Upload
trantuyen
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA KECENDERUNGAN KECURANGAN
(FRAUD): PERSEPSI PEGAWAI PADA DINAS KOTA
SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Lisa Zahratul Adni
NIM 7211413204
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Laa tahzan innallaha ma’anaa
Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.
(QS. At-taubah ayat 40)
Persembahan
1. Kedua orangtua saya
2. Almamater, Universitas Negeri Semarang
3. Sahabat-sahabat saya, “VOS”, “Bosya”,
Aulia Sindhu
4. Sahabat-sahabat Akuntansi D 2013, untuk
support yang luar biasa
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu
wa ta’ala yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu, yang kami beri Judul “Faktor-
faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan (fraud): persepsi pada dinas
se-Kota Semarang.
Tujuan dari penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk
bisa menempuh ujian sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi di
Universitas Negeri Semarang. Penulisan skripsi ini tdak terlepas dari bantuan, saran,
dan dorongan baik moril moral maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan tidak mengurangi rasa hormat, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh studi program S1.
2. Dr. Wahyono, M.M, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam rangka
penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan arahan dan kemudahan
pada proses penyusunan skripsi ini.
vii
4. Dhini Suryandari,M.Si., Ak., CA., CIA, sebagai Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
membuat skripsi ini hingga selesai.
5. Kiswanto, S.E., M.Si, sebagai Pembimbing II yang telah berkenan memberikan
bimbingan, arahan dan motivasi hingga skipsi ini selesai.
6. Drs. Asrori, M.S., selaku Penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan
masukan kepada penulis.
7. Nanik Sri Utaminingsih, S.E,. M.Si, Akt, selaku dosen wali yang telah
memberikan motivasi hingga skripsi ini selesai.
8. Bapak dan Ibu staf pengajar Akuntansi (S1) Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
9. Almameter Universitas Negeri Semarang yang telah menjadi dunia akademik
penulis.
10. Seluruh responden pegawai instansi pemerintah Kota Semarang yang bersedia
meluangkan waktu demi berjalannya penelitian ini.
11. Kepada semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis selama kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya
Semarang, Oktober 2017
Penulis
viii
SARI
Adni, Lisa Zahratul, 2017. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan
Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Pada Dinas Se-Kota Semarang”. Skripsi.
Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I.
Dhini Suryandari,M.Si., Ak., CA., CIA. Pembimbing II. Kiswanto, S.E., M.Si.
Kata kunci : kecenderungan kecuragan, persepsi
Kecurangan merupakan kesalahan yang sengaja dilakukan oleh individu
maupun kelompok untuk memperoleh keuntungan pribadi namun dapat merugikan
pihak lain ataupun publik pada sektor pemerintahan. Penelitian ini bertujuan untuk
menggali persepsi para pegawai di instansi pemerintahan pada subbagian keuangan
mengenai pengaruh kesesuaian kompensasi, penegakan peraturan, dan komitmen
organisasi terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
Penelitian ini menggunakan semua populasi sebagai sampel penelitian dengan
metode purposive sampling. Responden dalam penelitian ini sebanyak 41 pegawai
instansi pemerintahan yang bekerja di subbagian keuangan pada Dinas se-Kota
Semarang. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
full model Structural Equation Model (SEM) dengan alat analisis smartPLS 3.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Sedangkan penegakan
peraturan berpengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud). Serta komitmen organisasi berpengaruh negatif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hanya penegakan
peraturan dan komitmen organisasi yang dapat mempengaruhi kecenderungan
kecurangan (fraud). Saran dalam penelitian ini, diharapkan dinas kota Semarang
dapat memberikan aturan yang lebih ketat terutama terhadap pengeluaran yang
disajikan dalam laporan keuangan, pejabat berwenang diharapkan lebih tanggap
terhadap pelanggaran yang ada, serta untuk penelitian selanjutnya diharapkan
melakukan penelitian dengan wawancara langsung agar responden lebih tepat
sasaran.
ix
ABSTRACT
Adni, Lisa Zahratul, 2017. Factors That Influence The Occurancefraud: The
Employee Perception In Semarang Government Services. Thesis. Accounting
Departement. Faculty Of Economics. Semarang State University. Supervisor I. Dhini
Dhini Suryandari,M.Si., Ak., CA., CIA. Supervisor II. Kiswanto, S.E., M.Si.
Keywords: Tendency Fraud, Perception
Fraud is intentionally fault by individual or group to personal gain but can
harm other parties or the public in the government sector. This research aims to
explore the perceptions of employees in government agencies on the financial sub-
section of the influence of complience compensation, enforcement of regulations, and
organizational commitment to fraud tendencies.
This research used all population as sample with purposive sampling
method. Respondents in this research as many as 41 employees of government
agencies working in the sub-section of finance Department in Semarang. Data
analysis method used in this research is full model analysis of Structural Equation
Model (SEM) with smartPLS 3.0 analysis tool.
The results showed that there is no effect between compliance compensation
with fraud tendencies.While the enforcement of regulations has a significant negative
effect to fraud tendencies and organizational commitment has a significant negative
effect to fraud tendencies.
Based on the results of the study, it can be concluded that only enforcement
of regulations and organizational commitments can affect the tendency of fraud. The
advice given in the research to government service in Semarang that is expected give
stricter regulation especially to expend presented in financial report, authorized
official expected to be more responsive to violation, and expected for the next
research can do direct interviews so that respondents on target.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
SARI ...................................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
1.2.Cakupan Masalah ..................................................................................... 9
1.3.Perumusan Masalah ................................................................................. 9
1.4.Tujuan Masalah ........................................................................................ 10
1.5.Kegunaan Penelitian ................................................................................ 10
xi
1.6.Orisinalitas Penelitian .............................................................................. 11
BAB II ................................................................................................................... 12
KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................. 12
2.1. Landasan Teori ............................................................................................... 12
2.1.1. Teori Atribusi ....................................................................................... 12
2.1.2. Fraud Diamond Theory ....................................................................... 14
2.2. Kajian Variabel Penelitian ............................................................................. 18
2.2.1. Kecurangan (Fraud) ............................................................................. 18
2.2.1.1. Pengertian Kecurangan (Fraud) .............................................. 18
2.2.1.2. Klasifikasi Kecurangan (Fraud) .............................................. 19
2.1.1.3. Fraud Di Sektor Pemerintahan ................................................ 20
2.2.2. Kesesuaian Kompensasi ....................................................................... 23
2.2.3. Penegakan Peraturan ............................................................................ 24
2.2.4. Komitmen Organisasi .......................................................................... 26
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................................... 27
2.4. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 31
2.5. Model Penelitian ............................................................................................ 34
2.5. Hipotesis Peelitian .......................................................................................... 34
BAB III ................................................................................................................. 35
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 35
3.1. Desain Penelitian ............................................................................................ 35
xii
3.2. Populasi Dan Sampel ..................................................................................... 35
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 37
3.3.1. Jenis Data ............................................................................................. 37
3.3.2. Pengumpulan Data ............................................................................... 38
3.4. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ............................................ 40
3.4.1. Variabel Dependen (Variabel Endogen) .............................................. 40
3.4.2. Variabel Independen (Variabel Eksogen) ............................................ 41
3.4.3. Kategori Variabel Kesesuaian Kompensasi ......................................... 44
3.4.4. Kategori Variabel Penegakan Peraturan .............................................. 45
3.4.5. Kategori Variabel Komitmen Organisasi ............................................. 45
3.4.6. Kategori Variabel Kecenderungan Kecurangan (Fraud) ..................... 46
3.5. Metode Analisis Data ..................................................................................... 47
BAB IV ................................................................................................................. 52
