55
i FEAR OF MISSING OUT DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh Wisudawati Novemberlin Ambarita 1511413130 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

FEAR OF MISSING OUT DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN … · 2018. 2. 19. · Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana ... kepribadian ekstrovert dan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    FEAR OF MISSING OUT DITINJAU DARI TIPE

    KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

    SKRIPSI

    disajikan sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Psikologi

    oleh

    Wisudawati Novemberlin Ambarita

    1511413130

    JURUSAN PSIKOLOGI

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2017

  • ii

  • iii

  • iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    “Kata kesuksesan akan kehilangan makna tanpa keluarga”

    Novlin Ambarita

    Persembahan

    Skripsi ini penulis persembahkan kepada

    Allah Tri Tunggal dan Keluarga Besar

    Ambarita.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas berkat

    dan karunia yang telah dilimpahkan kepada penulis selama menjalani proses

    pembuatan skripsi yang berjudul “Fear of Missing Out Ditinjau dari Tipe

    Kepribadian Ekstrovert dan Introvert” sampai dengan selesai.

    Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar

    Sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai

    pihak, maka pada kesempatan ini ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

    1. Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus atas kebaikan, pernyertaan,

    belas kasih yang memberkati dan menuntun hidup saya sejak saya dalam

    kandungan Ibu.

    2. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

    Negeri Semarang.

    3. Drs. Sugeng Hariyadi, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

    Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

    4. Anna Undarwati S.Psi., M.A. sebagai Dosen Wali Rombel 4 atas perhatian

    dan kesabarannya membimbing serta memberi perhatian selama 4 tahun

    menjadi mahasiswa Psikologi, Universitas Negeri Semarang.

    5. Amri Hanna Muhammad, S.Psi,M.A, sebagai Dosen Pembimbing I dan

    Penguji II atas bimbingan, saran, dan ilmu yang diberikan dalam

    penyusunan skripsi ini.

  • vi

    6. Dr. Edy Purwanto, M.Si., sebagai dosen pembimbing II dan penguji III atas

    bimbingan dan arahanya kepada Penulis selama penyusun skripsi ini.

    7. Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi, M.A sebagai dosen penguji I atas masukan

    dan sarannya dalam menyempurnakan penyusunan skripsi.

    8. Seluruh dosen psikologi Universitas Negeri Semarang yang sudah mendidik

    penulis dari semester pertama hingga sampai saat ini.

    9. Bapak dan Mama yang tak henti-hentinya mendoakan dan mendukung

    penulis dalam mengerjakan Skripsi. Selalu siap sedia untuk membiayai

    seluruh pengeluran selama kuliah.

    10. Keluarga besar Ambarita: Sanggam Ambarita, Vreddy Ambarita, Harun

    Ambarita, dan Rindu Ambarita yang selalu memberi semangat untuk

    penulis dalam mengerjakan Skripsi.

    11. Keluarga Besar UKK UNNES: Oki Sulistiyorini yang selalu menjadi alarm

    untuk mengerjakan skripsi, Mbak Dika sebagai patner doa, Kelita

    Puspitadini, Inggid Hana, Alvinia Glory, Dian Kristiani, Asry Tesalonika,

    Yosia Puri Saputra, Kukuh Mahardika, Aditya Hendra. Terima kasih atas

    perhatian dan dukungan kalian.

    12. Keluarga perantauan: Korentina Sinaga, Gandayani, Agustin.

    13. Seluruh kerabat rombel 4 (empat) angkatan 2013 dan teman-teman yang

    berpartisipasti dalam membantu pembuatan Skprisi.

    Semarang, 20 Agustus 2017

    Penulis

  • vii

    ABSTRAK

    Ambarita, Novemberlin Wisudawati. 2017. Fear of Missing Out Ditinjau dari

    Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu

    Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Amri Hana

    Muhammad, S.Psi., M.A. Pembimbing II: Dr. Edy Purwanto, M.Si.

    Kata kunci : fear of missing out, media sosial, tipe kepribadian ekstrovert dan

    intorvert

    Perkembangan teknologi komunikasi dengan fasilitas internet dapat

    diakses melalui gadget. Melalui gadget individu dapat mengakses media sosial

    untuk memenuhi kebutuhan komunikasi individu. Penggunaan media sosial

    timbul gejala baru yang dinamakan Fear of missing out (FoMO). FoMO

    didefinisikan ketakutan ketika tidak terhubung dengan individu lain melalui media

    sosial. FoMO berbeda antar individu berdasarkan tipe kepribadian setiap individu.

    Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui gambaran FoMO pada

    individu berkepribadian ekstrovert, 2) mengetahui gambaran FoMO pada individu

    berkepribadian introvert, 3) menguji perbedaan FoMO pada individu

    berkepribadian ekstrovert dan introvert. Metode yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah kuantitatif komparatif. Data penelitian FoMO diambil mengunakan

    skala FoMO yang terdiri dari 34 aitem valid, mempunyai koefisien korelasi (≥

    0,30) pada kisaran 0,302 hingga 0,64 dan koefisien reabilitas sebesar 0,891

    (kategori tinggi). Data tipe kepribadian diambil mengunakan hasil adopsi skala

    MBTI khusus pada bagian ekstrovert-introvert yang berjumlah 15 aitem. Jumlah

    responden penelitian ini ada 288 mahasiswa, yang terdiri dari 165 subjek

    kepribadian ekstrovert dan 123 subjek kepribadian introvert.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fear of missing out ditinjau tipe

    kepribadian ekstrovert rata-rata berada pada kategori sedang cenderung tinggi.

    Sedangkan fear of missing out ditinjau tipe kepribadian introvert berada pada

    kategori sedang cenderung rendah. Penelitian ini menggunakan uji One Way

    Anova pada skala fear of missing out dan mendapat hasil F = 14.777 dengan

    signifikansi 0,000 (sig < 0,05). Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan

    signifikan pada penilaian yang dilakukan oleh subjek tipe kepribadian ekstrovert

    maupun tipe kepribadian introvert. Perbedaan ini sesuai dengan sifat dasar dari

    masing-masing tipe kepribadian yang dimiliki subjek dalam menjalin komunikasi

    dan tingkat ketakutan yang dimiliki oleh individu.

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

    PERNYATAAN ........................................................................................ ii

    PENGESAHAN ......................................................................................... iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ iv

    KATA PENGANTAR ............................................................................... v

    ABSTRAK ................................................................................................ vii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

    BAB

    1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 11

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 11

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 12

    1.4.1 Manfaat Praktis ................................................................................. 12

    1.4.2 Manfaat Teoritis................................................................................. 12

    2. LANDASAN TEORI ............................................................................ 13

    2.1 Fear of Missing Out (FoMO) ............................................................... 13

  • ix

    2.1.1 Pengertian Fear of Missing Out ......................................................... 13

    2.1.2 Aspek-aspek Fear of Missing Out......................... ............................ 14

    2.1.3 Faktor-faktor Pemicu Terjadinya Fear of Missing Out ..................... 15

    2.1.4 Pengukuran Fear of Missing Out ....................................................... 17

    2.2 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ......................................... 19

    2.2.1 Defenisi Kepribadian ......................................................................... 19

    2.2.2 Faktor-faktor yang Membentuk Kepribadian .................................... 20

    2.2.3 Pengolongan Tipe Kepribadian ......................................................... 21

    2.2.4 Tipe Kepribadian Introvert ................................................................ 22

    2.2.5 Tipe Kepribadian Ekstrovert.............................................................. 23

    2.2.6 Karateristik Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ........................... 24

    2.2.7 Penilaian Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ................................ 25

    2.3 Fear of Missing Out Ditinjau dari Tipe Kepribadian .......................... 28

    2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................ 32

    2.5 Hipotesis ............................................................................................... 32

    3. METODE PENELITIAN ..................................................................... 32

    3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................. 32

    3.1.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................ 32

    3.1.2 Desain Penelitian ................................................................................ 32

    3.2 Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 33

    3.2.1 Variabel Dependen ........................................................................... 33

    3.2.2 Variabel Indenpenden ........................................................................ 33

  • x

    3.3 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ............................................ 34

    3.3.1 Fear of Missing Out (FoMO) ........................................................... 34

    3.3.2 Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ........................................ 34

    3.3.3 Hubungan Antar Variabel .................................................................. 35

    3.4 Subjek Penelitian ................................................................................. 35

    3.4.1 Populasi Penelitian............................................................................. 35

    3.4.2 Sampel Penelitian ............................................................................. 36

    3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 37

    3.5.1 Skala Fear of Missing Out ................................................................. 38

    3.5.2 Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert .............................. 40

    3.6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .................................................... 42

    3.6.1 Validitas ............................................................................................. 42

    3.6.2 Reliabilitas ......................................................................................... 43

    3.7 Metode Analisis Data ........................................................................... 44

    4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 45

    4.1 Persiapan Penelitian .............................................................................. 45

    4.1.1 Penyusunan Instrumen Penelitian ...................................................... 45

    4.1.2 Penentuan Subjek Penelitian .............................................................. 46

    4.2 Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 47

    4.2.1 Pengumpulan Data ............................................................................. 47

    4.2.2 Pelaksanaan Skoring .......................................................................... 48

    4.3 Hasil Penelitian ..................................................................................... 49

  • xi

    4.3.1 Hasil Uji Validitas .............................................................................. 49

    4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas .......................................................................... 52

