74
FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA TERHADAP SIFAT SENSORI NUGGET IKAN SWANGGI (Priacanthus tayenus) (Skripsi) Oleh Sella Putri Utami FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020

FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKATERHADAP SIFAT SENSORI NUGGET IKAN SWANGGI

(Priacanthus tayenus)

(Skripsi)

Oleh

Sella Putri Utami

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2020

Page 2: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

i

ABSTRACT

FORMULATION OF MUNG BEAN FLOUR AND TAPIOCA FLOUR ONSENSORY SWANGGI FISH (Priacanthus tayenus) NUGGET

Oleh

SELLA PUTRI UTAMI

ABSTRACT

The aim of this study was to determine the formulation of mung been flour and

tapioca flour in swanggi fish nugget which has sensory as characteristic SNI

7755:2013. The research was arranged in a Randomized Complete Block Design

(RCBD) with one factor and four replications. Comporison of tapioca flour and

mung been flour which consisted of six levels of treatment namely P1 (100:0),

P2 (90:10), P3 (80:20), P4 (70:30), P5 (60:40), and P6 (50:50). Data analyzed

were similarity tested by the Barllet test and addition by the Tuckey test. Data

were analyzed for variance to get error estimation and significance test to assess

the effect between the treatments. To find out the differences between the

treatments, data then were further analyzed by the least significant difference test

(LSD) at the 5% level. The results showed that the best formulation in SNI

7758:2013 was mung been flour 30% and tapioca flour 70% (P4) that had raw

Page 3: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

ii

nugget texture with characteristic score of 7.07 (dense and compact), cooked

nugget texture with score 6,56 (approached dense and compact), flavor with score

of 6.70 (typical of fish), raw nugget aroma with score of 6.84 (likes) and cooked

nugget aroma with score of 7,26 (likes), color with score 7,58 ( approached

yellowish white), and overall acceptance with score of 7,92 (likes). Water content

analysis of swanggi nugget at the best treatment (P4) 50,02%, ash content of 2,98

%, protein content of 9,83%, and fat content of 4,17%.

Keywords : nugget, swanggi fish, mung been flour, tapioca flour.

Page 4: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

iii

ABSTRAK

FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKATERHADAP SIFAT SENSORI NUGGET IKAN SWANGGI

(Priacanthus tayenus)

Oleh

SELLA PUTRI UTAMI

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan formulasi tepung kacang hijau dan

tepung tapioka nugget ikan swanggi (Priacanthus tayenus) dengan sifat sensori

sesuai SNI-7758-2013. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok

Lengkap (RAKL) dengan satu faktor dan empat ulangan. Perlakuan

perbandingan tepung tapioka dan tepung kacang hijau sebanyak 6 taraf, yaitu

P1(100:0), P2 (90:10), P3 (80:20), P4 (70:30), P5 (60:40), P6 (50:50). Data

dianalisis kesamaan ragam diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji

dengan uji Tuckey. Data dianalisis sidik ragam untuk mendapatkan penduga

ragam galat dan uji signifikasi untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan.

Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, Data dianalisis lebih lanjut

menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa nugget ikan swanggi terbaik yang sesuai dengan SNI

7758:2013 adalah perlakuan penambahan tepung kacang hijau sebesar 30% dan

Page 5: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

iv

tepung tapioka sebesar 70% (P4) menghasilkan tekstur nugget setengah matang

dengan skor 7,07 (padat dan kompak) dan tekstur nugget matang dengan skor 6,56

(agak padat dan kompak), rasa dengan skor 6,70 (khas ikan), aroma nugget

setengah matang dengan skor 6,84 (suka) dan nugget matang dengan skor 7,26

(suka), warna dengan skor 7,58 (putih kekuningan) dan penerimaan keseluruhan

dengan skor 7,92 (suka). Hasil analisis kimia kadar air nugget ikan swanggi

perlakuan terbaik (P4) sebesar 50,02%, kadar abu sebesar 2,98%, kadar protein

sebesar 9,83%, dan kadar lemak sebesar 4,17%.

Kata kunci : nugget, ikan swanggi, tepung kacang hijau , tepung tapioka.

Page 6: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKATERHADAP SIFAT SENSORI NUGGET IKAN SWANGGI

(Priacanthus tayenus)

Oleh

SELLA PUTRI UTAMI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknologi Hasil PertanianFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2020

Page 7: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Page 8: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Page 9: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Page 10: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pagaralam, Sumatera Selatan pada tanggal 30 Juni 1997

sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sutarjo dan Ibu

Nilusni. Penulis memiliki satu orang kakak bernama Taufiq Suni Pratama.

Penulis mengawali pendidikan di TK Aisyiyah 1 kota Pagaralam, selesai pada

tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SD

Muhammadyah 01 Kota Pagaralam dan lulus pada tahun 2009. Selanjutnya

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Kota Pagaralam dan lulus pada

tahun 2012, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kota

Pagaralam dan lulus pada tahun 2015. Penulis diterima sebagai mahasiswa

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada

tahun 2015 melalui jalur tes tertulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SBMPTN).

Pada bulan Januari - Februari 2019, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Lampung

Utara dengan tema “ Membangun dan Meningkatkan Kemandirian Desa”. Pada

bulan Juli - Agustus 2018, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT.

Indofood Sukses Makmur Tbk, Bogasari Baking Center , Palembang, Sumatera

Selatan dan menyelesaikan laporan PU yang berjudul “Mempelajari Proses

Pembentukan Wirausaha Baru Produksi Cake di Bogasari Baking Center Cabang

Page 11: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

x

Palembang Sumatera Selatan ”. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam

kegiatan kemahasiswaan sebagai Anggota Bidang Pendidikan dan Penalaran

Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Lampung (HMJ THP FP Unila) periode 2015/2016.

Page 12: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada

penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan

dorongan baik itu langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung .

3. Ibu Dr. Ir. Sussi Astuti, M.Si., selaku dosen pembimbing pertama dan dosen

pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bantuan dan

pengarahan, bimbingan, kritik, saran, nasihat, dan motivasi selama

pelaksanaan perkuliahan.

4. Ibu Novita Herdiana, S.Pi., M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah

banyak memberikan saran, bimbingan, motivasi, pengarahan, nasihat dan

kritikan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Dewi Sartika, S.T.P., M.Si., selaku pembahas yang telah memberikan

saran, kritik, dan evaluasinya terhadap skripsi ini.

Page 13: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

xii

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf administrasi dan laboratorium yang

telah memberikan banyak ilmu pengetahuan, wawasan, dan bantuan kepada

penulis selama menjadi mahasiswi di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

7. Kedua orang tuaku Ayah Sutarjo, Ibu Nilusni, kakakku Taufiq Suni Pratama

dan seseorang tercinta terima kasih telah memberikan dukungan moral,

spiritual, material, motivasi, dan doa yang selalu menyertai penulis selama

ini.

8. Sahabat-sahabat perkuliahan terbaik Hayyin, Fernanda, Intan, Rara, Tria,

Nova, Fevi, Eka zumar, Aulia, Anin, Reva, Gunawan, Rio, Gustava, teman-

teman kkn dan Kakak angkatan 2014 yang telah memberi dukungan, bantuan,

saran, dan semangat kepada penulis.

9. Keluarga THP angkatan 2015 serta teman-teman seperjuangan saat penelitian,

terima kasih atas segala bantuan, semangat, dukungan, dan kebersamaannya

selama ini.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan bagi pihak-pihak

tersebut dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan

bagi pembaca. Aamiin.

Bandar Lampung, 11 Desember 2019Penulis

Sella Putri Utami

Page 14: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus) .............................................................. 10

2. Nugget ............................................................................................................. 13

3. Tepung Kacang hijau ...................................................................................... 15

4. Granula pati kacang hijau................................................................................ 18

5. Tepung tapioka................................................................................................ 20

6. Granula pati tapioka ........................................................................................ 21

7. Struktur amilosa .............................................................................................. 22

8. Struktur amilopektin ....................................................................................... 23

9. Struktur kimia allicin ...................................................................................... 27

10. Struktur kimia sukrosa .................................................................................... 28

11. Mekanisme pembentukan gelatinisasi............................................................. 33

12. Reaksi Maillard ............................................................................................... 35

13. Diagram alir persiapan daging giling ikan swanggi........................................ 38

14. Diagram alir pembuatan nugget ikan swanggi yang dimodifikasi.................. 40

15. Daging fillet ikan swanggi beku ..................................................................... 90

16. Penggilingan ikan swanggi beku..................................................................... 90

17. Surimi ikan swanggi........................................................................................ 90

18. Persiapan bahan-bahan.................................................................................... 90

19. Pencampuran adonan ...................................................................................... 90

20. Pengukusan ..................................................................................................... 90

21. Pemotongan nugget ikan ................................................................................. 91

22. Pelapisan nugget ikan...................................................................................... 91

23. Nugget ikan swanggi setengah matang beku .................................................. 91

Page 15: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

24. Penggorengan.................................................................................................. 91

25. Nugget ikan swanggi matang .......................................................................... 91

26. Persiapan uji sensori........................................................................................ 91

27. Pengujian sensori nugget ikan......................................................................... 92

Page 16: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian....................................................................................... 5

1.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 5

1.4 Hipotesis .................................................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 9

2.1 Ikan Swanggi ............................................................................................. 9

2.2 Nugget ....................................................................................................... 12

2.3 Bahan Pengisi ............................................................................................ 14

2.3.1 Tepung Kacang Hijau....................................................................... 15

2.3.2 Tepung Tapioka................................................................................ 19

2.4 Bumbu-Bumbu dalam Pembuatan Nugget ................................................ 26

2.5 Proses Pembuatan Nugget Ikan Swanggi .................................................. 30

III. METODE PENELITIAN.................................................................................. 36

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... 36

3.2 Bahan dan Alat ......................................................................................... 36

3.3 Metode Penelitian ..................................................................................... 37

3.4 Pelaksanan Penelitian................................................................................ 38

3.3.1 Persiapan Daging Giling Ikan Swanggi .......................................... 38

3.3.2 Pembuatan Nugget Ikan Swanggi ................................................... 38

Page 17: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

3.5 Pengamatan ............................................................................................... 41

3.5.1 Kadar Air ......................................................................................... 41

3.5.2 Kadar Abu ....................................................................................... 42

3.5.3 Kadar Lemak................................................................................... 43

3.5.4 Kadar Protein .................................................................................. 44

3.5.5 Uji Sensori ...................................................................................... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 49

4.1 Sifat Sensori Nugget Swanggi ............................................................... 49

4.1.1 Tekstur........................................................................................... 49

4.1.1.1 Tekstur Nugget Setengah Matang ................................... 49

4.1.1.2 Tekstur Nugget Matang................................................... 52

4.1.2 Rasa ............................................................................................... 56

4.1.3 Aroma Nugget Ikan Swanggi Setengah Matang dan Matang ....... 58

4.1.4 Warna ............................................................................................ 61

4.1.5 Penerimaan Keseluruhan ............................................................... 63

4.2 Penentuan Perlakuan Terbaik ................................................................. 64

4.3 Analisis Kimia Perlakuan Terbaik .......................................................... 67

4.3.1 Kadar Air .................................................................................... 67

4.3.2 Kadar Abu................................................................................... 68

4.3.3 Kadar Protein .............................................................................. 68

4.3.4 Kadar Lemak............................................................................... 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 71

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 71

5.2 Saran ....................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72

LAMPIRAN.......................................................................................................... 78

Page 18: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan gizi ikan swanggi ......................................................................... 11

2. Syarat mutu nugget ikan SNI No. 7758-2013................................................. 14

3. Komposisi tepung kacang hijau ..................................................................... 16

4. Komposisi asam amino tepung kacang hijau .................................................. 17

5. Standar mutu tepung kacang hijau SNI 01-3728-1995 ................................... 19

6. Standar mutu tepung tapioka SNI 3451-2011................................................. 26

7. Perbandingan tepung tapioka dan tepung kacang hijau dalam

pembuatan nugget .......................................................................................... 37

8. Formulasi pembuatan nugget ikan swanggi dengan penambahan

tepung kacang hijau dan tepung tapioka ........................................................ 41

