Upload
nguyentruc
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN
IBU TENTANG GIZI BURUK PADA ANAK (BAWAH LIMA TAHUN)
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN CIPUTAT
TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh
Azizatu Zahroh
NIM:108104000026
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M/1433 H
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim…
Tiada gading yang tak retak begitu pepatah mengatakan
Tiada kesempurnaan kecuali kesempurnaan milik-Nya.
Berkat rahmat Allah Karya kecil telah kuselesaikan
dan akan kupersembahkan untuk cahaya hidupku
yang senantiasa ada disaat suka maupun duka(bapak dan ibu tercinta)
yang selalu mendoakan putri sulungnya
untuk semua dosen yang telah berjasa,
untuk sahabat-sahabat terindahku dan
terima kasihku tiada terhingga untuk semuanya
Dari semua telah Kau tetapkan hidupku dalam tangan Mu,
Rencana indah yang telah Engkau siapkan bagi masa depanku yang penuh harapan
harapan kesuksesan terpangku dipundak sebagai janji kepada mereka, bapak dan ibu…
Rencana Allah itu lebih baik dari rencanamu
Jadi tetaplah berjuang dan berdoa hingga engkau akan menemukan ternyata memang
allah memberikan yang terbaik untukmu
‘’pendidikan.mempunyai akar yang pahit tapi buahnya manis’’(Aristoteless)
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama : Azizatu Zahroh
Tempat, Tanggal Lahir : Rawabening, 30 Mei 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Ds Serdang Kuring Kec. Bahuga, Kab. Waykanan
Lampung 34763
Tlp/Hp : 085711568847
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan:
1. SD N 1 Serdang Kuring (1996-2002)
2. SMP N 1 Buay Bahuga (2002-2005)
3. SMA N 1 Belitang (2005-200)8
4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2012)
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Pramuka SD N 1 Serdang Kuring
2. Anggota OSIS SMP N1 Buay Bahuga
3. Anggota Pramuka SMP N1 Buay Bahuga
4. Anggota Pramuka SMA N 1 Belitang
5. Anggota ROHIS SMA N 1 Belitang
6. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan
7. Anggota Relawan LK ESQ 165
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Buruk Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tahun 2012”.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skipsi, penulis
sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. H.M. Djauhari W, AIF., PFK, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Dekan Bidang
Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
4. Dra. Farida Hamid, Mpd, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Waras Budiutomo,S.kep,M.kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Eni, S.Kep, MKep, Sp.Mat, selaku sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan
pembimbing akademik penulis selama kuliah.
7. Maulina Handayani S.Kp., M.Sc.. selaku pembimbing I dan Puspita Palupi,
S.kep,M.kep,Ns,Sp.Mat selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu
dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan masukan, nasihat, petunjuk
dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta
staff akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi dan Ibu Syamsiah) atas bantuannya
yang telah memudahkan penulis dalam proses belajar di PSIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Segenap jajaran staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN yang telah banyak membantu dalam menyediakan
referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
10. Kepala puskesmas kecamatan Ciputat Timur yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian.
11. Segenap responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi
kuisioner.
ix
12. Orang tua tercinta (Bapak Zainal abidin dan Ibu Iin Yulistio Wati) yang telah
memberikan kasih sayang tulus dan selalu mendoakan serta memberikan
motivasi tiada hentinya kepada penulis.
13. Kakak – adik penulis (mas lana dan adik tifa) yang selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada henti.
14. Teman-teman angkatan 2008 yang telah bersama-sama dengan penulis
melewati hari-hari baik suka maupun duka dalam menyelesaikan kuliah di
PSIK UIN Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk
itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakarta, September 2012
AZIZATU ZAHROH
x
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, September 2012
Azizatu Zahroh, NIM: 108104000026
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Buruk Pada Balita di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur
xix + 95 halaman +16 tabel+ 3 gambar+ 5 lampiran
ABSTRAK
Gizi buruk merupakan masalah yang masih sering terjadi di Indonesia.
Penanganannya tidak hanya dengan pendekatan medis tetapi juga dengan
pendekatan non medis contohnya promosi kesehatan. Pengetahuan ibu merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada balita. Oleh karena itu,
peranan ibu sangat penting dalam proses pencegahan gizi buruk pada balita.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhuungan
dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di wilayah kerja
puskesmas Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analitik dengan rancangan cros sectional. Sampel penelitian
yaitu ibu yang memiliki balita sebanyak 79 responden. Pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik acccidental sampling. Data di peroleh melalui
wawancara dengan mengguanakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji
Spearman Ranx. Hasil penelitian didapatkan bahwa ibu yang memiliki
pengetahuan kurang tentang gizi buruk sebesar 10,1%, cukup sebesar 36,7% dan
baik sebesar 53,2%. Analisa bivariat diperoleh faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan ibu yaitu pendidikan (p=0,000), usia (p=0,024), pekerjaan
(p=0,000), pendapatan keluarga (p=0,004), dan faktor yang tidak berhubungan
dengan pengetahuan adalah pengalaman (p=0,343). Saran bagi puskesmas
diharapkan dapat meningkatkan pfrekuensi penyuluhan tentang gizi buruk bagi
ibu-ibu yang mempunyai balita.
Kata kunci: faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan,
pengetahuan ibu, gizi buruk.
Daftar bacaan : 52 (1996-2011)
xi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, January 2013
Azizatu Zahroh, NIM: 108104000026
Factors Related To Mother’s Knowledge About Malnutrition Among
Children Under Five Age at Community Health Centers In East Ciputat.
xix + 95 pages + 16 tables + 3 pictures + 5 attachments
ABSTRACT
Malnutrition is a problem that is common in Indonesia. Handling is not only a
medical approach but also approach else for example health promotion. Mother’s
knowledge is one of the factors affecting malnutrition in children under five.
Therefore, the role of mother is very important in the prevention of malnutrition in
children under five age. The purpose of this research is to know the factors related
to the knowledge of mothers about malnutrition among children under five age at
community health center in East Ciputat, South Tangerang City. This research use
method descriptive analytic with cross sectional design. The research sample are
mothers who have children under five age as many as 79 respondents. Sampling is
using acccidental sampling technique. Data was obtained through interviews by
using the questionnaire. Analysis of the data using the Spearman Ranx test. The
showed that mothers who had average knowledge 10.1%, enough 36.7% and good
53.2%. Bivariate analysis obtained factors related to the mother's knowledge were
education (p = 0.000), age (p = 0.024), occupation (p = 0.000), household income
(p = 0.004), and factors that are not related to the mother's knowledge were
experience (p = 0.343). Suggestions for the community health centers expects to
increase the frequency of of malnutrition counseling for mothers who have
children under five age.
Key words: factors related to the knowledge, knowledge of mothers,
malnutrition.
Reference : 52 (1996-2011)
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................... v
RIWAYAT HIDUP. ....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
ABTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
E. Ruang Lingkup .......................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 12
A. Pengetahuan ................................................................................ 12
1. Pengertian ............................................................................... 12
2. Proses Adopsi Prilaku ............................................................ 12
xiii
3. Tingkatan Pengetahuan .......................................................... 13
4. Kategori Pengetahuan ............................................................ 15
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ................. 15
B. Konsep Balita .............................................................................. 21
1. Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita ............................... 21
2. Ciri-Ciri Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita ................. 22
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbang Balita............ 23
4. Tahapan Tumbuh Kembang ................................................... 25
5. Balita ...................................................................................... 25
C. Gizi ............................................................................................. 25
1. Pengertian Gizi ....................................................................... 25
2. Status Gizi .............................................................................. 26
3. Gizi Buruk .............................................................................. 26
a. Klasifikasi Gizi Buruk .................................................... 27
b. Tanda Gejala Umum Balita Menderita Gizi Buruk ........ 27
c. Faktor Penyebab Gizi Buruk Pada Balita ....................... 28
d. Dampak Gizi Buruk Pada Balita ..................................... 30
e. Cara Mendeteksi Gizi Buruk Pada Balita ....................... 34
f. Pencegahan Gizi Buruk Pada Balita ............................... 38
4. Kebutuhan Nutrisi Untuk Balita ............................................ 40
5. Pentingnya Pengetahuan Tentang Gizi .................................. 44
D. Peranan Ibu ................................................................................. 45
E. Penelitian Terkait ........................................................................ 47
F. Kerangka Teori ........................................................................... 49
xiv
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS .................................................................................... 50
A. Kerangka Kosep .......................................................................... 50
B. Definisi Operasional ................................................................... 51
C. Hipotesisi .................................................................................... 54
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 55
A. Desain Penelitian ........................................................................ 55
B. Identifikasi Variable ................................................................... 55
1. Variable Independen ............................................................ 55
2. Variable dependen ............................................................... 56
C. Lokasi Dan Waktu ...................................................................... 56
D. Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sampel .................. 56
E. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 60
1. Proses Pengumpulan Data ................................................... 60
2. Alat Pengumpul Data ........................................................... 61
F. Teknik Uji Instrument Penelitian ................................................ 63
1. Uji Validitas ......................................................................... 64
2. Uji Reabilitas ....................................................................... 65
G. Etika Penelitian ........................................................................... 65
1. Prinsip-Prinsip Etika Penelitian ........................................... 66
2. Masalah Etika Penelitian ..................................................... 67
H. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................. 68
1. Pengolahan Data .................................................................. 68
2. Analisa data ......................................................................... 69
xv
BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………………. ..... 71
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian…………………………. ... 71
1. Puskesmas Ciputat Timur……………………………….….71
2. Pencapaian Program Kesehatan………………………. ...... 72
B. Analisis Univariat……………………………………………. .. 72
1. Gambaran Distribusi Umur Responden……………… ....... 72
2. Gambaran Distribusi Tingkat Pendidikan responden……...73
3. Gambaran Distribusi Status Pekerjaan Responden…... ....... 73
4. Gambaran Distribusi Status Pendapatan Responden.. ......... 74
5. Gambaran Distribusi Pengalaman Responden……..... ........ 74
6. Gambaran Distribusi Tingkat Pengtahuan Responden... ..... 75
C. Analisis Bivariat……………………………………………... .. 75
1. Hubungan umur dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk pada ballita……………………………………… .... 76
2. Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk pada ballita………………………… ..... 77
3. Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang
gizi buruk pada ballita…………………………………….. 78
4. Hubungan pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk pada ballita………………………… ..... 79
5. Hubungan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang
gizi buruk pada ballita..…………………………………….80
BAB VI PEMBAHASAN………………………………………………… ... 82
A Pembahasan Univariat………………………………………… 82
xvi
1. Gambaran Responden Berdasarkan Umur…………….. ..... 82
2. Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan… 83
3. Gambaran Responden Berdasarkan Status Pekerjaan …….84
4. Gambaran Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga.. 85
5. Gambaran Responden Berdasarkan Pengalaman………… 85
6. Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan.. 86
B Pembahasan Bivariat…………………………………………. .. 85
1. Hubungan Umur Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Buruk Pada Balita…………………………………………. 87
2. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Buruk Pada Balita………………………… .. 88
3. Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Gizi Buruk Pada Balita…………………………………… 89
4. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Buruk Pada Balita………………………….. 91
5. Hubungan Pengalaman Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Gizi Buruk Pada Balita…………………………………. .. 91
C Keterbatasan Penelitian………………………………………... 92
D Implikasi Penelitian……………………………………………. 93
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… .. 95
A Kesimpulan ……………………………………………………. 95
B Saran…………………………………………………………… 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Pola Makan Balita………………………………………….….. 40
Tabel 1.2 Kebutuhan Energi Per Hari……………………………………. 43
Tabel 1.3 Definisi Operasional…………………………………………… 50
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden Di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan 2012...................................................... 71
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden Di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan................................................................ 72
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
Responden Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan.................................................... 72
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
Responden Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan..................................................... 73
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan pengalaman Merawat
Balita Gizi Buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur Tangerang Selatan........................................ 73
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Responden Tentang Gizi Buruk Pada Balita Di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan....... 74
xviii
Tabel 5.7 Proporsi umur menurut pengetahuan tentang gizi buruk balita
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan.............................................................. 75
Tabel 5.8 Proporsi pendidikan ibu menurut pegetahuan tentang gizi
buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan................................................................ 76
Tabel 5.9 Proporsi pekerjaan menurut pengetahuan pegetahuan ibu
tentang gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan....................... 77
Tabel 5.10 Proporsi pendapatan keluarga menurut pengetahuan ibu
tentang gizi buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur Tangerang Selatan......................................... 78
Tabel 5.11 Proporsi pengalaman ibu menurut tingkat pengetahuan ibu
tentang gizi buruk pada balita Di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan........................ 79
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1 Diagram Taksonomi Bloom …………………………………. 1
Gambar 2 Kerangka Teori……………………………………………….. 48
Gambar 3 Kerangka Konsep…………………………………………….. 49
xx
DAFTAR SINGKATAN
AKABA =Angka Kematian Balita
AKB =Angka Kematian Bayi
AKI =Angka Kematian Ibu
BALITA =Bawah Lima Tahun
BB/U =Berat Badan Per Umur
IKM =Indeks Kemiskinan Manusia
IPM =Indeks Pembangunan Manusia
KKAL =Kilokalori
KMS =Kartu Menuju Sehat
MP-ASI =Makanan Pendamping Air Susu Ibu
SPSS =Statistical Package For Social Science
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data
Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data
Lampiran 3 Lembar persetujuan menjadi responden penelitian (Informed
consent)
Lampiran 4 Kuesioner penelitian
Lampiran 5 Hasil pengolahan data responden
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan dan kualitas pembanguanan suatu negara dilihat dari Indeks
Pembanguan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) (Depkes,
2005). Menurut laporan United Nation Development Programme (UNDP) tahun
2008, Indeks pembangunan dan kemiskinan bangsa Indonesia ditempatkan pada
urutan ke 107 dari 177 negara. Rendahnya Indeks ini dipengaruhi oleh rendahnya
status gizi dan status kesehatan pendudukyang terlihat dari masih tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI),Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) yang merupakan indikator kesehatan penduduk (Depkes, 2005).
Survei Demografi Dan Kesehatan di Indonesia (2007), AKI sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan target yang harus dicapai adalah 102 per
100.000 kelahiran hidup, demikian juga dengan AKB sebesar 34 per 1.000
kelahiran hidup dan AKABA sebesar 58 per 1.000 kelahiran hidup. Target yang
akan dicapai adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih tinggi jika di
bandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015
yang sudah disepakati oleh lebih dari 180 kepala negara termasuk Indonesia
(Depkes, 2010).
Salah satu tantangan untuk menurunkan angka kematian terutama angka
kematian balita yaitu masih terbatasnya upaya perbaikan gizi pada anak, karena
lebih dari separuh kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh buruknya status
gizi (Azwar, 2000). Gizi yang baik perlu ditingkatkan untuk mendukung
2
pembanguan manusia guna menjamin kesehatanya. Gizi dibutuhkan dari sejak
dalam kandungan melalui peran ibu hingga lanjut usia. Balita merupakan salah
satu golongan penduduk yang rawan dengan masalah gizi (Azwar, 2002).
Status gizi yang buruk pada bayi dan anak dapat menghambat pertumbuhan
fisik, mental maupun perkembangan dalam berfikir yang gilirannya akan
menurunkan produktivitas kerja (Suhardjo, 2007). Keadaan ini memberikan
petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi buruk atau kurang akan berdampak pada
penurunan kualitas sumber daya manusia yang akan mempengaruhi nilai Indeks
Pembangunan Manusia. Penyebab terjadinya kurang gizi pada balita salah satunya
yaitu kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan pada orang tua, khususnya ibu
(Balawati, 2004).
Sesuai dengan penelitian Sandjaja (2000) menyatakan bahwa sebagian anak
dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi
yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan berkembang, salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. Penelitian
serupa oleh Pranadji (2000) di Bogor, Jawa Barat menyatakan bahwa faktor-faktor
yang behubungan dengan gizi buruk dari anak dibawah lima tahun meliputi
tingkat pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi.