    4.4 Analisis Deskriptif ................................................................................ 52

    4.4.1 Pengelompokan Subjek Berdasarkan Tipe Kepribadian .................... 54

    4.4.2 Umum Fear of Missing Out Secara Umum ...................................... 54

    4.4.3 Gambaran Fear Of Missing Out Berdasarkan Tiap Aspek ................ 58

    4.4.3.1 Aspek Kebutuhan Competence ....................................................... 58

    4.4.3.2 Aspek Kebutuhan Akan Otonomy/ self ........................................... 60

    4.4.3.3 Aspek Kebutuhan Akan Relatedness .............................................. 62

    4.4.4 Ringkasan Analisis Deskriptif Fear Of Missing Out Ditinjau Dari Tipe

    Kepribadian Ekstrovert dan Introvert.......................................................... 65

    4.5 Hasil Uji Asumsi ................................................................................... 65

    4.5.1 Uji Normalitas .................................................................................... 65

    4.5.2 Uji Homogenitas ................................................................................ 66

    4.6 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 67

    4.7 Pembahasan ........................................................................................... 68

    4.7.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Fear of Missing Out ....................... 68

    4.7.2. Pembahasan Analisis Deskriptif Tiap Aspek Fear of Missing Out .. 69

    4.7.2.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Kebutuhan Competence

    Pada Fear Of Missing Ou ........................................................................... 69

    4.7.2.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Kebutuhan akan Otonomy

    Pada Fear of Missing Out ........................................................................... 70

  • xii

    4.7.2.3Pembahasan Analisis Deskriptif Aspek Kebutuhan akan Relatedness

    Pada Fear of Missing Out ........................................................................... 70

    4.7.3 Pembahasan Analisis Inferensial Fear of Missing Out ditinjau dari

    Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ................................................ 71

    4.8 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 77

    5. PENUTUP ........................................................................................... 78

    5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 78

    5.2 Saran ................................................................................................... 78

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 80

    LAMPIRAN ............................................................................................ 84

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1.1 Hasil Studi Awal Fear of Missing Out ................................................ 8

    2.2 Indikator Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert .......................... 23

    3.1 Alternatif Pilihan Jawaban dan Skoring............................................... 39

    3.2 Blue Print Skala Fear of Missing Out .................................................. 40

    3.3 Blue print Tipe Kepribadian Ektrovert dan Introvert........................... 42

    3.4 Kategorisasi Reliabiltas ....................................................................... 44

    4.1 Jumlah Sampel ..................................................................................... 47

    4.2 Sebaran Hasil Aitem Valid .................................................................. 50

    4.3 Hasil Aitem Valid ................................................................................ 51

    4.4 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................... 52

    4.5 Penggolongan Kriteria Analisis berdasarkan Mean Hipotetik ............. 52

    4.6 Subjek Penelitian Berdasarkan Tipe Kepribadian ............................... 54

    4.7 Hasil Statistik Deskriptif Fear Of Missing Out ................................... 55

    4.8 Distribusi Frekuensi Fear Of Missing Out ........................................... 56

    4.9 Distribusi Frekuensi Perbedaan Fear Of Missing Out ......................... 56

    4.10 Statistik Deskriptif Aspek Kebutuhan Competence ............................ 58

    4.11 Distribusi Tingkat Fear Of Missing Out Berdasarkan Aspek

    Kebutuhan Competence .............................................................................. 58

    4.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Fear Of Missing Out Berdasarkan Aspek

    Kebutuhan Competence .............................................................................. 60

  • xiv

    4.123 Statistik Deskriptif Aspek Kebutuhan Akan Otonomy/Self .............. 61

    4.14 Distribusi Tingkat Fear of Missing Out Berdasarkan Aspek Kebutuhan

    Akan Otonomy/Self ..................................................................................... 61

    4.15 Distribusi Frekuensi Tingkat fear of Missing Out Berdasarkan

    Aspek Kebutuhan Akan Otonomy/Self ....................................................... 61

    4.16 Statistik Deskriptif Aspek Kebutuhan Akan Relatedness ................... 63

    4.17 Distribusi Tingkat Fear of Missing Out Berdasarkan Aspek Kebutuhan

    Akan Relatedness ....................................................................................... 63

    4.18 Distribusi Frekuensi Tingkat Fear of missing out Berdasarkan

    Aspek Kebutuhan Akan Relatedness ........................................................ 63

    4.19 Ringkasan Distribusi Frekuensi Fear of missing out Berdasarkan Tiap

    Aspek ......................................................................................................... 65

    4.20 Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 66

    4.21 Hasil Uji Homogenitas ....................................................................... 67

    4.22 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 67

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1.1 Hasil Studi Awal Intensitas Pengunaan Media Sosial ........................ 7

    2.1 Kerangka Berpikir............................................................ .................... 31

    3.1 Hubungan antar variabel ...................................................................... 35

    4.1 Fear Of Missing Out Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Ekstrovert

    dan Introvert ............................................................................................... 57

    4.2 Fear of missing out Berdasarkan Aspek Kebutuhan Competence ....... 60

    4.3 Fear of missing out Berdasarkan Aspek Kebutuhan Akan

    Otonomy/ Self .............................................................................................. 62

    4.4 Fear of missing out Berdasarkan Aspek Kebutuhan Akan Relatedness 64

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    Lampiran 1: Skala Penelitian ............................................................. 86

    Lampiran 2: Tabulasi Skala Fear of Missing Out ............................... 94

    Lampiran 3: Tabulasi Skala Tipe Kepribadian .................................. 107

    Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ............................... 112

    Lampiran 5: Statistik Deskriptif .......................................................... 118

    Lampiran 6: Hasil Uji Asumsi ............................................................ 120

    Lampiran 7: Hasil Uji Hipotesis ......................................................... 122

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Saat ini masyarakat telah banyak mengalami perubahan seiring

    perkembangan dan kemajuan zaman di mulai dari perkembangan teknologi, gaya

    hidup, kebutuhan, dan aturan-aturan yang berlaku. Masyarakat kini memasuki

    era masyarakat informasi. Salah satu ciri yang menonjol adalah pengunaan media

    massa sebagai alat utama dalam pelaksanaan komunikasi (Nurudin, 2003: 33).

    Revolusi teknologi informasi sekarang menyebabkan individu dengan cepat

    mengetahui berita dan dengan cepat pula mengirimkan berita. Perkembangan

    teknologi informasi ini berperan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi

    individu. Menurut Hertley (dalam Sarwano, 2002: 193) ada beberapa jenis

    komunikasi, yaitu antara individu dan individu, antara individu dan massa, dan

    antara kelompok dengan massa yang masing-masing dapat berlangsung secara

    tatap muka, atau dengan bantuan alat atau teknologi.

    Awal munculnya komunikasi pada zaman Yunani kuno disebut dengan

    istilah “retorika” yang berlaku pada zaman ratusan sebelum masehi. Individu

    saling berkomunikasi secara langsung dalam bentuk percakapan, baru pada

    pertengahan abad ke-20 ketika ditemukan teknologi komunikasi seperti telepon,

    telegrap, radio, televisi. Menyadari pentingnya komunikasi mendorong lahirnya

  • 2

    teknologi-teknologi baru yang mempercepat terjadinya komunikasi (Uchjana,

    2005: 9).

    Teknologi komunikasi kini memberi kemudahan kepada individu untuk

    mengaksesnya lewat gadget. Gadget adalah elektronik kecil yang memiliki fungsi

    khusus seperti berbagi informasi/berita, berkomunikasi, berjualan, dan lainnya.

    Kini gadget menjadi alat komunikasi yang mudah, cepat, efisien, dan praktis

    dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Adapun macam-macam bentuk gadget

    yang sering ditemui adalah handphone, netbook, laptop, dan smartphone. Maka

    tidak heran bila banyak individu semakin terbuai untuk membeli dan mengunakan

    gadget. Menurut Bianchi dan Phillips (dalam Liftiah, 2016: 132) bagi banyak

    individu, gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

    Gadget menjadi alat komunikasi utama yang wajib dibawa kemana pun dan kapan

    pun sehingga berpotensi menimbulkan ketergantungan.

    Salah satu penyebab ramainya penguna gadget adalah internet. Disadari

    semakin bertambahnya ketersediaan media komunikasi berbasis internet

    mempercepat individu mencari informasi dalam negeri maupun informasi yang

    dari luar negeri secara online. Koran Tempo (24/01) jumlah pengguna alat

    komunikasi smartphone di seluruh dunia diprediksi melewati 2 miliar pada 2016.

    Menurut perusahaan survei eMarketer, pengguna smartphone meningkat 12,6

    persen daripada 2015, yaitu dari 1,91 miliar menjadi 2,16 miliar. Negara

    Indonesia diprediksi masuk empat besar populasi pengguna smartphone, setelah

  • 3

    Cina, AS, dan India, dengan 69,4 juta pemakai, naik dari peringkat ketujuh pada

    2014.

    Menurut Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI (2014: 25)

    internet, media sosial dan teknologi multimedia seperti gadget menjadi satu

    kesatuan yang sulit dipisahkan serta mendorong pada hal-hal baru. Kementerian

    Komunikasi dan Informatika (kominfo.go.id, 07/11/2013) mengungkapkan

    pengguna internet di Indonesia ditahun 2013 mencapai 63 juta individu. Dari

    angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses media

    sosial. Media sosial merupakan situs dimana setiap individu bisa membuat web

    page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi

    dan berkomunikasi. Hal itu membuat media sosial semakin populer sekaligus

    membuat pengguna media sosial semakin bertambah. Hal ini pun diakui oleh

    Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (kompas.com, 24/10/2016) bahwa

    lebih dari setengah penduduk Indonesia kini telah terhubung ke internet. Survei

    yang dilakukan sepanjang 2016 itu menemukan bahwa 132,7 juta individu

    Indonesia telah terhubung ke internet. Adapun total penduduk Indonesia sendiri

    sebanyak 256,2 juta individu. Hal ini mengindikasikan kenaikan 51,8 persen

    dibandingkan jumlah pengguna internet pada 2014 lalu. Survei yang dilakukan

    Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia pada 2014 hanya ada 88 juta pengguna

    internet.

