27
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering muncul pada musim penghujan adalah terjadinya genangan air pada beberapa tempat diKota Banjarmasin. Genangan air tersebut bisa berlangsung kurang lebih 2 jam dengan kedalaman air genangan sekitar 1-1.5 cm. Pada tempat evaluasi yang dilakukan lebih banyak pembuangan air hujan langsung keanak sungai, karena masih ada beberapa tempat yang sungainya tidak ditutupi oleh bangunan, tetapi ada beberapa tempat yang sungainya sudah ditutup dibuat lubang untuk menyalurkan air hujan ke anak sungai tersebut. Genangan yang terjadi pada jalan ini hanya sedikit karena lebih banyak pembuangan langsung ke anak sungai,yang terjadi gengangan hanya pada tempat yang

Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan yang sering muncul pada musim penghujan adalah terjadinya

genangan air pada beberapa tempat diKota Banjarmasin. Genangan air tersebut bisa

berlangsung kurang lebih 2 jam dengan kedalaman air genangan sekitar 1-1.5 cm.

Pada tempat evaluasi yang dilakukan lebih banyak pembuangan air hujan langsung

keanak sungai, karena masih ada beberapa tempat yang sungainya tidak ditutupi oleh

bangunan, tetapi ada beberapa tempat yang sungainya sudah ditutup dibuat lubang

untuk menyalurkan air hujan ke anak sungai tersebut. Genangan yang terjadi pada

jalan ini hanya sedikit karena lebih banyak pembuangan langsung ke anak

sungai,yang terjadi gengangan hanya pada tempat yang menggunakan saluran karena

terlalu kecilnya lubang penyaluran untuk air hujan tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah :

Mengidentifikasi permasalahan drainase pada Jl.Achmad Yani Km.2 - Km.3.

Mengevaluasi saluran drainase Jl. Achmad Yani Km.2-Km.3 agar dapat

berfungsi secara maksimal.

Page 2: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

2

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah hanya memfokuskan identifikasi pada daerah Jl.Ahmad Yani

Km.2 - Km.3.

Page 3: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Drainase

Drainase dari bahasa Inggris “drainage” yang berarti mengalirkan, menguras,

membuang, atau mengalirkan air. Atau dengan kata lain suatu tindakan teknis untuk

mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun

kelebihan air irigasi, sehingga fungsi kawasan atau lahan tidak terganggu. Drainase

dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam

kaitannya dengan salinitas, jadi drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi

juga air tanah (Suripin,2003). Drainase permukaan tanah adalah sistem drainase yang

terletak dari permukaan tanah baik yang terbentuk secara alamiah atau buatan untuk

mengalihkan air hujan dan limpasan permukaan. Prinsip dasar sistem drainase yang

berwawasan lingkungan adalah pengendalian kelebihan air permukaan yang

disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, buangan limbah masyarakat dan infiltrasi

tanah yang kurang baik, sehingga dapat mengalirkan secara terkendali dan lebih

banyak mempunyai kesempatan untuk meresap kedalam tanah. Hal ini dimaksudkan

agar konversi air tanah masih dapat berlangsung dengan baik dengan dimensi struktur

bangunan sehingga prasarana drainase dapat lebih efisien. Pertumbuhan dan

perkembangan kota menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi

sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase kota.

Page 4: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

4

2.2 Drainase Perkotaan

Drainase perkotaan adalah drainase yang berada diwilayah perkotaan yang

fungsinya mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga tidak mengganggu

masyarakat dan dapat member manfaat bagi kegiatan kehidupan masyarakat (CD.

Soemarto. B.I.E, 1987). Drainase perkotaan melayani pembangunan kelebihan air

pada suatu kota dengan cara mengalirkan melalui permukaan tanah atau lewat bawah

permukaan tanah untuk dibuang kesungai, laut atau danau. Kelebihan air tersebut

dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri, oleh karena

itu drainase perkotaan harus terpadu dengan senitasi, sampah pengendalian banjir

kota. Dengan demikian kriteria drainase perkotaan memiliki kekhususan, sebab

untuk perkotaan ada tambahan variable desain berupa keterkaitan dengan tata guna

lahan. Keterkaitan dengan master plan drainase kota dan masalah sosial budaya.