Pemberian makanan bayi di pedesaan banyak dipengaruhi oleh keadaan
sosial ekonomi dan kebudayaan. Misalnya, terdapat pantangan makan pada balita
misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan
(Balawati, 2004). Secara kultural di Indonesia, ibu memegang peranan dalam
mengatur tata laksana rumah tangga sehari-hari termasuk hal pengaturan makan
keluarga. Apabila seorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi dan
3
dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak diharapkan adanya
pencegahan sejak dini terhadap terjadinya gizi buruk pada anak. Gizi merupakan
bagian dari kehidupan dan proses tumbuh kembang anak, sehingga pemenuhan
kebutuhan gizi secara adekuat turut menentukan kualitas tumbuh kembang anak.
Dalam hal ini pertumbuhan dan perkembangan itu secara signifikan terjadi pada
masa kanak-kanak (Suanadi, 1998). Pertumbuhan dan perkembangan anak
dipengaruhi faktor salah satunya yaitu status gizi (Nursalam,dkk, 2008).
Anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya
karena kurang adekuatnya asupan zat gizi (Supartini, 2004). Beberapa penelitian
mengungkapkan ada hubungan mekanisme gizi kurang dengan perkembangan
anak. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa karakteristik perilaku anak-anak
yang gizinya kurang menyebabkan penurunan interaksi dengan lingkungannya
dan keadaan ini selanjutnya akan menimbukan outcome perkembangan yang
buruk (Hartono, 2008). Penelitian lain di Jamaika, dilaporkan bahwa anak-anak
yang bertubuh pendek (stuanted) memperlihatkan pertumbuhan yang lebih
terhambat dalam situasi stress dan menunjukkan kadar kortisol yang meningkat
dalam saliva serta kadar adrenalin yang meningkat dalam urin dengan frekuensi
detak jantung yang lebih lambat jika dibandingkan dengan anak yang bertubuh
normal (Gibney, 2008)
Gizi buruk dapat mengakibatkan pertumbuhan sangat merugikan
performance anak, akibat kondisi Stunting postur tubuh anak menjadi kecil
pendek (Nency, 2005). Keadaan yang memprihatinkan lagi, perkembangan anak
pun akan terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak
tergantung pada derajat berat, lama dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika
4
kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-3
tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak
yang sehat, dan kondisi ini akan (irreversible) sulit untuk dapat pulih kembali
(Nency, 2005).
Kurang gizi dimasa kanak-kanak juga menyebabkan tingkat intlektual anak
(IQ) menurun 10-15 poin. Penurunan ini beresiko anak tidak mampu mengadopsi
ilmu pengetahuan dan daya pikirpun melemah (Kasdu, 2004). Dampak jangka
pendek gizi buruk meliputi anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan
perkembangan, sedangkan dampak jangka panjang meliputi penurunan skor IQ,
penurunan perkembangan kognitif, dan penurunan integrasi sensori (Nency,
2007). Seiring dengan kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang
bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kekurangan gizi, akan tetapi
penyebab yang tidak kalah pentingnya sesuai yang terpapar diatas adalah
kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan
kemampuan informasi pangan yang diproduksi dan tersedia (Harper, 1986 dalam
Morani 2008). Sesuatu hal yang meyakinkan bahwa pengetahuan gizi sangat
penting adalah bahwa status gizi yang cukup merupakan hal penting bagi
kesehatan dan kesejahteraan generasi masa depan (Furqan, 2008).
Beberapa penelitian terkait pengetahuan ibu tentang gizi seimbang yakni
penelitian yang dilakukan oleh Purwaningtyas (2008) di desa Sidoardjo Jawa
Timur, data hasil yang didapatkan dari 33 responden berupa 60.6% ibu
mempunyai pengetahuan buruk dan 39.4% ibu mempunyai pegetahuan baik.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmaulina (2006) menyatakan bahwa
semakin tinggi pengetahuan ibu mengenai gizi dan tumbuh kembang anak, serta
5
pemberian stimulasi psikososial pada anak maka perkembangan kognitif anak
semakin baik pula. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi gizi
buruk pada anak di Ciawi, Bogor oleh Pranadji (2000) bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan gizi buruk meliputi tingkat pendapatan orang tua sebesar
66,7% dan pengetahuan ibu sebesar 73%.
Penelitian lain yang diakukan oleh Fatimah,dkk (2008) hasil penelitan
menunjukkan faktor yang memiliki kontribusi terhadap gizi kurang pada anak
adalah riwayat penyakit infeksi, tingkat pengetahuan ibu yang kurang, tingkat
sosial ekonomi keluarga yang rendah, dan asupan kalori serta protein yang
kurang, sedangkan faktor yang kepercayaan ibu terhadap makanan (100%)
memiliki kepercayaan yang mendukung terhadap status gizi balita tidak
berkontribusi terhadap status gizi kurang pada balita. Dari berbagai penelitian
mengenai pengetahuan dikemukakan pula beberapa faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan, penelitian yang dilakukan oleh Rubiyanto (2002)
menyatakan bahwa factor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang
AIDS meliputi tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, tempat tinggal serta
keterpajanan informasi. Penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ibu dan status gizi memberikan peranan penting dalam tumbuh
kembang anak.
Jika dilihat dalam perspektif agama Islam telah dijelaskan bahwa makanan
bergizi sangat dianjurkan terutama untuk balita maupan anak-anak, begitu banyak
makanan untuk semua manusia di muka bumi yang di sediakan Allah SWT.
Banyak makanan sehat yang berbeda–beda rasa, bentuk maupun warnanya.
Pemberian makanan yang baik dengan kadar gizi cukup dapat membantu
6
pertumbuhan anak secara optimal. Apabila terjadi kekurangan makanan yang
berkualitas maka akan berdampak bagi kesehatan anak (Asnawi, 2005).
Sesuai dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 9 yang artinya: “Hendaklah
mereka takut jangan sampai meninggalkan anak keturunan yang lemah di
belakangnya,dikhawatirkan akan sengsara, sebab itu hendaklah mereka patuh
kepada Allah dan hendaklah mereka berkata dengan perkataan yang benar.”
(QS. An-Nisa’: 9). Ayat tersebut secara jelas menekankan agar orang tua
memperhatikan anak-anaknya, Salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan
tentang gizi makanan pada anak. Apabila ada orang tua yang mengabaikan
perkembangan anak-anaknya, agama menilainya sebagai dosa. Hal ini secara
tegas di nyatakan oleh Rasulullah yang artinya “cukuplah berdosa bagi seseorang
jika dia mengabaikan orang-orang yang menjadi tanggungannya”.
Penyebab gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia sesuai hasil penelitian
bermula dari krisis ekonomi, politik dan sosial menimbulkan dampak negatif
seperti kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan rendah, kesempatan kerja
kurang, pola makan, ketersediaan bahan pangan pada tingkat rumah tangga
rendah, pola asuh anak yang tidak memadai, pendapatan keluarga yang rendah,
sanitasi dan air bersih serta pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai Unicef
(1999) dalam Khomsan, dkk (2004). Pemerintah Indonesia sendiri telah
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-
2014 di bidang Pembangunan Pangan dan Gizi yang mencakup program yang
meliputi pembangunan pangan, kesehatan dan gizi dengan penanggulangan
kemiskinan, pendidikan pemberdayaan keluarga dan penyelenggaraan urusan
wajib pelayanan masyarakat. Indikator keberhasilannya program meliputi
7
penurunan prevalensi gizi kurang dan pendek pada balita dan peningkatan jumlah
penduduk yang mendapat asupan kalori 2000 Kkal/orang/hari pada tahun 2015
(Bappenas, 2011).
Secara nasional sudah terjadi penurunan prevalensi kurang gizi ditinjau dari
berat badan menurut umur (BB/U) pada balita dari 18,4 persen tahun 2007
menjadi 17,9 persen tahun 2010. Penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk
yaitu dari 5,4 persen pada tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010. Tidak
terjadi penurunan pada prevalensi gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. Di provinsi
banten sendiri prevelensi status gizi menurut BB/U kejadian gizi buruk sebesar
4,8% (total nasional) dan gizi kurang sebesar 13,7 % (total nasional) (Riskesdas,
2010).
Data terakhir dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten (2011), persentase
jumlah penderita gizi buruk ini mengalami peningkatan sebesar 0,09 persen atau
9.378 balita pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010 sebesar 1,04 persen atau
sekitar 8.737 balita gizi buruk dari 839.857 balita terpantau. Kasus gizi buruk ini
merata hampir diseluruh kabupaten atau kota di Provinsi Banten, sedangkan di
Kabupaten Tangerang tercatat 2.166 balita gizi buruk atau 0,95 persen dari
227.343 balita terpantau, Kabupaten Pandeglang sebanyak 1.398 balita atau 1,30
persen dari 107.342 balita terpantau, Kota Cilegon 241 balita atau 0,83 persen dari
28,883 balita terpantau, dan terakhir di Kota Tangerang sebanyak 323 balita gizi
buruk atau 0,41 persen dari 79.593 balita terpantau. Dari jumlah gizi buruk di
Tangerang paling banyak berasal dari puskesmas di wilayah Tangerang Selatan
sebanyak 433 orang (0,14%).
8
Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur melalui
observasi dan wawancara pada tanggal 5 mei 2012 di lapangan pada saat
dilakukan pemeriksaan status gizi terdapatnya ibu yang mempunyai balita dengan
status gizi kurang akan tetapi ibu menolak dengan anggapan bahwa ibu tersebut
telah mencukupi semua gizi balitanya. Pada saat wawancara dari 10 responden
terdapat 4 responden ibu yang pengetahuan tentang gizi kurang (40%), 4
responden yang pengetahuan baik (40%), dan 2 responden yang pengetahuan
cukup (20%). Dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti
tenang fakor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada
balita.
B. Rumusan Masalah
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manuasia ( SDM ) yang di lakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan
kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak
sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang
ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi
yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat,
cerdas dan produktif.
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya
dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut
aspek pengetahuan orang tua dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup
9
sehat. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan pada orang tua, khususnya ibu
merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Anak
yang menderita gizi buruk akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya. Dampak yang ditimbulkan anak yang menderita gizi buruk
terjadinya stunting atau tubuh pendek pada pertumbuhan anak dan penurunan
kognitif pada perkembangan anak.
Dari data jumlah gizi buruk di Kabupaten Tangerang paling banyak berasal
dari puskesmas di wilayah Tangerang Selatan sebanyak 433 orang (0,14%).
Penelitian yang telah dilakukan tentang pengetahuan gizi buruk peneliti hanya
menemukan tentang gambaran saja, belum menemukan penelitian yang
mengidenifikasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil
uraian rumusan masalah dan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Ciputat Timur.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi buruk
b. Diketahuinya hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang
gizi buruk.
10
c. Diketahuinya hubungan usia dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk.
d. Diketahuinya hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang
gizi buruk.
e. Diketahuinya hubungan sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk.
f. Diketahuinya hubungan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang
gizi buruk.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber rujukan untuk
penelitian selanjutnya
2. Manfaan praktisi
a. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah sumber masukan
untuk meningkatkan mutu pelayanan puskesmas dalam bidang promosi
kesehatan dan memberikan informasi yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita serta upaya penanganan
terhadap factor-faktor yang mempengaruhiya.
b. Pendidikan profesi keperawatan
Manfaat bagi pendidikan profesi keperawatan sebagai bahan acuan
dalam pengembangan kurikulum pelaksanaan praktik keperawatan
khususnya keperawatan anak dan meningkatkat peran perawat sebagai
11
edukator pada masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita
dalam upaya pemenuhan gizi seimbang pada anak usia balita.
c. Bagi ibu-ibu
Diharapkan penelitian ini memberikan informasi yang berhubungan
dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita agar bisa
meingkatkan pegetahuan tentang gizi seimbang pada balita serta dapat
mengidetifikasi anak yang megalami gizi buruk.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita. Penelitian ini dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas kelurahan Ciputat Timur selama bulan September 2012.
Sample penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai anak usia balita (12 bulan sampai
5 tahun). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan
penelitian secara cross sectional. Sampel diambil dengan menggunakan
accidental sampling.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengnderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Sedangkan, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni:
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang.
2. Proses Adopsi Perilaku
Dari beberapa penelitian bahwa perilaku yang didasari pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari pengetahuan. Menurut
Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) orang sebelum mengadopsi
prilaku baru akan terjadi proses, yakni:
1) Awareness ; yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus terlebih dahulu.
2) Interest ; orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation; menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya
4) Trial ; orang telah mulai mencoba prilaku baru
5) Adoption; subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
13
3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai tujuh tingkatan (HL
Bloom dalam Notoatmodjo, 2007), yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2007).
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2007).
c. Aplikasi (Application)
Aplikaasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengguanaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
14
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
g. Berkreasi (Created)
Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu
keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam
pola atau struktur baru, termasuk didalamnya:
a) Generating (Hipotesa)
b) Planning (Perencanaan)
c) Producing ( Penghasil)
15
Gambar 1. Diagram Taksonomi Bloom
4. Pengetahuan seseorang dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan meliputi
pengetahuan kurang (skor≤55%), cukup (skor 56-75%), baik (skor 76-
100%) (Arikunto, 2006).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi
(Notoadmojo, 2003)
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih
dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau
16
masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan
terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu
mempertinggi taraf intelegensi individu.
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan
yang akan berpengaruh pada pemilihan bahan makanan dan pemenuhan
kebutuhan gizi. Salah satu contoh, prinsip yang dimiliki seseorang yang
berpendidikan rendah biasanya adalah „yang penting menyenangkan‟
sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak
dibanding dengan kelompok bahan makanan lain (Sulistyoningsih,
2011). Kosasih (1996) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan
nilai alfha 0,05 terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan tingkat pengetahuan.
Pendidikan dapat dikategorikan dalam tingkatan yaitu pendidikan
dasar yaitu pendidikan minimum yang diwajibkan bagi semua warga
negara meliputi SD dan SMP, pendidikan menengah yaitu jenjang
pedidikan formal setelah pendidikan dasar yang meliputi SMA/sederjat
dan pendidikan tinggi yaitu jenjang pendidikan formal setelah
pendidikan menengah yang meliputi perguruan tinggi (akademi dan
universitas) (KBBI, 2002), sehingga dalam penelitian ini pendidikan
dibagi dalam tiga kategori yaitu pendidikan rendah meliputi tidak tamat
SD, SD, dan SMP dan pendidikan menengah keatas yang meliputi
SMA dan perguruan tinggi. Pedidikan mempunyai pengaruh terhadap
tingkat pengetahuan seseorang sehingga peneliti ingin mengetahui
hubungan pendidikan ibu dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk.
17
2) Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan)
juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera
manusia. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu. Pengalaman berbanding lurus dengan pengetahuan,
dimana seseorang yang telah berpengalaman maka pengetahuannya
tentang pengalaman itu akan meningkat (Notoadmojo, 2003). Penelitian
ini memasukkan pengalaman dalam faktor pengetahuan yang
dikategorikan dalam dua kategori yaitu pernah dan tidak pernah. Hal ini
dimaksudkan ibu yang pernah merawat bayi diharapkan mempunyai
pengalaman dibandingkan dengan ibu yang belum pernah merawat
bayi.
3) Sumber Informasi
Sumber informasi yang diperoleh baik dari pendidikan fomal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh pada perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang (Sandjaja, 2007).
4) Usia
Secara umum dapat dikatakan bahwa bertambah pengetahuan
seseorang berbanding lurus dengan pertambahan usia. Hal ini
18
dikarenakan semakin bertambah usia seseorang maka ia akan semakin
terpajan oleh informasi, sehingga dengan demikian ada kecendrungan
akan semakin bertambah pegetahuannya. selain itu, usia mempengaruhi
terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik
(Notoadmodjo, 2003). Rubiyanto (2002) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia
dengan tingkat pengetahuan ibu. Dari hasil penelitian terhadap
pengetahuan tentang kusta kepada kepala keluarga dan tokoh
masyarakat didapatkan ada hubungan yang bermakna antara usia
dengan pengetahuan mengenai kusta (Kosasih, 1996).
