Upload
vivhy-mufida-al-haddar
View
45
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kti
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata adalah Indera yang sangat penting bagi manusia, dengan mata
banyak hal secara normal dan wajar dapat dilakukan sehingga mata merupakan
syarat penting bagi upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
karena mata merupakan jalur informasi utama, namun kenyataannya di Indonesia
tidak sedikit yang terganggu matanya atau bahkan menderita kebutaan. Angka
kebutaan di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) adalah 1,5%
dan tertinggi di Asia Tenggara disusul dengan Bangladesh 1%, India 0,7%, dan
Thailand 0,3%. Tiap Menit ada 12 orang buta di dunia. Di Indonesia tiap menit
ada 1 orang menjadi buta. World Sight Day (WSD) adalah hari peringatan tahunan
yang diselenggarakan untuk memfokuskan perhatian dunia pada kebutaan dan
penglihatan. Dari fakta yang ada diketahui bahwa masalah kesehata mata di dunia
cukup memprihatinkan. Sekitar 314 orang di seluruh dunia hidup dengan
penglihatan rendah dan kebutaan.1
Katarak bukan merupakan penyakit menular namun hingga saat ini belum
ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau
menyembuhkan gangguan Katarak. Salah satu upaya yang efektif untuk
memperlambat terjadinya gangguan Katarak adalah dengan melindungi mata dari
sinar matahari berlebihan. Penyebab Katarak yang paling sering adalah proses
degenerasi yang terkait dengan usia (age-related cataract) atau disebut Katarak
senilis. Terdapat 3 tipe utama Katarak senilis berdasarkan letak kekeruhannya
1
yaitu nuclear, kortikalm dan subkapsularis posterior. Pada beberapa pasien dapat
dijumpai kombinasi dari ketiganya.2
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak
pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50%
untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70%
untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Sperduto dan Hiller menyatakan
bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria. Pada penelitian
lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan
dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi
katarak.3
Dengan tingginya angka kebutaan yang diakubatkan oleh katarak, maka
penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor
yang mempengaruhi angka kejadian katarak senilis di klinik Orbita Makassar
tahun 2015”
1.2 Rumusan Masalah
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian katarak senilis di klinik Orbita
Makassar 2015 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian katarak senilis di
klinik Orbita Makassar 2015.
2
2. Tujuan Khusus
a. Menilai besarnya resiko umur dengan kejadian katarak senilis di klinik
orbita makassar
b. Menilai besarnya resiko jenis kelamin dengan kejadian katarak senilis di
klinik orbita makassar
c. Membandingkan factor-faktor resiko yang mempengaruhi angka kejadian
katarak senilis di klinik orbita makassar.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peniliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman pengetahuan tentang
proses penelitian khususnya tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi angka
kejadian katarak senilis di klinik Orbita Makassar 2015
2. Bagi Masyarakat
Penilitian ini diharapkan agar masyarakat bisa mengetahui dengan jelas
faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya katarak senilis.
3. Bagi institusi pendidikan
Memberikan sumbangan pustaka dan literatur yang dapat digunakan oleh
mahasiswa Universitas Muslim Indonesia.
4. Bagi Kesehatan
Untuk menurunkan angka kebutaan akibat dari katarak sebagai upaya
optimalisasi peningkatan derajat kesehatan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Anatomi dan Fisiologi Mata
2.1.1 Anatomi Mata Secara Umum
Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima
rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan serabut-
serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada
otak, untuk ditafsirkan. Adapun anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Adneksa MataMerupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari:
Kelopak mata berfungsi melindungi mata dan berkedip serta untuk
melicinkan dan membasahi mata. Konjungtiva adalah membran tipis
yang melapisi dan melindungi bola mata bagian luar. Sistem saluran
4
air mata (Lakrimal) yang menghasilkan cairan air mata, dimana
terletak pada pinggir luar dari alis mata. Rongga orbita merupakan
rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-tulang yang
kokoh. Otot-otot bola mata masing-masing bola mata mempunyai 6
(enam) buah otot yang berfungsi menggerakkan kedua bola mata
secara terkoordinasi pada saat melirik.
b. Bola Mata Jika diurut mulai dari yang paling depan sampai bagian
belakang, bola mata terdiri dari: Kornea disebut juga selaput bening
mata, jika mengalami kekeruhan akan sangat mengganggu penglihatan.