2.3 Analisa Hidrologi

Hidrologi adalah suatu ilmu tetntang kehadiran dan gerakan air kea lam

(Soewarno,1995). Siklus hidrologi merupakan pergerakan atau mata rantai gerakan

air laut yang jatuh kepermukaan tanah dan mengalirkan kelaut kembali dan

seterusnya secara berulang, daur atau siklus hidrologi yang terjadi tidaklah sderhana,

disebabkan:

a. Daur pendek, yaitu hujan yang turun dengan segera mengalirkan kembali kelaut.

Page 5: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

5

b. Waktu yang diperlukan tidak seragam, yaitu pada musim kemarau siklus seolah-

olah terhenti (tidak terjadi hujan) dan siklus berjalan kembali pada musim hujan

tiba.

c. Intensitas dan frekuensi daur tergantung letak geografi dan keadaan iklim suatu

lokasi.

d. Berbagai bagian daur yang sangat komplek sehingga kita dapat mengamati

bagian akhir dari suatu curah hujan diatas permukaan tanah dan kembali kelaut.

Data hidrologi merupakan bahan informasi yang sangat penting dalam

pelaksanaan inventarisasi potensi sumber-sumber air. Pemanfaat dan pengelolaan

sumber-sumber air yang sangat tepat dan sumber rehabilitasi alam seperti air, tanah

dan hutan yang telah rusak. Fenomena hidrologi seperti besarnya curah hujan,

temperature, penguapan, penguapan, kecepatan aliran, debit sungai, tinggi muka air

sungai dan konsentrasi sedimen sungai yang akan selalu berubah menurut waktu.

Dengan demikian suatu nilai dari sebuah data hidrologi itu hanya dapat diukur satu

kali dan nilainya tidak akan sama atau tidak akan terjadi lagi pada waktu yang

berlainan sesuai dengan fenomena pada saat pengukuran nilai itu dilaksanakan

(Soewarno 1995:32)

2.4 Analisa Hidrolika

Syarat Hidrolis:

a. Pada pengaliran debit rancangan, kecepatan yang terjadi terletak diantara nilai

kecepatan pengendapan dan kecepatan erosi.

Page 6: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

6

b. Elevasi muka air pada debit rancangan harus tetap memungkinkan masuknya air

dari lahan disekitarnya atau aliran dari anak cabangnya.

c. Penyimpangan ataupun perlambatan kecepatan aliran harus diperhitungkan

dalam menetapkan dimensi saluran.

Kriteria hidrolika yang harus diperhatikan dalam perancangan saluran:

a. Saluran tahan erosi

Faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan adalah:

Bahan yang digunakan untuk saluran yang menentukan koefisien kekasaran.

Kecepatan minimum yang diijinkan.

Kemiringan dasar saluran dan dinding.

Jagaan (freeboard).

Penampang hidrolis yang efisien.

b. Lapisan saluran untuk mencegah erosi, selain itu juga untuk mejaga kehilangan

air akibat rembesan. Pada saluran yang diberikan lapisan kecepatan yang ridak

mengakibatkan airnya mengangkut pasir, kerikil atau batu yang mengakibatkan

pengendapan pada saluran.

c. Kecepatan saluran yang diijinkan :

Pada saluran yang diberikan lapisan, kecepatan maksimumyang diijinkan adalah

kecepatan yang tidak mengakibatkan airnya mengangkut pasir, kerikil atau batu.

Kecepatan minimum yang diijinkan atau kecepatan tanpa pengendapan

merupakan kecepatan terendah yang tidak menimbullkan sedimentasi dan

mendorong pertumbuhan air dan ganggang.