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 52
4.1. Desain Penelitian ............................................................................................ 52
4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian................................................................... 52
4.1.2. Deskripsi Responden............................................................................ 53
4.1.3. Deskripsi Variabel Penelitian .............................................................. 54
4.1.3.1. Deskripsi Variabel Kecenderungan Kecurangan (Fraud) ....... 54
xiii
4.1.3.2. Deskripsi Variabel Kesesuaian Kompensasi ........................... 55
4.1.3.3. Deskripsi Variabel Penegakan Peraturan ................................ 56
4.1.3.4. Deskripsi Variabel Komitmen Organisasi ............................... 57
4.2. Uji Outer Model Atau Measurenment Model ................................................ 58
4.2.1. Uji Outer Model Indikator Kecenderungan Kecurangan (Fraud) ........ 59
4.2.2. Uji Outer Model Indikator Kesesuaian Kompensasi ........................... 60
4.2.3. Uji Outer Model Indikator Penegakan Peraturan ................................. 60
4.2.4. Uji Outer Model Indikator Komitmen Organisasi ............................... 61
4.2.5. Uji Composite Reliability ..................................................................... 61
4.2.6. Uji Discriminant Validity ..................................................................... 62
4.3. Uji Inner Model .............................................................................................. 64
4.4. Uji Structural Equation Model (SEM) ........................................................... 63
4.5. Pengujian Hipotesis ........................................................................................ 64
4.6. Pembahasan .................................................................................................... 67
4.6.1. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................... 67
BAB V ................................................................................................................... 75
xiv
PENUTUP ............................................................................................................. 75
5.1. Simpulan ........................................................................................................ 75
5.2. Keterbatasan ................................................................................................... 75
5.3. Saran ............................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
LAMPIRAN .......................................................................................................... 80
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...................................................... 27
Tabel 3.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 36
Tabel 3.2 Kategori Variabel Kesesuaian Kompensasi ..................................... 44
Tabel 3.3 Kategori Variabel Penegakan Peraturan .......................................... 45
Tabel 3.4 Kategori Variabel Komitmen Organisasi ......................................... 46
Tabel 3.5 Kategori Variabel Kecenderungan Kecurangan (Fraud) ................. 47
Tabel 4.1 Demografi Responden...................................................................... 53
Tabel 4.2 Distribusi Variabel Kecenderungan Kecurangan (Fraud) ............... 55
Tabel 4.3 Distribusi Variabel Kesesuaian Kompensasi ................................... 56
Tabel 4.4 Distribusi Variabel Penegakan Peraturan ....................................... 57
Tabel 4.5 Distribusi Variabel Komitmen Organisasi ...................................... 58
Tabel 4.6 Uji Hipotesis Berdasarkan Path Coefficient ................................... 65
Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Pengujian HIpotesis ........................................... 66
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Penelian ............................................................................. 34
Gambar 4.1 Uji Full SEM PLS Algorithm ..................................................... 64
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian .................................................................... 81
Lampiran 2. Data Penelitian ............................................................................. 86
Lampiran 3. Uji Instrumen (Outer Model) ....................................................... 91
Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi saat ini, kecurangan marak dilakukan oleh pihak tertentu
untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Secara umum, kecurangan banyak
terjadi dari tingkat kelas bawah dengan intensitas tinggi namun tidak terlalu
merugikan hingga tingkat kelas atas dengan intensitas yang rendah namun
kerugian yang diakibatkan sangat berdampak pada entitas maupun pihak lain. Hal
ini seakan mengindikasikan jika melakukan suatu bentuk kecurangan sudah
menjadi tindakan yang lumrah dilakukan oleh seseorang ataupun kelompok.
Kecurangan atau fraud merupakan suatu bentuk tindakan yang dilakukan
dengan sengaja oleh pihak baik individu maupun kelompok yang menyimpang
atau tidak sesuai dengan aturan yang berlaku secara umum. Kecurangan di dalam
lingkup akuntansi dapat berupa suatu tindakan menyimpang dari prosedur
akuntansi yang seharusnya dilakukan ataupun diterapkan dalam suatu entitas
tertentu yang akan berdampak pada laporan keuangan dan mengakibatkan
kerugian bagi entitas maupun pihak lain. Menurut Sukanto dalam Adinda (2015),
fraud merupakan penipuan yang sengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian
pihak lain dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau
kelompoknya.
Statement of Auditing Standart mendefinisikan fraud sebagai tindakan
kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang
2
merupakan subjek audit. Tindakan kesengajaan dengan menyediakan laporan
yang salah saji material tersebut tentu akan merugikan bagi pihak pemakai laporan
keuangan yang telah disajikan. Apabila terjadi secara berkesinambungan hal ini
akan sangat merugikan bagi entitas maupun pihak lain karena laporan yang
disajikan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Penyajian laporan keuangan terdapat perbedaan yang mendasar antara
sektor swasta dan sektor pemerintahan. Laporan keuangan yang disajikan dari
sektor pemerintahan antara lain yaitu laporan realisasi anggaran, neraca, laporan
arus kas dan catatan atas laporan arus kas. Menurut Standar Akuntansi
Pemerintahan (PP No 24 tahun 2005) laporan keuangan disusun untuk
menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Laporan keuangan
merupakan alat komunikasi masyarakat atas kinerja dari pemerintah dengan
menilai tingkat efiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya oleh
pemerintahan.
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengungkapkan
bahwa fraud adalah perbuatan-perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan
sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru
terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk
mendapatkan keuntungan pibadi ataupun kelompok secara langsung atau tidak
langsung merugikan pihak lain. Sehingga dengan kata lain, pelaku kecurangan
akan melakukan segala tindakan menyimpang untuk mendapatkan keuntungan
dengan cara apapun dengan memanfaatkan kedudukan dan keahlian yang akan
3
berdampak merugikan pihak lain. ACFE membagi fraud ke dalam tiga jenis yaitu
penyimpangan atas aset (Asset Misappropiation), pernyataan palsu (Fraudulent
Statement), dan korupsi (corruption).
Penyimpangan atas aset (Asset Misappropriation) yang meliputi
penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Bentuk
fraud ini paling mudah dideteksi karena bersifat tangible atau dapat
diukur/dihitung. Jenis fraud yang kedua berupa pernyataan palsu atau salah
pernyataan (Fraudulent Statement) yang meliputi tindakan yang dilakukan oleh
pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi
kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam
penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan. Jenis fraud yang
ketiga adalah korupsi (corrupsion), jenis fraud ini yang paling sulit untuk
dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan pihak lain seperti suap dan
korupsi, dimana hal ini merupakan jenis yang banyak terjadi di negara-negara
berkembang yang penegakan hukumnya lemah. Fraud jenis ini seringkali tidak
dapat dideteksi karena adanya kerja sama dengan pihak luar yang memiliki
keuntungan masing-masing, termasuk didalamnya penyalahgunaan
wewenang/konflik kepentingan.
Berdasarkan data dari Indonesia Corruption Watch (ICW) menempatkan
Jawa Tengah sebagai provinsi terkorup kedua setelah Sumatera Utara dengan 22
kasus korupsi pada tahun 2014. Hal ini juga memperkuat citra buruk provinsi
Jawa Tengah dengan korupsi di sektor dinas yaitu Dinas Pendidikan Jawa Tengah
4
menduduki posisi tertinggi selama satu dasawarsa (2005-2015) dengan 42 kasus
dan total kerugian Rp 211,1 miliar (suaramerdeka.com).
Menurut Komite Penyelidikan Pemberantasan Korupsi Kolusi dan
Nepotisme (KP2KKN) Kota Semarang menjadi Kota terkorup di Jawa Tengah
dengan 16 kasus yang merugikan Negara sebesar Rp 21,63 miliar
(sindonews.com). Hal ini sejalan dengan yang diberitakan pada tribunnews.com
yang mengatakan jika Kota Semarang menjadi Kota terkorup sepanjang tahun
2013 dengan total kerugian di Jawa Tengah hingga Rp 110 miliar dengan 222
kasus. Berdasarkan sindonews.com Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air-
Energi Sumber Daya Mineral (PSDA-ESDM) Kota Semarang menjadi tersangka
terkait kasus korupsi pembangunan kolam retensi Muktiharjo Kidul.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan, masih terdapat
hasil penelitian yang tidak konsisten dari variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi terjadinya kecenderungan kecurangan. Selain hasil penelitian yang
tidak konsisten, hal yang melatarbelakangi dilakukan penelitian ini adalah kasus
korupsi yang masih tinggi terutama sektor pemerintahan di Kota Semarang.
