Upload
ngotruc
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PELAKSANAAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
MENULAR DI KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2014-2015
(Studi Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Karimun)
Skripsi Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang
Ilmu Pemerintahan
SKRIPSI
Disusun oleh :
ELLA NURMALA
120565201029
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNG PINANG
2017
ABSTRAK
Dinas kesehatan merupakan bagian pemerintah untuk menjalankan segala
aspek di bidang kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Semakin tinggi tingkat kesadaran pemerintah dan masyarakat dalam hal kesehatan
maka akan semakin meningkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu pemerintah
telah membangun berbagai fasilitas kesehatan di setiap kecamatan maupun
kelurahan sebagai wadah untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat
terhadap segala bentuk yang menyangkut bidang kesehatan , namun dalam
pelaksanaan kesehatan seringkali terjadi hambatan, hal ini diperlukan informasi
yang mendalam mengenai pelaksanaan penanggulangan penyakit menular di
Kecamatan Karimun sebagai input dalam proses evaluasi penanggulangan
penyakit menular di Kabupaten Karimun. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi pelaksanaan penanggulangan penyakit menular di Kabupaten
Karimun tahun 2014-2015 dengan studi demam berdarah dengue di Kecamatan
Karimun. Evaluasi yang dimaksud adalah keefektifan pelaksanaan, kecakupan,
pemerataan program, resposivitas dan ketepatan dalam pelaksanaan kebijakan.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yaitu proses mencari, menyusun secara sistematis data yang diproleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat
mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Teori
yang digunakan adalah teori evaluasi menurut Dunn dalam (Subarsono
,2009:126). Adapun informan yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak
20 orang.
Pada umumnya penyelenggaraan penanggulangan demam berdarah sudah
dilakukan di Kabupaten Karimun namun Kurangnya tenaga kesehatan yang
menanggani masalah demam berdarah, kurangnya komunikasi serta adanya
penyalahgunaan wewenang oleh oknum pemerintah serta kurannya tingkat
partisipasi masyarakat, untuk itu diperlukan pengawasan semula dari dinas
kesehatan Kabupaten Karimun.
Kata kunci : evaluasi, pelaksanaan,penanggulangan kesehatan,kebijakan
ABSTRACT
The health office is part of the government to run all aspects of the health
sector to improve the welfare of the community. The higher the level of health
and society in terms of health it will increase the welfare of the community. To
that end, the government has built various health facilities in every sub-district
and urban village as a container to get a fast and precise handling of all forms
related to health, But in the implementation of health often occurs obstacles, it is
necessary information in depth about the implementation of infectious disease
prevention in Karimun district as input in the evaluation process of infectious
disease prevention in Karimun District. The purpose of this study was to evaluate
the implementation of infectious disease prevention in Karimun District 2014-
2015 with dengue hemorrhagic study in Kecamatan Karimun. The evaluation is
the effectiveness of implementation, coverage, program equity, resposivitas and
accuracy in the implementation of policy.
This research method is descriptive research with qualitative approach that
is searching process, arranging systematically data obtained from interview result,
field note, and other materials so that can be easily understood, and its findings
can be informed to others. The theory used is evaluation theory according to Dunn
in (Subarsono, 2009: 126). The informants used in the study were as many as 20
people.
In general, the implementation of dengue fever prevention has been done
in Karimun District but the lack of health personnel who handle the problem of
dengue fever, the lack of communication and the abuse of authority by
government actors and the lack of community participation level, therefore it is
necessary the initial supervision of Karimun District health office.
Keywords: evaluation, implementation, health control, policy
EVALUASI PELAKSANAAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
MENULAR DI KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2014-2015
(Studi Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Karimun)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu unsur kehidupan dalam membangun untuk
mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan pembangunan kesehatan
adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis.
Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua penderita demam berdarah
dengue setelah Brazil. Bahkan menurut data Kementrian Kesehatan tahun 2009-
2011 jumlah kematian akibat demam berdarah dengue di Indonesia mencapai
1.125 kasus. Data tersebut sekaligus menempatkan Indonesia di Asia Tenggara
sebagai negara tertinggi dalam kasus penyakit demam berdarah dengue.
Sedangkan menurut data Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2013, jumlah
penderita demam berdarah dengue di seluruh provinsi mencapai 48.905 orang,
termasuk 376 orang diantaranya meninggal dunia. Jadi, pada dasarnya demam
berdarah dengue adalah penyakit yang sangat umum di Indonesia.
Dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, pemerintah
Kabupaten Karimun telah membangun berbagai sarana dan pra sarana kesehatan
yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten. Saat ini telah berdiri 2 buah rumah
sakit dan 9 buah puskesmas ditambah dengan 37 puskesmas pembantu.
Kabupaten Karimun adalah kabupaten yang memiliki luas wilayah sebesar
7.984 km² . sebagian besar daerahnya adalah perairan sementara luas bagian
daratah kabupaten Karimun 1.524 km² atau sekitar 19 persen. Karakteristik iklim
di kabupaten Karimun termasuk ke dalam iklim tropis, dengan suhu berkisar antar
22,5 °C sampai dengan 33,6 °C. Kabupaten Karimun merupakan sebuah
kabupaten kepulauan yang terdiri dari pulau besar dan kecil.
Kabupaten Karimun saat ini terdiri dari 250 buah pulau, dimana semua pulau
sudah bernama dan hanya sebanyak 57 pulau yang sudah berpenghuni. Dua pulau
terbesar yang menjadi pusat pemukiman dan sentra ekonomi adalah Pulau
Karimun dan Kundur.
Dilihat dengan jumlah sarana kesehatan yang sama pada tahun 2013 , jumlah
tenaga medis mengalami penurunan. Dokter umum ada sebanyak 58 orang, 25
orang dokter spesialis, dan 12 orang dokter gigi. Begitu pula tenaga paramedis
lainnya seperti bidan sebanyak 199 orang. Demam berdarah merupakan salah satu
masalah yang cukup menyita perhatian penduduk indonesia Demam berdarah
dengue adalah penyakit yang membuat penderitanya mengalami rasa nyeri yang
luar biasa, seolah-olah terasa sakit hingga ke tulang. Demam berdarah dengue
disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Penderita demam berdarah dengue adalah:
a) Penderita dengan tanda-tanda yang memenuhi kriteria diagnosa
klsebagai berikut:
(1) Panas mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
(2) Tanda-tanda pendarahan dan/atau pembesaran hati.
(3) Trombositopenia (trombosit 100.000/µ1 atau kurang).
(4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih).
b) Tersangka penyakit demam berdarah dengue yang hasil pemeriksaan
serologis (HI test atau ELISA )positif. (Endang Sutisna ,2011:382)
Masalah kesehatan yang berupa penyakit demam berdarah pun terdapat di
berbagai kabupaten di provinsi Kepulauan Riau salah satu kabupaten yang
memiliki angka demam berdarah yang cukup tinggi adalah Kabupaten Karimun di
mana banyaknya kasus demam berdarah dengue di Kabupaten Karimun sempat
menjadikan Karimun berstatus sebagai kejadian luar biasa di Kabupaten Karimun
karena dalam kurun waktu 2014- 2015 terjadi peningkatan penderita demam
berdarah dengue dan yang mendominasi dari penyakit tersebut adalah anak- anak.
Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan/atau kematian yang bermakna secara epidemologis pada suatu desa/kelurahan
dalam waktu tertentu. (Endang Sutisna 2011:369)
Demam berdarah dengue bukan penyakit baru, termasuk di Kabupaten
Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, yang berbatasan dengan negara tetangga,
sejak lama termasuk daerah endemis demam berdarah dengue . Sejak awal Januari
2016, wabah demam berdarah dengue menyita perhatian petugas kesehatan di
berbagai daerah. Bahkan, sejumlah daerah sudah menetapkan status Kejadian
Luar Biasa demam berdarah dengue. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah
bertambahnya warga terjangkit demam berdarah dengue, dan berusaha keras
menghindari korban meninggal dunia.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Karimun, jumlah penderita demam
berdarah dengue, hingga pekan pertama Februari 2016 meningkat mencapai 140
kasus, tidak ada korban meninggal dunia.
