyanti. M. Kes. Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta selaku Pembimbing I yang telah

memberikan arahan serta bimbingannya kepada penulis.

5. Ibu Lilis Muchlisoh, MKM selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

6. drg. Hj. Maya Mardiana, MARS selaku Direktur RSU Kota Tangerang

Selatan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitiandi instansi

yang dipimpin.

7. Ns. Kustanti, S.Kep selaku Kepala Ruangan Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam RSU Kota Tangerang Selatan

8. Ibu Euis selaku Supervisior Perawat yang telah banyak memberikan

informasi dan bimbingan kepada penulis

Page 10: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

viii

9. Semua perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang

Selatan yang telah banyak membantu selama peneliti melakukan pengamatan.

10. Erza Rizky Fathony yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis, serta menjadi alasan penulis untuk terus berjuang.

11. Sahabat-sahabat penulis yaitu Lilis Yuliarti, Isnaeni WS, Tyas Indah PS,

Yufa Zuriya, Sri Widyastuti, Abd Rohim yang telah banyak memberikan

penulis dukungan, perhatian, semangat, serta hiburan ketika penulis merasa

kehilangan semangat.

12. Teman-Teman Reenable JJBB yang tiada henti memberikan doa, semangat,

serta motivasi kepada penulis.

13. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat khususnya Peminatan

Manajemen Pelayanan Kesehatan yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terimakasih atas bantuan dan semua sarannya.

14. Dan pihak-pihak lain yang secara tidak langsung juga membantu penulis

dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar meskipun dengan

berbagai keterbatasan yang dimiliki. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari

semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Atas perhatian dan dukungannya,

penulis menyampaikan terimakasih.

Page 11: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

ix

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan............................................................................................................. i

Abstrak ............................................................................................................................. ii

Abstract ............................................................................................................................ iii

Pernyataan Persetujuan .................................................................................................... iv

Riwayat Penulis ................................................................................................................. v

Kata Pengantar ................................................................................................................ vii

Daftar Isi........................................................................................................................... ix

Daftar Tabel ................................................................................................................... xiii

Daftar Bagan .................................................................................................................. xiv

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 9

1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................................ 10

1.4 Tujuan ............................................................................................................... 10

1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 10

1.4.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 10

1.5 Manfaat ............................................................................................................. 11

1.6 Ruang Lingkup Penelitian................................................................................. 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 13

2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan ......... 13

2.1.1 Visi, Misi, dan Motto RSU Kota Tangerang Selatan ................................ 13

2.1.2 Tujuan dan Sasaran RSU Kota Tangerang Selatan ................................... 14

2.1.3 Struktur Organisasi RSU Kota Tangerang Selatan ................................... 16

2.1.4 Jenis Pelayanan Kesehatan RSU Kota Tangerang Selatan ....................... 17

2.2 Rumah Sakit ...................................................................................................... 19

Page 12: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

x

2.2.1 Pengertian Rumah Sakit ............................................................................ 19

2.2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ................................................................ 20

2.2.3 Klasifikasi Rumah Sakit ............................................................................ 21

2.2.4 Indikator Pelayanan Rumah Sakit ............................................................. 22

2.2.5 Pelayanan Rawat Inap ............................................................................... 23

2.3 Keperawatan ..................................................................................................... 25

2.3.1 Pengertian Keperawatan............................................................................ 25

2.3.2 Peran Keperawatan.................................................................................... 26

2.3.3 Asuhan Keperawatan ................................................................................ 29

2.3.4 Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP) ............................... 31

2.3.5 Jenis Tindakan Keperawatan .................................................................... 35

2.4 Beban Kerja ...................................................................................................... 37

2.4.1 Pengertian Beban Kerja............................................................................. 37

2.4.2 Jenis Beban Kerja ...................................................................................... 38

2.4.3 Waktu Standar ........................................................................................... 39

2.4.4 Waktu Produktif ........................................................................................ 39

2.4.5 Pengukuran Beban Kerja........................................................................... 40

2.5 Kinerja............................................................................................................... 45

2.5.1 Pengertian Kinerja ..................................................................................... 46

2.5.2 Penilaian Kinerja ....................................................................................... 50

2.5.3 Standar Penilaian Kinerja Perawat ............................................................ 56

2.6 Kerangka Teori ................................................................................................. 59

BAB 3 KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ............................................. 61

3.1 Kerangka Pikir .................................................................................................. 61

3.2 Definisi Istilah ................................................................................................... 62

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN........................................................................ 64

Page 13: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

xi

4.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 64

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 64

4.3 Informan Penelitian ........................................................................................... 64

4.4 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 65

4.5 Sumber Data...................................................................................................... 67

4.5.1 Data Primer ............................................................................................... 67

4.5.2 Data Sekunder ........................................................................................... 67

4.6 Pengumpulan Data ............................................................................................ 67

4.7 Pengolahan Data ............................................................................................... 70

4.8 Teknik dan Analisis Data .................................................................................. 72

4.8.1 Reduksi Data ............................................................................................. 73

4.8.2 Penyajian Data .......................................................................................... 74

4.8.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ....................................................... 74

4.9 Pengujian Keabsahan Data ............................................................................... 74

BAB 5 HASIL PENELITIAN ...................................................................................... 76

5.1 Beban Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota

Tangerang Selatan ............................................................................................. 76

5.1.1 Gambaran Beban Kerja Perawat pada Setiap Shift ................................... 76

5.1.2 Gambaran Beban Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam RSU Kota Tangerang Selatan pada Seluruh Shift ........................................ 88

5.1.3 Rasio Perawat dengan Jumlah Tempat Tidur dan BOR di Instalasi

Rawat Inap Penyakit Dalam .................................................................................... 90

5.2 Gambaran Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU

Kota Tangerang Selatan .................................................................................... 91

5.2.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................... 93

5.2.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 96

5.2.3 Perencanaan Keperawatan ........................................................................ 99

Page 14: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

xii

5.2.4 Tindakan Keperawatan............................................................................ 100

5.2.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 102

BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................................. 105

6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 105

6.2 Beban Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota

Tangerang Selatan ........................................................................................... 105

6.3 Gambaran Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU

Kota Tangerang Selatan .................................................................................. 108

6.3.1 Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 110

6.3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................ 112

6.3.3 Perencanaan Keperawatan ...................................................................... 115

6.3.4 Tindakan Keperawatan............................................................................ 116

6.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 117

6.4 Gambaran Kinerja Perawat Berdasarkan Beban Kerja di Instalasi Rawat

Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan ...................................... 119

BAB 7 PENUTUP....................................................................................................... 123

7.1 Simpulan ......................................................................................................... 123

7.2 Saran ............................................................................................................... 125

7.2.1 Untuk RSU Kota Tangerang Selatan .............................................................. 125

7.2.2 Untuk Peneliti Selanjutnya ............................................................................. 125

Daftar Pustaka xv

Lampiran

Page 15: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Formulir Work sampling .................................................................... 45

Tabel 4.1 Matriks Triangulasi ......................................................................................... 75

Tabel 5.1 Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Keperawatan pada Shift Pagi di

Instalasi Rawat Inap Penyakit DalamRSU Kota Tangerang Selatan

Selama 7 Hari ............................................................................................... 77

Tabel 5.2 Gambaran Beban Kerja Perawat Berdasarkan Persentase Kegiatan

Produktif pada Shift Pagi di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU

Kota Tangerang Selatan ............................................................................... 79

Tabel 5.3 Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Keperawatan pada Shift Siang di RSU

Kota Tangerang Selatan Selama 7 Hari ....................................................... 81

Tabel 5.4 Gambaran Beban Kerja Perawat Berdasarkan Persentase Kegiatan

Produktif pada Shift Siang di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU

Kota Tangerang Selatan ............................................................................... 83

Tabel 5.5 Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Keperawatan pada Shift Malam di RSU

Kota Tangerang Selatan Selama 7 Hari ....................................................... 84

Tabel 5.6 Gambaran Beban Kerja Perawat Berdasarkan Persentase Kegiatan

Produktif pada Shift Malam di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU

Kota Tangerang Selatan ............................................................................... 86

Tabel 5.7 Gambaran Beban Kerja Perawat Berdasarkan Persentase Rata-rata

Kegiatan Produktif dari Setiap Shift di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam RSU Kota Tangerang Selatan ........................................................... 89

Tabel 5.8 Kinerja Perawat dalam Penerapan Standar Praktek Keperawatan di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan .......... 92

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ......................................................................................... 60

Bagan 3.1 Kerangka Pikir .......................................................................................... 62

Page 16: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terbukanya arus informasi sebagai dampak globalisasi turut

mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat tentang perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Hal ini juga ikut mempengaruhi persepsi dan

kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, sehingga rumah sakit yang

merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan harus segera

merespon dan proaktif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut

(Sudirman, 2003). Adikoesoemo (2003) menyatakan bahwa rumah sakit perlu

pengembangan suatu sistem pelayanan yang didasari pada pelayanan yang

berkualitas baik, biaya yang dapat dipertanggungjawabkan, dan diberikan pada

waktu yang cepat dan tepat. Untuk itu, pihak pimpinan rumah sakit harus

melakukan perbaikan-perbaikan di segala bidang, termasuk pengelolaan sumber

daya manusia.

Sumber daya manusia yang bekerja di rumah sakit terdiri atas tenaga

kesehatan dan tenaga non kesehatan. Menurut UU Nomor 36 Tahun 2014

Tentang Tenaga Kesehatan Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi tenaga kesehatan

adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta

memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi 13 kelompok yang

salah satunya adalah tenaga keperawatan. Depkes RI (2008) mengemukakan

Page 17: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

2

bahwa sumber daya manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian

pelayanan kepada pasien rumah sakit, sekitar 40% adalah tenaga perawat dan

bidan. Meskipun rumah sakit telah berupaya memperbaiki sarana dan prasarana

yang ada dengan sebaik mungkin, namun jika kinerja sumber daya yang

memberikan pelayanan bermasalah, juga akan berdampak pada mutu rumah sakit

tersebut(Hidayani, 2014).

Perawat merupakan profesi yang berperan penting di rumah sakit dalam

penyelenggaraan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan(Nursalam,

2002). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Depkes RI (2004) yang

menyatakan bahwa profesi perawat memiliki peranan penting dalam memberikan

kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena jenis pelayanan yang

diberikannya dengan pendekatan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan

dilakukan dengan berkelanjutan. Menurut Wahyuni (2007) pelayanan

keperawatan adalah bagian dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit yang

mempunyai fungsi menjaga mutu pelayanan, yang sering dijadikan barometer

oleh masyarakat, dalam menilai mutu rumah sakit, sehingga menuntut adanya

profesionalisme perawat dalam bekerja yang ditunjukkan oleh hasil kinerja

perawat, baik itu perawat pelaksana maupun pengelola dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada klien. Pelaksanaan kerja perawat yang maksimal

dalam pelayanan kesehatan yang berkualitas terjadi bila sistem pelaksanaan

asuhan keperawatan yang dilakukan mendukung praktik keperawatan profesional

sesuai standar.

Page 18: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

3

Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional adalah bagian integral

yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini

ditekankan dalam Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal

36 ayat 4, yang dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan. Asuhan

keperawatan merupakan upaya untuk menuju derajat kesehatan yang maksimal

berdasarkan potensi yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan dalam bidang

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses

keperawatan (Keliat, 2009)

Pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas dan profesional

merupakan target yang ingin dicapai untuk meningkatkan mutu pada rumah sakit.

Hal tersebut dapat dicapai melalui kinerja pegawai yang baik. Kinerja menurut

Ilyas (2002), merupakan penampilan hasil kerja SDM atau pegawai baik secara

kuantitas maupun kualitas. Defenisi kinerja tersebut didukung oleh

Mangkunegara (2001)bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang pegawai

dibedakan secara kualitas dankuantitas dan dihasilkan sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.Hasil kerja tersebut dinilai secara objektif dan

saintifik berdasarkan kriteria yangditetapkan. Kinerja sendiri dalam pekerjaan

bergantung pada penyatuan antara kemampuan dan iklim kerja yang mendukung.

Baik buruknya hasil kerja atau kinerja seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya: keterampilan, persepsi, peran, sikap, kepribadian,

beban kerja, motivasi kerja, kepuasan kerja, struktur organisasi, desain pekerjaan

pengembangan karir, kepemimpinan, serta sistem penghargaan (reward

system).Lebih ringkasnya, menurut Mangkunegara (2001), faktor yang

mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor

Page 19: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

4

motivasi (motivation). Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Hasmoko (2008)yang menunjukkan bahwa ada pengaruh secara bersama-sama

antara pengetahuan, sikap, motivasi, monitoring dengan kinerja klinis perawat

berdasarkan SPMKK (Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik).

Beban kerja juga turut mempengaruhi kinerja perawat. berkembangnya

kompetensi, motivasi dan beban kerja yang sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi, maka kualitas kinerja profesi keperawatan akan menjadi maksimal yang

berfokus pada profesionalisme di dunia keperawatan (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Griffiths et all (2008), faktor yang berpengaruh dalam risiko terjadinya

penurunan kinerja salah satunya yaitu beban kerja yang tidak sesuai dengan

staf/perawat yang tersedia. Sedangkan menurut Yang (2003) dalam Amstrong

(2009) mengemukakan bahwa beban kerja perawat merupakan indikator yang

mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja. Hal tersebut didukung oleh

penelitian Nontji (2001)yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara beban kerja dengan kinerja perawat. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Sefriadinata (2013)juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara beban kerja

dengan kinerja perawat.

Marquis & Huston (2010) mendefenisikan beban kerja perawat adalah

seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama

bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja (work load) biasanya

diartikan sebagai patient days yang merujuk pada jumlah prosedur, pemeriksaan

kunjungan (visite) pada klien. Disebutkan pula beban kerja adalah jumlah total

waktu keperawatan baik secara langsung/tidak langsung dalam memberikan

Page 20: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

5

pelayanan keperawatan yang di perlukan oleh klien dan jumlah perawat yang di

perlukan untuk memberikan pelayanan tersebut (Gaudine, 2000).

Menurut Munandar (2001) beban kerja dapat berupa beban kerja

kuantitatif maupun kualitatif. Mayoritas yang menjadi beban kerja pada beban

kerja kuantitatif adalah banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan kesehatan klien, sedangkan beban kualitatif adalah

tanggung jawab yang tinggi dalam memberikan asuhan kepada klien. Beban kerja

yang tinggi dapat meningkatkan terjadinya komunikasi yang buruk antar perawat

dengan pasien, kegagalan kolaborasi antara perawat dan dokter, keluarnya

perawat dan ketidakpuasan kerja perawat serta penurunan performa kerja perawat

(Carayon & Gurses, 2008).

Menurut Hasibuan (2005)beban kerja adalah upaya merinci komponen

dan target volume pekerjaan dalam satuan waktu dan satuan hasil tertentu. Selain

itu, juga dijelaskan bahwa banyaknya beban kerja yang harus dilaksanakan

berpengaruh terhadap kekuatan sarana dan tenaga yang dimiliki. Beban kerja

dalam keperawatan dimaksudkan pada jumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh

perawat terhadap pasien dalam waktu dan satuan hasil. Menurut Gillies (1999),

beban kerja akan memberi dampak terhadap kualitas layanan, terutama dalam

meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Kinerja perawat pelaksana merupakan

indikator dasar terhadap tumbuhnya rasa kepuasan pasien dan keluarga yang

kemudian dapat dipersepsikan tentang kualitas layanan yang diterimanya. Oleh

karena itu merupakan komponen yang perlu mendapat perhatian penting dari

pihak manajemen rumah sakit.

Page 21: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

6

Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan adalah rumah sakit milik

pemerintah dan menjadi rujukan dari puskesmas-puskesmas yang ada di kota

Tangerang Selatan. Oleh karena itu RSU Kota Tangerang Selatan dituntut untuk

memberikan pelayanan yang optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat. Optimalisasi sumber daya manusia di RSU Kota Tangerang Selatan

harus terus ditingkatkan oleh pihak manajemen rumah sakit, termasuk beban

kerja tenaga perawat. Tenaga keperawatan di RSU Kota Tangerang Selatan

berjumlah 225 dari 362 tenaga kesehatan keseluruhan, merupakan jumlah sumber

daya manusia terbesar jika dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain,

dengan persentase sebesar 62%.Rumah sakit ini mempunyai kapasitas tempat

tidur sejumah 117 tempat tidur. Penampilan kinerja rumah sakit pada tahun 2015

yaitu BOR 55%, LOS 5 hari, TOI 12 hari, GDR 6,2%, NDR 29. Sedangkan

menurut Depkes (2005) nilai parameter BOR yang ideal adalah 60-85%, LOS 6-9

hari, TOI 1-3 hari, GDR < 4,5% (<45/1000 penderita keluar).

RSU Kota Tangerang Selatan memiliki beberapa ruang rawat inap yaitu

ruang rawat inap penyakit dalam, paru, nifas, bedah, anak, NICU, dan ICU. Dari

hasil pengamatan diketahui bahwa pada bulan maret 2016 BOR tertinggi adalah

pada ruang rawat inap penyakit dalam yaitu sebesar 75,43%. Selain itu, jumlah

pasien di ruang rawat inap penyakit dalam lebih tinggi dari ruang rawat inap

lainnya, pada Maret 2016 jumlah pasien di ruang rawat inap penyakit dalam yaitu

sebesar 178 pasien. Dengan memperhatikan tingginya BOR dan makin besarnya

jumlah pasien yang dirawat dan kompleksitasnya penyakit akan berakibat makin

tingginya beban kerja perawat, hal ini akan berdampak menurunnya

kinerja/produktifitas karena kejenuhan yang disebabkan berlebihnya kegiatan

Page 22: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

7

yang dilakukan perawat, yang akhirnya akan menurunkan kualitas pelayanan

yang diberikan (Ilyas, 2002).

Berdasarkan penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa beban kerja

perawat di instalasi rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan ini tergolong berat,

hal tersebut dibuktikan oleh penelitian Malika (2013) yang menyatakan bahwa

beban kerja produktif secara keseluruhan tenaga perawat di instalasi rawat inap

RSU Kota Tangerang Selatan sebesar 86,9% - 90,31%. Sedangkan menurut Ilyas

(2002) apabila waktu kerja lebih dari 80% maka tandanya beban kerja sudah

berlebihan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan rawat inap penyakit

dalam dan telaah dokumen penilaian kinerja perawat di RSU Kota Tangerang

Selatan didapatkan informasi bahwa terdapat perawat yang sering menukar

jadwal shift tanpa pemberitahuan kepada atasan, kurangnya empati perawat

kepada pasien, tidak disiplin, susah bekerjasama dengan tim, kurang komunikatif,

dan kurang patuh kepada atasan. Kepala ruangan mengatakan bahwa ada

beberapa perawat yang terkadang tidak ikut operan baik sebelum maupun

sesudah melaksanakan dinas dengan alasan beragam, ada yang telat, ada yang

memang tidak bisa ikut karena ada kepentingan mendesak. Kepala ruangan juga

mengatakan bahwa perawat jarang memperkenalkan diri saat pertama kali

bertemu pasien. Biasanya perawat akan memperkenalkan dirinya setelah lama

berbincang dan telah merasa akrab dengan pasien.

Studi pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2016

yaitu dengan mewawancarai 8 orang perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Page 23: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

8

DalamRSU Kota Tangerang Selatan, wawancara tersebut mengenai kinerja

perawat yang mengacu pada standar asuhan keperawatan. Hasil dari wawancara

tersebut menunjukkan bahwa banyak perawat yang belum memenuhi standar I

yaitu Pengkajian Keperawatan, 6 orang perawat mengatakan mereka melakukan

pengkajian namun mereka tidak melakukan pengkajian secara menyeluruh yaitu

biologis-psikologis-sosial-spiritual, melainkan hanya mengumpulkan data dari

pasien. Standar II adalah Diagnosa Keperawatan, 5 orang mengatakan mereka

merumuskan diagnosa namun tidak menentukan masalah aktual maupun

potensial, 3 orang jarang merumuskan diagnosa. Pada standar III yaitu

Perencanaan Keperawatan 6 orang mengatakan bahwa tidak pernah melakukan

perencanaan keperawatan, setelah melakukan diagnosa maka mereka langsung

mengintervensi pasien. 8 orang melakukan standar IV yaitu Intervensi

Keperawatan, namun 5 orang mengatakan bahwa mereka menyusun intervensi

tidak berdasarkan urutan prioritas masalah, 4 orang diantaranya mengatakan

bahwa tidak menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan

kepada pasien. Standar V yaitu Evaluasi Keperawatan, 7 orang mengatakan

bahwa evaluasi dilakukan setiap hari, evaluasi melibatkan dokter tetapi tidak

melibatkan pasien

Peneliti juga melakukan wawancara pada 8 orang perawat tersebut

mengenai beban kerja. Selain aktivitas keperawatan,8 perawat ini menyatakan

bahwa selama ini mereka juga melakukan aktifitas non keperawatan seperti tugas

administrasi dan di luar tupoksi perawat sehingga beban kerjapun tinggi. 4 orang

perawat mengatakan bahwa mereka sering dihadapkan pada pasien-pasien yang

tidak kooperatif seperti tidak mau disuntik atau ingin cepat pulang sehingga

Page 24: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

9

menyulitkan perawat melakukan tindakan, selain itu banyaknya keluhan dan

tuntutan dari keluarga pasien ikut menambah beban kerja perawat. Sebanyak 6

orang mengatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang harus mereka lakukan demi

kesehatan dan keselamatan pasien membuat mereka mengalami kelelahan selama

bekerja. Sebanyak 3 orang mengatakan bahwa ada beban mental yang mereka

rasakan karena harus bertanggung jawab demi kesehatan dan keselamatan pasien.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka peneliti

tertarik untuk mengetahui gambaran kinerja perawat berdasarkan beban kerjanya

di Instalasi Rawat Inap Penyakit DalamRSU Kota Tangerang Selatan tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa beban kerja perawat di

instalasi rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan tergolong berat yaitu sebesar

86,9% - 90,31%. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa BOR dan

jumlah pasien tertinggi terdapat pada Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam.

Selain itu hasil dari studi pendahuluan didapatkan bahwa kinerja perawat di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan belum sesuai

dengan standar asuhan keperawatan. Hasil dari wawancara dengan kepala

ruangan rawat inap juga didapatkan bahwa terdapat perawat yang penilaian

kinerjanya rendah, serta beban kerja perawat tergolong tinggi dan pekerjaan yang

dilakukan sering tidak sesuai dengan tupoksi. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Kinerja Perawat

Berdasarkan Beban Kerja di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU

Kota Tangerang Selatan Tahun 2016”

Page 25: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

10

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kegiatan keperawatan langsung, tidak langsing, dan

pribadi yang dilakukan oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

RSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016?

2. Bagaimana gambaran beban kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit

DalamRSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016?

3. Bagaimana gambaran kinerja perawat berdasarkan beban kerja di Instalasi

Rawat Inap Penyakit DalamRSU Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kinerja perawat berdasarkan beban kerja perawat

di Instalasi Rawat Inap Penyakit DalamRSU Kota Tangerang Selatan.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kegiatan keperawatan langsung, kegiatan tidak

langsung, dan kegiatan pribadi perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam RSU Kota Tangerang Selatan.

2. Diketahuinya gambaran beban kerja perawat di Instalasi Rawat Inap

Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan

3. Diketahuinya gambaran kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit

DalamRSU Kota Tangerang Selatan

Page 26: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

11

1.5 Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang beban kerja dan kinerja

perawat, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak

manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan

dan keahlian perawat sehingga tidak terjadi penurunan kinerja perawat.

2. Bagi Perawat

Sebagai gambaran nyata tentang beban kerja dan kinerja perawat, sehingga

dapat mengantisipasi terjadinya penurunan kinerja dan sebagai informasi

penting bagi perawat agar mereka dapat mempersiapkan diri, sehingga

mampu meningkatkan serta mempertahankan kinerja yang optimal.

3. Bagi FKIK UIN Jakarta

Diharapkan penelitian ini dapat menambah literatur bidang ilmu kesehatan

sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi

pihak yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bentuk aplikasi ilmu yang diperoleh peneliti selama perkuliahan,

menambah wawasan di bidang ilmu kesehatan, dan memberikan pengalaman

peneliti dalam mengembangkan kemampuan ilmiah dan keterampilan dalam

melaksanakan penelitian.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah mengenai gambaran kinerja perawat berdasarkan

beban kerja yang ditanggungnya. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus -

September 2016 di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang

Page 27: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

12

Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah beban kerja dan kinerja perawat.

