Upload
nandar-s
View
266
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 1/62
TINJAUAN PERENCANAAN SALURAN DRAINASE
JALAN JATI KELURAHAN TANGKERANG UTARA
KOTA PEKANBARU – RIAU
TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Sipil
OLEH
TAUFIK HIDAYAT
033110139
Diajukan Kepada :
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2010
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 2/62
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan kota pekanbaru menyebabkan berubahnya
karakteristik fisik kota Pekanbaru. Perubahan ini juga diikuti dengan semakin
bertambahnya jumlah penduduk, dan mengakibatkan debit air buangan dari
penduduk bertambah. Untuk itu diperlukan saluran yang mampu mengalirkan debit
tersebut ke tempat pembuangan akhir atau sungai , sehingga tidak menimbulkan
genangan air yang dapat menghambat aktifitas masyarakat .
Ditinjau dari tersedianya prasarana drainase kota pekanbaru yang ada saat ini,
terdapat indikasi bahwa saluran drainase yang ada sudah banyak yang rusak dan
tidak terawat, dengan berubahnya karakteristik kota, harus diimbangi pula dengan
sistem drainase yang memadai dan mampu mengontrol serta mengendalikan aliran
air permukaan yang ada. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem drainase yang lebih baik
dan lebih komprehensif sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan - kemungkinan
proses alami yang terjadi seperti banjir atau genangan air, dimana akibat genangan
air tersebut dapat menimbulkan kerusakan badan jalan, datangnya wabah penyakit
dan daerah sekitarnya akan kelihatan kotor. Melihat permasalahan genangan air
sering terjadi disebabkan karena curah hujan yang cukup tinggi serta kondisi saluran
yang tidak terawat dan juga sikap sebagian masyarakat yang kurang peduli terhadap
lingkungan, misalnya kebiasaan membuang sampah kedalam saluran sehingga terjadi
penyempitan dan pendangkalan pada saluran yang mengakibatkan air dalam saluran
tidak dapat mengalir dengan lancar.
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap
saluran drainase yang berada di jalan jati kelurahan Tangkerang Utara kota
Pekanbaru .
.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 3/62
1.2 Rumusan Masalah.
Dari hasil survei yang dilakukan pada lokasi Ruas Jalan Jati Kelurahan
Tangkerang Utara Kota Pekanbaru dan ditinjau dari uraian pada latar belakang,
didapat permasalahan sebagai berikut, yaitu :
1. apakah yang menyebabkan terjadinya genangan air pada Jalan Jati Kelurahan
Tangkerang Utara Kota Pekanbaru ,
2. apakah alternatif dimensi saluran yang ada mampu mengalirkan debit aliran
air maksimum .
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian Tugas Akhir ini disesuaikan
dengan rumusan permasalahannya antara lain :
1. menentukan penyebab terjadinya genangan air pada Jalan Jati Kelurahan
Tangkerang Utara Kota Pekanbaru,
2. menentukan dimensi saluran yang mampu mengalirkan debit aliran air
maksimum .
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian Tugas Akhir ini adalah:
1. mendapatkan alternatif pemecahan masalah banjir pada Ruas Jalan Jati
Kelurahan Tangkerang Utara ,
2. bagi peneliti, dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari
perkuliahan .
1.5 Batasan Masalah
Sesuai dengan judul Tugas akhir ini yaitu “Tinjauan Perencanaan Saluran
Drainase Jalan Jati Kelurahan Tangkerang Utara Kota Pekanbaru - Riau”, maka
penulis membatasi masalah hanya mengevaluasi dengan menghitung debit aliran
untuk 10 tahun yang akan datang pada pada Jalan Jati Kelurahan Tangkerang Utara
kota Pekanbaru.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 4/62
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian
sebelumnya yang telah diterbitkan, dan dari buku-buku atau artikel-artikel yang
ditulis para peneliti sebagai berikut.
Irawan (2004), melakukan penelitian tentang ” Penanggulangan Kerusakan
Badan Jalan Sebelum Umur Rencana Akibat Pengaruh Air Pada Jalan Arifin Ahmad
Kota Pekanbaru”.Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Pekanbaru dalam
meningkatkan kwalitas jalan yang ada di Pekanbaru guna memperlancar arus lalu
liantas yang terjadi terasa sia –sia .Hal ini dikarenakan adanya badan jalan yang
rusak sebelum umur rencana di beberapa jalan di Pekanbaru yang disebabkan adanya
genangan air pada badan jalan .Saluran drainase yang buruk mengakibatkan aliran
air tidak lancar . Permasalahan dalam penelitian ini berupa buruknya sistem drainase
pada jalan Arifin Ahmad yang mengakibatkan rusaknya badan jalan sebelum umur
rencana .Metode yang dipakai yaitu metode Gumbel, metode rasional, dan rumus
Dr.Mononobe .Pada penelitian ini dilakukan tinjauan ulang dengan menghitung data
curah hujan dan hasil limbah buangan masyarakat perhari selama 5 tahun disekitar
drainase, dengan bentuk penampang trapesium kemiringan 1:2 , dari hasil penelitian
didapat besarnya curah hujan 687,568 mm, dengan dimensi saluran lebar (b) = 2 m,
tinggi (h) = 1,5 m, dan luas penampang (A) = 6,5 m , sedangkan dimensi saluran
yang ada sekarang memiliki lebar (b) = 1,5 m ,tinggi (h) = 1,5 m , lebih kecil dari
dimensi saluran hasil penelitian, dengan demikian untuk menanggulangi kerusakan
badan jalan sebelum umur rencana yang diakibatkan genangan air, dibutuhkan
saluran drainase yang lebih besar untuk menampung debit aliran air, dan
pemeliharaan saluran drainase secara berkesinambungan .
Yulia (2007), melakukan penelitian tentang ”Tinjauan Ulang Drainase Suak
Istana Kota Siak Sri Indrapura”.Gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah kota Siak ,mengakibatkan kota Siak berkembang dengan cepat dan
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 5/62
karakteristik fisik kota Siak pun berubah. Curah hujan yang tinggi dan bertambahnya
jumlah penduduk mengakibatkan air buangan semakin banyak ,untuk itu diperlukan
suatu system drainase yang mampu mengontrol dan mengalirkan genangan air yang
terjadi dipermukaan .Penelitian ini bertujuan untuk meninjau apakah saluran drainase
yang ada pada Suak Istana Kota Siak Sri Indrapura masih mampu menampung dan
mengalirkan debit air yang ada .Adapun metode yang digunakan yaitu metode Log
Person Type III untuk menghitung frekwensi curah hujan, metode Rasional untuk
menghitung intensitas curah hujan, dan rumus Dr.Mononobe untuk menghitung debit
rencana . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah saluran existing masih
mampu menampung debit aliran maksimum, hasil penelitian ini didapat Q = 0.018
m3/detik sampai 1,010872 m
3/detik, dari hasil yang didapat ternyata saluran yang ada
masih mampu menampung debit aliran maksimum dengan Q = 0,3376 m³/detik
sampai 3,8042 m³/detik, sehingga tidak diperlukan perubahan dimensi saluran .
Syahputra (2007) melakukan penelitian tentang ”Tinjauan Perencanaan
Saluran Drainase pada Jalan Soebrantas Pekanbaru”. Buruknya sistem drainase
yang berada pada Jalan Soebrantas, disana penulis melihat banyak limbah yang
dihasilkan oleh masyarakat tidak dapat dialirkan secara cepat, sehingga akandikuatirkan terjadinya genangan air atau banjir yang akan menimbulkan wabah
penyakit diare disekitar jalan tersebut ,dari penelitian yang dilakukan di Jalan
Soebrantas sepanjang 1000 m yang dimulai dari simpang Jalan Arengka II sampai
didepan kompleks Mesjid Babussalam, didapat cara-cara menentukan analisa
hidrologi, intensitas curah hujan, dan perhitungan perencanaan dimensi drainase.
Metode yang dipakai adalah metode Gumbel, rumus rasional dan menggunakan
panampang berbentuk persegi panjang dengan curah hujan selama 2 tahun, 5 tahun
dan 10 tahun. Hasil penelitian didapat Q = 3,8548 m3 /detik, lebar (b) = 2,42 m,
tinggi (h) = 1,21 m dengan luas penampang (A) = 2,93 m2, dengan dilakukannya
perbaikan bangunan drainase yang telah ada serta menjaga kebersihan lingkungan
maka masalah ditimbulkan dapat teratasi dengan baik.
Rezi (2008), melakukan penelitian tentang ”Tinjauan Perencanaan Drainase
Jalan Kesehatan Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru ”. Tingginya intensitas
curah hujan yang tarjadi di kota Pekanbaru mengakibatkan terjadinya genangan air
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 6/62
dibeberapa ruas jalan di Pekanbaru, hal ini disebabkan oleh salurn drainase yang ada
tidak mampu mengalirkan air dengan cepat. Tujuan penelitian ini untuk meneliti
apakah drainase yang ada masih mampu menampung pembuangan air hujan, air
limbah domestik dan indsustri. Metode yang digunakan yaitu metode Gumbel untuk
menghitung frekwensi curah hujan, rumus Mononobe untuk menghitung intensitas
curah hujan, dan metode Rasional untuk menghitung debit aliran, dengan
mengasumsi pada data curah hujan 1992 – 2006, dan dimensi saluran yang
digunakan adalah saluran empat persegi panjang .Pada penelitian ini didapat debit
aliran (Q) = 3,112 m3 / detik, lebar (b) = 0,8 m, tinggi (h) = 0,6 m ,sedangkan
dimensi saluran yang ada sekarang memiliki kapasitas debit saluran (Q) = 0,893 m3
/detik, lebar (b) = 0,6 m ,tinggi (h) = 0,6 m , dari hasil penelitian didapat Q aliran
lebih besar dari Q saluran ,sehingga diperlukan perubahan dimensi saluran agar tidak
terjadi genangan air .
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut diatas adalah pada lokasi
penelitian, kondisi lingkungan, data curah hujan selama 15 tahun dan metode
perhitungan yang digunakan.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 7/62
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Drainase
Drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air, baik berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan
air irigasi dari suatu kawasan / rembesan sehingga fungsi kawasan / lahan tidak
terganggu (Suripin, 2004).
Sistem drainase dapat didefenisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan / membuang kelebihan air dari suatu kawasan /
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal (Suripin, 2004).
Drainase perkotaan adalah sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air
irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu
(Suripin,2004).
Secara garis besar drainase dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
(Suripin, 2004).a. Drainase Permukaan adalah sistem drainase yang berkaitan dengan
pengendalian aliran air permukaan ,
b. Drainase Bawah Permukaan adalah sistem drainase yang berkaitan dengan
pengendalian aliran air di bawah permukaan.
Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran dari
wilayah yang meliputi (Suripin,2004) .
1. Pemukiman.
2. Kawasan industri dan perdagangan.
3. Kampus dan sekolah.
4. Rumah sakit dan fasilitas umum.
5. Lapangan olahraga.
6. Lapangan parker.
7. Instalasi militer, listrik, telekomunikasi.
8. Pelabuhan udara.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 8/62
Kriteria desain drainase perkotaan ada tambahan variabel desain seperti
(Suripin,2004).
1. keterkaitan dengan tata guna lahan ,
2. keterkaitan dengan masterplan drainase kota ,
3. keterkaitan dengan masalah sosial budaya .
