Upload
trandiep
View
227
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF KLIEN USIA
LANJUT DI POSBINDU ROSELLA LEGOSO
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR
TANGERANG SELATAN
DISUSUN OLEH:
RIZHSKY DAYAMAES
NIM: 108104000040
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/ 1434 H
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF KLIEN USIA LANJUT DI
POSBINDU ROSELLA LEGOSO WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN TAHUN 2013” yang diajukan
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Orang Tua penulis, Yanda dan Bunda, Kais, Rama, Mas Yeye, Naira, dan
Adzani tersayang
2. Prof. DR. Dr. M. K. Tadjudin. Sp. And. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
3. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep, MSc selaku Sekertaris Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Ns. Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat selaku Pembimbing Akademik
6. Bapak Jamaludin, S. Kp, M. Kep dan Ibu Yenita Agus, M. Kep, Sp. Mat
selaku Pembimbing I dan II yang telah membimbing dan memberikan
masukan dalam penulisan skripsi ini
7. Seluruh Dosen PSIK dan Staff Akademik PSIK dan FKIK
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua
kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan-Nya dan semua kesalahan
diampuni-Nya. Amin.
Jakarta, November 2013
Penulis
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rizhsky Dayamaes
Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 29 Januari 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Perum Peruri 7 K90 Legoso Ciputat Tangerang
Selatan Banten
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. TK Yayasan IBA Palembang (1994-1995)
2. SDN 107 Palembang (1995-1996)
3. SDN Inpres Pisangan Barat (1996-1998)
4. SDN Pisangan III (1998-2001)
5. SMPN 2 Ciputat (2001-2004)
6. SMAN 1 Serpong (2004-2007)
7. S1 Ilmu Keperawatan UIN Jakarta (2008-2014)
Pengalaman Seminar dan Pelatihan
1. Seminar Emergency Fair & Festival (2008)
2. Pelatihan Sirkumsisi (2009)
3. Seminar The Power of Herbal (2009)
4. Seminar Polemik Imunisasi di Indonesia (2009)
5. Seminar Mengenali dan Mengantisipasi Flu Babi (2009)
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Muda Sispala SMAN 2 Tangerang Selatan (Moonpala)
2. Pendiri Sispala SMAN 9 Tangerang Selatan (9’Forest)
iii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Januari 2014
Rizhsky Dayamaes, NIM: 108104000040
Gambaran Fungsi Kognitif Klien Usia Lanjut di Posbindu Rosella Legoso
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan Tahun 2013.
xiv + 49 Halaman + 2 Bagan + 10 Tabel + 3 Lampiran
ABSTRAK
Perhatian dan pengetahuan masyarakat terhadap gangguan kognitif pada
saat ini masih sangat kurang. Masyarakat cenderung menganggap hal tersebut
sebagai bagian dari proses menua yang wajar. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan jumlah lansia berumur ≥60 tahun yang
mengalami gangguan fungsi kognitif sebesar 222.093 atau sekitar 31,37% dari
707.954 lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
fungsi kognitif klien usia lanjut dengan berbagai karakteristik.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Waktu 19-22 Desember
2013. Sampel sebanyak 72 lansia, diambil secara cross sectional dengan teknik
total sampling. Pengumpulan data melalui kuesioner berupa formulir identitas
responden dan kuesioner Mini Mental Status Examination (MMSE). Analisis data
yang digunakan adalah analisa univariat.
Hasil menunjukan bahwa sebagian besar lansia tidak menderita penyakit
hipertensi 36 orang (54,17 %), berjenis kelamin perempuan 50 orang (69,44 %),
berusia sekitar 60-74 tahun 59 orang (81,94 %), berpendidikan SD/ setara 53
orang (73,61 %), tidak merokok 47 orang (65,28), dan tidak berolahraga 54 orang
(75,00%). Sedangkan lansia yang memiliki fungsi kognitif terganggu 49 orang
(68,06 %), dengan karakteristik lansia yang menderita penyakit hipertensi 26
orang (78,79 %), lansia berjenis kelamin perempuan 39 orang (78,00 %), lansia
dengan usia Very Old (>90 tahun) 1 orang (100,00 %), lansia dengan tingkat
pendidikan SD/ setara 43 orang (81,13 %), lansia dengan perilaku merokok 18
orang (72,00 %), dan lansia yang tidak berolahraga 44 orang (81,48 %).
Peneliti menyarankan bagi praktisi kesehatan khususnya perawat dapat
lebih baik lagi dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap lansia dengan
melihat berbagai macam karakteristik lansia dalam upaya penanganan dan
pencegahan penurunan fungsi kognitif serta fungsi kognitif terganggu.
Kata Kunci : Lansia, Fungsi Kognitif
Daftar Bacaan : 33 (1975-2011)
iv
NURSING SCIENCE PROGRAM
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduated Thesis, January 2014
Rizhsky Dayamaes, ID: 108104000040
Description of Cognitive Function of Elderly Client in Posbindu Legoso
Rosella Work Area Puskesmas East Ciputat South Tangerang 2013.
xiv + 49 Pages + 2 Charts+ 10 Tables + 3 Attachments
ABSTRACT
Attention and knowledge of the cognitive impairment in the community is
very lacking. Society tends to regard it as part of the natural aging process. Based
on data from the South Tangerang City Health Department the number of elderly
aged ≥60 years who have impaired cognitive function is 222 093, or
approximately 31.37 % from 707 954 elderly. The purpose of this study is to
describe the cognitive functions of elderly clients with various characteristics.
This research is descriptive quantitative. Lasted for Desember 19 to 22
2013. Sample of 72 elderly, taken in cross sectional total sampling technique.
Collecting data through questionnaire identity of respondents and questionnaire of
Mini Mental Status Examination (MMSE). Analysis of the data used is univariate.
The results showed that most of the elderly do not suffer from
hypertension is 36 person (54.17%), female is 50 (69.44%), aged around 60-74
years is 59 (81.94%), primary education level /equal is 53 (73.61%), non-smoking
is 47 (65.28), and not exercising is 54 (75.00%). While the elderly who have
impaired cognitive function is 49 person (68.06 %), with the characteristics of the
elderly who have hypertension is 26 person (78,79 %), the female elderly is 39
person (78.00 %), elderly with Very Old age (>90 years) is 1 person (100.00 %),
elderly with primary education level /equal is 43 person (81.13 %), elderly with
smoking behavior is 18 person (72,00 %), and elderly who do not exercise is 44
person (81.48 %).
Researchers suggest for nurses and other health practitioners can perform
better in the nursing care of the elderly by looking at a wide range of
characteristics of the elderly in handling and prevention of cognitive decline and
impaired cognitive function.
Keywords: Elderly, Cognitive Function
Reading List: 33 (1975-2011)
v
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG ........................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Masalah Penelitian ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1. Tujuan Umum ....................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7
A. Lansia .......................................................................................... 7
1. Pengertian Lansia .................................................................. 7
2. Konsep Menua ...................................................................... 7
vi
B. Kognitif ....................................................................................... 8
1. Definisi Kognitif ................................................................... 8
2. Faktor-Faktor Kognitif .......................................................... 9
3. Aspek-Aspek Kognitif .......................................................... 10
4. Teori Mempertahankan Fungsi Kognitif ............................... 13
C. Kognitif Pada Lansia ................................................................... 14
1. Karakteristik Demografi........................................................ 16
D. MMSE (Mini Mental Status Examination) ................................. 18
1. Tujuan ................................................................................... 18
2. Gambaran .............................................................................. 19
3. Pelaksanaan ........................................................................... 20
4. Validitas ................................................................................ 20
5. Reabilitas ............................................................................... 21
6. Penggunaan Klinis ................................................................ 21
7. Interpretasi MMSE ................................................................ 23
E. Kerangka Teori............................................................................ 24
BAB III KERANGKA KONSEP ............................................................... 25
A. Kerangka Konsep ........................................................................ 25
B. Definisi Operasional.................................................................... 25
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 28
A. Desain Penelitian ......................................................................... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 28
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ..................................... 28
1. Populasi ................................................................................. 28
2. Sampel Penelitian .................................................................. 29
3. Besar Sampel ......................................................................... 29
D. Instrumen Penelitian.................................................................... 30
E. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 30
F. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 30
G. Etika Penelitian ........................................................................... 31
vii
H. Pengolahan Data.......................................................................... 32
1. Editing ................................................................................... 32
2. Coding ................................................................................... 32
3. Entry Data ............................................................................. 32
4. Analisa Data .......................................................................... 32
I. Analisis Data ............................................................................... 33
1. Rata-Rata ............................................................................... 33
2. Standar Deviasi ..................................................................... 34
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 35
A. Gambaran Umum Posbindu Rosella ........................................... 35
B. Gambaran Karakteristik Lansia................................................... 36
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................ 43
A. Pembahasan ................................................................................. 43
1. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Penyakit Hipertensi...... 43
2. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Jenis Kelamin .............. 43
3. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Usia .............................. 44
4. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Tingkat Pendidikan ...... 45
5. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Perilaku Merokok ........ 45
6. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Aktivitas Olahraga ....... 46
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 46
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 48
A. Kesimpulan ................................................................................. 48
B. Saran ............................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Judul Bagan Hal
2.1 Kerangka Teori…………………………………………. 24
3.1 Kerangka Konsep………………………………………. 25
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Hal
3.1 Definisi Operasional……………………………………. 25
5.1 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan penyakit
hipertensi, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
kebiasaan merokok, dan olahraga...……………………..
