141
STRATEGI MANAJEMEN KEPOLISIAN DALAM PENINGKATAN KESADARAN BERLALULINTAS PADA PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DI POLRES METRO TANGERANG KOTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Strata-1 pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Disusun Oleh : KRISNA KRISTIANNING EFENDI NIM : 6661111161 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2018

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

STRATEGI MANAJEMEN KEPOLISIAN DALAM PENINGKATAN

KESADARAN BERLALULINTAS PADA PENGEMUDI KENDARAAN

BERMOTOR DI POLRES METRO TANGERANG KOTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Strata-1 pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh :

KRISNA KRISTIANNING EFENDI

NIM : 6661111161

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

2018

Page 2: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

ii

ABSTRAK

Krisna Kristianning Efendi, NIM. 6661111161 Skripsi. Strategi Manajemen

Kepolisian Dalam Peningkatan Kesadaran Berlalu-lintas di Polres Metro

Tangerang Kota, Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I:

DR. Suwaib Amiruddin, M,Si , Pembimbing II: Yeni Widyastuti, S.sos, M.Si

Strategi Manajemen Kepolisian Dalam Peningkatan Kesadaran Berlalu-lintas di

Polres Metro Tangerang Kota di buat untuk pelaksanaan Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2009 tentang Berlalu-Lintas. Namun pada Strategi Manajemen tersebut

masih terdapat masalah-masalah dalam pelaksanaannya. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui faktor – faktor apa yang menyebabkan Strategi

Manajemen Kepolisian Dalam Peningkatan Kesadaran Berlalu-lintas di Polres

Metro Tangerang Kota belum berjalan dengan optimal. Penelitian ini bertitik tolak

pada teori pendekatan strategi menejemen dari Graffin (2004:228). Teori ini

memiliki 4 variabel yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman perusahaan atau organisasi adalah analisis SWOT. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Strategi Manajemen Kepolisian Dalam

Peningkatan Kesadaran Berlalu-lintas di Polres Metro Tangerang Kota belum

berjalan dengan optimal karena masih kurangnya kesadaran masyarakat akan

keselamatan meskipun pihak kepolisian sudah sering melakukan sosialisasi dalam

bentuk apapun dan sudah memberikan sanksi dengan tegas. Saran: Pihak kepolisian

Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan sanksi kepada

masyarakat yang melanggar dan masih ngeyel, masyarakat seharusnya lebih

memperhatikan keselamatan dan para orangtua lebih mengajarkan tentang betapa

pentingnya menjaga keselamatan sejak dini.

Kata Kunci : Strategi , Manajemen , Kesadaran Berlalu-lintas di Polres Metro

Tangerang Kota.

Page 3: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

iii

ABSTRACT

Krisna Kristianig Efendi. NIM. 6661111161. Thesis.The Strategy Management

Police in to Increase Awareness of Traffic at the Police Station in Metro

Tangerang City. Departement of Public Administration. Faculty of Social

Science and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st Advisor,

DR. Suwaib Amiruddin, M,Si and 2nd Advisor, Yeni Widyastuti, S.sos, M.Si .

The Strategy Management Police in to Increase Awareness of Traffic at the Police

Station in Metro Tangerang City be made to the implementation of The Law No 14

Years 2009 on traffic. But in management strategy is still there are problems in it’s

implementation. The purpose of this research is to find out what factors that cause

management strategies of the police in raising awareness of traffic in Metro Police

Tangerang City has not run optimally. This research starts to approach the

management strategies of Grafiin (2004:228). This theory has four variables that

can be used to measure the strenght, weakness, opportunity, thearts the company or

organization is the analysis SWOT. The research method used is descriptive method

with qualitative approach. The result showed that the management strategies of the

police in awareness of traffic on Metro Police are currently the city has not been

running optimum because it is still a lack of public awareness about the safety of

even the police have often outreachbin any form and has given sanctions stricly.

Advice : Police traffic city of Tangerang more assertive in giving a penalty for

breaking and selfish. People should pay more attention to the safety and older

people about how important it is to mantain the safety of the early.

Keywords: Strategy, Management, Awarenwaa of traffic on the Metro

Tangerang city

Page 4: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan
Page 5: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan
Page 6: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan
Page 7: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

vii

MOTTO

“EVERYDAY IS RACE,

THE LAST BUT NOT LEAST”

“setiap hari langkah kehidupan begitu cepat, bagaikan pembalap berebut dan

melaju nomot satu tetapi yang terakhir bukanlah yang terburuk”

“SUCCESS IS THE ABILITY TO GO FROM ONE FAILURE TO ANOTHER WITH NO

LOSS OF ENTHUSIASM”

(Sir Winston Churchill, Great Britain Prime Minister on World War II)

“Kesuksesan adalah kemampuan untuk beranjak dari suati kegagalan ke

kegagalan yang lain tanpa kehilangan keinginan untuk berhasil”

Kupersembahkan untuk :

❖ Keuda orang tuaku Papah Toni Efendi dan Mamah Sri Ningsih

❖ Keluarga Tercinta

❖ Dosen Fisip Untirta

❖ Fisip ANE Untirta 2011

Page 8: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

viii

KATA PENGANTAR

بسم هللا الر حمن الر حيم

Syukur Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa

Ta’ala yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “STRATEGI MANAJEMEN

KEPOLISIAN DALAM PENINGKATAN KESADARAN BERLALULINTAS

PADA PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DI POLRES METRO

TANGERANG KOTA”. Terimakasih yang teramat dalam juga penulis sampaikan

kepada kedua orang tua atas dukungan, motivasi dan kasih sayang yang tidak

terhingga serta doa-doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

dalam jenjang perkuliahan Strata Satu pada konsentrasi Kebijakan Publik Program

Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam

penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat

bimbingan, bantuan, nasehat, dan kerjasama dari berbagai pihak, segala hambatan

tersebut dapat teratasi dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut, dengan rasa

hormat penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Yth. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 9: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

ix

3. Yth. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Yth. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III dan

juga Dosen Pembimbing Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Yth. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas,

Sultan Ageng Tirtayasa, Serta Penguji Skripsi.

7. Yth. Ibu DR. Arenawati, M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Yth. Bapak DR. Suwaib Amiruddin, M,Si., Dosen Pembimbing I Skripsi

yang telah meluangkan waktu serta tenaganya untuk membimbing dan

mengarahkan penulisan skripsi ini.

9. Yth. Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing II Skripsi yang

telah meluangkan waktu serta tenaganya untuk membimbing dan

mengarahkan penulisan skripsi ini.

10. Keluarga tercinta terutama Mamah, Papah, Mas Andy Ardining Efendi,

Mba Cittra Ayuningsih Efendi, Adik Oktavia Ayuningsih Efendi dan mas

Angga Raharjo yang dengan kasih sayang dan doa restu telah memberikan

Page 10: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

x

dorongan dan semangat baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat

menyusun skripsi ini.

11. Orang yang selalu suport, Inne Frianti Putri terimakasih atas bantuan,

dukungan, doa, dan semangat yang telah diberikan. Semoga bahagia selalu

dan mengerti terus.

12. Sahabat Terbaik yang baik hingga saat ini, Muhammad Fahmi Penyok,

Gesti Resti Fitri, Gema Nugraha S.sos, Desy Handayani, Bima Yudha

S.sos dan Abdilah Lutfi S.sos orang terakhir yang mungkin sudah lupa tapi

tetap saya sebut. Terimakasih atas dukungan, doa, dan semangat yang tiada

hentinya diberikan.

13. Teman-teman seperjuangan Desy Hartining S.sos, Firstyana Gusti Ayu

S.sos, Dhani Chairani, Muhamad Adriansyah S.sos, Ariawan Lesmana,

Nita Retnasari S.sos, Ahcmad Hafis Rifai, dan yang tidak bosan-bosannya

mengingatkan dan memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih untuk semua motivasi dan semangat yang telah diberikan

kepada penulis.

14. Teman-teman Ilmu Administrasi Publik khususnya Kelas C Reguler

Angkatan 2011, terimakasih untuk kebersamaannya. Semoga masih dapat

berkumpul di lain kesempatan.

15. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu, terimakasih atas bantuan, dukungan, dan doa yang telah diberikan

selama penyusunan skripsi ini.

Page 11: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

xi

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan baik

aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Semua

ini didasarkan atas keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menyadari bahwa

proposal skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan

saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan ridho dari Allah

Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin.

Serang, Maret 2018

Penulis

Krisna Kristianning Efendi

Page 12: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

xii

DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... i

ABSTRAK ..................................................................................................... ii

ABSTRACT .................................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ v

LEMBAR ORISINALIRAS ......................................................................... vi

MOTTO ....................................................................................................... vii

KATA PENGHANTAR ................................................................................ viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ................................................................. 15

1.3. Batasan Masalah ...................................................................... 16

1.4. Rumusan Masalah .................................................................... 16

1.5. Tujuan Penelitian ..................................................................... 16

1.6. Manfaat Penelitian ................................................................... 17

BAB II DESKRIPSI TEORI

2.1 Landasan Teori......................................................................... 18

2.1.1 Manajemen Strategi ...................................................... 18

2.1.2 Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalanan ............... 27

Page 13: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

xiii

2.1.3 Pengertian Kendaraan Bermotor ................................... 29

2.1.4 Istilah Polisi dan Kepolisian .......................................... 30

2.1.5 Tugas dan Wewenang Kepolisian ................................. 32

2.1.6 Landasan Yuridis Kepolisian NRI ................................. 37

2.1.7 Peraturan Mengemudi ................................................... 41

2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................ 42

2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................. 46

2.4 Asumsi Dasar ........................................................................... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................... 50

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 51

3.3 Lokasi Penelitian ...................................................................... 51

3.4 Fenomena Penelitian ................................................................. 53

3.4.1 Definisi Konsep ............................................................ 53

3.4.2 Definisi Operasional ..................................................... 54

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................. 55

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................ 59

3.5.2 Metode Pengumpulan Data ........................................... 60

3.6 Informan Penelitian .................................................................. 60

3.7 Teknik Analisis Data ................................................................ 63

3.8 Uji Keabsahan Data ................................................................. 64

3.9 Jadwal Penelitian ...................................................................... 66

Page 14: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ....................................................... 67

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang ................................. 67

4.1.2 Deskripsi Polisi Lalu Lintas ............................................ 69

4.1.3 Strategi Polisi Polres Metro Tangerang ........................... 72

4.2 Deskripsi Data ......................................................................... 74

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ................................................ 74

4.2.2 Strategi Polisi Polres Metro Tangerang .......................... 79

4.2.3 Faktor-Faktor Yang Menjadi Hambatan Dalam

Melaksanakan Strategi Di Wilayah Tangerang ................ 84

4.2.4 Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengurangi Angka

Pelanggaran Lalu-Lintas Di Kota Tangerang .................. 86

4.3 Pembahasan ............................................................................. 89

BAB V PENUTUP

1.7. Kesimpulan .............................................................................. 109

1.8. Saran ........................................................................................ 110

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

xv

DAFTAR TABEL

Table 1.1 Jumlah Total Kecelakaan Pada tahun 2015 – 2016........................... 4

Table 2.1 Matrix SWOT ................................................................................. 17

Table 3.1 Pedoman Wawancara ...................................................................... 52

Table 3.2 Daftar Informan Penelitian .............................................................. 59

Table 3.3 Waktu Penelitian Tahun 2017 .......................................................... 61

Table 4.1 Usia Pelaku Pelanggaran ................................................................. 70

Table 4.2 Jenis Pelanggaran Kendaraan Bermotor ........................................... 71

Table 4.3 Jumlah Personil Polisi Satlantas Polres Metro Tangerang Kota ........ 73

Table 4.4 Data Informan Penelitian ................................................................. 78

Table 4.5 Matrix SWOT ................................................................................. 85

Page 16: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

xvi

DAFTAR GAMBAR

4.1 Peta Administratif Kota Tangerang ........................................................... 63

Page 17: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan di sektor ekonomi memberi dampak terutama dirasakan di

kawasan perkotaan. Hal ini terlihat dari makin menguatnya konsentrasi penduduk

di kota-kota besar dan metropolitan. Dewasa ini, tingkat pertumbuhan penduduk

perkotaan di Indonesia telah mencapai kurang lebih 4 persen per tahun, lebih tinggi

dari tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata nasional yang hanya mencapai

kurang lebih 1,8 persen. Bahkan menurut proyeksi Badan Pusat Statistik, pada

tahun 2015 sekitar 60 persen penduduk Indonesia akan tinggal di daerah perkotaan

(Draft Pedoman Kriteria Transportasi Berkelanjutan, 2015).

Ditinjau dari aspek pergerakan penduduk, kecenderungan bertambahnya

penduduk perkotaan yang tinggi dan urbanisasi menyebabkan makin banyaknya

jumlah pergerakan baik di dalam kota maupun ke luar kota dan penggunaaan

kendaraan bermotor. Penduduk akan melakukan pergerakan (transportasi) menuju

daerah-daerah seperti pemukiman, daerah industri, kawasan pendidikan, dan

kawasan bisnis (central business district) dengan menggunakan kendaraan pribadi

di kawasan lalu lintas.

Hal ini memicu terjadi pelanggaran karena masih banyak masyarakat yang

belum sadar akan pentingnya keselamatan berlalu lintas dan banyak pelanggaran

yang terjadi saat berlalu lintas seperti . Hal ini dimaksudkan untuk menunjang

mobilitas penduduk dalam melaksanakan aktivitasnya. Seiring dengan

Page 18: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

2

pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk di Indonesia yang terus meningkat

dan selaras dengan meningkatnya kebutuhan dan kemampuan membeli akan alat

transportasi pribadi dan umum. Kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi

menjadi sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian.

Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang 2005-2015 menggariskan delapan sasaran pokok sebagai ukuran

tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil. Salah satu sasaran pokok

tersebut adalah terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri,

maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional yang ditandai antara lain oleh

terbangunnya jaringan sarana dan prasarana transportasi sebagai perekat semua

pulau dan kepulauan Indonesia.

Dalam mencapai tujuan utama pembangunan dan integrasi nasional,

transportasi mempunyai peranan sangat penting dan strategis. Transportasi

merupakan bidang yang penting dalam proses pembangunan sebuah kota dan

berpengaruh besar pada bidang-bidang lainnya. Jika transportasi di kota bagus dan

tertata rapi, maka pembangunan di kota tersebut akan berjalan dengan lancar.

Pentingnya transportasi tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan mobilitas

ke seluruh bidang dan wilayah.

Sarana transportasi darat dengan menggunakan jalan merupakan moda

transportasi yang paling dominan digunakan dibandingkan dengan moda

transportasi lainnya karena transportasi melalui jalan darat dianggap paling efektif

oleh masyarakat. Oleh karena itu keterlambatan dalam penanganan masalah

transportasi darat dibandingkan dengan kecepatan laju pertumbuhan penduduk dan

Page 19: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

3

perkembangan kota akan dapat menimbulkan berbagai masalah lalu lintas seperti

kemacetan lalu lintas, pelanggaran lalu lintas, dan akan berdampak pula pada

masalah sosial lainnya.

Berkaitan dengan ini, Aparat penegak hukum ( Kepolisian) berkewajiban

bertanggung jawab atas keselamatan dalam penegakan berlalu lintas.Hal ini

sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 3 berisi tentang terwujudnya pelayanan lalu

lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan

moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan

kesejahteraan umum, memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa,serta mampu

menjunjung tinggi martabat bangsa, Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya

bangsa., dan Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi

masyarakat. Dari penjelasan undang-undang tersebut, maka jelas bahwa aparat

penegak hukum ( Kepolisian ) diharuskan untuk bertanggung jawab atas

keselamatan, keamanan, kenyamanan Masyarakat dalam berlalu lintas sehingga

mampu mengakomodir kebutuhan mobilitas warga kota.

Namun pada kenyataannya, pada setiap kota pasti memiliki permasalahan

transportasi terutama dibidang lalu lintas. Demikian juga dengan yang terjadi di

Kota Tangerang. Kota Tangerang adalah salah satu kota yang masuk ke dalam

pemerintahan Provinsi Banten, walau begitu kepolisian Resort Metro Kota

Tangerang masih masuk kedalam Kepolisian Daerah Metro Jaya, tidak tergabung

dalam Kepolisian Daerah Banten merupakan Ibukota Provinsi Banten yang

terletak pada posisi sentral dan strategis karena sebagai salah satu kota jalur

Page 20: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

4

penghubung darat antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kota ini terus

mengalami perkembangan, sebagai indikatornya adalah jumlah penduduk.

Tabel 1.1

Jumlah Total Kecelakaan Pada tahun 2015 - 2016

No Tahun Pelanggaran Jumlah Presentase

1 2015 Motor 69.090 82,09%

Mobil 6.776 8,1%

Bus 410 0,48%

Truk 4.292 5,1%

Angkot 3.433 4%

Taksi 150 0,18

Metromini 4 0,05%

Jumlah 84.155 100%

2 2016 Motor 93.617 83,01%

Mobil 10.974 9,73%

Bus 372 0,33%

Truk 4.021 3,57%

Angkot 3.175 2,82%

Taksi 611 0,54%

Jumlah 112.770 100%

Sumber: Polres Metro Tangerang Kota Tahun 2015 – 2016

Page 21: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

5

Tabel 1.2

Jumlah Total Korban Kecelakaan Pada tahun 2014 - 2016

Tahun Jumlah

Kecelakaan

Jumlah

Kotban

Korban

Meninggal

Korban

Luka

Berat

Korban

Luka

Ringan

Materi

2014 356 523 21 169 333 Rp715,04 juta

2015 263 371 16 117 238 Rp1,025 miliar

2016 362 488 27 161 300 Rp823,93 juta

Sumber: Polres Metro Tangerang Kota Tahun 2014 - 2016

Ditemukan jumlah pelanggar lalu lintas pada Operasi Zebra 2017 yang

dilakukan Polres Kota Tangerang, tercatat lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Puluhan ribu kendaraan telah terjaring, dalam Operasi Zebra yang telah digelar

Satlantas Polres Kota Tangerang. Kasat Lantas Polres Kota Tangerang Kompol

Eko Bagus Riyadi menyebutkan, sejak dimulainya Operasi Zebra pada 1

November 2017 lalu, sedikitnya 3.500 pelanggar ditilang dan sebanyak 531

pengendara mendapatkan teguran. (Diakses pada November 2016)

Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya suatu alternatif pemecahan masalah

keselamatan dan keamanan berlalu-lintas dan angkutan jalan. Salah satu alternatif

adalah peningkatan kesadaran masyarakat dalam berlalulintas melalui penerapan

undang–undang lalu lintas. Melalui penerapan peraturan perundangan lalu lintas

secara efektif, ketertiban lalulintas sebagai suatu sistem hubungan atau komunikasi

antar pemakai atau pengguna jalan dapat berlangsung secara efektif pula.

Sebaliknya, pelanggaran terhadap peraturan perundangan lalu lintas selain

menimbulkan ketidak tertiban dalam berlalu-lintas, pada tingkat tertentu dapat

Page 22: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

6

menimbulkan kemacetan bahkan kecelakaan yang berdampak terhadap

keselamatan dan kepentingan para pemakai atau pengguna jalan itu sendiri.

Dengan melihat uraian latar belakang di atas mengindikasikan bahwa

jumlah kecelakaan pengendara roda dua (R2) di Kota Tangerang relatif tinggi dan

faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia

karena kurangnya pengetahuan dari pengendara tersebut. Hal lain yang

ditemukan bahwa banyak pelanggar yang terjaring razia penertiban lalu lintas,

hanya mendapatkan sanksi berupa teguran. Oleh karena itu Lantas Polres Metro

Kota Tangerang beserta jajarannya harus melakukan upaya konkrit

berkesinambungan disertai dengan kebijakan-kebijakan yang tepat.

