54
EVAL PEM LUASI KE DI E W MULIAAN INS ERAGAA ENAM LO WULANDAR A PROG N TANAM FAKULT STITUT P AN PEPAY OKASI DI Oleh RI SURYAN A34404028 GRAM ST AN DAN TAS PERT ERTANIA 2008 YA (Caric BOYOLA NING TYAS TUDI TEKNOL TANIAN AN BOGO ca papaya ALI S LOGI BEN OR a L.) NIH

EVALUASI KERAGAAN PEPAYA (Carica papaya L.) DI ENAM … · Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ... Rekapitulasi Hasil Pengamatan Peubah Kualitatif Pepaya di Enam

  • Upload
    vothuan

  • View
    291

  • Download
    20

Embed Size (px)

Citation preview

EVAL

PEM

LUASI KEDI E

W

MULIAAN

INS

ERAGAAENAM LO

WULANDARA

PROGN TANAM

FAKULTSTITUT P

AN PEPAYOKASI DI

Oleh

RI SURYANA34404028

GRAM STAN DAN

TAS PERTERTANIA

2008

YA (Caric

BOYOLA

NING TYAS

TUDI TEKNOL

TANIAN AN BOGO

ca papaya

ALI

S

LOGI BEN

OR

a L.)

NIH

EVALUASI KERAGAAN PEPAYA (Carica papaya L.) DI ENAM LOKASI DI BOYOLALI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

WULANDARI SURYANING TYAS A34404028

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

b

Aku perse

M

dan apa yan

bila dibandin

embahkan k

Masku, Sah

dan seluruh

“Apa yang

ng ada di bel

ngkan denga

karya kecil in

habat-sahaba

h keluarga se

g ada di hada

lakang kita

an apa yang

ni untuk Ibu

atku, Mbah

erta orang-or

dapan kita

hanyalah ha

ada di dala

u, Bapak, A

h Putri, Mba

rang yang a

al-hal kecil

am diri kita”

dik-adikku

ah Kakung,

ku sayangi

tercinta,

RINGKASAN

WULANDARI SURYANING TYAS. Evaluasi Keragaan Pepaya (Carica papaya L.) di Enam Lokasi di Boyolali. (Di Bawah Bimbingan SRIANI SUJIPRIHATI)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan populasi pepaya di

enam lokasi di Boyolali. Populasi pepaya yang digunakan adalah tanaman pepaya

milik petani di enam lokasi di wilayah Boyolali. Pengamatan yang dilakukan

terdiri dari pengamatan kondisi umum kebun dan kondisi tanaman pepaya.

Pengamatan kondisi tanaman pepaya terdiri dari pengamatan peubah vegetatif,

generatif, dan kualitas buah. Metode pengambilan contoh berdasarkan metode

Purposive Random Sampling dari populasi pengamatan yang memenuhi syarat

luas lahan minimal 1000 m2, tipe kebun komersial, dan umur tanaman lebih dari

satu tahun. Lokasi populasi tanaman pepaya yang diteliti yaitu di Desa Gurung,

Kelurahan Salakan, Kecamatan Teras (lokasi 1), Desa Salakan, Kelurahan

Salakan, Kecamatan Teras (lokasi 2), Desa Sudimoro, Kelurahan Sudimoro,

Kecamatan Teras (lokasi 3), Desa Mojosongo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan

Mojosongo (lokasi 4), Desa Dampit, Kelurahan Sudimoro, Kecamatan Teras

(lokasi 5), Desa Gumulan, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo (lokasi 6).

Uji kehomogenan ragam terhadap enam populasi pepaya di wilayah

Boyolali menunjukkan dari 21 peubah terdapat 17 peubah yang ragamnya

homogen dan 4 peubah yang ragamnya tidak homogen. Ragam yang tidak

homogen diduga karena perbedaan kepekaan tanaman terhadap kondisi

lingkungan sekitarnya.

Hasil analisis cluster menunjukkan kemiripan sifat morfologi dan kualitas

buah terdapat pada populasi pepaya di Desa Gurung dan Desa Salakan. Populasi

pepaya di Desa Sudimoro dan Desa Mojosongo juga mempunyai kemiripan sifat

morfologi dan kualitas buah, sedangkan populasi pepaya di Desa Dampit dan

Desa Gumulan mempunyai karakter yang berbeda dari ke empat populasi lainnya.

Populasi pepaya yang mempunyai sifat morfologi yang baik dan seragam

serta kualitas buah yang paling baik terdapat pada populasi pepaya di Desa

Gumulan. Pengaruh lingkungan terhadap peubah-peubah yang diamati pada

ii

populasi pepaya di Desa Gumulan relatif kecil dibandingkan ke lima populasi

yang lain. Buah pepaya di Desa Gumulan juga mempunyai kriteria yang sesuai

dengan Standar Nasional Indonesia dengan bobot buah 2846.3 g termasuk dalam

grup A (bobot buah 2.5 – 3 kg), bentuk buah panjang dan seragam, rasa daging

buah manis dan warna daging buah jingga.

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : EVALUASI KERAGAAN PEPAYA (Carica papaya L.)

DI ENAM LOKASI DI BOYOLALI

Nama : WULANDARI SURYANING TYAS

NRP : A34404028

Program Studi : PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS.

NIP: 131 284 838

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr.

NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 7 Juli 1985.

Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Indarto

dan Ibu Tri Suryaningsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak pada tahun 1992 di

TK Aisyiyah Bustanul Atfal, Klaten. Pada tahun 1998 penulis menyelesaian

pendidikan dasar di MIM 1 Karasan kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP

Negeri 1 Ngawen dan lulus pada tahun 2001. Tahun 2004 penulis menyelesaikan

Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 1 Klaten.

Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Program Studi

Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kekuatan, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Keragaan Pepaya (Carica papaya

L.) di Enam Lokasi di Boyolali”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. selaku dosen pembimbing skripsi atas

bimbingan dan arahan yang diberikan.

2. Dr. Muhamad Syukur, SP. MSi. dan Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. selaku

dosen penguji yang telah memberikan masukan.

3. Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc. selaku dosen pembimbing akademis yang

telah memberikan arahan selama perkuliahan.

4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika yang telah memberikan bantuan dana dan

fasilitas lainnya.

5. Bapak Warsito, Bapak Manto, Bapak Wagiyono, Bapak Bingan, Bapak

Domo, dan Bapak Danu atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian.

6. Bu Ning, Pak In, Dek Wawan, Dek Fuad, Mas Kiki, Mbah Putri, Mbah

Kakung, dan seluruh keluarga atas doa, dorongan, pengorbanan dan kasih

sayangnya selama ini.

7. Lek Sito, Lek Ady, dan Lek Yono yang telah meminjamkan alat transportasi

selama penelitian.

8. Dek Reza yang telah memberikan bantuannya selama penelitian.

9. Mas Isa yang telah memberikan motivasi, semangat, bantuan serta kasih

sayangnya selama ini.

10. Mas Tri dan Bang Toni atas keceriaan, canda tawa dan kebersamaannya

selama ini.

11. Ana dan Wahyu sekeluarga atas kebersamaan, bantuan dan kekeluargaannya

selama ini.

vi

12. Teman-teman PMTTB’41 atas bantuan, persahabatan, kebersamaan dan

kenangannya selama ini.

13. Teman-teman KMK’41 atas dukungan, semangat, persaudaraan dan

kebersamaannya selama ini.

14. Teman-teman di Pondok Adinda: Mbak Lina, Mbak Winny, Mbak Mufid,

Mbak Arta, Madan Devi, Manda, Tiyu, Dewi, Uli, Eno, Fani, Upik, dan Ria

atas dukungan dan kekeluargaannya selama ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas

bantuan dan dorongannya.

Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari semua pihak, karena penulis

menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua

pihak yang memerlukan.

Bogor, Juni 2008

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan ....................................................................................................... 2 Hipotesis .................................................................................................... 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3

Asal-usul dan Penyebaran Geografis ........................................................ 3 Sifat Botani ............................................................................................... 3 Varietas Pepaya ......................................................................................... 4 Agroekologi .............................................................................................. 5 Potensi Produksi dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi .................... 5 Budidaya ................................................................................................... 6

BAHAN DAN METODE ............................................................................... 10

Waktu dan Tempat .................................................................................... 10 Bahan dan Alat .......................................................................................... 10 Metode ...................................................................................................... 10 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 10 Analisis Data ............................................................................................. 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 14 Hasil .......................................................................................................... 14

Keadaan Umum Kebun ....................................................................... 14 Uji Kehomogenan Ragam ................................................................... 17 Hubungan Kekerabatan Populasi Pepaya antar Lokasi ....................... 21 Korelasi antar Peubah ......................................................................... 25

Pembahasan ............................................................................................... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 30 Kesimpulan ............................................................................................... 30 Saran .......................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31 LAMPIRAN .................................................................................................... 33

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Kondisi Umum Kebun Pepaya yang Diteliti ............................................... 14 2. Rekapitulasi Hasil Uji Kehomogenan Ragam Setiap Peubah ..................... 17 3. Rekapitulasi Nilai Koefisien Keragaman dan Nilai Tengah Setiap Peubah

yang Ragamnya Tidak Homogen ................................................................ 19

4. Rekapitulasi Nilai Tengah Beberapa Peubah pada ke Enam Desa ............. 21

5. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Peubah Kualitatif Pepaya di Enam lokasi 24 6. Rekapitulasi Nilai Koefisien Korelasi antar Peubah ................................... 25

Lampiran

1. Hasil Korelasi antar Peubah ........................................................................ 34 2. Koefisien Keragaman Masing-masing Desa untuk Semua Peubah yang

Diamati ........................................................................................................ 37

3. Rekapitulasi Hasil Uji F untuk Peubah yang Ragamnya Homogen ........... 38 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Tanah ke Enam Lokasi ................................... 38

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Kondisi Fisik Kebun ................................................................................... 16 2. Dendogram Enam Populasi Pepaya di Wilayah Boyolali ........................... 22

Lampiran

1. Bentuk Daun Berdasarkan Descriptor for Papaya yang Diterbitkan oleh International Board for Plant Genetic Resources (IBPGR) ....................... 39

2. Warna Batang, Daun, Kulit Buah, dan Daging Buah Pepaya Boyolali ...... 42

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pepaya (Carica papaya, L.) merupakan tanaman buah tropika yang dalam

waktu delapan bulan sudah mulai menghasilkan dan dapat hidup selama 25 tahun

atau lebih, namun produktivitasnya menurun sejalan dengan umur (Villegas,

1997). Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah tropis maupun sub tropis,

di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan

sampai 1000 m di atas permukaan laut (dpl).

