Click here to load reader
Upload
tri-utami-widayati
View
109
Download
9
Embed Size (px)
B. pelaksanaan evaluasi
Artinya adalah bagaimana melaksanakan satu evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi
(tujuan model dan jenis, objek, instrumen, sumber data). Secara klasik tujuan evaluasi hasil
belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik. Namun
dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepadapeserta
didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukanperbaikan serta
jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawabinstitusi yang telah meluluskan.Jenis
evaluasi:
1. Test
Tes lisan
Test tertulis
Tes perbuatan
2. Nontest, misalkan angket, observasi, wawancara, studi dokumentasi, skala sikap dsb.
Dimaksudkan untuk mengetahui perubahan sikap dan tingkah laku peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran, pendapat peserta didik terhadap pembelajaran, kesulitan
belajar, minat belajar, dsb.
Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptifdan/atau informasi
judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapatberbentuk obyektif atau uraian;
sedang non-tes dapat berbentuk lembarpengamatan atau kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk
jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi : biasa,
hubunganantar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraianyang juga
disebut dengan tes subyektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebasterbatas, dan terstruktur.
Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau nontes, dosen harus mengacu pada pedoman
penyusunan masing-masing jenis danbentuk tes atau non tes agar instrumen yang disusun
memenuhi syarat instrumen, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan
reliabel(dapat dipercaya).
Untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi peserta didik guru dapat menggunakan
penilaian kinerja (performance). Disamping itu dapat juga memberikan tugas atau proyek dan
menganalisis hasil kerja dalam bentuk portofolio. Jadi bukan hanya menilai kognitif saja tetapi
juga nonkognitif seperti pengembangan pribadi, kreativitas, dan keterampilan interpersonal,
sehingga dapat diperoleh gambaran yang komprehensif.
Sasaran evaluasi hasil belajar mahasiswa adalah penguasaan kompetensi.Dalam hal ini
kompetensi diartikan sebagai (1) Seperangkat tindakan cerdas penuhtanggung jawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampuoleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK. MendiknasNo. 045/U/2002); (2) Kemampuan yang
dapat dilakukan olehpeserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan perilaku;
(3)Integrasi domain kognitif, afektif dan psikomotorik yang direfleksikan dalamperilaku.Ada
kecenderungan selama ini evaluasi kurang memuaskan dilihat dari bernbagai segi, antara lain:
a. Proses dan hasil evaluasi kurang memberi keuntungan kepada peserta didik baik secara
langsung maupun tidak langsung
b. Penggunaan teknik dan prosedur evaluasi yang kurang tepat berdasarkan apa yang
dipelajari peserta didik
c. Prinsip-prinsip umum kurang dipertimbangkan dan pemberian skor cenderung tidak adil.
d. Cakupan evaluasi kurang memperhatikan aspek-aspek penting dalam pembelajaran.
Beberapa hal yang menimmbulkan kesalahan dalam mengumpulkan data guna menunjang
evaluasi antara lain
a. Karang sempurnanya instrumen evaluasi
b. Kurang sempurna prosedur evaluasi yang dilakukan
c. Kurang sempurna cara pencatatan hasil evaluasi.
C. Monitoring pelaksanaan evaluasi
Hal ini dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi pembelajaran telah sesuai
dengan perencanaan evaluasi sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mencegah hal-hal negatif dan
meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi. Dua fungsi Monitoring yaitu:
1. Untuk melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencanaan evaluasi
2. Untuk melihat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi.
Untuk melaksanakan Monitoring dapat menggunakan teknik seperti observasi partisipatif,
wawancara, atau studi dokumentasi.
D. pengolahan data
Mengolah data adalah mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan menjadi sebuah sajian
data yang menarik dan bermakna. Data hasil evaluasi ada yang berbentuk kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif diolah dan dianalisis secara kualitatif. Data kuantitatif diolah dengan
bantuan statistika baik statistika deskriptif atau statistika inferensial.
Ada empat langkah pokok dalam mengolah hasil penilaian:
1. Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai oleh peserta
didik. Menskor diperlukan 3 jenis alat bantu yaitu, kunci jawaban, kunci skorsing dan
pedoman konversi.
2. Mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan norma tertentu.
3. Mnkonversikan skor standar ke dalam nilai baik berupa huruf atau angka.
4. Menganalisis soal.
Setelah data diolah selanjutnya adalah menafsirkan data sehingga memberikan makna. Ada
dua jenis penafsiran data:
1. Penafsiran kelompok, itu penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik
kelompok
2. Penafsiran, yaitu penafiran yang dilakukan secara perseorangan.
E. pelaporan hasil evaluasi
Semua hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang berkepentingan,
seperti orang tua/wali, kepsek, pengawas, pemerintah, mitra sekolah, dan peserta didik. Hal ini
dimaksudkan agar proses pembelajaran, termasuk proses dan hasil belajar yang dicapai peserta
didik dapat diketahui oleh berbagai pihak. Hasil evaluasi juga perlu dilaporkan kepada
pemerintah untuk melihat kemajuan-kemajuan peserta didik baik secara kelompok maupun
perseorangan yang dapat memberikan penilaian tersendiri pada sekolah yang bersangkutan.
Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi antara sekolah,
peserta didik, dan orang tua dalam upaya mengembangkan dan menjaga hubungan kerja sama
yang harmonis di antara mereka. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Konsisten dengan pelaksanaan penilaian sekolah
2. Memuat rincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang ditentukan
3. Menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik dalam belajar
4. Mengandung berbagai cara dan strategi komunikasi
5. Memberikan informasi yang benar, jelas, komprehensif, dan akurat
1. Laporan Prestasi Mata Pelajaran
Berisikan informasi tentang pencapaian KD yang ditetapkan dalam kurikulum.
2. Laporan pencapaian
Merupakan laporan yang menggambarkan kualitas pribadi peserta didik sebagai internalisasi
dan kristalisasi setelah peserta didik belajar melalui berbagai kegiatan, baik intra, ekstra, maupun
Go kurikuler.
FORMAT LAPORAN PRESTASI PESERTA DIDIK DALAM MATA PELAJARAN
NOKEMAMPUAN
DASAR
NILAIDESKRIPSI
PENCAPAIANA B C D E
catatan kompetensi ( contoh)
1. peserta didik menunjukankemahran di dalam.. tetapi memerlukan bantuan dalam hal....
2. secara umum peserta didik telah berhasil menguasai... dari ... kompetensi
Laporan pencapaian
tingkatan (level) pada umumnya dicapai anak di kelas
0 0 (tk atau pradasar)
1 1-2
2 3-4
3 5-6
4 7-8
4a 9
5 10
6 11-12
Pendekatan Evaluasi
Pendekatan evaluasi adalah sudut pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari
evaluasi. Dipandang dari komponen pembelajaran, ada 2 macam pendekatan yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan sistem. Sedangkan dilihat dari penafsiran hasil evaluasi, juga ada 2
macam yaitu criterion-referenced evaluation dan norm-referenced evaluation.
A. Komponen Pembelajaran
1. Pendekatan tradisional
Berorientasi pada perkembangan aspek intelektual peserta didik.
Aspek keterampilan dan pengembangan sikap kurang diperhatikan.
Lebih berfokus pada produk daripada proses.
Sebab : guru di lapangan sulit mengembangkan sistem evaluasi karena
bertentangan dengan tradisi yang sudah berjalan yaitu lebih mengutamakan target
kuantitas daripada kualitas.
2. Pendekatan sistem
Berfokus pada seluruh komponen evaluasi yaitu komponen kebutuhan dan
feasibility, komponen input, komponen proses, dan komponen produk.
Pendekatan Evaluasi Pembelajaran
Komponen Pembelajaran
Pendekatan Tradisional
Pendekatan Sistem
Penafsiran Hasil Evaluasi
Criterion-Referenced Evaluation
Norm- Referenced Evaluation
Tidak hanya memperhatikan produk namun proses juga diperhatikan.
Skor mentah peserta didik diolah dengan pendekatan tertentu.
B. Penafsiran Hasil Evaluasi
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Disebut juga penilaian norma absolut.
Guru harus membandingkan hasil yang diperoleh peserta didik dengan sebuah
patokan atau criteria yang secara absolute atau mutlak telah ditetapkan oleh
guru.
Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang
ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya.
PAP pada umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil tes formatif.
PAP sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar
sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar yang telah ditentukan,
dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat pencapaiannya.
Untuk menentukan batas lulus (passing grade) dengan pendekatan ini, setiap
skor peserta didik dibandingkan dengan skor ideal yang mungkin dicapai oleh
peserta didik.
2. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu kelasnya.
Makna nilai bersifat relative artinya hanya berlaku pada kelompok tersebut
tidak dapat diberlakukan untuk kelompok lain.
Tujuan PAN adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-
kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai yang
tertinggi.
Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok
menggambarkan suatu kurva normal.
Peringkat dan klasifikasi anak yang didasarkan PAN lebih banyak mendorong
kompetisi daripada membangun semangat kerja sama. Lagi pula tidak
menolong sebagian besar peserta didik yang mengalami kegagalan.
PAN biasanya digunakan pada akhir unit pembelajaran untuk menentukan
tingkat hasil belajar peserta didik.
Pedoman konversi yang digunakan dalam pendekatan PAN sama dengan
pendekatan PAP. Perbedaannya hanya terletak dalam menghitung rata-rata
dan simpangan baku. Dalam pendekatan PAN, rata-rata dan simpangan baku
dihitung dengan rumus statistik sesuai dengan skor mentah yang diperoleh
peserta didik.