3.2. Fungsi Drainase
Drainase di dalam kota berfungsi untuk mengendalikan kelebihan air
permukaan, sehingga tidak akan mengganggu masyarakat yang ada di sekitar saluran
tersebut (Hadihardjaja, 1997).
Drainase dalam kota mempunyai fungsi sebagai berikut (Hadihardjaja, 1997).
1. untuk mengalirkan genangan air atau banjir ataupun air hujan dengan cepat
dari permukaan jalan ,
2. untuk mencegah aliran air yang berasal dari daerah lain atau daerah di sekitar
jalan yang masuk ke darah perkerasan jalan ,
3. untuk mencegah kerusakan jalan dan lingkungan yang diakibatkan oleh
genangan air dan jalan.
3.3. Jenis Drainase
Drainase memiliki banyak jenis dan jenis drainase tersebut dilihat dari
berbagai aspek. Adapun jenis-jenis saluran drainase dapat dibedakan sebagai berikut
(Hasmar,2002) :
1. Menurut sejarah terbentuknya .
Drainase menurut sejarahnya terbentuk dalam berbagai cara, Berikut ini cara
terbentuknya drainase :
a. Drainase Alamiah ( Natural Drainage)
Yakni drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu / beton,
gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang
bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang
permanen seperti sungai.
b. Drainase Buatan ( Artificial Drainage)
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 9/62
Drainase ini dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan
bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu / beton, gorong-
gorong, pipa-pipa dan sebagainya.
2. Menurut letak bangunan.
Saluran drainase menurut letak bangunannya terbagi dalam beberapa bentuk,
berikut ini bentuk drainase menurut letak bangunannya :
a. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Yakni saluran yang berada diatas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa
open chanel flow.
b. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Sub Surface Drainage)
Saluran ini bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media
dibawah permukaan tanah (pipa-pipa) karena alasan-alasan tertentu.
3. Menurut fungsinya.
Drainase berfungsi mengalirkan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah, berikut ini jenis drainase menurut fungsinya
a. Single PurposeYakni saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya
air hujan saja atau jenis air buangan yang lain.
b. Multi Purpose
Yakni saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik
secara bercampur maupun bergantian, misalnya mengalirkan air buangan
rumah tangga dan air hujan secara bersamaan.
4. Menurut konstruksi.
Dalam merancang sebuah drainase terlebih dahulu harus tahu jenis kontruksi
apa drainase dibuat, berikut ini drainase menurut konstruksi :
a. Saluran Terbuka
Yakni saluran yang konstruksi bagian atasnya terbuka dan berhubungan
dengan udara luar. Saluran ini lebih sesuai untuk drainase hujan yang terletak
di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupaun drainase non-hujan
yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 10/62
b. Saluran Tertutup
Yakni saluran yang konstruksi bagian atasnya tertutup dan saluran ini tidak
berhubungan dengan udara luar. Saluran ini sering digunakan untuk aliran air
kotor atau untuk saluran yang terletak di tengah kota.
5. Menurut Pola Jaringan Drainase
a. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari
pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah kota.
Saluran cabang Saluran cabang Saluran cabang
Saluran utama
Saluran cabang
Gambar 3.1 Pola Jaringan Drainase Siku (Hasmar, 2002)
b. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan salurancabang ( sekunder ) yang cukup banyak dan pendek-pendek. Apabila terjadi
perkembangan kota , saluran-saluran dapat menyesuaikan diri.
Saluran cabang
Saluran cabang
Saluran utama
Saluran utama
Saluran cabang
Gambar 3.2 Pola Jaringan Drainase Paralel (Hasmar, 2002)
c. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga
saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 11/62
Saluran cabang
Saluran utama
Saluran cabang
Gambar 3.3 Pola Jaringan Drainase Grid Iron (Hasmar, 2002)
d. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih
besar
Saluran cabang
Saluran cabang Saluran utama
Gambar 3.4 Pola Jaringan Drainase Alamiah (Hasmar, 2002)
e. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
Gambar 3.5 Pola Jaringan Drainase Radial (Hasmar, 2002)
f.. Jaring - jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan
raya, dan cocok untuk daerah dengan topografi datar
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 12/62
Gambar 3.6 Pola Jaringan Drainase Jaring-jaring (Hasmar, 2002)
3.4 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Catchment area adalah suatu daerah tadah hujan dimana air yang mengalir
pada permukaannya ditampung oleh saluran yang bersangkutan. Sistem drainase
yang baik yaitu apabila ada hujan yang jatuh di suatu daerah harus segera dapat
dibuang, untuk itu dibuat saluran yang menuju saluran utama. Supaya air dapat
dialirkan dengan optimal dan efektif maka perlu ditentukan cathment area, sehingga
sistem pengalirannya sesuai dengan kondisi catchment area ( Sri Harto Br, 1995 ).
Untuk menentukan daerah tangkapan hujan tergantung kepada kondisi
lapangan suatu daerah dan situasi topografinya / elevasi permukaan tanah suatu
wilayah disekitar saluran yang bersangkutan yang merupakan daerah tangkapan
hujan dan mengalirkan air hujan kesaluran drainase. Untuk menentukan daerah
tangkapan hujan ( Cathment area ) sekitar drainase dapat diasumsikan dengan
membagi luas daerah yang akan ditinjau .
Gambar 3.7 Catchment area (SNI 03-3424-1994).
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 13/62
Dimana :
A1 = Lebar jalan (ditetapkan dari as jalan sampai bagian tepi perkerasan) x
panjang saluran
A2 = Lebar bahu jalan (ditetapkan dari tepi perkerasan yang ada sampai
tepi bahu jalan) x panjang saluran.
A3 = Lebar saluran x panjang saluran.
A4 = Lebar asumsi daerah pengaliran (panjang minimum 20 m dan
panjang maksimum 100 m) x panjang saluran.
Keempat luasan tersebut ditotalkan, maka didapatlah daerah tangkapan hujan
(SNI 03-3424-1994).
Untuk luar jalan (A4) jika ada saluran yang bersebelahan dengan saluran yang
bersangkutan maka diambil pembagian jarak antara saluran yang direncanakan
dengan saluran yang bersebelahan dengan drainase penelitian.
3.5. Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran gerakan air
di alam ini, yang meliputi berbagai bentuk air yang menyangkut perubahan-
perubahannya antara lain : keadaan zat cair, padat dan gas dalam atmosfer di atas dan
di bawah permukaan tanah, didalamnya tercakup pula air laut yang merupakan
sumber dan penyimpanan air yang mengaktifkan kehidupan di bumi. Tanpa kita
sadari bahwa sebagian besar perencanaan bangunan sipil memerlukan analisis
hidrologi.Analisis hidrologi tidak hanya diperlukan dalam perencanaan berbagai
bangunan air seperti : bendungan, bangunan pengendali banjir, dan bangunan irigasi,
tetapi juga diperlukan untuk bangunan jalan raya, lapanan terbang, dan bangunan
lainnya (Soemarto,1999).
1. Siklus hidrologi
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 14/62
Dalam perencanaan suatu bangunan air yang berfungsi untuk pengendalian
penggunaan air antara lain yang mengatur aliran sungai, pembuatan waduk-waduk
dan saluran-saluran yang sangat diperlukan untuk mengetahui perilaku siklus yang
disebut dengan siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah proses yang diawali oleh
evaporasi / penguapan kemudian terjadinya kondensasi dari awan hasil evaporasi.
Awan terus terproses, sehingga terjadinya salju atau hujan yang jatuh kepermukaan
tanah. Pada mula air hujan ada yang mengalir dipermukaan tanah sebagai air run off
atau aliran permukaan dan sebagian (infiltrasi) meresap kedalam lapisan tanah. Air
run off mengalir kepermukaan air di laut, danau, sungai. Air infiltrasi meresap
kedalam lapisan tanah, menambah tinggi muka air tanah, kemudian juga merembes
didalam tanah kearah muka air terendah, akhirnya juga kemungkinan sampai dilaut,
danau, sungai. Air yang meresap ke dalam tanah sebagian ada yang mengalir melalui
pori-pori tanah ( perkolasi) lalu mengalir ke saluran dan terus menuju kelaut, sungai
atau danau (Hasmar,2002). Susunan peristiwa siklus hidrologi dapat dilihat pada
gambar 3.8 .
Aliran permukaan
Aliran air tanah
Kondensasi
Muka air tanah
SungaiAliran air tanah
Mata air
Infiltrasi
Evaporasai air laut
Danau
Evaporasi air
sungai
Laut
Transpirasi
Evaporasi air
Danau, kolam
Evaporasi air hujan
Presipitasi
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 15/62
Gambar 3.8 Siklus Hidrologi ( Suripin ,2004 )
Ada beberapa kemungkinan yang terjadi pada siklus hidrologi antara lain:
a. Siklus (daur) tersebut dapat merupakan daur pendek, yaitu misalnya hujan yang
jatuh dari laut, danau atau sungai segera dapat mengalir kembali ke laut.
b. Tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur. Pada musim
kemarau kelihatannya daur berhenti sedangkan di musim hujan berjalan
kembali.
c. Intensitas dan frekuensi daur tergantung pada keadaan geografi dan iklim, hal
ini akibat adanya matahari yang berubah-ubah letaknya terhadap meredium
bumi sepanjang tahun.
2. Curah hujan
Curah hujan yang diperlukan untuk mengetahui profil muka air sungai dan
rancangan suatu drainase adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah yang
bersangkutan , bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut
curah hujan wilayah atau daerah dan dinyatakan dalam milimeter (mm).
Menentukan curah hujan rerata harian maksimum daerah dilakukan
berdasarkan pengamatan beberapa stasiun pencatat hujan. Perhitungan curah hujan
rata-rata maksimum ini dapat menggunakan beberapa metode, diantaranya
menggunakan metode rata –rata aljabar, garis Isohiet, dan poligon Thiessen .
A. Cara rata-rata Aljabar
Cara ini menggunakan perhitungan rata-rata secara aljabar, tinggi curah hujan
diambil dari harga rata-rata dari stasiun pengamatan di dalam daerah yang ditinjau.
Persamaan rata-rata aljabar:
_
R = 1 ( R 1 + R 2 + ….. + R n ) ………………………………... (3.1)
n
Dimana :
_
R = Curah hujan rata-rata rendah.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 16/62
n = Jumlah titik atau pos pengamatan.
R 1 + R 2 +… + Rn = curah hujan ditiap titik pengamatan.
B. Cara Garis Isohiet
Peta isohiet digambarkan pada peta topografi dengan perbedaan (interval ) 10
mm sampai 20 mm berdasarkan data curah hujan pada titik-titik pengamatan didalam
dan di sekitar daerah yang dimaksud. Luas daerah antara dua garis isohiet yang
berdekatan diukur dengan planimeter. Demikian pula harga rata-rata dari garis-garis
isohiet yang berdekatan yang termasuk bagian-bagian daerah itu dapat dihitung.
Curah hujan daerah itu dapat dihitung menurut persamaan sebagai berikut:
_
R = A1R 1 + A2R 2 + …… + AnRn….………………………..... (3.2)
A1 + A2 + ……. + An
Dimana :
_
R = Curah hujan daerah
A1, A2, …, An = Luas daerah yang mewakili titik pengamatan
R 1, R 2, …,Rn = Curah hujan setiap titik pengamatan.
