Upload
agungkurniawan
View
17
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ASD
Citation preview
5/27/2018 FISIOLOGI PENDENGARAN.docx
1/5
FISIOLOGI PENDENGARAN
FISIOLOGI PENDENGARAN
Oleh Rizka Hanifah,
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran
udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi(pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah
bertekanan rendah akibat penjarangan molekul tersebut. Pendengaran seperti halnya indra
somatik lain merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan respon
terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara.1,2
Suara ditandai oleh nada, intensitas, kepekaan.1
Nada suatu suara ditentukan oleh frekuensi suatu getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran,
semakin tinggi nada. Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dari 20 sampai
20.000 siklus per detik, tetapi paling peka terhdap frekuensi 1000 dan 4000 siklus per detik.
Intensitas atau Kepekaan. Suatu suara bergantung pada amplitudo gelombang suara, atau
perbedaan tekanan antara daerah bertekanan tinggi dan daerah berpenjarangan yang
bertekanan rendah. Semakin besar amplitudo semakin keras suara. Kepekaan dinyatakan
dalam desible (dB). Peningkatan 10 kali lipat energi suara disebut 1 bel, dan 0,1 bel disebut
desibel. Satu desibel mewakili peningkatan energi suara yang sebenarnya yakni 1,26 kali.
Suara yang lebih kuat dari 100 dB dalam merusak perangkat sensorik di koklea.
Kualitas suara atau warna nada (timbre) bergantung pada nada tambahan, yaitu frekuensi
tambahan yang menimpa nada dasar. Nada-nada tambahan juga yang menyebabkan
perbedaan khas suara manusia
Frekuensi suara yang dapat didengar oleh ornag muda adalah antara 20 dna 20.000 silkuls per
detik. Namun, rentang suara bergantung pada perluasan kekerasan suara yang sangat besar.Jika kekerasannya 60 desibel dibawah 1 dyne/cm2 tingkat tekanan suara, rentang suara
adalah samapai 500 hingga 5000 siklus per detik. Hanya dengan suara keras rentang 20
sampai 20.000 siklus dapat dicapai secara lengkap. Pada usia tua, rentang frekuensi biasanya
menurun menjadi 50 sampai 8.000 siklus per detik atau kurang. Suara 3000 siklus per detik
dapat didengar bahkan bila intensitasnya serendah 70 desibel dibawah 1 dyne/cm2 tingkat
tekanan suara. Sebaliknya, suara 100 siklus per detik dapat dideteksi hanya jika intensitasnya
10.000 kali lebih besar dari ini.
A. Mekanisme Pendengaran1,2,3
Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara mencapaimembran tympani. Gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang seling
menyebabkan gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar-masuk seirama
dengan frekuensi gelombang suara. Ketika membran timpani bergetar sebagai respons
terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi
sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke jendela oval.
Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari tingkat oval menimbulkan getaran pada
perilymph di scala vestibuli. Oleh karena luas permukaan membran tympani 22 kali lebih
besar dari luas tingkap oval, maka terjadi penguatan tekanan gelombang suara15-22 kali pada
tingkap oval. Selain karena luas permukaan membran timpani yang jauh lebih besar, efek dari
pengungkit tulang-tulang pendnegaran juga turut berkontribusi dalam peningkatan tekanan
gelombang suara.
5/27/2018 FISIOLOGI PENDENGARAN.docx
2/5
Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan timbulnya
gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat ditekan, tekanan
dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam
yaitu, perubahan posisi jendela bundar dan defleksi membrana basilaris.
Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen atas,kemudian mengelilingi helikoterma, dan ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut
menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar untuk mengkompensasi peningkatan tekanan.
Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar, perilimfe mengalir ke arah
yang berlawanan mengubah posisi jendela bundar ke arah dalam.
Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara
mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui
membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis dan kemudian melalui mebrana
basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar
menonjol ke luar-masuk bergantian.
Membran basilaris yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan kaku, akan bergetarbila ada getaran dengan nada rendah. Hal ini dapat diibaratkan dengan senar gitar yang
pendek dan tegang, akan beresonansi dengan nada tinggi. Getaran yang bernada tinggi pada
perilymp scala vestibuli akan melintasi membrana vestibularis yang terletak dekat ke telinga
tengah. Sebaliknya nada rendah akan menggetarkan bagian membrana basilaris di daerah
apex. Getaran ini kemudian akan turun ke perilymp scala tympani, kemudian keluar melalui
tingkap bulat ke telinga tengah untuk diredam.
