Upload
indah-nababan
View
26
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mimisan
Citation preview
EPISTAKSIS
Pembimbing : dr Zulrafli SpTHT-KLDisusun oleh :
Elizabeth Magdalena Purba11-2014-229
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAILMU KESEHATAN THT RS BAYUKARTA
KARAWANG JAWA BARAT
DEFINISI
Perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang hampir 90 % dapat berhenti sendiri.
EPISTAKSIS ANTERIOR
EPISTAKSIS POSTERIOR
Anatomi
PERDARAHAN HIDUNG
SUMBER PERDARAHAN
ETIOLOGI
LOKAL SISTEMIK
•Trauma
•Infeksi Lokal
•Neoplasma
•Pengaruh Lingkungan
•Deviasi Septum
Lokal
• Mengorek hidung, • benturan ringan, • bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras,• atau akibat trauma yang lebih hebat seperti
kena pukul, jatuh atau kecelakaan lalu lintas• akibat adanya benda asing tajam atau trauma
pembedahan.
Trauma
• Pada infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis atau sinusitis.
Infeksi Lokal
Infeksi
inflamasi yang akan merusak mukosa
peningkatan permeabilitas pembuluh darah setempat
memudahkan terjadinya perdarahan di hidung.
Epistaksis sedikit dan intermiten, kadang-kadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah.Hemangioma, angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat
Pada tumor terjadi pertumbuhan sel yang abnormal dan pembentukan pembuluh darah yang baru (neovaskularisasi) yang bersifat rapuh sehingga memudahkan terjadinya perdarahan
Neoplasma
Pengaruh Lingkungan
Kelembaban udara yang rendah
dehumidifikasi mukosa nasal
Zat-zat korosif
Iritasi mukosa
Pembuluh darah mudah pecah
Deviasi septum
Turbulensi udara Krusta
Pembuluh darah pecah
meskipun trauma ringan
Deviasi Septum
Sistemik•Kelainan Darah
•Penyakit Kardiovaskuler dan lainnya
•Infeksi Akut
•Gangguan Hormonal
•Alkoholisme
Trombositopenia
Leukimia
Hemofilia
Pengaruh obat-obatan
Kelainan kongenital
Kelainan Darah
Hipertensi
Arteriosklerosis
Sirosis Hepatis
Diabetes Melitus
Penyakit Kardiovaskuler dan lainnya
Infeksi Akut
Demam Berdarah Kompleks antigen antibodiAgregasi TrombositTrombosit saling melekat Dihancurkan oleh RESPengeluaran faktor III KIDTrombositopeni dan penurunan faktor pembekuan
EPIDEMIOLOGI
• Terbanyak pada usia 2 – 10 thn & 50 – 80 thn• Epistaksis anterior anak & dewasa muda• Epistaksis posterior hipertensi &
arteriosklerosis
PATOFISIOLOGI
• Perubahan progresif dari otot pembuluh darah tunika media jaringan kolagen gagalnya kontraski pemb.darah krn hilangnya otot tunika media perdarahan
• Iskemia lokal/trauma kelemahan dinding pemb.darah
MANIFESTASI KLINIS Didapati adanya perdarahan dari lubang hidung berwarna
merah terang Ada riwayat penyebab lokal dan sistemik seperti yang telah
disebutkan Pasien biasa tampak pucat akibat anemia yang disebabkan
oleh kehilangan darah yang banyak.
Pemeriksaan Fisik
• TTV• Rinoskopi anterior
• Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konkha inferior harus diperiksa dengan cermat
• Rinoskopi posterior• Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting pada pasien dengan epistaksis berulang dan sekret
hidung
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI
Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI
penting mengenali neoplasma atau
infeksi.
Endoskopi hidung
untuk melihat atau menyingkirkan kemungkinan
penyakit lainnya
Skrining terhadap koagulopati
Tes-tes yang tepat termasuk waktu
protrombin serum, waktu
tromboplastin parsial, jumlah
platelet dan waktu perdarahan.