9. Skala penilaian uji sensori............................................................................... 46

10. Tekstur nugget ikan swanggi setengah matang............................................... 50

11. Tekstur nugget ikan swanggi matang.............................................................. 53

12. Rasa nugget ikan swanggi............................................................................... 57

13. Aroma nugget ikan swanggi setengah matang dan matang ............................ 59

14. Warna nugget ikan swanggi ............................................................................ 62

15. Penerimaan keseluruhan.................................................................................. 63

16. Rekapitulasi penentuan perlakuan terbaik sesuai SNI 7758:2013 .................. 65

17. Hasil analisis proksimat perlakuan terbaik (*)................................................ 67

18. Hasil pengamatan tekstur ikan swanggi setengah matang .............................. 79

19. Uji Bartlett tekstur nugget ikan swanggi setengah matang............................. 79

20. Analisis sidik ragam tekstur nugget ikan swanggi setengah matang .............. 80

21. Uji lanjut BNT tekstur nugget ikan swanggi setengah matang....................... 80

22. Hasil pengamatan tekstur nugget ikan swanggi matang ................................. 80

Page 19: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

23. Uji Bartlett tekstur nugget ikan swanggi matang............................................ 81

24. Analisis sidik ragam tekstur nugget ikan swanggi matang ............................. 81

25. Uji lanjut BNT tekstur nugget ikan swanggi matang...................................... 82

26. Hasil pengamatan rasa nugget ikan swanggi ................................................. 82

27. Uji Bartlett rasa ikan swanggi ........................................................................ 82

28. Analisis sidik ragam rasa nugget ikan swanggi .............................................. 83

29. Hasil pengamatan aroma ikan swanggi setengah matang ............................... 83

30. Uji Bartlett aroma nugget ikan swanggi setengah matang.............................. 84

31. Analisis sidik ragam aroma nugget ikan swanggi setengah matang ............... 84

32. Uji lanjut BNT aroma nugget ikan swanggi setengah matang........................ 85

33. Hasil pengamatan aroma ikan swanggi matang .............................................. 85

34. Uji Bartlett aroma nugget ikan swanggi matang............................................. 85

35. Analisis sidik ragam aroma nugget ikan swanggi matang .............................. 86

36. Uji lanjut BNT aroma nugget ikan swanggi matang....................................... 86

37. Hasil pengamatan warna ikan swanggi ........................................................... 87

38. Uji Bartlett warna nugget ikan swanggi.......................................................... 87

39. Analisis sidik ragam warna nugget ikan swanggi .......................................... 88

40. Hasil pengamatan penerimaan keseluruhan ikan swanggi.............................. 88

41. Uji Bartlett penerimaan keseluruhan nugget ikan swanggi............................. 88

42. Analisis sidik ragam penerimaan keseluruhan nugget ikan swanggi.............. 89

43. Uji lanjut BNT penerimaan keseluruhan nugget ikan swanggi ...................... 89

Page 20: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

I. PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi yang

cukup besar di berbagai sektor. Salah satu sektor yang menunjang pembangunan

di Indonesia yakni sektor pertanian. Subsektor yang berperan penting dalam

menunjang sektor pertanian di Indonesia adalah sektor perikanan, baik sektor

perikanan darat, pantai maupun laut. Menurut pusat data statistik dan informasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi perikanan tangkap di

Indonesia pada tahun 2017 mencapai 7,67 juta ton. Lampung merupakan salah

satu provinsi yang unggul dalam usaha sektor perikanan. Provinsi Lampung

menyumbang total produksi perikanan tangkap sebesar 304.795,4 ton.

Berdasarkan data tersebut, sektor perikanan di indonesia sangat berpotensi untuk

dikembangkan dan dieksplorasi (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2017).

Meningkatnya sektor perikanan Indonesia akan sejalan dengan peningkatan

konsumsi ikan. Tetapi, di Indonesia konsumsi ikan masih rendah. Berdasarkan

data BPS (2017) dalam Laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan (2018)

konsumsi ikan masyarakat di Indonesia rata-rata pada 2017 sebesar 47,12

kg/kapita/tahun dan ditargetkan pada tahun 2018 sebesar 50,65 kg/kapita/tahun.

Page 21: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

2

Hal ini disebabkan masyarakat kurang memahami nilai gizi ikan dan pentingnya

ikan bagi kesehatan manusia, terbatasnya produk yang disenangi masyarakat serta

anggapan sebagian sekelompok masyarakat bahwa konsumsi ikan dapat

menimbulkan alergi ( Sahubawa, 2003).

Ikan merupakan hasil perikanan yang memiliki sifat mudah rusak (perishable)

apabila tidak segera ditangani. Pengolahan bahan pangan merupakan salah satu

upaya untuk memperbaiki mutu bahan pangan, memberikan kemudahan dalam

penanganan, memperbaiki cita rasa dan aroma, memenuhi gizi masyarakat dan

meningkatkan nilai tambah ikan yang memiliki sifat mudah rusak (perishable).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan konsumsi ikan swanggi

yaitu diversifikasi olahan ikan menjadi produk nugget. Nugget merupakan

produk campuran daging ikan tanpa duri dari berbagai jenis ikan yang

ditambahkan bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak dengan bentuk

tertentu, dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung (batter) dan diselimuti

tepung roti (breading). Nugget digoreng setengah matang dan dibekukan untuk

mempertahankan mutunya selama penyimpanan (Astawan, 2007). Nugget

sebagai produk hasil olahan ikan banyak digemari oleh anak-anak. Pada

umumnya, nugget dapat diolah dari berbagai jenis ikan (Wibowo, 2006). Salah

satu jenis ikan yang dapat diolah menjadi nugget adalah ikan swanggi

( Priacanthus tayenus). Selama ini, pemanfaatan ikan swangi dikalangan

masyarakat belum maksimal. Ikan swanggi hanya sebatas dikonsumsi dalam

bentuk segar atau diolah menjadi otak-otak.

Page 22: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

3

Ikan swanggi (Priacanthus tayenus) atau ikan raja gantang merupakan salah satu

jenis ikan yang sangat digemari oleh masyarakat karena memiliki daging

berwarna putih, rasa yang gurih, tinggi protein sebesar 19,16% dan rendah lemak

0,54% (Astuti et al. 2014). Menurut BPPMHP (2005), kandungan gizi ikan

swanggi yaitu kadar air sebesar 78,63%, kadar abu sebesar 1,16%, kabohidrat

sebesar 0,51 %, dan kadar protein yang cukup tinggi sebesar 19,16%. Harga ikan

swanggi di pasaran berkisar antara Rp. 25.000, – Rp. 40.000,- kg.

Umumnya, dalam pembuatan nugget diperlukan bahan pengikat. Bahan pengikat

adalah bahan yang digunakan dalam makanan untuk mengikat air yang terdapat

dalam adonan. Menurut Erawaty (2001), proses pembuatan nugget ikan

memerlukan bahan yang mengandung karbohidrat sebagai bahan pengikat agar

bahan satu sama lain saling terikat dalam satu adonan untuk memperbaiki tekstur.

Salah satu bahan pengikat dalam makanan adalah tepung. Bahan pengikat

berfungsi untuk memperbaiki stabilitas emulsi, menurunkan penyusutan akibat

pemasakan, memberi warna yang terang, meningkatkan elastisitas produk,

membentuk tekstur yang padat, dan menarik air dari adonan. Umumnya jenis

bahan pengikat yang sering digunakan adalah tepung tapioka, maizena, terigu,

beras, tepung terigu, dan sagu (Widrial, 2005). Salah satu bahan pengikat yang

dapat digunakan pada pembuatan nugget yaitu tepung kacang hijau dan tepung

tapioka.

Tepung kacang hijau merupakan salah satu tepung yang bebas gluten yang berasal

dari biji kacang hijau tanpa kulit yang digiling hingga halus lalu diayak. Menurut

Page 23: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

4

Eka dan Isworo (2014), tepung kacang hijau memiliki komposisi kimia kadar air

sebesar 9,01%, kadar abu sebesar 3,02%, lemak sebesar 2,61%, protein sebesar

23,25 %, karbohidrat sebesar 62,11%, dan serat kasar sebesar 2,79%. Menurut

Winarno (2002), tepung kacang hijau mengandung sejumlah asam amino

essensial yang diperlukan oleh tubuh manusia sehingga sangat cocok digunakan

sebagai alternatif untuk meningkatkan kandungan gizi pada suatu produk. Tepung

kacang hijau memiliki kandungan amilosa yang tinggi yaitu sebesar 28,8% dan

amilopektin sebesar 72,1 % (Muchtadi, 2010). Menurut Suprapto dan Sutarman

(2002), tepung kacang hijau dapat digunakan sebagai bahan pengikat seperti mie,

bakso, nugget dan lain-lain.

Tepung tapioka merupakan jenis bahan pangan yang terbuat dari granula pati

umbi ketela pohon yang kaya akan karbohidrat. Kandungan gizi tepung tapioka

per 100 g sampel adalah 362 Kal, protein sebesar 0,59%, lemak sebesar 3,39%,

kadar air sebesar 12,9% dan karbohidrat sebesar 6,99% (Sediaoetomo, 2004).

Oleh karena itu, tepung kacang hijau dan tepung tapioka dapat digunakan sebagai

bahan pengikat dalam proses pengolahan bahan pangan. Sejauh ini, belum ada

informasi penambahan tepung kacang hijau dan tepung tapioka pada pembuatan

nugget ikan swanggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui formulasi tepung kacang hijau dan tepung tapioka yang dapat

menghasilkan nugget ikan swanggi dengan sifat sensori sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia SNI 7758-2013.

Page 24: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

5

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan formulasi tepung kacang hijau dan

tepung tapioka nugget ikan swanggi (Priacanthus tayenus) dengan sifat sensori

sesuai SNI-7758-2013.

1.3 Kerangka Pemikiran

Nugget ikan merupakan suatu bentuk olahan dari daging ikan yang digiling halus

dan dicampur dengan bahan pengikat, serta diberi bumbu-bumbu dan dikukus

yang kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu. Nugget diselimuti dengan batter

(adonan encer dari air dan bumbu-bumbu) dan dilapisi dengan tepung roti,

kemudian digoreng atau disimpan terlebih dahulu dalam ruang pembeku (freezer)

sebelum digoreng (Wellyalina, 2013).

Bahan pengikat pada pembuatan nugget dapat berupa tepung yang mengandung

pati tinggi dan rendah protein. Tepung kacang hijau merupakan hasil proses

penggilingan kacang hijau menjadi partikel-partikel lebih kecil. Tepung kacang

hijau mengandung pati yang terdiri dari amilosa sebesar 28,8% dan amilopektin

sebesar 71,2% dengan ukuran granula pati 6×12 – 16×33µm dan suhu gelatinisasi

71,3 -71,7oC (Muchtadi, 2010). Tepung kacang hijau memiliki viskositas pasta

yang tinggi pada saat pendinginan, tingkat kekerasan yang tinggi, gel yang kurang

lengket, dan stabilitas pasta panas yang tinggi (Thao dan Noomhorm, 2011).

Page 25: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

6

Tepung tapioka adalah granula pati umbi ketela pohon yang kaya karbohidrat.

Tepung tapioka mempunyai kandungan amilopektin yang tinggi sehingga

mempunyai sifat tidak mudah menggumpal, mempunyai daya lekat yang tinggi,

tidak mudah pecah atau rusak dan suhu gelatinisasinya relatif rendah antara 52-

640C (Tjokroadikoesomo, 1993). Menurut Murphy (2000), tepung tapioka

mengandung fraksi amilosa sebesar 17 % dan amilopektin sebesar 83%. Granula

tepung tapioka menunjukan variasi yang besar yaitu sekitar 5-40 μm dengan

bentuk bulat dan oval. Tapioka dengan kandungan amilopektin yang tinggi yaitu

akan menghasilkan gel yang tidak kaku. Gel yang lunak akan memudahkan

penyerapan air sehingga pada saat pemasakan proses gelatinisasi akan berjalan

sempurna.

Penggunaan bahan pengikat bertujuan untuk membantu proses gelatinisasi,

sehingga menghasilkan produk dengan nilai yang baik dan dapat mempengaruhi

komposisi gizi nugget yang dihasilkan. Pembengkakan pati dipengaruhi oleh suhu

pemanasan. Proses pemanasan menyebabkan hilangnya struktur kristal pati dan

terjadi pemutusan struktur ikatan-ikatan amilosa dan amilopektin, sehingga

amilosa berdifusi keluar granula dan amilopektin terperangkap dalam matriks

amilosa membentuk gel yang bersifat irreversible. Saat terjadi penurunan suhu,

amilosa yang keluar dari granula pati akan terikat kembali atau terjadi proses

kristalisasi kembali (Luna et al., 2014).

