18
44 EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PERKOTAAN (STUDI PADA LEMBAGA KURSUS TATA RIAS DI TANGERANG SELATAN) Virgo Agustinus Sembiring 1 Sofyan Cholid 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi capaian program Pendidikan Kecakapan Hidup Perkotaan (PKHP) oleh lembaga kursus tata rias pengantin dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi capaian program PKHP oleh lembaga kursus tata rias pengantin di Kota Tan- gerang Selatan. Penelitian dengan mengunakan Kuantitatif .Hasil penelitian menunjukkan ca- paian berhasil dengan menunjukkan nilai 95% untuk Kota Tangerang Selatan. Sedangkan keber- hasilan Tata Rias Pengantin (TRP) berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mencapai 73.3% Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian program PKHP oleh lembaga kursus tata rias pengantin di Kota Tangerang Selatan antara lain meliputi SKL Tata Rias Pengantin Yunior dan proses belajar mengajar Pendidikan Nonformal oleh PKH yang meliputi: teori, praktik dan pen- didikan karakter. ABSTRACT This study aimed to evaluate the achievements of the Urban Life Skills Education program by course institutions bridal makeup and analyze the factors that affect achievement Urban Life Skills Education program by institutions bridal makeup courses in South Tangerang city administra- tion. Quantitative research approach is by using chi-square method. Results showed successful achievement by demonstrating the value of 95% for South Tangerang City. While the success of Makeup Bridal based Graduates Competency Standards reached 73.3% Factors that affect the achievement of program Life Skills Education Urban by course institutions bridal makeup in South Tangerang City among others Competency Standards Graduates Makeup Bride Junior and teach- ing and learning Non-formal Education by Life Skills Education that includes: theory, practice and education of character . KEY WORDS: Non-formal education, life skills education, and substitute Makeup Course Evaluation 1 Alumni Program Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP Universitas Indonesia 2 Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP Universitas Indonesia JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 44-61

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

44

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PERKOTAAN (STUDI PADA LEMBAGA KURSUS TATA RIAS

DI TANGERANG SELATAN)

Virgo Agustinus Sembiring1

Sofyan Cholid2

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi capaian program Pendidikan Kecakapan Hidup Perkotaan (PKHP) oleh lembaga kursus tata rias pengantin dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi capaian program PKHP oleh lembaga kursus tata rias pengantin di Kota Tan-gerang Selatan. Penelitian dengan mengunakan Kuantitatif .Hasil penelitian menunjukkan ca-paian berhasil dengan menunjukkan nilai 95% untuk Kota Tangerang Selatan. Sedangkan keber-hasilan Tata Rias Pengantin (TRP) berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mencapai 73.3% Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian program PKHP oleh lembaga kursus tata rias pengantin di Kota Tangerang Selatan antara lain meliputi SKL Tata Rias Pengantin Yunior dan proses belajar mengajar Pendidikan Nonformal oleh PKH yang meliputi: teori, praktik dan pen-didikan karakter.

ABSTRACTThis study aimed to evaluate the achievements of the Urban Life Skills Education program by course institutions bridal makeup and analyze the factors that affect achievement Urban Life Skills Education program by institutions bridal makeup courses in South Tangerang city administra-tion. Quantitative research approach is by using chi-square method. Results showed successful achievement by demonstrating the value of 95% for South Tangerang City. While the success of Makeup Bridal based Graduates Competency Standards reached 73.3% Factors that affect the achievement of program Life Skills Education Urban by course institutions bridal makeup in South Tangerang City among others Competency Standards Graduates Makeup Bride Junior and teach-ing and learning Non-formal Education by Life Skills Education that includes: theory, practice and education of character.

KEY WORDS: Non-formal education, life skills education, and substitute Makeup Course Evaluation

1 Alumni Program Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP Universitas Indonesia2 Staf Pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP Universitas Indonesia

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 44-61

Page 2: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PERKOTAAN (VIRGO AGUSTINUS SEMBIRING, SOFYAN CHOLID)

45

PENDAHULUANKota Tangerang Selatan merupakan dae-

rah otonom yang terbentuk pada akhir tahun 2008. Pembentukan daerah otonom baru ter-sebut, yang merupakan pemekaran dari Ka-bupaten Tangerang, dilakukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan dalam bidang peme-rintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah. Terbatasnya ke-tersediaan lapangan pekerjaan di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan juga terbilang masih cukup tinggi. Hal ini terjadi karena be-sarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja. Penyebab lain tingginya angka pengangguran dapat pula disebabkan oleh struktur lapangan kerja tidak seimbang, dalam arti terjadi kesenjangan antara kom-petensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Sementa-ra, angka pengangguran yang cukup tinggi dalam suatu wilayah tentu akan berdampak bagi perekonomian wilayah tersebut. Adapun dampak yang timbul diantaranya: timbulnya masalah kemiskinan, meningkatnya jumlah anak jalanan, pengemis, dan gelandangan yang berkeliaran di jalanan, meningkatnya tindakan kriminalitas, dan berbagai kasus permasalahan/kerawanan sosial lainnya. Ka-rena itu, lapangan pekerjaan juga merupa-kan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan pendidikan suatu wilayah dalam mengurangi angka ke-miskinan yang ada. Seiring berjalannya wak-tu, maka merembaknya isu pengangguran menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencanan pendidikan di negara-negara ber-kembang pada umumnya di Indonesia. Oleh karenanya, untuk mengatasi hal ini sangat dibutuhkan peran dari pemerintah, salah sa-

tunya dengan program pendidikan kecakapan hidup melalui lembaga kursus.

Berdasarkan uraian singkat diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan sangat identik dengan pendidikan dan merupakan hakekat pendidikan itu sendiri, karena apa yang disebut dengan pendidikan termasuk pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal adalah usaha memberdayakan manusia, memampukan manusia, mengem-bangkan talenta-talenta yang ada pada diri manusia agar dengan kemampuan/potensi yang dimilikinya dapat dikembangkan mela-lui pendidikan/pembelajaran.

Proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan non formal, sesungguhnya me-rupakan sebuah upaya yang memungkinkan masyarakat dengan segala keberadaanya dapat memberdayakan dirinya. Dengan pusat aktivi-tas harusnya berada di tangan masyarakat itu sendiri dengan bertitik tolak dari masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan manfaatnya untuk masyarakat atau dengan istilah lain pen-didikan berbasis pada masyarakat.

Di dalam kehidupan masyarakat bagai-manapun kondisinya, baik dalam kondisi masyarakat desa maupun kota, dalam keada-an perekonomian yang biasa maupun yang maju, tata rias diperlukan untuk menunjang penampilan seseorang. Hal ini memberikan sebuah peluang yang cukup besar bagi ma-syarakat untuk berwirausaha mengenai Tata Rias. Selain itu, program menekan angka pengangguran demi meningkatkan keadaan ekonomi dapat dilakukan melalui program padat karya seperti salah satunya yaitu pro-gram pelatihan tata rias.