Jika dirinci per kecamatan, kasus demam berdarah dengue Januari-Februari
2016 terbanyak di Kecamatan Tebing dengan 51 kasus, 12 kasus di Kelurahan
Tebing dan 9 kasus di Kelurahan Teluk Uma, di Kecamatan Meral 18 kasus.
Selanjutnya di Kecamatan Moro 21 kasus dengan 13 kasus di Desa Nyiur Permai,
di Kecamatan Kundur 20 kasus, dengan 11 kasus di Kelurahan Tanjungbatu.
Kemudian di Kecamatan Karimun sebanyak 15 kasus, Meral Barat 7 kasus,
Kecamatan Buru dan Kundur Barat masing-masing 4 kasus.
Kasus demam berdarah dengue sejak Januari hingga awal Februari 2016 itu,
jauh lebih tinggi dibandingkan periode Januari-Februari 2015 sebanyak 59 orang.
Sebagai daerah endemis demam berdarah dengue, kasus demam berdarah dengue
di Karimun terjadi setiap tahun. Pada 2011 tercatat 117 kasus, 2012 76 kasus,
2013 sebanyak 84 kasus, 2014 sebanyak 390 kasus dengan delapan korban
meninggal dunia, dan pada 2015 mencapai 368 orang, dengan tujuh korban
meninggal dunia.
Rincian kasus selama 2015 itu, antara lain di Kecamatan Meral sebanyak 109
orang, Karimun 73 orang, Kundur 72 orang, Moro 45 orang, Tebing 34 orang,
Meral Barat 17 orang, Durai 8 orang, Kundur Barat 5 orang, Buru 4 orang dan
Kecamatan Kundur Utara 1 orang. Pemkab Karimun dua tahun berturut-turut,
2014 dan 2015 telah menetapkan status kejadian luar biasa untuk wabah demam
berdarah.
Jumlah penderita demam berdarah dapat di rangkum dalam data berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Penderita dan Kematian oleh Penyakit DHF Menurut Puskesmas di
Kabupaten Karimun Tahun 2010-2016
Tahun Penderita Kematian
2010 153 1
2011 117 1
2012 76 1
2013 84 2
2014 390 8
2015 368 7
2016 402 6
Sumber : Data Olahan Peneliti, 2017
Tabel 1.2
Jumlah Penderita dan Kematian oleh Penyakit DHF Menurut Kecamatan di
Kabupaten Karimun tahun 2010,2011,2012,2013 dan 2014
Kecamatan DHF (Demam Berdarah) Kematian(2010-
2014)
2010 2011 2012 2013 2014
Moro 4 1 - 28 6 - - - 1 -
Durai - - - 25 2 - - - - -
Kundur 19 1 8 5 29 - - - - 1
Kundur Utara 7 4 - 1 2 1 - - - -
Kundur Barat 3 15 - 2 3 - - - - -
Ungar - - - - - - - - - -
Belat - - - - - - - - - -
Karimun 38 23 36 28 149 - - - - 4
Buru - 18 - 2 - - - - - -
Meral 37 13 13 25 96 - - - 1 1
Tebing 45 42 19 18 82 - 1 1 - 2
Meral Barat - - - - 21 - - - - -
JUMLAH 153 117 76 84 390 1 1 1 2 8
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun
Jika dilihat dari data tersebut maka terjadi peningkatan yang cukup pesat dari
tahun 2014-2015 sehingga di perlukan penangan cepat oleh pemerintah daerah
kabupaten karimun untuk mengatasi wabah tersebut sehingga dapat
meminimalisir terjadinya demam berdarah di kalangan masyarakat kabupaten
karimun.