Menurut Notoatmodjo (2003) pembagian umur pada penelitian ini
didasarkan pada standar WHO yaitu membagi umur menurut tingkat
kedewasaan dan hasilnya dengan mengelompokkan usia responden
dengan batas usia 32 tahun, dimana usia dibawah 32 tahun berada pada
tahap dewasa muda dan usia 32 tahun atau lebih berada pada tahap
dewasa tua. Pembagian umur dalam suatu penelitian dapat
menggunakan umur median (median age) yaitu umur yang membagi
penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama, bagian yang
pertama lebih muda dan bagian yang kedua lebih tua dari median. Guna
umur median adalah untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada
kelompok-kelompok umur tertentu. Berdasarkan teori Erikson masa
dewasa berada pada usia 30-60 tahun dimana individu telah mencapai
19
puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pada tahap ini
terdapat masa dimana mempunyai kepedulian terhadap generasi yang
akan datang dibandingkan dewasa awal yaitu 20-30 tahun. Sebagain
besar ibu yang masih muda memiliki sedikit pengetahuan tentang gizi
(Budiyanto, 2002), sehingga dapat diasumsikan bahwa kemampuan
pemilihan makanan pada ibu rumah tangga muda akan berbeda dengan
kemampuan pemilihan makanan pada ibu rumah tangga yang telah
berumur lebih tua karena cenderung didasarkan pada pengalaman orang
tua terdahulu (Herdiansyah, 2007).
5) Sosial Budaya Dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan masyarakat tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. UMR (upah
minimum regional) merupakan batas minimum upah yang menurut
undang-undang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada karyawan.
Tujuan dibuat UMR merupakan salah satu upaya pemerataan
pendapatan di daerah masing-masing dimaksudkan bahwa keluarga
yang berpenghasilan sesuai UMR ataupun diatas UMR mampu
mencukupi biaya kehidupan selama sebulan. Menurut BPS untuk UMR
wilayah kota Tangerang Selatan adalah Rp 1.529.150,00/kapita/bulan
20
(Disnaker, 2011). Penelitian ini membagi tingkat social ekonomi yaitu
<UMR dan ≥ UMR.
6) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat pengetahuan subyek. Hal ini dikarenakan ibu yang mempunyai
pekerjaan diluar pekerjaan rumah tangga, cenderung mempunyai
peluang lebih besar untuk terpajan dengan berbagai informsi baik dari
media cetak, elektronik maupun rekan sejawat yang dengan sendirinya
akan menimbulkan pengalamam baru yang lebih luas (Nursalam, 2000).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Sugito (1996) memunjukan bahwa
ada hubungan antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja terhadap
tingkat pengetahuan.
Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan dilaporkan pula oleh
Wawolumaya (1997) bahwa ibu yang bekerja mempunyai kemungkinan
untuk mempunyai pengetahuan yang cukup dibandingkan dengan ibu
yang tidak bekerja. Menurut Ali (2003), ibu bekerja adalah ibu-ibu yang
melakukan aktivitas ekonomi mencari penghasilan baik disektor formal
maupun informal, yang dilakukan secara reguler di luar rumah.
Sedangkan ibu tidak bekerja adalah ibu-ibu yang tidak melakukan
pekerjaan mencari penghasilan dan hanya menjalankan fungsi sebagai
ibu rumah tangga saja. Berdasarkan konsep diatas pekerjaan dalam
penelitian ini dibagi dalam dua kategori yaitu ibu yang bekerja dan
tidak bekerja, dimana ibu yang tidak bekerja meliputi ibu rumah tangga
21
sedang ibu yang bekerja seperti sebagai pegawai, karyawan,wirausaha
dll.
B. Konsep Balita
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Tumbuh kembang sebenarnya dua istiah yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dari jumlah serta
jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi, dapat kita ukur dengan
mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Perkembangan ialah
bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi dari lebih kompleks, jadi
bersifat kuantitatif yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang
pengukurannya jauh lebih sulit dari pada pengukuran pertumbuhan
(Narendra, 2005).
a. Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan pada anak dilihat dari pertumbuhan berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, gigi, organ penglihatan, organ
pendengran, dan organ seksual.
b. Perkembangan Anak
Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik
halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan
perkembangan prilaku (Hidayat, 2009).
22
2. Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
Adapun ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan menurut Hidayat
(2008) yaitu:
1. Ciri Pertumbuhan
a. Perubahan Ukuran
Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal
bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan tinggi badan, lingkar
kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain lain.
b. Perubahan Proporsi
Perubahan proporsi terlihat pada proporsi fisik atau organ
manusia muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
c. Hilangnya Ciri Lama
Pada pertumbuhan terjadi hilangnya cirri-ciri lama yang ada
selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus,
lepasnya gigi susu dan laian-lain.
d. Timbulnya Ciri-Ciri Baru
Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan
mengikuti proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah
ketiak, pubis atau dada.
2. Ciri Perkembangan
a. Perkembangan melibatkan perubahan.
Karena perkembangan terjadinya bersamaan dengan
pertumbuhan maka setiap pertumbuhan disertai dengan peruhan
23
fungsi, perkembangan sistim reproduksi misalnya, disertai dengan
perubahan organ kelamin, perkembangan intelegensia menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya.
Perkembangan awal merupakan awal masa kritis karena akan
menetukan perkembangan selanjutnya.
c. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang mengatur
dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bias terjadi terbalik.
Misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum
membuat gambar kotak berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan tumbuh kembang
anak menurut Hidayat (2008), meliputi faktor herediter, factor lingkungan,
status gizi dan faktor hormonal.
1. Faktor herediter
Factor ini dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh
kembang anaak. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras
dan suku bangsa.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu
lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (lingkungan
setelah bayi lahir). Salah satu faktor lingkungan postnatal yaitu
pendidikan atau pengetahuan orang tua. Pengetahuan orang tua
24
merupakan salah satu factor yang penting dalam tumbuh kembang anak.
Karena dengan pendidikan atau pengetahuan yang baik, maka orang tua
dapat mengasuh anaknya dengan cara yang baik, serta mengetahui
bagaimana menjaga kesehatan anaknya.
3. Status gizi
Bayi yang mendapat asupan gizi yang seimbang baik kualitas
maupun kuantitasnya akan memperoleh energy yang cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan nutrien tertinggi per kg
berat badan dalam siklus daur kehidupan adalah masa bayi dan anak-
anak, dimana kecepatan tertinggi dalam pertumbuhan dan metabolisme
terjadi pada masa ini (Hidayat, 2008). Dukungan gizi sangat berarti,
karena dengan gizi yang sesuai kebutuhan, pertumbuhan fisik dan
perkembangan dini dapat membentuk dasar kehidupan yang sehat dan
produktif. Imaturitas dari organ-organ tubuh dan kemampuan dalam
mencerna dan menyerap nutrient dari ASI serta prilaku makan yang
berkembang tahap demi tahap mengharuskan masukan gizi yang sangat
diperhatikan (Kusharisupeni, 2010 ).
4. Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak
antara lain hormone somatrotopin, hormone tiroid dan glukotiroid.
Menurut Sediaoetomo (2000) terdapat dua fase pertumbuhan cepat
(growth spurdt) pada pola pertumbuhan seseorang, yaitu periode bayi
dan balita serta periode remaja. Terutama pada fase pertumbuhan cepat,
kebutuhan zat gizi akan meningkat dengan pesat. Sehingga, suatu
25
kondisi defisiensi pada fase ini akan sagat berpengaruh pada tumbuh
kembang anak.
4. Tahapan Tumbuh Kembang Balita
Tahapan tumbuh kembang anak dimulai dari bayi (0-11bulan), toddler
(1-3 tahun), usia prasekolah (3-5 tahun),usia sekolah dan remaja (Hidayat,
2008).
5. Balita
Perkembangan seorang anak secara umum digambarkan melalui
beberapa periode, salah satunya yaitu periode Bawah Lima Tahun
(BALITA) yang merupakan salah satu periode manusia setelah bayi dan
sebelum anak-anak awal. Rentang usia balita dimulai dari 1 sampai 5 tahun.
Periode usia ini disebut juga periode usia prasekolah. Periode ini adalah
periode penting dalam tumbuh kembang anak karena pada masa ini
pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya (Djaeni,
2000).
C. Gizi
1. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
peyimpanan, metabolise dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
26
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi (Supriasa, 2002).
2. Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bantuk
variable tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentu variable
terrtentu. Contoh: KEP merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan
dan pengeluaran energy dan didalam tubuh seseorang (Supriasa, 2001).
Sedangkan menurut Suhardjo (2003), status gizi adalah keadaan kesehatan
individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat
kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan
dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri.
3. Gizi Buruk
Gizi buruk adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan
secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2001). Gizi
buruk adalah keadaan di mana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan
tubuh. Umumnya gizi buruk ini di derita oleh balita karena pada usia
tersebut terjadi peningkatan energi yang sangat tajam dan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi virus atau bakteri (Almatsier, 2003).
Sedangkan Gizi buruk menurut Depkes (2003) adalah keadaan kurang
gizi yag disebabkan karena kurangnya asupan energi dan protein juga
mikronutrien dalam jangka waktu lama.
27
1. Klasifikasi gizi buruk
Ada empat bentuk malnutrisi menurut Supriasa (2002) yaitu;
1) Under nutrition: kekurangan konsumsi pangan secara relative
atau absolute untuk periode tertentu.
2) Specific Deficiency: kekurangan zat gizi tertentu. Misalnya:
kekurangan vitamin A, yodium, fe, dan lain-lain.
3) Over nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode
tertentu. Misalnya penyerapan gizi yang buruk atau kehilangan
gizi secara berlebihan.
4) Imbalance : karena disporposi zat gizi, misal: kolestrol terjadi
karena tidak seimbangnya (LDL) low density lipoprotein, (HDL)
high dendity lipoprotein, (VLDL) very low density lipoprotein.
2. Tanda Gejala Umum Balita Menderita Gizi Buruk
Tanda-tanda klinis gizi buruk adalah badan menjadi kurus, jaringan
lemak mulai terasa lunak dan otot-otot tidak kencang dan ini biasanya
tampak bila paha bagian dalam saat diraba. Penyusutan otot mulai terlihat
pada bagian lengan atas serta bahu bagian atas dan belakang. Biasanya
disertai dengan keadaan perut yang membesar (buncit). Bayi menjadi
kurang responsive dan mengarah kepada apatis, serta perkembangan
kepandaian lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang normal
(Muchtadi 2002). Menurut Supriasa (2002) pada balita yang mengalami
malnutrisi pada pemeriksaan fisik terdapat tanda :
28
1) Rambut
Rambut kusam, kering, tipis dan jarang, dan mudah
putus/kurang kuat.
2) Wajah
Pucat atau penurunan pigmentasi, moon face (wajah seperti
bulan), pengeringan selaput mata dan flek hitam dibawah mata.
Terdapat jaringan parus sekitar sudut bibir, serta adanya gusi yang
mudah berdarah.
3) Kelenjar
Pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar tiroid,
sedangkan menurut Depkes RI 1999, tanda- tanda klinis penderita
malnutrisi yaitu; anak tampak sangat kurus, cengeng, rewel, kadang
apatis, kulit kering, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, rambut
kusam dan mudah putus, pandangan mata anak nampak sayu, dan
sering disertai infeksi anemi dan diare.
3. Faktor Penyebab Gizi Buruk
Factor penyebab gizi buruk menurut menurut Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), ada tiga faktor penyebab gizi buruk, meliputi
a. Keluarga miskin.
b. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak.
c. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC,
HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare (Sudayasa, 2010).
29
Menurut UNICEF (1988) dalam Depkes (2005) Ada dua faktor
penyebab gizi buruk meliputi penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung,
a. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan
gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan
asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang
mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada
akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak
yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya
akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
b. Penyebab tidak langsung
Ada tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi
kurang yaitu :
1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap
keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan
pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
baik jumlah maupun mutu gizinya.
2) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan
mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian,
dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang
dengan baik baik fisik, mental dan social.
30
3) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim
pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin
penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar
yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat
pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat
ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka
akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan (Depkes, 2005).
Selain penyebab langsung dan penyebab tidak langsung gizi
buruk terdapat juga penyebab lain yaitu pengetahuan ibu. Sesuai
dengan penelitian Berg 1986 dalam Morani (2008) penelitian
tersebut mengidentifikasi dan menjelaskan kwasihiokor dan
melaporkan bahwa di Afrika barat gizi kurang tidak terjadi karena
kemiskinan harta, tetapi karena kemiskinan pengetahuan tentang
kebutuhan gizi anak.
4. Dampak Gizi Buruk
a. Dampak Gizi Buruk Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan
Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada
kelambatan pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit
disembuhkan, oleh karena itu anak yang bergizi kurang tersebut
kemampuanya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih
31
terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Santoso dan Lies,
2007).
Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan
system, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan
defisiensi (kekurangan) asupan mikro atau makro nutrien lain yang
sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak
porandakan system pertahanan tubuh terhadap microorganisme
maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi.
Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa
mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami,
ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan)
karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam
darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit penting
serta cairan tubuh.
Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan
baik akibatnya anak tidak dapat 'catch up' dan mengejar
ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak
buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya. Akibat gizi
buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak,
akibat kondisi 'stunting' (postur tubuh kecil pendek) yang
diakibatkannya. Yang lebih memprihatinkan lagi, perkembangan
anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental
dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu
pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi gizi buruk terjadi pada
32
masa golden period perkembangan otak (0-3 tahun), dapat
dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak
yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible (sulit untuk dapat pulih
kembali).
Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena
otak adalah salah satu 'aset' yang vital bagi anak untuk dapat menjadi
manusia yang berkualitas di kemudian hari.
b. Efek Jangka Pendek Dan Jangka Panjang
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi
buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis,
mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain.
Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ,
penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori,
gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya
diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah. Kurang
gizi berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya
kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Tidak heran jika
gizi buruk yang tidak dikelola dengan baik, pada fase akutnya akan
mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman
hilangnya sebuah generasi penerus bangsa (Nency, 2000).
Tindak lanjutan terhadap balita yang malnutrisi, terus
menunjukan kemampuan yang lebih buruk dalam fungsi kognitif
yang beragam, hal ini lebih buruk jika dibandingkan dengan balita
yang mempunyai gizi baik. Di negara berkembang banyak dilakukan
33
penelitian lanjutan terhadap malnutrisi. Gangguan perkembangan
ditemukan hingga usia pubertas (Gibney, 2008). Suatu analilisis
terpadu (analilis meta) 8 penelitian dari 5 negara berkembang
(Bangladesh, India, Malawi, Tanzani, dan Papua New Guinea)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara
kurang gizi berat dan kematian anak. Pada anak umur 6 bulan
sampai 5 tahun resiko kematian meningkat dengan lebih besar pada
mereka yang menderita gizi buruk berat yang diukkur degan BB/U
(Soekirman, 2000).
c. Dampak Yang Mungkin Muncul Dalam Pembangunan Bangsa di
masa depan karena masalah gizi antara lain :
a. Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan
anak-anak. Hal ini berarti berkurangnya kuantitas sumber daya
manusia di masa depan.
b. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan
menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan
menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas
kesehatan.
c. Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan
anak-anak. Akibatnya diduga tidak dapat diperbaiki bila terjadi
kekurangan gizi semasa anak dikandung sampai umur kira-kira
tiga tahun.
34
d. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini, berarti hilangnya
sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan
bagi pembangunan bangsa..
e. Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia
untuk bekerja, yang berarti menurunnya prestasi dan
produktivitas kerja manusia (Suhardjo, 2003).
Kekurangan gizi pada umumya adalah menurunnya tingkat
kesehatan masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah
masalah konsumsi makanan rakyat. Karena itulah program
peningkatan gizi memerlukan pendekatan dan penggarapan diberbagai
disiplin, baik teknis kesehatan, teknis produksi, social budaya dan lain
sebagainya (Suhardjo, 2003).
5. Cara Mendeteksi Gizi Buruk Pada Balita
Akhir-akhir ini, banyak balita yang mengalami keadaan gizi buruk
di beberapa tempat. Bahkan, dijumpai ada kasus kematian balita gara-
gara masalah gizi buruk kurang diperhatikan. Kondisi balita yang
kekurangan gizi sungguh sangat disayangkan. Sebab, pertumbuhan dan
perkembangan serta kecerdasannya dipengaruhi oleh gizi. Kondisi gizi
buruk tidak mesti berkaitan dengan kemiskinan dan ketidaksediaan
pangan, meski tidak bisa dipungkiri kemiskinan dan kemalasan
merupakan faktor yang sering menjadi penyebab gizi buruk pada anak.