Kornea bekerja sebagai jendela bening yang melindungi struktur halus
yang berada dibelakangnya, serta membantu memfokuskan bayangan
pada retina. Kornea tidak mengandung pembuluh darah. Sklera yaitu
lapisan berwarna putih di bawah konjungtiva serta merupakan bagian
dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk membentuk bola
mata. Bilik mata depan merupakan suatu rongga yang berisi cairan
yang memudahkan iris untuk bergerak Uvea terdiri dari 3 bagian yaitu
iris, badan siliar dan koroid. Iris adalah lapisan yang dapat bergerak
untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Badan
siliar berfungsi menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata,
sedangkan koroid merupakan lapisan yang banyak mengandung
pembuluh darah untuk memberi nutrisi pada bagian mata.
Pupil merupakan suatu lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata,
dimana lebarnya diatur oleh gerakan iris. Bila cahaya lemah iris akan
5
berkontraksi dan pupil membesar sehingga cahaya yang masuk lebih
banyak. Sedangkan bila cahaya kuat iris akan berelaksasi dan pupil
mengecil sehingga cahaya yang masuk tidak berlebihan. Lensa mata
adalah suatu struktur biologis yang tidak umum. Transparan dan
cekung, dengan kecekungan terbesar berada pada sisi depan. Lensa
adalah organ fokus utama, yang membiaskan berkas-berkas cahaya
yang terpantul dari benda-benda yang dilihat, menjadi bayangan yang
jelas pada retina. Lensa berada dalam sebuah kapsul elastik yang
dikaitkan pada korpus siliare khoroid oleh ligamentum suspensorium.
Dengan mempergunakan otot siliare, permukaan anterior lensa dapat
lebih atau agak kurang dicembungkan, guna memfokuskan benda-
benda dekat atau jauh. Hal ini disebut akomodasi visual. Badan Kaca
(Vitreus) bagian terbesar yang mengisi bola mata, disebut juga sebagai
badan kaca karena konsistensinya yang berupa gel dan bening dapat
meneruskan cahaya yang masuk sampai ke retina.
Retina merupakan reseptor yang peka terhadap cahaya. Retina adalah
mekanisme persyarafan untuk penglihatan. Retina memuat ujung-
ujung nervus optikus. Bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap
oleh mata) maka berkas- berkas cahaya benda yang dilihat, menembus
kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus guna merangsang
ujung-ujung saraf dalam retina. Rangsangan yang diterima retina
bergerak melalui traktus optikus menuju daerah visuil dalam otak,
untuk ditafsirkan. Kedua daerah visuil menerima berita dari kedua
6
mata, sehingga menimbulkan lukisan dan bentuk. Papil saraf optik
berfungsi meneruskan rangsangan cahaya yang diterima dari retina
menuju bagian otak yang terletak pada bagian belakang kepala (korteks
oksipital). Bagian mata yang sangat penting dalam memfokuskan
bayangan pada retina adalah kornea, aqueus humor, lensa dan badan
vitreus. Seperti yang selalu terjadi dalam menafsirkan semua perasaan
yang datang dari luar, maka sejumlah stasiun penghubung bertugas
untuk mengirimkan perasaan, dalam hal ini penglihatan. Sebagian
stasiun penghubung ini berada dalam retina. Sebelah dalam tepi retina,
terdapat lapisan-lapisan batang dan kerucut yang merupakan sel-sel
penglihat khusus yang peka terhadap cahaya. Sela-sela berupa
lingkaran yang terdapat di antaranya, disebut granula. Ujung proximal
batang-batang dan kerucut-kerucut itu membentuk sinapsis
(penghubung) pertama dengan lapisan bipoler dalam retina. Proses
kedua yang dilakukan sel-sel itu adalah membentuk sinapsis kedua
dengan sel-sel ganglion besar, juga dalam retina. Axon-axon sel-sel ini
merupakan serabut-serabut dalam nervus optikus. Serabut-serabut saraf
ini bergerak ke belakang, mula-mula mencapai pusat yang lebih rendah
dalam badan-badan khusus talamus, lantas akhirnya mencapai pusat
visuil khusus dalam lobus oksipitalis otak, di mana penglihatan
ditafsirkan.
