faktor faktor yang berpengaruh terhadap kesembuhan tuberkulosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TBC, tuberkulosis, kesembuhan, faktor internal, rekam medis, usia, jenis kelamin, umur, paru, kesehatan, kedokteran, pengabidian masyarakat, obat anti tuberkulosis, faktor dari dalam, puskemas,

Citation preview

10

FAKTOR INTERNAL YANG BERPENGARUH TERHADAP KESEMBUHAN PENDERITA TB PARU BTA (+) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

Ivan Choirul Wiza, Yoyon Arif Martino, Noer Aini

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang

Email : [email protected]

ABSTRAK

Pendahuluan : Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberkulosis merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Jumlah penderita TB Paru BTA (+) di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang tinggi disertai dengan angka kesembuhan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor internal terhadap kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) di wilayah kerja PKM Cukir Kabupaten Jombang.

Metode: Penelitian analitik observasional , desain retrospective pada penderita TB Paru BTA (+) di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang (45 penderita). Cara pengambilan data dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari kartu pengobatan TB (TB-01) di Puskemas. Analisa data meliputi analisa bivariat ( uji chi square) dan multivariat ( uji regresi logistik).

Hasil : Hasil bivariat menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kesembuhan TB Paru BTA (+) yaitu keteraturan berobat (p=0,000; or 190) dan kepatuhan memeriksakan dahak ulang (p=0,000) sedangkan faktor yang tidak berpengaruh adalah usia ( p=0,411), jenis kelamin (p=0,239 ; or=2,875) dan status gizi (p=0,197 ; or= 3,4). Hasil analisa multivariat menunjukkan bahwa faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap kesembuhan adalah keteraturan berobat (p=0,037 ; or=190).

Kesimpulan : Faktor- faktor internal yang berpengaruh terhadap kesembuhan tuberkulosis Paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas cukir adalah keteraturan berobat dan kepatuhan memeriksakan dahak. Sedangkan faktor umur, jenis kelamin dan status gizi tidak berpengaruh. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kesembuhan penderita tuberkulosis Paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas cukir adalah keteraturan berobat.

Kata Kunci : Faktor internal, Kesembuhan penderita TB Paru BTA (+), TB Paru BTA (+)

INTERNAL FACTORS AFFECTING PATIENT WITH PULMONARY TB BTA (+) CURE RATE AT CUKIR JOMBANG PUBLIC HEALTH SERVICE WORK AREA

Ivan Choirul Wiza, Yoyon Arif Martino, Noer Aini

Medical Faculty Malang Islamic University

Email : [email protected]

ABSTRACT

Introduction: Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis is a worldwide health problem. Number of patients with TB BTA (+) in Jombang Cukir public health service is high accompanied by a high cure rate. This study aims to investigate the influence of internal factors to cure rate of TB BTA (+) in the region of PKM Cukir Jombang.

Method: The study was analytic observational, with retrospective design in 45 pulmonary TB BTA (+) patients at the Cukir Jombang public health service. Data acquiaition was using secondary data based on TB treatment card (TB-01) in the Public Health Service. Data Analysis were using bivariate (chi-square test) and multivariate (logistic regression) analysis.

Result : The results of bivariate factors that affect the cure rate of TB BTA (+) was the regularity of treatment (p = 0.000; or 190) and repeated sputum examined adherence (p = 0.000), while no effect factors were age (p = 0.411), gender (p = 0.239; or = 2.875) and nutritional status (p = 0.197; or = 3.4). The results of multivariate analysis showed that the risk factors that most influence on the cure rate was the regularity of treatment (p = 0.037; or = 190).