Bahkan di awal tahun 2017 tedapat isu korupsi terkait dengan alat transportasi di
Kota Semarang. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
kecenderungan kecurangan dalam penelitian terdahulu yang telah dilakukan
seperti sistem pengendalian internal, komitmen organisasi, keadilan distributif,
gaya kepemimpinan, penegakan peraturan, hingga kompensasi gaji. Faktor-faktor
tersebut masih terdapat perbedaan hasil yang diperoleh sehingga perlu adanya
5
penelitan lebih lanjut. Diharapkan penelitian ini dapat memantapkan hasil
penelitian sebelumnya dengan obyek yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan teori atribusi sebagai grand theory dan fraud
diamond theory sebagai teori pendukung dalam perumusan hipotesis yang akan
diajukan. Berdasarkan teori atribusi, terdapat sebab dan akibat dari suatu kejadian
atau peristiwa dimana hal tersebut dijadikan sebagai sebuah persepsi atau
anggapan dari indivdu maupun kelompok. Sehingga persepsi menjadi pokok
penting, dalam hal ini yaitu persepsi responden terhadap variabel yang diajukan
dalam penelitian ini secara implisit. Fraud diamond theory merupakan teori yang
sangat mendukung dalam menentukan variabel yang diajukan peneliti sebagai
bahan penelitian ini. Secara garis besar, terdapat empat faktor yang dapat menjadi
penyebab sesorang melakukan tindak kecurangan yaitu tekanan, peluang,
rasionalisasi, dan kemampuan individu tersebut.
Faktor pertama yang dapat mempengaruhi terjadinya kecenderungan
kecurangan adalah kesesuaian kompensasi. Kompensasi merupakan suatu reward
yang akan diberikan kepada pihak yang telah menyelesaikan pekerjaan dengan
baik dan tepat waktu. Kompensasi tersebut akan memberikan dampak dalam
memacu pegawai untuk segera menyelesaikan tugasnya untuk mendapatkan
reward tersebut. Namun, ketika kompensesai yang diterima tidak sesuai dengan
kerja keras yang telah dilakukan, maka pada umumnya berdasarkan persepsi pihak
tersebut perlu mengambil haknya karena kompensasi tersebut dirasa tidak sesuai.
Dari dalam diri pelaku atau secara internal, ada tekanan yang menyebabkan
pelaku merasa perlu adanya kompensasi lebih, sesuai kerja keras yang selama ini
6
telah dilakukannya. Sehingga hal tersebut akan memicu terjadinya pelanggaran
dengan melakukan kecurangan. Seperti teori atribusi, adanya persepsi yang
diambil setelah adanya suatu peristiwa yang dianalisis oleh individu maupun
kelompok dan selanjutnya hal itu akan mempengaruhi perilaku mereka. Serta
adanya pengaruh dari dalam diri atau internal dan faktor dari luar atau eksternal
yang merupakan salah satu faktor dalam fraud diamond theory. Semakin sesuai
kompensasi yang didapat, maka akan semakin rendah pula tindak kecenderungan
kecurangan yang akan dilakukan. Begitu pula sebaliknya ketika kompensasi yang
diberikan tidak sesuai apa yang diharapkan, maka tindakan kecenderungan untuk
melakukan suatu kecurangan akan semakin tinggi. Dengan demikian kesesuaian
kompensasi akan berpengaruh negatif terhadap terjadinya kecenderungan fraud.
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi terjadinya kecenderungan
kecurangan adalah penegakan peraturan. Penegakan peraturan yang dilakukan
dengan tegas maupun tidak tentu akan sangat berpengaruh terhadap tindakan
seseorang dalam melakukan sesuatu. Sesuai dengan diamond fraud, dimana dirasa
terdapat peluang untuk melakukan perilaku menyimpang maka kemungkinan
melakukan tindakan kecurangan akan semakin besar tentunya dengan disertai
kemampuan individu tersebut dalam melakukan suatu kecurangan. Ketika
persepsi terhadap penegakan dirasa kurang tegas, maka pada umumnya terdapat
peluang untuk melakukan tindakan menyimpang seperti melakukan kecurangan
yang akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya ketika persepsi terhadap
penegakan peraturan yang ada dirasa cukup atau bahkan sangat tegas, maka
tingkat untuk melakukan tindakan kecurangan akan semakin rendah. Sehingga
7
dapat dikatakan jika penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi terjadinya kecenderungan
kecurangan adalah komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan suatu
keadaan dimana seorang individu berkeinginan untuk mencapai tujuan organisasi
dengan tetap mengabdikan dirinya untuk organisasi tersebut. Komitmen juga
berarti suatu tingkat keloyalan antara individu terhadap organisasi tersebut.
Ketika seseorang memiliki loyalitas rendah terhadap organisasinya, maka dapat
terjadi kemungkinan jika individu tersebut akan lebih mementingkan dirinya
sendiri dengan menguntungkan dirinya secara pribadi dan tentu akan merugikan
pihak lain seperti organisasi tersebut. Seperti halnya, rasa loyalitas yang diberikan
pelaku cukup besar namun timbal balik dari instansi tidak sesuai dengan harapan.
Hal ini tentu akan menimbulkan pemikiran yang merasionalitaskan suatu tindakan
kecurangan yang dimungkinkan dapat dilakukan oleh pelaku. Hal tersebut sejalan
dengan adanya fraud diamond theory, yaitu dengan adanya rasionalisasi dalam
tindakan untuk melakukan kecurangan dari individu dengan persepsi ketika
harapan tidak sesuai dari timbal balik yang diberikan instansi. Jadi, dengan tingkat
loyalitas yang rendah maka individu akan mudah merasionalisasi suatu tindakan
kecurangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh
negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
Penelitian yang dilakukan oleh Fawzi (2011) dan Adinda (2015) yang
menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
8
Kusumastuti dan Meiranto (2012) menyatakan hal yang sebaliknya, bahwa
kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Chandra (2015) menyatakan bahwa
penegakan peraturan berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Adinda (2015) dengan hasil bahwa
penegakan peraturan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan.
Terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Najahningrum (2013)
menyimpulkan bahwa penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
Penelitian yang dilakukan Chandra (2015) komitmen organisasi tidak
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan. Sedangkan dalam penelitian
yang dilakukan Adi dkk (2016) komitmen organisasi berpengaruh signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan. Terdapat pula penelitian yang dilakukan
oleh Faisal (2013) menyimpulkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Berdasarkan research gap diatas,
maka peneliti ingin lebih meyakinkan ada atau tidaknya pengaruh dari kesesuaian
kompensasi, penegakan peraturan, dan komitmen organisasi terhadap terjadinya
kecenderungan kecurangan yang juga akan membuktikan teori atribusi dan fraud
diamond theory.
Paparan diatas menjadi latar belakang pengajuan penelitian ini, dengan
memperhatikan faktor-faktor yang mempegaruhi terjadinya kecenderungan
kecurangan, maka peneliti akan menguji pengaruh kesesuaian kompensasi,
9
penegakan peraturan, dan komitmen organisasi terhadap kecenderungan
kecurangan.
1.2. Cakupan Masalah
Terdapat batasan-batasan dalam penelitian ini agar penelitian yang
dilakukan dapat lebih jelas dan tidak mengambang serta dapat fokus pada
variabel-variabel yang telah diajukan. Peneliti fokus pada pengaruh variabel
kesesuaian kompensasi, penegakan peraturan, dan komitmen organisasi terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Obyek yang digunakan sebatas pada pegawai
atau aparatur sipil negara yang bekerja di sub bidang keuangan pada dinas Kota
Semarang.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan?