36
5.2 Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia berusia ≥60
tahun di Posbindu Rosella ……………………………….
37
5.3 Standar deviasi lansia berdasarkan aspek-aspek kognitif
pada MMSE ………………………………………………
38
5.4 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan penyakit
hipertensi pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu
Rosella…………………………………………….............
38
5.5 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan jenis kelamin
lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella…………….
39
5.6 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan usia lansia di
Posbindu Rosella………………………………………….
39
5.7 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan tingkat
pendidikan pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu
Rosella…………………………………….........................
40
5.8
Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan perilaku
merokok pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu
Rosella……………………………………………………..
41
5.9 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan aktivitas
olahraga pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu
Rosella……………………………………………………..
42
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Informed Consent
Lampiran 2 Kuesioner Data Demografi
Lampiran 3 Kuesioner Mini Mental State Examination
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di seluruh dunia jumlah lansia diperkirakan mencapai angka 500 juta
dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai
1,2 milyar (Stanley, 2007). Pertambahan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun
waktu tahun 1990 sampai 2025, tergolong tercepat di dunia. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) menunjukan bahwa penduduk lansia pada tahun 2000 berjumlah
14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010 diperkirakan menjadi 23,9 juta jiwa
(9,77%) dan pada tahun 2020 akan berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%) (BPS,
2010).
Akibat populasi usia lanjut yang meningkat maka akan terjadi transisi
epidemiologi yaitu bergesernya pola penyakit dari penyakit infeksi dan gangguan
gizi menjadi penyakit-penyakit degeneratif, diabetes, hipertensi, neoplasma, dan
penyakit jantung koroner. Konsekuensi dari peningkatan warga usia lanjut adalah
meningkatnya jumlah pasien lansia dengan kerakteristiknya yang berbeda dengan
warga pada usia yang berbeda. Karakteristik pasien lansia adalah multipatologi,
menurunnya daya cadangan biologis, berubahnya gejala dan tanda penyakit dari
yang klasik, terganggunya status fungsional pasien lansia, dan sering terdapat
gangguan nutrisi, gizi kurang atau buruk (Soejono,2006).
Salah satu bentuk terganggunya status fungsional yang paling menonjol
pada pasien lansia adalah penurunan fungsi kognitif. Kognitif adalah suatu konsep
2
yang kompleks yang melibatkan sekurang-kurangnya aspek memori, perhatian,
fungsi eksekutif, persepsi, bahasa, dan fungsi psikomotor (Nehlig, 2010).
Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu
orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori, bahasa. Penurunan ini dapat
mengakibatkan masalah antara lain memori panjang dan proses informasi, dalam
memori panjang lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau
kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi baru atau
informasi tentang orang. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat
penurunan fungsi kognitif lansia diperkirakan 121 juta manusia, dari jumlah itu
5,8% laki-laki dan 9,5% perempuan (Djojosugito, 2002). Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan jumlah lansia berumur ≥60 tahun di
wilayah tersebut sebesar 222.093 atau sekitar 31,37% dari 707.954 lansia (Dinas
Kesehatan Tangerang Selatan, 2009).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zulsita (2010) mengenai
gambaran kognitif pada lansia di RSUP H.Adam Malik Medan dan puskesmas
Petisah Medan didapatkan hasil penelitian yaitu 34% responden mengalami
penurunan fungsi kognitif. Perempuan lebih banyak mengalami penurunan fungsi
kognitif daripada laki-laki, yaitu sebesar 45,7%. Penurunan fungsi kognitif terjadi
pada 50% lanjut usia tua (75-90 tahun), lebih banyak dibandingkan pada lanjut
usia (60-74 tahun) 27,7 %. Sedangkan berdasarkan status pendidikan, lansia
dengan status pendidikan SD lebih banyak mengalami penurunan fungsi kognitif,
yaitu 62,5% daripada lansia dengan status pendidikan lainnya.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah Legoso Ciputat pada
bulan April 2013 pada 10 orang lansia yang dipilih secara random dengan kisaran
3
usia diatas 60 tahun menunjukan bahwa terdapat 70% lansia mengalami
kerusakan aspek kognitif dan fungsi mental, dan 30% lansia memiliki aspek
kognitif dan fungsi mental yang baik. Berdasarkan hasil studi pendahuluan,
karakteristik lansia yang mengalami kerusakan aspek kognitif dan fungsi mental
antara lain berusia lanjut usia tua (75-90 tahun) 3 orang, dan lanjut usia (60-75
tahun) 4 orang, jenis kelamin laki-laki 2 orang, dan perempuan 5 orang,
berpendidikan SR (setingkat SD) 5 orang dan pendidikan setara SMP 2 orang,
mempunyai riwayat penyakit hipertensi 4 orang, sedangkan lansia yang mengaku
tidak pernah melakukan aktivitas olahraga sebanyak 3 orang.
Perhatian dan pengetahuan masyarakat terhadap gangguan kognitif pada
saat ini masih sangat kurang. Masyarakat cenderung menganggap hal tersebut
sebagai bagian dari proses menua yang wajar. Pada umumnya masyarakat baru
akan mencari pengobatan setelah terjadi gangguan kognitif yang berat dan
gangguan perilaku atau demensia, sehingga penatalaksanaannya tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan. Penatalaksanaan gangguan kognitif pada
stadium dini baik secara farmakologis maupun nonfarmakologis dapat
menyembuhkan atau memperlambat progresifitas penyakitnya, sehingga individu
yang bersangkutan tetap mempunyai kualitas hidup yang baik. Penilaian fungsi
kognitif dengan pemeriksaan neuropsikologi seperti Mini Mental State
Examination (MMSE) merupakan salah satu cara penapisan adanya gangguan
kognitif secara dini (Dikot & Ong, 2007).
Perawat atau keluarga sangat berperan penting dalam membantu lansia
yang mengalami penurunan pada aspek kognitif, yaitu dengan menumbuhkan dan
membina hubungan saling percaya, saling bersosialisasi, dan selalu mengadakan
4
kegiatan yang bersifat kelompok, selain itu untuk mempertahankan fungsi kognitif
pada lansia, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggunakan otak
secara terus menerus dan di istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca,
mendengarkan berita dan cerita melalui media sebaiknya di jadikan sebuah
kebiasaan hal ini bertujuan agar otak tidak beristirahat secara terus menerus
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Posbindu Rosella sebagai Posbindu yang baru berdiri di bawah wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur mencakup beberapa RT di Wilayah Legoso
Ciputat Tangerang Selatan dengan jumlah lansia binaan usia ≥60 paling banyak
dibandingkan dengan posbindu lain di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur
yaitu sebanyak 377 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi
kognitif lansia binaan di Posbindu Rosella Legoso sebagai skrining dini fungsi
kognitif sehingga dampak dari penurunan fungsi kognitif bisa segera ditindak
lanjuti dan diminimalkan.
B. Masalah Penelitian
Dengan melihat latar belakang seperti di atas, maka peneliti merumuskan
masalah yang diteliti adalah:
a) Bagaimana karakteristik klien usia lanjut di wilayah kerja posbindu
Rosella Legoso Ciputat?
b) Bagaimana gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut di wilayah kerja
posbindu Rosella Legoso Ciputat ?
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut dengan berbagai
karakteristik.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui gambaran karakteristik klien usia lanjut di wilayah kerja
Posbindu Rosella Legoso Ciputat.
b) Mengetahui gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut di wilayah kerja
Posbindu Rosella Legoso Ciputat.