    Media sosial menyebabkan ramainya interaksi interpersonal tanpa harus

    bertemu dengan teman atau keluarga. Hal ini membuat aplikasi media sosial

  • 4

    menjadi populer seperti facebook, twitter, instagram, path, snapchat, dan blog.

    Banyak fitur yang ditawarkan untuk diunduh ke media sosial seperti membagikan

    catatan, foto, video, record, bahkan live video kegiatan yang sedang dilakukan

    dapat diunduh langsung ke akun pribadi. Ketika individu update di akun media

    sosialnya maka seluruh penguna media sosial dapat melihat aktivitas individu

    tersebut dimana pun dan kapan pun.

    Peningkatan pengunaan media sosial disadari telah memberikan dampak

    positif dan negatif bagi individu. Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI

    (2014: 25) mengatakan bahwa media sosial menguntungkan banyak individu dari

    berbagai belahan dunia untuk berinteraksi dengan mudah dan ongkos yang murah

    ketimbang memakai telepon. Dampak lain dari adanya situs jejaring sosial adalah

    percepatan penyebaran informasi. Adapun dampak negatif dari media sosial

    membuat penurunan dari segi kehidupan, yakni berkurangnya interaksi

    interpersonal secara langsung atau tatap muka, munculnya kecanduan, budaya

    semakin memudar karena masuknya budaya asing tanpa adanya filterasi dari

    individu yang mengikuti, persoalan pelanggaran etika dan hukum, serta perubahan

    signifikan dalam pola interaksi sosial primer antar individu.

    Menurut Liftiah (2016: 129) kemudahan dalam mengakses media sosial

    membuat pengguna ingin memenuhi rasa ingin tahu dan pada akhirnya ini

    menyebabkan ketergantungan. Semakin individu menggantungkan kebutuhannya

    untuk dipenuhi oleh penggunaan media sosial, maka semakin penting peran media

    sosial dalam hidup individu tersebut. Sehingga media akan semakin memiliki

  • 5

    pengaruh kepada individu. Apabila individu kehilangan akses penghubung dengan

    individu lain atau dunia luar melalui media sosial mampu menyebabkan perasaan

    takut (Przybylski, 2013: 1842). Meskipun dimungkinkan bahwa perasaan takut

    atau cemas telah ada sebelum saluran komunikasi telah ada. Namun karena

    kehadiran media sosial dalam kehidupan individu telah diperkuat kebutuhan,

    keinginan, dan kesempatan untuk mengetahui apa yang individu lain lakukan dan

    katakan setiap saat. Kecepatan dan kemudahan alat komunikasi, dapat mendorong

    individu menjadi lebih kecanduan informasi mengkonsumsi melalui media sosial.

    Menurut Hato (2013: 8) mendapatkan berita atau sesuatu hal yang ter-update

    merupakan hal yang menjadikan individu lebih sering memeriksa situs media

    sosialnya. Menurut Sippy, media sosial bisa menyebabkan fear of missing out dan

    penggunanya cenderung merasa gelisah jika jauh dari media sosial dalam waktu

    yang lama (KapanLagi.com, 21/4/2015).

    Fear of Missing Out (FoMO) didefinisikan sebagai ketakutan akan

    kehilangan momen berharga individu atau kelompok lain dimana individu

    tersebut tidak dapat hadir di dalamnya. Fear of missing out ditandai dengan

    adanya keinginan untuk terus berhubungan dengan apa yang individu lakukan

    melalui dunia maya (Przybylski, 2013: 1841). Fear of missing out erat dikaitkan

    dengan tingkat keterlibatan dengan media sosial. Sosial media memberikan

    kesempatan individu secara mudah berbagi informasi dengan individu lain. Fear

    of missing out terjadi karena kurangnya komunikasi di dunia nyata dan kuatnya

    hubungan dengan peer group sehingga memungkinkan pengguna untuk membuat

  • 6

    dirinya terkoneksi dengan individu lain dalam berbagai hal atau konten, seperti

    informasi profil, update berita, atau status mereka (Steinfield dkk, 2013: 131).

    Peneliti Przybylski (psychcentral.com, 30/04/2013) menyatakan tingkat

    FoMO tinggi bisa menimbulkan masalah karena individu cenderung selalu

    mengecek akun media sosialnya untuk melihat apa saja yang dilakukan oarang

    lain, sehingga individu tersebut rela mengabaikan aktivitasnya sendiri. Keseringan

    mengakses media sosial mengakibatkan perubahan signifikan dalam pola interaksi

    langsung antar individu. Perilaku FoMO ini akan cederung negatif apabila tidak

    ditangani. Menninger (dalam Sari, 2012:11) individu yang sehat mentalnya adalah

    individu yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan

    kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan individu lain, serta

    memiliki sikap hidup yang bahagia. Idealnya individu yang sehat mental tidak

    mengalami ketakutan sosial ditandai dengan keingian untuk terus berhubungan

    dengan apa yang individu lakukan melalui dunia maya.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Przybylski (2013: 1943) menemukan

    bahwa individu di bawah usia 30 yang lebih rentang mengalami fear of missing

    out. Hal ini didukung oleh penelitian Fardila (2015: 4) yang menyorot mahasiswa

    sebagai subjek penelitiannya. Mahasiswa tersebut berada direntang usia antara 21-

    23 tahun yakni sebesar 54%, selanjutnya diposisi kedua sebesar 35% berada

    direntang usia 18-20 tahun. Sedangkan direntang usia 24-26 tahun hanya sebesar

    11%. Menurut Kandell (1998: 5) mahasiswa adalah kelompok yang terlihat lebih

    rentan terhadap ketergantungan pada internet dibandingkan kelompok masyarakat

  • 7

    lainnya. Karena mahasiswa berada pada fase emerging adulthood yaitu masa

    transisi dari remaja akhir menuju ke dewasa muda dan sedang mengalami

    dinamika psikologis.

    Penggunaan media sosial berkaitan dengan intensitas pemakaian yang

    dilakukan oleh individu dalam memeriksa dan berkomunkasi secara online.

    Intensitas pengunaan media sosial dapat diukur melalui seberapa lama waktu yang

    dihabiskan oleh penguna untuk mengakses media sosial. Studi awal yang

    dilakukan oleh peneliti dengan memberikan kuesioner terhadap 20 mahasiswa di

    kampus Universitas Negeri Semarang. Studi awal ini untuk mengukur intensitas

    penggunaan gadget sebagai media mengetahui aktivitas individu lain. Berikut data

    awal yang diperoleh berkaitan dengan rata-rata durasi dalam menggunakan media

    sosial:

    Gambar 1.1 Hasil Studi Awal Intensitas Pengunaan Media Sosial

    Berdasarkan studi pendahuluan di atas, terdapat 50% dari 20 mahasiswa

    sering mengunakan gadget lebih dari 9 jam per hari dan hanya satu responden dari

    mahasiswa yang memakai gadget dibawah 2 jam per hari. Kegiatan di media

    sosial menjadikan penggunanya merasa takut untuk meninggalkan berita terbaru

  • 8

    dari teman atau keluarga. Pada dasarnya keseringan memeriksa gadget mampu

    membentuk kebiasaan yang disebut ketergantungan. Proses ketergantungan terjadi

    karena disfungsi pada sistem neurotransmitter dopamin. Pada keadaan normal,

    dopamin akan dilepaskan ke celah sinaptik dan ditangkap oleh reseptornya yang

    berada pada dinding ujung sel syaraf di celah. Pengeluaran dopamin ini akan

    memberikan respons secara psikologis yaitu perasaan nyaman dari rangsangan

    indrawi yang ditimbulkan oleh penggunaan internet lewat gadget membuat

    individu berkeinginan untuk mengulanginya terus-menerus (Anggraeni, dkk.,

    2014: 6).

    Studi awal mengenai gejala fear of missing out dilakukan Peneliti dengan

    melibatkan 20 responden dari kalangan mahasiswa. Berikut adalah pernyataan

    yang diberikan dalam bentuk tabel :

    Tabel 1.1. Hasil Studi Awal Fear of Missing Out

    No Pernyataan

    Pilihan

    Jawaban

    Iya Tidak

    1. Berada di daerah yang lemah signal membuat saya

    tidak nyaman 20 0

    2. Saya akan merasa kesal apabila terjadi masalah

    pada jaringan koneksi internet. 20 0

    3. Saat kuota internet habis, saya merasa cemas

    ketika tidak bisa terhubung dengan internet. 15 5

    4. Saya merasa cemas bila tidak tahu peristiwa

    terbaru saat ini. 14 6

    5. Saya mulai gelisah ketika kuota internet mulai

    habis. 13 7

    6. Liburan menjadi tidak menyenangkan ketika tidak

    terkoneksi internet 15 5

    7. Saya khawatir ketika saya ketinggalan

    pemberitahuan di akun media sosial saya 12 8

    8. Saya merasa cemas bila tidak tahu apa yang 13 7

  • 9

    teman-teman saya bicarakan di grup media sosial

    Berdasarkan hasil analisa terhadap studi awal kepada 20 responden,

    terdapat beberapa indikasi bahwa individu merasakan emosi negatif. Hal tersebut

    seperti merasa tidak nyaman bila berada di daerah yang lemah signal, kesal

    apabila terjadi masalah pada jaringan koneksi internet, takut bila tidak terhubung

    dengan internet, dan khawatir ketika ketinggalan pemberitahuan atau melewatkan

    suatu hal berharga di akun media sosial miliknya. Semua hal tersebut memicu

    individu mengalami fear of missing out karena jauh dari media sosial. Namun

    disisi lain, perbedaan penilaian antar responden pada studi awal bergantung pada

    apa yang dirasakan oleh responden.