Perhitungan variabel beban kerja menggunakan metode Work Sampling dengan

melihat jenis kegiatan perawat baik langsung, tidak langsung maupun pribadi,

sedangkan untuk mengetahui kinerja perawat dilakukan observasi dan

wawancara mendalam. Sasaran penelitian ini adalah perawat di Instalasi Rawat

Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan.

Page 28: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab tinjauan pustaka ini memaparkan teori dan konsep yang terkait dengan

masalah penelitian, sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini. Berbagai tinjauan

literatur ini tentang ruang lingkup rumah sakit, keperawatan, beban kerja dan kinerja.

Teori dalam penelitian ini juga akan membantu peneliti untuk menghubungkan

pengumpulan dan analisis data dalam penelitian.

2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan

2.1.1 Visi, Misi, dan Motto RSU Kota Tangerang Selatan

a) Visi

Visi RSU Kota Tangerang Selatan adalah “Menjadi Rumah

Sakit Pilihan yang bermutu dan Amanah(Aman, Nyaman, Mandiri,

Ramah) di Kota Tangerang Selatan.“

b) Misi

Misi yang dirumuskan untuk mencapai visi RSU Kota

Tangerang Selatan adalah:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu,

modern dan terstandarisasi

2. Meningkatkan SDM kesehatan yang profesional dan religius

3. Meningkatkan komunikasi, informasi, dan menerima globalisasi

sesuai kebutuhan masyarakat yang bermartabat.

Page 29: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

14

4. Berupaya mengikuti perkembangan IPTEK, serta sarana

pendukung yang berkualitas dan berwawasan lingkungan.

c) Motto

“Melayani Sepenuh Hati”

d) Nilai

Nilai-nilai yang ingin dicapai oleh seluruh pegawai RSU Kota

Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

1. Keikhlasan

2. Komitmen

3. Tanggung jawab

4. Inovasi

5. Profesional

2.1.2 Tujuan dan Sasaran RSU Kota Tangerang Selatan

A. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai yaitu: ”Memberikan pelayanan

kesehatan paripurna sesuai dengan standar dan profesionalisme untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat”.Sebagai pelayan

masyarakat di bidang kesehatan tentunya ingin memberikan pelayanan

yang terbaik, namun dalam hal ini RSU adalah merupakan SKPD yang

baru lahir, tentunya semua berproses ke arah yang baik untuk memenuhi

harapan masyarakat. Dari tujuan di atas ditetapkan ke dalam tujuan

strategik untuk mengimplementasikan misi. Tujuan strategik tersebut

terdiri dari:

Page 30: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

15

1. Terwujudnya kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat yang

bermutu, modern, dan terstandarisasi dalam akselerasi

pencapaian MDG’s.

2. Terciptanya SDM kesehatan yang kompeten di bidang

keahliannya dan mempunyai akhlaq yang mulia

3. Terjalinnya komunikasi, informasi kepada masyarakat tentang

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

4. Terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana pendukung pelayanan

kesehatan rumah sakit sesuai perkembangan IPTEK

B. Sasaran

Sasaran merupakan kondisi ideal yang hendak dicapai dalam

rangka RSU Kota Tangerang Selatan memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai tersebut antara lain:

1. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat yang

bermutu, modern, dan terstandarisasi dalam akselerasi

pencapaian MDG’s

2. Meningkatnya kualitas SDM kesehatan yang kompeten di

bidang keahliannya dan mempunyai ahlaq yang mulia

3. Meningkatnya kualitas komunikasi, informasi kepada

masyarakat tentang pelayanan kesehatan di rumah sakit

4. Meningkatnya kualitas sarana prasarana pendukung pelayanan

kesehatan rumah sakit sesuai perkembangan IPTEK

Page 31: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

16

2.1.3 Struktur Organisasi RSU Kota Tangerang Selatan

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola RSU Kota

Tangerang Selatan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah

Walikota Tangerang Selatan No. 6 tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas, Pokok, dan Fungsi RSU Kota Tangerang Selatan, adalah unsur

penunjang Pemerintah Daerah di bidang Kesehatan dengan Susunan

Organisasi sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan

keperawatan pada jabatan struktural seperti kasie rawat inap dan

jabatan fungsional yaitu perawat-perawat di instalasi rawat inap.

Jabatan struktural adalah jabatan yang menduduki struktur organisasi.

Sedangkan jabatan fungsional tidak tercantum dalam struktur

Page 32: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

17

organisasi dan bertugas sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan pada

pelaksanaan pekerjaannya.

2.1.4 Jenis Pelayanan Kesehatan RSU Kota Tangerang Selatan

A. Instalasi Gawat Darurat

Instalasi Gawat Darurat didukung oleh 9 dokter umum dan 13

perawat. Instalasi Gawat Darurat dilakukan bergantian (3 shift) perhari,

dimana dalam setiap shiftnya bertugas satu orang dokter dan dua perawat

umum, sehingga Instalasi Gawat Darurat siap melayani pasien selama 24

jam.

B. Instalasi Rawat Jalan

Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kota Tangerang

Selatan saat ini membuka:

Poli Kebidanan dan Kandungan

Poli Penyakit Dalam

Poli Mata

Poli Bedah

Poli Anak

Poli Gigi

Poli Paru

Poli Bedah Orthopedi

Poli Anastesi

Poli Orthodentik

Page 33: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

18

Poli Syaraf

Poli Jiwa

Poli Rehab Medik

Poli Kulit Kelamin

Poli THT

VCT

MCU

DOTS

C. Instalasi Rawat Inap

Instalasi rawat inap adalah suatu bagian dari rumah sakit yang

merupakan cerminan pelayanan. Instalasi rawat inap memiliki kelompok

kerja yang memiliki kemampuan dan peralatan untuk memberikan

pelayanan kepada pasien yang membutuhkan perawatan lebih lanjut.

Sementara ini Instalasi Rawat Inap memiliki 117 tempat tidur dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat kota Tangerang

Selatan. Kapasitas tempat tidur yang ada saat ini baru tersedia ruang

perawatan kelas II dan III.

Instalasi rawat inap terdiri dari beberapa ruangan, yaitu: ruang

perawatan bayi, ruang perawatan penyakit dalam, ruang perawatan anak,

ruang perawatan isolasi paru, ruang perawatan bedah, dan ruang

perawatan nifas. Ruang perawatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah ruang perawatan penyakit dalam.

Page 34: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

19

2.2 Rumah Sakit

2.2.1 Pengertian Rumah Sakit

Beberapa pengertian rumah sakit yang dikemukakan oleh para ahli

(Azwar, 1996), diantaranya:

a. Menurut Association of Hospital Care (1947) Rumah sakit adalah

pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta

penelitian kedokteran diselenggarakan.

b. Menurut American Hospital Association (1947) rumah sakit

adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis

professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang

permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan

penyakit yang diderita oleh pasien.

c. Menurut Wolper dan Pena (1997) rumah sakit adalah tempat

dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran

serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa

kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya

diselenggarakan.

Berdasarkan Permenkes RI No. 56 Tahun 2014, rumah sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat.

Page 35: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

20

Menurut Muninjaya (2004)rumah sakit sebagai salah satu subsistem

pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk

masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan

kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,

rehabilitasi medik dan pelayanan keperawatan. Sedangkan menurut Rijadi

(2000) rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks. Hal ini

terlihat pada perawatan pasien rawat inap dimana pasien mendapat pelayanan

medik, perawatan, pelayanan penunjang medis dan non medis.

2.2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit

memiliki tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna. Sedangkan menurut Aditama (2003) tugas rumah sakit adalah

melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

Adapun fungsi rumah sakit berdasarkan UU No. 44 tahun 2009 adalah

sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai

dengan kebutuhan medis.

Page 36: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

21

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

2.2.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Permenkes No. 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi

Rumah Sakit, diketahui bahwa klasifikasi rumah sakit didasarkan pada

fasilitas dan kemampuan pelayanan. Menurut jenis pelayanan yang diberikan

rumah sakit dibagi menjadi:

a. Rumah sakit umum yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada

semua bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah sakit khusus yaitu memberikan pelayanan utama pada satu

bidang atau jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Adapun klasifikasi rumah sakit umum yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. Rumah sakit umum kelas A

b. Rumah sakit umum kelas B

c. Rumah sakit umum kelas C

d. Rumah sakit umum kelas D

Page 37: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

22

Sedangkan klasifikasi rumah sakit khusus terdiri atas:

a. Rumah sakit khusus kelas A

b. Rumah sakit khusus kelas B

c. Rumah sakit khusus kelas C

Selain itu, pengelolaan rumah sakit dapat dibagi menjadi:

a. Rumah sakit publik, dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah

daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik

yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan

berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik

yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah tidak dapat dialihkan

menjadi rumah sakit privat.

b. Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit

yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

2.2.4 Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit.

Indikator-indikator pelayanan yang dimaksud adalah sebagai berikut

(Depkes, 2005):

1. BOR (Bed Occupancy Ratio)/Angka Penggunaan Tempat Tidur

BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu

tertentu. Indikator ini memberikan gambarang tinggi rendahnya

Page 38: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

23

tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR

yang ideal adalah antara 60-85%.

2. ALOS (Average Length of Stay)/Rata-rata Lamanya Pasien Dirawat

ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Secara umum nilai

ALOS ini adalah 6-9 hari.

3. BTO (Bed Turn Over)/Angka Perputaran Tempat Tidur

BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,

beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50

kali.

4. TOI (Turn Over Interval)/Tenggang Perputaran

TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari

telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan

gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat

tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

2.2.5 Pelayanan Rawat Inap

Menurut Nursalam (2001), pelayanan rawat inap merupakan salah

satu unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan secara

komprehensif untuk membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh

pasien, dimana unit rawat inap merupakan salah satu revenew center rumah

sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan atau pasien bisa dipakai sebagai

salah satu indikator mutu pelayanan.

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan

yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi

Page 39: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

24

pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu

perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Rawat inap

adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, pengobatan,

keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada

sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas dan

rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap dan

mengalami tingkat transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan

hingga pasien dinyatakan boleh pulang (Muninjaya, 2004).

Menurut Supranto (2001), arus pelayanan pasien rawat inap dimulai

dari pelayanan pasien masuk di bagian penerimaan pasien, pelayanan ruang

perawatan (pelayanan tenaga medis, pelayanan tenaga perawat, lingkungan

langsung, penyediaan peralatan medis/ non medis, pelayanan makanan/ gizi),

dilanjutkan pelayanan administrasi dan keuangan, terakhir pelayanan pasien

pulang.

Di ruang rawat inap pasien menjalani 5 tahap standar pelayanan

perawatan, yang dikeluarkan oleh American Nursing Association/ ANA

(PPNI, 2002), yaitu:

• Standar I : Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien

• Standar II : Perawat menetapkan diagnosa keperawatan

• Standar III : Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan

yang berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan

• Standar IV : Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah

ditetapkan dalam rencana asuhan keperawatan

Page 40: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

25

• Standar V : Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam

mencapai hasil akhir yang sudah ditetapkan

2.3 Keperawatan

2.3.1 Pengertian Keperawatan

Keperawatan adalah diagnosis dan penanganan respon manusia

terhadap masalah kesehatan aktual maupun potensial (ANA, 2000). Dalam

keperawatan moderen respon manusia yang didefinisikan sebagai

pengalaman dan respon orang terhadap sehat dan sakit yang merupakan suatu

fenomena perhatian perawat. Perawat atau nurse berasal dari kata nutrix yang

berarti merawat atau memelihara. Keperawatan adalah suatu bentuk

pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosial-spriritual yang komprehensif, ditujukan pada individu,

keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh

proses kehidupan manusia(Kusnanto, 2003).

Menurut Nurachmah (2000) keperawatan merupakan salah satu

profesi kesehatan yang memeberikan pelayanan manusiawi kepada klien

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan serta standar dan etik profesi

keperawatan. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa keperawatan memiliki

peran yang sangat penting di dalam pelayanan kesehatan pada rumah sakit.

Hal tersebut juga didukung oleh Yani (2000) yang menjelaskan baik

buruknya pelayanan kesehatan suatu rumah sakit sangat ditentukan oleh baik

buruknya pelayanan kesehatan.

Page 41: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

26

Pengertian pelayanan keperawatan sesuai WHO Expert Commitee on

Nursing (1982) dalam Aditama (2003)adalah gabungan dari ilmu kesehatan

dan seni melayani/merawat (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu

pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu

sosial. Sedangkan menurut Asmadi (2005)yang mengutip Lokakarya

Keperawatan Nasional (1983) keperawatan adalah suatu bentuk layanan

kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan

berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk layanan bio-psiko-sosio-

spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat baik sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses

kehidupan manusia. Pada pengertian keperawatan tersebut menandakan

bahwa peranan keperawatan sangat besar dalam mewujudkan derajat

kesehatan.

2.3.2 Peran Keperawatan

Perawat sebagai seorang tenaga profesional dalam bidang pelayanan

kesehatan yang dihadapinya adalah manusia, sehingga dalam hal ini empati

mutlak harus dimiliki oleh seorang perawat. Seorang perawat akan mampu

mengerti, memahami dan ikut merasakan apa yang dirasakan, apa yang

dipikirkan dan apa yang diinginkan pasien. Seorang perawat harus peka

dalam memahami alur pikiran dan perasaan pasien serta bersedia

mendengarkan keluhan pasien tentang penyakitnya untuk dapat memberikan

pelayanan yang prima. Perawat harus mengerti bahwa yang dikeluhkan oleh

pasien merupakan kondisi yang sebenarnya, sehingga respon yang diberikan

terasa tepat dan benar bagi pasien (Potter & Perry, 2005).

Page 42: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

27

Peran dan fungsi perawat tersebut menurut Gaffar (1999), adalah

sebagai berikut :

a. Peran Pelaksana (Care giver)

Peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan secara

langsung atau tidak langsung kepada individu, keluarga, dan

masyarakat. Metode yang digunakan adalah pendekatan pemecahan

masalah yang disebut proses keperawatan.

Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai

comforter, protector dan advocate, communicator serta rehabilitator.

Sebagai comfortet perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa

aman pada pelanggan; Peran sebagai protector dan advocate lebih

terfokus pada kemampuan perawat melindungi dan menjamin agar

hak dan kewajiban terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh

pelayanan kesehatan; Peran sebagai communicator akan nampak bila

perawat bertindak sebagai mediator antara pelanggan dengan anggota

tim kesehatan lainnya; Peransebagai rehabilitator berhubungan erat

dengan tujuan pemberian memberikan asuhan keperawatan yaitu

mengembangkan fungsi organ tubuh atau bagian tubuh agar sembuh

dan dapat berfungsi normal.

b. Peran sebagai Pendidik (Healt education)

Perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat serta tenaga keperawatan lainnya atau tenaga kesehatan

yang berada di bawah tanggungjawabnya.

c. Peran sebagai Pengelola (Manager).

Page 43: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

28

Perawat dalam hal ini mempunyai peran dan tanggungjawab

dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan keperawatan yang

berada di bawah tanggungjawabnya sesuai dengan konsep manajemen

keperawatan dalam rangka paradigm keperawatan. Sebagai pengelola

perawatan berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan/

pelayanan keperawatan serta mengkoordinasikan dan mengendalikan

sistem pelayanan keperawatan.

d. Peran sebagai Peneliti

Sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan

mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan

metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk

meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan

keperawatan.

Menurut Kusnanto(2003), fungsi perawat adalah :

a. Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta

sumber yang tersedia dan potensial untuk memenuhi kebutuhan

tersebut.

b. Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat berdasarkan diagnosis keperawatan.

c. Melaksanakan rencana keperawatan meliputi upaya peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan pasien dan keadaan

terminal.

Page 44: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

29

d. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan

e. Mendokumentasikan proses keperawatan

f. Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau di dipelajari serta

merencanakan studi kasus guna meningkatkan pengetahuan dan

pengembangan keterampilan dan praktek keperawatan.

g. Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada

pasien, keluarga, kelompok serta masyarakat.

h. Bekerjasama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada pasien, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

i. Mengelola perawatan pasien dan berperan sebagai ketua tim dalam

melaksanakan kegiatan keperawatan

2.3.3 Asuhan Keperawatan

Pelayanan keperawatan profesional diberikan dalam bentuk asuhan

keperawatan. Menurut konsorsium kelompok kerja keperawatan, asuhan

keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan praktek

keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan

pelayanan kesehatan dengan menggunakan metodologi proses keperawatan

yang berpedoman pada standar asuhan keperawatan berdasar pada etik dan

etiket keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggungjawab

keperawatan (Nursalam, 2002).

Asuhan keperawatan menggunakan metode proses keperawatan yaitu

proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau

Page 45: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

30

memelihara pasien sampai taraf optimum melalui suatu pendekatan yang

sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan pasien.

Menurut Doengoes(2000), proses keperawatan adalah proses yang

terdiri dari 5 tahap yang spesifik, yaitu:

a. Pengkajian

Adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara

sistematis, meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, kognitif,

kemampuan fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup.

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,

pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan

diagnosa serta melihat kembali catatan sebelumnya.

b. Identifikasi masalah / diagnosa keperawatan

Adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi,

memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon

terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.

c. Perencanaan

Adalah proses dua bagian yaitu : pertama adalah identifikasi tujuan

dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah

kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan

harus spesifik, realistik dan dapat diukur, menunjukkan kerangka

waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien,

kedua adalah pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk

membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.

d. Implementasi

Page 46: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

31

Adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses

keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan.

e. Evaluasi

Adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang

diharapkan dan respon terhadap keefektifan intervensi keperawatan,

kemudian mengganti rencana keperawatan jika diperlukan.

Menurut Gilles (1999), ciri-ciri asuhan keperawatan yang berkualitas

antara lain :

1) Memenuhi standar profesi yang ditetapkan

2) Sumberdaya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan

secara wajar, efisien dan efektif

3) Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan

4) Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata

nilai masyarakat

2.3.4 Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)

Ada beberapa metodesistem pemberian asuhan keperawatan kepada

pasien. Mc Laughin, Thomas, dan Bartern (1995) mengidentifikasi delapan

model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di

rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan

keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan

perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan.

Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model

untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara

Page 47: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

32

ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. (Nursalam,

2002)

Adapun jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey

(1997) dan Marquis & Huston (1998) adalah sebagai berikut:

1. Fungsional (bukan model MAKP)

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan

asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia

kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan

kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau

dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka)

kepada semua pasien di bangsal.

Kelebihan:

a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas

yang jelas dan pengawasan yang baik;

b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangab tenaga;

c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,

sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior

dan/atau belum berpengalaman;

Kelemahan:

a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;

b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan

proses keperawatan.

Page 48: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

33

c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja.

2. MAKP Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien

saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk

setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh

orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa

diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya

dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan

keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan intensive care.

Kelebihannya:

a. Perawat lebih memahami kasus per kasus;

b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kekurangannya:

a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab;

b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan

dasar yang sama.

3. MAKP Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-

beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok

pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas

tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil

yang saling membantu.

Kelebihan:

Page 49: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

34

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyuluruh;

b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;

c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah

diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan: komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam

bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit

untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

4. MAKP Primer

Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab

penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari

pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik

kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan

dan pelaksana. Metode ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat

dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk

merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan

selama pasien dirawat.

Kelebihan:

a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif;

b. Perawa primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap

hasil, dan memungkinkan pengembangan diri;

c. Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan

secara individu;

Page 50: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

35

d. Asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan

yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi,

dan advokasi.

Kekurangan: hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki

pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif,

self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,

menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu

berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.

2.3.5 Jenis Tindakan Keperawatan

Beban kerja perawat tentunya juga ditentukan dari jenis kegiatan yang

harus dilakukannya. Dalam pemberian pelayanan keperawatan menurut

Rohmah dan Walid (2012)bahwa terdapat tiga jenis bentuk kegiatan yaitu:

a. Kegiatan Keperawatan Langsung.

Aktivitas perawatan yang diberikan leh perawat yang ada

hubungannya secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan

spiritual pasien. Kebutuhan ini meliputi: komunikasi, pemberian obat,

pemberian makan dan minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan

prosedur tindakan, seperti: mengukur tanda vital, merawat luka,

persiapan operasi, melaksanakan observasi, memasang dan observasi

infus, dan memberikan serta mengontrol pemasangan oksigen.

b. Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung

Kegiatan keperawatan tidak langsung meliputi kegiatan-kegiatan

untuk menyusun rencana perawat, menyiapkan/memasang alat,

melakukan konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca

Page 51: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

36

catatan kesehatan/keperawatan, melaporkan kondisi pasien, menyusun

perencanaan, melaksanakan tindak lanjut dan melakukan koorsinasi.

c. Kegiatan non keperawatan.

Kegiatan penyuluhan kesehatan yang diberikan pada pasien bersifat

individual. Hal ini dimaksudkan agar materi pengajaran/penyuluhan

sesuai dengan diagnosa, pengobatam yang diterapkan dan keadaan

pola hidup pasien. Umumnya, pasien memerlukan arahan yang

meliputi tingkat aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut perawatan

dan dukungan masyarakat.

Kurniadi (2013) menyebutkan tindakan keperawatan menurut

Situmorang (1994) terbagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:

a. Kegiatan keperawatan langsung (Direct Care).

Kegiatan keperawatan langsung adalah semua kegiatan yang

difokuskan langsung/tidak langsung oleh pasien dan keluarganya,

seperti mengukur tanda vital, tindakan keperawatan, tindakan

kolaborasi, termasuk pendidikan kesehatan.

b. Kegiatan keperawatan tidak langsung (Indirect Care)

Kegiatan keperawatan tidak langsung adalah kegiatan yang tidak

langsung dirasakan pasien atau sebagai pelengkap tindakan

keperawatan langsung, seperti dokumentasi tindakan keperawatan

atau hasil pemeriksaan, diskusi dan pre/post conference, visite dokter

atau tenaga kesehatan lain, konsultasi/koordinasi dengan bagian lain,

Page 52: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

37

bantuan persiapan dan pengambilan/pengantaran alat dan bahan

pemeriksaannya, dan lainnya.

c. Kegiatan Pribadi

Kegiatan non keperawatan adalah semua kegiatan untuk keperluan

pribadi perawat atau tidak ada hubungannya dengan pasien, seperti

makan, minum, membaca buku, ke toilet, sholat, menonton tv,

mengobrol, dan lainnya.

2.4 Beban Kerja

2.4.1 Pengertian Beban Kerja

Menurut Depkes (2004) beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan

yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun

sarana pelayanan kesehatan. sedangkan menurut Marquis dan Houston (2000)

dalam Kurniadi (2013) yaitu seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan

oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan.

Menurut Gaudine (2000) mendefinisikan beban kerja yaitu jumlah total

waktu keperawatan baik secara langsung atau tidak langsung dalam

memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan oleh pasien dan jumlah

perawat yang diperlukan untuk memberikan pelayanan tersebut.

Dijelaskan dalam Permendagri No. 12 tahun 2008 bahwa analisis

beban kerja dilaksanakan untuk mengukur dan menghitung beban kerja setiap

jabatan/unit kerja dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas.

Selain itu, menurut Panggabean(2004)menjelaskan bahwa analisa beban kerja

adalah proses penentuan jumlah jam kerja yang digunakan untuk

Page 53: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

38

menyelesaikan beban kerja tertentu, jumlah jam kerja karyawan dan

menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan. Adapun pendapat Irnalita

(2008)analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah kerja

seseorang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu

pekerjaan dalam waktu tertentu atau dengan kata lain analisa beban kerja

bertujuan untuk menentukan berapa jumlah personalia dan berapa jumlah

tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang

petugas.

2.4.2 Jenis Beban Kerja

Beban kerja meliputi 2 jenis, sebagaimana dikemukakan oleh

Munandar (2001) ada 2 jenis beban kerja, yaitu :

1) Beban kerja kuantitatif, meliputi :

a. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam

kerja.

b. Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus

dikerjakan.

c. Kontak langsung perawat pasien secara terus menerus selama jam

kerja.

d. Rasio perawat dan pasien

2) Beban kerja kualitatif, meliputi :

a. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak

mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit.

b. Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien

kritis.

