22
BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi- potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (dalam hal ini peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman- pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil 1 | Makalah Filsafat Rekonstruktivisme

Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

BAB IPENDAHULUAN

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta

didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi

nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita

kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,

kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat

pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah

pendidikan.

Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan

(2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau

aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (dalam

hal ini peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai

teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi

untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan

peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan

(empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna

pendidikan dalam konteks yang lebih luas.

Di antara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik

pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori

pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam

praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam

teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan. Terkait dengan upaya

mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan,

diantaranya: (1) pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan religi.

(Uyoh Sadulloh, 1994).

Kajian pendekatan filosofi dalam pendidikan menjadi diperlukan karena

pandangan filosofi akan memberikan arah, warna dan semangat dalam merumuskan

kebijakan-kebijakan dalam pendidikan. Kebijakan pendidikan, baik dalam peraturan

maupun kebijakan terapan atau aplikasi pembelajaran harus mengacu kepada pandangan-

pandangan filosofi. Dengan demikian arah dan semangat praktik-praktik pendidikan dan

pembelajaran akan menjadi lebih bermakna.

1 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e

Page 2: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany dalam Uyoh (2003 : 71), adalah:

”Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat

itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan

kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar

dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis”.

Salah satu aliran filsafat yang dikenal dalam dunia pendidikan adalah filsafat

rekonstruktivisme. Filsafat rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan

progresivisme. Gerakan ini lahir didasasi atas suatu anggapan bahwa masalah-masalah

masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Rekonstruksionisme dipelopori oleh Geroge

Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat

yang pantas dan adil.

Setelah gerakan progresif kehilangan momentumnya, Theodore Brameld dalam

Uyoh (2003 : 168) meletakan dasar : ”Social reconstruction” dengan beberapa

publikasinya seperti : ”Pattern of Educational Philosophy, A Reconstructional Philosophy of

Education, dan Education as Power. Usaha rekonstruksi sosial yang diupayakan

Brammeld didasarkan atas suatu asumsi bahwa kita telah beralih dari masyarakat agraris

pedesaan ke masyarakat urban yang berteknologi tinggi, namun masih terdapat suatu

kelambatan budaya yang serius, yaitu dalam kemampuan manusia menyesuaikan diri

terhadap masyarakat teknologi. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Counts, bahwa

apa yang diperlukan pada masyarakat yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat

adalah rekontruksi masyarakat dan pembentkkan serta perubahan tata dunia baru.

Makalah ini akan membicarakan sekelumit filsafat rekonstruksionisme dan

pengaruhnya dalam dunia pendidikan di Indonesia. Rumusan masalah yang muncul

adalah, apa filsafat rekonstruksionisme itu? Bagaimana pandangan rekonstruksionisme

dan pengaruhnya dalam dunia pendidikan di Indonesia?

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan konsep filsafat

rekonstruksionisme beserta tokoh pelopornya. Di samping itu juga akan mendeskripsikan

pengaruh dan aplikasi semangat rekonstruksionisme dalam pendidikan dan pembelajaran

di Indonesia. Manfaat yang dapat diambil dari pembahasan ini adalah memberikan arah,

semangat, wawasan, pandangan dan pola pikir baru mengenai aliran-aliran fisafat dalam

dunia pendidikan, khususnya rekonstruksionisme. Dengan demikian, pandangan dan pola

piker baru tersebut akan mewarnai aplikasinya dalam dunia pendidikan dan pembelajaran,

baik membangun teoritik maupun praktik pembelajaran.

2 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e

Page 3: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Rekonstruksionisme

Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggeris rekonstruct yang berarti

menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah

3 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e

Page 4: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan

hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya,

sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Kedua

aliran tersebut, aliran rekonstruksionisme dan perenialisme, memandang bahwa keadaan

sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh

kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.

Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran rekonstruksionisme tidaklah

sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya mempunyai visi

dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan

kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Dalam hal ini aliran rekonstruksionisme

menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan

mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Untuk mencapai

tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan antar sesama

manusia atau orang, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu

tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam

pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata

susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan

kerjasama antar umat manusia.

Tokoh-tokoh Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg

pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.

Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg. Pandangan

rekonstruksionisme dan penerapannya di bidang pendidikan berkeyakinan bahwa tugas

penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya

pembinaan kembali daya inetelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali

manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi

generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam

pengawasan umat manusia.

Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa

merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan

dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Sila-sila demokrasi yang sungguh bukan

hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan, sehingga dapat diwujudkan suatu dunia

dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan,

4 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e

Page 5: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna

kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.

2.2 Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada

rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping

menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme

lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran

ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan

sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

Aliran pendidikan rekonstruksionisme Merupakan kelanjutan dari gerakan

progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif

hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada

sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun

1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.

Fokus dalam aliran pendidikan Rekonstruksionisme adalah:

a. Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan

penyelesaian problema sosial yang signifikan.

b. Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam) para Progresivist.

c. Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

Untuk itu pendekatan utopia pun menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang

dunia masa depan yang perlu diciptakan.

d. Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada penciptaan agen

perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur kehidupan.

e. Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam

aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya.

f. Learning by doing (Belajar sambil bertindak).

2.3 Pandangan dan Sikap Kita tentang Aliran Rekonstruksionisme

a. Pandangan secara Ontologi

5 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e

Page 6: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

Dengan ontologi, dapat diterangkan tentang bagaimana hakikat dari segala sesuatu.

Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal, yang mana

realita itu ada di mana dan sama di setiap tempat. Untuk mengerti suatu realita beranjak

dari suatu yang konkrit dan menuju ke arah yang khusus menampakkan diri dalam

perwujudan sebagaimana yang kita lihat di hadapan kita dan ditangkap oleh panca indra

manusia seperti bewan dan tumbuhan atau benda lain disekeiling kita, dan realita yang

kita ketahui dan kita badapi tidak terlepas dari suatu sistem, selain substansi yang

dipunnyai dan tiap-tiap benda tersebut, dan dapat dipilih melalui akal pikiran.

Kemudian, tiap realita sebagai substansi selalu cenderung bergerak dan

berkembang dari potensialitas menuju aktualitas (teknologi). Dengan demikian gerakan

tersebut mencakup tujuan dan terarah guna mencapai tujuan masing-masing dengan

caranya sendiri dan diakui bahwa tiap realita memiliki perspektif tersendiri.

b. Pandangan Aksiologis

Dalam proses interaksi sesama manusia, diperlukan nilai-nilai. Begitu juga halnya

dalam hubungan manusia dengan sesamanya dan alam semesta tidak mungkin

melakukan sikap netral, akan tetapi manusia sadar ataupun tidak sadar telah melakukan

proses penilaian, yang merupakan kecenderungan manusia. Tetapi, secara umum ruang

lingkup tentang pengertian "nilai" tidak terbatas.

Aliran rekonstruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas

supernatural yakni menerima nilai natural yang universal, yang abadi berdasarkan prinsip

nilai teologis. Hakikat manusia adalah emanasi (pancaran) yang potensial yang berasal

dari dan dipimpin oleh Tuhan dan atas dasar inilah tinjauan tentang kebenaran dan

keburukan dapat diketahuinya. Kemudian, manusia sebagai subyek telah memiliki potensi-

potensi kebaikan dan keburukan sesuai dengan kodratnya. Kebaikan itu akan tetap tinggi

nilainya bila tidak dikuasai oleh hawa nafsu belaka, karena itu akal mempunyai peran

untuk memberi penentuan.

c. Pandangan Epistemologis

Kajian epsitemologis aliran ini lebih merujuk pada pendapat aliran pragmatisme

(progressive) dan perenialisme. Berpijak dari pola pemikiran bahwa untuk memahami

realita alam nyata memerlukan suatu azas tahu dalam arti bahwa tidak mungkin

memahami realita ini tanpa melalui proses pengalaman dan hubungan dengan realita

6 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e

Page 7: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

terlebih dahulu melalui penemuan suatu pintu gerbang ilmu pengetahuan. Karenanya, baik

akal maupun rasio sama-sama berfungsi membentuk pengetahun, dan akal di bawa oleh

panca indera menjadi pengetahuan dalam yang sesungguhnya.

Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat dibuktikan

dengan self evidence, yakni bukti yang ada pada diri sendiri, realita dan eksistensinya.