Pelaksanaan penyuluhan dan pemberian pelayanan kesehatan di kabupaten
karimun merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas kesehatan di
wilayah tersebut hal ini haruslah rutin dilakukan oleh dinas kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran dalam menjaga lingkungan yang bersih dan sehat selain
itu partisipasi dari masyarakat sangat di perlukan untuk mengatasi masalah
lingkungan yang dapat menyebabkan bertambahnya angka penduduk yang terkena
demam berdarah dengue. Dari itu diperlukannya komunikasi yang yang baik dari
pemerintah daerah melalui dinas kesehatan serta masyarakat agar terjadi
kesinambungan dalam mencegah peningkatan jumlah penderita demam berdarah
di lingkungan kabupaten karimun. Apabila terjalin komunikasi yang tepat maka
kejadian semacam ini akan dapat di minimalisir sehingga tidak menyebabkan
kabupaten karimun menjadi daerah yang berstatus kejadian luar biasa terhadap
demam berdarah yang mana diatas angka 300 penderita maka dapat dinyatakan
sebagai kejadian luar biasa.
Dalam Peratuan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.28 Tahun 2014
Tentang Penanggulangan Penyakit Menular dalam pasal 5 yang berisikan tentang
Pemerintah, pemerintah daerah ,dan masyarakat bertanggungjawab
menyelenggarakan penanggulangan penyakit menular serta akibat yang
ditimbulkannya. Dan pasal 6 yang berbunyi pemerintah daerah dapat menetapkan
program penanggulangan sebagai prioritas nasional atau daerah. Dari data di atas
peneliti ingin mengambil permasalahan tentang EVALUASI PELAKSANAAN
PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DI KABUPATEN
KARIMUN 2014-2015. Penelitan ini bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau gambaran tentang
suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih” (Soehartono, 2002;35).
Dimana apakah peran pemerintah daerah dan masyarakat sudah cukup efektif
dalam menangani masalah demam berdarah sehingga dapat meningkatkan kualitas
kesehatan di masyarakat Kabupaten Karimun. Faktor- faktor apa saja yang
menjadi penghambat dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
sehingga pada tahun 2014-2015 terjadi peningkatan jumlah pesakitan diakibatkan
penyakit demam berdarah dengue dari tahun- tahun sebelumnya.
B. Evaluasi Pelaksanaan Penanggulangan Penyakit Menular di
Kabupaten Karimun Tahun 2014-2015 (Studi Kasus Demam
Berdarah Dengue di Kecamatan Karimun)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap masyarakat
diwilayah Kecamatan Karimun dan instansi yang terkait yang mengentahui dan
dapat memberikan informasi serta data yang dibutuhkan oleh peneliti dapat dilihat
bahwa dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sangat setuju dengan
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Karimun dalam hal
mengatasi penyebaran demam berdarah di wilayah tempat tinggal mereka.
Tentunya mereka juga mengharapkan hasil yang baik dari berbagai tindakan yang
dilakukan tersebut. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 20
orang dan dapat menggunakan teknik purposive sampling, jumlah responden
sudah cukup mewakili dengan mewawancarai orang-orang yang dianggap
mengetahui data dan informasi yang dibutuhkan peneliti.
Evaluasi pada dasarnya ditujukan untuk menilai keefektifan kebijakan publik
guna dipertanggungjawabkan dan tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan untuk
melihat kesenjangan antara harapan dan kenyataan . evaluasi yang dilakukan
tidak hanya pada hasil akhirnya saja, tetapi juga meliputi kegiatan- kegiatan dalam
pelaksanaan. Untuk mewujudkan tujuan agar dapat tercapai dengan baik, maka
diperlukan pemahaman tentang konsep teori tentang evaluasi itu sendiri.
1. Efektivitas
Yaitu suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target telah tercapai.