7
2.1.2 Fisiologi mata
Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa
mata dan kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak
melalui saaf otik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk
melihat suatu benda. Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada
suasana terang pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis,
jadi di luar kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya masuk
lebih jauh ke dalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf
kesadaran. Sistem yang terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan
penting dalam melihat di subut alat visual. Mata mengendalikan lebih dari 90 %
dari kegiatan sehari-hari. Dalam hampir semua jabatan visual ini memainkan
peranan yang menentukan. Organ visual ikut bertanggung jawab atas timbulnya
gejala kelelahan umum.
2.2. Tinjauan Umum Tentang Katarak
2.2.1 Pengertian Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani yaitu Kataarhakies, Inggris Cataract
dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-
duanya.
8
Secara umum katarak adalah perubahan lensa mata yang seharusnya jernih
dan tembus pandang menjadi keruh, cahaya sulit mencapai retina akibatnya
penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan, sehingga
penglihatan terganggu secara beragam sesuai tingkat kekeruhan lensa. Katarak
senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, biasanya
diatas 50 tahun.
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga
menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan ¹. Katarak menyebabkan
penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik
lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi
protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan
penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang
². Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa
rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat
timbul pada berbagai usia tertentu ³.
Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk
menangkap cahaya dan gambar. Retina merupakan jaringan yang berada di bagian
belakang mata, bersifat sensitive terhadap cahaya. Pada keadaan normal, cahaya
atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan
diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah
menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf
penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Tetapi
9
bila jalan cahaya tertutup oleh keadaan lensa yang katarak maka impuls tidak akan
dapat diterima oleh otak dan tidak akan bisa diterjemahkan menjado suatu
gambaran penglihatan yang baik.3
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak
sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu
memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara
untuk menghindari silau yang berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya
dengan mengenakan topi berkelapak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan
pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.3
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:3
1. Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat
disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia
kehamilan masih dini 4. Katarak kongenital adalah katarak yang mulai
terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1
tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi
yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri,
toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain
yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt
herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris
heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
10
2. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda,
yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3
bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit
sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya.5
3. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile
biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa
dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun .5
4. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa
akibat lensa degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam
celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi
lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan
mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa. 6
5. Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam
(katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak
pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan
11
lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada
orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya
katarak kortikal posterior. 6
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:6
1) Katarak Inti ( Nuclear )
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada
nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses
penuaan
2) Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan
kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM
3) Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur
jalan sinar masuk. DM, rhinitis pigmentosa dan pemakaian
kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan
kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.
2.2.2 Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain :6
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya.
12
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik
(misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
2.2.3 Patofisiologi
Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous.
Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior.
Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian
posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi
dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di
dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%)
dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk
biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase
dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa
menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.7
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral.
Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan
densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat
lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral.
Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa. Kekeruhan sel selaput
13
lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif,
yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.7
2.2.4 Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:7
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan
tadi.
2. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:7
Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya
akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau
redup.7
1. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negative.
Gejala umum gangguan katarak meliputi: 7
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a.Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
14
c.Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
3. Kesulitan melihat pada malam hari
4. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan
mata
5. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
2.2.5 Penatalaksanaan katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang,
atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak
diperlukan tindakan operasi.7
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk
memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan
tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa
menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata
lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga
saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:8
1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam
2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga
mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga
mata bisa fokus pada objek jauh
15
3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot
silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan
yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut
koroiditis. Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan
glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah
operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang
mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila
mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya .8
Indikasi dilakukannya operasi katarak :8
1. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam
melakukan rutinitas pekerjaan
2. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari
jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu: 8
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)
3. Manual SICS (Small Incision Cataract Sustruction)
4. Phacoemulsifikasi.
16
2.3 Tinjauan Tentang katarak senilis dan factor resikonya
2.3.1 Definisi Katarak Senilis
Katarak senilis adalah katarak yang pada umumnya terjadi oleh
karena proses penuaan dan biasanya timbul pada usia diatas 50 tahuh.