Gambar 1.1 Mekanisme Penerbitan SIM Baru

Sumber: Polres Metro Tangerang Kota

Page 23: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

7

Dengan diselenggarakannya lalu lintas jalan dan angkutan jalan sesuai

dengan asas-asas yang diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sehingga dapat mengurangi

terjadinya kecelakaan lalu lintas. Yang dimaksud dengan kecelakaan lalu lintas

berdasarkan Pasal 1 ayat (24) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan yaitu “suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan

tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang

mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda“. Dalam

penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, setiap pengemudi kendaraan

bermotor yang merupakan pemakai jalan wajib memiliki Surat Ijin Mengemudi

(SIM). Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan. Surat Ijin

Mengemudi diberikan kepada orang yang namanya tertera di dalamnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan

tanda bukti kecakapan dan keabsahan pengemudi untuk mengemudikan kendaraan

bermotor di jalan dan dapat pula digunakan sebagai identitas pengemudi.

Penggolongan, persyaratan, masa berlaku, dan tata cara memperoleh ijin

mengemudi, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Untuk mendapatkan

surat ijin mengemudi yang pertama kali pada setiap golongan, calon pengemudi

wajib mengikuti ujian mengemudi setelah memperoleh pendidikan dan latihan

mengemudi. Ujian kemampuan mengemudi di samping meliputi pengetahuan dan

ketrampilan juga meliputi sikap mental calon pengemudi merupakan salah satu

pertimbangan pokok di dalam pemberian surat ijin mengemudi. Kemampuan

Page 24: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

8

mengemudi dapat diperoleh melalui pendidikan mengemudi, dengan maksud agar

seseorang calon pengemudi memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut di atas.

Untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM) harus memenuhi syarat-

syarat yang telah ditentukan dalam Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yaitu setiap orang harus

memenuhi persyaratan usia, administratif, kesehatan, dan lulus ujian. Syarat usia

sebagaimana dimaksud ditentukan paling rendah sebagai berikut :

a. Usia 17 (tujuh belas) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin

Mengemudi C, dan Surat Izin Mengemudi D.

b. Usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I.

c. Usia 21 (dua puluh satu) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II.

Syarat administratif yaitu :

a. Identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk.

b. Pengisisan formulir permohonan.

c. Rumusan sidik jari.

Syarat kesehatan melalui :

a. Sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter.

b. Sehat rohani dengan surat lulus tes psikologis.

Syarat lulus ujian meliputi :

a. Ujian Teori.

b. Ujian Praktik.

c. Ujian keterampilan melalui simulator.

Page 25: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

9

Untuk prospek jangka panjang keselamatan jalan, tersedianya program

pendidikan sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan dan kecakapan

menyangkut hal keselamatan lalu lintas. Pendidikan berupaya menyiapkan anak-

anak sebagai generasi penerus bangsa untuk menghadapi berbagai permasalahan

dalam menaati peraturan dan menghormati peraturan tersebut, untuk menjaga

keselamatan diri sendiri maupun pengguna jalan yang lainnya, sampai kelak anak

tersebut menjadi orang dewasa. Program kurikulum keselamatan lalu lintas dalam

pendidikan harus ditentukan dengan prinsip pendidikan dan mencerminkan

kebutuhan setempat tentang masalah keselamatan lalu lintas. Peran kepolisian juga

diperlukan untuk datang ke sekolah-sekolah melakukan penyuluhan dan

pendekatan pada siswa maupun tenaga pendidiknya (guru).

Dengan demikian strategi yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan

kesadaran berlalu lintas bagi pelajar adalah sebagai berikut :

1. Melakukan kerja sama antara pihak sekolah dan pihak kepolisian,

antara lain mengadakan seminar/kegiatan yang berhubungan dengan

lalu lintas oleh pihak kepolisian di sekolah. Dengan demikian, pelajar

akan mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang lalu lintas dan

tata tertib lalu lintas.

2. Diluncurkan bentuk pelayanan pihak kepolisian kepada masyarakat

dalam menciptakan kawasan tertib berlalu lintas dan mendekatkan

komunikasi antara pelajar dengan profesi polisi. Selain itu, sekolah juga

diharapkan untuk menyediakan ruang khusus konsultasi bagi guru dan

Page 26: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

10

siswa kepada polantas yang bertugas di sekolah. Guru bimbingan

konseling juga diharapkan menjembatani polisi dengan peserta didik

dalam pelaksanaan program tersebut.

3. Melakukan kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua siswa. Peran

orang tua sangat penting dalam menyadarkan anak tertib dan beretika

saat berkendara. Usia sekolah belum boleh membawa kendaraan, maka

sebaiknya orang tua mengantarkan anak ketika pergi ke sekolah. Atau

bila perlu menyewa mobil antar-jemput untuk keselamatan dan

keamanan anak.

4. Pihak sekolah juga diharapkan mengamankan dan menertibkan

kendaraan siswa/i di sekolah. Seperti, menyediakan tempat parkir

kendaraan motor dan mobil yang berbeda lokasi agar kendaraan aman

dan tertib.

5. Kerja sama antara pihak sekolah dan pihak kepolisian untuk melakukan

razia kendaraan yang tidak memenuhi peraturan dan memberikan

sosialisasi tentang peraturan-peraturan lalu lintas, pelanggaran-

pelangggaran dan sanksi untuk setiap pelanggaran.

6. Sekolah mengikutsertakan guru dalam meningkatkan kesadaran berlalu

lintas dengan cara memberikan contoh berkendara yang baik dan benar

serta memberikan pengetahuan seputar lalu lintas ketika mengajar

ataupun saat jam pelajaran kosong.

Pendidikan Lalu lintas di sekolah memiliki beberapa tujuan, yaitu

sebagaimana berikut :

Page 27: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

11

1. Agar generasi muda secara sadar mampu mengimplementasikan

sistem nilai, yaitu etika dan budaya berlalu lintas yang aman, santun

selamat, tertib, dan lancer yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Mengubah perilaku pemakai jalan (Road user behavior).

3. Menurunkan pelanggaran dan kecelakaan berlalu lintas.

4. Memberikan info lalu lintas.

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan merupakan salah satu moda transportasi

nasional. Dalam menyelenggarkan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus

memperhatikan asas transparan, asas akuntabel, asas berkelanjutan, asas partisipasi,

asas bermanfaat, asas efisien dan efektif, asas seimbang, asas terpadu, asas mandiri,

hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan. Dalam penjelasan Pasal 2 UndangUndang Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan ini yang dimaksud dengan :

1. Asas Transparan adalah keterbukaan dalam penyelenggaraan Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan kepada masyarakat luas dalam memperoleh

informasi yang benar, jelas dan jujur sehingga masyarakat mempunyai

kesempatan berpartisipasi bagi pengembangan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

2. Asas Akuntabel adalah penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Asas Berkelanjutan adalah penjaminan kualitas fungsi lingkungan

melalui pengaturan persyaratan teknis laik kendaraan dan rencana

Page 28: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

12

umum pembangunan serta pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

4. Asas Partisipasi adalah pengaturan peran serta masyarakat dalam proses

penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,

penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa yang terkait

dengan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

5. Asas Bermanfaat adalah semua kegiatan penyelenggaraan Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan yang dapat memberikan nilai tambah

sebesarbesarnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

6. Asas Efisien dan Asas Efektif adalah pelayanan dalam penyelenggaraan

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh setiap pembina

pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.

7. Asas Seimbang adalah penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang harus dilaksanakan atas dasar keseimbangan antara sarana

dan prasarana serta pemenuhan hak dan kewajiban Pengguna Jasa dan

penyelenggara.

8. Asas Terpadu adalah penyelenggaraan pelayanan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yang dilakukan dengan mengutamakan keserasian dan

kesalingbergantungan kewenangan dan tanggung jawab antar instansi

pembina.

9. Asas Mandiri adalah upaya penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan melalui pengembangan dan pemberdayaan sumber daya nasional.

Page 29: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

13

Adapun tujuan diselenggarakannya lalu lintas jalan dan angkutan jalan

berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan adalah sebagai berikut :

a. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,

selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk

mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum,

memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu

menjunjungtingi martabat bangsa.

b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa.

c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Salah satu tujuan diselenggarakannya lalu lintas jalan dan angkutan jalan

adalah untuk terciptanya ketertiban dan keselamatan lalu lintas dan angkutan

jalan. Yang dimaksud dengan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan

berdasarkan Pasal 1 ayat (31) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah “suatu keadaan terhindarnya setiap

orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh

manusia, kendaraan, jalan, dan atau lingkungan“. Untuk mendukung adanya

keselamatan dalam berlalu lintas perlu adanya kesadaran para pemakai jalan

untuk menciptakan ketertiban lalu lintas. Berdasarkan Pasal 1 ayat (32)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang dimaksud dengan ketertiban lalu lintas dan Angkutan Jalan adalah

“suatu keadaan berlalu lintas yang berlangsung secara teratur sesuai dengan hak

dan kewajiban setiap pengguna jalan“. Dalam menyelenggarakan kegiatan

Page 30: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

14

untuk mewujudkan dan memelihara keamanan, ketertiban lalu lintas dan

angkutan jalan, salah satunya merupakan tanggung jawab dari Kepolisian

Negara Republik Indonesia, hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 200

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, yaitu :

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia bertanggungjawab atas

terselenggaranya kegiatan dalam mewujudkan dan memelihara

keamanan lalu lintas dan angkutan jalan.

2. Penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui kerja sama antara pembina lalu lintas dan angkutan

jalan.

3. Untuk mewujudkan dan memelihara keamanan lalu lintas dan angkutan

jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan kegiatan :

a. Penyusunan program nasional keamanan lalu lintas dan angkutan

jalan.

b. Penyediaan dan pemeliharaan fasilitas dan perlengkapan keamanan

lalu lintas dan angkutan jalan.

c. Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, pembimbingan, penyuluhan,

dan penerangan berlalu lintas dalam rangka meningkatkan

kesadaran hukum dan etika masyarakat dalam berlalu lintas.

d. Pengkajian masalah keamanan lalu lintas dan angkutan jalan.

e. Manajemen keamanan lalu lintas.

f. Pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan/atau patroli.

Page 31: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

15

g. Registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi.

h. Penegakan hukum lalu lintas.

Di dalam suatu upaya yang akan dilaksanakan perlu perencanaan strategi

yang dimana nantinya dapat membantu didalam pencapaian tujuan yang telah

ditentukan. Strategi-strategi yang dilaksanakan harus sejalan dan

berkesinambungan sehingga tidak ada ketimpangan antara satu kebijakan dengan

kebijakan lainnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengajukan judul “Manajemen

Strategi Kepolisian Dalam Peningkatan Kesadaran Berlalulintas Pada

Pengemudi Kendaraan Bermotor Di Polres Metro Tangerang Kota.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengidentifikasikan

permasalahan sebagai berikut :

1. Masih ada masyarakat yang melakukan pelanggaran di wilayah kota

Tangerang.

2. Adanya sanksi yang tidak tegas diberikan kepada pelanggar lalu lintas

dari petugas.

3. Kurangnya pengawasan dalam penegakkan kesadaran berlalu lintas pada

pengemudi kendaraan bermotor di Kota Tangerang.

Page 32: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

16

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah penelitian yang berfokus

pada Manajemen Strategi Kepolisian Dalam Peningkatan Kesadaran Berlalulintas

Pada Pengemudi Kendaraan Bermotor Di Polres Metro Tangerang Kota dibatasi

hanya tpada masalah-masalah terkait denga pelanggaran kesadaran berlalu lintas

yang ada di kota Tangerang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian menghasilkan suatu

perumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana Manajemen Strategi Kepolisian Dalam Peningkatan Kesadaran

Berlalulintas Pada Pengemudi Kendaraan Bermotor Di Polres Metro

Tangerang Kota”

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui upaya peningkatan kesadaran berlalulintas pada

pengemudi kendaraan bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

2. Untuk mengetahui bentuk kegiatan yang dilakukan kepolisian dalam

upaya peningkatan kesadaran berlalulintas pada pengemudi kendaraan

bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

Untuk mengetahui kesadaran berlalulintas pengemudi kendaraan bermotor

sejak dilakukan penertiban di Polres Metro Tangerang Kota

Page 33: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

17

1.6 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, disamping sebagai bahan pembanding antara teori dengan

aplikasi dari ilmu pengetahuan yang diteliti khususnya Manajemen

strategi, kegiatan penelitian diharapkan akan dapat memperkuat kebenaran

dari suatu teori dengan mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut

sehingga akan menjadi lebih lengkap.

2. Bagi Instansi atau organisasi, diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan bagi pihak manajemen perusahaan sebagai bahan evaluasi

kebijakan-kebijakan tentang strategi kepolisian khususnya Polres Metro

Tangerang Kota dalam upaya peningkatan kesadaran berlalulintas pada

pengemudi kendaraan bermotor.

Page 34: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

18

BAB II

DESKRIPSI TEORI, PENELITIAN TERDAHULU,

KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

2.1 Landasan Teori

Pada sub bab ini peneliti memaparkan teori-teori yang dipergunakan untuk

mendukung penelitian ini, baik dalam konteks pembenaran (justifikasi) maupun

penolakan (flasifikasi).

Borg dan Gall dalam Irawan (2004:36) memberi definisi teori sebagai

berikut:

“…theory is a system for explaining a set of phenomena by specifying

constructs an the law that relate these constructs to each other”. (Teori

adalah sistem yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan

cara merinci konstruk-konstruk (yang membentuk fenomena itu), beserta

hokum atau aturan yang mengatur keterkaitan antara satu konstruk dengan

yang lainnya.

Teori sangat dibutuhkan sebagai acuan bagi peneliti untuk menganalisa dan

memahami realitas yang diteliti secara ilmiah. Berikut akan peneliti paparkan teori-

teori yang peneliti gunakan sesuai dengan masalah penelitian yang telah peneliti

identifikasi.

2.1.1 Manajemen Strategi

Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan

oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Kata strategi berasal

dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos

atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi mempunyai dasar atau

Page 35: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

19

skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi

merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Menurut Marrus (2002:31) strategi didefinisikan sebagai suatu proses

penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka

panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar

tujuan tersebut dapat dicapai. Strategi diformulasikan dengan baik akan

membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki

perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang

baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan,

antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang

dilakukan oleh mata-mata musuh.

Dari kedua pendapat di atas, maka strategi dapat diartikan sebagai

suatu rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Rencana ini meliputi: tujuan, kebijakan, dan tindakan yang

harus dilakukan oleh suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi dan

menenangkan persaingan, terutama perusahaan atau organisasi harus memilki

keunggulan kompetitif.

Untuk menjamin agar supaya strategi dapat berhasil baik dengan

meyakinkan bukan saja dipercaya oleh orang lain, tetapi memang dapat

dilaksanakan, Hatten dan hatten dalam Hariadi (2003:45) memberikan

beberapa petunjuknya sebagai berikut:

a) Strategi harus konsiten dengan lingkungan, strategi dibuat

mengikuti arus perkembangan masyarakat, dalam lingkungan yang

memberi peluang untuk bergerak maju.

Page 36: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

20

b) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, tergantung

pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang

dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi

yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakang, semua strategi

senantiasa diserasikan satu dengan yang lain.

c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan

semua sumberdaya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang

lain. Persaingan tidak sehat antara berbagai unit kerja dalam suatu

organisasi seringkali mengklaim sumberdayanya, membiarkannya

terpisah dari unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang

tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi.

d) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang

merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah

kelemahannya. Selain itu hendaknya juga memanfaatkan kelemahan

pesaing dan membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempati

posisi kompetitif yang lebih kuat.

e) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah

sesuatu yang mungkin, hendaknya dibuat sesuatu yang memang

layak dapat dilaksanakan.

f) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu

besar. Memang setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslah

berhati-hati, sehingga tidak menjerumuskan organisasi ke lubang

yang lebih besar. Oleh karena itu strategi hendaknya selalu dapat

dikontrol.

g) Strategi hendaknya disusn diatas landasan keberhasilan yang telah

dicapai.

h) Tanda-tanda suksesnya dari suksesnya strategi ditampakkan dengan

adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait dari para eksekutif,

dari semua pimpinan unit dalam organisasi.

Sementara itu menurut Bryson (2001:189-190) menjelaskan bahwa

strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, progam tindakan,

keputusan atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimna

organisasi itu, apa yang dilakukan dan mengapa organisasi melakukannya.

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa penyusunan

strategi harus memperhatikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai di waktu

yang akan datang, selain itu suatu organisasi harus senantiasa berinteraksi

dengan lingkungan dimana strategi tersebut akan dilaksanakan, sehingga

Page 37: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

21

strategi tersebut tidak bertentangan melainkan searah dan sesuai dengan

kondisi lingkungan dan melihat kemampuan internal dan eksternal yang

meliputi kekuatan dan kelemahan organisasinya. Oleh karena itu, strategi

merupakan perluasan misi guna menjembatani organisasi dengan

lingkungannya. Strategi itu sendiri biasanya dikembangkan untuk mengatasi

isu strategis, dimana strategi menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan

kebijakan pokok. Strategi secara umum akan gagal, pada saat organisasi tidak

memiliki konsisten antara apa yang dikatakan, apa yang di usahakan dan apa

yang dilakukan.

Menurut Griffin (2004:226), manajemen strategi atau strategis

(strategic management) adalah cara untuk menanggapi peluang dan tantangan

bisnis. Manajemen strategis merupakan proses manajemen yang komprehensif

dan berkelanjutan yang ditujukan untuk memformulasikan dan

mengimplementasikan strategi yang efektif. Strategi yang efektif adalah

strategi yang mendorong terciptanya keselarasan yang sempurna antara

organisasi dengan lingkungannya dan dengan pencapaian tujuan strategisnya.

Jadi manajemen strategi atau manajemen strategis merupakan cara

(strategi) yang ditempuh perusahaan atau organisasi dalam mengambil

keputusan dan tindakan untuk menaggapi peluang dan tantangan, agar tetap

eksis dan memenangkan persaingan. Griffin (2004:226) menejelaskan bahwa

komponen strategi meliputi 3 bidang yaitu kompetensi unggulan, ruang

lingkup, dan alokasi sumber daya.

Page 38: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

22

Kompetensi unggulan (distinctive competence) adalah suatu yang

dapat dilakukan dengan baik oleh suatu organisasi. Ruang lingkup (scope) dari

suatu strategi merinci tentang pasar dimana suatu perusahaan atau organisasi

akan bersaing. Kemudian alokasi sumber daya (resource deployment)

mencakup bagaimana suatu perusahaan akan mendistribusikan sumber-

sumber dayanya di antara bidang-bidang yang merupakan lahan

persaingannya.

2.1.1.1 Tahapan Perencanaan Strategi

Dalam perencanaan strategis terdapat tiga tahap penting yang tidak

dapat dilewatkan oleh perusahaan ketika akan merencanakan strategi yaitu

perumusan strategi, implementasi/penerapan strategi dan evaluasi strategi.