1. Rumusan Masalah

Kota Tangerang Selatan merupakan kota jasa yang berbatasan dengan Provinsi DKI

Page 3: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 44-61

46

Jakarta pada sebelah utara dan timur membe-rikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah penyangga pro-vinsi DKI Jakarta. Sebagai salah satu dae-rah penyangga provinsi DKI Jakarta, banyak event-event internasional maupun nasional yang diadakan di kota Tangerang Selatan. Sehingga menjadikan kota Tangerang Selat-an sebagai kota dengan potensi jasa tata rias.Tata Rias di Kota Tangerang Selatan telah beberapa kali memenangkan ajang seni tata rias di tingkat nasional maupun internasio-nal yaitu salah satunya pada tanggal 9 Mei 2014. Keberhasilan meraih juara umum da-lam pendidikan Non Formal (Berita Tangsel Pos, 2014).

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumus-kan masalah yaitu: Bagaimana capaian pro-gram PKHP oleh lembaga kursus tata rias pengantin di Kota Tangerang Selatan?

2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Mengevaluasi capaian program PKHP

oleh lembaga kursus tata rias pengantin di Kota Tangerang Selatan.

2. Menganalisa faktor-faktor yang mempe-ngaruhi capaian program PKHP oleh lem-baga kursus tata rias pengantin di Kota Tangerang Selatan.

3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi-kan sejumlah manfaat/kegunaan, antara lain :1. Secara akademisi Hasil penelitian ini di-

harapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi penelitian sejenis yang dilakukan peneliti lain khususnya pada studi Pembangunan dan Otonomi lokal,

dalam mendukung konsep evaluasi pro-gram pemberdayaan masyarakat;

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diha-rapkan dapat memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah Kota Tangerang Se-latan upaya meningkatakan kesejahtera-an melalui program pemberdayaan ma-syarakat.oleh karenanya, hasil evaluasi program diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi untuk menyempurnakan model-model pembelajaran yang relevan dalam mendesain program nonformal (meliputi perencanaan, pelaksanaan, mo-nitoring dan evaluasi).

4. Pemberdayaan Masyarakat

Konsep pemberdayaan masyarakat seba-gai salah satu konsep utama dalam ilmu ke-sejahteraan sosial pada era 1990-an hingga saat ini, sering kali dikaitkan dengan inter-vensi komunitas. Konsep pemberdayaan ini mendapatkan penekanan yang lebih khusus, terutama pada model intervensi pengem-bangan masyarakat. Sebagai suatu konsep, pemberdayaan mempunyai berbagai definisi. Salah satunya adalah Payne (1997:266) yang mengemukakan bahwa suatu pemberdaya-an (empowerment) pada intinya ditujukan : (membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tin-dakan yang akan ia lakukan yang terkait de-ngan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melaku-kan tindakan. Hal ini dilakukan melalui pe-ningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, an-tara lain melalui transfer daya dari lingkung-annya).

Menurut, Ife (2006:65) melihat pember-dayaan secara ringkas sebagai “upaya untuk meningkatkan daya (power) dari kelompok

Page 4: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PERKOTAAN (VIRGO AGUSTINUS SEMBIRING, SOFYAN CHOLID)

47

yang kurang beruntung (disadvantaged). Ke-lompok yang kurang beruntung (disadvanta-ged people) tersebut, dikelompokan oleh Ife ( 2006:73-75) menjadi beberapa kelompok : a. Kelompok yang kurang beruntung secara

struktural primer (Primary Structural Di-sadvantaged Group), yang dapat dilihat berdasarkan:1. Kelas: warga miskin; pengangguran;

pekerja bergaji rendah (low-income workers); penerima layanan kesejahte-raan (welfare beneficiaries)

2. Ras/Etnisitas: komunitas adat terpen-cil; etnis minoritas yang kurang berun-tung.

3. Gender: Perempuan ataupun laki-laki yang berada dalam kondisi yang ku-rang beruntung.

b. Kelompok yang kurang beruntung lainnya 1. Para lansia.2. Anak dan remaja.3. Para penyandang cacat (baik fisik,

mental maupun intelektual)4. Mereka yang terisolasi (baik secara

geografis maupun secara sosial)c. Kelompok yang secara personal kurang

beruntung, seperti mereka yang meng-alami kesedihan dan kehilangan karena ditinggalkan orang yang dicintai, ataupun mereka yang mengalami masalah keluar-ga dan pribadi.

Berdasarkan pada pengertian dan teori para ahli di atas, dalam penelitian ini pem-berdayaan dapat diartikan sebagai upaya membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki guna mengatasi permasalahan yang dihadapi serta berupaya untuk mengembang-kannya sehingga masyarakat dapat mencapai kemandirian. Karena itu, gagasan pemba-ngunan yang mengutamakan pemberdayaan

masyarakat perlu untuk dipahami sebagai su-atu proses transformasi.

5. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Pada hakikatnya strategi pemberdaya-an masyarakat bukan merupakan hal baru. Usaha pengembangan masyarakat terutama dilandasi oleh ajaran keagaman, nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan tradisional se-perti semangat gotong-royong. Pengem-banganan masyarakat dimasa lalu berkaitan dengan konteks memperjuangkan kemerde-kaan, sedangkan pada masa sekarang kegi-atan pemberdayaan masyarakat berorientasi pada partisipasi pembangunan dalam konteks transformasi sosial.

Elliot dalam I.N Sumaryadi (2005:150) mengemukakan bahwa 3 strategi pendekat-an yang dipakai dalam proses pemberdayaan masyarakat, antara lain:1. The Wolfare Approach,

Yaitu bentuk memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok tertentu, misalnya mereka yang terkena musibah bencana alam dan pendekatan ini tidak dimaksud-kan untuk memberdayakan rakyat dalam menghadapi proses politik dan kemiskin-an rakyat.

2. The Development Approach, Terutama memusatkan pada pembangun-an peningkatan kemandirian, kemampuan dan keswadayaan masyarakat.

3. The Empowerment Approach, Yang melihat kemiskinan sebagai akibat proses politik dan berusaha memberda-yakan atau melatih rakyat mengatasi ke-tidakberdayaannya.