    Fear of missing out akan berbeda antara satu individu dengan individu

    yang lain karena individu satu dengan yang lain memiliki keunikan. Perbedaan

    dalam konteks ini dipengaruhi oleh individual differences, dimana individu

    memiliki perbedaan dalam cara berprilaku sesuai sesuai dengan sikap yang

    dimiliki setiap individu. Menurut Jung (dalam Feist & Feist, 2012: 136) salah satu

    tinjauan mengenai sikap adalah perbedaan tipe kepribadian, yang terkait erat

    dengan ciri masing-masing tipe kepribadian tersebut. Hal ini sejalan dengan

    pendapat Marshal (2015: 36) yang menyatakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi ketakutan yang dialami oleh individu saat ketinggalan update di

    media sosial adalah kepribadian individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa

    kepribadian merupakan aspek psikologi yang sangat penting dalam menentukan

    prilaku individu. Kepribadian mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan

  • 10

    tingkah laku, kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian membimbingan individu

    untuk menyesuikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik (Alwisol,

    2010: 39).

    To Jung, individuals are of two basic types of attitudes, introverted and

    extroverted. Each of these can be further subdivided according to the

    dominance of one of four psychological functions: thinking, feeling, sensing,

    and intuiting. And in addition, e ach subtype can be seen as operating at

    conscious or unconscious, or both, levels of the personality. (Smith &

    Vetter, 1982: 90)

    Berdasarkan kutipan diatas, Jung mengatakan bahwa individu bisa

    dibedakan dari dua dasar tipe sikap, yaitu introvert dan ekstrovert. Masing-masing

    tipe kepribadian tersebut dapat dibagi menurut empat fungsi psikologis: pikiran,

    perasaan, penginderaan, dan intuisi. Penggolongan tipe kepribadian ekstrovert dan

    introvert menggambarkan pola komunikasi dan interaksi sosial setiap individu.

    Menurut Jung (dalam Alwisol, 2010: 45), ekstrovert mengarahkan individu ke

    pengalaman obyektif, memusatkan perhatian ke dunia luar, cenderung berinteraksi

    dengan individu sekitarnya, aktif, dan ramah. Individu ekstrovert sangat menaruh

    perhatian mengenai individu lain dan dunia disekitarnya, aktif, tertarik dengan

    dunia luar. Sedangkan introvert mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif,

    memusatkan diri pada dunia dalam dan privat di mana realita hadari dalam bentuk

    hasil amatan, cenderung menyendiri, pendiam/tidak ramah, bahkan antisosial.

    Umumnya individu introvert senang introspektif dan sibuk dengan kehidupan

    internalnya sendiri. Namun, individu introvert juga mengamati dunia luar dengan

    cara selektif, dan memakai pandangan subjektifnya sendiri. Individu yang sehat

    psikisnya adalah individu yang mencapai keseimbangan antara dua sikap

  • 11

    kepribadian tersebut, individu sama-sama nyaman dengan dunia dalam dari dan

    luar dirinya.

    Individu dengan kepribadian ekstrovert dan kepribadian introvert akan

    mengalami kecemasan atau takut ketika berada di situasi yang mengancam atau

    saat situasi lingkungan sosialnya tidak sesuai dgn dirinya. Sri dan Kartika (2013:

    112) menyampaikan perbedaan karakteristik yang terdapat antar individu dengan

    tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, menyebabkan sikap yang berbeda

    terhadap intensitas komunikasi melalui media sosial. Informasi terbaru mengenai

    teman, kerabat kerja, dan keluarga lewat media sosial menjadi fenomena baru

    dalam ilmu psikologi yang memunculkan ketakutan akan ketinggalan berita di

    akun media sosial, ketakutan yang dialami pun berbeda antar individu

    berdasarkan kepribadian yang dimiliki. Diduga individu ektrovert memposisikan

    individu lain lebih penting dari pada dirinya sendiri, sebaliknya tipe introvert

    menganggap individu lain tidak lebih penting dari dirinya. Oleh karena itu,

    peneliti tertarik melakukan penelitian yang membedakan ketakutaan berdasarkan

    tipe kepribadian dengan judul “Fear of Missing Out Ditinjau dari Tipe

    Kepribadian Introvert dan Ekstrovert”.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

    sebagai berikut:

  • 12

    1. Bagaimana gambaran fear of missing out pada individu berkepribadian

    ekstrovert?

    2. Bagaimana gambaran fear of missing out pada individu berkepribadian

    introvert?

    3. Apakah ada perbedaan fear of missing out pada individu berkepribadian

    ekstrovert dan introvert?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang

    ingin dicapai, yaitu:

    1. Mengetahui gambaran fear of missing out pada individu berkepribadian

    ekstrovert.

    2. Mengetahui gambaran fear of missing out pada individu berkepribadian

    introvert.

    3. Menguji ada atau tidaknya ada perbedaan fear of missing out pada individu

    berkepribadian ekstrovert dan inrovert.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Manfaat yang diberikan secara teoritis melalui penelitian ini adalah:

    a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang fenomena baru

    dalam internet addiction yaitu fear of missing out.

  • 13

    b. Memperluas penelitian tentang fear of missing out yang ditinjau dari

    tipe kepribadian introvert dan ekstrovert

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Adapun manfaat praktis melalui penelitian diharapkan individu dapat

    menjadi pertimbangan penggunaan media sosial dalam kasus fear of missing

    out, dan mengontrol diri secara berkala dalam mengurangi pengunaan media

    sosial untuk meminimalisir ketakutkan agar tidak berkelanjutan menjadi

    gangguan-gangguan fisiologis maupun psikologis yang serius.

  • 14

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Fear of Missing Out (FoMO)

    2.1.1 Pengertian Fear of Missing Out

    Przybylski (2013: 1841), fear of missing out (FoMO) adalah ketakutan

    akan kehilangan momen berharga individu atau kelompok lain dimana individu

    tersebut tidak dapat hadir di dalamnya. FoMO ditandai dengan adanya keinginan

    untuk terus berhubungan dengan apa yang individu lain lakukan melalui dunia

    maya. Menurut Bosker (dalam JWT, 2011: 5) FoMO merupakan suatu energi

    ketakutan ketika individu melewatkan sesuatu hal yang berharga, seperti suatu

    acara, momen di televisi dan gadget. Menurut Fake (dalam JWT, 2011: 5) FoMO

    adalah dorongan kuat untuk individu berperilaku dan berpikir betapa pentingnya

    perangkat media sosial dan pengunaannya. Wortham (dalam Abel, dkk., 2016: 33)

    mengatakan bahwa FoMO merupakan kegelisahan yang berasal dari alat saluran

    komunikasi yang mendukung individu memperoleh pengetahuan tentang

    kehidupan teman, keluarga, atau bahkan orang asing.

    Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka Peneliti menyimpulkan

    FoMO adalah ketakutan ketika tidak terhubung dengan individu, sehingga

    melewatkan momen berharga tentang dirinya, teman, keluarga, ataupun individu

    lain melalui media sosial di internet.

  • 15

    2.1.2 Faktor-faktor Pemicu Munculnya Fear of Missing Out

    Perspektif Self Determination Theory (SDT) atau teori motivasi yang

    dikumukakan oleh Deci dan Ryan (1985) dijadikan sebagai dasar pemahaman

    terjadi FoMO. FoMO dapat terjadi karena tidak terpenuhinya tiga kebutuhan dasar

    psikologis yaitu need for competence, autonomy/ self, dan relatedness. Apabila

    ketiga kebutuhan dasar psikologis tidak terpenuhi maka mengakibatkan individu

    menjadi tidak mampu mengatur diri sendiri secara efektif (Przybylski, 2013:

    1841). Menurut Self Determination Theory maka dapat disimpulkan faktor

    terjadinya fear of missing out adalah :

    1. Kebutuhan untuk berkompetensi (need for competence)

    Kompetensi merupakan hasil dari interaksi individu dengan lingkungan

    dan adaptasi. Kebutuhan kompetensi mengacu pada kebutuhan untuk

    berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, mampu menunjukan

    kapasitas diri, dan mencari tantangan yang optimal (Deci & Ryan, 1985:

    26). Kebutuhan ini mengarahkan individu untuk berusaha

    mempertahankan dan meningkatkan keterampilan/ kapasitas diri dalam

    melakukan aktivitas.

    2. Kebutuhan untuk otonomi (need for autonomy/ self)

    Self menurut Rogers merupakan kesadaran individu akan keberadaan dan

    fungsi dirinya, yang diperoleh melalui pengalaman diri dimana individu

    tersebut terlibat di dalamnya baik sebagai subjek maupun objek (Alwisol,

    2009: 266). Kebutuhan otonomi adalah kebutuhan untuk membuat

  • 16

    keputusan-keputusan sendiri, bebas melakukan suatu aktivitas, tanpa

    terikat atau mendapat kontrol dari orang lain (Deci & Ryan, 1985: 32).

    3. Kebutuhan psikologis akan rasa memiliki/ kedekatan dengan orang lain

    (Need for Relatedness)

    Relatedness menurut Fromm adalah kebutuhan dasar manusia untuk

    menyatu dengan pribadi lainnya selain dirinya (Feist & Feist, 2010: 230).