2. Bagaimana penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan?
3. Bagaimana komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan?
10
1.4. Tujuan Masalah
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh kesesuaian kompensasi
terhadap kecenderungan kecurangan.
2. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh penegakan peraturan
terhadap kecenderungan kecurangan.
3. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh komitmen organisasi
terhadap kecenderungan kecurangan.
1.5. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang didapat selama perkuliahan dan
mahasiswa yang akan berkarir di bidang akuntansi dalam pengembangan ilmu
khususnya dalam bidang kecurangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti
mengenai kecurangan atau fraud khususnya di bidang pemerintahan.
b. Bagi Objek Penelitian
Bagi objek penelitian diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam
upaya mencegah terjadinya kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan,
11
dengan lebih memperhatikan penyebab terjadinya fraud di sektor
pemerintahan.
1.6. Orisinalitas Penelitian
Penelitian ini terdapat pembaruan dari segi teori yang digunakan. Ditinjau
dari segi teori yang digunakan, peneliti menggunakan fraud diamond theory.
Teori tersebut merupakan pengembangan dari teori sebelumnya yaitu fraud
triangle theory. Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi seseorang dalam
melakukan tindakan kecurangan berdasarkan fraud diamond theory yaitu
kemampuan dari indivitu itu sendiri dalam melakukan kecurangan. Ketika
seseorang tidak mempunyai kemampuan atau kapasitas untuk melakukan
kecurangan, maka dirasa kecurangan yang terjadi hanya kemungkinan kecil.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Atribusi
Awalnya teori atribusi dikemukakan oleh Fritz Heider (1958) mengenai
kausalitas. Atribusi merupakan proses penyimpulan motif, maksud, dan
karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak atau
dengan kata lain proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa
yang terjadi, alasan ataupun sebab perilakunya. Teori atribusi lebih menjelaskan
tentang sebab-sebab perilaku seseorang, apakah disebabkan karena disposisi
internal atau oleh keadaan eksternal. Fritz Heider ini mempelajari proses
bagaimana seseorang menginterpretasikan sesuatu peristiwa, alasan, atau sebab
perilakunya. Perilaku seseorang oleh kombinasi antara kekuatan internal dan
eksternal. Dalam membuat penilaian terhadap orang lain, persepsi akan dikaitkan
dengan teori atribusi. Hal yang sama dikemukakan Robbins (2003) bahwa teori
atribusi merupakan dari penjelasan cara-cara manusia menilai orang secara
berlainan, tergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu perilaku
tertentu. Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang mengamati
perilaku seseorang individu, orang tersebut berusaha menentukan apakah perilaku
itu disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
Teori atribusi yang dikemukakan oleh Harold Kelley pada tahun 1960-an
dan 1970-an mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai
peristiwa yang dihadapi dan respon yang kita berikan pada peristiwa tersebut
bergantung pada interpretasi yang dipahami tiap individu. Teori yang
dikembangkan oleh Harold Kelley menyatakan bahwa dalam menyimpulkan
kausalitas internal maupun eksternal dengan memperhatikan tiga hal, yaitu apakah
orang lain bertindak sama seperti penanggap (konsensus), apakahpenanggap
bertindak yang sama pada situasi yang lain (konsistensi), dan apakah orang itu
bertindak yang sama pada situasi lain atau pada saat itu (kekhasan).
Selanjutnya teori atribusi dikembangkan oleh Weiner (1985, 1992, 2000,
2004) yang menjelaskan bagaimana orang-orang memandang penyebab perilaku
mereka kepada orang lain dengan menunjuk dua dimensi yaitu dimensi internal-
eksternal sebagai sumber kausalitas dan dimensi stabil tidak stabil sebagai sifat
kausalitas. Teori atribusi mengasumsikan bahwa orang-orang condong untuk
mencari informasi untuk membentuk suatu atribusi. Teori atribusi ini berkaitan
erat dengan perilaku yang dilakukan antara pimpinan dengan bawahan. Setiap
perilaku yang dilakukan oleh pimpinan seperti tindakan maupun keputusan yang
diambil oleh pimpinan atau orang yang diberikan wewenang disebabkan oleh
atributi penyebab.
Penggunaan teori dalam penelitian ini dapat membantu peneliti pada 3 hal
yaitu memahami sebuah fenomena yang terjadi terkait persepsi yang dibentuk
oleh individu hingga melakukan tindakan selanjutnya, menjelaskan tentang
adanya fenomena yang berkaitan dengan sebab akibat atau hubungan kausalitas
bagi individu yang dapat diamati peneliti secara nyata, serta memprediksi
14
bagaimana hubungan yang akan terjadi antara variabel independen terhadap
variabel dependen dalam penelitan ini.
2.1.2. Fraud Diamond Theory
Awalnya Cressey melakukan penelitian kepada 113 orang yang melakukan
pelanggaran hukum dibidang penggelapan uang di perusahaan. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh sejumlah orang tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa alasan yang mendorong seseorang melakukan fraud ada 3 yang
kemudian dijadikan komponen dalam Fraud Triangle yaitu tekanan, peluang, dan
rasionalisasi. Namun seiring dengan perkembangan zaman, ditemukan 1 faktor
lagi yang dapat dijadikan sebagai faktor seseorang melakukan kecurangan serta
perlu dipertimbangkan selain faktor yang terdapat dalam triangle fraud, yaitu
individual capability. Individual capability adalah sifat dan kemampuan pribadi
seseorang yang mempunyai peranan besar yang memungkinkan untuk melakukan
suatu tindak kecurangan. Fraud diamond mempunyai 4 komponen untuk
melakukan fraud tersebut yaitu:
1. Tekanan (Pressure)
Pressure adalah suatu hal yang dapat mendorong orang melakukan
kecurangan disebabkan oleh tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan dalam soal
keuangan, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja.
Tekanan (pressure) mempunyai dua bentuk yaitu :
a. Bentuk nyata (direct) ini adalah kondisi kehidupan nyata yang dihadapi
oleh pelaku seperti persoalan keuangan.
15
b. Bentuk Persepsi (indirect) yang merupakan opini yang dibangun oleh
pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan.
Berdasarkan SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi
pada tekanan/motif yang dapat mengakibatkan keempat kondisi tersebut adalah :
a. financial stability,
b. external pressure,
c. personal financial need, dan
d. financial targets.
Komponen tekanan pada fraud diamond ini di implemantasikan pada
variabel kesesuaian kompensasi. Ketika ada tekanan dari dalam individu tersebut
untuk mendapatkan kompensasi yang telah dipersepsikan karena merasa
kinerjanya telah selesai dengan cepat dan tepat sesuai target namun kompensasi
yang didapat tidak sesuai dengan apa yang dipersepsikannya. Hal ini dapat
mengakibatkan individu untuk melakukan kecurangan agar kompensasi yang
diberikan sesuai dengan persepsi individu tersebut.
2. Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan yaitu peluang yang menyebabkan pelaku secara leluasa
dapat menjalankan perilaku menyimpang yang disebabkan oleh pengendalian
internal yang lemah, ketidakdisplinan, kelemahan dalam mengakses informasi,
tidak ada mekanisme audit dan sikap apatis. Pengendalian internal yang tidak baik
akan memberi peluang orang untuk melakukan kecurangan.
16
Menurut SAS No. 99 menyebutkan bahwa peluang/kesempatan
pada financial statement, fraud dapat terjadi pada tiga kategori kondisi tersebut
yaitu:
a. nature of industry.
b. ineffective monitoring.
c. organizational structure.