Dimana semakin besar presentase target yang dicapai maka semakin tinggi
efektivitasnya.
a. Menurunnya jumlah demam berdarah
Pemerintah Kabupaten Karimun sangat memperhatikan masalah demam
berdarah yang terjadi setiap tahunnya. Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun
Bersama Puskesmas dan kecamatan serta kelurahan selalu bekerjasama dalam
menjalankan berbagai program yang diberikan kepada masyarakat agar demam
berdarah pada setiap tahunnya tidak meninggkat atau mengalami penurunan
namun dari data yang diperoleh peneliti di Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun
pada tahun 2010 sampai dengan 2015 terjadi peningkatan yang pesat jumlah
penderita demam berdarah.
b. Tidak berstatus kejadian luar biasa
Dengan adanya berbagai program yang diperuntukkan untuk mengatasi
masalah demam berdarah seharusnya dapat meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat sehingga dapat mencegah berbagai kasus yang akan terjadi atau paling
tidak meminimalisir kasus demam berdarah yang terjadi. Dari tahun ke tahun
pemerintah berfokus untuk melaksanakan kegiatan tersebut agar tidak akan terjadi
kasus kejadian luar biasa pada demam berdarah.
Ini dapat dilhat dari tahun 2010 hingga 2013 dimana kasus demam berdarah
tidak pernah mencapai angka 300 ke atas yang mengharuskan wilyah tersebut
menyandang status kejadian luar biasa, namun dari data yang didapat pada 2014-
2015 terjadi peningkatan yang signifikan yang membuat kabupaten karimun
khususnya kecamatan karimun mendapat predikat kejadian luar biasa dalam hal
demam berdarah.
2. Kecakupan.
Kecakupan yaitu seberapa jauh tingkat keberhasilan suatu kebijakan yang
dibuat pemerintah sehingga dapat memecahkan masalah sosial yang ada.
a. Masyarakat tidak perlu khawatir akan penyebaran penyakit demam
berdarah.
Dalam hal ini pemerintah sudah banyak menyediakan program
penangulangan penyakit menular dan penyehatan lingkungan untuk diterapkan
pada masyarakat di Kabupaten Karimun. Kebijakan dan program tersebut dibuat
agar dapat memecahkan masalah sosial yang ada dimasyarakat seperti masalah
demam berdarah.oleh karena itu dibutuhkan peran dari masyarakat dan
pemerintah sebagai pelaku dari program-program yang ada tersebut.
b. Menjadi bebas demam berdarah
Dengan berlakunya berbagai program yang diberikan pemerintah daerah
seharusnya membuahkan hasil terhadap kasus demam berdarah dimana
seharusnya setiap Kecamatan dan Kelurahan maupun Desa sudah terbebas dari
demam berdarah dan masalah penyakit menular lainnya. Namun hingga kini
demam berdarah masih saja menghantui masyarakat sebagai salah satu penyakit
yang banyak menimpa masyarakat di Karimun.
3. Pemerataan
Pemerataan yaitu bagaimana biaya dan manfaat dari kebijakan
didistribusikan secara menyeluruh kepada setiap kelompok masyarakat.
a. Pemberian bantuan program-program penanggulangan demam
berdarah secara menyeluruh tanpa terkecuali.
Untuk melakukan penanggulangan penyakit menular dan penyehatan
lingkungan maka dari itu pemerintah banyak menyyediakan beragam program-
program untuk mendukung kebijakan yang telah dibuat agar terealisasi dengan
baik. Berbagai program yang disedikan seperti gerakan 3M, gerakan sabtu
bersih,program gotong royong, program rumah berPHBS, program pemberian
abate secara gratis dan lainnya merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mensejahterakan masyarakat di Karimun.
b. Pemberian sosialisai kepada seluruh masyarakat akan bahaya demam
berdarah dan perlunya menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Dengan berbagai program yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Karimun seperti program pemberian abate gratis , program rumah ber-PHBS ,
fogging dan lain-lain maka diperlukan kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat agar tercipta keberhasilan dari berbagai program yang telah dilakukan.