D. Manfaat Penelitian
a) Memberikan gambaran mengenai karakteristik klien usia lanjut di wilayah
kerja Posbindu Rosella Legoso Ciputat.
b) Memberikan gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut untuk menjadi
skrining dini penurunan fungsi kognif lansia dan memberikan bahan
masukan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat dalam hal ini keluarga
klien usia lanjut di wilayah kerja Posbindu Rosella Legoso Ciputat dalam
upaya menindaklanjuti fungsi kognitif pada klien usia lanjut.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan desain cross
sectional dan menggunakan data primer berupa kuesioner. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut dengan berbagai
karakteristiknya, berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arni
6
Zulsita pada tahun 2010 yang meneliti lansia dengan kisaran usia >65 tahun, serta
menggunakan metode pengambilan sampel consecutive sampling, pada penelitian
ini mengambil batasan lanjut usia sesuai dengan kriteria WHO yaitu ≥60 tahun,
dan metode pengambilan sampel menggunakan total sampling, penelitian ini juga
mengikutsertakan karakteristik penuaan sekunder seperti penyakit hipertensi,
kebiasaan merokok, dan olahraga.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
a) Pengertian Lansia
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual (Makhfudli, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) adalah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) adalah di atas 90 tahun (Makhfudli, 2009).
b) Konsep Menua
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses tersebut tubuh mengalami
masalah kesehatan yang biasa disebut penyakit degeneratif (Maryam, 2008)
Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses
kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal
kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa
yang orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder
8
merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang
sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang (Papalia, Olds
& Feldman, 2008).
Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua merupakan akibat
dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Lansia mengalami
perubahan-perubahan fisik diantaranya perubahan sel, sistem persarafan,
sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem
pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem
genitourinari, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, disertai juga dengan
perubahan-perubahan mental menyangkut perubahan ingatan (memori)
(Watson 2003). Berdasarkan perbandingan yang diamati secara potong lintang
antar kelompok usia yang berbeda, sebagian besar organ tampaknya
mengalami kehilangan fungsi sekitar satu persen per tahun, dimulai pada usia
sekitar 30 tahun (Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2006).
B. Kognitif
1. Definisi Kognitif
Kognitif merupakan suatu proses pikir yang membuat seseorang menjadi
waspada terhadap objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek
pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 2002). Kognitif adalah fakultas
mental yang berhubungan dengan pengetahuan, mencakup persepsi, menalar,
mengenali, memahami, menilai, dan membayangkan (Kamus Kedokteran
Stedman, 2002). Kognitif adalah suatu konsep yang kompleks yang
9
melibatkan sekurang-kurangnya aspek memori, perhatian, fungsi eksekutif,
persepsi, bahasa dan fungsi psikomotor. (Nehlig, 2010).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, perkembangan
kognitif tidak sama pada setiap indiidu. Perbedaan perkembangan ini tidak
lepas dari beberapa faktor. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif.
a) Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf.
Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ tubuh. Seseorang yang memiliki kelainan fisik belum
tentu mengalami perkembangan kognitif yang lambat. Begitu juga
sebaliknya, seseorang yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan
merupakan jaminan pula perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf
turut mempengaruhi proses perkembangan kognitif.
b) Latihan dan Pengalaman
Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri melalui serangkaian
latihan-latihan dan pengalaman. Perkembangan kognitif seseorang sangat
dipengaruhi oleh latihan-latihan dan pengalaman.
c) Interaksi Sosial
Perkembangan kognitif juga dipengaruhi oleh hubungan dengan
lingkungan sekitar, terutama situasi sosial, baik itu interaksi antara teman
sebaya maupun orang-orang terdekat.
10
d) Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang
mengacu pada keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget.
Keseimbangan tahapan yang dilalui tentu menjadi faktor penentu bagi
perkembangan kognitif. (Djaali, 2011)
3. Aspek-Aspek Kognitif
Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut, antara lain :
a) Orientasi
Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan
waktu. Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan namanya
sendiri ketika ditanya) menunjukkan informasi yang ”overlearned”.
Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan
negatifism, distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan penerimaan
bahasa.
Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota,
gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan orientasi waktu dinilai
dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari dan tanggal. Karena
perubahan waktu lebih sering daripada tempat, maka waktu dijadikan
indeks yang paling sensitif untuk disorientasi.
11
b) Bahasa
Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi 4 parameter,
yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan dan naming.
1) Kelancaran
Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat
dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu metode yang
dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah dengan meminta
pasien menulis atau berbicara secara spontan.
2) Pemahaman
Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu
perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang
untuk melakukan perintah tersebut.
3) Pengulangan
Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau
kalimat yang diucapkan seseorang.
4) Naming
Naming merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu
objek beserta bagian-bagiannya.
c) Atensi
Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon
stimulus spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar
lingkungannya.
1) Mengingat segera
12
Aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengingat
sejumlah kecil informasi selama < 30 detik dan mampu untuk
mengeluarkannya kembali.
2) Konsentrasi
Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang untuk
memusatkan perhatiannnya pada satu hal. Fungsi ini dapat dinilai
dengan meminta orang tersebut untuk mengurangkan 7 secara berturut-
turut dimulai dari angka 100 atau dengan memintanya mengeja kata
secara terbalik.
d) Memori
Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali informasi yang diperolehnya.
1) Memori baru
Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi yang
diperolehnya pada beberapa menit atau hari yang lalu.
2) Memori lama
Kemampuan untuk mengingat informasi yang diperolehnya pada
beberapa minggu atau bertahun-tahun lalu.
3) Memori visual
Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi berupa
gambar.
13
e) Fungsi konstruksi, mengacu pada kemampuan seseorang untuk
membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta
orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulasi balok atau
membangun kembali suatu bangunan balok yang telah dirusak
sebelumnya.
f) Kalkulasi, yaitu kemampuan seseorang untuk menghitung angka.
g) Penalaran, yaitu kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya
suatu hal, serta berpikir abstrak (Goldman, 2000).
4. Teori Mempertahankan Fungsi Kognitif
Peningkatan jumlah lansia harus diimbangi kesiapan keluarga dan tenaga
kesehatan dalam memandirikan dan meminimalisir bantuan ADL (Activity
Daily Living) makan, minum, mandi, berpakaian, dan menaruh barang pada
lansia, karena pada lansia terjadi berbagai penurunan atau perubahan antara
lain perubahan fisiologis yang menyangkut masalah sistem muskuloskeletal,
syaraf, kardiovaskuler, respirasi, indera, dan integumen, hal ini yang
menghambat keaktifan dan keefektifan lansia dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari secara mandiri. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia
berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda-beda, baik dalam hal pencapaian
puncak maupun penurunannya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2008).
Perawat atau keluarga sangat berperan penting dalam membantu lansia
yang mengalami penurunan pada aspek kognitif, yaitu dengan menumbuhkan
14
dan membina hubungan saling percaya, saling bersosialisasi, dan selalu
mengadakan kegiatan yang bersifat kelompok, selain itu untuk
mempertahankan fungsi kognitif pada lansia upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan cara menggunakan otak secara terus menerus dan di
istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan
cerita melalui media sebaiknya di jadikan sebuah kebiasaan hal ini bertujuan
agar otak tidak beristirahat secara terus menerus (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2008).
Mengisi teka teki silang (TTS) juga merupakan salah satu cara menjaga
daya ingat yang bisa di lakukan para lansia, Brain Gym (senam otak) juga
diduga mampu mempertahankankan bahkan meningkatkan kemampuan fungsi
kognitif lansia, gerakan-gerakan dalam brain gym digunakan oleh para murid
di Educational Kinesiology Foundation, California, USA (2006), untuk
meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan
otak. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan brain gym.
Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat
memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan
stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan,
konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan
kreativitas), selain itu kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan spiritual
sebaiknya digiatkan agar dapat memberi ketenangan pada lansia (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
15
C. Kognitif Pada Lansia
Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya
kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya efisiensi tranmisi
saraf di otak (menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi
hilang selama transmisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi
baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat
kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang
baru saja terjadi (Setiati, 2006).
Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai
kontributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan efisiensi dalam
pemrosesan informasi (Papalia, Olds & Feldman, 2008). Penurunan terkait
penuaan ditunjukkan dalam kecepatan, memori jangka pendek, memori kerja dan
memori jangka panjang. Perubahan ini telah dihubungkan dengan perubahan pada
struktur dan fungsi otak. Raz dan Rodrigue menyebutkan garis besar dari berbagai
perubahan post mortem pada otak lanjut usia, meliputi volume dan berat otak yang
berkurang, pembesaran ventrikel dan pelebaran sulkus, hilangnya sel-sel saraf di
neokorteks, hipokampus dan serebelum, penciutan saraf dan dismorfologi,
pengurangan densitas sinaps, kerusakan mitokondria dan penurunan kemampuan
perbaikan DNA (Myers, 2008). Raz dan Rodrigue juga menambahkan terjadinya
hiperintensitas substansia alba, yang bukan hanya di lobus frontalis, tapi juga
dapat menyebar hingga daerah posterior, akibat perfusi serebral yang berkurang
(Myers, 2008) Buruknya lobus frontalis seiring dengan penuaan telah
memunculkan hipotesis lobus frontalis, dengan asumsi penurunan fungsi kognitif
lansia adalah sama dibandingkan dengan pasien dengan lesi lobus frontalis. Kedua
16
populasi tersebut memperlihatkan gangguan pada memori kerja, atensi dan fungsi
eksekutif (Myers, 2008).
1. Karakteristik Demografi Penurunan Kognitif pada Lansia
a. Hipertensi
Salah satu faktor penyakit penting yang mempengaruhi penurunan
kognitif lansia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis dapat
meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi reduksi
substansia putih dan abu-abu di lobus prefrontal, penurunan hipokampus,
meningkatkan hiperintensitas substansia putih di lobus frontalis. Angina
pektoris, infark miokardium, penyakit jantung koroner dan penyakit
vaskular lainnya juga dikaitkan dengan memburuknya fungsi kognitif
(Briton & Marmot, 2003 dalam Myers,2008)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Penelitian lain tentang fungsi kognitif terhadap 378 penderita
hipertensi dan membandingkan dengan 366 subjek normotensi dan
dihubungkan dengan hiperinsulinemia. Hasilnya menunjukkan bahwa
fungsi kognitif penderita hipertensi lebih terganggu pada hampir semua
item fungsi kognitif yang diperiksa, walaupun hanya 5 dari 19 item
perbedaannya tetapi hal ini signifikan secara statistik (Kuusisto, 1993).
17
Suatu penelitian menyimpulkan bahwa subjek dengan tekanan
sistolik > 180 mmHg dibandingkan 141-180 mmHg, ternyata pada tekanan
sistolik > 180 mmHg memiliki resiko relatif 1,5 mengalami penyakit
Alzheimer (95%, CI = 1,0-2,3 dan p = 0,07) dan terjadinya demensia
dengan resiko relatif 1,6 (95%, CI = 1,1-2,2). Tekanan sistolik < 140
mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg tidak memperlihatkan hubungan
dengan terjadinya demensia. Hubungan dengan demensia ini lebih jelas
terlihat pada penderita yang tidak menggunakan obat anti hipertensi (Qiu,
2004).
b. Faktor usia
Suatu penelitian yang mengukur kognitif pada lansia menunjukkan
skor di bawah cut off skrining adalah sebesar 16% pada kelompok umur
65-69, 21% pada 70-74, 30% pada 75-79, dan 44% pada 80+. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan
penurunan fungsi kognitif (Scanlan, 2007).
c. Status Pendidikan
Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik
dibandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi (Scanlan, 2007).
d. Jenis Kelamin
Wanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitif. Hal ini
disebabkan adanya peranan level hormon seks endogen dalam perubahan
fungsi kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang
berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus.
Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan dengan penurunan
18
fungsi kognitif umum dan memori verbal. Estradiol diperkirakan bersifat
neuroprotektif dan dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta
terlihat sebagai protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien
Alzheimer (Myers, 2008).
e. Perilaku Merokok
Penelitian menunjukkan bahwa merokok pada usia pertengahan
berhubungan dengan kejadian gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut,
sedangkan status masih merokok dihubungkan dengan peningkatan
insiden demensia. Penelitian lainnya juga menunjukan adanya pengaruh
merokok terhadap penurunan fungsi kognitif pada perokok lama ( >20
tahun).
f. Aktivitas Olah Raga
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa ada hubungan antara
aktivitas olahraga dengan kemampuan kognitif pada subjek pria dan
wanita berusia 55-91 tahun. Orang-orang yang giat berolahraga memiliki
kemampuan penalaran, ingatan, dan waktu reaksi lebih baik daripada
mereka yang kurang atau tidak pernah olahraga (Clarkson & Hartley,
1989).
Penelitian lain menyetujui bahwa olahraga merupakan faktor
penting dalam meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada lansia. Hal yang
harus diperhatikan dalam aktivitas olahraga pada lansia adalah pemilihan
jenis olahraga yang akan dijalani, harus sesuai dengan usia dan kondisi
fisik lansia (Stones & Kozman, 1989).
19
D. MMSE (Mini Mental Status Examination)
1. Tujuan
MMSE awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan status mental
singkat serta terstandardisasi yang memungkinkan untuk membedakan antara
gangguan organik dan fungsional pada pasien psikiatri. Sejalan dengan
banyaknya penggunaan tes ini selama bertahun-tahun, kegunaan utama
MMSE berubah menjadi suatu media untuk mendeteksi dan mengikuti
perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan kelainan
neurodegeneratif, misalnya penyakit Alzheimer (Lezak, 2004).
2. Gambaran
MMSE merupakan suatu skala terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang
dikelompokkan menjadi tujuh kategori : orientasi terhadap tempat (negara,
provinsi, kota, gedung, dan lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim,
bulan, hari, dan tanggal), registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi
dan konsentrasi (secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau
mengeja kata WAHYU secara terbalik), mengingat kembali (mengingat
kembali 3 kata yang telah diulang sebelumnya), bahasa (memberi nama 2
benda, mengulang kalimat, membaca dengan keras dan memahami suatu
kalimat, menulis kalimat, dan mengikuti perintah 3 langkah), dan kontruksi
visual (menyalin gambar) (Potter, 2006).
Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar, skor yang
makin rendah mengindikasikan performance yang buruk dan gangguan
kognitif yang makin parah. Skor total berkisar antara 0-30 (performance
20
sempurna). Skor ambang MMSE yang pertama kali direkomendasikan adalah
24 atau 25, memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk mendeteksi
demensia; bagaimanapun, beberapa studi sekarang ini menyatakan bahwa skor
ini terlalu rendah, terutama terhadap seseorang dengan status pendidikan
tinggi. Studi-studi ini menunjukkan bahwa demensia dapat didiagnosis dengan
keakuratan baik pada beberapa orang dengan skor MMSE antara 24-27.
Gambaran ini terfokus pada keakuratan dalam populasi. Untuk tujuan klinis,
bahkan skor 27 tidak sensitif untuk mendeteksi demensia pada orang dengan
status pendidikan tinggi, dimana skor ambang 24 tidak spesifik pada orang
dengan status pendidikan rendah (Lezak, 2004).
3. Pelaksanaan
MMSE dapat dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit. Tes ini
dirancang agar dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua profesi
kesehatan atau tenaga terlatih manapun yang telah menerima instruksi untuk
penggunaannya.
4. Validitas
Performance pada MMSE menunjukkan kesesuaian dengan berbagai tes
lain yang menilai kecerdasan, memori dan aspek-aspek lain fungsi kognitif
pada berbagai populasi. Contohnya, skor MMSE sesuai dengan keseluruhan,
kecerdasan performance ataupun verbal dari Wechsler Adult Intellligence
Scale (WAIS) (Wechsler 1958) atau revisinya (WAIS-R) (Wechsler 1981)
pada pasien demensia, stroke, skizofrenia atau depresi, dan lansia-lansia sehat.
21
Skor MMSE juga memiliki kesesuaian dengan skor pada tes Clock Drawing
pada pasien lansia dan pasien dengan penyakit Alzheimer, dengan skor pada
Alzheimer’s Disease Assessment Scale-Cognitive (ADAS-COG) dan juga pada
tes-tes lain seperti Information-Memory-Concentration (IMC), Wechsler
Memory Scale (Wechsler 1945), tes composite neuropsychological dan Brief
Cognitive Rating Scale (BCRS).
Skor 23 pada MMSE pertama kali diajukan sebagai ambang skor yang
mengindikasikan disfungsi kognitif. Dalam 13 studi berurutan yang menilai
keefektifan ambang skor MMSE <23 untuk mendeteksi demensia, sensitivitas
berkisar antara 63%-100% dan spesifisitas berkisar antara 52%-99%.