Page 5: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 44-61

48

6. Indikator Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Kieffer (1981) dalam Suharto (2009, pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi : Kompetensi kerakyatan, ke-mampuan sosio politik, dan kompetensi par-tisipatif. Untuk mengetahui fokus dan tujuan operasional dari pemberdayaan, maka perlu diketahui atau dibuat indikator keberdayaan yang dapat dipakai sebagai penunjuk apakah seseorang itu berdaya atau tidak, sehingga ketika sebuah program pemberdayaan ma-syarakat diberikan, maka kita bisa fokus pada aspek-aspek dari sasaran perubahan yang di-harapkan. Schuler, Hashemi dan Riley dalam Suharto (2009 memberikan gambaran tentang indikator pemberdayaan sebagai berikut:1. Kebebasan mobilitas, atau kemampuan

individu untuk beraktifitas memenuhi ke-butuhannya

2. Kemampuan membeli komoditas kecil, seperti barang-barang kebutuhan keluarga (beras, minyak goreng, minyak tanah, sa-yur dan sebagainya)

3. Kemampuan membeli komoditas besar, seperti barang-barang sekunder danalat transportasi (mobil, sepeda motor)

4. Terlibat dalam pembuatan keputusan ru-mah tangga

5. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga6. Kesadaran hukum dan politik7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-

-protes yang membela hak-haknya8. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap

keluarga.

Sementara Sumardjo (2006) memberikan ciri-ciri masyarakat yang berdaya sebagai berikut :1. Mampu memahami diri dan potensinya

2. Mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), dan meng-arahkan dirinya sendiri

3. Memiliki kekuatan untuk berunding, be-kerjasama secara saling menguntungkan dengan bargaining power yang memadai

4. Bertanggungjawab atas tindakannya sen-diri

Ciri lain dari masyarakat yang berdaya juga disampaikan oleh Suhendra (2006) ya-itu:1. Mempunyai kemampuan menyiapkan dan

menggunakan pranata dan sumber-sum-ber yang ada di masyarakat

2. Dapat berjalannya “bottom up planning”3. Kemampuan dan aktivitas ekonomi4. Kemampuan menyiapkan hari depan ke-

luarga5. Kemampuan menyampaikan pendapat

dan aspirasi tanpa adanya tekanan.

7. Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

Mengacu pada penjelasan sebelumnya yang mana menekankan konsep pemberda-yaan merupakan suatu proses transformasi, maka konsep pemberdayaan yang terpenting adalah memberikan arahan agar dapat men-capai tujuan yang diinginkan. Maka dari itu, hal ini harus dilakukan secara terencana, ra-sional, bertanggung jawab dan sesuai dengan daya dukung yang berorientasi pada hasil/target yang hendak dicapai. Untuk menjamin pelaksanaan pemberdayaan yang maksimal dapat dilaksanakan dengan baik maka per-lu didukung oleh berbagai stakeholder yang ada.

Salah satu tujuan pemberdayaan masya-rakat adalan tumbuhnya kemandirian masyr-akat. Masyarakat yang mandiri adalah ma-

Page 6: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PERKOTAAN (VIRGO AGUSTINUS SEMBIRING, SOFYAN CHOLID)

49

syarakat yang sudah mampu menolong diri sendiri. Untuk itu, perlu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk berswadaya. Masyarakat yang berdaya, adalah masyara-kat yang dinamis dan aktif berpartisipasi di dalam membangun diri mereka. Tidak meng-gantungkan hidupnya kepada belas kasihan orang lain. Mereka mampu berkompetisi dalam kontek kerjasama dengan pihak lain. Mereka memiliki pola pikir kosmopolitan, memiliki wawasan berfikir yang luas, cepat mengadopsi inovasi, toleransi tinggi, dan menghindari konflik sosial. Hal ini dapat terwujud berkat aktualisasi pendidikan yang telah membekali mereka dengan perilaku/be-havior yang baik dan handal - pengetahuan, sikap dan keterampilan.

8. Kesejahteraan Masyarakat

Kesejahteraan masyarakat dapat berarti kesejahteraan sosial yaitu suatu keadaan di-mana seseorang merasa nyaman,tentram,ba-hagia, serta dapat memenuhi kebutuhan hi-dupnya.

Penjelasan diatas mengandung pengertian bahwa masalah kesejahteraan sosial atau kese-jahteraan masyarakat tidak bisa ditangani oleh sepihak dan tanpa teroganisir secara jelas kon-disi sosial yang dialami masyarakat. Perubah-an sosial yang secara dinamis menyebabkan penanganan masalah sosial ini harus direnca-nakan dengan matang dan berkesinambungan. Karena masalah sosial akan selalu ada dan muncul selama pemerintahan masih berjalan dan kehidupan manusia masih ada.

9. Pendidikan Non formal

9.1. Definisi Pendidikan Non formalPendidikan pada dasarnya merupakan

usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Peran-an peserta didik dalam kehidupan bermasya-rakat, baik individu maupun sebagai anggota masyarakat merupakan keluaran dari sistem dan fungsi pendidikan. Pada hakikatnya pen-didikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia baik individu maupun sosial. Dengan kata lain, pendidikan berfung-si sebagai sarana pemberdayaan individu dan masyarakat guna menghadapi masa depan.

Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan sig-nifikan sehingga banyak merubah pola pi-kir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendi-dikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pen-didikan yang sesungguhnya.

Pada dasarnya pengertian pendidikan me-nurut Undang-Undang SISDIKNAS No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pro-ses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya un-tuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diper-lukan dirinya dan masyarakat.

Pengungkapan istilah pendidikan nonfor-mal memberikan informasi bahwa pada haki-katnya pendidikan tidak hanya diselenggara-kan di pendidikan formal saja, tetapi juga di pendidikan nonformal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na-sional, pasal 1 ayat (10) Satuan pendidikan

Page 7: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 44-61

50

adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada seti-ap jenjang dan jenis pendidikan; ayat (11) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi; ayat (12) Pendidik-an nonformal adalah jalurpendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; ayat (13) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Berdasarkan pada pernyataan di atas, maka pendidikan nonfor-mal merupakan salah satu jalur dari penye-lenggaraan sistem pendidikan di Indonesia.

9.2. Tujuan Pendidikan NonformalBerdasarkan USPN No. 20/2003 dan PP

No 73/1991 Sumber Kementerian Pendidkan dan Kebudaayan tentang Tujuan Pendidikan Nonformal (1991) maka:• Melayani warga masyarakat supaya dapat

tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkat-kan martabat dan mutu kehidupannya;

• Membelajarkan masyarakat agar memi-liki pengetahuan, keterampilan fungsio-nal dan sikap untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan study ke tingkat dan atau jenjang pendi-dikan yang lebih tinggi,

• Menyediakan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan poten-si lingkungan yang tidak dapat dipenuhi oleh pendidikan formal,

• Memberikan kesempatan belajar bagi warga masyarakat yang karena sesuatu hal tidak dapat mengikuti pendidikan for-mal.

