50
DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM Oleh: Soemarno, 2012 1. Pendahuluan Beberapa permasalahan agribisnis mangga di Jawa Timur yang dapat diidentifikasikan selama ini adalah: (a). Volume ekspor buah mangga selama ini mengalami fluktuasi yang sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah potensial demand pasar luar negeri dan domestik ; kendala-kendala kualitas (terutama tentang jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan teknik penanganan pascapanen; serta kendala-kendala kontinyuitas dan peningkatan produksi buah. (b). Sebagian besar tanaman mangga ditanam penduduk di lahan pekarangan di sela-sela tanaman lainnya. Alternatif pengembangan kebun mangga monokultur pada lahan tegalan atau perkebunan masih belum diketahui secara meyakinkan, apakah tanaman mangga yang diusahakan secara komersial cukup "layak" (feasible) baik ditinjau dari aspek finansial, ekonomi, maupun sosial. (c). Biaya investasi untuk pengusahaan mangga apabila dilakukan secara komersial (perkebunan) cukup besar, sulit terjangkau oleh petani yang permodalannya lemah. Oleh karenanya, dalam rangka pengembangan agribisnis mangga, perlu dikaji

KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

  • Upload
    ngodiep

  • View
    271

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

DESKRIPSI SISTEM AGRIBISNIS MANGGA DI JATIM

Oleh: Soemarno, 2012

1. Pendahuluan

Beberapa permasalahan agribisnis mangga di Jawa Timur yang dapat diidentifikasikan selama ini adalah:(a). Volume ekspor buah mangga selama ini mengalami fluktuasi yang

sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah potensial demand pasar luar negeri dan domestik ; kendala-kendala kualitas (terutama tentang jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan teknik penanganan pascapanen; serta kendala-kendala kontinyuitas dan peningkatan produksi buah.

(b). Sebagian besar tanaman mangga ditanam penduduk di lahan pekarangan di sela-sela tanaman lainnya. Alternatif pengembangan kebun mangga monokultur pada lahan tegalan atau perkebunan masih belum diketahui secara meyakinkan, apakah tanaman mangga yang diusahakan secara komersial cukup "layak" (feasible) baik ditinjau dari aspek finansial, ekonomi, maupun sosial.

(c). Biaya investasi untuk pengusahaan mangga apabila dilakukan secara komersial (perkebunan) cukup besar, sulit terjangkau oleh petani yang permodalannya lemah. Oleh karenanya, dalam rangka pengembangan agribisnis mangga, perlu dikaji model pengelolaan yang dapat memecahkan masalah tersebut, termasuk permodalan, pemasaran, transfer teknologi serta permasalahan lainnya.

2. Potensi Produksi Mangga

Perkembangan produksi mangga di Jawa Timur semenjak tahun 1985 menunjukkan peningkatan (Tabel 1). Tiga jenis mangga yang dominan adalah Arumanis, Gadung dan Manalagi (Tabel 2)

Page 2: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Tabel 1. Perkembangan Produksi Mangga di Jawa Timur Selama Tahun 1985-1990.

Tahun Produksi Perkembangan (ton) (% /th) 1985 186.250 - 1986 207.600 11.46 1987 284.850 37.21 1988 306.225 7.50 1989 452.500 47.77 1990 611.250 35.08Sumber: Diolah dari laporan Tahunan Dinas Pertanian Tana man

Pangan Propinsi Jawa Timur 1991/1992

Tabel 2. Produksi Mangga Berdasarkan Jenisnya di Jawa Timur, Tahun 1990

Jenis Mangga Produksi Persen (ton) (%) Arumanis 216.994 35.50 Golek 92.290 15.10 Manalagi 132.641 21.70 Jenis lain 169.316 27.70Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Jawa Timur, 1991/1992.

3. Wilayah Agroekologi mangga

Tanaman mangga sangat cocok untuk daerah-daerah yang mempunyai bulan kering sekitar tiga bulan (tipe iklim yang sesuai B2, C dan D), ia cukup tahan kekeringan. Di daerah yang beriklim basah tanaman mangga sering mengalami ganggua seperti kerontokan bunga,

Page 3: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

gangguan penyakit Gleosporium dan penggerek buah. Di daerah iklim kering diperlukan persyaratan bahwa kedalaman air tanah tidak boleh lebih dari 200 cm. Tanaman ini kurang sesuai untuk daerah dataran tinggi (>1000 m dpl). Periode kering sebelum dan sewaktu pembungaan sangat diperlukan untuk keberhasilan pembuahan, sedangkan cuaca berawan dan banyak hujan pada saat pohon berbunga dapat mengganggu perkawinan bunga dan mengakibatkan kerontokan. Karakteristik tanah yang sesuai adalah gembur dan tekstur lempung berpasir, dan solumnya cukup dalam.

Tiga macam faktor agroekologi utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mangga adalah ketinggian tempat, pola hujan sepanjang tahun, dan solum tanah. Sedangkan faktor-faktor agroekologi lain yang dapat membatasi produktivitas tanaman mangga adalah (i) salinitas tanah yang tinggi, (ii) muka air tanah yang terlalu dangkal, (iii) tekstur tanah liat berat, (iv) drainase tanah yang jelek/daerah genangan/banjir, (v) faktor khusus. Hasil evaluasi rekonaisans di Jawa Timur diabstraksikan dalam Tabel 3.

Secara general, wilayah pengembangan mangga di Jawa Timur dapat dijelaskan seperti berikut.(1). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim basah (400-

1000 m dpl, CH = > 2000 mm/tahun)Daerah ini kurang sesuai bagi tanaman mangga, faktor pembatasnya adalah curah hujan yang berlebihan. Pada saat tanaman mangga menghendaki periode kering ternyata masih turun hujan. Oleh karena itu kasus yang sering terjadi ialah kerontokan bunga dan bakal buah.

(2). Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim agak basah (400- 1000 m dpl, CH = 1000 - 2000 mm/tahun) Sebaran wilayah ini di Jawa Timur sangat luas dengan kondisi agroekologi sangat beragam. Keadaan ini memungkinkan berbagai jenis mangga tumbuh dan berkembang dengan baik. Kendala yang mungkin dihadapi adalah solum tanah yang tipis, tekstur liat berat atau berpasir.

(3). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim kering (0-400 m dpl, CH = < 1000 mm/tahun)

Page 4: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Wilayah pengembangan ini hanya sesuai bagi tanaman mangga yang tahan terhadap kekeringan, yaitu jenis-jenis lokal yang mempunyai perakaran sangat dalam dan luas, penetrasinya kuat dan umumnya mempunyai tajuk yang daunnya kecil-kecil. Kendala yang lazim adalah cekaman air tanah yang mengakibatkan kegagalan fruitset.