Hasil penelitian Eka (2016) menunjukkan bahwa ada pengaruh penambahan

kacang hijau dengan proporsi yang berbeda terhadap kadar protein nugget ikan

Page 26: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

7

lele. Perlakuan terbaik dari uji sensori rasa nugget adalah ikan lele dengan

proporsi kacang hijau 80 % : 20 %. Menurut Malindo (2017), penambahan

tepung kacang hijau 40% pada pembuatan bakso ikan lele dumbo menunjukkan

warna kekuningan, rasa bakso gurih, aroma daging ikan, serta tekstur yang kenyal

dan padat. Berdasarkan penelitian Utafiani (2018), perbandingan tepung kacang

hijau dan terigu pada pembuatan bakso analog berpengaruh terhadap kadar protein,

kadar abu, kadar lemak, kadar serat kasar, uji tingkat kenyalan (tekstur), warna,

rasa, tekstur, dan penerimaan keseluruhan. Bakso analog dengan karakteristik

terbaik adalah perbandingan tepung kacang hijau dan terigu sebesar 30 : 70

dengan kadar air sebesar 59,66%, kadar abu sebesar 1,34%, kadar protein sebesar

6,88%, kadar lemak sebesar 1,77%, kadar serat kasar sebesar 1,77%, tekstur

kenyal, rasa dan penerimaan disuka panelis.

Berdasarkan hasil trial and error dalam pembuatan nugget ikan swanggi,

penggunaan tepung kacang hijau dan tepung tapioka sebesar 0 : 100 % dari berat

daging giling ikan menghasilkan nugget matang yang kurang kenyal, lembek,

aroma khas ikan yang sangat tajam. Penggunaan tepung kacang hijau dan tepung

tapioka sebesar 30 : 70% menghasilkan tekstur nugget matang yang lebih kenyal,

agak padat dan kompak, elastis, aroma khas ikan. Sedangkan penggunaan tepung

kacang hijau dan tepung tapioka 50 : 50% menghasilkan nugget matang yang

padat, kompak, kurang elastis, aroma tidak khas ikan. Berdasarkan hasil trial and

error tersebut, pada penelitian ini ditetapkan penggunaan tepung kacang hijau dan

tepung tapioka sebagai bahan pengikat dengan konsentrasi 0 : 100%, 10 : 90%,

20 :80%, 30 : 70 %, 40 : 60% dan 50 : 50% dari berat daging giling ikan swanggi.

Page 27: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

8

Diharapkan dalam penelitian ini diperoleh konsentrasi bahan pengikat tepung

kacang hijau dan tepung tapioka yang menghasilkan nugget ikan swanggi dengan

sifat sensori dan kimia sesuai syarat mutu nugget ikan SNI 7758 : 2013.

1.4 Hipotesis

Terdapat formulasi tepung kacang hijau dan tepung tapioka yang menghasilkan

nugget dengan sifat sensori sesuai SNI-7758-2013.

Page 28: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus)

Ikan swanggi (Priacanthus tayenus) atau yang dikenal dengan nama bigeye

bullseye merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang memiliki potensi besar

dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut FAO (1999), ikan

swanggi memiliki ciri utama yang membedakan dengan jenis Priacanthus lainnya

yaitu pada sirip perut terdapat bintik kecil ungu kehitam-hitaman dalam membran

dengan satu atau dua titik besar yang berada di dekat perut. Klasifikasi ikan

swanggi menurut Richardson (1984) dalam FAO (1999) sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub-filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Subkelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Sub-ordo : Percoidei

Famili : Priacanthidae

Genus : Priacanthus

Spesies : Priacanthus tayenus

Nama FAO : Purple-spotted bigeye

Nama lokal ikan swanggi di berbagai daerah berbeda yaitu, ikan raja gantang

(Banten), swangi/semerah padi (PPN Pemangkat), swanggi (Pelabuhan Perikanan

Page 29: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

10

Banjarmasin), swangi (PPP Tegalsari), mata bulan (PPN Ambon), camaul (PPN

Palabuhanratu), belong (PPN Pekalongan), capa (PPN Sibolga), swanggi (PPS

Jakarta), golok sabrang (PPN Brondong), swanggi (PPN Prigi) (Wangsadinata

2009).

Ikan swanggi (Priacanthus tayenus) merupakan ikan predator epibenthic yang

hidup di perairan pantai diantara bebatuan karang dan area terbuka pada

kedalaman 20-200 m. Ikan swanggi (Priacanthus tayenus) yang terdapat di

wilayah perairan Selat Sunda. Distribusi ikan swanggi di dunia meliputi wilayah

pesisir utara Samudera Hindia dari Teluk Persia bagian Timur serta wilayah

Pasifik Barat dari Australia bagian Utara dan Pulau Solomon bagian utara sampai

Provinsi Taiwan di China (FAO,1999). Ikan swanggi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Ikan swanggi (Priacanthus tayenus)Sumber : Rahayu (2016)

Ikan swanggi merupakan ikan karang demersal dari famili Priacanthidae.

Karakteristik ikan swanggi adalah memiliki mata besar dengan lapisan pemantul

cahaya, sisik kasar, badan agak tinggi, memanjang dan tipis secara lateral, gigi

kecil dan panjang total maksimum mencapai 35 cm. Ikan swanggi memiliki

tulang saring insang pada lengkung insang pertama berjumlah 21-24. Duri sirip

punggung terdiri dari 10 jari-jari keras dan 11-13 jari-jari lemah. Duri sirip ekor

terdiri dari 3 jari-jari keras dan 12-14 jari-jari lemah. Jari sirip dada berjumlah 17-

Page 30: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

11

19 jari-jari lemah. Warna tubuh, kepala dan iris mata adalah putih kemerah-

merahan atau putih keperak-perakan, sirip berwarna merah muda, sedangkan ciri

utama yang menjadi pembeda terhadap jenis Priacanthus lainnya adalah memiliki

sirip perut dengan bintik kecil ungu kehitam-hitaman dalam membrane dengan 1

atau 2 titik besar yang berada di dekat perut (FAO, 1999).

Secara umum struktur tubuh ikan terdiri dari kulit, organ bagian dalam, tulang,

dan daging. Ikan memiliki masing-masing bagian struktur tubuh bervariasi

tergantung dari jenis atau spesies ikan. Bagian tubuh ikan swanggi yang

memiliki rendemen tertinggi yaitu bagian daging ikan. Ikan swanggi memiliki

kandungan gizi yang tinggi, sehingga sangat cocok dikonsumsi masyarakat.

Selama ini, ikan swanggi sebagai salah satu ikan yang banyak dikonsumsi dalam

bentuk segar dan belum banyak dimanfaatkan menjadi produk cepat saji, namun

ikan swanggi dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan surimi, pempek,

nugget, bakso dan beberapa produk olahan ikan lain. Kandungan gizi ikan

swanggi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan gizi ikan swanggi

Kandungan gizi Jumlah (%)Protein 19,16

Lemak 0,54

Karbohidrat 0,51

Kadar air 78,63

Kadar abu 1,16Sumber : BPPMHP (2005)

Page 31: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

12

2.2. Nugget

Nugget merupakan makanan siap saji yang pertama kali dipopulerkan di Amerika

Serikat sehingga jenis makanan ini banyak diminati oleh masyarakat. Nugget

dibuat dari daging giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian

dicetak membentuk tertentu, dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung

(batter) dan diselimuti tepung roti (breading). Nugget digoreng setengah matang

dan dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan (Astawan,

2007).

Nugget adalah jenis produk beku siap saji yaitu produk yang telah mengalami

pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian dibekukan. Produk

beku siap saji ini hanya memerlukan waktu penggorengan selama satu menit pada

suhu 150oC. Ketika digoreng nugget beku setengah matang akan berubah menjadi

kekuning-kuningan dan kering. Tekstur nugget tergantung dari bahan dasarnya.

Nugget sudah dikenal masyarakat secara luas, nugget memiliki cita rasa yang khas

dan dapat diterima oleh semua orang. Umumnya nugget terbuat dari bahan baku

daging sapi maupun daging ayam. Tetapi, seiring berkembangnya waktu

masyarakat mengganti bahan utama daging sapi maupun daging ayam dengan

menggunakan ikan, hal ini merupakan salah satu diversifikasi pangan untuk

meningkatkan konsumsi ikan dimasyarakat yang masih rendah, serta

meningkatkan nilai ekonomis ikan menjadi tinggi. Di samping itu, juga

memperpanjang umur simpan dari bahan tersebut menjadi lebih lama. Nugget

adalah jenis produk makanan yang berbahan daging dan memiliki umur simpan

yang relatif lama karena perlakuan penyimpanan pada suhu beku. Diversifikasi

Page 32: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

13

produk nugget ini biasanya dikonsumsi bukan sebagai makanan utama melainkan

sebagai makanan selingan ataupun sebagai lauk-pauk yang umumnya dikonsumsi

dalam jumlah sedikit (Astawan, 2007).

Fish nugget (nugget ikan) adalah salah satu jenis produk olahan ikan yang terdiri

atas campuran daging ikan, tepung panir, dan bumbu yang kemudian dilapisi oleh

adonan battermix dan breadcrumb. Setelah proses pengemasan, produk disimpan

dalam suhu beku kurang lebih ± 1800C. Untuk penyajiannya, produk dikeluarkan

dari freezer, digoreng dengan minyak panas hingga berubah warna menjadi

kekuningan, tekstur nugget ikan renyah di bagian luarnya dan kenyal di bagian

dalam (Amalia, 2012). Nugget ikan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Nugget

Nugget ikan dikatakan baik apabila memenuhi mutu dan kualitas yang ditetapkan

SNI 7758:2013 dan disukai oleh konsumen. SNI 7758:2013 mendefinisikan

nugget ikan sebagai suatu produk olahan yang terdiri dari campuran lumatan

daging ikan minimum 30% dengan tepung dan bahan-bahan lainnya. Menurut

SNI 7758-2013 syarat mutu nugget ikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 33: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

14

Tabel 2. Syarat mutu nugget ikan (SNI 7758-2013)

Parameter Uji Satuan Persyaratan

Sensori - Min 7( skor 3-9)Kimia:

AirAbuProteinLemak

b/bb/bb/bb/b

Maks. 60Maks. 2,5Min. 5,0Maks. 15,0

Cemaran mikroba:ALTEscherichia coliSalmonnellaVibrio cholera*Staphylococcusaureus*

Koloni/gAPM/g

--

Koloni/g

Maks 5 x 104

< 3Negatif/25 gNegatif/25 gMaks 1 x 102

Cemaran logam:Kadmium (Cd)Merkuri (Hg)Timbal (Pb)Arsen (As)Timah (sn)

mg/kgmg/kgmg/kgmg/kgmg/kg

Maks. 0,1Maks. 0,5Maks. 0,3Maks. 1,0Maks 40,0

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2013)

2.3. Bahan Pengisi

Bahan pengisi atau pengikat merupakan bahan yang digunakan dalam makanan

untuk mengikat air yang terdapat dalam adonan. Fungsi bahan pengikat untuk

memperbaiki stabilitas emulsi, menurunkan penyusutan akibat pemasakan,

memberi warna yang terang, meningkatkan elastisitas produk, membentuk tekstur

yang padat, memperbaiki sifat fisik dan citarasa, serta menurunkan biaya produksi

dan menarik air dari adonan. Jenis bahan pengikat yang biasa ditambahkan pada

proses pembuatan nugget adalah tepung berpati, misalnya tepung tapioka,

maizena, terigu, beras, dan sagu, tepung kacang hijau (Erawaty, 2001).

Page 34: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

15

Menurut Gumilar (2011), bahan yang bisa digunakan sebagai pengisi berupa

tepung yang memiliki pati yang tinggi. Pati berfungsi untuk menaikkan daya ikat

air, dengan demikian pati dapat menahan air selama proses pemanasan dan

pengolahan berlangsung, sehingga granula pati akan mengembang ketika

dipanaskan dan daya tarik menarik antar molekul pati dalam granula pati tidak

dapat bergerak bebas lagi. Peristiwa ini disebut dengan gelatinisasi, yaitu

mengembangnya granula pati dan tidak dapat kembali ke keadaan semula. Hal

tersebut penting untuk produk emulsi karena dengan adanya daya ikat air yang

tinggi akan mengurangi nilai susut masak dan dan kehilangan air serta nutrisi

sehingga akan menghasilkan nilai kekenyalan yang tinggi.