Conclusion : The regularity of treatment was the most influence on the tuberculosis BTA (+) healing on Cukir Public Health Service

Keywords : Internal factors, TB BTA (+) cure rate , TB BTA (+)

46

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB Paru) masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. WHO 2011 ( World Health Organization ) menyatakan bahwa sekitar 8,6 milyar penduduk dunia telah terinfeksi TB Paru dan diperkirakan 1,3 milyar orang meninggal karena penyakit ini. Jumlah kasus TB Paru di dunia mencapai 7.053.684 penderita.26 Jumlah kasus TB di daerah Asia 1.993.614 penderita dengan 1.065.852 penderita merupakan penderita dengan BTA (+).24 Jumlah penderita TB Paru di Indonesia mencapai 331.424 dan 202.319 diantaranya merupakan kasus dengan BTA (+).24 Data di provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 didapatkan angka insidensi TB Paru BTA (+) sebanyak 25.618 kasus.8

Kabupaten Jombang terdiri dari 21 kecamatan, diantara kecamatan tersebut Puskesmas Cukir menduduki peringkat pertama angka penderita TB Paru BTA (+) dan didapatkan bahwa jumlah penderita BTA (+) meningkat setiap tahunnya, meskipun insidensi TB Paru BTA (+) di di wilayah kerja PKM Cukir tertinggi namun angka kesembuhan penderita mencapai 97,78 % . 7, 19,23

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rizkiani tahun 2006 dilaporkan bahwa angka kesembuhan TB Paru BTA (+) terkait dengan karakteristik penderita diantaranya umur dan jenis kelamin.22

Faktor kesembuhan pada TB Paru BTA (+) dipengaruhi oleh status gizi, keteraturan berobat dan kepatuhan memeriksakan ulang dahak. 15,16,21

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal yang berpengaruh terhadap kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) di wilayah kerja PKM Cukir Kabupaten Jombang.

METODE PENELITIAN

Penelitian analitik observasional pada penderita TB Paru BTA (+) di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang. Menggunakan rancangan restrospective dengan jumlah responden sebanyak 45 penderita.

Penelitian dilakukan di Puskesmas Cukir Kecamatan Cukir Kabupaten Jombang. Waktu penelitian diperkirakan berlangsung selama satu bulan dan direncanakan pelaksanaannya berlangsung pada bulan Februari 2015. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling yaitu teknik pengambilan sampel sejumlah responden yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Dengan demikian jumlah total sampel pada penelitian ini sebanyak 45 penderita.

Cara pengambilan data sampel dengan menggunakan data berupa rekam medis yang berasal dari kartu pengobatan TB (TB-01) di Puskemas Cukir. Sampel pada penelitian ini adalah penderita TB Paru BTA (+) yang tercatat di Puskesmas Cukir pada tahun 2013, dengan kriteria inklusi dan esklusi sebagai berikut.:

Kriteria inklusi

Penderita TB Paru BTA (+) yang telah sembuh.

Penderita yang tercatat di Puskesmas Cukir tahun 2013.

Bersedia untuk menjadi responden penelitian

Kriteria eksklusi

Penderita TB Paru BTA (+) kambuh

Penderita yang menolak untuk menjadi responden

Penderita tidak tercatat sebagai penderita di Puskesmas Cukir pada tahun 2013.

Penelitian ini telah mendapatkan ethical cleareance dengan nomor 157 / EC / KEPK/ 02 / 2015 dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Universitas Brawijaya.

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menghitung nilai kemaknaan dan nilai Odds Ratio (OR). Prosedur analisis yang digunakan antara lain : bivariat (Chi-Square) dan multivariat (Regresi Logistik ganda).1,17

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Populasi

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik jenis kelamin didominasi oleh laki-laki dengan jumlah penderita sebanyak 25 (55%), dibandingkan dengan jumlah penderita perempuan sebanyak 20 orang (45 %). Karakteristik umur didominasi oleh usia produktif yaitu penderita berusia 15 sampai 55 tahun sebanyak 41 orang (91%), sedangkan 9% adalah penderita lansia (4 orang). Pada karakteristik tipe penderita, 97 % merupakan penderita baru (44 orang) sedangkan penderita lama atau gagal sebanyak 1 orang (3%). Pada karakteristik hasil pengobatan sebagian besar merupakan penderita yang sembuh yaitu sebanyak 36 penderita (82%). Sedangkan 3 penderita menjalani pengobatan lengkap (6%), 4 penderita ( 8%) pindah pengobatan dan 1 penderita dinyatakan meninggal (2%).