5. Reliabilitas
Dua studi yang menilai konsistensi internal MMSE mendapatkan nilai alfa
Cronbach sebesar 0,82 dan 0,84 pada pasien lansia yang dirawat di layanan
medis (N=372) dan lansia di panti jompo (N=34). Reliabilitas MMSE lain
telah ditemukan sebesar 0,827 dalam suatu studi pada pasien demensia
(N=19), 0,95 dalam studi pada pasien dengan berbagai gangguan neurologis
(N=15), dan 0,84-0,99 dalam dua studi pada lansia di panti jompo (N=35 dan
70). Koefisien korelasi intrakelas berkisar antara 0,69-0,78 didapatkan dalam
studi di panti jompo lainnya (N=48). Rata-rata nilai kappa sebesar 0,97
didapatkan dari 5 peneliti skor performance MMSE secara terpisah pada 10
pasien neurologis.
22
6. Penggunaan Klinis
MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah
diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya
serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif
yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif. Hasilnya, MMSE menjadi
suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak di
dunia. Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah digunakan
sebagai instrument skrining kognitif primer pada beberapa studi epidemiologi
skala besar demensia. Tes ini juga digunakan secara luas pada praktik klinis
dan kecermelangannya sebagai instrumen skrining kognitif telah dibuktikan
dengan pencatuman bersama dengan Diagnostic Interview Schedule (DIS),
dalam studi National Institute of Mental Health ECA dan oleh daftarnya yang
menyebutkan MMSE sebagai penilai fungsi kognitif yang direkomendasikan
untuk kriteria diagnosis penyakit Alzheimer dikembangkan oleh konsorsium
National Institute of Neurological and Communication Disorders and Stroke
and the Alzheimer’s Disease and Related Disorders Association (McKhann,
1984).
Salah satu penelitian yang menggunakan MMSE yaitu penelitian yang
berjudul Functional Status of Centenarians in Tokyo, Japan: Developing
Better Phenotypes of Exceptional Longevity. Penelitian ini dilakukan pada
tahun 2005, menggunakan desain Cohort, sampel 304 orang lansia berusia
>100 tahun (65 laki-laki dan 239 perempuan). Hasil penelitian didapatkan 61
orang lansia (20%) memiliki fungsi kognitif yang baik, 167 lansia (55%)
23
menunjukkan penurunan fungsi kognitif, dan 76 lansia (25%) menunjukkan
kerusakan fungsi kognitif. (Gondo, 2005)
Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes ini memiliki tes
retest dan reliabilitas serta validitas sangat baik berdasarkan diagnosis klinis
independen demensia dan penyakit Alzheimer. Karena performance pada
MMSE dapat dibiaskan oleh pengaruh status pendidikan rendah pada pasien
yang sehat, beberapa pemeriksa merekomendasikan untuk menggunakan
ambang skor berdasarkan umur dan status pendidikan untuk mendeteksi
demensia.
Kelemahan terbesar MMSE yang banyak disebutkan ialah batasannya atau
ketidakmampuannya untuk menilai beberapa kemampuan kognitif yang
terganggu di awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain (misalnya
terbatasnya item verbal dan memori dan tidak adanya penyelesaian masalah
atau judgment), MMSE juga relatif tak sensitif terhadap penurunan kognitif
yang sangat ringan (terutama pada individual dengan status pendidikan
tinggi). Walaupun batasan-batasan ini mengurangi manfaat MMSE, tes ini
tetap menjadi instrumen yang sangat berharga untuk penilaian penurunan
kognitif (Rush, 2000).
7. Interpretasi MMSE
Interpretasi MMSE didasarkan pada skor yang diperoleh pada saat
pemeriksaan :
a) Skor 24-30 diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif normal
b) Skor <24 berarti definite gangguan kognitif (Folstein, 1975).
24
E. Kerangka Teori
: Pengukur fungsi kognitif
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Karakteristik Lansia
1. Hipertensi
2. Usia
3. Pendidikan
4. Jenis Kelamin
5. Perilaku Merokok
6. Aktivitas Olahraga
Myers (2008), Scanlan (2007), Stones & Kozman (1989), Qiu (2004)
Kognitif
Nehlig (2010)
MMSE
Folstein (1975), Lezak (2004)
Lanjut Usia
Makhfudli (2009), WHO
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
1. Perkembangan Organik dan Kematangan Sistem Syaraf
2. Latihan dan Pengalaman
3. Interaksi Sosial
4. Ekuilibrasi
Djaali (2011)
25
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
:Variabel yang diteliti
Bagan 3.1 Kerangka konsep
B. Definisi Operasional
Tabel Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Hipertensi Tekanan darah lebih
dari 140/90 mmHg
Kuesioner
data
responden
1. Hipertensi
(Tekanan
Darah Lebih
Dari 140/90
mmHg)
2. Tidak
Hipertensi
(Dibawah
140/90
Ordinal
Fungsi Kognitif Lansia
26
mmHg)
Usia Usia Responden sejak
tanggal lahir sampai
pada waktu menjadi
responden.
Kuesioner
data
responden
Dinyatakan
dalam tahun
Rasio
Pendidikan Tingkat sekolah
terakhir yang diikuti
oleh responden.
Kuesioner
data
responden
1. SD/ setara
2. SMP/ setara
3. SMA/ setara
4. Diploma/
Sarjana
Ordinal
Jenis
Kelamin
Jenis kelamin
responden sesuai
dengan kartu identitas
Kuesioner
data
responden
1. Pria
2. Wanita
Nominal
Perilaku
Merokok
Kegiatan merokok
responden dalam
sebulan terakhir
Kuesioner
data
responden
1. Merokok
2. Tidak
merokok
Nominal
Aktivitas
Olahraga
Aktitifitas olahraga
responden dalam
sebulan terakhir
Kuesiner
data
responden
1. Olahraga
2. Tidak
olahraga
Nominal
Fungsi
Kognitif
Kemampuan orientasi,
registrasi, atensi dan
kalkulasi, serta bahasa
dan pemahaman
Kuesioner
MMSE
1. Fungsi
kognitif
normal skor
24-30
2. Definite
Ordinal
27
gangguan
kognitif skor
<24
Tabel 3.1 Definisi Operasional
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dimana kegiatan
pengumpulan data dilakukan dari satu responden untuk satu waktu saja, dengan
jenis penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Metode kuantitatif digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
fungsi kognitif klien usia lanjut di wilayah kerja posbindu Rosella Legoso Ciputat
dengan cara mengkaji fungsi kognitif klien usia lanjut beserta karakteristiknya.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Posbindu Rosella Legoso Ciputat
Tangerang Selatan, waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun
2013.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien lanjut usia yang berumur
29
≥60 tahun yang berada di wilayah kerja posbindu Rosella Legoso Ciputat.
Klien lanjut usia yang berumur ≥60 tahun yang ada di wilayah kerja posbindu
Rosella Legoso Ciputat sebanyak 119 orang lansia.
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Sampel dalam
penelitian ini adalah klien lanjut usia yang berumur ≥60 tahun, berpendidikan
minimal setara Sekolah Dasar, tidak mengalami kecacatan mental maupun
fisik di wilayah kerja posbindu Rosella Legoso Ciputat.
Sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut:
Kriteria Inklusi
a) Merupakan klien lanjut usia yang berumur 60 tahun atau lebih di wilayah
kerja posbindu Rosella Legoso Ciputat
b) Klien lanjut usia yang tidak mengalami kecacatan mental maupun fisik
c) Klien lanjut usia yang memiliki pendidikan minimal SD / setara
3. Besar Sampel
Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel
yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam,
2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel
sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).
Jadi total sampel berdasarkan kriteria inklusi yang digunakan adalah 72
orang dari 119 lansia.
30
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner data diri responden dan
kuesiner yang mengacu pada kuesioner MMSE. Instrumen ini tidak dilakukan uji
validitas dan reabilitas karena telah banyak digunakan untuk meneliti tentang
fungsi kognitif lansia.
E. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan pedoman kuesioner
yang dijawab oleh responden. Data primer yang dibutuhkan yaitu status fungsi
kognitif lansia dan karakteristik lansia.
Pedoman kuesioner ini mengacu pada kuesioner MMSE. Waktu yang
dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan kurang lebih 15-20 menit.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Proses-proses dalam pengumpulan data penelitian ini melalui beberapa
tahap, yaitu:
a) Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b) Mendapatkan izin penelitian dari Ketua Posbindu Rosella Legoso Ciputat
untuk meneliti lansia di wilayah kerja Posbindu Rosella Legoso Ciputat
c) Melakukan pendataan kepada calon responden dengan memperkenalkan
diri dan menjelaskan tujuan serta manfaat penelitian.
