17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enuresis adalah inkontinensia urin pada manusia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu berkemih secara normal, merupakan salah satu masalah perkembangan yang paling sering dijumpai. Hal ini dapat merupakan sumber rasa malu pada anak dan sumber rasa frustrasi bagi orang tua. 1 Oleh karena sering dianggap memalukan oleh penderita dan keluarganya, enuresis sering disembunyikan sebagai rahasia keluarga dan tidak dikeluhkan sebagai kondisi yang patut mendapat pertolongan dokter. Enuresis dapat menyebabkan harga diri anak yang semakin berkurang dan berdampak pada perkembangan kepribadiannya, oleh karena itu sebenarnya anak dengan enuresis memerlukan pertolongan dokter, terutama pada anak yang sudah mengalami tekanan mental dan gangguan perkembangan kepribadian atau anak dengan orang tua yang kurang toleran dan cenderung menghukum anaknya yang menderita enuresis. 2 Functional Enuresis adalah pengeluaran urin involunter pada waktu siang atau malam hari pada anak yang berumur lebih dari 4 tahun, tanpa adanya kelainan fisik atau penyakit organik. 3 Hingga saat ini tidak ada keseragaman frekuensi mengompol dalam definisi enuresis. Functional Enuresis Page 1

Functional Enuresis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

functional enuresis

Citation preview

Page 1: Functional Enuresis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Enuresis adalah inkontinensia urin pada manusia dimana seharusnya seorang

anak sudah mampu berkemih secara normal, merupakan salah satu masalah

perkembangan yang paling sering dijumpai. Hal ini dapat merupakan sumber rasa

malu pada anak dan sumber rasa frustrasi bagi orang tua.1

Oleh karena sering dianggap memalukan oleh penderita dan keluarganya,

enuresis sering disembunyikan sebagai rahasia keluarga dan tidak dikeluhkan sebagai

kondisi yang patut mendapat pertolongan dokter. Enuresis dapat menyebabkan harga

diri anak yang semakin berkurang dan berdampak pada perkembangan

kepribadiannya, oleh karena itu sebenarnya anak dengan enuresis memerlukan

pertolongan dokter, terutama pada anak yang sudah mengalami tekanan mental dan

gangguan perkembangan kepribadian atau anak dengan orang tua yang kurang toleran

dan cenderung menghukum anaknya yang menderita enuresis.2

Functional Enuresis adalah pengeluaran urin involunter pada waktu siang atau

malam hari pada anak yang berumur lebih dari 4 tahun, tanpa adanya kelainan fisik

atau penyakit organik.3 Hingga saat ini tidak ada keseragaman frekuensi mengompol

dalam definisi enuresis. Ketidakseragaman ini akan memberi dampak terhadap angka

kejadian enuresis yang berbeda antara satu peneliti dengan yang lain, juga antara

negara yang satu dengan negara yang lainnya.2

Functional Enuresis Page 1

Page 2: Functional Enuresis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kata enuresis berasal dari kata Yunani “enourein” yang berarti pengosongan

urin. Enuresis adalah istilah yang digunakan untuk kebiasaan pengeluaran air seni

tanpa terkendali (mengompol) pada anak-anak yang berusia lebih dari tiga tahun.

Mengompol bisa terjadi pada saat tidur siang hari, namun pada umumnya terjadi pada

saat tidur malam hari. Biasanya, anak yang menderita enuresis menyadari bahwa

dirinya basah oleh air seninya melalui mimpi seolah sedang buang air kecil di kamar

mandi. Anak terbangun dan sudah mendapati pakaian tidurnya basah oleh air seninya

sendiri. Mengompol bisa berulang dengan frekuensi 5-6 kali dalam satu minggu.

Kejadian enuresis bisa bervariasi yang disebabkan oleh kebiasaan atau oleh kondisi

tertentu, misalnya saat anak merasa dirinya sedang sangat tertekan.3 Bagaimana sikap

kita terhadap anak dengan enuresis?

Mencari faktor organik, misalnya iritasi lokal seperti balanitis, fimosis, sistisis

atau anomali susunan saraf pusat seperti spina bifida. Atau adanya "kandung

seni yang mudah terangsang" ("irritable bladder") yang biasanya familial.

Latihan yang salah, yaitu terlalu cepat dilatih karena terlalu banyak perhatian,

atau sebaliknya, anak tidak dilatih karena kurang perhatian dari orang tua.

