13
ETIOLOGI Stresor atau kejadian trauma merupakan penyebab utama dalam perkembangan gangguan stres pasca trauma. Stressor yang menyebabkan stress akut dan PTSD cukup hebat untuk mempengaruhi setiap orang. Stressor tersebut dapat timbul dari pengalaman perang, penyiksaan, bencana alam, penyerangan, perkosaan, dan kecelakaan serius. Meskipun demikian, tidak semua orang mengalami gangguan ini setelah peristiwa traumatik. Secara Klinis harus mempertimbangkan faktor psikososial dan biologis yang sebelumnya ada dan peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah trauma. Contohnya, seorang anggota suatu kelompok yang bertahan hidup pada bencana kadang-kadang dapat menangani trauma karena anggota yang lainnya juga mengalami pengalaman yang sama. Arti subjektif suatu stressor pada seseorang juga penting. Contohnya, orang yang selamat dari bencana dapat mengalami rasa bersalah yang dapat menjadi predisposisi atau memperberat PTSD. 3 FAKTOR PREDISPOSISI

ETIOLOGI ptsd print.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

post trauma disorder

Citation preview

ETIOLOGI

Stresor atau kejadian trauma merupakan penyebab utama dalam

perkembangan gangguan stres pasca trauma. Stressor yang menyebabkan stress akut dan PTSD cukup hebat untuk

mempengaruhi setiap orang. Stressor tersebut dapat timbul dari pengalaman

perang, penyiksaan, bencana alam, penyerangan, perkosaan, dan kecelakaan

serius. Meskipun demikian, tidak semua orang mengalami gangguan ini setelah

peristiwa traumatik. Secara Klinis harus mempertimbangkan faktor psikososial

dan biologis yang sebelumnya ada dan peristiwa yang terjadi sebelum dan

sesudah trauma. Contohnya, seorang anggota suatu kelompok yang bertahan

hidup pada bencana kadang-kadang dapat menangani trauma karena anggota yang

lainnya juga mengalami pengalaman yang sama. Arti subjektif suatu stressor pada

seseorang juga penting. Contohnya, orang yang selamat dari bencana dapat

mengalami rasa bersalah yang dapat menjadi predisposisi atau memperberat

PTSD.

3

FAKTOR PREDISPOSISI

Adanya gangguan psikiatrik sebelum trauma

Adanya trauma masa kanak : kekerasan fisik atau seksual

Kecenderungan untuk mudah menjadi khawatir

Ciri keperibadian paranoid, dependent, atau antisosial

Mempunyai karakter yang bersifat isolasi sosial: problem menyesuaikan diri

Terpapar oleh kejadian2 dalam kehidupan yang luar biasa sebelumnya baik tunggal maupun ganda dan dirasakan secara subjektif oleh individu sebagai suatu kondisi @ peristiwa yg menimbulkan penderitaan baginya

Seberapa berat dan dekatnya trauma yang dialaminya. Semakin berat

trauma yang dialami dan semakin dekat ia berada saat kejadian

semakin meningkatkan risiko PTSD

Durasi trauma yang dialamiya. Semakin lama/kronik seseorang

mengalami kejadian trauma semakin berisiko berkembang menjadi

PTSD ( misalnya: kekerasan pada anak di rumah)

Banyaknya trauma yang dialami. Trauma yang multipel lebih berisiko

menjadi PTSD

Pelaku kejadian trauma. Semakin dekat hubungan antara pelaku dan

korban (misalnya: kekerasan anak yang dilakukan oleh orangtuanya

sendiri) semakin berisiko menjadi PTSD

Kejadian trauma yang sangat interpersonal seperti, perkosaan

Jenis kelamin: anak dan remaja perempuan lebih berisiko

dibandingkan laki-laki

Kondisi sosialekonomi yang rendah (kaum minoritas) berisiko lebih

tinggi akibat dari tingginya angka kekerasan di daerah tempat ia

tinggal.