Karena organ corti menumpang pada membrana basilaris, sewaktu membrana basilaris
bergetar, sel-sel rambut juga bergerak naik turun dan rambut-rambut tersebut akan
membengkok ke depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya
terhadap membrana tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju mundur ini
menyebabkan saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup
secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi
yang bergantian. Sel-sel rambut berkomunikasi melalui sinaps kimiawi dengan ujung-ujung
serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis). Depolarisasi sel-sel rambut
menyebabkan peningkatan kecepatan pengeluaran zat perantara mereka yang menaikan
potensial aksi di serat-serat aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi
berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami
hiperpolarisasi (sewaktu membrana basilaris bergerak ke bawah). Perubahan potensial
berjenjang di reseptor mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang
merambat ke otak. Impuls kemudian dijalarkan melalui saraf otak statoacustikus (sarafpendengaran) ke medulla oblongata kemudian ke colliculus. Persepsi auditif terjadi setelah
proses sensori atau sensasi auditif.
B. Jaras Persarafan Pendengaran2
Diperlihatkan bahwa serabut dari ganglion spiralis organ corti masuk ke nukleus koklearis
yang terletak pada bagian atas medulla oblongata. Pada tempat ini semua serabut bersinaps
dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan
berakhir di nukleus olivarius superior. Beberapa serabut tingkat kedua lainnya juga berjalan
ke nukleus olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nukleus tersebut, berjalan ke atas
melalui lemniskus lateralis. Beberapa serabut berakhir di nukleus lemniskus lateralis, tetapi
sebagian besar melewati nukleus ini dan berjalan ke kolikulus inferior, tempat semua atauhampir semua serabut pendengaran bersinaps. Dari sini jaras berjalan ke nukleus genikulatum
5/27/2018 FISIOLOGI PENDENGARAN.docx
3/5
medial, tempat semua serabut bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui radiasio auditorius
ke korteks auditorik, yang terutama terletak pada girus superior lobus temporalis.
Beberapa tempat penting harus dicatat dalam hubunganya dengan lintasan pendengaran
pertama implus dari masing-masing telinga dihantarkan melalui lintasan pendengaran kedua
batang sisi otak hanya dengan sedikit lebih banyak penghantaran pada lintasan
kontralateral.Kedua banyak serabut kolateral dari traktus audiorius berjalan langsung kedalam system retikularis batang otak sehingga bunyi dapat mengaktifkan keseluruhan otak.
C. Fungsi korteks serebri pada pendengaran1,2
Setiap daerah di membrana basilaris berhubungan dengan daerah tertentu di korteks
pendengaran dalam lobus temporalis. Dengan demikian, setiap neuron korteks hanya
diaktifkan oleh nada-nada tertentu. Neuron-neuron aferen yang menangkap sinyal auditorius
dari sel-sel rambut keluar dari koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf antara organ corti
dan korteks pendengaran melibatkan beberapa sinap dalam perjalanannya, terutama adalah
sinaps di batang otak dan nukleus genikulatus medialis talamus. Batang otak menggunakan
masukan pendengaran untuk kewaspadaan. Sinyal pendengaran dari kedua telinga disalurkanke kedua lobus temporalis karena serat-seratnya bersilangan secara parsial di otak. Karena
itu, gangguan di jalur pendengaran pada salah satu sisi melewati batang otak tidak akan
mengganggu pendengaran kedua telinga. Korteks pendengaran tersusun atas kolom-kolom.
Korteks pendengaran primer mepersepsikan suara diskret sementara korteks pendengaran
yang lebih tinggi di sekitarnya mengintegrasi suara-suara yang berbeda menjadi pola yang
koheren dan berarti. Proyeksi lintasan pendengaran korteks serebri menunjukan bahwa
korteks pendengaran terletak terutama tidak hanya pada daerah supratemporal girus tempralis
superior tetapi juga meluas melewati batas lateral lobus temporalis jauh melewati korteks
insula dan sampai ke bagian paling lateral lobus parietalis.