Page 54: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

39

c. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang

berkualitas.

d. Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien.

e. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.

f. Tugas memberikan obat secara intensif.

g. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan

kondisi terminal.

2.4.3 Waktu Standar

Menurut ILO (1983) dalam Rifki (2009) yang dimaksud waktu

standar adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan menurut prestasi standar yaitu isi kerja, kelonggaran untuk hal-hal

yang tidak terduga karena kelambatan, waktu kosong, dan kelonggaran

gangguan bila terjadi.

Berdasarkan ketentuan dari Undang-undang No. 13 Tahun 2003 pasal

77 terkait waktu kerja, yaitu pegawai yang bertugas selama 7 jam sehari dan

40 jam perminggu maka jam kerjanya yaitu 6 hari kerja dalam seminggu,

sedangkan yang bertugas selama 8 jam sehari dan 40 jam perminggu maka

jam kerjanya yaitu 5 hari kerja dalam seminggu.

2.4.4 Waktu Produktif

Menurut ILO (1976) dalam Stevani(2011) bahwa pekerjaan tidak

dapat terus menerus bekerja, tetapi ada kelonggaran yang diperbolehkan

untuk mengadakan interupsi di dalam jam kerja sebesar 15% dari waktu kerja

yang seharusnya. Angka tersebut diperoleh dari rata-rata perkenaan tetap

untuk keletihan dasar dan keletihan pribadi sebesar 105 serta perkenaan

Page 55: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

40

penundaan untuk hal-hal yang tidak terduga sebesar 5%. Dengan demikian

waktu kerja produktif sebesar 85% dari total kerja 100%.

Adapun menurut Ilyas (2004), perawat dikatakan produktif bila

memanfaatkan waktu kerja mencapai 80%. Parameter tersebut digunakan

untuk mengukur beban kerja. Bila seseorang perawat bekerja diatas 80% dari

waktu produktifitasnya maka dapat dikatakan bahwa beban kerjanya

berlebihan sehingga harus ditambah dengan perawat baru. Menurut Rahman

(2012)menyebutkan beban kerja perawat yang termasuk kategori berat bila

waktu produktif diatas 80%, sedangkan kategori sedang bila waktu produktif

diantara 60-80% dan dikatakan kategori ringan apabila waktu produktif

dibawah 60%.

2.4.5 Pengukuran Beban Kerja

Pengukuran beban kerja juga dapat dilakukan dengan beberapa

metode seperti yang telah disebutkan oleh Finkler et.al. (1993), Ilyas(2004),

dan Swanburg (2000)yaitu work sampling,Time and Motion Study,daily log.

a. Work sampling

Menurut Finkler et.al. (1993) dalam Ruth (2003) work

samplingmerupakan teknik pengukuran kerja yang berasal dari

industri. Tujuannya adalah untuk menginvestasikan waktu profesional

untuk macam-macam kegiatan yang terbentuk oleh pekerja atau

situasi kerja. Hasil dari work sampling efektif untuk menentukan

waktu yang diperlukan untuk sebuah pekerjaan, untuk menentukan

utilitas tenaga, dan untuk menentukan standar produksi. Cara ini

Page 56: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

41

sangat bermakna untuk perkembangan dan dapat dengan mudah

diaplikasikan untuk efisiensi pekerjaan.

Kelebihan penggunaan metode ini adalah cocok digunakan

untuk mengumpulkan data mengenai jenis waktu perawatan serta

dapat lebih obyektif karena langsung diamati kegiatannya. Oleh

karena itu peneliti dalam melakukan penelitian ini akan melakukan

metode work sampling dalam pengukuran beban kerja. Sedangkan

kelemahan pada metode ini adalah peneliti tidak dapat mengetahui

kualitas tenaga perawat pada setiap pekerjaan yang dilakukan karena

metode work sampling hanya melihat pekerjaan yang dilakukan bukan

terhadap kualitas dari pekerjaan tersebut.

b. Time and Motion Study

Time and Motion Studymerupakan suatu pengukuran waktu

kegiatan yang pengamatannya dilakukan secara terus menerus

terhadap setiap jenis tugas yang dilakukan perawat dan lamanya

waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. Hasil pengamatan

Time and Motion Study dapat lebih menggambarkan kualitas

pekerjaan dari pada work sampling. Menurut Ilyas (2004) penelitian

dengan menggunakan metode ini dapat digunakan untuk

mengevaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan

bersertifikat keahlian. Pengamat sebaiknya orang luar rumah sakit

yang diteliti guna mencegah personel bias.

Page 57: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

42

Kelebihan metode ini adalah dapat menentukan kualitas

pekerjaan yang dilakukan oleh perawat. sedangkan kelemahan dari

metode ini adalah pengamat pada peneliti ini adalah profesi yang

sama yaitu perawat, sehingga agak sulit untuk melakukan observasi

kegiatan perawat apabila tidak berasal dari profesi yang sama.

c. Daily log

Menurut Ilyas (2004)terdapat satu cara lagi dalam menganalisa

beban kerja personel yaitu dengan menggunakan daily log (pencatatan

kegiatan sendiri). Daily log adalah bentuk sederhana dari work

sampling, dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan

waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Penggunaan cara atau

teknik ini sangat tergantung terhadap kerja sama dan kejujuran dari

personel yang sedang diteliti.

Daily log mencatat semua kegiatan informan, mulai masuk

kerja sampai pulang. Hasil analisis daily log dapat digunakan untuk

melihat pola beban kerja seperti: kapan beban kerjanya tinggi? Apa

jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu banyak? Metode ini sangat

memerlukan kerja sama karyawan yang diteliti agar akurat hasilnya.

Kelebihan metode ini adalah dapat menggambarkan kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh perawat karena perawat menuliskan sendiri

kegiatan-kegiatannya. Sedangkan kelemahan pada metode ini adalah

dibutuhkan kerja sama yang sangat baik dengan perawat disertai

dengan kejujuran yang tinggi untuk menuliskan setiap kegiatan yang

dilakukan oleh perawat tersebut.

Page 58: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

43

Dari ketiga metode yang telah dijelaskan sebelumnya, metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode work sampling.

Peneliti tidak memakai metode Time and Motion Study karena

pelaksana pengamatan untuk pengambilan data ini haruslah seorang

yang mengetahui secara benar tentang kompetensi dan fungsi perawat

mahir. Menurut Ilyas (2004) sebaiknya pelaksana pengamatan adalah

perawat mahir pada bidang yang sama dari rumah sakit yang berbeda.

Peneliti juga tidak menggunakan metode daily log karena

responden yang akan diteliti dipersilahkan menulis sendiri kegiatan

yang telah dilakukan dan waktu yang dibutuhkan untuk tiap kegiatan.

Sehingga hal tersebut dikhawatirkan responden kurang obyektif dan

kadang sulit mengatur waktu dalam menuliskan kegiatannya pada

formulir daily log. Menurut Kurniadi (2013), metode ini memiliki

kecenderungan perawat akan menuliskan kegiatan yang bermutu

tinggi dan memerlukan waktu yang lama sedangkan tindakan kegiatan

kurang bermutu tidak dicacat.

Peneliti menggunakan metode work sampling karena menurut

Ilyas (2004) metode ini lebih mudah dengan kualitas hasil yang dapat

dipercaya. Adapun tahap-tahap yang dilaksanakan dalam melakukan

survei pekerjaan dengan menggunakan work sampling adalah sebagai

berikut:

1. Langkah Pertama

Menentukan jenis personel (misal: perawat rumah sakit) yang

ingin diteliti

Page 59: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

44

2. Langkah Kedua:

Bila jenis personel yang akan diteliti jumlahnya banyak perlu

dilakukan pemilihan sampel dengan menggunakan simple

random sampling untuk mendapatkan personel sebagai

representasi populasi perawat yang akan diamati.

3. Langkah Ketiga:

Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja

dengan menggunakan work sampling.

4. Langkah Keempat

Pengamatan kegiatan perawat dilakukan dengan interval yang

ditetapkan adalah tiap 5 menit. Karena semakin pendek jarak

waktu pengamatan makin banyak sampel pengamatan yang

dapat diamati oleh peneliti, sehingga akurasi penelitian

menjadi lebih akurat. Pengamatan dapat dilakukan selama 7

hari kerja terus menerus selama 24 jam setiap harinya. Hal

tersebut juga didukung oleh penelitian Irnalita (2008), dan

Nursalam (2002).

Selain itu, menurut Susanto (2002) dalam Fredna (2009)

bahwa lamanya pengamatan dapat dilihat dari lamanya hari

perawatan. Lamanya hari perawatan dapat menggambarkan

beban kerja perawat. semakin lama seorang pasien dirawat,

maka semakin besar pula beban kerja yang akan ditanggung

oleh perawat. Bila mengamati kegiatan 5 perawat setiap shift,

interval pengamatan setiap 5 menit selama 24 jam (3 shift)

Page 60: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

45

dalam 7 hari kerja. Dengan demikian jumlah pengamatan = 5

(perawat) x 60 (menit) / 5 (menit) x 24 (jam) x 7 (hari kerja) =

10.080 sampel pengamatan. Dengan jumlah data pengamatan

yang besar akan menghasilkan data akurat yang akan

menggambarkan kegiatan personel yang sedang diteliti.

Menurut Ilyas (2004) bahwa hasil pencatatan pada hari

pertama dan kedua tidak dimaksukan untuk dianalisis. Hasil

pengamatan yang dianalasis bila personel yang diamati telah

kembali bekerja kepada ritme semula, biasanya hari

pengamatan ketiga.

Adapun formulir yang akan digunakan oleh peneliti adalah seperti

formulir yang telah digunakan dalam penelitian Irnalita (2008), Rifki (2009),

dan Malika (2011) adalah seperti berikut:

Tabel 2.1 Contoh Formulir Work sampling

Waktu Kegiatan

Langsung Tidak Langsung Pribadi

07.00

07.05

07.10

07.15

...dst

2.5 Kinerja

Page 61: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

46

2.5.1 Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau

perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi.

Kinerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha

organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus

dilakukan organisasi untuk meningkatkannya (Hariandja, 2002). Sedangkan

menurut Ilyas (2002) Kinerja merupakan penampilan hasil karya personel

baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat

merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel.

Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku

jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran

personel di dalam organisasi.

Menurut pendapat Notoatmodjo (2009) kinerja adalah apa yang dapat

dikerjakan seseorang sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya yang

dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.

Sedangkan menurut Sedarmayanti (2011) kinerja merupakan terjemahan dari

performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses

manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja

tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkret dan dapat diukur.

Indikator kinerja menurut Mangkunegara (2009), yaitu:

a. Kualitas

Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang karyawan mengerjakan

apa yang seharusnya dikerjakan.

b. Kuantitas

Page 62: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

47

Kuantitas kerja adalah seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam

satu harinya. Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja

setiap pegawai itu masing-masing.

c. Pelaksana Tugas

Pelaksana tugas adalah seberapa jauh karyawan mampu melakukan

pekerjaannya dengan akurat atau tidak ada kesalahan.

d. Tanggung Jawab

Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan kewajiban

karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan perusahaan.

Kinerja perawat merupakan serangkaian kegiatan perawat yang

memiliki kompetensi yang dapat digunakan yang dapat ditunjukkan dari hasil

penerapan pengetahuan, keterampilan dan pertimbangan yang efektif dalam

memberikan pelayanan keperawatan. Alat ukur yang dapat digunakan dalam

menilai kinerja dapat meliputi prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan,

kejujuran dan kerjasama (Soeprihanto, 2009).

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan untuk menilai kinerja

pegawai adalah sebagai berikut(Sudirman, 2003) dan (Nontji, 2001).

1) Jumlah Kegiatan

Kegiatan adalah sejumlah tugas yang dibebankan kepada seseorang

sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, kegiatan terdiri dari banyaknya

aktifitas penting meliputi bagaimana kegiatan tindakan keperawatan

langsung, kegiatan tindakan keperawatan tidak langsung, dan kegiatan

pengajaran dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien. Hal

ini memperlihatkan lebih banyak pasien yang ditangani seorang perawat

Page 63: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

48

selama satu periode/shift maka lebih besar beban kerja perawat tersebut

(Saha, 1994). Menurut Ilyas (2002) tugas atau pekerjaan yang harus

dilakukan oleh spesifik personel untuk melayani pasien dan berapa lama

waktu dibutuhkan untuk kegiatan tersebut dapat digunakan untuk menghitung

beban kerja.

2) Tanggung Jawab

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan perawat memiliki tanggung jawab

untuk memperhatikan hak pasien seperti yang dijelaskan pada ayat 2 dan 4

pasal 53 undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, yaitu tenaga

kesehatan termasuk perawat dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban

untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Menurut Ilyas

(2002) bahwa tanggung jawab merupakan kesanggupan seorang personel

dalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan baik,

tepat waktu serta berani mengambil resiko untuk keputusan yang dibuat atau

tindakan yang dilakukan. Suatu tanggung jawab dalam melaksanakan

tindakan akan memperlihatkan ciri-ciri sesuai yang diuraikan Ilyas (2002)

sebagai berikut:

a. Dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu

b. Berada di tempat tugas dalam semua keadaan yang bagaimanapun

c. Mengutamakan kepentingan dinas dari kepentingan diri dan golongan

d. Tidak berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya kepada orang

lain

e. Berani memikul resiko dari keputusan yang dibuatnya.

3) Kerjasama

Page 64: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

49

Kerjasama merupakan kemampuan mental seorang personel untuk

dapat bekerjasama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas yang telah

ditentukan (Ilyas, 2001).

4) Kedisiplinan

Prowirosentono (1999) menyatakan bahwa disiplin karyawan adalah ketaatan

karyawan bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan

perusahaan dimana dia bekerja. Disiplin kerja juga berkaitan erat dengan

sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang melanggar.

5) Caring

Caring merupakan pertukaran nilai-nilai yang dimiliki seseorang dan

motivasi untuk melakukan sesuatu, memberi perhatian pada orang lain

dengan hadir pada kondisi yang sangat diperlukan atau menemui seseorang

yang sedang merasakan penderitaan mental dan duka serta tidak berdaya.

6) Persepsi lama waktu kegiatan

Persepsi dipengaruhi dua faktor yaitu: a) Faktor dalam diri seseorang,

dan b) Faktor target yang dipersiapkan. Dalam pelayanan keperawatan bila

yang dipersiapkan adalah lama waktu kegiatan, maka lama waktu kegiatan

merupakan target persepsi tersebut, sedangkan faktor diri yang

mempersepsikan target adalah karakteristik pribadi yang meliputi sikap,

motif, minat, kepentingan, pengalaman masa lalu dan penghargaan (Gates,

1995).

Dengan demikian usaha pekerjaan seseorang pegawai ditentukan oleh

persepsi peran dan sifat pribadinya dan juga oleh perkiraan hasil usaha (Poter

& Lawer dan Gillies, 1994).

Page 65: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

50

2.5.2 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja adalah proses penilaian hasil karya personel dalam

suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja (Ilyas, 2002). Certo

dalam Ilyas (2002) penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan

pribadi personel pada masa tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan

terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen. Sedangkan Swansburg

(1999) menyatakan penilaian kinerja adalah merupakan proses kontrol

dimana kinerja dievaluasi berdasarkan standar-standar tertentu.

Menurut Griffin (2004) Penilaian kinerja adalah suatu penilaian

formal mengenai seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka.

Kinerja karyawan seharusnya dievaluasi secara berkala karena berbagai

alasan. Salah satu alasan adalah bahwa penilaian kinerja diperlukan untuk

memvalidasi alat pemilihan atau mengukur dampak dari program pelatihan.

Alasan kedua bersifat administratif untuk membatu dalam membuat

keputusan mengenai kenaikan gaji, promosi, dan pelatihan. Alasan yang lain

adalah untuk menyediakan timbal balik bagi karyawan untuk membantu

mereka meningkatkan kinerja mereka saat ini dan merencanakan karier di

masa mendatang.

Penilaian kinerja bertujuan untuk menetapkan kompensasi,

memberikan umpan balik kinerja, menentukan promosi, merencanakan

sumber daya manusia, menetapkan pemutusan atau pengembangan sumber

daya manusia dan penelitian (Robin dan Mary, 1996).

Dalam penilaian kinerja, menurut Marquis & Huston (2000) ada

beberapa alat ukur kinerja yang terdiri dari:

Page 66: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

51

a. Trait Rating Scales

Skala penetapan bakat adalah suatu metode skala penilaian

penampilan bakat individu-individu berdasarkan standar yang

menyangkut uraian tugas, perilaku dan sifat individu.

b. Skala dimensi kerja (Job Dimansion Scale)

Teknik ini memberikan skala penilaian terhadap klasifikasi pekerjaan.

Disamping itu difokuskan kepada kebutuhan pekerjaan terhadap

jumlah pekerjaan.

c. Behaviorally Anchored Rating Scale

Skala penetapan perilaku merupakan metoda yang membutuhkan

pemisahan dalam klasifikasi pekerjaan. Ini berarti bahwa posisi

pekerja menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan area tanggung jawab.

d. Check List

Daftar pertanyaan ini berisikan beberapa pertanyaan perilaku yang

dapat dilihat melalui perilaku tugas. Setiap pertanyaan perilaku

memiliki skor yang menjadi dasar penilaian dan dikaitkan dengan

jasa.

e. Essay

Metoda ini sering disebut sebagai upaya penilaian berdasarkan

kemampuan dan perbaikan perilaku individu, baik secara terstruktur

atau tidak. Taknik ini memiliki kekuatan karena berfokus pada aspek

yang positif terhadap penampilan kerja.

f. Self Appraisal (SA)

Page 67: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

52

Penilaian diri dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Metode ini

memberikan kesempatan pada staf untuk menerima umpan balik

secara positif melalui hasil supervisi yang dilakukan oleh orang lain.

Keefektifan metode ini tergantung pada kesadaran diri individu,

kematangan individu secara eksternal, dan penampilan.

g. Management by Objective (MBO)

Pengelolaan berdasarkan tujuan adalah alat utama dalam menentukan

kemajuan pekerjaan individu melalaui pengkajian pekerjaan dalam

suatu organisasi. Bagaimanapun juga pengguna konsep MBO perlu

mempertimbangkan efektifitas penampilan kerja disesuaikan dengan

ketika perencanaan dibuat.

h. Peer Review (PR)

Pengkajian sejawat adalah merupakan metode yang efektif dalam

praktek keperawatan yang bersumber pada informasi, support,

pengarahan, kritik dan saling mengarahkan satu dengan yang lainnya.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2009) model penilaian kinerja

adalah sebagai berikut:

a. Penilaian sendiri

Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan

untuk mengukur dan memahami perbedaan individu. Akurasi

didefinisikan sebagai sikap kesepakatan antara penilaian sendiri dan

penilaian lainnya. Other Ratingdapat diberikan oleh atasan, bawahan,

mitra kerja atau konsumen dari individu itu sendiri. Penilaian sendiri

Page 68: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

53

biasanya digunakan pada bidang sumber daya manusia seperti:

penilaian, kinerja, penilaian kebutuhan pelatihan, analisa peringkat

jabatan, perilaku kepemimpinan dan lainnya. Penilaian sendiri

dilakukan bila personal mampu melakukan penilaian terhadap proses

dan hasil karya yang mereka laksanakan sebagai bagian dari tugas

organisasi.Penilaian sendiri atau dipengaruhi oleh sejumlah faktor

kepribadian, pengalaman, pengetahuan dan sosio demografi seperti

suku dan kependidikan. Dengan demikian tingkat kematangan

personal dalam menilai hasil karya menjadi hal yang patut

diperhatikan.

b. Penilaian atasan

Pada organisasai pada kematangan tingkat majemuk, personal

biasanya dinilai oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi, penilaian

ini yang termasuk dilakukan oleh supervisor atau atasan langsung.

c. Penilaian mitra

Penilaian mitra lebih cocok digunakan pada kelompok kerja yang

mempunyai otonomi yang cukup tinggi. Dimana wewenang

pengambilan keputusan pada tingkat tertentu telah didelegasikan oleh

manajemen kepada anggota kinerja kelompok kerja. Penilaian mitra

dilakukan oleh seluruh anggota kerja kelompok dan umpan balik

untuk personal yang dinilai yang dilakukan oleh komite kerja dan

bukan oleh supervisor. Penilaian mitra biasanya lebih ditujukan untuk

pengembangan personal dibandingkan untuk evaluasi.

d. Penilaian bawahan

Page 69: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

54

Penilaian bawahan terhadap kinerja personal terutama dilakukan

dengan tujuan untuk pengembangan dan umpan balik personal. Bila

penilaian ini digunakan untuk administratif dan evaluasi, menetapkan

gaji dan promosi maka penggunaan penilaian ini kurang mendapat

dukungan, program penilaian bawahan terhadap manajer dalam

rangka perencanaan dan penilaian kinerja manajer. Program ini

meminta kepada manajer untuk dapat menerima penilaian bawahan

sebagai umpan balik atas kemampuan manajemen mereka.

Cara lain untuk menilai kinerja perawat yang biasa dilakukan oleh

rumah sakit-rumah sakit pada umumnya adalah menggunakan Daftar

Penilaian Pelaksana Pekerjaan (DP3), berdasarkan Peraturan Pemerintah No.

10 Tahun 1979 dalam DP3 unsur-unsur yang dinilai adalah:

a. Kesetiaan

b. Prestasi kerja

c. Tanggung jawab

d. Ketaatan

e. Kejujuran

f. Kerjasama

g. Prakarsa, dan

h. Kepemimpinan. Namun unsur kepemimpinan hanya dinilai bagi ONS

yang memangku suatu jabatan.

Tata cara penilaian DP3berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10

tahun 1979 dinyatakan dengan sebutan dan angka sebagai berikut:

Page 70: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

55

a. Amat baik = 91 – 100

b. Baik = 76 – 90

c. Cukup = 61 – 75

d. Sedang = 51 – 60

e. Kurang = 50 kebawah

Bernardin Russel dalam Sudarmanto (2009) menyampaikan ada 6

kriteria dasar atau dimensi untuk mengukur kinerja, yaitu:

1. Quality

Terkait dengan proses atau hasil mendekati sempurna/ideal dalam

memenuhi maksud dan tujuan

2. Quantity

Terkait dengan satuan jumlah atau kuantitas yang dihasilkan

3. Timeliness

Terkait dengan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan aktivitas

atau menghasilkan produk.

4. Cost-Effectiveness

Terkait dengan tingkat penggunaan sumber-sumber organisasi (orang,

uang, material, teknologi) dalam mendapatkan atau memperoleh hasil

atau pengurangan pemborosan dalam penggunaan sumber-sumber

organisasi.

5. Need for Supervision

Page 71: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

56

Terkait dengan kemampuan individu dapat menyelesaikan pekerjaan

atau fungsi-fungsi pekerjaan tanpa asistensi pimpinan atau intervensi

pengawasan pimpinan.

6. Interpersonal Impact

Terkait dengan kemampuan individu dalam meningkatkan perasaan

harga diri, keinginan baik, dan kerja sama di antara sesama pekerja

dan anak buah.

2.5.3 Standar Penilaian Kinerja Perawat

Menurut Nursalam (2008) standar pelayanan keperawatan adalah

pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk

menilai pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien. Tujuan

standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan,

mengurangi biaya asuhan keperawatan, dan melindungi perawat dari

kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan

yang tidak terapeutik. Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada

klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek

keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional

Indonesi) (2000) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan yang

meliputi: (1) Pengkajian; (2) Diagnosa keperawatan; (3) Perencanaan; (4)

Implementasi; (5) Evaluasi.

a. Standar Satu: Pengkajian Keperawatan

Page 72: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

57

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.

Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi:

1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi,

pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.

2) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim

kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.

3) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:

a. Status kesehatan klien masa lalu

b. Status kesehatan klien saat ini

c. Status biologis-psikologis-sosial-spiritual

d. Respon terhadap terapi

e. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

f. Resiko-resiko tinggi masalah

b. Standar Dua: Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan dignosa

keperawatan.

Adapun kriteria proses:

1) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identikasi

masalah klien, dan perumusan diagnose keperawatan.

2) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E), dan

tanda atau gejala (S), atau terdiri dari masalah danpenyebab (PE).

3) Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk

memvalidasi diagnosa keperawatan.

Page 73: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

58

4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan

data terbaru.

c. Standar Tiga: Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya,

meliputi:

1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan

rencana tindakan keperawatan.

2) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan.

3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau

kebutuhan klien.

4) Mendokumentasi rencana keperawatan.

d. Standar Empat: Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi

dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses, meliputi:

1) Bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan.

2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan

klien.

4) Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep

keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi

lingkungan yang digunakan.

Page 74: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

59

5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

berdasarkan respon klien.

e. Standar Lima: Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan

dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

Adapun kriteria prosesnya:

1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara

komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.

2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukut

perkembangan ke arah pencapaian tujuan.

3) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.

4) Bekerja sama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana

asuhan keperawatan.

5) Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

2.6 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, akan dikaji gambaran kinerja perawat berdasarkan

beban kerja di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang

Selatan. Untuk melihat gambaran kinerja perawat peneliti membedakannya

berdasarkan beban kerja yang ditanggungnya, oleh karena itu peneliti harus

mengetahui terlebih dahulu bagaimana gambaran beban kerja perawat di Instalasi

Rawat Inap Penyakit Dalam. Teori yang digunakan oleh peneliti untuk

mengetahui beban kerja perawat secara riil adalah berdasarkan teori Situmorang

(1994) yang menyatakan bahwa beban kerja perawat dihitung berdasarkan

kegiatan keperawatannya yaitu kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung, dan

Page 75: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

60

kegiatan pribadi. Sedangkan teori untuk penilaian kinerja perawat mengacu pada

standar penilaian kinerja dari PPNI yaitu dengan menggunakan standar asuhan

keperawatan (Nursalam, 2002).Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan

sebelumnya maka dapat diketahui bahwa kerangka teori penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Beban Kerja:

- Kegiatan

Langsung

- Kegiatan Tidak

Langsung

- Kegiatan Pribadi

(Situmorang, 1994)

Kinerja

Perawat

Pelaksana di

Instalasi

Rawat Inap

Penyakit

Dalam

Page 76: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

61

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

BAB 3 KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Dari tinjauan kepustakaan dan kerangka teori serta masalah penelitian yg

telah dirumuskan sebelumnya, maka dikembangkan suatu kerangka pikir

penelitian. Sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi

setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang

akan dilakukan. (Sugiyono, 2011)

Pada penelitian ini akan digambarkan mengenai bagaimana kinerja

perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam berdasarkan beban kerja yang

ditanggungnya. Pengukuran beban kerja menggunakan metode work

samplingdengan melihat jenis kegiatan keperawatan baik kegiatan keperawatan

langsung, kegiatan keperawatan tidak langsung, maupun kegiatan pribadi

perawat. Peneliti menggunakan metode work sampling karena metode ini tidak

sulit untuk diterapkan dalam pengamatan terhadap objek dan cocok untuk

kegiatan yang sifatnya berulang, selain itu metode ini lebih mudah daripada

metode lainnya, dengan kualitas hasil yang dapat dipercaya(Ilyas, 2004).

Sedangkan untuk melihat gambaran kinerja perawat, peneliti mengacu pada

standar praktek keperawatan yang terdiri dari: Pengkajian keperawatan,

diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi, dan evaluasi

keperawatan yang sudah termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan keperawatan

yaitu kegiatan langsung dan kegiatan tidak langsung.

Page 77: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

62

Beban Kerja:

- Kegiatan

Langsung

- Kegiatan Tidak

Langsung

- Kegiatan Pribadi

Kinerja Perawat

Pelaksana di

Instalasi Rawat

Inap Penyakit

Dalam RSU

Kota Tangerang

Selatan

Berdasarkan penjabaran yang telah disebutkan sebelumnya, maka

kerangka pikir yang digunakan untuk mengetahui gambaran kinerja perawat

berdasarkan beban kerjadi Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota

Tangerang adalah sebagai berikut:

3.2 Definisi Istilah

Adapun Definisi Istilah dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Beban Kerja Perawat

Beban Kerja Perawat adalah jumlah kegiatan yang dilakukan perawat selama

bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan berdasarkan tugas utama dan

tugas tambahan dalam memenuhi kebutuhan pasien, baik kegiatan

keperawatan langsung, tidak langsung, maupun pribadi.

2. Kegiatan Keperawatan Langsung

Kegiatan keperawatan langsung adalah semua kegiatan keperawatan yang

dirasakan langsung oleh pasien dan keluarganya sepert komunikasi,

mengukur tanda vital, prosedur keperawatan, hygine pasien, dan serah terima

pasien.

Bagan 3.1 Kerangka Pikir

Page 78: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

63

3. Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung

Kegiatan keperawatan tidak langsung adalah kegiatan keperawatan yang tidak

langsung dirasakan pasien atau sebagai pelengkap tindakan keperawatan

langsung seperti administrasi, menyiapkan alat dan obat, dan koordinasi

dengan tenaga kesehatan lain.

4. Kegiatan Pribadi Perawat

Kegiatan pribadi perawat adalah kegiatan yang dilakukan untuk keperluan

pribadi seperti kebutuhan primer manusia yaitu makan dan minum, ibadah, ke

toilet, mengganti baju dan kegiatan lain seperti menonton TV, mengobrol,

menggunakan handphone untuk kegiatan pribadi, dan istirahat yang

berlebihan.

5. Kinerja Perawat

Kinerja perawat adalah penampilan hasil kerja perawat di ruang rawat inap

penyakit dalam RSU Kota Tangerang Selatan yang mengacu pada standar

asuhan keperawatan yaitu pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan serta evaluasi keperawatan.

Page 79: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

64

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan

menggunakan teknik observasi, wawancara dan telaah dokumen untuk melihat

gambaran kinerja perawat berdasarkan beban kerja di Instalasi Rawat Inap

Penyakit DalamRSU Kota Tangerang Selatan. Beban kerja perawat dihitung

dengan metode work sampling berdasarkan beban kerja riil atau nyata yang

dilaksanakan oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit DalamRSU Kota

Tangerang Selatan. Pengukuran beban kerja dilakukan dengan mengamati

kegiatan keperawatan antara lain: kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung

dan kegiatan pribadi. Dari hasil pengukuran beban kerja akan didapatkan hasil

perawat yang beban kerjanya tinggi dan rendah. Selanjutnya akan dilihat juga

bagaimana kinerja perawat dengan cara observasi dan wawancara mendalam

yang mengacu pada standar asuhan keperawatan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota

Tangerang Selatan. Waktu penelitian pada bulan Agustus – September 2016.

4.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu informan kunci

dan informan pendukung. Informan kunci dalam penelitian ini adalah seluruh

perawat pelaksana yang berjumlah 19 orang, sedangkan informan pendukung

Page 80: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

65

dalam penelitian ini adalah 1 kepala ruangan Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam dan 1 kasie. Asuhan Keperawatan. Penentuan informan ditentukan

dengan metode purposive sampling. Penentuan informan kunci berdasarkan

objek yang diteliti, yaitu perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran kinerja berdasarkan beban kerja yang ditanggung oleh perawat

pelaksana. Sedangkan pemilihan informan pendukung berdasarkan beberapa

kriteria yang ditentukan oleh peneliti, yang dirasa dapat membantu peneliti

untuk mengetahui gambaran kinerja perawat berdasarkan beban kerjanya.

Kepala ruangan dipilih sebagai informan pendukung karena mengetahui persis

kegiatan perawat, beban kerja dan kinerja perawat. Kasie. Asuhan Keperawatan

dipilih sebagai informan pendukung karena variabel kinerja yang diteliti oleh

peneliti berdasarkan pada standar asuhan keperawatan. Semua informan kunci

diobservasi namun tidak semuanya diwawancara, wawancara dihentikan apabila

data/informasi yang diperoleh peneliti sudah jenuh atau tidak bervariasi lagi.

Sedangkan untuk informan pendukung hanya diwawancara dan tidak

diobservasi.

4.4 Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah formulir observasi dan

panduan wawancara mendalam, formulir observasi terdiri dari formulir work

sampling dan lembar observasi kinerja. Instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data tentang beban kerja perawat menggunakan formulir

pengamatan work sampling. Pada kegiatan perawat dikelompokkan menjadi tiga

kegiatan, yaitu:

Page 81: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

66

1) Kegiatan keperawatan langsung yaitu semua kegiatan yang difokuskan

langsung atau dirasakan langsung oleh pasien dan keluarganya.

2) Kegiatan keperawatan tidak langsung yaitu kegiatan keperawatan yang

tidak langsung dirasakan pasien atau sebagai pelengkap tindakan

keperawatan langsung.

3) Kegiatan keperawatan pribadi yaitu semua kegiatan untuk keperluan

pribadi perawat atau tidak ada hubungannya dengan pasien.

Pedoman observasi berisi panduan dalam mengobservasi perawat pada

setiap kegiatan selama jam kerja. Peralatan yang digunakan berupa alat tulis

menulis dan formulir work sampling. Formulir work sampling yang digunakan

adalah formulir yang telah banyak digunakan oleh peneliti sebelumnya dan juga

menurut Ilyas (2004), Stevany(2011), Malika (2011).

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang

kinerjaadalah lembar observasi kinerja dan lembar pedoman wawancara. Lembar

observasi kinerja berupa poin-poin kegiatan yang mengacu pada Standar Asuhan

Keperawatan, dengan kolom pengamatan dilakukan atau tidak dilakukan.

Lembar observasi ini telah digunakan juga oleh peneliti sebelumnya yaitu

Hamid (2003) dan Riana (2013) yang mengacu pada instrumen evaluasi

penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit oleh Depkes RI tahun

2005. Sedangkan untuk lembar pedoman wawancara berisikan pertanyaan-

pertanyaan tentang kinerja yang kemudian diajukan kepada informan.

Page 82: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

67

4.5 Sumber Data

4.5.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara

mendalam dengan informan, hasil observasi beban kerja perawat dengan

menggunakan metode work sampling, dan juga hasil observasi kinerja

perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang

Selatan.

4.5.2 Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini adalah profil rumah sakit, daftar

absen perawat, data keperawatan, data kunjungan pasien, dan BOR setiap

ruang perawatan di RSU Kota Tangerang Selatan.

4.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu data

primer dan data sekunder.

1) Data Primer

Pegumpulan data primer dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2

jenis yaitu pengumpulan data beban kerja dan pengumpulan data kinerja.

A. Beban Kerja

Beban kerja perawat dikumpulkan dengan melakukan pengamatan

secara langsung terhadap semua kegiatan yang dilakukan perawat di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan untuk

melihat beban kerja dan kinerjanya. Pengamatan dan pengumpulan data

dilakukan dalam 3 (tiga) shift, yaitu:

Page 83: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

68

a. Shift Pagi : Jam 07.00 – 14.00

b. Shift Siang : Jam 14.00 – 21.00

c. Shift Malam : Jam 21.00 – 07.00

Pengamatan dilakukan selama 7 (tujuh) hari pada setiap perawat

di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan,

dan dilakukan pada semua shift, yaitu shift pagi, siang, dan malam. Untuk

pengamatan beban kerja dengan metode work sampling menggunakan

interval waktu 5 (lima) menit. Pengamatan dicatat di formulir

pengamatan. Peneliti dibantu oleh pengamat berjumlah 4 orang setiap

shiftnya, satu orang pengamat mengobservasi satu perawat pelaksana.

Pengamat dalam penelitian ini tidak memiliki standar atau kriteria

dalam mengamati kegiatan keperawatan. Karena teknik work sampling

merupakan teknik yang tidak membutuhkan kriteria khusus sebagai

pengamat. Pengamat tersebut diberi pelatihan dalam menggunakan

formulir work sampling.

Pelatihan yang diberikan peneliti kepada pengamat adalah sebagai

berikut:

1. Memberikan pengarahan tentang cara membedakan kegiatan

keperawatan yang terdiri dari kegiatan keperawatan langsung,

kegiatan keperawatan tidak langsung, dan kegiatan keperawatan

pribadi.

2. Mengarahkan pengamat untuk menulis kegiatan keperawatan

secara jelas pada formulis yang sudah disediakan oleh peneliti.

Page 84: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

69

Dengan begitu diharapkan informasi yang didapatkan dari

kegiatan pengamatan menjadi informasi yang akurat berdasarkan

kegiatan keperawatan yang benar-benar dilakukan oleh perawat di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan.

Mekanisme dalam pengumpulan data adalah satu pengamat

mengamati satu perawat selama satu shift atau 7 jam. Satu pengamat

mengamati setiap kegiatan yang dilakukan oleh perawat baik kegiatan

keperawatan langsung, tidak langsung, maupun pribadi yang dilakukan

oleh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam.

B. Kinerja

Pengumpulan data tentang kinerja dilakukan dengan wawancara

mendalam dan observasi. Wawancara mendalam dilakukan terhadap

beberapa informan hingga data yang didapat jenuh. Jadi, peneliti akan

menghentikan pengumpulan data apabila dari sumber data sudah tidak

ditemukan lagi ragam baru. Jumlah sumber atau informan bukan

merupakan fokus utama akan tetapi berupa informasi mendalam yang

didapatkan dari wawancara.

Selain wawancara mendalam, untuk mengetahui kinerja perawat

peneliti juga melakukan observasi tentang kinerja yang mengacu pada

standar praktek keperawatan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara

observasi seluruh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam, dimana setiap perawat diobservasi selama 5 kali dalam pemberian

praktek keperawatan kepada pasiennya. Observasi dilakukan selama 5

Page 85: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

70

kali dikarenakan menyesuaikan dengan waktu penelitian yang diberikan

oleh pihak rumah sakit yaitu selama 1,5 bulan.

Pengamatan kinerja perawat ini diperkuat dengan melihat buku

status pasien atau catatan asuhan keperawatan yang ditulis oleh perawat.

Artinya, setelah pengamat mengamati pekerjaan perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan kepada pasien, pengamat juga melihat

buku status pasien untuk melihat bagaimana pencatatannya, apakah sudah

dicatat dengan sesuai atau bahkan tidak dicatat. Sebelumnya, peneliti dan

pengamat lainnya telah melakukan trial pengamatan yang dipandu oleh

kepala ruangan dan supervisior perawat. Dengan begitu, pengamat dapat

lebih mengetahui bagaimana cara membaca buku status pasien yang

benar. Mekanisme dan waktu pengamatan pada observasi kinerjaini sama

dengan observasi pada beban kerja, pengamat yang mengobservasi juga

sama dengan pengamat beban kerja.

2) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui data yang berasal dari bagian umum

yaitu profil RSU Kota Tangerang Selatan, dari rekam medis yaitu BOR dan

jumlah kunjungan pasien, serta dari bagian keperawatan yang berupa jumlah

perawat di instalasi rawat inap.

4.7 Pengolahan Data

Proses pengolahan hasil observasi beban kerja pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Page 86: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

71

1. Penyuntingan Data

Penyuntingan data dilakukan setiap selesai pengamatan untuk

memeriksa jika terjadi kesalahan dan ketidaklengkapan data yaitu

dengan cara memeriksa formulir work sampling untuk melihat apakah

pengamat menuliskan kegiatan keperawatan sesuai dengan kelompok

kegiatan yang seharusnya.

2. Penjumlahan Lamanya Kegiatan

Setelah dilakukan penyuntingan data untuk mendapatkan kegiatan-

kegiatan yang telah dilakukan oleh perawat, selanjutnya peneliti

menjumlahkan setiap kegiatan keperawatan baik langsung, tidak

langsung,maupun pribadi ke dalam satuan menit. Kemudian, jumlah

lama kegiatan dalam satu hari ditambahkan dengan jumlah lama

kegiatan pada hari lainnya untuk mengetahui rata-rata lama kegiatan

yang dimiliki oleh setiap perawat.

3. Pemasukan Data

Penjumlahan lamanya kegiatan keperawatan yang sudah dilakukan

peneliti dimasukkan ke dalam komputer untuk dilakukan proses

pengolahan data selanjutnya seperti perhitungan persentase pada

proporsi kegiatan keperawatan langsung, tidak langsung maupun

kegiatan pribadi perawat. Dengan begitu dapat diketahui apakah beban

kerja perawat tinggi atau rendah.

4. Pembersihan Data

Pembersihan data pengamatan dilakukan apabila terjadi kesalahan

dalam menginput data.

Page 87: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

72

Setelah melakukan pengolahan data pada variabel beban kerja,

selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data pada variabel kinerja. Adapun

prosesnya adalah sebagai berikut:

1. Penyuntingan Data

Penyuntingan data dilakukan setiap selesai pengamatan untuk

memeriksa jika terjadikesalahan dan ketidaklengkapan data yaitu

dengan cara memeriksa formulir pengamatan kinerja apakah pengamat

mengisi semua kolom pengamatan.

2. Membuat Transkrip Wawancara

Selain observasi, untuk mengumpulkan data tentang kinerja perawat

peneliti juga melakukan wawancara mendalam. Oleh karena itu,

wawancara mendalam yang sudah direkam kemudian ditranskip ke

dalam bentuk tulisan.

3. Membuat Matriks Wawancara

Setelah mentranskrip semua hasil wawancara, kemudian peneliti

membuat matriks ringkasan wawancara mendalam untuk memudahkan

peneliti dalam membandingkan dan menganalisa hasil wawancara dari

setiap informan.

4.8 Teknik dan Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan

data yang telah diolah. Selain itu, analisis data juga berguna untuk memperoleh

kesimpulan secara umum dari penelitian. Langkah-langkah dalam analisis data

adalah reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi.

Page 88: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

73

4.8.1 Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, mengambil data yang penting,

membersihkan data yang tidak cocok atau bias dan mencari tema dan pola

yang sama. Reduksi data dibantu dengan komputer, dengan

mengelompokkan data sesuai aspek atau kriteria tertentu. Tahapan yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan semua data yang diperoleh setiap selesai pengamatan

aktivitas setiap shift pengamatan

b. Memeriksa adanya kesalahan, kekuranglengkapan dan

ketidakkonsistenan pengamatan

c. Memasukkan data yang diperoleh ke dalam komputer dan

mengelompokkan berdasarkan jenis kegiatan keperawatan langsung,

tidak langsung, dan pribadi.

d. Menjumlahkan masing-masing jenis kegiatan keperawatan

e. Setiap jenis kegiatan jumlahnya dikalikan 5, karena pengamatan

dilakukan setiap 5 menit, untuk mengubah pola kegiatan tersebut ke

dalam menit. Sehingga diperoleh waktu setiap aktivitas perawat

pelaksana selama satu hari.

f. Jumlah kegiatan perawat pelaksana selama penelitian dijumlahkan,

sehingga didapatkan jumlah waktu setiap jenis kegiatan perawat

pelaksana selama satu hari.

g. Merangkum hasil wawancara, memeriksa, mengedit dan meringkas

dalam bentuk narasi.

Page 89: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

74

h. Membandingkan atau mencocokkan hasil wawancara mendalam

dengan observasi kinerja perawat.

4.8.2 Penyajian Data

Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi

peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-

bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian

data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya

lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisikan untuk

disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan katagori yang

sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang

dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada

waktu data direduksi. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam

bentuk narasi.

4.8.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi, yaitu bagaimana gambaran beban kerja

perawat dan bagaimana gambaran kinerja perawat berdasarkan beban

kerja yang ada.

4.9 Pengujian Keabsahan Data

Untuk mendapatkan data yang valid maka perlu dilakukan pengujian

keabsahan data, dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data dengan

cara triangulasi sumber dan triangulasi teknik/metode.

Page 90: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

75

1. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber. Data dari beberapa sumber kemudian

dideskripsikan dan dikategorisasikan mana pandangan yang sama dan

mana yang berbeda, sehingga menghasilkan suatu hasil kesimpulan.

2. Triangulasi Teknik/Metode

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan

wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner.

Triangulasi teknik dilakukan untuk mempertajam analisis dan memvalidasi

data penelitian.

Tabel 4.1 Matriks Triangulasi

Item data

Triangulasi Sumber Triangulasi Metode

Perawat

Pelaksana

Kepala

Ruangan

Kasie Asuhan

Keperawatan

Observasi Wawancara

Mendalam

Telaah

Dokumen

Beban Kerja

Perawat

√ √ - √ √ -

Pengkajian

Keperawatan

√ √ √ √ √ √

Diagnosa

Keperawatan

√ √ √ √ √ √

Perencanaan

Keperawatan

√ √ √ √ √ √

Implementasi

Keperawatan

√ √ √ √ √ √

Evaluasi

Keperawatan

√ √ √ √ √ √

Page 91: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

76

BAB V

HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Beban Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota

Tangerang Selatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kinerja perawat

berdasarkan beban kerjanya. Oleh karena itu sebelum mengetahui gambaran

kinerjanya harus diketahui terlebih dahulu bagaimana gambaran beban kerja

perawatnya. Pengumpulan data untuk mengetahui beban kerja perawat adalah

dengan cara melakukan pengamatan kegiatan keperawatan selama 24 jam

yang terbagi atas tiga shift yaitu shift pagi, shift siang, dan shift malam selama

7 hari pada setiap perawatnya. Hasil pengamatan tersebut dicatat di formulir

work sampling yang terdiri dari kegiatan produktif (langsung dan tidak

langsung) yang berhubungan dengan pasien dan kegiatan pribadi atau

kegiatan yang tidak berhubungan dengan pasien.

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam memiliki kapasitas tempat tidur

sebanyak 42 buah yang terdiri dari 12 bangsal. Keseluruhan perawat di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam menjadi objek pengamatan. Adapun

distribusi jumlah tenaga perawat dan jumlah pasien yang dirawat selama

peneliti melakukan pengamatan adalah sebagai berikut:

5.1.1 Gambaran Beban Kerja Perawat pada Setiap Shift

Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama tujuh

hari kepada masing-masing perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam RSU Kota Tangerang Selatan menghasilkan jumlah jam kerja

Page 92: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

77

serta jumlah kegiatan yang dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan

kegiatannya. Jumlah jam kerja yang ada akan menggambarkan beban

kerja setiap perawat. Untuk mempermudah pengamatan jumlah waktu

kegiatan dihitung berdasarkan shift kerja perawat.

A. Shift Pagi

Jam kerja perawat untuk shift pagi dimulai dari pukul 07.00

WIB sampai pukul 14.00 WIB, dalam satu shift pagi terdapat 7 jam

kerja atau 420 menit. Jika setiap perawat diobservasi selama 7 hari

kerja, maka dalam penelitian ini waktu kerja perawat yang diobservasi

pada shift pagi adalah 420x7 = 2940 menit. Dalam 7 hari pengamatan

dapat diketahui jumlah lama kegiatan yang dilakukan oleh perawat

dan jumlah kegiatannya. Perawat yang lama kegiatannya paling besar

belum tentu memiliki jumlah kegiatan paling banyak, begitupun

sebaliknya.

Tabel 5.1 Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Keperawatan pada

Shift Pagi di Instalasi Rawat Inap Penyakit DalamRSU Kota

Tangerang Selatan Selama 7 Hari

Perawat

Kegiatan Langsung Kegiatan Tidak

Langsung Kegiatan Pribadi Total

Lama

Kegiatan

(menit)

Jumlah

kegiatan

Lama

Kegiatan

(menit)

Jumlah

kegiatan

Lama

Kegiatan

(menit)

Jumlah

kegiatan

Lama

Kegiatan

Jumlah

kegiatan

I 1050 103 1460 56 430 25 2940 184

II 1305 105 1320 61 315 21 2940 187

III 960 97 1615 67 365 19 2940 182

IV 1285 121 1300 59 355 26 2940 206

V 1145 107 1430 69 365 27 2940 203

VI 1185 114 1355 66 400 26 2940 206

VII 1000 101 1560 72 380 23 2940 196

VIII 1155 119 1380 53 405 25 2940 197

IX 1170 105 1405 47 365 18 2940 170

X 1080 99 1455 63 405 21 2940 183

XI 1150 111 1430 67 360 29 2940 207

Page 93: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

78

XII 1110 98 1500 73 330 20 2940 190

XIII 1175 121 1405 63 360 24 2940 208

XIV 1095 117 1445 60 400 27 2940 204

XV 1230 129 1365 59 345 24 2940 209

XVI 1200 121 1370 60 370 25 2940 206

XVII 1195 113 1495 70 350 23 2940 206

XVIII 1205 110 1345 71 390 19 2940 200

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan

lama kegiatannya, kegiatan langsung pada shift pagi paling lama

dilakukan oleh perawat II yaitu selama 1305 menit dan paling sebentar

dilakukan oleh perawat III yaitu selama 960 menit, namun

berdasarkan jumlah kegiatannya, dalam 7 hari kegiatan terbanyak

dilakukan oleh perawat XV yaitu sebanyak 129 dan tersedikit

dilakukan oleh perawat III yaitu sebanyak 67 kegiatan. Sedangkan

kegiatan tidak langsung pada shift pagi, berdasarkan lama kegiatannya

kegiatan paling lama dilakukan oleh perawat III yaitu selama 1615

menit dan paling sebentar dilakukan oleh perawat IV yaitu selama

1300 menit, namun berdasarkan jumlah kegiatannya kegiatan

terbanyak dilakukan oleh perawat XII yaitu sebanyak 73 kegiatan dan

paling sedikit dilakukan oleh perawat I yaitu sebanyak 56 kegiatan.

