95
Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides) SKRIPSI Oleh: RICCI SEPTIAN PUTRA NIM 135100907111005 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides)

SKRIPSI

Oleh: RICCI SEPTIAN PUTRA NIM 135100907111005

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Page 2: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides)

SKRIPSI

Oleh: RICCI SEPTIAN PUTRA NIM 135100907111005

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Page 3: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Tugas Akhir : Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium dari Lindi Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioide)

Nama : Ricci Septian Putra NIM : 135100907111005

Program Studi : Teknik Lingkungan Jurusan : Keteknikan Pertanian Fakultas : Fakultas Teknologi Pertanian

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I

Dr. Liliya Dewi Susanawati, ST, MT

NIP. 19760512 200812 2 001

Tanggal Persetujuan :

Dosen Pembimbing II

Dr. Eng. Evi Kurniati, STP, MT NIP. 19760415 199903 2 001

Tanggal Persetujuan :

Page 4: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium dari Lindi Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioide)

Nama : Ricci Septian Putra NIM : 135100907111005

Program Studi : Teknik Lingkungan Jurusan : Keteknikan Pertanian Fakultas : Fakultas Teknologi Pertanian

Dosen Penguji I

Dr. Liliya Dewi Susanawati, ST, MT NIP. 19760512 200812 2 001

Dosen Penguji II

Dr. Eng. Evi Kurniati, STP, MT NIP. 19760415 199903 2 001

Dosen Penguji III

Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS NIP. 19530709 198002 1 002

Plt. Ketua Jurusan

Dr. Eng. Evi Kurniati, STP, MT NIP. 19760415 199903 2 001

Tanggal Lulus TA:…………….

Page 5: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 September 1994 dari Ayah bernama Suwabi Estanto dan Ibu Sunarti. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Tebaloan Duduk Sampeyan Gresik pada tahun 2007, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Semen Gresik dengan tahun

kelulusan 2010 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Semen Gresik pada tahun 2013.

Pada Tahun 2013 penulis menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya Malang dan berhasil menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Keteknikan Pertanian Program Studi Teknik Lingkungan pada tahun 2017. Pada masa pendidikannya penulis aktif dalam kepanitiaan acara Kongres Ikatan Mahasiswa Teknik Lingkungan Indonesia di divisi Transkop, kepanitiaan Orientasi Pengenalan urusan Keteknikan Pertanian 2014 di divisi keamanan, dan kepanitiaan Malam Keakraban Teknik Lingkungan 2014 Universitas Brawijaya di divisi perlengkapan.

Page 6: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Ricci Septian Putra NIM : 135100907111005

Program Studi : Teknik Lingkungan Jurusan : Keteknikan Pertanian Fakultas : Fakultas Teknologi

Pertanian Judul Tugas Akhir : Fitoremediasi Tenah

Tercemar Logam Chromium dari Lindi Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides)

Menyatakan bahwa, Tugas Akhir dengan judul diatas merupakan karya asli

penulis. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar saya bersedia dituntut dengan hukum yang berlaku.

Malang, 9 Oktober 2017 Pembuat pernyataan, Ricci Septian Putra NIM. 135100907111005

Page 7: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

vii

Ricci Septian Putra. 135100907111005. Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides). TA. Pembimbing :Dr. Liliya Dewi Susanawati, ST, MT. dan Dr. Eng. Evi Kurniati, STP, MT.

RINGKASAN

Kota Malang adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur,

Indonesia kota ini terletak 90 km sebelah barat daya Surabaya, seiring bertambahnya tahun kota Malang memiliki jumlah pertumbuhan yang cukup tinggi, dikarenakan kota Malang adalah destinasi wisata di Jawa Timur, Permasalahan pencemaran lingkungan merupakan salah satu hal yang terjadi sejak dahulu hingga sekarang yang dapat menyebabkan berbagai macam kerugian yang menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan. Salah satu bahan pencemar terbesar yang dihasilkan adalah Chromium (Cr). Banyak industri yang pada proses produksinya menggunakan kromium seperti industri tekstil, pembuatan baterai, cat, penyamakan kulit, pembuatan pipa, pemurnian bahan kimia, pembuatan baja dan industri keramik maupun pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah seperti pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Supit Urang yakni lindi yang dihasilkan dari timbunan sampah tersebut juga mengandung kromium sehingga dapat mencemari lingkungan dan tanah maupun lahan yang terdapat di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang. Salah satu cara untuk memulihkan lingkungan tanah dari suatu kontaminan logam berat adalah dengan menggunakan tanaman yaitu dengan cara menanam tanaman yang mampu menyerap logam dari tanah. Metode ini dikenal dengan nama fitoremediasi. Tanaman akar wangi mempunyai kemampuan mengakumulasi logam berat dengan baik dan tanaman ini relatif

Page 8: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

viii

tahan pada media tanam yang memiliki konsentrasi Cr yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) dalam menyerap logam berat chromium (Cr) dari tanah yang tercemar lindi dan mengetahui rasio tanah dan kompos yang baik untuk penyerapan logam berat chromium (Cr) tanaman akar wangi (Vetiver zizanioides). Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dengan menggunakan pot/bak eksperimen yang terdiri dari 3 perlakuan komposisi variasi media tanam yakni media tanam tercemar Cr komposisi 100% tanah terdapat 3 kg tanah, media tanam tercemar Cr komposisi 100% kompos terdapat 3 kg kompos, dan media tanam tercemar Cr komposisi 50% tanah dan 50% kompos terdapat 1,5 kg tanah dan 1,5 kg kompos, setiap perlakuan terdapat 3 kali ulangan. Pengamatan kadar Cr pada media tanam dan tanaman akar wangi dilakukan secara destruktif pada 3, 6, dan 9 hari setelah aklimatisasi, sehingga digunakan 72 bak atau pot eksperimen untuk pengaruh penyerapan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) terhadap media tanam tercemar logam berat chromium (Cr). Hasil pengujian pada media tanam tanah dapat direduksi hingga 85%, pada pengujian media tanam kompos dapat direduksi mencapai 11%, pada pengujian media tanam tanah dan kompos dapat direduksi hingga 10%. Hasil pengujian pada tanaman akar wangi dengan media tanam tanah naik menjadi 70%, pada pengujian tanaman akar wangi dengan media tanam kompos naik menjadi 15%, pada pengujian tanaman akar wangi dengan media tanam tanah dan kompos naik menjadi 54%.

Kata Kunci : Fitoremediasi, Logam Berat Chromium (Cr), Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides).

Page 9: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

ix

Ricci Septian Putra. 135100907111005. Phytoremediation of Chromium Contaminated Soil from Leachate at Final Disposal Site Supit Urang by Using (Vetiveria zizanioides) TA. Supervisior :Dr. Liliya Dewi Susanawati, ST, MT. dan Dr. Eng. Evi Kurniati, STP, MT.

SUMMARY Malang City is located in East Java Province, Indonesia

90 km southwest of Surabaya. The population amount is increase due to its status as tourism city, Problem of environmental pollution is causes various losses related to safety, health and life. Chromium (Cr) is used in many industries such as textile, battery manufacture, paint, leather tanning, pipe making, chemical purification, steel making and ceramic industry. One way to restore the soil environment from a heavy metal contaminant is by using a plant that capable to absorbing metal from the soil. This method is known as phytoremediation. Vetiver plant has the ability to accumulate heavy metals and relatively resistant to planting medium that has a high Cr concentration. The objective of this research is to know the ability of Vetiveria zizanioides to absorb heavy metal chromium (Cr) from leach contaminated soil and to know the ratio of good soil and compost for the absorption of heavy metal chromium (Cr). This research was aimed to know the capability of Vetiveria zizanioides in removing Cr from media. This research was conducted in a laboratory scale using experimental pots experiment consisting of 3 treatment of planting media composition 100% soil, 100% compost, and 50% soil and 50% compost. There are 3 replication each containing 3 kg media in total. There are pots experiment in total. The showed that Vetiver were able to reduce 85%, 11%, and 10% chromium from media containing 100% soil, 100% compost, and combination 50% soil ; 50% compost, respectively. The chromium

Page 10: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

x

concentration in plant. Were raised to 70%, 15%, and 54% when planted on those media respectively.

Keywords: Phytoremediation, Chromium (Cr), Vetiveria zizanioides

Page 11: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini berjudul “Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Dengan Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides)”. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Liliya Dewi Susanawati, ST, MT., selaku Dosen

Pembimbing Pertama yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, ilmu, dan pengetahuan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini;

2. Dr. Eng. Evi Kurniati, STP, MT., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah memberikan arahan, ilmu dan bimbingan, kepada penyusun hingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini;

3. Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto. MS selaku Dosen Penguji yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini;

4. Bapak Suwabi dan Ibu Sunarti selaku kedua orang tua penyusun yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materiil;

5. Teman-teman Teknik Lingkungan 2013 yang telah mendukung yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian penelitian ini;

6. Teman-teman CL CREW yang selalu mendukung dan selalu memberikan arahan dan membuktikan bahwa perbedaan asal, suku, maupun agama tidak mampu merubah apapun dan kita tetap satu keluarga.

Menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, dan pengalaman, penyusun mengharapkan saran demi lebih baiknya Tugas Akhir ini. Harapan penyusun semoga Tugas

Page 12: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

xii

Akhir ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun semua pihak yang membutuhkan.

Malang, Mei 2017

Penyusun

Page 13: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................. iii LEMBAR PENGESAHAN ............................................... iv RIWAYAT HIDUP ........................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR .................. vi RINGKASAN ................................................................... vii SUMMARY ..................................................................... ix KATA PENGANTAR ....................................................... xi DAFTAR ISI ..................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian ................................................ 4 1.4 Manfaat Peneliti .................................................. 4 1.5 Batasan Masalah ................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................... 6 2.1 Lindi .................................................................... 6

2.1.1 Karakteristik Lindi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang ..................................... 6

2.2 Logam Berat Chromium (Cr) ............................... 9 2.2.1 Karakteristik dan Sifat Chromium .............. 9 2.2.2 Toksisitas Logam Chromium ..................... 11 2.2.3 Chromium (Cr) Pada Tanaman ................. 12 2.2.4 Dampak Chromium (Cr) Terhadap Morfologi dan Fisiolog Tumbuhan ...................... 13

2.3 Tanah .................................................................. 14 2.3.1 Pengertian Tanah ...................................... 14 2.3.2 Klasifikasi Tanah ....................................... 15

2.4 Fitoremediasi....................................................... 18 2.5 Tanaman Akar Wangi (Vetiver zizanioides) ........ 20

2.5.1 Karakteristik Vetiveria zizanioides ............. 23 2.6 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ............... 26

BAB III METODE PENELITIAN....................................... 30

Page 14: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

xiv

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................. 30 3.2 Alat dan Bahan.................................................... 30

3.2.1 Alat yang Digunakan ................................. 30 3.2.2 Bahan yang Digunakan ............................. 31

3.3 Metode penelitian ................................................ 31 3.4 Prosedur Penelitian ............................................. 33

3.4.1 Tahap Uji Pendahuluan ............................. 33 3.4.2 Tahap Penelitian ....................................... 33

3.5 Metode Analisis ................................................... 37 3.5.1 Analisis Sampel ......................................... 37 3.5.2 Perancangan Percobaan .......................... 38 3.5.3 Diagram Alir Penelitian .............................. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................. 41 4.1 Pengaruh Penggunaan Tanaman Akar Wangi

Terhadap Media Tercemar Chromium (Cr) ............... 41 4.2 Pengaruh Penggunaan Media Tercemar Pada

Serapan Chromium Oleh Tanaman Akar Wangi ...... 46 4.3 Pengaruh Media Tanam Tanaman

Akar Wangi Terhadap pH Lindi ................................. 52 4.4 Pengaruh Penggunaan Media Tercemar

Chromium Pada Pertumbuhan Tanaman Akar Wangi ...................................................... 57

4.4.1 Pengaruh Penggunaan Media Tercemar Chromium Pada Pertumbuhan Tanaman Akar Wangi ...................................... 57 4.4.2 Pengaruh Penggunaan Media Tanam Kontrol Pada Pertumbuhan Tanaman Akar Wangi .............................................................. 62 4.43 Perbandingan Tinggi Tanaman Akar Wangi Dengan Media Tanam Tercemar Dan Tanaman Akar Wangi Dengan Media Tanam Kontrol ................................................ 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 69 5.1 Kesimpulan ................................................................ 69 5.2 Saran ......................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 70

Page 15: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

xv

DAFTAR TABEL

Nomer Teks Halaman

2.1 Karakteristik Lindi ....................................................... 7 2.2 Konsentrasi Kromium di Lingkungan ......................... 9 2.3 Sistem Klasifikasi Tanah Unified System ................... 17 2.4 Kemampuan Adaptasi Akar Wangi ............................ 25 3.1 Model Rancangan ...................................................... 39 4.1 Hasil Rata-rata Pengukuran Kadar Chromium Pada Media Tanam ................................................................... 41 4.2 Penurunan Kadar Chromium Pada Media Tanam Tanah ............................................................................... 44 4.3 Penurunan Kadar Chrmium Pada Media Tanam Kompos ............................................................................ 45 4.4 Penurunan Kadar Chromium Pada Media Tanam Tanah Dan Kompos ......................................................... 46 4.5 Hasil Rata-rata Pengukuran Kadar Chromium Pada

Tanaman Akar Wangi ............................................................. 47 4.6 Penurunan Kadar Chromium Terserap Tanaman Pada

Media Tanam Tanah ............................................................... 50 4.7 Penurunan Kadar Chromium Terserap Tanaman Pada

Media Tanam Kompos ............................................................ 51 4.8 Penurunan Kadar Chromium Terserap Tanaman Pada

Media Tanam Tanah Dan Kompos ......................................... 52 4.9 Pengaruh Media Tanam Terhadap Nilai pH.............. 53 4.10 Penurunan pH Pada Media Tanam Tanah .............. 55 4.11 Penurunan pH Pada Media Tanam Kompos ........... 56 4.12 Penurunan pH Pada Media Tanam Tanah Dan

Kompos.......................................................................... 56 4.13 Pengaruh Media Tanam Tercemar Chromium

Terhadap tinggi Tanaman .............................................. 57 4.14 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pada Media Tanam

Tanah............................................................................ 60 4.15 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pada Media Tanam

Kompos.......................................................................... 61

Page 16: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

xvi

4.16 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pada Media tanam

Tanah Dan Kompos ....................................................... 62 4.17 Pengukuran Tinggi Tanaman Akar Wangi Pada Media

Tanam Kontrol ............................................................... 63 4.18 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pada Media Tanam

Tanah Kontrol ......................................................... 66 4.19 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pada Media Tanam

Kompos Kontrol ............................................................. 66 4.20 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pada Media Tanam

Tanah Dan Kompos Kontrol ................................... 67

Page 17: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomer Teks Halaman

2.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur ...................... 18 2.2 Proses Fitoremediasi ................................................. 20 2.3 Tanaman Akar Wangi ................................................ 21 2.4 Spektrofotometri Serapan Atom ................................. 29 3.1 Peta Lokasi TPA Supit Urang, Kota Malang .............. 30 3.2 Gambar Diagram Alir ................................................. 40 4.1 Grafik Hasil Pengujian Kadar Chromium Pada Media Tanam ............................................................................. 44 4.2 Grafik Hasil Pengujian Kadar Chromium Pada Tanaman Akar Wangi ...................................................... 50 4.3 Grafik Hasil Pengukuran pH Pada Variasi Media Tanam .............................................................................. 55 4.4 Grafik Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Pada Variasi Media Tanam ....................................................... 60 4 .5 Grafik Pengukuran Tinggi Tanaman Pada Variasi

Media Tanam Kontrol......................................................65

Page 18: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Baku mutu Air Limbah ................................ 77 Lampiran 2. Hasil Uji Laboratorium ................................ 78 2.1 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Awal Pada

Lindi ......................................................................... 78 2.2 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Awal Pada

Tanah ...................................................................... 79 2.3 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Awal Pada

Kompos ................................................................... 80 2.4 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Awal Pada

Tanah dan Kompos ................................................. 81 2.5 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Awal Pada

Tanaman Akar Wangi .............................................. 82 2.6 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Pada

Media Tanam Hari Ke-0 .......................................... 83 2.7 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Pada

Media Tanam Hari Ke-3 .......................................... 84 2.8 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Pada

Media Tanam Hari Ke-6 .......................................... 85 2.9 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Pada

Media Tanam Hari Ke-9 .......................................... 86 2.10 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Pada

Tanaman Akar Wangi Hari Ke-0 ............................ 87 2.11 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Pada

Tanaman Akar Wangi Hari Ke-3 ............................ 88 2.12 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Pada

Tanaman Akar Wangi Hari Ke-6 ............................ 89 2.13 Pengujian Kandungan Chromium (Cr) Pada

Tanaman Akar Wangi Hari Ke-9 ............................ 90 Lampiran 3. Perhitungan uji Statistik RAL ...................... 91 3.1 Kadar Chromium (Cr) Pada Media Tanam .............. 91 3.2 Kadar Chromium (Cr) Pada Tanaman Akar