Gambar 3.9 Garis Isohiet
C . Metode Poligon Thiessen
Cara ini memberikan bobot tertentu untuk setiap stasiun hujan dengan
pengertian bahwa setiap stasiun hujan dianggap mewakili hujan dalam suatu daerah
dengan luas tertentu. Dan luas tersebut merupakan faktor koreksi (weighing factor )
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 17/62
bagi hujan di stasiun yang bersangkutan. Luas masing-masing daerah tersebut
diperoleh dengan cara berikut.
a. Semua stasiun yang terdapat didalam dihubungkan dengan garis sehingga
terbentuk jaringan segitiga-segitiga.
b. Pada masing-masing segitiga ditarik garis sumbunya, dan semua garis sumbu
tersebut membentuk poligon.
c. Luas daerah yang hujannya dianggap diwakili oleh salah satu stasiun yang
bersangkutan adalah daerah yang dibatasi oleh garis-garis poligon tersebut atau
dengan batas DAS.
Luas relatif daerah ini dengan luas DAS merupakan faktor koreksinya. Rumus
yang digunakan sebagai berikut (Soemarto, 1999) :
n
nn
A A A
d Ad Ad Ad
+++
+++=
...........
.............
21
2211 …………….………….....................(3.3)
nn d pd pd pd .. 2211 ++= ………………………………….............……(3.4)
Dimana :
d = Curah hujan harian rerata maksimum (mm)
dn = Curah hujan pada stasiun penakar (mm)
An = Luas daerah pengaruh stasiun pencatat hujan (km2)
P n = Faktor koreksi (An/ΣA)
Prosedur untuk mendapatkan curah hujan maksimum harian rata-rata daerah
adalah sebagai berkut .
a. Tentukan curah hujan harian maksimum pada stasiun-stasiun lain pada bulan
untuk masing-masing stasiun.
b. Cari besarnya curah hujan pada stasiun-stasiun lain pada bulan kejadian yang
sama dalam tahun sama.
c. Dalam tahun yang sama, dicari hujan maksimum tahunan untuk stasiun
berikutnya.
d. Dengan metode Thiesen dipilih salah satu yang tertinggi pada setiap tahun.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 18/62
Data curah hujan yang terpilih adalah merupakan data hujan maksimum daerah
(basin rainfall).
7
Keterangan :
A1,A2,…A3 = Luas Daerah penakar hujan
1,2,3,4 = Stasiun pencatat hujan
A7A6A5
A4
A3
A2
A1
65
4
1 3
2
Gambar 3.10. Poligon Thiesen (Soemarto, 1999)
3. Analisa frekuensi
Analisa frekuensi dimaksudkan untuk menentukan jenis distribusi yang sesuai
dengan data yang tersedia untuk memperoleh curah hujan rencana. Pemilihan jenis
distribusi curah hujan yang sesuai berdasarkan pada nilai koefisien asimetri,
koefisien variasi, koefisien kurtosis yang diperoleh dari harga tabel parameter
statistik dengan persamaan (Soemarto, 1999) :
Koefisien Asimetri, (Cs) :
3
3
)2)(1()(S nn
X XinCs−−−= ∑ ………………………..…………........….(3.5)
Koefisien Variasi, (Cv) :
X
S Cv = ………………………………………….......……..…...(3.6)
Dimana :
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 19/62
)1(
)(1
2
−
−
=∑=
n
X X
S
n
i
i
.....................................................................(3.7)
Koefisien Kurtosis, (Ck ) :
4
42
)3)(2)(1(
)(
S nnn
X XinCk
−−−
−=
∑…………………………….....……(3.8)
Dimana :
n = Banyaknya data
X = Harga rata-rata data (mm)
Cv = Koefisien variasi
Cs = Kofeisien Asimetri
Ck = Koefisien Kurtosis
Syarat yang harus digunakan untuk distribusi adalah .
1. Apabila Harga Cs = bebas, Ck = bebas, maka distribusi yang dipakai adalah
distribusi Log Pearson type III.
2. Apabila harga koefisien Asimetri mendekati tiga kali besar variasi (Cs = 3 kali
Cv) maka distribusi yang dipakai adalah distribusi Log Normal.
3. Apabila harga Cs = 1,1369, Ck = 5,4002, maka distribusi yang dipakai adalah
distribusi Gumbel.
4. Analisis curah hujan rencana
Penentuan curah hujan rencana diperlukan untuk ditransformasikan menjadi
debit rencana. Secara definisi curah hujan rencana adalah curah hujan terbesar yang
mungkin terjadi disuatu daerah pada periode ulang tertentu yang dipakai sebagai
dasar perhitungan perencanaan suatu bangunan.
Metode yang dapat digunakan untuk menghitung hujan rencana antara lain,
Metode Distrfibusi Normal, Metode Gumbel ( Ekstrim Value Tipe I ), dan Metode
Log Pearson Type III.
1. Metode Distribusi Normal
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 20/62
Langkah-langkah dalam perhitungan curah hujan rencana berdasarkan
perhitungan Normal sebagai berkut : (Suripin , 2003)
Dengan menggunakan persamaan:
X T = X + K T S................................................................................ (3.9)
Di mana:
K T =S
X xT −
...............................................................................(3.10)
Dimana :
X T = Perkiraan nilai dengan periode ulang T-tahunan
X = Nilai rata - rata
K T = Nilai Kala ulang
S = Deviasi standar
Tabel 3.1 Nilai faktor frekuensi K T (Nilai variabel reduksi Gauus),(Suripin, 2003)
Periode ulang,T No.
(tahun)Peluang KT
1 1,001 0,999 -3.05
2 1,005 0,995 -2.58
3 1,010 0,990 -2.33
4 1,050 0,950 -1.64
5 1,110 0,900 -1.28
6 1,250 0,800 -0.84
7 1,330 0,750 -0.67
8 1,430 0,700 -0.52
9 1,670 0,600 -0.25
10 2,000 0,500 011 2,500 0,400 0.25
12 3,330 0,300 0.52
13 4,000 0,250 0.67
14 5,000 0,200 0.84
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 21/62
15 10,000 0,100 1.28
16 20,000 0,050 1.64
17 50,000 0,020 2.0518 100,000 0,010 2.33
19 200,000 0,005 2.58
20 500,000 0,002 2.88
21 1000,000 0,001 3.09
2. Metode Ekstrim Value Tipe I (Distribusi Gumbel)
Faktor frekuensi untuk distribusi ini dapat dihitung dengan mempergunakan
persamaan sebagai berikut :
1. Besarnya curah hujan rata-rata dengan rumus :
X =n
X ∑......................................................................................(3.11)
2. Hitung standar deviasi dengan rumus :
1
)( 2
−
−= ∑
n
X X Sx ......................................................................(3.12)
3. Hitung besarnya curah hujan untuk periode ulang t tahun dengan rumus :
SxSn
YnYt X Xt )( −
+= ................................................................... (3.13)
Dimana :
Xt = Besarnya curah hujan untuk t tahun (mm)
Yt = Besarnya curah hujan rata-rat untuk t tahun (mm)
Yn = Reduce mean deviasi berdasarkan sampel n
Sn = Reduce standar deviasi berdasarkan sampel n
n = Jumlah tahun yang ditinjau.
Sx = Standar deviasi (mm)
X = Curah hujan rata-rata (mm)
X = Curah hujan maximum (mm).
Harga Yn berdasarkan banyaknya sampel n dapat dilihat pada tabel 3.2
berikut ini :
Tabel 3.2 Hubungan reduce mean (Yn) dengan banyaknya sampel (n)
(Soemarto, 1987)
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 22/62
n Yn n Yn N Yn n Yn
10 0,4952 33 0,5388 56 0,5508 79 0,5567
11 0,4996 34 0,5396 57 0,5511 80 0,5569
12 0,5035 35 0,5402 58 0,5515 81 0,5570
13 0,5070 36 0,5420 59 0,5518 82 0,5572
14 0,5100 37 0,5428 60 0,5521 83 0,5574
15 0,5128 38 0,5424 61 0,5524 84 0,5576
16 0,5157 39 0,5430 62 0,5527 85 0,5578
17 0,5181 40 0,5436 63 0,5530 86 0,5580
18 0,5202 41 0,5442 64 0,5533 87 0,5581
19 0,5220 42 0,5448 65 0,5535 88 0,5583
20 0,5236 43 0,5453 66 0,5538 89 0,5585
21 0,5252 44 0,5458 67 0,5540 90 0,5587
22 0,5268 45 0,5463 68 0,5543 91 0,558
23 0,5283 46 0,5468 69 0,5545 92 0,5589
24 0,5296 47 0,5473 70 0,5548 93 0,5591
25 0,5309 48 0,5477 71 0,5550 94 0,5592
Tabel 3.2 (lanjutan)
26 0,5320 49 0,5481 72 0,5552 95 0,5593
27 0,5332 50 0,5485 73 0,5555 96 0,5595
28 0,5343 51 0,5489 74 0,5557 97 0,5596
29 0,5353 52 0,5493 75 0,5559 98 0,5598
30 0,5362 53 0,5497 76 0,5561 99 0,5599
31 0,5371 54 0,5501 77 0,5563 100 0,5600
32 0,5380 55 0,5504 78 0,5565
Harga reduce standar deviasi (Sn) dengan banyaknya sampel dapat dilihat
pada tabel 3.3 .
Tabel 3.3 Hubungan reduce standar deviasi (Sn) dengan banyaknya sampel (n)
(Soemarto, 1987)
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 23/62
n Sn n Sn N Sn n Sn
10 0,9496 21 1,0696 32 1,1193 43 1,1480
11 0,9676 22 1,0754 33 1,1226 44 1,1499
12 0,9833 23 1,0811 34 1,1255 45 1,1519
13 0,9971 24 1,0864 35 1,1285 46 1,1538
14 1,0095 25 1,0915 36 1,1313 47 1,1557
15 1,0206 26 1,0961 37 1,1339 48 1,1574
16 1,0316 27 1,1004 38 1,1363 49 1,1590
17 1,0411 28 1,1047 39 1,1388 50 1,1607
18 1,0493 29 1,1086 40 1,1413 51 1,1623
19 1,0565 30 1,1124 41 1,1436 52 1,163820 1,0628 31 1,1159 42 1,1458 53 1,1658
Hubungan periode ulang untuk t tahun dengan curah hujan rata – rata dapat
dilihat pada tabel 3.4 .
Tabel 3.4 Periode ulang untuk t tahun (Soemarto, 1987)
T Curah hujan rata -rata
2 0,3665
5 1,499910 2.2502
Tabel 3.4 ( Lanjutan )
20 2,9702
25 3,1985
50 3,9019
3. Metode Log Pearson Type III
Langkah-langkah dalam perhitungan curah hujan rencana berdasarkan
perhitungan Log Pearson Type III sebagai berikut (Soemarto, 1999).
a. Data hujan harian maksimum tahunan sebanyak n tahun diubah dalam bentuk
logaritma.
a. Hitung rata-rata logaritma dengan rumus :
n
LogXi
X Log
n
i
∑== 1 ………………………………………..……..(3.14)
b. Hitung simpangan baku dengan rumus :
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 24/62
1
)(log1
2
−
−
= ∑=n
X Log Xi
S
n
i ……………………………….....…..(3.15)
c. Hitung Koefisien Kepencengan dengan rumus :
3
1
3
)2)(1(
)(
S nn
X Log LogXinx
C
n
i s
−−
−
=∑= …………………………………...(3.16)
d. Hitung logaritma curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu :
)( 1S G X Log LogX r ×+= …….............................……..............(3.17)
Dengan harga G diperoleh berdasarkan harga Cs dan tingkat probabilitasnya.
