Upload
dangbao
View
246
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP
KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X MAN KLUET
ACEH SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
FITRI YUNIDA
Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)
Prodi Pendidikan Matematika
NIM: 261 121 423
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2016 M/1437 H
ABSTRAK
Nama : Fitri Yunida
NIM : 261121423
Fakultas/ Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Matematika
Judul : Penerapan Model Problem Based Learning terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Mata
Pelajaran Matematika di Kelas X MAN Kluet Aceh
Selatan
Tanggal Sidang : 02 September 2016
Tebal Skripsi : 160 halaman
Pembimbing I : Dra. Hafriani, M. Pd
Pembimbing II : Novi Trina Sari, S.Pd.I, M.Pd
Kata Kunci : Komunikasi Matematika, Problem Based Learning ,
Mata Pelajaran Matematika
Salah satu penyebab siswa kurang memahami konsep matematika karena
kurangnya kemampuan komunikasi matematis. Selain itu siswa juga mengalami
kesulitan dalam belajar matematika karena proses pembelajaran matematika yang
masih didominasi oleh guru. Dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat
membuat siswa mampu mengkomunikasikan matematika dengan baik. Model
pembelajaran problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang
mengajak siswa untuk berkelompok dan mengembangkan pengetahuan,
penalaran, berkomunikasi, serta memperoleh pengalaman dalam diskusi. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui kategori kemampuan komunikasi matematis
siswa melalui penerapan model pembelajaran problem based learning di Kelas X
MAN Kluet Aceh Selatan dan untuk mengetahui kemampuan komunikasi
matematis siswa yang diajarkan melalui penerapan model pembelajaran problem
based learning lebih baik dari pada siswa dengan pembelajaran konvensional.
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain control group pre
test post test design dengan melakukan penelitian pada dua kelompok yaitu kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X MAN
Kluet Selatan. Teknik dalam menentukan sampel adalah purposif sampling.
Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas X IPA 1 sebagai kelompok Eksperimen
dan Kelas X IPA 2 sebagai kelompok Kontrol. Hasil perhitungan rata-rata
kemampuan komunikasi matematika siswa dengan konversi persentase skor
secara klasikal diperoleh nilai sebesar 79,6% yang berarti kemampuan
komunikasi matematis siswa berada dalam katagori sedang. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan dk = 53 dan taraf signifikan 0,05
dari daftar distribusi t diperoleh ���,������� = 1,67. Berdasarkan perhitungan hasil
penelitian diperoleh thitung = 8,03, maka � ����� = 8,03 ≥ ��,� = 1,67 dengan
demikian Hipotesis nihil (Ho) ditolak atau berarti Hipotesis alternatif (H1)
diterima. Ini berarti kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan
dengan model problem based learning lebih baik dari pada kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala dan syukur atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Mata Pelajaran
Matematika di Kelas X MAN Kluet Aceh Selatan”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu beban studi untuk menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry serta sebagai syarat memperoleh gelar sarjana (S1) pendidikan pada Prodi
Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda
Aceh. Shalawat dan salam, semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah membawa umat manusia dari dimensi
kebodohan ke dimensi yang penuh dengan khasanah ilmu. Dengan ketulusan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda tersayang Basri, Ibunda tercinta Yurmani, Kakanda, Adinda
beserta keluarga besar yang senantiasa memberi dorongan baik materi
maupun moril serta selalu mendoakan untuk kesuksesan penulis.
2. Ibu Dra. Hafriani, M. Pd selaku pambimbing I dan Ibu Novi Trina Sari,
S.Pd.I., M. Pd selaku pembimbing II, yang telah mengalokasikan waktu dan
mencurahkan pemikiran dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi
ini.
vii
3. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Penasihat Akademik, para
dosen yang telah membekali ilmu-ilmu.
4. Bapak Dr. M. Duskri, M. Kes sebagai Ketua Prodi Pendidikan Matematika
(PMA) beserta staf yang telah memberi banyak bantuan.
5. Bapak Misbah, S. Ag sebagai Kepala sekolah MAN Kluet Aceh Selatan dan
Ibu Kasmiati S. Pd selaku guru matematika, staf pengajar dan karyawan serta
para siswa yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini.
6. Serta kepada teman-teman Unit 2 dan angkatan 2011 Prodi Pendidikan
Matematika yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Kendatipun skripsi ini telah dirampungkan, namun kesempurnaan bukanlah
milik manusia. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan penulis sangat
mengharapkan kritik dan sarannya untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya kepada Allah jualah penulis berserah diri karena tidak satu pun
akan terjadi jika tidak atas kehendak-Nya, semoga apa yang telah disajikan dalam
karya ini mendapat keridhaan dari-Nya dan dapat bermanfaat. Amin ya Rabbal
‘Alamin.
Banda Aceh, Agustus 2016
Penulis
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah-langkah Utama Penggunaan Problem Based Learning ..... 20
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 36
Tabel 3.2 pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa .... 38
Tabel 3.3 Konversi Persentase Skor................................................................. 40
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................. 46
Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pre test Kelas Eksperimen ........ 47
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Nilai Pre test Kelas Eksperimen ..................... 50
Tabel 4.4 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pre test Kelas Kontrol ................ 52
Tabel 4.5 Uji Normalitas Nilai pretest Kelas Kontrol ..................................... 53
Tabel 4.6 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Kelas Eksperimen ........ 57
Tabel 4.7 Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Eksperimen ............................ 59
Tabel 4.8 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Kelas Kontrol .............. 61
Tabel 4.9 Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Kontrol .................................. 62
Tabel 4.10 Data Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
dengan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
di Kelas X MAN Kluet ................................................................... 68
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa
dari Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN AR-
Raniry ................................................................................. 78
Lampiran 2: Surat Mohon Izin Pengumpulan Data dari Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry.............................. 79
Lampiran 3: Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari MAN
Kluet Aceh Selatan ............................................................. 80
Lampiran 4: Lembaran Soal Pre-test, Kunci Jawaban Pre-test, dan
Lembar Validasi .................................................................. 81
Lampiran 5: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran
Problem Based Learning dan Lembar Validasi ................. 90
Lampiran 6: Lembaran Kerja Siswa (LKS I & LKS II) dan Lembaran
Validasi LKS ....................................................................... 105
Lampiran 7: Lembaran Observasi Aktivitas Siswa selama Pembelajaran
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem
Based Learning dan Lembar Validasi ................................. 123
Lampiran 8: Lembaran Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam
Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Problem Based Learning ................................................... 129
Lampiran 9: Lembaran Observasi Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Problem Based Learning dan Lembar Validasi ................. 133
Lampiran 10: Lembaran Hasil Observasi Penilaian Kemampuan Guru
dalam Mengelola Pembelajaran dengan Penggunaan
Model Pembelajaran Problem Based Learning ................. 142
Lampiran 11: Lembaran Soal Post-test, Kunci Jawaban Post-test ............ 148
Lampiran 12: Foto Kegiatan Pembelajaran ............................................... 156
Halaman
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan tidak terlepas dari
kegiatan belajar mengajar, sebab tanpa belajar manusia mungkin tidak dapat
mengembangkan bakat, minat, dan kepribadiannya sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. Segala proses pendidikan selalu diarahkan untuk dapat
menyediakan atau menciptakan tenaga-tenaga pendidik bagi kepentingan bangsa
dan negara.1
Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai proses perubahan baik
kognitif, afektif, dan kognitif kearah kedewasaan sesuai dengan kebenaran logika.
Ada beberapa karakteristik matematika berdasarkan kurikulum 2013, antara lain:
(1) Objek yang dipelajari abstrak, (2) Kebenaranya berdasarkan logika, (3)
Pembelajarannya secara bertingkat dan kontinu, (4) Ada keterkaitan antara materi
yang satu dengan yang lainnya, (5) Menggunakan bahasa simbol, (6)
Diaplikasikan dibidang ilmu lain. Berdasarkan karakteristik tersebut maka
matematika merupakan suatu ilmu yang penting dalam kehidupan bahkan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini yang harus ditekankan kepada siswa
sebelum mempelajari matematika dan dipahami oleh guru.2
______________
1Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Yokyakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 17
2
Secara umum, matematika dalam ruang lingkup komunikasi mencangkup
kemampuan menulis, membaca dan diskusi. Dengan komunikasi matematika
seorang guru akan memperoleh keterangan, data dan fakta tentang pemahaman
siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Ini berarti
komunikasi dalam matematika menolong guru memahami kemampuan siswa
dalam menginterpretasikan dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep
dan proses pembelajaran matematika yang dipelajari.
Komunikasi matematis siswa merupakan hal yang penting dalam belajar
matematika dan perlu mendapat perhatian khusus dari guru bidang studi yang
mengajarkan mata pelajaran matematika, karna tanpa adanya kemampuan
komunikasi matematis yang baik siswa akan mengalami kesulitan dalam
memahami matematika, terutama ketika matematika diaplikasikan dengan
permasalahan yang ada di dunia nyata. Matematika pada dasarnya memang
bersifat abstrak, sedangkan banyak ditemukan permasalahan matematika
berbentuk konkriet yang ada didunia nyata, oleh karena itu siswa harus memiliki
kemampuan komunikasi matematis yang baik agar mampu mengaplikasikan
matematika yang kaya dengan simbul abstrak untuk mengkonkrietkannya ketika
dihadapkan dengan permasalahan matematika yang ada dialam sekitarnya.
Berdasarkan peraturan mentri pendidikan nasional republik indonesia
Nomor 23 tahun 2006 menyatakan bahwa melalui pembelajaran matematik, siswa
diharapkan dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram
2 Permen Dikbud No. 59 Tahun 2014, Diases pada tanggal 2 Agustus 2016, dari situs:
http://publik22/2014/09/download-permendikbud-no-59-tahun-2014.htlm
3
atau media lain untuk memeperjelas keadaan atau masalah.3 Namun kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika di indonesia dalam
aspek komunikasi matematis masih rendah. Hal ini diperkuat oleh beberapa
pendapat dalam karya ilmiah Cut Yuni Nurul Hajjina. Rohaeti (dalam karya ilmiah
Cut Yuni Nurul Hajjina ) mengatakan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi
matematis siswa berada dalam kualifikasi kurang. Demikian juga Purniati (dalam
karya ilmiah Cut Yuni Nurul Hajjina) menyebutkan bahwa respon siswa terhadap
soal-soal komunikasi matematis umumnya kurang. Hal ini dikarenakan soal-soal
pemecahan masalah dan komunikasi matematis masih merupakan hal-hal yang
baru, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya.4
Lemahnya kemampuan komunikasi matematis siswa ini akan berdampak
buruk terhadap hasil belajar siswa yang akan diperoleh. Pada saat proses belajar
mengajar berlangsung di kelas maupun diluar kelas siswa enggan untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dimengerti, disini terlihat minimnya komunikasi
antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa itu sendiri. Oleh karena itu,
guru mempunyai peran yang sangat penting dalam merancang pembelajaran
matematika di kelas dengan baik sehingga siswa mempunyai kesempatan dalam
berkomunikasi secara matematis. Hal ini diketahui dari hasil tes awal yang
dilakukan peneliti di sekolah MAN Kluet. Kondisi awal kemampuan komunikasi
matematis siswa secara keseluruhan termasuk dalam kategori sangat rendah hal
______________
3Akhmad Sudrajat, Peratutan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2006, (diakses 25 Agustus 2015)
4 Cut Yuni Nurul Hajjina, Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui Problem
Based Learning di Kelas XI SMA Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School Banda Aceh”, Skripsi,
,Banda Aceh: FKIP Universitas Syiah Kuala, 2013, h. 1-2.
4
ini dapat dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh siswa hanya mencapai 35,94%
dikarenakan ketiga aspek dalam indikator komunikasi matematis siswa masih
sangat rendah. Siswa kurang mampu dalam memahami dan menganalisis soal-soal
dalam bentuk cerita yang ada dikehidupan sehari-hari, dan juga belum terarah
dalam penyelesaian soal sesuai dengan aspek komunikasi matematis.
Kesadaran tentang pentingnya memperhatikan kemampuan komunikasi
matematis siswa perlu dikembangkan. Untuk mewujudkan hal tersebut
pembelajaran disekolah seharusnya tidak hanya berorientasi pada materi pelajaran
saja, tetapi juga berorientasi pada kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan,
ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang diharapkan dapat merefleksikan dalam
kebiasan berpikir dan bertindak. Siswa diupayakan menjadi subjek yang aktif
membangun sendiri pemahamannya, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
yang kreatif agar siswa dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan. Oleh
sebab itu, pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan, sehingga
apa yang dipelajari menjadi bermakna dan dirasakan sangat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya matematika adalah pemecahan masalah, karena itu
matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada disekitar
siswa dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang mungkin dimiliki siswa.5
Salah satu model pembelajaran matematika yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah model
______________
5Asmanuri, Mengembangkan Kemampuan Komunokasi Matematika Melalui Pembelajaran
Matematika Realistik pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Di SMPN 6 Takengon, Skripsi,
Banda aceh, Fakultas Tabiyah IAIN Ar-Raniry, 2009, h. 2.
5
pembelajaran problem based learning. Problem based learning adalah model
pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan
nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya
sehingga dari pengetahuannya tersebut akan membentuk pengetahuan dan
pengalaman yang baru. Problem Based Learning memiliki langkah-langkah
utama yaitu 1) orientasi siswa pada masalah, 2) Mengorganisasikan siswa dalam
belajar, 3) Memberi bantuan dalam penyelidikan secara mandiri atau bersama
kelompok, 4) Mengembangkan dan menyediakan alat-alat, dan 5) Mengnalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.6 Langkah-langkah ini dianggap
sangat sesuai untuk menjawab permasalahan terhadap komunikasi matematis
siswa dengan aspek komunikasi matematis yaitu, 1) menentukan yang diketahui,
ditanya atau pemisalan pada soal, 2) Menyatakan situasi masalah menggunakan
gambar, menjelaskan ide menggunakan bahasa matematika dan simbol, 3)
Membuat situasi matematika dengan menyediakan ide dan keterangan dalam
bentuk tulisan, seperti kesesuaian rencana, mengikuti prosedur yang benar,
keruntutan langkah pengerjaan dan juga dalam membuat kesimpulan hasil
penyelesaian masalah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yovita Bambang dan
Halini dalam jurnalnya pada seminar nasional matematika dan pendidikan
matematika terhadap penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Problem Based
Learning terhadap Kemampuan komunikasi Matematis Sisawa Pada materi
Himpunan Kelas VII” menyatakan bahwa dari hasil analisis data di peroleh skor
______________ 6 Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran, ( Ambon: UNESA University
Press, 2004), h.148
6
rata-rata hasil pretest siswa sebesar 2,1 sedangkan skor rata-rata post test siswa
sebesar 5,8. Berdasarkan data tersebut ia menyimpulkan bahwa model
pembelajaran problem based learning berpengaruh terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa.7
Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mencoba menerapkan
model pembelajaran problem based learning pada materi peluang. Berdasarkan
uraian diatas tampak pula bahwa pemilihan model pembelajaran merupakan hal
yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa. Dengan demikian peneliti mencoba untuk melakukan penelitian dalam
skripsi ini dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Mata Pelajaran
Matematika di Kelas X MAN Kluet Aceh Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah kategori dari kemampuan komunikasi matematis siswa melalui
penerapan model pembelajaran problem based learning di Kelas X MAN
Kluet?
2. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan melalui
penerapan model pembelajaran problem based learning lebih baik dari pada
______________ 7 Yovita, Bambang dan Halini, Pengaruh Problem Based Learning terhadap Kemampuan
komunikasi Matematis Sisawa Pada materi Himpunan Kelas VII”, Jurnal, Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan matematika, Yokyakarta: FMIPA UNY, 2010.
7
siswa dengan pembelajaran konvensional pada materi peluang di Kelas X
MAN Kluet?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum ditujukan untuk mengembangkan model
pembelajaran problem based learning, secara khusus penelitian ini adalah untuk
mengetahui tentang:
1. Untuk mengetahui kategori kemampuan komunikasi matematis siswa
melalui penerapan model pembelajaran problem based learning di Kelas
X MAN Kluet.
2. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diajarkan melalui penerapan model pembelajaran problem based learning
lebih baik dari pada siswa dengan pembelajaran konvensional pada materi
peluang di Kelas X MAN Kluet.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh data atau informasi yang
objektif tentang penerapan model pembelajaran problem based learning pada
materi peluang, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Untuk guru, sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
kemampuan komunikasi matematis siswa sehingga akan menunjang hasil
belajar yang lebih baik pada mata pelajaran matematika khususnya materi
peluang.
8
2. Untuk siswa, diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk
mengeluarkan pendapat dan ide-ide baru, serta lebih aktif dalam
pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep dasar
dalam pembelajaran dan siswa mampu memecahkan berbagai masalah, baik
masalah dalam pembelajaran matematika maupun pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Untuk peneliti, dengan melakukan penelitian ini peneliti dapat
mengaplikasikan model pembelajaran problem based learning ke dalam
proses pembelajaran serta dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
untuk membuat suasana pembelajaran yang lebih bermakna.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman beberapa kata-kata istilah yang
terdapat dalam judul maka peneliti merasa perlu untuk memberikan batasan
pengertian dari kata-kata istilah tersebut sebagai berikut:
1. Penerapan
Penerapan yang dimaksud dalam karya tulis ini adalah perihal
mempraktekkan atau menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) pada materi peluang kelas X MAN Kluet.