Wangi ...................................................................... 94

Page 19: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

xix

3.3 pH Media Tanam ..................................................... 98 3.4 Tinggi Tanaman Pada Media Tanam

Tercemar .............................................................. 101 Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian ......................... 106

Page 20: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Chromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit dioksidasi meski dalam suhu tinggi. Chromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Chromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat, oleh karena itu kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor. Kromium memiliki sifat umum yakni mempunyai titik didih 2672 °C, titik lebur 1837 1877 °C, berat jenis 7,20 pada 28 °C, tidak dapat larut dalam air dan asam nitrat, tidak dapat bercampur dengan basa, oksidator, halogen, peroksida, dapat menyala atau mudah menyala dan dapat terbakar secara spontan apabila terpapar di udara atau bila debu kromium bercampur dengan udara dapat terbakar atau meledak. Permasalahan pencemaran lingkungan merupakan salah satu hal yang terjadi sejak dahulu hingga sekarang yang dapat menyebabkan berbagai macam kerugian yang menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Pencemaran yang paling besar disebabkan oleh pembuangan senyawa kimia tertentu dari kegiatan industri dan transportasi. Salah satu bahan pencemar terbesar yang dihasilkan adalah Chromium (Cr). Banyak industri yang pada proses produksinya menggunakan kromium seperti industri tekstil, pembuatan baterai, cat, penyamakan kulit, pembuatan pipa, pemurnian bahan kimia, pembuatan baja dan industri keramik maupun pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yakni lindi yang dihasilkan dari timbunan sampah tersebut juga mengandung kromium. Berdasarkan dari pengujian pendahuluan didapatkan hasil kadar kromium (Cr) pada sampel lindi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang sebesar 2,42 mg/L dan hasil tersebut melebihi batas baku mutu yang telah ditetapkan. Menurut Bambang Suharto (2013), baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82

Page 21: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

2

tahun 2001 maupun berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 45 Tahun 2002 yaitu kandungan logam berat kromium (Cr) tidak boleh melebihi 0,05 mg/L. Kromium termasuk salah satu zat kimia berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan bila masuk ke dalam tubuh manusia. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh keracunan kromium seperti Kanker paru-paru/ tempat terbuka, ruam kulit, gangguan perut dan borok, permasalahan berhubungan dengan pernapasan, sistem kekebalan tubuh melemah, cacat keturunan, gangguan janin pada ibu hamil, kematian (Palar, 2004). Salah satu cara untuk memulihkan lingkungan tanah dari suatu kontaminan logam berat adalah dengam menggunakan tanaman yaitu dengan cara menanam tanaman yang mampu menyerap logam dari tanah. Metode ini dikenal dengan nama fitoremediasi. Terbukti bahwa fitoremediasi merupakan metode yang efektif digunakan untuk menghilangkan, menstabilkan, maupun menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik ataupun anorganik termasuk polutan logam berat di dalam tanah. Fitoremediasi merupakan salah satu metode remediasi dengan mengandalkan peranan tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, mentransformasi dan mengimobilisasi bahan pencemar logam berat. Tanaman ini mempunyai kemampuan mengakumulasi logam berat (Hardiani, 2009). Pada penelitian ini, tanaman yang digunakan adalah Akar Wangi (Vetiveria zizanioides). Rumput vetiver adalah sejenis rumput-rumputan berukuran besar yang memiliki banyak keistimewaan yang tahan terhadap variasi cuaca, seperti : kekeringan panjang, banjir, genangan dan temperatur 14°C sampai 55°C dan mempunyai daya adaptasi pertumbuhan yang sangat luas pada berbagai kondisi tanah, seperti pada tanah masam (mengandung mangan dan alumunium), pada tanah bersalinitas tinggi dan mengandung banyak natrium, pada tanah yang mengandung logam berat, seperti Ar, Cd, Co, Cr, Pb, Hg, Ni, Se, dan Zn, tahan terhadap rentang pH tanah : 3 10,5. Rumput vetiver toleran tumbuh di ketinggian 500 1500 mdpl, curah hujan 500 2.500 mm per tahun, suhu udara lingkungan

Page 22: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

3

17 - 270°C dan membutuhkan sinar matahri yang cukup dan lahan terbuka (Booth dan Adinata, 2004). Vetiver sistem yang dikembangkan oleh Paul Truong dkk (2011) diaplikasikan untuk pengendalian polusi, rehabilitasi tambang dan limbah cair, stabilasi bukit pasir di tepian pantai dan sekarang mencakup mitigasi kerusakan banjir di tepian sungai dan pantai. Akan tetapi dalam penelitian ini belum menjelaskan pengaruh media tanam (bahan organik) terhadap perkembangan dan kemampuan akar wangi dalam mengakumulasi logam berat. Oleh karena itu dalam penelitian ini Peneliti membuat beberapa variasi media tanam yang terdiri dari kompos dan tanah untuk mengetahui pengaruh perkembangan dan kemampuan akar wangi dalam mengakumulasi logam berat. ercemar Logam Chromium pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides). Dengan dilakukannya proses fitoremediasi, diharapkan penelitian ini dapat memulihkan kualitas tanah tercemar logam Cr lebih cepat dibanding tanpa proses tersebut dan sekaligus sebagai upaya pelestarian lingkungan yang melibatkan keragaman biotik. Tindakan pemulihan atau yang disebut remediasi ini perlu dilakukan agar lahan yang tercemar dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan secara aman. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan tanaman akar wangi (Vetiveria zizainioides) dalam menyerap logam berat Chromium (Cr) dari tanah yang tercemar lindi?

2. Bagaimana rasio tanah dan kompos yang baik untuk penyerapan logam berat Chromium (Cr) tanaman akar wangi (Vetiver zizanioides)?

Page 23: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

4

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kemampuan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) dalam menyerap logam berat chromium (Cr) dari tanah yang tercemar lindi.

2. Mengetahui rasio tanah dan kompos yang baik untuk penyerapan logam berat Chromium (Cr) tanaman akar wangi (Vetiver zizanioides).

1.4 Manfaat Penelitian Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan tentang pengolahan tanah dan kompos dengan teknik fitoremediasi ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan Peneliti tentang upaya pengolahan tanah tercemar dengan teknik fitoremediasi dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.

2. Bagi Pemerintah Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenani cara pengolahan tanah tercemar logam berat chromium (Cr) dengan menggunakan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) sebagai fitoremediator dan membantu pemerintah dalam memberikan solusi perbaikan lingkungan.

3. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengolahan tanah tercemar logam berat chromium (Cr) menggunakan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides).

1.5 Batasan Masalah Untuk memperjelas dan memfokuskan penelitian ini, maka perlu adanya batasan dalam penelitian ini. Batasan masalah dari penelitian ini adalah:

Page 24: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

5

1. Penelitian ini hanya membahas kandungan logam chromium (Cr) yang terdapat di tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) dan di media tanam.

2. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium. 3. Penelitian ini tidak membahas pengaruh jenis tanah dan

kompos.

Page 25: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lindi Tchobanoglous (1993) menyatakan bahwa lindi (leachate) adalah cairan yang meresap melalui sampah yang mengandung unsur-unsur terlarut dan tersuspensi atau cairan yang melewati landfill dan bercampur serta dengan zat-zat atau materi yang ada dalam tempat penimbunan tersebut. Cairan dalam landfill merupakan hasil dari dekomposisi sampah dan cairan yang masuk ke tempat pembuangan seperti aliran atau drainase permukaan air, air hujan dan air tanah. Sedangkan menurut Darmasetiawan (2004), lindi merupakan senyawa yang ada sehingga memiliki kandungan pencemar khususnya zat organik yang sangat tinggi. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air, baik air tanah maupun permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik. Masalah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah salah satunya adalah adanya lindi sampah. Lindi sering terkumpul pada pertengahan titik pada lahan urug. Lindi mengandung berbagai turunan senyawa kimia dari pelarutan sampah pada lahan urug dan hasil reaksi kimia dan biokimia yang terjadi pada lahan urug. Apabila penanganan dan pengolahan lindi sampah tidak dilakukan secara optimal, lindi sampah tersebut akan masuk kedalam air tanah ataupun ikut terbawa dalam aliran permukaan (Damanhuri, 1996). 2.1.1 Karakteristik lindi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang Karakteristik lindi sangat bervariasi tergantung dari proses-proses yang terjadi di dalam landfill, yang meliputi proses fisik, kimia dan biologis. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses yang terjadi di landfill antara lain : jenis sampah, lokasi landfill hidrogeologi dan sistem pengoperasian, faktor tersebut sangat bervariasi pada suatu tempat pembuangan yang satu dengan yang lainnya, begitu pula aktivitas biologi serta proses yang terjadi pada timbunan sampah baik secara aerob maupun anaerob. Dengan adanya hal tersebut maka akan memengaruhi pula prodik yang

Page 26: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

7

dihasilkan akibat dari proses dekomposisi seperti kualitas dan kuantitas air lindi serta gas, sebagai contoh bila suatu TPA banyak menimbun sampah jenis organik maka karakter lindi yang dihasilkan akan mengandung zat organik tinggi yang disertai bau. Karakteristik lindi dapat dilihat pada Tabel 2.1 :

Tabel 2.1 Karakteristik Lindi Parameter Satuan Range COD mg/liter 150-100.000 BOD5 mg/liter 100-90.000 pH - 5,3-8,5 Alkalinitas (mg CaCo3/liter) 300-11.500 Hardness (mg CaCo3/liter) 500-8.900 NH4 mg/liter 1-1.500 N-Organik mg/liter 1-2.000 N-total mg/liter 50-5.000 NO3 (Nitrit) mg/liter 0,1-50 NO2 (Nitrat) mg/liter 0-25 P-Total mg/liter 0,1-30 PO4 mg/liter 0,3-25 Ca mg/liter 10-2.500 Mg mg/liter 50-1.150 Na mg/liter 50-4.000 K mg/liter 10-2.500 SO4 mg/liter 10-1.200 Cl mg/liter 30-4.000 Fe mg/liter 0,4-2.200 Zn mg/liter 0,05-170 Mn mg/liter 0,4-50 CN mg/liter 0,04-90 AoXa µg/liter 320-3.500 Phenol mg/liter 0,04-44 As µg/liter 5-1600 Cd µg/liter 0,5-140 Co µg/liter 4-950 Ni µg/liter 20-2.050 Pb µg/liter 8-1.020 Cr µg/liter 300-1.600 Cu µg/liter 4-1.400 Hg µg/liter 0,2-50

Sumber : Balai Laboratorium Kesehatan Surabaya (2005)

Page 27: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

8

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui karakteristik lindi pada umumnya hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa parameter lindi yaitu mengandung BOD, COD, jauh lebih besar dari pada air buangan. Lindi yang berasal dari timbunan sampah yang masih baru, biasanya ditandai oleh kandungan asam lemak volatile dan rasio BOD dan COD yang tinggi sementara lindi dari timbunan yang lama akan mengandung BOD, COD dan konsentrasi pencemar yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena dari timbunan sampah yang masih baru, biodegradasi umumnya berlangsung cepat yang ditandai dengan kenaikan produksi asam dan penurunan pH lindi yang mengakibatkan kemampuan pelarutan bahan-bahan pada sampah oleh air menjadi tinggi. Perbandingan BOD dengan COD pada timbunan sampah yang masih baru akan berkisar 0,4% sampai 0,8%, nilai akan lebih besar pada fase methanogenesis. Degradasi material sampah di landfill disebabkan karena proses biologi. Perubahan secara fisik dan kimiawi dan juga produksi lindi dan produksi gas berhubungan langsung dengan aktivitas biologis di dalam landfill. Lindi dapat digolongkan sebagai senyawa yang sulit di degradasi, karena mengandung bahan-bahan polimer (makro molekul) dan bahan organik sintetik (Sulinda. 2004). Pada umumnya lindi memiliki nilai rasio BOD/COD sangat rendah (<0,4). Nilai rasio yang sangat rendah ini mengindikasikan bahwa bahan organik yang terdapat pada dalam lindi bersifat sulit untuk di degradasi secara biologis. Angka perbandingan yang semakin rendah mengindikasikan bahan organik sangat sulit terurai (Alaerts dan Santika 1984). Komposisi lindi sangat bervariasi karena proses pembentukannya dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organik-organik), mudah tidaknya penguraian (larut-tidak larut), kondisi tumpukan sampah (suhu, pH, kelembapan dan umur), karakteristik sumber air (kuantitas dan kualitas air yang dipengaruhi iklim dan hidrogeologi), komposisi tanah penutup, ketersediaan nutrient dan mikroba dan kehadiran in hibitor (Diana, 1992). Selain itu, Sulinda (2004) menyatakan bahwa prises penguraian bahan organik menjadi komponen yang lebih sederhana oleh mikroorganisme aerobic dan an aerobic pada

Page 28: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

9

lokasi pembuangan sampah dapat penyebab terbentuknya gas dan lindi. Sebagian besar limbah yang dibuang pada lokasi pembuangan sampah adalah padatan. Limbah tersebut berasal dari berbagai sumber yang berbeda dengan tipe limbah yang berbeda pula, sehingga setiap lindi memiliki karakteristik tertentu (Pohland and Harper, 1985). 2.2 Logam Berat Chromium (Cr) 2.2.1 Karakteristik dan Sifat Chromium Logam kromium adalah unsur yang memiliki nomor atom (NA=24) serta mempunyai massa molekul relatif (MR=51,6691). Logam kromium diberikan simbol kimia Cr yang merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Yunani dari kata chroma yang berarti warna, karena banyak warna yang dihasilkan dari logam tersebut. Secara alamiah kromium merupakan elemen yang ditemukan dalam konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanah, debu vulkanik dan juga gas. Kromium yang terdapat di alam dalam bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah kromium (0), kromium (III), dan kromium (VI) (Agung,2006). Konsentrasi kromium di lingkungan memiliki nilai yang berbeda, tampak seperti Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Konsentrasi kromium di lingkungan Tipe Sampel Konsentrasi Referensi Tanah alami 5-1000 mg/kg

5-3000 mg/kg 5-1500 mg/kg 30-300 mg/kg

Adriano (1986) Skeffington et all

(1976) Verry dan

Vernette (1991) Katz dan Salem

(1994) Tanah serpentine 643-125.000 mg/kg Adriano (1986)

Sedimen 0-31.000 mg/kg Pawlisz (1997) Air tawar 0-117/1 Pawlisz (1997) Air laut 0-0.5/1 Pawlisz (1997)

Sumber: Agung, 2006. Logam Cr (III) merupakan logam yang paling stabil, kurang larut dalam air dan kurang mobile, sedangkan logam Cr (IV) sangat toksik, larut dalam air dan lebih mobile. Hal tersebut berkaitan dengan penjelasan (Harlena (2004:8) bahwa logam berat dalam tanah pada prinsipnya berada dalam bentuk bebas

Page 29: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

10

(mobile) maupun tidak bebas (immobile). Logam berat dalam keadaan bebas dapat dapat bersifat racun dan dapat terserap oleh tanaman, sedangkan dalam bentuk tidak bebas dapat berikatan dengan unsur hara, bahan organik maupun anorganik lainnya. Logam berat dengan kondisi tersebut selain dapat mempengaruhi ketersediaan hara tanaman juga dapat mengkontaminasi hasil tanaman. Jika logam berat memasuki lingkungan tanah, maka akan terjadi keseimbangan dalam tanah, kemudian akan terserap oleh tanaman melalui akar, dan selanjutnya akan terdistribusi kebagian tanaman lainnya. Bentuk kimia logam dapat berubah akibat pengaruh fisikokimia, biologis atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis bila bentuk kimiannya berubah (Lu, 1994:349).

Logam Cr seperti halnya cadmium (Cd) dalam tanah dapat berubah konsentrasinya karena proses oksidasi atau reduksi, terlarut dalam larutan tanah, teradsorbsi pada permukaan mineral tanah atau partikel organik, terkompleksasi oleh senyawa organik, atau terpresipitasi sebagai komponen yang tidak larut (Notodarmojo (2005:144). Logam Cr III secara alami terbentuk di alam, sedangkan Cr (0) dan Cr (VI) pada umumnya berasal dari industri (Widowati et al, 2008:89). Notodarmojo (2005:144-145) menjelaskan bahwa terjadi faktor yang paling mempengaruhi keberadaan dan status Cr dalam tanah yaitu : a. pH, karena mempengaruhi kelarutan dan laju reduksi-

oksidasi, dan mempengaruhi valensi ion dalam larutan tanah.

b. Keberadaan elektron donor atau elektron penerima. Jumlah asam organik seperti asam sitrat dan asam asetat dalam tanah yang dapat mengikat Cr dalam proses chelation, atau sebagai elektron donor bagi Cr (VI).