Untuk kegiatan pribadi, berdasarkan lama kegiatannya kegiatan paling

lama dilakukan oleh perawat I yaitu sebanyak 430 menit dan paling

sebentar dilakukan oleh perawat II yaitu sebanyak 315 menit, namun

berdasarkan jumlah kegiatannya kegiatan pribadi terbanyak dilakukan

oleh perawat XI yaitu sebanyak 29 kegiatan dan paling sedikit

dilakukan oleh perawat IX yaitu sebanyak 18 kegiatan.

Page 94: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

79

Setelah diketahui jumlah jam kerja dari kegiatan langsung,

tidak langsung dan pribadi, maka dapat juga diketahui jumlah

persentase dari masing-masing kegiatan. Untuk mengetahui beban

kerja perawat pada shift pagi yaitu dapat dilihat dari kegiatan

produktif perawat, kegiatan produktif merupakan hasil penjumlahan

dari kegiatan langsung dan kegiatan tidak langsung.Beban kerja

perawat tinggi apabila kegiatan produktif yang dilakukan lebih dari

80%, beban kerja sedang bila jumlah kegiatan produktif berkisar

antara 60% - 80%, dan beban kerja rendah bila kegiatan produktif

kurang dari 60%.

Tabel 5.2 Gambaran Beban Kerja Perawat Berdasarkan

Persentase Kegiatan Produktif pada Shift Pagi di Instalasi Rawat

Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan

Perawat Kegiatan

Langsung

Kegiatan

Tidak

Langsung

Kegiatan

Pribadi

Kegiatan

Produktif

Beban

Kerja

I 35,71% 49,66% 14,63% 85,37% Tinggi

II 44,39% 44,90% 10,71% 89,29% Tinggi

III 32,65% 54,93% 12,41% 87,58% Tinggi

IV 43,71% 44,22% 12,07% 87,93% Tinggi

V 38,95% 48,64% 12,41% 87,59% Tinggi

VI 40,31% 46,09% 13,61% 86,40% Tinggi

VII 34,01% 53,06% 12,93% 87,07% Tinggi

VIII 39,29% 46,94% 13,78% 86,23% Tinggi

IX 39,80% 47,79% 12,41% 87,59% Tinggi

X 36,73% 49,49% 13,78% 86,22% Tinggi

XI 39,12% 48,64% 12,24% 87,76% Tinggi

XII 37,76% 51,02% 11,22% 88,78% Tinggi

Page 95: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

80

XIII 39,97% 47,79% 12.24% 87,76% Tinggi

XIV 37,24% 49,15% 13,61% 86,39% Tinggi

XV 41,84% 46,43% 11,73% 88,27% Tinggi

XVI 40,82% 46,60% 12,59% 87,42% Tinggi

XVII 40,65% 47,45% 11,90% 88,10% Tinggi

XVIII 40,99% 45,75% 13,27% 86,74% Tinggi

Keterangan:

Kegiatan produktif = Kegiatan Langsung + Kegiatan Tidak Langsung

Beban Kerja Tinggi = Kegiatan Produktif >80%

Beban Kerja Sedang = Kegiatan Produktif 60% - 80%

Beban Kerja Rendah = Kegiatan Produktif < 60%

Beban kerja dikatakan tinggi apabila kegiatan produktif lebih

besar dari 80%. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa

beban kerja perawat pada shift pagi di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam RSU Kota Tangerang Selatan seluruhnya adalah tinggi yaitu

berkisar antara 85,37% - 89,29%. Dari 18 perawat yang diamati beban

kerjanya, terdapat satu perawat yang beban kerjanya paling tinggi

yaitu perawat II sebesar 89,29%.

B. Shift Siang

Jam kerja perawat untuk shift siang dimulai dari pukul 14.00

WIB sampai pukul 21.00 WIB. Sama dengan shift pagi, dalam satu

shift siang terdapat 7 jam kerja atau 420 menit. Jika setiap perawat

diobservasi selama 7 hari kerja, maka dalam penelitian ini waktu kerja

perawat yang diobservasi pada shift siang adalah 420x7 = 2940 menit.

Dalam 7 hari pengamatan dapat diketahui jumlah lama kegiatan yang

Page 96: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

81

dilakukan oleh perawat dan jumlah kegiatannya. Perawat yang lama

kegiatannya paling besar belum tentu memiliki jumlah kegiatan paling

banyak, begitupun sebaliknya.

Tabel 5.3 Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Keperawatan pada

Shift Siang di RSU Kota Tangerang Selatan Selama 7 Hari

Perawat

Kegiatan Langsung Kegiatan Tidak

Langsung Kegiatan Pribadi Total

Lama

Kegiatan

(menit)

Jumlah

kegiatan

Lama

Kegiatan

(menit)

Jumlah

kegiatan

Lama

Kegiatan

(menit)

Jumlah

kegiatan

Lama

Kegiatan

Jumlah

kegiatan

I 1025 113 1460 70 455 30 2940 213

II 985 102 1510 65 445 37 2940 206

III 840 107 1625 68 475 37 2940 212

IV 970 114 1450 72 520 36 2940 222

V 645 103 1810 71 485 37 2940 211

VI 720 102 1755 72 465 36 2940 210

VII 880 115 1585 65 475 32 2940 212

VIII 655 98 1800 63 485 36 2940 197

IX 925 109 1605 69 410 30 2940 208

X 950 116 1540 59 450 39 2940 214

XI 1040 121 1495 67 405 33 2940 221

XII 800 109 1655 63 485 29 2940 201

XIII 965 103 1585 58 390 31 2940 192

XIV 935 107 1585 73 420 23 2940 203

XV 1090 110 1485 54 365 27 2940 191

XVI 1190 114 1390 57 360 31 2940 202

XVII 1075 123 1475 69 390 30 2940 222

XVIII 820 103 1675 63 445 24 2940 190

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan

lama kegiatannya, kegiatan langsung pada shift siang paling lama

Page 97: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

82

dilakukan oleh perawat XVI yaitu selama 1190 menit dan paling

sebentar dilakukan oleh perawat V yaitu selama 645 menit, namun

berdasarkan jumlah kegiatannya, dalam 7 hari kegiatan terbanyak

dilakukan oleh perawat XVII yaitu sebanyak 123 dan tersedikit

dilakukan oleh perawat VIII yaitu sebanyak 98 kegiatan. Sedangkan

kegiatan tidak langsung pada shift siang, berdasarkan lama

kegiatannya kegiatan paling lama dilakukan oleh perawat V yaitu

selama 1810 menit dan paling sebentar dilakukan oleh perawat XVI

yaitu selama 1390 menit, namun berdasarkan jumlah kegiatannya

kegiatan terbanyak dilakukan oleh perawat XIV yaitu sebanyak 73

kegiatan dan paling sedikit dilakukan oleh perawat XV yaitu sebanyak

54 kegiatan. Untuk kegiatan pribadi, berdasarkan lama kegiatannya

kegiatan paling lama dilakukan oleh perawat IV yaitu sebanyak 520

menit dan paling sebentar dilakukan oleh perawat XVI yaitu sebanyak

360 menit, namun berdasarkan jumlah kegiatannya kegiatan pribadi

terbanyak dilakukan oleh perawat X yaitu sebanyak 39 kegiatan dan

paling sedikit dilakukan oleh perawat XIV yaitu sebanyak 23

kegiatan.

Setelah diketahui jumlah jam kerja dari masing-masing

kegiatan maka dapat diketahui persentase dari masing-masing

kegiatan tersebut. Kemudian persentase dari kegiatan langsung dan

tidak langsung akan dijumlahkan untuk mengetahui besarnya kegiatan

produktif. Dari besarnya kegiatan produktif tersebut dapat

menggambarkan apakah beban kerja perawat tinggi, sedang, atau

Page 98: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

83

rendah. Gambaran lebih jelasnya tentang beban kerja perawat pada

shift siang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4 Gambaran Beban Kerja Perawat Berdasarkan

Persentase Kegiatan Produktif pada Shift Siang di Instalasi Rawat

Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan

Perawat Kegiatan

Langsung

Kegiatan

Tidak

Langsung

Kegiatan

Pribadi

Kegiatan

Produktif

Beban

Kerja

I 34,86% 49,66% 15,48% 84,52% Tinggi

II 33,56% 51,36% 15,14% 84,92% Tinggi

III 28,57% 55,27% 16,16% 83,84% Tinggi

IV 32,99% 49,32% 17,69% 82,31% Tinggi

V 21,94% 61,56% 16,50% 83,50% Tinggi

VI 24,49% 59,69% 15,82% 84,18% Tinggi

VII 29,93% 53,91% 16,16% 83,84% Tinggi

VIII 22,28% 61,22% 16,50% 83,50% Tinggi

IX 31,46% 54,59% 13,95% 86,05% Tinggi

X 32,31% 52,38% 15,31% 84,69% Tinggi

XI 35,37% 50,85% 13,78% 86,22% Tinggi

XII 27,21% 56,29% 16,50% 83,50% Tinggi

XIII 32,82% 53,92% 13,26% 86,74% Tinggi

XIV 31,80% 53,91% 14,29% 85,71% Tinggi

XV 37,07% 50,51% 12,42% 87,58% Tinggi

XVI 40,48% 47,28% 12,24% 87,76% Tinggi

XVII 36,56% 50,17% 13,27% 86,73% Tinggi

XVIII 27,89% 56,97% 15,14% 84,86% Tinggi

Keterangan:

Kegiatan produktif = Kegiatan Langsung + Kegiatan Tidak Langsung

Beban Kerja Tinggi = Kegiatan Produktif >80%

Beban Kerja Sedang = Kegiatan Produktif 60% - 80%

Beban Kerja Rendah = Kegiatan Produktif < 60%

Page 99: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

84

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa beban kerja

perawat pada shift siang di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU

Kota Tangerang Selatan seluruhnya adalah tinggi, karena kegiatan

produktif semua perawat lebih dari 80%, yaitu berkisar antara 82,31%

sampai 87,76% . Dan dari 18 perawat yang diamati beban kerjanya,

terdapat satu perawat yang beban kerjanya paling tinggi yaitu

perawat XVI sebesar 87,76%.

C. Shift Malam

Jam kerja perawat untuk shift malam dimulai dari pukul 21.00

WIB sampai pukul 07.00 WIB. Berbeda dengan shift pagi dan shift

siang, dalam satu shift malam terdapat 10 jam kerja atau 600 menit.

Jika setiap perawat diobservasi selama 7 hari kerja, maka dalam

penelitian ini waktu kerja perawat yang diobservasi pada shift malam

adalah 600x7 = 4200 menit. Dalam 7 hari pengamatan dapat diketahui

jumlah lama kegiatan yang dilakukan oleh perawat dan jumlah

kegiatannya. Perawat yang lama kegiatannya paling besar belum tentu

memiliki jumlah kegiatan paling banyak, begitupun sebaliknya.

Tabel 5.5 Gambaran Jumlah Waktu Kegiatan Keperawatan pada

Shift Malam di RSU Kota Tangerang Selatan Selama 7 Hari

Perawat

Kegiatan Langsung Kegiatan Tidak

Langsung Kegiatan Pribadi Total

Lama

Kegiatan

(menit)

Jumlah

kegiatan

Lama

Kegiatan

(menit)

Jumlah

kegiatan

Lama

Kegiatan

(menit)

Jumlah

kegiatan

Lama

Kegiatan

Jumlah

Kegiatan

I 1585 112 1400 65 1215 49 4200 226

II 1595 107 1420 71 1185 46 4200 224

III 1454 120 1445 72 1210 51 4200 243

Page 100: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

85

IV 1615 121 1385 58 1200 53 4200 232

V 1560 106 1415 68 1225 46 4200 220

VI 1435 105 1550 70 1215 39 4200 214

VII 1505 104 1455 72 1240 42 4200 218

VIII 1425 103 1545 71 1230 41 4200 215

IX 1610 99 1360 59 1230 47 4200 205

X 1570 124 1415 63 1215 52 4200 239

XI 1395 121 1560 69 1245 49 4200 239

XII 1395 119 1545 70 1260 50 4200 239

XIII 1610 117 1370 72 1220 43 4200 232

XIV 1475 121 1460 67 1265 47 4200 235

XV 1620 120 1375 71 1205 50 4200 241

XVI 1595 112 1370 69 1235 42 4200 223

XVII 1570 121 1385 73 1245 43 4200 237

XVIII 1605 109 1375 75 1220 44 4200 228

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan

lama kegiatannya, kegiatan langsung pada shift malam paling lama

dilakukan oleh perawat XV yaitu selama 1620 menit dan paling

sebentar dilakukan oleh perawat X dan XI yaitu selama 1395 menit,

namun berdasarkan jumlah kegiatannya, dalam 7 hari kegiatan

terbanyak dilakukan oleh perawat X yaitu sebanyak 124 dan tersedikit

dilakukan oleh perawat IX yaitu sebanyak 99 kegiatan. Sedangkan

kegiatan tidak langsung pada shift malam, berdasarkan lama

kegiatannya kegiatan paling lama dilakukan oleh perawat XI yaitu

selama 1560 menit dan paling sebentar dilakukan oleh perawat IX

yaitu selama 1360 menit, namun berdasarkan jumlah kegiatannya

Page 101: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

86

kegiatan terbanyak dilakukan oleh perawat XVII yaitu sebanyak 73

kegiatan dan paling sedikit dilakukan oleh perawat IV yaitu sebanyak

58 kegiatan. Untuk kegiatan pribadi, berdasarkan lama kegiatannya

kegiatan paling lama dilakukan oleh perawat XIV yaitu sebanyak

1265 menit dan paling sebentar dilakukan oleh perawat II yaitu

sebanyak 1185 menit, namun berdasarkan jumlah kegiatannya

kegiatan pribadi terbanyak dilakukan oleh perawat IV yaitu sebanyak

53 kegiatan dan paling sedikit dilakukan oleh perawat VIII yaitu

sebanyak 41 kegiatan.

Setelah diketahui jumlah jam kerja dari masing-masing

kegiatan kemudian gambaran beban kerjaperawat pada shift malam

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.6 Gambaran Beban Kerja Perawat Berdasarkan Persentase

Kegiatan Produktif pada Shift Malam di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam RSU Kota Tangerang Selatan

Perawat Kegiatan

Langsung

Kegiatan

Tidak

Langsung

Kegiatan

Pribadi

Kegiatan

Produktif

Beban

Kerja

I 37,74% 33,33% 28,93% 71,07% Sedang

II 37,98% 33,81% 28,21% 71,79% Sedang

III 36,79% 34,40% 28,81% 71,19% Sedang

IV 38,45% 32,98% 28,57% 71,43% Sedang

V 37,14% 33,69% 29,17% 70,83% Sedang

VI 34,17% 36,90% 28,93% 71,07% Sedang

VII 35,83% 34,64% 29,52% 70,47% Sedang

VIII 33,93% 36,79% 29,29% 70,72% Sedang

IX 38,33% 32,38% 29,29% 70,71% Sedang

Page 102: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

87

X 37,38% 33,69% 28,93% 71,07% Sedang

XI 33,21% 37,14% 29,64% 70,35% Sedang

XII 33,21% 36,79% 30,00% 70,00% Sedang

XIII 38,33% 32,62% 29,05% 70,95% Sedang

XIV 35,12% 34,76% 30,12% 69,88% Sedang

XV 38,57% 32,74% 28,69% 71,31% Sedang

XVI 37,98% 32,62% 29,40% 70,60% Sedang

XVII 37,38% 32,98% 29,64% 70,36% Sedang

XVIII 38,21% 32,74% 29,05% 70,95% Sedang

Keterangan:

Kegiatan produktif = Kegiatan Langsung + Kegiatan Tidak Langsung

Beban Kerja Tinggi = Kegiatan Produktif >80%

Beban Kerja Sedang = Kegiatan Produktif 60% - 80%

Beban Kerja Rendah = Kegiatan Produktif < 60%

Berbeda dengan shift pagi dan shift siang, berdasarkan tabel di

atas dapat diketahui bahwa pada shift malam beban kerja perawat di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan

seluruhnya adalah sedang, yaitu kegiatan produktif di antara 60% -

80%. Kegiatan produktif paling tinggi dilakukan oleh perawat II yaitu

71,79% dan paling rendah dilakukan oleh perawat XIV yaitu 69,88%.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat hal tersebut

dikarenakan perawat bekerjasama dengan keluarga pasien agar

membantu mengawasi kondisi pasien, apabila pasien membutuhkan

tindakan keperawatan seperti mengganti cairan infus, mengontrol

keadaan luka, maka keluarga pasien diharuskan untuk melapor

sehingga perawat tidak perlu melakukan pemantauan berkala.

Page 103: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

88

Sehingga pada shift malam perawat lebih banyak berada di nurse

station untuk melakukan kegiatan pribadi seperti tidur, bermain hp,

mengobrol, dan menonton TV. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

berikut:

“kalau shift malam biasanya kami menyuruh keluarganya

untuk mengawasi pasiennya, jadi kami tidak perlu untuk

memantau terus. Kalau mereka butuh baru deh bilang ke

perawatnya. Kalau malam ya biasanya kebanyakan

perawatnya pada tidur.” (P1)

“beban kerja kalau malam rendah ya karena kebanyakan

yang dilakukan kegiatan pribadi, kalau malam juga kan tidak

ada visite dokter, perawatnya cuma nunggu keluhan atau

laporan dari keluarga pasien”(P2)

5.1.2 Gambaran Beban Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap

Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan pada Seluruh Shift

Setelah mengetahui jumlah waktu dan presentase kegiatan dari

masing-masing kegiatan pada setiap shiftnya, maka selanjutnya adalah

melihat secara keseluruhan bagaiamana beban kerja setiap perawat.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat rata-rata kegiatan

produktif dari shift pagi sampai malam, apabila rata-rata kegiatan

produktif perawat lebih dari 80% itu berarti beban kerja perawat

tinggi, apabila rata-rata kegiatan produktif berkisar antara 60% - 80%

Page 104: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

89

itu berarti beban kerja sedang, dan apabila rata-rata kegiatan produktif

kurang dari 60% itu berarti beban kerja perawat rendah.

Tabel 5.7 Gambaran Beban Kerja Perawat Berdasarkan

Persentase Rata-rata Kegiatan Produktif dari Setiap Shift di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang

Selatan

Perawat Pagi Siang Malam Rata-

rata

Beban

Kerja

I 85,37% 84,52% 71,07% 80,32% Tinggi

II 89,29% 84,92% 71,79% 82,00% Tinggi

III 87,58% 83,84% 71,19% 80,87% Tinggi

IV 87,93% 82,31% 71,43% 80,56% Tinggi

V 87,59% 83,50% 70,83% 80,64% Tinggi

VI 86,40% 84,18% 71,07% 80,55% Tinggi

VII 87,07% 83,84% 70,47% 80,46% Tinggi

VIII 86,23% 83,50% 70,72% 80,15% Tinggi

IX 87,59% 86,05% 70,71% 81,45% Tinggi

X 86,22% 84,69% 71,07% 80,66% Tinggi

XI 87,76% 86,22% 70,35% 81,44% Tinggi

XII 88,78% 83,50% 70,00% 80,76% Tinggi

XIII 87,76% 86,74% 70,95% 81,82% Tinggi

XIV 86,39% 85,71% 69,88% 80,66% Tinggi

XV 88,27% 87,58% 71,31% 82,39% Tinggi

XVI 87,42% 87,76% 70,60% 81,93% Tinggi

XVII 88,10% 86,73% 70,36% 81,73% Tinggi

XVIII 86,74% 84,86% 70,95% 80,85% Tinggi

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penggunaan

waktu kerja produktif seluruh perawat dari shift pagi sampai shift

malam bila dirata-ratakan ditemukan hasilnya lebih dari 80%.

Page 105: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

90

Sehingga dapat disimpulkan bahwa beban kerja seluruh perawat di

Instalasi Rawat Inap Penyakit DalamRSU Kota Tangerang Selatan

adalah tinggi. Dan perawat yang memiliki beban kerja tertinggi adalah

perawat XV yaitu 82,39%.

5.1.3 Rasio Perawat dengan Jumlah Tempat Tidur dan BOR di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

Jumlah tenaga perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam RSU Kota Tangerang Selatan adalah sebanyak 18 orang,

sedangkan jumlah tempat tidurnya sebanyak 42 buah. Didapatkan

perbandingan jumlah perawat dengan tempat tidur yaitu 18:42.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 340 tahun 2010 yaitu

rasio jumlah perawat dan tempat tidur untuk rumah sakit tipe C adalah

sebesar 2:3. Jika dilihat dari jumlah yang ada di Instalasi Rawat Inap

Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan, seharusnya rasio

antara perawat dan tempat tidur adalah 28:42. Artinya jika

dibandingkan dengan Permenkes No. 340 tahun 2010 maka adanya

kekurangan tenaga perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

RSU Kota Tangerang Selatan.

Jumlah hari perawatan di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

selama bulan September adalah 1056 hari dengan jumlah tempat tidur

sebanyak 42 buah, dari data tersebut dapat dihitung BOR atau

prosentase pemakaian tempat tidur di instalasi rawat inap penyakit

dalam dengan menggunakan rumus:

Page 106: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

91

BOR =

BOR =

= 85,39%

Maka, dapat diketahui bahwa BOR atau prosentase pemakaian

tempat tidur selama bulan September di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam RSU Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 85,39%.

Sedangkan menurut Depkes (2005) nilai parameter BOR yang Ideal

adalah 60 – 85%. Sehingga dapat dikatakan bahwa BOR di Instalasi

Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan tergolong

tinggi atau melebihi nilai parameter ideal.

5.2 Gambaran Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

RSU Kota Tangerang Selatan

Pengukuran kinerja pada penelitian ini dilakukan dengan cara

observasi seluruh perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam,

dimana setiap perawat diobservasi selama 5 kali dalam pemberian praktek

keperawatan kepada pasiennya. Selain observasi, cara yang dilakukan untuk

mengetahui kinerja perawat adalah dengan telaah dokumen berupa buku

status pasien, serta wawancara mendalam dengan perawat pelaksana, kepala

ruangan, supervisior perawat, dan Kasie. Asuhan Keperawatan.

Dari 5 kali pengamatan yang dilakukan kepada masing-masing

perawat, terdapat perawat yang melakukan praktek keperawatan hanya 1-4

kali saja, artinya perawat tersebut tidak memberikan praktek keperawatan

Page 107: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

92

secara menyeluruh kepada pasiennya. Adapun hasil observasi kinerja perawat

di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam adalah sebagai berikut:

Tabel 5.8 Kinerja Perawat dalam Penerapan Standar Praktek

Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota

Tangerang Selatan

Perawat Stndar Praktek Keperawatam Rata-

rata Pengkajian Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

I 5 100 4 80 3 60 4 80 2 40 72%

II 5 100 3 60 4 80 5 100 2 40 76%

III 4 80 2 40 4 80 4 80 1 20 60%

IV 3 60 4 80 4 80 5 100 3 60 76%

V 4 80 2 40 3 60 4 80 2 40 60%

VI 5 100 3 60 2 40 4 80 2 40 64%

VII 3 60 3 60 4 80 4 80 3 60 68%

VIII 5 100 4 80 2 40 3 60 2 40 64%

IX 5 100 2 40 3 60 5 100 3 60 72%

X 4 80 5 100 4 80 3 60 2 40 72%

XI 4 80 4 80 5 100 4 80 2 40 76%

XII 3 60 3 60 3 60 3 60 2 40 56%

XIII 4 80 3 60 5 100 4 80 1 20 68%

XIV 5 100 4 80 4 80 4 80 1 20 72%

XV 5 100 3 60 4 80 3 60 2 40 68%

XVI 3 60 5 100 3 60 3 60 2 40 64%

XVII 5 100 4 80 4 80 4 80 1 20 72%

XVIII 4 80 3 60 5 100 5 100 2 40 76%

Berdasarkan Tabel 5.8dapat diketahui bahwa seluruh perawat di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan dalam

menerapkan praktik keperawatan belum sepenuhnya memenuhi standar yang

ditetapkan oleh PPNI. Dalam observasi yang dilakukan selama 5 kali pada

setiap perawat, hanya 8 perawat yang melakukan pengkajian kepada semua

pasiennya, 11 perawat lainnya hanya melakukan pengkajian kepada 3-4

pasiennya saja. Untuk diagnosa keperawatan, hanya 2 perawat yang

melakukan diagnosa kepada semua pasiennya, 16 perawat lainnya hanya

Page 108: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

93

melakukan diagnosa kepada 2-4 pasiennya saja. Begitu juga dengan

perencanaan keperawatan dan implementasi keperawatan, sebagian besar

perawat hanya melakukannya kepada 2-4 pasiennya saja. Sedangkan untuk

evaluasi keperawatan, semua perawat tidak melakukannya kepada semua

pasiennya, melainkan hanya kepada 1-3 pasiennya.