Curah hujan rencana dengan periode tertentu adalah harga antilog XT dimana :
Log XT = Logaritma curah hujan rencana dengan kala ulang tahun
X Log = Rata-rata logaritma data
n = Banyaknya tahun pengamatan
St = Standar deviasi
Cs = Koefisien kepencengan
G = Koefisien frekuensi
Besarnya harga G berdasarkan nilai Cs dan tingkat probabilitasnya dapat
dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Distribusi Log Pearson Type III untuk Koefisien Kemencengan Cs
(Soemarto, 1999)
Waktu balik dalam tahun
2 5 10 25 50 100 200 1000
Peluang (%)
KoefisienCs
50 20 10 4 2 1 0,5 0,1
3,0 -0,396 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051 4,970 7,250
2,5 -0,360 0,518 1,250 2,262 3,048 3,854 4,652 6,600
2,2 -0,330 0,574 1,284 2,24 2,970 3,705 4,444 6,200
2,0 -0,307 0,609 1,302 2,219 2,912 3,605 4,298 5,910
1,8 -0,282 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499 4,147 5,660
1,6 -0,254 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388 3,990 5,390
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 25/62
1,4 -0,225 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271 3,828 5,110
1,2 -0,195 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149 3,661 4,820
1,0 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022 3,489 4,5400,9 -0,148 0,769 1,339 2,018 2,498 2,957 3,401 4,395
0,8 -0,132 0,780 1,336 1,998 2,453 2,891 3,312 4,250
0,7 -0,116 0,790 1,333 1,967 2,407 2,824 3,223 4,105
0,6 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755 3,132 3,960
0,5 -0,083 0,808 1,323 1,910 2,311 2,686 3,041 3,815
0,4 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615 2,949 3,670
0,3 -0,050 0,824 1,309 1,849 2,211 2,544 2,856 3,525
0,2 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472 2,763 3,380
0,1 -0,017 0,836 1,292 1,785 2,107 2,400 2,670 3,235
0 0 0,842 1,282 1,751 2,054 2,326 2,576 3,090
-0,1 0,017 0,836 1,270 1,716 2,000 2,252 2,482 2,950
-0,2 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178 2,388 2,810
-0,3 0,050 0,853 1,245 1,643 1,890 2,104 2,294 2,675
-0,4 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029 2,201 2,540
-0,5 0,083 0,856 1,216 1,567 1,777 1,955 2,108 2,400
-0,6 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880 2,016 2,275
-0,7 0,116 0,857 1,183 1,488 1,663 1,806 1,926 2,150
-0,8 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733 1,837 2,035
-0,9 0,148 0,854 1,147 1,407 1,549 1,660 1,749 1,910
-1,0 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588 1,664 0,180
3.6. Kala Ulang Minimum
Perencanaan dalam mengatasi drainase pada umumnya ditentukan dengan
suatu kala, misalnya 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun atau 100 tahun, sehingga drainase
akan aman jika debit banjir yang terjadi tidak melebihi debit banjir rencana kala
ulang tersebut. Disamping itu dalam perencanaan saluran drainase periode ulang
yang digunakan tergantung dari fungsi saluran serta daerah tangkapan hujan.
Beberapa kriteria periode ulang diperlihatkan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Kriteria Periode Ulang (Notodihardjo, 1998)
Jenis Lahan / Guna Lahan Periode Ulang
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 26/62
1. Jalan Tol
2. Jalan Arteri
3. Jalan Kolektor
4. Jalan Biasa
5. Perumahan
6. Pusat Perdagangan
7. Pusat Bisnis
8. Landasan Terbang
10 Tahun
10 Tahun
10 Tahun
10 Tahun
2 – 5 Tahun
2 – 10 Tahun
2 – 10 Tahun
5 Tahun
3.7. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu
(Suripin, 2004). Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung
intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin
tinggi pula intensitasnya. Besarnya intensitas hujan berbeda – beda, tergantung dari
lamanya curah hujan yang diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan ,
baik secara statistik maupun secara empiris. Besarnya intensitas hujan pada kondisi
yang ditimbulkan sesuai dengan derajat hujannya, dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 37. Derajat Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan (Suripin, 2004)
Derajat Curah
Hujan
Intensitas Curah
Hujan (mm/jam)Kondisi
Hujan sangat lemah
Hujan lemah
Hujan normal
Hujan deras
< 1,20
1,20 – 3,00
3,00 – 18,0
18,0 – 60,3
Tanah agak basah atau dibasahi
sedikit.
Tanah menjadi basah semuanya,
tetapi sulit membuat puddle.
Dapat dibuat puddle dan bunyi hujan
kedengaran.
Air tergenang diseluruh permukaan
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 27/62
Hujan sangat deras > 60,0
tanah dan bunyi keras hujan
terdengar berasal dari genangan.
Hujan seperti tumpahan, saluran dan
drainase meluap
Data curah hujan dalam suatu waktu tertentu (beberapa menit) yang tercatat
pada alat otomatik dapat dirubah menjadi intensitas curah hujan per jam.
Umpamanya untuk merubah hujan 5 menit menjadi intensitas curah hujan per jam,
maka curah hujan ini harus dikalikan dengan 60/5, demikian pula untuk hujan 10
menit dikalikan dengan 60/10. Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan (I) di dalam
rumus rasional dapat dihitung dengan rumus (Suripin 2004).
3/2
24 24
24 ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡=
Tc
R I mm / jam ..................................................................(3.18)
Dimana :
R24 = Curah hujan rancangan setempat (mm)
Tc = Lama waktu konsentrasi dalam jam
I = Intensitas hujan dalam mm/jam
3.8. Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dari
titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagianhilir suatu saluran (Suripin, 2004). Waktu konsentrasi dibagi atas 2 bagian.
a. Inlet time ( to ) yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas
permukaan tanah menuju saluran drainase.
b. Conduit time ( td ) yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir.
Sehingga waktu konsentrasi dapat dihitung dengan ( Suripin, 2004):
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 28/62
Tc = to + td ............................................................................................(3.19)
Dengan :
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡×××=
S
n Lt o 28,3
3
2 menit ......................................................... (3.20)
V
Lt s
d ⋅
=60
menit .............................................................................. (3.21)
Dimana : n = angka kekasaran Manning,
S = Kemiringan lahan,
L = panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m),
Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m),
V = kecepatan aliran didalam saluran (m/det).
Waktu konsentrasi ditentukan dengan menggunakan perkiraan kecepatan air
seperti diperlihatkan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Hubungan Jenis Bahan dengan Kecepatan Aliran Air (Vo)
(Hadihardjaja, 1997)
Jenis BahanKecepatan aliran air yang diizinkan
(m/detik)
Pasir halus
Lempung kepasiran
Lanau aluvial
Kerikil halus
Lempung kokoh
Lempung padat
Kerikil kasar
Jalan Aspal
Batu-batu besar
Pasangan batu
Beton
Beton bertulang
0,45
0,50
0,60
0,75
0,75
1,10
1,20
0,90
1,50
1,50
1,50
1,50
Tabel 3.8. ( lanjutan )
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 29/62
Kemiringan dasar saluran mempengaruhi kecepatan aliran air dalam saluran.
Pada Tabel 3.9. berikut diperlihatkan hubungan kemiringan dasar saluran terhadap
kecepatan aliran rata-rata.
Tabel 3.9. Hubungan Kemiringan Dasar Saluran dengan Kecepatan Saluran
(Hadihardjaja, 1997)
Kemiringan Rerata Dasar Saluran (%) Kecepatan Rerata (m/det )
< 1,00 %
1,00 – 2,00
2,00 – 4,00
4,00 – 6,00
6,00 – 10,00
10,00 – 15,00
0,40
0,60
0,90
1,20
1,50
2,40
3.9. Koefisien Penampungan (Storage Coefficient)
Daerah penampungan adalah suatu tadah hujan dimana air yang mengalir
pada permukaannya ditampung oleh saluran yang bersangkutan (Notodihardjo,1998).
Untuk dapat memungkinkan daya tampung saluran, sehingga mempengaruhi
saluran puncak yang dihitung atas dasar metode rasional harus dikalikan koefisien
penampungan (Cs), untuk menentukan harga Cs dapat digunakan persamaan sebagai
berikut.
td tc
tcCs
+=
2
2.........................................................................................(3.22)
Dimana :
Cs = Koefisien penampungan
tc = Waktu konsentrasi (jam)
td = Waktu pengaliran air dalam saluran (jam)
3.10. Kemiringan Dasar Saluran ( S o )
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 30/62
Kemiringan dasar saluran digunakan dalam menentukan nilai waktu
konsentrasi dan mempengaruhi kecepatan aliran air dalam saluran,
kemiringan dasar saluran dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut (Subarkah, 1980) :
Gambar 3.11. Pengukuran Kemiringan Saluran
Kemiringan dasar saluran dihitung dengan rumus.
( ) L
t t
L
t
S o12 −
=
∆
= ................................................................................(3.23)
Dimana :
S o = Kemiringan Dasar Saluran
∆t = Perbedaan ketinggian dasar saluran antara dihilir dan dihulu drainase
L = Panjang Saluran
3.11. Debit Rancangan Dengan Metode Rasional
Debit rencana untuk daerah perkotaan umumnya dikehendaki pembuangan air
yang secepatnya, agar jangan ada genangan air yang berarti. Untuk memenuhi tujuan
ini saluran-saluran harus dibuat cukup sesuai dengan debit rancangan.
Faktor yang menentukan sampai berapa tinggi genangan air yang
diperbolehkan agar tidak menimbulkan kerugian yang berarti adalah.
a. Luas daerah yang akan tergenang (sampai batas tinggi yang diperbolehkan).
b. Lama waktu genangan.
t2
L
H
H
∆t
Dasar
Permukaant1
Roll
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 31/62
Suatu daerah perkotaan umumnya merupakan bagian dari suatu daerah aliran
yang lebih luas, dan di daerah aliran ini sudah ada drainase alami. Perentangan dan
pengembangan sistem bagi suatu daerah perkotaan yang baru harus diselaraskan
dengan sistem drainase alami yang sudah ada, agar keadaan aslinya dapat
dipertahankan sejauh mungkin.
Menghitung besarnya debit rancangan drainase perkotaan umumnya
dilakukan dengan memakai metode rasional. Hal ini karena relatif luasan daerah
aliran tidak terlalu luas, kehilangan air sedikit dan waktu konsentrasi relatif pendek.