Tabel 5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik

Variasi Kelompok

Jumlah Penderita

%

Jenis kelamin

laki-laki

25

55

perempuan

20

45

Umur

produktif

41

91

lansia

4

9

Tipe penderita

baru

44

97

Gagal/lama

1

3

Hasil pengobatan

sembuh

36

80

lengkap

3

6

gagal

1

2

pindah

4

8

meninggal

1

2

Hubungan Antara Usia Dengan Kesembuhan Penderita Tuberkulosis Paru BTA (+)

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa proporsi dari kelompok usia produktif sejumlah 35 orang (77,8 %) dinyatakan sembuh sedangkan pada kelompok lansia didapatkan 4 orang (8%). Hasil analisis menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p= 0,411 (p>0,05), berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kesembuhan penderita TB Paru BTA (+).

Tabel 5. 2. Hubungan antara usia dengan kesembuhan penderita TB Paru BTA (+).

Usia

Sembuh

Tidak

p

OR

(CI 95 %)

n

%

n

%

Produktif

35

51,1

6

13,3

0,411

Lansia

4

8,9

0

0

Total

39

86,7

6

13,3

Dibawah ini adalah tabel histogram hubungan usia dengan kesembuhan penderita TB Paru BTA (+). Usia produktif adalah usia 15-55 tahun, sedangkan usia lansia >55 th

020406080100

produktiflansia

jumlah responden

(%)

Usia ( th )

sembuhtidak sembuh

Chart1produktifproduktiflansialansia
sembuh
tidak sembuh
Usia ( th )
jumlah responden (%)
77.8
13.36
8.9
0
Sheet1sembuhtidak sembuhproduktif7780.00%1336.00%lansia890.00%0%To resize chart data range, drag lower right corner of range.

020406080100

produktiflansia

jumlah responden

(%)

Usia ( th )

sembuhtidak sembuh

Chart1produktifproduktiflansialansia
sembuh
tidak sembuh
Usia ( th )
jumlah responden (%)
77.8
13.36
8.9
0
Sheet1sembuhtidak sembuhproduktif7780.00%1336.00%lansia890.00%0%To resize chart data range, drag lower right corner of range.

0

20

40

60

80

100

produktif

lansia

j

u

m

l

a

h

r

e

s

p

o

n

d

e

n

(

%

)

Usia ( th )

sembuh

tidak sembuh

Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa proporsi pada jenis kelamin laki-laki yang dinyatakan sembuh 23 penderita (51,1%) sedangkan pada jenis kelamin perempuan didapatkan 16 orang (35,6%). Dari hasil analisis uji chi-square didapatkan nilai p=0,239 (p>0,05), sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kesembuhan penderita TB Paru BTA (+). Pada variabel jenis kelamin diperoleh nilai OR=2,875 dengan CI 95% 0,469-17,626. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki pada penderita TB Paru BTA (+) mempunyai resiko sembuh 2,875 kali lebih besar dibandingkan dengan penderita TB Paru BTA (+) jenis kelamin perempuan.

Tabel 5.3. Hubungan antara jenis kelamin dengan dengan kesembuhan penderita tuberkulosis Paru BTA (+)

Jenis kelamin

Sembuh

Tidak

p

OR

(CI 95 %)

n

%

n

%

Laki-laki

23

51,1

2

4,4

0,239

2,875

Perempuan

16

35,6

4

8,9

Total

39

86,7

6

13,3

0102030405060

laki-lakiperempuan

jumlah responden

(%)

Jenis kelamin sembuhtidak sembuh

Chart1laki-lakilaki-lakiperempuanperempuan
sembuh
tidak sembuh
Jenis kelamin
jumlah responden (%)
51.1
4.4
35.6
8.9
Sheet1sembuhtidak sembuhlaki-laki5110.00%440.00%perempuan3560.00%890%Category 44.52.8To resize chart data range, drag lower right corner of range.