Penggunaan Hasil Evaluasi
1. Untuk keperluan laporan pertanggungjawaban.
Misal : orangtua ingin mengetahui hasil belajar anaknya sbg bentuk akuntanbilitas didik.
2. Untuk keperluan seleksi.
Misal : menyeleksi peserta didik masuk sekolah mana atau kelas tertentu.
3. Keperluan promosi.
Ijasah atau rapor siswa bisa digunakan untuk promosi sekolah atau PT.
4. Untuk keperluan diagnosis.
Dari hasil evaluasi dodapatkan peserta didik yang menguasai kompetensi dan ada yang
kurang, sehingga bisa ditindaklanjuti.
5. Untuk memprediksi masa depan.
Dilihat dai minat, bakat, atau hal menonjol lain sehingga peserta didik dapat memilih
jurusan mana.misal saat kerja atau menentukan PT.
6. Menentukan naik tidaknya atau lulus tidaknya seorang siswa.
Hal ini kita dasarkan pada interpretasi kita terhadap taraf kesiapan siswa tersebut, Dalam
penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes sumatif. Penentuan ini dilakukan setelah
hasil tes tersebut dipadukan dengan hasil tes-tes formatif atau sub sumatif sebelum.
7. Mengadakan diagnosa atau remedial.
Dari hasil tes yang telah kita lakukan kita dapat mengetahui kelemahan-kelemahan siswa,
maka langkah berikutnya adalah mencari sebab-sebab kelemahan tersebut, kemudian
melakukan remedial (penyembuhan). Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah
tes diagnostik.
8. Perlu tidaknya suatu pelajaran diulang kembali atau tidak.
Hal ini kita dasarkan pada interpretasi terhadap prestasi kelompok. Dalam penggunaan
ini, tes yang dimaksud adalah tes formatif.
9. Membangkitkan motif siswa.
Ketika hasil tes ditunjukkan, biasanya siswa berminat sekali untuk mengetahuinya, guru
dapat memanfaatkan minat yang besar tersebut untuk memberikan dorongan kepada
siswa untuk belajar lebih giat. Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes
formatif.
10. Memberikan laporan kepada orang tua.
Dengan tujuan agar orang tua memiliki gambaran oyektif tentang perkembangan
anaknya, untuk kemudian menyikapinya. Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud
adalah tes sumatif. Pemberian laporan ini dilakukan setelah hasil tes tersebut dipadukan
dengan hasil tes-tes formatif atau sub sumatif sebelumnya.
Referensi
Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
MI Mifatahul Huda. 2009. Penggunaan Hasil Evaluasi dalam
http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/penggunaan-hasil-evaluasi.html
Pohan, Rahmadany. 2012. PAN & PAP dalam Evauasi Pembelajaran dalam
http://rahmadanypohan.blogspot.com/2012/05/pan-pap-dalam-evaluasi-
pembelajaran.html
PROSEDUR PENGEMBANGAN EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Perencanaan a. Analisis kebutuhanb. Merumuskan tujuan evaluasic. Menyusun kisi-kisid. Mengembangkan instrumene. Uji coba dan analisis f. Merevisi dan menyusun instrumen final
2. Pelaksanaan dan Monitoring3. Pengolahan data dan analisis4. Pelaporan hasil evaluasi5. Pemanfaatan hasil evaluasi
1. PERENCANAANKegunaan (Robert H.Davis 1974) : Untuk mempertimbangkan kondisi, untuk menentukan design atau prosesnya, untuk menentukan waktu.Perencanaan evalussi ditinjau dari 2 pendekatan : Pendekatan prog.pembelajaran dan Pendekatan Hasil belajar.a. Analisis Kebutuhan :
Merupakan suatu proses yg dilakukan oleh seseorang utk mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan pemecahannya.Salah satu pendekatan dalam analisis kebutuhan adalah pendekatan sistem, modelnya disebut analisis sistem. Langkah : identifikasi & klarifikasi masalah, hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, kesimpulan. Dengan analisis kebutuhan akan memperoleh kejelasan masalah dalam pembelajaran shingga dapat memberi rekomendasi.
b. Merumuskan Tujuan Penilaianmemperbaiki kinerja atau proses pembelajaran (formatif)Menentukan keberhasilan peserta didik (Sumatif)Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta diidk dalam proses pembelajarn (diagnostik)Menempatkan posisi peserta didik sesuai kemampuannnya (Penempatan)
2. MENGIDENTIFIKASI KOMPETENSI DAN HASIL BELAJAR
Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai- nilai yang direflkeksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Peserta dianggap kompeten jika menguasai keseluruhan dari kompetensi tersebut. Mengenai hasil belajara, Benyamin S.Bloom, dkk mengelompokkan dalam 3 domain yaitu:
Domain kognittif; pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasiDomain Afektif; penerimaan, respon, penilaian, organisasi, karakterisasiDomain psikomotor; persepsi, kesiapan melakukan kerja, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi dan orjinasi
3. MENYUSUN KISI- KISIPenyusunan kisi- kisi dimaksudkan agar materi penilaian betul- betul representatif
dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah diberikan oleh guru kepada peserta didik. Kisi- kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasar jenjang kemampuan tertentu. Fungsinya adalah untuk pedoman menulis soal menjadi perangkat tes.