31
d) Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani
oleh calon responden apabila bersedia menjadi subjek penelitian.
e) Memberikan pertanyaan sesuai dengan lembar kuesioner.
f) Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti
apabila ada yang kurang jelas dengan pertanyaan peneliti.
G. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas
responden, melindungi dan menghormati hak responden untuk menolak penelitian
yang diajukan pernyataan persetujuan (informed consent) mengikuti penelitian
seperti terlampir. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti meminta izin
kepada petugas Posbindu Rosella. Kemudian mendatangi calon responden dan
memperkenalkan diri lalu memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat
penelitian, menjelaskan partisipasi responden, serta kerahasiaan data yang
diperoleh. Setelah diberikan penjelasan, peneliti kemudian memastikan bahwa
responden benar-benar mengerti tentang penelitian yang akan dilakukan termasuk
dengan keuntungan menjadi subjek penelitian. Responden akan diberi lembar
persetujuan dan diminta untuk menandatanganinya. Jika responden tidak bersedia
menjadi subjek penelitian maka responden berhak untuk mengundurkan diri dari
penelitian. Kerahasiaan data dari responden akan dijaga oleh peneliti. Lembar
kuesioner yang telah diisi akan di simpan ditempat yang hanya diketahui oleh
peneliti dan pihak yang berkepentingan membaca kuesioner tersebut. Peneliti juga
akan segera menghapus data-data responden yang telah di analisis.
32
H. Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan
komputasi program Microsoft Excel, dengan menggunakan menu AVERAGE
untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean) dan STDEV untuk mendapatkan nilai
standar deviasi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengolahan data yang
terdiri dari:
1. Editing
Editing adalah upaya pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk
angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu
informasi atau data yang akan dianalisis.
3. Entri Data
Data entri adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master table atau database komputer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana.
4. Analisa Data
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang akan
dianalisis.
35
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Posbindu Rosella
Posbindu Rosela terletak di RW 07 Legoso Ciputat wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur, Posbindu Rosella didirikan oleh ibu Rosyida selaku
ketua Posbindu Rosella Legoso pada tanggal 30 Mei 2012 yang memiliki tujuan
untuk meningkatkan usia harapan hidup lansia, mendeteksi dini penyakit-penyakit
lansia, meningkatkan kemandirian lansia, dan menjalin tali silahturahmi antar
lansia. Posbindu Rosella memiliki lansia binaan sebanyak 377 orang yang terdiri
dari usia pra lansia, usia lansia, dan usia tua.
Posbindu Rosella memiliki gedung seluas 90m2 yang dibangun oleh
PNPM Mandiri yang diresmikan pada tanggal 13 Februari 2010, gedung ini juga
digunakan untuk kegiatan Posyandu Kenanga dan Posyandu Melati.
Program pelayanan kesehatan yang dilakukan di Posbindu Rosella antara lain:
1. Pemeriksaan kesehatan
2. Penyuluhan kesehatan
3. Deteksi dini penyakit
4. Pemberian obat
Program tambahan Posbindu Rosella antara lain:
1. Senam lansia setiap hari Rabu dan Minggu pukul 06.00 WIB
2. Pengajian rutin setiap hari Rabu pukul 10.00 WIB
3. Keterampilan setiap hari Sabtu pukul 13.30 WIB
36
B. Gambaran Karakteristik Lansia
Pada bab ini peneliti akan menyajikan data hasil penelitian mengenai
karakteristik hipertensi, jenis kelamin, usia, pendidikan, perilaku merokok, dan
aktivitas olahraga pada lansia yang memenuhi kriteria inklusi di Posbindu Rosella
yang berjumlah 72 orang. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
kepada responden. Hasil penelitian dari pengumpulan data disajikan dalam bentuk
tabel yang dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dengan
menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan penyakit hipertensi, jenis
kelamin, usia, tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, dan olahraga
Variabel Karakteristik Frekuensi %
Hipertensi Ya 33 45,83
Tidak 39 54,17
Jenis kelamin Laki-laki 22 30,56
Perempuan 50 69,44
Usia elderly (60-74 tahun)
old (75-90 tahun)
very old (>90 tahun)
59
12
1
81,94
16,67
1,39
Pendidikan SD/ setara 53 73,61
SMP/ setara 12 16,67
SMA/ setara 5 6,94
Diploma/ sarjana 2 2,78
Perilaku merokok Merokok 25 34,72
37
Tidak merokok 47 65,28
Aktivitas olahraga Olahraga 18 25,00
Tidak olahraga 54 75,00
Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa berdasarkan penyakit hipertensi pada
lansia, 54,17 % tidak menderita penyakit hipertensi. Berdasarkan Jenis kelamin
lansia, 69,44 % berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan usia lansia, 81,94 %
berusia elderly. Berdasarkan tingkat pendidikan, 76,39 % lansia berpendidikan
SD/ setara. Berdasarkan kebiasaan merokok, 65,28 % lansia mengaku tidak
merokok. Berdasarkan kebiasaan olahraga, 75,00 % lansia mengaku tidak
berolahraga.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia berusia ≥60 tahun di
Posbindu Rosella
Keadaan fungsi kognitif Frekuensi %
Fungsi kognitif normal 23 31,94
Fungsi kognitif terganggu 49 68,06
Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa lansia berusia di atas 60 tahun di
Posbindu Rosella yang mengalami gangguan fungsi kognitif (68,06 %) lebih
banyak dibandingkan lansia yang memiliki fungsi kognitif normal (31,94 %).
38
Tabel 5.3 Tabel standar deviasi lansia berdasarkan aspek-aspek kognitif
pada MMSE
Aspek Kognitif Mean Standar Deviasi Nilai Maksimum
Orientasi 7,167 1,322 10
Registrasi 2,292 0,846 5
Atensi dan Kalkulasi 1,958 1,811 5
Mengingat Kembali 1 0,751 3
Bahasa dan Pemahaman 5,736 1,353 9
Dari data diatas diketahui bahwa lansia lebih banyak terganggu pada aspek
atensi dan kalkulasi, dengan standar deviasi 1,811, kemudian aspek bahasa dan
pemahaman 1,353, dan orientasi dengan standar deviasi 1,322.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan penyakit hipertensi
pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella
Hipertensi Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total
Frekuensi % Frekuensi %
Ya 7 21,21 26 78,79 33
Tidak 16 41,03 23 58,97 39
Tabel 5.4 menunjukan bahwa lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella
dengan penyakit hipertensi yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 21,21
%, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 78,79 %. Sedangkan
lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella tanpa penyakit hipertensi yang
39
memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 41,03 %, dan yang memiliki fungsi
kognitif terganggu sebanyak 58,97 %.
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan jenis kelamin lansia
berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella
Jenis kelamin Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total
Frekuensi % Frekuensi %
Laki-laki 12 54,55 10 45,45 22
Perempuan 11 22,00 39 78,00 50
Tabel 5.5 menunjukan bahwa lansia laki-laki yang berusia ≥60 tahun di
Posbindu Rosella memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 54,55 %, dan yang
memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 45,45 %. Sedangkan lansia
perempuan berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella yang memiliki fungsi kognitif
normal sebanyak 22,00 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak
78,00 %.
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan usia lansia di Posbindu
Rosella
Usia Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total
Frekuensi % Frekuensi %
Elderly (60-74
tahun)
22 37,29 37 62,71 59
Old (75-90 tahun) 1 8,33 11 91,67 12
40
Very Old (>90
tahun)
0 0,00 1 100,00 1
Tabel 5.6 menunjukan bahwa lansia berusia Elderly (60-74 tahun) di
Posbindu Rosella yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 37,29 %, dan
yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 62,71 %. Lansia berusia Old
(75-90 tahun) di Posbindu Rosella yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak
8,33 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 91,67 %.
Sedangkan lansia berusia Very Old (>90 tahun) di Posbindu Rosella yang
memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 0,00 %, dan yang memiliki fungsi
kognitif terganggu sebanyak 100,00 %.