    Kebutuhan untuk menyatu dengan pribadi lainnya sama dengan

    kecenderungan yang melekat pada individu untuk merasa terhubung

    dengan individu lain, yaitu untuk menjadi anggota kelompok, dicintai,

    dipeduli, dan diperhatikan (Baumeister & Leary dalam Tekeng, 2016:

    90). Kebutuhan relatedness mengacu terjadinya hubungan dan perhatian

    yang diterima dari interaksi dengan individu lain, sehingga menghasilkan

    rasa memiliki.

    Faktor kebutuhan dasar psikologi diatas dapat ditemukan dalam diri

    individu sendiri, sehingga dapat disimpulkan oleh peneliti bawah faktor-faktor

    tersebut merupakan faktor internal yang memicu fear of missing out. Selain itu,

    berdasarkan kajian literatur yang sudah peneliti lakukan, peneliti juga menemukan

    beberapa faktor eksternal yang dapat mempengaruhi fear of missing out, yaitu :

    1. Media sosial online

    Fear of missing out muncul dengan rasa ingin terus terhubung dalam

    media sosial. Kehadiran media sosial dalam kehidupan individu telah

    memperkuat kebutuhan dan keinginan untuk mengetahui apa yang

    individu lain lakukan dan katakan sepanjang waktu (Abel, dkk., 2016: 35).

  • 17

    FoMO pada dasarnya merupakan ketakutan sosial yang berkembang

    melalui media sosial yang mendorong individu untuk mengikuti trend

    populer. Menurut Kementerian Perdagangan RI (2014: 25) media sosial

    adalah semua media online, di mana para pengunannya (user) dapat

    berbagai, berpartisispasi, dan menciptakan konten berupa blog, wifi,

    forum, jejaringan sosial, dan ruang dunia virtual yang disokong oleh

    teknologi multimedia yang canggih. Media sosial menjadi unsur utama

    penyebab terjadinya FoMO, karena individu yang mengalami FoMO akan

    selalu ingin terhubung dengan media sosial.

    2. Pengaruh teman sebaya (peer group)

    Faktor-faktor sosial di lingkungan yang berkaitan dengan penerimaan dan

    penolakan dari masyarakat serta faktor budaya yang menekan individu

    untuk menjadi bagian dari perkumpulan pengguna teknologi maju

    sehingga mengakibatkan seseorang menjadi pecandu internet (konformitas

    terhadap lingkungan).

    2.1.3 Pengukuran Fear of Missing Out

    Penelitian mengenai fear of missing out telah dilakukan di luar Indonesia

    dan peneliti hanya menemukan 2 penelitian yang telah dilakukan di Indonesia.

    Penelitian yang dilakukan oleh Gilang (2015) mengunakan alat ukur secara

    kuantitatif dengan mengadaptasi FoMOs (Fear of Missing Out scale) yang

    dikembangkan oleh Przybylski (2013). Przybylski meneliti tingkatan FoMO

    berdasarkan 3 faktor kebutuhan dasar psikologis yaitu kebutuhan berkompetensi

    (need for competence), kebutuhan otonomi (need for autonomy/ self), dan

  • 18

    kebutuhan akan rasa memiliki/ kedekatan dengan orang lain (need for

    relatedness). Namun pernyataan-pernyataan yang digunakan Gilang (2015)

    sebagai alat ukur dalam penelitiannya berupa aitem yang hanya berdasarkan 2

    faktor yang mempengaruhi terjadinya fear of missing out yakni untuk pemenuhan

    kebutuhan psikologis pada self dan relatedness. Peneliti merasa kuesioner dalam

    penelitian ini dapat mendukung tujuan peneliti, namun ada faktor competence

    yang tidak diikutsertakan oleh Gilang dalam penelitiannya. Oleh karena itu,

    peneliti harus melengkapi aitem tersebut bila ingin mengunakannya dalam

    penelitian ini.

    Penelitian lainnya mengenai fear of missing out telah dilakukan oleh

    Rani (2016) dengan mengunakan kuesioner dikembangkan oleh Hato (2013).

    Hato mengembangkan FoMOs (Fear of Missing Out scale) dengan skala yang

    mengukur sejauh mana individu memeriksa handphone karena rasa takut

    kehilangan pada lima domain berdasarkan pada tujuan general, tujuan sosial

    dalam mengetahui keadaan lingkungan sosial terkait aktivitas teman, tujuan

    kenyamanan, tujuan informasi dalam mengikuti perkembangan terkini, dan tujuan

    pekerjaan/ tugas sekolah: melibatkan pentingnya kontak dengan teman

    pekerjaan/sekolah. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat

    FoMO yang tinggi pada individu. Sebaliknya semakin rendah penilaian

    menunjukkan tingkat FoMO yang rendah pada individu. Namun, penelitian ini

    kurang melibatkan faktor yang ingin digunakan oleh peneliti dalam skalanya

    sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

  • 19

    Oleh karena itu, penelitian ini akan mengombinasikan aitem yang

    digunakan dalam skala dari penelitian Hato (2013) yang terdiri dari 34 aitem dan

    Przybylski (2013) yang terdiri dari 10 aitem. Namun, tidak semua aitem tersebut

    mengungkapkan variabel yang akan diteliti, sehingga kedua skala tersebut akan

    dimodifikasi dengan memilih aitem yang sesuai dengan faktor competence,

    autonomy/self, dan relatedness. Jumlah aitem yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah 45 aitem dan menggunakan skala Likert dengan rentang nilai 1 (sangat

    tidak sesuai) sampai 4 (sangat sesuai).

    2.2 Kepribadian Introvert dan Ekstrovert

    2.2.1 Defenisi Kepribadian

    Istilah “kepribadian” berasal dari bahasa Latin persona, atau topeng yang

    dipakai manusia untuk menampilkan dirinya pada dunia luar. Kepribadian

    mempunyai banyak pengertian yang disebabkan dalam penyusunan teori,

    penelitian, dan pengukuran dari beberapa ahli. Menurut Feist dan Feist (2012: 4)

    kepribadian adalah pola sifat dan karateristik tertentu, yang relatif permanen dan

    memberikan, baik konsisten maupun individualitas pada prilaku seseorang.

    Atkinson (1987: 258) mendefinisikan kepribadian sebagai pola pikiran, emosi dan

    perilaku yang berbeda dan karakteristik yang menentukan gaya personal inidividu

    dan mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan.

    Alwisol (2009: 2) kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membenagun

    keberadaan manusia menjadi suatu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam fungsi-

    fungsi. Menurut Dorland (dalam Liftiah, 2014: 44) kepribadian adalah pola khas

  • 20

    seseorang dalam berpikir, merasakan, dan berprilaku yang relatif stabil dapat

    diperkirakan. Allport (dalam Suryabrata, 2008: 205) kepribadian adalah organisasi

    dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang

    khas dalam penyesuian diri terhadap lingkungan. Jung (dalam Alwisol, 2009: 39)

    kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan, dan

    tingkah laku, kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian membimbing individu

    untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.

    Berdasarkan beberapa pengertian kepribadian dapat disimpulkan bahwa

    kepribadian merupakan suatu pola berpikir, berperasaan, dan berprilaku yang

    relatif permanen, konsisten, dan bersifat unik dalam penyesuaian diri dengan

    lingkungan.

    2.2.2 Faktor – faktor yang Membentuk Kepribadian

    Robbins (2008: 126) kepribadian individu merupakan hasil dari faktor

    keturunan dan lingkungan.

    1. Faktor Keturunan. Keturunan merujuk pada faktor genetis, yang

    dipengaruhi oleh orangtua. Seperti komposisi biologis dan psikologis dari

    orangtua, serta psikologis individu tersebut. Pendekatanketurunan

    berpendapat bahwa penjelasan pokok mengenai kepribadian individu

    adalah struktur molekul dari gen yang terdapat dalam kromosom.

    2. Faktor Lingkungan. Lingkungan dimana individu bertumbuh dan

    dibesarkan memiliki pengaruh cukup besar terhadap pembentuk karakter

    individu. Keluarga, teman sebaya, dan kelompok sosial memiliki peran

  • 21

    dalam membentuk kepribadian kita. Contoh: budaya membentuk norma,

    sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya

    dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu.

    Liftiah (2014: 48) faktor yang membentuk kepribadian, selain ciri fisik

    maupun ciri faal, juga ada faktor lain yang besar pengaruhnya terhadap

    kepribadian yakni hasil hubungan kita dengan lingkungan atau pengalaman. Dua

    macam pengalaman yang mempengaruhi pembentukan kepribadian individu

    yaitu:

    1. Pengalaman umum (common experiences) yaitu pengalaman yang

    dihayati oleh hampir semua anggota masyarakat atau bahkan oleh semua

    manusia. Setiap masyarakat selalu mempunyai nilai-nilai, prinsip-primsip

    moral, cara-cara hidup yang dihayati oleh semua anggota masyarakat.

    Jika nilai-nilai tersebut bersifat universal, seperti menghormati orangtua,

    maka individu akan dididik untuk menjadi manusia seperti itu.

    2. Pengalaman Unik (unique experience) yaitu pengalaman-pengalaman

    yang hanya pernah dialami oleh dirinya sendiri. Sejak lahir individu

    sudah membawa ciri dan kecenderungan tertentu, maka reaksinya

    terhadap lingkungan bersifat khas.

    2.2.3 Penggolongan Tipe Kepribadian

    Menurut Suryabrata (2008: 3-4) terdapat bermacam-macam kategori

    yang dapat digunakan untuk mengolongkan tipe kepribadian. Namun, Peneliti

    dalam hal ini mengunakan pedekatan sifat (traits approach), yaitu teori

  • 22

    kepribadian menurut Carl Gustav Jung, seorang ahli psikologi Jerman dan

    perlopor psikologi analisa. Jung (dalam Suryabrata, 2008: 161) mengolongkan

    tipe kepribadian manusia menjadi dua macam yaitu ekstrovert dan introvert.