2.3.1 Tepung Kacang Hijau

Tepung kacang hijau adalah hasil proses penggilingan kacang hijau menjadi

ukuran partikel-partikel dengan cara diremuk yaitu bahan ditekan dengan gaya

mekanis. Tepung kacang hijau proses pembuatannya relatif mudah yaitu kacang

hijau disortir kemudian dicuci lalu rendam, dikukus lalu didinginkan, kemudian

dikeringkan dalam oven. Setelah pengeringan, digiling dan diblender, selanjutnya

diayak sehingga diperoleh tepung kacang hijau yang halus dan homogen

(Astawan, 2009). Tepung kacang hijau dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tepung kacang hijauSumber: Astawan (2009)

Page 35: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

16

Tepung kacang hijau terbuat dari kacang hijau tanpa kulit, mengandung protein

yang tinggi (22,2%) dan kaya asam amino lisin sehingga dapat melengkapi

kandungan nilai gizi kacang hijau (Suprapto dan Sutarman, 1982). Komposisi

tepung kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi tepung kacang hijau

Komposisi Jumlah (%)

Kadar air 9,01

Kadar protein 23,25

Kadar lemak 2,61

Kadar abu 3,02

Kadar karbohidrat 62,11

Sumber: Ekafitri dan Isworo (2014)

Menurut Marzuki dan Suprapto (2005), tepung kacang hijau merupakan bahan

yang cukup tinggi kandungan proteinnya. Beberapa asam amino esensial tepung

kacang hijau terdapat dalam jumlah yang tinggi. Menurut Winarno (2002), Asam

amino merupakan senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil

(-COOH) dan amina (-NH2). Tepung kacang hijau mengandung sejumlah asam

amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia. Asam amino esensial adalah

asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga harus didapat

dari konsumsi makanan. Jenis-jenis Asam amino esensial yaitu :Isoleusin, Leusin,

Lysin, Metionin, Fenilalanin, Treonin, Triftofan, Valin. Asam amino pembatas

merupakan asam amino yang sesuai dengan ambang batas standar . Asam amino

pembatas tepung kacang hijau adalah metionin dan sistein. Sedangkan kandungan

asam amino lain sudah memenuhi standar terutama kandungan lisinnya.

Keseimbangan asam amino pada tepung kacang hijau mirip dan sebanding dengan

Page 36: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

17

kedelai (Astawan, 2009). Komposisi asam amino tepung kacang hijau dapat

dilihat dari Tabel 4

Tabel 4. Komposisi asam amino tepung kacang hijau

Asam AminoTepung KacangHijau (mg/g.N)

StandarFAO/WHO

1973 (mg/g.N)

Skor AsamAmino EssensialTepung Kacang

HijauIsoleusin 35 40 88

Leusin 73 70 100

Lisin 74 55 100

Metionin dan sistein 17 35 68

Fenilanin dan tirosin 60 60 100

Threonin 36 40 90

Triptofan 11 10 100

Valin 41 50 82

Sumber : Astawan (2009)

Menurut Ladamay dan Yuwono (2015), tepung kacang hijau merupakan salah

satu tepung yang bebas gluten yang berasal dari biji kacang hijau. Tepung kacang

hijau dapat digunakan sebagai produk mie yang kaya akan kandungan kalsium,

magnesium dan phosphor. Penambahan tepung kacang hijau memiliki manfaat

untuk meningkatkan kandungan gizi protein karena adanya efek saling

melengkapi kekurangan pada masing-masing bahan (Astawan 2009 dalam

Yuwono 2015). Granula pati kacang hijau berbentuk elips seperti ginjal dan

mempunyai permukaan halus dengan ukuran granula yaitu diameter atau lebar (L)

9,05 – 21,08 μm dan panjang (P) 12,67 – 31,07 μm (Wenhao-Li, 2011) dengan

suhu gelatinisasi 71,3 -71,7oC. Selain pati, dalam tepung kacang hijau ditemukan

juga sukrosa (1,2-1,8%), rafinosa (0.3-1.1%), stakiosa (1,65-2.50%) dan

Page 37: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

18

verbakosa (2,10-3,80%) (Muchtadi et al, 2010). Granula pati kacang hijau

disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Granula pati kacang hijauSumber: Mucthadi (2010)

Kacang hijau memiliki kandungan karbohidrat, protein dan serat yang baik.

Komponen karbohidrat merupakan bagian terbesar yang terdapat pada kacang

hijau yaitu sebesar 62-63%. Kacang hijau mengandung kadar amilosa yang tinggi

sebesar 40% (Tan et al, 2006). Kacang hijau mengandung protein yang tinggi

sebesar 22% dan memiliki kualitas protein yang baik sehingga dapat menjadi

sumber protein. Tepung kacang hijau menurut SNI 01-3728-1995 adalah bahan

makanan yang diperoleh dari biji tanaman kacang hijau (Vigna radiata) yang

sudah dihilangkan kulit arinya dan diolah menjadi tepung. Syarat mutu tepung

kacang hijau menurut SNI 01-3728-1995 dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 38: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

19

Tabel 5. Syarat mutu tepung kacang hijau (SNI 01-3728-1995)

Kriteria Uji Satuan Persyaratan

BauRasaWarna

---

NormalNormalNormal

Benda-benda asing: - Tidak boleh adaSerangga dalam bentukpotong-potongan

- Tidak boleh ada

Jenis pati selain patikacang hijau

- Tidak boleh ada

Kehalusan:Lolos ayakan 60 meshLolos ayakan 80 mesh

b/bb/b

Min 95Min100

Air b/b Maks. 10Silikat b/b Maks. 0,1Serat kasar b/b Maks 3,0Derajat asam ml N. NaOH/100 g Maks 2,0Protein b/b Min 23Bahan tambahan makanan:bahan pengawet

- Sesuai SNI 01-0222-1995

Cemaran logam :Timbal (Pb)Tembaga (Cu)Seng (Zn)Raksa (Hg)

mg/kgmg/kgmg/kgmg/kg

Maks 1,0Maks 10,0Maks 40,0Maks 0,05

Cemaran arsen (As) mg/kg Maks 0,5Cemaran mikroba:

Angka lempeng totalE. coliKapang

Koloni/gAPM/g

Koloni/g

Maks. 106Maks. 10Maks. 104

Sumber: Standar Nasional Indonesia (1995)

2.3.2 Tepung Tapioka

Tepung tapioka merupakan suatu jenis bahan pangan yang dibuat dari ubi kayu.

Bahan pangan tersebut merupakan pati yang diekstrak dengan air dari umbi

singkong (ketela pohon) , kemudian disaring, cairan hasil saringan kemudian

diendapkan. Bagian yang mengendap tersebut selanjutnya dikeringkan dan

digiling hingga diperoleh butiran - butiran pati halus berwarna putih yang disebut

Page 39: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

20

tapioka. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong,

Tepung tapioka dimanfaatkan sebagai bahan baku pengental, penstabil,

pembentuk tekstur, pengikat lemak dan air, dan sebagai pembentuk emulsi.

Komposisi zat gizi tepung tapioka lebih baik bila dibandingkan dengan tepung

jagung, kentang, dan gandum atau terigu, tapioka juga dapat digunakan sebagai

bahan bantu pewarna putih ( Luthana, 2004). Tepung tapioka dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 5. Tepung tapiokaSumber: Luthana (2004)

Tepung tapioka merupakan bahan pengikat yang relative murah, mempunyai daya

ikat air yang tinggi dan membentuk tekstur adonan yang kuat tapioka kaya

karbohidrat dan energi. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan alfa

glikosidik. Tepung tapioka mengandung amilosa sebesar 17 % dan amilopektin

sebesar 83%. Rasio antara amilosa dan amilopektin yang menyusun molekul pati

akan mempengaruhi pola gelatinisasi, dan kadar amilopektin akan memberikan

sifat mudah membentuk gel. Tepung tapioka mempunyai kandungan amilopektin

yang tinggi sehingga mempunyai sifat tidak mudah menggumpal, mempunyai

daya lekat yang tinggi, tidak mudah pecah atau rusak dan suhu gelatinisasinya

relatif rendah antara 52- 640C (Tjokroadikoesomo, 1993).

Page 40: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

21

Menurut Murphy (2000), granula tepung tapioka menunjukan variasi yang besar

yaitu sekitar 5-40 μm dengan bentuk bulat dan oval. Tapioka dengan kandungan

amilopektin yang tinggi yaitu 83 % akan menghasilkan gel yang tidak kaku. Gel

yang lunak akan memudahkan penyerapan air sehingga pada pemasakan proses

gelatinisasi akan berjalan sempurna. Gelatinisasi merupakan salah satu proses

pembengkakan granula pati dalam air pada suhu 54oC sampai dengan 64oC

sehingga pati tidak dapat kembali pada kondisi semula (Rohayati, 2003). Granula

tepung tapioka dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Granula tepung tapiokaSumber: Rohayati (2003)

Pati terdiri atas dua fraksi yang dapat dipisahkan oleh air panas. Fraksi terlarut

disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa maupun

amilopektin disusun oleh monomer yang berikatan satu sama lain melalui ikatan

glikosidik (Winarno, 2004). Amilosa merupakan polimer lurus yang dihubungkan

oleh ikatan -1,4 -glikosidik dengan struktur cincin piranosa. Berat molekul

ikatan amilosa berkisar antara 105-106 dengan derajat polimerisasi yang

mencapai kisaran 500 – 6000. Banyaknya gugus hidroksil yang terdapat dalam

senyawa polimer glukosa tersebut menyebabkan amilosa bersifat hidrofilik.

Struktur molekul amilosa dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 41: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

22

Gambar 7. Struktur molekul amilosaSumber : Hustiany (2006)

Kandungan amilosa memiliki pengaruh terhadap retrogradasi pati dan sifat tekstur.

Peningkatan suhu pemanasan pati mengakibatkan penurunan kadar amilosa dan

kejernihan pasta pati namun meningkatkan kelarutan dan swelling power. Kadar

amilosa menurun disebabkan oleh peningkatan suhu dan proses gelatinisasi yang

terlalu lama. Hal ini mengakibatkan molekul amilosa mengalami penguraian dan

membentuk ikatan hidrogen dengan air sehingga amilosa memiliki bobot molekul

rendah dan molekul amilosa yang dihasilkan lebih sederhana, yaitu terdapat rantai

lurus yang pendek sehingga sangat mudah larut dalam air (Herawati et al., 2014).

Amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun dari monomer α-glukosa.

Ikatan pada rantai utama adalah ikatan α-1,6-D-glukosidik dimana setiap cabang

mengandung 20-25 unit glukosa. Ikatan pada titik cabang adalah ikatan

amilopektin yang mempunyai ukuran molekul sangat besar dengan berat molekul

mencapai 107-109 dan Derajat polimerisasi amilopektin juga lebih tinggi

dibandingkan amilosa yaitu antara 105 sampai 3x106 unit glukosa (Hustiany,

2006). Struktur molekul amilopektin ditunjukkan pada Gambar 8.

Page 42: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

23

Gambar 8. Struktur molekul amilopektinSumber: Hustiany (2006)

Fraksi amilopektin bertanggung jawab atas kekentalan gel. Semakin besar

kandungan amilopektin bahan yang digunakan maka semakin lekat produk

olahannya. Pati tapioka mengandung amilosa dan amilopektin yang dapat

mempengaruhi daya larut dan suhu gelatinisasi. Kadar amilosa pati tinggi dalam

bentuk pasta, maka pati akan bersifat kering, cenderung lebih kuat dan kurang

lengket, karena amilosa bersifat mengikat. Kandungan amilosa pati akan

memberikan kekuatan tekstur yang padat dan kompak pada produk. Sedangkan

amilopektin akan memberikan tekstur produk yang kental dan lebih lengket

(Kusnandar, 2010).

Suryono et al. (2013) menyatakan kadar amilopektin yang tinggi menghasilkan

gel transparan yang memberikan efek terang atau cerah pada produk dan kadar

amilosa yang tinggi menghasilkan warna yang buram. Kekuatan gel pada pati

dijelaskan melalui proses swelling (pembengkakan) dan pengikatan air selama

gelatinisasi oleh panas. Pati sagu dan tapioka mempunyai pengaruh paling baik

Page 43: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

24

untuk menguatkan gel karena pati tersebut memiliki kemampuan untuk mengikat

sejumlah besar air (Wibowo, 2006).