Tabel 3. Klasifikasi lahan bagi pengembangan mangga di Jawa Timur (Soemarno dkk, 1992)

N Development zones Altitude Tipe Solum Possible constraint*) o (Symbols) ( m dpl iklim (cm) 1. A1R1S1 (Sesuai) 0-400 C2-C3 > 100 k1; k2 k3 k4 k5 2. A1R1S2 (Sesuai) 0-400 C2-C3 60-

100 k1; k2 k3 k4 k5

3. A1R1S3 (Kurang

sesuai) 0-400 C2-C3 < 60 k1; k2 k3 k4 k5

4. A1R2S1 (Kurang

sesuai) 0-400 D > 100 k1; k2 k3 k4 k5

5. A1R2S2 (Kurang

sesuai) 0-400 D 60-

100 k1; k2 k3 k4 k5

6. A1R3S1 (Kurang

sesuai) 0-400 B; E > 100 k1; k2 k3 k4 k5

7. A1R3S2 (Kurang

sesuai) 0-400 B; E 60-

100 k1; k2 k3 k4 k5

8 . A2R1S1 (Sesuai) 400-1000

C2-C3

> 100 k1; k2 k3 k4 k5

9 . A2R1S2 (Sesuai) 400-1000

C2-C3

60-100

k1; k2 k3 k4 k5

10 A2R1S3 (Cukup

sesuai) 400-1000

C2-C3

< 60 k1; k2 k3 k4 k5

11 A2R2S1 (Cukup

sesuai) 400-1000

D > 100 k1; k2 k3 k4 k5

12 A2R2S2 (Cukup

sesuai) 400-1000

D 60-100

k1 ;k2 k3 k4 k5

Page 5: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

13 A2R2S3 (Kurang

sesuai) 400-1000

D < 60 k1; k2 k3 k4 k5

14 A2R3S1 (Kurang

sesuai) 400-1000

B; E > 100 k1; k2 k3 k4 k5

15 A2R3S2 (Kurang

sesuai) 400-1000

B; E 60-100

k1; k2 k3 k4 k5

16 A3R2S3 (Tidak

sesuai) >1000 D < 60 k1; k2 k3 k4 k5

Keterangan : *) Kendala yang mungkin ada; k1 = salinitas yang tinggi; k2 = kedalaman muka air tanah < 50 cm; k3 = tekstur tanah liat berat; k4 = drainase buruk/daerah genangan/banjir; k5 = kekeringan; k6 = kondisi iklim (suhu dan kelembaban udara) ; k7 = curah hujan berlebihan.

(4). Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim agak basah (0-400 m dpl, CH = 1000-2000 mm/tahun)Wilayah ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pusat produksi mangga. Kondisi agroklimat umumnya sesuai bagi pertumbuhan dan produksi mangga. Periode kering cukup panjang bagi periodisasi pertumbuhan tanaman mangga. Kendala yang mungkin dihadapi adalah muka air tanah yang terlalu dangkal, drainase yang jelek atau genangan air, dan tekstur tanah liat berat.

4. Pusat produksi mangga

Tanaman mangga di Jawa Timur tersebar pada hampir seluruh wilayah. Daerah-daerah sentra produksi aktual mangga di Jawa Timur disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Daerah Sentra Produksi Mangga di Jawa Timur

Kabupaten Produksi buah (ton) Kultivar: Arumanis Golek Lainnya

Page 6: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

1. Pasuruan 44.436 27.025 29.143 2. Probolinggo 28.895 2.565 9.620 3. Kediri 4.962 8.575 24.850 4. Lumajang 7.040 4.128 13.760 5. Jombang 17.940 1.331 5.4306. Gresik 7.524 1964 9.6427. Mojokerto 7.434 1.127 8.2708. Ponorogo 7.560 975 7.515 Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Propinsi Jawa Timur, 1991/92.

5. Keragaan Sistem Agribisnis Mangga

5.1. UsahataniTanaman mangga pada umumnya diusahakan di lahan pekaran-

gan secara sambilan. Estimasi tentang persentase luas pengusahaan mangga berdasarkan sistim pengusahaannya disajikan dalam Tabel 5.Tabel 5. Estimasi Persentase Usahatani Tanaman Mangga

Berdasarkan Sistem Pengusahaannya

Farming systems % luasan 1. Mangga diusahakan pada lahan

pekarangan 90 - 95

2. Mangga diusahakan pada lahan tegal dan tumpangsari dengan tanaman

pangan ± 5.0

3. Mangga diusahakan pada lahan tegal secara monokultur ± 1.0

Sumber: Soemarno dkk., 1992.

Tanaman mangga di lahan pekarangan penduduk tidak menda-patkan perawatan secara memadai, pemupukan dilakukan ala kadarnya, pemangkasan tajuk tidak dilakukan. Sebagian besar tanaman berumur tua dan ditanam dari biji.

Page 7: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

5.2. Produktivitas manggaJumlah tanaman mangga dan produksinya di daerah sentra

produksi Probolinggo disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Tanaman dan Produksi Buah Mangga di Kabupaten Probolinggo, 1990/91.

Kultivar Jumlah pohon mangga: Produksi Productif Muda Total buah (kw)Gadung 95.527 55.520 151.047 137.085Manalagi 44.735 33.149 77.884 58.357 Golek 20.950 23.986 44.936 35.803Madu 7.229 18.303 25.532 7.898 Jenis lain 45.972 63.932 109.904 142.372 Jumlah 214.413 204.890 419.303 381.515 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten

Probolinggo, Jawa Timur, 1991/1992.

5.3. Usahatani mangga rakyat

Deskripsi ringkas sistem usahatani mangga yang dilakukan oleh petani sebagaimana disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Deskripsi Sistem Usahatani Mangga Yang Dilakukan Petani, 1991/1992

Kondisi aktual 1. Rata-rata jumlah pohon 3-5 pohon2. Lahan yang digunakan Lahan pekarangan3. Jarak tanam Tidak beraturan4. Sistim penanaman Sebagian besar berasal dari cangkokan5. Jenis mangga yang Arumanis (gadung) dan

Page 8: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

banyak diusahakan Manalagi 6. Pemangkasan Umumnya dilakukan pada waktu tanaman umur 1-3

tahun7. Pemupukan Umumnya dilakukan pada

waktu tanaman umur 1-2 tahun8.Pemberantasan hama dan penyakit

Jarang dilakukan

Sumber: Soemarno dkk. 1992.

5.4. Sistem Pemasaran

Buah mangga pada umumnya dikonsumsikan dalam bentuk segar, kurang dari satu persen dari total produksi yang diproses menjadi bentuk olahan (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1986). Buah mangga sebagian besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

a. Saluran Pemasaran. Buah mangga yang dihasilkan di Kabupaten Pasuruan, Probolinggo dan sekitarnya dipasarkan di dalam wilayah Kabupaten dan sebagian dikirim ke luar wilayah.

b. Cara PemasaranPenjualan buah mangga pada umumnya dilakukan melalui tiga

cara, yakni tebasan, ijon dan kontrak. Sebagian besar petani melakukan pemasaran mangganya dengan cara tebasan (80%), sisanya dengan cara ijon dan kontrak. Dalam hal ijon dan kontrak, penentuan harga sangat didominasi oleh pedagang.

c. Marjin pemasaran Marjin pemasaran mangga di Kabupaten Probolinggo seba-

gaimana Tabel untuk pemasaran sampai luar Probolinggo (ke Jakarta) . Market Share petani dari harga beli konsumen hanya sebesar lebih kurang 45% (Tabel 8).

Page 9: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Tabel 8. Pemasaran Mangga dari Kabupaten Probolinggo ke luar Kabupaten, 1991/1992

Aktivitas Nilai Pangsa (Rp/100 buah) (%)1. Petani Harga jual 14.280 44.702. Pedagang pengumpul a. Harga beli 14.280 44.70 b. Biaya - Panen 714 2.23 - Sortasi 460 1.44 - Packing 1.285 4.02 - Transport lokal 250 0.78 - Kuli angkut 860 2.69 - Transpor ke luardaerah (Jakarta)

5.732 17.94

Total 9.301 29.12 c. Harga jual 31.945 100 d. Keuntungan 8.355 26.15

Sumber: Soemarno dkk, 1991

5.5. Agroteknologi mangga

Berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo diperoleh informasi tentang agro-teknologi mangga seperti yang diabstraksikan dalam Tabel 9. Sebagian besar petani mangga di dua daerah sentra produksi mangga (Pasuruan dan Probolinggo) kurang menerapkan teknologi budidaya mangga. Terutama para petani yang menanam mangga di pekarangan dapat dikatakan belum melakukan usaha kearah peningkatan teknologi budidaya, atau boleh dikatakan melakukan budidaya apa adanya.