Langkah penilaian hasil belajarAnalisis silabus Menyusun kisi- kisi Membuat soal Menyusun lembar jawaban Membuat kunci jawaban Menyusun pedoman penskoran.
Syarat kisi- kisi yang baik:a. Representatif, yaitu betul- betul mewakili isi kurikulum sebagai sample perilaku yang
dinilaib. Komponen- komponennya harus terurai/ terperinci, jelas dan mudah dipahamic. Soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan
Format kisi- kisi soal:
a. Komponen Identitas; ditulis dibagian atas matriks, meliputi jenis/jenjang sekolah, jurusan/program studi, bidaqng studi/ mata pelajaran, tahun ajaran dan semester, kurikulum acuan, alokasi waktu, jumlah soal keseluruhan, bentuk sola
b. Komponen matriks; dibuat dalam bentuk kolom terdiri atas kompetensi dasr, materi, jumlah soal, jenjang kemampuan, indikator dan nomor urut soal.
a. Unsur penting dalam komponen matriks adalah indikator, yang berupa rumusan pernyataan sebagai bentukm ukuran spesifik yang menunjukkan ketercapaian kompetensi dasr dengan menggunakan kata kerja operasional (KKO). Penggunaan kata kerja operasional untuk setiap indikator harus disesuaikan dengan domain dan jenjang kemampuan yang diukur.
Rumusan indikator sebenarnya hampir sama dengan tujuan pembelajaran khusus atau tujuan tingkah laku (behavioral objective),yang membedakan keduanya yaitu tujuan pembelajaran khusus harus dirumuskan dengan lengkap.
S.J. Montage dan J.J Koran (1969) mendefinisikan tujuan tingkah laku adalah tujuan atau hasil belajar yang diharapkan dan dinyatakan dalam bentuk tingkah laku atau kinerja peserta didik yang dapat diamati dan diukur. Fungsi utama tujuan tingkah laku adalah sebagai alat yang sistematis untuk merangcang cara melakukan evaluasi terhadap tingkah laku peserta didik.
Manfaat adanya indikator:a. Guru dapat memilih materi, metode, media, dan sumber belajar yang tepatb. Sebagai pedoman dan pegangan bagi guru untuk menyusun instrumen penilaian yang
tepat
Untuk mengukur pencapaian target dalam indikator, sebaiknya disusun butir soal dalam format khusus untuk menimbang apakah sudah konsisten antara indikator dengan butir soal. Setelah dirumuskan tujuan atau kompetensi secara terperinci, guru perlu menentuka ruang lingkup materi pelajaran yang hendak diukur dan diperbandingkan menentukan perbandingan bobot materi menyusun bentuk soal secara bervariasi.
Dalam kisi-kisi harus diperhatikan domain belajar hasil belajar yang akan diukur. Ada 2 format yaitu:
a. Sistematik sederhana:- Aspek recall aspek pengetahuan: definisi, fakta, konsep, metode, dan prinsip
- Aspek komprehensi kemampuan-kemampuan: menjelaskan, menyimpulkan informasi, menafsirkan fakta,dll
- Aspek aplikasi kemampuan-kemapuan: menerapkan hukum/teori, memecahkan masalah, dll.
b. Kisi-kisi terurai - Setiap tingkat kesukaran soal harus ditetapkan jumlah soalnya
4. MENGEMBANGKAN DRAF INSTRUMENInstrumen penilaian dapat disusun dalam 2 bentuk yaitu “tes” dan “nontes”.- Tes pembuatan soalpenjabaran indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
karakteristiknya sesuai pedoman kisi-kisi- Non tesangket, pedman observasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi, skala
sikap, penilaian bakat,minat,dll5. Uji Coba dan analisis soal
Uji coba bertujuan untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu diubah bahkan dibuang dan soal mana yang akan digunakan selanjutnya. Soal yang baik adalah soal
yang mengalami beberapa kali uji coba dan revisi yang didasarkan atas analisis empiris dan rasional.
6. Revisi dan Merakit Soal (Instrumen baru)Setelah soal diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Berdasarkan hasil revisi soal ini barulah dilakukan perakitan soal menjadi suatu instrumen yang terpadu.