Penjelasan tahapan perencanaan strategi:

a. Formulasi strategi, adalah tahap awal dimana perusahaan

menetapkan visi dan misi disertai analisa mendalam terkait

faktor internal dan eksternal perusahaan dan penetapan tujuan

jangka panjang yang kemudian digunakan sebagai acuan untuk

menciptakan alternatif strategi-strategi bisnis dimana akan

dipilih salah satunya untuk ditetapkan sesuai dengan kondisi

perusahaan.

b. Implementasi strategi, merupakan langkah dimana strategi yang

telah melalui identifikasi ketat terkait faktor lingkungan

eksternal dan internal serta penyesuaian tujuan perusahaan mulai

Page 39: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

23

diterapkan atau diimplementasikan dalam kebijakan-kebijakan

intensif dimana setiap divisi dan fungsional perusahaan

berkolaborasi dan bekerja sesuai dengan tugas dan kebijakannya

masing-masing.

c. Evaluasi strategi, adalah tahap akhir setelah strategi diterapkan

dalam praktek nyata dinilai efektifitasnya terhadap ekspektasi

dan pencapaian tujuan perusahaan. Penilaian dilakukan dengan

mengukur faktor-faktor atau indikator sukses yang dicapai dan

mengevaluasi keberhasilan kinerja dari strategi guna perumusan

dan penerapan lanjutan dimasa yang akan datang agar lebih baik

dan efektif.

Agar strategi perusahaan atau organisasi disusun secara efektif,

maka diperlukan adanya dapat informasi tentang kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang berkaitan dengan kondisi dan situasi

perusahaan atau organisasi tersebut.

2.1.1.2 Analisis SWOT

Salah satu metode untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman perusahaan atau organisasi adalah analisis SWOT. Menurut

Graffin (2004:228), analisis SWOT adalah evaluasi atas kekuatan

(strengths) dan kelemahan (weakness) internal suatu organisasi yang

dilakukan secara berhati-hati, dan juga evaluasi atas peluang

(opportunities) dan ancaman (threats) dari lingkungan. Dalam analisis

Page 40: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

24

SWOT, strategi terbaik untuk mencapai misi suatu organisasi adalah

dengan (1) mengeksploitasi peluang dan kekuatan suatu organisasi, dan

pada saat yang sama (2) menetralisasikan ancamannya, dan (3)

menghindari atau memperbaiki kelemahannya.

Griffin (2004:268) memberi definisi faktor-faktor lingkungan

sebagai berikut:

1. Strength (kekuatan) adalah suatu keunggulan sumber daya yang

belum tergali dengan optimal sehingga memberikan

kemungkinan organisasi untuk lebih meningkatkan kinerjanya.

Kekuatan merupakan sumber daya, keunggulan relatif terhadap

pesaing dan kebutuhan pasar yang ingin dilayani oleh

organisasi, kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan

keunggulan komparatif dari pasar.

2. Weakness (kelemahan) adalah keterbatasan dan kekurangan

sumber daya, ketrampilan yang dibutuhkan organisasi sehingga

menghambat kinerja efektif dari organisasi dalam

pengembangan usahanya.

3. Opportunities (peluang) adalah unsur-unsur lingkungan luar

(politik, ekonomi, sosial dan IPTEK) positif yang memberikan

kesempatan dan mendukung keberadaan organisasi. Peluang

merupakan situasi penting yang menguntungkan. Identifikasi

segmen pasar yang terabaikan, perubahan teknologi serta

membaiknya hubungan dengan investor dapat memberikan

peluang untuk pengembangan usaha.

4. Threats (ancaman) adalah unsur-unsur lingkungan luar (politik,

ekonomi, sosial dan IPTEK) negatif yang menghambat kegiatan

pelayanan transportasi. Ancaman merupakan situasi yang

paling tidak menguntungkan dan merupakan pengganggu

utama dalam pengembangan pelayanan, masuknya pesaing baru

dan lambatnya kegiatan pelayanan merupakan ancaman bagi

peningkatan kualitas pelayanan.

Membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman saja

tentu tidak cukup. Daftar tersebut harus dibahas, dianalisis, dibandingkan

dan dipertentangkan secara cermat. Dengan kata lain analisis SWOT ini

Page 41: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

25

harus dikerjakan. Seperti yang dijelaskan dalam matrik yang dibuat oleh

Rangkuti, oleh karenanya analisis terhadap strategi peningkatan kesadaran

pengemudi dalam berkendara upaya penentuan strategi peningkatan dapat

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Matrik SWOT

internal

eksternal

Strenght/Kekuatan:

Dituliskan beberapa

kekuatan yang dimiliki

Weakness/Kelemahan:

Dituliskan beberapa

kelemahan yang

dimiliki

Opportunity/Peluang:

Dituliskan beberapa

peluang yang

mungkin dihadapi

Strategi SO:

Strategi yang

menggunakan

kekuatan untuk

memanfaatkan

peluang

Strategi WO:

Strategi yang

meminimalkan

kelemahan untuk

memanfaatkan

peluang

Threat/Ancaman:

Dituliskan beberapa

ancaman yang

mungkin dihadapi

Strategi ST:

Strategi yang

menggunakan

kekuatan untuk

menghindari ancaman

Strategi WT:

Strategi yang

meminimalkan

kelemahan serta

menghindari ancaman

Sumber: Rangkuti (2007:31)

Beberapa alternatif strategi yang dapat digunakan, antara lain:

a) Strategi SO: Strategi yang akan digunakan dengan cara

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Penyusunan strategi peningkatan kualitas pelayanan transportasi

akan dibuat dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa strategi SO dipakai untuk

Page 42: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

26

menarik keuntungan dan peluang yang tersedia di lingkungan

eksternal.

b) Strategi ST: Strategi yang akan digunakan dengan cara

menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman. Strategi

peningkatan kesadaran pengemudi dalam kerkendara akan dibuat

berdasarkan penggunaan kekuatan yang dimiliki kepolisian untuk

mengatasi ancaman. Oleh karena itu, strategi ini dapat digunakan

untuk menghindari, atau paling tidak untuk memperkecil dampak

dari ancaman yang datang dari luar dengan menggunkan

kekuatan yang dimiliki.

c) Strategi WO: Strategi yang akan digunakan dengan cara

meminimalkan kelemahan yang dimiliki agar tetap dapat

memanfaatkan peluang. Strategi ini diterapkan berdasarkan

pemanfaatan peluang internal yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada. Analisis peluang internal

diharapkan dapat menghasilkan strategi dalam penyusunan

strategi meningkatkan kesadaran pengemudi dalam berkendara

dengan peminimalan kelemahan secara tepat.

d) Strategi WT: Strategi yang digunakan dengan cara

meminimalkan kelemahan sekaligus menghindari ancaman agar

tetap bertahan. Strategi ini didasarkan pada usaha meminimalkan

kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Page 43: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

27

Dengan demikian, analisis SWOT merupakan salah satu langkah

yang paling penting dalam memformulasikan strategi. Dengan

menggunakan misi organisasi sebagai konteks, manajer mengukur

kekuatan dan kelemahan internal (kompetensi unggulan), demikian juga

kesempatan dan ancaman eksternal. Tujuannya adalah untuk

mengembangkan strategi yang baik yang mengeksploitasi kesempatan

dan kekuatan, menetralisir ancaman, dan menghindari kelemahan

2.1.2 Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan. Bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah

satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan,

Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta

pengelolaannya, yang mana pengertian lalu lintas itu sendiri di atur di

dalam UU lalu lintas dan angkutan jalan khusunya Pasal 1 ayat (1).

Untuk lalu lintas itu sendiri terbagi atas Laut, darat dan udara. Lalu lintas

sendiri merupakan suatu sarana transportasi yang di lalui bermacam-macam

jenis kendaraan, baik itu kendaraan bermesin roda dua atau beroda

empat pada umumnya dan kendaraan yang tidak bermesin contohnya sepeda,

becak dan lain-lain.

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai bagian dari sistem

transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan perannya untuk

mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu

Page 44: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

28

lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi

dan pengembangan wilayah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah merupakan suatu dasar

hukum terhadap pemberlakuan Kegiatan lalu lintas ini, dimana makin lama

makin berkembang dan meningkat sejalan dengan perkembangan dan

kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Kalau ditinjau lebih lanjut

tingkah laku lalu lintas ini ternyata merupakan suatu hasil kerja

gabungan antara manusia, kendaraan dan jaringan jalan.

Menurut buku Paduan Praktis Berlalu Lintas yang diterbitkan oleh

Direktorat Lalu Lintas Polri, Ditlantas Polri. Pengertian Lalu Lintas adalah

gerak kendaraan dan orang diruang lalu lintas jalan. (2009:12)

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan:

a) Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan angkutan jalan yang aman,

selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk

mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan

umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu

menjunjung tinggi martabat bangsa.

b) Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa.

c) Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi

masyarakat. Lalu lintas adalah pergerakkan kendaraan, orang

dan hewan di jalan.

Pergerakkan tersebut dikendalikan oleh seseorang menggunakan akal

sehat. Orang yang kurang akal sehatnya mengemudikan kenderaan dijalan,

akan mengakibatkan bahaya bagi pemakai jalan yang lain. Demikian juga

hewan dijalan tanpa dikendalikan oleh seseorang yang sehat akalnya

akan membahayakan pemakai jalan yang lain.

Page 45: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

29

2.1.3 Pengertian Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang di gerakkan oleh

peralatan teknik untuk pengereakkannya, dan digunakan untuk transportasi

darat. Menurut Hoetomo dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, pengertian

kendaraan adalah suatu yang digunakan untuk untuk di kendarai atau

dinaiki seperti kuda, kereta, mobil dan lain-lain. Sedangkan bermotor adalah

alat untuk mengadakan kekuatan penggerak dengan jalan dan sebagainya

seperti sepeda motor dijalankan dengan mesin atau mobil dan sebagainya

(2005 : 254).

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 kendaraan adalah Suatu

sarana angkut dijalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan

kendaraan tidak bermotor.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Kendaraan Bermotor

adalah Setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa

mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 bahwa kendaraan Bermotor

Umum adalah Setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang

dan/atau orang dengan dipungut bayaran.

Page 46: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

30

2.1.4 Istilah Polisi Dan Kepolisian

Menurut Yesmil (2009:154) bahwa agar kehidupan masyarakat di kota

dapat tertata maka dibuatlah norma-norma. Norma-norma tersebut ditegakkan

melalui suatu kekuatan, kekuatan inilah yang dinamakan kepolisian. Dilihat

dari sisi historis, istilah “polisi” di Indonesia tampaknya mengikuti dan

menggunakan istilah “politie” di Belanda. Hal ini sebagai akibat dan

pengaruh dari bangunan sistem hukum Belanda yang banyak dianut di negara

Indonesia. Istilah Polisi menurut Raymond B. Fosdick adalah sebagai

kekuatan utama untuk melindungi individu-individu dalam hak-hak hukum

mereka.

Menurut Steinmetz bahwa untuk mengatur keamanan, pemerintah

mengeluarkan beberapa peraturan. Bagi mereka yang tidak menurutinya akan

dihukum dan diberi nasehat. Untuk melaksanakan peraturan tersebut,

pemerintah mengangkat beberapa pegawai untuk menjaga keamanan dan

ketertiban umun, untuk melindungi penduduk dan harta bendanya serta intuk

menjalankan peraturan-peraturan yang diadakan oleh pemerintah.

Mereka yang diberi tugas tersebut disebut pegawai Polisi. Dari arti

istilah Polisi tersebut di atas, bila diinterpretasikan maka pengertian Polisi

sebagai organ dalam melaksanakan tugas organ Polisi serta dilaksanakan oleh

pejabat Polisi sebagai manusia dalam melaksanakan peraturan hukum baik

sebagai hukum formal maupun sebagai hukum materil untuk mewujudkan

tujuan organ Polisi yang melaksanakan fungsi pemerintahan.

Page 47: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

31

Istilah Hukum Kepolisian terdiri dari dua suku kata “hukum” dan

“kepolisian” yang masing-masing kata dapat diberi makna secara terpisah.

Jika berpijak pada istilah hukum adalah suatu norma atau kaidah yang berisi

larangan dan perintah yang mengatur kehidupan manusia, dan kepolisian

adalah suatu lembaga dan fungsi pemerintahan bidang pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat maka dapat ditarik pemahaman,

bahwa hukum kepolisian adalah kaidah atau norma yang mengatur tentang

lembaga dan fungsi pemerintahan bidang pemeliharaan keamanan dan

ketertiban masyarakat.

Negara Republik Indonesia adalah Negara bekas jajahan Belanda

termaksuk peraturan-peraturan khusus yang mengatur tentang masalah polisi

banyak diciptakan oleh Belanda. Hukum Kepolisian di Indonesia

mengikuti paham Belanda, yaitu “Politea Recht”, yang berarti sejumlah

peraturan hukum yang mengatur hal polisi, baik segala tugas, fungsi maupun

organ. Di dalam hukum Kepolisian terdapat dua arti, yaitu hukum Kepolisian

dalam arti Materil adalah hukum yang mengatur polisi sebagai fungsi dan

hukum Kepolisian dalam dalam arti Formal adalah hukum yang mengatur

polisi sebagai organ.

Istilah hukum Kepolisian di Indonesia istilah hukum

Kepolisian adalah istilah majemuk yang terdiri atas kata Hukum dan

Kepolisian. Menurut kamus WJS POERWADINATA kata Kepolisian berarti

urusan polisi atau segala sesuatu yang bertalian dengan polisi. Jadi menurut

arti bahasa hukum Kepolisian adalah hukum yang mengatur segala sesuatu

yang berkaitan dengan polisi.

Page 48: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

32

Polisi dan Kepolisian sudah sangat dikenal pada abad ke-6 sebagai

aparat Negara dengan kewenangannya yang mencerminkan suatu kekuasaan

yang luas menjadi penjaga tiranialisme sehingga mempunyai citra simbol

penguasa tirani. Sedemikian rupa citra polisi dan kepolisian pada masa itu

maka Negara yang bersangkutan dinamakan juga “Negara Polisi” dan dalam

sejarah ketatanegaraan pernah dikenal suatu bentuk negara “Politea”,

pemisahan Polri dari ABRI pada Tanggal 1 April 1999 belum menjadi

jaminan untuk terwujudnya Negara berdasarkan kedaulatan rakyat, apabila

proses perubahannya akan tersesat pada pola Negara kepolisian seperti pada

masa lampau yang diidentikan dengan kekuasaan tirani.

2.1.5 Tugas Dan Wewenang Kepolisian NRI

Sebelum memaparkan tugas dan wewenang Kepolisian NRI, terlebih

dahulu harus disebutkan fungsi dan tujuan dari Kepolisian NRI. Menurut

Pasal 2 UU Kepolisian fungsi dari Kepolisian NRI adalah salah satu fungsi

pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat. Kepolisian NRI merupakan suatu bagian integral dari

pemerintah yang berfungsi memelihara keamanan dan ketertiban di dalam

masyarakat. Jika tujuan hukum adalah menciptakan ketertiban di dalam

interaksi antar anggota masyarakat, maka Kepolisian NRI merupakan alat

yang berfungsi untuk mencapai tujuan hukum tersebut.

Page 49: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

33

Selanjutnya Pasal 4 UU Kepolisian merumuskan tujuan dari

Kepolisian NRI, yaitu:

“Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan

keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan

ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta

terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia.”

Mengenai tugas Kepolisian NRI diatur pada Pasal 13 dan 14 dan

wewenangnya pada Pasal 15, 16, 17, 18, dan 19 UU Kepolisian, sebagai

berikut :

Pasal 13

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat.

Pasal 14

1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli

terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai

kebutuhan

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin

keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga

masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang- undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. memelihara ketertiban dan menjamin kemanan umum;

Page 50: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

34

f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis

terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan

bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-

undangan lainnya;

h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian;

i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak

asasi manusia;

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

2. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf f diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 15

1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum

berwenang:

a. menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum;

c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan

administratif kepolisian

f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan

kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret;

i. mencari keterangan dan barang bukti;

j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

Page 51: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

35

k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan

dalam rangka pelayanan masyarakat;

l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan

pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan

masyarakat;

m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

2) Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan lainnya berwenang:

a. memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan

kegiatan masyarakat lainnya;

b. menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;

c. memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;

d. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

e. memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan

peledak, dan senjata tajam;

f. memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap

badan usaha di bidang jasa pengamanan;

g. memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus

dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;

h. melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik

dan memberantas kejahatan internasional;

i. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing

yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;

j. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi

kepolisian internasional;

k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas

kepolisian.

3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

huruf a dan d diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 16

1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik

Indonesia berwenang untuk :

a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan;

Page 52: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

36

c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka

penyidikan;

d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan;

i. menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi

yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan

mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang

disangka melakukan tindak pidana;

k. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai

negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil

untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan

l. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf l adalah

tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika

memenuhi syarat sebagai berikut:

a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan

tersebut dilakukan;

c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;

d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa;

dan

e. menghormati hak asasi manusia.

Pasal 17

Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan tugas dan

wewenangnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia, khususnya

di daerah hukum pejabat yang bersangkutan ditugaskan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan

Pasal 18

Page 53: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

37

1) Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik

Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak

menurut penilaiannya sendiri.

2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya

dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan

peraturan perundangundangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Pasal 19

1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat Kepolisian Negara

Republik Indonesia senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan

mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung

tinggi hak asasi manusia.

2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), Kepolisian Negara Republik Indonesia mengutamakan

tindakan pencegahan.

2.1.6 Landasan Yuridis Kepolisian NRI

Sejak ditetapkannya Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Bab XII tentang Pertahanan dan

Keamanan Negara, Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2000 dan Ketetapan

MPR RI No. VII/MPR/2000, maka secara konstitusional telah terjadi

perubahan yang menegaskan rumusan tugas, fungsi, dan peran Kepolisian NRI

serta pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan

Kepolisian NRI sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. Salah satu

tuntutan reformasi dan tantangan masa depan adalah dilakukannya

demokratisasi, maka diperlukan reposisi dan restrukturisasi Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia. Adanya kebijakan dalam bidang pertahanan/

keamanan telah dilakukan penggabungan Angkatan Darat, Angkatan Laut,

Angkatan Udara, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia.

Page 54: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

38

Sebagai akibat dari penggabungan tersebut terjadi kerancuan dan

tumpang tindih antara peran dan fungsi TNI sebagai kekuatan pertahanan

negara dengan peran dan tugas Kepolisian NRI sebagai kekuatan keamanan

dan ketertiban masyarakat. Peran sosial politik dalam dwifungsi Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia menyebabkan terjadinya penyimpangan

peran dan fungsi TNI dan Kepolisian NRI yang berakibat tidak

berkembangnya sendi-sendi demokrasi dalam kehidupan berbangsa,

bernegara, dan bermasyarakat. Menimbang realitas tersebut, maka Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) kemudian memutuskan TNI dan Kepolisian

NRI secara kelembagaan terpisah sesuai dengan peran dan fungsi

masing•masing. Ketika terdapat keterkaitan kegiatan pertahanan dan

kegiatan keamanan TNI dan Kepolisian NRI harus bekerjasama dan saling

membantu.

Berdasarkan perubahan secara konstitusional, maka keamanan dalam

negeri dirumuskan sebagai format tujuan Kepolisian NRI dan secara konsisten

dinyatakan dalam perincian tugas pokok yaitu memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta melindungi, mengayomi,

dan melayani masyarakat. Namun, dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian,

Kepolisian NRI secara fungsional dibantu oleh kepolisian khusus, penyidik

pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa melalui

pengembangan asas subsidiaritas dan asas partisipasi.

Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara, Ketetapan

Page 55: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

39

MPR RI No. VI/MPR/2000 dan Ketetapan MPR RI No. VII/MPR/2000 telah

melahirkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia (UU Kepolisian) yang kini juga menjadi landasan

yuridis normatif dari eksistensi Kepolisian NRI. Asas legalitas sebagai

aktualisasi paradigma supremasi hukum, dalam UU Kepolisian secara tegas

dinyatakan dalam perincian kewenangan Kepolisian NRI, yaitu melakukan

penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan

hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Namun,

tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas preventif

dan asas kewajiban umum kepolisian, yaitu memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat. Dalam hal ini setiap pejabat Kepolisian NRI memiliki

kewenangan diskresi, yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan

umum berdasarkan penilaian sendiri. Oleh karena itu, UU Kepolisian

mengatur pula pembinaan profesi dan kode etik profesi agar tindakan pejabat

Kepolisian NRI dapat dipertanggungjawabkan, baik secara hukum, moral,

maupun secara teknik profesi dan terutama hak asasi manusia.

Begitu pentingnya perlindungan dan kemajuan hak asasi manusia

karena menyangkut harkat dan martabat manusia, Indonesia telah membentuk

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang ratifikasi Konvensi Menentang

Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak

Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia, Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 26

Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Setiap anggota

Page 56: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

40

Kepolisian NRI wajib mempedomani dan menaati ketentuan Undang-Undang

di atas.

Di samping memperhatikan hak asasi manusia dalam setiap

melaksanakan tugas dan wewenangnya, setiap anggota Kepolisian NRI wajib

pula memperhatikan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugas dan

wewenangnya, antara lain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana (KUHPidana), ketentuan perundang- undangan yang

mengatur otonomi khusus, seperti Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

dan Provinsi Papua serta peraturan perundang- undangan lainnya yang

menjadi dasar hukum pelaksanaan tugas dan wewenang Kepolisian NRI.

Kepolisian kemudian didefinisikan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

(UU Kepolisian) sebagai, “Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan

dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan”. Salah satu peran Kepolisian NRI adalah memelihara keamanan

dan ketertiban masyarakat. Pada Pasal 1 angka 5 UU Kepolisian dirumuskan,

“Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis

masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses

pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang

ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta

terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina serta

mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal,

Page 57: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

41

mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-

bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat”.

2.1.7 Peraturan Mengemudi

2.1.7.1 Tata Cara Berlalu Lintas Bagi Pengemudi Kendaraan

Bermotor Umum

Sesuai Pasal 106 ayat (4) huruf a dan e Berbunyi “Setiap orang yang

mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan:

a. rambu perintah atau rambu larangan;

b. marka Jalan;

c. alat pemberi isyarat lalu lintas;

d. gerakan lalu lintas;

e. berhenti dan parkir;

f. peringatan dengan bunyi dan sinar;

g. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau

h. tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain.

Berlalu lintas sebagai suatu wujud pengaturan bagi pengendara

kendaraan, maka harus mentaati aturan Undang-Undang tentang berlalu lintas

dengan memperhatikan pasal-pasal, antara lain:

Pasal 169 “Pengemudi dan/atau Perusahaan Angkutan Umum barang

wajib mematuhi ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya

angkut, dimensi Kendaraan, dan kelas jalan”.

Pasal 281 “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor

di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan

Page 58: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

42

paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp

1.000.000,00 (satu juta rupiah)”.

Pasal 287 “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor

di Jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan

dengan Rambu Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106

ayat (4) huruf a atau Marka Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2

(dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 (lima ratus ribu

rupiah)”.

Pasal 307 “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan bermotor

angkutan umum barang yang tidak mematuhi ketentuan mengenai

tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi kendaraan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 169 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan

paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00

(lima ratus ribu rupiah)”.

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dan bahan masukan bagi peneliti dalam melakukan

penelitian, maka peneliti menelusuri beberapa jurnal penelitian yang kurang lebih

membahas topik yang relevan dengan peneliti yaitu tentang strategi kepolisian

dalam meningkatkan kesadaran pengemudi dalam berlalulintas. Penelitian

Page 59: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

43

terdahulu ini dapat berfungsi sebagai data pendukung yang relevan dengan fokus

peneitian peneliti. Jurnal penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Jurnal penelitian yang ditulis oleh Faisol Rachmat dan Pudji Astuti,

tahun 2014 yang berjudul “Strategi Penanganan Pelanggaran Lalu

Lintas Di Wilayah Jembatan Suramadu Surabaya Oleh Polsek

Nambangan” dari Fakultas ilmu Sosial, Jurusan Hukum, Universitas

Negeri Surabaya ini menjelaskan dalam penelitiannya bahwa

perkembangan teknologi di bidang transportasi cukup cepat, terutama

kendaraan bermotor, namun seiring berkembangnya alat tarnsportasi

kendaraan bermotor ini tidak di temani dengan kesadaran hukum oleh

masyarakat, sehingga terjadi pelanggaran khususnya di sekitar

Jembatan Suramadu Surabaya. Dari hal inilah dibutuhkan strategi

penanganan pelanggaran Lalu Lintas oleh Polsek Nambangan

Surabaya, sehingga mengurangi terjadinya pelanggaran dan

kecelakaan Lalu Lintas. Permasalahan pokok pada penelitian ini

adalah strategi penanganan pelanggaran Lalu Lintas oleh Polsek

Nambangan Surabaya. Penelitian yang digunakan penelitian deskriptif

kualitatif. Yaitu menggambarkan dan mendeskripsikan bagaimana

strategi penanganan pelanggaran Lalu Lintas oleh Polsek

Nambangan Surabaya. Tempat penelitian yang di gunakan di sekitar

Jembatan Suramadu Surabaya, jenis data ada dua yaitu: data primer,

dan data sekunder, teknik pengumpulan data meliputi wawancara, dan

dokumen. Hasil penelitian, diketahui bahwa strategi penanganan

Page 60: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

44

pelanggaran Lalu Lintas oleh Polsek Nambangan Surabaya cukup

maksimal. Strategi penanganan yang dilakukan oleh Polsek

Nambangan ada 2 macam yaitu: secara preventif, dan secara represif,

dengan strategi ini maka terjadi penurunan angka kecelakaan di area

Jembatan Suramadu Surabaya pada tahun 2014 dibandingkan pada

tahun 2013. Disarankan hendaknya polsek Nambangan Surabaya rajin

untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan ikut serta berpartisipasi

dalam mengurangi kecelakaan Lalu Lintas di sekitar Jembatan

Suramadu Surabaya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan adalah dari metode penelitian yang akan

digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data

menggunakan wawancara dan dokumen. Sedangkan yang

membedakan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan adalah variable penelitian yang digunakan.

2. Jurnal penelitian yang ditulis oleh Drs. Bima Anggarasena, tahun 2010

yang berjudul “Strategi Penegakan Hukum Dalam Rangka

Meningkatkan Keselamatan Lalu Lintas Dan Mewujudkan Masyarakat

Patuh Hukum”. Program Magister Ilmu Hokum Program Pascasarjana

Universitas Diponegoro. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa Data

kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas yang dihimpun oleh Ditlantas

Babinkum Polri serta dari pengamatan kita sehari-hari memberikan

gambaran bahwa tingkat keselamatan lalu lintas dan tingkat

Page 61: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

45

kepatuhan masyarakat terhadap hukum / perundang-undangan lalu

lintas sangat memprihatinkan, hal ini apabila tidak dilakukan

langkah-langkah strategis guna meningkatkan tingkat keselamatan

dan peningkatan kepatuhan hukum masyarakat maka akan

menimbulkan kerugian bukan saja korban jiwa dan harta serta

kejiwaan namun juga akan menimbulkan kerugian dibidang ekonomi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi

keselamatan lalu lintas dan tingkat kepatuhan hukum masyarakat

saat ini, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi kondisi keselamatan lalu lintas dan tingkat kepatuhan

hukum masyarakat dan untuk mengetahui bagaimana konsepsi

strategis penegakan hukum yang mampu meningkatkan

keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum masyarakat.Penelitian

ini bersifat deskriptif dan dilihat dari tujuannya termasuk

penelitian hukum empiris. Lokasi penelitian ini dilakukan di beberapa

Satlantas kota Indonesia, dan masyarakat pengguna jalan atau

pengendara. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data

sekunder. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan

penelitian kepustakaan baik buku-buku, peraturan perundang-

undangan, makalah-makalah, hasil penelitian terdahulu, dokumen-

dokumen, dan sebagainya. Analisis data menggunakan analisis

kualitatif. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil bahwa

kecelakaan lalu lintas di Indonesia dapat digambarkan dari data dalam

Page 62: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

46

kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa kecelakaan lalu

lintas yang terjadi di Indonesia telah merenggut korban jiwa rata-rata

10.000 per tahun. Penyebab kecelakaan yang terjadi didominasi oleh

faktor manusia, kendaraan, faktor jalan, dan faktor lingkungan.

Maka untuk tujuan menciptakan masyarakat patuh hukum

guna mewujudkan Kamseltibcar Lantas dibutuhkan suatu strategi

yaitu salah satunya adalah melaksanakan manajemen dan rekayasa

lalu lintas yang disesuaikan dengan pendanaan yang ada dan

menciptakan penegakan hukum yang lebih berorientasi pada upaya

merubah situasi lalu lintas dalam mewujudkan situasi keamanan

ketertiban dan kelancaran lalu lintas baik dari aspek pengemudi,

kendaraan, jalan dan lingkungan. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan adalah dari metode penelitian

yang akan digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik

pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumen.

Sedangkan yang membedakan dari penelitian terdahulu dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variable penelitian yang

digunakan.

2.3 Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir dalam Manajemen Strategi Kepolisian Dalam

Peningkatan Kesadaran Berlalu-lintas Pada Pengemudi Kendaraan Bermotor Di

Polres Metro Tangerang Kota adalah sebagai berikut :

Page 63: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

47

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Input:

1. Masih ada masyarakat yang melakukan pelanggaran di wilayah

Kota tangerang

2. Adanya sanksi yang tidak tegas di berikan kepada pelanggar

lalu-lintas dari petugas

3. Kurangnya pengawasan dalam penegakan kesadaran berlalu-

lintas pada pengemudi kendaraan bermotor di Kota tangerang

3.

Output:

Diperoleh Gambaran Umum dan pilihan strategi yang

tepat dalam peningkatan kesadaran berlalu-lintas pada

pengemudi kendaraan bermotor di POLRES METRO

TANGERANG KOTA

Feedback:

Meningkatan kesadaran berlalu-lintas pada pengemudi

kendaraan bermotor dan mengurangi jumlah kecelakaan lalu

lintas di Kota Tangerang.

Proses

Analisis SWOT :

1. Strengths

2. Weaknesses

3. Opportunities

4. Threats

Page 64: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

48

a. Preventif adalah tindakan pencegahan yang dilakukan oleh pihak kepolisian

sebelum pelanggaran terjadi, agar suatu tindakan pelanggaran dapat di

cegah. Untuk itu Polantas yang bertugas di sekitar area Kota Tangerang

berinisiatif untuk melakukan strategi penanganan pelanggaran, dengan

cara memberikan himbauan kepada masyarakat, memasang spanduk dan

banner di setiap simpul–simpul jalan, dan melakukan Pendidikan

Masyarakat (Dikmas), atau pendidikan Lalu Lintas. Sehingga masyarakat

lebih tertib dalam berlalu lintas, dan diharapkan masyarakat dapat

mematuhi peraturan yang berlaku sesuai dengan Undang – undang Nomer

22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 256 ayat

(1), (2), dan (3), yang berbunyi: (1). Masyarakat berhak untuk berperan

serta dalam penyelenggaraan lalu lintas dan Angkutan Jalan. (2). Peran

serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: (a).

Pemantauan dan penjagaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan

Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; (b). Masukan kepada instansi

pembina dan penyelenggara Lalu Lintas dan angkutan Jalan di tingkat

pusat dan daerah dalam penyempurnaan peraturan, pedoman, dan standar

teknis di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; (c). Pendapat dan

pertimbangan kepada instansi pembina dan penyelenggara Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan di tingkat pusat dan daerah terhadap kegiatan

penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menimbulkan

dampak lingkungan; dan (d). Dukungan terhadap penyelenggaraan Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan. (1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah

mempertimbangkan dan menindaklanjuti masukan, pendapat, dan/atau

dukungan yang disampaikan oleh masyarakat sebagaimana yang dimaksud

pada ayat (2). Dengan strategi penanganan pelanggaran secara preventif

dilakukan sebagai upaya pencegahan atau penyadaran terhadap pelaku agar

tidak melakukan hal-hal yang lebih buruk lagi, sehingga diharapkan adanya

kesadaran hukum di dalam masyarakat supaya tidak melanggar rambu-

rambu Lalu Lintas dan meminimalisir terjadinya pelanggaran.

b. Represif adalah penindakan setelah terjadinya pelanggaran dan penyidikan

di atur dalam Pasal 260 ayat 1 yaitu: (1). Memberhentikan, melarang, atau

menunda pengoperasian dan menyita sementara kendaraan bermotor yang

patut diduga melanggar peraturan berlalu lintas atau merupakan alat

dan/atau hasil kejahatan; (2). Melakukan pemeriksaan atas kebenaran

keterangan berkaitan dengan Penyidikan tindak pidana di bidang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan; (3). Meminta keterangan dari Pengemudi,

pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum; (4).

Melakukan penyitaan terhadap Surat Izin Mengemudi, Kendaraan

Bermotor, muatan, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda

Coba Kendaraan Bermotor, dan/atau tanda lulus uji sebagai barang bukti;

(5). Melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggaran atau

kejahatan Lalu Lintas menurut ketentuan peraturan perundang-undangan;

(6). Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan; (7).

Menghentikan penyidikan jika tidak terdapat cukup bukti; (8). Melakukan

penahanan yang berkaitan dengan tindak pidana kejahatan Lalu Lintas;

Page 65: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

49

dan/atau. (9). Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertanggung

jawab.pelanggaran. Pelaksanaan penindakan. Dengan cara represif di

harapkan dapat memberikan efek jera kepada pelaku pengendara

kendaraan bermotor yang melanggar rambu–rambu Lalu Lintas sehingga

tidak akan mengulangi pelanggaran lagi di kemudian hari.

2.4 Asumsi Dasar

Setelah peneliti menjelaskan permasalahan penelitian pada bab

sebelumnya, maka selanjutnya peneliti perlu memberikan asumsi yang kuat

tentang kedudukan permalahannya. Asumsi yang merupakan dugaan dapat

diterima sebagai dasar atau landasan berpikir karena dianggap benar. Asumsi juga

dapat diartikan menduga, memperkirakan, memperhitungkan, atau meramalkan.

Maka pada penelitian mengenai Manejemen Strategi Kepolisian Dalam

Peningkatan Kesadaran Berlalu Lintas Pada Pengemudi Kendaraan Bermotor Di

Polres Metro Tangerang Kota, peneliti memiliki asumsi bahwa pelaksanaan

strategi Kepolisian dalam meningkatkan kesadaran berlalu lintas pada pengemudi

kendaraan bermotor masih belum optimal. Hal ini terlihat dari munculnya

permasalahan-permasalahan seperti yang telah dijelaskan peneliti pada bab

sebelumnya.

Page 66: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan

menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang digunakan untuk mengetahui

metode ilmiah (Hadi, 1984:4). Metode penelitian berguna sebagai pedoman bagi

peneliti untuk mempermudah proses penelitian mulai dari tahapan perumusan

masalah, pencarian data yang relevan dengan masalah, sehingga proses analisis data

sehingga dapat menemukan jawaban atas permasalahan yang sedang dikaji.

Sudjana dan Ibrahim dalam Satori & Komariah (2010: 21) menjelaskan:

“Penelitian adalah sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematik

untuk mengumpulkan, mengolah dan menyimpulkan data dengan

menggunakan metode dan teknik tertentu dalam rangka mencari jawaban

atas permasalahan yang dihadapi.”

Dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang hendak peneliti gunakan

adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif melakukan penelitian

pada latar alamiah atau pada konteks suatu keutuhan. Dalam penelitian kualitatif,

peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data

utama (Moleong, 2009:9).

Richie dalam Moleong (2013:6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif

adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perpektifnya di dalam dunia, dari

segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang

diteliti.Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang megungkap

situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk

Page 67: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

51

oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisa data yang relevan yang

diperoleh dari situasi yang alamiah. Sedangkan, metode yang dipergunakan adalah

metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya

(Irawan, 2006:4).

Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan bagaimana strategi

kepolisian dalam peningkatan perilaku kesadaran berlalulintas pada pengemudi

kendaraan bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai objek penelitian penulis

adalah penerapan strategi Kepolisian Resort Metro Tangerang Kota dalam

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berkendara dan sejauhmana strategi

yang telah dilakukan tersebut berpengaruh dalam perubahan perilaku masyarakat.

Sesuai dengan objek yang di teliti maka penulis melakukan penelitian pada Polres

Metro Tangerang Kota.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi/tempat dilakukannya penelitian ini adalah di Kota Tangerang. Kota

Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi Banten,

Indonesiadengan luas sekitar 1.500 km², dihuni oleh lebih dari 2 juta penduduk.

Kota ini terletak tepat di sebelah barat ibu kota negara Indonesia, Jakarta. Kota

Tangerang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang di sebelah utara dan barat,

Page 68: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

52

Kota Tangerang Selatan di sebelah selatan, serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta di

sebelah timur.

Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar

di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta dan Bekasi di provinsi Jawa Barat. Kota

Tangerang terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 104 kelurahan.

Dahulu Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang,

kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kota administratif, dan akhirnya

ditetapkan sebagai kotamadya pada tanggal 28 Februari 1993. Sebutan kotamadya

diganti dengan kota pada tahun 2001. Pada tahun 2001, saat penyebutannya diganti

dari Kotamadya menjadi Kota, dibentuk 7 kecamatan baru dan beberapa kelurahan

baru yang merupakan pemekaran dari kecamatan induknya.

Kecamatan-kecamatan baru tersebut, yakni Kecamatan Benda, Kecamatan

Cibodas, Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Larangan, Kecamatan Neglasari,

Kecamatan Periuk, Kecamatan Pinang dan adapun kelurahan baru yang dibentuk

tetapi masih menjadi bagian dari kecamatan induknya, yakni Kecamatan Batuceper,

Kecamatan Ciledug, Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan

Karawaci, Kecamatan Tangerang.

Penelitian ini dilakukan atas dasar pengalaman yang dialami oleh peneliti

selama bertempat tinggal di Kota Tangerang. Peneliti melihat bahwa dari aspek

pergerakan penduduk, kecenderungan bertambahnya penduduk perkotaan yang

tinggi dan urbanisasi menyebabkan makin banyaknya jumlah pergerakan baik di

dalam kota maupun ke luar kota dan penggunaaan kendaraan bermotor. Penduduk

akan melakukan pergerakan (transportasi) menuju daerah-daerah seperti

Page 69: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

53

pemukiman, daerah industri, kawasan pendidikan, dan kawasan bisnis (central

business district) dengan menggunakan kendaraan pribadi di kawasan lalu lintas.

Hal ini memicu terjadi pelanggaran yang di kawasan lalu lintas kota karena

masih banyak masyarakat yang belum sadar akan pentingnya keselamatan berlalu

lintas dan banyak pelanggaran yang terjadi saat berlalu lintas seperti tidak

lengkapnya kelengkapan mengemudi mengakibatkan kecelakaan di jalan lalu lintas

yang merugikan banyak pihak terutama masyarakat umum dan pejalan kaki yang

menjadi korban atas kecelakaan tersebut.