Tanaman pepaya tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari tanaman

pekarangan hingga tanaman yang ditanam intensif di perkebunan. Menurut

Suwarno (2000) sentra penanaman buah pepaya di Indonesia adalah daerah Jawa

Barat (Kabupaten Bogor), Jawa Timur (Kabupaten Malang), Pasar Induk Kramat

Jati DKI, Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja),

Sulawesi Utara (Manado).

Penyerbukan silang yang terjadi pada tanaman pepaya menyebabkan

banyak terjadi variasi (Villegas, 1997). Menurut Nakasone dan Paull (1998)

serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman yang dilakukan diarahkan pada

pembentukan varietas yang memiliki sifat yang diinginkan. Sifat-sifat ini antara

lain: perawakan pendek, berumur genjah, produksi tinggi, tahan terhadap hama

dan penyakit tanaman, berbunga sempurna, tingkat buah karpeloid rendah, bentuk

dan ukuran buah yang sesuai serta tahan disimpan lama.

Program pemuliaan pepaya diawali dengan pengumpulan plasma nutfah

dan membentuk populasi. Pengumpulan plasma nutfah dapat dilakukan dengan

cara eksplorasi sehingga tanaman dengan sifat yang diinginkan dapat diseleksi. Di

Indonesia terdapat banyak plasma nutfah pepaya dengan keragaman genetik yang

tinggi, sehingga para pemulia di Indonesia tidak kesulitan untuk mengumpulkan

dan menyeleksi berbagai pepaya yang kemudian dilakukan persilangan untuk

menghasilkan varietas unggul.

Pepaya yang tumbuh di wilayah Boyolali merupakan jenis pepaya yang

banyak diinginkan oleh konsumen, namun belum ada data yang jelas mengenai

karakter dari pepaya jenis Boyolali ini. Melalui penelitian ini diharapkan akan

2

didapatkan informasi tentang karakter morfologi maupun kualitas buah pepaya

Boyolali, sehingga akan lebih mudah bagi pemulia untuk mengembangkan dan

melepas varietas pepaya Boyolali (varietas lokal).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan populasi pepaya di

enam lokasi di Boyolali.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan terdapat populasi pepaya yang memiliki karakter

morfologi dan kualitas buah yang sama pada dua lokasi atau lebih.

TINJAUAN PUSTAKA

Asal-usul dan Penyebaran Geografis

Tanaman pepaya berasal dari kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica

yang telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kerabat terdekatnya

adalah C. peltata Hook dan Arn., diduga merupakan tanaman mutan atau berasal

dari hibridisasi alami. Dari Amerika tropik, pepaya ini dibawa ke kepulauan

Karibia dan Asia Tenggara semasa penjelajahan orang-orang Spanyol pada abad

ke-16. Kemudian dengan cepat pepaya menyebar ke India, Oseania, dan Afrika,

serta tersebar ke seluruh daerah tropik dan subtropik hangat di dunia (Villegas,

1997).

Sifat Botani

a. Batang

Batang tanaman pepaya berongga karena intinya berupa sel gabus,

berbatang lunak berair (Sunarjono, 1987). Batangnya berbentuk silinder,

berdiameter 10 - 30 cm, serta memiliki lampang (scar) daun yang jelas

(Villegas, 1997). Jika batang luka maka bekas luka tersebut akan

mengeluarkan getah encer yang berwarna putih (Nakasone dan Paull, 1999).

b. Daun

Daun pepaya terletak pada ujung tanaman (roset). Daun pepaya

tersusun secara spiral melingkar batang, lembaran daun bercelah-celah menjari

(Ashari, 1995). Daun baru akan terus muncul pada ujung batang dan daun tua

akan masak, kemudian gugur. Biasanya terdapat 25 tangkai daun dewasa pada

setiap tanaman. Tangkai daun berbentuk bulat panjang, berlubang dengan

panjang berkisar 60 – 90 cm, tergantung kultivar (Nakasone dan Paull, 1999).

c. Bunga

Bunga pepaya keluar dari ketiak daun, tunggal atau dalam rangkaian.

Bunga pepaya bersifat hermaprodit atau biseksual. Ada pohon yang berbunga

betina dan berbunga jantan atau berbunga sempurna (hermaprodit). Bunga

jantannya mempunyai tangkai bunga panjang dan bercabang, panjangnya

dapat mencapai 2 m, mengandung beberapa kuntum anak bunga. Bunga

4

betinanya bersifat uniseksual dengan kepala putik yang fungsional. Panjang

bunga betina 3.5 - 5 cm, dan yang bertangkai pendek tidak berfungsi (steril).

Bunga hermafrodit bersifat biseksual. Bunga ini lebih bersifat

andromonoecious (benang sari lebih berfungsi), mempunyai 5 benang sari

dengan tangkai sari panjang (Ashari, 1995).

d. Buah

Buah pepaya bertipe buah buni berdaging, berbentuk bulat telur-

lonjong sampai hampir bulat atau berbentuk avokad, berbentuk silinder atau

berlekuk, panjangnya 7 - 30 cm, bobotnya mencapai 10 kg, kulit buahnya

tipis, halus, jika matang berwarna kekuning-kuningan atau jingga, dagingnya

berwarna kekuning-kuningan sampai jingga merah, rasanya manis, rongga

tengahnya bersudut lima (Villegas, 1997).

Sunarjono (1987) menyatakan bahwa buah pepaya berbiji banyak

dalam rongga buah yang lebar. Biji-biji tersebut ada yang berwarna hitam

(fertile) dan ada yang berwarna putih (steril). Bila biji hitam ditanam akan

menghasilkan 25 - 50% jenis pepaya sempurna, tergantung asal pohonnya.

Biji-biji yang terdapat pada bagian tengah hingga ujung buah pepaya

sempurna lebih banyak menghasilkan pohon pepaya sempurna. Buah dari

bunga sempurna berbentuk panjang. Buah dari bunga betina berbentuk bulat

hingga oval dengan daging buah tipis.

e. Akar

Tanaman pepaya mempunyai akar tunggang dan akar samping yang

lunak dan agak dangkal. Akar pepaya tumbuh panjang dan cenderung

mendatar dengan jumlah yang sedikit dan lunak (Sunarjono, 1987).

Varietas Pepaya

Pengelompokan pepaya ke dalam beberapa varietas lebih banyak dikenal

berdasarkan bentuk, ukuran, warna, rasa dan tekstur buahnya. Sunarjono (1987)

menyatakan bahwa varietas pepaya yang biasa ditanam di Jawa adalah Turen,

Jingga, Cibinong, Meksiko, dan Sunrise yang buahnya kecil-kecil dengan berat

0.3 – 1 kg per buah.

5

Karena adanya penyerbukan silang, pepaya tidak dapat menghasilkan

keturunan yang sama dengan induknya, sehingga banyak terjadi variasi. Menurut

Villegas (1997) kultivar hermaprodit yang relatif murni dan banyak

dikembangkan di Asia Tenggara adalah kelompok pepaya Solo diantaranya

Sunrise, Sunset, dan Eksotika.

Agroekologi

Tanaman pepaya dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian

1000 m dpl. Tanaman pepaya tumbuh subur pada lingkungan yang banyak hujan

(cukup tersedia air), dengan curah hujan 1000 – 2000 mm per tahun dan merata

sepanjang tahun. Tanaman pepaya masih mampu berbuah pada daerah yang

beriklim kering, musim hujannya 2 - 5 bulan, dan musim kemaraunya 6 - 8 bulan

asalkan kedalaman air tanahnya 50 - 150 cm. Tanaman pepaya dapat tumbuh

dengan baik pada kondisi tanah yang subur dengan porositas baik, mengandung

kapur, dan memiliki pH antara 6 - 7. Tanaman pepaya termasuk tanaman yang

memerlukan cahaya matahari penuh dan tanah yang tidak tergenang air, karena

tanah yang berdrainase buruk dapat menyebabkan tanaman mudah terserang

penyakit akar (Sunarjono, 1987).

Menurut Nakasone dan Paull (1999) suhu optimal untuk pertumbuhan

tanaman pepaya berkisar antara 22oC – 33oC. Suhu minimum 15oC dan suhu

maksimum 43oC. Perkecambahan biji akan berlangsung cepat bila pada suhu

siang hari 35oC dan suhu malam hari 26oC.