    Kedua tipe kepribadian tesebut mengacu pada sejauh mana orientasi dasar

    seseorang diarahkan ke luar (dunia luar) atau ke dalam diri individu. Individu

    ekstrovert dan introvert memiliki perbedaan dalam sikap mereka terhadap dunia,

    baik dalam hal rasional dan non rasional. Seseorang dapat digolongkan ke dalam

    salah satu dari kepribadian ini berdasarkan pada jenis sikap yang lebih dominan

    dan lebih berpengaruh pada dirinya. Selain itu, Jung (Alwisol, 2009: 46) juga

    mengolongkan ekstrovert dan introvert kedalam aspek fungsi (function) yaitu

    fungsi berpikir (thinking), fungsi perasaan (feeling), fungsi pengindraan (sensing),

    dan fungsi intuisi (intuiting).

    2.2.3.1 Tipe Kepribadian Introvert

    Jung (dalam Suryabrata, 2008: 162) individu introvert dipengaruhi oleh

    dunia subjektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Individu introvert adalah

    individu yang cenderung menarik diri dari kontak sosial. Orientasi terutama

    tertuju ke dalam: pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama

    ditentukan oleh faktor-faktor subyektif. Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang

    baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dan kurang dapat

    menarik hati orang lain.

    Seorang introvert memiliki penyesuain dengan batinnya sendiri baik,

    dikarenakan individu intovert dipengaruhi oleh dunia didalam dirinya. Namun,

    bahaya individu introvert adalah ketika jarak dengan dunia objektif terlalu jauh,

  • 23

    sehingga akan lepas dari dunia objektifnya, yang membuatnya terasing dan kurang

    mampu menerima dengan baik dunia objektifnya (Suryabrata, 2008: 162). Dapat

    disimpulkan bahwa individu dengan kecenderungan introvert yang ekstrim akan

    merasa asing dengan dunia luar dan menjadikannya individu yang anti – sosial.

    2.2.3.2 Tipe Kepribadian Ekstrovert

    Ekstrovert adalah suatu kecenderungan sikap yang mengarahkan

    kepribadian lebih berorientasi ke luar dari pada ke dalam diri sendiri. Jung (dalam

    Suryabrata, 2008: 161) mengatakan bahwa ekstrovert adalah kepribadian yang

    lebih dipengaruhi oleh dunia objektif, orientasinya terutama tertuju ke luar.

    Orientasinya terutama tertuju keluar: pikiran, perasaan, serta tindakannya lebih

    banyak ditentukan oleh lingkungan. Jung menyatakan bahwa dimensi tipe

    ekstovert dalam perilaku aktual digambarkan sebagai individu yang terbuka,

    periang, suka bergaul dengan lingkunganya, cenderung berinteraksi dengan

    masyarakat dan tidak sensitif, menghadapi kehidupan sehari kurang serius, tidak

    menyukai keteraturan, agresif, kurang bertanggung-jawab, optimis, implusif

    bersifat praktis dan penuh motif-motif yang dikoordinasi oleh kejadian-kejadian

    eksternal.

    Individu ekstrovert lebih mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya

    dibandingkan oleh kondisi dirinya sendiri. Individu cenderung untuk berfokus

    pada sikap objektif dan menekan sisi subjektifnya (Feist dan Feist, 2010: 137).

    Sikap positif yang berlebihan terhadap lingkungan mampu memberi ancaman

    kepada individu ekstrovert. Individu akan tenggelam ke dalam dunia objektif dan

  • 24

    asing terhadap dunia subjektifnya sendiri. Kecenderungan semacam itu membuat

    individu ekstrovert menjadi kurang sensitif atau peka terhadap dirinya sendiri.

    2.2.4 Karateristik Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

    Komponen tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert (Eysenck, 1970: 20)

    meliputi tujuh aspek yaitu: (1) aktivitas (activity), (2) kontak sosial (sociability),

    (3) keberanian mengambil resiko (risk taking), (4) mengambil tindakan

    (impulsiveness), (5) mengekspresikan emosi (ekspressiveness), (6) kedalaman

    berpikir (reflectiveness), (7) dan tanggung jawab (responsibility). Pemahaman

    akan ketujuh akpek tersebut akan mempermudah pemahaman akan tipe

    kepribadian ekstrovert dan introvert seperti yang dapat dilihat pada table 2.2

    berikut:

    Tabel 2.2 Indikator Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

    Karateristik Ekstrovert Introvert

    Aktivitas (activity) memiliki aktivitas tinggi,

    umumnya aktif dan

    energik, menyukai

    aktivitas fisik

    cenderung tidak aktif

    secara fisik, lesu,

    mudah letih, santai dan

    lebih menyukai hari

    libur yang tenang

    Kontak Sosial

    (sociability)

    menyukai kegiatan sosial,

    suka mencari teman,

    pesta, mudah bergaul, dan

    merasa senang berada di

    keramaian

    lebih menyukai

    beberapa teman khusus

    saja, menyenangi

    kegiatan yang

    menyendiri seperti

    membaca, merasa sukar

    mencari hal – hal yang

    hendak dibicaraka

    dengan orang lain dan

    cenderung menarik diri

    dari kontak – kontak

    sosial.

  • 25

    Keberanian

    mengambil resiko

    (risk taking)

    menyukai kegiatan yang

    memberikan tantangan

    yang baik dengan hanya

    sedikit menghiraukan

    konsekuensi yang

    mungkin merugikan dan

    berani mengambil resiko.

    menyukai keakraban

    dan hal – hal yang di

    rasa aman serta tidak

    menyukai mengambil

    resiko

    Kecepatan mengambil

    tindakan

    (impulsivene ss)

    cenderung bertindak tanpa

    dipikirkan terlebih

    dahulu/spontan, membuat

    keputusan terburu-buru,

    gegabah dan tidak

    berpendirian tetap.

    mempertimbangkan

    berbagai masalah

    dengan sangat hati –

    hati dan banyak

    pertimbangan sebelum

    membuat keputusan,

    teratur, merencanakan

    kehidupan mereka lebih

    dahulu dan berfikir

    sebelum bicara.

    Mengekspresikan

    emosi

    (ekspressiveness)

    cenderung lebih

    memperlihatkan emosinya

    kearah luar dan secara

    terbuka seperti

    kemarahan, ketakutan,

    kecintaan dan kebencian.

    sangat pantai menguasai

    diri, tenang, tidak

    memihak, dan pada

    umumnya terkontrol

    dalam menyatakan

    pendapat dan perasaan.

    Kedalaman berpikir

    (reflectiveness)

    dalam berkerja lebih

    tertarik untuk melakukan

    berbagai hal daripada

    memikirkan hal – hal

    tersebut. Kepribadian

    ekstrovert cenderung

    memiliki pola piker

    terarah dan praktis.

    memiliki pola pikir

    yang bersifat teorits,

    cenderung tertarik pada

    ide – ide, diskusi,

    spekulasi, mereka suka

    berpikir dan instropeksi.

    Tanggung jawab

    (responsibility)

    cenderung terlambat, tidak

    menepati janji, serta

    kurang bertanggung jawab

    dan tidak konsisten.

    cenderung berhati –

    hati, teliti, sungguh –

    sungguh, konsisten dan

    bertanggung jawab.

    2.2.5 Penilaian Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

    Menurut Cohen dan Swerdlik (Liftiah, 2014: 48), pengukuran

    kepribadian mencakup pengukuran pada aspek yang luas, yang merupakan

    pengukuran dan evaluasi terhadap trait, states, values, interest, attitude wordview,

    acculturation, personal identity, sense of humor, gaya kognitif dan tingkah laku

  • 26

    yang berhubungan dengan karateristik individu di bidang psikologi tidak

    bermaksud untuk menerapkan label nilai-nilai moral, melainkan untuk

    mendeskripsikan perilaku seperti apa adanya. Liftiah (2014: 49) terdapat tiga

    metode pengukuran kepribadian yaitu:

    1) Metode Observasi

    Observasi terhadap prilaku dapat dilakukan dalm keadaan normal, situadi

    eksperimen maupun dalam konteks suatu wawancara. Infromasi yamng

    memperoleh melaui metode observasi dspat dicatat pada suaru bagian

    yang sudah dibakukan, seperti pada rating scale.

    2) Metode Inventori

    Metode inventori ini yang sering disamakan dengan metode testing.

    Metode ini mengandalkan pada hasil observasi subjek terhadap dirinya

    sendiri. Personality inventory merupakan pernyataan-pernyataan atau

    pertanyaan-petanyaa yang harus diisi atau dipilih oleh subjek

    berdasarkan ciri-ciri yang dianggap ada di dalam dirinya sendiri.

    3) Teknik Proyektif

    Asumsi dasar pengunaan teknik proyeksi dalam pengukuran kepribadian

    adalah untuk memperoleh gambaran ya ng utuh tentang kepribadian

    seseorang, diperlukan kebebasan untuk mengekspresikan diri. Metode

    yang digunakan biasanya berupa suatu rangsangan (misalnya berbentuk

    stimulus gambaran) yang bersifat sangat ambigu. Bila dihadapkan pada

    situasi seperti ini, individu akan mencoba menuangkanpersepdinya yang

  • 27

    sudah dipengaruhi oleh berbagai pengalamannya di masa lampau secara

    bebas sesuka hati individu.

    Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengukuran dengan metode

    inventori, yaitu kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang harus diisi atau

    dipilih oleh subjek berdasarkan ciri-ciri yang dianggap ada di dalam dirinya

    sendiri. Peneliti mengunakan cara pendekatan pengolongan tipe kepribadian

    ekstrovert dan introvert seperti yang dilakukan pada MBTI (Myer Briggs Type

    Indicator). Perlu diketahui bahwa salah satu bagian dalam MBTI adalah

    pengungkapan ekstrovert dan introvet individu. Dalam penelitian ini peneliti

    mengambil cara yang dilakukan dalam MBTI. Bagian ekstrovert dan introvert

    yang terdapat dalam MBTI terdiri dari 15 aitem, setiap aitem memiliki 2

    pertanyaan mewakili masing-masing tipe kepribadian. Kuesioner dijawab dengan

    memberikan tanda checklist () pada pernyataan yang menurut indivudu sesuai

    dengan dirinya sendiri. Terdapat ada dua pernyataan pada setiap aitem, dan

    subyek hanya bisa memberi satu tanda checklist pada salah satu pernyataan yang

    tersedia. Selanjutnya, pengelompokan individu diklasifikasikan ke dalam tipe

    kepribadian ekstrovert dan introvert akan dilakukan melalui tahapan sebagai

    berikut:

    1) Responden diminta mengisi skala tipe kepribadian ekstrovert dan introvert

    2) Mengadministrasi hasil/skoring. Data skala akan dinilai dengan

    menjumlahkan skor yang diperoleh responden.

    3) Penilaian tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan

    membandingkan skor masing-masing tipe kepribadian. Skor tertinggi

  • 28

    merupakan menunjukkan golongan tipe kepribadian responden berada

    dalam kategori ekstrovert ataupun introvert.

    2.3 Fear of Missing Out Ditinjau dari Tipe Kepribadian

    Adanya internet menimbul aktivitas-aktivitas baru yang bisa dilakukan

    lewat gadget. Maraknya tawaran aplikasi media sosial menarik perhatian para

    penguna untuk memenuhi kebutuhan informasi, komunikasi, pekerjaan, dan

    hiburan. Dampak perkembangan teknologi masa kini memunculkan gejala baru

    yang dinamakan Fear of Missing Out (FoMO). FoMO pada dasarnya merupakan

    ketakutan sosial dengan perkembangan media sosial saat ini. Individu kini lebih

    sering melakukan kegiatan melalui smartphone yang memiliki segala kecanggihan

    fungsi yang ada seperti media sosial untuk update profil, status, gambar, aplikasi

    chat yang tidak hanya pesan teks tapi juga melalui voicenote dan videocall,

    bahkan yang terbaru adalah live video. Ketika manusia mulai menggunakan

    ponsel pribadi secara teratur, hal itu menjadi bagian penting dari kehidupan

    mereka dan cenderung adanya perasaan kehilangan ketika tanpa ponsel tersebut

    (Bianchi & Phillips, 2005: 49). Kebiasaan mengakses media sosial menjadikan

    individu mengalami ketakutan atau pun ketakutan apabila mereka ketinggalan

    update dari berita di media sosial sehingga menjadi sebuah kebutuhan untuk tetap

    terkoneksi.

    Menurut Rosdaniar (2008: 14) mengemukakan salah satu faktor internal

    yang mempengaruhi adanya kecanduan media sosial adalah ketakutan dalam diri

    individu. Aktivitas mengakses media sosial mendorong individu mengalami

    ketakutan ataupun kecemasan apabila mereka ketinggalan update dari berita di

  • 29

    media sosial sehingga menjadi sebuah kebutuhan untuk tetap terkoneksi.

    Penelitian yang dilakukan oleh Przybylski (2013: 1841) menyatakan bahwa yang

    menjadi dasar penyebab terjadiya FoMO karena tidak terpenuhi tiga kebutuhan

    dasar psikologis yaitu need for competence, autonomy/ self, dan relatedness yang

    mendorong individu menjadi tidak mampu mengatur diri sendiri secara efektif.

    Tiga kebutuhan dasar manusia yaitu rasa memiliki atau kedekatan dengan orang

    lain dalam berinteraksi, mengakibatkan munculnya rasa ingin tahu dan ingin ikut

    hadir dalam aktivitas yang dilakukan teman, keluarga, ataupun orang lain melalui

    media sosial untuk memenuhi kebutuhan sosialnya.

    FoMO yang dirasakan akan berbeda antar individu, karena menurut teori

    individual difference setiap individu cenderung memiliki sifat yang berbeda-beda.

    Maka hal ini mengakibatkan individu memiliki respon yang berbeda-beda juga

    pada FoMO. Respon ini terkait dengan cara individu berekspresi dan berperilaku

    sesuai dengan sikap yang dimiliki setiap individu. Salah satu faktor munculnya

    perilaku pada diri seseorang pun ditentukan oleh sifat kepribadian yang ada dalam

    diri individu tersebut.

    Munculnya respon yang berbeda dan perilaku yang unik dalam

    menyikapi FoMO merupakan wujud dari kepribadian yang dimiliki oleh individu

    tersebut, karena kepribadian dapat berpengaruh pada cara individu berinteraksi.

    Menurut Jung (dalam Feist & Feist, 2012: 136) salah satu tinjauan mengenai sikap

    adalah perbedaan tipe kepribadian, yang terkait erat dengan ciri yang menyertai

    masing-masing tipe kepribadian tersebut. Atkinson (1987: 258) mendefinisikan

    kepribadian sebagai pola pikiran, emosi dan perilaku yang berbeda dan

  • 30

    karakteristik yang menentukan gaya personal inidividu dan mempengaruhi

    interaksinya dengan lingkungan. Sehingga dalam penelitian ini peneliti

    membedakan FoMO dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert, karena dua

    kepribadian ini memiliki orientasi yang berbeda saat berinteraksi dengan

    lingkungannya.

    Individu ekstovert memiliki karakter sikap yang berorientasi secara

    objektif. Individu ekstrovert sangat senang berinteraksi dengan individu lain,

    sehingga mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungannya dibandingkan oleh

    kondisi dirinya sendiri. Ketika individu tidak bisa berkomunikasi atau terhubung

    dengan individu lain maka individu ekstrovert akan merasa cemas. Pengaruh sifat

    yang senang bergaul dengan individu lain atau dunia luar membuat individu

    ekstrovert memposisikan individu lain lebih penting dari dirinya. Maka FoMO

    akan cenderung dialami oleh individu ekstrovert karena individu ekstrovert lebih

    merasa bahagia ketika mengetahui apa yang individu lain lakukan dan rasakan.

    Individu ekstrovert juga memiliki karakter yang yang terbuka. Sikap terbuka ini

    mendukung individu untuk mengekspresikan diri dengan meng-update secara

    bebas dalam akun media sosialnya. Selain itu, setiap update-an yang ada dari

    individu lain di timeline media sosial membuka peluang bagi individu ekstrovert

    untuk semakin ketagihan melihat dan mencari lebih banyak lagi aktivitas individu

    lain lewat media sosial milikinya.

    Sebaliknya individu introvert memiliki karakter sikap yang berorientasi

    secara subjektif. Individu introvert fokus pada dirinya dan lebih tertutup

    dibandingkan individu ekstrovert, sehingga individu introvert tidak mudah

  • 31

    dipengaruhi oleh individu disekelilingnya. Individu intorvert tergolong pendiam

    dan kurang suka bergaul. Hal tersebut menjadikan individu tampak santai bila

    tidak terhubung dengan individu lain. Individu introvert menganggap bahwa apa

    yang dilakukan dan dialami individu lain tidak penting untuk dirinya, sehingga

    individu introvert cenderung tidak mengalami FoMO. Sebab individu introvert

    memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri bukan pada individu lain.

    Kecenderungan menarik diri dan menyindiri menjadikan individu introvert tidak

    merasa cemas ketika tidak mengetahui aktivitas individu lain. Selain itu, sikap

    yang pemalu dan tertutup yang dimiliki individu introvert dalam berkomunikasi

    juga menjadikan individu cenderung tidak suka mengekspresikan dirinya secara

    bebas, baik secara langsung maupun lewat media sosial. Hal ini memungkinkan

    individu introvert jarang mengunakan media sosial yang menjembatani individu

    mengalami FoMO.

    Hubungan tipe kepribadian dengan FoMO dapat dilihat dari bentuk

    interaksinya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Carlo Lai, dkk

    (2016: 516) menyimpulkan bahwa individu dengan FoMO tinggi memiliki

    perhatian yang lebih besar terhadap keadaan pemikiran individu lain dari interaksi

    sosial yang dilakukan. Serta menunjukkan kebutuhan atau keinginan akan

    pengakuan yang besar sehingga meningkatkan penggunaan media sosial yang

    mendukung terjadi kecanduan. Namun, berdasarkan karatersitik pada masing-

    masing tipe kepribadian tidak menutup kemungkinan kedua kepribadian ini

    mengalami FoMO namun dengan kadar yang berbeda. Melalui penelitian ini,

  • 32

    peneliti akan membandingkan tingkat FoMO pada individu ekstrovert dan

    introvert

    2.4 Kerangka Berpikir

    1`

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

    2.5 Hipotesis

    Berdasarkan konstruk teori diats, maka pertanyaan pertama dan kedua

    dalam penelitian ini merupakan pertanyaan yang tidak memunculkan hipotesis.

    Tipe Kepribadian Introvert :

    a. Berorientasi secara subjektif b. Orang yang tertutup,

    kecenderungan pendiam. c. Perasaan, mudah

    tersinggung.

    d. Pemalu dan pendiam

    e. Sukar berhubungan

    dengan orang lain, kurang

    dapat menarik hati orang

    lain.