Granula-granula pati jika tercampur dengan air dingin akan mengalami hidrasi

reversible, namun jika dipanaskan akan terjadi gelatinisasi. Gelatinisasi pati

berjalan dengan optimal apabila fraksi amilosa meluruh keluar dari granula pati

dan terjadi pembengkakan pati yang menyebabkan pecahnya granula pati.

Semakin tinggi suhu, semakin banyak molekul amilosa yang keluar dari granula

pati. Saat terjadi penurunan suhu, molekul-molekul amilosa yang telah pecah

keluar dari granula pati akan terikat kembali. Maka terjadi proses kristalisasi

kembali pati yang telah mengalami gelatinisasi atau dikenal sebagai proses

retrogradasi (Luna et al., 2014).

Retrogradasi adalah proses kristalisasi kembali pati yang telah mengalami

gelatinisasi. Pada kondisi panas, pasta masih memiliki kemampuan mengalir

yang fleksibel dan tidak kaku. Bila pasta pati tersebut kemudian mendingin,

energi kinetik tidak lagi cukup tinggi untuk melawan kecenderungan molekul-

molekul amilosa untuk bersatu kembali. Molekul-molekul amilosa berikatan

kembali satu sama lain serta berikatan dengan cabang amilopektin pada pinggir-

pinggir luar granula, dengan demikian mereka menggabungkan butir-butir pati

yang bengkak tersebut menjadi semacam jaring-jaring membentuk mikrokristal

dan mengendap. Retrogradasi pasta pati memiliki beberapa efek yaitu

peningkatan viskositas, terbentuknya kekeruhan, terbentuknya lapisan tidak larut

dalam pasta panas, terbentuknya gel, dan terjadinya sinersis pada pasta pati

(Whistler dan BeMiller, 2009).

Page 44: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

25

Ariyani (2010), menyatakan kandungan pati yang tinggi akan menyebabkan gel

yang terbentuk pada saat pemanasan semakin banyak dan kuat sehingga dapat

meningkatkan tekstur produk semakin keras. Menurut Anggraini et al. (2016),

tekstur produk dipengaruhi oleh jumlah penambahan air dan jumlah bahan pengisi

yang digunakan. Semakin banyak penambahan air maka kekenyalan produk

semakin berkurang. Hal tersebut terjadi peningkatan kadar air menyebabkan

tekstur menjadi lembek. Peningkatan konsentrasi bahan pengisi akan

meningkatkan kandungan pati dan menyerap air dalam produk, sehingga

dihasilkan produk bertekstur kompak dan kenyal. Peningkatan nilai tekstur (keras)

seiring dengan peningkatan konsentrasi bahan pengisi. Semakin banyak

kandungan pati dalam produk akan menghasilkan tekstur yang keras.

Pada pembuatan nugget ikan, tepung tapioka berfungsi sebagai bahan pengisi dan

pengikat. Tepung tapioka berfungsi sebagai pengental, penstabil, pembentuk

tekstur, pengikat lemak dan air, dan sebagai pembentuk emulsi. Tepung dapat

mengabsorpsi air 2-3 kali lipat dari berat semula. Oleh karena sifat tersebut, maka

adonan akan menjadi lebih besar. Tepung pati dapat meningkatkan daya

mengikat air karena kemampuan menahan air selama proses pengolahan dan

pemanasan (Yuanita dan Silitonga, 2014). Syarat mutu tepung tapioka dapat

dilihat pada Tabel 6.

Page 45: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

26

Tabel 6. Syarat mutu tepung tapioka (SNI 3451-2011)

Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Bentuk - serbuk halusBau - NormalWarna - putih, khas tapiokaKadar air (b/b) % maks. 14Abu (b/b) % maks. 0,5Serat kasar (b/b) % maks. 0,4Kadar pati (b/b) % min. 75Derajat putih (MgO=100) - min. 91Derajat asam mL NaOH 1 N / 100 g maks. 4Cemaran Logam:

Kadmium (Cd) mg/kg maks. 0,2Timbal (Pb) mg/kg maks. 0,25Timah (Sn) mg/kg maks. 40Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,05Cemaran Arsen (As) mg/kg maks. 0,5

Cemaran mikroba:Angka Lempeng Total(35oC, 48 jam)

koloni/g maks. 1x106

Escherichia coli APM/g maks. 10Bacillus cereus koloni/g < 1x104

Kapang koloni/g maks. 1x104

Sumber: Standar Nasional Indonesia (2011)

2.4. Bumbu-bumbu dalam Pembuatan Nugget dan Fungsinya

2.4.1. Bawang Putih (Allium sativum)

Bawang putih merupakan salah satu komoditi pertanian yang banyak dibutuhkan

di dunia karena manfaatnya sebagai bahan penambah rasa sedap atau wangi pada

beberapa jenis makanan yang akan membuat masakan menjadi beraroma dan

mengandung selera. Dalam umbi bawang putih terdapat sejenis minyak atsiri

yaitu allicin. Allicin merupakan zat aktif yang mempunyai daya bunuh terhadap

Page 46: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

27

bakteri sehingga dapat berfungsi sebagai bahan pengawet (bersifat fungistatik dan

fungisidal). Bau khas dari bawang putih berasal dari minyak volatil yang

mengandung komponen sulfur (Syamsiah dan Tajudin, 2003). Struktur kimia

allicin dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Struktur kimia allicinSumber: Wiryowidagdo (2000)

2.4.2. Garam

Garam dapur merupakan natrium klorida yang memiliki senyawa kimia dengan

rumus molekul NaCl. Garam dapur mengandung 91,62 % NaCl, dan sisanya

adalah Ca, Mg, dan Fe dalam bentuk garam klorida. Garam mempunyai sifat

higroskopis sehingga dapat menyebabkan plasmolisis dan dehidrasi pada sel

bakteri, menghambat kerja enzim proteolitik, mengurangi daya larut oksigen serta

menurunkan daya aktivitas air. Garam yang digunakan dalam proses pengawetan

membutuhkan konsentrasi garam sebesar lebih dari 15%. Garam dapur (NaCl)

digunakan sebagai salah satu bahan pengawet yang sering dikombinasikan dalam

proses pengasapan dan pengeringan. Penambahan garam dapur berfungsi untuk

memberi rasa, memperkuat tekstur, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas

pasta, serta mengikat air. Selain itu, garam dapur juga dapat menghambat

aktivitas enzim protease dan amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan

tidak mengembang secara berlebihan (Astawan, 2006).

Page 47: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

28

2.4.3. Gula

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi. Fungsi

penambahan gula untuk memperbaiki rasa dan membentuk aroma yang khas,

Aroma wangi gula terbentuk dari proses karamelisasi selama pembakaran.

Bersamaan dengan proses karamelisasi, akan terbentuk reaksi browning atau

reaksi kuning kecoklatan. Gula dalam konsentrasi yang tinggi dapat mencegah

pertumbuhan mikroba sehingga dapat juga digunakan sebagai bahan pengawet

(Winarno, 2008). Struktur kimia sukrosa dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Struktur kimia sukrosaSumber: Winarno (2008)

2.4.4. Merica/Lada

Merica merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang mengandung senyawa

alkaloid piperin yang memberikan rasa pedas. Fungsi penambahan lada sebagai

penyedap masakan dan memperpanjang daya awet makanan. Lada memiliki

kandungan minyak atsiri, yaitu filandren membuat bau pedasnya menyengat,

selain itu rasa pedas disebabkan karena lada memiliki kandungan zat piperin dan

piperanin, serta chavicia yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan

alkaloida (Soeparno, 2005).

Page 48: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

29

2.4.5. Telur

Salah satu bahan tambahan yang dapat meningkatkan kualitas nugget adalah telur.

telur mengandung protein dan dapat berperan sebagai binding agent yakni

mengikat bahan-bahan lain sehingga menyatu yang diharapkan dapat memperoleh

nugget dengan kualitas yang lebih baik. Semakin meningkatnya telur yang

ditambahkan maka struktur gel yang terbentuk akan semakin banyak. Telur itu

mempunyai sifat sebagai binding agent (emulsifier) yaitu mengikat bahan-bahan

lain hingga menyatu. Kuning telur yang dapat mempertahankan emulsi adalah

fosfolipida, diantaranya yang terpenting adalah lesitin dalam bentuk kompleks

sebagai lesitin-protein. Gelatin dan albumin (putih telur) adalah protein yang

bersifat sebagai emulsifier. Penambahan telur yang meningkat akan

meningkatkan elastisitas nugget. Semakin besar kadar protein nugget dengan

adanya penambahan telur yang semakin besar, semakin tinggi nilai elastisitas

yang dihasilkan. Putih telur yang ditambahkan akan mengikat bahan-bahan lain.

Ikatan antara partikel yang lebih kuat pada sistem gel akan membentuk ikatan

matrik yang kuat dan lebih elastis (Sudaryani, 2003).

2.4.6 Tepung Roti (panir)

Tepung roti merupakan bahan tambahan pada pembuatan nugget yang berfungsi

untuk membentuk nugget renyah dan baik untuk digoreng. Penambahan tepung

roti pada pembuatan nugget berfungsi untuk memberikan warna pada nugget,

membentuk kerak pada permukaan nugget setelah digoreng, memberikan

Page 49: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

30

penampakkan goreng (fried), selain itu tepung roti ini akan membuat cita rasa

nugget menjadi lebih enak (Rahmadani, 2010).

2.4.7. Air Es

Air merupakan salah satu bahan yang umumnya ditambahkan dalam adonan.

Penambahan air dalam bentuk es atau air es bertujuan untuk melarutkan garam,

memudahkan ekstraksi protein serabut otot, membantu pembentukan emulsi, dan

mempertahankan suhu daging agar tetap rendah selama penggilingan dan

pembuatan adonan. Adanya air es pada pembuatan produk olahan daging

misalnya nugget, sosis atau bakso adalah untuk mempertahankan suhu daging

agar tetap rendah selama penggilingan daging dan pembuatan adonan. Selain itu,

suhu dapat dipertahankan tetap rendah sehingga protein daging tidak terdenaturasi

akibat gerakan mesin penggiling dan ekstraksi protein dapat berjalan dengan baik.

Apabila protein terdenaturasi akibat suhu adonan yang terlalu tinggi, protein tidak

bisa bersifat sebagai pengemulsi. Penambahan es juga meningkatkan rendemen

produk sehingga digunakan es sebanyak 10 sampai 30% dari berat daging (Widya

dan Murtini, 2006).

2.5. Proses Pembuatan Nugget ikan

Pengolahan bahan pangan merupakan salah satu fungsi untuk memperbaiki mutu

bahan pangan, baik dari nilai gizi maupun daya cerna, memberikan kemudahan

dalam penanganan, efisiensi biaya produksi, memperbaiki cita rasa dan aroma,

Page 50: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

31

penganekaragaman produk dan memperpanjang masa simpan. Tahap pembuatan

nugget dapat dijelaskan sebagai berikut :

2.5.1. Penggilingan

Proses penggilingan pada pembuatan nugget dimulai dari membersihkan daging

kemudian dihaluskan menggunakan alat penggiling dan ditambahkan air es untuk

mencegah kerusakan pada saat penghalusan. Penggilingan yang berlebihan akan

menyebabkan terjadinya pemecahan emulsi. Hal ini disebabkan diameter partikel

lemak semakin kecil dan luas permukaan lemak semakin besar sehingga protein

tidak cukup untuk menyelubungi semua partikel lemak, sehingga lemak akan

keluar dari emulsi yang menyebabkan terbentuknya kantong lemak ( Alamsyah,

2008).

2.5.2. Pembuatan Adonan

Tahap pembuatan adonan merupakan tahap awal yang sangat penting. Pembuatan

adonan nugget yaitu daging yang telah dihaluskan dicampur semua bahan dan

diaduk sampai homogen dan dimasukan kedalam loyang. Bahan pengikat dan

bahan pengisi merupakan fraksi bukan daging yang ditambahkan pada nugget.

Bahan-bahan ini ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki stabilitas emulsi,

memperbaiki kapasitas pengikat air, pembentukan cita rasa dan mengurangi

penyusutan selama pemasakan dan mengurangi biaya produksi (Forrest, et al.,

1975).