MODEL EVALUASI PEMBELAJARAN
SEJARAH EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Tahun 1949 oleh Tyler
Mengemukakan model Black Box, yaitu evaluasi dari psikometrik dengan kajian
utamanya tes dan pengukuran. Jadi mengarah pada dimensi hasil.
2. Tahun 1960
Evaluasi berdiri sendiri
3. Tahun 1972 oleh Taylor & Cowley:
Pendekatan positivism yang berakar pada teori psikometrik
4. Tahun 1980 oleh Patton “paradigm of choise”,model evaluasi Mulai berkembang , tidak
dominansi ts dan pengukuran tetapi ada upaya ntuk bersikap eklektik dalam penggunaan
pendekatan positivism maupun fenomenologi
PEMBAGIAN MODEL EVALUASI
1. Menurut Said hamid hasan :
Model evaluasi kuantitatif , meliputi : model tyler , model teoretik taylor dan
magurine, model pendekatan system alkin, model countenance stake, model CIPP,
model ekonomi mikro
Model evaluasi kualitatif , meliputi model studi kasus, model iluminatif dan model
responsive
2. Kaufman dan Thomas , 2007
Goal oriented evaluation model, dikembangkan oleh tyler
Goal free evaluation model, dikembangkan oleh scriveen
Formatif sumatif valuation model, oleh Michael scriveen
Countenance evaluation model oleh stake
Responsive evaluation oleh stake
CSE-UCLA evaluation model, menekankan kapan evaluasi dilakukan
CIPP evaluation model, Stufflebeam
Discrepancy moel , oleh provus
3. Nana sudjana dan R. Ibrahim, 2007
Meansuremen
Congruence,
Educational system
Illumination
CONTOH MODEL EVALUASI
Nama
Model
Definisi Objek Kelebihan Kekurangan
Tyler
(oleh
Tyler)
Menentukan perubahan
tingkah laku yang terjadi
setelah peserta didik
mengikuti pengalaman
belajar dan menegaskan
perubahan tersebut
disebabkan oleh
pembelajaran.
Disebut juga model Black
Box karena adanya tes
awal dan tes akhir.
-tingkah laku peserta
didik
- tujuan pembelajaran
- situasi dimana
peserta didik
berkesempatan
menunjukkan tingkah
laku yang
berhubungan dengan
tujuan pembelajaran
Menilai
perubahan
awal – akhir
tingkah laku
peserta didik
Proses
diabaikan
Berorent
asi pada
tujuan
Evaluasi merupakan proses
pengukuran untuk
mengetahui sejauh mana
Tujuan pembelajaran
yang ingin di ukur
Hubungan
antara tujuan
dengan
Proses
evaluasi
mungkin
tujuan pembelajaran telah
tercapai di dalamnya,
terdapat hubungan antara
kegiatan hasil dan prosedur
pengukuran hasil
kegiatan dan
peserta didik
sebagai
aspek
penting
dalam
pembelajaran
melebihi
konsekuensi
yang tidak
diharapkan
Penguku
ran
(Thorndi
ke &
Ebel)
Evaluasi menitikberatkan
pada kegiatan pengukuran
berupa kuantitas untuk
mengungkapkan perbedaan
individual atau kelompok
dalam kemampuan minat,
sikap. Instrument yang
digunakan tes tertulis dan
tes objektif dengan
penilaian acuan normal
Tingkah laku peserta
didik mencakup
kogitif, pembawaan,
sikap, minat, bakat
dan aspek
kepribadian
Soalnya
memperhatik
an difficulity
index
Pengukuranny
a hanya
kuantitas
Kesesuai
an
(Raphl
W Tyler,
John
Carrol,
Lee
Cronbac
h)
Evaluasi suatu kegiatan
untuk melihat kesesuaian
antara tujuan dan hasil
belajar yang telah dicapai,
adanya pre dan post test,
pendekatan penilaian
acuan patokan
Tingkah laku peserta
didik, (kognitif,
afektif, psikomootor)
Tekhnik
evaluasi
tidak hanya
tes tapi juga
non test
5. Educational System Evaluation Model
Menurut model ini evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai dimensi dengan
sujumlah kriteria baik yang bersifat mutlak maupud relatif. Model ini menekankan sistem
sebagai suatu keseluruhan dan merupakan penggabungan dari beberapa model, sehingga objek
evaluasinya diambil dari beberapa model, meliputi :
a. Model countenance, yang meliputi keadaan sebelum kegiatan berlangsung, kegiatan yang
terjadi dan saling mempengaruhi, hasil yang diperoleh.
b. Model CIPP (Conteks, input, proses, dan produk). Dan CDPP (context, design, proses,
produk)
c. Model scriven, meliputi instrumental evaluation dan consecuential evaluation.
d. Model provus, mliputi design, operation programme, interim products, dan terminal product.