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model Pembelajaran Problem Based Learning yang peneliti maksud
dengan model pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran
yang efektif sebagai proses berfikir tingkat tinggi yang dapat membantu siswa
9
untuk memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya sebagai pengetahuan
awal dan menyusun pengetahuan baru mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya.
3. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Indikator kemampuan komunikasi matematika yang diamati dalam
penelitian ini adalah: (1) kemampuan siswa dalam menggambarkan situasi
masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan tabel atau penyajian secara
aljabar, (2) menyatakan hasil dalam bentuk tulisan, (3) membuat situasi
matematika dengan menyediakan ide dan keterangan dalam bentuk tulisan, (4)
menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat, (5) membuat
kesimpulan dari hasil penyelesaian yang telah diselesaikan.
4. Mata Pelajaran Matematika
Matematika adalah salah satu mata pelajaran wajib. Salah satu materi yang
dipelajari dalam mata pelajaran matematika adalah materi peluang. Materi
peluang yang diajarkan di kelas X MA mencangkup tentang menemukan konsep
peluang dengan frekuensi relatif, pengertian percobaan, kejadian, titik sampel, dan
ruang sampel, cara penyajian dan penentuan ruang sampel, dan peluang
komplemen suatu kejadian. Sementara fokus dalam penelitian ini adalah tentang
peluang suatu kejadian.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pembelajaran Matematika di SMA/MA
Slameto mengemukakan bahwa belajar adalah “suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagian hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.1
Hudojo mengatakan bahwa seorang dikatakan belajar dapat diasumsikan
dalam diri orang terjadi suatu proses kegiatan yang melibatkan suatu perubahan
tingkah laku.2 Perubahan tingkah laku dapat dilakukan dengan proses
pembelajaran yang akan terarah dan sistematik. Belajar dengan proses
pembelajaran harus adanya peran guru, bahan belajar dan lingkungan kondisif
yang sengaja diciptakan ketika pembelajaran berlangsung. Sebagaimana pendapat
Sulaiman dalam Rachman Natawidjaja yaitu:
Belajar dalam arti yang luas adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dalam bentuk penugasan, penggunaan dan penilaian terhadap
sikap yang terdapat dalam bidang atau berbagai aspek pengetahuan. Proses
berarti terjadi interaksi antara pengetahuan dan ketrampilan dalam
hubungannya dengan dunianya sehingga ia berubah.3
______________ 1 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 2
2Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta:Depdikbub, 1988), h.19
3Rachman Natawiddjaja, Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan, ( Jakarta: Proyek
Pengadaan Buku SPG, Depdikbud, 1979), h. 1
11
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah serta materi yang disajikan harus
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Apabila materi yang diberikan tidak
sesuai dengan kurikulum atau kurikulum tersebut tidak dilaksanakan dengan
sebaik mungkin, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik.
Tujuan pembelajaran matematika secara khusus seperti yang diungkapkan
Soejadi yaitu sebagai berikut :
1. Mempersiapkan siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan dan pola pikir
dalam kehidupan dan dunia selalu berkembang.
2. Mempersiapkan siswa menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.4
Tujuan matematika di sekolah menengah adalah supaya siswa memahami
pengertian matematika, memiliki keterampilan untuk menerapkan pengertian
tersebut baik dalam matematika itu sendiri maupun pelajaran lainnya, ataupun
dalam kehidupan sehari-hari, menyadari dan menghargai pentingnya matematika
dan meresapi konsep, struktur dan pola dalam matematika, siswa juga diharapkan
memiliki pemahaman tentang hubungan antara bagian-bagian matematika,
memiliki kemampuan menganalisa dan menarik kesimpulan serta memiliki sikap
dan kebiasaan berpikir logis, kritis, dan sistematis, bekerja cermat, tekun, dan
bertanggung jawab.5
______________
4 Soejadi, Kiat-kiat Matematika di Indonesia. (Jakarta: Depdiknas,2001), h. 107
5 Common Text Book, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
JICA, 2001), h. 57
12
Adapun tujuan pembelajaran matematika untuk siswa sekolah tersebut
seperti tertulis dalam KTSP yaitu :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model matematika, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah,
melatih cara berpikir dan bernalar dalam pembelajaran matematika
sangatlah penting. Hal ini sejalan dengan pendapat Soejadi bahwa “Salah
satu karakteristik matematika adalah berpola pikir deduktif yang
merupakan salah satu tujuan yang bersifat formal yang memberi tatanan
kepada penataan nalar”.
Berdasarkan uraian tujuan pembelajaran matematika tersebut di atas, maka
dapat dimengerti bahwa matematika bukan saja dituntut untuk sekedar dapat
13
menghitung. Tetapi siswa juga dituntut agar lebih mampu memecahkan masalah
dalam kehidupan, baik itu masalah mengenai matematika itu sendiri, maupun
masalah dalam bidang ilmu lain.
Matematika merupakan suatu bentuk ilmu pengetahuan yang akan selalu
siap untuk menyokong berbagai cabang ilmu pengetahuan yang lainnya. Dalam
kehidupannya, manusia tidak pernah terlepas dengan matematika, karena setiap
gerak dan aspek dari kehidupan manusia membutuhkan matematika yang sesuai.
Matematika begitu dibutuhkan untuk mempermudah kehidupan manusia mulai
dari untuk memecahkan persoalan yang sederhana sampai kepersoalan yang
begitu komplek. Jonson dan Rising dalam Tarso menyatakan bahwa:
Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang
logik; matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, refresentasinya dengan simbol
dan padat, lebih berupa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyinya;
matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan, sifat-sifat,
atau unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, aksioma-aksioma, sifat-sifat
atau teori-teori yang dibuktikan kebenarannya; matematika itu adalah suatu
seni, keindahannya, terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.6
Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa Matematika adalah
ilmu yang konsep-konsepnya terstruktur rapi seperti rumus-rumus. Matematika
mampu melatih manusia untuk belajar berpikir secara praktis menggunakan
logika, bersikap kritis dan kreatif serta sistematis dalam setiap tindakannya,
sehingga diperlukan pembelajaran yang baik untuk mempelajari matematika.
Selain itu, metematika disebut juga ilmu tentang pola dan hubungan, dan dapat
dibuat generalisasinya. Dalam mencari pola dan hubungan itu perlu
______________ 6 Tarso, dkk, DDP MIPA. (Jakarta: Dipdikbud, 1995), h. 3
14
memperhatikan keteraturan, keterkaitan, kecendrungan menduga, sehinggga
didapatkan modelnya dari konsep matematika tersebut. Matematika disebut juga
sebagai bahasa yang dapat dikomunikasikan, karena metematika merupakan
bahasa simbol yang berlaku secara universal (internasional), sangat padat makna
dan pengertian. Matematika juga seni, karena dalam matematika telihat unsur
keteraturan, keterurutan, dan ketetapan (konsisten), sehingga matematika indah
dipandang dan diresapi seperti seni-seni. Oleh karena itu matematika disebut
sebagai ratunya ilmu. Karena matematika adalah bahasa, ilmu deduktif, ilmu
tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasikan dengan baik
dan merupakan alat serta pelayanan lainnya.
Berdasarkan pendapat di atas, terdapat perbedaan dari defenisi
matematika, meskipun demikian terdapat kesamaan pandang tentang ciri-ciri
khusus matematika yaitu: 1) Memiliki objek kajian abstrak, 2) Bertumpu pada
kesepakatan, 3) Berpola pikir deduktif 4) konsisten dalam sistemnya, 5)
Memperhatikan semesta pembicaraan.7
B. Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran menurut konstruktivisme merupakan suatu kondisi di mana
guru membantu siswa untuk membangun pengetahuan dengan kemampuannya
sendiri melalui materi internalisasi sehingga pengetahuan itu dapat terkonstruksi.
Dalam pembelajaran konstruktivisme, peran guru bukan sebagai pentransfer
______________ 7 Soejadi, Kiat-kiat Matematika di Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
2000)
15
pengetahuan atau sebagai sumber pengetahuan, tetapi sebagai mediator dan
fasilitator. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru adalah sebagai berikut:
1. Guru dalam pembelajaran perlu mengintegrasikan kondisi yang realistik
dan relevan dengan cara melibatkan pengalaman konkret siswa.
2. Memotivasi siswa untuk berinisiatif dan melibatkan diri secara aktif
dalam kegiatan belajar.
3. Guru memusatkan perhatian kepada proses berpikir siswa dan tidak
hanya pada kebenaran jawaban siswa saja.
4. Guru harus banyak berinteraksi dengan siswa untuk mengetahui apa yang
dipikirkan siswa, begitu juga interaksi antar siswa dan kelompok perlu
diperhatikan.
5. Guru bisa memahami akan adanya perbedaan individual siswa, termasuk
perkembangan kognitif siswa.
6. Guru perlu menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi apa yang
akan dipelajari di awal kegiatan belajar mengajar.
7. Guru perlu lebih fleksibel dalam merespons jawaban atau pemikiran
siswa.8
Jelaslah bahwa dalam pembelajaran konstruktivisme, peran guru bukan
sebagai pentransfer pengetahuan atau sebagai sumber pengetahuan, tetapi sebagai
mediator dan fasilitator.
Ciri-ciri pembelajaran matematika dalam pandangan konstuktivisme antara
lain sebagai berikut:
1. Orientasi, murid diberikan untuk mengembangkan motivasi dalam
mempelajari suatu materi matematika. Murid diberi kesempatan untuk
mengadakan observasi terhadap materi matematika yang akan dipelajari.
2. Elicitasi, murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas
dengan mendiskusi, menulis, membuat poster dan lain-lain. Murid
diberikan kesempatan untuk mendiskusikan apa yang di observasi dalam
wujud tulisan, gambar dan poster.
3. Siswa terlibat aktif dan bermakna dengan berkerja dan berfikir.9
______________ 8Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran, (Ambon: FKIP Universitas
Patimura, 2004), h. 113
9Herman Hudojo, Kapita Selekta Pengebangan Matematika , (Malang: Universitas Negeri
Malang, 2005), h. 22
16
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme, pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kepikiran siswa, melainkan siswa
harus aktif secara mental dan membangun struktur pengetahuan berdasarkan
pengembangan tahap berpikirnya.
C. Masalah Matematika
Masalah merupakan suatu pertanyaan yang harus dijawab. Namun tidak
semua pertanyaan merupakan suatu masalah. Herman Hudojo dalam bukunya
menyatakan bahwa suatu pertanyaan merupakan suatu masalah apabila pertanyaan
tersebut menantang untuk dijawab yang jawabannya tidak dapat dilakukan secara
rutin saja.10
Masalah dalam matematika dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
masalah. Menurut Krulik dan Rudnick sebagaimana yang dikutip Effendi Zakaria,
menyatakan bahwa masalah dalam matematika dapat diklasifikasikan menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Masalah rutin merupakan masalah berbentuk latihan yang berulang-
ulang yang melibatkan langkah-langkah dalam penyelesaiannya.
b. Masalah yang tidak rutin yaitu ada dua:
1). Masalah proses yaitu masalah yang memerlukan perkembangan
strategi untuk memahami suatu masalah dan menilai langkah
penyelesaian masalah tersebut.
2). Masalah yang berbentuk teka teki yaitu masalah yang memberikan
peluang kepada siswa untuk melibatkan diri dalam pemecahan
masalah tersebut.11
______________ 10
Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, (Malang, IKIP Malang, 1990),
h. 167
11
Zakaria Efendi, Tren Pengajaran dan Pembelajaran Matemtaika, (Kuala Lumpur:
Lohprint SDN,BHD, 2007), h. 112
17
Masalah biasanya memuat suatu kondisi yang menuntut siswa untuk dapat
menyelesaikan sesuatu tetapi siswa tersebut tidak tahu secara langsung apa yang
harus dikerjakannya. Masalah matematis adalah suatu pertanyaan dalam
pertanyaan matematika yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur yang rutin,
akan tetapi mempunyai beberapa alternatif lain untuk dapat menyelesaikannya dan
akan memperoleh jawaban yang sama dan benar sesuai hasil yang diinginkan.
Salah satu fungsi utama dalam pembelajaran matematika adalah untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Menurut Holmes sebagaimana
yang dikutip oleh Darto dalam thesisnya menyatakan bahwa pemecahan masalah
dalam matematika adalah proses menemukan jawaban dari suatu pertanyaan yang
terdapat dalam suatu cerita, teks, tugas-tugas, dan situasi dalam kehidupan sehari-
hari.12
Untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
dilakukan dengan menggunakan tes yang berbentuk uraian (essay examination).
Secara umum tes uraian merupakan pertanyaan yang menuntut siswa
menjawabnya dalam bentuk penguraian, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasanya sendiri.
Dengan tes uraian siswa dibiasakan dengan kemampuan pemecahan masalah,
______________ 12
Darto. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education di SMP Negeri 3 Pangkalan Kuras.
Thesis. (UNP. 2008), h. 9
18
mencoba merumuskan hipotesis, menyusun dan mengekspresikan gagasannya,
dan menarik kesimpulan dari suatu masalah.13
D. Problem Based Learning
Problem based learning adalah satu model pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik dengan cara menghadapkan peserta didik tersebut dengan
berbagai masalah yang dihadapai dalam kehidupannya. Dengan model
pembelajaran ini, peserta didik dari sejak awal sudah dihadapkan kepada berbagai
masalah kehidupan yang mungkin akan ditemuinya kelak pada saat mereka sudah
lulus dari bangku sekolah.
Model problem based learning adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Permasalahan itu dapat diajukan atau diberikan guru kepada siswa, dari siswa
bersama guru, atau dari siswa sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan dan
dicari pemecahannya sebagai kegiatan-kegiatan siswa.14
Menurut Arends (dalam Tanwey Gerson Ratumanan) problem based
learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
______________ 13
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2009), h. 35-36
14
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: kencana,
2011), h. 243
19
sendiri, mengembangkan inquiri dan keterampilan berfikir tinggi,
mengembangkan kemandirian, dan percaya diri”.15
Berdasarkan definisi tersebut problem based learning merupakan model
bembelajaran yang sangat tepat untuk mengembangkan kemandirian siswa dalam
pemecahan masalah dan lebih percaya diri. Pembelajaran ini dapat membantu
siswa untuk memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya sebagai
pengetahuan awal dan menyusun pengetahuan baru mereka sendiri tentang
permasalahan yang dihadapinya.
Pada pembelajaran ini guru berperan untuk mengajukan permasalahan atau
pertanyaan, memberikan dorongan, motivasi, menyediakan bahan ajar dan
fasilitas yang diperlukan.
Menurut Arends (dalam Tanwey Gerson Ratumanan) ada tiga hasil belajar
(outcomes) yang diperoleh siswa melalui pembelajaran dengan problem based
learning yaitu: (1) inquiry dan keterampilan melakukan pemecahan masalah, (2)
belajar model peraturan orang dewasa (mendewasakan siswa melalui peniruan),
(3) keterampilan belajar mandiri (skill for independet lerning).16
______________ 15
Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran, (Ambon: Unesa University
Press, 2004), h.148
16
Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran ... h. 147
20
Arends mengemukakan (dalam Tanwey Gerson Ratumanan) ada 5 (lima)
langkah utama dalam penggunaan problem based learning, ke lima langkah
tersebut telah dikembangkan oleh Tanwey Gerson Ratumanan dengan
menambahkan perilaku guru terhadap langkah tersebut seperti yang terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.1 Langkah-langkah Utama Penggunaan Problem Based Learning
Sumber: Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran, Ambon UNESA
University Press, 2004, h.148
E. Desain Pembelajaran Model Problem Based Learning
Desain pembelajaran model problem based learning dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama: para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5
sampai 6 orang.
No Langkah Perilaku Guru
1. Orientasi siswa pada
masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan hal-hal penting yang dianggap
perlu dan memotivasi siswa dalam
melakukan kegiatan pemecahan masalah.
2. Mengorganisasikan siswa
dalam belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengkoordinasikan tugas-tugas yang
berkaitan dengan masalah.
3. Memberi bantuan dalam
penyelidikan secara
mandiri atau bersama
kelompok
Mendorong siswa dalam mengumpulkan
informasi yang diperlukan. Melaksakan
eksperimen dan penyelidikan untuk
menjelaskan dan menyelesaikan masalah.
4. Mengembangkan dan
menyediakan alat-alat
Membantu siswa dalam perencanaan dan
mempersiapakan alat-alat yang diperlukan
seperti diktat, video.
5. Mengnalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu siswa dalam merefleksikan pada
penyelidikan dan proses yang digunakan.
21
Kedua: pada setiap kelompok tersebut terdapat seorang ketua yang
bertindak sebagai moderator dan sekaligus juru bicara, dan seorang sekretaris
yang bertindak sebagai pencatat dan perumus hasil pemecahan masalah. Ketua
dan sekretaris kelompok tersebut juga merangkap sebagai anggota.
Ketiga: Menentukan pokok masalah yang akan dipecahkan. Permasalah
tersebut dapat dituangkan dari bahan pelajaran yang terdapat dalam silabus, dapat
pula berupa permasalahan yang berasal dari para siswa itu sendiri. Andaikan para
siswa dalam kelompok tersebut mendapatkan kesulitan dalam menemukan
masalahnya, maka guru dituntut untuk menawarkan masalah-masalahnya.
Keempat: guru meminta kepada para siswa dlam setiap kelompok tersebut
untuk mediskusikan pokok masalah tersebut sesuai dengan waktu yang tersedia.