Page 10: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

6. Tingkat Kelayakan

6.1. Aspek Agroekologi

Tanaman mangga dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada tempat-tempat dengan ketinggian 0-600 meter diatas permukaan laut, sedangkan kondisi yang ideal adalah 0-300 m dpl. Syarat-syarat tumbuh (pola hujan) untuk tanaman mangga sebagai berikut : (1). Daerah-daerah yang kondisi iklimnya ditandai oleh bulan basah

kurang dari 9 bulan dan bulan kering minimal 2 bulan, daerah toleransinya adalah 7-8 bulan basah dan 4-5 bulan kering . Kedalaman muka air tanahnya 50 cm atau lebih, sehingga tidak terjangkau oleh sistem perakaran .

(2). Daerah-daerah yang bulan basahnya 5-7 bulan dan bulan keringnya 4-6 bulan, dengan kedalaman muka air tanah 50 cm sampai 150 cm.

(3). Daerah-daerah yang bulan basahnya kurang dari 5 bulan dan bulan keringnya 6 bulan, sampai yang bulan basahnya 2-4 bulan dan keringnya 8 bulan, dengan kedalaman muka air tanahnya 50 cm sampai dengan 150 cm di bawah permukaan.

Tabel 9. Keadaan Agro-Teknologi Budidaya Mangga di Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo .

Pasuruan Probolinggo Homeyard

s Gardens Homeyards Gardens

I. Bibit dan Pembibitan a. Asal bibit - Sendiri 75.0 % 36.5 % 55 % 20% - Membeli 25.0 % 63.5 % 45 % 80

Page 11: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

b. Cara Pembibitan - Biji 55.0 % 0 15 % - - Sambungan 26.0 % 55.0 30 % 60% - Okulasi 15.0 % 30.0 20 % 40 - Cangkok 4.0 % 15.0 35 % - c. Jarak Tanam; m - Tak teratur 8 x 8 - 7 x 7 - - Teratur 10 x 10 12 x 12 10 x 10 10 x 10 d. Sistim Penanaman - Tumpangsari 100 % 75 % 85 % 50% - Monokultur - 25 % 15 % 50II. Pemeliharaan a. Pemangkasan/ Benalu 55.55 % 40.75 % 50 % 80% b. Pemupukan 11.00

% 55.00 %

20 % 90%

c. Pemberantasan hama penyakit 5.00 % 45.00 % 12 % 70% d. Penyiangan 40.00 % 75.00% 20 % 80%III. Jumlah rata-rata 4

pohon 60 3 40

pohon setiap orang Sumber: Soemarno, dkk. 1992.

.6.2. Prospek pengembangan Mangga

Keberhasilan pengembangan mangga di Jawa Timur menghada-pi beberapa faktor:

(a). Swa sembada pangan Pengembangan tanaman mangga haruslah diarahkan pada

lahan kering (pekarangan, tegalan, kebun campuran, dan lahan-lahan kritis). Arah kebijakan ini dipertegas oleh Dinas Pertanian Cabang

Page 12: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Kabupaten yang menggelarkan "gerakan mangganisasi", yaitu menanam tanaman mangga pada setiap jengkal lahan yang kosong.

(b). Pengelolaan lahan kritis Lahan-lahan kritis di Jawa Timur sampai saat ini masih memer

lukan penanganan yang lebih serius, terutama yang berada di kawasan lahan usaha milik penduduk. Kenyataan ini mendorong adanya kebijakan Pemerintah Daerah untuk menggerakkan program penghijauan. Jenis tanaman unggulan yang dianjurkan adalah mangga, karena tanaman ini disamping untuk tujuan penghijauan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

(c). Respons petani Respon petani untuk menanam mangga pada lahan kering

(pekarangan, tegalan, kebuun, dan lahan-lahan terlantar) cukup besar. Untuk lebih membantu respon penduduk ini pemerintah daerah telah mengarahkan bantuan pembangunan desa untuk pengadaan bibit mangga yang baik.

(d). Intensifikasi penggunaan lahan Intensitas penggunaan lahan kering masih sangat rendah yakni

satu sampai dua kali setahun (tanam yang kedua kadang-kadang berhasil dipanen dan kadang-kadang gagal dipanen karena mengalami kekeringan). Pada musim kemarau lahan-lahan seperti ini praktis tidak menghasilkan produk, sehingga lazimnya dikategorikan sebagai lahan "Sleeping Land". Dengan demikian penanaman mangga pada lahan seperti ini diharapkan dapat meningkatkan intensitas produktivitasnya.

(e). Peningkatan pendapatan petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman mangga

memberikan sejumlah pendapatan keluarga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa apabila pengembangan mangga diarahkan pada lahan-lahan petani tersebut diharakan dapat meningkatkan pendapatan petani.

6.3. Aspek Sosio-teknologi

Page 13: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Penguasaan agroteknologi mangga oleh penduduk pada umumnya sudah menguasai syarat minimal, akan tetapi untuk menuju kepada usahatani yang lebih intensif masih diperlukan tambahan informasi teknologi inovatif. Teknologi bibit dan pembibitan, penanaman bibit dan perawatan tanaman, serta fungsi pascapanen sederhana telah dikuasai penduduk.

6.4. Ketersediaan sarana produksi

Ketersediaan sarana produksi untuk pengembangan mangga yang terpenting adalah bibit yang kualitasnya baik. Potensi bibit mangga di Jawa Timur masih dapat dikembangkan lagi sesuai dengan permintaan pasar. Dalam rangka penyediaan bibit mangga, peranan masyarakat dalam usahatani pembibitan mangga dipandang perlu dilibatkan, karena usahataninya cukup efisien dan meningkatkan pendapatan petani (Tabel 10).

6.5. Aspek Finansial

a. Tingkat profit Usahatani mangga apabila akan dikembangkan secara

kormersial dalam bentuk kebun mangga monokultur, terlebih dahulu perlu dievaluasi keuntungannya. Perkiraan biaya investasi dan keuntungan iusahatani kebun mangga monokultur disajikan dalam Tabel 11 dan 12.

.

.

.

Tabel 10 . Analisis Usaha pembibitan mangga dengan volume 1500 buah bibit mangga

Bahan : a. Sewa Tanah 015 Ha Rp. 150.000.-

Page 14: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

b. Benih 2000 x Rp. 10 Rp. 20.000.- c. Pupuk I 10 Kg x Rp. 170.- Rp. 1.700.- II 30 Kg x Rp. 170.- Rp. 5.100.- d. Tali Plastik Rp. 1.000.- e. Kranjang 2000 x Rp. 50.- Rp. 100.000.- f. Entris 2000 x Rp. 15 Rp. 30.000.- Rp. 307.800.- Tenaga_Kerja : a. Pengolahan Tanah: - Bajak 10 HKSP x Rp. 2.000.- Rp. 20.000.- - Bedengan 17.5 HKSP x Rp. 2.000.- Rp. 35.000.-b. Penanaman: - Ajir & tanam 125 HKSP x Rp.2.000 Rp. 25.000.- c. Pengairan: - Penyiraman 25 HKSP x Rp. 2.000.- Rp. 50.000.- - Pengairan 24 HKSP x Rp. 2.000.- Rp. 48.000.-d. Penyiangan 18 HKSP x Rp. 2.000.- Rp. 36.000.- e. Pemupukan 10 HKSP x Rp. 2.000.- Rp. 20.000.- f. Penyambungan 1500 x Rp. 100 .- Rp. 150.000.- g. Pemanenan & pembungkusan 50 HKSP x Rp. 2.000.- Rp. 100.000.- Total Rp. 484.000.-Produksi : 1500 bibit x Rp. 1.250.- Rp. 1.875.000.-Total biaya: Rp.307.800 + Rp. 484.000 Rp. 791.800.- Pendapatan : Rp. 1.083.200.-

Sumber: Soemarno dkk.,1992.