Potensi Produksi dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Faktor yang mempengaruhi penampakan fisik tanaman di lapang dapat

berasal dari dalam maupun dari luar tanaman. Variasi pertumbuhan di lapang

merupakan pengaruh dari genotipe dan lingkungan yang terlihat dalam

pertumbuhan tanaman serta hasil produksinya pada tanaman pepaya terdapat

interaksi yang nyata antara faktor genetik dan lingkungan yang berpengaruh

terhadap produksi dan kualitas buah yang dihasilkan (Nakasone dan Paull, 1999).

Penurunan produksi buah pepaya dapat disebabkan oleh banyaknya bunga

dan buah yang gugur, banyaknya bunga steril dan karpeloid, serta terjadinya skip

6

pada tanaman pepaya. Fenomena ini banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Bunga pepaya sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya terhadap perubahan

suhu dan kelembaban. Chay-Prove (2000) juga mengemukakan bahwa

pembentukan buah yang sedikit dan terjadinya skip adalah akibat kurangnya

penyerbukan karena cekaman lingkungan, adanya gangguan angin, dan defisiensi

unsur hara.

Budidaya

a. Perbanyakan Tanaman

Pepaya umumnya diperbanyak dengan benih dari buah pepaya

sempurna yang telah matang pohon. Sunarjono (1987) menyatakan bahwa

biji-biji yang berasal dari bagian ujung buah akan menghasilkan tanaman

sempurna antara 70 - 80%, sedangkan bagian pangkal akan menghasilkan

tanaman sempurna antara 50 - 65%. Hal ini sejalan dengan penelitian

Maesyaroh (1986) bahwa benih dari ujung buah cenderung menghasilkan

tanaman hermaprodit yang lebih banyak (71.1%) daripada bagian pangkal

buah (66.6%). Arifeni (2004) menambahkan, sumber benih bagian tengah dan

ujung buah baik untuk dijadikan sebagai sumber benih perbanyakan karena

banyak menghasilkan tanaman hermaprodit.

Dikenal juga berbagai teknik untuk menghasilkan stek. Hasil

penelitian Hidayati (2005) menyebutkan bahwa bahan stek yang baik untuk

digunakan adalah bahan stek tunas berbonggol dan media pembibitan berupa

pasir murni tanpa campuran tanah, namun cara-cara ini terlalau memakan

waktu dibandingkan dengan penggunaan semai dari biji.

Tanaman dengan sifat yang diinginkan berasal dari biji yang dihasilkan

dari penyerbukan buatan tanaman pepaya yang memiliki keunggulan. Biji

pepaya yang dikeringkan dan disimpan dalam wadah kedap udara dapat

bertahan tumbuh sampai beberapa tahun (Villegas, 1997).

b. Penyemaian

Penyemaian dapat dilakukan dengan menggunakan wadah atau

kantong plastik maupun disemai langsung di lahan (Nakasone dan Paull,

1999). Semaian yang menggunakan wadah atau kantong plastik sebaiknya

7

diisi dengan tanah seteril yang bertujuan untuk menghindari serangan jamur

penyebab dumping off. Setiap wadah persemaian dapat diisi sebanyak 3 - 4

butir benih. Perkecambahan akan berlangsung selama 2 - 3 minggu (Villegas,

1997).

Cara lain adalah menyemai benih di atas bedengan persemaian yang

steril dan semai dapat dicabut setelah berdaun 2 - 3 helai, lalu 3 - 4 semai

dipindahtanamkan ke dalam satu wadah. Semai dapat dipindahtanamkan ke

lapang sekitar 2 bulan setelah benih disemai, yaitu setalah semai mencapai

tahap 3 - 4 daun atau tingginya 20 cm. Pemindahan bibit ke lahan penanaman

dilakukan dengan hati-hati agar perakaran tidak terganggu (Villegas, 1997).

c. Pengolahan Tanah

Pepaya memerlukan drainase yang memadai sehingga seringkali

ditanam pada bedengan atau gundukan yang ditinggikan. Bedengan dibuat

dengan lebar 300 cm, tinggi 20 cm dan jarak antar bedengan 50 cm. Hal ini

juga dikarenakan sifat perakaran pepaya yang dangkal serta daya regenerasi

akar yang kecil. Tanaman pindahan harus disiram secara teratur sampai

pertumbuhnya mapan.

Menurut Sunarjono (1987) lubang tanam untuk tanaman pepaya dibuat

berukuran 60 cm x 60 cm x 40 cm, kemudian diisi pupuk kandang yang telah

matang sebanyak 20 kg/lubang. Lubang tanam ini dipersiapkan 2 - 4 minggu

sebelum tanam dan dibiarkan terbuka agar terkena sinar matahari. Jarak tanam

dibuat 3 m x 3 m atau 3.5 m x 2 m.

d. Penanaman

Pepaya dapat tumbuh baik jika ditanam di lahan terbuka serta

penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Penanaman bibit dilakukan

dengan memasukkan bibit pada lubang tanam sekaligus dengan tanahnya.

Sunarjono (1987) menyatakan bahwa cara penanaman lain yang biasa

dilakukan oleh petani adalah menanam biji pepaya langsung ke dalam lubang

tanam, dimana setiap lubang ditanami 3 - 5 biji. Setelah itu dilakukan seleksi

dengan membuang tanaman berbunga jantan. Tiap lubang disisakan satu yang

tumbuh kekar, sehat dan berbunga sempurna.

8

e. Pemupukan

Pepaya merupakan tanaman yang pertumbuhannya cepat, sehingga

memerlukan pemupukan berat. Penyerapan hara oleh tanaman ialah 1 kg N,

0.2 kg P, dan 2.5 kg K untuk setiap ton buah pepaya. Kekurangan kalsium

akan mengganggu pertumbuhan dan pembentukan buah serta mendorong

rontoknya buah sehingga perlu dilakukan pengapuran. Penggunaan pupuk

kandang dapat menstabilkan lepasnya hara (Villegas, 1997).

Menurut Sunarjono (1987) pupuk buatan yang biasa diberikan adalah

NPK sebanyak 25 - 200 g per tanaman, tergantung umurnya. Dosis

pemupukan mulai dari 25 g, kemudian meningkat dangan interval 25 g per

tanaman. Pupuk diberikan 3 - 4 bulan sekali.

f. Pemeliharaan

Gulma yang ada di sekitar tanaman pepaya yang masih muda

menyebabkan persaingan dalam mendapatkan unsur hara yang dapat

mengganggu pertumbuhan, sehingga perlu dilakukan penyiangan gulma

secara rutin. Sunarjono (1987) menyatakan bahwa pemberantasan hama dan

penyakit tanaman juga merupakan salah satu teknik budidaya yang penting

bagi pertumbuhan tanaman. Penyakit yang biasanya menyerang tanaman

pepaya pada musim kemarau adalah tungau merah Tetranychus kansawai dan

kutu daun yang berwarna kuning Myzus parsicae. Kutu daun inilah yang

menjadi vektor virus keriting (mosaic) yang sukar dikendalikan. Adapun

penyakit yang biasa menyerang tanaman pepaya pada kondisi lembab dan

suhu malam dingin adalah bercak buah Colletotrichum gleosporioides

(antraknosa) dan penyakit busuk akar Phytophthora palmivora. Gejala awal

penyakit antraknosa berupa jaringan mati pada kulit buah yang terlihat sebagai

bercak kebasahan, kemudian jaringan yang mati tersebut melekuk dan

selanjutnya meluas menjadi bercak konsentrik berwarna abu-abu atau

kehitaman dengan titik-titik oranye pada permukaannya. Penyakit antraknosa

juga menyerang bagian batang yang dekat dengan pucuk dan daun tanaman

pepaya. Serangan yang berat dapt menimbulkan mati pucuk dan daun-daun

bisa gugur (Wiyono dan Manuwoto, 2008). Selain itu penyakit lain yang

sering menyerang tanaman pepaya adalah layu bakteri Bacterium papayae .

9

Menurut Villegas (1997) pengairan diperlukan untuk mengurangi

rontoknya bunga, dan untuk mempertahankan pertumbuhan selama musim

kemarau. Penyiraman dianjurkan seminggu sekali jika tidak ada data tentang

pemanfaatan air oleh tanaman, kedalaman tanah, dan retensi kelembaban.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2008. Lokasi

populasi pepaya yang diteliti di wilayah Boyolali yaitu di Desa Gurung,

Kelurahan Salakan, Kecamatan Teras (lokasi 1), Desa Salakan, Kelurahan

Salakan, Kecamatan Teras (lokasi 2), Desa Sudimoro, Kelurahan Sudimoro,

Kecamatan Teras (lokasi 3), Desa Mojosongo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan

Mojosongo (lokasi 4), Desa Dampit, Kelurahan Sudimoro, Kecamatan Teras

(lokasi 5), Desa Gumulan, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo (lokasi 6).

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman pepaya milik petani di enam lokasi

di wilayah Boyolali. Alat yang digunakan antara lain timbangan, meteran, jangka

sorong, hand refractometer untuk mengukur padatan terlarut total (PTT), pH

indikator untuk mengukur pH buah, color chart dan timbangan analitik.