0102030405060

laki-lakiperempuan

jumlah responden

(%)

Jenis kelamin sembuhtidak sembuh

Chart1laki-lakilaki-lakiperempuanperempuan
sembuh
tidak sembuh
Jenis kelamin
jumlah responden (%)
51.1
4.4
35.6
8.9
Sheet1sembuhtidak sembuhlaki-laki5110.00%440.00%perempuan3560.00%890%Category 44.52.8To resize chart data range, drag lower right corner of range.

0

10

20

30

40

50

60

laki-laki

perempuan

j

u

m

l

a

h

r

e

s

p

o

n

d

e

n

(

%

)

Jenis kelamin

sembuh

tidak sembuh

Dibawah ini adalah tabel histogram hubungan jenis kelamin dengan kesembuhan penderita TB Paru BTA (+)

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)

Pada penelitian ini yang dimaksud dengan status gizi normal apabila nilai IMT 18.5-25, sedangkan gizi kurus apabila nilai IMT < 18.5.9 Tabel 5.4 menunjukkan bahwa proporsi pada kelompok gizi normal didapatkan 34 penderita (75,6%) dinyatakan sembuh sedangkan 11,6 % merupakan penderita gizi kurus (5 orang). Tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) berdasarkan uji chi-square dengan nilai p=0,197 (p>0,05). Sedangkan status gizi normal bagi penderita TB Paru BTA (+) mempunyai resiko sembuh 3,4 kali lebih besar dibandingkan dengan penderita TB Paru BTA (+) status gizi kurus berdasarkan nilai OR=3,400 dengan CI 95% 0,489-23,562.

Tabel 5.4. Hubungan antara status gizi dengan kesembuhan penderita TB Paru BTA (+)

Gizi

Sembuh

Tidak

p

OR

(CI 95 %)

n

%

N

%

Normal

34

75,6

4

4,4

0,197

3,4

Kurus

5

11,1

6

8,9

Total

29

100

29

13,3

Dibawah ini tabel histogram hubungan antara status gizi dengan kesembuhan penderita Tuberkulosis Paru BTA (+)

020406080100

NormalKurusjumlah responden (

%)

Status gizi (IMT)

sembuhtidak sembuh

Chart1NormalNormalKurusKurus
sembuh
tidak sembuh
Status gizi (IMT)
jumlah responden ( %)
75.6
8.9
11.1
4.4
Sheet1sembuhtidak sembuhSeries 3Normal7560.00%890.00%2Kurus1110.00%440%2Category 33.51.8Category 44.52.8To resize chart data range, drag lower right corner of range.

020406080100

NormalKurusjumlah responden (

%)

Status gizi (IMT)

sembuhtidak sembuh

Chart1NormalNormalKurusKurus
sembuh
tidak sembuh
Status gizi (IMT)
jumlah responden ( %)
75.6
8.9
11.1
4.4
Sheet1sembuhtidak sembuhSeries 3Normal7560.00%890.00%2Kurus1110.00%440%2Category 33.51.8Category 44.52.8To resize chart data range, drag lower right corner of range.

0

20

40

60

80

100

Normal

Kurus

j

u

m

l

a

h

r

e

s

p

o

n

d

e

n

(

%

)

Status gizi (IMT)

sembuh

tidak sembuh

Hubungan Antara Keteraturan Berobat Dengan Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)

Yang dimaksud dengan keteraturan berobat pada penelitian ini adalah keteraturan penderita TB Paru BTA (+) yang datang berobat ke PKM Cukir sesuai jadwal dan teratur dalam minum obat. Tabel 5.5 menunjukkan bahwa 97 % kelompok yang berobat secara teratur dinyatakan sembuh sedangkan pada kelompok yang tidak teratur berobat sebanyak. Hasil analisis menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p=0,000 (p