1) Kartu Menuju Sehat
Sejauh mana dalam mengetahui keadaan pertumbuhan dan
perkembangan anak dan apakah hal tersebut dapat berlangsung
35
normal, maka diperlukan parameter atau patokan. Parameter ini
dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat). Diposyandu (pos
pelayanan terpadu), juga telah disediakan Kartu Menuju Sehat yang
bisa juga digunakan untuk memprediksi status gizi anak
berdasarkan kurva KMS.
Kartu Menuju Sehat adalah alat yang penting untuk
memantau tumbuh kembang anak, dan dapat diartikan sebagai
rapor kesehatan dan gizi balita (Nursalam, 2008). Secara umum,
KMS berisi gambar kurva berat badan trhadap umur untuk anak
berusia 0-5 tahun, atribut penyuluhan, dan catatan yang penting
untuk diperhatikan oleh petugas dan orang tua. Aktifitasnya tidak
hanya menimbang dan mencatat saja, tetapi harus
menginterprestasi tumbuh kembang anak.
Kartu Menuju Sehat (KMS) yang ada di Indonesia pada saat
ini berdasarkan standar (Harvard pada seminar Antropomentri di
Jakarta, 1975), dimana garis titik-titik merupakan batas gizi baik
dan gizi kurang (cut off point) berdasarkan median-2SD.
Sedangkan garis merah merupakan batas gizi kurang dengan gizi
buruk (Medicastore.com diakses pada tgl 29 februari 2012).
2) Tujuan Penggunaan KMS
Tujuan umum penggunaan KMS adalah mewujudkan
tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara
optimal. Adapun tujuan khususnya meliputi
36
1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau
tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
2. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan
yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang
optimal.
3. Mengatasi malnutrisi dimasyarakat secara efektif dengan
peningkatan pertumbuhan yang memadai (Nursalam, 2008).
3) Dasar Kurva pada KMS
Kurva atau grafik pada KMS dibuat berdasarkan standar
baku WHO-NCHS yang disesuaiakan dengan situasi Indonesia.
Kurva pertumbuhan tersebut dibagi dalam lima kelompok sesuai
dengan skala berat badan dalam kg dan garis datar yang
merupakan skala umur menurut bulan. Kelompok pertama untuk
bayi berusia 0-12 bulan, kelompok kedua untuk bayi berusia 13-
24 bulan, kelompok ketiga untuk usia 25-36 bulan, kelompok
empat untuk usia 37-48 bulan, dan kelompok lima untuk usia 49-
60 bulan. Setiap kelompok kurva terdapt garis melengkungyang
menggambarkan pola pertumbuhan berat badan, berupa garis
berwarna merah dengan pita kuning, hijau muda, dan hijau
tua.masing-masing warna tersebut mempunyai makna sebagai
berikut:
1. Garis merah dibentuk dengan menghubungkn angka yang
dihitung dari 70% median baku WHO-NCHS.
37
2. Dua pita kuning yang berada di atas garis merah, berturut-
turutmerupakan batas atas 75% dan 85% dari median baku
WHO-NCHS.
3. Dua pita warna hijau muda di atas pita kuning, berturut-
turut merupakan batas atas 85% dan 90% dari median baku
WHO-NCHS.
4. Dua pita warna hijau tua di atas diatas pita hijau meda,
berturut-turut merupakan batas atas 95% dan 100% median
baku WHO-NCHS.
5. Dua pita hijau dan pita kuning paling atas, masing-masing
bernilai 5% dari median baku dimana anak-anak sudah
mengalami kelebihan bert badan.
Dari pengukuran kurva pertumbuhan berat badan
bagaimana status gizi anak dapat di interprestasikan
1. Apabila pada pengukuran arah garis meningkat (mengikuti
arah kurva) berarti pertumbuhn anak baik dengan status gizi
baik.
2. Apabila pada pengukuran arah garis mendatar, berarti
pertumbuhan kurang baik dengan status gizi kurang
sehingga anak memerlukan perhatian khusus.
3. Apabila pada pengukuran arah garis menurun, berada diatas
garis merah berarti anak status gizi buruk dan memerlukan
tindakan segera.
38
Idealnya berat badan bayi berada di garis normal pada grafik
pertumbuhan. Ini artinya pertambahan berat badannya seimbang
dengan pertambahan tinggi badan dan usia. Untuk itulah orang
tua dianjurkan untuk selalu memantau berat badan bayinya secara
berkala dengan membawa anaknya untuk kontrol ke dokter atau
posyandu sebulan sekali untuk mengontrol berat badan (Rini,
2007).
6. Pencegahan Masalah Gizi Buruk
1) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama mencakup promosi kesehatan dan
perlindungan khusus dapat dilakukan dengan cara memberikan
penyuluhan kepada masyarakat terhadap hal-hal yang dapat
mencegah terjadinya kekurangan gizi. Tindakan yang termasuk
dalam pencegahan tingkat pertama :
1. Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai
umur 6 bulan.
2. Memberikan MP-ASI setelah umur 6 bulan.
3. Menyusui diteruskan sampai umur 2 tahun.
4. Menggunakan garam beryodium.
5. Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe)
kepada anak balita.
6. Pemberian imunisasi dasar lengkap.
39
2) Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua lebih ditujukan pada kegiatan
skrining kesehatan dan deteksi dini untuk menemukan kasus gizi
kurang di dalam populasi. Pencegahan tingkat kedua bertujuan untuk
menghentikan perkembangan kasus gizi kurang menuju suatu
perkembangan ke arah kerusakan atau ketidakmampuan. Tindakan
yang termasuk dalam pencegahan tingkat kedua :
1. Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada
balita gakin yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang.
2. Deteksi dini (penemuan kasus baru gizi kurang) melalui bulan
penimbangan balita di posyandu.
3. Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi).
4. Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi
buruk.
5. Pemantauan Status Gizi (PSG)
3) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga ditujukan untuk membatasi atau
menghalangi ketidakmampuan, kondisi atau gangguan sehingga
tidak berkembang ke arah lanjut yang membutuhkan perawatan
intensif. Pencegahan tingkat ketiga juga mencakup pembatasan
terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi
saat masalah gizi sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.
Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat ketiga :
40
1) Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan
pertumbuhan.
2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam
memberikan asuhan gizi kepada anak.
3) Menangani kasus gizi buruk dengan perawatan puskesmas dan
rumah sakit.
4) Pemberdayaan keluarga untuk menerapkan perilaku sadar gizi.
4. Kebutuhan Nutrisi Untuk Balita
Gizi kurang banyak menimpa anak-anak balita sehingga golongan ini
disebut golongan rawan gizi. Masa peralihan antara saat disapih dan mulai
mengikuti pola makanan orang dewasa atau bukan anak merupakan masa
gawat karena ibu atau pengasuh anak mengikuti kebiasaan yang keliru
(Sajogyo et al, 1994). Kebutuhan nutrisi merupakaan kebutuhan yang sangat
penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi
dan anak. Periode usia ini mempunyai dorongan pertumbuhan yang
biasanya bertepatan dengan periode peningkatan masukan dan nafsu makan.
Adanya variasi dalam hal nafsu makan dan asupan makanan pada anak
harus dipahami oleh orang tua agar dapat memberikan respon yang baik
terhadap setiap kondisi yang terjadi pada anak (Sulistyoningsih, 2011). Di
bawah ini adalah pola pemberian makanan pada anak menurut umur.
41
Table 1.1 Pola Makan Balita
Umur (Bulan) Bentuk makanan
0-6
6-9
10-12
12-24
24 -59
ASI Ekslusif
Makanan lumat (MPASI)
Makanan lembek
Makanan keluarga
Makanan keluarga
(Sumber : DepKes RI, 2002)
Suatu makanan campuran dengan pangan pokok sebagai sumber
protein yang baik, beberapa buah dan sayuran serta beberapa lemak atau
minyak akan mengandung komponen pokok makanan seimbang jika
dimakan dalam jumlah yang cukup dan sehat. Pemilihan pangan yang
dimakan sedapat-dapatnya harus beraneka ragam. Suatu ketentuan yang
baik untuk diikuti ialah makan sekurang-kurangnya sepuluh jenis pangan
yang berlainan setiap hari (Suhardjo, 2003). Pengetahuan tentang kadar zat
gizi dalam berbagai bahan makanan bagi kesehatan keluarga dapat
membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal
akan tetapi nilai gizinya tinggi (Sjahmien Moehji, 2002).
Komponen zat gizi yang dibutuhkan balita untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi sebagai sumber tenaga, sumber zat pembangun dan zat
pengatur dalam tubuh meliputi karbohidrat, lemak, protein, dan air, vitamin
dan mineral.
42
1. Karbohidrat
Karbohidrat diperlukan oleh anak yang sedang tumbuh terutama
sebagai sumber energy. Tidak ada ketetuan tentang kebutuhan minimal
karbohidrat, oleh karena glukosa dalam sirkulasi dapat dibentuk dari
protein dan lemak. Walaupun demikian zat yang mengandung tinggi
protein dan lemak dapat menyebabkan beban bagi ginjal dan sirkulasi.
Masukan yang dianggap optimal berkisar antara 40-60% dari jumlah
total energi, sebagian besar karbohidrat sebaiknya dari jenis
polisakarida seperti yang terdapat dalam beras, gandum, kentang dan
sayuran. Glukosa yang terdapat dalam minuman manis, kue, coklat dan
makanan manis lainnya harus dibatasi dan tidak melebihi 10% dari
jumlah energy. Makanan yang terlalu manis tidak dianjurkan untuk
anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan gigi (Pudjiadi, 2005).
2. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkutan
vitamin A,D,E, dan K. lemak juga merupakan sumber yang kaya akan
energy, selain itu sebagai pelindung organ tubuh seperti pembuh darah,
saraf, organ dan lain-lain terhadap suhu tubuh dan dapat membantu rasa
kenyang (penundaan waktu pengosongan lambung), komponen lemak
dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan
lemak akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit khususnya asam
lenoleat yang rendah, berat badan kurang, akan tetapi apabila konsumsi
lemak dalam jumlah yang berlebihan akan menyebabkan berbagai
penyakit pada anak. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jumlah lemak
43
yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, daging,
ikan, keju, kacang-kacangan dam minyak sayur (Pudjiadji, 2001).
3. Protein
Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam
pembentukan sel. Tersedianya protein dalam jumlah yang cukup
penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan. Protein dalam
tubuh anak harus tersedia dalam jumlah yang cukup ,apabila jumlahnya
berlebih dapat memperburuk isufisiensi ginjal demikian juga apabila
jumlahnya kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, kwasiokhor
dan marasmus. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu,
telur, daging, ikan, unggas, keju, kedele, kacang buncis dan padi-padian
(Pudjiadi, 2001).
4. Air
Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat
kebutuhan air pada anak relative tinggi 75-80% dari berat badan
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60%. Air bagi tubuh
dapat berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran sel, sbagai medium
untuk ion, dan pengatur suhu tubuh. Sumber zat air dapat diperoleh dari
air dan semua makanan (Pudjiadi, 2005).
5. Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam
kelompok mikro, yang terdiri dari kalsium yang terdapat di keju, susu,
sayur-sayuran yang berdaun hijau, dan kerang. Klorida termasuk
mineral yang berguna dalam pengaturan tekanan osmotic yang tersedia
44
dalam garam, daging, susu dan telur. Flour merupakan mineral yang
berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan tulang yang apabila
tersedia dalam jumlah yang kurang menyebabkan karies gigi, sumber
dari flour ini terdapat pada air, makanan laut, dan tumbuh-tumbuhan.
Yodium merupakan mineral yang terdapat dalam garam, apabila
tersedia dalam jumlah kurang dapat mengakibatkan penyakit gondok
dan dapat menggagngu pertumbuhan.
6. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organic yang digunakan untuk
mengkatalisator metabolism sel yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta dapat mempertahankan fungsi organ. Vitamin yang
dibutuhkan meliputi vitamin A, vitamin B, vitamin B komplek, vitamin
C, vitamin B2, vitamin B12, vitamin D, vitamin E dan Vitamn K.
Table 1.2 Kebutuhan Energi Per Hari
Umur Berat badan
(kg)
Tinggi badan
(cm)
Energi
(Kkal)
0-6 bulan
7-12 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
5,5
8,5
12
18
60
71
89
108
560
800
1220
1720
5. Pentingnya Pengetahuan Tentang Gizi
Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada tiga kenyataan yaitu:
45
1) Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan
2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
tubuh yang optimal.
3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk
dapat belajar mengguanakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi
(Suhardjo, 2003).
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seeorang mampu
menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan
gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah
makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetomo, 2000).
Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin
mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota
keluargnya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah
gangguan gizi pada keluarga (Harpper, Deaton dan Driskel ,1986 dalam
Morani, 2008).
D. Peranan Ibu
Peranan ibu dalam keluarga adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya,
ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidikk anak-anaknya, pelindung dan dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya. Peran ibu dalam mempengaruhi kualitas sumberdaya manusisa dan
46
pembanguanan sangat penting, karena besarnya peran ibu dalam melahirkan
kehidupan dan memelihara kehidupan yang dilahirkannya. Pengaruh ibu
terhadap kehidupan seorang anak telah dimulai selama dia hamil, selama masa
bayi, dan berlanjut terus sampai anak itu memasuki usia sekolah (Kusnadi,
2001).
Prilaku ibu seperti cara memelihara kebersihan rumah, hygiene makanan
kebersihan perorangan dan praktik psikososial adalah faktor-fakor penting yang
berpengruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Demikian pula faktor
lingkungan seperti ketersediaan air bersih dalam rumah, bahan pangan yang
tersedia untuk makan sehari-hari, dan pengetahuan ibu. Latar belakang
pendidikan ibu serta keadaan kesehatan fisik dan mental dan kemempuan ibu
mempraktikan pengetahuan yang dipunyai dalam kehidupan sehari-hari
semuanya berakumulasi dalam membentuk kualitas tumbuh kembang anak.
Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbang anak
yang optimal. Misalnya pada keluarga miskin yg ketersediaan pangan dirumah
tangga belum mencukupi, namun ibu yang tahu bagaimana mengasuh anaknya,
dapat memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk dapat menjamin
tumbuh kembang anak yang optimal sebagai contoh menyusi anak adalah prktik
memberikan makanan, kesehatan dan pengasuhan yang terjadi bersamaan
(Soetjiningsih, 1995).
Ibu yang dapat membimbing anak dengan cara makan yang sehat dan
makanan yang bergizi akan meningkatkan gizi anak. Banyaknya porsi yang
dapat dihabiskan anak, tergantung pada bagaimana ibu memberi makan kepada
anakanya (Staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI, 1985).
47
E. Penelitian Terkait
1. Rubiyanto Teguh (2002), peelitiannya yang berjudul “faktor-faktor yang
berhubuungan dengan pengetahuan ibu mengenai AIDS (anallisis data
sekunder SDKI‟97)”. Penelitian ini menggunakan desain analisis data
sekunder dengan hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan ibu mengenai AIDS diantaranya umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan, tempat tinggal serta keterpajanan informasi. Dimana analisis
bivariatnya terdapat hubungan yang bermakna diantara faktor-faktor tersebut
terhadap pengetahuan.
2. Kosasih (1996), penelitiannya yang berjudul “faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan dan sikap kepala keluarga dan tokoh masyarakat tentang
kusta di Kabupaten Kuningan”. Hasil penelitian menunjukakan hubungan
bermakna antara faktor umur, pendidikan, dan lingkungan dengan
pengetahuan mengenai kusta.
3. Sandjaja (2000). Penelitianya yang berjudul “Penyimpangan Positif (Positif
Deviance) Status Gizi Anak Balita dan faktor-faktor yang berpengaruh”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yangberhubungan
dengan malnutrisi anak di bawah lima tahun. Studi ini telah dilakukan dari
bulan Juli sampai September 2000 diPagelaran, Ciomas, Kecamatan Bogor,
Jawa Barat. Subyek penelitian adalah 60 anak kekurangan berat badan yang
dipilih dari tiga Posyandu. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sebagian
anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya
adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan berkembang, salah satu
48
faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan
kesehatan
4. Dyah Catur Purwaningtyas (2008), “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Seimbang Untuk Anak Usia 1-3 Tahun (Toodler) di Posyandu
Bobo Desa Sidoarjo Kecamatan Jambon Ponorogo” penelitian ini merupakan
penelitian deskripif dengan hasil penelitian didapatkan dari 33 responden
berupa 60.6% ibu mempunyai pengetahuan buruk dan 39.4% ibu mempunyai
pegetahuan baik Tentang Gizi Seimbang Untuk Anak Usia 1-3 Tahun
(Toodler).