Kondisi anaerob, pH, dan potensial redoks yang rendah membuat Cr akan berada dalam kondisi trivalent yaitu Cr (III), logam Cr (VI) selain bersifat karsenogenik, logam tersebut juga sangat beracun dan korosif serta iritan terhadap kulit dan selaput lendir (Notodarmojo, 2005:145).

Page 30: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

11

2.2.2 Toksisitas Logam Chromium Toksisitas setiap logam dalam perairan berbeda-beda. Daya toksisitas logam berat dalam perairan terhadap makhluk hidup di dalamnya, dipengaruhi oleh bentuk logam dalam air, keberadaan logam-logam lain, pengaruh lingkungan, dan kemampuan organisme beraklimatisasi terhadap bahan toksik logam (Lu, 1995).

Berdasarkan toksisitasnya, logam berat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu (Connel and Miller, 1995):

1. Hg, Cd, Pb, As, Cu dan Zn yang mempunyai sifat toksik yang tinggi.

2. Cr, Ni dan Co yang mempunyai sifat toksik menengah. 3. Mn dan Fe yang mempunyai sifat toksik rendah Toksisitas logam berat sangat dipengaruhi oleh faktor fisika,

kimia dan biologi lingkungan. Beberapa kasus kondisi lingkungan tersebut dapat mengubah laju absorbsi logam dan mengubah kondisi fisiologis yang mengakibatkan berbahayanya pengaruh logam. Paparan melalui dermal dapat mengakibatkan penyerapan dan efek berbahaya pada kulit. Kromium, terutama kromat, adalah alergen yang biasa terkontak pada kulit para pekerja. Kromium terkonsentrasi didalam jaringan paru-paru, aorta, pankreas, jantung, testis, ginjal, hati, dan limpa.

Kromium Heksavalen digolongkan sebagai karsinogenik terhadap manusia oleh United States Enviromental Protection Agency (USEPA). Percobaan laboratorium membuktikan bahwa senyawa-senyawa kromium heksavalen atau hasil-hasil reaksi antaranya di dalam sel dapat menyebabkan kerusakan pada materi genetik. Studi lain pada binatang percobaan menunjukkan bahwa bentuk kromium tersebut dapat menyebabkan masalah reproduksi.

Pengaruh Paparan Akut Menurut EHC 61, 1988 toksisitas akut akibat kromium adalah muntah, diare berdarah dan gangguan saluran pencernaan. Efek lain yang muncul adalah nekrosis hati, nekrosis ginjal, dan keracunan darah.

Pengaruh Paparan Kronis Efek kronis dari jenis kromium (trivalen dan heksavalen) dilaporkan meliputi kulit, iritasi membran selaput lendir,

Page 31: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

12

gangguan pada hati, efek sistematik termasuk pada anak-anak dan kanker paru-paru pada pekerja pada industri pewarna yang menggunakan kromium (Enviromental Hatton D, 1980)

2.2.3 Chromium (Cr) Pada Tanaman Kerusakan karena pencemaran dapat terjadi karena adanya akumulasi bahan toksik dalam tubuh tumbuhan, perubahan pH, peningkatan atau penurunan aktivitas enzim, rendahnya kandungan asam askorbat di daun, tertekannya fotosintesis, peningkatan respirasi, produksi bahan kering rendah, perubahan permeabilitas, teganggunya keseimbangan air dan penurunan kesuburannya dalam waktu yang lama. Gangguan metabolisme berkembang menjadi kerusakan kronis dengan konsekuensi tak beraturan. Tumbuhan akan berkurang produktivitasnya dan kualitas hasilnya juga rendah (Sitompul dan Guritno, 1995). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencemaran mengakibatkan menurunnya pertumbuhan dan produksi tanaman serta diikuti dengan gejala yang tampak (visible symptoms). Kerusakan tanaman karena pencemaran berawal dari tingkat biokimia (gangguan proses fotosintesis, respirasi, serta biosintesis protein dan lemak), selanjutnya tingkat ultrastruktural (disorganisasi sel membran), kemudian tingkat sel (dinding sel, mesofil, pecahnya intisel) dan diakhiri dengan terlihatnya gejala pada jaringan daun dan nekrosis (Treshow, 1989). Tanaman mampu mengabsorpsi Cr sehingga dapat berperan dalam membersihkan dari polusi. Namun demikian, keefektifan tanaman dalam menyerap polutan sampai batas tertentu akan semakin berkurang dengan peningkatan konsentrasi polutan. Pada suatu batas ketahanan masing-masing jenis, tanaman juga menampakkan gejala kerusakan akibat polusi. Dampak lanjutannya adalah terganggunya fungsi tanaman dalam lingkungan. Selain itu, kerusakan tanaman akibat terpapar Cr juga menyebabkan pertumbuhan dan penampilan tanaman yang tidak optimal, berupa terjadinya nekrosis, klorosis dan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Kondisi tersebut menyebabkan penampilan tanaman yang tidak

Page 32: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

13

estetis. Kemampuan tanaman mereduksi Cr sangat bervariasi menurut jenisnya (Kurnia dkk.,2004).

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran tinggi dapat mengalami berbagai macam gangguan pertumbuhan serta rawan akan berbagai penyakit, antara lain klorosis, nekrosis dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis (Fatoba and Emem, 2008). Menurut Gothberg (2008), tingginya kandungan Cr pada jaringan tumbuhan menyebabkan berkurangnya kadar klorofil daun sehingga proses fotosintesis terganggu, selanjutnya berakibat pada berkurangnya hasil produksi dari suatu tumbuhan. Menurut Treshow et al. (1989), pertumbuhan tanaman terhambat karena terganggunya proses fotosintesis akibat kerusakan jaringan daun. Hal tersebut ditunjang oleh penelitian Warsita (1994) yang menunjukkan bahwa pencemaran udara menyebabkan penurunan kandungan klorofil-a dan klorofil-b tanaman. Penurunan tersebut disebabkan zat pencemar merusak jaringan palisade dan bunga karang yang merupakan jaringan yang banyak mengandung kloroplas. Tumbuhan dapat tercemar logam berat melalui penyerapan akar dari tanah atau melalui stomata daun dari udara. Faktor yang dapat mempengaruhi kadar kromium dalam tumbuhan yaitu jangka waktu kontak tumbuhan dengan kromium, kadar kromium dalam perairan, morfologi dan fisiologi serta jenis tumbuhan. Dua jalan masuknya kromium ke dalam tumbuhan yaitu melalui akar dan daun. kromium setelah masuk ke dalam tumbuhan akan diikat oleh membrane sel, mitokondria dan kloroplas, sehingga menyebabkan kerusakan fisik. Kerusakan tersembunyi dapat berupa penurunan penyerapan air, pertumbuhan yang lambat atau pembukaan stomata yang tidak sempurna (Hutagalung, 1982). 2.2.4 Dampak Chromium (Cr) Terhadap Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan Pencemaran logam berat menyebabkan kerusakan dan perubahan fisiologi tanaman yang diekspresikan dalam gangguan pertumbuhan. Menurut Fontes (1995), pencemaran menyebabkan perubahan pada tingkatan biokimia sel kemudian

Page 33: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

14

diikuti perubahan fisiologi pada tingkat individu hingga tingkat komunitas tanaman. Kromium yang diserap oleh tanaman akan memberikan efek buruk apabila kepekatannya berlebihan. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain dengan adanya penurunan pertumbuhan dan produktivitas tanaman serta kematian. Penurunan pertumbuhan dan produktivitas pada banyak kasus menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan klorosis. Kepekaan logam berat pada daun memperlihatkan batas toksisitas terhadap tanaman yang berbeda-beda. Toksisitas timah hitam menyebabkan suatu mekanisme yang melibatkan klorofil. Pelepasan timah hitam ke dalam sitoplasma akan menghambat dua enzim yaitu Asam Delta Amino Levulenat Dehidratse (ALAD) dan Profobilinogenase yang terlibat dalam biogenesis klorofil (Flanagan et al. 1980). 2.3 Tanah 2.3.1 Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga-rongga diantara bagian-baian tersebut berisi udara dan air (Verhoef, 1994). Sedangkan menurut Craig (1991), tanah adalah akumulasi mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan. Tanah didefinisikan oleh Das (1995) sebagai material yang terdiri dari agregat mineral-mineral adat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:

a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan besar, biasanya lebih besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut (cobbles/pebbles).

b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran sampai 5 mm sampai 150 mm.

Page 34: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

15

c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai bahan halus yang berukuran < 1 mm.

d. Lanau (silt) adalah partikel bantuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai 0,0074 mm.

e. Lembung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.

f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih kecil dari 0,001 mm.

Tanah terjadi sebagai produk pecahan dari batuan yang mengalami pelapukan mekanis atau kimia. Pelapukan mekanis terjadi apabila batuan berubah menjadi fragmen yang lebih kecil yang mempengaruhi, yaitu pengaruh iklim, eksfoliasi, erosi oleh angin dan hujan, abrasi serta kegiatan organik. Sedangkan pelapukan kimiawi meliputi berupahan mineral batuan menjadi senyawa mineral yang baru dengan proses yang terjadi antara lain seperti oksidasi, larutam (solution), pelarut (leaching). 2.3.2 Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah adalah suatu cara mengumpulkan dan mengelompokkan tanah berdasarkan kesamaan dan kemiripan sifat dan ciri-ciri tanah. Kemudian diberi nama agar mudah diingat dan dibedakan antara tanah yang satu dengan lainnya. Setiap jenis tanah memiliki sifat dan ciri yang spesifik, potensi dan kendala untuk penggunaan tertentu. Sistem klasifikasi ini menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi namun tidak ada yang benar-benar memberikan penjelasan yang tegas kemungkinan pemakainya (Das, 1995). Sistem klasifikasi tanah dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisik tanah serta mengelompokkannya sesuai dengan perilaku umum dari tanah tersebut. Tanah-tanah yang dikelompokkan dalam urutan berdasarkan suatu kondisi fisik tertentu. Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk menginformasikan tentang keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih

Page 35: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

16

terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi dan sebagainya (Bowles, 1989). Menurut Verhoef (1994), tanah dapat dibagi dalam tiga kelompok:

1. Tanah berbutir kasar (pasir dan kerikil). 2. Tanah berbutir halus (lanau dan lempung). 3. Tanah campuran.

Perbedaan antara pasir/kerikil dan lanau/lempung dapat diketahui dari sifat-sifat material tersebut. Lanau/lempung seringkali terbukti kohesif (saling mengikat) sedangkan material yang berbutir (pasir dan kerikil) adalah tidak kohesif. Struktur tanah yang tidak terkohesi ditentukan oleh cara penumpukan oleh konfigurasi bagian-bagian kecil dan ikatan diantara bagian-bagian kecil ini. Tanah dapat diklasifikasikan secara umum sebagai tanah tidak kohesif dan tanah kohesif, atau tanah berbutir kasar dan berbutir halus (Bowles, 1984). Namun klasifikasi ini terlalu umum sehingga memungkinkan terjadinya identifikasi yang sama untuk tanah-tanah yang hamper sama sifatnya. Ada beberapa macam sistem klasifikasi tanah, antara lain:

1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Unified System Sistem klasifikasi tanah ini yang paling banyak dipakai untuk pekerjaan teknik pondasi seperti bendungan, bangunan dan konstruksi yang sejenis. Sistem ini biasa digunakan untuk desain lapangan udara dan untuk spesifikasi pekerjaan tanah untuk jalan. Klasifikasi berdasarkan Unified System (Das, 1988), tanah dikelompokkan menjadi: a. Tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil) yaitu tanah

kerikil dan pasir dimana kurang dari 50% berat total contoh tanahnya lolos dari saringan No.200. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau S. G adalah untuk kerikil (gravel) dan S untuk pasir (sand) atau tanah berpasir. Selain itu juga dinyatakan gradasi tanah dengan simbol W untuk tanah bergradasi baik dan P untuk tanah bergradasi buruk.

Page 36: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

17

b. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil) yaitu tanah dimana kebih dari 50% tanahnya lolos dari saringan No.200. simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik dan O untuk lanau organik dan lempung organik. Simbol PT digunakan untuk tanah gambut (peat), muck dan tanah-tanah lain dengan kadar organik yang tinggi. Plastisitas dinyatakan dengan L untuk plastisitas rendah dan H untuk plastisitas tinggi.

Tabel 2.3 Sistem Klasifikasi Tanah Unified System Jenis Tanah Prefiks Subkelompok Sufiks Kerikil G Gradasi baik W Gradasi buruk P Pasir S Berlanau M Berlempung C Lanau M Lempung C wl < 50% L Organik O wl < 50% H Gambut Pt

Sumber : (Bowles, 1991)

2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur dan Ukuran Butiran.

Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika dan klasifikasi internasional yang dikembangkan oleh Atterberg. Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran tiap-tiap butir yang ada dalam tanah. Pada umumnya tanah asli merupakan campuran dari butir-butir yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Sistem ini relatif sederhana karena hanya didasarkan pada sistem distribusi ukuran butiran tanah yang membagi tanah dalam beberapa kelompok, yaitu: Pasir : Butiran dengan diameter 2,0 0,05 mm. Lanau : Butiran dengan diameter 0,005 0,002 mm. Lempung : Butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,2 mm.

Page 37: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

18

Gambar 2.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur

oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat

2.4 Fitoremediasi Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex-situ menggunakan kolam buatan atau reactor maupun in-situ atau secara langsung di lapangan pada tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah (Subroto, 1996). Ada beberapa metode fitoremediasi yang sudah digunakan secara komersial maupun masih dalam taraf riset yaitu metode berlandaskan pada kemampuan mengakumulasi kontaminan (phytoextraction) atau pada kemampuan menyerap dan mentranspirasi air dari dalam tanah (creation of hydraulic). Kemampuan akar menyerap kontaminan di dalam jaringan (phytotransformation) juga digunakan dalam strategi fitoremediasi. Fitoremediasi juga berlandaskan pada kemampuan tumbuhan dalam menstimulasi aktivitas biodegradasi oleh mikroba yang berasosiasi dengan akar (phytostimulation) dan imobilisasi kontaminan di dalam tanah oleh eskudat dari akar (phytostabilization) serta kemampuan tumbuhan dalam menyerap logam dari dalam tanah dalam

Page 38: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

19

jumlah besar dan secara ekonomis digunakan untuk meremediasi tanah yang bermasalah (phytomining) (Chaney dkk., 1995). Menurut Corseuil dan Moreno (2000), mekanisme tumbuhan dalam menghadapi bahan pencemar beracun adalah:

1. Penghindaran (escape) fenologis. Apabila pengaruh yang terjadi pada tanaman musiman, tanaman dapat menyelesaikan daur hidupnya pada musim yang cocok.

2. Ekslusi, yaitu tanaman dapat mengenal ion yang bersifat toksik dan mencegah penyerapan sehingga tidak mengalami keracunan.

3. Penanggulangan (ameliorasi). Tanaman mengabsopsi ion tersebut, tetapi berusaha meminimumkan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukan klelat (chelation), pengenceran, lokalisasi atau bahkan ekskresi.

4. Toleransi. Tanaman dapat mengembangkan sistem metabolit yang dapat berfungsi pada konsentrasi toksik tertentu dengan bantuan enzim.

Secara alami tumbuhan memiliki beberapa keunggulan, yaitu: (i) Beberapa famili tumbuhan memiliki sifat toleran dan hiperakumulator terhadap logam berat, (ii) Banyak jenis tumbuhan dapat merombak polutan, (iii) Pelepasan tumbuhan yang telah dimodifikasi secara genetilk ke dalam suatu lingkungan relatif lebih dapat dikontrol dibandingkan dengan mikroba, (iv) Tumbuhan memberikan nilai estetika, (v) Dengan perakarannya yang mencapai 100 x 106 km akar per ha, tumbuhan dapat menghasilkan energi yang dapat dicurahkan selama proses detoksifikasi polutan, (vi) Asosiasi tumbuhan dengan mikroba memberikan banyak nilai tambah dalam memperbaiki kesuburan tanah (Feller, 2000). Mekanisme biologis dari hiperakumulasi unsur logam pada dasarnya meliputi proses-proses (i) Interaksi rizoferik, yaitu proses interaksi akar tanaman dengan medium tumbuh (tanah dan air). Dalam hal ini tumbuhan hiperakumulator memiliki kemampuan untuk melarutkan unsur logam pada rizosfer dan menyerap logam bahkan dari fraksi tanah yang

Page 39: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

20

tidak bergerak sama sekali sehingga menjadikan penyerapan logam oleh tumbuhan hiperakumulator melebihi tumbuhan normal (McGrath dkk., 1997), (ii) Proses penyerapan logam oleh akar pada tumbuhan hiperakumulator lebih cepat dibandingkan tumbuhan normal, terbukti dengan adanya konsentrasi logam yang tinggi pada akar (Lasat dkk., 1996). Akar tumbuhan hiperakumulator memiliki daya selektivitas yang tinggi terhadap unsur logam tertentu (Gabbrielli dkk., 1991), Mekanisme penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga proses yang sinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan lain dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut (Connel dan Miller, 1995). Pembentukan reduktase di membran akar berfungsi mereduksi logam yang selanjutnya diangkut melalui kanal khusus di dalam emmbran akar. Setelah logam dibawa masuk ke dalam sel akar, selanjutnya logam harus diangkut melalui jaringan pengangkut, yaitu xylem dan floem kebagian tumbuhan lain oleh molekul khelat. Bagian molekul khelat yang berfungsi mengikat logam dihasilkan oleh tumbuhan misalnya histidin yang terikat pada Ni dan fitokhelatin-glulation yang teirkat pada Cd (Salt dkk., 1998). Berikut Gambar 2.2 proses fitoremediasi pada penelitian.