Pemahamannya bahwa pengetahuan yang benar buktinya ada di dalam pengetahuan ilmu

itu sendiri. Sebagai ilustrasi, adanya Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti lain

atas eksistensi Tuhan (self evidence). Kajian tentang kebenaran itu diperlukan suatu

pemikiran, metode yang diperlukan guna menuntun agar sampai kepada pemikiran yang

hakiki. Penalaran-penalaran memiliki hukum-hukum tersendiri agar dijadikan pegangan ke

arah penemuan definisi atau pengertian yang logis.

Ajaran yang dijadikan pedoman berasal dari Aristoteles yang membicarakan dua hal

pokok, yakni pikiran (ratio) dan bukti (evidence), dengan jalan pernikirannya adalah

silogisme. Silogisme menunjukkan hubungan logis antara premis mayor, premis minor dan

kesimpulan (condusion), dengan memakai cara pengambilan kesimpulan deduktif dan

induktif.

2.4 Pandangan Rekonstruksionisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan

Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia

merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya

inetelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan

yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi

yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.

Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan

suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang

dikuasai oleh golongan tertentu. Sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori

tetapi mesti menjadi kenyataan, sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-

potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan

kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan,

nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.

George S. Counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya ”Dare the

School Build a New Social Order”, Mengemukakan bahwa sekolah akan betul-betul

berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan,

7 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e

Page 8: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

membasmi kemelaratan, peperangan, dan kesukuan (rasialime). Masyarakat yang

menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar meruapakan

tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan

rekonstruksi sosial, daripada pendidikan hanya mempertahankan status quo.

Sekolah harus bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita, para petani, dan

kelompok minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan. Counts

mengkritik pendidikan progresif, telah gagal menghasilkan teori kesejahteraan sosial, dan

ia mengatakan sekolah dengan pendekatan ”child centered” tidak cocok untuk

menentukan pengetahuan dan skill sesuai dalam abad dua puluh.

Tujuan pendidikan adalah menumbuhkan kesadaran peserta didik yang berkaitan

dengan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi manusia dalam skala

global, dan memberi keterampilan kepada mereka agar memiliki kemampuan untuk

memecahkan masalah-masalah tersebut. Tujuan akhir pendidikan adalah terciptanya

maysarakat baru, yaitu sesuatu masyarakat global yang saling ketergantungan.

Kurikulum merupakan subjek matter yang berisikan masalah-masalah sosial,

ekonomi, politik yang beraneka aragm, yang dihadapi umat manusia, termasuk masalah-

masalah sosial dan pribadi terdidik itu sendiri. Isi kurikulum tersebut berguna dalam

penyusunan disiplin ”sains sosial” dan proses penemuan ilmiah (inkuiri ilmiah) sebagai

metode kerja untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

Mengenai peranan guru, paham rekonstruksionisme sama dengan paham-paham

progresivisme. Guru harus menyadarkan si terdidik terhadap masalah-masalah yang

dihadapi manusia, membantu terdidik mengidentifikasi masalah-masalah untuk

dipecahkannya, sehingga terdidik memiliki kemampuan memecahkan masalah tersebut.

Guru harus mendorong terdidik untuk dapat berpikir alternatif dalam memecahkan

masalah tersebut. Lebih jauh guru harus membantu menciptakan aktivitas belajar yang

berbeda secara serempak.

Sekolah merupakan agen utama untuk perubahan sosial, politik, daan ekonomi di

masyarakat. Tugas sekolah adalah mengembangkan ”rekayasa sosial”, dengan tujuan

mengubah secara radikal wajah masyarakat dewasa ini dan masyarakat yang akan

datang. Sekolah memelopori masyarakat ke arah masyarakat baru yang diinginkan.

Apabila tidak demikian, setiap individu dan kelompok nantinya akan memecahkan

masalah-masalah kemasyarakatan secaara sendiri-sendiri sebagai pengaruh dan

progresivisme.

8 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e

Page 9: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

Power (1982) menggunanakan istilah neo progressivisme untuk aliran

rekonstruksionisme, dan mengemukakan implikasi pendidikannya sebagai berikut :

1. Tema

Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan

rekonstruksi sosial.

2. Tujuan Pendidikan

Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi

budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus

mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut.