Pengimplementasian komponen peluang terjadi pada variabel penegakan
peraturan. Ketika peraturan yang ada dirasa kurang tegas baik sebelum maupun
setelah adanya pelanggaran maka terdapat peluang untuk melakukan
kecenderungan kecurangan. Namun ketika peraturan tersebut dirasa tegas, maka
cenderung individu tidak berani untuk melakukan kecurangan sehingga
kecenderungan kecurangan yang terjadi dapat dibilang rendah.
3. Rasionalisasi (Rationalization)
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana
pelaku selalu mencari pembenaran atas perbuatannya. Sikap atau karakter yang
dimiliki pelaku, akan menentukan rasionalisasi atas pembenaran kecurangan yang
dilakukan, contohnya bagi mereka yang umumnya tidak jujur, mungkin lebih
mudah untuk merasionalisasi penipuan. Seperti saat komitmen terhadap instansi
rendah, maka dengan mudah individu tersebut dapat merasionalkan atau mencari
pembenaran untuk melakukan kecurangan. Hal ini dikarenakan individu tersebut
tidak mempunyai komitmen atau loyalitas terhadap instansi sehingga tidak peduli
dengan kemajuan instansinya namun hanya sekedar bekerja sesuai tugasnya.
4. Kemampuan Pribadi (Individual Capability)
17
Pada kenyataannya terdapat satu faktor lain yang perlu
dipertimbangkan, yaitu individual capability. Individual capability merupakan
sifat dan kemampuan pribadi seseorang yang mempunyai peranan besar yang
memungkinkan melakukan suatu tindak kecurangan. Pada elemen individual
capability terdapat beberapa komponen kemampuan (capability) untuk
melakukan fraud yaitu:
1. Adanya posisi atau fungsi seseorang dalam perusahaan
2. Kecerdasan
3. Tingkat kepercayaan diri atau ego
4. Kemampuan pemaksaan
5. Kebohongan yang efektif
6. Kebebasan terhadap stress
Fraud Diamond merupakan adanya sifat-sifat dan kemampuan individu
dalam melakukan suatu kecurangan (fraud). Kecurangan dimungkinkan tidak
akan terjadi tanpa orang-orang yang memiliki kemampuan individu/individual
capability. Walaupun terdapat peluang (opportunity) untuk melakukan fraud dan
suatu rasionalisasi dari individu yang dapat mempengaruhi yang lain, tetapi
seseorang butuh satu hal yang dirasa penting, yaitu harus memiliki kemampuan
untuk melihat celah dalam melakukan fraud sebagai kesempatan untuk
mengambil keuntungan dari itu. Dengan demilkian fraud terjadi karena adanya
kesempatan untuk melakukannya dan juga kemampuan individu yang mampu
merealisasikannya. Intinya, fraud diamond adalah alasan seseorang yang
melakukan fraud karena adanya kesempatan, tekanan dan rasionalitas dimana
18
ketiga alasan tersebut dapat terjadi jika seseorang memiliki kemampuan
(capability).
2.2. Kajian Variabel Penelitian
2.2.1. Kecurangan (fraud)
2.2.1.1. Pengertian Kecurangan (fraud)
Institute of Internal Auditors (IIA) dalam standarnya, menjelaskan fraud
dengan menyatakan bahwa: Fraud encompasses an array of irregularities and
illegal acts characterized by intentional deception. It can be perpetrated for the
benefit of or to the detriment of the organization and by persons outside as well as
inside organization. Sedangkan menurut the Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE) kecurangan merupakan perbuatan-perbuatan yang melawan
hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau
memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam
atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok
yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain. Jadi, kecurangan
yang dilakukan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pihak dengan
keinginannya sendiri untuk memperoleh kentungan pribadi yang akan merugikan
pihak lain dengan memanipulasi data yang ada.
Sedangkan Albrecht et al (2004) mendefinisikan fraud sebagai suatu
tindakan kriminal, dengan menyatakan: penipuan adalah istilah umum,
menyangkut semua cara yang dilakukan dengan kecerdikan manusia untuk
dimana dipaksa oleh satu individual, untuk mendapatkan keuntungan lebih dari
19
yang lain dengan representasi yang tidak benar. Tidak ada aturan pasti yang dapat
ditetapkan sebagai proposisi umum dalam mendefinisikan penipuan, karena
termasuk kejutan, trik, kelicikan dan cara yang tidak adil untuk menipu pihak lain.
Terkandung aspek dari fraud adalah penipuan (deception), ketidakjujuran
(dishonest) dan niat (intent). Sehingga seseorang akan melakukan kecurangan
dengan cara apapun untuk dapat menguntungan secara pribadi dan akan
merugikan pihak lain.
Fraud secara sederhana dapat diartikan sebagai tindakan penipuan yang
dilakukan dengan sengaja termasuk berbohong, mencuri, memanipulasi, hingga
menggelapkan berupa uang maupun benda yang akan menguntungkan secara
pribadi. Fraud itu sendiri secara umum merupakan suatu perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi,
dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompoknya yang
secara langsung merugikan pihak lain. Pelaku hanya memikirkan keuntungan
pribadi semata dan cenderung tidak menghiraukan pihak lain yang berkaitan
dengan tindakan fraud yang dilakukan.
2.2.1.2. Klasifikasi Kecurangan (fraud)
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasiai
Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat, mengklasifikasikan fraud (kecurangan)
dalam beberapa klasifikasi, dan dikenal dengan istilah “Fraud Tree” yaitu:
1. Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan Keuangan)
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan
20
keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat
finansial atau kecurangan non finansial.
2. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan Aset)
Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam kecurangan kas dan
kecurangan atas persediaan dan aset lainnya, serta pengeluaran‐pengeluaran biaya
secara curang (fraudulent disbursement).
3. Corruption (Korupsi)
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE,
bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia.
Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of
interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan
(economic extortion).
2.2.1.3. Fraud di Sektor Pemerintahan
Korupsi merupakan salah satu bentuk tindakan kecurangan yang sering
terjadi di sektor pemerintahan. Menurut Susanto (2001) dalam Adinda (2015)
korupsi pada level pemerintahan daerah adalah dari sisi penerimaan, pemerasan
uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-barang publik untuk
kepentingan pribadi. Sementara tipe korupsi menurut de Asis (2000) adalah
korupsi politik, misalnya perilaku curang (politik uang) pada pemilihan anggota
legislatif ataupun pejabat-pejabat eksekutif, dana ilegal untuk pembiayaan
kampanye, penyelesaian konflik parlemen melalui cara-cara ilegal dan teknik lobi
yang menyimpang. Tipe korupsi yang terakhir yaitu clientelism (pola hubungan
langganan) (Zulkarnain, 2013)
21
Skema fraud yang terjadi di entitas pemerintah cukup banyak dan
beragam, dari sumber Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP
(2004) dalam Najahningrum (2013) menjabarkan secara rinci tindak kecurangan
dalam APBN maupun APBD, dari segi pengeluaran maupun pemasukan.
Rangkumannya adalah sebagai berikut:
Terdapat beberapa skema fraud jika ditinjau dari segi penerimaan, yaitu:
1. Rendahnya anggaran penerimaan pajak, PBB, Bea Cukai, retribusi dan pajak
lainnya dibanding potensi yang tersedia.
2. Manipulasi restitusi pajak.
3. Laporan SPT pajak bulanan maupun tahunan yang tidak sesuai dengan potensi
pajak yang sesungguhnya.
4. Kesalahan pengenaan tarif pajak maupun bea.
5. Pembebasan pajak atas bahan baku impor tujuan ekspor tidak sesuai data
sesungguhnya.
6. Perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah pusat /daerah memperkecil data
volume produksi pertambangan atau hasil alam.
7. Memperbesar biaya cost recovery, sehingga setoran hasil menjadi berkurang.
8. Kontrak pembagian hasil atas tambang yang merugikan negara.
9. Penjualan aset pemerintah tidak berdasar harga wajar atau harga pasar.
10. Pelaksanaan tukar guling (ruislaag) yang merugikan negara dan pemanfaatan
tanah negara yang harga sewanya tidak wajar (dibawah pasar).