Gambar 2.2 Proses Fitoremediasi

2.5 Tanaman Akar Wangi (Vetiver zizanioides) Tanaman ini memiliki kegunaan yang beraneka ragam, ramah lingkungan, efektif dan mudah dipelihara seperti rumput vetiver. Tanaman ini dapat hidup di iklim dan tanah yang sangat

Page 40: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

21

berbeda-beda dan jika ditanam dengan benar mampu hidup di iklim tropis, semi tropis dan mediteranian. Berikut Gambar 2.3 Tanaman Akar Wangi yang digunakan pada penelitian.

Gambar 2.3 Tanaman Akar Wangi

Adapun klasifikasi tanaman Akar awangi (Vetiveria zizanioides) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (Berkeping satu/monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae (Suku rumput-rumputan) Genus : Vetiveria Spesies : Vetiveria zizanioides Nama Akar Wangi di beberapa daerah berbeda yaitu:

a. Sumatera: gayo dengan nama useur; Batak dengan nama hapias, usar, Minangkabau dengan nama urek usa.

b. Jawa: Sunda dengan nama janur, narwastu, usar; Jawa Tengah dengan nama larasetu, larawastu; Madura dengan nama karabistu, lorowistu.

c. Nusa Tenggara: Rote dengan nama nausina fuik.

Page 41: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

22

d. Sulawesi: Gorontalo dengan nama tahele; Buol dengan nama akadu; Bugis dengan nama narawastu, sare ambong.

e. Maluku: Halmahera dengan nama babuwamendi; Ternate dengan nama garamkusu batawi; Tidore dengan nama barama kusu batai.

Rumput akar wangi adalah jenis rumput yang berasal dari India. Tanaman ini dapat tumbuh sepanjang tahun dan dikenal orang sejak lama sebagai sumber wangi-wangian. Tanaman ini termasuk famili Poaceae, dan masih sekeluarga dengan serai atau padi. Akar wangi merupakan tanaman parenial berbentuk rumpun dengan perakaran yang rimbun dan tumbuh lurus ke dalam tanah, termasuk golongan rumput dengan tinggi 0,1-1,5 mm. tanaman akar wangi tahan terhadap logam berat, salinitas dan dapat tumbuh pada pH antara 3,3-12,5 sehingga dapat digunakan merehabilitasi kondisi fisik dan kimia tanah yang rusak. Perakarannya yang rimbun dapat digunakan sebagai penahan erosi. Akarnya menghasilkan minyak efesial fiksatif yang digunakan sebagai bahan untuk sabun, kosmetik dan parfum. Rumput vetiver di tanam sebagai tanaman pagar, digunakan untuk penanaman kontur, seperti pengendalian erosi diperbatasan dan jalan-jalan untuk mereklamasi tanah, pengendalian banjir dan produksi biomassa. Akarnya siap dipanen setelah 12-24 bulan. Tanaman ini adalah tanaman asli dari India dan Sri Langka tumbuh pada ketinggian 600 2500 m dari permukaan laut, membutuhkan iklim panas dan lembab. Penemuan penggunaan akar wangi untuk fitoremediasi pada daerah yang terkontaminasi dapat digunakan untuk remediasi tanah tercemar yang ramah lingkungan. Di Australia telah berhasil digunakan untuk menstabilkan pertambangan yang sangat baik dari tambang batu bara dan emas. Rumput akar wangi tidak terpengaruh oleh banjir ataupun kekeringan. Selain itu tanaman ini sangat toleran terhadap embun beku, panas, pH tanah yang ekstrim. Toksisitas Al dan Mn, serta sangat toleran untuk berbagai macam logam berat seperti As, Cd, Cr, Ni, Pb, Hg, Se dan Zn di dalam tanah (Paul troung dkk., 2011) sehingga mendapat julukan sebagai

Page 42: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

23

spesies agroforestri berguna. Pemanfaatan tanaman ini sangat cocok untuk stabilisasi, rehabilitasi dan reklamasi tanah sulfat masam dan yang terkontaminasi logam berat. Tanaman akar wangi memiliki kemampuan ekonomi dan ekologi yaitu menghasilkan minyak esensial mudah menguap yang disuling dari akar dan sudah digunakan oleh lebih dari 70 negara, serta mempunyai sifat konservasi seperti tinggi sampai > 3 m, berguna dalam pengendalian erosi tanah. Di Indonesia tanaman tersebut ditanam pada tanah berpasir atau gembur agar akar dapat dengan mudah ditarik. Produksi akar keringnya 1 5 ton/ha/tahun dan mengandung minyak 0,7 2,5%, produksi minyak hingga 40 100 kg/ha. Perbanyakan tanaman dengan vegetatif, sifat tanaman tidak invasif, sengat tahan terhadap serangga dan penyakit dan secara luas telah digunakan di seluruh dunia untuk konservasi, restorasi dan kelembaban tanah (Purwani, 2013). 2.5.1 Karakteristik Vetiveria zizanioides a. Karakteristik Morfologis

Rumput vetiver tidak memiliki gragih ataupun rimpang. Akarnya yang terstruktur baik dan masif dapat tumbuh dengan sangat cepat. Panjangnya mencapai 3 4m di tahun pertama. Akar yang dalam ini membuat vetiver sangat bagus ketika musim kering dan sulit terseret arus yang kuat.

Batangnya yang kaku dan tegak mampu tetap berdiri meskipun di arus yang dalam.

Tahan terhadap hama, api dan penyakit. Ketika di tanam rapat, tanaman pagarnya yang

lebat berguna sebagai penyaring sedimen yang efektif dan penyebar air. Tunas baru yang berkembang dari mahkota dalam tanahnya membuat vetiver tahan terhadap api, salju, lalu lintas dan tekanan penggembalaan yang berat.

Akar-akar baru tumbuh dari tunas anakan ketika terkubur oleh sedimen yang terperangkap. Vetiver akan tetap tumbuh dengan lanau yang

Page 43: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

24

terkumpul dan akhirnya membentuk teras jika sedimen yang terperangkap tidak dipindahkan.

b. Karakter Fisiologis Toleran terhadap perbedaan iklim seperti

kekeringan berkepanjangan, banjir, perendaman dan cuaca ekstrim dari -14 oC sampai +55 oC.

Mampu tumbuh kembali dengan cepat setelah terkena dampak kekeringan, cuaca beku, keadaan yang salin dan kondisi yang merugikan setelah cuaca membaik atau setelah ameliorant tanah ditambahkan.

Toleran terhadap pH 3,3 sampai 12,5 tanpa pemugaran tanah.

Toleran terhadap herbisida dan pestisida tinggi. Sangat efisien dalam menyerap nutrisi tanah

yang larut seperti N, P dan logam berat dalam air yang terpolusi.

Sangat toleran terhadap keasaman, alkalinitas, salinitas, soldisitas dan magnesium dalam tingkat menengah tinggi.

Sangat toleran terhadap Al, Mn dan logam berat seperti As, Cd, Cr, Ni, Pb, Hg, Se dan Zn di tanah (Paul Troung dkk., 2011).

c. Karakteristik Ekologis Meskipun vetiver sangat toleran terhadap beberapa keadaan ekstrim tanah dan iklim, vetiver tidak toleran terhadap tempat teduh. Keteduhan akan mengurangi pertumbuhannya dan dalam kasus ekstrim dapat membunuh vetiver. Pada tanah yang mudah terkikis dan tidak stabil, vetiver akan mengurangi erosi terkebih dahulu, menstabilkan tanah yang terkikis (khususnya lereng yang curam), kemudian dikarenakan kelembaban dan nutrisi yang tersimpan, meningkatkan mikro lingkungannya sehingga tanaman lain atau dari benih yang ditaburkan lainnya dapat ditanam. Oleh karena karakteristik seperti itu akar wangi biasa disebut sebagai tanaman perawat pada tanah yang sakit. Berikut adalah ringkasan kemampauan adaptasi akar wangi:

Page 44: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

25

Tabel 2.4 Kemampuan Adaptasi Akar Wangi Ciri Keadaan Australia Negara-negara

lain 1 Keragaman tanah 4,2 12,5 (level

tinggi Al larut) pH 3,3 9,5 Salinitas (50%

pengurangan) 17,5 mScm-1

Salinitas (bertahan) 47,5 mScm-1 Tingkat aluminium 68 87% Tingkat mangan >578 mgkg-1 Soliditas 48% (pertukaran

Na)

Magnesicity 2400 mgkg-1 (Mg) 2 Pupuk Vetiver dapat ditanam

di tanah yang sangat tandus karena keterkaitannya yang kuat dengan mikoriza

N dan P (300 kg/ha DAP)

N dan P, pupuk kandang

Arsenik (As) 100 250 mgkg-1

Kadmium (Cd) 20 mgkg-1

Tembaga (Cu) 35- 50 mgkg-1

Kromium (Cr) 200 600 mgkg-1

Nikel (Ni) 50 100 mgkg-1

Merkuri (Hg) >6 mgkg-1

Timbal (Pb) >1500 mgkg-1

Selen (Se) >74 mgkg-1

Zink (Zn) >750 mgkg-1

4 Lokasi 15 oS to 37 oS 41 oN to 38 oS

5 Iklim

Page 45: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

26

Ciri Keadaan Australia Negara-negara Lain

Curah hujan (mm) 450 4000 250 5000

Sangat dingin (suhu tanah)

-11 oC -22 oC

Gelombang panas 45 oC 55 oC

Kekeringan (Tanpa hujan efektif

15 bulan

6 Palatabilitas Sapi perah, ternak, kuda, kelinci, domba, kanguru

Sapi perah, ternak, babi, kambing, ikan karper

7 Nilai nutrisi N = 1,1% P = 0,17% K = 2,2%

Protein kasar 3,3% Lemak kasar 0,4% Serat kasar 7%

Sumber : Troung dkk., 2011. 2.6 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Spektrofotometer Serapan Atom (Atomic Absorption Spectrophometer, AAS) merupakan instrument yang menggunakan metode analisis untuk penetapan unsur logam dan metaloid berdasarkan penyerapan (absorpsi) radiasi gelombang elektromagnetik oleh atom bebas suatu unsur. Prinsip analisis dengan SSA adalah interaksi antara energi radiasi dengan atom unsur yang dianalisis. AAS banyak digunakan untuk analisis unsur. Atom suatu unsur akan menyerap energi dan terjadi eksitasi atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh tenaga eksitasinya dalam bentuk radiasi. Frekuensi radiasi yang dipancarkan karakteristik untuk setiap unsur dan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi yang kemudia mengalami deteksitasi. Teknik ini dikenal dengan SEA

Page 46: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

27

(Spektrofotometer Emisi Atom). Untuk SSA keadaan berlawanan dengan cara emisi yaitu populasi atom pada tingkat dasar dikenakan seberkas radiasi, maka akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar tersebut, penyerapan ini menyebabkan terjadinya pengurangan intensitas radiasi yang diberikan. Pengurangan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat dasar tersebut. Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang di analisis. Beberapa diantara atom akan terksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan menjadi atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi nyala dapat dibuat dengan konstan sehingga asorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel. Teknik-teknik analisisnya sama seperti spektrofotometri UV-Vis yaitu standar tunggal, kurva kalibrasi dan kurva adisi standar. Spektrofotometri serapan atom terdiri dari beberapa komponen menurut Christina (2006), antara lain adalah:

1. Sumber sinar Merupakan sistem emisi yang diperlukan untuk menghasilkan sinar yang energinya akan diserap oleh atom bebas. Sumber radiasi haruslah bersifat sumber yang kontinyu. Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur yang spesifik tertentu dengan menggunakan lampu pijar hollow cathode. Lampu ini memiliki dua elektroda, satu diantaranya berbentuk silindris dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisa.

Page 47: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

28

2. Sistem pengatoman Menggunakan nyala api untuk mengubah larutan berbentuk ion menjadi atom bebas. Ada dua bagian penting pada sistem pengatoman dengan nyala api, yaitu sistem pengabut (nebulizer) dan sistem pembakar (burner), sehingga sistem ini sering disebut sistem burner-nebulizer. Sebagai bahan bakar yang menghasilkan api merupakan campuran dari gas pembakar dengan oksidan dan penggunaannya tergantung dari suhu nyala api yang dikehendaki.

3. Monokromator Fungsin monokromator adalah mengisolasi salah satu garis resonasi/radiasi resonasi dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan oleh lampu pijar hollow cathode.

4. Detektor Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detektor SSA tergantung pada jenis monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang biasa dipakai analisa alkali, detektor yang digunakan adalah barier layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah detektor photomultiplier tube. Metode SSA sangat tepat unntuk analisa zat pada konsentrasi rendah. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisa dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar. Sensitivitas dan batas deteksi merupakan parameter yang sering digunakan dalam SSA. Keduanya dapat bervariasi dengan perubahan temperatur nyala dan lebar pita spectra. Berikut Gambar 2.4 spektrofotometri serapan atom yang digunakan pada penelitian.

Page 48: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

29

. Gambar 2.4 Spektrofotometri Serapan Atom

Page 49: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium mekatronika dan alat Universitas Brawijaya dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Pengambilan sampel air lindi dilakukan di TPA Supit Urang Kecamatan Sukun, Kota Malang yang secara geografis terletak pada 122o06 122o0 06 02Selatan yang dapat diliat di Gambar 3.1. Pengujian sampel dilaksanakan di Laboratorium MIPA Universitas Brawijaya Kota Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2017.

Gambar 3.1 Peta Lokasi TPA Supit Urang, Kota Malang

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan.

1. Polybag sebagai tempat/wadah media. 2. Karung untuk membawa media tanam (tanah dan

kompos) ke tempat penelitian. 3. Timbangan gantung untuk mengukur massa tanah pada

setiap pot eksperimen. 4. Sekop untuk menanam tanaman akar wangi (Vetiver

zizanioides).

Page 50: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

31

5. Timbangan analitik untuk mengukur massa tanaman sebelum dan sesudah dikeringkan.

6. Soil tester untuk mengukur pH atau tingkat keasaman tanah

7. penggaris untuk mengukur ketinggian tanaman dan media tanam yang berada dalam polybag.

8. Jirigen untuk mengambil sampel air lindi dari IPAL. 9. Gelas ukur untuk mengukur volume air lindi yang

digunakan pada pengujian. 10. Sarung tangan dan masker untuk melindungai tangan

dan wajah dari paparan logam berat. 11. Oven untuk mengeringkan tanaman hasil fitoremediasi. 12. Alat tulis dan label untuk member keterangan pada pot

eksperimen. 13. Kamera sebagai alat dokumentasi.

3.2.2 Bahan yang Digunakan 1. Tanah dan kompos sebagai media tanam. Tanah yang

digunakan merupakan tanah lapisan atas (top soil) yang diperoleh dari tanah di sekitar tempat pengujian yaitu Laboratorium Mekatronika Universitas Brawijaya yang terletak di Kepuh Ngijo, Karang Ploso dan kompos yang didapat dari toko pertanian di Malang.

2. Tanaman akar wangi (Vetiver zizanioides). 3. Lindi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit

Urang. 3.3 Metode Penelitian Menurut Hanafiah (2010), percobaan merupakan serangkaian kegiatan dimana setiap tahap dalam percobaan benar-benar terdefinisikan, dilakukan untuk menemukan jawaban tentang permasalahan yang diteliti melalui pengujian hipotesis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dalah metode bak atau pot eksperimen skala laboratorium. Eksperimen dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu tahap persiapan bahan, tahap persiapan media tumbuh tanaman yang telah dikondisikan tercampur air lindi, tahap persiapan tanaman akar wangi, tahap pemeliharaan, tahap pengamatan tumbuhan, tahap pemanenan dan tahap pengujian logam berat Cr

Page 51: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

32

menggunakan SSA. Variabel bebas yang digunakan adalah beda variasi media tanam. Menurut Jaedun (2011), metode penelitian eksperimen pada umumnya digunakan dalam penelitian yang bersifat laboratoris, namun bukan berarti bahwa pendekatan ini tidak dapat digunakan dalam penelitian sosial, termasuk penelitian pendidikan. Jadi, penelitian eksperimen yang mendasarkan pada paradigma positivistik pada awalnya memang banyak diterapkan pada biologi dan fisika, yang kemudian diadopsi untuk diterapkan pada bidang-bidang lain termasuk bidang sosial dan pendidikan. Borg & Gall (1983), menyatakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang paling dapat diandalkan keilmiahannya (paling valid), karena dilakukan dengan pengontrolan secara ketat terhadap variabel-variabel penganggu di luar yang di eksperimenkan. Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap variabel yang data-datanya belum ada sehingga perlu dilakukan proses manipulasi melalui pemberian treatment / perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian kemudian diamati/diukur dampaknya (data yang akan datang). Penelitian eksperimen ini merupakan penelitian kausal (sebab akibat) yang pembuktiannya diperoleh melalui perbandingan antara : a. Kelompok eksperimen (yang diberi perlakuan) dengan kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan); atau b. Kondisi subjek sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang dipakai meliputi perlakuan beda variasi media tanam, perlakuan yang digunakan terdiri dari lima komposisi variasi media tanam yang akan ditanam rumput vetiver atau akar wangi selama 9 hari yaitu :

media tanam tercemar Cr komposisi 100% tanah terdapat 3 kg tanah,

media tanam tercemar Cr komposisi 100% kompos terdapat 3 kg kompos,

Page 52: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

33

media tanam tercemar Cr komposisi 50% tanah (1,5 kg tanah) dan 50% kompos (1,5 kg kompos).