Katarak senilis selalu mengenai kedua mata dan pada umumnya
mata yang satu prosesnya lebih lanjut dari mata lainnya. perjalanan katarak
senilis progresif lambat , biasanya mulai timbul kekeruhan sampai menjadi
keruh merata memerlukan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun.
2.3.2 Stadium Katarak Senilis Menurut Tahap Perkembangan
a. Stadium Insipien (Insipient Stage)
Kekeruhan Lensa tampak terutama adanya garis-garis di bagian
perifer korteks menuju ke setral lensa yang menyerupai jeruji sebuah
roda. biasanya pada stadium ini tidak menimbulkan gangguan tajam
dan masih bisa dikoreksi sehingga mencapai visus 6/6. Refleks fundus
relative cemerlang.
b. Stadium Imatur (Intumescent Stage)
Pada stadium ini lensa menyerap cairan sehingga lensa
mencembung. Iris terdorong ke depan dan kamera okuli anterior
dangkal sehingga dapat menyebabkan glaucoma sekunder. Visus lebih
menurun karena selain kekeruhan yang bertambah juga lensa
mencembung sehingga mata miopisasi. Tampak bayangan iris pada
lensa pada saat pemeriksaan dengan penyinaran samping karena
17
bagian superficial lensa masih jernih sedang bagian belakangnya sudah
keruh. reflex fundus suram
c. Stadium Mature (Mature Stage)
Lensa kehilangan cairan yang berlebihan. Lensa menipis dan
kekeruhan menjadi lebih jelas dan sudah mengenai seluruh lensa.
Warna menjadi putih keabu-abuan. Tajam penglihatan menurun
tinggal melihat gerakan tangan atau persepsi cahaya. Refleks fundus
negative.
d. Stadium Hipermature
Stadium matur dapat berlangsung lama dan apabila masuk ke
stadium hipermatur permukaan lensa menjadi homogeny atau bercak-
bercak ireguler. Lensa dapat kehilangan air dan mengering, tipis
sehingga kamera akuli anterior lebih dalam. Bagian korteks lensa dapat
pula menjadi lunak, cair seperti susu dan intinya meluncur ke bawah
dan keadaan ini disebut katarak Morgagni, atau lensa akan terus
kehilangan cairan dan keriput disebut Shrunken cataract.
Lensa yang sedang dalam proses pembentukan katarak ditandai adanya
sembab lensa, perubahan protein dan terganggunya kesinambungan normal
serabut-serabut lensa. Pada umumnya terjadinya perubahan lensa sesuai dengan
tahap perkembangan kataraknya.
Secara kimiawi pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya
pengambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti
dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah sedangkan kandungan
18
kalium, asam askorbat dan protein berkurang. Lensa yang mengalami katarak
tidak mengandung glutation.
Usaha mempercepat atau memperlambat perubahan kimiawi ini dengan
cara pengobatan belum berhasil dan penyebab belum diketahui.
2.3.3 Tanda-Tanda Katarak Senilis
Tanda-tanda katarak senilis diantaranya adalah :
Menurunnya tajam penglihatan.
Bila Katarak terjadi pada bagian tepi lensa, maka tajam penglihatan
tidak akan mengalami perubahan, tetapi bila letak kekeruhan di tengah
lensa maka penglihatan tidak akan menjadi jernih. bila telah terbentuk
katarak yang menutupi pupil telah sedemikian keruh dan tidak bening
akan dapat mengganggu penyaluran sinar masuk selaput jala lebih
nyata. katarak akan menghalangi sinar masuk kedalam, sehingga terjadi
penurunan tajam penglihatan.