3.4 Fenomena Penelitian

Kerlinger dalam Sugiyono (2012:61) menyatakan bahwa variabel adalah

konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Berdasarkan pengertian

tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa variabel penelitian atau fenomena yang

diamati dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel yang

akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang

digunakan. Variabel atau fenomena yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

mengenai Strategi Kepolisian Dalam Peningkatan Kesadaran Berlalu Lintas Pada

Pengemudi Kendaraan Bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

Page 70: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

54

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan

suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Strategi diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan

pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang

unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan

internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta

kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian

dalam bentuk rincian (indikator penelitian). Definisi operasional dimaksudkan

untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang

berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul penelitian.

nyata terhadap kelompok sasaran sesuai dengan tujuan kebijakan, meliputi

perubahan atau perbaikan, peningkatan, dan dampak positif terhadap implementor

dan masyarakat yang terlibat di dalamnya.

Agar strategi perusahaan atau organisasi disusun secara efektif, maka

diperlukan adanya dapat informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman yang berkaitan dengan kondisi dan situasi perusahaan atau organisasi

tersebut.

Salah satu metode untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman perusahaan atau organisasi adalah analisis SWOT. Menurut Graffin

Page 71: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

55

(2004:228), analisis SWOT adalah evaluasi atas kekuatan (strengths) dan

kelemahan (weakness) internal suatu organisasi yang dilakukan secara berhati-

hati, dan juga evaluasi atas peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dari

lingkungan. Dalam analisis SWOT, strategi terbaik untuk mencapai misi suatu

organisasi adalah dengan (1) mengeksploitasi peluang dan kekuatan suatu

organisasi, dan pada saat yang sama (2) menetralisasikan ancamannya, dan (3)

menghindari atau memperbaiki kelemahannya

Griffin (2004: 268) memberi definisi faktor-faktor lingkungan sebagai berikut:

1. Strength (kekuatan) adalah suatu keunggulan sumber daya yang belum

tergali dengan optimal sehingga memberikan kemungkinan organisasi untuk lebih

meningkatkan kinerjanya. Kekuatan merupakan sumber daya, keunggulan relatif

terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang ingin dilayani oleh organisasi,

kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan komparatif dari

pasar.

2. Weakness (kelemahan) adalah keterbatasan dan kekurangan sumber daya,

ketrampilan yang dibutuhkan organisasi sehingga menghambat kinerja efektif dari

organisasi dalam pengembangan usahanya.

3. Opportunities (peluang) adalah unsur-unsur lingkungan luar (politik,

ekonomi, sosial dan IPTEK) positif yang memberikan kesempatan dan

mendukung keberadaan organisasi. Peluang merupakan situasi penting yang

menguntungkan. Identifikasi segmen pasar yang terabaikan, perubahan teknologi

serta membaiknya hubungan dengan investor dapat memberikan peluang untuk

pengembangan usaha.

4. Threats (ancaman) adalah unsur-unsur lingkungan luar (politik, ekonomi,

sosial dan IPTEK) negatif yang menghambat kegiatan pelayanan transportasi.

Ancaman merupakan situasi yang paling tidak menguntungkan dan merupakan

pengganggu utama dalam pengembangan pelayanan, masuknya pesaing baru dan

lambatnya kegiatan pelayanan merupakan ancaman bagi peningkatan kualitas

pelayanan.

3.5 Instrumen Penelitian

Nilai kepercayaan suatu penelitian terletak pada hasil penelitian yang

diperoleh secara valid dan realibel dan ini sangat tergantung pada kualitas dating

yang diperoleh dari sumber data yang tepat melalui pengungkapan (instrumen)

Page 72: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

56

yang berkualitas. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah yang melakukan

penelitian itu sendiri, yaitu peneliti. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan

orang yang membuka kunci, menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara

cermat, tertib dan leluasa, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai key

instrument (Satori dan Komariah, 2010:61).

Konsep human instrument dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap

fakta-fakta lapangan dan tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk

mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Lincoln dan Guba dalam

Satori dan Komariah (2010:62) menjelaskan bahwa manusia sebagai instrument

pengumpulan data memberikan keuntungan, dimana ia dapat bersifat fleksibel dan

adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk

memahami sesuatu.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, melainkan

situasi sosial atau dinamakan juga “social situation” yang terdiri atas tiga elemen,

yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi

secara sinergis. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan dengan

responden, tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan (Sugiono, 2008:49-

50).

Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen kunci yaitu alat

pengumpul data utama baik dalam mengindentifikasikan sumber data maupun

mengeksplorasi data yang belum terdefinisikan secara jelas terkait dengan kajian

yang hendak diteliti yaitu strategi kepolisian dalam peningkatan perilaku kesadaran

berlalulintas pada pengemudi kendaraan bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

Page 73: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

57

Tabel 3.1

Kisi – Kisi Pedoman Wawancara

No Variabel Pertanyaan Informan

1. Sumber Daya

Manusia

1. SDM yang tersedia untuk

melaksanakan kebijakan.

2. SDM yang tersedia saat ini

dapat dikatakan cukup.

3. Pendidikan dan pelatihan

secara khusus

Kasatlantas

Polres Kota

Tangerang

2. Sarana dan

Prasarana

1. Sarana dan prasarana untuk

melaksanakan kebijakan

2. Sarana dan Prasarana yang ada

Kasatlantas

Polres Kota

Tangerang

3. Sosialisai

Kebijakan

1. Kebijakan yang ada telah

disosialisakan

2. Jadwal sosialisasi

3. Mekanisme sosialisasi

Kasatlantas

Polres Kota

Tangerang

dan

masyarakat

pelanggar

lalu lintas

4. Kejelasan

Mekanisme

1. Standar dalam pelaksanaan

penertiban pelanggaran

2. Sasaran kebijakan mengetahui

tentang mekanisme

Kasatlantas

Polres Kota

Tangerang

dan Pelsku

pelanggaran

Page 74: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

58

5. Kepastian 1. Jadwal tetap dalam pelaksaan

penertiban pelanggaran

2. Kepastian sanksi yang

diberikan

Kasatlantas

Polres Kota

Tangerang

6. Efektifitas dan

efisiensi

1. Pelaksanaan kebijakan sudah

bisa dikatakan efektif dan

efisiensi

2. Anggaran yang dikeluarkan

sudah sesuai dengan hasil yang

diharapkan

Kasatlantas

Polres Kota

Tangerang

7. Kesesuaian

pelaksanan

dengan tujuan

1. Pelaksanaan kebijakan sudah

sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan

Kasatlantas

Polres Kota

Tangerang

8. Ketetapan

sasaran yang

dituju

1. Kebijakan sudah ditetapkan

sesuai dengan sasaran

Kasatlantas

Polres Kota

Tangerang

dan pelaku

pelanggaran

9. Penyimpangan

yang Terjadi

1. Penghambat pelaksanaan

kebijakan

2. Sikap pelaksana dalam

menyelesaikan hambatan-

hambatan tersebut

Kasatlantas

Polres Kota

Tangerang

dan Pelaku

pelanggaran

Page 75: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

59

10. Perubahan

terhadap

kelompok

sasaran yang

dituju

1. Perubahan yang diharapkan

terhadap kelompok sasaran

kebijakan ( masyarakat)

2. Perubahan yang diharapkan

sudah mulai terlitas

Kasatlantas

Polres Kota

Tangerang

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik

dari individu atau perseorangan atau informasi yang langsung

dikumpulkan sendiri yang langsung berkaitan dengan penelitian

seperti hasil dari wawancara. Sumber data primer adalah sumber

data asli melalui wawancara.

2. Data sekunder adalah data primer yang diolah lebih lanjut dan

disajikan oleh pihak pengumpul data primer misal dalam bentuk

tabel dan diagram atau informasi yang telah dikumpulkan untuk

beberapa tujuan, bukan semata-mata untuk tujuan penelitian ini

saja. Sumber data sekunder mencakup informasi dan laporan yang

telah ada di Dirlantas Metro Jaya Resort Metro Tangerang Kota.

Page 76: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

60

3.5.2 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu:

1. Studi Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data

berdasarkan atas literatur-literatur yang berhubungan dengan objek

penelitian.

2. Penelitian lapangan, yaitu suatu teknik pengumpulan data langsung

kepada objek penelitian yaitu dengan:

a. Interview, pelaksanaanya dilakukan secara lisan dan langsung

berhadapan dengan key informant dan second informant.

b. Observasi, teknik pengamatan secara langsung terhadap objek

penelitian.

3.6 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi

disebut sebagai narasumber, partisipan, atau informan. Menurut

Moleong (2013:132) informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

Orang yang telah dipilih untuk menjadi informan penelitian harus

mempunyai banyak pengalaman/informasi tentang latar penelitian.

Kegunaan informan bagi peneliti adalah agar dalam waktu yang relatif

singkat banyak informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling internal,

karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau

Page 77: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

61

membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya

(Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2013:132).

Penentuan informan adalah responden peneliti, yang berfungsi untuk

menjaring sebanyak-banyaknya informasi yang akan bermanfaat untuk

bahan analisis penelitian dan konsep serta proposi sebagai temuan

peneliti.

Dalam hal ini, peneliti menentukan kelompok responden yang akan

dijadikan subjek dan informan kunci (key informan), dan individu-

individu subjek dan informan peneliti tentukan. Hal ini dimaksudkan

apabila ada individu berasal dari luar kelompok responden, maka data

dan informasi yang diberikan selalu terbuka untuk diterima oleh peneliti.

Dalam penentuan informan dilakukan dengan metode nonprobability

yaitu cara pengambilan sampel tidak berdasarkan peluang. Dalam teknik

ini, peneliti bermaksud, yang akan diambil sebagai anggota sampel

diserahkan pada pertimbangan pengumpulan data yang sesuai dengan

maksud dan tujuan penelitian. Dalam penentuan key informant ini

digunakan sebagai uji validitas data tringulasi sumber. Dimana informasi

yang didapat dari key informant dilakukan kroscek data dengan beberapa

sumber yang berbeda. Sedangkan key informant dari penelitian ini

adalah Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya Resort

Metro Tangerang Kota, AKBP Ojo Ruslani, S.Sos., M.Si, Wakil Kepala

Satuan Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya Resort Tangerang

Kota, Kompol L. Gunanto, dan untuk second informant, peneliti memilih

Page 78: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

62

untuk melakukan purposive interview dengan Kepala Unit Laka

Satditlantas Metro Jaya Resort Metro Tangerang Kota, Ajun Komisaris

Afrizal, dan Kaur Bin Ops Satditlantas Metro Jaya Resort Metro

Tangerang Kota, Ajun Komisaris Agus Pribadi, SH.

Alasan pemilihan key informant ini sendiri didasari oleh pertimbangan

pengumpulan data yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian

yaitu untuk mengetahui strategi Kepolisian Dalam Peningkatan

Kesadaran Perilaku Berlalulintas Pada Pengemudi Kendaraan Bermotor

Di Polres Metro Tangerang Kota.

Tabel 3.2

Daftar Informan Penelitian

No Informan Spesifikasi Informan Kategori Informan

1. Polres

Metro Kota

Tangerang

Kepala Satuan Lalu Lintas

Kepolisian Polres Metro

Tangerang Kota dan Kepala

Unit Laka Satditlantas Polres

Metro Tangerang

Key Informant

Warga Pengemudi Kendaraan

bermotor yang melanggar

Key Informant

Pelaku

pembuat

SIM

Perantara Pembuat SIM tanpa

mengikuti sistem (curang)

Key Informant

Page 79: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

63

Polres

Metro Kota

Tangerang

Wakil Kepala Satuan Lalu

Lintas Kepolisian Daerah

Metro

Secondary Informant

(Sumber: Peneliti, 2018)

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam buku Moleong

(2013: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis data yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Nugroho, 2013: 121). Teknik analisis

data ini mencangkup empat kegiatan yang bersamaan, yaitu:

1. Pengumpulan data, yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan

melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal yang

harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh informasi

mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan.

2. Reduksi Data, merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian

pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses

ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir

penelitian. Dalam proses reduksi ini, peneliti benar-benar mencari data

yang benar-benar valid.

3. Penyajian Data, adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dalam tahap ini peneliti juga melakukan display (penyajian) data secara

sistematik, agar lebih mudah untuk dipahami interaksi antara bagian-

bagiannya dalam konteks yang utuh bukan segmental atau fragmental

terlepas satu dengan lainnya. Dalam proses ini, data diklasifikasikan

berdasarkan tema-tema inti.

4. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi. Dalam tahap ini, peneliti membuat

rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya

sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara

Page 80: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

64

berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data yang telah

terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan. Langkah selanjutnya

yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan ‘temuan baru’ yang

berbeda dari temuan yang sudah ada.

3.8 Uji Keabsahan Data

Dalam uji keabsahan data bahwa setiap keadaan harus memenuhi 3

hal, yaitu: (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasar

agar hal itu dapat diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan yang

dapat dibuat tenang konsistensinya dari prosedurnya dan kenetralan dari

temuan dan keputusan-keputusannya (Moleong, 2006:320). Untuk menguji

keabsahan data, dapat dilakukan dengan tujuh teknik, yaitu perpanjangan

keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat,

kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota (member

check). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data dengan

teknik triangulasi dan pengecekan anggota (member check).

1. Triangulasi

Moleong (2006:330) menjelaskan bahwa triangulasi merupakan

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Denzin (Prastowo, 2011:269) membedakan teknik ini

menjadi 5 macam yaitu :

1. Triangulasi sumber yaitu suatu teknis pengecekan kredibilitas data

yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui

beberapa sumber. Triangulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau

Page 81: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

65

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif.

2. Triangulasi teknik yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas

dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,

observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

4. Triangulasi penyidik, suatu teknik pengecekan kredibilitas

dilakukan dengan cara memanfaatkan pengamat lain untuk

pengecekan derajat kepercayaan data.

5. Triangulasi teori, suatu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan

dengan cara menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa

data temuan penelitian.

2. Member Check

Member Check adalah proses pengecekan data yang kita peroleh

kepada pemberi data. Tujuannya untu mengetahui seberapa jauh data yang

kita peroleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jika data

yang kita temukan itu disepakati oleh pemberi data, sehingga tersebut valid

maka semakin kredibel (dapat dipercaya). Namun sebaliknya, jika pemberi

data tidak menyepakatinya, kita harus mengubah temuannya dan

menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Setelah

disepakati, pemberi data kita minta untuk menandatangai supaya lebih

autentik.Selain itu langkah tersebut juga dapat menjadi bukti bahwa kita

telah melakukan member check.

Dalam menguji keabsahan data, peneliti menggunakan teknik

triangulasi sumber dan member check. Untuk triangulasi sumber, peneliti

melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari beragam sumber

yang masih terkait satu sama lain.

Page 82: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

66

3.9 Jadwal Penelitian

Adapun waktu penelitian dimulai dari Bulan Maret 2017 sampai dengan

Bulan Juli 2017.

Tabel 3.3

Waktu Penelitian Tahun 2017

Kegiatan Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuanjudul

Penulisan Bab 1

Bimbingan

Penulisan Bab II

Bimbingan

Penulisan Bab III

Bimbingan

Pengumpulan data

Pengolahan Data

Penulisan Bab IV

Bimbingan

Penulisan Bab V

Bimbingan

PenyusunanSkripsi

Sidang kelulusan

(Sumber: Peneliti, 2018)

Page 83: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum

mengenai Kota Tangerang, gambaran umum mengenai Strategi Manajemen

Kepolisian Dalam Kesadaran Berlalu-Lintas Di Polres Metro Tangerang Kota

serta gambaran umum mengenai Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang. Hal

tersebut akan dijelaskan dibawah ini.

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang

Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28 Februari 1993

berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1993, secara geografis terletak pada

posisi 106036’ – 106O42’ Bujur Timur (BT) dan 6O6’ – 6O13’ Lintang Selatan

(LS), dengan luas wilayah 184,24 km2 (termasuk luas Bandara Soekarno-Hatta

sebesar 19,69 km2). Secara administrasi Kota Tangerang terbagi menjadi 13

Kecamatan dan 104 Kelurahan. Luas wilayah Kota Tangerang sebesar 1,59% dari

luas Provinsi Banten yang merupakan wilayah terkecil kedua setelah Kota

Tangerang Selatan.

Page 84: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

68

Kota Tangerang berada pada ketinggian 10 - 30 meter di atas permukaan

laut (dpl), dengan bagian utara memiliki rata-rata ketinggian 10 meter dpl seperti

Kecamatan Neglasari, Kecamatan Batuceper, dan Kecamatan Benda. Sedangkan

bagian selatan memiliki ketinggian 30 meter dpl seperti Kecamatan Ciledug dan

Kecamatan Larangan. Adapun batas administrasi Kota Tangerang adalah sebagai

berikut:

Sebelah Utara: Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten

Tangerang.

Sebelah Selatan: Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, Kecamatan Serpong

Utara dan Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.

Sebelah Timur: DKI Jakarta.

Sebelah Barat: Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang

(Sumber: SLHD Kota Tangerang)

Page 85: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

69

Letak Kota Tangerang yang berada di antara DKI Jakarta, Kota Tangerang

Selatan, dan Kabupaten Tangerang menjadikannya kota yang sangat strategis.

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan

Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah

satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. Posisi strategis tersebut

menjadikan perkembangan Kota Tangerang berjalan dengan pesat. Pada satu sisi,

menjadi daerah limpahan dari berbagai kegiatan di Kota Jakarta, di sisi lainnya

Kota Tangerang menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten

Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif.

Pesatnya perkembangan Kota Tangerang, didukung pula dari tersedianya

sistem jaringan transportasi terpadu dengan wilayah Jabodetabek, serta

aksesibilitas dan konektivitas berskala nasional dan internasional yang baik

sebagaimana tercermin dari keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta,

Pelabuhan Internasional Tanjung Priok, serta Pelabuhan Bojonegara sebagai

gerbang maupun outlet nasional. Kedudukan geostrategis Kota Tangerang

tersebut telah mendorong bertumbuhkembangnya aktivitas industri, perdagangan

dan jasa yang merupakan basis perekonomian Kota Tangerang saat ini.

4.1.2 Deskripsi Polisi Lalu Lintas

Visi Polantas

Polantas yang mampu menjadi pelindung, pengayom pelayanan

masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama dengan masyarakat serta sebagai

Page 86: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

70

aparat penegak hukum yang professional dan proporsional yang selalu

menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia memelihara

keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.

Misi Polantas

1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan para

pemakai jalan sehingga para pemakai jalan aman selama dalam

perjalanan dan selamat sampai tujuan.

2. Memberikan bimbingan kepada masyarakat lalu lintas melalui upaya

preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan ketaatan serta

kepatuhan kepada ketentuan peraturan lalu lintas.

3. Menegakan peraturan lalu lintas secara profesional dan proporsional

dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan ham.

4. Memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas dengan

memperhatikan norma-norma dan nilai hukum yang berlaku.

5. Meningkatkan upaya konsolidasi ke dalam sebagai upaya menyamakan

misi polisi lalu lintas.

Deskripsi Tugas Kepala Satuan Lalu Lintas

1. Kasat Lantas Polres Metro Tangerang Kota adalah unsur pelaksanaan

pada tingkat mapolres yang bertugas menyelenggarakan dan

melaksanakan fungsi tehnis dalam seluruh wilayah hukum Polres Metro

Tangerang Kota.