4. Responsivitas
Responsivitas yaitu hasil dari kebijakan yang telah dibuat apakah bisa
memuaskan yang diinginkan dari setiap kelompok dan memenuhi prefernsi atau
nilai kelompok. Responsivitas berupa tanggapan atau reaksi yang diberikan oleh
kelompok-kelompok tertentu dari hasil kebijakan yang telah dibuat.
a. Tingkat pemahaman masyarakat terhadap bahaya demam berdarah
Dalam menjalankan suatu kebijakan tentunya akan mendapatkan berbagai
reaksi dalam suatu masyarakat baik itu respon positif maupun respon negatif atas
suatu kebijakan yang berlangsung. Dalam hal penanggulangan demam berdarah
ini berbagai respon muncul di kalangan masyarakat maupun pemerintah daerah
dimana salah satu acuan untuk mengukur tingkat responsivitas masyarakat adalah
dengan mengetahui seberapa jauh pemahaman masyarakat terhadap bahaya
demam berdarah.
5. Ketepatan
Apakah hasil yang dicapai bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Untuk
mengukur ketepatan pada evaluasi kebijakan pemerintah daerah Kabupaten
Karimun dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat adalah :
Kebijakan berhasil diterapkan pada sasaran kebijakan. Dimana kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah sebenarnya sudah baik namun terdapat hambatan-
hambatan yang menyebabkan proses penerapan kebijakan tidak optimal sehingga
kebijakan belum sepenuhnya bisa mencapai kata efektif dan menyeluruh kepada
seluruh masyakat Kabupaten Karimun.
C. Faktor- faktor penghambat proses kebijakan penanggulangan penyakit
demam berdarah di Kecamatan Karimun
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan , dapat ditarik beberapa
kesimpulan yang menyebabkan terhambatnya proses pelaksanaan penanggulangan
penyakit demam berdarah di Kecamatan Karimun , yaitu:
a. Kurangnya komunikasi antara pemerintah Daerah Kabupaten Karimun
dengan masyarakat Kecamatan Karimun dalam hal menganggapi bahaya
demam berdarah sehingga masyarakat kurang memahami bahaya dan cara
menanggulangi demam berdarah, ini terlihat dari ketidak pahaman
masyarakat mengenai dampak dari bahaya demam berdarah.
b. Kurang terjalinnya kerjasama dan partisipasi antar pemerintah dan
masyarakat dalam menaggulangi penyakit demam berdarah, ini dapat
terlihat dalam sosialisasi dan berbagai program yang dijalankan oleh
pemerintah tetapi kurang mendapatkan tanggapan dari masyarakat
sehingga program yang diberikan tidak berjalan dengan baik karena
menurut masyarakat mereka tidak mendapatkan sosisalisasi namun
sebagian masyarakat mengatakan sudah mendapatkan sosialisasi dari
pemerintah.
c. Program yang diberikan semakin lama semakin berkurang terutama
mengenai bantuan –bantuan untuk masyarakat, ini dilihat bahwa
masayarakat mengatakan bantuan semakin sedikit sehingga kurang
membantu dalam proses penanggulangan penyakit demam berdarah.
d. Kurangnya respon dari masyakat dalam hal menanggapi demam berdarah
karena masih banyak masyarakat yang tidak peduli dan sulit diajak
membersihkan lingkungan mereka masing- masing karena masih sibuk
dengan kegiatan lainnya.
e. Kurangnya petugas Kesehatan seperti petugas jumantik dan petugas
epidemiologi untuk menangani masalah demam berdarah serta lamanya
waktu yang diperlukan untuk melakukan pengendalian demam berdarah
ketika terjadi kasus disuatu daerah.