9.3. Pendidikan Kecakapan HidupPendidikan kecakapan hidup (PKH) ada-

lah pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai ke-hidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam men-jalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya. Dengan cara ini, pendidikan akan lebih rea-listis, lebih kontekstual, tidak akan mencabut peserta didik dari akarnya, sehingga pendi-dikan akan lebih bermakna bagi peserta didik dan akan tumbuh subur. Seseorang dikatakan memiliki kecakapan hidup apabila yang ber-sangkutan mampu, sanggup, dan terampil da-lam menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kehidupan yang dimaksud me-liputi kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan tetangga, kehidupan masyarakat, kehidupan perusahaan, kehidupan bangsa, dan kehidupan-kehidupan yang lainnya.

10. Pengertian Kursus

Kursus pendidikan luar sekolah yang di-selenggarakan masyarakat atau kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah yang terdi-ri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap mental bagi warga belajar.

Sumber dari Direktorat Pembinaan Kur-sus dan Pelatihan Kementerian Pendidiakan dan kebudayaan, menyebutkan bahwa Kur-sus didefinisikan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga (Kepdirjen Diklusepora) No-mor: KEP-105/E/L/1990 sebagai berikut: Kursus adalah satuan pendidikan luar seko-lah yang menyediakan berbagai jenis penge-tahuan, keterampilan, dan sikap mental bagi warga belajar yang memerlukan bekal dalam

Page 8: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PERKOTAAN (VIRGO AGUSTINUS SEMBIRING, SOFYAN CHOLID)

51

mengembangkan diri, bekerja mencari naf-kah dan melanjutkan pendidikannya ke jen-jang yang lebih tinggi.

10.1. Tujuan Penyelenggaraan KursusKursus sebagai salah satu satuan pen-

didikan pada jalur pendidikan luar sekolah tugas kelembagaan untuk merealisasikan tujuan pendidikan luar sekolah. Peraturan Pemerintah No.73 tahun 1991 tentang pen-didikan luar sekolah, Pasal 2, ayat 1, yaitu “ melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepan-jang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya” .

10.2. Karakteristik KursusSihombing (2001:90-91) secara teknis

operasional kursus yang diselenggarakan masyarakat yang mendasari program pem-belajarannya atas kebutuhan dan keinginan masyarakat dan pasar tenaga kerja, atau se-ring disebut dengan permintaan masyarakat

Karakteristik kursus adalah:1. Isi dan tujuan pendidikannya selalu ber-

orientasi langsung pada hal-hal yang ber-kaitan dengan hidup dan kehidupan ma-syarakat sesuai dengan keadaan sosial dan budaya masyarakat yang bersangkutan dan menurut keperluan, situasi dan kon-disi setempat;

2. Metode penyajian yang digunakan dise-suaikan dengan kondisi warga belajar dan situasi setempat;

3. Program dan isi pendidikannya dapat le-bih efektif dan efisien untuk berbagai pengetahuan fungsional yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat dan untuk pembentukan dan perkembangan pribadi;

4. Usia warga belajarnya tidak dibatasi atau tidak perlu sama pada suatu jenis atau jen-jang pendidikan;

5. Jenis kelamin warga belajarnya tidak di-bedakan untuk suatu jenis dan jenjang pendidikan, kecuali bila kemampuan fi-sik, mental, tradisi atau sikapnya dan ling-kungan sosial tidak mengizinkan;

6. Ijazah pendidikan sekolah tidak selalu menentukan terutama dalam penerimaan warga belajar;

7. Jumlah warga belajar dalam suatu kelom-pok belajar tidak terbatas, dari individu sampai massa tergantung pada isi pro-gram yang dilaksanakan;

8. Jangka waktu belajar disesuaikan dengan keperluan dan tidak terlalu terikat pada prosedur yang ketat;

9. Syarat dan formasi minimal tenaga fasila-tor/tenaga pendidik tidak terlalu ketat;

10. Tidak diperlukan fasilitas yang mewah dan terlalu ketat persyaratannya;

11. Dapat diselenggarakan oleh perorangan, kelompok, atau badan hukum

12. Dapat diberikan secara lisan atau tertulis;13. Hasil pendidikannya dapat dimanfaatkan

didalam kehidupan sehari-hari;14. Dapat mencakup sebagaian besar populasi

10.3. Penyelenggaraan KursusSihombing 2001: 93-94, menyebutkan

Pembinaan terhadap lembaga kursus berarti membantu merencanakan, mengatur, menga-wasi, dalam usaha meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengembangkan pendi-dikan luar sekolah yang diseleggarakan kur-sus Diklusemas. Ada beberapa tujuan pembi-naan kursus antara lain :1. Menyamakan pola pikir dan tindak dalam

menjawab tantangan yang ada dengan berpedoman pada aturan yang berlaku;

2. Meningkatkan system administrasi kur-sus;

3. Meningkatkan kemampuan professional dari para tenaga pengajar ;

Page 9: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 44-61

52

4. Meningkatkan proses pembelajaran untuk mencapai daya guna dan hasil guna secara optimal;

5. Meningkatkan mutu lulusan peserta kur-sus dengan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan pasar;

6. Memperluas keikutsertaan masyarakat da-lam rangka turut memeratakan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu warga bel-ajar Tugas dan fungsi pembinaan tersebut dilakukan aparat pemerintah yang bertugas di bidang pendidikan luar sekolah, him-punan penyelenggaran kursus, himpunan sumber belajar dan penguji dan organi-sasi-organisasi yang bergerak dibidang pendidikan luar sekolah yang diselengga-rakan masyarakat, asosiasi profesi, asosiasi pengusaha atau industri, pengguna lulusan kursus, dan pihak lain yang terkait. Upa-ya pembinaan dan pengembangan kursus diarahkan untuk memperkuat kemampuan lembaga kursus dalam memberikan pela-yanan berbagai kursus ketrampilan/keju-ruan bagi masyarakat yang dapat dimanfa-atkan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ke ting-kat/jenjang yang lebih tinggi. Pokok- po-kok program pembinaan dan Pengembang-an kursus antara lain, meliputi: 1) penataan perizinan lembaga kursus, 2) penyususan dan pengembangan kurikulum, 3) penata-an ujian nasional, 4) program standarisasi, 5) pengembangan ketenagaan, 7) program kerjasama lintas-sektoral di berbagai bi-dang pembangunan.