Page 87: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

71

2. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut di atas dengan memperhatikan

pengarahan Kapolres Metro Tangerang Kota dan petunjuk tehnis bina

fungsi Sat Lantas Polres Metro Tangerang Kota.

a. Menyelenggarakan fungsi lantas meliputi:

1) Gakum

2) Dikmas

3) Engineering

4) Reg ident pengemudi / ranmor

b. Membantu menyelenggarakan dan melaksanakan operasi kepolisian

yang di tentukan.

c. Melaksanakan administrasi opsnal termasuk pulahta/informasi yang

berkenaan dengan aspek pembinaan maupun pelaksanaan fungsinya

3. Sat Lantas Polres Metro Tangerang Kota dipimpin oleh kepala satuan

lalu lintas disingkat kasat lantas bertanggung jawab atas pelaksanaan

tugas dan kewajibannya kepada Kapolres Metro Tangerang Kota.

Page 88: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

72

STRUKTUR ORGANISASI SAT LANTAS POLRES METRO

TANGERANG KOTA

(Sumber: Sat Lantas KAUR BIN OPS, 2018)

4.1.3 Daftar Informan Penelitian

Pada penelitian ini, mengenai Manajemen Strategi Kepolisian dalam

Peningkatan Kesadaran berLalu Lintas pada Kendaraan Bermotor di Polres Metro

Tangerang Kota, dalam pemilihan informan penelitian ini peneliti menggunakan

cara teknik pengambilan sumber data yang sering digunakan pada penelitian

kualitatif adalah Puposive. Puposive adalah teknik pengambilan sumber data

dengan pertimbangan tertentu.Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut

dianggap paling tahu atau paling menguasai obyek/situasi sosial yang

Page 89: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

73

diteliti.Dengan demikian key person ini adalah tokoh formal dan tokoh informal

di penelitian Manajemen Strategi Kepolisian dalam Peningkatan Kesadaran

Berlalu-Lintas pada Kendaraan Bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

Informan penelitian ini antara lain yaitu pihak dari Kepala Satuan Lalu

Lintas Kepolisian Metro Tangerang Kota, Polisi Sat Lalu Lintas Kepolisian Metro

Tangerang Kota, Masyarakat, Pelaku Sim Palsu (Calo).

Tabel 4.4

Daftar Informan Penelitian

No. Informan Spesifikasi Informan Kategori Informan

1. Polres

Metro Kota

Tangerang

Kepala Satuan Lalu Lintas

Kepolisian Metro Tangerang

Kota

Key Informant

Warga Pengemudi Kendaraan

bermotor yang melanggar

Key Informant

Pelaku

pembuat

SIM

Perantara Pembuat SIM tanpa

mengikuti sistem (curang)

Key Informant

Polres

Metro Kota

Tangerang

Polisi Sat Lalu Lintas

Kepolisian Metro Tangerang

Kota

Secondary Informant

(Sumber: Peneliti, 2018)

Page 90: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

74

Informan di atas merupakan informan utama (Key Informan) dalam

penelitian ini.Adapun data-data lain yang merupakan sebagai informasi-informasi

pelengkap dari informasi yang telah diberikan oleh informan utama.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari

hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik

analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini, mengenai Peneliti menggunakan teori

Analisis SWOT menurut Griffin (2004:228). Teori tersebut memberikan

gambaran atas mekanisme Manajemen Strategi, yaitu Strength (Kekuatan),

Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang), Threats (Kendala). Kemudian

data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan tindakan yang

peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi. Kata-kata dan tindakan

orang yang diwawancara merupakan sumber utama dalam penelitian. Sumber data

ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan catatan tertulis atau

melalui alat perekam yang peneliti gunakan dalam penelitian.

Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan

adalah catatan berupa catatan lapangan peneliti, seperti dokumen-dokumen yang

peneliti dapatkan baik dari Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Metro

Tangerang Kota, Polisi Sat Lalu Lintas Kepolisian Metro Tangerang Kota dan

Page 91: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

75

Masyarakat di mana data tersebut merupakan data mentah yang harus diolah dan

dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu bentuk

data lainnya berupa foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan Manajemen

Strategi Kepolisian dalam Peningkatan Kesadaran ber Lalu Lintas pada

Kendaraan Bermotor di Polres Metro Tangerang Kota.

Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka

dalam proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisis secara

bersamaan. Dalam proses analisisnya dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles and

Huberman, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan.

Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan suatu data dan

fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan

teori yang peneliti gunakan yaitu menggunakan teori Analisis SWOT menurut

Griffin (2004) Analisis SWOT dilakukan untuk menghasilkan faktor-faktor

internal (Kekuatan/ Strengths dan Kelemahan/ Weaknesses) dan eksternal

(Peluang/Opportunities dan Ancaman/Threats), maka berdasarkan hasil tersebut

dapat digunakan untuk menentukan grand strategi. Adapun strategi-strategi

tersebut adalah, yaitu:

1. Strategi (SO) dengan mengembangkan suatu strategi dalam

memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O)

yang ada;

Page 92: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

76

2. Strategi (WO) yaitu pengembangan suatu strategi dalam memanfaatkan

peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada;

3. Strategi (ST) yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam

memanfaatkan kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T);

4. Strategi (WT) yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam

mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T).

Untuk dapat menentukan strategi yang tepat pada proses penegakan hukum

dalam rangka meningkatkan keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum

masyarakat perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang telah diuraikan pada bab

terdahulu yang mencakup: Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang

(Opportunities) dan Ancaman (Threats) yang dapat diformulasikan untuk

menentukan alternatif strategi kepolisian dalam peningkatan kesadaran berlalu

lintas pada pengemudi kendaraan bermotor di Polres Metro Tangerang Kota dalam

bentuk gambaran sebagai berikut:

Page 93: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

77

Gambar 4.2

Alternatif strategi kepolisian dalam peningkatan kesadaran berlalu lintas pada

pengemudi kendaraan bermotor di Polres Metro Tangerang Kota

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah

didapatkan dari hasil observasi penelitian. Penelitian mengenai Strategi

Pengembangan Destinasi Pariwisata Kawasan Pecinan di Kota Tangerang,

peneliti menggunakan teori analisis SWOT. Teori tersebut memberikan gambaran

yang berguna atas komponen- komponen penting yang harus dipertimbangkan

oleh pimpinan untuk menjamin bahwa strategi dapat berjalan dengan kehidupan

organisasi. Strategi yang efektif mencakup hubungan yang konsisten dari satu

faktor yaitu strengths, weaknessess, opportunities, threats. Peneliti

mengelompokan faktor-faktor yang berasal dari faktor ekstern dan faktor intern

yang akan memberikan gambaran yang jelas tentang keberhasilan strategi

tersebut.

Page 94: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

78

Mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka data yang

diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara,

observasi, serta data atau hasil dokumentasi lainnya. Dalam penelitian ini kata-

kata dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber utama dalam

penelitian. Berdasarkan teknik analisa data kualitatif, data-data tersebut dianalisa

selama penelitian berlangsung, dimana data-data tersebut merupakan data-data

yang berkaitan dengan Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Kawasan

Pecinan di Kota Tangerang. Data-data yang telah didapatkan kemudian dianalisa

sehingga dapat menghasilkan suatu pemahaman baru dari data yang didapatkan.

Data yang didapatkan harus dikonfirmasi ulang tidak hanya dari satu

sumber data atau informan tetapi dari sumber lain yang memang masih memiliki

informasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Data yang sudah didapatkan

kemudian diuji kembali dengan metode triangulasi. Kemudian data yang

diperoleh dari hasil wawancara, observasi lapangan, dan kajian pustaka tersebut,

dilakukan ke dalam bentuk tertulis untuk mendapatkan polanya serta diberi kode-

kode pada aspek- aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan

berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan

kategorisasi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga dalam menganalisis

data dilakukan secara bersamaan selama proses pengumpulan data berlangsung.

Oleh karena itu proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model

Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan

Page 95: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

79

kesimpulan. Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan kegiatan reduksi

data, maka peneliti memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Kode-kode

tersebut ditentukan berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan

dengan permasalahan penelitian. Adapun kode-kode tersebut yaitu :

a. Kode Q menunjukan daftar urutan pertanyaan

b. Kode A, B, C dan seterusnya menunjukan item pertanyaan

c. I1, I2, I3, dan seterusnya menunjukan daftar informan

Untuk penyajian data (data display) dalam penelitian ini, peneliti

melakukan penyajian data dalam bentuk teks narasi, tabel, dan gambar.

Selanjutnya menarik kesimpulan atau mencari makna-makna baru dari hasil yang

sudah diperoleh.

4.2.2 Strategi Polisi Polres Metro Tangerang

Sesuai dengan tugas pokok Polri yang tercantum didalam Undang-undang

Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 13

yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan

memberikan perlindungan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, dan

tugas polri dalam pasal 14 ayat (1) huruf a dan b yaitu melaksanakan pengaturan,

penjagaan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai

dengan kebutuhan; menyelenggarakan segala kegiatan dan menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dijalan, maka Polri dianggap wajib

melakukan patroli untuk menanggulangi atau menindak para pelanggar peraturan

lalu lintas.

Page 96: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

80

Penulis melakukan wawancara kepada anggota Satlantas Polres Metro

Tangerang Ibu Kompol Triyani selaku Wakasat Polres Metro Tangerang, penulis

bertanya tentang bagaimana pelaksanaan patroli lalu lintas di Polres Metro

Tangerang Kota dan beliau menjawab :

“kami rutin mengadakan patroli disetiap hari kerja (senin sampai

jumat) dibeberapa tempat atau jalan yang rawan terjadi pelanggaran,

kecelakaan dan macet. Daerah atau jalan yang rawan terjadi

pelanggaran yaitu sepanjang jalan Daan Mogot , Kota Tangerang.”

Peneliti kemudian menanyakan bagaimana anggota Satlantas Polres Metro

Tangerang, beliau kemudian lanjut menjawab I1-1:

“setiap akan kami melakukan patroli, selalu diadakan apel pagi untuk

pengarahan dan pengawasan Pomjalur (hal-hal seputar patroli) yang

dipimpin oleh Kasat/Kanit lalu-lintas Polres Metro Tangerang, barulah

kemudian kami jalan dengan mengantongi surat perintah patroli yang

diketahui oleh Kasat Lantas atas nama Kapolres. Biasanya kami jalan

(patroli) sekitar pukul 09.00-12.00 WIB dan dilanjutkan lagi sekitar

pukul 14.00-15.00 WIB”. Setiap minggu dilakukan analisa dan

evaluasi kemudian dibuatlah laporan hasil ditiap bulannya”, ungkap

Ibu Kompol Triyani.

Adapun beberapa bentuk patroli polisi yang sesuai dengan Standard Operating

Procedures (SOP), yaitu:

1. Patroli Jalan Kaki Patroli jalan kaki dimulai dari markas dilakukan

minimal

2 orang anggota Polri berjalan dan berada ditempat yang lenggang agar

dapat bergerak dengan leluasa, mengadakan observasi serta pengawasan

Page 97: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

81

dengan baik untuk melaporkan bila ada keadaan yang ganjil atau tidak

seperti biasanya.

2. Patroli Dengan Kendaraan Sepeda (Patroli Sepeda) Patroli sepeda

dilakukan untuk menempuh jarak (menjelajah) daerah yang lebih luas

sama halnya dengan patroli jalan kaki, patroli sepeda juga mengadakan

observasi serta pengewasan dengan baik untuk melaporkan dan memeriksa

bila ada keadaan yang ganjil atau tidak seperti biasanya.

3. Patroli Dengan Kendaraan Sepeda Motor (Patroli Motor) Patroli sepeda

motor dilakukan untuk membantu patroli jalan kaki dan patroli sepeda

dimana mereka biasanya dengan segera memberikan bantuan bilamana

patroli jalan kaki maupun patroli sepeda membutuhkan bantuan, patroli

sepeda motor juga bisa lebih cepat memberikan pelayanan kepada

masyarakat karena lebih efektif untuk kecepatan/ketepatan dalam

melakukan tugas.

4. Patroli Dengan Kendaraan Mobil (Patroli Bermobil) Patroli bermobil

dilakukan untuk membantu dan mengawasi patroli jalan kaki, patroli

bersepeda, dan patroli motor pada titik kontrol dan persilangan tertentu

untuk mengawasi dimana para petugas patroli lainnya berada termasuk

rute perjalanannya, tukar menukar informasi/keterangan, penghubung

dengan pos komando. Patroli bermobil melakukan patroli di sekitar

pemukiman pejabat (VIP), mall, bank, pasar, dan tempat-tempat yang

dianggap rawan kejahatan.

Page 98: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

82

Peneliti lanjut bertanya, dari bentuk patroli yang sesuai SOP, bentuk patrol

seperti apa yang dilakukan oleh Satlantas Polres Metro Tangerang, Kompol

Triyani kembali menjawab I1-1 :

“Satlantas Polres Metro Tangerang hanya melakukan 2 bentuk patroli

yaitu patroli motor dan patroli mobil, kalau patroli jalan kaki itu sering

dilakukan oleh Satsabhara. Berikut adalah data mengenai pelanggaran

lalu lintas yang terjadi di Kabupaten Majene dari bulan januari hingga

bulan juni tahun 2017”

Tabel 4.1

Usia Pelaku Pelanggaran

No Bulan Jumlah

GAR

Usia Pelanggar Ket.

0-16 17-27 28-50 51-70 71 keatas

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Jan 176 15 105 55 1 -

2. Feb 333 23 179 110 21 -

3. Mar 353 29 179 110 21 -

4. Apr 156 7 60 81 8 -

5. Mei 345 20 196 113 16 -

6. Jun 373 15 166 175 14 3

Jumlah 1.736 121 872 641 99 3

Sumber : Polres Metro Tangerang Kota

Usia pelaku pelanggaran mayoritas dari jenjang usia 17-27 tahun seperti

yang digambarkan pada tabel I sebanyak 872 pelanggar kemudian di usia

28-50 tahun sebanyak 641 pelanggar, selebihnya dari usia 0-16 tahun,

Page 99: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

83

51-70 tahun, dan diatas 71 tahun masing-masing sebanyak 121, 99, dan 3

pelanggar.

Tabel 4.2 Jenis Pelanggaran Kendaraan Bermotor

No Bulan

Jumlah Jenis Pelanggaran Yang Dilakukan

Muata

n

Lawan

Arus

Marka

Rambu

Surat

-surat

Kelengkapa

n

Sabuk

keselamatan

Berlebihan

Penumpan

g

helm

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Jan 176 5 17 2 68 60 3 - 31

2 Feb 333 2 34 4 132 101 2 - 58

3 Mar 353 19 - 24 132 97 7 2 72

4 Apr 156 5 - 28 50 19 3 1 41

5 Mei 145 8 6 27 193 34 5 - 72

6 Jun 373 6 - 82 195 - 9 1 53

Jumlah 1736 46 57 167 779 301 29 4 327

Sumber : Polres Merto Tangerang Kota

Jenis pelanggaran yang banyak terjadi sepanjang bulan januari

hingga juni 2016 didominasi oleh surat-surat kendaraan yang tidak bisa

ditunjukkan oleh pelanggar pada saat dilakukan patroli, baik itu Surat Izin

Mengemudi (SIM) maupun Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)

sebanyak 779 pelanggaran.

Page 100: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

84

4.2.3 Faktor-Faktor Yang Menjadi Hambatan Dalam

Melaksanakan Strategi Di Wilayah Tangerang

Beberapa faktor yang menghambat untuk melaksanakan Strategi

Di wilayah Tangerang yaitu :

1. Kurangnya Personil

Salah satu faktor yang dianggap sebagai hambatan dalam

menjalankan patroli ialah kurangnya personil dalam menjalankan tugas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakasat Polres Metro Tangerang

Kompol Triyani, Peneliti menanyakan keadaan atau jumlah personil

Satlantas yang ada di Polres Metro Tangerang kemudian beliau menjawab

I1-1:

“untuk ukuran wilayah hukum Polres Majene yang cukup luas ini,

kami sangat kekurangan personil (Satlantas). Keadaan ini diperburuk

lagi dengan dipindahtugaskannya beberapa personil kami ke satuan

lain seperti ke Satsabhara dan Satreskrim”.

Tabel 4.3

Jumlah Personil Polisi Satlantas Polres Metro Tangerang Kota

No Polisi Jumlah

1 Perwira Polisi 5

2 Polisi Laki-laki 39

3 Polisi Wanita 5

Total 49

Sumber : Polres Metro Tangerang Kota

Page 101: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

85

Menurut PBB rasio ideal polisi dan penduduk yakni 1 banding 400.

Besar kecilnya rasio polisi menentukan efektifitas pelayanan kepolisian

kepada masyarakat. Sebaliknya semakin besar rasio polisi akan

menyebabkan pengaduan masyarakat tidak tertangani dengan baik,

penyidikan berlarut-larut, intensitas polisi rendah, atau kehadiran polisi di

tempat kejadian perkara (quick response) tidak tepat waktu.

Dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Tangerang yaitu

sebanyak 1,7 juta jiwa dengan jumlah personil Polres Metro Tangerang

Kota yakni 280 maka perbandingan yang didapatkan dari jumlah tersebut

adalah 87 polisi: 51.037 penduduk atau 1 : ±587. Angka tersebut dianggap

masih kurang untuk ukuran perbandingan rasio personil polisi terhadap

jumlah masyarakat sehingga mempengaruhi efektifitas dari pelaksanaan

patrol itu sendiri. Semakin banyak jumlah personil yang berpatroli maka

akan semakin luas pula wilayah yang dapat disisir oleh polisi.

2. Minimnya sarana dan prasarana

Berdasarkan data yang Peneliti peroleh dari Polres Metro

Tangerang Kota, angka sarana yang dimiliki Satlantas masih sangat

kurang jika dibandingkan dengan jumlah personil dan jumlah masyarakat

yang harus diayomi. Ibu Wakasat Lantas mengatakan:

“untuk bisa menutupi permasalahan tersebut kita perlu

memberdayakan fasilitas yang ada meski itu milik pribadi. Misalnya

saja motor pribadi dari personil polantas, itu dapat digunakan untuk

Page 102: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

86

menunjang keefektifan patroli yang dilakukan oleh Polres Metro

Tangerang Kota. Sama halnya dengan prasarananya”.

4.2.4 Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengurangi Angka

Pelanggaran Lalu-Lintas Di Kota Tangerang

Ada beberapa upaya yang dilakukan oleh Polres Metro Tangerang

Kota untuk mengurangi angka pelanggaran lalu lintas :

1. Sosilalisasi Undang-undang Lalu Lintas

Sosialisasi ini dianggap efektif untuk mengurangi angka

pelanggaran lalu lintas. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sangatlah perlu disosialisasikan agar

masyarakat sebagai objek undang-undang tersebut mempunyai

pengetahuan tentang cara-cara berkendara yang baik sesuai dengan

peraturan yang ada agar pengaturan lalu lintas dapat berjalan lancar.

Sosialisasi seperti ini kadang dilakukan disekolah-sekolah di Kota

Tangerang maupun di masyarakat umum yang biasanya digelar di aula

kantor kecamatan/kelurahan setempat.

Penulis juga sempat melakukan wawancara kepada masyarakat

bernama Muhammad Nur Taufik Siddik, beliau berkata :

“sosialisasi (undang-undang lalu lintas) akan sangat diperlukan oleh

masyarakat karena menurut saya masih banyak masyarakat yang

belum mengetahui peraturan-peraturan lalu lintas yang ada dan

apalagi jika ada peraturan yang baru, harusnya Satlantas rutin

mengadakan sosialisasi ke tiap kecamatan yang ada di kabupaten

Page 103: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

87

Majene ini. Wajar rasanya jika pelanggaran masih banyak terjadi

didaerah-daerah pelosok karena itu tadi, masih kurangnya sosialisasi

untuk masyarakat di pelosok-pelosok”.