Metode

Metode pengambilan contoh berdasarkan metode Purposive Random

Sampling dari populasi pengamatan yang memenuhi syarat luas lahan minimal

1000 m2, tipe kebun komersial, dan umur tanaman lebih dari satu tahun. Contoh

diambil dari enam kebun petani, masing-masing kebun 20 tanaman dan masing-

masing tanaman diambil dua buah pepaya hermaprodit. Total tanaman pepaya

yang diamati berjumlah 120 tanaman dan total buah yang diamati berjumlah 240

buah.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengamatan kondisi umum

kebun dan kondisi tanaman pepaya. Pengamatan kondisi tanaman pepaya terdiri

dari pengamatan peubah vegetatif, generatif, dan kualitas buah.

Pengamatan kondisi umum kebun meliputi: luas lahan (m2), jarak tanam

(m), asal bibit, umur tanaman (bulan), dan analisis tanah. Pengamatan kondisi

11

tanaman diukur berdasarkan Descriptor for Papaya yang diterbitkan oleh

International Board for Plant Genetic Resources (IBPGR) tahun 1988.

Peubah vegetatif yang diamati antara lain:

1. Tinggi batang (cm), diukur dari permukaan tanah sampai bekas buah pertama

2. Diameter batang (cm), diukur 15 cm, 50 cm, dan 100 cm dari permukaan

tanah

3. Panjang daun (cm), diukur dari pusat daun sampai ujung daun

4. Lebar daun (cm), diukur pada bagian daun terlebar

5. Panjang tangkai daun (cm)

6. Jumlah daun dengan menghitung seluruh daun yang memiliki kondisi warna

75% hijau

7. Warna batang dengan menggunakan color chart

8. Warna daun dengan menggunakan color chart

9. Warna tangkai daun dengan menggunakan color chart

10. Bentuk daun

Peubah generatif yang diamati antara lain:

1. Tipe bunga dengan menghitung jumlah bunga betina, jantan, dan hermaprodit

2. Ukuran bunga (cm) dengan mengukur panjang bunga jantan dan bunga

hermaprodit

3. Jumlah buah di pohon

Peubah kualitas buah yang diamati antara lain:

1. Bobot buah (g)

2. Penentuan padatan terlarut total (PTT)

Diukur pada ujung, tengah dan pangkal buah. Daging buah dihancurkan dan

filtrat yang dihasilkan diteteskan pada prisma refraktometer. Skala yang

dibaca menunjukkan kadar padatan terlarut total (% Brix).

3. Penentuan pH buah

Daging buah dihancurkan kemudian pH indikator diletakkan pada cairan buah

dan dibiarkan beberapa saat sampai stabil, pH sampel dicatat.

4. Bobot total biji (g)

5. Bobot 100 biji (g)

6. Diameter buah (cm), diukur pada ujung, tengah, dan pangkal buah

12

7. Warna kulit buah saat buah matang dengan menggunakan color chart

8. Warna daging buah saat buah matang dengan menggunakan color chart

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan antara lain Uji Kehomogenan Ragam,

Analisis Cluster, dan Uji Korelasi.

1. Uji Kehomogenan Ragam

Uji Barlett atau uji kehomogenan ragam dilakukan untuk mengetahui

ragam suatu peubah. Hipotesisis yang diuji adalah:

Ho : Ragam homogen

H1 : Ragam tidak homogen

Output yang dihasilkan dari pengujian ini berupa dua nilai p-value, apabila

p-value > α maka dapat disimpulkan bahwa ragamnya homogen. Sebaliknya

jika p-value < α maka disimpulkan bahwa ragamnya tidak homogen. Analisis

ini dilakukan menggunakan program komputer minitab 14.

2. Analisis Cluster

Analisis ini digunakan untuk mengelompokkan populasi menjadi beberapa

kelompok yang menghasilkan kemiripan populasi dalam kelompok yang sama

dibandingkan antar kelompok populasi yang lain berdasarkan hasil pengukuran

peubah-peubah yang diamati.

Pengelompokan ini disajikan dalam bentuk dendogram dengan sumbu X

menyatakan lokasi-lokasi yang bergabung dan sumbu Y menyatakan level

jarak. Jarak Eucledien digunakan untuk analisis selanjutnya dengan persamaan

sebagai berikut:

∑=

−=p

kjkikij XXd

1

)(

dij : jarak antara populasi ke-i dan ke-j

p : banyaknya peubah yang diamati

Xik : besaran nilai sifat ke-k dari populasi atau komponen utama ke-i

Xjk : besaran nilai sifat ke-k dari populasi atau komponen utama ke-j

13

Perbedaan antara populasi-populasi tersebut semakin besar apabila jarak

Eucledien juga semakin besar. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan

program komputer minitab 14.

3. Uji Korelasi

Korelasi merupakan kajian hubungan kedekatan linier antar peubah.

Persamaan koefisien korelasinya adalah sebagai berikut:

[ ] 2/122 )()(

))((

∑ ∑∑

−−

−−=

yyxx

yyxxr

r : koefisien korelasi

x : peubah-x

y : peubah-y

x : rata-rata peubah-x

y : rata-rata peubah-y

Nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai +1. Apabila r = -1

terdapat hubungan negatif sempurna pada dua peubah dan jika r = +1 maka

hubungan positif sempurna. Hubungan kedua peubah semakin kecil apabila

nilainya mendekati nol. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program

komputer minitab 14.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Keadaan Umum Kebun

Pengamatan yang telah dilakukan di enam lokasi kebun pepaya

menunjukkan bahwa terdapat keseragaman umur tanaman pepaya yang diamati.

Tanaman pepaya yang terdapat pada semua lokasi ditanam oleh petani pada bulan

Agustus 2007. Bibit pepaya ke enam lokasi berasal dari biji. Jarak tanam dan luas

lahan keenam kebun cukup bervariasi. Berdasarkan kondisi umum kebun yang

diamati, dari ke enam kebun tersebut dapat dilihat bahwa kebun petani di Desa

Dampit mempunyai lahan yang paling luas (Tabel 1).

Tabel 1. Kondisi Umum Kebun Pepaya yang Diteliti

Keterangan Desa Gurung Salakan Sudimoro Mojosongo Dampit Gumulan

Luas lahan (m2)

Jarak tanam (m)

Asal bibit

Umur (bulan)

Populasi

(tanaman)

1200

2.5 x 3

Biji*

19

144

1250

1.8 x 2.25

Biji**

19

288

1000

2.5 x 3

Biji*

19

147

1200

2 x 2

Biji*

19

273

1800

2.5 x 2.5

Biji*

19

260

1000

2 x 3

Biji**

19

156

Keterangan: *) Bibit berasal dari pembibitan sendiri oleh petani **) Bibit dibeli petani dari penangkar benih

Varietas pepaya yang ditanam oleh petani adalah varietas pepaya Boyolali

yang dikenal masyarakat Boyolali dengan nama pepaya Thailand atau Bangkok.

Sistem penanaman pepaya yang dilakukan petani rata-rata sama yaitu menanam

pepaya pada guludan. Pemeliharaan yang biasa dilakukan yaitu pembersihan

gulma yang ada disekitar tanaman pepaya dan pemupukan dengan pupuk

kandang. Pengairan tidak dilakukan oleh petani karena pada saat pengamatan

bulan Februari - Mei merupakan musim hujan di wilayah Boyolali.

Bibit untuk perbanyakan tanaman berasal dari biji tanaman yang ada di

kebun itu sendiri maupun dibeli dari penangkar benih. Pada kebun yang bibitnya

dibeli dari penangkar benih, tipe pepaya yang dominan adalah tipe pepaya

hermaprodit. Kebun yang bibitnya berasal dari pembibitan sendiri terdapat jumlah

15

yang hampir sama antara tanaman betina dengan tanaman hermaprodit. Populasi

tanaman pepaya di Desa Salakan dan Desa Gumulan merupakan tanaman yang

berasal dari bibit yang dibeli dari penangkar benih, sedangkan di kebun yang lain

bibit yang digunakan berasal dari pembibitan sendiri oleh petani.

Populasi tanaman pepaya di Desa Gurung kurang terawat karena gulma-

gulma yang ada di sekitar tanaman jarang dibersihkan. Selain itu, selama

penelitian berlangsung tidak terlihat adanya pemupukan, sehingga pertumbuhan

tanamannyapun kurang seragam. Pertumbuhan tanaman pepaya di Desa Salakan

cukup baik karena adanya pemupukan yang intensif oleh petani. Namun di kebun

ini banyak terlihat serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman maupun

buah pepaya yang mulai matang, sehingga banyak ditemukan tanaman yang rubuh

dan buah-buah yang busuk. Kondisi ke empat kebun lainnya cukup terawat dan

pertumbuhan tanamannyapun cukup baik, serta tidak terlihat adanya serangan

hama maupun penyakit pada ke empat kebun tersebut.

Penanaman pepaya pada beberapa kebun, terdapat tumpang sari dengan

komoditas lain, misalnya kebun di Desa Gurung dan Desa Sudimoro tanaman

pepaya ditumpang sari dengan cabai dan singkong, kebun di Desa Salakan

tanaman pepaya ditumpang sari dengan cabai, dan kebun di Desa Mojosongo

tanaman pepaya ditumpang sari dengan kacang tanah dan mentimun. Hal ini

dilakukan petani pepaya untuk mendapatkan hasil dari komoditas lain selain dari

komoditas utama, seiring dengan semakin menurunnya produksi buah pepaya dari

masing-masing tanaman karena pertambahan umur tanaman (Gambar 1).

