Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR
KOMODITAS CPO INDONESIA KE INDIA
NURWAHYUDIN
105961109016
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR
KOMODITAS CPO INDONESIA KE INDIA
NURWAHYUDIN
105961109016
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Judul :
Nama : Nurwahyudin
Stambuk : 105961109016
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Disetujui
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P.
NIDN. 0921037003
Ir. H. Saleh Molla, M.M.
NIDN. 0931126113
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agribisnis
Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P.
NIDN. 0912066901
Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P.
NIDN. 0921037003
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas CPO
Indonesia ke India
iv
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul :
Nama : Nurwahyudin
Stambuk : 105961109016
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian[Type a quote from the document or the summary of an
interesting point. You can position the text box anywhere in the document. Use the
Drawing Tools tab to change the formatting of the pull quote text box.]
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Dr. Sri Mardiyati, S.P,M.P. Ketua Sidang
2. Ir. H. Saleh Molla, M.M.
Sekretaris
3. Ir. Hj. Nailah, M.Si. Anggota
4. Rasdiana Mudatsir, S.P., M.Si. Anggota
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas CPO
Indonesia ke India
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Ekspor Komoditas CPO Indonesia ke India adalah benar
merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau di
kutip dan karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dan
dicantumkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Makassar, 21 Agustus 2020
NURWAHYUDIN
105961109016
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Ekspor CPO Indonesia Ke India”
Penulisan ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan studi dalam
menempuh Program Studi Strata Satu (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan dorongan dari berbagai
pihak, maka penulisan skripsi ini tidak dapat terlaksana. Pada kesempatan yang
berbahagia ini tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P. selaku pembimbing utama yang telah berkenan
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta dorongan semangat
kepada penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.
2. Bapak Ir. H. Saleh Molla, M.M selaku pembimbing pendamping yang telah
berkenan meluangkan waktu dan memberikan sumbangsih serta dorongan
semangat kepada penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.
3. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar beserta para
Wakil Dekan, Ketua program studi, serta karyawan, atas seluruh dukungan
baik yang bersifat motivatif maupun yang bersifat administratif.
4. Bapak Sakka dan Ibu Hije, orang tua tercinta yang telah membesarkan dan
mendidik dengan selalu memberi dorongan semangat penuh kasih sayang,
dan segenap kelurga yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
vii
5. Seluruh staf pengajar dalam lingkup Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
sehingga sangat membantu dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan
orang banyak.
6. Kepada seluruh teman – teman seperjuangan angkatan 2016 jurusan
agribisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar
7. Kepada kakanda dan teman seperjuangan dimana penulis pernah
mendapatkan ilmu dan pengalaman, antara lain Ikatan Keluarga Mahasiswa
Sinjai (IKMS), KSR PMI Unit 114 Unismuh Makkassar.
8. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis sadari bahwa isi penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran semi perbaikan dan penyempurnaan
skripsi ini penulis terima dengan senang hati. Akhirnya penulis berharap, semoga
tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Makassar, 21 Agustus 2020
NURWAHYUDIN
vi
ABSTRAK
NURWAHYUDIN.105961109016. Faktor – Faktor yang Mempengrahui Ekspor
Komoditas CPO Indonesia ke India. Dibimbing oleh Sri Mardiyati dan Saleh
Molla.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend ekspor CPO Indonesia ke
India dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke India. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data
times series selama kurun waktu 1998 – 2018. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah studi literatur. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
regresi sederhana dan kuadrat terkecil atau model regresi berganda dengan
bantuan Eviews versi 8.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa trend ekspor CPO Indonesia ke India
dalam kurun waktu 1998 – 2018 mengalami kenaikan sebesar 201,09 ton per
tahun. Produksi CPO Indonesia, harga CPO Indonesia, harga CPO dunia, dan nilai
tukar rupiah terhadap dollar secara bersama-sama berpengaruh terhadap ekspor
CPO Indonesia ke India. Namun, secara parsial, faktor-faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia ke India adalah harga CPO Indonesia
dan harga CPO dunia, artinya apabila harga CPO naik satu persen maka ekspor
CPO Indonesia ke India meningkat sebesar 0,373803 persen dan apabila harga
CPO dunia naik satu persen maka ekspor CPO Indonesia ke India meningkat
sebesar 0,266872 persen.
Kata Kunci : CPO, Ekspor, Produksi, Harga, Nilai Tukar.
vii
ABSTRACT
NURWAHYUDIN.105961109016. Factors That Account for Indonesia's
CPO Commodity Exports to India. Guided by Sri Mardiyati and Saleh Molla.
This research aims to determine the export trends of CPO Indonesia to
India and analyze the factors that influence Indonesia's CPO exports to India. The
types of data used are quantitative data and times series data during the period
1998 – 2018. The data collection technique used is a study of literature. The
analysis method used is the smallest quadrant or multiple regression model with
the help of Eviews version 8.
The results showed that indonesia's CPO export trend to India in the period
1998 – 2018 increased by 201.09 tons per year. Indonesia's CPO production,
Indonesia's CPO price, world CPO price, and rupiah exchange rate against the
dollar jointly affect Indonesia's CPO exports to India. However, partially, the
factors that have a significant effect on Indonesia's CPO exports to India are
indonesia's CPO price and the world CPO price, meaning that if the price of CPO
rises one percent then Indonesia's CPO exports to India increase by 0.373803
percen and if the world CPO price rises one percent then Indonesia's CPO exports
to India increase by 0.266872 percen.
Keywords : CPO, Production, Price, Exchange Rate.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .......................................................... iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER DATA ............ v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................ 6
1.4 Kegunaan ........................................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
2.1 Komoditas Crude Palm Oil (CPO) ................................................. 7
2.2 Perdagangan Internasional Komoditas Pertanian............................ 9
2.3 Ekspor Komoditas CPO Indonesia.................................................. 15
2.4 Terdahulu yang Relevan ................................................................. 18
2.5 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 23
2.6 Hipotesis .......................................................................................... 23
III. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 24
3.1 Lokasi dan Waktu .......................................................................... 24
3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 24
3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 24
3.4 Teknik Analisis Data ....................................................................... 25
3.5 Definisi Operasional........................................................................ 31
ix
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................ 32
4.1 Keadaan Geografis ........................................................................ 32
4.2 Keadaan Demografis ..................................................................... 32
4.3 Kondisi Pertanian Kelapa Sawit Indonesia ................................... 35
V. HASIL dan PEMBAHSAN ................................................................. 38
5.1 Trend Ekspor CPO Indonesia ....................................................... 38
5.2 Hasil Estimasi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor
CPO Indonesia ke India ................................................................ 40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 52
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 52
6.2 Saran ............................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 54
LAMPIRAN ................................................................................................ 58
DAFTAR RIWIYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
teks
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit (Minyak Sawit) Indonesia
Menurut Status Pengusahaan Tahun 2014-2018 ............................... 3
Tabel 2. Ekspor CPO Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama Tahun
2014 - 2018 ......................................................................................... 3
Tabel 3. Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................................... 18
Tabel 4. Penduduk Indonesia menurut pulau tahun 2019................................. 34
Tabel 5. Penduduk Indonesia Menurut jenis kelamin dan kelompok umur
tahun 2020 .......................................................................................... 34
Tabel 6. Estimasi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor CPO
Indonesia ............................................................................................. 46
Tabel 7. Hasil Regresi uji Heterokedastisitas ................................................... 48
Tabel 8. Hasil Regresi uji Multikolinearitas ..................................................... 49
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
teks
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................... 24
Gambar 2. Trend Ekspor CPO Indonesia ke India .......................................... 38
Gambar 3. Trend Produksi CPO Indonesia Tahun 1998 – 2018..................... 40
Gambar 4. Trend Harga CPO Indonesia Tahun 1998 – 2018 ......................... 41
Gambar 5. Trend Harga CPO Dunia Tahun 1998 – 2018 .............................. 43
Gambar 6. Trend Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS CPO Indonesia
ke India Tahun 1998 - 2018 ........................................................ 45
Gambar 7. Peta Wilayah Indonesia .................................................................. 56
Gambar 8. Peta Wilayah India ......................................................................... 57
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan perdagangan yang dilakukan baik antar individu,
antar kelompok sampai antarnegara adalah hal yang tidak bisa di
pisahkan di era sekarang ini. Perdagangan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin tinggi menjadi
tujuan suatu Negara melakukan perdagangan internasional.
Perdagangan internasional atau sering disebut kegiatan ekspor dan
impor.
Indonesia memiliki SDM sebagai tenaga kerja dan SDA yang
melimpah sebagai sumber tanaman pangan dan komoditas ekspor
(Maygirtasari & Yulianto, 2015) . Selanjutnya (Yang et al . , 2019)
menjelaskan bahwa Indonesia merupakan Negara agraris yang
didominasi oleh sektor sebagai andalan mata pencaharian. dari
perkebunan Indonesia memiliki komoditas unggulan yaitu kelapa
sawit. Hasil olahan kelapa sawit adalah minyak kelapa sawit atau
yang di sebut dengan Crude Palm Oil (CPO). Potensi sumber daya
alam yang melimpah menjadikan Indonesia sebagai sumber tanam an
pangan dan komoditas ekspor. salah satu sektor yang memberikan
peranan penting dalam pembangunan adalah sektor perkebunan.
Hasil perkebunan yang memberikan sumbangsih besar untuk ekspor
adalah kelapa sawit.
2
(Sidauruk, A., & Pujianto, A. 2017) menjelaskan kelapa sawit
merupakan salah satu tanaman yang memiliki daya tarik tersendiri
di masyarakat. Saat ini perkebunan kelapa sawit di Indonesia
berkembang sangat pesat. Kelapa sawit tumbuh dan dibudidayakan
hampir di seluruh nusantara, Baik itu milik perseorangan atau milik
perusahaan. Tanaman ini mengandung banyak khasiat membuat
permintaan kelapa sawit menjadi terus meningkat. (Yang et al . ,
2019) juga menjelaskan bahwa kelapa sawit adalah tumbuhan yang
menghasilkan minyak masak, minyak industri maupun bahan bakar.
Bagian terpenting dari kelapa sawit adalah buahnya yang dapat
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi
minyak goreng. Kelapa sawit adalah bahan baku utama pembuatan
minyak goreng.
Produksi minyak kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Data di tahun 2018 pertumbuhan produksi
minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil ) adalah sebesar 40.567.230
ton. Terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan menurut produksi
minyak kelapa sawit selama periode 2014-2018 sebesar 8,5%.
Peningkatan produksi tersebut disebabkan karena meningkatnya
kebutuhan masyarakat dunia terhadap minyak nabati . Seiring dengan
terjadinya pertumbuhan populasi, permintaan akan minyak kelapa
sawit yang terus meningkat menjadikan komoditas tersebut sebagai
produk unggulan Indonesia.