Setiap perlakuan terdapat 3 kali ulangan sehingga digunakan 72 bak atau pot eksperimen. Berat tanah tercemar lindi masing-masing sampel dan pengulangan adalah 3 kg per bak atau pot pengamatan. 3.4 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian terdiri atas dua tahapan yaitu tahap uji pendahuluan dan tahap penelitian. 3.4.1 Tahap uji pendahuluan Tahap uji pendahuluan pada penelitian ini meliputi : a. Analisis kadar pH, kadar logam chromium awal dalam tanah dan kompos Tanah dan kompos yang dianalisis merupakan tanah dan kompos yang telah disiapkan untuk penelitian, tanah sebelum melalui proses pengujian harus dikeringkan terlebih dahulu tanpa terkena sinar matahari secara langsung agar tekstur pada tanah dan kompos tersebut sesuai dengan kriteria pengujian yakni tidak terlalu lembab dan bertekstur sedikit kasar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui kadar pH, pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Pengujian selanjutnya dilakukan untuk mengetahui berapa besar kadar chromium awal didalam tanah dan kompos maka pengujian dilakukan di Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang. b. Analisis kadar logam chromium awal dalam air lindi Air sampel (Air lindi TPA Supit Urang), diambil dengan menggunakan botol sampel ukuran 100 ml yang kemudian dianalisis kandungan awal logam chromium dengan menggunakan AAS (Atomic Adsorption Spectrofotometri) di laboratorium sebelum digunakan untuk media tanam menanam akar wangi. 3.4.2 Tahap Penelitian Pada tahap penelitian ini meliputi : a. Pengambilan sampel lindi TPA Supit Urang Air lindi yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari TPA Supit Urang, Air lindi yang diambil dari bak penampungan sementara menggunakan jerigen sebanyak 20 liter, kemudian

Page 53: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

34

diambil 100 ml dan dibawa ke laboratorium untuk diuji kandungan awal chromium sebelum diberikan perlakuan. b. Persiapan tanaman Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan jenis rerumputan akar wangi. Tanaman yang digunakan pada proses fitoremediasi ini tidak berasal dari benih melainkan tanaman yang sudah tumbuh sebelumnya dengan rentan umur 6 bulan dikarenakan pada umur tersebut termasuk dalam jangka waktu umur vegetatif tanaman akar wangi dalam menyerap logam berat di dalam tanah. Tanaman akar wangi tersebut didapatkan dari area perkebunan akar wangi yang terletak di Desa Sidomulyo Kota Batu, Jawa Timur. Tanaman akar wangi yang digunakan memiliki spesifikasi dengan kriteria : daun yang masih segar berwarna hijau dan tidak menguning, tinggi tanaman yang sama, tanaman ini nantinya diambil seluruh organnya yang meliputi seluruh bagian tanaman sebanyak 72 tanaman, dimana nantinya 36 tanaman akar wangi digunakan untuk uji fitoremediasi dan 36 tanaman akar wangi sebagai perlakuan kontrol. Penelitian ini menggunakan 3 ulangan yakni dalam satu pot berisi 1 sampel tanaman akar wangi. c. Pembuatan media tanam Media tanam yang digunakan adalah tanah dan kompos yang dibeber kering anginkan disiram oleh air lindi dengan komposisi 100% tanah, 100% kompos, ,50% tanah dan 50% kompos, pencampuran media tanam dengan air lindi sebanyak 20 liter yakni 10 liter untuk tanah dan 10 liter untuk kompos dilakukan dengan bantuan mesin mixer bahan material agar benar benar homogen sehingga tercampur secara merata, kemudian didiamkan selama 2-3 hari. Tanah yang digunakan untuk media tanam tercemar lindi sebanyak 54 kg yang nantinya dibagi ke setiap pot sebanyak 3 kg per potnya dan tanah yang digunakan dalam media tanam kontrol sebanyak 54 kg juga jadi total tanah yang digunakan sebanyak 108 kg. Kompos yang digunakan untuk media tanam tercemar lindi sebanyak 54 kg yang nantinya dibagi ke setiap pot sebanyak 3 kg per potnya dan kompos yang digunakan dalam media tanam kontrol sebanyak 54 kg juga jadi total kompos yang digunakan sebanyak 108 kg, pada media tanam 50% tanah dan 50%

Page 54: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

35

kompos diambil 1,5 kg tanah dan 1,5 kg kompos sehingga totalnya sebesar 3 kg per potnya. Pemberian lindi pada saat pencampuran media tanam dilakukan pada awal pencampuran dengan cara tanah sebanyak 108 kg dicampurkan dengan lindi sebanyak 10 liter dengan menggunakan mesin mixer bahan material begitu juga dengan pencampuran lindi dengan kompos yakni sebanyak 108 kompos dicampurkan dengan 10 liter lindi. Tujuan dilakukannya pencampuran lindi dengan media tanam diawal adalah untuk mendapatkan kandungan logam chromium yang seragam sehingga tidak diketahui berapa banyak lindi yang terdapat pada masing-masing pot. Persiapan pembuatan media tanam ini dilakukan pencampuran terlebih dahulu sebelum media tanam diletakkan di dalam bak atau pot eksperimen. Penambahan air lindi ke media tanam dilakukan dengan cara menghitung komposisi media tanam dari jumlah total media tanam sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan. Hasil dari perhitungan tersebut dapat diketahui berapa banyak air lindi yang akan ditambahkan kedalam media tanah dan kompos dengan komposisi yang sesuai untuk digunakan. Selanjutnya media tanah dan kompos yang sudah melalui proses perlakuan dimasukkan kedalam wadah pot atau polybag plastik sesuai dari komposisi media tanam. Pengujian kandungan Cr pada media tanam yang telah dicampur oleh lindi nantinya akan dilakukan pengujian terlebih dahulu untuk mengetahui kandungan Cr yang terdapat dalam media tanam. Setelah melalui pembuatan media tanam Tanaman akar wangi akan ditanam di media tanam yang sudah terdapat lindi yang nantinya akan dirawat sampai muncul tunas baru yang membutuhkan waktu selama satu bulan. Setelah muncul tunas baru tanaman akar wangi akan diambil sampel dihari ke 0 karena pada fase tersebut tanaman akar wangi sudah dapat menyerap kandungan logam berat di dalam media tanam, lalu dapat diteruskan pengambilan sampel media tanam dan tanaman akar wangi di hari ke 3,6, dan 9 untuk diuji kadar logam beratnya. d. Tahap Pengamatan Pengamatan tanaman dilakukan secara destruktif pada hari ke-0,3,6,dan 9 yakni pengambilan sampel langsung diambil

Page 55: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

36

dan tidak digunakan lagi. Pengukuran tinggi tanaman juga termasuk dengan tahap pengamatan yakni dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman menggunakan penggaris dari pangkal tanaman pada permukaan tanah sampai ujung daun yang paling atas. Pengambilan gambar atau foto juga dilakukan untuk mempermudah melihat perkembangan dari tanaman tersebut. e. Tahap Pemeliharaan Tanaman Penyiraman tanaman akar wangi dilakukan dengan ketentuan water holding capacity sebesar 60%, penyiraman dilakukan kembali apabila kadar air kurang dari water holding capacity. Pengaturan pemberian kapasitas air ini pertama dilakukan dengan cara mengambil sampel media tanam yang digunakan kemudian ditimbang terlebih dahulu sebanyak 100gr (berat awal), kemudian dimasukkan sampel media tanam yang sudah ditimbang kedalam kertas saring, siapkan corong dan gelas ukur kemudian masukkan air tunggu hingga air tidak menetes selama 24 jam. Timbang berat basah media tanam yang digunakan, ven dengan suhu 105°C selama 24 jam. Timbang berat kering media tanam. Setelah itu hitung kapasitas air dengan rumus: KA= Berat Basah Berat Kering X 100 % Berat Basah Kemudian hasil tersebut digunakan untuk melakukan penyiraman tanaman hingga memenuhi water holding capacity 60%. Penyiraman tanaman akar wangi dilakukan pada pagi hari. f. Tahap Pemanenan Pemanenan tanaman akar wangi dilakukan pada tanaman yang sudah mencapai detensi waktu yang telah ditentukan. Saat proses pemanenan tanaman dibersihkan dari kotoran (tanah) dengan cara mencuci dengan air hingga bersih sampai tidak ada kotoran yang menempel pada tanaman. Tanaman yang telah dibersihkan kemudian difoto dengan posisi yang sama dengan tanaman lainnya. Tanaman yang telah bersih kemudian ditimbang untuk mengetahui berat basah dan berat keringnya. Setelah itu tanaman akar wangi dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 85°C selama 1 jam.

Page 56: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

37

Tanaman yang telah kering kemudian dihaluskan dan dimasukkan beberapa kedalam tempat sampel lalu tanaman diuji dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) untuk mengetahui kandungan logam chromium (Cr) yang telah diserap pleh tanaman akar wangi. e. Pengujian chromium setelah perlakuan Tanaman akar wangi yang telah mengalami perlakuan diamati secara destruktif pada hari ke 0, 3, 6, dan 9, dan hasil panen dari tanaman akar wangi tersebut dibawa ke laboratorium dan dianalisa kandungan chromiumnya dengan menggunakan AAS (Atomic Adsorption Spectrofotometri). 3.5 Metode Analisis 3.5.1 Analisis Sampel Analisa kadar chromium yang dilakukan pada sampel lindi tempat pembuangan akhir (TPA) Supit Urang sebelum dan sesudah ditanami tanaman akar wangi menggunakan metode spektrofotometri. Metode analisis sampel yang dilakukan pada penelitian adalah sebagai berikut : Pada penelitian ini seluruh bagian dari tanaman akar wangi dan media tanam akan diukur kadar konsentrasi logam chromiumnya. metode analisis sampel sebagai berikut : 1. Pengukuran kadar chromium pada tanaman akar wangi dapat dilakukan dengan :

Diambil sampel tanaman pada hari terakhir yaitu hari ke 9 dari pot eksperimen.

Diberi keterangan pada label sesuai dengan pot eksperimen dan waktu yang telah ditentukan.

Dianalisis kandungan logam Cr dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom atau AAS (Atomic Adsorption Spectrofotometer).

2. Selanjutnya untuk media tanam, pengukuran kadar chromium dilakukan dengan cara :

Diambil sampel media tanam dari setiap pot eksperimen sesuai dengan variasi waktu yang ditentukan.

Diberi keterangan pada label sesuai dengan pot eksperimen dan variasi waktu yang ditentukan.

Page 57: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

38

Dianalisis kandungan logam Cr dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom atau AAS (Atomic Adsorption Spectrofotometer).

3.5.2 Perancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan yang dipakai meliputi perlakuan beda variasi komposisi media tanam yang berbeda yang ditambahkan air lindi. Perlakuannya meliputi pada faktor pertama yaitu media tanam tercemar Cr komposisi 100% tanah terdapat 2 kg tanah, faktor kedua yaitu media tanam tercemar Cr komposisi 100% kompos terdapat 2 kg kompos, faktor ketiga yaitu media tanam tercemar Cr komposisi 50% tanah (1 kg tanah) dan 50% kompos (1 kg kompos). Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan dimana perlakuan diacak dengan lengkap atau sempurna secara bebas tanpa ada batasan. Pada penelitian ini terdapat tiga perlakuan yang digunakan yaitu sebagai berikut :

M1 : media tanam yang digunakan adalah media tanam yang tercemar Cr komposisi 100% tanah terdapat 2 kg tanah.

M2 : media tanam yang digunakan adalah media tanam yang tercemar Cr komposisi 100% kompos terdapat 2 kg kompos.

M3 : media tanam yang digunakan adalah media tanam tercemar Cr komposisi 50% tanah (1kg tanah) dan 50% kompos (1kg kompos).

Dengan 3 kali ulangan W0 : Hari pertama W3 : Hari ketiga W6 : Hari keenam W9 : Hari kesembilan Model rancangan acak lengkap yang digunakan pada

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Page 58: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

39

Tabel 3.1 Model Rancangan Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan

software SPSS (Statistical Product and Service Solution). Jika dari perhitungan didapatkan nilai F hitung > F tabel maka nilainya signifikan dan jika F hitung < F tabel, maka berarti nilainya tidak signifikan. Pengujian dilakukan dengan taraf kepercayaan 5% serta dilakukan uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT) jika terdapat pengaruh signifikan pada perlakuan. 3.5.3 Diagram Alir Penelitian Tahapan dan proses penelitian yang dilakukan dirangkum dalam diagram alir yang dapat dilihat pada Gambar 3.2

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata I II III

M1W0 M1W3 M1W6 M1W9 TOTAL M2W0 M2W3 M2W6 M2W9 TOTAL M3W0 M3W3 M3W6 M3W9 TOTAL jumlah

Page 59: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

40

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Pengeringan tanah dan kompos

Tanah dan kompos

Penanaman akar wangi

Analisa kandungan chromium (Cr) pada media tanam setiap hari ke 0, 3, 6 dan 9. Analisa kandungan chromium (Cr) pada tanaman akar wangi di hari ke 0

Analisa Data

Selesai

Analisa awal kandungan Chromium (Cr) dan uji

pendahuluan akar wangi

Lindi

Page 60: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Penggunaan Tanaman Akar Wangi Terhadap Media Tercemar Chromium (Cr) Sistem pengolahan lindi ini dengan menggunakan pot sebagai tempat media tanam yang nantinya dicampur dengan lindi yang mengandung logam berat chromium, Proses mengurangi kandungan logam berat chromium pada media tanam dillakukan dengan sistem fitoremediasi menggunakan bantuan dari tanaman akar wangi. Berdasarkan pada hasil pengukuran terhadap parameter uji logam berat chromium (Cr) yang dilakukan setiap 3 hari sekali selama 9 hari, sehingga terjadi penurunan konsentrasi parameter uji logam berat chromium (Cr). Pada tabel 4.1 disajikan hasil pengukuran parameter logam berat chromium pada media tanam. Tabel 4.1 Hasil Rata-rata Pengukuran Kadar Chromium Pada Media Tanam

Perlakuan Chromium (ppm) Notasi M1W9 0.19 a M1W6 0.58 b M3W9 1.02 c M1W3 1.05 c M3W3 1.12 c M3W0 1.13 c M1W0 1.29 d M2W9 1.36 d M3W6 1.40 d M2W6 1.49 e M2W0 1.53 e M2W3 1.79 f

BNT0.05 = 0.158061 Keterangan: billangan rata-rata yang didampingi huruf (notasi) yang sama pada kolom yang sama tidak memiliki perbedaan nilai yang nyata pada Analisa uji BNT taraf 5% kadar chromium pada lindi diperoleh hasil sebesar 0.158061. Hasil tersebut digunakan untuk membandingkan selisih dari masing-masing interaksi.