Apabila luas daerah lebih kecil dari 0,80 km2, alirannya tidak melebihi kira-kira 80
ha. kapasitas pengaliran dihitung dengan metode rasional, (Subarkah, 1980) yaitu:
Persamaan metode rasional adalah :
Q = α . β . I. A. ………………............................................................(3.24)
Dimana :
Q = Debit rencana dengan masa ulang T tahun dalam m3/dt
α = Koefisien pengaliran
β = Koefisien penyebaran hujan
I = Intensitas selama waktu konsentrasi dalam mm /jam
A = Luas daerah aliran dalam Ha
3.12. Koefisien Pengaliran ( C )
Koefisien pengaliran merupakan nilai banding antara bagian hujan yang
membentuk limpasan langsung dengan hujan total yang terjadi. Besaran ini
dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi lahan.
Pemilihan koefisien pengaliran harus memperhitungkan adanya perubahan tata guna
lahan dikemudian hari ( Hadiharjaja,1997 ).
Besarnya koefisien pengaliran diperlihatkan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Koefisien Pengaliran ( C ) (Hadihardjaja, 1997)
Kondisi Daerah Koefisien Pengaliran ( C )
Perumahan tidak begitu rapat 20 rumah /Ha 0,25 - 0,40
Perumahan kerapatan sedang 20-60 rumah / Ha 0,40 - 0,70
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 32/62
Perumahan rapat 60-160 rumah / Ha 0,70 - 0,80
Taman dan daerah rekreasi 0,20 - 0,30
Daerah industri 0,80 - 0,90
Daerah perniagaan 0,90 - 0,95
3.13. Koefisien Penyebaran Hujan
Koefisien penyebaran hujan merupakan nilai yang digunakan untuk
mengoreksi pengaruh penyebaran hujan yang tidak merata pada suatu daerah
pengaliran. Nilai besaran ini tergantung dari kondisi dan daerah pengaliran. Untuk
daerah yang relatif kecil biasanya kejadian hujan diasumsikan merata.
Besarnya koefisien penyebaran hujan diperlihatkan pada tabel 3.11.
Tabel 3.11. Koefisien Penyebaran Hujan (Hadihardjaja, 1997)
Luas daerah pengaliran (km2) Koefisien penyebaran hujan (ß)
0,00 – 4,00 1,000
5,00 0,995
10,00 0,980
15,00 0,95520,00 0,920
25,00 0,875
30,00 0,820
50,00 0,500
3.14. Kapasitas Pengaliran ( Run off )
Ketetapan dan menetapkan besarnya debit air yang harus dialirkan melalui
saluran drainase pada daerah tertentu, sangat penting dalam penentuan dimensi
saluran.
Menghitung besarnya debit rancangan drainase perkotaan umumnya dilakukan
dengan memakai metode rasional. Hal ini karena relatif luasan daerah aliran tidak
terlalu luas, kehilangan air sedikit dan waktu konsentrasi relatif pendek. Apabila luas
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 33/62
daerah lebih kecil dari 0,80 km2, kapasitas pengaliran dihitung dengan metode
rasional, yaitu:
Q = f . C . Cs . β . I . A. 10-6
.................................................................(3.25)
Dimana :
Q = Kapasitas pengaliran (m3/dt)
f = Faktor konversi sebesar 0,278
C = Koefisien pengaliran
Cs = Koefisien penampungan
β = Koefisien penyebaran hujan
I = Intensitas hujan pada periode yang tertentu (mm/jam) A = Luas daerah pengaliran (km
2)
3.15. Kapasitas Saluran (Qsaluran)
Kapasitas aliran akibat hujan harus dialirkan melalui saluran drainase sampai
ketitik hilir. Debit hujan yang di analisa menjadi debit aliran untuk mendimensi
saluran, maka apabila dimensi drainase diketahui untuk menghitung debit saluran
digunakan persamaan 3.23.
Debit saluran dalam rumus Manning (Suripin, 2004).
Q = V . A.............................................................................................(3.26)
V =2/13/21
oS Rn
................................................................................. (3.27)
Dimana :
Q = Debit saluran ( m3/det )
V = Kecepatan aliran ( m/det )
A = Luas penampang basah ( m2 )
R = Jari-jari hidrolis = A/P
P = Panjang penampang basah ( m )
n = Koefisien kekasaran manning
S o = Kemiringan dasar saluran
Besarnya nilai kekasaran dasar berdasarkan Manning dapat dilihat pada Tabel
3.12.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 34/62
Tabel 3.12 Koefisien Kekasaran Manning (Notodihardjo, 1998)
Kondisi debit pembuangan berfluktuasi sehingga perlu memperhatikan
perihal kecepatan aliran (v) agar pada saat debit pembuangan kecil masih dapat
mengangkut sedimen, dan pada saat debit besar aman dari erosi. Syarat yang
berhubungan dengan aliran mantap merata disebut sebagaian aliran normal.
Hubungan Kemiringan Selokan Samping Jalan (I) terhadap jenis material
dapat dilihat pada tabel 3.13. berikut ini :
Tabel 3.13. Hubungan (I) dengan Jenis Material
Jenis Material Kemiringan selokan samping (I %)
Tanah asli
Kerikil
Pasangan
0,0 – 5,0
5,0 – 7,5
7,50
Jenis Saluran Koefisien Manning (n)1. Saluran Galian
a. Saluran tanah
b. Saluran pada batuan, digali merata
2. Saluran dengan Lapisan Perkerasan
a. Lapisan beton seluruhnya
b. Lapisan beton pada kedua sisi saluran
c. Lapisan blok beron pracetak
d. Pasangan batu di plester
e. Pasangan batu, diplester pada kedua sisi saluran
f. Pasangan batu, disiar
g. Pasangan batu kosong
3. Saluran Alam
a. Berumput
b. Semak – semak
c. Tak beraturan, banyak semak dan pohon, batang
pohon banyak jatuh ke saluran
0,022
0,035
0,015
0,020
0,017
0,020
0,022
0,025
0,030
0,027
0,050
0,015
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 35/62
3.16. Analisa Debit Air Limbah
Dalam menentukan besarnya buangan air limbah (Qdomestik ), kita perlu
mengetahui besarnya kebutuhan air penduduk dalam tiap-tiap wilayah yang ditinjau.
Besarnya kebutuhan air penduduk menurut pedoman badan-badan kesehatan, dibagi
sesuai dengan jenis keperluannya sebagai berikut (Sosrodarsono, 2003).
1. Bangunan umum
a. Sekolah = 20 liter/orang/hari
b. Kantor = 30 liter/orang/hari
c. Rumah ibadah = 3 m3/orang/hari
d. Rumah sakit = 400 liter/orang/hari
2. Bangunan komersil
a. Toko = 1 m3/toko/hari
b. Penginapan = 300 liter/tempat tidur/hari
c. Pasar = 25 m3/gedung/hari
d. Bioskop = 5 m3/gedung/hari
3. Bangunan Industri = 10 m3/industri/hari
4. Daerah perumahan = 90 liter/orang/hari
Dari jumlah pemakaian air tersebut dapat diperkirakan besarnya air buangan
yang harus ditampung dan dialirkan yaitu sebesar 80 % dari kebutuhan air yang
ditetapkan (Sosrodarsono, 2003).
3. 17. Bentuk Penampang Saluran
Dalam perencanaan dimensi saluran harus direncanakan agar memperoleh
tampang yang ekonomis. Dimensi saluran yang terlalu besar berarti tidak ekonomis,
sebaliknya dimensi yang terlalu kecil tingkat kegagalan akan terlalu besar. Adapun
bentuk penampang saluran yang sering kita jumpai dan digunakan dalam
perencanaan drainase adalah :
1. Saluran berbentuk trapesium
Bentuk penampang trapesium dipakai untuk debit yang besar dan umumnya
untuk mengalirkan air hujan, limbah domestik dan irigasi. Saluran ini
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 36/62
memerlukan tempat yang agak luas dan dapat terbuat dari tanah. Bentuk
penampang drainase ini sering digunakan karena mempunyai keuntungan dari
segi teknis pengerjaan maupun dalam pelaksanaan
w
h
m.h b m.h
Gambar 3.12 Saluran bentuk trapesium (SNI 03-3424-1990).
a. Luas tampang saluran ( A)
A = b.h + mh2
.................................................................................(3.28)
b. Keliling basah (P)
P =n
A- mh + 2h 1(
2
−m )............................................................(3.29)
c. Jari – jari hidrolis ( R )
R = P
A..............................................................................................(3.30)
2. Saluran berbentuk empat persegi panjang
Bentuk penampang empat persegi panjang dipakai untuk debit – debit yang
besar, untuk membuat saluran seperti ini biasanya dibuat pada daerah yang
memiliki luasan yang kecil, hanya didukung oleh konstruksi yang kokoh dan
digunakan untuk saluran air hujan, air rumah tangga dan lain – lain.
w
h
b
Gambar 3.13 Saluran bentuk empat persegi panjang (SNI 03-3424-1990).
a. Luas penampang basah ( A)
A = b.h..................................................................................................(3.31)
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 37/62
b. Keliling basah ( P )
P = 2h + b............................................................................................(3.32)
c. Jari – jari hidrolis ( Rs)
Rs = P
A……………………………………………………………….(3.33)
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 38/62
BAB IV
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan tentang metode-metode yang
akan dipakai dalam penelitian dengan maksud agar tercapainya tujuan dari
penelitian. Untuk itu penelitian hendaknya dilakukan sebaik mungkin. Pertama-tama
penelitian yang dilaksanakan harus mempunyai penyusunan program kerja dari
seluruh kegiatan penelitian, setiap tahap yang dilaksanakan dalam penelitian harus
memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain agar tujuan yang hendak dicapai
dapat dilaksanakan dengan baik.
4.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru tepatnya di Kelurahan
Tangkerang utara, Kecamatan Bukit Raya di jalan Jati . Kota Pekanbaru secara
geografis terletak di 0 0 00’28” LU dan 101 0 00’ 25” BT dan mempunyai ketinggian
31 M dari atas permukaan laut, pada umumnya daerah mendatar, sehingga air hujan
tertampung pada tanah yang lebih rendah secara keseluruhan topografinya relatif
datar gelombang, sehingga ada beberapa daerah yang sering kali terjadi genangan,
hal ini dikarenakan sebagian wilayahnya berada diatas tanah bencah (transisi antara
dataran dengan rawa). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di
sekitar daerah Jalan Jati . Dengan melakukan penelitian berupa tinjauan drainase,
yang dimulai dari simpangan Jalan Jati menuju Jalan Brigjen Katamso .
Untuk mengetahui lokasi penelitian, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
4.1
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 39/62
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 40/62
4.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah tahap-tahap yang dilakukan peneliti secara
berurutan selama berlangsung penelitian. Tahapan-tahapan penelitian ini
memberikan gambaran secara garis besar langkah-langkah pelaksanaan penelitian
yang akan menuntun peneliti agar lebih terarah selama berjalan penelitian.
Cara penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Studi literatur
Digunakan untuk mendapatkan kejelasan konsep dalam penelitian ini yaitu
dengan mendapatkan referensi dari buku-buku yang berisikan tentang dasar-
dasar teori serta rumus-rumus yang dapat mendukung penulisan penelitian
ini.
2. Observasi LapanganObservasi lapangan yaitu melakukan peninjauan kelokasi/lapangan untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan agar data yang diambil dapat dilihat
dan diamati secara langsung. Data – datanya antara lain.
a. Data curah hujan
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 41/62
Data curah hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika daerah
Pekanbaru, yang dipergunakan pada penelitian ini diambil selama 15
tahun, yaitu dari tahun 1994 – 2008.
b. Kondisi existing saluran.
c. Luas tangkapan hujan.
d. Data kependudukan.