Kelima: berbagai kegiatan yang terdapat dalam kelompok tersebut antara
lain: a). Mengumpulkan data dengan cara masing-masing kelompok bertukar
pikiran, melakukan observasi, mempelajari berbagai sumber bacaan, mengakses
internet, dan inventarisasi data lainnya; b). Menganalisis data yang telah
dikumpulkan dengan cara mengkajinya dan mempertanyakannya, yakni apakah
data tersebut telah memadai untuk menjawab permasalahan tersebut; c).
Menyusun hipotesis yang didasarkan pada hasil analisis atas data-data tersebut,
yaitu berupa dugaan, jawaban, atau kesimpulan sementara sebagai salah satu
alternatif dalam pemecahan masalah atau jawaban atas masalah tersebut,
kebenaran hasilnya harus dibuktikan; d). Mengolah data. Yaitu data yang ada dan
telah dianalisis itu diolah dengan baik agar dapat memperjelas kearah pemecahan
masalah yang tepat; e). Menguji hipotesis, yaitu bahwa kebenaran hipotesis atau
22
cara memecahan masalah yang telah diajukan tersebut diuji kembali, yakni apakah
hipotesis tersebut sudah merupakan jawaban atau pemecahan masalah yang tepat
atau belum; f). Menarik kesimpulan yang berisi jawaban atau pemecahan atas
masalah tersebut.
Berbagai langkah yang terdapat dalam desain metode pembelajaran
problem based learning tersebut dalam praktiknya masih memungkinkan untuk
dilakukan modifikasi dan inprovisasi sesuai dengan kebutuhan serta keadaan
suasana pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan, dengn catatan hakikat pemecahan
masalah tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya.17
F. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran tentunya tidak mungkin ada yang sempurna,
disamping banyak kelibahannya tentunya tidak sedikit pula terdapat
kelemahannya. Begitu juga dengan problem based learning model ini juga
mempunyai beberapa kelebihan dan ada juga kelemahannya antara lain:
1. Kelebihan Problem Based Learning
a. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa belajar materi
matematika secara bermakna dengan belajar dan berfikir.
b. Orientsi pembelajaran adalah investasi dan penemuan yang pada dasar
adalah pemecahan masalah, sehingga perhatian siswa terpusat pada
masalah.
c. Pengetahuan bertahan lama, dapat diingat, bila dibandingkan dengan
pengetahuan yang diperoleh dengan sebagian model pembelajaran
lain.
d. Dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir
kritis.
e. Dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi untuk
bekerja terus sampai menemukan jawaban.
f. Menjadikan siswa lebih mandiri dan otonom
g. Dapat membuat pelajaran menjadi lebih luas dan kongriet.
2. KelemahanProblem Based Learning
a. Kapasitas siswa yang banyak sulit bagi guru menerapkan model ini.
______________ 17
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran... h. 248-249
23
b. Waktu kurang efektif dan efesien.
c. Tidak semua siswa bisa memahami pelajaran dengan model ini.18
Pada saat penelitian, untuk meminimalisir kelemahan-kelemahan tersebut
peneliti berusaha untuk membagi siswa dalam kelompok kecil sehingga semua
siswa dapat berperan aktif, pembagian kelompok juga dilakukan sebelum
pembelajaran berlangsung supaya waktu pembelajaran tidak terbuang hanya untuk
pembagian kelompok dan supaya siswa memahami pembelajaran dengan model
problem based learning, maka peneliti berusaha untuk memberikan gambaran
awal dari pelaksanaan pembelajaran dengan model tersebut.
G. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah suatu konsep belajar yang digunakan
guru dalam membahas suatu pokok materi yang telah biasa digunakan dalam
proses pembelajaran.
Menurut Basuki Widodo (dalam artikel Budi Wahyono) mengatakan bahwa
pembelajaran konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang
dilakukan dengan mengkombinasikan bermacam-macam metode pembelaran.
Dalam prakteknya metode ini berpusat pada guru, atau guru lebih banyak
berdominasi kegiatan pembelajaran, pembelajaran yang dilakukan berupa
metode ceramah, pemberian tugas dan tanya jawab. Pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran yang banyak dilakukan disekolah saat ini,
yang menggunakan urutan kegiatan, contoh dan latihan. Dan juga menurut
Percival dan Elingto (dalam artikel Budi Wahyono) menemakan pendekatan
pembelajaran konvensional ini dengan strategi yang berpusat pada guru.
Dalam pendekatan yang berpusat pada guru, hampir seluruh kegiatan
pembelajaran dikendalikan penuh oleh guru. Seluruh sistem diarahkan kepada
rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha
______________
18
Muslim Ibrahim, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Surabaya: UNESA University
Press, 2005), h. 27
24
untuk mencari dan menerapkan pendekatan belajar yang berbeda sesuai
dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu.19
Metode yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional antara
lain adalah ekspositori. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah
dalam hal terpusatnya kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan
pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru sudah banyak
berkurang, karena tidak terus menerus berbicara. Ia berbicara pada awal
pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Siswa tidak
hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih
menyelesaikan soal latihan dan siswa bertanya kalau belum mengerti. Guru
dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, menjelaskan lagi kepada
siswa secara individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan sendiri atau
dapat bertanya pada temannya atau disuruh guru mengerjakan di papan tulis.
Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran masih kepada guru
tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang.20
H. Penelitian Yang Relevan
Berangkat dari latar belakang dan pokok permasalahan, maka kajian ini
akan memusatkan penelitian tentang penerapan model pembelajaran problem
based learning pada mata pelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa.
______________ 19
Budi Wahyono, Pendekatan konvensional dalam Pembelajaran,
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/06/pendekatan-konvensional-dalam.html. Diakses 19
April 2016
20
Ratna Arya Cakka, Pengertian Metode Pembelajaran Konvensional,
http://www.gudangteori.xyz/2016/01/pengertian-metode-pembelajaran.html. Diakses 19 April
2016
25
Pertama: Nia Deslia (260515377) dalam skipsinya yang berjudul
“Implementasi Model Problem Based Learning pada Materi Himpunan di Kelas
VII MTsN Model Banda Aceh” menyatakan bahwa hasil penelitian dan hasil
analisis data diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran materi himpunan dengan
menggunakan model problem based learning adalah efektif. Hal ini terlihat dari
semua aspek kriteria keefektifan pembelajaran terpenuhi.21
Kedua: Yovita Bambang dan Halini dalam jurnal pada Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan matematika (Yokyakarta: FMIPA UNY, 2010)
terhadap penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Problem Based Learning
terhadap Kemampuan komunikasi Matematis Sisawa Pada materi Himpunan
Kelas VII” menyatakan bahwa dari hasil analisis data di peroleh skor rata-rata
hasil pret test siswa sebesar 2,1 sedangkan skor rata-rata post test siswa sebesar
5,8. Berdasarkan data tersebut ia menyimpulkan bahwa model pembelajaran
problem based learning berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis
siswa.22
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang mengarah pada jawaban Pasti
dengan pengujian tepat dan benar yang perlu dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan rumusan masalah maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini
______________ 21
Nia Deslia, Implementasi Model Problem Based Learning pada Materi Himpunan di
Kelas VII MTsN Model Banda Aceh, Skripsi, (Banda Aceh, Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry,
2010), h. 57
22
Yovita, Bambang dan Halini, Pengaruh Problem Based Learning terhadap
Kemampuan komunikasi Matematis Sisawa Pada materi Himpunan Kelas VII”, Jurnal, Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan matematika, (Yokyakarta: FMIPA UNY, 2010)
26
adalah penerapan model problem based learning terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa lebih baik dibandingkan dari pada model
pembelajaran konvensional.
J. Komunikasi Matematika
Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan
nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang
atau lebih. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan
respons atau penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau
simbul, baik bentuk verbal (kata-kata) atau bentuk nonverbal (nonkata-kata) tanpa
harus memastikan terlebih dahulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya
suatu sistem yang sama.23
Kemampuan komunikasi matematika siswa merupakan kemampuan siswa
dalam menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan kedalam
bentuk tulisan. Menurut Sullivan & Mousley, “komunikasi matematik bukan
hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu
kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan,
mendengar, menanyakan, klarifikasi, berkerja sama (Sharing), menulis dan
akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari”.24
______________ 23
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan LintasBudaya, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 3
24
Bansu I Anshari, Pengaruh Pembelajaran Dengan Strategi Think-Talk-Write dalam
Upaya Menumbuhkembangkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMU, (Jurnal Jarlit
Balitbang Depdiknas, 2003), h.17
27
Secara umum, matematika dalam lingkup komunikasi mencangkup
keterampilan/kemampuan menulis, membaca, diskusi dan mengemukakan ide-ide
matematika. Kemampuan mengemukakan ide matematika baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan merupakan bagian penting standar komunikasi matematika yang
perlu dimiliki siswa. Peressini dan Bassett berpendapat bahwa “tanpa komunikasi
dalam matematika, kita akan memiliki sedikit keterangan, data, fakta tentang
pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika”.25
Ini berarti
komunikasi dalam matematika dapat menolong guru memahami kemampuan
siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang
konsep dan proses matematika yang mereka pelajari.
Principies and standarts for school mathematics, di Amerika Serikat
mendeklarasikan pernyataan bahwa program pembelajaran dikelas-kelas TK
sampai SMU harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
1. Mengorganisasi dan mengkonsolidasikan pemikiran dan ide matematika
dengan cara mengkomunikasikannya.
2. Mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka secara logis dan
jelas kepada teman sejawatnya, gurunya, dan orang lain.
3. Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematika orang lain.
4. Menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide mereka
dengan tepat.26
Salah satu kompetensi yang dihrapkan dalam belajar matematika adalah
kompetensi mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau
______________ 25
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi Pelajaran
Matematika Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Depdiknas, 2004, h. 6
26
Shadiq Fajar, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi, ((Yogyakarta:
Depdiknas, 2014), h. 21
28
diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah serta pemecahannya. Karena
kemampuan komunikasi yang ditetapkan sudah dirancang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat berkembang secara optimal, maka
kompetensi yang berkaitan dengan komunikasi harus dicapai selama proses
pembelajaran berlangsung.
Menurut Sumarmo dalam Darkasyi, indikator yang menunjukkan
kemampuan komunikasi matematika yaitu27
:
1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam bentuk ide
matematika;
2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar;
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika;
4) Mendengar, berdiskusi, dan menulis tentang metematika;
5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
6) Membuat konjengtur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generalisasi;
7) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang dipelajari.
Adapun indikator kemampuan komunikasi siswa menurut NCTM dalam
Fachrurazi dapat dilihat dari :
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan,
dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya
______________ 27
Muhammad Darkasyi, dkk., Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP Negeri
Lhokseumawe, (Jurnal Didaktik Matematika), h. 25
29
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah- istilah, notasi-notasi matematika
dan struktur- strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan
hubungan-hubungan dengan model-model situasi.28
Indikator kemampuan komunikasi matematika yang diamati dalam
penelitian ini adalah: (1) kemampuan siswa dalam menggambarkan situasi
masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar atau penyajian
secara aljabar, (2) menyatakan hasil dalam bentuk tulisan, (3) membuat situasi
matematika dengan menyediakan ide dan keterangan dalam bentuk tulisan, (4)
menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat, (5) membuat
kesimpulan dari hasil penyelesaian yang telah diselesaikan.
K. Tinjauan Materi Peluang Kelas X MA/SMA
Peluang merupakan kemungkinan-kemungkinan (probabilitas) dari suatu
kejadian yang terjadi pada suatu percobaan. Pada penelitian ini materi peluang
yang dibahas hanya mengenai kejadian majemuk, kejadian majemuk merupakan
kejadian dari dua atau lebih kejadian sederhana. Dengan menggunakan operasi
antar-himpunan, suatu kejadian baru dapat dibentuk dari dua atau lebih kejadian
majemuk lainnya.
______________
28 Fachrurazi, Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar., (Jakarta: Alex Media
Komputindo, 2011)
30
1. Peluang Gabungan Dua Kejadian
Gabungan kejadian A dan B adalah himpunan semua titik sampel yang
terdapat pada kejadian A dan B. Dinotasikan A ∪ B. Jika A dan B adalah dua
kejadian pada ruang sampel S, peluang kejadian A atau B ditulis P(A ∪ B)
adalah:P(A ∪B) = P(A) + P(B) - P(A ∩ B)
Contoh permasalahan:
Empat orang anak yaitu Susi, Dewi Dina dan Santi sedang bermain ludo dirumah
dewi, setelah beberapa saat mereka bermain di penghujung permainan, Santi
mendapat giliran mengetos dadunya untuk mengakhiri permainan. Susi diberi
kesempatan untuk mengetos dadunya sebanyak satu kali saja, Santi berharap agar
mata dadu yang muncul adalah angka ganjil atau angka prima agar mencapai
home . Berapakah peluang Santi untuk mencapai home?
Penyelesaian Masalah:
Sampel satu kali pengetosan mata dadu, S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}→ n (S) = 6
Misalkan A = {kejadian munculnya mata dadu angka ganjil}.
A = {1, 3, 5}→n(A) = 3
Maka, P(A) = ����
���� =
=
�
�
31
Misalkan B = {kejadian munculnya mata dadu angka prima}
B = {2, 3, 5} →n(B) = 3
Maka: P(B) = �� �
���� =
=
�
�
Kejadian A ∩ B adalah kejadian mata dadu angka ganjil dan angka prima.
A ∩ B = {3, 5}→n(A ∩B) = 2
Maka: P(A ∩ B) = ���∩��
���� =
�
=
�
Jadi, peluang kejadian munculnya mata dadu angka ganjil atau angka
prima agar Santi mencapai home adalah:
P(� ∪B) = P(A) + P(B) - P(A ∩ B)
P(� ∪ B) = �
�+ �
�- �
P(� ∪ B) = �
2. Peluang Dua Kejadian yang Saling Lepas
Misalkan A dan B adalah dua kejadian dalam ruang sampel S. Jika A dan
B adalah dua kejadian yang saling lepas, dalam arti dua kejadian tidak mungkin
terjadi bersamaan dalam suatu percobaan, maka peluang gabungan dua kejadian
itu adalah: P(A ∪B) = P(A) +P(B)
32
Contoh permasalahan:
Dedi memiliki 10 kelereng didalam kantongnya, yang terdiri dari 4 kelereng
merah, 3 kelereng putih dan 3 kelereng biru. Dedi ingin bermain kelereng bersama
temannya, lalu ia mengambil kelereng dalam kantongnya secara acak. Berapakah
peluang dedi terambil kelereng merah atau biru?
Penyelesaian Masalah:
Jumlah semua kelereng dalam kantong Dedi ada 10. Dari 10 kelereng diambil satu
kelereng.
Misalkan:
A = kejadian terambil kelereng merah
B = kejadian terambil kelereng biru
Kelereng merah ada 4, sehingga peluang terambil kelereng merah P(A) = 4/10
Kelereng biru ada 3, sehingga peluang terambil kelereng biru P(B) = 3/10
Maka peluang Dedi terambil bola merah atau biru adalah:
P(A∪B) = P(A) + P(B)
= 4/10 + 3/10
= 7/10
33
3. Peluang Dua Kejadian yang Saling Bebas
Jika kejadian A tidak mempengaruhi terjadinya kejadian B dan sebaliknya,
atau terjadi atau tidaknya kejadian A tidak tergantung pada terjadi atau tidaknya
kejadian B, maka dua kejadian ini disebut kejadian saling bebas. Peluang dua
kejadian yang saling bebas adalah:
P(A ∩B) = P(A)×P(B)
Contoh permasalahan:
Peluang Amir diterima di Perguruan Tinggi Negeri adalah 3/7, dan peluangBudi
diterima di Perguruan tinggi Negeri adalah 1/3. Peluang sekurang-kurangnya satu
diantaranya diterima di Perguruan Tinggi Negeri adalah.........
Penyelesaian Masalah:
Misalkan peluang Amir diterima adalah A, P(A) = 3/7
Misalkan peluang Budi diterima adalah B, P(B) = 1/3
Peluang diterima salah satu dari mereka adalah P(A ∩B).
Maka: P(A ∩B) = P(A)×P(B)
= 3/7 × 1/3
= 3/21
Jadi peluang sekurang-kurangnya satu diantaranya diterima di Perguruan
Tinggi Negeri adalah 3/21.
4. Peluang kejadian bersyarat
Kejadian bersyarat merupakan dua kejadian tidak saling bebas. Secara
umum, kejadian A dengan Syarat kejadian B terjadi lebih dulu ditulis �|�.
34
Sebaliknya, jika kejadian B dengan syarat kejadian A terjadi lebih dulu ditulis
�|�.
Peluang kejadian A dengan syarat kejadian B terjadi lebih dulu ditentukan
dengan aturan:
P(�|�� = ���∩��
�� �,P(B) ≠ 0
Peluang kejadian B dengan syarat kejadian A terjadi lebih dulu ditentukan
dengan aturan:
P(�|�� = ���∩��
����,P(A) ≠ 0
Contoh permasalahan:
Bu Ida membeli 5 buah jeruk dan 3 buah pir di pasar buah, sesampai di dirumah
bu yuni memberikan buah tersebut kepada anaknya Yuni. Yuni akan mengambil
satu dari buah-buahan tersebut secara acak berturut-turut sebanyak dua kali tanpa
pengembalian. Tentukan peluang Yuni mengambil keduanya buah jeruk!