    Tipe Kepribadian Ekstrovert :

    a. Berorientasi secara objektif b. Orang yang terbuka c. Berindakan sering

    dipengaruhi oleh

    lingkungan

    d. Periang, mudah bergaul

    dengan orang lain. e. Mudah berinteraksi

    dengan masyarakat dan

    tidak sensitif

    Tipe Kepribadian

    Tidak menjadikan

    individu lain lebih

    penting

    Menjadikan individu

    lain lebih penting

    Fear of Missing Out Fear of Missing Out

  • 33

    Adapun pertanyaan ketiga memunculkan hipotesis yakni „ada perbedaan penilaian

    fear of missing out antara individu dengan tipe kepribadian introvert dan

    ekstrovert.

  • 84

    BAB 5

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

    kesimpulan sebagai berikut:

    1. Penilaian fear of missing out oleh subjek tipe kepribadian ekstrovert

    berada pada kategori sedang cenderung tinggi.

    2. Penilaian fear of missing out oleh subjek tipe kepribadian introvert berada

    pada kategori sedang.

    3. Ada perbedaan yang signifikan fear of missing out yang ditinjau dari tipe

    kepribadian ekstrovert dan introvert memiliki oleh individu.

    5.2. Saran

    Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, hingga kesimpulan di atas

    maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

    1. Bagi pengguna media sosial dengan tipe kepribadian ekstrovert

    Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert hendaknya untuk lebih bijak

    dalam penggunaan internet khususnya dalam kegiatan di media sosial.

    Apabila indivudu telah mengalami fear of missing out sebaiknya individu

    mengikuti terapi yang bisa menetralkan rasa ketakutanya ketika tidak dapat

    terhubung dengan individu laiin melalui media sosial online. Individu

  • 85

    ekstrovert dapat melatih dirinya untuk perlahan-lahan membatasi intesistas

    penggunaan internet yang dapat memicu terjadinya fear of missing out.

    2. Bagi pengguna media sosial dengan tipe kepribadian introvert

    Individu dengan tipe kepribadian introvert hendaknya bisa mempertahankan

    dirinya untuk mengatur intesitas pemakaian media sosial. Serta diharapkan

    agar individu bisa melatih dirinya untuk berkomunikasi terbuka dengan

    individu lain.

    3. Bagi peneliti selanjutnya

    Hendaknya meneliti atau mengembangkan penelitian sejenis, khususnya

    tentang fear of missing out yang masih minim. Mencari variabel-variabel lain

    yang diduga memiliki hubungan dan berkontribusi dengan fear of missing

    out, seperti kesepian, leisure boredom dan sebagainya. Peneliti juga dapat

    melakukan penelitian serupa dengan meninjau fear of missing out

    berdasarkan jenis kelamin, usia, dan data demografis lain. Selain itu,

    Penelitan selanjutnya diharapkan dapat memberikan khazanah terhadap

    fenomena fear of missing out dengan kajian psikologi pada bidang lain seperti

    konsumen, pendidikan, atau perkembangan agar memperkaya penelitian yang

    terkait dengan variabel dalam penelitian ini.

  • 86

    DAFTAR PUSTAKA

    Abel, J. P., Buff, C. L., & Burr, S. A. (2016). Social Media and the Fear of

    Missi2ng Out: Scale Development and Assessment. Journal of Business &

    Economics Research, 33-43.

    Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

    Amichai-Hamburger, Y., & Vinitzky, G. 2010. Social Network Use And

    Personality. Computers In Human Behavior (26) 189-1295.

    Annisa. 2016. Intensitas Komunikasi Melalui Jejaring Sosial Pada Remaja dengan

    Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Psikoborneo. Vol 4(4): 763-

    772.

    Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

    Jakarta: Rineka Cipta.

    _________________. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

    Jakarta: Rineka Cipta.

    Azwar, Saiffuddin. 2011. Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

    _______________. 2016. Penyusunan Skala Psikologi (Cetakan IX). Yogyakarta:

    Pustaka Belajar.

    Bianchi, A., & Phillips, J.G. 2005. Psychological Predictor Of Problem Mobile

    Phone Use. CyberPsychology dan Behavior. Vol. 08(1): 39-51.

    Boyd, D. 2008. Why Youth (Heart) Social Network Sites: The Role Of

    Networked Publics In Teenage Social Life. In D. Buckingham. Macarthur

    Foundation Series On Digital Learning—Youth, Identity, And Digital

    Media Volume 119–142. Cambridge: MIT Press.

    Cahyaning, A., & Cahyono, R. 2015. Perbedaan Communication Privacy

    Managementdi Media Sosial Twitter pada Remaja dengan Tipe

    Kepribadian Extravertdan Introvert. Jurnal Psikologi Pendidikan dan

    Perkembangan. Vol. 04(1): 65-70.

    Deci, E.L., & Ryan, R.M. 2000. The “what” and “why” of goal pursuits: Human

    needs and the self-determination of behavior. Pschological Inquiry. 11(4):

    227-268.

  • 87

    Erwin. 2015. 2016, Indonesia Empat Besar Pengguna Smartphone.

    www.tempo.com (diunduh 24/05/2016).

    Eysenck, H.J. 1970. Personality: Theory adn Research. Canada: John Wiley and

    Sons, Inc.

    Fardila, Silvia. 2015. Tingkat Ketergantungan Pengguna Media Sosial Dan

    Kecemasan Sosial. Jurnal Interaksi. Vol 4 (1): 1-10.

    Feist, J., & Feist, G. 2010. Teori Kepribadian . Jakarta: Salemba Humanika.

    Gilang, Mohammad. S. 2015. Hubungan Antara Fomo (Fear Of Missing Out)

    Dengan Kecanduan Internet (Internet Addiction) Pada Remaja Di SMAN

    4 Bandung. Skripsi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

    Global Web Index. 2014. GWI Market Report. www.globalwebindex.net (diunduh

    22/07/2016).

    Hato, Beata. 2013. (Compulsive) Mobile Phone Checking Behavior Out of a Fear

    of Missing Out: Development, Psychometric Properties and Test-Retest

    Reliability of a C-FoMO-Scale. Thesis. Tilburg: Faculty of Humanities,

    Tilburg University.

    Kandell, J. J. 1998. Internet Addiction On Campus: The Vulnerability Of College

    Students. Cyberpsychology & Behavior . Vol 1 (1): 11-17.

    Kominfo, 2013. Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Individu.

    www.kominfo.go.id (diunduh 05/03/2016).

    Lai, Carlo. 2016. Fear Of Missing Out (FOMO) Is Associated With Activation Of

    The RightMiddle Temporal Gyrus During Inclusion Social Cue.

    Computers in Human Behavior. (61) 516-521.

    Liftiah. 2014. Pengantar Psikodiagnostik. Semarang: Universitas Negeri

    Semarang.

    Liftiah, dkk. 2016. Personality Traits Prediction of Fear of Missing Out In

    College Students. The International Journal of Indian Psychology (3) 128-

    136.

    Marshall, T.C., Lefringhausen, K., dan Ferenczi, N. 2015. The Big Five, Self

    Esteem, And Narcissicm As Predictors of The Topics People Write About

    in Facebook Staus Updates. Personality and Individual Differences (85)

    35-40.

    http://www.globalwebindex.net/http://www.kominfo.go.id/

  • 88

    McCrae, R.R., Costa, P.T. 1990. Personality in Adulthood. New York: Guilford

    Press.

    Miranda, C. 2011. FoMO. New York: JWT.

    Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, Beverly. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal.

    Bandung: Erlangga.

    Novianto, Iik. 2013. Perilaku Penggunaan Internet Di Kalangan Mahasiswa.

    Surabaya: FISIP Universitas Airlangga.

    Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Purwanto, Edy. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka

    Belajar.

    Przybylski, A. K., Murayama, K., DeHaan, C. R., & Gladwell, V. 2013.

    Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out.

    Computers in Human Behavior, 1841-1848.

    Rani, Febrina. 2016. Hubungan Antara The Big Five Personality Traits dengan

    Fear of Missing Out Pada Mahasiswa Universitas Negeri Semarang.

    Skrpsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

    Robbins, S.P. dan Judge, T.A. 2008. Perilaku Organisasi Edisi 12. Jakarta :

    Salemba Empat.

    Rosdaniar. 2008. Hubungan Antara Kesepian Dngan Kecanduan Internet (Internet

    Addiction Disorder) Pada Mahasiswa. Artikel Ilmiah. Program Studi

    Psikologi Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam

    Indonesia Yogyakarta.

    Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.

    Jakarta: Balai Pustaka.

    Sari, Kartika. 2012. Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press Semarang.

    Smith, B. D., & Vetter, H. J. 1982. Theoretical Approaches To Personality. New

    Jersey: Prentice-Hall, Inc.

    Sugiyono. 2013. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

    Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo

    Persada.

  • 89

    Tekeng, Nurjanah Yunus., Alsa, Asmadi. 2016. Peranan Kepuasan Kebutuhan

    Dasar Psikologis dan Orientasi Tujuan Mastery Approach terhadap Belajar

    Berdasar Regulasi Diri. Jurnal Psikologi, Vol. 43: 85-106.

    Tim Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI. 2014. Panduan Optimalisasi

    Media Sosial untuk Kementerian Perdagangan RI. Jakarta: Kementerian

    Perdagangan.

    Uchjana, Onong. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.

    Remaja Rosdakarya Offset.

    Visa. 2011. Connecting with the Millennials. Singapore: Visa Asia

    Widiantari, Komang Sri., & Herdiyanto, Yohanes Kartika. 2013. Perbedaan

    Intensitas Komunikasi Melalui Jejaring Sosial antara Tipe Kepribadian

    Ekstrovert dan Introvert pada Remaja. Jurnal Psikologi Udayana. Vol

    1(1): 106-115.