Page 61: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

42

Hasil rata-rata kadar chromium yang didampingi oleh notasi yang sama menandakan bahwa interaksi tersebut tidak berbeda nyata. Apabila notasi antar rata-rata kandungan chromium berbeda menandakan bahwa interaksi berbeda nyata. Lama waktu detensi pada pengolahan lindi berbeda nyata pada taraf ( dibuktikan dengan notasi huruf pada yang berbeda dari masing-masing perlakuan waktu detensi. Perlakuan media tanam tanah dengan waktu detensi selama 9 hari (M1W9) dan perlakuan media tanam tanah dengan waktu detensi selama 6 hari (M1W6) memiliki perbedaan nilai yang nyata terhadap kandungan chromium, hal tersebut menunjukkan bahwa penyerapan chromium akan semakin tinggi dengan lamanya waktu detensi. Perlakuan media tanam tanah dengan waktu detensi selama 6 hari (M1W6) dan media tanam tanah dan kompos dengan waktu detensi selama 9 hari (M3W9) juga memiliki perbedaan nillai yang nyata terhadap kandungan chromium, namun perlakuan (M3W9) tidak memiiliki perbedaan nyata dengan media tanam tanah dengan detensi waktu 3 hari (M1W3), dan tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 3 hari (M3W3), serta tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 0 hari atau hari ke awal (M3W0), hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan komposisi tanah dan kompos tidak efektif menurunkan kandungan chromium pada media tanam. Perlakuan media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu selama 0 hari atau hari ke awal (M3W0) dan perlakuan media tanam tanah dengan detensi waktu selama 0 hari atau hari ke awal (M1W0) memiliki perbedaan nilai yang nyata terhadap kandungan chromium, hal tersebut dikarenakan masa aklimatisasi yang lumayan lama dan tingkat penyerapan kandungan logam berat chromium yang berbeda, sehingga besar kemungkin selama rentang waktu 1 bulan sebelum perlakuan dilaksanakan menyebabkan terserapnya logam pada tanaman, namun perlakuan (M1W0) tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan media tanam kompos dengan detensi waktu

Page 62: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

43

9 hari (M2W9), dan tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu selama 6 hari (M3W6), hal tersebut dapat diperkuat dengan hasil penelitian Moh. Prayudi (2015) bahwa penurunan kadar logam yang lambat disebabkan oleh sifat dari tanah berkompos yang tingkat kohesifitasnya yang tinggi dan permeabilitasnya yang rendah sehingga mengakibatkan bahan pencemar lambat terserap menurun masuk kedalam tanah sekitar akar. Perlakuan media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu selama 6 hari (M3W6) dan perlakuan media tanam kompos dengan detensi waktu 6 hari (M2W6) memiliki perbedaan nilai yang nyata terhadap kandungan chromium,hal tersebut dikarenakan pada media tanam yang berkomposisi kompos memiliki daya serap yang kurang baik dibandingkan dengan media tanam yang berkomposisi tanah, akan tetapi perlakuan tersebut (M2W6) tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan media tanam kompos dengan detensi waktu selama 0 hari atau hari ke awal (M2W0), hal tersebut dikarenakan pada detensi waktu 0 hari kandungan chromium yang terdapat di media tanam masih tinggi dan sampai ke detensi waktu 6 hari kandungan logam berat semakin berkurang. Perlakuan media tanam kompos dengan detensi waktu selama 0 hari atau hari ke awal (M2W0) dan perlakuan media tanam kompos dengan detensi waktu selama 3 hari (M2W3) memiliki perbedaan nilai yang nyata terhadap kandungan chromium, hal tersebut dikarenakan semakin lama detensi waktu maka kandungan logam berat pada media tanam semakin berkurang.

Page 63: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

44

Grafik hasil pengujian kadar chromium pada media tanam dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar.4.1 Grafik Hasil Pengukuran Kandungan Chromium Pada Media Tanam. Penurunan kadar chromium pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.2 menunjukkan tentang penurunan kadar chromium dari grafik diatas pada media tanam tanah. Tabel 4.2 Penurunan Kadar Chromium Pada Media Tanam Tanah

Perlakuan Kadar

Chromium Awal (ppm)

Kadar Chromium (ppm)

Penurunan Kadar

Chromium (ppm)

M1W0 1.57 1.29 0.28 M1W3 1.57 1.05 0.52 M1W6 1.57 0.58 0.99 M1W9 1.57 0.19 1.38

Perubahan penurunan kadar logam berat chromium pada keempat perlakuan media tanam tanah ditunjukkan dengan adanya selisih terhadap karakteristik awal sebesar 0,28 ppm, 0,52 ppm, 0,99 ppm, dan 1,38 ppm Selisih penurunan kandungan chromium terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-0.

0

0.5

1

1.5

2

0 3 6 9

Kada

r Chr

omiu

m (p

pm)

Hari

Media Tanah (M1)

Media Kompos (M2)

Media Tanah dan Kompos (M3)

Page 64: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

45

Penurunan kandungan chromium yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-9, hal tersebut dikarenakan semakin lama waktu detensi yang dibutuhkan dalam proses fitoremediasi mampu menyerap kandungan logam berat chromium dalam jumlah besar yang terjadi di hari ke-9. Semakin banyak bahan organik dan mineral yang ada di media tanam maka semakin lambat laju penyerapan logam berat oleh tanaman dikarenakan tanaman lebih memprioritaskan penyerapan bahan organik dan mineral terlebih dahulu dibandingkan dengan logam berat hal tersebut dikarenakan bahan organik dan mineral lebih mudah diuraikan dan diserap oleh tanaman dibandingkan dengan logam berat. Penurunan kadar chromium pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.3 menunjukkan tentang penurunan kadar chromium dari grafik diatas pada media tanam kompos. Tabel 4.3 Penurunan Kadar Chromium Pada Media Tanam Kompos

Perlakuan Kadar

Chromium Awal (ppm)

Kadar Chromium (ppm)

Penurunan Kadar

Chromium (ppm)

M2W0 1.82 1.53 0.29 M2W3 1.82 1.79 0.03 M2W6 1.82 1.49 0.33 M2W9 1.82 1.36 0.46

Perubahan penurunan kadar logam berat chromium pada keempat perlakuan media tanam kompos ditunjukkan dengan adanya selisih terhadap karakteristik awal sebesar 0,29 ppm, 0,03 ppm, 0,33 ppm, dan 0,46 ppm. Selisih penurunan kandungan chromium terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-3, Sedangkan untuk penurunan kandungan chromium yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-9. Penurunan kandungan chromium pada media tanam kompos mengalami penurunan yang tidak teratur yakni data yang didapatkan mengalami kenaikan dan penurunan yang berbeda dengan media tanam tanah yang memiliki data yang bagus yakni mengalami penurunan dari setiap waktu detensi. Hal tersebut

Page 65: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

46

dikarenakan media tanam dengan komposisi kompos tidak efektif dalam menurunkan kandungan logam berat chromium. Penurunan kadar chromium pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.4 menunjukkan tentang penurunan kadar chromium dari grafik diatas pada media tanam tanah dan kompos. Tabel 4.4 Penurunan Kadar Chromium Pada Media Tanam Tanah dan Kompos

Perlakuan

Kadar Chromium Sebelum

Aklimatisasi (ppm)

Kadar Chromium Sebelum

Pengamatan (ppm)

Penurunan Kadar

Chromium (ppm)

M3W0 1.43 1.13 0.3 M3W3 1.43 1.12 0.31 M3W6 1.43 1.40 0.03 M3W9 1.43 1.02 0.41

Perubahan kadar penurunan logam berat chromium pada keempat perlakuan media tanam tanah dan kompos ditunjukkan dengan adanya selisih terhadap karakteristik awal sebesar 0,3 ppm, 0,31 ppm, 0,03 ppm dan 0,41 ppm. Selisih penurunan kandungan chromium terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-6, sedangkan untuk penurunan kandungan chromium yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-9. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Moh. Prayudi (2015) disebabkan karena pada saat akar tumbuhan melepaskan eksudat akar, kontaminan dalam tanaman ikut terbawa. Eksudat akar merupakan senyawa yang dikeluarkan oleh tanaman yang digunakan oleh mikroorganisme untuk berkembangbiak. Proses eksudat akar mengakibatkan krom dalam media tanam tanah dan kompos kembali meningkat, sehingga terjadi kenaikan dan penurunan setiap detensi waktu yang menyebabkan data penurunan yang didapatkan tidak stabil. 4.2 Pengaruh Penggunaan Media Tercemar Pada Serapan Chromium Oleh Tanaman Akar Wangi Penelitian ini dilakukan pengujian kadar logam berat pencemar Chromium pada semua tanaman yang diberi

Page 66: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

47

perlakuan dari waktu detensi 0 hari sampai waktu detensi 9 hari untuk melihat kemampuan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) dalam mengadsorpsi logam Chromium, sehingga terjadi penurunan konsentrasi parameter uji logam berat Chromium (Cr). Pada tabel 4.4 disajikan hasil pengukuran parameter logam berat chromium pada tanaman akar wangi. Tabel 4.5 Hasil Rata-rata Pengukuran Kadar Chromium Pada Tanaman Akar Wangi

Perlakuan Chromium (ppm) Notasi M2W3 0.08 a M2W0 0.09 a M1W0 0.20 a M3W0 0.26 a M3W6 0.42 b M3W3 0.71 c M1W3 0.96 d M2W6 1.05 d M1W6 1.10 d M3W9 1.14 d M2W9 1.18 d M1W9 1.26 e

BNT 0.05 =0.224428 Keterangan: billangan rata-rata yang didampingi huruf (notasi) yang sama pada kolom yang sama tidak memiliki perbedaan nilai yang nyata pada Analisa uji BNT taraf 5 % pada kadar chromium lindi diperoleh hasil sebesar 0.224428. Hasil tersebut digunakan untuk membandingkan selisih dari tiap-tiap interaksi. Hasil rata-rata kadar chromium yang didampingi oleh notasi yang sama menandakan bahwa interaksi tersebut tidak berbeda nyata. Apabila notasi antar rata-rata kandungan chromium berbeda menandakan bahwa interaksi berbeda nyata. Lamanya waktu detensi pada pengolahan lindi berbeda nyata pada taraf (0.05) terhadap kandungan chromium hal tersebut dibuktikan dengan notasi huruf yang berbeda dari masing-masing perlakuan waktu detensi.

Page 67: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

48

Perlakuan tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 3 hari (M2W3), Perlakuan tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M2W0), dan perlakuan tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M1W0), serta perlakuan tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M3W0) tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap kandungan chromium, akan tetapi keempat perlakuan tersebut memiliki perbedaan yang nyata pada perlakuan tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 6 hari (M3W6). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa perlakuan dengan jumlah tanaman dan waktu detensi yang berbeda memberikan pengaruh secara signifikan terhadap penyerapan logam berat. Perlakuan tanaman media tanam tanah dan kompos dengan waktu detensi 6 hari (M3W6) dan perlakuan tanaman media tanam tanah dan kompos dengan waktu detensi 3 hari (M3W3) memiliki perbedaan yang nyata terhadap kandungan chromium. Hal tersebut dikarenakan bertambahnya detensi waktu juga mempengaruhi penyerapan tanaman akar wangi terhadap kandungan logam berat chromium juga semakin besar. Perlakuan tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 3 hari (M3W3) dan perlakuan tanaman media tanam tanah dengan waktu detensi 3 hari (M1W3) memiliki perbedaan yang nyata. Akan tetapi perlakuan tanaman media tanam tanah dengan waktu detensi 3 hari (M1W3) tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan keempat perlakuan yakni pada perlakuan tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 6 hari (M2W6), perlakuan tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 6 hari (M1W6), dan perlakuan tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 9 hari (M3W9), serta perlakuan tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 9 hari (M2W9) hal tersebut dikarenakan penyerapan logam berat tanaman akar wangi pada media tanam yang berkomposisi tanah lebih baik dibandingkan dengan media tanam yang berkomposisi kompos sehingga penyerapan

Page 68: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

49

logam berat pada media tanam tanah terkontrol dengan baik tidak terjadi kenaikan dan penurunan dari detensi waktu. Perlakuan tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 9 hari (M2W9) dan perlakuan tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 9 hari (M1W9) memiliki perbedaan yang nyata terhadap kandungan chromium, perbedaan nilai yang nyata hal tersebut dikarenakan tanaman akar wangi lebih efektif pada media tanam berkomposisi tanah daripada media tanam yang berkomposisi kompos dalam melakukan proses penyerapan kandungan chromium dan diperkuat dengan hasil penelitian Hidayati (2013) bahwa media tanam yang paling baik bagi tanaman akar wangi dalam upaya penyerapan logam berat chromium dari tanah adalah 100% tanah. Hal tersebut dikarenakan logam berat terikat secara kuat dengan mineral dan bahan-bahan organik tanah sehingga lama bagi tanaman untuk menyerapnya melalui akar. Sedangkan kandungan bahan organik pada tanah lebih kecil dibanding dengan kompos sehingga kandungan chromium yang diserap dari media tanam tanah lebih besar dibandingkan dengan media tanam lainnya oleh karena itu semakin banyak bahan organik yang ada di media tanam maka semakin lambat laju penyerapan logam berat oleh tanaman dikarenakan tanaman lebih memprioritaskan penyerapan bahan organik terlebih dahulu daripada logam berat dikarenakan bahan organik lebih mudah diuraikan dan diserap oleh tanaman dibandingkan dengan logam berat . Berdasarkan dari grafik tersebut dapat dilihat pada hari ke-6 penurunan kadar chromium lebih sedikit dibandingkan dengan hari ke--0 dan ke-3, hal tersebut menyebabkan penyerapan kadar chromium oleh tanaman akar wangi lebih sedikit dibandingkan hari ke-0 dan hari ke-3 oleh karena itu di hari ke-9 penyerapan yang terjadi pada media tanah dan kompos tidak lebih banyak daripada penyerapan logam berat pada media kompos.

Page 69: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

50

Grafik hasil pengujian kadar chromium pada tanaman akar wangi dapat dilihat pada Gambar 4.2

Gambar. 4.2 Grafik Hasil Pengukuran Kandungan Chromium Pada Tanaman Akar Wangi. Penurunan kadar chromium pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.6 menunjukkan tentang akumulasi kadar chromium tanaman akar wangi dari grafik diatas pada media tanam tanah. Tabel 4.6 Akumulasi Kadar Chromium Tanaman Akar Wangi Pada Media Tanam Tanah

Perlakuan Kadar

Chromium Awal (ppm)

Kadar Chromium

(ppm)

Akumulasi Kadar

Chromium (ppm)

M1W0 0.03 0.2 0.23 M1W3 0.03 0.96 0.99 M1W6 0.03 1.1 1.13 M1W9 0.03 1.26 1.29

Akumulasi peningkatan kandungan chromium terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-0. Peningkatan kandungan chromium yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-9. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penyerapan kandungan logam berat pada media tanam berkomposisi tanah lebih efektif dan tidak mengalami ketidakstabilan data atau

0 0.2 0.4 0.6 0.8

1 1.2 1.4

0 3 6 9

Kada

r Chr

omiu

m (p

pm)

Hari

Tanaman dengan media tanam tanah

Tanaman dengan media tanam kompos

Tanaman dengan media tanam tanah dan kompos

Page 70: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

51

penurunan dan kenaikan data dari detensi waktu yang tidak stabil, semakin lama waktu detensi maka semakin besar kandungan chromium yang diserap oleh tanaman akar wangi. Penurunan kadar chromium pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.7 menunjukkan tentang akumulasi kadar chromium dari grafik diatas pada media tanam kompos. Tabel 4.7 Akumulasi Kadar Chromium Tanaman Akar Wangi Pada Media Tanam Kompos

Perlakuan Kadar

Chromium Awal (ppm)

Kadar Chromium

(ppm)

Akumulasi Kadar

Chromium (ppm)

M2W0 0.03 0.09 0.12 M2W3 0.03 0.08 0.11 M2W6 0.03 1.05 1.08 M2W9 0.03 1.18 1.21

Akumulasi peningkatan kandungan chromium terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-3. Peningkatan kandungan chromium yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-9. Dari data diatas dapat disimpulakan bahwa peningkatan penyerapan kandungan logam berat chromium pada media tanam berkomposisi kompos tidak stabil yakni terjadi kenaikan dan penurunan penyerapan kandungan logam berat yang terjadi di hari ke-0, dan ke-3. Hal tersebut dikarenakan media tanam dengan komposisi kompos tidak efektif untuk tanaman akar wangi dalam melakukan penyerapan kandungan logam berat chromium. Penurunan kadar chromium pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.8 menunjukkan tentang akumulasi kadar chromium dari grafik diatas pada media tanam tanah dan kompos.