Pepaya dapat tumbuh baik jika ditanam di lahan terbuka (Villegas, 1997).

Selain itu, cara budidaya dan kondisi lingkungan juga sangat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman pepaya terutama pemupukan. Menurut Villegas (1997)

setiap ton buah pepaya mampu menyerap hara sebesar 1 kg N, 0.2 kg P, dan

2.5 kg K.

Pemupukan tanaman yang dilakukan oleh petani di enam kebun yang

diamati, mulai dari tanam sampai menghasilkan buah adalah pemupukan dengan

pupuk kandang. Dosis pupuk yang diberikan pada tanamanpun tidak pasti,

disesuaikan dengan banyaknya pupuk kandang yang dihasilkan oleh ternak

mereka. Pemberian pupuk ini dilakukan setiap tiga bulan sekali. Dari ke enam

16

kebun yang diamati tidak semua kebun dilakukan pemupukan yang teratur oleh

petani. Terutama pada kebun di Desa Gurung dan Desa Mojosongo tidak terlihat

adanya pemupukan selama berlangsungnya penelitian.

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 1. Kondisi Fisik Kebun: (a) Desa Gurung, (b) Desa Salakan, (c) Desa Sudimoro, (d) Desa Mojosongo, (e) Desa Dampit, (f) Desa Gumulan

Peremajaan tanaman dilakukan petani setelah tanaman berproduksi selama

kurang lebih dua tahun. Rotasi tanaman jarang dilakukan petani, sehingga banyak

penyakit tular tanah yang menyerang tanaman baru dan buah pepaya. Penyakit

17

yang banyak terdapat di kebun antara lain penyakit antraknosa yang menyerang

buah pepaya yang mulai matang, terutama kebun di Desa Salakan.

Uji Kehomogenan Ragam

Hasil uji kehomogenan ragam (Tabel 2) terhadap enam populasi pepaya di

wilayah Boyolali menunjukkan bahwa dari 21 peubah terdapat 17 peubah yang

ragamnya homogen dan 4 peubah yang ragamnya tidak homogen. Peubah yang

ragamnya homogen yaitu diameter batang 15 cm dari permukaan tanah, diameter

batang 50 cm dari permukaan tanah, diameter batang 100 cm dari permukaan

tanah, tinggi batang, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, jumlah

bunga hermaprodit, jumlah buah, bobot buah, padatan terlarut total (PTT) ujung

buah, padatan terlarut total (PTT) tengah buah, bobot total biji, bobot 100 biji,

diameter ujung buah, diameter tengah buah, dan diameter pangkal buah (Tabel 2).

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Kehomogenan Ragam Setiap Peubah No. Peubah P-Value 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Peubah vegetatif Diameter batang 15 cm dari permukaan tanah Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah Tinggi batang Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun Jumlah daun Peubah generatif Jumlah bunga hermaprodit Panjang bunga hermaprodit Jumlah buah Peubah kualitas buah Bobot buah Padatan terlarut total (PTT) ujung buah Padatan terlarut total (PTT) tengah buah Padatan terlarut total (PTT) pangkal buah pH buah Bobot total biji Bobot 100 biji Diameter ujung buah Diameter tengah buah Diameter pangkal buah

0.237 0.209 0.274 0.098 0.937 0.703 0.734 0.000** 0.212 0.002** 0.122 0.558 0.656 0.826 0.000** 0.000** 0.540 0.552 0.548 0.708 0.639

Keterangan : *) Berbeda nyata pada taraf 5%;**) Berbeda nyata pada taraf 1%

18

Peubah yang ragamnya homogen dapat digabung dalam satu sidik ragam

dan selanjutnya diuji F pada taraf 5%. Peubah yang menunjukkan perbedaan

nyata pada uji F dapat dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada

taraf 5%.

Nilai koefisien keragaman terkecil pada peubah jumlah daun dan panjang

bunga hermaprodit dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Mojosongo. Peubah

padatan terlarut total (PTT) pangkal buah yang memiliki nilai koefisien paling

kecil terdapat pada populasi pepaya di Desa Dampit. Nilai koefisien keragaman

terkecil pada peubah pH buah dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Salakan dan

Mojosongo. Peubah jumlah daun dan panjang bunga hermaprodit yang paling

sensitif terhadap pengaruh lingkungan terdapat di Desa Dampit. Peubah PTT

pangkal buah yang paling sensitif terhadap pengaruh lingkungan terdapat di Desa

Mojosongo, sedangkan peubah pH buah yang paling sensitif terhadap pengaruh

lingkungan terdapat di Desa Sudimoro (Tabel 3).

Tabel 3 juga menunjukkan nilai tengah paling besar pada peubah jumlah

daun dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Dampit. Peubah panjang bunga

hermaprodit yang memiliki nilai tengah terbesar pada populasi pepaya di Desa

Gumulan. Nilai tengah terbesar pada peubah padatan terlarut total (PTT) pangkal

buah dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Salakan dan nilai tengah terbesar pada

peubah pH buah dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Sudimoro.

Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Koefisien Keragaman dan Nilai Tengah Setiap Peubah yang Ragamnya Tidak Homogen Peubah Desa

Gurung Salakan Sudimoro Mojosongo Dampit Gumulan KK (%)

Χ KK (%)

Χ KK (%)

Χ KK (%)

Χ KK (%)

Χ KK (%)

Χ

1. Jumlah daun (helai) 2. Panjang bunga hermaprodit (cm)

3. PTT pangkal buah (% Brix)

4. pH buah

17.03 14.71

7.07

3.05

27.84 4.50

9.89

5.05

12.21 13.65

7.09

2.22

23.21 5.08

10.55

5.03

13.21 12.57

6.79

8.38

29.32 5.00

10.16

5.26

11.61 6.10

12.89

2.22

27.32 4.82

10.42

5.03

24.62 16.19

4.70

3.05

34.47 4.63

9.32

5.05

11.96 8.61

6.33

6.40

32.94 5.43

10.53

5.13

19

20

Hasil uji F menunjukkan dari 17 peubah yang ragamnya homogen terdapat

16 peubah yang berbeda nyata pada taraf 5%. Peubah-peubah tersebut adalah

diameter batang 15 cm dari permukaan tanah, diameter batang 50 cm dari

permukaan tanah, diameter batang 100 cm dari permukaan tanah, tinggi batang,

panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, jumlah bunga hermaprodit,

jumlah buah, bobot buah, padatan terlarut total (PTT) ujung buah, padatan terlarut

total (PTT) tengah buah, bobot 100 biji, diameter ujung buah, diameter tengah

buah, dan diameter pangkal buah (Tabel Lampiran 3).

Tabel 4 menunjukkan nilai tengah peubah diameter batang 15 cm dari

permukaan tanah, diameter batang 50 cm dari permukaan tanah, diameter batang

100 cm dari permukaan tanah, panjang daun, lebar daun, jumlah bunga

hermaprodit, dan diameter pangkal buah populasi pepaya di Desa Gumulan lebih

besar dari ke lima populasi lainnya. Batang tertinggi dimiliki oleh populasi pepaya

di Desa Dampit, sedangkan ke lima populasi lainya memiliki tinggi batang yang

tidak berbeda nyata. Populasi pepaya di Desa Sudimoro, Desa Dampit, dan Desa

Gumulan memiliki tangkai daun terpanjang dengan panjang yang tidak berbeda

nyata. Buah terbanyak dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Sudimoro. Bobot

buah terbesar dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Dampit dan Desa Gumulan

dengan rata-rata bobot sebesar 2873.80 g dan 2846.30 g, sedangkan ke empat desa

lainnya memiliki bobot buah yang tidak berbeda nyata. Kandungan PTT ujung

buah dan PTT tengah buah tertinggi dimiliki oleh buah pepaya di Desa

Mojosongo yaitu sebesar 12.13% brix dan 11.63% brix. Bobot 100 biji terbesar

terdapat pada buah pepaya di Desa Mojosongo dan Desa Gumulan, sedangkan

bobot 100 biji terkecil dimiliki oleh buah pepaya di Desa Dampit. Buah pepaya di

Desa Dampit dan Desa Gumulan memiliki diameter ujung buah yang terbesar

dibandingkan dengan ke empat desa lainnya. Diameter tengah buah di Desa

Gurung, Desa Dampit, dan Desa Gumulan tidak berbeda nyata, begitu juga

dengan diameter tengah buah di Desa Salakan, Desa Sudimoro, dan Desa

Mojosongo juga tidak berbeda nyata. Namun diameter tengah buah terbesar

dimiliki oleh buah pepaya di Desa Gurung, Desa Dampit, dan Desa Gumulan.

21

Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Tengah Beberapa Peubah pada ke Enam Desa

No.