e. Model EPIC, mengevaluasi : 1) perilaku (kognitif, afektif, psikomootor), 2) pembelajaran
(organisasi, isi, metode), 3)institusi (peserta didik, guru, administrator, keluarga, spesialis
pendidikan).
f. Model Cemrel (Central Midwestern Educational Laboratory), mengevaluai pada peserta
didik, kegiatan pembelajaran, data evaluasi bersumber dari pengukuran skala, jawaban
angket, dan observasi
g. Model Atkinson, mengemukakan 3 domain tujuan, yaitu : 1)struktur organisasi sekolah, 2)
proses pembelajaran , 3)produk hasil belajar
6. Model Alkin
Evaluasi adalah proses meyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi
yang tepat dan menganalisis informasi sehigga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan
dalam memilih beberapa alternatif. Asda 5 jenis evaliasi :
a. Sistem assesment, memberikan informasi tentang keadaan dari suatu sistem
b. Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin aan berhasil
memenuhi kebutuhan program
c. program implementation, menyiapkan informasi apakah suatu program sudah
diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat
d. program improvement, memberikan informasi tentang bagaimana suatu program dapat
berfungsi atau bekerja
e. program certification, memberikan informasi tentang manfaat suatu progaram
7. Model Brikerhoff
Ada 3 jenis evaluasi :
a. Fixed vs Emergent Evaluation Design
Desain fixed, kegiatan evaluasi yang dilaksanakan berupa menyusun pertanyaaan,
menyusun instrumen, menganalissi hasil evaluasi, dan melaporkan hasil evaluasi.
Desain evaluasi emergent, kegiatan evaluasi berupa menampung pendapat audiensi,
masalah-masalah, dan kegiatan program.
b. Formative VS Summative Evaluation
Evaluasi formative berfungsi untuk memeperbaiki kurikulum dan pembelajaran,
sdangkan evaluasi summative berfungsi untuk melihat kemanfaatan kuriu=kulum dan
pemblajaran secara menyeluruh.
c. Desain Experimental dan desain quasi experimental vs matural inquiry
8. Illuminative model
Model ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif terbuka. Model ini lebih banyak
menggunakan judgement.
9. Model Responsif
Model ini menekankan pada pendekaatan kualitatif naturalistik. Evaluasi diartikan sebagai
pemberian makna atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai pandangan orang-orang
yang terlibat.
Untuk menenetukan model mana yang akan digunakan dalam pembelajaran bergantung
pada tujuan evaluasi. Namun, keberhasilan suatu evaluasi pembelajaran, bukan hanya
dipengaruhi oleh model evalusi, namun dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Tujuan pembelajaran
2. Sistem sekolah
3. Pembinaan guru
KARAKTERISTIK, MODEL, DAN PENDEKTAN EVALUASI PEMBELAJARAN
Instrumen atau tes sebagai alat pengumpulan data penelitian perlu memenuhi tiga
diantara persyaratan penting ,yaitu valid reliabel,dan bermanfaat.Instrumen penelitian
dikatakan valid apabila hasil interprestasi instrumen dapat mengukur apa yang hendak diukur,
reliabel jika mempunyai hasil yang konsisten.
Karakteristik pertama dan memiliki peranan sangat penting dalam instrumen
evaluasi,yaitu karakteristik valid. Valid menurut Gronlund (1985) dapat diartikan sebagai
ketepatan interprestasi yang dihasilkan dari skir tes atau instrumen evaluasi.
Berikut ini beberapa karakteristik instrumen yang baik antara lain memenuhi syarat
sebagai berikutt :
1. Valid : instrumen harus betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.
Digunakan untuk menilai keefektifan metode, media, penampilan guru dan komponen-
komponen pembelajaran yang lainnya. Dalam evaluasi pendidikan,validitas suatu tes
dapat dibedakan menjadi:
a.validitas isi yaitu darajat di mana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang
ingin diukur.
b.validitas konstruk adalah derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah
konstruk sementara.
c.validitas konkuren adalah derajat di mana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan
skor lain yang telah dibuat.
d.validitas prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tas dapat memprediksi
tantang bagaimana baik seseorang akan melakukan suatu prospek tugas yang
direncanakan.
Validitas suatu evaluasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,yang berasal dari dalam
tes,dari administrasi dan skor,dan dari jawaban siswa.
2. Reliabel : instrumen mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Instrumen dikatakan
memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat menghasilkan hasil
pengukuran yang ajeg. Keajegan disini tidak diartikan selalu sama tetapi mengikuti
perubahan secara ajeg. Jika keadaan seseorang si Upik berada lebih rendah dibandingkan
orang lain misalnya si Badu,maka jika dilakukan pengukuran ulang hasilnya si Upik
juga berada lebih rendah terahadap si Badu.Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat
dihitung dengan uji reliabilitas dan dinyatakan dengan koefeasien reliabilitas.