METODE1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengeva-luasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup

Perkotaan terhadap Lembaga Kursus tata rias pengantin di Kota Tangerang Selatan. Peneli-tian ini mengunakan jenis penelitian evalua-tif. Sebagaimana pendapat Usman, (2000)hal. 144) bahwa penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan mengetahui tingkat keberhasilan suatu program seberapa efektif dalam pelakananaannya, kemudian diban-dingkan dengan indikator kinerja yang telah disepakati bersama antara yang melaksana-kan program dengan yang mengevalusi pro-gram. Melalui jenis penelitian evaluatif ini, dapat diketahui capaian Program Pendidikan Kecakapan Hidup Perkotaanterhadap lemba-ga kursus tata rias pengantin di Kota Tange-rang Selatan baik dari aspek masukan (input), proses(process) dan hasil (output) berdasar-kan indikator keberhasilan/lulusan,serta fak-tor-faktor yang mempengaruhi capaian pro-gram dan Menurut Patton (1991b) hal.32) evaluasi merupakan suatu proses yang ber-upaya mencari penjelasan tentang keberha-silan, kegagalan dan perubahan yang terjadi pada program, serta untuk memahami dan mendokumentasikan realitas dari aktivitas program sehari-hari. Proses evaluasi dimak-sudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal berjalannya suatu program.

2. Tempat dan waktu Penelitian

2.1. Tempat PenelitianLokasi penelitian dilakukan pada dua ke-

camatan yang berada di Kota Tangerang Se-latan, Propinsi Banten. Dua kecamatan terse-but terdiri dari Kecamatan Serpong Utara dan Pamulang, dimana wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah yang menerima Program Pendidikan Kecakapan Hidup Perkotaan (PKHP) oleh Lembaga Kursus Tata Rias Pe-ngantin.

Page 10: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PERKOTAAN (VIRGO AGUSTINUS SEMBIRING, SOFYAN CHOLID)

53

2.2. Waktu PenelitianPenelitian berlangsung pada bulan Okto-

ber-Desember 2015

3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.1. PopulasiPopulasi dalam Penelitian ini adalah Ma-

syarakat yang menerima Program kursus tat rias pengantin dari Dinas Pendidikan di kota Tangerang Selatan dan telah mengikuti Pro-gram TUK (Test Uji Kompetensi) yaitu seba-nyak 60 peserta program Tata Rias Pengantin.

3.2. SampelSampel adalah sebagian atau wakil dari

populasi yang diteliti. Semakin besar sampel yang diambil untuk suatu penelitian maka akan semakin baik. Pemilihan metode peng-ambilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang mewakili atau yang dapat menggambarkan populasinya.

Penelitian ini menggunakan teknik total sampling.Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan ob-yek penelitian Nursalam,(2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling ka-rena menurut Sugiyono (2007) jumlah popu-lasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya

yaitu semua populasi digunakan sebagai sampel. Jadi, sampel yang diambil dalam pe-nelitian ini adalah 60 peserta yang sudah Lu-lus Uji TestvKompetensi Tata Rias Pengan-tin yang dilaksanakan oleh 3 (tiga) LKP di 2 Kecamatan yaitu kecamatan Pamulang Dan Kecamatan Serpong sebanyak 60 sampel.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data, digunakan alat pengumpulan data. Alat pengumpulan data disebut dengan instrumen. Instrumen yang digunakan pada evaluasi Program PKH ini meliputi dimensi yang ada pada variabel PKH (Program Kecakapan Hidup) yaitu ber-dasarkan indikator pengetahuan, sikap dan keterampilan serta berdasarkan kepada va-riabel Pendidikan Nonformal yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Tata Rias Pe-ngantin Yunior (level II)

Pada penelitian ini digunakan dua teknik pengambilan data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan me-nyebarkan daftar pertanyaan atau kuesioner dan data sekunder diperoleh dengan meng-ambil data hasil ujian Test Uji Kompetensi (TUK). Menurut Adi (2004) kuesioner me-rupakan suatu instrumen pengumpulan data yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang re-levan terkait tujuan penelitian. Daftar per-tanyaan merupakan suatu daftar yang berisi suatu rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal untuk memperoleh data berupa jawaban--jawaban dari responden dalam suatu pene-litian. Kuesioner dibuat untuk memperoleh data primer dari para peserta kegiatan pro-gram secara keseluruhan, kapasitas lembaga kursus dan pelatihan dan untukmengetahui mengenai adanya faktor-faktor yang mem-pengaruhi capaian program, tentunya setelah dilaksanakan analisis data.

Kuesioner yang disebarkan sebanyak 2 (dua) jenis kuesioner, yaitu:1. Kuesioner tentang variabel PKH dan vari-

abel Pendidikan Nonformal (dalam hal ini adalah tata rias pengantin yunior) diguna-kan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi capaian programEvaluasi Program Pendidikan Non formal Studi

Page 11: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 44-61

54

Kasus Pendidikan Kecakapan Hidup Per-kotaan (PKHP) Oleh Lembaga Kursus Tata Rias Pengantin di Kota Tangerang Selatan. Kuesioner ini terdiri dari 45 item, yaitu 7 item pernyataan tentang variabel PKH khusus proses pembelajaran dan 38 item tentang SKL (Standar Kompetensi Kelulusan) penata rias pengantin yunior variabel pendidikan non formal. Bentuk skala yang digunakan pada penelitian ini menggunakan skala Ordinal, yaitu dengan memberikan skor dari 1-10.

2. Kuesioner tentang pertanyaan terbuka dan tertutup. Dibagian ini terdapat tiga (3) pertanyaan, dimana dua (2) pertanyaan tertutup yaitu responden diharuskan me-milih salah satu jawaban yang telah dise-diakan. Dan satu (1) pertanyaan terbuka, dimana responden diberikan kesempatan untuk mengisi pertanyaan sesuai dengan jawaban yang diinginkan dan diakhir

pertanyaan responden diberi kesempatan untuk memberikan saran kepada Dinas Pendidikan tentang Program Tata Rias Pengantin di Kota Tangerang Selatan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian ini merujuk pada pernyataan Prasetyo (2007: 170 -184) terdiri dari lima tahap yaitu coding, enteringdata, cleaning data, dataoutput, dan data analy-zing.

6. Kerangka Pemikiran Penelitian

Berkenaan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka digambarkan kerang-ka pemikiran yang menjelaskan Evaluasi Program Pendidikan Non Formal Terhadap Pendidikan Kecakapan Hidup Perkotaan (PKHP) Studi Kasus Pendidikan Kecakap-an Hidup Perkotaan (PKHP) Oleh Lembaga Kursus Tata Rias Pengantin Di Kota Tange-

Gambar 1

Sumber: Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, 2009

Page 12: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PERKOTAAN (VIRGO AGUSTINUS SEMBIRING, SOFYAN CHOLID)

55

rang Selatan”. Kerangka pemikiran peneliti-an seperti gambar 1.1.

GAMBARAN UMUM PENELITIAN1. Penduduk Dan Kondisi Sosial

Ekonomi

Jumlah penduduk Kota Tangerang Selat-an tahun 2013 sebesar 1.443.403 jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebesar 727.802 jiwa dan perempuan sebesar 715.601 jiwa dengan sex ratio sebesar 101,71 artinya bahwa dari 100 perempuan yang ada, terda-pat 101 laki-laki (Statistik Kota Tangerang Selatan, 2014).