Peubah Desa Gurung Salakan Sudimoro Mojosongo Dampit Gumulan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Peubah vegetatif Diameter batang 15 cm dari permukaan tanah (cm) Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah (cm) Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah (cm) Tinggi batang (cm) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Panjang tangkai daun (cm) Peubah generatif Jumlah bunga hermaprodit (buah) Jumlah buah (buah) Peubah kualitas buah Bobot buah (g) Padatan terlarut total (PTT) ujung buah (% Brix) Padatan terlarut total (PTT) tengah buah (% Brix) Bobot 100 biji (g) Diameter ujung buah (cm) Diameter tengah buah (cm) Diameter pangkal buah (cm)

40.80d 31.65d 27.65d 82.90b 41.85c 60.06c 61.94bc 1.03c 0.94c 2421.3b 11.00c 10.58c 2.33cd 12.67ab 13.72a 10.40bc

51.00ab 39.60ab 32.65ab 90.20b 39.82c 57.49c 57.52c 1.07c 1.13ab 2261.3b 11.00c 11.05bc 2.50bc 11.87c 12.87b 10.08c

46.60c 36.65c 30.60c 82.20b 50.20ab 73.83b 74.21a 1.14bc 1.25a 2458.8b 11.00c 11.03c 2.60ab 12.37bc 13.04b 10.01c

41.20d 33.05d 29.25cd 87.70b 48.68b 74.88ab 64.56b 1.21ab 0.95c 2428.8b 12.13a 11.63a 2.73a 12.16bc 13.00b 10.25c

48.25bc 38.20bc 30.70bc 102.45a 47.46b 71.90b 77.39a 1.14bc 1.13b 2873.8a 10.30d 9.95d 2.28d 13.28a 14.07a 10.76ab

52.60a 41.20a 32.70a 84.10b 51.85a 79.58a 77.68a 1.25a 1.18ab 2846.3a 11.55b 11.28ab 2.78a 13.27a 14.06a 10.91a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%

Hubungan Kekerabatan Populasi Pepaya antar Lokasi

Hasil analisis cluster terhadap kedekatan sifat antar populasi pepaya ke

enam lokasi disajikan dalam bentuk dendogram (Gambar 2). Berdasarkan sifat

morfologi tanaman, ke enam populasi pepaya yang diuji terbagi menjadi empat

kelompok yaitu: I. populasi pepaya di Desa Sudimoro dan Desa Dampit, II.

Populasi pepaya di Desa Gurung dan Desa Mojosongo, III. Populasi pepaya di

Desa Gumulan, IV. Populasi pepaya di Desa Salakan. Berdasarkan sifat kualitas

buah, populasi pepaya yang diuji terbagi menjadi empat kelompok yaitu: I.

Populasi pepaya di Desa Salakan dan Desa Mojosongo, II. Populasi pepaya di

Desa Sudimoro, III. Populasi pepaya di Desa Gurung dan Desa Dampit, IV.

Populasi pepaya di Desa Gumulan.

22

653412

44.87

63.25

81.62

100.00

kesamaanTingkat

Lokasi

Morfologi Tanaman

634251

36.90

57.93

78.97

100.00

kesamaanTingkat

Lokasi

Kualitas Buah

564321

25.58

50.38

75.19

100.00

kesamaanTingkat

Lokasi

Morfologi Tanaman dan Kualitas Buah

Gambar 2. Dendogram Enam Populasi Pepaya di Wilayah Boyolali. 1. Desa Gurung; 2.

Desa Salakan; 3. Desa Sudimoro; 4. Desa Mojosongo; 5. Desa Dampit; 6. Desa Gumulan.

23

Berdasarkan sifat morfologi tanaman dan kualitas buah, populasi pepaya

yang diuji juga terbagi menjadi empat kelompok yaitu: I. Populasi pepaya di Desa

Sudimoro dan Desa Mojosongo, II. Populasi pepaya di Desa Gurung dan Desa

Salakan, III. Populasi pepaya di Desa Gumulan, VI. Populasi pepaya di Desa

Dampit. Tingkat kesamaan berdasarkan sifat morfologi tanaman adalah 44.87,

pada sifat kualitas buah berada pada tingkat kesamaan 36.90, dan pengelompokan

berdasarkan sifat morfologi tanaman dan kualitas buah berada pada tingkat

kesamaan 25.58.

Hasil pengamatan kualitatif ke enam lokasi (Tabel 5) menunjukkan semua

peubah kualitatif yang diamati pada ke enam populasi menunjukkan hasil yang

sama. Hal ini dikarenakan tanaman pepaya yang ada pada ke enam populasi

berasal dari varietas pepaya yang sama yaitu varietas pepaya Boyolali. Warna

batang ke enam populasi pepaya adalah coklat keabuan. Warna daun ke enam

populasi pepaya adalah hijau tua dan warna tangkai daunnya hijau muda. Warna

kulit buah ke enam populasi pepaya adalah hijau kekuningan serta warna daging

buah jingga.

24

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Peubah Kualitatif Pepaya di Enam Lokasi No. Peubah Desa

Gurung Salakan Sudimoro Mojosongo Dampit Gumulan 1.

2. 3. 4. 5.

6.

Warna batang Warna daun Warna tangkai daun Bentuk daun Warna kulit buah

Warna daging buah

Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga

Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga

Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga

Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga

Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga

Coklat keabuan Hijau tua Hijau muda 14 Hijau kekuningan Jingga

Keterangan : - Bentuk daun dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1 - Warna batang, warna daun, warna kulit buah dan warna daging buah dapat dilihat pada Gambar Lampiran 2

25

Korelasi antar Peubah

Hasil uji korelasi antar peubah menunjukkan bobot buah berkorelasi

positif terhadap panjang daun, lebar daun, bobot total biji, dan diameter tengah

buah. PTT ujung, tengah dan pangkal buah berkorelasi negatif terhadap bobot

buah. Panjang daun dan lebar daun berkorelasi positif terhadap panjang tangkai

daun dan jumlah buah. Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah berkorelasi

positif terhadap tinggi batang (Tabel 6).

Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Koefisien Korelasi antar Peubah No. Peubah Korelasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Bobot buah dengan panjang daun

Bobot buah dengan lebar daun

Bobot buah dengan PTT ujung buah

Bobot buah dengan PTT tengah buah

Bobot buah dengan PTT pangkal buah

Bobot buah dengan bobot total biji

Bobot buah dengan diameter tengah buah

Panjang tangkai daun dengan panjang daun

Panjang tangkai daun dengan lebar daun

Jumlah buah dengan panjang daun

Jumlah buah dengan lebar daun

Tinggi batang dengan diameter batang 50 cm dari

permukaan tanah

0.34**

0.32**

-0.19*

-0.30**

-0.23*

0.43**

0.79**

0.81**

0.76**

0.27**

0.22*

0.19*

Keterangan : *) Berkorelasi pada taraf 5%; **) Berkorelasi pada taraf 1%

Pembahasan

Nakasone dan Paull (1999) menyatakan bahwa pada tanaman pepaya,

produksi dan kualitas buah yang dihasilkan dipengaruhi oleh interaksi antara

faktor genetik dengan faktor lingkungan. Ragam yang tidak homogen pada

peubah jumlah daun, panjang bunga hermaprodit, padatan terlarut total (PTT)

pangkal buah, dan pH buah diduga karena perbedaan kepekaan tanaman terhadap

kondisi lingkungan sekitarnya. Peubah yang ragamnya tidak homogen juga

26

disebabkan kondisi lingkungan yang berbeda pada setiap kebun. Villegas (1997)

menyatakan bahwa dua lembar daun akan muncul setiap minggu apabila kondisi

lingkungannya baik. Lampang daun yang berjarak rapat dengan ukurannya yang

mengecil menunjukkan masa-masa gangguan, kemungkinan disebabkan oleh

kekurangan hara atau gangguan hama dan penyakit. Bunga pepaya sangat peka

terhadap iklim, terutama terhadap perubahan suhu dan kelembaban. Putik dan

benang sari bunga pepaya tumbuh tidak normal dan berbentuk karpeloid karena

tanaman mengalami stres akibat suhu udara yang tinggi dan kelembaban yang

rendah. Akibat lain dapat menyebabkan banyak bunga atau buah yang gugur atau

bentuk buah yang tidak sempurna. Rasa buah pepaya akan lebih baik jika pepaya

ditanam pada musim hangat dan cerah (Villegas, 1997).

Gomez dan Gomez (1995) menyatakan bahwa koefisien keragaman

menunjukkan tingkat ketepatan dengan perlakuan yang diperbandingkan, dan

merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan. Semakin besar nilai

koefisien keragaman maka semakin rendah keandalan percobaan tersebut,

sebaliknya semakin kecil nilai koefisien keragaman maka peubah-peubah tersebut

akan semakin seragam.

Dilihat dari nilai koefisien keragaman peubah jumlah daun dan panjang

bunga hermaprodit di Desa Mojosongo menunjukkan nilai KK yang paling kecil

dengan nilai KK berturut-turut 11.61 dan 6.10%. Oleh karena itu peubah jumlah

daun dan panjang bunga hermaprodit yang seragam terdapat pada populasi pepaya

di Desa Mojosongo. Padatan terlarut total pangkal buah yang paling seragam

terdapat pada populasi pepaya di Desa Dampit dengan nilai KK sebesar 4.70%.

pH buah yang paling seragam dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Salakan dan

Desa Mojosongo dengan nilai KK sebesar 2.22%. Peubah jumlah daun dan

panjang bunga hermaprodit yang paling sensitif terhadap pengaruh lingkungan

terdapat di Desa Dampit. Peubah PTT pangkal buah yang paling sensitif terhadap

pengaruh lingkungan terdapat di Desa Mojosongo, sedangkan peubah pH buah

yang paling sensitif terhadap pengaruh lingkungan terdapat di Desa Sudimoro.