Adanya oknum-oknum yang menjual berbagai produk yang seharusnya dibagikan
secara gratis kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak mau menggunakan
bantuan yang diberikan oleh pemerintah.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa terhadap indikator yang ditampilkan oleh
peneliti berkenaan dengan judul yang diambil yakni Evaluasi Kebijakan
Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun Dalam Meningkatkan Kualitas
Kesehatan Masyarakat Tahun 2014-2015 (Studi Kasus Demam Berdarah
Dengue Di Kecamatan Karimun) maka memperoleh hasil sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap hasil penanggulangan penyakit
menular seperti halnya demam berdarah di Kabupaten Karimun
khususnya Kecamatan Karimun sejak berlakunya peraturan mentri
kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 Terdapat Beberapa Indikator yang
sudah dapat dikatakan berhasil , misalnya masyarakat sudah tidak
terlalu khawatir akan penyebaran demam berdarah karena hampir
keseluruhan dari mereka telah memahami secara keseluruhan atau
secara dasar tentang bahaya penyakit demam berdarah dan mereka
mengetahui tindakan menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar
dari demam berdarah. Meskipun demikian, keberhasilan
penanggulangan penyakit menular dalam upaya peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat ini masih belum maksimal karena masih ada
masyarakat yang belum mengikuti program dari Dinas Kesehatan
untuk penanggulangan penyakit demam berdarah seperti tidak
menggunakan abate dan tidak melaksanakan 3M Plus dilingkungan
sekitar mereka. Jika dilihat dari sudut pandang indikator-indikator
yang digunakan dalam penanggulangan penyakit menular seperti
demam berdarah indikator yang pertama yaitu Efektivitas, belum
berhasil karena dapat dilihat dari melonjaknya pasien demam berdarah
yang terjadi tahun 2014-2015 yang mengakibatkan Kecamatan
Karimun Kejadian Luar Biasa dalam kasus demam berdarah. Yang
kedua yaitu Kecakupan masih belum seperti yang diharapkan dimana
masyarakat masih belum terbebas dari ancaman demam berdarah
dikarenakan seperti pengakuan masyarakat bahwa program yang
diberlakukan oleh pemerintah belum sepenuhnya berjalan dengan
lancar seperti program pemberian abate gratis yang tidak merata di
seluruh Kecamatan Karimun namun hampir seluruh masyarakat tidak
khawatir dengan bahaya demam berdarah karena mereka memahami
cara menjaga lingkungan sekitar agar selalu bersih. Yang selanjutnya
adalah Pemerataan dalam hal ini 70% dari responden menyatakan
mereka tidak mendapatkan bantuan program secara merata hal ini
disebabkan adanya tindakan oknum yang memperjual belikan bantuan
dari Dinas Kesehatan untuk masyarakat dan juga menurut pengakuan
responden kurangnya campur tangan langsung ke lapangan dari pihak
instansi untuk memberikan bantuan dan sosialisasi langsung kepada
masyarakat menyebabkan adanya kecurangan dan keteledoran dalam
hal pemberian bantuan program dan sosialisasi secara menyeluruh
tanpa terkecuali kepada masyarakat. Namun 30% menyatakan sudah
memberikan bantuan program dan sosialisasi secara menyeluruh
kepada masyarakat untuk penanggulangan penyakit demam berdarah,
hal ini dapat terjadi karena kurangnya hubungan komunikasi antara
pemerintah dan masyarakat sehingga pemerataan ini belum mencapai
apa yang diharapkan. Selanjutnya adalah Responsivitas hal ini sangat
kurang dari pihak masyarakat diman masyarakat kurang
bertanggungjawab dalam hal menjaga lingkungan sekitar hal ini
dilihat dari 14 orang responden hanya 6 orang atau sekitar 50% yang
mengaku menjalankan program yang dianjurkan oleh Dinas
Kesehatan selebihnya tidak begitu mengindahkan arahan program
yang diberlakukan agar dapat menanggulangi demam berdarah. Yang
terakhir yaitu Ketepatan berbagai program yang dibuat dan
dijalankan oleh pemerintah untuk masyarakat sebenarnya sudah baik
apabila proses pelaksanaannya berjalan denangan lancar namun dalam
hal proses pelaksanaannya ini terdapat berbagai faktor penghambat
baik itu dari masyarakat maupun dari pemerintah itu sendiri, seperti
kurangnya kepedulian masyarakat dan adanya oknum-oknum didalam
menjalankan program penanggulangan penyakit demam berdarah di
Kecamatan Karimun.