D. Penentuan Frekuensi Suara2
Suara dengan tinggi nada yang rendah menyebabkan pengaktifan maksimum membrane
basilis di dekat apeks koklea dan suara dengan frekuensi yang tinggi mengaktifkan membrane
basilaris dekat basis koklea, sedangkan suara dengan frekuensi menengah mengaktifkan
membrana di antara kedua nilai yang ekstrim tersebut. Selanjutnya, ada pengaturan spasial
pada serabut saraf di jaras koklearis, yang berasal dari koklea sampai korteks serebri.
Perekaman sinyal di traktus auditorius pada batang otak dan di area penerima pendengaran
pada korteks serebri memperlihatkan neuron-neuron otak yang spesifik diaktivasi oleh
frekuensi suara tertentu. Oleh karena itu cara yang digunakan oleh sistem saraf untuk
mendeteksi perbedaan frekuensi suara adalah dengan menentukan posisi di sepanjang
membrane basilaris yang paling terangsang. Ini dinamakan prinsip letak untuk menentukanfrekuensi suara.
E. Penentuan keras suara1,2
Kekerasan suara ditentuka oleh sistem pendengaran sekurnag-kurangnya melalui tiga cara.
Pertama, ketika suara menjadi lebih keras terjadi peningkatan amplitudo getaran yang
merangsang ujung-ujung saraf bereksitasi lebih cepat. Kedua, ketika amplitudo meningkat
akan menyebabkan semakin banyak sel-sel rambut di pinggir bagian mebran basilar yang
beresonasi, sehingga terjadi pemjumlahan spasial impuls, dimana transmisi melalui banyak
serabut saraf. Ketiga, sel-sel rambut luar tidak terangsang secara bermakna sampai getaran
membran basilar mencapai intensitas yang tinggi.
Suara yang sangat keras yang tidak dapat diperlembut secara adekuat oleh refleks-refkes
5/27/2018 FISIOLOGI PENDENGARAN.docx
4/5
protektif telinga dapat menyebabkan getaran membrana basilaris yang hebat sehingga sel-sel
rambut yang tidak dapat digantikan itu terlepas atau rusak secara permanen dan menimbulkan
gangguan pendengaran parsial.
F. Diskriminasi arah asal suara2
Destruksi korteks pendengaran pada kedua sisi otak baik pada manusia atau pada mamaliayang lebih rendah menyebabkan kehilangan sebagian besar kemampuannya mendeteksi arah
asal suara. Namun, mekanisme untuk deteksi ini dimulai pada nuklei olivarius superior di
dalam batang otak.
Nukleus olivarius superior dibagi menjadi dua yakni nukleus olivarius superior medial dan
lateral. Nukleus lateral bertanggung jawab unuk mendeteksi arah sumber suara, agaknya
melalui perbandingan sederhana diantara perbedaan intensitas suara yang mencapai kedua
telinga, dan mengirimkan sinyal yang tepat ke korteks auditorik untuk memperkirakan
arahnya. Nukleus olivarius superior medial mempunyai mekanisme spesifik untuk
mendeteksi perbedaan waktu antara sinyal akustik yang memasuki kedua telinga. Nukleus ini
terdiri atas sejumlah besar neuron yang mempunyai dua dendrit utama yang menonjol ke arahkanan dan kiri. Intensitas eksitasi di setiap neuron sangat sensitif terhadap perbedaan waktu
yang spesifik antara dua sinyal akustik yang berasal dari kedua telinga. Pada nukleus tersebut
terjadi pola spasial perangsangan neuron. Suara yang datang langsung dari depan kepala
merangsang satu perangkat neuron olivarius secara maksimal dan suara dari sudut sisi yang
berbeda menstimulasi pernagkat neuron lainnya dari sisi yang berlawanan.
G. Ketulian2
Tuli biasanya dibagi dalam dua jenis. Pertama yang sisebabkan oleh gangguan koklea atau
saraf pendengaran, yang biasanya dimasukkan dalam tuli saraf dan kedua yang disebabkan
oleh gangguan mekanisme telinga tengah untuk menghantarkan suara ke koklea, yang
biasanya dinamakan tuli hantaran sebenarnya bila koklea atau saraf pendengaran dirusak total
makan orang tersebut akan tuli total akan tetapi bila koklea dan saraf masih utuh tetapi
system osikular rusak atau mengalami ankilosis kaku karena fibrosis atau kalsifikasi,
gelombang suara tetap dapat dihantarkan ke koklea dengan cara konduksi tulang seperti
penghantaran bunyi dari ujung garputala yang bergetar, yang ditempelkan langsung pada
tengkorak.