3. Analisa Data
Setelah melakukan pengumpulan data, penelitian ini dilanjutkan dengan
pengolahan dan analisa data. Adapun tahap-tahap dalam menganalisis perhitungan ini diantaranya.
a. Menghitung frekuensi curah hujan.
b. Menghitung intensitas curah hujan.
c. Menghitung debit aliran.
4. Perbandingan dengan debit saluran
Pada tahap ini dilakukan perbandingan hasil analisa data dengan debit
saluran.
4.3. Tahapan Penelitian
Pada penyusunan penelitian ini digunakan bagan alir penelitian agar pembaca
bisa dengan mudah mengetahui langkah-langkah pekerjaan perencanaan drainase.
Tahapannya sebagai berikut :
1. Persiapan
Pada tahapan ini peneliti mensurvei lokasi / lapangan guna mendapatkan data
sekunder dan data primer .
2. Pengumpulan Data
Tahapan ini mengumpulkan data ysng sudah didapat baik data primer
maupun data sekunder.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 42/62
3. Analisa Data
Setelah melakukan pengumpulan data, penelitian ini dilanjutkan dengan
pengolahan dan analisa data.
a. Menghitung frekuensi curah hujan
b. Menghitung intensitas curah hujan
c. Menghitung debit aliran
4. Perbandingan dengan debit saluran
Pada tahap ini dilakukan perbandingan hasil analisa data dengan debit
saluran.
5. Desain ulang
Setelah dilakukan perbandingan, saluran yang tidak aman didesain ulang.
6. Hasil dan pembahasan
7. Kesimpulan
8. Selesai
Tahapan penelitian ini digambar dengan bagan alir yaitu pada Gambar 4.2
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 43/62
MULA
SURVEI
LAPANGAN
PENGUMPULAN
DATA
ANALISA DATA
DATA PRIMER DATA SEKUNDERData Yang Didapat Dari Tinjauan Data Yang Ada dan Telah Diarsipkan Seperti Data
curah hujan, Jumlah Penduduk dan buku-buku PedomanLangsung Kelapangan
Perhitungan QSALURAN ,
Gambar 4.2. Diagram Alir Penelitian
DESAIN
PERENCANAAN
KESIMPULA
SELES
HASIL DAN
PEMBAHASAN
TIDA YA
QSALURAN ≥
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 44/62
4.4.
Cara Analisis
Dalam perhitungan tinjauan drainase ini, penulis menggunakan tahap-
tahap perhitungan sebagai berikut.
1. Menghitung frekuensi curah hujan dengan cara Log Person type III.
2. Menghitung intensitas curah hujan dengan menggunakan rumus Rasional.
3. Menghitung debit aliran dengan menggunakan metode Rasional.
4. Menghitung kapasitas saluran drainase dan membandingkannya dengan
debit aliran.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 45/62
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada uraian – uraian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dalam
hal ini dapat dibahas untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dari tujuan penelitian.
5.1. Topografi
Ditinjau dari keadaan topografi pada umumnya kota Pekanbaru merupakan
dataran rendah kecuali dibeberapa tempat seperti di sekitar bandara Sultan Syarif
Kasim II, dibagian utara dan timur kota. Dataran rendah tersebut mempunyai
kemiringan lereng 0 -2 % kecuali bagian daerah utara dan timur yang memiliki tanah
yang bergelombang dengan kemiringan diatas 40% (Badan Pertanahan Nasional).
5.2. Fungsi Lahan
Fungsi lahan merupakan lahan yang digunakan atau dimanfaatkan untuk
lahan sarana, prasarana dan infrastruktur lainnya. Adapun yang merupakan fungsi
lahan tersebut antara lain :
1. permukiman.
2. kawasan perdagangan.
3. sekolah.
4. rumah ibadah dan fasilitas umum.
5.3. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Catchment area adalah suatu daerah tadah hujan dimana air yang mengalir
pada permukaannya ditampung oleh saluran yang bersangkutan. Catchment area
dapat dilihat pada Gambar 5.1.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 46/62
5.4. Nama Saluran Drainase
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 47/62
Di dalam penelitian ini menghitung debit aliran pada beberapa drainase yang
berada di Kelurahan Tangkerang Utara, Kecamatan Bukit Raya, berikut ini nama
saluran drainase tesebut.
Tabel 5.1. Nama Saluran Drainase.
No. Saluran Nama Saluran
1. Djati Ka Drainase Jati kanan
2. Djati Ki Drainase Jati kiri
3. Dkina Ka DrainaseKina kanan
4. Dkina Ki Drainase Kina kiri
5. Dppdyn Ka Drainase Papandayan kanan
6. Dppdyn Ki Drainase Papandayan kiri
7. Dhr 1 Ki Drainase Harapan raya 1
8. Dhr 2 Ki Drainase Harapan raya 2
9. Dbktms1 Ki Drainase Brigjen Katamso 1 kiri
10. Dbktms 2 Ki Drainase Brigjen Katamso 2 kiri
11. Dbktms 3 Ki Drainase Brigjen Katamso 3 kiri
12. Dglgr 1 Ki Drainase Gelugur 1 kiri
13. Dglgr 2 Ka Drainase Gelugur 2 kanan
14. Dglgr 3 Ka Drainase Gelugur 3 kanan
15. Dprimer Drainase Primer
5.5. Kependudukan
Berdasarkan data penduduk hingga bulan Januari 2009, Kelurahan
Tangkerang Utara terbagi atas 15 (lima belas) Rukun Warga (RW), 58 (lima puluh
delapan) Rukun Tetangga (RT), 4.652 jumlah Kartu Keluarga (KK), dan memiliki
luas 4,35 km2
dengan jumlah penduduk ± 19.920 jiwa, berikut ini jumlah penduduk
Kelurahan Tangkerang Utara Kecamatan Bukit rRaya.
Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Tangkerang Utara.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 48/62
Jumlah Penduduk
No Nama Saluran Rumah
Tangga Sekolah Kantor
Rumah
Ibadah Penginapan Toko
Total
1. Djati Ka 315 0 0 0 0 26 341
2. Djati Ki 273 56 0 2 0 31 365
3. Dkina Ka 198 0 0 0 0 15 213
4. Dkina Ki 234 0 0 0 0 28 262
5. Dppdyn Ka 215 0 0 5 0 53 283
6. Dpdyn Ki 258 0 10 0 0 47 305
7. Dhr 1 Ki 0 0 0 0 0 48 48
8. Dhr 2 Ki 0 0 0 0 0 54 54
9. Dbktms Ki 175 0 0 0 0 5 185
10. Dbktms 2 Ki 165 0 0 0 0 5 170
11. Dbktms 3 Ki 172 0 0 0 0 0 172
12. Dglgr 1 Ki 242 0 0 0 0 0 242
13. Dglgr 2 Ka 276 0 0 2 0 0 278
14. Dglgr 3 Ka 154 342 0 0 0 0 496
15. Dprimer
sebelah luar ka 124 0 0 0 0 0 124
sebelah luar ki 147 0 0 0 0 0 147
(Sumber : Kantor Kelurahan Tangkerang Utara, 2009)
Dari Tabel 5.2. diperoleh jumlah penduduk maksimum terletak pada saluran
DJati Ki sebanyak 365 jiwa, dan untuk jumlah penduduk yang minimum terletak
pada saluran DBktms Ki sebanyak 185 jiwa.
5.6. Iklim dan Curah Hujan
Salah satu aspek utama dalam perencanaan sistem penyaluran air hujan
(drainase) adalah analisa hidrologi yang mencakup pembahasan tentang hujan dan
iklim. Iklim Kota Pekanbaru umumnya merupakan iklim tropis basah dengan curah
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 49/62
hujan dan hari hujan pertahun antara 1.575 – 2.292 mm dan 102 – 104 hari dan suhu
rata-rata 27º C, serta kelembaban udara antara50 -65 %.
Curah Hujan Maksim um
319384 365
396
312
400 409 434
561510
622
435
703
502438
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
D e b i t C u r a h H u j a n ( m m )
Gambar 5.2. Grafik Curah Hujan Maksimum
Pada Gambar 5.2. dapat dilihat tingkat curah hujan selama15 tahun terakhir
(1994 - 2008) yang tercatat dikantor stasiun BMG Kota Pekanbaru. Curah hujan
maksimum terjadi pada tahun 2006 sebesar 703 mm, hal ini terjadi akibat adanyacurah hujan tinggi pada bulan April, sehingga curah hujan maksimum diambil pada
tahun tersebut.
5.7. Hasil Analisa Intensitas Curah Hujan
Dari hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan tujuan tinjauan
perencanaan saluran drainase jalan Jati dan sekitarnya di Kelurahan Tangkerang
Utara, data curah hujan harian maksimum yang digunakan adalah dari tahun 1994
sampai dengan tahun 2008. Berikut ini hasil analisa curah hujan maksimum rata-rata.
Hasil perhitungan analisa curah hujan :
a. Nilai curah hujan rata-rata ( X ) = 452,67 mm
b. Standar deviasi (S) = 109,46 mm
c. Koefisien variansi (Cv) = 0,242
d. Koefisien asimetri (Cs) = 0,975
e. Koefisien kurtosis (Ck) = 4,103
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 50/62
Seleksi dan perbandingan nilai-nilai yang didapat dengan syarat-syarat yang
telah disajikan dalam bab III untuk menentukan jenis distribusi frekuensi yang
digunakan. Dari syarat yang dikemukakan tersebut, maka jenis distribusi yang
dipakai pada perhitungan ini yaitu distribusi Log Pearson Type III
Hasil perhitungan distribusi Log Pearson Type III berdasarkan analisa data
curah hujan yang diperoleh selama 15 tahun dapat diketahui besarnya curah hujan
rencana, dari kriteria periode ulang untuk saluran daerah kurang padat (perumahan)
diambil kala ulang 10 tahun, dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Berdasarkan analisa data curah hujan yang diperoleh selama15 tahun dapat
diketahui besarnya curah hujan rencana pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana.
Kala Ulang 2 5 10 25
XT = R 438,531 534,564 598,412 680,769
Data curah hujan dalam suatu waktu tertentu yang tercatat pada alat otomatik
dapat diubah menjadi intensitas curah hujan per jam. Hasil analisa intensitas hujan
dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Intensitas Curah Hujan
No. Nama Saluran tc (jam)R 24
(mm)
Intensitas
(mm/jam)
1. Djati Ka 2,040 598,412 128,976
2. Djati Ki 1,173 598,412 186,522
3. Dkina Ka 1,632 598,412 149,644
4. Dkina Ki 0,855 598,412 230,295
5. Dppdyn Ka 1,175 598,412 186,310
6. Dppdyn Ki 2,335 598,412 117,871
7. Dhr 1 Ki 0,321 598,412 442,513
8. Dhr 2 Ki 0,341 598,412 425,037
9. Dbktms1 Ki 1,157 598,412 188,238
10. Dbktms 2 Ki 0,596 598,412 292,930
Table 5.4 ( lanjutan )
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 51/62
11. Dbktms 3 Ki 1,694 598,412 145,980
12. Dglgr 1 Ki1,289 598,412 175,150
13. Dglgr 2 Ka 0,714 598,412 259,690
14. Dglgr 3 Ka 0,696 598,412 264,150
15. Dprimer
sebelah luar ka 0,717 598,412 258,921
sebelah luar ki 0,907 598,412 221,451
Hasil perhitungan intensitas curah hujan memperlihatkan bahwa curah hujan
yang dihitung dalam satuan waktu (mm/jam) dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus Mononobe di atas dengan intensitas curah hujan maksimal pada Saluran
DBktms ka, yaitu 240,730 mm/jam., dan yang minimum yaitu 117,871 mm/jam pada
saluran DPpdyn Ka.