3. Relevan : instrumen yang digunakan harus sesuai dengan SK, KD, dan indikator yang
telah ditetapkan.
4. Representatif : materi instrumen harus betul-betul mewakili seluruh materi yang
disampaikan.
5. Praktis : mudah digunakan, bukan hanya dilihat dari teknik penyusunan instrumen, tetapi
juga bagi orang lain yang ingin menggunakan instrument tersebut.
6. Deskriminatif : instrumen disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan
perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun secara teliti. Biasanya uji yang digunakan
adalah uji daya pembeda instrumen tersebut.
7. Spesifik : disusun dan digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi.
8. Proporsional : memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara yang sulit, sedang, dan
mudah.
Dalam buku Succesful teaching karangan J. Mursell dikemukakan bahwa cirri-ciri
evaluasi yang baik adalah :
1. Evaluasi dan hasil langsung
Evaluasi dapat dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung maupun setelah proses
pembelajaran selesai.
2. Evaluasi dan transfer
Suatu hasil belajar dapat dikatakan berhasil jika hasil belajar tersebut dapat di transfer
kepada penggunaan yang aktual. Jadi evaluasi yang baik harus mengukur hasil belajar
yang autentik dan kemungkinan dapat ditransfer. Ada dua sebab mengapa hasil belajar
yang mengakibatkan dan berhubungan dengan proses transfer menjadi penting.
- Hasil-hasil itu menyatakan secara khusus dan sejelas-jelasnya kepada guru mengenai
apa yang sebenarnya terjadi atau pun tidak terjadi dan sampai dimana pula telah
tercapai hasil belajar yang penuh makna serta autentik sifatnya.
- Hasil belajar sangat erat hubungannya dengan tujuan peserta didik belajar sehingga
mempunyai efek yang sangat kuat terhadap pembentukan pola dan karakter belajar
yang dilakukan peserta didik.
3. Evaluasi langsung dari proses belajar
Dilakukan agar proses belajar dapat diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat
mencapai hasil yang optimal. Guru akan mengetahui dimana letak kesulitan peserta didik
kemudian mencari alternatif untuk mengatasi kesulitan tersebut. Peserta didik akan
melihat kelemahannya kemudian berusaha memperbaikinya dan akhirnya dapat
mempertinggi hasil belajarnya. Guru dapat menggunakan suatu metode untuk menilai
proses belajar dengan memperhatikan prinsip konteks, vokalisasi, sosialisasi,
individualisasi, dan urutan.
Sumber :
http://hartokambaton.blogspot.com/2012/04/makalah-persyaratan-validasi-
instrumen.html
http://blog.tp.ac.id/pengembangan-alat-ukur
PENILAIAN BERBASIS KELAS (PBK)
Perubahan kurikulum 1994 (content-base curriculum) menjadi kurikulum 2004
(competency-based curriculum) mengandung implikasi yaitu adanya perubahan paradigma
penilaian, baik yang menyangkut tentang sistem, prinsip, pendekatan maupun teknik dan bentuk
penilaian. Model penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2004 adalah Penilaian Berbasis
Kelas (classroom-based assessment)
Adapun beberapa pertimbangan tentang pentingnya penilaian berbasis kelas, antara lain:
1. PBK bukan hanya untuk kepentingan guru tapi juga peserta didik, kepal sekolah, orang tua
dan pihak lain yang membutuhkan
2. Masih banyak kekeliruan guru dalam memahami penilaian, baik secara konsepsional,
implementasi, maupun penggunaan hasil penilaian.
3. Guru guru disekolah jarang mendalami tentang penilaian dan buku referensi relatif kurang
mendukung.
4. Ada kenderungan guru guru disekolah melakukakn penilaian apa adanya tanpa
memperhatikan tujuan dan fungsi penilaian, objek dan prinsip penilaian dsb.
5. Penilaian kurang memperhatikan proses
Pengertian Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Penilaian Berbasis Kelas adalah penilaian dalam arti assesment. Maksudnya data dan informasi
dari PBK merupakan salah satu bukti untuk mengukur keberhasilah suatu program pendidikan.
Secara spesifik, PBK diartikan sebagaisuatu proses pengumpulan laporan, dan penggunaan data
dan informasi hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan
peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Unsur- unsur dalam implementasi penilaian berbasis kelas
1. Penilaian prestasi belajar (achievement assessment) yaitu suatu teknik penilaian yang
digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian prestasi belajar peserta didik dalam mata
kuliah pelajaran tertentu sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan
2. Penilaian kinerja (performance assessment), untuk mengetahui tingkat penguasaan
keterampilan peserta didik melalui tes penampilan atau demonstrasi atau praktik kerja
nyata.