.

Tabel 11. Biaya Investasi Awal Untuk Usahatani Mangga di Probolinggo dan Pasuruan

Uraian Satuan Volume Nilai (Rp)

1. Sewa tanah Ha 1 200.000

Page 15: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

2. Sarana pengairan Buah 2 400.000 (pembuatan sumur) (@ Rp. 200.0003. Sarana produksi:a. Bibit batang 175 218.750b. Pengolahan tanah HKSP 11 22.000 c. Penanaman HKSP 20 40.000 d. Pengairan HKSP 8 16.000e. Pupuk dan rabuk unit 175 43.750 Sub

Total 340.500

Total of initial invesment 940.500Sumber: N. Hanani dkk. 1991.

Ramalan produksi mangga dilakukan hingga umur ekonomi tanaman mangga 30-35 tahun pada tingkat produktivitas medium. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk memperhitungkan faktor resiko dikarenakan adanya mangga yang tidak bisa dipasarkan karena busuk, terlalu kecil, kecurian, gangguan hama-penyakit dan lain-lain. Berdasarkan estimasi cash flow selama 30 tahun diperoleh informasi bahwa tanaman mangga baru mendatangkan keuntungan setelah umur 5 tahun. Sedangkan apabila modalnya berasal dari kredit akan dapat terlunasi pada tahun ke-10. Besarnya keuntungan mangga pada "discount rate" 18 persen per tahun dengan "Net Present Value" (NPV) sekitar Rp.4.000.000,- sedangkan besarnya "Internal Rate of Return" (IRR) sekitar 32.5 persen. Dengan informasi ini dapat disimpulkan bahwa secara finansial usahatani kebun mangga secara monokultur sangat menguntungkan.

Tabel 12. Analisis Keuntungan Usahatani kebun mangga (untuk setiap Hektar kebun Mangga)

Page 16: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Keterangan Keadaan

1. Umur mulai berproduksi 4 tahun 2. Umur impas permodalan 10 tahun 3. Net Present Value (NPV) dengan DF = 18 % Rp. 4.059.0684. Internal Rate of Return (IRR) 32.77 % 5. Nilai Break Event Point (BEP) a. Produksi 189 buah / pohon b. Harga Rp. 24.4 / buah

Sumber: Soemarno dkk, 1992.

7. Kebun Percobaan Mangga

7.1. Pendahuluan

Kebun percobaan tanaman mangga Cukur Gondang terletak di desa Cukur Gondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Luas areal seluruhnya kurang lebih 11 Ha. Jenis tanahnya termasuk komplek latosol dengan ketinggian 50 m di atas permukaan laut. Rataan curah hujan tahunan 1100 mm, dengan suhu udara rata-rata 31 oC. Kedalaman air tanah dapat mencapai sekitar 1,5 m di bawah permukaan tanah.

Tanaman uatamanya adalah mangga yang merupakan tanaman koleksi. Pada umumnya tanaman ini sudah tua ( ditanam tahun 1941). Adapun tanaman lainnya adalah koleksi pisang, tanaman pekarangan, tanaman buah-buahan aneka warna. Koleksi mangga terdiri dari 197 jenis yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan luar negeri. Pada bulan juni 1981 yang baru lalu ditambah 6 jenis mangga baru asal Pakistan.

7.2. Beberapa kultivar penting

Page 17: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

2.1. Kultivar Manalagi

Asal-usul:1. Pasuruhan Kebun Pohjentrek No.69, Kebun Cukur Gondang I/61-62.2. Bangil, Kebun Pohjentrek No. 83, Kebun Cukur Gondang I/ 73/743. Rumah Bupati di Situbondo, Kebun Pohjentrek No. 241, Kebun Cukur

Gondang II/ 179/180.Sifat-sifat buahnya merupakan perpaduan antara Kultivar Golek

dengan Arumanis. Kebanyakan tanaman yang berasal dari biji buahnya kurang enak karena rasanya masam dan berserat. Tinggi pohon mencapai 7.5 m, tajuk pohon bulat bergaris tengah 12.5 m. Percabangan sedang, berdaun jarang sampai sedang, berbuah teratur berontokan buah sedikit. Letak daun menggantung, permukaan berombak berbentuk jorong, tidak melipat, pucuk daun lancip, dasar daun bulat, panjang 28 cm, lebarnya 7.2 cm. Malai bunga berukuran 34 x 21 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bunga kuning, tangkai mulai hijau muda kemerah-merahan. Berat buah 560 gram, berukuran 16 x 8.2 x 7.3 cm, berbentuk jorong, letak tangkai miring, pangkal buah runcing, sedikit berleher, pucuk buay bulat, tidak atau sedikit berlekuk, berparuh jelas. Kulit buah tebal, halus, berlilin, bintik-bintik jarang berwarna hijau keputihan, timbul titik-titik coklat di tengahnya. Warna masak, pangkal buah kuning, pucuk buah hijau, daging buah tebal, lunak, warna masak kuning, berserat halus sekali, air buah sedang, beraroma harum, rasanya manis segar. Bijinya kecil, berukuran 14 X 4,6 X 2 cm, sebagian biji berserat pendek.

Produksi buah: Rata-rata berat buah/ pohon/th: Manalagi 69 : 36,48 kg. 1946 - 1967.Manalagi 83 : 23,82 kg. 1944 - 1967.Manalagi 241: 22,64 kg.(1947-1967) dan 15,1 kg. 1976-1980.

2.2. Kultivar Lalijiwo

Asal-usul: Kebun Cukur Gondang I/115-116.Tinggi pohon mencapai 9-11 m, tajuk pohon jorong ke atas ber-

garis tengah 13,5 - 15 m. Percabangannya sedang, berdaun sedang, berbuah jarang, rontokan buah banyak. Letak daun mendatar,

Page 18: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

permukaan keriput, berbentuk jorong, lipatan datar, pucuk daun runcing, dasar daun runcing, panjang 23 - 24 cm, lebar 4-5 cm. Produksi rata-rata berat buah/pohon/tahun Lalijiwo 1991 : 71,3 kg. 1975 - 1980.

2.3. Kultivar Arumanis

Asal-usul : 1. Pilang, Probolinggo. Kebun Poh Jentrik No. 1, Kebun Cukur Gondang

I/1-2.2. Paiton, Kraksaan, Kebun Pohjentrek No. 135, Kebun Cukur

Gondang 1/97-88.3. Muka Klenteng Kota Probolinggo, Kebun Poh Jentrik No. 143, Kebun

Cukur Gondang I/95-96.4. Kebunsari Kulon, Kanegaran, Kraksaan, Kebun Pohjentrek

No.151,Kebun Cukur Gondang I/103-104

Nama Arumanis sama dengan "Gadung", hal ini disebabkan karena kedua jenis tanaman tersebut mempunyai karakteristik yang sama, di antaranya bentuk dan warna buahnya yang tergantung pada kesuburan tanamannya. Tinggi Pohon mencapai 9,2 m, tajuk pohon piramida tumpul bergaris tengah mencapai 11,8 m. Percabangan sedang, berdaun tebal, berbuah sedang dan teratur, kerontokan buah sedikit. Letak daun mendatar, permukaan daun berombak berbentuk jorong, agak melipat, pucuk daun runcing, dasar daun tumpul, panjang 20,3 cm lebar 6,4 cm. Malai bunga 44,8 X 30,2 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bungan kuning, tangkai malai hijau keunguan. Berat buah 450 gram, berukuran 15.1 x 7.8 x 5.5 cm berbentuk jorong, letak tangkai di tengah, pangkal buah bulat dan miring, lekukan dangkal atau tidak ada, pucuk buah runcing, berparuh sedikit. kulit buah tipis, halus, berlilin bintik-bintik agak jarang berwarna putih kehijauan. Warna buah masak pangkal buah hijau kuning kecoklatan sampai merah keunguan, pucuk buah hijau. Daging buah tebal, warna masak kuning berserat halus, air buah banyak, beraruma harum rasanya manis.Bijinya tipis berukuran 13,75 x 4,25 x 1,9 cm, sebagian biji berserat pendek.