Sering merasa Silau
Penglihatan untuk membaca dirasakan silau bila penerangan terlalu
kuat sehingga sering merasa senang membaca di tempat dengan
penerangan kurang. selain itu penglihatan menjadi lebih terang pada
waktu senja dibandingkan pada siang hari.
Melihatat bintik-bintik hitam pada suatu lapangan pandang dengan
posisi mata tertentu.
keluhan ini bisanya terjadi pada stadium permulaan (insipient).
pasien perlahan-lahan akan mengeluh penglihatan seperti terhalang oleh
19
bayangan seperti kabut yang makin lama makin tebal. bila katarak
berkembang makan penglihatan akan seperti berasap, berkabut, dan bisa
hanya seperti melihat sinar dibelakang kabut yang tebal.
Mengeluh Diploplia atau Poliopia
Yaitu melihat ganda sebuah benda atau multiple. tanda dini ini
dirasakan melihat lampu atau bulan yang banyak bila melihat dengan
satu mata tertutup. hal ini terjadi karena refraksi (pembiasan) yang
Ireguler dari lensa mata.
Miopia
Akibat proses terjadinya katarak, yakni lensa mengabsorbsi cairan
sehingga lensa menjadi cembung dan daya refraksi mata meningkat,
akibatnya bayangan akan jatuh di muka retina. penderita katarak dini
akan meras senang melihat dekat tidak memerlukan kaca mata lagi.
namun akan mengalami kesukaran melihat jauh karena terjadi
miopisasi pada mata tersebut.
2.3.4 Faktor Resiko Katarak Senilis
Penyebab katarak senilis sampai sekarang belum diketahui dengan
pasti dan bersifat multifactorial. beberapa factor yang mempengaruhi
terjadinya katarak senilis antara lain:
Umur
Proses normal dari usia lanjut mengakibatkan lensa menjadi keras
dan keruh, keadaan ini disebut sebagai katarak senilis, yang sering
ditemukan mulai ujia 40 tahun keatas. dengan meningkatnya umur
20
makan ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-serat lensa
yang baru. serat-serat yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong
kearah tengan membentuk nucleus. nucleus ini akan memadat dan
mengalami dehidrasi sehingga terjadi sclerosis/ sclerosis ini
menyebabkan lensa tidak elastis, menjadi kompak dan kesanggupan
untuk berakomodasi menjadi turun. seiring bertambahnya usia, lensa
berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan
bertambah beratnya katarak. pada golongan usia 60 tahun hamper
2/3nya mulai mengalami katarak.
Jenis Kelamin.
Ada indikasi bahwa penderita katarak wanita lebih meningkat
dibanding laki-laki terutama usia di atas 65 tahun, seperti hasil survey
yang dilakukan NHANES, Framingham Eye Study, penilitian di Punjab
semuanya menunjukan bahwa wanita prevalensinya lebih meningkat.
Tetapi belum ada penjelasan yang mendasari. Mungkin karena umur
harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan kaum pria
Penyakit Diabetes Melitus
Katarak, Umumya merupakan masalah bagi orang usia lanjut,
tetapi pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan
baik, katarak dapat terjadi pada usia yang lebih muda. diperkirakan
bahwa proses terjadinya katarak pada penderita dibetes mellitus adalah
akibat penumpukan zat-zat sisa metabolism gula oleh sel-sel lensa mata.
dalam keadaan kadar gula normal, penumpukan zat-zat sisa ini tidak
21
terjadi. bila kadar gula darah meningkat, maka perubahan glukosa oleh
aldose reduktase menjadi sorbitol meningkat. selain itu perubahan
sorbitol dalam lensa mata meningkat. disusun suatu hipotesa bahwa
sorbitol menaikan tekanan osmosis intraseluler dengan akibat
meningkatnya water uptake dan selanjutnya secara langsung maupun
tidak langsung terbentuklah katarak. pengaruh klinis yang lama akan
mengakibatkan terjadinya katarak lebih dini pad pasien diabetes
dibandingan dengan pasien non diabetes.