3. Kurikulum

Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya

yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai-nilai yang berhubungan berhak

untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.

4. Kedudukan siswa

Nilai-nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga.

Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat

diterima semua latar belakang budaya.

5. Metode

Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by

doing).

6. Peranan Guru

Guru harus menunjukkan rasa hormat yang sejati ( ikhlas ) terhadap semua budaya,

baik dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya.

Teori belajar rekontstruksi merupakan teori-teori yang menyatakan bahwa siswa

itu sendiri yang harus secara pribadi menemukan dan menerapkan informasi kompleks,

mengecek informasi baru dibandingkan dengan aturan lama dan memperbaiki aturan itu

apabila tidak sesuai lagi. Rekonstruktivisme lahir dari gagasan Jean Piaget dan Vigotsky

dimana keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-

konsepsi yang telah dipahami diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam

upaya memakai informasi-

Informasi baru.

9 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e

Page 10: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

Hakikat dari teori rekonstruktivism adalah ide bahwa siswa harus menjadikan

informasi itu miliknya sendiri. Teori ini memandang siswa secara terus menerus

memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan

memperbaiki aturan-aturan tersebut. Salah satu prinsip paling penting adalah guru tidak

dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus

membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri, guru hanya membantu proses ini

dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan

sangat relevan bagi siswa dengan memberikan kesimpulan kepada siswa untuk

menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar siswa menyadari dan secara sadar

menggali strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

BAB III

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 Kesimpulan

Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan

(2) pendidikan sebagai teori. Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori

dapat dilakukan melalui pendekatan filosofi, salah satunya aliran rekonstruktivisme.

Pandangan ontologi terhadap aliran rekonstruksionisme, bahwa realita itu bersifat

universal. Pandangan aksiologi, bahwa masalah nilai berdasarkan azas-azas supernatural

yakni menerima nilai natural yang universal, yang abadi berdasarkan prinsip nilai teologis.

Pandangan epistimologi, bahwa bahwa untuk memahami realita alam nyata memerlukan

suatu azas tahu (pengetahuan).

Dalam aplikasinya dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, bahwa aliran

rekonstruktivisme menghendaki pembelajaran adalah usaha sadar dari pebelajar untuk

menyikapi setiap perkembangan untuk membangun suatu pengetahuan, pengalaman, dan

keterampilan baru. Pembelajaran bukanlah suatu proses yang bersifat dogmatis.

Pembelajaran harus memiliki karakter berpusat kepada siswa.

3.2 Rekomendasi

10 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e

Page 11: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

Memahami aliran-aliran filsafat dalam membangun pondasi pendidikan dan

pembelajaran adalah suatu kebutuhan. Pengembangan pendidikan dan pembelajaran

tanpa dasar filosofi yang jelas, maka tidak akan memberikan semangat, dan landasan

yang kuat. Oleh karena itu, pemahaman aliran-aliran fisafat adalah suatu keharusan.

DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin & Idi, Abdullah, 2007. Filsafat Pindidikan; Manusia, filsafat dan Pendidikan,

Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA

Russel, Berrand.2002. Sejarah Filsafat barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-

Politik dari Zaman Kuno Hingga Sekarang. (terj) Sigit Jatmiko. Jogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sadullah, Uyoh, 2009. Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: CV. Alfabeta

Suhartono, Suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogyakarta: AR-RUZZ Media.

Wibisono, Koento. 1997. Dasar-dasar Filsafat. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wiramiharja, Sutardjo A, 2007. Pengantar Filsafat, Bandung: PT. Refika Aditama

Filsafat_Ilmu, http://members.tripod.com/aljawad/artikel/filsafat_ilmu.htm, diundu 15 Mei

2009.

11 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e

Page 12: Filsafat Rekonstruktivisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan

ALIRAN FILSAFAT REKONSTRUKSIONISME

DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

Tugas Kelompok

Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen

Pengampu

Dr. Maizar Karim, M.Hum

Oleh Kelompok 2

SOFYAN, RULIANA DEWI, MUKA DALLAS, DESI

MARLINA

EMMALINA, EDRI PENTA, NANI ROSITA

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBISELASA, 2 JUNI 2009

12 | M a k a l a h F i l s a f a t R e k o n s t r u k t i v i s m e