Rata-rata praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam belum ada yang 100% memenuhi

standar praktik keperawatan, paling tinggi hanya 76% dan paling rendah

56%. Artinya semua perawat tidak menerapkan paraktik keperawatan secara

menyeluruh kepada semua pasiennya.

5.2.1 Pengkajian Keperawatan

Dari hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besarperawat

melakukan pengumpulan data dengan cara anamnesa, observasi dan

pemeriksaan visik terhadap tanda vital (suhu, nadi, pernapasan, tekanan

darah) kepada semua pasiennya. Namun perawat hanya mengkaji kepada

2-4 pasien tentang alasan pasien datang ke RS, dan bagaimana pengaruh

penyakit terhadap kebiasaan pasien, serta tidak mengkaji bagaimana

riwayat penyakit yang dimiliki. Dari observasi terhadap pencatatan,

perawat mencatat secara lengkap data pengkajian di dalam lembar catatan

pengkajian hanya pada 1-3 pasiennya. Berdasarkan hasil wawancara hal

tersebut dikarenakan terlalu banyak pekerjaan perawat yang harus

dilakukan sehingga perawat tidak sempat mengisi atau bahkan lupa. Hal

tersebut sesuai dengan ungkapan berikut:

Page 109: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

94

“...pekerjaan kami terlalu banyak, harus mengerjakan ini dan itu

jadi tidak sempat untuk menulis hasil pengkajian dengan lengkap.

Mau menulis sudah harus mengerjakan yang lain yang lebih

penting”. (P1)

“....kadang saya lupa, karna terlalu banyaknya pekerjaan, dan

saya menganggap kondisi pasien lebih penting jadi menurut saya

yang penting adalah pelayanan langsung kepada pasien”. (P2)

“...banyak pekerjaan yang harus dilakukan lebih dulu jadinya

saya lupa kalo belum mencatat hasil dari pengkajian...” (P3)

Dari hasil pengkajian biologis pasien menunjukkan bahwa semua

perawat hanya melakukan pengkajian biologis kepada 2-4 pasiennya,

sedangkan untuk pengkajian psikologis, sosial dan spiritual semua

perawat hanya melakukan kepada 2-3 pasiennya. Dari hasil observasi

terhadap pencatatan data, terdapat 6 dari 18 perawat yang tidak mencatat

data pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual tersebut ke formulir yang ada di

buku status pasien. Selain itu, semua perawat tidak melakukan

pengkajian secara rutin terhadap kondisi pasien selama pasien di rawat di

rumah sakit, artinya pengkajian hanya dilakukan oleh perawat saat pasien

datang.

Pada perumusan masalah, hanya 11 dari 18 perawat yang

melakukan perumusan masalah kepada semua pasiennya dan dicatat di

buku status pasien. 7 perawat lainnya hanya melakukan perumusan

masalah kepada 1-3 pasiennya, mereka menganggap bahwa pengkajian

Page 110: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

95

keperawatan dirasa kurang penting jika dibandingkan pelayanan yang

harus diberikan kepada pasien, sebagian lagi menganggap bahwa

pengkajian itu penting namun terkadang terdapat situasi yang lebih

penting yang harus ditangani. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

berikut:

“.... pekerjaannya banyak, dan saya anggap pasien lebih penting

dan harus secepatnya kami tolong, jadi tidak sempat melakukan

pencatatan saat pengkajian”(P1)

“....tidak lengkap pengelompokan datany, bagi saya data tersebut

tidak begitu penting jika dibandingkan dengan keselamatan jiwa

pasien, masalah yang ada juga tidak dirumuskan karna

terkadang memang ternyata pasiennya butuh lebih cepat

tindakan” (P2)

“....penting ya kalo menurut saya, tapi bagaimana lagi kalo

pekerjaan kita banyak kadang tidak sempat. Paling ya nanti

diisinya kalo lagi ingat dan lagi senggang” (P3).

Demikian pula hasil wawancara mendalam dengan kepala

ruangan, supervisior perawat dan kasie. Asuhan Keperawatan didapatkan

bahwa kinerja perawat dalam pengkajian keperawatan belum dilakukan

sesuai dengan pedoman standar asuhan keperawatan, karena beban kerja

lainnya cukup banyak dan pelayanan kepada pasien harus tetap

diutamakan.

Page 111: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

96

“...tugas mereka terlalu banyak, beban kerja disini sangat

tinggi, sering sekali perawat merasa kualahan sehingga tidak

sempat untuk menulis hasil pengkajian dengan lengkap,

apalagi jika pasien lagi banyak yang gawat.” (KR)

“...kinerja mereka secara keseluruhan bisa dibilang bagus

namun memang ada beberapa yang tidak melakukan

pengkajian dengan baik, atau kadang tidak dicatat.

Pekerjaanya terlalu banyak jadi kebanyakan kalo ditanya

jawabnya lupa atau tidak sempat”(SP)

“...masih berkembang ya, sudah baik namun belum bisa

dibilang sangat baik. Terkadang saat kami melakukan sidak

masih menemukan formulir-formulir yang tidak diisi” (KAP)

Dari hasil wawancara didapatkan bahwa semua informan

menyebutkan bahwaperawat tidak melakukan pengkajian dikarenakan

pekerjaan yang harus dilakukan oleh perawat terlalu banyak dan beban

kerjanya juga berat sehingga. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi

yang dilakukan oleh peneliti yang menunjukkan bahwa beban kerja

perawat tergolong berat yaitu sebesar 80,15% - 82,39%.

5.2.2 Diagnosa Keperawatan

Dari hasil observasi, ditemukan bahwa semua perawat yaitu 18

perawat melakukan diagnosa keperawatan kepada semua pasiennya yang

didasarkan pada keluhan pasien, sedangkan untuk diagnosa berdasarkan

observasi fisik pasien hanya dilakukan pada 2-3 pasien saja.Namun hanya

Page 112: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

97

10 perawat yang melakukan diagnosa secara lengkap berdasarkan pada

masalah, penyebab, dan gejala penyakit kepada semua pasiennya,8

perawat lainnya hanya melakukannya kepada 2-4 pasiennya saja.

Kemudian dalam merumuskan diagnosa keperawatan, tidak semua

perawat yang merumuskan diagnosa aktual/potensial, hanya 8 perawat

yang merumuskan diagnosa aktual/potensial kepada semua pasiennya, 10

lainnya hanya melakukan kepada 2-3 pasiennya, karena terdapat perawat

yang hanya merumuskan diagnosa yang bersifat aktual. Dalam

merumuskan diagnosa semua perawat melibatkan pasien dan petugas

kesehatan lainnya hanya pada 1-3 pasiennya saja. Sedangkan untuk

pengkajian ulang, semua perawat hanya melakukan pengkajian ulang dan

merevisi diagnosa hanya pada 1-2 pasiennya saja.

Dari observasi di atas menunjukkan bahwa terdapat beberapa

perawat yang belum melakukan diagnosa yang sesuai kepada semua

pasiennya. Dari hasil wawancara mendalam didapatkan bahwa faktor

yang menyebabkan mereka tidak melakukan diagnosa keperawatan sesuai

dengan pedoman asuhan keperawatan adalah karena beban kerja yang

banyak serta beban mental yang ditanggung, hal tersebut dikarenakan

pasien yang susah diajak berkontribusi, disamping itu beberapa perawat

melakukan dan merumuskan diagnosa hanya berdasarkan pengalaman

atau rutinitas. Hal tersebut dikarenakan menurut mereka pihak rumah

sakit belum mengeluarkan pedoman atau SOP yang baku. Hal tersebut

sesuai dengan ungkapan berikut:

Page 113: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

98

“...karena kesibukan kali ya, banyak sih pekerjaannya, belum lagi

kalo pasiennya yang susah diajak berkontribusi.” (P1)

“...saya kerjakan hanya berdasarkan pengalaman saya sendiri,

berdasarkan pengalaman di pendidikan dan di tempat kerja saya

sebelumnya. Karena disini belum ada SOP atau pedoman yang

baku” (P2)

“....diagnosa ya pasti dilakukan, tapi ya saya melakukannya

berdasarkan pengalaman saya sendiri karena kesibukan yang

kami hadapi atau waktu repot. Lagian pedoman bakunya belum

ada, saya ngikut di tempat saya kerja dulu dan berdasarkan saat

kuliah.” (P3)

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan

dan supervisior perawat didapatkan bahwa selama ini perawat

merumuskan dan melakukan diagnosa dengan cara yang berbeda-beda,

sehingga tidak sesuai dengan pedoman yang ada. Hal itu dikarenakan

latar pendidikan dan pengalaman yang berbeda. Berikut pernyataannya:

“....ya dilakukan, tapi mereka tuh beda-beda sih ya

merumuskannya. Tergantung dulu mereka kuliahnya dimana.

Kadang di stikes ini diajarkannya seperti ini, di universitas itu

diajarkannya seperti itu. Masih kebawa sampai sekarang jadi

susah untuk disesuaikan dengan standar kita. Padahal juga udah

dibilangin.” (KR)

Page 114: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

99

“... pasti dilakukan, kami udah bilang harus sesuai dengan

standarnya ya. Tapi kadang masih ada aja yang berdasarkan

pengalaman di tempat kerja yang dulu, ya mungkin bawaan.

Sebenernya juga latar pendidikan mempengaruhi dulu dia kuliah

dimana. (SP)

5.2.3 Perencanaan Keperawatan

Dari hasil observasi menunjukkan bahwasemua perawat

menentukan rencana tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang dibuat. Begitu juga dalam menentukan rencana

tindakan semua perawat yang menyusunnya berdasarkan urutan prioritas.

Sedangkan dalam membuat rumusan tujuan keperawatan (yang

mengandung komponen pasien, perubahan perilaku, kondisi pasien) rata-

rata hanya dilakukan pada 1-2 pasien. Demikian pula dalam membuat

rencana tindakan, 6 perawat menentukan rencana tindakan keperawatan

untuk semua pasiennya menggambarkan kerjasama dengan tim kesehatan,

12 perawat lainnya hanya melakukannya kepada 2-3 pasiennya saja.

Hasil wawancara dengan perawat, kepala ruangan, dan supervisior

perawat didapatkan bahwa kinerja perawat dalam perencanaan

keperawatan belum dilakukan sesuai dengan pedoman dan beberapa

belum menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Hal ini

dikarenakan untuk membuat perencanaan tersebut diperlukan waktu,

sedangakan di sisi lain perawat dituntut untuk memberikan pelayanan

secepatnya, dan tindakan yang dilakukan hanya berdasarkan rutinitas

Page 115: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

100

sehari-hari, seperti yang diungkapkan oleh perawat, kepala ruangan, dan

supervisior sebagai berikut:

“...karena perlu banyak waktu untuk membuatnya, sedangkan

perawat kan dituntut untu memberikan pelayanan secepatnya

kepada pasien.” (P1)

“.....kadang dilakukan dengan sesuai kadang karna sibuk jadi

perencanaanya tidak sesuai dengan pedoman contohnya tidak

melakukan rumusan tujuan.” (P2)

“Karena keadaan dan kondisinya tidak memungkinkan mereka

dalam menyusun rumusan tujuan dan rencana tindakan, tidak

disusun menurut urutan prioritas dan kurang menggambarkan

kerjasama dengan tim kesehatan lainnya. Ya mungkin karena

kesibukannya.” (KR)

“...kadang mereka merumuskan dan menentukan rencana

tindakan itu sesuai dengan yang mereka kerjakan setiap harinya,

jadi tidak sama dengan pedoman, dan mungkin kadang lupa.”

(SP)

5.2.4 Tindakan Keperawatan

Berdasarkan hasil observasi, dalam melakukan tindakan

keperawatan semua perawat yaitu 18 perawat mengacu pada rencana

asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Namun setelah

melakukan tindakan keperawatan, hanya 7 perawat yang mengamati

semua pasiennya tentang bagaimana respon pasien terhadap tindakan

Page 116: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

101

yang diberikan, 11 lainnya hanya mengamati respon pasien kepada 2-4

pasiennya saja.Selebihnya, perawat hanya menunggu instruksi dari kepala

ruangan atau dokter yang bertugas. Dalam pelaksaan tindakan

keperawatan perawat bekerja sama dengan pasien dan memberikan

pendidikan kesehatan hanya kepada 2-4 pasiennya saja. Hal tersebut

dikarenakan banyaknya pasien yang harus ditangani oleh perawat serta

keterbatasan peralatan medis, seperti yang diungkapkan sebagai berikut:

“...terkadang setelah melakukan tindakan yaudah ganti ke pasien

lain, di sini kan pasiennya banyak jadi banyak yang harus

ditangani, melihat responnya bisa nanti setelah semua tindakan

selesai.”(P1)

“...banyak pasien sih ya jadi ga selalu setiap habis tindakan

langsung dilihat bagaimana responnya, terkadang karena alat

terbatas jadi kita pinjam ke ruangan lain, dan harus segera

dikembalikan. Contohnya seperti syring pump kita biasanya

gantian sama UGD” (P2).

“pasien kan banyak, ya harus bisa gantian tindakannya. Tapi

pasti ada aja yang membuat jadi ada yang terlewat” (P3)

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan

dan supervisior, didapatkan hasil bahwa tindakan keperawatan yang

dilakukan oleh perawat belum sesuai dengan prosedur kerja, hal tersebut

dikarenakan perawat hanya melakukan tindakan berdasarkan kegiatan

rutinan yang mereka lakukan. Selain itu banyaknya pasien serta

Page 117: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

102

kurangnya peralatan medis dan non medis juga mempengaruhi ketidak

sesuaian tindakan yang dilakukan dengan prosedur kerja yang ada.

Seperti pernyataan berikut ini:

“....dalam melaksanakan pekerjaan mereka biasanya mengacu

pada hal-hal yang bersifat rutinitas dan karena alat-alat kurang,

sedangkan pasien banyak, jadinya mereka bekerja tidak sesuai

dengan prosedur kerja yang ada, yang penting pasien dapat

ditangani.” (KR)

“....karena keadaannya kurang memadai, tenaganya kurang

sedangkan pasien banyak, jadinya kinerjanya tidak sesuai dengan

prosedur kerja. Selain itu kurang juga peralatannya baik yang

medis ataupun non medis, misal syring pump, tabung oksigen, dll.

Peralatan kadang meminjam ke instalasi lain, nah jadi harus

dikembalikan sesegera mungkin dan itu mempengaruhi kerja

perawat. (SP)

5.2.5 Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa semua perawat

melaksanakan evaluasi dengan menggunakan indikator yang ada pada

rumusan tujuan, hanya kepada 3-4 pasiennya saja. Pada umumnya semua

perawat tidak segera membuat hasil evaluasi setelah melakukan tindakan

keperawatan, artinya evaluasi tidak dilakukan secara tepat waktu dan

terus menerus. Demikian pula dalam melakukan evaluasi, tidak semua

perawat melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya. Hanya 5

Page 118: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

103

perawat yang melibatkan semua pasiennya serta tenaga kesehatan lainnya

dalam melakukan evaluasi keperawatan, 12 perawat lainnya melibatkan

pasiennya dalam melakukan evalausi dilakukan hanya kepada 2-3

pasiennya saja. Selain itu, dalam pendokumentasian hasil evaluasi,

semua perawat hanya melakukannya kepada 1-3 pasien saja, artinya

terdapat beberapa pasien yang hasil evaluasi tidak dicatat pada buku

status pasien.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat, kepala ruangan dan

supervisior perawat, didapatkan bahwa kinerja perawat dalam melakukan

evaluasi keperawatan belum dilakukan sesuai dengan standar asuhan

keperawatan, karena tergantung pada situasi pasiennya dan situasi

pekerjaan di ruangan. Dalam pelaksanaan evaluasi Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan-pernyataan berikut:

“...evaluasi keperawatan kadang langsung dilakukan kadang

ditunda dulu, ya tergantung sikonnya, tergantung keadaan pasien,

begitu juga dengan indikator yang ada pada rumusan tujuan.

Kalo untuk melibatkan pasien atau keluarga pasien juga lihat-

lihat dulu gimana kondisi pasien dan apakah ada keluarganya.

Sedangkan melibatkan tim kesehatan itu ya kalo lagi ada aja”

(P1)

“...mengenai evaluasi keperawatan selalu saya lakukan sebaik

mungkin dan selalu berusaha untuk melibatkan pasien, keluarga

dan tim kesehatan yang ada di ruangan ya, kalo gak ada yauda.

Page 119: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

104

Tapi juga karena kesibukan jadi evaluasinya dilakukan kalo udah

beres pekerjaan yang lain.” (P2)

“...yang paling penting kan tindakan, jadi setelah tindakan

dilakukan merasa tugas sudah selesai, padahal masih ada evalusi,

jadi itu sering lupa” (P3)

“....yaa kalo dibilang sesuai apa belum ya menurut saya belum

sesuai, mereka banyak pekerjaannya jadi terkadang untuk

evaluasi suka mereka kesampingkan, yang penting pasien

tertangani” (KR)

“...dilakukan kok, mereka tapi kadang tidak dilakukan

berdasarkan rumusan tujuan, tapi karna banyaknya pekerjaan

jadi evaluasi dicatatanya setelah selesai pekerjaan, kadang tidak

dicatat juga karena lupa” (SP)

Page 120: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

105

BAB VI

PEMBAHASAN

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU

Kota Tangerang Selatan. penelitian yang dilakukan adalah dengan mengamati

semua kegiatan keperawatan yaitu kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung

dan kegiatan pribadi. Total perawat yang diamati sebanyak 18 orang dan

dengan jumlah kapasitas tempat tidur 42 buah. Pengamatan ini dilakukan

selama 7 hari pada setiap perawat. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini

adalah:

1. Kegiatan yang dilakukan perawat saat berada di ruang kamar

perawatan tidak sepenuhnya diketahui oleh pengamat karena ada

beberapa kegiatan keperawatan yang bersifat privasi sehingga

pengamat hanya menanyakan kegiatan tersebut kepada perawat.

2. Peneliti tidak dapat menjamin pengamat tidak melakukan kerja sama

dengan perawat saat melakukan pengamatan, karena peneliti tidak

selalu berada di tempat bersama pengamat.

6.2 Beban Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU

Kota Tangerang Selatan

Menurut Marquis dan Houston dalam Kurniadi (2013) beban kerja

adalah seluruh kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat

selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan. Dengan melakukan

Page 121: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

106

perhitungan total waktu keperawatan akan menghasilkan beban kerja tenaga

perawat. Menurut International Labour Organization (ILO) dalam Purwanto

(2011) tenaga kerja dianggap produktif bila mampu menyelesaikan 80% dari

beban tugasnya. Ilyas (2004) juga mengatakan bahwa beban kerja dikatakan

tinggi bila proporsi kegiatan produktif mencapai 80% atau lebih dari

keseluruhan waktu kerja. Berdasarkan teori tersebut maka dapat dikatakan

bahwa beban kerja seluruh perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

RSU Kota Tangerang Selatan adalah tinggi karena rata-rata proporsi kegiatan

produktifnya berkisar antara 80,15% - 82,39%.

Beban kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

yang tergolong berat adalah shift pagi dan siang. Hal tersebut dikarenakan

aktivitas pasien pada shift pagi dan siang lebih aktif dibandingkan dengan

shift malam. Seperti yang diungkapkan oleh Gurses (2005) dalam Hendianti

(2010) bahwa perawat pada shift pagi mendapatkan beban kerja yang lebih

tinggi dibandingkan dengan shift malam karena pada malam hari para

perawat tidak terlalu aktif berhubungan dengan pasien disebabkan aktivitas

pasien yang tidak terlalu banyak.

Berdasarkan presentase penggunaan waktu terbanyak kegiatan

keperawatan pada shift pagi dan siang adalah kegiatan tidak langsung yaitu

berkisar antara 44,90% - 54,93% pada shift pagi dan 49,66 – 61,56% pada

shift siang. Tingginya pelaksanaan kegiatan keperawatan tidak langsung

dikarenakan kegiatan ini merupakan kegiatan pelaporan rutinan perawat yang

harus dilaporkan kepada kepala ruangan terkait status dan kondisi pasien,

selain itu perawat juga harus mengecek status pasien, membuat laporan

Page 122: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

107

pasien, mengisi formulir pasien, membantu visite dokter, serta menyiapkan

obat dan alat untuk tindakan.

Berbeda dengan shift pagi dan siang, pada shift malam mayoritas

persentase penggunaan waktu terbanyak kegiatan keperawatan adalah

kegiatan langsung yaitu berkisar antara 33,21% - 38,57%, namun angka ini

tidak jauh beda bila dibanding dengan kegiatan tidak langsung yang berkisar

antara 32,38% - 37,14%. Pada shift malam perawat menghimbau kepada

keluarga pasien agar membantu mengawasi kondisi pasien, apabila pasien

membutuhkan tindakan keperawatan seperti mengganti cairan infus,

mengontrol keadaan luka, maka keluarga pasien diharuskan untuk melapor

sehingga perawat tidak perlu melakukan pemantauan berkala. Oleh karena itu

pada shift malam perawat lebih banyak berada di nurse station untuk

melakukan kegiatan pribadi seperti tidur, bermain hp, mengobrol, dan

menonton TV, sehingga kegiatan pribadi perawat cukup tinggi yaitu berkisar

antara 28,21% - 30,12%.

Selain perhitungan jumlah waktu kerja perawat, beban kerja perawat

juga dapat dilihat berdasarkan rasio tenaga keperawatan dan tempat tidur di

rumah sakit. Jika dibandingkan dengan Permenkes No. 340 tahun 2010

terdapat kekurangan tenaga perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

RSU Kota Tangerang Selatan. Kurangnya tenaga perawat dapat

menyebabkan beban kerja perawat menjadi tinggi. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Kuntoro (2010) bahwa kurangnya tenaga perawat dapat

menyebabkan beban kerja yang berlebih. Dengan beban kerja yang berlebih

akan mempengaruhi kualitas perawat dalam memberikan pelayanan

Page 123: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

108

kesehatan. dengan terjadinya penurunan kualitas perawat, maka kinerja yang

akan dicapai tidak akan maksimal.

Selain itu BOR di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota

Tangerang Selatan juga tergolong tinggi yaitu sebesar 85,39%, menurut Ilyas

(2002) dengan memperhatikan tingginya BOR akan berakibat makin

tingginya beban kerja perawat, hal ini berdampak pada menurunnya

kinerja/produktifitas karena kejenuhan yang disebabkan berlebihnya kegiatan

yang dilakukan perawat.

6.3 Gambaran Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasalkan hasil penelitian diketahui bahwa kinerja perawat di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan belum

memenuhi standar praktik keperawatan. Sedangkan menurut Nursalam (2008)

dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan dan kinerja perawat kepada

klien/pasien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan

pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. standar

praktek keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional

Indonesia) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi,

dan evaluasi keperawatan. Sehingga kinerja perawat dikatakan baik apabila

praktek keperawatannya dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang

diterapkan di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang

Selatan adalah model Modifikasi MAKP Tim-Primer. Yaitu perawat bekerja

Page 124: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

109

sebagai satu tim dan disupervisi oleh ketua tim, namun setiap perawat

bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan. artinya, setiap

perawat mempunyai tanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien-pasiennya.