5. Rahmaulina (2006), penelitian yang berjudul “Hubungan pengetahuan ibu
tentang gizi dan tumbuh kembang anak serta stimulasi psikososial dengan
perkembangan kognitif anak usia 2-5 tahun”. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan yang nyata dan positif dengan pengetahuan
ibu mengenai gizi dan tumbuh kembang anak serta pemberian stimulasi
psikososial pada anak sehingga dengan semakin tinggi pendapatan perkapita
dan pendidikan orangtua maka pengetahuan ibu mengenai gizi dan tumbuh
kembang anak serta pemberian stimulasi psikososial semakin baik.
Pengetahuan ibu mengenai gizi dan tumbuh kembang anak serta stimulasi
psikososial juga menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan dengan
perkembangan kognitif anak. Semakin tinggi pengetahuan ibu mengenai gizi
dan tumbuh kembang anak, serta pemberian stimulasi psikososial pada anak
maka perkembangan kognitif anak semakin baik pula.
49
F. Kerangka Teori
Gambar 2 Dimodifikasi dari Notoatmodjo (2007),
UNICEF (1988) dalam Depkes (2005)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi
- Usia
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Sosial ekonomi
- Pengalaman
Langsung
- penyakit bawaan
- makanan
Tak langsung
- Ketahanan pangan keluarga
yang kurang memadai.
-Pola pengasuhan anak kurang
memadai
-Pelayanan kesehatan dan
lingkungan kurang memadai.
Penyebab gizi
buruk
- Pengetahuan ibu
50
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2009).
Kerangka konsep penelitian ini di buat untuk melihat factor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang status
gizi buruk, serta melihat gambaran pengetahuan ibu tentang gizi buruk. Agar
lebih jelas bagaimana penelitian ini dilakukan Maka dibawah ini dijelaskan
kerangka konsep penelitian, yaitu :
s
Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian
Faktor- faktor yang
mempengaruhi pengetahuan
1. Pendidikan
2. Usia
3. Pekerjaan
4. Sosial ekonomi/
pendapatan keluarga
5. Pengalaman
Pengetahuan
ibu tentang
gizi buruk
Variable independent Variable dependent
51
B. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu mendefinisikan variabel sacara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena (Hidayat, 2009).
Table 3.2
Variable Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variable
independent
a. Pendidikan
a. Usia
Proses belajar
mengajar
yang didapat
dari jenjang
pendidikan
terakhir yang
diperoleh
oleh
responden
Lama waktu
hidup atau
Responden
diberi
pertanyaan
tentang
pendidik-
annya
yang
dikelompokk
an menjadi
1.SD
2. SMP
3. SMA
4.
Akademi/PT
Responden
diberi
Kuesioner
Dengan 1
pertanyaan
dengan tiga
kategori 0,
1, dan 2
pada
kuesioner A
data
demografi
responden
Kuesioner
Dengan 1
1. Pendidikan
dasar (SD
/tidak tamat
SD, SMP)
2. Pendidikan
menengah
(SMA)
3. Pendidikan
tinggi
(perguruan
tinggi,
Akademi)
(Depdiknas,
2005)
1. Usia
respoden <32
Ordinal
Ordinal
52
b. Pekerjaan
c. Sosial
ekonomi/pen
dapatan
keluarga
ada (sejak
dilahirkan)
sampai ulang
tahun terakhir
atau saat
penelitian
berlangsung
Kegiatan
responden
yang
dilakukan
secara rutin
untuk
menghasilkan
(penghasilan)
uang
Jumlah
pendapatan
tetap dan
sampingan
dari kepala
keluarga,ibu
dan anggota
keluarga lain
dalam 1
bulan.
pertanyaan
tentang
usianya
Respon-den
diberi
pertanyaan
tentang
Pekerjaannya
Menanya-kan
kepada
responden
tentang
penghasil-an
perbulan
keluarga
pertanyaan
pada
kuesioner A
dengan dua
kategori 0,
1, pada
data
demografi
responden
Kuesioner
Dengan 1
pertanyaan
pada
kuesioner A
dengan dua
kategori 0
dan 1 pada
data
demografi
responden
Kuesioner
Dengan 1
pertanyaan
pada
kuesioner A
dengan dua
kategori 0
dan 1 pada
data
demografi
tahun
(dewasa
muda)
2. Usia
responden
≥32 tahun
(dewasa tua)
(Notoatmodo
, 2003)
1. Tidak
bekerja
seperti IRT
2. Bekerja yang
mencakup
Karyawan,
PNS Sipil,
guru, tenaga
kesehatan
Dll
1. Pendapatan /
kapita/bulan
<UMR Rp
1.529.150,00
/kapita/bulan
2. Pendapatan /
kapita/bulan
≥UMR Rp
1.529.150,00
/kapita/bulan
Nominal
Ordinal
53
d. Penga-
laman
Riwayat yang
dimiliki
responden
dalam
merawat
balita
Responden
diberi
pertanyaan
tentang
penga-laman
merawat
balita
responden
Kuesioner
Dengan 2
pertanyaan,
1
pertanyaan
terbuka dan
1
pertanyaan
tertutup
dengan
skala
Guttman
pada
kuesioner B
dengan 2
kategori 0
dan 1.
(Disnaker,
2011)
1. Tidak pernah
2. pernah
Nominal
Variabel
dependen
Pengetahuan
Pengetahuan
yang
dimaksud
dalam
penelitian ini
adalah hal-
hal yang
diketahui
oleh ibu yang
mempunyai
balita tentang
gizi buruk
Pertanyaan
kepada
responden
menggunaka
n kuesioner
dengan skala
guttman
tentang
pengertian,
etiologi,
tanda dan
gejala,
Kuesioner
dengan 20
pertanyaan
pada
kuesioner C
1. Kurang(sko
r ≤55%)
2. Cukup (skor
56-75%)
3. Baik (skor
76-100%)
(Arikunto,
2006).
Ordinal
54
dampak dan
pencegah-an
gizi buruk
serta
kebutuhan
nutrisi balita
gizi buruk
C. Hipotesis
Hipotesa yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternative
(Ha), yaitu
1. Ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.
2. Ada hubungan usia dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.
3. Ada hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.
4. Ada hubungan tingkat sosial ekonomi dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur.
5. Ada hubungan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur.
55
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif
analitik, jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain
cross sectional. Penelitian kuntitatif adalah penelitian yang menekankan
analisanya pada data-data numerical atau angka yang diolah dengan metode
statistika (Nursalam, 2008). Desain cross sectional merupakan rancangan
penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara simultan
dalam satu waktu (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini peneliti akan
mengajukan pertanyaan berupa kuesioner untuk meneliti faktor-faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita.
B. Identifikasi Variabel
1. Variabel independen
Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variable dependen (Hidayat, 2009). Variabel
independen pada penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi pendidikan, usia, pekerjaan, pendapatan keluarga
dan pengalaman.
56
2. Variabel dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2009). Variabel
dependent pada penelitian ini yaitu pengetahuan ibu tentang gizi buruk.
C. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur,
Tangerang Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2012.
Lokasi penelitian dipilih dengan alasan bahwa dari hasil studi pendahuluan
membuktikan bahwa responden mempunyai pengetahuan yang kurang
tentang gizi buruk sebesar 0,4% dari 10 orang responden serta lokasi ini
belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita dan di
puskesmas.
D. Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2011). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak balita
di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur, sedangkan sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2011). Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu-ibu yang mempunyai anak balita
yang sesuai dengan kriteria inklusi yang berada di wilayah kerja puskesmas
57
Ciputat Timur. Adapun sample yang akan diteliti harus mempunyai kriteria
sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
1. Ibu yang mampu membaca dan menulis.
2. Ibu yang kooperatif
b. Kriteria eksklusi
1. Ibu yang tidak mampu membaca dan menulis.
2. Ibu yang menolak dijadikan sampel
c. Besar sampel
Penelitian ini menggunakan variable uniariat dan bivariat maka,
ukuran besar sampel diambil dengan menggunakan rumus cross
sectional untuk uji beda 2 proporsi (Hidayat, 2009), yaitu :
Dengan rumus:
√ ( ) √ ( ) ( )
( )
Keterangan :
n : Besar sampel minimum
Z1-α/2 : nilai distribusi normal baku table Z pada α tertentu = 95%
= 1,96
Z1-β : nilai distribusi normal baku table Z pada β tertentu =0,84
P1 : 31,4% (pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi dengan
balita gizi buruk berdasarkan penelitian wijayanto di Bogor
Utara)
58
P2 : 6,2% (proporsi pengetahuan ibu yang baik tentang gizi
dengan balita gizi buruk berdasarkan penelitian wijayanto di
Bogor Utara)
P : P1+P2/2= 0,314+0,062/2=0,188
jadi, jumlah sampel:
√ ( ) √ ( ) ( )
( )
√ ( ) √ ( ) ( )
√ √
( )
Karena menggunakan uji hipotesis maka dikali 2 jadi 36x2=72
Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan
peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal. Cadangan 10% x
72 = 7,2 =7 responden. Jadi total responden pada penelitian kali ini adalah
72+7 = 79 Responden.
59
d. Teknik Pengambilan Sempel
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sempel yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sempel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental
sampling. Teknik accidental sampling yaitu cara pengambilan sampel
yang dilakukan dengan kebetulan bertemu (Hidayat, 2009). Teknik
pada penelitian ini dilakukan saat ibu datang ke Posyandu Ciputat
Timur dengan membawa balita dan akan langsung dijadikan sebagai
sampel utama. Sampel dari 42 posyandu di ambil 15 posyandu yang
dijadikan sampel dengan alasan selama penelitian berlangsung 15
posyandu telah mencukupi jumlah sampel yang dibutuhkan. Penelitian
dilaksanakan selama 2 minggu. Posyandu A mendapat 5 reponden dan
yang lain menolak dijadikan responden, Posyandu B dengan 3
responden, posyandu C mendapat 8 responden, rata-rata satu posyandu
mendapat 5-8 responden. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan
responden dan keterbatasan peneliti. Kebanyakan responden
terpengaruh oleh responden lain yang menolak untuk penelitian,
sehingga dibutuhkan beberapa posyandu untuk memenuhi jumlah
sampel yang dibutuhkan.
60
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam penelitian
(Nursalam, 2003). Setelah didapatkan subjek penelitian, langsung dilakukan
pengumpulan data dengan pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang akan diisi
oleh responden mengenai berupa usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, tingkat
pendapatan dan pengalaman serta pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada
balita. Instrument dirancang berdasarkan skala Guttman dimana skala ini
merupakan skala pengukuran dengan jawaban pertanyaan ya/tidak, positif dan
negatif, setuju atau tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2009).
1. Proses pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur dengan proses sebagai berikut:
a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik
dilanjutkan dengan membuat surat permohonan jurusan PSIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ditujukan kepada kepala Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan.
b. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan, peneliti
menyerahkan surat permohonan tersebut kepada kepala Puskesmas
Kecamatan Ciputat Timur.
c. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan sampel dengan teknik
accidental sample yaitu ibu yang datang ke puskesmas dengan
membawa balita dijadikan sampel utama.
61
d. Kemudian peneliti melakukan screening responden berdasarkan
kriteria eksklusi
e. Peneliti mengadakan pendekatan dan penjelasan kepada calon
responden tentang penelitian dan bagi responden yang bersedia
dipersilahkan menandatangani persetujuan penelitian.
f. Peneliti menjelaskan ke responden tentang cara pengisian kuesioner
tentang data demografi, tingkat pendapatan, dan kuesioner tentang
pengetahuan gizi buruk.
g. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner dan
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika masih
ada yang belum jelas.
h. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, kemudian
peneliti mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan data.
i. Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti mengucapkan
terima kasih kepada responden atas partisipasinya.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti metode ini
memberikan hasil secara langsung (Nursalam, 2003). Dalam metode
wawancara ini, dapat digunakan instrumen berupa pedoman
wawancara kemudian daftar periksa atau check list kepada
responden untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita.
62
b. Angket /kuesioner
Kuesioner merupakan petanyaan tertulis yang diajukan
kepada responden (Nursalam, 2003). Kuesioner akan diisi oleh
responden untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita. Kuesioner yang
digunakan terdiri dari dua bagian:
1) Kuesioner A
Kuesioner ini berisi pertanyaan mengenai data
demografi responden yang termasuk dalam faktor-faktor
yang akan diteliti meliputi umur, pendidikan terakhir,
pekerjaan, dan tingkat pendapatan keluarga.
2) Kuesioner B
Kuesioner ini berisi pertanyaan yang berhubungan
dengan pengalaman ibu yang pernah atau tidak pernah
merawat balita sebelumnya yang mencakup 2 pertanyaan
yang meliputi 1 pertanyaan terbuka dan 2 pertanyaan
tertutup dengan menggunakan skala Guttman. Penilaian
pengalaman didasarkan pada jumlah jawaban pernah, jika
jawaban pernah lebih dari 2 jawaban maka dinyatakan pernah
mempunyai pengalaman.
3) Kuesioner C
Kuesioner ini terkait dengan pengetahuan responden
mengenai gizi buruk yang mencakup 20 pertanyaan yang
merupakan pertanyaan tertutup (closed form questionare),
63
yaitu pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya
sehingga memudahkan responden untuk menjawab
(Arikunto, 2006).
Pertanyaan dalam kuesioner C terdiri dari pernyataan positif dan
pernyataan negative. Pernyataan positif atau favorable (positive
statement) adalah jika jawaban benar nilai 1, dan jawaban salah nilai
0 sebanyak 15 pernyataan sedangkan pernyataan negatif atau
unfavorable (negative statement) adalah jika jawaban salah nilai 1, dan
jawaban benar nilai 0 sebanyak 5 pernyataan. Penjabaran materi (kisi-
kisi) yaitu pengertian soal no 1, penyebab soal no 2 dan 19,tanda dan
gejala soal no 3, 4, 8,dan 18, dampak soal no 5, 11, dan 13, penilaian
soal no 9, 10, 15,dan 16, pencegahan soal no 12, konsep balita soal no
7 dan 6, nutrisi balita soal no 14, 17, 18 dan 20. Skor dari pertanyaan
tentang pengetahuan berkisar antara 0 hingga 100% yang ditentukann
dengan rumus :
Hasil dibagi kedalam 3 kategori yaitu kurang=0-55%, cukup=56%-
75%, baik=76%-100% (Arikunto, 2006).
F. Teknik Uji Instrumen Penelitian
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan uji realibilitas data. Uji
64
coba instrument dilakukakn pada tanggal 2-10 Agustus tahun 2012 dilakukan
di kelurahan Cempaka Putih dengan jumlah responden 20 orang.
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam
hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat
mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan
menghitung korelasi antara masing–masing skor item pertanyaan dari tiap
variabel dengan total skor variabel tersebut (Arikunto, 2006).
Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment.
r hitung = ( ) ( )( )
( ) ( )
r hitung = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
∑Xi = Jumlah skor item
∑Yi = Jumlah skor total
Uji validitas ini dilakukkan pada tanggal 2 Agustus sampai dengan
4 Agustus 2012 di Kelurahan Cempaka Putih pada 20 responden.
Penghitungan uji validitas skala tingkat pengetahuan tentang gizi buruk
pada balita. uji ini diselesaikan dengan menggunakan SPSS 16.0 for
Windows, dan diperoleh hasil r tabel dengan nilai 0,38. Dari 20 item yang
tersusun ditemukan 3 item pertanyaan pada skala tingkat pengetahuan
tentang gizi buruk yang gugur atau tidak valid, yaitu pertanyaan no
65
18,19,dan 20. Beberapa pertanyaan yang tidak valid tersebut didrop atau
dihapuskan dikarenakan tidak mengurangi indikator yang akan diukur dan
telah terwakilkan oleh beberapa pertanyaan yang valid dan pertanyaan
yang valid ditetapkan untuk dipakai (Djalil dan Muljono, 2007).
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Teknik
pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alfa Cronbach (α),
dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r
tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya bila r alpha < r tabel
maka pertanyaan tersebut tidak reliable.