Mencari gangguan emosional, misalnya keadaan di rumah atau di sekolah yang

tidak memuaskan sehingga menimbulkan ketegangan.

B. Epidemiologi

Berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan pada usia 6-7 tahun 80% anak

secara penuh dapat mengendalikan kandung kemihnya, sedangkan 20% lagi

mengalami enuresis nocturnal, enuresis diurnal atau keduanya. Insiden enuresis

menurun sesuai dengan semakin bertambahnya usia, sehingga pada usia 14 tahun

insiden enuresis hanya 2-3%.6 Sedangkan menurut survey di Jakarta pada tahun 1986

menyebutkan bahwa prevalensi enuresis pada anak laki-laki sekitar 2,83% dan pada

Functional Enuresis Page 2

Page 3: Functional Enuresis

anak perempuan 2,97%. 82,4% adalah enuresis nocturnal dan 17,6% merupakan

enuresis diurnal; 96,7% bersifat primer dan 3,3% merupakan enuresis sekunder.2

C. Etiologi

Genetik

Penelitian akhir-akhir ini mengidentifikasi bahwa pada penderita enuresis

terdapat gen yang dominan pada kromosom 13. Adanya penemuan baru dan

identifikasi dari produksi gen tersebut cukup dapat memberikan pemahaman baru

dalam masalah enuresis ini.1

Apabila ditemukan riwayat enuresis pada salah satu orang tuanya, maka

kemungkinan timbulnya enuresis pada anaknya sekitar 40-44%, sedangkan bila kedua

orang tua memiliki riwayat enuresis maka insidens enuresis pada anaknya meningkat

menjadi 77%. Bila tidak ditemukan riwayat enuresis pada kedua orang tua, hanya

sekitar 15% anak yang menderita enuresis. Sekitar 67% penderita enuresis juga

mempunyai saudara sekandung yang mengompol.2

Faktor sosial dan psikologis

Anak dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, keluarga yang broken

home lebih sering mengalami enuresis. Timbulnya enuresis nocturnal sekunder,

biasanya juga disebabkan oleh karena kelahiran saudara kandung, kematian dalam

keluarga, atau memiliki orang tua yang bercerai. Enuresis jarang sekali dikaitkan

dengan masalah psikiatrik. Kebanyakan anak dengan enuresis memiliki profil

psikologis yang normal atau sedikit peningkatan minor dalam tingkah lakunya.5

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan terbukti, peranan faktor

psikologik sebagai etiologi enuresis nocturnal terutama enuresis primer. Enuresis

sekunder memang sering dihubungkan dengan stress psikologik, sedangkan pada

enuresis primer peranan psikologik sangat kecil.2

Enuresis nocturnal primer secara signifikan tidak timbul oleh karena tingkah

laku komorbid.7 Sebaliknya, beberapa peneliti juga menduga adanya hubungan antara

ADHD (Attention Deficit Hyper-activity or Disorder) dengan enuresis nocturnal.

Peranan enuresis sebagai penyebab gangguan emosi pada anak telah terbukti melalui

Functional Enuresis Page 3

Page 4: Functional Enuresis

berbagai penelitian. Anak dengan enuresis merasa harga dirinya berkurang dan

kurang percaya diri terutama pada anak yang usianya lebih tua darinya dan anak

perempuan. Merosotnya rasa percaya diri pasien enuresis dapat diperberat oleh sikap

orang tua yang kurang toleran terhadap keadaan anaknya.2

Tindakan yang salah, tetapi sering dilakukan oleh orang tua, ialah anaknya

dipersalahkan, dihukum atau dibuat malu. Misalnya anak itu disuruh mencuci

pakaiannya sendiri bila sudah basah, disuruh mencium kencingnya, guru dan teman-

teman diberitahukan bahwa ia "ngompol" atau ia dibanding-bandingkan dengan

saudara atau teman yang tidak demikian. Dengan perlakuan seperti ini ketegangan

akan bertambah.

Faktor tidur

Orang tua dari anak yang mengalami enuresis sering melaporkan bahwa si

anak biasanya tidur lelap dan cenderung sulit dibangunkan, namun pendapat ini masih

berdasarkan penelitian subyektif. Pada anak dengan enuresis didapat pola tidur yang

terlalu lelap terutama pada kasus-kasus yang resisten terhadap pengobatan. Penelitian

juga menyatakan bahwa laki-laki memiliki gangguan tidur yang lebih berat.