Pada tahun 2013 dari jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan sebesar 1.443.403 orang, terdapat 1.070.776 orang atau 74,18 % merupakan Penduduk Usia Kerja (PUK). Dari jumlah tersebut 650.259 orang dianta-ranya atau hampir 60,72% merupakan ang-katan kerja dan sisanya adalah penduduk bukan angkatan kerja. Proporsi pekerja ter-hadap angkatan kerja pada tahun 2013 sebe-sar 95,44%, angka ini menunjukkan besarnya kesempatan seseorang untuk memperoleh pekerjaan atau yang dikenal dengan istilah “Tingkat Kesempatan Kerja” (TKK). De-ngan demikian, maka tingkat pengangguran di Tangerang Selatan pada tahun 2013 sebe-sar 4,56% (Statistik Kota Tangerang Selatan, 2014).

Berkaitan dengan aspek sosial, masya-rakat Kota Tangerang Selatan berasal dari berbagai macam suku dan budaya, penduduk aslinya adalah masyarakat betawi, sunda dan selebihnya adalah masyarakat urban yang berdatangan dari berbagai daerah.

2. Potensi Tata Rias Pengantin di Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan letak geografis,Kota Tang-erang Selatan merupakan kota yang berba-tasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada se-belah utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah penyangga provinsi DKI Jakarta, selain itu juga sebagai daerah yang menghu-bungkan Provinsi Banten dengan DKI Jakar-ta. Selain itu, Tangerang Selatan juga men-jadi salah satu daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat. Sebagai salah satu daerah penyangga provin-si DKI Jakarta, banyak event-event internasi-onal maupun nasional yang diadakan di kota Tangerang Selatan. Sehingga menjadikan kota Tangerang Selatan sebagai kota dengan potensi jasa tata rias.

HASIL Tata Rias Pengantin Yunior di Kota Tang-

erang Selatandiperoleh bahwa rata-rata skor total data

tata rias pengantin adalah 295,63 dengan rentang nilai 80 dari nilai terendah 227 dan nilai tertinggi 307. Nilai tengah data adalah 299.00 dan nilai modus 303. menunjukkan bahwa, SKL Tata Rias Pengantin Yunior di Kota Tangerang Selatan dengan kategori sa-ngat baik sebanyak 44 orang (73,3%), dalam kategori baik sebanyak 16 orang (26,7%), dan tidak ada orang yang dikategorikan sa-ngat kurang atau kurang.

1. Pendidikan Kecakapan Hidup Perkotaan (PKHP) di Kota Tangerang Selatan

Analisis deskripsi data pendidikan ke-cakapan hidup perkotaan (PKHP) di Kota

Page 13: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 44-61

56

Tangerang Selatan diperoleh hasil rata-rata skor total data pendidikan kecakapan hidup perkotaan adalah 46,02 dengan rentang nilai 22 dari nilai terendah 31 dan nilai tertinggi 53. Nilai tengah data adalah 46.00 dan nilai modus 45.

Berdasarkan kategori tersebut maka ni-lai pendidikan kecakapan hidup perkotaan menunjukkan bahwa Pendidikan Kecakapan Hidup di Kota Tangerang Selatan dengan ka-tegori baik sebanyak 57 orang (95%), dalam kategori kurang sebanyak 3 orang (5%), dan tidak ada orang yang dikategorikan sangat kurang atau sangat baik.

2. Evaluasi Pendidikan Kecakapan Hidup Perkotaan (PKHP) Oleh Lembaga Kursus Tata Rias Pengantin di Kota Tangerang Selatan

Dapat diketahui bahwa orang yang meng-ikuti pendidikan di lembaga kursus tata rias pengantin dengan kateori baik yang memi-liki pendidikan kecakapan hidup kurang se-banyak 3 orang atau 18,8% sedangkan yang memiliki pendidikan kecakapan hidup baik sebanyak 13 orang atau 81,2%. Orang yang mengikuti pendidikan di lembaga kursus tata rias pengantin dengan kategori sangat baik dan memiliki pendidikan kecakapan hidup baik sebanyak 44 orang atau 100% dengan tidak ada orang yang memiliki pendidikan kecakapan hidup kurang.

Hasil uji statistik Chi Square antara pen-didikan kecakapan hidup perkotaan (PKHP) oleh lembaga kursus tata rias pengantin di Kota Tangerang Selatan. Uji Chi Square di-gunakan untuk mengamati ada tidaknya hu-bungan antara dua variabel yang terdapat pada baris dan kolom, yang dalam peneliti-an ini adalah variabel tata rias pengantin dan

pendidikan kecakapan hidup. Sehingga hipo-tesis untuk penelitian ini adalah:• Ho: Tidak ada hubungan antara variabel

tata rias pengantin dengan variabel pendi-dikan kecakapan hidup

• H1: Ada hubungan antara variabel tata rias pengantin dengan variabel pendidikan ke-cakapan hidupHasil uji Chi Square menunjukkan bah-

wa Chi Square hitung diperoleh nilai 8,684 yang jika dibandingkan dengan Chi Square tabel pada α = 0,05 dan df = 1 diperoleh ni-lai 3,84146, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara variabel tata rias pengantin dengan variabel pendidikan kecakapan hidup.

Selain dengan menggunakan nilai Chi Square hitung, pengambilan keputusan pada uji Chi Square juga dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. pada tabel 5.6. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. di-peroleh nilai 0,003 yang berarti dibawah ni-lai probabilitas 0,05 (0,003 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara variabel tata rias pengantin dengan variabel pendidikan keca-kapan hidup.

Hasil uji statistik Chi Square antara pen-didikan kecakapan hidup perkotaan (PKHP) Oleh lembaga kursus tata rias pengantin di Kota Tangerang Selatan menunjukkan ada-nya hubungan yang bermakna secara signi-fikan (p-value = 0,813) dengan nilai OR>1 yang berarti bahwa tata rias pengantin mem-pertinggi terjadinya pendidikan kecakapan hidup perkotaan. Interval Kepercayaan (CI) batas bawah 0,642 dan batas atas 1,028 se-hingga dikatakan bahwa makin kuat dugaan jika tata rias pengantin merupakan faktor ter-jadinya tingkat pendidikan kecakapan hidup perkotaan (PKHP).