11. Penerimaan yang seharusnya masuk ke rekening kas negara, namun masuk ke
rekening atas nama pejabat atau perorangan, meskipun pejabat tersebut
22
pimpinan instansi yang bersangkutan, namun cara ini berpotensi merugikan
negara.
Terdapat beberapa skema fraud jika ditinjau dari segi pengeluaran, yaitu:
1. Pengeluaran belanja/jasa atau perjalanan dinas barang fiktif.
2. Pembayaran ganda pejabat atau pegawai yang diperbantukan.
3. Penggelembungan (mark-up) harga, atau harga patokan terlalu mahal
dibandingkan harga pasar.
4. Pelaksanaan sistem tender, penunjukan rekanan dan atau konsultan,
persyaratan kualifikasi, dan lain-lain tidak sesuai standar prosedur, atau sesuai
prosedur tetapi hanya memenuhi persyaratan formalitas.
5. Pemenang tender men-sub kontrak-kan pekerjaannya kepada pihak ketiga,
sehingga posisi rekanan tidak lebih sebagai broker semata.
6. Rekanan atau konsultan tidak mampu melaksanakan pekerjaannya sesuai
jadwal yang ditetapkan
7. Pekerjaan atau barang yang dihasilkan tidak sesuai spesifikasi.
8. Program bantuan sosial atau penanggulangan bencana yang salah sasaran.
9. Adanya “percaloan” dalam pengurusan alokasi dana, sehingga instansi atau
daerah yang ingin mendapatkan alokasi anggaran perlu mencadangkan dana
untuk komisi.
10. Biaya yang terlalu tinggi pada penunjukan konsultan keuangan, akuntan,
underwriter, dan penggunaan tenaga profesional lainnya terkait dengan
program pemerintah atau BUMN.
11. Privatisasi BUMN yang merugikan negara.
23
12. Biaya restrukturiusasi, bantuan likuiditas dan biaya lain-lain yang sejenis yang
merugikan negara.
2.2.2. Kesesuaian Kompensasi
Kompensasi merupakan pemberian hadiah atau reward atas pekerjaan
yang telah dilakukan oleh pegawai yang sesuai atau bahkan dapat melampaui
target penyelesaian pekerjaannya. Kompensasi juga merupakan suatu hal yang
dianggap penting untuk lebih memacu dalam bekerja dan hasil kompensasi yang
didapat juga sebagai tambahan bagi penerimanya. Sesuai dengan pendapat
menurut Zulkarnain (2013) kompensasi adalah salah satu hal yang penting bagi
setiap pegawai yang bekerja dalam suatu perusahaan. Bagi seorang pegawai,
kompensasi merupakan suatu outcome atau reward yang penting karena dengan
kompensasi yang diperoleh seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Handoko (1993) menyatakan bahwa kompensasi adalah pemberian
pembayaran finansial kepada karyawan sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang
dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan
datang.
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan secara garis besar
kompensasi merupakan balas jasa atau reward yang akan diberikan kepada
pegawai yang berwujud uang. Kompensasi dapat dijadikan salah satu pendorong
atau motivasi bagi pegawai untuk bekerja lebih produktif dan efektif dalam
menyelesaikan tugasnya. Kompensasi yang diberikan kepada pegawai sesuai
dengan apa yang dikerjakan pegawai tersebut. sehingga tinggi rendah kompensasi
yang diperoleh pegawai berdasarkan pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat
24
beberapa tujuan pengkompensasian, yaitu: menjalin ikatan kerja antara majikan
dengan karyawan, kepuasan kerja (balas jasa), motivasi, disiplin, dan stabilitas
karyawan (Zulkarnain 2013).
2.2.3. Penegakan Peraturan
Penegakan peraturan adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya
atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku
dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara (Asshiddiqie, 2008). Ditinjau dari Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) peraturan merupakan prinsip-prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Penegakan peraturan itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula
diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas
atau sempit. Secara luas, proses penegakan peraturan itu melibatkan semua subjek
hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan
normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan
mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan
atau menegakkan aturan hukum. Sedangkan arti secara sempit, dari segi
subjeknya itu, penegakan peraturan itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur
penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan
hukum berjalan sebagaimana seharusnya.
Jenis-jenis peraturan menurut Huda 2012 dalam Adinda 2015:
1. Peraturan Demokrasi
25
Peraturan demokrasi dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan
penalaran untuk membantu memahami mengapa diharapkan mematuhi dan
mentaati peraturan yang ada. Peraturan jenis ini menekankan aspek edukatif
bukan hukuman. Sanksi hukuman dapat diberikan kepada mereka yang
melanggar peraturan. Hukuman bermaksud sebagai upaya menyadarkan dan
mengoreksi.
2. Peraturan Otoritarian
Peraturan dibuat sangat ketat dan rinci sehingga orang yang berada dalam
lingkungan peraturan ini diminta mematuhi dan mentaati peraturan yang
berlaku di tempat tersebut. Apabila gagal mentaati maka akan memperoleh
sanksi yang berat. Sebaliknya jika berhasil mentaati peraturan, maka kurang
mendapatkan penghargaan. Hal itu dikarenakan sudah menjadi suatu
kewajiban untuk mentaati peraturan, jadi tidak perlu mendapatkan
penghargaan lagi. Peraturan yang ototarian berarti pengendalian tingkah laku
berdasarkan tekanan, dorongan dan paksaan dari luar diri seseorang.
3. Peraturan Permisif
Seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya, kemudian dibebaskan
untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai keinginan yang
diambilnya. Seseorang yang berbuat sesuatu dan membawa akibat melanggar
norma dan aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman. Dampak
dari peraturan permisif ini berupa kebingungan dan kebimbangan.
Penyebabnya tidak tahu mana yang dilarang dan mana yang tidak dilarang.
26
2.2.4. Komitmen Organisasi
Menurut Oktaviani (2011) komitmen organisasi adalah individu yang
memiliki keinginan untuk berbuat etis terhadap organisasinya dengan tujuan agar
terciptanya tujuan yang diinginkan tidak lain semata-mata untuk kepentingan
organisasi tersebut. Menurut Najahningrum (2013) komitmen organisasi
merupakan sikap mental individu berkaitan dengan tingkat keloyalannya terhadap
organisasi tempat individu tersebut berkerja. Sehingga dengan kata lain,
komitmen organisasi merupakan suatu keadaan dimana seorang pegawai memiliki
keinginan untuk mencapai tujuan suatu organisasi dengan tetap bekerja dalam
organisasi serta memperhatikan keloyalan terhadap instansi tersebut.
Meyer dan Allen (1997) dalam Ihsan dan Iskak (2005) mengemukakan
tiga komponen mengenai komitmen organisasi, yang antara lain adalah:
1. Komitmen efektif (affectiive commitment) terjadi apabila karyawan ingin
menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional (emotional
attchment) atau psikologis terhadap organisasi.
2. Komitmen kontinu (continuance commitment) muncul apabila karyawan tetap
bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-
keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan
lain. Sehingga dapat dikatakan jika karyawan tersebut tinggal di organisasi itu
karena dia membutuhkan organisasi tersebut.
3. Komitmen normatif (normative commitment) timbul dari nilai-nilai diri
karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota suatu organisasi karena
memiliki kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal
27
yang memang seharusnya dilakukan. Jadi, karyawan tersebut tinggal di
organisasi itu karena dia merasa berkewajiban untuk itu.
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1.