Page 7: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

7

d. Kemiringan saluran biasanya tergantung pada keadaan topografi dan tinggi

energi yang diperlukan untuk mengalirkan air.

e. Jagaan (freeboard) adalah jarak vertikal dari puncak saluran ke permukaan air

pada kondisi rencana. Kondisi ini harus cukup untuk mencegah gelombang atau

naiknya muka air yang melimpah ketepi. Jagaan yang umum dipakai adalah

berkisar antara 5% s.d. 30% dari kedalaman aliran.

f. Penampang hidrolis terbaik adalah saluran yang memiliki keliling basah terkecil

tetapi dapat mengalirkan secara maksimum. Penampang saluran dirancang untuk

efisiensi hidrolis yang sebaik-baiknya sehingga didaptkan penampang yang

terbaik, praktis dan ekonomis.

2.5 Perhitungan Kapasitas Saluran

Perhitungan kapasitas saluran ditentukan oleh panjang dan dimensi saluran, slope

saluran dan jenis saluran tersebut. Kecepatan aliran dalam sluran didasarkan pada

kecepatan minimum agar tetap self clening dan kecepatan maksimum agar konstruksi

saluran aman. Adapun batasan kecepatan aliran dalam saluran adalah:

Bentuk saluran lingkaran, beton: kecepatan aliran 0.75-8.0

Bentuk persegi, pasangan batu kali: kecepatan aliran 1.0-3.0

Bentuk trapezoidal, tanpa pengerasan: kecepatan aliran 0.6-1.5

- Penampang saluran trapesium

Penampang hidrolis bentuk saluran trapesium yang sering digunakan dalam

bangunan drainase yang dibatasi dua sisi miring dan dua sisi sejajar, karena selain

Page 8: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

8

mudah dalam konstruksinya juga dalam perawatan lebih kokoh. Dua sisi sejajar

adalah lebar bawah (b) dan lebar atas saluran (T). Kemiringan sisi saluran/talud

tergantung dari besar sudut kemiringan sisi miring saluran. Kedalaman air (hair)

adalah jarak dari titik terendah sampai ke permukaan bebas. Sedangkan ambang

bebas/freeboard (hjagaan) adalah jarak vertikal dari permukaan saluran tertinggi

terhadap permukaan air di dalam saluran (Van te Chow, 1992:1989).

Penampang basah saluran drainase berbentuk trapesium dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut :

A = (b-m.h).h

P = b +(2.hair√m2+1 )

R = AP

Keterangan :

b = Lebar saluran bawah (m)

b’ = Lebar saluran atas (m)

hair = Dalamnya saluran tergenang air (m)

m = Perbandingan kemiringan talud

A = Luas Penampang basah (m2)

P = Keliling penampang basah (m)

R = Jari-jari hidrolis (m)

Page 9: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

9

Untuk saluran yang ekonomis dan efisien diambil nilai m = 1

√3 ( untuk sudut

600), sebagai berikut:

b = 23

h √3

A = h2 √3

Setelah itu, dapat dihitung kapasitas saluran dengan rumus Manning sebagai

berikut:

Q = 1n . R2/3. i1/2 . A

Keterangan:

Q = Debit aliran dalam saluran (m3/det)

n = Koefisien kekasaran Manning

R = Jari-jari hidrolis (m)

A = Luas penampang basah saluran (m2)

i = Kemiringan dasar saluran (m)

BAB III

Page 10: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

10

MEETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terjun langsung

dengan survey kelapangan. Dengan memperhatikan langsung keadaan dilapangan dan

melakukan pengukuran dimensi saluran serta pengukuran panjang daerah yang

diamati.

3.2 Pengamatan Lapangan

Pengamatan dilapangan meliputi lokasi survey yang dimulai dari Jl. A. Yani

km.2– km.3, kelurahan Kebun Bunga, kecamatan Banjarmasin Utara. Dengan

panjang lokasi penilitian yaitu 1 km. Dan data-data dilapangan yang didapatkan

adalah tinggi saluran, tinggi muka air pada saluran, dan debit air berdasarkan data

hidrologi (Q hidrolis).

