Upload
annisa-novita
View
150
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
"Kalau kita jujur akibat perjuangan para ibu setapak demi setapak, bangsa ini semakin maju.
Pemberian kesempatan di parlemen, bisnis, pemerintahan dan lain-lain, menurut saya semakin setara.
Persoalannya bagaimana di mindset (pola pikir) kita, bagaimana tidak melupakan kaum perempuan
dalam kesempatan apa pun." Kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menghadiri perayaan
Hari Ibu ke-81, di Sasono Langen Budoyo. Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Pernyataan dari bapak Susilo Bambang Yudhoyono tersebut menjadi satu hal yang menguatkan
pemikiran, bahwa tidak bisa dipungkiri bahwa kaum wanita atau perempuan sama sekali tidak bisa
diabaikan dalam perannya memajukan bangsa ini. Kalaupun wanita mengerjakan tugas utamanya
sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, bukan berarti dia berada di posisi paling rendah. Justru posisi
ibu merupakan posisi yang menentukan masa depan bangsa ini. Ibarat kesebelasan, posisi penjaga
gawang bukanlah posisi rendah, justru posisi ini yang menentukan kemenangan tim kesebelasan. Jika
wanita tidak melahirkan dan mengasuh anak, siapa yang melahirkan para pejuang, para ulama, para
insinyur, para ahli pengetahuan, bahkan, para pemimpin negara di dunia.
Dan sekali lagi.....wanita? dengan kelembutan hati yang Allah karuniakan padanya, ia dapat memacu
semangat suaminya, anak lelakinya, atau ayahnya, yang sedang bertempur. Dia pula yang menjaga
rumah tangga dan kehormatan suaminya. Dari rahimnyalah terlahir mujahid-mujahid yang bahkan
setingkat Abu Bakar Siddiq. Ditangannya pula terdidik pemimpin-pemimpin yang tangguh seperti
Umar Bin Abdul Aziz.
Wanita sebagai hamba Allah yang lemah, memiliki peran amat besar dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Tanpanya, kehidupan tidak akan berjalan semestinya. Sebab ia adalah pencetak generasi
baru. Sekiranya di muka bumi ini hanya dihuni oleh laki-laki, kehidupan mungkin sudah terhenti
beribu-ribu abad yang lalu. Oleh sebab itu, wanita tidak bisa diremehkan dan diabaikan, karena dibalik
semua keberhasilan dan kontinuitas kehidupan, di situ ada wanita.
Syauqi mengatakan “Ibu ibarat madrasah, jika kau persiapkan maka sesungguhnya anda sedang
menyiapkan bangsa (besar) yang wangi keringatnya.”
Wanita adalah makhluk Allah yang sangat tangguh. Ingatlah hadits Rasulullah yang artinya, “wanita
adalah tiang negara, apabila dalam sebuah negara wanitanya baik, maka jayalah ia, namun apabila
wanita di dalamnya buruk, maka hancurlah negara itu”. Ketangguhan seorang wanita telah dikatakan
Rasulullah, bahkan Allah pun mengatakannya dalam Al-Qur’an, memuliakan kedudukan seorang ibu,
yang juga seorang wanita. Wanita adalah makhluk Allah yang tangguh. Karena itu, dia diberi amanah
untuk melahirkan, mendidik, membesarkan, dan mencintai calon-calon penegak bendera agama Allah
di muka bumi ini.
Sekali lagi, ”wanita adalah tiang negara.” Ungkapan tersebut menggambarkan betapa pentingnya peran
wanita dalam suatu negara. Negara bisa hancur karena wanita, dan begitu pula sebaliknya, negara bisa
maju juga karena wanita. Hal tersebut bukan berarti keberadaan laki-laki dalam membangun bangsa
menjadi ter-maginal-kan, bahkan laki-lakilah yang menggerakkan jalannya roda kepemimpinan bangsa.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa wanitalah yang merupakan unsur pertama dalam membangun
peradaban suatu bangsa. Hal tersebut karena wanita mengemban tugas yang sangat penting, yaitu
mendidik generasi penerus bangsa untuk menjadi generasi yang lebih baik dan lebih maju.
Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang
sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak
kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu
hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara.
Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan
rata dengan tanah.
Kondisi yang ada pada saat ini, dimana kenakalan remaja sudah tak terbendung lagi, merupakan sebuah
fenomena baru yang tidak mudah untuk diatasi. Kegagalan dalam pendidikan yang menjadikan mereka
disorientasi merupakan salah satu penyebab terjadinya kondisi tersebut. Kegagalan dalam pendidikan
tersebut berarti kegagalan wanita dalam membimbing menuju pintu masuk keberhasilan. Walaupun
wanita tidak bisa disalahkan sepenuhnya atas kondisi tersebut, namun seperti yang telah diungkapkan
di atas, bahwa wanita merupakan unsur pertama yang menjadikan generasi bangsa ini menuju ke arah
yang lebih baik.
Untuk menjadi seorang pendidik yang baik, maka wanita harus memiliki kecerdasan yang tinggi.
Bukan hanya dari segi akademis dan non akademis saja, namun wanita juga harus memiliki
pengetahuan yang luas. Bagaimana mungkin wanita dapat menghasilkan generasi yang hebat dan kuat
jika wanita yang notabene berperan sebagai pendidik tersebut tidak memiliki kemampuan yang
memadai. Paradigma masyarakat yang cenderung konvensional meletakkan sebuah pemikiran yang
sudah berakar kuat yang menyatakan bahwa wanita tidak perlu cerdas adalah sebuah paradigma yang
salah, karena di tangan wanitalah nantinya akan terbentuk sebuah peradaban yang tinggi melalui
pendidikan.
Untuk menjadi seorang pendidik yang cerdas dan berhasil, salah satu upaya yang paling mudah adalah
dengan menggali pengetahuan dan wawasan lewat banyak membaca. Seseorang dapat mengubah
pandangan hidupnya dan pola pikirnya melalui membaca, dan tentu saja membaca hal-hal yang positif.
Dapat dikatakan bahwa membaca merupakan langkah awal menuju keberhasilan. Dengan membaca,
seseorang dapat menjadi lebih baik daripada sebelumnya, pikiran menjadi cerah, inspirasi masuk, dan
pada akhirnya proses untuk menuju ke arah yang lebih baik akan menjadi semakin mudah. Maka tidak
salah jika dikatakan dengan membaca, kita bisa berubah. Meminjam istilah dari Ibu R.A. Kartini, dari
gelap menjadi terang dan dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu segalanya. Leluhur bangsa Indonesia
juga menciptakan ungkapan fantastik, membaca adalah kunci ilmu, sedangkan gudangnya adalah buku.
Ungkapan ini menggambarkan betapa berartinya sebundel kertas yang bertorehkan tulisan bagi
kehidupan manusia. Buku tidak hanya menjadi kekuatan yang mampu mengubah suatu bangsa menjadi
lebih baik.
Wanita berhak mengenyam pendidikan setinggi-tingginya karena dia bertanggung jawab untuk
mendidik anak-anaknya nanti. Semakin hebat pendidikan seorang wanita, semakin tangguh pula
generasi masa depan yang dididiknya.