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan tingkat pendidikan
pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella
Tingkat
pendidikan
Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total
Frekuensi % Frekuensi %
SD/ setara 10 18,87 43 81,13 53
SMP/ setara 7 58,33 5 41,67 12
SMA/ setara 4 80,00 1 20,00 5
Diploma/ sarjana 2 100,00 0 0,00 2
Tabel 5.7 menunjukan bahwa lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella
dengan tingkat pendidikan SD/ setara yang memiliki fungsi kognitif normal
sebanyak 18,87 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 81,13
41
%. Lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella dengan tingkat pendidikan SMP/
setara yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 58,33 %, dan yang
memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 41,67 %. Lansia berusia ≥60 tahun
di Posbindu Rosella dengan tingkat pendidikan SMA/ setara yang memiliki fungsi
kognitif normal sebanyak 80,00 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu
sebanyak 20,00 %. Sedangkan Lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella
dengan tingkat pendidikan Diploma/ Sarjana yang memiliki fungsi kognitif
normal sebanyak 100,00 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu
sebanyak 0,00 %.
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan perilaku merokok pada
lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella
Perilaku merokok Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total
Frekuensi % Frekuensi %
Merokok 7 28,00 18 72,00 25
Tidak merokok 16 34,04 31 65,96 47
Tabel 5.8 menunjukan bahwa lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella
yang mengaku merokok memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 28,00 %, dan
yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 72,00 %. Sedangkan lansia
berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella yang mengaku tidak merokok memiliki
fungsi kognitif normal sebanyak 34,04 %, dan yang memiliki fungsi kognitif
terganggu sebanyak 65,96 %.
42
Tabel 5.9 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan aktivitas olahraga pada
lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella
Aktivitas olahraga Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total
Frekuensi % Frekuensi %
Olahraga 13 72,22 5 27,78 18
Tidak olahraga 10 18,52 44 81,48 54
Tabel 5.9 menunjukan bahwa lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella
yang mengaku berolahraga memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 72,22 %,
dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 27,78 %. Sedangkan lansia
berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella yang mengaku tidak berolahraga memiliki
fungsi kognitif normal sebanyak 18,52 %, dan yang memiliki fungsi kognitif
terganggu sebanyak 81,48 %.
43
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Penyakit Hipertensi
Hasil penelitian berdasarkan penyakit hipertensi yaitu didapatkan
bahwa lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella dengan penyakit
hipertensi sebanyak 33 orang dan tanpa penyakit hipertensi sebanyak 39
orang. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dengan frekuensi
paling banyak adalah lansia dengan penyakit hipertensi yang memiliki
fungsi kognitif terganggu yaitu sebanyak 58,97 %.
Nilai tersebut sesuai dengan hasil dari suatu penelitian yang
menyimpulkan bahwa subjek dengan tekanan sistolik >180 mmHg
dibandingkan 141-180 mmHg, memiliki resiko relatif 1,5 mengalami
penyakit Alzheimer dan terjadinya demensia dengan resiko relatif 1,6.
Tekanan sistolik <140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg tidak
memperlihatkan hubungan dengan terjadinya demensia. Hubungan dengan
demensia ini lebih jelas terlihat pada penderita yang tidak menggunakan
obat anti hipertensi (Qiu, 2004).
2. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin didapatkan jumlah lansia laki-laki yang
memenuhi kriteria inklusi sebagai responden adalah 22 orang dan
perempuan 50 orang. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil
44
dengan frekuensi paling banyak adalah lansia dengan jenis kelamin
perempuan yang memiliki fungsi kognitif terganggu yaitu sebanyak 78,00
%.
Nilai tersebut sesuai dengan suatu penelitian yang menyatakan
bahwa wanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitif yang
disebabkan adanya peranan level hormon seks endogen dalam perubahan
fungsi kognitif. Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan
dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal. E (Myers,
2008).
3. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Usia
Usia lansia dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok usia
Elderly (60-74 tahun) sebanyak 59 orang, Old (75-90 tahun) sebanyak 12
orang, dan Very Old (>90 tahun) sebanyak satu orang, hasil menunjukan
bahwa lansia berusia Elderly (60-74 tahun). Dari penelitian yang
dilakukan didapatkan hasil dengan frekuensi paling banyak adalah lansia
dengan usia Very Old (>90 tahun) yang memiliki fungsi kognitif terganggu
yaitu sebanyak 100,00 %, diikuti dengan lansia berusia Old (75-90 tahun)
di Posbindu Rosella yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak
91,67 %, artinya penurunan fungsi kognitif sejalan dengan penambahan
usia pada lansia.
Nilai tersebut sesuai dengan suatu penelitian dengan hasil
penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan
penurunan fungsi kognitif (Scanlan, 2007).
45
4. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dibagi menjadi SD/ setara dengan jumlah
lansia 53 orang, SMP/ setara 12 orang, SMA/ setara sebanyak lima orang,
dan Diploma/ sarjana sebanyak dua orang lansia. Dari penelitian yang
dilakukan didapatkan hasil dengan frekuensi paling banyak adalah lansia
dengan tingkat pendidikan SD/ setara yang memiliki fungsi kognitif
terganggu yaitu sebanyak 81,13 %.
Nilai tersebut sesuai dengan suatu penelitian yang menyatakan
bahwa kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik
dibandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi (Scanlan 2007).
5. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Perilaku Merokok
Berdasarkan perilaku merokok lansia didapatkan lansia yang
mengaku merokok sebanyak 25 orang dan yang tidak merokok sebanyak
47 orang. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dengan
frekuensi paling banyak adalah lansia yang mengaku merokok dan
memiliki fungsi kognitif terganggu yaitu sebanyak 72,00 %.
Nilai tersebut sesuai dengan suatu penelitian menunjukkan bahwa
merokok pada usia pertengahan berhubungan dengan kejadian gangguan
fungsi kognitif pada usia lanjut, sedangkan status masih merokok
dihubungkan dengan peningkatan insiden demensia.
46
6. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Aktivitas Olahraga
Berdasarkan aktivitas olahraga lansia didapatkan lansia yang
mengaku berolahraga sebanyak 18 orang dan yang tidak berolahraga
sebanyak 54 orang. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil
dengan frekuensi paling banyak adalah lansia yang tidak berolahraga dan
memiliki fungsi kognitif terganggu yaitu sebanyak 81,48 %.
Nilai tersebut sesuai dengan suatu penelitian yang menemukan
bahwa ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan kemampuan
kognitif pada subjek pria dan wanita berusia 55-91 tahun. Orang-orang
yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan, dan waktu
reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang atau tidak pernah olahraga
(Clarkson & Hartley, 1989). Penelitian lain menyetujui bahwa olahraga
merupakan faktor penting dalam meningkatkan fungsi-fungsi kognitif
pada lansia. Hal yang harus diperhatikan dalam aktivitas olahraga pada
lansia adalah pemilihan jenis olahraga yang akan dijalani, harus sesuai
dengan usia dan kondisi fisik lansia (Stones & Kozman, 1989).
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yaitu penelitian
yang hanya memotret dan menganalisis suatu keadaan dalam suatu saat
tertentu saja, pengukuran semua variabel yang diteliti dilakukan pada saat
bersamaan.
47
2. Adanya kemungkinan terjadi bias karena faktor kesalahan interpretasi
responden dalam memahami maksud dari pertanyaan yang sebenarnya.
Jawaban responden tergantung pada pemahaman responden terhadap
pertanyaan pada kuesioner.
3. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner dan tidak menggunakan
observasi pada lansia di Posbindu Rosella Legoso.
48
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran fungsi kognitif lanjut usia
di Posbindu Rosella Legoso wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Lansia lebih banyak terganggu pada aspek atensi dan kalkulasi, dengan
standar deviasi 1,811
2. Dari hasil penelitian berdasarkan penyakit hipertensi yaitu jumlah lansia yang
menderita penyakit hipertensi (78,79 %) lebih banyak mengalami gangguan
fungsi kognitif. Berdasarkan jenis kelamin yaitu jumlah lansia dengan jenis
kelamin perempuan (78,00 %) lebih banyak mengalami gangguan fungsi
kognitif. Berdasarkan usia yaitu lansia dengan usia Very Old (>90 tahun)
(100,00 %) lebih banyak mengalami gangguan fungsi kognitif. Berdasarkan
tingkat pendidikan yaitu lansia dengan pendidikan SD/ setara (81,13 %) lebih
banyak mengalami gangguan fungsi kognitif. Berdasarkan perilaku merokok
yaitu lansia yang mengaku merokok (72,00 %) lebih banyak mengalami
gangguan kognitif. Bardasarkan aktivitas olahraga yaitu lansia yang tidak
pernah olahraga (81,48 %) lebih banyak mengalami gangguan kognitif.