Page 51: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

32

2.5.3. Pengukusan

Pengukusan merupakan proses pemasakan yang dilakukan melalui media uap

panas dengan suhu pemanasan. Selama proses pengukusan panas dipindahkan ke

produk melalui konveksi. Pengukusan merupakan tahap penting karena pada

tahap ini terjadi proses gelatinisasi pati yang berkaitan erat dengan tekstur nugget

saat digoreng. Pengukusan adalah proses pemanasan yang bertujuan

menonaktifkan enzim yang akan merubah warna, cita rasa dan nilai gizi.

pengukusan dapat menyebabkan terjadinya pengembangan granula-granula pati

yang biasa disebut gelatinisasi. Gelatinisasi merupakan peristiwa pengembangan

granula pati sehingga granula tersebut tidak dapat kembali seperti keadaan semula.

Mekanisme gelatinisasi oleh granula pati akan menyerap air yang akan memecah

kristal amilosa yang memutuskan ikatan-ikatan struktur heliks dari molekul

tersebut. Penambahan air dan pemanasan akan menyebabkan amilosa berdifusi

keluar granula, sedangkan granula amilopektin akan tertahan dalam matriks

sehingga akan pecah membentuk suatu gel (Kusnandar, 2010). Pengukusan yang

terlalu lama akan menyebabkan air yang terperangkap oleh gel pati terlalu banyak

sehingga adonan akan menjadi pecah . Adonan yang setengah matang

menyebabkan pati tidak tergelatinisasi dengan sempurna dan akan mempengaruhi

testur pada nugget menjadi keras. Adonan yang telah masak ditandai dengan

seluruh bagian berwarna putih kekuning serta teksturnya kenyal. Mekanisme

pembentukan gelatinisasi dapat dilhat pada Gambar 11.

Page 52: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

33

Gambar 11. Mekanisme pembentukan gelatinisasiSumber: Kusnandar (2010)

2.5.4. Pendinginan

Nugget yang sudah dikukus kemudian dilakukan pendinginan sebelum dilakukan

pemotongan. Pendinginan dilakukan dengan membiarkan nugget diudara terbuka

sampai uap panas menguap dan adonan menjadi dingin . Pendinginan ini

bertujuan supaya nugget mudah untuk dipotong (Lavlinesia,1995).

2.5.5. Pemotongan dan pelapisan dengan tepung roti

Nugget yang telah didinginkan selanjutnya dilakukan pemotongan dengan ukuran

3 cm x 2 cm x 1 cm . pemotongan ini bertujuan untuk mempermudah proses

penggorengan. Setelah itu dilakukan pelapisan dengan menggunakan tepung roti

hal ini bertujuan untuk memperbaiki cita rasa dan warna dari nugget (Rahmadani,

2010).

Page 53: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

34

2.5.6. Pembekuan

Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu -12 sampai -24oC.

Pembekuan yang cepat (quick freezing) dilakukan pada suhu -24 sampai -40oC.

Penyimpanan produk beku bisa selama sebulan atau kadang-kadang beberapa

tahun. Ada dua pengaruh pendinginan terhadap makanan yaitu : 1) penurunan

suhu akan mengakibatkan penurunan proses kimia mikrobiologi dan biokimia

yang berhubungan dengan kelayuan (senescene), kerusakan (decay), dan

pembusukan, 2) pada suhu dibawah 0OC air akan membeku dan terpisah dari

larutan pembekuan es, yang mirip dalam hal air yang diuapkan pada pengeringan.

Pengawetan pangan dalam pembekuan melibatkan dua metode pengendalian

pertumbuhan mikroorganisme : 1) laju reaksi mikroorganisme dikurangi oleh

suhu rendah, juga laju pertumbuhan kimia yang tidak dikehendaki, berkurang

pada suhu rendah. 2) sejumlah besar air bebas dalam pangan diubah menjadi es,

sehingga tidak dapat dipergunakan oleh mikroorganisme (Gaman dan Sherrington,

1994).

2.6.7. Penggorengan

Penggorengan merupakan suatu proses untuk memasak bahan pangan dengan

menggunakan lemak atau minyak pangan. Minyak goreng berfungsi sebagai

medium penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori

bahan pangan. Kecukupan suhu dan waktu penggorengan berbeda untuk setiap

bahan, kondisi dan perlakuan (Ketaren, 1986). Pada pembuatan nugget,

penggorengan pada suhu 150oC selama 2 menit menghasilkan nugget yang telah

matang ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada nugget yaitu berwarna

Page 54: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

35

kuning keemasan. Bahan pangan yang digoreng mempunyai permukaan luar

berwarna coklat keemasan. Warna yang muncul disebabkan karena reaksi

pencoklatan (Maillard). Reaksi Mailard merupakan reaksi non enzimatis yaitu

pemanasan pada suhu tinggi yang menyebabkan reaksi antara gula reduksi dan

asam amino protein membentuk warna coklat. Pembentukan warna coklat pada

tahap awal yaitu kondensasi karbonil amino dan perubahan amadori belum

menyebabkan perubahan warna pada produk. Tahapan kondensasi karbonil

amino yaitu reaksi antara gugus karbonil gula reduksi dengan gugus amino

protein membentuk adosamin dan glikosilamin, sedangkan tahapan amadori yaitu

perubahan lebih lanjut menjadi ketosamin dan fruktosamin. Pembentukan pigmen

warna produk menjadi coklat terjadi pada tahapan dehidrasi ketosamin (Sugiyono,

2004).

Gambar 12. Reaksi Maillard

Page 55: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Nutrisi dan Pangan Jurusan

Peternakan Universitas Lampung pada bulan Mei – Juli 2019.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan pada pembuatan nugget adalah ikan swanggi

(Priacanthus tayenus) yang diperoleh dari pedagang ikan di pasar Gudang Lelang

Teluk Betung Bandar Lampung, tepung tapioka merk Pak Tani Cap Gunung, dan

tepung kacang hijau merk Fit’s yang diproduksi oleh PT. Fit’s Mandiri kompleks

IPB Science Park . Bahan tambahan yang digunakan antara lain telur, garam,

merica, gula, bawang putih, tepung roti, dan minyak goreng yang dibeli dari pasar

swalayan Chandra di Bandar Lampung. Bahan-bahan yang digunakan untuk

analisis kimia adalah larutan H2SO4 pekat, HCl 0,02N, aquades, NaOH 50%,

alkohol, NaOH-Na2S2O3, K2SO4, HgO, indicator PP, H3BO3.

Alat yang digunakan dalam pembuatan nugget adalah baskom, panci pengukus,

loyang, blender, pisau, gelas ukur, sendok, spatula, talenan, dan timbangan. Alat

Page 56: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

37

yang digunakan untuk analisis adalah batu didih, penjepit cawan, cawan porselin,

oven, desikator, indikator phenolphthalein, alat destilasi, buret, neraca analitik,

alat ekstraksi Soxhlet, kertas saring, tanur listrik, labu Kjeldahl, dan alat-alat gelas

serta seperangkat alat uji sensori.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan

satu faktor dan empat ulangan. Perlakuan perbandingan tepung tapioka dan

tepung kacang hijau sebanyak 6 taraf, yaitu P1 (100:0), P2 (90:10), P3 (80:20),

P4 (70:30), P5 (60:40), P6 (50:50) dari total bahan baku. Perbandingan tepung

tapioka dan tepung kacang hijau dalam pembuatan nugget ikan disajikan pada

Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan tepung tapioka dan tepung kacang hijau dalam pembuatannugget ikan swanggi

Perlakuan Tepung Tapioka (%) Tepung Kacang Hijau (%)P1 100 0P2 90 10P3 80 20P4 70 30P5 60 40P6 50 50

Kesamaan ragam diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji dengan

uji Tuckey. Data dianalisis sidik ragam untuk mendapatkan penduga ragam galat

dan uji signifikasi untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan. Untuk

mengetahui perbedaan antar perlakuan, data dianalisis lebih lanjut menggunakan

uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

Page 57: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

38

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Persiapan Daging Giling Ikan Swanggi (Priacanthus tayenus)

Persiapan daging ikan swanggi mengacu pada metode Setyaji et al. (2012).Daging ikan swanggi fillet beku sebanyak 200 g digiling dengan food processor.Persiapan daging giling ikan swanggi dapat dilihat pada Gambar 13 .

Gambar 13. Diagram alir persiapan daging giling ikan swanggiSumber : Setyaji et al. (2012)

3.4.2. Pembuatan Nugget Ikan Swanggi

Pembuatan nugget ikan swanggi mengacu pada prosedur Afrisanti (2010). Bahan

baku utama yang digunakan dalam pembuatan nugget yaitu tepung tapioka,

tepung kacang hijau dan daging giling ikan swanggi. Formulasi perbandingan

tepung tapioka dan tepung kacang hijau adalah P1 (100:0), P2 (90:10), P3

(80:20), P4 (70:30), P5 (60:40), P6 (50:50). Proses pembuatan produk nugget

ikan swanggi sebagai berikut: Daging ikan swanggi digiling sebanyak 200 g

(berat basah), kemudian dicampur dengan bahan pengikat (tepung tapioka dan

tepung kacang hijau ) sesuai perlakuan P1 (100:0), P2 (90:10), P3 (80:20), P4

(70:30), P5 (60:40), P6 (50:50). Untuk setiap perlakuan dalam pembuatan nugget

Daging Ikan Swanggi Fillet Beku(200 g)

Penggilingan dengan food processor

Daging Giling Ikan Swanggi

Page 58: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

39

ikan swanggi ditambahkan telur 25 % , bumbu-bumbu yang terdiri dari gula pasir

2 %, bawang putih 6 %, merica bubuk 1 %, garam 5 %, kemudian semua bahan

diaduk rata. Setelah semua tercampur dan menjadi homogen, dilakukan

pengukusan pada suhu 100o C selama 30 menit, didinginkan kemudian dipotong

bentuk persegi panjang 3 cm x 2 cm x 1 cm. Potongan nugget ikan swanggi

dimasukkan ke dalam campuran yang berisi 50 g telur, dan garam 1 g kemudian

dicelupkan ke dalam tepung roti. Selanjutnya dilakukan pembekuan pada suhu

-12oC selama 24 jam, setelah itu dilakukan pendinginan pada suhu ruang selama

10 menit dan penggorengan dengan menggunakan minyak goreng pada suhu 150o

C selama 3 menit sampai nugget menjadi berwarna kekuning-kuningan. Produk

nugget ikan swanggi setengah matang dilakukan uji sensori tekstur, aroma dan

pengamatan perlakuan terbaik kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar

protein. Produk nugget ikan swanggi matang sudah digoreng dilakukan uji sensori

tekstur, rasa, aroma, warna dan penerimaan keseluruhan. Diagram alir pembuatan

nugget ikan swanggi dapat dilihat pada Gambar 14.

Page 59: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

40

Gambar 14. Diagram alir pembuatan nugget ikan swanggiSumber : Afrisanti (2010) yang dimodifikasi

Pencetakan dalam loyang

Pemotongan p x l x t = 3 x 2 x 1 cm

Pelapisan nugget ikan swanggi

Pelumuran tepung roti

Penggorengan ( T 150oC, t 3 menit)

Nugget Ikan Swanggiyang sudah digoreng

Pengukusan adonan (T 100oC, t 30 menit), suhu dijaga stabil

Pencampuran

Gula pasir 2 %,Telur 25%,Bawang Putih 6 %,Merica 1% ,Garam 5 %

Pengadonan

Pendinginan

Nugget Ikan Swanggisetengah matang

Uji Sensori :- Tekstur- Rasa- Aroma- Warna- Penerimaan

Keseluruhan

Telur ayam50 g dan

garam 1 g

Daging Giling Ikan Swanggi(200g)

Tepung Tapioka : Tepung Kacang Hijau100% : 0%90% : 10%80% : 20%70% : 30%60% : 40%50% : 50%

Uji Sensori-Tekstur

-Aroma

PerlakuanTerbaik :-Kadar Air-Kadar Abu-Kadar Lemak-Kadar Protein

Pendinginan suhu ruang (t 10 menit)

Pembekuan ( T -12 oC, t 24 jam)

Page 60: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

41

Adapun pembuatan nugget ikan dengan formulasi tepung tapioka dan tepung

kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Formulasi pembuatan nugget ikan swanggi dengan penambahantepung kacang hijau dan tepung tapioka

Formulasi P1 P2 P3 P4 P5 P6Ikan Swanggi (g) 200 200 200 200 200 200Tepung tapioka (g) 200 180 160 140 120 100Tepung kacang hijau (g) 0 20 40 60 80 100Bawang putih (g) 12 12 12 12 12 12

Garam (g) 10 10 10 10 10 10Gula pasir (g) 4 4 4 4 4 4

Merica (g) 2 2 2 2 2 2Telur (g) 50 50 50 50 50 50

3.5. Pengamatan

Pengamatan sifat sensori nugget ikan swanggi dengan formulasi tepung kacang

hijau dan tepung tapioka pada nugget yang belum digoreng adalah tekstur

menggunakan uji skoring, sedangkan parameter terhadap nugget yang sudah

digoreng meliputi tekstur, rasa dan warna (Setyaningsih, 2010) menggunakan uji

skoring, serta aroma dan penerimaan keseluruhan menggunakan uji hedonik.