Penyelesaian Masalah:
Misal kejadian terambilnya buah jeruk pada pengambilan pertama adalah A, maka:
P(A) = ����
���� =
�
�
Misal kejadian terambilnya buah jeruk pada pengambilan kedua adalah B, maka:
P(�|��= �� |��
���� =
�
�
Maka P(A∩B) = P(A) × P (�|��= �
� ×
�
� =
�
��
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian eksperimen. Menurut Arikunto penelitian eksperimen adalah “suatu
penelitian untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan
pada subjek selidik”.1
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan quasi eksperimen dengan jenis
penelitian Control Group Pre Test Post Test Design. Peneliti memilih
menggunakan quasi eksperimen dengan jenis penelitian Control Group Pre Test
Post Test Design karena suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan
untuk menguji ada tidaknya pengaruh pada suatu tindakan yang dilakukan. Dalam
jenis penelitian ini ada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen (A) diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning, sedangkan untuk kelompok kontrol (B)
diajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini
melihat hasil nilai akhir dari kelompok yang diberikan perlakuan dengan
kelompok yang tidak diberikan perlakuan, apakah lebih baik atau tidak dan untuk
mengetahui bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa. Rancangan
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
______________
1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Bandung: Bina
Aksara, 2002), h. 207
36
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Subjek Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Kelas Eksperimen �� A �� Kelas Kontrol �� B ��
Sumber: Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Keterangan: �� ∶ Tes awal untuk kelas eksperimen �� : Tes awal untuk kelas kontrol �� ∶ Tes akhir untuk kelas eksperimen �� : Tes akhir untuk kelas kontrol � ∶ Perlakuan menggunakan pendekatan problem based learning untuk kelas
eksperimen ∶ Perlakuan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional untuk kelas
kontrol.2
B. Populasi dan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah seluruh subjek penelitian,
sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.3 Yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X MAN Kluet.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan menggunakan purposif
sampling. Menurut Sudjana, “purposif sampling dikenal juga sebagai sampling
pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti”.4 Siswa yang dipilih
sebagai sampel penelitian sebanyak dua kelas yaitu kelas X IPA1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas X IPA2 sebagai kelas kontrol.
______________
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,2006), h. 86
3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010),h. 86
4Sudjana, Metoda Statistika Edisi VI, (Bandung: Tarsiti, 2005), h. 168
37
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dalam
penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, objektif dan rasional terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sebagai sasaran pengamatan. Lembar observasi yang terdiri dari beberapa item
yang meliputi kemampuan peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
2. Tes
Tes dilakukan untuk melihat tingkat kemampuan komunikasi matematis
siswa terhadap materi peluang menggunakan model problem based learning. Tes
berbentuk uraian yang dilakukan sebanyak dua kali, tes pertama terdiri dari dua
soal yang bertujuan melihat kemampuan awal siswa tentang materi prasyarat
untuk memudahkan dalam pembagian kelompok belajar yang homogen. Tes yang
kedua terdiri dari empat soal yang bertujuan untuk melihat tingkat kemampuan
komunikasi matematis siswa.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi
data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan
fungsinya sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan
38
penelitian. Data yang diperoleh pada penelitian ini kemudian dianalisis
menggunakan ketentuan sebagai berikut:
1. Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Indikator kemampuan komunikasi matematika yang diamati dalam penelitian
ini adalah: (1) kemampuan siswa dalam menggambarkan situasi masalah dan
menyatakan solusi masalah menggunakan gambar atau penyajian secara aljabar,
(2) menyatakan hasil dalam bentuk tulisan, (3) membuat situasi matematika
dengan menyediakan ide dan keterangan dalam bentuk tulisan, (4) menggunakan
bahasa matematika dan simbol secara tepat, (5) membuat kesimpulan dari hasil
penyelesaian yang telah diselesaikan.5
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika
siswa dengan penerapan model pembelajaran problem based learning. Data
kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh dengan menggunakan
pedoman penskoran kemampuan Komunikasi matematis siswa.
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
No Aspek komunikasi
yang diukur Respon Siswa terhadap Soal/Masalah Skor
1.
Menuliskan
diketahui, ditanya
atau pemisalan
pada soal
Menuliskan diketahui, ditanya atau
permisalan tetapi salah.
1
Menuliskan apa yang diketahui, ditanya,
atau permisalan tetapi cuma satu yang
benar
2
Menuliskan apa yang diketahui, ditanya,
atau permisalan lebih dari satu tetapi
3
______________
5 Diadopsi dari pendapat Sumarmo dalam Darkasyi dan menurut NCTM dalam Fachrurazi
tentang indikator kemampuan komunikasi matematis siswa.
39
tidak semua yang benar.
Menuliskan apa yang diketahui, ditanya,
atau permisalan dan semua benar.
4
2.
Menyatakan situasi
masalah
menggunakan
tabel, menjelaskan
ide menggunakan
bahasa matematika
dan simbul
Ada upaya untuk menggunakan tabel
dan menjelaskan ide menggunakan
bahasa matematika dan simbol, tetapi
masih salah.
1
Menggunakan tabel dan menjelaskan
ide menggunakan bahasa matematika
dan simbol untuk menyatakan situasi
masalah,tetapi hanya satu yang tepat
dan benar.
2
Menggunakan tabel dan menjelaskan
ide menggunakan bahasa matematika
dan simbol untuk menyatakan situasi
masalah, tetapi hanya dua yang tepat
dan benar.
3
- 4
3.
Membuat situasi
matematika dengan
menyediakan ide
dan keterangan
dalam bentuk
tulisan.
a. Kesesuaian
rencana
(kebenaran
menerapkan
rencana).
Menuliskan ide matematisnya dalam
menyelesaikan soal tetapi tidak sesuai
dengan rencana.
1
Menuliskan ide matematisnya dalam
menyelesaikan soal sesuaia dengan
rencana.
2
- 3
- 4
b. Sesuai dengan
prosedur yang
benar.
Menuliskan ide matematisnya dalam
menyelesaikan soal tetapi 95 % salah.
1
Menuliskan ide matematisnya dalam
menyelesaikan soal tetapi hanya 75%
kesalahannya.
2
Menuliskan ide matematisnya dalam
menyelesaikan soal tetapi 50%
kesalahannya.
3
Menuliskan ide matematisnya dalam
menyelesaikan soal tetapi tetapi hanya
25% yang salah.
4
40
c. Keruntutan
langkah
pengerjaan.
Menuliskan ide matematisnya dalam
menyelesaikan soal, tetapi dengan
langkah dan strategi yang salah
1
Menuliskan ide matematisnya dalam
menyelesaikan soal tetapi cuma satu
langkah penyelesaian saja.
2
Menuliskan ide matematisnya dalam
menyelesaikan soal dengan jelas tetapi
cuma dua langkah penyelesaian saja.
3
Menuliskan ide matematisnya dalam
menyelesaikan soal dengan jelas dan
lengkap langkah penyelesaiannya.
4
d. Membuat
kesimpulan
Membuat kesimpulan yang salah 1
Membuat kesimpulan dengan bahasa
yang kurang tepat
2
Membuat kesimpulan dengan bahasa
yang tepat dan benar
3
- 4
Sumber: Diadopsi dari pendapat Sumarmo dalam Darkasyi dan menurut NCTM
dalam Fachrurazi tentang indikator kemampuan komunikasi matematis
siswa.
Pedoman Penilaian
Nilai akhir dalam skala 0-100, sebagai berikut:
Nilai akhir = ��� ���� �������� ���� x skor ideal (100)
Kemudian dikatagorikan sesuai dengan katagori hasil persentase sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Konversi Persentase Skor
Persentase Katagori 90% ≤ � Sangat tinggi 80% ≤ � < 90% Tinggi 65% ≤ � < 80% Sedang 55% ≤ � < 65 Rendah � < 55% Sangat rendah
Sumber: Wayan Nurkanca & Sunarta6
______________
41
Syarat Uji-t yaitu data pretest harus memenuhi uji normalitas dan uji
homogenitas. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data adalah
sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh
merupakan sebaran secara normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data
digunakan uji Chi-Kuadrat (χ�). Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji
normalitas adalah sebagai berikut
a) Mentabulasi Data ke dalam Daftar Distribusi
Untuk menghitung tabel distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang
sama menurut Sudjana terlebih dahulu ditentukan:
a. Rentang (R)adalah data terbesar-data terkecil
b. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
c. Panjang kelas interval (P) = !"#$"%&$"'$( )!*$+
d. Pilih ujung bawah kelas interval pertama. Untuk ini bisa diambil sama
dengan data terkecil atau nilai data yang lebih kecil dari data terkecil
tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang telah
ditentukan. Selanjutnya daftar diselesaikan dengan menggunakan
harga-harga yang telah dihitung.7
6Wayan Nurkanca & Sunarta, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986),
h. 80
7Sudjana, Metode StatistikaEdisi VI, (Bandung: Tarsiti, 2005), h. 47
42
b) Menghitung rata-rata pre-test dan post-test masing-masing kelompok dengan
rumus:
x- = /0121/01 .8
c) Menghitung simpangan baku masing-masing kelompok dengan rumus:
S = 4"/012156(/0121)5"("68) .
9
d) Menghitung Chi-Kuadrat (9�), menurut Sudjana dengan rumus:
χ� = ; (O=−E=)�E=
(=@8
Keterangan:
χ�= Statistik chi-kuadrat O== Frekuensi pengamatan
E== Frekuensi yang diharapkan10
Hipotesis yang akan diuji adalah:
HB: Data kemampuan komunikasi matematis siswa berdistribusi normal.
H$: Data kemampuan komunikasi matematis siswa tidak berdistribusi normal.
Langkah berikutnya adalah membandingkan χ�C=#D"% dengan χ�#$E!* dengan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k-1, dengan
kriteria pengujian adalah tolak HB jika x� ≥ x(86H)((68)� dan dalam hal lainnya HB
diterima.
______________ 8Sudjana, Metoda Statistika Edisi VI ... h. 70
9Sudjana, Metoda Statistika Edisi VI .... h. 95.
10
Sudjana, Metoda Statistika Edisi VI ... h. 273.
43
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah sampel dari
penelitian ini mempunyai varians yang sama, sehingga generalisasi dari hasil
penelitian akan berlaku pula untuk populasi yang berasal dari populasi yang sama
atau berbeda. Untuk menguji homogenitas digunakan statistik berikut:
F = J$K=$"+ #!KE!+$KJ$K=$"+ #!K(!L=* . 11
Hipotesis yang akan diuji adalah:
HB: σ8� = σ��: Tidak terdapat perbedaan varians antara Kelas eksperimen dan
Kelas kontrol.
H$: σ8� ≠ σ��: Terdapat perbedaan varians antara Kelas eksperimen dan Kelas
kontrol.
Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho hanya jika F ≥ FO5H(JO,J5), dalam hal
lainnya Ho diterima.
3) Hipotesis
Bila data yang diperoleh memenuhi asumsi-asumsi statistik, maka
pengujian data menggunakan uji-t untuk mengetahui ada tidaknya perbandingan
antara Kelas eksperimen dengan Kelas kontrol setelah diberikan perlakuan.
kemampuan komunikasi matematis siswa Hipotesis yang akan diuji adalah
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha).
HB: μ8 = μ�
H$: μ8 > μ�
______________
11
Sudjana, Metoda Statistika Edisi VI ... h. 250
44
Pengolahan data dilakukan dengan cara ketentuan-ketentuan berikut:
Jika kedua sampel berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji-t
dengan rumus:
tC=#D"% = x-8 − x-�S4 8"O + 8"5
S = T(n8 − 1)S8� − (n� − 1)S��n8 + n� − 2
Keterangan: x-8= Rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswayang diajarkan
dengan penerapan model pembelajaran problem based learning x-�= Rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan
tanpa penerapan model pembelajaran problem based learning n8= Jumlah sampel Kelas eksperimen. n�= Jumlah sampel Kelas kontrol. S = Varians gabungan/simpangan gabungan. s8� = Varians kelompok eksperimen. s�� = Varians kelompok kontrol.12
Selanjutnya menentukan nilai t dari tabel dengan derajat kebebasan
dk = n1 + n2 −2 dan peluang (1 − α) dengan taraf signifikan α = 0,05. Kriteria
pengujiannya adalah terima Ho jika −t86O5H < Y < t86O5H dan tolak Ho untuk harga-
harga t lainnya.13
______________
12
Sudjana, Metoda Statistika Edisi VI ... h. 239
13
Sudjana, Metoda Statistika Edisi VI ... h. 239-240
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di MAN Kluet Aceh Selatan. MAN Kluet
Aceh Selatan terletak di jalan pendidikan No.2 kelurahan Suak Bakong. Sekolah
ini memiliki 9 ruang kelas. Sekolah ini juga dilengkapi dengan beberapa ruangan
lain yang terdiri dari 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang guru
bimbingan pendidikan, 1 perpustakaan, 1 laboratorium, 1 ruang tata usaha, 1 toilet
guru dan 2 toilet siswa.
Jumlah siswa di MAN Kluet Aceh Selatan sebanyak 274 siswa yang
terdiri dari siswa kelas X, kelas XI dan kelas XII. Sekolah ini memiliki 29 tenaga
pengajar yang merupakan PNS, kontrak dan honorer.
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di MAN Kluet Selatan Aceh
Selatan, peneliti telah mengumpulkan data kelas eksperimen (X IPA/1) yang
pembelajarannya dengan menggunakan model Problem Based Learning dan data
kelas kontrol (X IPA/2) yang pembelajarannya dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional. Jumlah siswa yang terdapat pada kelas eksperimen
sebanyak 25 siswa dan jumlah siswa yang terdapat pada kelas kontrol sebanyak
30 orang.
46
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun 2015/2016 tanggal
21 April s/d 30 April 2016. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Hari/Tanggal Waktu
(Menit) Kegiatan Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
Kamis/21 April 2016
Kamis/21 April 2016
Selasa/26 April 2016
Selasa/26 April 2016
Selasa/26 April 2016
Rabu/27 April 2016
Rabu/27 April 2016
30
90
30
90
90
90
60
Pre test
Mengajar pertemuan pertama
Pre test
Mengajar pertemuan pertama
Mengajar pertemuan kedua
Mengajar pertemuan kedua
Post test
Kelas eksperimen
Kelas eksperimen
Kelas Kontrol
Kelas kontrol
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Kelas eksperimen
dan Kelas kontrol
Sumber: Jadwal Penelitian pada tanggal 21 April s/d 27 April 2016 di MAN Kluet
Aceh Selatan
B. Pengolahan dan Analisis Data
1. Analisis Data Perbandingan Pretest Hasil Penelitian Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
1). Kelas Eksperimen
a) Perhitungan rata-rata dan simpangan baku
35 20 22 35 28 40 33 52 43 35
30 43 35 40 40 26 45 28 43 43
33 25 48 55 30
a. Menentukan Rentang
Rentang = data terbesar – data terkecil
= 55–20
= 35
b. Menentukan Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas = 1 + 3,3 log n
47
= 1 + 3,3 log 25
= 1 + 3,3 ( 1, 40)
= 1 + 4,62
= 5,62 (diambil ≈ 6)
c. Panjang Kelas Interval
Panjang = Rentang
Banyak Kelas
= 35
6
= 5,83 (diambil ≈ 6)
Tabel 4. 2 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen
NO Interval Fi Xi (��)� Fi × xi Fi × (��)�
1 20-25 3 22,5 506,25 67,5 1518,75
2 26-31 5 28,5 812,25 142,5 4061,25
3 32-37 6 34,5 1190,25 207 7141,5
4 38-43 7 40,5 1640,25 283,5 11481,75
5 44-49 2 46,5 2162,25 93 4324,5
6 50-55 2 52,5 2756,25 105 5512,5
Jumlah 25 9067,5 898,5 34040,25
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan data di atas diperoleh rata-rata dan simpangan baku sebagai
berikut:
Nilai rata-rata adalah:
�̅ = Σ����Σ�� =
898,525 = 35,94
Varians dan simpangan bakunya adalah:
�� = nΣ����� − (Σ����)�n(n − 1)
�� = 25(34040,25) − (898,5)�
25(25 − 1)
48
= 851006,3 − 807302,3600
= 43704600
�� = 72,84
� = 8,53
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai rata-rata (�̅) =5,94dan simpangan baku (�) = 8,53
b) Uji Normalitas Data
Uji normalitas sebaran data bertujuan untuk mengetahui apakah data dari
masing-masing skor total dalam penelitian ini berasal dari populasi berdistribusi
normal atau tidak.
Kriteria pengujian tolak ��jika �� ≥ ��(!"#)($"!) dengan %= taraf nyata
untuk pengujian dan &' = (' − 1). Dalam hal lainnya �� diterima. Dalam hal
ini, perumusan hipotesisnya sebagai:
��: Sebaran data skor total pretest kemampuan komunikasi matematika siswa
mengikuti distribusi normal.
�!: Sebaran data skor total pretest kemampuan komunikasi matematika siswa
tidak mengikuti distribusi normal.
Adapun untuk menguji normalitas terlebih dahulu harus menyusun data
dalam tabel distribusi frekuensi dengan cara sebagai berikut:
49
a) Menentukan kelas interval yang telah ditentukan pada pengolahan data
sebelumnya, kemudian ditentukan juga batas nyata kelas interval, yaitu batas
atas kelas interval ditambah dengan 0,5.
b) Menentukan luas batas daerah dengan menggunakan tabel “luas daerah
dibawah lengkungan normal standar dari 0 ke z” namun sebelumnya harus
menentukan nilai z-score dengan rumus:
z − score = /010234010$5602"7̅2
Contoh: kelas interval 20-25 dengan batas nyata 19,5 dan 25,5 maka
z-score = !8,9":9,8;
<,9: = -1,92 dan �9,9":9,8;
<,9: = -1,22 sehingga batas luas
daerah yang diperoleh adalah 0,3212 dan 0,0871 demikian juga untuk kelas
interval selanjutnya.
c) Dengan diketahuinya batas daerah, maka dapat ditentukan luas daerah untuk
tiap-tiap kelas interval yaitu selisih dari kedua batasnya berdasarkan kurva z-
score.