3
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit (Minyak Sawit) Indonesia
Menurut Status Pengusahaan Tahun 2014-2018
Tahun Luas areal (ha) Produksi (ton)
2014 10.754.801 29.278.189
2015 11.260.277 31.070.015
2016 11.201.465 31.730.961
2017 14.048.722 37.965.224
2018 14.327.093 40.567.230
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2019)
Berdasarkan data permintaan CPO Indonesia ke berbagai Negara dapat
dilihat Tabel 2
Tabel 2. Ekspor CPO Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama Tahun
2014 – 2018
Negara Tujuan Berat Bersih (Ribuan Ton)
2014 2015 2016 2017 2018
India 4.867,8 3.820,7 2.948,9 4.627,6 4.011,7
Belanda 866,1 1.044 680,1 615,5 615,4
Malaysia 262,1 621,8 166,5 208,6 434,4
Singapura 532,9 604,4 580,4 604,7 424,3
Italia 601,6 578,8 250,3 356,5 380,7
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019)
Negara tujuan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia adalah
India, Belanda, Malaysia, Singapura, dan Italia . India menempati
posisi pertama importir minyak kelapa sawit. Volume ekspor ke
India mencapai 4,01 juta ton atau 61,21% dari total volume ekspor
CPO Indonesia dengan nilai US$ 2,175 juta. Menurut Anand (2014)
perekonomian Negara India menempati urutan kesepuluh sebagai
4
perekonomian terbesar di dunia. Pendapatan perkapita dari Negara India berada
pada peringkat 7 pada tahun 2016.
Ketika India mengalami krisis ekonomi, maka India melakukan
perdagangan ekspor dan impor untuk memperbaiki perekonomian dan
kebutuhannya. Dengan melakukan impor akan menambah cadangan devisa India,
akan tetapi saat terjadi krisis ekonomi india hanya memiliki cadangan devisa yang
relatif dan tidak akan bertambah lebih dari dua minggu yakni senilai 290 miliar
US$ (Yang et al., 2019).
Sejak ditandatanganinya Memorandum of Understanding on Agricultural
Cooperation (MOU), hubungan kerjasama antara Indonesia dengan India dalam
peningkatan kerjasama dibidang ekonomi yakni perdagangan CPO atau minyak
kelapa sawit telah terjadi. Kerjasama tersebut berlangsung sejak tahun 1992.
Impor minyak kelapa sawit dari Indonesia digunakan sebagai pemenuhan
kebutuhan industrial CPO India dan memenuhi kebutuhan akan konsumsi minyak
nabati. Sulit untuk India terlepas dari konsumsi minyak kelapa sawit karena harga
barang substitusi yang relatif lebih mahal serta tingkat penawarannya (supply)
yang terbatas. Konsumsi minyak kelapa sawit India mencapai 4,01 juta ton pada
tahun 2018. India merupakan tujuan utama ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.
Lonjakan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke India terjadi pada tahun
2006 - 2009. Lonjakan tertinggi volume ekspor minyak kelapa sawit terjadi pada
tahun 2007-2008 sekitar 42% yakni dari 3,3 juta ton menjadi 4,7 juta ton.
Lonjakan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke India disebabkan oleh
naiknya produksi minyak kelapa sawit Indonesia setiap tahunnya. Lonjakan
5
tertinggi. produksi minyak kelapa sawit Indonesia terjadi pada tahun 2005-2006
produksi minyak kelapa sawit Indonesia hanya mencapai 11,8 juta ton pada tahun
2005 meningkat menjadi 17,5 juta ton pada tahun 2006 atau setara dengan 46%
lonjakan produksi minyak kelapa sawit Indonesia (Yang et al., 2019).
Total ekspor minyak kelapa sawit empat tahun terakhir mengalami
peningkatan, kecuali pada tahun 2016 yang mengalami penurunan. Peningkatan
tersebut berkisar antara 2,07 sampai dengan 19,45% per tahun, sedangkan pada
tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 13,96% dibandingkan tahun 2015. Pada
tahun 2014 total volume ekspor mencapai 24,37 juta ton dengan total nilai sebesar
US$ 19,01miliar, meningkat menjadi 29,67 juta ton pada tahun 2018 dengan total
nilai sebesar US$ 18,23 miliar per tahun.
Selain jumlah produksi, menurut (Maygirtasari & Yulianto, 2015) faktor-
faktor yang mempengaruhi volume ekspor CPO yaitu faktor harga domestik,
harga internasional dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Harga CPO
domestik maupun internasional berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis termotivasi untuk melakukan
pengkajian lebih dalam mengenai “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Komoditas CPO Indonesia ke India.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana trend ekspor komoditas CPO Indonesia ke India ?
2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor ekspor komoditas CPO Indonesia ke India ?
6
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui trend ekspor CPO Indonesia ke India.
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas CPO
Indonesia ke India.
1.4 Kegunaan
1. Penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran yang dapat
dijadikan sebagai bahan informasi atau referensi kepada pembaca dan penulis
selanjutnya yang ingin mengembangkan ini.
2. Bagi perkembangan ilmu sebagai sumbangan pemikiran dalam menambah
khasanah hasil mengenai ekspor CPO Indonesia ke India.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditas Crude Palm Oil (CPO)
Minyak kelapa Sawit atau Crude Pal Oil (CPO) merupakan bahan baku
pembuatan bahan makanan, kosmetik, obat-obatan dan untuk pengembangan
biodiesel (Elinda, 2015). Minyak sawit secara alami berwarna merah karena
kandungan beta karoten yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti
kelapa sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak
kelapa sawit juga berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah
kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan ada pada warna (minyak inti sawit tidak
memiliki karotenoid sehingga tidak berwarna merah), dan kadar lemak jenuh nya.
Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak
kelapa 86%.(Harold McGee, 2004).
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1984 oleh
pemerintahan kolonial Belanda. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit
yang dibawa oleh Mauritius dari Bogor ini kemudian ditanam di tepi-tepi jalan
sebagai tanaman hiasan di Deli, Sumatera pada dekade 1870-an dan di Rantau
Panjang, Kuota Selangor pada tahun 1911 – 1912. Perkebunan kelapa sawit
pertama berlokasi di Pantai Timur pantai timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas
areal perkebunannya mencapai 5.123 hektar. Indonesia mulai mengekspor minyak
kelapa sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke Negara Eropa. Kemudian pada
tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Florentina Ristri,
2010).
8
Pengembangan kelapa sawit di indonesia dimulai sejak 1970 dan mengalami
pertumbuhannya yang cukup pesat terutama periode 1980-an. Pada tahun 1980
areal kelapa sawit hanya seluas 294 Ha dan terus meningkat dengan pesat
sehingga pada tahun 2009 mencapai 7,32 juta Ha, dengan rincian 47,81 berupa
perkebunan besar swasta (PBS), 43,76% perkebunan rakyat (PR), dan 8,43%
perkebunan besar Negara (PBN).
Dengan luas areal tersebut, Indonesia merupakan Negara produsen minyak
sawit terbesar di dunia. Pada tahun 2009, produksi minyak sawit Indonesia
mencapai 20,6 juta ton, diikuti Malaysia pada urutan kedua dengan produksi17,57
juta ton. Sebagian besar hasil produksi minyak sawit di Indonesia mencapai 80%
dari total produksi. Negara tujuan utama ekspor kelapa sawit Indonesia adalah
India dengan pangsa pasar sebesar 33%, Cina sebesar 13% dan Belanda 9% dari
total ekspor kelapa sawit Indonesia ( Sitepu, 2013).
Produksi CPO Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Produksi produksi CPO pada tahun 2008 mengalami sedikit penurunan yang
relative sedikit jika dibandingkan dengan melihat peningkatan yang dialami dari
tahun ke tahun cukup tinggi. Melihat jumlah produksi minyak kelapa sawit
Indonesia yang tinggi, maka Indonesia melakukan ekspor ke berbagai Negara
untuk memenuhi konsumsi minyak nabati Negara pengimpor. Dengan adanya
kegiatan ekspor dan impor maka akan mempermudah setiap Negara untuk
memenuhi kebutuhannya (Yang et al., 2019).
9
2.2 Perdagangan Internasional Komoditas Pertanian
Perdagangan internasional adalah kegiatan perekonomian dan perdagangan
uang dilakukan oleh penduduk suatu Negara dengan penduduk Negara lain atas
dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa : (i) antar
perorangan (individu dengan individu), (ii) antar individu dengan pemerintah
suatu Negara, (iii) pemerintah suatu Negara dengan pemerintah Negara lain
(Andri Feriyanto, 2015). Selanjutnya (Hanifa Tsany Hasna, 2015)
mengungkapkan bahwa perdagangan internasional merupakan suatu cerminan dari
Negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Negara yang menganut
sistem akan membuka diri atas kegiatan ekonomi antara masyarakat domestik dan
masyarakat luas. Menurut Boediono dalam Hanifa Tsani Hasna (2015)
menjelaskan perdagangan internasional adalah proses tukar- menukar antara
kedua belah pihak yang di dasarkan atas dasar sukarela.
Pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di Negara-negara
berkembang. Peran atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi
suatu negara menduduki posisi yang penting sekali. Hal ini antara lain disebabkan
beberapa faktor (Totok Mardikanto, 2007:3). Pertama, sektor pertanian
merupakan sumber persediaan bahan makanan dan bahan mentah yang
dibutuhkan oleh suatu Negara. Kedua tekanan-tekanan demografis yang besar di
negara-negara berkembang yang disertai dengan meningkatnya pendapatan dari
sebagian penduduk menyebabkan kebutuhan tersebut terus meningkat. Ketiga,
sektor pertanian harus dapat menyediakan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk
ekspansi sektor-sektor lain terutama sektor industri. Faktor-faktor ini biasanya
10
berwujud modal, tenaga kerja, dan bahan mentah. Keempat, sektor pertanian
merupakan sektor basis dari hubungan-hubungan pasar yang penting berdampak
pada proses pembangunan. Sektor ini dapat pula menciptakan keterkaitan ke
depan dan keterkaitan ke belakang yang bila disertai dengan kondisi-kondisi yang
tepat dapat memberi sumbangan yang besar untuk pembangunan. Kelima, sektor
ini merupakan sumber pemasukan yang diperlukan untuk pembangunan dan
sumber pekerjaan dan pendapatan dari sebagian besar penduduk negara-negara
berkembang yang hidup di pedesaan (Pratomo, 2010)
Komoditas pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia. Pentingnya peranan ini menyebukan bidang
ekonomi diletakkan pada pembangunan ekonomi dengan titik berat sektor
pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi
pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industry dalam
negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas
kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha.
Menurut Permatasari dalam Isnan Pasaribu (2018), Bagi Indonesia, sektor
pertanian adalah pilar penting dalam kegiatan perdagangan internasional. Sesuai
kesepakatan dalam AFTA, produk pertanian termasuk ke dalam kategori produk
Common Effective Preferential Tariff (CEPT). CEPT merupakan pedoman
pengurangan tarif regional dan penghapusan hambatan non tarif selama periode
15 tahun sejak 1 Januari 1993. Beberapa komoditi yang menjadi unggulan dalam
sektor pertanian yaitu kelapa sawit, karet, kopi, kelapa, kakao dan tebu, dll.
Negara pesaing utama sektor unggulan pertanian Indonesia adalah Malaysia.
11
2.2.1 Teori Perdagangan Internasional
Menurut Amir M.S, jika dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan
di dalam negeri, perdagangan internasional sangat rumit dan kompleks. Kerumitan
tersebut di sebabkan karena adanya bea, tariff, atau quota barang impor. Selain
itu, kesulitan lainnya timbul karena perbedaan mata uang, bahasa, taksiran dan
timbangan serta hokum dalam perdagangan. Selain itu
Selain itu teori perdagangan internasional di jelaskan sebagai berikut :
1. Teori Keunggulan Mutlak (Absolute advantage)
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith. Ia mengemukakan bahwa
Negara akan makmur apabila mampu mengembangkan produksinya melalui
perdagangan. Agar produksinya meningkat perlu adanya pembagian kerja
internasional dalam menghasilkan barang (Andri Feriyanto, 2015).