Pemeriksaan Lab darah Rutin
• Perdarahan keluar dari depan atau belakang hidung
• beratnya perdarahan, frekuensi, lamanya perdarahan,
• penyebab perdarahan • riwayat perdarahan hidung sebelumnya, • keluhan mengenai kelainan pada kepala dan leher
yang berkaitan dengan gejala-gejala yang terjadi pada hidung,
• riwayat penyakit lain seperti hipertensi, kelainan perdarahan, dan
• riwayat pengobatan.
Anamnesis
PENEGAKAN DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Memperbaiki KU
Menghentikan perdarahan
Mencegah komplikasi
Mencegah berulangnya
epistaksis
Menghentikan perdarahan
• Bersihkan hidung dari darah / bekuan darah dengan alat pengisap (suction)
• Cari sumber perdarahan• Tampon sementara : kapas + adrenalin dan
pentocain atau lidocain 2% • Tentukan perdarahan dari anterior atau
posterior
Menghentikan Perdarahan
Metode Trotter
Perdarahan Anterior• duduk dengan kepala ditegakkan, • cuping hidung ditekan ke arah septum selama
beberapa menit.
Epistaksis ringan pada anak
• Gulungan kapas yang telah dibasahi dengan anestetik lokal dan dekongestan lalu dimasukkan dengan hati-hati ke dalam hidung.
• Bila perdarahan tidak berhenti, pemasangan tampon diulangi
Perdarahan anterior
• tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti 20-30% / Asam Triklorasetat 10%,
• Elektrokauter
Bila sumber telah terlihat
• Tampon anteriorPerdarahan masih terus berlangsung
Tampon anterior Kapas / kasa vaseline + salep antibiotik.
1-2 hari ganti tampon
• Inflatable Nasal Ballon Kateter
Tampon Bellocq
(VIDEO)
Perdarahan Posterior
• Balon Intranasal
• Obat-obat hemostatik tidak terlalu efektif
• Ligasi Arteri untuk epistaksis yang berat, dimana tidak dapat diatasi dengan tampon posterior
Perdarahan Posterior… cont’d
Medikamentosa
• Selama pemasangan tampon (umumnya 2-3 hari), kenyamanan pasien akan terganggu ◦Pemberian sedatif dan analgesik
• Pertimbangan untuk pemberian antibiotik broad spektrum ◦Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat kuman patogen selama pemasangan tampon.
Komplikasi
• Akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi aspirasi darah kedalam saluran napas bawah, juga dapat menyebabkan syok, anemia dan gagal ginjal.
• Turunnya tekanan darah secara mendadak dapat menimbulkan hipotensi, hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi koroner sampai infark miokard sehingga dapat menyebabkan kematian.
• Akibat pembuluh darah yang terbuka dapat terjadi infeksi, sehingga perlu diberikan antibiotic.
• Pemasangan tampon dapat menyebabkan rino-sinusitis, otitis media, septicemia atau toxic shock syndrome.
• hemotimpanum sebagai akibat mengalirnya darah melalui tuba Eustachius, dan air mata berdarah (bloody tears), akibat mengalirnya darah secara retrograde melalui duktus nasolakrimal.
DAFTAR PUSTAKA• Hafil AF, Cahyono A, Armiyato, Handiwikarta A, Roezin A dkk.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala&Leher. Edisi ke-7.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2012.
• Adams GL, Boeis LR, Higler PA. Boeis Fundamentals of Otolaringology. Edisi ke-6.Amerika Serikat: University of Minnesota Medical School.2012.
• Raewyn GC. Epistaxis (journal online). February 18, 2012. Diunduh dari : http://www.entjournal.com/.1 Agustus 2015.
• Diamond, Linda PA-C. Managing Epistaxis (journal online). November 2014. Diunduh dari: http://journals.lww.com/jaapa/Fulltext/2014/11000/Managing_epistaxis.5.aspx. 1 Agustus 2015.