Page 19: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Produksi rata-rata berat buah/pohon pada 1944 - 1967 :Aromanis 1 : 41.96 kg.Aromanis 135 : 46.75 kg.Aromanis 143 : 54.71 kg.Aromanis 151 : 28.04 kg.Aromanis 205 : 38.54 kg.Aromanis 21 : 50.64 kg.

Dari angka produksi diatas Aromanis 143 dan Gadung 21 kiranya perlu mendapatkan prioritas dalam pembibitan karena kemampuan produksinya yang tinggi dibandingkan dengan lain-lain.

2.4. Kultivar Santog

Asal-usul : Kebun Cukur Gondang I/75/76.Tinggi pohon mencapai 12 - 12.5 m, tajuk pohon jorong kesamp-

ing, bergaris tengah 13,5 m. Percabangan jarang, berdaun jarang, berbuah jarang, kerontokan buah banyak. Daun letaknya mendatar, permukaan keriput berbentuk jorong, lipatan datar, pucuk daun tumpul, dasar daun tumpul, panjang 27 - 29 cm, lebar 6 - 7 cm. Malai bunga (tidak teramati). Berat buah 180 gram, berukuran 7 X 18 cm, berbentuk jorong, letak tangkai miring, pangkal buah bulat, sedikit melekuk dan mir-ing, sedikit berparuh. Kulit buah halus, berlilin, bintik-bintik rapat dan jelas berwarna hijau muda. Warna masak : pangkal buah hijau muda. Daging buah tebal, kenyal, warna masak kuning, pucuk buah hijau tua, berserat banyak, air buah sedang, beraruma sedang, rasanya masam. Bijinya kecil berukuran 8 x 2.5 x 1.5 cm, sebagian biji berserat pendek.

Produksi Rata-rata berat buah/pohon/tahun Santog 89 : 70.40 kg selama periode 1976 -1980.

2.5. Kultivar Golek

Asal-usul :1. Sebani, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 31, Kebun Cukur

Gondang I/27-28.

Page 20: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

2. Kili, Bayeman, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 33 Kebun Cukur Gondang I/29-30.

3. Randukuning, Kraksaan, Kebun Pohjentrek No.35, Kebun Cukur Gondang I/31-32.

4. Bayeman, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.133, Kebun Cukur Gondang I/85-86

5. Sukabumi, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.177, Kebun Cukur Gondang I/129-130.

6. Bayeman, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.195, Kebun Cukur Gondang I/147-148

7. Kebun Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 229, Kebun Cukur Gondang I/169-170.

8. Kelian, Bangkalan, Kebun Pohjentrek No.255, Kebun Cukur Gondang II/189-190.

Tinggi pohon mencapai 8.7 m, tajuk pohon bulat bergaris tengah mencapai 13.5 m. Percabangan sedang, berdaun jarang, berbuah jarang dan teratur, kerontokan buah sedikit. Letak daun tegak, permukaan berombak, berbentuk jorong, agak melipat, pucuk daun lancip, dasar daun tumpul, panjang 24.8 cm, lebar 5.6 cm. Malai bunga 32.6 X 21.4 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bunga kuning, tangkai malai hijau muda. Berat buah 512 gram, berukuran 16.7 X 7.9 X 6.2 cm, berbentuk panjang, letak tangkai ditengah, pangkal buah runcing, tidak berlekuk, tidak berparuh, kulit buah agak tebal, halus berlilin, bintik-bintik sedang, berwarna putih kehijauan. Buah yang masak pangkalnya kuning, pucuknya hijau muda. Daging buah tebal lunak, warna masak kuning halus, air buah sedang, beraroma agak harum, rasanya manis, apabila terlalu masak rasanya tidak enak lagi. Bijinya medium, berukuran 14.5 X 4.2 X 2.8 cm, sebagian biji berserat pendek.

Rata-rata berat buah/pohon/tahun selama 1944 - 1967:Golek 31 : 52.34 kg (disebar-luaskan) Golek 33 : 32.86 kg.Golek 35 : 30.51 kg.Golek 133 : 23.78 kg.Golek 177 : 26.69 kg.

Page 21: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Golek 29 : 52.45 kg. 1976 - 1980.Golek 195 : 25.59 kg.Golek 229 : 22.22 kg (disebar-luaskan)Golek 255 : 13.06 kg.

2.6. Kultivar Madu

Asal-usul1. Wangkal, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.65, Kebun Cukur

Gondang I/57-58.2. Kebuncendi, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.67, Kebun Cukur

Gondang I/59-60.3. Rumah Bupati Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.131, Kebun Cukur

Gondang I/83-84.4. Tongas, Probolinggo, Kebun Pohjentrek No.139, Kebun Cukur

Gondang I/91-92.5. Karang anyar, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.179, Kebun Cukur

Gondang I/131-132.6. Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No. 225,Kebun Cukur

Gondang I/No.167-168.7. Pohjentrek, Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.233, Kebun Cukur

Gondang I/ 172-173.8. Pohjentrek Pasuruhan, Kebun Pohjentrek No.311, Kebun Cukur

Gondang II/219-220.

Tinggi pohon mencapai 10,1 m, tajuk pohon Jorong ke atas bergaris tengah mencapai 12,8 m. Percabangan sedang, berdaun sedang, berbuah jarang dan teratur, kerontokan buah sedikit. Letak daunnya tegak, permukaan berombak, berbentuk jorong, agak melipat, pucuk daun lancip, dasar daun tumpul, panjang 22,6 cm, lebar 5,7 cm. Malai bunga 22.8 X 27 cm, bentuk malai piramida lancip, warna bunga kuning, tangkai malai hijau keunguan. Berat buah 370 gram, berukuran 10.4 X 6.9 X 5.6 cm, berbentuk jorong, letak tangkai agak miring, pangkal buah bulat, pucuk buah bulat, tidak belekuk, tidak berparuh. Kulit buah sedang, halus berlilin, bintik-bintik sedang, berwarna putih kehijauan.Daging buah tebal lunak, warna masak kuning berserat,

Page 22: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

sedikit dan agak kasar, air buah sedang, beraroma harum, rasanya manis. Bijinya sedang, berukuran 9.1 X 4.9 X 2.4 cm, sebagian biji berserat pendek.

Produksi :Rata-rata berat buah/pohon/tahun :Madu 65 : 30.25 kg. 1944 - 1968.Madu 67 : 28.83 kg. 1946 - 1968.Madu 131: 33.49 kg. 1944 - 1968 (Disebar-luaskan) Madu 139: 6.46 kg. 1944 - 1968.Madu 179: 30.72 kg. 1944 - 1968.Madu 225: 20.34 kg. 1944 - 1980.Madu 233: 11.59 kg. 1944 - 1968.Madu 311: 45.15 kg. 1948 - 1968.Madu 255: 31.5 kg. 1976 - 1980.