Pengamatan sifat kimia terhadap perlakuan terbaik pada nugget setengah matang

meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar protein (AOAC, 2005).

3.5.1. Kadar Air

Pengujian kadar air nugget ikan swanggi dilakukan dengan metode gravimetri

(AOAC, 2005). Cawan porselen dikeringkan pada oven 1000C kurang lebih 1 jam,

didinginkan dalam desikator selama 20-30 menit kemudian ditimbang. Sampel

Page 61: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

42

yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 1-2 g dalam cawan porselen yang telah

diketahui berat konstannya. Kemudian cawan dimasukkan ke dalam oven pada

suhu 1050C selama 3 jam, setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang,

perlakuan ini diulang sampai dicapai berat konstan (selisih penimbangan berturut-

turut kurang dari 0,001 g). Pengukuran kadar air dihitung dengan rumus :

Kadar Air (%) = × 100%Keterangan :

A : Berat cawan + sampel sebelum pengeringan (g)

B : Berat cawan + sampel setelah pengeringan (g)

C : Berat sampel (g)

3.5.2. Kadar Abu

Pengujian kadar abu nugget ikan swanggi dilakukan dengan metode gravimetri

(AOAC, 2005). Cawan porselen dikeringkan pada oven 1000C kurang lebih 1 jam,

didinginkan dalam desikator selama 20-30 menit kemudian ditimbang. Sebanyak

2-3 g sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Selanjutnya

sampel dibakar di atas nyala pembakar sampai tidak berasap lagi, kemudian

dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada suhu maksimum 550 0C selama

4-6 jam atau sampai terbentuk abu berwarna putih. Sampel kemudian

didinginkan dalam desikator, selanjutnya ditimbang. Pengeringan diulangi

hingga diperoleh berat konstan. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan

menggunakan rumus :

Page 62: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

43

Kadar Abu (%) = × 100%Keterangan :

A : Berat sampel (g)

B : Berat cawan + abu (g)

C : Berat cawan (g)

3.5.3 Kadar Lemak

Penentuan kadar lemak nugget ikan swanggi dilakukan dengan metode ekstrasi

Soxhlet (AOAC, 2005). Prinsipnya adalah lemak yang terdapat dalam sampel

diekstrak dengan menggunakan pelarut non polar. Labu lemak yang akan

digunakan dioven selama 30 menit pada suhu 100 -105ºC. Labu lemak

didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (A).

Sampel ditimbang sebanyak 2 g (B), kemudian dibungkus dengan kertas saring,

ditutup dengan kapas bebas lemak dan dimasukkan ke dalam sokhlet yang telah

dihubungkan dengan labu lemak. Sampel sebelumnya telah dioven dan diketahui

bobotnya. Pelarut heksan dituangkan sampai sampel terendam dan dilakukan

refluks atau ektraksi selama 5-6 jam atau sampai palarut lemak yang turun ke labu

lemak berwarna jernih. Pelarut lemak yang telah digunakan, disuling, dan

ditampung. Ekstrak lemak yang ada dalam labu lemak dikeringkan dalam oven

bersuhu 100-105ºC selama 1 jam. Labu lemak didinginkan dalam desikator dan

ditimbang (C). Tahap pengeringan labu lemak diulangi sampai diperoleh bobot

yang konstan. Penentuan kadar lemak dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Page 63: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

44

Lemak total (%) = × 100%Keterangan :

A : berat labu alas bulat kosong (g)

B : berat sampel (g)

C : berat labu alas bulat dan lemak hasil ekstraksi (g)

3.5.4. Kadar Protein

Analisis kadar protein pada nugget ikan swanggi yang dilakukan menggunakan

metode semi mikro Kjeldhal (AOAC, 2005) yaitu oksidasi bahan-bahan

berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia oleh asam sulfat, selanjutnya

amonia bereaksi dengan kelebihan asam membentuk ammonium sulfat.

Amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dan larutan dijadikan basa dengan

NaOH. Amonia yang diuapkan akan diikat dengan asam borat. Nitrogen yang

terkandung dalam larutan ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan

larutan baku asam.

Prosedur analisis kadar protein yaitu sampel ditimbang sebanyak 0,1-0,5 g,

dimasukkan ke dalam labu Kjeldhal 100 ml, kemudian ditambahkan 50 mg HgO,

2 mg K2SO4 dan 2 ml H2SO4, batu didih, dan di didihkan selama 1,5 jam sampai

cairan menjadi jernih. Setelah itu larutan didinginkan dan diencerkan dengan

aquades. Sampel didestilasi dengan penambahan 8-10 ml larutan NaOH-

Na2S2O3 (dibuat dengan campuran: 50 g NaOH + 50 ml H2O + 12.5

Na2S2O35H2O). Hasil destilasi ditampung dalam Erlemeyer yang telah berisi 5

ml H3BO3 dan 2-4 tetes indikator PP (campuran 2 bagian metil merah 0,2%

Page 64: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

45

dalam alkohol dan 1 bagian metil biru 0,2% dalam alkohol). Destilat yang

diperoleh kemudian dititrasi dengan larutan HCL 0,02 N sampai terjadi perubahan

warna dari hijau menjadi abu-abu. Hal yang sama juga dilakukan terhadap blanko.

Hasil yang diperoleh adalah total N, yang kemudian dinyatakan dalam faktor

konversi 6,25.

Kadar Protein (%) =( ) , , × 100%

Keterangan :

VA : ml HCl untuk titrasi sampel

VB : ml HCl untuk titrasi blanko

N : normalitas HCl standar yang digunakan 14,007; faktor koreksi 6,25

W : berat sampel (g)

3.5.5. Uji Sensori

Uji sensori nugget ikan swanggi dengan penambahan tepung kacang hijau dan

tepung tapioka dilakukan terhadap tekstur, rasa, aroma, warna, dan penerimaan

keseluruhan oleh 25 orang panelis menggunakan metode Setyaningsih et al.

(2010). Pengujian sensori menggunakan uji skoring untuk parameter tekstur, rasa,

dan warna, sedangkan aroma dan parameter penerimaan keseluruhan

menggunakan uji hedonik. Skala penilaian uji sensori nugget ikan swanggi

dengan penambahan tepung kacang hijau dan tepung tapioka dilihat pada Tabel 9.

Page 65: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

46

Tabel 9. Skala penilaian uji sensori nugget ikan swanggi

Parameter Kriteria Skor

Tekstur Padat kompak 9

Agak padat dan kompak 7Agak lembek 5Lembek 3

Rasa Sangat khas ikan 9Khas ikan 7Tidak khas ikan 5Sangat tidak khas ikan 3

Aroma Sangat suka 9Suka 7Tidak suka 5Sangat tidak suka 3

Warna Kuning keemasan 9Putih kekuningan 7Kuning kecoklatan 5Kecoklatan 3

Penerimaan keseluruhan Sangat suka 9Suka 7Tidak suka 5Sangat tidak suka 3

Page 66: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

47

Nama :

Tanggal :

Dihadapan saudara disajikan 6 buah sampel nugget ikan yang sudah digoreng.Saudara diminta untuk memberikan tanggapan terhadap tekstur, rasa, danwarna nugget dengan menuliskan skor (uji skoring) serta aroma dankeseluruhan (uji hedonik) dengan memberikan skor penilaian 3 sampai 9. Kodesampel sesuai kriteria:

Parameter Kode Sampel

234 425 653 765 373 583

Tekstur

Rasa

AromaWarna

Penerimaankeseluruhan

Catatan: Pengamatan tekstur dilakukan dengan cara menekan sampel denganjari telunjuk dan ibu jari.

Keterangan :

Tekstur Aroma

9. Padat dan kompak 9. Sangat suka

7. Agak padat dan kompak 7. Suka

5. Agak lembek 5. Tidak suka

3. Lembek 3. Sangat tidak suka

Rasa Warna

9. Sangat khas ikan 9. Kuning keemasan

7. Khas ikan 7. Putih kekuningan

5. Tidak khas ikan 5. Kuning kecoklatan

3. Sangat tidak khas ikan 3. Kecoklatan

Penerimaan Keseluruhan

9. Sangat suka

7. Suka

5. Tidak suka

3. Sangat tidak suka

Page 67: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

48

Nama :

Tanggal :

Dihadapan saudara disajikan 6 buah sampel nugget ikan setengah matang(sebelum digoreng). Saudara diminta untuk memberikan tanggapanterhadap tekstur (uji skoring) dan aroma nugget dengan menuliskan skor(uji hedonik) dengan memberikan skor penilaian 3 sampai 9. Kodesampel sesuai kriteria:

Parameter Kode Sampel

234 425 653 765 373 583

Tekstur

AromaCatatan: Pengamatan tekstur dilakukan dengan cara menekan sampel

dengan jari telunjuk dan ibu jari.

Keterangan :

Tekstur Aroma

9. Padat dan kompak 9. Sangat suka

7. Agak padat dan kompak 7. Suka

5. Agak lembek 5. Tidak suka

3. Lembek 3. Sangat tidak suka

Page 68: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

71

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah nugget ikan

swanggi dengan penambahan tepung kacang hijau sebesar 30% dan tepung

tapioka sebesar 70% (P4) sesuai dengan SNI 7758:2013 yang menghasilkan

tekstur nugget setengah matang dengan skor 7,07 (padat dan kompak) dan tekstur

nugget matang dengan skor 6,56 (agak padat dan kompak), rasa dengan skor 6,70

(khas ikan), aroma nugget setengah matang dengan skor 6,84 (suka) dan nugget

matang dengan skor 7,26 (suka), warna dengan skor 7,58 (putih kekuningan) dan

penerimaan keseluruhan dengan skor 7,92 (suka). Hasil analisis kimia kadar air

nugget ikan swanggi perlakuan terbaik (P4) sebesar 50,02%, kadar abu sebesar

2,98%, kadar protein sebesar 9,83%, dan kadar lemak sebesar 4,17%.

5.2. Saran

1. Pengamatan uji sensori nugget setengah matang sebaiknya dilakukan sesudah

proses pembekuan.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui lama penyimpanan

nugget ikan swanggi (priacanthus tayenus).

Page 69: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

DAFTAR PUSTAKA

Afrisanti, D.W. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelincidengan Penambahan Tepung Tempe. (Skripsi). Program Studi Peternakan.Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Alamsyah, Y. 2008. Nugget. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Amalia, U. 2012. Pendugaan Umur Simpan Produk Nugget Ikan dengan MerekDagang Fish Nugget “So Lite” . (Skripsi) . Program Studi Teknologi HasilPerikanan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Anggraini, D.R., Tejasari, dan Praptiningsih, Y.S. 2016. Karakteristik Fisik,Nilai Gizi dan Mutu Sensori Sosis Lele Dumbo (Clarias gariepinus)dengan Variasi Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi. JurnalAgroteknologi. 10(1):25-35.

AOAC. 2005. Official Methods of Analisis. Association of Official AnalitycalChemist. AOAC. Washington DC. USA.

Astawan, M. 2006. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. PenebarSwadaya. Jakarta.

Astawan, M. 2007. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna. C.V.Akademika Pressindo. Jakarta.

Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. PenebarSwadaya. Jakarta.

Astuti, R.T., Darmanto, Y.S. dan Wijayanti, I. 2014. Pengaruh PenambahanIsolat Protein Kedelai terhadap Karakteristik Bakso dari Surimi IkanSwanggi (Priacanthus tayenus). Jurnal Pengolahan dan BioteknologiHasil Perikanan. 3(3):47-54.