Hasil dari uji reliabilitas penelitian menunjukkan nilai Alpha
Crombach(α) dari masing-masing variabel, yaitu pada variable
pengetahuan adalah 0,884. Nilai tersebut menunujukkan bahwa pertanyaan
yang berada dalam kuisioner dapat dikatakan reliabel.
G. Etika Penelitian
1. Prinsip-prinsip Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar
manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,
66
sehingga peneliti yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi
kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus
dipahami menurut Hidayat (2009) antara lain:
a) Prinsip Manfaat (Beneficient)
Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat adalah segala bentuk
penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada
manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian
yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan
antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang
dilakukan dapat mengalami dilema etik.
b) Prinsip Menghormati Manusia (Human dignity)
Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia
yang harus di hormati, karena manusia berhak untuk menentukan
pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek
penelitian.
c) Prinsip Keadilan (Justice)
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia
dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak
menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan
terhadap manusia.
67
2. Masalah Etika Penelitian
Etika penelitian keperawatan merupakan hal yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
diperhatikan(Hidayat, 2009). Masalah etika yang harus diperhatikan
menurut Hidayat (2009) sebagai berikut:
a. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memeberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, ,mengetahui dampaknya.
Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam
informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan
dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,
prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,
kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
b. Tanpa nama (Anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
68
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalak
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
H. Pengolahan Data dan Analisa Data
a. Pengolahan data
Proses pengolahan data peneliti menggunakan langkah-langkah
pengolahan data (Sugiyono, 2011) diantaranya:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing
dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik
(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian
kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data
menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat
juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk
69
memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu
variabel.
3. Scoring
Tahap ini meliputi nilai masing-masing pernyataan dan
penjumlahan hasil scoring dari semua pernyataan.
4. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
5. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data
yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
b. Analisa data
Analisa dalam penelitian ini terdiri dari:
a) Analisis univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dalam tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui proporsi masing-masing
variable yang diteliti. Variable tersebut yaitu: factor pengetahuan
(pendidikan, social ekonomi, sumber informasi, usia pengalaman
dan pekerjaan), pengetahuan tentang gizi buruk.
70
b) Analisis bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Analisis
bivariat pada penelitian ini mengunakan bantuan penghitungan
komputer dengan analisa uji korelasi spearman yang digunakan
untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara variable
independen dengan variable dependen, yang dilakukan analisis
bivariat yaitu, factor yang mempengaruhi pengetahuan
(pendidikan, social ekonomi, usia pengalaman dan pekerjaan) yang
dihubungkan dengan pengetahuan tentang gizi buruk pada balita.
Adapun rumus Uji Korelasi Spearman Rank menurut Hidayat
(2009) dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Membuat hipotesis
2. Membuat table penolong untuk menghitung rangking
3. Menentukan rs hitung dengan rumus rs= 1−
( )
4. Menentukan nilai rs table spearman
5. Menentukan Z hitung dengan rumus Zhitung=
6. Membuat kesimpulan
a. Apabila Z hitung > Z tabel maka Ho ditolak artinya signifikan
b. Apabila Z hitung < Z tabel maka Ho diterima artinya tidak
signifikan
71
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini memaparkan secara lengkap hasil penelitian mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu dari
tanggal 10 September Sampai 21 September 2012. Wawancara dan pembagian
kuesioner dilakukan di 15 posyandu yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Timur yang berlangsung saat penelitian dilakukan.
A. Deskripsi Umum lokasi Penelitian
1. Puskesmas Ciputat Timur
Puskesmas Ciputat Timur merupakan salah satu dari 4 puskesmas
yang ada di wilayah Kecamatan Ciputat Timur. Letaknya berbatasan
dengan :
Sebelah Utara : DKI Jakarta
Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Rengas Dan DKI Jakarta
Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
Puskesmas Ciputat Timur terletak di Jalan Rempoa No 1 Kelurahan
Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Propinsi
Banten. Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur terdiri dari 2 kelurahan
yaitu Kelurahan Rempoa dan Kelurahan Cempaka Putih dengan total
jumlah penduduk sebanyak 60.094 jiwa. Puskesmas Ciputat Timur
membawahi 42 posyandu.
72
2. Pencapaian Progam Kesehatan
Sesuai dengan peraturan pemerintah program puskesmas meliputi;
program promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi
,pencegahan dan pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
pelayanan pengobatan, program lansia, program UKS, dan program
NAPZA.
Program perbaikan gizi di Puskesmas Ciputat Timur dilakukan
dengan cara meningkatkan pemantauan pertumbuhan balita dengan
pelayanan gizi. Indikator keberhasilan pencapaian program perbaikan
gizi dapat dilihat dari pemantauan pertumbuhan bayi dan balita melalui
penimbangan setiap bulan di posyandu. Dari 3995 balita yang ada di
Puskesmas Ciputat Timur, balita yang ditimbang sebanyak 90,00%.
Berat badan yang naik sebanyak 72,2%, balita Bawah Garis Merah
sebanyak 0,2%, dan balita gizi buruk sebanyak 0,35%. Data diperoleh
berdasarkan profil puskesmas tahun 2011.
B. Analisis Univariat
1. Gambaran Distribusi Umur Responden
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden Di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan
2012
Umur n %
<32 tahun 34 43
≥32 tahun 45 57
Jumlah 79 100
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dari 79 responden dapat
diketahui bahwa responden yang berumur ≥32 tahun lebih banyak
73
dibandingkan dengan responden yang berumur <32 yaitu sebanyak
45 responden (57%) sedangkan responden yang berumur <32 tahun
sebanyak 34 responden (43%).
2. Gambaran Distribusi Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden Di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang
Selatan Tahun 2012
Pendidikan N %
Dasar 24 30.4
Menengah 39 49.4
Tinggi 16 20.3
Jumlah 79 100
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan dari 79 responden yang
mempunyai pendidikan setingkat dasar sebanyak 24 responden
(30,4%) responden yang memiliki tingkat pendidikan setingkat
menengah sebanyak 39 responden (49,4%), sedangkan responden
yang tingkat pendidikan setingkat pendidikan tinggi sebanyak 16
respoden (30,4%).
3. Gambaran Distribusi Status Pekerjaan Responden
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Responden
Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan
Pekerjaan N %
Tidak Bekerja 56 70.9
Bekerja 23 29.1
Tabel 5.4 diketahui bahwa responden yang tidak bekerja lebih
banyak dibandingkan dengan responden yang bekerja, yaitu 56
74
responden (70,9%), sedangkan responden yang tidak bekerja ada 23
responden (29.1%).
4. Gambaran Distribusi Status Pendapatan Responden
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Responden
Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan
Pendapatan N %
<UMR 39 49.4
≥UMR 40 50.6
Jumlah 79 100
Tabel 5.4 diketahui bahwa dari 79 responden yang
berpendapatan≥UMRRp 1.529.150,00 /kapita/bulanlebih banyak
dibandingkan dengan responden yang berpendapatan <UMRRp
1.529.150,00 /kapita/bulanyaitu 40 responden (50,6%), sedangkan
responden yang yang berpendapatan < UMR/ kapita/bulan sebanyak
39 responden (49,4%).
5. Gambaran Distribusi Status Pengalaman Merawat Balita Gizi
Buruk
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan pengalaman Merawat Balita
Gizi Buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan
Pengalaman N %
Pernah 7 8,9
Tidak Pernah 72 91,1
Jumlah 79 100
Tabel 5.4 diketahui bahwa hanya sedikit responden yang
pernah merawat balita gizi buruk yaitu sebanyak 7 responden (8,9%),
75
sedangkan yang belum pernah merawat balita gizi buruk sebanyak
72 responden (91,1%) dari 79 responden.
6. Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Responden Tentang Gizi Buruk Pada Balita
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Responden Tentang Gizi Buruk Pada Balita Di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang Selatan
Pengetahuan N %
Kurang 8 10,1
Cukup 29 36,7
Baik 42 53,2
Jumlah 79 100
Tabel 5.6 diketahui bahwa dari 79 responden yang mempunyai
pengetahuan kurang sebanyak 18 responden (22,8%), responden
yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 61 responden (77,2%).
C. Analisi Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat maka analisis
bivariat merupakan analisis data yang menguji ada atau tidaknya hubungan
antara variabel-variabel yang diteliti. Variable dependen (umur,
pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengalaman) dengan variable
independen (pengetahuan). Uji bivariat ini menggunakan uji Chi Square
dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α = 5%).
76
1. Hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan
Table 5.7
Proporsi umur menurut pengetahuan tentang gizi buruk balita di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang
Selatan
Umur Pengetahuan Total P Value
Koef korelasi Kurang Cukup Baik
N % N % N % N % 0,024 0,254
<32 Th 5 14,7 19 55,9 10 29,4 34 100
≥32 Th 3 6,7 10 22,2 32 71,1 45 100
Total 8 10,1 29 36,7 42 53,2 79 100
Berdasarkan table 5.7 diketahui dari 79 responden ibu yang
berumur <32 tahun diantaranya 5 responden (14,7%) mempunyai
pengetahuan kurang, 19 responden (55,9%) mempunyai pengetahuan
cukup, dan 10 responden (29,4%) mempunyai pengetahuan baik. Ibu
yang beumur ≥32 tahun sebanyak 3 responden (6,7%) mempunyai
pengetahuan kurang, 10 responden (22,2%) mempunyai pengtahuan
cukup dan 32 responden (71,1%) mempunyai pengetahuan baik. Dari
total keseluruhan 79 responden.
Analisis bivariat dengan menggunakan uji Spearman Rank
didapatkan hasil p value (sig 2 tailed) sebesar 0,024 (<α=0,05) dengan
taraf kepercayan 0,05 atau 95% dengan demikian Ho ditolak artinya
ada hubungan antara umur ibu dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,254 yang
termasuk kedalam kategori rendah (0,20-0,399) (Sugiyono, 2008).
77
2. Hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang
gizi buruk pada balita di kelurahan rempoa kecamatan ciputat
timur
Tabel 5.8
Proporsi pendidikan ibu menurut pegetahuan tentang gizi buruk Di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur Tangerang
Selatan
Pendidika
n
Pengetahuan Total P Value
Koefisien korelasi Kurang Cukup Baik
N % N % N % N % 0,000 0,761
Dasar 8 33,3 16 66,7 0 0 24 100
Menengah 0 0 13 33,3 26 66,7 39 100
Tinggi 0 0 0 0 16 100 16 100
Total 8 10,1 29 36,7 42 53,2 79 100
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui dari 79 responden ibu
yang berpendidikan diantaranya 8 responden (33,3%) mempunyai
pengetahuan kurang, 16 responden (66,7%) mempunyai pengetahuan
cukup, dan tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan baik
(0%). Ibu yang berpendidikan tingkat menengah tidak ada responden
yang mempunyai pengetahuan kurang, 13 responden (33,3%)
mempunyai pengtahuan cukup dan 26 responden (66,7%) mempunyai
pengetahuan baik. Sedangkan ibu yang berpendidikan tingkat tinggi
tidak ada responden yang pengetahuan kurang (0%), tidak ada
responden yang mempunyai pengetahuan cukup dan 16 responden
(100%) mempunyai pengetahuan baik.
Analisis bivariat dengan menggunakan uji Spearman Rank
didapatkan hasil p value (sig 2 tailed) sebesar 0,000 (<α=0,05) dengan
tingkat kepercayan 0,05 atau 95% dengan demikian Ho ditolak artinya
ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan ibu tentang
78
gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,761 yang
termasuk kedalam kategori kuat (0,60-0,799) (Sugiyono, 2008).
3. Hubungan antara pekerjaan dengan pegetahuan ibu tentang gizi
buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur Tangerang Selatan.
Tabel 5.9
Proporsi pekerjaan menurut pengetahuan pegetahuan ibu tentang gizi
buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan
Pekeerjaan Pengetahuan Total P Value
Kofisien korelasi Kurang Cukup Baik
N % N % n % N % 0,000 -0,436
Bekerja 0 0 3 13 20 87 23 100
Tdk
bekerja
8 14,3 26 46,4 22 39,3 56 100
Total 8 10,1 29 36,7 42 53,2 79 100
Berdasarkan table 5.9 dari 79 responden dapat diketahui
proporsi ibu yang mempunyai pekerjaan diantaranya tidak ada
responden (0%) mempunyai pegetahuan kurang, 3 responden (13%)
mempunyai pengetahuan cukup, 20 responden (87%) mempunyai
pengetahuan baik. Sedangkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 8
responden (14,3%) mempunyai pengetahuan kurang, 26 responden
(46,4%) mempunyai pengtahuan cukup, dan 22 responden (39,3%)
mempunyai pengetahuan baik.
Dari analisa bivariat dengan menggunakan uji Spearman Rank
didapatkan hasil p value (sig 2 tailed) sebesar 0,000 < α dengan
koefisien korelasien sebesar -0,436 yang berarti bahwa Ho ditolak
79
artinya ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk pada balita di wilayah kerja puskesmas Ciputat
Timur karena hasil koefisien korelasien negatif menandakan
hubungan terbalik artinya, ibu yang tidak bekerja mempunyai
pengetahuan yang baik dari pada ibu yang bekerja.
4. Hubungan antara pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur Tangerang Selatan.
Tabel 5.10
Proporsi pendapatan keluarga menurut pengetahuan ibu tentang gizi
buruk Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Tangerang Selatan.
Pendapatan
Keluarga
Pengetahuan Total P Value
Koefisien korlasi
Kurang Cukup Baik
N % n % N % N % 0,004 0,323
<UMR 7 17,9 17 43,6 15 38,5 39 100
≥ UMR 1 2,5 12 30 27 67,5 40 100
Total 8 10,1 29 36,7 42 53,2 79 100
Berdasarkan tabel 5.10 dari 79 responden didapatkan proporsi
pendapatan keluarga menurut tingkat pengetahuan yaitu ibu yang
pendapatan keluarga <UMR didapatkan hasil 7 responden (17,9%)
mempunyai pengetahuan kurang, 17 responden (43,6%) mempunyai
pengetahuan cukup, 15 responden (38,5%) mempunyai pengetahuan
baik. Ibu yang pedapatan keluarganya ≥ UMR didapatkan hasil
sebagai berikut 1 responnden (2,5%) mempunyai pengetahuan kurang,
12 responden (30%) mempunyai pengetahun cukup, 27 responden
(67,5%%) mempunyai pengetahuan baik .
80
Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Spearman Rank
menunjukkan bahwa p value (sig 2 tailed) 0,004 < α (0,05) dengan
tingkat kepercayan 0,05 atau 95% dengan demikian Ho ditolak artinya
ada hubungan antara pendapatan dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.
Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,323 yang
termasuk kedalam kategori rendah (0,20-0,399) (Sugiyono, 2008).
5. Hubungan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur Tangerang Selatan
Tabel 5.11
Proporsi pengalaman ibu menurut tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi buruk pada balita Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur Tangerang Selatan
Pengalaman Pengetahuan Total P Value Kurang Cukup Baik
N % N % n % N % 0,343
Pernah 2 28,6 2 28,6 3 42,9 7 100
Tdk pernah 6 8,3 27 37,5 39 54,2 72 100
Total 8 10,1 29 36,7 42 53,2 79 100
Berdasarkan tabel 5.11 dari 79 responden dapat diketahui
bahwa ibu yang mempunyai ppengalaman dalam merawat balita yang
gizi buruk mempunyai pengetahuan diantaranya 2 responden (28,6%)
mempunyai pengetahuan kurang, 2 responden (28,6%) mempunyai
pengetahuan cukup dan 3 responden (42,9%) mempunyai pengetahuan
baik. Ibu yang tidak mempunyai pengalaman merawat balita gizi
buruk proporsi pengetahuannya yaitu 6 responden (8,3%) mempunyai
81
pengetahuan kurang, 27 responden (37,5%) mempunysi pengetahuan
cukup, dan 39 responden (54,2%) mempunyai pengetahuan baik.
Hasil analisis bivariat menusnjukkan p value (sig 2 tailed)
sebesar 0,343 dengan tingkat kepercayan 0,05 atau 95% dengan
demikian Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara pengalaman
dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Ciputat Timur.