Teori keunggulan mutlak menyatakan bahwa suatu Negara mengekspor
barang tertentu karena bisa menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang
secara mutlak dalam memproduksi barang tersebut (Lodewik Marbun, 2015).
Teori keunggulan mutlak didasarkan pada asumsi pokok meliputi : (i) faktor
produksi yang digunakan hanya tenaga kerja, (ii) kualitas barang yang diproduksi
kedua Negara sama, (iii) pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang, (iv)
biaya transportasi diabaikan.
2. Teori Keunggulan Komparatif
Teori yang dikemukakan David Ricardo menjelaskan tentang keuntungan
komparatif yang diukur dalam ongkos nyata yang mencerminkan ongkos tenaga
12
kerja (Andri Feriyanto, 2015). Keunggulan komparatif merupakan ukuran
keunggulan potensial artinya daya saing akan tercapai apabila perekonomian tidak
mengalami distorsi (Efisiensi ekonomi) dan melihat manfaat dari aktivitas bagi
seluruh masyarakat).Keunggulan komparatif merupakan kemampuan menjual atau
memproduksi barang dari suatu perusahaan, wilayah atau negara pada kondisi
pasar yang cenderung bersaing sempurna (tidak ada distorsi pasar), (Karo-karo
2010).
Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang
efisien dibanding negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih
tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua
belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi
dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil serta
mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar. (Salvatore,
2002).
3. Teori Permintaan Timbal Balik (Reprocal Demand)
Teori ini dikemukakan olej J.S. Mill, yaitu mencari keseimbangan
pertukaran antar dua barang oleh dua Negara dengan perbandingan pertukaran nya
atau menentukan dasar tukar dalam negeri.
menurut J.S. Mill selama terdapat perbedaan dalam rasio produksi
konsumsi antara kedua negara, maka manfaat dari perdagangan selalu dapat
dilaksanakan di kedua negara tersebut. Dan suatu negara akan memperoleh
manfaat apabila jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk membuat seluruh
13
barang-barang ekspornya lebih kecil daripada jumlah jam kerja yang dibutuhkan
seandainya seluruh barang impor diproduksi sendiri.
Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan
kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage
terbesar dan mengimpor barang yang dimiliki comparative di advantage (suatu
barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang
kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar)Teori ini menyatakan bahwa
nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk
memproduksi barang tersebut.
4. Pandangan Kaum Merkantilisme
Kaum Merkantilisme suatu kelompok yang mencerminkan cita- cita dan
ideologi capital komersial serta berpandangan tentang politik kemakmuran Negara
melebihi kemakmuran perseorangan. Teori tersebut menjelaskan bahwa
kepentingan Negara dapat memperoleh kemakmuran dengan berpangkal pada dua
macam sumber yaitu : (i) penumpukan logam mulia (emas) karena logam mulia
dapat memperkuat posisi suatu Negara dalam pembangunan ekonomi, (ii) politik
perdagangan ditunjukkan untuk menunjang kelebihan ekspor di atas nilai impor
sehingga neraca perdagangan surplus atau aktif (Andri Feriyanto, 2015).
5. Teori Modern
Dalam teori modern mengenai perdagangan internasional dikenal dengan
teori Hecsher dan Ohlin (H-O). Menurut Dewi Anggraini (2006) bahwa sesuai
dengan teori H-O, struktur perdagangan luar negeri suatu negara tergantung pada
14
faktor endowment dan faktor intensity yang ditentukan oleh teknologi. Tulus
Tambunan (2001) juga menjelaskan bahwa menurut teori H-O, suatu negara akan
berspesialisasi dalam produksi dan ekspor barang-barang yang input (faktor
produksi) utamanya relatif sangat banyak di negara tersebut dan impor barang
yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut (jumlahnya terbatas).
Dalam kasus Indonesia, negara tersebut akan ekspor produk-produk yang padat
karya (tetapi dari kategori in skilled workers) atau padat bahan-bahan baku yang
berlimpah di dalam negeri, seperti minyak, batu bara dan komoditas-komoditas
pertanian.
Teori H-O menggunakan asumsi 2 x 2 x 2 dalam arti sebagai berikut
perdagangan internasional terjadi antara dua negara, masing-masing Negara
memproduksi dua macam barang yang sama, masing-masing negara
menggunakan dua macam faktor produksi yaitu tenaga kerja dan mesin, tetapi
dengan jumlah/proporsi yang berbeda (Dewi Anggraini, 2006)
Inti dari teori H-O adalah : (a) Harga/biaya produksi suatu barang akan
ditentukan oleh jumlah/proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing
negara ; (b) Comparative advantage atau keunggulan komparatif dari suatu jenis
produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan
proporsi faktor produksi yang dimilikinya ; (c) Masing-masing negara akan
cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu
karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah
untuk memproduksi nya, sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor
15
barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
sedikit dan mahal untuk memperolehnya (H.Hady,2001).
2.3 Ekspor komoditas CPO Indonesia
Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan
perkebunan Nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja dan
mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa
negara dan 10 Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa
sawit (Fauzi et al., 2008)
Hagi (2012), nya yang berjudul Analisis Daya Saing Ekspor Minyak Sawit
Indonesia dan Malaysia di Pasar Internasional. Dengan tujuan untuk menganalisis
dinamika daya saing ekspor kelapa sawit Indonesia dan Malaysia di Pasar
Internasional. Data yang digunakan dalam ini adalah time series 1995-2009. Hasil
dari nya yaitu daya saing minyak sawit Indonesia mengalami peningkatan di pasar
dunia, terutama di Asia dan Eropa.
Munadi (2007), nya yang berjudul Penurunan Pajak Ekspor dan
Dampaknya terhadap Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia ke India
(Pendekatan Error Correction Model). Hasil dari nya adalah dalam jangka
pendek, permintaan ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia ke India
menunjukkan tidak terdapat hubungan dalam jangka panjang yang diindikasikan
dengan pengaruh yang tidak nyata dari faktor Error Correction Model.
Permintaan ekspor kelapa sawit Indonesia ke India lebih banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yaitu harga minyak kedelai dan harga minyak kelapa sawit
16
dunia, indeks barang produksi (IPI), dan permintaan ekspor minyak kelapa sawit
Indonesia ke India tahun lalu.
1. Hubungan Produksi CPO Terhadap Ekspor CPO Indonesia
Menurut Komalasari dalam Maygirtasari & Yulianto (2015:2) menjelaskan
bahwa adanya pegaruh secara positif antara peningkatan produksi terhadap
penawaran ekspor. Saat produksi mengalami peningkatan maka ketersediaan CPO
juga akan meningkat dan penawaran CPO di dalam maupun luar negeri akan ikut
meningkat, sehingga menyebankan ekspor CPO Indonesia juga kan mengalami
kenaikan. (Setiawina, 2013 dalam Zuhri, 2016) mengungkapkan bahwa produksi
memiliki hubungan positif terhadap ekspor. Jika produksi mengalami peningkatan
maka kesediaan dalam negeri juga meningkat, sehingga penawaran baik dalam
negeri maupun di luar negeri juga meningkat. Maka dari itu produksi meningkat
sehingga volume ekspor juga meningkat.
2. Hubungan Harga CPO terhadap Ekspor CPO Indonesia
Terdapat pengaruh yang signifikan negatif terhadap harga CPO Indonesia.
Adanya pengaruh tersebut dapat dikatakan bahwa apabila harga CPO domestik
menunjukkan adanya peningkatan maka volume ekspor CPO Indonesia akan
mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan apabila terjadi peningkatan harga
CPO domestic, maka para pelaku pasar lebih mengintensifkan penawaran serta
penjualan CPO dalam negeri (Maygirtasari & Yulianto 2015). Dalam teori yang
dikemukakan Krugman & Maurice (2005), hubungan yang positif yang terjadi
pada harga komoditas dan penawaran, dengan semakin tingginya harga pasar akan
17
merangsang produsen untuk menawarkan komoditas nya lebih banyak begitu pula
sebaliknya, sehingga jika harga meningkat maka penawaran barang dan jasa juga
meningkat.
3. Hubungan Harga Internasional terhadap Ekspor CPO Indonesia
Menurut Wildayanti dalam Maygirtasari & Yulianto (2015:2), harga di
pasaran internasional adalah harga komoditi yang di hitung berdasarkan harga
ekspor dengan satuan US$/Ton. Harga tersebut memiliki patokan harga yang
ditetapkan untuk barang yang akan di ekspor.
4. Hubungan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Ekspor CPO Indonesia
Hubungan nilai tukar dengan ekspor dapat dijelaskan dengan konsep teori
penawaran, penawaran disini adalah ekspor dari negara yang melakukan
perdagangan luar negeri. Sedangkan harga yang dimaksud yaitu kurs. Dalam teori
penawaran jika harga naik, maka penawaran akan komoditas akan naik, tetapi
sebaliknya jika harga valuta asing rendah, maka barang yang ditawarkan juga
akan berkurang (Sukirno, 2000). Jadi hubungan nilai tukar dan ekspor adalah
positif (Suresmiathi, dkk, 2015).
Dalam sistem kurs mengembang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang
akan mengakibatkan perubahan terhadap ekspor maupun impor. Jika kurs
mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun terhadap mata
uang asing, maka volume ekspor akan meningkat. Dengan kata lain, apabila nilai
kurs dollar meningkat, maka volume ekspor akan meningkat (Sukirno, 2004).
18
Menurut (Simorangkir & Suseno, 2004) mengemukakan pendapatnya
bahwa nilai tukar memiliki hubungan erat dengan ekspor karena nilai tukar yang
menentukan harga atau nilai suatu barang yang akan di perdagangkan dengan
negara lain. Jika nilai tukar mengalami apresiasi maka ekspor komoditas akan
meningkat pula dan sebaliknya jika nilai tukar depresiasi tingkat ekspor akan
menurun.
2.4 Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Berikut ini akan dibahas terdahulu yang relevan dengan ini berdasarkan
mendekati ini :
Tabel 3. Penelitian Terdahulu yang Relevan
NO Nama Judul Metode Hasil
1 Supriani
Sidabalok
(2017)
tentang
faktor- faktor
yang
mempengaru
hi ekspor teh
Indonesia
Metode analisis :
Analisis regresi
linear dan model
yang digunakan
adalah model
fungsi produksi
Cobb Douglas.
Variabel nilai tukar, pendapatan
nasional Negara pengimpor, dan
harga kopi sebagai barang
18ubstitusi teh berpengaruh positif
dan signifikan terhadap jumlah
ekspor teh Indonesia ke-5 negara
pengimpor (Rusia, Pakistan,
Malaysia, Jerman, dan AS).
Sedangkan variabel harga ekspor teh
Indonesia berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap jumlah ekspor
teh Indonesia teh Indonesia ke-5
pengimpor teh terbesar.
19
2 Maygirtasari
& Yulianto
(2015)
Faktor-faktor
yang
Mempengaru
hi Volume
Ekspor Crude
Palm Oil
(CPO)
Indoenesia
Metode analisis :
Model analisis
linear berganda
dan metode yang
digunakan adalah
metode hubungan
sebab akibat atau
method of
explanatory
research.