Contoh: 0,3212 – 0,0871 = 0,2341
d) Frekuensi yang diharapkan ( iE ) ditentukan dengan cara mengalikan luas
daerah dengan banyaknya data.
e) Frekuensi pengamatan ( iO ) merupakan frekuensi pada setiap kelas interval
tersebut.
50
Tabel 4. 3 Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Kelas
Interval
Frekuensi
Pengmata
n (Oi)
Batas
Kelas
(Xi)
Z- Score Batas
Luas
Luas
Daerah
Frequensi
Harapan
(Ei)
Chi-
Kuadarat
(=�) 19,5 -1,92627 0,3212
20-25 3 0,2341 5,8525 1,390304
25,5 -1,22325 0,0871
26-31 5 0,1114 2,785 1,761661
31,5 -0,52023 0,1985
32-37 6 0,2699 6,7475 0,082809
37,5 0,182785 0,0714
38-43 7 0,2392 5,98 0,17398
43,5 0,885802 0,3106
44-49 2 0,1323 3,3075 0,516873
49,5 1,58882 0,4429
50-55 2 0,0461 1,1525 0,623216
55,5 2,291838 0,489
Jumlah 25 4,548843
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Maka chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:
χ� = ∑ (@A"BA)CBA
$1D!
χ� = 4,54
Berdasarkan pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan
dk = k-1 = 6-1 = 5. Maka pada tabel chi-kuadrat �(�,89)(9)� = 11,1. Dalam hal lain
yang menjadi hipotesis adalah Ho dan sampel sebarannya mengikuti distribusi normal.
Kriteria pengujian adalah “tolak Ho jika 2
χ hitung ≥ 2
χ tabel dengan α sebagai taraf nyata
untuk pengujian, dalam hal lain Ho diterima". Oleh karena 2
χ hitung <2
χ tabel yaitu 4,54 <
11,1 maka Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa skor pretest siswa dikelas
eksperimen sebarannya mengikuti distribusi normal.
51
2). Kelas Kontrol
a) Perhitungan rata-rata dan simpangan baku
30 25 38 33 38 61 45 43 40 33
40 50 56 40 48 28 33 43 30 23
25 38 20 43 35 25 20 23 25 48
a. Menentukan Rentang
Rentang = data terbesar – data terkecil
= 61 – 20
= 41
b. Menentukan Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 ( 1, 47)
= 1 + 4,85
= 5,85 (diambil ≈ 6)
c. Panjang Kelas Interval
Panjang = Rentang
Banyak Kelas
= 41
6 = 6,83 (diambil ≈ 7)
52
Tabel 4. 4 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol
NO Interval Fi Xi (��)� Fi × xi Fi × (��)�
1 20-26 8 23 529 184 4232
2 27-33 6 30 900 180 5400
3 34-40 7 37 1369 259 9583
4 41-47 4 44 1936 176 7744
5 48-54 3 51 2601 153 7803
6 55-61 2 58 3364 116 6728
Jumlah 30 1068 41490
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan data di atas diperoleh rata-rata dan simpangan baku sebagai
berikut:
Nilai rata-rata adalah:
�̅ = Σ����Σ�� =106830 = 35,6
Varians dan simpangan bakunya adalah:
�� = nΣ����� − (Σ����)�n(n − 1)
�� = 30(414190) − (1068)�
30(30 − 1)
= 1244700 − 1140624870
= 104076870
�� = 119,62
� = 10,93
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai rata-rata (�̅) = 35,6
dan simpangan baku (�) = 10,93.
53
b) Uji Normalitas
Kriteria pengujian tolak ��jika �� ≥ ��(!"#)($"!) dengan %= taraf nyata
untuk pengujian dan &' = (' − 1). Dalam hal lainnya �� diterima. Dalam hal
ini, perumusan hipotesisnya sebagai:
��: Sebaran data skor total pretest kemampuan komunikasi matematika siswa
mengikuti distribusi normal.
�!: Sebaran data skor total pretest kemampuan komunikasi matematika siswa
tidak mengikuti distribusi normal
Tabel 4.5 Uji Normalitas Nilai pretest Kelas Kontrol
Kelas
Interval
Frekuensi
Pengmatan
(Oi)
Batas
Kelas
(Xi)
Z- Score Batas
Luas
Luas
Daerah
Frequensi
Harapan
(Ei)
Chi-
Kuadarat
(=�) 19,5 -1,47201 0,4292
20-26 8 0,1325 3,975 4,075629
26,5 -0,832 0,2967
27-33 6 0,2213 6,639 0,061503
33,5 -0,192 0,0754
34-40 7 0,5005 15,015 1,16167
40,5 0,448002 0,4251
41-47 4 0,0652 1,956 2,135959
47,5 1,088006 0,3599
48-54 3 0,0974 2,922 0,002082
54,5 1,72801 0,4573
55-61 2 0,0336 1,008 0,976254
61,5 2,368013 0,4909
Jumlah 30 8,413098
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Maka chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:
χ� = ∑ (@A"BA)CBA
$3D!
χ� = 8,41
54
Berdasarkan pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan
dk = k-1 = 6-1 = 5. Maka pada tabel chi-kuadrat �(�,89)(9)� = 11,1. Dalam hal lain
yang menjadi hipotesis adalah Ho dan sampel sebarannya mengikuti distribusi normal.
Kriteria pengujian adalah “tolak Ho jika 2
χ hitung ≥ 2
χ tabel dengan α sebagai taraf nyata
untuk pengujian, dalam hal lain Ho diterima". Oleh karena 2
χ hitung <2
χ tabel yaitu 8,41<
11,1 maka Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa skor pretest siswa di kelas kontrol
sebarannya mengikuti distribusi normal.
3) Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah sampel dari
penelitian ini mempunyai varians yang sama, sehingga generalisasi dari hasil
penelitian akan berlaku pula untuk populasi yang berasal dari populasi yang sama
atau berbeda. Untuk menguji homogenitas digunakan statistik berikut:
F = GHIJHKLMNIONLHIGHIJHKLMNIPNQJR .
Hipotesis yang akan diuji adalah:
HT:σ!� = σ��: Populasi mempunyai varian yang homogen
HH:σ!� ≠ σ��: Populasi tidak mempunyai varian yang homogen
Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho hanya jika F ≥ FWCX(n1−1,n2−1), dalam
hal lainnya Ho diterima. Berdasarkan perhitungan sebelumnya, telah diperoleh
varians dari masing–masing kelompok s12 = 72,84 dan s2
2 = 119,62 sehingga :
55
F = GHIJHKLMNIONLHIGHIJHKLMNIPNQJR
=!!8,Y�72,84
= 1,64
Dari tabel distribusi diperoleh :
FWCα(KWZW,KCZW)=F�,��9(�9"!,:�"!)
= F�,��9(�;,�8) Karena skor dari F�,��9(�;,�8) tidak tersedia dalam tabel F maka dilakukan
pendekatan melalui skor F0,05 (24, 29) = 1,67 dan F0,01 (24, 29) = 2,39 Ambil
%! = 0,01 dan %! = 0,05 dan dari tabel F terlihat bahwa F% monoton turun
sehingga:
%! < %� → FXW > FXC 0,01 < 0,05 2,39 > 1,67
maka F0.05 (24,29) < F�,��9 (24,29) < F0,01 (24,29)
1,67< F�,��9 (24,29) <2,39
Jelas bahwa F 1,64 <F�,��9(�;,�8), dengan demikian Ho diterima dan dapat
disimpulkan bahwa kedua varians homogen untuk data skor pretest.
56
2. Analisis Data Perbandingan Pretest Hasil Penelitian Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
1) Kelas Eksperimen
a) Perhitungan rata-rata dan simpangan baku
88 68 85 81 54 44 95 100 60
94 70 88 88 81 79 90 99 89
69 99 80 79 94 80 41
a. Menentukan Rentang
Rentang = data terbesar – data terkecil
= 100– 41
= 59
b. Menentukan Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 25
= 1 + 3,3 ( 1, 40)
= 1 + 4,62
= 5,62 (diambil ≈ 6)
c. Panjang Kelas Interval
Panjang = Rentang
Banyak Kelas
= 59
6
= 9,83 (diambil ≈ 10)
57
Tabel 4. 6 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Kelas Eksperimen
NO Interval Fi Xi (��)� Fi × xi Fi × (��)�
1 41-50 2 45,5 2070,25 91 4140,5
2 51-60 2 55,5 3080,25 111 6160,5
3 61-70 3 65,5 4290,25 196,5 12870,8
4 71-80 4 75,5 5700,25 302 22801
5 81-90 8 85,5 7310,25 684 58482
6 91-100 6 95,5 9120,25 573 54721,5
Jumlah 25 31571,5 1957,5 159176
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan data di atas diperoleh rata-rata dan simpangan baku sebagai
berikut:
Nilai rata-rata adalah:
�̅ = Σ����Σ�� =
1957,525 = 78,3
Varians dan simpangan bakunya adalah:
�� = nΣ����� − (Σ����)�n(n − 1)
�� = 25(159176) − (31571,5)�
25(25 − 1)
= 3979406 − 3831806600
= 147600600
�� = 246
� = 15,64
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai rata-rata (�̅) = 78,3
dan simpangan baku (�) = 15,64.
58
b) Uji Normalitas Data
Uji normalitas sebaran data bertujuan untuk mengetahui apakah data dari
masing-masing skor total dalam penelitian ini berasal dari populasi berdistribusi
normal atau tidak.
Kriteria pengujian tolak ��jika �� ≥ ��(!"#)($"!) dengan %= taraf nyata
untuk pengujian dan &' = (' − 1). Dalam hal lainnya �� diterima. Dalam hal
ini, perumusan hipotesisnya sebagai:
��: Sebaran data skor total post test kemampuan komunikasi matematika
siswa mengikuti distribusi normal.
�!: Sebaran data skor total post test kemampuan komunikasi matematika
siswa tidak mengikuti distribusi normal.
59
Tabel 4.7 Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Eksperimen
Kelas
Interva
l
Frekuensi
Pengmatan
(Oi)
Batas
Kelas
(Xi)
Z- Score Batas
Luas
Luas
Daerah
Frequensi
Harapan
(Ei)
Chi-
Kuadarat
(=�) 40,5 -2,41004 0,492
41-50 2 0,0304 0,76 2,023158
50,5 -1,77246 0,4616
51-60 2 0,095 2,375 0,059211
60,5 -1,13489 0,3666
61-70 3 0,1787 4,4675 0,48205
70,5 -0,49731 0,1879
71-80 4 0,2436 6,09 0,717258
80,5 0,140267 0,0557
81-90 8 0,2237 5,5925 1,036398
90,5 0,777844 0,2794
91-100 6 0,1413 3,5325 1,723583
100,5 1,41542 0,4207
Jumlah 25 6,041657
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Maka chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:
χ� = ∑ (@A"BA)CBA
$1D!
χ� = 6,04
Berdasarkan pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan
dk = k-1 = 6-1 = 5. Maka pada tabel chi-kuadrat �(�,89)(9)� = 11,1. Dalam hal lain
yang menjadi hipotesis adalah Ho dan sampel sebarannya mengikuti distribusi normal.
Kriteria pengujian adalah “tolak Ho jika 2
χ hitung ≥ 2
χ tabel dengan α sebagai taraf nyata
untuk pengujian, dalam hal lain Ho diterima". Oleh karena 2
χ hitung <2
χ tabel yaitu 6,04 <
11,1 maka Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa skor siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran Problem Based Learning sebarannya mengikuti distribusi normal.
2) Kelas Kontrol
60
a) Perhitungan rata-rata dan simpangan baku
45 45 58 36 65 67 48 51 60 53
66 53 36 49 40 46 60 67 34 21
43 64 44 67 46 45 44 44 58 66
a. Menentukan Rentang
Rentang = data terbesar – data terkecil
= 67 – 21
= 46
b. Menentukan Banyaknya Kelas Interval
Banyaknya Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 ( 1, 47)
= 1 + 4,85
= 5,85 (diambil ≈ 6)
c. Panjang Kelas Interval
Panjang = Rentang
Banyak Kelas
= 46
6 = 7,66 (diambil ≈ 8)
61
Tabel 4. 8 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Post Test Kelas Kontrol
NO Interval Fi Xi (��)� Fi × xi Fi × (��)�
1 21-28 1 24,5 600,25 24,5 600,25
2 29-36 3 32,5 1056,25 97,5 3168,75
3 37-44 5 40,5 1640,25 202,5 8201,25
4 45-52 8 48,5 2352,25 388 18818
5 53-60 6 56,5 3192,25 339 19153,5
6 61-68 7 64,5 4160,25 451,5 29121,75
Jumlah 30 1503 79063,5
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan data di atas diperoleh rata-rata dan simpangan baku sebagai
berikut:
Nilai rata-rata adalah:
�̅ = Σ����Σ�� =150530 = 50,1
Varians dan simpangan bakunya adalah:
�� = nΣ����� − (Σ����)�n(n − 1)
�� = 30(79063,5) − (1503)�
30(30 − 1)
= 2371905 − 2259009870
= 112896870
�� = 129,76
� = 11,39
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai rata-rata (�̅) = 50,1
dan simpangan baku (�) = 11,39.
62
b) Uji Normalitas
Kriteria pengujian tolak ��jika �� ≥ ��(!"#)($"!) dengan %= taraf nyata
untuk pengujian dan &' = (' − 1). Dalam hal lainnya �� diterima. Dalam hal
ini, perumusan hipotesisnya sebagai:
��: Sebaran data skor total post test kemampuan komunikasi matematika
siswa mengikuti distribusi normal.
�!: Sebaran data skor total post test kemampuan komunikasi matematika
siswa tidak mengikuti distribusi normal
Tabel 4.9 Uji Normalitas Nilai Post Test Kelas Kontrol
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Maka chi-kuadrat hitung adalah sebagai berikut:
χ� = ∑ (@A"BA)CBA
$3D!
χ� = 3,05
Kelas
Interval
Frekuensi
Pengmatan
(Oi)
Batas
Kelas
(Xi)
Z- Score Batas
Luas
Luas
Daerah
Frequensi
Harapan
(Ei)
Chi-
Kuadarat
��
20,5 -2,59844 0,4952
21-28 1 0,0246 0,738 0,093014
28,5 -1,89616 0,4706
29-36 3 0,0876 2,628 0,052658
36,5 -1,19388 0,383
37-44 5 0,1951 5,853 0,124314
44,5 -0,4916 0,1879
45-52 8 0,2711 8,133 0,002175
52,5 0,210684 0,0832
53-60 6 0,2354 7,062 0,159706
60,5 0,912964 0,3186
61-68 7 0,1277 3,831 2,621394
68,5 1,615244 0,4463
Jumlah 30 3,05326
63
Berdasarkan pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan
dk = k-1 = 6-1 = 5. Maka pada tabel chi-kuadrat �(�,89)(9)� = 11,1. Dalam hal lain
yang menjadi hipotesis adalah Ho dan sampel sebarannya mengikuti distribusi normal.
Kriteria pengujian adalah “tolak Ho jika 2
χ hitung ≥ 2
χ tabel dengan α sebagai taraf nyata
untuk pengujian, dalam hal lain Ho diterima". Oleh karena 2
χ hitung <2
χ tabel yaitu 3,05 <
11,1 maka Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa skor siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran Konvensional sebarannya mengikuti distribusi normal.
3) Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah sampel dari
penelitian ini mempunyai varians yang sama, sehingga generalisasi dari hasil
penelitian akan berlaku pula untuk populasi yang berasal dari populasi yang sama
atau berbeda. Untuk menguji homogenitas digunakan statistik berikut:
F = GHIJHKLMNIONLHIGHIJHKLMNIPNQJR .
Hipotesis yang akan diuji adalah:
HT:σ!� = σ��: Populasi mempunyai varian yang homogen
HH:σ!� ≠ σ��: Populasi tidak mempunyai varian yang homogen
Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho hanya jika F ≥ FWCX(n1−1,n2−1), dalam
hal lainnya Ho diterima. Berdasarkan perhitungan sebelumnya, telah diperoleh
varians dari masing–masing kelompok s12 = 246 dan s2
2 = 129,76 sehingga :
64
F = GHIJHKLMNIONLHIGHIJHKLMNIPNQJR
= �;Y129,76
= 1,89
Dari tabel distribusi diperoleh :
FWCα(KWZW,KCZW)=F�,��9(�9"!,:�"!)
= F�,��9(�;,�8)
Karena skor dari F�,��9(�;,�8) tidak tersedia dalam tabel F maka dilakukan
pendekatan melalui skor F0,05 (24, 29) = 1,67 dan F0,01 (24, 29) = 2,39 Ambil
%! = 0,01 dan %! = 0,05 dan dari tabel F terlihat bahwa F% monoton turun
sehingga:
%! < %� → FαW > FαC
0,01 < 0,05 2,39 > 1,67
maka F0.05 (24,29) < F�,��9 (24,29) < F0,01 (24,29)
1,67< F�,��9 (24,29) <2,39
Jelas bahwa F 1,89 <F�,��9(�;,�8), dengan demikian Ho diterima dan dapat
disimpulkan bahwa kedua varians homogen untuk data skor post test.