Dalam pelaksanannya terdapat beberapa perawat yang tidak

melakukan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada semua pasiennya,

hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ialah tingginya beban

kerja, ketidaklengkapan alat kesehatan, serta perawat bergantung pada

perintah dokter. Seharusnya, dengan bekal ilmu dan keterampilan, perawat

harus mampu memberikan asuhan keperawatan terhadap pasiennya tanpa

intervensi dari pihak manapun. Kemandirian seorang perawat akan terlihat

apabila ia mampu mengelola masalah pasiennya, membuat rasa nyaman dan

damai, serta memfasilitasi pasien mengenai masalahnya sendiri.

Menurut Mukti (2009) perawat dituntut untuk bekerja dengan

profesional. Perawat yang profesional harus dapat menempatkan dirinya

dalam koridor yang tepat. Artinya profesi yang dijalani harus benar-benar

dijalankan sebagai sebuah pekerjaan atau aktivitas dengan menyadari

konsekuensi dan tanggung jawab dari pekerjaan perawat tersebut. Perawat

yang professional akan bertanggung jawab atas semua bentuk tindakan klinis

keperawatan yang dilakukan dalam lingkup tugasnya. Tanggung jawab

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan kinerja yang ditampilkan guna

memperoleh hasil pelayanan keperawatan yang berkualitas tinggi. Yang perlu

diperhatikan dari pelaksanaan tanggung jawab adalah memahami secara jelas

tentang uraian tugas dan spesifikasinya serta dapat dicapai berdasarkan

Page 125: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

110

standar yang berlaku atau yang disepakati. Hal ini berarti perawat mempunyai

tanggung jawab yang dilandasi oleh komitmen, dimana mereka harus bekerja

sesuai fungsi tugas yang dibebankan kepadanya.

Namun dalam penerapan praktik keperawatan di ruang rawat inap

penyakit dalam RSU Kota Tangerang Selatan, belum sesuai dengan standar

praktik keperawatan menurut PPNI, dan akan dijelaskan sebagi berikut:

6.3.1 Pengkajian Keperawatan

Pada tahapan ini meliputi pengkajian terhadap data yang dikaji

sesuai pedoman standar praktik keperawatan, pengkajian terhadap data

biologis – psikologis – sosial – spiritual, pengkajian terhadap pasien

sejak masuk sampai pulang, dan perumusan masalah.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat beberapa perawat

yang tidak melakukan pengkajian terhadap ketentuan pengkajian

keperawatan kepada semua pasiennya. data tidak dikaji sejak pasien

masuk sampai pulang, seharusnya pengumpulan data dilakukan setiap

hari sejak pasien masuk sampai pulang secara sistematis dan lengkap

dengan menggunakan petunjuk pengkajian data keperawatan, karena

pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan

secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi pasien yang

dibutuhkan, dikumpulkan untuk menentukan masalah kesehatan pasien.

Masalah yang tidak dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status

kesehatan dengan norma dan pola fungsi kesehatan, dapat menyebabkan

Page 126: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

111

perumusan diagnosa keperawatan tidak tepat, karena perumusan masalah

keperawatan harus ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.

Berdasarkan hasil wawancara, hal tersebut di atas tidak dilakukan

oleh beberapa perawat dikarenakanbeban kerja yang ditanggung oleh

perawat terlalu berat, sehingga perawat tidak sempat atau bahkan lupa

untuk melakukannya, serta ketidak tahuan perawat terhadap pentingnya

pengkajian dan pentingnya data sebagai dasar dalam menegakkan

diagnosa keperawatan yang akurat. Salah satu perawat berpendapat

bahwa pengkajian tidak terlalu penting jika dibandingkan dengan

keselamatan jiwa pasien, masalah yang ada juga tidak dirumuskan karena

terkadang pasien lebih butuh cepat tindakan.

Hasil penelitian tersebut tidak jauh berbeda dengan penemuan

Hamid (2003), yang menemukan dalam pengumpulan data masih banyak

dijumpai data yang belum lengkap, pada tahap pengelompokan data pada

umumnya tidak dikerjakan oleh perawat, serta pada tahap perumusan

masalah baik kesenjangan maupun status kesehatan masih dipertanyakan.

Penyebabnya juga sama, yaitu ketidaktahuan perawat akan pentingnya

pengkajian keperawatan. Berkaitan dengan ketidak tahuan perawat akan

pentingnya data sebagai dasar dalam penegakkan diagnosa keperawatan

juga menjadi faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja

individu (Gibson, 1987).

Tony (2001) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa dalam

pengumpulan data masih dijumpai data yang belum lengkap, pada tahap

Page 127: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

112

pengelompokan data pada umumnya tidak dikerjakan oleh perawat, serta

pada tahap perumusan masalah baik kesenjangan maupun status

kesehatan masih dipertanyakan.

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya maka

dapat dikatakan bahwa pada tahap pengkajian ini terdapat beberapa

perawat yang belum melakukan pengkajian yang sesuai dengan standar

praktik keperawatan yang seharusnya. Karena menurut PPNI (2000)

kriteria keperawatan meliputi: (1) Pengumpulan data dilakukan dengan

cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan

penunjang. (2) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang

terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatan lain. (3) Data yang

dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi Status kesehatan klien

masa lalu, Status kesehatan klien saat ini, Status biologis-psikologis-

sosial-spiritual, Respon terhadap terapi, Harapan terhadap tingkat

kesehatan yang optimal, Resiko-resiko tinggi masalah.

Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi

respon klien yang aktual atau potensial yang memerlukan suatu tindakan.

Sehingga apabila pengkajian tidak dilakukan dengan baik dapat berakibat

fatal pada pasien, karena penyakit yang yang harus disembuhkan tidak

dapat tertangani karena pengkajiannya tidak baik.

6.3.2 Diagnosa Keperawatan

Tahapan kedua yaitu menegakkan diagnosa keperawatan yang

didasarkan dengan permasalahan yang dialami pasien baik secara

Page 128: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

113

aktual/nyata maupun potensial. Masalah nyata adalah masalah yang

sudah ada pada waktu pengkajian, sedangkan masalah potensial

merupakan masalah yang mungkin timbul bila tindakan pencegahan tidak

dilaksanakan.

Menurut PPNI (2000) kriteria proses diagnosa keperawatan

adalah: (1) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data,

identikasi masalah klien, dan perumusan diagnose keperawatan. (2)

Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E), dan tanda

atau gejala (S), atau terdiri dari masalah danpenyebab (PE). (3)

Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk

memvalidasi diagnosa keperawatan. (4) Melakukan pengkajian ulang dan

merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

Dari hasil yang ditemukan, tidak semua perawat melakukan

diagnosa secara lengkap berdasarkan pada masalah, penyebab, dan gejala

penyakit yang ada pada semua pasiennya. Sedangkan dalam merumuskan

diagnosa keperawatan terdapat perawat yang merumuskan diagnosa

aktual/potensial, dan terdapat pula perawat yang hanya merumuskan

diagnosa yang bersifat aktual.

Berdasarkan dari hasil tersebut menunjukkan bahwa masih

terdapat beberapa perawat yang diagnosa keperawatan kurang ditegakkan

dengan baik. Menurut hasil wawancara hal ini disebabkan beban kerja

yang banyak dan beban mental yang ditanggung karena pasien yang

susah diajak berkontribusi. Selain itu beberapa perawat melakukan dan

Page 129: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

114

merumuskan diagnosa hanya berdasarkan pengalaman atau rutinitas.

Perawat menuturkan hal tersebut dikarenakan menurut mereka pihak

rumah sakit belum mengeluarkan pedoman yang baku, sehingga menurut

mereka lebih suka bekerja berdasarkan pengalaman kerja sebelumnya

atau berdasarkan apa yang telah dipelajari saat menempuh pendidikan.

Kepala ruangan dan supervisor membenarkan bahwa selama ini perawat

merumuskan diagnosa berbeda-beda karena latar pendidikannya juga

berbeda.

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Hamid (2003) tentang

analisis kinerja perawat di ruang rawat inap penyakit dalam instalasi non

bedah dewasa RSU Mohammad Hoesin ditemukan bahwa perumusan

diagnosa keperawatan yang dilakukan oleh perawat belum memenuhi

standar asuhan keperawatan, dimana penulisaan diagnosa hanya

dituliskan berdasarkan PE. Kemudian pada tahapan perumusan diagnosa

keperawatan secara aktual/resiko masih belum banyak dikerjakan. Hal

tersebut disebabkan karena kesibukan pekerjaan yang dihadapi oleh

perawat setiap hari.

Menurut (Nursalam, 2002) Tujuan dari Diagnosa Keperawatan itu

sendiri adalah untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya respon

pasien terhadap status kesehatan atau penyakit, dari diagnosa

keperawatan perawat akan tahu tindakan dan penatalaksanaan seperti apa

yang harus diberikan kepada pasien, sehingga apabila diagnosa

keperawatan tidak dilakukan dengan sesuai maka dapat mengakibatkan

kesalahan tindakan dan tatalaksana kepada pasien.

Page 130: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

115

6.3.3 Perencanaan Keperawatan

Tahapan ketiga yaitu perencanaan keperawatan yang disusun

berdasarkan urutan prioritas permasalahan yang dihadapi pasien. Semua

perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam menentukan rencana

tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang dibuat.

Begitu juga dalam menentukan rencana tindakan semua perawat yang

menyusunnya berdasarkan urutan prioritas. Sedangkan dalam membuat

rumusan tujuan keperawatan (yang mengandung komponen pasien,

perubahan perilaku, kondisi pasien) semua perawat tidak selalu

melakukannya kepada pasien, hanya beberapa pasien saja. Demikian pula

dalam membuat rencana tindakan, perawat menentukan rencana tindakan

keperawatan untuk pasiennya menggambarkan kerjasama dengan tim

kesehatan lainnya namun hal tersebut tidak dilakukan ke semua pasien.

Data di atas menunjukkan bahwa perawat diruang penyakit dalam

membuat perencanaan keperawatan sudah sepenuhnya berpedoman pada

standar praktek keperawatan menurut PPNI (2000) bahwa perancanaan

keperawatan mempunyai kriteria berikut, yaitu: (1) Perencanaan terdiri

dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan

keperawatan, (2) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana

tindakan keperawatan, (3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan

kondisi atau kebutuhan klien, serta (4) Mendokumentasi rencana

keperawatan. Namun terkadang terdapat beberapa perawat yang tidak

melakukannya ke semua pasiennya. Hal ini dikarenakan untuk membuat

Page 131: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

116

perencanaan tersebut diperlukan waktu, sedangkan di sisi lain perawat

dituntut untuk memberikan pelayananan secepatnya

6.3.4 Tindakan Keperawatan

Intervensi/tindakan keperawatan merupakan tindakan perawatan

yang diberikan oleh perawat pelaksana atau tim perawatan di Instalasi

Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan dalam rangka

mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh pasien, dengan maksud agar

kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Dalam melakukan tindakan

keperawatan, semua perawat mengacu pada rencana keperawatanyang

telah disusun sebelumnya. Namun hampir semua perawat tidak

melakukan pengamatan atau mengkaji ulang bagaimana respon pasien

terhadap tindakan yang diberikan serta tidak melakukan pengawasan

pemakaian obat oleh pasien.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa tindakan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat di Instalasi Rawat Inap

Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan belum sesuai dengan

standar asuhan keperawatan yang ada. Karena menurut PPNI (2000)

kriteria proses dalam mengimplementasikan tindakan yang telah

diidentifikasikan dalam rencana asuhan keperawatan meliputi: (1)

Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, (2)

Kolaborasi dengan tim kesehatan, (3) Melakukan tindakan keperawatan

untuk mengatasi kesehatan klien. (4) Memberikan pendidikan pada klien

dan keluarga mengenai konsep keterampilan asuhan diri serta membantu

Page 132: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

117

klien memodifikasi lingkungan yang digunakan. (5) Mengkaji ulang dan

merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat, hal-hal yang

menyebabkan tindakan keperawatan tidak dilaksanakan dengan baik

adalah dikarenakan banyaknya pasien yang harus ditangani oleh perawat

serta keterbatasan peralatan medis. Sedangkan kepala ruangan dan

supervisior menyatakan bahwa tindakan keperawatan yang dilakukan

oleh perawat selama ini hanya berdasarkan kegiatan rutinan yang mereka

lakukan, serta banyaknya pasien membuat beban kerja perawat menjadi

tinggi dan dapat mengakibatkan perawat tidak melakukan tindakan sesuai

dengan standar yang ada.

6.3.5 Evaluasi Keperawatan

Tahap ke lima dari standar asuhan keperawatan adalah evaluasi

keperawatan meliputi aspek-aspek tentang cara menggunakan indikator

yang ada pada rumusan tujuan, waktu dan cara pembuatan evaluasi

keperawatan. Adapun kriteria evaluasi pada standar praktek keperawatan

menurut PPNI (2000) adalah(1) Menyusun perencanaan evaluasi hasil

dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus. (2)

Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur

perkembangan ke arah pencapaian tujuan. (3) Memvalidasi dan

menganalisa data baru dengan teman sejawat. (4) Bekerja sama dengan

klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

(5)Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

Page 133: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

118

Sedangkan menurut Depkes (1998) kriteria evaluasi adalah (1)

melakukan evaluasi hasil dari intervensi yang sudah dilakukan, (2)

evaluasi mengacu pada tujuan (3) bekerjasama denga tim kesehatan lain,

(4) mendokumentasikan hasil evaluasi tindakan keperawatan.

Berdasarkan hasil temuan, semua perawat di Instalasi Rawat Inap

Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan melaksanakan evaluasi

susuai pada rumusan tujuan, namun dalam melakukan observasi tidak

semua perawat melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

Selain itu, dalam pendokumentasian hasil evaluai, tidak semua perawat

melakukannya, artinya hasil evaluasi tidak dicatat pada buku status

pasien.

Hasil wawancara menunujukkan bahwa kinerja perawat dalam

melakukan evaluasi keperawatan belum dilakukan sesuai dengan standar

asuhan keperawatan, karena tergantung pada situasi pasiennya dan situasi

pekerjaan di ruangan. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Hamid

(2003) menemukan bahwa pada tahap evaluasi keperawatan umumnya

perawat tidak melakukan sesuai dengan pedoman dari asuhan standar

keperawatan, selain itu perawat juga tidak segera membuat hasil evaluasi

setelah melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada

pasiennya. Hal tersebut dikarenakan perawat kurang melihat aspek

rumusan tujuan.

Menurut (Doengoes, 2000) dengan evaluasi, perawat dapat

menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan

Page 134: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

119

dan respon terhadap keefektifan tindakan keperawatan. Sehingga apabila

evaluasi keperawatan tidak dilakukan, maka perawat tidak akan tau

bagaimana respon pasien terhadap tindakan yang diberikan, dan apakah

perlu mengganti rencana keperawatan untuk proses penyembuhan pasien.

6.4 Gambaran Kinerja Perawat Berdasarkan Beban Kerja di Instalasi

Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa beban kerja seluruh

perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang

Selatan tergolong tinggi. Beban kerja didapat dari pengamatan kegiatan

keperawatan baik kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung, maupun

kegiatan pribadi. Dari banyaknya pekerjaan dan kegiatan yang harus

diselesaikan perawat seharusnya menghasilkan kinerja yang baik. Namun

sebaliknya, kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU

Kota Tangerang Selatan dapat dibilang belum sesuai dengan standar praktek

keperawan. Pada penelitian ini kinerja perawat dilihat berdasarkan standar

praktik keperawatan yang dirumuskan sebagai standar paraktik keperawatan

atau pedoman pemberian asuhan keperawatan, yaitu pengkajian, diagnosa,

perencanaan, tindakan serta evaluasi keperawatan.

Dalam wawancara mendalam tergambar bahwa asuhan keperawatan

itu seharusnya dilaksanakan pada setiap pasien, namun seringkali

penulisannya tidak lengkap, misalnya pada proses pengkajian dan

pengumpulan data, pada proses diagnosa keperawatan, atau saat perencanaan

tindakan keperawatan yang akan dikerjakan. Menurut perawat, dan kepala

Page 135: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

120

ruangan kinerja yang belum sesuai dengan standar tersebut dikarenakan oleh

tingginya beban kerja yang dipikul oleh perawat. hal tersebut sesuai dengan

hasil observasi beban kerja yang menunjukkan bahwa beban kerja perawat di

Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan tergolong

berat yaitu sebesar 80,15% - 82,39%.

Kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota

Tangerang Selatan belum sesuai dengan standar praktik keperawatan.

Sedangkan menurut Nursalam (2002) standar praktik keperawatan digunakan

untuk menilai apakah mutu pekerjaan dan penampilan kerja seorang perawat

dianggap baik, tepat, dan benar. Bila kinerja perawat belum sesuai dengan

standar praktik keperawatan maka dapat dikatakan bahwa kinerja perawat

tersebut belum baik. Sedangkan menurut mukti (2009) perawat dituntut untuk

bekerja dengan profesional. Perawat yang profesional harus dapat

menempatkan dirinya dalam koridor yang tepat. Artinya profesi yang dijalani

harus benar-benar dijalankan sebagai sebuah pekerjaan atau aktivitas dengan

menyadari konsekuensi dan tanggung jawab dari pekerjaan perawat tersebut.

Perawat yang profesional juga seharusnya tetap mengupayakan untuk

memperbaiki penampilan kerjanya meskipun banyak pekerjaan yang harus

dikerjakan.

Menurut Gillies (1999), beban kerja akan memberi dampak terhadap

kualitas layanan, terutama dalam meningkatkan kinerja perawat pelaksana.

Jika seseorang ada dalam lingkungan kerja yang beban kerjanya sangat tinggi

kemungkinan besar orang tersebut tidak menghasilkan kinerja yang

memuaskan.Hal serupa sesuai dengan pernyataan Mudayana (2012) bahwa

Page 136: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

121

beban kerja perlu diperhatikan agar tidak terjadi over yang dapat

menimbulkan setres dan dapat berakibat pada menurunnya kinerja karyawan.

Ilyas (2002) juga mengatakan beban kerja yang tinggi akan berdampak pada

menurunnya kinerja/produktifitas karena kejenuhan yang disebabkan oleh

berlebihnya kegiatan yang dilakukan oleh perawat, yang akhirnya akan

menurunkan kualitas pelayanana yang diberikan. Penjelasan tersebut sesuai

dengan hasil temuan di instalasi rawat inap penyakit dalam RSU Kota

Tangerang Selatan, bahwa beban kerja seluruh perawat tinggi, namun kinerja

beberapa perawat belum sesuai dengan standar praktik keperawatan PPNI

tahun 2000.

Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa beban kerja mempunyai

dampak terhadap kinerja perawat. Seperti penelitian Ma’wah (2014) tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat didapatkan hasil

bahwa ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kinerja

perawat, dalam penelitiannya terdapat 43% perawat yg beban kerjanya tinggi

dan 87% diantaranya memiliki kinerja yang buruk. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Febriyanti (2013) dan Silanno, dkk (2014)juga menunjukkan

terdapat hubungan antara beban kerja perawat dengan kinerja perawat.

Penelitian-penelitian tersebut dapat mendukung hasil penelitian ini, bahwa

beban kerja yang tinggi dapat mengakibatkan kinerja perawat menjadi

randah.

Namun, beban kerja hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi

kinerja, adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja menurut

Ma’wah(2014) adalah karakteristik individu, pendapatan, penghargaan,

Page 137: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

122

motivasi, dan lingkungan kerja. Namun dalam penelitian ini tidak membahas

faktor-faktor lain selain beban kerja.

Page 138: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

123

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 PENUTUP

7.1 Simpulan

1. Penggunaan waktu terbanyak kegiatan keperawatan pada shift pagi dan

siang adalah kegiatan tidak langsung yaitu berkisar antara 44,90% -

54,39% dan 49,66%-61,56%. Sedangkan pada shift malam mayoritas

penggunaan waktu terbanyak adalah kegiatan langsung yaitu antara

33,21% - 38,57%, namun pada shift malam kegiatan pribadi perawat

cukup tinggi yaitu berkisar antara 28,21% - 30,12%.

2. Beban kerja seluruh perawat di instalasi rawat inap penyakit dalam RSU

Kota Tangerang Selatan tergolong berat yaitu berkisar antara 80,15% -

82,39%.

3. Kinerja beberapa perawat belum sesuai dengan standar praktek

keperawatan PPNI, yaitu:

a. Pengkajian keperawatan: pengkajian dilakukan oleh semua

perawat kepada semua pasiennya, namun dalam pengelompokkan

dan pencatatan data belum dilakukan dengan baik oleh perawat ke

semua pasiennya. Selain itu pengkajian tidak dilakukan terus

menerus selama pasien dirawat

b. Diagnosa keperawatan: tidak semua perawat melakukan diagnosa

secara lengkap berdasarkan pada masalah, penyebab, dan gejala

penyakit yang ada pada semua pasiennya. Sedangkan dalam

merumuskan diagnosa keperawatan terdapat perawat yang

Page 139: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

124

merumuskan diagnosa aktual/potensial, dan terdapat pula perawat

yang hanya merumuskan diagnosa yang bersifat aktual.

c. Perencanaan keperawatan: rencana tindakan keperawatan

ditentukan berdasarkan diagnosa keperawatan yang dibuat serta

ditentukan berdasarkan urutan prioritas. Sedangkan dalam

membuat rumusan tujuan keperawatan semua perawat tidak selalu

melakukannya kepada semua pasiennya, hanya beberapa pasien

saja. Selain itu perawat tidak selalu melakukan kerjasama dengan

tim kesehatan lainnya dalam menentukan perencanaan

keperawatan untuk setiap pasiennya.

d. Tindakan keperawatan: Dalam melakukan tindakan keperawatan,

semua perawat mengacu pada rencana keperawatanyang telah

disusun sebelumnya. Namun hampir semua perawat tidak

melakukan pengamatan atau mengkaji ulang bagaimana respon

pasien terhadap tindakan yang diberikan serta tidak melakukan

pengawasan pemakaian obat oleh pasien.

e. Evaluasi keperawatan: semua perawat melakukan evaluasi dengan

menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, namun

dalam melakukan observasi tidak semua perawat melibatkan

pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya. Selain itu, dalam

pendokumentasian hasil evaluai, tidak semua perawat mencatat

hasil evaluasi setiap pasiennya.

4. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa kinerja perawat di instalasi rawat

inap penyakit dalam belum sesuai dengan standar praktik keperawatan

Page 140: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

125

dikarenakan beban kerjanya yang tergolong tinggi, hal tersebut dibuktikan

dengan hasil observasi beban kerja.

7.2 Saran

7.2.1 Untuk RSU Kota Tangerang Selatan

1. Membuat SOP yang baku tentang praktek keperawatan serta

mensosialisasikan SOP tersebut.

2. Penambahan tenaga perawat pelaksana, khususnya di Instalasi

Rawat Inap Penyakit Dalam.

3. Membuat kebijakan penerapan standar praktek keperawatan, serta

memberikan sanksi bagi yang lalai dalam penerapannya dan

memberikan reward bagi perawat yang disiplin dalam

penerapannya.

4. Mengadakan pelatihan dan pengawasan secara berkesinambungan

tentang sistim pelaporan, sehingga dari tahap awal yaitu

pengkajian keperawatan perawat sudah memperhatikan

pentingnya data dasar dari setiap pasien.

7.2.2 Untuk Peneliti Selanjutnya

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya dalam rangka meningkatkan kemampuan

dan keterampilan perawat, khususnya di Instalasi Rawat Inap

Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan.

2. Melakukan penelitian serupa mengenai beban kerja dan kinerja

perawat pada instalasi lain yang ada di RSU Kota Tangerang

Selatan

Page 141: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Adikoesoemo, S. (2003). Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Aditama, T. Y. (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI-Press.

Asmadi. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Carayon, P., & Gurses, A. P. (2008). Nursing Workload and Patient Safety: A

Human Factors Engineering Perspectives. Patient Safety and Quality: An

Evidence-based Handbook For Nurses , 1-14.

Departemen Kesehatan RI. (2004). Rancangan Pedoman Pengembangan Sistem

Jenjang Karir Profesional Perawat. Jakarta: Direktorat Keperawatan Dan

Keteknisian Medik Dirjen Yan Med Depkes RI

Departemen Kesehatan RI. (2005). Keputusan Menteri Kesehatan No. 836 Tahun

2005 Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat.

Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta:

Depkes RI

Departemen Kesehatan RI. (2008). Modul Manajemen dan Pemberian Asuhan

Keperawatan di Unit Ruang Rawat Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan RI. (2010). Permenkes N0. 340 Tahun 2010 Tentang

Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan RI. (2014). Permenkes No. 56 Tahun 2014 Tentang

Klasifikasi Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Doengoes, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Febriyanti, B. (2013). Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kinerja Pada

Karyawan Balai Permasyarakatan Kelas I Jakarta Selatan (BAPAS) di

Jakarta Timur. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB), 1, 104-116.

Page 142: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

xv

Gaffar, L. (1999). Pengantar eperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Gaudine, A. P. (2000). What do Nurses Mean by Workload and Work Overload.

Canadian Journal of Nursing Leadership , 22-27.

Gillies, D. A. (1999). Nursing Management a System Approach (3rd Edition ed.).

Philadelphia: WB Saunders Company.

Griffin, R. W. (2004). Manajemen (Edisi 7 ed.). (W. C. Kristiaji, Penyunt., & G.

Gania, Penerj.) Jakarta: Erlangga.

Hamid, M. Y. (2003). Analisis Terhadap Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap

Penyakit Dalam Instalasi Non Bedah Dewasa Rumah Sakit Umum

Mohamad Hoesin Palembang. Depok: FKM UI.

Hariandja, M. T. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.

Hasibuan, M. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi ed.). Jakarta:

Bumi Aksara.

Hasmoko, E. V. (2008). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Klinis

Perawat Berdasarkan Penerapan Sistem Pengembangan Manajemen

Kinerja Klinis (SPMKK) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa

Citarum Semarang Tahun 2008. Tesis: Program Pasca Sarjana Universitas

Diponegoro.

Hidayani, R. (2014). Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja

Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi

Tahun 2014. Medan: FKM USU.

Ilyas, Y. (2002). Kinerja: Teori, Penilaian, dan Penelitian. Jakarta: Pusat Kajian

Ekonomi Kesehatan FKM UI.

Ilyas, Y. (2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit: Teori, Metoda dan Formula.

Depok: FKM UI.

Page 143: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

xvi

Irnalita. (2008). Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Beban Kerja

dengan Menggunakan Metode Work Sampling Pada Instalasi Gawat

darurat BPK RSU dr. Zainoel Abidin. Thesis. Depok: FKM UI.

Keliat, B. A. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya: Teori, Konsep

dan Aplikasi. Jakarta: FK UI.

Kusnanto. (2003). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

Mangkunegara, A. P. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung:

Refika Aditama.

Mangkunegara, A. P. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan: Teori dan Aplikasi (Edisi ke-4 ed.). Jakarta: EGC.

Ma'wah, M. (2014). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perawat di Rumah

Sakit Umum Tangerang Selatan Tahun 2014. Tangerang Selatan: UIN

Jakarta.

Mudayana, A. A. (2012). Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Karyawan di

Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. Jurnal KESMAS Universitas Ahmad

Dahlan, 6, 35 - 40.

Mudayana, A. A. (2012). Pengaruh Motivasi dan Beban Kerja Terhadap Kinerja

Karyawan. Jurnal MSDMISSN : 1978-0575 .

Munandar. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press.

Muninjaya, G. (2004). Manajemen Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Page 144: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

xvii

Nontji, W. (2001). Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat Pelaksana di

Ruang Rawat Inap Medikal Bedah RSU Labuan Baji Makassar tahun 2001.

Jakarta: Tesis Program Pasca Sarjana FIK.

Notoatmodjo, S. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nurachmah, E. (2000). Pentingnya Komite Keperawatan dalam Pengembangan

Profesi. Jurnal Manajemen dan Administrasi RS Indonesia , 73.

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik.

Jakarta: Salemba Medika.

Panggabean, M. S. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Peter Griffiths, R. A. (2008). The Impact of Organitation and Management Factors

on Infection Control in Hospitals: a Scoping Review. London: King's

College London, University of London.

Potter, & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan.

Praktik (Edisi 4 ed., Vol. I). Jakarta: EGC.

PPNI. (2002). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta

Rahman, A. (2012). Skripsi: Perbandingan Perhitungan Kebutuhan Perawat

Berdasarkan Beban Kerja dengan tingkat Ketergantungan Pasien di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Surabaya: FKM

Unair.

Republik Indonesia. (1979). PP No. 10 Tahun 1979 Tentang Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil. Jakarta.

Republik Indonesia. (2003). Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Jakarta: Sekretariat Negara

Page 145: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

xviii

Republik Indonesia. (2009). Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Jakarta: Sekretasriat Negara

Republik Indonesia. (2009). Undang-undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit. Jakarta: Sekretasriat Negara

Republik Indonesia. (2014). Undang-undang No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga

Kesehatan. Jakarta.

Riana. (2013). Hubungan Supervisi Dengan Kinerja Perawat pelaksana Di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2013.

Banda Aceh: ETD Unsyiah.

Riduwan. (2009). Metode dan teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:

Alfabeta Bandung.

Rifki, M. (2009). Thesis: Analisa Kebutuhan Tenaga Dokter Umum Berdasarkan

Beban kerja dengan Menggunakan Metode Work Sampling pada IGD RSU

Kabupaten Tangerang. Depok: FKM UI.

Rijadi, S. (2000). Komite Keperawatan: Sebuah Harapan. Jurnal Manajemen dan

Administrasi RS Indonesia, Vol. 2, 61.

Rohmah, N., & Walid, S. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Ruth, Y. (2003). Skripsi: Analisis Beban Kerja Sebagai Dasar Perencanaan

Kebutuhan Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pertamina

Jaya. Depok: FKM UI

Sedarmayanti. (2011). Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung:

Mandar Maju.

Sefriadinata, T. (2013). Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat di RSUD

Saras Husada Purworejo. Yogyakarta: Skripsi FKIK Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Page 146: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

xix

Silanno, Y. V., Kapantow, N., & Josephus, J. (2014). Hubungan Antara Beban Kerja

dengan Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Baho Kota Manado.

Manado: FKM Universitas Sam Ratulangi.

Soeprihanto, J. (2009). Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan.

Yogyakarta: BPFE.

Stevany, C. A. (2011). Skripsi: Analisis Beban Kerja Perawat untuk Menentukan

Kebutuhan Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap Chrysant Rumah Sakit

Awal Bros pada Tahun 2011. Depok: FKM UI.

Sudirman, M. (2003). Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat Pelaksana di

Ruang Rawat Inap Instalasi Penyakit dalam RS dr. Mohammad Hoesin

Palembang Tahun 2003. Thesis. Depok: FKM UI.

Supranto, J. (2001). Pengukuran Tingkatv Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Swanburg, R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen. Keperawatan

Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.

Tony, ZA, (2001). Analisis Terhadap Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Daerah Lubuk Linggau. Jakarta: FKM UI

Wahyuni, S. (2007). Analisis Kompetensi Kepala Ruang Dalam Pelaksanaan

Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan Pengaruhnya Terhadap

Kinerja Perawat Dalam Mengimplementasikan Model Praktik Keperawatan

Profesional Di Instalasi Rawat Inap BRSUD Banjarnegara. Semarang:

UNDIP.

Yani, A. (2000). Pengenalan Konsep Komite Keperawatan dan kedudukannya di

dalam Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Manajemen dan Administrasi RS

Indonesia , 80.

Page 147: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

LAMPIRAN

Page 148: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

LEMBAR PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Kepada Yth:

Calon Responden

Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

RSU Kota Tangerang Selatan

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Saya Nuril Hidayah Alhasanah, mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bermaksud mengadakan penelitian tentang “Gambaran Kinerja Perawat

Berdasarkan Beban Kerja di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSU Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016”. Data yang diperoleh akan direkomendasikan

sebagai landasan rumah sakit dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara pengamatan (observasi) terhadap

seluruh kegiatan perawat yaitu kegiatan keperawatan langsung, kegiatan keperawatan

tidak langsung, dan kegiatan pribadi dengan menggunakan metode work sampling

selama 24 jam (3 shift). Pengamat (observer) mengamati perawat melakukan

tugasnya dari jauh sehingga perawat dapat melakukan tugas seperti biasanya tanpa

merasa terganggu.

Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang

berdampak negatif terhadap perawat maupun institusi. Peneliti sangat menghargai

hak-hak responden dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang

saudara berikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Untuk itu peneliti sangat mengharapkan partisipasi anda dalam penelitian ini dan

sebagai tanda setuju mohon kesediannya menandatangani lembar persetujuan yang

telah disediakan. Atas kesediaan serta bantuannya dihaturkan terima kasih.

Tangerang Selatan, Juli 2016

Peneliti

Nuril Hidayah Alhasanah

Page 149: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini setelah membaca dan memahami penjelasan

tentang surat pengantar responden, saya menyatakan bersedia menjadi responden

yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian dengan judul: “Gambaran

Kinerja Perawat Berdasarkan Beban Kerja di Instalasi Rawat Inap Penyakit

Dalam RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2016”.

Saya memahami bahwa keikutsertaan saya sebagai responden dalam penelitian ini

bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di RSU Kota

Tangerang Selatan ini. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak berdampak negatif

kepada saya dan rumah sakit.

Tangerang Selatan, Agustus 2016

Responden

( )

Page 150: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

FORMULIR WORK SAMPLING DI INSTALASI RAWAT INAP PENYAKIT DALAM

RSU KOTA TANGERANG SELATAN

Pengamat :

Unit : Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam

Jenis Tenaga : Perawat Pelaksana

Hari/Waktu Pengamatan :

Waktu Kegiatan Langsung Kegiatan Tidak Langsung Kegiatan Pribadi

Kegiatan Bobot Kegiatan Bobot Pribadi Bobot

07.00

07.05

07.10

07.15

07.20

07.25

07.30

07.35

07.40

07.45

07.50

07.55

08.00

Dst...

Page 151: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN TENAGA PERAWAT

KEGIATAN

Langsung Tidak Langsung Pribadi

Komunikasi dengan pasien atau keluarga

pasien Administrasi pasien

Ibadah

Pendidikan kesehatan Mengisi dan melengkapi formulir yang

berhubungan dengan pasien

Makan

Mengukur tanda-tanda vital Mendokumentasikan setiap kegiatan ke

rekam medis

Minum

Mengukur suhu, nadi, dan tekanan

darah

Menulis instruksi dokter di catatan

perawat

Pergi ke toilet

Tindakan dan Prosedur Membuat aporan tugas Istirahat ganti baju

Memperbaiki posisi pasien Membereskan administrasi pasien yang

akan pulang

Mengobrol

Memasang, memperbaiki, dan

mencabut infus Menyiapkan alat, obat, dan makanan

Duduk di nurse station

Memberikan oksigen Menyiapkan dan membersihkan alat

untuk tindakan

Menonton tv

Memberikan kompres Menyiapkan obat oral dan injeksi Membaca koran

Melakukan perawatan luka Mengambil obat ke apotik Pergi ke luar untuk urusan pribadi

Memberikan transfusi darah Membuat daftar permintaan makanan Mainan Hp

Memeriksa pasien sewaktu dipanggil Koordinasi atau interaksi profesi

Mengontrol infus Koordinasi dengan profesi lain terkait

pasien

Memberikan transfusi darah Mendampingi dokter memeriksa pasien

Memberikan obat oral dan injeksi

Memeriksa gula darah

Memberikan insulin

Page 152: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

Mengambil darah untuk diperiksa di

lab

Hygine pasien

Mengganti seprei atau membersihkan

tempat tidur

Mengganti baju pasien

Memandikan pasien di tempat tidur

Serah terima pasien

Mengantarkan atau memindahkan

pasien ke tempat lain

Menerima pasien dari ruangan lain

Dan kegiatan keperawatan lain yang

langsung berhubungan dengan pasien

Dan kegiatan keperawatan lain yang tidak

langsung berhubungan dengan pasien

Kegiatan lain yang dilakukan oleh perawat

yang bersifat pribadi dan tidak ada

hubungannya dengan pasien.

Page 153: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

LEMBAR OBSERVASI

KINERJA KEPERAWATAN

No. Aspek Yang Diamati

Hasil Pengamatan

Dilakukan Tidak

dilakukan

A. PENGKAJIAN

1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman

pengkajian

2 Data dikelompokkan berdasarkan bio-psikis-sosio-

spiritual

3 Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang.

4 Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan

antara status kesehatan dengan normal dan pola

fungsi kehidupan

B DIAGNOSA KEPERAWATAN

5 Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang

telah dirumuskan

6. Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES

7 Merumuskan diagnosa keperawatan

aktual/potensial

C PERENCANAAN

8 Rencana tindakan berdasarkan diagnosa

keperawatan

9 Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas

10 Rumusan tujuan mengandung komponen

pasien/subjek, perubahan, perilaku, kondisi pasien

atau kriteria waktu.

11 Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan

kalimat perintah, terinci dan jelas dan/atau

melibatkan pasien.

12 Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan

pasien dan keluarga

13 Rencana tindakan menggambarkan kerjasama

dengan tim kesehatan lain

D IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Page 154: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

14 Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana

keperawatan

15 Perawat mengobservasi respon pasien terhadap

tindakan keperawatan

16 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi

17 Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat

ringkas dan jelas

E EVALUASI

18 Melakukan evaluasi hasil dari intervensi yang

sudah dilakukan

19 Evaluasi mengacu pada tujuan

20 Mendokumentasikan hasil evaluasi tindakan

keperawatan

Page 155: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

A. Daftar Pertanyaan untuk Kasie. Asuhan Keperawatan dan Kepala Ruang

Rawat Inap Penyakit Dalam

1. Bagaimana pendapat anda tentang kinerja perawat pelaksana di ruang rawat

inap penyakit dalam RSU Kota Tangerang Selatan? Jika masih rendah, apa

sebabnya?

2. Bagaimana pendapat anda tentang pelaksanaan proses keperawatan di ruang

rawat inap penyakit dalam?

3. Bagaimana pendapat anda tentang pengkajian keperawatan yang dilakukan

oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit dalam? Jika belum

dilakukan dengan sesuai apa alasannya?

4. Bagaimana pendapat anda tentang diagnosa keperawatan yang dilakukan oleh

perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit dalam? Jika belum dilakukan

dengan sesuai apa alasannya?

5. Bagaimana pendapat anda tentang perencanaan keperawatan yang dilakukan

oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit dalam? Jika belum

dilakukan dengan sesuai apa alasannya?

6. Bagaimana pendapat anda tentang implementasi keperawatan yang dilakukan

oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit dalam? Jika belum

dilakukan dengan sesuai apa alasannya?

7. Bagaimana pendapat anda tentang evaluasi keperawatan yang dilakukan oleh

perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit dalam? Jika belum dilakukan

dengan sesuai apa alasannya?

Page 156: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

8. Bagaimana upaya-upaya yang anda lakukan untuk meningkatkan kinerja

perawat tersebut?

9. Menurut anda bagaimana beban kerja perawat pelaksana di instalasi rawat

inap penyakit dalam?

10. Menurut anda apakah beban kerja yang ditanggung oleh perawat

mempengaruhi kinerjanya? Jika iya, bagaimana pengaruhnya?

B. Daftar Pertanyaan untuk Perawat Pelaksana

1. Menurut anda bagaimana beban kerja yang anda tanggung selama ini?

2. Apakah beban kerja yang anda tanggung mempengaruhi anda dalam

melakukan asuhan keperawatan?

3. Apakah anda selalu melakukan pengkajian keperawatan kepada pasien saat

pasien datang?

4. Apakah anda melakukan pengkajian secara lengkap berdasarkan bio-psikis-

sosio-spiritual pasien? Jika tidak, apa alasannya?

5. Menurut anda seberapa penting melakukan pengkajian kepada pasien?

6. Apakah anda melakukan diagnosa keperawatan sesuai dengan pedoman

asuhan keperawatan?

7. Bagaimana cara anda dalam merumuskan diagnosa keperawatan?

8. Apakah anda menyusun rumusan tujuan dan rencana tindakan menurut urutan

prioritas masalah?

9. Apakah dalam menentukan rencana tindakan keperawatan bekerjasama

dengan tim kesehatan lainnya?

Page 157: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

10. Apakah tindakan yang dilakukan kepada pasien mengacu pada rencana

keperawatan?

11. Apakah tindakan yang dilaksanakan mengacu pada prosedur kerja?

12. Apakah setiap tindakan yang telah dilaksanakan dicatat secara ringkas dan

jelas?

13. Apakah anda melakukan evaluasi hasil dari setiap intervensi atau tindakan

yang sudah dilakukan?

14. Apakah hasil evaluasi didokumentasikan?

Page 158: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

MATRIKS RINGKASAN WAWANCARA MENDALAM

No Fokus

Pertanyaan

Informan

Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Kepala Ruangan Supervisior

Perawat

Kasie. Asuhan

Keperawatan

1 Pengkajian

Keperawatan

• Pekerjaan kami

terlalu banyak,

harus

mengerjakan ini

dan itu jadi tidak

sempat untuk

menulis hasil

pengkajian

dengan lengkap.

Mau menulis

sudah harus

mengerjakan

yang lain yang

lebih penting.

• Pekerjaannya

banyak, dan saya

anggap pasien

lebih penting

dan harus

secepatnya kami

tolong, jadi tidak

sempat

melakukan

pencatatan saat

pengkajian

• Kadang saya

lupa, karna

terlalu

banyaknya

pekerjaan, dan

saya

menganggap

kondisi pasien

lebih penting

jadi menurut

saya yang

penting adalah

pelayanan

langsung kepada

pasien.

• tidak lengkap

pengelompokan

datanya, bagi

saya data

tersebut tidak

begitu penting

jika

dibandingkan

dengan

keselamatan

• banyak

pekerjaan yang

harus

dilakukan lebih

dulu jadinya

saya lupa kalo

belum

mencatat hasil

dari

pengkajian.

• penting ya kalo

menurut saya,

tapi bagaimana

lagi kalo

pekerjaan kita

banyak kadang

tidak sempat.

Paling ya nanti

diisinya kalo

lagi ingat dan

lagi senggang

tugas mereka terlalu

banyak, beban kerja

disini sangat tinggi,

sering sekali perawat

merasa kualahan

sehingga tidak

sempat untuk

menulis hasil

pengkajian dengan

lengkap, apalagi jika

pasien lagi banyak

yang gawat

kinerja mereka

secara keseluruhan

bisa dibilang bagus

namun memang

ada beberapa yang

tidak melakukan

pengkajian dengan

baik, atau kadang

tidak dicatat.

Pekerjaanya terlalu

banyak jadi

kebanyakan kalo

ditanya jawabnya

lupa atau tidak

sempat

masih

berkembang ya,

sudah baik

namun belum

bisa dibilang

sangat baik.

Terkadang saat

kami

melakukan

sidak masih

menemukan

formulir-

formulir yang

tidak diisi

Page 159: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

jiwa pasien,

masalah yang

ada juga tidak

dirumuskan

karna terkadang

memang

ternyata

pasiennya butuh

lebih cepat

tindakan

2 Diagnosa

Keperawatan

karena kesibukan

kali ya, banyak sih

pekerjaannya,

belum lagi kalo

pasiennya yang

susah diajak

berkontribusi

saya kerjakan

hanya berdasarkan

pengalaman saya

sendiri,

berdasarkan

pengalaman di

pendidikan dan di

tempat kerja saya

sebelumnya.

Karena disini

belum ada SOP

atau pedoman

yang baku

diagnosa ya pasti

dilakukan, tapi

ya saya

melakukannya

berdasarkan

pengalaman saya

sendiri karena

kesibukan yang

kami hadapi atau

waktu repot.

Lagian pedoman

bakunya belum

ada, saya ngikut

di tempat saya

kerja dulu dan

berdasarkan saat

kuliah

ya dilakukan, tapi

mereka tuh beda-

beda sih ya

merumuskannya.

Tergantung dulu

mereka kuliahnya

dimana. Kadang di

stikes ini

diajarkannya seperti

ini, di universitas itu

diajarkannya seperti

itu. Masih kebawa

sampai sekarang jadi

susah untuk

disesuaikan dengan

standar kita. Padahal

juga udah dibilangin

pasti dilakukan,

kami udah bilang

harus sesuai

dengan standarnya

ya. Tapi kadang

masih ada aja yang

berdasarkan

pengalaman di

tempat kerja yang

dulu, ya mungkin

bawaan.

Sebenernya juga

latar pendidikan

mempengaruhi

dulu dia kuliah

dimana

3 Perencanaan

Keperawatan

karena perlu

banyak waktu

untuk

kadang dilakukan

dengan sesuai

kadang karna

- Karena keadaan dan

kondisinya tidak

memungkinkan

kadang mereka

merumuskan dan

menentukan

Page 160: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

membuatnya,

sedangkan perawat

kan dituntut untu

memberikan

pelayanan

secepatnya kepada

pasien

sibuk jadi

perencanaanya

tidak sesuai

dengan pedoman

contohnya tidak

melakukan

rumusan tujuan

mereka dalam

menyusun rumusan

tujuan dan rencana

tindakan, tidak

disusun menurut

urutan prioritas dan

kurang

menggambarkan

kerjasama dengan

tim kesehatan

lainnya. Ya mungkin

karena kesibukannya

rencana tindakan

itu sesuai dengan

yang mereka

kerjakan setiap

harinya, jadi tidak

sama dengan

pedoman, dan

mungkin kadang

lupa

4 Implementasi

Keperawatan

terkadang setelah

melakukan

tindakan yaudah

ganti ke pasien

lain, di sini kan

pasiennya banyak

jadi banyak yang

harus ditangani,

melihat responnya

bisa nanti setelah

semua tindakan

selesai

banyak pasien sih

ya jadi ga selalu

setiap habis

tindakan langsung

dilihat bagaimana

responnya,

terkadang karena

alat terbatas jadi

kita pinjam ke

ruangan lain, dan

harus segera

dikembalikan.

Contohnya seperti

syring pump kita

biasanya gantian

sama UGD

pasien kan

banyak, ya harus

bisa gantian

tindakannya.

Tapi pasti ada aja

yang membuat

jadi ada yang

terlewat

dalam melaksanakan

pekerjaan mereka

biasanya mengacu

pada hal-hal yang

bersifat rutinitas dan

karena alat-alat

kurang, sedangkan

pasien banyak,

jadinya mereka

bekerja tidak sesuai

dengan prosedur

kerja yang ada, yang

penting pasien dapat

ditangani

karena keadaannya

kurang memadai,

tenaganya kurang

sedangkan pasien

banyak, jadinya

kinerjanya tidak

sesuai dengan

prosedur kerja.

Selain itu kurang

juga peralatannya

baik yang medis

ataupun non

medis, misal

syring pump,

tabung oksigen,

dll. Peralatan

kadang meminjam

ke instalasi lain,

Page 161: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …

nah jadi harus

dikembalikan

sesegera mungkin

dan itu

mempengaruhi

kerja perawat.

5 Evaluasi

Keperawatan

evaluasi

keperawatan

kadang langsung

dilakukan kadang

ditunda dulu, ya

tergantung

sikonnya,

tergantung

keadaan pasien,

begitu juga dengan

indikator yang ada

pada rumusan

tujuan. Kalo untuk

melibatkan pasien

atau keluarga

pasien juga lihat-

lihat dulu gimana

kondisi pasien dan

apakah ada

keluarganya.

Sedangkan

melibatkan tim

kesehatan itu ya

kalo lagi ada aja

mengenai evaluasi

keperawatan selalu

saya lakukan

sebaik mungkin

dan selalu

berusaha untuk

melibatkan pasien,

keluarga dan tim

kesehatan yang

ada di ruangan ya,

kalo gak ada

yauda. Tapi juga

karena kesibukan

jadi evaluasinya

dilakukan kalo

udah beres

pekerjaan yang

lain

yang paling

penting kan

tindakan, jadi

setelah tindakan

dilakukan merasa

tugas sudah

selesai, padahal

masih ada

evalusi, jadi itu

sering lupa

yaa kalo dibilang

sesuai apa belum ya

menurut saya belum

sesuai, mereka

banyak

pekerjaannya jadi

terkadang untuk

evaluasi suka

mereka

kesampingkan, yang

penting pasien

tertangani

dilakukan kok,

mereka tapi

kadang tidak

dilakukan

berdasarkan

rumusan tujuan,

tapi karna

banyaknya

pekerjaan jadi

evaluasi

dicatatanya setelah

selesai pekerjaan,

kadang tidak

dicatat juga karena

lupa

Page 162: GAMBARAN KINERJA PERAWAT BERDASARKAN BEBAN KERJA …