Sinar Ultraviolet
Sinar ultraviolet dan matahari dapat mempercepat kekeruhan pada
lensa mata. seseorang dengan ekerjaan sehari-hari sering terpapar sinar
ultraviolet meningkatkan factor resiko katarak. Bukti epidemiologi
menunjukan bahwa paparan dengan waktu yang lama radiasi
ultraviolet, dihubungkan dengan peningkatan resiko dari katarak sub
kapsular. berbagai penelitian telah berhasil membuktikan adanya
hubungan antara radiasi ultra violet yang berasal dari sinar matahari dan
kejadian katarak. hasil penelitian ilmu dasar seperti biokimia, fotokimia
dan histologi sangat menunjang konsep bahwa radiasi ultra violet dapat
mempercepat proses terjadinya katarak. sinar ultra violet akan diserap
oleh protein lensa terutama asam amino aromatic, yaitu triptofan, fenil
alanine dan tirosin sehingga menimbulkan reaksi foto kimia dan
menghasilkan fragmen molekul yang disebut radikal bebas, seperti
anion superoksida, hidroksil dan spesies oksigen reaktif seperti
22
hydrogen proksida yang semuanya bersifat toksis. selanjutnya radikal
bebas ini akan menimbulkan reaksi patologis dalam jaringan lensa dan
senyawa toksis lainnya sehingga terjadi reaksi oksidatif pada gugus
sulfhidril protein. reaksi oksidatif akan mengganggu struktur protein
lensa sehingga terjadi cross link antar dan intra protein dan menambah
jumlah high molecular weight protein sehingga terjadi agregasi protein
tersebut, kemudian akan menimbulkan kekeruhan lensa yang disebut
katarak.
Obat-obatan
Obat-obatan jenis tertentu dapat menstimulasi pembentukan katarak,
diantaranya : amiodarone (obat untuk jantung), Chlorpromazine
(sedative), kortikosteroid (penanganan radang akut dan kronik),
Lovastatin (penurun kolesterol), Phenytoin ( antiseizure, pengobatan
epilepsy). Penggunaan obat kortikosteriod sebagai factor perkembangan
katarak sub capsular posterior.
Merokok
Individu yang merokok 20 batang atau lebih jenis sigaret dalam
sehari mempunyai resiko 2 kali lebih banyak mengalami katarak. John
J. Harding dalam penilitiannya bersama Ruth van Heyningen di oxford
berkesimpulan terdapat hubungan antara perokok berat dengan katarak.
23
Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu resiko untuk terjadinya katarak.
Diet kaya laktosa atau galaktosa dapat menyebabkan katarak. Begitu
juga diet rendah riboflavin, triptopan dan berbagai asamamino lain.
Penyelidikan di Punjab India memprlihatkan hubungan katarak dengan
tingkat gizi dimana katarak lebih umum terjadi pada gizi dan status
ekonomi yang rendah dengan konsumsi makanan rendah protein dapat
terlihat prevalensi kataraknya meningkat. Harding dan Rixon
mengatakan bahwa diare berat dapat meningkatakan resiko katarak.
Beberapa penilitian mengatakan diet tinggi vitamin C, E Karoten yang
berefek antioksidan dapat mengurangi resiko katarak akibat pengaruh
radikal bebas.
Trauma Mata
Trauma pada mata dapat mengakibatkan katarak pada semua umur,
pukulan keras, tembus, sayatan, panas tinggi atau bahan kimia dapat
mengakibatkan kerusakan lensa yang disebut katarak traumatika.
Trauma katarak dapat meliputi sebagian atau seluruh lensa. Pada
bebrapa kasus kapsul lensa pecah oleh kekuatan luka tumpul.
24
BAB III
Kerangka Konsep dan Definisi Operasional
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan. Peneliti membatasi pengamatan pada dua faktor instrinsik dan
ekstrinsik. Dari kerangka teori peneliti melakukan modifikasi dengan
memilih beberapa faktor penyebab terjadinya katarak senilis, yaitu Faktor
Demografi yaitu Jenis Kelamin dan umur serta riwayat penyakit Diabetes
Mellitus dan faktor ekstrinsik yaitu faktor pendidikan dan pekerjaan serta
faktor prilaku seperti kebiasaan merokok.