7.3. Irama pertumbuhan tanaman

7.3.1. Waktu terbentuknya daun muda (pupus/flush)Pupus terbentuk 1-2 bulan setelah musim kering, kemudian 2-4

minggu kemudian segera akan tumbuh bunga, tergantung dari kultivar.

7.3.2. Periode pembungaanKuncuk bunga akan tumbuh dam membuka pada musim

kemarau (periode kering) . Namun demikian bunga dapat juga tumbuh mada musim hujan tetapi hal ini sering kali menyebabkan gagalnya penyerbukan bunga sehingga berpengaruh pula terhadap calon buah. Dari hasil observasi ternyata pembungaan terjadi pada musim kering, yakni pada bulan 5-8 (Mei-Agustus). Akan tetapi bunga terbanyak tumbuh pada bulan 7-8. Pada bulan 4 sering juga terjadi pembungaan namun bunga yang tumbuh pada bulan ini sedikit sekali dan banyak yang gugur akibat hujan yang terjadi pada bulan itu (Tabel 13).

.

Page 23: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Tabel 13. Rata-rata waktu terbentuknya bunga dari beberapa jenis tanaman mangga (1976-1980)

No. Macam Varietas Rata-rata bulan terbentuknya bunga

1 Manalagi 241 4 - 9 2 Lalijiwo 91 6 - 8 3 Arumanis 205 7 - 10 4 Santog 89 7 - 10 5 Kepodang 45 5 - 8 6 Golek 229 6 - 8 7 Madu 225 5 - 10 8 Cuncung 201 7 - 10

Sumber: Sukindar, 1991.

7.3.3. Periode pembuahanPembuahan terjadi apabila keadaan lingkungan memenuhi

syarat. Dalam hal ini salah satu faktor yang dapat membantu terjadinya pembuahan adalah serangga. Dari hasil observasi buah terbentuk pada 3-4 minggu setelah pembungaan (Tabel 14).

Tabel 14. Rata-rata waktu pembuahan dari beberapa jenis tanaman mangga ( 1976-1980).

No. Macam Varietas Rata-rata bulan mulai berbuah

1 Manalagi 241 5 - 9 2 Lacijiwo 91 6 - 8 3 Arumanis 205 7 - 10 4 Santog 89 7 - 10 5 Golek 229 6 - 8 6 Madu 225 5 - 10 7 Cuncung 201 7 - 10

Sumber: Sukindar, 1991.

Page 24: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

7.3.4. Saat panen.Pada umumnya buah segera dapat dipanen setelah tanaman

berumur 3-4 bulan dari saat berbunga. Adapun cara pemetikan buah yang biasa dilakukan petani adalah dengan bambu yang dianyam (dibentuk) sedemikian rupa, sehingga apabila bambu ditarik maka buah akan langsung dapat masuk kedalam anyaman tersebut. Masa panen mangga disjaikan pada Tabel 15.

Tabel 15.Rata-rata saat penen dari beberapa jenis tanaman mangga (1976-1986)

No. Macam Varietas Saat panen bulan ke: 1 Manalagi 241 7 - 11 2 Lacijiwo 91 9 - 10 3 Arumanis 205 10 - 12 4 Santog 89 10 - 12 5 Kepodang 45 8 - 11 6 Golek 229 9 - 10 7 Madu 225 8 - 12 8 Nanas 175 9 - 11 9 Penci 427 9 - 12 10 Cuncung 201 10 - 12

Sumber: Sukindar, 1991.

7.3.5. Produksi

Produksi tanaman buah-buahan fluktuasinya besar sekali dari tahun ketahun. Menurut Kusumo (1975) berat buah perpohon berkisar antara 2,58 - 84,20 kg, sedang berat buah perbiji diantara 110-800 g. Dari hasil observasi dapat dilihat, bahwa rata-rata produksi selama 5 tahun berkisar antara 2.1-129.4 kg/pohon/tahun. Hal ini sangat terga-nung dari macam varietas tanaman mangga

Page 25: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Tabel 16. Produksi beberapa verietas tanaman mangga (1976-1986)

No. Macam Varietas Rata-rata produksi (kg/ph) 1 Manalagi 241 15.10 2 Lacijiwo 91 71.30 3 Arumanis 205 37.90 4 Santog 89 70.40 5 Kepodang 45 129.45 6 Golek 229 51.45 7 Madu 225 31.50 8 Nanas 175 2.10 9 Penci 427 13.65 10 Cuncung 201 41.40

Sumber: Sukindar, 1991.

8. Kesimpulan dan Saran

Sebagian besar wilayah Jawa Timur mempunyai kondisi agro ekologi yang cukup sesuai bagi pertumbuhan dan produksi tanaman mangga. Daerah sentra produksi mangga umumnya terletak pada ketinggian 0-400 m dpl dengan kondisi iklim tipe C2 dan C3. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 400-1000 m dpl juga masih ditemukan banyak tanaman mangga yang produktif.

(1). Tingkat Kelayakan Sistem Usahatani Mangga(a). Usahatani mangga, baik yang dilakukan di lahan pe-

karangan dan kebun campuran maupun di kebun-kebun monokultur, dengan jarak tanam 7 m x 7 m dan 10 m x 10 m secara sosial-ekonomi dan ekologi layak untuk dikembangkan di daerah dengan ketinggian 0-1000 m dpl dengan tipe iklim C2 dan C3. Kondisi daerah seperti ini tersebar di wilayah Kabupaten Kediri,

Page 26: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Jombang, Ngawi, Nganjuk, Madiun, Tuban, Pasuruan, Probolinggo, Malang dan sekitarnya.

(b). Sistem usahatani mangga di Jawa Timur secara sosio-teknologi juga layak untuk dikembangkan karena pada saat sekarang penduduk telah menguasai agroteknologi budidaya mangga yang telah memenuhi syarat minimal. Infrastruktur penyu-luhan teknologi budidaya mangga juga memungkinkan untuk melakukan transfer IPTEK yang lebih baik untuk mengintensifkan usahatani mangga. Demikian juga respon penduduk terhadap komoditi ini sangat baik mengingat peluang pasarnya cukup besar. Beberapa pusat pengembangan teknologi mangga, baik milik pemerintah maupun suasta, telah mulai merintis dan mengembangkan agroteknologi mangga yang dapat disebarkan kepada masyarakat sekitarnya.

(2). Potensi Produksi Mangga di Jawa Timur.(a). Sebagian besar wilayah Jawa Timur mempunyai kondisi

agroekologi yang cukup sesuai bagi pertumbuhan dan produksi tanaman mangga. Daerah sentra produksi mangga umumnya terletak pada ketinggian 0-400 m dpl dengan kondisi iklim tipe C2 dan C3. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 400-1000 m dpl juga masih ditemukan banyak tanaman mangga yang produktif; sedangkan pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl produktivitas tanaman mangga mulai menurun terutama kalau di daerah yang banyak hujan.

(b). Rata-rata produksi buah mangga di Jawa Timur pada sa-at sekarang relatif masih rendah dibandingkan dengan potensi produksi (potensi genetik) yang mungkin dapat dicapai. Hal ini karena sebagian besar mangga milik penduduk adalah pohon mangga tua yang produktivitasnya sudah menurun, sedangkan tanaman mangga hasil peremajaan masih belum mencapai tingkat produksi yang optimal. Selain itu, sebagian besar pemilik mangga tidak melakukan pemeliharaan secara intensif, seperti pemupukan, pemangkasan dan pengaturan tajuk, manipulasi pembungaan dan pembuahan, penyiangan dan pemberantasan hama dan penyakit.