3. Fungsi kognitif pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella yang paling
banyak muncul adalah lansia dengan gangguan fungsi kognitif (68,06 %)
49
4. Rata-rata setengah dari sampel penelitian, lansia berusia ≥60 tahun di
Posbindu Rosella mengalami gangguan kognitif.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta permasalahan yang diangkat sebagai
penelitian, beberapa hal dapat disarankan:
1. Bagi praktisi kesehatan khususnya perawat dapat lebih baik lagi dalam
melakukan asuhan keperawatan terhadap lansia dengan melihat karakteristik
lansia seperti penyakit hipertensi, jenis kelamin, usia lansia, tingkat
pendidikan, perilaku merokok, dan aktivitas olahraga dalam upaya
penanganan dan pencegahan penurunan fungsi kognitif serta fungsi kognitif
terganggu.
2. Bagi keluarga dapat memberikan dukungan emosional dan perhatian khusus
bagi lansia dengan penurunan fungsi kognitif, khususnya lansia dengan fungsi
kognitif terganggu karena keluarga mempunyai peranan penting dalam
mempertahankan fungsi kognitif lansia.
3. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian dapat dilakukan dengan jumlah sampel
yang lebih besar serta perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang fungsi
kognitif lansia dengan desain studi yang berbeda dan variabel-variabel yang
belum diteliti dalam penelitian ini namun diduga berhubungan dengan
kejadian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Azi, Kiat Panjang Umur Dengan Gerak dan Latih Otak. Universitas Indonesia.
2008.
Badan Pusat Statistik. DataStatistik Indonesia: Jumlah Penduduk Menurut
Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota. 2010.
Beckett NS, Peters R, Fletcher AE, Staessen JA, Liu L, Dumitrascu D, et.al.
Treatment of Hypertension in Patients 80 Years of Age or Older. N Engl J
Med. 2008.
Clarkson-Smith, L. & Hartley, A.A. Relationship Between Physical Exercise and
Cognitive Abilities in Older Adults. Psychology and Aging, 4, 183-189.
1989.
Dahlan, Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif
Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Dengan Menggunakan
SPSS, Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika. 2009
Denisson P, Denisson G. Buku Panduan Brain Gym. Jakarta, PT Gramedia. 2006.
Dikot, Y., & Ong, PA. Diagnosa Dini dan Penatalaksanaan Demensia di
Pelayanan Medis Primer. Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI) Cab. Jawa
Barat & Asna Dementia Standing Commiitee. 2007.
Direktorat Jendral Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI.
Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial.
No28a/PRS-3/KEP/2009. Jakarta. 2009.
Djaali, H. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2011
Dorland, W. A Newman. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC,
2002.
Fakultas Ilmu Kesehatan, Pedoman Penyusunan Tugas Akhir (Karya Tulis Ilmiah/
Skripsi). Surabaya. 2009.
Folstein, M., Folstein, S.E., McHugh, P.R. “Mini Mental State” a Practical
Method for Grading the Cognitive State of Patients for the Clinician.
Journal of Psychiatric Research, 12(3); 189-198. 1975.
Gondo, Yasuyuki et al. Functional Status of Centenarians in Tokyo, Japan:
Developing Better Phenotypes of Exceptional Longevity. Tokyo
Metropolitan Institute of Gerontology. 2005. Diakses melalui
Http://biomedgerontology.oxfordjournals.org/content/61/3/305.abstract
Hasan, Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi
Aksara. 2005.
Hidayat.. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika. 2008
Mifflin, Houghton. The American Heritage “Stedman's Medical Dictionary,
Second Edition”. 2002.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 2005
Kumar R, Research Methodology. Malaysia: Sage Publication. 1999
Kuusisto J, Koivisto K, Mykkanen L, Helkala EL, Vanhanen M, Hanninnen T et
al., Essential Hypertension and Cognitive Function. The Role of
Hyperinsulinemia. Hypertension. 1993.
Lezak, M. D., Howieson, D. B., & Loring, D. W. Neuropsychological Assessment,
4th ed. NY: Oxford University Press. Evidence Level VI: Exert Opinion.
2004.
Makhfudli., & Effendi, Ferry. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori Dan
Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2009.
Maryam, R Siti Dkk. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika. 2008.
Myers, Jamie S. Factors Associated With Changing Cognitive Function in Older
Adults: Implications for Nursing Rehabilitation. 2008.
Nehlig, A. Is Caffeine a Cognitive Enhancer?. Journal of Alzheimer Disease
20:S85-S94. 2010
Papalia E., Diane., Olds Wendkos., Sally., Feldman Duskin., Ruth. Human
Development Eleventh Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
2008
Qiu C, Strauss EV, Winblad B, Fratiglion L. Decline in Blood Pressure Over
Time and Risk of Dementia. 2004.
Ridwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta: Bandung. 2008.
Soejono Heriawan dkk. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Geriatri Untuk Dokter
dan Perawat. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. 2006.
Sri Surini P, Budi Utomo. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC. 2003.
Stanley & Beare. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2007.
Stones, M.J. & Kozma, A. Multidimensional Assessment of The Elderly Via a
Microcomputer: The SENOTS Program and Battery. Psychology and
Aging, 4, 113-118. 1989.
Turana,Y., Mayza, A., Lumempouw, S. F. Pemeriksaan Status Mental Mini pada
Usia Lanjut di Jakarta. Medika. Vol.XXX, September. 2004.
United Nation. Population Aging. Department of Economic and Social Affairs
Population Division. 2006.
LAMPIRAN 1
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF KLIEN USIA LANJUT
DI POSBINDU ROSELLA LEGOSO WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN TAHUN 2013
Assalamualaikum WR. WB.
Nama : Rizhsky Dayamaes
NIM : 108104000040
Angkatan : 2008
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang
melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir menyelesaikan
pendidikan Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian, untuk itu saya harap bapak/ ibu bersedia meluangkan waktunya untuk
mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan jawaban bapak/ ibu akan di jaga
dan hanya diketahui oleh peneliti.
Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang
dipertanyakan, sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk
penelitian ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi bapak/ ibu dalam
pengisian kuesioner ini.
Apakah bapak/ ibu bersedia menjadi responden? YA/ TIDAK
Tangerang, 2013
TTD
( Nama Lengkap )
LAMPIRAN 2
FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN
1 Nama
2 Jenis kelamin Laki-laki/ Perempuan
3 Tempat, tanggal lahir, umur
4 Alamat
4 Status perkawinan Belum menikah/ menikah/ janda/ duda
5 Pendidikan dan pekerjaan
Penyakit Hipertensi
6 Hipertensi Ya/ Tidak
………….mmHg
7 Apakah anda mengkonsumsi obat anti
hipertensi saat ini?
Apakah pernah mengkonsumsi obat-
obatan anti hipertensi pada waktu yang
lalu?
Ya/ Tidak
Ya/ Tidak
Pola Hidup
8 Apakah anda mengkonsumsi rokok?
Berapa banyak dalam sehari?
Ya/ Tidak
……………x Sehari
9 Apakah anda rutin berolahraga?
Berapa kali dalam seminggu
Ya/ Tidak
……………x Seminggu
LAMPIRAN 3
MINI MENTAL STATUS EXAMINATION (MMSE)
Tanggal pemeriksaan:
No Tes Nilai max Nilai
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5
2 Kita berada dimana? (Negara), (provinsi), (kota),
(kabupaten/ kecamatan), (lantai/kamar)
5
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1
detik, responden diminta mengulangi ketiga nama benda
tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan
3
ATENSI DAN KALKULASI
4 Hitung mundur dari 100 ke bawah dengan pengurangan 5.
Hentikan setelah 5 jawaban benar.
5
MENGINGAT KEMBALI
5 Tanyakan kembali 3 nama benda yang tadi telah di sebutkan
di atas
3
BAHASA DAN PEMAHAMAN
6 Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjuk
(pensil, buku)
2
7 Responden diminta mengulang kata-kata: “namun”, 1
“tanpa”, “bila”
8 Responden diminta melakukan perintah: “ambil kertas ini
dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua kemudian letakan
di lantai”
3
9 Responden diminta membaca dan melakukan perintah
“PEJAMKAN MATA ANDA”
1
10 Responden dimita menulis satu kalimat 1
11 Responden diminta menggambar bentuk berikut:
1
TOTAL NILAI 30
Interpretasi hasil :
Skor 24-30 = fungsi kognitif normal
Skor <24 = definite gangguan kognitif
(Folstein, 1975).