Faktor Instrinsik
1. Demografi
- Umur
- Jenis Kelamin
2. Riwayat Diabetes Mellitus
Faktor Ekstrinsik
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Kebiasaan Merokok
KATARAK
SENILIS
Variabel Independen Variabel Dependen
25
3.2 Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-
ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya: agar
peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat
variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus
memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan
untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. Berikut akan
dijabarkan definisi operasional setiap Variabel :
26
27
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Katarak
Senilis
Orang yang
menderita katarak
yang tercatat dalam
register klinik Orbita
Makassar
Telaah
Dokumen
Medical
Record
Jumlah
Kejadian
Katarak
Senilis
Nominal
2 Jenis
Kelamin
Ciri-ciri penampilan
fisik seseorang yang
menunjukan
perbedaan antara
laki-laki dan
perempuan
Wawancara Kuesioner 0 = Laki-laki
1 =
Perempuan
Nominal
3 Umur Lama hidup
responden dalam
hitungan tahun
sampai dengan
ulang tahun terakhir
Wawancara Kuesioner 0 = 30-44
tahun
1 = 45-54
tahun
2 = 55-64
tahun
3 = 65+
Nominal
4 Pendidikan Pendidikan formal
yang telah dicapai
responden
wawancara kuesioner 0 = Tinggi
(Akademi &
PT)
1 = sedang
(SMP dan
SMA)
2 = rendah
(tidak
sekolah dan
tamat SD)
Ordinal
5 Pekerjaan Dinyatakan tempat
dimana responden
bekerja
wawancara kuesioner 0 = dalam
gedug
1 = luar
gedung
Nominal
6 Riwayat
Diabetes
Mellitus
Responden yang
mempunyai riwayat
penyakit DM yang
tercatat dalam
status Medical
Record responden
Wawancara
dan telaah
dokumen
Medical
Record dan
Kuesioner
0 = tidak
ada riwayat
DM
1 = ada
riwayat DM
Nominal
3.3 Hipotesis
a. Ada hubungan antara faktor demografi (umur dan jenis kelamin)
terhadap kejadian katarak senilis pada pasien yang berkunjung di
Klinik Orbita Makassar
b. Ada hubungan antara faktor sosial ekonomi (Pekerjaan dan
Pendidikan) terhadap kejadian katarak Senilis pada pasien yang
berkunjung di Klinik Orbita Makassar
c. Ada hubungan antara Penyakit Diabetes Mellitus terhadap penderita
katarak senilis pada pasien yang berkunjung di Klinik Orbita
Makassar
d. Ada hubungan prilaku merokok terhadap kejadian katarak pada
pasien yang berkunjung di Klinik Orbita Makassar
28
BAB IV
Metodologi Penilitian
4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini berdasarkan dengan penelitian deskripsi dengan
menggunakan pendekatan cross sectional study.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di Klinik Orbita selama Periode Bulan
………. 2015.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah subyek atau objek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang telah ditetapkan untuk dipelajari atau diteliti
dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini semua
pasien yang menderita Katarak Senilis di klinik orbita makassar pada
bulan ………… hingga ……….. yang berjumlah …. orang.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi..
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang memenuhi
kriteria inklusi,. Maka yang menjadi subyek pada penelitian ini adalah
pasien yang menderita Katarak Senilis di klinik orbita makassar….
4.4. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran, atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan
29
bahwa variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau yang didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu. Berdasarkan hubungan fungsional antara
variabel-variabel satu dengan yang lainnya, variabel dibedakan menjadi
dua, yaitu variabel tergantung, akibat, terpengaruh atau variabel Dependen
dan variabel bebas, sebab, mempengaruhi atau variabel Independen.
Disebut variabel tergantung atau dependen karena variabel ini dipengaruhi
oleh variabel bebas atau variabel independen ¹¹.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan optotype dari Snellen
dengan tujuan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
4.6 Prosedur Pengambilan Data
Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian, maka peneliti
menggunakan data sekunder. Data Primer diperoleh dari wawancara
dengan menggunakan kuesioner pada responden dan data sekunder
diperoleh dari telaah dokumen yang berasal dari catatatn medis (medical
record.
30