2. Pengadaan Bhabinkamtibmas Oleh Satuan Pembinaan Masyarakat

Satuan Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas) adalah unsur pelaksana tugas

pokok polres. Yang berada dibawah kapolres. Sat Binmas bertugas

menyelenggarakan pembinaan masyarakat yang meliputi pembinaan teknis

polisi masyarakat (polmas) dan kerja sama dengan instansi pemerintahan/

lembaga/ organisasi masyarakat, pembinaan bentuk-bentuk pengamanan

swakarsa serta pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dalam

rangka memberdayakan upaya pencegahan masyarakat terhadap kejahatan

serta meningkatkan hubungan sinergitas Polri-masyarakat. Pengadaan

Bhabinkamtibmas dianggap sebagai salah satu solusi untuk penanganan

pencegahan tidak pelanggaran lalu lintas. Lingkup tugas dari

bhabinkamtibmas itu sendiri meliputi :

a. Melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi

tanggung jawabnya untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Melakukan upaya kegiatan kerjasama yang baik dan harmonis dengan

aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan

tokoh adat, dan para sesepuh yang ada didesa atau kelurahan.

c. Melakukan pendekatan dan pembangunan kepercayaan terhadap

masyarakat.

Page 104: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

88

d. Melakukan upaya pencegahan tumbuhnya penyakit masyarakat dan

membantu penanganan rehabilitas yang terganggu.

e. Melakukan upaya peningkatan daya tangkal dan daya cegah

masyarakat terhadap timbulnya gangguan kamtibmas.

f. Membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam rangka

pembinaan kamtibmas secara swakarsa di desa/kelurahan.

g. Melakukan kerjasama dan kemitraan dengan potensi masyarakat dan

kelompok atau forum kamtibmas dan dapat mencari solusi dalam

penanganan permasalahan atau potensi gangguan dan ambang

gangguan yang terjadi di masyarakat agar tidak berkembang menjadi

gangguan nyata kamtibmas.

h. Menumbuhkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum perundang-

undangan.

i. Memberikan bantuan dalam rangka penyelesaian perselisihan warga

yang dapat mengganggu ketertiban umum.

j. Memberikan petunjuk dan melatih masyarakat dalam rangka

pengamanan lingkungan.

k. Memberikan pelayanan terhadap kepentingan warga masyarakat untuk

sementara waktu sebelum ditangani oleh pihak yang berwenang.

l. Menghimpun informasi dan pendapat dari masyarakat untuk

memperoleh masukan atas berbagai isu atau kisaran suara yang

tentang penyelenggaraan fungsi dan tugas pelayanan kepolisian serta

permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.

Page 105: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

89

Menurut Kompol Triyan mengatakan I1-1 :

“program yang tengah dijalankan oleh Polres Metro Tangerang Kota

dibawah koordinasi sat Binmas yang juga sebagai upaya preventif

untuk pencegahan tindak pelanggaran maupun kejahatan ialah 1 desa

1 polisi. Program ini dinilai akan sangat bermanfaat terutama bagi

masyarakat pedesaan karena dengan program siituasi masyarakat akan

lebih kondusif. Minimnya tingkat pengaman yang dilakukan swadaya

masyarakat memicu tingginya tingkat kriminalitas. Disini juga

dibutuhkan peran penting masyarakat, kalau hanya polisi yang

menjaga keamanan mungkin situasi kondusif akan sulit tercipta. Di

Kota Tangerang sendiri belum bisa memenuhi 1 polisi disetiap desa

karena kami masih kekurangan personil, kami baru sanggup

memenuhi 1 polisi di setiap 3 desa, tuturnya”.

4.3 Pembahasan

Pembahasan dan analisa dalam penelitian ini merupakan data dan fakta

yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang

peneliti gunkaan yaitu analisis SWOT. Dimana dalam analisis SWOT dapat

menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam menciptakan kesadaran

pengendara motor terhadap berlalu – lintas di Kota Tangerang. Analisis SWOT

membantu memilih strategi alternatif untuk mengembangkan Pariwisata di Kota

Tangerang.

1. Strengths (Kekuatan)

Stengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam

organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis

merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi yaitu hal–hal

Page 106: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

90

positif yang menjadi kekuatan dalam mencapai tujuan. Strengths bersifat

internal bukan hal-hal yang datang dari luar, strengths biasanya berisi

Potensi, manfaat, anggaran, sumber daya manusia (SDM) atau alam

(SDA), kemampuan teknologi, dll. Tujuan dari penilaian kekuatan ialah

untuk melihat keunggulan dari suatu hal agar dapat mengurangi

kelemahan dan menutupi ancaman agar dapat mencapai tujuan yang

diinginkan.

Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan, Keselamatan,

Ketertiban serta Kelancaran Lalu lintas, telah dilakukan pengaturan yang

disesuaikan dengan perkembangan situasi lalu lintas yang ada dengan

mempertimbangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi

baik yang berhubungan dengan kendaraan, sumber daya manusia, sarana

dan prasarana jalan serta dampak lingkungan lainnya dalam bentuk

suatu aturan yang tegas dan jelas serta telah melalui proses sosialisai

secara bertahap sehingga dapat dijadikan pedoman dalam berinteraksi di

jalan raya.

Setiap pengguna jalan wajib memahami setiap aturan yang telah

dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang, Perpu,

Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga terdapat satu

persepsi dalam pola tindak dan pola pikir dalam berinteraksi di jalan

raya. Perbedaan tingkat pengetahuan dan atau pemahaman terhadap

aturan yang berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan yang berpotensi

Page 107: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

91

memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik antar pengguna

jalan itu sendiri maupun antara pengguna jalan dengan aparat yang

bertugas untuk melaksanakan penegakkan hukum di jalan raya.

Selain pemahaman terhadap pengetahuan tentang peraturan

perundang- undangan yang berlaku, pengetahuan tentang karakteristik

kendaraan merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan, setiap

kendaraan memiliki karakteristik yang berbeda dalam penanganannya,

pengetahuan terhadap karakteristik kendaraan sangat berpengaruh

terhadap operasional kendaraan di jalan raya yang secara otomatis akan

berpengaruh pula terhadap situasi lalu lintas jalan raya,

pengetahuan tentang karakteristik kendaraan bisa didapat dengan

mempelajari buku manual kendaraan tersebut serta dengan

mempelajari karakter kendaraan secara langsung (fisik).

1.1 Sumber Daya Manusia (SDM)

Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini adalah

pelaksana/implementor yang melaksanakan strategi manajemen

kepolisian dalam meningkatkan kesadaran berlalu lintas pada kendaraan

bermotor, berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia yang ada saat

ini belum sesuai dengan kebutuhan dan bekerja sesuai dengan

kompetensinya atau belum, berikut keterangan yang disampaikanoleh

bapak Kompol Triyani selaku Wakasat Lalu Lintas di Polres Kota

Tangerang I1-1 pada saat wawancara:

Page 108: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

92

“SDM disini menurut saya belum cukup ya karena sebenernya begini

kesadaran dalam berlalu lintas itu tidak di ukur SDM dari kepolisian,

tapi dari kesadaran masyarakat Cuma masyarakat kita itu kan

sepertinya memang harus diawasi. Nah polisi itu tugasnya

mengawasi... gitu...memang. nah masyarakat tuh kalo diawasi baru

tertib gitu jadi kalo kesadaran murni yang 100 persen tertib itu belum

bisa, ya minimal 70 lah gitu. 30% itu masih ada. Masih ada yang

perlu.. anu..apa itu... pengawasan. Dia jadi tidak sadar sendiri, tidak

ada yang mencuri curi lawan arah jadi ga akan cukup SDM yang

kami sediakan kalau masyarakat juga masih susah di atur.”

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Aiptu Tony Efendi

selaku Polisi Lalu Lintas POLRESTA Kota Tangerang I1-3 sebagai

berikut:

“Sumber daya sudah mencukupi tetapi masih perlu dievaluasi karena

mengawasi sebegitu banyak nya masyarakat itu gak mudah jadi

kadang kita masih perlu bantuan ke pusat.”

Dari hasil wawancara di atas bisa dapat diketahui bahwa Sumber

Daya Manusia di Polres Tangerang belum cukup karena keterbatasan

penegak mengakibatkan banyak yang lalai. Sumber daya manusia di Polres

Metro Tangerang belum bisa di katakan cukup, karna dalam kesadaran

berlalu-lintas harus adanya kerja sama antara aparat dengan masyarakat

karna pada dasarnya fungsi dari aparat bertugas sebagai pengawas .

Apabila masyarakat yang di awasi belum mampu menyadari kesalahannya

maka sumberdaya manusia yang adapun tidak dapat melaksanakan strategi

manajemen kepolisian dengan baik.

Page 109: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

93

1.2 Sarana dan Prasarana

Aspek sarana dan prasarana penunjang merupakan aspek yang

dibutuhkan dalam strategi manajemen lalu lintas yang baik dan Jalan

yang dioperasional harus dilengkapi dengan prasarana jalan

sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 menyatakan

bahwa “Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib

dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa Rambu-rambu, Marka jalan,

Alat pemberi isyarat lalu lintas, Alat penerangan jalan, Alat pengendali

dan pengamanan pengguna jalan, Alat pengawasan dan pengamanan Jalan

berada di Jalan dan di luar badan Jalan. dan fasilitas pendukung yang

layak didalamnya apakah sudah tersedia atau belum. Fasilitas dalam

pelaksanaan kebijakam berupa segala sesuatu yang dibutuhkan dalam

proses pelaksanaan kebijakan lalu lintas. Berikut adalah data hasil

wawancara peneliti bersama I1-1:

“Untuk saat ini sarana dan prasana ada akan tetapi masih belum

mencukupi karna kurangnya perawatan kendaraan untuk oprasi

lagipula memang sebenarnya agak sulit juga mengawasi tanpa sarana

yang kurang memadai ya.”

Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak Aiptu Tony Efendi

selaku Polisi Lalu Lintas Polres Metro Kota Tangerang I1-3 sebagai

berikut:

“Menurut saya sih belum memadai ya soalnya saya agak kesulitan sih

pake sarana yang ada banyak banget nih kendaraan buat pengawasan

lalu lintas di jalan yang rusak karena kurangnya anggaran buat

perawatan rutin terus rambu rambu yang dipasang juga banyak yang

Page 110: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

94

rusak karena cuaca dan banyak juga tuh anak-anak rese yang coret

coret.”

Berdasrkan hasil dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa

sarana dan prasarana yang ada belum cukup optimal dalam pelaksanaanya

yang membuat kesulitan ketika ada operasi razia dan banyak kelengkapan

kebijakan pun dirusak masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini sarana yang

ada tidak hanya sebatas pada rambu-rambu yang tersedia saja, namun

kendaraan operasional yang tersedia ternyata mengalami beberapa

kerusakan karenan diketahui bahwa minimnya anggaran guna perawatan

bagi armada yang dimiliki. Selain itu kesadaran masyarakat mengenaik

pemeliharaan fasilitas rambu-rambu yang ada membuat fasilitas yang ada

tidak lagi berfungsi secara optimal, hal ini dapat terlihat dari adanya

beberapa rambu-rambu tang dirusak oleh masyarakat.

1.3 Sosialisasi

Aspek sosialisasi merupakan proses penyampaian informasi

kepada sasaran kebijakan mengenai Strategi manajemen Kepolisian

dalam kesadaran berlalu lintas, berikut adalah wawancara dengan I1-1:

“Sudah sering kami lakukan ya sosialisasinya dalam berbagai bentuk

contoh nya seperti sosialisasi ke sekolah, di event tertentu, ada juga

reklame, di iklan , di radio, dan ini kan sebenernya kebijakannya

sudah lama sekali dan memang pasti masyarakat juga tau tanpa

sosialisasi lanjutan terus menerus gituRazia itu ada jadwalnya, ada

yang namanya itu operasi. Operasi kepolisian itu ada namanya

operasi rutin. Operasi rutin itu ya tiap hari. Kemudian ada operasi

Page 111: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

95

kepolisian terpusat. Terpusat itu pusat yang ini, kaya operasi ini kan

terpusat. Nah operasi kan macem-macem. Operasi kemanusiaan itu

ada yang preventif saja, ada yang preentif saja, ada yang represif gitu.

Jadi skala yang mana mau dipake. Jadi namanya operasi bukan razia,

operasi kepolisian namanya. Ada yang preventif ada yang represif itu

gitu, lihat kebutuhannya aja. Ini operasi kemanusiaan mau lebaran

nih. Coba kalian kalo, ada kan yang namanya operasi zebra, operasi

patuh, operasi simpatik, nah gitu, berarti operasi simpatik itu bukan

sekedar operasi simpatik, dia juga ada penindakan. Tetapi ada yang

dikedepankan umpama masalah peneguran gitu, peneguran/sosialiasi

lagi pake brosur, pake pamflet, pake siaran radio, mau pake medsos,

mau pake apa, itu banyak alat.”

Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak Aiptu Tony Efendi

selaku Polisi Lalu Lintas Polres Kota Tangerang I1-3 sebagai berikut:

“Wah ya itu sering kami lakukan di jalanan ketika kami tilang pun

kami beritahu bagaimana kebijakannya sampai sanksinya malahan

kami menjelaskan ke masyarakat bagaimana cara mereka ke

pengadilan untuk menyelesaikan sanksi lanjutan.”

Melihat dari hasil wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa

para aparat telah melakukan berbagai upaya guna mensosialisasikan setiap

operasi-operasi yang sedang dilakukan. selain menginformasikan secara

langsung saat para aparat bertemu langsung dengan masyarakat di jalan,

proses sosialisasi juga dilakukan melalui beberapa metode seperti melalui

pmaflet, brosur-brosur, maupun melalui sosial media miliki kepolisian.

2. Weakness (Kelemahan)

Kelemahan merupakan kondisi kekurangan yang terdapat di dalam

organisasi. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat

dalam tubuh organisasi. Kelemahan faktor korelatif yang dapat

mempengaruhi stabilitas keamanan, keselamatan, ketertiban dan

Page 112: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

96

kelancaran lalu lintas di jalan raya merupakan interaksi serta kombinasi

dua atau lebih faktor yang saling mempengaruhi situasi lalu lintas

meliputi faktor manusia, faktor kendaraan, faktor jalan, dan faktor

lingkungan dan masalah-masalah yang terjadi dalam proses strategi

manajemen lalu lintas berikut keterangan yang disampaikan oleh bapak

Kompol Triyani selaku Wakasat Lalu Lintas di Polres Kota Tangerang I1-1

pada saat wawancara:

“Oh ada, ada SOP kan ada struktur organisasi itu kan ada ininya, ada

sopnya, kemudian ada standar, ada ren-giatnya. Nah itu namanya ren-

giat kita ya, rencana kegiatan. Standar operasionalnya, namanya

standar operasional kepolisian itu, kan SOP itu maksudnya kan. Jadi

ada, itu SOP nya kan ada tingkatan tingkatannya. Oh ini sosialiasi

dulu, lewat spanduk kemudian lewat siaran radio, lewat koran, baru

nanti teguran, baru nanti penindakan gitu tapi masih aja gitu

masyarakat ga mengerti.”

Melihat dari hasil wawancara tersebut diketahui meskipun aparat

telah bekerja sesuai dengan SOP yang dimiliki namun pada kenyataannya

masyarakat masih belum mampu untuk memahami bentuk teguran serta

sanksi yang diberlakukan atas setiap pelanggaran yang dilakukan.

3. Opportunities (Kesempatan)

Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang dimasa

yang akan datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar

organisasi itu sendiri. Terkait hal tersebut, I1-2 menyampaikan

pendapatnya sebagai berikut:

Page 113: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

97

“Kalau berbicara kesempatan, mungkin masyarakat yang berprofesi

jadi calo ya yang punya kesempatan mendapatkan keuntungan. Jadi

karena prosedur pembuatan sim kendaraan bermotor cukup panjang,

banyak masyarakat yang akhirnya mencari oknum-oknum yang bisa

membantu mempercepat pembuatan sim.”

Hal tersebut pun dibenarkan oleh I2-1 yang berprofesi sebagai

calo. Berikut pernyataannya:

“Pembuatan SIM ini memang menjadi kesempatan kita. Karena

prosesnya panjang, seringnya tidak bisa selesai dalam 1 hari, dan

kadang harus berulang kali tes jadi kita bantu jika ada yang ingin

selesai cepat. Lumayan hasilnya. Walaupun capek karena

menggantikan orang untuk mengurus SIMnya tapi ya tidak apa-apa.”

Dalam proses pembuatan SIM ternyata diketahui membuka kesempatan

bagi masyarakan untuk menjadi calo dalam proses pembuatannya. Hal ini

terjadi melihat dari SOP pembuatan SIM yang membutuhkan waktu cukup

lama sehingga penawaran-penawaran pembuatan SIM dengan cepat jauh

lebih menggiurkan bagi masyarakat yang sangat membutuhkannya.

4. Threats (Ancaman)

Threats merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman

ini dapat mengganggu organisasi itu sendiri. Kondisi yang terjadi

merupakan ancaman dari luar organisasi itu sendiri. Mengenai ancaman

pada proses peningkatan kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas.

Berikut pernyataan yang disampaikan oleh I1-2:

“Terkait ancaman dari luar sebetulnya sudah jelas sekali ya, adanya

calo itu menjadi penghambat kita untuk mengajak masyarakat untuk

tertib. Dalam hal pembuatan SIM saja tidak bisa tertib bagaimana

Page 114: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

98

nanti dijalan. Kan jadi tidak terjamin ya kualitas berkendara

masyarakat seperti apa kalau semakin banyak calo yang membantu

pembuatan SIM.”

Hal serupa disampaikan oleh I1-1, berikut pernyataannya:

“Iya memang benar adanya calo ini cukup mengkhawatirkan karena

membuat masyarakat tidak tertib dan kita sulit untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk tertib berlalu lintas.”

Namun pendapat berbeda disampaikan oleh I2-2 selaku masyarakat

yang justru merasa terbantu dengan adanya calo. Berikut pernyataannya:

“Saya pribadi selaku pekerja sangat terbantu dengan adanya calo.

Untuk urus perpanjang SIM itu kan butuh waktu, tidak bisa 5 menit

selesai. Jadi mau tidak mau saya harus ijin dari kantor dan kadang

membuat pekerjaan saya tertunda.”

Melihat dari pendapat yang telah dikemukakan diketahui ancaman terbesar

berasal dari keberadaan calo dalam proses pembuatan SIM. Namun disisi lain

terdapat beberapa masyarakat yang merasa terbantu dengan keberadaan calo-calo

tersebut. Melihat fenomena ini perlu lagi dikaji mengapa masyarakat masih saja

memiliki ketertarikan terhadap keberadaan calo-calo tersebut.

A. Internal

1. Kekuatan

a) Komitmen Pimpinan Polri untuk melakukan perubahan pelaksanaan

fungsi Lantas ke arah yang lebih baik melalui pembinaan SDM dan

peningkatan kualitas pelayanan.

Page 115: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

99

b) Penambahan dan peningkatan personil lalu lintas secara kuantitatif

dan kualitatif dalam mengimbangi tantangan tugas yang dilakukan

secara bertahap.

c) Peningkatan kualitas penegakan hukum dibidang lalu lintas dengan

perbaikan pola penindakan.

d) Motivasi anggota dalam pelaksanaan tugas di bidang lalu lintas cukup

tinggi.

e) Penambahan sarana dan prasarana baik mobilitas maupun peralatan

pendukung lainnya dalam rangka upaya penegakan hukum dan

peningkatan disiplin pemakai jalan

f) Adanya keinginan pihak Polri untuk memperbaiki sistem penindakan

dengan tilang yang lebih sederhana dan efektif.