5.8. Waktu Konsentrasi (tc)
Perhitungan waktu konsentrasi didasarkan kondisi pengaliran di daerah
perumahan kerapatan sedang. Waktu konsentrasi ini terbagi menjadi 2 waktu yaitu
waktu yang dibutuhkan air hujan untuk mengalir sampai ke saluran dan waktu yangdibutuhkan saluran untuk membuang air pembuangan berikutnya.
Tabel 5.5. Perhitungan Waktu Konsentrasi
No Nama
Saluran
Panjang
Saluran
( LS )
(m)
Panjang
Luar Jalan
( L )
(m)
Kecepatan
Aliran
( V )
(m'/det)
n
S
(Lahan)to
(jam)
td
(jam)
tc
(jam)
1 Djati Ka 294 34 0,588 0,015 0,0007 1,894 0,146 2,040
2Djati Ki 294 42 0,588 0,015 0,0005 0,027 0,146 1,173
3 Dkina Ka 315 48 0,746 0,015 0,0003 1,515 0,117 1,632
4 Dkina Ki 315 27 0,746 0,015 0,0007 0,738 0,117 0,855
5 Dppdyn Ka 298 22 0,558 0,015 0,0003 1,027 0,148 1,175
6 Dppdyn Ki 298 23 0,558 0,015 0,0004 2,187 0,148 2,335
7 Dhr 1 Ki 103 15 0,882 0,015 0,0008 0,289 0,032 0,3218 Dhr 2 Ki 115 17 0,995 0,015 0,0009 0,310 0,031 0,341
Tabel 5.5 ( lanjutan )
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 52/62
9. Dbktms Ki 380 48 1,251 0,015 0,0006 1,071 0,086 1,157
10. Dbktms 2 Ki 218 42 1,120 0,015 0,0018 0,540 0,056 0,59611. Dbktms 3 Ki 56 53 0,684 0,015 0,0003 1,670 0,024 1,69412. Dglgr 1 Ki 187 48 0,435 0,015 0,0005 1,170 0,119 1,28913. Dglgr 2 Ka 128 38 0,621 0,015 0,0005 0,657 0,057 0,71414. Dglgr 3 Ka 176 24 0,448 0,015 0,0012 0,587 0,109 0,69615 Dprimer
sebelah luar ka 315 36 0,982 0,015 0,0011 0,622 0,095 0,717 sebelah luar ki 315 47 0,982 0,015 0,0010 0,812 0,095 0,907
Hasil perhitungan waktu konsentrasi di atas memperlihatkan bahwa waktu
yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran
ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran menunjukkan bahwa
untuk saluran DPpdyn Ki dengan waktu konsentrasi terlama yaitu 2,335 jam,
sedangkan waktu konsentrasi minimumnya adalah 0,80 jam yang terletak pada
saluran DBktms Ka.
5.9. Hasil Analisa Debit DomestikDalam menentukan besarnya buangan air limbah (QDomestik ), kita perlu
mengetahui besarnya kebutuhan air penduduk dalam tiap-tiap wilayah yang ditinjau.
Dari jumlah pemakaian air tersebut dapat diperkirakan besarnya air buangan
yang harus ditampung dan dialirkan yaitu sebesar 80 % dari kebutuhan air yang
ditetapkan.
Tabel 5.6. Perhitungan Limbah Domestik
No. Nama Saluran
Q Domestik
( m3/det )
1. Djti Ka 0,00054
2. Djati Ki 0,00053
3. Dkina Ka 0,00031
4. Dkina Ki 0,00046
5. Dppdyn Ka 0,00090
6. Dppdyn Ki 0,00067
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 53/62
Tabel 5.6 (lanjutan)
7. Dhr I ki 0,00044
8. Dhr 2 ki0,00050
9. Dbktms1 Ki 0,00020
10. Dbktms 2 Ki 0,00019
11. Dbktms 3 Ki 0,00015
12. Dglgr 1 Ki 0,00020
13. Dglgr 2 Ka 0,00029
14. Dglgr 3 Ka 0,00019
15. Dprimer
sebelah luar ka 0,00010
sebelah luar ki 0,00012
5.10. Hasil Analisa Debit Aliran
Analisa debit aliran dipengaruhi oleh koefisien pengaliran, koefisien
penyebaran hujan, intensitas hujan, luas catchment area dan besarnya debit domestik
yang masuk ke saluran. Debit aliran pada penulisan ini dihitung dengan Metode
Rasional.
Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Debit Aliran.
Debit Aliran
No Nama Saluran
Luas
Catchment
( m2 )
Panjang
Saluran
( m )QAliran
(m3/det)
QDomestik
(m3/det)
QKiriman
(m3/det)
QTotal
(m3/det)
1. Djati Ka 9633,8 294 0,3460 0,00054 0 0,16714
2. Djati Ki 11377,8 294 0,2776 0,00053 0 0,27813
3. Dkina Ka 13635 315 0,2618 0,00031 0 0,26211
4. Dkina Ki 8595 315 0,2378 0,00046 0 0,23826
5. Dppdyn Ka 6876,6 298 0,3651 0,00072 0 0,168306. Dppdyn Ki 7129,6 298 0,3232 0,00064 0 0,11350
7. Dhri Ki 1308,1 103 0,0770 0,00044 0 0,07744
8. Dhr2 Ki 1575,5 115 0,0900 0,00050 0 0,09050
9. Dbktms Ki 17690,8 380 0,2458 0,00034 1,05575 1,30189
10. Dbktms 2 Ki 5406,4 218 0,2100 0,00019 0,13619 0,34638
11. Dbktms 3 Ki 11696,8 56 0,0340 0,00014 0 0,03414
Tabel 5.7 (lanjutan )
12. Dglgr 1 Ki 7176,9 187 0,1730 0,00020 0 0,17320
13. Dglgr 2 Ka 3765,6 128 0,1300 0,00029 0 0,13029
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 54/62
14. Dglgr 3 Ka 4013,2 176 0,1360 0,00019 0 0,13619
15. Dprimer
sebelah luar ka 10453,5 315 0,2780 0,00010 0,12270 0,40080sebelah luar ki 13414,5 315 0,3210 0,00012 0,27859 0,59971
Setelah dilakukan perhitungan debit aliran di dapat debit yang tertinggi pada
saluran DBktms Ki yaitu sebesar 1,30189 m3/detik, hal ini disebabkan karena saluran
DBktms mendapatkan debit kiriman dari saluran DJati ka, DJati ki, DKina ka, DKina
ki, dan DPpdyn ki, dan yang terendah pada saluran DPpdyn Ki yaitu sebesar 0,11350
m3/detik. Selain itu untuk menghitung debit total ditambahkan dengan debit domestik
dan debit kiriman. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel A.10. lampiran A-25
5.11. PerbandinganDebit Aliran (Qaliran) dengan Kapasitas Saluran (Qsaluran)
Perbandingan hasil debit aliran dengan debit saluran diperlihatkan pada
Gambar 5.3.
Perbandingan Q saluran deng an Q Aliran
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
K a p a s i t a s A i r ( m 3 / d e t )
Q Saluran 0,112 0,112 0,126 0,126 0,126 0,126 0,525
Q Aliran 0,26211 0,23826 0,16374 0,27813 0,1683 0,1135 1,30189
DKinaKa DKinaKi DJatiKa DJatiKi DPpdynKa DPpdynKi DBktms1Ki
Gambar 5.3. Grafik perbandingan debit aliran dengan kapasitas saluran
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 55/62
Perbandingan Q saluran deng an Q Aliran
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
K a p a s i t a s A i r ( m 3 / d e t )
Q Saluran 0,403 0,246 0,11 0,14 0,101 1,031
Q Aliran 0,346 0,034 0,173 0,13 0,136 1,01
Dbktms 2 Ki Dbktms 3 Ki Dglgr 1 Ki Dglgr 2 Ka Dglgr 3 Ka Dprimer
Gambar 5.4 Grafik perbandingan debit aliran dengan kapasitas saluran
Dari Gambar 5.3. dan Gambar 5.4. dapat dilihat debit aliran yang tertinggi
pada saluran Dbktms Ki sebesar 1,30189 (m3/det) dan yang terendah pada saluran
Dbktms3 Ki 0,03414 (m3/det). Sedangkan kapasitas saluran yang tertinggi pada
saluran Dprimer sebesar 1,0312 (m3/det) dan yang terendah pada saluran Dglgr3 Ka
sebesar 0,101 (m3/det).
Apabila debit aliran lebih besar daripada kapasitas saluran maka saluran tidak
mampu menampung debit aliran yang ada sehingga perlu memperbesar dimensi
ataupun menambah kemiringan saluran. Perbandingan antara debit aliran dengan
kapasitas saluran dapat dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8. Perbandingan debit aliran dengan kapasitas saluran
Q Saluran Q Aliran No. Nama Saluran
m3
/det m3
/det
Kondisi
1. Djati Ka 0,126 0,16374 Tidak Aman
2. Djati Ki 0,126 0,27813 Tidak Aman
3. Dkina Ka 0,112 0,26211 Tidak Aman
4. Dkina Ki 0,112 0,23826 Tidak Aman
5. Dppdyn Ka 0,126 0,16830 Tidak Aman
6. Dppdyn Ki 0,126 0,11350 Aman
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 56/62
Tabel 5.8 ( lanjutan )
7. Dhri Ki 0,595 0,07744 Aman
8. Dhr2 Ki 0,671 0,09050 Aman
9. Dbktms Ki 0,525 1,30542 Tidak Aman
10. Dbktms 2 Ki 0,4032 0,34638 Aman
11. Dbktms 3 Ki 0,246 0,03414 Aman
12. Dglgr 1 Ki 0,110 0,17320 Tidak Aman
13. Dglgr 2 Ka 0,140 0,13029 Aman
14. Dglgr 3 Ka 0,101 0,13619 Tidak Aman
15. Dprimer 1,0312 1,01005 Aman
Hasil perbandingan memperlihatkan bahwa debit aliran yang diperoleh
sebagian lebih besar dibandingkan dengan kapasitas saluran kecuali pada saluran
DPpdyn Ki, Dhr1 ki, Dhr2 ki, Dbktms2 Ki, Dbktms3 Ki, Dglgr2 Ka dan Dprimer.
5.12 Hasil Analisa Pengaruh Perubahan Fungsi Lahan Yang Akan Datang
Dari master plane Kelurahan Tangkerang Utara Kecamatan bukit Raya Kota
Pekanbaru, didapat data laju pertumbuhan penduduk kelurahan tangkerang utara
untuk tahun 2008 sebesar 0,89 %. Pada peneltian ini penulis menganalisa perubahan
pertambahan penduduk untuk 10 tahun yang akan datang (2018).
Dalam menentukan besarnya buangan air limbah (QDomestik ), kita perlu
mengetahui besarnya kebutuhan air penduduk dalam tiap-tiap wilayah yang ditinjau.