D. Klasifikasi

Enuresis dapat diklasifikasikan menjadi :1

Enuresis Diurnal

Mengompol pada siang hari

Enuresis Nokturnal

Mengompol pada malam hari. Hal ini masih dianggap normal bila terjadi pada

balita dan apabila masih dialami anak usia di atas 5 tahun perlu mendapat

perhatian khusus. Kasus ini tejadi hanya sekitar 1 diantara 100 anak yang tetap

ngompol setelah usia 15 tahun. Pada sebagian besar kasus ngompol dapat

sembuh sendiri sampai anak mencapai usia 10-15 tahun.

Enuresis Primer

Functional Enuresis Page 4

Page 5: Functional Enuresis

Dimana anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahun masih tetap ngompol.

Terjadi ketika anak tidak bisa kencing di toilet. Umumnya enuresis primer

lebih banyak terjadi. Berdasarkan hasil penelitian enuresis jenis ini dapat

terjadi karena adanya faktor keturunan, apabila kedua orang tua memiliki

riwayat ngompol, maka 77% anaknya akan mengalami hal serupa. Bila hanya

salah satu orang tua ada riwayat enuresis maka akan terjadi 44% pada anaknya

dan bila kedua orang tua sama sekali tidak ada riwayat, kemungkinan terjadi

enuresis pada anaknya hanya sekitar 15 %.

Enuresis Sekunder

Terjadi saat seorang anak yang sudah berhenti mengalami enuresis kira-kira

sekitar 6 bulan lalu mengalaminya lagi setelah masa “tenggang” itu.

E. Diagnosis

Untuk membantu menegakkan diagnosis anak yang mengalami functional

enuresis harus dilakukan hal-hal berikut :

Anamnesa

Anamnesa harus mencakup pertanyaan mengenai poliuria, polidipsia, urgensi,

frekuensi, disuria, kelainan aliran urin, riwayat infeksi saluran kemih,

mengompol spontan, dan keluhan saluran cerna (15% anak dengan enuresis

juga mengalami enkopresis). Riwayat gangguan tidur seperti sleep apnea atau

insomnia dan riwayat neurologik maupun perkembangan harus ditanyakan.

Riwayat keluarga juga membantu investigasi enuresis.7

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik harus mencakup palpasi abdomen untuk menilai

ada/tidaknya massa tinja, pemeriksaan tulang belakang segmen bawah untuk

menilai ada/tidaknya stigmata kutaneus disrafisme spinalis (pigmentasi pada

linea vertebralis), penilaian jepitan anus, dan evaluasi kekuatan motorik,

tonus, refleks, dan sensasi di tungkai untuk membuktikan ada/tidaknya

neurogenic bladder. Anak-anak yang mengalami gejala mengompol di siang

hari atau tidak membaik dengan terapi harus dirujuk ke dokter spesialis anak.8

Functional Enuresis Page 5

Page 6: Functional Enuresis

Pemeriksaan penunjang

Urinalisis adalah pemeriksaan yang paling penting untuk skrining anak dengan

enuresis. Anak-anak dengan sistitis biasanya memiliki bukti adanya leukosit

atau bakteri pada urinalisis mikroskopik. Anak-anak dengan overactive

bladder atau dysfunctional voiding, obstruksi uretra, neurogenic bladder,

ureter ektopik, atau diabetes melitus merupakan predisposisi terjadinya sistitis.

Jika ditemukan bukti sistitis pada urinalisis, urin harus dikirim untuk kultur

dan uji sensitifitas. Obstruksi uretra dihubungkan dengan adanya sel darah

merah pada urin. Adanya glukosa menunjukkan kemungkinan diabetes

melitus. Pengambilan urin acak atau urin pagi hari dengan berat jenis lebih

dari 1,020 menyingkirkan diabetes insipidus. Pemeriksaan darah pada pasien

enuresis biasanya tidak dibutuhkan kecuali dicurigai ada kondisi lain yang

menjadi indikasi pemeriksaan tersebut.9

Diagnosa functional enuresis menurut DSM-V (American Psychiatric

Assosiation) dapat ditegakkan apabila 4 :

1. Buang air kecil yang berulang pada siang dan malam hari di tempat tidur atau

pakaian baik itu secara sadar ataupun tidak disengaja.

2. Kebiasaan tersebut Sekurang-kurangnya terjadi 2 kali dalam 1 minggu selama

3 bulan, atau harus menyebabkan kesulitan yang signifikan di bidang sosial,

akademik atau fungsi penting lainnya.