82
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Univariat
1. Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat Timur
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui distribusi responden
berdasarkan umur responden sebagian besar berada pada kategori <32
tahun yaitu sebanyak 43 % sedangkan ibu yang berumur ≥32 tahun
yaitu 57%.Hasil penelitian terhadap 79 responden didapatkan data
bahwa ibu yang berumur >32 lebih banyak hal ini terlihat dari
presentase sebesar 57%.
Menurut teori Levinson (1978 dalam Potter & Perry, 2005)
bahwa umur >32 tahun termasuk dewasa awal yaitu masa tenang
dimana ketika seseorang mengalami stabilitas yang lebih besar. Sesuai
dengan tugas perkembangan pada masa dewasa awal dimana seorang
ibu akan lebih bertanggung jawab mengasuh dan merawat anak-
anaknya (Erikson, dalam Potter & Perry, 2005). Pada masa ini pula
seseorang mempunyai kematangan dalam berfikir sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2003) semakin cukup usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.hal ini dapat
disimpulkan bahwa ibu dapat menerima informasi dengan baik terkait
83
gizi buruk dikarenakan usia ibu yang sudah cukup matang dalam
berfikir.
2. Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih
dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau
masyarakat Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan
yang didapat responden secara formal.
Hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Timur menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu mayoritas
pendidikan menengahyaitu SMA sebanyak 49,4%,hanya ada 20,3%
ibu yang pendidikan setingkat tinggi yaitu akedemi dan perguruan
tinggi. Namun, dari hasil penelitian ini masih terdapat ibu yang
pendidikannya rendah adalah SD dan SMP sebanyak 30,4%. Menurut
Sulistyoningsih (2011) pendidikan ibu akan berpengaruh pada
pemilihan menu makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi sehingga
akan berdampak pada pertumbuhan balitanya. Sehingga, dalam hal ini
pendidikan sangat penting bagi ibu yang merawat balita.
84
3. Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaaan
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur
Ibu bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan aktivitas ekonomi
mencari penghasilan baik disektor formal maupun informal, yang
dilakukan secara reguler di luar rumah.Sedangkan ibu tidak bekerja
adalah ibu-ibu yang tidak melakukan pekerjaan mencari penghasilan
dan hanya menjalankan fungsi sebagai ibu rumah tangga saja.
Berdasarkan konsep diatas pekerjaan dalam penelitian ini dibagi dalam
dua kategori yaitu ibu yang bekerja dan tidak bekerja, dimana ibu yang
tidak bekerja meliputi ibu rumah tangga sedang ibu yang bekerja
seperti sebagai pegawai, karyawan,wirausaha dll (Muhammad Ali,
2003). Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden dalam
penelitian ini tidak bekerja yaitu sebanyak 56 responden atau 70,9%
sedangkan yang bekerja sebanyak 23 responden atau 23,1%. Ibu yang
tidak bekerja melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga.
Seorang ibu rumah tangga mempunyai peran yang sangat
penting untuk menciptakan pola hidup sehat khususnya kesehatan
balita. Menurut Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa peran ibu dalam
keluarga yaitu memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis anak,
merawat, mendidik mengatur dan mengendalikan anak memberi
rangsangan dan pelajaran bagi anak. Ingranurindani (2008) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa dampak negatif ibu yang bekerja
85
adalah stress, ketidakpuasan hisup dan ketegangan dalam keluarga, dan
dampak tersebut akan mempengaruhi ibu merawat balita.
4. Gambaran Distribusi Responden Berdasarkkan Pendapatan
Keluarga Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Ciputat Timur
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 79 responden ibu balita
di wilayah kerja puskesmas Ciputat Timur pendapatan keluarga berada
diatas UMR, yaitu sebanyak 40 responden atau 50,6%. Namun,
sebanyak 49,4% berada dibawah UMR. Hasil ini menunjukkan masih
banyaknya ibu yang mempunyai balita pendapatannya dibawah UMR.
Dengan masih banyaknya ibu yang mempunyai balita yang
pendapatannya kurang maka hal ini akan mempengaruhi pengetahuan
ibu yang akan merawat balita karena status ekonomi seseorang juga
akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi ini menjadi salah satu yang
penting.
5. Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami
(KBBI, 2005).Pengalaman juga merupakan kesadaran akan suatu hal
yang tertangkap oleh indera manusia (Notoadmojo, 2003). Hasil
86
penelitian dari 79 responden hanya sedikit responden yang mempunyai
pengalaman merawat anak gizi buruk yaitu sebanyak 7 responden atau
8,9%.. Seseorang yang mempunyai pengalaman ia akan mempelajari
apa yang telah dialami. Sehingga, apabila responden pernah merawat
balita gizi buruk diharapkan ia akan selalu memperhatikan kesehatan
anaknya.
6. Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciputat
Timur
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini didapat hasil dari 79
responden ibu yang mempunyai balita mayoritas mempunyai
pengetahuan yang baik tentang gizi buruk pada balita yaitu sebanyak
42 responden atau sebesar 53,2%. Sedangkan ibu yang mempunyai
pengetahuan cukup sebanyak 29 atau 36,7% dan ibu yang mempunyai
pengetahuan kurang sebanyak 8 responden atau 10,1%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang
mempunyai balita dalam penelitian ini yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Timur mempunyai pengetahuan yang baik
mengenai gizi buruk, sesuai dengan kategori kuesioner yang mencakup
tentang pengertian, penyebab dampak, tanda dan gejala, penilian anak
gizi buruk, pencegahan, konsep balita dan nutrisi balita. Hal ini sejalan
87
dengan penelitian kurniawan (2007) yang menyatakan bahwa dari 63
responden ibu yang mempunyai balita gizi buruk secara keseluruhan
disimpulkan bahwa memiliki tingkat pengetahuan, perilaku dan sikap
yang baik dengan kategori pengetahuan 66,67%, perilaku 100% dan
sikap 77,78%.
B. Pembahasan Hasil Bivariat
1. Hubungan Antara Umur Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur 2012
Hasil analisa bivariat dengan penghitungan Spearman antara
pengetahuan ibu berdasarkan umur di wilayah kerja puskesmas ciputat
timur diperoleh p value 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu diWilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Timur dan hubungan itu dtunjukkan oleh nilai
relasi sebesar 0,254 berarti ada hubunganakan tetapi korelasinya
rendah.
Nilai korelasi yang positif menunjukkan bahwa semakin
bertambah umur seseorang semakin mudah seseorang dalam
penyerapan informasi sehingga semakin tinggi tingkat
pengetahuannya.Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rubiyanto (2002) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara umur dengan pengetahuan ibu.Hal ini juga sesuai
dengan pendapat (Alimadi dalam Mahardani, 2011) yang
88
mengemukakan bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya
dipengaruhi oleh umur.
Menurut Kosasih (1997) juga menyatakan bahwa usia dapat
mempengaruhi pengetahuan serta sikap seseorang, di mana semakin
matang usia seseorang maka ia akan semakin bijaksana dalam berfikir
dan bersikap. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur tertentu,
kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu pengetahuan akan
berkurang.
2. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Gizi Burukdi Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur 2012
Hasil analisa bivariat dengan menggunakan penghitungan
Spearman rho mengenai hubungan antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang gizi buruk diperoleh nilai p value sebesar
0,000.Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu
dengan pengetahuan tentang gizi buruk di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Timur yang ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,761
yang berarti hubungan yang kuat.Maka semakin tinggi pendidikan ibu
semakin baik pengetahuan ibu tentang gizi buruk.Hal ini ditunjukkan
oleh nilai korelasi yang positif.
Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan akan mempengaruhi
kognitif seseorang dalam peningkatan pengetahuan. Ibu dengan tingkat
89
pendidikan yang semakin tinggi diyakini akan mengalami peningkatan
pengetahuan karena informasi yang diperolehnya baik dalam bidang
pendidikan formal maupun non-formal (Kosasih, 1997). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh rubiyanto (2002) dan
Mahardani (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
pendidikan dengan pengetahuan ibu.Hal tersebut juga sesuai dengan
Sarwono, yang menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi lebih
besar kepeduliannya terhadap masalah kesehatan dan peningkatan
pengetahuanakan meningkatkan partisipasi ibu dalam menjaga
kesehatan anaknya.
3. Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Pengetahuan Ibu di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Timur 2012
Hasil Analisa bivariat dengan menggunakan analisa Spearman
Rhomengenai hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk didapatkan hasil p value sebesar 0,000. Nilai ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan
pengetahuan akan tetapi hubungannya terbalik. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai -0,436 pada koefisien korelasi yang menyatakan hasilnya
negatif dimana hubungannya terbalik artinya bahwa ibu yang tidak
bekerja mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan
ibu yang bekerja.
Ibu tidak bekerja adalah ibu-ibu yang tidak melakukan
pekerjaan mencari penghasilan dan hanya menjalankan fungsi sebagai
90
ibu rumah tangga saja (Muhammad ali, 2003). Ibu yang tidak bekerja
mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan pola makan anaknya,
serta lebih rutin datang keposyandu dari pada ibu yang bekerja
sehingga ibu yang tidak bekerja mendapat banyak kesempatan
mendapat informasi dari tenaga kesehatan saat ada penyuluhan di
posyandu.
Kadangakala orang hanya memandang sebelah mata fungsi
utama ibu rumah tangga akan tetapi funfsi dan peran ibu dalam rumah
tangga penting dalam upaya kesehatan terutama gizi balita, karena
fungsi utama ibu rumah tangga sebagai ibu bagi anaknya secara
otoomatis ibu akan berusaha mengontrol kesehatan anaknya khususnya
tentang gizi.
Menurut Suharyono (dikutip dari Niluh, 2009) pada jaman
sekarang media informasi sudah sedemikian banyaknya sehingga
informasi yang didengar oleh masyarakat lebih banyak melalui media
massa, televisi dan koran yang semuanya bisa didapatkan bahkan jika
responden hanya bekerja di lingkungan rumah.Sesuai dengan
penelitian ini bahwa pengetahuan yang baik terdapat pada ibu yang
tidak bekerja dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
91
4. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur
2012
Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Spearman antara
pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk
dengan analisa spearman diperoleh sebesar 0,004 nilai ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan
pengetahuan ibu hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar
0,323. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status
sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang
(Notoatmodjo, 2003)
Semakin tinggi nilai pendapatan keluarga semakin mudah
fasilitas tersedia semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu.Hal ini
ditunjukkan oleh nilai korelasi yang positif.Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranadji (2000) semakin tinggi
tingkat pendapatan keluarga maka semakin baik pengetahuan ibu
tentang gizi sehingga semakin baik gizi anak-anaknya.
5. Hubungan Pengalaman Dengan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Buruk Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur
2012
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan perhitungan
spearman didapatkan hasil 0,343. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak
92
ada hubungan antara pengelaman dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk. Pengetahuan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh
pengalaman akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi salah
satunya pendidikan. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa ibu
yang mempunyai pengelaman merawat balita sekitar 4 responden
mempunyai pendidikan yang redah dan 3 reponden mempunyai
pendidikan menengah sedangkan hanya tidak ada responden yang
mempunyai pendidikan tinggi. Ibu yang mempunyai pengalaman rata-
rata pendidikannya berada pada tingkat pendidikan yang rendah,
sehingga berpengaruh pada tingkat hubungan antara pengalaman
dengan pengetahuan ibu, serta ibu mempunyai pengalaman mungkin
masih belum memahami tentang gizi buruk. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kosasih (1996) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman dengan
pengetahuan dan sikap kepala keluarga dan tokoh masyarakat tentang
kusta di Kabupaten Kuningan.
C. Keterbatasan penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian
ini, keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
1. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional oleh sebab
itu penelitian ini tidak bisa memberikan penjelasan tentang adanya
hubungan sebab akibat.Hubungan yang ada hanya menjawab
93
adanya keterkaitan/melihat hubungan saja antara variabel
independen dengan variabel dependen.
2. Pengambilan sampel
Houthrone effect ; subjek penelitian mengetahui bahwa
dirinya sedang diteliti sehingga dapat mempengaruhi jawaban
responden. Selain itu, saat penelitian responden berdiskusi dengan
responden lain hal ini juga akan mempengaruhi jawaban
responden.
3. Instrument
Belum ada instrument penelitian yang baku dalam penelitian
ini, sehingga instrument penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan literatur yang diseuaikan.
D. Implikasi Hasil Penelitian
1. Implikasi Terhadap Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahaun keperawatan, khususnya pada nutrisi anak, gizi buruk
dan tumbuh kembang anakserta dijadikan sebagai rujukan tambahan
untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.
2. Implikasi Terhadap Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan berpengaruh terhadap peningkatan
pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan dalam
melakukan asuhan keperawatan anak, karena dari hasil penelitian
pengetahuan ibu tentang gizi buruk sebagian besar adalah baik, namun
ada beberapa yang berpengetahuan kurang maupun cukup.Promosi
94
kesehatan mengenai pentingnya pengetahuan yang mendalam tentang
gizi buruk juga perlu ditingkatkan.
3. Implikasi Terhadap Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar penelitian selanjutnya
bagi peneliti dan peneliti lainnya.
95
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab-bab
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian tentang gambaran karakteristik umum dari 79
responden menunjukkan umur responden mayoraitas >32 tahun
sebanyak 34 responden (43%), pendidikan responden mayoritas tingkat
menengah sebanyak 39 responden (49,4%), pekerjaan responden
mayoritas ibu rumah tangga atau tidak bekerja sebanyak 56 responden
(70,9%), pendapatan responden mayoritas diatas UMR sebanyak 40
responden (50,6%) dan pengalaman responden mayoritas tidak pernah
merawat balita yaitu sebanyak 72 responden (91,1%).
2. Gambaran pengetahuan ibu tentang gizi buruk di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur dari 79 responden terdapat 42 responden
(53,3%) mempunyai pengetahuan baik, 29 responden (36,3%)
mempunyai pengetahuan kurang. Disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada balita adalah baik.
3. Hasil analisa data bivariat dengan uji Spearman menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang gizi
buruk adalah pendidikan (p=0,000; r=0,761), umur (p=0,024; r=0,254),
pekerjaan (p=0,000; r= -0,436), pendapatan (p=0,004; r=0,323),
sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan pengetahuan ibu
tentang gizi buruk adalah pengalaman (p=0,343).
96
B. Saran
Beberapa saran peneliti terkait penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber acuan untuk
meningkatkan peran instansi terkait keperawatan anak dan
keperawatan komunitas dalam menerapkan pelaksanaan promotif dan
prefentif tentang pengetahun gizi buruk sebagai bagian dari
pengabdian bagi masyarakat.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapakan bagi petugas kesehatan
puskesmas dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk selalu
melakukan pemantauan tentang gizi balita atau memberikan
informasi mengenai kesehatan pada umumnya dan mengenai
pengetahuan tentang gizi buruk pada ibu balita pada khususnya serta
kader-kader posyandu supaya penyuluhan lebih efektif.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Apabila peneliti lain tertarik dengan penelitian ini diharapkan
menggunakan metode penentuan teknik sampling yang lebih tepat,
sehingga lebih dapat mewakili populasi. Disarankan pula untuk
menambah jumlah faktor-faktor yang belum diteliti oleh peneliti.
Selain itu perlu diperhatikan saat responden mengisi kuesioner untuk
tidak berdiskusi dengan responden lain.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama. 2003.
Arikunto,S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi 4. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. 2006.
Asnawi. Kematian Bayi Antara Takdir dan Kesalahan Pola Asuh. Jakarta:
Pustaka Irfani. 2005.
Azwar, A. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang. 2000.
diakses pada tanggal 21 desember 2011dari http://www gizinet. Com
Baliwati, Yayuk K dkk. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya.
2004.
Budiyanto, M. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : Universitas Muhamadiyah
Depkes RI. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta : Depkes. 2002.
Depkes RI. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Gizi Dan Makanan. Bogor:
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. 2005.
Depkes RI. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta. 2010
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2005
Departemen Ketenagakerjaan. Kabupaten Tangerang Selatan. 2011 di akses pada
tgl 21 mei 2012 dari
http://www.berita8.com/read/2012/01/05/3/51618/Banten-Resmi-
Terbitkan-SK-Revisi-UMK-Tangerang 1/5/2012
Dinas Kesehatan Propinsi Banten. Profil Kesehatan Banten. Banten. 2011
Djaeni, A. Ilmu Gizi: Untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid ”. Jakarta: CV Dian
Rakyat. 2000.