Page 27: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Kontribusi kebun-kebun mangga komersial terhadap produksi regional masih sangat rendah.

(c). Jenis (varietas) pohon mangga produktif yang ada sekarang sangat beragam, sehingga buah mangga yang dipasarkan juga beragam. Sebagian besar jenis mangga ini kualitas buahnya kurang bagus, namun cukup baik untuk digunakan sebagai batang bawah. Usaha peremajaan tanaman mangga penduduk sebagian besar telah memilih jenis Gadung, Arummanis atau Manalagi. Sebagai akibat dari keragaman jenis tersebut maka irregular-bearing tampak jelas dan fluktuasi produksi dari tahun ke tahun tampak jelas.

(d). Rataan produksi mangga Arummanis di Pasuruan (kebun mangga monokultur dengan tingkat intensifikasi medium) mulai umur 5 - 20 tahun sekitar 10-11 ton/ha/tahun. Sedangkan untuk mangga Manalagi di Probolinggo sekitar 7.5-8.0 ton/ha/tahun.

(3). Sistem Pemasaran Buah Mangga di Jawa Timur

(a). Lembaga pemasaran buah mangga segar yang ada sekarang tampaknya telah terbentuk sejak lama, mulai dari tingkat pedagang pengumpul desa hingga pedagang pengumpul di kota-kota besar dan pedagang pengecer. Pada tingkat petani produsen ternyata mekanisme penetapan harga juah didominasi oleh para penebas/pedagang desa yang membeli buah mangga dengan cara tebasan kontan atau ijon.

(b). Saluran pemasaran buah mangga segar di Jawa Timur se-cara umum adalah: Petani ----> pedagang/penebas ----> pedagang penyalur di kota besar (Surabaya/ Jakarta/Bandung) ----> pengecer lokal ----> Konsumen.

(c). Penerapan fungsi-fungsi pascapanen dan manajemen pe-masaran buah mangga sepenuhnya dilakukan oleh para pedagang, terutama pedagang pengumpul tingkat desa atau kecamatan. Produsen jarang sekali melakukan fungsi pasca panen buah mangga. Hal ini yang dianggap sebagai penyebab rendahnya marjin pemasaran yang diterima petani mangga (rata-rata kurang dari 50%).

Page 28: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

(d). Volume pemasaran buah mangga segar Jawa Timur masih didominasi oleh segmen pasar domestik Jawa Timur, dan beberapa kota besar di Jateng, Jabar dan DKI Jakarta. Perdagangan antar pulau masih terbatas ke beberapa kota di Kalimantan. Sedangkan volume ekspor buah mangga masih relatif sangat kecil dibandingkan dengan total volume buah mangga yang dipasarkan.

(4). Penanganan pascapanen dan pengolahan buah mangga

Penanganan pascapanen buah mangga masih terbatas kepada upaya-upaya untuk menyeragamkan proses pematangan dan upaya-upaya untuk menangguhkan proses pematangan buah secara sederhana. Aktivitas ini umumnya dilakukan oleh pedagang dalam rangka untuk meningkatkan kualitas buah atau untuk memperluas jangkauan pasar buah mangga segar.

Saran-Saran

(1). Kajian Teknologi InovasiBerdasarkan hasil-hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa

pengembangan sistem agribisnis mangga di Jawa Timur dapat ditempuh dengan mengintegrasikan (secara fungsional) aktivitas kebun mangga monokultur komersial dengan kebun mangga rakyat (di pekarangan dan kebun campuran) dan pusat-pusat inovasi agro-teknologi mangga. Lima hal yang masih dipandang sangat penting untuk menunjang pengembangan sistem agribisnis mangga di Jawa Timur, adalah : (1). Inovasi teknologi bibit dan pembibitan; (2). Teknologi off-season; (3). Teknologi penghambatan pematangan buah mangga; (4). Pengembangan pusat informasi mangga ; (5). Teknologi pengolahan buah mangga.

(2). Teknologi Budidaya Mangga (Mangifera indica)

1. Syarat tumbuh tanaman: ketinggian tempat < 400 m dpl dengan curah hujan 800-1000 mm setahun dengan tipe iklim (Schmidt & Ferguson) C, D, E dan musim kemarau yang tegas.

Page 29: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

2. Bibit tanaman: berasal dari okulasi atau grafting dengan menggunakan batang bawah ejenis madu dan podang. Kultivar batang atas yang disarankan adalah Arumanis 143, Gurih 163, Golek 41 dan Manalagi 69.

3. Penanaman bibit: (a). Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm, tanah lapisan

atas sedalam 30-40 cm dipisahkan dengan lapisan bawah.(b). Jarak tanam 6x6m - 8x8 m, tanah lapisan atas dicampur dengan

rabuk organik, pupuk dasar, dan Furadan 8-10 gram.(c). Bibit grafting atau okulasi ditanam pada lubang tanam yang

disiapkan 1/2 - 1 bulan sebelumnya.(d). Bibit grafting (hasil sambungan dini) siap ditanam pada umur 6-7

bulan, sedangkan bibit okulasi umur 12 bulan. (e). Penanamanm bibit dilakukan pada awal musim hujan

4. Pemeliharaan tanaman:

(a). Pemupukan dapat dilakukan dengan dosis seperti di bawah ini.

Umur (th)

ZA TSP KCl Rabukkandang

Keterangan

0 50 25 25 2 Sebulan setelah tanam1 200 100 100 2 separuh pada Desember-Januari dan

sisanya Juni-Juli;Semua rabuk kandang pada bulan Desember -

Januari2-3 500-

1000250-500

250-500

2-3 sda

4-5 1000-2000

500-1000

500-1000

2-3 sda

6-10 2000-3000

1000-

1500

1000-1500

3-4 sda

>10 3000-4000

1500-

2000

1500-2000

3-4 sda

Page 30: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Sumber: SP2UK-P2LK Jatim, 1991.

(b). Tanah di sekitar tanaman dibersihkan dan digemburkan, pada musim kemarau ditutup dengan mulsa

(c). Batang utama dipangkas setinggi 70-75 cm, cabang yang tumbuh dipelihara 3-4 arah, pemangkasan dilakukan sampai tahun ke dua setelah tanam dan dilakukan pada awal musim hujan.

(d). Tanaman yang berasal dari grafting atau okulasi akan berproduksi pada umur 3-4 tahun.

(e). Untuk memacu pembungaan mangga yang lebih awal, digunakan Cultar dengan dosis 2.5 ml/liter air/pohon untuk tanaman umur 3- 4 tahun dan 10 ml/liter air/pohon untuk tanaman umur 5-10 tahun. Aplikasi dilakukan pada bulan April-Mei.

5. Pemangkasan tanamanPemangkasan tanaman pada awal pertumbuhannya dilakukan

untuk membentuk tajuk. Hal-hal penting yang harus diperhatikan sbb:(a). Pemangkasan dilakukan pada awal musim hujan, sebulan setelah

pemupukan(b). Pemangkasan dilakukan tepat pada ruas atau buku tanaman,

sekitar 50-60 cm di atas permukaan tanah(c). Dipilih 3-4 cabang dari cabang-cabang yang tumbuh setelah

pemangkasan(d). Cabang yang dipilih adalah yang sehat, bagus, tersebar di sekeliling

batang pokok, dan tidak saling berdekatan(e). Pemangkasan ke dua dilakukan pada cabang-cabang yang diper-

tahankan tumbuh setelah pemangkasan pertama, dan dilaksanakan pada awal musim penghujan tahun berikutnya setelah dilakukan pemupukan

(f). Pemangkasan ke dua jaraknya 25-30 cm dari pangkal cabang, tepat pada mata/ruas/buku yang menghadap ke luar.