3. Usia kronologis paling sedikit 5 tahun (sesuai dengan perkembangannya)

4. Tidak berhubungan dengan efek fisiologis dari suatu zat (diuretic,obat

antipsikotik) atau kondisi kesehatan secara umum (Diabetes, Spina Bifida,

kejang).

Kriteria menurut Pedoman Diagnosis PPDGJ-III :

1. Suatu gangguan yang ditandai oleh buang air seni tanpa kehendak, pada slang

dan atau malam hari, yang tidak sesuai dengan usia mental anak, dan bukan

akibat dari kurangnya pengendalian kandung kemih akibat gangguan

neurologis, serangan epilepsi, atau kelainan struktural pada saluran kemih.

Functional Enuresis Page 6

Page 7: Functional Enuresis

2. Tidak terdapat garis pemisah yang tegas antara gangguan enuresis dan variasi

normal usia seorang anak berhasil mencapai kemampuan pengendalian

kandung kemihnya. Namun demikian, enuresis tidak lazim didiagnosis

terhadap anak di bawah usia 5 tahun atau dengan usia mental kurang dari 4

tahun.

3. Bila enuresis ini berhubungan dengan suatu (pelbagai) gangguan emosional

atau perilaku, yang lazim merupakan diagnosis utamanya, hanya bila terjadi

sedikitnya beberapa kali dalam seminggu dan bila gejala lainnya menunjuk

kaitan temporal dengan enuresis itu (enuresis non-organik sekunder).

4. Enuresis ada kalanya timbul bersamaan dengan enkopresis; dalam hal ini

diagnosis enkopresis yang diutamakan.

F. Penatalaksanaan

Enuresis ini dapat diatasi tanpa obat dan dengan obat untuk anak berusia diatas

7 tahun yang tidak berhasil diatasi tanpa obat. Prinsip pengobatan yaitu membuat

kandung kencing dapat menahan lebih banyak kencing dan membantu ginjal untuk

mengurangi produksi kencing.10

Farmakologi

Dessmopressin

Obat yang merupakan sintetik analog arginin vasopresin, bekerja mengurangi

produksi air kencing dimalam hari dan mengurangi tekanan dalam kandung

kencing (intravesikular). Efek samping yang sering adalah iritasi hidung bila

obat diberikan melalui semprotan hidung dan sakit kepala bahkan

menjadiagresif dan mimpi buruk, tapi hilang dengan pemberhentian obat.

Dessmopresin diberikan sebelum tidur.

Imipramin

Obat yang bersifat antikolinergik tapi mekanismenya belum dimengerti.

Ada teoriyang mengatakan obat ini menurunkan kontraktilitas kandung

kencing sehingga kemampuan pengisian kandung kencing dan kapasitanya

diperbesar. Imipramin mempunyai efek yang buruk terhadap jantung.

Functional Enuresis Page 7

Page 8: Functional Enuresis

Non Farmakologi

Bekerjasama dengan anak untuk mengatasi masalahnya. Pemberian imbalan

pada anak untuk tidak ngompol pada malam hari merupakan tahap yang

bermanfaat. Orang tua mengajak anaknya untu membuat sebuah kesepakatan

yang menjadi “tantangan” tersendiri bagi si anak. Jika si anak berhasil

melakukan tantangan tersebut maka orang tua akan memberikan hadiah kecil,

tergantung dari beberapa malam si anak tidak ngompol. Hadiah yang lebih

besar harus diberikan untuk keberhasilan yang semakin meningkat.

Setelah makan malam, anak tidak boleh diberi makanan cair.

Sebelum pergi tidur, anak harus buang air.

Hukuman atau penghinaan terhadap anak oleh orang tua atau orang lain harus

benar-benar dihindari.

Adapun Menurut Kaplan dan Sadock dalam bukunya membagi menjadi

beberapa bagian terapi yaitu :

Karena tidak ada penyebab enuresis yang dapat dikenali dan karena gangguan

cenderung menghilang dengan spontan, kendatipun tidak diobati, beberapa

keberhasilan telah dicapai dengan sejumlah metoda.

Latihan toilet yang tepat. Latihan toilet yang tepat dengan dorongan dan

orangtua harus diusa hakan, terutama pada enuresis di mana gangguan tidak didahului

oleh periode kontinensia urin. Jika latihan toilet belum pernah dicoba, orangtua dan

pasien hams dibantu dalam melakukannya. Catatan adalah menolong dalam

menentukan keadaan dasar dan mengikuti perkembangan anak dan catatan sendiri

dapat menjadi pendorong. Kartu bintang mungkin cukup menolong. Teknik lain yang

berguna adalah membatasi asupan cairan sebelum tidur dan latihan pergi ke toilet di

malam hari bagi anak-anak.