Page 14: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PERKOTAAN (VIRGO AGUSTINUS SEMBIRING, SOFYAN CHOLID)

57

PEMBAHASANEvaluasi Pendidikan Kecakapan Hidup

Perkotaan (PKHP) Studi Terhadap Lembaga Kursus Tata Rias Pengantin di Kota Tange-rang Selatan

Program pendidikan kecakapan hidup adalah salah satu program yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjaga kelangsungan hidup, dan perkem-bangannya di masa datang. Pada implemen-tasinya program tersebut digulirkan kepada salah satunya yaitu kepada program tata rias pengantin yang telah berjalan selama kurun waktu ± 3 tahun di Kota Tangerang selatan, yaitu sejak tahun 2011 (Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, 2015)

Dapat diketahui bahwa orang yang meng-ikuti pendidikan di lembaga kursus tata rias pengantin dengan kateori baik yang memi-liki pendidikan kecakapan hidup kurang se-banyak 3 orang atau 18,8% sedangkan yang memiliki pendidikan kecakapan hidup baik sebanyak 13 orang atau 81,2%. Orang yang mengikuti pendidikan di lembaga kursus tata rias pengantin dengan kategori sangat baik dan memiliki pendidikan kecakapan hidup baik sebanyak 44 orang atau 100% dengan ti-dak ada orang yang memiliki pendidikan ke-cakapan hidup kurang. . Hal ini menunjukkan bahwa jika tata rias pengantin baik, tingkat pendidikan kecakapan hidup perkotaan pasti akan baik. Hal ini didukung oleh Puri Bhak-ti Renatama (2012) yang menyatakan bahwa warga belajar setelah selesai mengikuti kegi-atan pelatihan mengalami perubahan, tingkat pengetahuan tentang rias pengantin, sikap kewirausahaan dalam mengembangkan usa-hanya dibidang rias pengantin, menjadi te-rampil dalam hal merias. Perubahan tersebut

tidak terlepas dari pelaksanaan proses pem-belajaran yang diimplementasikan.

Selanjutnya berdasarkan hasil uji Chi Squ-are menunjukkan bahwa Chi Square hitung diperoleh nilai 8,684 yang jika dibandingkan dengan Chi Square tabel pada α = 0,05 dan df = 1 diperoleh nilai 3,84146, maka dapat di-simpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara variabel tata rias pengantin dengan variabel pendidikan kecakapan hi-dup. Hasil uji statistik Chi Square antara pen-didikan kecakapan hidup perkotaan (PKHP) Oleh lembaga kursus tata rias pengantin di Kota Tangerang Selatan menunjukkan ada-nya hubungan yang bermakna secara signi-fikan (p-value = 0,813) dengan nilai OR>1 yang berarti bahwa tata rias pengantin mem-pertinggi terjadinya pendidikan kecakapan hidup perkotaan. Interval Kepercayaan (CI) batas bawah 0,642 dan batas atas 1,028 se-hingga dikatakan bahwa makin kuat dugaan jika tata rias pengantin merupakan faktor ter-jadinya tingkat pendidikan kecakapan hidup perkotaan (PKHP).

Namun, dengan adanya fakta tersebut ti-dak lepas dari tanggung jawab pemerintah baik koordinator program maupun pengelola program untuk meningkatkan indikator-indi-kator keberhasilan program yang belum ber-hasil. Indikator-indikator tersebut diantara-nya adalah sebagai berikut:1. Melengkapi Aspek Legal / Usaha Tata

Rias Pengantin2. Proses pembelajaran teori tentang peratur-

an perundang-undangan ketenagakerjaan3. Praktik manajemen oleh lembaga tata rias

pengantin sebagai upaya untuk mening-katkan kemampuan kerja

Indikator capaian program tersebut diha-rapkan dapat menjadi pertimbangan kembali bagi pemerintah khususnya pada saat mem-

Page 15: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 44-61

58

buat desain rencana pembuatan program-pro-gram sejenis. Dimana capaian program yang diperoleh tentunya tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya.

KESIMPULAN a. Capaian program PKHP oleh lembaga

kursus tata rias pengantin di Kota Tange-rang Selatan adalah menunjukkan capaian kategori baik dengan menunjukkan nilai 95% untuk kota Tangerang Selatan, se-dangkan keberhasilan TRP berdasarkan SKL menunjukkan capaian kategori sa-ngat baik mencapai 73,3%. Selanjutnya berdasarkan uji statistik Chi Square di-dapatkan hasil bahwa Chi Square hitung diperoleh nilai 8,684 yang jika dibanding-kan dengan Chi Square tabel pada α = 0,05 dan df = 1 diperoleh nilai 3,84146, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara variabel tata rias pengantin dengan variabel pendidik-an kecakapan hidup. Hasil uji statistik Chi Square antara pendidikan kecakapan hi-dup perkotaan (PKHP) Oleh lembaga kur-sus tata rias pengantin di Kota Tangerang Selatan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara signifikan (p-value = 0,813) dengan nilai OR>1 yang berarti bahwa tata rias pengantin mempertinggi terjadinya pendidikan kecakapan hidup perkotaan. Interval Kepercayaan (CI) ba-tas bawah 0,642 dan batas atas 1,028 se-hingga dikatakan bahwa makin kuat du-gaan jika tata rias pengantin merupakan faktor terjadinya tingkat pendidikan keca-kapan hidup perkotaan (PKHP).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi capai-an program Pendidikan Kecakapan Hidup Perkotaan oleh lembaga kursus tata rias pengantin di Kota Tangerang Selatan anta-

ra lain meliputi SKL (Standar Kompetensi Lulusan) Tata Rias Pengantin Yunior dan proses belajar mengajar Pendidikan Non-formal oleh Pendidikan Kecakapan Hidup Perkotaan yang meliputi: teori, praktik dan pendidikan karakter. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkat-kan nilai indikator keberhasilan program Pendidikan Kecakapan Hidup Perkotaan oleh Tata Rias Pengantin di Kota Tange-rang Selatan antara lain adalah: sebagian besar responden perlu untuk belajar me-ngenai melengkapi aspek legal / usaha tata rias pengantin, proses pembelajaran teori tentang peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dan praktik manajemen oleh lembaga tata rias pengantin sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kerja.

Atas uraian diatas peneliti memberikan rekomendasi kepada koordinatorprogram da-lam hal ini adalah Direktorat Pembinaan Kur-sus dan Pelatihan maupunperencana program pemberdayaan secara umum sebagai berikut:1. Koordinator program hendaknya beker-

jasama dengan pengelola program untuk memasukkan materi tentang aspek legal usaha tata rias pengantin dan mengajarkan kepada peserta kursus tata rias pengantin bagaimana cara untuk menyiapkan per-syaratan yang dibutuhkan ke instansi yang berwewenang dan membayar pajak sesuai prosedur.

2. Koordinator program hendaknya beker-jasama dengan Dinas tenaga kerja dan STAN dalam penyempurnaan materi Per-undang-undangan tentang ketenagakerja-an dan peraturan perpajakan.