3.3 Bagan Alir Saluran Drainase

Page 11: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

Mulai

Dimensi saluran TetapBila

Qsaluran aktual > Qhidrolis

Perencanaan ulang dimensi saluran

Qsaluran rencana>Qhidrolis

Selesai

Survey Lapangan :1.Pengukuran daerah yang diidentifikasi.2. Pengukuran dimensi saluran.3.Pengukuran tinggi muka air pada saluran.

Data Hidrologi (Qhidrolis)

Perencanaan ulang dimensi saluran

Qsaluran rencana>Qhidrolis

Selesai

11

Gambar bagan alir evaluasi saluran drainase pada Jalan Ahcmad Yani km2-km.3,

kelurahan Kebun Bunga, kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin, sebagai

berikut:

Ya

Tidak

Gambar 3.1 Bagan alir evaluasi dimensi saluran drainase

BAB IV

Dimensi saluran Tetap

BilaQsaluran aktual > Qhidrolis

Survey Lapangan :

1.Pengukuran daerah yang diidentifikasi.

2. Pengukuran dimensi saluran.

3.Pengukuran tinggi muka air pada saluran.

Data Hidrologi (Qhidrolis)

Page 12: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Studi

4.1.1 Geografis Daerah Studi

Banjarmasin merupakan ibukota provinsi Kalimantan Selatan yang secara

geografis terletak pada 3015”Lintang Selatan dan 115032” – 144098” Bujur Timur.

Dengan batas administrasi wilayah adalah:

a. Sebelah utara dengan Kabupaten Barito Kuala.

b. Sebelah timur dengan Kabupaten Banjar.

c. Sebelah selatan dengan Kabupaten Banjar.

d. Sebelah Barat dengan Kabupaten Barito Kuala.

Luas wilayah yang dimiliki Banjarmasin mencapai 72 km2 atau 0.22% dari luas

wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin terdiri dari 5 kecamatan dengan

jumlah kelurahan sebanyak 50 kelurahan. Banjarmasin mempunyai topografi dataran

rendah yang secara kesulurahan relatif datar dan berawa karena terletak disekat muara

sungai Barito dan dibelah oleh sungai Martapura.

Ketinggian tanah rata-rata 0.16 m dibawah permukaan laut dan kemiringan tanah

0.0013%. Banjarmasin sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang

berpengaruh langsung terhadap sungai Barito dan sungai Martapura. Sungai- sungai

di Banjarmasin yang rata-rata merupakan sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut

air laut inilah yang berfungsi sebagai pembungan akhir dari proses pengeringan

Page 13: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

13

(drainase). Gambar dibawah merupakan Peta wilayah Kota Banjarmasin yang

menjadi lokasi pengamatan yaitu Jalan Achmad Yani km.2– km.3, kelurahan Kebun

Bunga, kecamatan Banjarmasin Tengah.

Lokasi Studi

Gambar 4.1 Peta wilayah daerah pengamatan Jl.Achmad Yani Km.2-km.3

4.1.2 Kondisi Cuaca Daerah Studi

Banjarmasin merupakan daerah tropis dengan suhu udara rata-rata antara 250-380.

Dengan curah hujan rata-rata pada tahun 2000 sebesar 222 mm dengan jumlah hujan

130 hari setahun. Selama tahun 2008 kelembapan udara sekitar 81% dan 89% dengan

kelembapan tertinggi 100% pada bulan Juli, sedangkan kelembapan minimum terjadi

pada bulan Maret sebesar 50% (Badan Pusat Statistik Bnajarmasin).