Populasi pepaya di Desa Gumulan memiliki diameter batang 15 cm dari

permukaan tanah, diameter batang 50 cm dari permukaan tanah, diameter batang

100 cm dari permukaan tanah, panjang daun, lebar daun, diameter pangkal buah,

27

dan jumlah bunga hermaprodit yang paling besar. Villegas (1997) menyatakan

bahwa perbandingan dan macam bunga yang dihasilkan pada satu pohon dapat

bervariasi tergantung kepada umur dan keadaan lingkungan. Batang tertinggi yang

diukur dari permukaan tanah sampai bekas buah pertama dimiliki oleh populasi

pepaya di Desa Dampit yaitu 102.45 cm. Tangkai daun populasi pepaya di Desa

Sudimoro, Dampit, dan Gumulan lebih panjang dibandingkan ke tiga populasi

pepaya yang lain. Populasi pepaya di Desa Sudimoro memiliki jumlah buah

paling banyak bila dibandingkan dengan populasi pepaya di lokasi lainnya. Bobot

buah dan diameter ujung buah terbesar dimililki oleh populasi pepaya di Desa

Dampit dan Gumulan. Padatan terlarut total ujung dan tengah buah tertinggi

dimiliki oleh populasi pepaya di Desa Mojosongo yaitu sebesar 12.13 dan

11.63% brix. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan unsur hara N, P,

dan K dalam tanah yang tinggi pada kebun tersebut. Peningkatan taraf N yang

diikuti oleh taraf K dapat meningkatkan kandungan PTT buah (Wydiawati, 1995).

Hal ini sesuai dengan hasil analisis tanah yang dapat dilihat pada Tabel Lampiran

4. Bobot 100 biji terbesar dimiliki oleh buah pepaya di Desa Mojosongo dan

Gumulan. Hal ini didukung oleh bobot buah yang relatif besar pada kedua

populasi tersebut. Diameter tengah buah terbesar dimiliki oleh buah pepaya di

Desa Gurung, Desa Dampit, dan Desa Gumulan.

Populasi pepaya di Desa Sudimoro dan Desa Mojosongo mempunyai

kemiripan sifat morfologi dan kualitas buah. Kemiripan sifat tersebut antara lain:

tinggi batang kebuah pertama sedang, panjang daun dan lebar daun yang sedang,

jumlah bunga hermaprodit sedang, bobot buah sedang, dimeter ujung dan

diameter tengah buah sedang, serta diameter pangkal buah yang kecil.

Populasi pepaya di Desa Gurung dan Desa Salakan juga mempunyai

kemiripan sifat morfologi dan kualitas buah. Persamaan sifat kedua populasi ini

antara lain tinggi batang ke buah pertama sedang, panjang daun dan lebar daun

serta panjang tangkai daun kecil, jumlah bunga hermaprodit sedikit, bobot buah

sedang, PTT ujung dan tengah buah rendah, dan diameter pangkal buah yang

kecil.

Sifat morfologi tanaman yang baik dan seragam serta kualitas buah yang

baik terdapat pada populasi pepaya di Desa Gumulan. Populasi tersebut memiliki

28

diameter batang yang besar, tinggi batang ke buah pertama yang cukup rendah,

panjang dan lebar daun serta panjang tangkai daun yang besar, jumlah bunga

hermaprodit dan jumlah buah yang banyak, PTT ujung dan tengah buah yang

cukup tinggi, bobot buah dan bobot 100 biji yang besar, daging buah berwarna

jingga, serta diameter buah yang besar. Hasil analisis tanah (Tabel Lampiran 4)

menunjukkan bahwa kandungan unsur N, P dan K yang terdapat di lahan pepaya

di Desa Gumulan cukup tinggi dengan kandungan masing-masing 0.08%,

162.1 ppm, dan 0.90 me/100 g.

Populasi pepaya di Desa Dampit mengelompok sendiri karena memiliki

tinggi batang ke buah pertama yang tinggi dan PTT ujung dan tengah buah yang

paling kecil dibandingkan kelima populasi pepaya yang lain. Hal ini kemungkinan

disebabkan lahan di Desa Dampit mempunyai pH tanah yang rendah yaitu 4.60

dibawah pH optimum untuk pertumbuhan tanaman pepaya.

Populasi pepaya di Desa Gurung memiliki diameter batang yang kecil,

tinggi batang ke buah pertama yang rendah, panjang dan lebar daun serta panjang

tangkai daun yang kecil, jumlah bunga hermaprodit dan jumlah buah yang sedikit,

bobot buah kecil, PTT ujung dan tengah buah sedang, bobot 100 biji yang kecil,

serta diameter buah yang sedang. Hal ini disebabkan populasi pepaya di Desa

Gurung jarang dilakukan pemupukan, sehingga pertumbuhan vegetatif dan

kualitas buahnya rendah. Menurut Nakasone dan Paull (1999) ketersediaan unsur

hara N, P, pengairan dan suhu mempengaruhi kecepatan pertumbuhan batang

pepaya. Selain itu ukuran buah akan menurun akibat dosis P yang terlalu tinggi.

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kandungan unsur N, P, dan K di Desa

Gurung sangat rendah yaitu 0.09%, 32.0 ppm, dan 0.13 me/100g.

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa semakin panjang dan lebar daun

maka bobot dan jumlah buahnya juga semakin besar. Hal ini diduga ukuran daun

yang besar akan mempunyai banyak klorofil yang berperan dalam proses

fotosintesis, sehingga suplai hasil fotosintat ke buah semakin banyak dan produksi

buahnya juga semakin besar. Muttaqin (2003) dan Rosa (2003) menyatakan

bahwa panjang dan lebar daun mempunyai peran terhadap produksi buah. Bobot

buah berkorelasi negatif terhadap kandungan PTT buah. Semakin besar bobot

buah maka semakin rendah kandungan PTT buah tersebut. Selain itu, faktor

29

lingkungan juga berpengaruh terhadap persentase kandungan PTT buah. Panjang

tangkai daun berkorelasi positif terhadap panjang daun dan lebar daun, sehingga

tanaman yang memiliki tangkai daun yang panjang akan memiliki panjang daun

dan lebar daun yang besar. Sebaliknya, tanaman yang memiliki tangkai daun yang

pendek akan memiliki panjang daun dan lebar daun yang kecil.

Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa semakin tinggi batang maka

semakin besar pula diameter batang tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Muttaqin (2003) yang menunjukkan bahwa genotipe pepaya yang

berperawakan relatif tinggi akan memiliki diameter batang yang relatif besar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kemiripan sifat morfologi dan kualitas buah terdapat pada populasi pepaya

di Desa Gurung dan Desa Salakan. Populasi pepaya di Desa Sudimoro dan Desa

Mojosongo juga mempunyai kemiripan sifat morfologi dan kualitas buah,

sedangkan populasi pepaya di Desa Dampit dan Desa Gumulan mempunyai

karakter yang berbeda dari ke empat populasi lainnya.

Populasi pepaya yang mempunyai sifat morfologi yang baik dan seragam

serta kualitas buah yang paling baik terdapat pada populasi pepaya di Desa

Gumulan. Pengaruh lingkungan terhadap peubah-peubah yang diamati pada

populasi pepaya di Desa Gumulan relatif kecil dibandingkan ke lima populasi

pepaya yang lain. Buah pepaya di Desa Gumulan juga mempunyai kriteria yang

sesuai dengan Standar Nasional Indonesia dengan bobot buah 2846.3 g termasuk

dalam grup A (bobot buah 2.5 – 3 kg), bentuk buah panjang dan seragam, rasa

daging buah manis dan warna daging buah jingga.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada musim yang berbeda untuk

mengetahui perbedaan karakter morfologi dan kualitas buah antar musim tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arifeni, F. 2004. Karakterisasi Sifat-sifat Morfologi dan Kimiawi pada Dua Genotipe Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) dengan Perbedaan Sumber Banih. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 482 hal. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1983. Penelitian Buah-buahan

dan Tanaman Hias. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Malang. Chay-Prove, P. 2000. Papaw Information Kit. Agrilink Departement of Primary

Industries Maroochy Horticultural Research Station the State of Queensland. Australia.

Comstock, R. W. 1996. Quantitative Genetic with Reference to Plant and Animal

Breeding. Iowa State University Press. Ames, Iowa. 421 p. Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian

Pertanian. UI Press. Jakarta. 698 hal. Hidayati, M. N. 2005. Perbanyakan Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) dengan

stek dan Pengaruhnya terhadap Stabilitas Kelamin Bunga. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hill, J., H. C. Becker, and P. M. A. Tigerstedt. 1996. Quantitative and Ecological

Aspect of Plant Breeding. Chapman and Hall. London. 271 p. IBPGR. 1998. Descriptor for Papaya. International Board for Plant Genetic

Resources. Rome. Maesyaroh, S. 1986. Pengaruh Letak Benih dalam Buah dan Ukuran Benih

terhadap Penampakan Seks Tanaman dan Vigor Bibit Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Muttaqin, T. 2003. Evaluasi Beberapa Karakter Morfologi 19 Genotipe Pepaya

(Carica papaya L.) Hasil Pemuliaan Balitbu, Solok. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1999. Crop Production Science in Horticulture.

Wallingford: CBA International Wallington, p:259-263. Noorrohmah, S. 2005. Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya Di Empat

Lokasi Di Wilayah Bogor pada Dua Musim. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

32

Rosa, M. 2004. Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya dari Empat Populasi Pepaya di Wilayah Bogor. Skripsi. Departeman Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sankat, C. K. and Maharaj. 1997. Papaya, p. 175-183. In: S. Mitra (Ed.).