Usia : PTSD dapat terjadi pada semua golongan usia tetapi anak-anak

dan usia tua (>60 tahun) merupakan kelompok usia yang lebih rentan

mengalami PTSD. Anak-anak memiliki kebutuhan dan kerentanan

khusus jika dibandingkan dengan orang dewasa, teruama karena

masih ketergantungan dengan orang lain, kemampuan fisik dan

intelektual yang sedang berkembang, serta kurangnya pengalaman

hidup dalam memecahkan berbagai persoalan sehingga dapat

mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.

Seseorang yang memiliki gangguan psikiatri lainnya seperti: depresi,

fobia sosial, gangguan kecemasan.

Memiliki penyakit organik yang berat dan kronis seperti, kanker Pasien yang berada di bawah pengaruh anestesi akan tetapi

memperoleh kembali kesadarannya saat dilakukannya operasi

Seseorang yang tidak berpengalaman dan tidak memperoleh pelatihan

dalam menghadapi bencana lebih berisiko dibandingkan mereka yang

mendapatkannya (seperti: polisi, petugas pemadam kebakaran,

petugas paramedik)

Hidup di tempat pengungsian ( misalnya: sedang ada peperangan/

konflik di daerahnya)

Kurangnya dukungan sosial baik dari keluarga maupun lingkungan

TIPE KEJADIAN YG MENINGKATKAN PTSD

Mengalami tindak kekerasan interpersonal.

2.Mengalami kecelakaan @ bencana alam yg mengancam nyawa : alamiah atau buatan

3.Trauma berulang dan kronik

JENIS KEJADIAN YG POTENSIAL MENINGKATKAN PTSD(DSM IV)

Kekerasan personal : kekerasan fisik, penyerangan fisik, perompakan

Penculikan

Penyaderaan

Serangan militer

Serangan teroris

Penyeksaan

Ditahan dalam penjara

Bencana alam

Kecelakaan mobil yang berat

Didiagnosis menderita penyakit berat yang mengancam jiwa : kanker

GAMBARAN KLINIS

Ada tiga kelompok dari gejala yang diperlukan untuk mendiagnosis suatu PTSD,

yaitu:

1. Gejala re-experience misalnya ingatan mengenai masalah, kilas balik yang

biasanya disebabkan oleh hal-hal yang mengingatkan pada peristiwa traumatik

mimpi buruk yang sering muncul mengenai trauma atau peristiwa yang

berhubungan dengan trauma.

2. Gejala avoidance yaitu menghindari tempat-tempat yang, orang-orang, dan

pengalaman yang mengingatkan penderita pada trauma, kehilangan ketertarikan

pada aktivitas yang disukai, memiliki masalah dengan mengingat peristiwa yang

berbahaya.

3. Gejala hyperaurosal, termasuk masalah tidur, masalah dalam konsentrasi,

iritabilitas, kemarahan,sulit mengingat sesuatu, peningkatan tendensi, reaksi

untuk terjaga dan hypervigilance terhadap ancaman.

Sedikitnya 1 gejala re-experience, 3 gejala avoidance dan 3 gejala

hyperaurosal harus ada selama paling sedikit 1 bulan dan harus disebabkan oelh

distress yang signifikan atau kekurangan fungsional untuk mendiagnosis suatu

PTSD. PTSD menjadi kronik jika terjadi lebih dari 3 bulan.

Ada lain gejala terkait PTSD:

· Serangan panik : perasaan takut yang intens, yang dapat disertai dengan

sesak napas, pusing, berkeringat, mual, dan berdebar - debar.

· Gejala fisik : nyeri kronis, sakit kepala, sakit perut, diare, sesak atau rasa

terbakar di dada, kram otot, atau nyeri pinggang

· Perasaan ketidakpercayaan: kehilangan kepercayaan orang lain dan berpikir

dunia adalah tempat yang berbahaya

· Permasalahan dalam kehidupan sehari-hari: mengalami masalah dalam

pekerjaan, di sekolah, atau dalam situasi sosial

· Penyalahgunaan zat: menggunakan obat-obatan atau alkohol untuk

mengatasi rasa sakit emosional

· Masalah dalam Hubungan : mengalami masalah dengan keintiman atau

dengan keluarga dan teman-teman

· Depresi: sedih, suasana hati cemas, atau kosong, kehilangan minat dalam

melakukan kegiatan, perasaan bersalah dan malu, atau keputusasaan

tentang masa depan. Gejala lain dari depresi juga dapat terjadi.