Dari jumlah pemakaian air tersebut dapat diperkirakan besarnya air buangan yang
harus ditampung dan dialirkan yaitu sebesar 80 % dari kebutuhan air yang
ditetapkan.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 57/62
Tabel 5.9. Perhitungan Limbah Domestik
No. Nama Saluran
Q Domestik
( m3/det )
1. DJati Ka 0,00055
2. DJati Ki 0,00064
3. DKina Ka 0,00033
4. DKina Ki 0,00048
5. DPpdyn Ka 0,00081
6. DPpdyn Ki 0,00070
7. Dhri Ki 0,000488. Dhr2 Ki 0,000549. DBktms Ki 0,00022
10. Dbktms 2 Ki 0,0002011. Dbktms 3 Ki 0,0001612. Dglgr 1 Ki 0,0002213. Dglgr 2 Ka 0,0002514. Dglgr 3 Ka 0,0002115. Dprimer
sebelah luar ka 0,00011
sebelah luar ki 0,00013
5.13 Perbandingan Hasil Debit Aliran yang akan datang dengan Kapasitas
saluran
Analisa debit aliran dipengaruhi oleh koefisien pengaliran, koefisien
penyebaran hujan, intensitas hujan, luas catchment area dan besarnya debit domestik
yang masuk ke saluran. Debit aliran pada tulisan ini dihitung dengan Metode
Rasional.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 58/62
Tabel 5.10. Hasil perhitungan debit aliran untuk 10 tahun yang akan datang
Debit Aliran
No Nama Saluran
Luas
Catchment( m2 )
Panjang
Saluran( m )
QAliran
(m3/det)QDomestik
(m3/det)QKiriman
(m3/det)QTotal
(m3/det)
1. Djati Ka 9633,8 294 0,3460 0,00054 0 0,16374
2. Djati Ki 11377,8 294 0,2776 0,00053 0 0,27813
3. Dkina Ka 13635 315 0,2618 0,00031 0 0,26211
4. Dkina Ki 8595 315 0,2378 0,00046 0 0,23826
5. Dppdyn Ka 6876,6 298 0,3651 0,00072 0 0,16830
6. Dppdyn Ki 7129,6 298 0,3232 0,00064 0 0,11350
7. Dhri Ki 1308,1 103 0,0770 0,00048 0 0,07748
8. Dhr2 Ki 1575,5 115 0,0900 0,00054 0 0,09054
9. Dbktms1 Ki 17690,8 380 0,2458 0,00022 1,05928 1,3054210. Dbktms 2 Ki 5406,4 218 0,2100 0,00020 0,13619 0,34638
11. Dbktms 3 Ki 11696,8 56 0,0340 0,00016 0 0,03416
12. Dglgr 1 Ki 7176,9 187 0,1730 0,00022 0 0,17322
13. Dglgr 2 Ka 3765,6 128 0,1300 0,00025 0 0,13025
14. Dglgr 3 Ka 4013,2 176 0,1360 0,00021 0 0,13621
15. Dprimer
sebelah luar ka 10453,5 315 0,2780 0,00011 0,12270 0,40080
sebelah luar ki 13414,5 315 0,3210 0,00013 0,27859 0,59972
Setelah dilakukan perhitungan debit aliran di dapat debit yang tertingi pada
saluran DBktms Ki yaitu sebesar 1,30189 m3/detik, hal ini disebabkan karena
saluran DBktms mendapatkan debit kiriman dari saluran DJati ka, DJati ki, DKina
ka, DKina ki, dan DPpdyn ki, dan yang terendah pada saluran Dbktms3 Ki yaitu
0,03416 m3/detik.Hasil analisa debit aliran selengkapnya disajikan pada tabel A.14
lampiran A-31.
5.14. Hasil Perhitungan Perencanaan Dimensi Saluran.
Dari hasil perbandingan kapasitas saluran dengan debit aliran,
memperlihatkan bahwa untuk beberapa saluran drainase dengan kapasitas saluran
yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan debit aliran, dengan demikian
dimensi yang ada perlu diperbesar. Maka akan direncanakan bentuk penampang
drainase berbentuk empat persegi panjang yang dapat dilihat sebagai berikut
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 59/62
1. Rencana dimensi saluran Jl. Jati sebelah kiri (DJati Ki)
Dari hasil perhitungan pada lampiran A-26 didapat :
h = 0,90 m b = 0,60 m
w = 0,30 m. H = 1,20 m
H=1,20
w = 0,30 m
h = 0,90 m
b = 0,60 m
Gambar 5.5. Bentuk dimensi ulang penampang drainase (DJati Ki)
Hasil rencana dimensi ulang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Dimensi Ulang Saluran
h b w H A P R No. Nama Saluran
( m ) ( m ) ( m ) ( m ) ( m2 ) ( m ) ( m )
1. Djati Ka 0,75 0,5 0,25 1,0 0,375 2,0 0,1875
2. Djati Ki 0,90 0,6 0,30 1,2 0,540 2,4 0,2250
3. Dkina Ka 0,75 0,5 0,25 1,0 0,375 2,0 0,1875
4. Dkina Ki 0,75 0,5 0,25 1,0 0,375 2,0 0,1875
5. Dppdyn Ka 0,90 0,6 0,30 1,2 0,540 2,4 0,2250
6. Dbktms Ki 1,20 0,8 0,40 1,6 0,960 3,2 0,30
7. Dglgr1 Ki 0,75 0,5 0,25 1,0 0,375 2,0 0,1875
8. Dglgr3 Ka 0,75 0,5 0,25 1,0 0,375 2,0 0,1875
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 60/62
5.15. Perbandingan Dimensi Awal terhadap Dimesi rencana
Pada Tabel 5.10 dapat lihat perbandingan dimensi dilapangan terhadap
dimensi yang sudah direncanakan berdasarkan penampang saluran ekonomis.
H
w
h
b
Gambar 5.7. Bentuk dimensi ulang penampang drainase
Tabel 5.10. Perbandingan Dimensi Awal dengan Dimensi Rencana
Lebar ( b )
(m)
Tinggi Air ( h )
(m)
Tinggi
Jagaan ( w )
(m)
Tinggi
Drainase ( H )
(m)No.Nama
Saluran
Awal Rencana Awal Rencana Awal Rencana Awal Rencana
1. Djati Ka 0,5 0,5 0,45 0,75 0,15 0,25 0,6 1,0
2. Djati Ki 0,5 0,6 0,45 0,90 0,15 0,30 0,6 1,2
3. Dkina Ka 0,4 0,5 0,375 0,75 0,125 0,25 0,5 1,0
4. Dkina Ki 0,4 0,5 0,375 0,75 0,125 0,25 0,5 1,0
5. Dppdyn Ka 0,5 0,6 0,45 0,90 0,15 0,30 0,6 1,2
6. Dbktms Ki 0,7 0,8 0,6 1,20 0,2 0,40 0,8 1,6
7. Dglgr1 Ki 0,5 0,5 0,45 0,75 0,15 0,25 0,6 1,0
8. Dglgr3 Ka 0,5 0,5 0,45 0,75 0,15 0,25 0,6 1,0
Hasil perbandingan memperlihatkan bahwa untuk tinggi drainase ( H ), tinggi
jagaan ( w ), tinggi air ( h ) ukuran dimensi rencana lebih besar dibandingkan ukuran
dimensi awal. Untuk lebar ( b ) ukuran dimensi rencana lebih besar dibandingkan
ukuran dimensi awal, kecuali pada saluran Djati Ka, Dglgr1 Ki, dan Dglgr3 Ka
ukuran dimensi rencana sama dengan ukuran dimensi awal.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 61/62
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab – bab di atas dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari hasil penelitian didapat bahwa penyebab terjadinya genangan air yaitu
saluran yang ada tidak mampu menampung debit aliran yang terjadi dengan
debit aliran untuk setiap saluran drainase bervariasi antara 0,03414 m3/detik
hingga 1,30542m3/detik, sedangkan kapasitas saluran existing juga bervariasi
antara 0,101 m3 / detik hingga 1,0312 m
3 / detik,
2. Dari hasil penelitian didapat dimensi saluran yang mampu menampung dan
mengalirkan debit aliran yang terjadi pada saluran drainase jalan jati lebar ( b
) = 0,6 m, tinggi permukaan air ( h ) = 0,90 m, tinggi jagaan ( w ) = 0,30 m,
tinggi saluran ( H ) = 1,20 m . Untuk saluran lainnya yang tidak mampu
menampung debit aliran maksimum, seperti saluran Dkina Ka, Dkina Ka,
Dppdyn Ka, DBktms ki, Dglgr1 Ki, dan Dglgr3 Ka, juga dilakukan perencanaan ulang dimensi saluran.
6.2 Saran
Dari kesimpulan di atas penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut :
1. Rencanakan drainase dengan benar sesuai dengan kondisi lapangan dan
kebutuhan, sehingga air yang ada mengalir ke arah pembuangan yang telah
ditentukan,
2. Agar saluran drainase dapat berjalan sesuai dengan fungsinya, maka kepada
masyarakat diharapkan untuk tidak membuang sampah ke dalam saluran,
3. Jika ingin mendapatkan peningkatan kapasitas saluran drainase maka
diperlukan perawatan secara berkala.
7/23/2019 Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Jalan
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-perencanaan-saluran-drainase-jalan 62/62
DAFTAR PUSTAKA
Firwanri, Rezi, 2008, ”Tinjauan Perencanaan drainase Jalan Kesehatan Jalan
Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru”, Tugas Akhir Program Strata 1 Teknik
Sipil, Fakultas Teknik UIR.
Fitri, Yulia, ” Tinjauan Ulang Drainase Suak Istana Koya Siak sri Indrapura ”,
Tugas Akhir Program Strata 1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik UIR.
Hadihardjaja, dkk, 1997, ” Drainase Perkotaan”, Universitas Guna Darma, Jakarta
Hasmar, Halim, 2004, ” Drainase Perkotaan”, UII Press, Yogyakarta.
Irawan, 2004, ” Penanggulangan Kerusakan Badan Jalan Sebelum Umur Rencana
Akibat Pengaruh Air Pada Jalan Arifin Ahmad Kota Pekanbaru ”, Tugas Akhir
Program Strata 1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik UIR.
Notodihardjo, dkk, 1998, ” Drainase Perkotaan”, Universitas Tarumanegara, Jakarta.
SNI 1990, ”Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan”, Jakarta.
SNI 1994, ”Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan”, Jakarta.
Soemarto, CD, 1999, ” Hidrologi Teknik”, Penerbit Erlangga, Jakarta.Sosrodarsono, 2003, ”Hidrologi Untuk Pengairan”, Penerbit Pradya Paramita
Jakarta.
Sri Harto, Br, 1995, ” Analisa Hidrologi”, Penerbit Gramedia, Jakarta.
Subarkah, Iman 1980, ” Hidrologi untuk perencanaan bangunan air”, Penerbit Ide
Dharma, Bandung.
Suripin, 2004, ”Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan”, Penerbit ANDI
Yogykarta.
Syahputra, 2007, ”Tinjauan Perencanaan Saluran Drainase Pada Jalan Soebrantas
Pekanbaru ”, Tugas Akhir Program Strata 1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik
UIR.