(g). Setelah tajuk terbentuk pada awal musim hujan berikutnya, perlu dilakukan pemangkasan lagi untuk menyempurnakan bentuk tajuk.

6. Hama dan penyakit tanaman

Page 31: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

(a). Wereng mangga atau Sikada, dikendalikan dengan Gusadrin 2 ml per liter air

(b). Penggerek batang dan buah, dikendalikan dengan Azodrin atau Guzadrin 5-25 ml diinjeksi melalui batang atau disemprotkan dengan dosis 2-5 ml per liter air.

(c). Lalat buah, dikendalikan dengan metil eugenol 1-2 ml + mono krotophos.

(d). Antraknose, dikendalikan dengan Benlate, Dithane M-45.

7. Panen buah dan pascapanenPemetikan buah dilakukan setelah terjadi perubahan warna kulit

buah, pada umur 89-101 hari setelah penyerbukan atau ditandai bila antara 3-5 cm tangkai buah dan pangkal buah dipetik sudah tidak mengeluarkan getah. Untuk memperlambat pematangan buah dilakukan pelapisan lilin.

PUSTAKA ACUAN

Afandi, S. 1991. Pengaruh Beberapa macam Media terhadap Pertumbuhan Tiga Varietas Batang Bawah Mangga dan Keberhasilan Sambungan Muda dengan Teknik Mini-Trees. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Aliudin. 1979. Masalah kerontokan buah pada mangga. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Unibraw.

Aravindakshan,M. dan J. Philip. 1980. Effect of varying doses of NPK on growth and vigour of mango during prebearing stage. South Indian Horticulture 28(3): 94-97

Arifin, M.S. 1986. Studi tentang Penggunaan Zat Penghambat Pertumbuhan pada Buah Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Page 32: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Astawa, I,N,G. 1986. Pengaruh beberapa Wadah Pembibitan dan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Berbagai Jenis Mangga Sebagai Bahan Batang Bawah. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Budhi, D.D. 1988. Pengaruh Penyambungan terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Tiga Varietas Batang Bawah Mangga. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Das, G.C. dan J. Panda. 1975. Study on the effect of B- nine (N-Dimethyl Amino Succinamic Acid) and Maleic Hydrazide on vegetative shoots of late occurrence in mango. Orissa Jour. of Hort. 4(1&2): 33-36.

Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.

FAO. 1978. Agro-ecological Zone Project. Soil Resources Report No. 48. Rome.

Hanani, N., R. Dwi Astuti, Syafrial, S. Wijana, M. Dewani dan A. Affandie. 1991. Studi Pengembangan Agribisnis Mangga di Jawa Timur. Penelitian PHB I/1 DP4M DEPDIKBUD.

Handajani, S. 1979. Mencagah kerontokan buah mangga. Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura, Malang.

Hussein, M.A., dan K.E. Youssef. 1973. Physico-chemical Parameter as An Index of Optimum Maturity in Egyptian Mango Fruit, Mangifera indicaL. Hort. Dept., Univ. of Assiut, Assiut, Egypt.

Page 33: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Idiyah, S. 1987. Studi Budidaya Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) di Balai Benih Induk Pohjentrek , Kebun Percobaan Kraton dan Kebun Percobaan Cukur-Gondang Pasuruan. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang.

Ingdrawati, M.L.A. 1989. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Lokal yang Berpotensi Sebagai Batang Bawah terhadap Keberhasilan Sambungan dengan Batang Atas Mangga Gadung. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Kuntari, Y.B. 1989. Pengaruh Letak Sambungan dan Waktu Defoliasi Batang Atas Terhadap Keberhasilan Grafting pada Mangga Batang Bawah Varietas Madu. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw.

Kusumaningsih, D. 1990. Pengaruh Pemangkasan dan Pemberian Dormex terhadap Pemecahan Kuncup dan Pertumbuhan Tunas Lateral pada Bibit mangga Varietas Lokal. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw.

Kusumo, S. dan T. Suminto. 1971. Jenis-jenis Mangga yang Baik Untuk Buah Meja. Bulletin Tjahort. 5: 1-24.

Mujiono. 1988. Pengaruh Cara Penyambungan terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan Beberapa Varietas Batang Atas Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Musrifah, S. 1991. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pembibitan Buah Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Notodimedjo, S. 1983. Pengantar Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang.

Page 34: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Oetomo, T.K. 1987. Pengaruh Penggunaan Berbagai Dosis Herbisida Otyfluorfen Dalam Pengendalian Gulma dan Akibatnya terhadap Pertumbuhan Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) Varietas Madu di Pesemaian. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Patel, B.M. dan R.S. Amin. 1981. Investigation Into the Best Period for Soft Wood Grafting of Mango in Situ South Indian Horticulture. 29(2):90-94.

Purbiati, T., Widodo, dan A. Supriyanto. 1986. Pengaruh Media dan Saat Penyambungan pada Pembibitan Mangga Secara Cepat. Sub Balai Penelitian Tanaman Hortikultura, Malang. Hortikultura No. 21: 84-92.

Purushatham, K. dan B. Narasimhan. 1981. Depletion of Soil Moisture by Young Mango Trees With and Without Irrigation. South Indian Horticulture 29(1):68-69.

Purwati,S. 1987. Budidaya Tanaman Mangga dan Permasalahannya di Kabupaten Pasuruan. Laporan Praktek Kerja Lapang, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Rachim, F. 1988. Pengaruh KNO3 pada Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif mangga Varietas Gadung, Golek, dan Kopyor. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Rao, V.N.V., J.B.M.M.A. Khader. 1980. Effect of Pruning and Thinning of Young Shoot Clusters of Mango Vari eties. Indian Food Packer. 34(3):60-63.

Ryall, A.L. dan W.J. Lipton. 1983. Handling, Transportation and Storage of Fruits and Vegetables. Volume I. AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.

Page 35: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Santoso, R.D. 1987. Keberhasilan Umur Penyambungan Muda beberapa Varietas Batang Bawah dan Batang Atas Tanaman Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Sentra, I.W. 1988. Pengelolaan Kebun bibit buah-buahan Bank Indonesia, Pasuruan. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang.

Soemarno, N. Hanani, W. Susinggih, dan M. Dewani. 1991. Penelitian Pengembangan Agroindustri Buah-buahan di Jawa Timur. Kerjasama antara Bappeda Tk I Jawa Timur dan Pusat Penelitian Universitas Brawijaya, Malang.

Soemarno. 1991. Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan. Makalah disampaikan dalam Seminar Ilmiah Tanggal 12 Juni 1991 di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Suhadak, E. 1988. Pengaruh Zat Antioksida pada Kultur kalus Tanaman Mangga (Mangfera indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Sukindar. 1982. Observasi tanaman mangga (Mangifera indica L.) di Kebun Percobaan Cukur Gondang, Pasuruan. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang.

Sumarno, S.Z. Nurchasanah dan H. Danoesastro. 1981. Usaha Mempercepat Perakaran "Turus Daun" Apel dan Mangga Dengan IBA. Fakultas Pertanian, Universitas Gajahmada, Yogyakarta.

Page 36: KERAGAAN SISTEM agribisnis mangga jatim

Sumiatun. 1989. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pembentukan Buah Mangga. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.

Sunaryono, H. 1981. Pengenalan Jenis Tanaman Buah- Buahan dan Bercocok Tanam Buah-Buahan Penting di Indonesia. Penerbit Sinar Baru. Bandung.

Tridasa, A.M. 1986. Pertumbuhan Periodik Mangga Varietas Golek, Manalagi, dan Gadung Pasuruan. Praktek Lapang, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.