65
4) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Penulis melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan statistik
yaitu uji-t. Langkah pertama adalah menghitung varians hubungan ( S2) data yang
diperlukan adalah :
n1 = 25, 1x = 78,3 S12 = 246 S1 = 15,68
n2 = 30, 2x = 50,1 S22 = 129,76 S2 = 11,39
Data tersebut disubstitusikan kedalam rumus varians gabungan sehingga
diperoleh:
�� = (^! − 1)�!� +(^� − 1)���
^!+^� − 2
= (25 − 1)246 +(30 − 1)129,7625 + 30 − 2
= 98�;`:aY:,8!9:
= 9667,9153
�� =182,41
s = 13,50
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh S = 13,50 maka dapat dihitung
nilai sebagai berikut:
b = �̅! − �̅��c 1̂! +
1̂�
66
= 78,3 − 50,113,50c 125 + 130
= 28,213,50√0,04 + 0,03
= 28,213,50√0,07
= 28,2(13,50)(0,26)
= �<,�:,9!
= 8,03
Dari langkah-langkah yang telah diselesaikan di atas, maka dapat kita lihat
bahwa t student penelitian didapat t = 8,03 untuk membandingkan ttabel maka perlu
dicari terlebih dahulu derajat kebebasan dengan menggunakan rumus menurut
Sudjana adalah :
dk = (n1 + n2 – 2 )
= (25 + 30-2)
= 53
Nilai t dengan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan 53 (karena
tidak ada di dalam tabel maka diambil yaitu 40 + 60 ) dari distribusi t dengan cara
interpolasi diperoleh:
t(!"X)(K!`K�–�) = t(!"�.�9)(�9`:�–�) =t�.89(�9`�<)
67
= t�.89(9:) = 1,67
Adapun rumusan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Ho: h! =h�
H1: h! > h�
Menurut Sudjana bahwa “kriteria pengujian yang berlaku adalah tolak Ho
jika thitung ≥ ttabel dan terima Ho jika thitung < ttabel. Dari hasil pengolahan data
diperoleh thitung = 8,03 dan ttabel = 1,67 maka thitung > ttabel yaitu 8,03 > 1,67 Dengan
demikian Hipotesis nihil (Ho) ditolak atau berarti Hipotesis alternatif (H1)
diterima. Ini berarti kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan
dengan model problem based learning lebih baik dari pada kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran
Konvensional.
3. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning.
Dalam penelitian ini, penelitian hasil kemampuan komunikasi matematis
siswa dilakukan melalui tes secara tertulis dan dilaksanakan setelah selesainya
pembelajaran materi peluang suatu kejadian majemuk. Adapun nilai tes hasil
belajar yang diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel 4.12.
68
Tabel 4.10 Data hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
penerapan model pembelajaran problem based learning di kelas X
MAN Kluet
No Kode
Siswa
Skor Siswa Total % Kategori Soal
1
Soal
2
Soal
3
Soal
4
1 Siswa 1 20 20 18 12 70 88 Tinggi
2 Siswa 2 18 10 14 12 54 68 Sedang
3 Siswa 3 19 15 16 18 68 85 Tinggi
4 Siswa 4 19 12 16 18 65 81 Tinggi
5 Siswa 5 10 8 15 10 43 54 Sangat Rendah
6 Siswa 6 8 5 12 10 35 44 Sangat Rendah
7 Siswa 7 20 20 16 20 76 95 Sangat Tinggi
8 Siswa 8 20 20 20 20 80 100 Sangat Tinggi
9 Siswa 9 14 16 10 8 48 60 Rendah
10 Siswa 10 18 19 18 20 75 94 Sangat Tinggi
11 Siswa 11 20 14 12 10 56 70 Sedang
12 Siswa 12 19 20 18 13 70 88 Tinggi
13 Siswa 13 18 16 18 18 70 88 Tinggi
14 Siswa 14 20 20 10 15 65 81 Tinggi
15 Siswa 15 8 20 16 19 63 79 Sedang
16 Siswa 16 18 18 18 18 72 90 Sangat Tinggi
17 Siswa 17 19 20 20 20 79 99 Sangat Tinggi
18 Siswa 18 13 19 20 18 70 88 Tinggi
19 Siswa 19 10 10 20 15 55 69 Sedang
20 Siswa 20 19 20 20 20 79 99 Sangat Tinggi
21 Siswa 21 20 16 18 10 64 80 Tinggi
22 Siswa 22 20 18 12 13 63 79 Sedang
23 Siswa 23 19 18 20 18 75 94 Sangat Tinggi
24 Siswa 24 17 16 17 14 64 80 Tinggi
25 Siswa 25 10 8 5 10 33 41 Sangat Rendah
Jumlah 1990
Rata-rata 79,6 Sedang Sumber: Hasil Pengolahan Data
69
C. Pembahasan
Kemampuan komunikasi matematika siswa merupakan kemampuan siswa
dalam menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan kedalam
bentuk tulisan.1 Dalam penelitian ini telah diperoleh hasil tes kemampuan
komunikasi matematis siswa yang dilakukan di sekolah MAN Kluet Aceh Selatan
pada materi peluang dengan menggunakan model problem based learning.
Berdasarkan data yang dianalisis secara statistik yaitu dengan menggunakan
uji t pada taraf signifikan α = 0,05, dengan dk = 53 diperoleh b(�,89)(9:) = 1,67
dan thitung = 8,03. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel yaitu 8,03 > 1,67. Dengan
demikian Hipotesis nihil (Ho) ditolak atau berarti Hipotesis alternatif (H1)
diterima. Ini berarti kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan
dengan model problem based learning lebih baik dari pada kemampuan
komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran
Konvensional. Hasil perhitungan rata-rata kemampuan komunikasi matematis
siswa dengan konversi persentase skor secara klasikal diperoleh nilai sebesar
79,6% yang berarti tafsiran kemampuan komunikasi matematis siswa termasuk
dalam katagori sedang.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis
siswa dapat dilihat dari soal pre test dan post test. Kondisi awal kemampuan
komunikasi matematis siswa secara keseluruhan termasuk dalam kategori sangat
rendah hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh siswa hanya
____________
1Bansu I Anshari, Pengaruh Pembelajaran Dengan Strategi Think-Talk-Write
dalam Upaya Menumbuhkembangkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMU,
(Jurnal Jarlit Balitbang Depdiknas, 2003), h.17.
70
mencapai 35,94% dikarenakan ketiga aspek dalam indikator komunikasi
matematis siswa masih sangat rendah. Siswa kurang mampu dalam memahami
dan menganalisis soal-soal dalam bentuk cerita yang ada dikehidupan sehari-hari,
dan juga belum terarah dalam penyelesaian soal sesuai dengan aspek komunikasi
matematis yaitu, 1) menentukan yang diketahui, ditanya atau pemisalan pada soal,
2) Menyatakan situasi masalah menggunakan gambar, menjelaskan ide
menggunakan bahasa matematika dan simbol, 3) Membuat situasi matematika
dengan menyediakan ide dan keterangan dalam bentuk tulisan, seperti kesesuaian
rencana, mengikuti prosedur yang benar, keruntutan langkah pengerjaan dan juga
dalam membuat kesimpulan hasil penyelesaian masalah.
Berbeda halnya dengan kondisi akhir kemampuan komunikasi matematis
siswa yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan terjadi perubahan
pada ketiga aspek yang di nilai dalam kemampuan komunikasi matematis. Siswa
sudah mampu memahami dan memberikan penjelasan pada soal sesuai dengan
aspek-aspek kemampuan komunikasi matematis. Tabel 4.10 Hasil post test
kemampuan komunikasi matematis siswa menunjukan dari 25 orang siswa yang
diberi perlakuan dengan penerapan model problem based learning ada 7 orang
siswa berada pada kategori sangat tinggi, 9 orang siswa dalam kategori tinggi, 5
orang siswa dalam kategori sedang, 1 orang siswa dalam kategori rendah dan ada
3 orang siswa yang masih berada pada kategori sangat rendah. Dari 5 kategori
kemampuan komunikasi matematis siswa tersebut diperoleh rata-rata kemampuan
komunikasi matematis siswa dari hasil persentase skor secara klasikal
dikategorikan sedang.
71
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa model problem based
learning berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini
terlihat dari hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengalami
perubahan lebih baik dari kondisi awal sebelum dilakukan eksperimen
dibandingkan dengan kondisi akhir setelah dilakukan eksperimen.
Dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model problem based learning sangat baik digunakan agar siswa
dapat menggunakan kemampuan komunikasi matematisnya dalam menyelesaikan
segala masalah matematika. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang
tinggi akan membantu siswa agar lebih mudah dalam memahami materi yang
diberikan oleh guru. Hal ini dapat di lihat pada nilai tes akhir yang diperoleh oleh
setiap siswa. Dari 25 orang siswa yang mengikuti pembelajaran hanya 3 orang
yang termasuk dalam kategori kemampuan komunikasi matematis siswa sangat
rendah, dan 1 orang pada kategori rendah, hal ini lebih baik jika dibandingkan
dengan hasil tes awal yang rata-rata siswa berkemampuan komunikasi matematis
yang sangat rendah.
Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran, partisipasi siswa
dalam pembelajaran cukup besar. Siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran dan
mengemukakan pendapat. Dengan penggunaan model problem based learning
ternyata sudah memberikan antusias besar kepada siswa di dalam menyampaikan
materi pada pembelajaran matematika.
72
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan tentang penerapan
model problem based learning terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa
pada mata pelajaran matematika di kelas X MAN Kluet Aceh Selatan maka dapat
dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Hasil perhitungan rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa melalui
penerapan model pembelajaran problem based learning pada materi peluang
di Kelas X MAN Kluet dengan konversi persentase skor secara klasikal
diperoleh nilai sebesar 79,6% yang berarti tafsiran kemampuan komunikasi
matematika siswa termasuk dalam katagori sedang.
2. Berdasarkan data yang dianalisis secara statistik yaitu dengan menggunakan
uji t pada taraf signifikan α = 0,05, dengan dk = 53 diperoleh ���,������� =
1,67 dan thitung = 8,03. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel yaitu 8,03 > 1,67.
Dengan demikian Hipotesis nihil (Ho) ditolak atau berarti Hipotesis alternatif
(H1) diterima. Ini berarti kemampuan komunikasi matematis siswa yang
diajarkan dengan model problem based learning lebih baik dari pada
kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan
pembelajaran Konvensional
73
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka penulis
mengemukakan beberapa saran yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu
pembelajaran matematika khususnya di MAN Kluet Aceh Selatan dan lain pada
umumnya. Saran-saran tersebut sebagai berikut.
1. Diharapkan kesadaran kepada setiap guru matematika dapat menerapkan
model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan kemampuan pemahaman
siswa terhadap materi yang akan diajarkan, agar terciptanya suasana belajar
yang aktif dan menyenangkan.
2. Diharapkan kepada para pembaca, agar penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan
datang.
3. Disarankan kepada pihak lain yang tertarik dengan model pembelajaran ini
untuk melakukan penelitian dengan materi yang berbeda, namun tidak
terlepas harus memperhatikan materi yang sesuai dengan model ini dan
menggunakan media pembelajaran yang lengkap guna mendapatkan hasil
yang optimal
74
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, 2011, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:
kencana
Akhmad Sudrajat, 2006, Peratutan Mentri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2006, diakses 25 Agustus 2015
`
Asmanuri, 2009, Mengembangkan Kemampuan Komunokasi Matematika Melalui
Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Bangun Ruang Sisi
Lengkung Di SMPN 6 Takengon, Skripsi, Banda aceh IAIN Ar-Raniry
Bansu I Anshari, 2003, Pengaruh Pembelajaran Dengan Strategi Think-Talk-
Write dalam Upaya Menumbuhkembangkan Kemampuan Komunikasi
Matematik Siswa SMU, Jurnal Jarlit Balitbang Depdiknas
Budi Wahyono, 2003, Pendekatan konvensional dalam Pembelajaran, dari
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/06/pendekatan-konvensional-
dalam.html, Diakses 19 April 2016
Common Text Book, 2001, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
Bandung: JICA
Cut Yuni Nurul Hajjina, 2013, Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui
Problem Based Learning di Kelas XI SMA Teuku Nyak Arif Fatih
Bilingual School Banda Aceh, skripsi, Banda Aceh
Darto, 2008, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education di
SMP Negeri 3 Pangkalan Kuras, Thesis, UNP
Deddy Mulyana, 2008, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan LintasBudaya,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Depdiknas, 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi Pelajaran Matematika Sekolah
Menengah Pertama, Jakarta: Depdiknas
Fachrurazi, 2011, Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar, Jakarta: Alex
Media Komputindo
H. Abuddin Nata, 2009, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:
Kencana
Herman Hudojo, 2005, Kapita Selekta Pengebangan Matematika , Malang:
Universitas Negeri Malang
75
______, 1988, Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Depdikbub
______, 1990, Strategi Mengajar Belajar Matematika, Malang: IKIP Malang
Muhammad Darkasyi, dkk., Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning
pada Siswa SMP Negeri Lhokseumawe, Jurnal Didaktik Matematika
Muslim Ibrahim, 2005, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya: UNESA
University Press
Nana Sudjana, 2009, Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Nia Deslia, 2010, Implementasi Model Problem Based Learning pada Materi
Himpunan di Kelas VII MTsN Model Banda Aceh, Skripsi, Banda Aceh:
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
Permen Dikbud No. 59 Tahun 2014, situs:http://publik22.
Blogspot.co.id/2014/09/download-permendikbud-no-59-tahun-2014.htlm,
Diases pada tanggal 2 Agustus 2016
Poerwadarminta, 1998, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Rachman Natawiddjaja, 1979, Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan, Jakarta:
Proyek Pengadaan Buku SPG, Depdikbud
Ratna Arya Cakka, 2016, Pengertian Metode Pembelajaran Konvensional, dari
http://www.gudangteori.xyz/2016/01/pengertian-metode-pembelajaran,
htlm, Diakses 19 April 2016
Shadiq Fajar, 2014, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi,
Yogyakarta: Depdiknas
Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta:
Rineka Cipta
Soejadi, 2000, Kiat-kiat Matematika di Indonesia, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Sudjana, 2005, Metoda Statistika Edisi VI, Bandung: Tarsiti
Suharsimi Arikunto, 2004, Manajemen Pendidikan, Yokyakarta: Bumi Aksara
______, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
76
Tanwey Gerson Ratumanan, 2004, Belajar dan Pembelajaran, Ambon: Unesa
University Press
Wayan Nurkanca & Sunarta, 1986, Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha
Nasional
Yovita, Bambang dan Halini, 2010, Pengaruh Problem Based Learning terhadap
Kemampuan komunikasi Matematis Sisawa Pada materi Himpunan Kelas
VII”, Jurnal, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan matematika,
Yokyakarta: FMIPA UNY
Zakaria Efendi, 2007, Tren Pengajaran dan Pembelajaran Matemtaika, Kuala
Lumpur: Lohprint SDN BHD
81
SOAL PRETEST
Sekolah : MAN Kluet
Mata pelajaran : Matematika
Materi : Peluang
Waktu : 30 menit
Petunjuk:
1) Memulai dengan membaca basmallah.
2) Tulislah nama dan kelas pada kolom yang disediakan.
3) Kerjakan terlebih dahulu soal yang menurut anda paling mudah.
4) Jawablah soal pada lembar jawaban yang telah disediakan dengan benar dan
tidak boleh mencontek.
Selesaikan soal berikut !
1. Sekeping uang logam dilambung sebanyak satu kali. Tentukan titik sampel dari ruang
sampelnya.(Bobot nilai 40)
2. Pada pelemparan dua mata dadu dilakukan secara sekaligus, berapakah peluang
munculnya mata dadu kembar? (Bobot nilai 60)
Nama :
Kelas :
82
RUBRIK ASPEK KEMAMPUAN KOMUNIKASI UNTUK SOAL PRETEST
No Aspek Komunikasi Soal Keterangan
1. Menuliskan diketahui,
ditanya atau pemisalan pada
soal.
1 menuliskan pemisalan pada
pelambungan sekeping uang logam,
Misalkan:
Muncul sisi gambar = G
Muncul sisi angka = A
2 menuliskan pemisalan pada
munculnya mata dadu kembar pada
pelemparan dua mata dadu sekaligus
2. Menyatakan situasi masalah
menggunakan gambar,
menjelaskan ide
menggunakan bahasa
metematika dan simbol.
1 Menentukan dan menjelaskan ruang
sampel dan titik sampel dalam
pelambungan sekeping uang logam
2 Menentukan dan menjelaskan ruang
sampel dan titik sampel dari kejadian
pada pelemparan dua mata dadu
sekaligus. Menentukan peluang
munculnya mata dadu kembar pada
pelemparan dua mata dadu sekaligus
3. Membuat situasi matematika
dengan menyediakan ide dan
keterangan dalam bentuk
tulisan
1 dan 2 Menyelesaikan soal sesuai rencana
dan prosedur yang benar dan
kerututan langkah pengerjaan kedua
soal
83
LTERNATIF JAWABAN PRETEST AWAL DAN PEDOMAN PENSKORAN
No Alternatif jawaban Skor
1
Misalkan:
Muncul sisi gambar = G
Muncul sisi angka = A
Menentukan ruang sampel dan titik sampel
Ruang sampel: {G,A}
Titik sampel: G dan A
5
5
15
15
2
Membuat tabel:
Dadu pertama
Dadu
kedua
(1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)
(2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)
(3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)
(4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)
(5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)
(6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)
Banyaknya titik sampel n(S) = 36
Peluang Munculnya mata dadu kembar
Misalkan muncul mata dadu kembar “A”
Ruang sampel A = {(1,1), (2,2), (3,3), (4,4), (5,5), (6,6)}, n(A) = 6
P(A) = �(�)
�(�) =
�
�� =
�
�
20
10
5
10
15
Jumlah 100
84
85
86
87
88
89
90
90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Mata Pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : X / Genap
Alokasi waktu : 4 x 45 menit ( 2 kali pertemuan)
A. Kompetensi Inti SMA kelas X:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetesi
1. Kompetensi Spiritual
1.1 Menghayati dan mengamalkan
agama yang dianutnya.