Dalam uji F menunjukkan bahwa
prosduksi CPO domestik, harga CP
O domestik, harga CPO
internasional, dam nilai tukar rupaih
terhadap dollar AS secara bersama-
sama berpengaruh signifikan
terhadap volume ekspor Indonesia.
Secara umum, terdapat tiga variabel
yang memiliki pengaruh positif
terhadap volume ekspor CPO
indonesia yaitu CPO domestik,
harga CPO domestik, dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS,
sedangakan harga CPO internasional
berpengaruh secara negatif terhadap
volume ekspor CPO Indonesia.
3 Onike
Siburian
(2012)
faktor –
faktor yang
mempengaru
hi ekspor
karet alam
Indonesia ke
Singapura
Metode analisis :
Model
ekonometrika dan
metode analisis
yang digunakan
adalah koreksi
kesalahan (error
correction
model).
Dalam jangka pendek GDP
Singapura memiliki hubungan yang
positif terhadap ekspor karet alam
indonesia ke Singapura dan dalam
jangka panjang GDP memiliki
hubungan yang negatif. Harga karet
alam Indonesia memiliki hubungan
yang negatif terhadap ekspor karet
alam Indonesia ke Singapura baik
dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang. Produksi karet alam
Indonesia memiliki hubungan yang
positif terhadap ekspor karet alam
20
Indonesia ke Singapura baik dalam
jangka pendek maupun jangka
panjang.
4 Dewi
Anggraini
(2006)
faktor-faktor
yang
mempengaru
hi permintaan
ekspor kopi
Indonesia
dari Amerika
serikat
Metode analisis :
analisis regresi
linear klasik dan
dengan metode
OLS berdasarkan
data times series
tahun1994-2002
variabel harga kopi dunia, harga teh
dunia, jumlah penduduk dan variabel
konsumsi kopi Amerika Serikat satu
tahun sebelumnya berpengaruh
secara signifikan terhadap volume
ekspor kopi Indonesia dari Amerika
Serikat. Pendapatan perkapita
penduduk Amerika Serikat dan nilai
tukar mata uang dolar terhadap
rupiah berpengaruh tidak signifikan
terhadap volume ekspor kopi
Indonesia dari Amerika Serikat.
5 Indrawati
Sitepu &
Yenny Laura
Butarbutar
(2019)
Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaru
hi Ekspor
Crude Pal
Oil (CPO) Di
Provinsi
Sumatera
Utara
Metode analisis :
analisis regresi
linear berganda
dengan metode
dinamis
harga domestic bruto CPO, nilai
tukar rupiah terhadap dollar AS,
nilai tukar rupee terhadap dollar AS,
dan PDB India berpengaruh
signifikan terhadap volume ekspor
CPO di Provinsi Sumatera Utara.
Sedangkan harga dunia CPO tidak
berpengaruh signifikan terhadap
volume ekspor CPO di Provinsi
Sumatera Utara.
21
6 Elias
Jahotsen
Saeagih (
2002)
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaru
hi besarnya
permintaan
ekspor teh
hitam PT
Pagilaran
Yogyakarta
Metode analisis :
analisis regresi
linear klasik dan
metode yang
digunakan adalah
metode kuadrat
terkecil atau
method of
Ordinary Least
Square (OLS)
Variabel yang secara konsisten
berpengaruh terhadap permintaan
ekspor teh hitam itu sendiri, nilai
tukar mata uang negara pengimpor
terhad rupiah, jumlah penduduk
negara pengimpor dan produksi teh
hitam.
Sedangkan pendapatan per kapita
negara pengimpor dan harga kopi
tak menunjukkan pengaruh yang
nyata.
Variabel dummy yang bertujuan
untuk mengetahui perbedaan ekspor
langsung dan tidak langsung
menunjukkan koefisien regresi yang
negatif yang berarti tidak ada
pengaruh yang nyata antara ekspor
langsung maupun ekspor tidak
langsung terhadap peningkatan
ekspor teh hitam di PT Pagilaran.
7 Sulthan
(2014)
Analisis
Faktor –
Faktor Yang
Mempengaru
hi Ekspor
Cengkeh Di
Indonesia
Tahun 2001-
2011
Metode analisis :
analisis regresi
linear berganda
dan metode yang
digunakan adalah
metode kuadrat
terkecil atau OLS
Permintaan ekspor cengkeh
menunjukkan bahwa nilai tukar
nominal rupiah terhadap Dollar,
harga ekspor cengkeh Indonesia dan
GDP perkapita negara importir,
berpengaruh nyata dan signifikan
terhadap ekspor cengkeh Indonesia.
22
8 Liana
Veronika
(2008)
“Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaru
hi Permintaan
Ekspor Wood
Indonesia Di
Cina,
Singapura,
Dan Malaysia
Dalam
Skema
CinaASEAN
Free Trade
Area”.
Metode analisis :
analisis regresi
linear berganda
dan metode yang
digunakan adalah
metode kuadrat
terkecil atau
method of
Ordinary Least
Square (OLS)
Harga ekspor memiliki pengaruh
yang negatif terhadap permintaan
ekspor wood Indonesia di negara
Cina, Singapura dan Malaysia. Maka
sebaiknyapengusaha mengefisienkan
usahanya baik efisien waktu dan
biaya, Nilai tukar rupiah memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan
sehingga pemerintah wajib menjaga
nilai rupiah agar posisinya tetap
terjaga dan memiliki pengaruh
positif dan signifikan. Dummy
kesepakatan CAFTA memilki
hubungan yang positif di Singapura
tetapi tidak di Malaysia dan China,
maka sebaiknya perlu ada
peningkatan kualitas dan kuantitas
wood Indonesia
9 Deasy
Rakhmasari
(2008)
Analisis
Faktor –
Faktor yang
Mempengaru
hi Ekspor
Tekstil
Indonesia
Metode analisis :
analisis regresi
linear berganda
dan metode
analisis yang
digunakan adalah
koreksi kesalahan
(error correction
model).
Variabel harga tekstil China dan
variabel kurs rupiah terhadap US$
memiliki nilai yang positif tetapi
tidak signifikan, hal ini terjadi
karena tekstil China merupakan
barang substitusi dan bahan baku
tekstil Indonesia sebagian besar
masih dibeli dari luar negeri dengan
menggunakan uang Dollar.
Sedangkan volume ekspor, dan
harga tekstil Indonesia berpengaruh
23
signifikan terhadap ekspor Tekstil
Indonesia.
10 Fakhrus
RAdifan
(2014)
Faktor-
Faktor yang
Mempengaru
hi Ekspor
Crude Palm
Oil Indonesia
Dalam
Perdagangan
Internasional
Metode analisis :
ECM (Error
Correction
Model)
Estimasi ECM : Estimasi dengan
ECM dalam jangka pendek produksi
CPO berpengaruh tidak signifikan
sedangkan jangka panjang
berpengaruh signifikan. Kurs dollar
terhadap rupiah dalam jangka
pendek tidak berpengaruh signifikan
sedangkan dalam jangka panjang
berpengaruh signifikan. Harga
Minyak mentah , dalam jangka
panjang dan jangka pendek
berpengaruh secara signifikan.
2.5 Kerangka pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dari hasil
terdahulu ada beberapa variabel yang akan di masukkan dalam ini,
yaitu : produksi CPO Indonesia, harga CPO Indonesia, harga CPO
dunia, nilai tukar rupiah terhadap do llar AS. Perbedaan ini dengan
penulis sebelumnya adalah perbedaan komoditas CPO, variabel, dan
lokasi . Oleh sebab itu dapat disusun suatu kerangka pemikiran
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke
India sebagai berikut :
24
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
2.6 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah serta uraian dari
penulis terdahulu serta kerangka pemikiran maka dalam ini dapat ajukan
hipotesis :
1. Produksi CPO Indonesia berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia
ke India.
2. Harga CPO Indonesia berpengaruh negatif terhadap ekspor CPO Indonesia ke
India.
3. Harga CPO dunia berpengaruh negatif terhadap ekspor CPO ke Indonesia
India.
4. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpengaruh positif terhadap ekspor
CPO Indonesia ke India.
Produksi CPO Indonesia
Harga CPO Indonesia
Nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS
Harga CPO dunia
Ekspor CPO
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive) yang
dilaksanakan di Indonesia dalam kurun waktu dua bulan, mulai dari
bulan Mei – Juni 2020.
3.2 Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan dalam adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis yang dipublikasi
dengan berbentuk data t ime series atau runtutan waktu. Dalam ini
digunakan data tahun 1998-2018 yang di peroleh dari berbagai
sumber dan dikeluarkan oleh instansi terkait seperti Badan Pusat
Statistik (BPS), Direktorat Jendral Perkebunan, Food and
Agriculture Organization (FAO), Bank Indonesia (BI) serta sumber -
sumber lainnya yang terkait .
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini menggunakan
teknik studi li teratur. Studi li teratur yaitu dengan membaca berbagai
laporan dari instansi terkait yang di publikasi secara resmi ., seperti
Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jendral Perkebunan, Food
and Agriculture Organization (FAO), Bank Indonesia (BI) serta
sumber-sumber lainnya yang terkait .
25
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan penulis adalah analisis regresi linear
sederhana dan regresi linear berganda dan metode yang digunakan adalah
metode kuadrat terkecil atau method of Ordinary Least Square (OLS). Sedangkan
operasional pengelolaan data dilakukan dengan software Eviews.
Metode OLS memiliki keunggulan yakni secara teknis sangat mudah dalam
penarikan interpretasi dan perhitungan serta penaksiran BLUE (Best Unbiased
Estimator ) dan pengujian model Ordinary Least Square (OLS), dilakukan uji
asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan
multikolinierita.
Hubungan masing-masing variabel dalam penlitian ini adalah :
EXP = f (PROD, HGI, HGD, KURS)
Dimana,
EXP = Ekspor CPO Indonesia ke India
PROD = Produksi CPO Indonesia
HGD = Harga CPO Dunia
KURS = Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
3.4.1 Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi l inear sederhana adalah model yang
menyatakan hubungan linear antara dua variabel dimana salah satu
variabel dianggap mempengaruhi variabel yang lain. Adapun
persamaannya sebagai berikut :
26
Y = a + bx
Dimana,
Y: Ekspor CPO Indonesia ke India (ton)
a : Konstanta
b : Koefisien
X : Waktu (tahun)
3.4.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda adalah analisis yang digunakan
untuk menguji hubungan antara model ekspor dengan beberapa
variabel yang mempengaruhinya. Adapun persamaannya sebagai
berikut :
LNEXP = β0 + β1 LNPROD + β2 LNHGI + β3 LNHGD +
β4LNKURS + e
EXP = Ekspor CPO Indonesia ke India (ton)
PROD = Produksi CPO Indonesia (ton)
HGI = Harga CPO Indonesia (usd/ton)
HGD = Harga CPO Dunia (usd/ton)
KURS = Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (usd/rupiah)
β0 = intercept atau perpotongan
e = variabel pengganggu
β0 , β1 , β2 , β3 , β4 = parameter
selanjutnya model diatas di estimasi dipilih model yang
kemudian dilakukan pengujian sebagai berikut :
27
3.4.3 Uji Asumsi Klasik
Pengujian dilakukan dengan uji asumsi klasik antara lain :
1. Uji Autokorelasi
Auto korelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu (seperti deret waktu). Untuk mengetahui uji korelasi
digunakan uji Durbin Watson (DW). Adanya auto korelasi dapat diketahui dengan
menggunakan uji Durbin-Waston.