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Metode Hasil
1. Najahningrum
(2013)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
fraud : persepsi
pegawai dinas
provinsi DIY
Structural
equation
modeling
(sem)/
Smart
PLS 2
1. Penegakan
peraturan
berpengaruh negatif
terhadap fraud
2. Keefektifan
pengendalian
internal
berpengaruh negatif
terhadap fraud
3. Asimetri informasi
berpengaruh positif
terhadap terhadap
fraud
4. Keadilan distributif
berpengaruh negatif
terhadap fraud
5. Keadilan procedural
berpengaruh negatif
terhadap fraud
6. Budaya etis
manajemen
berpengaruh negatif
terhadap fraud
7. Komitmen
organisasi
berpengaruh negatif
terhadap fraud
2. Zulkarnain
(2013)
Faktor – Faktor
yang
mempengaruhi
terjadinya
Fraud di Sektor
pemerintahan
(Studi Kasu
PLS 1. Keefektifan
Pengendalian
Internal
berpengaruh negatif
terhadap fraud
2. Kesesuaian
kompensasi
28
No Peneliti Judul Metode Hasil
Pada Dinas Se-
Kota Surakarta)
berpengaruh negatif
terhadap fraud
3. Kultur Organisasi
tidak berpengaruh
terhadap fraud
Perilaku tidak etis
berpengaruh positif
terhadap fraud
4. Gaya
kepemimpinan
berpengaruh negatif
terhadap fraud
5. Sistem
pengendalian
internal
berpengaruh negatif
terhadap fraud
6. Penegakan hukum
tidak berpengaruh
terhadap fraud
3. Adinda
(2015)
Faktor yang
mempengaruhi
terjadinya
Kecurangan
(fraud) di sektor
Pemerintahan
kabupaten
klaten
PLS 1. Keefektifan
pengendalian
internal
berpengaruh negatif
2. Kultur organisasi
berpengaruh negatif
3. Kesesuaian
kompensasi tidak
berpengaruh
4. Penegakan
peraturan tidak
berpengaruh
5. Keadilan distributif
berpengaruh positif
6. keadilan procedural
berpengaruh negatif
7. komitmen
organisasi
berpengaruh negatif
4 Pristiyanti
(2012)
Persepsi
pegawai instansi
pemerintah
mengenai
faktor-faktor
yang
PLS 1. Keadilan distributif
berpengaruh negatif
terhadap fraud di
sektor
pemerintahan
2. Keadilan prosedual
29
No Peneliti Judul Metode Hasil
mempengaruhi
fraud di sektor
pemerintahan
berpengaruh negatif
terhadap fraud di
sektor
pemerintahan
3. Sistem
pengendalian
internal
berpengaruh negatif
terhadap fraud di
sektor
pemerintahan
4. Kepatuhan
pengendalian
internal
berpengaruh negatif
terhadap fraud di
sektor
pemerintahan
5. Budaya etis
organisasi
berpengaruh negatif
terhadap fraud di
sektor
pemerintahan
6. Komitmen
organisasi
berpegaruh negatif
terhadap fraud di
sektor
pemerintahan
5. Faisal
(2013)
Analisis fraud
di sektor
pemerintahan
Kabupaten
Kudus
PLS 1. Sistem
pengendalian
internal
berpengaruh negatif
2. Gaya
kepemimpinan
berpengaruh negatif
3. komitmen
organisasi
berpengaruh negatif
4. penegakan hukum
berpengaruh negatif
5. perilaku tidak etis
berpengaruh positif
30
No Peneliti Judul Metode Hasil
6. kepuasan akan gaji
tidak berpengaruh
7. kultur organisasi
tidak berpengaruh
6. Chen (2006) Ownership
structure,
corporate
governance,and
fraud:
Evidence from
China
Faktor kekurangan
dalam sistem akuntansi,
hukuman kurang tegas,
tingkat gaji yang sangat
rendah, backlog
audit eksternal, dan
nepotisme dapat
berpengaruh pada
tingkat korupsi
keuangan di Sudan
termasuk sistem
pengawasan internal
yang lemah dan tidak
efektif.
7. Rae dan
Subramaniam
(2008)
Quality of
internal control
procedures
Antecedents and
moderating
effect on
organisational
justice and
employee fraud
Bahwa interaksi antara
kualitas pengendalian
internal dan persepsi
keadilan organisasi,
menunjukkan
berpengaruh signifikan
terhadap fraud
karyawan.
2.4. Kerangka Berpikir
2.4.1. Kesesuaian Kompensasi Berpengaruh Negatif terhadap
Kecenderungan Kecurangan (fraud)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Zulkarnain (2013), bahwa
kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan.
Hasil tersebut tentu mendukung teori yang ada, bahwa seseorang yang terpuaskan
kompensasinya tidak akan melakukan reaksi kompromistis dalam bentuk tindakan
korupsi (Darsono 2001 dalam Zulkarnain 2013). Berdasarkan teori atribusi,
31
setelah menganalisis suatu peristiwa maka akan mucul penyebab yang
melatarbelakanginya yang kemudian akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Sehingga ketika pegawai menerima kompensasi maka akan mengatribusikan
kompensasi tersebut pada beberapa penyebab yang mendasar. Ketika pegawai
tersebut mempersepsikan kompensasi tersebut dikarenakan hasil kerja kerasnya
dalam bekerja, maka pada masa yang akan datang pegawai tersebut akan selalu
bekerja keras. Namun ketika kompensasi yang diterima tidak sesuai dengan apa
yang dipersepsikan maka akan muncul suatu tekanan dari dalam individu tersebut.
Hal ini tentu akan menekan pegawai tersebut melakukan tindak kecurangan.
Ketika kompensasi yang diberikan telah sesuai menurut persepsi pegawai
tersebut, maka kecenderungan tindakan kecurangan akan semakin rendah. Begitu
pula sebaliknya, ketika kompensasi yang diberikan dianggap kurang sesuai maka
kecenderungan dalam melakukan kecurangan akan semakin tinggi. Sehingga
dapat dikatakan jika kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
2.4.2. Penegakan Peraturan Berpengaruh Negatif Terhadap Kecenderungan
Kecurangan (fraud)
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Najahningrum (2013) yang
menyimpulkan bahwa penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud). Lemahnya penegakan peraturan dalam suatu
instansi, akan membuka peluang bagi pagawai yang bekerja dalam instansi
tersebut untuk melakukan tindakan kecurangan. sehingga ketika penegakan yang
berlaku dianggap lemah oleh pelaku kecurangan, maka terdapat peluang yang
32
lebih besar untuk melakukan tindakan kecurangan (fraud). Masyarakat sebenarnya
cenderung mengerti dan paham benar akan hukum yang berlaku namun mereka
juga yang cenderung melanggar peraturan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena
adanya peluang yang dilihat dari pengetahuan hukum yang mereka punya.
Kesadaran akan pentingnya mematuhi peraturan tentu sangat dibutuhkan untuk
mengurangi fraud yang mungkin akan terjadi. Hal tersebut berkaitan dengan teori
atribusi dan juga fraud diamond theory yang terdapat persepsi bahwa peluang
yang ada untuk melakukan tindakan kecurangan cukup besar sehingga mereka
akan dengan mudah untuk melakukan kecurangan tersebut.
Kecurangan pada umumnya merupakan tindakan yang melanggar hukum
yang dilakukan oleh pihak tertentu untuk mengambil keuntungan secara pribadi.
Hukum yang diberlakukan dengan tidak tegas maka akan menimbulkan peluang
untuk melakukan tindakan kecurangan. Begitu pula sebaliknya, ketika peraturan
yang berlaku dilakukan dengan tegas maka kemungkinan melakukan tindak
kecurangan akan semakin rendah. Sehingga dapat dikatakan jika penegakan
peraturan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan (fraud).
2.4.3. Komitmen Organisasi Berpengaruh Negatif Terhadap
Kecenderungan Kecurangan (fraud)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2012) menyatakan
bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud). Komitmen organisasi merupakan tingkat loyalitas individu
dalam mencapai tujuan organisasinya dengan individu tersebut tetap berada di
organisasi tersebut. ketika tingkat loyalitas individu itu rendah terhadap
33
organisasinya maka individu tersebut kemungkinan akan melakukan tindak
kecurangan untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi dan tentu akan
merugikan pihak lain. Sehingga dapat dikatakan individu tersebut akan melakukan
tindak kecurangan ketika dirinya memiliki tingkat loyalitas yang rendah terhadap
organisasinya.