2. Faktor- faktor penghambat proses pelaksanaan kebijakan
penanggulangan penyakit demam berdarah di Kecamatan Karimun
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan , dapat ditarik beberapa
kesimpulan yang menyebabkan terhambatnya proses pelaksanaan
penanggulangan penyakit demam berdarah di Kecamatan Karimun , yaitu:
a. Kurangnya komunikasi antara pemerintah Daerah Kabupaten Karimun
dengan masyarakat Kecamatan Karimun dalam hal menganggapi
bahaya demam berdarah sehingga masyarakat kurang memahami
bahaya dan cara menanggulangi demam berdarah, ini terlihat dari
ketidak pahaman masyarakat mengenai dampak dari bahaya demam
berdarah.
b. Kurang terjalinnya kerjasama antar pemerintah dan masyarakat dalam
menaggulangi penyakit demam berdarah, ini dapat terlihat dalam
sosialisasi dan berbagai program yang dijalankan oleh pemerintah
tetapi kurang mendapatkan tanggapan dari masyarakat sehingga
program yang diberikan tidak berjalan dengan baik karena menurut
masyarakat mereka tidak mendapatkan sosisalisasi namun sebagian
masyarakat mengatakan sudah mendapatkan sosialisasi dari
pemerintah.
c. Program yang diberikan semakin lama semakin berkurang terutama
mengenai bantuan –bantuan untuk masyarakat, ini dilihat bahwa
masayarakat mengatakan bantuan semakin sedikit sehingga kurang
membantu dalam proses penanggulangan penyakit demam berdarah.
d. Kurangnya respon dari masyakat dalam hal menanggapi demam
berdarah karena masih banyak masyarakat yang tidak peduli dan sulit
diajak membersihkan lingkungan mereka masing- masing karena
masih sibuk dengan kegiatan lainnya.
e. Kurangnya petugas Kesehatan seperti petugas jumantik dan petugas
epidemiologi untuk menangani masalah demam berdarah serta
lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan pengendalian
demam berdarah ketika terjadi kasus disuatu daerah.
f. Adanya oknum-oknum yang menjual berbagai produk yang seharusnya
dibagikan secara gratis kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak
mau menggunakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah seperti
yang diungkapkan masyarakat sebagai berikut :
“kami di suruh beli abate untuk memberantas nyamuk demam
berdarah, ade petugas yang datang kerumah-rumah menawarkan abate
harge die lime puluh ribu sepaket ye kami keberatan lah masak
semuenye harus beli sendiri jadi ape yang dikasih pemerintah untuk
kami jadi kami biarkan aje lah tak pakai abtae di rumah kami”.
E. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian
ini’menenai Evaluasi Pelaksanaan Penanggulangan Penyakit Menular di
Kabupaten Tahun 2014-2015 (studi Kasus demam berdarah di Kecamatan
Karimun) agar berlangsung lebih optimal , maka perlu diperhatikan
beberapa hal, seperti:
1. Pemerintah Kabupaten Karimun sendiri harus lebih giat dan lebih
memperhatikan kebijakan yang diterapkan , proses berjalannya
kebijakan serta keinginan masyarakat agar apa yang diharapkan dapat
dicapai dengan baik.
2. Dalam menghadapi hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses
pelaksanaan kebijakan hendaknya pemerintah lebih memberikan
pengertian dan pemahaman kembali dengan masyarakat dengan cara
turun langsung ke tengah masyarakat sehingga masyarakat merasa
terperhatikan oleh pemerintah dan tidak merasa ditelantarkan atau
tidak dipedulikan pemerintah.