Aspek Spiritual:
1.1.1 Membiasakan mengucap salam dan
membaca doa di awal dan diakhir
pembelajaran.
2. Kompetensi Sosial
2.1 Memiliki motivasi internal,
kemampuan bekerjasama,
konsisten, sikap disiplin, rasa
percaya diri, dan sikap
toleransi dalam perbedaan
strategi berpikir dalam
memilih dan menerapkan
strategi menyelesaikan
masalah.
Aspek Sikap:
2.1.1 Terlibat aktif dalam menemukan
permasalahan tentang suatu peluang
kejadian majemuk.
2.1.2 Toleran terhadap pemecahan masalah yang
berbeda dan kreatif.
2.1.3 Bekerjasama, aktif serta bertanggung
jawab dalam memecahkan masalah.
91
3. Kompetensi Pengetahuan
3.22 Mendeskripsikan konsep
peluang suatu kejadian
menggunakan berbagai objek
nyata dalam suatu percobaan
Aspek Pengetahuan:
3.22.1 Menentukan peluang gabungan dua
kejadian
3.22.2 Menentukan peluang dua kejadian yang
saling lepas
3.22.3 Menentukan peluang dua kejadian yang
saling bebas
3.22.4 Menentukan peluang kejadian bersyarat
4. Kompetensi Keterampilan
4.18 Menyajikan hasil penerapan
konsep peluang untuk
menjelaskan berbagai objek
nyata melalui percobaan
menggunakan frekuensi
relatif
Aspek Keterampilan :
4.18.1 Menyelesaikan masalah pada soal-soal
suatu peluang kejadian majemuk
4.18.2 Menerapkan konsep peluang suatu
kejadian majemuk untuk menyelesaikan
soal pemecahan masalah.
C. Uraian Materi Pelajaran
Peluang Kejadian Majemuk (Terlampir)
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama: 2 x 45 menit
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan
Apersepsi :
1. Guru mempersiapkan peserta didik secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Mengecek kehadiran siswa dan meminta siswa
untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan
yang diperlukan, misalnya buku siswa
3. Melalui tanya jawab, siswa mengulang kembali
materi tentang ruang sampel, titik sampel dan
peluang suatu kejadian.
Contoh pertanyaan
a) Ada berapakah titik sampel pada pelemparan
sekeping uang logam?
b) Berapakah peluang munculnya angka pada
pelemparan sekeping uang logam?
4. Siswa diberikan cakupan materi dan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa
10 menit
92
mengenai peluang gabungan dua kejadian dan
peluang dua kejadian yang saling lepas.
Motivasi : Memotivasi siswa dengan cara memberitahukan
kepada siswa manfaat mempelajari peluang seperti
“mempelajari peluang memberikan pengetahuan
kepada kita bahwa tidak ada kemungkinan kejadian
yang pasti sebelum kita melakukan suatu tindakan”,
dan juga dapat mengetahui peluang atas kejadian-
kejadian yang terjadi dalam kehidupan disekeliling
kita seperti materi yang akan dipelajari saat ini yaitu
tentang peluang gabungan dua kejadian dan peluang
dua kejadian yang saling lepas dalam kehidupan
sehari hari
Pemberian acuan (orientasi)
Menyampaikan langkah-langkah yang akan diterapkan
dalam pembelajaran PBL. Guru menyampaikan
bahwa belajar hari ini akan dilakukan secara
berkelompok. Setelah diskusi masing-masing
kelompok harus mempresentasikan hasil diskusi
kelompok.
Kegiatan Inti
Mengamati
1. Orientasi siswa pada masalah :
(a) Guru mengajukan masalah seperti “Susi, Dewi
Dina dan Santi sedang bermain ludo dirumah
Dewi. Setelah beberapa saat mereka bermain,
pada penghujung permainan, Santi mendapat
giliran mengetos dadunya untuk mengakhiri
permainan. Santi diberi kesempatan untuk
mengetos dadunya sebanyak satu kali saja,
Santi berharap agar mata dadu yang muncul
adalah angka ganjil atau angka prima untuk
mencapai home . Berapakah peluang Santi
untuk mencapai home?
(b) Guru meminta siswa mengamati dan
memahami masalah secara individu
Menanya
(c) Peserta didik didorong untuk mengajukan
pertanyaan berdasarkan pengamatan yang
dilakukan.
(d) Apabila proses bertanya dari peserta didik
kurang lancar, guru melontarkan pertanyaan
penuntun/ pancingan secara bertahap.
1) Setelah membaca dan mencermati
70 Menit
93
permasalahan, apa yang terpikir oleh
ananda?
2) Sekarang coba masing-masing ananda
memikirkan berapa peluang Santi untuk
mencapai home?
Kemungkinan pertanyaan yang muncul
difikiran siswa setelah didorong bertanya
antaranya “ Berapa peluang Santi untuk
mencapai home?”
Mencoba
2. Mengorganisasikan siswa belajar
(a) Meminta siswa agar duduk secara
berkelompok heterogen (dari sisi kemampuan,
gender, budaya, maupun agama) sesuai
pembagian kelompok yang telah direncanakan
oleh guru dan disepakati siswa.
(b) Membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
berisikan masalah dan langkah-langkah
pemecahan serta meminta siswa berkolaborasi
untuk menyelesaikan masalah.
(c) Guru berkeliling mencermati siswa bekerja,
mencermati dan menemukan berbagai
kesulitan yang dialami siswa, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya hal-hal yang belum dipahami.
(d) Guru memberi bantuan berkaitan kesulitan
yang dialami siswa secara individu, kelompok,
atau klasikal.
Menalar
(e) Meminta siswa untuk menghimpun berbagai
konsep dan aturan matematika yang sudah
dipelajari serta memikirkan strategi pemecahan
yang berguna untuk pemecahan masalah.
(f) Mendorong siswa agar bekerja sama dalam
kelompok.
3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
(a) Meminta siswa melihat hubungan-hubungan
berdasarkan informasi/data terkait
(b) Guru meminta siswa mendiskusikan cara yang
digunakan untuk menemukan semua
94
kemungkinan. Bila siswa belum mampu
menjawabnya, guru memberi bantuan.
Mengkomunikasikan
4. Guru meminta siswa menyiapkan hasil diskusi
kelompok yang akan dipresentasikan oleh
kelompok di depan kelas.
5. Guru meminta perwakilan satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya, dengan
musyawarah.
6. Guru meminta siswa dari kelompok lain untuk
mengajukan pertanyaan, saran dan sebagainya
dalam rangka penyempurnaan.
7. Guru meminta perwakilan kelompok yang
mempunyai cara atau hasil yang berbeda dengan
kelompok sebelumnya untuk dipresentasikan.
8. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap
kelompok
9. Dengan tanya jawab, guru mengarahkan semua
siswa pada kesimpulan mengenai permasalahan
tersebut.
Guru memberikan penghargaan dan apresiasi kepada
kelompok atau individu yang telah berpartisipasi
aktif dalam proses diskusi dan presentasi.
Penutup
1. Peserta didik bersama-sama dengan guru membuat
kesimpulan mengenai peluang gabungan suatu
kejadian majemuk dan peluang dua kejadian saling
lepas.
2. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang
materi yang telah diajarkan.
3. Guru melakukan evaluasi kepada siswa dan juga
merefleksi kembali tentang materi yang telah
diajarkan
4. Guru mengakhiri pembelajaran dan meminta
siswa agar tetap belajar lagi dirumah, dan
guru menyampaikan materi pada pertemuam
selanjutnya yaitu materi tentang peluang dua
kejadian yang saling bebas dan peluang bersyarat.
5. Salah seorang peserta didik memimpin doa untuk
menutup pelajaran.
10 Menit
95
Pertemuan kedua: 2x 45 menit
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahuluan
Apersepsi :
1. Guru mempersiapkan peserta didik secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Mengecek kehadiran siswa dan meminta siswa
untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan
yang diperlukan, misalnya buku siswa
3. Melalui tanya jawab, siswa mengulang kembali
materi tentang peluang dua kejadian dan peluang
dua kejadian yang saling lepas.
4. Siswa diberikan cakupan materi dan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa
mengenai peluang dua kejadian saling bebas dan
peluang bersyarat.
Motivasi : Memotivasi siswa dengan cara memberitahukan
kepada siswa tujuan mempelajari peluang dua
kejadian yang saling bebas dan pelung bersyarat
dalam kehidupan sehari hari.
Pemberian Acuan (Orientasi)
Guru menyampaikan bahwa pembelajaran hari ini
dilakukan sama seperti pada pertemuan sebelumnya
yaitu model pembelajaran PBL, yang dilakukan
secara diskusi berkelompok. Setelah diskusi masing-
masing kelompok harus mempresentasikan hasil
diskusi kelompok.
10 menit
Kegiatan Inti
Mengamati 1. Orientasi siswa pada masalah :
a) Guru mengajukan masalah seperti “Peluang
Amir diterima di Perguruan Tinggi Negeri
adalah 3/7, dan peluang Budi diterima di
Perguruan tinggi Negeri adalah 1/3. Berapakah
Peluang sekurang-kurangnya satu diantaranya
diterima di Perguruan Tinggi Negeri?”
b) Guru meminta siswa mengamati dan memahami
masalah secara individu
70 Menit
96
Menanya
c) Peserta didik didorong untuk mengajukan
pertanyaan berdasarkan pengamatan yang
dilakukan.
d) Apabila proses bertanya dari peserta didik
kurang lancar, guru melontarkan pertanyaan
penuntun/ pancingan secara bertahap.
1) Setelah membaca dan mencermati
permasalahan, apa yang terpikir oleh
ananda?
2) Sekarang coba masing-masing ananda
memikirkan berapa peluang sekurang-
kurangnya salah satu diantara Amir dan Budi
diterima di Perguruan Tinggi Negeri?
Kemungkinan pertanyaan yang muncul difikiran
siswa setelah didorong bertanya antaranya
“Berapa peluang sekurang-kurangnya salah satu
diantara Amir dan Budi diterima di Perguruan
Tinggi Negeri?
Mencoba
1. Mengorganisasikan siswa belajar
a) Meminta siswa agar duduk sesuai dengan
kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan
sebelumnya.
b) Membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
berisikan masalah dan langkah-langkah
pemecahan serta meminta siswa berkolaborasi
untuk menyelesaikan masalah.
c) Guru berkeliling mencermati siswa bekerja,
mencermati dan menemukan berbagai kesulitan
yang dialami siswa, serta memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal
yang belum dipahami.
d) Guru memberi bantuan berkaitan kesulitan yang
dialami siswa secara individu, kelompok, atau
klasikal.
Menalar
e) Meminta siswa untuk menghimpun berbagai
konsep dan aturan matematika yang sudah
dipelajari serta memikirkan strategi pemecahan
yang berguna untuk pemecahan masalah.
97
f) Mendorong siswa agar bekerja sama dalam
kelompok.
2. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
a) Meminta siswa melihat hubungan-hubungan
berdasarkan informasi/data terkait
b) Guru meminta siswa mendiskusikan cara yang
digunakan untuk menemukan semua
kemungkinan. Bila siswa belum mampu
menjawabnya, guru memberi bantuan.
Mengkomunikasikan 3. Guru meminta siswa menyiapkan hasil diskusi
kelompok yang akan dipresentasikan oleh
kelompok di depan kelas.
4. Guru meminta perwakilan satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya, dengan
musyawarah.
5. Guru meminta siswa dari kelompok lain untuk
mengajukan pertanyaan, saran dan sebagainya
dalam rangka penyempurnaan.
6. Guru meminta perwakilan kelompok yang
mempunyai cara atau hasil yang berbeda dengan
kelompok sebelumnya untuk dipresentasikan.
7. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap
kelompok
8. Dengan tanya jawab, guru mengarahkan semua
siswa pada kesimpulan mengenai permasalahan
tersebut.
Guru memberikan penghargaan dan apresiasi
kepada kelompok atau individu yang telah
berpartisipasi aktif dalam proses diskusi dan
presentasi.
Penutup
1. Peserta didik bersama-sama dengan guru membuat
kesimpulan mengenai peluang gabungan suatu
kejadian majemuk dan peluang dua kejadian saling
lepas.
2. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang
materi yang telah diajarkan.
3. Guru melakukan evaluasi kepada siswa dan juga
merefleksi kembali tentang materi yang telah
diajarkan
4. Guru mengakhiri pembelajaran dan meminta
siswa agar tetap belajar lagi dirumah, dan
guru menyampaikan materi pada pertemuam
10 Menit
98
selanjutnya yaitu materi tentang peluang dua
kejadian yang saling bebas dan peluang bersyarat.
5. Salah seorang peserta didik memimpin doa untuk
menutup pelajaran.
E. Penilaian
1. Sikap
a. Teknik Penilaian : Observasi
b. Bentuk Instrumen: Lembar Observasi sikap (lembar observasi terlampir)
2. Pengetahuan:
a. Tehnik Penilaian: Tes
b. Bentuk Instrumen: Tes Uraian (Lembar tes uraian terlampir)
3. Ketrampilan:
a. Tehnik Penilaian: Observasi hasil kerja kelompok
b. Bentuk Instrumen: Lembar observasi hasil kerja kelompok (lembar obs.
terlampir)
F. Media dan Sumber Pembelajaran
Media : LKS
Sumber Belajar : Buku Matemtika SMA kelas X Penerbit Pusat Kurikulum
dan Pembukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Buku Matematika untuk SMA program ilmu alam karangan
Sartono Wirodikromo, KTSP 2006.
Mengetahui, Aceh Selatan, April 2016
Guru Mata Pelajaran Matematika Peneliti
Kasmiati, S.Pd Fitri Yunida
NIM. 261121423
99
100
101
102
103
104
105
Nama Sekolah : MAN Kluet
Kelas/ Semester : X/ Genap
Mata pelajaran : Matematika
Materi : Peluang Kejadian Majemuk
Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menentukan peluang kejadian majemuk
2. Siswa dapat menyelesaikan masalah pada materi peluang kejadian majemuk
Petunjuk !
1. Mulailah dengan membaca Basmalah!
2. Tulis nama kelompok dan anggota kelompok pada kolom dibawah ini!
3. Bacalah dengan teliti soal dibawah ini!
4. Diskusikan dan jawablah soal tersebut dengan mengikuti setiap langkah-langkah
penyelesaiannya!
Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
106
Peluang Gabungan Dua Kejadian
Gabungan kejadian A dan B adalah himpunan semua titik sampel yang terdapat pada
kejadian A dan B. Dinotasikan A ∪ B. Jika A dan B adalah dua kejadian pada ruang sampel
S, peluang kejadian A atau B ditulis P(A ∪ B) adalah:P(A ∪B) = P(A) + P(B) - P(A ∩ B)
Masalah:
Penyelesaian masalah:
Misalkan:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Diketahui dan yang di tanya:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Menyatakan situasi masalah:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Penyelesaian masalah:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Menarik kesimpulan:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Susi, Dewi Dina dan Santi sedang bermain ludo dirumah
Dewi. Setelah beberapa saat mereka bermain, pada
penghujung permainan Santi mendapat giliran mengetos
dadunya untuk mengakhiri permainan. Santi diberi
kesempatan untuk mengetos dadunya sebanyak satu kali
saja, Santi berharap agar mata dadu yang muncul adalah
angka ganjil atau angka prima untuk mencapai home .
Berapakah peluang Santi untuk mencapai home?
107
Peluang Dua Kejadian yang Saling Lepas
Misalkan A dan B adalah dua kejadian dalam ruang sampel S. Jika A dan B adalah dua
kejadian yang saling lepas, dalam arti dua kejadian tidak mungkin terjadi bersamaan dalam
suatu percobaan. Maka peluang gabungan dua kejadian itu adalah: P(A ∪B) = P(A) +P(B)
Masalah:
Penyelesaian permasalahan:
Misalkan:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Diketahui dan yang di tanya:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Menyatakan situasi masalah:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Penyelesaian masalah:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Menarik kesimpulan:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Selamat Bekerja
Chika memiliki dua keping uang logam, chika hendak bermin
tebak-tebakan bersama kawannya Dini. Chika melempar dua
uang logamnya sekali di atas meja tempat mereka bermain lalu
ditutup dengan telapak tangannya dan ia meminta Dini untuk
menebak kemungkinan muncul gambar atau angka. Berapa
peluang kebenaran Dini menebak kedua uang logam itu
muncul gambar atau angka?
108
Nama Sekolah : MAN Kluet
Kelas/ Semester : X/ Genap
Mata pelajaran : Matematika
Materi : Peluang Kejadian Majemuk
Tujuan Pembelajaran :
3. Siswa dapat menentukan peluang kejadian majemuk
4. Siswa dapat menyelesaikan masalah pada materi peluang kejadian majemuk
Petunjuk !