· Bunuh diri : pikiran tentang mengambil kehidupan sendiri

1. Pengulangan pengalaman trauma ditunjukan dengan

a. Selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah dialami.

b. Flashback (merasa seolah-olah peristiwa yang menyedihkan terulang kembali)

c. Nighmares (mimpi buruk tntang kejadian-kejadian yang membuatnya sedih)

d. Reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh kenangan akan peristiwa yang menyedihkan.

2. Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan dengan :

a. Menghindari aktivitas, tempat berpikir, merasakan, atau percakapan yang berhubungan dengan truma.

b. Kehilangan minat terhadap semua hal.

c. Perasaan terasing dari orang lain.

d. Emosi yang dangkal.

3. Sensitifitas yang meningkat, ditunjukkan dengan :

a. Susah tidur

b. Mudah marah/ atau tidak dapat mengendalikan marah

c. Susah berkonsentrasi

d. Kewaspadaan yang berlebihan

e. Respon yang berlebihan atas segala sesuatu. Gangguan stres paska traumatis ternyata dapat mengakibatakan

KARAKTERISTIK PERISTIWA TRAUMATIK YANG DAPAT MEMPENGARUHI REAKSI PSIKOLOGIS

Durasi dan intensitas stressor

Derajat stressor yang berkaitan dengan ancaman terhadap kehidupan seseorang

Berat ringannya kehilangan yang dialami (material @ personal)

Perilaku korban yang selamat sewaktu menghadapi peristiwa ( menyelamatkan orang lain @ diri sendiri )

2.6 Diagnosis

Kriteria diagnosis PTSD menurut Diagnostic and Statistical Manual for

Mental Disorder IV Text Revision (DSM IV TR) yaitu:18

A.Kejadian traumatik

1. Satu atau banyak pristiwa yang membuat seseorang mengalami,

menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu kejadian yang berupa

ancaman kematian, cidera yang serius atau ancaman terhadap

integritas fisik dirinya sendiri atau orang lain.

2. Tanggapan individu terhadap pengalaman tersebut dengan ketakutan,

kengerian, tau ketidakberdayaan yang sangat kuat.

B.Mengalami kembali satu atau lebih gejala di bawah ini:

1. Teringat kembali akan kejadian trauma menyedihkan yang dialaminya

dan bersifat mengganggu (bisa berupa gambaran, pikiran, persepsi)

2. Mimpi buruk yang berulang tentang peristiwa trauma yang dialaminya

(yang mencemaskan)

3. Mengalami kilas balik trauma (merasa seakan kejadian trauma yang

dialaminya terjadi kembali, hal ini bisa terjadi karena ilusi,

haluinasinya)

4. Kecemasan psikologis dan fisik bersamaan dengan hal yang

mengingatkan terhadap kejadian trauma (kenangan akan peristiwa

trauma)

C. Menghindari secara persisten stimulus yang berkaitan dengan trauma dan

mematikan perasaan/ tidak berespon terhadap suatu hal (sebelum trauma

masih berespon). Gejala ini meliputi tiga atau lebih hal di bawah ini:

1. Kemampuan untuk menghindari pikiran, perasaan, percakapan yang

berhubungan dengan kejadian trauma 2. Kemampuan menghindari aktivitas, tempat, orang yang dapatmembangkitkan kembali kenangan akan trauma yang dialaminya3. Ketidakmampuan mengingat aspek penting dari peristiwa trauma yangdialaminya4. Ketertarikan dan minat untuk berpartisipasi dalam peristiwa pentingberkurang5. Merasa terasing dari orang di sekitarnya6. Terbatasnya rentang emosi ( contoh: tidak dapa merasakan cinta)7. Perasaan bahwa masa depannya suramD. Gejala hiperarousal/ sangat sensitif yang persisten meliputi dua atau lebihgejala di bawah ini:1. Sulit untuk memulai tidur/ sulit mempeertahankannya2. Sulit berkonsentrasi3. Mudah kesal dan meledak-ledak emosinya4. Hypervigilance (kewaspadaan yang berlebihan)5. Reaksi kaget yang berlebihanE. Durasi dari gangguan ( gejala di kriteria B, C, D) lebih dari sebulanF. Gangguan/ gejala di atas ini menyebabkan kecemasan dan gangguanfungsional dalam berhubungan sosial, pekerjaan, dan fungsi pentinglainnyaSelain itu, secara spesifikasi diagnosis PTSD dapat diidentifikasi sebagai:(1) akut, bila gejala berlangsung satu sampai tiga bulan (2) kronis, bilagejala berlangsung lebih dari tiga buan (3) Awal gejala / onset yangtertunda bila gejala dimula sedikitnya enam bulan setelah kejadiantraumatik/stresor

TERAPIPengobatan psikoterapi. Para terapis yang sangat berkonsentrasi pada masalah PTSD percaya bahwa ada tiga tipe psikoterapi yang dapat digunakan dan efektif untuk penanganan PTSD, yaitu: anxiety management, cognitive therapy, exposure therapy . Pada anxiety management, terapis akan mengajarkan beberapa ketrampilan untuk membantu mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik melalui: 1) relaxation training, yaitu belajar mengontrol ketakutan dan kecemasan secara sistematis dan merelaksasikan kelompok otot-otot utama, 2) breathing retraining, yaitu belajar bernafas dengan perut secara perlahan-lahan, santai dan menghindari bernafas dengan tergesa-gesa yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, bahkan reaksi fisik

yang tidak baik seperti jantung berdebar dan sakit kepala, 3) positive thinking dan self-talk, yaitu belajar untuk menghilangkan pikiran negatif dan mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal–hal yang membuat stress (stresor), 4) assertiveness training, yaitu belajar bagaimana mengekspresikan harapan, opini dan emosi tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain, 5) thought stopping, yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika kita sedang memikirkan hal-hal yang membuat kita stress (Anonim, 2005b). Dalam cognitive therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak rasional yang mengganggu emosi dan mengganggu kegiatan -kegiatan kita. Misalnya seorang korban kejahatan mungkin menyalahkan diri sendiri karena tidak hati-hati. Tujuan kognitif terapi adalah mengidentifikasi pikiran-pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa pikiran tersebut tidak rasional untuk melawan pikiran tersebut yang kemudian mengadopsi pikiran yang lebih realistik untuk membantu mencapai emosi yang lebih seimbang (Anonim, 2005b). Sementara itu, dalam exposure therapy para terapis membantu menghadapi situasi yang khusus, orang lain, obyek, memori atau emosi yang mengingatkan pada trauma dan menimbulkan ketakutan yang tidak realistik dalam kehidupannya. Terapi dapat berjalan dengan cara: exposure in the imagination, yaitu bertanya pada penderita untuk mengulang cerita secara detail sampai tidak mengalami hambatan menceritakan; atau exposure in reality, yaitu membantu menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi ingin dihindari karena menyebabkan ketakutan yang sangat kuat (misal: kembali ke rumah setelah terjadi perampokan di rumah). Ketakutan bertambah kuat jika kita berusaha mengingat situasi tersebut dibanding berusaha melupakannya. Pengulangan situasi disertai penyadaran yang berulang akan membantu menyadari situasi lampau yang menakutkan tidak lagi berbahaya dan dapat diatasi (Anonim, 2005b).