Menurut Gujarati dalam Dewi Anggraini (2006) uji Durbin-Watson dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
i. Regresi model lengkap untuk mendapat nilai residual.
ii. Hitung d (Durbing-Watson) dengan rumus :
iii. Hasil rumus tersebut (nilai d) kemudian dibandingkan dengan nilai d tabel
Durbin-Watson. Di dalam tabel itu dimuat 2 nilai yaitu nilai batas atas (du)
dan nilai batas bawah (dl) untuk berbagai nilai n dan k. Untuk autokorelasi
positif (0 < p < 1). Hipotesa nol (Ho) diterima, jika d > du, sebaliknya Ho
ditolak jika d < dl. Untuk autokorelasi negatif. Hipotesa nol (Ho) diterima
jika (4-d) > du, sebaliknya ditolak jika (4-d) < dl.
2. Uji Heteroskedastisitas
Dalam regresi linier berganda salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar
taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased,
28
dan Estimator) adalah var (ui) = σ2 mempunyai variasi yang sama. Pada kasus
lain dimana variasi ui tidak konstan, melainkan variable berubah-ubah. Untuk
mendeteksi heterokedastisitas dapat dilakukan pengujian antara lain dengan
metode Uji Glejser.
Uji Heterokedastisitas dilakukan dengan uji Glejser (Imam Gozali, 2001)
mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variable bebas,
dengan persamaan regresi sebagai berikut :
Ut = α + β Xt + vi. ………………….
Jika β ternyata signifikan (penting) secara statistik, maka data terdapat
Heterokedastisitas, apabila ternyata tidak signifikan, bisa menerima asumsi
homokedastisitas.
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah sebuah situasi yang menunjukkan adanya korelasi
atau hubungan kuat antara dua variabel bebas atau lebih dalam sebuah model
regresi berganda. Model regresi yang dimaksud dalam hal ini antara lain: regresi
linear, regresi logistik, regresi data panel dan cox regression.
Masalah Mulitikolinearitas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna
atau pasti diantara beberapa variabel atau semua variabel independen dengan
model. Pada kasus multikolinearitas yang serius, koefisien regresi tidak lagi
menunjukkan pengaruh murni dari variabel independen dalam model (Dewi
Anggraini, 2006). Untuk mendeteksi mulitikolinearitas digunakan uji variabel
variabel bebas dengan pengukuran terhadap varian inflation faktor (VIF) apabila
29
nilai VIF berada di bawa 10 dikatakan bahwa persamaan tidak mengandung
mulitikolinearitas (Gujarati, 2003)
3.4.4 Uji Statistik
Untuk mendapatkan nilai baku koefisien yang proporsional maka setiap
variabel akan diuji menggunakan pengujian statistic sebagai berikut :
1. Koefisien Determinasi R2 (R Square)
Pengukuran kecocokan model dilakukan dengan memperhatikan besarnya
koefisien determinasi (R2). Model dianggap baik atau cocok apabila harga R2
mendekati 1, R2 sekaligus menunjukkan besar pengaruh semua variabel
independen terhadap variable dependen. Nilai R2 akan meningkat dengan
bertambahnya jumlah variable bebas, derajat bebas akan semakin kecil, karena itu
dipergunakan R2 Adjusted yang sudah mempertimbangkan derajat bebas,
disamping itu dapat pula diketahui koefisien determinasi parsial (r2) yang
menunjukkan seberapa besar kemampuan masingmasing variable bebas
mempengaruhi variable tergantung (Dewi Anggraini, 2006)
Rumus menghitung koefisien determinasi adalah :
R2 = (TSS – SSE) / TSS = SSR/TSS
Dimana :
TSS = Total Sum of Square
SSE = Sum of Square Error
SSR = Sum of Square due to Regression
Nilai R2 = 0 < R2 < 1, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah :
30
1. Jika nilai R2 mendekati angka nol berarti kemampuan variabel-variabel
bebas dalam menjelaskan variable tergantung amat terbatas.
2. Jika nilai R2 mendekati angka satu berarti variabel-variabel bebas
hamper semua informasi dibutuhkan untuk memprediksi variabel
tergantung.
2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel Independen
bersama – sama berpengaruh terhadap variabel dependen dilakukan dengan uji F
sebagai berikut :
a. Jika nilai probabilitas F statistik < 0,05 maka seluruh variabel x memiliki
pengaruh signifikan terhadap y.
b. Jika nilai probabilitas F statistik > 0,05 maka seluruh variabel x tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap y.
3. Uji t
Untuk melihat ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen
dilakukan dengan uji t sebagai berikut :
c. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka variabel x memiliki pengaruh signifikan
terhadap y
d. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka variabel x memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap y
31
3.4.5 Elastisitas
Konsep elastisitas digunakan untuk mengetahui perubahan dari suatu
variabel yang berpengaruh pada variabel lain. dapat dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut :
Dalam elastisitas ekspor digunakan untuk melihat seberapa besar
perubahan ekspor CPO Indonesia ke India akibat perubahan suatu satuan variabel
independenya, yaitu produksi CPO Indonesia, Harga CPO Indonesia, Harga CPO
dunia, Dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
3.5 Definisi Operasional
Masing-masing dari variabel dan cara pengukuran nya perlu di perjelas
untuk mendapatkan kesamaan pemahaman persepsi terhadap konsep-konsep
dalam ini, sebagai berikut :
1. CPO (Crude Palm Oil) adalah minyak nabati yang diperoleh dari hasil
ekstraksi atau proses pengempaan daging buah kelapa sawit.
2. Ekspor CPO Indonesia ke India adalah kuantitas ekspor CPO ke India yang
dilakukan tiap tahun dan dinyatakan dalam ribuan ton.
3. Produksi CPO Indonesia dalam ini adalah jumlah produksi CPO Indonesia
setiap tahun yang dinyatakan dalam ribuan ton.
4. Harga CPO Indonesia adalah harga rata - rata CPO Indonesia di nyatakan
dalam satuan rupiah.
32
5. Harga CPO dunia adalah harga rata-rata CPO Indonesia dunia yang
dinyatakan dalam satuan cents Amerika/Ib.
6. Kurs adalah nilai tukar tukar mata uang suatu Negara dinilai dari mata uang
negara lain. Dalam ini yang dimaksud dengan kurs dollar Amerika Serikat
terhadap rupiah Indonesia dinyatakan dalam satuan rupiah per dollar AS.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis Indonesia
Letak geografis indonesia terletak antara 6°08’ Lintang Utara dan 11°15’
Lintang Selatan dan antara 94°45’ - 141°05’ Bujur timur dan di lalui oleh garis
khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 0°.
Menurut geografis nya, Indonesia terletak diantara dua benua yakni benua
Asia dan Benua Australia. Letak geografis indonesia sekaligus berada diantara
dua samudera yakni samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Hal ini menjadikan
letak posisi geografis indonesia unik dan strategis.
Berdasarkan posisi geografis nya, Negara Indonesia memiliki batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Utara : Negara Malaysia, Singapura, Filipina, dan Laut China Selatan.
Selatan : Negara Australia dan Samudera Hindia.
Barat : Samudera Hindia.
Timur : Negara Papua Nugini, Timor Leste dan Samudera Pasifik.
4.2 Keadaan Demografis Indonesia
Indonesia saat ini adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke
empat, setelah China, India, dan Amerika. Berdasarkan sensus tahun 2019 ,
jumlah penduduk Indonesia sebanyak 271.065.700 juta jiwa Indonesia saat ini
sedang menikmati masa bonus demografis dimana jumlah penduduk usia
produktif dari usia tidak produktif yakni lebih dari 68% dari total populasi. Salah
34
daerah terpadat Indonesia adalah pulau jawa dengan total penduduk mencapai
150,4 juta jiwa. Jumlah tersebut setara dengan separuh penduduk Indonesia.
Tabel 4. Penduduk Indonesia menurut pulau tahun 2019
No. Pulau Jumlah Penduduk
1 Jawa 152.449.900
2 Sumatera 59.337.100
3 Kalimantan 16.769.000
4 Sulawesi 19.934.000
5 Bali dan Kep. Nusa Tenggara 15.047.800
6 Pulau Papua 4.417.200
7 Kep. Maluku 3.110.700
TOTAL 271.065.700
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019
Dari tabel menunjukkan bahwa daerah dengan jumlah penduduk terbanyak
berada pada pulau jawa sebanyak 152.449.900 jiwa. Pulau Maluku merupakan
pulau dengan penduduk paling sedikit yakni sebanyak 3.110.700.
Tabel 5. Penduduk Indonesia Menurut jenis kelamin dan kelompok umur
tahun 2020
No. Umur Persentase Gabungan
Total Populasi (%) Pria (Jiwa) Wanita (Jiwa)
1 0-14 24,8% 32.474.500 33.591.600
2 15-64 68,7% 92.046.700 93.293.000
3 65 tahun
ke atas 6,51% 9.45200 8.452400
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019
35
Dari tabel menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berdasarkan umur
paling banyak berumur 15-64 tahun dengan persentase populasinya 68,7%.
Populasi kedua dengan persentase 24,8% yaitu penduduk berusia 0-4 tahun.
Selanjutnya populasi paling sedikit penduduk berumur 65 tahun ke atas dengan
persentase 6,51%.
4.3 Kondisi Pertanian Kelapa sawit Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya alam yang luar
biasa. Hal ini dibuktikan dengan tingginya keanekaragaman hayati yang dimiliki,
baik dilihat dari sektor pertanian, perikanan, maupun peternakan. Indonesia juga
dikenal sebagai negara agraris dan maritim, karena kekayaan sumber daya
alamnya. Selain itu, kondisi geografis yang strategis dan beriklim tropis
menjadikan kualitas potensi alam yang lebih unggul dibandingkan dengan negara
lain.
Pertanian di Indonesia dapat dikatakan sebagai roda penggerak perekonomian
Nasional. Selain menghasilkan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, pertanian juga sedang menjadi prioritas untuk ditingkatkan
produktivitasnya. Saat ini sektor pertanian Indonesia dari sisi produksi industri
pengolahan. Posisi sektor pertanian masih diatas sektor lainnya, seperti
perdagangan maupun konstruksi. Pada triwulan II 2017 sektor pertanian terus
memberi kontribusi positif untuk perekonomian Indonesia.
Sampai saat ini Indonesia masih berusaha dalam meningkatkan produktivitas
sektor pertaniannya, terutama tanaman perkebunan. Salah hasil perkebunan yang
memberikan kontribusi nyata untuk indonesia adalah komoditas kelapa sawit.
36
Kelapa sawit merupakan salah komoditas andalan Indonesia dengan
penyumbang devisa terbesar bagi perekonomian Indonesia. Meningkatnya
kebutuhan minyak nabati domestik serta banyaknya permintaan minyak kelapa
sawit dunia telah memicu pesatnya pertumbuhan luas kelapa sawit di Indonesia.
Pada tahun 1980, luas lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia hanya sekitar 295
ribu hektar, tapi dari tahun ke tahun perkembangan luas areal kelapa sawit
indonesia terus mengalami peningkatan.