3. Penilaian alternatif (alternative assessment), digunakan sebagai alternatif di samping
teknik penialaian yang lain. Artinya, penilaian tidak hanya tergantung pada satu bentuk
saja (seperti tes tertulis), tetapi juga menggunakan berbagai bentuk lain seperti penilaian
penampilan atau penilaian portofolio.
4. Penilaian authentik(authentic assessment), digunakan untuk mengetahui tingkat
pencapaian kompetensi peserta didik berupa kemampuan nyata, bukan sesuatu yang
dibuat-buat
5. Penilaian portofolio (portofolio assessment), digunakan untuk mengetahui tingkat
pencapaian kompetensi perkemabangan peserta didik berdasarkan kumpulan hasil kerja
dari waktu ke waktu.
Kegiatan Guru dalam PBK
1. Mengumpulkan data dan informasi tengtang tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik
2. Menggunakan data dan informasi hasil belajar
3. Membuat keputusan yang tepat
4. Membuat laporan sebagai bentuk akuntabilitas publik
Tujuan Penilaian Berbasis Kelas
Tujuan umum PBK adalah untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian hasil belajar
peserta didik dan memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran.
Fungsi PBK
1. Membantu peserta didik dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau
mengembangkan perilakunya kearah yang lebih baik
2. Membantu peserta didik mendapatkan kepiuasan apa yang telah dikerjakan
3. Membantu guru menetapkan apakah strategi, metode dan media mengajar yang
digunakan telah memadai
4. Membantu guru dalam pertimbangan dan keputusan administrasi
Objek Penilaian Berbasis Kelas
1. Penilaian kompetensi dasar mata pelajaran
2. Penialain kompetensi rumpun pelajran
3. Penilaian kompetensi lintas kurikulum
4. Penilaian kompetensi tamatan
5. Penilaian terhadap pencapaian keterampilan hidup
Domain dan Alat Penilaian Berbasis Kelas
a. Domain Kognitif meliputi
1. Tingkatan hafalan, mencakup kemampuan menghafal verbal berupa fakta, konsep,
prinsip dan prosedur.
2. Tingkatan pemahaman, meliputi kemampuan membandingkan, mengidentifikasi
karakteristik, menggeneralisasikan dan menyimpulkan.
3. Tingkatan aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil atau prinsip
terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan.
4. Tingkatan analisis, meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan, merinci,
mengurai suatu objek.
5. Tingkatan sintesis, meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau komponen,
menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis, menggambar dsb
6. Tingkatan evaluasi, mencakup kemampuan menilai terhadap objek studi dengan
menggunakan kriteria tertentu.
Alat penilaiannya adalah berupa tes lisan, tertulis dan portofolio
b. Domain Psikomotor
1. Tingkatan penguasaan gerakan awal
2. Tingkatan gerakan semi rutin
3. Tingkatan gerakan rutin
Alat penilaiannya berupa test paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, tes petik
kerja.
c. Domain afektif
Dua hal yang dinilai :
1. Tingkatan pembrian respon,apresiasi, penilaian dan internalisasi.
2. Sikap dan minat siswa terhadap pembelajaran
Tingkatan domain afektif yang dinilai :
1. Memberikan respon atau reaksi terhadap nilai nilai.
2. Menikmati atau menerima nilai,norma, serta objek yang mpy nilai estetika
3. Menilai (valuing) terhadap objek studi tertentu
4. Menerapkan atau mempraktekkan nilai, norma, etika dan estetika
Dalam penilaian berbasis kelas guru memperhatikan hal hal :
1. Penilaian domain kognitif dilakukan setelah PD mempelajarar KD tertentu.
2. Penilaian domain afektif di lakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Penilaian domain Psikomotor di lakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung
Prinsip prinsip penilaian berbasis kelas
1. Valid /tepat
2. Mendidik
3. Berorientasi pada kompetensi
4. Adil dan objektif
5. Terbuka
6. Berkesinambungan
7. Menyeluruh
8. Bermakna
Manfaat Penilaian berbasis kelas
1. Umpan balik bagi peserta didik
2. Memantau kemajuan
3. Memberikan masukan kepada guru
4. Memungkinkan peserta didik mencapai kompetensi
5. Memebrikan informasi yang lebih komunikatif kepada orang tua dan masyarakat
Jenis jenis penilaian berbasis kelas
1. Tes tertulis
2. Tes perbuatan
3. Pemberian tugas
4. Penilaian proyek
5. Penilaian produk
6. Penilaian sikap
7. Penilaian portofolio
Perangkat alat penilaian dan jenis tagihan dalam penilaian berbasis kelas
1. Kuis
2. Pertanyaan lisan di kelas
3. Ulangan harian
4. Tugas individu
5. Tugas kelompok
6. Ulangan semester
7. Ulangan kenaikan
8. Laporan kerja praktek
9. Responsi atau ujian praktik