Page 71: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

52

Tabel 4.8 Akumulasi Kadar Chromium Tanaman Akar Wangi Pada Media Tanam Tanah dan Kompos

Perlakuan Kadar

Chromium Awal (ppm)

Kadar Chromium

(ppm)

Akumulasi Kadar

Chromium (ppm)

M3W0 0.03 0.26 0.29 M3W3 0.03 0.71 0.74 M3W6 0.03 0.42 0.45 M3W9 0.03 1.14 1.17

Akumulasi peningkatan kandungan chromium terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-0. Penurunan kandungan chromium yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-9. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penyerapan kandungan logam berat chromium oleh tanaman akar wangi cenderung meningkat namun pada hari keenam mengalami penurunan hal tersebut dikarenakan sifat dari tanah berkompos yang tingkat kohesifnya tinggi dan permeabilitasnya yang rendah sehingga mengakibatkan bahan pencemar lambat terserap menurun masuk kedalam tanah sekitar akar yang menyebabkan penyerapan logam chromium oleh tanaman akar wangi di hari keenam mengalami penurunan. 4.3 Pengaruh Media Tanam Tanaman Akar Wangi Terhadap

pH Lindi Proses pengolahan dengan sistem Fitoremediasi terhadap lindi yang berasal dari TPA Supit Urang. Air limbah yang digunakan dalam penelitian ini yakni lindi yang terdapat di bak penampungan TPA Supit Urang yang diambil pada pagi hari (jam 10.00 WIB) yang ditempatkan pada jirigen yang berkapasitas 20 liter. Kemudian lindi ditampung pada bak yang sudah disediakan dan diaduk agar homogen. Hasil dari pengukuran nilai pH pada media tanam dengan menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides) dengan perlakuan variasi waktu detensi selama 9 hari dapat disajikan dalam tabel seperti berikut :

Page 72: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

53

Tabel 4.9 Pengaruh Media Tanam Terhadap Nilai pH

Perlakuan pH Notasi M1W0 5.3 a M3W0 5.3 a M2W0 5.43 a M3W3 5.7 b M1W3 5.7 b M2W3 5.76 b M2W6 6.43 c M3W6 6.5 c M1W6 6.53 c M1W9 7 d M2W9 7 d M3W9 7 d

BNT 0.05 =0.305342 Keterangan: billangan rata-rata yang didampingi huruf (notasi) yang sama pada kolom yang sama tidak memiliki perbedaan nilai yang nyata pada Analisa uji BNT taraf 5 % pada pengukuran pH diperoleh hasil sebesar 0.305342. Hasil tersebut digunakan untuk membandingkan selisih dari tiap-tiap interaksi. Hasil rata-rata pengukuran pH yang didampingi oleh notasi yang sama menandakan bahwa interaksi tersebut tidak berbeda nyata. Apabila notasi antar rata-rata pengukuran pH berbeda menandakan bahwa interaksi berbeda nyata. Lamanya waktu detensi pada pengukuran pH berbeda nyata pada taraf ( terhadap pengukuran pH hal tersebut dibuktikan dengan notasi huruf yang berbeda dari masing-masing perlakuan waktu detensi. Perlakuan tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M1W0), Perlakuan tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M3W0), dan perlakuan tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M1W0), serta perlakuan tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M2W0) tidak

Page 73: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

54

memiliki perbedaan yang nyata terhadap pengukuran pH, akan tetapi ketiga perlakuan tersebut memiliki perbedaan yang nyata pada perlakuan tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 3 hari (M3W3). Kesimpulan berikut diperkuat dengan pendapat Putri (2012) bahwa pada pH rendah ketersediaan logam berat meningkat dan pH asam menyebabkan removal yang besar, sedangkan pada pH basa penyerapan akan kecil dikarenakan logam berat akan mengendap didalam tanah oleh pH basah. Perlakuan tanaman media tanam tanah dan kompos dengan waktu detensi 3 hari (M3W3) dan perlakuan tanaman media tanam tanah dengan waktu detensi 3 hari (M1W3) serta perlakuan tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 3 hari (M2W3) tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap pengukuran pH, akan tetapi ketiga perlakuan tersebut memiliki perbedaan yang nyata pada perlakuan tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 6 hari (M2W9). Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Budiono (2015) bahwa kondisi pada tanah tercemar yang berubah menjadi netral dari pH awal disebabkan karena adanya mekanisme tanah yang bereaksi dengan H+ dan OH- untuk buffer pada larutan tanah. Perlakuan tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 6 hari (M2W6) dan perlakuan tanaman media tanam tanah dan kompos dengan waktu detensi 6 hari (M3W6) serta perlakuan tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 6 hari (M1W6) tidak memiliki perbedaan yang nyata, akan tetapi perlakuan tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 6 hari (M1W6) dengan perlakuan media tanam tanah dengan detensi waktu 9 hari (M1W9) memiliki perbedaan yang nyata.Perlakuan tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 9 hari (M1W9), dan perlakuan tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 9 hari (TKW9), serta perlakuan tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 9 hari (M3W9) memiliki perbedaan yang nyata terhadap pengukuran pH hal tersebut dikarenakan lama waktu detensi menyebabkan kadar pH dalam media tanam mengalami perubahan menjadi netral. pH netral membuktikan bahwa media

Page 74: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

55

tanam sudah mengalami penurunan kandungan logam berat chromium. Grafik hasil pengukuran pH pada variasi media tanam dapat dilihat pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Grafik Pengukuran pH Pada Variasi Media Tanam Penurunan kadar chromium pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.10 menunjukkan tentang penurunan pH dari grafik diatas pada media tanam tanah. Tabel 4.10 Penurunan pH Pada Media Tanam Tanah

Perlakuan pH Akumulasi pH M1W0 5,3

0,4 M1W3 5,7

0,83 M1W6 6,53 0,47 M1W9 7

Perubahan pengukuran pH pada keempat perlakuan tanaman dengan media tanam tanah ditunjukkan dengan adanya selisih karakteristik awal sebesar 0,4, 0,83, dan 0,47. Selisih pengukuran pH terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-3. Akumulasi pengukuran pH yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-6. pH merupakan indikator terhadap pencemaran logam berat chromium selain itu besar kecilnya pH

0 1 2 3 4 5 6 7 8

0 3 6 9

pH

Hari

Tanaman dengan media tanam tanah

Tanaman dengan media tanam kompos

Tanaman dengan media tanam tanah dan kompos

Page 75: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

56

menentukan kandungan logam berat chromium didalam tanah apabila kandungan pH didalam media tanam sudah mencapai angka 7 dapat dipastikan kandungan logam berat chromium didalam media tanam sudah berkurang dan telah memperbaiki kualitas lingkungan. Akumulasi kadar chromium pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.11 menunjukkan tentang penurunan pH dari grafik diatas pada media tanam kompos. Tabel 4.11 Penurunan pH Pada Media Tanam Kompos

Perlakuan pH Akumulasi pH M2W0 5,43

0,33 M2W3 5,76

0,67 M2W6 6,43 0,57 M2W9 7

Perubahan pengukuran pH pada keempat perlakuan tanaman dengan media tanam tanah ditunjukkan dengan adanya selisih karakteristik awal sebesar 0,33, 0,67, dan 0,57. Selisih pengukuran pH terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-3. Akumulasi pengukuran pH yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-6. Akumulasi kadar chromium pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.12 menunjukkan tentang penurunan pH dari grafik diatas pada media tanam tanah dan kompos. Tabel 4.12 Penurunan pH Pada Media Tanam Tanah dan Kompos

Perlakuan pH Akumulasi pH M1W0 5,3

0,4 M1W3 5,7

0,8 M1W6 6,5 0,5 M1W9 7

Page 76: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

57

Perubahan pengukuran pH pada keempat perlakuan tanaman dengan media tanam tanah ditunjukkan dengan adanya selisih karakteristik awal sebesar 0,4, 0,8, dan 0,5. Selisih pengukuran pH terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-3. Akumulasi pengukuran pH yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-6. 4.4 Pengaruh Penggunaan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Akar Wangi 4.4.1 Pengaruh Penggunaan Media Tercemar Chromium Pada Pertumbuhan Tanaman Akar Wangi Pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu sifat dari makhluk hidup. Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran, volume dari makhluk hidup. Pertambahan tinggi tanaman akar wangi di ukur dan di amati tiap waktu detensi yang telah ditentukan. Pengukuran pertumbuhan tanaman akar wangi berguna untuk melihat ketahanan akar wangi terhadap media tanam yang tercemar logam berat chromium. Data pengukuran tinggi tanaman akar wangi dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.4 Tabel 4.13 Pengaruh Media Tanam Tercemar Chromium terhadap Tinggi Tanaman

Perlakuan Tinggi (cm) Notasi M1W0 30 a M2W0 30 a M3W0 30 a M2W3 32.4 b M3W3 33.2 b M1W3 33.6 c M2W6 36.2 d M3W6 37.4 e M1W6 38.3 e M2W9 40.1 f M3W9 43.6 g M1W9 46.4 h

BNT 0.05 =1.120449

Page 77: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

58

Keterangan: billangan rata-rata yang didampingi huruf (notasi) yang sama pada kolom yang sama tidak memiliki perbedaan nilai yang nyata pada Analisa uji BNT taraf 5 % pada pengukuran tinggi tanaman akar wangi diperoleh hasil sebesar 1.120449. Hasil tersebut digunakan untuk membandingkan selisih dari tiap-tiap interaksi. Hasil rata-rata pengukuran tinggi tanaman akar wangi yang didampingi oleh notasi yang sama menandakan bahwa interaksi tersebut tidak berbeda nyata. Apabila notasi antar rata-rata pengukuran tinggi tanaman berbeda menandakan bahwa interaksi berbeda nyata. Lamanya waktu detensi pada pengukuran tinggi tanaman akar wangi berbeda nyata pada taraf (dibuktikan dengan notasi huruf yang berbeda dari masing-masing perlakuan waktu detensi. Perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M1W0), dan perlakuan pengukuran tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M2W0), serta perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M3W0) tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap pengukuran tinggi tanaman, akan tetapi ketiga perlakuan tersebut memiliki perbedaan yang nyata pada perlakuan pengukuran tanaman media tanam kompos dengan waktu detensi 3 hari (M2W3). Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Putri (2014) bahwa salah satu syarat tanaman dapat digunakan sebagai fitoremediator adalah tumbuhan tersebut memiliki kemampuan untuk cepat tumbuh. Perlakuan pengukuran tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 3 hari (M2W3) dan perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 3 hari (M3W3) tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap pengukuran tinggi tanaman, akan tetapi kedua perlakuan tersebut memiliki perbedaan yang nyata pada perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 3 hari (M1W3). Perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 3 hari (M1W3) memiliki perbedaan

Page 78: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

59

yang nyata dengan perlakuan pengukuran media tanam kompos dengan detensi waktu 6 hari (M2W6) begitu juga dengan perlakuan pengukuran media tanam kompos dengan detensi waktu 6 hari (M2W6) juga memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan pengukuran media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 6 hari (M3W6). Kesimpulan tersebut diperkuat oleh pendapat Hardiani (2009) bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh perlakuan yang ditetapkan, dalam penelitian ini tanaman terus bertambah tinggi seiring bertambahnya hari. Perlakuan pengukuran media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 6 hari (M3W6) dan perlakuan pengukuran media tanam tanah dengan detensi waktu 6 hari (M1W6) tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap pengukuran tinggi tanaman, akan tetapi kedua perlakuan tersebut memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan pengukuran media tanam kompos dengan detensi waktu 9 hari (M2W9). Perlakuan pengukuran media tanam kompos dengan detensi waktu 9 hari (M2W9) memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan pengukuran media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 9 hari (M3W9) begitu juga dengan perlakuan pengukuran media tanam tanah dan kompos dengan waktu 9 hari (M3W9) juga memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan pengukuran media tanam tanah dengan detensi waktu 9 hari (M1W9). Hal tersebut dikarenakan setiap detensi waktu tinggi tanaman akar wangi juga akan semakin bertambah oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tanaman akar wangi mampu tumbuh dengan baik pada kondisi media tanam yang tercemar oleh logam berat chromium. Grafik hasil pengukuran tinggi tanaman pada variasi media tanam dapat dilihat pada Gambar 4.4

Page 79: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

60

Gambar 4.4 Grafik Pengukuran Tinggi Tanaman Pada Variasi Media Tanam Pertumbuhan tinggi tanaman pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.14 menjelaskan tentang pertumbuhan tinggi dari grafik diatas pada media tanam tanah. Tabel 4.14 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Akar Wangi Pada Media Tanam Tanah

Perlakuan Tinggi (cm) Pertumbuhan Tinggi (cm)

M1W0 30 3,6

M1W3 33,6 4,7 M1W6 38,3 8,1 M1W9 46,4

Rata-rata pengukuran tinggi tanaman pada masing-masing tanaman akar wangi selama 9 hari dengan 4 kali pengambilan sampel didapatkan hasil sebesar 30 cm di hari ke-0 pada tanaman dengan media tanam tanah, di hari ke-3 pada tanaman dengan media tanam tanah didapatkan hasil sebesar 33,6 cm, di hari ke-6 pada tanaman dengan media tanam tanah didapatkan hasil sebesar 38,3 cm, dan di hari ke-9 pada tanaman dengan media tanam tanah didapatkan hasil sebesar 46,4 cm. Perubahan pengukuran tinggi tanaman pada keempat

0

10

20

30

40

50

0 3 6 9

Ting

gi (c

m)

Hari

Tanaman dengan media tanam tanah

Tanaman dengan media tanam kompos

Tanaman dengan media tanam tanah dan kompos

Page 80: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

61

perlakuan tanaman dengan media tanam tanah ditunjukkan dengan adanya selisih karakteristik awal sebesar 3,6 cm, 4,7 cm, dan 8,1 cm. Selisih pengukuran tinggi tanaman terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-3. Penurunan pengukuran tinggi tanaman yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-9. Pertumbuhan tinggi tanaman pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.15 menunjukkan tentang pertumbuhan tinggi dari grafik diatas pada media tanam kompos Tabel 4.15 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Akar Wangi Pada Media Tanam Kompos

Perlakuan Tinggi (cm) Pertumbuhan Tinggi (cm)

M2W0 30 2,4 M2W3 32,4 3,8 M2W6 36,2 3,9 M2W9 40,1

Rata-rata pengukuran tinggi tanaman pada masing-masing tanaman akar wangi selama 9 hari dengan 4 kali pengambilan sampel didapatkan hasil sebesar 30 cm di hari ke-0 pada tanaman dengan media tanam kompos, di hari ke-3 pada tanaman dengan media tanam kompos didapatkan hasil sebesar 32,4 cm, di hari ke-6 pada tanaman dengan media tanam kompos didapatkan hasil sebesar 36,2 cm, dan di hari ke-9 pada tanaman dengan media tanam kompos didapatkan hasil sebesar 40,1 cm. Perubahan pengukuran tinggi tanaman pada keempat perlakuan tanaman dengan media tanam kompos ditunjukkan dengan adanya selisih karakteristik awal sebesar 2,4 cm, 3,8 cm, dan 3,9 cm. Selisih pengukuran tinggi tanaman terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-3. Penurunan pengukuran tinggi tanaman yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-9. Pertumbuhan tinggi tanaman pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.16

Page 81: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

62

menunjukkan tentang pertumbuhan tinggi dari grafik diatas pada media tanam tanah dan kompos. Tabel 4.16 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Akar Wangi Pada Media Tanam Tanah dan Kompos

Perlakuan Tinggi (cm) Pertumbuhan Tinggi (cm)

M3W0 30

3,2 M3W3 33,2

4,2 M3W6 37,4 6,2 M3W9 43,6

Rata-rata pengukuran tinggi tanaman pada masing-masing tanaman akar wangi selama 9 hari dengan 4 kali pengambilan sampel didapatkan hasil sebesar 30 cm di hari ke-0 pada tanaman dengan media tanam tanah dan kompos, di hari ke-3 pada tanaman dengan media tanam tanah dan kompos didapatkan hasil sebesar 33,2 cm, di hari ke-6 pada tanaman dengan media tanam tanah dan kmpos didapatkan hasil sebesar 37,4 cm, dan di hari ke-9 pada tanaman dengan media tanam tanah dan kompos didapatkan hasil sebesar 43,6 cm. Perubahan pengukuran tinggi tanaman pada keempat perlakuan tanaman dengan media tanam tanah dan komps ditunjukkan dengan adanya selisih karakteristik awal sebesar 3,2 cm, 4,2 cm, dan 6,2 cm. Selisih pengukuran tinggi tanaman terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-3. Penurunan pengukuran tinggi tanaman yang signifikan terjadi pada waktu sampling hari ke-9. 4.4.2 Pengaruh Penggunaan Media Tanam Kontrol Pada Pertumbuhan Tanaman Akar Wangi Pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu sifat dari makhluk hidup. Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran, volume dari makhluk hidup. Pertambahan tinggi tanaman akar wangi di ukur dan di amati tiap waktu detensi yang telah ditentukan. Pengukuran pertumbuhan tanaman akar wangi pada media tanam kontrol berguna untuk melihat perbandingan laju pertumbuhan tanaman akar wangi

Page 82: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

63

pada media tanam tercemar dan media tanam kontrol. Data pengukuran tinggi tanaman akar wangi pada media tanam kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan Gambar 4.5 Tabel 4.17 Pengukuran Tinggi Tanaman Akar Wangi Pada Media Tanam Kontrol

Perlakuan Tinggi (cm) Notasi M1W0 30 a M2W0 30 a M3W0 30 a M2W3 32.83 b M3W3 33.8 b M1W3 35.86 c M2W6 35.93 c M3W6 39.4 d M1W6 40.03 d M2W9 41.16 e M3W9 43.26 f M1W9 47.93 g

BNT 0.05 =1.398285 Keterangan: billangan rata-rata yang didampingi huruf (notasi) yang sama pada kolom yang sama tidak memiliki perbedaan nilai yang nyata pada Analisa uji BNT taraf 5 % pada pengukuran tinggi tanaman akar wangi diperoleh hasil sebesar 1.398285. Hasil tersebut digunakan untuk membandingkan selisih dari tiap-tiap interaksi. Hasil rata-rata pengukuran tinggi tanaman akar wangi yang didampingi oleh notasi yang sama menandakan bahwa interaksi tersebut tidak berbeda nyata. Apabila notasi antar rata-rata pengukuran tinggi tanaman berbeda menandakan bahwa interaksi berbeda nyata. Lamanya waktu detensi pada pengukuran tinggi tanaman akar wangi berbeda nyata pada taraf (dibuktikan dengan notasi huruf yang berbeda dari masing-masing perlakuan waktu detensi. Perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M1W0), dan

Page 83: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

64

perlakuan pengukuran tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M2W0), serta perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 0 hari atau hari pertama (M3W0) tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap pengukuran tinggi tanaman, akan tetapi ketiga perlakuan tersebut memiliki perbedaan yang nyata pada perlakuan pengukuran tanaman media tanam kompos dengan waktu detensi 3 hari (M2W3) dan pada perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 3 hari (M3W3),Namun pada perlakuan (M2W3) dan (M3W3) saling tidak memiliki perbedaan yang nyata. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Putri (2014) bahwa salah satu syarat tanaman dapat digunakan sebagai fitoremediator adalah tumbuhan tersebut memiliki kemampuan untuk cepat tumbuh. Perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 3 hari (M3W3) memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 3 hari (M1W3) akan tetapi perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 3 hari (M1W3) tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan pengukuran tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 6 hari (M2W6). Perlakuan pengukuran tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 6 hari (M2W6) dan perlakuan pengukuran media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 6 hari (M3W6) tidak memiliki perbedaan yang nyata, namun pada perlakuan pengukuran media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 6 hari (M3W6) dan perlakuan pengukuran media tanam tanah dengan detensi waktu 6 hari (M1W6) memiliki perbedaan yang nyata. Hal tersebut dapat diperkuat oleh pendapat Hardiani (2009) bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh perlakuan yang ditetapkan, dalam penelitian ini tanaman terus bertambah tinggi seiring bertambahnya hari.