Menurut data direktorat jenderal perkebunan kementerian pertanian, pada
tahun 2019 luas lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia diperkirakan telah
mencapai 14,68 juta hektar. Produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil di
tahun 2018 sebesar 40,57 juta ton. Jumlah produksi tersebut berasal dari
perkebunan sawit rakyat sebesar 35% , perkebunan besar negara sebesar 5% dan
perkebunan swasta sebesar 60%. Sebanyak 70 % produksi CPO dialokasikan
untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan sisanya sebesar 30% untuk konsumsi
dalam negeri. Nilai sumbangan devisa CPO Indonesia sepanjang tahun 2018
mencapai US$ 20,54 miliar atau setara Rp 289 triliun.
Selain sebagai penyumbang devisa negara, industri kelapa sawit juga telah
menyediakan lapangan pekerjaan yang besar dan mengentaskan kemiskinan di
pedesaan. Keseluruhan jumlah kebun kelapa sawit telah mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 4,2 juta orang untuk sawit rakyat. Selain itu sawit juga menjadi
sumber penghidupan bagi 1,5 juta keluarga petani kecil.
Ada banyak permasalahan saat ini yang dihadapi komoditas kelapa sawit
utamanya status penguasaan lahan kebun. Diperkirakan 1,7 juta ha lahan sawit
37
rakyat saat ini belum berstatus clear and clear, baik dari status
hukum penguasaan maupun peruntukan lahannya. Ada kurang lebih
13,5% atau 1,5 juta ha lahan sawit saat ini berada di lokasi lahan
gambut.
Pertanian Indonesia saat ini bisa dikatakan terus mengalami
perkembangan. Dengan potensi yang dimiliki dan upaya serta
strategi yang terus dibangun oleh pemerintah, pertanian Indonesia
akan maju. Namun, tentunya dengan saling bekerjasamanya secara
kontinyu semua aspek yang berhubungan, mulai dari petani sampai
dengan pembuat kebijakan itu sendiri . Selain i tu, dengan melihat
prestasi sektor pertanian tahun ini menunjukkan pe rkembangan
pertanian yang maju. Usaha untuk memajukan pertanian kelapa
sawit Indonesia terus dilakukan untuk m enghadapi permasalahan
yang menghambat. Selain i tu, pemerintah juga telah mengeluarkan
kebijakan yang dibutuhkan untuk mengatasi tantangan yang ada
seperti peningkatan produktivitas kelapa sawit dengan program
replanting, penyediaan bibit bersertifikat, peningkatan akses
finansial melalui program sertifikasi lahan rakyat, peningkatan nilai
tambah melalui hil irsasi , stabilisasi harga melalui peningkatan
pasar domestik dan pasar kawasan, diplomasi dan kerj asama
investasi dan perdagangan, perbaikan infrastruk tur dan fasil itas
perdagangan, data dan informasi serta penguatan organisasi petan
dan pelaku usaha.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menganalisis hasil faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor
komoditas CPO indonesia ke India. Untuk mengetahui Trend dan pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan linear sederhana dan linear
berganda dengan metode yang digunakan kuadran terkecil atau method of
ordinary least Square (OLS).
5.1 Trend Ekspor CPO Indonesia ke India
Berdasarkan hasil analisis trend diperoleh persamaan garis trend ekspor
CPO Indonesia ke India selama kurun waktu 20 tahun terakhir (1998-2018)
cenderung berfluktuasi. Berikut ini gambar analisis trend nilai ekspor CPO
Indonesia ke India .
Gambar 2. Trend Ekspor CPO Indonesia ke India Tahun 1998 - 2018
Dari hasil olah data pada gambar 2 dapat diperoleh hasil analisis trend
perkembangan ekspor CPO Indonesia ke India. Persamaan analisis trend yang
y = 201,09x - 400233 R² = 0,6208
0,0
1.000,0
2.000,0
3.000,0
4.000,0
5.000,0
6.000,0
7.000,0
eksp
or
CP
O (
ton
)
39
terbentuk adalah y = 201,09x - 400233 dan R² = 0,6208. Maka trend ekspor CPO
Indonesia ke India dalam kurun waktu 20 tahun terakhir mengalami kenaikan
sebesar 201,09 ton per tahun.
Perkembangan ekspor CPO Indonesia ke India pada tahun 1998 – 2004
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1998 volume ekspor CPO sebesar
1.334,50 ton dan pada tahun 1999 mengalami peningkatan sebesar 1.547,80. Pada
tahun 2000 volume ekspor CPO mencapai 1.639,10 ton dan pada tahun 2001
mengalami penurunan sebesar 1.519,80 ton. Pada tahun 2002 volume ekspor CPO
mengalami peningkatan sebesar 1.766,60 dan pada tahun 2003 volumes ekspor
CPO mengalami peningkatan yang cukup besar yakni sebesar 2.274,30 ton, tahun
2004 meningkat sebesar 2.761,60.
Pada tahun 2005 volume ekspor mengalami penurunan sebesar 2.558,30,
ton tahun 2006 sebesar 2.482,00 ton. Pada tahun 2007 ekspor CPO mengalami
peningkatan yang cukup besar yakni 3.305,70 ton dan pada tahun 2008 ekspor
CPO kembali mengalami peningkatan sebesar 4.789,70. Pada tahun 2009 ekspor
CPO mengalami peningkatan sebesar 5.496,30 ton. Pada tahun 2010 kembali
mengalami penurunan sebesar 5.290,90 dan tahun 2011 kembali mengalami
penurunan sebesar 4.980,00 ton. Pada tahun 2012 ekspor CPO kembali
mengalami peningkatan sebesar 5.253,80 ton dan tahun 2013 mengalami
peningkatan sebesar 5.634,10 ton. Pada tahun 2014 ekspor CPO mengalami
penurunan sebesar 4.867,80 ton.
Pada tahun 2015 ekspor CPO kembali mengalami peningkatan sebesar
5.737,70 ton dan pada tahun 2016 mengalami penurunan yang cukup drastis yakni
40
y = 1683,7x - 3E+06 R² = 0,9691
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
Pro
du
ksi (
ton
) sebesar 2.948,90 dikarenakan permintaan pasar global yang melemah hampir di
semua negara tujuan ekspor dan penggunaan CPO untuk program mandatory
untuk bahan bakar nabati (B-20). Pada tahun 2017 ekspor CPO kembali
mengalami peningkatan sebesar 4.627,60 ton dan tahun 2018 mengalami
penurunan sebesar 4.011,70 ton ini sebabkan karena kebijakan
pemerintah India yang menaikkan bea masuk impor CPO.
5.2 Hasil Estimasi Faktor – faktor yang mempengaruhi Komoditas CPO
Indonesia ke India
5.2.1 Deskripsi variabel – variabel yang mempengaruhi ekspor CPO
Indonesia ke India
5.2.1.1 Produksi CPO
Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan garis trend faktor produksi
CPO Indonesia selama kurun waktu 20 tahun terakhir (1998-2018) cenderung
mengalami peningkatan. Berikut ini gambar analisis trend produksi CPO
Indonesia.
Gambar 3. Trend Faktor produksi CPO Indoesia Tahun 1998-2018
41
y = 5,1207x - 10224 R² = 0,8546
0
20
40
60
80
100
120
har
ga C
PO
Ind
on
esia
(U
SD/T
ON
) Dari hasil olah data pada gambar 3 dapat diperoleh hasil analisis trend
perkembangan produksi CPO Indonesia. Persamaan analisis trend yang terbentuk
adalah y = 1683,7x - 3E+06 dan R² = 0,9691. Maka perkembangan produksi CPO
Indonesia pada 20 tahun terakhir terjadi kenaikan sebesar 1683,73 ton per tahun.
Perkembangan produksi CPO Indonesia pada tahun 1998 – 2007 relatif
stabil dan mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 produksi CPO mengalami
penurunan sebesar 1,24 % hal ini disebabkan karena imbas kebijakan kenaikan
pungutan ekspor yang di tetapkan oleh pemerintah. Kemudian Pada tahun 2009 –
2018 produksi CPO kembali stabil dan mengalami peningkatan.
5.2.1.2 Harga CPO Indonesia
Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan garis trend CPO Indonesia
selama kurun waktu 20 tahun terakhir (1998-2018) cenderung berfluktuasi.
Berikut ini gambar analisis trend pengaruh faktor produksi terhadap ekspor CPO
indonesia ke India.
Gambar 4. Trend Harga CPO Indonesia Tahun 1998 – 2018
42
Dari hasil olah data pada gambar 4 dapat diperoleh hasil analisis trend
perkembangan harga CPO Indonesia. Persamaan analisis trend yang terbentuk
adalah y = 5,1207x - 10224 dan R² = 0,8546. Maka perkembangan harga CPO
Indonesia pada 20 tahun terakhir terjadi kenaikan sebesar 5,1207 usd/ton per
tahun.
Perkembangan harga CPO Indonesia pada tahun 1998 – 2000 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2001 harga CPO mengalami penurunan sebesar 12,14
usd/ton. Pada tahun 2002 - 2004 harga CPO Indonesia kembali mengalami
peningkatan dan tahun 2005 harga CPO Indonesia mengalami sedikit penurunan
sebesar 39,69 usd/ton. Pada tahun 2006 – 2010 harga CPO Indonesia stabil dan
mengalami peningkatan, tahun 2011 harga CPO Indonesia mengalami penurunan
sebesar 84,3 usd/ton hal disebabkan karena rendahnya permintaan dari negara
tujuan ekspor di China, Eropa, Amerika. Pada tahun 2012-2017 harga CPO
Indonesia kembali mengalami pertumbuhan yang cukup stabil dan meningkat.
Pada tahun 2017-2018 harga CPO Indonesia mengalami penurunan yang
disebabkan karena tingginya bea masuk yang ditetapkan negara importir dan
pelemahan rupiah yang terus terjadi.
5.2.1.3 Harga CPO Dunia
Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan garis trend
pengaruh faktor harga CPO dunia terhadap ekspor CPO Indonesia ke
India selama kurun waktu 20 tahun terakhir (1998 -2018) cenderung
berfluktuasi . Berikut ini gambar analisis trend harga CPO dunia.
43
Gambar 5. Trend Harga CPO Dunia Tahun 1998 - 2018
Dari hasil olah data pada gambar 5 dapat diperoleh hasil
analisis trend perkembangan harga CPO dunia. Persamaan analisis
trend yang terbentuk adalah y = 255,03x – 504966 dan R² = 0,3303.
Maka perkembangan harga CPO dunia pada 20 tahun terakhir terjadi
kenaikan sebesar 255,03 usd/ton per tahun.
Perkembangan harga CPO dunia pada tahun 1998 sebesar
7210,16 usd/ton dan pada tahun 1999-2001 harga CPO duna
mengalami penurunan sebesar 4527,32 usd/ton , 3133,72 usd/ton dan
2860,78 usd/ton. Pada tahun 2002 - 2004 harga CPO dunia
mengalami peningkatan sebesar 4280,93 usd/ton, 4924,48 usd/ton,
5216,67 usd/ton dan tahun 2005 harga CPO dunia mengalami
penurunan sebesar 4412,22 usd/ton.