Selain itu, didapatkan pula support group therapy dan terapi bicara. Dalam support group therapy seluruh peserta merupakan penderita PTSD yang mempunyai pengalaman serupa (misalnya korban bencana tsunami, korban gempa bumi) dimana dalam proses terapi mereka saling menceritakan tentang pengalaman traumatis mereka, kemdian mereka saling memberi penguatan satu sama lain (Swalm, 2005). Sementara itu dalam terapi bicara memperlihatkan bahwa dalam sejumlah studi penelitian dapat membuktikan bahwa terapi saling berbagi cerita mengenai trauma, mampu memperbaiki kondisi jiwa penderita. Dengan berbagi, bisa memperingan beban pikiran dan kejiwaan yang dipendam. Bertukar cerita membuat merasa senasib, bahkan merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Kondisi ini memicu seseorang untuk bangkit dari trauma yang diderita dan melawan kecemasan (A nonim, 2005b). Pendidikan dan supportive konseling juga merupakan upaya lain untuk mengobati PTSD. Konselor ahli mempertimbangkan pentingnya penderita PTSD (dan keluarganya) untuk mempelajari gejala PTSD dan bermacam treatment (terapi dan pengobatan) yang cocok untuk PTSD. Walaupun seseorang mempunyai gejala PTSD dalam waktu lama, langkah pertama yang pada akhirnya dapat ditempuh adalah mengenali gejala dan permasalahannya sehingga dia mengerti apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya (Anonim, 2005b).

Pendekatan terapi pada PTSD adalah dukungan, dorongan untuk mendiskusikanperistiwa tersebut, dan edukasi mengenai mekanisme koping (contohnya relaksasi).Penggunaan obat hipnotik-sedatif juga dapat membantu. Ketika pasien mengalamiperistiwa traumatik masa lalu dan sekarang memiliki PTSD, penekanan harus padaedukasi mengenai gangguan dan terapinya baik farmakologis maupun psikoterapinya.Berbagai teknik untuk meredakan kecemasan dapat dilakukan seperti relaksasi,teknik-teknik mengatur pernafasan serta mengontrol pikiran-pikiran perlu dilatih danterbukti bermanfaat untuk individu dengan gangguan stress pascatraumatik.Modifikasi pola hidup seperti diet yang sehat, mengatur konsumsi kafein, alkohol,rokok dan obat-obatan lainnya, perlunya olahraga yang teratur, dll. Medikasi yangterbukti bermanfaat untuk mengatasi kasus ini adalah pemberian antidepresangolongan SSRI (penghambat selektif ambilan serotonin) seperti Fluoxetin 10-60mg/hr, Sertralin 50-200mg/hr atau Fluvoxamine 50-300mg/hr. Antidepresan lain yangjuga dapat digunakan adalah Amiltriptilin 50-300mg/hr dan juga imipramin 50-300mg/hr

FarmakoterapiFarmakoterapi merupakan terapi dengan menggunakan obat-obatan. Terapi inidiperlukan untuk menstabilkan zat-zat di otak yang menyebabkan kecemasan,kekhawatiran, dan depresi atau dengan kata lain merupakan terapi simptomatikpada PTSD. Terapi obat ini bukanlah lini pertama dalam penanganan PTSD tetapi17dapat dijadikan sebagai pendukung (adjuvan) psikoterapi agar tercapai hasil yangoptimal dalam menangani kasus PTSD. 16 Selective seotonin reuptak inhibitors (SSRIs)SSRIs merupakan obat lini pertama dalam mengatasi gejala cemas, depresi,perilaku menghindar, dan pikiran yang intrusif (mengganggu). Obat inimeningkatkan jumah serotonin dengan cara menginhibisi reuptakeserotonin diotak. Obat golongan SSRIs yang disetujui oleh FDA dalammengatasi gejala depresi pada anak PTSD yakni, Fluoxetine (Prozac).Obat ini digunakan untuk anak usia lebih dari 8 tahun dengan dosis awal10 mg/ hari selama satu minggu kemudian dapat ditingkatkan sampai 20mg/hari dan diberikan secara peroral.