Page 84: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

65

Perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 6 hari (M1W6) dan perlakuan pengukuran tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 9 hari (M2W9) tidak memiliki perbedaan yang nyata, perlakuan pengukuran tanaman media tanam kompos dengan detensi waktu 9 hari (M2W9) dan perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dan kompos dengan waktu detensi (M3W9) tidak memiliki perbedaan yang nyata, dan perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dan kompos dengan detensi waktu 9 hari (M3W9) juga tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan pengukuran tanaman media tanam tanah dengan detensi waktu 9 hari(M1W9) hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tanaman tersebut tidak terganggu pertumbuhannya meskipun terpapar logam berat chromium. Grafik hasil pengukuran tinggi tanaman pada variasi media tanam kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.5

Gambar 4.5 Grafik Pengukuran Tinggi Tanaman Pada Variasi Media Tanam Kontrol. Pertumbuhan tinggi tanaman pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.18 menunjukkan tentang pertumbuhan tinggi dari grafik diatas pada media tanam tanah.

0

10

20

30

40

50

60

0 3 6 9

Ting

gi (c

m)

Hari

Tanaman dengan media tanam tanah

Tanaman dengan media tanam kompos

Tanaman dengan media tanam tanah dan kompos

Page 85: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

66

Tabel 4.18 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Akar Wangi Pada Media Tanam Tanah Kontrol

Perlakuan Tinggi (cm) Pertumbuhan Tinggi (cm)

M1W0 30

5,85 M1W3 35,86

4,17 M1W6 40,03 7,9 M1W9 47,93

Perubahan pengukuran tinggi tanaman pada keempat perlakuan tanaman dengan media tanam tanah ditunjukkan dengan adanya selisih karakteristik awal sebesar 5,85 cm, 4,17 cm, dan 7,9 cm. Selisih pengukuran tinggi tanaman terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-6. Penurunan tinggi tanaman yang signikan terjadi pada waktu sampling hari ke-9. Pertumbuhan tinggi tanaman pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.19 menjelaskan tentang pertumbuhan tinggi dari grafik diatas pada media tanam kompos. Tabel 4.19 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Akar Wangi Pada Media Tanam Kompos Kontrol

Perlakuan Tinggi (cm) Pertumbuhan Tinggi (cm)

M2W0 30

2,83 M2W3 32,83

3,1 M2W6 35,93 5,23 M2W9 41,16

Perubahan pengukuran tinggi tanaman pada keempat perlakuan tanaman dengan media tanam kompos ditunjukkan dengan adanya selisih karakteristik awal sebesar 2,83 cm, 3,1 cm, dan 5,23 cm. Selisih pengukuran tinggi tanaman terkecil

Page 86: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

67

terjadi pada waktu sampling hari ke-3. Penurunan tinggi tanaman yang signikan terjadi pada waktu sampling hari ke-9. Pertumbuhan tinggi tanaman pada media tanam dapat digambarkan menggunakan grafik. Pada Tabel 4.20 menjelaskan tentang pertumbuhan tinggi dari grafik diatas pada media tanam tanah dan kompos. Tabel 4.20 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Akar Wangi Pada Media Tanam Tanah dan Kompos Kontrol

Perlakuan Tinggi (cm) Pertumbuhan Tinggi (cm)

M3W0 30

3,8 M3W3 33,8

5,6 M3W6 39,4 3,86 M3W9 43,26

Perubahan pengukuran tinggi tanaman pada keempat perlakuan tanaman dengan media tanam tanah dan kompos ditunjukkan dengan adanya selisih karakteristik awal sebesar 3,8 cm, 5,6 cm, dan 3,86 cm. Selisih pengukuran tinggi tanaman terkecil terjadi pada waktu sampling hari ke-3. Penurunan tinggi tanaman yang signikan terjadi pada waktu sampling hari ke-6. 4.4.3 Perbandingan Tinggi Tanaman Akar Wangi Dengan

Media Tanam Tercemar Dan Tanaman Akar Wangi Dengan Media Tanam Kontrol

Berdasarkan data hasil pengamatan tinggi tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) yang diamati selama 9 hari, didapatkan pengaruh konsentrasi logam berat Cr terhadap tinggi tanaman pada setiap perlakuan dengan media tanam tercemar. Dari hasil yang dilihat pada tanaman akar wangi media tanam tercemar, semakin tinggi konsentrasi Cr pada media tanam maka semakin kecil tinggi tanaman akar wangi. Besarnya kandungan logam berat dalam akar mempunyai interaksi langsung dengan sedimen dan air yang telah terkontaminasi oleh logam berat. Kelebihan logam berat pada media tanam membuat logam berat tersebut diserap oleh tanaman, apabila

Page 87: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

68

tidak ada logam lain yang menghambatnya maka akan terjadi kekurangan logam essensial yang dibutuhkan tanaman. Kekurangan dari logam lain yang dibutuhkan oleh tanaman akan mengakibatkan perubahan aktivitas enzim yang menyebabkan penghambatan pada proses fotosintesis, respirasi, dan gangguan metabolisme akan menyebabkan penghambatan pertumbuhan tanaman (Gill,2014). Hal tersebut berbeda nyata bila dibandingkan dengan tanaman akar wangi yang ditanam pada media tanam kontrol yakni tanaman akar wangi tidak memiliki masalah apapun yang disebabkan oleh logam berat dalam menghambat pertumbuhannya sehingga tanaman akar wangi tidak mengalami perubahan aktivitas enzim atau tidak terjadi hambatan pada proses fotosintesis, respirasi, dan tidak mengalami gangguan metabolisme yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Page 88: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat dihasilkan beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut :

1. Kandungan logam berat chromium (Cr) yang terkandung pada media tanam tanah awal sebesar 1,29 ppm dan dapat direduksi hingga 0,19 ppm, pada media tanam kompos awal sebesar 1,53 ppm dan dapat direduksi mencapai 1,36 ppm, pada media tanam tanah dan kompos awal sebesar 1,13 ppm dan dapat direduksi hingga 1,02 ppm.

2. Kandungan logam berat chromium (Cr) yang dapat diserap oleh tanaman akar wangi pada media tanam tanah awal sebesar 0,2 ppm dan naik menjadi1,26 ppm, pada media tanam kompos awal sebesar 0,09 ppm dan naik menjadi 1,18 ppm, pada media tanam tanah dan kompos awal sebesar 0,26 ppm dan naik menjadi 1,14 ppm.

3. Variasi media tanam dengan 100% tanah terbukti dapat mereduksi kandungan logam berat chromium (Cr) yang paling baik jika dibandingkan dengan media tanam kompos maupun media tanam tanah dan kompos.

5.2 Saran Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan dan dikembangkan, antara lain sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan penambahan waktu detensi karena meskipun dapat mereduksi kandungan logam yang terdapat pada media tanam, namun kandungan logam masih diatas baku mutu yang telah ditentukan.

2. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap kandungan logam berat chromium yang diserap oleh tanaman yang lebih spesifik, terutama kandungan logam berat pada perakaran, batang, dan daun tanaman.

Page 89: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

70

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G., & Santika, S.S, 1984. Metode Penelitian Air, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.

Asmadi & Suharno. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan

Air Limbah. Gosyen Publishing. Yogyakarta. Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Educational research: An

introduction. Fourth Edition. New York: Longman. Bowles, E.J. Johan K. Helnim. 1991. Sifat-Sifat Fisis dan

Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). PT. Erlangga. Jakarta.

Bowles, Joseph. 1984. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Erlangga. Jakarta. Chaney RL et al. 1995. Potensial use of metal

hyperaccumulators. Mining Environ Manag 3:9-11. Charlena., 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan

Cadmium (Cd) pada Sayur- sayuran. Program Pascasarjana/ S3/ Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Connel, D. W & Miller, J.G, 1995. Kimia dan ekotoksikologi

pencemaran. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Corseuil, H.X & Moreno. F. N., 2000. Phytoremediation

Potential Of Willow Trees For Aquifers

Page 90: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

71

Contaminated With Ethanol- Blended Gasoline. Pergamon Press. Elsevier Science.

Craig, B. M. 1991. Mekanika Tanah. Erlangga. Jakarta. Darmasetiawan, Martin. 2004. Perencanaan Tempat

Pembuangan Akhir (TPA). Jakarta : Ekamitra Engineering.

Das, Braja M. 1955. Mekanika Tanah 1. Erlangga. Jakarta. Das, M Braja. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip

Geoteknis) Jilid 1, Erlangga. Jakarta. Das, M Braja. 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip

Geoteknis) Jilid 2, Erlangga. Jakarta. Fatoba, P.O. and G.U. Emem. 2008. Effects of Some Heavy

Metals on Chlorophyll Accumulation in Barbula lambaranesis. Journal of Ethanobotanical Leaflets. 11 (2): 776 – 783.

Feller, A.K. 2000. Phytoremediation of soils and waters

contaminated with arsenicals from former chemical warfare installations DL Wise, DJ Trantolo, EJ Cichon, HI Inyang, U Stottmeister (Eds.), Bioremediation of Cotaminated Soils. Page 771 – 786. , Marcek Dekker Inc., New York.

Flanagan, J. T., K. J. Wade, S. Curie And D. J. Curtis. 1980.

The Deposition of Lead and Zine From Traffic

Page 91: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

72

Pollution On two Road Side Shrubs Environment Pulluts. Journal Environmental Science. ppl147 – 156.

Fontes, R.L.F. and Cox, F.R. 1995. Effects of Sulfur Supply

on Soybean Plants Exposed To Zinc Toxicity. Journal of Plant Nutrition 18 : 1893-1906

Gabbrielli R, Matticoni C, Vergnanio O. 1991. Accumulation

Mechanisms and Heavy Metal Tolerance Of A Nickel Hyperaccumulator. J Plant Nutr 14:1067-1080.

Gill, Mukti. 2014. Heavy Metal Stress In Plants : a Review.

International Journal of Advanced Research. ISSN 2320-5407 .

Gothberg, A. 2008. Metal Fate and Sensitivity In The Aquatic

Tropical Vegetable Ipomea Aquatica. Departement of Applied Enviromental Science. Stockholm University. Pp. 1- 39.

Hanafiah, K.A. 2010. Dasar- dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hardiani, 2009, Potensi Tanaman Dalam Mengakumulasi

Logam Cu Pada Media Tanah Terkontaminasi Limbah Padat Industri Kertas. Balai Besar Pulp Dan Kertas, Bandung.

Hatton, D., Pickering, W.F., 1980, The effect of pH on the

retention of Cu, Pb, Zu, and Cd by clayhumic acid mixtures. Water air and soil pollution 14, pp1321

Page 92: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

73

Hayyu R.A; S. Mangkoediharjo, 2010, Pengaruh Variasi Ph

Terhadap Removal Logam Berat Timbal (Pb2+) Oleh Helikonia (Heliconia Psittacorum) Di Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran, Surabaya(Mangkoedihardjo, 2010).

Hidayati, Nuril, 2013. Mekanisme Fisiologis Tumbuhan

Hiperakumulator Logam Berat. Pusat Penelitian Biologi Lipi.

Hutagalung, R. I & S. Jalaluddin, 1982. Feeds for Farm

Animals from the Oil Palm. University Pertanian, Serdang, Malaysia.

Jaedun A. 2011. Metodologi Penelitian Eksperimen.

Univesitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Kurnia, U., A. Rachman. & A. Daraih. 2004. Konservasi Tanah

Pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat BPPP Departemen Pertanian, Jakarta.

Lu, F. 1955. Toksikologi Dasar. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Lu ,F. C. 1994, Toksikologi Dasar, Asas Organ Sasaran, dan

Penelitian Resiko, Edisi Kedua, UIP, hal 3 – 4. Malhotra, S. S. And A.A. Khan. 1984. Biochemical and

Physiological Impacts of Major Pollutants. In Treshow M. 1989 eds. Air Pollution and Plant Live. John Wiley % Sons Ltd. New York. Pp. 113 – 157.

Page 93: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

74

McGrath, S.P., Sidoli, M.D., Baker, A.J.M. and Reeves, R.D 1993. The potential For The Use of Metal Accumulating Plant for The In Situ Decontamination of Metal Polluted Soils. In Integrated Soil and Sediment Research, H.J.P. Eijsackers and T. Hamers (ED), Kluwer Academic Publishers, Dordrecht, The Netherland, hal. 673-674. Notodarmojo S. 2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung : ITB. Palar, H, 2004-2012, Pencemaran dan Toksikologi Logam

Berat, Penerbit: Rineka Cipta. Pohland, F. G. and S. R. Harper. 1985. Critical Review and

Summary of Leachate and Gas Production from Landfills. U. S. Enviromental Protection Agency. Ohio. 165 p.

Prayudi, M. 2015. Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Cr

Dengan Tumbuhan Akar Wangi Pada Media Tanah Berkompos. Universitas hasanuddin.

Putri, L. M.; S. Mangkoedihardjo,2012, Pengaruh Penambahan

pH Terhadap Removal Logam Berat Timbal (Pb) Oleh Tumbuhan Lidah Mertua (Sansivieria trifasciata) Di Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran, Surabaya.

Putri, Y. D.; H. A. Holik; I. Musfiroh, 2014. Pemanfaatan

Tanaman Eceng-Ecengan (Pontaridaceae) Sebagai Agen Fitoremediasi Dalam Pengolahan Limbah

Page 94: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

75

Krom Industri Penyamakan Kulit. UPST Volume 1, Nomor 1, Juni 2014.

Purwani, J, 2009, Remediasi Tanah Dengan Menggunakan

Tanaman Akumulator Logam Berat Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides L.,. Balai Penelitian Tanah.

Sitompul, S. M. Dan B. Guritno. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta. Subroto, M. A. 1996. Fitoremediasi Dalam: Prosiding

Pelatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi Dalam Pengelolaan Lingkungan, Cibinong, 24-25 Juni 1996.

Sulinda, D. 2004. Penentuan Nilai Parameter Kinetika

Lumpur Aktif pada Pengelohan Air Lindi Sampah Secara Aerobik. Skripsi. Fakultas Tegnologi Pertanian IPB. Bogor.

Sumber: http://kolathunad.blogspot.com/2014_01_01_archive.html Tchobanoglous., 1993. Integrated Solid Waste Management

Engineering Principles and Management Issues. New York: Mc Graw Hill Inc.

Treshow, M. 1989. Air Pollution and Plant Live. John Wiley%

Sons Ltd. New York. Pp. 113 – 157. Troung, P, dkk, 2011, Penerapan Sistem Vetiver. E-book.

URL: https://vetiverindonesia.wordpress.com/buku-2/buku/ Christina (2006).

Page 95: Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi ...repository.ub.ac.id/8449/1/Putra, Ricci Septian.pdfFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Chromium Dari Lindi Pada Tempat Pembuangan

76

Verhoef, PNW.1994. Geologi Untuk Teknik Sipil. Erlangga. Jakarta. Warsita, F. H. 1994. Kandungan Klorofil-a pada Daun

Beberapa Jenis Anakan Pohon di Tepi Jalan Tol Jagorawi Kotamadya Bogor. Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB.

Widowati W, Sastino A, Jusuf R. R. 2008. Efek Toksik Logam

Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Penerbit Andi. Yogyakarta.