Pada tahun 2006 – 2008 harga CPO dunia mengalami
peningkatan sebesar 5001,92 usd/ton , 8629,78 usd/ton, 10357,34
usd/ton dan tahun 2009 harga cpo dunia mengalami penurunan
y = 255,03x - 504966 R² = 0,3303
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Har
ga C
PO
Du
nia
(U
SD/T
ON
)
44
sebesar 7728,07 usd/ton. Selanjutnya pada tahun 2010-2011 harga
CPO dunia kembali mengalami peningkatan sebesar 10319,3
usd/ton, 12918,03 usd/ton, dan tahun 2012-2015 mengalami
penurunan sebesar 11278,01 usd/ton, 9170,35 usd/ton, 8872,9
usd/ton, 6781,16 usd/ton . Pada tahun 2016 harga CPO naik menjadi
7678,16 usd/ton dan tahun 2017 terjadi kenaikan sebesar 7773,61
usd/ton. Pada tahun 2018 harga CPO du nia kembali mengalami
penurunan sebesar 6718,31.
Terjadinya harga CPO dunia yang berfluktuasi disebabkan
permintaan dan kekurangan persediaan CPO domestik akibat ekspor
yang berlebihan. (Purwadi, dkk, 2018) juga menjelaskan bahwa
faktor yang penyebab minyak kelapa sawit dunia mengalami
fluktuasi karena adanya pengaruh minyak nabati lain seperti minyak
kedelai dan minyak mentah. Adanya kebijakan ekspor yang di
terapkan oleh pemerintah negara eksportir serta adanya perubahan
dalam kebijakan pajak dan pungutan eskpor.
5.2.1.4 Trend Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS
Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan garis trend
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS selama kurun waktu 20 tahun
terakhir (1998-2018) cenderung mengalami peningkatan. Berikut ini
gambar analisis trend nilai tukar rupiah terhadap dollar AS .
45
Gambar 6. Trend Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS
Tahun 1998 - 2018
Dari hasil olah data pada gambar 6 dapat diperoleh hasil
analisis trend perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Persamaan analisis trend yang terbentuk adalah y = 185,93x -
362774 dan R² = 0,2741. Maka perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS pada 20 tahun terakhir terjadi kenaikan sebesar
185,93 rupiah per tahun.
Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar as pada tahun
1998 sebesar 14.800 rupiah damn pada tahun 1999 nilai tukar rupiah
turun menjadi 6.500 rupiah. Pada tahun 2000 mengalami
peningkatan sebesar 9.725 rupiah dan pada tahun 2001 sebesar
10.265 rupiah. Kemudian pada tahun 2002 nilai tukar rupiah
terhadap dollar as mengalami penurunan sebesar 9.260 rupiah.
Selanjutnya pada tahun 2003 – 2012 nilai tukar rupiah te rhadap
dolar as cenderung s tabil dan mengalami peningkatan . pada tahun
y = 185,93x - 362774 R² = 0,2741
0,00
2.000,00
4.000,00
6.000,00
8.000,00
10.000,00
12.000,00
14.000,00
16.000,00
KU
RS
(USD
)
46
2013 nilai tukar rupiah terhadap dollar kemb ali mengalami
peningkatan sebesar 12.250 rupiah sampai dengan di tahun 2018
yakni sebesar 13.863 rupiah. Penyebab nilai tukar rupiah terhadap
dollar as berfluktuasi karena faktor jumlah uang yang beredar , suku
bunga, inflasi , GDP, serta krisis ekonomi (Ginola,TS, 2017) .
Tabel 6. Estimasi faktor –faktor yang mempengaruhi ekspor CPO
Indonesia ke India
Variabel Bebas Koefisien t statistik P
LNPROD
LNHGI
LNHGD
LNKURS
0,142532ns
0,373803***
0,266872**
-0,201923ns
1,060553
2,948419
2,622586
-0,996150
0,3046
0.0094
0,0185
0,3340
R Square = 0,888656 ***) : signifikan (α = 1%)
R Square Adjusted = 0,860820 **) : signifikan (α = 5%)
= 31.92463 *) : signifikan (α = 10%)
ns) : non signifikan
Sumber : Data sekunder setelah diolah, 2020
Dari hasil Tabel 6 menunjukkan bahwa variasi -variasi
variabel faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas CPO
Indonesia ke India dapat di jelaskan oleh variabel produksi CPO
Indonesia, harga CPO Indonesia, Harga CPO dunia, dan nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS sebesar 88% sedangkan sisanya sebesar
12% dijelaskan oleh faktor lain di luar model .
47
Hasil perhitungan koefisien regresi diperoleh persamaan model regresi
yaitu :
LNEXP = 4.77961369056 + 0.142531784509*LNPROD + 0.373803031631*
LNHGI + 0.266871561511*LNHGD + 0.201922958854*LNKURS
5.2.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi yang terjadi antar
observasi dalam satu variabel (Nachrowi djalal & Hardius Usman, 2006). Untuk
mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi dalam perhitungan regresi dalam
penelitian ini maka di gunakan Durbin-Watson Test (DW-Test). Dari hasil
pengolahan data di diperoleh nilai Durbin-Watson Test sebesar 2,211.
Dengan menggunakan tabel statistik d dan derajat kepercayaan 95%
observasi 20, serta jumlah variabel bebas sebanyak 4 maka diperoleh hasil dI =
0,894 dan du = 1,828. Sedangkan untuk nilai 4-dI = 3,105 dan 4-du = 2,171.
Dengan menggunakan uji statistik Durbin Watson maka patokan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
d < dl = menolak Ho, artinya ada autokorelasi positif
d > 4-dI = menolak Ho, artinya ada autokorelasi negatif
du < d < 4-du = tidak menolak Ho, artinya tidak ada autokorelasi
dI < d < du atau 4-du < d < 4-dI = tidak menghasilkan kesimpulan yang
pasti
48
hasil yang diperoleh adalah nilai DW observasi terletak pada daerah 4-du< d
< 4-dI, tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
2. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians da ri satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Untuk mengujinya adalah apabila nilai
Obs*R-squared > α = 0,05 maka dapat di simpulkan tidak terdapat
gejala heterokedastisitas, sebaliknya jika nilai Obs*R-squared <
0,05, maka kesimpulannya adalah terdapat geja la heterokedastisitas.
Tabel 7. Hasil Regresi uji Heterokedastisitas
F-statistic 0.937573 Prob. F(4,16) 0.4673
Obs*R-squared 3.987595 Prob. Chi-Square(4) 0.4077
Scaled explained
SS 3.870217 Prob. Chi-Square(4) 0.4239
Sumber : Data sekunder setelah diolah, 2020
Dependent Resid^2
Berdasarkan pengolahan data hasil yang diperoleh terlihat
bahwa nilai Obs*R-squared 0,40 > 0,05 Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam penelit ian ini t idak terdapat
heterokedastisitas.
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat didefinisikan sebagai uji yang
dilakukan untuk memastikan apakah di dalam model regresi terjadi
49
hubungan linear atau hubungan yang kuat antara satu variabel bebas
dengan variabel bebas lainnya. Untuk mengujinya adalah melihat
nilai nilai VIF, nilai VIF lebih kecil dari < 10,00 maka artinya tidak
terjadi multikolinearitas .
Tabel 8. Hasil Regresi uji Multikolinearitas
Variabel Coefficient Uncentered Centered
Variance VIF VIF
LNPROD 0.233092 2.483230 1.030186
LNHGI 0.038003 1.685015 1.396185
LNHGD 0.023579 1.050471 1.050275
LNKURS 0.039486 1.247040 1.246800
C 0.004294 2.904730 NA
Sumber : Data sekunder setelah diolah, 2020
hasil pengolahan data diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, dapat di
simpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel dalam model
regresi.
5.2.3 Uji Statistik
1. Uji Koefisien Determinasi R2 (R Square)
Hasil pengolahan data menunjukkan nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,888 artinya 88,8% variabel volume ekspor CPO
Indonesia ke India dapat dijelaskan oleh variabel produksi CPO
50
Indonesia, harga CPO Indonesia, harga CPO dunia, dan nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS. Sedangkan 11,2 variasi sisanya
dijelaskan oleh variabel lain di luar model regresi.
2. Uji F
Hasil olah data di dapatkan nilai F hitung 31,92 dan Prob. Sig
0,000 dan berpengaruh nyata terhadap tingkat kepercayaan sebesar
99%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel produksi CPO Indonesia,
harga CPO Indonesia, harga CPO dunia, dan nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS secara bersama -sama berpengaruh terhadap
ekspor CPO Indonesia ke India.
3. Uji t
Hasil pengolahan data menunjukkan besarnya nilai probabili tas
pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen sebagai
berikut :
1. Variabel produksi CPO
Variabel produksi CPO memiliki angka probabili tas 0,3046 >
0,05 yang artinya variabel produksi CPO dalam mempengaruhi
ekspor CPO Indonesia ke India secara t idak signifikan. Koefisien
produksi CPO Indonesia sebesar 0,142532, nilai koefisien variabel
tersebut menunjukkan korelasi positif dan tidak berpengaruh nyata
terhadap ekspor CPO Indonesia ke India , artinya bahwa secara
51
kuantitatif apabila produksi CPO Indonesia naik 1% maka ekspor
CPO Indonesia ke India meningkat sebesar 0,142532%. Hasil
penelit ian ini konsisten dengan penelit ian yang dilakukan Fakhrus
Radifan (2014) , hasil estimasi dengan analisis error Correction
Model menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel produksi
CPO memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap
volume ekspor Crude Palm Oil Indonesia .
2. Variabel Harga CPO Indonesia
Variabel harga CPO Indonesia memiliki angka probabili tas
0,0094 < 0,05 yang artinya variabel harga CPO Indonesia
mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke India secara signifikan.
koefisien harga CPO Indonesia sebesar 0,373803, nilai koefisien
variabel tersebut menunjukkan korelasi positif dan berpengaruh
nyata pada tingkat kepercayaan 99% (0,0094 > 0,05) terhadap
ekspor CPO Indonesia ke India, artinya bahwa secara kuantitatif
apabila harga CPO Indonesia naik 1% maka ekspor CPO Indonesia
ke India meningkat sebesar 0,373803%. Hasil penelit ian ini
konsisten yang dilakukan oleh Maygirtasary & Yulianto (2015) ,
hasil estimasi dengan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa
variabel harga domestik berpengaruh signifikan terhadap volume
ekspor CPO.
52
3. Variabel Harga CPO Dunia
Variabel harga CPO dunia memiliki angka probabili tas 0,0185
< 0,05 yang artinya variabel harga CPO dunia mempengaruhi ekspor
CPO Indonesia ke India secara signifikan. koefisien harga CPO
dunia sebesar 0,266872, nilai koefisien variabel tersebut
menunjukkan korelasi positif dan berpengaruh nyata pada tingkat
kepercayaan 95% (0,185 > 0,05) terhadap ekspor CPO Indonesia ke
India, artinya bahwa secara kuantitatif apabila harga CPO duni a
naik 1% maka ekspor CPO Indonesia ke India meningkat sebesar
0,266872%. Hasil penelitian ini konsisten degan penelit ian Dewi
Angraini (2006), hasil estimasi dengan analisis regresi l inear klasik
metode kuadran terkecil (OLS) menunjukkan bahwa variabel harga
dunia berpengaruh secara konsisten terhadap ekspor kopi Indonesia
dari Amerika Serikat.