Berdasarkan teori atribusi, terdapat persepsi dari individu jika individu
tersebut memiliki tingkat loyalitas yang tinggi terhadap organisasinya. Namun
keloyalitasan tersebut tidak diapresiasi oleh organisasi. Hal ini akan
mempermudah individu dalam merasionalisasikan keadaan untuk mendapatkan
keuntungan dari persepsi bahwa keloyalitasannya sangat tinggi. Namun, ketika
seseorang memiliki komitmen atau tingkat loyalitas yang tinggi maka cenderung
untuk bekerja keras agar dapat memajukan organisasinya tersebut. Komitmen
organisasi secara umum mengacu pada sikap-sikap dan perasaan karyawan
dihubungkan dengan nilai-nilai dan cara perusahaan itu melakukan berbagai hal
(Rae and Subramaniam,2008). Ketika individu mempunyai komitmen organisasi
yang tinggi, maka kemungkinan kecil individu tersebut melakukan kecurangan.
Sehingga dapat dikatakan jika komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
34
2.5. Model Penelitian
Model penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Model Penelitian
Sumber : Data diolah (2017)
2.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan ditas, maka hipotesis
yang diajukan sebagai berikut:
H1: Kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
H2: Penegakan peraturan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud).
H3:Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan
(fraud).
75
BAB V
PENUTUP
5.1.Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sebagaimana yang telah
diajukan dalam penelitian ini yang tercantum didalam bab sebelumnya, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan
kecurangan (fraud).
2. Penegakan peraturan berpengaruh negatif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
3. Komitmen organisasi berpengaruh negatif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan (fraud).
5.2. Keterbatasan
1. Penelitian ini masih terdapat instrumen dari variabel kesesuaian
kompensasi yang kurang tepat.
5.3. Saran
Saran yang didasarkan pada beberapa kesimpulan dan keterbatasan dalam
penelitian ini adalah :
1. Berdasarkan tabulasi data variabel kecenderungan kecurangan terdapat
rata-rata tertinggi pada indikator 3 maka diharapkan instansi dapat
memberikan aturan yang lebih ketat terutama akan pengeluaran yang
disajikan dalam laporan keuangan.
76
2. Berdasarkan tabulasi data variabel penegakan peraturan terdapat indikator
terendah yaitu pada indikator 2 sehingga diharapkan para pejabat yang
berwenang dalam penanganan pelanggaran dapat lebih tanggap terhadap
pegawai yang telah terbukti melakukan tindakan melaanggar peraturan
yang ada.
3. Untuk penelitian selanjutnya, melakukan penelitian dengan wawancara
secara langsung agar responden tepat sasaran.
77
DAFTAR PUSTAKA
Adinda, Yanita Maya. (2015). Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecuranga
(Fraud) Di Sektor Pemerintahan Kabupaten Klaten. Disertasi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang,
Alpinista, Elly. (2013). Peran dan Tanggungjawab Internal Auditor dalam
Masalah Kecurangan. http://alpinistaelly.blogspot.com/2013/04/normal-0-
false-false-false-in-x-none-x_5.html (diunduh tanggal 20 Mei 2017)
AICPA, SAS No. 99. (2002). “Consideration of Fraud in a Financial Statement
Audit, AICPA”. New York.
Albrecht, W.S, and Chad Albrecht, (2003). Fraud Examination & Prevention.
Australia: Thomson, South-Western.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Edisi Keempat. Jakarta: Rineka Cipta.
Association of Certified Fraud Examiners. (2006). Report to Nation on
Occupational Fraud & Abuse. The Association of Certified Fraud
Examiners, Inc.
Asshiddiqie, Jimly, 2008, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Reformasi, PT. Buana Indah Populer, Jakarta
Berita PNS, (2016). Gaji dan Tunjangan PNS dalam UU ASN.
http://www.beritapns.com/2016/07/gaji-dan-tunjangan-pns-dalam-uu-
asn.html. (diakses pada hari rabu, 14 Juni 2017, pukul 10.20 WIB)
Chen, Gongmeng, et al. (2006). Ownership structure, corporate governance, and
fraud: Evidence from China. Journal of Corporate Finance 12.3: 424-448.
Eze, Joseph C., and Ani Wilson. (2013). Evaluation of Fraud and Internal Control
Procedures: Evidence from Two South East Government Ministries in
Nigeria. Research Journal of Finance and Accounting 4.17: 63-70.
Fauwzi, M.Glifandi Hari. (2011). Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian
Internal, Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen
Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Akuntansi. Disertasi.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
78
Ghozali, Imam. (2008). Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan
Partial Least Square. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
IAI. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Ikhsan, Arfan & Muhammad Ishak. (2005). Akuntansi Keperilakuan. Jakarta:
Salemba Empat.
Kusumastuti, Nur Ratri. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dengan Perilaku Tidak
Etis Sebagai Variabel Intervening. Disertasi. Semarang: Universitas
Diponegoro .
Najahningrum. Anik Fatun. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fraud:
Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY. Accounting Analysis Journal 2.3.
Norbarani, Listiana. (2012). Pendeteksian Kecurangan laporan Keuangan dengan
Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam SAS No.99”. Disertasi.
Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP
Oktaviani, Nur Ayu Candry. (2011). Pengaruh Komitmen Organisasi dan
Keingian Sosial terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan
Kinerja Manajerial. Disertasi. Semarang : Fakultas Ekonomi UNNES
Pristiyanti, Ika Ruly. (2012). Persepsi Pegawai Instansi Pemerintah Mengenai
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraud di Sektor Pemerintahan.
Disertasi. Semarang : Fakultas Ekonomi UNNES.
Rae, Kirsty, and Nava Subramaniam. (2008). Quality of Internal Control
Procedures: Antecedents and Moderating Effect on Organisational Justice
and Employee Fraud. Managerial Auditing Journal 23.2: 104-124.
Robins, P Stephen. (2003). Perilaku Organisasi Edisi 10. Jakarta: Gramedia.
Rudianto. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecurangan (Fraud):
Persepsi Pegawai Koperasi Simpan Pinjam (KSP) se-Kota Semarang.
Disertasi. Semarang : Fakultas Ekonomi UNNES
Sindo News. (2014). Kota Semarang Terkorup Se-Jateng
https://daerah.sindonews.com/read/824036/22/kota-semarang-terkorup-se-
jateng-1389007770 (diakses pada hari rabu, 1 November 2017, pukul
22.10 WIB)
Sindo News. (2015). Kepala Dinas PSDA ESDM Semarang Ditahan
https://daerah.sindonews.com/read/1034401/22/kepala-dinas-psda-esdm-
semarang-ditahan-1439908795 (diakses pada hari rabu, 25 Januari 2017,
pukul 20.45 WIB)
79
Suara Merdeka. (2015). http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/jateng-peringkat-
kedua-korupsi/ (diakses pada hari rabu, 25 Januari 2017, pukul
20.10WIB).
Suara Merdeka. (2016). Korupsi Pendidikan Jateng.
http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/korupsi-pendidikan-jateng-rp-
2111-m/ (diakses pada hari rabu, 25 Januari 2017, pukul 20.20 WIB)
Tribun News. (2014). KKN Sebut Kota Semarang Terkorup.
http://jateng.tribunnews.com/2014/01/06/kp2kkn-sebut-kota-semarang-
terkorup-di-jateng (diakses pada hari rabu, 25 Januari 2017. Pukul 19.55)
Zulkarnain, Rifqi Mirza. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Fraud di Sektor Pemerintahan (Studi Kasus Pada Dinas Se-Kota
Surakarta). Disertasi. Fakultas Ekonomi : Universitas Negeri Semarang.