5. Mulailah dengan membaca Basmalah!
6. Tulis nama kelompok dan anggota kelompok pada kolom dibawah ini!
7. Bacalah dengan teliti soal dibawah ini!
8. Diskusikan dan jawablah soal tersebut dengan mengikuti setiap langkah-langkah
penyelesaiannya!
Kelompok :
Anggota : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
109
Peluang Dua Kejadian yang Saling Bebas
Jika kejadian A tidak mempengaruhi terjadinya kejadian B dan sebaliknya, atau
terjadi atau tidaknya kejadian A tidak tergantung pada terjadi atau tidaknya kejadian B, maka
dua kejadian ini disebut kejadian saling bebas. Peluang dua kejadian yang saling bebas
adalah: P(A ∩B) = P(A)�P(B)
Masalah:
Penyelesaian Masalah:
Misalkan:......................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Diketahui dan yang di tanya:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Menyatakan situasi masalah:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Penyelesaian masalah:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Menarik kesimpulan:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Peluang Amir diterima di Perguruan Tinggi Negeri
adalah 3/7, dan peluang Budi diterima di
Perguruan tinggi Negeri adalah 1/3. Berapakah
Peluang sekurang-kurangnya satu diantaranya
diterima di Perguruan Tinggi Negeri?
110
Peluang kejadian bersyarat
Kejadian bersyarat merupakan dua kejadian tidak saling bebas. Secara umum,
kejadian A dengan Syarat kejadian B terjadi lebih dulu ditulis �|�. Sebaliknya, jika kejadian
B dengan syarat kejadian A terjadi lebih dulu ditulis �|�.
Peluang kejadian A dengan syarat kejadian B terjadi lebih dulu ditentukan dengan
aturan: P(�|�� �� ∩��
����,P(B) � 0
Peluang kejadian B dengan syarat kejadian A terjadi lebih dulu ditentukan dengan
aturan: P(�|�� �� ∩��
����,P(A) � 0
Masalah:
Penyelesaian Masalah:
Misalkan:
......................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
Diketahui dan yang di tanya:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Menyatakan situasi masalah:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Penyelesaian masalah:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Menarik kesimpulan:
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Selamat Bekerja
Bu Ida membeli 5 buah Jeruk dan 3 buah Jir di pasar buah,
sesampai di dirumah bu Ida memberikan buah tersebut
kepada anaknya Yuni. Yuni akan mengambil satu dari buah-
buahan tersebut secara acak berturut-turut sebanyak dua kali
tanpa pengembalian. Tentukan peluang Yuni mengambil
keduanya buah Jeruk!
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
NAMA SEKOLAH : MAN Kluet
KELAS/SEMESTER : X/Genap
HARI/TANGGAL : ...................../..............................................
PERTEMUAN KE : ..................................................................
WAKTU : ....................................................................
MATERI POKOK : Peluang
SUB MATERI POKOK : Peluang Kejadian Majemuk
NAMA OBSERVER : ....................................................................
A. Petunjuk
1. Amatilah aktivitas siswa dalam kelompok sampel yang telah ditentukan sebelumnya (terdiri dari 2 siswa kelompok atas, 2 siswa kelompok sedang, dan 2
siswa kelompok bawah) selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Tulislah hasil pengamatan anda pada lembar pengamatan, dengan prosedur sebagai berikut:
a. Setiap 4 menit, pengamat melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa. Kemudian 1 menit berikutnya menuliskan kode atau nomor kategori
aktivitas siswa yang dominan.
b. Kode/nomor kategori pengamatan ditulis secara berurutan sesuai dengan kejadian, pada baris dan kolom yang sesuai.
c. Pengamatan dilakukan sejak dimulai sampai berakhirnya pembelajaran.
3. Kode/nomor kategori aktivitas siswa ditentukan sebagai berikut:
1. Mendengarkan, memperhatikan penjelasan guru/teman
2. Membaca/ memahami masalah dan menemukan cara penyelesaian masalah
3. Bertanya/menyampaikan pendapat/ide kepada guru atau teman
4. Menyelesaikan permasalahan/ berdiskusi dalam kelompok
5. Membandingkan jawaban dalam diskusi kelompok
6. Mempresentasikan/ menyampaikan jawaban
7. Menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur
8. Perilaku yang tidak relevan dengan KBM (seperti: melamun, berjalan-jalan di luar kelompok belajarnya, membaca buku/ mengerjakan
tugas mata pelajaran lain, bermain-main dengan teman, dan lain-lain).
124
No Nama Siswa Kelompok Pengamatan pada menit ke -....
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
1
Atas
2
3
Tengah
4
5
Bawah
6
B. Komentar dan saran Pengamat/Observer:
..................................................................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................................................................
Aceh Selatan, April 2016
Pengamat/Observer
......................................
125
126
127
128
129
130
131
132
133
Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengajar
(LOKGM)
Nama sekolah : MAN Kluet
Kelas/Semester : X/Genap
Hari/Tanggal : ………….. /………………………………
Pertemuan ke- : …………..………………………………
Waktu : ……………………………………………
Nama Guru : ……………………………………………
Materi Pokok : Peluang
Sub Materi Pokok : Peluang Kejadian Majemuk
Model Pembelajaran : Problem Based Learning
Nama Pengamat/Observer : ……………………………………………
A. Petunjuk : Berilah tanda cek ( √ ) pada kolom nilai yang sesuai menurut penilaian
Bapak/Ibu:
1 : berarti “Tidak Baik” 4 : berarti “Baik
2 : berarti “Kurang Baik” 5 : berarti “Sangat Baik”
3 : berarti “Cukup Baik”
B. Lembar Pengamatan :
No Aspek yang diamati Nilai
1 2 3 4 5
1. Pendahuluan :
1. Kemampuan guru menyampaikan apersepsi.
2. Kemampuan guru dalam bertanya jawab
dengan siswa tentang materi prasyarat.
3. Kemampuan guru memotivasi siswa.
4. Kemampuan guru meminta pendapat siswa
tentang kegunaan lain dari aturan pencacahan
di kehidupan sehari-hari.
5. Kemampuan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Nilai Rata-rata
2. Kegiatan Inti :
1. Kemampuan guru mengorganisasikan siswa
134
untuk belajar
2. Kemampuan guru membagikan kelompok
secara heterogen.
3. Kemampuan guru dalam menyampaikan
pentingnya diskusi kelompok agar dapat
berbagi ilmu dan bertukar pendapat.
4. Kemampuan guru menyampaikan langkah-
langkah pembelajaran PBL.
5. Kemampuan guru dalam memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang langkah-langkah pembelajaran bila
ada yang belum jelas.
6. Kemampuan guru meminta bantuan siswa
untuk membagikan LKS.
7. Kemampuan guru mengarahkan agar setiap
siswa mempelajari LKS yang diberikan dalam
kelompok.
8. Kemampuan guru mengarahkan siswa
berdiskusi dalam kelompok untuk
menyelesaikan LKS.
9. Kemampuan guru mengamati cara siswa
menyelesaikan soal/masalah.
10. Kemampuan guru memberikan bimbingan
kepada kelompok yang mengalami masalah.
11. Kemampuan mengarahkan siswa
mempresentasikan hasil diskusi secara
bergantian di dalam kelas.
12. Kemampuan guru menyampaikan kepada
siswa pentingnya mengemukakan pendapat
agar dapat mengekspresikan diri dalam
diskusi kelas.
13. Kemampuan memimpin diskusi
kelas/menguasai kelas.
14. Kemampuan mengarahkan siswa untuk
mengemukakan jawaban tiap kelompok.
15. Kemampuan mendorong siswa untuk mau
bertanya, mengeluarkan pendapat atau
menjawab pertanyaan.
16. Kemampuan menegaskan hal-hal penting.
17. Kemampuan guru menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Nilai Rata-rata
3. Penutup :
1. Kemampuan untuk membimbing siswa dalam
menyimpulkan materi pembelajaran.
2. Kemampuan untuk mengajukan dan
menjawab pertanyaan.
135
3. Kemampuan untuk mengajak siswa lain
memberikan penghargaan kepada kelompok
terbaik.
4. Kemampuan menutup pelajaran.
Nilai Rata-rata
C. Saran dan komentar pengamat/observer :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
........................................................................
Aceh Selatan, April 2016
Pengamat/Observer,
……………………………………
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
SOAL POSTEST
Sekolah : MAN Kluet
Mata pelajaran : Matematika
Materi : Peluang
Waktu : 60 menit
Petunjuk:
1) Memulai dengan membaca basmallah.
2) Tulislah nama dan kelas pada kolom yang disediakan.
3) Kerjakan terlebih dahulu soal yang menurut anda paling mudah.
4) Jawablah soal pada lembar jawaban yang telah disediakan dengan benar dan
tidak boleh mencontek.
Selesaikan soal berikut !
1. Peluang mahasiswa lulus matematika �
� dan peluang lulus biologi
�
�. Bila peluang lulus
kedua mata kuliah �
�. Berapa peluang mahasiswa untuk lulus matematika atau biologi?
(Bobot nilai 20)
2. Berapakah peluang mendapatkan 7 atau 11 bila dua dadu dilambungkan? (Bobot nilai
20)
3. Kotak I berisi 2 bola merah dan 3 bola putih. Kotak II berisi 5 bola merah dan 3 bola
putih. Dari masing-masing kotak diambil 1 bola. Peluang bola yang terambil bola
merah dari kotak I dan bola putih dari kotak II adalah.... (Bobot nilai 30)
4. Sebuah dadu bersisi enam dilempar satu kali. Hitunglah peluang kejadian munculnya
mata dadu angka ganjil dengan syarat kejadian munculnya mata dadu angka prima
terjadi lebih dulu!... (Bobot nilai 30)
Nama :
Kelas :
149
RUBRIK ASPEK KEMAMPUAN KOMUNIKASI UNTUK SOAL POSTEST
No Aspek Komunikasi Soal Keterangan
1. Menuliskan diketahui,
ditanya atau pemisalan
pada soal.
1 Misalkan:
M kejadian “lulus matematika”
B kejadian “lulus biologi”
Diketahui: P(M) = 2
3
P(B) = 4
9
P(M ∩ B) = 1
4
Ditanya: P(M ∪ B) = ...?
2 Misalkan:
A kejadian muncul mata dadu berjumlah 7
B kejadian muncul mata dadu berjumlah 11
3 Misalkan:
P(A) = peluang terambil bola merah dari kotak
I
P(B) = peluang terambil bola putih dari kotak
II.
4 Misalkan A = {kejadian munculnya mata dadu
angka ganjil}
Misalkan B = {kejadian munculnya mata dadu
angka prima}
2. Menyatakan situasi
masalah menggunakan
gambar, menjelaskan ide
menggunakan bahasa
metematika dan simbol.
1 Menggunkan bahasa matematika dan simbol-
simbol dalam penyelesaian masalah untuk
mencari peluang
P(M) = 2
3 , P(B) =
4
9 P(M ∩ B) =
1
4 dan P(M ∪
B) sehingga menemukan penyelesaian
P(M ∪ B) = P(M) + P(B) - P(M ∩ B)
= 2
3 +
4
9 -
1
4
= 31
36
2 Peneyelesaian masalah dengan dapat
menetukan ruang sampel dan banyaknya titik
sampel dari pelambungan dua mata dadu dan
menentukan peluangnya kedalam bahasa
matematika dan simbol
3 Dalam kotak I ada 2 bola merah dari 5 bola
yang ada di kotak A. Sehingga peluang
terambilnya bola merah dari kotak I adalah
P(A) = 2/5
150
Dalam kotak II ada 3 bola putih dari 8 bola
yang ada di kotak II. Sehingga peluang
terambilnya bola putih dari kotak II adalah
P (B) = 3/8
Peluang bola yang terambil bola merah dari
kotak I dan bola putih dari kotak II adalah
P(A∩B) = P(A) × P(B)
= 2/5 × 3/8
= 6/40
= 3/20
4 Menyatakan dan menyelesaikan permasalahan
kedalam bahasa matematika dan simbol
(simbul irisan dan simbul kejadian bersyarat)
menentukan ruang sampel dan titik sampel dari
masing-masing kejadian dan peluang suatu
kejadian bersyarat pada pelambungan mata
dadu satu kali.
3. Membuat situasi
matematika dengan
menyediakan ide dan
keterangan dalam bentuk
tulisan
1,2,3
dan
4
Menyelesaikan soal sesuai rencana dan
prosedur yang benar dan keruntutan langkah
pengerjaan dari masing-masing soal yang
diberikan
151
ALTERNATIF JAWABAN POSTEST DAN PEDOMAN PENSKORAN
No Alternatif jawaban Skor
1
Misalkan:
M kejadian “lulus Matematika”
B kejadian “lulus Biologi”
Diketahui: P(M) = 2
3
P(B) = 4
9
P(M ∩ B) = 1
4
Ditanya: P(M ∪ B) = ...?
Penyelesaian:
P(M ∪ B) = P(M) + P(B) - P(M ∩ B)
= 2
3 +
4
9 -
1
4
= 31
36
Jadi peluang mahasiswa untuk lulus matematika atau biologi adalah sebesar
31
36
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Buat tabel ruang sampel dari percobaan melambungkan dua dadu.
Dadu pertama
Dadu
kedua
(1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)
(2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)
(3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)
(4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)
(5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)
(6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)
Banyaknya titik sampel, n(s) = 36
Misalkan:
A kejadian muncul mata dadu berjumlah 7
B kejadian muncul mata dadu berjumlah 11
Penyelesaian:
A = {(6,1), (5,2), (4,3), (3,4), (2,5), (1,6) n(A) = 6
3
2
1
1
2
152
P(A) = �(�)
�(�) =
6
36 =
1
6
B = {(6,5), (5,6)}, n(B) = 2
P(B) = �(�)
�(�) =
2
36 =
1
18
P(A ∪ B) = P(A) + P(B)
= 1
6 +
1
18
= 4
18
= 2
9
Jadi peluang mendapatkan 7 atau 11 bila dua dadu dilambungkan sekali
adalah 2
9
2
2
1
1
2
2
1
3
Misalkan:
P(A) = peluang terambil bola merah dari kotak I.
Dalam kotak I ada 2 bola merah dari 5 bola yang ada di kotak A.
Sehingga peluang terambilnya bola merah dari kotak I adalah
P(A) = 2/5
P(B) = peluang terambil bola putih dari kotak II.
Dalam kotak II ada 3 bola putih dari 8 bola yang ada di kotak II.
Sehingga peluang terambilnya bola putih dari kotak II adalah
P (B) = 3/8
Peluang bola yang terambil bola merah dari kotak I dan bola putih
dari kotak II adalah
P(A∩B) = P(A) × P(B)
= 2/5 × 3/8
= 6/40
= 3/20
Jadi Peluang bola yang terambil bola merah dari kotak I dan bola putih dari
kotak II adalah 3/20.
2
2
2
2
5
4
4
5
4
4
Misalkan A = {kejadian munculnya mata dadu angka ganjil}
A = {1, 3, 5} → n(A) = 3
Maka:P(A) = �(�)
�(�) =
�
�
Misalkan B = {kejadian munculnya mata dadu angka prima}
B = {2, 3, 5}→ n(A) = 3
2
2
2
153
Maka: P(B) = �(�)
�(�) =
�
�
(A ∩B) = { kejadian munculnya mata dadu angka ganjil dan mata
dadu angka prima}
(A ∩B) = {3,5} → n(A∩B) = 2
Maka: P(A ∩B) = �
�
Kejadian munculnya mata dadu angka ganjil (kejadian A) dengan
syarat kejadian munculnya mata dadu angka prima (kejadian B)
terjadi lebih dahulu, adalah kejadian bersyarat �|�.
P(�|�) = �(�∩�)
�(�)=
!"
!
=�
�
Jadi, P(�|�) = �
�.
Jadi peluang kejadian munculnya mata dadu angka ganjil dengan syarat
kejadian munculnya mata dadu angka prima terjadi lebih dulu adalah �
�.
2
5
2
2
5
6
2
Jumlah 100
154
155
Lampiran 9
141
FOTO KEGIATAN PENELITIAN
Gambar 1 : Mengecek Kehadiran Siswa
Gambar 2 : Pelaksanaan pretest
Lampiran 9
142
Gambar 3: Memberi Penjelasan tentang kegiatan pembelajaran menggunakan
model problem based learning
Gambar 4: Membagikan LKS
Lampiran 9
143
Gambar 5: Membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
Gambar 6: Salah satu siswa sedang mempersentasikan hasil kerja kelompok di
depan kelas
Lampiran 9
144
Gambar 7: Membagikan soal post test
Gambar 8: Pelaksaan post test
159
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama lengkap : Fitri Yunida
2. Tempat/Tanggal lahir : Aceh Selatan/ 06 Agustus 1992
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Kebangsaan/suku : Indonesia/Aceh
6. Status : Belum Kawin
7. Pekerjaan : Mahasiswi
8. Alamat : Ds. Rukoh, Kec. Syiah Kuala, Kab. Banda Aceh
9. Nama orang tua
a. Ayah : Basri
b. Ibu : Yurmani
10. Pekerjaan orang tua
a. Ayah : Petani
b. Ibu : IRT
11. Alamat orang tua : Ds. Kd Runding, Kec. Kluet Selatan, Kab. Aceh Selatan
12. Riwayat pendidikan
a. MIN Suak Bakung
b. MTsN Suak Bakung
c. MAN Kluet
d. UIN Ar-Raniry Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan
Matematika
Banda Aceh, Agustus 2016
Penulis,
(Fitri Yunida)
NIM. 261121423