4. Variabel Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar
Variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar memiliki angka
probabilitas 0,3340 > 0,05 yang artinya variabel nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke India
secara t idak signifikan. Koefisien nilai tukar rupiah terhadap dollar
as sebesar -0,201923. Nilai koefisien variabel tersebut menunjukkan
korelasi positif dan tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor CPO
Indonesia ke India, artinya bahwa secara kuantitatif apabila nilai
tukar rupiah terhadap dollar AS naik 1% maka ekspor CPO
53
Indonesia ke India menurun sebesar sebesar -0,201923%. Hasil
penelit ian ini konsisten dengan penelitian Deasy Rakhmasari
(2008), hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS memiliki nilai positif dan tidak signifikan
terhadap Ekspor tekstil Indonesia.
5.2.4 Elastisitas Ekspor
Elastisitas Ekspor dari masing-masing variabel independen
dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan dengan rumus diatas diperoleh hasil
sebagai berikut :
1. Elastisitas ekspor variabel produksi CPO Indonesia sebesar
0,142532, artinya produksi CPO bersifat inealastis.
2. Elastisitas ekspor variabel harga CPO Indonesia sebesar
0,37380, artinya harga CPO Indonesia bersifat inealastis.
3. Elastisitas ekspor variabel harga CPO dunia sebesar 0,266872,
artinya harga CPO dunia bersifat inealastis.
4. Elastisitas ekspor variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
sebesar 0,201923, artinya nilai tukar rupiah bersifat inelastis.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Trend Ekspor CPO Indonesia ke India selama kurun waktu 1998 - 2018
mengalami peningkatan sebesar 201,09 ton per tahun.
2. Faktor – faktor yang secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap ekspor
komoditas CPO Indonesia ke India adalah produksi CPO Indonesia, harga
CPO Indonesia, harga CPO dunia, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Namun secara parsial, faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap
ekspor CPO Indonesia ke India adalah harga CPO Indonesia dan harga CPO
dunia. Nilai koefisien variabel harga CPO Indonesia menunjukkan korelasi
positif dan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen terhadap
ekspor CPO Indonesia ke India, artinya apabila harga CPO Indonesia naik 1
persen maka ekspor CPO Indonesia ke India meningkat sebesar 0,373803
persen. Dan nilai koefisien variabel harga CPO dunia menunjukkan korelasi
positif dan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen terhadap
ekspor CPO Indonesia ke India, apabila harga CPO dunia naik 1 persen maka
ekspor CPO Indonesia ke India meningkat sebesar 0,266872 persen.
53
6.2 Saran
1. Dengan mengetahui variabel – variabel yang mempengaruhi ekspor
komoditas CPO Indonesia ke India diharapkan pemerintah atau instansi
terkait agar mampu menjaga dan mempertahankan pasar yang sudah ada
dengan cara menjalin dan menjaga hubungan kerja sama perdagangan dunia
terkhusus negara India.
2. Harga Produksi CPO Indonesia sangat berpengaruh penting terhadap ekspor
CPO ke India sehingga diperlukan peran pemerintah untuk mengendalikan
tingkat harga agar mampu bersaing di pasar global.
3. Ketika harga CPO dunia meningkat maka ekspor CPO Indonesia ke India
juga harus di tingkatkan.
54
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D. (2006). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor
Kopi Indonesia Dari Amerika (Doctoral dissertatation, program Pascasarjana
Universitas Diponegoro
Amir, MS. 2003. Ekspor dan Impor: Teori dan Penerapannya . Jakarta: PM Seri
bisnis Internasional No.13
Anand, N. 2014. An Overview Of Indian Economy (1991-2913). IOSR Jurnal of
economics and finance.
Badan Pusat Statistik (2017). Statistik Kelapa Sawit dalam angka. Beberapa tahun
terbitan
Direktorat Jenderal Perkebunan (2018). Statistik Perkebunan Indonesia 2017-2018
"Kelapa Sawit Palm Oil". Beberapa tahun terbitan.
Elinda. 2015. Analisis Variabel-variabel yang Berpengaruh Terhadap
Perkembangan Nilai Total Ekspor Minyak Kelapa Sawit atau Crude Palm
Oil (CPO) di Kalimantan Timur. e Jurnal Administrasi Bisnis, 3(3) : 701-
715.
Fauzi, Y., et al. 2008. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah
Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Penerbit Swadaya. Jakarta
Feriyanto Andry. 2015. Perdagangan Internasioanal. "Kupas Tuntas Proses
Ekspor Impor". Yogyakarta : PT. Pustaka Baru.
Hadi, S., & Tety, E. (2012). Analisis daya saing ekspor minyak sawit Indonesia
dan Malaysia di pasar internasional. PEKBIS (Jurnal Pendidikan Ekonomi
Dan Bisnis), 4(3), 180-191.
Hady, H. (2001). Ekonomi Internasional: teori dan kebijakan perdagangan
internasional. Buku Kesatu. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Hanifa Tsany H. 2015. Pengaruh Keterbukaan Ekonomi Terhadap Ketimpangan
Pendapatan Di Tingkat Provinsi di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Harol McGee. 2004. On Food And Cooking : The Science And Lore Of The
Kitchen. ISBN 978-0-684-80001-1
Isnan Pasaribu. 2018. Analisis Daya Saing Sektor Pertanian Unggulan Indonesia
dan Malaysia di Pasar Asean. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kara-karo Feryanto W. 2010. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan
Pemerintah Terhadap Komoditas Susu Sapi Lokal di Jawa Barat. Tesis.
55
Sekolah Pascasarjana., Institut Pertanian Bogor.
Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld, 2005, Ekonomi Internasional Teori Dan
Kebijakan, edisi 5jilid 2,Jakarta,PT.Indeks kelompok Gra media
Lubis, R.E. dan Widanarko, Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Opi,
Nofiandi; Penyunting. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Mankiw, N. Gregore. 2012. Principle of Macroeconomics. sixth edition. Canada :
Cengage Learning
Marbun, L. 2015. Pengaruh Produksi, Kurs, dan Gross Domestic Product (GDP)
Terhadap Ekspor Kayu Lapis. Economic Development Analysis Journal, 4.2:
129-136.
Mardikanto, Totok. 2007. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat.
Penyuluhan kehutanan Republik Indonesia. Jakarta
Maygirtasari, T., & Yulianto, E. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Volume Ekspor Crude Palm Oil ( Cpo ) Indonesia. 25(2), 1–8.
Munadi, E. (2007). Penurunan Pajak Ekspor dan Dampaknya terhadap Ekspor
Minyak Kelapa Sawit Indonesia ke Cina (Pendekatan Error Correction
Model)”. Export Tax Reduction and Its Implication to Indonesian Palm Oil
Export to India (An Error Correction Model Approach).
Perdana, T. 2010. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor The PTPN.
Skripsi. Departemen agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Salvatore. 2002. Ekonomi Internasional : Penerbit Erlangga. Jakarta
Sidaruk, A, & Ade Pujianto, 2017. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kelapa Sawit
Menggunakan Teorema Bayes. Jurnal Ilmiah DASI vol. 18. No. 1 Hal 51-56.
ISNS.1411-3201.
Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. Edisi 1. Jakarta : Cetakan 2 PT Raja
Grafindo
Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Drafindo
Persada.
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sukirno, S. 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi ketiga PT. Raja
Grasindo Persada. Jakarta
Suresmiathi, A. A., & Dewi, A. P. K. 2015. Pengaruh Jumlah Produksi, Kurs
Dollar Amerika Serikat dan Luas Areal Lahan terhadap Ekspor Karet
56
Indonesia Tahun 1993-2013. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana, 4(2), 44522.
Simorangkir, I. (2004). Suseno. 2004. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar.
Sitepu, Juliananta. 2013. Pengaruh Laju Alir Volumetrik Umpan Static In-Line
Mixer terhadap Performance Bioreactor pada Pembuatan Biogas dari
Limbah Cair Kelapa Sawit Skala Pilot Plant. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara
Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia: Teori dan temuan Empiris.
Cetakan kedua. Jakarta
Yang, A. F. 2019. Faktor -faktor yang Mempengarhui Ekspor Minyak Kelapa
Sawit Indonesia ke India. Economic Education Analysis Journal. 8(2), 605–
619. https://doi.org/10.15294/eeaj.v8i2.31492.
Zuhri, M. H. H., Joga, J. B. T., & Farouk, U. (2016). Analisis Pengaruh Luas
Kebun, Produksi Dan Harga Ekspor Cengkeh Terhadap Volume Ekspor
Cengkeh Jawa Tengah. JOBS (Jurnal Of Business Studies), 2(2).
57
L
A
M
P
I
R
A
N
58
Lampiran 1. Peta Wilayah Indonesia
Gambar 7. Peta Wiayah Indonesia
Lampiran 2. Peta Wilayah India
Gambar 8. Peta Wilayah India
Lampiran 4. Hasil Regresi Ekspor CPO Indonesia
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics Multiple R 0,787883064 R Square 0,620759722 Adjusted R
Square 0,600799708 Standard Error 1000,60621 Observations 21
ANOVA
df SS MS F Significanc
e F
Regression 1 31137881,61 3113788
2 31,10016 2,229E-05 Residual 19 19023042,95 1001213
Total 20 50160924,56
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept -
400233,0803 72407,49356 -5,52751 2,48E-05 -551783,71 -248682,455 -
551783,71
-248682,454
6
X Variable 1 201,094026 36,05934479 5,576752 2,23E-05 125,62095 276,567102 125,62095 276,567102
Lampiran 5. Estimasi Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap ekspor CPO
Indonesia ke India
Dependent Variable: LNEXP
Method: Least Squares
Date: 08/15/20 Time: 09:19
Sample: 1998 2018
Included observations: 21
HAC standard errors & covariance (Bartlett kernel, Newey-West fixed
bandwidth = 3.0000)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.779614 1.484247 3.220229 0.0053
LNPROD 0.142532 0.134394 1.060553 0.3046
LNHGI 0.373803 0.126781 2.948419 0.0094
LNHGD 0.266872 0.101759 2.622586 0.0185
LNKURS -0.201923 0.202703 -0.996150 0.3340
R-squared 0.888656 Mean dependent var 8.067675
Adjusted R-squared 0.860820 S.D. dependent var 0.503412
S.E. of regression 0.187807 Akaike info criterion -0.302544
Sum squared resid 0.564345 Schwarz criterion -0.053848
Log likelihood 8.176711 Hannan-Quinn criter. -0.248571
F-statistic 31.92463 Durbin-Watson stat 2.211298
Prob(F-statistic) 0.000000 Wald F-statistic 126.9014
Prob(Wald F-statistic) 0.000000
69
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian
69
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nurwahyudin adalah nama penulis skripsi ini. Lahir pada
tanggal 17 Oktober 1997, di Sinjai Provinsi Sulawesi
Selatan. Penulis merupakan Anak ke 4 dari 4 bersaudara,
dari pasangan Sakka dan Hije.
Penulis pertama kali masuk pendidikan formal di SD
Negeri 209 Baru II pada tahun 2004 dan tamat 2010 pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Sinjai Selatan dan tamat pada
tahun 2013. Setelah tamat, penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Sinjai Selatan
dan tamat pada tahun 2016. Dan pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai
Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Pertanian jurusan
agribisnis.
Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha.
Penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga
dengan penulisan tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif
bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya skripsi yang berjudul “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
Ekspor Komoditas CPO Indonesia ke India”.