Ariyani, N. 2010. Formulasi Tepung Campuran Siap Pakai Berbahan DasarTapioka-Mocaf dengan Penambahan Maltodekstrin serta Aplikasinyasebagai Tepung Pelapis Keripik Bayam. (Skripsi). Fakultas PertanianUniversitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Page 70: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

73

Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan [BPPMHP]. 2005.Laporan Analisa Komposisi Kimia Ikan. Departemen Kelautan danPerikanan. Jakarta.

Breemer, R., Polnaya, F. J., and Rumahrupute, C. 2010. Pengaruh KonsentrasiTepung Tapioka terhadap Mutu Nugget Ikan. Jurnal BudidayaPerikanan. 6(1):17-20.

BSN (Badan Standarisasi Nasional). 1995. SNI 01-3728-1995 Tentang SyaratMutu Tepung Kacang Hijau . Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

BSN (Badan Standarisasi Nasional). 2011. SNI 3451-2011 Tentang Syarat MutuTepung Tapioka. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

BSN (Badan Standarisasi Nasional). 2013. SNI 7758-2013 Tentang Syarat MutuNugget Ikan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Chen, G., Song, H. dan Ma, Ch. 2009. Aroma-active Compounds of Beijing RoastDuck. Journal Flavour and Fragrance. 24(4):186-191.

Ekafitri, R dan Isworo, R. 2014. Pemanfaatan Kacang-Kacangan sebagai BahanBaku Sumber Protein untuk Pangan Darurat. Jurnal Pangan. 23(2):134–145

Eliasson, A. C. 2006. Starch In Food. Woodhead Publishing Limited. Cambridge.England.

El-Moniem, Abd. 1999. Sensory Evaluation and In Vitro Protein Digestibility ofMung Bean as Affected by Cooking Time. Journal of the Science of Foodand Agriculture. 79: 2025-2028.

Erawaty, W. R. 2001. Pengaruh Bahan Pengikat, Waktu Penggorengan dan DayaSimpan terhadap Sifat Fisik dan Organoleptik Produk Nugget Ikan Sapu–Sapu (Hyposascus pardalis). (Skripsi). Program Studi Teknologi HasilPerikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut PertanianBogor. Bogor.

FAO. 1999. The Living Marine Resources od Western Central Pasific. FAOSpecies Identification Guide for Fishery Purpose. Department ofBiological Sciences Old Dominion University Norfolk. Virginia. USA.

Farahita, Yuliana, Junianto dan Kurniawati, N. (2012) Karakteristik Kimia CaviarNilem dalam Perendaman Campuran Larutan Asam Asetat dengan LarutanGaram Selama Penyimpanan Suhu Dingin (5-100C). Jurnal Perikanan danKelautan. 3(4): 165-170.

Forrest, J. D.. Aberle, E.D. Hendrick, H.B. Judge, M.D. and Merke, R.A. 1975.Principle of Meat Science. W.H. Freeman and Company. San Fransisco.

Page 71: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

74

Gaman, P.M. dan Sherrington K.B . 1994. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu PanganNutrisi dan Mikrobiologi. UGM Press. Yogyakarta.

Garcon, J.S., Leis, J.M., Newman, S.J., and Harvey, E.S. 2014. PresettlementSchooling Behavior of a Priacanthid, the Purple Spotted BigeyePriacanthus tayenus (Priacanthidae: Teleostei). Environmental Biology ofFishes. 97:277-283.

Genisa., J., N. K. Sukendar, J. Langkong dan N. Abdullah. 2015. Analog BaksoSehat dari Protein Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L). JurnalAgriTechno. 8(1): 1-9.

Gumilar, J., Rachmawan, O., dan Nurdiyanti, W. 2011. Kualitas FisikokimiaNaget Ayam yang Menggunakan Filer Tepung Umbi Suweg(Amorphophallus campanulatus B1). Jurnal Fakultas Peternakan. 2(1):1-5.

Hustiany, R. 2006. Modifikasi Asilasi dan Suksinilasi Pati Tapioka sebagaiBahan Enkapsulasi Komponen Flavor. (Disertasi). Program PascaSarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Illene, F. 2014. Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Nugget Ikan Tuna denganProporsi Maizena dan Tepung Menjes. (Skripsi). Teknologi PertanianUniversitas Katolik Widya Mandala. Surabaya.

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2017. Analisis Data Pokok Kelautan danPerikanan 2017. Pusat Data Statistik dan Informasi. Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak. UI-Press. Jakarta.

Kusnandar. F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. PT. Dian Rakyat.Jakarta.

Ladamay, N. A. dan Yuwono, S. S.. 2014. Pemanfaatan Bahan Lokal dalamPembuatan Foodbars (Kajian Rasio Tapioka : Tepung Kacang Hijau danProporsi CMC). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(1):67-78.

Lavlinesia. 1995. Kajian Beberapa Faktor Pengembangan Volumetrik danKerenyahan Kerupuk Ikan. (Tesis). Program Pasca Sarjana. InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Lekahena, V.N.J. 2016. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Tepung Tapiokaterhadap Komposisi Gizi dan Evaluasi Sensori Nugget Daging Merah IkanMadidihang. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 9(1): 1-8.

Luthana, Y. K. 2004. Maltodekstrin. http://www.yongkikastanyaluthana.Wordpress. com. Diakses 13 November 2018.

Luna, P., Herawati, H., Widowati S., dan Prianto, A.B. 2014. PengaruhKandungan Amilosa terhadap Karakteristik Fisik dan Organoleptik NasiInstan. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian. 12(1) : 1-10.

Page 72: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

75

Malindo, R., Edison, dan Sari, N.I. 2017. Pengaruh Penambahan TepungKacang Hijau (Vigna radiata) terhadap Mutu Bakso Ikan Lele Dumbo(Clarias gariepins). (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Kelautan.Universitas Riau. Riau.

Marzuki, R dan Suprapto H. S. 2005. Bertanam Kacang Hijau. PenebarSwadaya. Jakarta.

Muchtadi, T. R. 1997. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. IPB Press. Bogor.

Muchtadi, T. R. 2010. Kedelai Komponen untuk Kesehatan. Alfabeta. Bandung.

Murphy, P. 2000. Starch. In G. O. Phillips & P. A. Williams (Eds.). Handbookof Food Hydrocolloids. Cambridge: Woodhead Publishing.

Nurhidayah. 2011. Pengaruh Penggunaan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)terhadap Mutu Fisikokimia dan Organoleptik Nugget Patin sebagaiMakanan Sumber Protein dan Tinggi Kalsium. Departemen GiziMasyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Putri, E. 2016. Pengaruh Penambahan Kacang Hijau dengan Proporsi yangBerbeda terhadap Kadar Protein Nugget Ikan Lele. (Skripsi). AkademiGizi Surabaya. Surabaya.

Putri, K.S. 2016. Kajian Jenis Bahan Pengisi dan Lama Pengukusan terhadapKarakteristik Nugget Ikan Nila. Jurnal Teknologi Pangan. 2(2):16-25.

Ramadhani. 2010. Nugget Ikan. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan.Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin.Makassar.

Rohayati, I. 2003. Pengaruh Suhu dan Hidrolisis Enzimatis pada ProsesDeboning terhadap Sifat-Sifat Nugget Ikan. (Skripsi). Fakultas TeknologiPertanian. Universitas Jember. Jember.

Richardson. 1984. Classification of Priacanthus tayenus. http://www.annual.sp2000.org/show_spesies_detail.php.

Sahubawa, L. 2003. Tingkat Preference Konsumen terhadap Ikan sebagaiSumber Protein Hewani Berkualitas. Bahan kuliah Teknologi HasilPerikanan. Jurusan Perikanan dan Kelautan UGM. Yogyakarta.

Setyaji, H., Suwita, V., dan Rahimsyah, A. 2012. Sifat Kimia dan FisikaKerupuk Opak dengan Penambahan Daging Ikan Gabus (Ophiocephalusstriatus). Jurnal Penelitian Universitas Jambi. 14(1) : 17-22.

Setyaningsih, D., Apriyanto, A., dan Puspita, M. 2010. Analisis Sensori untukIndustri Pangan dan Agro. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Page 73: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

76

Simbolon, M. V. T., Pato, U., dan Restuhadi, F. 2016. Kajian Pembuatan Nuggetdari Jantung Pisang dan Tepung Kedelai dengan Penambahan Ikan Gabus(Opiocephalus Striatus). JOM Faperta 3(1): 1-15.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Universitas Gadjah Mada Press.Yogyakarta.

Soediaoetomo, A. J. 2004. Ilmu Gizi dan Profesi untuk Mahasiswa. PT. DianRakyat. Jakarta.

Sudarmadji, S., Haryono, B dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk BahanMakanan dan Pertanian. Yogyakarta.

Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugiyono. 2004. Kimia Pangan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Suprapto dan Supratman. 2002. Kandungan Gizi Tepung Kacang Hijau.Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Suprapto, D. 2018. Pengaruh Perbedaan Metode Penggorengan terhadap KualitasFisik, Kimia dan Organoleptik Chicken Nugget. Jurnal Ilmiah FiliaCendikia. 3(1). 4-5.

Surawan, F.E.D. 2007. Penggunaan Tepung Terigu, Tepung Beras, TepungTapioka dan Tepung Maizena terhadap Tekstur dan Sifat Sensori FishNugget Ikan Tuna. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 2(2):78-84.

Suryono, M., Harijono, dan Yunianta. 2013. Pemanfatan Ikan Tuna (YellowfinTuna), Ubi Jalar (Ipomoea batatas) dan Sagu (Metroxylon sago Sp) dalamPembuatan Kamaboko. Jurnal Teknologi Pertanian. 14(1):9-20.

Syamsiah, I. S dan Tajudin. 2003. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih.Agromedia Pustaka. Jakarta.

Tan, H. Z., Tan B., Gao. H., and Gu, W. Y. 2006. Rheological Behaviour ofMung Bean Starch Dough. Food Science and Technology Resistent. 13(2) :103-110.

Thao, H. M and Noomhorm A. 2011. Physiochemical Properties of Sweet Potatoand Mung Bean Starch and Their Blends for Noodle Production. JournalFood Process Technology. 2(1) : 1-9.

Tjokroadikusumo, P. S. 1993. HFS dan Industri Ubi Kayu. PT. Gramedia.Jakarta.

Utafiyani, Yusasrini, N. L. A., dan Ekawati, I. G. A. 2018. PengaruhPerbandingan Tepung Kacang Hijau (Vigna radiata) dan Terigu terhadapKarakteristik Bakso Analog. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 7(1) : 12-22.

Page 74: FORMULASI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG TAPIOKA …digilib.unila.ac.id/60836/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

77

Wangsadinata, V. 2009. Sistem Pengendalian Mutu Ikan Swanggi (Priacanthusmacracanthus) (Studi Kasus di CV. Bahari Express, Palabuhan ratu,Sukabumi. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Wellyalina, Azima, F., dan Aisman. 2013. Pengaruh Perbandingan Tetelan MerahTuna dan Tepung Maizena terhadap Mutu Nugget. Jurnal TeknologiPangan 2(1) : 9- 17

Wenhao Li , Chang, S., Zhang, P., and Shen, Q. 2011. Properties of StarchSeparated from Ten Mung Bean Varieties and Seeds ProcessingCharacteristics. Journal Food Bioprocess Technology. 4: 814-821.

Whistler, R. and Be Miller, J. 2009. Starch: Chemistry and Technology 3rd ed.Academy press. USA. 315 pp.

Wibowo, S. 2006. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar Swadaya.Jakarta.

Widrial, R. 2005. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Tepung Maizena terhadapMutu Nugget Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). (Skripsi). FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.

Widyaningsih, T.D., dan Murtini, E.S. 2006. Alternatif Pengganti Formalinpada Produk Pangan. Trubus Agrisarana. Surabaya.

Wieser, H. 2003. Determination of Gliadin and Gluten in Wheat Strach by Meansof Alcohol Extraction Ang Gel Permentation Chromatography. In Stern.M.ed. Proceedings of the 17th Meeting of the Working Group on ProlaminAnalysis and Toxicity. Zwickau Verlag Wissenschaftliche Sripten. P. 53-57.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Wiryowidagdo, S. 2000. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam. UniversitasIndonesia. Jakarta

Yuanita, I dan Silitonga, L. 2014. Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget AyamMenggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda. Journalof Tropical Animal Science. 3(1) : 1-5.