Terapi perilaku. Pembiasaan klasik dengan perangkat bel (atau buzzer) dan

pelapis biasanya merupakan terapi yang paling efektif untuk enu-resis. Kekeringan

dihasilkan pada lebih dari 50 persen kasus. Terapi adalah sama efektifnya pada anak-

anak dengan dan tanpa gangguan mental pe-nyerta, dan tidak terdapat bukti substitusi

Functional Enuresis Page 8

Page 9: Functional Enuresis

gejala. Kesulitan dapat berupa ketidakpatuhan anak dan keluarga, pemakaian

perangkat yang tidak tepat, dan relaps.

Latihan kandung kemih — mendorong atau menghadiahi untuk menunda

miksi dengan waktu yang semakin panjang selama terbangun — juga telah digunakan.

Walaupun kadang-kadang efektif, metoda tersebut dinyatakan di bawah bel dan

pelapis.

Psikoterapi. Walaupun banyak teori psikologis dan psikoanalitik tentang

enuresis telah diajukan, penelitian terkendali telah menemukan bahwa psi koterapi

saja bukan merupakan terapi efektif untuk enuresis. Tetapi, psikoterapi mungkin

berguna dalam mengobati masalah psikiatrik penyerta dan kesulitan emosional dan

keluarga yang timbul sekunder akibat gangguan.

Functional Enuresis Page 9

Page 10: Functional Enuresis

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Enuresis atau mengompol sebenarnya dapat dianggap normal, karena hal ini pasti

terjadi pada setiap anak. Tetapi tidak jarang hal yang biasa ini masih terjadi secara tidak

normal yaitu terjadi diluar umur normalnya hal ini terjadi. Sudah jelas terlihat bahwa telah

terjadi suatu yang tidak normal jika hal iti terjadi. Mengatasi anak ngompol bukanlah suatu

hal yang mudah. Hal ini diperlukan kerja sama antara orang tua, anak bahkan dokter. Sebagai

orang tua kita harus menyingkapi masalah ini dengan penuh kesabaran dan pengertiankepada

anak dengan tidak memojokkan atau mengolok-oloknya.

Anak justru harus diberi motivasi dan kasih sayang agar terbentuk kepercayaan diri

sehingga mereka dapatmengatasi masalah ngompol pada dirinya. Karena ngompol yang

berlarut-larut akan mengganggu kehidupan sosialdan psikologis yang akan menghambat

pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri.

Functional Enuresis Page 10

Page 11: Functional Enuresis

DAFTAR PUSTAKA

1. Moffat, Enuresis. Dalam : Levine MD, Carey WB, Crocker ACC. Developmental

behavioural paediatrics. Edisi ke-3. Pennysylvania : Saunders, 1999.

2. Tambunan T. Enuresis nokturnal pada anak. Dalam : Tridjaja B, Trihono PP, Irfan

EB. Pediatrics update 2005. Jakarta IDAI Jaya, 2005.

3. Markum AH. Enuresis Fungsional. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Edisi ke-1,

Jakarta: FK UI, 1991

4. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental

disorders. Edisi ke-4. Washington DC, 1994

5. Siegel LJ. Elimination disorders. Internalizing disorders in children and adolescents.

Kanada : John Wiley and sons, 1992

6. Disorder biological function. Dalam : Chess S, Hassibi M. Principles and practise of

child psychiatry. Edisi ke-2. New York: Pleunum Press, 1986

7. Friman PC, Handwerk ML, Swearer SM, et al. Do children with primary nocturnal

enuresis have clinically significant behaviour problem? Arch Pediatric Adolescent

Medicine. 1998

8. Shaffer D. Enuresis. Dalam Rutter M, Hersov L. Child and adolescent psychiatry.

Edisi ke-2, London: 1985

9. Robson LM, Leung AKC, Van Howre L. Primary and secondary nocturnal enuresis :

similarities in presentation. Pediatrics 2005; 115:965-59

10. Longstaffe S, Moffat MEK, Whalen JC. Behavioral and self-concept changes after six

months of enuresis treatment: A randomized controlled trial. Pediatrics, 2000; 105:

935-40

Functional Enuresis Page 11