Fatimah. Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Status Pada Balita Di
Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Lembaga Penelitian Unpad. 2008
Gibney, Michael. Gizi Kesehatan Masyarakat. Alih bahasa oleh Andry Harton
Jakarta : EGC. 2008
Gunarsa. SD. Psikologi Praktis Anak, Remaja Dan Keluarga: Jakarta Gunung
Mulia.2008
Hardiansyah. Review Determinan Keragaman Konsumsi Pangan. Jurnal dan gizi
pangan. Vol 2 juli.2007
Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika. 2009.
Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar ilmu Kesehatan Anak (untuk pendidikan
kebidanan). Jakarta: Salemba Medika 2009.
Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: Salemba
Medika. 2008
Husaini. Peranan Gizi Dan Pola Asuh Dalam Meningkatkan Kualitas Tubuh
Kembang Anak. Bulletin Gizi. 2000
Ingranurindani, B. Hubungan Antara Strategi Regulasi Ekonomi Ssecara Kognitif
Dengan Hardiness Pada Ibu Bekerja : Skirpsi Ui F.Psi. 2008
Kasdu, Dini . Anak Cerdas Cet I. Jakarta: Puspa Swara Anggota IKAPI. 2004.
Kusnadi. Factor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Balita Di
Tiga Dua Kecamatan Kosambi Tasikmalaya Tahun 2001. Skripsi: FKM
UI. 2001
Khomsan, dkk. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya . 2006.
Khomsan, dkk. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta :PT.
Grasindo. 2004.
Kosasih,M.A. Factor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap
kepala keluarga dan tokoh masyarakat tentang kusta di Kabupaten
Kuningan. Tesis :FKM UI. 1996
Muchtadi, Deddy. Gizi Untuk Bayi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1996.
Moehji, Sjahmien. Ilmu Gizi 2 Penenggulangan Gizi Buruk. Jakarta : Papas Sinar
Sinanti. 2003.
Nursalam, dkk. Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta : Salemba Medika. 2008.
Nursalam, dkk. Konsep dan penerapan metode penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika. 2008.
Nursalam, dkk Ilmu Kesehatan Masyarakat. Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta. 2000.
Nency, Y. Gizi Buruk Ancaman Generasi Yang Hilang. 2005 diakses pada
tanggal 21 desember 2011 dari http://io.ppi-
jepang.org/article.php?id=113,
Pudjiadi, S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, edisi ke 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2005
Purwaningtyas, Dyah C. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Seimbang Untuk Anak Usia 1-3 Tahun (Toodler) di Posyandu Bobo Desa
Sidoarjo Kecamatan Jambon Ponorogo. 2008. Tesis dari
http://www.library.usu.ac.id [diakses pada 24 desember 2011].
Pranadji. Analisis Factor Yang Berhubungan Dengan Gizi Buruk Pada Balita di
Ciawi, Bogor. 2000 skripsi diakses pada tgl 23 april 2012 dari
http://journal.ipb.ac.id/index.php/mediagizi/article/view/1199.
Riskesdas. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2010
Rubiyanto, Teguh. Factor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu
mengenai AIDS. Skripsi FKM UI. (Analisis data sekunder SDKI ’97).
2002
Sandjaja. Penyimpangan Positif (Positif Deviance) Status Gizi Anak Balita dan
factorfaktor yang berpengaruh. 2000 Diakses pada tgl 23 april 2012 dari
http://digilib.litbang. depkes.go.id/go.php?Id=jkpkbppk-gdl-grey-2001-
sandjaja-123 gizi&q=sandjaja+2000.
Santoso. S dan Lies. A R. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 1999.
Sajogyo dkk. Menuju Gizi Baik Yang Merata Di Pedesaan Dan Di Kota.
Yogyakarta : UGM Press. 1994.
Sediaoetama. A D. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I. Jakarta : Dian
rakyat. 2000.
Sekartini, Rini. Panduan Tumbuh Kembang Balita. 2007 Diakses pada tgl 23 april
2012 dari http://www.hariannakita.co.id/20 Maret 2007 .
Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
2000.
Suandi. Diit Pada Anak Sakit. Jakarta : EGC. 1998.
Suhardjo. Berbagai Cara Pendidika Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.
Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta. 2011.
Supariasa, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2002.
Supartini, Yupi . Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.cet I. Jakarta: EGC.
2004.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
1995.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Ilmu Kesehtan Anak, Jilid 1. Jakarta : UI
Press. 1985.
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT
Rineka cipta. 2007.
Notoatmodjo, Soekidjo. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka cipta. 2005.
Notoatmodjo, Soekidjo Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka
cipta. 2003
Sulistyoningsih, Hariyani. Gizi Untuk Kesahatan Ibu dan Anak. Yogyakarta
:Graha ilmu. 2011.
Sudayasa, Putu. Bahan Seminar Akhir Studi Faktor-faktor Penyebab Kekurangan
Gizi Anak di Kota Kendari, Bappeda dan PM Kota Kendari, tahun 2010.
2010. diakses diakses pada tgl 23 april 2012 dari
http://www.puskel.com/faktor-faktor-penyebab-kekurangan-gizi-pada-
balita/
Sugito. Hubungan Pegetahuan Pada Karakteristik Social Dengan Persepsi
Terhadap Resiko Tertular AIDS. Tesis: FKM UI 1996
Rahmaulina, DN. Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dan tumbuh kembang
anak serta stimulasi psikososial dengan perkembangan kognitif anak
usia 2-5 tahun. Tesis Bogor: IPB Press. 2008
Wawolumaya. Pengetahuan dan perilaku wanita usia subur mengenai
toksoplasmosis.MKMI XXV no 8. Tesis FKM UI. 1997
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN
IBU TENTANG GIZI BURUK PADA BALITA (BAWAH LIMA TAHUN) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN CIPUTAT TIMUR TAHUN
2012
Assalamualaikum.Wr. Wb
Salam sejahtera.
Nama : Azizatu Zahroh
NIM : 10810400002
Saya mahasiswa Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas kedokteraan dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir dalam
menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (SKep).
Saya lampirkan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian.
Untuk itu saya harap dengan kerendahan hati agar sekiranya ibu bersedia
meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan.
Kerahasiaan jawaban ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa
yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik
untuk penelitian ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi ibu dalam pengisian
kuesioner ini.
Apakah ibu bersedia menjadi responden?
YA / TIDAK
Tertanda
Responden
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN
IBU TENTANG GIZI BURUK PADA BALITA (BAWAH LIMA TAHUN) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN CIPUTAT TIMUR TAHUN
2012.
Tujuan :
Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi: ”faktor-faktor yang berhubungan
dengan pengetahuan ibu tentang gizi buruk pada anak dibawah lima tahun (balita)
diwilayah kerja puskesmas kelurahan ciputat timur tahun 2012”
Petunjuk :
1. Beri tanda silang(X) dalam kurung pertanyaan yang ibu aggap benar.
2. Jika ibu salah mengisi jawaban, coret jawaban tersebut (#) dan beri tanda
silang pada jawaban yang dianggap benar.
A. Kuesioner A
Data Demografi/Identitas Ibu
1. No responden : (di isi peneliti)
2. Wilayah : Kel.
3. Usia ibu :…..tahun
4. Pendidikan terakhir ibu : ( ) Tidak tamat SD
( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( ) Perguruan tinggi (PT)
5. Pekerjaan ibu : ( ) IRT
: ( ) PNS/Karyawan
: ( ) Guru
: ( ) Tenaga kesehatan
6. Pendapatan keluarga : ( ) ≥ Rp 1.529.150/kapita/bulan
( ) < Rp 1.529.150/kapita/bulan
7. Balita anda merupakan anak yang keberapa?
B. Kuesioner B
Berialah tanda (X) pada jawaban soal no 2 dan 3 yang menurut anda
jawaban yang sesuai.
1. Apakah sebelumnya anak anda pernah berada dibawah garis merah
pada KMS?
A. Pernah
B. Tidak pernah
2. Apakah sebelumnya ibu pernah merawat balita selain anak ibu yang
menderita gizi buruk?
A. Pernah
B. Tidak
C. Kuesioner C
Pengetahuan gizi buruk
Berilah tanda (√) pada kolom B atau S yang menurut anda jawaban benar
Pertanyaan Benar Salah
1. Gizi buruk merupakan keadaan dimana asupan zat gizi
mencukupi kebutuhan tubuh .
2. Anak yang yang kekurangan zat gizi protein tinggi
dapat menyebabkan gizi buruk.
3. Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan merupakan
salah satu aspek penilaian status gizi pada anak .
4. Tubuh kecil pendek dan kurus pada anak merupakan
salah satu tanda anak gizi buruk
5. Gizi buruk pada anak dalam jangka panjang dapat
memperlambat tumbuh kembang yang sulit
disembuhkan.
6. Masa balita merupakan periode penting karena masa ini
akan mempengaruhi dan menentukan tumbuh kembang
anak selanjutnya
7. Perkembangan anak dapat diukur melalui berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas
anak.
8. Keterlambatan pertumbuhan balita merupakan hal yang
wajar pada anak .
9. KMS (kartu menuju sehat) merupakan kartu yang
digunakan untuk memantau status gizi anak balita yang
dilihat dari berat badan dan umur anak.
10. Anak yang Berat Badan dan Tinggi Badan berada di
garis kuning maka anak tersebut dikatakan gizi buruk
11. Gizi buruk pada anak yang tidak tertanganai akan
menyebabkan kematian anak
12. Gizi buruk dapat dicegah dengan imunisasi dasar
lengkap dan menu seimbang serta deteksi dini dengan
KMS
13. Gizi buruk dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan otak balita.
14. Zat gizi yang dibutuhkan balita untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein,
dan air, vitamin dan mineral.
15. Perut buncit dan rewel bukan merupakan salah satu
tanda balita mengalami gizi buruk.
16. Pengukuran BeratBadan dan TinggiBadan dengan KMS
sebaiknya dilakukan sebulan sekali.
17. Anak yang kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan
berat badan turun serta kelemahan.
KISI-KISI KUESIONER
A. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi Buruk
No DIMENSI JUMLAH
ITEM
NO ITEM
1.
2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pengertian gizi buruk
Penyebab gizi buruk
Tanda dan gejala gizi buruk
Dampak gizi buruk
Penilaian gizi buruk
Pencegahan gizi buruk
Konsep balita
Nutrisi balita
1
1
3
3
4
1
2
3
1
2,
3, 4, 8
5, 11, 13
9, 10, 15,16
12
6, 7
14, 17,
Jumlah 17
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.884 20
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
P1 .90 .308 20
P2 .80 .410 20
P3 .80 .410 20
P4 .75 .444 20
P5 .75 .444 20
P6 .80 .410 20
P7 .70 .470 20
P8 .75 .444 20
P9 .75 .444 20
P10 .75 .444 20
P11 .75 .444 20
P12 .95 .224 20
P13 .80 .410 20
P14 .85 .366 20
P15 .75 .444 20
P16 .70 .470 20
P17 .80 .410 20
P18 .80 .410 20
P19 .85 .366 20
P20 .75 .444 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
P1 14.85 19.608 .684 .875
P2 14.95 19.418 .547 .877
P3 14.95 19.418 .547 .877
P4 15.00 19.789 .399 .882
P5 15.00 19.158 .568 .877
P6 14.95 19.103 .640 .875
P7 15.05 18.787 .628 .874
P8 15.00 19.158 .568 .877
P9 15.00 19.053 .597 .876
P10 15.00 19.684 .427 .881
P11 15.00 18.842 .655 .874
P12 14.80 20.379 .563 .880
P13 14.95 19.208 .609 .876
P14 14.90 19.884 .474 .880
P15 15.00 19.158 .568 .877
P16 15.05 18.366 .739 .870
P17 14.95 19.103 .640 .875
P18 14.95 20.261 .308 .885
P19 14.90 21.358 .022 .892
P20 15.00 21.895 -.127 .899
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
15.75 21.566 4.644 20
Frequency Table
umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <32 34 43.0 43.0 43.0
>32 45 57.0 57.0 100.0
Total 79 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah 24 30.4 30.4 30.4
menengah 39 49.4 49.4 79.7
Tinggi 16 20.3 20.3 100.0
Total 79 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Bekerja 23 29.1 29.1 29.1
tdk bkrj 56 70.9 70.9 100.0
Total 79 100.0 100.0
Pendapatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah 39 49.4 49.4 49.4
Tinggi 40 50.6 50.6 100.0
Total 79 100.0 100.0
pengalaman
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pernah 7 8.9 8.9 8.9
tdk prnh 72 91.1 91.1 100.0
Total 79 100.0 100.0
pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang 8 10.1 10.1 10.1
Cukup 29 36.7 36.7 46.8
Baik 42 53.2 53.2 100.0
Total 79 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur * pengetahuan 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%
umur * pengetahuan Crosstabulation
pengetahuan
Total kurang cukup baik
umur <32 Count 5 19 10 34
% within umur 14.7% 55.9% 29.4% 100.0%
>32 Count 3 10 32 45
% within umur 6.7% 22.2% 71.1% 100.0%
Total Count 8 29 42 79
% within umur 10.1% 36.7% 53.2% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pendidikan * pengetahuan 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%
pendidikan * pengetahuan Crosstabulation
pengetahuan
Total kurang cukup baik
pendidikan rendah Count 8 16 0 24
% within pendidikan 33.3% 66.7% .0% 100.0%
menengah Count 0 13 26 39
% within pendidikan .0% 33.3% 66.7% 100.0%
tinggi Count 0 0 16 16
% within pendidikan .0% .0% 100.0% 100.0%
Total Count 8 29 42 79
% within pendidikan 10.1% 36.7% 53.2% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pekerjaan * pengetahuan 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%
pekerjaan * pengetahuan Crosstabulation
pengetahuan
Total kurang cukup baik
pekerjaan bekerja Count 0 3 20 23
% within pekerjaan .0% 13.0% 87.0% 100.0%
tdk bkrj Count 8 26 22 56
% within pekerjaan 14.3% 46.4% 39.3% 100.0%
Total Count 8 29 42 79
% within pekerjaan 10.1% 36.7% 53.2% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pendapatan * pengetahuan 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%
pendapatan * pengetahuan Crosstabulation
pengetahuan
Total kurang cukup baik
pendapatan rendah Count 7 17 15 39
% within pendapatan 17.9% 43.6% 38.5% 100.0%
tinggi Count 1 12 27 40
% within pendapatan 2.5% 30.0% 67.5% 100.0%
Total Count 8 29 42 79
% within pendapatan 10.1% 36.7% 53.2% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pengalaman * pengetahuan 79 100.0% 0 .0% 79 100.0%
pengalaman * pengetahuan Crosstabulation
pengetahuan
Total kurang cukup baik
pengalaman pernah Count 2 2 3 7
% within pengalaman 28.6% 28.6% 42.9% 100.0%
tdk prnh Count 6 27 39 72
% within pengalaman 8.3% 37.5% 54.2% 100.0%
Total Count 8 29 42 79
% within pengalaman 10.1% 36.7% 53.2% 100.0%
Nonparametric Correlations
Correlations
umur pengetahuan
Spearman's rho umur Correlation Coefficient 1.000 .396**
Sig. (2-tailed) . .000
N 79 79
pengetahuan Correlation Coefficient .396** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 79 79
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations
Correlations
pendidikan pengetahuan
Spearman's rho pendidikan Correlation Coefficient 1.000 .761**
Sig. (2-tailed) . .000
N 79 79
pengetahuan Correlation Coefficient .761** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 79 79
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations
Correlations
pekerjaan pengetahuan
Spearman's rho pekerjaan Correlation Coefficient 1.000 -.436**
Sig. (2-tailed) . .000
N 79 79
pengetahuan Correlation Coefficient -.436** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 79 79
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations
Correlations
pendapatan pengetahuan
Spearman's rho pendapatan Correlation Coefficient 1.000 .323**
Sig. (2-tailed) . .004
N 79 79
pengetahuan Correlation Coefficient .323** 1.000
Sig. (2-tailed) .004 .
N 79 79
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations
Correlations
pengalaman pengetahuan
Spearman's rho pengalaman Correlation Coefficient 1.000 .108
Sig. (2-tailed) . .343
N 79 79
pengetahuan Correlation Coefficient .108 1.000
Sig. (2-tailed) .343 .
N 79 79