2. Kelemahan

a) Kualitas intelektual dan profesional individu anggota Polantas belum

ideal untuk mendukung reformasi Polri.

b) Kualitas Sumber Daya Polantas yang belum sepenuhnya dapat

memberikan keteladanan kepada pengguna jalan.

c) Masih adanya personil Polantas yang melakukan praktek pungutan

liar maupun pungutan di luar ketentuan yang dapat menurunkan citra

Polantas.

d) Perlakuan petugas terhadap pelanggar lalu lintas masih terkesan

pilih kasih, atau sengaja membiarkan pelanggaran yang terjadi.

Page 116: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

100

e) Sikap arogansi/sok kuasa yang masih sering ditampilkan oleh petugas di

lapangan.

f) Sistem pendataan di bidang lalu lintas yang kurang baik sehingga

menyulitkan pihak Polri dalam rangka mengambil kebijakan yang

akurat.

g) Perolehan Surat Ijin Mengemudi (SIM) yang diterbitkan oleh Polri

belum memberi jaminan akan kualitas pemegang SIM.

h) Terbatasnya dukungan anggaran untuk peningkatan kualitas pelayanan

kepada masyarakat.

i) Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas belum memadai,

terutama pada daerah-daerah yang tingkat kerawanan lalu lintasnya

tinggi.

B. Eksternal

1. Peluang

a) Adanya kesepakatan bersama antar kementerian terkait dan Polri

untuk mengupayakan peningkatan keselamatan dijalan.

b) Dukungan partisipasi masyarakat yang bersifat positif dalam

pengawasan konstruktif terhadap kinerja Polisi lalu lintas yang makin

meningkat.

c) Partisipasi masyarakat untuk ikut serta melakukan giat Kampanye tertib

lalu lintas dan giat lain dalam rangka peningkatan keselamatan lalu

lintas dan kepatuhan hukum.

Page 117: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

101

d) Keinginan masyarakat yang menghendaki agar Polantas lebih

professional dalam mewujudkan keamanan, ketertiban, pelanggaran lalu

lintas.

e) Penambahan sarana dan prasarana lalu lintas yang dilakukan oleh

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

f) Adanya peraturan-peraturan daerah yang menginginkan terwujudnya

kondisi lalu lintas daerah menjadi lebih baik.

g) Adanya political will dari beberapa daerah tertentu yang membuat

kebijakan untuk peningkatan pelayanan angkutan publik.

2. Kendala

a) Ketidaktertiban berlalu lintas sebagai fenomena sehari-hari telah

dipandang sebagai suatu budaya sehingga kondisi yang ada dianggap

sebagai suatu yang wajar.

b) Sarana dan prasarana jalan belum mencerminkan dan belum

memperhatikan aspek keselamatan.

c) Manajemen angkutan umum baik tingkat pusat maupun daerah masih

mencerminkan manajemen yang kurang sehat (lebih mengutamakan

sistem setoran daripada mengutamakan aspek keselamatan).

d) Ketidaktertiban penataan lalu lintas sebagai dampak dari kebijakan

pemerintah dalam pemberian ijin membangun pada tempat-tempat yang

intensitas lalu lintasnya tinggi justru menimbulkan permasalahan baru

dibidang lalu lintas.

Page 118: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

102

e) Perhatian pemerintah dan komponen masyarakat terhadap

keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum masyarakat belum

menjadi keprihatinan bersama bahkan dianggap sebagai suatu accident.

f) Tidak adanya kejelasan kebijakan pemerintah dalam membatasi

pertumbuhan jumlah kendaraan maupun manajemen pengoperasian

kendaraan bermotor.

g) Langkah sosialisasi terhadap aturan-aturan hukum tidak secara efektif

dilaksanakan dan tidak adanya kejelasan tanggung jawab instansi

tertentu.

h) Belum diakuinya peralatan milik Polri sebagai alat bantu penegakan

hukum (Speed Gun / alat pemantau kecepatan) oleh aparat CJS.

i) Lemahnya koordinasi antar aparat penegak hukum dan instansi

terkait yang bertanggung jawab dalam mewujudkan keselamatan lalu

lintas dan kepatuhan hukum masyarakat.

j) Belum adanya sekolah-sekolah mengemudi yang memenuhi standar

pendidikan keterampilan mengemudi.

Page 119: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

103

Tabel 4.5

MATRIX SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (S) Weaknesses(W)

a. Banyaknya

sumberdaya yang

tersedia.

b. Sering nya

dilakukan

pelatihan

sehingga

sumberdaya yang

ada sangat

professional.

c. Disediakan sarana

dan prasarana

yang memadai.

d. Seringnya

dilakukan

sosialisasi dalam

bentuk iklam,

baliho, siaran

radio maupun

koran.

a. Kurangnya

perawatan terhadap

sarana dan prasarana

sehingga terdapat

berapa sarana dan

prasarana yang

rusak.

b. Ketidak takutan

masyarakat terhadap

sanksi yang

diberikan membuat

masih tingginya

tingkat kesalahan

yang dilakukan

masyarakat.

c. Masyarakat seolah

acuh terdahap

sosialisasi yang

dilakukan.

Opportunieties (O) Strategi SO Strategi WO

a. Semakin sadar

masyarakat

akan

keselamatan

angka

kecelakaan pun

akan

berkurang.

b. Semakin patuh

masyarakat

Berlalu-Lintas

mengurangi

kecametan

c. Apabila

masyarakat

mengikuti

pembuatan

Peraturan SIM

yang ada akan

mengurangi

a. Melakukan

sosialisasi antar

kampung polantas

bekerjasama

dengan babinsa

agar masyarakat

lebih dekat

dengan pihak

Kepolisian.

b. Meningkatkan

pengawasan agar

tidak ada lagi

polisi yang

menerima suap

saat sedang

melakukan tilang

c. Meningkatkan

teknologi berbasis

elektronik misal

pembuatan SIM

a. Membuat slogan

atau pamphlet yang

lebih kreatif agar

masyarakat lebih

tertarik untuk

melihat dan

membaca.

b. Menguatkan

kelembagaan

Kepolisian Sat

lantas untuk lebih

meningkatkan

kesadaran

masyarakat dalam

berkendara.

c. Mendorong angka

kemacetan dengan

mengurangi

perkendara yang

masih dibawah

Page 120: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

104

calo atau

peluang sim

palsu.

online sehingga

para pekerja bias

lebih mudah

membuat SIM

tanpa bantuan

calo SIM.

umur.

d. Meningkatkan

pengawasan

orangtua untuk tidak

mengijinkan anak –

anak untuk

membawa

kendaraan sendiri.

Threats (

Ancaman )

Strategi ST Strategi WT

a. Adanya calo

membuat para

perkendara

semakin tidak

tertib.

b. Kurangnya

respect

masyarakat

terhadap polisi

mengakibatkan

sulitnya terjalin

komunikasi

yang baik

antara pihak

Kepolisian dan

Masyarakat.

c. Banyaknya

Polisi yang

mau di suap

membuat

masyarakat

menggampangk

an saat

melakukan

kesalahan.

a. Pihak kepolisian

harus extra

pengawasan

terhadap para

pembuat SIM

sehingga tidak ada

lagi calo yang

berkeliaran.

b. Pihak kepolisian

harus lebih

merangkul

masyarakat sesuai

dengan slogan

Kepolisian yaitu

Polisi sebagai

pelindung,

pelayan dan

pengayom

masyarakat.

c. Diadakannya

sosialisasi rutin ke

sekolah sekolah

SMP dan SMA

untuk

menghindari para

pelajar membawa

kendaraan sendiri.

a. Meningkatkan

keharmonisan

Kepolisian dengan

Masyarakat agar

terjalin komunikasi

yang baik.

b. Mengoptimalkan

pembinaan dan

pelatihan terhadap

Polisi dat lantas

metro tanggerang

kota.

c. Memaksimalkan

sarana dan prasarana

pendukung.

Page 121: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

105

A. Internal

1. Kekuatan

a) Komitmen Pimpinan Polri untuk melakukan perubahan pelaksanaan

fungsi Lantas ke arah yang lebih baik melalui pembinaan SDM dan

peningkatan kualitas pelayanan.

b) Penambahan dan peningkatan personil lalu lintas secara kuantitatif

dan kualitatif dalam mengimbangi tantangan tugas yang dilakukan

secara bertahap.

c) Peningkatan kualitas penegakan hukum dibidang lalu lintas dengan

perbaikan pola penindakan.

d) Motivasi anggota dalam pelaksanaan tugas di bidang lalu lintas cukup

tinggi.

e) Penambahan sarana dan prasarana baik mobilitas maupun peralatan

pendukung lainnya dalam rangka upaya penegakan hukum dan

peningkatan disiplin pemakai jalan

f) Adanya keinginan pihak Polri untuk memperbaiki sistem penindakan

dengan tilang yang lebih sederhana dan efektif.

2. Kelemahan

a) Kualitas Sumber Daya Polantas yang belum sepenuhnya dapat

memberikan keteladanan kepada pengguna jalan.

b) Masih adanya personil Polantas yang melakukan praktek pungutan

liar maupun pungutan di luar ketentuan yang dapat menurunkan citra

Polantas.

Page 122: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

106

c) Perlakuan petugas terhadap pelanggar lalu lintas masih terkesan

pilih kasih, atau sengaja membiarkan pelanggaran yang terjadi.

d) Masih banyaknya Calo SIM menyebabkan kurangnya jaminan akan

kualitas pemegang SIM.

e) Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas belum memadai,

terutama pada daerah-daerah yang tingkat kerawanan lalu lintasnya

tinggi.

B. Eksternal

1. Peluang

a) Dukungan partisipasi masyarakat yang bersifat positif dalam

pengawasan konstruktif terhadap kinerja Polisi lalu lintas yang makin

meningkat.

b) Partisipasi masyarakat untuk ikut serta melakukan giat Kampanye

tertib lalu lintas dan giat lain dalam rangka peningkatan

keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum.

c) Keinginan masyarakat yang menghendaki agar Polantas lebih

professional dalam mewujudkan keamanan, ketertiban, pelanggaran

lalu lintas.

d) Penambahan sarana dan prasarana lalu lintas yang dilakukan oleh

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Page 123: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

107

2. Kendala

a) Ketidaktertiban berlalu lintas sebagai fenomena sehari-hari telah

dipandang sebagai suatu budaya sehingga kondisi yang ada dianggap

sebagai suatu yang wajar.

b) Sarana dan prasarana jalan belum mencerminkan dan belum

memperhatikan aspek keselamatan.

c) Perhatian pemerintah dan komponen masyarakat terhadap

keselamatan lalu lintas dan kepatuhan hukum masyarakat belum

menjadi keprihatinan bersama bahkan dianggap sebagai suatu accident.

d) Langkah sosialisasi terhadap aturan-aturan hukum tidak secara efektif

dilaksanakan dan tidak adanya kejelasan tanggung jawab instansi

tertentu.

e) Masih banyaknya Calo SIM menyebabkan kurangnya jaminan akan

kualitas pemegang SIM.

Dari beberapa alternatif strategi yang tergambarkan diatas :

1) Kuadran I, Situasi yang menguntungkan bagi aparat penegak hukum dan

instansi terkait untuk melakukan kreatifitas dan inovasi. Strategi ini

cenderung untuk melakukan agresi.

2) Kuadran II, meskipun dihadapkan pada kendala-kendala aparat

penegak hukum memiliki kekuatan secara internal, strategi ini dapat

dimanfaatkan untuk jangka panjang.

Page 124: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

108

3) Kuadran III, Pada kondisi yang dihadapkan adanya peluang besar dan

kelemahan secara internal, maka strategi yang diambil adalah

meminimalkan masalah-masalah internal guna merebut peluang yang ada.

4) Kuadran IV, pada kondisi yang penuh dengan kendala dan kelemahan

maka kondisi ini cenderung untuk mempertahankan keadaan yang ada

(rutinitas).

Dengan upaya pemberdayaan kekuatan yang telah terbangun dan

terus dibangun serta memanfaatkan peluang yang ada, Penulis berpendapat

bahwa “strategi terpilih” adalah “strategi aparat penegak hukum dengan

kreativitas dan inovasi untuk memantapkan penegakan hukum dalam rangka

meningkatkan keselamatan lalu lintas dan kepatuhan masyarakat”.

Page 125: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

109

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan lapangan yang telah

dipaparkan pada bab sebelumnya, sehingga penyimpulan akhir mengenai Startegi

Manajemen Kepolisian Dalam Peningkatan Kesadaran Berlalulintas Pada

Pengemudi Kendaraan Bermotor Di Polres Metro Tangerang Kota adalah sebagai

berikut :

1. Faktor Kekuatan, yaitu (1) Komitmen Pimpinan Polri untuk melakukan

perubahan pelaksanaan fungsi Lantas ke arah yang lebih baik melalui

pembinaan SDM dan peningkatan kualitas pelayanan. (2) Penambahan dan

peningkatan personil lalu lintas secara kuantitatif dan kualitatif dalam

mengimbangi tantangan tugas yang dilakukan secara bertahap.

2. Faktor Kelemahan, yaitu (1) Masih adanya personil Polantas yang

melakukan praktek pungutan liar maupun pungutan di luar ketentuan yang

dapat menurunkan citra Polantas. (2) Masih banyaknya Calo SIM

menyebabkan kurangnya jaminan akan kualitas pemegang SIM.

3. Faktor Peluang, yaitu (1) Dukungan partisipasi masyarakat yang bersifat

positif dalam pengawasan konstruktif terhadap kinerja Polisi lalu lintas yang

makin meningkat. (2) Keinginan masyarakat yang menghendaki agar

Polantas lebih professional dalam mewujudkan keamanan, ketertiban,

pelanggaran lalu lintas.

Page 126: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

110

4. Faktor Ancaman, yaitu (1) Masih banyaknya perantara pembuat SIM

menyebabkan kurangnya jaminan akan kualitas pemegang SIM. (2)

Perhatian Pemerintah dan komponen masyarakat terhadap keselamatan

lalu lintas dan kepatuhan hukum masyarakat belum menjadi keprihatinan

bersama bahkan dianggap sebagai suatu accident.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil Penenitian tentang strategi Kepolisian dalam peningkatan

kesadaran berlalu lintas pada pengemudi kendaraan bermotor di Polres Metro

Tangerang Kota., maka peneliti mencoba memberikan saran dalam peningkatan

kesadaran berlalu lintas pada pengemudi kendaraan bermotor di Polres Metro

Tangerang Kota sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas penegakan hukum dibidang lalu lintas agar

penertiban berjalan dengan baik lagi dengan cara Pembinaan SDM di

Polres Metro Tangerang Kota dan juga meningkatan kualitas sistem

pelayanan untuk lebih mudahnya penanganan proses pelayanan kepada

masyarakat.

2. Meningkatkan teknologi berbasis elektronik dalam pelayanaan

pembuatan SIM secara online agar mengurangi melakukan praktek

pungutan liar maupun pungutan di luar ketentuan yang dapat

menurunkan citra Polisi.

3. Meningkatkan keharmonisan Kepolisian dan masyarakat agar terjalin

komunikasi yang baik sehingga masyarakat lebih dekat dengan pihak

Page 127: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

111

Kepolisian dengan cara penyuluhan langsung ke tempat atau event

tertentu agar masyarakat lebih mengenal peraturan dan menciptakan

kerjasama antar masyarakat dan Aparat

Page 128: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar- dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.

Budiarto,Arif dan Mahmudah, 2007, Rekayasa Lalu Lintas,UNS Press, Surakarta

Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada

University Press:Yogyakarta. Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Analiysis.

Gava Media: Yogyakarta.

Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.

Bumi Aksara: Jakarta.

Keban, Yeremias. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep

dan Teori. Gava Media: Yogyakarta.

Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model dan Aktor Dalam Proses Kebijakan

Publik. Gava Media: Yogyakarta. Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Nurcholis, Hanif. 2009. Perencanaan Partisipatif Pemerintah Daerah (Pedoman

Pengembangan Perencanaan Pembangunan Partisipatif Pemerintah Daerah).

Grasindo: Jakarta. Nugroho, Eko. 2008. Partisipasi Masyarakat Desa. Andi: Yogyakarta. Nugroho,

Riant. 2008. Public Policy. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.

Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Negara. Alfabeta: Bandung.

Parsons, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik

Analisis Kebijakan. Prenada Media: Jakarta. Santoso, Pandji. 2009. Administrasi Publik, Teori dan Aplikasi Good

Governance. PT. Refika Aditama: Bandung.

Page 129: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:

Bandung. Tjahjono, T., 2008, Rancangan Buku Pengantar Analisis dan Prevensi

Kecelakaan Lalu LintasJalan, Depok, Laboratorium Transportasi Departemen

Teknik Sipil, FTUI, Jakarta Wahab, Solichin Abdul. 2004. Analisis Kebijaksanaan; Dari Formulasi ke Implemen- tasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara: Jakarta.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus). Buku

Seru: Yogyakarta. Wiyoto, Budi. 2005. Riset Evaluasi Kebijakan: Mitos Ketakutan Birokrasi,

Instrumen,Strategik, Good Governanace. Bucetid Malang: Malang.

B. PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Keputusan Kapolri No.Pol.:KEP/54/X/2002 Tanggal 17Oktober 2002 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi Polri pada Tingkat

Kewilayahan.

KeputusanKapolriNo.Pol.:KEP/53/X/2002tanggal17 Oktober 2002 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi Pada Tingkat Mabes Polri,

dan Peraturan- Peraturan Pelaksanaan lainnya. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol:7 Tahun2006

Tentang Kode

Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Surat Keputusan Kapolri No.Pol:Skep/20/IX/2005 tanggal 7 September 2005

Tentang Grand Strategi Polri 2005–2025,Jakarta,2005.

Page 130: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

Surat Keputusan Direktur Lalu Lintas Polri No.Pol.:Skep/22/IX/1999 Tentang

Vademikum Polisi Lalu Lintas.

Page 131: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

LAMPIRAN

Page 132: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan
Page 133: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan
Page 134: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan
Page 135: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan
Page 136: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan
Page 137: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan
Page 138: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

Foto penyuluhan kepada anak sekolah sumber dari instagram

Foto penyuluhan kepada anak sekolah sumber dari polres metro tangerang

Page 139: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

Foto wawan cara dengan ibu Kompol Triyani selaku Wasat Polres Merto Tangerang

Foto anggota Sat Lantas ketika sedang di adakannya rapat

Page 140: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

Foto baliho yang berada di jalan Daan Mogot Tangerang

Foto baliho yang berada di jalan Jatiuwung Tangerang

Page 141: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS …repository.fisip-untirta.ac.id/1061/1/Strategi Manajemen Kepolisian... · Sat Lantas Kota Tangerang lebih tegas dalam memberikan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : KRISNA KRISTIANNING EFENDI

Tempat,Tanggal Lahir : Tangerang, 24 Nopember 1993

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Email : [email protected] / [email protected]

Alamat : Jln. Bouraq Gg kav 3 RT 02 RW 01 No 09/08 Batusari Barat Batu Ceper

Tangerang / 15121

RIWAYAT PENDIDIKAN

SDN 6 Tangerang (1999-2005)

SMPN 1 Tangerang (2005-2008)

SMAN 2 Tangerang (2008-2011)

S1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Kota Serang Banten (2011-2018)