4.2 Kondisi Di Lapangan

Saluran drainase pada lokasi pengamatan secara umum masih cukup baik, cuma

masih ada masyarakat yang membuang sampah pada daerah saluran drainase tersebut

dan terjadi penyempitan dibeberapa saluran, karena ada beberapa bangunan yang

Page 14: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

14

hanya menyediakan sedikit tempat untuk saluran drainase tersebut walaupun saluran

tersebut tidak ditutup sama sekali. Walaupun tidak mengakibatkan genangan air yang

berakibat terhadap kelancaran pada jalan tersebut, tetapi semua hal itu suatu saat

dapat mengakibatkan tersumbatnya saluran dikarenkan perbutan manusia yang

membuang sampah sembarangan dan berkurangnya ukuran dimensi saluran karena

penyempitan dari bangunan disekitar saluran tersebut. Tetapi dalam pengukuran

diambil ukuran saluran yang sama.

Data hasil pengukuran dimensi saluran yang didapat dilapangan sebagai berikut:

Gambar 4.2 Ilustrasi Dimensi saluran

Keterangan :

b = 3.7 m

hair = 0.69 m

Page 15: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

15

Selain dilapangan mendapatkan dimensi saluran juga arah aliran air pada saluran

Jl.Achmad Yani, ilustrasi arah aliran pada saluran Jl.Achmad Yani drainase sebagai

berikut:

Gambar 4.3 Arah aliran air pada saluran drainase Jl. Achmad Yani Km.2-Km.3

Gambar 4.4 Genangan air pada saat terjadi hujan didepan PDAM

Page 16: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

16

Gambar 4.5 Gambar saluran drainase pada Jalan Achmad Yani Km.2-Km.3

4.3 Evaluasi Saluran Drainase

Page 17: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

17

Diketahui Qhidrolis = 2.174 m3/det

Perhitungan saluran harus menghasilkan Qsaluran > Qhidrolis.

- Perhitungan Saluran Drainase di Lapangan

Diketahui:

Saluran terbuka berbentuk trapesium dari beton.

Panjang saluran yang dievaluasi = 1km = 1000 m.

Dimensi saluran,

b = 3.7 m

hair = 0.69 m

nilai m untuk saluran beton berdasarkan SNI adalah: 0.50

Evaluasi:

a. Luas penampang basah (A)

A = (b + m.hair) . hair

= (3,7 + 1,5 . 0,69) . 0.69

= 3,26715 m2

b. Keliling basah basah (P)

P = b + (2.hair√m2+1

= 3,7 + (2 . 0,69 √0,52+1 )

= 5,2428 m

c. Jari – jari Hidrolis (R)

Page 18: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

18

R = AP

= 3.267

5.2428

= 0.6232 m

d. Kapasitas Saluran (Q saluran aktual)

Asumsi kemiringan dasar saluran ( i) =0,003

Nilai n berdasrkan SNI 03-3424-2994 adalah; 0,019

Perhitungan kapasitas saluran menggunakan rumus Manning, sebagai berikut:

Q = 1n . R2/3. i1/2 . A

= 1

0.019 . (0,6232)2/3 . (0,003)1/2 . 3,2672

= 6,872 m3/det

Jadi Qsaluran aktual > Qhidrolis, sehingga tidak perlu dilakukan perencanaan

ulang karena saluran yang ada cukup untuk menampung pembuangan air yang ada.

BAB V

Page 19: Evaluasi Saluran Drainase Pada Jalan

19

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap saluran drainase dan pengukuran dimensi

saluran serta perhitungan dimensi saluran pada Jalan Achmad Yani km.2 – km.3,

kecamatan Banjarmasin Tengah, Kelurahan Kebun Bunga, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Tidak ada permasalahan yang berarti pada saluran drainase yang ada di Jalan.

A. Yani km.2 - km.3, cuma masih ada beberapa masyarakat yang membuang

sampah pada saluran drainase tersebut serta terjadi penyempitan dibeberapa

saluran drainase dikarenakan bangunan disekitarnya.

2. Hasli perhitungan Qsaluran aktual adalah Qsaluran aktual > Qhidrolis, sehingga

tidak perlu dilakukan perencanaan ulang karena saluran yang ada cukup untuk

menampung pembuangan air yang ada.