H. Hambatan Persepsi Auditif3
Sensori auditif diaktifkan oleh adanya rangsang bunyi atau suara. Persepsi auditif berkaitan
dengan kemampuan otak untuk memproses dan menginterpretasikan berbagai bunyi atau
suara yang didengar oleh telinga. Kemampuan persepsi auditif yang baik memungkinkanseorang anak dapat membedakan berbagai bunyi dengan sumber, ritme, volume, dan pitch
yang berbeda. Kemampuan ini sangat berguna dalam proses belajar membaca. Persepsi
auditif mencakup kemampuan-kemampuan berikut :
a. Kesadaran fonologis yaitu kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata, suku
kata, dan fonem (bunyi huruf)
b. Diskriminasi auditif yaitu kemampuan mengingat perbedaan antara bunyi-bunyi fonem dan
mengidentifikasi kata-kata yang sama dengan kata-kata yang berbeda.
c. Ingatan (memori) auditif yaitu kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang
didengar
d. Urutan auditif yaitu kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan secara lisan
e. Perpaduan auditif yaitu kemampuan memadukan elemen-elemen fonem tunggal atauberbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh
5/27/2018 FISIOLOGI PENDENGARAN.docx
5/5
Hambatan persepsi auditif dapat terjadi sebagai bagian dari auditory processing
disorder(gangguan proses auditori) yang penyebabnya belum diketahui secara pasti.
Gangguan ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan proses di otak atau berhubungan
dengan kondisi kondisi lain seperti disleksia, Attention Defisit Disorder, Autism Spectrum
Disorder, gangguan bahasa spesifik, atau hambatan perkembangan. Anak yang mengalamigangguan proses auditori biasanya dapat mendengar suara (informasi bunyi) tetapi memiliki
kesulitan untuk memahami, menyimpan, menempatkan, mengemukakan kembali atau
menjelaskan informasi tersebut untuk kepentingan akademik maupun sosial.
Hambatan persepsi auditif dapat mencakup beberapa hal seperti:
kesulitan menentukan figur dan latar bunyi
kesulitan mengingat (memori) bunyi
kesulitan diskriminasi bunyi
kesulitan untuk memperhatikan bunyi
kesulitan untuk proses kohesi (memadukan) bunyi
Kesimpulan
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Suara ditandai oleh nada,
intensitas, kepekaan. Proses pendnegaran dimulai saat suara masuk melewati slauran telinga
kemudian menggetarkan gendang telinga. Kemudian gelombang suara diteruskan oleh
tulang-tulang pendengaran pada telinga tengah. Selanjutnya peningkatan tekanan gelombang
suara bertambah saat melewati jendela oval, cairan pada koklea pun bergetar. Getaran ini
menyebabkan sel-sel rambut yang melekat pada membran basalis bergerak naik turun dan
memunculkan potensial aksi. Impuls listrik ini kemudian diteruskan hingga ke otak untuk
diterjemahkan. sistem saraf untuk mendeteksi perbedaan frekuensi suara adalah dengan
menentukan posisi di sepanjang membrane basilaris yang paling terangsang.
Hubungan dengan Pemicu
Pada pemicu diceritakan mengenai denny yang tidak dapat menangkap apa yang dijelaskan
oleh Ibu Marni, seorang guru usia 50 tahun dengan suara yang snagat halus. Dalam hal ini
kita dapat menilai bahwa Denny mengalami suatu hambatan persepsi auditif yang dapat
disebabkan oleh kondisi-kondisi tertentu seperti kurangnya atensi pada Ibu Marni. Hal lain
yang menjadi faktor adalah suara ibu Marni yang sangat halus, karena seperti yang kita
ketahui walaupun rentang pendengaran manusia antara 20 sampai 20.000 siklus, namun
dibutuhkan suara yang keras agar seluruh rentang dapat dicapai secara lengkap. Ibu Marni
yang sudah tua, dnegan usia 50 tahun akan cenderung menggunakan nada-nada yang rendah
(siklusnya rendah) sehingga untuk mendengarkan hal ini dengan jelas dibutuhkan intensitasyang cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson Corporation. 2007
2. Guyton A.C. Physiology of The Human Body. 11th ed. Philadelphia: W.B. Saunders
Company. 2003.
3. Prihardini D, dkk. Sensori dan Persepsi Auditif. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia. 2010