3. Direktorat Pembinaan Kursus dan Pela-tihan hendaknya memberikan materi ten-tang proses pembelajaran teori tentang

Page 16: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PERKOTAAN (VIRGO AGUSTINUS SEMBIRING, SOFYAN CHOLID)

59

peraturan perundang-undangan ketena-gakerjaan dan praktik manajemen oleh lembaga tata rias pengantin sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kerja. Sehingga, peserta kursus tata rias pengan-tin tidak hanya handal di bidang keteram-pilan tata rias, namun juga handal dalam teori pajak dan manajemen.

4. Dinas Pendidikan berkerjasama dengan Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatih-an dapat mengembangan Sanggar Kegia-tan Belajar untuk membuat model-model Pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masayarakat yang secara Berkesinambun-gan (sustainable) yang diperlukan oleh masayarkat dalam perkembangan Ilmu pengatahuan teknologi secara terus me-nerus dalam peningkatan Pendidikan Ke-cakapan Hidupnya.

DAFTAR PUSTAKAAdi, I. R. (2013). Intervensi komunitas; pe-

ngembangan masyarakat sebagai upa-ya pemberdayaan masyarakat (Edisi Revisi 2012) . Jakarta: Rajawali.

Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hi-dup. Bandung: Aphabeta.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan. (2012). Ana-lisis Pembangunan Manusia Kota Tangerang Selatan 2012. Tangerang Selatan : Bapeda Kota Tangerang Se-latan.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan. (2013). In-dikator Ekonomi Daerah Kota Tang-erang Selatan. Tangerang Selatan : Badan Perencanaan Pembangunan Da-erah Kota Tangerang Selatan.

Depdiknas. (2003). Kecakapan Hidup – Pen-didikan Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas.

Dinsosnakertrans Kota Tangerang Selatan, 2015). Program padat karya 7 keca-matan penanggulangan pengangguran

Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan. (2012). Petunjuk teknis penyelengga-raan dan tata cara memperoleh dana bantuan operasional program pendi-dikan kecakapan hidup (PKH). Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebu-dayaan.

Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Kementerian Pendidiakan dan kebuda-yaan, menyebutkan bahwa Kursus di-definisikan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pe-muda, dan Olahraga (Kepdirjen Dik-lusepora) Nomor: KEP-105/E/L/1990, Jakarta

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal (PAU-DINI), tahun 2011 Jakarta :Kementeri-an Pendidikan dan Nasional.

Direktor Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaag,(2010), tentang le-vel/jenjang Kompetensi Lulusan. De-partemen Pendidikan Nasional

Ife, J. (2006). Community development; com-munity based alternatif in age of glo-balisation (3rd ed). NSW: New Pear-son.

Midgley, J. (1995). Sosial development: the development perspective in sosial wel-fare. London: Sage Publikation Ltd.

Direktorat Kursus dan Pelatihan,(2012) ten-tang Paduan Pendidikan Kecakapan Hidup, 2012, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.

Page 17: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

JURNAL ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL, JILID 17, NOMOR 1, APRIL 2016, 44-61

60

Patton, Michael Quinn. (1997). Utilization--focused , 3rd edition. United States of America: SAGE Publications.

Patton. (1991), How tu Use Qualitative Met-hods in Evaluation, Thousand Oaks

California: Sage Publication,PP No 73/1991 Kementerian Pendidikan dan

Kebudaya,Tentang Tujuan Pendidikan Nonformal, 1991. Jakarta.

Philip Coombs dan Manzoor A., P.H. (1985) dalam bukunya The World Crisis In Education

Pranarka A.M.W. dan Prijono Onny S. (1996). Pemberdayaan: Konsep, Ke-bijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS.

Payne (1997:266) dalam Bukunya. Modern Social Theory.second edition. Lon-don:Macmillas PressLtd

SAKERNAS.(2011,42). Analisis Pemba-ngunann Manusia Kota Tangerang Selatan : Badan Perencanaan Pem-bangunan Daerah Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

Santoso, R.A. (1956). Pendidikan Masyara-kat I, II, III. Bandung : Ganaco,NV

Santoso S. Hamijoyo. 1972. Pendidikan, Pe-rencanaan, Bandung : IKIP Bandung.

Shardlow, Steven,1998, “Values,Ethics and Social Work” dalam Adams,Robert, Lena Dominelli dan Malcolm Payne (eds). Social Work:Theme, Issues and Critical Debates. London: Mac Millan Press Ltd

Sihombing, U. (2001). Pendidikan luar se-kolah : masalah, tantangan, dan pelu-ang. Jakarta : Wirakarsa.

Sihombing, U. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yog-yakarta: Adecitra Karya Nusa.

Slamet, PH. (2002). Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar. Jurnal Pendi-dikan dan Kebudayaan. Tahun ke-8. Nomor 037, Juli 2002.

Soetrisno, L. (1995). Menuju masyarakat partisipatif. Yogyakarta: Kanisius.

Soetomo. (2011). Pemberdayaan Masyara-kat, Jakarta: Pustaka Pelajar.

Sub Bidang Data dan Statistik Bidang Statis-tik dan Pelaporan. (2013). Profil Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selat-an: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan.

Sugiyono (2007), Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta Bandung

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuan-titatif dan Kualitatif dan R&D. Ban-dung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Peneliti-an. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuali-tatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Suharto, E. (2009). Membangun masyarakat memberdayakan masyarakat. Ban-dung: Refika Aditama.

Sumarno. (2001). Konsep dasar Kebijakan Pendidikan Kecakapan Hidup, Jurnal Dinamika Pendidikan No. 02/TH IX. November 2002 FIP UNY Yogyakarta.

Suryono,Yoyon. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Nonformal Berbasis Pen-didikan Kecakapan Hidup Dalam Mengatasi Kemiskinan Di Indonesia. Yogyakarta: FIP UNY.

Tohani, Entoh. (2011). Pendidikan nonfor-mal dan pengurangan kemiskinan di pedesaan. Jurnal Walisongo. Nomor 2, November 2011.

Page 18: EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP …

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP PERKOTAAN (VIRGO AGUSTINUS SEMBIRING, SOFYAN CHOLID)

61

Tilaar, H. A. R. 2000. Paradigma Baru Pen-didikan Nasional. Jakarta : Rineka Cipta.

Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang keten-tuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.

United Nationals Development Programme. Humen Development Report 2006

Yunus (2004,3). Pendidikan Berbasis Reali-tas Sosial-Paulo Freire & YB Mangun

Wijaya, Yogyakarta: Logung Pustaka Yudha Hermawan (2010). Strategi Bersaing

lembaga pendidikan Nonformal (studi Kasus:Intensive english course-

-Harapan Indah)Zanten, Wim Van (2008). Pemberdayaan,

Pengembangan Masyarakat dan In-tervensi Komunitas, Depok: Universi-tas Indonesia