Pastharvest Phisiology and Storage of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. India.

Sunarjono, H. 1987. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru. Bandung. Sumartono, Nasrullah, dan H. Hartiko. 1992. Genetika Kuantitatif dan

Bioteknologi Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 372 hal.

Suwarno. 2000. Pengaruh Cahaya dan Perlakuan Benih Terhadap Perkecambahan

Benih Pepaya. Dalam Buletin Agricultural Vol. XV No. 3 Villegas, V. N. 1997. Carica papaya L., p. 125-131. In: E. W. M. Verheij and R.

E. Coronel (Eds.). Plant Resources of Sount-East Asia 2: Edible Fruits and Nuts. Prosea Foundation.

Wiyono, S. dan S. Manuwoto. 2008. Penyakit Antraknosa pada Pepaya dan

Potensi Pengendaliannya. Pusat Kajian Buah Tropika, LPPM – IPB. Bogor. 17 hal.

Wydiawati, D. 1995. Pengaruh Pemupukan Nitrogen, Kalium dan Kalsium

terhadap Produksi Papain Kasar dan Mutu Buah Pepaya. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yenita. 2002. Evaluasi Keragaan Lima Kultivar Pepaya (Carica papaya L.).

Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

34

Tabel Lampiran 1. Hasil Uji Korerasi antar Peubah Diameter

batang 15 cm dari permukaan

tanah

Diameter batang

50 cm dari permukaan

tanah

Diameter batang

100 cm dari permukaan

tanah

Tinggi batang

Panjang daun

Lebar daun

Panjang tangkai

daun

Jumlah daun

Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah Tinggi batang Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun Jumlah daun Jumlah bunga hermaprodit Panjang bunga hermaprodit Jumlah buah Bobot buah PTT (ujung) PTT (tengah) PTT (pangkal) pH

0.86** 0.73** 0.10 0.25** 0.24** 0.40** 0.34** 0.17 0.36** 0.48** 0.24** -0.22* -0.10 0.01 -0.11

- 0.84** 0.19* 0.28** 0.27** 0.46** 0.36** 0.15 0.27** 0.48** 0.18 -0.20* -0.07 -0.02 -0.00

- - 0.02 0.39** 0.34** 0.49** 0.32** 0.25** 0.26** 0.53** 0.23* -0.10 -0.01 0.05 -0.10

- - - -0.03 -0.00 0.06 0.22* -0.01 0.04 -0.10 0.12 -0.256** -0.27** -0.20* -0.09

- - - - 0.91** 0.81** 0.53** 0.55** 0.33** 0.27** 0.34** 0.11 0.02 -0.05 0.11

- - - - - 0.76** 0.50** 0.51** 0.30** 0.22* 0.32** 0.20* 0.05 -0.05 0.08

- - - - - - 0.67** 0.40** 0.22* 0.43** 0.44** -0.12 -0.15 -0.18 0.06

- - - - - - - 0.30** 0.15 0.14 0.34** -0.16 -0.16 -0.16 0.06

Keterangan : *) Berkorelasi pada taraf 5%; **) Berkorelasi pada taraf 1%

35

Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Jumlah

bunga hermaprodit

Panjang bunga

hermapprodit

Jumlah buah

Bobot buah PTT (ujung) PTT (tengah)

PTT (pangkal)

pH

Panjang bunga hermaprodit Jumlah buah Bobot buah PTT (ujung) PTT (tengah) PTT (pangkal) pH Bobot total biji Bobot 100 biji Diameter ujung buah Diameter tangah buah Diameter pangkal buah

0.20* 0.06 0.29** 0.15 0.09 -0.01 0.14 0.07 0.26** 0.10 0.11 0.13

- 0.06 0.15 0.04 0.05 -0.01 -0.02 -0.11 0.22* -0.03 0.00 0.17

- - 0.070 -0.219* -0.159 -0.048 0.055 -0.090 -0.050 0.053 0.023 0.026

- - - -0.19* -0.30** -0.23* 0.03 0.43** -0.01 0.77** 0.79** 0.79**

- - - - 0.69** 0.52** -0.03 0.03 0.34** -0.04 -0.11 -0.06

- - - - - 0.64** 0.09 -0.15 0.30** -0.15 -0.13 -0.12

- - - - - - -0.05 0.10 0.25** -0.00 -0.08 -0.10

- - - - - - - -0.03 -0.10 0.12 0.07 0.03

Keterangan : *) Berkorelasi pada taraf 5%; **) Berkorelasi pada taraf 1%

36

Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Bobot total biji Bobot 100 biji Diameter ujung

buah Diameter tengah

buah Diameter pangkal

buah Bobot 100 biji Diameter ujung buah Diameter tangah buah Diameter pangkal buah Diameter batang 15 cm dari permukaan tanah Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah Tinggi batang Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun Jumlah daun

0.22*0.42** 0.40** 0.26** -0.01 -0.06 -0.01 -0.11 0.08 0.08 0.09 -0.02

- -0.04 -0.09 -0.05 0.02 0.00 0.09 -0.21* 0.28** 0.33** 0.11 -0.06

- - 0.86** 0.75** 0.08 -0.02 0.02 -0.03 0.14 0.15 0.23* 0.18

- - - 0.83** 0.06 -0.02 0.05 -0.06 0.08 0.10 0.20* 0.19*

- - - - 0.14 0.07 0.14 0.09 0.17 0.18 0.26* 0.23*

Keterangan : *) Berkorelasi pada taraf 5%; **) Berkorelasi pada taraf 1%

37

Tabel Lampiran 2. Koefisien Keragaman Masing-masing Desa untuk Semua Peubah yang Diamati

Peubah Desa

Gurung Salakan Sudimoro Mojosongo Dampit Gumulan KK (%)

Peubah vegetatif Diameter batang 15 cm dari permukaan tanah Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah Tinggi batang Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun Jumlah daun Peubah generatif Jumlah bunga hermaprodit Panjang bunga hermaprodit Jumlah buah Peubah kualitas buah Bobot buah Padatan terlarut total (PTT) ujung buah Padatan terlarut total (PTT) tengah buah Padatan terlarut total (PTT) pangkal buah pH buah Bobot total biji Bobot 100 biji Diameter ujung buah Diameter tengah buah Diameter pangkal buah

15.23 14.23 12.31 15.42 10.23 12.73 14.49 17.03 24.50 14.71 15.70 18.00 5.93 7.42 7.07 3.05 36.37 16.27 7.40 6.89 7.99

8.79 8.72 8.04 10.86 12.17 12.33 12.94 12.21 12.28 13.65 15.14 16.53 7.92 7.47 7.09 2.22 31.85 15.73 8.81 6.99 8.44

13.85 13.97 13.77 19.72 10.24 13.59 9.01 13.21 13.46 12.57 22.27 18.12 5.93 8.98 6.79 8.38 27.20 9.94 11.60 9.16 8.69

9.84 8.85 9.92 21.52 9.75 10.45 10.41 11.61 16.23 6.10 19.13 13.01 7.09 7.38 12.89 2.22 28.25 11.16 10.08 6.56 5.78

12.03 11.20 9.93 12.61 10.41 11.34 9.00 24.62 15.53 16.19 13.90 14.89 7.65 7.67 4.70 3.05 26.83 15.00 8.62 7.64 7.72

8.98 10.21 8.09 16.55 7.94 11.15 8.44 11.96 9.20 8.61 10.67 16.91 6.10 8.46 6.33 6.40 29.95 12.42 8.20 6.85 7.63

38

Tabel Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Uji F untuk Peubah yang Ragamnya Homogen

No. Peubah P-Value 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Peubah vegetatif Diameter batang 15 cm dari permukaan tanah Diameter batang 50 cm dari permukaan tanah Diameter batang 100 cm dari permukaan tanah Tinggi batang Panjang daun Lebar daun Panjang tangkai daun Peubah generatif Jumlah bunga hermaprodit Jumlah buah Peubah kualitas buah Bobot buah Padatan terlarut total (PTT) ujung buah Padatan terlarut total (PTT) tengah buah Bobot total biji Bobot 100 biji Diameter ujung buah Diameter tengah buah Diameter pangkal buah

0.000** 0.000** 0.000** 0.000** 0.000** 0.000** 0.000** 0.001** 0.000** 0.000** 0.000** 0.000** 0.214 0.000** 0.000** 0.000** 0.002**

Keterangan : *) Berbeda nyata pada taraf 5%;**) Berbeda nyata pada taraf 1%

Tabel Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Tanah ke Enam Lokasi

Lokasi pH H2O

C-Org (%) N-total (%) P (ppm) K (me/100 g)

Gurung

Salakan

Sudimoro

Mojosongo

Dampit

Gumulan

5.80

5.60

5.50

5.40

4.60

5.50

1.17

1.25

1.17

0.75

1.58

0.92

0.09

0.10

0.09

0.07

0.11

0.08

32.0

106.6

61.0

68.2

110.9

162.1

0.13

0.51

0.69

0.19

0.46

0.90

39

40

Gambar Lampiran 1. Bentuk Daun Berdasarkan Descriptor for Papaya yang diterbitkan oleh International Board for Plant Genetic Resources (IBPGR)

41

Gambar Lampiran 1. (Lanjutan)

Gambar Lampiran 1. (Lanjutan)

42

Batang Daun

Kulit Buah Daging Buah

Gambar Lampiran 2. Warna Batang, Daun, Kulit Buah dan Daging Buah Pepaya

Boyolali